Anda di halaman 1dari 9

PROSES PENDIDIKAN PASIEN DAN KELUARGA

Pendidikan kesehatan pasien dan keluarga (edukasi) merupakan salah


satu pemenuhan hak pasien dan keluarga akan informasi kesehatan yang
dijamin oleh undang undang RI no 44 tahun 2009 tentang rumah sakit.
Pasien berhak mengetahui diagnosis penyakit dan upaya peningkatan
kesehatan yang akan dilaksanakannya
agar pasien dan keluarga ikut serta
berpartisipasi aktif dalam upaya kesembuhannya. Pasrtisipasi pasien dan
keluarga sangat penting dalam proses mempercepat penyembuhan dan hal
ini akan berdampak terhadap efektifitas dan efesiensi baik bagi rumah sakit
maupun bagi pasien dan keluarga.
Dampak kegiatan edukasi pasien dan keluarga adalah mempercepat
proses pemulihan dan menurunkan peluang untuk readmisi atau dating
kembali ke rumah sakit dengan penyakit yang sama. Di Amerika Serikat
biaya yang dikeluarkan pasien readmisi lebih besar dibandingkan dengan
biaya yang dikeluarkan ketika pasien datang pertamakali ke rumah sakit.
Kembalinya pasien dengan penyakit yang sama bahkan dengan kondisi lebih
buruk dapat diatasi dengan memberdayakan pasien dan keluarga melalui
kegiatan edukasi, sedangkan dampak partisipasi aktif pasien dan keluarga
bagi rumah sakit adalah akan menurunkan length of stay (LOS) dan
menurunkan peluang readmisi. Dalam era JKN dimana pembiayaan
pelayanan kesehatan di rumah sakit dibiayai melalui BPJS rumah sakit
dituntut untuk melakukan kendali mutu dan kendali biaya. LOS yang lebih
rendah akan membuat rumah sakit tidak merugi dengan tetap
mempertahankan kualitas mutu layanan.
Definisi
Pendidikan pasien dan keluarga adalah upaya sistematis dan
terstruktur membangun kemampuan dan tanggungjawab terhadap
kesehatan dirinya sediri melalui peningkatan pengetahuan. Kemauan dan
kemampuan dalam mengatasi sumber masalah kesehatan.
Pendidikan kesehatan dilakukan secara multidisiplin dan terintegrasi
sesuai dengan kebutuhan pendidikan. Educator harus melakukan kajian
kebutuhan edukasi agar pelaksanaan kegiatan edukasi dilaksanakan secara
efektif dan efisien. Educator harus emamnfaatkan moment sebaik baiknya,
jadikan setiap moment bertemu pasien turun dari tempat tidur, ajarkan
pasien dan keluarga cara turun yang benar untuk menghindari risiko pasien
jatuh. Ketika perawat melakukan orientasi pada saat penerimaan pasien baru
ajarkan bagaimana keluarganya iktu serta membantu mengendalikan infeksi

melalui menjaga kebersihan tangan (hand hygiene) selama kontak dengan


pasien.
Tujuan
Tujuan edukasi dan keluarga adalah meningkatkan pastisipasi aktif
pasien dan keluarga dalam program pemulihan kesehatannya dan
membantu pengambilan keputusan yang tepat dalam upaya peningkatan
kesehatannya secara mandiri sehingga timbul tangggunghawab terhadap
status kesehatannya.
Proses Edukasi
Edukasi adalah kegiatan yang sistematis dan terstruktur sehingga
dalam pelaksanaannya harus memenuhi langkah langkah yang
berkesinambungan. Pendekatan proses edukasi dikembangkan oleh
Stomberg (2005) yang terdiri dari 5 langkah yaitu:
1.
2.
3.
4.
5.

Asesmen pengetahuan, gaya belajar dan motivasi


Asesmen hambatan belajar
Menetapkan tujuan pembelajaran bersama pasien
Pelaksanaan edukasi
Evaluasi proses pembelajaran

Berdasarkan teori tersebut, dikembangkan proses 4 langkah edukasi


pasien dan keluarga adapun langkah langkah tersebut adalah:
1. Pengkajian meliputi data umum pasien, gaya pembelajaran,
kebutuhan pembelajaran dan hambatan belajar
2. Perencanaan meliputi proses penetapan tujuan bersama, intervensi
hambatan belajar, penetapan materi, metode dan teknik pembelajaran
3. Pelaksanaan yaitu proses pelaksanaan edukasi sesuai dengan
rencana pembelajaran
4. Evaluasi yaitu proses penilaian keberhasilan kegiatan edukasi.
Pengkajian
Pengkajian merupakan langkah awal dari proses edukasi yang berupa
kegiatan pengumpulan data pasien, gaya pembelajaran, kebutuhan belajar
dan hambatan belajar. Keberhasilan proses edukasi dipengaruhi oleh hasil
pengkajian. Pengkajian awal (initial assessment) dapat dilakukan oleh
perawat penanggungjawab edukasi atau petugas PKRS. Beberapa hal yang
harus menjadi focus data ppengkajian adalah:
a. Data umum

Data umum meliputi:


1) Identitas pasien meliputi nama, umur, jenis kelamin,
dokter penanggungjawab dan ruagan. Dalam mengkaji
identitas pasien dapat melihat langsung dari dokumen
rekam medik
2) Bahasa, identifikasi bahasa yang digunakan sehari hari
apakah menggunakan bahasa Indonesia, bahasa asing,
bahasa daerah (sebutkan) atau bahasa isyarat. Rumah
sakit harus memfasilitasi proses edukasi dan pemberian
informasi dengan menyediakan fasilitas berbagai macam
bahasa yang memungkinkan pasien berobat ke rumah
sakit tersebut. Rumah sakit dapat mengidentifikasi
karyawannya yang pandai berbahasa asing atau rumah
sakit dapat bekerjasama dengan lembaga bahasa untuk
menyediakan penerjemah. Rumah sakit juga harus
melakukan fasilitas kegiatan edukasi pada pasien yang
berkebutuhan khusus melalui kerjasama dengan lembaga
yang memiliki kemampuan hal tersebut, misalnya sekolah
luar biasa. Kerjasama tersebut harus tertuang dalam
piagam kerjasama/MoU agar dapat
dipertanggungjawabkan.
3) Agama, identifikasi keyakinan pasien akan nilai niai
agama yang dapat mendukung upaya kesehatan atau
sebaliknya niali nilai agama yan bertentangan dengan
nilai nilai kesehatan.
4) Budaya, identifikasi keyakinan pasien akan nilai nilai
budaya yang dianut yang dapat mendukung upaya
kesehtan atau sebaliknya nilai nilai agama yang
bertentangan dengan nilai nilai kesehatan.
b. Kebutuhan edukasi
Kaji potensial kebutuhan pasien akan pembelajaran.
Mengkaji kebuthan edukasi merupakan hal paling penting untuk
mengetahui kebutuhan belajar pasien dan keluarganya. Proses
mendapat data potensial kebutuhan edukasi dapat melalui data
objektif maupun subjektif. Data objektif, misalnya setelah
dilakuakn assesmen pasien berisiko jatuh sehingga pasien atau
keluarga harus dilakukan edukasi pencegahan pasien jatuh.
Sedangkan data subjektif diperoleh dari keterangan pasien.
Tanyakan kepada pasien apa yang membuatnya khawatir atau
apa yang menjadi pikiran berkaitan dengan status kesehatannya

atau tanyakan apa yang ingin diketahui dari kondisi


kesehatannya dan upaya penatalaksanaannya.
Dalam aktreditasi versi 2012 setidaknya terdapat enam
tema kebutuhan edukasi yang harus disiapkan oleh rumah sakit,
yaitu:
1) Penggunaan obat yang aman
2) Potensi interaksi obat dengan makanan
3) Teknik Rehabilitasi Medik
4) Penggunaan peralatan medik yang aman
5) Manajemen nyeri
6) Diit dan nutrisi
Pada tahapan mengkaji kebutuhan edukasi, perawat
penanggungjawab edukasi/petugas PKRS melakukan pengkajian
sejauhmana kasiapan pasien untuk belajar. Tanyakan sejauh
mana pengetahuan/keterampilan pasien dalam memahami
materi yang dibutuhkan. Misalnya ketika kebutuhan edukasi
tentang diagnosis penyakit, sejauhmana pengetahuan pasien
terhadap penyakit yang dimiliki saat ini. Jika pasien
membutuhkan edukasi teknik mengontrol nyeri maka educator
harus menggali bagaimana cara yang digunakan pasien dalam
mengontrol nyeri, atau ditanyakan apakah pernah menggunakan
metode mengontrol nyeri sebelumyna?
c. Hambatan belajar
Pengkajian terhadap hambatan belajar adalah
mengidentifikasi potensi potensi yang dapat mengganggu
efektifitas kegiatan edukasi. Pengkajian hambatan belajar ini
sebagai dasar untuk merencanakan teknik dan metode yang
tepat dalam proses kegiatan edukasi. Setiap hambatan belajar
harus dilakukan intervensi untuk meminimalkannya. Beberapa
hambatan belajar yang mungkin muncul adalah:
1) Bahasa apakah diperlukan penejermah atau tidak
2) Nyeri edukasi pada saat pasien mengalami nyeri akan
tidak efektif, batasi materi dan waktu, kolaborasi dengan
dokter/perawat untuk manajemen nyeri, lakukan
penjadwalan kembali.
3) Hambatan fungsional hambatan fungsional
dikarenakan penurunan fungsi fisiologis tubuh, misalnya
gangguan penglihatan, gangguan pendengaran,
gangguan bicara atau penurunan mobilitas fisik.

4) Hambatan emosional kondisi emosional akan


mempengaruhi efektifitas penerimaan pesan, lakukan
pendampingan psikiater atau rohaniawaan.
5) Penurunan fungsi kognitif kemampuan pasien dalam
menerima pesan pembelajaran dipengaruhih oleh fungsi
kognitifnya. Jika hal ini ditemukan maka educator dapat
melibatkan keluarga atau orang yang tinggal serumah
dalam proses edukasi.
6) Motivasi yang buruk. Motivasi untuk berubah dapat
menjadi factor penguat dari keinginan belajar, walaupun
sebernarnya tidak perlu motivasi pun seseorang dapat
berubah dengan terus melakukan pengulangan
pengulangan (repetisi). Waktu yang sebentar di rumah
sakit harus dimanfaatkan oleh educator, walaupun tidak
ada motivasi untuk berubah, educator dapat menitipkan
pesan pesan perubahan perilaku kepada keluarganya
dan keluarganya diminta untuk mengulang ulang pesan
yang disampaikan (repetisi).
Setelah proses pelaksanaan pengkajian selesai dilakukan,
educator harus melakukan evaluasi kembali:
a. Kebutuhan dan kekhawatiran
- Apa kebutuhan belajar pasien?
- Apa yang menjadi kekhawatiran pasien
(hambatan belajar)?
- Apakah pasien telah siap?
b. Kepercayaan dan Sikap
- Apa yang menjadi kepercayaan pasien?
- Bagaiamana koping dan support sistemnya?
c. Skill
- Sejauhmana kemampuan pasien untuk
mendukung promosi kesehatan?
- Kemampuan apa yang dibutuhkan pasien?
d. Perilaku
- Apa yang menjadi hambatan dari pasien?
- Apa hambatan yang ada dilingkungan pasien?

Perencanaan
Setelah kebutuhan edukasi pasien dan potensi hambatan telah
diketahui maka proses perencanaan dimulai. Perencanaan edukasi
didasarkan pada hasil pengkajian dan dilakukan bersama sama pasien dan

atau keluarga. Dalam proses perecanaan educator harus membangun


jembatan antara kebutuhan pasien dan kekhawatiran pasien.
GAMBAR

Langkah langkah perencanaan edukasi, yaitu:


1. Menetapkan tujuan
Educator bersama sama pasien dan atau keluarga menetapkan
tujuan bersama kebutuhan edukasi berdasarkan hasil pengkajian. Apa
yang akan menjadi prioritas dalam kebutuhan edukasi dan sampai lvel
mana target target edukasi dapat dicapai. Tujuan yang dibuat harus
spesifik, terukur, dapat dicapai, realistic dan mempunyai batas waktu
yang jelas. Dalam menetapkan tujuan educator harus menjembatani
antara kebutuhan dan kekhawatiran. Berikut beberapa contoh
sederhana educator menjembatani kebutuhan dan kekhawatiran
pasien:
Kebutuhan paisen
Olahraga/ aktifitas fisik

Kekhawatiran
Nyeri

Kemoterapi

Rambut saya akan


rontok

Menurunkan kolesterol

Saya tidak biasa makan


enak

Jembatan
dengan berolahraga,
anda dapat
meningkatkan kekuatan
otot dan akan
mengurangi nyeri, mari
kita cek olahraga yang
tepat unutk anda
Kemo membunuh sel
sel yang tumbuh cepat,
seperti rambut dan
kanker. Sementara itu,
mari kita diskusikan apa
yang tepat sebgaai
penggantinyya wig atau
kerudung.
Makanan rendah
kolesterol dapat lezat.
Berikut adalah beberapa
contohnya. Dan anda
juga dapat
memperlakukan diri

anda sekali sekali.


2. Menetapkan intervensi untuk mengatasi hambatan
Educator harus menetapkan intervensi hambatan belajar agar
proses edukasi berjalan dengan efektif. Intervensi hambatan belajar
didasarkan pada hasil asesmen hambatan belajar yan ditemukan. Pada
umumnya intervensi untuk mengatasi hambatan belajar adalah
sebagai berikut:
Hambatan Belajar
Bahasa
Nyeri
Gangguan fungsional
Gangguan emosional
Penurunan fungsi kognitif
Nilai nilai agama yang
bertentangan
Nilai nilai budaya yang
bertentangan
Literasi kesehatan yang rendah

Intervensi
Gunakan penerjemah
Batasi materi yang diberikan
Libatkan keluarga
Libatkan rohaniawan/psikiater
Libatkan keluarga
Libatkan rohaniawan
Liabtkan keluarga/tokoh budaya
Libatkan keluarga

3. Menetapkan isi edukasi


Educator menetapkan isi materi edukasi seuai dengan hasil
kajian kebutuhan. Apada saat menetapkan isi materi edukasi tidak
harus diberikan secara komprehensif, mungkin ada beberapa hal yang
telah pasien ketahui, sehingga educator dapat memberikan penguatan
atas informasi yang telah diketahuinya. Sedangkan pada bagian materi
yang belum diketahui menjadi focus dari materi yang akan
disampaikan. Penentuan materi edukasi juga disepakati bersama
sama pasien dan keluarga.
4. Menentukan metode dan media edukasi
Metode edukasi merupakan teknik penyampaian pesan
kesehatan pada proses edukasi sedangakan media adalah
instrument/alat bantu penguatan pesan. Penentuan metode dan media
edukasi harus dilakukan secara cermat dan efektif. Menentukan
metode dan media yang digunakan untuk edukasi didasarkan pada
hasil kajian gaya beljaar yang disukai.
Gaya belajar
Visual

Karakteristik

Pendekatan dalam
pembelajaran
Lebih menyukai gambar, Gunakan media visual,
grafik, dan tampilan
leaflet, flashcard,

Auditori
Kinestetik

visual lainnya
Lebih menyukai
instruksi verbal
Lebih menyukai
pembelajaran melalui
gerakan

lembar balik
Gunakna diskusi
Gunakan simulasi,
demontrasi, roleplay

Penentuan metode dan media edukasi juga dapat dilakukan


berdasarkan pada tujuan yang ditetapkan dengan tetap
memperhatikan gaya pembelajaran yang disukai. Misalkan untuk
meningkatkan pengetahuan bisa menggunakan media leaflet dengan
metode diskusi sedangkan untuk meningkatkan keterampilan pasien
dan keluarga bisa menggunakan metode demonstrasi/simulasi dengan
media alat peraga.
Implementasi
Implementasi dilaksanakan berdasarkan pada hasil perencanaan,
hal hal yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan edukasi:
1. Cek kembali kesiapan pasien dalam menerima edukasi, tidak
tertutup kemungkinan ditemukan pasien mengalami perubahan
kondisi kesehtaannya.
2. Cek juga kesiapan educator dalam memberikan edukasi, jika materi
yang disampaikan tidak dikuasai lebih baik meminta bantuan
ahlinya atau sampaikan materi dari panduan yang telah ditetapkan
oleh rumah sakit.
3. Cek kembali apakah media telah sesuai dengan perencanaan jika
diperlukan lakukan mixing media.
4. Ciptakan lingkungan yang kondusif untuk melakukan proses
pembelajaran.
5. Hormati privasi pasien, jika materi edukasi sangat rahasia atau
pasien meminta untuk tidak diketahui oleh yang lain educator harus
memfasilitasi ruangan khusus untuk edukasi.
6. Lakukan komunikasi efektif.
7. Lakukan edukasi dengan tetap memperhatikan kondisi pasien
8. Lakukan langkah langkah kecil untuk tujuan yang besar, hindari
membebani pasien dari informasi, menerima berapapun jumlah
langkah pasien bersedia untuk menerima informasi dan selalu
menawarkan kesempatan untuk mempelajari lebih lanjut.
9. Berikan penguatan penguatan, garis bawahi pesan pesan
penting yang harus diperhatikan.
10. Tanyakan kembali materi yang disampaikan

11. Berikan reinforcement dan penghargaan untuk membangun rasa


percaya diri pasien dalam perubahan perilaku yang akan
dijalaninya.
Keberhasilan proses tindakan edukasi sangat tergantung dari kesiapan
pasien dan kesiapan educator, sehingga peran educator dalam proses
assessmen dan perencanaan menjadi sangat penting dalam mempersiapkan
keberhasilan tindakan edukasi.
Evaluasi
Evaluasi adalah penilaian tujuan dan target edukasi yang telah
direncanakan dengan hasil dari proses implementasi. Evaluasi dapat
dilakukan pada setiap proses atau pada akhir proses edukasi. Evaluasi yang
dilakukan pada setiap proses untuk mengetahui sejauhmana persiapan pada
setiap proses edukasi. Sedangkan edukasi yang dilakukan pada akhir proses
dilakukan untuk menilai apakah tujuan dari edukasi tercapai atau tidak dan
sejauhmana capaian dari target evaluasi tersebut.

Anda mungkin juga menyukai