Anda di halaman 1dari 3

Nama : Nurul Huda

NIM : P07131121031
Mata Kuliah : Hukum Kesehatan

Bagaimana peranan UU No. 36 Tahun 2009 Tentang kesehatan masyarakat dan tenaga kesehatan
di Inddonesia

Jawab
Indonesia adalah negara hukum, artinya di negara ini memiliki aturan dengan tujuan
untuk memakmurkan masyarakatnya terlebih lagi dalam bidang kesehatan. Undang – undang
dibuat untuk ditaati dan berupaya dalam mencapaikan tujuan dari pembuatan undang – undang
tersebut.
Kesehatan masyarakat didefinisikan sebagai "ilmu dan seni mencegah penyakit",
memperpanjang hidup, dan meningkatkan kualitas hidup dengan melakukan upaya-upaya
terorganisasi dan memberi pilihan informasi kepada masyarakat, organisasi, komunitas, dan
individu
Tenaga kesehatan masyarakat adalah tenaga kesehatan yang telah memenuhi kualifikasi
bidang kesehatan masyarakat yang terdiri dari epidemiolog kesehatan, tenaga promosi kesehatan
dan ilmu perilaku, pembimbing kesehatan kerja, tenaga administrasi dan kebijakan kesehatan,
tenaga biostatistik dan kependudukan
Upaya UU No. 36 tahun 2009 ini dalam memaksimalkan upayanya seperti mengadakan
posyandu untuk para balita bahkan lansia, ada pula puskesmas yang digunakan untuk para
masyarakat yang membutuhkan. Artinya pelayanan kesehatan tersebut sudah menjadi hal yang
mendukung upaya dari UU No. 36 tahun 2009.
Seperti pada Pasal 46 yang berbunyi Untuk mewujudkan derajat kesehatan
yang setinggi-tingginya bagi masyarakat, diselenggarakan upaya kesehatan yang
terpadu dan menyeluruh dalam bentuk upaya kesehatan perseorangan dan upaya
kesehatan masyarakat.
Dan ada pula dalam Pasal 47 yang berbunyi Upaya kesehatan diselenggarakan
dalam bentuk kegiatan dengan pendekatan promotif, preventif, kuratif, dan
rehabilitatif yang dilaksanakan secara terpadu, menyeluruh, dan
berkesinambungan. Artinya undang – undang mengupayakan untuk masyarakat
melakukan sebuah pencegahan yang mengakibatkan terjadinya suatu penyakit,
contohnya seperti penyakit jantung yang disebabkan oleh beberapa hal yang
tertentu, berarti di dalam hal itu terdapat kegiatan promotif yang dilaksanakan para
tenaga kesehatan untuk melakukan promosi atau penyuluhan agar masyarakat dapat
melakukan pencegahan, sama hal nya seperti dalam posyandu, posyandu merupakan
upaya untuk melakukan pencegahan bagi masyarakat umum.
Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus
diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pancasila
dan Pembukaan UndangUndang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Oleh karena itu,
setiap kegiatan dan upaya untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-
tingginya dilaksanakan berdasarkan prinsip nondiskriminatif, partisipatif, perlindungan, dan
berkelanjutan yang sangat penting artinya bagi pembentukan sumber daya manusia Indonesia,
peningkatan ketahanan dan daya saing bangsa, serta pembangunan nasional. Upaya untuk
meningkatkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya pada mulanya berupa upaya
penyembuhan penyakit, kemudian secara berangsurangsur berkembang ke arah keterpaduan
upaya kesehatan untuk seluruh masyarakat dengan mengikutsertakan masyarakat secara luas
yang mencakup upaya promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif yang bersifat menyeluruh
terpadu dan berkesinambungan. Perkembangan ini tertuang ke dalam Sistem Kesehatan Nasional
(SKN) pada tahun 1982 yang selanjutnya disebutkan kedalam GBHN 1983 dan GBHN 1988
sebagai tatanan untuk melaksanakan pembangunan kesehatan.
Selain itu, perkembangan teknologi kesehatan yang berjalan seiring dengan munculnya
fenomena globalisasi telah menyebabkan banyaknya perubahan yang sifat dan eksistensinya
sangat berbeda jauh dari teks yang tercantum dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992
tentang Kesehatan. Pesatnya kemajuan teknologi kesehatan dan teknologi informasi dalam era
global ini ternyata belum terakomodatif secara baik oleh Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992
tentang Kesehatan. Perencanaan dan pembiayaan pembangunan kesehatan yang tidak sejiwa
dengan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992, yaitu menitikberatkan pada pengobatan
(kuratif), menyebabkan pola pikir yang berkembang di masyarakat adalah bagaimana cara
mengobati bila terkena penyakit. Hal itu tentu akan membutuhkan dana yang lebih besar bila
dibandingkan dengan upaya pencegahan. Konsekuensinya, masyarakat akan selalu memandang
persoalan pembiayaan kesehatan sebagai sesuatu yang bersifat konsumtif/pemborosan. Selain
itu, sudut pandang para pengambil kebijakan juga masih belum menganggap kesehatan sebagai
suatu kebutuhan utama dan investasi berharga di dalam menjalankan pembangunan sehingga
alokasi dana kesehatan hingga kini masih tergolong rendah bila dibandingkan dengan negara
lain.
Tetapi peranan UU No. 36 tahun 2009 juga tidak mempersulit keadaan bagi
masyarakat, karena dari undang – undang sendiri tidak melarang sepenuhnya bagi
masyarakat dalam berobat dengan obat tradisional namun masih dalam batasan
wajar.
Pada intinya undang – undang yang membahas tentang kesehatan masyarakat
ini dibuat untuk masyarakatnya agar melakukan pencegahan dari penyakit, dan
melakukan penyembuhan sesegera mungkin untuk melakukan pengobatan ke tenaga
medis terdekat. Bahkan pemerintah untuk mewujudkan tujuannya dalam undang –
undang ini mereka menyebar beberapa atau bahkan banyak tenaga medis ke pelosok
desa agar masyarakat yang tinggal di pedalaman itu bisa juga amelakukan yang
namanya penyembuahan penyakit tanpa ke kota dan dapat ditangani sesegera
mungkin.

Terdapat pada Pasal 49


(1) Pemerintah, pemerintah daerah dan masyarakat bertanggung jawab atas
penyelenggaraan upaya kesehatan.
(2) Penyelenggaraan upaya kesehatan harus memperhatikan fungsi sosial, nilai,
dan norma agama, sosial budaya, moral, dan etika profesi.
Pada pasal ini memiliki contoh misalnya seperti penyuluhan tentanag narkoba yang
masuk dalam fungsi sosial, selain itu juga berkaitan dengan norma agama, karena narkoba
merupakan salah satu hal yang memiliki mudhorat bagi kita semua karena sudah jelas dikatakan
kalua segala sesuatu yang memabukkan dan memudhoratkan itu hukumnya haram, ada pula
dalam sosial dan budaya, kita harus menyesuaikan dari adat dan istiadat yang ada di suatu
daerah tersbut agar penyuluhan atau edukasi yang kita berikan dapat mudah dimengerti dan
tenaga kita sebagai orang kesehatan dapat berguna bagi masyarakat itu.
Pada Pasal 55
(1) Pemerintah wajib menetapkan standar mutu pelayanan kesehatan.
(2) Standar mutu pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diatur dengan Peraturan Pemerintah.
Artinya pemerintahan juga mengupayakan agar para tenaga kesehatan memiliki aturan
tersendiri yang wajar agar pelayanan mereka memiliki mutu dan dapat menyelamatkan pasien.
Dan para tenaga medis harus memiliki rasa tanggung jawab dan tidak memilih siapa pasiennya
yang tidak membeda – bedakan apakah pasien tersebut memiliki pangkat atau tidak.
Untuk dapat terselenggaranya pelayanan kesehatan yang merata kepada masyarakat,
diperlukan ketersediaan tenaga kesehatan yang merata dalam arti pendayagunaan dan
penyebarannya harus merata ke seluruh wilayah sampai ke daerah terpencil sehingga
memudahkan masyarakat dalam memperoleh layanan kesehatan.

Anda mungkin juga menyukai