Anda di halaman 1dari 34

PENDAHULUAN

PERUNDANG-UNDANGAN lex
Specialis Derogat legi Generalis
BIDANG KESEHATAN

I PUTU MAHENTORO,SH.,MH.
HAKEKAT PERATURAN DAN
UNDANG-UNDANG
• Per. di bidang Farmasi sub.sistem Per-UU
• Peraturan adalah suatu ketentuan yang mengatur
tentang kaidah hukum atau norma hukum yang berupa
perintah atau larangan yang dikeluarkan oleh yang
punya kewenangan.
• Badan ini dapat pemerintah maupun swasta dan semua
ketentuan tersebut bersifat mengikat dan harus ditaati.
• Peraturan dari Pemerintah dinamakan Per-UU.
• UU adalah suatu ketentuan yang berisikan perintah atau
larangan yang dibuat oleh badan negara/pemerintah
dan harus ditaati dan kalau dilanggar akan menimbulkan
akibat hukum atau sanksi hukum.
SOSIALISASI PERATURAN
Per-UU

Lembaran Negara (LN) Berita Negara (BN)

■ Undang-undang (UU) ■ Per.Men.


■ Peraturan Pemerintah (PP) ■ Kep.Men./
Instruksi Menteri
■ Peraturan Badan
POM. , dsb.
HIERARCHI Per-UU.
UNDANG-UNDANG DASAR

KETETAPAN MPR

UNDANG-UNDANG

Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang

Peraturan Pemerintah

Keputusan Presiden

Peraturan Menteri ,keputusan menteri dan keputusan kepala Badan

Keputusan Menteri / Instruksi Menteri


Sejarah Perkembangan
UU. Kesehatan RI.
Het Reglement op de Dienst der Volks Gezondheid
(Reglement DVG Staatblad 1929 No.28)

Undang-undang No. 9 Tahun 1960


tentang
POKOK-POKOK KESEHATAN

Undang-undang RI. No. 23 Tahun 1992


tentang
KESEHATAN

Undang-Undang RI. No. 36 tahun 2009 tentang


KESEHATAN
Mengapa belajar undang-undang Kesehatan?

• Pedoman dalam melaksanakan tugas

• Perlindungan bagi tenaga kesehatan

 Undang – Undang Yang Kita Pelajari


Undang – Undang Lex Specialis Derogat
Legi Generalis yang Mana Peraturan yg
Khusus diutamakan didalam
penerapannya dibandingkan dengan
peraturan yang bersifat Umum.
KEFARMASIAN DI ERA JKN
Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 36 tahun 2009
Tentang
Kesehatan

Bahwa Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992


sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan,
tuntutan, dan kebutuhan hukum dalam
masyarakat sehingga perlu dicabut dan diganti
dengan Undang-Undang tentang Kesehatan
yang baru.
Ketentuan Umum
• Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental,
spiritual maupun social yang memungkinkan setiap orang
untuk hidup produktif secara social dan ekonomis.
• Pasal 5 :
1.Setiap orang mempunyai hak yang sama dalam
memperoleh akses atas sumber daya dibidang
kesehatan.
2.Setiap orang mempunyai hak dalam memperoleh
pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, dan
terjangkau.
3.Setiap orang berhak secara mandiri dan
bertanggungjawab menentukan sendiri pelayanan
kesehatan yang diperlukan bagi dirinya
Pasal 13
1. Setiap Orang berkewajiban turut serta dalam
program jaminan kesehatan social
2. Program Jaminan kesehatan social sebagaimana
dimksud pada ayat (1) diatur sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 20
1. Pemerintah bertanggung jawab atas
pelaksanaan jaminan kesehatan masyarakat
melalui system jaminan social nasional bagi
upaya kesehatan perorangan
2. Pelaksanaan system jaminan social sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Dari Kutipan Pasal Tersebut Mandat Apa Yang Harus
Dilaksanakan Pemerintah

• Bertanggung Jawab
merencanakan,mengatur,menyelenggarakan,membina dan
mengawasipenyelenggaraan upaya kesehatan yang merata dan
terjangkau oleh masyarakat.
• UU No. 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional
• UU No. 24 Tahun 2011 tentang Badang Penyelenggaraan Jaminan
Sosial
• PMK No. 71 Tahun 2013 tentang Pelayanan Kesehatan Pada JKN
• DLL.
UU No. 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan
Sosial Nasional
• Jaminan sosial adalah salah satu bentuk perlindungan sosial
untuk menjamin seluruh rakyat agar dapat memenuhi
kebutuhan dasar hidupnya yang layak.
• Sistem Jaminan Sosial Nasional adalah suatu tata cara
penyelenggaraan program jaminan sosial oleh beberapa badan
penyelenggaraan jaminan sosial.
• Badan Penyelenggara Jaminan Sosial adalah badan hukum
yang dibentuk untuk menyelenggarakan program jaminan
sosial.
BADAN PENYELENGGARAAN JAMINAN SOSIAL
Pasal 5
1. Badan Penyelenggaraan Jaminan Sosial harus dibentuk dengan Undang-
Undang.
2. Sejak berlakunya Undang-Undang ini, badan penyelenggara jaminan sosial
yang ada dinyatakan sebagai Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
menurut Undang Undang ini.
3. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
adalah:
a. Perusahaan Perseroan (Persero) Jaminan Sosial Tenaga Kerja
(JAMSOSTEK);
b. Perusahaan Perseroan (Persero) Dana tabungan dan Asuransi Pegawai
Negeri (TASPEN);
c. Perusahaan Perseroan (Persero) Asuransi Sosial Angkatan Bersenjata
Republik Indonesia (ASABRI); dan
d. Perusahaan Perseroan (Persero) Asuransi Kesehatan Indonesia (ASKES);
DEWAN JAMINAN SOSIAL NASIONAL
Pasal 6
Untuk penyelenggaraan Sistem Jaminan Sosial
Nasional dengan Undang-Undang ini dibentuk
Dewan Jaminan Sosial Nasional.
Pasal 7
1. Dewan Jaminan Sosial Nasional bertanggung
jawab kepada Presiden.
2. Dewan Jaminan Sosial nasional berfungsi
merumuskan kebijakan umum dan
sinkronisasi penyelenggaraan Sistem Jaminan
Sosial Nasional.
Kepesertaan dan Iuran
Pasal 13
Pemberi kerja secara bertahap wajib
mendaftarkan dirinya dan pekerjaannya sebagai
peserta kepada Badan Penyelenggara Jaminan
Sosial, sesuai dengan program jaminan sosial
yang diikuti.
Pasal 14
Pemerintah secara bertahap mendaftarkan
penerima bantuan iuran sebagai peserta kepada
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial.
Pasal 17
1. Setiap peserta wajib membayar iuran yang besarnya
ditetapkan berdasarkan persentase dari upah atau
suatu jumlah nominal tertentu.
2. Setiap pemberi kerja wajib memungut iuran dari
pekerjanya, menambahkan iuran yang menjadi
kewajibannya dan membayarkan iuran tersebut
kepada Badan Penyelenggara Jaminan Sosial secara
berkala.
3. Besarnya iuran sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dan ayat (2) ditetapkan untuk setiap jenis program
secara berkala sesuai degan perkembangan sosial,
ekonomi dan kebutuhandasar hidup yang layak.
4. Iuran program jaminan sosial bagi fakir miskin dan
orang yang tidak mampu dibayar oleh Pemerintah.
UU No. 24 Tahun 2011 tentang Badang
Penyelenggaraan Jaminan Sosial
Pasal 5
1. Berdasarkan UU ini dibentuk BPJS
2. BPJS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah
a. BPJS Kesehatan dan
b. BPJS Ketenagakerjaan

Pasal 6
(1) BPJS Kesehatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (2) huruf a
menyelenggarakan program jaminan kesehatan.
(2) BPJS Ketenagakerjaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (2)
huruf b menyelenggarakan program:
a. jaminan kecelakaan kerja;
b. jaminan hari tua;
c. jaminan pensiun; dan
d. jaminan kematian.
PMK No. 71 Tahun 2013 tentang Pelayanan
Kesehatan Pada JKN
• Pasal 2
(1) Penyelenggara pelayanan kesehatan meliputi semua Fasilitas Kesehatan yang bekerja sama dengan
BPJS Kesehatan berupa Fasilitas Kesehatan tingkat pertama dan Fasilitas Kesehatan rujukan tingkat
lanjutan.
(2) Fasilitas Kesehatan tingkat pertama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa:
a. puskesmas atau yang setara;
b. praktik dokter;
c. praktik dokter gigi;
d. klinik pratama atau yang setara; dan
e. Rumah Sakit Kelas D Pratama atau yang setara.
(3) Fasilitas Kesehatan rujukan tingkat lanjutan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa:
a. klinik utama atau yang setara;
b. rumah sakit umum; dan
c. rumah sakit khusus.
• Pasal 3
(1) Fasilitas Kesehatan tingkat pertama yang bekerja sama dengan BPJS Kesehatan harus
menyelenggarakan pelayanan kesehatan komprehensif.
(2) Pelayanan kesehatan komprehensif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa
pelayanan kesehatan promotif, preventif, kuratif, rehabilitatif, pelayanan kebidanan, dan
Pelayanan Kesehatan Darurat Medis, termasuk pelayanan penunjang yang meliputi
pemeriksaan laboratorium sederhana dan pelayanan kefarmasian sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.

PP 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian

” Pelayanan Kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung dan bertanggung jawab kepada
pasien yang berkaitan dengan Sediaan Farmasi dengan maksud mencapai hasil yang pasti
untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien”

“Sediaan Farmasi adalah obat, bahan obat, obat tradisional dan kosmetika.”

“Tenaga Kefarmasian adalah tenaga yang melakukan Pekerjaan Kefarmasian, yang terdiri atas
Apoteker dan Tenaga Teknis Kefarmasian.”
UU No. 36 Thn. Tentang Kesehatan
Penjelasan UU No. 36 thn. 2009
tentang Kesehatan
(3) Dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan komprehensif
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), bagi Fasilitas
Kesehatan yang tidak memiliki sarana penunjang wajib
membangun jejaring dengan sarana penunjang.
(4) Dalam hal diperlukan pelayanan penunjang selain pelayanan
penunjang sebagaimana dimaksud pada ayat (2), dapat
diperoleh melalui rujukan ke fasilitas penunjang lain.
Pasal 8
(1) Dalam hal di suatu kecamatan tidak terdapat
dokter berdasarkan penetapan Kepala Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota setempat, BPJS
Kesehatan dapat bekerja sama dengan praktik
bidan dan/atau praktik perawat untuk
memberikan Pelayanan Kesehatan Tingkat
Pertama sesuai dengan kewenangan yang
ditentukan dalam peraturan perundang-
undangan.
(2) Dalam rangka pemberian pelayanan kebidanan
di suatu wilayah tertentu, BPJS Kesehatan dapat
bekerja sama dengan praktik bidan.
Pasal 21
(1) Peserta yang menginginkan kelas perawatan
yang lebih tinggi dari pada haknya, dapat
meningkatkan haknya dengan mengikuti
asuransi kesehatan tambahan, atau membayar
sendiri selisih antara biaya yang dijamin oleh
BPJS Kesehatan dengan biaya yang harus
dibayar akibat peningkatan kelas perawatan.
(2) Dikecualikan dari ketentuan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), bagi Peserta Penerima
Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan tidak
diperkenankan memilih kelas yang lebih tinggi
dari haknya.
• Pasal 23
(1) Peserta berhak mendapat pelayanan obat, Alat Kesehatan, dan bahan
medis habis pakai yang dibutuhkan sesuai dengan indikasi medis.
(4) Daftar obat, Alat Kesehatan, dan bahan medis habis pakai sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) dituangkan dalam Formularium Nasional dan
Kompendium Alat Kesehatan.
(5) Penambahan dan/atau pengurangan daftar obat, Alat Kesehatan, dan
bahan medis habis pakai dalam Formularium Nasional dan Kompendium
Alat Kesehatan ditetapkan oleh Menteri Kesehatan.

“ Formularium Nasional adalah daftar obat yang disusun oleh komite nasional
yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan, didasarkan pada bukti ilmiah
mutakhir berkhasiat, aman, dan dengan harga yang terjangkau yang
disediakan serta digunakan sebagai acuan penggunaan obat dalam jaminan
kesehatan nasional. “
• Pasal 24
(1) Pelayanan obat, Alat Kesehatan, dan bahan medis habis pakai
pada Fasilitas Kesehatan rujukan tingkat lanjutan merupakan
salah satu komponen yang dibayarkan dalam paket
Indonesian Case Based Groups (INA-CBG’s).
(2) Dalam hal obat yang dibutuhkan sesuai indikasi medis pada
Fasilitas Kesehatan rujukan tingkat lanjutan tidak tercantum
dalam Formularium Nasional, dapat digunakan obat lain
berdasarkan persetujuan Komite Medik dan kepala/direktur
rumah sakit.
Pertanyaan
1. Apa yg dimaksud Kesehatan dan UU No.berapa yg mengatur kesehatan?
2. Apa Pengaruh munculnya JKN terhadap bidang kefarmasian ?
3. Bagimana Peran Tenaga Kefarmasian dalam pelayanan Kesehatan sesuai
dengan UU No.36 Tahun 2009 tentang Kesehatan?
4. Bagimana Terhadap Penjual Obat PCC yang banyak makan korban apabila
ditinjua dari norma hukum UU kesehatan.
5. Bagaimana Implementasi Pasal 108 ayat ( 1) dan ( ayat 2)pada UU No. 36
Tahun 2009 tentang Kesehatan?
6.Dimana Letak Perubahan Nomenklatur dari PP51 tahun 2009 dengan UU
No.36 Tahun 2014 ditinjau dari Tenaga Farmasi
TUGAS KELOMPOK
Cari Kasus pelanggaran peraturan terkait dengan “Farmasi
Buat Kajian Terhadap Kasus Tersebut merujuk Norma Hukum
Peraturan Per UU Kesehatan. Tugas dibuat dalam bentuk
Makalah
Pasal 98
• 1. Sediaan farmasi dan alat kesehatan harus
aman,berkhasiat/bermanfaat,bermutu,dan terjangkau.
• 2. Setiap Orang yang tidak memiliki keahlian dan kewenangan
dilarangmengadakan,menyimpan,mengolah,mempromosikan
,dan mengedarkan obat dan bahan yg berkhasiat obat.
. 3. Ketentuan mengenai
Pengadaan,Penyimpananan,pengolahan,promosi,pengedaran
sediaan farmasi dan alat Kesehatan harus memenuhi standar
mutu,pelayanan farmasi yang ditetapkan dengan peraturan
pemerintah.
Pasal 98 Undang – undang Kes.
• 1. Sediaan farmasi dan alat kesehatan harus
aman,berkhasiat/bermanfaat,bermutu,dan terjangkau.
• 2. Setiap Orang yang tidak memiliki keahlian dan kewenangan
dilarangmengadakan,menyimpan,mengolah,mempromosikan
,dan mengedarkan obat dan bahan yg berkhasiat obat.
. 3. Ketentuan mengenai
Pengadaan,Penyimpananan,pengolahan,promosi,pengedaran
sediaan farmasi dan alat Kesehatan harus memenuhi standar
mutu,pelayanan farmasi yang ditetapkan dengan peraturan
pemerintah.
• 4.Pemerintah berkewajibanmembina,mengatur,mengendalikan
dan mengawasi pengadaan,penyimpanan,promosi dan
pengedaran sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
Pasal 106
1. Sediaan farmasi dan alat kesehatan hanya dapat diedarkan
setelah mendapatkan izin edar,
2. Penandaan dan Informasi sediaan farmasi dan alat kesehatan
harus memenuhi persyaratan objektivitas dan Kelengkapan
serta tidak menyesatkan.
• 3 Pemerintah berwenang mencabut izin edar dan
memerintahkan penarikan dari beredaran sediaan farmasi dan
alat kesehatan yang telah memperoleh izin edar,yang
kemudian terbukti tidak memenuhi persyaratan mutu
dan/atau keamanan dan/atau kemanfaatan dapat disita dan
dimusnahkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang –
undangan.

Anda mungkin juga menyukai