Anda di halaman 1dari 34

M–3

ASPEK HUKUM KESEHATAN


 Ketentuan dalam hukum kesehatan
 Potensi hukum dalam pelayanan kesehatan
 Peradilan dalam profesi

Maharso, SKM, Mkes.


Selasa, 02 Maret 2021
14.00-15.40 WITA

MK.Etika dan Hukum Kesehatan 1


Rujukan :
1) Laporan Akhir Tim Penyusunan Kompendium Hukum
Kesehatan; Prof. Dr. Budi Sampurno, S.H., dkk; Pusat
Penelitian Dan Pengembangan Sistem Hukum
Nasional; Badan Pembinaan Hukum Nasional
Kementerian Hukum Dan Ham Ri; Tahun 2011
2) Peradilan Etika , Oleh: Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie, SH1
3) dll

MK.Etika dan Hukum Kesehatan 2


HUKUM KESEHATAN
Adalah semua ketentuan hukum yang berhubungan
langsung dengan pemeliharaan/pelayanan kesehatan
dan penerapannya (PERHUKI)

Menyangkut hak dan kewajiban, baik dari perorangan


dan segenap lapisan masyarakat sebagai penerima
pelayanan kesehatan maupun dari pihak
penyelenggara pelayanan kesehatan dalam segala
aspek-aspeknya, organisasi, sarana, pedoman standar
pelayanan medik, ilmu pengetahuan kesehatan dan
hukum serta sumber-sumber hukum lainnya.

MK.Etika dan Hukum Kesehatan 3


Hukum kesehatan pada saat ini dapat dibagi menjadi
2 (dua) bagian atau ruang lingkup, yaitu :
1) Hukum kesehatan public (public health law),
menitikberatkan pada pelayanan kesmasy atau
mencakup pelayanan kesehatan rumah sakit,
 meliputi semua aspek yang berkaitan dengan
kesehatan . Nakes diatur dg SIK
2) Hukum Kedokteran (medical law), lebih
mengatur tentang pelayanan kesehatan pada
individual atau perseorangan saja
 masalah-masalah yang berkaitan dengan
profesi kedokteran. Nakes diatur dg SIP, SIB
MK.Etika dan Hukum Kesehatan 4
Ruang lingkup hukum kesehatan : a n
a tk
Lew
meliputi semua aspek yang berkaitan dengan
kesehatan (yaitu kesehatan badaniah, rohaniah
dan sosial secara keseluruhan)

Ruang lingkup hukum kedokteran :


hanya pada masalah-masalah yang berkaitan
dengan profesi kedokteran.

Oleh sebab itu, maka sebenarnya hukum


kedokteran adalah bagian dari hukum kesehatan.

MK.Etika dan Hukum Kesehatan 5


 Ketentuan dalam hukum kesehatan

Berdasarkan ruang lingkup hukum kesehatan :


Menurut Leenen, masalah kesehatan
dikelompokkan dalam 15 kelompok : (Pasal 11 UUK)
1. kesehatan keluarga
2. perbaikan gizi
3. pengamanan makanan dan minuman
4. kesehatan lingkungan
5. kesehatan kerja
6. kesehatan jiwa
7. pemberantasan penyakit
MK.Etika dan Hukum Kesehatan 6
 Ketentuan dalam hukum kesehatan

Berdasarkan ruang lingkup hukum kesehatan :


Menurut Leenen, masalah kesehatan
dikelompokkan dalam 15 kelompok : (Pasal 11 UUK)
8. penyembuhan penyakit dan pemulihan kes
9. penyuluhan kesehatan
10. pengamanan sediaan farmasi dan alat kesehatan
11. zat adiktif
12. kesehatan sekolah
13. kesehatan olah raga
14. pengobatan tradisional
15. kesehatan matra
MK.Etika dan Hukum Kesehatan 7
 Ketentuan dalam hukum kesehatan
Berdasarkan sumber hukumnya :
1) Sumber hukum materiil,
adalah faktor-faktor yang turut menentukan isi
hukum
Contoh :
 Penderita Covid-19  jika berstatus suspect,
probable, atau kasus konfirmasi.
 Makanan dan minuman berbahaya  jika
mengandung zat alami atau addictive
berbahaya.
 Tindakan mal-praktek  jika melakukan
sesuatu yg tidak boleh dilakukan, ...dst
MK.Etika dan Hukum Kesehatan 8
 Ketentuan dalam hukum kesehatan
Berdasarkan sumber hukumnya :
2) Sumber hukum formal,
merupakan tempat atau dari mana suatu
peraturan memperoleh kekuatan hukum;
melihat sumber hukum dari segi bentuknya.
Contoh :
 Penderita Covid-19  berdasarkan diagnosa
dokter
 Makanan dan minuman berbahaya 
berdasarkan ketentuan dari Balai POM
 Tindakan mal-praktek  berdasarkan
keputusan Konsil Kedokteran...
MK.Etika dan Hukum Kesehatan 9
Peristiwa wabah :
 Materinya, disebut wabah jika .....
 Formalnya, harus melalui Keputusan MenKes

Sumber (bentuk) hukum formal, terdiri dari :


1. Undang-undang (UU);
2. Kebiasaan;
3. Yurisprudensi;
4. Traktat (Perjanjian antar negara);
5. Perjanjian;
6. Doktrin.

MK.Etika dan Hukum Kesehatan 10


sumber hukum formal

1. UU
 peraturan negara yang dibentuk oleh alat
perlengkapan negara yang berwenang, dan
mengikat masyarakat.  Kepmen vs.Perda ?
 identik dengan hukum tertulis (Ius scripta),
bukan hukum yang tidak tertulis (Ius non
scripta)
2. Kebiasaan (custom).
Adalah perbuatan manusia mengenai hal
tertentu yang dilakukan berulang-ulang, dan
mempunyai kekuatan normatif, yang mengikat
(biasanya disebut adat)  bidan laki-laki..?
MK.Etika dan Hukum Kesehatan 11
sumber hukum formal

3. Yurisprudensi.
Adalah keputusan hakim terhadap persoalan
tertentu, kmd menjadi dasar bagi hakim-hakim
yg lain dalam memutuskan perkara sejenis
berikutnya.  nama pasar vs.kandungan zat
aktif pada narkoba
4. Perjanjian
Merupakan salah satu sumber hukum karena
perjanjian yang telah dibuat oleh kedua belah
pihak (para pihak) mengikat para pihak itu
sebagai undang-undang. Hal ini diatur dalam
pasal 1338 ayat 1 KUH Perdata.
MK.Etika dan Hukum Kesehatan 12
sumber hukum formal

Ada 3 asas yang berlaku dalam perjanjian :


1) Asas konsensualisme (kesepakatan), yaitu
perjanjian itu telah terjadi (sah dan mengikat)
apabila telah terjadi kesepakatan antara para
pihak yang mengadakan perjanjian.
2) Asas kebebasan berkontrak, artinya seseorang
bebas untuk mengadakan perjanjian,
bentuknya, isinya, dan dengan siapa (subyek
hukum) asal tidak bertentangan dengan
kesusilaan, ketertiban umum dan undang-
undang. Bgm misal : jual beli organ tubuh..?

MK.Etika dan Hukum Kesehatan 13


sumber hukum formal

3) Asas Pacta Sunt Servanda, adalah perjanjian


yang telah dibuat oleh para pihak (telah
disepakati) berlaku sebagai undang-undang
bagi para pihak yang membuatnya
5. Traktat (Perjanjian Antarnegara)
Dalam pasal 11 UUD 1945, menyatakan bahwa
Presiden dengan persetujuan DPR menyatakan
perang, membuat perdamaian dan membuat
perjanjian dengan negara lain. Perjanjian yang
sudah disahkan berlaku dan mengikat negara
peserta, termasuk warga.
MK.Etika dan Hukum Kesehatan 14
 Potensi hukum dalam pelayanan kesehatan
atka n
Lew
Latar Belakang disusunnya peraturan perundang-
undangan di bidang pelayanan kesehatan, adalah
karena adanya kebutuhan :
1) Pengaturan pemberian jasa keahlian
2) Tingkat kualitas keahlian tenaga kesehatan
3) Keterarahan
4) pengendalian biaya
5) Kebebasan masyarakat menentukan
kepentingannya serta identifikasi kewajiban
pemerintah
MK.Etika dan Hukum Kesehatan 15
 Potensi hukum dalam pelayanan kesehatan
atka n
Lew
Latar Belakang disusunnya peraturan perundang-
undnagan di bidang pelayanan kesehatan, adalah
karena adanya kebutuhan :
6) Perlindungan hukum pasien
7) Perlindungan hukum tenaga kesehatan
8) Perlindungan hukum pihak ketiga
9) Perlindungan hukum bagi kepentingan umum

MK.Etika dan Hukum Kesehatan 16


 Potensi hukum dalam pelayanan kesehatan

Persamaannya Hk. Kesehatan vs. Hk. Kedokteran :


semua menyangkut tentang pelayanan kesehatan
Perbedaannya Hk.Kesehatan vs. Hk.Kedokteran :
terletak pada ruang lingkupnya saja

Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan


batin, bertempat tinggal dan mendapatkan
lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak
memperoleh pelayanan kesehatan (UUD 1945,
pasal 28 H ayat 1)

MK.Etika dan Hukum Kesehatan 17


 Potensi hukum dalam pelayanan kesehatan
PERMASALAHAN HUKUM DALAM YANKES :
1) Pelayanan kesehatan
Secara mendasar perbuatan yang dilakukan oleh
para pelaksana yankes merupakan perbuatan
hukum yang mengakibatkan timbulnya hubungan
hukum, walaupun hal tersebut seringkali tidak
disadari oleh para pelaksana pada saat dilakukan
perbuatan yang bersangkutan .
 Siapa yg paling bertanggung jawab jika
grafik penderita Covid-19 belum juga flat dan
turun,
 Siapa yg paling bertanggung jawab jika RS
tidak mampu MK.Etika
menampung pasien Covid?
dan Hukum Kesehatan 18
Pelayanan kesmas dalam UU no. 36/2009 tentang
Kesehatan telah mengatur dua hal penting, yaitu :
 Pelayanan kesehatan perseorangan ; dan
Pelayanan kesehatan masyarakat pada dasarnya
ditujukan untuk memelihara dan meningkatkan
kesehatan, serta mencegah penyakit suatu
kelompok dan masyarakat....
 dalam keadaan bagaimanapun tenaga kesehatan
harus mendahulukan pertolongan dan
keselamatan jiwa pasien.

MK.Etika dan Hukum Kesehatan 19


Pemerintah bertanggung jawab :  pasal 14-20
1) merencanakan, mengatur, menyelenggarakan,
membina, dan mengawasi penyelenggaraan
upaya kesehatan yang merata dan terjangkau
oleh masyarakat...(pasal 14)
2) atas ketersediaan lingkungan, tatanan, fasilitas
kesehatan baik fisik maupun sosial....(pasal 15)
3) atas ketersediaan sumber daya di bidang
kesehatan yang adil dan merata....(pasal 16)
4) atas ketersediaan akses terhadap informasi,
edukasi, dan fasilitas pelayanan kesehatan....
(pasal 17)

MK.Etika dan Hukum Kesehatan 20


Pemerintah bertanggung jawab :
5) memberdayakan dan mendorong peran aktif
masyarakat dalam segala bentuk upaya
kesehatan....(pasal 18)
6) atas ketersediaan segala bentuk upaya
kesehatan yang bermutu, aman, efisien, dan
terjangkau....(pasal 19)
7) atas pelaksanaan jaminan kesehatan
masyarakat melalui sistem jaminan sosial
nasional bagi upaya kesehatan perorangan....
(pasal 20)

MK.Etika dan Hukum Kesehatan 21


2) Pelayanan Kedokteran
Layanan kedokteran adalah suatu sistem yang
kompleks dengan sifat hubungan antar
komponen yang ketat, umumnya ditandai
dengan spesialisasi dan interdependensi.
Sekarang dikenal dgn istilah inter profesional
collaboration.
Dulu  paramedis = asisten medis
Sekarang  paramedis = mitra medis
Setiap tindakan medis mengandung risiko
buruk, sehingga harus dilakukan tindakan
pencegahan ataupun tindakan mereduksi risiko.

MK.Etika dan Hukum Kesehatan 22


Risiko kesehatan yg dapat diterima, jika :
 probabilitas dan keparahannya cukup kecil,
dapat diantisipasi, diperhitungkan dapat
dikendalikan, misalnya efek samping obat,
perdarahan dan infeksi pada pembedahan, dll.
 probabilitas dan keparahannya besar pada
keadaan tertentu, yaitu apabila tindakan medis
yang berisiko tersebut harus dilakukan karena
merupakan satu-satunya cara yang harus
ditempuh (the only way), terutama dalam
keadaan gawat darurat.

MK.Etika dan Hukum Kesehatan 23


Kedua jenis risiko di atas apabila terjadi bukan menjadi
tanggung-jawab dokter, sepanjang telah
diinformasikan kepada pasien dan telah disetujui
(volenti non fit injuria).
Pada situasi sprt inilah dirasakan manfaat pelaksanaan
informed consent.
Adverse events = setiap cedera yang lebih disebabkan
karena manajemen kedokteran dp akibat penyakitnya,
Error = kegagalan melaksanakan suatu rencana
tindakan (error of execution; lapses dan slips) atau
kegagalan (penggunaan) rencana tindakan yang salah
dalam mencapai tujuan tertentu (error of planning;
mistakes).
MK.Etika dan Hukum Kesehatan 24
3) Informasi Kesehatan dan Persetujuan Pasien
 Hak pasien atas informasi menjadi kewajiban
Tenaga Kesehatan untuk memenuhinya.
 Bagaimana jika pasien menderita gangguan
jiwa..?
 Penjelasan wajib diberikan dalam bahasa yang
dimengerti oleh pasien, dan bukan bahasa medis
dan istilah-istilah teknis.
 Pasien kadang kadang takut untuk bertanya dan
menghentikan pengobatan bila terjadi sesuatu
yang tidak dijelaskan sebelumnya. Hal ini jelas
sangat merugikan pasien maupun keluarganya.
MK.Etika dan Hukum Kesehatan 25
Contoh :
atka n
ew gatal
bila dokter memberikan obat penghilangLgatal
yang mempunyai efek samping menyebabkan
kantuk, efek samping ini harus disampaikan dengan
jelas.
Jangan sampai pasien mengalami kecelakaan karena
ia bekerja sebagai tukang ojek atau operator mesin
pabrik. Perubahan warna air kencing ( urine ) atau
tinja karena obat tertentu juga seringkali lupa
disampaikan.

MK.Etika dan Hukum Kesehatan 26


Contoh 2 : a n
atk
Lew
Apabila pasien menghentikan terapi tuberkulosis
karena urinenya berwarna merah setelah
minum salah satu obat misalnya, maka penyakitnya
akan terus berproses dan ia tetap menjadi sumber
penularan bagi orang orang disekitarnya.
Hal yang sangat penting juga adalah
menerangkan adanya kemungkinan alergi (tidak
tahan) terhadap obat tertentu. Bentuk alergi
sangat bervariasi, mulai dari sekedar gatal gatal
sampai syok anafilaktik yang bisa mengakibatkan
kematian
MK.Etika dan Hukum Kesehatan 27
 Peradilan dalam (etika) profesi

1. Berlaku untuk lingkungan profesi


2. Disusun berdasarkan kesepakatan anggota
3. Tidak seluruhnya tertulis
4. Sanksi pelanggaran berupa tuntunan
5. Pelanggaran diselesaikan oleh Majelis
Kehormatan Etik
6. Penyelesaian pelanggaran tidak selalu disertai
bukti fisik

MK.Etika dan Hukum Kesehatan 28


 Peradilan dalam (etika) profesi

Beberapa lembaga-lembaga penegak kode etik


dalam jabatan-jabatan publik.
 Di bidang kehakiman, ada Komisi Yudisial, di
samping adanya Majelis Kehormatan Hakim
(MKH) dalam sistem internal Mahkamah Agung.
 Di Mahkamah Konstitusi juga ada mekanisme
Majelis Kehormatan Hakim (MKH)
 Di dunia pers dan jurnalistik, terdapat Dewan
Pers.

MK.Etika dan Hukum Kesehatan 29


 Peradilan dalam (etika) profesi

 Di lingkungan lembaga legislatif, yaitu Dewan


Perwakilan Rakyat (DPR) dan Dewan Perwakilan
Daerah (DPD) juga telah diatur dalam UU
tentang MPR, DPR, DPR, dan DPRD adanya
Badan Kehormatan DPR dan Badan Kehormatan
DPD sebagai lembaga penegak kode etik
 di dunia kedokteran ada Konsil Kedokteran
Indonesia (KKI), yang salah satu tugasnya
membentuk mengatur keberadaan majelis
kehormatan etika kedokteran

MK.Etika dan Hukum Kesehatan 30


 Di lingkungan PERADI (Persatuan Advokat
Indonesia) juga sudah diatur adanya Kode Etika
dan Majelis Kehormatan Advokat.

 Di lingkungan tentara dan kepolisian bahkan


dibedakan antara kode etik dan kode perilaku,
etika profesi dan disiplin organisasi.

 Di lingkungan Ikatan Notaris Indonesia telah


berdiri Majelis Kehormatan Notaris (MKN).

MK.Etika dan Hukum Kesehatan 31


 Sedangkan di bidang-bidang lainnya, lembaga
penegak etika dilembagakan secara internal
dalam masing-masing OP, NGO, atau partai
politik.
 Di lingkungan Pengawai Negeri sudah ada Kode
Etik Pegawai Republik Indonesia dan
mekanisme penegakannya.
 Di lingkungan Komnasham juga sudah diatur
adanya Kode Etika Komisioner dan mekanisme
penegakannya

MK.Etika dan Hukum Kesehatan 32


Kendala ...
Lembaga penegak kode etik tersebut, umumnya
bersifat proforma, bahkan di antaranya belum
pernah menjalankan tugasnya dengan efektif
dalam rangka menegakkan kode etik yang
dimaksud.
Salah satu sebabnya ialah bahwa lembaga-lembaga
penegak kode etik tersebut tidak memiliki
kedudukan yang independen, sehingga kinerjanya
tidak efektif.

MK.Etika dan Hukum Kesehatan 33


Kendala ...
Solusinya ialah bahwa lembaga-lembaga penegak
kode etik tersebut harus direkonstruksikan sebagai
lembaga peradilan etik yang diharuskan
menerapkan prinsip-prinsip peradilan yang lazim
di dunia modern, terutama soal transparansi,
independensi, dan imparsialitas

Terima kasih,-

MK.Etika dan Hukum Kesehatan 34

Anda mungkin juga menyukai