DISUSUN OLEH:
1. RENDI KURNIAWAN/202030006
2. DICKA SETIAWATY/
3. LUKMAN JAYA RANSE/202030132
4. NATALIA PAINGI/
5. PUTRI WULANDARI/202030080
6. SITTI NURHALIZA GORO/202130266
7. IDI SUSANTO/202030112
8. JUMAN/
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SULAWESI TENGGARA
TAHUN 2023/2024
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Kesehatan adalah hak asasi manusia dan hak fundamental bagi warga
negara dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.Oleh karena itu, keluarga dan
masyarakat berhak memperoleh perlindungan terhadap kesehatannya, dan
negara bertanggung jawab mengatur agar terpenuhi hak hidup sehat bagi
penduduknya. Pemerintah Negara Indonesia melindungi segenap bangsa
Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan
kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa.
PEMBAHASAN
A.Politik Hukum
Pada masa Orde Baru implementasi UUD 1945 kemudian menjadi arah
dalam membentuk politik hukum nasional yang dirumuskan dalam Ketetapan
Majelis Permusyawaratan Rakyat (TAP-MPR),yaitu Garis-garis Besar Haluan
Negara. Untuk mewujudkan cita-cita tentang negara hukum, maka dilakukan
pembangunan hukum sebagai bagian pembangunan nasional yang berencana,
bertahap dan berkesinambungan,sebagaimana tergambar dalam GBHN.
Hal ini dapat diperhatikan dari arah yang menjadi ultime goalnya adalah
pembangunan hukum sebagai upaya untuk menegakkan keadilan, kebenaran
dan ketertiban hukum dalam negara Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan
UUD 1945 yang diarahkan untuk meningkatkan kesadaran hukum, menjamin
penegakan, pelayanan, dan kepastian hukum serta mewujudkan tata hukum
nasional yang mengabdi pada kepentingan nasional.”
Hal ini berarti tekad bangsa dan negara secara substansial yang
diinginkan, sebagai berikut;
Berdasarkan TAP MPR No. III/MPR/2000 tentang Sumber Hukum dan Tata
Urutan Peraturan Perundang-undangan, tata urutan peraturan perundang
undangan Republik Indonesia, maka landasar berpijak dalam menyusun
kebijakan harus memperhatikan tata urutan perundang-undangan sebagai
berikut.
a. UUD 1945. UUD 1945 (UUD 1945) merupakan hukum dasar tertulis
Negara Republik Indonesia, memuat dasar dan garis besar hukum dalam
penyelenggaraan negara.
b. Ketetapan MPR Republik Indonesia. Ketetapan MPR Republik Indonesia
(TAP MPR-RI) merupakan putusan MPR (MPR) sebagai pengemban
kedaulatan rakyat yang ditetapkan dalam sidangsidang MPR.
c. Undang-Undang. Undang-Undang dibuat oleh Dewan Perwakilan Rakyat
(DPR) bersama Presiden untuk melaksanakan UUD 1945 serta TAP
MPR-RI.
d. Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang (Perpu). Perpu dibuat
oleh Presiden dalam hal ihwal kegentingan yang memaksa, dengan
ketentuan sebagai berikut;
a) Perpu harus diajukan ke DPR dalam persidangan yang berikut,
b) DPR dapat menerima atau menolak Perpu dengan tidak
mengadakan perubahan, dan
c) jika ditolak DPR, Perpu harus dicabut.
e. Peraturan Pemerintah. Peraturan Pemerintah (PP) dibuat oleh Pemerintah
untuk melaksanakan perintah undang-undang.
f. Keputusan Presiden. Keputusan Presiden (Keppres) yang bersifat
mengatur dibuat oleh Presiden untuk menjalankan fungsi dan tugasnya
berupa pengaturan pelaksanaan administrasi negara dan administrasi
pemerintahan.
g. Peraturan Daerah. Peraturan daerah (Perda) merupakan peraturan untuk
melaksanakan aturan hukum di atasnya dan menampung kondisi khusus
dari daerah yang bersangkutan dengan ketentuan;
a) Peraturan daerah propinsi dibuat oleh Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah (DPRD) propinsi bersama dengan gubernur,
b) Peraturan daerah kabupaten/ kota dibuat oleh DPRD kabupaten/
kota bersama bupaten/ walikota,
c) Peraturan desa atau yang setingkat, dibuat oleh badan perwakilan
desa atau yang setingkat, sedangkan tata cara pembuatan peraturan
desa atau yang setingkat diatur oleh peraturan daerah kabupaten/
kota yang bersangkutan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Konfigurasi politik hukum pemerintah dalam bidang kesehatan ketika
lahirnya Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 Tentang Kesehatan
yaitu konfigurasi politik otoriter dengan beberapa indikator penting,
yaitu; pertama, partai politik dari badan perwakilan berperan aktif
menentukan hukum negara atau politik nasional, maka lembaga legislatif
mengajukan usul inisiatif DPR menjadi UU.
2. Konfigurasi politik hukum pemerintah dalam bidang kesehatan ketika
terjadinya usul inisiatif atas perubahan UU No. 36 Tahun 2009 tentang
kesehatan sesuai dengan iklim politik Era Reformasi, maka dapat
disimpulkan bahwa konfigurasi politik ketika proses perumusan UU
tentang kesehatan ini disebut konfigrasi demokratis dengan beberapa
indikator penting yang dilakukan oleh pemerintah dan DPR
3. Konfigurasi politik hukum pemerintah dalam bidang kesehatan
mengalami perubahan sejalan dengan berubahnya sistem politik dari
otoriter kepada konfigurasi politik demokratis.
B.Saran
DAFTAR PUSTAKA
A. Hoogerwerf, Isi dan Corak-corak Kebijakan, dalam A. Hoogerwerf (ed.), Overheidsbeleid,
A.H. Nasution, Ini Konsensus Nasional 1966 Laksanakan UUD ’45 Secara Murni dan
Koksekwen, Jakarta: Yayasan LKB, 1981, h.3.
Abdul Hakim Garuda Nusantara, “Politik Hukum Nasional”, makalah disampaikan pada
Karya
Latihan Bantuan Hukum (Kalabahu), diselenggarakan Yayasan LBH Indonesia dan LBH
Abdul Halim, Politik Hukum Islam di Indonesia, Jakarta: Badan Litbang Depag RI, 2008, h.
Abdul Rashid Moten, Ilmu Politik Islam (Political Science: An Islamic Perspective),
diterjemahkan oleh Munir A. Mu’in dan Widyawati, Cet. I, (Bandung: Pustaka, 2001), h.
20.
Arnold dalam Achmad Ali, Menguak Tabir Hukum, Edisi II, (Jakarta: Ghalia Indonesia,
2008), h.
14.
Bambang Tri Bawono, Kebijakan Hukum Pidana Dalam Upaya Penanggulangan Malpraktik
Barda Nawawi Arief, Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana, (Bandung: Citra Aditya
Bakti,
1996), h. 63.
Budi Sampurno, Laporan Akhir Tim Penyusunan Kompendium Hukum Kesehatan, h. 52-56.
C.F.G. Sunaryati Hartono, Politik Hukum Menuju Satu Sistem Hukum Nasional, (Bandung:
C.S.T. Kansil, Pengantar Ilmu Hukum, Jilid I, Cet. IX, (Jakarta: Balai Pustaka,1992),h. 200.
Daniel S. Lev, Hukum dan Politik di Indonesia: Keseimbangan dan Perubahan, cet. 1.
Jakarta :
David L. Sills, International Encyclopedia of the Social Science, Vol. 13, (London: Callier-
Mac