Anda di halaman 1dari 19

MATA KULIAH ETIKA DAN HUKUM

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


NOMOR HK.02.02/MENKES/149/2010
TENTANG IZIN DAN PENYELENGGARAAN PRAKTIK BIDAN

Oleh
LILIK MULAZIMATUS SYAFAAH

Kelas Alih Jenjang Alumni

PRODI DIII KEBIDANAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
NGUDIA HUSADA MADURA
TAHUN 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya sehingga makalah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.
            Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Etika dan Hukum , sehingga
dengan adanya makalah ini, dapat membantu mahasiswa mengetahui Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor Hk.02.02/Menkes/149/2010 Tentang Izin Dan
Penyelenggaraan Praktik Bidan .
            Dalam menyusun makalah ini kami banyak di bantu oleh Dosen Mata Kuliah maupun
dengan teman satu kelompok kami, untuk itu kami mengucapkan terimakasih kepada pihak yang
telah terlibat dalam penulisan Makalah  ini, baik secara langsung atau pun tidak langsung.
            Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangannya, oleh
sebab itu kami meminta saran dan masukan  dari teman-teman dan Dosen, yang sifatnya
membangun, terutama dari pembaca sangat kami harapkan sarannya jika ada kekurangan 
makalah ini kami dapat melakukan perbaikan makalah ini, terimakasih.

Bangkalan, 28 Januari 2023


                                                                                               

                                                                                                          Penulis
A.
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang mempunyai tujuan nasional untuk “memajukan
kesejahteraan umum” sesuai rumusan tujuan negara dalam alinea keempat Pembukaan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Dalam meweujudkan
kesejahteraan umum, maka negara Indonesia sebagai negara hukum menempatkan
konstitusi sebagai norma hukum tertinggi dalam menjalankan sistem pemerintahannya.
Salah satu cara pemerintah negara Indonesia mewujudkan kesejahteraan umum dalam
rangka mencapai tujuan negara dijalankan melalui pembangunan nasional. Pembangunan
nasional yang dilakukan adalah pembangunan kesehatan yang bertujuan mewujudkan
derajat kesehatan optimal sesuai amanah Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945.
Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) tahun 2005- 2025 menetapkan bahwa
pembangunan kesehatan nasional diarahkan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat
setinggi- tingginya sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang
produktif secara sosial dan ekonomis, serta tercapainya Visi Indonesia Sehat Tahun 2025
“ Masyarakat Yang Proaktif Berprilaku Sehat”.
Makna pembangunan kesehatan sebagaimana ditegaskan dalam Sistim Kesehatan
Nasional (SKN) tahun 2012 adalah pemenuhan hak asasi manusia, pemantapan kemitraan
dan kepemimpinan yang transformatif, melaksanakan pemerataan upaya kesehatan yang
terjangkau dan bermutu, serta meningkatkan investasi kesehatan untuk keberhasilan
pembangunan nasional dalam rangka mewujudkan tujuan pembangunan kesehatan yaitu
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi tingginya. Pembangunan
kesehatan pada dasarnya juga menyangkut kehidupan fisik, mental, sosial budaya dan
ekonomi yang dalam perkembangannya telah terjadi perubahan orientasi, baik tata nilai
maupun pemikiran terutama mengenai upaya pemecahan masalah kesehatan, termasuk
kesehatan reproduksi dan keluarga berencana seperti tercantum dalam Undang- Undang
Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan. Salah satu agenda prioritas pembangunan
kesehatan di Indonesia adalah menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka
Kematian Bayi (AKB) yang merupakan agenda dalam Sustainable Development Goals
(SDGs) kelanjutan dari Millenium Development Goals (MDGs). Masalah kesehatan ibu
dan anak ini sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor. Namun yang perlu diperhatikan
bahwa besarnya akses dan kualitas pelayanan kesehatan ibu hamil, bersalin, nifas,
pelayanan KB, dan anak menjadi hal penting yang harus diperhatikan.
Sejalan dengan tujuan pembangunan kesehatan dan adanya tuntutan dari segenap
lapisan masyarakat terhadap pemerintah untuk segera meningkatkan akses dan kualitas
pelayanan kesehatan, berbagai upaya telah dilakukan mulai dari penerbitan regulasi
tentang perizinan praktek keprofesian tenaga kesehatan, standar mutu pelayanan
kesehatan sampai dengan penetapan regulasi yang mengatur tentang fasilitas pelayanan
kesehatan.
Untuk melindungi masyarakat sebagai penerima pelayanan kesehatan maka setiap
tenaga kesehatan yang menjalankan praktik harus memiliki izin sesuai peraturan
perundang- undangan. Perizinan merupakan instrumen kebijakan pemerintah/ pemerintah
daerah untuk melakukan pengendalian atas eksternalitas negatif yang mungkin
ditimbulkan oleh aktivitas sosial maupun ekonomi. Izin juga merupakan instrumen untuk
perlindungan hukum atas kepemilikan atau penyelenggaraan kegiatan. Sebagai instrumen
pengendalian perizinan memerlukan rasionalitas yang jelas dan tertuang dalam bentuk
kebijakan pemerintah sebagai sebuah acuan.
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR
HK.02.02/MENKES/149/2010 TENTANG IZIN DAN PENYELENGGARAAN
PRAKTIK BIDAN

BAB I KETENTUAN UMUM

Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:
1. Bidan adalah seorang perempuan yang lulus dari pendidikan bidan yang telah teregistrasi
sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
2. Fasilitas pelayanan kesehatan adalah tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan
upaya kesehatan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. 3. Surat Izin Praktek Bidan
yang selanjutnya disingkat SIPB adalah bukti tertulis yang diberikan kepada Bidan yang
sudah memenuhi persyaratan untuk menjalankan praktik kebidanan.
3. Standar adalah pedoman yang harus dipergunakan sebagai petunjuk dalam menjalankan
profesi yang meliputi standar pelayanan, standar profesi dan standar operasional prosedur.
4. Surat Tanda Registrasi yang selanjutnya disingkat STR adalah bukti tertulis yang
diberikan oleh Pemerintah kepada tenaga kesehatan yang memiliki sertifikat kompetensi
sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
5. Obat Bebas adalah obat yang berlogo bulatan berwarna hijau yang dapat diperoleh tanpa
resep dokter.
6. Obat Bebas Terbatas adalah obat yang berlogo bulatan berwarna biru yang dapat
diperoleh tanpa resep dokter.
7. Organisasi Profesi adalah Ikatan Bidan Indonesia

BAB II PERIZINAN
Pasal 2
1. Bidan dapat menjalankan praktik pada fasilitas pelayanan kesehatan
2. Fasilitas pelayanan kesehatan sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) meliputi
fasilitas pelayanan kesehatan di luar praktek mandiri dan/atau praktik mandiri.
3. Bidan yang menjalankan praktik mandiri sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
berpendidikan minimal Diploma III (D III) kebidanan.
Pasal 3
1. Setiap bidan yang menjalankan praktek wajib memiliki SIPB
2. Kewajiban memiliki SIPB dikecualikan bagi bidan yang menjalankan praktik pada
fasilitas pelayanan kesehatan di luar praktik mandiri atau Bidan yang menjalankan tugas
pemerintah sebagai Bidan Desa.
Pasal 4
1. SIPB sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 ayat (1) dikeluarkan oleh Pemerintah Daerah
Kabupaten/ Kota.
2. SIPB berlaku selama STR masih berlaku.
Pasal 5
1. Untuk memperoleh SIPB sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4, bidan harus mengajukan
permohonan kepada Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dengan melampirkan:
a. Fotocopi STR yang masih berlaku dan dilegalisir
b. Surat keterangan sehat fisik dari Dokter yang memiliki Surat Izin Praktik;
c. Surat pernyataan memiliki tempat praktik
d. Pasfoto berwarna terbaru ukuran 4x6 sebanyak 3 (tiga ) lembar; dan
e. Rekomendasi dari Organisasi Profesi
2. Surat permohonan memperoleh SIPB sebagaimana dimaksud pada ayat (1), sebagaimana
tercantum dalam Formulir I (terlampir)
3. SIPB sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya diberikan untuk 1 (satu) tempat praktik.
4. SIPB sebagaimana dimaksud pada ayat (3) sebagaimana tercantum dalam Formulir II
terlampir
Pasal 6
1. Bidan dalam menjalankan praktik mandiri harus memenuhi persyaratan meliputi
tempat praktik dan peralatan untuk tindakan asuhan kebidanan
2. Ketentuan persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam
lampiran peraturan ini.
3. Dalam menjalankan praktik mandiri sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Bidan wajib
memasang nama praktik kebidanan
Pasal 7
SIPB dinyatakan tidak berlaku karena:
1. Tempat praktik tidak sesuai lagi dengan SIPB
2. Masa berlakunya habis dan tidak diperpanjang
3. Dicabut atas perintanh pengadilan
4. Dicabut atas rekomendasi Organisasi Profesi
5. Yang bersangkutan meninggal dunia

BAB III PENYELENGGARAAN PRAKTIK


Pasal 8
Bidan dalam menjalankan praktik berwenang untuk memberikan pelayanan meliputi:
a. Pelayanan kebidanan
b. Pelayanan reproduksi perempuan; dan
c. Pelayanan kesehatan masyarakat
Pasal 9
1. Pelayanan kebidanan sebagaimana dimaksud dalam pasal 8 huruf a ditujukan kepada ibu
dan bayi
2. Pelayanan kebidanan kepada ibu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan pada
masa kehamilan, masa persalinan, masa nifas dan masa menyusui.
3. Pelayanan kebidanan pada bayi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan pada bayi
baru lahir normal sampai usia 28 (dua puluh delapan) hari.
Pasal 10
1. Pelayanan kebidanan kepada ibu sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 ayat (2) meliputi:
a. Penyuluhan dan konseling
b. Pemeriksaan fisik
c. Pelayanan antenatal pada kehamilan normal
d. Pertolongan persalinan normal
e. Pelayanan ibu nifas normal
2. Pelayanan kebidanann kepada bayi sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 ayat (3) meliputi:
a. Pemeriksaan bayi baru lahir
b. Perawatan tali pusat
c. Perawatan bayi
d. Resusitasi pada bayi baru lahir
e. Pemberian imunisasi bayi dalam rangka menjalankan tugas pemerintah; dan
f. Pemberian penyuluhan
Pasal 11
Bidan dalam memberikan pelayanan kebidanan sebagaimana dimaksud dalam pasal 8 huruf a
berwenang untuk:
a. Memberikan imunisasi dalam rangka menjalankan tugas pemerintah
b. Bimbingan senam hamil
c. Episiotomi
d. Penjahitan luka episiotomi
e. Kompresi bimanual dalam rangka kegawatdaruratan, dilanjutkan dengan perujukan;
f. Pencegahan anemi
g. Inisiasi menyusui dini dan promosi air susu ibu eksklusif
h. Resusitasi pada bayi baru lahir dengan asfiksia
i. Penanganan hipotermi pada bayi baru lahir dan segera merujuk;
j. Pemberian minum dengan sonde/pipet
k. Pemberian obat bebas, uterotonika untuk postpartum dan manajemen aktif kala III;
l. Pemberian surat keterangan kelahiran
m. Pemberian surat keterangan hamil untuk keperluan cuti melahirkan
Pasal 12
Bidan dalam memberikan pelayanan kesehatan reproduksi perempuan sebagaimana dimaksud
dalam pasal 8 huruf b, berwenang untuk;
a. Memberikan alat kontrasepsi oral, suntikan dan alat kontrasepsi dalam rahim dalam
rangka menjalankan tugas pemerintah, dan kondom;
b. Memasang alat kontrasepsi dalam rahim di fasilitas pelayanan kesehatan pemerintah
dengan supervisi dokter;
c. Memberikan penyuluhan/konseling pemilihan kontrasepsi
d. Melakukan pencabutan alat kontrasepsi dalam rahim di fasilitas pelayanan kesehatan
pemerintah; dan
e. Memberikan konseling dan tindakan pencegahan kepada perempuan pada masa pranikah
dan prahamil.
Pasal 13
Bidan dalam memberikan pelayanan kesehatan masyarakat sebagaimana dimaksud dalam
pasal 8 huruf c, berwenang untuk:
a. Melakukan pembinaan peran serta masyarakat dibidang kesehatan ibu dan bayi;
b. Melaksanakan pelayanan kebidanan komunitas; dan
c. Melaksanakan deteksi dini, merujuk dan memberikan penyuluhan Infeksi Menular
Seksual (IMS), penyalahgunaan Narkotika Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya
(NAPZA) serta penyakit lainnya.
Pasal 14
a. Dalam keadaan darurat untuk penyelamatan nyawa seseorang/pasien dan tidak ada dokter
di tempat kejadian, bidan dapat melakukan pelayanan kesehatan di luar kewenangan
sebagaimana dimaksud dalam pasal 8.
b. Bagi bidan yang menjalankan praktik di daerah yang tidak memiliki dokter, dalam rangka
melaksanakan tugas pemerintah dapat melakukan pelayanan kesehatan di luar
kewenangan sebagaimana dimaksud dalam pasal 8.
c. Daerah yang tidak memiliki dokter sebagaimana dimaksud pada ayat (2) adalah
kecamatan atau kelurahan/desa yang ditetapkan oleh Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota.
d. Dalam hal daearah sebagaimana dimaksud pada ayat (3) telah terdapat dokter,
kewenangan bidan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak berlaku.
Pasal 15
a. Pemerintah daerah menyelenggarakan pelatihan bagi bidan yang memberikanpelayanan di
daerah yang tidak memiliki dokter.
b. Pelatihan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diseleenggarakan sesuai dengan modul
Modul Pelatihan yang ditetapkan oleh Menteri.
c. Bidan yang lulus pelatihan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) memperoleh sertifikat.
Pasal 16
Pada daerah yang tidak memiliki dokter, pemerintah daerah hanya menempatkan Bidan
dengan pendidikan Diploma III kebidanan atau bidan dengan pendidikan Diploma I
kebidanan yang telah mengikuti pelatihan.
Pasal 17
Bidan dalam menjalankan praktik harus membantu program pemerintah dalam meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat.
Pasal 18
1. Dalam menjalankan praktik, bidan berkewajiban untuk:
a. Menghormati hak pasien
b. Merujuk kasus yang tidak dapat ditangani dengan tepat waktu.
c. Menyimpan rahasia kedokteran sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan;
d. Memberikan informasi tentang masalah kesehatan pasien dan pelayanan
yangdibutuhkan;
e. Meminta persetujuan tindakan kebidanan yang akan dilakukan;
f. Melakukan pencatatan asuhan kebidanan secara sistematis;
g. Mematuhi standar; dan
h. Melakukan pelaporan penyelenggaraan praktik kebidanan termasuk
pelaporankelahirana dan kematian.
2. Bidan dalam menjalankan praktik senantiasa meningkatkan mutu pelayanan profesinya,
dengan mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi melalui pendidikan dan
pelatihan sesuai dengan bidang tugasnya.
Pasal 19
Dalam melaksanakan praktik, bidan mempunyai hak:
a. Memperoleh perlindungan hukum dalam melaksanakan praktik sepanjang sesuai dengan
standar profesi dan standar pelayanan;
b. Memperoleh informasi yang lengkap dan benar dari pasien dan/ atau keluarganya;
c. Melaksanakan tugas sesuai dengan kewenangan, standar profesi dan standar pelayanan;
dan
d. Menerima imbalan jasa profesi.

Bab IV PEMBINAAN DAN PENGAWASAN


Pasal 20
1. Pemerintah dan Pemerintah Daerah melakukan pembinaan dan pengawasan dan
mengikutsertakan organisasi profesi.
2. Pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diarahkan untuk
meningkatkan mutu pelayanan, keselamatan pasien dan melindungi masyarakat terhadap
segala kemungkinan yang dapat menimbulkan bahaya bagi kesehatan.
Pasal 21
1. Dalam rangka melaksanakan pengawasan sebagaimana dimaksud dalam pasal 20,
Pemerintah dan Pemerintah Daerah dapat memberikan tindakan administratif kepada
bidan yang melakukan pelanggaran terhadap ketentuan penyelenggaraan praktik dalam
peraturan ini.
2. Tindakan administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan melalui:
a. Teguran lisan
b. Teguran tertulis
c. Pencabutan SIPB untuk sementara paling lama 1 (satu) tahun; atau
d. Pencabutan SIPB selamanya.

BAB V KETENTUAN PERALIHAN


Pasal 22
a. SIPB yang dimiliki Bidan berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
900/Menkes/SK/VII/2002 tentang Registrasi dan Praktik Bidan masih tetap berlaku
sampai masa SIPB berakhir.
b. Pada saat peraturan ini mulai berlaku, SIPB yang sedang dalam proses perizinan,
dilaksanakan sesuai ketentuan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
900/Menkes/SK/VII/2002 tentang Registrasi dan Praktik Bidan.

BAB VII KETENTUAN PENUTUP


Pasal 23
Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
900/Menkes/SK/VII/2002 tentang Registrasi dan Praktik Bidan sepanjang yang berkaitan
dengan perizinan dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
Pasal 24
Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan peraturan ini dengan
penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.
Ditetapkan di Jakarta Pada tanggal 27 Januari 2010 Dr. Endang rahayu Sedyaningsih,
MPH, DR, PH
PLAN MENDIRIKAN BPS
PLAN MENDIRIKAN BIDAN PAKTEK SWASTA
Bidan praktek swasta
Jasa praktek bidan swasta biasanya merupakan usaha yang dijalankan oleh seorang yang
memiliki keahlian atau berprofesi sebagai seorang bidan. Kadangkala usaha praktek bidan
yang mereka jalankan bisa menghasilkan pendapatan yang lebih dibandingkan dengan gaji
bulanan mereka. Beberapa jasa usaha ini adalah persalinan, imunisasi balita, kesehatan ibu
dan anak (KIA) yang meliputi pemeriksaan kehamilan dan pemeriksaan balita tahap awal.
Besarnya tarif biasanya disesuaikan dengan kondisi wilayah mereka tinggal dan
kesenioritasan yang mencangkup keahlian bidan tersebut. Untuk bidan praktek swasta di
daerah pedesaan tarif yang ditetapkan untuk persalinan sebesar 450.000 sampai 500.000
rupiah. Untuk imuninasi (dalam bentuk paket) ditetapkan tarif seharga 10.000 rupiah.
Pemeriksaan kehamilan berkisar antara 17.000 (sudah termasuk pemberian vitamin plus
kalsium) dan 25.000 rupiah jika terdapat keluhan seperti batuk dan pilek. Harga
pemeriksaan balita tahap awal sebesar 15.000-20.000 rupiah mencangkup tumbuh kembang
balita, gerak motorik dan sensorik apakah sesuai dengan umur balita atau tidak, BB/TB dan
pengobatan sementara jika ada keluhan. Namun jika dalam 3 hari tidak ada perubahan akan
dilakukan rujukan ke dokter umum ataupun spesialis. Pelayanannya-pun semakin hari
semakin inovatif. Ada bidan yang memberikan tambahan pelayanan dengan menjemput
pasien yang akan melahirkan. Tidak hanya sebatas itu, si pasienpun diantar pulang setelah
proses persalinan.
 Syarat Mendirikan Bidan Praktek Swasta
1. Menjadi anggota IBI
2. Permohonan Surat Ijin Praktek Bidan selaku Swasta Perorangan3. Surat
Keterangan Kepala Puskesmas Wilayah Setempat Praktek
4. Surat Pernyataan tidak sedang dalam sanksi profesi/ hukum.
5. Surat Keterangan Ketua Ranting IBI Wilayah
6. Persiapan peralatan medis dan medis usaha praktek bidan secara perorangan dengan
pelayanan pemeriksaan pertolongan persalinan dan perawatan.
7. Surat Perjanjian sanggup mematuhi perjanjian sebagai berikut
 TIPS MEMBUKA PRAKTEK PRIBADI
1. KOMITMEN
Hal pertama sebelum membuat klinik dan praktek pribadi adalah komitmen… yaa
komitmen adalah hal yang sangat penting dalam membuka usaha, karena sukses tidaknya
suatu usaha itu adalah tergantung dari komitmen kita sebagai yang punya usaha, apakah kita
ingin usaha kita itu maju atau begitu-begitu aja. dan satu hal lagi adalah semangat pantang
menyerah, soalnya dalam membuka usaha gak akan selamanya untung terus pasti akan ada
yang namanya jatuh atau rugi, nah disaat-saat itulah mental dan semangat TS diperlukan, tapi
percayalah Allah SWT akan merubah nasib umatnya yg mau berusaha dan bekerja keras.
2.Tempat
Ingin buka tempat praktek maupun klinik sebisa mungkin harus diperhatikan kondisi tempat
membuka usaha, karena seperti kata pepatah “posisi menentukan prestasi”.
3. Izin
Tentu saja dalam membuat usaha kita perlu izin, soalnya klo ngga bisa kena denda , minimal
SIP lah untuk yang praktek pribadi, untuk klinik izinnya malah lebih banyak lagi seperti:
Izin dari puskesmas setempat (untuk pengolahan limbahnya juga)
Izin dari tetangga kanan, kiri, depan, belakang
IBI setempat
4. Persiapan Alat-alat
Alat-alat disini bisa bermacam-macam, dari mulai alat-alat penunjang di tempat praktek
seperti tempat tidur, meja, kursi, dispenser, TV, AC, lemari, kipas angin, tempat sampah,
ember dll.
5. Obat-obatan
Nah persiapan berikutnya adalah obat-obatan. Tidak perlu bekerjasama dengan retailer
ataupun perusahaan obat dulu, cukup beli saja obat-obat generik ber merk yang dijual bebas
di pasar, harga nya pun cukup murah, dan mutunya pun tidak kalah dengan obat-obat paten
yang di jual di apotik-apotik.
6. Maintenance
Mempersiapkan biaya untuk penyelenggaraan klinik atau praktek , seperti biaya listrik, air,
asisten dan pajak tentunya (jika tempat milik TS sendiri).
 Sasaran
Sasaran Praktek Bidan Swasta adalah masyarakat dari semua golongan. Jasa praktik
bidan swasta, membidik para ibu rumah tangga sebagai target pasar.Pengguna layanan jasa
praktek bidan swasta ini adalah ibu hamil, anak balita, wanita usia subur, pasangan usia subur
dan wanita-wanita yang mengalami masa menopause. Layanan yang paling sering dibutuhkan
adalah partus atau persalinan. Bayi dan balita yang membutuhkan imunisasi juga bisa
menjadi konsumen jasa bidan swasta. Ibu hamil biasa memeriksakan kesehatan
kandungannya, ibu melahirkan bayinya dengan bantuan bidan, hingga para ibu yang ingin
mengimunisasikan bayi mereka ataupun para ibu yang ingin mengikuti program.
PLANNING DALAM MEMBUKA BIDAN PRAKTEK SWASTA

PLANNING DALAM MEMBUKA BIDAN PRAKTEK SWASTA


Latar belakang
Seorang bidan yang membuka praktik mandiri dapat disebut juga sebagai
wirausahawan. Dimana wirausahawan adalah seorang yang memiliki keahlian menjual, mulai
menawarkan ide hinggá komoditas yakni layanan jasa. Sebagai pelaku usaha mandiri dalam
bentuk layanan jasa kesehatan dituntut untuk mengetahui dengan baik manajemen usaha.
Bidan sebagai pelaku usaha mandiri dapat berhasil baik dituntut untuk mampu sebagai
manajerial dan pelaksana usaha, di dukung pula kemampuan menyusun perencanaan
berdasarkan visi yang diimplementasikan secara strategis dan mempunyai ke mampuan
personal selling yang baik guna meraih sukses. Diharapkan bidan nantinya mampu
memberikan pelayanan kesehatan sesuai profesi dan mampu mengelola manajemen
pelayanan secara profesional, serta mempunyai jiwa entrepreneur.
POKOK-POKOK DALAM PLANNING
1. Apa langkh-langkah pengembangan usaha?
2. Apa kewirausahaan dan networking?
3. Apa sasaran ?
4. Apa strategi?
5. Apa itu tempat praktek?
6. Apa itu waktu pelayanan?
7. Apa itu perizinan
8. Apa itu bidan praktek swasta?
9. Apa itu persalinan?
10. Apa itu peralatan dan ruang praktek

PEMBAHASAN
A. Langkah-langkah yang dilakukan dalam pengembangan usaha
1 Menjalin komunikasi dengan orang lain
Maksudnya agar tidak ketinggalan informasi diperlukan mata-mata dalam menjalankan
usaha,
tentunya mata-mata dalam arti positif yaitu orang yang bertugas mengumpulkan informasi
untuk mendukung kemajuan usahanya. Memperluas jaringan komunikasi sangatlah penting
selain mempermudah mendapatkan informasi juga dapat memperluas daerah pemasaran.
2. Berani berinvestasi
Sebagai pemula dalam usaha dengan dana/modal yang terbatas, diharapkan untuk berani
menjual asset sendiri yang dapat menghasilkan uang untuk berinvestasi ataupun
berusaha mengkredit uang dengan orang lain dengan syarat harus adanya
pertanggungjawaban untuk melunasinya.
3. Promosi
Dengan adanya promosi, masyarakat dapat mengenal produk yang ditawarkan. Sehingga
konsumen dapat tertarik membeli produk yang telah dibuat. Para wirausahawan dapat
mengambil alternatifnya yakni, dengan mengikuti bazaar, karena bazaar adalah sarana
promosi yang murah dan dapat dijadikan momen untuk mengambil keuntungan.
Setelah itu baru mempersiapkan brosur ataupun spanduk.
4. Dapat memilih tempat yang strategis.
Dan dalam hal memproduksi barang dan penamaan tempat perlu adanya keunikan. Karena
dengan keunikan suatu barang, maka kemungkinan banyak konsumen yang mencari, dan
semakin besar peluang untuk mendapatkan keuntungan besar, dalam hal ini juga dapat
memberikan nilai tambah didalam penjualan produk atapun memberikan nilai diskon
apabila pembelian banyak.
5. Pertimbangkan untuk mengembangkan bisnis
Yakni dengan jalan Waralabalisensi atau peluang bisnis ataupun distribusi wholesale.
6. Strategi Untuk Mendapatkan Keuntungan Besar
Seringkali para pemilik bisnis berpikir bahwa untuk meningkatkan profit/keuntungan maka
mereka harus menaikkan jumlah pelanggan mereka dan omset mereka / total pendapatan
kotor mereka. Anggapan ini adalah salah, karena profit, omset dan pelanggan
sebenarnya
adalah hasil akhir yang tidak dapat diubah bila wirausahawan tidak mengubah strategi tsb.
B. Kewirausahaan dan Networking
Penerapan Networking dalam bidan pribadi (praktek profesional) dapat berupa :
Promosi dan pemasaran pelayanan bidan secara getok tular untuk menjaring klien baru. Hal
ini diperoleh ketika ada seorang klien atau pasien yang merasa puas dengan pelayanan
profesional bidan tersebut, dia dapat menjadi sumber informasi untuk menyebarkan informasi
tersebut kepada klien lain maupun calon klien lain terutama yang mengalami ketidakpuasan
untuk pindah ke pelayanan profesional oleh bidan tersebut. 2. Promosi dan pemasaran
pelayanan bidan melalui jejaring media sosial. Bidan yang up to date (mahir dan tidak
ketinggalan jaman) dengan teknologi kini dan tidak gatek dapat sharing informasi dan
pengalaman dan berkomunikasi dengan klien atau calon klien menggunakan media sosial
misalnya FB, Twitter dsb.
C.Sasaran
Sasaran Praktek Bidan Swasta adalah masyarakat dari semua golongan. Jasa praktik
bidan swasta, membidik para ibu rumah tangga sebagai target pasar.
Pengguna layanan jasa praktek bidan swasta ini adalah ibu hamil, anak balita, wanita usia
subur, pasangan usia subur dan wanita-wanita yang mengalami masa menopause. Layanan
yang paling sering dibutuhkan adalah partus atau persalinan. Bayi dan balita yang
membutuhkan imunisasi juga bisa menjadi konsumen jasa bidan swasta. Ibu hamil biasa
memeriksakan kesehatan kandungannya, ibu melahirkan bayinya dengan bantuan bidan,
hingga para ibu yang ingin mengimunisasikan bayi mereka ataupun para ibu yang ingin
mengikuti program.
D. Strategi
Produk yang dipasarkan adalah berupa jasa pelayanan dibidang kebidanan yang
meliputi pelayanan pemeriksaan hamil, bersalin, nifas (setelah melahirkan), bayi, balita dan
keluarga berencana (KB). Strategi pemasaran yang dilakukan dapat melalui mulut ke
mulut.Sementara untuk memperkenalkan program unggulan senam hamil ditempuh melalui
promosi kesehatan dengan memperkenalkan senam hamil pada ibu yang melalukan
pemeriksaan antenatal tentang manfaat dan keuntungan melakukan senam hamil.
Strategi yang ditempuh untuk dapat menarik perhatian klien adalah dengan menjadi
bidan yang professional, efektif dan efisien dalam memberikan pelayanan, ramah, cepat
tanggap terhadap keadaan klien, tidak membeda – bedakan pasien, meningkatkan
keterampilan agar dapat memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu tinggi serta menjalin
kerja sama dengan rumah sakit atau klinik untuk mempercepat penanganan bila terjadi
kegawatdaruratan. Biaya pelayanan yang terjangkau juga merupakan salah satu strategi
pemasaran.
Dengan fasilitas pelayanan yang memadai dan keramahtamahan petugas dalam
memberikan pelayanan kepada pasien, maka akan membuat pasien merasa nyaman dan puas
dengan pelayanan yang diberikan. Disini juga disediakan kotak saran tertulis jika pasien ingin
menyampaikan keluhan terkait pelayanan.
E. Tempat praktek
Bidan praktek swasta ini akan didirikan di jl.Abd gani. Padatnya penduduk serta
minimnya fasilitas kesehatan yang ada. Selain itu, letak yang strategis yaitu dekat dengan
jalan utama yang menghubungkan daerah kuningan dengan cirebon, sehingga lalu lintas ini
cukup ramai dilalui oleh masyarakat termasuk juga transportasi umum.
Tempat untuk praktik bidan terpisah dari ruangan keluarga terdiri dari:
 Ruang Tunggu
 Ruang pemeriksaan
 Ruang persalinan
 Ruang rawat inap WC/ Kamar mandi
 Ruang pencegahan dan pengendalian infeksi, dan  Ruang senam
F. Waktu pelayanan
untuk jam praktek dimulai dari 07.00-11.00 WIB dan pada pukul 15.00 – 21.00 WIB setiap
harinya. Sedangkan untuk pelayanan pasien partus 24 jam. Salah satu penyebabnya adalah
proses persalinan yang sering tidak bisa diperkirakan.
G. Perizinan
Usaha kami memiliki perizinan sebagai berikut :
a. SIB/543_AKDIT/DINKES (lampiran)
b. SIPB : 123/ 099/ SIPB/ 02/ Dinkes (lampiran)
c. SITU ( Surat Izin Tempat Usaha) yang dikeluarkan oleh Pemkot Cirebondengan No :
503/1546 /850.A/BPPTSP-C/1V/2011. (lampiran) d. Memiliki Akta Notaris
e. Memiki NPWP
H. Bidan praktek swasta
Jasa praktek bidan swasta biasanya merupakan usaha yang dijalankan oleh seorang
yang memiliki keahlian atau berprofesi sebagai seorang bidan. Kadangkala usaha praktek
bidan yang mereka jalankan bisa menghasilkan pendapatan yang lebih dibandingkan dengan
gaji bulanan mereka.
Beberapa jasa usaha ini adalah persalinan, imunisasi balita, kesehatan ibu dan anak
(KIA) yang meliputi pemeriksaan kehamilan dan pemeriksaan balita tahap awal. Besarnya
tarif biasanya disesuaikan dengan kondisi wilayah mereka tinggal dan kesenioritasan yang
mencangkup keahlian bidan tersebut.
Untuk bidan praktek swasta di daerah pedesaan tarif yang ditetapkan untuk persalinan
sebesar 450.000 sampai 500.000 rupiah. Untuk imuninasi (dalam bentuk paket) ditetapkan
tarif seharga 10.000 rupiah. Pemeriksaan kehamilan berkisar antara 17.000 (sudah termasuk
pemberian vitamin plus kalsium) dan 25.000 rupiah jika terdapat keluhan seperti batuk dan
pilek.
Harga pemeriksaan balita tahap awal sebesar 15.000-20.000 rupiah mencangkup
tumbuh kembang balita, gerak motorik dan sensorik apakah sesuai dengan umur balita atau
tidak, BB/TB dan pengobatan sementara jika ada keluhan. Namun jika dalam 3 hari tidak ada
perubahan akan dilakukan rujukan ke dokter umum ataupun spesialis. Pelayanannya-pun
semakin hari semakin inovatif. Ada bidan yang memberikan tambahan pelayanan dengan
menjemput pasien yang akan melahirkan. Tidak hanya sebatas itu, si pasienpun diantar
pulang setelah proses persalinan.
I. Persalinan
Pengguna layanan jasa praktek bidan swasta ini adalah ibu hamil, anak balita, wanita
usia subur, pasangan usia subur dan wanita-wanita yang mengalami masa menopause.
Layanan yang paling sering dibutuhkan adalah partus atau persalinan.
Untuk pasien persalinan, pertama-tama biasanya dilakukan anamnesa atau pertanyaan
seputar nama dan umur pasien, kapan mulai dirasakan kencang-kencang, kapan mens terakhir
dan pemeriksaan BB/TB. Setelah itu dilakukan pemeriksaan umum seperti pemeriksaan tensi,
suhu, nadi dan dilihat keadaan umum ibu tersebut apakah dalam kondisi baik atau tidak.
Kemudian dilakukan analisa lengkap dan pemeriksaan obstetri terhadap kandungan tersebut
lalu berlanjut ke pemeriksaan dalam. Dan jika memang dirasa kehlahiran akan terjadi
dilakukan pemeriksaan sekitar 4 jam sekali jika pembukaan sudah diatas 4.
Pemeriksaan sebelumnya juga harus dilakukan untuk pendeteksian faktor resiko
apakah termasuk kehamilan normal atau yang berisiko sehingga dapat dilakukan penanganan
untuk mengantisipasi.
J. Peralatan dan ruang praktek
Usaha ini sebenarnya memerlukan peralatan pendukung yang cukup banyak. Peralatan
yang digunakan dalam praktek bidan swasta meliputi alat tensi, timbangan injak, timbangan
bayi, metlin, dopler, lineks, stetoskop, HB set, partus set, perlak, scoop, sarung tangan dan
sepatu boot. Selain itu, peralatan yang tak kalah pentingnya yang harus dimiliki adalah meja
ginekologi, lampu sorot, sterilisator, kateter, tutup rambut, kacamata, isap lendir, sungkup,
penjepit tali pusar, haeting set, box bayi, inkubator, kamar VK atau kamar persalinan dan
kamar biasa serta harus dilengkapi dengan obat-obatan yang menunjang dan infus.
Untuk ruangan praktek, disarankan minimal mempunyai 4 ruang (kamar). Satu ruang
difungsikan sebagai kamar VK (kamar bersalin), satu ruang lagi untuk perawatan dan 2 buah
ruang untuk dijadikan kamar ibu hamil setelah bersalin. Hal penting yang harus diperhatikan
adalah kelengkapan peralatan yang menunjang untuk persalinan dan pemeriksaan ibu dan
anak, sterilisasi akan peralatan tersebut dan kebersihan akan 3B yakni bersih alat, bersih
tempat dan bersih penolong.

K. kendala
Kendala yang dirasakan dalam usaha praktek bidan swasta ini biasanya hanya seputar
masalah teknis persalinan. Salah satu contohnya adalah anjuran untuk belum saatnya
mengejan tapi ternyata pasien tidak mengindahkannya dan tetap mengejan. Tentu hal ini
sangat merepotkan apabila bidan tidak terbiasa menangani hal seperti itu. Selain kendala
diatas, untuk jasa praktek bidan swasta yang berada di wilayah pedesaan, kendala yang sering
dirasakan adalah apabila ibu hamil tinggal di daerah pegunungan dan jalan menuju daerah
tersebut sulit dijangkau. dan hal ini memang sering terjadi, mengingat rata-rata kondisi jalan
daerah pedesaan tidak sebagus dan semudah di kota.
Untuk jam praktek, mereka bisa dibilang 24 jam penuh nonstop. Salah satu
penyebabnya adalah proses persalinan yang sering tidak bisa diperkirakan.
Ini merupakan resiko jika mereka benar-benar terjun di usaha ini.
KESIMPULAN
Dalam kewirausahaan perlu adanya pengembangan usaha,yang dimana dapat membantu para
wirausahawan untuk mendapatkan ide dalam pembuatan barang-barang yang akan dijadikan
produk yang akan dijual. Dalam proses pengembangan usaha ini diperlukannya jiwa
seseorang wirausaha yang soft skill yang artinya adanya ketekunan berani mengambil resiko,
terampil, tidak mudah putus asa, mempunyai kemauan terus belajar, memberi pelayanan yang
terbaik kepada konsumen, bersikap ramah terhadap konsumen, sabar, pandai mengelola dan
berdo’a. karena semua usaha dan rencana tidak akan berhasil tanpa adanya ridho dari Allah
SWT.
Suatu usaha dimulai karena adanya suatu peluang bisnis dan ketertarikan pada
keuntungan yang diharapkan dari usaha tersebut. 2 fase pendekatan untuk mengidentifikasi
peluang bisnis, yaitu : Fase untuk menemukan gagasan Fase untuk mengidentifikasikan
peluang bisnis dalam kaitannya dengan gagasan.
Diposkan oleh fitry aisya di 11.29

Anda mungkin juga menyukai