Anda di halaman 1dari 19

PERATURAN KEBIJAKAN DAN

PERUNDANG-UNDANGAN YANG BERKAITAN DALAM


PRAKTEK KEPERAWATAN

Makalah ini diajukan untuk


Memenuhi tugas mata kuliah etika keperawatan semester genap 2022
Dosen Pengampu: Rohanah S.Pd, MKM.

Disusun Oleh:
(KELAS 1B) KELOMPOK 5
HERU WAHYUDI P27901121067
ANICAH SOVIANTI P27901121056
YUNI YULIANTI P27901121096
EVATASARI P27901121063

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN BANTEN
JURUSAN KEPERAWATAN
TANGERANG
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis haturkan atas kehadirat Allah SWT, dimana atas
rahmat dan karunia-Nya penulis telah dapat menyusun makalah yang berjudul
“Peraturan Kebijakan dan Perundang-undangan yang Berkaitan Dalam Praktek
Keperawatan”. Dalam proses penyusunan makalah ini, penulis mengalami
banyak keterbatasan. Namun, berkat arahan dan dukungan dari berbagai pihak,
serta referensi dan sumber acuan yang digunakan, akhirnya makalah ini dapat
diselesaikan tepat pada waktunya.
Penulis menyadari makalah ini masih belum sempurna, baik dari kaidah
pedoman Bahasa Indonesia, isi makalah maupun sistematika penulisannya, maka
dari itu penulis berterima kasih apabila ada kritik dan saran yang membangun
demi kesempurnaan makalah ini. Akhir kata, semoga laporan ini dapat bermanfaat
bagi penulis pada khususnya dan segenap pembaca pada umumnya.

Tangerang, 08 Februari 2022

Penyusun
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.......................................................................................

KATA PENGANTAR....................................................................................

DAFTAR ISI...................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN...............................................................................

A. Latar Belakang Masalah..............................................................................

B. Rumusan Masalah........................................................................................

C. Tujuan..........................................................................................................

BAB II KAJIAN TEORI................................................................................

A. Undang-undang Kesehatan..........................................................................

B. Undang-undang keperawatan.......................................................................

C. Undang-undang tenaga kesehatan................................................................

D. Peraturan Menteri Kesehatan Tentang Regulasi Keperawatan....................

E. Undang-undang Perlindungan Konsumen...................................................

BAB III SIMPULAN DAN SARAN..............................................................

DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................


BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kesehatan sebagai hak asasi manusia harus diwujudkan dalam bentuk
pemberian berbagai upaya kesehatan kepada seluruh masyarakat melalui
penyelenggaraan pembangunan kesehatan yang berkualitas dan terjangkau oleh
masyarakat

Pembangunan kesehatan ditujukan untuk meningkatkan kesadaran,


kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang dalam rangka
mewujudkan derajat kesehatan yang optimal sebagai salah satu unsur
kesejahteraan sebagaimana dimaksud dalam Pembukaan Undang-Undang
Dasar 1945. Disamping itu, pembangunan kesehatan pada dasanya menyangkut
kehidupan fisik mental maupun sosial ekonomi yang dalam perkembangannya
telah terjadi perubalian orientasi baik tatanilat maupun pemikiran terutama
upaya pemecahan masalah kesehatan.

Tenaga keperawatan sebagai salah satu komponen utama pemberi layanan


kesehatan kepada masyarakat memiliki peran penting karena terkait langsung
dengan mutu pelayanan kesehatan sesuai dengan kompetensi dan pendidikan
yang dimilikinya. Tenaga keperawatan juga memiliki karakteristik yang khas
dengan adanya pembenaran hukum yaitu diperkenannya melakukan intervensi
keperawatan terhadap tubuh manusia dan lingkungannya dimana apabila hal itu
dilakukan oleh tenaga lain dapat digolongkan sebagai tindakan pidana.

Terjadinya pergeseran paradigma dalam pemberian pelayanan kesehatan


dari model medikal yang menitik beratkan pelayanan pada diagnosis penyakit
dan pengobatan ke paradgima sehat yang lebih holistic yang melihat penyakit
dan gejala sebagai informasi dan bukan sebagai focus pelayanan (Cohen,
1996), maka perawat berada pada posisi kunci dalam reformasi kesehatan ini.
Hal ini ditopang oleh kenyataan bahwa 40%-75% pelayanan di rumah sakit
merupakan pelayanan keperawatan (Gillies, 1994), Swansburg & Swansburg,
1999) dan hampir semua pelayanan promosi kesehatan dan pencegahan
penyalat baik di 2 rumah sakit maupun di tatanan pelayanan kesehatan lam
dilakukan oleh perawat.

Adanya undang-undang praktik keperawatan merupakan salah satu


prasyarat mutlak untuk ikut berperan dalam kancah global apalagi Indonesia
telah memproduk tenaga keparawatan dalam jumlah yang besar Dengan
adanya undang-undang praktik keperawatan merupakan jaminan terhadap mutu
dan standar praktik disamping sebagai perlindungan hukum bagi pemberi dan
penerima jasa pelayanan keperawatan.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas bagaimanakah masa depan profesi
keperawatan di Indonesia apabila tidak ada perundang-undangan yang berlaku
dan praktik keperawatan.
C. Tujuan
1. Mengetahui definisi dari undang-undang kesehatan.
2. Mengetahui undang-undang keperawatan.
3. Mengetahui undang-undang tenaga kesehatan.
4. Mengetahui peraturan menteri kesehatan tentang regulasi keperawatan.
5. Mengetahui undang-undang perlindungan konsumen.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Undang-undang Kesehatan
Pemerintah dalam merealisasikan program kesehatan yang telah dirancang
memerlukan suatu perundang-undangan sebagai landasan tertulis agar
terciptanya suatu visi dan misi yang terstruktur dan diakui secara hukum.
Program peraturan perundang-undangan bidang kesehatan adalah instrumen
perencanaan program pembentukan peraturan perundang-undangan di
lingkungan kementerian kesehatan yang disusun secara terencana, terpadu, dan
sistematis.
1. UU No. 36 Tahun 2009
UU 36 tahun 2009 disahkan oleh Presiden Dr. H. Susilo Bambang
Yudhoyono pada tanggal 13 Oktober 2009. Undang-Undang Nomor 36
Tahun 2009 Tentang Kesehatan diundangkan oleh Andi Matalatta,
Menkumham RI dalam Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009
Nomor 144 dan Penjelasan Atas Undang-Undang 36 Tahun 2009 Tentang
Kesehatan ke dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5063 pada tanggal 13 Oktober 2009 di Jakarta.

1.1 Latar Belakang


Latar belakang yang menjadi pertimbangan disahkannya Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan adalah:

a. bahwa kesehatan merupakan hak asasi manusia d a n salah satu unsur


kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa
Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pancasila dan Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
b. bahwa setiap kegiatan dalam upaya untuk memelihara dan
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya
dilaksanakan berdasarkan prinsip nondiskriminatif, partisipatif, dan
berkelanjutan dalam rangka pembentukan sumber daya manusia
Indonesia, serta peningkatan ketahanan dan daya saing bangsa bagi
pembangunan nasional;
c. bahwa setiap hal yang menyebabkan terjadinya gangguan kesehatan
pada masyarakat Indonesia akan menimbulkan kerugian ekonomi
yang besar bagi negara, dan setiap upaya peningkatan derajat
kesehatan masyarakat juga berarti investasi bagi pembangunan
negara;
d. bahwa setiap upaya pembangunan harus dilandasi dengan wawasan
kesehatan dalam arti pembangunan nasional harus memperhatikan
kesehatan masyarakat dan merupakan tanggung jawab semua pihak
baik Pemerintah maupun masyarakat;
e. bahwa Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan
sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan, tuntutan, dan
kebutuhan hukum dalam masyarakat sehingga perlu dicabut dan
diganti dengan Undang- Undang tentang Kesehatan yang baru;
f. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf
a, huruf b, huruf c, huruf d, dan huruf e perlu membentuk Undang-
Undang tentang Kesehatan.

1.2 Penjelasan Umum UU Kesehatan


Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur
kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa
Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pancasila dan Pembukaan
Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
Oleh karena itu, setiap kegiatan dan upaya untuk meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya dilaksanakan
berdasarkan prinsip nondiskriminatif, partisipatif, perlindungan, dan
berkelanjutan yang sangat penting artinya bagi pembentukan sumber
daya manusia Indonesia, peningkatan ketahanan dan daya saing bangsa,
serta pembangunan nasional.
B. Undang-undang Keperawatan
1. UU 38 Tahun 2014 tentang Keperawatan
Pelayanan Keperawatan dalam UU 38 tahun 2014 tentang Keperawatan
adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian integral
dari pelayanan kesehatan yang didasarkan pada ilmu dan kiat Keperawatan
ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok, atau masyarakat, baik sehat
maupun sakit. Praktik Keperawatan adalah pelayanan yang diselenggarakan
oleh Perawat dalam bentuk Asuhan Keperawatan. Keperawatan sekarang
memiliki Undang-undang tersendiri.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2014 Tentang


Keperawatan disahkan oleh Presiden Dr. H. Susilo Bambang Yudhoyono
pada tanggal 17 Oktober 2014 dan UU Keperawatan mulai diberlakukan
setelah diundangkan oleh Menkumham Amir Syamsudin di Jakarta dalam
Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 307 dan
Penjelasan Atas UU 38 tahun 2014 tentang Keperawatan dalam Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5612 pada tanggal 17 Oktober
2019.

2. Latar belakang
Latar belakang disahkannya UU Nomor 38 tahun 2014 tentang Keperawatan
adalah :
a. bahwa untuk memajukan kesejahteraan umum sebagai salah satu tujuan
nasional sebagaimana tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 perlu diselenggarakan
pembangunan kesehatan;
b. bahwa penyelenggaraan pembangunan kesehatan diwujudkan melalui
penyelenggaraan pelayanan kesehatan, termasuk pelayanan
keperawatan;
c. bahwa penyelenggaraan pelayanan keperawatan harus dilakukan secara
bertanggung jawab, akuntabel, bermutu, aman, dan terjangkau oleh
perawat yang memiliki kompetensi, kewenangan, etik, dan moral
tinggi;
d. bahwa mengenai keperawatan perlu diatur secara komprehensif dalam
Peraturan Perundang-undangan guna memberikan pelindungan dan
kepastian hukum kepada perawat dan masyarakat;
e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf
a, huruf b, huruf c, dan huruf d, perlu membentuk Undang-Undang
tentang Keperawatan;
3. Beberapa isi UU 38 Tahun 2014 tentang keperawatan.
 Pasal 5 berisi tentang pendidikan tinggi keperawatan terdiri atas;
pendidikan vokasi, pendidikan akademik, dan pendidikan profesi.
 Pasal 18 Mengenai registrasi berisi tentang :
1. Perawat yang menjalankan praktik keperawatan wajib memiliki STR
2. STR sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan oleh konsil
keperawatan setelah memenuhi persyaratan.
 Pasal 19 tentang izin praktik, yang berisi :
1. Perawat yang menjalankan praktik keperawatan wajib memiliki izin.
2. Izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan dalam bentuk
SIPP.

C. Undang-undang Tenaga Kesehatan


1. UU 36 Tahun 2014 Tentang Tenaga Kesehatan
Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan, Tenaga
Kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang
kesehatan serta memiliki pengetahuan atau keterampilan melalui
pendidikan di bidang kesehatan untuk jenis tertentu memerlukan
kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan.
Nakes diatur tersendiri dengan Undang-Undang yaitu Undang-
Undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang Nakes. UU 36 tahun 2014 tentang
Tenaga Kesehatan merupakan pelaksanaan amanat ketentuan Pasal 21 ayat
(3) Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5063).
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 Tentang Tenaga
Kesehatan disahkan oleh Presiden Dr. H. Susilo Bambang Yudhoyono
pada tanggal 17 Oktober 2014. UU 36 tahun 2014 tentang Tenaga
Kesehatan diundangkan dalam Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2014 Nomor 298, dan Penjelasan Atas Undang-Undang Nomor 36
Tahun 2014 Tentang Tenaga Kesehatan dalam Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5067 oleh Menkumham Amir
Syamsudin di Jakarta dan mulai diberlakukan pada tanggal 17 Oktober
2014.

2. Latar Belakang

Latar belakang pertimbangan pengesahan Undang-Undang Nomor 36


Tahun 2014 Tentang Tenaga Kesehatan adalah:

a. bahwa tenaga kesehatan memiliki peranan penting untuk


meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan yang maksimal kepada
masyarakat agar masyarakat mampu untuk meningkatkan
kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat sehingga akan
terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya sebagai
investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang produktif
secara sosial dan ekonomi serta sebagai salah satu unsur
kesejahteraan umum sebagaimana dimaksud dalam Pembukaan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

b. bahwa kesehatan sebagai hak asasi manusia harus diwujudkan


dalam bentuk pemberian berbagai pelayanan kesehatan kepada
seluruh masyarakat melalui penyelenggaraan pembangunan
kesehatan yang menyeluruh oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah,
dan masyarakat secara terarah, terpadu dan berkesinambungan, adil
dan merata, serta aman, berkualitas, dan terjangkau oleh
masyarakat.

c. bahwa penyelenggaraan upaya kesehatan harus dilakukan oleh


tenaga kesehatan yang bertanggung jawab, yang memiliki etik dan
moral yang tinggi, keahlian, dan kewenangan yang secara terus
menerus harus ditingkatkan mutunya melalui pendidikan dan
pelatihan berkelanjutan, sertifikasi, registrasi, perizinan, serta
pembinaan, pengawasan, dan pemantauan agar penyelenggaraan
upaya kesehatan memenuhi rasa keadilan dan perikemanusiaan
serta sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
kesehatan.

d. bahwa untuk memenuhi hak dan kebutuhan kesehatan setiap


individu dan masyarakat, untuk memeratakan pelayanan kesehatan
kepada seluruh masyarakat, dan untuk memberikan pelindungan
serta kepastian hukum kepada tenaga kesehatan dan masyarakat
penerima upaya pelayanan kesehatan, perlu pengaturan mengenai
tenaga kesehatan terkait dengan perencanaan kebutuhan,
pengadaan, pendayagunaan, pembinaan, dan pengawasan mutu
tenaga kesehatan.

e. bahwa ketentuan mengenai tenaga kesehatan masih tersebar dalam


berbagai peraturan perundang- undangan dan belum menampung
kebutuhan hukum masyarakat sehingga perlu dibentuk undang-
undang tersendiri yang mengatur tenaga kesehatan secara
komprehensif.

f. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam


huruf a, huruf b, huruf c, huruf d, dan huruf e, perlu membentuk
Undang-Undang tentang Tenaga Kesehatan.

3. Penjelasan Umum UU Tenaga Kesehatan

Undang Undang tentang Tenaga Kesehatan ini didasarkan pada


pemikiran bahwa Pembukaan UUD 1945 mencantumkan cita-cita bangsa
Indonesia yang sekaligus merupakan tujuan nasional bangsa Indonesia,
yaitu melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah
Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan
kehidupan bangsa. Salah satu wujud memajukan kesejahteraan umum
adalah Pembangunan Kesehatan yang ditujukan untuk meningkatkan
kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar
terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai
investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang produktif.

Kesehatan merupakan hak asasi manusia, artinya, setiap orang


mempunyai hak yang sama dalam memperoleh akses pelayanan kesehatan.
Kualitas pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, dan terjangkau juga
merupakan hak seluruh masyarakat Indonesia. Dengan berkembangnya
ilmu pengetahuan dan teknologi, dalam rangka melakukan upaya
kesehatan tersebut perlu didukung dengan sumber daya kesehatan,
khususnya Tenaga Kesehatan yang memadai, baik dari segi kualitas,
kuantitas, maupun penyebarannya.

Upaya pemenuhan kebutuhan Tenaga Kesehatan sampai saat ini


belum memadai, baik dari segi jenis, kualifikasi, jumlah, maupun
pendayagunaannya. Tantangan pengembangan Tenaga Kesehatan yang
dihadapi dewasa ini dan di masa depan adalah:

1.pengembangan dan pemberdayaan Tenaga Kesehatan belum dapat


memenuhi kebutuhan Tenaga Kesehatan untuk pembangunan kesehatan.

2.regulasi untuk mendukung upaya pembangunan Tenaga Kesehatan


masih terbatas.

3.perencanaan kebijakan dan program Tenaga Kesehatan masih lemah.

4.kekurangserasian antara kebutuhan dan pengadaan berbagai jenis Tenaga


Kesehatan.

5.kualitas hasil pendidikan dan pelatihan Tenaga Kesehatan pada


umumnya masih belum memadai.
6.pendayagunaan Tenaga Kesehatan, pemerataan dan pemanfaatan Tenaga
Kesehatan berkualitas masih kurang.

7.pengembangan dan pelaksanaan pola pengembangan karir, sistem


penghargaan, dan sanksi belum dilaksanakan sesuai dengan yang
diharapkan.

8.pengembangan profesi yang berkelanjutan masih terbatas.

9.pembinaan dan pengawasan mutu Tenaga Kesehatan belum dapat


dilaksanakan sebagaimana yang diharapkan.

10.sumber daya pendukung pengembangan dan pemberdayaan Tenaga


Kesehatan masih terbatas.

11.sistem informasi Tenaga Kesehatan belum sepenuhnya dapat


menyediakan data dan informasi yang akurat, terpercaya, dan tepat waktu
dan

12.dukungan sumber daya pembiayaan dan sumber daya lain belum


cukup.

Dalam menghadapi tantangan tersebut, diperlukan adanya penguatan


regulasi untuk mendukung pengembangan dan pemberdayaan Tenaga
Kesehatan melalui percepatan pelaksanaannya, peningkatan kerja sama lintas
sector, dan peningkatan pengelolaannya secara berjenjang di pusat dan daerah.

Perencanaan kebutuhan Tenaga Kesehatan secara nasional disesuaikan


dengan kebutuhan berdasarkan masalah kesehatan, kebutuhan pengembangan
program pembangunan kesehatan, serta ketersediaan Tenaga Kesehatan
tersebut. Pengadaan Tenaga Kesehatan sesuai dengan perencanaan kebutuhan
diselenggarakan melalui pendidikan dan pelatihan, baik oleh Pemerintah,
Pemerintah Daerah, maupun masyarakat, termasuk swasta.
Pendayagunaan Tenaga Kesehatan meliputi penyebaran Tenaga
Kesehatan yang merata dan berkeadilan, pemanfaatan Tenaga Kesehatan, dan
pengembangan Tenaga Kesehatan, termasuk peningkatan karier. Pembinaan
dan pengawasan mutu Tenaga Kesehatan terutama ditujukan untuk
meningkatkan kualitas Tenaga Kesehatan sesuai dengan Kompetensi yang
diharapkan dalam mendukung penyelenggaraan pelayanan kesehatan bagi
seluruh penduduk Indonesia. Pembinaan dan pengawasan mutu Tenaga
Kesehatan dilakukan melalui peningkatan komitmen dan koordinasi semua
pemangku kepentingan dalam pengembangan Tenaga Kesehatan serta legislasi
yang antara lain meliputi sertifikasi melalui Uji Kompetensi, Registrasi,
perizinan, dan hak-hak Tenaga Kesehatan.

Penguatan sumber daya dalam mendukung pengembangan dan


pemberdayaan Tenaga Kesehatan dilakukan melalui peningkatan kapasitas
Tenaga Kesehatan, penguatan sistem informasi Tenaga Kesehatan, serta
peningkatan pembiayaan dan fasilitas pendukung lainnya.

Dalam rangka memberikan pelindungan hukum dan kepastian hukum


kepada Tenaga Kesehatan, baik yang melakukan pelayanan langsung kepada
masyarakat maupun yang tidak langsung, dan kepada masyarakat penerima
pelayanan itu sendiri, diperlukan adanya landasan hukum yang kuat yang
sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang
kesehatan serta sosial ekonomi dan budaya.

D. Peraturan Menteri Kesehatan Tentang Regulasi Keperawatan

1. UU 26 Tahun 2019 Tentang Peraturan Menteri Kesehatan Keperawatan

Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 26 tahun 2019 tentang Peraturan


Pelaksanaan UU 38 tahun 2018 tentang Keperawatan ditetapkan oleh Menteri
Kesehatan Nila Farid Moeloek pada tanggal 9 Agustus 2019. Peraturan
Menteri Kesehatan Nomor 26 tahun 2019 tentang Peraturan Pelaksanaan UU
38 tahun 2018 tentang Keperawatan diundangkan oleh Widodo Ekatjahjana
pada tanggal 12 Agustus 2019 di Jakarta. Permenkes Nomor 26 tahun 2019
tentang Peraturan Pelaksanaan UU 38 tahun 2018 tentang Keperawatan
ditempatkan pada Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2019 Nomor 912
agar seluruh orang Indonesia mengetahuinya.

2. Latar Belakang

Pertimbangan Permenkes 26 tahun 2019 tentang Peraturan


Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2014 tentang Keperawatan
adalah untuk melaksanakan ketentuan Pasal 4 ayat (3), Pasal 23, Pasal 28
ayat (5), Pasal 34, Pasal 35 ayat (5), dan Pasal 57 Undang-Undang Nomor
38 Tahun 2014 tentang Keperawatan, perlu menetapkan Peraturan Menteri
Kesehatan tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 38
Tahun 2014 tentang Keperawatan.

3. Dasar Hukum

Dasar hukum Permenkes 26 tahun 2019 tentang Peraturan


Pelaksanaan UU 38 tahun 2018 tentang Keperawatan adalah:

1.Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan


(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 298,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5607).

2.Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2014 tentang Keperawatan


(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 307,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5612).

3.Peraturan Presiden Nomor 35 Tahun 2015 tentang Kementerian


Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 59).
4.Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 64 Tahun 2015 tentang Organisasi
dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan (Berita Negara Republik Indonesia
Tahun 2015 Nomor 1508) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Menteri Kesehatan Nomor 30 Tahun 2018 tentang Perubahan atas
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 64 Tahun 2015 tentang Organisasi
dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan (Berita Negara Republik Indonesia
Tahun 2018 Nomor 945).

E. Undang-undang Perlindungan Konsumen

1. UU NO 8 Tahun 1999

Sejak 20 April 1999, UU Perlindungan Konsumen yang diatur dalam UU


no 8 Tahun 1999 atau Undang Undang Perlindungan Konsumen (UUPK) mulai
sah diberlakukan. Undang-undang ini mengatur secara rinci tentang pemberian
perlindungan kepada konsumen dalam rangka pemenuhan kebutuhannya sebagai
konsumen. Cakupan hukum yang berlaku mengenai hak dan kewajiban
konsumen, hak dan kewajiban pelaku usaha, dan cara-cara mempertahankan hak
dan menjalankan kewajiban tersebut.

Meski sudah lama hadir dalam dua dekade terakhir, UU Perlindungan


Konsumen ini belum banyak disadari oleh para konsumen itu sendiri. Banyak
konsumen yang menganggap undang-undang ini benar-benar dibutuhkan pada
saat dirinya tersangkut kasus pidana atau perdata saja. Padahal, jika konsumen
(termasuk juga kita) mau lebih tahu mengenai UU Perlindungan Konsumen,
masyarakat jadi lebih tahu tentang seluk-beluk masalah konsumen yang
diperlakukan tidak adil dan bagaimana cara untuk memperjuangkan haknya.

2. Penjelasan Umum UU Perlindungan Konsumen

Berdasarkan ketentuan UU Perlindungan Konsumen pasal 1 ayat 1 UU no


8 tahun 1999 definisi perlindungan konsumen meliputi seluruh upaya untuk
memastikan kepastian hukum demi memberikan perlindungan kepada konsumen.
Ada lima asas yang dianut dalam ketentuan UU Perlindungan Konsumen
no 8 tahun 1999 pasal 2 yaitu manfaat, keadilan, keseimbangan, keamanan dan
keselamatan konsumen, serta kepastian hukum. Perlindungan ini mencakup
proteksi agar konsumen tidak memperoleh barang dan atau jasa yang tidak sesuai
dengan kesepakatan atau melanggar ketentuan undang-undang, serta perlindungan
terhadap syarat-syarat yang tidak adil.

Dengan demikian, UU Perlindungan Konsumen no 8 tahun 1999


merupakan landasan hukum yang kuat bagi pemerintah serta lembaga swadaya
masyarakat yang peduli akan konsumen Indonesia untuk melakukan upaya
pemberdayaan konsumen melalui pembinaan dan pendidikan konsumen secara
merata.

3.Upaya Hukum Untuk Melindungi Konsumen

Dalam Pasal 46 ayat 1 UU Perlindungan Konsumen Nomor 8 Tahun 1999,


dinyatakan bahwa Gugatan atas pelanggaran pelaku usaha dapat dilakukan oleh:

1. Seorang konsumen yang dirugikan atau ahli waris yang bersangkutan

2. Kelompok konsumen yang mempunyai kepentingan yang sama.

3. Lembaga perlindungan konsumen swadaya masyarakat yang memenuhi syarat,


yaitu berbentuk badan hukum atau yayasan, yang dalam anggaran dasarnya
menyatakan dengan tegas bahwa tujuan didirikannya organisasi tersebut adalah
untuk kepentingan perlindungan konsumen dan telah melaksanakan kegiatan
sesuai dengan anggaran dasarnya.

4. Pemerintah dan/atau instansi terkait apabila barang dan/atau jasa yang


dikonsumsi atau dimanfaatkan mengakibatkan kerugian materi yang besar
dan/atau korban yang tidak sedikit.

Dalam ketentuan UU Perlindungan Konsumen pada pasal tersebut,


dijelaskan bahwa konsumen dapat melakukan tuntutan kepada pelaku usaha
pengembang perumahan secara individu, kelompok, atau lembaga swadaya
masyarakat juga pemerintah, baik di dalam lingkungan pengadilan maupun di luar
pengadilan.

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Dari data kajian yang telah kita peroleh dapat disimpulkan bahwa hukum
kesehatan memegang peran penting dalam berbagai segi kehidupan
bermasyarakat dan bernegara. Untuk mewujudkan derajat kesehatan yang
optimal bagi setiap orang, yang merupakan bagian integral dari kesejahteraan,
diperlukan dukungan hukum bagi penyelenggaraan berbagai kegiatan di bidang
kesehatan. Dan tentunya hukum kesehatan tersebut tidak terlepas dari
landasan-landasan hukum, profesi, etika, dan sumpah beserta peraturan
undang-undang yang berlaku.

B. SARAN
Perawat harus lebih berhati-hati dalam melakukan setiap tindakan
keperawatan dan harus memperhatikan dasar hukum tindakan keperawatan
yang berlaku.
DAFTAR PUSTAKA

Jogloabang. 2019. UU 38 Tahun 2014 tentang Keperawatan. Yogyakarta:


Jogloabang. Diakses pada 08 Februari 2022
https://www.jogloabang.com/pustaka/uu-38-2014-keperawatan

Jogloabang. 2019. UU 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. Yogyakarta:


Jogloabang. Diakses pada 08 Februari 2022
https://www.jogloabang.com/pustaka/uu-36-2009-kesehatan

https://www-jogloabang-com.cdn.ampproject.org/v/s/www.jogloabang.com/
pustaka/uu-36-2014-tenaga-kesehatan

https://www-jogloabang-com.cdn.ampproject.org/v/s/www.jogloabang.com/
kesehatan/permenkes-26-2019-peraturan-pelaksanaan-uu-38-2018-keperawatan

https://www.rumah.com/panduan-properti/mengenal-undang-undang-no-8-tahun-
1999-untuk-perlindungan-konsumen-18089#

Anda mungkin juga menyukai