4. Kebijakan
a. Kebijakan yang ditetapkan pemerintah mengacu pada Keputusan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1216/MENKES/SK/XI/2001
Tentang Pedoman Pemberantasan Penyakit Diare
b. Keputusan Menteri Kesehatan Tentang Pedoman Pemberantasan Penyakit
Diare
Pasal 1
Pemberantasan Penyakit Diare dilakukan oleh Petugas Kesehatan
Pusat Propinsi dan Kabupaten / kota sesuai dengan tugas fungsi
kewenangan masing-masing.
Pasal 2
Pedoman Pemberantasan Penyakit Diare merupakan Acuan bagi
Petugas Kesehatan dalam melakukan kegiatannya sebagaimana
dimaksud dalam ppasal 1 untuk mencegah meningkatnya angka
kesakitan dan angka kematian serta kejadian luar iasa ( KLB ).
Pasal 3
Pedoman Pemberantasan Penyakit Diare sebagaimana tercantum dalam
lampiran Keputusan ini.
Pasal 4
Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan. (KEMENKES, 2001)
PERTEMUAN II
A. PERAN PERAWAT DALAM MENGATASI KEJADIAN LUAR BIASA DAN
KASUS PENYAKIT BARU
1. Defenisi
Kejadian Luar Biasa (KLB) adalah timbulnya atau meningkatnya kejadian
kesakitan dan atau kematian yang bermakna secara epidemiologs pada suatu
daerah dalam kurun waktu tertentu.Penanggulangan KLB adalah kegiatan yang
dilaksanakan untuk menangani penderita, mencegah perluasan kejadian dan
timbulnya penderita atau kematian baru pada suatu kejadian Iuar biasa yang
sedang terjadi.
2. Peraturan Pemerintah
a. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
949/MENKES/SK/VIII/2004 Tentang Pedoman Penyelenggaraan Sistem
Kewaspadaan Dini Kejadian Luar Biasa.
b. Penanggulangan wabah/KLB penyakit menular diatur dalam UU. No. 4 tahun
1984 tentang Wabah Penyakit Menular, PP No. 40 tahun 1991 tentang
Penanggulangan Wabah Penyakit Menular, Peraturan Menteri Kesehatan No.
560 tentang Jenis Penyakit Tertentu Yang Dapat Menimbulkan Wabah.
c. Pada tahun 2000, Indonesia menerapkan secara penuh UU No. 22 tahun 1999
tentang Pemerintah Daerah dan UU No. 25 tahun 1999 tentang Perimbangan
Keuangan Antara Pemerintah Pusat Dan Daerah, yang kemudian diikuti
dengan terbitnya PP No. 25 tahun 2000 tentang Kewenangan Pernerintah dan
Kewenangan Propinsl Sebagai Daerah Otonom yang berpengaruh terhadap
penyelenggaraan penanggulangan wabah/KLB.
B. Peran Pelayanan Primer, Sekunder Dan Tertier Dalam Mengatasi Kejadian
Luar Biasa Dan Kasus Penyakit Baru.
1. Definisi Pelayanan Kesehatan
Levey dan Loomba (1973) menjabarkan pelayanan kesehatan ialah setiap upaya
yang diselenggarakan secara sendiri atau secara bersama-sama dalam suatu
organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan
menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan perseorangan, keluarga,
kelompok dan ataupun masyarakat (Azwar, 1996).
2. Pencegahan Penyakit
a. Pencegahan primer.
Pencegahan primer adalah upaya memodifikasi faktor risiko atau mencegah
berkembangnya faktor risiko, sebelum dimulainya perubahan patologis,
dilakukan pada tahap suseptibel dan induksi penyakit, dengan tujuan
mencegah atau menunda terjadinya kasus baru penyakit.
b. Pencegahan sekunder
Pencegahan sekunder merupakan upaya pencegahan pada fase penyakit
asimtomatis, tepatnya pada tahap preklinis, terhadap timbulnya gejala-gejala
penyakit secara klinis melalui deteksi dini (early detection). Jika deteksi tidak
dilakukan dini dan terapi tidak diberikan segera maka akan terjadi gejala
klinis yang merugikan.
c. Pencegahan Tersier
Pencegahan penyakit pada tahap ini dapat dilakukan dengan dua aspek
pertama Penanganan komplikasi dan Pembatasan cacat yang bertujuan untuk
untuk menghentikan proses penyakit dan mencegah komplikasi, penyediaan
fasilitas untuk membatasi ketidakmampuan dan mencegah kematian.
Aspek kedua yaitu dengan melaukan rehabilitasi langkah ini dilakukan dalam
rangka Penyediaan fasilitas untuk pelatihan hingga fungsi tubuh dapat
dimanfaatkan sebaik-baiknya.
b. Promosi Kesehatan
Promosi kesehatan adalah berbagai upaya yang dilakukan terhadap masyarakat
sehingga mereka mau dan mampu untuk meningkatkan dan memelihara
kesehatan mereka sendiri. Dalam promosi kesehatan dalam penanggulangan
TB diarahkan untuk meningkatkan pengetahuan yang benar dan komprehensif
mengenai pencegahan penularan, pengobatan, pola hidup bersih dan sehat
(PHBS), sehingga terjadi perubahan sikap dan perilaku sasaran program TB
terkait dengan hal tersebut serta menghilangkan stigma serta diskriminasi
masyakarat serta petugas kesehatan terhadap pasien TB.
Sasaran promosi kesehatan penanggulangan TB adalah:
Pasien,
Tokoh masyarakat, tokoh adat, tokoh agama, petugas kesehatan,
pejabat pemerintahan, organisasi kemasyarakatan dan media massa.
Pembuat kebijakan publik yang menerbitkan peraturan perundang-
undangan dibidang kesehatan dan bidang lain
Strategi Promosi Kesehatan dalam Penanggulangan TB Promosi kesehatan
dalam penanggulangan TB diselenggarakan dengan strategi pemberdayaan
masyarakat, advokasi dan kemitraan.
Pemberdayaan masyarakat
Advokasi
Kemitraan
3. Landasan Hukum dalam Penanggulangan TB Paru
a. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1984 tentang Wabah Penyakit Menular
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1984 Nomor 20, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3273);
b. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 116,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4431);
c. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587)
sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang
Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang
Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5679);
d. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 298,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5607);
e. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1991 tentang Penanggulangan
Wabah Penyakit Menular (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
1991 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
3447);
f. Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2014 tentang Sistem Informasi
Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor
126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5542);
g. Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2014 tentang Kesehatan
Lingkungan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor
184, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5570);
h. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 2052/Menkes/Per/X/2011 tentang
Izin Praktik dan Pelaksaan Praktik Kedokteran (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2011 Nomor 671);
i. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 45 Tahun 2014 tentang
Penyelenggaraan Surveilans Kesehatan (Berita Negara Republik Indonesia
Tahun 2014 Nomor 1113);
j. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2014 tentang Pusat
Kesehatan Masyarakat (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2014
Nomor 1676);