DISUSUN OLEH
DELVAN TRIMAYOLANDA
213310720
DOSEN PEMBIMBING
Latar Belakang
Pertimbangan pengesahan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014
Tentang Tenaga Kesehatan adalah:
bahwa tenaga kesehatan memiliki peranan penting untuk
meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan yang maksimal kepada
masyarakat agar masyarakat
bahwa kesehatan sebagai hak asasi manusia harus diwujudkan
dalam bentuk pemberian berbagai pelayanan kesehatan kepada
seluruh masyarakat
bahwa penyelenggaraan upaya kesehatan harus dilakukan oleh
tenaga kesehatan yang bertanggung jawab, yang memiliki etik dan
moral yang tinggi, keahlian, dan kewenangan yang secara terus
menerus harus ditingkatkan mutunya melalui pendidikan dan
pelatihan
bahwa untuk memenuhi hak dan kebutuhan kesehatan setiap
individu dan masyarakat, untuk memeratakan pelayanan kesehatan
kepada seluruh masyarakat
Dasar Hukum
Dasar hukum Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 Tentang Tenaga
Kesehatan adalah:
1. Pasal 5 ayat (1), Pasal 20, Pasal 28H ayat (1), dan Pasal 34 ayat (3)
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
1. Berikan oralit.
Oralit merupakan campuran garam elektrolit seperti Natrium klorida
(NaCl), Kalium Klorida ( KCl), trisodium sitrat hidrat dan glukosa
anhidrat. Oralit bermanfaat untuk mengembalikan cairan tubuh.
2. Berikan zink selama 10 hari berturut-turut.
Zinc merupakan salah satu zat gizi mikro yang penting untuk kesehatan
dan pertumbuhan anak. Zinc yang ada dalam tubuh akan menurun dalam
jumlah besar ketika anak mengalami diare. Sejak tahun 2004, WHO dan
UNICEF menandatangani kebijakan bersama dalam hal pengobatan diare
yaitu pemberian oralit dan Zinc selama 10-14 hari.
3. Teruskan ASI dan pemberian makan.
ASI bukan penyebab diare melainkan dapat mencegah diare. Bayi
dibawah 6 bulan sebaiknya mendapat kan asi untuk mencegah diare dan
meningkatkan imunitas. Selama diare pemberian ASI pada anak tetap
diteruskan sebanyak dia mau. Jika anak mau lebih banyak dari biasanya
itu akan lebih baik. Biarkan dia makan sebanyak dan selama dia mau.
Makan anak juga diberikan seperti biasa dengan frekuensi lebih sering.
Lakukan ini sampai dua minggu setelah anak berhenti diare. Jangan batasi
makanan anak jika ia mau lebih banyak, karena lebih banyak makanan
akan membantu mempercepat penyembuhan, pemulihan dan mencegah
malnutrisi.
4. Berikan antibiotic secara selektif.
Antibiotik hanya diberikan jika ada indikasi, seperti diare berdarah atau
diare karena kolera, atau diare dengan disertai penyakit lain. Ini sangat
penting karena seringkali ketika diare, masyarakat langsung membeli
antibiotik seperti Tetrasiklin atau Ampicillin. Selain tidak efektif, tindakan
ini berbahaya, karena jika antibiotik tidak dihabiskan sesuai dosis akan
menimbulkan resistensi kuman terhadap antibiotik.
5. Berikan nasihat pada ibu/ pengasuh.
Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit infeksi virus akut yang
disebabakan oleh virus dengue yang ditandai demam 2 – 7 hari disertai dengan
manifestasi perdarahan, penurunan trombosit (trombositopenia), adanya
hemokonsentrasi yang ditandai kebocoran plasma (peningkatan hematokrit),
asites, efusi pleura, hipoalbuminemia). Dapat disertai gejala-gejala tidak khas
seperti nyeri kepala, nyeri otot & tulang, ruam kulit atau nyeri belakangan bola
mata.
Namun hingga kini hanya ada satu peraturan pelaksana, yaitu Peraturan
Pemerintah Nomor 40 Tahun 1991 tentang Penanggulangan Wabah Penyakit
Menular yang isinya merupakan gabungan dari enam peraturan pemerintah yang
terdapat dalam pasal 17 dan pasal 18 yaitu :
Pasal 17
(1) Penanggulangan KLB DBD dilakukan pada saat terjadi wabah atau KLB.
(2) KLB DBD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dinyatakan secara resmi
oleh walikota untuk KLB DBD skala daerah.
(3) Ketentuan mengenai tata cara pernyataan keadaan KLB DBD sebagaimana
dimaksud pada ayat (2), dilaksanakan penanggulangan KLB dan wabah
DBD .
Pasal 18
(1) Dalam hal suatu daerah dinyatakan KLB DBD, semua penderita yang
dinyatakan positif DBD dirawat di rumah sakit kelas III (tiga) atau
Puskesmas dan biaya perawatannya ditanggung oleh pemerintah daerah.
(2) Biaya perawatan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dibebankan pada
Anggaran Pendapatan Belanja Daerah Kota apabila KLB DBD dinyatakan
oleh Walikota.
(3) Ketetntuan mengenai biaya perawatan sebagaimana dimaksud pada ayat
(2), dilaksanakan dengan berpedoman pada buku Petunjuk Pelaksanaan
Penanggulangan KLB dan wabah DBD.
Pengertian Imunisasi
Menurut Permenkes No. 12 Tahun 2017 Tentang Penyelenggaraan Imunisasi,
yaitu suatu upaya untuk menimbulkan/meningkatkan kekebalan seseorang secara
aktif terhadap suatu penyakit sehingga bila suatu saat terpajan dengan penyakit
tersebut tidak akan sakit atau hanya mengalami sakit ringan.
DISUSUN OLEH
DELVAN TRIMAYOLANDA
213310720
DOSEN PEMBIMBING
Levey dan Loomba (1973) menjabarkan pelayanan kesehatan ialah setiap upay
a yang diselenggarakan secara sendiri atau secara bersama-sama dalam suatu orga
nisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuh
kan penyakit serta memulihkan kesehatan perseorangan, keluarga, kelompok dan
ataupun masyarakat (Azwar, 1996).
Definisi Pelayanan Kesehatan Primer
Pelayanan kesehatan primer merupakan pondasi dan bagian terbesar dari
sistem ini berfungsi sebagai mitra masyarakat dalam menerapkan perilaku hidup
sehat, memelihara kesehatan dan sebagian besar masalah kesehatan sehari – hari,
oleh sebab itu tempatnya harus sedekat mungkin dengan masyarakat yang dilayani
dokter di fasilitas kesehatan pelayanan primer sebagai gate keeper untuk
memenuhi sebagian besar kebutuhan kesehatan masyarakat (upaya promotif,
preventif, kuratif dan rehabilitatif).
Definisi KLB
Dalam Permenkes RI No. 1501/MENKES/PER/X/2010 Tentang Jenis
Penyakit Menular Tertentu Yang Dapat Menimbulkan Wabah Dan Upaya
Penanggulangan Pasal 1 ayat (2) menyatakan Kejadian Luar Biasa yang disingkat
KLB, adalah timbulnya atau meningkatnya kejadian kesakitan dan/atau kematian
yang bermakna secara epidemiologi pada suatu daerah dalam kurun waktu
tertentu, dan merupakan keadaan yang dapat menjurus pada terjadinya wabah.
3. Program Pemerintah Dalampenanggulangan TB Paru
Tuberkulosis adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh kuman dari
kelompok Mycobacterium yaitu Mycobacterium Tuberculosis ( Kemenkes
RI,2014). Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh
kuman TB (Mycobacterium Tuberculosis). Sebagian besar kuman TB menyerang
paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya. TB anak terjadi pada anak
usia 0-14 tahun (Kemenkes RI,2016).
b. Promosi Kesehatan
Promosi kesehatan adalah berbagai upaya yang dilakukan terhadap
masyarakat sehingga mereka mau dan mampu untuk meningkatkan dan
memelihara kesehatan mereka sendiri.
Landasan Hukum dalam Penanggulangan TB Paru
Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1984 tentang Wabah Penyakit Menular
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1984 Nomor 20, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3273);
Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 116,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4431);
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Undang-
Undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 298, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5607);
Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1991 tentang Penanggulangan
Wabah Penyakit Menular (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
1991 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
3447);
Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2014 tentang Sistem Informasi
Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor
126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5542);
Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2014 tentang Kesehatan
Lingkungan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor
184, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5570);
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 2052/Menkes/Per/X/2011 tentang
Izin Praktik dan Pelaksaan Praktik Kedokteran (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2011 Nomor 671);
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 45 Tahun 2014 tentang
Penyelenggaraan Surveilans Kesehatan (Berita Negara Republik Indonesia
Tahun 2014 Nomor 1113);
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2014 tentang Pusat
Kesehatan Masyarakat (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2014
Nomor 1676);
a. Daerah dengan epidemi meluas seperti Papua dan Papua Barat, penawaran tes
HIV perlu dilakukan kepada semua pasien yang datang ke layanan kesehatan
baik rawat jalan atau rawat inap serta semua populasi kunci setiap 6 bulan
sekali.
b. Daerah dengan epidemi terkonsentrasi maka penawaran tes HIV rutin dilakukan
pada ibu hamil, pasien TB, pasien hepatitis, warga binaan pemasyarakatan
(WBP), pasien IMS, pasangan tetap ataupun tidak tetap ODHA dan populasi
kunci seperti WPS, waria, LSL dan penasun.
d. Memperluas akses layanan KTHIV dengan cara menjadikan tes HIV sebagai
standar pelayanan di seluruh fasilitas kesehatan (FASKES) pemerintah sesuai
status epidemi dari tiap kabupaten/kota.
e. Dalam hal tidak ada tenaga medis dan/atau teknisi laboratorium yang terlatih,
maka bidan atau perawat terlatih dapat melakukan tes HIV.
g. Bekerja sama dengan populasi kunci, komunitas dan masyarakat umum untuk
meningkatkan kegiatan penjangkauan dan memberikan edukasi tentang
manfaat tes HIV dan terapi ARV.
Perundang - undangan :
Penyakit Hipertensi
Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah didalam arteri. Seseorang
dikatakan terkena hipertensi bila mempunyai tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg
dan tekanan darah diastolik ≤90 mmHg. Pengukuran dilakukan 2 kali dengan
waktu yang berbeda dan dilakukan pada saat istirahat dengan posisi duduk atau
berbaring.