Anda di halaman 1dari 17

POLITIK HUKUM PEMBENTUKAN UU KESEHATAN

DISUSUN OLEH:

1. RENDI KURNIAWAN/202030006
2. DICKA SETIAWATY/
3. LUKMAN JAYA RANSE/202030132
4. NATALIA PAINGI/
5. PUTRI WULANDARI/202030080
6. SITTI NURHALIZA GORO/202130266
7. IDI SUSANTO/202030112
8. JUMAN/

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SULAWESI TENGGARA

TAHUN 2023/2024
BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Kesehatan adalah hak asasi manusia dan hak fundamental bagi warga
negara dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.Oleh karena itu, keluarga dan
masyarakat berhak memperoleh perlindungan terhadap kesehatannya, dan
negara bertanggung jawab mengatur agar terpenuhi hak hidup sehat bagi
penduduknya. Pemerintah Negara Indonesia melindungi segenap bangsa
Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan
kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa.

Secara konstitusional, “pemerintah memajukan ilmu pengetahuan dan


teknologi dengan menjunjung tinggi nilai-nilai agama dan persatuan bangsa
untuk kemajuan peradaban serta kesejahteraan umat manusia.”Negara republik
Indonesia (RI) menjamin kesejahteraan tiap-tiap warga negaranya, termasuk di
sini jaminan untuk mendapatkan layanan kesehatan. Kesehatan meliputi
kesehatan fisik dan kesehatan psikis (kejiwaan).

Kesehatan merupakan karunia yang harus dijaga dan dipelihara, sehingga


upaya layanan kesehatan jiwa harus sebaik mungkin guna mewujudkan
kehidupan terbaik bagi setiap warga negara Indonesia. Kesehatan merupakan
hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan
sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam
Pancasila dan Undang-undang Dasar (UUD) 1945.

Pembangunan kesehatan ditujukan untuk meningkatkan kesadaran,


kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat
kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi
pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM) yang produktif secara sosial dan
ekonomis. Dalam mencapai tujuan tersebut, diperlukan SDM kesehatan yang
berkompeten, bertanggung jawab, menjunjung tinggi kode etik, terus-menerus
meningkatkan mutunya melalui pendidikan dan pelatihan, dan tersebar merata
di seluruh wilayah Indonesia.
Menurut Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan Pasal
1 ayat (1) Kesehatan merupakan “Keadaan sehat, baik secara fisik, mental,
spritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif
secara sosial dan ekonomis.” Bahkan dalam UndangUndang Dasar 1945 Pasal
28 H ayat (1) mengatakan bahwa: Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan
batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan
sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan.”

Serta dalam Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 34 ayat (3) tercantum


bahwa Negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan
dan fasilitas pelayanan umum yang layak dalam hal ini jelas bahwa Konstitusi
Republik Indonesia mewajibkan Negara untuk memberikan perlindungan bagi
setiap warganya, perintah konstitusi ini juga memberikan tugas bagi Negara
untuk memberikan layanan kesehatan kepada seluruh bangsa Indonesia.

Secara konstitusionil negara menjamin setiap orang berhak hidup


sejahtera lahir, dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup
yang baik, dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan, dan ayat
(3); setiap orang berhak atas jaminan sosial yang memungkinkan
pengembangan dirinya secara utuh sebagai manusia yang bermartabat Pasal 34
ayat (2); negara mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat, dan
memperdayakan masyarakat yang lemah, dan tidak mampu sesuai dengan
martabat kemanusiaan, dan ayat (3); negara bertanggungjawab atas penyediaan
fasilitas pelayanan kesehatan, dan fasilitas pelayanan umum yang layak.

Urgensi politik hukum dalam pembuatan peraturan perundang-undangan,


melingkupi dua hal yaitu; sebagai alasan mengapa diperlukan pembentukan
suatu peraturan perundang-undangan, dan untuk menentukan apa yang hendak
diterjemahkan ke dalam kalimat hukum, dan menjadi perumusan substandi
produk perundangundangan yang berbunyi dalam bab, pasal, dan ayat-ayat.

Dua hal ini penting karena keberadaan peraturan perundang-undangan,


dan perumusan pasal merupakan “jembatan” antara politik hukum yang
ditetapkan dengan pelaksanaan dari politik hukum tersebut dalam tahap
implementasi peraturan perundang-undangan.

Mencermati permasalahan di sekitar politik hukum dalam bidang


kesehatan di Indonesia, kebijakan-kebijakan pemerintah sering kali
menimbulkan masalah diantara penyelenggara pelayanan kesehatan dengan
pasien selaku pengguna dari pelayanan tersebut. Meskipun UU sudah mengatur
tentang permasalahan tersebut namun permasala exhan tersebut masih tetap
muncul sehingga adanya kecurigaan bahwa terjadi pengabaian dalam bidang
kesehatan masyarakat secara luas.

Atas pertimbangan di atas maka masalah politik hukum pemerintah


dalam bidang kesehatan mengandung permasalahan yang sangat kompleks, dan
menarik untuk diteliti, dan perlu dikaji lebih dalam mengenai politik hukum
pemerintah yang tumbuh, dan berkembang di kalangan dunia kesehatan.
BAB II

PEMBAHASAN

A.Politik Hukum

Politik hukum secara singkat berarti kebijakan hukum. Politik


Hukum(politic of law) adalah kebijakan dari negara melalui badan-badan yang
berwenang untuk menetapkan peraturan-peraturan yang dikehendaki
yangdiperkira-kan bisa digunakan untuk mengekspresikan apa yang
terkandungdalam masyarakat dan untuk mencapai apa yang dicita-citakan.
Katakebijakan di sini berkaitan dengan adanya strategi yang sistematis, terinci
danmendasar dalam rangka mencapai tujuan Negara.

Dalam dimensi implementasipolitik hukum meliputi;pembangunan


hukum yang berintikan pembuatanhukum dan pembaruan terhadap bahan-bahan
hukum yang tidak relevan lagidengan kebutuhan hukum masyarakat, dan
pelaksanaan ketentuan hukumyang telah ada dan evaluasi terhadap produk
hukum.

Namun, dalam kontekskajian ini produk hukum yang menjadi fokus


adalah berkenaan denganperaturan-peraturan yang berkaitan produk peraturan
perundang-undanganbidang kesehatan. Politik hukum adalah kebijakan dasar
penyelenggara negaradalam bidang hukum yang akan, sedang, dan telah
berlaku, yang bersumberdari nilai-nilai yang berlaku di masyarakat untuk
mencapai tujuan negara yangdicita-citakan.

Kata kebijakan di sini berkaitan dengan adanya strategi yangsistematis,


terinci dan mendasar. Dalam merumuskan dan menetapkan hukumyang telah
dan akan dilakukan, politik hukum menyerahkan otoritas legislasikepada
penyelenggara negara, tetapi dengan tetap memperhatikan nilai-nilaiyang
berlaku di masyarakat. Kesemuanya itu diarahkan dalam rangkamencapai
tujuan negara yang dicita-citakan.

Secara konseptual politik hukum adalah kebijakan pemerintah yang


akanatau telah dilaksanakan secara nasional oleh pemerintah Indonesia
meliputi:pertama, pembangunan hukum yang berintikan perbuatan dan
pembaruanterhadap materi-materi hukum agar dapat sesuai dengan kebutuhan;
kedua,pelaksanaan ketentuan hukum yang telah ada, termasuk penegasan
fungsilembaga dan menggambarkan bahwa politik hukum mencakup
prosespembuatan dan pelaksanaan hukum yang dapat menunjukkan sifat dan ke
arahmana hukum akan dibangun dan ditegakkan.Studi tentang politik
hukumtidak hanya dilihat dari perspektif formal yang memandang
kebijakankebijakan hukum dan rumusan-rumusan resmi sebagai produk saja,
melainkandapat dilihat dari latar belakang dan proses keluarnya legal policy
tersebut.

B.Kebijakan Pemerintah dalam Bidang Kesehatan

Setiap upaya pembangunan harus dilandasi dengan wawasan


kesehatandalam arti pembangunan nasional harus memperhatikan kesehatan
masyarakatdan merupakan tanggung jawab semua pihak baik pemerintah
maupunmasyarakat. Dalam pembukaan Undang-undang Dasar 1945 tercantum
jelas cita-cita bangsa Indonesia yang sekaligus merupakan tujuan nasional
bangsaIndonesia.

Tujuan nasional ini ialah melindungi segenap bangsa Indonesia


danseluruh tumpah darah Indonesia dan memajukan kesejahteraan
umum,mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban
dunia yangberdasarkan kemerdakaan perdamaian abadi serta keadilan sosial.

Untukmencapai tujuan nasional tersebut diselenggarakanlah upaya


pembangunan yangberkesinambungan yang merupakan suatu rangkaian
pembangunan yangmenyeluruh terarah dan terpadu, termasuk di antaranya
pembangunan kesehatan.

Karena kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu


unsurkesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa
Indonesiasebagaimana dimaksud dalam Pancasila dan Pembukaan Undang-
undang DasarNegara Republik Indonesia Tahun 1945.

Politik hukum kesehatan dalam arti kebijakan hukum berarti memilihcita-


cita tentang hukum terutama tentang hukum kesehatan dan berupaya
dengansegala daya yang ada untuk mencapai cita-cita tentang hukum kesehatan
itu.Dapat pula dikatakan bahwa politik hukum yaitu tentang arah
perkembanganhukum terutama hukum kesehatan.

Jadi, politik hukum berkenaan dengan hukumkesehatan yang dicita-


citakan, hukum kesehatan yang akan dibentuk atau iusconstituendum, ini
berbeda dengan ilmu hukum normatif yang mempelajarihukum yang sedang
berlaku, hukum yang telah dibuat atau ius constitutum.

Selanjutnya, istilah politik hukum kesehatan di sini digunakan dalam


artikebijakan hukum.Oleh karena setiap produk undang-undang yang
dihasilkanoleh legislatif harus dapat menampung aspirasi masyarakat, sehingga
undang-undang tersebut dapat berlaku efektif di dalam masyrakat sehingga
dapatmencapai dari cita hukum itu sendiri yaitu dapat menjamin rasa keadilan
didalam masyarakat.

Meskipun tidak semua produk hukum itu dapat menampungaspirasi


masyarakat tetapi ada juga produk hukum yang tidak menampungaspirasi dari
masyarakat tetapi menampung aspirasi kelompok, elitis, danpolitiknya.Politik
perundang-undangan berkenaan dengan pembangunan materi hukum, meliputi:
pertama, pembentukan dan pembaruan perundang-undangan;dan kedua,
penginventarisasian dan penyesuaian unsur-unsur tatanan hukumyang berlaku
dengan sistem hukum nasional.

Maka dapat diuraikan,Pembentukan dan pembaruan peraturan perundang-


undangandiarahkan pada produk-produk hukum baru yang sangat
dibutuhkanuntuk mendukung tugas umum pemerintahan dan pembangunan
nasional.

Jadi, ada dua bidang utama sasaran pembentukan peraturan perundang-


undangan, yaitu:

a. Peraturan perundang-undangan mengenai tugas


umumpemerintahan adalah segala peraturan perundang-
undangan yangmengatur atau menyangkut penyelenggaraan
tugas wewenangpemerintah negara di bidang; ketenagakerjaan,
administrasinegara, dan politik;
b. Peraturan perundang-undangan mengenai pembangunan
nasionaladalah segala peraturan perundang-undangan yang
mengaturdapat dapat memberikan dukungan pada pembangunan
nasional.

Pembangunan kesehatan merupakan salah satu upaya


pemerintahIndonesia dalam pembangunan nasional untuk meningkatkan
kesadaran,kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar
terwujud derajatkesehatan masyarakat yang optimal.

Pembangunan kesehatan juga merupakansalah satu upaya utama untuk


meningkatkan kualitas sumber daya manusia yangpada gilirannya mendukung
percepatan pencapaian sasaran pembangunannasional.

Kebijakan pembangunan kesehatan yang dilakukan oleh


pemerintahmengacu pada komitmen Indonesia akan delapan tujuan umum
Millenium Development Goals (MDGs). Pada dasarnya MDGs merupakan
suatu komitmenbersama para pemimpin dunia negara–negara berkembang
untuk bersama – samameningkatkan pembangunan nasionalnya.

Komitmen internasional ini menjadiacuan bagi pemerintah Indonesia


dalam menyusun Rencana PembangunanJangka Menengah. Peningkatan akses
masyarakat terhadap pelayanan kesehatan,yang ditandai oleh meningkatnya
angka harapan hidup, menurunnya tingkatkematian bayi dan kematian ibu
melahirkan, dan perbaikan status gizi, menjadisalah satu sasaran yang hendak
dicapai pemerintah dalam rangka meningkatkankesejahteraan masyarakat.

Dalam rangka mencapai sasaran seperti disebut di atas, arah


kebijakanpemerintah diprioritaskan pada :

a. Meningkatkan jumlah, jaringan, dan kualitas pusat


kesehatanmasyarakat
b. Meningkatkan kuantitas dan kualitas tenaga kesehatan
c. Mengembangkan sistem jaminan kesehatan, terutama
bagimasyarakat miskin
d. Meningkatkan sosialisasi kesehatan lingkungan dan pola hidup
sehat
e. Meningkatkan pendidikan kesehatan kepada masyarakat sejak
usiadini
f. Meningkatkan pemerataan dan kualitas fasilitas kesehatan dasar

C.Produk Peraturan Perundang-undangan Bidang Kesehatan di Indonesia

Sejak Indonesia merdeka beberapa produk perundang-undangan yang

mengatur bidang kesehatan diantaranya;

1. Undang-undang No. 9 Tahun 1960 Tentang Pokok-Pokok Kesehatan.


Undang Undang No. 9 Tahun 1960 Tentang Pokok – Pokok Kesehatan
yang dikeluarkan pada tanggal 15 Oktober 1960 yang berisi VI BAB, 17
Pasal dan berisi tentang Ketentuan-ketentuan Umum, Tugas-tugas
Pemerintah, Alat perlengkapan Pemerintah, Usaha Swasta, yang dalam
aturan peralihannya menyebutkan bahwa undang-undang ini dibuat untuk
membatalkan UU produk Belanda, het Reglement op de Dienst
dervoksgezondheid. Dalam Undang-undang Kesehatan ini, sebagai hasil
konversi dari aturan-aturan belanda. Aturan tersebut masih berkisar
aturan-aturan hukum kesehatan secara umum. Karena Undang-undang ini
adalah hasil terjemahan dari aturan kesehatan yang ada di Belanda.
Elemen kaitan dengan Islam yang ditemukan di dalamnya terkait dengan
pengaturan minuman keras dan bimbingan beribadah bagi penderita.
(pasal 11 dan pasal 8).
2. Undang-undang No. 3 Tahun 1965 Tentang Pembukaan Apotik. UU No.
3 Tahun 1965 Tentang Pembukaan Apotik (Lembaran Negara Tahun
1953 Nomor 18).
3. Undang-undang Nomor 18 Tahun 1953 Tentang Penunjukan Rumah
Sakit-Rumah Sakit Partikelir yang Merawat Orang-orang Miskin
(Lembaran Negara Tahun 1953 Nomor 48).
4. Undang-undang No. 11 Tahun 1962 Tentang Hygiene untuk Usaha-usaha
Bagi Umum (Lembaran Negara Tahun 1962 Nomor 48, Tambahan
Lembaran Negara Tahun 1962 Nomor 2475).
5. Undang-undang No. 6 Tahun 1963 Tentang Tenaga KesehatanUU No. 6
Tahun 1963 Tentang Tenaga Kesehatan (Lembaran Negara Tahun 1963
Nomor 79, Tambahan Lembaran Negara Tahun 1963 Nomor 2576).
6. Undang-undang No. 7 Tahun 1963 Tentang Farmasi UU No. 7 Tahun
1963 Tentang Farmasi (Lembaran Negara Tahun 1963 Nomor 81,
Tambahan Lembaran Negara Tahun 1963 Nomr 2580).
7. Undang-undang No. 18 Tahun 1964 Tentang Wajib Kerja Tenaga
Paramedis UU No. 18 Tahun 1964 Tentang Wajib Kerja Tenaga
Paramedis (Lembaran Negara Tahun 1964 Nomor 106, Tambahan
Lembaran Negara Tahun 1964 Nomor 2698).
8. Undang-undang No. 2 Tahun 1966 Tentang Hygiene UU No. 2 Tahun
1966 Tentang Hygiene (Lembaran Negara Tahun 1966 Nomor 22,
Tambahan Lembaran Negara Tahun 1966 Nomor 2804).
9. Undang-undang No. 3 Tahun 1966 Tentang Kesehatan Jiwa UU No. 3
Tahun 1966 Tentang Kesehatan Jiwa (Lembaran Negara Tahun 1966
Nomor 23, Tambahan Lembaran Negara Tahun 1966 Nomor 2805).
10.Undang-undang Nomor 23 Tahun 1992 Tentang Kesehatan UU Nomor
23 terahun 1992 Tentang Kesehatan diundangkan tanggal 17 September
1992, (Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 100). UndangUndang
Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1992 Tentang Kesehatan yang
berisi tentang aturan-aturan kesehatan yang menggabungkan aturan-
aturan kesehatan yang telah ada sebelumnya. Dalam undang-undang ini
mengatur lebih luas tentang Islam, karena sudah memuat aturan-aturan
tentang Aborsi,Transpalansi organ tubuh/ bedah plastik, Transfusi darah,
bayi tabung, dan Zat Adiktif, namun belum mengatur tentang bayi tabung
(kelahiran di luar rahim),dan donor darah. Di samping aturan-aturan
lainnya yang berkaitan denganpelaksanaan kesehatan.
11.Undang-undang Nomor 29 Tahun 2004 Tentang Praktik Kedokteran.UU
Nomor 29 Tahun 2004 Tentang Praktik Kedokteran (Lembaran Negara
Nomor 116 Tahun 2004) diundangkan tanggal 6 Oktober 2004 dan
berlaku satu tahun sejak diundangkan.
12.Undang-undang Nomor 40 Tahun 2004 Tentang Sistem Jaminan Sosial
Nasional. UU Nomor 40 Tahun 2004 Tentang Sistem Jaminan Sosial
Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 150,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4456)
13.Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan UU Nomor
36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan (Lembaran Negara Tahun 2009
Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Tahun 2009 Nomor 5063).
14.Undang-undang Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit. UU
Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit diundangkan tanggal 28
Oktober 2009 (Lembaran Negara Tahun 2009 Nomor 153, Tambahan
Lembaran Negara Tahun 2009 Nomor 5072).
15.Undang-undang Nomor 24 Tahun 2011 Tentang Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial. UU Nomor 24 Tahun 2011 Tentang Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial diundangkan tanggal 25 November 2011
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 116,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5256)

Setelah 17 Tahun Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan


dilaksanakan dalam bidang kesehatan, Aturan tersebut dianggap sudah tidak
sesuai lagi dengan perkembangan, tuntutan, dan kebutuhan hukum dalam
masyarakat sehingga perlu dicabut dan diganti dengan Undang-Undang tentang
Kesehatan yang baru yaitu Undang-undang nomor 36 tahun 2009;
Undangundang ini terdiri dari 205 Pasal dan 22 BAB. Dari gambaran yang
diungkapkan ini dapat dijelaskan bahwa Undang-undang ini lebih rinci dan
sudah lebih luas wewenangnya sesuai dengan perkembangan teknologi
kesehatan dan informasi.

D.Landasan Politik Hukum Kesehatan di Indonesia

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan dan


UndangUndang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan lahir dalam dua era
pemerintahan yang berbeda, yaitu masa Orde Baru dan masa Reformasi.
UndangUndang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan merupakan produk
hukum yang lahir dipenghujung masa pemerintahan Orde Baru di bawah
Presiden Soeharto.

1. Landasan Politik Hukum Pemerintahan Masa Orde Baru

Pada masa Orde Baru implementasi UUD 1945 kemudian menjadi arah
dalam membentuk politik hukum nasional yang dirumuskan dalam Ketetapan
Majelis Permusyawaratan Rakyat (TAP-MPR),yaitu Garis-garis Besar Haluan
Negara. Untuk mewujudkan cita-cita tentang negara hukum, maka dilakukan
pembangunan hukum sebagai bagian pembangunan nasional yang berencana,
bertahap dan berkesinambungan,sebagaimana tergambar dalam GBHN.

Dalam rangka modernisasi hukum,pemerintah menempatkan unsur-unsur


keagamaan dan kerohanian, Hukum Adat dan Kitab UU Hukum Perdata sebagai
satu kesatuan untuk menuju unifikasi,uniformitas dan homogenitas hukum yang
berlaku untuk semua warga negara Indonesia.

Dalam Tap MPR No. IV/MPR/1978 tentang Garis-Garis Besar Haluan


Negara yang memuat Pola Umum Pembangunan bidang hukum menyatakan
bahwa pembangunan dibidang hukum dalam negara hukum Indonesia
didasarkan atas landasan sumber tertib hukum seperti terkandung dalam
Pancasila dan UUD 1945.

Pembangunan dan pembinaan bidang hukum diarahkan agar hukum


mampu memenuhi kebutuhan sesuai dengan tingkat kemajuan pembangunan di
segala bidang, sehingga dapatlah diciptaan ketertiban dan kepastian hukum dan
memperlancar pelaksanaan pembangunan. Pada tahun 1983 kebijakan hukum
melanjutkan upaya yang dilakukan tahun 1978 untuk mempermudah pembaruan
dan kodifikasi serta unifikasi hukum.

Hal ini dapat diperhatikan dari arah yang menjadi ultime goalnya adalah
pembangunan hukum sebagai upaya untuk menegakkan keadilan, kebenaran
dan ketertiban hukum dalam negara Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan
UUD 1945 yang diarahkan untuk meningkatkan kesadaran hukum, menjamin
penegakan, pelayanan, dan kepastian hukum serta mewujudkan tata hukum
nasional yang mengabdi pada kepentingan nasional.”

Selanjutnya pada GBHN 1988 pembangunan hukum nasional


menjelaskan, antara lain: Pembangunan hukum sebagai upaya untuk
menegakkan keadilan, kebenaran dan ketertiban dalam Negara hukum
Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945, diarahkan untuk
meningkatkan kesadaran hukum, serta mewujudkan tata hukum nasional yang
mengabdi kepada kepentingan nasional.”

Sejak ditetapkannya TAP MPR No. II/MPR/1998 tentang Garis-Garis


Besar Haluan Negara yang memuat bidang hukum bidang hukum mencakup
budaya hukum dan HAM, di samping materi hukum, aparat hukum dan sarana
prasarana. Di samping itu juga tetap menghormati agama dan budaya hukum di
tengah-tengah masyarakat.

Hanya saja semua kebijakan tersebut selalu berdasarkan interpretasi


pemerintah atau penguasa. Sandaran utama memahami politik hukum
didasarkan kepada landasan filosofis, cita hukum masyarakat dan landasan
konstitusional UUD 1945. Di awal pemerintahan negara secara formal ingin
melaksanakan UUD 1945 secara murni dan konsekwen.

Hal ini berarti tekad bangsa dan negara secara substansial yang
diinginkan, sebagai berikut;

a) menjadikan UUD 1945 sebagai patokan pemerintahan baru di bawah


kepemimpinan Soeharto untuk mulai melaksanakan pembangunan.
b) melaksanakan UUD 1945 sesuai dengan bunyi dan makna yang
dikandungnya agar tidak terjadi penyelewengan atau penyimpangan yang
melanggar konstitusi.
c) menjadikan UUD 1945 sebagai sumber hukum positif yang berlaku,
sehingga seluruh ketentuan hukum yang lebih rendah tidak ada yang
bertentangan dengan hukum yang lebih tinggi.

2.Landasan Politik Hukum Pemerintahan Era Reformasi

Berdasarkan TAP MPR No. III/MPR/2000 tentang Sumber Hukum dan Tata
Urutan Peraturan Perundang-undangan, tata urutan peraturan perundang
undangan Republik Indonesia, maka landasar berpijak dalam menyusun
kebijakan harus memperhatikan tata urutan perundang-undangan sebagai
berikut.

a. UUD 1945. UUD 1945 (UUD 1945) merupakan hukum dasar tertulis
Negara Republik Indonesia, memuat dasar dan garis besar hukum dalam
penyelenggaraan negara.
b. Ketetapan MPR Republik Indonesia. Ketetapan MPR Republik Indonesia
(TAP MPR-RI) merupakan putusan MPR (MPR) sebagai pengemban
kedaulatan rakyat yang ditetapkan dalam sidangsidang MPR.
c. Undang-Undang. Undang-Undang dibuat oleh Dewan Perwakilan Rakyat
(DPR) bersama Presiden untuk melaksanakan UUD 1945 serta TAP
MPR-RI.
d. Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang (Perpu). Perpu dibuat
oleh Presiden dalam hal ihwal kegentingan yang memaksa, dengan
ketentuan sebagai berikut;
a) Perpu harus diajukan ke DPR dalam persidangan yang berikut,
b) DPR dapat menerima atau menolak Perpu dengan tidak
mengadakan perubahan, dan
c) jika ditolak DPR, Perpu harus dicabut.
e. Peraturan Pemerintah. Peraturan Pemerintah (PP) dibuat oleh Pemerintah
untuk melaksanakan perintah undang-undang.
f. Keputusan Presiden. Keputusan Presiden (Keppres) yang bersifat
mengatur dibuat oleh Presiden untuk menjalankan fungsi dan tugasnya
berupa pengaturan pelaksanaan administrasi negara dan administrasi
pemerintahan.
g. Peraturan Daerah. Peraturan daerah (Perda) merupakan peraturan untuk
melaksanakan aturan hukum di atasnya dan menampung kondisi khusus
dari daerah yang bersangkutan dengan ketentuan;
a) Peraturan daerah propinsi dibuat oleh Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah (DPRD) propinsi bersama dengan gubernur,
b) Peraturan daerah kabupaten/ kota dibuat oleh DPRD kabupaten/
kota bersama bupaten/ walikota,
c) Peraturan desa atau yang setingkat, dibuat oleh badan perwakilan
desa atau yang setingkat, sedangkan tata cara pembuatan peraturan
desa atau yang setingkat diatur oleh peraturan daerah kabupaten/
kota yang bersangkutan.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Konfigurasi politik hukum pemerintah dalam bidang kesehatan ketika
lahirnya Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 Tentang Kesehatan
yaitu konfigurasi politik otoriter dengan beberapa indikator penting,
yaitu; pertama, partai politik dari badan perwakilan berperan aktif
menentukan hukum negara atau politik nasional, maka lembaga legislatif
mengajukan usul inisiatif DPR menjadi UU.
2. Konfigurasi politik hukum pemerintah dalam bidang kesehatan ketika
terjadinya usul inisiatif atas perubahan UU No. 36 Tahun 2009 tentang
kesehatan sesuai dengan iklim politik Era Reformasi, maka dapat
disimpulkan bahwa konfigurasi politik ketika proses perumusan UU
tentang kesehatan ini disebut konfigrasi demokratis dengan beberapa
indikator penting yang dilakukan oleh pemerintah dan DPR
3. Konfigurasi politik hukum pemerintah dalam bidang kesehatan
mengalami perubahan sejalan dengan berubahnya sistem politik dari
otoriter kepada konfigurasi politik demokratis.

B.Saran

a. Kepada pemerintah diharapkan senantiasa membuat kebijakan yang pro


rakyat dalam bidang kesehatan dan melayani kebutuhan masyarakat
dalam bidang kesehatan serta meningkatkan sarana prasarana dan tenaga
kesehatan yang profesional;
b. Kepada DPR RI berkewajiban pula untuk menyusun produk hukum yang
mensejahterakan dan menyehatkan rakyat dan melakukan pengawasan
terjadap pelaksanaan pelayanan di tengah-tengah masyarakat;
c. Kepada Masyarakat berkewajiban untuk melakukan pengawasan terhadap
pelaksanaan seluruh peraturan perundang-undangan yang terkait dengan
kesehatan dan berpartisipasi untuk mendukung setiap kebijakan yang
bertujuan untuk peningkatan kesehatan di tengah-tengah masyarakat.
d. Kepada kalangan akademisi dari perguruan tinggi untuk senantiasa
melakukan kajian dan kritik terhadap pemerintah dalam penyusunan
kebijakan dan pelaksanaan pelayanan kesehatan masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA
A. Hoogerwerf, Isi dan Corak-corak Kebijakan, dalam A. Hoogerwerf (ed.), Overheidsbeleid,

diterjemahkan oleh R.L.L Tobing, (Jakarta: Erlangga, 1983), h. 7.

A.H. Nasution, Ini Konsensus Nasional 1966 Laksanakan UUD ’45 Secara Murni dan
Koksekwen, Jakarta: Yayasan LKB, 1981, h.3.

Abdul Hakim Garuda Nusantara, “Politik Hukum Nasional”, makalah disampaikan pada
Karya

Latihan Bantuan Hukum (Kalabahu), diselenggarakan Yayasan LBH Indonesia dan LBH

Surabaya, September 1985.

Abdul Halim, Politik Hukum Islam di Indonesia, Jakarta: Badan Litbang Depag RI, 2008, h.

Abdul Rashid Moten, Ilmu Politik Islam (Political Science: An Islamic Perspective),

diterjemahkan oleh Munir A. Mu’in dan Widyawati, Cet. I, (Bandung: Pustaka, 2001), h.

20.

Arnold dalam Achmad Ali, Menguak Tabir Hukum, Edisi II, (Jakarta: Ghalia Indonesia,
2008), h.

14.

Bahder Johan Nasution, Hukum Kesehatan Pertanggungjawaban Dokter, (Jakarta: PT.


Rineka

Cipta, 2005), h.2-3.

Bambang Tri Bawono, Kebijakan Hukum Pidana Dalam Upaya Penanggulangan Malpraktik

Profesi Medis, Jurnal Hukum, Vol XXV, No. 1, April 2011.

Barda Nawawi Arief, Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana, (Bandung: Citra Aditya
Bakti,

1996), h. 63.

Budi Sampurno, Laporan Akhir Tim Penyusunan Kompendium Hukum Kesehatan, h. 52-56.

C.F.G. Sunaryati Hartono, Politik Hukum Menuju Satu Sistem Hukum Nasional, (Bandung:

Alumni, 1991), h.1.

C.S.T. Kansil, Pengantar Ilmu Hukum, Jilid I, Cet. IX, (Jakarta: Balai Pustaka,1992),h. 200.

Daniel S. Lev, Hukum dan Politik di Indonesia: Keseimbangan dan Perubahan, cet. 1.
Jakarta :

LP3ES, 1990, h. xii

Darji Darmodiharjo, “Orientasi Singkat Pancasila” dalam Darji Darmodiharjo (ed),


Santiaji
Pancasila: Suatu Tinjauan Filosofis, Historis dan Yuridis Konstitusional, Jakarta:

Gramedia Pustaka Utama, 1995, h.8.

David L. Sills, International Encyclopedia of the Social Science, Vol. 13, (London: Callier-
Mac

Millan Publishers, 1975).

Derajad S Widhyharto, Demokrasi dan Komodifikasi Perlindungan Kesehatan Bagi


Perempuan

Jurnal Pemikiran Sosiologi Volume 1 No.1, Mei 2012.

Anda mungkin juga menyukai