Anda di halaman 1dari 2

JURNAL MANAJEMEN PELAYANAN KESEHATAN

VOLUME 17 No. 01 Maret  2014 Halaman 1 - 2


Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan
Editorial

PENGEMBANGAN MANAJEMEN PELAYANAN PALIATIF

Idealnya, pada pasien dengan penyakit termi- nal, terkait dengan perebedaan latar belakang budaya, nilai-
dimana pelayanan kuratif tidak dimungkinkan lagi nilai personal, dan ekonomi. Guna menghadapi masalah
bagi pasien maka pelayanan paliatif dibutuhkan oleh yang sama, setiap pasien bisa mempunyai kebutuhan
pasien tersebut. Pelayanan paliatif ini hendak- nya yang berbeda. Oleh karena itu sangatlah penting untuk
diberikan sejak awal perjalanan penyakit, bersa- maan mengkaji masalah dan kebutuhan pa- sien sehingga
denganterapi lain untuk memperpanjang hidup. Menurut pelayanan paliatif dapat diberikan se- suai dengan
organisasi kesehatan dunia (WHO), pela- yanan paliatif kebutuhan personal pasien dalam upaya meningkatkan
diberikan dengan tujuan untuk memper- tahankan kualitas hidup pasien.4
kualitas hidup pasien dan keluarga dalam menghadapi Penyelenggaraan pelayanan paliatif di Indone- sia
berbagai masalah terkait dengan pe- nyakitnya melalui masih dalam masa pertumbuhan dan masih sa- ngat
berbagai upaya pencegahan dan penanganan terbatas pada rumah sakit tertentu. Jumlah te- naga
penderitaan pasien dengan cara meng- kaji permasalahan kesehatan yang paham akan konsep pelayan- an paliatif
sejak awal dan menangani masa- lah nyeri dan masalah pun masih sangat terbatas. Alhasil, lebih banyak
lainnya, termasuk masalah fisik, psikososial, dan pasien dengan kanker meninggal di rumah sakit tanpa
spiritual.1 menerima perawatan paliatif tertentu atau mereka
Pelayanan paliatif hendaknya diberikan secara tim meninggal di rumah tanpa dukungan yang memadai
multidisiplin yang bekerja sama untuk memberi- kan dari para profesional perawatan paliatif. Pasienjuga
pelayanan personal pada pasien paliatif. Timpa- liatif mengalami berbagai penderitaan terkait dengan gejala
dapat terdiri dari dokter, perawat, psikolog, ahli penyakit yang mestinya tidak perlu terjadi jika
dietterdaftar, apoteker, pekerja sosial dan pemberi kebutuhan mereka akan pelayanan paliatif terpenuhi
pelayanan spiritual. Pendekatan multi disiplin ini me- dengan baik.
mungkinkan tim perawatan paliatif untuk mengatasi Perawatan paliatif yang efektif membutuhkan
masalah fisik, emosional, spiritual, dan sosial yang pengkajian yang akurat terkait kebutuhan fisik dan
timbul dengan penyakit lanjut. emosional, dan perencanaan yang tepatuntuk meng- atasi
Di Indonesia, paliatif telah diperkenalkan ke da- kebutuhan personal pasien. Mengingat bahwa
lam sistem pelayanan kesehatan di Indonesia sejak pelayanan paliatif hendaknya berpusat pada pasien dan
tahun 1989, melalui Peraturan Menteri Kesehatan No. diberikan oleh tim multi profesional yang bekerja sama
604/MENKES/SK/IX/1989 tentang program pe- dengan pasien dan keluarganya, maka pen- dekatan
ngendalian Kanker Nasional.2 Dengan peraturan ini, “Patient-Centered Care (PCC)” atau “pera- watan
pemerintah menciptakan empat kelompok kerja, salah berpusat pada pasien” sangat cocok untuk diterapkan
satunya difokuskan pada pengembangan perawatan dalam pelayanan paliatif. Dengan pende- katan ini,
paliatif dan manajemen nyeri untuk pasien kanker. pasien akan mendapatkan pelayanan se- suai dengan
Perawatan paliatif telah dimulai sejak tahun 1992 dan kebutuhan personalnya dengan melibat- kan keluarganya
telah menjadi agenda pemerintah Indone- sia pada untuk meningkatkan kualitas hidup- nya dengan
tahun 2007 dengan diterbitkannya Kepu- tusan menjunjung tinggi aspek nilai/budaya, filosofi hidup,
Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. keinginan, dan otonomi pasien.
812/Menkes/SK/VII/2007 tentang Kebijakan Pera- Pendekatan PCC ini menggambarkan bagaima- na
watan Paliatif.3 layanan kesehatan dapat diberikan oleh para pro-
Di Indonesia, lebih dari 60% pasien kanker da- fesional kesehatan dengan cara yang terbaik untuk
tang berobat ke rumah sakit pada kondisi stadium setiap individu pasien. Perawatan berpusat pada pasien
lanjut. Sejalan dengan pengertian paliatif menurut ini menetapkan kemitraan antara praktisi, pasien, dan
WHO, maka pada kenyataannya, pasien tersebut keluarganya untuk memastikan bahwa keputusan
adalah pasien paliatif dan membutuhkan pelayanan pengobatan yang diambil telah memper- timbangkan
paliatif. Selain itu, pasien dengan Chronic Obstruc- dan menghormati keinginan, kebutuhan, dan preferensi
tive Pulmonary Diseases (COPD), hemodialisis, HIV/ pasien. Pasien telah mendapatkan informasi dan
AIDS dan dimentia juga memerlukan pelayanan palia- pendidikan kesehatan yang dibutuhkan untuk
tif. Pasien paliatif seperti pasien dengan kanker sta- pengambilan keputusan dan berpartisipasi dalam
dium lanjut, menderita fisik, psikososial, spiritual, atau perawatan mereka sendiri.
masalah lainnya. Masalah pasien bisa berbeda

Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan, Vol. 17, No. 1 Maret 2014  1


Christantie Effendy: Pengembangan Manajemen Pelayanan Paliatif

Pemberi pelayanan kesehatan dan pasien dapat masyarakat tentang keberadaan perawatan paliatif agar
memiliki pendapat yang berbeda dalam menyikapi dapat berkontribusi untuk perawatan paliatif yang
permasalahan kesehatan pasien dan prioritas pela- lebih kualitas di Indonesia.
yanan. Sebagai contoh, pasien lebih memperhati- kan
sejauh mana petugas kesehatan mengatasi ma- salah
REFERENSI
pasien, sedangkan petugas kesehatan lebih terfokus
1. WHO. World Health Organization. Definition of
pada kepatuhan terhadap standar pelayan- an. Hal ini
Palliative Care. 2002; diunduh dari: http://
merupakan tantangan bagi tim paliatif untuk mampu
www.who.int/cancer/palliative/definition/en/.Ano-
memberikan pelayanan paliatif dengan pendekatan PCC
nym, Bulan Peduli Kanker Payudara Sedunia:
dan tetap berpegang pada stan- dard pelayanan yang
60% Pasien Kanker Payudara di RS Dharmais
berlaku. Untuk itu diperlukan adanya standar
Datang Pada Stadium Lanjut; diunduh dari:http:/
pelayanan paliatif baik di tingkat rumah sakit maupun
/www.suarapembaruan.com/home/60-pasien-
di Puskesmas.
kanker-payudara-di-rs-dharmais-datang-pada-
Dewasa ini, telah dilakukan validasi indikator stadium-lanjut/43671
kualitas pelayanan paliatif di rumah sakit.5 Indikator
2. Sunaryadi T. dan Razak. Surabaya Kota Paliatif.
kualitas pelayanan paliatif ini dapat digunakan se- Citra dan pesonanya. 1 ed. 2012, Surabaya: Pusat
bagai alat untuk mengevaluasi pemberian pelayanan
Penerbitan dan Percetakan Unair. Surabaya, 2012.
paliatif yang ada di rumah sakit dan atau digunakan
3. Departemen Kesehatan. Keputusan Menteri
sebagai alat untuk mempersiapkan pengembangan
Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 812/
pelayanan paliatif di rumah sakit dengan mengacu
Menkes/SK/VII/2007tentang Kebijakan
pada indikator yang ada. Mengacu pada indikator
Perawatan Paliatif.
kualitas, maka pelayanan paliatif dapat diselenggara- kan
4. Effendy C, Vissers K, Osse BH, Tejawinata S,
dengan baik dan mengacu pada kebutuhan per- sonal
Vernooij-Dassen M, Engels Y., Comparison of
pasien.
Problems and Unmet Needs of Patients with
Tantangan untuk meningkatkan kualitas pera- Advanced Cancer in a European Country and an
watan paliatif di Indonesia tergantung dari kebijakan Asian Country. Pain Pract, 2014.
pemerintah, pendidikan perawatan paliatif yang lebih
5. Effendy C, Vissers K, Woitha K, van Riet Paap J,
baik dan kondisi sosial yang lebih baik secara umum di
Tejawinata S, Vernooij-Dassen M, Engels Y.,
negeri ini. Untuk mencapai upaya penyelenggraan
Face-validation of quality indicators for the
pelayanan paliatif yang berkualitas dan mencapai
organisation of palliative care in hospitals in In-
tujuan pelayanan yang optimal, maka diperlukan
donesia: a contribution to quality improvement.
peningkatan kompetensi setiap petugas kesehatan untuk
Supportive Care in Cancer, 2014.
penyelenggaraan pelayan paliatif ini, termasuk dokter,
perawat, psikolog, ahli gizi, social worker, dll.
Christantie Effendy
Adanya modul perawatan paliatif dalam kuriku- lum
Program Studi Ilmu Keperawatan,
pendidikan dokter dan keperawatan. Perlunya
Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada
peningkatan penelitian dalam bidang perawatan
Yogyakarta
paliatif. Selain itu, diperlukan peningkatan kesadaran

2  Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan, Vol. 17, No. 1 Maret 2014

Anda mungkin juga menyukai