Anda di halaman 1dari 648

KEMENTERIAN KESEHATAN

REPUBLIK INDONESIA

MO

TIH

Modul Pelatihan
PENGANGKATAN
PERTAMA JABATAN
A
FUNGSIONAL
JAB
ATA PENYULUH KESEHATAN
N
FUN MASYARAKAT AHLI
GSIO
NAL
PEN
YUL
UH
Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia

PUSAT PROMOSI KESEHATAN


Gedung Prof. DR. Sujudi Lantai 10
Jl. HR. Rasuna Said Blok X-5, Kav. 4-9, Jakarta 12950 PUSAT PROMOSI
Telp / Fax. (021) 5203873 KESEHATAN
www.promkes.depkes.go.id BEKERJA SAMA DENGAN PUSDIKLAT
APARATUR KEMENTERIAN KESEHATAN RI
Tahun 2013
TAHUN 2013
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

KATA PENGANTAR

Tujuan pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan


dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan
yang setinggi-tingginya dapat terwujud. Untuk mencapai tujuan pembangunan tersebut
diperlukan sumber daya manusia yang profesional terutama di bidang penyuluhan
kesehatan masyarakat, yaitu Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat.

Jabatan Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat (PKM) ditetapkan melalui SK


Menpan No. 58 tahun 2000. Dalam Surat Keputusan tersebut dipersyaratkan tentang
kriteria pengangkatan jabatan fungsional PKM, diantaranya harus mengikuti pelatihan
pengangkatan pertama.

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama Jabatan Fungsional PKM Ahli dan Terampil
tahun
2013 ini dikembangkan mengacu kepada Standar Kurikulum Pelatihan yang telah dibuat
pada tahun 2012 oleh Badan PPSDM Kesehatan Kementerian Kesehatan.

Kami berharap Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama Jabatan Fungsional PKM


Ahli maupun Terampil dapat bermanfaat serta memberikan kontribusi terhadap upaya
peningkatan kapasitas Pejabat Fungsional PKM Ahli maupun Terampil di pusat
maupun di daerah. Kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan dan
perbaikan modul ini kami sampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang
setinggi-tingginya.

Jakarta, November 2013


Kepala Pusat Promosi Kesehatan
Kementerian Kesehatan RI

dr. Lily S. Sulistyowati, MM


KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR
i
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

ii KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR


Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

SAMBUTAN
KEPALA PUSDIKLAT
APARATUR

Dalam Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan ditetapkan, bahwa


tujuan pembangunan kesehatan adalah meningkatkan kesadaran, kemajuan dan
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan
masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi ekonomis. Selanjutnya, ditetapkan
pula bahwa setiap orang berkewajiban berperilaku hidup sehat untuk mewujudkan,
mempertahankan dan memajukan kesehatan yang setinggi-tingginya. Untuk mecapai
tujuan pembangunan kesehatan tersebut, diupayakan bahwa setiap orang harus
mendapatkan informasi dan edukasi tentang kesehatan yang seimbang dan
bertanggungjawab serta memperoleh pelayanan kesehatan yang meliputi upaya
pelayanan kesehatan yang bersifat promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif yang
dilaksanakan secara terpadu, menyeluruh dan berkesinambungan.

Upayameningkatkankesadaran, kemauansertakemampuandalammelakukan kewajibannya


untuk berperilaku hidup sehat, bukan merupakan hal yang mudah. Sehubungan dengan
itu, diperlukan tenaga kesehatan yang berkompeten di bidang penyuluhan atau promosi
kesehatan. Tenaga kesehatan tersebut adalah Pejabat Fungsional Penyuluh
Kesehatan Masyarakat. Jabatan fungsional kesehatan yang ditetapkan melalui Surat
Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara No. 58 tahun 2000. Dalam Surat
Keputusan tersebut dipersyaratkan bahwa pengangkatan pertama sebagai Jabatan
Fungsional PKM Ahli maupun Terampil, terlebih dahulu harus mengikuti pelatihan
pengangkatan pertama. Sehubungan dengan itu diperlukan, Modul Pelatihan
Pengangkatan Pertama bagi Jabatan Fungsional PKM Ahli dan Terampil yang terstandar
serta sesuai peraturan kediklatan yang berlaku.

Kami menyambut baik, bahwa Pusat Promosi Kesehatan telah melakukan revisi Modul
Pelatihan Pengangkatan Pertama bagi Jabatan Fungsional PKM Ahli dan Terampil
yang mengacu pada standarisasi serta peraturan kediklatan yang berlaku. Hal ini
merupakan upaya penting, mengingat pelatihan pengangkatan pertama Jabatan
Fungsional PKM Ahli
KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT
iii
APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

dan Terampil. Setiap tahun diselenggarakan di provinsi maupun kabupaten/kota.


Dengan demikian, Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama Jabatan Fungsional PKM
Ahli dan Terampil sangat dibutuhkan oleh daerah.

Kami berharap agar modul pelatihan pengangkatan pertama Jabatan Fungsional PKM
Ahli dan Terampil ini dapat menjadi acuan pihak penyelenggara pelatihan di pusat
maupun daerah.

Kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam penyusunan modul pelatihan ini
kami ucapkan terimakasih

Jakarta, November 2013

Kepala Pusdiklat Aparatur

Suhardjono, SE, MM

4 4
KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT
APARATUR APARATUR
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ............................................................................................... Kegiat


Sambutan Kepala Pusdiklat Aparatur ............................................................... an
Daftar Isi ......................................................................................................... Priorit
Struktur Program Pelatihan Jabatan Fungsional Penyuluh Kesehatan as di
Masyarakat Jenjang Terampil Bidan
............................................................................................. g
Diklat
Materi Dasar I Apara
Kebijakan Dasar Aparatur Kesehatan ......................................................... tur ....
Arah Bangkes Jangka Panjang .................................................................... .........
Arah Kebijakan Kementerian Kesehatan ...................................................... .........
Strategi Utama .........
........................................................................................... Program .........
Kesehatan Tahun 2010 - 2014 ....................................................... Peranan .........
SDM Kesehatan ............................................................................ Masalah
SDM Kesehatan ............................................................................
Program PPSDM Kesehatan .......................................................................
Program Badan PPSDM Kesehatan ............................................................
Struktur Organisasi Badan PPSDM Kesehatan ............................................
Struktur Organisasi Pusat Pendidikan dan Pelatihan Aparatur Badan
PPSDM Kesehatan Kemenkes RI
............................................................................. Target Pembangunan
Tahun 2010 - 2014 .................................................... Peran Diklat dalam
Bangkes ....................................................................... Tantangan
Kebutuhan Diklat .......................................................................
Kebutuhan Diklat ........................................................................................
Tindak Lanjut Hasil Pemetaan .....................................................................
Kebijakan Diklat .........................................................................................
Implementasi Tugas dalam Manajemen Diklat ..............................................
i iii v

xi

1
2
2
3
4
4
5
5
6
6

7
7
9
10
11
11
12
12
15
Materi Dasar 2
Kebijakan Pembangunan Kesehatan dan Promosi Kesehatan ................. 16
I. Deskripsi Singkat .................................................................................. 16
II. Tujuan Pembelajaran ............................................................................. 16
III. Pokok Bahasan dan Sub Pokok Bahasan .............................................. 17
IV. Langkah - Langkah Kegiatan Pembelajaran ............................................ 17
V. Uraian Materi ........................................................................................ 18

Materi Dasar 3
Jabatan Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat .............................. 31
I. Deskripsi Singkat .................................................................................. 31
II. Tujuan Pembelajaran ............................................................................. 32
III. Pokok Bahasan dan Sub Pokok Bahasan .............................................. 32
IV. Langkah - Langkah Kegiatan Pembelajaran ............................................ 32
V. Uraian Materi ........................................................................................ 34
VI. Referensi .............................................................................................. 40

Materi Dasar 4
Etika Profesi Penyuluh Kesehatan Masyarakat .......................................... 41
I. Deskripsi Singkat .................................................................................. 41
II. Tujuan Pembelajaran ............................................................................. 41
III. Pokok Bahasan dan Sub Pokok Bahasan .............................................. 41
IV. Langkah - Langkah Kegiatan Pembelajaran ............................................ 42
V. Uraian Materi ........................................................................................ 44

Materi Inti 1
Persiapan Kegiatan Penyuluhan Kesehatan Masyarakat .......................... 55
I. Deskripsi Singkat .................................................................................. 55
II. Tujuan Pembelajaran ............................................................................. 55
III. Pokok Bahasan dan Sub Pokok Bahasan .............................................. 56
IV. Langkah - Langkah Kegiatan Pembelajaran ............................................ 57
V. Uraian Materi ........................................................................................ 59
VI. Referensi .............................................................................................. 82
Materi Inti 2
Pelaksanaan Advokasi Kesehatan .............................................................. 83
I. Deskripsi Singkat .................................................................................. 83
II. Tujuan Pembelajaran ............................................................................. 84
III. Pokok Bahasan dan Sub Pokok Bahasan .............................................. 84
IV. Langkah - Langkah Kegiatan Pembelajaran ............................................ 85
V. Uraian Materi ........................................................................................ 89
VI. Referensi .............................................................................................. 111

Materi Inti 3
Pelaksanaan Penggalangan Dukungan Sosial ........................................... 112
I. Deskripsi Singkat .................................................................................. 112
II. Tujuan Pembelajaran ............................................................................. 113
III. Pokok Bahasan dan Sub Pokok Bahasan .............................................. 113
IV. Langkah - Langkah Kegiatan Pembelajaran ............................................ 114
V. Uraian Materi ........................................................................................ 117
VI. Referensi .............................................................................................. 176

Materi Inti 4
Pelaksanaan Penyuluhan untuk Pemberdayaan Masyarakat ................. 177
I. Deskripsi Singkat .................................................................................. 177
II. Tujuan Pembelajaran ............................................................................. 177
III. Pokok Bahasan dan Sub Pokok Bahasan .............................................. 178
IV. Langkah - Langkah Kegiatan Pembelajaran ............................................ 179
V. Uraian Materi ........................................................................................ 182
VI. Referensi .............................................................................................. 235

Materi Inti 5
Pelaksanaan Pengembangan Pedoman Penyuluhan ................................. 236
I. Deskripsi Singkat .................................................................................. 236
II. Tujuan Pembelajaran ............................................................................. 236
III. Pokok Bahasan dan Sub Pokok Bahasan .............................................. 237
IV. Langkah - Langkah Kegiatan Pembelajaran ............................................ 237
V. Uraian Materi ........................................................................................ 241
VI. Referensi .............................................................................................. 287
Materi Inti 6
Perumusan Sistem Pengembangan Penyuluhan ....................................... 288
I. Deskripsi Singkat .................................................................................. 288
II. Tujuan Pembelajaran ............................................................................. 288
III. Pokok Bahasan dan Sub Pokok Bahasan .............................................. 289
IV. Langkah - Langkah Kegiatan Pembelajaran ............................................ 289
V. Uraian Materi ........................................................................................ 292
VI. Referensi .............................................................................................. 295

Materi Inti 7
Pengembangan Metode Penyuluhan Kesehatan ........................................ 296
I. Deskripsi Singkat .................................................................................. 296
II. Tujuan Pembelajaran ............................................................................. 296
III. Pokok Bahasan dan Sub Pokok Bahasan .............................................. 296
IV. Langkah - Langkah Kegiatan Pembelajaran ............................................ 297
V. Uraian Materi ........................................................................................ 300
VI. Referensi .............................................................................................. 312

Materi Inti 8
Karya Tulis/Ilmiah Bidang Kesehatan ......................................................... 311
I. Deskripsi Singkat .................................................................................. 311
II. Tujuan Pembelajaran ............................................................................. 311
III. Pokok Bahasan dan Sub Pokok Bahasan .............................................. 312
IV. Langkah - Langkah Kegiatan Pembelajaran ............................................ 312
V. Uraian Materi ........................................................................................ 314
VI. Referensi .............................................................................................. 324

Materi Inti 9
Teknologi Tepat Guna di Bidang Penyuluhan Kesehatan Masyarakat ...... 325

viii 9
KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT
APARATUR APARATUR
I. Deskripsi Singkat .................................................................................. 325
II. Tujuan Pembelajaran ............................................................................. 326
III. Pokok Bahasan dan Sub Pokok Bahasan .............................................. 326
IV. Metode ................................................................................................ 327
V. Media dan Alat Bantu ........................................................................... 327
VI. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran .............................................. 328

viii 10
KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT
APARATUR APARATUR
VII. Uraian Materi ........................................................................................ 329
VIII.Referensi .............................................................................................. 410

Materi Inti 10
Penghitungan Angka Kredit dan Pengajuan DUPAK .................................. 411
I. Deskripsi Singkat .................................................................................. 411
II. Tujuan Pembelajaran ............................................................................. 412
III. Pokok Bahasan dan Sub Pokok Bahasan .............................................. 412
IV. Langkah - Langkah Kegiatan Pembelajaran ............................................ 413
V. Uraian Materi ........................................................................................ 415
VI. Referensi .............................................................................................. 452

Materi Penunjang
Membangun Komitmen Pembelajaran (Building Learning Commitment) 453
Rencana Tindak Lanjut ................................................................................ 463
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

x KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR


Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

STRUKTUR PROGRAM PELATIHAN


JABATAN FUNGSIONAL
PENYULUH KESEHATAN
MASYARAKAT JENJANG AHLI

ALOKASI WAKTU
NO MATERI
T P PL JUMLAH
A MATERI DASAR
1. Kebijakan Diklat Aparatur Kesehatan 2 - - 2
2. Kebijakan Pembangunan Kesehatan
dan Promosi Kesehatan 2 - - 2
3. Jabatan Fungsional Penyuluh
Kesehatan Masyarakat 2 - - 2
4. Etika Profesi Penyuluh Kesehatan
Masyarakat 2 - - 2
SUB TOTAL 8 - - 8
B MATERI INTI
1. Persiapan Kegiatan Penyuluhan
Kesehatan Masyarakat 2 12 - 14
2. Pelaksanaan Advokasi Kesehatan 1 3 - 4
3. Pelaksanaan Penggalangan
Dukungan Sosial 2 2 - 4
4. Pelaksanaan Penyuluhan untuk
Pemberdayaan Masyarakat 2 5 8 15
5. Pelaksanaan Pengembangan
Pedoman Penyuluhan 2 3 - 5
6. Perumusan Sistem Pengembangan
Penyuluhan 1 3 - 4
7. Pengembangan Metode Penyuluhan
Kesehatan 1 5 - 6
8. Karya Tulis/Karya Ilmiah Bidang
Kesehatan 2 6 - 8
9. Teknologi Tepat Guna di Bidang
Penyuluhan Kesehatan Masyarakat 2 4 - 6
10. Penghitungan Angka Kredit dan
Pengajuan DUPAK 2 6 - 8
SUB TOTAL 17 49 8 74
C MATERI PENUNJANG
1. Membangun Komitmen Belajar - 3 - 3
2. Rencana Tindak Lanjut - 2 - 2
SUB TOTAL - 5 - 5

TOTAL 25 54 8 87

KETERANGAN :
T = Teori; P = Penugasan; PL = Praktik Lapangan; 1 JPL @ 45 Menit

xi
KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT
APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

xii KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR


Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

MATERI DASAR 1
KEBIJAKAN DIKLAT
APARATUR KESEHATAN

UUD 1945

SETIAP ORANG
BERHAK
MEMPERTAHANKAN HIDUP
DAN KEHIDUPANNYA

Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat


tinggal dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat
serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan.

KESEHATAN
ADALAH HAK AZASI
MANUSIA

15 1
KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT
APARATUR APARATUR
ARAH BANGKES JANGKA PANJANG
(2005 - 2025)

UPAYA POKOK
STRATEGI
1. Bangnas wawasan
kesehatan. SASARAN
2. Pemberdayaan NO INDKT 2009 2025
Masyarakat & 1 UHH 69 73,7
daerah 2 IMR 32,3 15,5
3. Pengembangan 3 MMR 262 74
upaya & pembiayaan 4 KR GIZI 26 9.5
kesehatan.
4. Pengembangan
& pemberdayaan
SDM-Kesehatan TUJUAN BANGKES

ARAH KEBIJAKAN KEMENTERIAN KESEHATAN

INDONESIA
SEHAT 2025
PRO

RAKYAT
MISI
NILAI

VISI Masyarakat
sehat yang
INKLUSIF Mandiri dan
Berkeadilan

EFEKTIF

RESPONSIF
PROGRAM BADAN
PPSDM KES
BERSIH
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

VISI

MASYARAKAT SEHAT YANG


MANDIRI DAN
BERKEADILAN

MISI
1. Meningkatkan derajat Kesmas melalui pemberdayaan masyarakat
2. Melindungi Kesmas dgn menjamin tersedianya upaya kes yang
paripurna, merata, bermutu dan berkeadilan
3. Menjamin ketersediaan dan pemerataan SDMKes
4. Menciptakan tata kelola pemerintahan yang baik

STRATEGI UTAMA

• Pemberdayaan masyarakat, swasta & masyarakat madani dlm bangunkes


melalui kerjasama nasional & global
• Yankes merata, terjangkau, bermutu & berkeadilan berbasis bukti
dengan mengutamakan upaya promotif & preventif
• Pembiayaan bangunkes untuk mewujudkan jamsoskesnas
• Pengembangan dan pendayagunaan SDM Kes yang merata & bermutu
• Ketersediaan pemerataan, keterjangkauan obat & alkes serta menjamin
keamanan, khasiat, kemanfaatan & mutu sediaan farmasi alkes & makanan
• Manajemen kes akuntabel, transparan, berdayaguna & berhasilguna untuk
memantapkan desentralisasi yang bertanggung jawab

3 3
KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT
APARATUR APARATUR
PROGRAM KESEHATAN
TAHUN 2010 - 2014

GENERIK
1. Dukungan manajemen & pelaksanaan tugas teknis lainnya
2. Peningkatan pengawasan & akuntabilitas aparatur kemenkes
3. Peningkatan sarana dan prasarana aparatur kementerian kesehatan
4. Penelitian dan pengembangan kesehatan

TEKNIS
1. Bina gizi & kes ibu anak
2. Pembinaan upaya kesehatan
3. Pengendalian penyakit & penyehatan lingkungan
4. Kefarmasian & alkes
5. PPSDMKES

PERANAN SDM KESEHATAN

INDIKATOR KEBERHASILAN
PEMBANGUNAN KESEHATAN (WHO)

80% DITENTUKAN OLEH SDM KES SELAIN PEMBIAYAAN


MASALAH SDMKES

1. & Jenis Nakes meningkat (produksi) _ Kebutuhan & Pemerataan


belum terpenuhi _ DTPK.
2. & Jenis Nakes kurang (saryankes) dan terdistribusi kurang merata _ kualitas
pelayanan rendah _ bermasalah dalam sistem pelayanan rujukan untuk
kasus tertentu
3. Kualitas Nakes _ Rendah ,
Pengembangan Karier _ belum berjalan
Sistem Reward & Punishment _ belum berjalan

PROGRAM PPSDM KESEHATAN

OUTCOME

MENINGKATNYA KETERSEDIAN & MUTU SDM


KES SESUAI STANDAR PELAYANAN
KESEHATAN
PROGRAM BADAN PPSDM KES

• Perencanaan Kebutuhan Nakes Pusat dan Daerah termasuk DTPK


• Peningkatan keterampilan dan profesionalisme Nakes melalui Diklat Nakes
• Pemenuhan kebutuhan Nakes _Yankes Puskesmas, RS Kab/Kota , terutama
di daerah terpencil dan bencana termasuk desa siaga
• Penyusunan standar kompetensi dan regulasi profesi kesehatan serta pemberdayaan
TKKI ke Luar Negeri
• Pengembangan Sistem Informasi dan Manajemen SDM Kesehatan serta
pemberdayaan organisasi profesi
• Pengembangan Institusi Pelatihan Kesehatan

STRUKTUR ORGANISASI
BADAN PPSDM KESEHATAN
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
(PERMENKES Nomor 1144 Tahun 2010)

Badan Pengembangan dan


Pemberdayaan SDM Kesehatan

Sekretariat Badan
PPSDM Kesehatan

Pusat Pusat Pusat


Pusat Pendidikan
Perencanaan & Pendidikan Standarisasi,
& Pelatihan
Tenaga Kesehatan
SDM Kesehatan Aparatur SDM Kesehatan
STRUKTUR ORGANISASI PUSAT PENDIDIKAN
DAN PELATIHAN APARATUR BADAN PPSDM
KESEHATAN KEMENKES RI

TARGET PEMBANGUNAN TH 2010 -2014

TARGET
PROGRAM OUTCOME/
/ INPUT
INDIKATOR 2010 2014
KEGIATAN

PUSDIKLAT Meningkatnya 1. Σ pelatihan bagi 120 180


APARATUR Pendidikan aparatur yang
dan Pelatihan terakreditasi
Aparatur 2. Σ lembaga unit 4 7
pelatihan kesehatan
yang terakreditasi
3. Σ aparatur yang 5000 25000
telah mengikuti
pelatihan
penjenjangan,
fungsional, dan
manajemen
kesehatan
TARGET PEMBANGUNAN TH 2010 -2014

TARGET
INDIKATOR KINERJA
2011 2012 2013 2014

1. Σ pelatihan bagi aparatur yang 140 150 160 180


terakreditasi
2. Σ lembaga unit pelatihan 7 9 10 13
kesehatan yang terakreditasi
3. Σ aparatur yang telah mengikuti 10000 15000 20000 25000
pelatihan penjenjangan,
fungsional, dan manajemen
kesehatan
PERAN DIKLAT DALAM BANGKES

DIKLAT

SDM KES

BANGKES
TANTANGAN KEBUTUHAN DIKLAT
ENTITAS
UNIT KERJA
ORGANISASI
PROFESI

TUGAS POKOK JABFUNG


& FUNGSI KINERJA
AKTUAL

PROGRAM GAP
STANDAR
KOMPETENSI KINERJA
KEGIATAN OPTIMAL

STANDAR KEBUTUHAN
PELAYANAN
PELAYANAN DIKLAT
KEBUTUHAN DIKLAT

TINDAK LANJUT HASIL PEMETAAN


KEBIJAKAN DIKLAT

Menetapkan arah kebijakan dan mengkoordinasikan seluruh aspek


perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian kegiatan pelatihan
• Perencanaan: Koordinasi dan sinkronisasi kebutuhan diklat sesuai kebutuhan
program kesehatan
• Pelaksanaan: melaksanakan TOT,pelatihan2 strategis/ berskala nasional dan
internasional meliputi pelatihan teknis, fungsional, kepemimpinan, penjenjangan, dan
manajemen kesehatan.
• Pengendalian: pengendalian mutu institusi diklat kes dan pelatihan kesehatan

IMPLEMENTASI TUGAS
DALAM MANAJEMEN DIKLAT

PERENCANAAN DIKLAT
• Inventarisasi kebutuhan diklat _ TNA, rapat2 koordinasi
• Koordinasi dan sinkronisasi kebutuhan diklat dgn kebutuhan program kesehatan _
sesuai arah pemb kes, meminimalkan tumpang tindih pelatihan, efisiensi anggaran
• Penetapan kebutuhan pelatihan skala nasional termasuk penentuan satuan
biaya kegiatan pelatihan dan rencana pelaksanaan

PENGEMBANGAN DIKLAT
• Penyusunan pedoman kediklatan meliputi: TNA, Penyusunan
Kurmod, Penyelenggaraan Pelatihan, Evaluasi Pelatihan
• Penyusunan kurikulum dan modul (kurmod) pelatihan skala nasional
• Uji coba pelatihan berdasarkan kurmod yg disusun, _ menyampaikan pelatihan ke
seluruh provinsi, penyelenggaraan Pelatihan bagi Pelatih (TOT), memantau pelatihan-
pelatihan yang dilaksanakan oleh Bapelkes di propinsi
IMPLEMENTASI TUGAS
DALAM MANAJEMEN DIKLAT

PEMBINAAN DIKL AT
• Memfasilitasi bantuan teknis dalam pelaksanaan: TNA, Penyusunan
Kurmod, Penyelenggaraan Pelatihan, dan Evaluasi Pelatihan
• Akreditasi dan sertifikasi terhadap: institusi diklat kesehatan (pemerintah dan non
pemerintah), dan kegiatan pelatihan
• Pelaksanaan monev diklat: quality qontrol diklat, pendataan kegiatan diklat,
pendataan peserta diklat _ untuk mendukung ketersediaan data (sistim
informasi diklat)

PERMENKES 971 TAHUN 2009

PEMENUHAN
KOMPETENSI
PEJABAT STRUKTURAL KESEHATAN di Dinkes,
RS, Puskesmas & UPT

KEMAMPUAN DAN KARAKTERISTIK YANG DIMILIKI OLEH SEORANG


PEGAWAI BERUPA PENGETAHUAN, KETERAMPILAN, DAN SIKAP
PERILAKU YANG DIPERLUKAN PADA TUGAS JABATANNYA SEHINGGA
PEGAWAI TERSEBUT DAPAT MELAKSANAKAN TUGASNYA SECARA
PROFESIONAL, EFEKTIF DAN EFISIEN.

KOMPETENSI
KOMPETENSI DASAR

kompetensi yang wajib dimiliki oleh setiap pejabat struktural.

KOMPETENSI BIDANG

kompetensi yang diperlukan oleh setiap pejabat struktural


sesuai dengan bidang pekerjaan yang menjadi tanggung
jawabnya

KOMPETENSI KHUSUS

kompetensi yang harus dimiliki oleh pejabat struktural


dalam mengemban tugas pokok dan fungsinya sesuai
dengan
jabatan
KEGIATAN PRIORITAS
DI BIDANG DIKLAT APARATUR
• Menyusun NSPK kediklatan
• Menyusun dan mengembangkan kebijakan perencanaan dan pelaksanaan Diklat
Apatarur sesuai dengan rencana aksi Badan PPSDM Kesehatan, mengacu
pada Renstra Kemenkes guna mendukung visi dan misi Kemenkes
• Melakukan kajian dan analisis kebutuhan diklat aparatur untuk pengembangan di
bidang kepemimpinan, manajemen kesehatan, teknis maupun fungsional
• Melakukan pembinaan dan kemitraan dengan penyelenggara kediklatan : UPT vertikal
Kemenkes maupun UPT Daerah
• Melatih para pelatih dilingkungan Unit Teknis Kemenkes tentang kediklatan
aparatur, meliputi: TPPK, TOC, MOT, TNA, Akreditasi Pelatihan, EPP.
• Menyelenggarakan pelatihan-pelatihan utk mendukung Permenkes 971/2009
(pelatihan bagi struktural Dinkes, RS, Puskesmas & UPT), jabatan fungsional &
TOT.
• Menyiapkan Aparatur untuk mendukung terwujudnya program nasional ( TKHI, dokter
plus, ponek/poned, Save Papua, prajab, diklatpim, dll)
• Revitalisasi peran institusi diklat kesehatan daerah (kolaborasi antara pusat dan
daerah) _ sbg penyelenggara pelatihan2 skala nasional, penguatan thd SDM
diklat dan sarana serta prasarana diklat
• Pengembangan Unit Fungsional Diklat di Kab/ Kota _ sbg unit yang
bertanggung jawab dalam pengembangan SDM Kes kab/ kota melalui pelatihan
• Pelaksanaan akreditasi dan sertifikasi terhadap _ institusi diklat kesehatan
(pemerintah & non pem.), dan kegiatan pelatihan
• Pendataan kegiatan pelatihan yang akan dan sudah dilaksanakan lengkap untuk
tiap jenis diklat dan biodata lengkap peserta yg sudah dilatih _ untuk
mendukung ketersediaan data diklat (sistim informasi diklat)
MATERI DASAR 2
KEBIJAKAN PEMBANGUNAN KESEHATAN
DAN PROMOSI KESEHATAN

I. Deskripsi Singkat
Sehat merupakan kebutuhan dasar manusia dan menjadi salah satu faktor
penentu Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Sehat juga merupakan modal utama
manusia untuk dapat melakukan perannya di bidang pembangunan ekonomi dan
pendidikan. Dalam Undang-Undang Dasar 1945 dan Konstitusi Organisasi Kesehatan
Dunia (WHO) serta Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan,
menetapkan bahwa setiap orang mempunyai hak yang sama dalam memperoleh
derajat kesehatan yang optimal. Selanjutnya, dalam Undang-Undang Nomor 17
tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional, telah
ditetapkan bahwa arah pembangunan kesehatan adalah meningkatnya kesadaran,
kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat
kesehatan yang setinggi-tingginya dapat terwujud. Visi pembangunan kesehatan
jangka panjang adalah terwujudnya Indonesia Sehat tahun 2025, dimana
masyarakat hidup dalam lingkungan yang sehat, perilaku masyarakat proaktif
memelihara kesehatannya serta mampu mengakses pelayanan kesehatan yang
bermutu.

Untuk mencapai visi Indonesia Sehat Tahun 2025 tersebut, maka faktor perilaku
masyarakat mempunyai determinan utama dalam pembangunan kesehatan.
Perilaku tersebut meliputi upaya mewujudkan lingkungan yang sehat, proaktif
dalam memelihara kesehatannya serta akses dalam pelayanan kesehatan yang
bermutu. Sehubungan dengan itu, intervensi perilaku terhadap peningkatan
kemampuan masyarakat untuk hidup sehat melalui promosi kesehatan
merupakan upaya yang strategis dalam mencapai tujuan pembangunan kesehatan
yang telah ditetapkan baik dalam Undang-undang nomor 36 tahun 2009 tentang
Kesehatan maupun dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah. Ruang
lingkup materi yang akan dibahas pada sesi ini meliputi: kebijakan pembangunan
kesehatan dan kebijakan promosi kesehatan.

II. Tujuan Pembelajaran


A. Tujuan Pembelajaran Umum
Setelah mengikuti materi ini, peserta latih mampu memahami Kebijakan
Pembangunan Kesehatan, Kebijakan Kementerian Kesehatan dan Kebijakan
Promosi Kesehatan.
B. Tujuan Pembelajaran Khusus
Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu menjelaskan:
1. Tujuan pembangunan kesehatan
2. Visi, misi dan nilai-nilai Kementerian Kesehatan
3. Strategi Kementerian Kesehatan
4. Promosi Kesehatan

III. Pokok Bahasan dan Sub Pokok Bahasan


Dalam modul ini akan dibahas pokok bahasan dan sub pokok bahasan sebagai
berikut:
Pokok bahasan 1. Kebijakan Kementerian Kesehatan dalam Pembangunan
Kesehatan
Pokok bahasan 2. Kebijakan Promosi Kesehatan

IV. Langkah-Langkah Kegiatan Pembelajaran


Langkah 1.
Pengantar dan penjelasan tujuan pembelajaran (15 menit)
Langkah pembelajaran:
a. Fasilitator memperkenalkan diri
b. Fasilitator menjelaskan kepada peserta tentang judul pokok bahasan dan
tujuan pembelajaran umum dan khusus yang ingin dicapai
c. Fasilitator menjelaskan permasalahan kesehatan di Indonesia

Langkah 2.
Kebijakan Pembangunan Jangka Panjang Bidang Kesehatan Tahun 2005-2025
serta Rencana Pembangunan Jangka Menegah Nasional Tahun 2010-2014 (25
menit)
Langkah pembelajaran:
a. Fasilitator menjelaskan kebijakan pembangunan jangka panjang bidang
kesehatan tahun 2005-2025.
b. Fasilitator menjelaskan rencana strategi Kementerian Kesehatan tahun 2010-
2014
c. Fasilitator menjelaskan jangka panjang Fasilitator menjelaskan Visi dan Misi
Kementerian Kesehatan dalam Pembangunan Kesehatan Tahun 2010-2014
d. Fasilitator menjelaskan Strategi Kementerian Kesehatan dalam
Pembangunan
Kesehatan Tahun 2010-2014
Langkah 3.
Kebijakan dan Peran promosi kesehatan dalam pembangunan kesehatan tahun
2010-2014 (25 menit)
Langkah pembelajaran :
a. Fasilitator melakukan curah pendapat tentang pengertian, tujuan dan sasaran
promosi kesehatan.
b. Fasilitator merangkum hasil curah pendapat tersebut selanjutnya
menyampaikan penegasan singkat melalui penayangan slide
c. Fasilitator menjelaskan visi dan misi promosi kesehatan
d. Fasilitator menjelaskan kebijakan umum promosi kesehatan
e. Fasilitator menjelaskan pentingnya peran promosi kesehatan dalam mencapai
tujuan pembangunan kesehatan

Langkah 4
Indikator kinerja utama kegiatan promosi kesehatan tahun 2010-2014 (20 menit)
Langkah pembelajaran :
a. Fasilitator menjelaskan indikator kinerja utama promosi
kesehatan b. Fasilitator menjelaskan strategi promosi kesehatan
c. Fasilitator menjelaskan kegiatan pokok promosi kesehatan
d. Fasilitator memberikan kesempatan pada peserta untuk menyampaikan
materi yang kurang dipahami.
e. Fasilitator menyampaikan tanggapan terhadap pertanyaan atau klarifikasi
yang disampaikan oleh peserta latih.

Langkah 5
Kesimpulan (10 menit)
a. Fasilitator mengajak peserta untuk mereview hal-hal penting yang ada dalam
pokok bahasan ini.
b. Pada akhir sesi, fasilitator mengucapkan kata-kata yang membangun
semangat serta harapan agar peserta dapat mengikuti pelatihan ini dari awal
sampai akhir dengan sebaik-baiknya dan dengan rasa senang.

V. Uraian Materi
Pokok Bahasan 1.
Kebijakan Kementerian Kesehatan dalam Pembangunan Kesehatan

A. Latar Belakang
Status kesehatan masyarakat di Indonesia telah mengalami peningkatan, hal
ini terlihat dari menurunnya angka kematian ibu, angka kematian bayi, status
gizi anak balita serta meningkatnya umur harapan hidup. Meskipun demikian
upaya meningkatkan status kesehatan masyarakat ini perlu terus
dioptimalkan. Hal
ini disebabkan masih banyaknya permasalahan kesehatan masyarakat
lainnya di Indonesia yang memerlukan perhatian khusus dan harus
diwaspadai, yaitu pengendalian penyakit tidak menular atau penyakit
degeneratif seperti : penyakit jantung, diabetes militus, kanker, dll, juga penyakit
menular, sperti: diare, demam berdarah, TB, malaria, HIV-AIDS, serta penyakit
baru, seperti: flu burung, H1N1, lupus, dll dan penyakit akibat bencana.

Salah satu penyebab utamanya adalah perilaku masyarakat yang belum


mampu menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat. Sehubungan dengan itu
arah pembangunan kesehatan nasional jangka panjang adalah meningkatkan
kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar
peningkatan derajad kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya dapat
terwujud.

B. Kebijakan Pembangunan Jangka Panjang Bidang Kesehatan Tahun 2005-


2025
Kebijakan pembangunan jangka panjang bidang kesehatan tahun 2005-2025,
diarahkan pada upaya terwujudnya ” Indonesia Sehat Tahun 2025”

Visi Indonesia Sehat Tahun 2025 adalah


:
Tercapainya hak hidup sehat bagi seluruh lapisan masyarakat melalui sistem
kesehatan yang dapat menjamin hidup dalam lingkungan yang sehat, perilaku
masyarakat proaktif memelihara kesehatannya serta mampu akses dalam
pelayanan kesehatan yang bermutu.

Misi Indonesia Sehat Tahun 2025


adalah:
1. Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan
2. Mendorong kemandirian masyarakat untuk hidup sehat
3. Memelihara dan meningkatkan upaya kesehatan yang bermutu, merata dan
terjangkau
4. Meningkatkan dan mendayagunakan sumberdaya kesehatan

Pentahapan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Bidang Kesehatan


tahun
2005-2025 adalah sebagai berikut:
1. RPJMN 1: 2005-2009 Fokus pada meningkatkan akses dan mutu
pelayanan kesehatan.
2. RPJMN 2: 2010-2014 Fokus pada pencapaian Millenium Development
Goals (MDGs) dan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan
yang berkualitas.
3. RPJMN 3: 2015-2019 Fokus pada peningkatan akses masyarakat terhadap
pelayanan kesehatan berkualitas semakin mantap
4. RPJMN 4: 2020-2025 Fokus pada akses masyarakat terhadap pelayanan
kesehatan berkualitas merata di seluruh Indonesia.

C. Rencana Strategi Pembangunan Jangka Menegah Nasional Tahun 2010-


2014
1. Arah pembangunan kesehatan nasional tahun 2010-2014, adalah
meningkatnya kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi
setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya
dapat terwujud. Dasar pembangunan kesehatan adalah perikemanusiaan,
pemberdayaan dan kemandirian, adil dan merata, pengutamaan dan
manfaat dengan perhatian khusus pada penduduk rentan (ibu, bayi, anak,
manula dan keluarga miskin).

2. Visi pembangunan kesehatan nasional tahun 2010-2014 adalah: “Masyarakat


Sehat yang mandiri dan Berkeadilan”

3. Misi pembangunan kesehatan nasional adalah :


a. Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, melalui pemberdayaan
masyarakat, termasuk swasta dan masyarakat madani.
b. Melindungi kesehatan masyarakat dengan menjamin tersedianya upaya
kesehatan yang paripurna, merata, bermutu, dan berkeadilan.
c. Menjamin ketersediaan dan pemerataan sumberdaya kesehatan.
d. Menciptakan tata kelola kepemerintahan yang baik.

4. Tujuan adalah :
Terselenggaranya pembangunan kesehatan yang berhasil dan berdaya guna
dalam mencapai derajad kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.

Guna mewujudkan visi, misi serta tujuan tersebut diatas, Kementerian


Kesehatan menganut dan menjunjung tinggi nilai-nilai yaitu:
a. Pro-rakyat artinya dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan
selalu mendahulukan kepentingan rakyat dan harus mengasilkan yang
terbaik untuk rakyat, tanpa membeda-bedakan suku, golongan,
agama dan status sosial ekonomi.
b. Inklusif artinya semua program pembangunan kesehatan harus
melibatkan semua pihak dan seluruh komponen masyarakat yakni
lintas sektor, organisasi profesi, organisasi masyarakat,
pengusaha/dunia usaha maupun masyarakat madani semuanya harus
berpartisipasi aktif.
c. Responsif artinya program kesehatan harulah sesuai dengan kebutuhan
dan keinginan rakyat serta tanggap dalam mengatasi permasalahan di
daerah sesuai dengan situasi setempat.
d. Efektif artinya program kesehatan harus mencapai hasil sesuai target
yang ditetapkan dan bersifat efisien.
e. Bersih artinya penyelenggaraan pembangunan kesehatan harus bebas
dari korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN), transparan dan yang dapat
di pertanggung jawabkan.

Pembangunan kesehatan tahun 2010-2014 diharapkan dapat mendukung


tercapainya tujuan MDG’s yaitu:
a. Meningkatkan umur harapan hidup dari 70,6 tahun menjadi 72 tahun
b. Menurunkan angka kematian ibu melahirkan dari 228 menjadi 118 per
100.000 kelahiran hidup
c. Menurunkan angka kematian bayi dari 34 menjadi 24 per 1000
kelahiran hidup
d. Menurunkan prevalensi kekurangan gizi (terdiri dari gizi kurang dan
gizi buruk) pada anak balita dari 18,4 persen menjadi dibawah 15,0
persen.
e. Memerangi HIV dan AIDS, malaria, dan penyakit menular lainnya

5. Strategi Kementerian Kesehatan dalam pembangunan kesehatan nasional


tahun 2010-2014 ada enam yaitu:
a. Meningkatkan pemberdayaan masyarakat, swasta dan masyarakat
madani dalam pembangunan kesehatan melalui kerjasama nasional
dan global
b. Meningkatkan pelayanan kesehatan yang merata, terjangkau, bermutu
dan berkeadilan, serta berbasis bukti, dengan pengutamaan pada
upaya promotif-preventif
c. Meningkatnya pembiayaan pembangunan kesehatan, terutama untuk
mewujudkan jaminan sosial kesehatan nasional
d. Meningkatkan pengembangan dan pemberdayaan SDM kesehatan
yang merata dan bermutu
e. Meningkatkan ketersediaan, pemerataan dan keterjangkauan obat dan
alat kesehatan serta menjamin keamanan/khasiat, kemanfaatan, dan
mutu sediaan farmasi, alat kesehatan dan makanan
f. Meningkatkan manajemen kesehatan yang akuntabel, transparant,
berdayaguna dan berhasilguna untuk memantapkan desentralisasi
kesehatan yang bertanggungjawab.
Pokok Bahasan 2.
Kebijakan dan peran promosi kesehatan dalam pembangunan kesehatan
tahun 2010-2014

A. Pengertian Promosi Kesehatan


Promosi Kesehatan adalah upaya untuk meningkatkan kemampuan
masyarakat melalui pembelajaran dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat agar
mereka dapat menolong dirinya sendiri serta mengembangkan kegiatan yang
bersumberdaya masyarakat, sesuai sosial budaya setempat dan didukung oleh
kebijakan publik yang berwawasan kesehatan (SK Menkes No.
1193/Menkes/SK/X/2004)

B. Pengertian perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) adalah:


Sekumpulan perilaku yang dipraktikkan atas dasar kesadaran sebagai hasil
pembelajaran yang menjadikan seseorang atau keluarga dapat menolong diri
sendiri di bidang kesehatan dan berperan-aktif dalam mewujudkan kesehatan
masyarakatnya

C. Visi Promosi Kesehatan


Individu, keluarga dan masyarakat Indonesia telah melaksanakan perilaku
hidup bersih dan sehat (PHBS) dalam rangka: a) mencegah timbulnya
penyakit dan masalah kesehatan lain; b) menanggulangi penyakit dan
masalah-masalah kesehatan lain dalam rangka menigkatkan derajat kesehatan;
c) memanfaatkan pelayanan kesehatan; d) mengembangkan dan
menyelenggarakan upaya kesehatan bersumber masyarakat

D. Misi Promosi Kesehatan


a. Memberdayakan individu, keluarga, kelompok-kelompok dalam
masyarakat, baik melalui pendekatan individu dan keluarga maupun
melalui pengorganisasian dan penggerakan masyarakat.
b. Membina suasana dan lingkungan yang kondusif bagi terciptanya PHBS
masyarakat.
c. Mengadvokasi para pengambil keputusan, penentu kebijakan serta pihak-
pihak lain yang berkepentingan dalam rangka: mendorong diberlakukannya
kebijakan publik berwawasan kesehatan, mengintegrasikan promosi
kesehatan khusunya pemberdayaan masyarakat dalam program-program
kesehatan, meningkatkan kemitraan antara pemerintah pusat dengan
daerah dan masyarakat termasuk LSM dan dunia usaha, meningkatkan
investasi dalam promosi kesehatan dan bidang kesehatan.
E. Tujuan Promosi Kesehatan
Tujuan Umum :
Meningkatnya PHBS individu, keluarga dan masyarakat serta berperan aktif
dalam setiap gerakan kesehatan masyarakat melalui upaya promosi
kesehatan yang terintegrasi secara lintas program, lintas sektor, swasta dan
masyarakat

Tujuan Khusus:
a. Meningkatkan komitmen pembangunan berwawasan kesehatan dari para
pengambil kebijakan dari berbagai pihak .
b. Meningkatkan kerjasama, antar masyarakat, antar kelompok, serta antar
lembaga dalam rangka pembangunan berwawasan kesehatan
c. Meningkatkan peran masyarakat termasuk swasta sebagai subjek atau
penyelenggara upaya pemberdayaan masyarakat dan promosi kesehatan
d. Meningkatkan upaya promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat
yang efektif dengan mempertimbangan kearifan lokal.
e. Meningkatkan keterpaduan pelaksanaan upaya promosi kesehatan dan
pemberdayaan masyarakat dengan seluruh program dan sektor terkait,
di pusat, provinsi dan kabupaten/kota dengan mengacu kepada rencana
strategis kementerian kesehatan

F. Kebijakan Umum Promosi Kesehatan


a. Menempatkan upaya promosi kesehatan menjadi salah satu prioritas
pembangunan kesehatan
b. Melaksanakan peningkatan akses informasi dan edukasi tentang
kesehatan yang seimbang dan bertanggungjawab
c. Memantapkan peran serta masyarakat, kelompok-kelompok potensial,
termasuk swasta dan dunia usaha dalam pembangunan kesehatan
d. Melaksanakan upaya promosi kesehatan secara holistik dan
terpadu
e. Melaksanakan peningkatan kualitas penyelenggaraan upaya promosi
kesehatan

G. Strategi Umum Promosi Kesehatan


a. Memperkuat sistem, kelembagaan dan penganggaran serta sarana promosi
kesehatan ditingkat pusat, provinsi dan kabupaten/kota
b. Mengupayakan terbitnya peraturan perundangan dibidang promosi kesehatan
dan pemberdayaan masyarakat
c. Meningkatkan advokasi, sosialisasi dan komitmen politis di semua tingkatan
d. Meningkatan akses informasi dan edukasi tentang kesehatan yang
seimbang
dan bertanggungjawab
e. Meningkatkan kemitraan dengan lintas sektor terkait, swasta/dunia usaha,
dan Ormas/ LSM
f. Menumbuhkan partisipasi dan peran serta individu, keluarga, dan
masyarakat dalam upaya kesehatan
g. Memadukan upaya promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat
dalam setiap upaya pencegahan penyakit, peningkatan KIA dan Gizi dan
peningkatan akses ke pelayanan kesehatan
h. Melakukan riset dan pengembangan upaya promosi kesehatan dan
pemberdayaan masyarakat
i. Melaksanakan pemantauan dan evaluasi untuk kemajuan upaya promosi
kesehatan dan pemberdayaan masyarakat

H. Peran Promosi Kesehatan dalam pencapaian tujuan pembangunan


kesehatan nasional
Peran promosi kesehatan sangat penting dalam mewujudkan visi, misi dan
strategi pembangunan kesehatan nasional terutama di bidang pemberdayaan
masyarakat, membangun suasana yang kondusif untuk hidup sehat, serta
pengembangan kebijakan publik berwawasan kesehatan di berbagai jenjang
administrasi.

I. Kegiatan pokok promosi kesehatan


a. Mengembangkan, menjabarkan dan mengimplementasikan Kebijakan,
Pedoman dan Standar Promosi Kesehatan
b. Memperjuangkan anggaran promosi kesehatan
c. Mengembangkan sumber daya dan organisasi promosi
kesehatan
d. Mengembangkan dan meningkatkan kapasitas sumber daya manusia promosi
kesehatan
e. Menyusun arah kebijakan dan strategi promosi
kesehatan
f. Mengkaji metode dan teknik promosi kesehatan yang efektif untuk
pengembangan model promosi kesehatan.
g. Mengkoordinasikan dan mengelola pelaksanaan promosi kesehatan
antara pusat dan daerah
h. Menggalang kemitraan dengan berbagai mitra internasional/ regional/
nasional dalam mengembangkan promosi kesehatan.
i. Melaksanakan kampanye kesehatan
j. Mendayagunakan data dan informasi dalam perencanaan, pencatatan dan
pelaporan serta sistem informasi
k. Melaksanakan bimbingan, supervisi, fasilitasi, monitoring dan evaluasi
pelaksanaan program Promosi Kesehatan

J. Program Promosi Kesehatan diprioritaskan pada :


a. PHBS di Rumah
Tangga
PHBS di Rumah Tangga adalah upaya untuk memberdayakan anggota rumah
Tangga agar tahu, mau dan mampu mempraktikkan PHBS serta berperan
aktif dalam gerakan kesehatan di masyarakat.
Indikator PHBS di Rumah Tangga adalah
:
1) Persalinan ditolong oleh tenaga
kesehatan
2) Memberi bayi ASI
Eksklusif
3) Menimbang bayi dan balita setiap
bulan
4) Mencuci tangan dengan air bersih dan
sabun
5) Menggunakan air bersih
6) Menggunakan jamban sehat
7) Memberantas jentik di rumah
8) Makan sayur dan buah setiap
hari
9) Melakukan aktivitas fisik setiap
hari
10) Tidak merokok didalam
rumah.

b. PHBS di Sekolah
PHBS di sekolah adalah upaya meningkatkan kemampuan peserta didik,
guru dan masyarakat lingkungan sekolah agar mandiri dalam mencegah
penyakit, memelihara kesehatan, menciptakan dan memelihara
lingkungan sehat, terciptanya kebijakan sekolah sehat serta berperan aktif
dalam meningkatkan kesehatan masyarakat sekitarnya.
Indikator PHBS di Sekolah adalah:
1) Mencuci tangan dengan air bersih mengalir dan
sabun
2) Mengkonsumsi jajanan di warung/ kantin
sekolah
3) Menggunakan jamban yang bersih dan
sehat
4) Olahraga yang teratur dan
terukur
5) Memberantas jentik nyamuk
6) Tidak merokok
7) Menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan setiap
bulan
8) Membuang sampah pada
tempatnya

c. PHBS di Institusi Kesehatan


PHBS di institusi kesehatan merupakan upaya untuk memberdayakan
pasien, masyarakat pengunjung dan petugas agar tahu, mau dan mampu
untuk mempraktikkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat serta berperan aktif
dalam mewujudkan Institusi Kesehatan yang sehat dan mencegah
penularan penyakit di institusi kesehatan.
Indikator PHBS di Institusi Kesehatan adalah:
1) Menggunakan air bersih
2) Menggunakan jamban
3) Membuang sampah pada
tempatnya
4) Tidak merokok di Institusi Kesehatan
5) Tidak meludah sembarangan
6) Memberantas jentik nyamuk

d. PHBS di Tempat-tempat Umum


PHBS di Tempat-tempat Umum merupakan upaya untuk memberdayakan
masyarakat pengunjung dan pengelola tempat-tempat umum agar tahu,
mau dan mampu untuk mempraktikkan PHBS dan berperan aktif dalam
mewujudkan Tempat-tempat umum yang Sehat.
Indikator PHBS di Tempat-tempat Umum
adalah:
1) Menggunakan air bersih
2) Menggunakan jamban
3) Membuang sampah pada
tempatnya
4) Tidak merokok di tempat umum
5) Tidak meludah sembarangan
6) Memberantas jentik nyamuk

e. PHBS di di Tempat Kerja


PHBS di tempat kerja merupakan upaya untuk memberdayakan para
pekerja agar tau, mau dan mampu mempraktikkan perilaku hidup bersih
dan sehat serta berperan aktif dalam mewujudkan Tempat Kerja Sehat.
Indikator PHBS di Tempat
Kerja
1) Tidak merokok di Tempat
Kerja
2) Membeli dan mengkonsumsi makanan dari tempat
kerja
3) Melakukan oleh raga/ aktivitas fisik secara
teratur
4) Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun sebelum makan dan
sesudah buang air besar atau buang air kecil
5) Memberantas jentik nyamuk di tempat
kerja
6) Menggunakan air bersih
7) Menggunakan jamban saat buang air kecil dan buang air
besar
8) Membuang sampah pada
tempatnya
9) Menggunakan alat pelindung diri (APD) sesuai jenis pekerjaannya.

f. Promosi Kesehatan di Rumah Sakit (PKRS)


PKRS adalah upaya rumah sakit meningkatkan perilaku petugas rumah
sakit, klien, kelompok-kelompok masyarakat dan pasien beserta
keluarganya agar pasien dapat mandiri dalam mempercepat
kesembuhannya dan rehabilitasinya, selanjutnya klien dan kelompok-
kelompok masyarakat dapat mandiri dalam meningkatkan kesehatannya,
mencegah masalah kesehatan dan mengembangkan upaya bersumberdaya
masyarakat melalui pembelajaran dari oleh dan bersama mereka sesuai sosial
budata mereka dan didukung oleh kebijakan publik berwawasan kesehatan
Kegiatan PKRS adalah melakukan penyebarluasan informasi kesehatan
atau komunikasi informasi dan edukasi kesehatan di dalam dan di luar
gedung.

g. Desa dan Kelurahan Siaga Aktif


Desa dan Kelurahan Siaga Aktif adalah desa dan kelurahan
yang:
1) Penduduknya dapat mengakses dengan mudah pelayanan
kesehatan dasar melalui Pos Kesehatan Desa (Poskesdes) atau
sarana kesehatan lain yang ada di wilayahnya dan yang
memberikan pelayanan setiap hari.
2) Memiliki upaya kesehatan bersumberdaya masyarakat (UKBM)
yang melaksanakan upaya survailans berbasis masyarakat
(pemantauan penyakit, kesehatan ibu dan anak, gizi, lingkungan,
dan perilaku), penanggulangan bencana dan kegawatdaruratan
kesehatan, serta penyehatan lingkungan.

Berdasarkan pengertian tersebut di atas maka Desa dan kelurahan


Siaga Aktif memiliki komponen (1) Pelayanan kesehatan dasar, (2)
UKBM yang melaksanakan survailans berbasis masyarakat,
penanggulangan kedaruratan kesehatan dan bencana, penyehatan
lingkungan, serta (3) Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).

Kriteria dan pentahapan pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga


Aktif adalah sebagai berikut.
1). Desa dan Kelurahan Siaga Aktif Pratama, yaitu desa/kelurahan
yang:
• Sudah memiliki Forum Masyarakat Desa/Kelurahan, tetapi
belum berjalan.
• Sudah memiliki Kader Pemberdayaan Masyarakat/kader teknis
Desa/ Kelurahan Siaga Aktif minimal 2
orang.
• Sudah ada kemudahan akses masyarakat terhadap
pelayanan kesehatan dasar yang memberikan pelayanan setiap
hari.
• Sudah memiliki Posyandu, tetapi UKBM lainnya tidak aktif.
• Sudah ada dana untuk pengembangan Desa/Kelurahan Siaga
Aktif dalam anggaran pembangunan desa atau kelurahan tetapi
belum ada sumber dana lainnya.
• Ada peran aktif dari masyarakat namun belum ada peran
aktif organisasi kemasyarakatan dalam kegiatan
Desa/Kelurahan Siaga Aktif.
• Belum memiliki peraturan di tingkat desa atau kelurahan
yang melandasi dan mengatur pengembangan
Desa/Kelurahan Siaga Aktif.
• Pembinaan PHBS kurang dari 20 persen pada rumah tangga
di desa/kelurahan
2). Desa dan Kelurahan Siaga Aktif Madya, yaitu desa/kelurahan yang:
• Sudah memiliki Forum Masyarakat Desa dan Kelurahan yang
berjalan, tetapi belum secara rutin setiap tri-wulan
• Sudah memiliki Kader Pemberdayaan Masyarakat/kader teknis Desa
dan Kelurahan Siaga Aktif antara tiga sampai lima Orang.
• Sudah ada kemudahan akses masyarakat terhadap pelayanan
kesehatan dasar yang memberikan pelayanan setiap hari.
• Sudah memiliki Posyandu dan 2 (dua) UKBM lainnya yang aktif.
• Sudah mengakomodasi dana untuk pengembangan Desa dan
Kelurahan Siaga Aktif dalam anggaran pembangunan desa atau
kelurahan serta satu sumber dana lainnya baik dari masyarakat
ataupun dunia usaha.
• Sudah ada peran aktif masyarakat dan peran aktif dari satu ormas
dalam kegiatan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif.
• Sudah memiliki peraturan di tingkat desa atau kelurahan yang
melandasi dan mengatur pengembangan Desa dan Kelurahan
Siaga Aktif, tetapi belum direalisasikan.
• Minimal 20 persen rumah tangga di Desa dan Kelurahan
mendapat pembinaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).

3). Desa dan Kelurahan Siaga Aktif Purnama, yaitu desa dan
kelurahan yang:
• Sudah memiliki Forum Masyarakat Desa dan Kelurahan yang
berjalan secara rutin, setiap tri-wulan.
• Sudah memiliki Kader Pemberdayaan Masyarakat/kader teknis Desa
dan Kelurahan Siaga Aktif antara enam sampai delapan orang.
• Sudah ada kemudahan akses masyarakat terhadap pelayanan
kesehatan dasar yang memberikan pelayanan setiap hari.
• Sudah memiliki Posyandu dan 3 (tiga) UKBM lainnya yang aktif.
• Sudah mengakomodasi dana untuk pengembangan Desa dan
Kelurahan Siaga Aktif dalam anggaran pembangunan desa atau
kelurahan serta mendapat dukungan dana dari masyarakat dan
dunia usaha.
• Sudah ada peran aktif masyarakat dan peran aktif dari dua ormas
dalam kegiatan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif.
• Sudah memiliki peraturan formal (tertulis) di tingkat desa atau
kelurahan yang melandasi dan mengatur pengembangan Desa/
Kelurahan Siaga Aktif.
• Minimal 40 persen rumah tangga di Desa dan Kelurahan
mendapat pembinaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).
4). Desa dan Kelurahan Siaga Aktif Mandiri, yaitu desa/kelurahan yang:
• Sudah memiliki Forum Masyarakat Desa/Kelurahan yang berjalan
secara rutin setiap bulan.
• Sudah memiliki Kader Pemberdayaan Masyarakat/kader teknis
Desa/ Kelurahan Siaga Aktif lebih dari sembilan orang.
• Sudah ada kemudahan akses masyarakat terhadap pelayanan
kesehatan dasar yang memberikan pelayanan setiap hari.
• Sudah memiliki Posyandu dan lebih dari 4 (empat) UKBM
lainnya yang aktif dan berjejaring.
• Sudah mengakomodasi dana untuk pengembangan Desa dan
Kelurahan Siaga Aktif dalam anggaran pembangunan desa atau
kelurahan serta mendapat dukungan dana dari masyarakat dan
dunia usaha.
• Sudah ada peran aktif masyarakat dan peran aktif lebih dari dua
ormas dalam kegiatan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif.
• Sudah memiliki peraturan formal (tertulis) di tingkat desa atau
kelurahan yang melandasi dan mengatur pengembangan Desa/
Kelurahan Siaga Aktif.
• Minimal 70 persen rumah tangga di Desa dan Kelurahan
mendapat pembinaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).

Dalam bentuk matriks, pentahapan perkembangan Desa/Kelurahan


Siaga Aktif tersebut di atas dapat digambarkan sebagai berikut.

K. Indikator Kinerja Utama Promosi Kesehatan tahun 2010-2014


Indikator kinerja utama promosi kesehatan tahun 2010-2014 adalah:
1. Secara umum adalah meningkatnya pelaksanaan pemberdayaan dan
promosi kesehatan kepada masyarakat tahun 2014.
2. Secara khusus adalah :

KRITERIA PRATAMA MADYA PURNAMA MANDIR

1. Forum Desa / Ada, tetapi Berjalan, tetapi Berjalan Berjalan


Kelurahan belum berjalan belum rutin setiap setiap Tri-wulan setiap bulan
tri-wulan

2. KPM/Kader Sudah ada Sudah ada 3-5 orang Sudah ada 6-8 orang Sudah ada 9
minimal 2 orang orang atau l

3. kemudahan Ya Ya Ya Ya
Akses
Pelayanan
Kesehatan
Dasar

4. Posyandu & Posyandu ya, Posyandu & Posyandu & Posyandu &
UKBM lainnya UKBM lainnya 2 UKBM lainnya 3 UKBM lainnya 4 UKBM lai
aktif tidak aktif aktif aktif aktif
KRITERIA PRATAMA MADYA PURNAMA MAND

5. Dukungan Sudah ada Sudah ada dana dari Sudah ada dana dari Sudah ada
dana untuk dana dari pemerintah desa dan pemerintah desa dan pemerintah
kegiatan pemerintah desa kelurahan serta satu kelurahan serta satu kelurahan s
kesehatan dan kelurahan sumber dana lainnya sumber dana lainnya sumber dan
di Desa dan serta belum ada
kelurahan sumber dana
- Pemerintah lainnya
desa dan
kelurahan
- Masyarakat
- Dunia usaha

6. Peran serta Ada peran aktif Ada peran aktif Ada peran aktif Ada peran
masyarakat masyarakat dan tidak masyarakat dan tidak masyarakat dan tidak masyarakat
dan Organisasi ada peran aktif ormas ada peran aktif ormas ada peran aktif ormas ada peran
kemasyarakat-
an

7. Peraturan Belum ada Ada, belum Ada, belum Ada, belum


Kepala Desa direalisasikan direalisasikan direalisasik
atau peraturan
Bupati/
Walikota

8. Pembinaan Pembinaan Pembinaan Pembinaan Pembinaan


PHBS Rumah PHBS kurang PHBS minimal PHBS minimal PHBS mini
Tangga dari 20 % rumah 20 % rumah 40 % rumah 70 % ruma
tangga yang ada tangga yang ada tangga yang ada tangga yan

a. Persentase rumah tangga yang melaksanakan Perilaku Hidup Bersih


dan Sehat (PHBS) sebesar 70%;
b. Persentase desa dan kelurahan siaga aktif sebesar 70 %;
c. Jumlah poskesdes yang dikembangkan dan beroperasi adalah 58.500
buah poskesdes

L. Penutup
Peran promosi kesehatan dalam mendukung visi dan misi pembangunan
kesesehatan menuju “Masyarakat Hidup Sehat secara Mandiri” sangat penting.
Keberhasilan pencapaian tujuan pembangunan kesehatan, sangat ditentukan
oleh kegiatan promosi kesehatan. Ruang lingkup kegiatan promosi kesehatan
sangat luas meliputi komunikasi informasi dan edukasi (KIE), advokasi, bina
suasana, gerakan pemberdayaan masyarakat, membangun jejaring kemitraan,
pendukung tercapainya cakupan semua program pelayanan kesehatan, meliputi
promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif.
MATERI DASAR 3
JABATAN FUNGSIONAL
PENYULUH KESEHATAN MASYARAKAT

I. Deskripsi Singkat
Dalam mendukung tercapainya tujuan pembangunan kesehatan nasional Pemerintah
bertanggung jawab atas ketersediaan sumber daya di bidang kesehatan yang
adil dan merata bagi seluruh masyarakat, ketersediaan akses terhadap
informasi, edukasi, dan fasilitas pelayanan kesehatan, serta memberdayakan dan
mendorong peran aktif masyarakat dalam segala bentuk upaya kesehatan untuk
meningkatkan dan memelihara derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Hal ini
dimanatkan dalam Undang-Undang Kesehatan No. 36 tahun 2009 pasal 16, 17
dan 18, selanjutnya pasal 62 ayat 1 bahwa Peningkatan kesehatan merupakan
segala bentuk upaya yang dilakukan oleh Pemerintah, pemerintah
daerah, dan/atau masyarakat untuk mengoptimalkan kesehatan melalui
kegiatan penyuluhan, penyebarluasan informasi,atau kegiatan lain untuk
menunjang tercapainya hidup sehat. Mengacu pada ketentuan tersebut maka
salah satu strategi Kementerian Kesehatan RI adalah meningkatkan pengembangan
dan pemberdayaan SDM kesehatan yang merata dan bermutu. Salah satu jenis
SDM Kesehatan yang bermutu dan bersifat profesional adalah Pejabat Penyuluh
Kesehatan Masyarakat (PKM).

Keberadaan Pejabat Fungsional PKM telah ditetapkan serta diatur dalam


Keputusan Menteri Negara PAN No. 58/Kep/Men.PAN/8/2000. Secara
umum Jabatan Fungsional PKM merupakan tenaga yang mempunyai kemampuan
dalam melakukan kegiatan penyuluhan kesehatan masyarakat atau promosi
kesehatan yang meliputi pelaksanaan kegiatan advokasi, pembinaan suasana
dan gerakan pemberdayaan masyarakat melakukan penyebarluasan informasi,
membuat rancangan media, melakukan pengkajian/penelitian perilaku
masyarakat yang berhubungan dengan kesehatan, merencanakan intervensi
dalam rangka mengembangkan perilaku masyarakat yang mendukung
kesehatan serta mengembangkan kemampuan dan keterampilan perorangan.

Ada dua jenis Pejabat Fungsional PKM yaitu Penjabat Fungsional PKM Ahli dan
Pejabat Fungsional PKM Terampil. Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli adalah
Jabatan Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat yang pelaksanaan tugasnya
meliputi kegiatan yang berkaitan dengan pengembangan pengetahuan,
penerapan konsep dan teori, ilmu dan seni untuk pemecahan masalah dan proses
pembelajaran dengan cara yang sistematis di bidang Penyuluh Kesehatan
Masyarakat dalam mendukung
upaya pemberdayaan masyarakat dan promosi kesehatan. Sedangkan Penyuluh
Kesehatan Masyarakat Terampil adalah Jabatan Fungsional Penyuluh Kesehatan
Masyarakat yang pelaksanaan tugasnya meliputi kegiatan teknis operasional
yang bersifat keterampilan di bidang Penyuluh Kesehatan Masyarakat dalam
mendukung upaya pemberdayaan masyarakat dan promosi kesehatan.

II. Tujuan Pembelajaran


A. Tujuan Pembelajaran Umum:
Setelah mengikuti materi, peserta mampu memahami jabatan fungsional Penyuluh
Kesehatan Masyarakat.

B. Tujuan Pembelajaran
Khusus:
Setelah mengikuti materi, peserta mampu menjelaskan:
1. Kebijakan jabatan fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat
2. Jabatan Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat dan kedudukannya.

III. Pokok Bahasan dan Sub Pokok Bahasan


Dalam modul ini akan dibahas pokok bahasan dan sub pokok bahasan
berikut:

Pokok bahasan 1. Kebijakan jabatan fungsional Penyuluh Kesehatan


Masyarakat
Pokok bahasan 2. Jabatan fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat dan
Kedudukannya
Sub pokok bahasan:
a. Pengertian
b. Tugas Pokok
c. Jenjang Jabatan dan Pangkat
d. Hak dan kewajiban
e. Keuntungan menjadi pemangku jabatan fungsional
f. Persyaratan pengangkatan, pemberhentian, kenaikan jenjang
g. Butir kegiatan Penyuluh Kesehatan Masyarakat

IV. Langkah-Langkah Kegiatan Pembelajaran


Langkah-langkah kegiatan pembelajaran ini menguraikan tentang kegiatan
fasilitator dan peserta dalam proses pembelajaran selama sesi ini berlangsung (2
Jpl: 2 x 45 menit = 90 menit), adalah sebagai berikut:

Langkah 1.
Pengkondisian (10 menit)
Langkah pembelajaran:
a. Fasilitator menyapa peserta dengan ramah dan hangat. Apabila belum
pernah menyampaikan sesi di kelas, mulailah dengan perkenalan.
Perkenalkan diri
dengan menyebutkan nama lengkap, instansi tempat bekerja dan materi
yang akan disampaikan.
b. Menciptakan suasana nyaman dan mendorong kesiapan peserta untuk
menerima materi dengan menyepakati proses pembelajaran.
c. Dilanjutkan dengan penyampaian tujuan pembelajaran dan ruang lingkup
secara singkat mengenai materi dan pokok bahasan ini.
d. Fasilitator menyampaikan secara singkat tentang pentingnya fungsi Jabatan
Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat dalam mendukung tujuan
pembangunan kesehatan.

Langkah 2.
Penyampaian dan pembahasan pokok bahasan 1. Kebijakan Jabatan Fungsional
Penyuluh Kesehatan Masyarakat (10 menit).
Langkah pembelajaran:
a. Fasilitator melakukan curah pendapat dengan mengajukan beberapa
pertanyaan kepada peserta untuk mengukur pemahaman peserta tentang
kebijakan jabatan fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat.
b. Fasilitator menulis semua jawaban peserta, kemudian menyampaikan
paparan materi Kebijakan Jabatan Fungsional Penyuluh Kesehatan
Masyarakat.

Langkah 3.
Penyampaian dan pembahasan pokok bahasan 2. Jabatan Fungsional Penyuluh
Kesehatan Masyarakat dan Kedudukannya (60 menit).
Langkah pembelajaran:
a. Fasilitator melakukan curah pendapat dengan mengajukan beberapa
pertanyaan kepada peserta untuk mengukur pemahaman peserta tentang
jabatan fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat dan kedudukannya.
b. Fasilitator mencatat semua pendapat peserta pada kertas flipchart,
selanjutnya merangkum dan menyampaikan paparan materi Jabatan
Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat dan Kedudukannya sesuai
urutan sub pokok bahasan dengan menggunakan bahan tayang.
c. Fasilitator memberikan kesempatan peserta untuk bertanya atau
menyampaikan klarifikasi, kemudian fasilitator menyampaikan jawaban atau
tanggapan yang sesuai.

Langkah 4.
Rangkuman dan kesimpulan (10 menit)
Langkah pembelajaran:
a. Fasilitator melakukan evaluasi untuk mengetahui penyerapan peserta terhadap
materi yang disampaikan dan pencapaian tujuan pembelajaran.
b. Fasilitator merangkum dan membuat kesimpulan poin-poin penting dari materi
yang disampaikan. Fasilitator melakukan kegiatan refleksi terkait dengan
proses pembelajaran sesi ini. Fasilitator menutup sesi ini, dengan memberikan
apresiasi kepada seluruh peserta.

V. Uraian Materi
Pokok Bahasan 1.
KEBIJAKAN JABATAN FUNGSIONAL PENYULUH KESEHATAN
MASYARAKAT

Dalam rangka meningkatkan upaya peningkatan pelayanan kesehatan yang


berkualitas perlu didukung sumber data manusia kesehatan yang profesional, untuk
itu Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara RI telah menetapkan 28 jabatan
fungsional kesehatan yang diberi tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak
yang penuh untuk melakukan tugas dan fungsinya sesuai dengan profesi masing-
masing. Salah satu jabatatan fungsional kesehatan adalah jabatan fungsional
Penyuluh Kesehatan Masyarakat.

Jabatan fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat ditetapkan melalui Surat


Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor
58/KEP/M.PAN/8/2000 tentang Jabatan Fungsional Penyuluh Kesehatan
Masyarakat dan Angka Kreditnya.

Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat adalah Pegawai Negeri Sipil


yang diberi tugas, tanggung jawab, wewenang, dan hak secara penuh oleh pejabat
yang berwenang untuk melakukan kegiatan Penyuluh Kesehatan Masyarakat
dalam mendukung upaya pemberdayaan masyarakat dan promosi kesehatan sesuai
dengan peraturan perundang-undangan. Jenjang jabatan fungsional Penyuluh
Kesehatan Masyarakat terdiri dari Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli dan
Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil.

Pokok Bahasan 2.
JABATAN FUNGSIONAL PENYULUH KESEHATAN MASYARAKAT DAN
KEDUDUKANNYA

A. Pengertian
• Jabatan Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat adalah jabatan
yang mempunyai ruang lingkup, tugas, tanggung jawab, dan wewenang
untuk melakukan kegiatan Penyuluh Kesehatan Masyarakat dalam
mendukung upaya pemberdayaan masyarakat dan promosi kesehatan
pada instansi pemerintah dan non pemerintah.
• Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat adalah Pegawai
Negeri Sipil yang diberi tugas, tanggung jawab, wewenang, dan hak secara
penuh oleh pejabat yang berwenang untuk melakukan kegiatan Penyuluh
Kesehatan Masyarakat dalam mendukung upaya pemberdayaan
masyarakat dan promosi kesehatan sesuai dengan peraturan perundang-
undangan.
• Penyuluhan Kesehatan Masyarakat adalah suatu upaya untuk
memberikan pengalaman belajar atau menciptakan kondisi
bagi perorangan, kelompok dan masyarakat dalam berbagai tatanan,
dengan membuka jalur komunikasi, menyediakan informasi dan
melakukan edukasi untuk meningkatkan pengetahuan sikap dan
perilaku dengan cara melakukan advokasi, pembinaan suasana dan
gerakan pemberdayaan masyarakat dengan tujuan agar masyarakat
dapat mengenali, memelihara, melindungi dan meningkatkan
kesehatannya.
• Angka Kredit adalah satuan nilai dari tiap butir kegiatan dan/atau
akumulasi nilai butir-butir kegiatan yang harus dicapai oleh Pejabat
Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat yang merupakan penilaian
prestasi kerja sebagai salah satu syarat untuk pengangkatan, kenaikan
pangkat dan/atau jabatan.

B. Tugas Pokok
Tugas pokok Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat adalah
melaksanakan kegiatan advokasi, pembinaan suasana dan gerakan
pemberdayaan masyarakat serta dilandasi oleh semangat kemitraan, melakukan
penyebarluasan informasi, membuat rancangan media, melakukan
pengkajian/penelitian perilaku masyarakat yang berhubungan dengan kesehatan,
serta merencanakan intervensi dalam rangka mengembangkan perilaku
masyarakat yang mendukung kesehatan. Tugas pokok Jabfung PKM adalah:
1. Melaksanakan kegiatan advokasi, bina suasana, dan pemberdayaan
masyarakat;
2. Melakukan penyebarluasan informasi kesehatan dalam berbagaia bentuk dan
saluaran komunikasi;
3. Membat rancanagan media, baik media cetak, elektronika maupun media
luar ruang;
4. Melakukan pengkajian/penelitian perilaku masyarakat yang berhubungan
dengan kesehatan;
5. Merencanakan intervensi dalam rangka mengembangkan perilaku
masyarakat yang mendukung kesehatan.

C. Jenjang Jabatan dan Pangkat


Jabfung PKM ada 2 jenis,
yaitu:
1. Jabfung PKM Ahli adalah Jabatan Fungsional Penyuluh Kesehatan
Masyarakat yang pelaksanaan tugasnya meliputi kegiatan yang
berkaitan dengan pengembangan pengetahuan, penerapan konsep dan
teori, ilmu dan seni untuk pemecahan masalah dan proses pembelajaran
dengan cara yang
sistematis di bidang Penyuluh Kesehatan Masyarakat dalam mendukung
upaya pemberdayaan masyarakat dan promosi kesehatan.
Jabfung PKM Ahli ada 3 jenjang:
a) PKM Pertama (Penata Muda gol III a – Penata Muda Tkt I gol III b)
b) PKM Muda (Penata gol III c – Penata Tkt I gol III d)
c) PKM Madya (Pembina gol IV a – Pembina Utama Muda gol IV c)

2. Jabfung PKM Terampil. adalah Jabatan Fungsional Penyuluh


Kesehatan Masyarakat yang pelaksanaan tugasnya meliputi kegiatan teknis
operasional yang bersifat keterampilan di bidang Penyuluh Kesehatan
Masyarakat dalam mendukung upaya pemberdayaan masyarakat dan
promosi kesehatan. Jabfung PKM Terampil ada 3 jenjang :
a) PKM Pelaksana (Pengatur muda Tkt I gol II c – Pengatur gol II d)
b) PKM Pelaksana Lanjutan (Penata Muda gol III a – Penata Muda Tkt I gol
III b)
c) PKM Penyelia (Penata golongan III c – Penata Tkt I gol III d)

D. Hak dan Kewajiban


Hak seorang Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat:
a) Memperoleh tunjuangan pejabat fungsional Penyuluh Kesehatan
Masyarakat sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
b) Memperoleh angka kredit atas pelaksanaan tugas sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.

Kewajiban seorang Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat


a) Memiliki kompetensi yang menunjang profesi
b) Berpendidikan dan lulus dari pendidikan, pelatihan tertentu yang diakui
resmi
c) Memenuhi angka kredit kumulatif baik untuk pengangkatan kedalam
jabatan ataupun kenaikan jabatan/pangkat
d) Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Penyelia, pangkat
Penata Tingkat I, golongan ruang III/d, setiap tahun sejak menduduki
pangkat dan jabatan puncak wajib mengumpulkan sekurang-kurangnya 10
(sepuluh) angka kredit dari unsur utama dan unsur penunjang.
e) Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Madya, pangkat
Pembina Utama Muda, golongan ruang IV/c, setiap tahun sejak
menduduki pangkat dan jabatan puncak wajib mengumpulkan paling
kurang 20 (dua puluh) angka kredit dari unsur utama dan unsur
penunjang.
f) Mencatat, menginventarisasi seluruh kegiatan yang dilakukan dan
mengusulan Daftar Usulan Penilaian Angka Kredit (DUPAK)
E. Keuntungan menjadi pemangku jabatan fungsional
a) Berpeluang memperoleh kepangkatan yang lebih tinggi tanpa dibatasi
oleh pendidikan yang tertinggi yang dimiliki.
b) Berpeluang memperoleh kenaikan pangkat lebih cepat.
c) Berpeluang meningkatkan profesionalisme di bidang penyuluhan kesehatan
masyarakat atau promosi kesehatan yang lebih luas
d) Berpeluang mengembangkan kreativitas lebih bebas
e) Berpeluang berkarya lebih mandiri
f) Berpeluang memperoleh tunjangan jabatang fungsional sesuai peraturan
yang ada.
g) Terbuka kesempatan untuk berpindah jalur ke jabatan struktural

F. Persyaratan pengangkatan, pemberhentian dan kenaikan jenjang


1. Pengangkatan Dalam Jabatan Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat
a. Pengangkatan Pertama
Untuk dapat diangkat dalam jabatan fungsional Penyuluh Kesehatan
Masyarakat, seorang Pegawai Negeri Sipil harus memenuhi angka
kredit kumulatif minimal yang ditentukan dan didasarkan pada
formasi yang telah ditetapkan oleh Menteri Pendayagunaan Aparatur
Negara dan Reformasi Birokrasi.
Pegawai Negeri Sipil yang diangkat untuk pertama kali dalam jabatan
Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil harus
memenuhi syarat
1) berijazah serendah-rendahnya adalah Diploma III Kesehatan/
Diploma III Promosi Kesehatan;
2) pangkat serendah-rendahnya Pengatur, golongan ruang
II/c;
3) telah mengikuti pendidikan dan pelatihan fungsional di bidang
penyuluhan kesehatan masyarakat serta memperoleh sertifikat bagi
Diploma III Kesehatan;
4) nilai prestasi kerja paling kurang bernilai baik dalam 1 (satu) tahun
terakhir; dan
5) membuat Daftar Usulan Penetapan Angka Kredit (DUPAK)
kegiatan penyuluhan kesehatan masyarakat.

Pegawai Negeri Sipil yang diangkat untuk pertama kali dalam jabatan
Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli harus memenuhi
syarat:
1) berijazah serendah-rendahnya Sarjana Kesehatan/Diploma IV
Kesehatan/Diploma IV Promosi Kesehatan;
2) pangkat serendah-rendahnya Penata Muda, golongan ruang
III/a;
3) telah mengikuti pendidikan dan pelatihan fungsional di bidang
penyuluhan kesehatan masyarakat dan memperoleh sertifikat
bagi Sarjana Kesehatan/Diploma IV Kesehatan;
4) nilai prestasi kerja paling kurang bernilai baik dalam 1 (satu) tahun
terakhir; dan
5) membuat Daftar Usulan Penetapan Angka Kredit (DUPAK)
kegiatan penyuluhan kesehatan masyarakat sesuai dengan Pasal
10 ayat (2)

Pengangkatan pertama sebagaimana dimaksud diatas merupakan


pengangkatan sesuai dengan lowongan formasi dari Calon Pegawai
Negeri Sipil.

Calon Pegawai Negeri Sipil dengan formasi jabatan Penyuluh Kesehatan


Masyarakat setelah ditetapkan sebagai Pegawai Negeri Sipil paling
lama 1 (satu) tahun harus diangkat dalam jabatan fungsional
Penyuluh Kesehatan Masyarakat dengan memenuhi persyaratan
sebagaimana dimaksud diatas.

Pegawai Negeri Sipil yang telah mengikuti pendidikan dan pelatihan


fungsional di bidang penyuluhan kesehatan masyarakat dan
memperoleh sertifikat paling lama 1 (satu) tahun harus diangkat
dalam jabatan fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat.

b. Pengangkatan PNS dari Jabatan lain kedalam Jabatan Fungsional


Penyuluh Kesehatan Masyarakat dapat dilakukan selama memenuhi
persyaratan seperti pengangkatan pertama ke dalam Jabatan
Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat sesuai dengan jenjang
jabatan, tersedia formasi, memiliki pengalaman dibidang
pemberdayaan masyarakat dan promosi kesehatan minimal 1 (satu)
tahun dan usia paling tinggi 50 (lima puluh) tahun serta memiliki
nilai prestasi paling kurang bernilai baik dalam 1 (satu) tahun terakhir.

c. Pengangkatan Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat


Terampil menjadi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan
Masyarakat Ahli, apabila memenuhi persyaratan:
1) Tersedia formasi untuk Jabatan Fungsional Penyuluh
Ahli;
2) Ijazah yang dimiliki sesuai dengan kualifikasi yang ditentukan
untuk
Jabatan Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli;
3) Telah mengikuti dan lulus pendidikan dan pelatihan Penjenjangan
Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli; dan
4) Memenuhi jumlah angka kredit kumulatif yang
ditentukan.
2. Pemberhentian dari Jabatan Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat
Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat diberhentikan dari
jabatannya, apabila:
a. Dalam jangka waktu 1 (satu) tahun sejak dibebaskan sementara
dari jabatannya, tidak dapat mengumpulkan angka kredit yang telah
ditentukan untuk kenaikan jabatan/pangkat setingkat lebih tinggi.
b. Apabila dijatuhi hukuman disiplin tingkat berat dan telah mempunyai
kekuatan hukum yang tetap, kecuali hukuman disiplin penurunan
pangkat dan penurunan jabatan

3. Kenaikan Jenjang Jabatan dan Pangkat Penyuluh Kesehatan Masyarakat


Kenaikan jenjang Jabatan Penyuluh Kesehatan Masyarakat dapat
dipertimbangkan apabila:
a. Sekurang-kurangnya telah 1 (satu) tahun dalam jabatan terakhir;
b. Memenuhi angka kredit kumulatif paling rendah, sekurang-kurangnya
80% berasal dari unsur utama, tidak termasuk unsur pendudukan dan
sebanyak-banyaknya 20% berasal dari unsur penunjang
c. Setiap unsur penilaian nilai prestasi kerja sekurang-kurangnya bernilai
baik dalam 1 (satu) tahun terakhir.
Kenaikan pangkat Pejabat Peyuluh Kesehatan Masyarakat dapat
dipertimbangkan apabila :
(1) Sekurang-kurangnya telah 2 (dua) tahun dalam jabatan terakhir;
(2) Memenuhi angka kredit kumulatif paling rendah, sekurang-kurangnya
80% berasal dari unsur utama, tidak termasuk unsur pendudukan dan
sebanyak-banyaknya 20% berasal dari unsur penunjang\
(3) Setiap unsur penilaian nilai prestasi kerja sekurang-kurangnya bernilai
baik dalam 2 (dua) tahun terakhir.

G. Butir Kegiatan Penyuluh Kesehatan Masyarakat Unsur dan sub unsur kegiatan
Jabatan Penyuluh Kesehatan Masyarakat
1. Pendidikan, meliputi:
a. Pendidikan sekolah dan memperoleh ijazah/gelar;
b. Pendidikan dan pelatihan fungsional dibidang pemberdayaan masyarakat
dan promosi kesehatan serta memperoleh Surat Tanda Tamat
Pendidikan dan Pelatihan (STTPP) atau sertifikat.

2. Penyuluhan Kesehatan Masyarakat, meliputi:


a. Mempersiapkan kegiatan penyuluhan kesehatan masyarakat dalam upaya
pemberdayaan masyarakat dan promosi kesehatan;
b. Melaksanakan advokasi kesehatan;
c. Menggalang dukungan sosial/bina suasana; dan
d. Melaksanakan penyuluhan kesehatan meyarakat dalam upaya pemberdayaan
masyarakat dan promosi kesehatan yang dilandasi semangat kemitraan.

3. Pengembangan Penyuluhan Kesehatan Masyarakat, meliputi :


a. Menyusun Rencana Jangka Panjang/Pendek;
b. Menyusun Pedoman Penyuluhan Kesehatan Masyarakat;
c. Merumuskan kebijakan Pengembangan Penyuluhan Masyarakat; dan
d. Mengembangkan metode penyuluhan kesehatan masyarakat.

4. Pengembangan Profesi, meliputi:


a. Membuat karya tulis/karya ilmiah di bidang pemberdayaan masyarakat
dan promosi kesehatan;
b. Menterjemahkan/menyadur buku dan bahan-bahan lain di bidang
pemberdayaan masyarakat dan promosi kesehatan;

c. Membuat buku pedoman/petunjuk teknis di bidang pemberdayaan


masyarakat dan promosi kesehatan; dan
d. Mengembangkan teknologi tepat guna di bidang pemberdayaan
masyarakat dan promosi kesehatan.

5. Penunjang kegiatan penyuluhan kesehatan masyarakat, meliputi:


a. Mengajar atau melatih yang berkaitan dengan bidang pemberdayaan
masyarakat dan promosi kesehatan;
b. Mengikuti seminar/lokakarya di bidang pemberdayaan masyarakat dan
promosi kesehatan;
c. Menjadi anggota tim penilai jabatan fungsional penyuluhan kesehatan
masyarakat;
d. Memperoleh tanda penghargaan/tanda jasa;
e. Menjadi anggota organisasi profesi bidang pemberdayaan masyarakat dan
promosi kesehatan;
f. Memperoleh gelar kesarjanaan lainnya; dan
g. Menjadi anggota tim penilai karya-karya yang berkaitan dengan advokasi,
penggalangan dukungan sosial, pemberdayaan masyarakat di bidang
pemberdayaan masyarakat dan promosi kesehatan.

VI. Referensi
• Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 58/KEP/MEN.
PAN/8/2000 tentang Jabatan Fungsional Penyuluh Kesehatan dan Angka
Kreditnya
MATERI DASAR 4
ETIKA PROFESI PENYULUH KESEHATAN MASYARAKAT
/PROMOTOR DAN PENDIDIK KESEHATAN

I. Deskripsi Singkat
Pejabat Fungsional (Jabfung) PKM berdasarkan Keputusan Menteri Pendayagunaan
Aparatur Negara Nomor 58/KEP/M.PAN/8/2000, mempunyai tugas melaksanakan
pemberdayaan masyarakat dan promosi kesehatan serta menjalankan fungsi
sebagai agen perubahan perilaku.

Tenaga promotor dan pendidik kesehatan adalah seseorang yang memiliki


keahlian dan atau ketrampilan dalam promosi kesehatan/pendidikan/penyuluhan
kesehatan yang diperoleh melalui pendidikan formal yang diakui oleh Perkumpulan
Promosi dan Pendidikan Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya di singkat
Perkumpulan PPKMI.

Dalam menjalankan perannya Pejabat Fungsional PKM/Promotor dan Pendidik


Kesehatan harus dilandasi dengan nilai-nilai yang ada dalam etika profesi,
sehingga kegiatan yang dilakukan menjadi efektif, bersifat tidak diskriminatif,
partisipatif, dan berkelanjutan untuk pembentukan sumber daya manusia Indonesia
yang sehat dan produktif seperti yang diamanatkan dalam Undang-Undang nomor
36 tahun 2009 tentang Kesehatan.

II. Tujuan Pembelajaran

A. Tujuan Pembelajaran Umum


Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu memahami etika profesi Penyuluh
Kesehatan Masyarakat/Promotor dan Pendidik Kesehatan.

B. Tujuan Pembelajaran Khusus


Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu:
1. Menjelaskan Profesi Penyuluh Kesehatan Masyarakat/Promotor dan Pendidik
Kesehatan
2. Menjelaskan Etika profesi Penyuluh Kesehatan Masyarakat/Promotor dan
Pendidik Kesehatan
III. Pokok Bahasan dan Sub Pokok Bahasan
Dalam modul ini akan dibahas pokok bahasan dan sub pokok bahasan sebagai
berikut:
Pokok bahasan 1.
Profesi Penyuluh Kesehatan Masyarakat/Promotor Kesehatan
Sub pokok bahasan:
a. Pengertian
b. Ciri-ciri profesi
c. Kode Etik
Profesi d. Syarat-
syarat
e. Organisasi profesi Perkumpulan PPKMI

Pokok bahasan 2.
Etika profesi Penyuluh Kesehatan Masyarakat/Promotor dan Pendidik Kesehatan
Sub pokok bahasan:
a. Pengertian
b. Prinsip-prinsip etika

IV. Langkah-Langkah Kegiatan Pembelajaran


Langkah-langkah kegiatan pembelajaran ini menguraikan tentang kegiatan
fasilitator dan peserta dalam proses pembelajaran selama sesi ini berlangsung (2 jpl
x 45 menit
= 90 menit), adalah sebagai berikut:

Langkah 1.
Pengantar dan penjelasan tujuan pembelajaran (5 menit)
Langkah pembelajaran:
a. Fasilitator memperkenalkan diri
b. Fasilitator menjelaskan kepada peserta tentang judul pokok bahasan dan
tujuan pembelajaran umum dan khusus yang ingin dicapai
c. Fasilitator menyampaikan secara singkat tentang latar belakang pentingnya
pejabat Fungsional PKM dalam melaksanakan tugasnya harus dilandasi nilai-
nilai yang ada dalam etika profesi.

Langkah 2.
Pengertian profesi PKM/Promotor dan Pendidik Kesehatan dan ciri-ciri nya (15
menit)
Langkah pembelajaran:
a. Fasilitator melakukan curah pendapat tentang pengertian profesi PKM/
Promotor dan Pendidik Kesehatan.
b. Fasilitator menulis semua jawaban peserta, kemudian merangkum.
c. Fasilitator menyampaikan penegasan singkat tentang pengertian profesi PKM/
Promotor dan Pendidik Kesehatan.
d. Fasilitator memberi kesempatan kepada peserta untuk bertanya, dan
mengemukakan pendapatnya.

Langkah 3.
Kode etik profesi PKM/Promotor dan Pendidik Kesehatan (25 menit)
Langkah pembelajaran:
a. Fasilitator memasang dua lembar kertas flipchart di depan kelas.
b. Fasilitator menuliskan pada kertas flipchart pertama ” Jabatan Fungsional
PKM yang melaksanakan tugasnya dengan moral dan budi pekerti yang baik”.
Selanjutnya pada kertas flipchart kertas kedua dituliskan : ” Jabatan Fungsional
PKM yang melaksanakan tugasnya dengan moral dan budi pekerti yang tidak
baik ”
c. Fasilitator minta setiap peserta menuliskan contoh-contoh seorang Jabfung
PKM yang mengerjakan pekerjaannya dengan moral atau budi pekerti yang
baik pada kertas pertama, kemudian yang tidak baik pada kertas kedua.
d. Fasilitator merangkum hasil tulisan peserta yang ada dalam kertas pertama
dan kedua.
e. Fasilitator menjelaskan secara singkat tentang kode etik profesi PKM/Promotor
dan Pendidik Kesehatan.

Langkah 4.
Syarat-syarat profesi (10 menit)
Langkah pembelajaran:
a. Fasilitator melakukan presentasi untuk menjelaskan syarat-syarat profesi
PKM/ Promotor dan Pendidik Kesehatan
b. Fasilitator memberikan kesempatan bertanya kepada peserta atau
menyampaikan pendapatnya.

Langkah 5.
Organisasi Profesi Perkumpulan PPKMI (20 menit)
Langkah pembelajaran:
a. Fasilitator menjelaskan tentang nama perkumpulan, azas dan dasarnya,
tujuan, siapa saja anggotannya, dan musyawarah nasional organisasi
Perkumpulan PPKMI.
b. Fasilitator memberikan kesempatan peserta untuk bertanya dan
mengemukakan pendapatnya.
Langkah 6.
Pengertian Etika, Etiket, dan Etos (15 menit)
Langkah pembelajaran:
a. Fasilitator melakukan pembentukan kelompok, sehingga peserta
berkumpul dalam empat kelompok.
b. Fasilitator memberikan tugas untuk didiskusikan apa arti
dari c. Etika, etiket, dan etos.
Langkah 7.
Kesimpulan (5 menit)
Langkah
pembelajaran:
a. Fasilitator menyampaikan beberapa hal penting tentang Etika Profesi
PKM/ Promotor dan Pendidik Kesehatan.
b. Fasilitator kembali menyampaikan tujuan pembelajaran umum dan khusus
untuk pokok bahasan Etika Prrofesi Penyuluh Kesehatan Masyarakat
c. Fasilitator menyampaikan ucapan terima kasih serta memberikan apresiasi
kepada peserta yang telah berperan aktif dalam proses pembelajaran pokok
bahasan ini.

V. Uraian Materi

Pokok Bahasan 1.
PROFESI PENYULUH KESEHATAN MASYARAKAT/PROMOTOR
DAN PENDIDIK KESEHATAN.

A. Pengertian
Penyuluh Kesehatan Masyarakat/ Promotor dan pendidik Kesehatan
adalah Pekerja/Sumber Daya Manusia Promosi Kesehatan termasuk di
dalamnya Jabfung PKM baik yang terampil maupun ahli, yang menjalankan
tugas-tugasnya berdasarkan pendidikan/ ketrampilan spesifik yang
komprehensif dan memiliki sertifikasi resmi dari Organisasi Profesi yaitu
Perkumpulan Promotor Pendidik Kesehatan Masyarakat Indonesia
(Perkumpulan PPKMI).

Profesi Penyuluh Kesehatan Masyarakat/Promotor dan Pendidik


Kesehatan, enjalankan tugas dan fungsinya sesuai profesi dan keahlian,
yang senantiasa berupaya meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya
sesuai kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dan menjunjung tinggi
kode etik profesi Promotor dan Pendidik Kesehatan.

B. Ciri-ciri Profesi.
Profesi pada umumnya mempunyai beberapa ciri,
yaitu:
1. Memberikan pelayanan pada orang secara
langsung.
2. Menempuh pendidikan tertentu dengan melalui ujian tertentu
sebelum melakukan pelayanan.
3. Anggotanya relatif bersifat homogen.
4. Menerapkan standar pelayanan tertentu.
5. Etika profesi ditegakkan oleh suatu organisasi.

Kualifikasi suatu pekerjaan sebagai suatu profesi adalah:


• Mensyaratkan pendidikan teknis yang formal lengkap dengan cara
pengujian yang terinstitusionalisasikan, baik mengenai edukuasi
pendidikan maupun mengenal kompetensi orang–orang hasil didiknya.
• Penguasaan tradisi kultural dalam menggunaan keahlian dan ketrampilan
tertentu.
• Komplek pekerjaan memiliki sejumlah sarana institusional untuk menjamin
bahwa kompetensi yang dimiliki itu akan digunakan secara
bertanggungjawab, wujudnya adalah organisasi profesi dengan prosedur
penegakkan, serta rekruitasi pengemban profesi.

C. Kode Etik Profesi Penyuluh Kesehatan/Promotor dan Pendidik


Kesehatan.
Kode Etik Profesi Penyuluh Kesehatan/Promotor dan Pendidik Kesehatan
dirumuskan dalam 33 butir dan 8 bagian meliputi:

Pembukaan/Mukadimah
Bab I. Kewajiban Umum (5 butir)
Bab II. Kewajiban Terhadap Masyarakat (7 butir)
Bab III. Kewajiban Terhadap Sesama Profesi (4 butir)
Bab IV. Kewajiban Terhadap Profesi Lain (3 butir)
Bab V. Kewajiban Terhadap Profesinya (7 butir)
Bab VI. Kewajiban Terhadap Diri Sendiri (5
butir) Bab VII. Penutup (1 butir)

MUKADIMAH

Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan


dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan
masyarakat yang setinggi – tingginya. Keberhasilan pembangunan kesehatan tidak
terlepas dari partisipasi aktif masyarakat, baik secara individu, kelompok maupun
masyarakat.

Promosi kesehatan merupakan suatu upaya untuk meningkatkan kemampuan


masyarakat melalui pembelajaran dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat, agar
mereka dapat menolong dirinya sendiri, serta mengembangkan kegiatan yang
bersumberdaya masyarakat, sesuai sosial budaya setempat dan didukung oleh
kebijakan publik yang berwawasan kesehatan. Sasaran atau klien profesi promosi
kesehatan adalah individu, kelompok dan masyarakat. Berdasarkan hal tersebut,
promosi kesehatan sangat erat kaitannya dengan pencapaian tujuan
pembangunan kesehatan.

Dalam rangka pengabdian terhadap bangsa Indonesia, kami para profesi


Penyuluh Kesehatan/ Promotor dan Pendidik kesehatan, dengan Rahmat Tuhan
Yang Maha Esa, merumuskan KODE ETIK PROFESI PENYULUH KESEHATAN
MASYARAKAT/ PROMOTOR DAN PENDIDIK KESEHATAN yang diuraikan dalam
bab–bab dan pasal sebagai berikut:

BAB I KEWAJIBAN
UMUM

Pasal 1
Setiap profesi Penyuluh Kesehatan Masyarakat/ Promotor dan Pendidik
Kesehatan harus menjunjung tinggi, menghayati dan mengamalkan etika profesi
kesehatan.

Pasal 2
Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya profesi Penyuluh Kesehatan Masyarakat/
Promotor dan Pendidik Kesehatan mementingkan kepentingan umum daripada
kepentingan pribadi.

Pasal 3
Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, hendaknya menggunakan pendekatan
kemitraan dengan mengutamakan prinsip kesetaraan, keterbukaan dan saling
menguntungkan.

Pasal 4
Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya tidak boleh membeda-bedakan
masyarakat atas pertimbangan keyakinan, agama, suku, golongan, sosial,
ekonomi, politik dan sebagainya.

Pasal 5
Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, tugas harus sejalan dengan profesi atau
keahliannya.
BAB II
KEWAJIBAN TERHADAP MASYARAKAT

Pasal 6
Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, selalu berorientasi kepada masyarakat
baik sebagai individu, kelompok, maupun masyarakat luas sesuai dengan potensi
sosial budaya masyarakat setempat.
Pasal 7
Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, harus mengutamakan pemerataan dan
keadilan

Pasal 8
Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, harus menggunakan pendekatan yang
menyeluruh secara multi disiplin dengan mengutamakan upaya preventif dan
promotif.

Pasal 9
Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, harus berdasarkan fakta
melalui penelitian atau kajian ilmiah.

Pasal 10
Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya harus sesuai dengan prosedur dan
langkah–langkah yang profesional.

Pasal 11
Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya harus bertanggungjawab dalam upaya
melindungi, memelihara dan meningkatkan kesehatan masyarakat.

Pasal 12
Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya harus melihat antisipasi ke depan baik
menyangkut masalah kesehatan maupun masalah bukan kesehatan yang dapat
mempengaruhi kesehatan masyarakat.

BAB III
KEWAJIBAN TERHADAP SESAMA PROFESI

Pasal 13
Setiap profesi Penyuluh Kesehatan Masyarakat/Promotor dan Pendidik Kesehatan
harus memperlakukan teman sejawatnya sebagaimana ia sendiri ingin
diperlakukan.
Pasal 14
Setiap profesi Penyuluh Kesehatan Masyarakat/Promotor dan Pendidik Kesehatan
wajib bekerjasama dengan teman sejawatnya dan melakukan tugas dan
fungsinya.

Pasal 15
Setiap profesi Penyuluh Kesehatan Masyarakat/Promotor dan Pendidik
Kesehatan tidak boleh mengambil alih tugas teman sejawatnya tanpa persetujuan
teman sejawat bersangkutan yang telah diberi tanggung jawab sebelumnya.

BAB IV
KEWAJIBAN TERHADAP PROFESI LAIN

Pasal 16
Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya harus bekerja sama, saling menghormati
dengan profesi lain tanpa dipengaruhi oleh pertimbangan– pertimbangan
keyakinan, agama, suku, golongan, sosial, ekonomi, politik dan sebagainya.

Pasal 17
Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya bersama–sama dengan profesi lain,
hendaknya berpegang pada pendekatan kemitraan dengan mengutamakan prinsip
kesehatan, keterbukaan dan saling menguntungkan.

BAB V
KEWAJIBAN TERHADAP PROFESINYA

Pasal 18
Penyuluh Kesehatan Masyarakat/Promotor dan Pendidik Kesehatan hendaknya
bersifat proaktif dalam mengatasi masalah kesehatan.

Pasal 19
Penyuluh Kesehatan Masyarakat/Promotor dan Pendidik Kesehatan hendaknya
senantiasa memelihara dan meningkatkan profesi promosi kesehatannya.

Pasal 20
Penyuluh Kesehatan Masyarakat/Promotor dan Pendidik Kesehatan hendaknya
senantiasa selalu berkomunikasi, membagi pengalaman dan saling membantu di
antara sesama anggota.
BAB VI
KEWAJIBAN TERHADAP DIRI SENDIRI

Pasal 21
Profesi Penyuluh Kesehatan Masyarakat/Promotor dan Pendidik Kesehatan harus
memelihara kesehatannya agar dapat melaksanakan tugas profesinya dengan baik.

Pasal 22
Profesi Kesehatan Masyarakat/Promotor dan Pendidik Kesehatan harus menjadi
panutan dalam menetapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat.

Pasal 23
Profesi Kesehatan Masyarakat/Promotor dan Pendidik Kesehatan senantiasa
berusaha untuk mengembangkan dirinya dengan meningkatkan pengetahuan dan
keterampilannya sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

BAB VII
PENUTUP

Setiap anggota profesi Penyuluh Penyuluh Kesehatan Masyarakat/Promotor dan


Pendidik Kesehatan dalam melaksanakan tugasnya sehari-hari harus berusaha
dengan sungguh -sungguh dan memegang teguh kode etik Penyuluh Kesehatan
Masyarakat/Promotor dan Pendidik Kesehatan.
C. Kode Etik Profesi Penyuluh Kesehatan/Promotor dan Pendidik Kesehatan.

D. Syarat-syarat Profesi Penyuluh Kesehatan Masyarakat/ Promotor dan


Pendidik Kesehatan.
Syarat minimal sebagai profesi PKM/Promotor dan Pendidik Kesehatan:
1. Memiliki keahlian dan keterampilan dalam bidang ilmu pengetahuan, seni
dan teknologi termasuk metode pendidikan, pelatihan serta penelitian,
2. Mempunyai kemampuan satu atau lebih beberapa materi substansi yang
berkaitan dengan pendidikan kesehatan dan ilmu perilaku/promosi
kesehatan,
3. Memiliki kemampuan dan keahlian dalam mempergunakan berbagai metode
pendidikan kesehatan dan perilaku, penyuluhan kesehatan, Komunikasi
Informasi dan Edukasi (KIE), Advokasi, Bina Suasana, Gerakan Pemberdayaan
Masyarakat, Pemasaran Sosial, Mobilisasi Sosial, mengembangkan
jejaring kemitraan yang terkait dengan promosi kesehatan, dan
4. Pernah mengikuti dan lulus diklat profesional: PKM dasar ahli–terampil,
magang di bidang PKM/Promosi Kesehatan, Training of Trainers (TOT),
Master of Trainer (MOT) di bidang promosi kesehatan/PKM.

Profesi Penyuluh Kesehatan Masyarakat/Promotor dan Pendidik Kesehatan wajib


mentaati hal-hal berikut:
1. Menunjukkan secara seksama kemampuan sesuai dengan pendidikan,
pelatihan dan pengalaman, serta bertindak dalam batas–batas
kecakapannya yang profesional.
2. Mempertahankan kecakapan pada tingkatan tinggi melalui belajar,
pelatihan dan penelitian berkesinambungan.
3. Melaporkan hasil penelitian dan kegiatan praktik secara jujur dan
bertanggung jawab.
4. Tidak membeda–bedakan individu berdasarkan ras, warna kulit, bangsa,
agama, usia, jenis kelamin, status sosial ekonomi dalam menyumbangkan
pelayanan, pekerjaan, pelatihan atau dalam meningkatkan kemajuan
orang lain.
5. Menjaga kemitraan klien (individu, kelompok, institusi) yang dilayani.
6. Menghargai hak pribadi (privasi), martabat (dignity), budaya dan harga diri
setiap individu, dan menggunakan keterampilan yang didasari dengan
nilai- nilai secara konsisten.
7. Membantu perubahan berdasarkan pilihan, bukan paksaan.
8. Mematuhi prinsip ”Informed Consent” sebagai perhargaan terhadap klien.
9. Membantu perkembangan suatu tatanan pendidikan yang mengasuh /
memelihara pertumbuhan dan perkembangan individu.
10. Bertanggungjawab untuk menerima tindakan/hukuman selayaknya sesuai
dengan kepentingan malpraktek yang dilakukan

Tiga Fungsi Kode Etik Profesi :


1. Kode etik profesi memberikan pedoman bagi setiap anggota profesi
tentang prinsip profesionalitas yang digariskan;
2. Kode etik profesi merupakan sarana kontrol sosial bagi masyarakat atas
profesi yang bersangkutan;
3. Kode etik profesi mencegah campur tangan pihak diluar organisasi profesi
tentang hubungan etika dalam keanggotaan profesi
E. Organisasi Profesi Perkumpulan Promotor dan Pendidik
Kesehatan
Masyarakat (Perkumpulan
PPKMI)

Nama dan
kedudukan
Perkumpulan ini bernama “Perkumpulan Promotor dan Pendidik
Kesehatan Masyarakat Indonesia (Indonesian Society For Health
Promotor Educator – ISHPE) disingkat dengan Perkumpulan PPKMI.
Berkedudukan dan didirikan di Jakarta pada tanggal 14 Februari 1988
untuk waktu yang tidak ditentukan dan selanjutnya dalam Anggaran Dasar
ini disebut PERKUMPULAN. Perkumpulan ini adalah perkumpulan profesi
promotor dan pendidik kesehatan masyarakat bernaung di bawah Ikatan
Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI).

Azas Dasar dan Tujuan


Perkumpulan
Azas- Dasar Perkumpulan PPKMI adalah Pancasila dan Undang- Undang Dasar
45.

Tujuan Perkumpulan
PPKMI
Tujuan Perkumpulan PPKMI secara umum sejalan dengan tujuan IAKMI
yakni:
1. Turut dalam pengembangan ilmu pengetahuan dalm bidang
kesehatan
Masyarakat.
2. Turut dalam peningkatan derajat kesehatan badaniah, rohaniah, dan
sosial rakyat Indonesia khususnya dan umat manusia umumnya.
3. Melindungi kepentingan
Anggota
4. Membantu Pemerintah dalam program pembangunan
nasional.

Tujuan Perkumpulan PPKMI secara khusus


adalah :
1. Melestarikan profesi promotor dan pendidik kesehatan masyarakat
Indonesia
2. Mengembangkan, mempraktikkan, mendayagunakan ilmu dan seni
promosi kesehatan serta keterampilan profesi dalam program
pembangunan Indonesia Sehat berbasis perilaku.
3. Meningkatkan kapasitas promosi kesehatan utamanya kapasitas
SDM Promkes Profesional
4. Melakukan pembinaan kehidupan profesi, integritas moral dan etika
profesi serta melindungi dan memperjuangkan kepentingan anggota dan
profesi.
5. Menggalang kemitraan baik dengan Pemerintah Pusat maupun
Pemerintah Daerah, antar Profesi Kesehatan, LSM,Swasta,
Media massa serta mengembangkan jejaring nasional, regional dan
global.

Keanggotaa
n
Anggota terdiri dari Anggota Muda, Anggota Biasa, Anggota Luar Biasa,
dan Anggota Kehormatan. Tenaga Fungsional Penyuluhan Kesehatan
Masyarakat secara otomatis menjadi Anggota Biasa. Anggota Biasa secara
otomatis adalah anggota IAKMI.
Pengurus
Pengurus Pusat berkedudukan di Jakarta/Ibu kota RI dan terdiri atas
Dewan Penasehat dan Pengurus Harian dan Dewan Pakar, serta dipilih
untuk masa 4 tahun oleh Musyawarah Besar/Nasional.

Pengurus cabang berkedudukan di propinsi atau di kabupaten/kota, dipilih


untuk masa 4 tahun oleh Musyawarah Cabang. Cabang Perkumpulan
PPKMI dapat dibentuk bila mempunyai anggota sekurang-kurangnya 5
orang.

Musyawarah
Nasional.
Musyawarah besar/nasional diadakan 4 tahun sekali kecuali bila sewaktu-
waktu diperlukan dan diminta oleh setengah jumlah cabang.

Pokok Bahasan 2.
ETIKA PROFESI PENYULUH KESEHATAN MASYARAKAT/PROMOTOR
DAN PENDIDIK KESEHATAN

A. Pengertian Etika
Kata etika sering dirancukan dengan istilah etiket, etis, ethos, iktikad dan
kode etik atau kode etika. Etika adalah ilmu yang mempelajari apa yang baik
dan buruk.

Etiket adalah ajaran sopan santun yang berlaku bila manusia bergaul
atau berkelompok dengan manusia lain. Etiket tidak berlaku bila seorang
manusia hidup sendiri misalnya hidup di sebuah pulau terpencil atau di
tengahhutan.

Etis artinya sesuai dengan ajaran moral, misalnya tidak etis menanyakan
usia pada seorang wanita.

Ethos artinya sikap dasar seseorang dalam bidang tertentu. Maka ada
ungkapan ethos kerja artinya sikap dasar seseorang dalam pekerjaannya,
misalnya ethos kerja yang tinggi artinya dia menaruh sikap dasar yang tinggi
terhadap pekerjaannya. Kode atika atau kode etik artinya daftar kewajiban
dalam menjalankan tugas sebuah profesi yang disusun oleh anggota profesi
dan mengikat anggota dalam menjalankan tugasnya.

Etika (Inggris = Ethics), adalah istilah yang muncul dari pemikiran aristoteles
(yunani- ethos) yang berarti = adapt atau budi pekerti. Dalam filsafat
pengertian ETIKA adalah telaah dan penilaian kelakuan manusia ditinjau dari
kesusilaan. Kesusilaan yang baik merupakan ukuran kesusilaan yang
disusun bagi diri seseorang, atau merupakan kumpulan keharusan,
kumpulan kewajiban yang dibutuhkan oleh masyarakat atau golongan
tertentu. Kesusilaan biasanya berdasarkan hal tertentu, misalnya: agama,
kesejahteraan, atau kemakmuran negara.
Etika pada umumnya mengajarkan bahwa setiap pribadi manusia
mempunyai
”otonomi moral”, artinya bahwa ia mempunyai hak dan kewajiban
untuk menentukan sendiri tindakan–tindakannya serta
mempertanggungjawabkannya kepada Tuhan YME.

Keberadaan etika dalam strata kehidupan sosial tidak lepas dari


sistem kemasyarakatan serta kodrat manusia yang terdiri atas aspek
tubuh/jasmani, jiwa dan rohani. Aspek jiwa mencakup kodrat alamiah, budaya
serta nilai. Kodrat alamiah dan budaya terdiri atas Cipta (pikiran dan rasio),
Karsa (kehendak, kemauan), Rasa (perasaan, emosi). Cipta melalui logika
menciptakan ilmu pengetahuan, sedangkan Karsa melalui etika
menciptakan religi, akhlak, sopan santun dan hukum. Sedangkan aspek
rohani mencakup roh kebaikan, roh kepercayaan, roh pengabdian, roh cinta-
kasih.

Secara umum, etika dapat dibagi menjadi etika umum dan etika
khusus.

Etika umum membicarakan kondisi-kondisi atas dasar bagaimana,


manusia bertindak secara etis, teori etika dan prinsip moral dasar yang
menjadi pegangan bagi manusia dalam bertindak, serta tolok ukur menilai
atas baik atau buruk.

Etika khusus adalah penerapan prinsip dasar moral dalam bidang


kehidupan yang khusus. Etika khusus dibagi menjadi 3 bagian: (1) etika
individual, (2) etika sosial dan (3) etika spiritual.

• Etika Individual menyangkut kewajiban dan sikap manusia terhadap


diri sendiri.
• Etika sosial menyangkut hubungan manusia dengan manusia lain, baik
secara perorangan dan langsung atau bersama–sama dalam bentuk
kelembagaan, sikap kritis terhadap dunia dan ideologi, serta tanggung
jawab manusia terhadap lainnya.
• Etika spiritual menyangkut kewajiban dan sikap manusia terhadap
Sang
Pencipta yaitu Tuhan YME.

B. Prinsip-prinsip Etika
Prinsip etika berkembang dari sumpah Hipocrates, bunyinya: Saya
bersumpah demi Apollo Dewa penyembuh Aescupalius dan Hygea, dan
Panacea dan semua dewa–dewa sebagai saksi bahwa sesuai dengan
kemampuan dan pikiran saya akan mematuhi sebagai berikut (ada 10 janji):

1. Saya akan memperlakukan guru yang telah mengajarkan ilmu ini


dengan penuh kasih sayang sebagaimana orang tua saya sendiri, jika
perlu saya akan bagikan harta saya untuk dinikmati bersama.
2. Saya akan memperlakukan anak–anaknya sebagai saudara kandung saya
dan saya akan mengajarkan ilmu yang telah saya peroleh dari ayahnya
kalau mereka mau mempelajarinya tanpa imbalan.
3. Saya akan meneruskan ilmu pengetahuan ini kepada anak– anaknya saya
sendiri dan kepada anak–anak guru–guru saya dan kepada mereka yang
telah mengikatkan diri dengan sumpah untuk mengabdi kepada ilmu
pengobatan, dan tidak merugikan siapapun.
4. Saya akan mengikuti cara pengobatan yang menurut pengeahuan dan
kemampuan saya akan membawa kebaikan bagi penderita dan tidak akan
merugikan siapapun.
5. Saya tidak akan memberikan obat yang mematikan kepada siapapun
meskipun diminta atau menganjurkan kepada mereka untuk tujuan itu. Atas
dasar yang sama, saya tidak akan memberikan obat untuk menggugurkan
kandungan.
6. Saya ingin menempuh hidup yang saya baktikan kepada ilmu saya ini
dengan tetap suci dan bersih.
7. Saya tidak akan melakukan pembedahan terhadap seseorang walaupun ia
menderita penyakit baru, tetapi akan menyerahkan kepada mereka yang
berpengalaman dalam pekerjaan ini.
8. Rumah siapapun yang saya masuki, kedatangan saya itu saya tujukan
untuk kesembuhan yang sakit dan tanpa niat buruk atau mencelakakan
dan lebih lagi tanpa berbuat cabul terhadap wanita ataupun pria baik
mereka maupun hamba sahaya.
9. Apapun yang saya dengar dan lihat tentang kehidupan seseorang yang
tidak patut disebarluaskan tidak akan saya ungkapkan karena saya harus
merahasiakannya.
10. Selama saya tetap mematuhi sumpah saya ini, izinkanlah saya menikmati
hidup dalam mempraktikkan ilmu saya ini, dihormati oleh semua orang
sepanjang waktu. Tetapi jika saya sampai mengkhianati sumpah ini
balikkanlah nasib saya.

Dari sumpah tadi ada 7 prinsip pokok yaitu: tidak merugikan, membawa
kebaikan, menjaga kerahasiaan, otonomi pasien, berkata benar, berlaku adil,
sopan dan menghormati privasi.

Dalam menjalankan profesinya, hanya pengemban profesi yang bersangkutan


sendiri yang dapat atau paling mengetahui apakah perilakunya dalam
mengemban profesi sudah memenuhi tuntutan etika profesinya atau tidak.
Kepatuhan kepada etika profesi akan sangat bergantung pada akhlak
pengemban profesi yang bersangkutan.
MATERI INTI 1
PERSIAPAN PENYULUHAN
KESEHATAN MASYARAKAT

I. Deskripsi Singkat
Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan
yang setinggi-tingginya dapat terwujud. Visi pembangunan kesehatan jangka
panjang adalah terwujudnya Indonesia Sehat Tahun 2025, dimana masyarakat
hidup dalam lingkungan yang sehat, perilaku masyarakat proaktif memelihara
kesehatannya serta mampu mengakses pelayanan kesehatan yang bermutu.

Dalam mendukung tercapainya tujuan pembangunan kesehatan tersebut peran


promosi kesehatan atau penyuluhan kesehatan sangat penting, terutama dalam
melakukan komunikasi, informasi dan edukasi. Hal ini ditegaskan dalam Undang-
Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan, pasal 7 yang menyatakan
bahwa setiap orang berhak untuk mendapatkan informasi dan edukasi tentang
kesehatan yang seimbang dan bertanggung jawab. Selanjutnya, pada pasal 9,
pasal 10, pasal
11, pasal 12, serta pasal 174 menyatakan tentang kewajiban individu, keluarga
maupun kelompok untuk menjaga, memelihara dan meningkatkan kesehatannya
serta menghindarkan diri dari masalah kesehatan.

Permasalahan kesehatan yang diakibatkan perilaku yang tidak bersih dan sehat
masih banyak ditemukan di Indonesia, seperti penyakit menular (TB Paru, DBD,
Diare, HIV/Aids, dll) dan penyakit tidak menular / penyakit degeneratif (Diabetes,
Jantung koroner, dll) maupun penyakit baru (new-emerging deseases).

Salah satu upaya merubah perilaku hidup masyarakat yang bersih dan sehat
yaiut melalui penyediaan SDM kesehatan yang kompeten dalam memberika
penyuluhan kesehatan masyarakat. Salah satu kompetensi/kemampuan yang
harus dimiliki penyuluh kesehatan masyarakat adalah mempersiapkan
kegiatan penyuluhan kesehatan masyarakat.

II. Tujuan Pembelajaran

A. Tujuan Pembelajaran Umum:


Setelah mengikuti materi ini peserta mampu melakukan persiapan kegiatan
penyuluhan kesehatan masyarakat.
B. Tujuan Pembelajaran
Khusus:
Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu:
1. Menjelaskan perencanaan promosi
kesehatan
2. Menyusun rencana 5 tahunan dan
tahunan
3. Mengidentifikasi potensi wilayah yang terkait dengan masalah
kesehatan
4. Mengembangkan rencana strategi penyuluhan kesehatan
masyarakat
5. Mengembangkan media penyuluhan
6. Membuat rancangan (design) media penyuluhan kesehatan
masyarakat
7. Melakukan uji coba media penyuluhan
8. Melaksanakan evaluasi media penyuluhan kesehatan
masyarakat
9. Melaksanakan evaluasi atas proses dan hasil dari media
penyuluhan
10. Memprakondisikan kegiatan penyuluhan kesehatan masyarakat di
lapangan

III. Pokok Bahasan dan Sub Pokok Bahasan


Dalam modul ini akan dibahas pokok bahasan
berikut: Pokok bahasan 1. Perencanaan promosi
kesehatan Sub pokok bahasan:
a. Pengertian
b. Tujuan
c. Manfaat
d. Jenis-jenis
e. Langkah-langkah

Pokok bahasan 2. Penyusunan rencana 5 tahunan dan


tahunan
Sub pokok bahasan:
a. Pembuatan kerangka acuan
b. Analisa dan evaluasi data
c. Persiapan perencanaan
d. Evaluasi penyusunan rencana

Pokok bahasan 3. Identifikasi potensi wilayah yang terkait dengan masalah


kesehatan
Sub pokok bahasan:
a. Penyusunan kerangka acuan dalam rangka identifikasi identifikasi potensi
wilayah b. Penyusunan instrument terbuka dan tertutup
c. Pengumpulan data primer dengan cara:
1) Wawancara mendalam
2) Diskusi kelompok terarah
3) Observasi berkelanjutan
d. Pengumpulan data sekunder dari beberapa sumber
e. Tabulasi dan pengolahan data dengan komputer
f. Analisa hasil tabulasi data secara analitik
g. Penyusunan laporan hasil pelaksanaan dengan menggunakan beberapa instrumen

Pokok bahasan 4. Pengembangan rencana strategi penyuluhan kesehatan


masyarakat
a. Penyusunan rancangan strategi penyuluhan program terpadu tingkat:
1) Kecamatan
2) Kabupaten
3) Provinsi
4) Nasional
b. Penyusunan rancangan strategi penyuluhan tingkat internasional
c. Penyusunan uji coba rancangan strategi

Pokok bahasan 5. Mengembangkan media penyuluhan


Pokok bahasan 6. Membuat rancangan (design) media penyuluhan kesehatan
masyarakat
Pokok bahasan 7. Melakukan uji coba media penyuluhan
Pokok bahasan 8. Melaksanakan evaluasi media penyuluhan kesehatan masyarakat
Pokok bahasan 9. Melaksanakan evaluasi atas proses dan hasil dari media
penyuluhan
Pokok bahasan 10. Memprakondisikan kegiatan penyuluhan kesehatan masyarakat
di lapangan

IV. Langkah-Langkah Kegiatan Pembelajaran


Langkah-langkah kegiatan pembelajaran ini menguraikan tentang kegiatan
fasilitator dan peserta dalam proses pembelajaran selama sesi ini berlangsung (14
Jpl: 14 x 45 menit = 630 menit), adalah sebagai berikut:

Langkah 1.
Perkenalan (10 menit)
Langkah pembelajaran:
a. Memperkenalkan diri dan menyampaikan tujuan pembelajaran.
b. Mengajak peserta untuk berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran.
c. Memandu peserta untuk proses perkenalan dengan metode:
- Dalam 5 menit pertama setiap peserta diminta berkenalan dengan peserta
lain sebanyak-banyaknya
- Meminta peserta yang berkenalan dengan jumlah peserta terbanyak, dan
dengan jumlah peserta paling sedikit untuk memperkenalkan teman-
temannya
- Meminta peserta yang belum disebut namanya untuk memperkenalkan diri,
sehingga seluruh peserta saling berkenalan
Langkah 2.
Menjelaskan bahasan dan pokok bahasan (60 menit)
a. a. Fasilitator menjelaskan tujuan pembelajaran.
b. Fasilitator menjelaskan bahasan dan pokok bahasan
c. Fasilitator mempersilahkan semua peserta untuk melakukan klarifikasi jika ada
yang belum jelas.

Langkah 3.
Bedah modul persiapan penyuluhan kesehatan masyarakat (240 menit)
a. Fasilitator membagi peserta dalam 5 kelompok, kemudian masing-masing
kelompok diberi tugas untuk menelaah modul materil persiapan penyuluhan
kesehatan masyarakat. Kelompok I membahas pokok bahasan 1 dan 2, kelompok
II membahas pokok bahasan 3 dan 4, kelompok III membahas pokok 5 dan 6,
Kelompok IV membahas pokok bahasan 7 dan 8, kelompok 5 membahas pokok
bahasan 9 dan 10.
b. Setelah masing-masing kelompok selesai menelaah materi materi secara
berkelompok, fasilitar mempersilahkan masing-masing kelompok untuk
mempresentasikan hasil diskusi kelompok. Setiap sesi presentasi kelompok,
fasilitator mewajibkan kelompok lain untuk bertanya dan menanggapi.
c. Setelah presentasi kelompok selesai kemudian fasilitator menjelaskan dan mengulas
kembali kembali materi sesuai pokok bahasan yang masih kurang dipahami
peserta.
d. Fasilitator mempersilahkan semua peserta untuk bertanya atau melakukan klarifikasi
jika ada yang belum jelas.
e. Fasilitator memberikan jawaban untuk pertanyaan peserta dan memberi
reinforcement positif untuk peserta yang bertanya.
f. Fasilitator membuat rangkuman bersama-sama peserta diakhir proses
pembelajaran, agar terjadi proses yang dinamis.

Langkah 4.
Penugasan peserta membuat perencanaan penyuluhan kesehatan masyarakat
(440 menit)
a. Fasilitator membagi peserta dalam kelompok kecil @ 5-6 peserta.
b. Fasilitator memberikan tugas pada masing-masing kelompok untuk membuat
perencanaan penyuluhan kesehatan masyarakat dengan kasus yang berbeda-
beda.
c. Fasilitator meminta masing-masing kelompok mendiskusikan persiapan
penyuluhan kesehatan mulai dari identifikasi masalah, perumusan dan
prioritas masalah perilaku, penetapan tujuan perubahan perilaku, sasaran
penyuluhan, pemilihan media dan metode penyuluhan, isi pesan, alat bantu
yang dipilih, dan membuat tabel perencanaan penyuluhan kesehatan
masyarakat. Kemudian masing-masing kelompok mempresentasikan hasil
diskusinya masing-masing
d. Setelah masing-masing kelompok selesai mendiskusikan dan membuat
perencanaan penyuluhan kesehatan masyarakat secara berkelompok ,
fasilitar mempersilahkan masing-masing kelompok untuk mempresentasikan
hasil diskusi kelompok. Setiap sesi presentasi kelompok, fasilitator mewajibkan
kelompok lain untuk bertanya dan menanggapi.
e. Fasilitator menyimpulkan hasil presentasi kelompok tentang perencanaan
penyuluhan kesehatan masyarakat.

Langkah 5.
Menutup sesi (15 menit)
a. Fasilitator memandu peserta membuat rangkuman dari semua proses dan hasil
pembelajaran selama sesi ini.
b. Fasilitator memberi ulasan singkat tentang materi yang terkait dengan
persiapan penyuluhan kesehatan masyarakat
c. Mengakhiri sesi dengan tepuk tangan
bersama. d. Fasilitator mengucapkan salam

V. Uraian Materi

Pokok Bahasan 1.
PERENCANAAN PROMOSI KESEHATAN

A. Pengertian Perencanaan
Perencanaan pada dasarnya merupakan proses penetapan tujuan dan
sasaran, serta penetapan cara pencapaian tujuan dan sasaran yang
diharapkan.

Perencanaan adalah serangkaian kegiatan dimana keputusan yang dibuat


dituangkan dalam bentuk tindakan. Perencanaan merupakan salah satu siklus
dari proses pemecahan masalah untuk mengubah posisi yang ada saat ini
kepada posisi yang diinginkan.

Perencanaan menurut Tjokroamidjojo (1992, 12-14) mendefinisikan


perencanaan sebagai suatu cara bagaimana mencapai tujuan sebaik-
baiknya (maximum output) dengan sumber-sumber yang ada supaya lebih
efisien dan efektif. Dengan demikian, maka terdapat 5 (lima) hal pokok yang
perlu diketahui dalam perencanaan, yaitu: 1) permasalahan yang ada, 2)
ketersediaan sumberdaya, 3) tujuan serta sasaran yang ingin dicapai, 4)
kebijakan yang ada serta 5) jangka waktu pencapaian tujuan.
Perencanaan menurut Abe (2001, 43) tidak lain dari susunan (rumusan)
sistematik mengenai langkah (tindakan-tindakan) yang akan dilakukan di masa
depan, dengan didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan yang seksama
atas potensi, faktor-faktor eksternal dan pihak-pihak yang berkepentingan
dalam rangka mencapai suatu tujuan tertentu. Dalam pengertian ini, memuat
hal-hal yang merupakan prinsip perencanaan, yakni : 1) apa yang akan
dilakukan, yang merupakan jabaran dari visi dan misi; 2) bagaimana
mencapai hal tersebut; 3) siapa yang akan melakukan; 4) lokasi aktivitas; 5)
kapan akan dilakukan, berapa lama; dan 6) sumber daya yang dibutuhkan.

B. Tujuan Perencanaan
Tujuan umum
Mengarahkan sumberdaya yang ada untuk pencapaian target program dalam
waktu tertentu. Selain itu, perlu mendapatkan kejelasan tentang upaya yang
harus dilakukan secara sistematis mengarah pada tujuan program yang akan
dicapai dalam waktu tertentu.

Tujuan khusus
1. Adanya kejelasan tentang jenis serta tahapan kegiatan yang
konkrit
2. Adanya kejelasan tentang sumberdaya yang dibutuhkan
3. Adanya kejelasan tentang kebijakan yang harus
dikembangkan
4. Adanya kejelasan tentang metode yang
digunakan
5. Adanya kejelasan tentang media yang
dibutuhkan
6. Adanya kejelasan tentang waktu yang dibutuhkan
7. Adanya kejelasan tentang sasaran wilayah garapan
8. Adanya kejelasan tentang peran berbagai pihak yang
terlibat.
9. Adanya kejelasan tentang indikator keberhasilan.

C. Manfaat Perencanaan
1. Memusatkan perhatian pada tujuan yang ingin
dicapai.
2. Mengurangi resiko ketidak pastian terhadap proses kegiatan yang harus
dilakukan.
3. Mencegah pemborosan sumberdaya, dan mengoptimalkan penggunaan
sumberdaya secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan yang ingin
dicapai.
4. Kegiatan terjadwal dengan baik
5. Menjadi dasar bagi fungsi manajemen yang lain, yaitu pelaksanaan,
pengawasan, pemantauan dan penilaian.
D. Jenis-jenis Perencanaan
Ada beberapa jenis perencanaan promosi kesehatan, yaitu:
1. Perencanaan berdasarkan alokasi waktu (jangka pendek, menengah dan
panjang).
2. Perencanaan promosi kesehatan berdasarkan program prioritas
3. Perencanaan berdasarkan tatanan promosi kesehatan.
4. Perencanaan berdasarkan kegiatan promosi disetiap jenjang administrasi, di
pusat, provinsi, kabupaten/kota, puskesmas/ kecamatan, dan kelurahan.
5. Perencanaan berdasarkan pencapaian indikator kinerja, misalnya: pencapaian
PHBS di Rumah Tangga, PHBS di Sekolah, pencapaian Desa dan
Kelurahan Siaga Aktif, pencapaian target imunisasi lengkap pada bayi,
peningkatan target persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan, dll
6. Perencanaan berdasarkan pada strategi promosi kesehatan (perencanaan
advokasi, bina suasana, gerakan pemberdayaan masyarakat).
7. Perencanaan berdasarkan ruang lingkup program kesehatan, yaitu untuk satu
program atau program terpadu.
8. Perencanaan dalam menghadapi keadaan darurat.
9. Perencanaan berdasarkan fungsi operasional misalnya: keuangan,
ketenagakerjaan, dll).

E. Langkah-langkah
Langkah-langkah perencanaan promosi kesehatan merupakan siklus yang
terdiri dari beberapa tahapan kegiatan yaitu:
1. Analisa situasi, Identifikasi masalah, masyarakat, wilayah dan kebijakan.
2. Menetapkan prioritas masalah
3. Melakukan identifikasi penyebab masalah
4. Menentukan prioritas penyebab masalah
5. Menentukan tujuan promosi kesehatan
6. Menentukan sasaran promosi kesehatan
7. Menentukan jenis kegiatan promosi kesehatan
8. Menentukan metode promosi kesehatan
9. Menetukan media promosi kesehatan
10. Menentukan pelaksana kegiatan
11. Menentukan alokasi dana kegiatan
12. Menentukan waktu pelaksanaan kegiatan
13. Menentukan kegiatan monitoring
14. Menentukan kegiatan evaluasi
Siklus Perencanaan Promosi Kesehatan

Menentukan
Melakukan
identifikasi prioritas Menentukan
penyebab tujuan promosi
Menetapkan penyebab
masalah kesehatan
prioritas masalah

Analisa situasi, masalah


Identifikasi masalah, Menentukan
masyarakat, wilayah sasaran promosi
dan kebijakan kesehatan

Menentukan Menentukan
kegiatan jenis
evaluasi
kegiatan

Menentukan Menentukan
kegiatan metode
monitoring promosi

Menentukan waktu Menentukan


pelaksanaan media promosi
kegiatan kesehatan Menentukan kesehatan
Menentukan
alokasi dana
pelaksana
kegiatan kegiatan

Pokok Bahasan 2.
PENYUSUNAN RENCANA 5 TAHUNAN DAN TAHUNAN

A. Pembuatan Kerangka Acuan


Kerangka Acuan Kerja atau Kerangka Acuan Kegiatan yang disingkat KAK
adalah dokumen perencanaan kegiatan yang berisi penjelasan/keterangan
mengenai apa, mengapa, siapa, kapan, di mana, bagaimana, dan berapa
perkiraan biayanya suatu kegiatan. Dengan kata lain, KAK berisi uraian tentang
latar belakang, tujuan, ruang lingkup, masukan yang dibutuhkan, dan hasil
yang diharapkan dari suatu kegiatan. KAK dalam bahasa Inggris adalah Term
Of Reference yang disingkat TOR.

Kerangka Acuan Kerja merupakan gambaran umum dan penjelasan mengenai


kegiatan yang akan dilaksanakan sesuai dengan tugas dan fungsi
Kementerian Negara/Lembaga. Dalam KAK tercakup latar belakang, maksud
dan tujuan, indikator keluaran dan keluaran, cara pelaksanaan kegiatan,
pelaksana dan penanggungjawab kegiatan, jadwal kegiatan, dan biaya
kegiatan.

Format Kerangka Acuan Kerja

Kementerian Negara/Lembaga: ..................................


Unit Organisasi: ..................................
Program: ..................................
Sasaran Program: ..................................
Usulan SBK: Kegiatan/Subkegiatan/Detil Kegiatan *)
Kegiatan: ..................................
Subkegiatan: ..................................
Detil Kegiatan: ..................................
1. Latar Belakang (why)
• Dasar Hukum
• Gambaran Umum
• Alasan Kegiatan Dilaksanakan
2. Kegiatan Yang Dilaksanakan (what)
• Uraian Kegiatan
• Batasan Kegiatan
3. Maksud dan Tujuan (why)
• Maksud Kegiatan
• Tujuan Kegiatan
4. Indikator Keluaran dan Keluaran
• Indikator Keluaran (kualitatif)
• Keluaran(kuantitatif)
5. Cara Pelaksanaan Kegiatan (how)
• Metode Pelaksanaan
• Tahapan Kegiatan
6. Tempat pelaksanaan Kegiatan (where)
7. Pelaksana dan Penanggungjawab Kegiatan (who)
• Pelaksana kegiatan
• Penanggungjawab kegiatan
• Penerima manfaat
8. Jadwal Kegiatan
• Waktu pelaksanaan kegiatan (when)
• Matriks pelaksanaan kegiatan (time table)
9. Biaya (How much): total biaya yarrg diperlukan dalam kegiatan.

Tata cara pengisian format KAK adalah sebagai berikut:


1. Kementerian Negara/Lembaga, diisi dengan nomenklatur Kementerian
Negara/Lembaga.
2. Unit Organisasi, diisi dengan nomenklatur Unit Eselon I yang bersangkutan.
3. Program, diisi dengan nama program.
4. Sasaran Program, diisi dengan sasaran program dalam Renja K/L atau RKP.
5. Usulan SBK: diisi sesuai dengan posisi (level) usulan SBK serta
keterkaitan dengan kegiatan, subkegiatan dan detil kegiatan.
Sistematika
1. Latar Belakang
Menjelaskan dasar hukum yang terkait dan kebijakan Kementerian Negara/
Lembaga yang merupakan dasar keberadaan kegiatan/alctifltas berkenaan
berupa Peraturan Perundangan yang berlaku, Rencana Strategis Kementerian
Negara/Lembaga, dan Tugas Fungsi Kementerian Negara/Lembaga,
sedangkan gambaran umum merupakan penjelasan secara singkat
mengapa (why) kegiatan tersebut dilaksanakan dan alasan penting
kegiatan tersebut dilaksanakan serta keterkaitan kegiatan yang dipilih dengan
kegiatan keluaran (output) dalam mendukung pencapaian sasaran dan
kinerja program/yang pada akhirnya akan mendukung pencapaian tujuan
kebijakan.
2. Kegiatan yang dilaksanakan
Menjelaskan uraian kegiatan apa (what) yang akan dilaksanakan dan
batasan kegiatan.
3. Maksud dan Tujuan
Menjelaskan mengapa (why) kegiatan harus dilaksanakan dan berisikan
hasil akhir yang diharapkan dari suatu kegiatan (bersifat kualitatif) serta
manfaat (outcome) kegiatan.
4. Indikator Keluaran dan Keluaran
Menjelaskan indikator keluaran berupa target yang ingin dicapai (bersifat
kualitatif) dan keluaran (output) yang terukur dalam suatu kegiatan
(bersifat kuantitatif). Misalnya: 37% RT sehat, dan lain-lain.
5. Cara Pelaksanaan Kegiatan
Menjelaskan bagaimana (how) cara pelaksanaan kegiatan baik berupa metode
pelaksanaan, komponen, tahapan dalam mendukung pencapaian keluaran
(output) kegiatan.
6. Tempat Pelaksanaan Kegiatan
Menjelaskan dimana (where) kegiatan tersebut akan
dilaksanakan.
7. Pelaksana dan Penanggungjawab Kegiatan
Menjelaskan siapa (who) saja yang terlibat dan bertanggungjawab atas
pelaksanaan kegiatannya.
8. Jadwal Kegiatan
Menjelaskan berapa lama dan kapan (when) kegiatan tersebut
dilaksanakan, dengan dilengkapi time table kegiatan.
9. Biaya
Berisikan total biaya (how much) kegiatan sebesar nilai nominal tertentu
yang dirinci dalam (Rencana Anggaran Biaya) RAB sebagai lampiran KAK.
10. Penandatangan KAK
Diisi pejabat yang bertanggung jawab pada kegiatan yang akan
dilaksanakan.
B. Analisa dan Evaluasi
data
Perencanaan program penyuluhan yang baik harus mengungkapkan hasil
analisis fakta dan keadaan yang “lengkap” yang menyangkut: keadaan
sumberdaya- alam, sumberdaya-manusia, kelembagaan, tersedianya
sarana/prasarana, dan dukungan kebijaksanaan, keadaan sosial, keamanan,
dan stabilitas politik. Untuk keperluan tersebut, pengumpulan data dapat
dilakukan dengan menghubungi beberapa pihak (seperti: lembaga/aparat
pemerintah, tokoh-tokoh masyarakat, organisasi profesi, dll) dengan
menggunakan berbagai teknik pengumpulan data (wawancara, pengamatan,
pencatatan data-sekunder, pengalaman empirik, dll), agar data yang
terkumpul tidak saja cukup lengkap tetapi juga dijamin kebenarannya.

Data yang sudah diperoleh kemudian dikoreksi untuk menjamin keakuratan


dan kualitas data. Data yang sudah terkumpul kemudian dianalisa dan
dievaluasi. Jenis data yang dianalisa dan dievaluasi meliputi:
1. data umum antara lain keadaan geografis dan musim, keadaan
penduduk
(jumlah, kepadatan), pendidikan, keadaan ekonomi dll.
2. data khusus kesehatan antara lain meliputi angka kesakitan, angka
kematian, angka kelahiran, keadaan gizi, jenis-jenis penyakit tertentu.
3. data perilaku antara lain pola makan, pola kepemimpinan, kebiasaan
buang sampah, kebiasaan berobat, kebiasaan buang air besar,
kebiasaan, dll.

Analisa yang digunakan dengan analisa deskriptif. Semua data yang


diperoleh disajikan dalam bentuk tabel, grafik ataupun bentuk pie. Dari hasil
analisa data tersebut kemudian dapat diketahui rencana kebutuhan
penyuluhan kesehatan masyarakat. Data tersebut bisa diperoleh melalui:
Statistik, laporan petugas kesehatan, pengamatan terhadap masalah
kepercayaan, sikap, tingkah laku berbagai kelompok, masyarakat,
pembahasan bersama teman. Perumusan masalah perlu dipusatkan pada
masalah-masalah nyata (real-problems) yang telah dirasakan masyarakat
(felt-problems). Artinya, perumusan masalah hendaknya dipusatkan
pada masalah-masalah yang dinilai sebagai penyebab tidak terpenuhinya
kebutuhannyata (real-needs) masyarakat, yang telah dapat dirasakan (felt-
needs) oleh mereka. Jika ada lebih dari satu masalah kesehatan, maka perlu
diadakan penyusunan prioritas masalah sehingga permasalahan dapat
diselesaikan secara bertahap.

Dalam menetapkan prioritas masalah harus mempertimbangkan beberapa


hal sebagai berikut:
1. Beratnya/besarnya
masalah
2. Kelompok masyarakat yang
diserang
3. Distribusi
geografis
4. Pertimbangan
politis
C. Persiapan Perencanaan
Rencana kegiatan menggambarkan apa yang dilakukan untuk mencapai
tujuan, bagaimana caranya, siapa yang melakukan, siapa sasarannya, dimana,
kapan, berapa biayanya, dan apa hasil yang akan dicapai untuk memecahkan
masalah yang dihadapi dan merespon peluang yang ada.

Untuk merumuskan rencana kegiatan perlu diperhatikan hal-hal sebagai


berikut:
1. Tingkat kemampuan (pengetahuan, sikap dan keterampilan) pelaku utama
dan pelaku usaha;
2. Ketersedian teknologi/inovasi, sarana dan prasarana, serta sumberdaya lain
yang mendukung kegiatan penyuluhan kesehatan masyarakat;
3. Tingkat kemampuan (Pengetahuan, Keternampilan dan Sikap) Penyuluh
Kesehatan Masyarakat;
4. Situasi lingkungan fisik sosial dan budaya yang ada;
dan
5. Alokasi pembiayaan yang
tersedia.

Rencana penyuluhan kesehatan masyarakat harus memuat unsur-unsur:


SIADIBIBA:
1. Siapa yang akan melaksanakan?
2. Bilamana/kapan waktu pelaksanaan?
3. Berapa banyak hasil yang ingin dicapai (Kwantitas dan
Kwalitas)?
4. Berapa korbanan yang diperlukan (biaya, tenaga,
dll)?
5. Bagaimana melaksanakannya (melalui kegiatan
apa)?

Rencana kegiatan yang disajikan dalam bentuk tabulasi/matriks yang berisi


masalah, kegiatan, metode, keluaran, sasaran, volume/frekuensi, lokasi,
waktu, biaya, sumber biaya, penanggungjawab pelaksanaan dan pihak terkait.

D. Evaluasi penyusunan rencana

Pokok Bahasan 3.
IDENTIFIKASI POTENSI WILAYAH YANG TERKAIT DENGAN MASALAH
KESEHATAN

Pengertian Identifikasi Potensi Wilayah adalah kegiatan penggalian data dan


informasi potensi wilayah (data sekunder dan data primer) yang dilakukan secara
partisipatif.
Potensi adalah semua sumberdaya yang ada atau tersedia dan yang dapat
digunakan dalam upaya mengatasi masalah yang ada ataupun digunakan dalam
upaya mencapai tujuan. Beberapa langkah kegiatan indentifikasi potensi wilayah
terkait masalah kesehatan sebagai berikut:
A. Penyusunan kerangka acuan (TOR) dalam rangka identifikasi potensi
wilayah
Membuat kerangka acuan kegiatan identifikasi potensi wilayah merupakan
salah satu syarat untuk mencairkan anggaran/pembiayaan dan sebagai acuan
kegiatan identifikasi potensi wilayah.

Isi
TOR:
1. Uraian mengenai apa (WHAT) pengertian dan apa keluaran (output) yang
akan dicapai dari kegiatan yang dilaksanakan.
2. Mengapa (WHY) kegiatan tersebut perlu dilaksanakan dalam hubungan tugas
pokok dan fungsi atau sasaran program yang hendak dicapai.
3. Siapa (WHO) satker/panitian/tim/personal yang bertanggung jawab
melaksanakan dalam mencapai keluaran (output) dan siapa yang
menerima manfaat dari kegiatan tersebut.
4. Kapan (WHEN) kegiatan dimulai dan selesai,
5. berapa lama (HOW LONG) waktu yang dibutuhkan untuk
menyelesaikanya.
6 Dimana/lokasi (WHERE) kegiatan tersebut dilaksanakan.
7. Bagaimana (HOW) kegiatan tersebut dilaksanakan.
8. Berapa perkiraan biayanya (HOW MUCH) yang
dibutuhkan

B. Penyusunan instrument terbuka dan tertutup


Instrumen Pengumpul Data merupakan alat yang digunakan untuk
mengumpulkan data. Karena berupa alat, maka instrumen dapat berupa lembar
cek list, kuesioner (angket terbuka / tertutup), pedoman wawancara, camera
photo dan lainnya.

Jenis pertanyaan terbagi atas terbuka dan tertutup. PertanyaanTerbuka :


responden bebas memberikan jawaban tanpa dibatasi jenis jawabannya.
Pertanyaan terbuka baik untuk memastikan subyektifitas data. Dengan
pertanyaan terbuka kita dapat menangkap beragam pendapat tentang suatu hal
yang kita tanyakan. Pertanyaan terbuka biasanya diletakkan pada akhir daftar
pertanyaan untuk mengetahui pendapat responden tentang hal yang diteliti.

Kerugian pertanyaan terbuka :


1. Harus dibaca dan dianalisis satu pers atu
2. Interpretasi beberapa pembaca dapat berbeda sehingga sulit
disimpulkan.
3. Butuh waktu dan pikiran yang lebih banyak bagi responden untuk
menjawabnya, sehingga mudah bosan.
Pertanyaan tertutup : menggunakan pertanyaan yang jawabannya berupa
pilihan. Tidak ada ketentuan dalam banyaknya pilihan. Biasanya berkisar
antara 5-10 pilihan jawaban. Untuk pertanyaan yang mengukur satu variabel
atau pendapat,
misalnya kemudahan penggunaan, dengan kisaran dari mudah ke sulit, suka
ke tidak suka biasanya pilihannya berjumlah gasal .

Untuk kuesioner yang mengukur opini dan variabel yang jumlahnya banyak, seperti
misalnya uji musik, lebih baik menggunakan jumlah pilihan jawaban yang
genap, untuk menghindari banyaknya jawaban yang kosong (tidak punya
pendapat).

Keuntungan Pertanyaan Tertutup :


1. Mudah dihitung persentase jawabannya.
2. Dapat menggunakan lembar jawaban komputer sehingga ce
menghitungnya.
3. Mudah melacak pendapat berdasarkan waktu
4. Mudah memfilter jawaban yang tidak berguna atau yang ekstrim.

C. Pengumpulan data primer


Teknik pengumpulan data merupakan faktor penting demi keberhasilan
identifikasi potensi wilayah. Hal ini berkaitan dengan bagaimana cara
mengumpulkan data, siapa sumbernya, dan apa alat yang digunakan.

Data primer adalah data yang diperoleh peneliti secara langsung (dari tangan
pertama).

Pengumpulan data primer dengan cara:


1. Wawancara mendalam
Wawancara mendalam (in–depth interview) adalah proses memperoleh
keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil
bertatap muka antara pewawancara dengan informan atau orang yang
diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman (guide)
wawancara di mana pewawancara dan informan terlibat dalam kehidupan
sosial yang relatif lama.

Keunggulannya ialah memungkinkan peneliti mendapatkan jumlah data yang


banyak, sebaliknya kelemahan ialah karena wawancara melibatkan aspek
emosi, maka kerjasama yang baik antara pewawancara dan yang
diwawancari sangat diperlukan.

2. Diskusi kelompok terarah


Diskusi kelompok terarah (Focus Group Discussion), yaitu upaya
menemukan makna sebuah isu oleh sekelompok orang lewat diskusi untuk
menghindari diri pemaknaan yang salah oleh seorang peneliti. FGD
memungkinkan peneliti mendapatkan data yang lengkap dari informan
yang biasanya dijadikan landasan suatu program (pilot study).
Pelaksanaan FGD juga relatif cepat,
yang terlama adalah waktu rekruitmen informan. FGD juga memungkinkan
peneliti lebih fleksibel dalam menentukan desain pertanyaan, sehingga bebas
bertanya kepada informan sesuai dengan tujuan penelitian. Namun FGD
relatif membutuhkan biaya yang cukup besar, bahkan dalam beberapa
kasus, para informan mendapat selain konsumsi juga ‘uang lelah’ karena
telah mengikuti diskusi.

Tujuan FGD adalah untuk memperoleh informasi mendalam pada konsep,


persepsi dan gagasan untuk suatu kelompok FGD mengarahkan untuk
menjadi lebih dari suatu pertanyaan-pertanyaan interaksi jawaban. Ini
merupakan suatu diskusi kelompok antara 6 sampai 12 orang yang
dipandu oleh seorang fasilitator dan co-fasilitator.

Beberapa tips saat melakukan wawancara adalah mulai dengan


pertanyaan yang mudah, mulai dengan informasi fakta, hindari
pertanyaan multiple, jangan menanyakan pertanyaan pribadi sebelum
building raport, ulang kembali jawaban untuk klarifikasi, berikan kesan
positif, dan kontrol emosi negative.

3. Observasi berkelanjutan
Observasi adalah metode pengumpulan data melalui pengamatan
langsung atau peninjauan secara cermat dan langsung di lapangan atau lokasi
penelitian. Dalam hal ini, peneliti dengan berpedoman kepada desain
penelitiannya perlu mengunjungi lokasi penelitian untuk mengamati
langsung berbagai hal atau kondisi yang ada di lapangan.

Dengan observasi kita dapat memperoleh gambaran tentang kehidupan


sosial yang sukar untuk diketahui dengan metode lainnya. Observasi
dilakukan untuk menjajaki sehingga berfungsi eksploitasi. Dari hasil
observasi kita akan memperoleh gambaran yang jelas tentang
masalahnya dan mungkin petunjuk-petunjuk tentang cara
pemecahannya. Jadi, jelas bahwa tujuan observasi adalah untuk
memperoleh berbagai data konkret secara langsung di lapangan atau
tempat penelitian.

Beberapa informasi yang diperoleh dari hasil observasi adalah ruang


(tempat), pelaku, kegiatan, objek, perbuatan, kejadian atau peristiwa,
waktu, perasan. Alasan peneliti melakukan observasi adalah untuk
menyajikan gambaran realistik perilaku atau kejadian, untuk menjawab
pertanyaan, untuk membantu mengerti perilaku manusia, dan untuk
evaluasi yaitu melakukan pengukuran terhadap aspek tertentu
melakukan umpan balik terhadap pengukuran tersebut.
Langkah-langkah dalam melakukan observasi adalah sebagai berikut:
1) Harus diketahui di mana observasi itu dapat
dilakukan.
2) Harus ditentukan dengan pasti siapa saja yang akan
diobservasi.
3) Harus diketahui dengan jelas data-data apa saja yang
diperlukan.
4) Harus diketahui bagaimana cara mengumpulkan data agar berjalan
mudah dan lancar.
5) Harus diketahui tentang cara mencatat hasi! observasi, seperti telah
menyediakan buku catatan, kamera, tape recorder, dan alat-alat tulis
lainnya.

D. Pengumpulan data sekunder dari beberapa sumber


Data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber yang sudah ada
seperti profil kesehatan, laporan tahunan program promkes, hasil kajian PHBS,
dan lain- lain. Data sekunder dikumpulkan untuk diolah dan dianalisa sebagai
kelengkapan bahan untuk membuat perencanaan penyuluhan kesehatan
masyarakat.

E. Tabulasi dan pengolahan data dengan computer


Pengolahan data atau disebut juga proses pra-analisa mempunyai tahap-tahap
sebagai berikut:
1. Editing Data ( Pemeriksaan data)
Pengertian dari editing data adalah proses meneliti hasil survai untuk
meneliti apakah ada response yang tidak lengkap, tidak komplet atau
membingungkan, dan apabila ada kasus seperti ini ada beberapa cara
untuk mengatasinya misalnya:
a. Dengan cara mengembalikan ke survayor, apabila survai lagi tidak
mungkin dilakukan maka response yang tidak lengkap dapat diganti
dengan missing value atau ditulis tidak menjawab,
b. Menyingkirkan hasil survay dengan jawaban yang tidak lengkap
(apabila jumlahnya kecil dan sampel yang diambil besar)
c. Dilakukan dengan cara meneliti kembali data yang terkumpul dari
penyebaran kuesioner. Langkah tersebut dilakukan untuk
mengetahui apakah data yang terkumpul sudah cukup baik.
Pemeriksaan data atau editing dilakukan terhadap jawaban yang
telah ada dalam kuesioner dengan memperhatikan hal-hal
meliputi: kelengkapan pengisian jawaban, kejelasan tulisan,
kejelasan makna jawaban, serta kesesuaian antar jawaban. (Suplemen
MPS1 Kuantitatif)
d. Proses editing merupakan proses dimana peneliti melakukan klarifikasi,
keterbacaan, konsisitensi dan kelengkapan data yang sudah
terkumpul. Proses klarifikasi menyangkut memberikan penjelasan
mengenai apakah data yang sudah terkumpul akan menciptakan
masalah konseptual atau teknis pada saat peneliti melakukan analisa
data. Dengan adanya
klarifikasi ini diharapkan masalah teknis atau konseptual tersebut
tidak mengganggu proses analisa sehingga dapat menimbulkan bias
penafsiran hasil analisa. Keterbacaan berkaitan dengan apakah data
yang sudah terkumpul secara logis dapat digunakan sebagai
justifikasi penafsiran terhadap hasil analisa. Konsistensi mencakup
keajegan jenis data berkaitan dengan skala pengukuran yang akan
digunakan. Kelengkapan mengacu pada terkumpulannya data
secara lengkap sehingga dapat digunakan untuk menjawab
masalah yang sudah dirumuskan dalam penelitian tersebut.

2. Pengembangan Variabel
Spesifikasi semua variable yang diperlukan yang tercakup dalam data yang
sudah terkumpul atau dengan kata lain apakah semua variable yang
diperlukan sudah termasuk dalam data. Jika belum ini berarti data yang
terkumpul belum lengkap atau belum mencakup semua variable yang
sedang diteliti.

3. Koding Data (Pemberian Kode pada data)


Koding merupakan kegiatan merubah data berbentuk huruf menjadi data
berbentuk angka/ bilangan. Misalnya untuk variabel pekerjaan dilakukan
koding 1 = Pegawai Negeri, 2 = Wiraswasta, 3 = Pegawai Swasta dan 4
= Pensiunan. Jenis kelamin: 1 = Pria dan 2 = Wanita, dsb. Kegunaan dari
koding adalah untuk mempermudah pada saat analisis data dan juga
mempercepat pada saat entry data. Entry data, adalah transfer coding data
dari kuisioner ke software. Pengkodean data dilakukan untuk memberikan
kode yang spesifik pada respon jawaban responden untuk memudahkan
proses pencatatan data. Dengan data sudah diubah dalam bentuk angka-
angka, maka peneliti akan lebih mudah mentransfer kedalam komputer
dan mencari program perangkat lunak yang sesuai dengan data untuk
digunakan sebagai sarana analisa, misalnya apakah data tersebut dapat
dianalisa dengan menggunakan software SPSS?

4. Cek Kesalahan
Peneliti melakukan pengecekan kesalahan sebelum dimasukkan kedalam
komputer untuk melihat apakah langkah-langkah sebelumnya sudah
diselesikan tanpa kesalahan yang serius.

5. Membuat Struktur Data


Buatlah struktur data yang mencakup semua data yang dibutuhkan untuk
analisa kemudian dipindahkan kedalam komputer. Penyimpanan data kedalam
komputer mempertimbangkan 1) apakah data disimpan dengan cara yang
sesuai dan konisten dengan penggunaan sebenarnya? 2)apakah ada data
yang hilang / rusak dan belum dihitung? 3) bagaimana caranya
mengatasi data yang hilang atau rusak? 4) sudahkan pemindahan data
dilakukan secara lengkap?

6. Cek Preanalisa Komputer


struktur data yang sudah final kemudian dipersiapkan untuk analisa
komputer dan sebelumnya harus dilakukan pengecekan preanalisa
komputer agar diketahui konsistensi dan kelengkapan data.

7. Tabulasi
Tabulasi merupakan kegiatan menggambarkan jawaban responden
dengan cara tertentu. Tabulasi juga dapat digunakan untuk menciptakan
statistik deskriptif variable-variable yang diteliti atau yang variable yang akan
di tabulasi silang.

8. Cleaning Data (Pembersihan data)


Cleaning data adalah proses pengecekan data untuk konsistensi dan
treatmen yang hilang, pengecekan konsistensi meliputi pemerikasaan akan
data yang out of range, tidak konsisten secara logika, ada nilai-nilai
ekstrim, data dengan nilai-nilai tdk terdefinisi, sedangkan treatmen yang
hilang adalah nilai dari suatu variabel yang tidak diketahui dikarenakan
jawaban responden yang membingungkan. Untuk mengatasi treatmen
yang hilang dapat dilakukan beberapa cara untuk mengatasinya adalah:
a. <!--[if !supportLists]-->· <!--[endif]-->Substitusi dengan nilai yang netral
b. <!--[if !supportLists]-->· <!--[endif]-->Jawaban substitusi yang
dimasukkan berdasarkan pola jawaban responden pada pertanyaan-
pertanyaan lain
c. <!--[if !supportLists]-->· <!--[endif]-->Menghilangkan beberapa kasus,
responden yang banyak tidak memberikan response di buang dari
analisis (bila hanya sedikit/bila jumlahnya banyak dapat
dikelompokkan sendiri)
d. <!--[if !supportLists]-->· <!--[endif]-->Penghapusan sebagian; untuk
responden yang mempunyai nilai-nilai missing tidak langsung
dibuang tetapi diambil sebagian dan dianalisis untuk bagian yang
lengkap nilainya, hasil analisis didasarkan ukuran sampel berbeda
bila ukuran sampel besar, ada sedikit saja yang missing, variabel-
variabelnya tidak terlalu berhubungan

9. Recording Data (Pencatatan Data)


Recording data yaitu proses pengolahan data yang merekam atau
mencatat data ke dalam suatu draft atau aplikasi komputer guna
memudahkan dalam
mengolah data. Maka perlu adanya recording data, yang merupakan
bagian dari sesudah tahap coding data (Pengkodean Data),

10. Penyusunan laporan hasil pelaksanaan dengan menggunakan beberapa


instrumen

F. Analisa hasil tabulasi data secara analitik


Analisis data adalah proses penyederhanaan data dalam bentuk yang lebih
mudah dibaca dan diintepretasikan. Kegiatan analisis data ini sering digunakan
alat bantu seperti penghitungan dengan tes statistik. Fungsi pokok tes statistik
adalah menyederhanakan daata hasil penelitian yang jumlahnya sangat besa
rmenjadi suatu informasi yang sederhana dan mudah dimengerti.

Setelah analisis data selesai dan telah memperoleh informasi, hasilnyua


harus diinterpretasikan guna mencari makna dan implikasi dari hasil
penelitian. Menurut Singarimbun dan Sofyan efendi (dalam Suyanto
Bagong&Sutinah,2005). Interpretasi atau inferensi dapat dilakukan dengan
dua cara: 1. Interpretasi secara terbatas Peneliti hanya melakukan
interpretasi atas data dan hubungan yang ada dalam penelitiannya.
Interpretasi yang demikian ini dilakukan peneliti secara bersamaan pada saat
analisis data dilakukan. 2. Peneliti berusaha mencari pengertian yang lebih luas
tentang hasil-hasil yang diperoleh dari analisis data. Interpretasi yang
demikian dengan membandingkan hasil analisisnya dengan kesimpulan
peneliti lain serta menghubungkan interpretasi tersebut dengan teori, tahap
ini sangat penting, akan tetapi sering tidak dilakukan oleh peneliti. Analisis
data terbagi menjadi 2 kategori: 1. Analisis data untuk data kategorikal adalah
metode tabulasi silang yang juga dikenal sebagai analisis elaborasi. 2.
Analisis untuk data bersambungan, biasanya digunakan berbagai teknik atau tes
statistik seperti distribusi frekuensi ukuran analisis varians, analisis korelasi
dan sebagainya.Dalam menyusun analisis tabulasi silang perlu diperhatikan
beberapa urutan:

Pokok Bahasan 4
PENGEMBANGAN RENCANA STRATEGI PENYULUHAN KESEHATAN
MASYARAKAT

1. Penyusunan rancangan strategi penyuluhan program terpadu


1. Tingkat Kecamatan
2. Kabupaten
3. Provinsi
4. Nasional
2. Penyusunan rancangan strategi penyuluhan tingkat internasional
3. Penyusunan uji coba rancangan strategi

Pokok Bahasan 5.
MENGEMBANGKAN MEDIAN PENYULUHAN

Media promosi kesehatan yang baik adalah media yang mampu memberikan
informasi atau pesan-pesan kesehatan yang sesuai dengan tingkat penerimaan
sasaran, sehingga sasaran mau dan mampu untuk mengubah perilaku sesuai
dengan pesan yang disampaikan (DEPKES RI, 2006).

Pengembangan media promosi kesehatan dapat dilakukan dengan pendekatan Proses


P. Proses P ini diperkenalkan oleh Universitas John Hopkins bersama-sama PATH
(Program for Approriate Technology in Health) sewaktu melaksanakan proyek PCS
(Population Communication Services). Adapun tahap-tahap Proses P dalam
pengembangan media promosi kesehatan yaitu:

A. Tahap analisis masalah dan sasaran


Pada tahap ini dilakukan penelaahan analisis:
1. Masalah Kesehatan, termasuk penyebab masalahnya, sifat masalah,
epidemiologi masalah termasuk masalah perilaku yang ada di masyarakat
sehubungan dengan masalah kesehatan yang ditimbulkan.
2. Kelompok sasaran, dalam hal demografi, sosial-ekonomi, faktor-faktor yang
mempengaruhi perilaku masyarakat seperti umur, pendidikan, budaya dan
adat- istiadat, pendapatan, serta pengembangan sikap dan perilaku yang
berhubungan dengan masalah kesehatan.
3. Kebijaksanaan-kebijaksanaan, peraturan dan program penanggulangan yang
telah ada dari berbagai instansi sektoral untuk mengetahui pengalaman
yang lalu, harapan di masa yang akan datang. Di sini dapat dipelajari
arahan- arahan dan dalam membuat suatu program kegiatan KIE,
masing-masing sektor. Apakah masalah sosial, kesehatan, ekonomi,
demografi atau bahkan politik. Dan melihat program serta pendukung-
pendukung apa saja yang telah tersedia.
4. Memilih institusi, organisasi atau LSM yang mampu mendukung program.
Dilihat kemampuan internal dan eksternal dari organisasi tersebut.
5. Sasaran komunikasi yang tersedia, untuk menetapkan media dan sarana
yang tersedia dan yang telah dilaksanakan, yang mempengaruhi perilaku
masyarakat seperti umur, pendidikan, budaya dan adat istiadat,
pendapatan serta pengembangan sikap dan perilaku yang
berhubungan denmagan masalah kesehatan
B. Tahap Rancangan Pengembangan Media
Pada tahap ini dirancang atau direncanakan berbagai strategi dan model intervensi
yang menjelaskan beberapa komponen utama, yaitu:
1. Menetapkan tujuan
Tujuannya adalah suatu pernyataan tentang suatu keadaan di masa datang
yang akan dicapai melalui pelaksanaan kegiatan tertentu (Notoatmodjo,2005).

Secara umum dapat dikatakan bahwa tujuan harus:


a. Realistis, artinya bisa dicapai bukan hanya angan-
angan. b. Jelas dan dapat diukur.
c. Apa yang akan
diukur.
d. Siapa sasaran yang akan
diukur.
e. Seberapa banyak perubahan yang akan
diukur.
f. Berapa lama dan di mana pengukuran
dilakukan.

Penetapan tujuan adalah sebagai dasar untuk merancang media promosi


kesehatan dan dalam merancang evaluasi. Jika tujuan yang ditetapkan
tidak jelas dan tidak operasional maka program menjadi tidak fokus dan
tidak efektif (Notoatmodjo,2005).

2. Menetapkan segmentasi sasaran


Segmentasi sasaran adalah suatu kegiatan memilih kelompok sasaran
yang tepat dan dianggap sangat menentukan keberhasilan promosi
kesehatan. Tujuannya adalah memberikan pelayanan yang sebaik-
baiknya dan memberikan kepuasan pada masing-masing segmen.

Dapat juga untuk menentukan ketersediaan, jumlah dan jangkauan produk.


Selain itu juga dapat menghitung jenis media dan menempatkan media
yang mudah diakses oleh khalayak sasaran. Sebelum media promosi
kesehatan diluncurkan hendaknya perIu mengumpulkan data sasaran
seperti:
a. Data karakteristik perilaku khalayak
sasaran. b. Data epidemiologi.
c. Data
demografi. d.
Data geografi.
e. Data psikologi (Notoatmodjo,2005).

3. Mengembangkan posisioning pesan


Posisioning adalah suatu proses atau upaya untuk menempatkan suatu
produk perusahaan, individu atau apa saja dalam alam pikiran mereka
yang dianggap sebagai sasaran atau konsumennya. Posisioning bukan
sesuatu yang dilakukan terhadap produk tetapi sesuatu yang dilakukan
terhadap otak
calon konsumen atau khalayak sasaran. Hal ini bukan strategi produk tetapi
strategi komunikasi. Di sini berhubungan dengan bagaimana calon konsumen
menempatkan produk kesehatan di dalam otaknya (Notoatmodjo,2005).

4. Menentukan strategi posisioning


Pada prinsipnya seseorang yang ingin melakukan kegiatan posisioning
memerlukan suatu ketekunan dan kejernihan berpikir dalam memandang produk
dan pasar yang tengah diusahakan. Langkah-langkah yang perlu dilakukan
(Notoatmodjo,2005):
a. Identifikasi para pesaing.
Tujuannya adalah melakukan identifikasi atas sejumlah pesaing yang ada di
masyarakat.
b. Persepsi konsumen
Tujuannya adalah memperoleh sejumlah atribut yang dianggap
penting oleh khalayak sasaran.
c. Menentukan posisi pesaing
Mengetahui posisi yang diduduki oleh pesaing dilihat dari berbagai
sudut pandang.
d. Menganalisis preferensi khalayak sasaran yaitu mengetahui posisi yang
dikehendaki oleh khalayak sasaran terhadap suatu produk tertentu.
e. Menentukan posisi merek produk
sendiri
Penentuan posisi merek yang akan kita jual harus mempertimbangkan hal-
hal sebagai berikut : analisis ekonomi, komitmen terhadap segmen
pasar, jangan mengadakan perubahan yang penting, pertimbangkan
simbol- simbol produk.
f. Ikuti perkembangan posisi
Secara bersekala posisi produk harus ditinjau dan dinilai kembali
apakah masih cocok dengan keadaan.

5. Memilih Media Promosi Kesehatan


Pemilihan media adalah jabaran saluran yang akan digunakan untuk
menyampaikan pesan pada khalayak sasaran. Yang perlu diperhatikan di
sini adalah:
a. Pemilihan media didasarkan pada selera khalayak sasaran, bukan pada
selera pengelola program.
b. Media yang djpilih harus memberikan dampak yang
luas. c. Setiap media akan mempunyai peranan yang
berbeda.
d. Penggunaan beberapa media secara serempak dan terpadu akan
meningkatkan cakupan, frekuensi dan efektifitas pesan (DEPKES RI, 2006).
C. Tahap pengembangan pesan, uji coba dan produksi media
Pesan adalah terjemahan dari tujuan komunikasi ke dalam ungkapan atau kata
yang sesuai untuk khalayak sasaran (www.pamsimas.org, 2009). Pesan dalam
suatu media harus efektif dan kreatif, untuk itu pesan harus memenuhi hal-hal
sebagai berikut:

Penyebaran berbagai informasi program kesehatan masyarakat yang selama ini


dilakukan langsung pada sasaran, perlu dibarengi dengan dukungan media cetak
maupun media elektronik dan tentunya saat ini untu Radio dan Televisi teriri dari
berbagai stasiun sehingga apa yang dilakukan saat ini memang dirasakan tidak
memadai. Pertemuan kelompok atau pertemuan tatap muka selama ini
dirasakan paling efektif, tetapi dengan dinamika kehidupan masyarakat yang
terus bergerak metoda ini jangkauannya sangat terbatas, sehingga perlu
dibarengi dengan peretemuan melalui kerja sama dengan kelompok
pengajian,kelompok arisan bahkan mungkin dengan Media cetak.

Selama ini media cetak menjadi media utama tapi media cetak itu disetiap
daerah ada beberapa penerbitan belum yang pusat sehingga dalam proses
penyampaian informasi program perlu diperhatikan aspek jangkauan. Disinilah
perlunya pengembangan media penyuluhan terutama untuk menjangkau
wilayah-wilayah khusus dengan fasilitas terbatas.

Kondisi ini hampir dirasakan oleh seluruh Petugas Penyuluh Kesehatan


Masyarakat dimanapun berada bahkan mengalami kesulitan dalam
menjangkau sasaran pelayanan kesehatan masyarakatB. Perlu dilakukan modifikasi
dan inovasi yang terus menerus dalam upaya penyebarluasan informasi secara
komprehensif baik melalui penyuluhan langsung dengan memanfaatkan kader,
Toga,Toma serta memanfaatkan media tradisional, kerjasama dengan kelompok-
kelompok masyarakat memanfaatkan media cetak, radio dan semua media
berjalan bersama terus menerus dan atau menggunakan jaringan internet ,
facebook, Blog atau twiter, SMS dan semuanya .
.Pengembangan Media penyuluhan secara komprehensif ini perlu dijadikan sebagai
suatu sistem penyebarluasan program kesehatan masyarakat , bertujuan untuk
mengembangkan Media Promosi Kesehatan secara terpadu, terintegrasi, tepat
guna dan bermanfaat bagi penyuluh, institusi kesehatan, serta stakeholder lain
yang membutuhkan karena ini sudah menjadi tantangan diera digital sekarang ini

D. Penyusunan materi penyuluhan untuk radio


Materi penyuluhan disusun oleh institusi penyelenggara penyuluhan kesehatan
masyarakat dan atau penyuluh kesehatan masyarakat berdasarkan hasil identifikasi
kebutuhan dan kepentingan pelaku utama, pelaku usaha, dan sasaran antara.
Penyuluh kesehatan masyarakat memilih dan menetapkan metode penyulihan yang
paling tepat untuk menyampaikan materi penyluhan kesehatan kepada sasaran
kelompok penyuluhan.
1. Spot
2. Ceramah
3. Wawancara/dialog

Pokok Bahasan 6
MEMBUAT RANCANGAN (DESIGN) MEDIA PENYULUHAN KESEHATAN
MASYARAKAT

Apa itu Media ?


Media atau alat peraga dalam promosi kesehatan dapat diartikan sebagai alat bantu
untuk promosi kesehatan yang dapat dilihat, didengar, diraba, dirasa atau dicium,
untuk memperlancar komunikasi dan penyebar-luasan informasi.

Apa kegunaan media ?


Biasanya alat peraga digunakan secara kombinasi, misalnya menggunakan papan
tulis dengan photo dan sebagainya. Tetapi dalam menggunakan alat peraga, baik
secara kombinasi maupun tunggal, ada dua hal yang harus diperhatikan, yaitu :
1. Alat peraga harus mudah dimengerti oleh masyarakat
sasaran
2. Ide atau gagasan yang terkandung di dalamnya harus dapat diterima oleh
sasaran,

Alat peraga yang digunakan secara baik memberikan keuntungan-keuntungan :


1. Dapat menghindari salah pengertian/pemahaman atau salah tafsir. Dengan
contoh yang telah disebutkan pada bagian atas dapat dilihat bahwa salah tafsir
atau salah pengertian tentang bentuk plengsengan dapat dihindari.
2. Dapat memperjelas apa yang diterangkan dan dapat lebih mudah
ditangkap.
3. Apa yang diterangkan akan lebih lama diingat, terutama hal-hal yang
mengesankan.
4. Dapat menarik serta memusatkan perhatian.
5. Dapat memberi dorongan yang kuat untuk melakukan apa yang
dianjurkan.

Jenis / Macam Media itu apa saja?


Alat-alat peraga dapat dibagi dalam 4 kelompok besar
:
1. Benda asli,
yaitu benda yang sesungguhnya baik hidup maupun mati. Merupakan alat peraga
yang paling baik karena mudah serta cepat dikenal, mempunyai bentuk serta
ukuran yang tepat. Tetapi alat peraga ini kelemahannya tidak selalu mudah dibawa
ke mana- mana sebagai alat bantu menyuluh.
Beberapa macam alat peraga antara
lain:
a. Benda sesungguhnya, misalnya tinja di kebun, lalat di atas tinja, dsb
b. Spesimen, yaitu benda sesungguhnya yang telah diawetkan seperti cacing dalam
botol pengawet, dll
c. Sample yaitu contoh benda sesungguhnya untuk diperdagangkan seperti oralit,
dll

2. Benda tiruan
Benda tiruan yang ukurannya lain dari benda sesungguhnya. Benda tiruan bisa
digunakan sebagai media atau alat peraga dalam promosi kesehatan. Hal ini dikarena
menggunakan benda asli tidak memungkinkan, misal ukuran benda asli yang
terlalu besar, terlalu berat, dll. Benda tiruan dapat dibuat dari bermacam-macam
bahan seperti tanah, kayu, semen, plastik dan lain-lain.

3. Gambar/Media grafis, seperti poster, leaflet, gambar karikatur, lukisan, dll.


a. Poster: adalah sehelai kertas atau papan yang berisikan gambar-gambar dengan
sedikit kata-kata. Kata-kata dalam poster harus jelas artinya, tepat pesannya
dan dapat dengan mudah dibaca pada jarak kurang lebih 6 meter. Poster
biasanya ditempelkan pada suatu tempat yang mudah dilihat dan banyak
dilalui orang misalnya di dinding balai desa, pinggir jalan, papan
pengumuman, dan lainlain. Gambar dalam poster dapat berupa lukisan,
ilustrasi, kartun, gambar atau photo.

Poster terutama dibuat untuk mempengaruhi orang banyak, memberikan pesan


singkat. Karena itu cara pembuatannya harus menarik, sederhana dan
hanya berisikan satu ide atau satu kenyataan saja. Poster yang baik adalah
poster yang mempunyai daya tinggal lama dalam ingatan orang yang
melihatnya serta dapat mendorong untuk bertindak.

b. Leaflet : Leaflet adalah selembaran kertas yang berisi tulisan dengan kalimat
kalimat yang singkat, padat, mudah dimengerti dan gambar-gambar yang
sederhana. Ada beberapa yang disajikan secara berlipat. Leaflet digunakan
untuk memberikan keterangan singkat tentan suatu masalah, misalnya
deskripsi pengolahan air di tingkat rumah tangga, deskripsi tentang diare dan
penecegahannya, dan lainlain. Leaflet dapat diberikan atau disebarkan pada
saat pertemuan-pertemuan dilakukan seperti pertemuan FGD, pertemuan
Posyandu, kunjungan rumah, dan lain-lain. Leaflet dapat dibuat sendiri dengan
perbanyakan sederhana seperti di photo copy.

4. Gambar Optik. seperti photo, slide, film, dll


a. Photo: Sebagai bahan untuk alat peraga, photo digunakan dalam bentuk
:
1) Album, yaitu merupakan foto-foto yang isinya berurutan,
menggambarkan suatu cerita, kegiatan dan lain-lain. Dikumpulkan
dalam sebuah album. Album ini bisa dibawa dan ditunjukan kepada
masyarakat sesuai dengan topik yang sedang di diskusikan. Misalnya
album photo yang berisi
kegiatan-kegiatan suatu desa untuk merubah kebiasaan BABnya
menjadi di jamban dengan CLTS sampai mendapat pengakuan resmi
dari Bupati.
2) Dokumentasi lepasan. Yaitu photo-photo yang berdiri sendiri dan tidak
disimpan dalam bentuk album. Menggambarkan satu pokok persoalan
atau titik perhatian. Photo ini digunakan biasanya untuk bahan brosur,
leaflet, dll

b. Slide: Slide pada umumnya digunakan untuk sasaran kelompok.


Penggunaan slide cukup effektif, karena gambar atau setiap materi dapat
dilihat berkali- kali, dibahas lebih mendalam. Slide sangat menarik
terutama bagi kelompok anak sekolah, karena alat ini lebih “trnedi”
disbanding dengan gambar, leaflet, dll.

c. Film: Film meruapakan media yang bersifat menghibur, tapi dapat disisipi
dengan pesan-pesan yang bersifat edukatif. Sasaran media ini adalah
kelompok besar, dan kolosal.

PESAN DALAM MEDIA


Pesan adalah terjemahan dari tujuan komunikasi ke dalam ungkapan atau kata
yang sesuai untuk khalayak sasaran. Pesan dalam suatu media harus efektif dan
kreatif, untuk itu pesan harus memenuhi hal-hal sebagai berikut:

1. Command attention
Kembangkan suatu idea tau pesan pokok yang merefleksikan strategi desain
suatu pesan. Bila terlalu banyak ide, hal tersebut akan membingungkan
khayalayak sasaran dan mereka akan mudah melupakan pesan tersebut.

2. Clarify the massage


Pesan haruslah mudah, sederhana dan jelas. Pesan yang effektif harus
memberikan informasi yang relevan dan baru bagi khalayak sasaran. Kalau
pesan dalam media diremehkan oleh sasaran, secara otomatis pesan tersebut
gagal.

3. Create trust
Pesan harus dapat dipercaya, tidak bohong, dan terjangkau. Katakanlah
masyarakat percaya cuci tangan pakai sabun dapat mencegah penyakit diare,
dan untuk itu harus dibarengai bahwa harga sabun terjangkau dan mudah
didapat didekat tempat tinggalnya.
4. Communicate a benefit
Hasil pesan diharapkan akan memberikan keuntungan. Khalayak sasaran
termotivasi membuat jamban misalnya, karena mereka akan memperoleh
keuntungan dimana anaknya tidak akan terkena penyakit diare misalnya.
5. Consistency
Pesan harus konsisten, artinya bahwa sampaikan satu pesan utama dimedia
apapaun secara berulang, misal di poster, stiker, dll, tetapi maknanya akan
tetap sama.

6. Cater to the heart and head


Pesan dalam suatu media harus bisa menyentuh akal dan rasa. Komunikasi
yang effektif tidak hanya sekedar member alas an teknis semata, tetapi juga
harus menyentuh nilai-nilai emosi dan membangkitkan kebutuhan nyata.

7. Call to action
Pesan dalam suatu media harus dapat mendorong khlayak sasaran untuk
bertindak sesuatu. “Ayo, buang air besar di jamban agar anak tetap sehat”
adalah contoh ungkapan yang memotivasi kearah suatu tindakan.

Langkah-langkah yang harus dilakukan dalam pengembangan pesan adalah:


1. Membuat konsep pesan-pesan yang berisikan ilustrasi-ilustrasi pendahuluan,
kata-kata ungkapan, tema atau slogan yang merefleksikan strategi secara
keseluruhan.
2. Prates konsep pesan pada kelompok sasaran atau wakil-wakil perorangan yang
diharapkan akan menghasilkan pesan yang bermutu. Memberikan perhatian
khusus untuk gambar atau ilustrasi (bentuk yang tidak tertulis) untuk
menghindari salah paham.
3. Ciptakan dan kembangkan pesan-pesan yang lengkap beserta sarana
pendukungnya
4. Prates pesan yang lengkap dan bahan-bahan untuk pemahamna
keseluruhan, kemampuan mengingat, titik yang kuat dan lemah, relevansi
pribadi dan hal-hal peka atau masih diperdebatakan, sebelum diproduksi.
5. Adanya tes ulang bahan-bahan sebelum diproduksi ulang untuk meyakinkan
daya muat apakah masih efisien dan efektif.
VI. Referensi
• Departemen Kesehatan RI, Pusat Promosi Kesehatan, Pedoman Pengelolaan
Promosi Kesehatan, Dalam Pencapaian PHBS, Jakarta 2008
• Departemen Kesehatan RI, Pusat Promosi Kesehatan, Panduan Pelatihan
Komunikasi
Perubahan Perilaku, Untuk KIBBLA, Jakarta 2008
• Departemen Kesehatan RI, Pusat Promosi Kesehatan, Pengembangan Media
Promosi Kesehatan, Jakarta
• Notoatmodjo, Soekidjo., 2005, Promosi Kesehatan dan Teori dan Aplikasi,
Jakarta: Rineka Cipta.
• Notoatmodjo, Soekidjo., 2007, Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku, Jakarta: Rineka
Cipta.
MATERI INTI 2
PELAKSANAAN ADVOKASI KESEHATAN

I. Deskripsi Singkat
Di era desentralisasi dukungan kebijakan publik berwawasan kesehatan yang
ditetapkan dan diberlakukan oleh penentu kebijakan merupakan suatu strategi
yang penting dipahami dan dilakukan dalam pelaksanakan promosi kesehatan
untuk mewujudkan tujuan pembangunan berwawasan kesehatan. Selain itu, satu
diantara indikator kinerja utama promosi kesehatan adalah jumlah kabupaten/kota
yang telah dilaksanakan advokasi kesehatan serta mengeluarkan kebijakan publik
berwawasan kesehatan, terutama yang berkaitan dengan upaya pemberdayaan
masyarakat untuk ber-perilaku hidup bersih dan sehat.

Petugas kesehatan terutama petugas pengelola promosi kesehatan serta Pejabat


Fungsional PKM, sesuai tugas dan fungsinya dalam mendukung pencapaian
tujuan pembangunan kesehatan, diharapkan mampu menjadi inisiator dalam
perencanaan, pelaksanaan, pemantauan serta penilaian penyelenggaraan
kegiatan advokasi kesehatan di wilayah kerjanya.

Kegiatan advokasi kesehatan dapat berhasil apabila para pengelola program


kesehatan memahami kaidah-kaidah dalam pengelolaan kegiatan advokasi
kesehatan dengan benar dan tepat sesuai dengan permasalahan kesehatan yang
ada di wilayah kerjanya. Sehubungan dengan itu, Pejabat Fungsional PKM Ahli
dalam kegiatan pelatihan ini, akan mendapatkan materi tentang pengelolaan
kegiatan advokasi kesehatan.

Ruang lingkup materi yang akan dibahas pada sesi ini meliputi : pengertian,
tujuan, sasaran advokasi kesehatan, pengelolaan advokasi kesehatan meliputi
perencanaan, pelaksanaan, evaluasi atas hasil advokasi kesehatan, serta
penyusunan laporan hasil advokasi kesehatan.
II. Tujuan Pembelajaran

A. Tujuan Pembelajaran Umum:


Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu melaksanakan advokasi kesehatan.

B. Tujuan Pembelajaran Khusus:


Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu:
1. Menjelaskan advokasi kesehatan.
2. Melakukan identifikasi.
3. Menyusun perencanaan advokasi.
4. Melakukan advokasi
5. Melakukan evaluasi atas hasil advokasi
6. Menyusun laporan hasil pelaksanaan advokasi

III. Pokok Bahasan dan Sub Pokok Bahasan


Dalam modul ini akan dibahas pokok bahasan dan sub pokok bahasan
sebagai berikut:

Pokok bahasan 1. Advokasi kesehatan


Sub pokok bahasan:
a. Pengertian
b. Tujuan
c. Prinsip-prinsip
d. Unsur-unsur
e. Teknik-teknik
f. Langkah-langkah

Pokok bahasan 2. Identifikasi


Sub pokok bahasan:
a. Sasaran tersier
b. Data-data strategi untuk melakukan pendekatan

Pokok bahasan 3. Penyusunan perencanaan advokasi


Sub pokok bahasan:
a. Tingkat Propinsi
b. Tingkat Nasional
c. Tingkat Internasional
Pokok bahasan 4. Pelaksanaan advokasi.
Sub pokok bahasan:
a. Tingkat Provinsi
b. Tingkat Nasional
c. Tingkat Internasional

Pokok bahasan 5. Evaluasi atas hasil advokasi.


Sub pokok bahasan:
a. Tingkat Provinsi
b. Tingkat Nasional
c. Tingkat Internasional

Pokok bahasan 6. Penyusunan laporan hasil pelaksanaan advokasi.


Sub pokok bahasan:
a. Secara deskriptif
b. Secara analitik

IV. Langkah-Langkah Kegiatan Pembelajaran


Langkah-langkah kegiatan pembelajaran ini menguraikan tentang kegiatan fasilitator
dan peserta dalam proses pembelajaran selama sesi ini berlangsung (4 jpl x 45 menit
=
180 menit), adalah sebagai berikut:

Langkah 1.
Pengkondisian (10 menit)

Langkah pembelajaran:
a. Fasilitator menyapa peserta dengan ramah dan hangat. Apabila belum pernah
menyampaikan sesi di kelas, mulailah dengan perkenalan. Perkenalkan diri dengan
menyebutkan nama lengkap, instansi tempat bekerja dan materi yang akan
disampaikan.
b. Menciptakan suasana nyaman dan mendorong kesiapan peserta untuk menerima
materi dengan menyepakati proses pembelajaran.
c. Dilanjutkan dengan penyampaian judul materi, deskripsi singkat, tujuan
pembelajaran serta ruang lingkup pokok bahasan yang akan dibahas pada sesi
ini dengan menggunakan bahan tayang.
Langkah 2.
Penyampaian dan pembahasan pokok bahasan 1. Advokasi kesehatan
( 30 menit ).

Langkah pembelajaran:
a. Fasilitator melakukan curah pendapat dengan mengajukan beberapa
pertanyaan kepada peserta untuk mengukur pemahaman peserta tentang
Advokasi kesehatan. Ada 6 (enam) pertanyaan yang diajukan kepada peserta
yaitu: 1) pengertian advokasi kesehatan, 2) tujuan advokasi kesehatan, 3) prinsip-
prinsip dalam advokasi kesehatan, 4) unsur-unsur advokasi kesehatan, 5) teknik-
teknik dalam pelaksanaan advokasi kesehatan, serta 6) langkah-langkah dalam
advokasi kesehatan.
b. Fasilitator mencatat semua pendapat peserta, selanjutnya merangkum dan
menyampaikan paparan seluruh materi sesuai urutan sub pokok bahasan
dengan menggunakan bahan tayang.
c. Fasilitator memberikan kesempatan peserta untuk bertanya atau
menyampaikan klarifikasi, kemudian fasilitator menyampaikan jawaban atau
tanggapan yang sesuai.

Langkah 3.
Penyampaian dan pembahasan pokok bahasan 2. Identifikasi dalam advokasi
kesehatan (20 menit).

Langkah pembelajaran:
a. Fasilitator membentuk 4 (empat) kelompok yang bertugas membahas :
1. Kelompok A1: Identifikasi sasaran tersier dalam advokasi kesehatan.
2. Kelompok A2: Identifikasi data-data strategi untuk melakukan pendekatan
3. Kelompok B1 : Identifikasi sasaran tersier dalam advokasi kesehatan.
4. Kelompok B2: Identifikasi data-data strategi untuk melakukan pendekatan
Setiap kelompok menggunakan dua jenis Lembar Kerja Identifitasi untuk
sasaran tersier dan data-data strategis yang diperlukan untuk melakukan
pendekatan yang sudah dipersiapkan fasilitator. Waktu diskusi kelompok 10
menit. Setelah itu setiap kelompok (A1 bergabung dengan A2 dan B1 bergabung
dengan B2) diminta untuk menyiapkan hasil diskusinya untuk disajikan oleh
kelompok A dan B.
b. Fasilitator menyampaikan tanggapan terhadap penyajian hasil diskusi setiap
kelompok.
c. Fasilitator memberikan kesempatan klarifikasi dan penegasan pentingnya
identifikasi sasaran dan data sebelum merencanakan kegiatan advokasi.
Langkah 4.
Penyampaian dan pembahasan pokok bahasan 3. Penyusunan perencanaan
advokasi (35 menit)

Langkah pembelajaran:
a. Fasilitator membentuk 3 (tiga) kelompok, kemudian setiap kelompok diminta untuk
mendiskusikan langkah-langkah dalam menyusun perencanaan advokasi
kesehatan berdasarkan tingkatannya di provinsi, nasional dan internasional.
1. Kelompok 1: Perencanaan advokasi kesehatan di tingkat provinsi.
2. Kelompok 2: Perencanaan advokasi kesehatan di tingkat nasional.
3. Kelompok 3: Perencanaan advokasi kesehatan di tingkat internasional.
b. Fasilitator memberikan waktu diskusi selama 20 menit, setelah itu, setiap
kelompok diminta untuk menyajikan hasil diskusinya dan fasilitator menyampaikan
tanggapan terhadap penyajian kelompok tersebut.
c. Fasilitator memberikan klarifikasi dan penegasan pentingnya penyusunan perencanaan
yang baik dalam advokasi kesehatan.

Langkah 5.
Penyampaian dan pembahasan pokok bahasan 4. Pelaksanaan advokasi
(35 menit).

Langkah pembelajaran:
a. Fasilitator masih memberikan kesempatan kepada peserta dalam 3 (tiga)
kelompok, kemudian setiap kelompok diminta untuk mendiskusikan langkah-
langkah dalam menyusun pelaksanaan advokasi kesehatan berdasarkan
tingkatannya di provinsi, nasional dan internasional.
1. Kelompok 1: Pelaksanaan advokasi kesehatan di tingkat provinsi.
2. Kelompok 2: Pelaksanaan advokasi kesehatan di tingkat nasional.
3. Kelompok 3: Pelaksanaan advokasi kesehatan di tingkat internasional.
b. Fasilitator memberikan waktu berdiskusi selama 20 menit, setelah itu, setiap
kelompok diminta untuk menyajikan hasil diskusinya dan fasilitator menyampaikan
tanggapan terhadap penyajian kelompok tersebut.
c. Fasilitator memberikan klarifikasi dan penegasan dalam pelaksanaan advokasi
kesehatan.
Langkah 6.
Penyampaian dan pembahasan pokok bahasan 5. Evaluasi atas hasil advokasi
kesehatan (30 menit).

Langkah pembelajaran:
a. Fasilitator memberikan kesempatan kepada peserta dalam 3 (tiga) kelompok,
kemudian setiap kelompok diminta untuk mendiskusikan cara-cara melakukan
evaluasi atas hasil advokasi kesehatan berdasarkan tingkatannya di provinsi, nasional
dan internasional.
1. Kelompok 1: Evaluasi hasil advokasi kesehatan di tingkat provinsi.
2. Kelompok 2: Evaluasi hasil advokasi kesehatan di tingkat nasional.
3. Kelompok 3: Evaluasi hasil advokasi kesehatan di tingkat internasional.
b. Fasilitator memberikan waktu diskusi selama 15 menit, setelah itu, setiap
kelompok diminta untuk menyajikan hasil diskusinya dengan cara mendisplay
hasil diskusi kelompoknya. Setiap kelompok berkeliling ke kelompok lainnya untuk
mempelajari dan memahami materi yang didiskusikan demikian halnya juga faslitator.
c. Fasilitator menyampaikan tanggapan terhadap penyajian kelompok tersebut
sekaligus memberikan klarifikasi, masukan dan penegasan pentingnya evaluasi
atas hasil advokasi kesehatan yang telah dilaksanakan.

Langkah 7.
Penyampaian dan pembahasan pokok bahasan 6. Penyusunan laporan hasil
pelaksanaan advokasi (20 menit)

Langkah pembelajaran:
a. Fasilitator membentuk (dua) kelompok, setiap kelompok mendiskusikan cara
menyusun laporan hasil pelaksanaan advokasi :
1. Kelompok 1 : Berdasarkan deskriptif
2. Kelompok 2 : Berdasarkan analitik
Setiap kelompok berdiskusi selama 10 menit dan menyajikan hasil diskusi
kepada peserta dan fasilitator.
b. Fasilitator menyampaikan tanggapan tentang hasil diskusi kelompok tentang
menyusun laporan hasil pelaksanaan advokasi.
c. Fasilitator memberikan kesempatan peserta untuk bertanya atau
menyampaikan klarifikasi, kemudian fasilitator menyampaikan jawaban atau
tanggapan yang sesuai.
V. Uraian Materi

Pokok Bahasan 1.
ADVOKASI
KESEHATAN

A. Latar Belakang
Status kesehatan masyarakat di Indonesia, masih perlu mendapat perhatian
pemerintah serta segenap lapisan masyarakat. Status kesehatan masyarakat
merupakan salah satu indicator HDI (Human Develompment Index) atau
Indeks Pembangunan Masyarakat (IPM). Di era desentralisasi atau otonomi,
status kesehatan masyarakat merupakan salah satu indicator kinerja
pemerintah daerah yang dapat diketahui dari nilai IPKM (Indeks
Pembangunan Kesehatan Masyarakat). Penilaian kinerja pemerintah daerah
provinsi dan kabupaten/kota dapat diketahui perkembangannya dari tahun ke
tahun dari nilai IPKM tersebut.

Provinsi maupun kabupaten/kota yang menduduki urutan teratas, berdasarkan


nilai IPKM yang ada, akan menyandang predikat sebagai provinsi/kabupaten/
kota yang mempunyai kinerja yang baik dalam memperjuangkan peningkatan
status kesehatan masyarakatnya.

Upaya meningkatkan status kesehatan masyarakat tidak cukup hanya


meningkatkan anggaran untuk biaya pengobatan gratis saja, melainkan
meningkatkan anggaran untk upaya promotif dan preventif. Telah diakui
bahwa upaya pencegahan lebih murah serta efisien dan efektif dalam
meningkatkan status kesehatan masyarakat dibanding upaya pengobatan
dan rehabilitasi. Sehubungan dengan itu, diharapkan para pejabat publik
(terutama pemerintah) pusat dan daerah hendaknya, memberikan dukungan
kebijakan serta sumberdaya yang seimbang antara upaya promotif dan
preventif dengan upaya kuratif dan rehabilitatif. Permasalahan yang ada aat ini,
dukungan kebijakan serta anggaran untuk upaya kuratif, tidak disertai dengan
dukungan kebijakan serta anggaran untuk upaya promotif dan preventif. Hal
ini, akan mempengaruhi upaya dalam meningkatkan kemandirian masyarakat
untuk hidup sehat. Selain itu, jumlah anggaran yang besar untuk biaya
pengobatan akan menjadi beban yang cukup berat bagi pemerintah daerah.

Tantangan permasalahan kesehatan masyarakat di Indonesia saat ini,


adalah rendahnya kemauan serta kemampuan masyarakat untuk ber-perilaku
hidup bersih dan sehat (PHBS). Hal ini yang menjadi salah stu faktor penyebab
utama terjadinya permasalahan kesehatan masyarakat yang kompleks di
Indonesia. Rendahnya PHBS di masyarakat, akan berdampak pada
tingginya: Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB),
Kesehatan Anak, penyakit
infeksi/ penyakit menular, penyakit degeneratif, penyakit yang ditularkan
melalui binatang, kesehatan jiwa, kesehatan remaja, kesehatan lansia, penyakit
baru (new emerging diseases), penyakit akibat bencana, dll yang sangat
mempengaruhi HDI
/IPM dan Umur Harapan Hidup di Indonesia.

Peningkatan kemampuan masyarakat untuk ber-PHBS, meliputi perilaku yang


sehat dalam meningkatkan atau menjaga status kesehatannya, melakukan
upaya pencegahan terhadap ancaman penyakit, melakukan pengobatan sesuai
dengan anjuran dokter atau petugas medis serta sesuai dengan ketentuan
pengobatan yang berkualitas, dll. Untuk meningkatkan kemampuan
masyarakat dalam ber- PHBS tersebut, perlu didukung oleh peraturan atau
kebijakan publik berwawasan kesehatan yang ditetapkan oleh pemerintah
daerah atau pejabat publik yang berwenang serta diberlakukan secara
konsisten dan konsekuen. Namun, dalam kenyataannya masih banyak daerah
(terutama kabupaten/kota), masih sangat minim dalam mendukung serta
menetapkan kebijakan publik yang berawawasan pada upaya promotif dan
preventif. Akibatnya, peningkatan alokasi anggaran pengobatan tidak
berdampak secara signifikan terhadap penurunan masalah kesehatan di
Indonesia, contoh: penyakit TB di Indonesia saat ini (tahun 2013) menduduki
urutan ke tiga dunia, dimana pada tahun 2012 yang lalu masih menduduki
urutan ke lima dunia.

Perhatian atau kepedulian pemerintah, swasta dan masyarakat untuk


melakukan upaya promosi kesehatan untuk mencegah serta mengatasi
berbagai permasalahan kesehatan tersebut belum memadai. Promosi
kesehatan yang mendukung keberhasilan upaya promotif, preventif, kuratif
serta rehabilititatif belum menjadi issue penting dalam agenda pembangunan
daerah, hal ini terlihat dari besarnya anggaran untuk promosi kesehatan yang
masih kecil.

Sehubungan dengan itu, diharapkan petugas kesehatan, terutama petugas


pengelola promosi kesehatan serta Pejabat Fungsional PKM diharapkan
memahami konsep dasar pengelolaan kegiatan advokasi kesehatan dengan
benar, sehingga diharapkan mampu mengelola kegiatan advokasi kesehatan
sesuai dengan kondisi permasalahan kesehatan prioritas yang ada di wilayah
kerjanya.

B. Tujuan
Tujuan utama advokasi adalah untuk mendorong dikeluarkannya kebijakan-
kebijakan publik oleh pejabat publik sehingga dapat mendukung dan
menguntungkan kesehatan.
Melalui pelaksanaan advokasi kesehatan, pejabat publik menjadi paham
terhadap masalah kesehatan, kemudian tertarik, peduli, menjadikan program
kesehatan menjadi agenda prioritas serta bertindak memberikan dukungan untuk
mengatasi masalah kesehatan yang ada di wilayah kerjanya.

Dukungan tersebut, dalam bentuk :


1. Komitmen politis (political commitment)
Adalah komitmen pejabat publik atau berbagai pihak terkait terhadap
upaya pemecahan masalah kesehatan masyarakat yang ada di wilayah
kerjanya.

2. Dukungan kebijakan (policy support)


Adalah dukungan nyata yang diberikan oleh pejabat publik serta para
pimpinan institusi terkait untuk memberikan dukungan dalam bentuk
kebijakan publik untuk mengatasi permasalahan kesehatan yang ada di
wilayah kerjanya. Dukungan kebijakan tersebut dapat berupa undang-
undang, peraturan pemerintah, peraturan daerah, surat keputusan,
instruksi / surat edaran, dll

3. Penerimaan social (social acceptance)


Adalah diterimanya suatu program kesehatan oleh masyarakat terutama tokoh
masyarakat. Kebijakan publik berwawasan kesehatan yang sudah
dikeluarkan oleh pejabat publik, selanjutnya harus disosialisasikan untuk
memperoleh dukungan masyarakat terutama tokoh masyarakat.
Selanjutnya, dalam penerapan kebijakan publik tersebut, maka perlu dibuat
kebijakan operasional yang mengacu pada kebjakan publik yang telah
ditetapkan tersebut. Contoh: Perda Kawasan Tanpa Rokok (KTR) yang
dikeluarkan oleh Walikota Bogor, ditindak lanjuti oleh peraturan
perusahaan, peraturan organda dll tentang mewujudkan perusahaan KTR
serta KTR di dalam kendaraan umum.

4. Dukungan sistem (system support)


Adanya sistem atau organisasi kerja yang memasukkan program
kesehatan dalam program kerjanya (partnership). Upaya mengatasi
masalah kesehatan tidak dapat dilakukan hanya oleh sector kesehatan
saja, melainkan dengan berbagai lintas sektor terkait, misalnya: upaya
perbaikan gizi masyarakat terkait dengan sektor pertanian, pemberdayaan
perempuan dan kesejahteraan rakyat. Pengedalian flu burung dan rabies
terkait dengan sektor peternakan dan transportasi, dll. Sehubungan
dengan itu untuk mengatasi masalah kesehatan, maka sektor kesehatan
harus bekerjasama dengan lintas sector terkait. Agar hasilnya optimal, maka
upaya advokasi kesehatan perlu dirancang serta dikelola dengan baik.
C. Pengertian
1. Advokasi adalah usaha untuk mempengaruhi kebijakan publik melalui bermacam-
macam bentuk komunikasi persuasif (JHU, 1999)
2. Advokasi pada dasarnya merupakan suatu perangkat kegiatan yang
dilakukan secara terencana dan terorganisir, ditujukan pada para pengambil
keputusan agar memberikan dukungan kebijakan untuk mengatasi masalah
spesifik.
3. Advokasi adalah suatu usaha untuk mendapatkan atau menciptakan
perhatian para pembuat keputusan terhadap sesuatu permasalahan / issue
yang penting dan mengarahkan agar mau memberikan dukungannya untuk
memecahkan permasalahan tersebut.
4. Advokasi bidang kesehatan mulai digunakan dalam program kesehatan
masyarakat pertama kali oleh WHO pada tahun 1984 sebagai salah satu
strategi global Promosi Kesehatan. Advokasi bidang kesehatan adalah
usaha untuk mempengaruhi para penentu kebijakan atau pengambil
keputusan untuk membuat kebijakan publik yang bermanfaat untuk
peningkatan kesehatan masyarakat.
5. Advokasi kesehatan merupakan serangkaian kegiatan komunikasi untuk
mempengaruhi penentu kebijakan dengan cara: membujuk, meyakinkan,
menjual ide agar memberikan dukungan terhadap upaya pemecahan masalah
kesehatan masyarakat.

D. Unsur-unsur
Ada delapan unsur-unsur advokasi yaitu; tujuan, pemanfaatan data dan riset,
identifikasi sasaran, pengembangan pesan, membangun koalisi, penyajian/
presentasi, dan penggalangan dana.

1. Penetapan tujuan advokasi kesehatan.


Seringkali masalah kesehatan masyarakat sangat kompleks,banyak faktor yang
saling berpengaruh. Agar upaya advokasi dapat berhasil, tujuan advokasi harus
dibuat lebih spesifik berdasarkan pertanyaan berikut;
a. Apakah isu atau masalah itu dapat menyatukan atau membuat
beberapa kelompok bersatu dalam suatu ikatan koalisi yang kuat?
b. Apakah tujuan advokasi dapat tercapai?
c. Apakah tujuan advokasi memang menjawab permasalahan?

2. Pemanfaatan data dan riset untuk advokasi kesehatan.


Adanya data dan riset pendukung sangat penting agar keputusan yang
dibuat berdasarkan informasi yang tepat dan benar. Karena itu data dan riset
diperlukan dalam menentukan masalah yang akan diadvokasi, identifikasi solusi
pemecahan masalah, maupun penentuan tujuan yang realistis. Selain itu,
adanya data dan fakta tersebut seringkali sudah bisa menjadi argumentasi
yang sangat persuasif.
3. Identifikasi sasaran advokasi kesehatan.
Bila isu dan tujuan telah disusun, upaya advokasi harus ditujukan bagi
kelompok yang dapat membuat keputusan dan idealnya ditujukan bagi
orang yang berpengatuh dalam pembuat keputusan. Siapa saja yang
membuat keputusan agar tujuan advokasi dapat dicapai?
Siapa dan apa pengaruhnya dari pembuat keputusan ini yang perlu
dipelajari?

Sasaran advokasi para penentu kebijakan harus dipetakan dengan


menggunakan metode analisa pemercaya (stakeholders). Misalnya
sasaran advokasi pejabat pemerintah, legisltif , eksekutif dan
yudikatif, para petugas kesehatan, para media massa, wartawan, swasta.
Juga kelompok yang bertentangan, untuk mendapatkan saling pengertian,
mungkin bisa dipengaruhi terhadap isu yang akan dibahas.

4. Pengembangan dan penyampaian pesan advokasi kesehatan.


Khalayak sasaran akan berbeda bereaksi atas suatu pesan. Seorang tokoh
politik mungkin termotivasi kalau dia mengetahui bahwa banyak dari
konstituen yang diwakilinya peduli terhadap masalah tertentu. Menteri
kesehatan mungkin akan mengambil keputusan ketika disajikan data rinci
mengenai besarnya masalah kesehatan tertentu. Jadi penting diketahui,
pesan apa yang diperlukan agak khalayak sasaran yang dituju dapat
membuat keputusan yang mewakili kepentingan advokator.

Misalnya menyusun materi pesan advokasi berupa data, informasi sebagai bukti
yang dikemas dalam bentuk table, grafik, atau diagram, disertai foto sebagai
alat bukti.

5. Membangun koalisi.
Sering kali kekuatan advokasi dipengaruhi oleh jumlah orang atau
organisasi yang mendukung advokasi tersebut. Hal ini sangat penting
dimana situasi di negara tertentu sedang membangun masyarakat
demokratis dan advokasi merupakan suatu hal yang relatif baru. Dalam
situasi ini melibatkan banyak orang dan mewakili berbagai kepentingan,
sangat bermanfaat bagi upaya advokasi maupun dukungan politis .
Bahkan dalam satu organisai sendiri, koalisi internal yaitu melibatkan
berbagai orang dari berbagai divisi dalam mengembangkan program baru,
dapat membangun konsensus untuk aksi bersama. Pertimbangkan siapa
saja yang dapat diajak bermitra dalam aliansi atau koalisi upaya advokasi
yang dirancang.
6. Membuat presentasi yang persuasif.
Kesempatan untuk mempengaruhi khalayak sasaran kunci seringkali terbatas
waktunya. Seorang tokoh politik mungkin memberi kesempatan sekali
pertemuan untuk mendiskusikan isu advokasi yang dirancang. Seorang
pejabat hanya punya waktu 10 menit bertemu dengan tim advokator.
Kecermatan dan kehati-hatian dalam menyiapkan argument yang meyakinkan
atau memilih cara presentasi dapat mengubah kesempatan terbatas ini
menajdi upaya advokasi yang berhasil. Apa yang akan disampaikan, dan
bagaimana penyampaian pesan tersebut menjadi penting.

7. Penggalangan dana untuk advokasi kesehatan.


Semua kegiatan termasuk upaya advokasi memerluan dana. Mempertahankan
upaya advokasi yang berkelanjutan dalam jangka panjang memerlukan
waktu dan energi. Jadi memerlukan sumber dana lain untuk menunjang
upaya advokasi. Perlu menjadi pemikiran tim advokasi bagaimana caranya
dalam menggalang dana atau sumber daya lain.

8. Pemantauan dan penilaian upaya advokasi kesehatan.


Pemantauan dan penilaian terhadap upaya advokasi kesehatan yang telah
dilaksanakan sangat penting. Pemantauan dan penilaian pelaksanaan advokasi
kesehatan ditujukan untuk mengetahui apakah tujuan advokasi yang telah
ditetapkan dapat dicapai? Bagaimana penerapan metode dan teknik advokasi
sesuai atau tidak, atau ada hal-hal yang harus disempurnakan dan
diperbaiki? Untuk menjadi advocator yang tangguh diperlukan umpan balik
berkelanjutan serta evaluasi atas upaya advokasi yang telah dilakukan.

E. Teknik-teknik
1. Lobi
Lobi adalah berbincang-bincang secara informal para pengambil keputusan
dan pembuat kebijakan untuk menginformasikan isu-isu strategis yang
menjadi permasalahan di masyarakat. Tahap pertama lobi tim inti advokasi
menyampaikan seriusnya masalah kesehatan yang dihadapi di suatu wilayah
dan dampaknya terhadap kehidupan masyarakat. Kemudian disampaikan
alternatif terbaik untuk mengendalikan masalah tersebut. Dalam lobi yang
paling baik adalah melalui komunikasi interpersonal.

Lobi banyak digunakan untuk mengadvokasi pembuat kebijakan/pejabat publik


dalam bentuk bincang-bincang (pendekatan tokoh). Pengalaman menunjukan
bahwa untuk melakukan suatu lobi, terlebih dahulu harus mencari waktu
untuk bisa bertemu dengan pejabat publik merupakan suatu tantangan/seni
tersendiri bagi para pelobi. Aspek lain yang perlu dipersiapkan adalah data
dan argumen yang kuat untuk meyakinkan si pejabat public tentang
seriusnya permasalahan kesehatan dan betapa pentingnya peranan si
pejabat tersebut dalam mengatasi masalah kesehatan yang ada. Prinsip
melobi dalam program advokasi kesehatan, adalah “low profile, high
pressure”.

2. Petisi
Petisi adalah cara formal dan tertulis untuk menyampaikan gagasan advokator
dan memberikan tekanan kolektif terhadap para pembuat keputusan.
Biasanya dalam petisi sudah jelas tertulis, yaitu pernyataan singkat dan
jelas tentang isu tertentu dan tindakan apa yang akan dilakukan. Di dalam
petisi tersebut tercantum nama dan tanda tangan individu atau organisasi
serta identitas lainnya sejumlah pihak yang mendukung petisi tersebut.
Semakin banyak pendukung, semakin meningkat perhatian penerima petisi.

Di era teknologi informasi sekarang ini karena besarnya peran sosial media, petisi
sering dimanfaatkan oleh organisasi atau individu dengan mudah
menggalang dukungan terhadap isu tertentu seperti lingkungan, kesehatan,
pendidikan dll.

3. Debat
Debat pada dasarnya juga merupakan salah satu metode advokasi
kesehatan dalam kelompok. Ciri spesifiknya, adalah berbagai mengangkat dan
membahas isu kesehatan dari pihak yang pro maupun kontra. Debat
memberikan kesempatan bagi advocator untuk menelaah isu dari berbagai
perspektif dan pandangan. Dengan metode ini, keterlibatan sasaran
(khalayak) akan lebih aktif dan permasalahan kesehatan dapat dibahas dari
berbagai sudut pandang secara tajam serta bisa lebih mendalam. Dengan
dukungan media media massa seperti: televisi, radio, koran dapat
mendukung kegiatan depat ini, sehingga dapat menjangkau khalayak
sasaran yang sangat luas dan penyampaiannya lebih menarik.

Kualitas debat dalam kegiatan advokasi kesehatan, ditentukan oleh nara


sumber serta moderator yang mengatur diskusi dengan mengoptimalkan
alokasi waktu yang tersedia. Kekuatan dari teknik ini moderator
menyediakan kesempatan bagi advocator untuk menggaris bawahi aspek-
aspek positif dan aspek-aspek negaitf dari semua pendapat.

4. Dialog
Hampir sama dengan debat, dialog lebih tepat digunakan sebagai metode
advokasi melalui pendekatan kelompok. Namun, pelaksanaan dialog
sebaiknya didukung oleh media massa, khususnya TV dan Radio,
sehingga dialog ini bisa menjangkau kelompok yang sangat luas. Metode
ini memberi
peluang yang cukup baik untuk mengungkapkan isu/aspirasi/pandangan
khalayak sasaran terhadap program kesehatan.

5. Negosiasi
Negosiasi merupakan metode advokasi yang bertujuan untuk menghasilkan
kesepakatan. Dalam hal ini pihak yang bernegosiasi menyadari bahwa
masing-masing pihak mempunyai kepentingan yang sama tentang upaya
mengatasi permasalahan kesehatan, sekaligus menyatukan upaya mencapai
kepentingan tersebut sesuai tupoksi atau valuenya masing-masing.

Negosiasi merupakan cara yang efektif untuk mendapatkan kesepakatan


tentang pentingnya memberikan dukungan kebijakan maupun sumberdaya
dalam mencapai tujuan program kesehatan. Adapun cara untuk
melakukan negosiasi adalah dengan jalan kompromi, akomodasi dan
kolaborasi.

Dalam negosiasi diperlukan kemampuan untuk melakukan tawar menawar


dengan alternatif yang cukup terbuka. Oleh sebab itu sebelum melakukan
negosiasi, pelaku harus mempelajari kepentingan dan tupoksi sasaran
advokasi. Pelaku advokasi / negosiator harus fokus terhadap inti
permasalahan. Seorang negosiator harus dalam keadaan “SHAPE” yaitu
sincere/sensitive (tulus/peka), honest/humoris (jujur/humoris),
attentive/articuler (menarik, pandai bicara), proficient (pandai/cakap)
enthusiastic/empathy (antusias/ empati). Tiga faktor kunci negosiasi yaitu
mau mendengarkan, mengamati dan menyampaikan.

Harry A. Mills memperkenalkan teknik melakukan negosiasi dengan 7


langkah yang mengacu pada prinsip negosiasi yaitu seni untuk menang,
yaitu:

a. Alternatif
Adalah menyampaikan berbagai jenis program kerja kesehatan yang
mempunyai keuntungan bagi berbagai pihak terkait.
b. Kepentingan
Kepentingan bukanlah mengangkat kepentingan satu pihak, melainkan
kepentingan semua pihak yang terlibat. Kepentingan yang diangkat
mempunyai alasan atau landasan keterkaitan yang kuat bahwa
kesehatan merupakan bagian untuk memenuhi tujuan,
kebutuhan, harapan serta mengatasi permasalahan berbagai pihak
terkait. Sinergi dalam menyatukan tentang pentingnya kesehatan
untuk memenuhi kebutuhan dari berbagai pihak tersebut, harus
dibangun melalui kesepakatan yang baik sehingga dapat memuaskan
kepentingan semua pihak.
c. Opsi
Adalah kisaran upaya dimana semua pihak dapat mencapai
kesepakatan. Opsi yang baik apabila dapat menguntungkan semua
pihak
d. Legitimasi
Semua pihak dalam negosiasi ingin diperlakukan secara adil.
Mengukur keadilan dengan menggunakan beberapa kriteria atau
standar, misalnya: peraturan, instruksi , dll
e. Komunikasi
Komunikasi yang baik dalam kegiatan advokasi merupakan
penyampaian landasan fakta serta value yang dapat membangun
pemahaman, kesadaran, ketertarikan, kepedulian untuk
memberikan dukungan/ tindakan nyata terhadap upaya
peningkatan status kesehatan di masyarakat.
f. Hubungan
Dalam melakukan negosiasi terlebih dahulu harus membangun
hubungan kerja atau hubungan antar manusia yang erat dengan
berbagai pihak terkait, karena hal ini dapat memperlancar proses
negosiasi tersebut.
g. Komitmen
Komitmen adalah pernyataan lisan atau tulisan mengenai apa yang
akan atau tidak boleh dilakukan oleh berbagai pihak yang terlibat.

6. Paparan (presentasi)
Paparan atau presentasi merupakan metode advokasi yang sering
dipergunakan. Materi paparan adalah isu strategis tentang masalah
kesehatan yang disampaikan dalam bahasa yang baik, cukup menyentuh,
efektif, tidak berbelit-belit, dapat dimengerti dan dipahami dengan cepat
dan jelas.

Penerapan metode presentasi ini, dinilai menguntungkan untuk


menyamakan persepsi, menumbuhkan kebersamaan dan membangun
komitmen. Hampir sama dengan lobi, data yang akurat dan argumentasi
yang kuat tentang pentingnya dukungan untuk mengatasi permasalahan
kesehatan merupakan hal penting yang harus dipersiapkan bila ingin berhasil.
Selain itu, dalam tehnik presentasi diupayakan agar menggunakan berbagai
alat bantu penyajian yang menarik misalnya: LCD, film dokumentasi/
testimoni sehingga mempermudah pemahaman serta ketertarikan sasaran
advokasi.
Diperlukan persiapan yang terencana, didukung data lengkap, tampilan
slide yang menarik, pengemasan cetakan / audio visual serta ilustrasi
foto dan grafik yang menarik dan lengkap.
7. Seminar
Seminar merupakan salah satu metode advokasi yang membahas isu
strategis secara ilmiah yang dilakukan bersama beberapa pejabat publik
sebagai sasaran advokasi. Seminar biasanya diikuti 20 sampai 30 orang
peserta yang dipimpin oleh seorang pakar dalam bidang yang
dibahas/diseminarkan.

Tujuan seminar untuk mendapatkan keputusan atau rekomendasi


terhadap upaya pemecahan masalah tertentu yang merupakan hasil
kesepakatan dalam pembahasan bersama semua peserta.

Teknik seminar juga menguntungkan dalam menyamakan persepsi,


menumbuhkan kebersamaan dan membangun komitmen dalam mendukung
kebijakan dan penerapan serta memberi kesempatan diskusi dengan para
peserta seminar secara aktif. Dalam penerapan teknik seminar diperlukan
kemampuan untuk menggunakan dan memanfaatkan berbagai teknik
komunikasi serta penggunaan alat bantu penyajian yang berkembang
kecanggihannya.

8. Studi Banding
Studi banding juga merupakan salah satu metode advokasi yang baik,
yakni dengan mengajak sasaran advokasi mengunjungi suatu daerah
yang baik maupun yang kurang baik kondisinya. Melalui kegiatan ini,
mereka dapat mempelajari secara langsung permasalahan yang ada.
Teknik ini diarahkan untuk dapat memberikan gambaran maupun informasi
yang kongkrit kepada sasaran advokasi, sehingga sasaran advokasi dapat
melakukan analisa dan menetapkan langkah – langkah untuk mengatasi
permasalahan yang ada serta mempunyai gambaran terhadap dukungan
yang harus diberikan.

9. Pengembangan kelompok peduli


Pengembangan kelompok peduli adalah metode advokasi dengan cara
menghimpun kekuatan baik secara peorangan maupun organisasi dalam
suatu jaringan kerjasama untuk menyuarakan/memperjuangkan isu yang
diadvokasikan. Kelompok ini bisa bernama “Koalisi” seperti Koalisi
Indonesia Sehat, Aliansi Pita Putih atau Forum Peduli Kesehatan lainnya
yang memiliki jaringan yang kuat dalam ide/gagasan meskipun secara
organisasi tidak terlalu ketat keterikatannya. Dalam pengembangan
kelompok peduli ini, pemilihan tokoh pelopor dan penyamaan persepsi
terhadap program kesehatan menjadi dua hal penting yang harus mendapat
perhatian.
10. Penggunaan media massa
Peranan media massa sangat besar dan menentukan dalam
keberhasilan advokasi kesehatan, baik dalam membentuk opini,
menyamakan persepsi maupun dalam memberikan tekanan.

Media massa merupakan media yang mampu memberi informasi kepada


banyak orang pada banyak tempat yang berbeda dalam waktu yang
hampir bersamaan. Dalam advokasi kesehatan kita bisa memilih media
massa elektronik ( TV, radio, internet ) dan cetak (koran, majalah, tabloid
dan lain- lain). Beberapa rincian tehnis dalam pemanfaatan media massa
yang perlu diketahui oleh perancang/pelaksana advokasi di antaranya :

a. Siaran pers
b. Press kit
c. Lembar fakta (fact
sheet)
d. Koferensi pers
e. Wisata pers (press tour)

Memperhatikan besarnya peranan media massa dalam suatu upaya


advokasi kesehatan, maka bagaimana menjalin kerja sama yang baik
dengan pihak media massa merupakan suatu tantangan sekaligus seni
tersendiri yang perlu dipelajari oleh perancang dan pelaksana advokasi.
Sebaiknya para pelaksana memiliki daftar media yang ada di wilayahnya
secara rinci dan menggalang hubungan pribadi yang akrab dengan jurnalis
dan redakturnya

Selanjutnya, ada beberapa teknik advokasi yang merupakan cara


penerapan metode advokasi, yaitu :
1. Secara formal: presentasi, seminar, konferensi, semiloka, telekonferensi.
2. Secara informal: pertemuan umum dan khusus, studi banding,
festifal, event-event khusus seperti olah raga, reuni, arisan, pertemuan
keluarga dll.
3. Secara langsung: komunikasi langsung dalam presentasi, seminar,
negosiasi, surat, email, telepon, fax, media sosial, dll
4. Secara tidak langsung: komunikasi melalui kolega, teman, keluarga, dll

F. Langkah-langkah
Langkah-langkah dalam pelaksanaan kegiatan advokasi kesehatan secara
sistematis. John Hopkins University–Center for Communication Program
(JHU– CCP) mengembangkan langkah-langkah pelaksanaan kegiatan
advokasi yang dikenal sebagai bagan “A” (A frame) yang terdiri dari langkah-
langkah, sebagai berikut :
“A” frame

3
Mobilisasi

2 4
Strategi
Tindakan/
Aksi
6
5
1
Evaluasi
Analisis

1. Analisis.
Analisis merupakan langkah pertama untuk merencanakan kegiatan
advokasi kesehatan yang efektif. Hasil analisis menjadi dasar atau
acuan dalam menyusun strategi advokasi yang tepat. Oleh karena itu
mutu analisis akan sangat mempengaruhi kualitas dari strategi advokasi
yang akan disusun. Ruang lingkup analisis meliputi:

a. Analisis Isu
Analisis isu diawali dengan melakukan identifikasi masalah kesehatan
yang ada di suatu wilayah. Selanjutnya, dari beberapa masalah
kesehatan yang ada diprioritaskan. Masalah kesehatan prioritas
tersebut, dijadikan sebagai landasan untuk menetapkan beberapa isu
yang terkait dengan terjadinya masalah tersebut. Dari beberapa isu
tersebut, kemudian ditetapkan isu strategis yang benar-benar
mempunyai hubungan terhadap terjadinya masalah kesehatan di
wilayah tersebut. Mengacu pada isu strategis, pengelola kegiatan
advokasi kesehatan, kemudian merumuskan tujuan, sasaran, isi
pesan serta media advokasi. Analisis isu dapat dilakukan melalui
kajian data dan informasi atau laporan, termasuk teori, yang dapat
diperoleh dari bahan bacaan (literatur).

Analisis isu ini dapat kita lakukan dengan mencoba menjawab


pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut :
1) Apakah isu itu mempunyai hubungan yang erat dengan
terjadinya masalah kesehatan prioritas?
2) Apakah isu dirasakan oleh sebagian besar
masyarakat?
3) Apakah isu didukung oleh data yang
akurat?
4) Hasil isu akankah memperbaiki status kesehatan masyarakat?
5) Mungkinkah isu dialiansikan dengan sektor
lain?
6) Apakah isu itu memperkuat nilai (value) pejabat
publik?
7) Apakah isu dapat memperkuat jejaring LSM/lintas
sektor?

b. Analisis Publik
Analisis publik selain penting untuk merumuskan isi pesan juga akan
sangat diperlukan dalam pemilihan bentuk aksi dan tindakan serta
media maupun saluran informasi yang akan digunakan. Analisis
publik dapat dilakukan dengan memanfaatkan berbagai hasil
penelitian, need assessment maupun dari hasil
penjajakan/pendekatan pribadi, khususnya untuk sasaran individu.
Analisis publik ini sebaiknya dilakukan secara rinci untuk menjawab
pertanyaan-pertanyaan berikut ini :
1) Unsur/instansi pemerintah mana yang berwewenang membuat
kebijakan publik terkait dengan upaya pemecahan masalah
kesehatan tersebut ?
2) Bentuk kebijakan apa yang bisa dibuat/dilaksanakan oleh masing-
masing unsur/instansi pemerintah itu ?
3) Bagaimana nilai kepentingan (value) yang berkembang pada masing-
masing unsur/instansi pemerintah tersebut terhadap masalah ini ?
4) Bagaimana praktek perilaku yang terjadi dalam masing-masing
unsur/instansi pemerintah tersebut dalam masalah ini ?
5) Sumberdaya (resources) apa yang dimiliki masing-masing unsur/
instansi pemerintah tersebut dalam kaitan mengatasi masalah ini
dan seberapa besarkah?
6) Siapa saja/kelompok masyarakat mana yang akan mendapat
manfaat apabila masalah ini ditanggulangi/ proses advokasi
berhasil?
7) Bagaimana praktek perilaku masing-masing kelompok
masyarakat tersebut terhadap masalah ini ?
8) Sumberdaya (resources) apa yang dimiliki masing-masing
kelompok masyarakat tersebut dalam kaitan mengatasi
masalah ini dan seberapa besar ?

c. Analisis Kebijakan
Analisis kebijakan akan sangat berpengaruh dalam pelaksanaan
mobilisasi dan tindakan dan aksi kegiatan advokasi kesehatan. Analisis
kebijakan dapat dilakukan dengan melakukan pengkajian terhadap
kebijakan yang sudah ada tetapi belum berjalan sebagaimana mestinya
maupun kebijakan baru yang perlu dibuat untuk mengatasi
permasalahan kesehatan masyarakat
yang ada. Disamping itu analisis kebijakan juga perlu dilakukan untuk
mengkaji efektifitas kebijakan tersebut dalam mengatasi pemasalahan
kesehatan yang ada.

Analisis kebijakan dapat dilakukan dengan menjawab pertanyaan-


pertanyaan berikut ini :
1) Adakah kebijakan yang mendukung upaya pemecahan masalah
kesehatan tersebut ?
2) Bagaimana pengaruh dan efektifitas penerapan kebijakan yang sudah
ada dalam mendukung tujuan tercapainya upaya pemecahan
masalah kesehatan tersebut?
3) Kebijakan apa yang perlu dikembangkan untuk mendukung upaya
pemecahan masalah kesehatan tersebut, agar tujuan yang
ditetapkan dapat tercapai?
4) Apa bentuk kebijakan yang perlu dikembangkan
tersebut?

d. Analisis tentang program-program komunikasi yang potensial untuk


mendukung kegiatan advokasi.

e. Analisistentangstakeholder(mitrakerja)terkaitdenganpengembangan
kebijakan publik berwawasan kesehatan.

f. Analisis tentang jejaring yang mampu melakukan/ mendukung


kegiatan advokasi kesehatan sehingga tujuan yang diharapkan dapat
tercapai.

g. Analisis terhadap sumberdaya yang dibutuhkan untuk melaksanakan


kegiatan advokasi kesehatan.

2. Menyusun Strategi Advokasi.


Ada beberapa tahapan kegiatan dalam menyusun strategi advokasi yaitu:
a. Membentuk kelompok kerja atau jejaring advokasi.
b. Melakukan identifikasi sasaran advokasi, baik yang bertindak sebagai
advokator, maupun sasaran penentu/ pengambil kebijakan.
c. Mengembangkan tujuan advokasi. Dalam menyusun tujuan advokasi harus
memperhatikan kaidah SMART (S = spesific/khusus; M =
measureable/ dapat diukur; A = action/dapat dikerjakan; R = realistic dan
T = time bound/ ada ukuran waktu yang jelas).
d. Menentukan rencana aksi/ kegiatan advokasi, diantaranya adalah
menyelenggarakan forum komunikasi, pengembangan pesan dan media
advokasi, penyiapan dan pendayagunaan tenaga advokasi, merancang
medode advokasi, merancang berbagai jenis komunikasi efektif untuk
advokasi, menyusun jadwal pelaksanaan kegiatan advokasi, merancang
proses pembuatan dukungan kebijakan yang diharapkan.
e. Menentukan indikator, baik input, proses maupun out put kegiatan
advokasi, serta merancang kegiatan pemantauan dan penilaian advokasi
tersebut.
f. Menentukan dana serta sumberdaya lainnya yang dibutuhkan untuk
kegiatan advokasi dan pengembangan kebijakan yang diperlukan.

Selanjutnya ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menyusun


strategi advokasi yaitu :
a. Credible : artinya program yang diajukan harus dapat meyakinkan para
penentu kebijakan, oleh sebab itu harus didukung data dari sumber
yang dapat dipercaya.
b. Feasible : artinya program tersebut secara teknik, politik maupun
ekonomi layak untuk dilaksanakan. Secara teknik dapat dilaksanakan
karena tersedia petugas yang mempunyai kemampuan yang memadai,
tidak membawa dapak politik yang meresahkan masyarakat, dana
terjangkau.
c. Relevant : artinya memenuhi kebutuhan masyarakat dan benar-benar
memecahkan masalah yang dirasakan masyarakat serta ada
keterkaitan dari program yang dilakukan oleh lintas program maupun
lintas sektor.
d. Urgent : artinya program itu mempunyai urgensi yang tinggi, harus
segera dilaksanakan kalau tidak dilaksanakan akan menimbulkan
masalah yang lebih besar lagi.
e. High priority : artinya program yang diajukan harus mempunyai
prioritas tinggi, oleh sebab itu diperlukan analisis cermat, baik terhadap
masalahnya sendiri, maupun terhadap alternatif pemecahan masalah
atau program yang diajukan.

3. Menggalang Kemitraan (Mobilisasi).


Mobilisasi merupakan salah satu langkah penting dalam proses advokasi.
Mobilisasi perlu dilakukan untuk membangun kebersamaan, kekuatan dan
sekaligus tekanan kepada pihak-pihak yang tidak/belum mendukung.
Mobilisasi ini sangat penting khususnya untuk membuat “nilai kepentingan”
dari berbagai kelompok yang terkait menjadi kompatibel. Mobilisasi
selain merupakan suatu tehnik, juga merupakan suatu “seni” dengan
berbagai “trick” yang bisa dikembangkan melalui pengalaman.

Mobilisasi melalui penggalangan kemitraan dapat dilakukan melalui


beberapa langkah berikut ini, yaitu:
a. Melakukan identifikasi mitra
potensial
b. Melakukan sinkronisasi program kerja kesehatan dari setiap mitra
potensial.
c. Mengembangkan koalisi dan melakukan nota kesepahaman
(MoU)
d. Membuat program kerja
terpadu
e. Mendelegasikan tanggung jawab dan
kewenangan
f. Melakukan peningkatan kapasitas, misalnya menyelanggarakan pelatihan/
orientasi
g. Mengembangkan jaringan informasi serta menyelenggarakan forum
komunikasi secara rutin
h. Mendokumentasikan kegiatan yang dilakukan oleh mitra serta
mengekspose kegiatan yang telah dilakukan melalui berbagai jenis media.

4. Tindakan Aksi Pelaksanaan Advokasi.


Tindakan aksi atau pelaksanaan advokasi mengacu pada rencana yang telah
disusun berdasarkan hasil analisis, rancangan strategi yang telah dituangkan
dalam plan of action (POA).

Tindakan atau aksi dalam proses advokasi pada dasarnya adalah serangkaian
kegiatan komunikasi baik yang bersifat individual, kelompok atau massa.
Melalui langkah tindakan/aksi dalam proses advokasi perlu terus dibangun
dijaga citra (image) bahwa : proses advokasi ini merupakan “tindakan
bersama”. Makin banyak orang yang dicitrakan terlibat dalam kegiatan ini
makin baik. Proses advokasi ini dilakukan secara terus menerus dan
konsisten sampai tujuan advokasi yang ditetapkan dapat tercapai.

Dengan memanfaatkan berbagai metode dan teknik advokasi serta


penerapan strategi advokasi maka diharapkan:
a. Para Penentu Kebijakan.
1) Tahu dan yakin, bahwa masalah kesehatan benar-benar perlu
dilaksanakan serta akan menguntungkan bagi semua pihak.
2) Tahu faktor-faktor penyebab masalah kesehatan.
3) Tahu bahwa masalah kesehatan bisa diatasi/dipecahkan.
4) Mampu memilih cara yang cocok untuk menyelesaikan masalah
kesehatan.
5) Tahu bahwa pemerintah mempunyai pilihan bentuk kebijakan publik
untuk memecahkan masalah kesehatan, baik berupa Perda
maupun Surat Keputusan.
6) Menyadari bahwa Pemerintah mempunyai kewajiban untuk membuat
kebijakan untuk memecahkan masalah kesehatan.
7) Melakukan proses pembuatan kebijakan publik berwawasan
kesehatan.
8) Mensosialisasikan serta menerapkan kebijakan publik berwawasan
kesehatan yang telah dibuat tersebut secara konsisten dan
bertanggung jawab.
9) Mampu menggalang potensi untuk kesinambungan pelaksanaan
program kesehatan.
10) Penentu Kebijakan publik bertindak memberikan dukungan
sumberdaya (resources) untuk memecahkan masalah kesehatan
yang ada.

b. Kelompok Pendukung/pro.
1) Tahu dan yakin bahwa ada kelompok masyarakat (marjinal) yang
mengalami masalah dalam pelayanan Kesehatan.
2) Tahu bahwa masalah pelayanan kesehatan bisa diatasi melalui
program kesehatan.
3) Tahu dan yakin bahwa masalah kesehatan benar-benar tidak
menguntungkan bagi kelompok masyarakat yang mengalami.
4) Tahu bahwa masalah kesehatan bisa dipecahkan.
5) Tahu bahwa dia memiliki potensi untuk ikut mengatasi masalah
kesehatan .
6) Tahu bahwa dia akan mendapat manfaat dan atau memiliki
kewajiban moral untuk ikut membantu menyeselsaikan kesehatan.
7) Mampu dan mau ikut mendukung pemecahan masalah ini sesuai
dengan potensi yang dia miliki.

5. Evaluasi
Evaluasi juga merupakan bagian penting dari advokasi. Pelaksanaan
evaluasi mengacu pada indikator yang telah ditetapkan sebelumnya, yang
meliputi indikator input, proses, out put maupun dampak dari advokasi
yang telah dilakukan.

Ada beberapa aspek yang perlu dievaluasi secara berkala,


diantaranya:
a. Kegiatan dan kemampuan mitra atau jejaring dalam mencapai tujuan
advokasi
b. Kegiatan komunikasi advokasi.
c. Kejelasan isi pesan yang
disampaikan.
d. Kekuatan media advokasi yang
digunakan.
e. Pemahaman, ketertarikan, kepedulian serta tindakan sasaran advokasi
dalam memberikan dukungan kebijakan maupun sumberdaya untuk
program kesehatan.
f. Realisasi dukungan dari sasaran
advokasi
g. Dampak kegiatan advokasi terhadap pencapaian tujuan program
kesehatan.
6. Kesinambungan
Advokasi adalah suatu bentuk program komunikasi strategis yang
dirancang untuk menghasilkan perubahan nilai dan perilaku sasaran
penentu atau pengambil kebijakan. Dalam proses mengembangkan
suatu kebijakan, memerlukan waktu yang panjang serta pengawalan
yang ketat. Apabila kebijakan tersebut sudah ada maka perlu
diterjemahkan atau ditindak lanjuti menjadi kebijakan operasional atau
kebijakan teknis dan harus disosialisasikan kepada berbagai pihak terkait
agar dapat diimplementasikan.

Salah satu bentuk implementasi adalah mengusulkan sumberdaya (dana,


tenaga, sarana, dll) yang dibutuhkan, untuk melaksanakan program kesehatan
masyarakat di berbagai jenjang administrasi. Upaya membuat usulan sampai
dengan adanya realisasi terhadap usulan yang diajukan juga
memerlukan waktu dan pengawalan yang ketat, belum lagi apabila ada
pergantian pejabat. Sehubungan dengan itu proses advokasi seringkali
memerlukan waktu yang cukup panjang, harus dilakukan secara
berkesinambungan.

Untuk mengantisipasi keadaan tersebut, maka dalam penetapan tujuan


advokasi harus disusun secara rinci dan jelas dari waktu ke waktu

Pokok Bahasan 2.
IDENTIFIKASI

A. Sasaran tersier
Sasaran tersier dalam advokasi kesehatan adalah para penentu kebijakan dan
untuk menentukan sasaran tersier yang akan diadvokasi maka sebaiknya harus
dipetakan terlebih dahulu dengan menggunakan metode analisa pemercaya
(stakeholders). Misalnya sasaran advokasi pejabat pemerintah, legislatif ,
eksekutif dan yudikatif, para petugas kesehatan, para media massa,
wartawan, dunia usaha/swasta. Juga kelompok yang bertentangan, untuk
mendapatkan saling pengertian, mungkin bisa dipengaruhi terhadap isu yang
akan dibahas.

Analisa pemercaya (stakeholder) dapat menggunakan analisis publik.


Cara melakukan analisis publik adalah dengan menjawab beberapa pertanyaan di
bawah ini:

No. Analisis Publik Hasil


Analisis
Publik
1 Unsur/instansi pemerintah mana yang
berwewenang membuat kebijakan publik terkait dengan
upaya pemecahan masalah kesehatan
tersebut ?
2 Bentuk kebijakan apa yang bisa
dibuat/dilaksanakan oleh masing-masing
unsur/instansi pemerintah itu ?
3 Bagaimana nilai kepentingan (value) yang
berkembang pada masing-masing unsur/instansi
pemerintah tersebut terhadap masalah ini ?
4 Sumberdaya (resources) apa yang dimiliki
masing-masing unsur/instansi pemerintah
tersebut yang dapat mendukung upaya
mengatasi masalah ini dan seberapa besarkah?
5 Siapa saja/kelompok masyarakat mana yang
akan mendapat manfaat apabila masalah ini ditanggulangi
melalui proses advokasi ?
6 Bagaimana nilai kepentingan (value) yang
berkembang pada masing-masing pihak
tersebut terhadap masalah ini?
7 Sumberdaya (resources) apa yang dimiliki oleh pihak-pihak
tersebut yang dapat dipergunakan dalam mendukung upaya
pemecahan masalah ini dan seberapa besar ?

8 Program-program komunikasi potensial apa


yang dapat dipergunakan untuk mendukung kegiatan
advokasi kesehatan terkait dengan
upaya pemecahan masalah ini?.
9 Adakah jejaring yang mampu melakukan/
mendukung kegiatan advokasi kesehatan ini, sehingga
tujuan yang diharapkan dapat tercapai.
10 Apa saja sumberdaya / dana yang dibutuhkan untuk
melaksanakan kegiatan advokasi untuk mengatasi masalah
ini?.

B. Data-data strategi untuk melakukan pendekatan


1. Data-data yang diperlukan untuk mengemas issu strategis
Adanya data dan riset pendukung sangat penting agar keputusan yang
dibuat berdasarkan informasi yang tepat dan benar. Karena itu data dan
riset diperlukan dalam menentukan masalah yang akan diadvokasi,
identifikasi solusi pemecahan masalah, maupun penentuan tujuan yang
realistis. Selain itu, adanya data dan fakta tersebut seringkali sudah bisa
menjadi argumentasi yang sangat persuasif. Berdasarkan data dan
fakta yang diperoleh maka disusunlah suatu analisis masalah dan
kemudian dikemas menjadi issu strategis dengaan menggunakan analisa
issu yang kemudian akan disampaikan dalam pelaksanaan kegiatan
advokasi kesehatan melalui media/kit advokasi kesehatan.
2. Pendekatan Advokasi Kesehatan
Ada lima pendekatan utama dalam advokasi kesehatan yaitu; melibatkan
para pemimpin, bekerja dengan media massa, membangun kemitraan,
memobilisasi masyarakat dan membangun kapasitas, secara ringkas dapat
dijelaskan sebagai berikut;

a. Melibatkan Para Pemimpin.


Para pembuat undang-undang, pemimpin politik, para pembuat
kebijakan, dan para penentu keputusan sangat berpengaruh dalam
menciptakan perubahan yang terkait dengan isu-isu sosial, termasuk
kesehatan, pendidikan dan kependudukan. Karena sangat penting
melibatkan mereka semaksimum mungkin untuk membahas isu yang
akan diadvokasi.

Mereka dapat didekati secara formal maupun informal melalui


kunjungan individu, wawancara, dialog, seminar atau diskusi. Bila
mereka anggota DPR/DPRD pertemuan dapat diatur pertemuan
dengan legislatif atau parlemen yang merupakan pekerjaan sehari-hari
mereka.

b. Bekerja dengan Media Massa.


Media Massa sangat penting berperan dalam membentuk opini
publik. Media massa juga sangat kuat dalam mempengaruhi
persepsi public atas isu atau masalah tertentu. Mengenal,
membangun dan menjaga kemitraan dengan media massa sangat
penting dalam proses advokasi. Kenali dan identifikasi para wartawan
yang sering menulis isu kesehatan di media massa tertentu. Lakukan
identifikasi berbagai jenis media massa dan jaringan organisasinya
seperti Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Aliansi Jurnalis Independen
(AJI) dll.

c. Membangun Kemitraan.
Dalam upaya advokasi sangat penting dilakukan membuat jejaring,
kemitraan yang berkelanjutan dengan individu, organisasi profesi,
organisasi masyarakat dan sektor lain yang bergerak dalam isu yang
sama perlu dipertahankan sesuai dengan perannya masing-masing.
Model kemitraan yang tidak mengikat akan lebih langgeng. Prinsip
kemitraan seperti, kesetaraan, keterbukaan dan saling
menguntungkan menjadi acuan untuk mencari mitra yang cocok
untuk advokasi kesehatan.
d. Memobilisasi Massa.
Memobilisasi massa merupakan suatu proses mengorganisasikan
individu yang telah termotivasi ke dalam kelompok-kelompok atau
mengorganisasikan kelompok yang sudah ada. Dengan mobilisasi
agar motivasi individu dapat diubah menjadi tindakan kolektif. Pada
tahap awal dapat melibatkan orang yang mempunyai pengaruh dan
dipercaya seperti tokoh masyarakat, tokoh agama, mereka perlu
diidentifikasi serta diberi informasi tentang isu advokasi yang dipilih.
Juga kelompok mahasiswa, pelajar yang mempunyai minat yang
sesuai dengan isu advokasi dapat dilibatkan untuk mobilisasi massa.

e. Membangun Kapasitas
Membangun kapasitas maksudnya melembagakan kemampuan untuk
mengelola program yang komprehensif dan membangun critical mass
pendukung yang memiliki ketrampilan advokasi. Kelompok profesi,
LSM juga kelompok diluar bidang kesehatan seperti WALHI (Wahana
Lingkungan Hidup Indomesia) yang bergerak dalam isu lingkungan,
kelompok advokasi untuk masyarakat miskin perkotaan, dan KUIS (
Koalisi Untuk Indonesia Sehat) yang bergerak dalam advokasi
kesehatan dalam desentralisasi. Kegiatan membangun kapasitas
dapat dilakukan dengan pelatihan dan memberikan bantuan teknis
oleh organisasi tertentu, misalnya Asia Foundation, John Hopkins
University.

Pokok Bahasan 3.
PENYUSUNAN PERENCANAAN ADVOKASI

A. Latar belakang
Perencanaan merupakan langkah yang sangat menentukan dalam suatu kegiatan
apapun, hingga ada suatu pernyataan yang menyebutkan “lebih baik gagal
merencanakan dari pada perencanaan yang gagal”. Demikian halnya dengan
kegiatan advokasi kesehatan perlu disusun perencanaannya secara baik dan
benar.

Analisis situasi merupakan langkah awal dalam menyusun perencanaan


kegiatan advokasi kesehatan. Perencanaan pada dasarnya merupakan proses
penetapan tujuan dan sasaran, serta penetapan cara pencapaian tujuan dan
sasaran yang diharapkan. Perencanaan adalah serangkaian kegiatan dimana
keputusan yang dibuat dituangkan dalam bentuk tindakan. Perencanaan
merupakan salah satu siklus dari proses pemecahan masalah untuk
mengubah posisi yang ada saat ini kepada posisi yang diinginkan. Menurut
Tjokroamidjojo (1992, 12-14)
perencanaan sebagai suatu cara bagaimana mencapai tujuan sebaik-baiknya
(maximum output) dengan sumber-sumber yang ada supaya lebih efisien
dan efektif. Dengan demikian, maka terdapat 5 (lima) hal pokok yang perlu
diketahui dalam perencanaan, yaitu: 1) permasalahan yang ada, 2)
ketersediaan sumberdaya, 3) tujuan serta sasaran yang ingin dicapai, 4)
kebijakan yang ada serta 5) jangka waktu pencapaian tujuan.

Tujuan penyusunan perencanaan advokasi kesehatan adalah: mengarahkan


sumberdaya yang ada untuk pencapaian tujuan advokasi kesehatan dalam upaya
pemecahan masalah kesehatan masyarakat yang ada, pada waktu tertentu.
Selain itu, perlu mendapatkan kejelasan tentang upaya yang harus dilakukan
secara sistematis mengarah pada tujuan program yang akan dicapai dalam waktu
tertentu.

Manfaat penyusunan perencanaan kegiatan advokasi kesehatan adalah 1)


memusatkan perhatian pada tujuan yang ingin dicapai; 2) mengurangi resiko
ketidak pastian terhadap proses kegiatan yang harus dilakukan; 3) mencegah
pemborosan sumberdaya, dan mengoptimalkan penggunaan sumberdaya
secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai; 4)
kegiatan terjadwal dengan baik; 5) menjadi dasar bagi fungsi manajemen yang
lain, yaitu pelaksanaan, pengawasan, pemantauan dan penilaian.

Ciri-ciri perencanaan advokasi kesehatan yang baik adalah 1) mengarah pada


upaya pemecahan masalah kesehatan masyarakat yang ada di wilayah
tersebut;
2) sesuai dengan tugas pokok, kewenangan serta pencapaian indikator
kinerja program kesehatan;.3) memperhatikan sumberdaya dan kapasitas
yang ada;
4) melibatkan berbagai pihak potensial terkait; 5) bersifat fleksibel, artinya
memungkinkan diadakan perubahan-perubahan di dalam rencana tanpa
mengganggu hasil akhirnya. Perancanaan dapat sewaktu-waktu berubah kareba
adanya tuntutan situasi dan kondisi yang ada; 6) memperhatikan kendala-
kendala yang ada. Dalam menyusun rencana seorang perencana harus melihat
kendala- kendala yang ada, baik yang datang dari luar maupun dari dalam,
termasuk adanya peraturan-peraturan pemerintah, kapasitas tenaga, kondisi
sosial budaya masyarakat dan pejabat publik.

Hal yang penting adalah dalam membuat perencanaan advokasi kesehatan


harus menetapkan batasan-batasan yang jelas, misalnya: prosedur, rincian
jenis kegiatan, tujuan, sasaran, kebijakan yang ada, kebijakan yang perlu
dibuat disetiap jenjang administrasi termasuk adanya kebijakan-kebijakan
khusus dalam mendukung upaya pemecahan masalah kesehatan atau
pencapaian indikator kinerja program kesehatan.
B. Tingkat Propinsi
C. Tingkat Nasional
D. Tingkat Internasional

Pokok bahasan 4.
PELAKSANAAN ADVOKASI.

A. Tingkat Propinsi
B. Tingkat Nasional
C. Tingkat Internasional

Pokok bahasan 5.
EVALUASI ATAS HASIL ADVOKASI.

A. Tingkat Propinsi
B. Tingkat Nasional
C. Tingkat Internasional

Pokok bahasan 6.
PENYUSUNAN LAPORAN HASIL PELAKSANAAN ADVOKASI.

A. Secara deskriptif
B. Secara analitik

VI. Referensi
• Kemenkes. RI, Pusat Promosi Kesehatan, 2013, Modul Pelatihan Pengelola
Advokasi, Jakarta.
MATERI INTI 3
PELAKSANAAN PENGGALANGAN
DUKUNGAN SOSIAL

I. Deskripsi Singkat
Keberhasilan pembangunan bidang kesehatan juga dipengaruhi oleh hasil kerja dan
kontribusi positif berbagai sector pembangunan lainnya, termasuk sektor swasta
dan masyarakat. Hal ini tidak lain karena derajat kesehatan dipengaruhi oleh
berbagai faktor. Tidak hanya pelayanan kesehatan yang dapat menentukan derajat
kesehatan masyarakat, melainkan juga faktor lingkungan dan perilaku
masyarakat. Di sisi lain, derajat kesehatan masyarakat juga merupakan modal
dasar bagi terciptanya kemampuan masyarakat untuk membangun. Masyarakat
yang sehat akan menjadikan negara kuat, karena sumber daya manusia yang ada
bagi pembangunan negara menjadi berkualitas. Oleh sebab itu, derajat kesehatan
masyarakat pada hakikatnya merupakan tujuan sosial (social goal) yang harus
menjadi perhatian dan urusan semua pihak. Tanggung jawab harus dibagi di
antara para pemangku kepentingan (stakeholders).

Untuk menciptakan harmonisasi dalam mendapatkan dukungan sosial perlu diciptakan


opini positif atau lingkungan sosial yang mendorong individu anggota masyarakat
untuk mau melakukan perilaku yang diperkenalkan. Kemauan untuk melakukan
sesuatu timbul apabila lingkungan sosial di manapun ia berada (keluarga di
rumah, orang-orang yang menjadi panutan/idolanya, kelompok arisan, majelis
agama, dan lain-lain, dan bahkan masyarakat umum) memiliki opini yang positif
terhadap perilaku tersebut. Oleh karena itu, untuk mendukung proses
Pemberdayaan Masyarakat, khususnya dalam upaya mengajak para individu
meningkat dari fase tahu ke fase mau, perlu dilakukan Bina Suasana

Mengingat pentingnya upaya pemberdayaan masyarakat dan promosi kesehatan


dalam mendukung tercapainya tujuan pembangunan kesehatan nasional tersebut,
maka petugas promosi kesehatan/Pejabat Fungsional PKM harus memahami
tentang ruang lingkup materi yang akan dibahas pada sesi ini meliputi:
Pelaksanaan Penggalangan dukungan sosial dalam mendukung program prioritas
Kementerian Kesehatan RI.
II. Tujuan Pembelajaran

A. Tujuan Pembelajaran Umum:


Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu melaksanakan penggalangan
dukungan sosial.

B. Tujuan Pembelajaran Khusus:


Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu:
1. Menjelaskan tentang penggalangan dukungan sosial
2. Menyusun perencanaan untuk melaksanakan penggalangan dukungan sosial
3. Melaksanakan penggalangan dukungan sosial
4. Melakukan pengembangan untuk menggalang dukungan sosial di masyarakat
5. Membuat laporan hasil pelaksanaan penggalangan dukungan sosial

III. Pokok Bahasan dan Sub Pokok Bahasan


Dalam modul ini akan dibahas pokok bahasan berikut:

Pokok bahasan 1. Penggalangan dukungan sosial


Sub pokok bahasan:
a. Pengertian
b. Tujuan
c. Sasaran
d. Pendekatan
e. Metode
f. Langkah-langkah

Pokok bahasan 2. Penyusunan rencana dengan membuat rancangan cara


untuk mendapatkan dukungan sosial
Sub pokok bahasan:
a. Tingkat Propinsi
b. Tingkat Nasional
c. Tingkat Internasional

Pokok bahasan 3. Penggalangan dukungan sosial


Sub pokok bahasan:
a. Tingkat Propinsi
b. Tingkat Nasional
c. Tingkat Internasional
Pokok bahasan 4. Pengembangan untuk menggalang dukungan sosial di
masyarakat

Pokok bahasan 5. Pembuatan laporan hasil pelaksanaan penggalangan


dukungan sosial dengan cara:
a. Deskriptif
b. Analitik

IV. Langkah-Langkah Kegiatan Pembelajaran


Langkah-langkah kegiatan pembelajaran ini menguraikan tentang kegiatan
fasilitator dan peserta dalam proses pembelajaran selama sesi ini berlangsung 4
Jpl (4 @ 45 menit = 180 menit), adalah sebagai berikut:

Langkah 1.
Pengantar dan penjelasan tujuan pembelajaran (10 menit)

Langkah pembelajaran:
a. Fasilitator memperkenalkan diri
b. Fasilitator menjelaskan kepada peserta tentang judul pokok bahasan dan
tujuan pembelajaran umum dan khusus yang ingin dicapai
c. Fasilitator menjelaskan diskripsi singkat pokok bahasan ini

Langkah 2.
Penggalangan dukungan sosial (pengertian, tujuan, sasaran, pendekatan,
metode dan langkah-langkah penggalangan dukungan sosial (35 menit)

Langkah pembelajaran:
a. Fasilitator melakukan curah pendapat tentang pengertian, tujuan, sasaran,
pendekatan, metode dan langkah-langkah penggalangan dukungan sosial/bina
suasana terhadap program penyuluhan kesehatan masyarakat atau promosi
kesehatan.
b. Fasilitator mencatat pada kertas flipchart semua pendapat peserta
c. Fasilitator merangkum hasil curah pendapat, kemudian menjelaskan
pengertian, tujuan, sasaran, pendekatan, metode dan langkah-langkah
penggalangan dukungan sosial/bina suasana terhadap program
penyuluhan kesehatan masyarakat atau promosi kesehatan.
d. Fasilitator memberikan kesempatan kepada peserta untuk bertanya, kemudian
fasilitator menyampaikan jawaban yang sesuai.
Langkah 3.
Penyusunan rencana dengan membuat rancangan cara untuk mendapatkan
dukungan sosial di tingkat Propinsi, Nasional dan Internasional dan
Penggalangan dukungan sosial di tingkat Propinsi, Nasional dan
Internasional (45 menit)

Langkah pembelajaran:
a. Fasilitator melakukan curah pendapat Identifikasi sasaran sekunder
(crisis response community, coping community dan caring community) dan
Identifikasi peluang untuk menjaring kemitraan terhadap program penyuluhan
kesehatan masyarakat atau promosi kesehatan.
b. Fasilitator merangkum semua pendapat peserta, kemudian menayangkan slide
dan menjelaskan tentang curah pendapat Identifikasi sasaran sekunder
(crisis response community, coping community dan caring community) dan
Identifikasi peluang untuk menjaring kemitraan terhadap program penyuluhan
kesehatan masyarakat atau promosi kesehatan
c. Fasilitator memberikan kesempatan pada peserta untuk bertanya hal-hal yang
kurang dipahami.
d. Fasilitator memberikan jawaban atau tanggapan terhadap pertanyaan atau
klarifikasi yang disampaikan oleh peserta latih.

Langkah 4.
Merancang Pelaksanaan pengembangan untuk menggalang dukungan sosial
di masyarakat (45 menit)

Langkah pembelajaran:
a. Fasilitator membentuk tiga kelompok
b. Fasilitator menugaskan pada setiap kelompok agar berdiskusi selama 15 menit,
untuk Penyusunan perencanaan dengan membuat rancangan cara untuk
mendapatkan dukungan sosial di tingkat Propinsi, Nasional dan Internasional.
c. Fasilitator minta semua kelompok menyajikan hasil diskusinya, dan memberi
kesempatan kepada kelompok lain untuk menyampaikan tanggapannya.
d. Fasilitator merangkum hasil diskusi kelompok tersebut, kemudian
menyampaikan penjelasan tentang Penyusunan perencanaan dengan
membuat rancangan cara untuk mendapatkan dukungan sosial di tingkat
Propinsi, Nasional dan Internasional dengan menayangkan slide.
e. Fasilitator memberikan kesempatan pada peserta untuk bertanya atau
menyampaikan klarifikasi tentang materi yang kurang dipahami.
f. Fasilitator menyampaikan jawaban atau tanggapan terhadap pertanyaan atau
klarifikasi yang disampaikan oleh peserta latih.
Langkah 5.
Pembuatan laporan hasil pelaksanaan penggalangan (30 menit)

Langkah pembelajaran:
a. Fasilitator minta peserta tetap berada dalam 3 kelompok.
b. Fasilitator menugaskan kepada setiap kelompok untuk merancang pembuatan
laporan hasil penggalangan dukungan sosial di tingkat tingkat Propinsi,
Nasional dan Internasional selama 25 menit.
c. Fasilitator menjelaskan pedoman dan tugas diskusi untuk setiap kelompok.
d. Fasilitator minta setiap kelompok untuk menyajikan hasil diskusinya, dan kelompok
lain diberi kesempatan menyampaikan tanggapannya.
e. Fasilitator merangkum hasil diskusi setiap kelompok, kemudian menyampaikan
penegasan tentang penyusunan perencanaan promosi kesehatan.
f. Fasilitator memberikan kesempatan pada peserta untuk bertanya atau
menyampaikan klarifikasi tentang materi yang kurang dipahami.
g. Fasilitator menyampaikan jawaban atau tanggapan terhadap pertanyaan atau
klarifikasi yang disampaikan oleh peserta latih.

Langkah 6.
Kesimpulan (15 menit)

Langkah pembelajaran:
a. Fasilitator mengajak peserta untuk mereview hal-hal penting yang ada dalam
pokok bahasan ini.
b. Fasilitator menegaskan bahwa salah satu kompetensi Pejabat Fungsional PKM
Ahli adalah mampu menyusun perencanan dengan membuat rancangan cara
untuk mendapatkan dukungan sosial di tingkat Propinsi, Nasional dan
Internasional dalam melaksanakan penyuluhan kesehatan masyarakat atau
promosi kesehatan.
c. Pada akhir sesi, fasilitator menyampaikan kembali tujuan pembelajaran umum
dan khusus dari pokok bahasan ini.
d. Fasilitator mengucapkan kata-kata yang membangun semangat serta harapan
agar setelah mengikuti pelatihan ini peserta mampu membuat atau menyusun
bentuk penggalangan dukungan sosial dalam melaksanakan penyuluhan
kesehatan masyarakat atau promosi kesehatan yang lebih baik lagi.
V. Uraian Materi

Pokok Bahasan 1.
PENGGALANGAN DUKUNGAN SOSIAL

A. Pengertian
Bina Suasana (social support) adalah upaya menciptakan opini atau
lingkungan sosial yang mendorong individu anggota masyarakat untuk mau
melakukan perilaku yang diperkenalkan. Seseorang akan terdorong untuk mau
melakukan sesuatu apabila lingkungan sosial di mana pun ia berada
(keluarga di rumah, orang-orang yang menjadi panutan/idolanya, kelompok
arisan, majelis agama, dan lain-lain, dan bahkan masyarakat umum) memiliki
opini yang positif terhadap perilaku tersebut. Oleh karena itu, untuk
mendukung proses Pemberdayaan Masyarakat, khususnya dalam upaya
mengajak para individu meningkat dari fase tahu ke fase mau, perlu dilakukan
Bina Suasana.

B. Tujuan Bina Suasana


1. Terciptanya opini, etika, norma dan kondisi masyarakat yang ber
PHBS
2. Terciptanya dukungan kebijakan, sumberdaya, fatwa serta peraturan
formal maupun non-formal dalam meningkatkan cakupan RT PHBS
3. Meningkatnya peran serta individu maupun kelompok potensial dalam
meningkatkan cakupan RT PHBS

C. Sasaran Bina Suasana


1. Sasaran individu yaitu:
1. Anggota legislatif, eksekutif dan yudikatif
2. Tokoh agama, tokoh masyarakat, tokoh adat
3. Petugas
4. Kader

2. Sasaran kelompok yaitu:


1. Organisasi kemasyarakatan (organisasi pemuda, organisasi wanita,
organisasi keagamaan)
2. Organisasi profesi
3. Dunia usaha/ swasta
4. Kelompok peduli kesehatan

3. Sasaran massa yaitu :


Masyarakat umum yang dapat dijangkau oleh media massa baik cetak,
elektronik maupun tradisional.
Ketiga kelompok sasaran ini bisa berada di pusat, provinsi maupun
kabupaten/kota. Sedangkan di kecamatan dan di desa, sasaran bina
suasana dikelompokan menjadi dua yaitu:
1. Formal : tokoh masyarakat, tokoh agama, petugas, guru, pengurus
RW/RT dll
2. Informal : dukun bayi, tokoh adat, kader,
dll

D. Pendekatan Bina Suasana


Terdapat tiga pendekatan dalam Bina Suasana, yaitu:
1. Bina Suasana Individu
Bina Suasana Individu ditujukan kepada individu-individu tokoh
masyarakat. Dengan pendekatan ini diha-rapkan mereka akan
menyebarluaskan opini yang positif terhadap perilaku yang sedang
diperkenalkan. Di samping itu, mereka juga diharapkan dapat menjadi
individu-individu panutan dalam hal perilaku yang sedang diperkenalkan.
Yaitu dengan bersedia atau mau mempraktikkan perilaku yang sedang
diperkenalkan tersebut (misalnya seorang pemuka agama yang rajin
melaksanakan 3 M yaitu Menguras, Menutup dan Mengubur demi
mencegah munculnya wabah demam berdarah). Lebih lanjut bahkan
dapat diupayakan agar mereka bersedia menjadi kader dan turut
menyebarluaskan informasi guna menciptakan suasana yang kondusif bagi
perubahan perilaku individu.

2. Bina Suasana Kelompok


Bina Suasana Kelompok ditujukan kepada kelompok-kelompok dalam
masyarakat, seperti pengurus Rukun Tetangga (RT), pengurus Rukun
Warga (RW), Majelis Pengajian, Perkumpulan Seni, Organisasi Profesi,
Organisasi Wanita, Organisasi Siswa/Mahasiswa, Organisasi Pemuda,
dan lain-lain. Pendekatan ini dapat dilakukan oleh dan atau bersama-sama
dengan pemuka/ tokoh masyarakat yang telah peduli. Dengan
pendekatan ini diharapkan kelompok-kelompok tersebut menjadi peduli
terhadap perilaku yang sedang diperkenalkan dan me-nyetujui atau
mendukungnya. Bentuk dukungan ini dapat berupa kelompok tersebut lalu
bersedia juga mem-praktikkan perilaku yang sedang diperkenalkan,
mengadvokasi pihak-pihak yang terkait, dan atau melakukan kontrol sosial
terhadap individu-individu anggotanya.

3. Bina Suasana Masyarakat Umum


Bina Suasana Masyarakat Umum dilakukan terhadap masyarakat umum
dengan membina dan memanfaatkan media-media komunikasi, seperti radio,
televisi, koran, majalah, situs internet, dan lain-lain, sehingga dapat tercipta
pendapat umum. Dengan pendekatan ini diharapkan media-media massa
tersebut menjadi peduli dan mendukung perilaku yang sedang
diperkenalkan.
Dengan demikian, maka media-media massa tersebut lalu bersedia
menjadi mitra dalam rangka menyebarluaskan informasi tentang perilaku
yang sedang diperkenalkan dan menciptakan pendapat umum (opini
publik) yang positif tentang perilaku tersebut. Suasana atau pendapat
umum yang positif ini akan dirasakan pula sebagai pendukung atau
“penekan” (social pressure) oleh individu-individu anggota masyarakat,
sehingga akhirnya mereka mau melaksanakan perilaku yang sedang
diperkenalkan.

E. Metode Bina Suasana


Pendekatan bina suasana perlu diterapkan untuk menciptakan norma norma
dan kondisi /situasi kondusif dimasyarakat dalam mendukung PHBS. Bina
suasana sering dikaitkan dengan pemasaran sosial dan kampanye, karena
pembentukan opini memerlukan kegiatan pemasaran sosial dan kampanye.
Namun perlu diperhatikan bahwa bina suasana dimaksud untuk menciptakan
suasana yang mendukung, menggerakkan masyarakat secara partisipatif
dan kemitraan. Selanjutnya ada beberapa metode bina suasana yaitu:
1. Pelatihan
2. Semiloka
3. Konprensi pers
4. Dialog terbuka
5. Sarasehan
6. Penyuluhan
7. Pendidikan
8. Lokakarya mini
9. Pertunjukan tradisional
10. Diskusi meja bundar (round table discussion)
11. Pertemuan berkala di desa
12. Kunjungan lapangan
13. Studi banding
14. Traveling seminar

F. Prinsip Bina Suasana


Prinsip melakukan bina suasana adalah kemitraan yakni menggalang
partisipasi semua sektor untuk berperan aktif serta sebagai motor penggerak
pemberdayaan masyarakat dalam mewujudkan atau meningkatkan cakupan
RT PHBS. Untuk menjaga kelanggegan dan keseimbangan bina suasana
diperlukan :

1. Forum komunikasi
2. Dokumen data yang up to date (selalu
baru)
3. Mengikuti perkembangan kebutuhan
masyarakat
4. Hubungan yang terbuka, serasi dan dinamis dengan
mitra
5. Menumbuhkan keciptaan terhadap kesehatan
6. Memanfatkan kegiatan dan sumber sumber dana yang mendukung upaya
pembudayaan perilaku hidup bersih dan sehat
7. Adanya umpan balik dan penghargaan

G. Langkah-Langkah Bina Suasana


1. Persiapan
a. Identifikasi sasaran
Sasaran bina suasana biasanya disebut “mitra”. Mitra yang ditetapkan
harus memenuhi beberapa kriteria yaitu: “5C”
• Kompetensi
(competent)
Apakah mitra tersebut memiliki potensi
?
Apakah mitra tersebut memiliki pengalaman dalam kegiatan yang
sama?
Apakah mitra tersebut memiliki tugas, fungsi serta kegiatan yang dapat
diintegrasikan?
• Komitmen
(commitment)
Apakah mitra tersebut mendukung promosi kesehatan atau kegiatan
PHBS?
Apakah mitra tersebut mampu meberikan dukungan yang kuat
dalam promosi kesehatan?
• Relasi (clout)
Apakah mitra tersebut mempunyai akses atau kontak dengan
pembuat kebijakan atau para tokoh yang berpengaruh di
masyarakat?
• Jangkauan (coverage)
Apakah mitra tersebut dapat menjangkau sasaran promosi PHBS di
tatanan RT di berbagai wilayah, berbagai segmen (demografi,
psikologi, sosial ekonomi), dll ?
• Kesinambungan (continuity)
Apakah mitra tersebut memiliki dasar kelembagaan dan sumberdaya
untuk jangka waktu panjang?
Apakah mitra tersebut pernah menangani kegiatan yang serupa
dengan promosi PHBS?

b. Menyiapkan paket informasi


Bahan informasi untuk mendukung kegiatan bina suasana haruslah
dikemas secara baik, up to date, berdasar data yang akurat,
mengandung “value” yang sesuai dengan sasaran. Dengan demikian
maka bahan informasi tersebut dapat meyakinkan mitra, mudah
dipahami serta dapat menumbuhkan motivasi untuk memberikan
dukungan yang sesuai. Bahan informasi dapat berbentuk hasil kajian atau
pemetaan PHBS,dll.
c. Menentukan metode atau cara melakukan bina suasana
Langkah berikutnya adalah menetapkan metode yang sesuai serta
penerapan teknik yang baik.

d. Merencanakan waktu dan tempat


Menjajagi waktu yang tepat untuk melakukan kegiatan bina
suasana, dimana sasaran dapat mengahadirinya. Demikian juga
tempat dilaksanakannya kegiatan, apabila perlu tempat maupun waktu
berdasar pada kesepakatan sasaran atau tempat yang mudah untuk
dijangkau serta bersifat netral.

e. Menyiapkan instrumen pemantauan dan penilaian


Contoh:

FORMAT ISIAN
Format ini diisi oleh Petugas Pusat Promosi Kesehatan untuk
monitoring dan evaluasi kegiatan fasilitasi organisasi
kemasyarakatan dalam promosi kesehatan dan pemberdayaan
masyarakat

A. PEWAWANCARA : Promkes
B. TEMPAT DAN WAKTU WAWANCARA : ...................
C. IDENTITAS INFORMAN
Nama : ......................
Jabatan : ......................
Telepon/Faksmile : ......................

D. PERTANYAAN
1. Informan Pengelola Ormas Pusat

a. Rapat Koordinasi Pusat


1) Apakah pertemuan rapat koordinasi tingkat pusat
sudah dilaksanakan ?
Sudah, Berapa kali : ..
Siapa pesertanya :
............................................................................................
............................................................................................

Jumlah peserta :
....... Dimana :
...........

Sesuai target (frekuensi) :


Ya/Tidak? Belum, mengapa ?
............................................................................................
............................................................................................

2) Apa pokok bahasan rapat koordinasi


?
.............................................................................................
.............................................................................................
.............................................................................................
.............................................................................................
.............................................................................................
.............................................................................................

b. Penyusunan dan Pengadaan Media


a. Apakah penyusunan dan pengadaan media
sudah dilaksanakan?

Sudah Kapan :

.. Berapa jumlahnya : ..

Kemana saja didistribusikan :


.............................................................................................
.............................................................................................

Belum, Mengapa : .................................................

Berapa jumlah buku yang dicetak ? :


1. Buku Panduan Pelaksanaan PHBS :......buah
2. Buku saku Desa siaga dan PHBS :......buah
3. Stiker
:...............buah

c. Sosialisasi dan Orientasi Desa Siaga Aktif dan PHBS di


Rumah Tangga.
a. Apakah sosialisasi dan orientasi desa siaga aktif dan
PHBS di rumah tangga sudah dilaksanakan?
Dim
Jumlah peserta : ....

Siapa pesertanya : ....


...........................................................................................
...........................................................................................

Siapa yang menjadi narasumbernya :


............................................................................................
............................................................................................

Siapa yang menjadi fasilitatornya :


............................................................................................
............................................................................................

Apa Metode yang digunakan dalam sosialisasi dan orientasi :


............................................................................................
............................................................................................ Apakah ada P

ada/tidak: Nilai rata-rata: ..... Apakah ada Pasca tes ? ada/tidak: Nilai

rata: .....

Apakah tujuan sosialisai dan orientasi tercapai:


............................................................................................
............................................................................................

Apakah ada masukan untuk perbaikan buku panduan:


............................................................................................
............................................................................................

Hambatan/kendala apa yang ada dalam pelaksanaan orientasi


............................................................................................
............................................................................................

Kegiatan apa yang dilakukan oleh peserta pasca orientasi


............................................................................................
............................................................................................
Apakah peserta mendapat sertifikat? Ya/Tidak
Sertifikat yang megeluarkan :
.

Jika tidak, alasannya:


............................................................................................
............................................................................................
............................................................................................
............................................................................................ Apakah ad

Publikasi di media ? Ya/Tidak

Belum, Mengapa :
...........................................................................................
............................................................................................

d. Implementasi
1) Apakah implementasi sudah dilaksanakan ?

Sudah, Berapa kali : ..

Siapa pesertanya :
............................................................................................
............................................................................................

Jumlah peserta : ..........................


Dimana : ............................

Sesuai target (frekuensi) : Ya/Tidak? Belum, mengapa


?
...........................................................................................
............................................................................................

2) Apa hasil dari kegiatan implementasi tersebut ?


............................................................................................
............................................................................................
............................................................................................
............................................................................................

e. Pembinaan
1) Apakah pembinaan sudah dilaksanakan ?
Sudah, Berapa kali : ..
2) Apa hasil dari kegiatan implementasi tersebut ?
............................................................................................
............................................................................................
............................................................................................
............................................................................................

e. Pembinaan
1) Apakah pembinaan sudah dilaksanakan ?
Sudah, Berapa kali : ..

Siapa sasarannya :
............................................................................................
............................................................................................

Berapa jumlah :
Dimana dilaksanakan :
Waktunya :

Sesuai target (frekuensi) : Ya/Tidak?

Tidak, mengapa ?
............................................................................................
............................................................................................

2) Apa hasil dari pembinaan tersebut ?


............................................................................................
............................................................................................
............................................................................................
............................................................................................

f. Monitoring dan evaluasi oleh pusat


A. Apakah kegiatan monitoring dan evaluasi telah
dilaksanakan ?

Sudah, Kapan : ..

Dimana:

Siapa yang melakukan monitoring dan evaluasi

Pusat : Provinsi :
Kabupaten : Petugas Puskesmas : ....
.... Informan :

1. Pengelola promkes provinsi : ....


2. Pengelola Ormas Provinsi :
3. Pengelola Promkes Kab : ....
4. Pengelola Ormas Kab :
5. Petugas Puskesmas : ...
6. Kecamatan. : ...............
7. Ketua Forum Desa :
8. Kader :
9. Masyarakat :
Apa keberhasilan yang dicapai dalam program PHBS :
1. : .............
2. : .............
3. : .............

Apa hasil temuan monitoring dan evaluasi (sesuai dengan


10 indikator PHBS) :
............................................................................................
............................................................................................

Masalah/kendala :
............................................................................................
............................................................................................

Solusi :
............................................................................................
............................................................................................

B. Monitoring dan evaluasi kabupaten/kota ke


Kecamatan/Desa

a. Apakah dalam melakukan monitoring dan evaluasi


melibatkan pihak lain ? Ya/tidak
Jika Ya sebutkan unsur yang terlibat :
......................................................................................
......................................................................................

b. Berapa lokasi yang dikunjungi


.......................................................................................
.......................................................................................

c. Tiap berapa bulan dilakukan monitoring dan evaluasi


.......................................................................................
.......................................................................................

d. Apa bentuk kegiatan yang dilakukan motivator/kader


(lengkapi dengan format rekapitulasi)

No Nama Kegiatan Materi Sasaran,


tempat
dan waktu

e. Apa hasil monitoring dan evaluasi


.......................................................................................
.......................................................................................

f. Materi apa yang masih perlu ditingkatkan:


.......................................................................................
......................................................................................

g. Penyusunan Pelaporan Kegiatan


1) Apakah peenyusunan pelaporan sudah dilaksanakan ?

Sudah, Berapa kali : ..


Siapa pesertanya :
......................................................................................
.......................................................................................

Jumlah peserta :
Dimana :

Sesuai target (frekuensi) :


Ya/Tidak? Belum, mengapa ?
.......................................................................................
.......................................................................................

Kendala apa yang dihadapi dalam


penyusunan pelaporan?
.......................................................................................
.......................................................................................

2. Informan Pengelola Ormas Provinsi

1. Rapat koordinasi tingkat provinsi


a. Apakah pertemuan rapat koordinasi tingkat provinsi
sudah dilaksanakan ?

Sudah, Berapa kali :

.. Siapa pesertanya :
.......................................................................................
.......................................................................................

Jumlah peserta : ......


Dimana :

Sesuai target (frekuensi) :


Ya/Tidak? Belum, mengapa ?
.......................................................................................
......................................................................................

b. Apa hasil pertemuan rapat koordinasi tingkat provinsi ?


.......................................................................................
.......................................................................................
.......................................................................................
.......................................................................................

2. Sosialisasi dan Orientasi Desa Siaga Aktif dan PHBS


di
Rumah Tangga.
a. Apakah advokasi dan orientasi desa siaga aktif dan PHBS
di rumah tangga sudah dilaksanakan?

Sudah Kapan :
.

Dimana :.
... Jumlah peserta :
....

Siapa pesertanya : ....


............................................................................................
............................................................................................
Siapa yang menjadi narasumbernya :
............................................................................................
............................................................................................
Siapa yang menjadi fasilitatornya :
............................................................................................
............................................................................................

Apa Metode yang digunakan dalam sosialisasi dan


orientasi :
............................................................................................
............................................................................................

Apakah ada Pra tes ? ada/tidak: Nilai rata-rata: .....

Apakah ada Pasca tes ? ada/tidak: Nilai rata-rata: ....


Apakah tujuan sosialisai dan orientasi tercapai:
............................................................................................
...........................................................................................

Apakah ada masukan untuk perbaikan buku panduan:


............................................................................................
...........................................................................................

Hambatan/kendala apa yang ada dalam pelaksanaan


orientasi
............................................................................................
...........................................................................................

Kegiatan apa yang dilakukan oleh peserta pasca


orientasi
............................................................................................
...........................................................................................

Apakah peserta mendapat sertifikat? Ya/Tidak


Sertifikat yang megeluarkan :
.

Jika tidak, alasannya:


............................................................................................
...........................................................................................

Apakah ada Publikasi di media ? Ya/Tidak

Belum, Mengapa :
............................................................................................
...........................................................................................

3. Informan Pengelola Ormas Kabupaten


1. Rapat koordinasi tingkat Kabupaten
a. Apakah pertemuan rapat koordinasi tingkat
Kabupaten/Kota sudah
dilaksanakan ?

Sudah, Berapa kali : ..

Siapa pesertanya :
............................................................................................
...........................................................................................
Jumlah peserta :
Dimana :

Sesuai target (frekuensi) : Ya/Tidak? Belum, mengapa ?


............................................................................................
...........................................................................................

b. Apa hasil pertemuan rapat koordinasi tingkat provinsi ?


............................................................................................
...........................................................................................
............................................................................................
...........................................................................................

..............,.................. 20..

(Nama Pewawancara)

2. Pelaksanaan kegiatan
Pelaksanaan kegiatan bina suasana mencakup beberapa komponen yaitu:
a. Membangun forum komunikasi
b. Menyajikan data atau informasi kemudian dilanjutkan dengan merancang
kegiatan bersama-sama.
c. Saling berbagai peran dan tanggung jawab sesuai kemampuan serta
potensinya.
d. Melakukan kegiatan sesuai kesepakatan serta setiap kegiatan ada
dokumentasinya
e. Melakukan konsulidasi secara rutin sesuai kesepakatan.
f. Menyajikan hasil kegiatannya masing-masing , kemudian menyusun
rencana tindak lanjut. Dengan demikian merupakan kegiatan yang
berkesinambungan
g. Memfokuskan kegiatan sesuai kebutuhan masyarakat atau
membantu masyarakat dalam mengatasi masalah kesehatan.
h. Menjalin hubungan kemitraan yang serasi, dinamis serta memegang
prinsip-prinsip kemitraan
i. Tidak meracuni komitmen
j. Menggalang sumberdaya/sumberdana serta potensi yang ada di
masing-masing mitra.

3. Pemantauan dan penilaian


Pemantauan dan penilaian di arahkan pada proses serta hasil (output)
pelaksanaan kegiatan.
Penilaian dalam bentuk output dilakukan dengan melihat opini publik
terhadap penerapan PHBS di RT, cakupan RT PHBS, dll Hasil
pemantauan dan penilaian dipergunakan sebagai dasar untuk menyusun
rencana kegiatan berikutnya.

H. Indikator keberhasilan Bina Suasana


1. Indikator input :
a. Adanya data tentang mitra potensial, sumberdaya yang dimiliki,
kegiatan mitra yang dapat diselaraskan
b. Adanya informasi yang akan disosialisasikan pada mitra

2. Indikator proses:
a. Adanya forum komunikasi.
b. Sosialisasi informasi melalui berbagai media
c. Terbentuknya jejaring komunikasi
d. Adanya rencana kegiatan yang
terpadu
e. Adanya dukungan sumberdaya dalam pelaksanaan promosi PHBS

Pokok Bahasan 2.
PENYUSUNAN RENCANA DENGAN MEMBUAT RANCANGAN CARA UNTUK
MENDAPATKAN DUKUNGAN SOSIAL

A. Pengertian Perencanaan
Perencanaan adalah kegiatan yang bersifat konseptual dan memerlukan
banyak pemikiran. Fungsi ini melibatkan pemilihan dan pengembangan
tindakan untuk waktu yang akan datang. Perencanaan yang baik merupakan
pekerjaan berat karena menyangkut masa depan yang tidak pasti.

Perencanaan sebetulnya merupakan salah satu siklus dari proses pemecahan


masalah yaitu bagaimana mengubah posisi yang ada saat ini ke posisi yang
diinginkan. Seorang perencana harus menentukan terlebih dahulu bagaimana
posisi presentasi keadaan yang ada pada saat ini, bagaimana yang seharusnya
idealnya dan apa yang harus dilakukan untuk mencapai posisi yang diinginkan.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut ini :

Menentukan Menentukan
posisi/prestasi posisi/prestasi
pada saat ini Menentukan apa yang diinginkan
yang harus
dilakukan

Dapat dikatakan bahwa suatu rencana adalah pemyataan tentang apa


yang ingin dicapai dan bagaimana cara mencapainya. Dengan demikian
perencanaan adalah penentuan apa yang ingin dicapai, kapan akan dicapai,
dan bagaimana posisi yang ingin dicapai.

Perencanaan adalah penentuan apa yang ingin dicapai, kapan akan


dicapai dan bagaimana posisi yang ingin dicapai.

Langkah-Langkah Merencanakan Cara Untuk Mendapat Dukungan


Sosial

Beberapa Pemikiran
Dasar
1. Dukungan Sosial merupakan bagian integral dari program kesehatan
itu sendiri. Ini berarti bahwa materi/model dukungan sosial program
kesehatan harus sudah dibuat dan dikembangkan sejak perencanaan
program itu sendiri.
2. Perencanaan Dukungan Sosial merupakan kegiatan bersama (kegiatan
tim)
yang melibatkan :
a. pimpinan dan pelaksana program yang
bersangkutan b. petugas latihan dan penelitian
c. petugas dari pihak
sasaran/mitra d. masyarakat (jika
perlu)

Sifat serta derajat keterlibatan masing-masing pihak berbeda-beda,


tergantung kebutuhan dan tingkat administrasi dimana perencanaan itu
berlangsung.

Perencanaan cara untuk mendapat dukungan sosial didasarkan atas


pengetahuan yang cukup tentang :
a. para pemegang/pimpinan serta pelaksana program yang
memiliki persepsi yang besar serta sikap yang positif terhadap
penyuluhan kesehatan.
b. dukungan kebijakan yang positif dari pimpinan.
c. tersedianya biaya untuk pelaksanaan langkah langkah
kegiatan. d. unit-unit pelaksana yang berfungsi dengan baik.
3. Rencana yang dihasilkan hendaknya :
a. Sesuai dengan kebutuhan
masyarakat b. Diterima oleh masyarakat
c. Sesuai dengan kebutuhan program
d. Didukung oleh kebijakan yang ada
e. Bersifat praktis dan dapat dilaksanakan sesuai dengan situasi
setempat

Langkah-Iangkah dalam melakukan perencanaan


Berdasarkan beberapa hal yang telah dikemukakan diatas tadi, maka untuk
penyusunan perencanaan dapat dilakukan hal-hal sebagai berikut :

1. Mengenal masalah, masyarakat, dan wilayah


Tindakan pertama yang penting ialah mengumpulkan data atau
keterangan tentang berbagai hal yang diperlukan, baik untuk kepentingan
perencanaan maupun untuk data awal (data based) sebagai pembanding
dalam rangka evaluasi.
a. Mengenal masalah
Dalam rangka mengenal masalah, kegiatan yang perlu dilakukan
secara berturut-turut adalah:
1) Mengenal program yang akan ditunjang dengan Dukungan
Sosial/ Bina Suasana.
2) Mengenal masalah yang akan ditanggulangi oleh program
tersebut.
Misalnya dalam program PHBS RT, masalah yang akan
ditanggulangi adalah Diare yang bisa mengakibatkan gangguan
pertumbuhan dan gizi.
3) Dasar-dasar pertimbangan apa yang dipergunakan untuk
menentukan masalah yang akan dipecahkan itu dalam arti:
a. Bagaimana pandangan para pimpinan (administrator) dan juga
para ahli kesehatan terhadap masalah tersebut, apakah
mereka menganggap masalah tersebut memang perlu
mendapat perhatian/prioritas untuk ditanggulangi?
b. Bagaimana pandangan masyarakat terhadap masalah ini,
apakah mereka mengganggap masalah ini merupakan
prioritas bagi mereka?
c. Apakah memang masalah tersebut bisa dipecahkan dan apakah
dukungan sosial dapat berperan?

b. Mengenal masyarakat
Program yang akan direncanakan adalah untuk masyarakat. Karena
itu sudah jelas bahwa siapapun yang merencanakan program, harus
mengenal masyarakat dalam segala segi kehidupannya.
Sehubungan
dengan perencanaan penggalangan dukungan sosial yang perlu dikenal
tentang masyarakat ini antara lain adalah:

1) Jumlah penduduk
a) Jumlah penduduk keseluruhan menurut golongan umur
b) Kelompok-kelompok khusus risiko tinggi, seperti ibu hamil, ibu
menyusui, PUS, dan lain-lain yang kira-kira dibutuhkan dalam
menyusun perencanaan
c) Jumlah balita.

2) Keadaan sosial, budaya, dan ekonomi masyarakat


a) Tingkat pendidikan (buta huruf dan
sebagainya)
b) Norma-norma setempat, pantangan-pantangan, dan
sebagainya sehubungan dengan perilaku yang diharapkan
c) Agama
d) Pola kepemimpinan setempat, artinya kelompok-kelompok
mana saja yang berpengaruh, hubungan pemuka masyarakat
satu sama lainnya dan sebagainya. Siapa-siapa. yang
berpengaruh mengambil keputusan di masyarakat, dan
siapa¬-siapa yang berpengaruh dalam mengambil keputusan
dalam keluarga.
e) Pola partisipasi masyarakat setempat dan organisasi sosial,
pemuda, kemasyarakatan dan LSM serta dunia usaha yang
ada.
f) Tingkat ekonomi masyarakat serta jenis mata pencaharian
masyarakat serta pola konsumsi masyarakat.

3) Pola komunikasi di masyarakat


a) Bagaimana berita menyebar di masyarakat
b) Siapa-siapa sebagai sumber berita informasi di masyarakat
c) Pusat-pusat penyebaran informasi di masyarakat seperti
misalnya di cafe-cafe, warung kopi, pos jaga, pertemuan
sosial seperti arisan dan sebagainya.
d) Saluran komunikasi yang ada di masyarakat, seperti radio,
surat kabar, pengeras suara di masjid, media transional dan
sebagainya.

4) Sumber daya (resources)


a) Sumber daya apa saja yang dimiliki masyarakat baik sebagai
individu maupun sebagai masyarakat secara keseluruhan
yang bisa dipergunakan oleh mereka untuk perubahan perilaku
seperti yang diharapkan.
b) Sumber daya apa saja yang ada baik pada institusi
pemerintah maupun swasta yang bisa dipergunakan oleh
masyarakat untuk perubahan perilaku Misalnya Posyandu
untuk mendapatkan pelayanan imunisasi, KB dan lain-lain.
c) Sumber daya apa saja yang dimiliki oleh pemerintah maupun swasta
dan juga yang sudah ada di masyarakat yang dapat
dimanfaatkan untuk mendapatkan dukungan sosial, misalnya
tempat pertemuan, pengeras suara di masjid, dan sebagainya

5) Khusus mengenai sumber daya tenaga, perlu diperhatikan hal-hal


sebagai berikut :
i. Jumlah pejabat fungsional penyuluh kesehatan masyarakat
yang ada
ii. Jumlah pejabat fungsional lainnya
iii. Macam-macam kategori tenaga kesehatan yang ada yang dapat
dimanfaatkan/dilibatkan dalam penyuluhan kesehatan yang akan
dilaksanakan.
iv. Tugas pokok masing-masing kategori tenaga kesehatan.
Perkiraan tugas apa yang dapat dilakukan untuk membantu
pejabat fungsional penyuluh kesehatan masyarakat
pelatihan/pendidikan yang pemah diperoleh di bidang penyuluhan
kesehatan yang pemah diperoleh masing-masing tenaga
kesehatan
v. Bimbingan yang diterima di bidang penyuluhan kesehatan oleh
masing-masing jenis tenaga kesehatan dan dari siapa
vi. Kesulitan pokok yang harus diatasi dalam melibatkan tenaga
kesehatan lain dalam pelaksanaan penyuluhan kesehatan bagi
program yang bersangkutan
vii. Adakah tenaga-tenaga di institusi lain baik pemerintah maupun
swasta/LSM, dunia usaha dan masyarakat yang dapat
membantu upaya penggalangan dukungan sosial.

6) Bagaimana pengalaman masyarakat terhadap program¬-program


sebelumnya, dan bagaimana sikap mereka terhadap pelayanan yang
diberikan, terhadap para petugas dan sebagainya.
a) Yang mana dari sikap ini mempunyai pengaruh positif terhadap
upaya penggalangan dukungan sosial kesehatan yang
direncanakan.
b) Yang mana yang mempunyai pengaruh negatif
c) Bagian yang mana dari program tersebut yang memberikan
pengalaman pahit di masa lalu.
7) Apakah daerah tersebut banyak kontak dengan luar?
a) Mengenal
wilayah
b) Program akan dapat dilaksanakan dengan baik, jika
perencana program mengetahui dengan jelas situasi medan
atau situasi lapangan yang dihadapi. Yang perlu diketahui
sehubungan dengan mengenal wilayah ini antara lain adalah:
i) Lokasinya, yaitu apakah:
• terpencil, tidak berbatasan dengan desa kecamatan lain
• apakah daerah tersebut daerah pegunungan, daerah
pantai atau daerah datar yang bukan pantai atau
pegunungan
• apakah terjangkau oleh transportasi umum, dan
sebagainya ii) Sifatnya, yaitu :
• kapan musim hujan, kemarau panjang dan sebagainya
• daerah kering atau cukup air
• daerah banjir, pasang surut atau daerah rawan gempa
dan sebagainya
• daerah perbatasan, dan lain-lain

2. Menentukan prioritas
Prioritas dalam penggalangan dukungan sosial harus sejalan dengan
prioritas masalah yang ditentukan oleh program yang ditunjang.
Penyuluhan kesehatan hendaknya tidak menentukan prioritas sendiri, karena
hal ini akan menyebabkan program berjalan sendiri¬-sendiri.

Penentuan prioritas dapat berdasarkan bebagai pertimbangan, antara


lain :
a. berdasarkan magnitude masalah tersebut, hingga diperlukan
prioritas penanggulangannya
b. berdasarkan pertimbangan politis, yaitu menyangkut nama baik
negara, dan sebagainya
c. berdasarkan sumberdaya yang
ada.

Langkah-Iangkah menentukan prioritas masalah yaitu sebagai


berikut :
a. Menetapkan
parameter
Ada beberapa parameter yang perlu ditetapkan atas
kesepakatan kelompok:
1) Menentukan besamya masalah (prevalensi)
Besamya masalah adalah banyak anggota masyarakat yang
kena masalah tersebut. Jika semakin banyak anggota
masyarakat yang merasakan masalah tersebut, maka harus
diprioritaskan.

Kelompok harus menentukan faktor-faktor apa saja yang


dapat digunakan untuk menentukan masalah ditentukan oleh:
a) Persentase penduduk yang terkena efek langsung masalah
tersebut
b) Jumlah rata-rata biaya yang dikeluarkan perorangan per bulan
oleh karena masalah tersebut.
c) Besamya kerugian-kerugian yang dialami penduduk ?

2) Menentukan berat ringannya akibat yang ditimbulkan (severity)


Berat ringannya akibat yang timbulkan dari masalah tersebut,
artinya semakin berat akibat yang ditimbulkan oleh masalah bagi
masyarakat berarti masalah tersebut mendapat prioritas.

Pada langkah ini kelompok banyak menggunakan data kuantitatif


untuk menentukan nilai, oleh karena itu penilaiannya bersifat
subjektif.

Faktor-faktor yang digunakan untuk menentukan berat ringannya


akibat yang ditimbulkan dari masalah tersebut ialah :
a) Tingkat urgensinya, artinya apakah masalah tersebut
memang harus segera diatasi.
b) Kecenderungannya, artinya apakah masyarakat yang terkena
masalah tersebut makin lama makin bertambah banyak atau
meningkat.
c) Tingkat keganasannya, artinya apakah masalah tersebut
bersifat akut, maksudnya jika masyarakat terserang atau
terkena masalah tersebut pada pagi hari maka malamnya
kalau tidak segera ditolong akan meninggal dunia.
Contohnya bila masyarakat tersebut Diare atau keracunan
makanan, dalam keadaan demikian harus diberi score yang
tinggi.

3) Menentukan keinginan masyarakat untuk menyelesaikan masalah


tersebut (degree of unmetneed), untuk menanggulangi suatu
masalah, bukan hanya keinginan dari petugas saja, akan lebih
baik jika keinginan masyarakat yang berkeinginan untuk
membantu menyelesaikannya. Jika ada dukungan dan motivasi
yang tinggi dari masyarakat, maka masalah tersebut akan mudah
diatasi.

4) Menentukan rasa prihatin masyarakat terhadap masalah tersebut


(public
concern)
Masyarakat merasa prihatin jika masalah tidak atau belum
ditanggulangi. Sebagai contoh, biaya berobat di puskesmas cukup
mahal dibandingkan dengan pendapatan masyarakat sehingga
masyarakat
tidak mampu untuk berobat ke puskesmas. Dalam hal ini
masyarakat tidak bisa protes kepada petugas puskesmas hanya
mereka menjadi prihatin dengan keadaan yang demikian.

5) Menentukan sumber daya yang tersedia yang dapat digunakan untuk


mengatasi masalah tersebut (resources availability).
Masyarakat bersama petugas merasa adanya kemudahan-
kemudahan dalam memecahkan masalah tersebut. Oleh karena
adanya sumberdaya yang tersedia dalam bentuk dana, sarana,
tenaga, waktu, teknologi yang tepat guna untuk menyelesaikan
masalah tersebut. Sebagai contoh kekurangan vitamin A pada balita,
karena masyarakat mudah mendapat vitamin A pada balita, karena
masyarakat mudah mendapat vitamin A dosis tinggi di puskesmas
atau Posyandu, hal ini berarti adanya teknologi yang tepat guna untuk
mengatasi kekurangan vitamin A atau penyakit buta senja, dan
mudah mendapatkan sumber- sumber vitamin A di pedesaan seperti
makan sayur daun hijau, buah pepaya, tomat, hal ini berarti
masyarakat tidak perlu mengeluarkan banyak uang untuk mencegah
kekurangan vitamin A.

b. Menetapkan nilai terhadap parameter


Setelah parameter seperti diatas ditetapkan, masing-masing masalah
diberi nilai sesuai dengan parametemya, hal ini dilaksanakan agar dapat
membandingkan satu parameter dengan parameter lainnya.

Biasanya nilai yang diberikan berkisar antara 1-5.

Berilah nilai pada setiap parameter diatas. Cara melakukan penilaian


ialah dengan memberikan angka 5 bila masalahnya besar, angka 3
masalahnya sedang dan angka 1 bila masalahnya kecil. Masalah yang
jumlah nilainya paling tinggi adalah prioritas masalah yang dicari.

Secara sederhana cara scoring technique ini dapat digambarkan dalam


bagan sebagai berikut :

NO PARAMETER MASALAH
A B
1 Besamya masalah (prevalence)
2 Berat ringannya (severity)
3 Keinginan masyarakat (degree of unmeet
need)
4 Keprihatinan masyarakat (public concem)
5 Sumber daya yang tersedia (resources
availability)
c. Merumuskan tujuan Dukungan Sosial
Merumuskan tujuan Dukungan Sosial merupakan salah satu langkah yang
paling penting dalam perencanaan cara untuk mendapatkan Dukungan
Sosial karena seringkali dijumpai bahwa kita dengan mudah dapat
menje!askan kegiatan-kegiatan yang sedang kita lakukan, tetapi apabila
kita diminta menyebutkan secara spesifik apa sebenamya yang ingin kita
capai atau wujudkan melalui kegiatan tersebut, kadangkala menjadi
bingung. Pengertian tujuan secara umum dapat didefinisikan sebagai
berikut :

Tujuan adalah suatu pemyataan atau gambaran tentang suatu


keadaan dimasa datang yang akan dicapai melalui pelaksanaan
kegiatan-kegiatan tertentu yang telah direncanakan.

Dalam perencanaan penyuluhan kesehatan, cara merumuskan tujuan


Dukungan Sosial hendaknya berkaitan dengan perubahan perilaku
masyarakat yang berhubungan dengan kesehatan.

Secara sangat sederhana, tahap-tahap penyuluhan / penyuluhan


kesehatan dapat digambarkan sebagai berikut :

Tujuan Jangka

Pendek Menengah Panjang

I. Pengetahuan
II. Sikap
Promosi Kelompo III.Keterampilan
k sasaran IV.Dsb Dsb PHBS Status
Kesehatan
kesehatan

Melihat gambar diatas, jelas bahwa tujuan jangka panjang Dukungan


Sosial adalah meningkatnya derajat kesehatan masyarakat yang
optimal, tujuan jangka menengah adalah perilaku hidup bersih dan
sehat sedang tujuan jangka pendeknya adalah terciptanya pengetahuan,
sikap, norma, dan keterampilan yang diharapkan. Perlu diingat,
bahwa terciptanya pengetahuan, sikap, norma, keterampilan tersebut tidak
selalu akan menuju kepada terciptanya perilaku hidup bersih dan sehat.
Sebab itu, yang lebih penting adalah tujuan terciptanya perilaku hidup
sehat.
Yang mana pun yang akan dipilih sebagai tujuan, yang penting bahwa
tujuan harus dibuat realistis (bisa dicapai), bisa diukur. Hal ini perlu
diperhatikan agar evaluasi penggalangan dukungan sosial dapat dilakukan
dengan baik.

Bila program yang akan dikembangkan dari sisi penggalangan


dukungan sosial sekarang ini sudah berjalan beberapa lama, perlu
dilakukan review apa yang sedang dan sudah dilaksanakan, misalnya :
- seberapa jauh penggalangan dukungan sosial sudah dijalankan pada
waktu yang lalu
- kalau sudah ada, apa tujuan penggalangan dukungan sosial pada
waktu itu,
- apa kegiatan penggalangan dukungan sosial yang dilaksanakan
pada waktu itu, dan bagaimana hasilnya. Ini perlu agar kita dapat
menentukan tujuan baru.

Berdasarkan semua informasi tersebut, ditentukan penggalangan


dukungan sosial yang akan dikembangkan sekarang yaitu tujuan
jangka pendek, menengah, dan panjang.

CARA MERUMUSKAN TUJUAN PENGGALANGAN DUKUNGAN


SOSIAL

Sebelumkita membahasbagaimana caramerumuskantujuanpenggalangan


dukungan sosial, ada baiknya kita mengetahui pengertian, tujuan
umum penggalangan dukungan sosial, dan tujuan khususnya
penggalangan dukungan sosial.

Tujuan umum penggalangan dukungan sosial ialah tercapainya


perilaku sehat masyarakat sebagai akibat dari adanya dukungan sosial
terhadap program kesehatan.

Tujuan umum dukungan sosial bersifat abstrak artinya ukurannya tidak


jelas dan bersifat jangka panjang artinya tidak jelas kapan tujuan
tersebut akan dicapai.

Tujuan khusus dukungan sosial adalah suatu pelaksanaan perumusan


perilaku yang meliputi peningkatan pengetahuan, sikap, dan perilaku
sebagai akibat adanya dukungan sosial terhadap program kesehatan.

Penting : Tujuan khusus dukungan sosial harus jelas, realitas (bisa


dicapai) jelas ukurannya, jelas waktunya yaitu kapan mau dicapai, jelas
lokasinya dan jelas sasarannya. Agar penilaian dukungan sosial dapat
dilaksanakan dengan baik.
d. Menentukan sasaran penggalangan dukungan sosial terhadap
program kesehatan.
Sasaran program dan sasaran penggalangan dukungan sosial terhadap
program kesehatan tidak selalu sama. Dalam sasaran penggalangan
dukungan sosial terhadap program kesehatan yang dimaksud dengan
sasaran ialah kelompok sasaran, yaitu individu atau kelompok.
Sasaran ini dibagi lagi ke dalam sasaran primer, sekunder dan tertier
serta dipilih lagi menurut tatanan yang ada, apakah tatanan rumah
tangga, institusi, tempat kerja, dan tempat-tempat umum. Menentukan
kelompok sasaran menyangkut pula soal strategi.

e. Menentukan bentuk dukungan sosial terhadap program kesehatan


Setelah tujuan dan sasaran ditentukan, dan setelah mengenal situasi
dan masalah serta latar belakang sasaran, maka bentuk dukungan
sosial terhadap program kesehatan dapat ditentukan.

Dalam bentuk dukungan sosial terhadap program ini harus


dikemukakan juga apa keuntungannya jika sasaran melaksanakan apa
yang dianjurkan. bentuk dukungan sosial terhadap program harus
dituangkan dengan bahasa yang mudah dimengerti oleh khalayak
sasaran, dan pesannya tidak ruwet, melainkan applicable untuk
dilaksanakan dengan kondisi dan situasi yang mereka miliki, atau yang
dapat dilaksanakan oleh khalayak sasaran.

f. Menentukan metode penggalangan dukungan sosial terhadap


program kesehatan
Setelah materi ditentukan, maka perlu ditentukan bagaimana caranya
melaksanakan dukungan sosial terhadap program kesehatan tersebut
kepada khalayak sasaran, agar tujuan dukungan sosial terhadap
program kesehatan tersebut dapat tercapai. Metoda atau cara
penggalangan dukungan sosial terhadap program kesehatan,
tergantung pada tujuan penggalangan dukungan sosial terhadap
program kesehatan yang ingin dicapai. Tujuan penggalangan
dukungan sosial terhadap program kesehatan kesehatan dapat
dikelompokkan mencakup 3 hal yang penting yaitu (1) Terciptanya
opini, etika, norma dan kondisi masyarakat yang ber PHBS,
(2)Terciptanya dukungan kebijakan, sumberdaya, fatwa serta peraturan
formal maupun non-formal dalam meningkatkan cakupan RT ber
PHBS, dan (3) Meningkatnya peran serta individu maupun kelompok
potensial dalam meningkatkan cakupan RT ber PHBS
g. Menentukan media dukungan sosial terhadap program kesehatan
Bila misalnya telah ditentukan akan mempergunakan pendekatan
massa, maka selanjutnya masih perlu ditentukan apa media yang akan
dipergunakan untuk menunjang pendekatan tadi, misalnya poster,
pembuatan film, siaran di radio, TV, surat kabar dan sebagainya.

h. Menentukan format monitoring dan evaluasi


Format monitoring dan e valuasi harus dirancang bersama dengan
perumusan tujuan penggalangan dukungan sosial, agar seluruh proses
penyuluhan dapat dipantau dan dievaluasi pokok tujuan penyuluhan
tercapai atau tidak.

Manfaat Perencanaan
Perencanaan yang baik akan memberikan manfaat sebagai berikut :
1. Mengurangi risiko ketidakpastian
Dalam organisasi yang semakin kompleks dan berbeda dalam
lingkungan yang selalu berubah, seorang perencana memerlukan cara-
cara yang lebih baik, untuk melakukan tugasnya. Perencanaan tidak
dapat lagi bersikap sebagai “pemadam kebakaran” karena semakin
beragamnya persoalan yang dihadapi. Yang diharapkan sekarang
adalah “mencegah terjadinya kebakaran”.

Melalui cara-cara yang lebih rasional dan berdasar, seorang


perencana dapat mengurangi risiko ketidakpastian yang dihadapi dalam
pekerjaannya. Dengan perencanaan yang baik pula seorang perencana
dapat mencoha untuk mempengaruhi apa yang akan terjadi dikemudian
hari.

2. Memusatkan perhatian pada khalayak sasaran


Perencana yang baik memungkinkan perencana dapat menggunakan
sumber daya yang dimilikinya secara lebih efisien. Perencana dapat
menangani beberapa kegiatan secara simultan dan memberikan perhatian
yang cukup pada masing-masing kegiatan.

3. Menjadi dasar bagi fungsi-fungsi manajemen yang lain


Perencanaanmerupakanfungsimanajemenyangutama.Melaluiperencanaan
maka fungsi-fungsi lain seperti pengorganisasian, pemantauan dan
evaluasi diatur. Perencanaan memungkinkan kita untuk mengukur
keberhasilan pelaksanaan tugas dengan cara membandingkan hasil
(realisasi) dengan rencana. Dari situ kita dapat menilai apakah
program telah terlaksana dengan baik. Secara singkat dapat kita katakan
bahwa pelaksanaan proses manajemen yang efektif harus diawali dengan
perencanaan yang baik.
Ciri Perencanaan Yang Balk
Untuk dapat merencanakan dengan baik, beberapa hal pokok yang perlu
diperhatikan adalah :
1. Adanya pengetahuan yang mantap tentang tugas pokoknya
Seorang perencana yang tidak mengetahui tugas pokoknya akan
membuat rencana yang salah. Tanpa mempunyai dasar pengetahuan
yang mantap, rencana yang dibuat mungkin tidak dapat dijalankan atau
tidak efisien.

2. Adanya batas toleransi atas penyimpangan


Pelaksanaan suatu rencana mungkin saja menyimpang dari apa yang
telah ditentukan. Meskipun demikian rencana yang dibuat harus mempunyai
batas toleransi penyimpangan jika kita tidak ingin rencana tersebut
kehilangan arti.

3. Memperhatikan sumberdaya yang dimiliki


Seorang perencana harus mengenal sumber daya yang dimilikinya. Ia
harus memastikan bahwa rencana yang dibuat cukup praktis ditinjau
dari sudut pandang kemampuan dan keahlian/keterampilan
pelaksananya. Disamping itu perencana harus yakin bahwa ia mampu
untuk mengadakan/ mengerahkan sumber daya yang diperlukan.

4. Fleksibilitas
Rencana yang memiliki fleksibilitas memungkinkan diadakannya perubahan-
perubahan didalam rencana tanpa mengganggu perencanaan itu sendiri
atau mempengaruhi hasil akhimya. Dalam pelaksanaan rencana
mungkin saja diperlukan perubahan-perubahan karena tuntutan situasi.

5. Melihat kemungkinan adaptasi


Sebelum menyusun suatu rencana sebaiknya seorang perencana
meninjau apakah rencana yang serupa pemah dilakukan. Jika rencana
yang serupa sudah pemah dilakukan sebelumnya maka perencana
mungkin hanya perlu mengadakan penyesuaian-penyesuaian terhadap
rencana yang terdahulu

6. Memperhatikan kendala-kendala
Dalam menyusun rencana seorang perencana harus melihat kendala¬-
kendala yang ada, baik yang datang dari luar maupun dari dalam. Tidak
seorang perencana pun yang tidak mempunyai kendala ataupun
dibatasi oleh aturan-aturan baik dari pemerintah, masyarakat maupun
lingkungan fisik. Hal penting juga yang harus diperhatikan adalah
batasan-batasan yang ditentukan oleh organisasi dimana perencana itu
berada misalnya peraturan, prosedur, dan kebijakan yang telah disusun
serta keterkaitan rencana satu dengan lainnya.
Macam-Macam Perencanaan
Perencanaan dapat diklasifikasikan berdasarkan (1) Lamanya (durasi), (2) Fungsi
atau Penggunaannya dan (3) Cakupannya (scope).

1. Perencanaan berdasarkan ”Lamanya” (durasi)


Setiapperencanaandapatdigolongkanberdasarkanwaktupelaksanaannya.
Rencana jangka pendek sudah tentu dibuat untuk dilaksanakan dalam
waktu yang singkat, sedangkan rencana jangka panjang dalam waktu
yang lebih lama.

Bagi seorang pimpinan di tingkat bawah, rencana 6 bulan mungkin


sudah merupakan rencana jangka panjang. Sebaliknya untuk pimpinan
tingkat atas, rencana 6 bulan tersebut dapat dianggap rencana jangka
pendek. Terlepas dari waktunya, rencana operasional seringkali
digolongkan ke dalam rencana jangka pendek jika rencana tersebut
merupakan bagian dari rencana yang lebih besar.

Perencanaan jangka pendek umumnya dibuat di tingkat bawah.


Keterlibatan seseorang dalam perencanaan jangka panjang semakin
besar dengan semakin tingginya tingkatan seseorang.

2. Perencanaan berdasarkan ”Fungsi”


Perencanaan dapat pula digolongkan berdasarkan fungsi operasional
manajemen seperti produksi, pemasaran, keuangan dan personalia.
Pengelompokkan berdasarkan fungsi ini memungkinkan untuk
menggambarkan hubungan antar bagian/unit dan mempelajari adanya
kemungkinan pengaruh perencanaan di satu unit terhadap unit lainnya.

3. Perencanaan berdasarkan ”Cakupan”


adalah bentuk perencanaan yang mendasarkan dirinya pada berapa
cakupan baik populasi ataupun lainnya untuk dapat dilaksanakan
berdasarkan hasil analisis

Untuk mendapatkan perubahan perilaku pada masyarakat sasaran


diperlukan perencanaan yang baik, dalam menyusun perencanaan
perumusan tujuan program harus jelas dan memenuhi syarat-syarat
tertentu agar monitoring dan evaluasi dapat dilakukan dengan baik.

Syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam perumusan tujuan antara lain:


a. tujuan harus jelas dan mudah difahami
(simple)
b. tujuan harus bisa diukur (measurable)
c. tujuan harus bisa dicapai (achievable)
d. tujuan harus wajar dan tidak berlebihan (reasonable)
e. tujuan harus mempunyai tenggang waktu (time bound)

B. Rancangan Mobilisasi Sosial


Setelah dapat merumuskan langkah-langkah mobilisasi sosial, selanjutnya tim
membuat rancangan mobilisasi sosial, yang menggambarkan secara
menyeluruh tentang upaya mobilisasi sosial yang akan dilaksanakan di suatu
wilayah, meliputi:
1. Tujuan mobilisasi
sosial
2. Kelompok sasaran
3. Bentuk mobilisasi
sosial
4. Langkah-langkah kegiatan
5. Dukungan sumber daya yang
dibutuhkan
6. Waktu dan tempat pelaksanaan
7. Mitra potensial dan peran masing-
masing
8. Hasil yang
diharapkan

Rancangan mobilisasi sosial dapat dapat dibuat dalam matriks/tabel


berikut:

Tabel 6. Matriks Rancangan Mobilisasi Sosial

Tujuan Sasaran Bentuk Langkah Dukungan Waktu Mitra Peran Hasil Yg


Mobilisasi Upaya Kegiatan Sumber Daya Pelaksana Potensial Mitra Harap
Sosial Mobsos Yg Dibutuhkan an
&Tempat

Sampai disini anda sudah dapat mengerjakan


Latihan 4, yaitu Latihan Merancang Mobilisasi
Sosial Gerakan PHBS –RT di wilayah kerja anda.
Latihan 4
Merancang Mobilisasi Sosial
Gerakan PHBS –RT di Wilayah Kerja

Setelah mengerjakan Latihan 1, 2 dan 3, sebagai kelanjutannya kelompok diminta untuk


merancang mobilisasi sosial di wilayah kerja. Seperti halnya untuk latihan 1,2 dan 3,
kelompok dibagi sesuai asal kabupaten/kota.

Didalam kelompok peserta membuat rancangan mobilisasi sosial Gerakan PHBS – RT


yang sesuai berdasarkan hasil latihan-latihan sebelumnya. Dalam menyusun rancangan
tersebut, kelompok mengacu pada paparan tentang rancangan mobilisasi sosial yang
telah disampaikan oleh fasilitator.

Tugas Kelompok:

• Kelompok melihat kembali hasil diskusi/latihan sebelumnya berkaitan dengan


mobilisasi sosial.
• Ketua memandu kelompok melakukan curah pendapat untuk menyusun rancangan
mobilisasi sosial.
• Kelompok diharapkan mampu menjawab pertanyaan berikut, berdasarkan langkah-
langkah mobilisasi sosial pada latihan 3 :
1. Dukungan sumber daya apa yang dibutuhkan?
2. Kapan waktu pelaksanaannya dan dimana?
3. Siapa mitra potensial
4. Apa peran masing-masing mitra?

Hasil diskusi/kerja kelompok ditulis dalam kertas flipchart sesuai dengan matriks/tabel 6
yang telah dipelajari, dan ditempelkan di tempat yang telah disediakan berdasarkan
kabupaten/kota masing-masing.

Pleno

Setiap kelompok/perwakilan kelompok diminta mempresentasikan hasil diskusi


masing-masing dan peserta dari kelompok lain diminta untuk menanggapi.

Pada akhir sesi fasilitator memandu kelompok menarik kesimpulan atau gambaran
umum tentang rancangan mobilisasi sosial Gerakan PHBS – RT .

C. Pelaksanaan kegiatan
Pelaksanaan kegiatan bina suasana mencakup beberapa komponen yaitu:
1. Membangun forum komunikasi
2. Menyajikan data atau informasi kemudian dilanjutkan dengan merancang
kegiatan bersama-sama.
3. Saling berbagi peran dan tanggung jawab sesuai kemampuan serta potensinya.
4. Melakukankegiatan sesuaikesepakatan sertasetiapkegiatan ada dokumentasinya
5. Melakukan konsulidasi secara rutin sesuai kesepakatan.
6. Menyajikan hasil kegiatannya masing-masing , kemudian menyusun rencana
tindak lanjut. Dengan demikian merupakan kegiatan yang berkesinambungan
7. Memfokuskan kegiatan sesuai kebutuhan masyarakat atau membantu
masyarakat dalam mengatasi masalah kesehatan.
8. Menjalin hubungan kemitraan yang serasi, dinamis serta memegang prinsip-
prinsip kemitraan
9. Tidak meracuni komitmen
10. Menggalang sumberdaya / sumberdana serta potensi yang ada di masing-
masing mitra.

Contoh Pelaksanaan Strategi Dukungan Sosial “Larangan Merokok”

No Sasaran Tujuan Kegiatan Metode Indikator


.
1. Individu: Memberi Diseminasi Sarasehan - Adanya daftar
- Komisi E DPRD dukungan informasi hadir
se-Bali moral - Adanya
- Bupati/ walikota se- komitmen
Bali
- Perahda Ida
MD. Gunung
- Prof. MD,
Bahdem
- I.Gd Prama
2. Kelompok: Memberi Diseminasi Lokakarya - Adanya daftar
- KNPI - PDGI dukungan informasi mini hadir
- PHDI - PHRI moral - Adanya
- GOW - PWI komitmen
- IDI - PKK
- IBI
- Koalisi Bali
Sehat
- Yayasan Citra
Usada
3. Sasaran massa Meningkatkan Sosialisasi Pertunjuka Ada kelompok-
pemahaman melalui media n kelompok
pada bahaya elektronik tradisional masyarakat yang
merokok Bondres sudah tidak
merokok.
Pokok Bahasan 3.
PENGGALANGAN DUKUNGAN SOSIAL

Sub Pokok Bahasan : Penggalangan dukungan sosial dukungan sosial di:


a. Tingkat Propinsi
b. Tingkat Nasional
c. Tingkat Internasional

Pokok Bahasan 4.
PENGEMBANGAN UNTUK MENGGALANG DUKUNGAN SOSIAL DI MASYARAKAT

A. Pengembangan untuk menggalang dukungan sosial di masyarakat


dilakukan melalui Advokasi

TEKNIK ADVOKASI KESEHATAN.


1. Pengertian teknik advokasi
Teknik advokasi adalah suatu instrumen atau taktik menghantar metode
advokasi yang diterapkan agar tujuan yang diharapkan dapat tercapai.

2. Tujuan penerapan teknik advokasi


Tujuan penerapan teknik advokasi adalah meningkatnya kualitas
penyampaian pesan sehingga sasaran advokasi menjadi paham, tertarik,
sadar/peduli, komitmen serta bertindak untuk memberikan dukungan
kebijakan atau sumberdaya, sehingga proses pelaksanaan advokasi dapat
berjalan dengan baik serta dapat mencapai tujuan yang diharapkan.

3. Fungsi penerapan teknik advokasi


a. Meningkatkan pemahaman
b. Membangun kepercayaan atau
keyakinan
c. Membangun sikap positif atau daya tari,
minat d. Mempengaruhi paradigma/ pola pikir
e. Membangun komitmen
f. Memotivasi atau menggerakkan untuk bertindak
g. membangun opini publik
h. Membangun hubungan atau interaksi yang baik dengan sasaran
advokasi.

4. Langkah-langkah pengembangan teknik advokasi


Dalam pelaksanaan kegiatan advokasi kesehatan ada beberapa jenis metode
yang sering diterapkan, diantaranya adalah: lobi, negosiasi, seminar,
presentasi, penggunaan media massa, dll. Agar penerapan metode advokasi
tersebut efektif serta dapat mendukung tercapainya tujuan advokasi maka
pengelola atau tim
advokasi perlu merancang atau mengembangkan teknik advokasi yang
menarik dan sesuai dengan karakteristik sasaran advokasi. Berikut ini, ada
beberapa upaya atau langkah-langkah dalam mengembangkan teknik advokasi
yaitu:

a. Teknik advokasi kesehatan dengan menggunakan media massa/


media pers
Media pers merupakan alat kampanye yang efektif digunakan dalam
mendiseminasikan isu-isu yang sedang di advokasi karena media
media pers mempunyai penyebaran yang cukup luas, sehingga dapat
mempengaruhi masyarakat maupun para pembuat kebijakan.

Peranan media massa sangat besar dan menentukan keberhasilan


advokasi, baik dalam membentuk opini, menyamakan persepsi, maupun
dalam memberikan tekanan. Bentuk kerjasama yang dilakukan dalam
kegiatan advokasi berupa: press release, konferensi pers, penulisan
artikel, siaran pers, press Kit, lembar fakta, wisata pers, editorial, surat
untuk Editor, dll

Tips membangun kerjasama dengan pers


1) Membangun komunikasi dengan pers. Langkah awal adalah dengan
memperkenalkan siapa kita dan apa maksud serta tujuan kita.
Berikutnya adalah berdiskusi dengan mereka guna menyampaikan
isu-isu yang sedang diadvokasikan. Untuk itu, kita dapat
mengundang mereka atau proaktif berkunjung kemeja redaksi
pers.
2) Berupaya menjadi sumber informasi dan koreksi bagi
pers.
3) Menciptakan momen yang memicu pers terus menulis berita-
berita anggaran yang anda inginkan.
4) Bersama dengan pers melakukan peran sebagai watchdog
(pengawas) terhadap kebijakan-kebijakan anggaran dan kasus-
kasus penyimpangan anggaran yang berkaitan dengan program
kesehatan.

Tips melakukan advokasi melalui radio


Radio merupakan salah satu media advokasi yang efektif, dalam
mendissiminasikan isu-isu / pesan advokasi, karena radio mempunyai
penyebaran yang cukup luas, sehingga dapat mempengaruhi
masyarakat maupun para pembuat kebijakan. Bentuk kerjasama yang
dilakukan berupa talk show dan dialog interaktif. Beberapa hal yang
harus diperhatikan dalam bekerjasama dengan stasiun radio adalah
sebagai berikut:
1) Pilih stasiun radio yang disenangi
masyarakat.
2) Pilih waktu yang tepat sesuai dengan isu yang akan
diadvokasi.
3) Persiapkan materi advokasi dengan baik.
4) Persiapkan nara sumber yang berkompeten dalam bidangnya
untuk menyampaikan pesan advokasi.

Tips advokasi melalui televisi


Televisi merupakan media advokasi yang efektif dalam mendesiminasikan
isu-isu / pesan advokasi, karena mempunyai penyebaran yang cukup
luas serta mudah dipahami, sehingga dapat mempengaruhi
masyarakat maupun para pembuat kebijakan. Bentuk kerjasama
yang dilakukan berupa talk show dan dialog interaktif. Beberapa
hal yang harus diperhatikan dalam bekerjasama dengan stasiun TV
adalah sebagai berikut:
1) Pilih stasiun TV yang disenangi masyarakat.
2) Pilih waktu yang tepat sesuai dengan isu yang akan
diadvokasi.
3) Persiapkan materi advokasi dengan baik.
4) Persiapkan nara sumber yang berkompeten dalam bidangnya
untuk menyampaikan pesan advokasi.

Tips advokasi melalui pennggunaan leaflet dan brosur


Leaflet dan brosur juga merupakan media advokasi yang efektif
dalam mendisiminasikan isu-isu/ pesan advokasi. Karena dalam
leaflet dapat didepkripsikan lebih jelas isu yang diadvokasi.

Langkah-langkah pengembangan teknik ini adalah:


1) Melibatkan dan menjalin kerjasama dengan pers/pengelola media
massa
2) Membangun hubungan pribadi dengan pers/pengelola media massa
3) Melakukan surat menyurat, mengundang melalui telepon atau
mengundang secara resmi pengelola media masa untuk meliput
berita atau isu-isu penting yang berkaitan dengan pesan-pesan
advokasi kesehatan.
4) Mengundang pers/media masa pada saat ada even-even
kesehatan
5) Mengundang pers/media massa dalam kegiatan seminar atau
orientasi tentang kesehatan.
6) Melibatkan pers/media massa dalam kegiatan kunjungan ke
daerah
7) Mengatur peliputan wawancara dengan orang-orang
penting
8) Menyampaikan informasi/data kepada media massa secara
teratur
b. Konferensi pers
Konferensi pers dalam kegiatan advokasi merupakan teknik yang efektif
untuk mempengaruhi pejabat publik, melalui penyebarluasan isu kepada
insan pers yang dapat berdampak pada desiminasi informasi kepada
banyak pihak atau masyarakat luas, dan dapat membangun opini publik
mengenai suatu isu.

Konferensi pers merupakan pertemuan singkat, kurang lebih 30 menit


dengan sejumlah wakil media massa yang diundang untuk
mendapatkan penjelasan mengenai isu penting yang segera perlu
diketahui oleh masyarakat.

Konferensi pers selalu diawali dengan penjelasan singkat mengenai


isu penting yang diangkat, selanjutnya dilakukan tanya jawab untuk
klarifikasi. Oleh karena itu data dan paparan presentasi perlu
dipersiapkan dengan baik serta juru bicara dan beberapa anggota
kelompok diminta untuk mempersiapkan diri guna mendukung
dalam menyampaikan penjelasan kepada wakil media massa tersebut,
ketika sesi tanya jawab berlangsung.

Seusai pertemuan ini, bagi para wakil media massa akan dibagikan satu
set informasi (lembar informasi/presentasi mengenai isu yang diangkat
dan diinformasikan tersebut), dengan harapan isu tersebut dapat
dikemas sebagai bahan advokasi yang disebarluaskan ke masyarakat.

c. Siaran pers
Merupakan bentuk berita yang menjelaskan informasi sebuah
peristiwa. Syarat lembaran siaran pers yang baik adalah:
1) Ditulis dengan bahas yang ringkas dan padat, maksimal dua
halaman. Pada paragraf pertama sudah menjelaskan sebuah
masalah dan berita utama yang diangkat. Informasi yang
terkandung di dalamnya mencakup “apa, siapa, dimana serta
penjelasan singkat mengenai latar belakang diadakannya atau
adanya peristiwa yang diinformasikan tersebut”
2) Dapat dengan mudah dikirimkan kepada semua kantor redaksi
media massa.
3) Menggunakan judul “siaran pers” pada lembaran yang
disebarkan serta mencantumkan nama orang yang dapat
dihubungi dan nomor telepon serta alamat lengkap agar mudah
diverifikasi informasinya.
d. Lobi
Karakteristik Lobi
1) Bersifat tidak resmi/ Informal dapat dilakukan diluar forum atau
perundingan yang secara resmi disepakati .
2) Bentuk dapat beragam dapat berupa obrolan yang dimulai
dengan tegursapa, atau dengan surat
3) Waktu dan tempat dapat kapan dan dimana saja sebatas dalam
kondisi wajar atau suasana memungkinkan. Waktu yang dipilih
atau dipergunakan dapat mendukung dan menciptakan suasana
yang menyenangkan, sehingga orang dapat bersikap rileks.
4) Pelaku /aktor atau pihak yang melakukan lobi dapat beragam dan
siapa saja yakni pihak yang bekepentingan, dapat pihak eksekutif
atau pemerintahan, pihak legislatif, kalangan bisnis, aktifis LSM,
tokoh masyarakat atau ormas, atau pihak terkait lainnya.
5) Bila dibutuhkan dapat melibatkan pihak ketiga untuk perantara
6) Arah pendekatan dapat bersifat satu arah. Pihak yang melobi
harus aktif mendekati pihak yang dilobi. Pelobi diharapkan tidak
bersikap pasif atau menunggu pihak lain sehingga terkesan kurang
perhatian.

Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pengembangan teknik


lobi, yaitu:

1) Sistem Politik.
Kondisi sistem politik akan berpengaruh pada cara- cara lobi
yang yang dilakukan. Pada sistem politis yang demokratis dimana
pendelegasian wewenang dan keterbukaan menjadi salah satu
cirinya maka lobi mudah dilakukan karena sasaran lobi lebih
jelas, dalam arti pejabat atau stakeholder sebagi obyek lobi
berada pada posisi yang telah diketahui kewenangannya.
Berbeda dengan sistem politik yang otoriter melakukan lobi
merupakan hal yang sulit diperkirakan, kadang pada moment
yang tepat lobi dapat mudah dilakukan, namun bisa menjadi hal
yang sulit. Dapat terjadi lobbying pada suatu pihak atau
seorang tokoh telah dihasilkan dukungan tertentu, tetapi
kemudian hal itu dianulir (dibatalkan atau dimentahkan oleh pihak
lain yang lebih berkuasa tanpa alasan yang jelas) sehingga lobi
yang dilakukan menjadi sia-sia. Dalam sistim seperti ini maka
berbagai peraturan dan perhitungan-perhitungan rasional menjadi
sulit dijadikan pegangan, karena hukum dan peraturan
ditangan pemegang kekuasaan yang bisa berubah setiap saat
sesuai kehendaknya sendiri.
2) Norma dan Etika.
Lobi pada intinya adalah suatu upaya untuk memaksimalkan
penggunaan tehnik komunikasi untuk mempengaruhi pihak lain
yang semula cenderung menolak, agar menjadi setuju atau untuk
memberikan dukungan. Namun tidak berarti harus menghalalkan
semua cara, norma dan etika harus tetap dihormati dan menjadi
pegangan, karena jangan sampai terjebak dalam situasi korupsi dan
kolusi.

Bagi orang yang menjujung tinggi norma dan etika, lobi tidak
perlu disertai janji-janji yang seharusnya tidak boleh diberikan
ataupun dengan mendiskreditkan pihak lain agar memperoleh
simpati dan dukungan dari pihak yang dilobi. Sehubungan dengan
itu, dalam melakukan lobi jangan sampai menjual janji-janji yang
hanya menguntungkan kepentingan pribadi, tetapi juga harus
mengutamakan kepentingan masyarakat luas

3) Norma hukum dan peraturan


Hukum yang dibuat untuk mengatur masyarakat agar diperoleh
ketertiban dalam kehidupan bersama harus dihormati dan
dipatuhi oleh semua masyarakat. Dalam melakukan lobi batas
batas hukum juga harur tetap dihormati dan ditaati. Lobi tidak
boleh dilakukan dengan mengabaikan batas batas hukum,
misalnya dengan melakukan atau memanipulasikan data dan
informasi sedemikian rupa agar yang dilobi menjadi percaya dan
kemudian mendukungnya, atau melakukan cara cara lain yang
menipu atau menyesatkan pihak yang dilobi sehingga memperoleh
kesan atau kesimpulan yang salah/ keliru yang tentunya dilarang
oleh hukum/tidak boleh dilakukan.

Dengan demikian maka kejelasan batas batas hukum dan juga


tegaknya hukum itu sendiri ikut mempengaruhi praktek lobi.
Sama halnya dengan norma dan etika pelanggaran dan atau
penyimpangan terhadap hukum yang dilakukan dalam lobi
mungkin saja malah melancarkan pendekatan yang dilakukan
namun harus tetap diwaspadai agar lobi dapat menguntungkan
masyarakat luas, dan tidak hanya pihak pihak tertentu saja.

4) Memperhatikan adat istiadat


Adat dan istiadat yang berkembang dalam masyarakat perlu
juga diperhatikan, terlebih bagi pihak yang melakukan lobi harus
memperhatikan agar tidak melakukan tindakan yang
bertentangan
dengan adat istiadat yang dihormati oleh sasaran lobi. Hal ini
dapat menimbulkan antipati atau perasaan kurang simpati
misalnya lobi dilakukan pada orang yang sedang berduka cita
atau sedang terkena musibah

5) Mengetahui siapa yang akan dilobi


Keberhasilan lobi juga dipengaruhi oleh siapa yang akan dilobi,
karena sifat dan perilaku orang bermacam-macam. Ada orang
yang kompromi, namun ada pula yang kaku, ada yang suka
bercanda dan terbuka sementara juga ada yang mudah
tersinggung.

Latar belakang pendidikan sosial dan ekonomi juga beragam


demikian pula pandangan dan visinya terhadap suatu hal
sehingga sikapnya terhadap lobi juga bisa berbeda beda

Bagi pihak yang melakukan lobi, harus dapat memahami siapa


yang akan dilobi, sehingga bsa mengatur dan merancang teknik
komunikasi yang sebaik baiknya sesuai dengan sifat, pandangan,
kegemaran, dan lainnya dari pihak yang dilobi. Dengan demikian, bisa
diharapkan terbangun rasa simpati dan dukungan yang
diharapkan dapat diperoleh.

6) Siapa yang melobi


Pelaku Lobi adalah mereka yang berada pada pihak yang paling
memerlukan sehingga harus aktif, melakukan pendekatan tidak
sekedar menunggu. Dengan demikian maka peranan atau pihak
yang melobi sangat penting. Sedemikian pentingnya sehingga orang
yang melakukan lobi haruslah orang yang mempunyai kemampuan
tertentu. Kemampuan tersebut bukan saja bersifat intelegensia
berupa kecerdasan, penguasaan terhadap masalah yang
dihadapi, keleluasaan pengetahuan dan wawasan, mempunyai
sikap yang baik dan penampilan yang menarik dalam arti
menyenangkan, serta mempunyai kredibilitas. Orang yang
integritasnya diragukan atau kurang dipercaya, akan mengalami
kesulitan apabila melakukan lobi.

Disamping itu sesuai dengan esensi lobi itu sendiri maka pelaku
lobi harus mempunyai kemampuan berkomunikasi yang baik ,
sabar, dan telaten ( tidak mudah tersinggung dan marah)
Cara Melobi
Ada 4 (empat) macam cara melobi :
1) Tidak langsung
Lobi bisa dilakukan dengan cara tidak langsung. Hal ini
mengandung pengertian tidak harus satu pihak atau satu orang
yang berkepentingan menghubungi mendekati sendiri pihak
lain yang mau dilobi.

Pendekatan itu bisa dilakukan dengan perantaraan pihak


lain (terutama yang dianggap punya akses atau mempunyai
hubungan yang dekat dan terkuat dengan pihak yang dilobi).

Kendala lain jangan sampai kegiatan lobi dilakukan dengan


menggunakan jasa pihak lain (pihak ketiga), yang justru dapat
merusak hubungan yang sudah ada, karena kesalahan atau
ulah pihak ketiga tersebut

Kendala lain dalam menggunakan cara tidak langsung adalah


pihak ketiga atau perantara tersebut tidak selalu menguasai atau
mengerti permasalahan atau obyek yang jadi sasaran.
Disamping itu apabila obyek yang jadi sasaran bersifat rahasia
maka akan membuka kemungkinan bagi kebocoran rahasia
tersebut.

2) Langsung
Berbeda dengan cara tidak langsung maka disini pihak yang
berkepentingan (berusaha), bisa bertemu atau berkomunikasi
secara langsung dengan pihak yang dilobi dengan kata lain
tidak menggunakan perantara atau pihak ketiga. Cara
langsung ini jelas lebih baik dari pada cara tidak langsung
tetapi ada pula kendalanya yaitu:
a) Pihak pihak yang terlibat tidak selalu saling
mengenal
b) Tidak semua orang mempunyai kemampuan
berkomunikasi dengan baik
c) Kesan terhadap pribadi tidak selalu sama dengan dengan
kesan terhadap lembaga. Jelasnya seseorang mungkin
saja kurang suka atau kurang menghormati orang tertentu
tetapi terhadap lembaga yang dipimpinnya dia tidak ada
masalah. Dalam kondisi seperti ini akan lebih baik apabila
yang melakukan lobi adalah orang lain yang ada di
lembaga tersebut
3) Terbuka
Yang dimaksud dengan cara terbuka adalah lobi yang
dilakukan tanpa ketakutan untuk diketahui orang lain. Lobi
yang dilakukan secara terbuka memang tidak harus berarti
dengan sengaja diekspose atau diberitahukan kepada
khalayak, tetapi kalaupun diketahui masyarakat bukan
merupakan masalah.

4) Tertutup
Yang dimaksud lobi dengan cara tertutup adalah apabila lobi
dilakukan secara diam diam agar tidak diketahui oleh pihak
lain apalagi masyarakat. Lobi dengan cara ini biasanya bersifat
perorangan yaitu yang dilakukan secara pribadi atau oleh
seseorang pada orang tertentu Lobi cara ini dilakukan karena
apabila sampai diketahui oleh pihak lain maka bisa berakibat
negatif atau merugikan pihak yang melakukan lobi tersebut
maupun pihak yang dilobi

Langkah-langkah pengembangan teknik lobi, yaitu:


1) Tahap persiapan
a) Tentukan siapa yang akan dilobi
?
• Politisi lokal atau kawakan
• Bidang atau lembaga pemerintah
• DPRD

b) Bagaimana melobi ?
Tahapan melobi
• Melakukan pertemuan pribadi
• Melakukan pendekatan melalui percakapan/pembicaraan
telepon
• Melakukan surat tertulis pribadi kepada sasaran advokasi
• Surat pribadi kepada beberapa orang secara terpisah
• Surat terbuka/massal
• Banjir pesan elektronis atau serbuan elektronis
• Pernyataan

c) Kapan Melobi ?
• Sebelum pemilihan umum/lokal
• Sebelum isu dimasyarakatkan
• Pada puncak publisitas
• Sebelum isu masuk dan selama pembahasan parlemen
• Dalam situasi sehari-hari
2) Tahap pelaksanaan
a) Kuasai masalah yang dibicarakan. Rumuskan apa yg ingin
disampaikan dg singkat, jelas, padat, dan runtut
b) Persiapkan baik-baik pertemuan
c) Jangan terlambat
d) Segera perkenalkan diri begitu komunikasi dimulai
e) Berkonsentrasi dan fokus pada tujuan
f) Gunakan cara-cara yg persuasif
g) Mulai berbicara bila situasi telah memungkinkan
h) Mengarahkan dengan tepat agar dapat memancing perhatian
i) Cara berbicara harus jelas dan jangan terlalu cepat, mengatur
volume suara, dan mempersiapkan kata –kata dengan baik.
j) Memperhatikan sikap, pandangan mata, gerak gerik yang
membantu
k) Sopan, saling menghormati, dan menyiratkan rasa
persaudaraan .
l) Jangan sok tahu
m) Utarakan segala sesuatunya secara singkat, jelas, padat,
dan runtut
n) Fokuskan isu/ pesan advokasi
o) Bila mulai menyimpang, kembalikan ke pokok
pembicaraan p) Berikan lembar fakta yg berisi rangkuman
permasalahan
q) Utarakan kapan ingin bertemu
kembali r) Tawarkan bantuan
s) Mintalah nama dan alamat
t) Ucapkan terimakasih, uraikan secara rinci untuk isu supaya
yg bersangkutan tidak lupa

Lima prinsip dasar dalam melobi


1) Berikan informasi yang benar dan
akurat
2) Jangan berikan janji-janji
surga
3) Simak baik-baik apa yg diutarakan
4) Bina hubungan dengan sekretaris, staf/anak buah
langsungnya
5) Sampaikan hal-hal yg penting

Tips dalam melobi


Agar lobi yang dilakukan berhasil dengan baik atau sekurang
kurangnya tidak menimbulkan penolakan yang mungkin keras
atau sikap antipati maka perlu kiranya diperhatikan beberapa
petunjuk teknis sebagai berikut:
1) Perlu mengenal/mengindentifikasi target lobi dengan baik.
Hal ini sangat perlu karena teknik yang akan dipergunakan
tergantung dari siapa yang akan dilobi. Untuk mencapai
keberhasilan yang optimal, maka pelobi harus memahami atau
mengenal dengan baik sifat, sikap dan pandangan bahkan
mungkin perilaku orang (orang-orang) yang akan dilobi.

Pengenalan ini diperlukan agar bisa ditentukan cara


pendekatan yang akan dilakukan, atau pemilihan teknik
komunikasi yang akan dipergunakan. Mendekati orang yang
mudah tersinggung dan selalu serius dengan mendekati
orang yang penyabar dan suka bercanda, tentu sangat
berbeda.Kekeliruan atas hal ini akan berakibat fatal.

2) Perfomance /penampilan diri yang baik.


Seorang pelobi harus mampu menampilkan diri dengan baik,
sehingga menimbulkan kesan yang positif bagi pihak yang
dilobi. Penampilan diri ini tidak berarti semata-mata hannya
bersifat fisik (lahiriah) seperti pakaian dan sebagainya, tetapi
juga kepribadian dan intelektualita.

3) Memperhatikan situasi dan kondisi.


Situasi dan kondisi yang ada atau melingkupi suasana lobi
harus diperhatikan oleh pelobi, demikian pula perubahan-
perubahan yang terjadi. Hal ini terutama sangat penting dalam
penggunaan cara menyampaikan pesan.

Di tempat umum misal di restoran, atau ditempat terbuka


misal dalam olahraga cara berbicara yang dipakai tentu
berbeda dengan apabila dirumah atau dikantor. Tentu tidak
tepat berbicara keras-keras diantara banyak orang lain,
sementara dengan berbisik-bisik di dalam rumah justru akan
menimbulkan kesan yang negatif bagi tuan rumah.

Pada saat pembicaraan tengah berlangsung dan dianggap


lancarpun, pelobi harus tetap memperhatikan situasi dan
kondisi yang sewaktu-waktu bisa berubah. Jangan
meneruskan ketika ada orang lain datang atau alihkan pada
topik lain dengan cara yang wajar, karena meskipun mungkin
pelobi tidak berkeberatan, tetapi mungkin yang dilobi yang
tidak berkenan.
Hal lain yang perlu diperhatikan mengenai cara
menyampaikan pesan adalah berkaitan dengan pihak yang
dilobi. Apabila pihak yang didekati adalah pribadi atau orang-
orang tertentu maka cara yang dilakukan bersifat persuasif.
Usahakan untuk mengundang simpati dan dukungan yang
bersangkutan. Tetapi apabila yang didekati adalah kelompok
maka pesan yang disampaikan harus mengandung
argumentatif.

Pelobi harus menyampaikan alasan-alasan dan pertimbangan-


pertimbangan yang logis dan rasional yang bisa membuat
pihak yang dilobi menjadi lebih jelas, lebih mengerti dan
memahami obyek sasaran sehingga pada gilirannya mereka
bisa menerima dan mendukung.

4) Mengemas pesan.
Seeorang akan mudah tertarik bila menyaksikan sesuatu
dikemas atau diatur dengan rapi, misalnya makanan yang
disajikan dimeja makan yang ditata rapi dan indah tentu akan
menimbulkan selera yang berbeda apabila hanya disajikan
dalam bungkusan atau kotak.

Sama halnya dalam masyarakat kita memberikan sesuatu dengan


tangan kanan dengan tangan kiri pasti akan menimbulkan
kesan yang berbeda.

Dalam melakukan lobi seorang pelobi harus bisa menyampaikan


atau menyajikan pesan yang dibawanya kepada pihak yang
dilobi agar tertarik dan kemudian memperhatikan , sehingga
bisa mengerti dan memahami apa yang diinginkan dan pada
gilirannya dapat menerima dan ahirnya mendukung.

5) Jangan takut gagal


Pepatah mengatakan kegagalan adalah keberhasilan yang
tertunda. Adalah hal yang biasa bahwa tidak semua usaha
pasti berhasil apalagi dalam waktu cepat dan singkat,
lebih-lebih dalam lobi. Lobi dilakukan untuk membuat atau
mengubah pihak atau orang yang semula tidak suka menjadi
suka, yang semula menolak menjadi menerima dan dan yang
menentang menjadi mendukung.
Dengan demikian maka ada kalanya memang sulit merubah
sikap tersebut, apalagi kalau sikap semula yang ditunjukan
keras. Dalam keadaan tetentu merupakan hal yang biasa
apabila orang cenderung menjaga gengsi, sehingga tidak
perlu mudah mengalah kmeskipun dalam akal dan hatinya
mengakuinya.

Oleh karena itu maka dukungan yang diharapkan tidak selalu


bisa diperoleh berulangkali. Dengan demikian maka pelobi tidak
boleh takut gagal, dia harus memiliki optimisme, telaten,
sabar, gigih dan fleksibel.

Ketakutan akan gagal, membuat orang menjadi mudah


cemas, kurang percaya diri dan kemudian mudah gugup
sehingga sangat mengganggu penampilannya. Kalau sudah
demikian maka justru akan merusak lobi yang dibangunnya,
sehingga akan menggagalkan lobi yang dilakukan. Kalaupun
pada akhirnya ternyata gagal, tidak boleh membuat pelobi
frustasi. Karena kegiatan lain atau masalah lain akan selalu
muncul dan lobi kembali akan harus dilakukannya.

e. Negosiasi

Kondisi yang memerlukan negosiasi


Untuk menentukan apakah perlu atau tidak melakukan negosiasi, maka untuk
negosiasi terdapat beberapa kondisi yang harus ada. Dalam arti apabila
kondisi tersebut tidak ada maka tidak banyak gunanya untuk melakukan
negosiasi

Negosiasi menolong untuk meciptakan situasi yg saling menguntungkan


dalam situasi konflik, melalui kompetisi, kolaborasi, kompromi, akomodasi,
menghindar

Busyairi (1997) mengemukakan bahwa menurut Schoonmaker ada tiga kondisi


yang memerlukan adanya negosiasi yaitu :

1) Adanya pertentangan pendapat atau


kepentingan
2) Ada beberapa pilihan kemungkinan untuk pemecahan masalah ,
apabila hanya ada satu saja kemungkinan maka tidak perlu dilakukan
negosiasi
3) Ada kemungkinan untuk saling kompromi: Kondisi ini akan memberi
peluang memuaskan semua pihak dengan pengertian tidak semua
keinginan akan dapat diperoleh, sebagian hak akan dilepaskan agar
dapat memperlancar kegiatan kesepakatan
Prinsip Negosiasi
Negosiasi atau perundingan bertujuan menghasilkan sesuatu yang memuaskan
pihak pihak yang berunding, biasanya disebut kesepakatan atau persetujuan.

Prinsip – Prinsip dalam negosiasi menurut Maschab (1997) adalah:


1) Bersifat formal
Negosiasi atau perundingan sifatnya formal, ditandai dengan terjadinya
suatu proses tawar menawar dari berbagai kepentingan yang berbeda yang
diupayakan untuk diurai dan dimusyawarahkan agar memperoleh kesepakatan
dan diterima oleh semua pihak yang bersangkutan. Oleh karena itu maka
negosiasi selalu dilakukan dengan cara yang teratur, dengan jadwal tertentu,
dengan proses dan teknik tertentu, termasuk acara-acara yang bersifat
seromonial didahului dengan pidato pengantar, dilanjutkan dengan penanda
tanganan naskah persetujuan dll.

2) Bentuknya baku.
Negosiasi biasanya dilakukan oleh pihak-pihak yang mempunyai
kepentingan yang berbeda atas obyek atau sasaran yang sama. Disamping itu
pihak-pihak itu juga merasa mempunyai hak dan kedudukan yang sama, oleh
karena itu maka negosiasi atau perundingan mempunyai bentuk yang baku
yaitu pihak-pihak yang berunding biasanya duduk berhadap-hadapan, dan
melakukan komunikasi langsung atau tatap muka.

3) Pelakunya telah ditentukan.


Aktor atau pelaku dalam negosiasi telah ditentukan atau dipilih sehingga tidak
semua orang boleh ikut dalam suatu perundingan. Yang ikut terlibat dalam
perundingan adalah orang-orang yang telah dipilih dan diberi mandat atau
wewenang unuk itu. Para peserta perundingan tersebut biasanya disebut dengan
utusan, wakil, atau delegasi

Apabila karena sesuatu hal ada peserta/pelaku yang harus diganti maka
perubahan atau pergantian tersebut harus diberitahukan kepada pihak yang
lain atau lawan rundingnya. Adakalanya pergantian harus dengan persetujuan
pihak lain/lawan runding.

4) Tempat dan Waktu ditentukan berdasar kesepakatan


Tempat dan waktu perundingan ditentukan dengan pasti dan disepakati oleh
pihak-pihak yang berunding. Dalam kasus-kasus yang pelik, soal tempat dan
waktu ini adakalanya membutuhkan perundingan tersendiri.
5) Pendekatan dua arah,masing-masing pihak berusaha mempengaruhi
Negosiasi dilakukan oleh dua pihak atau lebih yang saling membutuhkan
sehingga semua pihak ingin mempengaruhi pihak lain sebagai lawan
rundingnya. Masing- masing berusaha agar keinginannya itu diterima atau
disetujui pihak yang lain. Keengganan atau sikap kurang sungguh-sungguh
dari salah satu pihak bisa sangat mempengaruhi sikap pihak yang lain,
sehingga pihak tersebut tidak mau melanjutkan negosiasi atau perundingan
atau menjadi gagal.

6) Target
Sasaran yang ingin dicapai oleh suatu negosiasi adalah diperolehnya suatu
kesepakatan atau adalah kesepakatan atau persetujuan yang bisa diterima
oleh pihak-pihak yang berunding.

7) Kemampuan Negosiasi
Tiga elemen kunci: mendengarkan, mengamati, menyampaikan
SHAPE : sincere, sensitive (tulus, peka); honest, humorous (perhatian,
humoris); attentive, articulate (perhatian, pandai bicara); proficient
(pandai, cakap); enthustiastic, emphatic (antusias, bisa merakan perasaan
orang lain).

Teknik melakukan negosiasi


Dalam uraian tahapan negosiasi diatas telah disebutkan, apabila tahap awal
telah dilalui maka tahap selanjutnya adalah tahap dimana negosiasi memang
diperlukan memasuki tahap berlangsungnya negosiasi. maka ketrampilan
dan strategi dibutuhkan pada tahapan ini,

Untuk melakukan negosiasi selain ketrampilan individu ada beberapa hal yang
harus diketahui atau disiapkan sebagai strategi oleh pelaku atau negosiator
sebagaimana yang dikemukan oleh Maschab (1997) , yaitu;

1) Pelaku/Negosiator harus tahu persis target yang ingin


dicapai.
Seorang negosiator tidak selalu merupakan orang pertama atau pimpinan,
atau pengambil keputusan di lingkungannya, oleh karena itu dia harus
mengetahui dengan tepat apa yang diinginkan oleh pimpinannya atau
lembaga yang diwakilinya.

Adalah hal yang sangat mengganggu atau tidak baik apabila dalam suatu
negosiasi ada peserta atau utusan/wakil pihak yang berundingharus sering
meninggalkan tempat atau bolak-balik harus berkonsultasi kepada
pimpinannya atau lembaga yang diwakilinya karena ketidaktahuannya
mengenai apa yang diinginkan pimpinan atau lembaga tersebut.
2) Pelaku/ harus memiliki wewenang untuk melakukan negosiasi.
Seseorang negosiator harus mempunyai wewenang untuk menerima atau
menolak keinginan lawan rundingnya dan membuat kesepakatan dalam
perundingan tersebut.Tidak boleh terjadi suatu pandangan atau keinginan serta
kesepakatan yang telah diterima oleh para perunding kemudian dimentahkan
kembali atau ditolak oleh pimpinan dari lembaga yang diwakilinya.Apabila
terjadi hal begitu maka bukan saja akan merusak kredibilitas para wakil atau
perunding itu sendiri/tetapi juga nama baik lembaga yang bersangkutan.

3) Perlu mendalami masyalah yang dirundingkan secara baik.


Setiap perunding harus menguasai atau memahami dengan baik permasyalahan
yang dirundingkan.Pemahaman atas semua aspek dari obyek perundingan akan
sangat membantu menumbuhkan pengertian ataukesediaan tawar-menawar
dengan pihak lain;karena dalam perundingan tidak ada pihak yang mau
menang sendiri.

4) Perlu mengenali lawan rundingnya dengan baik.


Seorang perunding juga perlu mengenali lawan rundingnya dengan baik agar
dia bisa menemukan cara untuk menarik perhatian, memahami argumentasi
yang diajukan dan kemudian menyetujuinya.Pengenalan lawan runding tersebut
tidak hanya mengenai kepribadiannya tetapi juga mengenai pengetahuan dan
pandangannya terhadap masalah yang sedang dirundingkan baik mengenai
kekuatan maupu kelemahannya.

Meskipun suatu perundingan tidak sama dengan peperangan, tetapi mungkin


bisa dinalogkan dengan semacam axioma yang menyatakan bahwa
‘mengetahui kekuatan dan kelemahan lawan adalah separoh kemenangan.

Hal ini terasa sekali manfaatnya apabila perundingan yang dilakukan


melibatkan lebih dari 2 pihak, karena penguasaan atas masalah dan
pemahaman atas kekuatan dan kelemahan lawan bisa dipergunakan untuk
memperoleh dukungan dari pihak ketiga atau yang lain sehingga secara
bersama-sama kemudian mendorong atau menekan lawan runding untuk
menerima keinginannya

5) Perlu memahami mana hal-hal yang prinsip atau bukan prinsip.


Seorang perunding diberi wewenang untuk menerima atau memberikan
persetujuan usulan atau keinginan lawan runding. Agar apa yang dilakukan tidak
bertentangan atau menyimpang dari kemauan pimpinannya atau lembaga yang
diwakilinya, maka perunding harus mengetahui hal-hal yang prinsip bagi
pihaknya dan hal-hal mana yang bukanprinsip .Hal-hal yang prinsip tentu saja
tidak boleh diabaikan apalagi dikorbankan dalam perundingan.
Dalam perundingan yang biasanya juga dilakukan tawar-menawar untuk
memberi dan menerima, maka yang boleh dipertaruhkan adalah hal-hal yang
tidak prinsip.Pelanggaran atas hal-hal yang prinsip bisa mengakibatkan
dibatalkannya kesepakatan yang telah dicapai atau kalau dalam perjanjian-
perjanjian internasional maka ratifikasi atas hasil persetujuan tersebut tidak dapat
diberikan sehingga perlu ditinjau kembali.

6) Tujuh Elemen Ukuran Keberhasilan Negosiasi


i. Alternatif
Alternatif adalah kemungkinan jalan keluar yang dipunyai pihak-pihak yang
bernegosiasi apabila tidak diperoleh kesepakatan, yaitu tindakan yang
dilakukan untuk memenuhi kebutuhan sendiri tanpa persetujuan pihak
lain
Akan tetapi sedapat mungkinsebuah kegiatan negosiasi dapat menghasilkan
kesepakatan yang terbaik buat semua pihak (win win solution) atau
apabila terpaksa elakukan tindakan tanpa persetujuan pihak lain setidak-
tidaknya tidak merugikan pihak lain

ii. Kepentingan (harapan, keinginan dan


kebutuhan)
Kedua belah pihak memiliki kepentingan masing-masing yang menjadi
dasar ketika melakukan negosiasi. Kepentingan yang menyangkut orang
banyak hendaknya jangan dikirbankan ketika melakukan negosiasi,
akan tetapi kepentingan yang bersifat individu atau kelompok
sebaiknya tidak mengorbankan kepentingan bersama (yang bermanfaat
bagi orang banyak.

iii. Opsi
Didalam proses negosiasi sering kali menghasilkan tidak hanya satu
pilihan, namun beberapa pilihan inilah yang disebut opsi. Negosiasi
yang baik akan menghasilkan kesepakatan yang berupa pemilihan opsi
yang terbaik diantara yang beberapa opsi yang ada.

iv. Legitimasi
Negosiasi dapat dikatakan berlangsung dengan baik apabila yang
dihasilkannya mendapat legitimasi/ pengakuan baik dari pihak internal
(kedua belah pihak yang sedang bernegosiasi) maupun eksternal (pihak
lainnya)

v. Komunikasi
Yang dimaksud komunikasi dalam negosiasi adalah kegiatan
pertukaran ide-ide, pesan-pesan atau informasi yang terjadi selama
proses negiosiasi.
vi. Hubungan
Hubungan kerja dalam negosiasi adalah hubungan antara pihak-pihak yang
terlibat dalam proses negosiasi. Hubungan kerja ini sebaiknya dilandasi
saling percaya, saling menghargai dan tidak ada pihak yang merasa
lebih tinggi atau lebih rendah kedudukkannya selama proses negosiasi.
Hubungan kerja yang baik ini hendaknya tetap dijaga walaupun tidak
tercapai kesepakatan dalam bernegosiasi

vii. Komitmen
Komitmen adalah pernyataan lisa atau tertulis mengenai hal yang
diinginkan atau tidak diinginkan oleh pihak-pihak yang melakukan negosiasi.
Komitmen dapat berkembang selama proses negosiasi dan dapat
dicantumkan sebagai bagian yang tidak terpisahkan dalam
perjanjian/ksepakatan yang dihasilkan. Komitmen hendaknya dirancang
yang praktis, tahan lama, mudah dipahami bersama dan dapat
diverifikasi dengan mudah apabila diperlukan.

7) Menghadapi Perilaku yang Sulit


a) Jangan bereaksi
b) Dengarkan dan
nyatakan
c) Rekam dan susun apa yang mereka katakan dalam alur pikir kearah
pemecahan masalah

8) Langkah-langkah negosiasi
Negosiasi merupakan suatu proses yang memiliki tahapan atau langkah
sebagaimana proses kegiatan lainnya yaitu persiapan, pelaksanaan dan tahap
akhir negosiasi.
a) Persiapan
i) Persamaan persepsi/pemahaman
Sebelum pelaksanaan negosiasi, masing-masing pihak hendaknya
melakukan kegiatan persiapan intern, kegiatan persiapan tersebut
pada hakekatnya berupa penyamaan pemahaman/persepsi antara
anggotanya yang akan terlibat dalam kegiatan negosiasi dengan
pihak lain. Hal-hal yang perlu disamakan pemahamannya adalah
tujuan negosiasi, isu yang perlu dibahas, kepentingan, apa saja
alternatifnya. Opsi keputusan terbaik kriteria keberhasilannya,
posisi yang akan diajukan dll

ii) Mencari tahu keadaan pihak


lain
Hal-hal yang perlu diketahui dari pihak lain adalah tujuan,
kepentingan, opsi, keputusan terbaik, posisi yang akan
diajukan, dll untuk memperlancar jalannya negosiasi.
iii) Persiapan fisik
meliputi persiapan ruangan pertemuan, akomodasi, transportasi,
dan kegiatan penunjang lainnya (media)

b) Pelaksanaan negosiasi
i) menyepakati agenda negosiasi termasuk apa yang akan
dibicarakan ii) Masing-masing mempresentasikan tujuan, isu,
ungkapan, posisi
iii) Memberikan kesempatan pihak lain meminta klarifikasi atau penjelasan
tentang apa yang dikemukakan.
iv) Mencermati kepentingan masing-maing untuk dipertemuakan dengan
kepentingan pihak lain.
v) pertemuan hendaknya didasari saling mempercayai dan saling
menghargai
vi) masing-masing pihak hendaknya bersedia menggeser posisinya agar
dicapai kesepakatan.

c) Tahap akhir negosiasi


i) Jangan berlarut-larut
ii) Buatlah catatan tertulis selengkap mungkin.
iii) Identifikasi kebutuhan akan tindakan dan tanggung jawab dari
masing- masing pihak yang berbegosiasi
iv) Buatlah komitmen yang praktis, mudah dipahami dan dapat dibverifikasi
dengan mudah
v) Apabila negosiasi gagal, hendaknya tetap dijaga hubungan baik
diantra pihak-pihak yang bernegosiasi.

f. Presentasi interaktif
Presentasi interaktif adalah metode dan teknik advokasi yang cukup efektif
untuk melaksanakan proses alih pengetahuan dan meningkatkan
pemahaman pada sasaran advokasi. Dalam presentasi seorang advokator
akan menyampaikan materi disertai teknik presentasi, bertanya dan menjawab
yang efektif, baik secara verbal, non verbal bahkan terkadang disertai
emosional dengan menggunakan berbagai perangkat audiovisual yang
dipersiapkan dengan baik, merupakan presentasi yang interaktif dalam
melakukan advokasi.

1) Kelebihan/ keuntungan presentasi interaktif


a) Jika dirancang dengan baik, presentasi interaktif akan dapat
segera memperlihatkan hasil yang efektif serta dapat
diterapkan pada gabungan peserta yang heterogen.
b) Presentasi Interaktif dapat digunakan untuk menyampaikan
sejumlah besar informasi dalam waktu yang relatif singkat.
c) Presentasi Interaktif dapat digunakan untuk peserta yang relatif
besar jumlahnya.

2) Keterbatasan presentasi interaktif antara lain :


a) Metode ini kurang berhasil apabila penyaji dan peserta tidak
mampu menjaga konsentrasi dalam waktu yang cukup lama.
b) Kontribusi dan keterlibatan peserta akan minimal jika penyaji
tidak mampu untuk menciptakan interaksi peserta.
c) Kecepatan penyampaian materi dikendalikan oleh penyaji.
Pemahaman peserta terhadap informasi harus dipantau melalui
pertanyaan dan umpan balik.
d) Informasi dijejalkan secara berlebihan sehingga melampaui kapasitas
memori peserta.

3) Langkah-langkah presentasi interaktif

Langkah 1 : tentukan tujuan presentasi

Untuk melakukan hal ini, kita harus menjawab pertanyaan


pendengar berikut :
• Mengapa kami disini ?
• Mengapa hal ini penting bagi saya
?
• Apa manfaatnya untuk saya ?

Pertanyaan berikut adalah untuk pembicara :


• Bila presentasi ini selesai apa yang kita ingin pendengar
lakukan?
• Bila presentasi ini selesai apa yang kita ingin pendengar katakan
?
• Bila presentasi ini selesai apa yang kita ingin pendengar
yakini?

Apakah presentasi kita dimaksudkan untuk :


• Membujuk ?
• Mengilhami ?
• Menginformasikan ?
• Meyakinkan ?
• Memberi instruksi ?
• Menghibur ?
Tuliskan tujuan presentasi dalam bentuk pernyataan, karena ini akan
melandasi: isi presentasi, tingkat detail presentasi serta
waktu/lamanya presentasi
Langkah 2 : Cek kembali tujuan presentasi dan revisi apabila perlu.

Langkah kedua dalam persiapan presentasi adalah mengecek dan


memeriksa apakah tujuan presentasi yang telah ditentukan dilangkah
pertama memang dapat dicapai. Pada saat kita menentukan tujuan
presentasi, kita tidak hanya menentukan apa yang ingin dilakukan
oleh pendengar, ternyata kita juga telah mengasumsikan bagaimana
pengetahuan pendengar tentang subjek yang kita presentasikan, sikap
dan opini mereka tentang apa yang kita presentasikan. Semakin akurat
atau mendekati kenyataan asumsi kita atas hal-hal tersebut, semakin
visible tujuan kita tercapai. Agar dapat membuat asumsi yang baik,
kita harus berusaha mendapatkan informasi tentang apa dan atau siapa
pendengar/ sasaran kita.

Langkah 3 : rancang penutup presentasi

Memang terdengar aneh untuk merancang penutup atau kesimpulan


presentasi terlebih dahulu sebelum yang lainnya. Namun penutup atau
kesimpulan adalah bagian terpenting dari presentasi. Mengapa?
Penutup adalah kesempatan terahir pembicara untuk menyenangkan
sekaligus memenangkan pikiran serta hati pendengar anda. Jadi jika kita
fokus pada momen paling penting ini, kemudian kembali ke pembukaan
dan isi (body), maka apapun yang kita katakan atau lakukan seluruhnya
akan mendukung dan memperkuat penutup kita. Dengan demikian
maka presentasi kita akan terstruktur dengan baik serta memiliki sasaran
dari tujuan yang fokus dan jelas.

Langkah 4: ciptakan pembuka presentasi yang menarik.

Pembuka presentasi adalah bagian terpenting nomor dua setelah


penutup. Kata-kata yang paling didengar oleh audience adalah kalimat
pertama kita, yang paling panjang 2 menit, pada saat membuka
presentasi. Kabar baiknya adalah kita sudah merancang penutup, jadi
pembukaan dapat di konstruksikan, sebagai “persiapan” bagi penutup
yang disampaikan dengan memikat.

Langkah 5: siapkan isi presentasi

Isi presentasi tubuh atau body dari presentasi disarankan agar dibuat
atau disusun dalam bentuk poin dan aturlah setiap poin secara berurutan
dalam
struktur yang efektif. Ide penulisan buat sesingkat mungkin, tetapi
bagus dan menarik.

Berikut beberapa pendekatan yang dapat digunakan untuk membangun


isi atau body dari presentasi anda :
• Kronologis

Topikal
• Kategorial
• Masalah/pemecahannya
• Perbandingan/Kontras
• Ideal vs Kenyataan
• Bentuk vs
manfaat
• Cara lama/ cara baru
• Keuntungan/kerugian
• Goal/jalan menuju sukses
• Tujuan/jawaban

Dengan catatan semuanya harus didukung oleh alasan/fakta/data atau


contoh yang mendukung tujuan presentasi.

Langkah 6: tambahkan “ bumbu”

Upaya untuk menambahkan bumbu setelah 6-8 menit berbicara.


Tujuannya adalah untuk dapat mempertahankan minat dan perhatian
pendengar. Tentu saja “bumbu penyedap” yang ditambahkan harus
ada relevansinya dengan materi.

Contoh “bumbu penyedap” :


• Visual Aids yang
menarik
• Pengguna humor yang tepat
• Cerita-cerita yang sedang
diminati
• Analogi
• Kisah atau cerita
perang
• Demonstrasi
• Pernyataan-pernyataan tokoh/yang popular
“Bumbu” yang akan ditambahkan biasanya efektif jika dikaitkan dengan
salah satu dari berikut ini : sex, uang, popularitas, kesempatan,
kesusahan, kesehatan, keuntungan, cinta, ketakutan, kemenangan, dll
Langkah 7: siapkan visual aid

Mengapa menggunakan visual aid ?


• Orang 43% lebih mudah diyakinkan dibandingkan tidak memakai AV
• Orang bersedia membayar lebih 26% untuk produk/jasa yang sama
• Kita dapat menyampaikan cerita yang sama dengan waktu 25-40%
lebih sedikit

Berikut adalah aturan bagi visual aid, adalah


• Sederhana.
• Gunakan warna, tapi bukan pelangi
• Buat bagan atau blukona (bulatan, kotak dan panah)
• Minimalkan kata, jangan gunakan kalimat lengkap, menggunakan poin
• Gunakan gambar, bagan, symbol, kartun yang relevan dengan materi
• Hanya satu poin penting per visual
• Gambar terbaik adalah riil, kedua terbaik adalah gambar dari yang riil
• Pilih visual dan media yang merasa nyaman, dan yakin menggunakannya
• Biarkan lampu terang benderang, jangan dimatikan. Karena
andalah pesan yang akan disampaikan. Gambar dan visual Aid
yang terbaik adalah anda.

Langkah 8: Siapkan “contekan”

Kertas panduan atau “contekan” kita siapkan, untuk:


• Memastikan tidak ada materi / informasi yang terlupakan
• Mengingatkan, agar tidak harus menghafal seluruh bagian
• Mengoptimalkan penggunaan kata-kata kunci yang telah disiapkan

Kertas panduan atau “contekan” harus mudah dibaca, berarti :


• Lebih baik diketik daripada ditulis tangan, karena tidak selalu mudah
membaca tulisan tangan sendiri.
• Ukuran kertas sebaiknya A4 atau kuarto, karena lebih mudah
terlihat, dan terlihat wajar dan biasa-biasa saja. Di meja pembicara
• Terdiri atas 3-5 kata pertama dari tiap poin
• Sketsa grafik
• Kata-kata kunci
• Singkatnya, kertas “contekan” adalah “steno” dari materi presentasi.
Langkah 9: pastikan informasi atau materi presentasi memang
untuk “DIA”
Cek kembali untuk memastikan bahwa seluruh materi telah sesuai
dengan audience, baik pembuka, isi, penutup dan telah diupayakan
sesuai dengan bahasa dan cara penyampaian serta bisa diterima
oleh audience, termasuk “bumbu”nya cerita ilustrasi, pengalaman,
humor dan sebagainya.

Langkah 10: Latihan presentasi

Kunci sukses untuk meraih keberhasilan melakukan presentasi interaktif


adalah “ latihan”

4) Tips menjadi pembicara dalam presentasi interaktif


Beberapa teknik umum yang sering digunakan adalah sebagai berikut
: a) Ikuti rencana presentasi dan siapkan catatan khusus/penting
yang meliputi pembuka, materi penyajian, penutup presentasi,
peralatan
audiovisual, ringkasan presentasi.
b) Advokator/ penyaji hendaknya menggunakan kata-kata dan
pernyataan-pernyataan yang telah dikenal, menjelaskan istilah-
istilah yang baru dan membina komunikasi dengan audience
selama presentasi berlangsung.
c) Mempertahankan kontak mata dengan audience. Kontak mata
memungkinkan pembicara dapat menangkap respon audience
serta menilai tingkat pemahaman mereka, menunjukkan
perhatian dan menciptakan suasana positif.
d) Melantangkan suara sehingga suara pembicara dapat mencapai
seluruh isi ruangan. Atur volume, irama dan intonasi secara
variatif untuk mempertahankan perhatian audience. Hindarkan
intonasi monoton karena dapat membuat audience mengantuk
atau jenuh.
e) Hindarkan pengulangan kebiasaan, kata-kata, ungkapan atau
isyarat yang dapat menggangu audience .
f) Upayakan agar audience tetap antusias selama presentasi. Antusias
dapat ditunjukkan dari sikap ceria, bersemangat, memperhatikan,
menanggapi dan berinteraksi, dll.
g) Gunakan alat bantu audiovisual yang tepat dan menarik selama
presentasi berlangsung.
h) Berikan umpan balik yang positif kepada audience selama penyajian.
Contoh : “Terima kasih untuk menceritakan pengalaman anda”
i) Gunakan humor secara positif
j) Melakukan perpindahan antara dua topik secara
lembut.
k) Berlaku sebagai model ideal bagi suatu peran. Menjadi teladan
dalam berpakaian, antusiasme, datang tepat waktu dan selesai
tepat waktu.
MERANCANG TEKNIK ADVOKASI KESEHATAN.

Advokasi kesehatan merupakan suatu adalah usaha untuk mempengaruhi para


penentu kebijakan atau pengambil keputusan untuk membuat kebijakan publik
yang bermanfaat untuk peningkatan kesehatan masyarakat. Agar tujuan advokasi
kesehatan tersebut dapat tercapai, maka pihak pengelola/ tim advokasi kegiatan
advokasi harus mampu merancang teknik advokasi yang tepat.

Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam merancang teknik advokasi
kesehatan, yaitu:
1. Isu strategis atau pesan
advokasi
2. Tujuan
advokasi
3. Sasaran advokasi
4. Advokator
5. Metode
advokasi
6. Teknik
advokasi
7. Jenis media
advokasi
8. Isi pesan setiap yang ada dalam setiap jenis media
advokasi.
9. Waktu pelaksanaan
advokasi

Dalam kegiatan advokasi kesehatan, metode dan teknik serta jenis media yang
dipergunakan tidak hanya satu jenis saja melainkan menggunakan beberapa jenis teknik
serta media advokasi secara terinegrasi dan saling memperkuat.

Misalnya: Isu strategis : 60% masyarakat Indonesia terpapar asap rokok setiap hari
baik sebagai perokok aktif maupun pasif.
Merancang Teknik Advokasi Kesehatan
Di Desa/Kel, Kec/Puskes, Kab/Kota: ...........................................
Sasaran Advokasi Teknik Advokasi Tujuan Media Isi Pesan
Advokasi Advokasi Advokasi
Mitra potensial/ jejaring 1. Seminar Mendukung 1.Media cetak 1.Indikator PHBS
(ormas, perguruan 2. Presentasi meningkatkan (leaflet, brosur, RT,
tinggi, lintas sector) 3. Lobi cakupan PHBS di factsheet, 2.Pengaruh
RT dalam rangka standing pemberian ASI
menurunkan banner/poster) Eksklusif
angka kejadian 2.Film dalam
penyakit ISPA 3.Slide presenta- pencegahan
pada Anak Balita si ISPA pada
4.Flipchart, dll bayi.
3.Asap rokok
penyebab
utama
tingginya
penderita ISPA
pada anak
balita
4.CTPS sebelum
memberi
makan pada
anak balita,
merupakan
upaya penting
untuk
mencegah
anak balita
terkena ISPA,
dll
Penentu kebijakan 1.Presentasi
2.Lobi
3.Negosiasi
4.Testimoni
Pengelola Media 1.pemberian
Massa informasi
2.Persentasi
3.Wisata pers, dll
Dunia usaha, dll 1.Presentasi
2.Lobi
3.Negosiasi
4.Testimoni
MELAKUKAN TEKNIK ADVOKASI KESEHATAN

Melakukan teknik advokasi merupakan implementasi dari rancangan teknik advokasi


yang telah dibuat.

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan teknik advokasi yaitu:
1. Pastikan bahwa kegiatan siap dilakukan, artinya sumberdaya yang terkait
dengan pelaksanaan kegiatan advokasi sudah siap, baik petugas advokatornya,
peluang sasaran advokasi , teknik advokasi, ketersediaan media advokasi.
2. Lakukan pengorganisasian dengan jelas, terhadap peran, tugas dan tanggung jawab
berbagai pihak yang terlibat dalam kegiatan advokasi kesehatan
3. Buatlah jadwal yang rinci dan jelas, kegiatan advokasi serta dimana lokasi
pelaksanaan advokasi.
4. Pilih jenis media advokasi yang sesuai dengan karakteristik sasaran advokasi, apakah
beliau senang dengan presentasi jadi gunakanlah media slide atau film hasil
liputan atau beliau senang dengan kesenian, maka gunakanlah media tradisional,
dll
5. Gunakan beberapa jenis media advokasi secara simultan dan terintergrasi
(media mix)
6. Petugas advokasi harus menguasai pesan advokasi yang ada dalam media
tersebut serta dapat memberikan argumen dengan baik, apabila sasaran
advokasi menyampaikan klarifikasi atau pertanyaan.

Pokok Bahasan 5.
PEMBUATAN LAPORAN HASIL PELAKSANAAN PENGGALANGAN DUKUNGAN
SOSIAL

A. Definisi Laporan
Berdasarkan KBBI, laporan adalah segala sesuatu yang dilaporkan atau
diberitakan. Dengan demikian laporan dapat diartikan suatu bentuk
penyampaian berita, keterangan, pemberitahuan ataupun pertanggung jawaban
baik secara lisan maupun secara tulisan dari bawahan kepada atasan sesuai
dengan hubungan wewenang dan tanggung jawab yang ada.

B. Jenis-Jenis
1. Berdasarkan Sarana Pengungkapan
a. Laporan Lisan
Dilakukan untuk suatu keadaan darurat yang harus segera diketahui
oleh pimpinan atau pemberi tugas, biasa dilakukan untuk melaporkan
suatu kegiatan.
b. LaporanTertulis
DIbuat secara finai dan ditujukan kepada atasan menganai
pelaksanaan tugas dan hasil-hasil yang dicapai. Biasanya diketik di
atas kertas HVS kuarto dan diberi sampul, lalu dibuat rangkap.

2. Berdasarkan Pengertian
a. Laporan Data
Bertujuan memberitahukan informasi. Dapat berisi masalah proyek
atau mengenai operasi rutin.
b. Laporan Analitik
Laporan ini tida hanya memberikan informasi, tapi juga menafsirkan data
sebaik mungkin. Laporan analitis masih memberitahukan informasi,
tetapi interpretasi yang diberikan sama pentingnya dengan fakta yang
masih mentah. Kesimpulan harus ditekankan, tidak disembunyikan dalam
teks.
c. Laporan Rekomendasi
Difokuskan pada aksi, dan sasaran dalam penulisan adalah
memberikan nasihat kepada seseorang untuk berbuat sesuatu. Dalam
setiap kasus, rekomendasi dipusatkan pada suatu fakta, analsis, dan
penafsiran dengan suatu cara yang mendukung rekomendasi.

3. Berdasarkan Periode
a. Laporan Berkala
Merupakan pertanggungjawaban yang bersifat rutin dan dibuat
berkala. b. Laporan Insidental
Laporan yang perlu disampaikan, baik atas permintaan atasan maupun
atas prakarsa bawahan sehubungan dengan adanya kasus atau
masalah tertentu.
c. Laporan Statistik
Laporan yang baru digunakan jika data yang diolah cukup banyak,
padahal perkembangan peristiwa harus dapat diketahui secara cepat dan
tepat.

4. Berdasarkan Maksud
a. Laporan Informatif
Laporan yang memberikan sekedar gambaran informasi mengenai suatu
keadaan agar pimpinan dapat mengikuti perkembangan yang terjadi.
b. Laporan Eksaminasional
Laporan yang selain memberikan informasi, juga menyertakan
pendapat mengenai latar belakang informasi itu.
c. Laporan Analitis
Laporan yang membuat sumbangan pikiran, yaitu pendapat dan saran
atas dasar analisis yang mendalam terhadap masalah yang dilaporkan.
5. Berdasarkan Ruang Lingkup
a. Laporan Umum
Memberikan gamabaran secara menyeluruh mengenai masalah.
b. Laporan Khusus
Laporan yang memberikan gambaran secara terinci mengenai suatu
hal yang khusus.

6. Berdasarkan Peristiwa
a. Laporan Rutin
Laporan yang memuat hal-hal yang biasanya dilaporkan sebagai
masalah rutin, baik berupa data maupun berita.
b. Laporan Aksidental
Laporan yang memuat hal istimewa atau yang tidak biasa terjadi.

C. Ciri-Ciri
1. Laporan penelitian melaporkan suatu penelitian. Secara umum laporan
penelitian mengikuti kaidah penulisan karya ilmiah yang terdiri dari
pendahuluan, kajian pustaka, metodologi, hasil dan analisis, serta simpulan.
2. Laporan kegiatan melaporkan suatu kegiatan. Isi yang biasanya diharapkan dari
laporan semacam ini adalah rencana dan realisasi tujuan, hasil, jadwal,
anggaran, dan hal-hal lain yang terkait dengan suatu kegiatan.
3. Laporan perjalanan adalah bentuk khusu dari laporan kegiatan yang
melaporkan kegiatan perjalanan ke suatu tempat.
4. Laporan pengamatan adalah bentuk khusus dari laporan penelitian yang
dilakukan dengan pengamatan atau observasi.
5. Laporan kunjungan tampaknya merupakan nama lain dari laporan perjalanan.

D. Syarat Pembuatan Laporan


1. Accuracy (Kecermatan)
Penyusun laporan harus cermat dalam melaporkan segala aspek yang ada
dalam kegiatan. Karena isi laporan adalah dasar pimpinan untuk menentukan
kebijakan yang harus diambil selanjutnya.
2. Adequacy (Kecukupan)
Memuat segala data dan informasi yang dilaporkan. Laporan yang disusun
haruslah menyeluruh untuk setiap aspek kegiatan.
3. Clarity (Kejelasan)
Laporan harus disusun dengan bahasa yang jelas, penyajian yang tepat sehingga
pimpinan tidak susah saat membaca laporan tersebut dan segera dapat
mengambil langkah jika memang ada yang perlu ditindaklanjuti dari laporan
tersebut.
Sumber: http://kbbi.web.id/
http://girlycious09.wordpress.com/tag/definisi-laporan/
http://www.slideshare.net/iyankess/jenis-laporan
http://khalayak.portalbahasa.com/39/apakah-ciri-ciri-dari-laporan-penelitian-
kegiatan-perjalanan-pengamatan-dan-kunjungan
http://www.anneahira.com/metode-penulisan-laporan.htm

VI. Referensi
• Pedoman Kemitraan Promosi Kesehatan dengan Lembaga Swadaya, Pusat Promosi
Kesehatan-Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Drs. Dachroni,MPH
• Kemitraan dengan sektor swasta, Pusat Promosi Kesehatan-Departemen Kesehatan
Republik Indonesia, Drs. Dachroni,MPH, jkt, tahun 2001
• Pedoman harmonisasi pelaksanaan Corporate Social Responsibility (CSR)
dalam rangkapercepatan pencapaian Tujuan Pembanguna Milenium (Milenium
Development Goals / MDGs)
• Pembelajaran Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat Mitra Kementerian
Kesehatan - Organisasi Kemasyarakatan dan Dunia Usaha, Pusat Promosi
Kesehatan- Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, dr.Lily S Sulistyowati, MM,
tahun 2012.
• Pedoman Menggalang Kemitraan di Bidang Kesehatan, Pusat Promosi
Kesehatan- Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, tahun 2013.
• Pedoman Penyelenggaraan Corporate Social Responsibility (CSR) dalam
Pembangunan Kesehatan.
• Murniwati.S, Advokasi dan Negosiasi, Bapelkes Salaman, Magelang, 2005
• Koalisi Untuk Indonesia Sehat. (2005) Sehat Itu Hak, Panduan Advokasi Kebijakan
Kesehatan.
• Miller, Valerie dan Jane Covey, penerjemah Hermoyo. (2005) Pedoman
Advokasi, Perencanaan, Tindakan dan Refleksi, Edisi 1, Jakarta.
• Departemen Kesehatan RI Pusat Promosi Kesehatan Masyarakat. (2002) Modul
Teknologi Advokasi Kesehatan Bagi Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli.
MATERI INTI 4
PELAKSANAAN PENYULUHAN
UNTUK PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

I. Deskripsi Singkat
Konsep Dasar Pemberdayaan Masyarakat di Bidang Kesehatan ini disusun untuk
membekali para Jabatan Fungsional Ahli di Bidang Kesehatan agar mewujudkan
masyarakat yang sehat dan mandiri, sehubungan dengan itu maka, upaya yang
langsung akan dirasakan oleh masyarakat yaitu melaksanakan penyuluhan untuk
pemberdayaan masyarakat diarahkan pada upaya meningkatkan kesadaran,
kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajad
kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.

Mengingat pentingnya Konsep pemberdayaan masyarakat dan promosi


kesehatan dalam mendukung tercapainya tujuan pembangunan kesehatan
nasional tersebut, maka petugas promosi kesehatan/Pejabat Fungsional PKM
ahli harus memahami tentang pelaksanaan penyuluhan untuk pemberdayaan
masyarakat. Ruang lingkup materi yang akan dibahas pada sesi ini meliputi:
Tentang pemberdayaan masyarakat
, melaksanakan kegiatan penyuluhan langsung, melaksanakan kegiatan
penyuluhan tidak langsung melaksanaan kegiataan pameran, pelayanan konseling
dan melakukan pemantauan danevaluasi program penyuluhan masyarakat.

II. Tujuan Pembelajaran

A. Tujuan Pembelajaran Umum:


Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu melaksanakan penyuluhan untuk
pemberdayaan masyarakat.

B. Tujuan Pembelajaran
Khusus:
Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu:
1. Menjelaskan tentang pemberdayaan masyarakat.
2. Melaksanakan kegiatan penyuluhan langsung
3. Melaksanakan kegiatan penyuluhan tidak langsung
4. Melaksanakan kegiatan pameran
5. Memberikan pelayanan koseling kepada individu / masyarakat
6. Melakukan pemantauan dan evaluasi program penyuluhan kesehatan.
III. Pokok Bahasan dan Sub Pokok Bahasan
Dalam modul ini akan dibahas pokok bahasan berikut:

Pokok bahasan 1. Menjelaskan tentang pemberdayaan masyarakat


Sub pokok bahasan:
a. Pengertian
b. Tujuan
c. Sasaran
d. Pendekatan
e. Metode
f. Langkah-langkah

Pokok bahasan 2. Melaksanakan kegiatan penyuluhan langsung dengan


demonstrasi/ praktek.
Sub pokok bahasan:
a. Kegiatan penyuluhan kelompok
b. Kegiatan penyuluhan individu

Pokok bahasan 3. Melaksanakan kegiatan Penyuluhan tidak


langsung
Sub pokok bahasan:
a. Melalui radio dengan satu
arah b. Melalui radio dengan dua
arah
c. Melalui televisi dengan satu arah
d. Melalui televisi dengan dua arah
e. Melalui koran/ majalah/ jurnal
f. Melalui komputer/internet
g. Melalui surat

Pokok bahasan 4. Melakukan kegiatan Pameran


Sub pokok bahasan:
a. Pembuatan rencana rancangan pameran
b. Pelaksanaan tugas sebagai pramuwicara
c. Pelaksanaan tugas sebagai pramuwicara pada pameran tingkat International

Pokok bahasan 5. Memberikan pelayanan konseling untuk masyarakat

Pokok bahasan 6. Melakukan pemantauan dan evaluasi program penyuluhan


kesehatan.
Sub pokok bahasan:
a. Pembuatan konsep pedoman
pemantauan b. Pembuatan konsep
pedoman evaluasi
c. Pembuatan instrumen untuk pemantauan
d. Pembuatan instrumen untuk evaluasi
e. Pelaksanaan pemantauan program penyuluhan
f. Pelaksanaan evaluasi program penyuluhan

IV. Langkah-Langkah Kegiatan Pembelajaran


Langkah-langkah kegiatan pembelajaran ini menguraikan tentang kegiatan fasilitator
dan peserta dalam proses pembelajaran selama sesi ini berlangsung (15 Jpl: 15 x 45
menit = 675 menit), adalah sebagai berikut:

Langkah 1.
Pengantar dan penjelasan tujuan pembelajaran (5 menit)

Langkah pembelajaran:
a. Fasilitator menyapa peserta dengan ramah dan hangat. Apabila belum pernah
menyampaikan sesi di kelas, mulailah dengan perkenalan. Perkenalkan diri dengan
menyebutkan nama lengkap, instansi tempat bekerja dan judul materi yang
akan disampaikan.
b. Menciptakan suasana nyaman dan mendorong kesiapan peserta untuk menerima
materi dengan menyepakati proses pembelajaran.
c. Dilanjutkan dengan penyampaian judul materi, deskripsi singkat, tujuan
pembelajaran serta ruang lingkup pokok bahasan yang akan dibahas pada sesi
ini.

Langkah 2.
Penyampaian dan pembahasan pokok bahasan 1. Teori Melaksanakan
penyuluhan untuk pemberdayaan masyarakat (120 menit).

Langkah pembelajaran:
a. Fasilitator melakukan curah pendapat dengan mengajukan beberapa
pertanyaan kepada peserta untuk mengukur pemahaman peserta tentang
Pelaksanaan Penyuluhan untuk pemberdayaan masyarakat. Ada enam pertanyaan
yang diajukan kepada peserta secara bertahap, tahap awal pertanyaan yang
disampaikan: 1) pengertian pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan 2)
Pelaksanaan kegiatan penyuluhan langsung dan tidaklangsung, 3)Pelaksanan
kegiatan pameran, 4) pelaksanaan kegiatan konseling 6)pelaksanaan
pemantauan dan evaluasi program penyuluhan kesehatan masyarakat. Fasilitator
mencatat semua pendapat peserta, selanjutnya merangkum dan
menyampaikan paparan materi sesuai urutan sub pokok bahasan dengan
menggunakan bahan tayang.
b. Fasilitator memberikan kesempatan peserta untuk bertanya atau menyampaikan
klarifikasi, kemudian fasilitator menyampaikan jawaban atau tanggapan yang
sesuai.
c. Fasilitator mencatat semua informasi yang disampaikan oleh peserta,
selanjutnya merangkum dan menyampaikan paparan seluruh materi sesuai
urutan sub pokok bahasan dengan menggunakan bahan tayang.
d. Fasilitator memberikan kesempatan peserta untuk bertanya atau
menyampaikan klarifikasi, kemudian fasilitator menyampaikan jawaban atau
tanggapan yang sesuai

Langkah 3.
Penyampaian pokok bahasan 2, 3, 4 dan 5 Praktek bermain peran di Kelas
“ Melaksanakan kegiatan penyuluhan langsung” dan “Melaksanakan
kegiatan penyuluhan tidak langsung, melaksanakan kegiatan pameran” atau
“Memberikan pelayanan konseling untuk masyarakat” (135 menit).
Langkah pembelajaran:
a. Fasilitator membagi peserta menjadi 4 kelompok dengan jalan berhitung 1-4
kemudian nomor satu bergabung dengan nomor satu, nomor dua bergabung
dengan nomor 2, demikian seterusnya sampai terbentuk memjadi 4 kelompok.
b. Fasilitator meminta peserta melakukan diskusi kelompok dengan
topik”Melaksanakan kegiatan penyuluhan langsung” dan “Melaksanakan
kegiatan penyuluhan tidak langsung” tentang Desa siaga aktif.
c. Masing-masing wakil kelompok diminta menyajikan hasil diskusi
kelompok d. Fasilitator meminta peserta untuk menanggapi hasil diskusi
e. Fasilitator melakukan klarifikasi tentang Melaksanakan kegiatan penyuluhan
langsung atau Melaksanakan kegiatan penyuluhan langsung tentang Desa
siaga aktif serta memberikan penegasan singkat tentang pentingnya kegiatan
Melaksanakan kegiatan penyuluhan langsung atau Melaksanakan kegiatan
penyuluhan langsung tentang Desa siaga aktif

Langkah 5.
Penyampaian pokok bahasan 6.
Praktek bermain peran di Kelas “Melakukan pemantauan dan evaluasi
program penyuluhan kesehatan” (90 menit).

Langkah pembelajaran:
a. Fasilitator membagi peserta menjadi 3 kelompok. Masing-masing kelompok
melakukan simulasi dan bermain peran sesuai skenario yang dibagikan ,
secara bergantian kelompok 1 melakukan simulasi dan bermain peran
“Musyawara Desa/ Kelurahan, kelompok 2 melakukan simulasi dan bermain
peran “Perencanaan Partisipatif” dan kelompok 3 melakukan simulasi dan
bermain peran melakukan kegiatan Promosi Kesehatan Melalaui Dasawisma”
b. Setiap selesai simulasi dan bermain peran peserta diminta untuk memberikan
evaluasi
c. Setelah seluruh kelompok selesai melakukan simulasi dan bermain peran
fasilitator memberikan komentar terhadap seluruh permainan peran tersebut
adalah menggambarkan penyelanggaraan desa dan kelurahan siaga aktif.

Langkah 6.
Praktek Kerja Lapangan . (360 menit).

Langkah pembelajaran:
a. Fasilitator menjelaskan persiapanyang harus dilakukan untuk PKL, peserta
dibagi menjadi beberapa kelompok disesuaikan dengan jumlah RW dari desa/
kelurahan lokasi PKL (setiap kelompok mengunjungi 1 RW ) setiap kelompok
menunjuk ketua, seketaris dan penyaji.Setiap kelompok menyusun agenda
PKL. Insrumen/ panduan , dialog. Langkah ini sebaiknya dilakukan sehari
sebelumdan diharapkan peserta telah mendapat informasi profile desa bahkan
profil kecamatan. (60 menit)
b. Masing-masing kelompok melakukan pengenalan kondisi di RW identifikasi
masalah kesehatan dan PHBS, hal-hal yang menyebabkan terjadinya masalah,
kesehatan dan PHBS, hal-hal yang menyebabkan terjadinya masalah,
menganalisis situasi di RW, perkembangan desa/ kelurahan siaga aktif,
UKBM, potensi RW/ Desa/ kelurahan: tokoh masyarakat/ tokoh agama dan
lain-lain , bantuan dukungan yang diharapkan. Pengumpulan data ini
dinamakan survey mawas diri (SMD). Hasil musyawarah RW dibawa ke
Musyawarah Desa/ Kelurahan.
c. Melakukan musyawara desa/ kelurahan dengan tujuan:
• Mensosialisasikan tentang adanya masalah kesehatan dan program
pengembangan Desa/ Kelurahan Siaga Aktif
• Kesepakatan tentang urusan prioritas masalah
• Kesepakatan tentang UKBM yang hendak dibentuk baru atau diaktifkan
kembali
• Memantapkan data potensi desa atau potensi kelurahan
• Mengalang semangat dan partisipasi warga desa atau kelurahan untuk
mendukung pengebangan Desa dan Kelurahan siaga aktif
• Menyusun rencana partisipatif
d. Masing-masing kelompok menyusun laporan PKL, hasil PKL disajikan secara
pleno dan Fasilitatormemberikan feed back hasil PKL tersebut
e. Fasilitator menyampaikan simpulan tentang sesi PKL ini dengan
menegaskan peran dan fungsi peserta sebagai fasilitator pemberdayaan
masyarakat di bidang kesehatan dan fasilitator menutup sesi pembelajaran
dengan memberikan apresiasi kepada peserta.
Langkah 7.
Kesimpulan (10 menit)

Langkah pembelajaran:
a. Fasilitator mengajak peserta untuk mereview hal-hal penting yang ada dalam
pokok bahasan dan sub-pokok bahasan ini.
b. Fasilitator menegaskan bahwa peran keberhasilan Penyuluh Kesehatan
Masyarakat dalam melaksanakan penyuluhan untuk pemberdayaan
masyarakat sangat penting, karena hasilnya sebagai dasar merencanakan
kegiatan promkes atau merancang intervensi perilaku dll.
c. Pada akhir sesi, fasilitator menyampaikan kembali tujuan pembelajaran umum
dan khusus dari pokok bahasan ini.
d. Fasilitator mengucapkan kata-kata yang membangun semangat serta harapan
agar setelah mengikuti pelatihan ini peserta mampu mengelola kegiatan
komunikasi dengan baik dan benar.

V. Uraian Materi

Pokok Bahasan 1.
PEMBERDAYAAN
MASYARAKAT

A. Pengertian
Pemberdayaan masyarakat adalah segala upaya fasilitasi yang bersifat non
instruktif, guna meningkatkan pengetahuan dan kemampuan masyarakat,
agar mampu mengidentifikasi masalah yang dihadapi, potensi yang dimiliki,
merencanakan dan melakukan pemecahannya dengan memanfaatkan potensi
setempat.

Pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan adalah proses pemberian


informasi kepada individu, keluarga atau kelompok (klien) secara terus
menerus dan berkesinambungan mengikuti perkembangan klien, serta proses
membantu klien, agar klien tersebut berubah dari tidak tahu menjadi tahu atau
sadar (aspek pengetahuan atau knowledge), dari tahu menjadi mau (aspek
sikap atau attitude), dan dari mau menjadi mampu melaksanakan perilaku yang
diperkenalkan (aspek tindakan atau practice).

Pemberdayaan Masyarakat bidang kesehatan merupakan suatu proses aktif,


dimana sasaran/klien dan masyarakat yang diberdayakan harus berperan
serta aktif (berpartisipasi) dalam kegiatan dan program kesehatan
B. Tujuan
Tujuannya adalah agar penerima manfaat tahu, mau, dan mampu
menerapkan inovasi tersebut demi tercapainya perbaikan mutu hidupnya di
bidang kesehatan. Perlu diingat bahwa keberadaan masyarakat penerima
manfaat sangat beragam dalam hal budaya, sosial, kebutuhan, motivasi, dan
tujuan yang diinginkan.

C. Sasaran
1. Sasaran Utama adalah individu, keluarga dan kelompok
masyarakat
2. Sasaran pendukung adalah individu maupun kelompok yang berperan aktif
dalam melakukan upaya pemberdayaan masyarakat dibidang kesehatan
yaitu petugas kesehatan, kader, tokoh masarakat, tokoh agama, tokoh
adat, TP.PKK, Organisasi Masyarakat, Organisasi Keagamaan, Pramuka,
Organisasi Pemuda, Organisasi Profesi, Media masa, lintas sektor dan
swasta/ Dunia Usaha.
3. Sasaran lainnya adalah penentu kebijakan yang mempunyai kewenangan
memberikan dukungan kebijakan dan sumbernya sasaran tersebut adalah
RT, RW, Kepala Desa, Lurah, Camat, Bupati, Wali kota, BPD,DPRD,Ketua
TpPKK.

D. Pendekatan
Pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan dapat dilakukan dengan
pendekatan a) Makro, dilakukan dengan membangun komitmen di setiap
jenjang, membangkitkan opini masyarakat, menyediakan petunjuk teknis
operasional atau petunjuk pelaksanaan dan biaya operasional, serta monitoring
dan evaluasi serta koordinasi; b) Mikro, dilakukan dengan menggali potensi
yang belum disadari masyarakat (potensi dapat muncul dari adanya
kebutuhan masyarakat) yang diperoleh melalui pengarahan, pemberian
masukan, dialog, kerjasama dan pendelegasian serta membuat model-
model percontohan dan prototipe pengembangan masyarakat.

1. TINGKAT PUSAT
a. Persiapan :
1) Diseminasi informasi mengenai pelaksanaan dan pembinaan
pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan dengan kementerian/
lembaga dan pihak lain yang terkait termasuk organisasi masyarakat
dan dunia usaha.
2) Mengembangkan sistim database dan informasi terkait pelaksanaan
dan pembinaan pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan yang
terintegrasi.
b. Perencanaan
1) Merencanakan teknis pelaksanaan dan pembinaan pemberdayaan
masyarakat dengan kementerian/lembaga dan pihak lain yang terkait
termasuk organisasi masyarakat dan dunia usaha.
2) Mengalokasikan anggaran untuk pelaksanaan dan pembinaan
pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan.

c. Pelaksanaan
1) Membentuk kelembagaan untuk pelaksanaan dan pembinaan
pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan tingkat pusat yang
beranggotakan kementerian/lembaga dan pihak lain yang terkait
termasuk organisasi masyarakat dan dunia usaha.
2) Menetapkan kebijakan yang mendukung operasionalisasi
pelaksanaan dan pembinaan pemberdayaan masyarakat bidang
kesehatan.
3) Menerbitkan pedoman dan petunjuk teknis yang diperlukan dalam
pelaksanaan dan pembinaan pemberdayaan masyarakat bidang
kesehatan.
4) Mensosialisasikan kebijakan, pedoman dan petunjuk teknis
yang mendukung operasionalisasi pelaksanaan dan pembinaan
pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan.
5) Menyelenggarakan kegiatan peningkatan kapasitas aparatur provinsi
dalam pelaksanaan dan pembinaan pemberdayaan masyarakat bidang
kesehatan.
6) Melakukan pembinaan dan pendampingan pelaksanaan pemberdayaan
masyarakat bidang kesehatan kepada Provinsi.
7) Memfasilitasi stimulan untuk pelaksanaan pemberdayaan masyarakat
bidang kesehatan.
8) Menyelenggarakan sistim database dan informasi terkait
pelaksanaan dan pembinaan pemberdayaan masyarakat bidang
kesehatan yang terintegrasi di tingkat pusat.

d. Monitoring Evaluasi
1) Pemantauan berkala terintegrasi perkembangan kegiatan
pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan pada lingkup nasional
2) Melaporkan perkembangan dan upaya perbaikan kegiatan
pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan kepada Kementerian
Kesehatan dan Kementerian/Lembaga terkait secara berkala
3) Melakukan evaluasi secara periodik. Pemantauan dan pengawasan
independen oleh berbagai pihak, baik secara internal maupun
eksternal. Hasil monitoring dan evaluasi ini digunakan sebagai
rujukan untuk melakukan kegiatan yang berkelanjutan.
2. TINGKAT PROVINSI
a. Persiapan
1) Diseminasi informasi upaya pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan
di tingkat provinsi dengan dinas kesehatan dan SKPD serta pihak lain
yang terkait.
2) Membentuk dan mengaktifkan kelembagaan untuk pelaksanaan kegiatan
pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan tingkat provinsi yang
beranggotakan dinas kesehatan dan SKPD serta pihak lain yang terkait.

b. Perencanaan
1) Merencanakan teknis kegiatan pemberdayaan masyarakat bidang
kesehatan bersama SKPD dan pihak lain yang terkait.
2) Mengalokasikan anggaran untuk kegiatan pemberdayaan masyarakat
bidang kesehatan yang bersumber dari APBN, APBD, Swasta/Dunia
Usaha dan masyarakat.

c. Pelaksanaan
1) Menerapkan kebijakan yang sudah ditetapkan dari tingkat pusat.
2) Menetapkan kebijakan koordinatif dan pembinaan dalam bentuk
penetapan peraturan atau keputusan tentang kegiatan pemberdayaan
masyarakat bidang kesehatan.
3) Menetapkan mekanisme koordinasi antar instansi terkait dengan seluruh
instansi yang terlibat dalam kegiatan pemberdayaan masyarakat
bidang kesehatan.
4) Membentuk dan mengaktifkan kelembagaan untuk pelaksanaan kegiatan
pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan di tingkat Provinsi
bersama SKPD dan pihak terkait.
5) Menyelenggarakan peningkatan kapasitas bagi petugas pelaksanaan,
yaitu pelatihan manajemen dan pelatihan pelaksanaan kegiatan
pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan.
6) Memfasilitasi sumber daya dan sumber dana untuk pelaksanaan dan
pembinaan pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan
7) Melakukan pembinaan dan pendampingan kegiatan pemberdayaan
masyarakat bidang kesehatan kepada Kabupaten/Kota.
8) Menyelenggarakan sistim database dan informasi kegiatan
pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan yang terintegrasi

d. Monitoring dan Evaluasi


1) Pemantauan berkala terintegrasi mengenai perkembangan kegiatan
pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan lingkup provinsi secara
berkala.
2) Pemantauan dan pengawasan dilakukan oleh lembaga yang
terbentuk di tingkat provinsi sesuai dengan tugas dan fungsinya.
3) Pemantauan dan pengawasan independen dilakukan oleh berbagai
pihak baik secara internal maupun eksternal.
4) Melaporkanperkembangandanupayaperbaikankegiatan pemberdayaan
masyarakat bidang kesehatan kepada pengambil kebijakan tingkat
provinsi secara berkala
5) Melakukan evaluasi secara periodik. Hasil monitoring dan evaluasi
ini digunakan sebagai rujukan untuk melakukan kegiatan yang
berkelanjutan.

3. TINGKAT KABUPATEN/KOTA
a. Persiapan
1) Diseminasi informasi pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan
tingkat Kabupaten/Kota dengan SKPD dan pihak lain yang terkait.
2) Membentuk dan mengaktifkan kelembagaan pemberdayaan
masyarakat bidang kesehatan tingkat kabupaten/kota yang
beranggotakan SKPD dan pihak lain yang terkait.

b. Perencanaan
1) Merencanakan teknis kegiatan pemberdayaan masyarakat dengan
SKPD dan pemangku kepentingan terkait.
2) Mengalokasikan anggaran untuk kegiatan pemberdayaan
masyarakat bidang kesehatan yang bersumber dari dana APBN,
APBD, Swasta/ Dunia Usaha dan masyarakat.

c. Pelaksanaan
1) Menerapkan kebijakan yang telah ditetapkan di tingkat provinsi.
2) Menetapkan kebijakan koordinatif dan pembinaan dalam bentuk
penetapan peraturan atau keputusan tentang kegiatan pemberdayaan
masyarakat bidang kesehatan.
3) Menetapkan mekanisme koordinasi antar dinas terkait dengan seluruh
dinas yang terlibat dalam kegiatan pemberdayaan masyarakat bidang
kesehatan.
4) Membentuk dan mengaktifkan kelembagaan untuk pelaksanaan kegiatan
pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan di tingkat Kabupaten/Kota
bersama SKPD dan pihak lain yang terkait.
5) Melakukan pembinaan teknis dan pendampingan dalam pelaksanaan
kegiatan pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan kepada
Kecamatan.
6) Menyelenggarakan peningkatan kapasitas mengenai pemberdayaan
masyarakat bidang kesehatan bagi aparatur desa/kelurahan, Kader
Pemberdayaan Masyarakat (KPM) dan lembaga kemasyarakatan serta
pihak-pihak lain.
7) Memfasilitasi sumber daya dan sumber dana dari APBD Kabupaten/
Kota dan sumberdaya lain untuk pelaksanaan dan pembinaan kegiatan
permberdayaan masyarakat bidang kesehatan.
8) Menyelenggarakan sistim database dan informasi kegiatan
pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan pada lingkup
Kabupaten/Kota yang terintegrasi.

d. Monitoring Evaluasi
1) Pemantauan berkala terintegrasi perkembangan kegiatan pemberdayaan
masyarakat bidang kesehatan lingkup Kabupaten/Kota secara berkala.
2) Pemantauan dan pengawasan oleh lembaga yang terbentuk di tingkat
kabupaten/kota sesuai dengan tugas dan fungsinya.
3) Melaporkan perkembangan dan upaya perbaikan kegiatan pemberdayaan
masyarakat bidang kesehatan kepada pengambil kebijakan di tingkat
kabupaten/kota secara berkala.
4) Melakukan evaluasi secara periodik. Hasil monitoring dan evaluasi ini
digunakan sebagai rujukan untuk melakukan kegiatan yang
berkelanjutan.

Langkah-langkah pelaksanaan kegiatan di atas selanjutnya dilakukan di


tingkat Kecamatan dan Desa/Kelurahan sesuai dengan kewenangannya.
Dengan menerapkan langkah-langkah pelaksanaan kegiatan
pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan, maka keberhasilan kegiatan
yang dilakukan, baik di tingkat pusat, provinsi, kabupaten/kota, kecamatan
dan desa/kelurahan dapat terukur dengan baik.

E. Metode
Berikut dapat digunakan beberapa metode dalam upaya pemberdayaan masyarakat
bidang kesehatan sesuai dengan kebutuhan dan kondisi serta potensi yang
dimiliki:

1. Metode Rapid Rural Appraisal (RRA) atau penilaian desa secara partisipatif
Merupakan teknik penilaian yang relatif terbuka, cepat dan bersih dibanding
dengan teknik kunjungan singkat sebagai sebuah metode penilaian. RRA
menggabungkan beberapa teknik yang terdiri dari:
a. review atau telaah data sekunder, termasuk peta wilayah dan
pengamatan lapangan,
b. observasi lapangan secara
langsung,
c. wawancara dengan informan kunci dan lokakarya,
d. pemetaan dan pembuatan diagram/grafik,
e. studi kasus, sejarah lokal dan biografi,
f. pembuatan kuesioner sederhana dan singkat, serta
g. pembuatan laporan lapangan secara cepat.

2. Metode Participatory Rapid Appraisal (PRA)


Merupakan metode pengkajian pemberdayaan masyarakat desa yang
lebih banyak melibatkan pihak dalam yang terdiri dari pihak stakeholder
(pemangku kepentingan kegiatan) dengan difasilitasi pihak luar yang
berfungsi sebagai narasumber atau fasilitator. PRA merupakan metode
penilaian keadaan secara partisipatif yang dilakukan pada tahapan awal
perencanaan kegiatan.

Dalam PRA terdapat 5 kegiatan pokok yaitu penjajakan/pengenalan


kebutuhan, perencanaan kegiatan, pelaksanaan/ pengorganisasian kegiatan,
pemantauan kegiatan dan evaluasi kegiatan.

Adapun langkah-langkah metode PRA meliputi


:
a. Penelusuran sejarah desa
b. Pembuatan bagan kecenderungan dan perubahan
c. Penyusunan kalender musim dan profil perubahan
d. Analisis pola penggunaan waktu (jadwal sehari-hari)
e. Observasi langsung terhadap dinamika social
f. Transect (penelusuran desa) dan pembuatan gambar
lingkungan (pemetaan prasarana, bangunan, ruangan,
sumberdaya alam dan lokasi)
g. Pembuatan diagram kajian lembaga desa
h. Pembuatan bagan alur input-output
i. Bagan hubungan antar pihak (diagram
venn)
j. Mengkaji mata pencaharian masyarakat
k. Membuat matrik dan peringkat permasalahan yang dihadapi dan
ditemukan masyarakat
l. Wawancara semi-terstruktur atau diskusi kelompok
terarah m. Analisis pola keputusan
n. Studi kasus atau cerita tentang kehidupan, peta mobilisasi
masyarakat. o. Pengurutan potensi atau kekayaan
p. Pengorganisasian masalah

3. Metode Participatory Learning and Action (PLA)


Metode PLA merupakan penyempurnaan dari metode “learning by doing”.
Persyaratan dasar PLA adalah a) adanya kemauan dan komitmen untuk
mendengarkan, menghormati dan beradaptasi, b) tersedia banyak waktu
yang dibutuhkan untuk pertemuan atau pelatihan, c) komunitas telah
didampingi oleh organisasi yang paham dengan keadaan masyarakat, dan
d) perlu dibangun suasana/komunikasi yang mendorong masyarakat
memiliki kepercayaan pada pihak luar (fasilitator).

Adapun proses PLA terdiri dari : 1) pertukaran ide yang adil dan terbuka
antara masyarakat dan organisasi/fasilitator, 2) diawali dengan pelatihan/
orientasi untuk staf organisasi/fasilitator mengenai filisofi dan metode PLA,
3) sekurangnya ada 2 hari bekerja bersama masyarakat, lebih baik lagi
dapat tinggal/hidup bersama masyarakat, 4) perlu ada dukungan lanjutan
dalam melakukan tindakan masyarakat dari pihak pemerintah desa, dsb

4. Participatory Assessment and Planning (PAP)


PAP sejalan bahkan serupa dengan metode PRA. Metode ini diadopsi dari
2 sumber yaitu Field Book WSLIC dan Partisipatory Analysis Techniques
DFID. Metode PAP terdiri atas 4 langkah yaitu :
a. Menemukan masalah
Langkah ini dimaksudkan agar masyarakat mengidentifikasi kondisi,
situasi dan masalah sosial di sekitar masyarakat setempat.
b. Menemu Kenali
Potensi
Potensi yang dimiliki masyarakat ini merupakan sistem sumber yang
dapat dikelola secara optimal guna mengatasi permasalahan sosial
maupun pemberdayaan masyarakat setempat.
c. Menganalisis masalah dan potensi
Mengkaji berbagai masalah, penyebab, hubungan kausalitas serta
fokus masalah, mencari prioritas masalah, faktor pendukung maupun
penghambat.
d. Memilih solusi pemecahan masalah
Langkah ini merupakan upaya-upaya kongkrit untuk memecahkan
masalah melalui kegiatan 1) mencegah timbulnya masalah lebih
jauh,
2) memobilisasi sistem sumber dan potensi, 3) menentukan
alternative pemecahan masalah dan 4) pertemuan masyarakat untuk
menentukan skenario tindakan.

5. Participatory Hygiene and Sanitation Transformation (PHAST)


PHAST merupakan metode pembelajaran partisipatif dalam membangun
kemampuan swadaya masyarakat untuk memecahkan masalah
masyarakat. Tujuan PHAST adalah untuk memberdayakan masyarakat
dalam mengelola air dan mengendalikan penyakit yang berhubungan
dengan sanitasi melalui peningkatan kesadaran terhadap kesehatan serta
perbaikan dan perilaku.
Prinsip – prinsip pemberdayaan masyarakat pada PHAST adalah : 1)
warga masyarakat menentukan prioritas pencegahan penyakit, 2) warga
masyarakat secara kolektif telah memiliki pengalaman dan
pengetahuan kesehatan yang sangat hebat, dalam dan luas 3)
masyarakat mampu untuk mencapai kesepakatan mengenai perilaku-
perilaku hygiene dan system sanitasi yang lebih tepat dengan lingkungan
ekologis dan budaya, 4) bila warga masyarakat mengerti bahwa sanitasi itu
menguntungkan, maka mereka akan bertindak,
5) warga masyarakat dapat mengelola seperangkat penghalang atau barrier
yang dapat membantu untuk menghambat penularan penyakit,
masyarakat dapat mengidentifikasi penghalang yang tepat berdasarkan
pada persepsi efektifitas dan menurut sumberdaya setempat.

6. Communication for Behaviour Impact (COMBI)


COMBI merupakan mobilisasi yang diarahkan pada penggerakan tugas
semua masyarakat dan perorangan yang mempengaruhi tindakan tepat
secara perorangan dan keluarga. COMBI merupakan proses dengan
strategi campuran berbagai intervensi komunikasi yang dimaksudkan untuk
mengikut sertakan perorangan dan keluarga dalam mempertimbangkan
perilaku-peri laku sehat yang direkomendasikan dan untuk mendorong
penerimaan dan pemeliharaan perilaku.

Adapun langkah-langkah kunci dalam merancang rencana COMBI meliputi


1) mengidentifikasi tujuan yang berhubungan dengan perilaku, 2) analisis
situasi pasar, 3) strategi komunikasi dan campuran, 4) implementasi,
pemantauan dan penilaian, serta anggaran.

F. Langkah-langkah

1. Perumusan upaya pemecahan masalah oleh masyarakat dan membuat


perencanaan
Perumusan upaya pemecahan masalah kesehatan oleh masyarakat atas
dasar musyawarah, yang menghasilkan kesepakatan tentang upaya atau
kegiatan apa yang menjadi prioritas untuk diangkat sebagai program kerja.
Prioritas masalah yang telah ditetapkan berdasarkan hasil musyawarah ini
mempunyai kekuatan politis yang tangguh untuk menggali dan
meningkatkan peran masyarakat, serta menjamin kelestarian program.
Prioritas dari kegiatan yang telah disepakati tersebut kemudian
dipergunakan sebagai bahan untuk mengembangkan perencanaan kegiatan
pembangunan kesehatan yang ada di desa tersebut.
Peran petugas kecamatan pada pertemuan MMD ini adalah memandu
jalannya musyawarah agar berjalan lancar dan mencapai tujuan.

Upaya menetapkan prioritas masalah dapat dilakukan berdasarkan


kesepakatan atau dapat juga dengan jalan membuat skoring terhadap
beberapa permasalahan yang ada berdasarkan:
a. Kegawatannya: besar/kecilnya akibat masalah kesehatan ini bagi
masyarakat.
b. Mendesaknya: berkaitan dengan waktu. Kalau tidak segera
ditanggulangi akan menimbulkan akibat yang serius.
c. Penyebarannya: semakin banyak penduduk atau semakin luas wilayah
yang terkena, menjadi semakin penting.
d. Sumber daya yang dimiliki: kaitannya dengan kemampuan yang mereka
miliki untuk mengatasi masalah tersebut dana, sarana, tenaga, dan
teknologinya.

Sedangkan cara melakukan identifikasi penyebab masalah dapat


dilakukan dengan menggunakan metode analisa sebab-akibat (cause and
efect analysis) atau Fishbone Analysis dari Isikawa, melalui curah pendapat
yang melibatkan seluruh anggota kelompok, dengan sebagai berikut:
a. Mengumpulkan masalah-masalah yang ada, kemudian klasifikasikan
masalah-masalah tersebut ke dalam variabel faktor-faktor penyebab
(manusia/pengetahuan, sikap, perilaku, metode, alat, bahan,
lingkungan dan variabel lainnya).
b. Siapkan bagan tulang ikan dari Isikawa dan tempatkan potongan-
potongan kertas “pendapat” diatas dalam posisi sebab-akibat,
dengan menggunakan beberapa kali (3-5 kali) pertanyaan “why”,
sesuai dengan variabel faktor-faktor penyebabnya, sampai tidak bisa
dijawab lagi yang terakhir inilah kemungkinan sebagai akar
penyebab masalah untuk setiap faktor.
c. Ketika pertanyaan why tidak bisa lagi diberikan jawaban yang logis
mengenai penyebabnya, maka itulah why terakhir yang dianggap
sebagai akar penyebab masalah yang akan dijadikan dasar dalam
menyusun program kerja (plan of action).

2. Pelaksanaan kegiatan pemecahan masalah kesehatan oleh masyarakat


Pelaksanaan kegiatan pemecahan masalah kesehatan oleh masyarakat,
merupakan rangkaian penerapan kegiatan sebagai penjabaran dari
perumusan prioritas masalah, prioritas mengatasi masalah kemudian rencana
kegiatan yang telah disusun dan disepakati untuk dipergunakan sebagai
dasar pelaksanaan kegiatan di desa.
Rangkaian kegiatan ini dapat berjangka waktu pendek, sedang dan lama.
Namun minimal satu tahun berjalan harus diadakan penilaian, jenis
kegiatan bervariasi mulai dari yang sangat sederhana sampai yang
rumit, semua tergantung pada kesepakatan yang ditetapkan dalam
masyarakat desa.

Komponen yang merupakan program kerja dalam mengatasi masalah


meliputi:
a. Jenis Kegiatan (POA) yang akan dikerjakan dalam mengatasi
permasalahan yang ada.
b. Tujuan yang diharapkan
c. Sasaran kegiatan dapat berupa orang, tempat/wilayah, dll
d. Siapa yang terlibat dalam kegiatan tersebut, dan apa peran serta
tanggung jawabnya
e. Waktu atau jadwal pelaksanaan
kegiatan
f. Sumber dana atau jumlah dana yang diperlukan dalam pelaksanaan
kegiatan

3. Pembinaan dan pengembangan upaya pemberdayaan masyarakat


Langkah terakhir serangkaian kegiatan permberdayaan masyarakat dalam
pemecahan masalah kesehatan di masyarakat adalah pembinaan dan
pengembangan program.

Setiap pelaksanaan program harus dibina agar mantap jalannya. Setelah


mantap harus dikembangkan, agar tidak jenuh dan makin maju tingkat
pencapaiannya.

Pemantapan dan pembinaan juga bermaksud memantapkan dan


membina pengetahuan, sikap, keterampilan, motivasi dan kemandirian
para tenaga pembangunan desa dan masyarakat dalam mewujudkan desa
yang sehat.

Pembinaan dapat dilakukan dengan berbagai cara antara


lain:
a. Supervisi
Banyak hasil penilaian mengungkapkan bahwa supervisi petugas
sangat menentukan tingkat keberhasilan program. Oleh karena itu,
supervisi secara berkala perlu dilakukan. Bila memungkinkan, pada saat
melakukan supervisi, petugas sebaiknya melakukan sistem
pemantauan dan penilaian yang utuh.
b. Forum komunikasi
Forum komunikasi antara petugas lintas program dan sektor di tingkat
kabupaten, maupun kecamatan merupakan wahana pemantauan
yang baik. Pada forum ini dapat dibahas rencana supervisi terpadu,
hasil supervisi dari petugas yang turun ke lapangan, sekaligus dapat
membahas upaya untuk memperbaiki kekurangan-kekurangan yang
ditemui di lapangan. Di lapangan atau desa, forum komunikasi ini juga
perlu dibentuk sebagai wadah berkumpulnya pelaksana
pembangunan desa dengan tokoh masyarakat baik formal
maupun non formal. Dalam forum ini pelaksana pembangunan desa
dapat menyampaikan rencana kegiatan yang telah disusun,
hambatan-hambatan serta keberhasilan yang telah dicapai. Forum
ini sekaligus sebagai wadah untuk pemecahan masalah,
menyempurnakan rencana yang disusun dan lain-lain sehingga dapat
berfungsi untuk pemantauan dan penilaian oleh masyarakat sendiri.

c. Menunjukkan film-film tentang pemberdayaan masyarakat di


bidang kesehatan
Film tersebut bisa diangkat dari dokumentasi kegiatan masyarakat
desa yang telah melakukan upaya pemberdayaan masyarakat di bidang
kesehatan di wilayahnya.

Dengan menunjukkan film tersebut diharapkan dapat meningkatkan


memotivasi dan semangat pelaksana pembangunan desa dan
masyarakat dalam melakukan kegiatan pemberdayaan masyarakat di
bidang kesehatan di waktu mendatang.

d. Kunjungan tamu dari luar


Kegiatan ini dapat merangsang masyarakat untuk membenahi desanya
karena akan kedatangan tamu, namun harus dijaga jangan sampai
terlalu sering, bisa membosankan dan mengganggu kegiatan
masyarakat.

e. Wisata karya ke tempat lain yang lebih maju


Kegiatan ini dapat memperluas wawasan dan memotivasi
masyarakat untuk lebih maju.

f. Perlombaan-perlombaan di bidnag kesehatan masyarakat yang


telah melakukan upaya pemberdayaan masyarakat di bidang
kesehatan

g. Penerbitan majalah dinding buatan sendiri yang memuat antara


lain:
Kegiatan-kegiatan pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan
yang telah dilakukan di desa bersangkutan, termasuk kegiatan
posyandu, polindes, pemberdayaan masyarakat untuk ber-PHBS,
komunitas tidak
merokok, ambulan desa, tabulin/dasolin, donor darah, pengadaan air
bersih secara gotong-royong, kampanye cuci tangan pakai sabun,
arisan jamban, kegiatan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN), dll
termasuk mengekpose peran serta berbagai pihak termasuk tenaga
pembangunan desa,

Pokok bahasan 2.
MELAKSANAKAN KEGIATAN PENYULUHAN LANGSUNG.

A. Penyuluhan Kelompok
Metoda dan teknik yang digunakan dalam melakukan promosi kesehatan
didalam kelompok adalah diskusi kelompok, demontrasi, ceramah tanya
jawab, permainan/ bermain peran.

Sedangkan teknik yang dilakukan adalah teknik menggunakan media/alat peraga,


teknik membangun peran aktif semua peserta, teknik mengatasi peserta yang
dominan, teknik peserta yang acuh, dll. Agar peserta mau mengikuti
pertemuan diskusi kelompok, demonstrasi, ceramah tanya jawab maupun
permainan, ada beberapa teknik yang dapat dipergunakan yaitu
menggunakan fasilitator yang mempunyai kredibilitas baik, dipercaya
sasaran, atau menggunakan teknik perintah, kompetisi, penggunaan media
KIE yang menarik, pemberian hadiah, dll

1. Ceramah Tanya Jawab


Ceramah tanya jawab (CTJ) adalah penyampaian pesan oleh seorang
pembicara di depan se-kelompok sasaran yang disertai tanya jawab. CTJ
dapat dilakukan untuk sasaran yang berpendidikan tinggi maupun rendah.
CTJ akan berhasil apabila pembicara mengasai materi, menguasai audiens
serta menguasai penggunaan alat bantu atau media. Disamping itu,
pembicara berpenampilan baik dan meyakinkan, percaya diri, tidak bersikap
ragu-ragu, kemudian suaranya jelas dan keras, sesekali disertai humor,
pandangan tertuju keseluruh peserta, berdiri didepan (ditengah), menggunakan
alat bantu semaksimal mungkin. Mampu menciptakan suasana serius tapi
santai, menggunakan bahasa sederhana, memberikan kesempatan sasaran
untuk bertanya, kemudian menjawab sesuai pertanyaan, memberikan
pertanyaan evaluasi serta menyampaikan rangkuman sebelum ceramah
diakhiri.

Kekuatan dan kelemahan


Kekuatannya adalah : dapat dipakai pada orang dewasa, penggunaan waktu
efisien, dapat dipakai pada kelompok sasaran besar, tidak memerlukan
banyak alat bantu, bahan dapat dibaca ulang oleh peserta.
Kelemahannya adalah: menghambat respons sasaran, diperlukan pembicara yang
handal dan menguasai materi penyuluhan, seringkali membosankan, sebagian
besar hanya melibatkan indera pendengaran, kurang baik dipakai pada sasaran
anak-anak, pembicara sulit mengetahui reaksi sasaran.

2. Diskusi Kelompok Terarah (DKT)


Diskusi kelompok terarah adalah diskusi antar kader keluarga dari masing-
masing keluarga untuk mengenali, menetapkan dan memecahkan masalah yang
ada dalam keluarga. Jumlah peserta dalam setaip kelompok DKT antara 8-10
orang. Diskusi sebaiknya berlangsung tidak lebih dari 2 jam.

Pengelompokkan peserta dapat berdasarkan kedekatan lingkungan tempat tinggal,


kelompok-kelompok yang ada seperti kelompok pengajian, dasa wisma.
Manfaatnya yaitu untuk memberikan pengetahuan dan ketrampilan untuk
mengenal dan memecahkan masalah kesehatan terkait PHBS yang dihadapi
setiap keluarga.

Mendorong setiap keluarga untuk bertindak mengatasi masalah dengan


menggunakan sumber daya yang dimiliki (dana, tenaga, dll).

Teknik melakukan DKT yaitu mengatifkan semua anggota kelompok,


mengupayakan agar semua anggota kelompok dapat bebas menyampaikan
pendapatnya dan berpartisipasi dalam diskusi. Untuk itu maka formasi duduk
para peserta diatur sedemikian rupa sehingga mereka dapat berhadap-
hadapan atau saling memandang satu sama lain, misalnya dalam bentuk lingkaran,
segi empat. Pimpinan diskusi juga duduk di antara peserta, sehingga tidak
menimbulkan kesan ada yang lebih tinggi antara pimpinan diskusi dengan anggota
kelompok atau antara sesama anggota kelompok. Semua peserta DKT
mempunyai taraf dan hak yang sama dalam mengeluarkan pendapat.

Ada 3 tahap yang perlu dilakukan dalam memandu DKT yaitu


; Tahap pertama : Pembukaan
• Ucapkan selamat datang dan ajak peserta berbicara yang sifatnya umum
yang tidak berkaitan dengan topik diskusi, agar peserta tidak merasa
tegang, misalnya menanyakan keadaan kesehatan, hasil pertanian atau
hal-hal lain yang erat dengan keadaan peserta atau lingkungan tempat
tinggal.
• Jelaskan tujuan DKT
• Perkenalkan nama pemandu, pencatat dan pengamat beserta peran masing-
masing, bila belum saling mengenal.
• Minta peserta memperkenalkan diri jika diantara mereka memang belum
saling mengenal. Pemandu harus cepat mengingat nama peserta dan
menggunakannya pada waktu berbicara dengan peserta.
• Tekankan bahwa pendapat semua peserta sangat penting dan
bermanfaat untuk mengatasi permasalahan PHBS, sehingga diharapkan
semua peserta bebas mengeluarkan pendapat.
• Minta peserta berbicara saling bergantian supaya lebih mudah di
dengar.

Tahap kedua : isi


diskusi
Isi diskusi sesuai dengan panduan yang telah dibuat sebelumnya oleh
pemandu untuk disampaikan kepada peserta. Ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan dalam memandu DKT, yaitu :
• Sampaikan pertanyaan yang ada dalam panduan DKT satu persatu, dan
minta seluruh peserta memberi tanggapan atau berdiskusi sesama mereka
tentang topik yang diajukan.
• Gali masalah yang terjadi dalam setiap keluarga dan tindakan apa yang
telah dilakukan oleh keluarga tersebut dan apa yang tidak dapat dilakukan;
• Ajak peserta lain untuk berdiskusi dalam memecahkan masalah-masalah
yang timbul dalam keluarga;
• Beri bekal pengetahuan secara singkat untuk memecahkan masalah yang
ada dan beri kesempatan peserta untuk menanyakan hal-hal yang kurang
jelas;
• Kembangkan kesepakatan bahwa setiap keluarga atau kelompok agar
merencanakan pemecahan masalahan, sesuai dengan keadaan dan
kemampuannya;
• Hasil diskusi untuk setiap topik dicatat oleh
pencatat.

Tahap ketiga :
Penutupan
• Jelaskan bahwa diskusi telah berakhir. Pemandu merangkum hasil diskusi
meliputi: kesamaan pendapat dalam mengenali dan mengatasi masalah,
kegiatan pemecahan masalah yang perlu dilakukan keluarga, bantuan
seperti pelayanan kesehatan dan penyuluhan yang dapat diberikan petugas.
• Ucapkan terima kasih dan sepakati bersama, apa yang akan dibicarakan,
kapan dan dimana DKT berikutnya akan dilaksanakan

Kekuatan dan kelemahannya


Kekuatannya adalah mendapat pemikiran yang lebih luas dalam pemecahan
masalah, keputusan yang dicapai lebih efektif, serta hubungan kerjasama
lebih terbina.

Kelemahannya adalah sering didominasi oleh seseorang dalam kelompok,


pembicaraan sering meluas dan proses pencatatan dan analisa tidak mudah.
3. Peragaan atau demonstrasi
Demonstrasi adalah kegiatan yang dilakukan oleh seseorang untuk memberi
contoh nyata bagaimana suatu kegiatan dilakukan dengan benar.

Ada beberapa macam demonstrasi,


yaitu:
• Mengembangkan keterampilan sasaran dalam bidang tertentu
• Menunjukkan proses kerja penanganan suatu perilaku (misalnya:
proses/cara melakukan perawatan tali pusat bayi baru lahir).
• Menunjukkan suatu alat yang baru.
• Memantapkan penerimaan hal baru

Kekuatan dan kelemahan


Kekuatannya adalah dapat menarik perhatian sasaran, materi mudah
dipahami sasaran, bisa lebih cepat meyakinkan dan diyakinkan karena
berkesempatan melakukan sendiri, menyajikan hal-hal yang abstrak ke
tindakan yang konkrit.

Kelemahannya adalah perlu keterampilan tertentu, terbatas pada situasi belajar


tertentu, perlu waktu lama dan biaya besar serta perlu persiapan matang

4. Curah pendapat (brain storming)


Metode ini merupakan modifikasi metode diskusi kelompok. Prinsipnya sama
dengan metode diskusi kelompok. Bedanya, pada permulaan pemimpin kelompok
memancing dengan satu masalah dan kemudian tiap peserta memberikan
jawaban atau tanggapan (curah pendapat) Tanggapan atau jawaban-jawaban
tersebut ditampung dan ditulis dalam flipchart atau papan tulis. Sebelum
semua peserta mencurahkan pendapatnya, tidak boleh dikomentari oleh
siapa pun. Baru setelah semua anggota mengeluarkan pendapatnya, tiap
anggota dapat mengomentari, dan akhirnya terjadi diskusi.

Kekuatan dan kelemahannya:


Kekuatannya adalah memperoleh sejumlah pemikiran atau pendapat-pendapat
baru dari peserta, mengetahui tingkat pemahaman peserta terhadap materi
yang akan dibahas tersebut. Kemudian dapat merangsang partisipasi, bisa
menghasilkan reaksi berrantai, tidak menyita waktu banyak, dapat dilakukan
pada kelompok besar/kecil serta tidak memerlukan peralatan yang banyak

Kelemahannya adalah kurang memperoleh pandangan atau pendapat serta


sulit merumuskan beberapa pendapat peserta.
5. Bola Salju (snow balling)
Kelompok dibagi dalam pasangan-pasangan (1 pasang terdiri dari 2 orang) dan
kemudian diberikan suatu pertanyaan atau masalah. Setelah lebih kurang 5 menit
maka tiap 2 pasang bergabung menjadi satu. Mereka tetap mendiskusikan
masalah tersebut, dan mencari kesimpulannya. Kemudian tiap 2 pasang
yang sudah beranggotakan 4 orang ini bergabung lagi dengan pasangan lainnya
dan demikian seterusnya sehingga akhirnya akan terjadi diskusi seluruh anggota
kelompok.

Kekuatannya adalah:
a. Setiap orang aktif menyampaikan
pendapatnya b. Materi yang dibahas dapat lebih
banyak
c. Waktu efektif dan
efisien
Kelemahannya adalah:
a. Ada peserta yang tidak tau apa-apa
b. Bisa didominan oleh beberapa orang saja setelah
digabungkan.

6. Kelompok-kelompok kecil (buzz group)


Kelompok langsung dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil (buzz group) yang
kemudian diberi suatu permasalahan yang sama atau tidak sama dengan kelompok
lain. Masing-masing kelompok mendiskusikan masalah tersebut. Selanjutnya hasil
dari tiap kelompok didiskusikan kembali dan dicari kesimpulannya.

Metode ini digunakan apabila :


a. Kelompok terlalu besar, sehingga tidak dimungkinkan setiap orang berpatisipasi.
b. Pokok pembahasan terhadap pemecahan masalah dapat dibahas dari
beberapa sudut pandang.
c. Ada anggota kelompok yang kurang aktif dalam kegiatan
kelompok d. Waktu terbatas
e. Ingin diciptakan suasana yang menyenangkan dalam kelompok.

Kekuatannya adalah:
a. Mendorong peserta yang malu-
malu
b. Mencipatakan suasana yang menyenangkan
c. Memungkinkan pembagian tugas kepemimpinan
d. Menghemat waktu
e. Memupuk
kepemimpinan
f. Memungkinkan pengumpulan pendapat sebanyak mungkin dari peserta
g. Dapat dipakai dalam metode lain
h. Memberi variasi dalam proses
belajar.
Kelemahannya adalah:
a. Mungkin terbentuk kelompok dari orang-orang yang tidak tau apa-
apa b. Mungkin ada pemimpin yang lemah
c. Perlu belajar sebelumnya bila ingin mencapai hasil yang
baik d. Biasanya makan banyak waktu untuk persiapan.

7. Memainkan peran (role play)


Dalam metode ini beberapa anggota kelompok ditunjuk sebagai pemegang
peran tertentu untuk memainkan peranan, misalnya sebagai bidan, dokter,
perawat, pasien dan sebagainya, sedangkan anggota yang lain sebagai
pengamat atau anggota masyarakat. Mereka memperagakan konseling
dengan menggunakan kaidah “SATU TUJU” tentang pentingnya minum tablet
tambah darah bagi ibu hamil.

Anggota kelompok yang tidak bermain peran, diberi tugas untuk melakukan
pengamatan. Setelah bermain peran selesai, pemain diminta menyampaikan
perasaannya saat melakukan kegiatan bermain peran. Selanjutnya,
pengamat diberi kesempatan untuk menyampaikan hasil pengamatannya.
Pada akhir bermain peran disimpulkan bersama tentang peran bidan dalam
melakukan konseling tentang pentingnya minum TTD bagi ibu hamil.

Kekuatan dan kelemahan.


Kekuatannya adalah segera mendapat perhatian, dapat diterapkan pada
kelompok besar/kecil, bisa digunakan untuk menganalisis situasi, menambah
rasa percaya diri, sasaran dapat menyelami permasalahan, sasaran
memperoleh pengalaman dari orang lain serta dapat membangkitkan
semangat untuk memecahkan masalah.

Kelemahannya adalah masalah diasosiasikan dengan pemeran, ada orang


yang tidak senang bermain peran, butuh pemimpin yang terlatih, terbatas
situasi atau permasalahan yang diperankan, serta adanya kesulitan
memerankan peran

8. Permainan simulasi (simulation game)


Metode ini merupakan gabungan antara bermain peran dengan diskusi
kelompok. Pesan-pesan kesehatan disajikan dalam beberapa bentuk
permainan seperti permainan monopoli, ular tangga, beberan. Cara
memainkannya persis seperti bermain monopoli dengan menggunakan dadu,
gaco (petunjuk arah), selain papan main. Beberapa orang menjadi pemain,
dan sebagian lagi berperan sebagai narasumber.
9. Metode Panel
Panel adalah pembicaraan tenang sebuah topik yang suidah direncanakan,
dilakukan di depan pengunjung. Di dalam sebuah diskusi panel diperlukan 3
atau lebih panelis (mereka yang menjadi pembicara dalam diskusi) dan
seorang moderator / pemimpin.

Metode panel ini digunakan


bila:
a. Diperlukan untuk mendengar pendapat yang
berbeda. b. Panelis memenuhi syarat.
c. Pokok pembicaraan terlalu luas untuk didiskusikan dalam kelompok.
d. Dipandang perlu untuk mengajak pendengar / pengunjung untuk : “melihat ke
dalam” tetapi tidak memberikan tanggapan secara verbal dalam diskusi.
e. Dianggap perlu mempertimbangkan keuntungan dan kerugian suatu
pemecahan masalah.
f. Panelis dan moderator bersedia mempersiapkan diri.

Kekuatan:
a. Membangkitkan pikiran yang kritis.
b. Memberikan kesempatan mengemukakan pandangan yang berbeda–
beda. c. Mendapatkan hasil yang nyata.
d. Meningkatkan kemampuan analitis.
e. Memanfaatkan orang lain yang betul–betul memenuhi
syarat.

Kelemahan:
a. Mudah tersesat dan berlarut – larut, sehingga tujuan diskusi tidak
tercapai. b. Memungkinkan panelis berbicara terlalu banyak.
c. Tidak memungkinkan semua peserta mengambil
bagian. d. Cenderung untuk menjadi serial pidato pendek.
e. Dapat memecah-belahkan pendengar, bila mereka memihak panelis
tertentu. f. Membutuhkan waktu dan persiapan yang cukup banyak.
g. Memerlukan seorang moderator yang
terampil.

10. Panel – Forum


Metode seperti ini seperti metode panel, tetapi disertai partisipasi dari pengunjung.
Penggunaan metode ini berdasarkan pertimbangan sebagai berikut:
a. Menggambungkan penyajian ini dengan reaksi
pengunjung.
b. Anggota kelompok diharapkan memberi reaksi pada diskusi
itu.
c. Pendapat yang sulit didiskusikan sehingga perlu dibahas sebelum diajukan
secara terbuka.
d. Waktunya cukup.
e. Mempertimbangkan untung rugi suatu pemecahan
masalah.
f. Panelis yang memenuhi syarat.
g. Menelaah pandangan yang berbeda –
beda.

Kekuatan:
a. Memungkinkan sebagian besar anggota ambil bagian dalam
diskusi. b. Memungkinkan peserta menyatakan reaksinya.
c. Membuat peserta mendengar dengan penuh
perhatian.
d. Memungkinkan adanya tanggapan terhadap pendapat
panelis. e. Ada hasil nyata.
f. Memungkinkan mengemukakan pendapat yang berbeda – beda.

Kelemahan:
a. Membutuhkan banyak waktu.
b. Memerlukan moderator yang
terampil. c. Mungkin terasa terputus –
putus.
d. Memungkinkan panelis menyampaikan pidato dan bukan bicara dengan
pengunjung.
e. Mudah berlarut –
larut.
f. Mungkin peserta kurang mampu memformulasikan pertanyaan dengan
benar. g. Memungknkan orang yang suka bicara memakai waktu yang
banyak.

11. Metode Case Study (Studi Kasus)


Studi kasus ialah gambaran sekumpulan situasi masalah, termasuk detail–detail
yang memungkinkan kelompok menganalisa masalah tersebut. Permasalahan itu
merupakan bagian dari kehidupan masyarakat yang memerlukan analisa
diagnosa, dan terapi. Dapat disampaikan secara lisan maupun tertulis juga
secara dramatis. Metode ini dapat dipakai:
a. Untuk menghubungkan masalah dengan situasi hidup.
b. Untuk menganalisa suatu masalah.
c. Jika anggota tidak mampu melakukan role
play. d. Untuk membantu anggota memahami
masalah.
e. Jika mencari kemungkinan–kemungkinan pemecahan
masalah. f. Untuk mengenalisa fakta yang ada tentang suatu
masalah.

Kekuatan:
a. Dapat tertulis, lisan, difilmkan, direkam, diperankan atau
diceritakan. b. Dapat ditugaskan sebelum diskusi.
c. Memberikan kesempatan yang merata bagi anggota untuk mengusulkan
pemecahan.
d. Menciptakan suasana untuk pertukaran pendapat.
e. Meneropong masalah yang menyangkut
kehidupan.
f. Memberi kesempatan untuk memakai pengetahuan dan keterampilan
peserta. g. Memungkinkan dilakukannya tindak lanjut dengan menggunakan
simulasi.

Kelemahan:
a. Membutuhkan keterampilan untuk “menuliskan”
masalah. b. Masalah itu tidak selalu sama pentingnya bagi
anggota.
c. Memerlukan banyak waktu jika dilakukan secara
mendalam.
d. Meskipun cukup datanya, tetapi mungkin timbul perdebatan tentang data
itu. e. Membutuhkan pemimpin yang terampil.

12. Metode Simposium


Simposium adalah serangkaian pidato pendek di depan pengunjung dengan
seorang pemimpin. Pidato–pidato itu mengemukakan aspek–aspek yang eda
dari suatu topik tertentu. Metode ini digunakan dalam:
a. Jika ingin mengupas aspek–aspek yang berbeda dari topik
tertentu. b. Jika kelompok itu besar.
c. Jika kelompok itu membutuhkan keterangan yang
ringkas. d. Jika ada pembicara yang memenuhi syarat.
e. Jika tidak memerlukan reaksi
pengunjung.
f. Jika pokok pembicaraan sudah ditentukan.

Kekuatan:
a. Dapat dipakai pada kelompok besar maupun
kecil.
b. Dapat mengemukakan banyak informasi dalam waktu
singkat.
c. Pergantian pembicara menambah variasi dan menjadikan lebih
menarik. d. Dapat direncanakan jauh–jauh hari.

Kelemahannya:
a. Kurang spontanitas dan kreativitas.
b. Kurang interaksi kelompok.
c. Hanya menekankan pada pokok pembicaraan.
d. Agak terasa formil.
e. Kepribadian pembicara dapat mempengaruhi pembawaan materi serta
penekanan ini.
f. Sulit mengadakan kontrol waktu.
g. Secara umum membatasi pendapat
pembicara.
h. Membutuhkan perencanaan sebelumnya dengan hati–hati untuk
menjamin jangkauan yang tepat.
i. Cenderung untuk dipakai secara
berlebihan.
B. Individu/Perorangan
Penyuluhan atau promosi kesehatan secara individu/perorangan adalah
penyampaian pesan dari seseorang kepada orang lainnya atau lebih, dapat
dilakukan melalui komunikasi secara langsung maupun tidak langsung.
Komunikasi langsung, misalnya kunjungan rumah, komunikasi ditempat
pelayanan kesehatan. Sedangkan komunikasi tidak langsung dengan
menggunakan media, misalnya komunikasi melalui telepon, surat, email, dll.

Metode dan teknik yang dapat diterapkan dalam penyuluhan atau promosi
secara individu/ perorangan adalah:
a. Komunikasi interpersonal
yaitu interaksi dari individu ke individu atau dari individu dengan kelompok
kecil, bersifat dua arah, kemudian pesan yang disampaikan dalam bentuk
verbal dan non verbal. Kedua belah pihak saling berbagi informasi dan
perasaan. Adapun langkah-langkah melakukan komunikasi interpersonal
adalah “SAJI” (Salam, Ajak Bicara, Jelaskan dan Ingatkan).

b. Konseling
yaitu suatu proses pemberian bantuan dari petugas konseling kepada
klien-nya, melalui pertemuan tatap muka dengan menyampaikan
informasi yang tidak memihak serta memberikan dukungan emosi, agar
klien mampu mengenali keadaan dirinya dan masalah yang dihadapinya
sehingga dapat membuat keputusan yang tepat dan mantap bagi dirinya
sendiri dengan kesadarannya sendiri tanpa ada unsur paksaan dari
siapapun. Atas dasar tersebut, kemudian klien bisa bertindak sesuai
dengan keputusan yang telah dipilihnya secara mantap karena memahami
alasan dan tujuannya. Dasar dari pengertian konseling adalah pemberian
informasi yang tujuan akhirnya adalah klien dapat membuat keputusan
untuk mengatasi masalahnya.

Melalui konseling akan dapat terjadi suatu proses


:
1) Perubahan perilaku
2) Peningkatan kemampuan untuk mengenal masalahnya, mengidentifikasi
alternatif pemecahan masalahnya, menetapkan prioritas alternatif
pemecahan masalah, menganalisis / melakukan kajian sejauhmana
konsekuensi dan keuntungan terhadap pilihan pemecahan masalah
yang telah ditetapkan.
3) Meningkatkan kemampuan untuk memutuskan dan bertindak
4) Meningkatkan hubungan antar
perorangan
5) Membantu klien untuk dapat mengurangi ketegangannya
6) Meningkatkan potensi seseorang untuk mengatasi masalah
7) Meningkatkan kemampuan untuk mampu berpikiran positif dan optimis
Adapun langkah-langkah praktis melakukan konseling adalah SATU
TUJU.

SATU TUJU adalah SA: beri salam kepada klien (menciptakan hubungan),
sambut kedatangannya dan berikan perhatian; T : tanyakan kepada klien untuk
menjajagi pengetahuan, perasaan dan kebutuhan klien tentang. U : uraikan
informasi yang relevan / terkait dengan masalah klien. TU: bantu klien untuk
memahami masalah serta alternatif pemecahan masalahnya. J: Jelaskan lebih
rinci konsekuensi dan keuntungan dari setiap alternatif pemecahan
masalah. U : ulangi hal-hal penting yang dibahas, serta lakukan kesepakatan
kunjungan ulang klien atau rujuk ke tempat pelayanan lain bila diperlukan.

Teknik komunikasi interpersonal dan konseling meliputi: teknik menjadi


pendengar aktif, teknik mengajukan pertanyaan, teknik melakukan observasi,
teknik melakukan refleksi, teknik membantu klien mengambil keputusan,
teknik menggunakan media KIE serta teknik mengatasi situasi sulit dalam
melakukan komunikasi interpersonal dan konseling (klien menangis terus,
tidak mau berbicara, marah, kecewa, dll)
a. Teknik menyambut
klien
• Begitu melihat klien datang, jangan sekali-kali bersifat masa
bodoh, acuh atau melalaikan dia. Sambutlah dia, ucapkan
terimakasih atas kedatangannya.
• Sampaikan assalamualaikum, atau selamat pagi, apa kabar dengan
nada suara yang akrab disertai dengan ekspresi pandangan mata
yang tertuju pada klien, wajah tersenyum bersahabat, wajar dan ada
kontak perasaan (menyapa / menyampaikan salam dengan hati).
• Untuk anak remaja pakai bahasa yang
sesuai
• Segera persilahkan masuk dan duduk
• Usahakan untuk segera memberikan pelayanan dan bersikaplah
sopan terhadap klien. Bila klien melakukan kontak melalui telepon
usahakan segera dijawab dengan baik dan sopan.
• Jika seorang klien telah berjanji pada jam yang tertentu untuk
menemui anda, maka usahakan untuk siap tepat waktu.

b. Teknik menjadi pendengar


aktif
Pengertian mendengar aktif adalah suatu proses merekam semua
informasi yang disampaikan oleh klien, sehingga diperoleh suatu
gambaran yang komprehensif dari keadaan klien yang sesungguhnya.
Tujuan menjadi pendengar aktif adalah diperolehnya gambaran yang
benar tentang keadaan masalah klien baik secara fisik maupun
secara psikologis, kebutuhan klien, perasaan klien, arah
percakapan klien.
Sehingga dapat memikirkan tindakan apa yang harus
dilakukan. Teknik menjadi pendengar aktif adalah:
• Berhenti berbicara dan membiarkan klien berbicara dengan enak.
Bantu agar klien merasa bebas berbicara
• Tunjukkan pada klien bahwa anda ingin mendengarkan.
Mendengarkan untuk mengerti dan bukan untuk menentang
• Ciptakan situasi aman dan nyaman agar klien dapat berbicara dengan
bebas.
• Memberikan perhatian dan simpati saat klien berbicara
• Bersabar untuk tidak memotong pembicaraan
• Mampu menguasai emosi.
• Bersikap tenang dalam melakukan argumentasi serta menerima kritik
• Mengajukan pertanyaan terbuka, pertanyaan hendaknya relevan
dengan masalah klien
• Menyampaikan tanggapan yang sesuai dan tidak bertele-tele,
gunakan bahasa yang sopan dan mudah dipahami.

c. Teknik melakukan observasi


Pengertian observasi / pengamatan artinya adalah suatu proses yang
dilakukan oleh seseorang untuk memahami keadaan orang lain sehingga
diperoleh informasi tentang keadaan orang itu yang sesungguhnya.
Observasi juga merupakan suatu kegiatan yang dilakukan dengan
sengaja yang bertujuan untuk dapat menetapkan penilaian secara obyektif
dan tidak secara subyektif. Tujuan lainnya adalah diketahuinya adanya
ketidak sesuaian antara tingkah laku verbal dan non verbal klien, antara
pernyataan dengan kejadian yang sesungguhnya.

Teknik melakukan observasi adalah dengan


jalan:
• Melihat dan mendengar serta memahami tingkah laku non-verbal
klien dengan jalan melihat bahasa tubuh, tatapan mata, ekspresi
wajah (raut muka), nada/kualitas suara, tempo bicara, sikap diam,
gerakan- gerakan fisik saat berbicara, posisi jalan/duduk, bentuk
penampilan, dll semuanya merupakan indikator penting untuk
mengetahui apa yang telah terjadi pada diri klien/seseorang.
• Melihat dan mendengar serta memahami tingkah laku verbal, yaitu
semua suara-suara / kata-kata bermakna yang disampaikan.
Termasuk juga ungkapan-ungkapan pujian, pertanyaan, omelan, dll
• Melakukan penafsiran dan memberikan tanggapan atau refleksi,
baik refleksi isi maupun refleksi perasaan. Refleksi isi percakapan
(paraphrasing) adalah mengungkapan kembali atau memberi
masukan kepada klien tentang inti dari apa saja yang baru
dikatakannya dengan
cara memendekkan dan memperjelas pendapat klien. Merefleksi isi
tidak sama dengan membeo karena merefleksi isi menggunakan
sebagian dari kata-kata petugas ditambah dengan kata-kata inti dari
klien.

d. Teknik mengajukan pertanyaan:


• Mulailah dengan menyampaikan pertanyaan-pertanyaan yang
bersifat terbuka agar klien berbicara banyak
• Fokuskan pembicaraan pada topik bahasan, jangan bertele-tele,
jangan menggurui dan jangan menghakimi, jangan mengajukan
pertanyaan ketopik lain apabila topik yang sedang dibicarakan belum
anda pahami
• Pakai bahasa verbal dan non verbal serta nada suara yang
bersahabat
• Menggunakan bahasa yang mudah
dipahami.
• Jadilah pendengar yang baik dan aktif, tunjukkan perhatian
sepenuhnya pada klien, tatap matanya kemudian lakukan refleksi isi,
refleksi perasaan atau kombinasi, kemudian ajukan pertanyaan lain
bila masih perlu.
• Tunjukan sikap dapat menjaga rahasia
• Hindari pertanyaan yang menyudutkan klien
• Hindari terlalu banyak bertanya pada
klien
• Apabila klien terlihat mulai jenuh, akhiri pertemuan saat itu dan buat
janji agar bisa
• dilanjutkan pada pertemuan
berikutnya.

e. Teknik melakukan refleksi


Refleksi adalah memberikan umpan balik terhadap ungkapan klien.
Tujuan refleksi adalah memberikan perhatian kepada klien. Cara
melakukan refleksi adalah menyampaikan kembali kata-kata klien dengan
menggunakan bahasa petugas (disebut refleksi isi), selain itu petugas juga
menyampaikan ungkapan perasaan sebagai bentuk respon terhadap
pernyataan klien (disebut refleksi perasaan).

f. Teknik membantu klien mengambil keputusan


Ada rumusan sederhana yang dapat digunakan petugas dalam membantu
klien mengambil atau menetapkan keputusan yaitu dengan “ 4 K” yaitu
kondisi, kehendak, konsekuensi dan keputusan. Kondisi yaitu gambaran
permasalahan yang dihadapi klien saat itu. Kehendak adalah kemauan
klien apa untuk mengatasi permasalahan itu. Konsekuensi yaitu upaya
klien dibantu petugas melakukan kajian tentang bebrapa alternatif
pemecahan masalah beserta konsekuensinya. Dianjurkan agar petugas
tidak mengajak klien memikirkan terlalu banyak alternatif pemecahan
masalah, karena bisa membuat klien bingung. Selanjutnya, adalah
memotivasi klien untuk menetapkan keputusannya sendiri.
g. Teknik menggunakan media KIE
Tujuan menggunakan media KIE adalah untuk memperjelas
penyampaian pesan serta membantu klien untuk memahami informasi
yang disampaikan, menumbuhkan daya tarik, membantu petugas untuk
memfokuskan pembicaraan.

Petugas konseling seharusnya tidak menggambar di udara saat


menyampaikan penjelasan pada klien, karena akan terjadi salah tafsir/
persepsi.
Teknik penggunaan media KIE tergantung pada jenis media-nya misalnya: lembar
balik, poster, model, CD, dll. Namun secara prinsip ada beberapa hal yang
harus diperhatikan oleh petugas yaitu:
• Ajak klien untuk memperhatikan media tersebut, hendaknya dalam
menggunakan media kontak mata antar petugas dan klien tidak
terhalang.
• Fokuskan pembicaraan sesuai dengan informasi (kata-kata maupun
gambar) yang ada pada media yang sedang dipergunakan.
• Tekankan bahwa informasi yang ada di dalam media ini
penting
• Lakukan pengecekan pemahaman klien terhadap informasi yang
dibahas dengan menggunakan media KIE tersebut. Apabila klien sudah
mempunyai pemahaman yang baik berikan pujian dan lanjutkan
dengan informasi lainnya. Tetapi apabila klien masih kurang paham ulangi
dan beri penekanan pada hal-hal yang penting.

h. Teknik melakukan Empati


Empati adalah merasakan apa yang sedang dirasakan klien, tetapi petugas tidak
larut dalam perasaan klien. Adapun teknik melakukan empati adalah:
• Menjadi pendengar yang baik dan
aktif.
• Melakukan refleksi isi dan
perasaan
• Memberikan perhatian, rasa tenang, pujian, dukungan moril dan
memberikan bantuan terhadap masalah klien
• Melakukan tindakan pelayanan yang cepat dan
akurat
• Melakukan pemantauan dan penilaian terhadap tindakan serta keadaan
klien.

i. Teknik menyampaikan informasi atau pesan


Ada beberapa teknik yang harus dilakukan dilakukan oleh petugas saat
menyampaikan informasi atau peasan pada klien yaitu:
• Menggunakan bahasa sederhana, verbal dan non-verbal, tidak bertele-
tele, sesuai dengan permasalahan serta berisi tindakan konkrit yang
mampu di lakukan klien untuk mengatasi masalahnya. Pesan
disampaikan secara bertahap dan sistematis Memberi contoh-contoh
nyata yang memudahkan klien untuk bisa memahaminya
• Mengulangi pesan yang peting dan perlu ditindak lanjuti oleh klien
• Berbicara dengan wajah ramah serta sikap yang sopan, vocal jelas, ada
sentuhan emosional, nada bicara yang tidak monoton, dll
• Memperhatikan atau selaras dengan nilai-nilai social budaya atau
karakter spesifik klien
• Melakukan pengecekan pemahaman.
• Menggunakan alat bantu atau media KIE
• Tidak menyampaikan informasi dengan ”menggambar di udara”
• Memberikan pujian serta solusi yang tepat
• Menggunakan waktu secara efektif dan efisien. Apabila klien sudah
jenuh jangan di paksakan
• Menghindari sikap arogansi, mengancam, menakut-nakuti, mengobral
janji, mengecewakan, menyinggung perasaan, menyalahkan, menghina,
memojokkan, menghakimi, dll
• Berusaha menempatkan diri pada posisi klien.

j. Teknik memperlakukan klien secara terhormat


• Menerapkan SAJI atau SATU TUJU
• Memahami keinginan serta kebutuhan klien terhadap pelayanan kesehatan,
meliputi :
• Memberikan perhatian dan pelayanan kesehatan yang dibutuhkan klien.
• Penyediaan tempat pelayanan kesehatan yang nyaman, bersih, aman, dan
bersahabat.
• Pelayanan yang dirasakan berkeadilan oleh semua golongan,
perempuan dan laki-laki; orang dewasa, remaja, anak-anak; orang
kaya dan orang miskin, dan sebagainya.
• Menepati janji.
• Tersedianya sarana pendukung komunikasi, seperti alat peraga dan
media KIE (komunikasi, informasi, edukasi) lainnya.
• Menyusun rencana bersama klien tentang tindakan prioritas yang
akan dilakukan.
• Melaksanakan tindakan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan.
• Melakukan penilaian bersama klien tentang asuhan kebidanan yang
telah diberikan.
• Menyusun rencana tindak lanjut bersama klien yang berkaitan
dengan upaya pemecahan masalah kesehatan untuk tahap
berikutnya.

k. Teknik menghadapi situasi sulit


• Klien diam atau tidak mau berbicara
Upaya :
Katakan “Ya saya mengerti kalau hal ini enak untuk dibicarakan (refleksi).
Atau katakan : “Apa ibu merasa cemas ?” (refleksi perasaan –
tunjukkan dengan sikap tubuh yang penuh perhatian).

• Klien tidak berhenti menangis


Upaya :
Berusaha menenangkan, menunggu beberapa saat dan katakan “Tidak
apa – apa, menangislah kalau ingin menangis”.

• Petugas meyakini bahwa tidak ada penyelesaian bagi masalah klien


Upaya :
Uraikan keterbatasan atau hambatan yang ada. Minta klien
memahaminya dan mau memikirkan kembali sehingga dapat
memperoleh keputusan yang terbaik. Tawarkan untuk dibahas pada
pertemuan selanjutnya, atau bisa juga menawarkan klien untuk
datang kepada petugas konseling lainnya (merujuk).

• Waktu yang dimiliki petugas terbatas


Upaya :
Sampaikan sejak awal sebelum memulai pembicaraan : “Maaf, kali
ini waktu saya terbatas karena saya harus menghadiri pertemuan lain.
Saya berharap kita dapat melanjutkannya pada pertemuan
selanjutnya.” Bila perlu, ulangi tentang pertemuan selanjutnya itu
diakhir percakapan. Jangan langsung menolak klien. Usahakan untuk
dapat memanfaatkan waktu secara efisien dan efektif.

• Klien yang marah atau emosional


Upaya :
Upayakan anda selaku petugas tidak terpancing emosi dan tetap
bersikap sopan, tegas, profesional dan tenangkan dia. Ajak klien
untuk memahami keadaan / kejadian secara lebih arif dan jernih.
Batasi percakapan anda dan perhatikan apabila klien sudah terlihat
reda, baru anda kembali melakukan konseling atau rujuk pada
petugas lain.

• Klien berbicara terus menerus dan tidak sesuai dengan pokok


pembicaraan
Upaya :
Fokuskan pembicaraan klien dengan cara memotong secara halus
misalnya dengan mengatakan “Maaf Bu, apakah ibu mencemaskan
sesuatu ? Ibu mengatakan hal yang sama berulang – ulang, apakah
ada kesulitan untuk menceritakan permasalahan lainnya ?”
Pokok bahasan 3.
MELAKSANAKAN KEGIATAN PENYULUHAN TIDAK LANGSUNG

A. Penyuluhan Massa
Metode dan teknik yang diterapkan dalam komunikasi massa, dapat
menggunakan ceramah, pidato, siaran radio, siaran di televisi, di surat
khabar, media cetak. Dengan demikian metode promosi kesehatan yang
diterapkan melalui kegiatan komunikasi massa dapat dilakukan melalui
komunikasi langsung maupun tidak langsung.

Contoh: penyebarluasan informasi melalui penyebaran media cetak melalui


pemasangan media kesehatan ditempat-tempat yang strategis/ditempat-tempat
berkumpulnya orang banyak (warung/kedai, pasar), atau dapat juga
menitipkan pesan kepada para pemuka masyarakat/agama dengan
memanfaatkan forum yang ada, atau kampanye melalui media elektronik dan
melalui media tradisional sehingga masyarakat lingkungan mengenal situasi
dan masalah kesehatan beserta faktor-faktor risiko yang ada di wilayahnya.
Pidato, siaran pedesaan (radio dan televisi), wayang, sandiwara/dagelan,
selebaran dari udara (pamlet), poster, spanduk, dll.

Teknik yang dapat dilakukan dalam kegiatan ini adalah melibatkan public
figure, media komunikasi massa yang disenangi sasaran, mengangkat tema
yang spektakuler, melakukan kuis berhadiah, ditambahkan nuansa hiburan,
menyelaraskan dengan even-even khusus, misalnya: Hari Jadi Kota, Hari
Kemerdekaan, dll

Ceramah umum
Pada acara-acara tertentu, misalnya pada peringatan Hari Kesehatan
Nasional (HKN), Kepala Puskesmas memberikan pidato didepan warga
masyarakat. Metode ini dillakukan jika ada kelompok orang yang perlu
mendapat penjelasan yang sama, sedangkan waktu terbatas. Ceramah
memerlukan ruangan yang bisa ditempati sekelompok orang, dengan
pembicara yang menguasai masalah yang akan diberikan. Ceramah jangan
terlalu lama, cukup 30 menit. 10 menit pertama untuk memberi penjelasan
yang singkat tetapi jelas, 20 menit berikutnya untuk tanya jawab.

Pidato
Pidato tentang kesehatan melalui media elektronik baik TV maupun radio, pada
hakikatnya merupakan bentuk promosi kesehatan massa.
Siaran berprogram
Siaran berprogram adalah penyampaian informasi secara terprogram melalui
siaran radio dan televisi yang bertujuan mengubah sikap, pengetahuan dan
tindakan masyarakat. Metode ini dapat dipakai dengan beberapa
persyaratan, antara lain:
• Sasaran heterogen dilihat dari segi umur, sosial ekonomi dan
sebagainya.
• Informasi bersifat umum atau
terbuka.
• Pesawat radio dan televisi sudah banyak dimiliki oleh dan tersebar merata
di masyarakat.

Kekuatan:
• Dapat mencakup sasaran yang
luas.
• Dapat dipakai secara efektif untuk menambah pengetahuan
umum.
• Sumber tenaga pengajar yang telah mahir di bidang siaran
(broadcasting)

Kelemahan:
• Pesawat penerima siaran (radio dan televisi) belum merata dimiliki oleh
masyarakat.
• Memerlukan perencanaan dan desain matang dan memakan waktu
lama.
• Memerlukan penyiar yang telah mahir di bidang siaran (broadcasting)

Pemutaran film dan slide


Informasi disampaikan kepada sasaran melalui media film dan slide. Persyaratan
penggunaan cara ini antara lain adalah:
• Tersedia proyektor, listrik dan tenaga untuk mengoperasikan proyektor
tersebut.
• Tersedia ruangan yang dapat menghalangi cahaya dari
luar.

Kekuatan:
• Dapat mencapai sasaran yang
besar.
• Karena bersifat visual, maka dapat membantu proses pengamatan,
pengenalan dan ingatan.
• Lebih menarik
perhatian.

Kelemahan:
• Mahal
• Memerlukan peralatan dan teknologi tinggi.
• Memerlukan ruang yang
khusus.
• Tidak dapat dilaksanakan di sembarang
tempat.
• Kesulitan dalam menerima informasi (kesalahan persepsi) tidak dapat segera
diatasi.
Pemasangan/penggunaan pamflet, leaflet dan booklet
Penyampaian informasi kepada sasaran dilakukan dengan menggunakan
pamflet, leaflet, booklet dan sebagainya sebagai media. Persyaratan umum
dalam penggunaan metode ini antara lain adalah:
• Harus dirancang sedemikian rupa sehingga mudah ditangkap oleh
sasaran.
• Tidak menimbulkan persepsi yang salah pada sasaran (masyarakat).
• Harus menyolok agar menarik perhatian penerima informasi secara spontan.

Kekuatan
• Menarik perhatian.
• Sasaran lebih besar, bahkan menjadi bersifat
massal.
• Lebih efektif dan efisien.

Kelemahan:
• Kemungkinan timbulnya salah persepsi lebih besar.
• Kesulitan dalam persepsi atau penerimaan oleh sasaran tidak dapat segera
diketahui.
• Memerlukan rancangan yang matang dan perancang yang
ahli.
• Kurang cocok untuk masyarakat sasaran yang buta huruf.

Tulisan-tulisan di majalah atau koran


Membuat tulisan di media cetak, seperti koran, majalah, atau bisa juga membuat
tulisan di majalah dinding sekolah.

Bentuk lain: billboard, spanduk, poster pencanangan, menyelipkan pesan pada


khotbah keagamaan, menyelipkan pesan pada kesenian tradisional,
memanfaatkan pengeras suara di tempat ibadah, membuat koran dinding di
sekolah, menempelkan pesan di tempat-tempat ramai, pemutaran film di tempat
terbuka juga termasuk promosi kesehatan massa

Sebelum melakukan promosi kesehatan massa terlebih dahulu dilakukan persiapan


yang akan dipakai dalam menetapkan metode dan teknik yang akan diplih, yaitu:
• Identifikasi Masalah kesehatan yang ada di suatu tempat
• Buatlah daftar masalah-masalah kesehatan yang ada, dan bisa juga tanyakan
mengenai data 10 penyakit terbanyak pada petugas kesehatan, dan juga
mewawancarai warga setempat.
• Tentukan prioritas
masalah
• Dari hasil identifikasi, tentukanlah prioritas masalah yang akan kita bahas.
Biasanya dapat taeridentifikasi dari banyaknya warga yang merasakan masalah
tersebut, atau beratnya masalah yang ditimbukan seperti kematian.
• Susunlah rencana promosi kesehatan massa
• Menyusun rencana strategi promosi kesehatan massa yang akan digunakan.
Perencanaan promosi kersehatan massa yang baik meliputi penentuan tujuan
yang dicapai, sasarannya, pesan yang akan disampaikan, cara dan media yang
digunakan, waktu dan bisa juga dengan menentukan tokoh penggerak yang
dihormati.

1) Komunikasi massa
Adalah penyampaian pesan / informasi kepada sejumlah sasaran yang tidak
saling mengenal, biasanya dalam jumlah banyak.

Dari segi proses komunikasi, tidak berbeda dengan proses-proses


komunikasi yang lain. Wilbur Schramm menyatakan bahwa perbedaan
antara proses komunikasi massa dengan yang lain adalah sifat-sifat yang
terkandung dalam proses komunikasi massa, yaitu bahwa sumbernya atau
komunikatornya lebih banyak bersifat terorganisasikan atau terlembagakan,
kemudian disalurkan melalui media massa secara massal dan ditujukan
kepada Orang banyak yang bersifat anonim dan heterogen (1965).

Charles Wright (1959) mengidentifikasikan beberapa karakteristik


komunikasi massa sebagai berikut :
1) Komunikasi massa ditujukan kepada sasaran yang jumlahnya besar atau
luas, umumnya terdiri dari berbagai lapisan masyarakat (heterogen) dan
tidak dikenal (anonim).
2) Kegiatannya dilakukan secara cepat dan waktu-waktu
tertentu.
3) Komunikator dilakukan oleh suatu bentuk organisasi.
4) Pesan-pesan disiarkan secara umum, sehingga dalam waktu yang
bersamaan pesan yang disampaikan dapat mencapai sebagian besar.

Melakukan kegiatan komunikasi massa jauh lebih sukar dari pada


komunikasi interpersonal. Sebab, komunikator harus menyampaikan
pesan kepada banyak komunikan yang berbeda karakteristiknya, pada
saat yang sama. Pesan dalam komunikasi massa adalah komunikasi yang
disalurkan melalui media massa, bersifat massal dan ditujukan kepada
sasaran yang luas.

Media massa terdiri dari


:
1) Media tercetak atau cetakan, yaitu surat kabar, majalah, buku
pamflet, billboard, dan lain-lainnya.
2) Media elektronika, yaitu radio, TV, film, dan
sebagainya.
Secara umum, yang dikenal media massa adalah pers, radio, TV, dan film.
Syarat untuk dapat berfungsi sebagai media massa adalah: sifat massal dalam
produksinya sehingga produknya itu mudah didapat oleh banyak orang, dan
dengan demikian harganya relatif begitu murahnya sehingga diharapkan setiap
orang dapat menikmatinya.

Model-model Komunikasi Massa.


Ada 4 model komunikasi massa, yaitu
:
1) Model Jarum hipodermis (hypodermic needle model).
Pada hakekatnya adalah model komunikasi searah. Model ini
beranggapan bahwa media massa mempunyai pengaruh langsung,
sangat kuat, segera atau cepat, sangat menentukan terhadap
sasaran dan hampir tak ada kekuatan apapun yang dapat
menghambatnya. Di sini media massa digambarkan sebagai jarum
raksaksa yang menyuntik sasaran yang pasif. Menurut Elihu Katz :
“model ini menurut para peneliti dahulu didasarkan pada anggapan
bahwa :

Media yang sangat berpengaruh mampu memaksakan kehendaknya


pada sasaran yang sama sekali tidak berusaha mencoba berpikir lain.

Sasaran dianggap tidak mempunyai hubungan satu sama lain, terikat


pada media massa tetap tidak terikat pada kelompoknya.

2) Model Komunikasi Dua Tahap.


Setelah berbagai penelitian Lazarsfeld, Berelson, dan Gaudet (1948)
mereka memperkenalkan konsep atau “model komunikasi dua tahap.”
Tahap pertama adalah pengalihan informasi dari media massa kepada
para pemuka pendapat, dan ini merupakan bentuk komunikasi massa.
Tetapi tahap kedua, dari pemuka pendapat kepada para pengikutnya
atau anggota masyarakat lainnya selain merupakan pengalihan informasi,
yang lebih penting ialah merupakan penyebarluasan pengaruh; ini
bukan lagi berbentuk komunikasi massa, tetapi komunikasi antar
persona. Jadi, dalam model komunikasi dua tahap ini selain
diperkenalkannya orang- orang yang dapat dianggap “kaya
informasi” yang disebut pemuka pendapat, diperkenalkannya juga
hubungan atau peranan yang sangat erat antara komunikasi antar
personal dan komunikasi massa. Berbeda dengan model jarum
hipodermis yang senantiasa memandang massa sebagai suatu
kesatuan yang terdiri dari individu-individu yang terikat pada media, tetapi
terpisah hubungan sosialnya, maka model komunikasi dua tahap
memandang massa sebagai individu-individu yang berinteraksi.
Sesudah model ini dipergunakan selama 25th, ditemukan beberapa
kelemahan, hingga muncul dua model berikutnya.
3) Model Komunikasi Satu Tahap
Model ini mungkin merupakan penyempurnaan dari model jarum
hipodermis. Model satu tahap ini beranggapan bahwa media massa
langsung berpengaruh pada sasaran tanpa melalui pemuka pendapat.
Bedanya dengan model jarum hipodermis adalah :
• Model komunikasi satu tahap mengakui bahwa semua media
memiliki kekuatan pengaruh yang sama.
• Model ini memperhitungkan peranan selektivitas sebagai faktor yang
menentukan penerima sasaran. Artinya, sasaran memilih media massa
atau isinya, sasaran berbeda-beda persepsi dan kemampuannya
mengingat pesan.
• Model ini mengakui pula kemungkinan timbulnya dampak yang
berbeda pada sasarannya dari pesan yang sama.

4) Model Komunikasi Banyak Tahap


Model ini mencakup semua model yang dibicarakan terdahulu. Model
ini dikembangkan berdasarkan pengertian bahwa pada kebanyakan
komunikasi terjadi suatu fungsi penyebaran informasi secara estafet
kepada sasaran yang jumlahnya besar. Artinya, beberapa sasaran
mungkin menerima informasi langsung dari media massa, tetapi
beberapa lainnya menerima informasi setelah informasi tersebut melalui
beberapa sasaran lainnya.

5) Komunikasi Massa Yang Efektif.


Seperti diketahui, komunikasi massa merupakan komunikasi searah, dan
pesannya ditujukan kepada sasaran yang banyak, baik jumlah maupun
latar belakang sosial budayanya. Jelaslah, bahwa komunikasi massa bisa
tidak efektif ataupun malah bisa gagal total kalau dilaksanakan tanpa
mengenal dengan baik keadaan sosial budaya dan ekonomi daripada
sasaran. Walaupun hal ini sebenarnya berlaku untuk semua jenis
komunikasi, baik komunikasi massa maupun komunikasi antar persona,
namun dalam komunikasi massa hal ini lebih penting untuk
diperhatikan. Hal ini mengingat akan hal-hal berikut:
• Mencakup sasaran yang luas.
• Latar belakang sasaran lebih banyak variasinya.
• Komunikasi biasanya dilaksanakan dari jarak jauh, tidak berhadap-
hadapan.
• Tidak ada umpan balik (feedback)
langsung.
Selain pesan dalam komunikasi massa harus bertolak dari situasi
sosial budaya dan ekonomi sasaran, pesan juga dikembangkan
dengan mempergunakan bahasa yang mudah dipahami oleh
sasaran dan sifatnnya umum.

Apa yang bisa disumbangkan melalui komunikasi


massa.
1) Menyebarluaskan informasi.
Hal ini sering tidak dirasakan oleh masyarakat. Di masyarakat di
mana orang sudak terbiasa membaca surat kabar, atau
mendengar radio atau melihat TV, sering tidak menyadari
betapa banyaknya mereka telah belajar oleh media massa
tersebut.

2) Memperluas wawasan.
Dengan memperoleh informasi dari media massa maka orang lau
mengetahui apa yang sedang terjadi di bagian lain daripada dunia
ini walaupun orang tersebut tidak berkunjung ke tempat tersebut.
Begitu juga melalui media massa orang bisa tahu kehidupan
masyarakat di tempat lain. Demikianlah medoa massa telah
memperluas wawasan mereka.

3) Dapat memusatkan atau mengalihkan perhatian


masyarakat.
Biasanya apa yang sedang hangat-hangatnya muncul di media
massa seperti surat kabar misalnya, itulah yang menjadi perhatian
masyarakat.

4) Dapat menggali aspirasi masyarakat.


Misalnya, media massa dapat merangsang masyarakat untuk
mempunyai keinginan hidup yang lebih baik, memiliki rasa harga
diri, dan sebagainya. Dengan perkataan lain, media massa dapat
menciptakan suasana positif untuk terjadinya perubahan.

5) Dapat merubah sikap masyarakat yang tidak begitu


kuat.
Kalau sikap yang dimiliki itu kuat dalam dirinya, maka yntuk
merubahnya, tidak bisa hanya melalui media massa, tetapi harus
didukung dengan komunikasi antar personal.

6) Dapat menyebarluaskan informasi kepada komunikasi antar


personal.
Seperti diketahui, dalam komunikasi antar personal, peranan
pemuka masyarakat sangat berpengaruh, dan mereka inilah
biasanya bertindak sebagai komunikator. Sebagai pemuka
masyarakat,
biasanya mereka lebih banyak kontak dengan media massa. Nah
di sinilah massa bisa berperan mensuplai informasi kepada
pemuka masyarakat tersebut.

7) Dapat memberikan atau meningkatkan status seseorang.


Seorang yang sering dimuat dalam media massa biasanya
statusnya akan naik.

8) Dapat mendukung berlakunya suatu norma.


Kalau suatu norma sudah didukung dan sering dimuat dalam
media massa, maka biasanya masyarakat menerima norma
tersebut.
9) Dapat menciptakan selera.
Misalnya kalau media massa berulang kali memuat lagu-lagu
tertentu, biasanya masyarakat ikut-ikutan.

10) Dalam pendidikan, media massa tidak dapat berperan sendiri. Ia


harus ditunjang dengan komunikasi antar personal, lebih-lebih untuk
mengembangkn sikap dan keterampilan.

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PENYULUHAN


PARTISIPATIF

Penyuluhan Partisipatif adalah kegiatan terencana berupa pendidikan non-


formal, yang perencanaan, pelaksanaan dan evaluasinya melibatkan sasaran
didik secara aktif. (Pemeran Utama)

Pelibatan masyarakat setempat sebagai sasaran didik dilakukan mulai


perencanaan, pelaksanaan sampai evaluasi seluruh kegiatan.

Dalam perencanan : identifikasi masalah dan kebutuhan yang menjadi titik


tolak perencanaan penyuluhan harus yang dirasakan dan dinyatakan oleh
masyartakat setempat.

Dalam pelaksanaan : anggota masyarakat menjadi pemeran utama; potensi


(pengetahuan, keterampilan, pengalaman) yang ada mereka dimanfaatkan secara
maximal. Penyuluh sebagai fasilitator

Dalam tahap evaluasi, pendapat masyarakat menentukan. Apakah semua


yang dilakukan tepat atau berhasil, atau kurang berhasil

Dalam pemberdayaan dan penyuluhan ini petugas penyuluh bertindak


sebagai inisiator dan organisator awal (bukan memutuskan segalanya),
yang secara perlahan peran itu akan dialihkan kepada anggota (pengurus)
masyarakat.
Pada tahap awal masyarakat pasti belum siap untuk mampu berpartisipasi
untuk mampu dan mau berpartisipasi

Kebutuhan pelatihan masyarakat harus benar benar digali dari masyarakat, bukan
diasumsikan oleh penyuluh. Ini menyangkut substansi penyuluh.

Dalam penyuluhan partisipatif sikap penyuluh terhadap masyarakat sangat


penting

Anggota masyarakat bukan pegawai pemerintah dan bukan bawahan


penyuluh; jadi jangan diperintah atau dipaksa untuk melalkukan segala
sesuatu yang dukehendaki pemerintah.

Dalam penyuluhan partisipatif angota masyarakat adalah motra kerja


penyuluh untuk bekerjasama berusaha mencapai tujuan penyuluhan.

Sebagai fasilitator Penyuluh wajib melayani anggota masyarakatndengan baik


agar mereka dapat “belajar” dan berdaya dengan lebih cepat dan berhasil.

Program pemberdayaan masyarakat yang telah ditentukan segala-galanya dari


“pusat” bukanlah program pemberdayaan masyarakat yang baik.

Penyuluh dilapangan harus menyusun program penyuluhan dengan


melakukan improvisasi, inovasi, inisiatif dan memperhatikan potensi-potensi
sosial, ekonomi dan budaya masyarakat setempat.

Untuk memberdayakan masyarakat kita harus menempatkan masyarakat


sebagai suatu identitas yang bmandiri, memiliki kewaspadaan dan memiliki
potensi untuk menumbuhkan kehidupan yang lebih baik.

Jika masyarakat didorong-dorong untuk mengikuti arahan pemerintah, akan


berdampak melemahnya partisipasi masyarakat dan lemahnya sikap kritis kepada
pemeintah.

Pendekatan yang keliru bisa berakibat kurangnya motivasi dan daya dorong
masyarakat untuk ikut terlibat dalam melakukan prakarsa, perencanaan,
memberikan usul, merumuskan, memperdebatkan, dan mengevaluasi serta
melakukan pengawasan terhadap kebijakn publik ditingkat pusat ataupun lokal

Penyuluhan partisipatif pada hakekatnya adalah mendorong dan memberi ruang


selebar-lebarnya bagi masyarakat untuk melakukan inisiatif dan partisipasi sosial
Adanya partisipasi sosial menjadi indikator yang sangat penting untuk
keberhasilan penyuluhan partisipatif

Partisipasi sosial diartikan sebagai keterlibatan sukarela masyarakat dalam kelompok


sosial dan kegiatannya

Disini ada kelompok-kelompok sosial setempat menjadi sangat penting. Perlu


ada inisiatif terbentuknya “Kelompok Petani Hutan” dari bawah. Jangan memberi
kesan kelompok bentukan pemerintah

Kelompok ini harus benar-benar “milik” masyarakat setempat dan tidak menjadi
sub ordanisasi instansi lain.

Sosialisasi Social Forestry afdalah acara pertama pertemuan kelompok Petani


(KPH) dengan penekanan pada maksud dan tujuan SE, manfaat yang bisa
diperoleh masyarakat, apa peran masyarakat/ kelompok dan apa peran
pemerintah

Pemeran utama kegiatan kelompok adalah masyarakat sedangkan penyuluh


sebagai penggali dan pengembang potensi masyarakat

Masyarakat diajak menyadari (bukan digurui) apa saja manfaat (fungsi) hutan
dan apa saja bahaya dan ancaman sebagai akibat adanya hutan yang tidak
terpelihara secara semestinya. Masyarakat diingatkan akan adanya kasus-kasus
di nusantara dan dunia yang terbukti merugikan masyarakat

Hal-hal di atas tidak dilakukan melalui acara ceramah tetapi melalui dialog yang
dilakukan berkali-kali

Menurut mereka apa yang harus dilakukan dan siapa yang harus
melakukan

Dalam kelompok masyarakat diberi peluang membuat analisa dan mengambil


keputusan yang bermanfaat bagi mereka sendiri dan menentukan cara-cara untuk
mencapai tujuan yang diinginkan

Penyuluh menentukan batas-batas kebebasan mereka, misal menentukan batas


areal yang dapat dijadikan areal usaha, hal-hal yang boleh dan yang tidak boleh
dil;akukan di areal tsb. Dan berusaha mempercepat perubahan dan
merangsang tumbuhnya kemampuyan masyarakat untuk menentukan
langkahnya sendiri dan kemampuan untuk menolong dirinya sendiri.
Penyuluh menyediakan informasi tentang berbagai alternatif kegiatan usaha yang
bisa dilakukan dalam hutan untuk dipilh atau dimodifikasi sendiri oleh
masyarakat setempat.

Tujuan pendekatan ini adalah agar masyarakat memperoleh pengalaman


belajar mengembangkan dirinya melalui pemikiran dan tindakan yang
dirumuskan sendiri secara kolektif. Disinlah letak hakekat “pemberdayaan
Masyarakat”

Prinsip-prinsip dasar yang harus digunakan dalam pemberdayaan masyarakat


adalah bahwa masyarakat memiliki potensi untuk memecahkan masalah
sendiri, partisipatif, demokratis, kesukarelaan dan berkeadaban.

Jadi kalau masyarakat terlihat tidak partisipatif, maka yang harus dipertanyakan
adalah apakah cara pemberdayaannya sudah benar.
Untuk memberdayakan masyarakat langkah awal yang sangat penting adalah
penorganisasian masyarakat sasaran ke dalam kelompok (unit) yang akan
menjadi wahana pemberdayaaan.

Pengorganisasian masyarakat adalah proses membangun kekuatan dengan


melibatkan anggota masyarakat sebanyak mungkin melalui proses:
• Menemu-kenali ancaman yang ada secara bersama;
• Menemu-kenali penyelesaian-penyelesaian yang diinginkan terhadap ancaman-
ancaman yang ada
• Menemu-kenali orang-orang dan struktur, birokrasi,perangkat yang ada agar
proses penyelesaian yang dipilih menjadi mungkin dilakukan
• Menyusun sasaran/tujuan yang harus dicapai
• Membangun sebuah institusi yang secara demokratis diawasi oleh seluruh
anggota
• Mengembangkan kapasitas (belajar, berlatih, mencari dukungan,
menggalang dana, dll) untuk menangani ancaman yang ada
• Menampung semua keinginan dan kekuatan anggota yang ada

Jadi pengorganisasian masyarakat bukan hanya sekedar melakukan


pengerahan masyarakat untuk mencapai sesuatu kepentingan semata, tetapi
suatu proses pembangunan organisasi masyarakat yang dialksanakan dengan
jalan mencari permasalahan dan tujuan bersama dan kemudian mencari
penyelesaian secara bersama pula yang didasarkan pada potensi yang ada
dalam masyarakat yang bersangkuta. Disini permasalahan yang berkaitan
dengan kelestarian hutan akan muncul kritis dan penggalian potensi pengetahuan
lokal masyarakat
Penyuluhan partisipatif ini menutamkan pengembangan masyarakat
berdasarkan dialog atau musyawarah yang demokratis.

Pendapat dan usulan masyarakat merupakan sumber utama gagasan yang


harus ditindaklanjuti secara kritis, sehingga partisipasi masyarakat dalam
merencanakan, membuat keputusan dan melaksankan program merupakan
tonggak yang sangat penting.

Tujuan utama pemberdayaan masyarakat melalui penyuluhan partisipatif


adalah berkembangnya kedasaran masyrakat sehingga mampu mengelola
potensi sumberdaya mereka dan lingkungannya.

Penyuluhan partisipatif melalui pengorganisasian masyarakat adalah penumbuhan


kesadaran kritis, partisipasi aktif, pendidikan (nonformal) berkelanjutan dan
penggalangan kekuatan masayarakat

Jadi pemberdayaan masyarakat adalah bagian dari pengembangan SDM


yang bermuara pada peningkatan kesadaran dan kemampuan masyarakat
untuk memecahkan masalah yang mengancam kehidupan mereka.
• Jadi kalau Kemkes akan melaksanakan Social Forestry dengan melibatkan
masyarakat setempat dalam rangka meningkatkan kesejahteraan mereka
dengan melalui pendekatan pemberdayaan masyarakat, maka para petugas/
penyuluh di lapangan harus disiapkan untuk dapat menempatkan masyarakat
sebagai subyek utama.
• Para penyuluh dilapangan perlu belajar dan berlatih bagaimana
menorganisasikan masyarakat
• Para penyuluh dilapangan perlu berlatih bagaimana memberdayakan
masyarakat
• Para penyuluh perlu dibekali dengan pengetahuan dan keterampilan
berbagai alternatif kegiatan usaha pada areal hutan yang mendatangkan
manfaat bagi masyarakat sekaligus berdampak melestarikan hutan dan
lingkungan
• Para penyuluh perlu dilatih untuk mampu berimprovisasi sesuai kondisi dan
situasi setempat dalam memberdayakan masyarakat tani hutan
• Social Forestry akan berhasil baik kalau program dan pelaksanaannya dapat
menempatkan kepentingan masyarakat tani hutan pada prioritas utama
dan kegiatannya berdampak pada pelestarian hutan dan lingkungan
• Penyuluhan partisipatif akan berhasil bila program dan penyulunya secara
tulus memperhatikan memperjuangkan, membela dan berpihak pada
kepentingan masyarakat setempat. Bukan hanya semata-mata bekerja
untuk kelestarain hutan dan lingkungan dengan memanfaatkan kekuatan
yang ada pada masyarakat.
• Pemberdayaaan masyarakat perlu didukung oleh adanya tenaga-tenaga
ahli yang menguasai pengetahuan dan keterampilan teknis penorganisasian
dan pemberdayaan masyarakat, serta siap-sedia setiap saat melatih dan
mendampingi para penyuluh di lapangan.

Pokok bahasan 4.
MELAKSANAKAN KEGIATAN PAMERAN

A. Pameran
Pada hakekatnya promosi kesehatan adalah keseluruhan proses pengenalan
produk tentang perilaku hidup bersih dan sehat yang harus dipasarkan kepada
khalayak sasaran, sehingga diharapkan mereka menerima dan mengadopsi
PHBS yang ditawarkan.

Promosi dalam pemasaran sosial meripakan bauran komunikasi pemasaran


(marketing communication mix), yaitu suatu perpaduan antara periklanan,
penjualan personal dan publisitas. (Rhenald Kasali). Jadi, kalau hanya
mengandalkan iklan saja dari produk yang dipasarkan, tanpa di ikuti oleh
penjualan personal, maka bisa saja mengalami kegagalan dalam
mempromosikan suatu produk tersebut.

Pameran merupakan salah satu bentuk media promosi kesehatan yang


mempunyai pengaruh besar terhadap proses adopsi, apabila pameran
tersebut dirancang dengan baik dan seksama. Penyelenggaraan pameran
sampai sampai saat ini sangat digemari oleh khalayak masyarakat dari berbagai
lapisan. Terlebih apabila dalam penyelenggaraan pameran disertai dengan
berbagai games berhadiah, pemutaran film, pemberian sofenir, buku-buku.

Konsep Dasar Pameran


1. Pengertian pameran.
a. jukta, grafik, gambar, poster, benda hidup dan sebagainya
secara sistematis pada suatu tempat tertentu, dalam rangka promosi.
b. Informasi yang dimaksud bukanlah sekedar informasi biasa, tetapi
informasi yang mengandung makna yang lebih dalam. Artinya
mempunyai maksud dan tujuan yang beragam. Pameran merupakan
ajang promosi bagi produk yang baru atau mengingatkan kembali
keberadaan produk yang telah dipromosikan.
2. Manfaat Pameran
Apabila dikaji lebih mendalam pameran bermanfaat untuk
memperkenalkan suatu produk, mengajak, menghimbau,
memperkenalkan, membangun kepercayaan, menghibur serta membidik
khalayak sasaran untuk mengadopsi produk yang ditawarkan tersebut.
3. Fungsi Pameran
Fungsi pameran adalah salah satu bentuk promosi yang pada prinsipnya
menjembatani dua pihak antara yang mempunyai ide dengan penerima
ide atau sasaran, antara produsen dengan konsumen, antara komunikator
dengan komunikan, antara pemberi pesan dengan penerima pesan.
Melalui penyelenggaraan pameran, akan diperagakkan ide, jasa, barang
produksi dan lain – lain serta berbagai macam kegiatan pendukung
lainnya.

Selain dari pada itu, fungsi pameran adalah sebagai sarana promosi karena :
a. Ikut pameran produk/jasa/kebijakan, kita tawarkan di kenal
masyarakat. b. Dapat memberikan informasi sejelas-jelasnya secara
langsung kepada
masyarakat.
c. Melakukan persuasi untuk mengubah sikap dan pendapat
masyarakat d. Mengangkat citra produk/jasa.
e. Mengetahui minat masyarakat secara
langsung f. Ikut pameran dapat berinteraksi
langsung
g. Alternatif promosi pameran

Fungsi pameran di bidang kesehatan adalah meningkatkan pengetahuan


masyarakat tentang pentingnya PHBS serta membangun sikap positif agar
PHBS diterima dan dilakukan dalam kehidupan sehari – hari.

4. Tujuan pameran
Ada beberapa macam tujuan pameran
yaitu:
a. Penyebarluasan Informasi.
Melalui penyelenggaraan pameran diharapkan pengunjung dapat
menerima informasi tentang apa saja yang ingin diketahui. Pada pameran
kesehatan sasaran bisa mendapatkan informasi tentang kesehatan dan
permasalahannya. Tujuan pameran juga untuk memperkenalkan atau
menginformasikan suatu kebijakan produk dari suatu instansi

Contoh pameran pada Hari Kesehatan Nasional, informasi yang


disampaikan berkaitan dengan tema hari kesehatan tersebut.

b. Pendidikan.
Pengunjung pameran diharapkan dapat menyerap pengetahuan
yang dipamerkan sehingga akan menjadi dasar dalam proses
perubahan perilaku.
c. Promosi.
Setelah mengunjungi pameran, pengunjung dapat lebih mengenal
semua produk yang dipamerkan, menyenangi dan akhirnya memiliki.

d. Hiburan.
Penyelenggaraan pameran juga bertujuan agar pengunjung merasa
terhibur dan senang. Hiburan ini biasanya menjadi pelengkap dalam
suatu penyelenggaraan pameran sebagai daya tarik pengunjung.

Untuk mendapatkan pengunjung potensial, terbuka kesempatan yang


cukup besar bagi instansi pemerintah untuk membujuk pengunjung
yang datang ke acara pameran agar melihat atau membeli sesuatu
yang di tampilkan pada pameran tersebut.

5. Macam-macam Pameran.
a. Pameran di ruang terbuka (outdoor)
Pameran yang diadakan di ruang terbuka, maka partisi dan desain
pameran harus tahan terhadap cuaca panas, hujan maupun angin.
Perlu jadi perhatian pula mengenai lantai pameran, gunakan karpet
plastik karena dapat menahan hujan. Begitu pula mengnai
pengamaan kabel listrik, perlu diantisipasi bila terjadi hujan supaya
tidak terjadi hal membahayakan, misalnya terkena setrum. Untuk
mengantisipasi kejadian ini perlu ada petugas lapangan yang selalu
stand by (bisa bergantian).

b. Pameran di ruang tertutup (indoor)


Pemasangan stand pameran bisa dilaksanakan setelah office hours
(diluar jam kerja) bahkan pada larut malam sekitar pukul 22.00
(sepuluh malam) dan pagi hari harus sudah selesai sebelum karyawan
datang.

B. Pengelolaan Pameran
1. Perencanaan Pameran
Perencanaan yang baik akan menentukan kepada keberhasilan sebuah
pameran apalagi jika penyelengaraan pameran di kelola oleh orang yang
memiliki kreatifitas yang tinggi, konseptor ulung, mediator, inisiator dan
komunikator yang profesional.

Dalam merencanakan sebuah pameran perlu ditentukan apakah pameran


untuk membentuk image atau menimbulkan simpati atau mengubah
pandangan umum atau memberikan informasi/penerangan, kemudian kita
juga perlu menentukan target pengunjung apakah pengunjung segmented
(terbatas) atau pengunjung umum. Hal ini akan menentukan upaya-upaya
khusus untuk menarik perhatian dan dilayani oleh orang-orang khusus
yang sudah di latih.

Perencanaan pameran dimulai dengan penyusunan proposal. Dalam proposal


tersebut mencantumkan hal – hal sebagai berikut:
a. Pendahuluan / latar belakang
b. Maksud dan tujuan
c. Tema dan sub
tema d. Sasaran
e. Pelaksanaan dan peserta
f. Materi yang akan
dipamerkan g. Waktu
pelaksanaan
h. Lokasi dan denah ruang
pameran
i. Biaya, sponsor pendukung
pameran

Proposal ini bermanfaat sebagai pegangan yang jelas dalam merancang


penyelenggaraan pameran, sehingga orang lain juga dapat memahami
gagasan atau pola pikir pengelola pameran. Proposal juga digunakan
sebagai bahan acuan untuk mencari dukungan dana dan bahan – bahan
atau materi kepada berbagai pihak terkait.

Selanjutnya, ada beberapa hal penting yang harus menjadi perhatian


pengelola pameran, yaitu:
a. Penentuan Tema merupakan hal yang sangat penting untuk
menentukan langkah selanjutnya, misalnya pameran yang bertema
kesehatan dengan subtema peran institusi kesehatan dalam
menyambut hari kesehatan. Tema-tema yang memunculkan suatu
fenomena baru akan banyak mendapat perhatian dari calon peserta
pameran maupun pengunjung pameran.
b. Penetapan jenis pameran, di tujukan untuk mencapai target sasaran yang
tepat, baik peserta maupun pengunjung dan juga akan
mempermudah memasarkan pameran, karena peserta pameran sudah
bisa diarahkan.
c. Menentukan Sumber Daya Manusia, adalah orang yang terlibat dalam
sebuah tim kerja yang dapat diandalkan dengan pembagian tugas
yang jelas.
d. Menentukan desain stand, ukuran stand serta dekorasi di arena
pameran. Luas stand sangat tergantung dari barang yang
dipamerkan, umumnya ukuran luas stand standar untuk pameran
yaitu 2 m x 2 m, untuk pameran skala besar, ukuran luas stand
minimal 3 m x 3 m dengan stand standar 2,44 m – 2,50 m
Pengelola pameran dalam merencanakan penyelenggaraan berperan sebagai:
a. Berperan sebagai organizer, adalah membuat proposal dan menjalin
kemitraan dengan berbagai pihak, pengurusan rapat dan pertemuan,
pengurusan perizinan, publikasi, penyelenggaraan, monitor dan evaluasi
pameran.
b. Berperan sebagai tim pelaksana. Kegiatan yang dilakukan adalah
melakukan pertemuan dengan berbagai pihak, melakukan
koordinasi, menentukan bahan-apa saja yang sesuai dengan
tema pameran. Penentuan program apa saja yang diikutsertakan
dalam pameran, yang sesuai dengan tema dan sub tema, program
yang menjadi prioritas, biaya.
c. Berperan sebagai peserta pameran. Memilih dan menetapkan
amateri, mendesain ruang pameran, merancang permainan yang
bisa menjadi daya tarik pengunjung, melakukan promosi pameran, dll
d. Berperan sebagai bagian dari
peserta.
Bagian dari peserta pameran, diantaranya adalah petugas
keamanan, petugas penjaga buku tamu, pramuwicara, petugas
konsultasi, petugas yang membagikan media atau buku-buku
pameran, dll

2. Menentukan dan Memilih Materi Pameran


a. Menentukan materi pameran Untuk menentukan materi pameran
pihak pengelola harus memperhatikan tema dan sub tema pameran
yang mau dilaksanakan. Berdasarkan tema dan sub tema tersebut
maka materi pameran baru ditentukan mana yang akan di-display.
Apabila tema dan sub tema pameran sudah jelas, langkah
selanjutnya adalah menganalisis program-program apa saja yang
akan diikutsertakan dalam penyelenggaraan pameran tersebut.

b. Memilih materi pameran Dari sekian banyak materi-materi pameran


yang sudah diperoleh tentunya harus dipilih materi mana yang harus
didisplay. Mengingat ruangan pameran sangat terbatas. Berdasarkan
tema dan sub tema, maka materi yang dipilih harus sesuai harus
diingat bahwa dalam menata materi yang akan dimasukkan di dalam
ruangan sempit yang tersedia harus selektif. Demikian juga bahan-
bahan sajian yang dimiliki harus dipikirkan cara penataannya,
sehingga tidak terlihat padat.

3. Mendesain pameran
Sebelum membuat desain pameran terlebih dulu pengelola harus
meninjau lokasi / tempat pameran dilaksanakan. Setelah diketahui
dengan pasti tempat pameran tersebut, tahap berikutnya adalah
menata ruang yang
tersedia. Menata ruang tersebut adalah membuat desain pameran. Tidak
jarang pameran diselenggarakan secara bersama- sama dengan berbagai
pihak sehingga ruangan yang tersedia sangat sempit. Walaupun demikian
pihak pengelola harus pandai untuk mendesain ruangan agar pengunjung,
tempat meja tamu, masih mudah dijangkau. Bahkan perlu diusahakan
untuk menyediakan tempat konsultasi, taman, tempat bermain games.

4. Pembuatan Storyboard
Materi yang sudah terpilih untuk didisplay perlu disusun terlebih dahulu.
Dalam menyusun ini harus diurutkan secara benar dan dibuat alur cerita
agar menghasilkan rangkaian visual yang bermakna. Materi tersebut bisa
dalam bentuk panel – panel, standing banner, backdrop dll. Pekerjaan
penyusunan ini adalah pekerjaan yang tidak lepas dari prinsip – prinsip
desain seperti garis, bidang, ruang, warna komposisi, penonjolan,
keseimbangan informal dll. Dalam pembuatan storyboard sebaiknya
digambar terlebih dahulu di atas kertas. Agar alur cerita dan bentuk desain
akan lebih terstruktur.

5. Penataan Stand Pameran.


Penataan stand pameran meliputi :
a. Tata letak
stand
1) Display produk mudah di lihat
2) Sirkulasi pengunjung memadat dan
terarah b. Penampilan stand
1) Aktraktif (warna, ukuran, bentuk, konstruksi)
2) Sesuai tema dan falsafah
perusahaan. c. Penataan Produk
1) Produk lebih menonjol di bandingkan penataannya
2) Produk unggulan di tata secara khusus
3) Fungsi produk terlihat jelas
4) Berada dalam jangkauan/pandangan mata ( 90 cm – 200 cm)
d. Penataan informasi lengkap
1) Diletakkan berdekatan dengan objeknya
2) Tidak menggunakan tulisan tangan
3) Tidak terlalu kecil

6. Publikasi dan Promosi Pameran


Pengelola pameran juga harus memikirkan publikasi dan promosi
pameran. Karena publikasi dan promosi pameran dalam menyelengarakan
pameran adalah kegiatan yang paling penting. Tujuan promosi
pameran adalah untuk menarik minat calon peserta pameran agar dapat
turut serta pada penyelenggaraan pameran dan promosi juga dilakukan
untuk mendatangkan
pengunjung/pembeli yang sesuai harapan. Oleh karena itu dalam
penyelengaraan pameran, pengelola harus mengalokasikan biaya promosi
cukup besar.

Langkah-langkah dalam perencanaan promosi


pameran:
a. Mengidentifikasi sasaran
b. Menentukan tujuan komunikasi/promosi
c. Merancang pesan
d. Memilih saluran komunikasi
e. Menentukan anggaran promosi total
f. Memutuskan bauran promosi (iklan, promosi, penjualan)
g. Mengelola dan mengkoordinasi proses komunikasi
pemasaran.

Metode Promosi
Pameran
a. Penyebar luasan informasi melalui media cetak, penyiaran iklan
b. Promosi penjualan produk
c. Penyelenggaraan demonstrasi produk
d. Membuat games / permainan berhadiah.
e. Mendatangkan public figure
f. Pemutaran film
g. Pemeriksaan gratis : gula darah, tensi, osteoporosis, mata, telinga, kulit,
dll h. Melakukan kemitraan dengan pengusaha atau intitusi terkait.

Trik dalam Publikasi dan Promosi


Pameran
i. Membuat brosur untuk mencari peserta
pameran
j. Membuat brosur untuk informasi kepada calon
pengunjung k. Membuat iklan di media massa cetak dan
elektronik
l. Mengadakan konferensi pers untuk pameran berskala besar
m. Iklan lewat internet/web site
n. Poster pameran
o. Spanduk-spanduk promosi
p. Stiker promosi
q. Souvenier promosi : t-shirt, topi, payung
r. Balon udara
s. Billboard pameran
t. Baliho
u. Umbul-umbul promosi/hanging banner
Kegiatan publikasi dan promosi sangat diperlukan dalam sebuah kegiatan
pameran untuk mencari peserta pameran, para sponsor dan mendatangkan
pengunjung sebanyak mungkin.
7. Membuat Display Pameran
Ada beberapa ketentuan sebelum mendisplay pameran
yaitu:
a. Papan panel harus sudah
tersedia. b. Materi-materi pameran
sudah ada.
c. Bahan-bahan pameran atau peralatan juga sudah
tersedia.

Ada beberapa cara untuk mendisplay


pameran.
Cara yang paling sederhana dengan menempel tulisan, gambar, atau foto
secara langsung pada panel. Ada juga cara yang lebih modern yaitu
dengan memanfaatkan sinar dari balik panel seperti yang ada pada papan
reklame.

8. Evaluasi Pameran
Evaluasi dalam pengelolaan pameran ini merupakan kegiatan penilaian
terhadap serangkaian proses penyelenggaraan pameran. Evaluasi dapat
dilakukan saat pameran berlangsung dengan jalan:
a. Melihat catatan pengunjung di buku tamu.
b. Kuesioner atau daftar pertanyaan yang diberikan pada pengunjung
pameran.
c. Tanya jawab secara langsung dengan
pengunjung. d. Melakukan observasi.

Hasil evaluasi ini berguna sebagai masukkan apabila akan mengadakan


pameran di masa yang akan datang.

Contoh penataan ruangan pameran :


1. Space satu ruang satu
sisi
2. Space satu ruang dua
sisi
3. Space satu ruang tiga
sisi
4. Stand pameran
Pokok bahasan 5.
MEMBERIKAN PELAYANAN KONSELING KEPADA INDIVIDU/
MASYARAKAT

Konseling yaitu suatu proses pemberian bantuan dari petugas konseling kepada
klien- nya, melalui pertemuan tatap muka dengan menyampaikan informasi yang tidak
memihak serta memberikan dukungan emosi, agar klien mampu mengenali keadaan
dirinya dan masalah yang dihadapinya sehingga dapat membuat keputusan yang tepat
dan mantap bagi dirinya sendiri dengan kesadarannya sendiri tanpa ada unsur paksaan
dari siapapun. Atas dasar tersebut, kemudian klien bisa bertindak sesuai dengan
keputusan yang telah dipilihnya secara mantap karena memahami alasan dan tujuannya.
Dasar dari pengertian konseling adalah pemberian informasi yang tujuan akhirnya
adalah klien dapat membuat keputusan untuk mengatasi masalahnya.

Melalui konseling akan dapat terjadi suatu proses


:
1. Perubahan perilaku
2. Peningkatan kemampuan untuk mengenal masalahnya, mengidentifikasi
alternatif pemecahan masalahnya, menetapkan prioritas alternatif pemecahan
masalah, menganalisis / melakukan kajian sejauhmana konsekuensi dan
keuntungan terhadap pilihan pemecahan masalah yang telah ditetapkan.
3. Meningkatkan kemampuan untuk memutuskan dan bertindak
4. Meningkatkan hubungan antar perorangan
5. Membantu klien untuk dapat mengurangi ketegangannya
6. Meningkatkan potensi seseorang untuk mengatasi
masalah
7. Meningkatkan kemampuan untuk mampu berpikiran positif dan optimis

Adapun langkah-langkah praktis melakukan konseling adalah SATU


TUJU.

SATU TUJU adalah SA: beri salam kepada klien (menciptakan hubungan), sambut
kedatangannya dan berikan perhatian; T : tanyakan kepada klien untuk menjajagi
pengetahuan, perasaan dan kebutuhan klien tentang. U : uraikan informasi yang
relevan
/ terkait dengan masalah klien. TU: bantu klien untuk memahami masalah serta
alternatif pemecahan masalahnya. J: Jelaskan lebih rinci konsekuensi dan keuntungan
dari setiap alternatif pemecahan masalah. U: ulangi hal-hal penting yang dibahas,
serta lakukan kesepakatan kunjungan ulang klien atau rujuk ke tempat pelayanan lain
bila diperlukan.

Teknik komunikasi interpersonal dan konseling meliputi :


Teknik menjadi pendengar aktif, teknik mengajukan pertanyaan, teknik melakukan
observasi, teknik melakukan refleksi, teknik membantu klien mengambil keputusan, teknik
menggunakan media KIE serta teknik mengatasi situasi sulit dalam melakukan komunikasi
interpersonal dan konseling (klien menangis terus, tidak mau berbicara, marah,
kecewa, dll)
Teknik menyambut klien
1. Begitu melihat klien datang, jangan sekali-kali bersifat masa bodoh, acuh atau
melalaikan dia. Sambutlah dia, ucapkan terimakasih atas kedatangannya.
2. Sampaikan assalamualaikum, atau selamat pagi, apa kabar dengan nada suara
yang akrab disertai dengan ekspresi pandangan mata yang tertuju pada klien,
wajah tersenyum bersahabat, wajar dan ada kontak perasaan (menyapa /
menyampaikan salam dengan hati).
3. Untuk anak remaja pakai bahasa yang
sesuai
4. Segera persilahkan masuk dan duduk
5. Usahakan untuk segera memberikan pelayanan dan bersikaplah sopan terhadap
klien. Bila klien melakukan kontak melalui telepon usahakan segera dijawab
dengan baik dan sopan.
6. Jika seorang klien telah berjanji pada jam yang tertentu untuk menemui anda,
maka usahakan untuk siap tepat waktu.

Teknik menjadi pendengar aktif


Pengertian mendengar aktif adalah suatu proses merekam semua informasi yang
disampaikan oleh klien, sehingga diperoleh suatu gambaran yang komprehensif
dari keadaan klien yang sesungguhnya.

Tujuan menjadi pendengar aktif adalah diperolehnya gambaran yang benar


tentang keadaan masalah klien baik secara fisik maupun secara psikologis,
kebutuhan klien, perasaan klien, arah percakapan klien. Sehingga dapat
memikirkan tindakan apa yang harus dilakukan.

Teknik menjadi pendengar aktif adalah:


1. Berhenti berbicara dan membiarkan klien berbicara dengan enak. Bantu agar
klien merasa bebas berbicara
2. Tunjukkan pada klien bahwa anda ingin mendengarkan. Mendengarkan untuk
mengerti dan bukan untuk menentang
3. Ciptakan situasi aman dan nyaman agar klien dapat berbicara dengan
bebas.
4. Memberikan perhatian dan simpati saat klien
berbicara
5. Bersabar untuk tidak memotong pembicaraa
6. Mampu menguasai emosi.
7. Bersikap tenang dalam melakukan argumentasi serta menerima
kritik
8. Mengajukan pertanyaan terbuka, pertanyaan hendaknya relevan dengan masalah
klien
9. Menyampaikan tanggapan yang sesuai dan tidak bertele-tele, gunakan bahasa
yang sopan dan mudah dipahami.
Pokok bahasan 6
MELAKUKAN PEMANTAUAN DAN EVALUASI PROGRAM PENYULUHAN
KESEHATAN

A. Pemantauan
Pemantauan suatu program seperti Promosi Kesehatan, merupakan upaya
yang dilaksanakan secara sistematis, dan terus menerus oleh pengelola program
untuk melihat apakah promosi program kesehatan yang sedang dilaksanakan
sesuai dengan yang direncanakan.

Apa yang dipantau ?


Dalam program promosi kesehatan, pemantauan mencakup :
a. Pesan / informasi yang
disampaikan b. Bahan-bahan promosi
c. Masukan-masukan promosi
d. Hasil promosi
a) Pesan / Informasi Yang Disampaikan
- Materi yang disampaikan melalui media elektronik, cetak,
tradisional, luar ruang.
b) Bahan-Bahan Promosi
- Film
- Radio spot, sandiwara radio, obrolan dan lain-lain.
- Media cetak : poster, Leaflet, Booklet, Lembar balik (Flipchart),
Kalender, Sticker dan lain-lain
- Media tradisional : Skenario / pesan yang dititipkan melalui
media tradisional
- Media luar ruang : Baliho, Umbul-umbul,
Spanduk c) Masukan Promosi
- Kegiatan dan jumlah tenaga yang telah mengikuti pelatihan
- Jumlah pertemuan
- Tatap muka
- Kunjungan rumah
- Diskusi Kelompok Terarah
- Penyuluhan massa : Jumlah media cetak yang telah
didistribusikan, Jumlah pemutaran film, Jumlah program radio
yang telah dihasilkan
- Jumlah siaran radio spot
- Jumlah siaran sandiwara radio
d) Hasil Promosi
Hasil promosi dapat dilihat dari aspek :
- Adanya kemitraan dengan badan usaha, lintas sektor, dengan
melihat program kerjasama / surat keputusan kerjasama
- Adanya peningkatan pengetahuan, kemauan dan kemampuan
sasaran tentang kesehatan

Pemantauan dapat dilaksanakan dengan :


a. Menganalisis laporan dan data sekunder
b. Pengamatan langsung:
Wawancara
Diskusi Kelompok Terarah

Siapa yang memantau ?


a. Yang bertanggung jawab sebagai pengelola
program b. Yang melaksanakan program

Kapan mengadakan pemantauan ?


a. Selama perjalanan program
b. Setiap saat bila diperlukan

B. Evaluasi
Ada beberapa tipe evaluasi yaitu evaluasi input, proses, hasil dan evaluasi
dampak. Evaluasi input dan proses serupa dengan pemantauan input dan
proses. Yang akan dibahas disini adalah evaluasi hasil, sebab evaluasi
dampak merupakan evaluasi jangka panjang.

Ada beberapa indikator yang dapat dijadikan petunjuk un


melaksanakan Evaluasi, yaitu :
a. Indikator, output Prosentase tatanan sehat per desa
(hasil)
1. Jumlah forum / jaringan kemitraan promosi
kesehatan
2. Jumlah peraturan / kebijaksanaan ya
b. Indikator Proses berwawasan kesehatan
3. Jumlah gerakan masyarakat dibidang
kesehatan
4. Prosentase jumlah tenaga profesional per
kabupaten / kota
c. Indikator Input 5. Frekuensi promosi kes ehataan melalu
(masukan) media massa
6. Jumlah kegiatan pelatihan / orientasi

Evaluasi hasil untuk menilai apakah program telah memberi pengaruh seperti
yang diharapkan, misalnya perubahan pengetahuan, sikap, kemampuan yang
semua berpengaruh terhadap perubahan perilaku seperti yang telah
dirumuskan dalam tujuan program.
1. Apakah yang dievaluasi ?
- Apa yang berubah sebagai hasil promosi kesehatan telah sesuai dengan
tujuan yang telah ditentukan ?
- Mengapa berubah ?
- Kelompok mana yang terjadi perubahan ?
- Kelompok mana yang tidak terjadi perubahan ?
- Apa yang menyebabkan perbedaan itu ?
2. Cara mengevaluasi ?
- Pengamatan langsung di lapangan
- Wawancara
- Diskusi Kelompok Terarah
- Survei cepat
3. Siapa yang mengevaluasi ?
- Staf sendiri
- Pihak luar : Perguruan Tinggi, Program lain, Relawan, LSM
4. Kapan mengadakan evaluasi ?
- Sesudah intervensi
- Sebelum dan sesudah intervensi

Panduan ini dapat dikembangkan sebagai pengayaan oleh setiap daerah dengan
menyesuaikan situasi dan kondisi permasalahan setempat. Penyesuaian dan
pengembangan tersebut merupakan muatan lokal yang justru meningkatkan
wawasan dan sekaligus sebagai bahan perbaikan untuk penyempurnaan buku
panduan ini di masa yang akan datang.

Harapan kami semoga buku ini bermanfaat untuk membuat keluarga-keluarga di


Indonesia lebih berdaya di bidang kesehatan.

Langkah-langkah melakukan monitoring dan evaluasi pesan dan media


kesehatan.
a. Menentukan waktu pelaksanaan kegiatan monitoring dan evaluasi. Kegiatan
monev dapat dilakukan selama dan sesudah program PKM atau promosi
kesehatan berlangsung.
b. Menentukan metode atau cara melakukan monev, misalnya: dengan
melakukan observasi, wawancara, diskusi, mengisi cheklis, dll
c. Melihat ketersediaan dana monev yang ada.
d. Menentukan tenaga pelaksana monev.
e. Menentukan wilayah atau daerah yang dilakukan monev
f. Membuat instrumen monev
g. Melakukan pertemuan persiapan tim monev untuk membahas rencana
kegiatan monev beserta intrumen dan indikatornya.
h. Melaksanakan kegiatan monev
i. Melakukan pengolahan informasi atau laporan yang masuk, selanjutnya
menganalisa dan membuat simpulan atau rekomendasi.
j. Menyusun tindak lanjut hasil monev pesan dan media promosi kesehatan tersebut.

VI. Referensi
• Depkes RI, Pusat Promosi Kesehatan, 2009, Sistim Kesehatan Nasional, Jakarta.
• Depkes RI, BPPSDMK. 2007, Kurikulum dan Modul Pelatihan Fasilitator Tingkat
Puskesmas dalam Pengembangan Desa Siaga, Jakarta.
• Kementerian Kesehatan RI, 2010, Pedoman Umum Pengembangan Desa dan
Kelurahan Siaga Aktif, Jakarta.
• Toto Mardikanto, 2010, Konsep-konsep Pemberdayaan Masyarakat, Surakarta.
• Toto Mardikanto, 2010, Model-Model Pemberdayaan Masyarakat, Surakarta
• Kementerian Kesehatan RI, 2010, ModulPelatihan Pemberdayaan Masyarakat
Bagi Petugas Puskesmas, Jakarta.
• Departemen Dalam Negeri, 2004, Undang-undang Nomor 32 tahun 2004 tentang
Pemerintah Daerah, Depdagri, Jakarta.
• Departemen Dalam Negeri,Direktorat Jenderal Pemberdayaan Masyarakat dan
Desa, 2004, Jakarta.
• Internet, 2013,
MATERI INTI 5
PELAKSANAAN PENGEMBANGAN
PEDOMAN PENYULUHAN

I. Deskripsi Singkat
Dalam pelaksanaan pengembangan pedoman penyuluhan/ Promosi Kesehatan perlu
melaksanakan terlebih dahulu riset kualitatif dan kuantitatif. Teknik riset kuantitatif
dan kualitatif merupakan salah satu tugas utama Penyuluh Kesehatan
Masyarakat Ahli Pertama. Berbagai jenis riset atau kajian dilakukan diantaranya
adalah dalam mengidentifikasi pengetahuan, sikap dan perilaku sasaran
penyuluhan/ promosi kesehatan. Hasil kajian tersebut dipergunakan sebagai
dasar dalam menyusun pedoman panduan petunjuk teknis, yang kemudian di
bahas melalui media massa sehingga dapat dirumuskan untuk menjadi juknis atau
pedoman. Selain itu kajian juga diperlukan untuk mengetahui pengaruh kegiatan
penyuluhan atau promosi kesehatan yang telah dilakukan terhadap peningkatan
perilaku, sikap dan perilaku sasaran. Teknik kajian juga diterapkan pada saat
melakukan ujicoba media KIE, penilaian PHBS di Rumah Tangga, PHBS di
Sekolah, PHBS di Tempat-tempat Umum, PHBS di Institusi Kesehatan, PHBS di
Tempat Kerja, kegiatan Desa Siaga Aktif dll.

Mengingat pentingnya kegiatan riset atau kajian tersebut, maka Pejabat


Fungsional PKM harus memiliki kesamaan pemahaman tentang teknik riset atau
kajian di bidang penyuluhan atau promosi kesehatan.

Ruang lingkup materi yang akan dibahas pada sesi ini meliputi: Tentang
melaksanakan pengembangan pedoman penyuluhan dengan melaksanakan
riset kualitatif dan kuantitatif, menyusun pedoman panduan petunjuk teknis,
membahas konsep pedoman juknis dan merumuskan konsep pedoman/ juknis.

II. Tujuan Pembelajaran


A. Tujuan Pembelajaran Umum:
Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu memahami dan melaksanakan
pengembangan pedoman penyuluhan/ Promosi Kesehatan.
B. Tujuan Pembelajaran Khusus:
Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu:
1. Melaksanakan Riset kualitatif dan kuantitatif
2. Menyusun pedoman panduan petunjuk teknis

3. Membahas konsep/ melalui media massa.


4. Merumuskan konsep pedoman/ juknis.

III. Pokok Bahasan dan Sub Pokok Bahasan


Dalam modul ini akan dibahas pokok bahasan dan sub pokok bahasan sebagai
berikut:

Pokok bahasan 1. Melaksanakan riset kualitatif dan kuantitatif

Pokok bahasan 2. Menyusun pedoman panduan petunjuk


teknis
Sub pokok bahasan
a. Menyusun konsep / pedoman/ juknis/ untuk satu program
b. Menyusun konsep / pedoman/ juknis/ untuk satu program

Pokok bahasan 3. Membahas konsep/pedoman/


juknis
Sub pokok bahasan
a. Membahas konsep / pedoman/ juknis/ sebagai penyaji untuk
1) Satu program
2) Program terpadu
b. Membahas konsep / pedoman/ juknis/ sebagai pembahas
untuk
1) Satu program
2) Program terpadu
c. Membahas konsep / pedoman/ juknis/ sebagai narasumber untuk
1) Satu program
2) Program terpadu

Pokok bahasan 4. Merumuskan konsep pedoman/ juknis untuk


Sub pokok bahasan
a. satu program
b. Program terpadu

IV. Langkah-Langkah Kegiatan Pembelajaran


Langkah-langkah kegiatan pembelajaran ini menguraikan tentang kegiatan
fasilitator dan peserta dalam proses pembelajaran selama sesi ini berlangsung (5
Jpl: 5 x 45 menit = 225 menit), adalah sebagai berikut:
Langkah 1
Pengantar dan penjelasan tujuan pembelajaran (10 menit)

Langkah pembelajaran:
a. Fasilitator menyapa peserta dengan ramah dan hangat. Apabila belum pernah
menyampaikan sesi di kelas, mulailah dengan perkenalan. Perkenalkan diri
dengan menyebutkan nama lengkap, instansi tempat bekerja dan judul materi
yang akan disampaikan.
b. Menciptakan suasana nyaman dan mendorong kesiapan peserta untuk
menerima materi dengan menyepakati proses pembelajaran.
c. Dilanjutkan dengan penyampaian judul materi, deskripsi singkat, tujuan
pembelajaran serta ruang lingkup pokok bahasan yang akan dibahas pada
sesi ini.

Langkah 2.
Penyampaian dan pembahasan pokok bahasan 1. Melaksanakan riset
kualitatif dan kuantitatif (45 menit).

Langkah pembelajaran:
a. Fasilitator melakukan curah pendapat dengan mengajukan beberapa
pertanyaan kepada peserta untuk mengukur pemahaman peserta tentang
Pelaksanaan Pengembangan Pedoman Penyuluhan/ Promosi Kesehatan. Ada
enam pertanyaan yang diajukan kepada peserta secara bertahap, tahap awal
pertanyaan yang disampaikan: 1) pengertian dan tujuan Riset kualitatif dan
kuantitatif 2) Bagaimana menyusun pedoman panduan petunjuk teknis 3)
Bagaimana membahas pedoman panduan petunjuk teknis 4) Bagaimana
merumuskan 5) Apa langkah-langkah Pelaksanaan Riset kualitatif dan
kuantutatif 6) Sebutkan Riset kulalitatif dan kuantitatif. Fasilitator mencatat
semua pendapat peserta, selanjutnya merangkum dan menyampaikan paparan
materi sesuai urutan sub pokok bahasan dengan menggunakan bahan
tayang.
b. Fasilitator memberikan kesempatan peserta untuk bertanya atau
menyampaikan klarifikasi, kemudian fasilitator menyampaikan jawaban atau
tanggapan yang sesuai.

Langkah 3.
Penyampaian dan pembhasan tentang Teknik Riset Kuantitatif/Survei Cepat
(45 menit)

Langkah pembelajaran:
a. Fasilitator menyampaikan pengantar penerapan pendataan PHBS di Rumah
Tangga dengan menerapkan teknik riset kuantitatif (survei cepat)
b. Fasilitator minta kepada peserta untuk menyampaikan pengalamannya tentang
pendataan PHBS di RT dengan menerapkan teknik riset kuantitatf/ survei
cepat.
c. Fasilitator memberikan apresiasi kepada peserta yang bersedia
menyampaikan pengalamannya tersebut.
d. Fasilitator kembali menawarkan pengalaman penerapan teknik riset kuantitatif
dalam kegiatan yang berhubungan dengan promosi kesehatan.
e. Fasilitator mempersilahkan peserta untuk duduk
f. Fasilitator membacakan hasil kelompok satu tentang prinsip penerapan
metode dan teknik promosi kesehatan.
g. Fasilitator juga memberikan apresiasi kepada peserta yang bersedia
menyampaikan pengalamannya tersebut.
h. Fasilitator memberikan kesempatan peserta untuk menyampaikan tanggapannya
terhadap penyajian dua pengelaman tersebut.
i. Fasilitator menanggapi penyampaian pengelaman peserta tersebut, kemudian
menyampaikan penjelasan tentang teknik riset kuantitatif (survei cepat) meliputi
pengertian, langkah-langkah pelaksanaan survei cepat, populasi dan sampel,
pengembangan kuesioner, pengumpulan, pengolahan, analisa dan
kesimpulan hasil riset.
j. Fasilitator memberikan kesempatan pada peserta untuk bertanya hal-hal yang
kurang dipahami.
k. Fasilitator memberikan jawaban atau tanggapan terhadap pertanyaan atau
klarifikasi yang disampaikan oleh peserta latih.

Langkah 4.
Tehnik Riset Kualitatif (45 menit).

Langkah pembelajaran:
a. Fasilitator menjelaskan secara garis besar tentang teknik riset kualitatif terkait
dengan kegiatan promosi kesehatan.
b. Fasilitator membagi peserta menjadi empat kelompok, kemudian menugaskan
untuk berdiskusi selama 15 menit. Tugas diskusi kelompok tersebut adalah:
1. Kelompok satu dan dua: membuat instrumen wawancara mendalam.
2. Kelompok tiga dan empat: membuat instrumen diskusi kelompok terarah
(FGD).
3. Fasilitator minta setiap kelompok menyajikan hasil diskusinya, kemudian
fasilitator menyampaikan tanggapannya.
c. Fasilitator kembali menugaskan kepada kelompok satu dan dua untuk
memperagakan kegiatan wawancara mendalam dengan menggunakan
instrumen yang telah dibuat. Selanjutnya, kelompok tiga dan empat diminta
untuk memperagakan diskusi kelompok dengan menggunakan intrumen yang
telah dibuatnya. Peserta diberi waktu 10 menit untuk mempersiapkan bermain
peran.
d. Fasilitator memilih dua kelompok untuk melakukan kegiatan bermain peran
(wawancara mendalam dan FGD). Dan dua kelompok lainnya menjadi
pengamat. e. Fasilitator memberi kesempatan kepada pengemat dan kelompok
lain untuk
menyampaikan tanggapannya.
f. Fasilitator menanyakan manfaat kegiatan bermain peran
g. Fasilitator menyampaikan penjelasan lebih lanjt tentang pengumpulan,
pengolahan, analisa data yang menerapkan teknik riset kualitatif, dengan
menayangkan slide.
h. Fasilitator memberikan kesempatan pada peserta untuk bertanya atau
menyampaikan klarifikasi tentang materi yang kurang dipahami.
i. Fasilitator menyampaikan jawaban atau tanggapan terhadap pertanyaan atau
klarifikasi yang disampaikan
j. Fasilitator merangkum dan membuat kesimpulan poin-poin penting dari materi
yang disampaikan.
k. Fasilitator merangkum dan membuat kesimpulan poin-poin penting dari materi
yang disampaikan Fasilitator setiap tahap kelompok selesai bersimulasi dan
berdiskusi menutup sesi , dengan memberikan apresiasi kepada seluruh
peserta.

Langkah 5.
Merancang desain riset kuantitatif dan kualitatif (25 menit)

Langkah pembelajaran:
a. Fasilitator minta peserta tetap berada dalam empat kelompok.
b. Faslitator memberikan kertas flipchart untuk berdiskusi secara singkat (10 menit)
tentang.
1. Kelompok 1 dan 2 merancang riset kuantitatif terkait dengan kegiatan
promosi kesehatan dalam pengendalian penyakit demam berdarah.
2. Kelompok 3 dan 4 merancang riset kualitatif terkait dengan kegiatan
promosi kesehatan dalam pengendalian penyakit diare.
c. Fasilitator minta dua kelompok menyajikan hasil diskusinya, dan memberi
kesempatan kepada kelompok lain untuk menyampaikan tanggapannya.
d. Fasilitator merangkum hasil diskusi kelompok tersebut, kemudian
menyampaikan penegasan singkat pentingnya penjabat fungsional
mempunyai kemampuan merancang riset terkait dengan kegiatan PKM/
promosi kesehatan.
e. Fasilitator memberikan kesempatan pada peserta untuk bertanya atau
menyampaikan klarifikasi tentang materi yang kurang dipahami.
f. Fasilitator menyampaikan jawaban atau tanggapan terhadap pertanyaan atau
klarifikasi yang disampaikan oleh peserta latih.mempersilahkan para peserta
untuk mempraktekkan simulasi bermain peran sesuai topik yang sudah
dipilih. Masing-masing diberi waktu 45 menit. Semua ketentuan terlampir.
g. Fasilitator menyampaikan bahwa peserta yang lain dapat mengamati proses
dan mencatat bagian bagian yang penting kemudian didiskusikan secara
langsung.
h. Fasilitator setiap tahap kelompok selesai bersimulasi dan berdiskusi menutup
sesi , dengan memberikan apresiasi kepada seluruh peserta.

Langkah 6.
Menyusun,membahas, merumuskan konsep/ pedoman/ juknis (45 menit)

Langkah pembelajaran:
a. Fasilitator memberikan penjelaskan bagaimana menyusun membahas,
merumuskan konsep/ pedoman/ juknis satu program (internal)
b. Fasilitator memberikan penjelaskan bagaimana menyusun membahas,
merumuskan konsep/ pedoman/ juknis lebih dari multi program

Langkah 7.
Kesimpulan (10 menit)

Langkah pembelajaran:
a. Fasilitator mengajak peserta untuk mereview hal-hal penting yang ada dalam
pokok bahasan dan sub-pokok bahasan ini.
b. Fasilitator menegaskan bahwa peran keberhasilan Penyuluh Kesehatan
Masyarakat dalam melakukan riset sangat penting, karena hasilnya sebagai dasar
merencanakan kegiatan promkes atau merancang intervensi perilaku dll.
c. Pada akhir sesi, fasilitator menyampaikan kembali tujuan pembelajaran umum
dan khusus dari pokok bahasan ini.
d. Fasilitator mengucapkan kata-kata yang membangun semangat serta harapan
agar setelah mengikuti pelatihan ini peserta mampu mengelola kegiatan
komunikasi dengan baik dan benar.

V. Uraian Materi

Pokok Bahasan 1.
PELAKSANAAN PENGEMBANGAN PEDOMAN PENYULUHAN/PROMOSI

A. Melaksanakan riset kualitatif dan kuantitatif


1. Latar Belakang
Dari hasil riset kesehatan daerah tahun 2010 dapat diketahui banyak hal
yang perlu intervensi PKM/ promosi kesehatan. Misalnya, status gizi balita
(BB/U), ternyata 4,9% gizi buruk, 13 % gizi kurang dan 5,8% gizi lebih.
Selanjutnya, jumlah balita yang ditimbang lebih atau sama dengan 4 kali
hanya 49,4%, yang ditimbang 1-3 kali adalah 26,9% serta balita yang tidak
pernah ditimbang sebanyak 23,8%.
Imunisasi dasar pada bayi, ternyata yang mendapat imunisasi lengkap
adalah
53,8%, yang tidak lengkap adalah 33,5% serta yang tidak diimunisasi
adalah
12,7%. Perawatan tali pusar bayi, 8% diberi ramuan tradisional dan 1,5%
diberi obat tabur. Pemberian makanan pada bayi baru lahir adalah 43,6%.
Penderita TB yang berobat tidak lengkap (kurang dari 5 bulan) sebanyak
19,3%, dan yang tidak minum obat TB sebanyak 2,6%. Pembuangan tinja
(BAB), tidak sehat atau tidak di jamban sehat sebanyak 44,5%. Demikian
pula angka penyakit penular dan tidak menular atau penyakit degeneratif di
daerah pedesaan dan perkotaan juga terus mengalami peningkatan.

Dari data tersebut tentunya harus dilakukan intervensi yang efektif.


Sebagai langkah awal tentunya harus dilakukan riset atau kajian penyebab
terjadinya masalah tersebut, yang meliputi faktor-faktor non-perilaku dan
perilaku. Riset dapat dilakukan secara kuantitatif maupun kualitatif.

Teknik riset adalah teknik yang dipergunakan untuk mencari jawaban dari
suatu masalah. Teknik riset ini dibagi menjadi dua kelompok besar yaitu
teknik riset kuantitatif dan teknik riset kualitatif. Masing-masing teknik ini
dapat dipergunakan secara mandiri sesuai dengan tujuan yang diinginkan
tetapi dapat juga dipergunakan bersama-sama guna memperoleh hasil yang
optimal.

Ada perbedaan antara riset kuantitatif dan kualitatif yaitu


:

Teknik riset kuantitatif


1. Mengukur keadaan sasaran untuk menguji
hipotesis.
2. Mengukur tingkat tindakan yang dilakukan sasaran, berapa banyak atau
berapa kali.
3. Menggunakan pertanyaan tertutup
4. Mempelajari pengetahuan yang bersifat
tunggal
5. Bersifat obyektif
6. Datanya numerik
7. Berbasis sebab akibat
8. Menguji teori.
9. Kontrol atas variable
10. Generalisasi
11. Elemen dasar analisis angka
12. Cara pengumpulan data dengan wawancara memakai
kuesioner
13. Sasaran : responden
14. Jenis penelitian: survei
Teknik riset kualitatif
1. Mengukur kedalaman pemahaman / interpretasi
sasaran
2. Bisa menggunakan hipotesis tetapi bisa juga
tidak
3. Menggunakan pertanyaan terbuka
4. Mempelajari tindakan bersifat
kompleks
5. Bertanya ”mengapa?”
6. Mempelajari motivasi
7. Bersifat subyektif
8. Datanya interpretasi
9. Sumbangsih tafsiran.
10. Berbasis pengetahuan dan temuan.
11. Elemen dasar analisis kata-kata
12. Keunikan
13. Mengembangkan/ membangun teori
14. Cara pengumpulan data dengan diskusi kelompok terarah/ FGD,
observasi, wawancara mendalam, bisa menggunakan instrumen
maupun tidak
15. Sasaran informan
16. Jenis penelitian: observasi

Dalam materi ini akan dibahas secara lebih mendalam mengenai salah
satu teknik riset kuantitatif yang sudah banyak dipakai di lapangan yaitu
teknik survei cepat dan teknik riset kualitatif yang juga sudah banyak
dipakai yaitu teknik diskusi kelompok terarah dan wawancara mendalam.

Untuk mencapai tujuan tersebut, materi yang harus dipelajari meliputi:


konsep riset kuantitatif dan kualitatif di bidang PKM/ promosi kesehatan,
langkah- langkah riset kuantitatif dan kualitatif di bidang PKM/ promosi
kesehatan, pengembangan instrumen riset kuantitatif dan kualitatif di
bidang PKM/ promosi kesehatan, pengembangan desain riset kuantitatif
dan kualitatif melalui survei cepat.

B. Konsep riset kuantitatif dan kualitatif di bidang PKM/ promosi kesehatan


1. Pengertian
a. Pengertian riset
Research is systematic attempt to provide answers to questions.
Such answer may be abstract and general as is often the case in
basic research or they may be highly concrete and spsific as often the
case in applied research (Tuckman 1978:1)
Penelitian merupakan cara-cara yang sistematis untuk menjawab
masalah yang sedang diteliti. Kata sistematis merupakan kata kunci
yang berkaitan dengan metode ilmiah yang bersifat kritis dan
analistis, artinya metode yang menunjukkan proses yang tepat dan
benar untuk mengidentifikasi masalah dan menentukan metode untuk
pemecahan masalah tersebut. Metode yang digunakan harus logis
berdasarkan argumentasi ilmiah dan rasional.

Metode bersifat konseptual dan teoritis agar hasil penelitian tersebut


dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah. Metode juga bersifat
empiris artinya metode yang dipakai didasarkan pada kenyataan atau
fakta di lapangan.

Teknik kajian merupakan suatu cara-cara sistematis untuk mencari


jawaban terhadap terjadinya suatu permasalahan atau termasuk
penyebabnya.

b. Pengertian riset atau penelitian kuantitatif


1) Merupakan penelitian eksperimen, hard data, empirik, fakta nyata di
masyarakat dan statistik, survai, interview terstruktur.
2) Adalah suatu proses untuk mendapatkan informasi tentang gambaran
kondisi jumlah sasaran terhadap suatu permasalahan.
3) Adalah suatu proses / pendekatan penelitian yang menguji
hipotesis dan menerapkan pengukuran / perhitungan dengan data
numeric.
c. Pengertian riset atau penelitian
kualitatif
1) Adalah suatu proses untuk mendapatkan informasi tentang tingkat
pemahaman sasaran terhadap munculnya permasalahan beserta
penyebabnya yang bersifat kompleks (Catherine Marshal: 1995).
2) Merupakan penelitian etnografis, tugas lapangan, soft
data,deskriptif, pengamatan, dengan keterlibatan peran informan,
data dokumenter, studi kasus, studi sejarah, deskriptif,
observasi, review dokumen, partisipan observer.

2. Tujuan riset kuantitatif


a. Untuk menguji suatu teori.
b. Untuk menyajikan suatu fakta atau mendeskripsikan statistik,
c. Untuk menunjukkan hubungan antarvariabel, dan ada pula yang bersifat
mengembangkan konsep.
d. Untuk mengembangkan pemahaman atau mendeskripsikan banyak hal,
termasuk ilmu social.
3. Tujuan riset kualitatif
a. Untuk mengetahui pemikiran atau pandangan informan terhadap suatu
topik
b. Untuk mengembangkan, menciptakan, menemukan konsep atau teori

4. Tujuan penerapan teknik riset


a. Mencari jawaban mengapa muncul permasalahan itu (penelitian
eksploratori);
b. Meneliti ulang hasil penelitian sebelumnya (penelitian verifikatif);
c. Mengembangkan model atau strategi yang bersifat inovatif (penelitian
pengembangan),
d. Mengetahui faktor-faktor penyebab munculnya permasalahan itu :
1) Apakah dipengaruhi oleh faktor pengetahuan, sikap dan perilaku?
2) Apakah dipengaruhi oleh faktor ketersediaan pelayanan kesehatan?
3) Apakah dipengaruhi oleh faktor sosial budaya?
4) Apakah dipengaruhi oleh faktor-faktor lain?
e. Untuk mengembangkan strategi promosi kesehatan yang lebih tepat
untuk mengatasi masalah tersebut.

5. Langkah-langkah riset kuantitatif dan kualitatif


Secara umum Craig (1985) merumuskan langkah-langkah riset kuantitatif
maupun kualitatif adalah sbb:
a. Identifikasi masalah
b. Merumuskan masalah kajian
c. Merumuskan tujuan kajian
d. Membuat kerangka konsep kajian
e. Merumuskan hipotesis
f. Membuat metodologi
kajian
g. Mendefinisikan istilah membuat definisi operasional
h. Membuat instrumen/ alat pengumpul data
i. Merencanakan kegiatan kajian
j. Melakukan pengumpulan data, editing, pengolahan, analisa data
k. Menulis bahasan , kesimpulan, rekomendasi

C. Teknik riset kuantitatif (Survei Cepat).


Teknik riset yang dibahas dalam materi ini adalah survei cepat.

1. Pengertian survei
Survei yang lebih dikenal dengan survei sampel adalah suatu usaha
pengumpulan informasi dari sebagian populasi yang dianggap dapat
mewakili populasi tersebut. Informasi dari masyarakat dapat
diperoleh dengan
menggunakan kuesioner (seperti mengetahui pengetahuan / sikap /
perilaku) atau dengam melakukan suatu intervensi tertentu (seperti
penimbangan, pengukuran tinggi badan). Informasi diperoleh dapat berupa
informasi tentang cakupan atau prevalensi saja atau informasi tentang
hubungan antar variabel.

Selama ini kegiatan survei dilaksanakan dengan biaya tinggi, sampel besar
dan prosedur cukup rumit. Hal ini dapat dimaklumi karena survei yang
sering dilaksanakan adalah survei pada tingkat provinsi bahkan nasional.

Tentunya teknik survei seperti ini kurang memadai untuk dilaksanakan di


tingkat kabupaten/kota, karena rumit, biaya besar dan memerlukan waktu
lama untuk pengelolaan / analisis data.

Dinas kesehatan kabupaten/kota tentu juga memerlukan informasi yang


berasal dari masyarakat untuk perencanaan pembangunan kesehatan
di daerahnya. Saat ini di era desentalisasi, tentu dinas kabupaten/kota
diharapkan mampu untuk menyusun perencanaan pembangunan kesehatan
sendiri yang sesuai dengan keadaan di daerahnya. Agar perencanaan
dapat tersusun dengan baik, tentu informasi dari masyarakat yang
diperlukan. Informasi ini kurang dapat diperoleh dari data yang bersumber
pada laporan rutin. Untuk mengatasi kekurangan ini tentu dapat dilakukan
survei. Tetapi tentu perlu dicari suatu bentuk metode survei yang
sederhana, murah, dan cepat sehingga informasi yang dibutuhkan dapat
dihasilkan secara akurat dan tepat waktu. Survei-survei besar yang sudah
dilakukan selama ini, seperti Survei Demografi Kesehatan Indonesia
(SDKI), ataupun Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) ternyata
kurang dapat memenuhi kebutuhan informasi bagi perencanaan
kesehatan di tingkat kabupaten/kota. World Health Organization (WHO)
telah mengembangkan suatu teknik survei cepat (Rapid Survey Method) dan
ternyata teknik ini dapat juga dipergunakan untuk evaluasi program
kesehatan lain.

2. Pengertian survei cepat


Metode survei cepat pertama kali dikembangkan pada proyek Expanded
Programme on Immunization dari World Health Organization (WHO). Metode
ini menerapkan rancangan sampel klaster dua tahap, dengan pemilihan
klaster pada tahap pertama secara probability proportionate to size. Pemilihan
sampel pada tahap kedua, yaitu pemilihan sampel rumah tangga
dilakukan dengan cara random sederhana (simple random) atau dengan
menerapkan sistem rumah terdekat.
Saat ini telah banyak sekali terjadi perkembangan metode survei cepat
Frerichs (1989) mengembangkan metode survei cepat ini dengan
memanfaatkan micro computer dan memungkinkan aplikasi metode
survei pada masalah kesehatan lain. University Research Corporation (1993)
telah membuatmodul survei cepat yang daptat digunakan pada tingkat
puskesmas. Ariawan dan Freicha (1994) telah mengembangkan
perangkat lunak CSURVEI yang dapat digunakan untuk merancang
sampel pada survei cepat. Center for Disease Control (1994) telah
menambah modul CSAMPEL untuk keperluan analisis data survei cepat.
Semua pengembangan metode survei cepat ini tentu semakin
mempermudah pelaksanaan survei cepat di samping juga meningkatan
akurasi hasil survei cepat.

Uji coba metode survei cepat di Indonesia juga telah banyak dilakukan.
Lwangan Abiprodjo (1987) telah melakukan uji banding antara survei cepat
dengan metode survei berdasarkan acak sederhana. Pandu Rionao dan
Iwan Ariawan dalam uji coba metode survei cepat di Kabupaten Bogor,
membuktikan bahwa dengan menggunakan metode ini informasi tentang
program program pemeriksaan kehamilan di masyarakat dapat diperoleh
dalam waktu 2 minggu. Uji coba metode survei cepat di 4 kabupaten di
Jawa Barat oleh FKM-UI juga membuktikan kemungkinan pemanfaatan
metode ini pada tingkat kabupaten.

Dengan pelbagai perkembangan yang ada pada survei cepat dan hasil uji
coba lapangan, maka dapat disimpulkan bahwa teknik riset ini layak untuk
dipakai sebagai metode pengumpulan informasi yang berasal dari
masyarakat (population based information) pada tingkat kabupaten/kota.

Secara garis besar dapat dikatakan bahwa ciri khas dari survei cepat
adalah:
a. Dipergunakan untuk mengukur kejadian yang sering terjadi di
masyarakat.
b. Pengambilan sampel secara klaster dua tahap, dimana untuk tiap
kabupaten diambil sebanyak 30 klaster dan pada masing-masing
klaster diambil sebanyk 7 sampai 10 responden.
c. Jumlah pertanyaan dibatasi, 20-30
saja.
d. Rancangan sampel, pemasukkan pengolahan dan analsis data dilakukan
dengan bantuan komputer.
e. Waktu sejak pelaksaanaan sampai pelaporan singkat, 2-3 minggu
saja. f. Hasil survei disajikan dengan memakai statistik yang sederhana
dengan
tetap memperhatikan kaidah statistik yang berlaku.
3. Langkah-langkah pelaksanaan survei cepat
Langkah-langkah untuk pelaksanaan survei cepat tidak berbeda engan
survei pada umumnya. Dari beberapa pengalaman melaksanakan uji coba
survei cepat maka ada beberapa langkah yang perlu diperhatikan:
a. Menentukan masalah kesehatan yang menjadi prioritas di daerah
tersebut dan menentukan tujuan pelaksanaan survei secara jelas dan
rinci
Pengelola program tentu mempunyai bermacam-macam masalah yang
akan ditanggulangi. Besarnya masalah dapat diketahui dari
beberapa sumber informasi seperti misalnya rendahnya pencapaian
target suatu program, kendala yang ditemui dalam pelaksanaan
kegiatan, atau dari pertemuan rutin, melakukan kelompok diskusi
yang intensif dan lain- lain.

b. Menentukan besar dan metode sampel


Setelah permasalahan dan tujuan jelas dan rinci, kita harus
menentukan populasi sasaran, besar sampel dan metode sampel.
Teknik penentuan besar sampel dan metode sampel dibahas pada
selanjutnya.

c. Mengembangkan alat pengumpul data


Pengumpulan data dapat dilakukan dengan menggunakan
kuesioner atau pengukuran dengan alat tertentu. Pada umumnya
pengumpulan data cukup dilakukan dengan menggunakan kuesioner.

Jika ada kebutuhan untuk memasukkan beberapa topik atau


kelompok sasaran dalam satu survei, maka perencanaan alat
pengumpul data sangat penting. Hal ini dapat dilakukan dengan
mengembangkan pola kuesioner sistem modul, dengan melakukan
kombinasi pertanyaan untuk setiap sasaran dan pertanyan khusus
untuk sasaran tertentu dalam bagian terpisah.

Uji coba (pre-test) instrumen perlu dilaksanakan. Uji coba


sebaiknya dilakukan terhadap kelompok kecil responden
yang kira- kira karakteristiknya hampir bersamaan dengan
karakteristik populasi sasaran survei. Uji coba dimaksudkan untuk
memastikan apakah pertanyaan yang ada pada kuesioner mudah
dimengerti dan tidak punya arti ganda, serta mengetahui apakah alur
pertanyaan sudah baik. Di dalam ji coba kuesioner sebaiknya
pewawancara ini sangat berguna sekali pada saat perbaikan
kuesioner dan penumpulan data. Melalui uji coba maka kita sudah
dapat memperkirakan berapa lama sebuah kuesioner dapat
diselesaikan (perkiraan waktu). Dengan demikian maka
kita sudah dapat memperkirakan berapa banyak pewawancara yang
dibutuhkan sesua denan alokasi waktu, daya dan dana yang tersedia.

d. Pengorganisasian dan pelaksanaan survei


Setelah uji coba kuesioner, organisasi pelaksanaan survei dapat dibuat
lebih rinci, termasuk jumlah pewawancara yang dibutuhkan. Sebelum
survei berlangsung anda harus yakin bahwa pewawancara sudah
mengerti benar tentang cara pemilihan responden dan semua
peranyaan yang ada pada kuesioner, serta teknik dasar wawancara.

Pembagian tugas diantara pelaksana survei cepat harus jelas dan lugas
agar tidak terjadi keterlambatan dalam proses pengumpulan, pengolahan
dan analisis data. Ingat dalam survei cepat, waktu antara pelaksanaan
survei dal laporan menjadi satu hal yang utama.

e. Analisis, interpretasi dan laporan


Data yang telah terkumpul dalam waktu satu sampai dua hari harus
sudah dimasukkan kedalam komputer. Jika fasilitas tidak tersedia tentu
akan lebih baik jika dapat dapat langsung dimasukkan ke komputer di
lapangan dengan menggunakan komputer notebook.

Akurasi data harus diperhatikan dalam proses pemasukkan data.


Manfaatkan fasilitas-fasilitas yang ada pada Epi Info untuk mengurangi
kesalahan pada saat dimasukkan ke komputer. Proses analisis
hanya dilakukan setelah peneliti yakin bahwa sudah bebas dari
kesalahan.

Analisis data harus dilakukan dengan perangkat lunak yang sesuai. Untuk
keperluan naalisis sederhana, prosedur yang dibutuhkan tidak sulit. Anda
dapat melaksanakan analisis statistik deskriptif dengan menggunakan
CSAMPEL pada Epi Info. Selain itu dapat menggunakan program
SPSS. Untuk analisis lanjut seperti analisis multivariat sangat tidak
dianjurkan untuk dilakukan tanpa bantuan ahli biostatistik, karena
sampai saat ini belum ada perangkat lunak yang cukup sederhana
untuk tujuan ini.

Hasil survei cepat dapat dilaporkan menurut urutan pertanyaan pada


kuesioner. Tetapi cara pelaporan seperti ini kurang menarik bagi
pengelola program kesehatan sehingga lebih baik dibuat laporan dengan
melaporkan temuan utama terlebih dahulu. Hasil servei cepat dapat
dilaporkan dalam bentuk tabel dan grafik. Namun untuk presentasi
hasil, grafik lebih menarik dan informatif.
Laporan tertulis tidak perlu tebal, tetapi mencakup hasil temuan dari
survei. Laporan umumnya mencakup / berisi:
1) Judul, penulis, waktu survei, kata pengantar dan daftar
isi.
2) Abstrak yang berisi temuan utama dan
implikasinya.
3) Keterangan tentang masalah riset, berisikan latar belakang dan
masalah yang diteliti.
4) Tujuan survei.
5) Metodologi: berisi keterangan singkat tentang indikator utama
yang diukur, populasi, sampel, alat pengukuran, prosedur
analisis dan jadwal.
6) Hasil berisi deskripsi singkat tentang temuan survei, dibagi atas
beberapa telaah termasuk di dalamnya tabel dan grafik yang
penting.
7) Diskusi berisi interpretasi hasil survei dan implikasinya terhadap
program kesehatan di masa mendatang.
8) Kesimpulan berisi ringkasan, temuan penting dari
survei.
9) Saran/ rekomendasi berisi alternatif, tindakan bagi perencanaan /
pengelolaan program atau riset lanjutan.
10) Daftar pustaka berisi daftar bacaan yang digunakan untuk
menyusun laporan survei.
11) Lampiran berisi kuesioner atau instrumen yang
digunakan.

f. Pengembangan kegiatan program lanjutan


Implikasi dan rekomendasi yang diberikan tidak selamanya dapat
segera dilaksanakan, untuk itu perlu dibuat rencana kegiatan
selanjutnya sebagai tahapan yang terpisah dan merupakan bagian
dari tujuan survei.

Rencana tersebut tidak perlu rinci, namun harus


meliputi:
1) APA bentuk kegiatan yang akan diambil harus
spesifik.
2) SIAPA jelaskan siapa yang bertanggung jawab untuk setiap
kegiatan.
3) KAPAN waktu untuk memulai dan selesainya

Dalam beberapa kasus penting harus dimasukkan


pertanyaan:
1) DIMANA lokasi kegiatan akan dilaksanakan
2) BAGAIMANA prosedur yang akan
diikuti.
3) SUMBER DAYA yanga da dan yang mungkin diperlukan untuk
melaksanakan kegiatan yang direncanakan.

Hal – hal di atas perlu diperhatikan agar prinsip ”informasi untu


tindakan” (Information for Action) dapat terlaksana, jangan sampai
laporan survei tersebut hanya tersimpan di lemari tanpa digunakan
untuk perencanaan
program kesehatan. Sehubungan dengan itu maka rencana kegiatan
lanjut perlu dibicarakan dengan seksama dengan pengelola program
yang bersangkutan dengan memperhatikan informasi lain yang ada
di tingkat kabupaten.

g. Populasi dan Sampel


1) Populasi
Populasi adalah kumpulan elemen / individu yang ingin kita
ketahui karakteristiknya. Populasi dapat berupa kumpulan orang /
individu atau kumpulan barang, tetapi pada riset di bidang
kesehatan masyarakat, populasi umumnya merupakan kumpulan
individu / orang. Sebagai contoh populasi dapat berupa semua
balita yang ada di wilayah kerja dinas kesehatan kabupaten,
atau semua ibu hamil yang ada di daerah kerja puskesmas.

Sebelum suatu survei dilakukan, peneliti harus menentukan


dahulu secara rinci dan jelas populasi sasaran dari survei
yang akan dilakukan, definisi populasi harus mencakup siapa
yang akan disurvei, dan pengukuran apa yang akan dilakukan.

Latihan :
Di Kabupaten Tangerang, Kepala Dinas Kesehatan ingin
mengetahui cakupan K4 pada ibu hamil. Jika anda diminta untuk
melakukan survei untuk menjawab masalah itu, jelaskan secara
rinci populasi yang akan di survei?

2) Penetapan Sampel
Secara ideal, survei harus mencakup semua orang yang
termasuk dalam populasi. Jika semua orang yang masuk dalam
populasi dapat diwawancarai, maka kita dapat mengukur
cakupan program kesehatan secara akurat. Tetapi, melakukan
wawancara pada semua orang yang termasuk dalam populasi
sangat memakan waktu, biaya dan sumber daya.

Jika perlu kita perlu mengambil contoh beberapa rang saja yang
dapat mewakili semua orang yang ada di populasi. Contoh
beberapa orang yang kita ambil inilah yang dinamakan sampel.

Orang yang kita ambil sebagai contoh harus mewakili populasi. Agar
keadaan ini bisa tercapai: maka tiap orang yang ada di populasi
harus memiliki kesempatan yang sama terpilih sebagai sampel.
Jika kita memilih 100 bayi sebagai sampel untuk mengetahui
cakupan imunisasi campak di suatu kabupaten, maka cakupan
imunisasi campak yang diperoleh dari 100 sampel bayi tidak akan
sama persis dengan cakupan imunsasi campak yang akan
diperoleh jika kita melakukan wawancara pada semua ibu bayi
yang ada di populasi. Perbedaan antara cakupan yang
sebenarnya di populasi dan cakupan yang diperoleh dari sampel
disebut sebagai sampling error. Kesalahan ini selalu terjadi pada
survei yang tidak mengikut sertakan seluruh peserta populasi.
Namun kesalahan ini dapat diperkecil dengan cara:
• Memilih sampel secara tidak
bias
• Memilih sampel yang cukup
besar

Jika sampel tidak mewakili populasi, kita dapat memperoleh hasil


yang bias yaitu estimasi / cakupan yang dihasilkan berbeda dari
nilai / cakupan yang ada di populasi. Sebagai contoh, jika kita
hanya mewawancarai ibu yang datang ke posyandu saja untuk
menentukan cakupan imunisasi campak, maka cakupan yang
dihasilkan cenderung lebih tinggi dari cakupan yang ada di
populasi.

Sampel berdasarkan probabilitas memastikan bahwa semua orang


yang ada di populasi memiliki kesempatan yang sama untuk
terpilih sebagai sampel.Agar anda dapat memilih sampel secara
probabilitas, anda perli memiliki kerangka sampel (sampling
frame).

Kerangka sampel adalah daftar semua unit (kabupaten,


kecamatan, desa, rumah tangga, orang) dimana anda memilih
sampel.

Di negara berkembang, seperti Indonesia akan sulit sekali untuk


mendapatkan daftar penduduk atau rumah tangga secara
lengkap, sehingga seringkali digunakan kerangka sampel dari unit
yang lebih tinggi seperti desa atau kecamatan.

3) Jumlah sampel
Jumlah sampel yang dibutuhkan pada suatu survei tergantung
dari tujuan survei tersebut. Survei dapat dilakukan untuk mengukur
satu parameter tertentu pada populasi, seperti cakupan imunisasi
DPT1, cakupan pemeriksaan antenatal, cakupan K1, dan
sebagainya. Survei juga dapat dilakukan untuk melihat hasil satu
intervensi. Untuk tujuan ini survei dapat dilakukan sebelum dan
sesudah intervensi atau di dua daerah yang dilakukan intervensi
berbeda. Pada tujuan
yang kedua ini, survei dilakukan untuk menguji suatu hipotesis,
apakah intervensi membawa dampak ke masyarakat. Dua tujuan
survei tersebut memiliki cara yang berbeda untuk menghitung
besar sampel yang diperlukan.

Pada survei cepat, umumnya survei dilakukan untuk melihat


cakupan satu program. Ada rumus khusus yang digunakan untuk
menghitung jumlah sampel yang memadai pada survei cepat,
tetapi secara praktis dapat dikatakan bahwa jumlah sampel
sebanyak 30x7 (30 klaster / desa, 7 orang tiap klaster / desa)
sudah mencukupi untuk melihat cakupan kasus – kasus yang
jarang terjadi (seperti AIDS, Kusta,Tuberkulosis) dan untuk uji
hipotesis. Untuk kasus jarang dan uji hipotesis bisa digunakan
CSURVEI untuk menghitung jumlah sampel.

4) Metode Sampel
Seperti yang dijelaskan diatas, sampel harus mewakili populasi.
Semua orang yang ada di populasi harus memiliki kesempatan
yang sama untuk terpilih sebagai sampel. Syarat ini dapat
dipenuhi dengan memilih sampel secara acak dari daftar nama
semua orang yang ada di populasi. Cara ini dikenal sebagai
pemilihan sampel secara acak sederhana (simple random
sampling)

Latihan :
Apa kendala penerapan cara sampel acak sederhana ini pada
survei di tingkat kabupaten ?

Dalam praktiknya cara pengambilan sampel acak sederhana ini


sulit untuk dilakukan. Misalnya anda ingin melakukan survei
untuk mengetahui cakupan pemeriksaan antenatal, maka anda
dapat memilih sampel secara acak sederhana. Berarti anda harus
memiliki daftar semua ibu hamil yang ada di populasi. Daftar
harus diberi nomor urut dan dipilih sampel secara acak dari nomor
urut ibu hamil tersebut.

Paling tidak ada dua kesulitan utama, yang pertama adalah daftar
subyek penelitian umumnya tidak tersedia, dan membuat daftar
seperti ini biayanya cukup besar dan waktunya cukup lama.
Kedua, sampel yang terpilih dapat sangat berjauhan lokasinya
sehingga harus melakukan perjalanan yang jauh hanya untuk
mewawancarai satu subyek survei.
Karena adanya kesulitan tersebut, maka diperlukan cara sampel
lain yang lebih praktis namun masih tetap memenuhi kaidah
sampel. Cara sampel yang diusulkan oleh WHO adalah cara
sampel klaster dua tahap. Pada cara ini ada dua tahap
pemilihan sampel, yaitu tahap pertama dipilih sejumlah klaster
(untuk kabupaten, klaster = desa) dan pada tahap kedua barulah
dipilih subyek survei (responden).

Pada cara sampel klaster, agar pemilihan sampel dapat dilakukan


secara adil, jumlah sampel pada tiap klaster harus sebanding
dengan besar klaster tersebut. Hal ini berarti pada tiap klaster yang
terpilih anda harus mewawancarai sejumlah responden yang
berbeda. Cara ini tentu kurang praktis sehingga dicari cara lain agar
jumlah subyek atau responden yang dipilih pada tiap klaster dapat
sama. Agar jumlah subyek survei pada tiap klaster terpilih sama,
maka harus dilakukan modifikasi cara pemilihan klaster pada tahap
pertama, yaitu dengan menggunakan cara probablitas yang
proporsional dengan besar klaster (probability proportionate to size /
PPS) cara ini perlu dilakukan agar tiap subyek survei yang ada
tetap memiliki kesempatan yang sama untuk terpilih sebagai sampel.

5) Pemilihan Sampel di Tingkat Klaster


Setelah anda memilih klaster, anda masih harus memilih tujuh
responden untuk tiap klaster terpilih yaitu melalui metode acak
sederhana. Oleh sebab itu anda harus memiliki daftar semua calon
responden di klaster tersebut, kemudian dipilih secara acak tujuh
responden. Cara ini hanya dapat dilakukan jika daftar calon
responden sudah tersedia, jika belum tersedia anda harus membuat
daftar calon responden terlebih dahulu sebelum melakukan survei.
Selanjutnya cara yang dianjurkan untuk memilih sampel pada tingkat
klaster / desa adalah dengan cara pemetaan rumah pada satu jalan
tertentu dan memilih satu rumah secara acak sebagai rumah
pertama yang didatangi. Secara sistematis cara pemilihan sampel ini
adalah sebagai berikut :
a) Pewawancara pergi ke tengah klaster / desa, biasanya ditandai
oleh adanya balai desa, alun – alun atau mesjid.
b) Di tengah klaster ini lakukanlah pelemparan pensil, perhatikan arah
ujung pensil. Ujung pensil menunjuk arah ke batas klaster atau
desa.
c) Sambil berjalan pewawancara membuat peta dari rumah –
rumah dari yang ada di kiri dan kanan jalan. Perhatikan
rumah yang dipetakan adalah rumah yang ada tepat di kiri atau
kanan jalan saja. Rumah yang ada di belakangnya tidak perlu
dipetakan.
Pada peta tersebut juga digambarkan tanda – tanda yang ada di
lokasi tersebut misalnya : sungai, pohon besar atau tanda –
tanda lainnya. Pemetaan terus dilakukan sampai pewawancara
mencapai batas klaster / desa. Jika terdapat persimpangan
jalan dan pewawancara tidak tahu harus mengambil arah
mana, gunakan kembali pensil untuk menentukan arah jalan
berikutnya.
d) Setelah pemetaan selesai, berilah nomor pada rumah – rumah
yang di peta.
e) Pemilihan rumah pertama yang didatangi untuk wawancara juga
dapat dilakukan dengan bantuan tabel angka acak. Atau dapat
dilakukan dengan cara memilih dengan mata terpejam dan anda
meletakkan jari telunjuk tangan kanan pada peta tersebut.
Angka pada jari telunjuk anda adalah nomor rumah pertama
yang harus didatangi untuk dilakukan wawancara.
f) Rumah berikutnya yang harus didatangi adalah rumah yang
terdekat dengan rumah yang telah diwawancara. Wawancara terus
dilakukan sampai anda selesai mewawancarai paling tidak tujuh
rumah yang ada respondennya. Ketentuan responden dalam hal ini
bukan perorangan melainkan rumah tangga.

h. Pengembangan Kuesioner
Dalam teknik riset kuantitatif, metode pengumpulan data yang sering
dilakukan adalah melalui wawancara dan pengamatan (observasi).
Wawancara adalah proses untuk memperoleh keterangan sesuai
dengan tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap
muka antara pewawancara dengan responden dengan menggunakan
alat yang dinamakan panduan wawancara atau kuesioner.

Alat pengumpul data yang umum digunakan pada survei cepat adalah
kuesioner dan register klaster. Kuesioner dan register klaster adalah
sebuah set pertanyaan yang secara logis berhubungan dengan
masalah penelitian, dimana jawaban pertanyaan memiliki makna untuk
menjawab permasalahan yang ada. Secara umum, kuesioner lebih
disukai karena pengisiannya lebih mudah dibanding register klaster.
Kuesioner survei cepat pada umumnya terdiri dari dua sampai tiga
lembar saja. Sehingga apabila kita membutuhkan 210 responden maka
kita hanya membutuhkan
420 sampai 630 lembar saja.

Ada beberapa persyaratan dalam pengembangan kuesioner, yaitu :


1) Setiap pertanyaan harus jelas, terpisah satu sama
lain.
2) Jawaban setiap pertanyaan harus berada di bawah atau di samping
pertanyaan tersebut sehingga mudah dilihat. Setiap pertanyaan harus
diberi nomor, demikian juga setiap jawaban harus diberi penomoran.
3) Bentuk pertanyaan ada yang tertutup atau yang terstruktur dan
pertanyaan terbuka. Pada umumnya, pertanyaan pada
kuesioner survei cepat berbentuk pertanyaan tertutup yang hanya
memerlukan satu jawaban saja. Namun seringkali, pertanyaan
dengan jawaban ganda tidak dapat dihindari.
4) Hindari pemilihan kata – kata yang sulit, gunakan kalimat yang
sederhana.
5) Hindari pertanyaan yang mendua arti.
6) Hindari pertanyaan yang mengandung sugesti.
7) Hindari pertanyaan
preasumsi.
8) Jawaban tiap pertanyaan harus bersifat mutually exclusive
artinya tidak saling tumpang tindih.
9) Kadang – kadang perlu dibuat pertanyaan penapis (screening
question), misalnya : berapa orang anak ibu ? Siapa saja
namanya?
10)Urutkan pertanyaan berdasarkan tujuan penelitian.

Contoh kuesioner : terlampir

i. Uji Coba Kuesioner


Untuk mengetahui uji validitas dan reabilitas kuesioner maka perlu
dilakukan uji coba. Uji coba sebaiknya dilakukan pada sekitar tiga
puluh orang responden yang mempunyai karakteristik yang sama
dengan kelompok sasaran. Pelaksanaan uji coba dilakukan dengan
jalan melakukan wawancara dengan menggunakan kuesioner tersebut.
Kuesioner yang sudah terisi kemudian diedit, dientry melalui program
SPSS kemudian dilihat nilai validitas dan reabilitasnya. Apabila nilainya
kecil maka kuesioner tersebut perlu disempurnakan.

j. Pengolahan data
Pengolahan data secara kuantitatif dilakukan dengan menggunakan
program SPSS atau bisa juga secara manual. Langkah pertama
adalah memasukkan data (entry data) kemudian dilakukan tabulasi
dan selanjutnya dilakukan uji statistik sederhana (apabila diperlukan).
Penyajian hasil pengolahan data dapat dibuat dalam bentuk tabel,
grafik, PIE dan lain – lain. Hasil pengolahan data kemudian
diberikan penjelasan dalam bentuk kata – kata (narasi).
k. Analisis Data
Sebagai tindak lanjut pengolahan data adalah melakukan analisis data
dengan melakukan telaahan atau pembahasan terhadap data yang
telah diperoleh dengan tujuan penelitian, hipotesa dan tinjauan
literatur. Pembahasan terhadap analisis data ini harus dapat
dipertanggung jawabkan secara ilmiah.

l. Kesimpulan dan saran


Hal-hal penting hasil temuan yang ada dalam penelitian atau riset ini
dituliskan dalam kesimpulan. Kesimpulan berisi hasil penelitian yang
dapat menjawab tujuan penelitian dan hipotesa. Saran berisi rekomendasi
tentang hal-hal penting yang harus dilakukan oleh berbagai pihak terkait
untuk melakukan intervensi dalam mengatasi permasalahan yang ada.

D. Teknik Riset Kualitatif


Riset kualitatif adalah bentuk riset formatif dengan menggunakan tehnik tertentu
guna mendapatkan jawaban yang mendalam tentang apa yang dipikirkan dan
dirasakan khalayak sasaran. Sebagai contoh kampanye gangguan akibat
kekurangan garam beryodium (GAKI) dimaksudkan agar masyarakat
mengkonsumsi garam beryodium rasanya ambar. Untuk mengetahui lebih jelas
mengapa terjadi persepsi seperti itu diperlukan tehnik riset kualitatif yang disebut
Diskusi kelompok terarah bagi kelompok yang sudah terpapar iklan dan
wawancara mendalam bagi individu tertentu yang terpilih.

Seringkali data kuantitatif saja belum menunjukkan gambaran perilaku yang ada.
Satu program bisa gagal atau tidak menghasilkan perubahan perilaku yang
diharapkan karena adanya data kualitatif. Oleh sebab itu data kuantitatif dan
kualitatif harus dipakai sebagai dasar pembuktian (evidence base) baik untuk
mengawali suatu program maupun melihat hasil akhirnya. Hasil riset kualitiatif
juga dapat menjadi masukkan untuk produsen agar memahami mengapa
komsumen bersikap demikian terhadap produk yang ditawarkan.

1. Penggunaan Riset Kualitatif


Umumnya riset kualitatif digunakan dalam 4 cara: (a) sebagai alat untuk
menggali gagasan; (b) sebagai suatu langkah dalam mengembangkan studi
kuantitatif; (c) sebagai alat bantu dalam menilai studi kuantitatif; (d) kadang
kala, sebagai metoda pengumpulan data utama untuk masalah pokok riset.

a. Untuk menggali gagasan


1) Merangsang gagasan dengan memberi pengalaman pada
pengelola program untuk langsung mengamati dan menyimak
khalayak sasaran;
mengamati interaksi khalayak sasaran dengan produk,
membicarakan kebiasaan atau mendengar bahasa mereka tentang
suatu masalah. Perilaku dan bahasa mereka mungkin berbeda
dengan apa yang dipergunakan atau dibayangkan pengelola.
2) Mengembangkan gagasan baru dalam strategi komunikasi, memberi
posisi pada produk, atau pengembangan kreatif.
3) Menjajagi penerimaan khalayak sasaran terhadap gagasan dan pesan
dalam bentuk visual maupun verbal; seperti iklan, merek kemasan dan
poster.
4) Menjajagi kategori produk dan perilaku yang secara relatif belum
diketahui peneliti untuk dipelajari melalui riset kuantitatif.

b. Sebagai langkah awal pengembangan riset kuantitatif


1) Mengembangkan hipotesa tentang pemikiran dan proses
penambilan keputusan khalayak sasaran mengenai produk, kebiasaan
atau masalah yan sedang diteliti.
2) Merinci informasi pokok yang diperlukan riset kuantitatif.
3) Mengidentifikasi siapa yang perlu diwawancarai dalam riset
kuantitatif; misalnya, khalayak sasaran primer dan sekunder serta para
pengambil keputusan yang berkaitan.
4) Membantu menyusun pertanyaan dan urutannya; misalnya
mengidentifikasi semua ciri produk yang harus dimasukkan dalam
kuesioner kuantitatif.
5) Mengidentifikasi masalah dan rumusnya; misalnya membuat hipotesa
tentang penyebab trunnya pengguna produk secara mendadak atau
terhentinya suatu kebiasaan.
6) Memilih dan menyempurnakan bahan riset kuantitatif yang lebih besar;
misalnya riset kualitatif dapat digunakan untuk mengurangi jumlah
konsep iklan yang akan dievaluasi atau untuk memperbaiki konsep
sebelum dilakukan penguji kuantitatif.

c. Sebagai cara untuk memahami hasil riset kuantitatif


1) Menerangkan, memperluas dan memperjelas data kuantitaif; misalnya
untuk memahami alasan atas temuan yang tidak terduga.
2) Memahami penyebab suatu kecenderungan; misalnya memahami
mengaa ibu - ibu yang telah mencoba Oralit tidak
menggunakannya lagi.
3) Menggambarkan faktor yang mempengaruhi perubahan sikap;
misalnya untuk memperjelas mengapa iklan atau promosi tertentu lebih
persuasif daripada yang lain.
d. Sebagai metode pengumpulan data utama
Beberapa masalah mungkin tidak dapat dikuantifikasi, karena itu riset
kualitatif menjadi strategi utama pengumpulan data. Misalnya bila
sebuah bank ingin memahai bagaimana bagian pensiun dan kredit
dapat dipasarkan ke perusahaan besar, tehnik kuantitatif akan tidak
tepat untuk sampel yang begitu sedikit dengan permasalahan yang
demikian rinci. Pendekatan terbaik untuk itu adalah melakukan
serangkaian wawancara perorangan dengan kepala keuangan dari 2
perusahaan yang ada,

e. Tiga kunci keberhasilan riset kualitatif


Ada 3 kunci keberhasilan dalam melakukan riset kualitatif. Pertama,
peneliti harus bisa mengembangkan seni bertaya ”mengapa”. Kedua
peneliti harus bisa mengembangkan seni mendengar. Ketiga, peneliti
harus menanggap pendekatan yang dipakai sebagai proses kreatif riset.

2. Teknik pengumpulan data pada riset kualitatif


Diskusi Kelompok Terarah dan wawancara mendalam untuk individu telah
dikenal sebagai tehnik yang tepat untuk riset kualitatif. Sebagaimana Diskusi
Kelompok Terarah, wawancara perorangan secara mendalam ditandai dengan
penggalian yang dalam dan pertanyaan terbuka.

Tapi wawancara perorangan secara mendalam dilakukan pada orang


perorang, yang antara responden dan pewawancara yang terampil.

Dalam pengalaman di lapangan diskusi kelompok terarah lebih banyak dipilih


karena dapat dilakukan lebih cepat dan lebih murah jika dibandingkan
dengan wawancara mendalam per individu. Meskipun demikian dua-duanya
sering dipakai bersamaam untuk saling melengkapi sehingga didapatkan data
kualitatif yang lebih bermanfaat.

Untuk lebih jelasnya sebenarnya ada beberapa teknik pengumpulan data pada
riset kualitatif yaitu :

a. Wawancara (Interview)
Pada dasarnya, wawancara dapat dibagi menjadi dua:
1) Wawancara semi terstruktur yaitu wawancara yang mengacu pada
daftar pertanyaan tertulis, dengan topik yang spesifik, dan biasanya
melibatkan satu orang responden. Jawaban dicatat secara rinci dan
responden menentukan jawabannya, tidak seperti survei (dalam
survei, responden hanya bisa memilih jawaban yang sudah ditentukan
oleh peneliti). “Responden” adalah orang yang anda wawancara.
2) Wawancara percakapan yaitu wawancara yang bersifat agak terbuka,
pada topik-topik yang spesifik. Peneliti biasanya mengikuti acuan yang
bersifat umum (general outline), sehingga memungkinkan si peneliti
masuk ke pokok persoalan tambahan yang cocok. Jawaban dapat
dicatat sebanyak mungkin tanpa menganggu alur pembicaraan,
namun pencatatannya tidak perlu lengkap. Penjelasan tentang
catatan dapat dilakukan kemudian.

Percakapan (Conversation)
Data penting juga dapat dijaring lewat percakapan perorangan
maupun kelompok kecil. Beberapa orang mungkin akan merasa
lebih nyaman bicara dalam suasana tidak resmi, sehingga dapat
bicara lebih terbuka dan bebas. Selain wawancara percakapan,
anda juga bisa menggunakan kesempatan yang ada saat
terjadinya perbincangan social dengan anggota khalayak sasaran
untuk mengajukan pertanyaan. Tapi anggota kelompok sasaran
harus tahu bahwa anda sedang melakukan penelitian atau
wawancara anda dianggap melanggar etika.

Teknik bertanya
Scrimshaw dan Hurtado dalam Rapid Assessment Procedure
menganjurkan beberapa teknik bertanya untuk menjaring informasi
dalam suatu wawancara.

Beberapa contoh teknik ini antara


lain:
1) Jika subyek dari wawancara, biasanya kepala rumah tangga, tidak ada
di tempat, informasi dapat dikonversikan dengan anggota keluarga
lain, atau bahkan dengan tetangga mereka. Kadang-kadang informasi
yang dikumpulkan dapat melengkapi keterangan yang diberikan oleh
si informan (sebagai cross check information). “Informan” merupakan
istilah yang digunakan oleh ahli antropologi untuk orang yang anda
mintakan informasi melalui wawancara, pengamatan, percakapan
biasa, dll.

2) Hargai kerahasiaan suatu interview, dan berhati-hatilah agar tidak


memberikan komentar tentang atau terhadap informan (atau anak-
anak mereka) kepada para tetangga. Contoh: “Selamat pagi bu
Tuti, bagaimana kabar Ny. Lusi?. Apa betul suaminya lari dengan
wanita lain?”. Cara lain untuk menjaga kerahasiaan suatu informasi
adalah dengan menggunakan inisial pada field note, dan nama
palsu dan bukan nama asli informasi dalam laporan akhir. Nama
informan yang
sebenarnya, nama anggota keluarganya, dan alamatnya, hendaknya
disimpan pada tempat yang terkunci dan aman. Seringkali tidak perlu
mencatat nama informan sama sekali sehingga tidak ada catatan
tentang nama asli. Nama daerah penelitian (misalnya nama RT atau
desa) bahkan dapat dibuat fiktif dalam laporan akhir.

3) Jangan mempengaruhi atau membuat bias suatu jawaban. Contoh:


“Mengapa ASI itu baik?” Pertanyaan ini akan membuat bias
jawaban, karena pertanyaan ini mengandung arti ASI itu baik.
Pertanyaan ini dapat diperbaiki: “Mengapa ibu memberikan ASI
pada anak ibu?”. Jawaban: “Karena ASI itu baik”. Baru
pertanyaan lanjutan dapat diajukan untuk memastikan anda
mengerti: “Mengapa ASI itu baik?”. Suatu alternatif pertanyaan
pertama dapat juga diajukan, misalnya: “Bagaimana pendapat ibu
tentang ASI?”

4) Jangan mempengaruhi suatu pertanyaan dengan menunjukkan suatu


sikap dan pendapat. Misalnya: “Selamat pagi bu Ani. Wah sehat
sekali putri ibu. Ini pasti karena ibu memberinya ASI sejak bayi.
Ya.. khan?”. Pertanyaan ini menunjukkan pada bu Ani bahwa
anaknya tumbuh sehat berkat ASI, dan ASI merupakan susu
terbaik. Ini akan membuat bias penelitian. Alternatifnya adalah:
“Selamat pagi bu Ani, bagaimana dengan putri ibu (kalau bisa coba
untuk menyebut nama anak itu)?”

5) Gali informasi sedalam mungkin. Janganlah merasa cepat puas


dengan jawaban yang seadanya. Jangan pula berpindah-pindah topik
terlalu cepat karena hal ini akan membingungkan informan dalam
memberi jawaban. Biasakanlah untuk menggali jawaban sedalam
mungkin. Untuk itu gunakan kalimat dengan menggunakan kata:
Mengapa?, Bagaimana perasaan Anda ketika hal itu terjadi, Apakah
Anda melihat dengan mata kepala Anda sendiri?, Apa yang kemudian
Anda lakukan?, Apa yang terjadi kemudian?. Dan sebagainya.
Contoh: “Seharian saya di Puskesmas!”, Pertanyaan: “Mengapa itu
bisa terjadi? (Lalu dengarkan jawabannya). “Bagaimana perasaan
Anda selama menunggu di sana?”. INGAT!. Pertanyaan probing ini
harus netral. Karena itu, pertanyaan ini jangan sampai mempengaruhi
jawaban. Juga, jangan memotong jawaban informan.

6) Jika Anda ingin suatu kejelasan atas jawaban informan, Anda


dapat mengulangi apa yang anda pahami sebagai jawaban, hal ini
disebut sebagai “refleksi”. Misalnya: “Mengapa putra Anda menjadi
sakit?” . Jawaban yang diperoleh, “Karena tetangga sebelah, ia
yang menularkan sakit mata pada anak saya”. Pertanyaan: “Oh,
jadi tetangga Anda yang menularkannya?. Bagaimana hal itu
dapat terjadi?”. Jawaban: “Ya.., betul, ketika saya baru pulang dari
pasar dengan anak saya, dia mengawasi putra saya lekat-lekat”.
Pertanyaan lanjutan: “Seberapa lama?”. Jawaban: “Yah…dia
datang mendekat dan terus mengawasi”. Dari contoh tersebut,
kita dapat memperoleh gambaran bagaimana cara berpikir si
informan. Jika Anda mempengaruhinya dengan pertanyaan Anda,
hal ini tidak akan terungkap.

7) Sabar dalam mendengarkan jawaban informan. Ciptakan suatu


jeda agar informan dapat berpikir dengan baik. Dengan demikian,
akan membuat suasana lebih santai, dan membuat informan lebih
terbuka dalam menjawab dan memungkinkan informan memberikan
jawaban yang lebih mendalam.

b. Wawancara Perorangan Secara Mendalam


Wawancara mendalam digunakan pada kondisi sebagai berikut :
1) Masalah rumit, responden berpengetahuan.
Sebagai contoh studi farmakolog atau dokter tentang sikap dan
perilaku mereka mengenai penanganan suatu penyakit.
2) Masalah sensitif
Studi pada wanita yang pernah melakukan aborsi mengenai
perasaan mereka tentang seksualitas dan keluarga berencana.
3) Responden secara geografis terpencar
Misalnya, studi pada para penentu kebijakan tentang kependudukan
di delapan negara mengenai reaksi mereka terhadap suatu
dokumen tetang pengaturan jarak kelahiran dan kesehatan.
4) Tekanan kelompok
sebaya
Studi pada konsumen untuk memperoleh reaksi mereka terhadap
iklan yang kontroversial, dimana ”kehendak sosial” dapat
mengaburkan kekuatan persuasif pesan. Misalnya, studi pada
remaja. Putra untuk mengetahui sikap mereka tentang perilaku
seksual yang bertanggung jawab

Bila Wawancara Perorangan Secara Mendalam dipilih sebagai teknik riset,


perlu diingat beberapa kelemahan dan masalah yang mungkin dihadapi,
yaitu:
a) Mungkin pelaksanaan dilakukan di berbagai tempat
Wawancara Perorangan Secara Mendalam umumnya dilakukan di
berbagai macam tempat, sehingga membatasi kontrol
pewawancara terhadap lingkungan.

Wawancara yang dilakukan di rumah sakit atau toko mungkin harus


menghadapi berbagai gangguanm sehingga mengganggu
perolehan informasi dan membatasi pemandingan wawancara.

b) Mungkin ada kesenjangan penetahuan antara responden dan


pewawancara
Wawancara Perorangan Secara Mendalam sering dilakukan pada
responden yang berpengetahuan (seperti dokter) oleh pewawancara
yang pengethuanya terbatas atau pewawancara yang sama sekali
tidak mengenal acuan sosial atau budaya yang berkaitan. Karena itu
beberapa tanggapan mungkin benar – benar tidak dimengerti atau tidak
dilaporkan. Khususnya pada responden elit yang ingin bicara
melebihi batas yang dikemukakan pewawancara dan mencoba
berinteraksi lebih banyak, sehingga makin memperlebar ”kesenjangan
pengetahuan”.

c) Kemungkinan observasi dan umpan balik terbatas


Karena pengelola program biasanya tidak mengamati pelaksanaan
wawancara, prosedur umpa blikpun tidak ada atau terlalu lama.

Selain itu, beberapa perilaku kunci pewawancara sangat


menentukan keberhasilan Wawancara Perorangan Secara Mendalam
yang dilakukan dan perlau selalu diingat bagi pewawancara penting
sekali untuk bisa:
• Menerima informasi secara tepat,
• Mengingat informasi secara
benar,
• Menilai informasi secara kritis,
• Bertindak segera atas informasi yang diperoleh untuk mengatur
proses wawancara.

Menerima informasi secara tepat dapat terhambat karena kelelahan


pewawancara, kebosanan, bias, atau mengharap jawaban tertentu,
terlalu sibuk mencatat dan bahasa teknis yang asing bagi
pewawancara. Bila mungkin, perlu diambl langkah-langkah untuk
mencegah masalah demikian.
Mengingat informasi secara benar dapat terhambat karena
kerancuan mengenai isi satu dengan yang lain, pewawancara secara
selektif dan pewawancara berupaya mengingat terlalu banyak
informasi.
Menilai informasi secara kritis selama wawancara berlangsung
adalah kemampuan pewawancara untuk menentukan tingkat
kepadatan isi jawaban. Pewawancara perlu mengendalikan
responden untuk mencegah informasi yang tidak relevan dan
memancing jawaban yang kebih jelas, bila jawaban yang diberikan
mengambang.

Bertindak segera atas informasi yang diperoleh dan mengalihkan


wawancara selagi berlangsung adalah penting, baik dalam suatu
wawancara maupun dalam rangkaian beberapa wawancara.
Kemampuan pewawancara untuk mengatur informasi dalam wawancara
sesungguhnya adalah penggalian, pengarahan tetap pada garis
yang sejalan dengan tujuan wawancara. Pengaturan proses
disepanjang rangkaian wawancara adalah masalah penjajagan
informasi yang telah dihimpun dari satu wawancara berikut untuk
memperbaiki pedoman wawancara agar lebih tanggap terhadap tujuan
riset secara keseluruhan.

c. Pengamatan (Observation)
Pengamatan yang teliti terhadap suatu peristiwa atau perilaku dapat
memberikan suatu petunjuk yang sangat berharga mengenai hal-hal
yang bersifat non verbal tentang apa yang sebenarnya terjadi.

Teknik observasi, secara garis besar bisa dibagi dua macam, yakni
teknik observasi terbuka dan observasi tertutup. Masing-masing teknik
memiliki kelebihan dan kekurangan.
1) Pengamatan terbuka. Dalam hal ini peneliti melakukan observasi
secara terang-terangan, dan dengan mengungkapkan identitas
pribadi maupun institusi Anda yang diwakilinya secara jelas.
Peneliti tidak merahasiakan apapun kepada kelompok sasaran,
termasuk niatnya untuk menulis laporan masalah yang sedang
diinvestigasi itu. Observasi terbuka adalah bentuk observasi yang
ideal dan paling bisa dipertanggungjawab kan. Ini adalah
keunggulan dari teknik observasi terbuka. Orang yang dijadikan
sumber berita tidak merasa dikecoh atau ditipu, dan jika mereka
memberikan keterangan atau informasi maka informasi itu
diberikan secara penuh kesadaran akan segala konsekuensinya.
Jadi kualitas informasi yang diberikan itu betul-betul bisa
dipertanggungjawabkan.

2) Pengamatan tertutup. Peneliti melakukan observasi secara diam-


diam. Ia tidak mengungkapkan identitas pribadi maupun
institusinya. DJ. Pamudji, seorang wartawan senior Harian
Kompas, misalnya, pernah menyamar menjadi kenek truk
angkutan barang. Hal itu
dilakukan untuk menyelidiki praktek pungutan liar yang
dilakukan aparat di jalan raya dan jembatan timbang.

Keunggulan teknik observasi tertutup adalah cara ini bisa


digunakan untuk menyusup ke individu atau kelompok sasaran
yang dijadikan obyek penelitiannya, sehingga sipeneliti bisa
melihat, atau mengalami langsung berbagai praktek
penyelewengan yang tengah diteliti. Dalam hal ini, si peneliti harus
piawai dalam menyamar atau mengecoh pihak yang diinvestigasi.
Dalam kasus Pamudji di atas, kebetulan wartawan ini bertubuh
kekar dengan warna kulit kehitam- hitaman, khas pekerja kasar,
sehinggatidakmencurigakan.

Namun teknik observasi tertutup juga punya kelemahan. Pihak


yang diinvestigasi akan merasa dikecoh dan ditipu, dan tentu akan
ada risiko serta konsekuensi bagi peneliti jika ketahuan sedang
melakukan “penyamaran.” Selain itu, ada problem etika. Apakah
peneliti berhak menipu, mengecoh, dan melakukan praktek-
praktek yang umumnya dianggap tindakan tercela.

3) Pengamatan Terlibat (Participant Observation)


Si peneliti terlibat langsung dalam observasi yang dilakukannya
guna mendapatkan pengetahuan yang mendalam tentang apa
yang sebetulnya dilakukan orang dan pemahaman yang lebih
lengkap tentang perilaku dalam konteks kehidupan sehari-
hari. Teknik penelitian ini adalah satu-satunya teknik yang
memungkinkan peneliti mengamati perilaku dalam konteks
lengkap. Jenis penelitian seperti ini biasanya dilakukan oleh ahli
antropologi.

Contoh, jika anda ingin mengetahui tentang bagaimana dan kapan


anggota kelompok sasaran mencuci tangannya, anda bisa
meminta siswa pasca sarjana antropologi tingkat akhir yang bisa
bahasa setempat untuk tinggal di masyarakat yang anda teliti
selama dua minggu, mengamati apa yang benar-benar terjadi
dan bertanya tentang hal-hal tersebut kepada penduduk.
Pengamatan peserta biasanya dilakukan selama beberapa
minggu (untuk penelitian program) hingga satu tahun atau lebih
(untuk penelitian akademis).

4) Pengamatan Perilaku
Teknik ini bersifat kualitatif dan kuantitatif. Dalam kesehatan
masyarakat biasanya digunakan untuk monitoring dan penyeliaan
dan mempelajari topic tertentu dimana perilaku terjadi beberapa
kali
sehari, misalnya cuci tangan atau memberi makan bayi. Tidak
seperti pengamatan peserta, pengamat tidak berbicara dengan
orang atau kelompok yang diamati saat mengamati perilaku
meskipun ia mewawancara orang tersebut setelahnya. Peneliti
mengembangkan daftar tilik pengamatan perilaku, mengamati
keluarga, anggota khalayak sasaran atau tenaga kesehatan
selama beberapa waktu tertentu dan memberi tanda pada perilaku
yang teramati. Poin-poin untuk cuci tangan termasuk: gosok
kedua tangan tiga kali, angin- anginkan, keringkan tangan
dengan handuk bersih, keringkan tangan dengan handuk kotor,
dll.

Tipe pencatatan informasi :


a) Brief Diary (Buku Harian Ringkas)
Catatan dalam suatu buku harian. Bersifat umum, mengenai apa
yang telah dikerjakan selama penelitian berlangsung. Contoh: 16
Desember
2006, pagi: wawancara dengan bu Waleng di blok desa Parakan,
Blanakan. Makan siang di Cikalong Sari, lalu ketemu dengan dr.
Rustam di Puskesmas Blanakan. Larut malam, mengetik expanded
field notes. Harus Anda ingat, bahwa buku harian ini adalah catatan
kronologis peristiwa pada hari itu (16 Desember 2006). Bukan Brief
Field Note.

b) Brief Field Note


Brief note digunakan untuk mencatat hasil pengamatan dan
wawancara di lapangan, yang kemudian pada hari yang sama,
dikembangkan dalam bentuk yang lebih rinci (berupa Expanded Field
Notes). Pencatatan harus segera dilakukan, khususnya untuk
diperiksa, dan diberi keterangan tambahan dari field note agar
data-data yang ada tidak sampai terlupakan. Buat catatan singkat
selama wawancara, kecuali jika prosedur ini dapat menghambat
kelancaran pembicaraan (contoh, jika informan membawa peneliti
pada suatu tempat yang rahasia).

Catatan termasuk, dalam bentuk singkat, pertanyaan dan kata-kata


kunci dari jawaban. Kadang-kadang perlu juga catatan verbatim
(misalnya: “saya bahkan memberinya sampai tetes yang terakhir”.
Lakukan juga pencatatan komentar dalam tanda kurung. Contoh: (dia
mengatakan kepada saya…., akan tetapi saya melihatnya)

c) Expanded Field Note


Pada hari yang sama, brief field note hendaknya dikembangkan
menjadi Expanded Field Note. Kata-kata kunci pada catatan yang
dibuat pada pagi sebelumnya akan mengingatkan banyak ungkapan
dan gagasan.
Sementara mengembangkan catatan , tambahan komentar, dan
kesan dalam tanda kurung (contoh: saya melihat dia sangat kecewa
hari ini, karena dia ingin segera memeriksakan anaknya yang sakit,
sedangkan dokter yang bertugas di Puskesmas belum juga datang.
Dia berjalan mondar-mandir sambil meremas-remas tangannya).
Bacalah seluruh expanded field note Anda dengan teliti, untuk
bagian yang lebih rinci dapat ditambahkan pada halaman yang
sama atau pada halaman tambahan dengan memberikan nomor
halaman.

Catat pertanyaan yang muncul kemudian sewaktu Anda membuat


tinjauan pada brief note, sehingga dapat ditanyakan pada
kunjungan berikutnya. Misalnya: “Saya masih harus menanyakan lagi
mengapa dia berpikir diare dapat dihentikan dengan meminumkan the
kental pada si penderita”.

Penggunaan alat perekam juga dapat dilakukan, asal mendapat


persetujuan dari orang yang akan diinterview. Hasilnya dapat
membantu mengembangkan field note.

d. Diskusi Kelompok Terarah/ DKT (Focus Group Discussion)


Diskusi Kelompok Terarah (FGD) dapat menolong mengecek
informasi tentang kelompok yang lebih besar dan juga dapat
digunakan untuk mendapatkan reaksi tentang perubahan yang
diharapkan, seperti: perangkat pendidikan kesehatan, lokasi
Puskesmas, dan sebagainya. Mereka mungkin tidak leluasa bicara
secara pribadi karena sifatnya yang mencela suatu institusi, akan tetapi
jika atas nama kelompok, individu- individu tersebut akan merasa
lebih berani.

Kegunaan Diskusi Kelompok Terarah antara lain untuk:


1) Penggalian gagasan dari kelompok terhadap penyempurnaan produk
maupun disain kemasan.
2) Evaluasi konsep pesan yang sudah disampaikan atau uji coba
rancangan pesan yang akan disebarluaskan.
3) Pengenalan dan perumusan masalah yang perlu dipecahkan oleh
kelompok masyarakat yang bersangkutan atau pemegang program.

Kapan Diskusi Kelompok Digunakan


Alasan utama kenapa diskusi kelompok terarah lebih banyak dipilih
sebagai teknik kualitatif, adalah:
1) Interaksi kelompok. Untuk topik tertentu dengan kelompok tertentu,
interaksi antar peserta umumnya akan merangsang tanggapan
peserta
lain, sehingga memungkinkan berkembangnya pemikiran/gagasan baru
yang bermanfaat.
2) Observasi sponsor. Sponsor dapat ikut mengamati diskusi dan
memperoleh kesan langsung mengenai perilaku, sikap, bahasa, dan
perasaan peserta. Hal ini penting sekali pada awal tahap “kreatif”
pengembangan program.
3) Penggalian Gagasan
4) Diskusi Kelompok yang dilakukan antara farmakolog atau dokter untk
menggali gagasan baru guna meningkatkan produk VRO (tambahan
makanan, tambahan vitamin A, tambahan aroma dan lain – lain).
Kelompok kerja paling baik untuk penggalian gagasan.
5) Waktu dan biaya. Pelaksaan kegiatan diskusi kelompok lebih mudah,
dan murah dibanding wawancara mendalam perorangan.
6) Penyaringan desain kemasan. Berbagai desain kemasan alternatif
baik dalam bentuk konsep atau prototype, dapat disajikan pada
peserta untuk mengurangi jumlah konsep bagi pengujian kuantitatif.
Diskusi kelompok memungkinkan pembuat disain untuk melihat dan
mendengar langsung pendapat konsumen.
7) Evaluasi konsep pesan. Draft pesan dalam bentuk pra-produksi dapat
disajikan pada anggota kelompok sasaran atau konsumen untuk
evaluasi dan perbaikan. Diskusi kelompok memungkinkan petugas
kreatif dari perusahaan iklan untuk mengevaluasi konsep pesan yang
dikembangkannya.
8) Mengidentifikasi dan Merumuskan Masalah
9) Diskusi kelompok yang dilakukan antara pemakai kondom untuk
menyusun hipotesa tentangengapa merek kondom terkenal bisa
gagal ketika diperkenalkan di daerah baru. Diskusi kelompok paling
baik untuk memperoleh gambaran segera sebelum merencanakan studi
kuantitatif.
10) Rincian lebih lengkap tentang berbagai masalah yang perlu
dipertimbangkan dalam pemilihan Diskusi Kelompok Terarah atau
Wawancara Secara Mendalam terdapat pada tabel di bawah.

Menyiapkan Diskusi Kelompok


Untuk membuat suatu diskusi kelompok produktif, berikut adalah hal-hal yang
harus diperhatikan:

1) Tentukan berapa banyak diskusi kelompok terarah yang perlu anda


lakukan: Anda dapat melakukan hal ini dengan menentukan berapa
segmen khalayak sasaran yang anda miliki. Hal ini tidak hanya termasuk
kelompok sasaran primer, tapi juga sekunder dan tersier.
• Lakukan paling sedikit dua diskusi kelompok untuk setiap segmen khalayak.
Misalnya: dua kelompok bagi tiap segmen populasi utama: laki-laki –
perempuan, pemakai – bukan pemakai, ibu muda – ibu setengah baya.
Setiap segmen tersebut secara substansial dianggap berbeda perilaku dan
sikapnya.
• Lakukan diskusi kelompok sampai informasi yang diperoleh tidak baru
lagi. Lakukan diskusi kelompok sampai hasil yang diperoleh secara umum
sejalan dengan hasil sebelumnya. Jika dua kelompok membuahkan
hasil yang amat berbeda untuk masalah yang sama, perbedaan
tersebut perlu ditelusuri pada beberapa kelompok tambahan agar
hasil penelitian bisa dimengerti dan digunakan. Sebagai alternatif, anda
dapat melakukan triangulasi. Hal ini berarti memeriksa hasil penelitian
dengan cara mengeksplorasi pertanyaan penelitian yang sama
menggunakan metode lain. Jika anda sudah menggunakan FGD,
tanyakan topik yang sama untuk wawancara mendalam perorangan
dan sebaliknya. Sebagai contoh, jika anda mengetahui bahwa
beberapa ibu hamil dalam FGD mengatakan mereka yakin mereka
akan menyusui bayinya, sementara beberapa ibu hamil dalam FGD
lain mengatakan mereka tidak akan mempertimbangkan pemberian
ASI, anda bisa memilih sejumlah sample ibu hamil yang dipilih secara
acak dan menanyakan kepada mereka tentang tujuan pemberian
ASI, perilaku pemberian ASI sebelumnya dan alas an tujuan mereka
saat ini

2) Menentukan komposisi kelompok. Pada umumnya Diskusi Kelompok


dilakukan pada kelompok sasaran yang homogen. Untuk menjawab
pertanyaan: “variabel responden yang mana yang bisa menunjukan relevansi
kesamaan di antara populasi sasaran?” diperlukan pemikiran yang seksama
pada waktu merencanakan penelitian. Variabel berikut dapat Anda gunakan
sebagai acuan:
• Kelas sosial. Kalau berbagai kelas sosial disatukan, kelas sosial
yang lebih tinggi cenderung lebih mendominasi dan akan menekan
partisipasi kelas yang lebih rendah. Di negara berkembang, kelas
sosial atau status sosial tidak hanya ditentukan faktor ekonomi
semata, tapi juga kedudukannya di desa. Sudah tentu hal-hal seperti
ini perlu dipertimbangkan dengan cermat.
• Daur hidup. Titik keberadaan responden dalam daur hidupnya
akan mempengaruhi persepsinya terhadap suatu masalah. Contoh:
Tanggapan ibu yang telah lama berkeluarga berbeda dengan ibu
yang baru menikah, walaupun usia mereka sama. Perbedaan ini
mempengaruhi persepsi mereka masing-masing.
• Status Pemakai. Untuk beberapa perilaku tertentu (misalnya ASI
eksklusif), anda mungkin ingin memisahkan antara “pemakai dan bukan
pemakai” atau dengan kata lain, mereka yang melakukan dengan
mereka yang tidak melakukan sehingga anda bisa melihat
perbedaannya. Dengan kata lain, anda bisa belajar lebih banyak jika
anda memadukan mereka yang melakukan dengan mereka yang
tidak melakukan dalam satu kelompok dan melihat bagaimana
mereka menjelaskan perilaku mereka satu sama lain.
• Tingkat keahlian. Pengalaman dan keahlian yang dimiliki seseorang
sangat mempengaruhi tanggapan seseorang terhadap suatu
masalah. Contoh: pengalaman seorang dokter senior akan
berbeda dengan pengalaman dokter baru. Bidan – dukun bayi, dsb.
• Umur dan Status perkawinan. Tergantung dari masalah yang diteliti.
Untuk topik-topik tertentu umur dan atau status perkawinan biasanya
tidak digabung dalam suatu kelompok. Misalnya: pendapat tentang
penggunaan alat kontrasepsi.
• Perbedaan budaya. Responden dengan beda budaya yang besar
jangan digabung dalam satu kelompok, kalau perbedaan tersebut
dapat mempengaruhi sikap dan perilaku mereka terhadap masaalah
yang dibicarakan.
• Jenis Kelamin. Para moderator mempunyai pendapat yang berbeda
mengenai hal ini. Untuk topik-topik tertentu, misalnya: tentang
peranan masyarakat dalam mencegah diare, orang tua laki-laki dan
perempuan perlu disatukan. Namun pada topik-topik lainnya yang
memerlukan sudut pandang dari jender tertentu, atau yang dapat
memalukan jika dibahas oleh kedua kelompok jender maka laki-laki dan
perempuan perlu dipisahkan.

3) Menentukan lamanya diskusi. Jarang sekali diskusi kelompok memerlukan


lebih dari tiga jam untuk menggali gagasan. Waktu yang ideal sebaiknya
antara satu setengah sampai dua jam. Seringkali untuk informasi yang sangat
spesifik, misalnya reaksi terhadap suatu iklan, waktu yang dibutuhkan tidak
lebih dari 40 menit.

4) Menentukan besarnya kelompok. Biasanya diskusi kelompok terarah terdiri


dari 8 sampai 10 orang peserta. Akan tetapi sekarang cenderung mengarah
pada kelompok yang lebih kecil, atau dikenal sebagai kelompok mini. Paling
banyak anggota kelompok mini adalah 5 sampai 7 orang.

Kunci untuk menentukan besar kecilnya kelompok adalah tujuan kelompok


dan tradisi peserta. Jika tujuan untuk menggali gagasan atau peserta datang
dari kelompok yang tidak banyak berbicara di depan umum, kelompok yang
lebih besar mungkin lebih bermanfaat. Jika tujuan kelompok untuk
memperoleh kedalaman tanggapan dari peserta atau anggotanya datang dari
kelompok yang
sangat menghargai keterampilan berbicara, maka lebih baik
menggunakan kelompok kecil.

5) Menentukan tempat diskusi. Pada FGD yang dipergunakan untuk kebutuhan


komersial di kota besar, misalnya riset pemasaran untuk menentukan desain
kemasan suatu produk. Fasilitas diskusi yang khusus dirancang untuk
diskusi, seperti ruangan dengan perlengkapan rekaman audio dan video,
kaca satu arah untuk ruangan observasi merupakan sebuah standar.
Namun pada penelitian sosial yang dilakukan di masyarakat rural atau semi
urban, sangat sulit untuk mendapatkan ruang dengan fasilitas di atas dan
tidak diinginkan karena terlalu jauh dari kehidupan sehari-hari.

Oleh sebab itu faktor yang perlu dipertimbangkan untuk menentukan tempat
diskusi adalah:
a) Pilih tempat yang netral.
b) Pilih lokasi dimana pembicaraan mudah
didengar. c) Pilih tempat yang mendatangkan rasa
aman
d) Pilih lokasi yang mudah dijangkau peserta
e) Jika mungkin, pilih tempat dimana pengamat bisa hadir tanpa
mengganggu jalannya diskusi.
f) Memilih tempat dimana pembicaraan dalam kelompok tidak akan
terdengar

6) Pengaturan tempat duduk. Biasanya kegiatan diskusi kelompok dilaksanakan


dalam ruangan dengan pengaturan bangku melingkar. Namun di
lingkungan manapun, peserta hendaknya dapat duduk dalam suasana yang
mendorong partisipasi dan interaksi. Beberapa poin di bawah ini dapat
dijadikan pegangan. a) Hindari pengaturan duduk yang menunjukan
status.
b) Sedapat mungkin memberi ruang pada moderator untuk bisa tatap
mata dengan semua peserta.
c) Sedapat mungkin menempatkan semua responden pada jarak yang
sama dari moderator dan bisa saling melihat dengan jelas.

7) Peralatan pendukung. Sebagaimana diutarakan di atas, tempat paling


mudah untuk melakukan diskusi kelompok terarah adalah ruangan dengan
berbagai fasilitas pendukung, seperti: alat perekam audio dan visual, ruang
observasi dan sebagainya. Namun jika fasilitas tersebut tidak Anda miliki,
tidak berarti diskusi tidak dapat dijalankan. Sebenarnya, ruangan yang
berbeda pun tidak masalah. Untuk perekaman, misalnya Anda tinggal
menggunakan alat perekam biasa saja. Anda juga harus mencatat langsung
dan notulis bisa melakukannya.
Kiat menggunakan alat perekam.
a) Pilihlah alat perekam yang mempunyai nomor rekam (counter) Nomor ini
akan bermanfaat untuk menelusuri jawaban peserta untuk
pertanyaan tertentu.
b) Mintalah ijin merekam pada peserta dan katakan bahwa rekaman ini
hanya digunakan untuk kegiatan penelitian semata.
c) Jangan lupa untuk melakukan identifikasi dan labeling pada setiap kaset
yang Anda gunakan. Identifikasi dapat dilakukan dengan melakukan
rekaman yang berisi: tanggal, jam, dan tempat dilakukan diskusi,
identitas kelompok, dsb. Sementara begian luar kaset dapat ditempeli
label serupa.
d) Ujilah penempatan alat perekam, upayakan dapat merekam suara dari
semua arah peserta.
e) Jangan lupa untuk menyediakan kaset dan baterai cadangan.
f) Tentukan bagaimana anda akan menganalisis tape. Apakah moderator,
notulis, serta anggota tim peneliti lainnya akan mendengarkan, menulis
tema dan melihat kembali notulen dan membandingkannya.
g) Apakah anda akan mengkaji notulen dan hanya mendengarkan tape
untuk melakukan klarifikasi? Kedua metode tersebut adalah yang paling
cepat dan anda kemudian akan menganalisis FGD pada hari yang
sama. Atau apakah tape akan dituliskan menjadi transkrip dan
menganalisis transkrip beserta notulennya? Anda pasti bisa
menangkap setiap kata, tapi perlu waktu dan biaya yang luar biasa
besar.
h) Last but not least, Bagaimanpun juga alat perekam terkadang tidak
berjalan sesuai dengan yang kita inginkan. Di samping itu tidak mampu
merekam bahasa tubuh peserta dan makan waktu yang sangat lama
untuk menuliskan transkrip dari tape. Untuk itu, seorang note taker
tetap diperlukan untuk melengkapi proses rekaman.

8) Mengembangkan Panduan Diskusi Kelompok Terarah


a) Apa itu panduan diskusi. Panduan diskusi adalah daftar pokok
bahasan yang akan dicakup dalam diskusi. Tujuannya untuk membantu
moderator tetap pada alur diskusi agar tujuan diskusi dapat dicapai.
b) Menyiapkan panduan diskusi. Panduan diskusi dapat ditulis dalam
bentuk pertanyaan rinci, tetapi akan lebih baik jika dibuat dalam bentuk
kerangka masalah pokok. Elaborasi panduan tergantung dari
seberapa pengalaman sang moderator menggali lebih dalam setiap
jawaban secara kreatif.
c) Membuat panduan diskusi yang baik memang memerlukan waktu.
Seringkali moderator harus menyiapkan dan mempelajari konsep
bersama-sama pengelola program sebelum panduan akhir selesai dibuat.
Untuk mengembangkannya diperlukan beberapa hari.
d) Apa yang harus dimasukan dalam panduan diskusi. Sebaiknya
panduan tidak mencakup terlalu banyak masalah sehingga membuat
peserta bosan dan lelah. Pembicaraan akan melompat-melompat dari
satu masalah ke masalah secara tidak alami. Terlalu banyak masalah
yang berbeda dalam panduan juga menunjukan penelitian tidak
dirancang dengan baik.
e) Dalam menyiapkan panduan, pertanyaan yang “baik untuk diketahui”
tapi tidak berkaitan dengan tujuan penelitian sebaiknya dihindarkan.
Panduan seyogyanya menghilangkan pertanyaan yang mungkin
lebih cocok untuk penelitian kuantitatif, misalnya: pertanyaan “
berapa banyak” atau “berapa kali”
f) Alur panduan diskusi. Ada beberapa alasan mengapa alur
rangkaian masalah dalam panduan biasanya bergerak dari umum ke
khusus.

Alur lebih alami. Misalnya diskusi dimulai dengan membicarakan masalah


perawatan anak secara umum, atau perilaku kesehatan yang berhubungan
dengan perawatan anak sebelum membahas masalah diare.

Memungkinkan Anda memiliki kerangka analisis atas tanggapan yang timbul dalam
kelompok. Misalnya, jika seorang ibu sejak awal diskusi menyatakan bahwa ia
memiliki waktu sedikit untuk merawat anaknya, dengan melihat diskusi sebagai
suatu keseluruhan dan bukan hanya topik, maka Anda akan lebih mengerti
mengapa ibu ini kemudian memberi tanggapan negatif terhadap produk yang
memerlukan upaya tambahan untuk memanfaatkannya.

Memungkinkan masalah pokok muncul secara alami. Misalnya: Anda akan lebih
baik membiarkan peserta memberi tanggapan umum mereka terhadap poster
mana yang muncul secara spontan, daripada harus menggalinya sebelum
peserta menyampaikannya kemudian.

9) Memandu Diskusi Kelompok


Teknik fasilitasi: Teknik bertanya dan alur diskusi. Ada dua aspek pokok
pendekatan dalam diskusi kelompok. Pertama, teknik bertanya bisa langsung
atau tidak langsung. Kedua, arus diskusi bisa berstruktur atau tidak berstruktur.

Teknik Bertanya.
Pendekatan langsung dalam fasilitasi. Teknik ini menggunakan pertanyaan
yang sangat terarah dan membatasi keragaman jawaban yang mungkin muncul.
Teknik ini hanya digunakan jika tujuan diskusi sudah dirumuskan sedemikian
tajam.
Pendekatan tidak langsung dalam fasilitasi. Teknik ini menggunakan
pertanyaan terbuka tanpa bias. Jenis pertanyaan demikian memungkinkan
peserta diskusi
mengungkapkan perasaannya secara jujur, membatasi pengaruh moderator,
dan mengurangi kebingungan dalam menyimpulkan apa yang dibicarakan
kelompok. Cara bertanya demikian adalah bentuk terbaik untuk digunakan
pada diskusi kelompok.

Contoh: Apa reaksi Anda ketika pertama kali melihat tokoh dalam poster ini?
(Bukan
“Apa yang Anda sukai pada tokoh dalam poster
ini?”)

Arus Diskusi Kelompok.


Arus diskusi berstruktur. Pada teknik ini moderator menggunakan pedoman diskusi
yang sudah disiapkan, berisi masalah dan wilayah yang perlu dijajagi. Pedoman
diskusi menjamin agar masalah yang berkaitan dengan tujuan penelitian terliput
semua.

Arus diskusi tak berstruktur. Pada teknik ini moderator menggunakan pedoman
diskusi yang berisi topik pokoknya saja. Kelompok sendiri yang menentukan
sebagian besar isi dan arus diskusi. Teknik ini jarang dilakukan, karena sering
tidak mendapatkan informasi yang dibutuhkan pengelola program. Kadangkala
teknik ini digunakan pada tahap awal perumusan program, disaat belum pernah
dilakukan penelitian apapun dan pengelola belum berpengalaman serta belum
punya hipotesa tentang masalah terkait.

Menggali informasi dan perasaan.


Seorang moderator yang trampil akan menggunakan teknik fasilitasi yang sesuai
dengan situasi. Berikut adalah beberapa teknik fasilitasi yang sering digunakan:
• Asosiasi bebas. Apa yang pertama kali terlintas di benak Anda ketika saya
menyebut “gempa..!”.
• Membangun Citra. Siapa yang meneteki bayinya? Seperti apa mereka?
Bagaimana kehidupan mereka? Apa yang Anda lihat, Apa yang Anda
pikirkan tentang mereka? Apa yang Anda lakukan.
• Tanyakan arti sesuatu yang mudah dimengerti? Apa arti kata “lembut” bagi
Anda? Apa arti ungkapan “buatan rumah” bagi Anda?
• Metafora. Andai kata pil KB ini sekuntum bunga, bunga apakah itu?.
Siapakah yang memetiknya? Atau jika kelompok produk ini adalah sebuah
keluarga, siapakah yang menjadi anggota keluarganya. Bagaimana hubungan
satu sama lain?.
• Menjodohkan Citra. Di sini ada sepuluh orang yang berbeda. Orang yang
mana yang mencuci tangan sebelum makan dan memasak? Mana yang tidak?
Mengapa?.
• “Manusia dari bulan”. Saya berasal dari bulan. Saya belum pernah
mendengar tentang ASI. Gambarkan kepada saya. Mengapa saya harus
mencobanya. Yakinkan saya.
• Kondisi yang memberi peluang dan kondisi yang menimbulkan hambatan.
Katakan pada saya sedikitnya dua kondisi atau lebih ketika Anda
memutuskan untuk membeli coklat ini. Sebutkan kondisi yang membuat
Anda memutuskan untuk membeli barang lain?.
• Menggunakan rangkaian pertanyaan. “Mengapa Anda membeli produk X?”,
“Mengapa begitu penting?”, “Apa yang membuatnya berbeda?”, “ Apa
pernah tidak penting?”, (Bertanyalah sampai peserta jengkel...!).
• Penjejangan (rangkaian asosiasi). Apa yang Anda pikirkan ketika Anda ingat
kopi Tora Bika? (Jawaban: “pagi”). Dan bila Anda berpikir tentang pagi, apa
yang Anda ingat? (Jawaban: “ hari baru”). Dan kalau Anda berpikir tentang
hari baru? (Jawaban: “saya merasa optimis”).
• Menunjukan kontradiktif. “Tunggu sebentar, Anda baru saja mengatakan
bahwa Anda menyukai rendah lemak. Dan sekarang Anda mengatakan
bagus karena berlemak dan berminyak. Bagaimana Anda menjelaskan hal
ini?”.
• Bermain peran. Oke, Anda adalah Walikota kita. Apa yang Anda lakukan? Atau,
kalau saya adalah Walikota, katakanlah pada saya apa yang Anda inginkan.
• Teknik proyeksi. Kalau banyak kandang ayam yang kotor, menurut anda
penyakit apa yang akan terjadi disini?

Berbagai Masalah Yang Mungkin Timbul


Salah satu masalah penting yang dapat membuat suatu diskusi tidak efektif
adalah macetnya dinamika kelompok. Kemacetan ini bisa disebabkan karena
kelompok sebagai suatu kesatuan, namun juga bisa disebabkan akibat perilaku
peserta secara perorangan.

Bagian berikut akan membahas beberapa masalah yang paling sering terjadi dalam
diskusi kelompok.

Kelompok penurut. Dalam kelompok ini mayoritas peserta selalu setuju dengan
”garis kelompok”. Peserta hanya mengikuti apa yang dikatakan peserta lain.
Akibatnya pendapat dan perasaan sebenarnya dari masing-masing peserta tidak
terungkap.

Strategi: Sebelum diskusi dimulai, tekankan kepada responden bahwa tidak ada
pendapat yang salah atau benar dalam diskusi ini. Oleh karena itu pendapat dan
perasaan individu sangat dihargai. Hal lain yang perlu mendapat perhatian
adalah seleksi. Ada kemungkinan, orang yang mempunyai pengaruh lolos dari
seleksi kita.
Kelompok lamban. Kelompok lamban ditandai semangat yang rendah dan
kurangnya keterlibatan peserta diskusi kelompok. Sikap masa bodoh ini mungkin
disebabkan kerena mereka dipaksa mengikuti atau curiga terhadap kegiatan
diskusi. Sebab lain, masalah tidak menarik bagi peserta, masalah terlalu
mengitimidasi, peserta tidak memenuhi syarat, peserta terlalu banyak sehingga
sulit terjadi interaksi, nada bicara moderator terlalu formal, intonasi moderator
terlalu formal, diskusi kelompok bukanlah teknik penelitian yang sesuai dan
anda seharusnya menggunakan wawancara mendalam perorangan, dsb.

Strategi.
• Jika masalah dianggap tidak menarik bagi peserta, minat bisa diciptakan
dengan meminta kelompok berinteraksi melalui cara yang tidak biasa.
Misalnya, minta mereka menceritakan pengalaman pribadi yang berkaitan
dengan masalah tersebut.
• Jika masalah kelihatannya terlalu abstrak bagi peserta, bisa dibuat lebih
nyata dengan menggunakan papan konsep, gambar keadaan yang
berkaitan dengan masalah.
• Jika masalah terlalu mengitimidasi atau pribadi, peserta kelompok bisa
didorong dengan menggunakan teknik proyektif.
• Terkadang break sebentar juga bisa mengubah suasana. Peserta bisa rileks
sebentar untuk mengurangi ketegangan. Dalam suasana “ngobrol”
bersama, masalah dapat dilacak. Waktu break juga dapat dimanfaatkan oleh
moderator untuk “menata kembali” , berkonsultasi dengan peneliti lain,
dan memulai diskusi kembali dalam suasana yang lebih segar.

Masalah Peserta.
Di samping masalah kelompok secara keseluruhan, ada sejumlah masalah yang
sering terjadi pada peserta secara perorangan, yaitu:
• Peserta yang mendominasi. Orang tipe ini berusaha mengambil alih kelompok,
mengambil inisiatif bicara, mempertahankan posisinya, berusaha
mempengaruhi peserta lain, serta berusaha memberi kata putus.

Strategi pertama.
Hindari kontak mata dengannya. Hadapkan tubuh Anda pada peserta lain, minta
peserta lain tersebut (dengan menyebut namanya) untuk memberi tanggapan. Jika
cara ini tidak mempan, katakan pada peserta yang mendominasi itu secara
halus, bahwa pemikirannya menarik, namun kita juga membutuhkan pendapat
peserta lain.

Strategi kedua. Mengeluarkan peserta yang mendominasi itu dari kelompok secara
halus. Caranya dengan menjelaskan padanya bahwa “karena Anda terlalu
banyak
mengetahui tentang ...., kami ingin Anda melengkapi kuesioner yang lebih
rinci mengenai masalah itu”. Lalu kuesioner “penghindar” dapat diberikan
padanya di luar ruangan.
• Peserta pendiam. Peserta yang sama sekali tidak mau bicara. Mungkin
karena merasa takut atau cemas, atau bisa juga merasa pendapatnya
tidak berguna Peserta tukang bicara. Peserta jenis ini akan terus bicara,
seperti tidak mau berhenti. Namun pembicaraannya tidak bermakna.
atau malu atau marah.

Strategi.
Gunakan kontak mata untuk menariknya ke dalam diskusi. Amati kapan dia
siap untuk bicara. Ajukan pertanyaan yang mudah, dan perhatikan dengan
cermat apa yang dikatakannya. Jika dia masih juga belum siap. Lanjutkan
diskusi dengan peserta lain, dan kembali padanya kemudian.
• Peserta ahli. Jenis lain dari peserta yang mendominasi.. Walaupun dia
tidak berupaya untuk memimpin kelompok, akan tetapi peserta lain akan
tunduk padanya, sehingga membuat peserta lain menjadi lumpuh.

Strategi. Pastikan apakah dia memang ahli atau semu. Jika memang ahli
ingatkan dia bahwa semua tanggapan penting, dan peserta lain juga perlu
diberi kesempatan untuk urun pendapat. Cara lain adalah, minta pendapatnya
setelah peserta lain pulang. Namun jika peserta adalah ahli semu, minta
peserta lain untuk menanggapi pendapatnya.

Strategi. Diarahkan dengan menggunakan penggalian, dengan meminta klarifikasi


dan elaborasi untuk mendapat tanggapannya yang lebijh nyata. Tuntun agar
dia kembali ke masalah.
• Peserta ngelantur. Orang ini memberi tanggapan yang tidak berkaitan
dengan masalah dan menyesatkan kelompok dari topik. Mungkin tidak
mengerti, gugup, tidak bisa menyimak secara baik, atau tidak berpikir
secara linear.

Strategi. Coba mengulangi pertanyaan atau tanyakan dengan kalimat lain


atau memintanya menjelaskan apa yang dikatakannya tentang topik.
• Peserta tidak lengkap. Orang ini memberi tanggapan tidak lengkap, atau
terkadang jawabannya tidak memberikan informasi apapun, seperti: “saya
tidak tahu”. Peserta ini sebenarnya frustasi. Perilaku demikian sering
disebabkan karena kurang rasa percaya diri – pemalu, tegang yang
berlebihan atau tidak bersahabat.
Strategi. Bina hubungan yang erat sejak awal diskusi untuk mencegah
keadaan demikian terjadi selama diskusi. Gunakan teknik penggalian atau
teknik bertanya
lainnya (misalnya proyektif atau memberikan peserta tugas untuk dilakukan
bersama-sama).
• Peserta bingung. Orang ini bingung atau kewalahan selama diskusi. Tampak
dari ungkapan lisan atau petAnda yang tersirat.

Strategi. Minta dia mengulangi pendapatnya dan lakukan klatrifikasi. Minta dia
untuk memberi contoh..
• Peserta positif. Orang ini semua tanggapannya positif. Dia ingin menyenangkan
moderator, mengatakan apa yang dia perkirakan ingin Anda dengar.

Strategi. Ingatkan peserta ini bahwa Anda, moderator, ingin mendengar


tanggapan positif dan negatif. Coba lakukan peran “juru bicara yang jelek”
(contoh: “saya dengar banyak orang mengatakan sebaliknya....”). Coba
ungkapkan pendapat orang ketiga (“bagaimana dengan orang lain yang Anda
kenal?. Bagaima kira-kira perasaan mereka?”)
• Peserta negatif. Kebalikan dari peserta positif. Orang ini semua
tanggapannya negatif. Mungkin dia sedang menggunakan kesempatan ini
untuk menyalurkan kemarahan dan frustasinya yang bertahun-tahun. Atau
mungkin dia memutuskan untuk tidak mau memberikan gagasan atau
informasi apapun yang baik.

Strategi. Hati-hati, hindari reaksi defensif agar terhindar dari situasi perdebatan
yang tidak berguna. Coba alihkan peserta dengan mengungkapkan sikap
bermusuhannya. (“Anda tampaknya marah atas masalah itu. Tidak apa-apa,
karena saya ingin mengetahui apa yang sebenarnya Anda rasakan..”). Cara
lain, coba gunakan teknik juru bicara yang jelek, atau ungkapkan pendapat orang
ketiga.
• Peserta bermusuhan. Orang ini menyerang moderator secara pribadi, meskipun
hal ini bisa dilakukan secara tidak langsung melalui cara pasif agresif.

Strategi: beri perhatian. Jangan beri reaksi defensif. Coba diam sesaat.
Letakkan tanggung jawab di atas padanya untuk menjelaskan alasan
serangannya.
• Peserta perusak. Orang ini merusak keseimbangan percakapan. Ia mungkin
mengatakan pendapat responden lain salah, atau pertanyaan moderator
bodoh.

Strategi. Upayakan secera cepat menyeimbangkan kembali diskusi. Minta peserta


lain untuk menanggapi pernyataan peserta perusak ini. (Harap hati-hati, karena
mungkin saja pernyataan peserta perusak tersebut membuat malu atau marah
peserta lain). Cara lain, kemukakan sudut pAndang alternatif: “Itu menarik, tapi
saya dengar beberapa orang merasa....”. Ini memberi kesempatan kepada
peserta lain untuk memilih salah satu sisi dan melanjutkan diskusi.
• Peserta yang selalu bertanya. Orang ini selalu bertanya kepada moderator
tentang pendapat atau perasaannya.

Strategi. Katakan saja padanya bahwa Anda kurang pengalaman dan keahlian
tentang masalah itu. Karenanya Anda meminta bantuan peserta untuk mendapatkan
pengetahuan dari peserta diskusi.

Masalah Moderator
• Kehilangan kendali. Moderator yang terampil dan berpengalaman jarang
kehilangan kendali. Namun bagi moderator pemula, kekuatiran ini tentu saja
muncul.

Berikut adalah tanda-tanda moderator yang kehilangan


kendali:
a) Mengajukan pertanyaan terarh, secara tidak langsung menunjukan moderator
sudah tahu jawabannya.
b) Mengajukan pertanyaan ganda, menanyakan dua pertanyaan atau lebih
sebelum peserta sempat menjawab pertanyaan pertama.
c) Menyela secara tidak perlu, seolah moderator sudah tahu
jawabnya.
d) Membuat pernyataan yang berisi dugaan, moderator menarik kesimpulan yang
sebenarnya belum diungkap peserta.
e) Memberi nasehat kepada responden tentang apa yang seharusnya dilakukan.
f) Mengalihkan masalah terlalu cepat, tidak memberi kesempatan peserta untuk
melengkapi pemikirannya tentang suatu masalah sebelum berpindah pada
masalah lain.

Kemampuan yang harus dimiliki oleh Moderator


a) Klarifikasi
Fungsi mendengarkan yang baik adalah untuk memahami apa yang
disampaikan oleh peserta diskusi. Oleh karena itu mendengarkan yang baik
tidak bersifat pasif melainkan aktif. Dalam proses mendengarkan,
moderator harus sering mengecek apakah ia mempunyai pemahaman
yang sama dengan peserta diskusi.
b) Refleksi
Yang dimaksud refleksi adalah mengulang kembali ungkapan atau kata-
kata peserta dengan bahasa moderator sendiri. Hal ini perlu dilakukan
agar informasi yang diterima moderator sama dengan maksud peserta
diskusi. Selain itu moderator memberikan umpan balik pada peserta
terutama jika dirasakan ada nya jawaban atau ungkapan peserta yang
tidak konsisten.
c) Memotivasi dan probing
Mendorong semua peserta diskusi aktif menyampaikan pendapatnya, dan
moderator dapat terus melakukan probing (penggalian) informasi lebih
mendalam dan komprehensif.
Cara memotivasi peserta diantaranya dengan menyampaikan kata-kata: “
Wow menarik sekali , lalu.....” atau “Ehm...begitu ya kejadiannya, lalu.......”
d) Mengembangkan sensitifitas.
DKT bukanlah arena untuk mencari konsensus. Oleh karena itu moderator
harus pandai mengembangkan sensitivitasnya terhadap pengalaman-
pengalaman dari peserta yang berbeda. Keterampilan yang perlu
dikembangkan adalah menyatakan pada kelompok bahwa ada perbedaan
dan bahwa perbedaan itu penting untuk diperhatikan..
e) Keterampilan memandu proses DKT
Untuk mengatur diskusi memang gampang-gampang susah. Jangan terburu-
buru dan jangan gugup. Jika perlu dirumah persiapkan dahulu kata-kata
yang akan disampikan terutama saat membuka diskusi. Mengatasi
peserta yang dominan, mengatasi pembicaraan yang ngelantur, melerai
perdebatan, melakukan negosiasi waktu dan menutup diskusi.

10) Membuat Laporan Diskusi Kelompok


Pada umumnya laporan diskusi kelompok berisi gambaran temuan pokok
penelitian, dan analisa mendalam atas temuan tersebut. Analisa akhir
membutuhkan keterampilan tinggi, pemahaman mendalam, dan pengetahuan
yang baik tentang masalah dan tujuan penelitian. Analisa yang baik akan
menghimpun dan merangkum berbagai pola yang muncul dalam penelitian
sehingga saling mendukung.
a) Menyiapkan laporan diskusi kelompok. Karena subyektifitas penelitian
Diskusi Kelompok serta diperlukannya keterampilan tinggi dan intuisi untuk
mengartikannya, seringkali sulit untuk peneliti yang tidak berpengalaman
untuk menganalisis data dan menulis laporan. Meskipun demikian poin-
poin di bawah ini dapat dijadikan acuan.

b) Menentukan siapa yang menganalisis data dan menulis laporan.


Kebanyakan laporan diskusi kelompok ditulis oleh moderator – seringkali
bersama notulen, tapi mungkin saja anggota tim yang mempunyai
keterampilan analisis dan penulisan dapat membantu menyusun
laporannya.

c) Mengembangkan rencana analisa. Jika diskusi kelompok terencana dengan


baik, banyak unsur analisa yang siap, terdiri dari:
• Latar belakang penelitian
• Tujuan umum dan informasi khusus
• Metodologi dan alasan penentuan rancangan.
• Temuan dari diskusi kelompok (biasanya mengikuti tema penting
yang muncul dari FGD)
• Kesimpulan dan rekomendasi
• Lampiran termasuk: Kuesioner penyaring, kuesioner yang diisi
sendiri, dan bahan lain yang disajikan kepada peserta diskusi,
misalnya: konsep iklan.
d) Menganalisa isi diskusi. Umumnya analisis dilakukan dengan:
• Mendengar ulang kaset rekaman diskusi, dan mengkaji hasil catatan
note taker. Sangat sulit untuk mengingat secara tepat apa yang telah
dikatakan dalam diskusi. Utamanya jika diskusi dilakukan beberapa hari
sebelumnya. Karena itu sangat penting untuk memperoleh
gambaran yang baik secepatnya dengan memutar ulang isi
rekamannya. Idealnya anda harus membaca notulen, baik dengan
cara memintanya membacakannya atau membacanya sendiri dan
notulis hadir untuk menjawab pertanyaan dan mendengarkan
rekaman pada hari yang sama dengan dilangsungkannya FGD
• Mengelompokkan temuan berdasarkan wilayah bahasan. Biasanya
dilakukan sejalan dengan pedoman diskusi. Pengelompokan ini perlu
juga memisahkan hasil temuan berdasarkan kualifikasi responden
(pemakai dan bukan pemakai) agar mudah membandingkan dan
melihat bedanya.
• Menemukenali berbagai posisi atau sudut pandang yang timbul dari
setiap masalah. Himpun tiap posisi yang berbeda, jajagi kekuatan
atau derajat kekokohan posisi pada peserta kelompok. Catat
ungkapan lisan (verbatim) yang menggambarkan tiap posisi
• Mencari tema atau pola dalam diskusi. Perhatikan catatan dan kaset
(atau bagian dari rekaman) sebanyak yang anda perlu untuk
menemukan pola. (misalnya ketidakteraturan dari yang dikatakan
orang atau yang anda piker akan dikatakan orang tapi tidak dikatakan
– dengan kata lain, pola dari yang tidak dikatakan. Tulis temanya dan
diskusikan dengan notulis.
• Mencari hubungan antar tema atau polanya dan penyebabnya.
Semua penjelasan tentang penyebab harus didukung oleh data.

Contoh, jika anda menemukan bahwa banyak ibu yang mengatakan,


“mahal” saat mendiskusikan hambatan pergi ke bidan dan bukan
dukung, anda tidak dapat melakukan inferensi (berarti memberikan
penjelasan) bahwa mereka semua miskin kecuali ada justifikasi data.
Jadi anda bisa melihat apa yang dikatakan oleh ibu-ibu tersebut dan
pekerjaan suaminya. Jika anda mengetahui bahwa beberapa suami
dan
istri yang menyebutkan biaya tersebut adalah orang yang
mempunyai pekerjaan yang baik dan yang lain tidak, anda tidak
dapat melakukan inferensi bahwa biaya berkaitan dengan uang yang
tersedia. Tapi anda menemukan bahwa semua ibu yang
menyebutkan biaya mempunyai suami yang gajinya rendah, anda
dapat melakukan inferensi bahwa uang merupakan hambatan untuk
orang miskin di kabupaten yang mengakses pelayanan dari bidan.
Kita menyebut pernyataan tentang penyebab atau hubungan
tersebut sebagai membuat inferensi.
• Melakukan klasifikasi temuan menurut topic diskusinya. Setelah anda
menemukan tema/pola dan inferensi secara mandiri tanpa panduan
FGD, lihat tema/pola dan inferensi dalam konteks yang ada di
panduan anda. Lihat apakah anda mendapatkan sesuatu yang baru.
Anda akan melaporkan temuan anda menurut tema/pola dan topik
diskusi.

e) Merangkum hasil diskusi kelompok terarah dalam laporan. Aspek


penulisan laporan merupakan aspek yang paling sulit dalam analisis dan
penulisan laporan karena prosesnya membutuhkan paling banyak
pemikiran, waktu, dan ketrampilan.
• Membaca ulang transkrip atau catatan tiap diskusi yang dibuat
pemandu atau note taker.
• Menemukenali pola (pattern), yaitu suatu respon yang berulang kali
muncul dalam setiap bahasan atau sebagian besar diskusi (Misalnya,
perasaan takut melihat laut pada sebagian besar korban tsunami)
• Mempertegas dan memperjelas pemunculan tetap berdasarkan temuan
lain dalam diskusi (Misalnya, tingkat rasa takut peserta korban
tsunami mungkin berkaitan dengan faktor pendukung lain).
• Menemukenali perbedaan dan kelainan dalam tiap wilayah bahasan.
Perjelas dan pertegas tiap posisi berdasarkan lingkungan temuan
(Misalnya, para peserta mungkin saja mengelompokan diri ke dalam
sikap “tradisional” vs “liberal” terhadap masalah membesarkan anak.
• Membuat rangkuman pola yang timbul dalam diskusi dan
menguraikannya sepanjang wilayah bahasan. Memperjelas dan
mempertegas pola tersebut berdasarkan lingkungan temuan
(misalnya, benang merah tanggapan yang saling berkaitan erat
dengan aneka faktor demografis atau historis peserta)

f) Kesalahan umum dalam menafsirkan laporan. Kesalahan yang biasanya


sering muncul dalam menafsirkan hasil diskusi kelompok adalah:
• Berusaha mengkuantifikasikan hasil diskusi. Contoh yang sering muncul
adalah: berusaha untuk menafsirkannya dengan hitungan,
misalnya: “20% peserta diskusi mengatakan.....” atau “sembilan
dari sepuluh
peserta merasa......” . Tapi teknik kualitatif yang buruk adalah
melaporkan “sebagian besar mengatakan”, atau “beberapa orang
mengatakan”. Anda harus memberikan perkiraan kepada pembicara
berapa banyak yang dimaksud dengan “sebagian besar” atau
“beberapa”. Akan sangat berbeda jika anda melakukan delapan FGD
dan tujuh dari delapan menyetujui sesuatu atau lima dari delapan
setuju. Demikian juga halnya, jika tujuh dari 12 FGD mempunyai
pemikiran tertentu; hal ini berbeda dengan 11 dari 12 FGD
mempunyai pemikiran tersebut. Keterwakilan dalam diskusi
kelompok terarah tergantung pada bagaimana anda memilih sample
peserta FGD anda dan tentang metodenya sendiri. Jadi anda mungkin
ingin melaporkan bahwa sembilan dari sepuluh peserta merasa
bahwa ......” . Hal ini akan memberikan pembicara perkiraan tentang
kelompok terarah. Tapi anda tidak mengubahnya menjadi suatu
persentase atau memperlakukannya seperti data kuantitatif.
• Menerima tanggapan peserta seperti apa yang diucapkan, bukan
mengkaji apa yang ada di balik ucapannya itu.
• Gagal merangkum dan mengkonseptualisasi temuan diskusi.

Penggunaan Diskusi Kelompok Terarah dan Wawancara Perorangan Secara


Mendalam dapat dilihat pada tabel berikut:
Masalah yang Gunakan Diskusi Gunakan
dipertimbangkan Kelompok Terarah, Wawancara
bila... Perorangan Secara
Mendalam, bila ...
Interaksi kelompok Interaksi Interaksi,
responden dapat kelompok
memancing tanggapan cenderung terbatas atau
yang lebih dalam dan tidak produktif.
pemikiran baru yang
bermanfaat

Tekanan kelompok Tekanan kelompok Tekanan kelompok


/ rekan / rekan bermanfaat / rekan
dalam menantang menghambat
pemikiran tanggapan dan
responden dan mengaburkan
memperjelas makna yang
pendapat yang diperoleh.
bertentangan.
Kepekaan Masalah Masalah tidak Masalah sangat
begitu peka, peka, sehingga
sehingga tidak responden tidak
membuat responden bersedia bicara dalam
memberi tanggapan kelompok.
semuanya atau tidak
memberi informasi.
Kedalaman Masalah Masalah
tanggapan memungkinkan membutuhkan
sebagian besar tanggapan dalam
responden dari tiap
mengatakan responden, seperi
semua hal yan masalah yang
relevan rumit dan
responden yang
berpengetahuan
banyak.
Kelelahan Diperlukan Membutuhkan
pewawancara seorang jumlah wawancara
pewawancara yang banyak.
untuk Seorang
melaksanakan pewawancara akan
riset, beberapa kelelahan atau
kelompok tidak bosan melakukan.
akan membuat
pewawancara
kelelahan atau
bosan.
Materi Penggugah Jumlah materi Sejumlah materi
penggugah tidak penggugah baru
banyak perlu dinilai.
Kesinambungan Masalah diteliti Perlu mengerti
Informasi secara mendalam bagaimana kaitan
dan benang merah antara berbagai
antar perilaku sikap dan perilaku
tidak begitu berdasar pola
penting tertentu
Eksperimentasi Cukup tahu Mungkin perlu
Pedoman masalah untuk membuat pedoman
Wawancara menyusun wawancara yang
pedoman akan dirubah
wawancara yang setelah wawancara
baik. terdahulu.
Observasi Perlu dan Informasi
memungkinkan bagi konsumen ”tangan
pengambil pertama” tidak penting
keputusan untuk atau pengamatan tidak
menjaga mati mungkin
informasi konsumen dilakukan.
”tangan pertama”

Logistik Jumlah responden Responden secara


yang diisyaratkan bisa geografis terpencar
dikumpulkan atau tidak mudah
di suatu lokasi. dikumpulkan karena
berbagai alasan.

Biaya dan Waktu Hasil yang cepat Hasil yang cepat


sangat penting tidak begitu penting
dan dana terbatas. dan
3. Teknik analisis penelitian kualitatif
Analisis kualitatif merupakan analisis yang mendasarkan pada adanya
hubungan semantis antar variabel yang sedang diteliti. Tujuannya ialah
agar peneliti mendapatkan makna hubungan variabel-variabel sehingga
dapat digunakan untuk menjawab masalah yang dirumuskan dalam penelitian.
Prinsip pokok teknik analisis kualitatif ialah mengolah dan menganalisis data-data
atau informasi yang terkumpul menjadi data yang sistematik, teratur,
terstruktur dan mempunyai makna.

a. Prosedur analisis data kualitatif dibagi dalam lima langkah yaitu:


1) Mengorganisir data/ informasi, dengan cara membaca berulang-
ulang data/informasi yang ada, sehingga peneliti menemukan data yang
sesuai dengan tujuan penelitiannya dan membuang data yang tidak
sesuai.
2) membuat kategori dengan jalan mengelompokkan data yang ada
kedalam suatu kategori yang sesuai dengan tema masing-masing,
sehingga data yang ada menjadi terlihat jelas.
3) Menguji hipotesis yang muncul dengan menggunakan data yang ada.
4) Peneliti memberikan keterangan yang masuk akal tentang data yang
ada dan harus mampu menjelaskan makna yang ada pada data
tersebut.
5) Menetapkan diskripsi hasil penelitian dan membuat simpulan dengan
mengangkat fakta-fakta yang ada berdasarkan data yang ada.

b. Model analisis kualitatif


1) Analisis domain
Tujuannya adalah untuk mengetahui gambaran umum atau
pengertian yang bersifat menyeluruh. Contoh domain di bidang
promosi kesehatan adalah pengetahuan, sikap dan perilaku, sumber
informasi, dll
2) Analisis taksonomi
Tujuannya untuk mengetahui salah satu domain saja. Misalnya :
pengetahuan masyarakat tentang HIV-AIDS yang meliputi:
pengertian, penyebab, cara penularan, cara pencegahan, dll
3) Analisis komponensial
Analisis komponensial menekankan pada kontras antar elemen dalam
suatu domain. Misalnya: antara domain pengetahuan dengan domain
sikap serta dengan domain perilaku.
4) Analisis tema kultural
Analisis tema kultural adalah untuk mencari atau mendapatkan
benang merah yang ada antara perilaku masyarakat ternyata ada
hubungannya dengan mitos, nilai-nilai/ norma, sosial budaya,
pemberian informasi, pengaruh tokoh masyarakat, sarana-prasarana
serta berbagai faktor lainnya.
5) Analisis komparasi konstan
Cara melakukan analisis komparasi konstan adalah sebagai berikut:
Menulis hal-hal pokok yang ada dalam data yang ada, kemudian
mendiskripsikan atau merinci lebih detail dan memberikan
penjelasan secara lengkap. Menggunakan data yang ada dan
melakukan analisis sesuai konsep yang telah dibuat.
Mengembangkan konsep yang ada dengan mengemukakan fakta-
fakta yang ditemukan, sehingga analisis yang dibuat menjadi lebih
luas dan komprehensif. Dengan demikian dapat mengembangkan
konsep menjadi teori.
Mempresentasikan hasil penelitian kualitatif
Hasil penelitian kualitatif berupa rekaman dalam bentuk audio atau video
yang kemudian ditranskripkan dalam bentuk teks/ narasi.
Mempresentasikan hasil penelitian dalam bentuk teks atau narasi tidak
mudah, karena harus dibuat sistematis, logis dan didasarkan pada
kategori-kategori tertentu. Misalnya: kategori pengetahuan, persepsi,
layanan, dll

c. Penulisan laporan penelitian kualitatif


Penulisan laporan penelitian kualitatif secara umum meliputi:
1) Pendahuluan
Berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian,
manfaat penelitian, desain penelitian yang akan digunakan dan
batasan masalah yang akan diteliti.
2) Kajian pustaka
Berisi konsep, landasan teori, data atau temuan hasil penelitian
sebelumnya yang berkaitan dengan masalah yang diteliti serta
mendasari penelitian yang sedang dijalankan.
3) Metodologi penelitian.
Berisi mengenai pendekatan, metode dan teknik yang digunakan untuk
menjawab tujuan yang sudah ditentukan sebelumnya. Di dalam
metode meliputi penentuan responden/informan, populasi, sampel,
instrumen, definisi operasional, teknik analisis serta alat ukurnya.
4) Hasil penelitian
Hasil penelitian berisi pemaparan deskriptif semua data dan
informasi yang diperoleh di lapangan. Jumlah pemaparan tergantung
pada jumlah pertanyaan-pertanyaan yang ada dalam instrumen.
5) Analis hasil penelitian
Berisi pemaparan pembahasan antara hasil penelitian dengan teori
yang ada dan mengangkat alasan-alasan yang logis dan bisa
dipertanggung jawabkan secara ilmiah. Pembahasan yang diangkat
tentunya mengarah pada tujuan penelitian serta hipotesa yang telah
ditetapkan sebelumnya.
6) Kesimpulan dan saran.
Berisi kesimpulan jawaban-jawaban yang sesuai dengan tujuan
penelitian. Harus diingat harus ada benang merah antara rumusan
masalah, tujuan penelitian dan kesimpulan. Bagian saran berisi
rekomendasi upaya pemecahan masalah yang harus dilakukan oleh
berbagai pihak terkait.

VI. Referensi
• Depkes RI, Pusat data Kesehatan, 1998, Metode Survei Cepat, Jakarta.
• Janice M. Morse & Peggy Anne Field, 1995, Qualitative research methods for
Health Professional, 2nd edition, Sage Publication, London.
• Merry Debus, 1995, Buku Panduan Diskusi Kelompok Trarah, AED,
Healthcom, New York,
• Valerie J.L Knekhoff, Metode Pelatihan Kalitatif, Pusat Kelangsungan Hidup Anak,
UI.
• WHO Qualitative Research Methods for Health Programs, Division of Mental
Health, Geneva.
• Irwanto,Ph.D, Focus Grop Discussion (FGD), Pusat Kajian Pembangunan
Masyarakat, UNIKA Atmajaya, Jakarta, 1998.
• Jonatan Sarwono, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif, Graha Ilmu,
Yogyakarta, 2006.
• Totok Mardikanto, Metode Penelitian dan Evaluasi Pemberdayaan Masyarakat,
Penyuluhan Pembangunan Pemberdayaan Masyarakat Program Pasca
Sarjana UNS, Surakarta, 2010.
MATERI INTI 6
PERUMUSAN
SISTEM PENGEMBANGAN PENYULUHAN

I. Deskripsi Singkat
Kebijakan dipahami sebagai arah atau pola kegiatan dan bukan sekedar suatu
keputusan untuk melakukan sesuatu. Kebijakan dapat disebut juga sebagai
intervensi pemerintah dengan masyarakat dalam rangka mengatasi masalah
termasuk masalah kesehatan masyarakat. Kebijakan sebagai intervensi dilakukan
secara terus menerus oleh pemerintah demi kepentingan kelompok/masyarakat
agar mereka dapat hidup sehat, ikut berpartisipasi dalam pembangunan kesehatan
di wilayah kerja pemerintah tersebut.

Kebijakan sebagai keputusan yang tetap, ditandai dengan diberlakukannya secara


berkesinambungan dan berulang-ulang pada yang membuat kebijakan dan yang
melaksanakannya. Arah pembangunan kesehatan yang tertera dalam Undang-
undang No. 17 Tahun 2007 merupakan suatu contoh kebijakan yang masih akan
terus dipergunakan hingga tahun 2025 karena didalamnya telah diputuskan dan
diatur tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional. Kebijakan dalam
bentuk Undang-undang tersebut kemudian dikembangkan oleh kementerian
kesehatan dalam bentuk Keputusan menteri kesehatan tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional Bidang Kesehatan dan Rencana
Strategis kementerian Kesehatan menjadi suatu kebijakan yang dipergunakan
dalam sistem kelembagaan kesehatan dari pusat, provinsi, kabupaten/kota.
Kebijakan dapat saja diperbaharui sesuai dengan perubahan situasi dan kondisi
yang berorientasi pada kepentingan kesehatan masyarakat dan masa depan serta
strategi pemecahan masalah kesehatan yang terbaik.

Untuk itu Pejabat Fungsional perlu memahami sistem pengembangan


penyuluhan dengan merumuskan kebijakan pengembangan penyuluhan
kesehatan yang sudah ada maupun yang bersifat pembaharuan.

II. Tujuan Pembelajaran

A. Tujuan Pembelajaran Umum:


Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu merumuskan sistem
pengembangan penyuluhan
B. Tujuan Pembelajaran Khusus:
Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu:
1. Merumuskan kebijakan pengembangan penyuluhan kesehatan yang sudah
ada
2. Merumuskan kebijakan pengembangan penyuluhan kesehatan yang bersifat
pembaharuan

III. Pokok Bahasan dan Sub Pokok Bahasan


Dalam modul ini akan dibahas pokok bahasan dan sub pokok bahasan sebagai
berikut:
Pokok bahasan 1. Perumusan kebijakan pengembangan penyuluhan kesehatan
yang sudah ada.
Sub pokok bahasan:
a. Penyusunan kerangka acuan
b. Penyiapan bahan/data informasi
c. Pengolahan dan pengkajian data /informasi
d. Perumusan konsep kebijakan

Pokok bahasan 2. Perumusan kebijakan pengembangan penyuluhan kesehatan


yang bersifat pembaharuan
Sub pokok bahasan:
a. Penyusunan kerangka acuan
b. Penyiapan bahan/data
informasi
c. Pengolahan dan pengkajian data /informasi
d. Perumusan konsep kebijakan

IV. Langkah-Langkah Kegiatan Pembelajaran


Langkah-langkah kegiatan pembelajaran ini menguraikan tentang kegiatan fasilitator dan
peserta dalam proses pembelajaran selama sesi ini berlangsung (4 jpl x 45 menit =
180 menit), adalah sebagai berikut:

Langkah 1.
Pengkondisian (10 menit)

Langkah pembelajaran:
a. Fasilitator menyapa peserta dengan ramah dan hangat. Apabila belum pernah
menyampaikan sesi di kelas, mulailah dengan perkenalan. Perkenalkan diri dengan
menyebutkan nama lengkap, instansi tempat bekerja dan materi yang akan
disampaikan.
b. Menciptakan suasana nyaman dan mendorong kesiapan peserta untuk
menerima materi dengan menyepakati proses pembelajaran.
c. Dilanjutkan dengan penyampaian judul materi, deskripsi singkat, tujuan
pembelajaran serta ruang lingkup pokok bahasan yang akan dibahas pada
sesi ini dengan menggunakan bahan tayang.

Langkah 2.
Penyampaian dan pembahasan pokok bahasan 1. Perumusan kebijakan
pengembangan penyuluhan kesehatan yang sudah ada (90 menit).

Langkah pembelajaran:
a. Fasilitator membentuk peserta dalam 4 (empat) kelompok yang bertugas membahas
perumusan kebijakan pengembangan penyuluhan kesehatan yang bersifat
pembaharuan selama 40 menit. Diskusikan dengan peserta satu contoh
kebijakan yang bersifat pembaharuan (mempertimbangkan masalah kesehatan
masyarakat di masa depan dan perlu segera merumuskan kebijakan yang baru)
sehingga perlu segera dikembangkan sebagai suatu upaya promosi kesehatan
yang menghasilkan kebijakan publik berwawasan kesehatan di wilayah kerja.
Kelompok A: Membuat Kerangka Acuan. Kelompok
B: Menyiapan bahan/data informasi Kelompok C :
Mengolah dan mengkaji data /informasi Kelompok D :
Merumusan konsep kebijakan

Setiap kelompok menyajikan hasil diskusi kelompoknya di lembar flipchart secara


ringkas dan jelas secara berurutan dimulai dari Kelompok A-Kelompok D.
Setiap anggota kelompok ada yang menjelaskan dikelompoknya masing-masing
tentang hasil diskusi kelompoknya, kemudian juga mengirimkan anggota
kelompoknya untuk ”studi/belajar” ke kelompok lain secara berurutan.
Anggota kelompok A studi ke Kelompok B, B ke C, C ke D dan D ke A. Setiap
studi hanya 10 menit dan harus berpindah jika telah habis waktunya.

Fasilitator ikut serta berkunjung ke 4 kelompok yang telah memaparkan hasil


diskusinya sekaligus memberi tanggapan.

b. Fasilitator selanjutnya merangkum dan menyampaikan masukan terhadap


paparan kelompok dan menyajikan materi sesuai urutan sub pokok bahasan
dengan menggunakan bahan tayang.
c. Fasilitator memberikan kesempatan peserta untuk bertanya atau
menyampaikan klarifikasi, kemudian fasilitator menyampaikan jawaban atau
tanggapan yang sesuai.
Langkah 3.
Penyampaian dan pembahasan pokok bahasan 2. Perumusan kebijakan
pengembangan penyuluhan kesehatan yang bersifat pembaharuan (65 menit).

Langkah pembelajaran:
a. Fasilitator membentuk peserta dalam 4 (empat) kelompok yang bertugas
membahas perumusan kebijakan pengembangan penyuluhan kesehatan yang
sudah ada selama 30 menit. Diskusikan dengan peserta satu contoh
kebijakan yang sudah ada dan perlu dikembangkan sebagai suatu upaya promosi
kesehatan yang menghasilkan kebijakan publik berwawasan kesehatan di
wilayah kerja. Kelompok A : Membuat Kerangka Acuan.
Kelompok B : Menyiapan bahan/data informasi
Kelompok C : Mengolah dan mengkaji data /informasi
Kelompok D : Merumusan konsep kebijakan

Setiap kelompok menyajikan hasil diskusi kelompoknya di lembar flipchart secara


ringkas dan jelas secara berurutan dimulai dari Kelompok A-Kelompok D.
Setiap anggota kelompok ada yang menjelaskan dikelompoknya masing-masing
tentang hasil diskusi kelompoknya, kemudian juga mengirimkan anggota
kelompoknya untuk ”studi/belajar” ke kelompok lain secara berurutan.
Anggota kelompok A studi ke Kelompok B, B ke C, C ke D dan D ke A. Setiap
studi hanya 5 menit dan harus berpindah jika telah habis waktunya.

b. Fasilitator ikut serta berkunjung ke 4 kelompok yang telah memaparkan hasil


diskusinya sekaligus memberi tanggapan.

c. Fasilitator selanjutnya merangkum dan menyampaikan masukan terhadap


paparan kelompok dan menyajikan materi sesuai urutan sub pokok bahasan
dengan menggunakan bahan tayang.
d. Fasilitator memberikan kesempatan peserta untuk bertanya atau
menyampaikan klarifikasi, kemudian fasilitator menyampaikan jawaban atau
tanggapan yang sesuai.

Langkah 4.
Rangkuman dan kesimpulan (15 menit)

Langkah pembelajaran:
a. Fasilitator melakukan evaluasi untuk mengetahui penyerapan peserta
terhadap materi yang disampaikan dan pencapaian tujuan pembelajaran.
b. Fasilitator merangkum dan membuat kesimpulan poin-poin penting dari materi
yang disampaikan.
c. Fasilitator menutup sesi ini, dengan memberikan apresiasi kepada seluruh peserta.
V. Uraian Materi

Pokok Bahasan 1.
PERUMUSAN KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PENYULUHAN KESEHATAN
YANG SUDAH ADA

A. Penyusunan kerangka acuan


Kerangka Acuan Kegiatan atau Term of Reference (TOR) merupakan
gambaran umum dan penjelasan mengenai kegiatan yang akan dilaksanakan
sesuai dengan tugas dan fungsi Kementerian/Lembaga.

TOR dibuat dalam rangka menjamin efisiensi, efektifitas, kelancaran dan


keseragaman tata urut dan materi kegiatan serta menentukan tema,
merumuskan masalah kemudian mencari jawaban atas permasalahan sesuai
kegiatan yang dilaksanakan.

Isi dari Kerangka Acuan Kegiatan mencakup


:
1. Uraian mengenai apa (WHAT) pengertian dan apa keluaran/output yang
akan dicapai dari kegiatan yang dilaksanakan
2. Mengapa (WHY) kegiatan tersebut perlu dilaksanakan dalam hubungan
dengan tugas pokok dan fungsi dan atau sasaran program yang hendak
dicapai
3. Siapa (WHO) satuan kerja/panitia/tim/personel yang bertanggugjawab
melaksanakan dalam pencapaian keluaran/output dan siapa yang
menerima manfaat dari kegiatan tersebut.
4. Kapan (WHEN) kegiatan dimulai dan selesai, berapa lama (HOW LONG)
waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikannya.
5. Dinama/lokasi (WHERE) kegiatan tersebut dilaksanakan
6. Bagaimana (HOW) kegiatan tersebut dilaksanakan
7. Berapa perkiraan biayanya (HOW MUCH) yang
dibutuhkan

Kelengkapan dari Kerangka Acuan Kegiatan


adalah:
1. Rincian Anggaran Biaya (RAB) adalah suatu dokumen yang beisi rincian
komponen-komponen masukan (input) dari sebuah kegiatan serta besaran
biaya masing-masing komponen. RAB merupakan penjabaran lebih lanjut
dari unsur perkiraan biaya (how much) dalam kerangka acuan.
2. Data Pendukung lainnya adalah dokumen yang mendukung TOR dan RAB,
dapat berupa keterangan mengenai spesifikasi barang berikut harganya, analisis
biaya satuan, gambar dan sebagainya yang dapat dipertanggungjawabkan.
Format Kerangka Acuan :

Kementerian Negara : ............................................. Unit


Organisasi : ............................................. Program
: ............................................. Kegiatan :
............................................. Sub Kegiatan :
............................................. Detail Kegiatan :
.............................................

1. Latar Belakang (why)


a. Dasar Hukum
b. Gambaran Umum
c. Alasan Kegiatan Dilaksanakan
2. Kegiatan Yang Dilaksanakan (what)
a. Uraian Kegiatan
b. Batasan Kegiatan
3. Maksud dan Tujuan a. Maksud
Kegiatan b. Tujuan Kegiatan
4. Indikator Keluaran dan Keluaran a. Indikator
Keluaran (kualitatif) b. Keluaran (kuantitatif)
5. Cara Pelaksanaan Kegiatan (how)
a. Metode Pelaksanaan b. Tahapan
Kegiatan
6. Tempat Pelaksanaan Kegiatan (where)
7. Pelaksana dan Penanggungjawab Kegiatan (Who)
8. Jadwal Kegiatan
a. Waktu Pelaksanaan Kegiatan (when)
b. Matrik Pelaksanaan Kegiatan (time table)
9. Biaya (how much) : total biaya yang diperlukan dalam kegiatan

..................., .......................................... Pejabat

Penanggungjawab

(................................................)

B. Penyiapan bahan/data informasi


a. Tentukan tujuan pengumpulan data
b. Tentukan jenis data yg diperlukan
c. Tentukan Sumber Data
d. Tentukan cara pengumpulan data
e. Buat jadwal pengumpulan data
f. Buat izin pengumpulan data
g. Pelaksanaan pengumpulan data
h. Memeriksa kelengkapan hasil pengumpulan data
C. Pengolahan dan pengkajian data /informasi
a. Mengolah data :
a) Analisis distribusi frekuensi
b) Analisis rata-rata hitung / median /
modus c) Penyebaran / pemetaan sesuai
jenis data
b. Perumusan masalah
c. Prioritas masalah
d. Analisis sebab akibat dari masalah
e. Rumuskan aspek perilaku dari masalah :
a) Analisis perilaku ideal dan perilaku
sekarang
b) Analisis perilaku yang akan diubah (analisis 4 kuadran : penting, tidak
penting, sulit diubah, mudah diubah)
f. Rumuskan masalah manajemen kegiatan/upaya/program
a) Analisis kesenjangan dalam aspek manajemen
b) Analisis pengembangan sapek manajemen yang
diperlukan

D. Perumusan konsep kebijakan


a. Pendahuluan / Latar belakang
Contoh : Perlunya merumuskan Kebijakan Penerapan Program P4K di
wilayah kerja (kabupaten/kota, kecamatan, desa/kelurahan sebagai
implementasi kebijakan tentang Pedoman Penyelenggaraan Desa dan
Kelurahan Siaga Aktif.
b. Tujuan
c. Kebijakan
a) Definisi Operasional
b) Indikator dan kriteria Desa Siaga Aktif
c) Cara pengukuran
d) Pencatatan dan Pelaporan
d. Pelaksana / Penanggung Jawab
e. Kesimpulan, rekomendasi / saran

Pokok bahasan 2.
PERUMUSAN KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PENYULUHAN KESEHATAN
YANG BERSIFAT PEMBAHARUAN

A. Latar Belakang

B. Penyusunan kerangka acuan


Teknik menyusun Kerangka Acuan untuk mengembangkan kebijakan
kesehatan di wilayah kerja
C. Penyiapan bahan/data informasi
Teknik Penyediaan Data-data kesehatan terkait pengembangan kebijakan

D. Pengolahan dan pengkajian data /informasi


Teknik analisis dan kajian data

E. Perumusan konsep kebijakan


Membuat telaahan kritis dan Menyusun naskah akademik (contoh)

VI. Referensi
• Kemenkes. RI, Pusat Promosi Kesehatan, 2013, Modul Pelatihan Pengelola
Advokasi, Jakarta.
MATERI INTI 7
PENGEMBANGAN METODE
TEKNIK PROMOSI KESEHATAN

I. Deskripsi Singkat
Kegiatan-kegiatan promosi kesehatan yang dilaksanakan di masayarakat pada
dasarnya adalah suatu proses komunikasi, yaitu proses mengemas,
menyampaikan dan menerima informasi yang terjadi dalam suatu lingkungan tertentu.
Salah satu yang menantukan keberhasilan komunikasi adalah medote penyuluhan
yang digunakan.

Metode penyuluhan kesehatan dalam menyampaikan informasi memang sangat


beragam, namun dalam pemilihnya harus dipertimbangkan secara cermat dengan
memperhatikan kemasan informasinya, keadaan penerima informasi, termasuk sosial
budaya dan hal lain yang merupakan lingkungan komunikasi, seperti tempat ruang
dan waktu. Dengan demikian, metode teknik untuk menyampaikan informasi
merupakan hal yang sangat penting, sehingga pesan dapat tersampaikan dengan
baik, efektif dan tepat sasaran.

II. Tujuan Pembelajaran

A. Tujuan Pembelajaran Umum:


Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu menggunakan metode dan teknik
promosi kesehatan

B. Tujuan Pembelajaran Khusus:


Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu :
1. Merumuskan pengembangan metode/ teknik penyuluhan yang bersifat
penyempurnaan
2. Merumuskan pengembangan metode/ teknik penyuluhan yang bersifat
pembaharuan

III. Pokok Bahasan dan Sub Pokok Bahasan


Dalam modul ini akan dibahas pokok bahasan
berikut:

Pokok bahasan 1. Pengertian metode dan teknik promosi


kesehatan
Pokok bahasan 2. Jenis-jenis metode promosi
kesehatan
Pokok bahasan 3. Bentuk-bentuk pendekatan
Pokok bahasan 4. Kekuragan dan kelebihan masing-masing metode
IV. Langkah-Langkah Kegiatan Pembelajaran
Langkah-langkah kegiatan pembelajaran ini menguraikan tentang kegiatan
fasilitator dan peserta dalam proses pembelajaran selama sesi ini berlangsung (6
Jpl : 6 x 45 menit = 270 menit ), adalah sebagai berikut:

Langkah 1.
Pengkondisian (5 menit)

Langkah pembelajaran:
a. Fasilitator menyapa peserta dengan ramah dan hangat. Apabila belum pernah
menyampaikan sesi di kelas, mulailah dengan perkenalan. Perkenalkan diri
dengan menyebutkan nama lengkap, instansi tempat bekerja dan judul materi
yang akan disampaikan.
b. Menciptakan suasana nyaman dan mendorong kesiapan peserta untuk
menerima materi dengan menyepakati proses pembelajaran.
c. Dilanjutkan dengan penyampaian judul materi, deskripsi singkat, tujuan
pembelajaran serta ruang lingkup pokok bahasan yang akan dibahas pada
sesi ini.

Langkah 2.
Ceramah dan tanya jawab tentang pengantar (25 menit)

Langkah pembelajaran:
a. Fasilitator menjelaskan tentang judul pokok dan sub pokok bahasan serta
tujuan yang akan dicapai
b. Fasilitator mengulas tentang pentingnya metode dan teknik promosi kesehatan
c. Beri kesempatan peserta untuk bertanya tentang perbedaan antara metode
dan teknik promosi kesehatan
Langkah 3.
Ceramah dan tanya jawab tentang jenis-jenis metode dan teknik promosi
kesehatan (30 menit)

Langkah pembelajaran:
a. Fasilitator menjelaskan tentang jenis-jenis metode dan teknik promosi
kesehatan b. Fasilitator menjelaskan tentang teknik mengunakan metode promosi
kesehatan c. Beri kesempatan peserta untuk bertanya dan mengemukakan
pendapatnya
Langkah 4.
Ceramah dan tanya jawab tentang jenis-jenis metode dan teknik promosi
kesehatan (30 menit)

Langkah pembelajaran:
a. Fasilitator menjelaskan tentang jenis-jenis metode dan teknik promosi
kesehatan b. Fasilitator menjelaskan tentang teknik mengunakan metode promosi
kesehatan c. Beri kesempatan peserta untuk bertanya dan mengemukakan
pendapatnya

Langkah 5.
Bermain peran (penyuluhan perorangan : 50 menit)

Langkah pembelajaran:
a. Fasilator meminta 2 orang peserta untuk bermain peran melakukan konseling
b. Fasiliator meminta peserta lain untuk menyimak dan mengemukakan
pendapatnya setelah bermain selesai
c. Fasilitator memberikan ulasan terhadap bermian peran tersebut dan
menjelaskan teknik konseling yang tepat

Langkah 6.
Bermain peran (konseling : 50 menit)

Langkah pembelajaran:
a. Fasilator meminta 2 orang peserta untuk bermain peran melakukan konseling
b. Fasiliator meminta peserta lain untuk menyimak dan mengemukakan
pendapatnya setelah bermain selesai
c. Fasilitator memberikan ulasan terhadap bermian peran tersebut dan
menjelaskan teknik konseling yang tepat

Langkah 7.
Diskusi dan simulasi (dikusi kelompok terarah : 45 menit)

Langkah pembelajaran:
a. Fasilitator membagi peserta menjadi 4 kelompok, masing-masing peserta
berhitung dari nomor 1 sampai 4 selenjutnya peserta nomor 1 berkompul
dengan nomor 1 menjadi satu kelompok dan seterusnya
b. Fasilitaor meminta setiap kelompok mendiskusikan masalah yang akan
didiskusikan
c. Fasilitator meminta kelompok 1 dan II untuk melakukan simulasi diskusi
kelompok terarah, sementara itu kelompok yang lain mengamati dan
memberikan pendapat setelah simulasi selesai
d. Setelah simulasi selesai, fasilitator meminta komentar pengamat dan
memberikan masukan untuk penyempurnaan
e. Fasilitator menjelaskan hambatan-hambatan dalam melakukan diskusi kelompok
terarah

Langkah 8.
Diskusi dan simulasi (dikusi kelompok terarah : 45 menit))

Langkah pembelajaran:
a. Fasilitator merangkum seluruh materi penyajian dikaitkan dengan pencapaian
tujuan pembelajaran khusus

V. Uraian Materi

Pokok Bahasan 1.
PENGERTIAN METODE DAN TEKNIK PROMOSI KESEHATAN

Promosi kesehatan adalah usaha untuk meningkatkan kemampuan masyarakat


melalui proses pembelajaran dari, oleh, untuk dan bersama masayarakat agar
mereka dapat menolong dirinya sendiri serta mengembangkan kegiatan yang
bersumber daya masyarakat sesuai sosial budaya setempat dan didukung oleh
kebijakan yang berwawasan kesehatan dan berpihak kepada masyarakat.

Sedangkan metode yaitu suatu cara untuk mengantar materi dan pesan
kesehatan yang berfungsi untuk meningkatkan pengetahuan kemampuan dan
ketrampulan sasaran. Dan pengertian teknik adalah suatu instrumen atau alat
untuk mengantar materi atau pesan. Sehingga metode teknik promosi kesehatan
adalah suatu cara dan alat untuk menyampaikan pesan kesehatan kepada
masyarakat, kelompok atau individu, sehingga upaya kesehatan dapat berhasil
menjangkau sasarab secara efektif. Hal yang perlu diperhatikan dalam memilih
metode dan teknik penyuluhan adalah sebagai berikut :

1. Tujuan penyuluhan
Dalam suatu kegiatan penyuluhan/pelatihan/pengajaran apakah tujuannya cukup
sampai pengetahuan atau sampai ketrampilan/perubahan perilaku. Apabila tujuan
sampai terampil maka metodenya yang dipakai yaitu demonstrasi atau praktik.

2. Kemampuan penyuluhan
Sebagai penyuluh/fasilitator tentunya akan memilih metode yang dikuasai dan
sesuai dengan tujuan penyuluhan
3. Kamampuan sasaran penyuluhan
Kemampuan dan tingkat pendidikan sasarn sangat dipertimbangkan dalam
memilih metode penyuluhan yang akan digunakan jangan sekali-kali digunakan
metode yang rumit dan canggih untuk kelompok sasaran dengan pendidikan
rendah, dikhawtirkan sasaran menjadi sulit menerima

4. Besar kecilnya kelompok sasaran


Dalam hal ini perlu dipertimbangkan metode yang akan dipilih sesaui dengan
jumlah sasaran. Misalnya melakukan penyuluhan dengan jumlah sasaran
yang besar, jangan menggunakan metode tatap muka perorangan, hal ini
akan menimbulkan kebosanan peserta lain.

5. Waktu yang tersedia


Apabila waktu yang disediakan terbatas agar dimanfaatkan seefisien mungkin
dengan memilih yang sesuai dan dapat tercakup semuanya. Apabila waktu yang
disediakan cukup longgar, agar memilih metode pengajaran orang desawa,
belajar sambil bekerja, misalnya diskusi kelompok dengan penyaji, studi
kasus, peragaan atau demonstrasi.

6. Fasilitas yang tersedia


Jangan memilih metode dimana di lokasi tersebut tidak tersedia fasilitasnya,
misalnya memilih metode demontrasi umum di tempat tersebut tidak tersedia
sarana untuk melakukan demontrasi.

7. Jumlah sasaran
Ditinjau dari jumlah sasaran agar dipertimbangkan dalam memgunakan metode
dan teknik.

Pokok Bahasan 2.
JENIS-JENIS METODE PROMOSI KESEHATAN

1. Metode promosi indovidu (Perorangan)


Dalam promosi kesehatan, metode yang bersifat individual ini digunakan untuk
membina perilaku baru atau membina seseoarang yang telah tertarik untuk
mengubah perilakukan. Misalnya seorang bapak yang merokok, tertatarik
berhenti merokok setelah mendengarkan penyuluhan kesehatan mengenai
bahaya rokok. Pendekatan yang digunakan agar bapak bersebut benar-benar
berhenti adalah ia harus didekati secara perorangan. Perorangan disini tidak
harus hanya kepada bapak tersebut, melainkan juga bisa melalui anggota
keluarga lain atau juga temannya. Contoh dari metode promosi perorangan
adalah penyuluhan perorangan, konseling dan wawancara
2. Metode promosi kelompok
Metode ini bisa digunakan bagi kelompok dengan anggota yang memeiliki
kesamaan latar belakang baik dari segi umur, pendidikan, profesi dan
sebagainya, misalnya antara sesama ibu usia. Metode ini bertujuan agar
anggota kelompok sebagai sasaran dapat mengenal leih jauh arti dan manfaat
pesan kesehatan yang diinformasikan. Contoh dari metode ini adalah diskusi
kelompok terarah, curah pendapat, bola salju, kelompok-kelompok kecil,
bermain peran dan simulasi

3. Metode promosi kesehatan massa


Metode promosi kesehatan massa adalah metode yang dipakai untuk
mengkomunikasikan pesan-pesan kesehatan kepada masyarakat luas yang bersifat
masssa. Tujuannya menggugah kepedulian masyarakat terhadap suatu atau inovasi
baru dalam kesehatan. Manfaatnya adalah dapat menyampaikan informasi secara
cepat dan menjangkau banyak orang, sehingga diharapkan terjadiya perubahan
perilaku, Beberapa contoh dari metode promosi keseatan massa adalah
ceramah umum, pidato-pidato/diskusi, tulisan-tulisan di majalah atau
koran,billboard, spanduk, poster, meninitipkan pesan pada khotbah agama, dll

Pokok Bahasan 3.
BENTUK-BENTUK PENDEKATAN

1. Metode Promosi Perorangan


Berikut ini adalah beberapa bentuk pendekatan promosi perorangan
:
a. Penyuluhan perorangan
Penyuluhan perorangan adalah proses penyampaian pesan kesehatan secara
singkat dan jelas melalui pendekatan individu/perorangan dengan tujuan
agar adanya peningkatan pengetahuan dan perubahan perilaku yang
diharapkan

Dalam melakukan penyuluhan perorangan ada beberapa pengetahuan dan


keterampilan yang hars dimiliki antara lain :
1) Memahami dan mengindentifikasi latar belakang sosial, budaya atau
gama sasaran penyuluhan sehingga dapat menyesuaikan dengan
pesan atau informasi yang disampaikan.
2) Mempu menyampaikan informasi tentang materi yang dibahas,
misalnya masalah kesehatan dan cara pencegahannya.
3) Mampu melakukan percakapan dua arah dan mau mendengarkan apa
yang disampaikan sasaran
Metode ini dapat digunakan pada kegiatan kunjungan rumah dalam upaya
penggerakan dan pemberdayaam keluarga untuk melakukan PHBS.
Teknik yang digunakan dalam kunjungan rumah yang disingkat SAJI
yaitu

SALAM
1) Ucapkan salam kepada anggota keluarga yang dikunjungi seperti
assalamualaikum, selamat pagi atau mengunakan istilah bahasa
setempat
2) Sapa anggota keluarga dengan baik. Bicarakan hal-hal yang umum
dahulu, misalkan tentang kegiatan arisan yang ada di RT atau hal lain.
3) Sampaikan maksud dan tujuan kedatangan anda yaitu
membicarakan masalah perilaku hidup bersih dan sehat dalam
keluarga tersebut.
4) Tegaskan bahwa tugas anda membantu memelihara dan
meningkatkan
PHBS di masyarakat.

AJAK BICARA
1) Ajak anggota keluarga bicara terbuka dan bebas mengenai masalah
kesehatan yang dihadapi, masalah melakukan PHBS di rumah tangga, dll
2) Pancing untuk membicarakan hambatan keluarga dalam mengatasi
masalah kesehatan tersebut melalui penerapan PHBS misalnya
kesulitan melarang bapak merokok di dalam rumah, kesulitan untuk
memberikan ASI eksklusif atau tentang ketersediaan jamban sehat.

JELASKAN DAN BANTU


1) Setelah mengetahui labih jauh menganai masalah yang ada dalam
keluarga tersebut menyangkut pengetahuan, sikap dan perilaku
mengenai hidup bersih dan sehat maka berikan penjelasan menganai
masalah tersebut dan cara mengatasinya.
2) Sampaikan informasi tentang manfaat PHBS dalam bahasa yang mudah
dipahami dengan menggunakan media promosi/penyuluh seperti
lembar balik.

INGATKAN
Diakhir kunjungan, ingatkan kembali pokok-pokok pesan yang telah
disampaikan dan apa yang harus dilakukan untuk meningkatkan perilaku
hidup bersih dan sehat (PHBS) serta kemampuan untuk berPHBS.

b. Konseling
Konseling adalah suatu proses pemberian bantuan berupa komunikasi
langsung dan tidak langsung dengan tujuan agar anggota keluarga yang
diberikan konseling mampu mengenali keadaan dirinya dan masalah yang
dihadapinya sehingga dapat membuat keputusan yang tepat dalam
mengatasi masalahnya secara mandiri berdasarkan kesadaran sendiri.
Konseling lebih bersifat individu dan hubungannya bersifat sejajar, serta
mempunyai empati yang tinggi. Metode ini biasanya diberikan kepada
sesorang yang sedang mempunyai masalah kesehatan, ingin melakukan
pencegahan penyakit dan ingin meningkatkan kesehatannya.

Teknik melakukan konseling, langkah-langkahdapat disingkat dengan


”SATU TUJU”

SA=salam, sambut
1) Sambut klien (teman, anggota keluarga) dengan hangat, sampaikan
salam, berikan perhatian kepadanya dan tawarkan bantuan untuk
mengatasi masalah yang sedang dihadapinya.
2) Bersikaplah ramah dan sopan
3) Lalu perkenalkan diri
4) Berikan jaminnan kerahasiaan terhadap percakapan/informasi yang
disampaikan klien kepada petugas konseling
5) Carilah tempat dan ciptakan situasi yang aman dan nyaman pada saat
melakukan percakapan.

TA = Tanyakan
1) Tanyakan atau minta klien untuk menyampaikan masalahnya,
dengarkan dengan penuh perhatian dan rasa empati. Mintalah
klarifikasi bila belum jelas.
2) Beritahu bahwa semua keterangan itu diperlukan untuk menolong
mencari atau memilih cara penyelasaian masalah.
3) Usahakan agar selalu kontrak mata/pandangan dengan klien

U = Uraikan
1) Uraikan berbagai informasi tentang kesehatan dan bagaimana berperikau
hidup bersih dan sehat (PHBS) sebagai solusi dalam upaya
penyelesaiaan permasalahan kesehatannya dan sampaikan secara jelas
dan rinci.
2) Gunakan media penyuluh misalnya lembar balik, leflet, poster dll untuk
mempermudah pemahaman klien terhadap informasi yang diterimanya

TU = Bantu
1) Bantu klien untuk memahami bahwa PHBS merupakan cara yang tepat
sebagai pemecahan masalah yang dipilihnya
2) Bantu klien agar mampu melakukan PHBS
J = jelaskan
1) Jelaskan informasi yang telah disampaikan, serta cara
menanggulangi permasalahan yang dihadapi dari segi positif dan
negatifnya. Diskusikan upaya untuk mengatasi hambatan/rintangan
yang mungkin dihadapi.
2) Gunakan media penyuluh saat memberikan penjelasan.

U = ulangi
Ulangi segala informasi yang disampaikan, serta keputusan yang
diputuskan klien, untuk memperjelas tindakan yang akan dilakukan.
Kemudian buat janji untuk pertemuan berikutnya.

c. Wawancara
Wawancara dilakukan untuk menggali informasi mengapa teman anda
sudah atau belum menerima perubahan, apakah ia tertarik dengan
perubahan tersebut dan apakah perilaku yang sudah atau akan diadopsi
agar mempuyai dasar pengertian dan kesadaran yang kuat. Apabila
belum maka perlu penyuluhan yang lebih mendalam lagi

2. Motode promosi kelompok


Berikut ini adalah beberapa contoh pendekatan yang dapat digunakan untuk
kelompok :
a. Diskusi kelompok terarah (DKT)
1) Diskusi kelompok terarah adalah diskusi antar anggota keluarga dari
masing-masing keluarga untuk mengali, menetapkan dan
memecahkan masalah yanga da dalam keluarga. Jumlah peserta
dalam setiap kelompok DKT antara 8-10 orang. Diskusi sebaiknya
berlangsung tidak lebih dari 2 jam.
2) Pengelompokkan peserta dapat berdasarkan kedekatan lingkungan
tempat tinggal, kelompok-kelompok yang ada seprti kelompok
pengajian, dasa wisma, dll
3) Manfaatnya yaitu untuk memberikan pengetahuan dan keterampilan
untuk menganal dan memecahkan masalh kesehatan terkait PHBS
yang dihadapi setiap keluarga.
4) Mendorong setiap keluarga untuk bertindak mengatasi masalah dengan
menggunakan sumber daya yang dimiliki (dana, tenaga, dll).

Teknik dalam dikusi kelompok terarah


1) Dalam diskusi kelompok agar semua anggota kelompok dapat
berpartisipasi dalam diskusi, maka formasi duduk para peserta diatur
sedemikian rupa sehingga mereka dapat berhadap-hadapan atau saling
memandang satu sama lain, misalnya dalam bentuk lingkaran segi empat
2) Pimpinan diskusi juga duduk di antara peserta sehingga tidak menimbulkan
kesan ada yang lebih tinggi. Dengan kata lain mereka harus merasa dalam
taraf yang sama sehingga tiap anggota kelompok mempunyai kebebasan/
keterbukaan untuk mengeluarkan pendapat.

Ada 3 tahap yang perlu dilakukan dalam memandu diskusi kelompok terarah,
yaitu :
Tahap pertama : pembukaan
1) Ucapkan selamat datang dan ajak peserta berbicara yang sifatnya umum
yang tidak berkaitan dengan topok diskusi, agar tidak merada tegang,
misalnya menanyakan keadaan kesehatan, hasil pertanian atau hal-hal lain
yang erat dengan keadaan peserta atau lingkungan tempat tinggal
2) Jelaskan tujuan DKT
3) Perkenalkan nama pemandu, pencatat dan pengamat beserta peran
masing- masing, bila belum saling mengenal
4) Minta peserta memperkenalkan diri jika diantara mereka memang belum
saling mengenal. Pemandu harus cepat mengingat nama peserta dan
mengunakan pada waktu berbicara dengan peserta.
5) Tekankan bahwa pendapat semua peserta sangat penting dan
bermanfaat untuk mengatasi permasalahan PHBS, sehingga diharapkan
semua peserta bebas mengeluarkan pendapat.
6) Minta peserta berbicara saling bergantian supaya lebih mudah di dengar.

Tahap kedua : isi diskusi


Isi diskusi dengan panduan yang telah dibuat sebelumnya oleh pemandu untuk
dilontarkan kepada peserta. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan
dalam memandu DKT, yaitu :
1) Lontarkan pertanyaan yang ada dalam panduan DKT satu persatu dan
minta seluruh peserta memberi tanggapan atau berdiskusi sesama mereka
tentang topik yang diajukan.
2) Gali masalah yang terjadi dalam setiap keluarga dan tindakan apa yang
telah dilakukan oleh keluarga tersebut dan apa yang tidak dapat dilakukan.
3) Ajak peserta lain untuk berdiskusi dalam memecahkan masalah-masalah
yang timbul dalam keluarga
4) Beri bekal pengetahuan secara singkat untuk memecahkan masalah yang
ada dan beri kesempatan peserta untuk menayakan hal-hal yang kurang
jelas.
5) Kembangkan kesepakatan keluarga atau kelompok untuk rencana
pemecahan masalah, sesuai dengan kedaan dan kemampuannya.
6) Hasil diskusi untuk setiap topik dicatat oleh pencatat.
Tahap ketiga : Penutupan
1) Jelaskan bahwa diskusi telah berakhir
2) Pemandu merangkum hasil diskusi yang mencakup :
• Kesamaan pendapat dalam mengenali dan mengatasi
masalah
• Kegiatan pemecahan masalah yang perlu dilakukan
keluarga
• Bantuan seperti pelayanan kesehatan dan penyuluhan yang dapat
diberikan petugas.
3) Ucapkan terima kasih dan sepakati bersama, apa yang dibicarakan, kapan
dan dimana DKT berikutnya akan dilaksanakan.

b. Curah pendapat (brain storming)


Metode ini merupakan modifikasi metode diskusi kelompok. Prinsipnya sama
dengan metode diskusi kelompok. Bedanya permulaan pemimpin kelompok
memancing dengan satu masalah dan kemudian tiap peserta memberikan
jawaban atau tanggapan (curah pendapat) tanggapan atau jawaban-jawaban
tersebut ditampung dan ditulis dalam flipchart atau papan tulis. Sebelum
semua peserta mencurahkan pendapatnya, tidak boleh dikomentari oleh siapa
pun. Baru semua anggota mengeluarkan pendapatnya, tiap anggota dapat
mengomentari dan akhirnya terjadi diskusi.

c. Bola salju (snow balling)


Kelompok dibagi dapam pasang-pasangan (1 pasang 2 orang) dan kemudian
dilontarkan suatu pertanyaan atau masalah. Setelah lebih kurang 5 menit
maka tiap 2 pasangan bergabung menjadi satu. Mereka tetap mendiskusikan
masalah tersebut dan mencari kesimpulannya. Kemudian tiap 2 pasangan
yang sudah beranggotakan 4 orang inin bergabung lagi dengan pasangan
lainnya dan demikian seterusnya sehingga akhirnya akan terjadi diskusi
seluruh anggota kelompok.

d. Kelompok-kelompok kecil
Kelompok langsung dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil yang kemudian
diberi suatu permasalahan yang sama atau tidak sama dengan kelompok lain.
Masing-masing kelompok mendiskusikan maslah tersebut. Selanjutnya hasil dari
tiap kelompok didiskusikan kembali dan dicari kesimpulannya.

e. Memainkan peran
Dalam metode ini beberapa anggota kelompok ditunjuk sebagai pemegang
peran tertentu untuk memainkan perannya, misalnya sebagai dokter
Puskesmas, sebagai perawat atau bidan dan sebagainya, sedangkan anggota
yang lain sebagi pasien atau anggota masyarakat. Mereka memperagakan,
misalnya bagaimana interaksi atau berkomunikasi sehari-hari dalam
melaksanakan tugas.
f. Permainan simulasi
Metode ini merupakan gabungan antara bermain peran dangan diskusi
kelompok. Pesan-pesan kesehatan disajikan dalam beberapa bentuk
permainan seperti permainan monopoli. Cara memainkan persis seperti
bermain monopoli dengan mengunakan dadu, gaco (petunjuk arah) ,
selain papa main. Beberapa orang menjadi pemain dan sebagian lagi
berperan sebagai narasumber.

3. Metode Promosi Kesehatan Massa


Dibawah ini merupakan bentuk-bentuk pendekatan metode promosi
kesehatan massa :
a. Ceramah umum
Pada acara-acara tertenu, misalnya pada peringatan Hari Kesehatan
Nasional (HKN) Kelapa Puskesmas memberikan ceramah tentang
pencegahan Demam Berdarah dengan melaksanakan pemberantasan
sarang nyamuk satu kali dalam seminggu didepan warga. Metode ini
dilakukan jika ada kelompok yang yang perlu mendapat penjelasan yang
sam, sedangkan waktu terbatas. Ceramah memerlukan ruang yang bisa
ditempati sekelompok orang, dengan pembicara yang menguasai masalah
yang akan diberikan. Ceramah jangan terlalu lama, cukup 30 menit. 10
menit pertama untuk memberikan penjelasan yang singkat tetapi jelas, 20
menit berikutnya untuk tanya jawab

b. Pidato
Pidato-pidato tentang kesehatan melalui media elektronik baik TV maupun
radio pada hakikatnya merupakan bentuk promosi kesehatan massa.

c. Tulisan-tulisan di majalah atau koran


Membuat tuliasan di media cetak seperti koran, majalah atau bisa juga
membuat tulisan di majalah dinding sekolah.

d. Bentuk lain : Billboard, spanduk, poster pebcanangan, menyelipkan pesan


pada khotbah keagamaan, menyelipkan pesan pad kesenian tradisional,
memanfaatkan pengeras suara tempat ibadah, membuat koran dinding
di sekolah, menempelkan pesan di tempat tepat ramai, pemutasan film di
tempat terbuka juga termasuk promosi kesehatan massa.

Teknik Promosi Kesehatan Massa


Sebelum melakukan promosi kesehatan massa terlebih dahulu dilakukan
persiapan, berikut ini terdapat 3 langkah untuk mempersiapkannya, diantaranya :
a. Identifikasi masalah kesehatan yang ada di desa/kelurahan
Buatlah daftar masalh-masalah kesehatan yang ada dan bisa juga tanyakan
mengenai data 10 penyakit terbanyak pada petugas kesehatan, dan juga
wawncara warga setempat.

b. Tentukan prioritas masalah


Dari hasil identifikasi, tentukan prioritas masalah yang akan di bahas.
Biasanya dapat teridentifikasi dari banyaknya warga yang merasa
masalah tersebut atau beratnya masalah yang ditimbulkan seperti
kematian.

c. Susunlah rencana promosi kesehatan massa


Menyusun rencana promosi kesehatan massa yang akan digunakan.
Perencanaan promosi kesehatan massa yang baik meliputi penentuan
tujuan yang dicapai, sasaran yang akan diberikan promosi kesehatan,
pesan yang akan disampaikan, cara dan media yang digunakan, waktu
dan bisa juga dengan menentukan tokoh penggerak yang dihormati.

Setelah melakukan persiapan dengan tahap-tahapnya, hal selanjutnya


yang dilakukan adalah pelaksanakan promosi kesehatan massa, sebagai
contoh yaitu pelaksanaan promosi massa di balai desa. Promosi massa
hendaknya diawali dengan peresmian/pencanangan untuk memberitahukan
warga tentang mulainya suatu kegiatan, Misalnya Pencanangan gerakan
pemberantasan sarang nyamuk (PSN) di desa/kelurahan. Peresmian
sebaiknya diresmikan oleh tokoh masyarakat setempat. Dan hasil yang
diharapkan berupa suatu kesepakatan bersama.

Setelah pencanangan dilakukan, segera ikuti dengan penyebarluasan pesan-


pesan tentang bahaya demam berdarah melalui pemanfaatan saluran atau
media massa yang ada di desa/kelurahan setempat, yaitu :
• Pesan kesehatan disekipkan melalui khotbah agama
• Membuat kampanye rumah bebas jentik nyamuk misalnya dibawa
berkeliling wilayah dengan kendaraan yang ada di desa
• Menyelipkan pesan pada kesenian tradisional yang digemari
masyarakat setempat, misalnya warang kulit, ketoprak, dll
• Menyampaikan pesan melalui pengeras suara di tempat
ibadah
• Membuat koran dinding yang berisi topik kesehatan dan ditempatkan
di tempat yang banyak dikunjungi masyarakat.
• Memasang/menempelkan pesan berupa spanduk atau poster
ditempat ramai
• Pemutaran film tentang kesehatan. Tentukan waktu dan tempat
yang cocok dan umumkan ke masyarakat tentang peutaran film
Hal yang perlu diingat adalah pesan yang disampaikan dalam promosi
massa harus singkat, jelas dan dimengerti. Dan juga harus diikuti dengan
promosi kelompok dan perorangan agar yang menerima pesan bisa
bertanya tentang hal-hal yang belum jelas.

Pokok Bahasan 3.
KELEBIHAN DAN KEKURANGAN MASING-MASING METODE

1. Metode Promosi Perorangan


Kelebihan :
• Dapat mengetahui lebih mendalam permasalahan yang ada

Kekurangan :
• Membutuhkan lebih banyak waktu dan tenaga

2. Motode promosi kelompok


Kelebihan :
• Memberikan bekal pengetahuan dan ketrampilan untuk mengenal dan
memecahkan masalah kesehatan yang dihadapi
• Adanya kesempatan untuk mengemukakan pendapat
• Demokratis
• Memperluas pandangan
• Memperolah pendapat orang yang tidak suka bicara

Kekurangan :
• Tidak bisa untuk kelas besar
• Informasi yang didapatkan terbatas
• Diskusi bertele-tele butuh pemimpin terampil
• Didominasi kebanyak orang ingin pendekatan lebih formal

3. Metode Promosi Kesehatan Massa


Kelebihan :
• Penjelasan bisa disampaikan kepada banyak orang dalam waktu yang singkat
• Mendorong terjadinya perubahan perilaku

Kekurangan :
• Yang menerima penjelasan tidak bisa bertanya langsung kalau ada hal-hal
yang kurang jelas
VI. Referensi
• Kemenkes RI, Pusat Promosi Kesehatan, 2011, Petunjuk Teknis Promosi
Kesehatan Di Rumah sakit (PKRS), Jakarta.
• Notoatmodjo, Soekidjo., 2005, Promosi Kesehatan dan Teori dan Aplikasi,
Jakarta: Rineka Cipta.
• Notoatmodjo, Soekidjo., 2007, Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku, Jakarta:
Rineka Cipta.
MATERI INTI 8
KARYA TULIS/KARYA ILMIAH
BIDANG KESEHATAN

I. Deskripsi Singkat
Karya tulis ilmiah adalah serangkaian kegiatan penulisan yang didasarkan pada
pengkajian atau penelitian ilmiah yang ditulis secara sistematis menggunakan
bahasa prinsip-prinsip ilmiah. Atau ada juga yang menyatakan bahwa karya tulis
adalah karya tulis yang di susun berdasarkan kriteria ilmiah.Membuat karya tulis
ilmiah baik dalam bentuk hasil penelitian, artikel, makalah, dll bagi Pejabat
Fungsional PKM mempunyai angka kredit yang cukup besar. Banyak karya tulis
yang seharusnya bisa dikerjakan oleh Penyuluh Kesehatan Masyarakat, website
atau media massa lainnya, makalah, bahan mengajar, modul pelatihan, buku
pedoman, buku saku, leaflet, dll. Sehujbungan dengan itu, diharapkan Penyuluh
Keseharan Masyarakat memiliki kemampuan untuk membuat karya tulis. Banyak
orang beranggapan bahwa menulis merupakan hal yang tidak
mudah,sebenarnya anggapan itu tidak selalu benar. Balajar menulis sebenarnya
tidak memerlukan teori khusus,tetapi memerlukan latihan khusus agar mempunyai
daya nalar yang bagus. Oleh sebab itu keberhasilan seorang penulis sangat
ditentukan kemampuan mengembangkan daya nalar atau ide kreatif,motivasi,dan
banyak sedikitnya berlatih.

Karya tulis merupakan aktivitas menuangkan gagasan yang diwujudkan dalam


bentuk tulisan. Memang menuangkan gagasan dalam bentuk tulisan tidak
semudah dalam bentuk lisan. Terkadang gagasan sudah terkumpul di kepala
kemudian hendak dituangkan dalam bentuk tulisan, ternyata banyak hambatan
yang muncul, terutama membuat kalimat pertama. Seseorang yang tidak mampu
menulis (membuat karya ilmiah) sering dikatakan lemah penguasaan bahasanya. Hal
ini mungkin benar, karena menulis merupakan salah satu aspek keterampilan
berbahasa. Aspek keterampilan berbahasa ada empat, yaitu menyimak, berbicara,
menulis dan membaca. Kalau seseorang tidak bisa menghasilkan karya ilmiah,
tidak berarti lemah pada semua aspek keterampilan berbahasa.

II. Tujuan Pembelajaran

A. Tujuan Pembelajaran Umum:


Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu membuat karya tulis/ilmiah di bidang
kesehatan.
B. Tujuan Pembelajaran Khusus:
Setelah pembelajaran pokok bahasan ini, peserta latih mampu :
1. Menjelaskan tentang karya tulis ilmiah
2. Menerapkan prinsip-prinsip dan teknik penulisan karya tulis
3. Membuat karya ilmiah

III. Pokok Bahasan dan Sub Pokok Bahasan


Dalam modul ini akan dibahas pokok bahasan
berikut:

Pokok bahasan 1. Karya tulis.


Pokok bahasan 2. Prinsip-prinsip dan teknik penulisan karya
ilmiah
Pokok bahasan 3. Teknik penulisan karya
ilmiah

IV. Langkah-Langkah Kegiatan Pembelajaran


Langkah-langkah kegiatan pembelajaran ini menguraikan tentang kegiatan
fasilitator dan peserta dalam proses pembelajaran selama sesi ini berlangsung (6
Jpl : 6 x 45 menit = 270 menit ), adalah sebagai berikut:

Langkah 1.
Pengkondisian (5 menit)

Langkah pembelajaran:
a. Fasilitator menyapa peserta dengan ramah dan hangat. Apabila belum pernah
menyampaikan sesi di kelas, mulailah dengan perkenalan. Perkenalkan diri dengan
menyebutkan nama lengkap, instansi tempat bekerja dan judul materi yang
akan disampaikan.
b. Menciptakan suasana nyaman dan mendorong kesiapan peserta untuk menerima
materi dengan menyepakati proses pembelajaran.
c. Dilanjutkan dengan penyampaian judul materi, deskripsi singkat, tujuan
pembelajaran serta ruang lingkup pokok bahasan yang akan dibahas pada sesi
ini.

Langkah 2.
Penyampaian dan pembahasan pokok bahasan 1. Pengertian Karya Tulis
(…… menit)

Langkah pembelajaran:
a. Fasilitator melakukan curah pendapat dengan mengajukan beberapa
pertanyaan kepada peserta untuk mengukur pemahaman peserta tentang
karya ilmiah/tulis. Mengajukan pertanyaan kepada peserta secara bertahap,
tahap awal pertanyaan yang disampaikan: 1) pengertian tentang karya
tulis/ilmiah, 2) prinsip dan teknik penulisan karya tulis/ilmiah, 3) teknik penulisan
karya ilmiah.
b. Fasilitator mencatat semua pendapat peserta, selanjutnya merangkum dan
menyampaikan paparan materi sesuai urutan sub pokok bahasan dengan
menggunakan bahan tayang.
c. Fasilitator memberikan kesempatan peserta untuk bertanya atau
menyampaikan klarifikasi, kemudian fasilitator menyampaikan jawaban atau
tanggapan yang sesuai.

Langkah 3.
Penyampaian dan pembahasan pokok bahasan 2. Prinsip-prinsip dan teknik
penulisan karya ilmiah (…. menit)

Langkah pembelajaran:
a. Fasilitator memberikan penjelasan kepada peserta tentang jenis-jenis karya tulis
ilmiah
b. Fasilitator menjelaskan kepada peserta prinsip-prinsip penulisan karya tulis ilmiah
c. Fasilitator memberikan penjelasan kepada peserta teknik dan langkah-langkah
penulisan karya ilmiah, antara lain: 1) Judul, 2) Abstrak, 3) BAB I. (Pendahuluan,
masalah dan Tujuan), BAB II (Tinjauan Pustaka/Referensi), BAB III ( Metodologi),
BAB IV (Hasil dan Pembahasan), BAB V (Simpulan dan Saran)
d. Fasilitator memberi kesempatan kepada peserta untuk menyampaikan
pengalamannya tentang penulisan karya ilmiah.
e. Fasilitator meminta kepada peserta untuk membagi kelompok membuat karya
tulis ilmiah.
f. Fasilitator meminta kepada peserta untuk meyajikan hasil diskusi yang telah
dibuat.
g. Fasilitator meminta setiap kelompok untuk menanggapi karya tulis ilmiah dari
kelompok lain.
h. Fasilitator memberikan kesempatan peserta untuk bertanya atau
menyampaikan klarifikasi, kemudian fasilitator menyampaikan jawaban atau
tanggapan yang sesuai.

Langkah 4.
Rangkuman dan kesimpulan (..... menit)

Langkah pembelajaran:
a. Fasilitator melakukan evaluasi untuk mengetahui penyerapan peserta
terhadap materi yang disampaikan dan pencapaian tujuan pembelajaran.
b. Fasilitator merangkum dan membuat kesimpulan poin-poin penting dari materi
yang disampaikan.
c. Fasilitator menutup sesi ini, dengan memberikan apresiasi kepada seluruh peserta.
V. Uraian Materi

Pokok Bahasan 1.
PENULISAN KARYA TULIS ILMIAH

A. LATAR BELAKANG
Penulisan karya ilmiah di bidang kesehatan bermanfaat untuk masyarakat
luas dalam memperoleh informasi tentang Kesehatan. Peluang Pejabat
Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat (PKM) apabila membuat karya
tulis akan memperoleh angka kredit yang sangat memadai untuk menambah
nilai pada saat penyusunan DUPAK. Setiap pejabat fungsional PKM
diharuskan membuat karya tulis ilmiah selain sebagai penambahan angka kredit
yang cukup tinggi dan sebagai salah satu persyaratan untuk kenaikan pangkat
khususnya bagi Jabfung Madya. Banyak karya tulis ilmiah yang seharusnya
bisa dilakukan oleh Jabfung PKM diantaranya hasil penelitian, survey, artikel
ilmiah, buku, makalah, website dan lain-lain untuk dipublikasikan dan tidak
dipublikasikan. Sehubungan dengan itu, Jabfung PKM diharapkan memiliki
kemampuan untuk membuat karya tulis ilmiah.

B. KONSEP DASAR KARYA TULIS ILMIAH


1. Pengertian Karya Tulis Ilmiah
Karya tulis ilmiah adalah serangkaian kegiatan penulisan yang
didasarkan pada pengkajian atau penelitian yang ditulis secara sistematis
menggunakan bahasa prinsip-prinsip ilmiah.

2. Tujuan Karya Tulis Ilmiah


Penulisan karya ilmiah adalah memberikan pemahamam terhadap peserta agar
dapat berpikir secara logis dan ilmiah dalam menguraikan dan membahas
suatu permasalahan serta dapat menuangkannya secara sistematis dan
terstruktur. Karya tulis ilmiah ini sebagai salah satu persyaratan untuk
mendapatkan angka kredit dan kenaikan pangkat khususnya pejabat
fungsional madya.

3. Karateristik karya Tulis ilmiah


Karya tulis ilmiah yang memiliki karateristik ilmiah harus memenuhi syarat
keilmuan, adalah:
a. Memuat isi kajian yang berada pada lingkup pengetahuan
ilmiah b. Menggunakan metode berpikir ilmiah
c. Berbentuk tulisan
keilmuan

4. Bentuk atau jenis karya tulis ilmiah


Mengacu pada defenisi karya tulis ilmiah, dapat dilihat bahwa karya ilmiah
sebenarnya merupakan laporan dari sebuah pengkajian, baik dalam arti
penelitian maupun gagasan-gagasan konseptual dari hasil telahaan.Laporan
ini ada beberapa bentuk yang berbeda-beda, ketika ditulis.Biasanya hal ini
terkait dengan kepentingan dari laporan itu sendiri.Oleh karena itu karya
ilmiah bisa dilihat dalam beberapa bentuk atau jenis.
a. Artikel, yakni karya tulias yang dirancang untuk kepentingan
penertiban jurnal
b. Makalah, yaitu karya tulis yang memuat pemikiran tentang suatu
masalah disertai analisis logis dan obyektif, biasanya dirancang untuk
kepentingan seminar.
c. Skripsi, tesis dan desertasi, yakni karya tulis ilmiah yang dijadikan
sebagai persyaratan akhir untuk memperoleh gelar kesarjanaan.
d. Modul yaitu materi pelajaran yang disusun sedemikan rupa sehingga
pembacanya diharapkan dapat menyerap sendiri materi tersebut.
e. Diktat adalah tertulis suatu bidang studi yang disiapkan oleh guru
untuk mempermudah pengayaan materi pelajaran atau bidang studi
yang dibahas dalam proses pembelajaran.
f. Terjemahan adalah karya tulis hasil penerjemahan dari buku atau
karya tulis bahasa asing ke bahasa Indonesia atau sebaliknya
g. Laporan hasil penelitian adalah penulisan hasil kegiatan penelitian yang
telah dilakukan atau bisa dikatakan sebagai pertanggungjawaban dari
hasil penelitian. Jika disusun dalam kaitannya dengan persyaratan
akademik, maka bentuk laporannya dapat berupa skripsi, tesis atau
disertasi.

Pokok Bahasan 2.
PRINSIP-PRINSIP PENULISAN KARYA TULISA ILMIAH

A. PRINSIP-PRINSIP PENULISAN KARYA TULIS ILMIAH


1. Pola penulisan karya tulis ilmiah
a. Pola pemecahan topik yaitu kegiatan merinci topic bahasan yang masih
dalam lingkup suatu tema menjadi bagian-bagian yang lebih sempit
untuk dianalisa
b. Pola masalah dan pemecahannya, yauti mengemukakan maslah
yang adala dalam lingkup pokok bahasan terlebih dahulu kemudian
dianalisa upaya pemecahannya
c. Pola kronologi yaitu menggarap topik menurut urutan peristiwa yang
terjadi
d. Pola perbandingan yaitu pola penulisan dengan mengemukakan dua
aspek atau lebih dari satu topik, kemudian menunjukkan perbedaan
dan persamaan dari aspek-aspek tersebut.
2. Gaya penuturan karya tulis ilmiah
a. Deskripsi atau gambaran tertulisdimana penulis berusaha mengambarkan
wujud benda, kondisi atau gejala melalui kata-kata.
b. Narasi atau kisah yaitu model penuturan yang menyajikan
rangkaian cerita atau suatu kejadian dalam waktu tertentu.
c. Ekspose atau penjabaran, yaitu penuturan yang menjelaskan dan
menafsirkan fakta, gejala atau suatu kejadian
d. Argumentasi atau penyajian alasan, yaitu jenis penuturan yang
mengemukakan fakta yang mendukung pandangan seseorang atau
penulis.

3. Struktur penulisan karya ilmiah


Secara umum, struktur sebuah karya tulis ilmiah terbagi delama tiga
bagian besar yaitu pendahuluan, isi, dan pembahasan. Meskipun
ketiganya merupakan inti dari struktur sebuah karya tulis ilmiah, tetapi masih
dibutuhkan penyemarak lain, yaitu prakata, daftar isi, daftar table/skema,
bibliogarfi atau kepustakaan dan lampiran, tentu saja kelengkapan-
kelengkapan tersebut tidak semua mutlak disertakan.

a. Pendahuluan
Bagian ini merupakan ga,mbaran mengenai topic penelitian yang
hendak disajikan. Aspek-aspek yang biasanya disertakan pada
bagian ini diuraikan secara sederhana dibawah ini

1. Latar belakang masalah


Bagian ini penulis harus menguraikan apa yang menjadi
ketertarikannya pada obyek yang akan diteliti. Oleh karena itu
kepekaan untuk memperhatikan fenomena-fenomena yang mutakhir
di bidang yang sedang ditekuni menjadi kebutuhan.Tidak jarang
sebuah makalah atau skripsi mendapatkan sambutan hangat karena
membahas topik-topik yang sedang hangat.

Aspek lain yang perlu dikemukakan pada bagian ini ialah tinjauan
pustaka. Peneliti perlu menyertakan beberapa penelitian yang
relevan dengan topic yang dikerjakan.Hal ini dilakukan agar
memperjelas pembaca bahwa penelitian yang dilakukan bukan
mengulangi berbagai penelitian lainnya.

2. Masalah dan batasannya


Fenomena yang menarik perhatian penulis harus secara eksplisit
mengemukakan masalah yang hendak dibahas.Sebab pada
bagian latar belakang, masalah yang hendak dibahas
biasanya tidak
dikemukakan secara eksplisit.Masalah yang hendak dibahas
atau diteliti itu masih harus dibatasi.

3. Tujuan dan
manfaat
Tujuan dan manfaat penelitian yang dikerjakan sedapat
mungkin dijabarkan keduanya, baik bagi lingkungan
akademis maupun masyarakat secara umum.

4. Metode dan teknik


analisa
Penentuan metode dan teknik menganalisis data juga
akan menentukan hasil dari sebuah penelitian. Metode yang
merupakan harus dilaksanakan sedangkan teknik merupakan cara
melaksanakan metode.

5. Landasan
teori
Penelitian perlu memiliki dasar teoritis yang kuat. Penulis harus
benar- benar teliti dalam menentukan dasar teoritis yang akan
mendukung pembedahan masalah.

b. Isi
Setelah menyelesaikan bagian pendahuluan, penulisan dilanjutkan
pada bagian isi.Bagian imi penulis meyampaikan hasil penelitian
yang telah diperoleh.

c. Penutup
Bagian ini peneliti meyampaikan simpulan dai hasil penelitiannya.
Simpulan disajikan secara sederhana dan singkat. Salah satu bagian
yang masih banyak digunakan sebagai sub bangian dari penutup
adalah saran.

d. Bibliografi
Bibliografi disebut sebagai daftar pustaka, dan merupakan bagian
yang penting dalam karya tulis ilmiah.Tidak ada batasan minimal
maupun maksimal dalam penggunaan referensi.

e. Abstrak
Abstrak merupakan bagian penting yang perlu diperhatikan oleh
peneliti. Abstrak merupakan suatu bagian uraian yang sangat singkat.

f. Prakata
Perbedaan yang mendasar antara kata pengantar dan prakata.
Kata pengantar ditulis oleh seseorang dalam rangka menyajikan
karya tulis orang lain sedangkan prakata merupakan pengantar yang
disajikan oleh penulis karya tersebut.
B. JENIS KARYA TULIS ILMIAH
1. Artikel
a. Pengertian atikel
Artikel adalah karya tulis yang berisi opini seseorang mengupas
tuntas suatu masalah tertentu yang sifatnya actual dan kadang-
kadang controversial dengan tujuan utnuk menyampaikan informs,
mempengaruhi, meyakinkan dan menghibur pembaca.

Artikel biasanya diperuntukan bagi masyarakat umum yang dimuat


pada media cetak, eletronik, majalah dinding dll.bahasa yang
digunakan adalah bahasa popular.

b. Jenis-jenis artikel
Artikel dapat dibagi menjadi empat jenis, yaitu:
1) Artikel praktis
Lebih menitik beratkan pada keterampilan daripada
pengembangan pengetahuan atau analisis suatu masalah dan
cenderung menggunakan bentuk karangan.
2) Artikel ringan
Arikel ringan biasanya mengangkat masalah-masalah yang ringan
dan tidak memerlukan pemahan yang mendalam
3) Artikel halaman opini
Semua artikel adalah opini, artikel ini ditempatkan dalam surat
kabar atau majalah dibagian khusus opini.
4) Artikel analisis ahli
Artikel analisis ahli lebih berat dari pada opini.Artikel ini juga harus
ditulis oleh orang yang disiplin ilmu sesuai dengan topic artikel
dan menggunakan bahasa ilmiah.
5) Artikel ilmiah hasil penelitian
Adalah tulisan yang didasarkan pada hasil penilitian yang telah
dilakukan.Artikel ini disusun sehingga tetap menampilkan semua
aspek laporan hasil penelitian tetapi dalam format yang lebih
ringkas.
6) Artikel non penelitian
Adalah artikel hasil pemikiran yang relevan, hasil penelitian terdahulu
yang dapat digali dari buku-buku referensi.

c. Komponen artikel
1) Topik dan
judul
Topik dan judul harus mencerminkan masalah yang akan dibahas.
Pemilihan kata-kata yang mengandung unsure-unsur utama
maslaha dan judul harus memiliki daya tarik yang cukup kuat bagi
pembaca.
2) Nama penulis
Nama penulis artikel harus tanpa disertai gelar akademik atau
professional guna menghindari bias seniorita dan wibawa serta
inferioritas penulis.
3) Abstrak dan kata kunci
Berisi ringkasan dari isi artikel yang dituangkan secara padat,
bukan pengantar atau pengantar penulis.
4) Pendahuluan
Menguraikan hal-hal yang dapat menarik perhatian pembaca dan
berisi paparan tentang permasalahan penelitian, wawasan dan
rencana penulis dalam rangka pemecahan masalahnya.
5) Bagian inti
Pada bagian inti berisi kupasan, analisis argumentasi, komparasi,
keputusan dan pendirian atau sikap penulis mengenai masalah yang
dibicarakan.
6) Metode
Menguraikan bagaimana penelitian dilakukan seperti rancangan atau
desain penelitian, sasaran atau target penelitian, teknik
pengumpulan data, pengembangan instrument dan teknik analisis
data.
7) Hasil penelitian
Hasil penelitian hendaknya disajikan secara padat, dan
kominikatif. Perhitungan statistic tidak perlu disajikan dalam artikel.
8) Pembahasan
Dalam pembahasan penulis menyajikan hasil interpretasi
temuannya dan menyajikannya dan mengaitkannya dengan struktur
pengetahuan hasil penelitian terdahulu.
9) Penutup, kesimpulan dan saran
Merupakan bagian akhir penulisan yang berisi beberapa alternative
penyelesaian masalah.
10) Daftar rujukan
Semua rujukan yang terdapat dalan tulisan yang dimasukkan ke
dalam daftar rujukan.

d. Langkah-langkah penulisan artikel


1) Mencari ide
Ide adalah suatu yang melintas pada pikiran, baik berupa kata
maupun kalimat.Ide yang ditulis harus relevan, actual dan terjangkau
oleh daya nalar manusia.
2) Menetapkan topik
Topik adalah pokok permasalahan yang akan dibahas. Topic
artikel yang baik harus sesuai dengan latar belakang pengetahuan
penulis,
menarik, sesuai dengan tingkat pemahaman pembaca, actual,
fenomenal, controversial dan harus ditunjang oleh referensi yang
tersedia.
3) Menetapkan judul
Judul adalah identitas karangan, harus proaktif, singkat, pada dan
relevan.Judul bisa berupa kata, kalimat Tanya, frase dan klausa.
4) Merumuskan tesis
Tesis adalah pendapat utama dari keseluruhan isi karangan.
Sifatnya sama dengan simpulan sementara. Tesis hampir sama
dengan hipotesisi dengan mengemukakan factor-faktor
penyebabnya.
5) Membuat kerangka konsep
Kerangka konsep adalah outline atau sistematika penulisan.
Sistematika penulisan ini sangat penting agar tidak tumpang tindih.
6) Membuat pemecahan masalah
Mengemukakan upaya pemecahan masalah yang ada dalam
lingkup pokok bahasan dengan jelas.Analisa pemecahan masalah
tesebut harus mengacu pada pendapat para ahli di bidang
keilmuan yang bersangkutan.
7) Membuat penutup
Penutup berisi rangkuman atau kesimpulan yang menjawab tujuan
serta hal-hal penting yang perlu ditonjolkan, selain itu juga berisi saran
yang harus dilakukan oleh berbagai pihak.
8) Mencari referensi
Referensi adalah sumber-sumebr bacaan yang dirujuk. Mengutip
atau mengambil pendapat orang lain untuk memperkuat tulisan yang
dibuat. Referensi yang digunakan harus ada hubungannya dengan
topic artikel.

2. Makalah
a. Pengertian makalah
Makalah adalah karya tulis yang bersifat resmi tentang suatu poko
yang dimaksudkan untuk dibacakan di muka umum dalam rangka
penyampaian pandangan.
Makalah merupakan karya tulis yang pendek dibandingkan karya tulis
ilmaih lainnya. Makalah hampir sama dengan artikel yang
membedakannya adalah pada masalah yang diangkat tidak harus aktual
dan controversial.
b. Ciri-ciri makalah
1) Merupakan hasil kajian literature atau hasil lapoaran
pelaksanaan kegiatan lapangan mengenai suatu permasalahan.
2) Mendemonstrasikan pemahan teoritik dan kemampuan menerapkan
prosedur, prinsip dan teori yang berhubungan dengan permasalahan
3) Menunjukkan kemampuan pemahan isi dan berbagai sumber yang
digunakan
4) Mendemonstrasikan kemampuan menyusun berbagai sumber informs
dalam satu kesatuan sintesis yang utuh.

c. Unsur-unsur makalah
1) Halaman sampul
Halaman sampul atau makalah bertuliskan
judul,
2) Pendahuluan
Pendahuluan berfungsi untuk menarik perhatian dan memusatkan
pikiran pembaca pada masalah yang dibahas. Pendahuluan terdiri
dari:
• Latar belakang masalah
• Masalah
• Tujuan
• Pengertian
3) Pembahasan
Yang dibahas pada bagian adalah masalah yang muncul
berdasarkan latar belakang sesuai dengan topic, baik yang
diidentifikasi maupun yang tidak.
4) Penutup
Bagian ini terdiri dari ulasan-ulasan pembahasan atau
komentar

5) Daftar pustaka/referensi
Daftar pustaka adalah daftar buku yang dirujuk atau dikutip untuk
mendukung pendapat yang dituangkan dalam tulisan.

d. Langkah-langkah menyusun makalah


Penyusunan makalah hampir sama dengan penyusunan artikel.
Perbedaannya pada makalah harus lebih jelas masalahnya dan makalah
tersebut harus dihantarkan oleh latar belakang yang merupakan
motivasi untuk membahas hal itu.

3. Paper
a. Pengertian paper
Paper adalah karya tulis ilmiah merupakan makalah biasanya pada unsure
dan tujuannya. Unsur paper lebih banyak dibanding makalah.
b. Jenis paper
Secara umum ada dua jenis paper,
yaitu:
1) Common paper
2) Position paper
c. Unsur-unsur paper
1) Halaman sampul
2) Kata
pengantar
3) Daftar isi
4) Daftar pustaka.

d. Langkah-langkah membuat paper


1) Menentukan ide
2) Menemukan topik karangan
3) Membuat judul

4. Skripsi
a. Pengertian skripsi
Skripsi adalah karya tulis ilmiah resmi untuk meyelesaikan program
sarjana. Skripsi merupakan bukti kemampuan akademik dalam
penelitian yang berhubungan dengan masalah yang dibahas.

b. Karateristik skripsi
1) Bidang pendidikan, skripsi terarah pada ekplorasi atau pemecahan
masalah pendidikan
2) Bidang non kependidikan, skripsi terarah pada permasalahan bidang
keilmuan yang sesuai dengan program studi.
3) Ditulis atas dasar hasil pengamatan dan observasi lapangan atau
penelaahan pustaka
4) Menggunakan bahasa yang baik dan
benar.

5. Tesis
a. Pengertian Tesis
Tesis merupakan karya tulis resmi akhir dalam menyelesaikan program
magister.Tesis sebagai bukti kemampuan yang bersangkutan dalam
penelitian dan pengembangan ilmu pada salah satu bidang keilmuan dalam
ilmu pendidikan.

b. Karateristik tesis
1) Berfokus pada kajian mengenai salah satu isu sentral yang
tercakup dalam salah satu disiplin dalam ilmu pendidikan sesuai
dengan program studi yang ditempuh oleh yang bersangkutan.
2) Merupakan pengujian empiric terhadap posisi teoritik
tertentu
3) Menggunakan data primer sebagai data utama yang yang dapat
ditunjang oleh data sekunder
4) Ditulis dengan bahasa yang baik dan benar, kecuali untuk
program studi bahasa asing.
6. Disertasi
a. Pengertian Disertasi
Disertasi adalah karya tulis ilmiah resmi akhir dalam menyelsaikan
program doctor.Disertasi merupakan bukti kemampuan yang
bersangkutan dalam melakukan penelitian yang berhubungan dengan
penemuan baru dalam salah satu disiplin ilmu pendidikan.

b. Karateristik disertasi
1) Berfokus pada kajian mengenai salah satu isu sentral yang
tercakup dalam salah satu disiplin dalam ilmu pendidikan sesuai
dengan program studi yang ditempuh oleh yang bersangkutan.
2) Kajian berfokus pada penemuan baru dalam disiplin ilmu yang
dikaji secara mendalam.
3) Menggunakan data primer sebagai data utama yang yang dapat
ditunjang oleh data sekunder
4) Ditulis dengan bahasa yang baik dan benar, kecuali untuk
program studi bahasa asing.

Pokok Bahasan 3.
TEKNIK PENULISAN KARYA TULISAN ILMIAH

1. Menetapkan permasalahan
a. Untuk memulai menulis harus dawali dengan mengangkat permasalahan yang
ada di lingkungan sekitar, mulai dari permasalahan yang sederhana
sampai ke permasalahan yang paling kompleks
b. Ruang lingkup permasalahan harus dimulai dari lingkup yang kecil sampai
lingkup yang besar serta dari lingkup terbatas sampai lingkup terluas
c. Permasalahan yang diangkat harus merupakan masalah yang actual,
penting dan perlu dibahas serta disosialisasikan.
2. Membuat daftar permasalahan yang timbul dalam benak pikiran penulis.
3. Membuat konseptualisasi dan pengembangan gagasan
4. Pembuktian fakta
5. Penelusuran fakta
6. Pengololahan dan penyusunan
a. Menulis bagian pendahuluan
1) Ringkasan
2) Pernyataan yang menonjol
3) Pelukisan
4) Anekdot
5) Pertanyaan
6) Kutipan orang lain
7) Hasil pengamatan langsung.
b. Menulis bagian pembahasan
c. Menulis bagian penutup
7. Memeriksa isi artikel.

VI. Referensi
• Arifin, 1997, Dasar-dasar Penulisan Karangan Ilmiah, Jakarta
• Azahari, A. 2001. Cetakan Keempat. Karya Tulis Ilmiah, Jakarta: Penerbit
Universitas Tri Sakti
• Indrianti, E. 2002. Menulis Karya Ilmiah. Jakarta: Gramedia
• Prayitno, H, 2000, Pembudayaan Penulisan Karya Ilmiah, Univ.
Muhammadyah, Surakarta
• Widyamartaya, Al, Veronica Sudiati, 2000. Dasar-Dasar Menulis Karya
Ilmiah, Jakarta:PT. Grasindo
MATERI INTI 9
TEKNOLOGI TEPAT GUNA
DI BIDANG PENYULUHAN KESEHATAN MASYARAKAT

I. Deskripsi Singkat
Penyuluhan kesehatan masyarakat atau promosi kesehatan pada intinya adalah
melakukan kegiatan komunikasi, informasi dan edukasi kepada berbagai
segmentasi sasaran. Dalam proses komunikasi, langkah awal yang penting
adalah sumber atau komunikator melakukan decoding, yaitu merumuskan dan
menyusun pesan. Selanjutnya, pesan yang sudah disusun disebarluaskan atau
disampaikan kepada sasaran komunikasi melalui media. Perlu diketahui bahwa
pesan tidak selalu dalam bentuk kata-kata atau tulisan, melainkan dapat berupa
gambar, ilustrasi, grafik, film, lagu, dll.

Pengembangan pesan media dengan teknologi tepat guna yang berisi pesan-
pesan atau informasi kesehatan, media KIE atau promosi kesehatan dapat
berupa media cetak, media elektronik, media luar ruang, pameran, media
partisipatori, media tradisional, media model, media dari benda-benda alamiah, dll.
Yang penting, semakin banyak panca indera sasaran bisa diaktifkan atau
dirangsang oleh berbagai jenis media, maka semakin efektiflah proses komunikasi
tersebut.

Teknologi yang sederhana dalam arti dapat dibuat oleh masyarakat


tradisional, memakai bahan yang banyak diperoleh di tempat masyarakat
tersebut/sangat sedikit memakai bahan bantuan luar dan murah. pada
hakekatnya TEKNOLOGI TEPAT GUNA bukan teknolgi tradisional, tetapi selangkah
lebih maju dan teknolgi tersebut terjangkau oleh kemampuan masyarakat (depkes
RI 1996).

Usaha memperbaiki teknologi yang ada di suatu masyarakat dan perbaikan itu
ditunjukan untuk memenuhi pemenuhan kebutuhan masyarakat yang semakin
meningkat. Penerapan TEKNOLOGI TEPAT GUNA juga harus
mempertimbangkan keadaan alam sekitarnya, dalam hal ini dampak lingkugan
yang disebabkanya harus lebih kecil dbandingkan dengan teknolgi tradisional/maju
(depkes RI 1988).

“Suatu cara / teknologi untuk memberdayakan potensi yang ada di suatu daerah
sehingga potensi tersebut menjadi komoditi dan dapat menaikan taraf hidup
masyarakat didaerah tersebut, dibuat dengan teknologi yang sederhana,dan
mudah dlakukan oleh semua lapisan masyarakat”
Petugas pengelola penyuluhan atau promosi kesehatan, harus mampu
merumuskan pesan dan pemilihan media yang sesuai dengan karakteristik
sasaran. Perumusan atau penyusunan pesan dan pengembangan media komunikasi
kesehatan merupakan kesatuan yang penting dalam mendukung proses komunikasi
efektif.

Melalui pembahasan materi ini, diharapkan ada kesamaan pemahaman peserta latih
tentang kaidah perumusan pengembangan media teknologi tepat guna di bidang
PKM yang baik dan benar.

II. Tujuan Pembelajaran


A. Tujuan Pembelajaran Umum
Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu mengembangkan teknologi tepat
guna di bidang penyuluhan kesehatan masyarakat

B. Tujuan Pembelajaran Khusus


Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu:
1. Menjelaskan tentang teknologi tepat guna (pengertian, tujuan dan manfaat,
kriteria serta contoh-contoh teknologi tepat guna)
2. Mengembangkan teknologi tepat guna di bidang penyuluhan kesehatan
masyarakat
3. Menjelaskan dan Mengembangkan pesan dan media penyuluhan melalui
media cetak dan elektronik (pengertian, tujuan dan manfaat, kriteria,
langkah- langkah serta contoh media penyuluhan)

III. Pokok Bahasan dan Sub Pokok Bahasan


Dalam modul ini akan dibahas pokok bahasan dan sub pokok bahasan sebagai
berikut:(Sesuai GBPP)

Pokok Bahasan 1. Teknologi tepat guna


Sub Pokok Bahasan:
a. Menjelaskan pengertian teknologi tepat guna
b. Menjelaskan tujuan dan manfaat teknologi tepat
guna c. Menjelaskan kriteria teknologi tepat guna
d. Menjelaskan contoh-contoh teknologi tepat guna

Pokok Bahasan 2. Pengembangan teknologi tepat guna di bidang


penyuluhan kesehatan masyarakat
Sub Pokok Bahasan:
a. Langkah-langkah pengembangan teknologi tepat guna
b. Penerapan teknologi tepat guna
Pokok Bahasan 3. Pengembangan teknologi melalui media cetak dan elektronik
di bidang penyuluhan kesehatan masyarakat
Sub Pokok Bahasan:
a. Pengertian media cetak dan elektronik
b. Tujuan dan manfaat media cetak dan elektronik
c. Jenis dan macam media cetak dan media elektronik
d. Langkah-langkah mengembangkan media cetak dan media elektronik
e. Contoh-contoh media cetak dan media elektronik

IV. METODE
1. Fasilitator menyampaikan materi dengan metode belajar yang digunakan
dalam pelatihan ini seperti :
• Pemanasan/pencairan/BLC: metode ini mempunyai tujuan untuk
menciptakan suasana kelas yang hangat dan gembira sehingga mereka
siap untuk mengikuti proses pembelajaran selanjutnya. Teknik
pamanasan dan pencairan digunakan awal, selama dan akhir pelatihan
sesuai dengan kebutuhan. Fasilitator diharapkan menguasai sebanyak
mungkin segala bentuk permainan yang dapat digunakan sebagai
pencairan.
• curah pendapat: Untuk membangkitkan keberanian peserta dalam
mengungkapkan pendapat dan perasaannya tanpa mendapat sanggahan
• ceramah dan tanya jawab : cara untuk menyampaikan informasi kepada
peserta guna menjelaskan sesuatu. Tanya jawab untuk mengetahui
apakah masih ada hal-hal yang belum jelas.
• Diskusi Kelompok : sebagai arena saling tukar pengalaman serta
memecahkan masalah
• Bermain Peran : sebagai penumbuh spontanitas dan ekspresi serta
mengembangkan daya analisis dan pengalaman peserta meningkatkan
penghayatan pserta terhadap topik yang sedang dibahas.
• Praktek Lapangan

V. MEDIA DAN ALAT BANTU


• Laptop
• Kamera Digital + Tripot
• LCD
• Flipchart
• White board
• Spidol
• Panduan diskusi
• Lembar kasus
• Lembar narasi/storyboard
VI. Langkah-Langkah Kegiatan Pembelajaran
Langkah-langkah kegiatan pembelajaran ini menguraikan tentang kegiatan
fasilitator dan peserta dalam proses pembelajaran selama sesi ini berlangsung ( 6 jpl
x 45 menit
= 270 menit), adalah sebagai berikut:

Langkah 1.
Pengkondisian (10 menit)

Langkah pembelajaran:
a. Fasilitator menyapa peserta dengan ramah dan hangat. Apabila belum pernah
menyampaikan sesi di kelas, mulailah dengan perkenalan. Perkenalkan diri
dengan menyebutkan nama lengkap, instansi tempat bekerja, materi yang
akan disampaikan.
b. Sampaikan tujuan pembelajaran materi ini dan pokok bahasan yang akan
disampaikan, sebaiknya dengan menggunakan bahan tayang.

Langkah 2.
Penyampaian Materi (90 menit)

Langkah pembelajaran:
a. Fasilitator menyampaikan paparan seluruh materi sesuai urutan pokok
bahasan dan sub pokok bahasan dengan menggunakan bahan tayang:
1) Mengetahui dasar-dasar pergerakan dan komposisi gambar pada kamera
2) Mengetahui dasar-dasar pengambilan gambar dengan kamera foto/video
3) Mengetahui proses produksi produk Audio Visual ; Membuat naskah durasi
pendek 2 kolom, Mengedit program menggunakan software adobe
Premiere
6.5
b. Fasilitator memberi kesempatan untuk bertanya atau menyampaikan klarifikasi
untuk bertanya, kemudian fasilitator menyampaikan jawaban atau tanggapan.

Langkah 3.
Praktek Lapangan (180 menit)

Langkah pembelajaran:
a. Fasilitator menyampaikan tata cara praktek lapangan dan peserta dibagi
kelompok dan menentukan tema tiap kelompoknya
b. Mengetahui proses produk media cetak
1) Membuat naskah/skrip/storyboard durasi pendek 2 kolom sesuai tema yang
disepakati oleh kelompok
2) Membuat rancangan praktek lapangan ( produser,cameramen, talent/actor/
pelaku, peralatan, lokasi)
3) Mengambil gambar pada kamera foto atau video/handycam
4) Mengedit program menggunakan software adobe Premiere 6.5
5) Penyempurnaan produk media cetak
c. Mengetahui proses produk audio visual
1) Membuat naskah/skrip/storyboard durasi pendek 2 kolom sesuai tema yang
disepakati oleh kelompok
2) Membuat rancangan praktek lapangan ( produser,cameramen, talent/actor/
pelaku, peralatan, lokasi)
3) Mengambil gambar pada kamera foto atau video/handycam
4) Mengedit program menggunakan software adobe Premiere 6.5
5) Penyempurnaan produk audio visual
d. Fasilitator memberi kesempatan untuk bertanya atau menyampaikan klarifikasi
untuk bertanya, kemudian fasilitator menyampaikan jawaban atau tanggapan

Langkah 4.
Rangkuman dan Kesimpulan (10 menit)

Langkah pembelajaran:
a. Fasilitator melakukan evaluasi (pre-post test) untuk mengetahui penyerapan
peserta terhadap materi yang disampaikan dan pencapaian tujuan
pembelajaran.
b. Fasilitator merangkum poin-poin penting dari materi yang
disampaikan. c. Fasilitator membuat kesimpulan.

VII. Uraian Materi

Pokok Bahasan 1.
TEKNOLOGI TEPAT GUNA

A. Pengertian Teknologi Tepat Guna

Definisi Teknologi :
• Ilmu tentang cara untuk melakukan sesuatu
• Penerapan teori-teori ilmiah dalam memecahkan masalah praktis, baik berupa
perangkat keras yang berupa sebuah alat tertentu, maupun perangkat
lunak yang berupa suatu metode atau teknik pemecahan masalah
• Ilmu tentang cara-cara melakukan sesuatu atau memecahkan masalah
tertentu melalui penerapan kaidah-kaidah ilmiah, teori-teori ilmiah dan
hasil penelitian ilmiah ke dalam bentuk praktis berupa perangkat keras
seperti benda, alat, pesawat, atau mesin maupun perangkat lunak seperti
metode, sistematika atau prosedur kerja tertentu
Definisi Tepat Guna
• Tepat sasaran penggunaannya, atau diterapkan sesuai bidangnya
sehingga bermanfaat bagi bidang tersebut.

Definisi Teknologi Tepat Guna


• Teknologi yang diterapkan pada bidang tertentu (misal bidang
kesehatan, rumah tangga, pendidikan dsb.) sehingga menghasilkan manfaat
pada bidang tersebut
• Teknologi yang tepat untuk mengatasi masalah yang dihadapi dengan
menggunakan sumber daya yang sesuai atau tersedia di lingkungannya.
Umumnya berupa peralatan yang relatif sederhana, mudah dibuat dan
dioperasikan.

B. Tujuan dan Manfaat


Tujuan teknologi tepat guna adalah menggunakan sumber daya yang ada
untuk memecahkan masalah yang dihadapi / yang ada secara
berdayaguna dan berhasilguna. Atau untuk pelaksanaan tugas sehari-hari
menjadi lebih mudah, murah, dan sederhana.

Manfaatnya adalah membantu meringankan atau memudahkan seseorang untuk


melakukan suatu tindakan atau pekerjaan sehingga mendapatkan hasil sesuai
yang diharapkan

Selain itu kita juga harus mengetahui apa syarat-syarat teknologi tepat guna :

Biaya murah,mudah dibangun, mudah dirawat,berdaya guna dan berhasil guna,


tidak menimbulkan kecelakaan bagi pengguna, tidak menimbulkan pencemaran
lingkungan hidup dipemukiman sekitar, dapat mencapai tujuan (contoh :
pemeliharaan kesehatan lingkungan khususnya mencegah penyakit menular
dimasyarakat).

C. Kriteria
Teknologi tepat guna bersifat lebih memudahkan pelaksanaannya contoh di
bidang pendidikan adalah berupa teknologi tepat guna dalam proses belajar
mengajar atau bimbingan dan konseling. Biasanya dilengkapi dengan uraian
tertulis tentang cara pembuatan dan penggunaan yang dilengkapi dengan
gambar dan lain-lain yang dianggap perlu.
Pokok Bahasan 2.
PENGEMBANGKAN TEKNOLOGI TEPAT GUNA DI BIDANG PENYULUHAN
KESEHATAN MASYARAKAT

A. Langkah-langkah Teknologi Tepat Guna berupa Program Aplikasi Komputer


1. Bahan ajar lengkap satu semester dengan menggunakan Flash Macro
Media, Visual Basic atau program lain
2. Sistem informasi pendidikan untuk sekolah yang berhubungan dengan proses
pembelajaran, dengan menggunakan program/bahasa komputer tertentu
3. Memiliki inovasi yang belum ada sebelumnya (web-site, media
sosial)

B. Penerapan teknologi tepat guna


1. Alat Bantu
Mengajar a.
LCD
b. Laptop/computer (PC)
c. Lembar balik /flichard
d. Ular tangga
e. Papan tulis mekanis (lipat, gulung dsb)
f. OHP dengan kotak sederhana
g. Proyektor slide
2. Alat berlatih bentuk permainan
a. Alat permainan untuk melatih kecerdasan
b. Alat permainan untuk melatih keterampilan
3. Teknologi Tepat Guna
lainnya
a. Program aplikasi computer
b. Sumber belajar berbasis komputer
c. Software aplikasi computer seperti media Sosial; web-site promkes,
twitter, youtube

Pokok Bahasan 3.
PENGEMBANGAN TEKNOLOGI MELALUI MEDIA CETAK DAN ELEKTRONIK
DI BIDANG PENYULUHAN KESEHATAN MASYARAKAT

A. Pengertian media cetak dan elektronik


Media cetak adalah media statis dan mengutamakan pesan-pesan visual
yang dihasilkan dari proses percetakan; bahan baku dasarnya maupun sarana
penyampaian pesannya menggunakan kertas. Media cetak adalah suatu
dokumen atas segala hal tentang rekaman peristiwa yang diubah dalam kata-
kata, gambar foto dan sebagainya ( contoh : surat kabar, majalah, tabloid,
brosur, pamflet, poster).
B. Tujuan dan manfaat media cetak dan media elektronik
Manfaat media cetak dalam upaya promosi kesehatan berperan sebagai alat
bantu atau alat peraga untuk promosi kesehatan yang dapat dilihat, didengar,
diraba, dirasa atau dicium, untuk memperlancar komunikasi dan penyebarluasan
informasi kesehatan. Terdapat berbagai macam media yang dapat digunakan
dalam promosi kesehatan salah satunya adalah media cetak.

Tujuan media cetak menurut Eric Barnow disebut “ printed page “ adalah
meliputi segala barang yang dicetak, yang ditujukan untuk umum atau untuk
suatu publik tertentu yang meliputi surat kabar, majalah, serta segala macam
barang cetakan yang ditujukan untuk menyebarluaskan pesan – pesan
komunikasi. Umumnya media cetak lini atas yang digunakan sebagai media
periklanan adalah surat kabar dan majalah, sedangkan media cetak lini
bawah yang digunakan berupa leaflet, brosur, poster dan sebagainya.

Media cetak bila digunakan sebagai media penyampai pesan – pesan iklan ,
mengingat bahwa pesan – pesan iklan pada umumnya adalah merupakan pesan
– pesan yang bersifat persuasive, maka akan nampak jelas kelemahan-
kelemahan yang melekat pada setiap jenis media cetak.

Menurut Eric Barnow, Kelebihan dan Kekurangan Media


Cetak
Kelebihan :
1. Media cetak terdokumentasi,bisa disimpan atau dicollect isi informasinya
dan dapat di baca berkali-kali dengan menyimpannya atau mengklipingnya.
2. Analisa lebih tajam, dapat membuat orang benar-benar mengerti isi berita
dengan analisa yang lebih mendalam dan dapat membuat orang berfikir
lebih spesifik tentang isi tulisan.
3. Media cetak lebih terjangkau dari segi harga maupun
distribusinya.
4. Visual (penglihatan) lebih mudah diingat dibanding dengan indera yang
lainnya.
5. Visual (penglihatan) lebih
komunikatif.
6. Visual (penglihatan) lebih dapat mencapai sasaran.

Kekurangan :
1. Tidak memiliki unsur bunyi suara manusia (human voice) sebagaimana
yang terdapat pada radio maupun televisi, yang dapat menimbulkan rasa
hangat dan keakraban yang berpengaruh terhadap tingkat persuasi
2. Yang bisa dicapai oleh media cetak hanyalah mereka yang bisa membaca,
bahkan dalam printed tertentu pembacanya adalah orang – orang yang
berpendidikan
3. Lambat, dari segi waktu media cetak adalah yang terlambat karena media
cetak tidak dapat menyebarkan langsung berita yang terjadi kepada
masyarakat dan harus menunggu turun cetak. Media cetak sering kali
hanya memuat berita yang telah disebarluaskan oleh media lainnya.
4. Jika radio, TV dan sebagainya bisa dinikmati oleh dua orang atau lebih
secara bersama – sama, maka pada media cetak, hal ini kurang leluasa untuk
dilakukan.
5. Visual yang terbatas, media cetak hanya dapat memberikan
visual
6. berupa gambar yang mewakili keseluruhan isi
berita.
7. Produksi, biaya produksi yang cukup mahal karena media cetak
harus
8. mencetak dan mengirimkannya sebelum dapat dinikmati masyarakat.
9. Media cetak hanya menekankan persepsi indera penglihatan.
10. Media cetak tidak mampu memperagakan suara, bau atau kesan indera
yang lain.
11. Media cetak ukuran kecil sukar diamati bila pesertanya lebih dari 30
orang.
12. Biaya penggandaannya relatif tinggi.

Mengingat beberapa kelemahan media cetak seperti diatas, maka para


pemasang iklan yang menggunakan media cetak sebagai media penyampai
pesan – pesan iklannya harus meramu kata dan kalimat, juga punya
kemampuan lebih dalam memvisualisasikan produk. Gambar (visual) dan kata
inilah yang diharapkan mampu mempengaruhi target audience/sasaran
sehingga berbuat sebagaimana yang disarankan oleh pemasang iklan.

Pertimbangan pembuatan media cetak


1. Sasarannya
Dapat dilihat dari tingkat usianya, selera masyarakatnya, atau tingkat
pendidikannya, misalnya:
a. Untuk anak-anak, misalnya warnanya banyak, lucu / tidak
menyeramkan, sedikit kata-kata, tidak terlalu rumit / mudah dimengerti
oleh anak.
b. Untuk remaja, misalnya mengenai cinta, hal-hal yang manis, berbau
impian / angan-angan dan sebagainya.
c. Mahasiswa, misalnya menjurus ke idealisme, politik, ilmu pengetahuan,
seni dan sebagainya.
d. Bapak-bapak, misalnya: politik, ekonomi, hobi dan
sebagainya.
e. Selera masyarakat, misalnya daerah tertentu menyukai warna tertentu,
maka harus kita sesuaikan
2. Waktunya.
Perancang harus mempertimbangkan waktu dalam proses pembuatannya,
karena apabila waktunya mundur maka akan mempengaruhi kegiatan
lainnya, misalnya keterkaitan antara pemesan dan bagian produksi.
3. Biaya produksi
Dalam membuat desain media cetak sebaiknya disesuaikan dengan biaya
yang tersedia, sehingga rencana yang disiapkan dapat mencapai target.

Prinsip-prinsip media cetak


Perancang media selain harus kreatif, inovatif juga mempunyai pengetahuan yang
cukup tentang teori desain grafis, prinsip desain dan unsur desain. Sehingga
dapat mengetahui baik buruknya suatu karya serta mampu membuat desain
grafis yang tepat baik dari segi visual maupun materinya.

Ada beberapa prinsip desain grafis


yaitu:

a. Pusat perhatian / penonjolan (emphasis)


Sebuah simbol/ tanda/ bentuk menjadi pusat perhatian ketika simbol/ tanda/
bentuk tersebut berbeda dari yang lain. Perbedaan dan menjadi pusat
perhatian dapat dibangun dengan unsur-unsur berikut:
1) Warna
2) Bentuk
3) Penempatan
4) Ukuran

1) Warna 2) Ben
Bentuk

3) Pene
Penempata
mpatan
4) Bentuk

b. Unsur-unsur media cetak


1) Warna (colour)
Warna merupakan unsur yang penting dalam penyampaian
komunikasi melalui penglihatan. Pengetahuan tentang psikologi
warna dan peranannya sebagai alat promosi, sangat diperlukan
sebagai bagian integral dalam proses promosi.
Peran warna adalah mempengaruhi dan merangsang mata manusia
sehingga menimbulkan getaran elektromagnetik yang dapat
membangkitkan emosi pembacanya.

Adapun warna yang digunakan


adalah:
1) Deep
Azure

C=60 M=80 Y=0 K=0

Deep Azure melambangkan simbol keistimewaan


2) Turquoise

C=52 M=1 Y=30 K=0

Turquoise melambangkan kesegaran atau kebersihan dan juga


kepercayaan.
3)
Yellow

C=0 M=0 Y=100 K=0

Yellow memiliki kesan kehangatan


4) Easter Purple

C=12 M=22 Y=6 K=0

Warna ini memiliki kesan kelembutan


5) Black

C=0 M=0 Y=0 K=100

Warna ini melambangkan kekuatan

Warna dalam hal ini adalah pigment (cat), bukan warna untuk
cahaya (merah, hijau dan biru). Warna dapat mewakili arti simbolik
atau rasa kejiwaan.

1) Warna dasar
• Kuning mempunyai arti ceria, benci, terang dan sebagainya.
• Merah mempunyai arti berani, marah, panas, manis, stop dan
sebagainya.
• Biru mempunyai arti segar, dalam, tenang, damai dan sebagainya.
2) Warna pelengkap (komplemen)
• Putih mempunyai arti bersih, suci dan sebagainya.
• Hitam mempunyai arti berwibawa, sedih, seram, anggun dan
sebagainya.
3) Warna campuran
• Warna kedua (sekunder): jingga, ungu dan hijau
• Warna ketiga (tertier)
• Warna keempat (kwarter) dan seterusnya

c. Huruf (text)
Huruf merupakan bagian terkecil dari struktur bahasa tulis dan merupakan
elemen dasar untuk membangun sebuah kata atau kalimat. Rangkaian
huruf dalam sebuah kata atau kalimat bukan saja dapat memberikan suatu
makna yang mengacu kepada sebuah objek atau gagasan, tetapi juga
memiliki kemampuan untuk menyuarakan suatu citra ataupun kesan
secara visual. Huruf memiliki perpaduan nilai fungsional dan nilai estetik.
Pengetahuan mengenai huruf dapat dipelajari dalam sebuah disiplin yang
disebut tipografi (typography). (Danton Sihombing h.2)

1) Roman mempunya kait berbentuk segitiga – segitiga. Contoh: Times


New Roman.
2) Bodoni mempunyai kait berbentuk garis tipis. Contoh: Bodoni
3) Egyption mempunyai kait berbentuk batang. Contoh: Play Bill
4) San Serif tidak mempunyai kait. Contoh: Arial, Hevetica, Univers dan
sebagainya.
5) Fantasi atau dekorasi merupakan huruf hiasan. Contoh: Old
English.

Keempat kelompok huruf (Roman, Bodoni, Egyption dan San Serif) sifatnya
normal, jadi cocok untuk dipergunakan menyusun kata / kalimat maupun
untk keperluan display / huruf pameran. Sedangkan fantasi hanya cocok
untuk display.

C. Jenis dan macam media cetak dan media elektronik


Media cetak adalah media statis dan mengutamakan pesan-pesan visual
yang dihasilkan dari proses percetakan; bahan baku dasarnya maupun sarana
penyampaian pesannya menggunakan kertas. Media cetak adalah suatu
dokumen atas segala hal tentang rekaman peristiwa yang diubah dalam kata-
kata, gambar foto dan sebagainya ( contoh : surat kabar, majalah, tabloid,
brosur, pamflet, poster).
1. Media cetak
Jenis media cetak dengan kemajuan teknologi makin banyak ragamnya dan
juga dengan bantuan media elektronik makin memudahkan dalam proses
produksinya, sehingga batasan dengan media elektronika makin ke depan
makin tipis.

Beberapa contoh jenis media cetak/media elektronik


:
a. Desain sampul (buku, majalah, CD ROM, Kaset,
Kaset a. Video, Kemasan dan sebagainya).
b. Poster
c. Stiker
d. Brosur/Leaflet
e. Booklet
f. Karikatur
g. Cartoon /
Animasi h. Iklan /
reklame
i. Flipcharts (lembar balik)
j. Fact Sheet/Lembar Fakta
k. Billboard / Baliho
l. Ilustrasi
m. Diagam / grafik/Bagan
n. Storyboard
o. Spanduk dan umbul - umbul
p. Backdrop
q. Pameran
r. Radio
s. TV

a. Desain sampul / cover


Merupakan karya yang gunanya untuk membuat menarik dan
melindungi materinya. Tentunya karya tersebut sesuai dengan
materinya atau gambaran sekilas tentang apa isi di dalamnya.
Ilustrasi sampul merupakan penerapan cuplikan penting dari materi
tersebut, atau dapat juga menyimbolkan bentuk dan warna yang
memiliki materi.

Komponen sampul:
1) Judul
2) Pengarang
3) Logo / lambang
4) Penerbit
Desain Sampul

b. Poster
Poster adalah gambar pada selembar kertas berukuran besar yang
digantung atau ditempel di dinding atau permukaan lain. Poster
adalah sehelai kertas yang berisikan gambar- gambar dengan sedikit
kata-kata.

Poster biasanya digunakan sebagai alat untuk mengiklankan sesuatu,


sebagai alat propaganda, dan protes, serta maksud-maksud lain
untuk menyampaikan berbagai pesan promosi.

Poster banyak digunakan untuk mempengaruhi seseorang agar


tertarik pada sesuatu atau mempengaruhi agar seseorang bertindak.
Selain itu, poster juga dipergunakan secara perorangan sebagai
sarana dekorasi yang murah meriah.

Poster dapat dilihat dalam jarak 5 – 6 meter. Poster karena ditempel


di tempat umum, maka poster dibuat sekomunikatif mungkin dan
seinformatif mungkin sehingga masyarakat umum sambil lalu sudah
mengerti maksudnya.

Tipikal poster yang ‘baik’:


1) Berhasil menyampaikan informasi secara cepat
2) Ide dan isi yang menarik
perhatian
3) Mempengaruhi, membentuk opini /
pandangan
4) Menggunakan warna-warna mencolok
5) Menerapkan prinsip
‘kesederhanaan’
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

30

Bagian dari poster :


1) Judul - Judul menempati urutan paling atas dari tata letak poster.
Area untuk judul biasanya menempati 1/4 atau 1/5 bagian atas
dari tata letak poster. Judul biasanya berupa teks yang jumlahnya
tidak lebih dari 3-5 kata. Agar teks terbaca dengan jelas, jenis
huruf yang digunakan biasanya bertipe sans sherif atau sherif.
2) Sub judul-Sub judul bisa hadir atau tidak ditampilkan dalam
desain, tergantung dari pesan yang disampaikan. Biasanya
memenuhi 1/10 bagian dari tata letak poster. Kata-katanya berupa
1 kalimat tegas, pendek, menyarankan suatu perintah atau hal
dengan bahasa yang sederhana. Jenis hurufnya harus tegas dan
jelas terbaca.
3) Foto/ Ilustrasi-Foto/ ilustrasi menempati urutan kedua setelah judul.
Memenuhi 2/3 dari seluruh tata letak poster. Jika menggunakan
foto, gunakan foto yang bermakna, fokus, human interset, bersih,
sopan dan menyentuh perasaan. Jika menggukan ilustrasi,
gunakan jenis ilustrasi yang menarik, berwarna, menarik perhatian,
fokus dan sopan.
4) Teks-Teks menjadi bagian tambahan dari tata letak poster. Memenuhi
1/3 hingga 1/8 dari luas poster dan menjelaskan lebih detail isi
dari poster tersebut. Jenis hurufnya harus yang dapat terbaca,
seperti tipe sans sherif.
5) Logo-Logo dari instansi yang mengeluarkan poster tampil di pojok
kiri -kanan atasatau bawah tergantung selera. Memenuhi 1/50
dari bagian poster.
6) Desain-Warna yang senada antara foto/ ilustrasi, warna teks
hingga warna dalam latar belakang.
7) Ukuran.-ukuran poster bervariasi dari ukuran 50x70cm, 60x42cm
hingga 60 x 80 cm

c. Stiker
Stiker adalah gambar tempel. Pada umumnya stiker berukuran kecil dan
berfungsi sebagai himbauan atau ajakan dapat juga sebagai hiasan.

Karena ukurannya yang kecil untuk besarnya sekitar 10 cm x 20 cm,


maka gambar stiker sesederhana mungkin hanya berisi teks saja.

Komponen stiker:
1) Huruf
2) Ilustrasi

45

d. Brosur/Leaflet
Brosur/Leaflet karena mengalami perluasan arti, banyak perbedaan
pendapat mengenai definisi flier, brosur, leaflet dan pamplet. Untuk
mempermudahya dapat dibagi menjadi 2 yatu :
1) Flier: dari kata fly, sejarahnya flier adalah selebaran kecil yang
dicetak murah (kadang malah sablon hitam putih) yang
disebarkan dari pesawat terbang.
2) Brosur, leaflet, pamplet berukuran lebih besar dari flier, tanpa
atau dengan lipatan. Umumnya kedua sisinya di desain,
berwarna sehingga biaya produksinya menjadi lebih mahal. Tidak
hanya mengalami perluasan arti, kelompok brosur pun
mengalami eksplorasi sedemikian sehingga kadang tidak
terdefinisi sebagai apa. Contohnya: kartu nama yang bisa dibuka
lipatannya dan berisi
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

informasi yang mirip brosur. Apapun istilahnya, yang penting


brosur dipahami sebagai lembar informasi yang lebih detail
dengan jumlah halaman yang lebih banyak dan mudah
dieksplorasi. Karena biaya produksinya yang cukup tinggi,
biasanya brosur tidak dibagikan di tempat umum tapi dapat
dibagikan di acara-acara, pameran atau event dimana target
sasaran banyak berkunjung.

Peserta perlu mengetahui bagaimana target sasaran membaca


brosur terutama yang memiliki banyak lipatan, karena hal itu
berguna dalam rangka mendesain tata letak yang
berkesinambungan dan enak dibaca.

Bagian dari brosur:


1) JUDUL: Judul menempati urutan awal di atas lembaran brosur
ketika tertutup. Prinsip mendesain cover brosur sama halnya
dengan prinsip mendesain poster.
2) TEKS/PARAGRAF : Paragraf mengisi sebagian besar brosur/
leaflet dengan memperhatikan kaidah penulisan yang baik,
sederhana dan benar. Jika perlu, sederhanakan paragraf dengan
point-point kalimat, sub judul paragraf, caption (kutipan)
hingga fakta dan data. (materi, latar belakang, visi, misi,
kebijakan, program kerja, institusi dan sebagainya)
3) ILUSTRASI/FOTO :Ilustrasi atau fotografi memenuhi 1/2
hingga
1/3 bagian untuk mendukung informasi paragraf.
4) DESAIN : Menerapkan prinsip kesimbangan atara paragraf, foto/
ilustrasi, judul dan elemen-elemen desain yang lain. Gunakan
jenis huruf yang terbaca jelas dan tidak lebih dari 2 tipe jenis
huruf untuk mempertahankan konsistensi brosur. Perhatikan
jumlah kolom dan keseimbangannya dengan elemen-elemen
lain di dalam lembar brosur tersebut
5) UKURAN : ukuran brosur bervariasi dari ukuran 21 x 30 cm
yang dilipat 2,3 dan 4 hingga 30 x 42 cm berlipat.

Leaflet / pamflet
Sebaran tanpa dilipat yang berisi keterangan singkat tetapi
lengkap. Komponen leaflet / pamflet adalah judul, teks (materi),
foto, ilustrasi. Masing–masing komponen dapat berdiri sendiri
atau gabungan. Ukurannya terkecil sekitar setengah folio dan
terbesar satu folio. Dapat digunakan sebagai promosi,
pengumuman atau sebagai alat informasi.
Depan Belakang
Leaflet

34 23

e. Booklet
Istilah booklet telah mengalami perluasan arti. Beberapa sumber
mengartikan booklet sebagai buku kecil, yang lain menyamakannya
dengan fungsi leaflet, brosur dan flier. Pada dasarnya booklet
adalah sebuah media publikasi yang terdiri dari beberapa lembar
halaman, namun tidak setebal sebuah buku.

Desain booklet
1) Fungsi booklet sebagai media publikasi yang dapat menampung
cukup banyak informasi karena memiliki halaman yang dapat
disesuaikan.
2) Ukuran booklet bervariasi, kebanyakan sekitar 15x21cm, 12x18cm
dengan jumlah hamalam 32, 36 dan 42 agar ringan mudah
dibawa- bawa dan dikantungi.
3) Sebagian besar teknik tata letak digunakan di dalam
booklet.
4) Urutan-urutan booklet pada umumnya adalah : Cover depan
(berisi judul dan foto/ilustrasi pendukung), pendahuluan, paragraf
isi, fakta dan data, foto, ilustrasi dan penutup.

f. Karikatur
Karikatur adalah menstilir objeknya tetapi masih sesuai karakternya.
Gunanya sebagai sindiran atau kritikan. Dibuat pada koran, tabloid
atau majalah dan dapat berdiri sendiri dan sifatnya aktual.

32
g. Cartoon / Kartun
Cartoon / Kartun adalah gambar yang dibuat lucu. Lucu, pada
mulanya sasarannya adalah anak – anak.

Film cartoon / animasi adalah rangkaian gambar yang direkam satu


persatu gerakan sehingga terkesan bergerak atau seolah – olah
hidup. Film animasi ada yang dua dimensi dan ada pula dalam
bentuk tiga dimensi yang dibuat dengan bantuan komputer.

h. Iklan
Iklan adalah sarana promosi barang atau jasa yang biasanya dimuat
pada koran, tabloid, majalah, film atau televisi. Gunanya untuk
membujuk khalayak agar termotivasi membeli barang atau jasa yang
ditawarkan.

i. Flipchart (lembar balik)


Flipchart (lembar balik) adalah rangkaian gambar yang disusun
secara berurutan dengan ukuran yang sama dan ikat pada bagian
atasnya. Cara menggunakannya setelah lembar pertama selesai
disibakkan ke belakang.

Lembar balik adalah beberapa lembar informasi yang lebar dijilid


menjadi satu, untuk kemudian menjadi sebuah alat peraga untuk
menjelaskan tentang suatu issu, biasanya setiap penjelasan
dilengkapi dengan gambar-gambar.

Desain lembar balik


1) Fungsi lembar balik sebagai media informasi yang dapat
menampung cukup banyak informasi karena memiliki halaman
yang dapat disesuaikan.
2) Ukuran lembar balik bervariasi, kebanyakan di sekitar 30 x 42 cm
jika tertutup dengan jumlah variasi halaman yang dapat dibalik
dengan cepat.
3) Gambar dan penjelasan dibuat dengan jelas, singkat,
informative.
4) Setiap lembar dari factsheet diurutkan berdasarkan judul besar,
pecahan bab serta penutup
5) Dibutuhkan suatu dudukan agar lembar balik tersebut dapat
berdiri di atas meja.

Keunggulan:
1) Isi pokok pembicaraan dapat disiapkan sebelumnya.
2) Urutan penyajian dapat disiapkan sebelumnya
3) Fleksibel – pembicara dapat mengatur
waktu.
4) Pembicara dapat kembali ke halaman sebelumnya.
5) Chart dapat ditukar tempatkan, sesuai dengan
kebutuhan.
6) Dapat diletakan di mana
saja.

j. Fact sheet/lembar fakta


Lembar fakta adalah beberapa lembar halaman dalam satu map
yang menyediakan fakta-fakta cepat tentang suatu issu/
permasalahan. Hal ini dapat mencakup latar belakang, manfaat,
kapan, dimana dan bagaimana informasi tentang issu tersebut .

Desain Fact Sheet/ Lembar


Fakta
1) Fungsi factsheet sebagai media publikasi yang dapat
menampung cukup banyak informasi karena memiliki halaman
yang dapat disesuaikan.
2) Ukuran factsheet bervariasi, kebanyakan di sekitar 21x30 cm
jika tertutup dengan jumlah variasi lipatan 2 atau 3
3) Sebagian besar teknik desain tata letak digunakan di dalam
booklet.
4) Setiap lembar dari factsheet diurutkan berdasarkan artikel bab,
mulai dari latar belakang, penjabaran isi, dan penutup.
5) Dibuatkan suatu wadah untuk menampung lembaran-lembaran
fakta tersebut, misalnya sebuah map yang didesain sesuai
dengan isi lembaran fakta tersebut.
k. Billboard / Baliho
Media luar ruang yang ditempatkan pada posisi yang strategis dan
mempunyai ukuran yang besar bervariasi sekitar 2 x 1 m sampai
dengan
6 x 6 m. Dengan maksud supaya mudah dilihat dan menarik
perhatian. Digunakan sebagai alat promosi dan informasi.

Bahan yang digunakan dapat berupa tripleks atau plat logam dengan
kerangka besi. Cara membuatnya jalau jumlah sedikit biasanya
menggunakan air brush atau di kuas langsung ada tripleks atau pada
plat logam. Kalu jumlahnya banyak bisa dicetak perbagian dan juga
waktu menempelkannya perbagian juga dan biasanya dicetak pada
stiker.

Billboard

41
l. Ilustrasi
Ilustrasi adalah gambar (foto, lukisan, diagram, bagan) untuk
membantu memperjelas isi buku, karangan. Keterangan tambahan
berupa contoh bandingan dan sebagainya untuk lebih memperjelas
paparan (tulisan).

Gunanya:
1) Dapat merangkum kata – kata yang panjang dengan satu
gambar.
2) Memperindah tampilan.
3) Memperjelas isi buku atau
karangan.
4) Mendukung teks.
5) Menyeimbang dengan teks.
6) Daya tarik
7) Mengisi ruang kosong.

m. Diagram/Grafik/Bagan
Diagram/Grafik/Bagan adalah gambaran untuk memperlihatkan atau
menerangkan sesuatu atau menggambarkan pasang surut suatu
keadaan.

Macam diagram:
1) Arus: memperlihatan jalannya pelaksanaan.
2) Balik: memperlihatkan perbandingan atau
perkembangan.
3) Gambar: memperlihatkan suat
peristiwa.
4) Garis: memperlihatkan suatu
perkembangan.
5) Lingkaran: memperlihatkan prosentase.
6) Pohon: memperlihatkan suatu penjabaran secara hirarkis atau
proses yang memusat.
7) Bagan arus: bagan yang terdiri atas garis dan panah yang
menggambarkan suatu proses.
8) Bagan organisasi: gambar yang menunjukkan tata hubungan
berbagai posisi di persahaan, biasanya memperlihatkan pembagian
tanggung jawab.
9) Bagan peta: bagan peta yang mengandung tanda – tanda yang
menerangkan terjadinya suatu proses atau yang
menggambarkan proporsi penduduk, produksi, distribusi dan
sebagainya di daerah – daerah yang tercantum di peta itu.
Keunggulannya:
1) Lebih mudah dimengerti daripada membaca
data.
2) Lebih menarik, karena dapat menggunakan warna.
3) Dapat meringkas data yang panjang dengan satu
tampilan.
Kegunaannya:
1) Sebagai suatu tampilan presentasi.
2) Diperbesar sebagai poster untuk pameran

n. Storyboard:
Rangkaian gambar sebagai pedoman untuk shooting mulai dari awal
sampai akhir cerita.

Kegunaannya:
1) Untuk mempermudah pengambilan gambar.
2) Pedoman pengambilan gambar.

STORYBOARDPSA VERSI : TB
JUDUL : TB-KU SEMBUH

JUDUL : TB-KU SEMBUH


o. Spanduk dan umbul – umbul:
Kain rentang yang berisi informasi singkat dan jelas. Posisi spanduk
melintang (horizontal) sedangkan umbul – umbul berdiri (vertikal).

Ukuran spanduk berbagai macam : 90 x 600 cm, 90 x 500 cm, 115 x


500 cm. 100 x 700 cm.

p. Backdrop:
Papan iklan / reklame yang diletakkan sebagai latar belakang misal
pertunjukkan musik atau digunakan sebagai penyampaian informasi
dalam acara pameran.

Ukuran backdrop sesuai kebutuhan ( 700 cm x 250 cm, 600 cm x 250


cm,dll)
q. Pameran Promosi Kesehatan
Pengertian pameran adalah suatu kegiatan penyajian karya seni rupa
untuk dikomunikasikan sehingga dapat diapresiasi oleh masyarakat
luar.

Pameran merupakan suatu bentuk dalam usaha jasa pertemuan.


Yang mempertemukan antara produsen dan pembeli namun
pengertian pameran lebih jauh adalah suatu kegiatan promosi yang
dilakukan oleh suatu produsen, kelompok, organisasi, perkumpulan
tertentu dalam bentuk menampilkan display produk/jasa kepada
calon relasi atau pembeli/sasaran. Adapun macam pameran itu adalah
: show, exhibition, expo, pekan raya, fair, bazaar, pasar murah.

Bentuk-bentuk Pameran berdasarkan tempat dan waktu :


1) Pameran permanen atau tetap
adalah bentuk pameran yang tidak terikat oleh lamanya waktu.
permanen artinya tidak pernah tutup dan tidak terikat oleh waktu.
Contohnya, museum dan art gallery. Waktu penyelenggaraan
Pameran Tetap berlangsung minimal 1 kali dalam satu tahun
2) Pameran rutin
adalah pameran yang selalu diadakan dalam waktu-waktu
tertentu. Waktu penyelenggaraan Pameran ruitin berlangsung
minimal selama
10 hari, maksimal berlangsung selama 30 hari
3) Pameran Insidental
adalah pameran yang diadakan dengan maksud dan tujuan
tertentu yang tidak terikat oleh rutinitas pelaksanaannya. Misalnya
pameran penyerta seminar, atau pameran menyambut
kunjungan tamu. Waktu penyelenggaraan Pameran Insidental
minimal berlangsung selama 10 hari.

Peralatan/fasilitas Pameran
Ruang untuk setiap peserta pameran disebut stand atau booth yang
dibagikan dan diatur oleh panitia penyelenggara.

Fasilitas Stand/booth standard :


1) Partisi / dinding stand
(ukuran bervariasi ; 2 x 2 m, 2 x 3 m, 3 x 3 m,
dll)
2) meja resepsionis ( 1 unit )
ukuran meja : 100 cm x 50 cm x 75 xm
3) Kursi Lipat ( 2
unit)
4) Nama Perusahaan (1
unit)
5) Lampu TL 40 watt
6) Tempat
sampah
7) Karpet

contoh stand standar

ukuran 2 x 2 m

contoh stand kerucut (outdoor)

ukuran 3 x 3 m

Pelaksana pameran (event organizer/panitia pameran) diharuskan


melakukan koordinasi dengan pihak terkait , khususnya hal-hal yang
bersifat teknis antara lain:
1) Penyimpanan karya
2) Desain/layout pameran
3) Penataan ruangan dan pemasangan karya (display)
4) Sarana dan perlengkapan yang akan
dipergunakan
5) Pemasangan sarana publikasi di area
pameran
6) Acara kegiatan lain sebagai penunjang
pameran
Langkah – langkah Pembuatan Media Cetak
1. Tentukan tema dan pesan pokok
2. Rancang media yang akan di gunakan, buat draft rancangan dan
naskahnya
3. Siapkan alat dan bahannya
4. Buatlah sketsa beberapa alternatif untuk dikonsultasikan ke
konseptor
5. Setelah setuju buat
desain
6. Ingat segi estetikanya (prinsip dan unsur media
grafis)
7. Uji coba media
8. Konsultasi lagi ke konseptor dan apabila tidak ada perubahan akan menjadi
master untuk digandakan

Dalam pembuatan media cetak antara konseptor dan desainer saling


bekerjasama dengan baik. Konseptor menentukan kebutuhannya, media jenis
apa yang dipilih, menentukan temanya dan strategi promosinya. Desainer
grafis menangkap ide dari konseptor kemudian divisualisasikan dan
dikembangkan secara estetika/ kreatifnya dengan beberapa alternatif.

Eksekusi media poster

Sebuah pesan komunikasi dituangkan dalam bentuk poster jika


:
1. Pesan tersebut ingin dilihat di tempat-tempat strategis di mana orang-
orang berkumpul dan berjalan.
2. Poster di tempelkan di tempat yang strategis, berulang-ulang 3-5 kali
dijejerkan agar orang yang berjalan dapat melihat JUDUL POSTER secara
utuh. Terlebih lagi jika mereka berhenti untuk membaca keseluruhan isi
poster.
3. Poster ditempatkan di ruang tunggu, dimana tiap orang memiliki cukup
waktu untuk melihat isi poster tersebut.
4. Ketahanan poster yang tidak lama, seminggu jika ditempel di luar ruangan
dengan intensitas panas dan hujan yang merata, sebulan jika ditempatkan
di
dalam ruangan karena tertutup lembar informasi yang lain.

Tahapan cara membuat media cetak sederhana (poster) :

Membuat Poster dengan adobe photoshop cs3,


Tahap pertama
kita buka adobe photoshop cs3 kemudian buka File pada menu yang
berada di bagian atas sebelah kiri , seperti contoh gambar dibawah ini,
kemudian pilih New untuk memulainya setelah itu akan mucul tampilan
berikut

Selanjutnya kita setting area yang akan kita buat yaitu untuk lebar area
( width ) kita buat kira kira 12 cm lalu untuk tingginya ( height ) kira kira
8 cm kemudian resolusinya (resolution ) 120 pixel/inch, color Mode
RGB Color 8 bit , Background Contents Transparent, seperti gambar di
bawah ini, kemudian klik “OK”

Muncul tampilan seperti ini

Tahap ke 2
Mengkroping gambar foto, pertama kita buka dahulu gambar yang kita
inginkan , klik File pada menu lalu pilih open
Setelah mucul jendela seperti dibawah ini , lalu cari file yang kita
butuhkan setelah kita dapatkan gambar yang sesuai dengan keinginan
kita, lalu klik open

Gambar yang kita inginkan muncul ditampilan langkah selanjutnya


mengkroping gambar yang kita butuhkan dari foto yang ada dengan
cara :

Pilih Polygonal Lasso tool pada tool yang berada di sebelah kiri , seperti
gambar di bawah sebelah kiri ini, kemudian mengklik sambil menuturi
area gambar yang akan kita kroping seperti contoh gambar sebelah
kanan bawah ini
Kemudian gambar kita pindahkan ke area yang sudah kita setting tadi
dengan cara memilih dahulu move tool ( ) pada tools kemudian
klik and drag dari gambar foto yang sudah dilingkari dengan Lasso ke
area yang sudah kita setting

Hasilnya seperti contoh di bawah ini, untuk memperbesar gambar foto


kroping kita pilih menu edit kemudian pilih Transform lalu pilih Scale,
klik Scale
Muncul gambar seperti di bawah ini , kemudian tarik salah satu titik
sudutnya pada kotak gambar sambil menekan Shift agar gambar
tersebut tidak distorsi, separti contoh gambar di bawah ini, jika ukuran
sudah sesuai dengan yang diinginkan klik Enter

Klik nad drag titik

Tahap ke 3
Membuat background poster, pertama kita menambah Layer dengan
cara, klik Layer pada menu kemudian pilih New, muncul kotak new
layer beri nama pada kolom nama seperti gambar sebelah kanan
bawah, kemudian klik OK
Kita lihat pada kotak layer, layer ada dua , 1 layer gambar foto kroping,
2 laler background yang masih kosong, layer background harus kita
pindahkan ke paling bawah dengan cara mengklik and drag kebawah,
seperti contoh gambar dibawah ini

Layer background kita aktifkan seperti gambar diatas, selanjutnya kita


mulai menghias background, kemudian kita membuat warna gradasi
untuk background, pertama kita setting dahulu gradasinya,caranya pilih
gradient tool ( ) kemudian klik gradient edit

klik disini
Muncul kotak gradient edit lalu setting warna gradasi yang kita inginkan,
setelah itu beri nama untuk identitas warna kemudian klik New, barulah
tuangkan warna gradasi tersebut dengan cara meng klik and drag dari
atas ke bawah di area yang suda kita siapkan, seperti contoh gambar
dibawah ini

Nah sebelum kita beranjak ke tahap berikutnya, kita harus benahi dulu
gambar yang ada, seabagai berikut, foto keluarga kita buat agak
tranparan bagian bawahnya dengan cara kita mengaktifkan dulu Layer
foto yang ada pada kotak layer

Kemudian hapus secara horizotal menggunakan Eraser tool ( )


perlahan lahan dengan opasity 25%, seperti contoh gambar dibawah
Tahap ke 4
Membuah judul utama poster, pertama kali pilih horizontal text tool (
) pada tools kemudian type huruf ( Font )yang sesuai dengan
themanya misalnya seperti gambar dibawah ini

Lalu kita ketik di area poster kita, kemudian kita buat effek agar kalimat
itu lebih menarik, pertama memperbesar huruf dengan memilih edit
pada menu lalu pilih transform kemudian pilih Scale ,kemudian tarik
salasatu titik sudut pada kotak kalimat yang ada pada tampilan

Kemudian kita setting Warp Text nya dengan posisi seperti gambar
dibawah, lalu klik “OK”
Text yang ada, kita jadikan dahulu sebagai image untuk dibuat warna
gradasi dengan cara meng klik Layer pada menu lalu pilih Rasterize
kemudian pilih Type, lihat gambar di bawah ini

Lalu aktifkan kalimat tadi dengan cara mengklik layer text sambil
menekan tombol “Ctrl” sebelum mewarnai delete dulu warna yang ada
pada text, kemudian rubah kalimat tadi dengan warna gradasi dengan
cara meng klik and drag pada bidang text nya, hasilnya seperti gambar
dibawah ini

Kemudian kita beri effek pada huruf, kita buka dulu jendela effek pada
kotak layer kemudian klik tanda symbol effek lalu pilih Bevel and
Emboss, lihat contoh gambar dibawah ini
Setelah di klik muncul gambar kotak layer style , anda ikuti ketentuan
(rancangan setting) Bavel yang ada pada gambar di bawah ini

Selanjutnya drop shadow, doble klik drop shadow kemudian ikuti


settingnya yang ada pada gambar dibawah ini
Hasilnya seperti gambar ini

Untuk penulisan text selanjutnya sama persis caranya dengan diatas ,


bila anda ingin mengganti warna gradasi dengan warna awan tinggal
klik text pada layer sambil menekan shift, setelah itu delete warna yang
ada pada text, kemudian klik Filter pada menu lalu pilh Render
kemudian pilh Clouds, seperti gambar dibawah ini

Setelah itu beri effek Bavel caranya sama dengan diatas, kemudia ikut
setting yang ada pada gambar dibawah ini

Kemudian dihapus bagian atasnya dengan opasity 25% secara


horizontal per lahan -lahan
Selanjutnya beri out line warna putih sebagai pemanis, dengan cara klik
edit pada menu kemudian pilih stroke, kotak stroke seperti gambar
sebelah kanan bawah ikuti ketentuan pada gambar kemudian klik “OK”

Hasilnya seperti gambar dibawah ini

Kemudian membuat bayangan pada tulisan “KELUARGA BAHAGIA” klik


kanan tulisan tersebut kemudian pilih duplicate layer
Kemudian muncul kotak seperti dibawah ini lalu klik OK

Kemudian atur bentuknya menggunakan transform distort yang ada


pada menu edit seperti conth gambar dibawah ini

Hasilnya seperti gambar dibawah ini

Contoh-contoh media cetak dan media elektronik


2. Media Elektronik
Kelebihan :
a. Cepat, dari segi waktu, media elektronik tergolong cepat dalam
menyebarkan berita ke masyarakat luas.
b. Ada audio visual, media elektronik mempunyai audio visual yang
c. memudahkan para audiensnya untuk memahami berita.(khusus televisi
d. Terjangkau luas, media elektronik menjangkau masyarakat secara
luas.

Kekurangan :
Tidak ada pengulangan, media elektronik tidak dapat mengulang apa yang
sudah ditayangkan.

3. Media Online
a. Pengertian Media Sosial
Media sosial adalah sebuah media online, dengan para
penggunanya bisa dengan mudah berpartisipasi, berbagi, dan
menciptakan isi meliputi blog, jejaring sosial, wiki, forum dan dunia
virtual. Blog, jejaring sosial dan wiki merupakan bentuk media sosial
yang paling umum digunakan oleh masyarakat di seluruh dunia.
Pendapat lain mengatakan bahwa media sosial adalah media online
yang mendukung interaksi sosial dan media sosial menggunakan
teknologi berbasis web yang mengubah komunikasi menjadi dialog
interaktif.

Andreas Kaplan dan Michael Haenlein mendefinisikan media sosial


sebagai “sebuah kelompok aplikasi berbasis internet yang
membangun di atas dasar ideologi dan teknologi Web 2.0 , dan yang
memungkinkan penciptaan dan pertukaran user-generated content”.

Jejaring sosial merupakan situs dimana setiap orang bisa membuat


web page pribadi, kemudian terhubung dengan teman-teman
untuk berbagi informasi dan berkomunikasi. Jejaring sosial terbesar
antara lain Facebook, Myspace, dan Twitter. Jika media tradisional
menggunakan media cetak dan media broadcast, maka media sosial
menggunakan internet. Media sosial mengajak siapa saja yang
tertarik untuk berpartisipasi dengan memberi kontribusi dan
feedback secara terbuka, memberi komentar, serta membagi
informasi dalam waktu yang cepat dan tak terbatas.

Saat teknologi internet dan mobile phone makin maju maka media
sosial pun ikut tumbuh dengan pesat. Kini untuk mengakses facebook
atau twitter misalnya, bisa dilakukan dimana saja dan kapan saja
hanya
dengan menggunakan sebuah mobile phone. Demikian cepatnya orang
bisa mengakses media sosial mengakibatkan terjadinya fenomena
besar terhadap arus informasi tidak hanya di negara-negara maju, tetapi
juga di Indonesia. Karena kecepatannya media sosial juga mulai
tampak menggantikan peranan media massa konvensional dalam
menyebarkan berita-berita.

Pesatnya perkembangan media sosial kini dikarenakan semua orang


seperti bisa memiliki media sendiri. Jika untuk memiliki media
tradisional seperti televisi, radio, atau koran dibutuhkan modal yang
besar dan tenaga kerja yang banyak, maka lain halnya dengan
media. Seorang pengguna media sosial bisa mengakses
menggunakan social media dengan jaringan internet bahkan yang
aksesnya lambat sekalipun, tanpa biaya besar, tanpa alat mahal dan
dilakukan sendiri tanpa karyawan. Kita sebagai pengguna social
media dengan bebas bisa mengedit, menambahkan, memodifikasi
baik tulisan, gambar, video, grafis, dan berbagai model content
lainnya.

Media sosial mempunyai ciri-ciri, yaitu sebagai berikut


:
• Pesan yang di sampaikan tidak hanya untuk satu orang saja namun
bisa keberbagai banyak orang contohnya pesan melalui SMS
ataupun internet
• Pesan yang di sampaikan bebas, tanpa harus melalui suatu
Gatekeeper
• Pesan yang di sampaikan cenderung lebih cepat di banding
media lainnya
• Penerima pesan yang menentukan waktu
interaksi

b. Peran dan Fungsi Media Sosial


1) Peran Media Sosial
Media sosial merupakan alat promosi bisnis yang efektif karena
dapat diakses oleh siapa saja, sehingga jaringan promosi bisa
lebih luas. Media sosial menjadi bagian yang sangat diperlukan
oleh pemasaran bagi banyak perusahaan dan merupakan salah
satu cara terbaik untuk menjangkau pelanggan dan klien. Media
sosial sperti blog, facebook, twitter, dan youtube memiliki sejumlah
manfaat bagi perusahaan dan lebih cepat dari media konvensional
seperti media cetak dan iklan TV, brosur dan selebaran.
Media sosial memiliki kelebihan dibandingkan dengan media
konvensional, antara lain :
• Kesederhanaan
Dalam sebuah produksi media konvensional dibutuhkan
keterampilan tingkat tinggi dan keterampilan marketing yang
unggul. Sedangkan media sosial sangat mudah digunakan,
bahkan untuk orang tanpa dasar TI pun dapat mengaksesnya,
yang dibutuhkan hanyalah komputer dan koneksi internet.
• Membangun Hubungan
Sosial media menawarkan kesempatan tak tertandingi untuk
berinteraksi dengan pelanggan dan membangun hubungan.
Perusahaan mendapatkan sebuah feedback langsung, ide,
pengujian dan mengelola layanan pelanggan dengan cepat.
Tidak dengan media tradisional yang tidak dapat melakukan hal
tersebut, media tradisional hanya melakukan komunikasi satu arah.
• Jangkauan Global
Media tradisional dapat menjangkau secara global tetapi tentu
saja dengan biaya sangat mahal dan memakan waktu. Melalui
media sosial, bisnis dapat mengkomunikasikan informasi dalam
sekejap, terlepas dari lokasi geografis. Media sosial juga
memungkinkan untuk menyesuaikan konten anda untuk setiap
segmen pasar dan memberikan kesempatan bisnis untuk
mengirimkan pesan ke lebih banyak pengguna.
• Terukur
Dengan sistemtracking yang mudah, pengiriman pesan dapat
terukur, sehingga perusahaan langsung dapat mengetahui
efektifitas promosi. Tidak demikian dengan media konvensional
yang membutuhkan waktu yang lama.

c. Jenis Media Sosial


1) Collaborative Projects (Wikipedia)
Pada proyek kolaborasi ini, website mengijinkan usernya untuk
dapat mengubah, menambah, ataupun me-remove konten-konten
yang ada di website ini. Contohnya wikipedia. Pada tahun 2001
lahirnya wikipedia. Wikipedia pada zamannya merupakan salah
satu media pesaing mesin pencari terbesar yaitu Google, karena
sama-sama menawarkan kebutuhan akses cepat dan efisien bagi
penggunanya. Wikipedia merupakan ensiklopedia online yang
dimulai pada tahun
2001 dan versi bahasa indonesia dimulai pada tahun 2003.

Proyek kolaborasi di jaringan internet ini dapat dimanfaatkan oleh


seorang Public Relations Officer dalam perusahaan adalah untuk
menciptakan wadah berita sehingga 1 sampai 3 pengguna
jaringan
dapat mengakses cepat mesin pencari untuk menemukan portal
berita/informasi setiap menitnya. Tetapi wikipedia pun memiliki
kekurangan dan kelebihan. Kekurangannya adalah
kecenderungan menghasilkan informasi yang tidak akurat,
sedangkan kelebihannya adalah dapat menghubungkan pengguna
dengan sumber secara cepat.

2) Blogs and Microblogs (Twitter)


Pada blog dan microblog ini, user lebih bebas dalam
mengekspresikan sesuatu di blog ini seperti curhat ataupun
mengkritik kebijakan pemerintah. Contohnya twitter. Pada tahun
2006 lahirnya twitter, situs jejaring sosial yang berbeda dengan
yang lainnya, karena pengguna dari twitter hanya bisa mengupdate
status atau yang bernama tweet ini yang hanya dibatasi 140
karakter. Terinspirasi dari sebuah analog dalam sebuah
handphone, Jack Dorsey pencipta Twitter ingin
mengembangkan sekaligus perpaduan antara penggunaan SMS
yang ditinjau dari jumlah karakter yang terbatas melalui jaringan
internet dan penggunaannya yang mudah.

Blog dan microblog di jaringan internet ini dapat dimanfaatkan


oleh seorang Public Relations Officer dalam perusahaan adalah
untuk membina hubungan pertemanan misalnya saja dengan
relasi perusahaan, serta sangat efisien untuk menyampaikan
informasi mengenai perusahaan. Selain itu juga sebagai
sarana hiburan dengan konsep extrovert diri melalui teks.

3) Contents Communities (Youtube)


Pada konten ini, para user dari pengguna website ini saling meng-
share konten-konten media, baik seperti video, facebook, gambar,
dan lain-lain. Contohnya youtube. Pada tahun 2007 lahirnya
Youtube dengan mengembangkan konten komunitas yang
berbasiskan audio visual. Seiring berjalannya konten komunitas ini
jika dilihat dari perkembangan teknologi, bahwa keberadaan
teknologi yang satu akan dibarengi oleh teknologi lainnya. Dalam
hal ini Youtube tidak melakukan hubungan komunikasi linier dan
transaksional dengan teks, tetapi penambahan vitur visual sebagai
pelengkap.

Konten di jaringan internet ini dapat dimanfaatkan oleh seorang


Public Relations Officer dalam perusahaan adalah untuk
mendukung jalannya bisnis perusahaan dengan menggunakan
youtube sebagai media promosi bagi khalayak dan komunikasi
dengan pengguna
internet lainnya, karena dengan melakukan penayangan audiovisual
itu akan lebih terjaga kredibilitasnya. Selain itu juga sebagai media
hiburan bagi penggunanya.

4) Social Networking Sites (Facebook)


Pada situs jejaring ini, aplikasi yang mengijinkan user untuk dapat
terhubung dengan cara membuat informasi pribadi sehingga dapat
terhubung dengan orang lain. Informasi pribadi itu bisa seperti
foto- foto. Contohnya facebook. Pada tahun 2004 lahirnya
Facebook, situs jejaring sosial yang terkenal hingga sampai saat ini,
merupakan salah satu situs jejaring sosial yang terkenal hingga
saat ini, merupakan salah satu situs jejaring sosial yang memiliki
anggota terbanyak. Facebook telah menambahkan sejumlah
fitur selama beberapa tahun terakhir, termasuk instant
messaging/chat dan aplikasi.

Facebook di jaringan internet ini dapat dimanfaatkan oleh


seorang Public Relations Officer dalam perusahaan adalah
untuk media komunikasi dengan para relasi di dunia maya.
Selain itu juga dapat memberikan informasi mengenai profil
perusahaan secara jelas dengan hanya melihat di profil
perusahaan. Kemudian dapat memberikan informasi mengenai
perusahaan misalnya saja kegiatan perusahaan hanya dengan
memposting catatan yang terlihat oleh semua relasi yang telah
menjadi teman Facebooknya. Serta dapat menjalin relasi baik
dengan cara saling berkomentar di tulisan-tulisan yang ada atau
dengan percakapan dengan beberapa orang.

5) Virtual Game Worlds (World of Warcraft)


Pada dunia virtual ini, dimana mengrepleksikan lingkungan 3D,
dimana user bisa muncul dalam bentuk avatar-avatar diinginkan
serta berinteraksi dengan orang lain selayaknya di dunia nyata.
Contohnya game online. Virtual reality mungkin telah muncul di
berita utama hanya dalam beberapa tahun terakhir, tetapi
akarnya mencapai kembali empat dekade. Saat itu di akhir
1950-an. Kemudian pada tahun
1970-an dihubungkanlah komputer ke layar dan menggunakannya
untuk memecahkan masalah. Kemudian dengan adanya adegan
pertempuran di film fiksi ilmiah wars blockbuster Star yang dirilis
tahun 1976. Kemudian datang film seperti terminator dan jurassic
Park pada awal 1980-an bisnis video game meledak.
Dunia virtual di jaringan internet ini dapat dimanfaatkan oleh
seorang Public Relations Officer dalam perusahaan adalah
untuk media hiburan, serta untuk berinteraksi dengan Public
Relations lainnya maupun para pengguna internet lainnya
sambil bermain games. Dan untuk bertukar informasi.

6) Virtual Social Worlds (Second Live)


Pada dunia virtual yang dimana penggunanya merasa hidup di
dunia virtual, sama seperti virtual game world, berinteraksi
dengan yang lain. Namun, Virtual Social Worlds lebih bebas, dan
lebih ke arah kehidupan. Contohnya second life. Dunia virtual di
jaringan internet ini dapat dimanfaatkan oleh seorang Public
Relations Officer dalam perusahaan adalah untuk media hiburan,
serta untuk berinteraksi dengan Public Relations lainnya
maupun para pengguna internet lainnya sambil bermain games.
Dan untuk bertukar informasi.

d. Promosi melalui Media Sosial


Pemanfaatan media sosial seperti facebook, twitter, Linkedin,
friendster, kaskus, multiply, sampai google plus memang sangat
membantu para pelaku usaha untuk memasarkan berbagai
informasi/jasa atau produknya melalui dunia maya. Melalui media
sosial, para pelaku usaha dapat berkomunikasi langsung dengan
calon konsumennya atau sasarannya, dan mempublish berbagai
macam informasi kegiatan maupun promosi kesehatan yang
ditawarkannya kepada masyarakat.

Tahap-tahapan Upload berita liputan/informasi kegiatan ke dalam


Website Promosi kesehatan sebagai berikut :
1) Setelah liputan atau mendokumentasikan kegiatan dibuat laporan
singkat yaitu berupa berita atau narasi
2) Laporan singkat atau materi bisa juga berupa artikel
kesehatan
3) Foto hasil peliputan yang akan di masukan kedalam materi berita
di pilih dan di ubah menjadi file ukurannya lebih kecil (JPEG –
GIFF)
4) Materi berita, artikel atau foto di kirimkan ke pengelola website
yang memiliki akses untuk meng-upload ke website
5) Pengelola website akan mengupload materi-materi yang dipilih
6) Contoh tampilan materi yang sudah di
pilih
Kelebihan :
• Sangat cepat, dari segi waktu media online sangat cepat
dalam
• menyampaikan beritanya.
• Audio Visual, media online juga mempunyai audio visual dengan
melakukan streaming.
• Praktis dan Fleksibel, media online dapat diakses dari mana saja
dan kapan saja yang kita mau.

Kekurangan :
• Tidak selalu tepat, karena mengutamakan kecepatan berita yang
dimuat di media online biasanya tidak seakurat media lainnya.

4. Media Audio
a. Pengertian Program Audio
Program audio yang akan dibicarakan meliputi program audio dan
program kaset suara. Kedua jenis program tersebut pada dasarnya
sama. Bedanya adalah bahwa program radio itu dipancarkan melalui
stasiun pemancar radio, karena itu dapat didengarkan oleh orang
banyak yang memiliki atau yang dapat mendengarkan siaran radio.

Program suara tidak disiarkan melalui stasiun pemancar radio.


Program ini didengarkan melalui alat pemutar kaset dan
didengarkan secara perorangan atau bersama-sama dalam
kelompok kecil. Dengan perkataan lain dapat dikatakan bahwa
program kaset ini penggunaanya lebih luwes.
Keluwesan dalam memanfaatkan program kaset seperti yang
disebutkan di atas tidak dijumpai dalam program radio. Radio adalah
media searah. Artinya pendengar radio hanya dapat mendengarkan
keterangan-keterangan dari program radio itu. Ia tidak akan bertanya,
meminta penjelasan, ataupun minta supaya disiarkan ulang.
Andaikan keterangan yang sudah diberikan belum dapat dipahami
dengan jelas. Media kaset juga merupakan media searah. Tetapi media
kaset memiliki keluwesan dalam mendengarkan seperti yang telah
diuraikan di atas, program kaset dapat dibuat begitu rupa sehingga
terjadi interaksi antara pendengar dan program tersebut.

Program kaset suara isinya dapat lebih terinci dari pada program
radio. Masa putar program kaset suara dapat lebih panjang dari
program radio. Program pembelajaran melalui radio biasanya masa
putarnya sekitar 15 sampai 20 menit. Apabila program radio
penyuluhan dibuat lebih panjang dari 20 menit, dikhawatirkan
pendengar atau peserta penyuluhan tidak dapat berkonsentrasi lagi
untuk mendengarkannya.

Program kaset yang bentuknya interaktif dapat mencapai 30 menit


masa putarnya. Dalam hal ini peran pendengar atau sasaran bukan
hanya mendengarkan saja, melainkan juga aktif melakukan sesuatu
seperti misalnya, menjawab pertanyaan, menyampaikan tanggapan,
menyimpulkan, dll. Oleh sebab itu pendengar diharapkan dapat
berkonsentrasi penuh selama 30 menit pada saat mendengarkan
program interaktif tersebut.

Ada perbedaan dalam penulisan naskah program kaset penyuluhan


biasa dengan program penyuluhan interaktif.

b. Kebaikan dan Kekurangan Media Audio dan Radio


Pada dasarnya media yang hanya menyampaikan pesan melalui
suara dapat disebut sebagai media audio. Dengan demikian, radio
termasuk media audio. Namun karena radio mempunyai sifat khas maka
sebaiknya dibedakan antara program radio dan program audio lainnya.
Persamaan antara program radio dan program audio lainnya adalah
kedua media tersebut menyampaikan pesan hanya melalui suara.

Perbedaannya adalah program radio dipancarkan oleh stasiun radio


melalui pemancar dan diterima oleh pesawat penerima radio. Proses
pengiriman pesan melalui pemancar dan diterima dengan pesawat
penerima itulah yang menjadi ciri khas yang membedakan radio dari
media lainnya. Perbedaan ini mengandung implikasi yang luas dalam ilmu
komunikasi. Karena dipancarluaskan maka radio sering disebut media
massa. Sedangkan program audio bisa diputar melalui alat putar pada
pertemuan kelompok, dll.

1) Karakteristik Program Radio


Pada tahun lima puluhan sewaktu media televisi menyebar begitu
pesat, banyak orang yang berpendapat bahwa usia radio hanya tinggal
menghitung hari. Ternyata sampai saat ini walaupun teknologi
televisi telah semakin modern, radio tetap digemari. Karena radio
mempunyai kelebihan-kelebihan tertentu yang khas yang tidak
tergantikan oleh televisi. Radio mempunyai karakteristik yang
dapat memberikan sentuhan dan membangun interaktif dengan
pendengarnya.

Kelemahan Radio

Komunikasi melalui radio diucapkan hanya selintas. Hal ini


berbeda dengan surat kabar atau mendengarkan kaset audio.
Misalnya, ketika kita membaca surat kabar, maka kita dapat
membaca bagian- bagian surat kabar itu yang kita sukai. Selain itu,
kita dapat membaca berulang-ulang bagian atau kalimat yang
kurang jelas. Waktu membaca tergantung kepada kecepatan kita
sendiri. Radio tidak demikian, apabila kita ketinggalan mendengar
satu kalimat saja, maka kalimat itu tidak akan terulang (kecuali
apabila ada siaran ulangan).

Komunikasi radio pada umumnya bersifat satu arah sehingga


pendengar tidak bisa memberi balikan secara langsung terhadap
pesan yang disampaikan melalui radio. Pendengar juga tidak dapat
mengajukan pertanyaan bila ada hal yang kurang jelas atau kurang
dapat dimengerti. Saat ini tengah dikembangkan radio kemunikasi
dua arah atau interaktif, sehingga kelemahan yang sering
dikeluhkan ini akan teratasi.

Siaran radio, berbeda dengan media televisi yang dapat dilihat dan
didengar, sedangkan radio hanya bisa didengar saja. Sifat radio
yang hanya bisa didengar saja merupakan kelemahan. Kelemahan ini
justru menjadikan radio suatu media yang khas, dan pada
kekhasannya inilah radio menjadi kuat. Dalam program pendidikan,
program radio cocok untuk pembelajaran bahasa, musik, atau
apresiasi seni, dll yang tidak menuntut adanya visualisasi.
Kekuatan Radio

Kekuatan atau kelebihan-kelebihan radio antara lain; penyampaian pesan


radio relatif cepat, bersifat personal, mampu menciptakan daya
imajinasi, sederhana, mudah dan murah, serta jangkauannya luas.

Pesan yang dikirimkan dari stasiun pemancar radio dapat diterima


langsung oleh para pendengarnya dengan cepat pada waktu bersamaan.
Radio dapat menyiarkan pesan secara “lisan” langsung dari lokasi
sebuah peristiwa kepada pendengarnya. Radio tidak memerlukan
proses yang panjang, tetapi dapat diterima oleh pendengarnya baik
di rumah, di kantor, di kendaraan atau di mana saja.

Kelebihan radio dibanding media lain adalah sifatnya yang


personal. Pesan yang disampaikan melalui ucapan suara penyiar
memberikan nuansa yang sangat alami dan akrab bagi pendengarnya.
Dengan suara sang penyiar itu, maka pendengar dapat menikmari
kehangatan sapaan, keakraban, kesedihan, kemarahan, atau
keceriaan, dan lain-lainnya. Radio juga praktis dan mudah dipindah-
pindah atau dibawa kemana- mana, sehingga radio sering menjadi
teman dalam berpergian.

Kelebihan radio lainnya adalah mempunyai kekuatan untuk


menciptakan daya imajinasi pendengarnya. Seorang yang
mendengarkan siaran radio akan menciptakan gambar imajinasinya
sendiri yang tidak dibatasi hanya oleh sebuah kotak kaca. Gambar
imajinasi akan melayang kemana- mana sesuai dengan daya imajinatif
dan pengalaman orang itu sendiri.

Radio juga bersifat sederhana. Dibanding media lain, proses


produksi program radio relatif sederhana. Saat siaran atau rekaman
program siaran radio tidak memerlukan peralatan yang banyak
seperti halnya televisi dan film. Pada kondisi minimal cukup dengan
sebuah tape recorder dan sebuah pita kaset, dapat merekam suara.
Rekamanpun dapat dilakukan oleh satu orang saja.

Radio juga merupakan media yang murah dan mudah. Sebagaimana


telah dijelaskan pada bagian terdahulu bahwa produksi rekaman
radio dapat dikatakan relatif murah, karena tidak memerlukan
peralatan sebanyak rekaman televisi atau film. Dengan demikian,
kerabat kerja (crew) yang terlibat dalam proses rekaman radio juga
tidak sebanyak crew televisi ataupun film. Disamping itu, pesawat
penerima radio juga relatif murah.
Radio mempunyai jangkauan yang luas. Radio dapat mengatasi
kendala geografis yang sulit sekalipun, jangkauan radio sangat
luas. Gelombang elektromagnetik yang dikirim lewat pemancar
radio bisa melintasi lautan, pulau-pulau, dan hutan rimba kemudian
diterima oleh antena pesawat penerima radio sampai di daerah-
daerah terpencil.

2) Karakteristik Program Audio


Program audio adalah program yang dirancang untuk
diperdengarkan kepada pendengar (audience). Berbeda dengan
mendengarkan radio, ketika kita mendengarkan program ini,
kontrol sepenuhnya berada di tangan kita sebagai user. Kita bisa
mematikan untuk sementara, mengulangi kalimat yang belum
jelas, ataupun mempercepatnya. Dengan demikian kita dapat
mengatur waktu sendiri untuk mendengarkan program audio.

Kekuatan Program Audio


Dibanding program radio, program audio mempunyai kelebihan-
kelebihan. Kelebihan-kelebihan tersebut diakibatkan oleh sifat program
audio, yaitu pemanfaatan program audio dapat dikontrol
sepenuhnya oleh pemakai (user).

Dapat diulang-ulang
Program audio dapat diulang-ulang sehingga apabila pengguna
merasa belum memahami suatu kalimat, maka ia dapat memutar
kembali bagian yang belum jelas tersebut. Pengulangan bisa
dilakukan dari awal secara keseluruhan atau pada bagian-bagian
tertentu saja sesuai dengan kebutuhan.

Pemakai dapat menyesuaikan waktu


Tidak seperti program radio yang hanya dapat didengar pada waktu
tertentu saja sesuai jadwal siaran yang diatur oleh stasiun
pemancar radio, pada program audio pemakai dapat mengatur
sendiri kapan mau mendengarkan program tersebut dan seberapa
lama program akan didengarkan.

Pemakai dapat menyesuaikan dengan kebutuhan


Karena kontrol berada pada Anda sebagai pemakai, maka Anda dapat
menyesuaikan dengan kebutuhan Anda, misalnya menghentikan
kaset dan kemudian mencatat bagian-bagian yang Anda anggap
penting atau menjawab pertanyaan yang diajukan dalam program
kebutuhan Anda.
Karakteristik program audio di atas memberikan kesempatan kepada
para penulis naskah program untuk melakukan kreativitas dengan
memanfaatkan kelebihan-kelebihan program audio tersebut. Itulah
sebabnya maka dalam menulis naskah sebuah program, harus
mengetahui secara pasti apakah naskah itu untuk program audio
atau radio.

c. Istilah-istilah dalam naskah Program Audio


Dalam naskah program audio ada beberapa istilah yang sering
digunakan yaitu:
1) Penyiar atau Announcer
Adalah orang yang menyampaikan pemberitahuan kepada pendengar
tentang program yang akan disiarkan. Ia biasanya yang memberi
sapaan seperti “selamat pagi” dst. Ia juga memberitahukan tentang
judul program yang akan disiarkan. Penyiar juga bertugas menutup
atau memberikan uraian penutup program bersangkutan.
2) Presenter atau narator
Adalah orangyang menyampaikan materiprogram dalam bentuk uraian.
Seringkali ia memberikan uraian pendahuluan, atau menghubungkan
bagian satu lain dari program itu, atau menyampaikan kesimpulan
dari isi program.
3) Musik
Program audio selalu disertai musik.
4) FX : petunjuk bagi sutradara dan juru teknik yang menyatakan
bahwa pada bagian itu harus diberi sound effect.
5) Croiss Fade
Petunjuk bagi sutradara dan juru teknik bahwa ada dua buah
musik yang berpapasan. Musik pertama makin lama makin lemah,
sedangkan musik kedua makin lama makin keras bunyinya. Pada
suatu saat kedua musik tadi terdengar bersama-sama. Setelah
musik pertama tidak terdengar, musik kedua terdengar makin
mengeras untuk beberapa detik, kemudian melemah dan hilang.
6) In - petunjuk bahwa musik masuk dengan halus
Up - petunjuk bunyi musik harus
dikeraskan
Down - petunjuk bahwa bunyi musik harus
diperlemah
Out - petunjuk bahwa musik harus keluar dengan
halus
Under - petunjuk bahwa bunyi musik harus diperdengarkan
dengan lembut untuk melatarbelakangi pembacaan naskah
7) Off Mike : merupakan petunjuk bahwa pemain harus membaca
dengan arah mulut tidak menghadap ke mike.
8) On Mike : merupakan petunjuk bahwa pemain harus membaca
naskah dengan arah mulut menghadap ke mike.
9) Fade In : merupakan petunjuk bagi pemain bahwa ia harus
membaca naskah dengan posisi mulut mula-mula tidak
menghadap ke mike tetapi kemudian secara perlahan-lahan
mulutnya diarahkan ke mike.
10)Fade Out : merupakan petunjuk bagi pemain bahwa ia harus
membaca naskah dengan posisi mulut mula-mula menghadap ke
mike, tetapi kemudian secara perlahan-lahan mulutnya diarahkan
menjauhi mike.

d. Musik dan sound effect


1) Musik
Musik adalah unsur yang sangat penting dalam program audio.
Musik dapat membuat program menjadi lebih menarik. Tanpa
musik, program audio terasa kering dan tidak hidup. Musik juga
digunakan untuk menciptakan suasana. Suasana sedih akan
terasa benar- benar mengharukan jika disertai dengan musik
sedih. Suasana gembira perlu juga didukung oleh musik gembira.

Musik juga digunakan sebagai tanda pengenal siaran. Setiap


kali program audio pendidikan diputar, sebaiknya diawali dengan
musik yang tetap. Dengan demikian pendengar akan dapat
mengenali program itu dari musiknya. Contohnya, setiap kali RRI
akan menyiarkan siaran pedesaan, ada musik yang khas sebagai
pembuka siaran pedesaan tersebut. Dengan demikian apabila
seseorang mendengar musik pembuka siaran pedesaan, ia akan
teringat pesan siaran pedesaan itu, sekaligus dapat membangun
minat seseorang untuk mengikuti siaran pedesaan tersebut.
Dalam hal ini musik pembukaan itu berfungsi juga sebagai musik
pengenal. Musik diperlukan juga sebagai selingan. Sehabis
mendengarkan uraian yang penting, pendengar mungkin akan
merasa lelah dalam memusatkan perhatian pada isi siaran itu.

Sebuah lagu yang lembut akan disukai oleh pendengar mungkin


dapat diperdengarkan untuk sekedar melepaskan lelah atau
mengendorkan syaraf. Musik juga dapat diperdengarkan saat kita
menunggu sesuatu. Contohnya, jika penyiar minta pendengar
untuk melakukan sesuatu, misalnya saja menuliskan sesuatu yang
diperkirakan akan dapat dilakukan oleh pendengar dalam waktu
30 detik, pada saat pendengar melakukan perintah itu, siaran
dapat diisi dengan musik penunggu. Musik juga diperlukan
sebagai
pemisah adegan. Bila kita mendengarkan sebuah drama radio,
kita akan dapat mengenali peribahan adegan satu dengan adegan
yang lain dari musik yang digunakan.

2) Sound Effect
Sound effect adalah bunyi tiruan atau bunyi sebenarnya yang
berasal dari binatang atau benda lainnya yang kita pergunakan dari
program audio. Bunyi burung berkicau, bunyi ayam berkokok,
bunyi kereta api, bunyi ketukan pintu, dan sebagainya dapat kita
gunakan untuk menciptakan situasi atau suasana. Malam hari di
desa dapat diciptakan dengan bunyi jangkrik. Suasana perang
dapat diciptakan dengan bunyi kapal terbang, dentiman bom,
dan rentetan senjata perang.

Bunyi-bunyi atau sound effect tadi dapat kita peroleh dari


piringan hitam, kita rekam sendiri, atau kita buat pada saat kita
membuat rekaman di studio. Yang berkewajiban menciptakan
sound effect itu adalah sutradara dan juru teknik. Penulkis
naskah hanya menyebutkan saja jenis suara yang dikehendaki dan
mencantumkan dalam naskah sesuai dengan wajktu dan suasana
yang dikehendaki.

e. Langkah penulisan naskah Audio


Kita membuat program audio dengan maksud untuk menyampaikan
pesan tertentu kepada pendengar kita. Untuk maksud tersebut, kita
berusaha supaya program kita itu mudah dipahami oleh pendengar
kita. Selanjutnya tentulah kita berharap agar pendengar dapat belajar
atau memetik manfaat dari program tersebut. Supaya program kita
berhasil seperti yang kita harapkan, naskah program audio kita harus
kita persiapkan dengan baik. Dalam menulis naskah itu ada
beberapa langkah yang harus diikuti.

1) Tentukan topik program dengan


cermat
Topik program ini perlu kita pilih dengan hati-hati supaya sesuai
dengan kebutuhan pendengar kita. Kita harus mengkajinya
apakah topik yang akan kita pilih itu mengandung informasi yang
bermanfaat bagi pendengar. Bila topik itu dapat memberikan
pengetahuan atau keterampilan yang diperlukan oleh
pendengar, maka dapat dipastikan bahwa topik itu memang
bermanfaat bagi pendengar kita. Namun sebelum melangkah lebih
lanjut, masih perlu kita kaji apakah pengetahuan atau keterampilan
itu belum dimiliki oleh pendengar kita. Bila belum, topik itu
memang diperlukan oleh pendengar kita.
2) Perhatikan sifat-sifat pendengar kita
Dalam menulis naskah ada beberapa sifat pendengar kita yang
perlu mendapatkan perhatian seperlunya, meliputi:
a) Umur pendengar
Program untuk anak harus sederhana, dan harus dibuat begitu
rupa sehingga sesuai dengan jalan pikiran dan fantasi anak-
anak, program untuk orang dewasa dapat memuat informasi
lebih banyak dan berkaitan dengan pengetahuan dan
keterampilan yang lebih rumit. Perhatian anak biasanya
berpindah-pindah, karena itu program untuk anak haruslah
pendek dan bervariasi. Begitu juga program untuk kaum
remajapun perlu dibedakan dari program untuk orang dewasa.

b) Latar belakang pengetahuan atau pengalaman yang dimiliki oleh


pendengar.
Pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki kelompok
sasaran saling berkaitan. Mempelajari pengetahuan atau
keterampilan yang sudah ada lebih mudah bila dibandingkan
dengan mempelajari pengetahuan dan keterampilan yang baru.
Demikian pula mempelajari pengetahuan dan keterampilan yang
sederhana lebih mudah dibanding dengan yang kompleks.
Oleh sebab itu mulailah dari yang sederhana dan mudah,
kemudian secara bertahap yang lebih sulit dan kompleks.

c) Tingkat kemampuan bahasa pendengar


Di bagian terdahulu telah dijelaskan bahwa bahasa
memegang peranan penting dalam program audio. Program
audio hanya akan bermanfaat kalau isinya dapat dipahami
oleh pendengar. Isi program itu hanya akan dipahami bila
disampaikan dengan menggunakan bahasa yang sesuai
dengan tingkat kemampuan bahasa pendengar.

d) Sifat-sifat lain
Sifat-sifat pendengar lainnya yang perlu mendapatkan
perhatian ialah, latar belakang kebudayaan, sosial, ekonomi,
dan adat itiadat kehidupan pendengar. Program ini akan
mudah dipahami oleh pendengar bila dalam memberikan
penjelasan selalu diberikan contoh yang sesuai dengan
keadaan lingkungan dan kehidupan mereka sehari-hari.
3) Menulis naskah
Setelah pokok-pokok materi program selesai dijabarkan, penulis
naskah dapat mulai menuangkan pokok-pokok materi itu ke
dalam naskah program audio. Penulis dapat memilih bentuk
program (program format) sesuai dengan keinginannya.

Menulis naskah program audio berarti membuat rencana tentang


informasi atau pesan beserta ilustrasi dalam bentuk suara yang
akan dimasukkan kedalam rekaman. Ini berarti bahwa pesan dan
ilustrasi yang direkam harus dapat memanipulasikan suara untuk
menciptakan adegan tertentu. Suara dan bunyi itu terdiri dari
suara orang, bunyi musik, dan bunyi benda-benda lain. Semua
suara dan bunyi yang akan dimasukkan ke dalam rekaman itu
harus direncanakan dengan jelas dan cermat dan dituangkan ke
dalam naskah.

Naskah dituliskan dalam lembaran kertas yang dibagi menjadi


tiga kolom. Kolom pertama diisi dengan nama pelaku atau jenis
suara yang akan direkam yaitu musik atau sound effect (FX).
Kolom kedua berisi dialog. Kolom ketiga diisi dengan kata musik
atau FX yang akan direkam (misalnya, musik instrumentalia : Halo-
Halo Bandung; atau suara ketukan pintu)

Naskah ini akan menjadi pedoman bagi sutradara yang akan


memimpin rekaman, pemain yang akan membaca naskahnya, dan
juru teknis yang akan merekamnya. Karena itu naskah harus
ditulis dengan jelas supaya mudah dipahami, mudah diikuti, dan
mudah dilaksanakan dalam memproduksi naskah itu menjadi
rekaman kaset audio.

Menulis naskah audio berarti membuat petunjuk mengenai


bagaimana cara memanipulasi bunyi dan suara supaya dapat
menciptakan adegan dengan suasana dan situasi yang mirip atau
sesuai dengan kehidupan sebenarnya.

Contoh naskah drama di halaman itu dapat diartikan :


a) Petunjuk No. 1 menunjukkan bahwa yang akan direkam pertama
ialah musik. Kata-kata “IN-UP-DOWN-UNDER” pada baris tersebut
harus diartikan : musik tersebut dikeraskan ke dalam rekaman
dengan halus, kemudian dikeraskan sebentar, setelah itu lalu
dilemahkan lagi. Suara yang lemah ini ditahan terus sementara
penyiar (No.2)
mulai membaca naskahnya. Musik tadi melatar-belakangi suara
penyiar.
b) Setelah penyiar selesai membaca naskah pada baris ke-2, musik
dikeraskan lagi (NO.3), kemudian dilemahkan lagi setelah itu
musik menghilang dengan halus.
c) Pada saat musik pada No.3 mulai menghilang, narator membaca
naskah pada No. ke 4.
d) Begitu seterusnya.
1. MUSIK : MUSIK PENGENAL : IN – UP
– DOWN – UNDER
2. PENYIAR : Saudara-saudara, selamat jumpa
kembali dalam siaran
radio penyuluhan untuk Anda. Hari
ini kami hadir membawakan
program tentang pupuk. Selamat
mengikuti.
3. MUSIK : MUSIK PENGENAL : UP – DOWN –
OUT
4. NARATOR : Saudara dalam program ini
Anda akan mendengar sebuah
drama yang menggambarkan
kehidupan Pak Poyo yang mula-
mula sangat miskin, tetapi kemudian
menjadi kaya karena hasil
panennya. Apakah Pak
Poyo meningkat? Jawaban atas
pertanyaan tersebut apabila
Anda mengikuti adegan berikut ini.

5. MUSIK : IN – UP – DOWN – UP
6. POYO : Hem, panas benar hari ini.
Sebaiknya kubuka saja bajuku. Bu
bu
7. SURTI : OFF MIKE. Apasih? Datang-
datang berteriak-teriak seperti
memanggil orang tuli saja.
LANGKAH MENDEKAT.
8. POYO : Mana minuman saya? BERHENTI
SESAAT. Wah panasnya bukan
main.
9. SURTI : Lho, tadi sudah saya siapkan
Nah ini cangkirnya Wah, sudah
kosong. Diminum anak-anak
barangkali. Tunggu sebentar saya
buatkan lagi. FADE OUT
10. FX : SUARA GELAS BERADU
DENGAN SENDOK. SUARA
ORANG MEMBUAT MINUMAN
11. Dan selanjutnya
e) Kata “OFF MIKE” pada No. ke 7 memberi petunjuk bahwa saat
membaca “Apa sih?” pemain tidak mengarahkan mulutnya ke
mike. Hal ini dilakukan untuk menciptakan kesan seolah-olah
orang yang berbicara tadi ada diruang lain atau tempatnya
berjauhan. Kata- kata berbicara tadi ada di ruang lain atau
tempatnya berjauhan. Kata-kata “LANGKAH MENDEKAT”
dimaksudkan untuk memberi petunjuk kepada pemain dan
sutradara supaya diciptakan “sound effect” langkah yang sedang
mendekat. Untuk memberikan kesan bahwa orang yang tadi ada
di tempat yang jauh sekarang berjalan mendekat.
f) Nomor ke 10 memberi petunjuk bahwa sound effect “gelas beradu
dengan sendok” diperlukan untuk memberi kesan seolah-olah
ada orang yang sedang membuat minuman.

Dari penjelasan di atas dapat diketahui bahwa kata atau kalimat yang
ditulis dengan haruf besar itu adalah “petunjuk”. Bukan bagian
naskah yang harus dibaca pemain untuk direkam. Bagian yang
harus dibaca oleh pemain adalah kata dan kalimat yang ditulis
dengan huruf kecil.

f. Jenis dan Bentuk Program Audio


1) Jenis Program
Audio
Ada berbagai jenis program audio, misalnya program musik, program
non musik, program hiburan dan program non hiburan.
a) Program musik adalah program yang menyajikan musik.
Dalam program ini mungkin terdapat juga uraian atau penjelasan,
namun yang dominan ialah musiknya. Sebaliknya saja, warta
berita atau laporan. Kedua program itu biasanya berbentuk
uraian. Namun program itu juga seringkali diselingi dengan
musik supaya siaran tidak menjadi kering atau
membosankan. Namun dalam siaran non musik ini yang
dominan bukan musiknya, melainkan uraiannya.
b) Program hiburan adalah program yang dibuat atau disajikan
dengan maksud untuk memberikan hiburan kepada para
pendengarnya. Program hiburan ini dapat berupa program
musik, lawak, sandiwara dongeng dan sebagainya. Program
ini tidak mengandung pesan informasi penting yang akan
disampaikannya kepada pendengarnya. Yang terpenting asal
para pendengar telah merasa terhibur, merasa senang, atau
terlena pada waktu mendengarkan program itu, program itu
dapat dikatakan berhasil.
c) Program non hiburan biasanya mempunyai tujuan untuk
menyampaikan pesan informasi tertentu kepada para
pendengarnya. Misalnya warta berita, laporan, atau program
pendidikan, masing-masing mempunyai pesan tertentu yang
akan disampaikannya kepada para pendengarnya.
d) Program instruksional termasuk dalam kategori program non
hiburan. Program ini bukan saja mengandung pesan yang
akan disampaikan kepada para pendengarnya, melainkan
disusun berdasarkan tujuan instruksional tertentu yang
dilaksanakan dengan menggunakan program
bersangkutan, pendengar diharapkan dapat melakukan
sesuatu, memiliki pengetahuan atau keterampilan tertentu
atau bersikap tertentu sebagai akibar proses instruksional
bersangkutan.

Program instruksional agar menarik, dapat juga disisipi


hiburan di dalamnya. Yang harus dijaga ialah unsur hiburan
itu jangan sampai mendominasi programnya sehingga tujuan
instruksional yang telah ditentukan tidak tercapai. Biasanya
unsur hiburan yang disisipkan dalam program intsruksional ialah
musik. Musik disini hanya dipakai sebagai selingan, serta
pembuka adegan atau pemisah penggalan materi sajian,
serta pembuka dan penutup program. Musik yang digunakan
disini biasanya instrumental dan diberikan secara singkat
saja. Sekitar 10 sampai 30 detik. Musik harus dipilih yang
tidak menyebabkan beralihnya atau tergantungnya
konsentrasi pendengar.

2) Bentuk Program Audio


Ada beberapa bentuk program audio yaitu:
a) Program audio non musik, dapat disajikan dalam bentuk,
misalnya uraian, dialog, diskusi, wawancara, feature, majalah
dan drama. Sukar untuk dikatakan bentuk yang mana yang
paling baik. Tiap- tiap bentuk sajian itu mempunyai kelemahan
dan kelebihannya masing-masing. Bentuk yang satu lebih tepat
dari pada yang lain untuk menyampaikan maksud tertentu. Tetapi
untuk maksud yang lain bentuk tadi belum tentu baik.

b) Program Audio yang berbentuk uraian


Hampir semua program audio menggunakan uraian dalam
penyajiannya. Uraian memang dasar dari semua bentuk program
audio. Program yang berbentuk uraian misalnya pokok-pokok
berita, laporan, komentar, ceramah, khotbah, ulasan dan program
lain yang sejenis itu.
Uraian dapat merupakan program yang berdiri sendiri atau
menjadi bagian dari program yang disajikan dalam bentuk lain.
Suatu drama radio, misalnya, sering kali menggunakan narator
yang tugasnya merangkaikan atau mengantarkan adegan yang
satu ke adegan yang lain. Apa yang dibawakan oleh narator ini
adalah bentuk uraian yang menjadi bagian dari program drama itu.

Uraian adalah pembicaraan yang bermaksud memberi penjelasan


atau penerangan. Pembicaraan yang memberikan uraian itu
biasanya menjelaskan tentang fakta, keterangan, atau analisis,
tanggapan, sanggahan, atau teori tentang sesuatu konsepsi
tertentu. Pembicara berusaha menguraikan topik permasalahan
yang dibawakannya dengan sederhana supaya mudah dimengerti
oleh pendengar.

Uraian merupakan pengutaraan informasi yang diberikan secara


langsung. Karena itu uraian tidak memerlukan persiapan yang
lama dan rumit seperti program yang berbentuk drama, musik dan
sound effect dalam program berbentuk uraian juga tidak terlalu
penting. Uraian biasanya dibawakan oleh seorang pembawa acara
saja. Seringkali yang membawakan acara itu adalah orang yang
menguasai masalah yang sedang disajikan itu.

Ada beberapa hal yang perlu diingat dalam membuat program


berbentuk uraian :
• Program audio berbentuk uraian harus
singkat
• Program audio berbentuk uraian harus
sederhana
• Program audio berbentuk uraian harus bersikap
akrab

c) Program audio dalam bentuk dialog


Dialog merupakan suatu bentuk penyajian yang menampilkan dua
orang atau lebih yang membicarakan sesuatu masalah, ditinjau
dari pengalamannya, pengetahuannya, atau keahliannya. Kedua
pembicara itu mempunyai kedudukan yang sama. Karena itu
dialog ini bukan berbentuk pembicaraan dalam arti yang satu
menggurui yang lain, atau yang satu bertanya dan yang lain
menjelaskannya, melainkan merupakan pembicaraan yang lebih
bersifat tukar pendapat atau tukar pandangan.
Di dalam menyusun naskah dialog perlu dijaga supaya ada
keseimbangan antara pandangan yang diberikan oleh kedua
pelaku itu. Bobot pandangan antara keduanya jangan sampai jauh
berbeda.
Jalan pikiran atau logika yang mereka gunakan pun sedapat
mungkin seimbang.

d) Program audio dalam bentuk Wawancara


Program audio berbentuk wawancara menampilkan dua pihak
yang mengadakan pembicaraan. Berbeda dengan dialog, pihak-
pihak yang mengadakan pembicaraan itu mempunyau
kedudukan yang berbeda. Yang satu lebih penting daripada yang
lain.

Pewawancara adalah orang yang mengajukan pertanyaan-


pertanyaan yang terarah. Orang yang diwawancarai mempunyai
kedudukan yang lebih penting dari Si pewawancara sebab ia yang
mempunyai informasi yang diperlukan. Maksud wawancara untuk
program audio ialah menyampaikan informasi dari orang yang
berwenang tentu akan lebih dipercaya daripada diberikan oleh
pembawa acara sendiri.

Orang yang diwawancarai


Kalau kita akan mengadakan wawancara, sebaiknya kita harus
memilih narasumber atau orang yang mempunyai pengalaman,
pengetahuan serta kewenangan untuk memberikan jawaban
mengenai topik yang akan dibahas dalam siaran audio.

Pewawancara
Pewawancara tugasnya adalah mengajukan pertanyaan,
pendapat atau gagasannya dalam pembicaraan itu.
Pewawancara harus dapat membuat pertanyaan yang spesifik
dan jelas. Dan dapat mengarahkan narasumber agar dapat
memberikan jawaban tentang informasi penting yang harus
diketahui oleh masyarakat umum.

Pewawancara harus menguasai atau mempunyai pandangan dan


pengetahuan yang luas tentang masalah atau topik yang akan
dibahas dalam wawancara itu. Pewawancara bukan mengajukan
pertanyaan dengan maksud untuk menambah pengetahuannya
sendiri. Melainkan mengajukan pertanyaan supaya menguraikan
hal-hal yang sedang difikirkan, atau dirasakannya, atau hal-hal
yang sedang direncanakan untuk dilakukan.

Pewawancara harus berusaha untuk membuat pertanyaan yang


singkat, tetapi memancing jawaban berupa uraian yang terperinci.
Jangan sampai terjadi sebaliknya, pertanyaan panjang lebar tetapi
jawabannya singkat.
e) Program audio dalam bentuk Diskusi
Program audio yang berbentuk diskusi menampilkan pembicaraan
antara orang-orang yang mempunyai gagasan atau pandangan
yang berbeda tentang sesuatu masalah. Dalam diskusi ini ada
pertentangan pendapat atau gagasan yang diutarakan secara
rasional, bukan emosional. Karena dalam diskusi ini masing-
masing mengeluarkan pandangannya dengan alasan rasional dan
kuat, yang biasanya dilandasi teori atau pengalaman, diskusi ini
merupakan tempat untuk bertukar pikiran dan menguji pendapat.

Tujuan program ini untuk mengajak pendengar berpikir secara


kritis terhadap sesuatu masalah. Dengan mendengarkan diskusi di
harapkan pendengar akan mempunyai pengetahuan yang luas dan
mendalam tentang masalah tersebut.

Diskusi yang terarah biasanya dipimpin oleh seorang moderator.


Moderator inilah yang mengatur giliran berbicara. Namun tugas
moderator bukan hanya mengatur lalu lintas pembicara, dia
sendiri dapat juga melontarkan pendapat atau pertanyaan untuk
memancing pendapat peserta diskusi. Moderator juga bertugas
untuk menjaga supaya pembicaraan tidak menyimpang dari topik
yang telah ditentukan. Moderator juga mengontrol supaya diskusi
dapat diselenggarakan sesuai dengan waktu yang tersedia. Pada
akhirnya moderator harus dapat menyimpulkan hasil diskusi.

f) Program audio dalam bentuk Feature


Program audio berbentuk feature menyajikan suatu masalah yang
sedang hangat di masyarakat dengan menggunakan berbagai
bentuk sajian menjadi satu program. Program feature dibagi
dalam beberapa penggalan yang masing-masing disajikan dengan
menggunakan bentuk sajian dalam bentuk uraian, dialog,
wawancara, diskusi. Masing-masing bentuk sajian tersebut
mengupas masalah dari sudut pandangan yang berbeda.
Penggalan-penggalan tadi dirangkai dengan uraian yang baik
sehingga menjadi suatu kesatuan cerita nyata.

Penggalan-penggalan program itu, tidak menyimpang dari pokok


masalah. Uraian perangkai dalam program feature itu, fungsinya
bukan hanya sekedar merangkaikan, melainkan menyatukan
keseluruhan isi program sehingga menjadi satu program bulat,
terpadu, lengkap dan mendalam.
Penggalan-penggalan dalam program feature ini dapat berupa
rekaman dokumentasi, pandangan dan pendapat dari berbagai
pihak, laporan pandangan mata, laporan survei dan sebagainya
yang kesemuanya disajikan untuk mendukung dan memperkuat
informasi tentang masalah pokok yang ingin disampaikan kepada
pendengar.

Uraian perangkai yang panjangnya 20 menit, waktu yang


dialokasikan untuk keseluruhan uraian perangkain masih
diperlukan musik dan sound effect. Musik yang dipilih dengan
tepat dapat menghidupkan suasana, menciptakan ungkapan rasa
sedih, gembira, khidmat dan sebagainya.

Sound effect dalam program feature juga harus dipilih yang


sesuai benar dengan kebutuhannya. Kalau memang tidak
diperlukan jangan dipaksakan adanya sound effect. Pemilihan
sound effect yang tepat dapat memberikan gambaran situasi yang
nyata sebab sound effect dapat memberikan gambaran tempat,
keadaan lingkungan, waktu, peralatan yang dipakai, dan
sebagainya.

Ada bentuk lain yang mirip dengan program yang berbentuk


feature, yaitu majalah udara. Persamaan majalah udara dengan
feature ialah bahwa keduanya disajikan dalam berbagai variasi
bentuk program. Tetapi kedua program tersebut memang tidak
sama, sebab majalah udara ini biasanya menyampaikan
berbagai masalah dalam satu program.

Contoh – contoh Naskah

Bahasa Tulis
Penularan HIV / AIDS bisa terjadi karena aktivitas seksual yang tidak
aman. Upaya pencegahan harus dilakukan sedini mungkin, dengan
beberapa cara, pertama tidak melakukan aktivitas seksual, kedua,
setia kepada pasangan saja dan ketiga melakukan hubungan seksual
dengan menggunakan kondom.
Bahasa Audio
Pak Tony : Pak Bowo, tadi Bapak mengatakan penularan HIV /
AIDS dapat terjadi karena aktivitas seksual yang
tidak aman.

Pak Bowo : Pak Tony, Bapak tentunya sudah tahu bahwa HIV /
AIDS dapat menular melalui hubungan seks.

Pak Tony : Ya Pak, karena virus HIV/AIDS ada di dalam


sperma dan cairan vagina.

Pak Bowo : Bagus, jadi kalau melakukan hubungan seks yang


tidak aman artinya tidak menggunakan kondom dapat
tertulah HIV / AIDS bila pasangannya mengidap HIV /
AIDS.

Pak Tony : Kalau begitu bagaimana cara mencegahnya?

Pak Bowo : Ya, harus dicegah sedini mungkin, dengan beberapa


cara. Pertama tidak melakukan hubungan sexual
sebelum menikah. Kedua, saling setia kepada
pasangannya, ketiga bila melakukan hubungan seks
yang beresiko selalu menggunakan kondom.

Pak Tony : Terima kasih Pak Bowo, sekarang saya


menjadi mengerti.
SPOT RADIO AIDS
PELAKU/JENIS KALIMAT / BUNYI YANG DIREKAM
MUSIK DAN FX
1. MUSIK MUSIK PENGENAL : IN – UP – DOWN UNDER

2. PENYIAR Saudara-saudara, selamat jumpa kembali dalam siaran radio


Mustang peduli AIDS untuk Anda
1 Hari ini kami hadir membawakan program
penanggulangan HIV/AIDS
2 Selamat mengikuti

3. MUSIK MUSIK PENGENAL : UP – DOWN – OUT

4. NARATOR Kawula muda di mana pun Anda berada, sebentar lagi Anda
mendengarkan pendapat dari kawan kawula muda di Jakarta
HIV/AIDS

Apa itu HIV/AIDS, jawaban atas pertanyaan tersebut akan An


temukan bila Anda mengikuti adegan berikut ini

5. MUSIK IN – UP – DOWN – OUT


6. ARYO Selamat siang Andi, ngomong-ngomong apa yang
Anda ketahui tentang AIDS?
7. FX SUARA HALILINTAR
8. FX AIDS (JELAS DAN KAGET) OFF MIKE :
Idiih
Itukan penyakit kutukan yang tidak dapat disembuhkan. Oran
yang terkena AIDS harus dikucilkan supaya tidak dapat
menularkan kepada orang lain. (Langkah menjauh).

9. ARYO Kawula muda di mana pun berada, AIDS bukan


penyakit kutukan. AIDS adalah kumpulan gejala penyakit yan
didapat karena penurunan sistem kekebalan tubuh akibat viru
yang disebut HIV. Penderita tidak perlu dikucilkan.

1 FX Jinggle drops In
10.
0.
1 Dan seterusnya
11.
1.

5. Media Audio Visual


a. Karakteristik Audio Visual
Melalui tayangan televisi kita dapat melihat kejadian-kejadian dari jauh.
Melalui video recording memungkinkan kita melihat kejadian yang sudah
lalu secara berulang-ulang, melalui teknik “slowmotion” kita dapat
mengidentifikasi gerakan-gerakan yang cepat, dan melalui teknik “time
lapse” kita dapat mengamati proses perubahan ujud suatu benda.
Kelebihan inilah yang mendorong orang untuk memanfaatkan televisi baik
sebagai media informasi maupun sebagai media pembelajaran.
Media televisi pada dasarnya adalah perangkat elektronik yang
memanfaatkan kreatifitas manusia untuk menggabungkan unsur gambar
dan suara dalam menyampaikan pesan, menjadikan media televisi sebagai
sarana yang tepat untuk digunakan dalam dunia pendidikan dan hiburan.
Persoalan yang akan timbul adalah bagaimana cara mengolah atau
mengembangkan gambar dan suara agar menjadi gabungan yang serasi
sehingga pesan menjadi efektif.

Berbeda dengan penonton film, penonton televisi mempunyai karakteristik yang


unik karena masing-masing mempunyai kebutuhan yang berbeda satu sama
lain. Selain itu penonton televisi tersebar dimana-mana, walaupun waktu
menontonnya bersamaan, tetapi mereka tidak dapat saling berkomunikasi satu
sama lainnya. Penonton televisi bisa dikatakan bebas, artinya ia menonton
televisi bukan karena paksaan, tetapi karena tertarik. Mungkin karena program
yang ditayangkan sesuai dengan kebutuhannya. Mungkin karena tidak ada hiburan
lainnya. Sebagai seorang (calon) penulis program televisi, harus menyadari
sepenuhnya keanekaragaman jenis sifat penonton.

Karena tidak mungkin kita membuat sebuah program yang sesuai kebutuhan
khalayak. Untuk mengatasi keanekaragaman sifat penonton tersebut, maka
sebaiknya tentukanlah hanya satu kelompok sasaran yang memiliki sifat,
karakter, dan latar belakang yang sama.

Bila telah memiliki sasaran yang jelas, usahakanlah meraih perhatian


penonton semaksimal mungkin melalui setiap gambar yang terlihat dan setiap
suara yang terdengar pada program itu nantinya.

Tiap gambar, tiap kata dan tiap bunyi harus ada artinya serta harus dapat
menarik perhatian penonton.

Dalam mengembangkan program televisi baik penulis naskah, maupun


pelaksana produksi, tidak cukup hanya mengetahui ide yang bagus dan
bagaimana cara mengevaluasinya. Jika ingin menjadi seorang penulis,
sebaiknya mengetahui kelebihan dan kelerbatasan teknik, yang dimiliki
pesawat televisi, agar naskah yang ditulis dapat divisualisasikan dengan baik.

1) Televisi
Media televisi untuk tujuan pembelajaran?.
• Media televisi mampu menghadirkan berbagai peristiwa alam ke dalam
kelas.
• Media televisi mampu mengatulisasikan pesan.
• Media televisi mampu menarik perhatian siswa dan mendorong
terciptanya diskusi yang mendalam.
• Media televisi mampu mendorong perubahan sikap yang positip

Adapun karakterik televisi tersebut adalah:


a) Fine Detail
Media televisi kurang mampu menampilkan detail dengan sempurna.
Karena itu jangan mengembangkan program televisi yang menuntut
pengambilan obyek secara detail. Hal ini perlu disadari oleh penulis
saat menulis naskah, karena hasil suatu program televisi ditentukan
oleh naskah yang ada.

b) Area Lost
Gambar yang terlihat pada layar adalah kira-kira 80% dari gambar
yang diambil kamera, karena kurang lebih 20% dari area (daerah yang
terlihat kamera hilang oleh proses elektronik televisi)

Gambar

Area (daerah) yang hilang ini harus dipertimbangkan sewaktu


pengambilan gambar oleh juru kamera atau pengarah acara, juga
harus dimaklumi oleh penulis naskah

c) Size Information

Cara membandingkan obyek yang belum


dikenal
Media televisi tidak bisa menampilkan gambar suatu obyek dengan
ukuran yang sebenarnya. Jadi jika hendak memperlihatkan sesuatu
(khususnya yang belum dikenal) selalulah perlihatkan obyek
pembandingnya dengan obyek lainnya (obyek yang dikenal). Tangan
sebagai obyek pembanding dengan obyek yang dibandingkan.

d) Third Dimention
Televisi mempunyai layar dua dimensi. Kesan dua dimensi tersebut
harus diatasi dengan cara pengambilan gambar, penyusunan
properties, pengaturan tata cahaya yang digunakan. Dengan demikian
kesan yang terlihat tiga doimensi.

e) Distruction
Karena sebab-sebab elektronik, gambar dilayar televisi kadang-kandang
rusak bentuknya. Misalnya lingkaran yang seharusnya 360º menjadi
bentuk elipes. Sebagai penulis naskah harus hati-hati menulis
konsep tentang bentuk yang akan disajikan.

f) Opposition
Jika pengambilan gambar tidak teliti, penonton bisa ragu dalam
menafsirkan gambar yang dilihatnya, untuk naskah yang
dikembangkan harus mencantumkan dengan jelas apa sebenarnya
yang diperlihatkan kepada penonton.

g) Tints
Warna pada televisi dapat berubah-ubah, sehingga sulit untuk
menentukan warna aslinya. Kadang-kadang hal ini dapat
mengarahkan penonton kepada konsepsi warna yang salah. Jika
televisi anda hitam putih maka harus lebih hati-hati lagi. Jadi bila hendak
menampilkan warna perlu diperhatikan cara-cara mengatasi
kemungkinan penyimpangan informasi. Misalnya: akan
memperlihatkan perbedaan asam dengan
basa menggunakan kertas lakmus, warna yang timbul adalah merah
biru. Akan tetapi pada televisi hitam putih warna tersebut tidak terlihat
karena intensitasnya sama. Jadi untuk mengatasi hal itu perlu dibantu
dengan audio atau dengan tulisan.

h) Setting
Dalam naskah televisi harus jelas tergambar dimana suatu obyek
berada. Tanpa menampakan setting penonton bisa bingung
menerka- nerka. Suatu hal yang perlu diingat untuk membangun
suatu adegan yang utuh harus ada tiga unsur yang tidak bisa
dilupakan yaitu: setting, pelaku dan aktivitas.

Untuk mengingatkan kriteria diatas dapat digunakan jembatan


keledai
FASTDOTS dibawah ini:
F : fine detail
A : arealost
S : size
information T :
third dimention D :
distruction
O : oposition
T : tints
S : setting

i) Format layar televisi


Layar televisi memiliki perbandingan 3:4. Jadi dalam menulis naskah
hendaknya memikirkan visualisasi yang bagaimana sebaiknya harus
ditampilkan dengan informasi tersebut.

j) Layar televisi bukan pentas drama


Berbeda dengan mempergelarkan acara dipentas, suasana yang
diberikan/digambarkan dilayar televisi harus mencerminkan suasana
yang sewajarnya. Ini berarti naskah yang dikembangkan harus
membantu kearah itu.
k) Bahasa televisi
Media televisi adalah media yang menonjolkan aspek visual yang
dominan. Oleh karena itu naskah yang dikembangkan hendaklah
menjelaskan visualisasi kejadian sejelas mungkin. Pola berpikir ini
harus dijadikan prinsip dalam penulisan naskah televisi.

Apabila harus menghadirkan narasi, perlu diperhitungkan agar


narasi tersebut benar-benar mendukung visualisasi yang ada, bukan
sebaliknya. Misalnya akan mevisualkan sebuah mangga maka secara
fisik akan terlihat bentuknya, besarnya, warnanya, mungkin dengan
ciri-ciri lainnya. Akan tetapi dari tayangan itu tidak diketahui
bagaimana rasanya. Untuk kekurangan itulah perlu dimasukan unsur
narasi dengan tujuan lebih memperjelas atau melengkapi materi yang
akan disajikan.

b. Prinsip-prinsip penulisan naskah video/televisi


Pembuatan karya televisi selalu didahului oleh kegiatan berupa penulisan
naskah. Menulis karya televisi tidak sama dengan cerita biasa karena
naskah televisi merupakan perpaduan antara pemaparan teknis
(bagaimana adegan disajikan) dengan pemaparan imaginatif (bagaimana
cerita disusun dalam khayalan penulis).

Penyusunan naskah video/tv tidak sama prosesnya dengan penulisan


buku atau novel karena itu penulis naskah video/tv dituntut bisa
berimajinasi secara kreatif dengan menggunakan pemilihan visual yang
didukung oleh kemampuan visualisasi dari media televisi sebagai media
yang dipilih.

1) Persiapan penulisan naskah video/televisi


Pembuatan program televisi atau video selalu dimulai dengan
penetapan kebutuhan atau masalah. Langkah yang pertama
dilakukan oleh seorang penulis adalah menanyakan apa-apa yang
diinginkan oleh pihak pemesan. Dengan kata lain yang mengolah
kehendak atau ide dari pemesan kedalam bentuk sebagai yang
dimaksudkan adalah penulis naskah. Apabila langkah tersebut sudah
dilakukan kemudian penulis naskah memikirkan faktor-faktor seperti:
lama program, pembiayaan, batas waktu penyelesai, dan hal-hal
teknis lainnya.

Secara keseluruhan dapat dihimpun beberapa pertanyaan sebagai


berikut, seperti:
- Siapa sasaran program yang akan dibuat?
- Pesan apa yang akan
ditampilkan?
- Bagaimana menyajikan pesan? Pesan tersebut dalam bentuk
visual?
Itulah permulaan mata rantai komunikasi yang harus dimengerti
secara jelas sebelum langkah berikutnya dilaksanakan

2) Penelitian
Langkah selanjutnya adalah melakukan penelitian. Penelitian adalah
pengumpulan informasi yang diperlukan guna menunjang keabsahan
atau keakuratan naskah yang akan ditulis. Kegiatan penelitian
mempunyai empat langkah utama yaitu:
• Mencari sumber informasi yang paling
handal.
• Mencari informasi yang
berguna
• Memilih informasi yang paling relevan yang dapat digunakan
untuk menulis naskah.
• Mengecek bahwa informasi itu benar dan
authentic

Penilitian ini dapat dilakukan di perpustakaan, ke lokasi yang dapat


memberikan informasi yang lengkap dan akurat, atau mengadakan
wawancara dengan narasumber yang dapat memberikan informasi
yang diperlukan. Kecuali hal tersebut, penulis naskah dapat pula
melengkapi sumber informasinya dari berbagai buku dan surat kabar
atau majalah agar apa yang dituilsnya nanti selalu up todate dan
mengikuti perkembangan yang ada.

3) Konsep
Konsep yang tertuang didalam pikiran penulis naskah memegang
peran yang sangat penting di dalam penuangan isi pesan dalam
bentuk program yang akan dikembangkan.

Oleh sebab itu sebelum menulis sinopsis dan treatment serta


skenario, hendaknya seorang penulis naskah video harus
memahami dahulu beberapa patokan berikut ini:
a) Struktur program: yaitu semua pikiran yang disusun sedemikian rupa
sehingga konsep mempunyai arti, karena disusun secara teratur dan
mudah diikuti penalarannya.
b) Kerangka program: apapun program yang akan disajikan (baik itu
merupakan program dokumenter, intruksional, ataupun drama)
selalu mempunyai alur cerita, selalu mengandung bagian
pendahuluan, isi serta bagian akhir.
c) Style : penampilan atau gaya penyajian program sangat
bergantung pada gaya dari penulis naskah. Biasanya suatu
program seringkali diwarnai oleh gaya si penulis naskah di dalam
menuangkan pikirannya.
d) Karakteristik media televisi: Televisi adalah media audio visual
yang menggunakan kata-kata atau gambar-gambar untuk
menyampaikan pesannya.
e) Memanfaatkan kemampuan media televisi : hendaknya dikenal betul
di dalam “bahasa” televisi serta kemampuannya dalam
menampilkan visual yang disajikan, sehingga dapat ditampilkan
sesuai keinginan penulis.

Pemikiran penulis naskah tentang kapan gambar itu ditampilkan


sebagai pengganti kata-kata atau sebaliknya atau kapan kata-kata
muncul bersama-sama dengan gambar merupakan faktor yang
penting. Kata- kata hendaknya singkat, jelas dan mudah dimengerti.
Sedangkan gambar berfungsi menggantikan kata-kata yang tidak
dapat diucapkan. Dengan memahami hal-hal tersebut diatas, maka
penulis naskah video akan dapat menuangkan pikirannya secara
berhasil guna dalam mencapai tujuan yang ingin dicapai, pada waktu
program tersebut masih dalam keadaan dirancang. Langkah
selanjutnya adalah menulis synopsis dan treatment.

c. Istilah dalam naskah video/televisi


Menyusun sebuah program video dapat dikatakan tidak berbeda dengan
menyusun sebuah buku. Seorang penulis buku membangun ceritanya dari
kumpulan kata-kata menjadi kalimat. Kalimat dihimpun menjadi bab.
Kemudian bab disusun menjadi satu kesatuan yang menghasilkan suatu
cerita.

Demikian pula halnya dengan program televisi. Kita melihat sebuah


program televisi sebenarnya kita melihat suatu kesatuan gambar-
gambar yang menceritakan sesuatu kepada kita. Bila dalam buku kita
menemukan kata, kalimat, bab, cerita, maka pada program televisi kita
menemukan shot, scene, segment, dan totalitas yaitu sebuah cerita yang
utuh.

Untuk dapat menulis naskah program vodeo/tv dengan baik, diperlukan


pengetahuan tentang istilah-istilah buku yang dipakai sebagai bahasa
teknis produksi video/tv.

Berikut ini merupakan tata peristilahan (terminologi) produksi video/tv yang


umum dipakai sehingga dapat digunakan sebagai naskah program video/tv
1) Shot
Shot adalah suatu peristiwa yang direkam oleh kamera tanpa
interupsi, dimulai dari saat tombol kamera dilepas kembali
Panjang satu shot tergantung pada lamanya tombol kamera
ditekan.
2) Scene
Scene terbentuk dari berbagai shot yang menimbulkan satu
pengertian yang utuh. Pengertian yang ditimbulkan oleh sebuah
scene bisan sempit, bisa luas dan biasanya tergantung dari
banyaknya shot dalam scene tersebut.

Scene ini merupakan bagian terkecil dalam sebuah cerita/ suatu fil
yang lengkap. Karena sifatnya harus utuh dan mengansuatu
pengertian, maka suatu scene harus terdiri dari awal,
pengembangan dan akhir. Selain itu sati scene dapat berlangsung
pada lebih dari satu lokasi.

3) Sekwens
Sekwens dibangun dari beberapa scene secara logis dan memiliki
arti sesuai dengan tuntutan cerita. Seperti pada scene, sekwns juga
terdiri dari awal, pengembangan dan akhir. Kalau pada scene arti
suatu cerita dibangun dari shot, maka sekwens dibangun dari scene.
Oleh karena itu ada yang membedakan kedua cerita tersebut dalam
bentuk premis, yang antara lain dikatakan cerita yang dibangun dari
shot dan menghasilkan scene disbut “premis minor”, sedangkan cerita
yang dibangun dari scene dan menghasilkan sekwens disebut “premis
mayor” (perhatikan gambar dibawah ini).

4) Cut
Apabila anda melakukan perpindahan ke gambar yang lain tanpa
instruksi berarti anda melakukan cut. Cut dalam rangkaian shot
akan menghasilkan suatu kesan dinamis dan cepat. Secara teknis
perpindahan teknik cut to cut dapat digambarkan sebagai berikut:

5) Dissolve
Dissolve biasanya dipergunakan untuk menyatakan suatu perbedaan
waktu. Untuk itu anda harus berhati-hati sekali agar tidak terlalu
sering menggunakannya. Dissolve dalam rangkaian shot akan
memberikan kesan lambat, oleh karena itu dissolve sering
digunakan untuk menjembatani suatu adegan atau dari satu scene
ke scene lain atau dari satu sekwens yang lain. Secara teknis
perpindahan gambar dengan menggunakan teknis dessolve dapat
digambarkan sebagai berikut:

6) Fade in – Fade out


Fade in biasanya digunakan pada awal shot atau mengawali sebuah
program. Sedangkan fade out mengakhiri sebuah shot atau adegan.
Perbedaannya dengan dissolve adalah perpindahan dari fade out ke
fade in berikutnya memiliki interval lebih panjang dan terlihat seperti
kosong (blank).

Secara teknis fade in dan fade out ini dapat digunakan sebagai

berikut: Gambar
Ukuran shot:
- One shot : pengambilan gambar oleh kamera hanya
menampilkan satu obyek saja. Dapat juga ditulis
1-S.
- Two shot : biasanya ditulis 2-S yang diambil merupakan 2
benda atau manusia.
- Three shot : pengambilan 3 orang atau benda oleh sebuah
kamera
- Group shot : pengambilan gambar secara berkelompok baik
benda atau manusia.

Secara keseluruhan shot-shot yang sering dipergunakan adalah


(disusun berdasarkan urutan ukuran)
- Extrim close up : ECU
- Big close up : BCU
- Medium close up : MCU
- Medium shot : MS
- Medium long shot : MLS
- Long shot : LS
- Very long shot : VLS
Close Up
(CU)
Bila menginginkan sebuah shot yang memperlihatkan
wajah seseorang dalam ukuran penuh, maka anda
harus dapat menggunakan close up (CU). Namun,
memerlukan ketenangan untuk menghindarkan CU untuk
menghindarkan kesan gerak yang berlebihan pada layar
televisi.

Medium close up (MCU)


Ada kalanya anda menginginkan suatu tayangan
yang memperlihatkan seseorang dengan ukuran sebatas
dada.

Untuk pengambilan yang demikian anda dapat


melakukan dengan MCU.

Medium shot
(MS)
Apabila anda mempunyai seorang aktor, kemudian
anda menginginkan kameramen membuat sebuah shot
dari batas pinggang ke atas, maka anda akan minta
mid shot atau medium shot kepada kameramen. Cara ini
biasanya banyak digunakan untuk pre-wedd karena
umumnya foto pre-wedd menggunakan bahasa tubuh objek.

Medium long shot


(MLS)
Pada era permulaan film-film produksi Hollywood,
kebanyakan shot-shot dibangun dengan ukuran diatas
lutut, atau sedikit dibawah lutut. Bila ini yang anda
inginkan, mintalah pada kameramen anda melakukan MLS.
Long shot (LS)
Penampakan seseorang secara keseluruhan mulai dari
kepala hingga kaki dapat anda lakukan teknik LS.

Big Close Up (BCU)

Extrim Close UP
(ECU)

Very Long Shot (VLS)


Extrim long shot

d. Menulis sinopsis dan treatment


Kemampuan bercerita dengan runtut dan jelas sangat diperlukan dalam
pembuatan program audio visual yang akan ditayangkan, seharusnya
direncanakan sejak awal pada waktu penulis naskah memulai
pekerjaannya. Sebelum menulis tretment, penulis naskah membuat sinopsis
terlebih dahulu.

Sinopsis adalah uraian ringkas mengenai isi program. Sinopsis ini


kemudian dikembangkan menjadi bentuk yang lebih lengkap dan terinci,
disusun menurut sekwen yang berurutan. Bentuk ini merupakan treatment
dari program. Jadi treatment adalah bentuk (kerangka) dari program
sebagai apa yang yang akan nampak pada layar nantinya.

Membuat treatment adalah langkah penting dalam menterjemahkan konsep


menjadi sebuah naskah. Pada langkah ini penulis naskah menuangkan segala
kreatifitasnya untuk membuat bentuk program dari hal yang bersifat abstrak
yang masih ada diangan-angan penulis menjadi konkrit sebagai apa yang
akan nampak dilayar nanti.

Pada langkah ini pula sumber serta pihak-pihak yang berhubungan dengan
naskah tersebut seperti sutradara, juru kamera dll. Treatment ini juga
digunakan untuk mendiskusikan biaya yang diperlukan, serta mendapatkan
approval atau persetujuan dari pihak pemesan.

Setelah treatment disepakati, maka selanjutnya adalah menulis


naskahnya. Naskah barulah merupakan langkah awal dari kegiatan
produksi. Naskah itu sendiri belum berkomunikasi secara langsung
dengan sasarannya. Naskah baru menjadi program setelah naskah itu
diproduksi. Setelah menjadi program barulah naskah dapat
berkomunikasi dengan sasaran sesuai yang direncanakan.

Mungkin di dalam produksi nantinya akan ada perbaikan disana-sini,


berupa pengurangan atau penambahan. Namun pada prinsipnya
penambahan atau pengurangan tersebut tidak merombak tema ataupun
konsepnya.
Contoh sinopsis

PSA Kemenkes Radio Spot 60” -Versi : DBD -Judul : PNS Seminggu Sekali
Sfx : Suasana jalanan. Suara lonceng gardu siskamling & teriakan2 warga A
garang, siap nyerang.
Ketua A : Hmmmmm…
Anak Buah A : Berantas sampe tuntas, Pak!
Sfx : Suasna jalanan. Derum motor & teriakan2 warga B
garang, siap nyerang.
Anak Buah B : Buktiin kita mampu ngatasinnya,
Bang! Ketua B : Yeaaahh!
Warga A : Serreaaaaaang!!!
Warga B : Serreaaaaaang!!!
Anak Buah A : Tunjukin semangat
kitaaa! Ketua A : Jangan ada
korban lagi! Ketua B : Buktikan kita
peduli!

Warga A & B : Serreaaaaaaaaaaang!!!


Anak Kecil : Gawaat, perang antar kampung….

Pak RT : Stop-stop-stooop!!! Aduh Ada apa ini?? Sesama


warga koq saling seraaang?!!!
Ketua A : Serang sarang nyamuk, Pak RT….
Pak RT : Oooo, serang sarang nyamuk, toh?? baguuus….
Ketua B : Cegah Demam Berdarah sekarang juga!
Ketua A : Pemberantasan Sarang Nyamuk…
Ketua B : …seminggu sekali!
Semua : Kompak dan serentak!
Semua : Sekarang jugaaa!

Pak RT : Pemberantasan Sarang Nyamuk memang harus


dijadikan gerakan serentak, agar Demam Berdarah bisa
kita atasi!
Ibu2 : Setuju! Jangan ada korban lagi!

Ketua A & B : PSN serentak…


Semua : … Demam Berdarah tamat!

MVO : Pesan ini disampaikan oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia


e. Peranan naskah dalam produksi
Naskah atau dikenal pula dengan istilah umumnya skenario merupakan
gambaran tertulis dari sebuah program video yang diproduksi. Ia
merupakan petunjuk teknis untuk memindahkan sebuah cerita atau
gagasan dalam bentuk visual sebagai yang akan ditayangkan di layar
televisi nantinya.

Skenario televisi atau video bukanlah merupakan karya sastra


sebagaimana sudah disinggung melainkan petunjuk praktis yang memuat
data-data teknis bagaimana sebuah program di produksi secara visual.

Sebuah naskah sangat penting artinya dalam sebuah program. Ia


merupakan sebuah pedoman bagi semua orang yang terlibat sebuah
produksi seperti: staf manajemen, kerabat produksi, pameran, juru suara,
juru lampu, juru set dan petugas lainnya. Ia merupakan pegangan
sutradara untuk membuat visualisasi dari program yang diproduksi.
Sutradara adalah orang yang bertanggung jawab terhadap penuangan
apa yang ditulis menjadi bentuk visual, sehingga program dapat dinikmati
orang banyak.

Bagi staf manajemen seperti unit manager dan pimpinan produksi,


naskah merupakan pedoman dalam menjabarkan kebutuhan
pembiayaan yang diperlukan pada waktu program tersebut diproduksi.
Bagi sutradara dan kerabat kerja naskah merupakan pedoman didalam
proses visualisasinya: penataan kamera, penataan cahaya, penataan
artistik, penataan suara, penataan sound effect dan penyuntingan
gambar pada langkah purna produksi.

Disamping itu naskah juga merupakan uraian cerita yang terinci, singkat,
padat dan tidak ber-tele-tele. Hal-hal yang dapat divisualisasikan tidak
perlu dibuat dialog atau narasinya, sehingga duplikasi informasi dapat
dihindarkan.

f. Format Penulisan naskah Video/ Televisi


Sebuah program televisi dikatakan menarik bila penonton merasa apa
yang disaksikan dapat memuaskan kebutuhannya (menghibur, menambah
informasi, memberi kejelasan, memancing emosi, dll). Namun adakalanya
ia segera mematikan pesawat televisinya tatkala suatu pogram baru saja
ditayangkan (tayangan ulang). Penonton dalam hal ini tidak dapat disalahnya
mengapa ia mematikan televisinya. Namun yang pasti program yang
ditayangkan tidak menarik baginya.
Banyak faktor yang harus dikaji bila hal ini sampai terjadi dan mungkin
salah satunya adalah “ketidak sesuain format program dengan materi sajian”
Setiap format program pada dasarnya memiliki spesifikasi tersendiri
terhadap materi jenis sajian.

Berikut format program pada dasarnya memiliki spesifikasi tersendiri


terhadap jenis materi yang ditayangkannya. Ini berarti di dalam pemilihan
format program perlu disesuaikan dengan jenis materi / informasi yang
akan ditayangkan. Berikut ini ada beberapa format program televisi yang
perlu dipertimbangkan penggunaannya dalam program televisi instuksional.

1) Format talk (ceramah)


Ciri format ini ini adalah menggunakan seorang penyaji dalam
membawakan materi yang akan ditayangkan. Penyaji ini biasanya tampil
pada layar televisi mungkin pada awal program, mungkin pada wal
dan akhir program saja, mungkin pada awal pertemgahan dan akhir,
dan mungkin pada sepanjang program, maka program ini akan
divariasikan dengan penampilan unsur-unsur penunjang program
antara lain:
a) Penyaji dibantu caption atau visualisasi lain yang mendukung/
menunjang materi yang sedang disampaikannya.
b) penyaji dibantu dengan peragaan, misalnya mendmonstrasikan
suatu penemuan atau peralatan.
c) Penyaji dengan obyeknya, misalnya pramuwisata dengan obyek
pariwisata, pawang ular dengan ularnya, pembalab dengan
sepeda motornya, penembak dengan senapannya. Atau dengan
kata lain butir ketiga ini lebih dekat dengan profesi dengan si
penyaji.

Format talk ini mungkin salah satu bentuk program televisi yang
paling sederhana. Oleh karena itu penggunaannya pun biasanya
untuk menyampaikan materi/ informasi yang sifatnya searah seperti
pemberitahuan dan pidato.

2) Format diskusi
Format ini lebih bervariasi dibandingkan dengan format sebelumnya.
Pada format ini penyaji akan lebih dinamis, karena selain yang tampil
lebih dari seorang, juga karakteristik masing-masing penyaji (dalam
hal ini peserta diskusi) relatif sama. Sedangkan bagaimana lazimnya
kegiatan diskusi, tujuannya adalah memecahkan masalah tersebut
dapat dibangun pendapat pro dan kontra atau klarifikasi atau
menjernihkan suatu hal.
Suatu hal yang menarik dari format ini adalah pokok bahasan yang
ditayangkan sesuai dengan kebutuhan penonton (masyarakat),
penonton merasa turut berdialog dengan masing-masing penyaji.
Oleh karena itu diskusi didalam memilih materi untuk format program
diskusi disesuaikan dengan masalah-masalah yang lagi hangat di
masyarakat.

3) Format wawancara
Wawancara televisi lebih menarik daripada wawancara radio dan
tentunya tidak dapat disamakan dengan wawancara di surat kabar.

Pada wawancara televisi dapat dilihat dengan jelas orang sedang


diwawancarai, bagaimana ia berpikir sejenak untuk mencari jawaban
dari sebuah pertanyaan, juga dapat dilihat bagaimana reksi atau
ekspresinya bila pertanyaan yang diberikan memojokkan orang yang
diwawancarai, ataupun senyum yang tiba-tiba tersimpul dari bibirnya.

Wawancara yang dipersiapkan dengan matang dan diarahkan dengan


baik, akan menghasilkan suatu tontonan yang sangat menarik. Akan
tetapi sering kali tidak mendapatkan hasil yang baik disebabkan tidak
mampu mengelola wawancara, sehingga terdapat kekurangan disana-
sini.

Agar wawancara dapat berlangsung dengan baik ada beberapa hal


yang harus diperhatikan yaitu:
a) Bahan wawancara yang
baik
b) Wawancara dimulai dengan penyelidikan yang
baik
c) Wawancara dilakukan dengan suatu percakapan yang baik
d) Wawancara perlu pengarahan yang baik.

4) Format Feature
Format ini biasanya digunakan bila materi programnya suatu topik
yang mendalam dan penting. Penyajiannya dengan format ini lebih
menarik, karena selain menyampaikan materi juga mempunyai
unsur hiburan. Materi yang disajikan biasanya hanya satu topik
yang disoroti dari berbagai segi.

PROGRAM : Info Kesehatan


KAMERAMEN : Satrio
TOPIC : Wabah Demam
Berdarah
EDITOR : Sugiyono
JUDUL : Si Kecil
Mematikan
PRODUCTION : 20 Mei 2013
DURASI : 5 menit
LOKASI : Cisarua Jawa Barat
REPORTER :
ON AIR : 22 Mei 2012

CONTOH

NO VIDEO AUDIO DURATI REMA


ON RKS
OPENING BUMPER SOUND FX
1 PROGRAM 30”
MONTAGE : narration :
a. Warga bantar kali musim hujan telah tiba / masyarakat
b. Kebersihan harus lebih meningkatkan
lingkungan kewaspadaan// terutama waspada
c. Banjir di lingkungan terhadap datangnya wabah demam
d. Warga di rawat RS berdarah// penyebab penyakit ini
e. Selokan adalah virus dengue famili
f. Virus Dengue flaviviridae // hidup virus ini pada
(youtube) dua mekanisme yakni virus pada
g. Nyamuk Aedes nyamuk dan virus dari nyamuk ke
2 Aegypti manusia // virus ini dibawa oleh
nyamuk aedes aegypti yang
menghisap darah pada pagi sampai
sore terutama jam 08.00-12.00 dan
jam 15.00-17.00//

testimoni gejala dbd :


S/I dr. Amar Nugraha dr. amar nugraha
GRAFIS + VT:
(gejala yang timbul bila terjangkit
penyakit ini yaitu panas tinggi
mendadak 2 – 7 hari / bintik merah
pada kulit/ruam/ perdarahan,
terutama hidung / mimisan/
muntah darah, bab berdarah/
nyeri pada ulu hati (perdarahan
lambung)/ perdarahan di seluruh
tubuh bisa tampak atau tidak /
syok : gelisah, ujung tangan dan
kaki berkeringat// )

3M penyebaran penyakit ini dapat


– MENGURAS dicegah dengan mencegah jentik
– MENUTUP nyamuk agar tidak menjadi
– MENGUBUR nyamuk dewasa yakni dengan
cara 3 m/ menguras tempat
penampungan air secara berkala /
menutup rapat-rapat tempat
penampungan air dan mengubur
atau menyingkirkan barang bekas

permirsa bila keluarga terindikasi


terkena demam berdarah/
pertolongan pertama yang anda
CU REPORTER dapat lakukan adalah/ beri minum
S/I ARJUNA sebanyak-banyaknya/ kompres air
dingin atau es/ beri obat penurun
panas/ segera dibawa ke
puskesmas atau rumah sakit//
hidup sehat tanpa dbd//
demikian laporan kami/ arjuna dan
kameraman rudi melaporkan///
3 CLOSING BUMPER sound fx 30”
4 CREDIT TITLE sound fx 30”
5) Format Magazine
Format ini hampir sama dengan format feature. Bedanya terletak
pada topik yang dibahas. Kalau pada feature yang dibahas hanya satu
topik, maka pada magazine terdiri dari berbagai topik.

6) Format Drama
Format drama boleh dikatakan sebagai format yang dapat dikatakan
sebagai format yang punya daya tarik kuat. Sebab selain mampu
mendramatisir keadaan juga mampu memotivasi penonton pada suatu
tujuan tertentu.

Untuk program instruksional, format ini akan cocok apabila


dipergunakan untuk menyajikan materi-materi yang berupa fakta atau
sejarah. Hanya apabila kita menggunakan format ini perlu
pertimbangan-pertimbangan yang lebih matang dibandingkan dengan
menggunakan format lainnya. Misalnya, pertimbangan pemain,
karena para pemain maupun unsur yang menentukan baik atau
tidaknya drama yang dihasilkan sebuah drama hasilnya akan baik
apabila pemainnya profesional dalam bidangnya masing – masing.

Pertimbangan lainnya adalah biaya yang dikeluarkan untuk


pembuatan program drama relatif cukup besar dibandingkan
dengan program lainnya apabila jumlah pemainnya cukup besar. Waktu
penyelesaian satu program drama pun jauh lebih banyak
dibandingkan program lainnya. Karena setiap pemain, sebelumnya
harus memerlukan latihan yang intensif, kalau tidak pengambilan
gambar di lapangan bisa berlarut– larut penyelesaiannya. Apabila ini
terjadi, maka “cost” produksi bisa membengkak.

g. Evaluasi Program Video / Televisi


Langkah yang pertama adalah mengembangkan instrumen yang valid
kemudian melakukan standardisasi petugas pelaksana evaluasi. Kegiatan
evaluasi meliputi evaluasi tahap awal yang sering disebut dengan
preview program dan evaluasi lanjutan melalui uji coba lapangan. Evaluasi
uji coba lapangan ini ditempuh dengan cara melakukan uji coba program
dengan melibatkan peserta dalam jumlah yang terbatas tetapi mewakili
karakteristik sasaran program.

1) Evaluasi tahap awal (Preview)


Setelah program televisi / video selesai diproduksi sebelum diuji coba ke
lapangan kepada sasaran dalam jumlah terbatas terlebih dahulu program
tersebut perlu dievaluasi secara intern. Evaluasi tahap ini kita libatkan
sejumlah orang dimintai pendapat dan komentar untuk memberikan
saran dan penilaian tentang program- program teleivisi / video yang
akan ditayangkan. Komentar, saran, pendapat meliputi aspek
program televisi / video, materi, kurikulum, dan aspek pembelajaran.

Langkah – langkah pelaksanaan


a) Responden dikumpulkan di suatu tempat kemudian evaluator
menjelaskan kepada responden tentang maksud dan tujuan
mereka diundang.
b) Program diputar, responden diminta memperhatikan dengan
seksama bila perlu membuat catatan – catatan kecil.
c) Responden diminta untuk memberikan saran, komentar maupun
pendapat tentang program yang baru saja mereka saksikan
dengan mengisi instrumen yang telah disediakan.
d) Analisis hasil evaluasi dibuat berdasarkan masukan dari responden.
e) Penyempurnaan program oleh, tim produksi / tim kreatif
berdasarkan
hasil analisis yang disampaikan oleh evaluator.
f) Selanjutnya meminta responden untuk melihat kembali hasil preview
program televisi / video yang telah diperbaiki.
g) Bila hasilnya telah dinyatakan bagus maka program siap diuji coba
di lapangan.

Tetapi apabila program masih ada lagi yang perlu diperbaiki atau
disempurnakan, maka tim kreatif masih mempunyai tugas untuk
memperbaikinya.

2) Evaluasi lanjutan (uji coba lapangan)


Evaluasi ini merupakan kegiatan lanjutan setelah program telvisi atau
video dinilai bagus atau layak untuk ditayangkan oleh tim penilai
yang melakukan preview program. Secara umum kegiatan evaluasi
pada tahap ini bertujuan untuk mengetahui:
a) Reaksi sasaran selama menyaksikan program televisi atau video.
b) Memperoleh pendapat dan saran dari sasaran terhadap program/
video yang telah mereka saksikan khususnya yang berhubungan
dengan penambahan pengetahuan, sikap dan keterampilan.

Pengumpulan data
Dengan menggunakan instrumen yang telah disiapkan tim evaluator
melakukan pengumpulan data. Langkah – langkah pengumpulan
data meliputi:
1) Responden dikumpulkan kemudian evaluator menjelaskan tujuan
pengumpulan data.
2) Program video / televisi diputar kemudian responden diminta
memperhatikan dengan seksama, kalau perlu membuat catatan kecil.
3) Setelah program selesai diputar, responden diminta
mendiskusikan isi program yang baru saja mereka saksikan.
Diskusi dipandu oleh evaluator.
4) Selama responden berdiskusi, evaluator melakukan observasi aktivitas
mereka dengan menggunakan instrumen observasi.
5) Setelah kegiatan pembelajaran selesai responden diminta untuk
memberi saran, komentar maupun pendapat tentang program yang
baru mereka saksikan dengan mengisi instrumen (kuesioner yang
telah disediakan).
6) Analisis hasil evaluasi dilakukan oleh evaluator berdasarkan masukan
– masukan dari responden.
7) Selanjutnya tim kreatif mengundang responden yang terlibat dalam
kegiatan preview untum memberikan masukan - masukan terhadap
porgram televisi / video yang telah diperbaiki berdasarkan hasil
analisis evaluator.
8) Penyempurnaan program oleh tim kreatif dan tim produksi
selanjutnya dilakukan.
9) Preview tahap 2 dilakukan sampai program benar – benar
dinyatakan bagus, sehingga program siap untuk diproduksi dan
disebarluaskan secara masal. Tetapi bila program ternyata masih
belum bagusmaka tim kreatif perlu memperbaikinya.

Analisis Data
Data yang terkumpul kemudian dianalisis secara deskriptif yaitu
dengan mendeskripsikan segala saran – saran, kritik, keluhan dan
pendapat tentang program televisi atau video yang mereka saksikan.
Pengetahuan dan keterampilan yang mereka peroleh atau reaksi
responden setiap kali menyaksikan tayangan program dikelompokkan
sesuai aspek – aspek yang menjadi tujuan. Analisis data bisa dilakukan
secara kuantitatif maupun kualitatif. Hasil analisis ini dijadikan sebagai
bahan untuk memperbaiki dan menyempurnakan program.

3) Laporan Evaluasi
Laporan evaluasi dibuat oleh evaluator. Ruang lingkup isi laporan
evaluasi meliputi saran, kritikan, pendapat dan masukkan responden
terhadap program video / televisi. Pendapat tersebut meliputi hal –
hal yang berkaitan dengan kelemahan, yang disukai dan yang tidak
disukai oleh responden.
VIII. Referensi
1. Departemen Kesehatan RI, 1998, Pedoman eknis Teknologi Tepat Guna Bagi
Generasi Muda
2. Sumber: http://id.shvoong.com/social-sciences/communication-media-
studies/2186714-pengertian-radio/#ixzz1fIjKZWLn
3. Effendy, Onong Uchjana. 1986. (a). Dinamika Komunikasi Bandung: Penerbit
Remadja Karya CV.
4. Effendy, Onong Uchjana. 1992. Komunikasi Teori dan Praktek, Bandung
5. Komunikasi Massa (Dedy Mulyana), Perkembangan Teknologi Informasi : New
Media , Jurnal Umum Unpas : Terbitan Mei 2011 4
6. Kaplan, Andreas M.; Michael Haenlein (2010) “Users of the world,
opportunities of Social Media”. Bussines Horizons 53 (1) : 59-68.
MATERI INTI 10
PENGHITUNGAN ANGKA KREDIT
DAN PENGAJUAN DUPAK

I. Deskripsi Singkat
Arah kebijakan organisasi pemerintah ke depan adalah upaya penyederhanaan
birokrasi pemerintah agar lebih proporsional, datar, transparan, hierarki yang
pendek dan terdesentralisasi kewenangannya. Kementerian Kesehatan telah
mengantisipasi dan menyesuaikan organisasinya ke arah hemat struktur kaya
fungsi dengan membatasi jabatan struktural dan mengembangkan jabatan
fungsional. Upaya ini sesuai dengan amanat Undang–Undang Nomor 43 Tahun
1999 tentang Pokok – Pokok Kepegawaian bahwa Pegawai Negeri Sipil diangkat
dalam jabatan dan pangkat tertentu sehingga terbatasnya jabatan struktural maka
jabatan fungsional menjadi solusinya. Oleh karena itu

Kementerian Kesehatan telah mengambil langkah antisipasi dalam pembinaan dan


pengembangan karier pegawai, hal ini dapat dilihat dari jumlah Jabatan Fungsional
Kesehatan sejak tahun 1997 sampai dengan tahun 2013 sebanyak 27 jenis
Jabatan Fungsional Kesehatan. Untuk mengoptimalkan jabatan-jabatan fungsional
tersebut di atas sebagian besar telah ditindaklanjuti dengan kebijakan-kebijakan
tingkat teknis berupa Petunjuk Pelaksanaan dan Petunjuk Teknisnya.

Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1994 tentang Jabatan Fungsional


Pegawai Negeri Sipil Pasal 11 ayat (1) menyatakan bahwa penyelenggaraan
pembinaan jabatan fungsional dilakukan oleh Instansi Pembina jabatan fungsional.
Dengan kata lain instansi pembina mempunyai kewajiban melakukan pembinaan
dalam rangka mewujudkan profesionalitas para pejabat fungsional. Pembinaan
jabatan fungsional dapat dilakukan melalui pola karier PNS yaitu Perpindahan dari
jabatan struktural ke fungsional dan dari jabatan fungsional ke struktural baik
secara horizontal, vertikal maupun diagonal serta perpindahan wilayah kerja;
Perpindahan jabatan secara horizontal adalah perpindahan jabatan pada tingkat
eselon dan pangkat jabatan yang sama, serta jabatan fungsional ke jabatan
fungsional lain; Perpindahan jabatan secara vertikal adalah perpindahan yang
bersifat kenaikan jabatan (promosi); serta Perpindahan jabatan secara diagonal
adalah perpindahan dari jabatan struktural ke fungsional.
Kewajiban pembinaan Jabatan Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat tidak
hanya menjadi tugas instansi tingkat pusat, namun merupakan tugas bersama
dengan pemerintah daerah sebagaimana tercermin dari semangat tugas
pembantuan dan pembagian kewenangan yang diamanatkan dalam Undang-
Undang Nomor 32 tentang Pemerintah Daerah yang diperjelas didalam
Peraturan Pemerintah Nomor
38 Tahun 2007 tentang Pembagian Kewenangan Pemerintah Pusat dan
Provinsi. Sehubungan dengan hal tersebut, maka calon Pejabat Fungsional Penyuluh
Kesehatan Masyarakat baik di Pusat maupun Provinsi/Kabupaten/Kota perlu
dibekali informasi mengenai SK Menpan No. 58 Tahun 2000 tentang Jabatan
Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat dan Angka Kreditnya melalui pelatihan
Pengangkatan Pertama Kali Jabatan Fungsion Penyuluh Kesehatan Masyarakat dan
Angka Kreditnya.

II. Tujuan Pembelajaran


A. Tujuan Pembelajaran Umum:
Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu melakukan penghitungan Angka
Kredit dan pengajuan Daftar Usulan Penetapan Angka Kredit (DUPAK)
Jabatan Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat (JF-PKM).

B. Tujuan Pembelajaran Khusus:


Setelah mengikuti materi ini, peserta
mampu:
1. Menjelaskan angka kredit dan DUPAK JF-
PKM;
2. Melakukan penghitungan angka kredit JF-PKM;
3. Melakukan pengajuan DUPAK JF-PKM.

III. Pokok Bahasan dan Sub Pokok Bahasan


Dalam modul ini akan dibahas pokok bahasan dan sub pokok bahasan sebagai
berikut:

Pokok bahasan 1. Angka Kredit dan Daftar Usul Penetapan Angka Kredit
(DUPAK)
a. Pengertian Angka Kredit;
b. Pengertian Daftar Usulan Penetapan Angka Kredit
(DUPAK);
c. Unsur-unsur yang dinilai dalam angka
kredit.

Pokok bahasan 2. Penghitungan Angka Kredit:


a. Pengertian teknik penghitungan angka kredit;
b. Teknik penghitungan angka
kredit;
c. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penghitungan angka
kredit.

Pokok bahasan 3. Tata Cara Pengajuan


DUPAK:
a. Pengertian;
b. Langkah-langkah pengisian form DUPAK;
c. Mekanisme pengajuan DUPAK;
d. Tim penilai
DUPAK.

IV. Langkah-Langkah Kegiatan Pembelajaran


Langkah-langkah kegiatan pembelajaran ini menguraikan tentang kegiatan fasilitator
dan peserta dalam proses pembelajaran selama sesi ini berlangsung (8 Jpl: T: 2 Jpl;
P= 6 Jpl; PL=0 Jpl= 360 menit), adalah sebagai berikut:

Langkah 1.
Pengkondisian (5 menit)

Langkah pembelajaran:
a. Fasilitator menyapa peserta dengan ramah dan hangat. Apabila belum pernah
menyampaikan sesi di kelas, mulailah dengan perkenalan. Perkenalkan diri dengan
menyebutkan nama lengkap, instansi tempat bekerja dan judul materi yang
akan disampaikan.
b. Menciptakan suasana nyaman dan mendorong kesiapan peserta untuk menerima
materi dengan menyepakati proses pembelajaran.
c. Dilanjutkan dengan penyampaian judul materi, deskripsi singkat, tujuan
pembelajaran serta ruang lingkup pokok bahasan yang akan dibahas pada sesi
ini.

Langkah 2.
Penyampaian dan pembahasan pokok bahasan 1. Angka Kredit dan Daftar Usul
Penetapan Angka Kredit (DUPAK) (90 menit).

Langkah pembelajaran:
a. Fasilitator melakukan curah pendapat dengan mengajukan beberapa
pertanyaan kepada peserta untuk mengukur pemahaman peserta tentang
Angka Kredit dan Daftar Usul Penetapan Angka Kredit (DUPAK), dan unsur-unsur
yang dinilai angka kreditnya dalam Jabatan fungsional PKM dan beberapa
pertanyaan yang diajukan kepada peserta secara bertahap, adalah: 1)
pengertian tentang Angka kredit 2) Pengertian tentang DUPAK, 3) Unsur-unsur
apa saja yang dinilai dalam angka kredit Penyuluh Kesehatan Masyarakat,
Fasilitator mencatat semua pendapat peserta, selanjutnya merangkum dan
menyampaikan paparan materi sesuai urutan sub pokok bahasan dengan
menggunakan bahan tayang.
b. Fasilitator memberi kesempatan kepada peserta untuk menyampaikan
pengalamannya tentang Apa itu angka kredit, apa itu DUPAK, dan apa saja yang
dinilai dalam angka kredit.
c. Fasilitator mencatat semua informasi yang disampaikan oleh peserta, selanjutnya
merangkum dan menyampaikan paparan seluruh materi sesuai urutan sub pokok
bahasan dengan menggunakan bahan tayang.
d. Fasilitator memberikan kesempatan kepada peserta untuk bertanya atau
menyampaikan klarifikasi, kemudian fasilitator menyampaikan jawaban atau
tanggapan yang sesuai.

Langkah 3.
Penyampaian dan pembahasan pokok bahasan 2. Penghitungan Angka Kredit
(90 menit).

Langkah pembelajaran:
a. Fasilitator melakukan curah pendapat dengan mengajukan beberapa
pertanyaan kepada peserta untuk mengukur pemahaman peserta tentang: 1).
Bagaimana menghitung angka kredit JF-PKM, 2). Bagaimana teknik
penghitungannya.
b. Fasilitator memberi kesempatan kepada peserta untuk menyampaikan
pengalamannya tentang penghitungan angka kredit, dan teknik penghitungan
angka kredit.
c. Fasilitator mencatat semua informasi yang disampaikan oleh peserta, selanjutnya
merangkum dan menyampaikan paparan seluruh materi sesuai urutan sub pokok
bahasan dengan menggunakan bahan tayang.
d. Fasilitator memberikan kesempatan peserta untuk bertanya atau menyampaikan
klarifikasi, kemudian fasilitator menyampaikan jawaban atau tanggapan yang
sesuai.

Langkah 4.
Penyampaian dan pembahasan pokok bahasan 3. Tata cara pengajuan DUPAK
dan sub pokok bahasan (180 menit).

Langkah pembelajaran:
a. Fasilitator melakukan curah pendapat dengan mengajukan beberapa
pertanyaan kepada peserta untuk mengukur pemahaman peserta tentang: 1).
Apa itu DUPAK,
2). Bagaimana langkah- langkah pengisian form DUPAK JF-PKM, 3).
Bagaimana mekanisme pengajuan DUPAK, 4). Apa itu Tim Penilai Angka Kredit.
b. Fasilitator memberi kesempatan kepada peserta untuk menyampaikan
pengalamannya tentang cara pengisian DUPAK, Pengajuan DUPAK, dan teknik
penghitungan angka kredit.
c. Fasilitator mencatat semua informasi yang disampaikan oleh peserta, selanjutnya
merangkum dan menyampaikan paparan seluruh materi sesuai urutan sub pokok
bahasan dengan menggunakan bahan tayang.
d. Fasilitator memberikan kesempatan peserta untuk bertanya atau menyampaikan
klarifikasi, kemudian fasilitator menyampaikan jawaban atau tanggapan yang
sesuai.

Langkah 5.
Rangkuman dan kesimpulan (10 menit)

Langkah pembelajaran:
a. Fasilitator melakukan evaluasi untuk mengetahui penyerapan peserta
terhadap materi yang disampaikan dan pencapaian tujuan pembelajaran.
b. Fasilitator merangkum dan membuat kesimpulan poin-poin penting dari materi
yang disampaikan.
c. Fasilitator menutup sesi ini, dengan memberikan apresiasi kepada seluruh peserta.

Metode pembelajatan yang digunakan fasilitator sebagai berikut:


1. Curah pendapat,
2. Ceramah, tanya jawab,
3. Latihan menghitung angka kredit secara manual dan menggunakan sistem
penghitungan angka kredit.

Media dan alat bantu yang digunakan sebagai berikut:


1. Bahan tayang (Slide power point)
2. Laptop
3. LCD, Flifchart,
4. Whiteboard
5. Spidol (ATK)
6. Form surat pernyataan ; Pendidikan, Penyuluhan Kesy. Masy,
Pengembangan Penyuluh Kes.Masyarakat, Pengembangan Profesi dan
Penunjang. serta Contoh- contoh format laporan Harian, Bulanan dan DUPAK
dan PAK

V. Uraian Materi

Pokok Bahasan 1.
ANGKA KREDIT DAN DUPAK

A. Angka Kredit
Angka Kredit adalah suatu a ngka yang diberikan berdasarkan penilaian atas
prestasi yang telah dicapai ol h seorang penyuluh Kesehatan Masyarakat dalam dan
mengerjakan butir kegiatan digunakan sebagai salah satu syarat untuk
pengangkatan dan kenaikan jabatan/pangkat Penyuluh Kesehatan Masyarakat;
Pengumpulan angka kredit diperoleh dari unsur utama sekurang-kurangnya 80%
dari unsur penunjang sebanyak-banyaknya 20%

Angka kredit untuk pendidikan formal merupakan angka kredit kumulatif.


Apabila penyuluh kesehatan masyarakat nenperoleh pendidikan formal yang
lebih tinggi daripada pendidikan formal yang dimiliki sebelimnya, maka nilai
kredit yang diberikan adalah selisih angka kredit pendidikan formal terakhir
dengan angka kredit pendidikan yang dimiliki sebelumnya.

B. DUPAK
DUPAK adalah Daftar Usulan Penetapan Angka Kredit yang harud diisi oleh
Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat dan diketahui oleh
pejabat pengusul dan tim penilai.

C. Unsur dan Sub Unsur yg dinilai dalam angka kredit :


1. Pendidikan, meliputi:
a. Pendidikan sekolah dan memperoleh ijazah/gelar;
b. Pendidikan dan pelatihan fungsional dibidang promosi kesehatan
dan pemberdayaan masyarakat serta memperoleh Surat Tanda
Tamat Pendidikan dan Pelatihan (STTPP) atau sertifikat; dan
c. Pendidikan dan pelatihan prajabatan.

2. Penyuluhan kesehatan masyarakat, meliputi:


a. Mempersiapkan kegiatan penyuluhan kesehatan masyarakat dalam
upaya promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat ;
b. Melaksanakan advokasi kesehatan dalam upaya promosi kesehatan
dan pemberdayaan masyarakat ;
c. Menggalang dukungan sosial/bina suasana dalam upaya promosi
kesehatan dan pemberdayaan masyarakat ; dan
d. Melaksanakan penyuluhan kesehatan masyarakat dalam upaya promosi
kesehatan dan pemberdayaan masyarakat yang dilandasi semangat
kemitraan.

3. Pengembangan penyuluhan kesehatan masyarakat, meliputi :


a. Menyusun pedoman penyuluhan kesehatan masyarakat;
b. Merumuskan kebijakan pengembangan penyuluhan masyarakat; dan
c. Mengembangkan metode penyuluhan kesehatan masyarakat.

4. Pengembangan Profesi, meliputi:


a. Membuat karya tulis/karya ilmiah di bidang promosi kesehatan dan
pemberdayaan masyarakat ;
b. Menterjemahkan/menyadur buku dan bahan-bahan lain di bidang
promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat ;

c. Membuat buku pedoman/petunjuk teknis di bidang promosi


kesehatan dan pemberdayaan masyarakat ; dan
d. Mengembangkan teknologi tepat guna di bidang promosi kesehatan
dan pemberdayaan masyarakat .

5. Penunjang tugas jabatan fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat,


meliputi:
a. Mengajar atau melatih yang berkaitan dengan bidang promosi
kesehatan dan pemberdayaan masyarakat ;
b. Mengikuti seminar/lokakarya di bidang promosi kesehatan dan
pemberdayaan masyarakat ;
c. Menjadi anggota tim penilai jabatan fungsional penyuluhan
kesehatan masyarakat;
d. Memperoleh tanda penghargaan/tanda jasa;
e. Menjadi anggota organisasi profesi bidang promosi kesehatan dan
pemberdayaan masyarakat ;
f. Memperoleh gelar kesarjanaan lainnya; dan
g. Menjadi anggota tim penilai karya-karya yang berkaitan dengan
advokasi, penggalangan dukungan sosial, pemberdayaan
masyarakat di bidang promosi kesehatan dan pemberdayaan
masyarakat .

Pokok Bahasan 2.
PENGHITUNGAN ANGKA KREDIT

A. Pengertian Teknik Penghitungan Angka Kredit


Teknik penghitungan angka kredit adalah suatu cara bagi Pejabat Fungsional
Penyuluh Kesehatan Masyarakat dalam menghitung angka kredit

B. Teknik Penghitungan Angka Kredit


Metode Penghitungan Angka Kredit Jabatan Fungsional Penyuluh Kesehatan
Masyarakat adalah
1. Manual adalah Teknik penghitungan angka kredit dengan penggunaan Ms-
Excel
2. Sistem Penghitungan Angka Kredit adalah teknik penghitungan angka
kredit dengan penggunaan sistem berbasis web.

Teknik Penghitungan Angka Kredit Jabatan Fungsional Penyuluh Kesehatan


Masyarakat dengan metode manual adalah :
1. Pembuatan Catatan Harian
Catatan Harian adalah catatan atas prestasi yang sudah dicapai oleh
Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat yang diketahui oleh
atasan langsung. Formulir Catatan Harian terbagi atas 5 (lima) yaitu:
a. Catatan Harian 1 (CH 1) merupakan catatan yang berisi kegiatan dari
unsur pendidikan dan pelatihan yang telah diikuti oleh Pejabat
Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat
b. Catatam Harian 2 (CH 2) merupakan catatan yang berisi kegiatan
dari unsur penyuluhan kesehatan masyarakat yang telah dilakukan
oleh Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat.
c. Catatam Harian 3 (CH 3) merupakan catatan yang berisi kegiatan
dari unsur pengembangan kesehatan masyarakat yang telah dilakukan
oleh Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat.
d. Catatam Harian 4 (CH 4) merupakan catatatn yang berisi kegiatan
dari unsur pengembangan profesi yang telah dilakukan oleh Pejabat
Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat.
e. Catatam Harian 5 (CH 5) merupakan catatan yang berisi kegiatan
dari unsur penunjang kegiatan penyuluhan kesehatan masyarakat yang
telah dilakukan oleh Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan
Masyarakat.

2. Pembuatan Laporan Harian


Laporan Harian adalah rekapitulasi catatan harian selama 1 (satu) bulan yang
dibuat oleh Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat.

3. Pembuatan Laporan Bulanan


Laproan Bulanan adalah rekapitulasi catatan harian untuk suatu periode
tertentu.

4. Pembuatan DUPAK
Teknik Penghitungan Angka Kredit Jabatan Fungsional Penyuluh
Kesehatan Masyarakat dengan metode sistem penghitungan angka kredit
berbasis web adalah:
1. Sistem ini dapat diakses melalui alamat http://www.promkes.
depkes.go.id/angka_kredit.
2. Daftar
Sebelum pengguna dapat menggunakan aplikasi ini, terlebih dahulu
pengguna mendaftar di aplikasi Angka Kredit ini. Berikut ini tampilan
untuk mendaftar :
Gb. 1_1
Tampilan halaman awal saat membuka alamat
aplikasi

Pengguna klik Daftar pada halaman tersebut, kemudian akan muncul


halaman untuk menginputkan data pribadi. Pengisian ini akan disetujui
oleh admin dan pengguna tersebut akan menerima email yang berisi
username dan password yang akan digunakan untuk mengakses
system ini. Oleh karena itu, diharapkan pengguna yang akan
mendaftar memasukkan data dengan benar, terutama alamat email
yang akan
menerima informasi tersebut.

Gb. 1_2
Tampilan halaman awal untuk mendaftar (mengisi data pribadi)
Setelah melengkapi halaman form diatas, kemudian tekan tombol
Simpan untuk menyimpan data kemudian akan muncul pesan bahwa
data sudah disimpan dan diharap menunggu konfirmasi melalui email.

Gb. 1_3
Tampilan Pesan saat menekan tombol Simpan

3. Login
Sebelum masuk ke aplikasi, pengguna akan login terlebih dahulu.
Pengguna mengisi username dan password untuk masuk ke
aplikasi. Username dan password tersebut telah diinformasikan
melalui email kepada pengguna.

Gb. 2_1
Tampilan Login ke sistem

4. Halaman Utama
Halaman utama merupakan halaman yang muncul setelah pengguna
melakukan login ke dalam system ini. Pada halaman ini, akan
terdapat menu-menu (yang berwarna hijau) yang memiliki fungsi-
fungsi tertentu yang dapat digunakan untuk mengoptimalkan
penggunaan system ini

Gb. 3_1
Tampilan Halaman utama pengguna
5. Data Pribadi
Menu ‘Data Pribadi’ dapat digunakan untuk melakukan perubahan
data pribadi pengguna yang bersangkutan.

Gb. 4_1
Tampilan halaman ‘Data Pribadi’
6. Ubah Password
Setelah data disetujui, pengguna akan mendapatkan username dan
password melalui email pengguna. Melalui menu ‘Ubah Password’,
pengguna dapat mengubah password yang diberikan tersebut
dengan password yang baru sesuai keinginan pengguna. Pengguna
harus memasukkan password lama terlebih dahulu dan kemudian
memasukkan password baru yang diinginkan.

Gb. 5_1
Tampilan halaman ‘Ubah Password’

7. Atasan
Menu atasan ini dapat digunakan oleh pengguna untuk
menginputkan nama-nama atasan untuk pencatatan angka kredit.
Pengguna hanya dapat menambah dan mengubah data atasan ini.
Untuk menambahkan, pengguna langsung menginputkan NIP,
nama, dan jabatan atasan langsungnya, kemudian tekan tombol
simpan. Untuk mengubah data, pengguna dapat menekan ‘ubah’ di
kolom tindakan untuk data yang ingin diubah, kemudian tombol
simpan.

Gb. 6_1
Tampilan halaman ‘Data
Atasan’

Ket gambar :
1. Pengguna menginputkan detail atasan.
2. Daftar atasan yang telah diinputkan pengguna.
8. Tim Penilai
Menu Tim Penilai ini prosesnya sama dengan menu atasan. Menu
Tim Penilai ini dapat digunakan oleh pengguna untuk menginputkan
nama-nama Tim Penilai untuk pencetakan laporan DUPAK.
Pengguna hanya dapat menambah dan mengubah data Tim
Penilai ini. Untuk menambahkan, pengguna langsung menginputkan
NIP, nama, dan jabatan tim penilainya, kemudian tekan tombol simpan.
Untuk mengubah data, pengguna dapat menekan ‘ubah’ di kolom
tindakan untuk data yang ingin diubah, kemudian tombol simpan.

Gb. 7_1
Tampilan halaman ‘Data Tim Penilai’

9. Pejabat Pengusul
Menu pejabat pengusul ini prosesnya sama dengan menu atasan.
Menu pejabat pengusul ini dapat digunakan oleh pengguna untuk
menginputkan nama pejabat pengusul untuk pencetakan laporan
DUPAK. Pengguna hanya dapat menambah dan mengubah data
pejabat pengusul ini. Untuk menambahkan, pengguna dapat
langsung menginputkan NIP, nama, dan jabatan pejabat pengusulnya,
kemudian tekan tombol simpan. Untuk mengubah data, pengguna
dapat menekan
‘ubah’ di kolom tindakan untuk data yang ingin diubah, kemudian
tombol
simpan.

Gb. 8_1
Tampilan halaman ‘Data Pejabat Pengusul’
10. Angka Kredit
Menu angka kredit untuk menginputkan pencatatan angka kredit.
Pencatatan ini berdasarkan tanggal dan jenis kegiatan yang
dilakukan dan frekuensi pelaksanaannya.

Gb. 9_1
Tampilan halaman Angka Kredit (list data yang telah dimasukkan)

Keterangan gambar :
1. Tombol Tambah Angka Kredit, jika pengguna akan
menginputkan data angka kredit yang baru.
2. Daftar angka kredit yang telah diinput oleh pengguna.
3. Link Hapus untuk menghapus data angka kredit.

Halaman Tambah Angka Kredit, tampilannya adalah sebagai berikut :

Gb. 9_2
Tampilan halaman untuk menambahkan Angka
kredit

Keterangan gambar :
1. Detail data pegawai
2. Detail kegiatan untuk menginputkan angka kredit
3. Tombol Simpan untuk menyimpan
Berikut ini tampilan isian yang telah diisi :

Gb. 9_3
Tampilan halaman untuk menambahkan Angka kredit (data terisi)

11. Laporan
Menu laporan untuk menampilkan data- data laporan yang sudah
pernah dicetak maupun membuat laporan lainnya.

Gb. 10_1
Tampilan awal sebelum ada data yang
ditambahkan
Gb. 10_2
Tampilan awal sesudah ada data yang ditambahkan

Untuk menambahkan data atau mencetak laporan selain yang ada di


dalam list, Anda dapat menekan tombol ‘Tambah Data’ (Label 1).
Dan
akan muncul tampilan seperti dibawah ini.

Gb. 10_3
Tampilan untuk menambahkan data (mencetak laporan
lain selain yang ada di list)
Gb. 10_4
Tampilan awal setelah menekan tombol ‘Tambah Data’

a. Catatan Harian
Catatan Harian merupakan laporan detail yang akan menampilkan detail
data-data yang diinput oleh pengguna dengan rincian per tanggal.
Untuk menampilkan laporan ini, pengguna harus melakukan langkah-
langkahnya sebagai berikut:
# Pilih Tipe : Catatan
Harian
# Pilih Unsur yang akan
ditampilkan
# Tentukan Periode, yaitu Bulan dan
Tahun.
# Pilih Atasan Langsung yang bertanggung jawab dengan hasil
laporan yang diinginkan.
# Pilih Tanggal Cetak yang diinginkan. Pengisian ini ditujukan
untuk melakukan cetak ulang dengan tanggal yang sama
(misalkan seandainya file cetakan hilang).
# Tekan tombol Tampilkan
Gb. 10_5
Tampilan pengisian data yang ingin ditampilkan
Gb. 10_6
Tampilan laporan Catatan Harian

b. Laporan Harian
Laporan Harian merupakan laporan hasil summary yang akan
menampilkan data-data yang diinput oleh pengguna dengan range
per bulan dan dirinci per tanggal. Untuk menampilkan laporan ini,
pengguna harus melakukan langkah-langkahnya sebagai berikut:
# Pilih Tipe : Laporan
Harian
# Tentukan Periode, yaitu Bulan dan
Tahun.
# Pilih Atasan Langsung yang bertanggung jawab dengan hasil
laporan yang diinginkan.
# Pilih Tanggal Cetak yang diinginkan. Pengisian ini ditujukan
untuk melakukan cetak ulang dengan tanggal yang sama
(misalkan seandainya file cetakan hilang).
# Tekan tombol Tampilkan

Gb. 10_11
Tampilan pengisian data yang ingin ditampilkan
Gb. 10_12
Tampilan laporan Laporan
Harian

c. Laporan Bulanan
Laporan Bulanan merupakan laporan hasil summary yang akan
menampilkan data-data yang diinput oleh pengguna dengan range
antara bulan pertama dan bulan kedua dan ditampilkan per bulan.
Untuk menampilkan laporan ini, pengguna harus melakukan langkah-
langkahnya sebagai berikut :
# Pilih Tipe : Laporan
Bulanan
# Tentukan Periode, yaitu Bulan dan Tahun yang pertama dan
Bulan dan Tahun yang kedua.
# Pilih Atasan Langsung yang bertanggung jawab dengan hasil
laporan yang diinginkan.
# Pilih Tanggal Cetak yang diinginkan. Pengisian ini ditujukan
untuk melakukan cetak ulang dengan tanggal yang sama
(misalkan seandainya file cetakan hilang).
# Tekan tombol Tampilkan

Gb. 10_13
Tampilan pengisian data yang ingin ditampilkan
Gb. 10_14
Tampilan laporan Laporan
Bulanan

12. DUPAK
Menu DUPAK untuk menampilkan data-data laporan DUPAK yang
sudah pernah dicetak maupun mencetak laporan DUPAK lainnya
sesuai dengan kebutuhan pengguna.

Gb. 11_1
Tampilan awal sebelum ada data yang ditambahkan
Gb. 11_2
Tampilan awal sesudah ada data yang ditambahkan

Untuk menambahkan data atau mencetak laporan selain yang ada di


dalam list, Anda dapat menekan tombol ‘Tambah Data’ (Label 1).
Dan akan muncul tampilan seperti dibawah ini.

Gb. 11_3
Tampilan untuk menambahkan data (mencetak laporan lain selain
yang ada di list)
Berikut ini adalah tampilan setelah pengguna menekan tombol
Tambah Data dan langkah-langkah yang harus diisikan oleh
pengguna, antara lain :
# Pilih Periode yang akan ditampilkan, yaitu Bulan dan Tahun
pertama dan Bulan dan Tahun kedua.
# Pilih Pejabat Pengusul yang akan muncul pada laporan Dupak
sebagai penandatangan.
# Pilih Ketua Tim Penilai yang akan muncul pada laporan Dupak
sebagai penandatangan.
# Pilih Anggota-Anggota Tim Penilai yang akan muncul pada
laporan
Dupak sebagai penandatangan. (Maksimal 5 (lima) nama)
# Isikan tanggal cetak yang diinginkan.

Gb. 11_4
Tampilan awal setelah menekan tombol ‘Tambah Data’

Gb. 11_5
Tampilan pengisian data yang ingin ditampilkan
Gb. 11_6
Tampilan Laporan Dupak yang ditampilkan

13. Keluar
Menu ini digunakan untuk keluar dari sistem dan login pengguna
yang bersangkutan.
C. Beberapa Hal yang Perlu Diperhatikan dalam Pengitungan Angka
Kredit

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penghitungan angka kredit :


1. Dalam menetapkan prestasi yang telah ditentukan kedalam butir kegiatan.
2. Kelengkapan bukti fisik atas prestasi yang telah dilakukan
3. Penghitungan angka kredit

Kelengkapan fisik untuk setiap butir kegiatan Jabatan Fungsional Penyuluh Kesehatan
Masyarakat adalah sebagai berikut :

1. Penilaian Angka Kredit Unsur Utama : Pendidikan

a. Mengikuti pendidikan formal dan memperoleh


ijazah/gelar

Butir Kegiatan Bukti Yang Diperlukan/ Angka Pelaksana


Butuhkan Kredit
a. Doktor FC Ijazah dan transkrip 150 Semua
dilegalisir jenjang
b. Pasca Sarjana Surat Tubel, Fc Ijazah dan transkrip 100 Semua
dilegalisir jenjang
c. Sarjana/ D IV Surat Tubel, Fc Ijazah dan transkrip 75 Semua jen
dilegalisir

b. Pendidikan dan pelatihan fungsional di bidang penyuluh


kesehatan masyarakat dan mendapatkan STTPL atau Sertifikat.

Butir Kegiatan Bukti Yang Diperlukan/ Butuhkan Angka Pelaksana


Kredit
a. Lebih dari 960 jam Fc STTPL/Sertifikat 15 Semua
jenjang
b. 641 - 960 jam Fc STTPL/Sertifikat 9 Semua
jenjang
c. 481 – 640 jam Fc STTPL/Sertifikat 5 Semua
jenjang
d. 161 – 480 jam Fc STTPL/Sertifikat 3 Semua
jenjang
e. 81 – 160 jam Fc STTPL/Sertifikat 2 Semua
jenjang
f. 30 – 80 jam Fc STTPL/Sertifikat 1 Semua
jenjang

2. Penilaian Angka Kredit Unsur Utama : Penyuluhan Kesehatan

Masyarakat. a. Mempersiapkan kegiatan penyuluhan kesehatan

masyarakat

Butir Kegiatan Bukti Yang Angka Pelaks


Diperlukan/ Kredit
Butuhkan
1. Menyusun rencana 5 tahunan
a. Membuat kerangka acuan Kerangka acuan 0.20 PKM M
b. Menganalisan dan Laporan yang 0.07 PKM M
mengevaluasi data dilegalisir
c. Mempersiapkan rencana Laporan yang 0.16 PKM M
dilegalisir
d. Mengevaluasi Laporan yang
penyusunan rencana dilegalisir 0.18 PKM M
2. Menyusun rencana tahunan
a. Membuat kerangka Kerangka acuan 0.05 PKM
Pertama
b. Mengana dan Laporan yang 0.025 PKM
mengo dilegalisir Pertama
c. Mempersiapkan rencana
Laporan yang 0.05 PKM
dilegalisir Pertama
d. Mengevaluasi Laporan yang 0.06 PKM
penyusunan rencana
dilegalisir Madya

3. Mengidentifikasi
a. Menyusun K.Acuan dlm potensi wilayah
Kerangka acuan yang berkaitan
0.072 dengan m
PKM
rangka identifikasi Pertama
potensi wilayah
b. Menyusuninstrumen Instrumen & laporan 0.182 PKM Muda
terbuka yg dilegalisir
c. Menyusuninstrumen Instrumen & laporan 0.351 PKM
tertutup yg dilegalisir Madya
d. Mengumpulkan data Lapora 0.044 PKM
primer dengan cara dilega Pertama
wawancara mendalam
e. Mengumpulkan data Lapora 0.076 PKM
primer dgn cara diskusi dilega Pertama
kelompok terarah
f. Mengumpulkan data dng Lapora 0.035 PKM
cara observasi dilega Pertama
berkelanjutan
g. Mengu data Laporan yang 0.043 PKM
sekundeberbagai dilegalisir Pertama
sumber
h. Melakukan tabulasi dan Lapora 0.172 PKM Muda
pengolahan data dengan dilega
komputer
i. Melakukan analisis hasil Lapora 0.071 PKM
tabulasi data secara dilega Pertama
analitik
j. Menyusun hasil Laporan yg dilegalsir 0.18 PKM Muda
pelaksanaandengan
menggunakanbbrapa
instrum
4. Pengembangan rancangan strategi penyuluhan kesehatan masyarakat

a. Menyusun rancangan
Rancangan strategi 0.055 PKM
strategi penyuluhatkt Kec & Nota Pertama
Kec untuk prog. terpadu
persetujuan atasan
b. Menyusun rancangan
Rancangan strategi 0.07 PKM
strategi penyuluhatkt Kab/Kota & Nota Pertama
Kab/Kota untuk persetujuan atasan &
terpadu prog terkait
c. Menyusun rancangan
Rancangan strategi 0.18 PKM Muda
strategi penyuluhatkt Provinsi & Nota
Provinsi untuk persetujuan atasan
terpadu &prog terkait
d. Menyusun rancangan
Rancangan strategi 0.12 PKM Muda
strategi penyuluhatkt Nasional &Nota
Nasional untuk 1 program
persetujuan atasan
&prog terkait
e. Menyusun rancangan
Rancangan strategi 0.36 PKM
strategi penyuluhatkt Nasional & Nota Madya
Nasional untuk program
persetujuan atasan &
terpadu prog
Ranc.terkait
Strategi PKM 0.54
f. Menyusun rancangan PKM
strategi penyuluhaIntern.& pers/ Madya
Internasional recomendasi forum
Internasional
g. Melaksanakan TOR, Kuesioner, Hasil 0.33 PKM
ranc. Strategi penyulaporan,
RancanganSK Timusulan, Madya
0.36
tkt Nasional
h. Menyusun Rancangan usulan, PKM Muda
0.60
kerja/usulan kegiataTOR kegiatan
Provinsi
i. Menyusun rancanagn PKM
kerja/usulan kegiataTOR kegiatan Madya
Nasional
j. Menyusun Rancangan usulan, 1.60 PKM
kerja/usulan ke TOR kegiatan & Madya
regional/internasu pers/recomendasi
internasional.

5. Pengembangan Media Penyuluhan


a. Menyusun Naskah, nota pers. 0.041 PKM
penyuluhan untuk prog/atasan Pertama
dlm bentuk spot
b. Menyusun Naskah, nota pers. 0.09 PKM
penyuluhan untuk prog/atasan Pertama
dlm bentuk ceram
c. Menyusun Naskah, nota pers. 0.18 PKM Muda
penyuluhan untuk prog/atasan
dlm bentuk wwcr/d
d. Menyusun Naskah, nota pers. 0.063 PKM
penyuluhan untuk prog/atasan Pertama
dlm bentuk spot
e. Menyusun Naskah, nota pers. 0.18 PKM
penyuluhan untuk prog/atasan Pertama
dlm bentuk filler
f. Menyusun Naskah, nota pers. 0.402 PKM Muda
penyuluhan untuk prog/atasan
dlm
fragmen/obrolan
g. Menyusun Naskah, nota pers. 0.11 PKM
penyuluhan untuk prog/atasan Pertama
dlm bentuk drama
h. Menyusun Naskah, nota pers. 0.09 PKM Muda
penyuluhan untuk prog/atasan
dlm bentuk wwcr/d
i. Menyusun Naskah, nota pers. 0.344 PKM Muda
penyuluhan untuk prog/atasan
dlm bentuk sinetron
j. Menyusun Naskah, nota pers. 0.135 PKM
penyuluhan untuk prog/atasan Madya
dlm bentuk ceram
k. Menyusunmateri Naskah, nota pers. 0.18 PKM
penyu
untuk media prog/atasan Pertama
lua dlm bentuk
mega
l. Menyusun materi Naskah, nota pers. 0.428 PKM
penyuuntuk media prog/atasan
luar dlm bentuk
soft
m. Menyusun materi Naskah, nota pers. 0.642 PKM
penyuluhan untuk media prog/atasan Mady
komputer dlm bentuk
Web Page
n. Menyusun materi Naskah, nota pers. 0.134 PKM
penyuluhan untuk media prog/atasan
komputer dlm btk.
Interaktif screen
o. Menyusun materi Naskah, nota pers. 0.02 PKM
penyuuntuk media prog/atasan Perta
tatapdlm bentuk
konse
p. Menyusun materi Naskah, nota pers. 0.085 PKM
penyuluhan untuk media prog/atasan Perta
cetak dlm bentuk booklet
q. Menyusun materi Naskah, nota pers. 0.35 PKM
penyuluhan untuk media prog/atasan Perta
tradisional
r. Menyusun materi Naskah, nota pers. 3.3 PKM
penyuluhan untuk media prog/atasan Mady
film dokumenter
s. Menyusun materi Naskah, nota pers. 1.24 PKM
penyuluhan untuk media prog/atasan
slide seri.

6. Membuat rancangan (disagn) media penyuluhan kesehatan masyarakat


a. Membuat rancangan Rancangan/naskah 0.061 PKM
media penyuluhan untuk media, pers atasan
media film dokumenter
b. Membuat rancangan Rancangan/naskah 0.172 PKM
media penyuluhan untuk media, pers atasan
media komupter

a. Melaksanakan persiapan Kacuan ujicoba, SE 0.186 PKM


ujicoba dengan membuat ujicoba Perta
kerangka acuan untuk
beberapa wilayah
b. Melaksanakan ujicoba Bahan instrumen 0.045 PKM
media audiovisual ujicoba, Srt tugas, Perta
dengan durasi > 1 menit laporan
c. Melaksanakan ujicoba Bahan instrumen 0.075 PKM
media cetak dng jumlah ujicoba, Srt tugas, Perta
halaman > dari 1 laporan
d. Mengo
hasil ujicoba Laporan hasil ujicoba 0.162 PKM
aud
e. Mengo
hasil ujicoba Laporan hasil ujicoba 0.061 PKM
med Perta
f. Me Story board/sinpsis yg 0.252 PKM
penyempurnaanhasil disempurnakan Mady
ujicoba audio
visual
g. Melakukan penyempurnaan Laporan, media cetak yg 0.036 PKM
hasil ujicoba media cetak disempurnakan Pertama

h. Menyusun laporan Laporan ujicoba 0.056 PKM


ujicoba yg menggunakan Pertama
1 jenis instrumen
i. Menyusun laporan ujicoba Laporan ujicoba 0.146 PKM Muda
yang menggunakan bbrapa
instrumen

a. Melaksanakan persiapan Kacuan evaluasi 0.09 PKM Muda


evaluasi media dng
membuat Krk Acuan
untuk lbh dari 1 wilayah
b. Melakukan persiapan Instrumen tertutup 0.12 PKM Muda
evaluasi media dng <10 var
membuat instrumen
tertutup dng variabel < 10
c. Melakukan persiapan Instruemn tertutup > 0.396 PKM
evaluasi media dng 10 var Madya
membuat instrumen
tertutup dng variabel > 10

atas proses dan hasil dari


media penyuluhan
a. Media audiovisual Laporan & srt tugas 0.154 PKM Muda
b. Media cetak Laporan & srt tugas 0.061 PKM
Pertama
c. Media luar ruang Laporan & srt tugas 0.031 PKM
Pertama
d. Media komputer Laporan & srt tugas 0.084 PKM
Madya
e. Media pameran Laporan & srt tugas 0.078 PKM
Madya
f. Media tradisional Laporan & srt tugas 0.042 PKM Muda
g. Melaksanakan tabulasi Laporan & srt tugas 0.057 PKM
dan pengolahan data hasil Pertama
evaluasi media penylh
dng cara manual, dng
variabel > dari 10
h. Melaksanakan tabulasi Laporan & srt tugas 0.09 PKM Muda
dan pengolahan data hasil
evaluasi media penylh
dng komputer, dng
variabel > dari 10
i. Melaksanakan analisa Laporan & srt tugas 0.11 PKM Muda
hasil pengolahan dan
tabulasi data pelaksanaan
evaluasi media penylh
dng metode descriptif
j. Melakukan analisis hasil Laporan & srt tugas 0.192 PKM
pengolahan dan tabulasi Madya
data pelaksanaan
evaluasi penylh dng
metode analitik
k. Menyusun laporan hasil pelaksanaan evaluasi Laporan & srt tugas 0.094 PKM Muda
media penylh dng metode

l. Menyusun laporan hasil Laporan & srt tugas 0.156 PKM


pelaksanaan
deskriptif evaluasi Madya
media penylh dng metode

10. Memprakondisikan
analitik kegiatan penyulh kes. masyarakat di lapangan
a. Melakukan pertemuan Laporan & Srt tugas
lintas program/sektor tkt
0.03 PKM
b. Melakukan pertemuan Laporan & Srt tugas Pertama
lintas program/sektor tkt
Kab/Kota
0.08 PKM Muda
c. Melakukan pertemuan Laporan & Srt tugas
lintas program/sektor tkt
Provinsi
0.135 PKM
Madya
Nasional

b. Melaksanakan Advokasi Kesehatan.

Butir Kegiatan Bukti Yang Diperlukan/ Angka Pelaksana


a. Melakukan identifikasi Butuhkan Srt tugas,Kredit
analisa data 0.0
1. Melalui Identifikasi
b. Melakukan identifikasi Srt tugas, analisa PKM
data 0.0

PKM

melakukan pendekatan

a. Menyusun Srt tugas, Rencana 0.094 PKM


perencanaan untuk kerja+TOR dan jadwal, Muda
pelaksanaan advokasi SK.
di tkt. Prov.
b. Menyusun Srt tugas, Rencana 0.189 PKM
perencanaan untuk kerja+TOR dan jadwal, Madya
pelaksanaan advokasi SK.
tkt. Nasional
c. Menyusun Srt tugas, Rencana 0.39 PKM
perencanaan untuk kerja+TOR dan jadwal, Madya
pelaksanaan advokasi SK.
tkt. Internasional

a. Melaksanakan Srt menyurat, SK, Srt 0.02 PKM


advokasi di tkt Provinsi. tugas, laporan, dan Pertama
bahan/materi
b. Melaksanakan Srt menyurat, SK, Srt 0.04 PKM
advokasi di tkt tugas, laporan, dan Muda
Nasional bahan/materi
c. Melaksanakan Srt menyurat, SK, Srt 0.06 PKM
advokasi di tkt tugas, laporan, dan Madya
Internasional bahan/materi
4. Melaksanakan evaluasi atas hasil advokasi
a. Melaksanakan evaluasi Produk advokasi, 0.04 PKM
atas hasil advokasi tkt Laporan implementasi/ Muda
Provinsi TLanjut, Lap sosialisasi
b. Melaksanakan evaluasi Produk advokasi, 0.3 PKM
atas hasil advokasi tkt Laporan implementasi/ Madya
Nasional TLanjut, Lap sosialisasi
c. Melaksanakan evaluasi Produk advokasi, 0.3 PKM
atas hasil advokasi tkt Laporan implementasi/ Madya
Internasional TLanjut, Lap sosialisasi

a. Secara descriptif Laporan 0.126 PKM


Muda
b. Secara analitik Laporan 0.174 PKM
Madya

c. Melaksanakan penggalangan dukungan sosial

Butir Kegiatan Bukti Yang Diperlukan / Angka Pelaksana


Butuhkan Kredit
1. Menyusun perencanaan ntuk melaksanakan dukungan sosial
a. Merancang cara untuk Konsep rencana/Laporan 0.148 PKM
mendapatkan dukungan notulen rapat Muda
sosial tkt Provinsi

b. Merancang cara untuk Konsep rencana/Laporan 0.174 PKM


mendapatkan dukungan notulen rapat Madya
sosial tkt Nasional

c. Merancang cara untuk Konsep rencana/Laporan 0.27 PKM


mendapatkan dukungan notulen rapat Madya
sosial tkt Internasional

a. Melaksanakan keg Laporan kegiatan 0.045 PKM


penggalangan Pertama
dukungan sosial tkt
provinsi
b. Melaksanakan keg Laporan kegiatan 0.09 PKM
penggalangan Muda
dukungan sosial tkt
nasional
c. Melaksanakan keg Laporan kegiatan 0.27 PKM
penggalangan Madya
dukungan sosial tkt
internasional

4. Melakukan pengembangan penggalangan dukungan sosial di masy melalui


Melakukan pengembangan Laporan kegiatan 0.054 PKM
penggalangan dukungan Pertama
sosial di masy melalui
pemantauan
5. Membuat laporan hasil pelaksanaan penggalangan dukungan sosial
a. Deskriptif Laporan kegiatan 0.054 PKM
Pertama
b. Analitik Laporan kegiatan 0.07 PKM
Pertama

d. Melaksanakan penyuluhan untuk pemberdayaan masyarakat.

Butir Kegiatan Bukti Yang Diperlukan / Angka Pelaksana


Butuhkan Kredit
1. Melaksanakan kegiatan penyul. langsung
a. Melaksanakan Laporan, dok foto 0.042 PKM
penyulh kelompok demontrasi, Undangan, Pertama
dng daftar hadir.
demontrasi/praktek
b. Melaksanakan Undangan, daftar hadir, 0.013 PKM
penyulh individu dng demo praktek. Muda
demontrasi/praktek

2. Melaksanakan penyulh tidak langsung


a. Melalui radio dng satu Naskah, laporan di tt. 0.014 PKM
arah Stasion radio Muda
b. Melalui radio dng dua Naskah, laporan di tt. 0.021 PKM
arah Stasion radio Madya
c. Melalui televisi dng Naskah, laporan di tt. 0.03 PKM
satu arah Stasion tv Madya
d. Melalui televisi dng Naskah, laporan di tt. 0.06 PKM
dua arah Stasion tv Madya
e. Melalui Kliping/naskah, laporan 0.156 PKM
koran/majalah/SK Muda
f. Melalui Naskah, laporan 0.09 PKM
komputer/internet Muda
g. Melalui surat Naskah, surat. 0.02 PKM
Pertama
3. Melaksanakan kegiatan pameran
a. Membuat rencana Kacuan, renc rancangan, 0.076 PKM
ranc pameran laporan Madya
b. Melaksanakan tgs Srt tugas, laporan, juknis 0.01 PKM
pramuwicara Pertama
pameran tk nasional
( per hari )
c. Melaksanakan tgs Srt tugas, laporan, juknis 0.03
prmauwicara tk
Internasional ( per
hari)
4. Memberikan pelayanan konseling
Memberikan pelayanan Laporan, dok foto, 0.005 PKM
konseling kpd masy dng naskah rekaman Pertama
dasar pendidikan diatas
SLTA
5. Melakukan Pemantauan dan evaluasi program penyuluhan kesehatan
a. Membuat konsep Laporan, konsep 0.04 PKM
pedoman pedoman Muda
pemantauan
b. Membuat konsep Laporan, konsep 0.6 PKM
pedoman evaluasi pedoman Madya
c. Membuat instrumen Naskah Instrumen 0.114 PKM
pemantauan Muda
d. Mermbuat instrumen Naskah instrumen 0.186 PKM
evaluasi Madya
e. Melaksanakan Laporan kegiatan, 0.09 PKM
pemantauan program instrumen isian Muda
penyuluhan
f. Melaksanakan Laporan kegiatan, 0.0135 PKM
evaluasi program instrumen isian Madya
penyuluhan

3. Penilaian Angka Kredit Unsur Utama : Pengembangan Penyuluhan Kesehatan


Masyarakat

a. Melaksanakan pengembangan pedoman penyuluhan

Butir Kegiatan Bukti Yang Diperlukan / Angka Pelaksana


Butuhkan Kredit
1. Menyusun pedoman/panduan program
a. Menyusun konsep Konsep pedoman 0..2 PKM
panduan/juknis untuk Pertama
1 program
b. Menyusun konsep Konsep pedoman 0.4 PKM panduan/juknis
untuk Pertama program terpadu

2. Membahas pedoman/juknis
a. Membahas sbg Konsep bhn penyajian, 0.02 PKM penyaji
konsep srt tugas Pertama pedoman/juknis untk
1 program
b. Membahas sbg Konsep bhn penyajian, 0.04 PKM penyaji
konsep srt tugas Muda pedoman/juknis untk
program terpd
c. Membahas sbg Makalah pembahasan 0.02 PKM pembahas
konsep Pertama pedoman/juknis untk
1 program
d. Membahas sbg Makalah pembahasan 0.04 PKM pembahas
konsep Muda pedoman/juknis untk
program terpadu
e. Membahas sbg Makalah/srt tugas sbg 0.06 PKM narasumber
konsep NS Madya pedoman/juknis untk
1 program
f. Membahas sbg Makalah/srt tugas sbg 0.06 PKM narasumber
konsep NS Madya pedoman/juknis untk
program terpadu
3. Merumuskan konsep pedoman/ juknis
a. Merumuskan konsep
Konsep pedoman 0.04 PKM
pedoman/ jukni Muda
1 program
Konsep pedoman
b. Merumuskan konsep 0.04 PKM
pedoman/ jukni Muda
program terpadu

b. Merumuskan Sistem Pengembangan Penyuluhan

Butir Kegiatan Bukti Yang Diperlukan / Angka Pelaksana


Butuhkan Kredit
1. Merumuskan kebijakan pengembangan Penyuluhan kesehatan
sudah ada
a. Menyusun kerangka
Kerangka acuan 0.33 PKM
acuan Pertama
b. Menyiapkan Kumpulan bahan 0.342 PKM
bahan/data/ informasi informasi Pertama
Mengolah dan Laporan 0.264 PKM Muda
mengkaji data/
informasi
d. Merumuskan konsep
Konsep kebijakan 0.72 PKM Madya
kebijakan

2. Merumuskan keb
penyuluhan kesehatan
bersifat penyempurnaan
a. Menyusun kerangka
Kerangka acuan 0.264 PKM
acuan Pertama
b. Menyiapkan Kumpulan bahan 0.132 PKM
bahan/data/ informasi informasi Pertama
Mengolah dan Laporan 0.24 PKM Muda
mengkaji data/
informasi
d. Merumuskan konsep
Konsep kebijakan 1.548 PKM Madya
kebijakan

c. Mengembangkan Metode Penyuluhan Kesehatan

Butir Kegiatan Bukti Yang Diperlukan / Angka Pelaksana


Butuhkan Kredit
erumuskan pengembangan metode penyuluhan yang bersifat
penyempurnaan
a. Menyusun kerangka
Kerangka acuan 0.684 PKM
acuan Pertama
b. Menyiapkan danLaporan, berkas bhn 0.037 PKM Muda
mengolah informasi
bahan/data/informasi
Menganalisa data/ Laporan, konsep metode 0.9 PKM
informasi dan yg baru Madya
merumuskan konsep
kebijakan
2. Merumuskan pengembangan metode penyuluhan yang bersifat
pembaharuan
a. Menyusun kerangka Kerangka acuan 0.39 PKM
acuan Pertama
b. Menyiapkan dan Laporan, berkas bhn 0.396 PKM Muda
mengolah bahan/data/ informasi
informasi
c. Menganalisa data/ Laporan, konsep metode yg 0.57 PKM
informasi dan baru Madya
merumuskan konsep
kebijakan

4. Penilaian Angka Kredit Unsur Utama : Pengembangan Profesi a.

Membuat karya tulis/karya ilmiah bidang kesehatan

Butir Kegiatan Bukti Yang Diperlukan / Angka Pelaksana


Butuhkan Kredit
1. Karya ilmiah hasil penelitian bidang kesehatan yang dipublikasikan a. Dlm
bentuk buku yg Buku yg diterbitkan 12.5 Semua diterbitkan
dan jenjang
diedarkan secara
nasional
b. dlm majalah ilmiah yg Fc majalah ilmiah yg 6.0 Semua diakui
instansi memuat karya ilmiah jenjang berwenang

2. Karya tulis berupa tinjauan atau ulasan ilmiah dng gagasan sendiri dlm bidang
kes yang tdk dipublikasikan, tetapi didokumentasi di perpustakaan
instansi ybs dlm bentuk:
a. Buku Buku yg diterbitkan 7.0 Semua jenjang
b. Makalah Makalah 3.5 Semua jenjang

3. Karya tulis berupa tinjauan atau ulasan ilmiah dng gagasan sendiri dlm bidg
penyulh kes yang dipublikasikan dlm bentuk:
a. Buku Buku 8.0 Semua jenjang
b. Makalah Makalah 4.0 Semua jenjang

4. Tulisan populer di bidang penylh kes msy yg disebarluaskan mel media


massa
Tulisan populer di bidang Fc makalah yg 2.0 Semua penylh
kes msy yg dipublikasikan&kliping jenjang disebarluaskan mel
media media massa
massa

5. Menyampaikan prasaran berupa tinjauan gagasan atau ulasan ilmiah di bidang


penylh kes pada pertemuan ilmiah
Menyampaikan prasaran Makalah yg disajikan, srt 2.5 Semua berupa
tinjauan gagasan tugas/ undangan jenjang atau ulasan ilmiah di
bidang
penylh kes pada pertemuan ilmiah
b. Menerjemahkan/menyadur buku dan bahan lainnya di bidang
penyuluhan kesehatan masyarakat

Butir Kegiatan Bukti Yang Diperlukan / Butuhkan


Angka Pelaksa
Kredit
1. Terjemahan/saduran dibidang Penylh Kes yang dipublikasikan dlm bentuk :

a. Buku Buku 7.0 Semua


jenjang
b. Makalah Makalah 3.5 Semua
jenjang

2. Terjemahan/saduran di bidang Penyuluhan Kes. Yg tdk dipublikasikan dlm bentuk :


a. Buku Buku 3.0 Semua
jenjang
b. Makalah Makalah 1.5 Semua
jenjang

Membuat abstrak tulisan yg Makalah 1.5 Semua


dimuat dlm penerbitan jenjang

c. Membuat buku pedoman/petunjuk pelaksanaan/teknis di bidang


penyuluhan kesehatan masyarakat.

Butir Kegiatan Bukti Yang Diperlukan / Butuhkan


Angka Pelaksa
Kredit
1. Membuat buku pedoman/ petunjuk pelaksanaan/ teknis di bidang penylh. Kes masyarak

Membuat buku pedoman/ Naskah pedoman 2.0 Semua


petunjuk pelaksanaan/ teknis jenjang
di bidang penylh. Kes
masyarakat

d. Mengembangkan teknologi tepat guna di bidang penyuluhan


kesehatan masyarakat.

Butir Kegiatan Bukti Yang Diperlukan / Butuhkan Angka Pelaksa


Kredit
1. Mengembangkan teknologi tepatguna di bid penyulh. Kes masyarakat
Mengembangkan teknologi Laporan kegiatan (per 5.0 Semua
tepatguna di bid penyulh. Kes kali keg) jenjang
masyarakat

5. Penilaian Angka Kredit Unsur Penunjang : Kegiatan Penyuluhan Kesehatan


Masyarakat.

a. Mengajar/melatih Dalam Bidang Penyuluhan Kesehatan Masyarakat.

Butir Kegiatan Bukti Yang Diperlukan / Butuhkan Angka Pelaksa


Kredit
1. Mengajar melatih pada pendidikan dan pelatihan pegawai
Mengajar melatih pada Srt tugas/undangan ( per pelatihan 2 0.04 Semua
pendidikan dan jam pelajaran) jenjang
pegawai
b. Mengikuti kegiatan seminar/lokakarya Dakam Bidang Penyuluhan Kesehatan
Masyarakat

Butir Kegiatan Bukti Yang Diperlukan Angka Pelaksa


/ Butuhkan Kredit
1. Mengikuti seminar/lokakarya intenasional/nasional sebagai :
a. Pameran Laporan/srt tugs ( per kali keg) 3.0 Semua
jenjang
b. Pembahas/mdrator/ Laporan/srt tugs (per kali keg) 2.0 Semua
narasumber jenjang
c. Peserta Laporan/srt tugs (per kali keg) 1.0 Semua
jenjang

a. Ketua Srt tgs/SK ( per kali keg) 1.5 Semua


jenjang
b. Anggota Srt tgs/SK (per kali keg) 1.0 Semua
jenjang

c. Menjadi anggota tim penilai JF-PKM

Butir Kegiatan Bukti Yang Diperlukan / Butuhkan Angka Pelaksa


Kredit
1. Menjadi anggota aktif tim penilai Srt tgs/SK ( per th) 0.5

d. Mendapat penghargaan/tanda jasa

Butir Kegiatan Bukti Yang Diperlukan / Butuhkan Angka Pelaksa


Kredit
1. Tanda jasa/penghargaan dari pemerintah atas prestasi kerj a
a. Nasional/Internasional Sertifikt/penghargaan 3.0 Semua
(per tandajasa) jenjang
b. Propinsi Sertifikt/penghargaan 2.5 Semua
(per tandajasa) jenjang
c. Kabupaten/kota Sertifikt/penghargaan 2.0 Semua
(per tandajasa) jenjang

2. Gelar kehormatan Sertifikt/gelar (per gelar) 15 Semua


jenjang

e. Menjadi anggota organisasi profesi

Butir Kegiatan Bukti Yang Diperlukan / Butuhkan Angka Pelaksa


Kredit
1. Menjadi anggota org profesi tkt Nasional/Internasionall.
a. Pengurus aktif SK, Tanda anggota (per tahun) 1.0 Semua
jenjang
b. Anggota aktif Tanda anggota (per 0.75 Semua
tahun) jenjang

a. Pengurus aktif SK, Tanda anggota (per tahun) 0.5 Semua


jenjang
b. Anggota aktif Tanda anggota (per 0.35 Semua
tahun) jenjang
f. Memperoleh gelar kesarjaan lainnya

Butir Kegiatan Bukti Yang Diperlukan / Butuhkan Angka Pelaksan


Kredit
1. memperoleh Ijazah/gelar yg tdk sesuai dlm bidang tugasnya:
a. Sarjana/DIV FC Ijazah dilegalisir 5.0 Semua
jenjang
b. Pasca Sarjana FC Ijazah dilegalisir 10.0 Semua
jenjang
c. Doktor FC Ijazah dilegalisir 15.0 Semua
jenjang

g. Menjadi anggota penilai karya-karya yg berkaitan dng advokasi,


penggalangan dukungan sosial, dan pemberdayaan masyarakat.

Butir Kegiatan Angka Pelaksa


Kredit
1. Menjadi anggota penilai, sebagai :
a. Ketua SK/Srt tgs 1.5 Semua jen

b. Anggota SK/Srt tgs 1.0 Semua


jenjang
Pokok Bahasan 3.
MELAKUKAN PENGAJUAN DUPAK

A. PENGERTIAN
DUPAK adalah Daftar Usulan Penetapan Angka Kredit yang harud diisi oleh
Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat dan diketahui oleh
pejabat pengusul dan tim penilai.

B. LANGKAH-LANGKAH PENGISIAN FORM DUPAK


Langkah – Langkah pengisian formulir DUPAK adalah :
1. Mengisi Data Perorangan
2. Menyiapkan data angka kredit yang berasal Laporan Bulanan dalam suatu
periode tertentu

C. MEKANISME PENGAJUAN DUPAK


Mekanismes pengajuan DUPAK adalah :
1. Penyuluh Kesehatan Masyarakat yang akan dinilai wajib menyampaikan
bukti-bukti yang diperlukan sesuai dengan unsur-unsur kegiatan yang
telah diselesaikan
2. Hasil penilaian tersebut dimasukkan dalam formulir Daftar Usulan Penilaian
Angka Kredit disertai dengan pengisian data perorangan
3. DUPAK yang disertai bukti-bukti, sebelum disampaikan kepada pejabat
pengusul, harus terlebih dahulu kelengkapan dan kebenarannya oleh
atasan langsung dan tim penilai DUPAK.
4. DUPAK yang telah diteliti kebenaran dan kelengkapannya oleh atasan
langsung dan tim penilai DUPAK diajukan kepada pimpinan unit kerja
untuk selanjutnya diusulkan kepada pejabat yang berwenang menetapkan
angka kredit.

D. TIM PENILAI DUPAK


Tim Penilai Angka Kredit yang selanjutnya disebut Tim Penilai Jabatan
Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat adalah tim yang ditetapkan
oleh pejabat yang berwenang menetapkan angka kredit, yang bertugas untuk
memberikan pertimbangan dan menilai prestasi kerja Pejabat Fungsional
Penyuluh Kesehatan Masyarakat

Tim Penilai jabatan fungsional Penyuluh Kesehatan berdasarkan jenjang


jabatan dan tempat kerja adalah :
1. Tim Penilai Jabatan Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat tingkat pusat
bagi Sekretaris Jenderal Kementerian Kesehatan yang selanjutnya
disebut Tim Penilai Pusat;
2. Tim Penilai Jabatan Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Instansi
Pusat bagi Pimpinan Instansi Pusat selain Kementerian Kesehatan yang
ditugaskan mengelola bidang kesehatan yang selanjutnya disebut Tim
Penilai Instansi Pusat selain Kementerian Kesehatan;
3. Tim Penilai Jabatan Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Pusat
Promosi Kesehatan bagi Kepala Pusat yang membidangi promosi
kesehatan dan pemberdayaan masyarakat yang selanjutnya disebut Tim
Penilai Pusat Promosi Kesehatan;
4. Tim Penilai Jabatan Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Provinsi
bagi Kepala Dinas Kesehatan Provinsi/Eselon II yang ditugaskan
mengelola bidang kesehatan yang selanjutnya disebut Tim Penilai Provinsi;
5. Tim Penilai Jabatan Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Kabupaten/
Kota bagi Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang selanjutnya disebut
Tim Penilai Kabupaten/Kota.
6. Tim Penilai Jabatan Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Umum/
Khusus Pusat dan Daerah bagi Direktur Rumah Sakit Umum/Khusus Pusat
dan Daerah yang selanjutnya disebut Tim Penilai Rumah Sakit
Umum/Khusus Pusat dan Daerah.

Tugas pokok Tim Penilai jabatan Penyuluh Kesehatan Masyarakat adalah:


1. Membantu pejabat penetap angka kredit dalam melakukan penilaian angka
kredit Penyuluh Kesehatan Masyarakat
2. Melaksanakan tugas-tugas lain yang berhubungan dengan penetapan
angka kredit yang diberikan oleh pejabat penetap angka kredit

Untuk melaksanakan tugas tersebut, Tim Penilai melakukan kegiatan :


a. Mencermati kelengkapan dokumen/bukti yang dipersyaratkan dari setiap
DUPAK yang diajukan;
b. Melakukan penilaian dan pemberian angka kredit atas setiap prestasi kerja
Penyuluh Kesehatan Masyarakat yang tercantum dalam DUPAK;
c. Menyampaikan hasil penilaian dan pemberian angka kredit sebagaimana
dimaksud dalam butir b kepada pejabat Penetap Angka Kredit;
d. Melaksanakan bimbingan, sosialisasi, supervisi, pemantauan dan evaluasi,
serta tugas-tugas lain yang berhubungan dengan penetapan angka kredit
Penyuluh Kesehatan Masyarakat.

Dalam melaksanakan tugasnya, Tim Penilai bertanggung jawab kepada pejabat


CONTOH KASUS

Contoh kasus (1) :

Sdri. Meylina Puspitasari, SKM, menduduki JF-PKM Ahli Pertama melalui


pengangkatan Pertama TMT 1 Juni 2010, dengan angka kredit: 150. Sdri. Meylina
Puspitasari, SKM dipersiapkan untuk menjadi Tim Pelatih JF-PKM di Pusat
Promkes, oleh karena itu tanggal 8 -18 Juli 2011 mengikuti TOT JF-PKM tingkat
ahli selama 96 jam pelajaran dengan mendapat STTPL. Sdri. Meylina Puspitasari,
SKM, mulai bulan Januari 2012 tugas belajar Pasca Sarjana selama 18 bulan, dan
mendapat Ijazah Gelar M.Kes pada Bulan Agustus 2013. Mulai 1 Oktober 2013
sudah aktif kembali melaksanakan tugas di Pusat Promosi Kesehatan.
Sdri. Meylina Puspitasari, SKM, selama pendidikan S2, aktif mengikuti Seminar
tingkat Nasional pada Bulan April 2013, dan seminar yang diikuti sebanyak 4 kali.
Pertanyaan :
1. Kelengkapan administrasi apa saja diperlukan ?
2. Kegiatan yang mana saja yang dapat dihitung/diberikan angka
kredit?
3. Berapa besar angka kredit yang diperoleh Sdri. Meylina Puspitasari, SKM, dari
contoh kasus diatas?
4. Apakah mengikuti Seminar tingkat Internasional di bulan April 2004 dapat
dihitung angka kreditnya keunsur utama Pendidikan? ( apabila jawabannya YA
: apa alasannya dan Apabila jawabannya TIDAK apa alasannya).

Contoh kasus (2) :

Sdri. Meylina Puspitasari, SKM, menduduki JF-PKM Ahli Pertama melalui


inpassing TMT pengangkatan Pertama TMT 1 Juni 2010, dengan angka kredit :
150. Sdri. Meylina Puspitasari, SKM dipersiapkan untuk menjadi Tim Pelatih JF-
PKM di Pusat Promkes, oleh karena itu tanggal 8 -18 Juli 2012 mengikuti TOT JF-
PKM tingkat ahli selama 96 jam pelajaran dengan mendapat STTPL.
Pertanyaan :
berapa angka kredit diberikan kepada Sdri. Meylina Puspitasari,
SKM?
Contoh kasus (3) :

Sdri. Meylina Puspitasari, SKM, pada bulan Januari 2012 ,(Menyusun rencana 5
tahunan)

a. Membuat kerangka acuan


b. Menganalisan dan mengevaluasi data
c. Melakukan pertemuan lintas program/sektor tkt
Provinsi
d. Melakukan pertemuan lintas program/sektor tkt
Kab/Kota

Pertanyaan:
Berapa angka kredit yang diperoleh Sdri. Meylina Puspitasari, SKM dari setiap butir
kegiatan yang dilakukannya?....., dan bukti apa saja yang
diperlukan/dilampirkan?...

Contoh kasus (4) :

Sekelompok tim advokasi sebanyak 5 orang akan melaksanakan advokasi


program Promosi Kesehatan di 5 Provinsi pilihan. Pedoman yang yang digunakan
adalah Modul teknologi Advokasi Bagi Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli.
Advokasi dilaksanakan pada bulan Agustus dan September 2004, sedang evaluasi
dilaksanakan pada Bulan Desember 2004, sampai dengan penyusunan laporan.
Tim tediri dari : Ketua : Sdr. Yono Mulyana, SH, M.Kes, JF-PKM Ahli Muda, III d;
dan anggota Sdri. Meylina Puspitasari, SKM. Pjb Fungsional PKM Ahli Muda- III d.,
Sdr.drg. Widyawati, M.Kes (JF-PKM Ahli-Muda- IIId), Sdr.Marsuli, S.Sos,MKes
(JF-PKM Ahli-Muda-III d), dan Sdr. Asep (JF-PKM Ahli Muda- IIIc).
Pertanyaan :
Berapa angka kredit yang idberikan kepada masing-masing ketua dan anggota tim
advokasi ?

Contoh kasus (5) :

Pada Bulan Desember 2002, Pusat Promkes bekerja sama dengan Pusdiklat
Kesehatan menyelanggarakan Diklat JF-PKM Ahli dengan jumlah pelajaran 82 jam.
Sdr Bayuseno, SE, menyampaikan Materi Komunikasi Kesehatan selama 4 jam
pelajaran, Perilaku dan perubahannya 4 jam pelajaran. Materi dibuat dalam bentuk
makalah masing-masing 10 lembar, dan menggunakan media OHT (Over Head
Transparances) dan LCD proyektor.
Pertanyaan :
Berapa besar angka kredit yang diberikan kepada Sdrt. Bayuseno
?
VI. Referensi :
1. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan;.
2. Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor: 58/KEP/M.
PAN/8/2000 tentang Jabatan Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat dan
Angka Kreditnya
3. SKB Menkes-Kesos & Ka BKN 1811/SKB/Menkes-Kesos/XII/2000 dan No.
164A/Tahun 2000
4. SK Menkes-Kesos No. 66/Kenkes-Kesos/I/2001.
5. SK Menkes No.131/Menkes/SK/II/2004 Tentang Sistem Kesehatan Nasional.
MATERI PENUNJANG
MEMBANGUN KOMITMEN PEMBELAJARAN
(BUILDING LEARNING COMMITMENT)

I. Deskripsi Singkat
Dalam suatu pelatihan tatap muka, terutama pelatihan dalam kelas (in class
training), dimana bertemu sekelompok orang yang terdiri dari trainer/fasilitator,
panitia dan peserta latih belum saling mengenal sebelumnya, berasal dari tempat
yang berbeda, dengan latar belakang sosial budaya, pendidikan/ pengetahuan,
pengalaman, serta sikap dan perilaku yang berbeda pula. Apabila hal ini tidak
diantisipasi sejak awal pelatihan kemungkinan akan mengganggu kesiapan peserta
dalam memasuki proses pelatihan yang bisa berakibat pada kelancaran proses
pembalajaran selanjutnya.

BLC pada suatu pelatihan sangatlah penting karena BLC adalah proses
mempersiapkan peserta mengikuti proses pembelajaran secara individual,kelompok
maupun menyeluruh dan mengubah diri kearah yang positif, meliputi intelektual
dan emosional.

II. Tujuan Pembelajaran

A. Tujuan pembelajaran umum


Setelah mengikuti sesi ini peserta mampu menyusun suatu komitmen yang
harus disepakati dan dilaksanakan selama proses pelatihan.

B. Tujuan pembelajaran khusus


Setelah mengikuti sesi ini peserta mampu:
1. Mengenal beberapa kriteria yang disepakati antara peserta, fasilitator dan
panitia.
2. Mencapai suasana pencairan diantara peserta, fasilitator dan panitia.
3. Merumuskan harapan harapan dan kekhawatiran terhadap pelatihan
4. Membangun kesepakatan bersama sehingga menjadi norma kelas yang
disepakati bersama.
5. Menetapkan kontrol kolektif terhadap pelaksanaan norma kelas.
III. Pokok Bahasan dan Sub Pokok Bahasan
Dalam modul ini akan dibahas pokok bahasan dan sub pokok bahasan sebagai
berikut:

Pokok Bahasan 1. Perkenalan


Pokok Bahasan 2. Pencairan
Pokok Bahasan 3. Harapan kelas, kekhawatiran mencapai harapan dan
komitmen menjadi norma kelas
Pokok Bahasan 4. Kontrol kolektif.

IV. Langkah-Langkah Kegiatan Pembelajaran


Langkah-langkah kegiatan pembelajaran ini menguraikan tentang kegiatan
fasilitator dan peserta dalam proses pembelajaran selama sesi ini berlangsung
(…. jpl x 45 menit = …… menit), adalah sebagai berikut:

Langkah 1.
Perkenalan (30 menit)

Langkah pembelajaran:
a. Memperkenalkan diri dan menyampaikan tujuan pembelajaran.
b. Mengajak peserta untuk berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran.
c. Memandu peserta untuk proses perkenalan dengan metode :
• Dalam 5 menit pertama setiap peserta diminta berkenalan dengan peserta
lain sebanyak-banyaknya.
• Meminta peserta yang berkenalan dengan jumlah peserta terbanyak, dan
dengan jumlah peserta paling sedikit untuk memperkenalkan teman-
temannya.
• Meminta peserta yang belum disebut namanya untuk memperkenalkan diri,
sehingga seluruh peserta saling berkenalan.

Langkah 2.
Pencairan (30 menit)

Langkah pembelajaran:
a. Fasilitator menyiapkan kursi sejumlah peserta dan disusun
melingkar.
b. Fasilitator meminta semua peserta duduk dikursi dan satu diantaranya duduk
ditengah lingkaran.
c. Peserta yang duduk di tengah lingkaran diminta memberi aba-aba, agar
peserta yang disebut identitasnya pindah duduk, misalnya dengan
menyeru:”Semua peserta berbaju merah pindah” Pada keadaan tersebut akan
terjadi pertukaran tempat duduk dan saling berebut. Hal tersebut
menggambarkan suasana
“storming”, atau seperti “badai” yang merupakan tahap awal dari suatu
pembentukan kelompok.
d. Ulangi lagi, setiap peserta yang duduk di tengah lingkaran untuk menyerukan
identitas yang berbeda, misalnya peserta yang berkaca mata atau yang
berbaju batik dan lain-lain. Lakukan permainan tersebut selama 10 menit.
e. Fasilitator memandu peserta untuk merefleksikan perasaannya dalam
permainan tersebut serta pengalaman belajar apa yang diperolehnya.
f. Fasilitator membuat rangkuman bersama-sama peserta, agar terjadi proses
yang dinamis.

Langkah 3.
Merumuskan harapan terhadap pelatihan dan norma yang disepakati. (60 menit)

Langkah pembelajaran:
a. Fasilitator membagi peserta dalam kelompok kecil @ 5-6 orang, kemudian
menjelaskan penugasan kelompok yaitu :
b. Masing-masing kelompok menentukan harapan terhadap pelatihan ini serta
kekhawatiran dalam mencapai harapan tersebut. Mula-mula secara individu,
kemudian hasil setiap individu dibahas dan dilakukan kesepakatan sehingga
menjadi harapan kelompok.
c. Setiap kelompok diminta untuk mempresentasikan hasil diskusinya. Peserta
lainnya diminta untuk memberikan tanggapan dan masukan.
d. Fasilitator memandu peserta untuk membahas harapan dan kekhawatiran dari
setiap kelompok tersebut sehingga menjadi harapan kelas yang disepakati
bersama.
e. Berdasarkan harapan kelas yang telah disepakati kemudian fasilitator
memandu peserta untuk merumuskan norma kelas yang disepakati
bersama. Peserta difasilitasisedemikian rupa agar semua berperan aktif
dan memberikan komitmennya untuk metaati norma kelas tersebut.

Langkah 4.
Menentukan Kontrol Kolektif (20 menit)

Langkah pembelajaran:
a. Fasilitator memandu brainstorming tentang sanksi apa yang harus
diberlakukan bagi orang yang tidak mematuhi atau melanggar norma yang
telah disepakati. Tuliskan hasil brainstorming dipapan flipchart agar bisa
dibaca oleh semua peserta. Peserta difasilitasi sedemikian rupa sehingga
aktif dalam melakukan brainstorming.
b. Fasilitator memandu membahas hasil brainstorming, sehingga dapat dirumuskan
sanksi yang disepakati kelas.
c. Fasilitator meminta salah seorang peserta untuk menuliskan dengan jelas
rumusan sanksi yang telah disepakati tersebut pada kertas flipchart serta
menempelnya didinding agar bisa dibaca dan dipergunakan sebagaimana
mestinya.

Langkah 5.
Penutupan sesi (10 menit)

Langkah pembelajaran:
a. Fasilitator memandu peserta membuat rangkuman dari semua proses dan hasil
pembelajaran selama sesi ini.
b. Fasilitator memberi ulasan singkat tentang materi yang terkait dengan
BLC.
c. Fasilitator meminta peserta untuk berdiri membentuk lingkaran sambil
berpegangan tangan, dan mengucapkan ikrar bersama untuk mencapai
harapan kelas dan mematuhi norma yang telah disepakati.
d. Mengakhiri sesi dengan tepuk tangan
bersama.
e. Fasilitator mengucapkan salam dan mengajak semua peserta saling
bersalaman.

V. Uraian Materi
Mengelola pelatihan orang dewasa dapat dikatakan gampang-gampang sulit.
Betapa tidak. Orang dewasa secara emperis sudah menguasai konsep atau
pengetahuan dengan caranya sendiri terlepas dari benar dan salah. Bahkan sekalipun
salah biasanya diyakini dengan ngotot bahwa itu yang paling baik dan benar.
Mereka proteck diri dan sulit menerima hal baru dari luar. Oleh karena itu perlu
strategi khusus untuk membuka dan membuat orang dewasa welcome atau care
dengan informasi baru

Pada awal memasuki suatu pelatihan, sering para peserta menunjukkan suasana
kebekuan (freezing), karena berbagai hal dimana salah satunya adalah belum
tentu pelatihan yang diikuti merupakan pilihan pribadinya. Mungkin saja
kehadirannya di pelatihan karena terpaksa, menuruti perintah atasan atau tidak ada
lagi calon lainnya, dan ini sering terjadi pada pelatihan bagi pegawai institusi
pemerintah. Mungkin juga terjadi, pada saat pertama hadir sudah memiliki angapan
merasa sudah tahu semua yang akan dipelajari atau membayangkan kejenuhan
yang akan dihadapi.

Untuk mengantisipasi semua itu, perlu dilakukan suatu proses pencairan


(unfreezing) diantara semua komponen yang terlibat didalam pelatihan tersebut
untuk mencoba menghilangkan hambatan hambatan yang sudah disebutkan diatas
tadi. Sebagai salah satu solusi yang diusulkan untuk mengatasi hal tersebut diatas
adalah membangun komitmen pembelajaran yang biasa disingkat dalam
terminology BLC.
Membangun komitmen Belajar (BLC) adalah salah satu metode atau proses untuk
mencairkan kebekuan tersebut. BLC bukan team building ataupun dinamika
kelompok, akan tetapi merupakan bagian kecil ataupun dapat disebutkan sebagai
entry point dari kedua proses tersebut.

BLC juga mengajak peserta mampu mengemukakan harapan harapan mereka dalam
pelatihan ini, serta merumuskan nilai nilai dan norma yang kemudian disepakati
bersama untuk dipatuhi selama proses pembelajaran. Jadi inti dari BLC juga adalah
terbangunnya komitmen dari semua peserta untuk berperan serta dalam mencapai
harapan dan tujuan pelatihan, serta mentaati norma yang dibangun berdasarkan
pembauran nilai nilai yang dianut dan disepakati.

Proses BLC adalah proses melalui tahapan dari mulai saling mengenal antar
pribadi, mengidentifikasi dan merumuskan harapan dari pelatihan ini, sampai
terbentuknya norma kelas yang disepakati bersama serta kontrol kolektifnya.

Pada proses BLC setiap peserta harus berpartisipasi aktif dan dinamis.
Keberhasilan atau ketidak berhasilan proses BLC akan berpengaruh pada proses
pembelajaran selanjutnya.

Metode yang digunakan games/permainan, diskusi kelompok dan pleno. Dalam


sesi BLC, lebih banyak menggunakan metode games/ permainan, penugasan
individu dan diskusi kelompok. Hanya di akhir sesi ada ulasan singkat tentang
materi yang terkait dengan BLC.

Harapan

Adalah kehendak/ keinginan untuk memperoleh atau mencapai sesuatu. Dalam


pelatihan berarti keinginan untuk memperoleh atau mencapai tujuan yang
dinginkan sebagai hasil proses pembelajaran.

Dalam menentukan harapan harus realistis dan rasional sehingga kemungkinan untuk
mencapainya besar. Harapan jangan terlalu tinggi dan jangan terlalu rendah.

Harapan juga harus menimbulkan tantangan atau dorongan untuk mencapainya,


dan bukan sesuatu yang diucapkan secara asal asalan. Dengan demikian
dinamika pembelajaran akan terus terpelihara sampai akhir proses.
Kekhawatiran

Dalam pelatihan, ada kekhawatiran tidak dapat mencapai tujuan yang dinginkan
sebagai hasil proses pembelajaran.

Komitmen

Adalah keterikatan, keterpanggilan seseorang terhadap apa yang dijanjikan atau


yang menjadi tujuan dirinya atau kelompoknya yang telah disepakati dan
terdorong berupaya sekuat tenaga untuk mengaktualisasinya dengan berbagai
macam cara yang baik, efektif dan efisien.

Komitmen belajar/ pembelajaran, adalah keterpanggilan seseorang/ kelompok/


kelas (peserta pelatihan) untuk berupaya dengan penuh kesungguhan
mengaktualisasikan apa yang menjadi tujuan pelatihan/ pembelajaran. Keadaan ini
sangat menguntungkan dalam mencapai keberhasilan individu/ kelompok/ kelas,
karena dalam diri setiap orang yang memiliki komitmen tersebut akan terjadi niat
baik dan tulus untuk memberikan yang terbaik kepada individu lain, kelompok dan
kelas secara keseluruhan.

Dengan terbangunnya BLC, juga akan mendukung terwujudnya saling percaya, saling
kerja sama, saling membantu, saling memberi dan menerima, sehingga tercipta
suasana/ lingkungan pembelajaran yang kondusif

Norma

Merupakan nilai yang diyakini oleh suatu kelompok atau masyarakat, kemudian
menjadi kebiasaan serta dipatuhi sebagai patokan dalam perilaku kehidupan
sehari hari kelompok/masyarakat tersebut. Norma adalah gagasan, kepercayaan
tentang kegiatan, instruksi, perilaku yang seharusnya dipatuhi oleh suatu kelompok.

Norma dalam suatu pelatihan, adalah gagasan, kepercayaan tentang kegiatan,


instruksi, perilaku yang diterima oleh kelompok pelatihan, untuk dipatuhi oleh
semua anggota kelompok(peserta, pelatih/ fasilitator dan panitia).

Kontrol Kolektif

Merupakan kesepakatan bersama untuk memelihara agar kesepakatan terhadap


norma kelas ditaati.

Biasanya ditentukan dalam bentuk sanksi apa yang harus diberlakukan apabila
norma tidak ditaati atau dilanggar.
VI. Referensi
• Departemen Kesehatan RI, 2006. Modul TOT Pelatihan Pengelola Program
Kesehatan Indera Pendengaran.
• Departemen Kesehatan RI, 2005. Modul TOT Pelatihan Pengelola Program
Kesehatan Indera Penglihatan.
• Pusdiklat Departemen Kesehatan RI, 2001. Membangun Komitmen Belajar.
• Lembar petunjuk penugasan
Lampiran

Lembar Kerja

Penugasan 1.
Menentukan Harapan Pembelajaran dan kekhawatiran untuk mencapai harapan
tersebut, serta norma yang disepakati.

Tahap 1. Menentukan harapan kelompok.


- Peserta dibagi dalam kelompok kecil a 5-7 orang.
- Mula mula peserta bekerja secara individu.
- Secara sendiri sendiri setiap peserta mengidentifikasi apa yang menjadi
harapannya terhadap pelatihan ini.Tuliskan pada kertas catatan masing masing
3 harapan yang menjadi prioritas. Tuliskan juga kekhawatiran untuk
mencapai harapan
- Kemudian diskusikan harapan masing masing peserta dalam kelompok dipandu
oleh ketua kelompok.
- Dengan metode brainstorming setiap peserta menyampaikan pendapatnya
tentang usulan harapan kelompok berdasarkan hasil renungan dan analisis
dari harapan harapan semua anggota kelompok.
- Kelompok diharapkan dapat menentukan harapan kelompok dan
kekhawatiran sebagai hasil kesepakatan bersama.Setiap kelompok
menentukan 3 harapan yang menjadi prioritas kelompok.
- Tuliskan harapan kelompok dan kekhawatiran pada kertas flipchart.

Tahap 2. Menentukan harapan kelas.


- Setiap kelompok mempresentasikan harapan dan kekhawatiran kelompoknya .
- Fasilitator memandu brainstorming untuk menentukan harapan kelas
berdasarkan hasil analisis dari semua harapan kelompok dan kekhawatirannya
- Buat kesepakatan kelas untuk menentukan 5 harapan yang menjadi prioritas
kelas serta kekhawatiran mencapai harapan
- Tuliskan hasilnya pada kertas flipchart.
Harapan Kekhawatiran Harapan Kekhawatiran
individu kelompok

Harapan kelompok Harapan kelas

Tahap 3, Menentukan norma


kelas
Dalam menentukan norma kelas, peserta difasilitasi untuk melakukan
brainstorming. Fasilitasi dapat dilakukan oleh fasilitator atau dipilih salah seorang
dari peserta untuk memandu kelas.
- Setiap peserta diminta mengemukakan pendapatnya tentang norma kelas
berdasarkan harapan kelas yang sudah disepakati (norma untuk mencapai
harapan kelas)
- Tuliskan pendapat peserta pada kertas flipchart agar terbaca oleh semua
orang.
Dapat juga dengan mengetik di komputer dan ditayangkan.
- Pendapat peserta tidak boleh dikomentari
dahulu.
- Setelah semua pendapat peserta tertulis, kemudian dikompilasi/dipilah , yaitu
pendapat yang serupa digabung jadi satu.
- Hasil penggabungan kemudian dibahas, sehingga menjadi beberapa butir norma.
- Buatlah kesepakatan bersama dan menjadikannya sebagai norma kelas yang
harus ditaati.
- Tuliskan norma kelas yang sudah disepakati pada kertas flipchart dan
tempelkan di dinding agar dapat dibaca semua orang.
Norma Kelas yang disepakati
Norma yang disepakati

Norma yang disepakati




Lembar Penugasan 2. Menentukan Kontrol Kolektif


• Peserta kembali ke dalam kelompok kecil
• Norma yang di sepakati dibahas untuk ditentukan apa kontrol kolektif apabila
ada yang tidak mentaati norma kelas
• Hasil kelompok kemudian di presentasikan
• Fasilitator memandu peserta untuk menentukan control kolektif yang disepakati
bersama (kelas). Tuliskan hasil kesepakatan kontrol kolektif pada kertas
flipchart.

Norma Kontrol Kolektif

• •
• •
• •
• •
MATERI PENUNJANG
RENCANA TINDAK LANJUT

I. Deskripsi Singkat
Secara makro bahwa proses pembelajaran dikelas adalah langkah awal dalam
memperoleh kompetensi pengetahuan, sikap & perilaku dan psikomotor terkait dengan
substansi materi diklat, kemudian langkah berikutnya upaya menerapkan kompetensi
tersebut ditempat kerja peserta latih. Seluruh kompetensi yang diperoleh dalam
dalam kelas, akan mubazir jika tidak diimplementasikan di tempat kerja. Segera
setelah peserta latih tiba di instansi asal, mereka dibebani tugas dan
tanggungjawab yang tertunda selama meninggalkan pelatihan, lalu kemudian,
mereka sibuk mengerjakan tugas tersebut. Sementara berkas – berkas pelatihan
mungkin saja terabaikan dan bisa jadi terlupakan.

Untuk mengantisipasi kemunginan terjadinya masalah tersebut, rencana tindak


lanjut (RTL) perlu disiapkan sebagai salah satu materi pelatihan penunjang
sehingga mempunyai dampak positif bagi peningkatan metode kerja dan ethos
kerja mantan peserta latih untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsi.
Selanjutnya dampak ini diharapkan dapat meningkatkan derajat kesehatan ditanah
air kita.

Rencana Tindak Lanjut berupa rumusan (item – item) rencana kegiatan terkait
pelatihan harus dirancang diakhir pembelajaran, sehingga peserta latih masih
menyadari masih ada tugas tambahan yang harus dikerjakan setelah bertugas
kembali ditempat kerjanya.

Rencana kegiatan paska pelatihan harus dirumuskan secara seksana, dengan


mempertimbangkan kesiapan sarana prasarana, sdm dan biaya ditempat tugas serta
metode pendekatan yang perlu ditempuh agar rumusan Rencana Tindak Lanjut dapat
direalisir sebagamana mestinya .

Masing-masing jenis kegitan dalam Rencana Tindak Lanjut dijabarkan kedalam


variable tujuan, sasaran, cara melaksanakan, tempat dan waktu, pelaksana, sumber
biaya dan indokator keberhasilan sehingga terlihat suatu perencanaan yang
selektif, perioritas dan realistis
II. Tujuan Pembelajaran
A. Tujuan pembelajaran umum
Setelah mengikuti sesi ini, peserta latih mampu merumuskan rencana kegiatan
pelatihan paska pelatihan.

B. Tujuan pembelajaran khusus


Setelah mengikuti sesi ini peserta mampu :
1. Menjelaskan pengertian Rencana Tindak Lanjut,
2. Menjelaskan ciri-ciri Rencana Tindak Lanjut
3. Menjelaskan tujuan penyusunan Rencana Tindak Lanjut
4. Menjelaskan ruang lingkup Rencana Tindak Lanjut
5. Menyusun Rencana Tindak Lanjut paska pelatihan.

III. Pokok Bahasan dan Sub Pokok Bahasan


Dalam modul ini akan dibahas pokok bahasan
berikut: Pokok bahasan 1. Pengertian Rencana
Tindak Lanjut Pokok bahasan 2. Ciri-ciri Rencana
Tindak Lanjut
Pokok bahasan 3. Tujuan penyusunan Rencana Tindak
Lanjut Pokok bahasan 4. Ruang lingkup Rencana Tindak
Lanjut Pokok bahasan 5. Cara penyusunan Rencana Tindak
Lanjut

IV. Langkah-Langkah Kegiatan Pembelajaran


Langkah-langkah kegiatan pembelajaran ini menguraikan tentang kegiatan
fasilitator dan peserta dalam proses pembelajaran selama sesi ini berlangsung
(2Jpl: 2 x 45 menit = 90 menit), adalah sebagai berikut:

Langkah 1

Langkah pembelajaran:
a. Kegiatan fasilitator
1) Kegiatan bina situasi kelas
- Memperkenalkan diri
- Menyampaikan ruang lingkup bahasan
2) Menanyakan dan menggali pendapat peserta latih tentang pengertian mereka
tentang Rencana Tindak Lanjut

b. Kegiatan peserta
1) Mempersiapkan diri dan alat tulis menulis yang diperlukan
2) Memberikan jawaban atas pertanyaan yang diajukan fasilitator
3) Mendengar dan mencatat hal-hal yang dianggap penting
Langkah 2

Langkah pembelajaran:
a. Kegiatan fasilitator
1) Penyampaian materi sub pokok bahasan – 1, tentang pengertian Rencana
Tindak Lanjut secara umum, dan menjelaskan rencana – rencana kegiatan
paska pelatihan.
2) Memberikan kesempatan kepada peserta untuk menanyakan hal-hal yang
kurang jelas
3) Menjawab pertanyaan yang diajukan peserta

b. Kegiatan peserta
1) Mengajukan pertanyaan yang diminta fasilitator sesuai dengan kesempatan
yang diberikan.
2) Memberikan jawaban atas pertanyaan yang diajukan fasilitator
3) Mendengar, mencatat dan menyimpulkan hal-hal yang penting.

Langkah 3

Langkah pembelajaran:
a. Kegiatan Fasilitator
1) Menjelaskan materi sub pokok bahasan–2, tentang “tujuan penyusunan
Rencana Tindak Lanjut “
2) Memberikan kesempatan kepada peserta untuk menanyakan hal-hal yang
kurang jelas

b. Kegiatan peserta
1) Mengajukan pertanyaan yang diminta fasilitator sesuai dengan
kesempatan yang diberikan
2) Mendengar, mencatat dan menyimpulkan hal-hal yang penting

Langkah 4

Langkah pembelajaran:
a. Kegiatan Fasilitor.
1) Menjelaskan materi sub pokok bahasan–3, tentang “ Ciri-ciri yang harus
dimiliki Rencana Tindak Lanjut “
2) Memberikan kesempatan kepada peserta untuk menanyakan hal-hal yang
kurang jelas.
b. Kegiatan peserta.
1) Mengajukan pertanyaan yang diminta fasilitator sesuai dengan
kesempatan yang diberikan
2) Mendengar, mencatat dan bertanya tentang hal-hal yang kurang jelas

Langkah 5

Langkah pembelajaran:
a. Kegiatan Fasilitator
1) Menjelaskan materi sub pokok bahasan–4, tentang “ Ruang lingkup Rencana
Tindak Lanjut “
2) Memberikan kesempatan kepada peserta untuk menanyakan hal-hal yang
kurang jelas.

b. Kegiatan peserta
1) Mengajukan pertanyaan sesuai dengan kesempatan yang diberikan
2) Mendengar, mencatat dan bertanya tentang hal-hal yang kurang jelas

Langkah 6

Langkah pembelajaran:
a. Kegiatan Fasilitator
1) Menjelaskan materi sub pokok bahasan–5, tentang “ Cara penyusunan
Rencana Tindak Lanjut “, dan menjelaskan perbedaan rumusan Rencana
Tindak Lanjut kelompok di kelas dengan Rencana Tindak Lanjut resmi
paska pelatihan.
2) Meminta kelas untuk membentuk kelompok, jumlah kelompok sesuai
dengan asal jumlah propinsi atau instansi sejenis, serta memilih ketua,
sekretaris dan penyaji.
3) Meminta masing-masing kelompok merumuskan Rencana Tindak Lanjut
yang mengacu pada variable Rencana Tindak Lanjut yang diberikan serta
menuliskan hasil-hasil diskusi kelompoknya kedalam flipchart atau dengan
laptop
4) Memberikan bimbingan tentang jalannya proses diskusi

b. Kegiatan peserta.
1) Membentuk kelompok diskusi, memilih ketua, sekretaris dan penyaji serta
melakukan diskusi sesuai dengan bimbingan fasilitator.
2) Mendengar, mencatat dan bertanya tentang hal-hal yang kurang jelas
3) Menyusun hasil-hasil diskusi ke dalam flipchart atau laptop.
4) Mencatat dan menyimpulkan hal-hal yang penting.
Langkah 7
Penutup

Langkah pembelajaran:
a. Kegiatan nara sumber
1) Menutup acara pemberian sesi dengan ucapan penghargaan atas waktu
dan perhatian yang telah diberikan selama sesi penyampaian materi
berlangsung,
2) Mengucapkan permohonan maaf jika terdapat sesuatu yang tidak
berkenan selama proses pembelajaran.
3) Mengucapkan salam penutup sesi

b. Kegiatan peserta.
1) Memberi sahutan atas ucapan salam fasilitator
2) Memberikan komentar tertulis tentang jalannya penyampaian materi oleh
narasumber dalam selembar kertas

V. Uraian Materi
Rencana tindak lanjut (RTL) menjadi materi penunjang dalam suatu pelatihan, dan
disampaikan diakhir sesi pembelajaran. Materi ini sangat penting, untuk merefleksikan
kembali kompetensi diklat yang diperoleh dikelas ditempat kerja. Pada saat
dikelas (sesi terakhir), Rencana Tindak Lanjut dipersiapkan dalam bentuk rumusan
format standar, lalu setelah tiba ditempat tugas. Rencana Tindak Lanjut disusun
sendiri oleh mantan peserta latih sebagai dokumen resmi yang akan dilaporkan
kepada atasan mantan peserta latih.

Pokok bahasan 1.
PENGERTIAN RENCANA TINDAK LANJUT

Pada Diklat Indonesian Australian - Specialist Training Project, 2010 ( IA-STP)


istilah rencana tindak lanjut disebut rencana aksi, yakni suatu rencana mantan
peserta latih ditempat tugas tentang kegiatan apa saja yang akan dilakukan dalam
hubungannya penerapan kompetensi yang diperoleh dari pelatihan. Kompetensi
pelatihan berupa kemampuan bidang pengetahuan. sikap dan perilaku serta
psikomotor sangat diharapkan dapat diimplementasikan ditempat kerja sehingga
memberi manfaat bagi instansi peserta latih. Rencana kegiatan Rencana Tindak
Lanjut dapat mencakup antara lain :
a. Sosialisasi terhadap teman sekerja, atasan dan atau instansi mantan peserta
latih untuk menjadi pemahaman dan pertimbangan dalam merencanakan
penerapan kompetensi materi pelatihan ditempat kerjanya.
b. Penerapan kompetensi materi pelatihan berupa pengetahuan, sikap dan
perilaku serta psikomotor pada metode atau prosedur kerja terkait tugas pokok
dan fungsi mantan peserta latih,
c. Perencanaan pengadaan sarana penunjang yang dibutuhkan dalam
merealisasikan penerapan kompetensi pelatihan baik berupa ruangan kerja,
perangkat keras seperti komputer dan laptop maupun perangkat lunak
pendukungnya serta instrumen lain yang diperlukan.
d. Perencanaan pelatihan sejenis untuk menambah tenaga dengan kompetensi
sejenis sehingga jumlah penyandang kompetensi lebih banyak dalam
melaksanakan tugas pokok dan fungsi di instansi mantan peserta latih.

Perumusan Rencana Tindak Lanjut pada saat Pelatihan.


Perumusan Rencana Tindak Lanjut pada saat pelatihan (sesi terakhir, di kelas)
adalah perumusan Rencana Tindak Lanjut menurut format standar yang dilakukan
dengan cara diskusi kelompok diantara peserta latih (kelompok dibagi menurut
instansi sejenis atau perpropinsi). Melalui diskusi kelompok, rumusan rencana
kegiatan yang dihasilkan akan lebih banyak, akan tetapi perlu diketahui bahwa
seluruh rencana kegiatan tersebut cocok atau dapat diterapkan secara
individual, karena kreasi kegiatan yang muncul dalam diskusi dilatar belakangi
kondisi dan situasi yang berbeda, seperti komitmen pimpinan instansi serta
kesiapan daya dukung tenaga dan sarana & prasarana yang tersedia.

Rumusan Rencana Tindak Lanjut pada saat pelatihan hendaknya dituangkan


dalam tabel yang memuat variabel ; Jenis kegiatan, tujuan kegiatan, sasaran
kegiatan, metode/cara pelaksanaan kegiatan, tim pelaksana, tempat dan waktu
pelaksanaan serta rincian alokasi biaya.

Perumusan Rencana Tindak Lanjut resmi paska pelatihan


Perumusan Rencana Tindak Lanjut resmi paska pelatihan dikerjakan secara
individual oleh setiap mantan peserta latih. Rumusan rencana kegiatan diperoleh
dengan cara menseleksi hasil rumusan Rencana Tindak Lanjut perkelompok
pada saat masih dikelas. Seleksi atas hasil rumusan Rencana Tindak Lanjut
perkelompok tersebut dilakukan dengan mempertimbangkan kondisi dan situasi
yang ada pada instansi mantan peserta latih, sebagai berikut :
a. Penerapan kompetensi dapat menanggulangi / meminimalisir masalah-masalah
prioritas organisasi tempat tugas mantan peserta latih sehingga menimbulkan
komitmen yang tinggi dari pimpinan.
b. Pelaksanaan pelatihan sejenis untuk menambah tenaga dengan kompetensi
sejenis di instansi mantan peserta latih, memiliki daya ungkit yang tinggi untuk
mempercepat menanggulangi masalah prioritas
c. Tersedianya sumberdaya kesehatan pada instansi mantan peserta latih seperti
kesiapan tenaga pelaksana kegiatan serta sarana dan prasarana penunjang,

Rumusan Rencana Tindak Lanjut resmi paska pelatihan disusun dengan


mengacu pada dokumen resmi sesuai dengan outline, yang terdiri dari ; Latar
belakang, tujuan kegiatan, sasaran, metodologi / cara pelaksanaan kegiatan, tim
pelaksana, waktu dan tempat serta biaya. Selanjutnya “ rumusan Rencana
Tindak Lanjut pada saat pelatihan “ disertakan sebagai lampiran. Hal penting lain
tentang tentang latarbelakang tersebut adalah dikemukakannya peraturan per
undang undangan sebagai landasan pelaksanaan kegiatan khususnya dalam
peningkatan kompetensi tenaga kesehatan untuk melaksanakan tupoksi serta
uraian tentang kontribusi peran kompetensi yang diperoleh dari pelatihan
menanggulangi / meminimalisir masalah-masalah prioritas organisasi tempat tugas
mantan peserta.

Dengan demikian rumusan Rencana Tindak Lanjut resmi paska pelatihan ini
dianggap sebagai laporan resmi dalam mengikuti pelatihan, diajukan sebagai
pertanggungjawaban kepada atasan serta sebagai suatu dokumen resmi tentang
rencana kegiatan yang akan dilakukan setelah diklat ditempat asal instansi
peserta latih, atau rumusan Rencana Tindak Lanjut ini dapat dimanfaatkan
sebagai bagian dari bahan pertimbangan dalam penyusunan rencana umum asal
instansi peserta latih yang dibuat tiap awal tahun anggaran

Pokok Bahasan 2.
CIRI – CIRI RENCANA TINDAK LANJUT

Dalam merumuskan rencana kegiatan dalam suatu Rencana Tindak Lanjut,


hendaknya kegiatan-kegiatan tersebut dirancang sedemikian rupa sehingga
memenuhi keritaria sebagai berikut :
a. Sederhana dan spesifik :
Sederhana artinya setiap rencana kegiatan yang dicantumkan dalam
Rencana Tindak Lanjut hendaknya mudah dilaksanakan, yakni metodenya
sederhana, dibuat mudah dilakukan dan tidak mewah (biaya pengadaan atau
pelaksanaan kegitannya tidak mahal) sehingga penerapannya tidak
menimbulkan kesulitan bagi pelaksana atau tidak menimbulkan kecemburuan
dari lingkungan sendiri atau masyarakat.

Spesifik artinya rencana kegiatannya tidak mengambang, tapi bersifat khusus.


Kegiatan spesifik merupakan bagian dari rangkaian kegiatan pokok, misalnya
pada diagnosis penyakit sebagai kegiatan pokoknya, maka kegiatan
spesifiknya kegiatan seperti; anamnese, pemeriksaan klinis, konfirmasi
laboratorium dan lain- lain.
b. Measurable
Measurable artinya rencana kegiatan dapat diukur dan mempunyai satuan
ukuran seperti satuan jumlah, satuan waktu serta memiliki indikator proses
seperti trend yang menurun / meningkat yang dinyatakan dalam bentuk %, rate
& ratio.

Misalnya sosialisasi kegiatan akupresur ditempat kerja dilakukan terhadap


seluruh atau 5 orang perawat puskesmas.

c. Achievable.
Kegiatan memiliki ciri achievable, jika kegiatan tersebut dilaksanakan, maka tujuan
kegiatan akan dapat dicapai. Misalnya sosialisasi kegiatan akupresur ditempat
kerja bertujuan agar setiap perawat juga memiliki kompetensi yang sejenis
yaitu terampil melaksanakan akupresur terhadap pasien apabila mantan
peserta latih tidak berada ditempat. Dengan demikian tujuan menggantikan
peran mantan peserta latih dapat dicapai sekalipun yang bersanhkutan
berhalangan.

d. Relevant
Relevant artinya rencana kegiatan berhubungan langsung dengan kompetensi
pelatihan serta tugas pokok dan fungsi mantan peserta latih ditempat kerja.

Sosialisasi kegiatan akupresur ditempat kerja adalah kompetensi diklat


mantan peserta latih yang diharapkan diterapkan ditempat kerja dalam
kaitannya dengan pelaksanaan tugas pokok dan fungsi.

e. Timely
Timely artinya setiap rencana kegiatan yang dicantumkan dalam Rencana
Tindak Lanjut tepat waktunya dilakukan dan dapat dilaksanakan dalam
kurun waktu tertentu.

Penerapan kegiatan akupresure ditempat kerja merupakan program


Yankestrad sebagaimana yang tertera dalam Renstra Kementerian
Kesehatan RI 2010 –
2014.

Pokok Bahasan 3.
Tujuan RENCANA TINDAK LANJUT

Tujuan akhir dari Rencana Tindak Lanjut adalah peningkatan kinerja khususnya
peningkatan kualitas tenaga kesehatan dalam melakukan tugas pokok dan
fungsinya. Peningkatan kinerja dapat dicapai dengan penerapan kompetensi
sebagai suatu standar proses. Selanjutnya pelaksanaan tugas pokok dan
fungsi berdasarkan standar proses yang meningkatkan mutu dan cakupan
pelayanan kesehatan dan
derajat kesehatan masyarakat. Selaras dengan tujuan akhir tersebut, secara
spesifik tujuan Rencana Tindak Lanjut adalah sebagai berikut :
a. Teridentifikasinya rencana kegiatan tentang penerapan kompetensi diklat yang
diperoleh dari pelatihan di instansi asal peserta latih
b. Diketahuinya metode / cara pelaksanaan rencana kegiatan tentang penerapan
kompetensi diklat yang diperoleh dari pelatihan di instansi asal peserta latih

Kemudian dapat ditambahkan bahwa rencana kegitan yang tercantum Rencana


Tindak Lanjut merupakan indikator penilaian pada waktu melakukan evaluasi
paska pelatihan (EPP).

Pokok Bahasan 4.
RUANG LINGKUP RENCANA TINDAK LANJUT

Ruang lingkup Rencana Tindak lanjut (RTL) sebaiknya minimal mencakup


:
a. Menetapkan kegiatan apa saja yang akan
dilakukan
b. Menetapkan tujuan setiap kegiatan yang ingin
dicapai c. Menetapkan sasaran dari setiap kegiatan
d. Menetapkan metode yang akan digunakan pada setiap
kegiatan e. Menetapkan waktu dan tempat penyelenggaraan
kegiatan
f. Menetapkan siapa pelaksana atau penanggung jawab dari setiap
kegiatan g. Menetapkan besar biaya dan sumbernya.

Pokok bahasan 5.
CARA PENYUSUNAN RENCANA TINDAK LANJUT

Sebagaimana telah dikemukakan dalam pokok bahasan “ pengertian Rencana Tindak


Lanjut “ yakni terdapat 2 jenis Rencana Tindak Lanjut, pertama Rencana Tindak
Lanjut pada saat Pelatihan dan yang kedua Rencana Tindak Lanjut resmi paska
pelatihan.

Perumusan Rencana Tindak Lanjut pada saat Pelatihan.

Perumusan Rencana Tindak Lanjut pada saat pelatihan dilakukan pada sesi
terakhir didalam kelas ) dengan dipandu oleh fasilitator. Rencana Tindak Lanjut
dirumuskan dengan cara berdiskusi ( kelompok dibagi menurut instansi sejenis atau
perpropinsi ). Rencana Tindak Lanjut dirumuskan menurut format standar sebagai
berikut :
Jenis Tujuan Sasaran Cara Tim
No Tempat Waktu Bia
kegiatan kegiatan kegiatan pelaksanaan Pelaksana
1
2
3
4

a. Cara penentuan jenis rencana kegiatan,


Dalam menentukan rencana kegiatan, dilakukan langkah-langkah sebagai
berikut :
1) Identifikasi masalah ditempat kantor anda, yang dengan melihat
kesenjangan antara capaian dengan target / tujuan yang telah
ditetapkan, yaitu dengan melihat laporan tahunan atau profil
kesehatan.

2) Tetapkan masalah prioritas. Jika masalah prioritas dalam tidak


dicantumkan laporan atau profil tersebut, maka tetapkan masalah
prioritas (masalah urgen, serius, dan perkembangannya memburuk),
dengan cara memberi nilai / bobot pada setiap masalah yang
diidentifikasi, kemudian tentukan pada score paling tinggi ( inilah
masalah prioritas )

3) Tentukan penyebab masalah prioritas yang dikarenakan kealpaan


kompetensi SDM dalam pelaksanaan tugas pokok dan fungsi mantan
peserta latih.

4) Pilih rencana kegiatan yang dapat ditanggulangi atau diminimalisir


dengan penerapan kompetensi diklat mantan peserta latih

5) Rancang tahapan rencana kegiatan penerapan kompetensi yang


dibutuhkan untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai. Sebagai
contoh untuk penerapan kompertensi baru disuatu instansi baru,
tahapan kegiatannya antara lain :
- Sosialisasi kompetensi / keterampilan baru kepada atasan, teman
sekerja dan pimpinan intansi
- Pengadaan sarana dan prasarana fisik penunjang rencana
kegiatan seperti ruangan khusus, perangkat keras ( komputer dan
asesorisnya
) serta perangkat lunak yang diperlukan
- Pelaksanaan pelatihan sejenis atau pelatihan teknis terkait
transfer of competency
- Evaluasi penerapan kompetensi mantan peserta latih
6) Usulkan rencana kegiatan terpilih dalam diskusi kelompok/rumusan
rencana kegiatan yang dihasilkan akan banyak dalam suatu diskusi
kelompok, karena kreasi kegiatan yang muncul dalam diskusi dilatar
belakangi kondisi dan situasi yang berbeda, seperti komitmen
pimpinan instansi serta kesiapan daya dukung tenaga dan sarana dan
prasarana yang tersedia.

b. Cara penetapan tujuan kegiatan,


Tujuan yang baik adalah tujuan yang dapat dicapai dan dalam waktu
tertentu. Kondisi atau keadaan yang ingin dicapai dari setiap kegiatan yang
direncanakan dikaitkan dengan harapan setelah kegiatan tersebut
dilaksanakan. Biasanya keinginan yang ingin dicapai dalam suatu kegiatan
cukup dinyatakan dalam capaian indikator proses. Misalnya tujuan
pelaksanaan pelatihan sejenis (kompetensi mantan peserta latih ), bertujuan
seluruh agar perawat puskesmas terampil melaksanakan pijat akupresur.

c. Cara penetapan sasaran kegiatan,


Sasaran kegiatan adalah seseorang atau kelompok tertentu yang menjadi
objek kegiatan yang direncanakan dan dinyatakan dalam satuan jumlah
orang

d. Cara penetapan metode/cara pelaksanaan kegiatan,


Metode/cara pelaksanaan kegiatan adalah bagaimana kegiatan tersebut
dilaksanakan. Misalnya ; Jika jenis kegiatan sosialisasi, maka cara
pelaksanaannya dengan pertemuan / tatap muka. Pada kegiatan
pengadaan sarana dan prasarana, maka cara pelaksanaannya dengan
penunjukan langsung atau pelelangan barang / jasa oleh panita dan
seterusnya.

e. Cara penetapan tim pelaksana,


Penetapan tim pelaksana dengan dilakukan menginventarisir kalangan
struktural dan staf terkait jenis kegiatan yang direncanakan.
Keikutsertaan dalam tim pelaksana ini sangat sensitive kerana
berhubungan dengan kesejahteraan dan keadilan, Dengan demikian
pemilihan tim pelaksana sebaiknya dikonsultasikan dengan atasan dan
pimpinan institusi. Hal penting yang perlu diperhatikan mengajukan
timpelaksana ini adalah kemampuan, dedikasi dan kerjasama

f. Cara penetapan tempat


Prinsif efektifitas dalam arti tempat yang dipilih memiliki daya dukung yang
optimal dalam penyelenggaraan kegiatan, serta efisien dan hemat sesuai
dengan alokasi biaya agar tidak menimbulkan keresahan.
g. Cara penetapan waktu pelaksanaan
Tetapkan waktu yang memastikan bahwa seluruh pejabat dan staf yang
terlibat, hadir dan berkontribusi maksimal dalam penyelenggaraan
kegiatan. Untuk itu perlu penjajakan dan konfirmasi sebelumnya.
Penetapan waktu yang baik adalah dengan dilengkapi dengan tanggal
pelaksanaan yang fit, dan diinformasikan selumnya, sehingga memastikan
tim pelaksana dapat bertugas sebagaimana mestinya.

h. Cara perkiraan alokasi biaya


Rancangan biaya harus logis dan realitis, sesuai item-item kegiatan yang
dibutuhkan. pos–pos pengeluaran mengacu pada daftar harga yang
ditetapkan fihak yang berwenang.

Rumusan kegiatan ad.a. sampai dengan ad.h diusulkan dalam diskusi


kelompok, untuk dimasukkan dalam format standar. Rencana Tindak
Lanjut bentuk format standar ini dapat digunakan sebagai pertimbangan
dalam menyusun Rencana Tindak Lanjut resmi pasca pelatihan secara
individual.

Perumusan Rencana Tindak Lanjut resmi paska pelatihan

Sebagai kelanjutan perumusan Rencana Tindak Lanjut kelompok, maka


disusun Rencana Tindak Lanjut resmi paska pelatihan dikerjakan secara
individual oleh setiap mantan.

Cara perumusan Rencana Tindak Lanjut ini sama dengan perumusan


Rencana Tindak Lanjut kelompok, akan tetapi cara penyusunan dalam bentuk
narasi (variabelnya diurut dari atas ke bawah / tidak lagi berbentuk tabel ).
Selanjutnya dibutuhkan pertimbangan-pertimbangan lain sesuai dengan
kondisi dan situasi instansi tempat kerja sebagai berikut :
a. Konfirmasikan hasil identifikasi masalah, penetapan masalah
prioritas, penyebab masalah sampai dengan penetapan usulan
rencana telah anda lakukan dengan atasan anda (lihat perumusan
Rencana Tindak Lanjut dikelas )
b. Catat saran atasan dan teman-teman sekerja serta masukan
Rencana
Tindak Lanjut resmi paska pelatihan
c. Susun Rencana Tindak Lanjut Resmi Paska Pelatihan, dengan
sistematika sebagai berikut
1) Cover, Daftar Isi
2) Latar belakang,
(Kemukakan peraturan per undang-undangan yang melandasi
pelaksanaan rencana kegiatan yang anda usulkan, kemudian
uraikan
masalah prioritas terkait dengan pelaksanaan tupoksi anda, serta
peran kompetensi anda untuk menanggulangi dan meminimalisir
masalah priritas tersebut)
3) Tujuan kegiatan,
4) Sasaran,
5) Metodologi/cara pelaksanaan kegiatan,
6) Tim pelaksana,
7) Waktu
8) Tempat serta biaya.
9) Lampiran
(lampirkan instrumen pendukung materi)
d. Laporkan kepada atasan sebagai pertanggungan jawab pelaksanaan
tugas mengikuti pelatihan

VI. Referensi
1. BPP-SDM Kesehatan ; Rencana Tindak Lanjut ; Modul TOT NAPZA, Pusdiklat
SDM Kesehatan ; Jakarta ; 2009
2. Ditjen PP & PL, Depkes RI ; Rencana Tindak Lanjut, Kurmod Surveilance ; Subdit
Surveilans ; Jakarta ; 2008
3. ---------------------------------- ; Modul – 1, Perencanaan Pengendalian Penyakit
Kanker ; Direktorat PTM ; Jakarta ; 2007
4. Departemen Kesehatan RI ; Pedoman Penyusunan Kurikulum Modul Pelatihan
Berorientasi Pembelajaran ; Pusdiklatkes- BPP-SDM ; Jakarta; 2004
5. Indonesian-Australian Spesialist Project ( IA-STP) ; Metode Pelatihan Bagi Tenaga
Pelatih, Rencana Aksi ; Jakarta ; 2010
LAMPIRAN – LAMPIRAN

1. Bahan belajar dalam bentuk power point


2. Instrumen perumusan Rencana Tindak Lanjut pada saat Pelatihan.
3. Sistematika penyunan Rencana Tindak Lanjut resmi paska pelatihan
TIM PENYUSUN

PENGARAH
dr. Lily S Sulistyowati, MM

PENANGGUNGJAWAB
Dr. Ir. Bambang Setiaji, SKM, M.Kes

TIM PENYUSUN DAN KONTRIBUTOR


Dr. Ir. Bambang Setiaji, SKM, M.Kes; Dr. Drs. Nana Mulyana, M.Kes; drg. Rarit Gempari,
MARS Dra. Herawati, MA; Dra. Enny Wahyu Lestari, M.Sc ; Tati Nuryati, SKM, M.Kes
Haslinda Daulay, SE, MSi; Zuraidah Thoha, SKM, MPH; Irmawati Pasaribu, SE, M.Si
drg. Ramadanura, MPHM; Intan Endang Sonatha, SKM, MKM; drg. Widyawati Garini,
M.Kes drg. Ery Heryati Zulkifli, M.Kes; Yono Mulyana, SH, M.Kes; Bayu Aji, SE, MSc.PH
Adhi Dharmawan Tato, SKM, MPH; Abdullah Hakiki; drg. Roswita Hudaybiah Siregar
Cahyaningrum Kusumastuti Handayani, SKM; Meylina Puspitasari, SKM
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

478 KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

Anda mungkin juga menyukai