Anda di halaman 1dari 7

Nama : Jelita Marfentin Sari Zendrato

NIM : 223313010053
Fakultas : FKKGIK
Prodi : Kesehatan masyarakat
Mata kuliah : Ilmu Kesehatan masyarakat
Dosen pengampu : Perry Boy Candra Siahaan SKM.,M.Kes

1. Jelaskan kaitan antara hukum (peraturan perundang – undangan ) kebijakan dan etik
dalam bidang Kesehatan.

2. Apa scope (ruang lingkup) dari hukum (peraturan perundang-undangan), kebijakan


dan etik dalam bidang kesehatan? Jelaskan .
3. Download UUD NKRI 1945. Pasal dan ayat mana yang memberikan ketentuan
tentang kesehatan? Jelaskan .
4. Download UU tentang kesehatan yang sekarang berlaku. Apa yang dimaksud dengan
istiah “sehat” dalam Undang-undang tersebut ? Bandingkan dengan definisi “sehat”
menurut WHO.
5. Tunjukkan dan jelaskan suatu Peraturan Pemerintah (PP) yang mengatur masalah
kesehatan. Demikian pula tunjukkan dan jelaskan suatu Peraturan Daerah (Perda) dan
suatu Pergub (Peraturan Gubernur) yang mengatur masalah kesehatan. 
6. Jelaskan salah satu kebijakan Pemerintah untuk para ASN (Aparatur Sipil Negara)
(dulu disebut Pegawai Negeri) berkenaan dengan adanya pandemi Covid-19 saat ini. 
7. Jelaskan karakteristik filosofi Market Justice dan Social Justice dalam kesehatan. Apa
implikasinya terhadap penyediaan dan distribusi dokter? Menurut saudara negara kita
menganut filosofi mana? Jelaskan, dan berikan contoh. 
8. Jelaskan empat prinsip Etika Medik.
9. Bagaimana penerapan prinsip bioetik untuk melindungi orang-orang yang
berpartisipasi dalam suatu penelitian? 
10.  Jelaskan prinsip etika dalam upaya kesehatan masyarakat.
Jawaban :
1) Kaitan antara hukum (peraturan perundang – undangan ) kebijakan dan etik dalam
bidang Kesehatan, hubungannya adalah etika menjadi norma bagi tenaga medis dalam
berprilaku atau menjalankan tugasnya sebagai pelayanan kesehatan, kode etik pada
umumnya disusun oleh organisasi profesi yang bersangkutan, ruang lingkup
kewajiban bagi anggota profesi atau isi kode etik profesi pada umumnya mencakup,
kewajiban umum, kewajiban terhadap pasien/client, kewajiban terhadap teman
sejawatnya, kewajiban terhadap diri sendiri. Dimana
• Etika berperanan dalam proses program kesmas
(perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi)
• Indikator status kesehatan masyarakat, misalnya:
AKB, AKI, Umur harapan Hidup, insidens/prevalens penyakit menular dan tidak
menular, dll.
2) Ruang lingkup dari hukum (peraturan perundang-undangan), kebijakan dan etik
dalam bidang Kesehatan adalah :
1) Perangkat untuk mendorong perilaku sehat dan mengubah perilaku tidak sehat
dari individu/kelompok.
2) Perangkat untuk mengatasi masalah, mis yang terkait dengan akses, kualitas,
dan pembiayaan pelayanan Kesehatan.
3) Mempengaruhi dan menentukan arah sistem kesehatan, program, organisasi,
dan profesi pelayanan Kesehatan.
4) Perangkat untuk mencapai tujuan program kesmas.
3)

Pasal 28H
Ayat 1 berbunyi : Untuk kepentingan hukum, tenaga kesehatan wajib
melakukan pemeriksaan kesehatan atas permintaan penegak hukum dengan
biaya ditanggung oleh negara.
Ayat 2 berbunyi :Pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
didasarkan pada kompetensi dan kewenangan sesuai dengan bidang keilmuan
yang dimiliki.
Ayat 3 berbunyi :Setiap orang berhak atas jaminan sosial yang memungkinkan
pengembangan dirinya secara utuh sebagai manusia yang bermartabat.

Pasal 34
(1) Setiap pimpinan penyelenggaraan fasilitas pelayanan kesehatan
perseorangan harus memiliki kompetensi manajemen kesehatan perseorangan
yang dibutuhkan.
(2) Penyelenggara fasilitas pelayanan kesehatan dilarang mempekerjakan
tenaga kesehatan yang tidak memiliki kualifikasi dan izin melakukan
pekerjaan profesi.
(3) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dilaksanakan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

4) UU tentang Kesehatan yang masih berlaku adalah UU No. 36 Tahun 2009 Tentang
Kesehatan.
Pasal 1 Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan:Kesehatan
adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun sosial yang
memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan
ekonomis.Sedangkan sehat menurut defenisi WHO tidak jauh berbeda dengan UU
tentang Kesehatan. Defenisi WHO adalah merumuskan dalam cakupan yang sangat
luas, yaitu “keadaan yang sempurna baik fisik, mental maupun sosial, tidak hanya
terbebas dari penyakit atau kelemahan/cacat”.

Dari gambaran di atas dapat disimpulkan bahwa sehat menurut WHO mengandung
pengertian kondisi kesehatan ideal, baik dari segi biologis, psiologis, dan sosial. Hal
ini juga tentunya akan membuat seseorang dapat melakukan aktivitas secara maksimal
dan optimal.Selain itu, WHO juga menjabarkan beberapa karakteristik kesehatan yang
perlu diketahui :

Diantaranya, seperti sehat jasmani dan rohani tanpa melibatkan unsur eksternal, Sehat
berkaitan dengan lingkungan internal atau eksternal, sehat spritual, sehat mental. Serta
sehat sebagai hidup kreatif dan produktif.

5)  UU Kesehatan yang baru yakni UU No 36 Tahun 2009, LN Tahun 2009 No. 144,
TLN No.5063
Undang-Undang No 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan adalah undang-
undang yang relatif cukup lengkap.

Undang-Undang Kesehatan merupakan landasan utama dan merupakan


payung hukum bagi setiap penyelenggara pelayanan kesehatan. Oleh karena
itu ada baiknya setiap orang yang bergerak dibidang pelayanan kesehatan
mengetahui dan memahami apa saja yang diatur didalam undang-undang
tersebut.
Undang-undang No 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, memiliki
landasan hukum yang telah disesuaikan dengan UUD 1945 hasil amandemen,
seperti dalam konsideran mengingat; sebagaimana dicantumkannya  Pasal 20,
Pasal 28H ayat (1), dan Pasal 34 ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945. Selain
itu, undang-undang ini juga memiliki jumlah pasal yang sangat banyak yaitu
terdiri dari  205 pasal dan 22 bab, serta penjelasannya. Jika dibandingan
dengan UU Kesehatan yang lama yaitu UU No 23 Tahun 1992, hanya terdiri
dari 12 Bab dan 90 Pasal.

 Perda kota depok no 17/2017


Menimbang :
a. bahwa kesehatan merupakan hak warga negara Republik Indonesia dan
salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita
bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pancasila dan Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
b. bahwa peningkatan derajat kesehatan masyarakat merupakan investasi bagi
pembangunan Kota Depok dan pembangunan kesehatan yang telah
dilaksanakan masih menghadapi berbagai masalah yang belum sepenuhnya
dapat diatasi sehingga diperlukan pemantapan dan percepatan melalui Sistem
Kesehatan Daerah sebagai bentuk pengelolaan kesehatan;
c. bahwa untuk memberikan arah, landasan dan kepastian hukum kepada
semua pihak yang terlibat dalam pembangunan kesehatan, maka diperlukan
pengaturan tentang tatanan penyelenggaraan pembangunan Kesehatan
d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a,
huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Daerah tentang Sistem
Kesehatan Daerah.

Mengingat :
1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
2. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1999 tentang Pembentukan Kotamadya Daerah
Tingkat II Depok dan Kotamadya Daerah Tingkat II Cilegon (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3858);
3. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 150, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4456);
4. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5063);
5. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 153, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5072);
6. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan
Sosial (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 116, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5256);
7. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir
dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5679);
8. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 298, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5607);
9. Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2014 tentang Sistem Informasi Kesehatan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 126, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5542);
10. Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2016 tentang Fasilitas Pelayanan
Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 229, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5942);
11. Peraturan Presiden Nomor 72 Tahun 2012 tentang Sistem Kesehatan Nasional;
12. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan
Masyarakat; 13. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 19 Tahun 2016 tentang Sistem
Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu;
14. Peraturan Daerah Kota Depok Nomor 15 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan
Kota Layak Anak (Lembaran Daerah Kota Depok Tahun 2013 Nomor 15);
15. Peraturan Daerah Kota Depok Nomor 3 Tahun 2014 tentang Kawasan Tanpa
Rokok (Lembaran Daerah Kota Depok Tahun 2014 Nomor 03);

 Pergub DKI Jakarta no.16/2017


Menimbang :
a. bahwa dalam rangka meningkatkan pelayanan kesehatan kepada pegawai serta
untuk memenuhi salah satu persyaratan administratif penerapan Pola Pengelolaan
Keuangan Badan Layanan Umum Daerah (PPK-BLUD) pada Pusat Pelayanan
Kesehatan Pegawai, perlu dilakukan penyusunan, penetapan, penerapan dan rencana
pencapaian standar pelayanan minimal;
b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu
menetapkan Peraturan Gubernur tentang Standar Pelayanan Minimal pada Pusat
Pelayanan Kesehatan Pegawai.

Mengingat :
1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2007 tentang Pemerintahan Provinsi
Daerah Khusus Ibukota Jakarta sebagai Ibukota Negara Kesatuan Republik
Indonesia;
2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Rublik;
3. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan;
4. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan;
5. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang
Nomor 9 Tahun 2015
6. Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan
dan Penerapan Standar Pelayanan Minimal;
7. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 6 Tahun 2007 tentang Petunjuk
Teknis Penyusunan dan Penetapan Standar Pelayanan Minimal;
8. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 79 Tahun 2007 tentang Pedoman
Penyusunan Rencana Pencapaian Standar Pelayanan Minimal;
9. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 741/ Menkes/ Per/VII / 2008 tentang
Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di Kabupaten/ Kota;
10. Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2009 tentang Sistem Kesehatan Daerah;
11. Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2016 tentang Pembentukan dan Susunan
Perangkat Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta;
12. Peraturan Gubernur Nomor 56 Tahun 2012 tentang Pedoman Penyusunan dan
Pelaksanaan Standar Pelayanan Minimal;
13. Peraturan Gubernur Nomor 20 Tahun 2014 tentang Penyusunan, Penetapan,
Penerapan dan Rencana Pencapaian Standar Pelayanan Minimal Bidang
Kesehatan;
14. Peraturan Gubernur Nomor 278 Tahun 2016 tentang Organisasi dan Tata
Kerja Dinas Kesehatan;
15. Peraturan Gubernur Nomor 382 Tahun 2016 tentang Pembentukan Organisasi
dan Tata Kerja Pusat Pelayanan Kesehatan Pegawai;

6) Sebagai warga Negara Indonesia yang baik tentunya kebijakan pemerintah harus kita
dukung bersama dan turut ambil bagian secara aktif. Demikian pula Aparatur Sipil
Negara (ASN) sebagai bagain dari Negara Indonesia memiliki tanggung jawab untuk
menjadi contoh masyarakat dalam upaya memutus mata rantai penyebaran covid-19.
Tidak hanya dituntut kesadaran secara pribadi masing-masing ASN untuk berperan
secara aktif dalam memutus mata rantai Covid-19 ini. Di tegaskan ASN dan keluarganya
dilarang melakukan kegiatan berpergian keluar daerah, pengecualian apabila terdapat
ASN yang dalam keadaan terpaksa perlu melakukan kegiatan bepergian ke luar daerah,
hal ini dimungkinkan bagi ASN dengan terlebih dahulu mendapat izin dari atasan.

7) Karakteristik filosofi market justice dan social justice dalam kesehatan yaitu :
 Market justice : Melihat pelayanan kesehatan sebagai komoditas ekonomi
 Social justice : Melihat pelayanan kesehatan sebagai sumber daya sosial
Implikasinya terhadap penyediaan dan distribusi yaitu :
 Market justice : kesehatan adalah tanggung jawab individu, pelayanan kesehatan didapat
berdasarkan kemampuan dan kemauan individu untuk membayar (ability to pay dan
willingness to pay) obligasi terbatas untuk barang kolektif penekanan pada kesejahteraan
individu.
 Social justice : kesehatan adalah tanggung jawab bersama, setiap orang mendapatkan
pelayanan kesehatan dasar berdasarkan kebutuhan.
Negara kita menganut filosofi :
 Market justice : keadilan beorientasi pada kemampuan dan keinginan individu.
 Social justice : keadilan.

8) Empat prinsip Etika Medik


 Autonomy : merupakan bentuk respek terhadap seseorang, atau dipandang sebagai
persetujuan tidak memaksa dan bertindak secara rasional.
 Beneficence : sebuah konsep dalam etika penelitian yang menyatakan bahwa peneliti
harus memiliki kesejahteraan peserta penelitian sebagai tujuan dari setiap uji klinis atau
studi penelitian lainnya.
 Non-maleficence : berarti tidak menimbulkan bahaya/cedera fisik dan psikologis pada
pasien. Prinsip non-maleficence berarti bahwa tenaga kesehatan dalam memberikan
upaya pelayanan kesehatan harus senantiasa dengan niat untuk membantu pasien
mengatasi masalah kesehatannya.
 Justice : kondisi yang bersifat adil terhadap suatu sifat,perbuatan maupun perlakuan
terhadap suatu hal.
9) Penerapan prinsip bioetika untuk melindungi orang orang yang berpatisipasi dalam suatu
penelitian yaitu :
 Menghormati orang
 Manfaat
 Tidak membahayakan objek
 Keadilan
10) Prinsip etika dalam upaya kesehatan masyarakat :
 Perhatian utama pada penyebab gangguan kesehatan dan mengutamakan kesehatan
 Mengutamakan pencapaian kesehatan populasi/kelompok dengan tetap memperhatikan
dan menghormati hak hak individu.
 Memprioritaskan upaya untuk mengatasi disparitas antar kelompok masyarakat yang di
sebabkan oleh perbedaan sosial ekonomi,geografi,dan masalah lainnya.

Anda mungkin juga menyukai