NO 1464/MENKES/PER/X/2010
TENTANG IZIN DAN PENYELENGGARAAN PRAKTIK BIDAN
MAKALAH
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas
Mata Kuliah Etikoligel dalam praktik kebidanan
Oleh:
Anisa Nurfajriani
E.0106.15.001
Divyana Azhari
E.0106.15.010
Desy Rastari
E.0106.15.007
Dea Rachma
E.0106.15.005
Evy Palypi
E.0106.15.013
Imas Kulsum
E.0106.15.017
Yeni Laelasari
E.0106.15.037
Yunitasari
E.0106.15.038
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan limpahan
rahmat dan hidayahNya kepada penulis sehingga penulis diberi kesempatan untuk menyusun
resume makalah yang berjudul PERMENKES RI NO 1464 / MENKES / PER / X / 2010
TENTANG IZIN DAN PENYELENGGARAAN PRAKTIK BIDAN siap pada waktunya.
Dalam kesempatan ini penulis tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada dosen
pembimbing yaitu Ibu Anggi . Penulis menyadari bahwa dalam penulisan resume makalah ini
masih banyak kekurangan dan keterbatasannya. Oleh karena itu penulis sangat
mengaharapkan kritik, tanggapan dan saran yang membangun dari semua untuk
kesempurnaan penulisan resume makalah berikutnya.
Akhirnya penulis berharap semoga makalah ini dapat berguna bagi semua pihak
terutama bagi mahasiswa/i STIKes Budi Luhur.
DAFTAR ISI
KATAPENGANTAR.
DAFTAR ISI...
ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.....
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Ketentuan Umum
2.2 Perizinan..
10
11
12
13
14
Saran
14
DAFTAR PUSTAKA....
15
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tiap profesi pelayanan kesehatan dalam menjalankan tugasnya mempunyai batas jelas
wewenangnya yang telah disetujui oleh antar profesi dan merupakan daftar wewenang
yang sudah tertulis.
Dengan pesatnya globalisasi yang semakin mempengaruhi kehidupan sosial masyarakat
dunia, juga mempengaruhi munculnya masalah/penyimpangan etik yang akan
mempengaruhi pelayanan kebidanan, misalnya dalam praktek mandiri, bidan yang
bekerja di RS, RB atau Institusi Kesehatan lainnya.
Mutu pelayanan kebidanan berorientasi pada penerapan kode etik dan standar pelayanan
kebidanan, serta kepuasan yang mengacu pada penerapan semua persyaratan pelayanan
kebidanan. Dari dua dimensi mutu pelayanan kebidanan tersebut, tujuan akhirnya adalah
kepuasaan pasien yang dilayani oleh bidan.
Bidan sebagai salah satu tenaga kesehatan pemberi pelayanan kepada masyarakat harus
memberikan pelayanan yang terbaik demi mendukung program pemerintah untuk
pembangunan dalam negara, salah satunya dalam aspek kesehatan. Maka diperlukan
adanya Peraturan ataupun Undang-Undang Kesehatan yang memuat Registrasi dan
Praktik Bidan termasuk didalamnya mengenai Izin dan Penyelenggaraan Praktik Bidan
seperti yang diatur dalam PERMENKES RI NO 1464/MENKES/PER/X/2010.
2
1.2 Rumusan Masalah
3
BAB II
PEMBAHASAN
Pasal 1
Dalam peraturan ini yang dimaksud dengan :
1. Bidan adalah seorang perempuan yg lulus dari pendidkan bidan yang telah teregistrasi
sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
2. Fasilitas pelayanan kesehatan adalah tempat yg digunakan untuk menyelenggarakan
upaya pelayanan kesehatan baik promotif, preventif, kuratif, maupun rehabilitatif,
yang dilakukan oleh Pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau masyarakat.
3. Surat Tanda Registrasi, selanjutnya disingkat STR adalah bukti tertulis yang diberikan
oleh pemerintah kepada tenaga kesehatan yang diregistrasi setelah memiliki sertifikat
kompetensi
4. Surat Izin Kerja Bidan, selanjutnya disingkat SIKB adalah bukti tertulis yang
diberikan kepada Bidan yang sudah memenuhi persyaratan untuk bekerja di fasilitas
pelayanan kesehatan.
5. Surat Izin Praktik Bidan, selanjutnya disingkat SIPB adalah bukti tertulis yang
diberikan kepada Bidan yang sudah memenuhi persyaratan untuk mejalankan praktik
bidan mandiri
6. Standar adalah pedoman yang harus dipergunakan sebagai petunjuk dalam
menjalankan profesi yang meliputi standar pelayanan, standar profesi, dan standar
operasional prosedur.
7. Praktik mandiri adalah praktik bidan swasta perorangan.
8. Organisasi profesi adalah Ikatan Bidan Indonesia (IBI).
4
2.2 PERIZINAN
Pasal 2
Pasal 3
Setiap bidan yang bekerja di fasilitas pelayanan kesehatan wajib memiliki SIKB.
SIKB atau SIPB sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) berlaku untuk 1
(satu) tempat.
Pasal 4
Untuk memperoleh SIKB dan SIPB sebagaimana dimaksud pada pasal 3, Bidan harus
mengajukan permohonan kepada pemerintah daerah kabupaten/kota dengan
melampirkan :
Kewajiban memiliki STR sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, dilaksanakan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 5
Permohonan SIB/SIPB yang disetujui atau ditolak harus disampaikan oleh pemerintah
daerah kabupaten /kota atau dinas kesehatan kabupaten/kota kpeada pemohon dalam
waktu selambat-lambatnya 1 (satu) bulan sejak tanggal permohonan diterima.
Pasal 6
Bidan hanya dapat menjalankan praktik dan/atau kerja paling banyak di 1 (satu) tempat kerja
dan 1 (satu) tempat praktik.
Pasal 7
SIKB/SIPB berlaku selama STR masih berlaku dan dapat diperbaharui kembali jika
habis masa berlakunya.
Pasal 8
SIKB/SIPB dinyatakan tidak berlaku bila :
1. Tempat kerja/praktik tidak sesuai lagi dengan SIKB/SIPB
2. Masa berlakunya habis dan tidak diperpanjang
3. Dicabut oleh pejabat yang berwenang memberikan izin
6
2.3 PENYELENGGARAAN PRAKTIK
Pasal 9
Bidan dalam mejalankan praktik berwenang untuk memberikan Pelayanan yang meliputi :
1. Pelayanan kesehatan ibu
2. Pelayanan kesehatan anak
3. Pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana
Pasal 10
Pelayanan kesehatan ibu sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 huruf a diberikan pada
masa pra hamil, kehamilan, masa persalinan, masa nifas, masa menyusui dan masa
antara dua kehamilan.
1. Episiotomi
2. Penjahitan luka jalan lahir tingkat I dan II
3. Penanganan kegawat-daruratan, dlanjutkan dengan perujukan
4. Pemberian tablet Fe pada ibu hamil
5. Pemberian Vit A dosis tinggi pada ibu nifas
6. Bimbingan inisiasi menyusui dini dan promosi ASI ekslusif
7. Pemberian uterotonika pada manajemen aktif kala tiga dan postpartum
8. Penyuluhan dan konseling
9. Bimbingan pada kelompok ibu hamil
10. Pemberian surat keterangan kematian
11. Pemberian surat keterangan cuti bersalin
Pasal 11
Pelayanan kesehatan anak sebagaimana dimaksd dalam pasal 9 huruf b diberikan pada
bayi baru lahir, bayi, anak balita, dan anak pra sekolah
Bidan dalam memberikan pelayanan kesehatan anak sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) berwenang untuk :
1. Melakukan asuhan bayi baru lahir normal termasuk resusitasi, pencegahan hipotermi,
inisiasi menyusu dini, injeksi vit K 1, perawatan bayi baru lahir pada masa neonatal
(0-28 hr) dan perawatan tali pusat
2. Penanganan hipotermi pada bayi baru lahir dan segera merujuk
3. Penanganan kegawat-daruratan, dilanjutkan dengan rujukan
4. Pemberian imunisasi rutin sesuai program pemerintah
5. Pemantauan tubuh kembang bayi, anak balita dan anak prasekolah
6. Pemberian konseling dan penyuluhan
7. Pemberian surat keterangan kelahiran
8. Pemberian surat keterangan kematian
Pasal 12
Bidan dalam memberikan pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga
berencana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 huruf c berwenang untuk
1. Memberikan penyuluhan dan konseling; kesehatan reproduksi perempuan dan
keluarga berencana
2. Memberikan alat kontrasepsi oral dan kondom
Pasal 13
Selain kewenangan sebagaimana dimaksud dalam pasal 10, 11, dan 12, bidan yang
menjalankan program pemerintah berwenang melakukan pelayanan kesehatan
meliputi :
1. Pemberian alat kontrasepsi suntikan, alat kotrasepsi dalam rahim, dan alat kontrasepsi
bawah kulit
2. Asuhan antenatal terintegrasi dengan intervensi khusus
Pelayanan alat kontasepsi bawah kulit, asuhan antenatal terintegrasi, penanganan bayi
dan anak balita sakit, dan pelaksanaan deteksi dini, merujuk dan memberikan
peyuluhan terhadap Infeksi Menular Seksual (IMS) dan penyakit lainnya, serta
pencegahan penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya
(NAPZA) hanya dapat dilakukan oleh bidan yang telah dilatih untuk itu.
Pasal 14
Bagi bidan yang menjalankan praktik di daerah yang tidak memiliki dokter, dapat
melakukan pelayanan kesehatan di luar kewenangan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 9.
Daerah yang tidak memiliki dokter sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah
kecamatan atau kelurahan/desa yang ditetapkan oleh kepala dinas kesehatan
kabupaten/kota.
Dalam hal daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) telah terdapat dokter,
kewenangan bidan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak berlaku.
Pasal 15
Bidan praktek mandiri yang ditugaskan sebagai pelaksana program pemerintah berhak
atas pelatihan dan pembinaan dari pemeritah daerah provinsi/kabupaten/kota.
Pasal 16
Pada daerah yang belum memiliki dokter, pemerintah dan pemerintah daerah harus
menempatkan bidan dengan pendidikan minimal Diploma III Kebidanan.
Apabila tidak terdapat tenaga bidan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), pemerintah
dan pemerintah daerah dapat menempatkan bidan yang telah mengikuti pelatihan.
tindakan asuhan
kebidanan, serta peralatan untuk menunjang pelayanan kesehatan bayi, anak balita
dan pra sekolah yang memenuhi persyaratan lingkungan sehat
2. menyediakan maksimal 2 ( dua ) tempat tidur untuk persalinan
3. memiliki sarana, peralatan dan obat sesuai dengan ketentuan yang berlaku
4. Ketentuan persyaratan tempat praktik dan peralatan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) satu tercantum dalam Lampiran Peraturan ini
Pasal 18
10
Bidan dlm menjalankan praktik kebidanan hrs membantu program pemerintah dalam
rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat
Pasal 19
Dalam melaksanakan praktek bidan mempunyai hak :
1. perlindungan hukum dalam pelaksanaan praktik/kerja sepanjang sesuai dengan
standar
2. memperoleh informasi yang lengkap dan benar dari pasien dan/atau keluarganya
3. melaksanakan tugas sesuai dengan kewenangan dan standar
4. menerima imbalan jasa profesi.
Pasal 20
Dalam melakukan tugasnya bidan wajib melakukan pencatatan dan pelaporan sesuai
dg pelayanan yg diberikan.
Dikecualikan dari ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) untuk bidan yang
bekerja di fasilitas pelayan kesehatan.
11
2.5 PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
Pasal 21
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Kepala Dinas
Kab/Kota hraus membuat pemetaan tenaga bidan praktik mandiri dan bidan di desa
serta menetapkan dokter Puskesmas terdekat untuk pelaksanaan tugas supervisi
terhadap bidan di wilayah tersebut.
Pasal 22
Pimpinan fasilitas kesehatan wajib melaporkan bidan yang bekerja dan yang berhenti bekerja
di fasilitas pelayanan kesehatannya pada tiap triwulan kepada Kepala Dinas Kesehatan
Kab/Kota dengan tembusan kepada organisasi profesi
Pasal 23
12
1. teguran lisan
2. teguran tertulis
3. pencabutan SKIB/SIPB untuk sementara paling lama 1(satu) tahun; atau
4. pencabutan SKIB/SIPB selamanya
Pasal 25
Bidan
yang
telah
mempunyai
SIPB
berdasarkan
Kepmenkes
No
Bidan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memperbaharui SIPB apabila Surat
Izin Bidan yang bersangkutan telah habis jangka waktunya berdasarkan Peraturan ini.
Pasal 26
Apabila Majelis Tenaga Kesehatan Indonesia (MTKI) dan Majelis Kesehatan Provinsi
(MTKP) belum dibentuk dan/atau belum dapat melaksanakan tugasnya maka registrasi bidan
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan Kepmenkes No 900/Menkes/SK/VII/2002 tentang
Registrasi dan Praktik Bidan.
Pasal 27
Bidan yang telah melaksanakan kerja di fasilitas pelayanan kesehatan sebelum ditetapkan
Peraturan ini harus memiliki SIKB berdasarkan Peraturan ini paling selambat-lambatnya 1
(satu) tahun sejak peraturan ini ditetapkan.
Pasal 28
Bidan yang berpendidikan di bawah Diploma III (D III) Kebidanan yang menjalankan praktik
mandiri harus menyesuaikan dengan ketentuan Peraturan ini selambat-lambatnya 5 (lima)
tahun sejak Peraturan ini ditetapkan.
13
2.7 KETENTUAN PENUTUP
Pasal 29
Pada saat peraturan ini mulai berlaku :
1. Kepmenkes No 900/Menkes/SK/VII/2002 tentang Registrasi dan Praktik Bidan
sepanjang yang berkaitan dengan perizinan dan praktik bidan
2. Permenkes No HK.02.02/Menkes/149/I/2010 tentang Izin dan penyelenggaraan
3. Praktik Bidan; dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
Pasal 30
Peraturan ini berlaku pada tgl diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan ini dengan
penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 4 Oktober 2010
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Keputusan Menteri Kesehatan RI No 1464/menkes/per/x/2010 mengenai Izin dan
Pelaksanaan Praktik Bidan dapat digolongkan dalam VII BAB, diantaranya tentang beberapa
ketentuan umum, Perizinan, Penyelenggaraan Praktik, Pencatatan dan Pelaporan, Pembinaan
dan Pengawasan, Ketentuan Peralihan, dan Ketentuan Penutup.
3.2 Saran
Bagi Mahasiswa diharapkan makalah ini dapat menambah pengetahuan sehingga dapat
memahami konsep izin dan penyelenggaraan praktik kebidanan.
Bagi Petugaspetugas Kesehatan diharapkan dengan makalah ini dapat meningkatkan
pelayanan kesehatan khususnya dalam bidang kebidanan serta menerapkan apa yang termuat
dalam Permenkes RI No 1464.
14
DAFTAR PUSTAKA
Http://www.depkes.go.id/index.php?act=regulation&pgnumber=1&txtKeyword=&type=003
&year=2010
Puji Wahyuningsih, Heni.2008.Etika Profesi Kebidanan.Fitramaya.Jakarta
Http://www.depkes.go.id/index.php?act=regulation&pgnumber=1&txtKeyword=&type=003
&year=2010
Puji Wahyuningsih, Heni.2008.Etika Profesi Kebidanan.Fitramaya.Jakarta
15