KEBIDANAN”
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadiran Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan tugas mata kuliah
ETIKOLEGAL DALAM PRAKTEK KEBIDANAN dengan judul “ASPEK LEGAL
DALAM PELAYANAN KEBIDANAN “.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam meyelesaikan makalah ini, khususnya kepada :
1. Bu Ita Eko Suparni, SsiT,M.Keb selaku dosen Mata Kuliah.
2. Teman-teman sekelas, tingkat satu kelas 1A.
3. Serta pihak – pihak lain yang telah membantu terselesainya tugas ini.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun dari pembaca sangat
kami harapkan. Semoga bermanfaat. Terima kasih.
Tim penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
C. TUJUAN
1. Mengetahui apa yang dimaksud kebidanan dan praktek kebidanan
2. Mengetahui pentingnya aspek legal dalam pelayanan masyarakat
3. Memahami pentingnya kode etik dengan aspek legal dan leslasi dalam praktek
kebidanan
BAB II
PEMBAHASAN
B. TUJUAN
Dijadikan sebagai suatu persyaratan untuk melaksanakan praktek bidan
perorangan dalam memberikan pelayanan kebidanan sesuai degan ketentuan -
ketentuan yang sudah ditetapkan dalam per undang-undagan serta memberikan
kejelasan batas - batas kewenangannya dalam menjalankan praktek kebidanan.
E. LEGISLASI
1. Pengertian
Legislasi adalah proses pembuatan undang-undang atau penyempurnaan
perangkat hukum yang sudah ada melalui serangkaian kegiatan sertifikasi
( pengaturan kompetensi ), registrasi ( pengaturan kewenangan ), dan lisensi
( pengaturan penyelenggaraan kewenangan ).
Ketetapan hukum yang mengantur hak dan kewajiban seseorang yang
berhubungan erat dengan tindakan dan pengabdiannya. (IBI)
Rencana yang sedang dijalankan oleh Ikatan Bidan Indonesia (IBI) sekarang
adalah dengan mengadakan uji kompetensi terhadap para bidan, minimal sekarang
para bidan yang membuka praktek atau memberikan pelayanan kebidanan harus
memiliki ijasah setara D3.
Uji kompetensi yang dilakukan merupakan syarat wajib sebelum terjun ke dunia
kerja. Uji kompetensi itu sekaligus merupakan alat ukur apakah tenaga kesehatan
tersebut layak bekerja sesuai dengan keahliannya. Mengingat maraknya sekolah-
sekolah ilmu kesehatan yang terus tumbuh setiap tahunnya. Jika tidak lulus dalam uji
kompetensi, jelas bidan tersebut tidak bisa menjalankan profesinya. Karena syarat
untuk berprofesi adalah memiliki surat izin yang dikeluarkan setelah lulus uji
kompetensi.
2. Tujuan Legislasi
Tujuan legislasi adalah memberikan perlindungan kepada masyarakat terhadap
pelayanan yang telah diberikan. Bentuk perlindungan tersebut adalah meliputi :
a. Mempertahankan kualitas pelayanan
b. Memberi kewenangan
c. Menjamin perlindungan hukum
d. Meningkatkan profisionalisme
3. Latar Belakang Sistem Legislasi Tenaga Bidan Indonesia
a. UUD 1945
Amanat dan pesan mendasar dan UUD 1945 adalah UUD 1945 upaya
pembangunan nasional yaitu pembangunan disegadan bidang guna
kepentingan keselamatan, kebahagiaan dan kesejahteraan seluruh rakyat
Indonesia secara terarah, terpadu dan berkesinambungan.
b. UU No.23 Tahun 1992 Tentang Kesehatan.
Tujuan dan Pembangunan Kesehatan adalah meningkatkan kesadaran,
kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap warga Negara Indonesia
melalui upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif sebagai upaya
peningkatan sumber daya manusia yang berkualitas.
Dengan adanya arus globalisasi salah satu focus utama agar mampu
mempunyai daya saing adalah bagaimana peningkatan kualitas sumber daya
manusia. Kualitas sumber daya manusia dibentuk sejak janin di dalam
kandungan, masa kelahiran dan masa bayi serta masa tumbuh kembang balita.
Hanya sumber daya manusia yang berkualitas, yang memiliki pengetahuan
dan kemampuan sehingga mampu survive dan mampu mengantisipasi
perubahan serta mampu bersaing.
c. Bidan erat hubungannya dengan penyiapan sumber daya manusia.
Karena pertayanan bidan meliputi kesehatan wanita selama kurun
kesehatan reproduksi wanita, sejak remaja, masa calon pengantin, masa
hamil, masa persalinan, masa nifas, periode interval, masa klimakterium dan
menopause serta memantau tumbuh kembang balita serta anak pra sekolah.
d. Visi Pembangunan kesehatan Indonesia Sehat 2010 adalah derajat
kesehatan yang optimal dengan strategi: Paradigma sehat,
Profesionalisme, JPKM, dan Desentralisasi.
F. REGISTRASI
Pengertian
Aplikasi proses regisrtasi dalam praktek kebidanan adalah sebagai berikut, bidan
yang baru lulus mengajukan permohonan dan mengirimkan kelengkapan registrasi
kepada kepala Dinas Kesehatan Propinsi dimana institusi pendidikan berada guna
memperoleh SIB ( surat ijin bidan ) selambat-lambatnya satu bulan setelah menerima
Ijasah bidan.
Kelengkapan registrasi menurut Kepmenkes No. 900/Menkes/SK/VII/2002
adalah meliputi: fotokopi ijasah bidan, fotokopi transkrip nilai akademik, surat
keterangan sehat dari dokter, pas foto sebanyak 2 lembar. SIB berlaku selama 5 tahun
dan dapat diperbaharui, serta merupakan dasar untuk penerbitan lisensi praktik
kebidanan atau SIPB ( surat ijin praktik bidan ). SIB tidak berlaku lagi karena dicabut
atas dasar ketentuan perundang-undangan yang berlaku, habis masa berlakunya dan
tidak mendaftar ulang, dan atas permintaan sendiri.
G. LISENSI
Pengertian
Lisensi adalah proses administrasi yang dilakukan oleh pemerintah atau yang
berwenang berupa surat ijin praktik yang diberikan kepada tenaga profesi yang
teregistrasi untuk pelayanan mandiri.
Lisensi adalah pemberian ijin praktek sebelum diperkenankan melakukan
pekerjaan yang telah ditetapkan.(IBI)
Aplikasi Lisensi dalam praktik kebidanan adalah dalam bentuk SIPB (Surat Ijan
Praktik Biadan). SIPB adalah bukti tertulis yang diberikan oleh Depkes RI kepada
tenaga bidan yang menjalankan praktik setelah memenuhi persyaratan yang
ditetapkan. Bidan yang menjalankan praktik harus memiliki SIPB, yang diperoleh
dengan cara mengajukan permohonan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten
atua Kota setempat dengan memenuhi persyaratan sebagai berikut : fotokopi SIB
yang masih berlaku, fotokopi ijasah bidan, surat persetujuan atasan, surat keterangan
sehat dari dokter, rekomendasi dari organisasi profesi, pas foto.
Rekomendasi yang telah diberikan organisasi profesi setelah terlebih dahulu
dilakukan penilaian kemampuan keilmuan dan keterampilan, kepatuhan terhadap
kode etik serta kesanggupan melakukan praktik bidan. Bentuk penilaian kemampuan
keilmuan dan keterampilan inilah yang diaplikasikan dengan rencana
diselenggarakannya Uji Kompetensi bagi bidan yang mengurus SIPB atau lisensi.
SIPB berlaku sepanjang SIB belum habis masa berlakunya dan dapat diperbaharui
kembali.
H. SERTIFIKASI
Sertifikasi adalah dokumen penguasaan kompetensi tertentu melalui kegiatan
pendidikan formal maupun non formal (Pendidikan berkelanjutan). Lembaga
pendidikan non formal misalnya organisasi profesi, rumah sakit, LSM bidang
kesehatan yang akreditasinya ditentukan oleh profesi. Sedangkan sertifikasi dan
lembaga non formal adalah berupa sertifikat yang terakreditasi sesuai standar
nasional.
Ada dua bentuk kelulusan, yaitu:
a. Ijasah merupakan dokumentasi penguasaan kompetensi tertentu, mempunyai
kekuatan hukum atau sesuai peraturan perundangan yang berlaku dan diperoleh dari
pendidikan formal.
b. Sertifikat adalah dokumen penguasaan kompetensi tertentu, bisa diperoleh dari
kegiatan pendidikan formal atau pendidikan berkelanjutan maupun lembaga
pendidikan non formal yang akreditasinya ditentukan oleh profesi kesehatan.
Akuntabilitas bidan dalam praktik kebidanan merupakan suatu hal yang penting
dan di tuntut dari suatu profesi, terutama profesi yang berhubungan dengan
keselamatan jiwa manusia, adalah pertanggungjawaban dan tanggung guguat
(accountability) atas semua tindakan yang dilakukanya. Sehingga semua tindakan
yang dilakukan oleh bidan harus berbasis kopetensi dan didasari suatu evidence
based. Accountability diperkuat dengan suatu landasan hukum yang mengatur batas-
batas wewenang profesi yang bersangkutan.
Dengan adanya legitimasi kewenangan bidan yang lebih luas, bidan memiliki hak
otonomi dan mandiri untuk bertindak secara profesional yang dilandasi kemampuan
berfikir logis dan sistematis serta bertindak sesuai standar profesi dan etika profesi.
Praktik kebidanan merupakan inti dari berbagai kegiatan bidan dalam
penyelenggaraan upaya kesehatan yang harus terus menerus ditingkatkan mutunya
melalui:
Beberapa dasar dalam otonomi pelayanan kebidanan antara lain sebagai berikut:
BAB III
KESIMPULAN
Dalam upaya mendorong profesi keperawatan dan kebidanan agar dapat
diterima dan dihargai oleh pasien, masyarakat atau profesi lain, maka mereka harus
memanfaatkan nilai-nilai keperawatan/kebidanan dalam menerapkan etika dan moral
disertai komitmen yang kuat dalam mengemban peran profesionalnya. Dengan
demikian perawat atau bidan yang menerima tanggung jawab, dapat melaksanakan
asuhan keperawatan atau kebidanan secara etis profesional. Sikap etis profesional
berarti bekerja sesuai dengan standar, melaksanakan advokasi, keadaan tersebut akan
dapat memberi jaminan bagi keselamatan pasen, penghormatan terhadap hak-hak
pasen, akan berdampak terhadap peningkatan kualitas asuhan keperawatan atau
kebidanan
Setelah mempelajari aspek legal dan legislasi dalam pelayanan kebidanan
kami sebagian penulis menyimpulkan bahwa setiap bidan dalam melaksanakan
tugasnya sehari-hari senantiasa menghayati dan mengamalkan kode etik bidan
Indonesia, dengan aspek legal dan legislasi dalam pelayanan kebidanan yang
meliputi sertifikasi, registrasi dan lisensi.
SARAN
Sebagai bidan kita harus memperhatikan ,menghayati dan mengamalkan
aspek legal dalam praktek kebidanan agar nantinya tidak terjadi pelanggaran dan
dapat menjalankan tugas kita sesuai peraturan pemerintah ataupun standar praktek
kebidanan.