REPUBLIK INDONESIA
NOMOR
54
TAHUN 2013
TENTANG
RENCANA PENGEMBANGAN TENAGA KESEHATAN TAHUN 2011 2025
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
MENTERI KOORDINATOR BIDANG KESEJAHTERAAN RAKYAT
REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang
-2Mengingat
: 1.
2.
Undang-Undang
Nomor
13
Tahun
2003
tentang
Ketenagakerjaan (Lembaran Negara Tahun 2003 Nomor 39,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4279);
3.
4.
5.
Undang-Undang
Nomor
32
Tahun
2004
tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor
125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4437) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang
Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas
Undang-Undang
Nomor
32
Tahun
2004
tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2008 Nomor
59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4844);
6.
7.
-38.
9.
-4KEDUA
dimaksud
pada
Diktum
PERTAMA
merupakan
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal
30 September 2013
MENTERI KOORDINATOR
BIDANG KESEJAHTERAAN RAKYAT
REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
AGUNG LAKSONO
Salinan sesuai dengan aslinya
Sekretaris Kementerian Koordinator
Bidang Kesejahteraan Rakyat
ttd.
Sugihartatmo
DAFTAR ISI
LAMPIRAN RENCANA PENGEMBANGAN TENAGA KESEHATAN
TAHUN 2011 - 2025
HALAMAN
BAB
I.
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
B.
C.
3
4
6
D. KERANGKA PIKIR
II.
B.
C.
11
22
25
A.
VISI
25
B.
MISI
25
C.
TUJUAN
26
D. SASARAN STRATEGIS
26
E.
27
31
STRATEGI
31
B.
32
C.
42
43
V. RENCANA
-2V.
48
A.
48
B.
VI.
52
A.
52
60
61
A.
B.
61
62
64
64
B.
67
C.
KERJASAMA INTERNASIONAL
70
50
B.
VII.
PENUTUP
71
72
72
74
77
78
54
TAHUN 2013
TENTANG
RENCANA PENGEMBANGAN TENAGA KESEHATAN TAHUN
2011 - 2025
I. PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Undang-Undang Dasar 1945 mengamanatkan bahwa kesehatan adalah
merupakan hak asasi manusia. Pada pasal 28 H dinyatakan bahwa setiap
orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal dan
mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh
pelayanan kesehatan. Selanjutnya pada pasal 34 ayat 3 dinyatakan bahwa
negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan
fasilitas pelayanan umum yang layak. Hal tersebut menunjukkan bahwa
pemerintah berkewajiban untuk menyehatkan yang sakit dan berupaya
mempertahankan yang sehat untuk tetap sehat. Berdasarkan Undang-Undang
Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan menyebutkan bahwa kesehatan
adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinan
setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Dengan demikian
kesehatan selain sebagai hak asasi manusia, kesehatan juga merupakan
suatu investasi.
Dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005 - 2025,
dinyatakan bahwa dalam mewujudkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang
berkualitas dan berdaya saing, maka kesehatan bersama-sama dengan
pendidikan dan peningkatan daya beli keluarga/masyarakat adalah tiga pilar
utama untuk meningkatkan kualitas SDM dan Indeks Pembangunan Manusia
(IPM) Indonesia. Dalam RPJPN, dinyatakan pula pembangunan nasional di
bidang kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan,
dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat
kesehatan yang setinggi-tingginya dapat terwujud. Pembangunan kesehatan
diselenggarakan
-3Di era globalisasi, berarti terbukanya negara-negara di dunia bagi produkproduk baik barang maupun jasa yang datang dari negara manapun dan
harus dihadapi. Di bidang kesehatan, Indonesia mengupayakan dalam
kepentingan perdagangan internasional jasa melalui World Trade Organization
(WTO), China-ASEAN Free Trade Agreement (CAFTA), ASEAN Framework
Agreement on Services (AFAS) dan perjanjian bilateral, serta ASEAN
Community 2015. Salah satu modal dalam pasokan perdagangan jasa
internasional adalah migrasi SDM. Dalam hubungan ini, melalui Sidang
Umum Kesehatan Sedunia Tahun 2010, WHO telah mengadopsi Global Code of
Practice on the International Recruitment of
Health Personnel. Walaupun bersifat sukarela, Indonesia sebagai negara
anggota WHO, perlu ikut mendukung dan melaksanakan prinsip-prinsip dan
rekomendasi Global Code dalam migrasi internasional tenaga kesehatan.
Semua ini perlu dapat diakomodasikan dalam RPTK.
B. MAKSUD DAN TUJUAN
RPTK Tahun 2011 - 2025 merupakan rencana jangka panjang dengan
maksud menjadi pedoman bagi seluruh
pemangku kepentingan dalam
pengembangan dan pemberdayaan tenaga kesehatan secara komprehensif dan
menyeluruh.
Tujuan RPTK Tahun 2011 - 2025 adalah untuk mewujudkan sinergisme dan
upaya yang saling mendukung serta melengkapi antara pemerintah dan
masyarakat termasuk swasta
yang memiliki kepentingan terhadap
pengembangan tenaga kesehatan dalam semangat kemitraan.
C. RUANG LINGKUP DAN BATASAN.
Pengembangan tenaga kesehatan meliputi perencanaan kebutuhan,
pengadaan/pendidikan, pendayagunaan, serta pembinaan dan pengawasan
mutu tenaga kesehatan.
Tenaga kesehatan di Indonesia dewasa ini sangat banyak jenisnya. Dalam
RPTK ini, tenaga kesehatan dibatasi pada 13 (tiga-belas) jenis tenaga,
yaitu dokter spesialis, dokter umum, dokter gigi, perawat, bidan, perawat gigi,
apoteker, asisten apoteker, sanitarian, tenaga gizi, tenaga kesehatan
masyarakat, tenaga keterapian fisik, dan tenaga keteknisian medis.
D. KERANGKA
Komponen Sistem
Kesehatan Yang
Berpengaruh
Terhadap
Pengelolaan Tenaga
Kesehatan
Lingkungan
Strategis: Politik,
Ekonomi, Sosial
Budaya, Hankam,
Geografi, Demografi
-8mengalami penurunan dari 318 per 100.0000 kelahiran hidup pada tahun
1997 menjadi 228 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2007. Sejalan
dengan penurunan angka kematian bayi, umur harapan hidup (UHH)
meningkat dari 68,6 tahun pada tahun 2004 menjadi 70,5 tahun pada
tahun 2007. Demikian pula telah terjadi penurunan prevalensi kekurangan
gizi pada balita dari 29,5%
18,4%
pada
tahun
memiliki akses terhadap air minum yang aman sebesar 52% pada tahun
2010 (dan penduduk yang memiliki akses terhadap sarana sanitasi yang
memenuhi syarat sebesar 80% pada tahun 2010 (WHO, Kemenkes RI,
2011).
Angka penyakit kardio vaskuler 30 % dari angka kematian nasional,
penyakit diare 21% dari angka kesakitan nasional, ini merupakan indikasi
adanya beban ganda dari penyakit menular dan penyakit tidak menular.
Dan saat ini telah dikembangkan strategi nasional Penanggulangan
Penyakit Tidak Menular yang disesuaikan dengan kondisi global dan
regional. Adapun tiga komponen yang terintegrasi adalah: surveilans faktor
resiko, promosi kesehatan dan reformasi pelayanan kesehatan.
Penyakit yang menjadi penyebab utama kesakitan di Indonesia pada tahun
2010 adalah diare dan gastroenteritis, diikuti oleh penyakit demam
berdarah.
Sedangkan
penyebab
utama
kematian
adalah
penyakit
kardiovaskuler yang diikuti oleh penyakit dan gizi pada maternal dan
perinatal. Pada Tabel 2.1 dapat dilihat penyebab utama kesakitan dan
kematian di Indonesia.
Tabel 2.1.
-9Table 2.1.
Penyebab Utama Kesakitan Dan Kematian di Indonesia Tahun 2010
PENYEBAB UTAMA
KESAKITAN
(%)
PENYEBAB UTAMA
KEMATIAN
(%)
21%
Penyakit kardio
vaskuler
30%
Demam Berdarah
17%
28%
Kanker
13%
10%
Tiphus
12.3%
Masalah kehamilan
12%
Penyakit tidak
menular lainnya
Penyakit pencernaan
7.4%
Kecelakaan
9%
Kecelakaan
6.5%
Infeksi Pernafasan
7%
Hipertensi
5.9%
Diabetes
3%
- 10 Pada tahun 2010, terdapat sebanyak 1.765 (Kemenkes, 2010), baik milik
Kementerian Kesehatan, Pemerintah Daerah, TNI dan Polri, serta milik
swasta/BUMN.
Dalam rangka mencapai Jaminan Kesehatan Nasional yang akan dimulai
pada 1 Januari 2014, maka jumlah fasilitas pelayanan kesehatan beserta
sumber dayanya perlu ditingkatkan agar pelayanan kesehatan yang
bermutu dan berkeadilan dapat diakses oleh masyarakat dimanapun
berada di seluruh Indonesia.
3. Pembiayaan Kesehatan
Pembiayaan kesehatan berasal dari beberapa sumber baik dari pemerintah
maupun masyarakat termasuk swasta. Biaya kesehatan per kapita di
Indonesia pada tahun 2005 sebesar USD 78, pada tahun 2006 sebesar USD
87 dan meningkat pada tahun 2009 menjadi USD 99. Sejak tahun 2005,
Indonesia menetapkan Asuransi Kesehatan bagi masyarakat miskin
(Askeskin) yang kemudian menjadi Jaminan Kesehatan Masyarakat
(Jamkesmas) pada tahun 2008 dengan jumlah sasaran penduduk miskin
sebanyak 76,4 juta jiwa. Berdasarkan data Kementerian Kesehatan tahun
2010 sekitar 59,07% penduduk Indonesia sudah dilindungi oleh asuransi
kesehatan. Dari penduduk yang telah terlindungi asuransi tersebut terdiri
dari 57,8% Jamkesmas, 20,8% Jamkesda, 12,4% Askes PNS/TNI/POLRI,
3,3% Jamsostek, dan 5,6% asuransi swasta dan lainnya (WHO, Kemenkes
RI, 2011).
Dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang RPJPN disebutkan
bahwa tantangan pembangunan bidang kesehatan jangka panjang yang
dihadapi antara lain adalah mengurangi kesenjangan status kesehatan
masyarakat dan akses terhadap pelayanan kesehatan antar wilayah,
tingkat sosial ekonomi, dan gender; meningkatkan jumlah dan penyebaran
tenaga kesehatan yang kurang memadai; meningkatkan akses terhadap
fasilitas kesehatan; dan mengurangi beban ganda penyakit yaitu pola
penyakit yang diderita oleh sebagian besar masyarakat adalah penyakit
infeksi menular, namun pada waktu yang bersamaan terjadi peningkatan
penyakit tidak menular serta meningkatnya penyalahgunaan narkotik dan
obat-obat terlarang.
Dalam ...
JENIS TENAGA
Dokter spesialis
Dokter umum
Dokter gigi
Perawat/Bidan
Farmasi
Asisten apoteker
SKM
Sanitarian
Gizi
Keterapian fisik
Keteknisian medic
KETERSEDIAAN
7.336
6.180
1.660
68.835
2.787
1.656
1.956
4.221
2.703
1.598
6.680
KEKURANGAN
2.098
902
443
6.677
84
979
149
243
194
800
2.654
Sumber: Diolah dari data Badan PPSDM Kesehatan Kemenkes tahun 2011.
JENIS TENAGA
Dokter umum
Dokter gigi
Perawat
Perawat gigi
Bidan
Farmasi
Asisten apoteker
SKM
Sanitarian
Gizi
Keteknisan medic
KETERSEDIAAN KEKURANGAN
14.840
6.125
78.675
7.704
83.000
6.351
8.601
1.356
6.031
7.547
2.609
149
2.093
280
21.797
5.045
13.019
472
303
5.771
Sumber: Diolah dari data Badan PPSDM Kesehatan Kemenkes tahun 2011.
Sedangkan
JENIS TENAGA
Dokter umum
Dokter gigi
Perawat
Perawat gigi
Bidan
Asisten apoteker
SKM
Sanitarian
Gizi
Keteknisan medic
KETERSEDIAAN
KEKURANGAN
130
42
955
53
493
60
54
76
67
54
64
59
48
41
57
25
34
47
1000
Sp-1
500
S3
S2
2004
2005
2006
2007
2008
Sp-2
Sp-1
172
178
185
198
204
S1
S3
19
19
19
22
23
D4
S2
60
67
72
86
94
Profesi
46
46
50
51
96
S1
359
412
467
551
609
D4
12
19
29
34
50
D3
420
545
684
822
955
D1
Profesi
D3
D1
1
2
3
4
5
6
7
Bidang
Kedokteran
Kedokteran
gigi
Keperawatan
Kebidanan
Kefarmasian
Kegizian
Kesehatan
Masyarakat
D3
/D
4
-
S1
S2
S3
Profesi
Spesialis
71
22
11
35
212
25
12
10
288
748
52
3
308
2
51
24
3
1
8
1
1
0
2
3
0
0
22
0
1
0
0
0
143
24
- 17 -
Tabel 2.6.
Jumlah Institusi Pendidikan (Program Studi)
Tenaga Kesehatan Yang Telah Terakreditasi Tahun 2009
Jumlah
Institusi Institusi
Instutitusi
Jumlah
Pendi-
Pendi-
dikan
dikan
(Prodi)
(Prodi)
Terakre-
Terakre
ditasi
-ditasi
(Prodi)
tasi A
tasi B
tasi C
Dokter
71
16
19
11
46
64,8
Dokter Gigi
25
14
56
Apoteker*)
61
13
13
22
48
21,3
288
11
39
50
17,4
617
28
133
53
214
34,7
62
6,5
50
1.069
51
180
120
351
32,8
4
5
6
7
Perawat
D3
Bidan D3
Farmasi
D3
Gizi D3
JUMLAH
tenaga
kesehatan.
Selanjutnya
dalam
beberapa
tahun
- 18 masa itu semua tenaga kesehatan, utamanya dokter, dokter gigi, perawat,
bidan, sanitarian, dan ahli gizi diangkat sebagai Pegawai Negeri Sipil Pusat
(PNS Pusat) dan ditempatkan untuk jangka waktu tertentu (antara 2
sampai 5 tahun sesuai dengan tingkat kesulitan daerah penempatan) ke
daerah yang memerlukan sesuai Inpres Nomor 5 Tahun 1974.
Dalam perkembangan selanjutnya, ditetapkan Undang-Undang Nomor 13
Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan yang mencabut Undang-Undang
Nomor 8 Tahun 1961 tentang Wajib Kerja Sarjana. Sebelum ditetapkan
Undang-Undang tersebut, karena situasi dan kondisi tertentu telah
ditetapkan Peraturan Menkes Nomor 1540/Menkes/Per/XII/2002 tentang
Penempatan Tenaga Medis Melalui Masa Bakti dan Cara Lain. Dengan
kebijakan ini, program penempatan dokter dan dokter gigi sebagai Pegawai
Tidak Tetap (PTT) yang semula bersifat wajib menjadi sukarela.
Di satu sisi, kebijakan tersebut di atas mencerminkan penghargaan
pemerintah terhadap Hak Asasi Manusia para tenaga kesehatan. Namun
disisi lain, Hak Asasi Manusia bagi rakyat terutama di DTPK dan daerahdaerah yang tidak diminati menjadi terabaikan. Hal ini bertentangan
dengan
2500
2000
Tenaga Gizi
1500
1000
Tenaga Keperawatan
Tenaga Medis
500
0
2005
2006
2007
2008
2009
- 20 Grafik 2.3.
Pengangkatan Tenaga Kesehatan Melalui PTT Pusat
Tahun 2005 2010
16.000
14.000
12.000
10.000
Dokter
8.000
Dokter Gigi
6.000
Bidan
4.000
2.000
0
2005
2006
2007
2008
2009
2010
700
600
Sanitarian
500
400
Analis
300
Gizi
200
100
Perawat
0
2006
2007
2008
2009
2010
pada
gigi,
seorang
dokter/dokter
gigi,
hanya
- 22 (KFN)
yang
mempunyai
tugas
melaksanakan
registrasi,
sertifikasi,
dan
ketentuan
yang
berlaku,
penggunaan
TK-WNA
Dalam
hubungan
ini,
pembinaan
dan
pengawasan
tenaga
untuk
pengembangan
dan
- 26 C. TUJUAN
Tujuan umum pengembangan tenaga kesehatan adalah tersedianya tenaga
kesehatan secara merata yang mencukupi dalam jumlah, jenis dan kualitas,
serta termanfaatkan sesuai dengan kebutuhan pembangunan kesehatan bagi
seluruh penduduk Indonesia.
Tujuan khusus pengembangan tenaga kesehatan adalah sebagai berikut:
1. Tersedianya regulasi pengembangan dan pemberdayaan tenaga kesehatan
yang kuat;
2. Terpenuhinya kebutuhan tenaga kesehatan;
3. Tercapainya kesesuaian antara kapasitas pendidikan tenaga kesehatan
dengan kebutuhan tenaga kesehatan;
4. Tercapainya pendayagunaan tenaga kesehatan secara optimal sesuai
dengan kebutuhan pembangunan kesehatan; dan
5. Terjaminnya mutu tenaga kesehatan.
D. SASARAN STRATEGIS
Pembangunan Kesehatan Jangka Panjang tahun 2005-20025 menetapkan
Sasaran pembangunan kesehatan yang akan dicapai pada tahun 2025
meningkatnya derajat kesehatan masyarakat, yang ditunjukkan oleh indikator
dampak yaitu:
1. Meningkatnya Umur Harapan Hidup (UHH) dari 69
tahun
2014
diharapkan
ketersediaan
tenaga
dokter
spesialis
tahun
2019
diharapkan
ketersediaan
tenaga
dokter
spesialis
tahun
2025
diharapkan
ketersediaan
tenaga
dokter
spesialis
kesehatan
melalui
percepatan
pelaksanaannya,
peningkatan
melalui
penambahan
jumlah
institusi
pendidikan
tenaga
pendidikan.
4. Peningkatan Pendayagunaan Tenaga Kesehatan.
Pendayagunaan tenaga kesehatan meliputi penyebaran tenaga kesehatan
yang merata dan berkeadilan, pemanfaatan tenaga kesehatan, dan
pengembangan
Peningkatan
tenaga
kesehatan
pendayagunaan
termasuk
tenaga
peningkatan
kesehatan
karirnya.
diupayakan
untuk
tenaga
kesehatan,
institusi penelitian
dan
pengembangan
tenaga
melalui
kesehatan
peningkatan
termasuk
motivasi
peningkatan
tenaga
kesehatan
karirnya
untuk
yang
seluas-luasnya
dalam
rangka
meningkatkan
dan
mengembangkan karirnya.
6. Penguatan Sumber Daya Pengembangan Tenaga Kesehatan
Penguatan
sumber
daya
dalam
mendukung
pengembangan
dan
TENAGA
KESEHATAN
BERDASARKAN
RASIO
TENAGA
- 32 Tabel 4.1.
Kebutuhan Tenaga Kesehatan Berdasarkan Target Rasio Tenaga
Kesehatan Terhadap Jumlah Penduduk di Indonesia
Tahun 2014, 2019, dan 2025
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
Jenis Tenaga
Dokter Spesialis
Dokter Umum
Dokter Gigi
Perawat
Bidan
Perawat Gigi
Apoteker
Tenaga Teknis
Kefarmasian
SKM
Sanitarian
Gizi
Keterapian Fisik
Keteknisian Medis
Tahun 2014
(per
100.000
penduduk)
10
40
12
158
100
15
9
Tahun 2019
(per 100.000
penduduk)
Tahun 2025
(per 100.000
penduduk)
11
45
13
180
120
18
12
12
50
14
200
130
21
15
18
24
30
13
15
10
4
14
15
18
14
5
16
18
20
18
6
18
NO
PEMIL
IK RS
2014
A
PRA
TAMA
KEMEN
10
4
1
0
10
4
1
0
KES
2 PEMDA
5
127 267 130
15
131
272
141
187
3
TNI
3
12
28
69
4
14
34
57
4
POLRI
1
4
11
29
1
7
11
29
5
BUMN
0
5
18
12
0
5
18
12
SWAS
6
5
29
66
85
5
29
66
85
TA
Catatan: *) Data tidak termasuk RSU yang masih dalam status Non Kelas
(NK)
Sumber data: Ditjen BUK Kemenkes RI, Pusdokkes POLRI, Puskes TNI
1
Dari
NO
1
2
3
JENIS
KEMEN
TENAGA
KES
Dokter
Spesialis
Dokter
Umum
Dokter Gigi
Spesialis
BUM
PEMDA
TNI
POLRI
1,201
15,019
1,289
460
447
2,706
237
4,537
726
281
270
1,372
83
683
85
30
33
188
54
1,065
173
67
63
324
4,987
42,788
6,962
2,594
2,232
13,342
SWASTA
Dokter Gigi
Perawat
Bidan
880
7,551
1,229
458
394
2,355
Apoteker
98
1,212
197
75
68
373
490
6,060
985
375
340
1,865
SKM
44
1,060
170
66
63
319
10
Sanitarian
98
1,212
197
75
68
373
11
Gizi
98
1,212
197
75
68
373
123
2,659
458
179
161
833
367
8,251
1,686
671
528
2,842
8
9
12
13
Asisten
Apoteker
Keterapian
Fisik
Keteknisian
Medis
Tabel 4.4.
- 35 Tabel 4.4
Kebutuhan Tenaga Kesehatan di Rumah Sakit Umum Menurut Kepemilikan
Tahun 2019
NO
JENIS TENAGA
1
2
Dokter Spesialis
Dokter Umum
Dokter Gigi
Spesialis
Dokter Gigi
Perawat
Bidan
Apoteker
Asisten
Apoteker
SKM
Sanitarian
Gizi
Keterapian
Fisik
Keteknisian
Medis
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
KEMENKES
1,201
237
PEMDA
TNI
POLRI
BUMN
SWASTA
17,611
5,602
1,522
774
595
317
447
270
2,706
1,372
83
770
104
39
33
188
54
4,987
880
98
1,325
53,893
9,511
1,516
183
7,712
1,361
213
76
3,104
548
87
63
2,232
394
68
324
13,342
2,355
373
490
7,580
1,065
435
340
1,865
44
98
98
1,310
1,516
1,516
179
213
213
75
87
87
63
68
68
319
373
373
123
3,396
475
200
161
833
367
11,450
1,672
725
528
2,842
KEMENKES
PEMDA
BUMN
SWASTA
A
23
18
2
1
2014
B
C
8
1
20
8
1
0
4
27
D
0
2
0
11
A
24
18
2
1
2019
B
C
10
0
20
8
1
0
4
27
D
0
2
0
11
Catatan: *) Data tidak termasuk RSK yang masih dalam status Non Kelas
(NK)
Sumber data: Ditjen BUK, Kemenkes RI
Dari
JENIS TENAGA
Dokter Spesialis
Dokter Umum
Dokter Gigi
Perawat
Bidan
Apoteker
Asisten Apoteker
SKM
Sanitarian
Gizi
Keterapian Fisik
Keteknisian Medis
KEMENKES
1,920
173
118
11,192
1,975
218
1,090
95
218
218
268
803
PEMDA
2,386
218
152
11,620
2,051
244
1,220
134
244
244
352
1,014
BUMN
176
16
11
1,020
180
20
100
9
20
20
25
74
SWASTA
504
136
92
3,269
577
100
500
91
100
100
227
670
Tabel 4.7
Kebutuhan Tenaga Kesehatan di Rumah Sakit Khusus Menurut
Kepemilikan Tahun 2019
NO
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
JENIS TENAGA
Dokter Spesialis
Dokter Umum
Dokter Gigi
Perawat
Bidan
Apoteker
Asisten Apoteker
SKM
Sanitarian
Gizi
Keterapian Fisik
Keteknisian Medis
c. Puskesmas
KEMENKES
2,048
184
126
11,900
2,100
232
1,160
102
232
232
286
852
PEMDA
2,386
218
152
11,620
2,051
244
1,220
134
244
244
352
1,014
BUMN
176
16
11
1,020
180
20
100
9
20
20
25
74
SWASTA
504
136
92
3,269
577
100
500
91
100
100
227
670
- 37 c. Puskesmas
Perkiraan perkembangan Puskesmas pada tahun 2014 dan 2019
didasarkan pada pertimbangan tidak ada pertambahan Puskesmas
Perawatan. Diasumsikan, pertambahan tempat tidur dalam mencapai
target rasio tempat tidur terhadap penduduk secara keseluruhan akan
dipenuhi dari perkembangan Rumah Sakit Umum khususnya Rumah
Sakit Umum Non Kelas.
Perkiraan perkembangan jumlah Puskesmas dapat dilihat pada Tabel
4.8 sebagai berikut :
Tabel 4.8
Perkiraan Perkembangan Jumlah Puskesmas
Tahun 2014 dan 2019
NO
PUSKESMAS
2014
2019
Perawatan
3.151
3.151
Non Perawatan
6.617
6.789
9.768
9.940
Jumlah
Tabel 4.9.
- 38 Tabel 4.9
Kebutuhan Tenaga Kesehatan Puskesmas
Tahun 2014 dan 2019
NO
JENIS NAKES
PUSKESMAS
PUSKESMAS
2014
2019
PERAWATAN
NON
PERAWATAN
PERA WATAN
NON
PERAWATAN
Dokter Umum
6,302
6,617
6,302
6,789
Dokter Gigi
3,151
6,617
3,151
6,789
Apoteker
3,151
3,151
Tenaga Kesmas
(S1)
3,151
6,617
3,151
6,789
Perawat (S1-Ners)
3,151
3,151
Tenaga Promkes
(D IV)
3,151
6,617
3,151
6,789
Epidemilogis (D
IV)
3,151
6,617
3,151
6,789
Bidan (D III)
18,906
26,468
18,906
27,156
Perawat (D III)
31,510
39,702
31,510
40,734
10
Sanitarian (D III)
3,151
6,617
3,151
6,789
11
Nutrisionis (Ahli
Gizi/D III)
3,151
6,617
3,151
6,789
12
3,151
6,617
3,151
6,789
13
Asisten Apoteker
3,151
6,617
3,151
6,789
14
Analis Kesehatan
(D III)
3,151
6,617
3,151
6,789
15
Tenaga
Pendukung/ Juru
(SMK Kes)*)
3,151
6,617
3,151
6,789
2. Kantor
Tabel 4.10
Perkembangan Kantor Kesehatan Pelabuhan
Tahun 2014 dan 2019
No
KKP
2011
2014
2019
Kelas I
Kelas II
21
25
29
Kelas III
20
17
12
Wilker
347
347
347
perkiraan
perkembangan
KKP
dan
wilkernya,
serta
standar
Tabel 4.11.
- 40 Tabel 4.11
Kebutuhan Tenaga Kesehatan di KKP
Tahun 2014 dan 2019
2014
TOKKP KKP
KOMPETENSI KKP
TAL KKP
NO
KE- KE- WILPENDIDIKAN KEKEBU- KE LAS LAS KER
LAS I
TUH- LAS I
II
III
AN
1 S2 Kese70 125 34
229
80
hatan
Masya-rakat
2 Dokter
84 175 85 347 691
96
3 S1 Kese63 150 68 694 975
72
hatan
Masya-rakat
4 D3 Kese133 350 170 347 1000 152
hatan Lingkungan
5 D3 Kepe133 350 170 347 1000 152
rawatan
6 S1 Apoteker
21
50 17
88
24
7 D3 Farmasi
7
25
32
8
8 D3 Analis
14
25 17
56
16
Kesehatan
9 D3 Radiologi
7
25
32
8
2019
TOKKP KKP
TAL
KE - KE- WILKEBU
LAS LAS KER
TUHII
III
AN
145 24
249
203
174
60
48
347
694
706
988
406
120
347
1025
406
120
347
1025
58
29
29
12
12
94
37
57
29
37
- 41 Perkiraan perkembangan untuk kelas BTKL dapat dilihat pada Tabel 4.12
berikut ini:
Tabel 4.12
Perkembangan Balai Besar/Balai Teknik Kesehatan Lingkungan
Tahun 2014 dan 2019
No
BTKL
2011
2014
2019
BBTKL PPM
KOMPETENSI
NO
PENDIDIKAN
1
2
3
4
5
6
S2 Kesehatan
Masyarakat
S1 Kesehatan
Lingkungan
D3 Kesehatan
Lingkungan
S1 Kesehatan
Masyarakat
S1 Teknik
Ling-kungan/
MIPA
D3 Analisis
Jumlah
ABK
BB
TKL
PPM
2014
2019
ABK ABK
ABK ABK
ABK
TOTAL
BTKL BTKL TOTAL
BTKL BTKL
BB
KEBUPPM PPM KEBUPPM PPM
TKL
TUH
KELAS KELAS TUHAN
KELAS KELA
PPM
AN
I
II
I
S II
12
10
23
18
26
32
25
60
48
20
68
24
20
45
36
16
52
24
10
36
36
44
140
110
10
260
210
88
298
92
324
75
250
7
24
174
598
138
486
60
200
198
686
Dalam
rawat
jalan
tingkat
pertama
(RJTP)
perlu
pula
dapat
diperhitungkan kebutuhannya.
C. PERMINTAAN TENAGA KESEHATAN DARI LUAR NEGERI.
Mekanisme
penempatan
tenaga
kesehatan
Indonesia
keluar
negeri
- 43 dan teknologi. Dalam kaitan tersebut serta untuk perlindungan optimal bagi
tenaga kesehatan Indonesia, maka Pemerintah Indonesia diharapkan lebih
mendorong untuk menerapkan mekanisme penempatan secara Government to
Government.
Dalam upaya pemenuhan permintaan kebutuhan tenaga kesehatan Indonesia
ke luar negeri maka untuk realisasinya diperlukan kerjasama antara berbagai
institusi
pemerintah
terkait
dengan
pihak
swasta.
Untuk
memenuhi
kesehatan
dapat
dipertimbangkan
sejauh
tenaga
kesehatan
pelaksanaanya,
memperhatikan
perhitungan
kebutuhan
tenaga
kesehatan
- 44 Tabel 4.14.
Perkiraan Kebutuhan, Ketersediaan, Lulusan
dan Kekurangan/Kelebihan Tenaga Kesehatan
Tahun 2014
ATRISI
KEBUKETERLULUSAN
2,5%/
JENIS
NO
TUHAN
SEDIAAN
(2011TAHUN
TENAGA
2014
2010
2014)
(20112014)
1 Dokter
25.212
1.464
Spesialis
21.073
2.107
2 Dokter
100.850
70.242
27.756
Umum
7.024
3
Dokter Gigi
30.255
25.755
6.700
2.576
4
Perawat
398.357
369.940
115.340
36.994
5
Bidan
252.124
175.605
74.180
17.561
6 Perawat
37.819
37.462
4.340
Gigi
3.746
7
Apoteker
22.691
21.073
15.784
2.107
8 Asisten
45.382
42.145
19.456
Apoteker
4.215
9
SKM
32.776
18.731
24.696
1.873
10
Sanitarian
37.819
23.414
6.740
2.341
11
Gizi
25.212
42.145
7.248
4.215
12 Keterapian
10.085
9.366
2.920
Fisik
937
13 Keteknisan
35.297
14.048
16.428
Medis
1.405
KEKURANGAN (-)/
KELEBIHAN
(+)
-4.783
-9.876
-375
+ 49.929
-19.900
+ 237
+ 12.058
+ 12.004
+ 8.778
-10.006
+ 19.966
+ 1.264
-6.226
Catatan: - Sumber data lulusan dari Ditjen Dikti Kemendiknas untuk dokter
spesialis dan dokter gigi (tahun 2008). dokter umum (tahun 2010).
- Sumber data lulusan apoteker dari Asosiasi Pendidikan Tinggi
Farmasi Indonesia tahun 2009.
- Sumber data lulusan tenaga kesehatan lainnya dari BPPSDM
Kesehatan Kemenkes tahun 2011.
- Angka dalam tanda kurung () pada kolom Kekurangan/Kelebihan
berarti terdapat kelebihan tenaga kesehatan.
Tabel 4.15.
- 45 Tabel 4.15.
Perkiraan Kebutuhan, Ketersediaan, Lulusan dan Kekurangan/Kelebihan
Tenaga Kesehatan
Tahun 2019
NO
JENIS TENAGA
KEBUTUHAN
2019
Dokter Spesialis
29.862
Dokter Umum
122.16
4
Dokter Gigi
35.292
Perawat
Bidan
Perawat Gigi
48.866
Apoteker
32.577
Asisten Apoteker
65.154
SKM
40.721
488.65
7
325.77
1
10 Sanitarian
48.866
11 Gizi
38.007
12 Keterapian Fisik
13.574
Keteknisan
Medis
43.436
13
KETERSEDIAAN
2014
20.430
90.974
29.880
448.286
232.225
38.056
34.750
57.387
41.554
27.813
45.179
11.349
29.071
LULUSAN
(20152019)
1.830
34.695
8.375
144.175
92.725
5.425
19.730
24.320
30.870
8.425
9.060
3.650
20.535
ATRISI
KEKURANG
2.5%/
AN (-)/
TAHUN
KELE(2015BIHAN (+)
2019)
2.554
11.372
3.735
56.036
29.028
4.757
4.344
7.173
5.194
3.477
5.647
1.419
3.634
-10.156
-7.867
-772
+47.769
-29.850
-10.142
+ 17.559
+ 9.379
+ 26.508
-16.105
+ 10.585
+7
+ 2.536
Tabel 4.16.
- 46 Tabel 4.16.
Perkiraan Kebutuhan, Ketersediaan, Lulusan dan Kekurangan/Kelebihan
Tenaga Kesehatan
Tahun 2025
JENIS TENAGA
KEBUTUHAN
2025
Dokter Spesialis
35.600
Dokter Umum
Dokter Gigi
Perawat
593.336
Bidan
385.668
Perawat Gigi
62.300
Apoteker
44.500
Asisten Apoteker
89.000
SKM
53.400
10
Sanitarian
59.334
11
Gizi
53.400
12
Keterapian Fisik
17.800
13
Keteknisan Medis
53.400
NO
148.334
41.534
KETER- LULUSAN
SEDIAAN
(20202019
2025)
19.706
114.297
34.520
536.425
295.921
38.724
50.136
74.533
67.230
32.761
48.591
13.581
45.972
2.196
41.634
10.050
173.010
111.270
6.510
23.676
29.184
37.044
10.110
10.872
4.380
24.642
ATRISI
2.5%/
TAHUN
(20202025)
2.463
14.287
4.315
67.053
36.990
4.840
6.267
9.317
8.404
4.095
6.074
1.698
5.747
KEKURANGAN
(-) /
KELEBIHAN
(+)
-16.161
-6.690
-1.279
+ 49.046
-15.467
-21.907
+ 23.045
+ 5.400
+ 42.470
-20.558
-11
-1.537
+ 11.468
Tabel 4.14.
- 47 Tabel 4.14., Tabel 4.15. dan Tabel 4.16. menunjukkan bahwa jenis tenaga
kesehatan yang kemungkinan masih akan mengalami kekurangan berdasarkan
perkiraan kapasitas produksi yang ada sampai dengan tahun 2025 adalah dokter
spesialis, dokter umum, dokter gigi, bidan dan sanitarian. Sedangkan tenaga
keteknisian medik akan mengalami kekurangan hanya sampai tahun 2014 yang
diharapkan dapat terpenuhi dengan lulusan pada tahun berikutnya. Untuk
tenaga perawat gigi, tenaga gizi dan keterapian fisik diperkirakan akan mengalami
kekurangan pada tahun 2025.
Dalam rangka mencapai target rasio tenaga kesehatan terhadap jumlah
penduduk dalam rangka meningkatkan cakupan peserta Jaminan Kesehatan
Nasional yaitu seluruh penduduk Indonesia, maka perlu perbaikan pendataan
tenaga kesehatan serta peningkatan kapasitas produksi pada jenis tenaga
kesehatan tertentu.
dengan
memperhatikan
kemampuan
penambahan
kapasitas
1
2
3
4
5
6
JENIS TENAGA
KEKURANGAN
PERKIRAAN KEMAMPUAN
TAMBAHAN KAPASITAS
PENDIDIKAN TAHUN
2011-2014
Dokter Spesialis
-4.783
Dokter Umum
-9.876
Dokter Gigi
-375
Bidan
-19.900
Sanitarian
-10.006
Keteknisian Medis
-6.226
1.336
244
0
9.820
4.060
1.572
KEKURANGAN
KAPASITAS
-3.447
-9.632
-375
-10.080
-5.946
-4.654
Tabel 5.2.
Rencana Peningkatan Kapasitas Pengadaan/Pendidikan
Tenaga Kesehatan Tahun 2019
NO
1
2
3
4
5
6
JENIS TENAGA
Dokter Spesialis
Dokter Umum
Dokter Gigi
Bidan
Perawat Gigi
Sanitarian
KEKURANGAN
-10.156
-7.867
-772
-29.850
-10.142
-16.105
TAHUN 2019
KEMAMPUAN
TAMBAHAN
KAPASITAS
KEKURANGAN
PENDIDIKAN
KAPASITAS
TAHUN 20152019
2.736
-7.420
7.867
0
300
-472
9.820
-20.030
4.060
-6.082
4.060
-12.045
Tabel 5.3.
- 50 Tabel 5.3.
Rencana Peningkatan Kapasitas Pengadaan/Pendidikan
Tenaga Kesehatan Tahun 2025
NO
1
2
3
4
5
6
7
8
JENIS TENAGA
Dokter Spesialis
Dokter Umum
Dokter Gigi
Bidan
Perawat Gigi
Sanitarian
Gizi
Keterapian Fisik
KEKURANGAN
-16.161
-6.690
-1.279
-15.467
-21.907
-20.558
-11
-1.537
TAHUN 2025
KEMAMPUAN
TAMBAHAN
KAPASITAS
PENDIDIKAN
TAHUN 20202025
3.843
6.690
360
2.984
3.192
2.712
11
1537
KEKURANGAN
KAPASITAS
-12.318
0
-919
-12.483
-18.715
-17.846
0
0
tenaga
kesehatan
di
fasilitas
pelayanan
kesehatan
Pendayagunaan
NO
JENIS TENAGA
Catatan:
TAHUN 2014
KEBUKEKUTUHAN
RANGAN
2014
TAHUN 2019
KEBUKEKUTUHAN
RANGAN
2019
22.275
14.822
26.359
6.868
6.172
1.629
80.143
14.143
2.044
10.220
1.569
2.044
2.044
4.039
12.792
14.104
2.948
5.739
91
2.157
5.629
7.332
1.916
93.216
16.450
2.390
11.950
1.844
2.390
2.390
4.832
16.080
1.932
491
23.091
4.075
602
3.008
471
602
602
1.298
4.887
- 54 Tabel 6.2.
Kebutuhan dan Kekurangan Tenaga Kesehatan di Puskesmas
Tahun 2014 dan 2019
NO
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
JENIS TENAGA
Dokter Umum
Dokter Gigi
Perawat
Perawat Gigi
Bidan
Asisten Apoteker
Apoteker
Tenaga Kesmas
Tenaga Kesling
Tenaga Gizi
Analis Kesehatan
Catatan:
2014
KEBUKEKUTUHAN
RANGAN
12.919
9.768
4.242
74.363
3.970
9.768
2.852
45.374
9.768
4.401
3.151
1.920
29.304
23.547
9.768
1.988
9.768
2.960
9.768
7.428
2019
KEBUKEKUTUHAN
RANGAN
13.091
1.787
9.940
1.393
75.395
10.327
9.940
1.393
46.062
6.360
9.940
1.393
3.151
394
29.820
4.179
9.940
1.393
9.940
1.393
9.940
1.393
Tabel 6.3.
Kebutuhan dan Kekurangan Tenaga Kesehatan
di Kantor Kesehatan Pelabuhan Tahun 2014 dan 2019
NO
1
2
3
4
5
6
7
8
9
KOMPETENSI
PENDIDIKAN
S2 Kesehatan
Masyarakat
Dokter
S1 Kesehatan
Masyarakat
D3 Kesehatan
Lingkungan
D3 Keperawatan
S1 Apoteker
D3 Farmasi
D3 Analis Kesehatan
D3 Radiologi
2014
KEBUKEKUTUHAN
RANGAN
2019
KEBUKEKUTUHAN
RANGAN
229
136
249
20
691
492
706
15
975
693
988
13
1.000
635
1.025
25
1.000
88
32
56
32
669
78
14
26
1.025
94
37
57
37
25
6
5
1
5
Tabel 6.4.
- 55 Tabel 6.4.
Kebutuhan dan Kekurangan Tenaga Kesehatan
di Balai Teknis Kesehatan Lingkungan Tahun 2014 dan 2019
NO
1
2
3
4
5
6
KOMPETENSI
PENDIDIKAN
S2 Kesehatan
Masyarakat
S1 Kesehatan
Lingkungan
D3 Kesehatan
Lingkungan
S1 Kesehatan
Masyarakat
S1 Teknik
Lingkungan/ MIPA
D3 Analisis
Jumlah
2014
KEBUTUHAN
2019
KEKURANGAN
KEBUTUHAN
KEKURANGAN
23
26
60
36
68
45
52
36
44
260
174
598
253
128
289
298
198
686
38
24
88
- 56 diangkat sebagai PNS dan ditempatkan di DTPK dalam waktu yang telah
ditetapkan.
Tenaga kesehatan sebagai PNS diperhatikan pengembangannya ke
depan baik dalam kenaikan pangkat. kenaikan gaji berkala.
pengembangan karir. dan pendidikan berkelanjutan. Khusus untuk
DTPK. pemerintah juga perlu memberikan imbalan/ insentif khusus.
baik material maupun non material. Dengan demikian. pengangkatan
tenaga kesehatan sebagai PNS. Prajurit TNI. PNS Kemhan dan Pegawai
Negeri pada POLRI dilaksanakan dengan memperhatikan kemampuan
keuangan Negara.
2) Pegawai Tidak Tetap (PTT).
Dalam kondisi masih terbatasnya formasi PNS. pengangkatan tenaga
kesehatan sebagai PTT masih dilakukan. Pengangkatan tenaga
kesehatan sebagai PTT diupayakan dapat diperluas. tidak terbatas pada
tenaga dokter. dokter gigi dan bidan saja.
Khusus untuk tenaga dokter. dengan sudah dilaksanakannya program
internship dokter. ke depan akan dapat menggantikan pengangkatan
dokter sebagai PTT.
3) Penugasan khusus.
Untuk memenuhi kebutuhan tenaga kesehatan di DTPK dan daerah
bermasalah kesehatan (DBK). dalam situasi keterbatasan formasi PNS.
dilakukan dengan cara penugasan khusus. Pemerintah mengupayakan
sistem imbalan baik material maupun non material yang memadai
sesuai dengan kondisi daerah penempatan. Imbalan non material antara
lain berupa pendidikan dan pelatihan. pendidikan berkelanjutan. dan
mendapatkan pengutamaan dalam pengangkatan sebagai PNS.
Pemerintah mengupayakan adanya kesamaan perlakuan termasuk
imbalan yang diperoleh antara tenaga kesehatan yang sudah ada
sebagai PNS di DTPK dengan tenaga kesehatan dengan penugasan
khusus.
4) Inovasi
tenaga
- 59 terbuka dan lintas institusi melalui jenjang jabatan struktural dan jabatan
fungsional. Pemerintah/ Pemerintah Daerah bersama organisasi profesi dan
swasta mengupayakan penyelenggaraan pendidikan berkelanjutan dalam
rangka peningkatan karir dan profesionalisme tenaga kesehatan.
Pengembangan karir yang berkaitan dengan PNS dilaksanakan dengan
mengacu pada prinsip penyusunan pola karir PNS yaitu:
1) Prinsip profesionalisme: bahwa pengembangan karir didasarkan pada
kompetensi dan prestasi
2) Prinsip terbuka: bahwa dimungkinkan perpindahan secara instansional
maupun lintas instansi.
3) Prinsip objektifitas dan berkeadilan: bahwa pengembangan karir harus
menjamin kesesuaian dengan alur karir yang telah ditetapkan dan
memberikan kesempatan yang sama kepada PNS yang memiliki
kompetensi yang sama.
b. Pendidikan berkelanjutan
Pendidikan berkelanjutan merupakan suatu upaya sistematis untuk
meningkatkan profesionalisme tenaga kesehatan. Upaya sistematis tersebut
mencakup peningkatan kompetensi yang mengarah pada spesialisasi
profesi tertentu; pendidikan dan pelatihan teknis terkait jabatan fungsional;
serta pendidikan dan pelatihan penjenjangan.
c. In-service training
In-service training merupakan pelatihan jangka pendek bagi pegawai yang
sudah bekerja. Pelatihan ini bertujuan untuk mempertahankan serta
meningkatkan kompetensi tenaga kesehatan sehingga berdampak pada
kinerja individu yang pada akhirnya dapat meningkatkan mutu pelayanan.
In-service training sendiri lebih difokuskan kepada kompetensi khusus dari
tenaga kesehatan tersebut.
Dalam rangka mencapai Jaminan Kesehatan Nasional. maka tenaga
kesehatan juga perlu dilatih agar mampu tidak hanya dalam hal teknis
pelayanan kesehatan namun juga dalam pengelolaan jaminan kesehatan.
B. PENDAYAGUNAAN
- 63 Untuk pengawasan keprofesian tenaga dokter dan dokter gigi. dilakukan oleh
institusi independen yang disebut Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran
Indonesia (MKDKI) yang berada di bawah Konsil Kedokteran Indonesia (KKI).
MKDKI berwenang menentukan ada tidaknya kesalahan yang dilakukan
dokter dan dokter gigi dalam penerapan disiplin ilmu kedokteran dan
kedokteran gigi serta menetapkan sanksi disiplin.
Pengawasan keprofesian tenaga kefarmasian dilakukan oleh Komite Farmasi
Nasional (KFN) yang berwenang menentukan ada tidaknya kesalahan yang
dilakukan apoteker dalam penerapan disiplin ilmu kefarmasian serta
menetapkan sanksi disiplin. Sedangkan pengawasan untuk tenaga kesehatan
lainnya dilakukan oleh Majelis Tenaga Kesehatan Indonesia (MTKI) di tingkat
pusat dan Majelis Tenaga Kesehatan Provinsi (MTKP) di daerah.
Pengawasan praktik profesi bagi tenaga kesehatan profesi dilakukan melalui
sertifikasi. registrasi. dan pemberian lisensi bagi tenaga kesehatan yang
memenuhi syarat.
Sertifikasi tenaga kesehatan diberikan dalam bentuk ijazah oleh institusi
pendidikan tenaga kesehatan. dan sertifikat kompetensi diberikan oleh
organisasi profesi terkait dan atau MTKI setelah dinyatakan lulus uji
kompetensi.
Registrasi tenaga kesehatan untuk dapat melakukan praktik profesi di seluruh
wilayah Indonesia. diberikan oleh Pemerintah. Dalam pelaksanaan registrasi.
pemerintah dapat melimpahkannya kepada KKI. KFN. dan MTKI.
Perizinan/lisensi tenaga kesehatan profesi untuk melaksanakan praktik
diberikan
oleh
Pemerintah
Daerah
Kabupaten/Kota
yang
dalam
pelaksanaannya dilakukan oleh instusi kesehatan di wilayah bersangkutan.
setelah mendapatkan rekomendasi dari organisasi profesi terkait.
Hasil dari pengawasan mutu tenaga kesehatan selanjutnya digunakan sebagai
bahan analisis dalam penyusunan kebijakan. baik memperbaiki kebijakan
yang sudah ada atau menyusun kebijakan baru sesuai situasi dan kondisi
yang dihadapi.
dengan
hal
tersebut
di
atas.
maka
RPTK
perlu
dan
kontribusi/dukungan
dalam
penyelenggaraan
dan
penanggung
jawab
semua
kegiatan pengembangan
- 65 a. Monitoring
Monitoring RPTK Tahun 2011 - 2025 dilakukan setiap tahun.
Monitoring dan evaluasi pengembangan tenaga kesehatan mencakup
proses. output. outcome indikator dengan menggunakan data dasar
sebagai input. Data dasar yang digunakan untuk mengukur kemajuan
pelaksanaan pengembangan tenaga kesehatan adalah:
1) Data rencana kebutuhan yang terdapat dalam dokumen RPTK.
2) Data lulusan tenaga kesehatan yang diperoleh dari Kemendikbud.
3) Data
ketersediaan
tenaga
kesehatan
di
fasilitas
pelayanan
RPTK
Tahun
2011-2025
dilakukan
dengan
menilai
- 67 f)
Koordinator
Bidang
Kesejahteraan
Rakyat
Dalam
Negeri
mengkoordinasikan
dan
melakukan
Kesehatan
mengkoordinasikan
dan
melaksanakan
guna
penyelenggaraan
pembangunan
kesehatan
dan
meliputi
perencanaan
kebutuhan
tenaga
kesehatan.
lainnya
Pemerintah
dalam
Daerah
pemerintahan
serta
swasta
termasuk
memberikan
TNI/POLRI
masukan
dan
dalam
meliputi
perencanaan
kebutuhan
tenaga
kesehatan.
pemangku
kepentingan
menjalankan
tanggung
jawab
dan
- 73 3. Biaya insentif yang dihitung untuk 30% dari total kebutuhan tenaga
kesehatan di DTPK sebesar:
a. Dokter Spesialis sebesar Rp.7.500.000.- per bulan;
b. Dokter
dan
tenaga
kesehatan
setara
S1
lainnya
sebesar
Rp.
RS
Pemerintah.
TNI. POLRI
Puskesmas
KKP dan
BTKL
Jumlah
INSENTIF
PENEMPATAN
ORIENTASI
1.651.813
94.012
80.757
3.394.866
133.331
127.161
6.008
5.323
5.046.679
227.343
GAJI
JUMLAH
3.889.853
5.716.435
6.999.489 10.654.847
73.698
85.029
Tabel 9.2.
- 74 Tabel 9.2.
Estimasi Biaya Pendayagunaan Tenaga Kesehatan Tahun 2013
(dalam jutaan Rupiah)
PENEMPATAN
NO
INSTANSI
INSENTIF
ORIENTASI
GAJI
JUMLAH
RS
Pemerintah.
TNI. POLRI
1.973.891
94.012
80.757
4.763.796
6.912.456
Puskesmas
4.734.956
133.331
122.288
8.465.549
13.456.124
KKP dan
BTKL
6.008
5.323
109.476
120.807
Jumlah
6.708.847
233.351
208.369
13.338.821
20.489.388
Tabel 9.3.
Estimasi Biaya Pendayagunaan Tenaga Kesehatan Tahun 2014
(dalam jutaan Rupiah)
NO
INSTANSI
1
RS
Pemerintah.
2.159.211
TNI. POLRI
Puskesmas
KKP dan
BTKL
INSENTIF
Jumlah
PENEMPATAN
ORIENTASI
GAJI
JUMLAH
94.012
80.757
5.625.413
7.959.393
5.093.809
133.331
122.288
9.840.253
15.189.682
6.008
5.323
144.502
155.833
7.253.021
233.351
208.369
15.610.168
23.304.908
- 75 -
- 76 Tabel 9.4.
Estimasi Pembiayaan Pendidikan Tenaga Kesehatan dan Peningkatan
Kapasitas Pendidikan Tenaga Kesehatan Tahun 2011-2014
(Dalam Jutaan Rupiah)
PENDIDIKAN NAKES
NO
JENIS TENAGA
KESEHATAN
JML
LULUSAN
TAHUN
2011-2014
Dokter
Spesialis
Dokter
Dokter gigi
Perawat
Bidan
Perawat gigi
Apoteker
15.784
Tenaga Teknis
Kefarmasian
19.456
SKM
24.696
10
Sanitarian
6.740
11
Gizi
7.248
12
Keterapian fisik
2.920
13
Keteknisian
Medis
Jumlah
1.464
27.756
6.700
115.340
74.180
4.340
16.428
323.052
BIAYA
915.000
8.326.800
2.345.000
5.190.300
3.338.100
195.300
4.340.600
875.520
1.975.680
303.300
326.160
131.400
739.260
29.002.420
PENINGKATAN KAPASITAS
DIKNAKES
KEMAMPUAN
KAPASITAS
TAMBAHAN
1.336
244
0
0
9820
0
0
0
0
4.060
0
0
1572
17.032
BIAYA
835.000
73.200
441.900
0
0
182.700
70.740
1.603.540
C. BIAYA
- 78 X. PENUTUP
Pengembangan
tenaga
kesehatan
yang
meliputi
maupun
perencanaan.
maksud
memberikan
arah
dan
acuan
bagi
seluruh
pemangku
kondisi dan situasi dalam pembangunan kesehatan. maka RPTK ini akan
dievaluasi dan direvisi secara berkala sesuai dengan kebutuhan.
Dengan disusunnya RPTK ini diharapkan dapat mewujudkan sinergisme dan
upaya yang saling mendukung serta melengkapi antara pemerintah. masyarakat
termasuk swasta yang memiliki kepentingan terhadap pengembangan tenaga
kesehatan. RPTK ini dapat dipergunakan sebagai acuan dalam penyusunan
rencana pengembangan tenaga kesehatan jangka pendek maupun jangka
menengah.
Dalam pelaksanaannya seluruh pemangku kepentingan perlu memegang teguh
prinsip-prinsip yang tertuang dalam dokumen ini sesuai dengan tugas dan
fungsinya.
tetapi
juga
sumberdaya manusia.
harus
realistis
disesuaikan
dengan
kemampuan
kondisi lingkungan.
Keberhasilan
- 79 Keberhasilan dari RPTK ini sangat dipengaruhi oleh kompetensi dan komitment
dari masing-masing pemangku kepentingan. karena hal ini merupakan suatu
mata rantai sistem dimana apabila salah satu komponen pemangku kepentingan
tidak
secara keseluruhan.
MENTERI KOORDINATOR
BIDANG KESEJAHTERAAN RAKYAT.
REPUBLIK INDONESIA
ttd.
AGUNG LAKSONO
Salinan sesuai dengan aslinya
Sekretaris Kementerian Koordinator
Bidang Kesejahteraan Rakyat
ttd.
Sugihartatmo