Peran Terapis Gigi dan Mulut Dalam Memberikan Pelayanan Kesehatan Pada
Masa Adaptasi Kebiasaan Baru Berbasis IPE
Zaeni Dahlan S. SiT, MPH
Kewenangan
Dental assisting - manajemen yangkesgilut
IPC : ketika beberapa tenaga kesehatan dari latar belakang profesi yang berbeda
bekerja sama dengan pasien, keluarga, pengasuh dan masyarakat untuk
memberikan kualitas pelayanan kesehatan yang tertinggi (WHO, 2010)
FITRI HUDAYANI
Interprofessional Collaboration (IPC) kemitraan antara orang dengan latar belakang profesi yang
berbeda dan bekerja sama untuk memecahkan masalah kesehatan dan menyediakan pelayanan
kesehatan (Morgan et al, 2015)
IPC sangat baik dalam mencegah terjadinya malnutrisi di Rumah sakit sehingga dapat menurunkan biaya
perawatan pasien. Malnutrisi dijadikan perhatian karena dapat meningkatkan biaya perawatan, beban
ekonomi tinggi, ancaman kematian juga lebih tinggi.
Malnutrisi di rumah sakit cukup mencuri perhatian karena malnutrisi dapat meningkatkan biaya
perawata. Pelaksanaan IPC diharapkan dapat mereduksi biaya perawatan.
IPC diterapkan agar tidak ada duplikasi terapi agar setiap profesi dapat berkolaborasi secara
komprehensif dan positif agar dapat mencapai tujuan perawatan yaitu kesembuhan pasien.
Interprofesional Collaboration salah satunya dapat digambarkan dalam cara pendokumentasian. Salah
satunya yang dapat menjadi contoh adalah dalam screening di rumah sakit, screening dilakukan oleh
perawat dan kemudian ditindaklanjuti oleh ahli gizi. Contoh lainnya adalah pada pasien disfagia, ahli gizi
tidak dapat bekerja sendiri tapi membutuhkan bantuan dari speech therapist.
Salah satu yang dilaksanakan adalah dilakukan skrining gizi oleh perawat yang kemudian di intervensi
oleh ahli gizi.Sehingga diperlukan IPC karena ditakutkan ada hal-hal lain yang tidak termasuk dalam
kompetensi ahli gizi.
1. Aged 85+
2. usia 65-84
3. Usia 40-64
4. Usia 18-39
1. skrining gizi
2. asesmen gizi
3. Dianosis malnutrisi
4. A
5. INtervensi
6. Monev
Profesional pemberi asuhan (PPA) tugas mandiri, tugas kolaboratif, tugas delegatif
Profesional Pemberi Asuhan : mereka yg secara langsung memberikan asuhan kpd pasien, a.l. dokter,
perawat, bidan, ahli gizi, apoteker, psikolog klinis, penata anestesi, terapis fisik dsb
Contoh kolaborasi dalam melakukan layanan Kesehatan dirumah sakit. Pada pasien post transplantasi
ginjal dilakukan diskusi tim PPA dari mulai pre operasi samapai dengan post operation dan melakukan
maintenance. Seluruhnya dilakukan bersama-sama dengan berkolaborasi dengan profesi lain.
Di rumah sakit sudah terdapat system pencatatan terintegrasi yang dimana memiliki fungsi
agar PPA satu sama lain dapat mengetahui intervensi apa yang dilakukan satu sama lain, sehingga
dapat dilakukan penyesiuaian intervensi dan sinkronisasi dalam proses pelayanan. Selain itu terdapat
pula catatan edukasi terintegrasi dimana seluruh PPA mencatat materi edukasi yang disampaikan
masing-masing agar edukasi yang disampaikan sinkron dan efektif. Terdapat pula diskusi kasus yang
dipimpin oleh DPJP, pada kesempatan tersebut setiap PPA memberikan report progress intervensinya
serta saling memberikan masukan satu sama lain. Namun, pada masa pandemic diskusi kasus
dilakukan juga namun dengan anggota tim dalam diskusi lebih terbatas atau dilakukan dengan
melakukan system daring/ tatap maya.
Pada masa adaptasi kebiasaan baru terjadi peningkatan penyakit infeksi baik pada
masyarakat dan tenaga Kesehatan akibat pandemic covid-19. Maka dilakukan perubahan pakaian saat
penugasan dengan kebijakan penggunaan APD.
Pada proses pendistribusian makanan, ahli gizi akan berkolaborasi dengan perawat untuk
dapat menyampaikan makanan kepada pasien. Pelaksanaan edukasi gizi pada pasien perawatan zona
merah, dietisien melakukan edukasi gizi untuk baik pada saat perawatan maupun perawatan pasca
rawat. Proses edukasi ini juga dilakukan berkolaborasi dengan petugas yang berada maupun tidak
berada/ bertugas di zona merah. Sehingga pasien covid-19 mendapatkan perawatan yang sama
dengan pasien yang lainnya.
Saah satu nilai positif yang didapat dalam masa pandemic, edukasi dapat dilakukan lebih luas
karena dengan melakukan edukasi tatap maya, edukasi dapat dilakukan bersama pasien dengan
keluarga. Sehingga lebih banyak yang menyimak konten edukasi yang diberikan oleh ahli gizi ataupun
dietisien.
DASAR HUKUM
− UU 36 tahun 2014 telah menetapkan tenaga gizi terdiri dari Nutrisionis dan Dietisien
− Permenkes 26 tahun 2013 tentang pekerjaan dan praktek tenaga gizi Permenkes
− 78 tahun 2013 mengenai pedoman pelayanan gizi rumah sakit
TENAGA GIZI
SK Menkes No 26 Tahun 2013 tentang penyelenggaraan pekerjaan dan praktik tenaga gizi
Kewenangan:
Selamt siang saya izin bertanya dan pertanyaan saya ditujukan kepada ibu fitri. Saya Akwila Putri dari
Jurusan Gizi. Pertanyaan yang saya hendak ajukan adalah, dalam masa AKB ini apakah CPPT dibuat
masih dalam bentuk penulisan secara manual ataukan sudah menggunakan electronic health record?
Kemudian tujuan dari penulisan CPPT adalah agar PPA masing2 dapat memahami intervensi yang
diberikan satu sama lain, namun setiap profesi itu seperti yang kita tahu memiliki terminology profesi
masing2, untuk itu apakah ada persyaratan tertentu dalam penulisan intervensi pada pasien dalam
CPPT? Terimakasih banyak sebelumnya bu
SITUASI PELAYANAN KEBIDANAN PADA MASA PANDEMI COVID – 19
DAN MEMASUKI ERA NEW-NORMAL
Oleh :
Dr. Emi Nurjasmi, M.Kes
Ketua Umum Pengurus Pusat Ikatan Bidan Indonesia
PERMASALAHAN
ü Tanpa disadari banyak OTG beraktifitas seperti biasa, BERISIKO menularkan
pada ibu hamil – belum ada skrining covid bagi bumil – rapid test
ü Banyak sekali Informasi terkait Covid-19 (WA/Internet) – blm tentu semuanya
benar
ü Masih beragamnya pemahaman masyarakat terhadap Covid-19,
ü Tingkat kecemasan masyarakat cukup tinggi, termasuk ibu hamil.
ü Kepatuhan masyarakat masih rendah
CRAFT
FAIR
7
Telah dikembangkan berbagai panduan pelayanan KIA & KB: Kemkes, POGI,
IDAI, IBI dll agar pelayanan tetap berjalan dan aman bagi pasien dan provider
dengan berbagai penyesuaian yang relevan dengan pencegahan COVID-19.
Dikembangkan pelayanan kesehatan berbasis tekhnologi informasi sebagai
solusi inovatif:
Telemedicine, Konsultasi On-Line dan Media Aplikasi KIE dll
PedomanPenanganan MaternalCovid-19danImplikasiterhadap
PelayananKesehatanMaternal
Panduan Klinis
Tata Laksana COVID-19 pada Anak
IKATAN DOKTER ANAK INDONESIA
EDISI 2
21 Maret 2020
9
Tempat persalinan § 29% di PMB
§ 4% di Polindes
Linakes 93%
Pelayanan KB
TEMPAT MEMPEROLEH PELAYANAN KB
DI FASYANKES PEMERINTAH
• KONTRIBUSI BIDAN = 55.90% DI FASYANKES SWASTA
60
50
40
30
20
10
0
55.23
18.41
40
35
30
25 1.67 20
15 10
5 2.56 0
35.3
1.26
2.93
2.09
2.93
6.28
7.53
1.67
21.16
20.6
12.92
1.45
0.89 0.22 1
3.56
0.33
Sumber data SDKI - 2017
Data Pelayanan ANC, Persalinan, IMD dan Imunisasi – JAN – APRIL 2020
140000
120000
100000
80000
60000
40000
20000
0
K1 K4 Persalinan IMD Imunisasi
Januari
76878
57166
25268 24585
122376
Februari
65167
54587
25392
23219
117941
Maret
61506
52537
26094
25376
104053
April
59326 50767
59326 50767
27070 27070
25815 25815
97983 97989
5000
4500
4000
3500
3000
2500
2000
1500
1000
500 0
4550 4555
PELAYANAN IUD DAN IMPLAN – JAN – APRIL 2020
3696
2935
3628
3021 2879
Januari Februari Maret April
2324
Pada Masa Covid-19 Terjadi Penurunan Jumlah Pelayanan KB IUD dan Implan
di PMB
IUD
Implan/AKBK
600000
500000
400000
300000
200000
100000
0
DATA PELAYANAN SUNTIK DAN PIL – JAN – APRIL 2020
520452 502716 499013
465918
Januari Februari Maret April
Pada Masa Covid-19 Terjadi Penurunan Jumlah Pelayanan KB Suntik dan Pil di
PMB
50275 51632 48167 Pil
44911
Suntik
1
Tidak ada keluhan agar menerapkan isi buku KIA, lakukan pemantauan mandiri,
jika ada keluhan/tanda bahaya pada ibu/BBL segera ke fasyankes
Pelayanan nifas dan BBL, dengan membuat janji melalui Telepon/WA
Lakukan pengkajian komprehensif sesuai standar, dgn kewaspadaan Covid-19.
Bidan dapat berkoordinasi dengan RT/RW/Kades tentang status ibu apakah
sedang isolasi mandiri (ODP/PDP/Covid+).
Pelayanan nifas & BBL dilakukan sesuai standar menggunakan APD level 1 dan
menerapkan protokol
4 pencegahan Covid-19
Jika tidak dapat memberikan pelayanan,
Tunda kelas Ibu Balita 7 atau dilakukan secara
online
Konsultasi nifas & BBL, KIE, Konseling Laktasi, pemantauan Tumbang
dilaksanakan secara on-line
Ibu nifas, pendamping & semua tim yang bertugas menggunakan masker dan
menerapkan protokol pencegahan Covid-19
2
5 Bidan segera berkolaborasi dan rujuk ke 8 PKM/RS
Lakukan Asuhan esensial Bayi Baru
6 Lahir. Imunisasi tetap diberikan 9
sesuai rekomendasi PP IDAI
3
PANDUAN PELAYANAN NIFAS & BBL OLEH BIDAN PADA MASA PAMDEMI
COVID-19
PANDUAN PELAYANAN KB
OLEH BIDAN PADA MASA PAMDEMI COVID-19
1. Tidak ada keluhan, Akseptor IUD/Implan dapat menunda untuk kontrol ke
Bidan.
Pelayanan KB baru/kunjungan ulang - membuat janji melalui telp/WA
2. Lakukan pengkajian komprehensif sesuai standar, dgn kewaspadaan Covid-
19.
Bidan dapat berkoordinasi dengan RT/RW/Kades untuk informasi ttg status ibu
(ODP/PDP/Covid +)
3. Pelayanan KB dilakukan sesuai standar menggunakan APD level 1 atau 2.
Konseling memotivasi menggunakan MKJP – tidak perlu kontrol rutin (kecuali
ada keluhan) -New Normal
4. Kunjungan ulang Akseptor Suntik/Pil tidak dapat diberikan, untuk sementara
Ibu menggunakan kondom/pantang berkala/senggama terputus – bidan dpt
kerjasama dengan PLKB untuk distribusi pil
5. Akseptor, pendamping dan semua tim yang bertugas menggunakan masker
dan menerapkan protokol pencegahan covid-19:
6. Konsultasi KB, Penyuluhan dan Konseling dilakukan secara online - dimotivasi
dan didorong utk beralih menggunakan MKJP – pilihan yg tepat diera New
Normal - tdk perlu kontrol rutin
Pra Pelayanan
• Konsultasi, Penyuluhan, KIE & • Konseling dilakukan melalui online •
• Jika memerlukan pelayanan membuat •
janji melalui telp/WA
• Lakukan pengkajian komprehensif
sesuai standar, dan gali informasi yang •
berkaitan dg kewaspadaan Covid-19. •
• Lakukan skrining faktor resiko termasuk resiko terinfeksi covid-19 apakah
sedang
Pelaksanaan Pelayanan ANC, INC,Nifas,BBL, Balita, Kespro & KB
Memverikasi hasil kajian komprehensif. Pemberian informasi dan informed
consent Lakukan skrining faktor resiko termasuk resiko terinfeksi covid-19 –
ditemukan faktor risiko segera rujuk sesuai standar Menggunakan APD sesuai
kebutuhan Memberikan pelayanan sesuai standar dengan menerapkan protokol
pencegahan covid-19.
Pasca pelayanan
• Pelayanan nifas&BBL I dgn bidan
selanjutnya, lakukan pemantauan
mandiri menggunakan Buku KIA. • Ada keluhan /tanda bahaya
segera datang ke PMB dengan
membuat janji terlebih dahulu • Konsultasi, KIE dan konseling
dilakukan secara on-line • Bidan membimbing Ibu
isolasi mandiri (ODP/PDP/Covid +) • • Rujukan terncana bagi Ibu dan Bayi
Memberikan KIE& Konseling: Gizi,
IMD&ASI,KB, PHBS dan Protokol Kesehatan
Cegah Covid-19 serta P4K KIA
•
dengan resiko –
• Pasien dan pendamping maks 1 orang serta Tim kesehatan yg bertugas selalu
menerapkan protokol pencegahan covid-19
• Membimbing Senam Hamil dan senam nifas secara on-line
Prinsip Penyelenggaraan Pelayanan Kebidanan Pada Masa Pandemi Covid-19
membaca dan menerapkan buku
Respectful Midwifery Care
Kebutuhan PMB pada Masa Pandemi Covid-19 dan Menghadapi Era New –
Normal (Rangkuman dalam Laporan PMB)
v Menjaga suplay Alokon berkelanjutan
v Dukungan APD secara terus menerus – disposible
v Revisi kebijakan pembiayaan pelayanan kebidanan dalam JKN - termasuk
untuk konsultasi on-line
v Review kebijakan MOU PMB & BPJS untuk meningkatkan akses pelayanan KIA
& KB
v Memfasilitasi Pelatihan CTU termasuk KB PP bagi PMB
v Mengembangkan media penyuluhan, KIE tentang Kespro & KB secara Digital.
v Pengembangan aplikasi dan sistim informasi dalam peningkatan kolaborasi
antar provider, antar fasyankes, maupun antara provider dengan pasien.
v Mengupayakan rapid test bagi PMB
STAY AT HOME
Terima Kasih
PERAN TENAGA PROMKES DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KESEHATAN
PADA MASA ADAPTASI KEBIASAAN BARU BERBASIS IPC
Narasumber : Dra.Hj.Tuti Surtimanah M,KM
Pilar penanggulangan:
1. Surveilans epidemiologi dan upayapenemuan kasus secara aktif
2. Pemeriksaan laboratorium
3. Manajemen klinis
4. Pencegahan dan pengendalian infeksi
5. Pencegahan penularan masyarakat
6. Komunikasi risiko da pemberdayaan masyarakat
7. Pelayanan kesehatan esensial
Layanan promkes -> Komunikasi risiko dan pemberdayaan masyarakat -> KRPM
KRPM:
1. Membantu mencegah infodemic
2. Membangun kepercayaan public
3. Meminimalkan kesalahpahaman dan mengelola isu/hoaks
4. Mengubah perilaku masyarakat
Strategi Komunikasi:
1. Perencanaan, meliputi analisis persepsi risiko dan peta public penerima
pesan
2. Pelaksanaan, meliputi merumuskan pesan dalam bahasa yang mudah dan
menggerakan influencer (tokoh, jejaring komunitas)
3. Hasil (Perilaku 5M)
Jurusan Kesling : Yuntina Erdani, SKM, MH.Kes, Kepala Seksi Kesehatan Lingkungan,
Kesehatan Kerja dan Kes.Olah Raga (Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat)
Penyehatan
Air:
1. Pengawasan,
2. Perlindungan
3. Peningkatan kualitas
Udara:
1. Pemantauan
2. Pencegahan penurunan kualitas
Sarana dan bangunan
1. Pengawasan
2. Perlindungan
3. Peningkatan kualitas
Tanah:
1. Pemantauan
2. Pencegahan penurunan kualitas
Pangan:
1. Pengawasan
2. Perlindungan
3. Peningkatan kualitas
Penyelenggaran Kesehatan Lingkungan
Pengamanan
Pengelolaan limbah
1. Limbah padat, cair, gas
Perlindungan kesmas
1. Sampah tidak diolah (pengurangan, penanganan)
2. Zat kimia berbahaya
3. Gangguan Fisika udara
4. Radiasi pengion dan non pengion
5. Pestisida
Pengawasan limbah
Dilaksanakan sesuai per-UUan
Konseling kesehatan
Tujuan konseling adalah hubungan komunikasi antara tenaga kesling dengan
pasien yang bertujuan untuk mengenali dan memecahkan masalah kesling
yang dihadapi, dapat di lakukan oleh klien yang tidak memiliki penyakit
berbasis lingkungan juga ( atau orang yang ingin berkonsultasi mengenai
masalah kesehatan lingkunga)
Penyelenggaraan kesling
Dilakukan dengan cara:
1. Pengamatan fisik media lingkungan
2. Pengukuran media lingkungan di tempat (menggunakan sanitarian kit)
3. Uji laboratorium
4. Analisis risiko kesehatan lingkungan
Intervensi kesling
Tindakan penyehatan, pengamanan, dan pengendalian untuk mewujudkan
kualitas lingkungan yang sehat baik dari aspek fisik, kimia, biologi, maupun
sosial
Intervensi kesling dapat berupa:
1. Komunikasi, informasi, edukasi serta penggerakan/ pemberdayaan
masyarakat
2. Perbaikan dan pembangunan sarana
3. Pengembangan teknologi tepat guna dan/atau
4. Rekayasa lingkungan
Covid-19
Covid-19 menuntuk untuk melakukan perubahan, baik dalam hal cara
berpikir, cara berperilaku, dan cara bekerja. Tantangan selanjutnya adalah
cara berpikir dan cara berprilaku yang dapat meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat dan tangguh terhadap ancaman penyakit termasuk
dari penyakit hari esok.
Penularan Covid-19
Menyebar melalui manusia, yaitu kontak langsung dengan orang terinfeksi
pada jarak 2 meter atau melalui droplet orang yg terinfeksi
Pencegahan
1. PHBS
2. Lingkungan Sehat
PIS-PK
• Pemenuhan akses sarana air bersih Keluarga mempunyai akses sarana
air bersih
• Pemenuhan akses jamban sehat keluarga mempunyai akses
menggunakan jamban sehat
Pandemi covid-19
• Konseling (terhadap kontak erat dan suspek
• Inspeksi kesling terhadap media sarana dan bangunan yang pernah
didatangi/kunjungi/kontak langsung oleh kontak erat/suspek
• Intervensi kesling, dapat berupa KIE, penggerakan/pe,berdayaan
masyarakat, dan perbaikan atau pembangunan sarana/prasarana
• Pengelolaan air limbah, limbahpadat domestik, dan limbah B# media
dapat sesuai dengan pedoman dan ketentuan.
Landasan hukum
KEPMENKES RI no 328 th 2020 panduan pencegahan dan pengendalian
covid-19
Surat edaran nomor 335 th 2020
Aspek yang harus diperhatikan
1. Memastikan bahwa setiap area dan fasilitas umum memilki sarana dan
prasaran yang memadai
2. Memastikan bahwa SOP pencegahan covid terpampang jelas dan dipatuhi
3. Memastikan bahwa petugas di setiap area dan fasilitas melakukan
pengawasan internal (IKL secara berkala
4. Memastikan dilakukan monitoring dan evaluasi terhadap pelaksanaan
adaptasi aktifitas new normal
Jurusan TLM : Neneng Tuti Susilawati, S.Si., MMRS. Ka. Lab Pramita- Moch Toha. Bandung.
• Cara Penularan :
− Terhirup droplet
− Kontak pribadi (menyentuh dan berjabatan tangan)
− Menyentuh benda permukaan terkontaminasi(2-9 Hari)
• 1 pasien menstranmisikan 1 - 4 orang
• Memiliki daya penyebaran 20 kali lebih tinggi dibandingkan virus SARS
Gejala penyakit
− 70% penderita mengalami gejala
− 20% bergejala sedang-berat
− 80% bergejala ringan yang sangat berpotensi sebagai silent transmitter
− Pemeriksaan lab covid digunakan untuk diagnosis, terapi, survilent,
epidemiologi, progmosis dan lainnya
Pemeriksaab lab dibagi menjadi 3 yaitu
1. Virologi yaitu berbasis molekuler yaitu NAAT dan Antigen Rapid
2. Antibodi test (serologi test) berupa rapid test, serologi-instrument based
test (menggunakan alat yang besar)
3. Test pendukung yang digunakan untuk melihat kelanjutan penyakitnya
biasanya dibutuhkan oleh dokter yang biasanya untuk monitoring terapi
Perjalanan virus
5 hari pertama sejak terpapar belum terdapat gejala
Hari 5-7 sudah terdapat gejala dan pada waktu hari ke 7-8 (hari ke 7-10
paling efektif karena paling kecil kemungkinan menunjukan negatif palsu)
efektif digunakan test dengan test virologi.
Kemudian pada hari ke 10 efektif test antigen.
Molekular
Standard utk konfirmasi infeksi SARS-CoV-2 adalah dengan test CO
amplikasikasi asam nukleat (NAAT), termasuk didalamnya : RT-PCR, RT iPCR,
TCM, NEAR, dll
− Test ini mendeteksi mikroorganisme target melalui deteksi gen
(RNA/DNA).
− DNA/RNA digandakan dengan reaksi berantai agar bisa dideteksi
− Test ini mempunyai sensitifitas dan spesifitas tinggi
FALSE NEGATIF
Satu atau lebih hasil negatif tidak selalu menyingkirkan kemungkinan infeksi
SARS-CoV-2. Sejumlah faktor dapat menimbulkan hasil negatif pada orang
yang terinfeksi, seperti:
− kualitas spesimen yang buruk karena berisi terlalu sedikit material
pasien;
− spesimen yang diambil terlalu lama dalam perjalanan penyakit,
− spesimen yang diambil dari bagian tubuh yang tidak mengandung virus
pada waktu diambil: penanganan dan/atau pengiriman spesimen yang
tidak tepat;
− alasan-alasan teknis di dalam tes, seperti hambatan PCR atau mutasi
virus.
Kesimpulan
− Laboratorium klinik PRAMITA menyediakan layanan pemeriksaan untuk
penatalaksanaan pasien COVID-19 mulai dari screening, diagnostik,
prognostik, monitoring terapi dan penyembuhan, sampai dengan pasca
vaksinasi
− Pemilihan jenis pemeriksaan COVID-19 tergantung pada tujuan
pemeriksaan dan perjalanan penyakit
− Pemeriksaan Molekuler Nucleic Acid Amplification Test (NAAT)
merupakan standard untuk konfirmasi infeksi virus SARS-CoV-2, di
Pramita tersedia berbagai pilihan yang masing-masing punya keunggulan
dan kelemahan.
− Banyak potensi kesalahan yang bisa timbul selama proses pemeriksaan,
penerapan sistem manajemen dan pengendalian mutu bisa mencegah
tejadinya kesalahan dan menjamin akurasi hasilpemeriksaan
Perawat
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KESEHATAN PADA MASA
ADAPTASI KEBIASAN BARU BERBASIS INTERPROFESIONAL COLABORATIONS
AKBP Ani Rasiani D., S.Kep.,Ners., M.Kep
Ketua DPD PPNI Kota Bandung
• Pandemi covid-19 ditetapkan oleh who pada tanggal 11 maret 2020
• Penetapan darurat kesehatan masyarakat covid-19 31 maret 2020
• Penetapan bencana non alam covid-19 sebagai bencana nasional 12 April
• Tingginya jumlah kasuc covid-19
• Keterbatasn sarana dan prasarana
• Tingginya kejadian penularan pada nakes
• Tertundanya pelayanan esensial
Pada tenaga kesehatan
1. resiko paparan virus
2. kekerasan
3. tekanan kerja
4. stigma
5. gangguan psikologis dan emosional
6. penyakit bahkan kematian
SISTEM KESEHATAN MAMPU MENGATASI LONJAKAN KASUS
(KMK 413 / 2020 ttg PEDOMAN PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN
CORONAVIRUS DISEASE
2019 (COVID-19)
1. Semua pasien Covid-19 diberikan tata laksana sesuai standar nasional.
2. Semua pasien selain Covid-19 diberi tata laksana sesuai standar nasional
sehingga harus menggunakan APD
3. Tidak ada peningkatan kematian di RS akibat gangguan selain Covid-19
4. Sistem kesehatan dapat menangani peningkatan 20% beban kasus Covid-
19
5. Terdapat 1 tenaga PPI terlatih purna waktu per 250 TT di semua fasyankes
dan Kab/Kota.
6. Semua fasyankes memiliki skrining Covid-19.
7. Semua fasyankes memiliki mekanisme untuk mengisolasi suspek Covid-19.
Perlindungan Hukum Perawat
UU No 36 Th 2009 ttg Kesehatan
Setiap orang berhak mendapatkan lingkungan yang sehat bagi pencapaian
derajat kesehatan (psl 6)
Setiap orang berkewajiban menghormati hak orang lain dalam upaya
memperoleh lingkungan yang sehat, baik fisik, biologi, maupun social (psl 10)
Setiap orang berkewajiaban berperilaku hidup sehat untuk mewujudkan,
mempertahankan, dan memajukan kesehatan yang setinggi-tingginya (psl11)
Setiap orang berkewajiban menjaga dan meningkatkan derajat kesehatan
bagi orang lain yang menjadi tanggung jawabnya
UU No 44 Th 2009 ttg RS
Pelayanan Rumah Sakit berbasis keselamatan pasien (patient safety)
Patient Safety : pasien, petugas,lingkungan, fasilitas & Institusi
Rumah Sakit wajib terakreditasi secara nasional atau internasional (untuk
Peningkatan Mutu Pelayanan Kesehatan
UU No 36 Th 2014 ttg Tenaga Kesehatan
Tenaga kesehatan dalam menjalankan praktik berhak memperoleh
perlindungan hokum sepanjang melaksanakan tugas sesuai dengan standar
profesi, standar pelayanan profesi & standar pelayanan & SOP
Tenaga kesehatan dalam menjalankan praktik berhak atas keselamatan dan
kesehatan kerja, perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat manusia,
moral kesusilaan serta nilai agama
UU No 38 Th 2014 ttg Keperawatan,Permenkes No 26 Th 2019, PASAL 28D UUD
NKRI 1945
Wewenang Perawat Menurut UU Keperawatan(UU no 38 Tahun 2014)
Dijelaskan dalam UU Keperawatan no 38 tahun 2014 bahwa wewenang perawat
meliputi :
• melakukan pengkajian Keperawatan secara holistik; menetapkan diagnosis
Keperawatan; merencanakan tindakan Keperawatan; melaksanakan tindakan
Keperawatan mengevaluasi hasil tindakan Keperawatan; melakukan rujukan;
memberikan tindakan pada keadaan gawat darurat sesuai dengan kompetensi;
memberikan konsultasi Keperawatan dan berkolaborasi dengan dokter;
melakukan penyuluhan kesehatan dan konseling; dan melakukan
penatalaksanaan pemberian obat kepada Klien sesuai dengan resep tenaga
medis atau obat bebas dan obat bebas terbatas
UU NO 24 TAHUN 2007
Dijelaskan dalam UU Keperawatan no 38 tahun 2014 bahwa wewenang perawat
meliputi :
• melakukan pengkajian Keperawatan secara holistik; menetapkan diagnosis
Keperawatan; merencanakan tindakan Keperawatan; melaksanakan tindakan
Keperawatan mengevaluasi hasil tindakan Keperawatan; melakukan rujukan;
memberikan tindakan pada keadaan gawat darurat sesuai dengan kompetensi;
memberikan konsultasi Keperawatan dan berkolaborasi dengan dokter;
melakukan penyuluhan kesehatan dan konseling; dan melakukan
penatalaksanaan pemberian obat kepada Klien sesuai dengan resep tenaga
medis atau obat bebas dan obat bebas terbatas
UU No 36 tahun 2009 TTg Tenaga Kesehatan
Pasal 59 (1)
Tenaga Kesehatan yang menjalankan praktik pada fasilitas pelayanan
kesehatan wajib memberikan pertolongan pertama Kepada penerima pelayanan
kesehatan dalam keadaan gawat darurat dan atau/ atau pada bencana untuk
penyelamatan nyawa dan pencegahan kecacatan .
Pasal 59 (2)
Dalam keadaan darurat, fasilitas pelayanan kesehatan, baik pemerintah
maupun swasta dilarang menolak pasien dan/atau meminta uang muka.
PELAYANAN KESSEHATAN PADA BENCANA
• Tanggap darurat
• Pasca bencana.
PASAL 83
1) Setiap orang yang memberikan pelayanan kesehatan pada bencana harus
ditujukan untuk penyelamatan nyawa, pencegahan kecacatan lebih lanjut, dan
kepentingan terbaik bagi pasien.
(2) Pemerintah menjamin perlindungan hukum bagi setiap orang sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) sesuai dengan kemampuan yang dimiliki.
DARURAT KETIKA MENGGUNAKAN APD.
PELIMPAHAN WEWENANG
Pelaksana tugas berdasarkan pelimpahan wewenang
1. Untuk melaksanakan tindakan medis dari dokter dan evaluasi pelaksanaannya :
a. delegatif, disertai pelimpahan tanggung jawab hanya kepada perawat profesi
atau perawat vokasi terlatih
b. mandat dibawah pengawasan tenaga medis yang melimpahkan
keduanya harus tertulis dan sesuai dengan kompetensinya
2. Pelaksanaan program pemerintah
a. Perawat lulus pelatihan atau orientasi yang diselenggarakan Pem atau Pemda
b. Dilakukan sesuai dengan ketentuan
TINGKAT KESWAPADAAN COVID 19
• Kewaspadaan level 1 : Sebagian besar aktivitas normal dapat dilanjutkan
dengan kewaspadaan dan pedoman kesehatan yang diikuti setiap saat populasi
bersiap untuk peningkatan tingkat kewaspadaan jika perlu
• Kewaspadaan level 2: Jarak fisik dan pembatasan pada waktu luang dan
aktivitas sosial untuk mencegah kebangkitan virus
• Kewaspadaan level 3: Pembatasan pada banyak aktivitas termasuk di
tempat kerja dan secara sosial untuk mengatasi risiko penularan yang tinggi
• Kewaspadaan level 4 : Tindakan pencegahan ekstrim untuk membatasi
penyebaran dan wabah komunitas sambil membiarkan beberapa aktivitas
dilanjutkan
• Kewaspadaan level 5 : Tindakan drastis untuk menahan penyebaran virus
dan menyelamatkan nyawa
INFORMATION ROLES
monitor
• mencari, menerima dan mengumpulkan informasi berhubungan dengan
situasi pelayanan dan perubahan kebijakan atau prosedur terkait asuhan dan
pelayanan keperawatan dalam masa pandemi
disseminator
• membagi informasi terkait pelayanan dan asuhan keperawatan
• memberikan informasi dan pendidikan kesehatan (berulang-ulang) tentang
protokol kesehatan di era new norma
spokeperson
• menyampaikan kebutuhan SDM, sarana dan peralatan penunjang asuhan,
kebutuhan penginapan dan transportasi jika diperlukan dan memungkinkan
disediakan
• menjadi advokat perawat
DECISIONAL ROLES
Enterpreuner
• memprakarsai dan menerapkan inovasi dan modifikasi pelayanan dan
asuhan keperawatan selam a pandemi
• mengidentifikasikan ide-ide baru, sistem baru yang diterapkan dalam
pengelolaan asuhan dan sumber daya keperawatan
Disturbance handler / penanganan masalah
• melakukan tindakan korektif dalam suatu masalah
• menunjukan perilaku bertindak secara terbuka dan jujur, sera tidak
menyembunyikan kesalahan
• mencari dan memberikan solusi dalam keadaan situasi yang tidak
Resource allocator / pengalaokasi sumber daya
• sebagai penentu di dalam mengalokasi sumber daya keperawatan
• menempatkan perawat sesuai kualifikasi dan kompetensi, serta membuat
modifikasi pemenuhan kebutuhan layanan menyesuaikan kondisi saat ini
Negotiator
• perunding (negotiator) baik dengan pihak pihak dalam lingkungan organisai
maupun pihak luar guna mencegah bagi masalah-masalah yang dihadapi
Farmasi
Peran Tenaga Farmasi Dalam Memberikan Pelayanan Kesehatan Pada Masa Adaptasi Kebiasaan
Baru Berbasis Interprofesional Colaborations (
FARMASI
Permasalahan:
Kesalahan dalam pembuatan resep di Indonesia tinggi (98,69%) kesalahan penulisan, apoteker tidak
tepat dalam penyiapan dan pemberian obat kurang komunikasi dan pemahaman sangat penting IPC
untuk memecahkan berbagai permasalahan tentang pengobatan untuk mencapai tujuan dan
memberi manfaat bersama
3. PP No.51 th 2009
Pelayanan kefarmasian suatu pelayanan yang diberikan oleh apoteker maupun TTK secara langsung
(bukan tatap muka) zoom juga tetap langsung, bertanggung jawab terhadap pasien, berkaitan dengan
sediaan farmasi (obat, kosmetik, alat kesehatan)
Ada perubahan paradigm dari product oriented ke patient oriented (object nya), ada asas
Pharmaceutical meningkatkan mutu kesehatan pasien
1. Pengelolaan sediaan farmasi (obat, bahan obat, kosmetik maupun obat tradisional) dan BMHP
(Bahan medis habis pakai) vaksin pastikan mutu penyimpanan obat obat harus berefikasi dan aman
2. Pelayanan Farmasi Klinik banyak hal seperti keterampilan khusus pemberian informasi
obat
Pengelolaan sediaan farmasi (obat, bahan obat, kosmetik maupun obat tradisional) dan BMHP (Bahan
medis habis pakai) alur:
Mengisi kebutuhan obat berdasarkan formularium nasional (FORNAS) ada berdasarkan tingkatan
pelayanan kesehatan namun berdasarkan keanggaran juga bisa menggunakan formularium puskesmas
formularium puskesmas ini dibuat oleh PFT (Panitia Farmasi dan Terapi) dari berbagai profesi
berkolaborasi dapat dibuat perencanaan kebutuhan obat obat yang akan digunakan/dimasukkan
Permintaan
Dilakukan tiap bulan ke Dinkes dalam bentuk laporan pemakaian dan lembar permintaan obat (LPLPO)
Pengadaan obat dapat dilakukan oleh puskesmas itu sendiri namun berdasarkan verifikasi dari Dinkes
jika diterima dapat dilakukan dengan dengan sistem e katalog maupun non katalog berkolaborasi
Distribusi Obat
Pelayanan
Ada 8:
Pengkajian, PIO, konseling, visit pasien, PTO, evaluasi pemakaian obat, monitoring efek samping obat, dll
Yang berkolaborasi?
1. Pengkajian, pelayanan resep dan pemberian informasi obat (PIO) kesalahan interpretasi obat
dapat menyebabkan medication error peran farmasi memastikan kebenaran dalam penulisan resep /
prescribing (dokter)
Pengkajian ada tiga pertama administrative (siapa yang menuliskan atau dokter, dan siapa yang
menerima atau pasien) seperti nama dokter, paraf, alamat, SIP, usia pasien dll. Lalu secara farmasetik
(tidak ada nama obat, tidak ada bentuk sediaan, tidak ada kekuatan tidak ada aturan pakai) dan klinis
sehingga tidak ada kesalahan dalam interpretasi obat
2. Pelayanan Informasi Obat (PIO) pada pasien, keluarga pasien
Yaitu mencari pustaka, memberi informasi, rekomendasi seperti pemberian informasi obat yaitu
immunostimulan preventif apa saja macam macam, bagaimana penggunaannya yang bijak. Aplikasi
pio ini dapat dilakukan pada saat visit dengan tim kesehatana lainnya, atau pada saat pemantauan terapi
obat, home care, konseling
Contoh nya SOAP subjektif objectif dan assessment pasien dapat dituangkan dalam rekam medis
dan CPPT (catatan perkembangan pasien terintegrasi) dapat diakses oleh semua tenaga kesehatan
dapat membantu peningkatan/ percepatan kesehatan pasien komunikasi.
Ada 4 hal edukasi, pemberdayaan masyarakat, komunikasi dan pbulikasi, dan optimalisasi peran
tenaga kes
Kegiatan: bekerja sama dengan tenaga gizi/ promkes jika melakukan penyuluhan gizi, vitamin dll
Media: berbagai macam seperti radio, ig, whatsapp, blog, website, vlog, dll
c. Dan melakukan contoh inovasi telefarmasi (dalam konseling obat atau pemberian informasi
obat)