Anda di halaman 1dari 8

KATA PENGANTAR

PengertianHukumKesehatan

Hukum kesehatan adalah semua ketentuan hukum yang berhubungan langsung


dengan pemeliharaan atau pelayanan kesehatan dan penerapannya. Hal ini berarti
hukum kesehatan adalah aturan tertulis mengenai hubungan antara pihak pemberi
pelayanan kesehatan dengan masyarakat atau anggota masyarakat. Hukum
kesehatan relatif masih muda bila dibandingkan dengan hukum-hukum yang lain.
Perkembangan hukum kesehatan baru dimulai pada tahun 1967, yakni dengan
diselenggarakannya “Word Congress on Medical Law“ di Belgia tahun 1967.6

Peraturan perundang-undangan terkait dengan kesehatan adalah :

a. Undang-UndangDasar1945.

b. Undang-Undang tentang Kesehatan, yang pernah berlaku di Indonesia:


( Undang-Undang Pokok Kesehatan No. 9 Tahun 1960, Undang- Undang
Kesehatan No. 23 Tahun 1992, direvisi menjadi UU No. 36 Tahun 2009

c. PeraturanPemerintah.

d. Keputusan Presiden.

e. KeputusanMenteriKesehatan.

f. Keputusan Dirjen/Sekjen.

g. KeputusanDirektur/KepalaPusat

Penyelenggaraan pelayanan kesehatan dilaksanakan secara

Pengawasan terhadap peyelenggaraan pelayanan kesehatan dilakukan oleh


pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat. Selain itu pemerintah wajib
menetapkan standar mutu pelayanan kesehatan.
RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana Sanksi Pidana terhadap Rumah Sakit yang menelantarkan Pasien


dalam memberikan perawatan menurut Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009
tentang Kesehatan?

2. Bagaimana Sanksi Pidana terhadap Rumah Sakit yang menelantarkan Pasien


dalam memberikan perawatan menurut Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009
tentang Kesehatan ditinjau dalam Hukum Pidana Islam?

TUJUAN

a. Mengetahui Sanksi Pidana terhadap Rumah Sakit yang menelantarkan pasien


dalam memberikan perawatan menurut Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009
tentang Kesehatan.

b. Mengetahui Sanksi Pidana terhadap Rumah Sakit yang menelantarkan pasien


dalam memberikan perawatan menurut Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009
tentang Kesehatan ditinjau dalam perspektif hukum pidana Islam.

LATAR BELAKANG

Kesehatan adalah modal utama dalam rangka pertumbuhan dan kehidupan bangsa
dan mempunyai peranan penting dalam pembentukan masyarakat adil, makmur,
dan sejahtera. Secara umum, kesehatan merupakan salah satu unsur kesejahteraan
umum harus diwujudkan sesuai cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana dalam
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 melalui
pembanguan nasional yang berkesinambungan berdasarkan Pancasila dan Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan


pada pasal 162 merumuskan bahwa upaya kesehatan lingkungan ditujukan untuk
mewujudkan kualitas lingkungan yang sehat, baik fisik, kimia, biologi, maupun
sosial yang memungkinkan setiap orang mencapai derajat kesehatan yang setinggi-
tingginya.

Sebagai unsur Hak Asasi Manusia (HAM), maka kesehatan bagi masyarakat
merupakan tanggug jawab Negara, utamanya pemerintah sebagai yang dimaksud
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 amandemen Pasal
28 I ayat (4) yang menetapkan bahwa, “Perlindungan, Pemajuan, Penegakan, dan
Pemenuhan Hak Asasi Manusia (HAM) adalah tanggung jawab Negara, terutama
Pemerintah.” Bentuk dari peraturan pelaksanaan dari pelayanan kesehatan adalah
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, yang selanjutnya
disebut dengan Undang-Undang Kesehatan. Undang-Undang Kesehatan tidak
menyebutkan mengenai pelayanan kesehatan, pengertian pelayanan kesehatan
dirumuskan sebagai Upaya Kesehatan. Upaya Kesehatan diatur dalam Pasal 1 ayat
(11) Undang-Undang Negara Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan yang berbunyi “Upaya Kesehatan adalah setiap kegiatan dan/atau
serangkaian kegiatan yang dilakukan secara terpadu terintegrasi dan
berkesinambungan untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat dalam bentuk pencegahan penyakit, peningkatan kesehatan,
pengobatan penyakit, dan pemulihan kesehatan oleh pemerintah dan/atau
masyarakat.”

Dalam permasalahan Kesehatan masyarakat, pemerintah berkewajiban memastikan


warga negaranya tidak sakit dan juga berkewajiban untuk memenuhi hak rakyatnya
atas kehidupan yang sehat dan terselengaranya kondisi-kondisi yang menentukan
kesehatan rakyat, karena Kesehatan telah menjadi bagian dari kehidupan warga
Negara, dan untuk menjalankan amanat tersebut Negara harus memenuhi azas
pembangunan Kesehatan seperti yang tertulis dalam Pasal 2 Undang- Undang
Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan yang berbunyi “Pembangunan
Kesehatan diselenggarakan dengan berasaskan perikemanusiaan, keseimbangan,
manfaat, perlindungan, pemghormatan terhadap hak dan kewajiban keadilan,
gender, nondiskriminasi dan norma-norma agama.” Jika azas pembangunan dapat
terpenuhi maka jaminan pelayanan Kesehatan bagi masyarakat akan terpenuhi
dengan baik dan upaya Kesehatan bagi masyarakat akan lebih menyeluruh hingga
berbagai lapisan masyarakat.

Berikut contoh fakta-fakta masyarakat yang tidak terjangkau terhadap kewajiban


negara untuk memberikan kesehatan bagi masyarakat5:

1. Ditolak Rumh Sakit, Pasien Miskin Akhirnya Meninggal.

2. Pasien BPJS Diusir dari RSMH Palembang, Akhirnya Meninggal.

3. Tolak Pasien yang Akhirnya Meninggal di Mobil, Warga Labrak


Rumah Sakit di Tangerang.

4. Kasus Bayi Debora Akibat Delay Treatment (Menunda

Perawatan).

PEMBAHASAN

Penelitian ini berjudul Sanksi Pidana Terhadap Rumah Sakit Yang Menelantarkan
Pasien Dalam Memberikan Perawatan Menurut Undang- Undang Nomor 36 Tahun
2009 Tentang Kesehatan Ditinjau Dalam Perspektif Hukum Pidana Islam. Dua hal
yang diangkat sebagai fokus penelitian. Pertama, Bagaimana sanksi pidana
terhadap rumah sakit yang menelantarkan pasien dalam memberikan perawatan
menurut Undang- Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan. Kedua,
Bagaimana sanksi pidana terhadap rumah sakit yang menelantarkan pasien dalam
memberikan perawatan menurut Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang
Kesehatan ditinjau dalam hukum pidana Islam.

Tujuan penelitian adalah mengetahui sanksi pidana terhadap rumah sakit yang
menelantarkan pasien dalam memberikan perawatan menurut Undang- Undang
Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan dan sanksi pidana terhadap rumah sakit
yang menelantarkan pasien dalam memberikan perawatan menurut Undang-
Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan ditinjau dalam hukum pidana
Islam

Metode yang dipakai untuk penelitian ini menggunakan pendekatan studi


kepustakaan (library research). Sumber data yang digunakan adalah sumber data
pustaka yang terdiri dari bahan hukum primer, sekunder, dan tersier. Bahan hukum
primer adalah sumber data pokok yang digunakan sebagai sumber rujukan utama
dalam memperoleh data, seperti Al-Qur’an dan Hadist, Undang-Undang, dan
buku-buku yang berkaitan dengan peneitian. Bahan hukum sekunder meliputi
sumber data yang memberikan penjelasan terhadap data-data lain yang berkaitan
dengan pnelitian. Adapun bahan hukum tersier meliputi data tambahan yang
memberikan penjelasan terhadap bahan hukum pimer dan sekunder berupa
Enslikopedia hukum Islam dan Kamus besar bahasa Indonesia.

Dari hasil penelitian didapatkan bahwa sanksi pidana terhadap rumah sakit yang
menelantarkan pasien dalam memberikan perawatan menurut Undang-Undang
Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan adalah pidana penjara 2 tahun dan denda
paling banyak 200.000.000 (dua ratus juta rupiah), jika menyebabkan kecacatan
atau kematian dipidana penjara 10 tahun dan denda paling banyak 1000.000.000
(satu miliar rupiah). Dan sanksi menurut pidana Islam adalah sanksi berupa Ta’zir.

Kata Kunci: Kesehatan, Rumah Sakit, Pasien, Penelantaran, Hukum pidana islam

Aspek aspek hukum kesehatan

Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan dinyatakan mulai


berlaku sejak tanggal diundangkan, yaitu tanggal 13 Oktober 2009. Pasal 202
undang-undang ini menyatakan, bahwa peraturan perundangan sebagai
pelaksanaan UU No. 36 Tahun 2009 ditetapkan paling lambat 1 (satu) tahun sejak
diundangkan, dan itu merupakan tugas yang berat bagi pemerintah karena begitu
banyaknya peraturan pelaksanaan yang akan dipersiapkan. Mengingat luasnya
ruang lingkup hukum kesehatan, maka dalam tahap awal buku ini hanya
membicarakan upaya pemeriksaan atau upaya pelayanan kesehatan yang dilakukan
dokter saja dengan segala hak dan kewajibannya dalam penyelenggaraan praktik
kedokteran, dengan memerhatikan Satuan Acara Perkuliahan (SAP) yang ada pada
Fakultas Hukum. Oleh karena itu, buku ini disusun dengan sistematika sebagai
berikut:

1. Pendahuluan, yang mencakup penguraian Hukum Kesehatan sebagaimana yang


dimaksudkan dalam UU No. 36 Tahun 2009;

2. Gambaran Umum Praktik Kedokteran, yang mencakup segala hal yang


berkaitan dengan kewenangan seorang dokter, dokter gigi, dokter spesialis dalam
melakukan praktik kedokteran; seperti keharusan untuk melakukan ujian
kompetensi, internsif kedokteran, Surat Tanda Registrasi, dan-lain-lain;

3. Perjanjian Terapeutik;

4. Rekam Medis;

5. Malapratik;

6. Euthanasia; dan
7. Penegakan Hukum dalam Upaya Pelaksanaan Kesehatan. Dengan sistematika
demikian diharapkan buku ini dapat dijadikan literatur/bahan kajian bagi para
mahasiswa di Fakultas Hukum, Fakultas Kedokteran, Fakultas Ilmu Kesehatan
Masyarakat, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan, dan lain-lain program studi yang
memasukkan hukum kesehatan dalam kurikulumnya.Undang-Undang Nomor 36
Tahun 2009 tentang Kesehatan dinyatakan mulai berlaku sejak tanggal
diundangkan, yaitu tanggal 13 Oktober 2009. Pasal 202 undang-undang ini
menyatakan, bahwa peraturan perundangan sebagai pelaksanaan UU No. 36 Tahun
2009 ditetapkan paling lambat 1 (satu) tahun sejak diundangkan, dan itu
merupakan tugas yang berat bagi pemerintah karena begitu banyaknya peraturan
pelaksanaan yang akan dipersiapkan. Oleh karena itu, buku ini disusun dengan
sistematika sebagai berikut: 1. Pendahuluan, yang mencakup penguraian Hukum
Kesehatan sebagaimana yang dimaksudkan dalam UU No. 36 Tahun 2009;

A. Kesimpulan

1. Kewajiban dokter dalam memberikan pelayanan kesehatan berupa promotif,


kuratif,

preventif dan rehabilitatif berdasarkan ukuran atau standar yang diwajibkan bagi

profesi kedokteran. Kewajiban ini diatur dalam Pasal 51 huruf a UU Praktik

Kedokteran berupa kewajiban mematuhi standar profesi dan standar operasional

prosedur. Kewajiban dokter dalam standar profesi untuk melaksanakan profesi


harus

mempunyai kewenangan, kemampuan rata-rata, berbuat secara teliti, sesuai ukuran

ilmu medis, situasi dan kondisi yang sama dan sarana upaya sebanding dengan

tujuan konkrit tindakan. Kewajiban dokter terdapat dalam standar operasional

prosedur berupa langkah-langkah baku yang dilakukan dokter. Selain itu, sebagai

tenaga kesehatan dokter juga mempunyai kewajiban umum, kewajiban terhadap

pasien, kewajiban teman sejawat dan kewajiban terhadap diri sendiri sebagaimana

diatur dalam Kode Etik Kedokteran.


2. Kesalahan dokter dalam malapraktik pada waktu memberikan pelayanan
kesehatan

berupa kesengajaan tidak melakukan dan lalai melakukan kewajiban dalam standar

profesi dan standar operasional prosedur. Kesengajaan dilakukan dokter yaitu


dokter

menghendaki dan mengetahui bahwa bila tidak dilaksanakan kewajiban atau salah

satu kewajiban dalam kedua standar yang wajib dilaksanakannya itu akan

menimbulkan akibat yang dilarang dalam undang-undang pidana berupa mati dan

lukanya pasien. Kelalaian dokter berarti dokter tidak menggunakan pikirannya

dengan baik padahal dia pikirannya itu harus dipergunakannya dan bila tidak

dipergunakan dalam melaksanakan kewajiban dalam standar profesi dan standar

operasional prosedur sehingga timbul akibat yang dilarang dalam undang-undang

B. Saran

1. Untuk mencegah terjadinya tindak

pidana oleh tenaga kesehatan dalam

praktik pelayanan kesehatan diperlukan

upaya pengawasan yang efektif oleh

pemerintah dan pemerintah daerah

serta Konsil Tenaga Kesehatan dan

Organisasi Profesi sesuai

kewenangannya.

2. Pemberlakuan sanksi pidana terhadap


tenaga kesehatan perlu dilaksanakan

sesuai dengan peraturan perundangundangan yang berlaku dengan tujuan

untuk memberikan efek jera bagi tenaga

kesehatan serta untuk mencegah tenaga

kesehatan yang lain melakukan

perbuatan yang sama.

Anda mungkin juga menyukai