Anda di halaman 1dari 8

TUGAS MENGANALISIS ARTIKEL UU No 36 Tahun 2009, UU No 29

Tahun 2004, dan UU No 44 Tahun 2009

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Hukum Kesehatan dan Profesi Etika
Dosen Pembimbing :
Gunawan.,SKp.,MMRS

Disusun Oleh :
Alifatun Nisa Ismananda (P17410214112)
Muhammad Rizal Fauzi (P17410214114)
Putri Natasya (P17410214136)
Dzulfikar Putra Mahendra (P17410214145)
Fakhrur Rozi (P17410214153)
Rizky Dwi Nugroho (P17410214155)

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG JURUSAN


KESEHATAN TERAPAN PROGRAM STUDI D-3 REKAM MEDIS DAN
INFORMASI KESEHATAN 2022
A. UU No 36 Tahun 2009
UU 36 tahun 2009 tentang Kesehatan menyatakan bahwa kesehatan adalah keadaan sehat,
baik secara fisik, mental, spritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk
hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Setiap orang berhak atas kesehatan.

UU 36 tahun 2009 disahkan oleh Presiden Dr. H. Susilo Bambang Yudhoyono pada
tanggal 13 Oktober 2009. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan
diundangkan oleh Andi Matalatta, Menkumham RI dalam Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2009 Nomor 144 dan Penjelasan Atas Undang-Undang 36 Tahun 2009
Tentang Kesehatan ke dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5063 pada tanggal 13 Oktober 2009 di Jakarta.
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 mencabut Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992
tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 100,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3495)

Latar Belakang
Latar belakang yang menjadi pertimbangan disahkannya Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan adalah:

a. bahwa kesehatan merupakan hak asasi manusia d a n salah satu unsur kesejahteraan
yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana
dimaksud dalam Pancasila dan Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945;
b. bahwa setiap kegiatan dalam upaya untuk memelihara dan meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya dilaksanakan berdasarkan prinsip
nondiskriminatif, partisipatif, dan berkelanjutan dalam rangka pembentukan sumber
daya manusia Indonesia, serta peningkatan ketahanan dan daya saing bangsa bagi
pembangunan nasional;
c. bahwa setiap hal yang menyebabkan terjadinya gangguan kesehatan pada
masyarakat Indonesia akan menimbulkan kerugian ekonomi yang besar bagi
negara, dan setiap upaya peningkatan derajat kesehatan masyarakat juga berarti
investasi bagi pembangunan negara;
d. bahwa setiap upaya pembangunan harus dilandasi dengan wawasan kesehatan
dalam arti pembangunan nasional harus memperhatikan kesehatan masyarakat dan
merupakan tanggung jawab semua pihak baik Pemerintah maupun masyarakat;
e. bahwa Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan sudah tidak
sesuai lagi dengan perkembangan, tuntutan, dan kebutuhan hukum dalam
masyarakat sehingga perlu dicabut dan diganti dengan Undang- Undang tentang
Kesehatan yang baru;
f. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b,
huruf c, huruf d, dan huruf e perlu membentuk Undang-Undang tentang Kesehatan;
Dasar Hukum

Landasan pengesahan UU 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan adalah Pasal 20, Pasal 28H
ayat (1), dan Pasal 34 ayat ( 3 ) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945.

Contoh Kasus Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 Tentang


Kesehatan

https://www.cnnindonesia.com/nasional/20170912174951-20-241277/kasus-debora-
dpr-nilai-rs-mitra-keluarga-sengaja-langgar-uu

• Pembahasan
Debora, bayi berusia empat bulan, tewas di ruang Instalasi Gawat Darurat RS Mitra
Keluarga, Kalideres, pada Minggu (3/9) sekitar pukul 06.00 WIB.Beberapa jam
sebelumnya, ia mendapat perawatan di IGD setelah mengalami batuk berdahak dan
sesak nafas.Dalam perawatan itu Debora dinyatakan harus segera dibawa ke ruang
pediatric intensive care unit (PICU).Untuk mendapat layanan di ruang tersebut,
uang muka Rp19,8 juta harus disediakan. Sementara Kartu BPJS Kesehatan yang
dimiliki Debora tak bisa digunakan karena rumah sakit swasta itu tak punya kerja
sama.Pihak RS Mitra Keluarga sebelumnya telah mengklarifikasi kasus
Debora. Humas RS Mitra Keluarga Group dr Nendya Libriyani menjelaskan perihal
sikap RS yang tidak segera membawa Debora dari ruang IGD ke PICU. Ia berkata
bahwa tidak ada perbedaan antara dua ruang tersebut.Selain itu, kata Nendya, pihak
RS juga tak membeda-bedakan pelayanan kepada pasien.

Pada kasus diatas dapat dikenakan UU Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan
pasal 32 ayat (1) disebutkan bahwa dalam keadaan darurat, fasilitas kesehatan
pemerintah maupun swasta wajib memberikan pelayanan kesehatan bagi
penyelamatan nyawa pasien dan pencegahan kecacatan terlebih dahulu.Kemudian
pada ayat (2) termaktub disebutkan fasilitas kesehatan baik pemerintah maupun
swasta dilarang menolak pasien dan/atau meminta uang muka.pelanggaran tersebut
tidak dapat ditoleransi. Apalagi, dalam UU No.36 tahun 2009 tentang Kesehatan
ada aturan pidana yang termaktub secara tersurat, yakni pada Pasal 190, perihal
sanksi bagi fasilitas kesehatan yang mengabaikan pasien.Bunyi pasal itu yaitu, (1)
Pimpinan fasilitas pelayanan kesehatan dan/atau tenaga kesehatan yang melakukan
praktik atau pekerjaan pada fasilitas pelayanan kesehatan yang dengan sengaja
tidak memberikan pertolongan pertama terhadap pasien yang dalam keadaan gawat
darurat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 ayat (2) atau Pasal 85 ayat (2)
dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun dan denda paling banyak
Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah).
B. UU No 29 Tahun 2004

Praktik kedokteran adalah rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh dokter dan dokter gigi
terhadap pasien dalam melaksanakan upaya kesehatan. Praktik Kedokteran diatur dan
dilindungi oleh Undang-Undang, yaitu UU 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran.
Praktik kedokteran dilaksanakan berasaskan Pancasila dan didasarkan pada nilai ilmiah,
manfaat, keadilan, kemanusiaan, keseimbangan, serta perlindungan dan keselamatan
pasien. Dokter dan dokter gigi adalah dokter, dokter spesialis, dokter gigi, dan dokter gigi
spesialis lulusan pendidikan kedokteran atau kedokteran gigi baik di dalam maupun di
luar negeri yang diakui oleh Pemerintah Republik Indonesia sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.
Dalam UU 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran, praktik kedokteran diatur untuk
memberikan perlindungan kepada pasien; mempertahankan dan meningkatkan mutu
pelayanan medis yang diberikan oleh dokter dan dokter gigi; dan memberikan kepastian
hukum kepada masyarakat, dokter dan dokter gigi. Untuk itu pula dibentuklah Konsil
Kedokteran. Konsil Kedokteran Indonesia berkedudukan di ibukota negara Republik
Indonesia.
Praktik kedokteran dilaksanakan berasaskan Pancasila dan didasarkan pada nilai ilmiah,
manfaat, keadilan, kemanusiaan, keseimbangan, serta perlindungan dan keselamatan
pasien. Nilai ilmiah praktik kedokteran maksudnya adalah:
a. nilai ilmiah adalah bahwa praktik kedokteran harus didasarkan pada ilmu
pengetahuan dan teknologi yang diperoleh baik dalam pendidikan termasuk
pendidikan berkelanjutan maupun pengalaman serta etika profesi;
b. manfaat adalah bahwa penyelenggaraan praktik kedokteran harus memberikan
manfaat yang sebesar-besarnya bagi kemanusiaan dalam rangka mempertahankan
dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat;
c. keadilan adalah bahwa penyelenggaraan praktik kedokteran harus mampu
memberikan pelayanan yang adil dan merata kepada setiap orang dengan biaya
yang terjangkau oleh masyarakat serta pelayanan yang bermutu;
d. kemanusiaan adalah bahwa dalam penyelenggaraan praktik kedokteran
memberikan perlakuan yang sama dengan tidak membedakan suku, bangsa,
agama, status sosial, dan ras;
e. keseimbangan adalah bahwa dalam penyelenggaraan praktik kedokteran tetap
menjaga keserasian serta keselarasan antara kepentingan individu dan masyarakat;
f. perlindungan dan keselamatan pasien adalah bahwa penyelenggaraan praktik
kedokteran tidak hanya memberikan pelayanan kesehatan semata, tetapi harus
mampu memberikan peningkatan derajat kesehatan dengan tetap memperhatikan
perlindungan dan keselamatan pasien.
Undang-Undang Nomor 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran disahkan Presiden
Megawati Soekarnoputri di Jakarta pada tanggal 6 Oktober 2004. Undang-Undang
Nomor 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran diundangkan oleh Sekretaris Negara
Bambang Kesowo di Jakarta pada tanggal 6 Oktober 2004.
Undang-Undang Nomor 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran ditempatkan pada
Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 116. Penjelasan Atas
Undang-Undang Nomor 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran ditempatkan pada
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4431. Agar setiap orang
mengetahuinya.

Latar Belakang
Pertimbangan dalam UU 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran, adalah:
a. bahwa pembangunan kesehatan ditujukan untuk meningkatkan kesadaran,
kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang dalam rangka
mewujudkan derajat kesehatan yang optimal sebagai salah satu unsur kesejahteraan
umum sebagaimana dimaksud dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945;
b. bahwa kesehatan sebagai hak asasi manusia harus diwujudkan dalam bentuk
pemberian berbagai upaya kesehatan kepada seluruh masyarakat melalui
penyelenggaraan pembangunan kesehatan yang berkualitas dan terjangkau oleh
masyarakat;
c. bahwa penyelenggaraan praktik kedokteran yang merupakan inti dari berbagai
kegiatan dalam penyelenggaraan upaya kesehatan harus dilakukan oleh dokter dan
dokter gigi yang memiliki etik dan moral yang tinggi, keahlian dan kewenangan
yang secara terus-menerus harus ditingkatkan mutunya melalui pendidikan dan
pelatihan berkelanjutan, sertifikasi, registrasi, lisensi, serta pembinaan,
pengawasan, dan pemantauan agar penyelenggaraan praktik kedokteran sesuai
dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi;
d. bahwa untuk memberikan perlindungan dan kepastian hukum kepada penerima
pelayanan kesehatan, dokter, dan dokter gigi, diperlukan pengaturan mengenai
penyelenggaraan praktik kedokteran;
e. bahwa berdasarkan pertimbangan pada huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf d perlu
membentuk Undang-Undang tentang Praktik Kedokteran;

Dasar Hukum
Dasar hukum UU 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran, adalah Pasal 20 dan Pasal 21
ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
Contoh Kasus UU 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran

https://news.detik.com/berita/d-2689783/kasus-dr-bambang-ancaman-penjara-pasal-
76-uu-292004-langgar-uud-1945

• Pembahasan

Seorang dokter sudah seharusnya dan sewajibnya memiliki perizinan untuk


memulai praktiknya sehingga dapat dipastikan dapat menangani pasiennya dengan
baik dan sesuai dengan aturan kedokteran di indonesia. Pada UU no 29 tahun 2004
pada pasal 1 UU ini yang memiliki salah satu tujuannya adalah untuk melindungi
masyarakat yang menerima jasa pelayanan kesehatan terutama dalam kasus dokter
gadungan atau seorang dokter yang tidak memiliki izin sehingga jika tidak
memikiki izin praktik dokter tersebut kurang memenuhi syarat untuk membuka
praktik kedokteran.

C. UU No 44 Tahun 2009
Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan
kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat
jalan, dan gawat darurat, adalah definisi tentang rumah sakit dalam UU 44 tahun 2009
tentang Rumah Sakit.
Tujuan pengaturan Rumah Sakit dalam UU Rumkit adalah untuk mempermudah akses
masyarakat untuk mendapatkan pelayanan kesehatan; memberikan perlindungan terhadap
keselamatan pasien, masyarakat, lingkungan rumah sakit dan sumber daya manusia di
rumah sakit; meningkatkan mutu dan mempertahankan standar pelayanan rumah sakit;
dan memberikan kepastian hukum kepada pasien, masyarakat, sumber daya manusia
rumah sakit, dan Rumah Sakit.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit
disahkan Presiden Dr. H. Susilo Bambang Yudhoyono pada tanggal 28 Oktober 2009 di
Jakarta. UU 44 tahun 2009 tentang Rumkit di undangkan dalam Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 153 dan Penjelasan Atas UU 44 tahun 2009
tentang Rumah Sakit dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5072 oleh Menkumham Patrialis Akbar pada tanggal 28 Oktober 2009, di Jakarta.

Pertimbangan
Pertimbangan dalam UU 44 tahun 2009 tentang Rumkit adalah:
1. bahwa pelayanan kesehatan merupakan hak setiap orang yang dijamin dalam
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang harus
diwujudkan dengan upaya peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang
setinggi-tingginya;
2. bahwa Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat dengan
karateristik tersendiri yang dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan
kesehatan, kemajuan teknologi, dan kehidupan sosial ekonomi masyarakat yang
harus tetap mampu meningkatkan pelayanan yang lebih bermutu dan terjangkau
oleh masyarakat agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya;
3. bahwa dalam rangka peningkatan mutu dan jangkauan pelayanan Rumah Sakit
serta pengaturan hak dan kewajiban masyarakat dalam memperoleh pelayanan
kesehatan, perlu mengatur Rumah Sakit dengan Undang-Undang;
4. bahwa pengaturan mengenai rumah sakit belum Cukup memadai untuk dijadikan
landasan hukum dala m penyelenggaraan rumah sakit sebagai institusi pelayanan
kesehatan bagi masyarakat;
5. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b,
huruf c, dan huruf d serta untuk memberikan kepastian hukum bagi masyarakat
dan Rumah Sakit, perlu membentuk Undang-Undang tentang Rumah Sakit;

Dasar Hukum
Dasar hukum pengesahan UU 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit adalah Pasal 5 ayat
(1), Pasal 20, Pasal 28H ayat (1), dan Pasal 34 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945.

Contoh Kasus UU 44 tahun 2009 tentang Praktik Kedokteran

https://www.dpr.go.id/berita/detail/id/17761/t/Kasus+Penelantaran+Pasien+Terjadi+
Lagi%2C+Kemenkes+Tidak+Belajar+Dari+Kasus+Sebelumnya

• Pembahasan

Penalantaran pasien kerap sering terjadi dalam rumah sakit umum banyak alasan yang
membuat pihak rumah sakit salah satunya karena keterbatasan dana atau ketidak
mampuan pasien dalam biaya pengobayanya. Hal ini menjadi point penting yang harus
di selesaikan oleh pemerintah. Sebenarnya pemerintah sudah menegaskan tentang
hukum penelataran pasien yang tidak mampu dalam Pasal 29 ayat (1) huruf f UU No
44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit agar dituliskan di setiap RS sebagai alarm agar
patuh. Pasal tersebut mewajibkan Rumah Sakit melayani masyarakat tidak mampu.
Selain itu, juga sebagai perlindungan hukum untuk pasien yang tidak mampu agar
mereka berani menuntut haknya. Dikarenakan kurangnya sosialisasi tentang UU ini
banyaknya masyarakat yang tidak mengetahui bahwa baik masyarakat tidak mampu
memiliki hak hak yang sama dalam pelayanan di rumah sakit.

Anda mungkin juga menyukai