Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus
diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pancasila dan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Setiap hal yang menyebabkan terjadinya gangguan kesehatan pada masyarakat Indonesia
akan menimbulkan kerugian ekonomi yang besar bagi negara, dan setiap upaya peningkatan derajat
kesehatan masyarakat juga berarti investasi bagi pembangunan negara.
Setiap upaya pembangunan harus dilandasi dengan wawasan kesehatan dalam arti pembangunan
nasional harus memperhatikan kesehatan masyarakat dan merupakan tanggung jawab semua pihak
baik Pemerintah maupun masyarakat. Adapun bentuk pelayanan kesehatan yang dapat dilakukan
oleg pemerintah yaitu melalui pelayanan kesehatan promotif, preventif.
Masalah yang paling mendasar pada hirarki sistem pelayanan kesehatan di Indonesia adalah
tidak berjalannya fungsi dari masing-masing pelayanan tersebut. Di Indonesia praktik dari teori
hirarki sistem pelayanan kesehatan tidak ada. Sebagai contoh, yang seharusnya kegiatan promotif
dan preventif dapat dilakukuan sendiri di masyarakat tetapi pada kenyataannya, hal tersebut
melibatkan peran serta tenaga kesehatan dalam pemenuhannya. Hal tersebut jelas tidak sesuai,
karena fungsi dari hirarki dasar yaitu dapat memenuhi kegiatan promotif dan preventif secara
mandiri dan bisa menghilangkan penyebab dasar dari penurunan tingkat kesehatan pada
masyarakat. Hal tersebut terjadi karena:
Kebanyakan masyarakat kita masih memegang teguh nilai-nilai budaya yang belum terbukti
kebenaran dan rasionalnya. Terkadang hanya karena “warisan nenek moyang” dan itu turun
temurun dipercaya oleh generasi berikutnya. Sehingga menyebebkan ketidaktahuan dan kesalah
pahaman terhadap suatu penyakit. Misalnya, masyarakat kita sering mengatakan serangan jantung
sebagai angin duduk. Padahal dalam dunia kesehatan tidak pernah mengenal istilah angin duduk.
Sama halnya dengan penyakit masuk angin dan panas dalam, di dalam dunia kesehatan tidak pernah
mengenal istilah penyakit seperti itu.
Peran puskesmas sebagai primary health care juga mulai dilupakan dalam masyarakat sekarang ini.
Hal ini terjadi karena pelayanan di puskesmas tidak sesuai dan tidak memuaskan. Beberapa faktor
penyebabnya adalah:
Pelayanan kesehatan di puskesmas belum memenuhi standar. Sebagai contoh, keterbatasan alat-
alat medis dan obat-obatan yang tersedia serta tenaga ahli yang kurang memadai. Sehingga
masyarakat lebih senang berobat langsung ke RS. Kabupaten dan sejenisnya.
Peran dari masing-masing sistem pelayanan kesehatan mulai dilupakan dan ditinggalkan. Pada
kenyataannya masyarakat langsung menuju kepada secondary health care dalam pemenuhan
kebutuhan akan kesehatan.