Anda di halaman 1dari 64

Resume Stadium General 1

Peran Terapis Gigi dan Mulut Dalam Memberikan Pelayanan Kesehatan Pada
Masa Adaptasi Kebiasaan Baru Berbasis IPE
Zaeni Dahlan S. SiT, MPH

Bapak Dental hgiene: Dr. Alfred Fones.


Dental Hygienist pertama: Irene Newman
Lebih menekankan pada upaya promotif, dan preventif

Peran kesehatan gigi dan mulut


1. Dental assisting
2. Pelayanan pada kasus kesgilut terbatas
3. Upaya peningkatan kesgilut
4. Upaya pencegahan penyakit
Peran Terapis Gigi dan Mulut Pada Masa Pandemi Covid-19/Adaptasi Kebiasaan
Baru Berbasis IPE

-Oral health therapist


-Dental therapis
-Dental Hygienist

Kompetensi Terapis Gigi dan Mulut


1. Berpikir kritis dan pengembangan diri
2. Keterampilan sosial, komunikasi dan pengelolaan informasi
3. Profesionalisme dan kepatihan hukum
4. Pengelolaan asuhan kesehatan gigi dan mulut
5. Landasan ilmiah asuhan kesehatan gigi dan mulut
6. Keterampilan klinis asuhan kesehatan gigi dan mulut

Kewenangan
Dental assisting - manajemen yangkesgilut

Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut


Pelayanan pada kasus kesgilut terbatas - upaya peningkatan kesgilut - upaya
pencegahan penyakit gilut

Profil Lulusan Diploma III Kesgi


1. Pelaksana pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut
2. Pelaksana kegiatan asistensi dalam pelayanan kesehatan gigi dan mulut
3. Promotor kesehatan gigi dan mulut
4. Profil penciri prodi/unggulan

Profil Lulusan Sarjana Terapan Terapi Gigi


1. Terapis gigi dan mulut
2. Pengelola pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut
3. Konselor kesehatan gigi dan mulut
4. Promotor kesehatan gigi dan mulut
IPE : ketika mahasiswa dari dua atau lebih profesi belajar tentang, dari dan
dengan satu sama lain untuk memungkinkan kolaborasi efektif dalam rangka
meningkatkan pelayanan kesehatan (WHO, 2010)

IPC : ketika beberapa tenaga kesehatan dari latar belakang profesi yang berbeda
bekerja sama dengan pasien, keluarga, pengasuh dan masyarakat untuk
memberikan kualitas pelayanan kesehatan yang tertinggi (WHO, 2010)

Sistem Pendidikan dan Pelayanan Kesehatan


Local health needs - fragmented health system - interprofessional education -
collaborative practice-ready - collaborative practice - optimal health services -
improved health outcomes

Panduan Pelayanan Kesehatan Gigi Pada Masa Covid-19


Tahap 1 :
A. Pasien
B. Terapis gigi dan mulut
C. Ruangan
D. Sterilisasi
E. Penggunaan APD sesuai kebutuhan
F. Tata laksana tindakan
PERAN TENAGA GIZI DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KESEHATAN PADA MASA AKB MELALUI
PENDEKATAN IPC

FITRI HUDAYANI

Interprofessional Collaboration (IPC) kemitraan antara orang dengan latar belakang profesi yang
berbeda dan bekerja sama untuk memecahkan masalah kesehatan dan menyediakan pelayanan
kesehatan (Morgan et al, 2015)

IPC sasatan utamanya:

- Meningkatkan Keselamatan pasien


- Komunikasi efektif antar tenaga kesehatan
- Mencegah dan mengatasi malnutrisi di rumah sakit  Biaya perawatan dapat di
tekan

IPC sangat baik dalam mencegah terjadinya malnutrisi di Rumah sakit sehingga dapat menurunkan biaya
perawatan pasien. Malnutrisi dijadikan perhatian karena dapat meningkatkan biaya perawatan, beban
ekonomi tinggi, ancaman kematian juga lebih tinggi.

Malnutrisi di rumah sakit cukup mencuri perhatian karena malnutrisi dapat meningkatkan biaya
perawata. Pelaksanaan IPC diharapkan dapat mereduksi biaya perawatan.

IPC diterapkan agar tidak ada duplikasi terapi agar setiap profesi dapat berkolaborasi secara
komprehensif dan positif agar dapat mencapai tujuan perawatan yaitu kesembuhan pasien.

Interprofesional Collaboration salah satunya dapat digambarkan dalam cara pendokumentasian. Salah
satunya yang dapat menjadi contoh adalah dalam screening di rumah sakit, screening dilakukan oleh
perawat dan kemudian ditindaklanjuti oleh ahli gizi. Contoh lainnya adalah pada pasien disfagia, ahli gizi
tidak dapat bekerja sendiri tapi membutuhkan bantuan dari speech therapist.

Malnutrisi di rumah sakit menyebabka:

- Meningkatkan biaya perawatan

- Membuat lama rawat lebih panjang

- Membuat readmisi pasien lebih besar

Perawat melakukan skrining  gizi melakukan asesmen gizi

Salah satu yang dilaksanakan adalah dilakukan skrining gizi oleh perawat yang kemudian di intervensi
oleh ahli gizi.Sehingga diperlukan IPC karena ditakutkan ada hal-hal lain yang tidak termasuk dalam
kompetensi ahli gizi.

Kelompok golongan usia dengan malnutrisi yang paling banyak:

1. Aged 85+

2. usia 65-84

3. Usia 40-64
4. Usia 18-39

Tahapan penanganan malnutrisi

1. skrining gizi
2. asesmen gizi
3. Dianosis malnutrisi
4. A
5. INtervensi
6. Monev

Profesional pemberi asuhan (PPA)  tugas mandiri, tugas kolaboratif, tugas delegatif

Profesional Pemberi Asuhan : mereka yg secara langsung memberikan asuhan kpd pasien, a.l. dokter,
perawat, bidan, ahli gizi, apoteker, psikolog klinis, penata anestesi, terapis fisik dsb

Sasaran: Pasien dan keluarga ada Klinikal leader,

Contoh kolaborasi dalam melakukan layanan Kesehatan dirumah sakit. Pada pasien post transplantasi
ginjal dilakukan diskusi tim PPA dari mulai pre operasi samapai dengan post operation dan melakukan
maintenance. Seluruhnya dilakukan bersama-sama dengan berkolaborasi dengan profesi lain.

Di rumah sakit sudah terdapat system pencatatan terintegrasi yang dimana memiliki fungsi
agar PPA satu sama lain dapat mengetahui intervensi apa yang dilakukan satu sama lain, sehingga
dapat dilakukan penyesiuaian intervensi dan sinkronisasi dalam proses pelayanan. Selain itu terdapat
pula catatan edukasi terintegrasi dimana seluruh PPA mencatat materi edukasi yang disampaikan
masing-masing agar edukasi yang disampaikan sinkron dan efektif. Terdapat pula diskusi kasus yang
dipimpin oleh DPJP, pada kesempatan tersebut setiap PPA memberikan report progress intervensinya
serta saling memberikan masukan satu sama lain. Namun, pada masa pandemic diskusi kasus
dilakukan juga namun dengan anggota tim dalam diskusi lebih terbatas atau dilakukan dengan
melakukan system daring/ tatap maya.

Pada masa adaptasi kebiasaan baru terjadi peningkatan penyakit infeksi baik pada
masyarakat dan tenaga Kesehatan akibat pandemic covid-19. Maka dilakukan perubahan pakaian saat
penugasan dengan kebijakan penggunaan APD.

Pada proses pendistribusian makanan, ahli gizi akan berkolaborasi dengan perawat untuk
dapat menyampaikan makanan kepada pasien. Pelaksanaan edukasi gizi pada pasien perawatan zona
merah, dietisien melakukan edukasi gizi untuk baik pada saat perawatan maupun perawatan pasca
rawat. Proses edukasi ini juga dilakukan berkolaborasi dengan petugas yang berada maupun tidak
berada/ bertugas di zona merah. Sehingga pasien covid-19 mendapatkan perawatan yang sama
dengan pasien yang lainnya.

Pendokumentasian dilakukan menggunakan electronic health record dan juga system


pencatatan manual. Untik edukasi gizi kelompok pada awal pandemic tidak dilakukan sama sekali,
namun pada masa AKB dilakukan penyuluhan dengan berbagai penyesuaian dandilakukan melalui
kolaborasi antar profesi, setiap profesi memberikan konten edukasi sesuai dengan kompetensinya.
Untuk pelaksanaannya dilakukan dalam beberapa kali penyuluhan untuk membatasi jumlah audience
dalam masa AKB. Waktu penyuluhan ini terbatas karena untuk meminimalisir risiko, namun apabila
pasien membutuhkan konsultasi lebih lanjut, maka pelayanan akan dilanjutkan via daring.

Saah satu nilai positif yang didapat dalam masa pandemic, edukasi dapat dilakukan lebih luas
karena dengan melakukan edukasi tatap maya, edukasi dapat dilakukan bersama pasien dengan
keluarga. Sehingga lebih banyak yang menyimak konten edukasi yang diberikan oleh ahli gizi ataupun
dietisien.

DASAR HUKUM

− UU 36 tahun 2014 telah menetapkan tenaga gizi terdiri dari Nutrisionis dan Dietisien
− Permenkes 26 tahun 2013 tentang pekerjaan dan praktek tenaga gizi Permenkes
− 78 tahun 2013 mengenai pedoman pelayanan gizi rumah sakit

TENAGA GIZI

SK Menkes No 26 Tahun 2013 tentang penyelenggaraan pekerjaan dan praktik tenaga gizi

Kewenangan:

a. Memberikan pelayanan konseling, edukasi gizi dan dietetic


b. Asuhan gizi (pengkajian/asesmen, diagnosis gizi, intervensi gizi, meliputi perencanaan, preskripsi
diet, implementasi, konseling, edukasi, serta portifikasi, suplementasi gizi
c. Pendidikan, pelatihan, penelitian, dan pengembangan pelayanan gizi dan dietetic
d. Melaksanakan penyelenggaraan makanan untuk orang banyak dalam jumlah besar

Selamt siang saya izin bertanya dan pertanyaan saya ditujukan kepada ibu fitri. Saya Akwila Putri dari
Jurusan Gizi. Pertanyaan yang saya hendak ajukan adalah, dalam masa AKB ini apakah CPPT dibuat
masih dalam bentuk penulisan secara manual ataukan sudah menggunakan electronic health record?
Kemudian tujuan dari penulisan CPPT adalah agar PPA masing2 dapat memahami intervensi yang
diberikan satu sama lain, namun setiap profesi itu seperti yang kita tahu memiliki terminology profesi
masing2, untuk itu apakah ada persyaratan tertentu dalam penulisan intervensi pada pasien dalam
CPPT? Terimakasih banyak sebelumnya bu
SITUASI PELAYANAN KEBIDANAN PADA MASA PANDEMI COVID – 19
DAN MEMASUKI ERA NEW-NORMAL
Oleh :
Dr. Emi Nurjasmi, M.Kes
Ketua Umum Pengurus Pusat Ikatan Bidan Indonesia

UU Kebidanan No.4 Th 2019


Bidan adalah seorang perempuan yang telah menyelesaikan program
pendidikan Kebidanan baik di dalam negeri maupun di luar negeri yang diakui
secara sah oleh Pemerintah Pusat dan telah memenuhi persyaratan untuk
melakukan praktik Kebidanan.
Pelayanan Kebidanan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang
merupakan bagian integral dari sistem pelayanan kesehatan yang diberikan
oleh bidan secara mandiri, kolaborasi, dan/atau rujukan.

TUGAS DAN WEWENANG BIDAN


Dilakukan di:
a. Tempat Praktik
Mandiri Bidan dan
atau;
b. Fasilitas Pelayanan
Kesehatan lainnya. harus dilakukan
Pelayanan Pelayanan
Pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan KB
kesehatan kesehatan anak ibu
Pelaksanaan tugas berdasarkan pelimpahan wewenang
Pelaksanaan tugas dalam keadaan keterbatasan tertentu
sesuai
kompetensi kewenangan mematuhi kode etik,
standar standar dan prosedur operasional
dengan dan serta
profesi, pelayanan standar
UU Kebidanan No.4 Th 2019

TANTANGAN PELAYANAN KEBIDANAN PADA MASAPANDEMICOVID-19


4
1. Pengetahuan ibu dan keluarga terkait COVID-19 dan pelayanan kesehatan
bagi ibu dan bayi baru lahir di era pandemi
4. Keselamatan bidan & pasien harus dilindungi - diperlukan penyesuaian
pelayanan agar terhindar dari penularan.
2. Belum semua bidan tersosialisasi pedoman pelayanan KIA, KB & Kespro di era
pandemi dan New Normal
3. Di era pandemi COVID-19, - fasilitas kesehatan baik primer / tempat PMB
maupun rujukan harus betul- betul siap dalam pemenuhan APD, sarana
prasarana dan SDM
6. Tingginya kasus penderita COVID 19 yang dirawat di RS rujukan berpengaruh
terhadap penanganan pelayanan rujukan maternal dan neonatal
5.Akses pelayanan kebidanan diera pandemi covid-19 mengalami
perubahan – faskes primer/PMB membatasi pelayanan. .

PERMASALAHAN
ü Tanpa disadari banyak OTG beraktifitas seperti biasa, BERISIKO menularkan
pada ibu hamil – belum ada skrining covid bagi bumil – rapid test
ü Banyak sekali Informasi terkait Covid-19 (WA/Internet) – blm tentu semuanya
benar
ü Masih beragamnya pemahaman masyarakat terhadap Covid-19,
ü Tingkat kecemasan masyarakat cukup tinggi, termasuk ibu hamil.
ü Kepatuhan masyarakat masih rendah
CRAFT
FAIR

Penyebaran kasus COVID-19 berlangsung sangat cepat, baik di dunia maupun di


Indonesia.
Covid-19, tidak mengenal batas, dapat menyerang siapa saja tanpa kecuali,
termasuk ibu hamil dan anak-anak.
.....Selama pandemi COVID-19 dan menghadapi era New Normal, pelayanan
kesehatan harus tetap berjalan secara optimal, aman bagi pasien dan bidan
dengan berbagai penyesuaian berdasarkan panduan penanganan covid atau
protokol kesehatan.

7
Telah dikembangkan berbagai panduan pelayanan KIA & KB: Kemkes, POGI,
IDAI, IBI dll agar pelayanan tetap berjalan dan aman bagi pasien dan provider
dengan berbagai penyesuaian yang relevan dengan pencegahan COVID-19.
Dikembangkan pelayanan kesehatan berbasis tekhnologi informasi sebagai
solusi inovatif:
Telemedicine, Konsultasi On-Line dan Media Aplikasi KIE dll
PedomanPenanganan MaternalCovid-19danImplikasiterhadap
PelayananKesehatanMaternal
Panduan Klinis
Tata Laksana COVID-19 pada Anak
IKATAN DOKTER ANAK INDONESIA
EDISI 2
21 Maret 2020

MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


PERAN BIDAN DALAM PELAYANAN KIA & KB
TEMPAT DAN TENAGA PEMBERI LAYANAN ANC
Persentase tenaga pemberi layanan ANC
Persentase tempat pemberi pelayanan ANC
0.5%
0.5%
82.4%
13.4%
3.1%
Sebagian besar pemeriksaan kehamilan dilakukan oleh bidan (82,4%) bertempat
di Bidan Praktek Swasta (41%)
SIRKESNAS 2016
dokter kandungan dokter umum bidan perawat
Tidak ANC
RS Pemerint ah 2.3% RS Swas t a 5.3%
RSI A/ RS bers alin 2.5%
Puskesmas
Pustu/pusling 3.6%
Polindes/poskesdes 8.9% Poliklinik swasta 2.9%
Posyandu
Dok t er prak t ek 4.8%
Bidan praktek swasta
Lainnya 0.3%
Tidak ANC 3.1%
14.6%
11.3%
40.5%

9
Tempat persalinan § 29% di PMB
§ 4% di Polindes
Linakes 93%

Pelayanan Bayi Baru Lahir (KN 1 = 6 – 48 jam setelah lahir)


KN1

Pelayanan KB
TEMPAT MEMPEROLEH PELAYANAN KB
DI FASYANKES PEMERINTAH
• KONTRIBUSI BIDAN = 55.90% DI FASYANKES SWASTA
60
50
40
30
20
10
0
55.23
18.41
40
35
30
25 1.67 20
15 10
5 2.56 0
35.3
1.26
2.93
2.09
2.93
6.28
7.53
1.67
21.16
20.6
12.92
1.45
0.89 0.22 1
3.56
0.33
Sumber data SDKI - 2017

Bidan - Sebagai Garda Terdepan


Dalam Pelayanan KIA, KB & KESPRO
Bidan
Terdampak Covid:
Anggota IBI (KTA): 303.696
Praktek Mandiri Bidan: 36.996
Bidan Delima: 18.885
PMB yang tutup 974 – dari 9296
laporan yg masuk (7 Juni 2020)
Tempat Praktek
• APD tidak memadai
Mandiri Bidan: 36.996
• Isolasi mandiri
• ODP & PDP
• Dalam perawatan Covid
• Pembatasan jam dan jenis
pelayanan
• Dilarang keluarga
Covid + : 218 ODP: 744
PDP: 48
OTG: 94 Meninggal: 2 Dirawat: 64 Isolasi mandiri Sembuh: 512
Bidan Delima
Sistem Standardisasi pelayanan Praktik Mandiri Bidan (PMB) dengan penekanan
pada kegiatan monev serta kegiatan pembinaan dan pelatihan
berkesinambungan

PERAN TEMPAT PRAKTIK MANDIRI BIDAN


§ Menyediakan Tempat praktik Bidan terstandar
§ Memberikan pelayanan KIA, KB & Kespro sesuai standar dan ketentuan
peraturan
yg berlaku
§ Melakukan skrining faktor resiko dan merujuk sesuai standar (Inter-
Professional Collaboration)
§ Mencatat data pasien dan pelayanan yg diberikan serta melaporkan ke
Puskesmas, BKKBN dan UPBD setiap bulan.
§ Membuat catatan asuhan yang lengkap sebagai bukti pelayanan profesional
§ Memberikan penyuluhan KIA, KB dan Kespro
§ Memfasilitasi kelas bumil dan ibu balita
§ Melakukan kunjungan rumah sesuai kebutuhan

KENDALA YANG DIHADAPI BIDAN PADA MASA PANDEMI COVID


1. Kesulitan dalam Pemenuhan APD dan Bahan Pencegahan Infeksi – Sulit
mendapatkannya dan mahal
2. Kesadaran Pasien untuk perlindungan diri dengan menggunakan masker dan
mencuci tangan masih kurang
3. Rasa Khawatir bidan ketika terdapat pasien terdampak covid dan tidak jujur
4. Alat Screening Rapid Test Terbatas – PMB yg rapid test terbatas – tergantung
kebijakan
daerah
5. Ibu Takut untuk datang keklinik PMB, PKM maupun RS
6. Sebagian bidan mengalami penurunan jumlah pasien (ANC,KB dan Imunisasi)
7. Pasien datang masih ada yang tdk memakai masker sehingga bidan harus
menyediakan
masker untuk pasien dan pendamping – menambah operasional cost

KENDALA LAIN PMB DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN DI MASA PENDEMI


COVID-19 – NEW NORMAL - BEYOND
Cont’
vTARIF PELAYANAN KEBIDANAN PADA JKN – TIDAK DPT MEMENUHI
KEBUTUHAN OPERASIONAL COST. vSYARAT UNTUK MEMBERIKAN PELAYANAN
KB IUD DAN IMPLAN, HARUS TERSERTIFIKASI KOMPETENSI
– TERMASUK KB PASKA PERSALINAN
vBIAYA PELATIHAN CUKUP BESAR – PMB BIAYA SENDIRI
vBELUM SEMUA PMB MOU DENGAN BPJS
vKlaim ke BPJS masih ada kendala, pembayaran tertunda, karena lama -
hangus,àpasien tdk aktif bayar IURAN tdk dibayar oleh BPJS
vHARGA IMPLAN DAN IUD CUKUP MAHAL– yg tdk ikut BPJS
vPELAYANAN MELALUI KONSULTASI ON-LINE OLEH BIDAN TIDAK TERMASUK
DALAM “TELEMEDICINE” v

Data PMB yang mengumpulkan laporan Januari - April 2020 (Menggunakan


Google Form)
Jumlah PMB mengumpulkan : 9296 (18 Prop) Bidan Delima : 5183
Bukan Bidan Delima : 4113
PMB Tetap Praktik: 8322 PMB Yang Tutup : 974
KONDISI PMB SAAT COVID-19
974, 10.5%
8322, 90%
Tetap Praktik Tutup
JUMLAH PMB YANG MENGUMPULKAN LAPORAN PELAYANAN PADA MASA
COVID-19 Januari – April 2020 (UPBD Pusat)
4113, 44%
5183, 56%
Bidan Delima
Non Bidan Delima

STATUS PMB YANG BEKERJASAMA DENGAN BPJS


4317, 46%
517, 6%
4462, 48%
Jejaring FKTP MOU LANGSUNG Tidak Keduanya
STATUS PMB MURNI DAN TIDAK MURNI
3766, 41%
5530, 59%
MURNI TIDAK MURNI

Data Pelayanan ANC, Persalinan, IMD dan Imunisasi – JAN – APRIL 2020
140000
120000
100000
80000
60000
40000
20000
0
K1 K4 Persalinan IMD Imunisasi
Januari
76878
57166
25268 24585
122376
Februari
65167
54587
25392
23219
117941
Maret
61506
52537
26094
25376
104053
April
59326 50767
59326 50767
27070 27070
25815 25815
97983 97989

5000
4500
4000
3500
3000
2500
2000
1500
1000
500 0
4550 4555
PELAYANAN IUD DAN IMPLAN – JAN – APRIL 2020
3696
2935
3628
3021 2879
Januari Februari Maret April
2324
Pada Masa Covid-19 Terjadi Penurunan Jumlah Pelayanan KB IUD dan Implan
di PMB
IUD
Implan/AKBK

600000
500000
400000
300000
200000
100000
0
DATA PELAYANAN SUNTIK DAN PIL – JAN – APRIL 2020
520452 502716 499013
465918
Januari Februari Maret April
Pada Masa Covid-19 Terjadi Penurunan Jumlah Pelayanan KB Suntik dan Pil di
PMB
50275 51632 48167 Pil
44911
Suntik

REKOMENDASI PELAYANAN KEBIDANAN


PADA PRAKTIK MANDIRI BIDAN PADA MASA PANDEMI COVID-19 DAN NEW
NORMAL
Bidan dan tim kesehatan menggunakan APD sesuai kebutuhan dengan cara
pemasangan & pelepasan yg benar - menggunakan masker Medis (APN
menggunakan N-95)
12
34
5
Buat papan pengumuman/banner tentang Protokol 6 Pencegahan Covid-19 di
Klinik PMB:
Cuci tangan pakai sabun, jaga jarak minimal 1,5
meter, semua pasien, pendamping/ pengunjung menggunakan masker
Jika tidak siap dengan APD sesuai kebutuhan dan tidak dapat memberikan
pelayanan, segera kolaborasi dan merujuk pasien ke PKM / RS
Lakukan skrining faktor resiko termasuk resiko infeksi covid-19. Apabila
ditemukan faktor resiko, segera rujuk ke PKM / RS sesuai standar - terencana
Menyediakan tempat cuci tangan pakai sabun dengan air mengalir dan
pengukur suhu semua pengunjung.
7
8
Pastikan semua peralatan dan perlengkapan sudah di desinfeksi.
Semua pelayanan dilakukan dengan membuat janji melalui telpon/WA
Lakukan pengkajian komprehensif sesuai standar, termasuk informasi
kewaspadaan penularan Covid-19. Bidan dapat berkoordinasi dengan
RT/RW/Kades utk informasi status ibu (ODP/PDP/Covid +).
Pelayanan ibu hamil, bersalin, nifas, BBL&Balita serta KB, Kespro pada masa
pandemi covid-19 & New Normal sesuai standar – mengacu pada panduan
9 Kemkes, POGI, IDAI dan IBI
Lakukan konsultasi, KIE & Konseling on-line:
10 pemantauan/follow-up care,konseling KB, ASI ekslusif, PHBS & penerapan
buku KIA,
21
ANC
Pemeriksaan DOKTER 1x pada Trimester 1
(untuk skrining kesehatan ibu seutuhnya)
Trimester
Trimester 2 3x
Pemeriksaan dokter 1x pada Trimester 3 (untuk deteksi
komplikasi kehamilan/mempersiapkan rujukan persalinan jika perlu)
10T
• Persalinan Bersih dan
Aman
• Asuhan BBL
ANC dilaksanakan minimal 6x selama masa kehamilan
21x 1x
Trimester
Notes: Pedoman ANC, Pedoman PPIA, buku KIA - Kemkes

PANDUAN PELAYANAN ANC


OLEH BIDAN PADA MASA PAMDEMI COVID-19
1
3
Tidak ada keluhan bumil diminta menerapkan isi buku KIA dirumah. Segera ke
fasyankes jika ada keluhan / tanda bahaya
Lakukan pengkajian komprehensif sesuai standar dgn kewaspadaan Covid-19.
Dapat berkoordinasi dengan RT/RW/Kades tentang status ibu (ODP/PDP,Covid
+)
5
Ibu hamiL pendamping dan tim kesehatan yang bertugas menggunakan masker
dan menerapkan protokol pencegahan covid-19:
Tunda kelas Ibu hamil / dilakukan secara online
Konsultasi kehamilan, KIE dan Konseling dapat dilakukan secara online (Pandu
pengisian P4K).
6
2
Ibu membuat janji melalui Telepon/WA,
ANC pada trimester pertama 1x kolaborasi dg dr. utk pemeriksaan kes,
ANC dilakukan sesuai standar (10T) dgn APD level1. Lakukan
4 skrining faktor resiko. Jika ditemukan faktor resiko rujuk sesuai standar.
7

PANDUAN PERTOLONGAN PERSALINAN OLEH BIDAN PADA MASA PAMDEMI


COVID-19
Jika ada tanda-tanda bersalin, segera hubungi Bidan melalui telepon/WA.
Bidan melakukan skrining faktor resiko termasuk resiko infeksi covid-19.
Apabila ada faktor resiko, segera rujuk ke PKM / RS sesuai standar
Lakukan pengkajian komprehensif sesuai standar, dgn kewaspadaan Covid-19.
Bidan dapat berkoordinasi dengan RT/RW/Kades tentang status ibu apakah
sedang isolasi mandiri (ODP/PDP/Covid +)
Pertolongan persalinan dilakukan sesuai standar APN, lakukan IMD &
Pemasangan IUD paska persalinan dengan APD level2, dan menerapkan
protokol pencegahan penularan covid-19 - pada ibu bukan PDP, Covid+
(Pasien dan pendamping maks 1 org menggunakan masker)
Jika tidak dapat melakukan pertolongan persalinan, segera berkolaborasi dan
rujuk ke PKM / RS sesuai standar
Keluarga/pendamping dan semua tim yang bertugas menerapkan protokol
pencegahan penularan COVID- 19.
Melaksanakan rujukan persalinan terencana untuk Ibu bersalin dengan risiko,
termasuk risiko ODP/PDP/Covid + sesuai standar.

1
Tidak ada keluhan agar menerapkan isi buku KIA, lakukan pemantauan mandiri,
jika ada keluhan/tanda bahaya pada ibu/BBL segera ke fasyankes
Pelayanan nifas dan BBL, dengan membuat janji melalui Telepon/WA
Lakukan pengkajian komprehensif sesuai standar, dgn kewaspadaan Covid-19.
Bidan dapat berkoordinasi dengan RT/RW/Kades tentang status ibu apakah
sedang isolasi mandiri (ODP/PDP/Covid+).
Pelayanan nifas & BBL dilakukan sesuai standar menggunakan APD level 1 dan
menerapkan protokol
4 pencegahan Covid-19
Jika tidak dapat memberikan pelayanan,
Tunda kelas Ibu Balita 7 atau dilakukan secara
online
Konsultasi nifas & BBL, KIE, Konseling Laktasi, pemantauan Tumbang
dilaksanakan secara on-line
Ibu nifas, pendamping & semua tim yang bertugas menggunakan masker dan
menerapkan protokol pencegahan Covid-19
2
5 Bidan segera berkolaborasi dan rujuk ke 8 PKM/RS
Lakukan Asuhan esensial Bayi Baru
6 Lahir. Imunisasi tetap diberikan 9
sesuai rekomendasi PP IDAI
3
PANDUAN PELAYANAN NIFAS & BBL OLEH BIDAN PADA MASA PAMDEMI
COVID-19

PANDUAN PELAYANAN KB
OLEH BIDAN PADA MASA PAMDEMI COVID-19
1. Tidak ada keluhan, Akseptor IUD/Implan dapat menunda untuk kontrol ke
Bidan.
Pelayanan KB baru/kunjungan ulang - membuat janji melalui telp/WA
2. Lakukan pengkajian komprehensif sesuai standar, dgn kewaspadaan Covid-
19.
Bidan dapat berkoordinasi dengan RT/RW/Kades untuk informasi ttg status ibu
(ODP/PDP/Covid +)
3. Pelayanan KB dilakukan sesuai standar menggunakan APD level 1 atau 2.
Konseling memotivasi menggunakan MKJP – tidak perlu kontrol rutin (kecuali
ada keluhan) -New Normal
4. Kunjungan ulang Akseptor Suntik/Pil tidak dapat diberikan, untuk sementara
Ibu menggunakan kondom/pantang berkala/senggama terputus – bidan dpt
kerjasama dengan PLKB untuk distribusi pil
5. Akseptor, pendamping dan semua tim yang bertugas menggunakan masker
dan menerapkan protokol pencegahan covid-19:
6. Konsultasi KB, Penyuluhan dan Konseling dilakukan secara online - dimotivasi
dan didorong utk beralih menggunakan MKJP – pilihan yg tepat diera New
Normal - tdk perlu kontrol rutin

Pra Pelayanan
• Konsultasi, Penyuluhan, KIE & • Konseling dilakukan melalui online •
• Jika memerlukan pelayanan membuat •
janji melalui telp/WA
• Lakukan pengkajian komprehensif
sesuai standar, dan gali informasi yang •
berkaitan dg kewaspadaan Covid-19. •
• Lakukan skrining faktor resiko termasuk resiko terinfeksi covid-19 apakah
sedang
Pelaksanaan Pelayanan ANC, INC,Nifas,BBL, Balita, Kespro & KB
Memverikasi hasil kajian komprehensif. Pemberian informasi dan informed
consent Lakukan skrining faktor resiko termasuk resiko terinfeksi covid-19 –
ditemukan faktor risiko segera rujuk sesuai standar Menggunakan APD sesuai
kebutuhan Memberikan pelayanan sesuai standar dengan menerapkan protokol
pencegahan covid-19.
Pasca pelayanan
• Pelayanan nifas&BBL I dgn bidan
selanjutnya, lakukan pemantauan
mandiri menggunakan Buku KIA. • Ada keluhan /tanda bahaya
segera datang ke PMB dengan
membuat janji terlebih dahulu • Konsultasi, KIE dan konseling
dilakukan secara on-line • Bidan membimbing Ibu
isolasi mandiri (ODP/PDP/Covid +) • • Rujukan terncana bagi Ibu dan Bayi
Memberikan KIE& Konseling: Gizi,
IMD&ASI,KB, PHBS dan Protokol Kesehatan
Cegah Covid-19 serta P4K KIA

dengan resiko –
• Pasien dan pendamping maks 1 orang serta Tim kesehatan yg bertugas selalu
menerapkan protokol pencegahan covid-19
• Membimbing Senam Hamil dan senam nifas secara on-line
Prinsip Penyelenggaraan Pelayanan Kebidanan Pada Masa Pandemi Covid-19
membaca dan menerapkan buku
Respectful Midwifery Care

HIMBAUAN UNTUK ANGGOTA IBI - PMB


1. Membuat informasi ttg protokol pencegahan covid-19 dan penyesuaian
pelayanan
(Pengumuman/Banner) DI TEMPAT PRAKTEK
2. Bidan terus melakukan edukasi terhadap pasien, keluarga dan masyarakat –
beradaptasi dg era New Normal – menerapkan protokol kesehtan saat
kunjungan/on-line
3. PMB menerapkan protokol kesehatan pencegahan covid-19 - Menyediakan
masker dan tempat cuci tangan untuk pasien & pengunjung
4. Bidan harus tetap menjalin komunikasi dan koordinasi dengan pihak terkait
(PKM, Dinkes, BKKBN, IBI serta lintas sektor lainnya)
5. Menggunakan dan melepaskan APD dengan benar dan melaksanakan
Pencegahan Infeksi sesuai standar
6. PMB memberikan pelayanan memenuhi standar kilinis + standar New Normal
- menerapkan protokol kesehatan pencegahan covid-19.

Kebutuhan PMB pada Masa Pandemi Covid-19 dan Menghadapi Era New –
Normal (Rangkuman dalam Laporan PMB)
v Menjaga suplay Alokon berkelanjutan
v Dukungan APD secara terus menerus – disposible
v Revisi kebijakan pembiayaan pelayanan kebidanan dalam JKN - termasuk
untuk konsultasi on-line
v Review kebijakan MOU PMB & BPJS untuk meningkatkan akses pelayanan KIA
& KB
v Memfasilitasi Pelatihan CTU termasuk KB PP bagi PMB
v Mengembangkan media penyuluhan, KIE tentang Kespro & KB secara Digital.
v Pengembangan aplikasi dan sistim informasi dalam peningkatan kolaborasi
antar provider, antar fasyankes, maupun antara provider dengan pasien.
v Mengupayakan rapid test bagi PMB

KOMITMEN IBI DALAM


MENDUKUNG PELAYANAN KIA&KB
PADA MASA PANDEMI COVID-19 DAN MENGHADAPI NEW - NORMAL
1. Melakukankonsolidasi,komunikasidankoordinasiPP,PD&PCmelaluivirtual
meeting (pengumpulan data & informasi)
2.
Mengupayakanbantuandariberbagaistakeholdersuntukmemperolehdukungan
dan bantuan bagi anggota IBI (APD dll)
3. Melakukanadvokasiuntukoptimalisasiperanbidandanpeningkatanakses
pelayanan kebidanan di PKM, RS dan PMB (Penyesuaian Tarif & Keb. MOU dgn
BPJS)
4. Peningkatankualitasbidan–melaluiwebinar/modulon-line,pelatihan(CPD)
5. MendistribusikanpanduanpelayananKIA&KBpadasituasipandemicovid-19
dan New Normal dari Kemkes, POGI, IDAI, IBI
6. Melakukanpembinaan,supervisifasilitatif(pengembanganinstrumentmanual
dan digital - Bidan Delima)
7. PengembanganpelayananKIA,KesprodanKBdiklaster2tertentu(Tempatkerja,
shelter/ pusat2 isolasi mandiri)
8. Mengembangkanaplikasisistiminformasiygmenjembatanikomunikasiantar
fasyankes, antar provider kesehatan, maupun antara provider kesehatan
dengan pasien.

EDUKASI DAN PEMBERDAYAAN


DALAM
KELUARGA
KES P2
-
PENERAPAN
DI ERA NEW
PROTOKOL
-
COVID
-
19
NORMAL
DENGAN :
1. JAGA JARAK
2. PAKAI MASKER
3. CTPS
4. DIRUMAH SAJA
5. KENALI GEJALA DAN PERIKSA KES
6. MAKAN DENGAN GIZI SEIMBANG
7. PHBS
KELUARGA
BEBAS COVID
-
IBU BALITA SEHAT
-
19

STAY AT HOME
Terima Kasih
PERAN TENAGA PROMKES DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KESEHATAN
PADA MASA ADAPTASI KEBIASAAN BARU BERBASIS IPC
Narasumber : Dra.Hj.Tuti Surtimanah M,KM

Strategi Penaggulangan Covid-19:


1. Memperlambat dan menghentikan laju transmisi/penularan, dan
menunda penyebaran penularan
2. Menyediakan pelayanan kesehatan yang optimal untuk pasien, terutama
kasus krisis
3. Meminimalkan dampak dari pandemic Covid-19 terhadap sistem
kesehatan
Strategi lain:
1. Identifikasi kasus baru
2. Mengelola dan memberikan intervensi pada kasus-kasus baru
3. Upaya pencegahan dan pelaksanaan protokol kesehatan

Pilar penanggulangan:
1. Surveilans epidemiologi dan upayapenemuan kasus secara aktif
2. Pemeriksaan laboratorium
3. Manajemen klinis
4. Pencegahan dan pengendalian infeksi
5. Pencegahan penularan masyarakat
6. Komunikasi risiko da pemberdayaan masyarakat
7. Pelayanan kesehatan esensial
Layanan promkes -> Komunikasi risiko dan pemberdayaan masyarakat -> KRPM
KRPM:
1. Membantu mencegah infodemic
2. Membangun kepercayaan public
3. Meminimalkan kesalahpahaman dan mengelola isu/hoaks
4. Mengubah perilaku masyarakat

Strategi perubahan perilaku:


1. Sanksi
2. Rekayasa lingkungan
3. KIE

Strategi Komunikasi:
1. Perencanaan, meliputi analisis persepsi risiko dan peta public penerima
pesan
2. Pelaksanaan, meliputi merumuskan pesan dalam bahasa yang mudah dan
menggerakan influencer (tokoh, jejaring komunitas)
3. Hasil (Perilaku 5M)

Strategi Promosi Kesehatan:


1. Advokasi kepada pembuat kebijakan untuk mendapat dukungan,
kepedulian, dan tindakan
2. Kemitraan bersama organisasi, lembaga swadaya masyarakat, tokoh
agama, tokoh masyarakat, untuk mendapat pemahaman dan keterlibatan
masyarakat
3. Pemberdayaan masyarakat untuk menciptakan kemandirian dalam
pencegahan dan pengendalian masalah kesehatan

Sasaran Promosi Kesehatan:


1. Pimer: individu/anggota keluarga
2. Sekunder: lintas sektor dan lintas program
3. Tersier: pemangku kebijakan

Pemberdayaan masyarakat dalam siklus pemecahan masalah:


1. Analisis situasi
2. Identifikasi masalah
3. Prioritas masalah
4. Tujuan
5. Alternative pemecahan masalah
6. Rencana operasional
7. Pelaksanaan dan penggerakan
8. Pemantauan
9. Pengawasan dan pengendalian
10. Evaluasi
Peran Tenaga Kesehatan Lingkungan Dalam Memberikan Pelayanan Kesehatan Pada Masa
Adaptasi Kebiasaan Baru Berbasis Interprofesional Colaborations (IPC)

Jurusan Kesling : Yuntina Erdani, SKM, MH.Kes, Kepala Seksi Kesehatan Lingkungan,
Kesehatan Kerja dan Kes.Olah Raga (Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat)

Indikator Kesling 2020-2024

1. Persentase desa/kelurahan stop buang air besar sembarangan


2. Jumlah kabupaten/kota sehat (KKS)
3. Persentase sarana air minum yang diawasi/diperiksa kualitas air
minumnya sesuai standar
4. Jumlah fasyankes yang melaksanakan pengelolaan limbah medis sesuai
standar
5. Persentase tempat pengelolaan pangan (TPP) yang memenuhi standar
sesuai syarat
6. Persentase tempat dan fasilitas umum (TFU) yang dilakukan sesuai
dengan standar

Undang-undang No 36 Tahun 2009 Tentang kesehatan


Pasal 6
Setiap orang berhak mendapatkan lingkungan yang sehat bagi pencapaian
derajat kesehatan
Pasal 163 ayat 1 Pemerintah, pemerintah daerah dan masyarakat menjamin
ketersediaan lingkungan yang sehat dan tidak mempunyai resiko buruk bagi
kesehatan
Pasal 163 ayat 2

Penyelenggaraan kesling dilakukan di:


- Permukiman
-Tempat rekreasi
- Tempat dan fasilitas umum
- Tempat kerja

Penyehatan
Air:
1. Pengawasan,
2. Perlindungan
3. Peningkatan kualitas
Udara:
1. Pemantauan
2. Pencegahan penurunan kualitas
Sarana dan bangunan
1. Pengawasan
2. Perlindungan
3. Peningkatan kualitas
Tanah:
1. Pemantauan
2. Pencegahan penurunan kualitas
Pangan:
1. Pengawasan
2. Perlindungan
3. Peningkatan kualitas
Penyelenggaran Kesehatan Lingkungan
Pengamanan
Pengelolaan limbah
1. Limbah padat, cair, gas
Perlindungan kesmas
1. Sampah tidak diolah (pengurangan, penanganan)
2. Zat kimia berbahaya
3. Gangguan Fisika udara
4. Radiasi pengion dan non pengion
5. Pestisida
Pengawasan limbah
Dilaksanakan sesuai per-UUan

Pelayanan kesehatan lingkungan di puskesmas


Peraturan menteri kesehatan Republik Indonesia Nomor 13 tahun 2015

Pelayanan kesehatan lingkungan


Adalah kegiatan atau serangkaian kegiatan yang ditujukan untuk
mewujudkan kegiatan yang ditujukan untuk mewujudkan kualitas
lingkungan yang sehat baik dari asepek fisik, kimia, biologi maupun social
guna mencegah penyakit dan atau gangguan kesehatan yang diakibatkan
oleh factor risiko lingkungan
Kegiatan-> kualitas lingkungan yang sehat -> Fisik, kimia, biologi dan social ->
Mencegah penyakit dan atau gangguan kesehatan
Setiap puskesmas wajib menyelenggarakan pelayanan kesling, pelayanan
kesling merupakan bagian dari pelayanan kesehatan paripurna yang
diberikan kepada pasien.

Kegiatan pelayanan kesling


1. Konseling
2. Inspeksi kesling
3. Intervensi kesling (koordinasi dengan dinas PU untuk bantuan)

Konseling kesehatan
Tujuan konseling adalah hubungan komunikasi antara tenaga kesling dengan
pasien yang bertujuan untuk mengenali dan memecahkan masalah kesling
yang dihadapi, dapat di lakukan oleh klien yang tidak memiliki penyakit
berbasis lingkungan juga ( atau orang yang ingin berkonsultasi mengenai
masalah kesehatan lingkunga)

Inspeksi Kesehatan Lingkungan


Kegiatan pemeriksaan dan pengamatan secara langsung terhadap media
lingkungan dalam rangka pengawasan berdasarkan norma dan baku mutu
yang berlaku untuk meningkatkan kualitas lingkungan yang sehat

Penyelenggaraan kesling
Dilakukan dengan cara:
1. Pengamatan fisik media lingkungan
2. Pengukuran media lingkungan di tempat (menggunakan sanitarian kit)
3. Uji laboratorium
4. Analisis risiko kesehatan lingkungan
Intervensi kesling
Tindakan penyehatan, pengamanan, dan pengendalian untuk mewujudkan
kualitas lingkungan yang sehat baik dari aspek fisik, kimia, biologi, maupun
sosial
Intervensi kesling dapat berupa:
1. Komunikasi, informasi, edukasi serta penggerakan/ pemberdayaan
masyarakat
2. Perbaikan dan pembangunan sarana
3. Pengembangan teknologi tepat guna dan/atau
4. Rekayasa lingkungan

Kegiatan UKM Kesling


1. Pelayanan konseling (melakukan konseling/konsultasi kepada pasien
yang menderita penyakit akibat risiko lingkungan)
2. Intervensi kesling (melakukan intervensi kesling berupa KIE dan
pemberdayaan, perbaikan dan pembangunan sarana, pengembangan
teknologi tepat guna, dan rekayasa lingkungan)
3. Pemberdayaan masyarakat (5 Pilar STBM)
5 pilar STBM
1. STOP BABS
2. Cuci tangan pakai sabun (CTPS)
3. Pengelolaan air minum dan makanan rumah tangga
4. pengelolaan sampah rumah tangga
5.
4. Peningkatan kapasitas (peningkatan kapasitas bagi petugas, masyarakat,
kader, pihak, terkait lainnya)

Covid-19
Covid-19 menuntuk untuk melakukan perubahan, baik dalam hal cara
berpikir, cara berperilaku, dan cara bekerja. Tantangan selanjutnya adalah
cara berpikir dan cara berprilaku yang dapat meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat dan tangguh terhadap ancaman penyakit termasuk
dari penyakit hari esok.

Penularan Covid-19
Menyebar melalui manusia, yaitu kontak langsung dengan orang terinfeksi
pada jarak 2 meter atau melalui droplet orang yg terinfeksi

Pencegahan
1. PHBS
2. Lingkungan Sehat

PIS-PK
• Pemenuhan akses sarana air bersih  Keluarga mempunyai akses sarana
air bersih
• Pemenuhan akses jamban sehat  keluarga mempunyai akses
menggunakan jamban sehat

Pandemi covid-19
• Konseling (terhadap kontak erat dan suspek
• Inspeksi kesling terhadap media sarana dan bangunan yang pernah
didatangi/kunjungi/kontak langsung oleh kontak erat/suspek
• Intervensi kesling, dapat berupa KIE, penggerakan/pe,berdayaan
masyarakat, dan perbaikan atau pembangunan sarana/prasarana
• Pengelolaan air limbah, limbahpadat domestik, dan limbah B# media
dapat sesuai dengan pedoman dan ketentuan.

Adaptasi kebiasaan baru


Perubahan perilaku untuk tetap menjalankan aktivitas normal namun
dengan diikuti dengan menerapkan proke guna mencegah terjadinya
penularan
• SKENARIO untuk mempercepat penanganan covid-19 dalam asepek
kesehatan dan sosial-ekonomi
• TIDAK MENAMBAH penularan atau memperluas penularan atau
semaksimalnya mengurangi penularan

Upaya kesling dalam penanggulangan Covid-19


• Konseling (terutama di puskesmas)
• Pengelolaan limbah (diperhatikan untuk RS rujukan pasien covid-19)
• Inspeksi kesling
• Intervensi kesling

Landasan hukum
KEPMENKES RI no 328 th 2020  panduan pencegahan dan pengendalian
covid-19
Surat edaran nomor 335 th 2020
Aspek yang harus diperhatikan
1. Memastikan bahwa setiap area dan fasilitas umum memilki sarana dan
prasaran yang memadai
2. Memastikan bahwa SOP pencegahan covid terpampang jelas dan dipatuhi
3. Memastikan bahwa petugas di setiap area dan fasilitas melakukan
pengawasan internal (IKL secara berkala
4. Memastikan dilakukan monitoring dan evaluasi terhadap pelaksanaan
adaptasi aktifitas new normal

Langkah menuju AKB program kesling


1. Penyehatan air dan sanitasi dasar
Upaya penyehatan air dan sanitasi dasar dilakukan dengan pendekatan
STBM, tersedia air bersih dan sarana lingkungan sehat dan berkolaborasi
dengan dinas perumahan dan pemukiman
2. Penyehatan tempat pengelolaan pangan
Melakukan pengawasan terhadap tempat pengelolaan pangan contoh rumah
makan, restoran, kantin, sentral makanan, cathering/ jasaboga.
3. Penyehatan tempat dan fasilitas umum
• Protokol pencegahan penularan covid-19 di area publik (Pusat
perbelanjaan, terminal/pelabuhan/bandara/stasiun/ area sekitar)
• Protokol pencegahan penularan covid-19 di transportasi publik (bus,
kereta api dan angkutan umum)
• Protokol pencegahan penularan covid-19 di pasar tradisional dan
pedagang kaki lima
• Protokol pencegahan penularan covid-19 di area sekolah/madrasah dan
Protokol pencegahan penularan covid-19 di pesantren
4. Pengamanan limbah dan radiasi
Mengacu pada:
a. SE DLH 1545 th 2020  tatakelola limbah b3 di fasyankes dan rumah
tangga di jawa barat sebagai antisipasi penyebaran covid-19
b. SE dari KemenLH no.03 2020  pengelolaan limbah infeksius (B3) dan
sampah rumah tangga dari penanganan covid-19
c. Jawa barat sudah memiliki BUMD yang bergerak dalam pengelolaan /
pemusnahan limbah medis
Contoh kegiatan kolaborasi kesling:
• Pelacakan kasus covid-19  epidemiolog, perawat
• STBM stunting  Nutrisionis
• Limbah medis penanganan pasien covid-19  Dokter dan perawat
• Limbah medis vaksin  bidan
TLM
Pemeriksaan Lab Covid 19 dan Folow up Vaksinasi Covid berbasis IPC.

Jurusan TLM : Neneng Tuti Susilawati, S.Si., MMRS. Ka. Lab Pramita- Moch Toha. Bandung.

COVID-19 adalah nama penyakit yang disebabkan oleh SARS-COV-2


• Virus ini merupakan virus berselubung (enveloped) dengan
RNA (asam ribonukleat) untai tunggal.
Virus ini terlebih dahulu menempel pada reseptor ACE-2
untuk masuk dalam sel Presentasi klinik infeksi SARS-CoV-2
berkisar dari infeksi tanpa gejala hingga penyakit parah
• Test diagnostik dilakukan dengan mendeteksi virus itu sendiri
atau respon imun tubuh terhadap infeksi (antibodi atau
penanda biologis lainnya) Foto 4r
• COVID-19 terutama ditransmisikan melalui droplet (tetesan
kecil) yang dihasilkan saat orang yang terinfeksi batuk,
bersin, atau mengembuskan nafas

• Cara Penularan :
− Terhirup droplet
− Kontak pribadi (menyentuh dan berjabatan tangan)
− Menyentuh benda permukaan terkontaminasi(2-9 Hari)
• 1 pasien menstranmisikan 1 - 4 orang
• Memiliki daya penyebaran 20 kali lebih tinggi dibandingkan virus SARS

Gejala penyakit
− 70% penderita mengalami gejala
− 20% bergejala sedang-berat
− 80% bergejala ringan yang sangat berpotensi sebagai silent transmitter
− Pemeriksaan lab covid digunakan untuk diagnosis, terapi, survilent,
epidemiologi, progmosis dan lainnya
Pemeriksaab lab dibagi menjadi 3 yaitu
1. Virologi yaitu berbasis molekuler yaitu NAAT dan Antigen Rapid
2. Antibodi test (serologi test) berupa rapid test, serologi-instrument based
test (menggunakan alat yang besar)
3. Test pendukung yang digunakan untuk melihat kelanjutan penyakitnya
biasanya dibutuhkan oleh dokter yang biasanya untuk monitoring terapi

Perjalanan virus
5 hari pertama sejak terpapar belum terdapat gejala
Hari 5-7 sudah terdapat gejala dan pada waktu hari ke 7-8 (hari ke 7-10
paling efektif karena paling kecil kemungkinan menunjukan negatif palsu)
efektif digunakan test dengan test virologi.
Kemudian pada hari ke 10 efektif test antigen.

Spesimen RT-PCR SARS-CoV-2


Prinsip utama dalam pengambilan spesimen mikrobiologi adalah meperoleh
agen target semaksimal mungkin

Kualitas spesimen sangat dipengaruh :


• Jenis spesimen
•Lokasi
•Waktu
•Teknik
Tekhnik:
-Ketelusuran
-Presentasi mendapatkan agen
-Integeritas dan keamanan

Sample SARS CoV 2


1. Saluran pernafasan
− Saluran pernafasan atas
Spesimen usap nasofaringeal memberikan hasil yang lebih terandalkan
dibandingkan usap orofaringeal, Gabungan spesimen nasofaring dan
orofaring meningkatkan sensitifitas
Waktu optimal awal minggu pertama gejala, atau pada pasien
asimptomatik
• Saluran pernafasan bawah
Sputum, aspirat endotrakeal atau lavage bronkoalveolar
Disarankan pada fase penyakit tahap lanjut
2. Faeces:Mulai minggu kedua onse!
3. Spesimen post mortem
4. Serum (serologi test)
Mulai 7-8 hari onset optimal fase konvalesen (>14)

Molekular
Standard utk konfirmasi infeksi SARS-CoV-2 adalah dengan test CO
amplikasikasi asam nukleat (NAAT), termasuk didalamnya : RT-PCR, RT iPCR,
TCM, NEAR, dll
− Test ini mendeteksi mikroorganisme target melalui deteksi gen
(RNA/DNA).
− DNA/RNA digandakan dengan reaksi berantai agar bisa dideteksi
− Test ini mempunyai sensitifitas dan spesifitas tinggi

LAYANAN SARS-COV-2 RNA


SARS-COV-2 ANTIGEN TEST
Tes ini mendeteksi keberadaan protein virus SARS-CoV-2. Efektifitas deteksi
paling tinggi dalam minggu pertama gejala. Saat ini, pemeriksaan antigen
test menjadi salah astu syarat untuk melakukan perjalanan antar wilayah di
Indonesia
SARS-CoV-2 RNA (RT-PCR)
Tes konfirmasi standard untuk infeksi SARS-CoV-2 adalah dengan mendeteksi
RNA virus melalui tes amplifikasi asam nukleat (NAAT), termasuk didalamnya
real time reverse-transcription polymerase chain reaction (RT-PCR), tersedia
berbagai pilihan methode • SARS-CoV-2 RNA (Test Cepat Molekuker - RT-
PCR)
Menggunakan methode RT-PCR, mendeteksi RNA virus secara kualitatif
(negatip atau positip) dengan nilai rasio, yang bisa menggambarkan
konsentrasi RNA virus dalam specimen. Hasil pemeriksaan diperoleh pada
hari yang sama (jika swab dilakukan sebelum jam 13,00)
SARS-CoV-2 RNA (Test Cepat Molekuler - NEAR
Menggunakan methode Isothermal Amplifikasi, mendeteksi RNA virus secara
kualitatif (negatip atau positip). Hasil pemeriksaan diperoleh pada hari yang
sama jika swab dilakukan sebelum jam 14,00).
SARS-COV-2 RT- PCR Layanan Cepat Menggunakan methode RT-PCR dengan
2 gen target. Mendeteksi RNA virus secara kualitatif (negatip atau positip)
dengan nilai CT yang bisa menggambarkan konsentrasi RNA virus dalam
specimen Hasil pemeriksaan diperoleh pada hari yang sama (jika swab
dilakukan sebelum jam 13,00)
• SARS-CoV-2 RT-PCR
Methode Gold Standard untuk deteksi Virus SARS-CoV-2, Menggunakan 2
gen target Mendeteksi RNA virus secara kualitatif (negatip atau positip)
dengan nilai CT. Hasil pemeriksaan diperoleh dalam 2 -3 hari, kecuali cabang-
cabang tertentu bisa hari yang sama atau H+1

FALSE NEGATIF
Satu atau lebih hasil negatif tidak selalu menyingkirkan kemungkinan infeksi
SARS-CoV-2. Sejumlah faktor dapat menimbulkan hasil negatif pada orang
yang terinfeksi, seperti:
− kualitas spesimen yang buruk karena berisi terlalu sedikit material
pasien;
− spesimen yang diambil terlalu lama dalam perjalanan penyakit,
− spesimen yang diambil dari bagian tubuh yang tidak mengandung virus
pada waktu diambil: penanganan dan/atau pengiriman spesimen yang
tidak tepat;
− alasan-alasan teknis di dalam tes, seperti hambatan PCR atau mutasi
virus.

Interpretasi hasil pemeriksaan


Membaca Hasil Pemeriksaan
RT-PCR SARS-COV-2 adalah pemeriksaan kualitatif, yang harus dibaca
sebagai terdeteksi atau tidak terdeteksi (Negatif atau Positif), pembacaan
didasarkan pada:
1. Nilai CT (cycle threshold)/Cp (crossing point)/CQ (cycle of quantification).
terhadap cut off yang digunakan 2. Efesiensi reaksi amplifikasi (kurve kinetic
amplifikasi : sigmoid atau non sigmoid)
3. Nilai flouresence
4. Kontrol (Positif, negatif dan internal kontrol)
Cycle Threshold (CT)
• Nilai CT (Cycle Threshould) adalah siklus (urutan/nomer siklus) dimana
amplifikasi PCR mulai menunjukan fase eksponensial atau sinyal flouresensi
probe memotong ambang batas
− Nilai yang praktis untuk menggambarkan konsentrasi virus,
− Berbanding terbalik konsentrasi DNA/RNA virus Bukan nilai absolut
− Bisa berbeda antar reagen / kit
* Cara pembacaan:
• Tidak terdeteksi diinterpretasikan sebagai Negatif
• Nilal CT di atas cut-off, diinterpretasikan sebagai Negatif,
• Nilai CT di bawah cut-off, diinterpretasikan sebagai Positif, bila persyaratan
kurve kinetic amplifikasi dan persyaratanlainnya terpenuhi

Kesimpulan
− Laboratorium klinik PRAMITA menyediakan layanan pemeriksaan untuk
penatalaksanaan pasien COVID-19 mulai dari screening, diagnostik,
prognostik, monitoring terapi dan penyembuhan, sampai dengan pasca
vaksinasi
− Pemilihan jenis pemeriksaan COVID-19 tergantung pada tujuan
pemeriksaan dan perjalanan penyakit
− Pemeriksaan Molekuler Nucleic Acid Amplification Test (NAAT)
merupakan standard untuk konfirmasi infeksi virus SARS-CoV-2, di
Pramita tersedia berbagai pilihan yang masing-masing punya keunggulan
dan kelemahan.
− Banyak potensi kesalahan yang bisa timbul selama proses pemeriksaan,
penerapan sistem manajemen dan pengendalian mutu bisa mencegah
tejadinya kesalahan dan menjamin akurasi hasilpemeriksaan
Perawat
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KESEHATAN PADA MASA
ADAPTASI KEBIASAN BARU BERBASIS INTERPROFESIONAL COLABORATIONS
AKBP Ani Rasiani D., S.Kep.,Ners., M.Kep
Ketua DPD PPNI Kota Bandung
• Pandemi covid-19 ditetapkan oleh who pada tanggal 11 maret 2020
• Penetapan darurat kesehatan masyarakat covid-19 31 maret 2020
• Penetapan bencana non alam covid-19 sebagai bencana nasional 12 April
• Tingginya jumlah kasuc covid-19
• Keterbatasn sarana dan prasarana
• Tingginya kejadian penularan pada nakes
• Tertundanya pelayanan esensial
Pada tenaga kesehatan
1. resiko paparan virus
2. kekerasan
3. tekanan kerja
4. stigma
5. gangguan psikologis dan emosional
6. penyakit bahkan kematian
SISTEM KESEHATAN MAMPU MENGATASI LONJAKAN KASUS
(KMK 413 / 2020 ttg PEDOMAN PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN
CORONAVIRUS DISEASE
2019 (COVID-19)
1. Semua pasien Covid-19 diberikan tata laksana sesuai standar nasional.
2. Semua pasien selain Covid-19 diberi tata laksana sesuai standar nasional
sehingga harus menggunakan APD
3. Tidak ada peningkatan kematian di RS akibat gangguan selain Covid-19
4. Sistem kesehatan dapat menangani peningkatan 20% beban kasus Covid-
19
5. Terdapat 1 tenaga PPI terlatih purna waktu per 250 TT di semua fasyankes
dan Kab/Kota.
6. Semua fasyankes memiliki skrining Covid-19.
7. Semua fasyankes memiliki mekanisme untuk mengisolasi suspek Covid-19.
Perlindungan Hukum Perawat
UU No 36 Th 2009 ttg Kesehatan
 Setiap orang berhak mendapatkan lingkungan yang sehat bagi pencapaian
derajat kesehatan (psl 6)
 Setiap orang berkewajiban menghormati hak orang lain dalam upaya
memperoleh lingkungan yang sehat, baik fisik, biologi, maupun social (psl 10)
 Setiap orang berkewajiaban berperilaku hidup sehat untuk mewujudkan,
mempertahankan, dan memajukan kesehatan yang setinggi-tingginya (psl11)
 Setiap orang berkewajiban menjaga dan meningkatkan derajat kesehatan
bagi orang lain yang menjadi tanggung jawabnya
UU No 44 Th 2009 ttg RS
 Pelayanan Rumah Sakit berbasis keselamatan pasien (patient safety)
 Patient Safety : pasien, petugas,lingkungan, fasilitas & Institusi
 Rumah Sakit wajib terakreditasi secara nasional atau internasional (untuk
Peningkatan Mutu Pelayanan Kesehatan
UU No 36 Th 2014 ttg Tenaga Kesehatan
 Tenaga kesehatan dalam menjalankan praktik berhak memperoleh
perlindungan hokum sepanjang melaksanakan tugas sesuai dengan standar
profesi, standar pelayanan profesi & standar pelayanan & SOP
 Tenaga kesehatan dalam menjalankan praktik berhak atas keselamatan dan
kesehatan kerja, perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat manusia,
moral kesusilaan serta nilai agama
UU No 38 Th 2014 ttg Keperawatan,Permenkes No 26 Th 2019, PASAL 28D UUD
NKRI 1945
Wewenang Perawat Menurut UU Keperawatan(UU no 38 Tahun 2014)
Dijelaskan dalam UU Keperawatan no 38 tahun 2014 bahwa wewenang perawat
meliputi :
• melakukan pengkajian Keperawatan secara holistik; menetapkan diagnosis
Keperawatan; merencanakan tindakan Keperawatan; melaksanakan tindakan
Keperawatan mengevaluasi hasil tindakan Keperawatan; melakukan rujukan;
memberikan tindakan pada keadaan gawat darurat sesuai dengan kompetensi;
memberikan konsultasi Keperawatan dan berkolaborasi dengan dokter;
melakukan penyuluhan kesehatan dan konseling; dan melakukan
penatalaksanaan pemberian obat kepada Klien sesuai dengan resep tenaga
medis atau obat bebas dan obat bebas terbatas
UU NO 24 TAHUN 2007
Dijelaskan dalam UU Keperawatan no 38 tahun 2014 bahwa wewenang perawat
meliputi :
• melakukan pengkajian Keperawatan secara holistik; menetapkan diagnosis
Keperawatan; merencanakan tindakan Keperawatan; melaksanakan tindakan
Keperawatan mengevaluasi hasil tindakan Keperawatan; melakukan rujukan;
memberikan tindakan pada keadaan gawat darurat sesuai dengan kompetensi;
memberikan konsultasi Keperawatan dan berkolaborasi dengan dokter;
melakukan penyuluhan kesehatan dan konseling; dan melakukan
penatalaksanaan pemberian obat kepada Klien sesuai dengan resep tenaga
medis atau obat bebas dan obat bebas terbatas
UU No 36 tahun 2009 TTg Tenaga Kesehatan
Pasal 59 (1)
Tenaga Kesehatan yang menjalankan praktik pada fasilitas pelayanan
kesehatan wajib memberikan pertolongan pertama Kepada penerima pelayanan
kesehatan dalam keadaan gawat darurat dan atau/ atau pada bencana untuk
penyelamatan nyawa dan pencegahan kecacatan .
Pasal 59 (2)
Dalam keadaan darurat, fasilitas pelayanan kesehatan, baik pemerintah
maupun swasta dilarang menolak pasien dan/atau meminta uang muka.
PELAYANAN KESSEHATAN PADA BENCANA
• Tanggap darurat
• Pasca bencana.
PASAL 83
1) Setiap orang yang memberikan pelayanan kesehatan pada bencana harus
ditujukan untuk penyelamatan nyawa, pencegahan kecacatan lebih lanjut, dan
kepentingan terbaik bagi pasien.
(2) Pemerintah menjamin perlindungan hukum bagi setiap orang sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) sesuai dengan kemampuan yang dimiliki.
DARURAT KETIKA MENGGUNAKAN APD.
PELIMPAHAN WEWENANG
Pelaksana tugas berdasarkan pelimpahan wewenang
1. Untuk melaksanakan tindakan medis dari dokter dan evaluasi pelaksanaannya :
a. delegatif, disertai pelimpahan tanggung jawab hanya kepada perawat profesi
atau perawat vokasi terlatih
b. mandat dibawah pengawasan tenaga medis yang melimpahkan
keduanya harus tertulis dan sesuai dengan kompetensinya
2. Pelaksanaan program pemerintah
a. Perawat lulus pelatihan atau orientasi yang diselenggarakan Pem atau Pemda
b. Dilakukan sesuai dengan ketentuan
TINGKAT KESWAPADAAN COVID 19
• Kewaspadaan level 1 : Sebagian besar aktivitas normal dapat dilanjutkan
dengan kewaspadaan dan pedoman kesehatan yang diikuti setiap saat populasi
bersiap untuk peningkatan tingkat kewaspadaan jika perlu
• Kewaspadaan level 2: Jarak fisik dan pembatasan pada waktu luang dan
aktivitas sosial untuk mencegah kebangkitan virus
• Kewaspadaan level 3: Pembatasan pada banyak aktivitas termasuk di
tempat kerja dan secara sosial untuk mengatasi risiko penularan yang tinggi
• Kewaspadaan level 4 : Tindakan pencegahan ekstrim untuk membatasi
penyebaran dan wabah komunitas sambil membiarkan beberapa aktivitas
dilanjutkan
• Kewaspadaan level 5 : Tindakan drastis untuk menahan penyebaran virus
dan menyelamatkan nyawa

KEWAJIBAN MEMATUHI PROTOCOL KESEHATAN BAGI INDIVIDU


BERDASARKAN INPRES RI NO.6 TAHUN 2020,SE MENKES
NO.HK.02.01/MENKES/335/2020
• Jaga kebersihan tangan sering cuci tangan dengan sabun air mengalir/
handsanitizer
• Menggunakan pakaian khusus kerja dan mengganti pakaian saat selesai
kerja
• Pastikan kondisi sehat,jika ada gejala demam/batuk/ pilek/sakit
tenggorokan istirahat di rumah
• Jaga jarak minimal 1 meter saat berhadapan rekan kerja
• Mewajibkan staf, pasien dan pengunjung menggunakan masker
• Bersihkan handphone, kacamata, tas, dan barang lainya dengan cairan
desinfektan
• Gunakan masker saat berangkat dan pulang dari tempat kerja serta selama
berada di tempat kerja
• Hindari menyentuh mata, hidung atau mulut dalam keadaan tangan tidak
bersih
Dalam pelayanan kesehatan, terutama dalam kondisi wabah Covid-19 saat ini,
perawat mempunyai beberapa peran
• yaitu sebagai caregiver yang merupakan peran utama dimana perawat
akan terlibat aktif selama 24 jam dalam memberikan asuhan keperawatan
ditatanan layanan klinis seperti di rumah sakit.
• Selain itu, perawat juga mempunyai peran sebagai edukator, dimana
berperan sebagai tim pendidik yang memberikan edukasi kepada masyarakat.
Perawat berperan dalam memperkuat pemahaman masyarakat terkait,
pencegahan dan penularan, serta bagaimana meningkatkan pengetahuan
masyarakat tentang tanda dan gejala covid-19
• Perawat juga berperan dalam advokat dimana perawat akan membantu
mengurangi stigma bagi pasien dan keluarga yang terindikasi covid positif.
• Secara umum, perawat mempunyai peran yang sangat penting baik dari
segi promotif, preventif, dan pelayanan asuhan keperawatan dalam kondisi
wabah covid-19.
MANAJEMEN PELAYANAN KEPERAWATAN PADA PANDEMI : TANTANGAN BAGI
PERAWAT MANAJER
“TUGAS BIDANG KEPERAWATAN DALAM MENGHADAPI PANDEMI COVID 19”’
• planning : Regulasi/kebijakan, Pedoman/panduan pelayanan, SPO/intruksi
Kerja/alur
• organizing : Membentuk struktur/tim koordinasi, Mengidentifikasi, merinci
dengan jelas, dan menetapkan Tugas /peran, Tanggung jawab, Otoritas
/wewenang, Kegiatan mulai dari ka instalasi,koordinat,kepala ruangan,ketua
tim,hingga perawat pelaksana
• directing
• staffing
• controling, pengendalian/menjamin mutu dan keselamatan
Alur pelayanan pasien covid-19
• Triase lalu klinik atau igd, bila berart dan membutuhkan ventilator masuk
ke icu saat sembuh ke pinere atau penyakit infeksi new emergency
• Triase lalu klinik atau igd, bila berart dan tidak membutuhkan ventilator
masuk ke ruang rawat inap isolasi covid sembuh ke pinere atau penyakit infeksi
new emergency
• Triase lalu klinik atau igd bila rinngan atau sedang bisa dipulangkan dengan
karantinamandiri dan juga kontol ke poli atau rawat inap di ruang isolasi kopid
sembuh ke pinere atau penyakit infeksi new emergency
PENGELOLAAN SDM/KETENAGAAN
1. Pemetaan SDM keperawatan yang tersedia
2. Di lakukan seleksi tenaga perawat yang memiliki comorbid
3. Indentifikasi fit for work untuk setiap staf keperawatan
4. Penetapan jumlah perawat dan perbandingan perawat pasien dengan cara
• Tentukan Kapasitas Tempat Tidur
• ICU Covid - 19 = 1,5 :1
• Rawat Inap Covid – 19 = 1:5
• (Modifikasi standar dari kemenkes dengan beberapa pertimbangan kondisi
dan situasi kerja)
Penetapan kriteria zona merah,orange,dan zona hijau
1. zona merah perawat yang langsung memberikan perwatan pada pasien covid-
19. Perawat ga boleh punya komorbid
2. zona kuning perawat yang bertugas transmisi antar zona merah dan hijau : poli
ODP,poli kontrol
3. zona hijau perawat yang bertugas di area/perawatan pasien non covid-19
4. Identifikasi beban kerja dan menyusun pembagian tugas
5. Stimulasi pengaturan shift dan jam kerja shift
6. Perawat di bagi beberapa TIM yang berbeda
7.Jam kerja setiap tim di batasi maksimal 4 jam (1x shift)
Penatalaksanaan
1.Penatalaksanaan, monitoring, dan desinfeksi seiap tim di atur untuk
mengurangi frekuensi keluar masuk staff
2.Pelatihan tentang covid – 19 dan penalaksanaanya
3.Perawat di latih standar APD dan penggunaan APD sesuai standar
4.PPI melakukan pendampingan/memastikan tenaga perawat dapat
menggunakan dan melepas APD dengan benar
5. Setelah keluar dari zona merah perawat harus membersihkan diri (mandi dan
keramas)
6.Reward staff
• Memfasilitasi tempat tinggal bagi yang mengalami kesulitan
transportasi,mengalami diskriminasi lingkungan berdasarkan zona kerja beban
dan risiko kerja
• IKI setiap bulanya
• Frekuensi masuk zona merah di hitung-
7.Pemeliharaan kesehatan tanpa perawat
• Memperhatikan diet dan gizi: pembagian vitamin/suplemen dari obat
maupun makanan
• Memantau , mengidentifikasi kesehatan tenaga perawat garda
depa,pemeriksaan berkala, memberi kemudahan untuk akses pengobatan
• Motivasi dan dukungan psikologis
PENGENDALIAN MUTU DAN KESELAMATAN PASIEN COVID-19 DAN TENAGA
PERAWAT
A. Pasien
• Mutu dan keselamatan pasien
1. Kepuasan pasien
2. Resiko jatuh
3. Resiko decubitus
4. KTD dalam pemberian obat
5. Nyeri
6. Pelaporan insident keselamatan pasien
• Mutu pelayanan staff
1. Pelatihan /sosialisasi terkait kebijakan, panduan,SOP pelayanan covid
2. Standar prosedur berbasis efident
3. Pendampingan /supervisi oleh komite keperawatan
4. Supervisi bidang keperawatan
5. Mentoring/preseptoship
6. IKI
• Keselamatan kerja staff
1. Standarisasi APD ,pendampingan PPI
2. Pengecekan kesehatan berkala
3. Mengatur jam kerja
4. Identifikasi risiko/kecelakaan kerja dan antisipasi
5. Alur laporan kecelakaan kerja
Hambatan dan tantangan
Tantangan
1. Kasus baru ,outbreak
2. Kesejahteraan, hak, dan kewajiban tenaga perawat
3. Beban mental/psikologi staff perawat
4. Membangun percaya diri dan keberanian staff dalam memberikan
pelayanan covid – 19 dan menghadapi stigma
5. Risiko penularan
6. Keselamatan pasien dan staff
7. Mengelola keterbatasan APD
AWAL PANDEMI
• Menghadapi krisis dan kasus baru
• Asuhan pasien dalam keterbatasan ketersediaan APD
• Penerapan PPI belum optimal
• Pendokumentasian asuhan
• Penerapan standar asuhan tdak optimal

TRANSISI NEW NORMAL MENUJU ADATASI KEBIASAAN BARU


• Pasien covid yang dirawat cenderung meningkat,non covid kembali normal
• Risiko asuhan yang kurang optimal
• Pendokumentasian asuhan masih menjadi kendala
• Penerapan indikator mutu keperawatan
PERAWAT MANAJEMER
• Perawat yang bertanggung jawab untuk suatu unit di rumah sakit,
puskesmas atau klinik
• Mengelola pelayanan dan asuhan keperawatan, mengevaluasi kinerja staf
dan hasil asuhan keperawatan
• Perawat manajer memastikan semuanya berfungsi seperti mesin yang
diminyaki dengan baik
• Perawat manajer bertanggung jawab damam perencanaan perawatan
pasien, peningkatan kualitas, penetapan tujuan dan penganggaran
• Perawat manajer juga menyusun jadwal dan penugasan staff, mengevaluasi
kinerja, pengembangan professional dan penyediaaan peluang peningkatan
pendidikan dan karir yang berkelanjutan
• Perawat manajer memastikan staf melaksanakan semua tugas dengan
penuh tanggung jawab
INTERPERSONAL ROLES
FIGURHEAD
• menjadi role model ( menginspirasi staf ),menjaga sikap dan perilaku sesuai
code of conduct yang berlaku
• tetap berusaha bersikap tenang dalam menghadapi situasi pandemi agar
menularkan ketenanganya kepada staf
• melaksanakan tugas-tugas seremonial yang didelegasikan pimpinan
LEADER
• mengerahkan, memotivasi, dan menciptakan kondisiyang nyaman bagi staf
untuk bekerja
• membangun kerja sama tim dalam pelayanan dan asuhan keperawatan
LIAISON
• melakukan interaksi dengan teman sejawat, staf
• menjaga keharmonisan antar staff keperawatan
• kehadiran dapat menyenangkan staf keperawatan

INFORMATION ROLES
monitor
• mencari, menerima dan mengumpulkan informasi berhubungan dengan
situasi pelayanan dan perubahan kebijakan atau prosedur terkait asuhan dan
pelayanan keperawatan dalam masa pandemi
disseminator
• membagi informasi terkait pelayanan dan asuhan keperawatan
• memberikan informasi dan pendidikan kesehatan (berulang-ulang) tentang
protokol kesehatan di era new norma
spokeperson
• menyampaikan kebutuhan SDM, sarana dan peralatan penunjang asuhan,
kebutuhan penginapan dan transportasi jika diperlukan dan memungkinkan
disediakan
• menjadi advokat perawat
DECISIONAL ROLES
Enterpreuner
• memprakarsai dan menerapkan inovasi dan modifikasi pelayanan dan
asuhan keperawatan selam a pandemi
• mengidentifikasikan ide-ide baru, sistem baru yang diterapkan dalam
pengelolaan asuhan dan sumber daya keperawatan
Disturbance handler / penanganan masalah
• melakukan tindakan korektif dalam suatu masalah
• menunjukan perilaku bertindak secara terbuka dan jujur, sera tidak
menyembunyikan kesalahan
• mencari dan memberikan solusi dalam keadaan situasi yang tidak
Resource allocator / pengalaokasi sumber daya
• sebagai penentu di dalam mengalokasi sumber daya keperawatan
• menempatkan perawat sesuai kualifikasi dan kompetensi, serta membuat
modifikasi pemenuhan kebutuhan layanan menyesuaikan kondisi saat ini
Negotiator
• perunding (negotiator) baik dengan pihak pihak dalam lingkungan organisai
maupun pihak luar guna mencegah bagi masalah-masalah yang dihadapi
Farmasi
Peran Tenaga Farmasi Dalam Memberikan Pelayanan Kesehatan Pada Masa Adaptasi Kebiasaan
Baru Berbasis Interprofesional Colaborations (
FARMASI

Peran Tenaga Farmasi dalam AKB berbasis IPE

Permasalahan:

Kurang kolaborasi farmasi dengan tenaga kesehatan lainnya

Kesalahan dalam pembuatan resep di Indonesia tinggi (98,69%) kesalahan penulisan, apoteker tidak
tepat dalam penyiapan dan pemberian obat  kurang komunikasi dan pemahaman  sangat penting IPC
 untuk memecahkan berbagai permasalahan tentang pengobatan  untuk mencapai tujuan dan
memberi manfaat bersama

Kunci: Komunikasi efektif  menciptakan kolaboratif yang baik

sesuai pada PMK 11 tahun 2017

Dasar Hukum Apotekker di Puskesmas

1. UU Kes No. 36 th 2009

2. UU Tenaga kes No.36 th 2014

3. PP No.51 th 2009

4. Permenkes No.74 th 2016

5. PMK 26 tahun 2020  revisi dari no 4

Pelayanan kefarmasian  suatu pelayanan yang diberikan oleh apoteker maupun TTK secara langsung
(bukan tatap muka) zoom juga tetap langsung, bertanggung jawab terhadap pasien, berkaitan dengan
sediaan farmasi (obat, kosmetik, alat kesehatan)

Ada perubahan paradigm dari product oriented ke patient oriented (object nya), ada asas
Pharmaceutical  meningkatkan mutu kesehatan pasien

Permenkes 74 Tahun 2016  Pelayanan kefarmasian dibagi menjadi 2 ada:

1. Pengelolaan sediaan farmasi (obat, bahan obat, kosmetik maupun obat tradisional) dan BMHP
(Bahan medis habis pakai)  vaksin  pastikan mutu penyimpanan obat  obat harus berefikasi dan aman

2. Pelayanan Farmasi Klinik  banyak hal  seperti keterampilan khusus  pemberian informasi
obat
Pengelolaan sediaan farmasi (obat, bahan obat, kosmetik maupun obat tradisional) dan BMHP (Bahan
medis habis pakai) alur:

Perencanaan  permintaan  penerimaan  penyimpanan  pendistribusian  pengendalian sediaan


farmasi dan BMHP  pencatatan dan pelaporan  monitoring dan evaluasi obat  tidak hanya farmasis
namun peran kolaborasi tenaga kesehatan lainnya

Seleksi Perencaan Obat

Output : perencanaan obat tahunan

Mengisi kebutuhan obat berdasarkan  formularium nasional (FORNAS) ada berdasarkan tingkatan
pelayanan kesehatan  namun berdasarkan keanggaran juga bisa menggunakan formularium puskesmas
 formularium puskesmas ini dibuat oleh PFT (Panitia Farmasi dan Terapi) dari berbagai profesi
berkolaborasi  dapat dibuat perencanaan kebutuhan obat obat yang akan digunakan/dimasukkan

Permintaan

Dilakukan tiap bulan ke Dinkes dalam bentuk laporan pemakaian dan lembar permintaan obat (LPLPO)

Pengadaan obat  dapat dilakukan oleh puskesmas itu sendiri namun berdasarkan verifikasi dari Dinkes
 jika diterima dapat dilakukan dengan dengan sistem e katalog maupun non katalog  berkolaborasi

Distribusi Obat

1. Rawat jalan  resep doktar

2. Sub unit  LPLPO subunit  bisa masuk berbagai ruangan

3. Komunitas  posyandu, posbindu, sekolah

Pelayanan

Ada 8:

Pengkajian, PIO, konseling, visit pasien, PTO, evaluasi pemakaian obat, monitoring efek samping obat, dll

Yang berkolaborasi?

1. Pengkajian, pelayanan resep dan pemberian informasi obat (PIO)  kesalahan interpretasi obat
dapat menyebabkan medication error  peran farmasi memastikan kebenaran dalam penulisan resep /
prescribing (dokter)

Pengkajian  ada tiga pertama administrative (siapa yang menuliskan atau dokter, dan siapa yang
menerima atau pasien) seperti nama dokter, paraf, alamat, SIP, usia pasien dll. Lalu secara farmasetik
(tidak ada nama obat, tidak ada bentuk sediaan, tidak ada kekuatan tidak ada aturan pakai) dan klinis 
sehingga tidak ada kesalahan dalam interpretasi obat
2. Pelayanan Informasi Obat (PIO)  pada pasien, keluarga pasien

Yaitu mencari pustaka, memberi informasi, rekomendasi seperti pemberian informasi obat yaitu
immunostimulan  preventif  apa saja macam macam, bagaimana penggunaannya yang bijak. Aplikasi
pio ini dapat dilakukan pada saat visit dengan tim kesehatana lainnya, atau pada saat pemantauan terapi
obat, home care, konseling

Contoh nya SOAP  subjektif objectif dan assessment pasien  dapat dituangkan dalam rekam medis
dan CPPT (catatan perkembangan pasien terintegrasi)  dapat diakses oleh semua tenaga kesehatan 
dapat membantu peningkatan/ percepatan kesehatan pasien  komunikasi.

Pemberdayaan Masyarakat Kegiatan Gema Cermat

Ada 4 hal  edukasi, pemberdayaan masyarakat, komunikasi dan pbulikasi, dan optimalisasi peran
tenaga kes

Kegiatan: bekerja sama dengan tenaga gizi/ promkes  jika melakukan penyuluhan gizi, vitamin dll

Media: berbagai macam seperti radio, ig, whatsapp, blog, website, vlog, dll

Sosialisasi gema cermat ke tenaga kesehatan lainnya.

Pelayanan farmasi dimasa pandemic?

a. Membuat sop pelayanan farmasi di era pandemic pada:

1. Sanitasi ruangan pelayanan farmasi

2. Perlindungan diri personil

3. Pelayanan kepada pasien selama pandemic

4. Sarana edukasi pencegahan covid 19

5. Alur pekayanan pasien positif covid 19

b. Pemberian informasi obat dengan sekat akrlikik

c. Dan melakukan contoh inovasi telefarmasi (dalam konseling obat atau pemberian informasi
obat)

d. Pemeriksaan protocol kesehatan fasyankes

e. Implementasi kegiatan  apotekker guru tamu disekolah sekolah

f. Pertemuan dengan lintas sector bekerjasama dengan lintas program

g. Menulis buat komik dan blog yang edukatif

Anda mungkin juga menyukai