Baik pasien anak maupun dewasa. Adapun faktor yang mempengaruhi terjadinya
malnutrisi pada pasien rawat inap antara lain adalah asupan zat gizi yang tidak adekuat, lama
rawat, faktor penyakit, dan adanya kekhususan diet tertentu.
Berdasarkan hasil pengumpulan data tahun 2017 oleh Instalasi Gizi, diketahui bahwa 1
dari 5 pasien dewasa (20%) yang dirawat memiliki status gizi kurang sejak awal masuk RS.
Diketahui pula terdapat 17,94% pasien yang mengalami malnutrisi selama perawatan di
Rumah Sakit (Hospital Malnutrition) di tahun 2017. Hal ini menjadi tantangan bagi tenaga
dietisien untuk dapat menurunkan angka kejadian malnutrisi rumah sakit dengan meningkatkan
pengetahuan dan ketrampilan dalam mengidentifikasi malnutrisi melalui pemeriksaan fisik dan
menangani pasien malnutrisi di rumah sakit dengan proses asuhan gizi terstandar.
Dalam menyikapi hal ini, maka tatalaksana yang dilakukan oleh rumah sakit haruslah disikapi secara
bijak yaitu dengan menerapkan Kendali Mutu Kendali Biaya (KMKB) agar tariff yang dibayarkan
dapat dimanfaatkan semaksimal dan efisien mungkin
Cost effective harus terapkan secara baik pada semua aspek pelayanan dengan tetap menjaga
mutu yang baik dan biaya terjangkau. Seluruh aspek asuhan yang terlibat dalam pelayanan
terhadap pasien termasuk asuhan gizi yang sesuai dengan standar akreditasi terkini yaitu SNARs
harus tetap diterapkan secara baik.
Ketepatan implementasi prosedur asuhan gizi yang masuk kedalam sistem layanan multi disiplin
dalam pelayanan berpusat pada pasien merupakan penjaminan terhadap KMKB biaya pelayanan di
rumah sakit.
Pelatihan ini dilaksanakan bagi tenaga gizi dalam penerapan standar akreditasi SNARs dan INA
CBGs dari aspek manajemen maupuk teknis pelaksanaan asuhan yang efektif dalam rangka
menjaga dan meningkatkan keamanan dan keselamatan pasien (patient safety) serta pelayanan
yang paripurna.
Setelah mengikuti pelatihan peserta mampu
1. Menerapkan manajemen kendali mutu kendali biaya asuhan gizi berbasis SNARs dan INA
CBGs.
2. Menjelaskan konsep asuhan gizi berbasis SNARs
3. Menjelaskan konsep INA CBGs.
4. Menyusun prosedur asuhan gizi sesuai standar SNARs
5. Melakukan perencanaan asuhan gizi yang bermutu dan efisien
6. Menganalisa penerapan asuhan gizi di rumah sakit
Gizi buruk merupakan salah satu masalah serius di bidang kesehatan baik di
negara maju maupun negara berkembang karena angka kesakitan dan kematian masih
tinggi. Selain itu, dampak gizi buruk berefek sangat panjang dan mempengaruhi proses
tumbuh kembangnya. Dikatakan bahwa setiap 1 dari 10 anak gizi buruk di Asia dan Oceania
memiliki peningkatan resiko kematian yang lebih tinggi.
Setiap anak berhak untuk hidup, tumbuh, berkembang dan berpartisipasi secara wajar,
mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi (UU Perlindungan Anak No.23 thn
2002). Anak bebas gizi buruk termasuk komitmen bersama dunia, termasuk Indonesia.
Berdasarkan Riskesdas 2013 dan 2018 prevalensi gizi buruk sebesar 5.3% DAN 3.5%.
Sedangkan jumlah laporan balita gizi buruk yang mendapatkan perawatan jauh lebih rendah
dari data tersebut. Rendahnya laporan tersebut disebabkan karena [1] keterbatasan akses
pelayanan kesehatan, [2] belum banyak fasilitas kesehatan yang melakukan pelayanan balita
sakit secara integrative sehingga kasus gizi buruk tidak terdeteksi, [3] ketidakmampuan
pemberi layanan dalam tatalaksana gizi buruk, [4] pelaporan yang tidak lengkap, [5]
rendahnya kesadaran keluarga untuk membawa balita gizi buruk ke pelayanan kesehatan.
Dalam upaya meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan serta kompetensi Dietisien
sebagai salah satu tenaga kesehatan pemberi layanan kesehatan bagi anak gizi buruk maka
Instalasi Gizi RS Dr. Cipto Mangunkusumo bermaksud mengadakan Pelatihan eksternal
TATALAKSANA GIZI BURUK PADA BALITA TAHUN 2020.
Setelah mengikuti pelatihan peserta mampu
1. Mengidentifikasi dan melakukan tatalaksana gizi buruk
pada balita.
2. Mengidentifikasi balita gizi buruk melalui asesmen gizi
3. Menentukan status malnutrisi pasien dari hasil asesmen
gizi
4. Memberikan asuhan gizi pada balita gizi buruk
5. Menentukan diagnosa gizi yang tepat
6. Memberikan intervensi gizi pada balita gizi buruk
7. Melakukan monitoring dan evaluasi/reasesmen pada
balita gizi buruk
8. Melakukan edukasi dan konseling gizi pada keluarga
balita gizi buruk tekait perawatan harian dan pemberian
makan di rumah.
Neonatus adalah bayi baru lahir sampai usia 28 hari. Periode neonatal adalah
periode yang paling rentan untuk bayi yang sedang menyempurnakan penyesuaian
fisiologis yang dibutuhkan pada kehidupan ekstrauterin. Tingkat morbiditas dan
mortalitas neonates yang tinggi membuktikan kerentanan hidup pada periode ini.
Transisi kehidupan bayi dari intrauterine ke ekstrauterin memerlukan banyak perubahan
biokimia dan fisiologis.
Banyak masalah yang terjadi pada bayi baru lahir yang berhubungan dengan
kegagalan penyesuaian yang disebabkan asfiksi, prematuritas, kelainan kongenital
yang serius, infeksi penyakit atau pengaruh dari persalinan. Salah satu penyebab
timbulnya berbagai masalah tersebut yaitu karena kurangnya perawatan bayi baru lahir
yang dapat disebabkan karena ketidakmampuan pemberi layanan kesehatan dalam
melakukan perawatan neonatal.
Dalam upaya meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan serta kompetensi
Dietisien sebagai salah satu tenaga kesehatan pemberi layanan kesehatan pada bayi
baru lahir maka Instalasi Gizi RS Dr. Cipto Mangunkusumo bermaksud mengadakan
Pelatihan eksternal ASUHAN GIZI PADA NEONATUS TAHUN 2020.
Setelah mengikuti pelatihan peserta
mampu
1. Memberikan asuhan gizi pada
neonatus.
2. Mengetahui karakteristik neonates
3. Melakukan asesmen gizi pada
neonates
* Dalam konfrimasi
DIKLAT INSTALASI GIZI
Sekretariat : Instalasi Gizi RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo
Jl. Diponegoro No 71 Jakarta Pusat 10430 Kode Pos 1086
Telp./Fax. (021) 3148991
e-mail : pelatihaneskternalgizi@gmail.com
No :
Perihal : Undangan RSCM Dietetic Update 2020
Lampiran : 1 berkas
Kepada Yth
- Direktur Rumah Sakit Umum Daerah / Swasta
- Kepala Dinas Kesehatan Kota / Kabupaten
- Bp/Ibu Pimpinan Institusi
Di tempat
Dengan Hormat
Kompetensi seorang Dietisien dan Nutrisionis adalah sebagai pemberi pelayanan gizi institusi,
pengelola pelayanan makanan dan pendidik di institusi pendidikan, maka kompetensi yang harus
dikuasai adalah memberikan asuhan gizi pada pasien rawat inap atau rawat jalan dengan berbagai
kondisi penyakit baik dengan atau tanpa komplikasi dengan perkembangan ilmu yang ter-update
saat ini.
Oleh karena itu Diklat Instalasi Gizi RSCM dengan bangga mempersembahkan berbagai pelatihan
dengan materi sebagai berikut :
Besar harapan kami Bapak/Ibu dapat mengirimkan Nutrisionis/Dietisien dari RS yang Bapak/Ibu
pimpin. (brosur acara terlampir)
Hormat Kami,
PJ Diklat Instalasi Gizi RSCM