Anda di halaman 1dari 490

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama

Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

KATA PENGANTAR

Tujuan pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan


dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan
yang setinggi-tingginya dapat terwujud. Untuk mencapai tujuan pembangunan tersebut
diperlukan sumber daya manusia yang profesional terutama di bidang penyuluhan
kesehatan masyarakat, yaitu Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat.

Jabatan Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat (PKM) ditetapkan melalui SK


Menpan No. 58 tahun 2000. Dalam Surat Keputusan tersebut dipersyaratkan tentang
kriteria pengangkatan jabatan fungsional PKM, diantaranya harus mengikuti pelatihan
pengangkatan pertama.

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama Jabatan Fungsional PKM Ahli dan Terampil tahun
2013 ini dikembangkan mengacu kepada Standar Kurikulum Pelatihan yang telah dibuat
pada tahun 2012 oleh Badan PPSDM Kesehatan Kementerian Kesehatan.

Kami berharap Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama Jabatan Fungsional PKM


Ahli maupun Terampil dapat bermanfaat serta memberikan kontribusi terhadap upaya
peningkatan kapasitas Pejabat Fungsional PKM Ahli maupun Terampil di pusat maupun
di daerah. Kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan dan perbaikan
modul ini kami sampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya.

Jakarta, November 2013


Kepala Pusat Promosi Kesehatan
Kementerian Kesehatan RI


 
dr. Lily S. Sulistyowati, MM

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
i
PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

ii KEMENTERIAN KESEHATAN RI
PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

SAMBUTAN
KEPALA PUSDIKLAT APARATUR

Dalam Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan ditetapkan, bahwa


tujuan pembangunan kesehatan adalah meningkatkan kesadaran, kemajuan dan
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat
yang setinggi-tingginya, sebagai investasi ekonomis. Selanjutnya, ditetapkan pula bahwa
setiap orang berkewajiban berperilaku hidup sehat untuk mewujudkan, mempertahankan
dan memajukan kesehatan yang setinggi-tingginya. Untuk mecapai tujuan pembangunan
kesehatan tersebut, diupayakan bahwa setiap orang harus mendapatkan informasi dan
edukasi tentang kesehatan yang seimbang dan bertanggungjawab serta memperoleh
pelayanan kesehatan yang meliputi upaya pelayanan kesehatan yang bersifat promotif,
preventif, kuratif dan rehabilitatif yang dilaksanakan secara terpadu, menyeluruh dan
berkesinambungan.

Upaya meningkatkan kesadaran, kemauan serta kemampuan dalam melakukan kewajibannya


untuk berperilaku hidup sehat, bukan merupakan hal yang mudah. Sehubungan dengan
itu, diperlukan tenaga kesehatan yang berkompeten di bidang penyuluhan atau promosi
kesehatan. Tenaga kesehatan tersebut adalah Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan
Masyarakat. Jabatan fungsional kesehatan yang ditetapkan melalui Surat Keputusan
Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara No. 58 tahun 2000. Dalam Surat Keputusan
tersebut dipersyaratkan bahwa pengangkatan pertama sebagai Jabatan Fungsional PKM
Ahli maupun Terampil, terlebih dahulu harus mengikuti pelatihan pengangkatan pertama.
Sehubungan dengan itu diperlukan, Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama bagi Jabatan
Fungsional PKM Ahli dan Terampil yang terstandar serta sesuai peraturan kediklatan yang
berlaku.

Kami menyambut baik, bahwa Pusat Promosi Kesehatan telah melakukan revisi Modul
Pelatihan Pengangkatan Pertama bagi Jabatan Fungsional PKM Ahli dan Terampil yang
mengacu pada standarisasi serta peraturan kediklatan yang berlaku. Hal ini merupakan
upaya penting, mengingat pelatihan pengangkatan pertama Jabatan Fungsional PKM Ahli

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
iii
PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

dan Terampil. Setiap tahun diselenggarakan di provinsi maupun kabupaten/kota. Dengan


demikian, Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama Jabatan Fungsional PKM Ahli dan
Terampil sangat dibutuhkan oleh daerah.

Kami berharap agar modul pelatihan pengangkatan pertama Jabatan Fungsional PKM Ahli
dan Terampil ini dapat menjadi acuan pihak penyelenggara pelatihan di pusat maupun
daerah.

Kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam penyusunan modul pelatihan ini kami
ucapkan terimakasih

Jakarta, November 2013



Kepala Pusdiklat Aparatur



 
Suhardjono, SE, MM

iv KEMENTERIAN KESEHATAN RI
PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ............................................................................................... i


Sambutan Kepala Pusdiklat Aparatur ............................................................... iii
Daftar Isi ......................................................................................................... v
Struktur Program Pelatihan Jabatan Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat
Jenjang Terampil ............................................................................................. x

Materi Dasar I
Kebijakan Dasar Aparatur Kesehatan ......................................................... 1
Arah Bangkes Jangka Panjang .................................................................... 2
Arah Kebijakan Kementerian Kesehatan ...................................................... 2
Strategi Utama ........................................................................................... 3
Program Kesehatan Tahun 2010 - 2014 ....................................................... 4
Peranan SDM Kesehatan ............................................................................ 4
Masalah SDM Kesehatan ............................................................................ 5
Program PPSDM Kesehatan ....................................................................... 5
Program Badan PPSDM Kesehatan ............................................................ 6
Struktur Organisasi Badan PPSDM Kesehatan ............................................ 6
Struktur Organisasi Pusat Pendidikan dan Pelatihan Aparatur Badan PPSDM
Kesehatan Kemenkes RI ............................................................................. 7
Target Pembangunan Tahun 2010 - 2014 .................................................... 7
Peran Diklat dalam Bangkes ....................................................................... 9
Tantangan Kebutuhan Diklat ....................................................................... 10
Kebutuhan Diklat ........................................................................................ 11
Tindak Lanjut Hasil Pemetaan ..................................................................... 11
Kebijakan Diklat ......................................................................................... 12
Implementasi Tugas dalam Manajemen Diklat .............................................. 12
Kegiatan Prioritas di Bidang Diklat Aparatur ................................................. 15

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
v
PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

Materi Dasar 2
Kebijakan Pembangunan Kesehatan dan Promosi Kesehatan ................. 16
I. Deskripsi Singkat .................................................................................. 16
II. Tujuan Pembelajaran ............................................................................. 16
III. Pokok Bahasan dan Sub Pokok Bahasan .............................................. 17
IV. Langkah - Langkah Kegiatan Pembelajaran ............................................ 17
V. Uraian Materi ........................................................................................ 18

Materi Dasar 3
Jabatan Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat .............................. 31
I. Deskripsi Singkat .................................................................................. 31
II. Tujuan Pembelajaran ............................................................................. 32
III. Pokok Bahasan dan Sub Pokok Bahasan .............................................. 32
IV. Langkah - Langkah Kegiatan Pembelajaran ............................................ 32
V. Uraian Materi ........................................................................................ 34
VI. Referensi .............................................................................................. 40

Materi Dasar 4
Etika Profesi Penyuluh Kesehatan Masyarakat .......................................... 41
I. Deskripsi Singkat .................................................................................. 41
II. Tujuan Pembelajaran ............................................................................. 41
III. Pokok Bahasan dan Sub Pokok Bahasan .............................................. 41
IV. Langkah - Langkah Kegiatan Pembelajaran ............................................ 42
V. Uraian Materi ........................................................................................ 44

Materi Inti 1
Persiapan Kegiatan Penyuluhan Kesehatan Masyarakat .......................... 55
I. Deskripsi Singkat .................................................................................. 55
II. Tujuan Pembelajaran ............................................................................. 55
III. Pokok Bahasan dan Sub Pokok Bahasan .............................................. 56
IV. Langkah - Langkah Kegiatan Pembelajaran ............................................ 57
V. Uraian Materi ........................................................................................ 59
VI. Referensi .............................................................................................. 82

vi KEMENTERIAN KESEHATAN RI
PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

Materi Inti 2
Pelaksanaan Advokasi Kesehatan .............................................................. 83
I. Deskripsi Singkat .................................................................................. 83
II. Tujuan Pembelajaran ............................................................................. 84
III. Pokok Bahasan dan Sub Pokok Bahasan .............................................. 84
IV. Langkah - Langkah Kegiatan Pembelajaran ............................................ 85
V. Uraian Materi ........................................................................................ 89
VI. Referensi .............................................................................................. 111

Materi Inti 3
Pelaksanaan Penggalangan Dukungan Sosial ........................................... 112
I. Deskripsi Singkat .................................................................................. 112
II. Tujuan Pembelajaran ............................................................................. 113
III. Pokok Bahasan dan Sub Pokok Bahasan .............................................. 113
IV. Langkah - Langkah Kegiatan Pembelajaran ............................................ 114
V. Uraian Materi ........................................................................................ 117
VI. Referensi .............................................................................................. 176

Materi Inti 4
Pelaksanaan Penyuluhan untuk Pemberdayaan Masyarakat ................. 177
I. Deskripsi Singkat .................................................................................. 177
II. Tujuan Pembelajaran ............................................................................. 177
III. Pokok Bahasan dan Sub Pokok Bahasan .............................................. 178
IV. Langkah - Langkah Kegiatan Pembelajaran ............................................ 179
V. Uraian Materi ........................................................................................ 182
VI. Referensi .............................................................................................. 235

Materi Inti 5
Pelaksanaan Pengembangan Pedoman Penyuluhan ................................. 236
I. Deskripsi Singkat .................................................................................. 236
II. Tujuan Pembelajaran ............................................................................. 236
III. Pokok Bahasan dan Sub Pokok Bahasan .............................................. 237
IV. Langkah - Langkah Kegiatan Pembelajaran ............................................ 237
V. Uraian Materi ........................................................................................ 241
VI. Referensi .............................................................................................. 287

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
vii
PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

Materi Inti 6
Perumusan Sistem Pengembangan Penyuluhan ....................................... 288
I. Deskripsi Singkat .................................................................................. 288
II. Tujuan Pembelajaran ............................................................................. 288
III. Pokok Bahasan dan Sub Pokok Bahasan .............................................. 289
IV. Langkah - Langkah Kegiatan Pembelajaran ............................................ 289
V. Uraian Materi ........................................................................................ 292
VI. Referensi .............................................................................................. 295

Materi Inti 7
Pengembangan Metode Penyuluhan Kesehatan ........................................ 296
I. Deskripsi Singkat .................................................................................. 296
II. Tujuan Pembelajaran ............................................................................. 296
III. Pokok Bahasan dan Sub Pokok Bahasan .............................................. 296
IV. Langkah - Langkah Kegiatan Pembelajaran ............................................ 297
V. Uraian Materi ........................................................................................ 300
VI. Referensi .............................................................................................. 312

Materi Inti 8
Karya Tulis/Ilmiah Bidang Kesehatan ......................................................... 314
I. Deskripsi Singkat .................................................................................. 314
II. Tujuan Pembelajaran ............................................................................. 314
III. Pokok Bahasan dan Sub Pokok Bahasan .............................................. 315
IV. Langkah - Langkah Kegiatan Pembelajaran ............................................ 315
V. Uraian Materi ........................................................................................ 317
VI. Referensi .............................................................................................. 327

Materi Inti 9
Teknologi Tepat Guna di Bidang Penyuluhan Kesehatan Masyarakat ...... 328
I. Deskripsi Singkat .................................................................................. 328
II. Tujuan Pembelajaran ............................................................................. 329
III. Pokok Bahasan dan Sub Pokok Bahasan .............................................. 329
IV. Metode ................................................................................................ 330
V. Media dan Alat Bantu ........................................................................... 330
VI. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran .............................................. 331

viii KEMENTERIAN KESEHATAN RI


PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

VII. Uraian Materi ........................................................................................ 332


VIII. Referensi .............................................................................................. 413
IX. Lampiran .............................................................................................. 413

Materi Inti 10
Penghitungan Angka Kredit dan Pengajuan DUPAK .................................. 414
I. Deskripsi Singkat .................................................................................. 415
II. Tujuan Pembelajaran ............................................................................. 415
III. Pokok Bahasan dan Sub Pokok Bahasan .............................................. 415
IV. Langkah - Langkah Kegiatan Pembelajaran ............................................ 416
V. Uraian Materi ........................................................................................ 418
VI. Referensi .............................................................................................. 457

Materi Penunjang
Membangun Komitmen Pembelajaran (Building Learning Commitment) 458
Rencana Tindak Lanjut ................................................................................ 468

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
ix
PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

x KEMENTERIAN KESEHATAN RI
PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

STRUKTUR PROGRAM PELATIHAN


JABATAN FUNGSIONAL
PENYULUH KESEHATAN MASYARAKAT
JENJANG AHLI

ALOKASI WAKTU
NO MATERI
T P PL JUMLAH
A MATERI DASAR
1. Kebijakan Diklat Aparatur Kesehatan 2 - - 2
2. Kebijakan Pembangunan Kesehatan
dan Promosi Kesehatan 2 - - 2
3. Jabatan Fungsional Penyuluh
Kesehatan Masyarakat 2 - - 2
4. Etika Profesi Penyuluh Kesehatan
Masyarakat 2 - - 2
SUB TOTAL 8 - - 8
B MATERI INTI
1. Persiapan Kegiatan Penyuluhan
Kesehatan Masyarakat 2 12 - 14
2. Pelaksanaan Advokasi Kesehatan 1 3 - 4
3. Pelaksanaan Penggalangan
Dukungan Sosial 2 2 - 4
4. Pelaksanaan Penyuluhan untuk
Pemberdayaan Masyarakat 2 5 8 15
5. Pelaksanaan Pengembangan
Pedoman Penyuluhan 2 3 - 5
6. Perumusan Sistem Pengembangan
Penyuluhan 1 3 - 4
7. Pengembangan Metode Penyuluhan
Kesehatan 1 5 - 6
8. Karya Tulis/Karya Ilmiah Bidang
Kesehatan 2 6 - 8
9. Teknologi Tepat Guna di Bidang
Penyuluhan Kesehatan Masyarakat 2 4 - 6
10. Penghitungan Angka Kredit dan
Pengajuan DUPAK 2 6 - 8
SUB TOTAL 17 49 8 74
C MATERI PENUNJANG
1. Membangun Komitmen Belajar - 3 - 3
2. Rencana Tindak Lanjut - 2 - 2
SUB TOTAL - 5 - 5
TOTAL 25 54 8 87

KETERANGAN :
T = Teori; P = Penugasan; PL = Praktik Lapangan; 1 JPL @ 45 Menit

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
xi
PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

TIM PENYUSUN

PENGARAH
dr. Lily S Sulistyowati, MM

PENANGGUNGJAWAB
Dr. Ir. Bambang Setiaji, SKM, M.Kes

TIM PENYUSUN DAN KONTRIBUTOR


Dr. Ir. Bambang Setiaji, SKM, M.Kes; Dra. Enny Wahyu Lestari, M.Sc ; Tati Nuryati, SKM, M.Kes;
Haslinda Daulay, SE, MSi; Zuraidah Thoha, SKM, MPH; Irmawati Pasaribu, SE, M.Si; drg. Ramadanura,
MPHM; Intan Endang Sonatha, SKM, MKM; drg. Widyawati Garini, M.Kes; drg. Ery Heryati Zulkifli,
M.Kes; Yono Mulyana, SH, M.Kes; Bayu Aji, SE, MSc.PH; Adhi Dharmawan Tato, SKM, MPH;
Abdullah; drg. Roswita Hudaybiah Siregar; Cahyaningrum Kusumastuti Handayani, SKM; Meylina
Puspitasari, SKM

xii KEMENTERIAN KESEHATAN RI


PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

MATERI DASAR 1
KEBIJAKAN DIKLAT
APARATUR KESEHATAN

UUD 1945

SETIAP ORANG BERHAK


MEMPERTAHANKAN HIDUP DAN
KEHIDUPANNYA

Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat


tinggal dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat
serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan.

KESEHATAN ADALAH
HAK AZASI MANUSIA

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
1
PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

ARAH BANGKES JANGKA PANJANG


(2005 - 2025)

STRATEGI

1. Bangnas wawasan

UPAYA POKOK
kesehatan. SASARAN
2. Pemberdayaan NO INDKT 2009 2025
Masyarakat & 1 UHH 69 73,7
daerah 2 IMR 32,3 15,5
3. Pengembangan 3 MMR 262 74
upaya & pembiayaan 4 KR GIZI 26 9.5
kesehatan.
4. Pengembangan
& pemberdayaan
SDM-Kesehatan TUJUAN BANGKES

ARAH KEBIJAKAN KEMENTERIAN KESEHATAN

INDONESIA
SEHAT 2025
PRO RAKYAT

INKLUSIF
MISI

VISI
NILAI

Masyarakat sehat
EFEKTIF yang Mandiri dan
Berkeadilan
RESPONSIF

BERSIH
PROGRAM BADAN
PPSDM KES

2 KEMENTERIAN KESEHATAN RI
PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

VISI

MASYARAKAT SEHAT YANG


MANDIRI DAN BERKEADILAN

MISI
1. Meningkatkan derajat Kesmas melalui pemberdayaan masyarakat
2. Melindungi Kesmas dgn menjamin tersedianya upaya kes yang
paripurna, merata, bermutu dan berkeadilan
3. Menjamin ketersediaan dan pemerataan SDMKes
4. Menciptakan tata kelola pemerintahan yang baik

STRATEGI UTAMA

• Pemberdayaan masyarakat, swasta & masyarakat madani dlm bangunkes melalui


kerjasama nasional & global
• Yankes merata, terjangkau, bermutu & berkeadilan berbasis bukti dengan
mengutamakan upaya promotif & preventif
• Pembiayaan bangunkes untuk mewujudkan jamsoskesnas
• Pengembangan dan pendayagunaan SDM Kes yang merata & bermutu
• Ketersediaan pemerataan, keterjangkauan obat & alkes serta menjamin keamanan,
khasiat, kemanfaatan & mutu sediaan farmasi alkes & makanan
• Manajemen kes akuntabel, transparan, berdayaguna & berhasilguna untuk
memantapkan desentralisasi yang bertanggung jawab

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
3
PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

PROGRAM KESEHATAN
TAHUN 2010 - 2014

GENERIK
1. Dukungan manajemen & pelaksanaan tugas teknis lainnya
2. Peningkatan pengawasan & akuntabilitas aparatur kemenkes
3. Peningkatan sarana dan prasarana aparatur kementerian kesehatan
4. Penelitian dan pengembangan kesehatan

TEKNIS
1. Bina gizi & kes ibu anak
2. Pembinaan upaya kesehatan
3. Pengendalian penyakit & penyehatan lingkungan
4. Kefarmasian & alkes
5. PPSDMKES

PERANAN SDM KESEHATAN

INDIKATOR KEBERHASILAN
PEMBANGUNAN KESEHATAN (WHO)

80% DITENTUKAN OLEH SDM KES SELAIN PEMBIAYAAN

4 KEMENTERIAN KESEHATAN RI
PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

MASALAH SDMKES

1. ∑ & Jenis Nakes meningkat (produksi) _ Kebutuhan & Pemerataan belum


terpenuhi _ DTPK.
2. ∑ & Jenis Nakes kurang (saryankes) dan terdistribusi kurang merata _ kualitas
pelayanan rendah _ bermasalah dalam sistem pelayanan rujukan untuk kasus
tertentu
3. Kualitas Nakes _ Rendah ,
Pengembangan Karier _ belum berjalan
Sistem Reward & Punishment _ belum berjalan

PROGRAM PPSDM KESEHATAN

OUTCOME

MENINGKATNYA KETERSEDIAN & MUTU SDM


KES SESUAI STANDAR PELAYANAN KESEHATAN

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
5
PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

PROGRAM BADAN PPSDM KES

• Perencanaan Kebutuhan Nakes Pusat dan Daerah termasuk DTPK


• Peningkatan keterampilan dan profesionalisme Nakes melalui Diklat Nakes
• Pemenuhan kebutuhan Nakes _Yankes Puskesmas, RS Kab/Kota , terutama di
daerah terpencil dan bencana termasuk desa siaga
• Penyusunan standar kompetensi dan regulasi profesi kesehatan serta pemberdayaan
TKKI ke Luar Negeri
• Pengembangan Sistem Informasi dan Manajemen SDM Kesehatan serta
pemberdayaan organisasi profesi
• Pengembangan Institusi Pelatihan Kesehatan

STRUKTUR ORGANISASI
BADAN PPSDM KESEHATAN
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
(PERMENKES Nomor 1144 Tahun 2010)

Badan Pengembangan dan


Pemberdayaan SDM Kesehatan

Sekretariat Badan
PPSDM Kesehatan

Pusat Pusat Pusat


Pusat Pendidikan
Perencanaan & Pendidikan Standarisasi,
& Pelatihan
Pendayagunaan & Pelatihan Sertifikasi & Dikjut
Tenaga Kesehatan
SDM Kesehatan Aparatur SDM Kesehatan

6 KEMENTERIAN KESEHATAN RI
PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

STRUKTUR ORGANISASI PUSAT PENDIDIKAN


DAN PELATIHAN APARATUR BADAN PPSDM
KESEHATAN KEMENKES RI

TARGET PEMBANGUNAN TH 2010 -2014

TARGET
PROGRAM OUTCOME/
INDIKATOR
/KEGIATAN INPUT
2010 2014

PUSDIKLAT Meningkatnya 1. Σ pelatihan bagi 120 180


APARATUR Pendidikan aparatur yang
dan Pelatihan terakreditasi
Aparatur 2. Σ lembaga unit 4 7
pelatihan kesehatan
yang terakreditasi
3. Σ aparatur yang 5000 25000
telah mengikuti
pelatihan
penjenjangan,
fungsional, dan
manajemen
kesehatan

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
7
PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

TARGET PEMBANGUNAN TH 2010 -2014

TARGET
INDIKATOR KINERJA
2011 2012 2013 2014

1. Σ pelatihan bagi aparatur yang 140 150 160 180


terakreditasi
2. Σ lembaga unit pelatihan 7 9 10 13
kesehatan yang terakreditasi
3. Σ aparatur yang telah mengikuti 10000 15000 20000 25000
pelatihan penjenjangan,
fungsional, dan manajemen
kesehatan

8 KEMENTERIAN KESEHATAN RI
PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

PERAN DIKLAT DALAM BANGKES

DIKLAT

SDM KES

BANGKES

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
9
PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

TANTANGAN KEBUTUHAN DIKLAT

ENTITAS
UNIT KERJA
ORGANISASI
PROFESI

TUGAS POKOK JABFUNG


& FUNGSI KINERJA
AKTUAL

PROGRAM GAP
STANDAR
KOMPETENSI KINERJA
KEGIATAN OPTIMAL

STANDAR KEBUTUHAN
PELAYANAN
PELAYANAN DIKLAT

10 KEMENTERIAN KESEHATAN RI
PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

KEBUTUHAN DIKLAT

TINDAK LANJUT HASIL PEMETAAN

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
11
PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

KEBIJAKAN DIKLAT

Menetapkan arah kebijakan dan mengkoordinasikan seluruh aspek perencanaan,


pelaksanaan, dan pengendalian kegiatan pelatihan
• Perencanaan: Koordinasi dan sinkronisasi kebutuhan diklat sesuai kebutuhan
program kesehatan
• Pelaksanaan: melaksanakan TOT,pelatihan2 strategis/ berskala nasional dan
internasional meliputi pelatihan teknis, fungsional, kepemimpinan, penjenjangan, dan
manajemen kesehatan.
• Pengendalian: pengendalian mutu institusi diklat kes dan pelatihan kesehatan

IMPLEMENTASI TUGAS
DALAM MANAJEMEN DIKLAT

PERENCANAAN DIKLAT
• Inventarisasi kebutuhan diklat _ TNA, rapat2 koordinasi
• Koordinasi dan sinkronisasi kebutuhan diklat dgn kebutuhan program kesehatan _
sesuai arah pemb kes, meminimalkan tumpang tindih pelatihan, efisiensi anggaran
• Penetapan kebutuhan pelatihan skala nasional termasuk penentuan satuan biaya
kegiatan pelatihan dan rencana pelaksanaan

PENGEMBANGAN DIKLAT
• Penyusunan pedoman kediklatan meliputi: TNA, Penyusunan Kurmod,
Penyelenggaraan Pelatihan, Evaluasi Pelatihan
• Penyusunan kurikulum dan modul (kurmod) pelatihan skala nasional
• Uji coba pelatihan berdasarkan kurmod yg disusun, _ menyampaikan pelatihan ke
seluruh provinsi, penyelenggaraan Pelatihan bagi Pelatih (TOT), memantau pelatihan-
pelatihan yang dilaksanakan oleh Bapelkes di propinsi

12 KEMENTERIAN KESEHATAN RI
PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

IMPLEMENTASI TUGAS
DALAM MANAJEMEN DIKLAT

PEMBINAAN DIKLAT
• Memfasilitasi bantuan teknis dalam pelaksanaan: TNA, Penyusunan Kurmod,
Penyelenggaraan Pelatihan, dan Evaluasi Pelatihan
• Akreditasi dan sertifikasi terhadap: institusi diklat kesehatan (pemerintah dan non
pemerintah), dan kegiatan pelatihan
• Pelaksanaan monev diklat: quality qontrol diklat, pendataan kegiatan diklat,
pendataan peserta diklat _ untuk mendukung ketersediaan data (sistim informasi
diklat)

PERMENKES 971 TAHUN 2009

PEMENUHAN KOMPETENSI
PEJABAT STRUKTURAL KESEHATAN di Dinkes, RS,
Puskesmas & UPT

KEMAMPUAN DAN KARAKTERISTIK YANG DIMILIKI OLEH SEORANG


PEGAWAI BERUPA PENGETAHUAN, KETERAMPILAN, DAN SIKAP
PERILAKU YANG DIPERLUKAN PADA TUGAS JABATANNYA SEHINGGA
PEGAWAI TERSEBUT DAPAT MELAKSANAKAN TUGASNYA SECARA
PROFESIONAL, EFEKTIF DAN EFISIEN.

KOMPETENSI

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
13
PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

KOMPETENSI DASAR

kompetensi yang wajib dimiliki oleh setiap pejabat struktural.

KOMPETENSI BIDANG

kompetensi yang diperlukan oleh setiap pejabat struktural


sesuai dengan bidang pekerjaan yang menjadi tanggung
jawabnya

KOMPETENSI KHUSUS

kompetensi yang harus dimiliki oleh pejabat struktural dalam


mengemban tugas pokok dan fungsinya sesuai dengan
jabatan

14 KEMENTERIAN KESEHATAN RI
PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

KEGIATAN PRIORITAS
DI BIDANG DIKLAT APARATUR
• Menyusun NSPK kediklatan
• Menyusun dan mengembangkan kebijakan perencanaan dan pelaksanaan Diklat
Apatarur sesuai dengan rencana aksi Badan PPSDM Kesehatan, mengacu pada
Renstra Kemenkes guna mendukung visi dan misi Kemenkes
• Melakukan kajian dan analisis kebutuhan diklat aparatur untuk pengembangan di
bidang kepemimpinan, manajemen kesehatan, teknis maupun fungsional
• Melakukan pembinaan dan kemitraan dengan penyelenggara kediklatan : UPT vertikal
Kemenkes maupun UPT Daerah
• Melatih para pelatih dilingkungan Unit Teknis Kemenkes tentang kediklatan aparatur,
meliputi: TPPK, TOC, MOT, TNA, Akreditasi Pelatihan, EPP.
• Menyelenggarakan pelatihan-pelatihan utk mendukung Permenkes 971/2009
(pelatihan bagi struktural Dinkes, RS, Puskesmas & UPT), jabatan fungsional & TOT.
• Menyiapkan Aparatur untuk mendukung terwujudnya program nasional ( TKHI, dokter
plus, ponek/poned, Save Papua, prajab, diklatpim, dll)
• Revitalisasi peran institusi diklat kesehatan daerah (kolaborasi antara pusat dan
daerah) _ sbg penyelenggara pelatihan2 skala nasional, penguatan thd SDM diklat
dan sarana serta prasarana diklat
• Pengembangan Unit Fungsional Diklat di Kab/ Kota _ sbg unit yang bertanggung
jawab dalam pengembangan SDM Kes kab/ kota melalui pelatihan
• Pelaksanaan akreditasi dan sertifikasi terhadap _ institusi diklat kesehatan
(pemerintah & non pem.), dan kegiatan pelatihan
• Pendataan kegiatan pelatihan yang akan dan sudah dilaksanakan lengkap untuk
tiap jenis diklat dan biodata lengkap peserta yg sudah dilatih _ untuk mendukung
ketersediaan data diklat (sistim informasi diklat)

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
15
PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

MATERI DASAR 2
KEBIJAKAN PEMBANGUNAN KESEHATAN
DAN PROMOSI KESEHATAN

I. Deskripsi Singkat
Sehat merupakan kebutuhan dasar manusia dan menjadi salah satu faktor penentu
Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Sehat juga merupakan modal utama manusia
untuk dapat melakukan perannya di bidang pembangunan ekonomi dan pendidikan.
Dalam Undang-Undang Dasar 1945 dan Konstitusi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)
serta Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, menetapkan bahwa
setiap orang mempunyai hak yang sama dalam memperoleh derajat kesehatan yang
optimal. Selanjutnya, dalam Undang-Undang Nomor 17 tahun 2007 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Nasional, telah ditetapkan bahwa arah pembangunan
kesehatan adalah meningkatnya kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat
bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya dapat
terwujud. Visi pembangunan kesehatan jangka panjang adalah terwujudnya Indonesia
Sehat tahun 2025, dimana masyarakat hidup dalam lingkungan yang sehat, perilaku
masyarakat proaktif memelihara kesehatannya serta mampu mengakses pelayanan
kesehatan yang bermutu.

Untuk mencapai visi Indonesia Sehat Tahun 2025 tersebut, maka faktor perilaku
masyarakat mempunyai determinan utama dalam pembangunan kesehatan.
Perilaku tersebut meliputi upaya mewujudkan lingkungan yang sehat, proaktif dalam
memelihara kesehatannya serta akses dalam pelayanan kesehatan yang bermutu.
Sehubungan dengan itu, intervensi perilaku terhadap peningkatan kemampuan
masyarakat untuk hidup sehat melalui promosi kesehatan merupakan upaya yang
strategis dalam mencapai tujuan pembangunan kesehatan yang telah ditetapkan baik
dalam Undang-undang nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan maupun dalam
Rencana Pembangunan Jangka Menengah. Ruang lingkup materi yang akan dibahas
pada sesi ini meliputi: kebijakan pembangunan kesehatan dan kebijakan promosi
kesehatan.

II. Tujuan Pembelajaran


A. Tujuan Pembelajaran Umum
Setelah mengikuti materi ini, peserta latih mampu memahami Kebijakan
Pembangunan Kesehatan, Kebijakan Kementerian Kesehatan dan Kebijakan
Promosi Kesehatan.

16 KEMENTERIAN KESEHATAN RI
PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

B. Tujuan Pembelajaran Khusus


Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu menjelaskan:
1. Tujuan pembangunan kesehatan
2. Visi, misi dan nilai-nilai Kementerian Kesehatan
3. Strategi Kementerian Kesehatan
4. Promosi Kesehatan

III. Pokok Bahasan dan Sub Pokok Bahasan


Dalam modul ini akan dibahas pokok bahasan dan sub pokok bahasan sebagai
berikut:
Pokok bahasan 1. Kebijakan Kementerian Kesehatan dalam Pembangunan Kesehatan
Pokok bahasan 2. Kebijakan Promosi Kesehatan

IV. Langkah-Langkah Kegiatan Pembelajaran


Langkah 1.
Pengantar dan penjelasan tujuan pembelajaran (15 menit)
Langkah pembelajaran:
a. Fasilitator memperkenalkan diri
b. Fasilitator menjelaskan kepada peserta tentang judul pokok bahasan dan tujuan
pembelajaran umum dan khusus yang ingin dicapai
c. Fasilitator menjelaskan permasalahan kesehatan di Indonesia

Langkah 2.
Kebijakan Pembangunan Jangka Panjang Bidang Kesehatan Tahun 2005-2025
serta Rencana Pembangunan Jangka Menegah Nasional Tahun 2010-2014 (25
menit)
Langkah pembelajaran:
a. Fasilitator menjelaskan kebijakan pembangunan jangka panjang bidang kesehatan
tahun 2005-2025.
b. Fasilitator menjelaskan rencana strategi Kementerian Kesehatan tahun 2010-
2014
c. Fasilitator menjelaskan jangka panjang Fasilitator menjelaskan Visi dan Misi
Kementerian Kesehatan dalam Pembangunan Kesehatan Tahun 2010-2014
d. Fasilitator menjelaskan Strategi Kementerian Kesehatan dalam Pembangunan
Kesehatan Tahun 2010-2014

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
17
PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

Langkah 3.
Kebijakan dan Peran promosi kesehatan dalam pembangunan kesehatan tahun
2010-2014 (25 menit)
Langkah pembelajaran :
a. Fasilitator melakukan curah pendapat tentang pengertian, tujuan dan sasaran
promosi kesehatan.
b. Fasilitator merangkum hasil curah pendapat tersebut selanjutnya menyampaikan
penegasan singkat melalui penayangan slide
c. Fasilitator menjelaskan visi dan misi promosi kesehatan
d. Fasilitator menjelaskan kebijakan umum promosi kesehatan
e. Fasilitator menjelaskan pentingnya peran promosi kesehatan dalam mencapai
tujuan pembangunan kesehatan

Langkah 4
Indikator kinerja utama kegiatan promosi kesehatan tahun 2010-2014 (20 menit)
Langkah pembelajaran :
a. Fasilitator menjelaskan indikator kinerja utama promosi kesehatan
b. Fasilitator menjelaskan strategi promosi kesehatan
c. Fasilitator menjelaskan kegiatan pokok promosi kesehatan
d. Fasilitator memberikan kesempatan pada peserta untuk menyampaikan materi
yang kurang dipahami.
e. Fasilitator menyampaikan tanggapan terhadap pertanyaan atau klarifikasi yang
disampaikan oleh peserta latih.

Langkah 5
Kesimpulan (10 menit)
a. Fasilitator mengajak peserta untuk mereview hal-hal penting yang ada dalam
pokok bahasan ini.
b. Pada akhir sesi, fasilitator mengucapkan kata-kata yang membangun semangat
serta harapan agar peserta dapat mengikuti pelatihan ini dari awal sampai akhir
dengan sebaik-baiknya dan dengan rasa senang.

V. Uraian Materi
Pokok Bahasan 1.
Kebijakan Kementerian Kesehatan dalam Pembangunan Kesehatan

A. Latar Belakang
Status kesehatan masyarakat di Indonesia telah mengalami peningkatan, hal ini
terlihat dari menurunnya angka kematian ibu, angka kematian bayi, status gizi
anak balita serta meningkatnya umur harapan hidup. Meskipun demikian upaya
meningkatkan status kesehatan masyarakat ini perlu terus dioptimalkan. Hal

18 KEMENTERIAN KESEHATAN RI
PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

ini disebabkan masih banyaknya permasalahan kesehatan masyarakat lainnya


di Indonesia yang memerlukan perhatian khusus dan harus diwaspadai, yaitu
pengendalian penyakit tidak menular atau penyakit degeneratif seperti : penyakit
jantung, diabetes militus, kanker, dll, juga penyakit menular, sperti: diare, demam
berdarah, TB, malaria, HIV-AIDS, serta penyakit baru, seperti: flu burung, H1N1,
lupus, dll dan penyakit akibat bencana.

Salah satu penyebab utamanya adalah perilaku masyarakat yang belum
mampu menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat. Sehubungan dengan itu
arah pembangunan kesehatan nasional jangka panjang adalah meningkatkan
kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar
peningkatan derajad kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya dapat
terwujud.

B. Kebijakan Pembangunan Jangka Panjang Bidang Kesehatan Tahun 2005-


2025
Kebijakan pembangunan jangka panjang bidang kesehatan tahun 2005-2025,
diarahkan pada upaya terwujudnya ” Indonesia Sehat Tahun 2025”

Visi Indonesia Sehat Tahun 2025 adalah :


Tercapainya hak hidup sehat bagi seluruh lapisan masyarakat melalui sistem
kesehatan yang dapat menjamin hidup dalam lingkungan yang sehat, perilaku
masyarakat proaktif memelihara kesehatannya serta mampu akses dalam
pelayanan kesehatan yang bermutu.

Misi Indonesia Sehat Tahun 2025 adalah:


1. Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan
2. Mendorong kemandirian masyarakat untuk hidup sehat
3. Memelihara dan meningkatkan upaya kesehatan yang bermutu, merata dan
terjangkau
4. Meningkatkan dan mendayagunakan sumberdaya kesehatan

Pentahapan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Bidang Kesehatan tahun


2005-2025 adalah sebagai berikut:
1. RPJMN 1: 2005-2009 Fokus pada meningkatkan akses dan mutu pelayanan
kesehatan.
2. RPJMN 2: 2010-2014 Fokus pada pencapaian Millenium Development
Goals (MDGs) dan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang
berkualitas.
3. RPJMN 3: 2015-2019 Fokus pada peningkatan akses masyarakat terhadap
pelayanan kesehatan berkualitas semakin mantap

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
19
PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

4. RPJMN 4: 2020-2025 Fokus pada akses masyarakat terhadap pelayanan


kesehatan berkualitas merata di seluruh Indonesia.

C. Rencana Strategi Pembangunan Jangka Menegah Nasional Tahun 2010-


2014
1. Arah pembangunan kesehatan nasional tahun 2010-2014, adalah
meningkatnya kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi
setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya
dapat terwujud. Dasar pembangunan kesehatan adalah perikemanusiaan,
pemberdayaan dan kemandirian, adil dan merata, pengutamaan dan manfaat
dengan perhatian khusus pada penduduk rentan (ibu, bayi, anak, manula dan
keluarga miskin).

2. Visi pembangunan kesehatan nasional tahun 2010-2014 adalah: “Masyarakat


Sehat yang mandiri dan Berkeadilan”

3. Misi pembangunan kesehatan nasional adalah :


a. Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, melalui pemberdayaan
masyarakat, termasuk swasta dan masyarakat madani.
b. Melindungi kesehatan masyarakat dengan menjamin tersedianya upaya
kesehatan yang paripurna, merata, bermutu, dan berkeadilan.
c. Menjamin ketersediaan dan pemerataan sumberdaya kesehatan.
d. Menciptakan tata kelola kepemerintahan yang baik.

4. Tujuan adalah :
Terselenggaranya pembangunan kesehatan yang berhasil dan berdaya guna
dalam mencapai derajad kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.

Guna mewujudkan visi, misi serta tujuan tersebut diatas, Kementerian


Kesehatan menganut dan menjunjung tinggi nilai-nilai yaitu:
a. Pro-rakyat artinya dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan
selalu mendahulukan kepentingan rakyat dan harus mengasilkan yang
terbaik untuk rakyat, tanpa membeda-bedakan suku, golongan, agama
dan status sosial ekonomi.
b. Inklusif artinya semua program pembangunan kesehatan harus
melibatkan semua pihak dan seluruh komponen masyarakat yakni lintas
sektor, organisasi profesi, organisasi masyarakat, pengusaha/dunia
usaha maupun masyarakat madani semuanya harus berpartisipasi aktif.
c. Responsif artinya program kesehatan harulah sesuai dengan kebutuhan
dan keinginan rakyat serta tanggap dalam mengatasi permasalahan di
daerah sesuai dengan situasi setempat.

20 KEMENTERIAN KESEHATAN RI
PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

d. Efektif artinya program kesehatan harus mencapai hasil sesuai target


yang ditetapkan dan bersifat efisien.
e. Bersih artinya penyelenggaraan pembangunan kesehatan harus bebas
dari korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN), transparan dan yang dapat di
pertanggung jawabkan.

Pembangunan kesehatan tahun 2010-2014 diharapkan dapat mendukung


tercapainya tujuan MDG’s yaitu:
a. Meningkatkan umur harapan hidup dari 70,6 tahun menjadi 72 tahun
b. Menurunkan angka kematian ibu melahirkan dari 228 menjadi 118 per
100.000 kelahiran hidup
c. Menurunkan angka kematian bayi dari 34 menjadi 24 per 1000 kelahiran
hidup
d. Menurunkan prevalensi kekurangan gizi (terdiri dari gizi kurang dan
gizi buruk) pada anak balita dari 18,4 persen menjadi dibawah 15,0
persen.
e. Memerangi HIV dan AIDS, malaria, dan penyakit menular lainnya

5. Strategi Kementerian Kesehatan dalam pembangunan kesehatan nasional


tahun 2010-2014 ada enam yaitu:
a. Meningkatkan pemberdayaan masyarakat, swasta dan masyarakat
madani dalam pembangunan kesehatan melalui kerjasama nasional
dan global
b. Meningkatkan pelayanan kesehatan yang merata, terjangkau, bermutu
dan berkeadilan, serta berbasis bukti, dengan pengutamaan pada
upaya promotif-preventif
c. Meningkatnya pembiayaan pembangunan kesehatan, terutama untuk
mewujudkan jaminan sosial kesehatan nasional
d. Meningkatkan pengembangan dan pemberdayaan SDM kesehatan
yang merata dan bermutu
e. Meningkatkan ketersediaan, pemerataan dan keterjangkauan obat dan
alat kesehatan serta menjamin keamanan/khasiat, kemanfaatan, dan
mutu sediaan farmasi, alat kesehatan dan makanan
f. Meningkatkan manajemen kesehatan yang akuntabel, transparant,
berdayaguna dan berhasilguna untuk memantapkan desentralisasi
kesehatan yang bertanggungjawab.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
21
PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

Pokok Bahasan 2.
Kebijakan dan peran promosi kesehatan dalam pembangunan kesehatan
tahun 2010-2014

A. Pengertian Promosi Kesehatan


Promosi Kesehatan adalah upaya untuk meningkatkan kemampuan masyarakat
melalui pembelajaran dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat agar mereka dapat
menolong dirinya sendiri serta mengembangkan kegiatan yang bersumberdaya
masyarakat, sesuai sosial budaya setempat dan didukung oleh kebijakan publik
yang berwawasan kesehatan (SK Menkes No. 1193/Menkes/SK/X/2004)

B. Pengertian perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) adalah:
Sekumpulan perilaku yang dipraktikkan atas dasar kesadaran sebagai hasil
pembelajaran yang menjadikan seseorang atau keluarga dapat menolong diri
sendiri di bidang kesehatan dan berperan-aktif dalam mewujudkan kesehatan
masyarakatnya

C. Visi Promosi Kesehatan


Individu, keluarga dan masyarakat Indonesia telah melaksanakan perilaku hidup
bersih dan sehat (PHBS) dalam rangka: a) mencegah timbulnya penyakit dan
masalah kesehatan lain; b) menanggulangi penyakit dan masalah-masalah
kesehatan lain dalam rangka menigkatkan derajat kesehatan; c) memanfaatkan
pelayanan kesehatan; d) mengembangkan dan menyelenggarakan upaya
kesehatan bersumber masyarakat

D. Misi Promosi Kesehatan


a. Memberdayakan individu, keluarga, kelompok-kelompok dalam
masyarakat, baik melalui pendekatan individu dan keluarga maupun melalui
pengorganisasian dan penggerakan masyarakat.
b. Membina suasana dan lingkungan yang kondusif bagi terciptanya PHBS
masyarakat.
c. Mengadvokasi para pengambil keputusan, penentu kebijakan serta pihak-
pihak lain yang berkepentingan dalam rangka: mendorong diberlakukannya
kebijakan publik berwawasan kesehatan, mengintegrasikan promosi
kesehatan khusunya pemberdayaan masyarakat dalam program-program
kesehatan, meningkatkan kemitraan antara pemerintah pusat dengan daerah
dan masyarakat termasuk LSM dan dunia usaha, meningkatkan investasi
dalam promosi kesehatan dan bidang kesehatan.

22 KEMENTERIAN KESEHATAN RI
PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

E. Tujuan Promosi Kesehatan


Tujuan Umum :
Meningkatnya PHBS individu, keluarga dan masyarakat serta berperan aktif
dalam setiap gerakan kesehatan masyarakat melalui upaya promosi kesehatan
yang terintegrasi secara lintas program, lintas sektor, swasta dan masyarakat

Tujuan Khusus:
a. Meningkatkan komitmen pembangunan berwawasan kesehatan dari para
pengambil kebijakan dari berbagai pihak .
b. Meningkatkan kerjasama, antar masyarakat, antar kelompok, serta antar
lembaga dalam rangka pembangunan berwawasan kesehatan
c. Meningkatkan peran masyarakat termasuk swasta sebagai subjek atau
penyelenggara upaya pemberdayaan masyarakat dan promosi kesehatan
d. Meningkatkan upaya promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat
yang efektif dengan mempertimbangan kearifan lokal.
e. Meningkatkan keterpaduan pelaksanaan upaya promosi kesehatan dan
pemberdayaan masyarakat dengan seluruh program dan sektor terkait,
di pusat, provinsi dan kabupaten/kota dengan mengacu kepada rencana
strategis kementerian kesehatan

F. Kebijakan Umum Promosi Kesehatan


a. Menempatkan upaya promosi kesehatan menjadi salah satu prioritas
pembangunan kesehatan
b. Melaksanakan peningkatan akses informasi dan edukasi tentang kesehatan
yang seimbang dan bertanggungjawab
c. Memantapkan peran serta masyarakat, kelompok-kelompok potensial,
termasuk swasta dan dunia usaha dalam pembangunan kesehatan
d. Melaksanakan upaya promosi kesehatan secara holistik dan terpadu
e. Melaksanakan peningkatan kualitas penyelenggaraan upaya promosi
kesehatan

G. Strategi Umum Promosi Kesehatan


a. Memperkuat sistem, kelembagaan dan penganggaran serta sarana promosi
kesehatan ditingkat pusat, provinsi dan kabupaten/kota
b. Mengupayakan terbitnya peraturan perundangan dibidang promosi kesehatan
dan pemberdayaan masyarakat
c. Meningkatkan advokasi, sosialisasi dan komitmen politis di semua tingkatan
d. Meningkatan akses informasi dan edukasi tentang kesehatan yang seimbang
dan bertanggungjawab
e. Meningkatkan kemitraan dengan lintas sektor terkait, swasta/dunia usaha,
dan Ormas/ LSM

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
23
PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

f. Menumbuhkan partisipasi dan peran serta individu, keluarga, dan masyarakat


dalam upaya kesehatan
g. Memadukan upaya promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat
dalam setiap upaya pencegahan penyakit, peningkatan KIA dan Gizi dan
peningkatan akses ke pelayanan kesehatan
h. Melakukan riset dan pengembangan upaya promosi kesehatan dan
pemberdayaan masyarakat
i. Melaksanakan pemantauan dan evaluasi untuk kemajuan upaya promosi
kesehatan dan pemberdayaan masyarakat

H. Peran Promosi Kesehatan dalam pencapaian tujuan pembangunan


kesehatan nasional
Peran promosi kesehatan sangat penting dalam mewujudkan visi, misi dan
strategi pembangunan kesehatan nasional terutama di bidang pemberdayaan
masyarakat, membangun suasana yang kondusif untuk hidup sehat, serta
pengembangan kebijakan publik berwawasan kesehatan di berbagai jenjang
administrasi.

I. Kegiatan pokok promosi kesehatan


a. Mengembangkan, menjabarkan dan mengimplementasikan Kebijakan,
Pedoman dan Standar Promosi Kesehatan
b. Memperjuangkan anggaran promosi kesehatan
c. Mengembangkan sumber daya dan organisasi promosi kesehatan
d. Mengembangkan dan meningkatkan kapasitas sumber daya manusia promosi
kesehatan
e. Menyusun arah kebijakan dan strategi promosi kesehatan
f. Mengkaji metode dan teknik promosi kesehatan yang efektif untuk
pengembangan model promosi kesehatan.
g. Mengkoordinasikan dan mengelola pelaksanaan promosi kesehatan antara
pusat dan daerah
h. Menggalang kemitraan dengan berbagai mitra internasional/ regional/ nasional
dalam mengembangkan promosi kesehatan.
i. Melaksanakan kampanye kesehatan
j. Mendayagunakan data dan informasi dalam perencanaan, pencatatan dan
pelaporan serta sistem informasi
k. Melaksanakan bimbingan, supervisi, fasilitasi, monitoring dan evaluasi
pelaksanaan program Promosi Kesehatan

J. Program Promosi Kesehatan diprioritaskan pada :


a. PHBS di Rumah Tangga
PHBS di Rumah Tangga adalah upaya untuk memberdayakan anggota rumah

24 KEMENTERIAN KESEHATAN RI
PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

Tangga agar tahu, mau dan mampu mempraktikkan PHBS serta berperan
aktif dalam gerakan kesehatan di masyarakat.
Indikator PHBS di Rumah Tangga adalah :
1) Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan
2) Memberi bayi ASI Eksklusif
3) Menimbang bayi dan balita setiap bulan
4) Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun
5) Menggunakan air bersih
6) Menggunakan jamban sehat
7) Memberantas jentik di rumah
8) Makan sayur dan buah setiap hari
9) Melakukan aktivitas fisik setiap hari
10) Tidak merokok didalam rumah.

b. PHBS di Sekolah
PHBS di sekolah adalah upaya meningkatkan kemampuan peserta didik, guru
dan masyarakat lingkungan sekolah agar mandiri dalam mencegah penyakit,
memelihara kesehatan, menciptakan dan memelihara lingkungan sehat,
terciptanya kebijakan sekolah sehat serta berperan aktif dalam meningkatkan
kesehatan masyarakat sekitarnya.
Indikator PHBS di Sekolah adalah:
1) Mencuci tangan dengan air bersih mengalir dan sabun
2) Mengkonsumsi jajanan di warung/ kantin sekolah
3) Menggunakan jamban yang bersih dan sehat
4) Olahraga yang teratur dan terukur
5) Memberantas jentik nyamuk
6) Tidak merokok
7) Menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan setiap bulan
8) Membuang sampah pada tempatnya

c. PHBS di Institusi Kesehatan


PHBS di institusi kesehatan merupakan upaya untuk memberdayakan
pasien, masyarakat pengunjung dan petugas agar tahu, mau dan mampu
untuk mempraktikkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat serta berperan aktif
dalam mewujudkan Institusi Kesehatan yang sehat dan mencegah penularan
penyakit di institusi kesehatan.
Indikator PHBS di Institusi Kesehatan adalah:
1) Menggunakan air bersih
2) Menggunakan jamban
3) Membuang sampah pada tempatnya
4) Tidak merokok di Institusi Kesehatan

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
25
PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

5) Tidak meludah sembarangan


6) Memberantas jentik nyamuk

d. PHBS di Tempat-tempat Umum


PHBS di Tempat-tempat Umum merupakan upaya untuk memberdayakan
masyarakat pengunjung dan pengelola tempat-tempat umum agar tahu,
mau dan mampu untuk mempraktikkan PHBS dan berperan aktif dalam
mewujudkan Tempat-tempat umum yang Sehat.
Indikator PHBS di Tempat-tempat Umum adalah:
1) Menggunakan air bersih
2) Menggunakan jamban
3) Membuang sampah pada tempatnya
4) Tidak merokok di tempat umum
5) Tidak meludah sembarangan
6) Memberantas jentik nyamuk

e. PHBS di di Tempat Kerja


PHBS di tempat kerja merupakan upaya untuk memberdayakan para pekerja
agar tau, mau dan mampu mempraktikkan perilaku hidup bersih dan sehat
serta berperan aktif dalam mewujudkan Tempat Kerja Sehat.
Indikator PHBS di Tempat Kerja
1) Tidak merokok di Tempat Kerja
2) Membeli dan mengkonsumsi makanan dari tempat kerja
3) Melakukan oleh raga/ aktivitas fisik secara teratur
4) Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun sebelum makan dan
sesudah buang air besar atau buang air kecil
5) Memberantas jentik nyamuk di tempat kerja
6) Menggunakan air bersih
7) Menggunakan jamban saat buang air kecil dan buang air besar
8) Membuang sampah pada tempatnya
9) Menggunakan alat pelindung diri (APD) sesuai jenis pekerjaannya.

f. Promosi Kesehatan di Rumah Sakit (PKRS)


PKRS adalah upaya rumah sakit meningkatkan perilaku petugas rumah
sakit, klien, kelompok-kelompok masyarakat dan pasien beserta keluarganya
agar pasien dapat mandiri dalam mempercepat kesembuhannya dan
rehabilitasinya, selanjutnya klien dan kelompok-kelompok masyarakat dapat
mandiri dalam meningkatkan kesehatannya, mencegah masalah kesehatan
dan mengembangkan upaya bersumberdaya masyarakat melalui pembelajaran
dari oleh dan bersama mereka sesuai sosial budata mereka dan didukung oleh
kebijakan publik berwawasan kesehatan

26 KEMENTERIAN KESEHATAN RI
PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

Kegiatan PKRS adalah melakukan penyebarluasan informasi kesehatan atau


komunikasi informasi dan edukasi kesehatan di dalam dan di luar gedung.

g. Desa dan Kelurahan Siaga Aktif


Desa dan Kelurahan Siaga Aktif adalah desa dan kelurahan yang:
1) Penduduknya dapat mengakses dengan mudah pelayanan kesehatan
dasar melalui Pos Kesehatan Desa (Poskesdes) atau sarana kesehatan
lain yang ada di wilayahnya dan yang memberikan pelayanan setiap
hari.
2) Memiliki upaya kesehatan bersumberdaya masyarakat (UKBM) yang
melaksanakan upaya survailans berbasis masyarakat (pemantauan
penyakit, kesehatan ibu dan anak, gizi, lingkungan, dan perilaku),
penanggulangan bencana dan kegawatdaruratan kesehatan, serta
penyehatan lingkungan.

Berdasarkan pengertian tersebut di atas maka Desa dan kelurahan Siaga


Aktif memiliki komponen (1) Pelayanan kesehatan dasar, (2) UKBM yang
melaksanakan survailans berbasis masyarakat, penanggulangan kedaruratan
kesehatan dan bencana, penyehatan lingkungan, serta (3) Perilaku Hidup
Bersih dan Sehat (PHBS).

Kriteria dan pentahapan pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif


adalah sebagai berikut.
1). Desa dan Kelurahan Siaga Aktif Pratama, yaitu desa/kelurahan yang:
• Sudah memiliki Forum Masyarakat Desa/Kelurahan, tetapi belum
berjalan.
• Sudah memiliki Kader Pemberdayaan Masyarakat/kader teknis
Desa/ Kelurahan Siaga Aktif minimal 2 orang.
• Sudah ada kemudahan akses masyarakat terhadap pelayanan
kesehatan dasar yang memberikan pelayanan setiap hari.
• Sudah memiliki Posyandu, tetapi UKBM lainnya tidak aktif.
• Sudah ada dana untuk pengembangan Desa/Kelurahan Siaga Aktif
dalam anggaran pembangunan desa atau kelurahan tetapi belum
ada sumber dana lainnya.
• Ada peran aktif dari masyarakat namun belum ada peran aktif
organisasi kemasyarakatan dalam kegiatan Desa/Kelurahan Siaga
Aktif.
• Belum memiliki peraturan di tingkat desa atau kelurahan yang
melandasi dan mengatur pengembangan Desa/Kelurahan Siaga
Aktif.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
27
PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

• Pembinaan PHBS kurang dari 20 persen pada rumah tangga di


desa/kelurahan

2). Desa dan Kelurahan Siaga Aktif Madya, yaitu desa/kelurahan yang:
• Sudah memiliki Forum Masyarakat Desa dan Kelurahan yang
berjalan, tetapi belum secara rutin setiap tri-wulan
• Sudah memiliki Kader Pemberdayaan Masyarakat/kader teknis Desa
dan Kelurahan Siaga Aktif antara tiga sampai lima Orang.
• Sudah ada kemudahan akses masyarakat terhadap pelayanan
kesehatan dasar yang memberikan pelayanan setiap hari.
• Sudah memiliki Posyandu dan 2 (dua) UKBM lainnya yang aktif.
• Sudah mengakomodasi dana untuk pengembangan Desa dan
Kelurahan Siaga Aktif dalam anggaran pembangunan desa atau
kelurahan serta satu sumber dana lainnya baik dari masyarakat
ataupun dunia usaha.
• Sudah ada peran aktif masyarakat dan peran aktif dari satu ormas
dalam kegiatan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif.
• Sudah memiliki peraturan di tingkat desa atau kelurahan yang
melandasi dan mengatur pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga
Aktif, tetapi belum direalisasikan.
• Minimal 20 persen rumah tangga di Desa dan Kelurahan mendapat
pembinaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).

3). Desa dan Kelurahan Siaga Aktif Purnama, yaitu desa dan kelurahan
yang:
• Sudah memiliki Forum Masyarakat Desa dan Kelurahan yang berjalan
secara rutin, setiap tri-wulan.
• Sudah memiliki Kader Pemberdayaan Masyarakat/kader teknis Desa
dan Kelurahan Siaga Aktif antara enam sampai delapan orang.
• Sudah ada kemudahan akses masyarakat terhadap pelayanan
kesehatan dasar yang memberikan pelayanan setiap hari.
• Sudah memiliki Posyandu dan 3 (tiga) UKBM lainnya yang aktif.
• Sudah mengakomodasi dana untuk pengembangan Desa dan
Kelurahan Siaga Aktif dalam anggaran pembangunan desa atau
kelurahan serta mendapat dukungan dana dari masyarakat dan
dunia usaha.
• Sudah ada peran aktif masyarakat dan peran aktif dari dua ormas
dalam kegiatan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif.
• Sudah memiliki peraturan formal (tertulis) di tingkat desa atau
kelurahan yang melandasi dan mengatur pengembangan Desa/
Kelurahan Siaga Aktif.

28 KEMENTERIAN KESEHATAN RI
PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

• Minimal 40 persen rumah tangga di Desa dan Kelurahan mendapat


pembinaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).

4). Desa dan Kelurahan Siaga Aktif Mandiri, yaitu desa/kelurahan yang:
• Sudah memiliki Forum Masyarakat Desa/Kelurahan yang berjalan
secara rutin setiap bulan.
• Sudah memiliki Kader Pemberdayaan Masyarakat/kader teknis
Desa/ Kelurahan Siaga Aktif lebih dari sembilan orang.
• Sudah ada kemudahan akses masyarakat terhadap pelayanan
kesehatan dasar yang memberikan pelayanan setiap hari.
• Sudah memiliki Posyandu dan lebih dari 4 (empat) UKBM lainnya
yang aktif dan berjejaring.
• Sudah mengakomodasi dana untuk pengembangan Desa dan
Kelurahan Siaga Aktif dalam anggaran pembangunan desa atau
kelurahan serta mendapat dukungan dana dari masyarakat dan
dunia usaha.
• Sudah ada peran aktif masyarakat dan peran aktif lebih dari dua
ormas dalam kegiatan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif.
• Sudah memiliki peraturan formal (tertulis) di tingkat desa atau
kelurahan yang melandasi dan mengatur pengembangan Desa/
Kelurahan Siaga Aktif.
• Minimal 70 persen rumah tangga di Desa dan Kelurahan mendapat
pembinaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).

Dalam bentuk matriks, pentahapan perkembangan Desa/Kelurahan


Siaga Aktif tersebut di atas dapat digambarkan sebagai berikut.

K. Indikator Kinerja Utama Promosi Kesehatan tahun 2010-2014


Indikator kinerja utama promosi kesehatan tahun 2010-2014 adalah:

KRITERIA PRATAMA MADYA PURNAMA MANDIRI

1. Forum Desa / Ada, tetapi Berjalan, tetapi Berjalan Berjalan


Kelurahan belum berjalan belum rutin setiap setiap Tri-wulan setiap bulan
tri-wulan

2. KPM/Kader Sudah ada minimal Sudah ada 3-5 Sudah ada 6-8 Sudah ada 9
2 orang orang orang orang atau lebih

3. kemudahan Ya Ya Ya Ya
Akses
Pelayanan
Kesehatan
Dasar

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
29
PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

KRITERIA PRATAMA MADYA PURNAMA MANDIRI

4. Posyandu & Posyandu ya, Posyandu & Posyandu & Posyandu &
UKBM lainnya UKBM lainnya tidak 2 UKBM lainnya 3 UKBM lainnya 4 UKBM lainnya
aktif aktif aktif aktif aktif

5. Dukungan Sudah ada dana Sudah ada dana Sudah ada dana Sudah ada dana
dana untuk dari pemerintah dari pemerintah dari pemerintah dari pemerintah
kegiatan desa dan kelurahan desa dan kelurahan desa dan desa dan
kesehatan serta belum ada serta satu sumber kelurahan serta kelurahan serta
di Desa dan sumber dana dana lainnya satu sumber satu sumber dana
kelurahan lainnya dana lainnya lainnya
- Pemerintah
desa dan
kelurahan
- Masyarakat
- Dunia usaha

6. Peran serta Ada peran aktif Ada peran aktif Ada peran aktif Ada peran aktif
masyarakat masyarakat dan masyarakat dan masyarakat dan masyarakat dan
dan Organisasi tidak ada peran aktif tidak ada peran aktif tidak ada peran tidak ada peran
kemasyarakat- ormas ormas aktif ormas aktif ormas
an

7. Peraturan Belum ada Ada, belum Ada, belum Ada, belum


Kepala Desa direalisasikan direalisasikan direalisasikan
atau peraturan
Bupati/Walikota

8. Pembinaan Pembinaan PHBS Pembinaan PHBS Pembinaan Pembinaan PHBS


PHBS Rumah kurang dari 20 % minimal 20 % PHBS minimal minimal 70 %
Tangga rumah tangga yang rumah tangga yang 40 % rumah rumah tangga
ada ada tangga yang ada yang ada

1. Secara umum adalah meningkatnya pelaksanaan pemberdayaan dan promosi


kesehatan kepada masyarakat tahun 2014.
2. Secara khusus adalah :
a. Persentase rumah tangga yang melaksanakan Perilaku Hidup Bersih dan
Sehat (PHBS) sebesar 70%;
b. Persentase desa dan kelurahan siaga aktif sebesar 70 %;
c. Jumlah poskesdes yang dikembangkan dan beroperasi adalah 58.500 buah
poskesdes

L. Penutup
Peran promosi kesehatan dalam mendukung visi dan misi pembangunan
kesesehatan menuju “Masyarakat Hidup Sehat secara Mandiri” sangat penting.
Keberhasilan pencapaian tujuan pembangunan kesehatan, sangat ditentukan
oleh kegiatan promosi kesehatan. Ruang lingkup kegiatan promosi kesehatan
sangat luas meliputi komunikasi informasi dan edukasi (KIE), advokasi, bina
suasana, gerakan pemberdayaan masyarakat, membangun jejaring kemitraan,
pendukung tercapainya cakupan semua program pelayanan kesehatan, meliputi
promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif.

30 KEMENTERIAN KESEHATAN RI
PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

MATERI DASAR 3
JABATAN FUNGSIONAL
PENYULUH KESEHATAN MASYARAKAT

I. Deskripsi Singkat
Dalam mendukung tercapainya tujuan pembangunan kesehatan nasional Pemerintah
bertanggung jawab atas ketersediaan sumber daya di bidang kesehatan yang
adil dan merata bagi seluruh masyarakat, ketersediaan akses terhadap informasi,
edukasi, dan fasilitas pelayanan kesehatan, serta memberdayakan dan mendorong
peran aktif masyarakat dalam segala bentuk upaya kesehatan untuk meningkatkan
dan memelihara derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Hal ini dimanatkan dalam
Undang-Undang Kesehatan No. 36 tahun 2009 pasal 16, 17 dan 18, selanjutnya
pasal 62 ayat 1 bahwa Peningkatan kesehatan merupakan segala bentuk upaya
yang dilakukan oleh Pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau masyarakat
untuk mengoptimalkan kesehatan melalui kegiatan penyuluhan, penyebarluasan
informasi,atau kegiatan lain untuk menunjang tercapainya hidup sehat. Mengacu
pada ketentuan tersebut maka salah satu strategi Kementerian Kesehatan RI adalah
meningkatkan pengembangan dan pemberdayaan SDM kesehatan yang merata dan
bermutu. Salah satu jenis SDM Kesehatan yang bermutu dan bersifat profesional
adalah Pejabat Penyuluh Kesehatan Masyarakat (PKM).

Keberadaan Pejabat Fungsional PKM telah ditetapkan serta diatur dalam Keputusan
Menteri Negara PAN No. 58/Kep/Men.PAN/8/2000. Secara umum Jabatan
Fungsional PKM merupakan tenaga yang mempunyai kemampuan dalam melakukan
kegiatan penyuluhan kesehatan masyarakat atau promosi kesehatan yang meliputi
pelaksanaan kegiatan advokasi, pembinaan suasana dan gerakan pemberdayaan
masyarakat melakukan penyebarluasan informasi, membuat rancangan media,
melakukan pengkajian/penelitian perilaku masyarakat yang berhubungan dengan
kesehatan, merencanakan intervensi dalam rangka mengembangkan perilaku
masyarakat yang mendukung kesehatan serta mengembangkan kemampuan dan
keterampilan perorangan.

Ada dua jenis Pejabat Fungsional PKM yaitu Penjabat Fungsional PKM Ahli dan Pejabat
Fungsional PKM Terampil. Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli adalah Jabatan
Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat yang pelaksanaan tugasnya meliputi
kegiatan yang berkaitan dengan pengembangan pengetahuan, penerapan konsep
dan teori, ilmu dan seni untuk pemecahan masalah dan proses pembelajaran dengan
cara yang sistematis di bidang Penyuluh Kesehatan Masyarakat dalam mendukung

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
31
PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

upaya pemberdayaan masyarakat dan promosi kesehatan. Sedangkan Penyuluh


Kesehatan Masyarakat Terampil adalah Jabatan Fungsional Penyuluh Kesehatan
Masyarakat yang pelaksanaan tugasnya meliputi kegiatan teknis operasional yang
bersifat keterampilan di bidang Penyuluh Kesehatan Masyarakat dalam mendukung
upaya pemberdayaan masyarakat dan promosi kesehatan.

II. Tujuan Pembelajaran
A. Tujuan Pembelajaran Umum:
Setelah mengikuti materi, peserta mampu memahami jabatan fungsional Penyuluh
Kesehatan Masyarakat.

B. Tujuan Pembelajaran Khusus:


Setelah mengikuti materi, peserta mampu menjelaskan:
1. Kebijakan jabatan fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat
2. Jabatan Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat dan kedudukannya.

III. Pokok Bahasan dan Sub Pokok Bahasan


Dalam modul ini akan dibahas pokok bahasan dan sub pokok bahasan berikut:

Pokok bahasan 1. Kebijakan jabatan fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat


Pokok bahasan 2. Jabatan fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat dan
Kedudukannya
Sub pokok bahasan:
a. Pengertian
b. Tugas Pokok
c. Jenjang Jabatan dan Pangkat
d. Hak dan kewajiban
e. Keuntungan menjadi pemangku jabatan fungsional
f. Persyaratan pengangkatan, pemberhentian, kenaikan jenjang
g. Butir kegiatan Penyuluh Kesehatan Masyarakat

IV. Langkah-Langkah Kegiatan Pembelajaran


Langkah-langkah kegiatan pembelajaran ini menguraikan tentang kegiatan fasilitator
dan peserta dalam proses pembelajaran selama sesi ini berlangsung (2 Jpl: 2 x 45
menit = 90 menit), adalah sebagai berikut:

Langkah 1.
Pengkondisian (10 menit)
Langkah pembelajaran:
a. Fasilitator menyapa peserta dengan ramah dan hangat. Apabila belum pernah
menyampaikan sesi di kelas, mulailah dengan perkenalan. Perkenalkan diri

32 KEMENTERIAN KESEHATAN RI
PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

dengan menyebutkan nama lengkap, instansi tempat bekerja dan materi yang
akan disampaikan.
b. Menciptakan suasana nyaman dan mendorong kesiapan peserta untuk menerima
materi dengan menyepakati proses pembelajaran.
c. Dilanjutkan dengan penyampaian tujuan pembelajaran dan ruang lingkup secara
singkat mengenai materi dan pokok bahasan ini.
d. Fasilitator menyampaikan secara singkat tentang pentingnya fungsi Jabatan
Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat dalam mendukung tujuan
pembangunan kesehatan.

Langkah 2.
Penyampaian dan pembahasan pokok bahasan 1. Kebijakan Jabatan Fungsional
Penyuluh Kesehatan Masyarakat (10 menit).
Langkah pembelajaran:
a. Fasilitator melakukan curah pendapat dengan mengajukan beberapa pertanyaan
kepada peserta untuk mengukur pemahaman peserta tentang kebijakan jabatan
fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat.
b. Fasilitator menulis semua jawaban peserta, kemudian menyampaikan paparan
materi Kebijakan Jabatan Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat.

Langkah 3.
Penyampaian dan pembahasan pokok bahasan 2. Jabatan Fungsional Penyuluh
Kesehatan Masyarakat dan Kedudukannya (60 menit).
Langkah pembelajaran:
a. Fasilitator melakukan curah pendapat dengan mengajukan beberapa pertanyaan
kepada peserta untuk mengukur pemahaman peserta tentang jabatan fungsional
Penyuluh Kesehatan Masyarakat dan kedudukannya.
b. Fasilitator mencatat semua pendapat peserta pada kertas flipchart, selanjutnya
merangkum dan menyampaikan paparan materi Jabatan Fungsional Penyuluh
Kesehatan Masyarakat dan Kedudukannya sesuai urutan sub pokok bahasan
dengan menggunakan bahan tayang.
c. Fasilitator memberikan kesempatan peserta untuk bertanya atau menyampaikan
klarifikasi, kemudian fasilitator menyampaikan jawaban atau tanggapan yang
sesuai.

Langkah 4.
Rangkuman dan kesimpulan (10 menit)
Langkah pembelajaran:
a. Fasilitator melakukan evaluasi untuk mengetahui penyerapan peserta terhadap
materi yang disampaikan dan pencapaian tujuan pembelajaran.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
33
PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

b. Fasilitator merangkum dan membuat kesimpulan poin-poin penting dari materi


yang disampaikan. Fasilitator melakukan kegiatan refleksi terkait dengan proses
pembelajaran sesi ini. Fasilitator menutup sesi ini, dengan memberikan apresiasi
kepada seluruh peserta.

V. Uraian Materi
Pokok Bahasan 1.
KEBIJAKAN JABATAN FUNGSIONAL PENYULUH KESEHATAN MASYARAKAT

Dalam rangka meningkatkan upaya peningkatan pelayanan kesehatan yang
berkualitas perlu didukung sumber data manusia kesehatan yang profesional, untuk
itu Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara RI telah menetapkan 28 jabatan
fungsional kesehatan yang diberi tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak yang
penuh untuk melakukan tugas dan fungsinya sesuai dengan profesi masing-masing.
Salah satu jabatatan fungsional kesehatan adalah jabatan fungsional Penyuluh
Kesehatan Masyarakat.

Jabatan fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat ditetapkan melalui Surat


Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 58/KEP/M.PAN/8/2000
tentang Jabatan Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat dan Angka Kreditnya.

Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat adalah Pegawai Negeri Sipil


yang diberi tugas, tanggung jawab, wewenang, dan hak secara penuh oleh pejabat
yang berwenang untuk melakukan kegiatan Penyuluh Kesehatan Masyarakat dalam
mendukung upaya pemberdayaan masyarakat dan promosi kesehatan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan. Jenjang jabatan fungsional Penyuluh Kesehatan
Masyarakat terdiri dari Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli dan Penyuluh Kesehatan
Masyarakat Terampil.

Pokok Bahasan 2.
JABATAN FUNGSIONAL PENYULUH KESEHATAN MASYARAKAT DAN
KEDUDUKANNYA

A. Pengertian
• Jabatan Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat adalah jabatan yang
mempunyai ruang lingkup, tugas, tanggung jawab, dan wewenang untuk
melakukan kegiatan Penyuluh Kesehatan Masyarakat dalam mendukung
upaya pemberdayaan masyarakat dan promosi kesehatan pada instansi
pemerintah dan non pemerintah.
• Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat adalah Pegawai
Negeri Sipil yang diberi tugas, tanggung jawab, wewenang, dan hak secara

34 KEMENTERIAN KESEHATAN RI
PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

penuh oleh pejabat yang berwenang untuk melakukan kegiatan Penyuluh


Kesehatan Masyarakat dalam mendukung upaya pemberdayaan masyarakat
dan promosi kesehatan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
• Penyuluhan Kesehatan Masyarakat adalah suatu upaya untuk memberikan
pengalaman belajar atau menciptakan kondisi bagi perorangan,
kelompok dan masyarakat dalam berbagai tatanan, dengan membuka
jalur komunikasi, menyediakan informasi dan melakukan edukasi untuk
meningkatkan pengetahuan sikap dan perilaku dengan cara melakukan
advokasi, pembinaan suasana dan gerakan pemberdayaan masyarakat
dengan tujuan agar masyarakat dapat mengenali, memelihara, melindungi
dan meningkatkan kesehatannya.
• Angka Kredit adalah satuan nilai dari tiap butir kegiatan dan/atau akumulasi
nilai butir-butir kegiatan yang harus dicapai oleh Pejabat Fungsional Penyuluh
Kesehatan Masyarakat yang merupakan penilaian prestasi kerja sebagai
salah satu syarat untuk pengangkatan, kenaikan pangkat dan/atau jabatan.

B. Tugas Pokok
Tugas pokok Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat adalah
melaksanakan kegiatan advokasi, pembinaan suasana dan gerakan pemberdayaan
masyarakat serta dilandasi oleh semangat kemitraan, melakukan penyebarluasan
informasi, membuat rancangan media, melakukan pengkajian/penelitian perilaku
masyarakat yang berhubungan dengan kesehatan, serta merencanakan intervensi
dalam rangka mengembangkan perilaku masyarakat yang mendukung kesehatan.
Tugas pokok Jabfung PKM adalah:
1. Melaksanakan kegiatan advokasi, bina suasana, dan pemberdayaan
masyarakat;
2. Melakukan penyebarluasan informasi kesehatan dalam berbagaia bentuk dan
saluaran komunikasi;
3. Membat rancanagan media, baik media cetak, elektronika maupun media luar
ruang;
4. Melakukan pengkajian/penelitian perilaku masyarakat yang berhubungan
dengan kesehatan;
5. Merencanakan intervensi dalam rangka mengembangkan perilaku
masyarakat yang mendukung kesehatan.

C. Jenjang Jabatan dan Pangkat


Jabfung PKM ada 2 jenis, yaitu:
1. Jabfung PKM Ahli adalah Jabatan Fungsional Penyuluh Kesehatan
Masyarakat yang pelaksanaan tugasnya meliputi kegiatan yang berkaitan
dengan pengembangan pengetahuan, penerapan konsep dan teori, ilmu dan
seni untuk pemecahan masalah dan proses pembelajaran dengan cara yang

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
35
PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

sistematis di bidang Penyuluh Kesehatan Masyarakat dalam mendukung


upaya pemberdayaan masyarakat dan promosi kesehatan.
Jabfung PKM Ahli ada 3 jenjang:
a) PKM Pertama (Penata Muda gol III a – Penata Muda Tkt I gol III b)
b) PKM Muda (Penata gol III c – Penata Tkt I gol III d)
c) PKM Madya (Pembina gol IV a – Pembina Utama Muda gol IV c)

2. Jabfung PKM Terampil. adalah Jabatan Fungsional Penyuluh Kesehatan


Masyarakat yang pelaksanaan tugasnya meliputi kegiatan teknis operasional
yang bersifat keterampilan di bidang Penyuluh Kesehatan Masyarakat dalam
mendukung upaya pemberdayaan masyarakat dan promosi kesehatan.
Jabfung PKM Terampil ada 3 jenjang :
a) PKM Pelaksana (Pengatur muda Tkt I gol II c – Pengatur gol II d)
b) PKM Pelaksana Lanjutan (Penata Muda gol III a – Penata Muda Tkt I gol
III b)
c) PKM Penyelia (Penata golongan III c – Penata Tkt I gol III d)

D. Hak dan Kewajiban


Hak seorang Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat:
a) Memperoleh tunjuangan pejabat fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat
sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
b) Memperoleh angka kredit atas pelaksanaan tugas sesuai dengan ketentuan
yang berlaku.

Kewajiban seorang Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat


a) Memiliki kompetensi yang menunjang profesi
b) Berpendidikan dan lulus dari pendidikan, pelatihan tertentu yang diakui
resmi
c) Memenuhi angka kredit kumulatif baik untuk pengangkatan kedalam jabatan
ataupun kenaikan jabatan/pangkat
d) Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Penyelia, pangkat
Penata Tingkat I, golongan ruang III/d, setiap tahun sejak menduduki
pangkat dan jabatan puncak wajib mengumpulkan sekurang-kurangnya 10
(sepuluh) angka kredit dari unsur utama dan unsur penunjang.
e) Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Madya, pangkat
Pembina Utama Muda, golongan ruang IV/c, setiap tahun sejak menduduki
pangkat dan jabatan puncak wajib mengumpulkan paling kurang 20 (dua
puluh) angka kredit dari unsur utama dan unsur penunjang.
f) Mencatat, menginventarisasi seluruh kegiatan yang dilakukan dan
mengusulan Daftar Usulan Penilaian Angka Kredit (DUPAK)

36 KEMENTERIAN KESEHATAN RI
PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

E. Keuntungan menjadi pemangku jabatan fungsional


a) Berpeluang memperoleh kepangkatan yang lebih tinggi tanpa dibatasi oleh
pendidikan yang tertinggi yang dimiliki.
b) Berpeluang memperoleh kenaikan pangkat lebih cepat.
c) Berpeluang meningkatkan profesionalisme di bidang penyuluhan kesehatan
masyarakat atau promosi kesehatan yang lebih luas
d) Berpeluang mengembangkan kreativitas lebih bebas
e) Berpeluang berkarya lebih mandiri
f) Berpeluang memperoleh tunjangan jabatang fungsional sesuai peraturan
yang ada.
g) Terbuka kesempatan untuk berpindah jalur ke jabatan struktural

F. Persyaratan pengangkatan, pemberhentian dan kenaikan jenjang


1. Pengangkatan Dalam Jabatan Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat
a. Pengangkatan Pertama
Untuk dapat diangkat dalam jabatan fungsional Penyuluh Kesehatan
Masyarakat, seorang Pegawai Negeri Sipil harus memenuhi angka
kredit kumulatif minimal yang ditentukan dan didasarkan pada formasi
yang telah ditetapkan oleh Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara
dan Reformasi Birokrasi.
Pegawai Negeri Sipil yang diangkat untuk pertama kali dalam jabatan
Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil harus memenuhi
syarat
1) berijazah serendah-rendahnya adalah Diploma III Kesehatan/
Diploma III Promosi Kesehatan;
2) pangkat serendah-rendahnya Pengatur, golongan ruang II/c;
3) telah mengikuti pendidikan dan pelatihan fungsional di bidang
penyuluhan kesehatan masyarakat serta memperoleh sertifikat bagi
Diploma III Kesehatan;
4) nilai prestasi kerja paling kurang bernilai baik dalam 1 (satu) tahun
terakhir; dan
5) membuat Daftar Usulan Penetapan Angka Kredit (DUPAK) kegiatan
penyuluhan kesehatan masyarakat.

Pegawai Negeri Sipil yang diangkat untuk pertama kali dalam jabatan
Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli harus memenuhi
syarat:
1) berijazah serendah-rendahnya Sarjana Kesehatan/Diploma IV
Kesehatan/Diploma IV Promosi Kesehatan;
2) pangkat serendah-rendahnya Penata Muda, golongan ruang III/a;
3) telah mengikuti pendidikan dan pelatihan fungsional di bidang

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
37
PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

penyuluhan kesehatan masyarakat dan memperoleh sertifikat bagi


Sarjana Kesehatan/Diploma IV Kesehatan;
4) nilai prestasi kerja paling kurang bernilai baik dalam 1 (satu) tahun
terakhir; dan
5) membuat Daftar Usulan Penetapan Angka Kredit (DUPAK) kegiatan
penyuluhan kesehatan masyarakat sesuai dengan Pasal 10 ayat (2)

Pengangkatan pertama sebagaimana dimaksud diatas merupakan


pengangkatan sesuai dengan lowongan formasi dari Calon Pegawai
Negeri Sipil.

Calon Pegawai Negeri Sipil dengan formasi jabatan Penyuluh Kesehatan


Masyarakat setelah ditetapkan sebagai Pegawai Negeri Sipil paling
lama 1 (satu) tahun harus diangkat dalam jabatan fungsional Penyuluh
Kesehatan Masyarakat dengan memenuhi persyaratan sebagaimana
dimaksud diatas.

Pegawai Negeri Sipil yang telah mengikuti pendidikan dan pelatihan


fungsional di bidang penyuluhan kesehatan masyarakat dan memperoleh
sertifikat paling lama 1 (satu) tahun harus diangkat dalam jabatan
fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat.

b. Pengangkatan PNS dari Jabatan lain kedalam Jabatan Fungsional


Penyuluh Kesehatan Masyarakat dapat dilakukan selama memenuhi
persyaratan seperti pengangkatan pertama ke dalam Jabatan
Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat sesuai dengan jenjang
jabatan, tersedia formasi, memiliki pengalaman dibidang pemberdayaan
masyarakat dan promosi kesehatan minimal 1 (satu) tahun dan usia
paling tinggi 50 (lima puluh) tahun serta memiliki nilai prestasi paling
kurang bernilai baik dalam 1 (satu) tahun terakhir.

c. Pengangkatan Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat


Terampil menjadi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat
Ahli, apabila memenuhi persyaratan:
1) Tersedia formasi untuk Jabatan Fungsional Penyuluh Ahli;
2) Ijazah yang dimiliki sesuai dengan kualifikasi yang ditentukan untuk
Jabatan Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli;
3) Telah mengikuti dan lulus pendidikan dan pelatihan Penjenjangan
Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli; dan
4) Memenuhi jumlah angka kredit kumulatif yang ditentukan.

38 KEMENTERIAN KESEHATAN RI
PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

2. Pemberhentian dari Jabatan Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat


Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat diberhentikan dari
jabatannya, apabila:
a. Dalam jangka waktu 1 (satu) tahun sejak dibebaskan sementara
dari jabatannya, tidak dapat mengumpulkan angka kredit yang telah
ditentukan untuk kenaikan jabatan/pangkat setingkat lebih tinggi.
b. Apabila dijatuhi hukuman disiplin tingkat berat dan telah mempunyai
kekuatan hukum yang tetap, kecuali hukuman disiplin penurunan
pangkat dan penurunan jabatan

3. Kenaikan Jenjang Jabatan dan Pangkat Penyuluh Kesehatan Masyarakat


Kenaikan jenjang Jabatan Penyuluh Kesehatan Masyarakat dapat
dipertimbangkan apabila:
a. Sekurang-kurangnya telah 1 (satu) tahun dalam jabatan terakhir;
b. Memenuhi angka kredit kumulatif paling rendah, sekurang-kurangnya
80% berasal dari unsur utama, tidak termasuk unsur pendudukan dan
sebanyak-banyaknya 20% berasal dari unsur penunjang
c. Setiap unsur penilaian nilai prestasi kerja sekurang-kurangnya bernilai
baik dalam 1 (satu) tahun terakhir.
Kenaikan pangkat Pejabat Peyuluh Kesehatan Masyarakat dapat
dipertimbangkan apabila :
(1) Sekurang-kurangnya telah 2 (dua) tahun dalam jabatan terakhir;
(2) Memenuhi angka kredit kumulatif paling rendah, sekurang-kurangnya
80% berasal dari unsur utama, tidak termasuk unsur pendudukan dan
sebanyak-banyaknya 20% berasal dari unsur penunjang\
(3) Setiap unsur penilaian nilai prestasi kerja sekurang-kurangnya bernilai
baik dalam 2 (dua) tahun terakhir.

G. Butir Kegiatan Penyuluh Kesehatan Masyarakat Unsur dan sub unsur kegiatan
Jabatan Penyuluh Kesehatan Masyarakat
1. Pendidikan, meliputi:
a. Pendidikan sekolah dan memperoleh ijazah/gelar;
b. Pendidikan dan pelatihan fungsional dibidang pemberdayaan masyarakat
dan promosi kesehatan serta memperoleh Surat Tanda Tamat Pendidikan
dan Pelatihan (STTPP) atau sertifikat.

2. Penyuluhan Kesehatan Masyarakat, meliputi:


a. Mempersiapkan kegiatan penyuluhan kesehatan masyarakat dalam upaya
pemberdayaan masyarakat dan promosi kesehatan;
b. Melaksanakan advokasi kesehatan;
c. Menggalang dukungan sosial/bina suasana; dan

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
39
PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

d. Melaksanakan penyuluhan kesehatan meyarakat dalam upaya pemberdayaan


masyarakat dan promosi kesehatan yang dilandasi semangat kemitraan.

3. Pengembangan Penyuluhan Kesehatan Masyarakat, meliputi :


a. Menyusun Rencana Jangka Panjang/Pendek;
b. Menyusun Pedoman Penyuluhan Kesehatan Masyarakat;
c. Merumuskan kebijakan Pengembangan Penyuluhan Masyarakat; dan
d. Mengembangkan metode penyuluhan kesehatan masyarakat.

4. Pengembangan Profesi, meliputi:


a. Membuat karya tulis/karya ilmiah di bidang pemberdayaan masyarakat dan
promosi kesehatan;
b. Menterjemahkan/menyadur buku dan bahan-bahan lain di bidang
pemberdayaan masyarakat dan promosi kesehatan;

c. Membuat buku pedoman/petunjuk teknis di bidang pemberdayaan


masyarakat dan promosi kesehatan; dan
d. Mengembangkan teknologi tepat guna di bidang pemberdayaan masyarakat
dan promosi kesehatan.

5. Penunjang kegiatan penyuluhan kesehatan masyarakat, meliputi:


a. Mengajar atau melatih yang berkaitan dengan bidang pemberdayaan
masyarakat dan promosi kesehatan;
b. Mengikuti seminar/lokakarya di bidang pemberdayaan masyarakat dan
promosi kesehatan;
c. Menjadi anggota tim penilai jabatan fungsional penyuluhan kesehatan
masyarakat;
d. Memperoleh tanda penghargaan/tanda jasa;
e. Menjadi anggota organisasi profesi bidang pemberdayaan masyarakat dan
promosi kesehatan;
f. Memperoleh gelar kesarjanaan lainnya; dan
g. Menjadi anggota tim penilai karya-karya yang berkaitan dengan advokasi,
penggalangan dukungan sosial, pemberdayaan masyarakat di bidang
pemberdayaan masyarakat dan promosi kesehatan.

VI. Referensi
• Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 58/KEP/MEN.
PAN/8/2000 tentang Jabatan Fungsional Penyuluh Kesehatan dan Angka
Kreditnya

40 KEMENTERIAN KESEHATAN RI
PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

MATERI DASAR 4
ETIKA PROFESI PENYULUH KESEHATAN MASYARAKAT
/PROMOTOR DAN PENDIDIK KESEHATAN

I. Deskripsi Singkat
Pejabat Fungsional (Jabfung) PKM berdasarkan Keputusan Menteri Pendayagunaan
Aparatur Negara Nomor 58/KEP/M.PAN/8/2000, mempunyai tugas melaksanakan
pemberdayaan masyarakat dan promosi kesehatan serta menjalankan fungsi sebagai
agen perubahan perilaku.

Tenaga promotor dan pendidik kesehatan adalah seseorang yang memiliki keahlian
dan atau ketrampilan dalam promosi kesehatan/pendidikan/penyuluhan kesehatan
yang diperoleh melalui pendidikan formal yang diakui oleh Perkumpulan Promosi dan
Pendidikan Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya di singkat Perkumpulan PPKMI.

Dalam menjalankan perannya Pejabat Fungsional PKM/Promotor dan Pendidik


Kesehatan harus dilandasi dengan nilai-nilai yang ada dalam etika profesi, sehingga
kegiatan yang dilakukan menjadi efektif, bersifat tidak diskriminatif, partisipatif, dan
berkelanjutan untuk pembentukan sumber daya manusia Indonesia yang sehat dan
produktif seperti yang diamanatkan dalam Undang-Undang nomor 36 tahun 2009
tentang Kesehatan.

II. Tujuan Pembelajaran



A. Tujuan Pembelajaran Umum
Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu memahami etika profesi Penyuluh
Kesehatan Masyarakat/Promotor dan Pendidik Kesehatan.

B. Tujuan Pembelajaran Khusus


Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu:
1. Menjelaskan Profesi Penyuluh Kesehatan Masyarakat/Promotor dan Pendidik
Kesehatan
2. Menjelaskan Etika profesi Penyuluh Kesehatan Masyarakat/Promotor dan
Pendidik Kesehatan

III. Pokok Bahasan dan Sub Pokok Bahasan


Dalam modul ini akan dibahas pokok bahasan dan sub pokok bahasan sebagai
berikut:

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
41
PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

Pokok bahasan 1.
Profesi Penyuluh Kesehatan Masyarakat/Promotor Kesehatan
Sub pokok bahasan:
a. Pengertian
b. Ciri-ciri profesi
c. Kode Etik Profesi
d. Syarat-syarat
e. Organisasi profesi Perkumpulan PPKMI

Pokok bahasan 2.
Etika profesi Penyuluh Kesehatan Masyarakat/Promotor dan Pendidik Kesehatan
Sub pokok bahasan:
a. Pengertian
b. Prinsip-prinsip etika

IV. Langkah-Langkah Kegiatan Pembelajaran


Langkah-langkah kegiatan pembelajaran ini menguraikan tentang kegiatan fasilitator
dan peserta dalam proses pembelajaran selama sesi ini berlangsung (2 jpl x 45 menit
= 90 menit), adalah sebagai berikut:

Langkah 1.
Pengantar dan penjelasan tujuan pembelajaran (5 menit)
Langkah pembelajaran:
a. Fasilitator memperkenalkan diri
b. Fasilitator menjelaskan kepada peserta tentang judul pokok bahasan dan tujuan
pembelajaran umum dan khusus yang ingin dicapai
c. Fasilitator menyampaikan secara singkat tentang latar belakang pentingnya
pejabat Fungsional PKM dalam melaksanakan tugasnya harus dilandasi nilai-nilai
yang ada dalam etika profesi.

Langkah 2.
Pengertian profesi PKM/Promotor dan Pendidik Kesehatan dan ciri-ciri nya (15
menit)
Langkah pembelajaran:
a. Fasilitator melakukan curah pendapat tentang pengertian profesi PKM/ Promotor
dan Pendidik Kesehatan.
b. Fasilitator menulis semua jawaban peserta, kemudian merangkum.
c. Fasilitator menyampaikan penegasan singkat tentang pengertian profesi PKM/
Promotor dan Pendidik Kesehatan.
d. Fasilitator memberi kesempatan kepada peserta untuk bertanya, dan
mengemukakan pendapatnya.

42 KEMENTERIAN KESEHATAN RI
PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

Langkah 3.
Kode etik profesi PKM/Promotor dan Pendidik Kesehatan (25 menit)
Langkah pembelajaran:
a. Fasilitator memasang dua lembar kertas flipchart di depan kelas.
b. Fasilitator menuliskan pada kertas flipchart pertama ” Jabatan Fungsional
PKM yang melaksanakan tugasnya dengan moral dan budi pekerti yang baik”.
Selanjutnya pada kertas flipchart kertas kedua dituliskan : ” Jabatan Fungsional
PKM yang melaksanakan tugasnya dengan moral dan budi pekerti yang tidak
baik ”
c. Fasilitator minta setiap peserta menuliskan contoh-contoh seorang Jabfung PKM
yang mengerjakan pekerjaannya dengan moral atau budi pekerti yang baik pada
kertas pertama, kemudian yang tidak baik pada kertas kedua.
d. Fasilitator merangkum hasil tulisan peserta yang ada dalam kertas pertama dan
kedua.
e. Fasilitator menjelaskan secara singkat tentang kode etik profesi PKM/Promotor
dan Pendidik Kesehatan.

Langkah 4.
Syarat-syarat profesi (10 menit)
Langkah pembelajaran:
a. Fasilitator melakukan presentasi untuk menjelaskan syarat-syarat profesi PKM/
Promotor dan Pendidik Kesehatan
b. Fasilitator memberikan kesempatan bertanya kepada peserta atau menyampaikan
pendapatnya.

Langkah 5.
Organisasi Profesi Perkumpulan PPKMI (20 menit)
Langkah pembelajaran:
a. Fasilitator menjelaskan tentang nama perkumpulan, azas dan dasarnya, tujuan,
siapa saja anggotannya, dan musyawarah nasional organisasi Perkumpulan
PPKMI.
b. Fasilitator memberikan kesempatan peserta untuk bertanya dan mengemukakan
pendapatnya.

Langkah 6.
Pengertian Etika, Etiket, dan Etos (15 menit)
Langkah pembelajaran:
a. Fasilitator melakukan pembentukan kelompok, sehingga peserta berkumpul
dalam empat kelompok.
b. Fasilitator memberikan tugas untuk didiskusikan apa arti dari
c. Etika, etiket, dan etos.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
43
PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

Langkah 7.
Kesimpulan (5 menit)
Langkah pembelajaran:
a. Fasilitator menyampaikan beberapa hal penting tentang Etika Profesi PKM/
Promotor dan Pendidik Kesehatan.
b. Fasilitator kembali menyampaikan tujuan pembelajaran umum dan khusus untuk
pokok bahasan Etika Prrofesi Penyuluh Kesehatan Masyarakat
c. Fasilitator menyampaikan ucapan terima kasih serta memberikan apresiasi kepada
peserta yang telah berperan aktif dalam proses pembelajaran pokok bahasan ini.

V. Uraian Materi

Pokok Bahasan 1.
PROFESI PENYULUH KESEHATAN MASYARAKAT/PROMOTOR DAN
PENDIDIK KESEHATAN.

A. Pengertian
Penyuluh Kesehatan Masyarakat/ Promotor dan pendidik Kesehatan adalah
Pekerja/Sumber Daya Manusia Promosi Kesehatan termasuk di dalamnya
Jabfung PKM baik yang terampil maupun ahli, yang menjalankan tugas-tugasnya
berdasarkan pendidikan/ ketrampilan spesifik yang komprehensif dan memiliki
sertifikasi resmi dari Organisasi Profesi yaitu Perkumpulan Promotor Pendidik
Kesehatan Masyarakat Indonesia (Perkumpulan PPKMI).

Profesi Penyuluh Kesehatan Masyarakat/Promotor dan Pendidik Kesehatan,


enjalankan tugas dan fungsinya sesuai profesi dan keahlian, yang senantiasa
berupaya meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya sesuai kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi dan menjunjung tinggi kode etik profesi Promotor
dan Pendidik Kesehatan.

B. Ciri-ciri Profesi.
Profesi pada umumnya mempunyai beberapa ciri, yaitu:
1. Memberikan pelayanan pada orang secara langsung.
2. Menempuh pendidikan tertentu dengan melalui ujian tertentu sebelum
melakukan pelayanan.
3. Anggotanya relatif bersifat homogen.
4. Menerapkan standar pelayanan tertentu.
5. Etika profesi ditegakkan oleh suatu organisasi.

44 KEMENTERIAN KESEHATAN RI
PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

Kualifikasi suatu pekerjaan sebagai suatu profesi adalah:


• Mensyaratkan pendidikan teknis yang formal lengkap dengan cara pengujian
yang terinstitusionalisasikan, baik mengenai edukuasi pendidikan maupun
mengenal kompetensi orang–orang hasil didiknya.
• Penguasaan tradisi kultural dalam menggunaan keahlian dan ketrampilan
tertentu.
• Komplek pekerjaan memiliki sejumlah sarana institusional untuk menjamin
bahwa kompetensi yang dimiliki itu akan digunakan secara bertanggungjawab,
wujudnya adalah organisasi profesi dengan prosedur penegakkan, serta
rekruitasi pengemban profesi.

C. Kode Etik Profesi Penyuluh Kesehatan/Promotor dan Pendidik Kesehatan.


Kode Etik Profesi Penyuluh Kesehatan/Promotor dan Pendidik Kesehatan
dirumuskan dalam 33 butir dan 8 bagian meliputi:

Pembukaan/Mukadimah
Bab I. Kewajiban Umum (5 butir)
Bab II. Kewajiban Terhadap Masyarakat (7 butir)
Bab III. Kewajiban Terhadap Sesama Profesi (4 butir)
Bab IV. Kewajiban Terhadap Profesi Lain (3 butir)
Bab V. Kewajiban Terhadap Profesinya (7 butir)
Bab VI. Kewajiban Terhadap Diri Sendiri (5 butir)
Bab VII. Penutup (1 butir)

MUKADIMAH

Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan


dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan
masyarakat yang setinggi – tingginya. Keberhasilan pembangunan kesehatan tidak
terlepas dari partisipasi aktif masyarakat, baik secara individu, kelompok maupun
masyarakat.

Promosi kesehatan merupakan suatu upaya untuk meningkatkan kemampuan


masyarakat melalui pembelajaran dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat, agar
mereka dapat menolong dirinya sendiri, serta mengembangkan kegiatan yang
bersumberdaya masyarakat, sesuai sosial budaya setempat dan didukung oleh
kebijakan publik yang berwawasan kesehatan. Sasaran atau klien profesi promosi
kesehatan adalah individu, kelompok dan masyarakat. Berdasarkan hal tersebut,
promosi kesehatan sangat erat kaitannya dengan pencapaian tujuan pembangunan
kesehatan.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
45
PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

Dalam rangka pengabdian terhadap bangsa Indonesia, kami para profesi Penyuluh
Kesehatan/ Promotor dan Pendidik kesehatan, dengan Rahmat Tuhan Yang Maha
Esa, merumuskan KODE ETIK PROFESI PENYULUH KESEHATAN MASYARAKAT/
PROMOTOR DAN PENDIDIK KESEHATAN yang diuraikan dalam bab–bab dan pasal
sebagai berikut:

BAB I
KEWAJIBAN UMUM

Pasal 1
Setiap profesi Penyuluh Kesehatan Masyarakat/ Promotor dan Pendidik Kesehatan
harus menjunjung tinggi, menghayati dan mengamalkan etika profesi kesehatan.

Pasal 2
Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya profesi Penyuluh Kesehatan Masyarakat/
Promotor dan Pendidik Kesehatan mementingkan kepentingan umum daripada
kepentingan pribadi.

Pasal 3
Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, hendaknya menggunakan pendekatan
kemitraan dengan mengutamakan prinsip kesetaraan, keterbukaan dan saling
menguntungkan.

Pasal 4
Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya tidak boleh membeda-bedakan
masyarakat atas pertimbangan keyakinan, agama, suku, golongan, sosial, ekonomi,
politik dan sebagainya.

Pasal 5
Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, tugas harus sejalan dengan profesi atau
keahliannya.

BAB II
KEWAJIBAN TERHADAP MASYARAKAT

Pasal 6
Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, selalu berorientasi kepada masyarakat
baik sebagai individu, kelompok, maupun masyarakat luas sesuai dengan potensi
sosial budaya masyarakat setempat.

46 KEMENTERIAN KESEHATAN RI
PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

Pasal 7
Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, harus mengutamakan pemerataan dan
keadilan

Pasal 8
Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, harus menggunakan pendekatan yang
menyeluruh secara multi disiplin dengan mengutamakan upaya preventif dan
promotif.

Pasal 9
Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, harus berdasarkan fakta melalui
penelitian atau kajian ilmiah.

Pasal 10
Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya harus sesuai dengan prosedur dan
langkah–langkah yang profesional.

Pasal 11
Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya harus bertanggungjawab dalam upaya
melindungi, memelihara dan meningkatkan kesehatan masyarakat.

Pasal 12
Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya harus melihat antisipasi ke depan baik
menyangkut masalah kesehatan maupun masalah bukan kesehatan yang dapat
mempengaruhi kesehatan masyarakat.

BAB III
KEWAJIBAN TERHADAP SESAMA PROFESI

Pasal 13
Setiap profesi Penyuluh Kesehatan Masyarakat/Promotor dan Pendidik Kesehatan
harus memperlakukan teman sejawatnya sebagaimana ia sendiri ingin diperlakukan.

Pasal 14
Setiap profesi Penyuluh Kesehatan Masyarakat/Promotor dan Pendidik Kesehatan
wajib bekerjasama dengan teman sejawatnya dan melakukan tugas dan fungsinya.

Pasal 15
Setiap profesi Penyuluh Kesehatan Masyarakat/Promotor dan Pendidik Kesehatan
tidak boleh mengambil alih tugas teman sejawatnya tanpa persetujuan teman
sejawat bersangkutan yang telah diberi tanggung jawab sebelumnya.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
47
PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

BAB IV
KEWAJIBAN TERHADAP PROFESI LAIN

Pasal 16
Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya harus bekerja sama, saling menghormati
dengan profesi lain tanpa dipengaruhi oleh pertimbangan– pertimbangan keyakinan,
agama, suku, golongan, sosial, ekonomi, politik dan sebagainya.

Pasal 17
Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya bersama–sama dengan profesi lain,
hendaknya berpegang pada pendekatan kemitraan dengan mengutamakan prinsip
kesehatan, keterbukaan dan saling menguntungkan.

BAB V
KEWAJIBAN TERHADAP PROFESINYA

Pasal 18
Penyuluh Kesehatan Masyarakat/Promotor dan Pendidik Kesehatan hendaknya
bersifat proaktif dalam mengatasi masalah kesehatan.

Pasal 19
Penyuluh Kesehatan Masyarakat/Promotor dan Pendidik Kesehatan hendaknya
senantiasa memelihara dan meningkatkan profesi promosi kesehatannya.

Pasal 20
Penyuluh Kesehatan Masyarakat/Promotor dan Pendidik Kesehatan hendaknya
senantiasa selalu berkomunikasi, membagi pengalaman dan saling membantu di
antara sesama anggota.

BAB VI
KEWAJIBAN TERHADAP DIRI SENDIRI

Pasal 21
Profesi Penyuluh Kesehatan Masyarakat/Promotor dan Pendidik Kesehatan harus
memelihara kesehatannya agar dapat melaksanakan tugas profesinya dengan baik.

Pasal 22
Profesi Kesehatan Masyarakat/Promotor dan Pendidik Kesehatan harus menjadi
panutan dalam menetapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat.

48 KEMENTERIAN KESEHATAN RI
PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

Pasal 23
Profesi Kesehatan Masyarakat/Promotor dan Pendidik Kesehatan senantiasa
berusaha untuk mengembangkan dirinya dengan meningkatkan pengetahuan dan
keterampilannya sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

BAB VII
PENUTUP

Setiap anggota profesi Penyuluh Penyuluh Kesehatan Masyarakat/Promotor dan


Pendidik Kesehatan dalam melaksanakan tugasnya sehari-hari harus berusaha
dengan sungguh -sungguh dan memegang teguh kode etik Penyuluh Kesehatan
Masyarakat/Promotor dan Pendidik Kesehatan.
C. Kode Etik Profesi Penyuluh Kesehatan/Promotor dan Pendidik Kesehatan.

D. Syarat-syarat Profesi Penyuluh Kesehatan Masyarakat/ Promotor dan


Pendidik Kesehatan.
Syarat minimal sebagai profesi PKM/Promotor dan Pendidik Kesehatan:
1. Memiliki keahlian dan keterampilan dalam bidang ilmu pengetahuan, seni dan
teknologi termasuk metode pendidikan, pelatihan serta penelitian,
2. Mempunyai kemampuan satu atau lebih beberapa materi substansi yang
berkaitan dengan pendidikan kesehatan dan ilmu perilaku/promosi kesehatan,
3. Memiliki kemampuan dan keahlian dalam mempergunakan berbagai metode
pendidikan kesehatan dan perilaku, penyuluhan kesehatan, Komunikasi
Informasi dan Edukasi (KIE), Advokasi, Bina Suasana, Gerakan Pemberdayaan
Masyarakat, Pemasaran Sosial, Mobilisasi Sosial, mengembangkan jejaring
kemitraan yang terkait dengan promosi kesehatan, dan
4. Pernah mengikuti dan lulus diklat profesional: PKM dasar ahli–terampil,
magang di bidang PKM/Promosi Kesehatan, Training of Trainers (TOT), Master
of Trainer (MOT) di bidang promosi kesehatan/PKM.

Profesi Penyuluh Kesehatan Masyarakat/Promotor dan Pendidik Kesehatan wajib


mentaati hal-hal berikut:
1. Menunjukkan secara seksama kemampuan sesuai dengan pendidikan,
pelatihan dan pengalaman, serta bertindak dalam batas–batas kecakapannya
yang profesional.
2. Mempertahankan kecakapan pada tingkatan tinggi melalui belajar, pelatihan
dan penelitian berkesinambungan.
3. Melaporkan hasil penelitian dan kegiatan praktik secara jujur dan bertanggung
jawab.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
49
PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

4. Tidak membeda–bedakan individu berdasarkan ras, warna kulit, bangsa,


agama, usia, jenis kelamin, status sosial ekonomi dalam menyumbangkan
pelayanan, pekerjaan, pelatihan atau dalam meningkatkan kemajuan orang
lain.
5. Menjaga kemitraan klien (individu, kelompok, institusi) yang dilayani.
6. Menghargai hak pribadi (privasi), martabat (dignity), budaya dan harga diri
setiap individu, dan menggunakan keterampilan yang didasari dengan nilai-
nilai secara konsisten.
7. Membantu perubahan berdasarkan pilihan, bukan paksaan.
8. Mematuhi prinsip ”Informed Consent” sebagai perhargaan terhadap klien.
9. Membantu perkembangan suatu tatanan pendidikan yang mengasuh /
memelihara pertumbuhan dan perkembangan individu.
10. Bertanggungjawab untuk menerima tindakan/hukuman selayaknya sesuai
dengan kepentingan malpraktek yang dilakukan

Tiga Fungsi Kode Etik Profesi :


1. Kode etik profesi memberikan pedoman bagi setiap anggota profesi tentang
prinsip profesionalitas yang digariskan;
2. Kode etik profesi merupakan sarana kontrol sosial bagi masyarakat atas
profesi yang bersangkutan;
3. Kode etik profesi mencegah campur tangan pihak diluar organisasi profesi
tentang hubungan etika dalam keanggotaan profesi

E. Organisasi Profesi Perkumpulan Promotor dan Pendidik Kesehatan


Masyarakat (Perkumpulan PPKMI)

Nama dan kedudukan


Perkumpulan ini bernama “Perkumpulan Promotor dan Pendidik Kesehatan
Masyarakat Indonesia (Indonesian Society For Health Promotor Educator –
ISHPE) disingkat dengan Perkumpulan PPKMI. Berkedudukan dan didirikan di
Jakarta pada tanggal 14 Februari 1988 untuk waktu yang tidak ditentukan dan
selanjutnya dalam Anggaran Dasar ini disebut PERKUMPULAN. Perkumpulan
ini adalah perkumpulan profesi promotor dan pendidik kesehatan masyarakat
bernaung di bawah Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI).

Azas Dasar dan Tujuan Perkumpulan


Azas- Dasar Perkumpulan PPKMI adalah Pancasila dan Undang- Undang Dasar
45.

50 KEMENTERIAN KESEHATAN RI
PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

Tujuan Perkumpulan PPKMI


Tujuan Perkumpulan PPKMI secara umum sejalan dengan tujuan IAKMI yakni:
1. Turut dalam pengembangan ilmu pengetahuan dalm bidang kesehatan
Masyarakat.
2. Turut dalam peningkatan derajat kesehatan badaniah, rohaniah, dan sosial
rakyat Indonesia khususnya dan umat manusia umumnya.
3. Melindungi kepentingan Anggota
4. Membantu Pemerintah dalam program pembangunan nasional.

Tujuan Perkumpulan PPKMI secara khusus adalah :


1. Melestarikan profesi promotor dan pendidik kesehatan masyarakat Indonesia
2. Mengembangkan, mempraktikkan, mendayagunakan ilmu dan seni promosi
kesehatan serta keterampilan profesi dalam program pembangunan Indonesia
Sehat berbasis perilaku.
3. Meningkatkan kapasitas promosi kesehatan utamanya kapasitas SDM
Promkes Profesional
4. Melakukan pembinaan kehidupan profesi, integritas moral dan etika profesi
serta melindungi dan memperjuangkan kepentingan anggota dan profesi.
5. Menggalang kemitraan baik dengan Pemerintah Pusat maupun Pemerintah
Daerah, antar Profesi Kesehatan, LSM,Swasta, Media massa serta
mengembangkan jejaring nasional, regional dan global.

Keanggotaan
Anggota terdiri dari Anggota Muda, Anggota Biasa, Anggota Luar Biasa, dan
Anggota Kehormatan. Tenaga Fungsional Penyuluhan Kesehatan Masyarakat
secara otomatis menjadi Anggota Biasa. Anggota Biasa secara otomatis adalah
anggota IAKMI.

Pengurus
Pengurus Pusat berkedudukan di Jakarta/Ibu kota RI dan terdiri atas Dewan
Penasehat dan Pengurus Harian dan Dewan Pakar, serta dipilih untuk masa 4
tahun oleh Musyawarah Besar/Nasional.

Pengurus cabang berkedudukan di propinsi atau di kabupaten/kota, dipilih untuk


masa 4 tahun oleh Musyawarah Cabang. Cabang Perkumpulan PPKMI dapat
dibentuk bila mempunyai anggota sekurang-kurangnya 5 orang.

Musyawarah Nasional.
Musyawarah besar/nasional diadakan 4 tahun sekali kecuali bila sewaktu-waktu
diperlukan dan diminta oleh setengah jumlah cabang.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
51
PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

Pokok Bahasan 2.
ETIKA PROFESI PENYULUH KESEHATAN MASYARAKAT/PROMOTOR DAN
PENDIDIK KESEHATAN

A. Pengertian Etika
Kata etika sering dirancukan dengan istilah etiket, etis, ethos, iktikad dan kode
etik atau kode etika. Etika adalah ilmu yang mempelajari apa yang baik dan buruk.

Etiket adalah ajaran sopan santun yang berlaku bila manusia bergaul atau
berkelompok dengan manusia lain. Etiket tidak berlaku bila seorang manusia
hidup sendiri misalnya hidup di sebuah pulau terpencil atau di tengahhutan.

Etis artinya sesuai dengan ajaran moral, misalnya tidak etis menanyakan usia
pada seorang wanita.

Ethos artinya sikap dasar seseorang dalam bidang tertentu. Maka ada ungkapan
ethos kerja artinya sikap dasar seseorang dalam pekerjaannya, misalnya ethos kerja
yang tinggi artinya dia menaruh sikap dasar yang tinggi terhadap pekerjaannya.
Kode atika atau kode etik artinya daftar kewajiban dalam menjalankan tugas
sebuah profesi yang disusun oleh anggota profesi dan mengikat anggota dalam
menjalankan tugasnya.

Etika (Inggris = Ethics), adalah istilah yang muncul dari pemikiran aristoteles (yunani-
ethos) yang berarti = adapt atau budi pekerti. Dalam filsafat pengertian ETIKA
adalah telaah dan penilaian kelakuan manusia ditinjau dari kesusilaan. Kesusilaan
yang baik merupakan ukuran kesusilaan yang disusun bagi diri seseorang,
atau merupakan kumpulan keharusan, kumpulan kewajiban yang dibutuhkan
oleh masyarakat atau golongan tertentu. Kesusilaan biasanya berdasarkan hal
tertentu, misalnya: agama, kesejahteraan, atau kemakmuran negara.

Etika pada umumnya mengajarkan bahwa setiap pribadi manusia mempunyai


”otonomi moral”, artinya bahwa ia mempunyai hak dan kewajiban untuk
menentukan sendiri tindakan–tindakannya serta mempertanggungjawabkannya
kepada Tuhan YME.

Keberadaan etika dalam strata kehidupan sosial tidak lepas dari sistem
kemasyarakatan serta kodrat manusia yang terdiri atas aspek tubuh/jasmani, jiwa
dan rohani. Aspek jiwa mencakup kodrat alamiah, budaya serta nilai. Kodrat alamiah
dan budaya terdiri atas Cipta (pikiran dan rasio), Karsa (kehendak, kemauan),
Rasa (perasaan, emosi). Cipta melalui logika menciptakan ilmu pengetahuan,
sedangkan Karsa melalui etika menciptakan religi, akhlak, sopan santun dan

52 KEMENTERIAN KESEHATAN RI
PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

hukum. Sedangkan aspek rohani mencakup roh kebaikan, roh kepercayaan, roh
pengabdian, roh cinta-kasih.

Secara umum, etika dapat dibagi menjadi etika umum dan etika khusus.

Etika umum membicarakan kondisi-kondisi atas dasar bagaimana, manusia


bertindak secara etis, teori etika dan prinsip moral dasar yang menjadi pegangan
bagi manusia dalam bertindak, serta tolok ukur menilai atas baik atau buruk.

Etika khusus adalah penerapan prinsip dasar moral dalam bidang kehidupan
yang khusus. Etika khusus dibagi menjadi 3 bagian: (1) etika individual, (2) etika
sosial dan (3) etika spiritual.

• Etika Individual menyangkut kewajiban dan sikap manusia terhadap diri


sendiri.
• Etika sosial menyangkut hubungan manusia dengan manusia lain, baik secara
perorangan dan langsung atau bersama–sama dalam bentuk kelembagaan,
sikap kritis terhadap dunia dan ideologi, serta tanggung jawab manusia
terhadap lainnya.
• Etika spiritual menyangkut kewajiban dan sikap manusia terhadap Sang
Pencipta yaitu Tuhan YME.

B. Prinsip-prinsip Etika
Prinsip etika berkembang dari sumpah Hipocrates, bunyinya: Saya bersumpah
demi Apollo Dewa penyembuh Aescupalius dan Hygea, dan Panacea dan semua
dewa–dewa sebagai saksi bahwa sesuai dengan kemampuan dan pikiran saya
akan mematuhi sebagai berikut (ada 10 janji):

1. Saya akan memperlakukan guru yang telah mengajarkan ilmu ini dengan
penuh kasih sayang sebagaimana orang tua saya sendiri, jika perlu saya akan
bagikan harta saya untuk dinikmati bersama.
2. Saya akan memperlakukan anak–anaknya sebagai saudara kandung saya
dan saya akan mengajarkan ilmu yang telah saya peroleh dari ayahnya kalau
mereka mau mempelajarinya tanpa imbalan.
3. Saya akan meneruskan ilmu pengetahuan ini kepada anak– anaknya saya
sendiri dan kepada anak–anak guru–guru saya dan kepada mereka yang telah
mengikatkan diri dengan sumpah untuk mengabdi kepada ilmu pengobatan,
dan tidak merugikan siapapun.
4. Saya akan mengikuti cara pengobatan yang menurut pengeahuan dan
kemampuan saya akan membawa kebaikan bagi penderita dan tidak akan
merugikan siapapun.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
53
PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

5. Saya tidak akan memberikan obat yang mematikan kepada siapapun


meskipun diminta atau menganjurkan kepada mereka untuk tujuan itu. Atas
dasar yang sama, saya tidak akan memberikan obat untuk menggugurkan
kandungan.
6. Saya ingin menempuh hidup yang saya baktikan kepada ilmu saya ini dengan
tetap suci dan bersih.
7. Saya tidak akan melakukan pembedahan terhadap seseorang walaupun ia
menderita penyakit baru, tetapi akan menyerahkan kepada mereka yang
berpengalaman dalam pekerjaan ini.
8. Rumah siapapun yang saya masuki, kedatangan saya itu saya tujukan untuk
kesembuhan yang sakit dan tanpa niat buruk atau mencelakakan dan lebih
lagi tanpa berbuat cabul terhadap wanita ataupun pria baik mereka maupun
hamba sahaya.
9. Apapun yang saya dengar dan lihat tentang kehidupan seseorang yang
tidak patut disebarluaskan tidak akan saya ungkapkan karena saya harus
merahasiakannya.
10. Selama saya tetap mematuhi sumpah saya ini, izinkanlah saya menikmati hidup
dalam mempraktikkan ilmu saya ini, dihormati oleh semua orang sepanjang
waktu. Tetapi jika saya sampai mengkhianati sumpah ini balikkanlah nasib
saya.

Dari sumpah tadi ada 7 prinsip pokok yaitu: tidak merugikan, membawa kebaikan,
menjaga kerahasiaan, otonomi pasien, berkata benar, berlaku adil, sopan dan
menghormati privasi.

Dalam menjalankan profesinya, hanya pengemban profesi yang bersangkutan


sendiri yang dapat atau paling mengetahui apakah perilakunya dalam mengemban
profesi sudah memenuhi tuntutan etika profesinya atau tidak. Kepatuhan kepada
etika profesi akan sangat bergantung pada akhlak pengemban profesi yang
bersangkutan.

54 KEMENTERIAN KESEHATAN RI
PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

MATERI INTI 1
PERSIAPAN PENYULUHAN
KESEHATAN MASYARAKAT

I. Deskripsi Singkat
Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan yang
setinggi-tingginya dapat terwujud. Visi pembangunan kesehatan jangka panjang
adalah terwujudnya Indonesia Sehat Tahun 2025, dimana masyarakat hidup dalam
lingkungan yang sehat, perilaku masyarakat proaktif memelihara kesehatannya serta
mampu mengakses pelayanan kesehatan yang bermutu.

Dalam mendukung tercapainya tujuan pembangunan kesehatan tersebut peran


promosi kesehatan atau penyuluhan kesehatan sangat penting, terutama dalam
melakukan komunikasi, informasi dan edukasi. Hal ini ditegaskan dalam Undang-
Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan, pasal 7 yang menyatakan bahwa
setiap orang berhak untuk mendapatkan informasi dan edukasi tentang kesehatan
yang seimbang dan bertanggung jawab. Selanjutnya, pada pasal 9, pasal 10, pasal
11, pasal 12, serta pasal 174 menyatakan tentang kewajiban individu, keluarga
maupun kelompok untuk menjaga, memelihara dan meningkatkan kesehatannya
serta menghindarkan diri dari masalah kesehatan.

Permasalahan kesehatan yang diakibatkan perilaku yang tidak bersih dan sehat masih
banyak ditemukan di Indonesia, seperti penyakit menular (TB Paru, DBD, Diare,
HIV/Aids, dll) dan penyakit tidak menular / penyakit degeneratif (Diabetes, Jantung
koroner, dll) maupun penyakit baru (new-emerging deseases).

Salah satu upaya merubah perilaku hidup masyarakat yang bersih dan sehat yaiut
melalui penyediaan SDM kesehatan yang kompeten dalam memberika penyuluhan
kesehatan masyarakat. Salah satu kompetensi/kemampuan yang harus dimiliki
penyuluh kesehatan masyarakat adalah mempersiapkan kegiatan penyuluhan
kesehatan masyarakat.

II. Tujuan Pembelajaran



A. Tujuan Pembelajaran Umum:
Setelah mengikuti materi ini peserta mampu melakukan persiapan kegiatan
penyuluhan kesehatan masyarakat.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
55
PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

B. Tujuan Pembelajaran Khusus:


Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu:
1. Menjelaskan perencanaan promosi kesehatan
2. Menyusun rencana 5 tahunan dan tahunan
3. Mengidentifikasi potensi wilayah yang terkait dengan masalah kesehatan
4. Mengembangkan rencana strategi penyuluhan kesehatan masyarakat
5. Mengembangkan media penyuluhan
6. Membuat rancangan (design) media penyuluhan kesehatan masyarakat
7. Melakukan uji coba media penyuluhan
8. Melaksanakan evaluasi media penyuluhan kesehatan masyarakat
9. Melaksanakan evaluasi atas proses dan hasil dari media penyuluhan
10. Memprakondisikan kegiatan penyuluhan kesehatan masyarakat di lapangan

III. Pokok Bahasan dan Sub Pokok Bahasan


Dalam modul ini akan dibahas pokok bahasan berikut:
Pokok bahasan 1. Perencanaan promosi kesehatan
Sub pokok bahasan:
a. Pengertian
b. Tujuan
c. Manfaat
d. Jenis-jenis
e. Langkah-langkah

Pokok bahasan 2. Penyusunan rencana 5 tahunan dan tahunan


Sub pokok bahasan:
a. Pembuatan kerangka acuan
b. Analisa dan evaluasi data
c. Persiapan perencanaan
d. Evaluasi penyusunan rencana

Pokok bahasan 3. Identifikasi potensi wilayah yang terkait dengan masalah


kesehatan
Sub pokok bahasan:
a. Penyusunan kerangka acuan dalam rangka identifikasi identifikasi potensi wilayah
b. Penyusunan instrument terbuka dan tertutup
c. Pengumpulan data primer dengan cara:
1) Wawancara mendalam
2) Diskusi kelompok terarah
3) Observasi berkelanjutan
d. Pengumpulan data sekunder dari beberapa sumber
e. Tabulasi dan pengolahan data dengan komputer

56 KEMENTERIAN KESEHATAN RI
PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

f. Analisa hasil tabulasi data secara analitik


g. Penyusunan laporan hasil pelaksanaan dengan menggunakan beberapa instrumen

Pokok bahasan 4. Pengembangan rencana strategi penyuluhan kesehatan


masyarakat
a. Penyusunan rancangan strategi penyuluhan program terpadu tingkat:
1) Kecamatan
2) Kabupaten
3) Provinsi
4) Nasional
b. Penyusunan rancangan strategi penyuluhan tingkat internasional
c. Penyusunan uji coba rancangan strategi

Pokok bahasan 5. Mengembangkan media penyuluhan


Pokok bahasan 6. Membuat rancangan (design) media penyuluhan kesehatan
masyarakat
Pokok bahasan 7. Melakukan uji coba media penyuluhan
Pokok bahasan 8. Melaksanakan evaluasi media penyuluhan kesehatan masyarakat
Pokok bahasan 9. Melaksanakan evaluasi atas proses dan hasil dari media
penyuluhan
Pokok bahasan 10. Memprakondisikan kegiatan penyuluhan kesehatan masyarakat
di lapangan

IV. Langkah-Langkah Kegiatan Pembelajaran


Langkah-langkah kegiatan pembelajaran ini menguraikan tentang kegiatan fasilitator
dan peserta dalam proses pembelajaran selama sesi ini berlangsung (14 Jpl: 14 x 45
menit = 630 menit), adalah sebagai berikut:

Langkah 1.
Perkenalan (10 menit)
Langkah pembelajaran:
a. Memperkenalkan diri dan menyampaikan tujuan pembelajaran.
b. Mengajak peserta untuk berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran.
c. Memandu peserta untuk proses perkenalan dengan metode:
- Dalam 5 menit pertama setiap peserta diminta berkenalan dengan peserta
lain sebanyak-banyaknya
- Meminta peserta yang berkenalan dengan jumlah peserta terbanyak, dan
dengan jumlah peserta paling sedikit untuk memperkenalkan teman-
temannya
- Meminta peserta yang belum disebut namanya untuk memperkenalkan diri,
sehingga seluruh peserta saling berkenalan

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
57
PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

Langkah 2.
Menjelaskan bahasan dan pokok bahasan (60 menit)
a. a. Fasilitator menjelaskan tujuan pembelajaran.
b. Fasilitator menjelaskan bahasan dan pokok bahasan
c. Fasilitator mempersilahkan semua peserta untuk melakukan klarifikasi jika ada
yang belum jelas.

Langkah 3.
Bedah modul persiapan penyuluhan kesehatan masyarakat (240 menit)
a. Fasilitator membagi peserta dalam 5 kelompok, kemudian masing-masing
kelompok diberi tugas untuk menelaah modul materil persiapan penyuluhan
kesehatan masyarakat. Kelompok I membahas pokok bahasan 1 dan 2, kelompok
II membahas pokok bahasan 3 dan 4, kelompok III membahas pokok 5 dan 6,
Kelompok IV membahas pokok bahasan 7 dan 8, kelompok 5 membahas pokok
bahasan 9 dan 10.
b. Setelah masing-masing kelompok selesai menelaah materi materi secara
berkelompok, fasilitar mempersilahkan masing-masing kelompok untuk
mempresentasikan hasil diskusi kelompok. Setiap sesi presentasi kelompok,
fasilitator mewajibkan kelompok lain untuk bertanya dan menanggapi.
c. Setelah presentasi kelompok selesai kemudian fasilitator menjelaskan dan mengulas
kembali kembali materi sesuai pokok bahasan yang masih kurang dipahami peserta.
d. Fasilitator mempersilahkan semua peserta untuk bertanya atau melakukan klarifikasi
jika ada yang belum jelas.
e. Fasilitator memberikan jawaban untuk pertanyaan peserta dan memberi
reinforcement positif untuk peserta yang bertanya.
f. Fasilitator membuat rangkuman bersama-sama peserta diakhir proses pembelajaran,
agar terjadi proses yang dinamis.

Langkah 4.
Penugasan peserta membuat perencanaan penyuluhan kesehatan masyarakat
(440 menit)
a. Fasilitator membagi peserta dalam kelompok kecil @ 5-6 peserta.
b. Fasilitator memberikan tugas pada masing-masing kelompok untuk membuat
perencanaan penyuluhan kesehatan masyarakat dengan kasus yang berbeda-
beda.
c. Fasilitator meminta masing-masing kelompok mendiskusikan persiapan
penyuluhan kesehatan mulai dari identifikasi masalah, perumusan dan prioritas
masalah perilaku, penetapan tujuan perubahan perilaku, sasaran penyuluhan,
pemilihan media dan metode penyuluhan, isi pesan, alat bantu yang dipilih, dan
membuat tabel perencanaan penyuluhan kesehatan masyarakat. Kemudian
masing-masing kelompok mempresentasikan hasil diskusinya masing-masing

58 KEMENTERIAN KESEHATAN RI
PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

d. Setelah masing-masing kelompok selesai mendiskusikan dan membuat


perencanaan penyuluhan kesehatan masyarakat secara berkelompok , fasilitar
mempersilahkan masing-masing kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusi
kelompok. Setiap sesi presentasi kelompok, fasilitator mewajibkan kelompok lain
untuk bertanya dan menanggapi.
e. Fasilitator menyimpulkan hasil presentasi kelompok tentang perencanaan
penyuluhan kesehatan masyarakat.

Langkah 5.
Menutup sesi (15 menit)
a. Fasilitator memandu peserta membuat rangkuman dari semua proses dan hasil
pembelajaran selama sesi ini.
b. Fasilitator memberi ulasan singkat tentang materi yang terkait dengan persiapan
penyuluhan kesehatan masyarakat
c. Mengakhiri sesi dengan tepuk tangan bersama.
d. Fasilitator mengucapkan salam

V. Uraian Materi

Pokok Bahasan 1.
PERENCANAAN PROMOSI KESEHATAN

A. Pengertian Perencanaan
Perencanaan pada dasarnya merupakan proses penetapan tujuan dan sasaran,
serta penetapan cara pencapaian tujuan dan sasaran yang diharapkan.

Perencanaan adalah serangkaian kegiatan dimana keputusan yang dibuat


dituangkan dalam bentuk tindakan. Perencanaan merupakan salah satu siklus
dari proses pemecahan masalah untuk mengubah posisi yang ada saat ini kepada
posisi yang diinginkan.

Perencanaan menurut Tjokroamidjojo (1992, 12-14) mendefinisikan perencanaan


sebagai suatu cara bagaimana mencapai tujuan sebaik-baiknya (maximum
output) dengan sumber-sumber yang ada supaya lebih efisien dan efektif.
Dengan demikian, maka terdapat 5 (lima) hal pokok yang perlu diketahui dalam
perencanaan, yaitu: 1) permasalahan yang ada, 2) ketersediaan sumberdaya, 3)
tujuan serta sasaran yang ingin dicapai, 4) kebijakan yang ada serta 5) jangka
waktu pencapaian tujuan.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
59
PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

Perencanaan menurut Abe (2001, 43) tidak lain dari susunan (rumusan)
sistematik mengenai langkah (tindakan-tindakan) yang akan dilakukan di masa
depan, dengan didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan yang seksama
atas potensi, faktor-faktor eksternal dan pihak-pihak yang berkepentingan dalam
rangka mencapai suatu tujuan tertentu. Dalam pengertian ini, memuat hal-hal
yang merupakan prinsip perencanaan, yakni : 1) apa yang akan dilakukan, yang
merupakan jabaran dari visi dan misi; 2) bagaimana mencapai hal tersebut; 3)
siapa yang akan melakukan; 4) lokasi aktivitas; 5) kapan akan dilakukan, berapa
lama; dan 6) sumber daya yang dibutuhkan.

B. Tujuan Perencanaan
Tujuan umum
Mengarahkan sumberdaya yang ada untuk pencapaian target program dalam
waktu tertentu. Selain itu, perlu mendapatkan kejelasan tentang upaya yang
harus dilakukan secara sistematis mengarah pada tujuan program yang akan
dicapai dalam waktu tertentu.

Tujuan khusus
1. Adanya kejelasan tentang jenis serta tahapan kegiatan yang konkrit
2. Adanya kejelasan tentang sumberdaya yang dibutuhkan
3. Adanya kejelasan tentang kebijakan yang harus dikembangkan
4. Adanya kejelasan tentang metode yang digunakan
5. Adanya kejelasan tentang media yang dibutuhkan
6. Adanya kejelasan tentang waktu yang dibutuhkan
7. Adanya kejelasan tentang sasaran wilayah garapan
8. Adanya kejelasan tentang peran berbagai pihak yang terlibat.
9. Adanya kejelasan tentang indikator keberhasilan.

C. Manfaat Perencanaan
1. Memusatkan perhatian pada tujuan yang ingin dicapai.
2. Mengurangi resiko ketidak pastian terhadap proses kegiatan yang harus
dilakukan.
3. Mencegah pemborosan sumberdaya, dan mengoptimalkan penggunaan
sumberdaya secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan yang ingin
dicapai.
4. Kegiatan terjadwal dengan baik
5. Menjadi dasar bagi fungsi manajemen yang lain, yaitu pelaksanaan,
pengawasan, pemantauan dan penilaian.

60 KEMENTERIAN KESEHATAN RI
PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

D. Jenis-jenis Perencanaan
Ada beberapa jenis perencanaan promosi kesehatan, yaitu:
1. Perencanaan berdasarkan alokasi waktu (jangka pendek, menengah dan
panjang).
2. Perencanaan promosi kesehatan berdasarkan program prioritas
3. Perencanaan berdasarkan tatanan promosi kesehatan.
4. Perencanaan berdasarkan kegiatan promosi disetiap jenjang administrasi, di
pusat, provinsi, kabupaten/kota, puskesmas/ kecamatan, dan kelurahan.
5. Perencanaan berdasarkan pencapaian indikator kinerja, misalnya: pencapaian
PHBS di Rumah Tangga, PHBS di Sekolah, pencapaian Desa dan Kelurahan
Siaga Aktif, pencapaian target imunisasi lengkap pada bayi, peningkatan target
persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan, dll
6. Perencanaan berdasarkan pada strategi promosi kesehatan (perencanaan
advokasi, bina suasana, gerakan pemberdayaan masyarakat).
7. Perencanaan berdasarkan ruang lingkup program kesehatan, yaitu untuk satu
program atau program terpadu.
8. Perencanaan dalam menghadapi keadaan darurat.
9. Perencanaan berdasarkan fungsi operasional misalnya: keuangan,
ketenagakerjaan, dll).

E. Langkah-langkah
Langkah-langkah perencanaan promosi kesehatan merupakan siklus yang
terdiri dari beberapa tahapan kegiatan yaitu:
1. Analisa situasi, Identifikasi masalah, masyarakat, wilayah dan kebijakan.
2. Menetapkan prioritas masalah
3. Melakukan identifikasi penyebab masalah
4. Menentukan prioritas penyebab masalah
5. Menentukan tujuan promosi kesehatan
6. Menentukan sasaran promosi kesehatan
7. Menentukan jenis kegiatan promosi kesehatan
8. Menentukan metode promosi kesehatan
9. Menetukan media promosi kesehatan
10. Menentukan pelaksana kegiatan
11. Menentukan alokasi dana kegiatan
12. Menentukan waktu pelaksanaan kegiatan
13. Menentukan kegiatan monitoring
14. Menentukan kegiatan evaluasi

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
61
PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

Siklus Perencanaan Promosi Kesehatan



  3  
4  
5  
2  
Melakukan Menentukan
prioritas Menentukan
1  
Menetapkan identifikasi tujuan promosi
penyebab 6  
prioritas penyebab kesehatan  
masalah   masalah  
masalah
Analisa situasi,
Identifikasi   Menentukan
masalah, sasaran
masyarakat, promosi
wilayah dan kesehatan  
kebijakan   14  
Menentukan 7   Menentukan
kegiatan jenis kegiatan
evaluasi  
promosi  
8  
13  

Menentukan Menentukan
kegiatan 12   metode
monitoring   9   promosi  

11  
Menentukan
waktu
10   Menetukan
pelaksanaan media
Menentukan Menentukan
kegiatan promosi
alokasi dana pelaksana
kesehatan   kesehatan  
kegiatan kegiatan  
kesehata
n  

Pokok Bahasan 2.
PENYUSUNAN RENCANA 5 TAHUNAN DAN TAHUNAN

A. Pembuatan Kerangka Acuan


Kerangka Acuan Kerja atau Kerangka Acuan Kegiatan yang disingkat KAK adalah
dokumen perencanaan kegiatan yang berisi penjelasan/keterangan mengenai
apa, mengapa, siapa, kapan, di mana, bagaimana, dan berapa perkiraan biayanya
suatu kegiatan. Dengan kata lain, KAK berisi uraian tentang latar belakang, tujuan,
ruang lingkup, masukan yang dibutuhkan, dan hasil yang diharapkan dari suatu
kegiatan. KAK dalam bahasa Inggris adalah Term Of Reference yang disingkat
TOR.

Kerangka Acuan Kerja merupakan gambaran umum dan penjelasan mengenai


kegiatan yang akan dilaksanakan sesuai dengan tugas dan fungsi Kementerian
Negara/Lembaga. Dalam KAK tercakup latar belakang, maksud dan tujuan,
indikator keluaran dan keluaran, cara pelaksanaan kegiatan, pelaksana dan
penanggungjawab kegiatan, jadwal kegiatan, dan biaya kegiatan.

Format Kerangka Acuan Kerja

Kementerian Negara/Lembaga: ..................................


Unit Organisasi: ..................................
Program: ..................................
Sasaran Program: ..................................
Usulan SBK: Kegiatan/Subkegiatan/Detil Kegiatan *)

62 KEMENTERIAN KESEHATAN RI
PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

Kegiatan: ..................................
Subkegiatan: ..................................
Detil Kegiatan: ..................................
1. Latar Belakang (why)
• Dasar Hukum
• Gambaran Umum
• Alasan Kegiatan Dilaksanakan
2. Kegiatan Yang Dilaksanakan (what)
• Uraian Kegiatan
• Batasan Kegiatan
3. Maksud dan Tujuan (why)
• Maksud Kegiatan
• Tujuan Kegiatan
4. Indikator Keluaran dan Keluaran
• Indikator Keluaran (kualitatif)
• Keluaran(kuantitatif)
5. Cara Pelaksanaan Kegiatan (how)
• Metode Pelaksanaan
• Tahapan Kegiatan
6. Tempat pelaksanaan Kegiatan (where)
7. Pelaksana dan Penanggungjawab Kegiatan (who)
• Pelaksana kegiatan
• Penanggungjawab kegiatan
• Penerima manfaat
8. Jadwal Kegiatan
• Waktu pelaksanaan kegiatan (when)
• Matriks pelaksanaan kegiatan (time table)
9. Biaya (How much): total biaya yarrg diperlukan dalam kegiatan.

Tata cara pengisian format KAK adalah sebagai berikut:


1. Kementerian Negara/Lembaga, diisi dengan nomenklatur Kementerian
Negara/Lembaga.
2. Unit Organisasi, diisi dengan nomenklatur Unit Eselon I yang bersangkutan.
3. Program, diisi dengan nama program.
4. Sasaran Program, diisi dengan sasaran program dalam Renja K/L atau RKP.
5. Usulan SBK: diisi sesuai dengan posisi (level) usulan SBK serta keterkaitan
dengan kegiatan, subkegiatan dan detil kegiatan.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
63
PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

Sistematika
1. Latar Belakang
Menjelaskan dasar hukum yang terkait dan kebijakan Kementerian Negara/
Lembaga yang merupakan dasar keberadaan kegiatan/alctifltas berkenaan
berupa Peraturan Perundangan yang berlaku, Rencana Strategis Kementerian
Negara/Lembaga, dan Tugas Fungsi Kementerian Negara/Lembaga,
sedangkan gambaran umum merupakan penjelasan secara singkat mengapa
(why) kegiatan tersebut dilaksanakan dan alasan penting kegiatan tersebut
dilaksanakan serta keterkaitan kegiatan yang dipilih dengan kegiatan keluaran
(output) dalam mendukung pencapaian sasaran dan kinerja program/yang
pada akhirnya akan mendukung pencapaian tujuan kebijakan.
2. Kegiatan yang dilaksanakan
Menjelaskan uraian kegiatan apa (what) yang akan dilaksanakan dan batasan
kegiatan.
3. Maksud dan Tujuan
Menjelaskan mengapa (why) kegiatan harus dilaksanakan dan berisikan hasil
akhir yang diharapkan dari suatu kegiatan (bersifat kualitatif) serta manfaat
(outcome) kegiatan.
4. Indikator Keluaran dan Keluaran
Menjelaskan indikator keluaran berupa target yang ingin dicapai (bersifat
kualitatif) dan keluaran (output) yang terukur dalam suatu kegiatan (bersifat
kuantitatif). Misalnya: 37% RT sehat, dan lain-lain.
5. Cara Pelaksanaan Kegiatan
Menjelaskan bagaimana (how) cara pelaksanaan kegiatan baik berupa metode
pelaksanaan, komponen, tahapan dalam mendukung pencapaian keluaran
(output) kegiatan.
6. Tempat Pelaksanaan Kegiatan
Menjelaskan dimana (where) kegiatan tersebut akan dilaksanakan.
7. Pelaksana dan Penanggungjawab Kegiatan
Menjelaskan siapa (who) saja yang terlibat dan bertanggungjawab atas
pelaksanaan kegiatannya.
8. Jadwal Kegiatan
Menjelaskan berapa lama dan kapan (when) kegiatan tersebut dilaksanakan,
dengan dilengkapi time table kegiatan.
9. Biaya
Berisikan total biaya (how much) kegiatan sebesar nilai nominal tertentu yang
dirinci dalam (Rencana Anggaran Biaya) RAB sebagai lampiran KAK.
10. Penandatangan KAK
Diisi pejabat yang bertanggung jawab pada kegiatan yang akan dilaksanakan.

64 KEMENTERIAN KESEHATAN RI
PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

B. Analisa dan Evaluasi data


Perencanaan program penyuluhan yang baik harus mengungkapkan hasil analisis
fakta dan keadaan yang “lengkap” yang menyangkut: keadaan sumberdaya-
alam, sumberdaya-manusia, kelembagaan, tersedianya sarana/prasarana, dan
dukungan kebijaksanaan, keadaan sosial, keamanan, dan stabilitas politik. Untuk
keperluan tersebut, pengumpulan data dapat dilakukan dengan menghubungi
beberapa pihak (seperti: lembaga/aparat pemerintah, tokoh-tokoh masyarakat,
organisasi profesi, dll) dengan menggunakan berbagai teknik pengumpulan data
(wawancara, pengamatan, pencatatan data-sekunder, pengalaman empirik,
dll), agar data yang terkumpul tidak saja cukup lengkap tetapi juga dijamin
kebenarannya.

Data yang sudah diperoleh kemudian dikoreksi untuk menjamin keakuratan dan
kualitas data. Data yang sudah terkumpul kemudian dianalisa dan dievaluasi.
Jenis data yang dianalisa dan dievaluasi meliputi:
1. data umum antara lain keadaan geografis dan musim, keadaan penduduk
(jumlah, kepadatan), pendidikan, keadaan ekonomi dll.
2. data khusus kesehatan antara lain meliputi angka kesakitan, angka kematian,
angka kelahiran, keadaan gizi, jenis-jenis penyakit tertentu.
3. data perilaku antara lain pola makan, pola kepemimpinan, kebiasaan buang
sampah, kebiasaan berobat, kebiasaan buang air besar, kebiasaan, dll.

Analisa yang digunakan dengan analisa deskriptif. Semua data yang diperoleh
disajikan dalam bentuk tabel, grafik ataupun bentuk pie. Dari hasil analisa data
tersebut kemudian dapat diketahui rencana kebutuhan penyuluhan kesehatan
masyarakat. Data tersebut bisa diperoleh melalui: Statistik, laporan petugas
kesehatan, pengamatan terhadap masalah kepercayaan, sikap, tingkah laku
berbagai kelompok, masyarakat, pembahasan bersama teman. Perumusan
masalah perlu dipusatkan pada masalah-masalah nyata (real-problems) yang
telah dirasakan masyarakat (felt-problems). Artinya, perumusan masalah
hendaknya dipusatkan pada masalah-masalah yang dinilai sebagai penyebab
tidak terpenuhinya kebutuhannyata (real-needs) masyarakat, yang telah dapat
dirasakan (felt-needs) oleh mereka. Jika ada lebih dari satu masalah kesehatan,
maka perlu diadakan penyusunan prioritas masalah sehingga permasalahan
dapat diselesaikan secara bertahap.

Dalam menetapkan prioritas masalah harus mempertimbangkan beberapa hal


sebagai berikut:
1. Beratnya/besarnya masalah
2. Kelompok masyarakat yang diserang
3. Distribusi geografis
4. Pertimbangan politis

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
65
PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

C. Persiapan Perencanaan
Rencana kegiatan menggambarkan apa yang dilakukan untuk mencapai tujuan,
bagaimana caranya, siapa yang melakukan, siapa sasarannya, dimana, kapan,
berapa biayanya, dan apa hasil yang akan dicapai untuk memecahkan masalah
yang dihadapi dan merespon peluang yang ada.

Untuk merumuskan rencana kegiatan perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut:


1. Tingkat kemampuan (pengetahuan, sikap dan keterampilan) pelaku utama
dan pelaku usaha;
2. Ketersedian teknologi/inovasi, sarana dan prasarana, serta sumberdaya lain
yang mendukung kegiatan penyuluhan kesehatan masyarakat;
3. Tingkat kemampuan (Pengetahuan, Keternampilan dan Sikap) Penyuluh
Kesehatan Masyarakat;
4. Situasi lingkungan fisik sosial dan budaya yang ada; dan
5. Alokasi pembiayaan yang tersedia.

Rencana penyuluhan kesehatan masyarakat harus memuat unsur-unsur:


SIADIBIBA:
1. Siapa yang akan melaksanakan?
2. Bilamana/kapan waktu pelaksanaan?
3. Berapa banyak hasil yang ingin dicapai (Kwantitas dan Kwalitas)?
4. Berapa korbanan yang diperlukan (biaya, tenaga, dll)?
5. Bagaimana melaksanakannya (melalui kegiatan apa)?

Rencana kegiatan yang disajikan dalam bentuk tabulasi/matriks yang berisi


masalah, kegiatan, metode, keluaran, sasaran, volume/frekuensi, lokasi, waktu,
biaya, sumber biaya, penanggungjawab pelaksanaan dan pihak terkait.

D. Evaluasi penyusunan rencana

Pokok Bahasan 3.
IDENTIFIKASI POTENSI WILAYAH YANG TERKAIT DENGAN MASALAH
KESEHATAN

Pengertian Identifikasi Potensi Wilayah adalah kegiatan penggalian data dan informasi
potensi wilayah (data sekunder dan data primer) yang dilakukan secara partisipatif.

Potensi adalah semua sumberdaya yang ada atau tersedia dan yang dapat digunakan
dalam upaya mengatasi masalah yang ada ataupun digunakan dalam upaya mencapai
tujuan. Beberapa langkah kegiatan indentifikasi potensi wilayah terkait masalah
kesehatan sebagai berikut:

66 KEMENTERIAN KESEHATAN RI
PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

A. Penyusunan kerangka acuan (TOR) dalam rangka identifikasi potensi


wilayah
Membuat kerangka acuan kegiatan identifikasi potensi wilayah merupakan salah
satu syarat untuk mencairkan anggaran/pembiayaan dan sebagai acuan kegiatan
identifikasi potensi wilayah.

Isi TOR:
1. Uraian mengenai apa (WHAT) pengertian dan apa keluaran (output) yang akan
dicapai dari kegiatan yang dilaksanakan.
2. Mengapa (WHY) kegiatan tersebut perlu dilaksanakan dalam hubungan tugas
pokok dan fungsi atau sasaran program yang hendak dicapai.
3. Siapa (WHO) satker/panitian/tim/personal yang bertanggung jawab
melaksanakan dalam mencapai keluaran (output) dan siapa yang menerima
manfaat dari kegiatan tersebut.
4. Kapan (WHEN) kegiatan dimulai dan selesai,
5. berapa lama (HOW LONG) waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikanya.
6 Dimana/lokasi (WHERE) kegiatan tersebut dilaksanakan.
7. Bagaimana (HOW) kegiatan tersebut dilaksanakan.
8. Berapa perkiraan biayanya (HOW MUCH) yang dibutuhkan

B. Penyusunan instrument terbuka dan tertutup


Instrumen Pengumpul Data merupakan alat yang digunakan untuk mengumpulkan
data. Karena berupa alat, maka instrumen dapat berupa lembar cek list, kuesioner
(angket terbuka / tertutup), pedoman wawancara, camera photo dan lainnya.

Jenis pertanyaan terbagi atas terbuka dan tertutup. PertanyaanTerbuka : responden


bebas memberikan jawaban tanpa dibatasi jenis jawabannya. Pertanyaan terbuka
baik untuk memastikan subyektifitas data. Dengan pertanyaan terbuka kita dapat
menangkap beragam pendapat tentang suatu hal yang kita tanyakan. Pertanyaan
terbuka biasanya diletakkan pada akhir daftar pertanyaan untuk mengetahui
pendapat responden tentang hal yang diteliti.

Kerugian pertanyaan terbuka :


1. Harus dibaca dan dianalisis satu pers atu
2. Interpretasi beberapa pembaca dapat berbeda sehingga sulit disimpulkan.
3. Butuh waktu dan pikiran yang lebih banyak bagi responden untuk
menjawabnya, sehingga mudah bosan.

Pertanyaan tertutup : menggunakan pertanyaan yang jawabannya berupa pilihan.


Tidak ada ketentuan dalam banyaknya pilihan. Biasanya berkisar antara 5-10
pilihan jawaban. Untuk pertanyaan yang mengukur satu variabel atau pendapat,

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
67
PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

misalnya kemudahan penggunaan, dengan kisaran dari mudah ke sulit, suka ke


tidak suka biasanya pilihannya berjumlah gasal .

Untuk kuesioner yang mengukur opini dan variabel yang jumlahnya banyak, seperti
misalnya uji musik, lebih baik menggunakan jumlah pilihan jawaban yang genap,
untuk menghindari banyaknya jawaban yang kosong (tidak punya pendapat).

Keuntungan Pertanyaan Tertutup :


1. Mudah dihitung persentase jawabannya.
2. Dapat menggunakan lembar jawaban komputer sehingga cepat
menghitungnya.
3. Mudah melacak pendapat berdasarkan waktu
4. Mudah memfilter jawaban yang tidak berguna atau yang ekstrim.

C. Pengumpulan data primer


Teknik pengumpulan data merupakan faktor penting demi keberhasilan identifikasi
potensi wilayah. Hal ini berkaitan dengan bagaimana cara mengumpulkan data,
siapa sumbernya, dan apa alat yang digunakan.

Data primer adalah data yang diperoleh peneliti secara langsung (dari tangan
pertama).

Pengumpulan data primer dengan cara:


1. Wawancara mendalam
Wawancara mendalam (in–depth interview) adalah proses memperoleh
keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap
muka antara pewawancara dengan informan atau orang yang diwawancarai,
dengan atau tanpa menggunakan pedoman (guide) wawancara di mana
pewawancara dan informan terlibat dalam kehidupan sosial yang relatif lama.

Keunggulannya ialah memungkinkan peneliti mendapatkan jumlah data yang


banyak, sebaliknya kelemahan ialah karena wawancara melibatkan aspek
emosi, maka kerjasama yang baik antara pewawancara dan yang diwawancari
sangat diperlukan.

2. Diskusi kelompok terarah


Diskusi kelompok terarah (Focus Group Discussion), yaitu upaya menemukan
makna sebuah isu oleh sekelompok orang lewat diskusi untuk menghindari
diri pemaknaan yang salah oleh seorang peneliti. FGD memungkinkan peneliti
mendapatkan data yang lengkap dari informan yang biasanya dijadikan
landasan suatu program (pilot study). Pelaksanaan FGD juga relatif cepat,

68 KEMENTERIAN KESEHATAN RI
PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

yang terlama adalah waktu rekruitmen informan. FGD juga memungkinkan


peneliti lebih fleksibel dalam menentukan desain pertanyaan, sehingga bebas
bertanya kepada informan sesuai dengan tujuan penelitian. Namun FGD relatif
membutuhkan biaya yang cukup besar, bahkan dalam beberapa kasus, para
informan mendapat selain konsumsi juga ‘uang lelah’ karena telah mengikuti
diskusi.

Tujuan FGD adalah untuk memperoleh informasi mendalam pada konsep,


persepsi dan gagasan untuk suatu kelompok FGD mengarahkan untuk
menjadi lebih dari suatu pertanyaan-pertanyaan interaksi jawaban. Ini
merupakan suatu diskusi kelompok antara 6 sampai 12 orang yang dipandu
oleh seorang fasilitator dan co-fasilitator.

Beberapa tips saat melakukan wawancara adalah mulai dengan pertanyaan


yang mudah, mulai dengan informasi fakta, hindari pertanyaan multiple,
jangan menanyakan pertanyaan pribadi sebelum building raport, ulang
kembali jawaban untuk klarifikasi, berikan kesan positif, dan kontrol emosi
negative.

3. Observasi berkelanjutan
Observasi adalah metode pengumpulan data melalui pengamatan langsung
atau peninjauan secara cermat dan langsung di lapangan atau lokasi penelitian.
Dalam hal ini, peneliti dengan berpedoman kepada desain penelitiannya perlu
mengunjungi lokasi penelitian untuk mengamati langsung berbagai hal atau
kondisi yang ada di lapangan.

Dengan observasi kita dapat memperoleh gambaran tentang kehidupan sosial
yang sukar untuk diketahui dengan metode lainnya. Observasi dilakukan
untuk menjajaki sehingga berfungsi eksploitasi. Dari hasil observasi kita
akan memperoleh gambaran yang jelas tentang masalahnya dan mungkin
petunjuk-petunjuk tentang cara pemecahannya. Jadi, jelas bahwa tujuan
observasi adalah untuk memperoleh berbagai data konkret secara langsung
di lapangan atau tempat penelitian.

Beberapa informasi yang diperoleh dari hasil observasi adalah ruang (tempat),
pelaku, kegiatan, objek, perbuatan, kejadian atau peristiwa, waktu, perasan.
Alasan peneliti melakukan observasi adalah untuk menyajikan gambaran
realistik perilaku atau kejadian, untuk menjawab pertanyaan, untuk membantu
mengerti perilaku manusia, dan untuk evaluasi yaitu melakukan pengukuran
terhadap aspek tertentu melakukan umpan balik terhadap pengukuran
tersebut.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
69
PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

Langkah-langkah dalam melakukan observasi adalah sebagai berikut:


1) Harus diketahui di mana observasi itu dapat dilakukan.
2) Harus ditentukan dengan pasti siapa saja yang akan diobservasi.
3) Harus diketahui dengan jelas data-data apa saja yang diperlukan.
4) Harus diketahui bagaimana cara mengumpulkan data agar berjalan
mudah dan lancar.
5) Harus diketahui tentang cara mencatat hasi! observasi, seperti telah
menyediakan buku catatan, kamera, tape recorder, dan alat-alat tulis
lainnya.

D. Pengumpulan data sekunder dari beberapa sumber


Data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber yang sudah ada seperti
profil kesehatan, laporan tahunan program promkes, hasil kajian PHBS, dan lain-
lain. Data sekunder dikumpulkan untuk diolah dan dianalisa sebagai kelengkapan
bahan untuk membuat perencanaan penyuluhan kesehatan masyarakat.

E. Tabulasi dan pengolahan data dengan computer


Pengolahan data atau disebut juga proses pra-analisa mempunyai tahap-tahap
sebagai berikut:
1. Editing Data ( Pemeriksaan data)
Pengertian dari editing data adalah proses meneliti hasil survai untuk meneliti
apakah ada response yang tidak lengkap, tidak komplet atau membingungkan,
dan apabila ada kasus seperti ini ada beberapa cara untuk mengatasinya
misalnya:
a. Dengan cara mengembalikan ke survayor, apabila survai lagi tidak
mungkin dilakukan maka response yang tidak lengkap dapat diganti
dengan missing value atau ditulis tidak menjawab,
b. Menyingkirkan hasil survay dengan jawaban yang tidak lengkap (apabila
jumlahnya kecil dan sampel yang diambil besar)
c. Dilakukan dengan cara meneliti kembali data yang terkumpul dari
penyebaran kuesioner. Langkah tersebut dilakukan untuk mengetahui
apakah data yang terkumpul sudah cukup baik. Pemeriksaan data atau
editing dilakukan terhadap jawaban yang telah ada dalam kuesioner
dengan memperhatikan hal-hal meliputi: kelengkapan pengisian
jawaban, kejelasan tulisan, kejelasan makna jawaban, serta kesesuaian
antar jawaban. (Suplemen MPS1 Kuantitatif)
d. Proses editing merupakan proses dimana peneliti melakukan klarifikasi,
keterbacaan, konsisitensi dan kelengkapan data yang sudah terkumpul.
Proses klarifikasi menyangkut memberikan penjelasan mengenai apakah
data yang sudah terkumpul akan menciptakan masalah konseptual
atau teknis pada saat peneliti melakukan analisa data. Dengan adanya

70 KEMENTERIAN KESEHATAN RI
PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

klarifikasi ini diharapkan masalah teknis atau konseptual tersebut


tidak mengganggu proses analisa sehingga dapat menimbulkan bias
penafsiran hasil analisa. Keterbacaan berkaitan dengan apakah data
yang sudah terkumpul secara logis dapat digunakan sebagai justifikasi
penafsiran terhadap hasil analisa. Konsistensi mencakup keajegan
jenis data berkaitan dengan skala pengukuran yang akan digunakan.
Kelengkapan mengacu pada terkumpulannya data secara lengkap
sehingga dapat digunakan untuk menjawab masalah yang sudah
dirumuskan dalam penelitian tersebut.

2. Pengembangan Variabel
Spesifikasi semua variable yang diperlukan yang tercakup dalam data yang
sudah terkumpul atau dengan kata lain apakah semua variable yang diperlukan
sudah termasuk dalam data. Jika belum ini berarti data yang terkumpul belum
lengkap atau belum mencakup semua variable yang sedang diteliti.

3. Koding Data (Pemberian Kode pada data)


Koding merupakan kegiatan merubah data berbentuk huruf menjadi data
berbentuk angka/ bilangan. Misalnya untuk variabel pekerjaan dilakukan
koding 1 = Pegawai Negeri, 2 = Wiraswasta, 3 = Pegawai Swasta dan 4 =
Pensiunan. Jenis kelamin: 1 = Pria dan 2 = Wanita, dsb. Kegunaan dari koding
adalah untuk mempermudah pada saat analisis data dan juga mempercepat
pada saat entry data. Entry data, adalah transfer coding data dari kuisioner ke
software. Pengkodean data dilakukan untuk memberikan kode yang spesifik
pada respon jawaban responden untuk memudahkan proses pencatatan
data. Dengan data sudah diubah dalam bentuk angka-angka, maka peneliti
akan lebih mudah mentransfer kedalam komputer dan mencari program
perangkat lunak yang sesuai dengan data untuk digunakan sebagai sarana
analisa, misalnya apakah data tersebut dapat dianalisa dengan menggunakan
software SPSS?

4. Cek Kesalahan
Peneliti melakukan pengecekan kesalahan sebelum dimasukkan kedalam
komputer untuk melihat apakah langkah-langkah sebelumnya sudah
diselesikan tanpa kesalahan yang serius.

5. Membuat Struktur Data


Buatlah struktur data yang mencakup semua data yang dibutuhkan untuk
analisa kemudian dipindahkan kedalam komputer. Penyimpanan data kedalam
komputer mempertimbangkan 1) apakah data disimpan dengan cara yang
sesuai dan konisten dengan penggunaan sebenarnya? 2)apakah ada data

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
71
PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

yang hilang / rusak dan belum dihitung? 3) bagaimana caranya mengatasi


data yang hilang atau rusak? 4) sudahkan pemindahan data dilakukan secara
lengkap?

6. Cek Preanalisa Komputer


struktur data yang sudah final kemudian dipersiapkan untuk analisa komputer
dan sebelumnya harus dilakukan pengecekan preanalisa komputer agar
diketahui konsistensi dan kelengkapan data.

7. Tabulasi
Tabulasi merupakan kegiatan menggambarkan jawaban responden dengan
cara tertentu. Tabulasi juga dapat digunakan untuk menciptakan statistik
deskriptif variable-variable yang diteliti atau yang variable yang akan di tabulasi
silang.

8. Cleaning Data (Pembersihan data)


Cleaning data adalah proses pengecekan data untuk konsistensi dan treatmen
yang hilang, pengecekan konsistensi meliputi pemerikasaan akan data yang
out of range, tidak konsisten secara logika, ada nilai-nilai ekstrim, data
dengan nilai-nilai tdk terdefinisi, sedangkan treatmen yang hilang adalah nilai
dari suatu variabel yang tidak diketahui dikarenakan jawaban responden yang
membingungkan. Untuk mengatasi treatmen yang hilang dapat dilakukan
beberapa cara untuk mengatasinya adalah:
a. <!--[if !supportLists]-->· <!--[endif]-->Substitusi dengan nilai yang netral
b. <!--[if !supportLists]-->· <!--[endif]-->Jawaban substitusi yang
dimasukkan berdasarkan pola jawaban responden pada pertanyaan-
pertanyaan lain
c. <!--[if !supportLists]-->· <!--[endif]-->Menghilangkan beberapa kasus,
responden yang banyak tidak memberikan response di buang dari
analisis (bila hanya sedikit/bila jumlahnya banyak dapat dikelompokkan
sendiri)
d. <!--[if !supportLists]-->· <!--[endif]-->Penghapusan sebagian; untuk
responden yang mempunyai nilai-nilai missing tidak langsung dibuang
tetapi diambil sebagian dan dianalisis untuk bagian yang lengkap
nilainya, hasil analisis didasarkan ukuran sampel berbeda bila ukuran
sampel besar, ada sedikit saja yang missing, variabel-variabelnya tidak
terlalu berhubungan

9. Recording Data (Pencatatan Data)


Recording data yaitu proses pengolahan data yang merekam atau mencatat
data ke dalam suatu draft atau aplikasi komputer guna memudahkan dalam

72 KEMENTERIAN KESEHATAN RI
PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

mengolah data. Maka perlu adanya recording data, yang merupakan bagian
dari sesudah tahap coding data (Pengkodean Data),

10. Penyusunan laporan hasil pelaksanaan dengan menggunakan beberapa


instrumen

F. Analisa hasil tabulasi data secara analitik


Analisis data adalah proses penyederhanaan data dalam bentuk yang lebih
mudah dibaca dan diintepretasikan. Kegiatan analisis data ini sering digunakan
alat bantu seperti penghitungan dengan tes statistik. Fungsi pokok tes statistik
adalah menyederhanakan daata hasil penelitian yang jumlahnya sangat besa
rmenjadi suatu informasi yang sederhana dan mudah dimengerti.

Setelah analisis data selesai dan telah memperoleh informasi, hasilnyua harus
diinterpretasikan guna mencari makna dan implikasi dari hasil penelitian.
Menurut Singarimbun dan Sofyan efendi (dalam Suyanto Bagong&Sutinah,2005).
Interpretasi atau inferensi dapat dilakukan dengan dua cara: 1. Interpretasi
secara terbatas Peneliti hanya melakukan interpretasi atas data dan hubungan
yang ada dalam penelitiannya. Interpretasi yang demikian ini dilakukan peneliti
secara bersamaan pada saat analisis data dilakukan. 2. Peneliti berusaha mencari
pengertian yang lebih luas tentang hasil-hasil yang diperoleh dari analisis data.
. Interpretasi yang demikian dengan membandingkan hasil analisisnya dengan
kesimpulan peneliti lain serta menghubungkan interpretasi tersebut dengan
teori, tahap ini sangat penting, akan tetapi sering tidak dilakukan oleh peneliti.
Analisis data terbagi menjadi 2 kategori: 1. Analisis data untuk data kategorikal
adalah metode tabulasi silang yang juga dikenal sebagai analisis elaborasi. 2.
Analisis untuk data bersambungan, biasanya digunakan berbagai teknik atau tes
statistik seperti distribusi frekuensi ukuran analisis varians, analisis korelasi dan
sebagainya.Dalam menyusun analisis tabulasi silang perlu diperhatikan beberapa
urutan:

Pokok Bahasan 4
PENGEMBANGAN RENCANA STRATEGI PENYULUHAN KESEHATAN
MASYARAKAT

1. Penyusunan rancangan strategi penyuluhan program terpadu


1. Tingkat Kecamatan
2. Kabupaten
3. Provinsi
4. Nasional

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
73
PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

2. Penyusunan rancangan strategi penyuluhan tingkat internasional


3. Penyusunan uji coba rancangan strategi

Pokok Bahasan 5.
MENGEMBANGKAN MEDIAN PENYULUHAN

Media promosi kesehatan yang baik adalah media yang mampu memberikan informasi
atau pesan-pesan kesehatan yang sesuai dengan tingkat penerimaan sasaran, sehingga
sasaran mau dan mampu untuk mengubah perilaku sesuai dengan pesan yang
disampaikan (DEPKES RI, 2006).

Pengembangan media promosi kesehatan dapat dilakukan dengan pendekatan Proses P.


Proses P ini diperkenalkan oleh Universitas John Hopkins bersama-sama PATH (Program
for Approriate Technology in Health) sewaktu melaksanakan proyek PCS (Population
Communication Services). Adapun tahap-tahap Proses P dalam pengembangan media
promosi kesehatan yaitu:

A. Tahap analisis masalah dan sasaran


Pada tahap ini dilakukan penelaahan analisis:
1. Masalah Kesehatan, termasuk penyebab masalahnya, sifat masalah, epidemiologi
masalah termasuk masalah perilaku yang ada di masyarakat sehubungan dengan
masalah kesehatan yang ditimbulkan.
2. Kelompok sasaran, dalam hal demografi, sosial-ekonomi, faktor-faktor yang
mempengaruhi perilaku masyarakat seperti umur, pendidikan, budaya dan adat-
istiadat, pendapatan, serta pengembangan sikap dan perilaku yang berhubungan
dengan masalah kesehatan.
3. Kebijaksanaan-kebijaksanaan, peraturan dan program penanggulangan yang
telah ada dari berbagai instansi sektoral untuk mengetahui pengalaman yang
lalu, harapan di masa yang akan datang. Di sini dapat dipelajari arahan-
arahan dan dalam membuat suatu program kegiatan KIE, masing-masing
sektor. Apakah masalah sosial, kesehatan, ekonomi, demografi atau bahkan
politik. Dan melihat program serta pendukung-pendukung apa saja yang telah
tersedia.
4. Memilih institusi, organisasi atau LSM yang mampu mendukung program.
Dilihat kemampuan internal dan eksternal dari organisasi tersebut.
5. Sasaran komunikasi yang tersedia, untuk menetapkan media dan sarana
yang tersedia dan yang telah dilaksanakan, yang mempengaruhi perilaku
masyarakat seperti umur, pendidikan, budaya dan adat istiadat, pendapatan
serta pengembangan sikap dan perilaku yang berhubungan denmagan
masalah kesehatan

74 KEMENTERIAN KESEHATAN RI
PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

B. Tahap Rancangan Pengembangan Media


Pada tahap ini dirancang atau direncanakan berbagai strategi dan model intervensi
yang menjelaskan beberapa komponen utama, yaitu:
1. Menetapkan tujuan
Tujuannya adalah suatu pernyataan tentang suatu keadaan di masa datang
yang akan dicapai melalui pelaksanaan kegiatan tertentu (Notoatmodjo,2005).

Secara umum dapat dikatakan bahwa tujuan harus:


a. Realistis, artinya bisa dicapai bukan hanya angan-angan.
b. Jelas dan dapat diukur.
c. Apa yang akan diukur.
d. Siapa sasaran yang akan diukur.
e. Seberapa banyak perubahan yang akan diukur.
f. Berapa lama dan di mana pengukuran dilakukan.

Penetapan tujuan adalah sebagai dasar untuk merancang media promosi
kesehatan dan dalam merancang evaluasi. Jika tujuan yang ditetapkan tidak
jelas dan tidak operasional maka program menjadi tidak fokus dan tidak
efektif (Notoatmodjo,2005).

2. Menetapkan segmentasi sasaran


Segmentasi sasaran adalah suatu kegiatan memilih kelompok sasaran yang
tepat dan dianggap sangat menentukan keberhasilan promosi kesehatan.
Tujuannya adalah memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya dan
memberikan kepuasan pada masing-masing segmen.

Dapat juga untuk menentukan ketersediaan, jumlah dan jangkauan produk.


Selain itu juga dapat menghitung jenis media dan menempatkan media yang
mudah diakses oleh khalayak sasaran. Sebelum media promosi kesehatan
diluncurkan hendaknya perIu mengumpulkan data sasaran seperti:
a. Data karakteristik perilaku khalayak sasaran.
b. Data epidemiologi.
c. Data demografi.
d. Data geografi.
e. Data psikologi (Notoatmodjo,2005).

3. Mengembangkan posisioning pesan


Posisioning adalah suatu proses atau upaya untuk menempatkan suatu
produk perusahaan, individu atau apa saja dalam alam pikiran mereka yang
dianggap sebagai sasaran atau konsumennya. Posisioning bukan sesuatu
yang dilakukan terhadap produk tetapi sesuatu yang dilakukan terhadap otak

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
75
PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

calon konsumen atau khalayak sasaran. Hal ini bukan strategi produk tetapi
strategi komunikasi. Di sini berhubungan dengan bagaimana calon konsumen
menempatkan produk kesehatan di dalam otaknya (Notoatmodjo,2005).

4. Menentukan strategi posisioning


Pada prinsipnya seseorang yang ingin melakukan kegiatan posisioning
memerlukan suatu ketekunan dan kejernihan berpikir dalam memandang produk
dan pasar yang tengah diusahakan. Langkah-langkah yang perlu dilakukan
(Notoatmodjo,2005):
a. Identifikasi para pesaing.
Tujuannya adalah melakukan identifikasi atas sejumlah pesaing yang ada di
masyarakat.
b. Persepsi konsumen
Tujuannya adalah memperoleh sejumlah atribut yang dianggap penting
oleh khalayak sasaran.
c. Menentukan posisi pesaing
Mengetahui posisi yang diduduki oleh pesaing dilihat dari berbagai sudut
pandang.
d. Menganalisis preferensi khalayak sasaran yaitu mengetahui posisi yang
dikehendaki oleh khalayak sasaran terhadap suatu produk tertentu.
e. Menentukan posisi merek produk sendiri
Penentuan posisi merek yang akan kita jual harus mempertimbangkan hal-
hal sebagai berikut : analisis ekonomi, komitmen terhadap segmen pasar,
jangan mengadakan perubahan yang penting, pertimbangkan simbol-
simbol produk.
f. Ikuti perkembangan posisi
Secara bersekala posisi produk harus ditinjau dan dinilai kembali apakah
masih cocok dengan keadaan.

5. Memilih Media Promosi Kesehatan


Pemilihan media adalah jabaran saluran yang akan digunakan untuk
menyampaikan pesan pada khalayak sasaran. Yang perlu diperhatikan di sini
adalah:
a. Pemilihan media didasarkan pada selera khalayak sasaran, bukan pada
selera pengelola program.
b. Media yang djpilih harus memberikan dampak yang luas.
c. Setiap media akan mempunyai peranan yang berbeda.
d. Penggunaan beberapa media secara serempak dan terpadu akan
meningkatkan cakupan, frekuensi dan efektifitas pesan (DEPKES RI, 2006).

76 KEMENTERIAN KESEHATAN RI
PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

C. Tahap pengembangan pesan, uji coba dan produksi media


Pesan adalah terjemahan dari tujuan komunikasi ke dalam ungkapan atau kata yang
sesuai untuk khalayak sasaran (www.pamsimas.org, 2009). Pesan dalam suatu
media harus efektif dan kreatif, untuk itu pesan harus memenuhi hal-hal sebagai
berikut:

Penyebaran berbagai informasi program kesehatan masyarakat yang selama ini
dilakukan langsung pada sasaran, perlu dibarengi dengan dukungan media cetak
maupun media elektronik dan tentunya saat ini untu Radio dan Televisi teriri dari
berbagai stasiun sehingga apa yang dilakukan saat ini memang dirasakan tidak
memadai. Pertemuan kelompok atau pertemuan tatap muka selama ini dirasakan
paling efektif, tetapi dengan dinamika kehidupan masyarakat yang terus bergerak
metoda ini jangkauannya sangat terbatas, sehingga perlu dibarengi dengan
peretemuan melalui kerja sama dengan kelompok pengajian,kelompok arisan bahkan
mungkin dengan Media cetak.

Selama ini media cetak menjadi media utama tapi media cetak itu disetiap daerah
ada beberapa penerbitan belum yang pusat sehingga dalam proses penyampaian
informasi program perlu diperhatikan aspek jangkauan. Disinilah perlunya
pengembangan media penyuluhan terutama untuk menjangkau wilayah-wilayah
khusus dengan fasilitas terbatas.

Kondisi ini hampir dirasakan oleh seluruh Petugas Penyuluh Kesehatan Masyarakat
dimanapun berada bahkan mengalami kesulitan dalam menjangkau sasaran
pelayanan kesehatan masyarakatB. Perlu dilakukan modifikasi dan inovasi yang terus
menerus dalam upaya penyebarluasan informasi secara komprehensif baik melalui
penyuluhan langsung dengan memanfaatkan kader, Toga,Toma serta memanfaatkan
media tradisional, kerjasama dengan kelompok-kelompok masyarakat memanfaatkan
media cetak, radio dan semua media berjalan bersama terus menerus dan atau
menggunakan jaringan internet , facebook, Blog atau twiter, SMS dan semuanya .
.Pengembangan Media penyuluhan secara komprehensif ini perlu dijadikan sebagai
suatu sistem penyebarluasan program kesehatan masyarakat , bertujuan untuk
mengembangkan Media Promosi Kesehatan secara terpadu, terintegrasi, tepat
guna dan bermanfaat bagi penyuluh, institusi kesehatan, serta stakeholder lain yang
membutuhkan karena ini sudah menjadi tantangan diera digital sekarang ini

D. Penyusunan materi penyuluhan untuk radio


Materi penyuluhan disusun oleh institusi penyelenggara penyuluhan kesehatan
masyarakat dan atau penyuluh kesehatan masyarakat berdasarkan hasil identifikasi
kebutuhan dan kepentingan pelaku utama, pelaku usaha, dan sasaran antara.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
77
PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

Penyuluh kesehatan masyarakat memilih dan menetapkan metode penyulihan yang


paling tepat untuk menyampaikan materi penyluhan kesehatan kepada sasaran
kelompok penyuluhan.
1. Spot
2. Ceramah
3. Wawancara/dialog

Pokok Bahasan 6
MEMBUAT RANCANGAN (DESIGN) MEDIA PENYULUHAN KESEHATAN
MASYARAKAT

Apa itu Media ?


Media atau alat peraga dalam promosi kesehatan dapat diartikan sebagai alat bantu
untuk promosi kesehatan yang dapat dilihat, didengar, diraba, dirasa atau dicium, untuk
memperlancar komunikasi dan penyebar-luasan informasi.

Apa kegunaan media ?
Biasanya alat peraga digunakan secara kombinasi, misalnya menggunakan papan tulis
dengan photo dan sebagainya. Tetapi dalam menggunakan alat peraga, baik secara
kombinasi maupun tunggal, ada dua hal yang harus diperhatikan, yaitu :
1. Alat peraga harus mudah dimengerti oleh masyarakat sasaran
2. Ide atau gagasan yang terkandung di dalamnya harus dapat diterima oleh sasaran,

Alat peraga yang digunakan secara baik memberikan keuntungan-keuntungan :


1. Dapat menghindari salah pengertian/pemahaman atau salah tafsir. Dengan contoh
yang telah disebutkan pada bagian atas dapat dilihat bahwa salah tafsir atau salah
pengertian tentang bentuk plengsengan dapat dihindari.
2. Dapat memperjelas apa yang diterangkan dan dapat lebih mudah ditangkap.
3. Apa yang diterangkan akan lebih lama diingat, terutama hal-hal yang mengesankan.
4. Dapat menarik serta memusatkan perhatian.
5. Dapat memberi dorongan yang kuat untuk melakukan apa yang dianjurkan.

Jenis / Macam Media itu apa saja?


Alat-alat peraga dapat dibagi dalam 4 kelompok besar :
1. Benda asli,
yaitu benda yang sesungguhnya baik hidup maupun mati. Merupakan alat peraga
yang paling baik karena mudah serta cepat dikenal, mempunyai bentuk serta ukuran
yang tepat. Tetapi alat peraga ini kelemahannya tidak selalu mudah dibawa ke mana-
mana sebagai alat bantu menyuluh.
Beberapa macam alat peraga antara lain:
a. Benda sesungguhnya, misalnya tinja di kebun, lalat di atas tinja, dsb

78 KEMENTERIAN KESEHATAN RI
PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

b. Spesimen, yaitu benda sesungguhnya yang telah diawetkan seperti cacing dalam
botol pengawet, dll
c. Sample yaitu contoh benda sesungguhnya untuk diperdagangkan seperti oralit,
dll

2. Benda tiruan
Benda tiruan yang ukurannya lain dari benda sesungguhnya. Benda tiruan bisa
digunakan sebagai media atau alat peraga dalam promosi kesehatan. Hal ini dikarena
menggunakan benda asli tidak memungkinkan, misal ukuran benda asli yang terlalu
besar, terlalu berat, dll. Benda tiruan dapat dibuat dari bermacam-macam bahan
seperti tanah, kayu, semen, plastik dan lain-lain.

3. Gambar/Media grafis, seperti poster, leaflet, gambar karikatur, lukisan, dll.


a. Poster: adalah sehelai kertas atau papan yang berisikan gambar-gambar dengan
sedikit kata-kata. Kata-kata dalam poster harus jelas artinya, tepat pesannya dan
dapat dengan mudah dibaca pada jarak kurang lebih 6 meter. Poster biasanya
ditempelkan pada suatu tempat yang mudah dilihat dan banyak dilalui orang
misalnya di dinding balai desa, pinggir jalan, papan pengumuman, dan lainlain.
Gambar dalam poster dapat berupa lukisan, ilustrasi, kartun, gambar atau photo.

Poster terutama dibuat untuk mempengaruhi orang banyak, memberikan pesan


singkat. Karena itu cara pembuatannya harus menarik, sederhana dan hanya
berisikan satu ide atau satu kenyataan saja. Poster yang baik adalah poster yang
mempunyai daya tinggal lama dalam ingatan orang yang melihatnya serta dapat
mendorong untuk bertindak.

b. Leaflet : Leaflet adalah selembaran kertas yang berisi tulisan dengan kalimat
kalimat yang singkat, padat, mudah dimengerti dan gambar-gambar yang
sederhana. Ada beberapa yang disajikan secara berlipat. Leaflet digunakan
untuk memberikan keterangan singkat tentan suatu masalah, misalnya
deskripsi pengolahan air di tingkat rumah tangga, deskripsi tentang diare dan
penecegahannya, dan lainlain. Leaflet dapat diberikan atau disebarkan pada saat
pertemuan-pertemuan dilakukan seperti pertemuan FGD, pertemuan Posyandu,
kunjungan rumah, dan lain-lain. Leaflet dapat dibuat sendiri dengan perbanyakan
sederhana seperti di photo copy.

4. Gambar Optik. seperti photo, slide, film, dll


a. Photo: Sebagai bahan untuk alat peraga, photo digunakan dalam bentuk :
1) Album, yaitu merupakan foto-foto yang isinya berurutan, menggambarkan
suatu cerita, kegiatan dan lain-lain. Dikumpulkan dalam sebuah album.
Album ini bisa dibawa dan ditunjukan kepada masyarakat sesuai dengan

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
79
PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

topik yang sedang di diskusikan. Misalnya album photo yang berisi


kegiatan-kegiatan suatu desa untuk merubah kebiasaan BABnya menjadi
di jamban dengan CLTS sampai mendapat pengakuan resmi dari Bupati.
2) Dokumentasi lepasan. Yaitu photo-photo yang berdiri sendiri dan tidak
disimpan dalam bentuk album. Menggambarkan satu pokok persoalan
atau titik perhatian. Photo ini digunakan biasanya untuk bahan brosur,
leaflet, dll

b. Slide: Slide pada umumnya digunakan untuk sasaran kelompok. Penggunaan


slide cukup effektif, karena gambar atau setiap materi dapat dilihat berkali-
kali, dibahas lebih mendalam. Slide sangat menarik terutama bagi kelompok
anak sekolah, karena alat ini lebih “trnedi” disbanding dengan gambar, leaflet,
dll.

c. Film: Film meruapakan media yang bersifat menghibur, tapi dapat disisipi
dengan pesan-pesan yang bersifat edukatif. Sasaran media ini adalah
kelompok besar, dan kolosal.

PESAN DALAM MEDIA


Pesan adalah terjemahan dari tujuan komunikasi ke dalam ungkapan atau kata yang
sesuai untuk khalayak sasaran. Pesan dalam suatu media harus efektif dan kreatif,
untuk itu pesan harus memenuhi hal-hal sebagai berikut:

1. Command attention
Kembangkan suatu idea tau pesan pokok yang merefleksikan strategi desain suatu
pesan. Bila terlalu banyak ide, hal tersebut akan membingungkan khayalayak
sasaran dan mereka akan mudah melupakan pesan tersebut.

2. Clarify the massage


Pesan haruslah mudah, sederhana dan jelas. Pesan yang effektif harus memberikan
informasi yang relevan dan baru bagi khalayak sasaran. Kalau pesan dalam media
diremehkan oleh sasaran, secara otomatis pesan tersebut gagal.

3. Create trust
Pesan harus dapat dipercaya, tidak bohong, dan terjangkau. Katakanlah
masyarakat percaya cuci tangan pakai sabun dapat mencegah penyakit diare,
dan untuk itu harus dibarengai bahwa harga sabun terjangkau dan mudah didapat
didekat tempat tinggalnya.

80 KEMENTERIAN KESEHATAN RI
PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

4. Communicate a benefit
Hasil pesan diharapkan akan memberikan keuntungan. Khalayak sasaran
termotivasi membuat jamban misalnya, karena mereka akan memperoleh
keuntungan dimana anaknya tidak akan terkena penyakit diare misalnya.

5. Consistency
Pesan harus konsisten, artinya bahwa sampaikan satu pesan utama dimedia
apapaun secara berulang, misal di poster, stiker, dll, tetapi maknanya akan tetap
sama.

6. Cater to the heart and head


Pesan dalam suatu media harus bisa menyentuh akal dan rasa. Komunikasi yang
effektif tidak hanya sekedar member alas an teknis semata, tetapi juga harus
menyentuh nilai-nilai emosi dan membangkitkan kebutuhan nyata.

7. Call to action
Pesan dalam suatu media harus dapat mendorong khlayak sasaran untuk
bertindak sesuatu. “Ayo, buang air besar di jamban agar anak tetap sehat” adalah
contoh ungkapan yang memotivasi kearah suatu tindakan.

Langkah-langkah yang harus dilakukan dalam pengembangan pesan adalah:


1. Membuat konsep pesan-pesan yang berisikan ilustrasi-ilustrasi pendahuluan,
kata-kata ungkapan, tema atau slogan yang merefleksikan strategi secara
keseluruhan.
2. Prates konsep pesan pada kelompok sasaran atau wakil-wakil perorangan yang
diharapkan akan menghasilkan pesan yang bermutu. Memberikan perhatian
khusus untuk gambar atau ilustrasi (bentuk yang tidak tertulis) untuk menghindari
salah paham.
3. Ciptakan dan kembangkan pesan-pesan yang lengkap beserta sarana
pendukungnya
4. Prates pesan yang lengkap dan bahan-bahan untuk pemahamna keseluruhan,
kemampuan mengingat, titik yang kuat dan lemah, relevansi pribadi dan hal-hal
peka atau masih diperdebatakan, sebelum diproduksi.
5. Adanya tes ulang bahan-bahan sebelum diproduksi ulang untuk meyakinkan
daya muat apakah masih efisien dan efektif.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
81
PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

VI. Referensi
• Departemen Kesehatan RI, Pusat Promosi Kesehatan, Pedoman Pengelolaan
Promosi Kesehatan, Dalam Pencapaian PHBS, Jakarta 2008
• Departemen Kesehatan RI, Pusat Promosi Kesehatan, Panduan Pelatihan Komunikasi
Perubahan Perilaku, Untuk KIBBLA, Jakarta 2008
• Departemen Kesehatan RI, Pusat Promosi Kesehatan, Pengembangan Media
Promosi Kesehatan, Jakarta
• Notoatmodjo, Soekidjo., 2005, Promosi Kesehatan dan Teori dan Aplikasi, Jakarta:
Rineka Cipta.
• Notoatmodjo, Soekidjo., 2007, Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku, Jakarta: Rineka
Cipta.

82 KEMENTERIAN KESEHATAN RI
PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

MATERI INTI 2
PELAKSANAAN ADVOKASI KESEHATAN

I. Deskripsi Singkat
Di era desentralisasi dukungan kebijakan publik berwawasan kesehatan yang
ditetapkan dan diberlakukan oleh penentu kebijakan merupakan suatu strategi yang
penting dipahami dan dilakukan dalam pelaksanakan promosi kesehatan untuk
mewujudkan tujuan pembangunan berwawasan kesehatan. Selain itu, satu diantara
indikator kinerja utama promosi kesehatan adalah jumlah kabupaten/kota yang telah
dilaksanakan advokasi kesehatan serta mengeluarkan kebijakan publik berwawasan
kesehatan, terutama yang berkaitan dengan upaya pemberdayaan masyarakat untuk
ber-perilaku hidup bersih dan sehat.

Petugas kesehatan terutama petugas pengelola promosi kesehatan serta Pejabat


Fungsional PKM, sesuai tugas dan fungsinya dalam mendukung pencapaian tujuan
pembangunan kesehatan, diharapkan mampu menjadi inisiator dalam perencanaan,
pelaksanaan, pemantauan serta penilaian penyelenggaraan kegiatan advokasi
kesehatan di wilayah kerjanya.

Kegiatan advokasi kesehatan dapat berhasil apabila para pengelola program kesehatan
memahami kaidah-kaidah dalam pengelolaan kegiatan advokasi kesehatan dengan
benar dan tepat sesuai dengan permasalahan kesehatan yang ada di wilayah kerjanya.
Sehubungan dengan itu, Pejabat Fungsional PKM Ahli dalam kegiatan pelatihan ini,
akan mendapatkan materi tentang pengelolaan kegiatan advokasi kesehatan.

Ruang lingkup materi yang akan dibahas pada sesi ini meliputi : pengertian, tujuan,
sasaran advokasi kesehatan, pengelolaan advokasi kesehatan meliputi perencanaan,
pelaksanaan, evaluasi atas hasil advokasi kesehatan, serta penyusunan laporan hasil
advokasi kesehatan.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
83
PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

II. Tujuan Pembelajaran



A. Tujuan Pembelajaran Umum:
Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu melaksanakan advokasi kesehatan.

B. Tujuan Pembelajaran Khusus:


Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu:
1. Menjelaskan advokasi kesehatan.
2. Melakukan identifikasi.
3. Menyusun perencanaan advokasi.
4. Melakukan advokasi
5. Melakukan evaluasi atas hasil advokasi
6. Menyusun laporan hasil pelaksanaan advokasi

III. Pokok Bahasan dan Sub Pokok Bahasan


Dalam modul ini akan dibahas pokok bahasan dan sub pokok bahasan sebagai
berikut:

Pokok bahasan 1. Advokasi kesehatan


Sub pokok bahasan:
a. Pengertian
b. Tujuan
c. Prinsip-prinsip
d. Unsur-unsur
e. Teknik-teknik
f. Langkah-langkah

Pokok bahasan 2. Identifikasi


Sub pokok bahasan:
a. Sasaran tersier
b. Data-data strategi untuk melakukan pendekatan

Pokok bahasan 3. Penyusunan perencanaan advokasi


Sub pokok bahasan:
a. Tingkat Propinsi
b. Tingkat Nasional
c. Tingkat Internasional

84 KEMENTERIAN KESEHATAN RI
PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

Pokok bahasan 4. Pelaksanaan advokasi.


Sub pokok bahasan:
a. Tingkat Provinsi
b. Tingkat Nasional
c. Tingkat Internasional

Pokok bahasan 5. Evaluasi atas hasil advokasi.


Sub pokok bahasan:
a. Tingkat Provinsi
b. Tingkat Nasional
c. Tingkat Internasional

Pokok bahasan 6. Penyusunan laporan hasil pelaksanaan advokasi.


Sub pokok bahasan:
a. Secara deskriptif
b. Secara analitik

IV. Langkah-Langkah Kegiatan Pembelajaran


Langkah-langkah kegiatan pembelajaran ini menguraikan tentang kegiatan fasilitator
dan peserta dalam proses pembelajaran selama sesi ini berlangsung (4 jpl x 45 menit =
180 menit), adalah sebagai berikut:

Langkah 1.
Pengkondisian (10 menit)

Langkah pembelajaran:
a. Fasilitator menyapa peserta dengan ramah dan hangat. Apabila belum pernah
menyampaikan sesi di kelas, mulailah dengan perkenalan. Perkenalkan diri dengan
menyebutkan nama lengkap, instansi tempat bekerja dan materi yang akan
disampaikan.
b. Menciptakan suasana nyaman dan mendorong kesiapan peserta untuk menerima
materi dengan menyepakati proses pembelajaran.
c. Dilanjutkan dengan penyampaian judul materi, deskripsi singkat, tujuan
pembelajaran serta ruang lingkup pokok bahasan yang akan dibahas pada sesi ini
dengan menggunakan bahan tayang.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
85
PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

Langkah 2.
Penyampaian dan pembahasan pokok bahasan 1. Advokasi kesehatan (30
menit).

Langkah pembelajaran:
a. Fasilitator melakukan curah pendapat dengan mengajukan beberapa pertanyaan
kepada peserta untuk mengukur pemahaman peserta tentang Advokasi kesehatan.
Ada 6 (enam) pertanyaan yang diajukan kepada peserta yaitu: 1) pengertian
advokasi kesehatan, 2) tujuan advokasi kesehatan, 3) prinsip-prinsip dalam advokasi
kesehatan, 4) unsur-unsur advokasi kesehatan, 5) teknik-teknik dalam pelaksanaan
advokasi kesehatan, serta 6) langkah-langkah dalam advokasi kesehatan.
b. Fasilitator mencatat semua pendapat peserta, selanjutnya merangkum dan
menyampaikan paparan seluruh materi sesuai urutan sub pokok bahasan dengan
menggunakan bahan tayang.
c. Fasilitator memberikan kesempatan peserta untuk bertanya atau menyampaikan
klarifikasi, kemudian fasilitator menyampaikan jawaban atau tanggapan yang
sesuai.

Langkah 3.
Penyampaian dan pembahasan pokok bahasan 2. Identifikasi dalam advokasi
kesehatan (20 menit).

Langkah pembelajaran:
a. Fasilitator membentuk 4 (empat) kelompok yang bertugas membahas :
1. Kelompok A1: Identifikasi sasaran tersier dalam advokasi kesehatan.
2. Kelompok A2: Identifikasi data-data strategi untuk melakukan pendekatan
3. Kelompok B1 : Identifikasi sasaran tersier dalam advokasi kesehatan.
4. Kelompok B2: Identifikasi data-data strategi untuk melakukan pendekatan
Setiap kelompok menggunakan dua jenis Lembar Kerja Identifitasi untuk sasaran
tersier dan data-data strategis yang diperlukan untuk melakukan pendekatan
yang sudah dipersiapkan fasilitator. Waktu diskusi kelompok 10 menit. Setelah itu
setiap kelompok (A1 bergabung dengan A2 dan B1 bergabung dengan B2) diminta
untuk menyiapkan hasil diskusinya untuk disajikan oleh kelompok A dan B.
b. Fasilitator menyampaikan tanggapan terhadap penyajian hasil diskusi setiap
kelompok.
c. Fasilitator memberikan kesempatan klarifikasi dan penegasan pentingnya
identifikasi sasaran dan data sebelum merencanakan kegiatan advokasi.

86 KEMENTERIAN KESEHATAN RI
PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

Langkah 4.
Penyampaian dan pembahasan pokok bahasan 3. Penyusunan perencanaan
advokasi (35 menit)

Langkah pembelajaran:
a. Fasilitator membentuk 3 (tiga) kelompok, kemudian setiap kelompok diminta untuk
mendiskusikan langkah-langkah dalam menyusun perencanaan advokasi kesehatan
berdasarkan tingkatannya di provinsi, nasional dan internasional.
1. Kelompok 1: Perencanaan advokasi kesehatan di tingkat provinsi.
2. Kelompok 2: Perencanaan advokasi kesehatan di tingkat nasional.
3. Kelompok 3: Perencanaan advokasi kesehatan di tingkat internasional.
b. Fasilitator memberikan waktu diskusi selama 20 menit, setelah itu, setiap kelompok
diminta untuk menyajikan hasil diskusinya dan fasilitator menyampaikan tanggapan
terhadap penyajian kelompok tersebut.
c. Fasilitator memberikan klarifikasi dan penegasan pentingnya penyusunan perencanaan
yang baik dalam advokasi kesehatan.

Langkah 5.
Penyampaian dan pembahasan pokok bahasan 4. Pelaksanaan advokasi (35
menit).

Langkah pembelajaran:
a. Fasilitator masih memberikan kesempatan kepada peserta dalam 3 (tiga) kelompok,
kemudian setiap kelompok diminta untuk mendiskusikan langkah-langkah dalam
menyusun pelaksanaan advokasi kesehatan berdasarkan tingkatannya di provinsi,
nasional dan internasional.
1. Kelompok 1: Pelaksanaan advokasi kesehatan di tingkat provinsi.
2. Kelompok 2: Pelaksanaan advokasi kesehatan di tingkat nasional.
3. Kelompok 3: Pelaksanaan advokasi kesehatan di tingkat internasional.
b. Fasilitator memberikan waktu berdiskusi selama 20 menit, setelah itu, setiap kelompok
diminta untuk menyajikan hasil diskusinya dan fasilitator menyampaikan tanggapan
terhadap penyajian kelompok tersebut.
c. Fasilitator memberikan klarifikasi dan penegasan dalam pelaksanaan advokasi
kesehatan.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
87
PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

Langkah 6.
Penyampaian dan pembahasan pokok bahasan 5. Evaluasi atas hasil advokasi
kesehatan (30 menit).

Langkah pembelajaran:
a. Fasilitator memberikan kesempatan kepada peserta dalam 3 (tiga) kelompok, kemudian
setiap kelompok diminta untuk mendiskusikan cara-cara melakukan evaluasi atas hasil
advokasi kesehatan berdasarkan tingkatannya di provinsi, nasional dan internasional.
1. Kelompok 1: Evaluasi hasil advokasi kesehatan di tingkat provinsi.
2. Kelompok 2: Evaluasi hasil advokasi kesehatan di tingkat nasional.
3. Kelompok 3: Evaluasi hasil advokasi kesehatan di tingkat internasional.
b. Fasilitator memberikan waktu diskusi selama 15 menit, setelah itu, setiap kelompok
diminta untuk menyajikan hasil diskusinya dengan cara mendisplay hasil diskusi
kelompoknya. Setiap kelompok berkeliling ke kelompok lainnya untuk mempelajari dan
memahami materi yang didiskusikan demikian halnya juga faslitator.
c. Fasilitator menyampaikan tanggapan terhadap penyajian kelompok tersebut sekaligus
memberikan klarifikasi, masukan dan penegasan pentingnya evaluasi atas hasil
advokasi kesehatan yang telah dilaksanakan.

Langkah 7.
Penyampaian dan pembahasan pokok bahasan 6. Penyusunan laporan hasil
pelaksanaan advokasi (20 menit)

Langkah pembelajaran:
a. Fasilitator membentuk (dua) kelompok, setiap kelompok mendiskusikan cara
menyusun laporan hasil pelaksanaan advokasi :
1. Kelompok 1 : Berdasarkan deskriptif
2. Kelompok 2 : Berdasarkan analitik
Setiap kelompok berdiskusi selama 10 menit dan menyajikan hasil diskusi kepada
peserta dan fasilitator.
b. Fasilitator menyampaikan tanggapan tentang hasil diskusi kelompok tentang
menyusun laporan hasil pelaksanaan advokasi.
c. Fasilitator memberikan kesempatan peserta untuk bertanya atau menyampaikan
klarifikasi, kemudian fasilitator menyampaikan jawaban atau tanggapan yang
sesuai.

88 KEMENTERIAN KESEHATAN RI
PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

V. Uraian Materi

Pokok Bahasan 1.
ADVOKASI KESEHATAN

A. Latar Belakang
Status kesehatan masyarakat di Indonesia, masih perlu mendapat perhatian
pemerintah serta segenap lapisan masyarakat. Status kesehatan masyarakat
merupakan salah satu indicator HDI (Human Develompment Index) atau Indeks
Pembangunan Masyarakat (IPM). Di era desentralisasi atau otonomi, status
kesehatan masyarakat merupakan salah satu indicator kinerja pemerintah
daerah yang dapat diketahui dari nilai IPKM (Indeks Pembangunan Kesehatan
Masyarakat). Penilaian kinerja pemerintah daerah provinsi dan kabupaten/kota
dapat diketahui perkembangannya dari tahun ke tahun dari nilai IPKM tersebut.

Provinsi maupun kabupaten/kota yang menduduki urutan teratas, berdasarkan


nilai IPKM yang ada, akan menyandang predikat sebagai provinsi/kabupaten/
kota yang mempunyai kinerja yang baik dalam memperjuangkan peningkatan
status kesehatan masyarakatnya.

Upaya meningkatkan status kesehatan masyarakat tidak cukup hanya


meningkatkan anggaran untuk biaya pengobatan gratis saja, melainkan
meningkatkan anggaran untk upaya promotif dan preventif. Telah diakui bahwa
upaya pencegahan lebih murah serta efisien dan efektif dalam meningkatkan
status kesehatan masyarakat dibanding upaya pengobatan dan rehabilitasi.
Sehubungan dengan itu, diharapkan para pejabat publik (terutama pemerintah)
pusat dan daerah hendaknya, memberikan dukungan kebijakan serta sumberdaya
yang seimbang antara upaya promotif dan preventif dengan upaya kuratif dan
rehabilitatif. Permasalahan yang ada aat ini, dukungan kebijakan serta anggaran
untuk upaya kuratif, tidak disertai dengan dukungan kebijakan serta anggaran
untuk upaya promotif dan preventif. Hal ini, akan mempengaruhi upaya dalam
meningkatkan kemandirian masyarakat untuk hidup sehat. Selain itu, jumlah
anggaran yang besar untuk biaya pengobatan akan menjadi beban yang cukup
berat bagi pemerintah daerah.

Tantangan permasalahan kesehatan masyarakat di Indonesia saat ini, adalah


rendahnya kemauan serta kemampuan masyarakat untuk ber-perilaku hidup
bersih dan sehat (PHBS). Hal ini yang menjadi salah stu faktor penyebab utama
terjadinya permasalahan kesehatan masyarakat yang kompleks di Indonesia.
Rendahnya PHBS di masyarakat, akan berdampak pada tingginya: Angka
Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB), Kesehatan Anak, penyakit

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
89
PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

infeksi/ penyakit menular, penyakit degeneratif, penyakit yang ditularkan melalui


binatang, kesehatan jiwa, kesehatan remaja, kesehatan lansia, penyakit baru (new
emerging diseases), penyakit akibat bencana, dll yang sangat mempengaruhi HDI
/IPM dan Umur Harapan Hidup di Indonesia.

Peningkatan kemampuan masyarakat untuk ber-PHBS, meliputi perilaku yang


sehat dalam meningkatkan atau menjaga status kesehatannya, melakukan upaya
pencegahan terhadap ancaman penyakit, melakukan pengobatan sesuai dengan
anjuran dokter atau petugas medis serta sesuai dengan ketentuan pengobatan
yang berkualitas, dll. Untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam ber-
PHBS tersebut, perlu didukung oleh peraturan atau kebijakan publik berwawasan
kesehatan yang ditetapkan oleh pemerintah daerah atau pejabat publik yang
berwenang serta diberlakukan secara konsisten dan konsekuen. Namun, dalam
kenyataannya masih banyak daerah (terutama kabupaten/kota), masih sangat
minim dalam mendukung serta menetapkan kebijakan publik yang berawawasan
pada upaya promotif dan preventif. Akibatnya, peningkatan alokasi anggaran
pengobatan tidak berdampak secara signifikan terhadap penurunan masalah
kesehatan di Indonesia, contoh: penyakit TB di Indonesia saat ini (tahun 2013)
menduduki urutan ke tiga dunia, dimana pada tahun 2012 yang lalu masih
menduduki urutan ke lima dunia.

Perhatian atau kepedulian pemerintah, swasta dan masyarakat untuk melakukan


upaya promosi kesehatan untuk mencegah serta mengatasi berbagai
permasalahan kesehatan tersebut belum memadai. Promosi kesehatan yang
mendukung keberhasilan upaya promotif, preventif, kuratif serta rehabilititatif
belum menjadi issue penting dalam agenda pembangunan daerah, hal ini terlihat
dari besarnya anggaran untuk promosi kesehatan yang masih kecil.

Sehubungan dengan itu, diharapkan petugas kesehatan, terutama petugas


pengelola promosi kesehatan serta Pejabat Fungsional PKM diharapkan
memahami konsep dasar pengelolaan kegiatan advokasi kesehatan dengan
benar, sehingga diharapkan mampu mengelola kegiatan advokasi kesehatan
sesuai dengan kondisi permasalahan kesehatan prioritas yang ada di wilayah
kerjanya.

B. Tujuan
Tujuan utama advokasi adalah untuk mendorong dikeluarkannya kebijakan-
kebijakan publik oleh pejabat publik sehingga dapat mendukung dan
menguntungkan kesehatan.

90 KEMENTERIAN KESEHATAN RI
PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

Melalui pelaksanaan advokasi kesehatan, pejabat publik menjadi paham terhadap


masalah kesehatan, kemudian tertarik, peduli, menjadikan program kesehatan
menjadi agenda prioritas serta bertindak memberikan dukungan untuk mengatasi
masalah kesehatan yang ada di wilayah kerjanya.

Dukungan tersebut, dalam bentuk :


1. Komitmen politis (political commitment)
Adalah komitmen pejabat publik atau berbagai pihak terkait terhadap upaya
pemecahan masalah kesehatan masyarakat yang ada di wilayah kerjanya.

2. Dukungan kebijakan (policy support)


Adalah dukungan nyata yang diberikan oleh pejabat publik serta para pimpinan
institusi terkait untuk memberikan dukungan dalam bentuk kebijakan publik
untuk mengatasi permasalahan kesehatan yang ada di wilayah kerjanya.
Dukungan kebijakan tersebut dapat berupa undang-undang, peraturan
pemerintah, peraturan daerah, surat keputusan, instruksi / surat edaran, dll

3. Penerimaan social (social acceptance)


Adalah diterimanya suatu program kesehatan oleh masyarakat terutama tokoh
masyarakat. Kebijakan publik berwawasan kesehatan yang sudah dikeluarkan
oleh pejabat publik, selanjutnya harus disosialisasikan untuk memperoleh
dukungan masyarakat terutama tokoh masyarakat. Selanjutnya, dalam
penerapan kebijakan publik tersebut, maka perlu dibuat kebijakan operasional
yang mengacu pada kebjakan publik yang telah ditetapkan tersebut. Contoh:
Perda Kawasan Tanpa Rokok (KTR) yang dikeluarkan oleh Walikota Bogor,
ditindak lanjuti oleh peraturan perusahaan, peraturan organda dll tentang
mewujudkan perusahaan KTR serta KTR di dalam kendaraan umum.

4. Dukungan sistem (system support)


Adanya sistem atau organisasi kerja yang memasukkan program kesehatan
dalam program kerjanya (partnership). Upaya mengatasi masalah kesehatan
tidak dapat dilakukan hanya oleh sector kesehatan saja, melainkan dengan
berbagai lintas sektor terkait, misalnya: upaya perbaikan gizi masyarakat
terkait dengan sektor pertanian, pemberdayaan perempuan dan kesejahteraan
rakyat. Pengedalian flu burung dan rabies terkait dengan sektor peternakan
dan transportasi, dll. Sehubungan dengan itu untuk mengatasi masalah
kesehatan, maka sektor kesehatan harus bekerjasama dengan lintas sector
terkait. Agar hasilnya optimal, maka upaya advokasi kesehatan perlu dirancang
serta dikelola dengan baik.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
91
PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

C. Pengertian
1. Advokasi adalah usaha untuk mempengaruhi kebijakan publik melalui bermacam-
macam bentuk komunikasi persuasif (JHU, 1999)
2. Advokasi pada dasarnya merupakan suatu perangkat kegiatan yang dilakukan
secara terencana dan terorganisir, ditujukan pada para pengambil keputusan
agar memberikan dukungan kebijakan untuk mengatasi masalah spesifik.
3. Advokasi adalah suatu usaha untuk mendapatkan atau menciptakan perhatian
para pembuat keputusan terhadap sesuatu permasalahan / issue yang penting
dan mengarahkan agar mau memberikan dukungannya untuk memecahkan
permasalahan tersebut.
4. Advokasi bidang kesehatan mulai digunakan dalam program kesehatan
masyarakat pertama kali oleh WHO pada tahun 1984 sebagai salah satu
strategi global Promosi Kesehatan. Advokasi bidang kesehatan adalah usaha
untuk mempengaruhi para penentu kebijakan atau pengambil keputusan untuk
membuat kebijakan publik yang bermanfaat untuk peningkatan kesehatan
masyarakat.
5. Advokasi kesehatan merupakan serangkaian kegiatan komunikasi untuk
mempengaruhi penentu kebijakan dengan cara: membujuk, meyakinkan, menjual
ide agar memberikan dukungan terhadap upaya pemecahan masalah kesehatan
masyarakat.

D. Unsur-unsur
Ada delapan unsur-unsur advokasi yaitu; tujuan, pemanfaatan data dan riset,
identifikasi sasaran, pengembangan pesan, membangun koalisi, penyajian/
presentasi, dan penggalangan dana.

1. Penetapan tujuan advokasi kesehatan.


Seringkali masalah kesehatan masyarakat sangat kompleks,banyak faktor yang
saling berpengaruh. Agar upaya advokasi dapat berhasil, tujuan advokasi harus
dibuat lebih spesifik berdasarkan pertanyaan berikut;
a. Apakah isu atau masalah itu dapat menyatukan atau membuat beberapa
kelompok bersatu dalam suatu ikatan koalisi yang kuat?
b. Apakah tujuan advokasi dapat tercapai?
c. Apakah tujuan advokasi memang menjawab permasalahan?

2. Pemanfaatan data dan riset untuk advokasi kesehatan.


Adanya data dan riset pendukung sangat penting agar keputusan yang dibuat
berdasarkan informasi yang tepat dan benar. Karena itu data dan riset diperlukan
dalam menentukan masalah yang akan diadvokasi, identifikasi solusi pemecahan
masalah, maupun penentuan tujuan yang realistis. Selain itu, adanya data dan
fakta tersebut seringkali sudah bisa menjadi argumentasi yang sangat persuasif.

92 KEMENTERIAN KESEHATAN RI
PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

3. Identifikasi sasaran advokasi kesehatan.


Bila isu dan tujuan telah disusun, upaya advokasi harus ditujukan bagi
kelompok yang dapat membuat keputusan dan idealnya ditujukan bagi orang
yang berpengatuh dalam pembuat keputusan. Siapa saja yang membuat
keputusan agar tujuan advokasi dapat dicapai?
Siapa dan apa pengaruhnya dari pembuat keputusan ini yang perlu dipelajari?

Sasaran advokasi para penentu kebijakan harus dipetakan dengan


menggunakan metode analisa pemercaya (stakeholders). Misalnya sasaran
advokasi pejabat pemerintah, legisltif , eksekutif dan yudikatif, para
petugas kesehatan, para media massa, wartawan, swasta. Juga kelompok
yang bertentangan, untuk mendapatkan saling pengertian, mungkin bisa
dipengaruhi terhadap isu yang akan dibahas.

4. Pengembangan dan penyampaian pesan advokasi kesehatan.


Khalayak sasaran akan berbeda bereaksi atas suatu pesan. Seorang tokoh
politik mungkin termotivasi kalau dia mengetahui bahwa banyak dari konstituen
yang diwakilinya peduli terhadap masalah tertentu. Menteri kesehatan mungkin
akan mengambil keputusan ketika disajikan data rinci mengenai besarnya
masalah kesehatan tertentu. Jadi penting diketahui, pesan apa yang diperlukan
agak khalayak sasaran yang dituju dapat membuat keputusan yang mewakili
kepentingan advokator.

Misalnya menyusun materi pesan advokasi berupa data, informasi sebagai bukti
yang dikemas dalam bentuk table, grafik, atau diagram, disertai foto sebagai
alat bukti.

5. Membangun koalisi.
Sering kali kekuatan advokasi dipengaruhi oleh jumlah orang atau organisasi
yang mendukung advokasi tersebut. Hal ini sangat penting dimana situasi di
negara tertentu sedang membangun masyarakat demokratis dan advokasi
merupakan suatu hal yang relatif baru. Dalam situasi ini melibatkan banyak
orang dan mewakili berbagai kepentingan, sangat bermanfaat bagi upaya
advokasi maupun dukungan politis . Bahkan dalam satu organisai sendiri,
koalisi internal yaitu melibatkan berbagai orang dari berbagai divisi dalam
mengembangkan program baru, dapat membangun konsensus untuk aksi
bersama. Pertimbangkan siapa saja yang dapat diajak bermitra dalam aliansi
atau koalisi upaya advokasi yang dirancang.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
93
PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

6. Membuat presentasi yang persuasif.


Kesempatan untuk mempengaruhi khalayak sasaran kunci seringkali terbatas
waktunya. Seorang tokoh politik mungkin memberi kesempatan sekali
pertemuan untuk mendiskusikan isu advokasi yang dirancang. Seorang pejabat
hanya punya waktu 10 menit bertemu dengan tim advokator. Kecermatan dan
kehati-hatian dalam menyiapkan argument yang meyakinkan atau memilih cara
presentasi dapat mengubah kesempatan terbatas ini menajdi upaya advokasi
yang berhasil. Apa yang akan disampaikan, dan bagaimana penyampaian
pesan tersebut menjadi penting.

7. Penggalangan dana untuk advokasi kesehatan.


Semua kegiatan termasuk upaya advokasi memerluan dana. Mempertahankan
upaya advokasi yang berkelanjutan dalam jangka panjang memerlukan waktu
dan energi. Jadi memerlukan sumber dana lain untuk menunjang upaya
advokasi. Perlu menjadi pemikiran tim advokasi bagaimana caranya dalam
menggalang dana atau sumber daya lain.

8. Pemantauan dan penilaian upaya advokasi kesehatan.


Pemantauan dan penilaian terhadap upaya advokasi kesehatan yang telah
dilaksanakan sangat penting. Pemantauan dan penilaian pelaksanaan advokasi
kesehatan ditujukan untuk mengetahui apakah tujuan advokasi yang telah
ditetapkan dapat dicapai? Bagaimana penerapan metode dan teknik advokasi
sesuai atau tidak, atau ada hal-hal yang harus disempurnakan dan diperbaiki?
Untuk menjadi advocator yang tangguh diperlukan umpan balik berkelanjutan
serta evaluasi atas upaya advokasi yang telah dilakukan.

E. Teknik-teknik
1. Lobi
Lobi adalah berbincang-bincang secara informal para pengambil keputusan
dan pembuat kebijakan untuk menginformasikan isu-isu strategis yang
menjadi permasalahan di masyarakat. Tahap pertama lobi tim inti advokasi
menyampaikan seriusnya masalah kesehatan yang dihadapi di suatu wilayah
dan dampaknya terhadap kehidupan masyarakat. Kemudian disampaikan
alternatif terbaik untuk mengendalikan masalah tersebut. Dalam lobi yang
paling baik adalah melalui komunikasi interpersonal.

Lobi banyak digunakan untuk mengadvokasi pembuat kebijakan/pejabat publik


dalam bentuk bincang-bincang (pendekatan tokoh). Pengalaman menunjukan
bahwa untuk melakukan suatu lobi, terlebih dahulu harus mencari waktu
untuk bisa bertemu dengan pejabat publik merupakan suatu tantangan/seni
tersendiri bagi para pelobi. Aspek lain yang perlu dipersiapkan adalah data

94 KEMENTERIAN KESEHATAN RI
PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

dan argumen yang kuat untuk meyakinkan si pejabat public tentang seriusnya
permasalahan kesehatan dan betapa pentingnya peranan si pejabat tersebut
dalam mengatasi masalah kesehatan yang ada. Prinsip melobi dalam program
advokasi kesehatan, adalah “low profile, high pressure”.

2. Petisi
Petisi adalah cara formal dan tertulis untuk menyampaikan gagasan advokator
dan memberikan tekanan kolektif terhadap para pembuat keputusan. Biasanya
dalam petisi sudah jelas tertulis, yaitu pernyataan singkat dan jelas tentang
isu tertentu dan tindakan apa yang akan dilakukan. Di dalam petisi tersebut
tercantum nama dan tanda tangan individu atau organisasi serta identitas
lainnya sejumlah pihak yang mendukung petisi tersebut. Semakin banyak
pendukung, semakin meningkat perhatian penerima petisi.

Di era teknologi informasi sekarang ini karena besarnya peran sosial media, petisi
sering dimanfaatkan oleh organisasi atau individu dengan mudah menggalang
dukungan terhadap isu tertentu seperti lingkungan, kesehatan, pendidikan dll.

3. Debat
Debat pada dasarnya juga merupakan salah satu metode advokasi kesehatan
dalam kelompok. Ciri spesifiknya, adalah berbagai mengangkat dan membahas
isu kesehatan dari pihak yang pro maupun kontra. Debat memberikan
kesempatan bagi advocator untuk menelaah isu dari berbagai perspektif dan
pandangan. Dengan metode ini, keterlibatan sasaran (khalayak) akan lebih
aktif dan permasalahan kesehatan dapat dibahas dari berbagai sudut pandang
secara tajam serta bisa lebih mendalam. Dengan dukungan media media massa
seperti: televisi, radio, koran dapat mendukung kegiatan depat ini, sehingga
dapat menjangkau khalayak sasaran yang sangat luas dan penyampaiannya
lebih menarik.

Kualitas debat dalam kegiatan advokasi kesehatan, ditentukan oleh nara


sumber serta moderator yang mengatur diskusi dengan mengoptimalkan
alokasi waktu yang tersedia. Kekuatan dari teknik ini moderator menyediakan
kesempatan bagi advocator untuk menggaris bawahi aspek-aspek positif dan
aspek-aspek negaitf dari semua pendapat.

4. Dialog
Hampir sama dengan debat, dialog lebih tepat digunakan sebagai metode
advokasi melalui pendekatan kelompok. Namun, pelaksanaan dialog
sebaiknya didukung oleh media massa, khususnya TV dan Radio, sehingga
dialog ini bisa menjangkau kelompok yang sangat luas. Metode ini memberi

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
95
PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

peluang yang cukup baik untuk mengungkapkan isu/aspirasi/pandangan


khalayak sasaran terhadap program kesehatan.

5. Negosiasi
Negosiasi merupakan metode advokasi yang bertujuan untuk menghasilkan
kesepakatan. Dalam hal ini pihak yang bernegosiasi menyadari bahwa
masing-masing pihak mempunyai kepentingan yang sama tentang upaya
mengatasi permasalahan kesehatan, sekaligus menyatukan upaya mencapai
kepentingan tersebut sesuai tupoksi atau valuenya masing-masing.

Negosiasi merupakan cara yang efektif untuk mendapatkan kesepakatan


tentang pentingnya memberikan dukungan kebijakan maupun sumberdaya
dalam mencapai tujuan program kesehatan. Adapun cara untuk melakukan
negosiasi adalah dengan jalan kompromi, akomodasi dan kolaborasi.

Dalam negosiasi diperlukan kemampuan untuk melakukan tawar menawar


dengan alternatif yang cukup terbuka. Oleh sebab itu sebelum melakukan
negosiasi, pelaku harus mempelajari kepentingan dan tupoksi sasaran
advokasi. Pelaku advokasi / negosiator harus fokus terhadap inti permasalahan.
Seorang negosiator harus dalam keadaan “SHAPE” yaitu sincere/sensitive
(tulus/peka), honest/humoris (jujur/humoris), attentive/articuler (menarik,
pandai bicara), proficient (pandai/cakap) enthusiastic/empathy (antusias/
empati). Tiga faktor kunci negosiasi yaitu mau mendengarkan, mengamati
dan menyampaikan.

Harry A. Mills memperkenalkan teknik melakukan negosiasi dengan 7 langkah


yang mengacu pada prinsip negosiasi yaitu seni untuk menang, yaitu:

a. Alternatif
Adalah menyampaikan berbagai jenis program kerja kesehatan yang
mempunyai keuntungan bagi berbagai pihak terkait.
b. Kepentingan
Kepentingan bukanlah mengangkat kepentingan satu pihak, melainkan
kepentingan semua pihak yang terlibat. Kepentingan yang diangkat
mempunyai alasan atau landasan keterkaitan yang kuat bahwa kesehatan
merupakan bagian untuk memenuhi tujuan, kebutuhan, harapan
serta mengatasi permasalahan berbagai pihak terkait. Sinergi dalam
menyatukan tentang pentingnya kesehatan untuk memenuhi kebutuhan
dari berbagai pihak tersebut, harus dibangun melalui kesepakatan yang
baik sehingga dapat memuaskan kepentingan semua pihak.

96 KEMENTERIAN KESEHATAN RI
PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

c. Opsi
Adalah kisaran upaya dimana semua pihak dapat mencapai kesepakatan.
Opsi yang baik apabila dapat menguntungkan semua pihak
d. Legitimasi
Semua pihak dalam negosiasi ingin diperlakukan secara adil. Mengukur
keadilan dengan menggunakan beberapa kriteria atau standar, misalnya:
peraturan, instruksi , dll
e. Komunikasi
Komunikasi yang baik dalam kegiatan advokasi merupakan penyampaian
landasan fakta serta value yang dapat membangun pemahaman,
kesadaran, ketertarikan, kepedulian untuk memberikan dukungan/
tindakan nyata terhadap upaya peningkatan status kesehatan di
masyarakat.
f. Hubungan
Dalam melakukan negosiasi terlebih dahulu harus membangun hubungan
kerja atau hubungan antar manusia yang erat dengan berbagai pihak
terkait, karena hal ini dapat memperlancar proses negosiasi tersebut.
g. Komitmen
Komitmen adalah pernyataan lisan atau tulisan mengenai apa yang
akan atau tidak boleh dilakukan oleh berbagai pihak yang terlibat.

6. Paparan (presentasi)
Paparan atau presentasi merupakan metode advokasi yang sering
dipergunakan. Materi paparan adalah isu strategis tentang masalah kesehatan
yang disampaikan dalam bahasa yang baik, cukup menyentuh, efektif, tidak
berbelit-belit, dapat dimengerti dan dipahami dengan cepat dan jelas.

Penerapan metode presentasi ini, dinilai menguntungkan untuk menyamakan


persepsi, menumbuhkan kebersamaan dan membangun komitmen. Hampir
sama dengan lobi, data yang akurat dan argumentasi yang kuat tentang
pentingnya dukungan untuk mengatasi permasalahan kesehatan merupakan
hal penting yang harus dipersiapkan bila ingin berhasil. Selain itu, dalam tehnik
presentasi diupayakan agar menggunakan berbagai alat bantu penyajian yang
menarik misalnya: LCD, film dokumentasi/ testimoni sehingga mempermudah
pemahaman serta ketertarikan sasaran advokasi.

Diperlukan persiapan yang terencana, didukung data lengkap, tampilan slide


yang menarik, pengemasan cetakan / audio visual serta ilustrasi foto dan
grafik yang menarik dan lengkap.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
97
PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

7. Seminar
Seminar merupakan salah satu metode advokasi yang membahas isu strategis
secara ilmiah yang dilakukan bersama beberapa pejabat publik sebagai
sasaran advokasi. Seminar biasanya diikuti 20 sampai 30 orang peserta yang
dipimpin oleh seorang pakar dalam bidang yang dibahas/diseminarkan.

Tujuan seminar untuk mendapatkan keputusan atau rekomendasi terhadap


upaya pemecahan masalah tertentu yang merupakan hasil kesepakatan
dalam pembahasan bersama semua peserta.

Teknik seminar juga menguntungkan dalam menyamakan persepsi,


menumbuhkan kebersamaan dan membangun komitmen dalam mendukung
kebijakan dan penerapan serta memberi kesempatan diskusi dengan para
peserta seminar secara aktif. Dalam penerapan teknik seminar diperlukan
kemampuan untuk menggunakan dan memanfaatkan berbagai teknik
komunikasi serta penggunaan alat bantu penyajian yang berkembang
kecanggihannya.

8. Studi Banding
Studi banding juga merupakan salah satu metode advokasi yang baik, yakni
dengan mengajak sasaran advokasi mengunjungi suatu daerah yang baik
maupun yang kurang baik kondisinya. Melalui kegiatan ini, mereka dapat
mempelajari secara langsung permasalahan yang ada. Teknik ini diarahkan
untuk dapat memberikan gambaran maupun informasi yang kongkrit kepada
sasaran advokasi, sehingga sasaran advokasi dapat melakukan analisa dan
menetapkan langkah – langkah untuk mengatasi permasalahan yang ada
serta mempunyai gambaran terhadap dukungan yang harus diberikan.

9. Pengembangan kelompok peduli


Pengembangan kelompok peduli adalah metode advokasi dengan cara
menghimpun kekuatan baik secara peorangan maupun organisasi dalam
suatu jaringan kerjasama untuk menyuarakan/memperjuangkan isu yang
diadvokasikan. Kelompok ini bisa bernama “Koalisi” seperti Koalisi Indonesia
Sehat, Aliansi Pita Putih atau Forum Peduli Kesehatan lainnya yang memiliki
jaringan yang kuat dalam ide/gagasan meskipun secara organisasi tidak terlalu
ketat keterikatannya. Dalam pengembangan kelompok peduli ini, pemilihan
tokoh pelopor dan penyamaan persepsi terhadap program kesehatan menjadi
dua hal penting yang harus mendapat perhatian.

98 KEMENTERIAN KESEHATAN RI
PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

10. Penggunaan media massa


Peranan media massa sangat besar dan menentukan dalam keberhasilan
advokasi kesehatan, baik dalam membentuk opini, menyamakan persepsi
maupun dalam memberikan tekanan.

Media massa merupakan media yang mampu memberi informasi kepada


banyak orang pada banyak tempat yang berbeda dalam waktu yang hampir
bersamaan. Dalam advokasi kesehatan kita bisa memilih media massa
elektronik ( TV, radio, internet ) dan cetak (koran, majalah, tabloid dan lain-
lain). Beberapa rincian tehnis dalam pemanfaatan media massa yang perlu
diketahui oleh perancang/pelaksana advokasi di antaranya :

a. Siaran pers
b. Press kit
c. Lembar fakta (fact sheet)
d. Koferensi pers
e. Wisata pers (press tour)

Memperhatikan besarnya peranan media massa dalam suatu upaya advokasi


kesehatan, maka bagaimana menjalin kerja sama yang baik dengan pihak
media massa merupakan suatu tantangan sekaligus seni tersendiri yang perlu
dipelajari oleh perancang dan pelaksana advokasi. Sebaiknya para pelaksana
memiliki daftar media yang ada di wilayahnya secara rinci dan menggalang
hubungan pribadi yang akrab dengan jurnalis dan redakturnya

Selanjutnya, ada beberapa teknik advokasi yang merupakan cara penerapan


metode advokasi, yaitu :
1. Secara formal: presentasi, seminar, konferensi, semiloka, telekonferensi.
2. Secara informal: pertemuan umum dan khusus, studi banding, festifal,
event-event khusus seperti olah raga, reuni, arisan, pertemuan keluarga
dll.
3. Secara langsung: komunikasi langsung dalam presentasi, seminar,
negosiasi, surat, email, telepon, fax, media sosial, dll
4. Secara tidak langsung: komunikasi melalui kolega, teman, keluarga, dll

F. Langkah-langkah
Langkah-langkah dalam pelaksanaan kegiatan advokasi kesehatan secara
sistematis. John Hopkins University–Center for Communication Program (JHU–
CCP) mengembangkan langkah-langkah pelaksanaan kegiatan advokasi yang
dikenal sebagai bagan “A” (A frame) yang terdiri dari langkah-langkah, sebagai
berikut :

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
99
PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

“A” frame

3
Mobilisasi

2 4
Strategi
Tindakan/
Aksi
K es 6
ina
mb
ung
an 5
1
Evaluasi
Analisis

1. Analisis.
Analisis merupakan langkah pertama untuk merencanakan kegiatan advokasi
kesehatan yang efektif. Hasil analisis menjadi dasar atau acuan dalam
menyusun strategi advokasi yang tepat. Oleh karena itu mutu analisis akan
sangat mempengaruhi kualitas dari strategi advokasi yang akan disusun.
Ruang lingkup analisis meliputi:
a. Analisis Isu
Analisis isu diawali dengan melakukan identifikasi masalah kesehatan
yang ada di suatu wilayah. Selanjutnya, dari beberapa masalah kesehatan
yang ada diprioritaskan. Masalah kesehatan prioritas tersebut, dijadikan
sebagai landasan untuk menetapkan beberapa isu yang terkait dengan
terjadinya masalah tersebut. Dari beberapa isu tersebut, kemudian
ditetapkan isu strategis yang benar-benar mempunyai hubungan
terhadap terjadinya masalah kesehatan di wilayah tersebut. Mengacu
pada isu strategis, pengelola kegiatan advokasi kesehatan, kemudian
merumuskan tujuan, sasaran, isi pesan serta media advokasi. Analisis
isu dapat dilakukan melalui kajian data dan informasi atau laporan,
termasuk teori, yang dapat diperoleh dari bahan bacaan (literatur).

Analisis isu ini dapat kita lakukan dengan mencoba menjawab
pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut :
1) Apakah isu itu mempunyai hubungan yang erat dengan terjadinya
masalah kesehatan prioritas?
2) Apakah isu dirasakan oleh sebagian besar masyarakat?

100 KEMENTERIAN KESEHATAN RI


PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

3) Apakah isu didukung oleh data yang akurat?


4) Hasil isu akankah memperbaiki status kesehatan masyarakat?
5) Mungkinkah isu dialiansikan dengan sektor lain?
6) Apakah isu itu memperkuat nilai (value) pejabat publik?
7) Apakah isu dapat memperkuat jejaring LSM/lintas sektor?

b. Analisis Publik
Analisis publik selain penting untuk merumuskan isi pesan juga akan
sangat diperlukan dalam pemilihan bentuk aksi dan tindakan serta
media maupun saluran informasi yang akan digunakan. Analisis publik
dapat dilakukan dengan memanfaatkan berbagai hasil penelitian,
need assessment maupun dari hasil penjajakan/pendekatan pribadi,
khususnya untuk sasaran individu. Analisis publik ini sebaiknya dilakukan
secara rinci untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut ini :
1) Unsur/instansi pemerintah mana yang berwewenang membuat
kebijakan publik terkait dengan upaya pemecahan masalah
kesehatan tersebut ?
2) Bentuk kebijakan apa yang bisa dibuat/dilaksanakan oleh masing-
masing unsur/instansi pemerintah itu ?
3) Bagaimana nilai kepentingan (value) yang berkembang pada masing-
masing unsur/instansi pemerintah tersebut terhadap masalah ini ?
4) Bagaimana praktek perilaku yang terjadi dalam masing-masing
unsur/instansi pemerintah tersebut dalam masalah ini ?
5) Sumberdaya (resources) apa yang dimiliki masing-masing unsur/
instansi pemerintah tersebut dalam kaitan mengatasi masalah ini
dan seberapa besarkah?
6) Siapa saja/kelompok masyarakat mana yang akan mendapat manfaat
apabila masalah ini ditanggulangi/ proses advokasi berhasil?
7) Bagaimana praktek perilaku masing-masing kelompok masyarakat
tersebut terhadap masalah ini ?
8) Sumberdaya (resources) apa yang dimiliki masing-masing kelompok
masyarakat tersebut dalam kaitan mengatasi masalah ini dan
seberapa besar ?

c. Analisis Kebijakan
Analisis kebijakan akan sangat berpengaruh dalam pelaksanaan mobilisasi
dan tindakan dan aksi kegiatan advokasi kesehatan. Analisis kebijakan dapat
dilakukan dengan melakukan pengkajian terhadap kebijakan yang sudah
ada tetapi belum berjalan sebagaimana mestinya maupun kebijakan baru
yang perlu dibuat untuk mengatasi permasalahan kesehatan masyarakat
yang ada. Disamping itu analisis kebijakan juga perlu dilakukan untuk

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
101
PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

mengkaji efektifitas kebijakan tersebut dalam mengatasi pemasalahan


kesehatan yang ada.

Analisis kebijakan dapat dilakukan dengan menjawab pertanyaan-


pertanyaan berikut ini :
1) Adakah kebijakan yang mendukung upaya pemecahan masalah
kesehatan tersebut ?
2) Bagaimana pengaruh dan efektifitas penerapan kebijakan yang sudah
ada dalam mendukung tujuan tercapainya upaya pemecahan masalah
kesehatan tersebut?
3) Kebijakan apa yang perlu dikembangkan untuk mendukung upaya
pemecahan masalah kesehatan tersebut, agar tujuan yang ditetapkan
dapat tercapai?
4) Apa bentuk kebijakan yang perlu dikembangkan tersebut?

d. Analisis tentang program-program komunikasi yang potensial untuk


mendukung kegiatan advokasi.

e. Analisis tentang stakeholder (mitra kerja) terkait dengan pengembangan


kebijakan publik berwawasan kesehatan.

f. Analisis tentang jejaring yang mampu melakukan/ mendukung


kegiatan advokasi kesehatan sehingga tujuan yang diharapkan dapat
tercapai.

g. Analisis terhadap sumberdaya yang dibutuhkan untuk melaksanakan


kegiatan advokasi kesehatan.

2. Menyusun Strategi Advokasi.


Ada beberapa tahapan kegiatan dalam menyusun strategi advokasi yaitu:
a. Membentuk kelompok kerja atau jejaring advokasi.
b. Melakukan identifikasi sasaran advokasi, baik yang bertindak sebagai
advokator, maupun sasaran penentu/ pengambil kebijakan.
c. Mengembangkan tujuan advokasi. Dalam menyusun tujuan advokasi harus
memperhatikan kaidah SMART (S = spesific/khusus; M = measureable/
dapat diukur; A = action/dapat dikerjakan; R = realistic dan T = time bound/
ada ukuran waktu yang jelas).
d. Menentukan rencana aksi/ kegiatan advokasi, diantaranya adalah
menyelenggarakan forum komunikasi, pengembangan pesan dan media
advokasi, penyiapan dan pendayagunaan tenaga advokasi, merancang
medode advokasi, merancang berbagai jenis komunikasi efektif untuk

102 KEMENTERIAN KESEHATAN RI


PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

advokasi, menyusun jadwal pelaksanaan kegiatan advokasi, merancang


proses pembuatan dukungan kebijakan yang diharapkan.
e. Menentukan indikator, baik input, proses maupun out put kegiatan advokasi,
serta merancang kegiatan pemantauan dan penilaian advokasi tersebut.
f. Menentukan dana serta sumberdaya lainnya yang dibutuhkan untuk
kegiatan advokasi dan pengembangan kebijakan yang diperlukan.

Selanjutnya ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menyusun strategi
advokasi yaitu :
a. Credible : artinya program yang diajukan harus dapat meyakinkan para
penentu kebijakan, oleh sebab itu harus didukung data dari sumber yang
dapat dipercaya.
b. Feasible : artinya program tersebut secara teknik, politik maupun ekonomi
layak untuk dilaksanakan. Secara teknik dapat dilaksanakan karena tersedia
petugas yang mempunyai kemampuan yang memadai, tidak membawa
dapak politik yang meresahkan masyarakat, dana terjangkau.
c. Relevant : artinya memenuhi kebutuhan masyarakat dan benar-benar
memecahkan masalah yang dirasakan masyarakat serta ada keterkaitan
dari program yang dilakukan oleh lintas program maupun lintas sektor.
d. Urgent : artinya program itu mempunyai urgensi yang tinggi, harus segera
dilaksanakan kalau tidak dilaksanakan akan menimbulkan masalah yang
lebih besar lagi.
e. High priority : artinya program yang diajukan harus mempunyai prioritas
tinggi, oleh sebab itu diperlukan analisis cermat, baik terhadap masalahnya
sendiri, maupun terhadap alternatif pemecahan masalah atau program
yang diajukan.

3. Menggalang Kemitraan (Mobilisasi).


Mobilisasi merupakan salah satu langkah penting dalam proses advokasi.
Mobilisasi perlu dilakukan untuk membangun kebersamaan, kekuatan dan
sekaligus tekanan kepada pihak-pihak yang tidak/belum mendukung. Mobilisasi
ini sangat penting khususnya untuk membuat “nilai kepentingan” dari berbagai
kelompok yang terkait menjadi kompatibel. Mobilisasi selain merupakan
suatu tehnik, juga merupakan suatu “seni” dengan berbagai “trick” yang bisa
dikembangkan melalui pengalaman.

Mobilisasi melalui penggalangan kemitraan dapat dilakukan melalui beberapa


langkah berikut ini, yaitu:
a. Melakukan identifikasi mitra potensial
b. Melakukan sinkronisasi program kerja kesehatan dari setiap mitra potensial.
c. Mengembangkan koalisi dan melakukan nota kesepahaman (MoU)

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
103
PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

d. Membuat program kerja terpadu


e. Mendelegasikan tanggung jawab dan kewenangan
f. Melakukan peningkatan kapasitas, misalnya menyelanggarakan pelatihan/
orientasi
g. Mengembangkan jaringan informasi serta menyelenggarakan forum
komunikasi secara rutin
h. Mendokumentasikan kegiatan yang dilakukan oleh mitra serta mengekspose
kegiatan yang telah dilakukan melalui berbagai jenis media.

4. Tindakan Aksi Pelaksanaan Advokasi.


Tindakan aksi atau pelaksanaan advokasi mengacu pada rencana yang telah
disusun berdasarkan hasil analisis, rancangan strategi yang telah dituangkan
dalam plan of action (POA).

Tindakan atau aksi dalam proses advokasi pada dasarnya adalah serangkaian
kegiatan komunikasi baik yang bersifat individual, kelompok atau massa. Melalui
langkah tindakan/aksi dalam proses advokasi perlu terus dibangun dijaga citra
(image) bahwa : proses advokasi ini merupakan “tindakan bersama”. Makin
banyak orang yang dicitrakan terlibat dalam kegiatan ini makin baik. Proses
advokasi ini dilakukan secara terus menerus dan konsisten sampai tujuan
advokasi yang ditetapkan dapat tercapai.

Dengan memanfaatkan berbagai metode dan teknik advokasi serta penerapan


strategi advokasi maka diharapkan:
a. Para Penentu Kebijakan.
1) Tahu dan yakin, bahwa masalah kesehatan benar-benar perlu
dilaksanakan serta akan menguntungkan bagi semua pihak.
2) Tahu faktor-faktor penyebab masalah kesehatan.
3) Tahu bahwa masalah kesehatan bisa diatasi/dipecahkan.
4) Mampu memilih cara yang cocok untuk menyelesaikan masalah
kesehatan.
5) Tahu bahwa pemerintah mempunyai pilihan bentuk kebijakan publik
untuk memecahkan masalah kesehatan, baik berupa Perda maupun
Surat Keputusan.
6) Menyadari bahwa Pemerintah mempunyai kewajiban untuk membuat
kebijakan untuk memecahkan masalah kesehatan.
7) Melakukan proses pembuatan kebijakan publik berwawasan kesehatan.
8) Mensosialisasikan serta menerapkan kebijakan publik berwawasan
kesehatan yang telah dibuat tersebut secara konsisten dan
bertanggung jawab.

104 KEMENTERIAN KESEHATAN RI


PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

9) Mampu menggalang potensi untuk kesinambungan pelaksanaan


program kesehatan.
10) Penentu Kebijakan publik bertindak memberikan dukungan
sumberdaya (resources) untuk memecahkan masalah kesehatan
yang ada.

b. Kelompok Pendukung/pro.
1) Tahu dan yakin bahwa ada kelompok masyarakat (marjinal) yang
mengalami masalah dalam pelayanan Kesehatan.
2) Tahu bahwa masalah pelayanan kesehatan bisa diatasi melalui
program kesehatan.
3) Tahu dan yakin bahwa masalah kesehatan benar-benar tidak
menguntungkan bagi kelompok masyarakat yang mengalami.
4) Tahu bahwa masalah kesehatan bisa dipecahkan.
5) Tahu bahwa dia memiliki potensi untuk ikut mengatasi masalah
kesehatan .
6) Tahu bahwa dia akan mendapat manfaat dan atau memiliki kewajiban
moral untuk ikut membantu menyeselsaikan kesehatan.
7) Mampu dan mau ikut mendukung pemecahan masalah ini sesuai
dengan potensi yang dia miliki.

5. Evaluasi
Evaluasi juga merupakan bagian penting dari advokasi. Pelaksanaan evaluasi
mengacu pada indikator yang telah ditetapkan sebelumnya, yang meliputi
indikator input, proses, out put maupun dampak dari advokasi yang telah
dilakukan.

Ada beberapa aspek yang perlu dievaluasi secara berkala, diantaranya:


a. Kegiatan dan kemampuan mitra atau jejaring dalam mencapai tujuan
advokasi
b. Kegiatan komunikasi advokasi.
c. Kejelasan isi pesan yang disampaikan.
d. Kekuatan media advokasi yang digunakan.
e. Pemahaman, ketertarikan, kepedulian serta tindakan sasaran advokasi
dalam memberikan dukungan kebijakan maupun sumberdaya untuk
program kesehatan.
f. Realisasi dukungan dari sasaran advokasi
g. Dampak kegiatan advokasi terhadap pencapaian tujuan program
kesehatan.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
105
PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

6. Kesinambungan
Advokasi adalah suatu bentuk program komunikasi strategis yang dirancang
untuk menghasilkan perubahan nilai dan perilaku sasaran penentu atau
pengambil kebijakan. Dalam proses mengembangkan suatu kebijakan,
memerlukan waktu yang panjang serta pengawalan yang ketat. Apabila
kebijakan tersebut sudah ada maka perlu diterjemahkan atau ditindak lanjuti
menjadi kebijakan operasional atau kebijakan teknis dan harus disosialisasikan
kepada berbagai pihak terkait agar dapat diimplementasikan.

Salah satu bentuk implementasi adalah mengusulkan sumberdaya (dana,


tenaga, sarana, dll) yang dibutuhkan, untuk melaksanakan program kesehatan
masyarakat di berbagai jenjang administrasi. Upaya membuat usulan sampai
dengan adanya realisasi terhadap usulan yang diajukan juga memerlukan
waktu dan pengawalan yang ketat, belum lagi apabila ada pergantian pejabat.
Sehubungan dengan itu proses advokasi seringkali memerlukan waktu yang
cukup panjang, harus dilakukan secara berkesinambungan.

Untuk mengantisipasi keadaan tersebut, maka dalam penetapan tujuan


advokasi harus disusun secara rinci dan jelas dari waktu ke waktu

Pokok Bahasan 2.
IDENTIFIKASI

A. Sasaran tersier
Sasaran tersier dalam advokasi kesehatan adalah para penentu kebijakan dan
untuk menentukan sasaran tersier yang akan diadvokasi maka sebaiknya harus
dipetakan terlebih dahulu dengan menggunakan metode analisa pemercaya
(stakeholders). Misalnya sasaran advokasi pejabat pemerintah, legislatif , eksekutif
dan yudikatif, para petugas kesehatan, para media massa, wartawan, dunia
usaha/swasta. Juga kelompok yang bertentangan, untuk mendapatkan saling
pengertian, mungkin bisa dipengaruhi terhadap isu yang akan dibahas.

Analisa pemercaya (stakeholder) dapat menggunakan analisis publik.

Cara melakukan analisis publik adalah dengan menjawab beberapa pertanyaan di


bawah ini:

106 KEMENTERIAN KESEHATAN RI


PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

No. Analisis Publik Hasil


Analisis
Publik
1 Unsur/instansi pemerintah mana yang
berwewenang membuat kebijakan publik terkait
dengan upaya pemecahan masalah kesehatan
tersebut ?
2 Bentuk kebijakan apa yang bisa
dibuat/dilaksanakan oleh masing-masing
unsur/instansi pemerintah itu ?
3 Bagaimana nilai kepentingan (value) yang
berkembang pada masing-masing unsur/instansi
pemerintah tersebut terhadap masalah ini ?
4 Sumberdaya (resources) apa yang dimiliki
masing-masing unsur/instansi pemerintah
tersebut yang dapat mendukung upaya
mengatasi masalah ini dan seberapa besarkah?
5 Siapa saja/kelompok masyarakat mana yang
akan mendapat manfaat apabila masalah ini
ditanggulangi melalui proses advokasi ?
6 Bagaimana nilai kepentingan (value) yang
berkembang pada masing-masing pihak
tersebut terhadap masalah ini?
7 Sumberdaya (resources) apa yang dimiliki oleh
pihak-pihak tersebut yang dapat dipergunakan
dalam mendukung upaya pemecahan masalah
ini dan seberapa besar ?
8 Program-program komunikasi potensial apa
yang dapat dipergunakan untuk mendukung
kegiatan advokasi kesehatan terkait dengan
upaya pemecahan masalah ini?.
9 Adakah jejaring yang mampu melakukan/
mendukung kegiatan advokasi kesehatan ini,
sehingga tujuan yang diharapkan dapat tercapai.
10 Apa saja sumberdaya / dana yang dibutuhkan
untuk melaksanakan kegiatan advokasi untuk
mengatasi masalah ini?.

B. Data-data strategi untuk melakukan pendekatan


1. Data-data yang diperlukan untuk mengemas issu strategis
Adanya data dan riset pendukung sangat penting agar keputusan yang
dibuat berdasarkan informasi yang tepat dan benar. Karena itu data dan riset
diperlukan dalam menentukan masalah yang akan diadvokasi, identifikasi
solusi pemecahan masalah, maupun penentuan tujuan yang realistis.
Selain itu, adanya data dan fakta tersebut seringkali sudah bisa menjadi
argumentasi yang sangat persuasif. Berdasarkan data dan fakta yang
diperoleh maka disusunlah suatu analisis masalah dan kemudian dikemas
menjadi issu strategis dengaan menggunakan analisa issu yang kemudian
akan disampaikan dalam pelaksanaan kegiatan advokasi kesehatan melalui
media/kit advokasi kesehatan.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
107
PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

2. Pendekatan Advokasi Kesehatan


Ada lima pendekatan utama dalam advokasi kesehatan yaitu; melibatkan
para pemimpin, bekerja dengan media massa, membangun kemitraan,
memobilisasi masyarakat dan membangun kapasitas, secara ringkas dapat
dijelaskan sebagai berikut;

a. Melibatkan Para Pemimpin.


Para pembuat undang-undang, pemimpin politik, para pembuat
kebijakan, dan para penentu keputusan sangat berpengaruh dalam
menciptakan perubahan yang terkait dengan isu-isu sosial, termasuk
kesehatan, pendidikan dan kependudukan. Karena sangat penting
melibatkan mereka semaksimum mungkin untuk membahas isu yang
akan diadvokasi.

Mereka dapat didekati secara formal maupun informal melalui kunjungan


individu, wawancara, dialog, seminar atau diskusi. Bila mereka anggota
DPR/DPRD pertemuan dapat diatur pertemuan dengan legislatif atau
parlemen yang merupakan pekerjaan sehari-hari mereka.

b. Bekerja dengan Media Massa.


Media Massa sangat penting berperan dalam membentuk opini publik.
Media massa juga sangat kuat dalam mempengaruhi persepsi public
atas isu atau masalah tertentu. Mengenal, membangun dan menjaga
kemitraan dengan media massa sangat penting dalam proses advokasi.
Kenali dan identifikasi para wartawan yang sering menulis isu kesehatan
di media massa tertentu. Lakukan identifikasi berbagai jenis media massa
dan jaringan organisasinya seperti Persatuan Wartawan Indonesia (PWI)
Aliansi Jurnalis Independen (AJI) dll.

c. Membangun Kemitraan.
Dalam upaya advokasi sangat penting dilakukan membuat jejaring,
kemitraan yang berkelanjutan dengan individu, organisasi profesi,
organisasi masyarakat dan sektor lain yang bergerak dalam isu yang
sama perlu dipertahankan sesuai dengan perannya masing-masing.
Model kemitraan yang tidak mengikat akan lebih langgeng. Prinsip
kemitraan seperti, kesetaraan, keterbukaan dan saling menguntungkan
menjadi acuan untuk mencari mitra yang cocok untuk advokasi
kesehatan.

108 KEMENTERIAN KESEHATAN RI


PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

d. Memobilisasi Massa.
Memobilisasi massa merupakan suatu proses mengorganisasikan
individu yang telah termotivasi ke dalam kelompok-kelompok atau
mengorganisasikan kelompok yang sudah ada. Dengan mobilisasi agar
motivasi individu dapat diubah menjadi tindakan kolektif. Pada tahap
awal dapat melibatkan orang yang mempunyai pengaruh dan dipercaya
seperti tokoh masyarakat, tokoh agama, mereka perlu diidentifikasi
serta diberi informasi tentang isu advokasi yang dipilih. Juga kelompok
mahasiswa, pelajar yang mempunyai minat yang sesuai dengan isu
advokasi dapat dilibatkan untuk mobilisasi massa.

e. Membangun Kapasitas
Membangun kapasitas maksudnya melembagakan kemampuan untuk
mengelola program yang komprehensif dan membangun critical mass
pendukung yang memiliki ketrampilan advokasi. Kelompok profesi,
LSM juga kelompok diluar bidang kesehatan seperti WALHI (Wahana
Lingkungan Hidup Indomesia) yang bergerak dalam isu lingkungan,
kelompok advokasi untuk masyarakat miskin perkotaan, dan KUIS (
Koalisi Untuk Indonesia Sehat) yang bergerak dalam advokasi kesehatan
dalam desentralisasi. Kegiatan membangun kapasitas dapat dilakukan
dengan pelatihan dan memberikan bantuan teknis oleh organisasi
tertentu, misalnya Asia Foundation, John Hopkins University.

Pokok Bahasan 3.
PENYUSUNAN PERENCANAAN ADVOKASI

A. Latar belakang
Perencanaan merupakan langkah yang sangat menentukan dalam suatu kegiatan
apapun, hingga ada suatu pernyataan yang menyebutkan “lebih baik gagal
merencanakan dari pada perencanaan yang gagal”. Demikian halnya dengan
kegiatan advokasi kesehatan perlu disusun perencanaannya secara baik dan
benar.

Analisis situasi merupakan langkah awal dalam menyusun perencanaan kegiatan


advokasi kesehatan. Perencanaan pada dasarnya merupakan proses penetapan
tujuan dan sasaran, serta penetapan cara pencapaian tujuan dan sasaran yang
diharapkan. Perencanaan adalah serangkaian kegiatan dimana keputusan yang
dibuat dituangkan dalam bentuk tindakan. Perencanaan merupakan salah
satu siklus dari proses pemecahan masalah untuk mengubah posisi yang ada
saat ini kepada posisi yang diinginkan. Menurut Tjokroamidjojo (1992, 12-14)

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
109
PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

perencanaan sebagai suatu cara bagaimana mencapai tujuan sebaik-baiknya


(maximum output) dengan sumber-sumber yang ada supaya lebih efisien
dan efektif. Dengan demikian, maka terdapat 5 (lima) hal pokok yang perlu
diketahui dalam perencanaan, yaitu: 1) permasalahan yang ada, 2) ketersediaan
sumberdaya, 3) tujuan serta sasaran yang ingin dicapai, 4) kebijakan yang ada
serta 5) jangka waktu pencapaian tujuan.

Tujuan penyusunan perencanaan advokasi kesehatan adalah: mengarahkan
sumberdaya yang ada untuk pencapaian tujuan advokasi kesehatan dalam upaya
pemecahan masalah kesehatan masyarakat yang ada, pada waktu tertentu.
Selain itu, perlu mendapatkan kejelasan tentang upaya yang harus dilakukan
secara sistematis mengarah pada tujuan program yang akan dicapai dalam waktu
tertentu.

Manfaat penyusunan perencanaan kegiatan advokasi kesehatan adalah 1)


memusatkan perhatian pada tujuan yang ingin dicapai; 2) mengurangi resiko
ketidak pastian terhadap proses kegiatan yang harus dilakukan; 3) mencegah
pemborosan sumberdaya, dan mengoptimalkan penggunaan sumberdaya
secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai; 4) kegiatan
terjadwal dengan baik; 5) menjadi dasar bagi fungsi manajemen yang lain, yaitu
pelaksanaan, pengawasan, pemantauan dan penilaian.

Ciri-ciri perencanaan advokasi kesehatan yang baik adalah 1) mengarah pada


upaya pemecahan masalah kesehatan masyarakat yang ada di wilayah tersebut;
2) sesuai dengan tugas pokok, kewenangan serta pencapaian indikator kinerja
program kesehatan;.3) memperhatikan sumberdaya dan kapasitas yang ada;
4) melibatkan berbagai pihak potensial terkait; 5) bersifat fleksibel, artinya
memungkinkan diadakan perubahan-perubahan di dalam rencana tanpa
mengganggu hasil akhirnya. Perancanaan dapat sewaktu-waktu berubah kareba
adanya tuntutan situasi dan kondisi yang ada; 6) memperhatikan kendala-kendala
yang ada. Dalam menyusun rencana seorang perencana harus melihat kendala-
kendala yang ada, baik yang datang dari luar maupun dari dalam, termasuk
adanya peraturan-peraturan pemerintah, kapasitas tenaga, kondisi sosial budaya
masyarakat dan pejabat publik.

Hal yang penting adalah dalam membuat perencanaan advokasi kesehatan


harus menetapkan batasan-batasan yang jelas, misalnya: prosedur, rincian
jenis kegiatan, tujuan, sasaran, kebijakan yang ada, kebijakan yang perlu dibuat
disetiap jenjang administrasi termasuk adanya kebijakan-kebijakan khusus dalam
mendukung upaya pemecahan masalah kesehatan atau pencapaian indikator
kinerja program kesehatan.

110 KEMENTERIAN KESEHATAN RI


PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

B. Tingkat Propinsi
C. Tingkat Nasional
D. Tingkat Internasional

Pokok bahasan 4.
PELAKSANAAN ADVOKASI.

A. Tingkat Propinsi
B. Tingkat Nasional
C. Tingkat Internasional

Pokok bahasan 5.
EVALUASI ATAS HASIL ADVOKASI.

A. Tingkat Propinsi
B. Tingkat Nasional
C. Tingkat Internasional

Pokok bahasan 6.
PENYUSUNAN LAPORAN HASIL PELAKSANAAN ADVOKASI.

A. Secara deskriptif
B. Secara analitik

VI. Referensi
• Kemenkes. RI, Pusat Promosi Kesehatan, 2013, Modul Pelatihan Pengelola
Advokasi, Jakarta.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
111
PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

MATERI INTI 3
PELAKSANAAN PENGGALANGAN
DUKUNGAN SOSIAL

I. Deskripsi Singkat
Keberhasilan pembangunan bidang kesehatan juga dipengaruhi oleh hasil kerja dan
kontribusi positif berbagai sector pembangunan lainnya, termasuk sektor swasta dan
masyarakat. Hal ini tidak lain karena derajat kesehatan dipengaruhi oleh berbagai
faktor. Tidak hanya pelayanan kesehatan yang dapat menentukan derajat kesehatan
masyarakat, melainkan juga faktor lingkungan dan perilaku masyarakat. Di sisi
lain, derajat kesehatan masyarakat juga merupakan modal dasar bagi terciptanya
kemampuan masyarakat untuk membangun. Masyarakat yang sehat akan menjadikan
negara kuat, karena sumber daya manusia yang ada bagi pembangunan negara
menjadi berkualitas. Oleh sebab itu, derajat kesehatan masyarakat pada hakikatnya
merupakan tujuan sosial (social goal) yang harus menjadi perhatian dan urusan
semua pihak. Tanggung jawab harus dibagi di antara para pemangku kepentingan
(stakeholders).

Untuk menciptakan harmonisasi dalam mendapatkan dukungan sosial perlu diciptakan


opini positif atau lingkungan sosial yang mendorong individu anggota masyarakat
untuk mau melakukan perilaku yang diperkenalkan. Kemauan untuk melakukan
sesuatu timbul apabila lingkungan sosial di manapun ia berada (keluarga di rumah,
orang-orang yang menjadi panutan/idolanya, kelompok arisan, majelis agama, dan
lain-lain, dan bahkan masyarakat umum) memiliki opini yang positif terhadap perilaku
tersebut. Oleh karena itu, untuk mendukung proses Pemberdayaan Masyarakat,
khususnya dalam upaya mengajak para individu meningkat dari fase tahu ke fase
mau, perlu dilakukan Bina Suasana

Mengingat pentingnya upaya pemberdayaan masyarakat dan promosi kesehatan


dalam mendukung tercapainya tujuan pembangunan kesehatan nasional tersebut,
maka petugas promosi kesehatan/Pejabat Fungsional PKM harus memahami
tentang ruang lingkup materi yang akan dibahas pada sesi ini meliputi: Pelaksanaan
Penggalangan dukungan sosial dalam mendukung program prioritas Kementerian
Kesehatan RI.

112 KEMENTERIAN KESEHATAN RI


PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

II. Tujuan Pembelajaran



A. Tujuan Pembelajaran Umum:
Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu melaksanakan penggalangan
dukungan sosial.

B. Tujuan Pembelajaran Khusus:


Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu:
1. Menjelaskan tentang penggalangan dukungan sosial
2. Menyusun perencanaan untuk melaksanakan penggalangan dukungan sosial
3. Melaksanakan penggalangan dukungan sosial
4. Melakukan pengembangan untuk menggalang dukungan sosial di masyarakat
5. Membuat laporan hasil pelaksanaan penggalangan dukungan sosial

III. Pokok Bahasan dan Sub Pokok Bahasan


Dalam modul ini akan dibahas pokok bahasan berikut:

Pokok bahasan 1. Penggalangan dukungan sosial


Sub pokok bahasan:
a. Pengertian
b. Tujuan
c. Sasaran
d. Pendekatan
e. Metode
f. Langkah-langkah

Pokok bahasan 2. Penyusunan rencana dengan membuat rancangan cara untuk


mendapatkan dukungan sosial
Sub pokok bahasan:
a. Tingkat Propinsi
b. Tingkat Nasional
c. Tingkat Internasional

Pokok bahasan 3. Penggalangan dukungan sosial


Sub pokok bahasan:
a. Tingkat Propinsi
b. Tingkat Nasional
c. Tingkat Internasional

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
113
PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

Pokok bahasan 4. Pengembangan untuk menggalang dukungan sosial di


masyarakat

Pokok bahasan 5. Pembuatan laporan hasil pelaksanaan penggalangan


dukungan sosial dengan cara:
a. Deskriptif
b. Analitik

IV. Langkah-Langkah Kegiatan Pembelajaran


Langkah-langkah kegiatan pembelajaran ini menguraikan tentang kegiatan fasilitator
dan peserta dalam proses pembelajaran selama sesi ini berlangsung 4 Jpl (4 @ 45
menit = 180 menit), adalah sebagai berikut:

Langkah 1.
Pengantar dan penjelasan tujuan pembelajaran (10 menit)

Langkah pembelajaran:
a. Fasilitator memperkenalkan diri
b. Fasilitator menjelaskan kepada peserta tentang judul pokok bahasan dan tujuan
pembelajaran umum dan khusus yang ingin dicapai
c. Fasilitator menjelaskan diskripsi singkat pokok bahasan ini

Langkah 2.
Penggalangan dukungan sosial (pengertian, tujuan, sasaran, pendekatan,
metode dan langkah-langkah penggalangan dukungan sosial (35 menit)

Langkah pembelajaran:
a. Fasilitator melakukan curah pendapat tentang pengertian, tujuan, sasaran,
pendekatan, metode dan langkah-langkah penggalangan dukungan sosial/bina
suasana terhadap program penyuluhan kesehatan masyarakat atau promosi
kesehatan.
b. Fasilitator mencatat pada kertas flipchart semua pendapat peserta
c. Fasilitator merangkum hasil curah pendapat, kemudian menjelaskan pengertian,
tujuan, sasaran, pendekatan, metode dan langkah-langkah penggalangan
dukungan sosial/bina suasana terhadap program penyuluhan kesehatan
masyarakat atau promosi kesehatan.
d. Fasilitator memberikan kesempatan kepada peserta untuk bertanya, kemudian
fasilitator menyampaikan jawaban yang sesuai.

114 KEMENTERIAN KESEHATAN RI


PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

Langkah 3.
Penyusunan rencana dengan membuat rancangan cara untuk mendapatkan
dukungan sosial di tingkat Propinsi, Nasional dan Internasional dan
Penggalangan dukungan sosial di tingkat Propinsi, Nasional dan Internasional
(45 menit)

Langkah pembelajaran:
a. Fasilitator melakukan curah pendapat Identifikasi sasaran sekunder (crisis
response community, coping community dan caring community) dan Identifikasi
peluang untuk menjaring kemitraan terhadap program penyuluhan kesehatan
masyarakat atau promosi kesehatan.
b. Fasilitator merangkum semua pendapat peserta, kemudian menayangkan slide
dan menjelaskan tentang curah pendapat Identifikasi sasaran sekunder (crisis
response community, coping community dan caring community) dan Identifikasi
peluang untuk menjaring kemitraan terhadap program penyuluhan kesehatan
masyarakat atau promosi kesehatan
c. Fasilitator memberikan kesempatan pada peserta untuk bertanya hal-hal yang
kurang dipahami.
d. Fasilitator memberikan jawaban atau tanggapan terhadap pertanyaan atau
klarifikasi yang disampaikan oleh peserta latih.

Langkah 4.
Merancang Pelaksanaan pengembangan untuk menggalang dukungan sosial
di masyarakat (45 menit)

Langkah pembelajaran:
a. Fasilitator membentuk tiga kelompok
b. Fasilitator menugaskan pada setiap kelompok agar berdiskusi selama 15 menit,
untuk Penyusunan perencanaan dengan membuat rancangan cara untuk
mendapatkan dukungan sosial di tingkat Propinsi, Nasional dan Internasional.
c. Fasilitator minta semua kelompok menyajikan hasil diskusinya, dan memberi
kesempatan kepada kelompok lain untuk menyampaikan tanggapannya.
d. Fasilitator merangkum hasil diskusi kelompok tersebut, kemudian menyampaikan
penjelasan tentang Penyusunan perencanaan dengan membuat rancangan
cara untuk mendapatkan dukungan sosial di tingkat Propinsi, Nasional dan
Internasional dengan menayangkan slide.
e. Fasilitator memberikan kesempatan pada peserta untuk bertanya atau
menyampaikan klarifikasi tentang materi yang kurang dipahami.
f. Fasilitator menyampaikan jawaban atau tanggapan terhadap pertanyaan atau
klarifikasi yang disampaikan oleh peserta latih.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
115
PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

Langkah 5.
Pembuatan laporan hasil pelaksanaan penggalangan (30 menit)

Langkah pembelajaran:
a. Fasilitator minta peserta tetap berada dalam 3 kelompok.
b. Fasilitator menugaskan kepada setiap kelompok untuk merancang pembuatan
laporan hasil penggalangan dukungan sosial di tingkat tingkat Propinsi, Nasional
dan Internasional selama 25 menit.
c. Fasilitator menjelaskan pedoman dan tugas diskusi untuk setiap kelompok.
d. Fasilitator minta setiap kelompok untuk menyajikan hasil diskusinya, dan kelompok
lain diberi kesempatan menyampaikan tanggapannya.
e. Fasilitator merangkum hasil diskusi setiap kelompok, kemudian menyampaikan
penegasan tentang penyusunan perencanaan promosi kesehatan.
f. Fasilitator memberikan kesempatan pada peserta untuk bertanya atau
menyampaikan klarifikasi tentang materi yang kurang dipahami.
g. Fasilitator menyampaikan jawaban atau tanggapan terhadap pertanyaan atau
klarifikasi yang disampaikan oleh peserta latih.

Langkah 6.
Kesimpulan (15 menit)

Langkah pembelajaran:
a. Fasilitator mengajak peserta untuk mereview hal-hal penting yang ada dalam
pokok bahasan ini.
b. Fasilitator menegaskan bahwa salah satu kompetensi Pejabat Fungsional PKM Ahli
adalah mampu menyusun perencanan dengan membuat rancangan cara untuk
mendapatkan dukungan sosial di tingkat Propinsi, Nasional dan Internasional
dalam melaksanakan penyuluhan kesehatan masyarakat atau promosi kesehatan.
c. Pada akhir sesi, fasilitator menyampaikan kembali tujuan pembelajaran umum
dan khusus dari pokok bahasan ini.
d. Fasilitator mengucapkan kata-kata yang membangun semangat serta harapan
agar setelah mengikuti pelatihan ini peserta mampu membuat atau menyusun
bentuk penggalangan dukungan sosial dalam melaksanakan penyuluhan
kesehatan masyarakat atau promosi kesehatan yang lebih baik lagi.

116 KEMENTERIAN KESEHATAN RI


PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

V. Uraian Materi

Pokok Bahasan 1.
PENGGALANGAN DUKUNGAN SOSIAL

A. Pengertian
Bina Suasana (social support) adalah upaya menciptakan opini atau lingkungan
sosial yang mendorong individu anggota masyarakat untuk mau melakukan
perilaku yang diperkenalkan. Seseorang akan terdorong untuk mau melakukan
sesuatu apabila lingkungan sosial di mana pun ia berada (keluarga di rumah,
orang-orang yang menjadi panutan/idolanya, kelompok arisan, majelis agama,
dan lain-lain, dan bahkan masyarakat umum) memiliki opini yang positif terhadap
perilaku tersebut. Oleh karena itu, untuk mendukung proses Pemberdayaan
Masyarakat, khususnya dalam upaya mengajak para individu meningkat dari fase
tahu ke fase mau, perlu dilakukan Bina Suasana.

B. Tujuan Bina Suasana


1. Terciptanya opini, etika, norma dan kondisi masyarakat yang ber PHBS
2. Terciptanya dukungan kebijakan, sumberdaya, fatwa serta peraturan formal
maupun non-formal dalam meningkatkan cakupan RT PHBS
3. Meningkatnya peran serta individu maupun kelompok potensial dalam
meningkatkan cakupan RT PHBS

C. Sasaran Bina Suasana


1. Sasaran individu yaitu:
1. Anggota legislatif, eksekutif dan yudikatif
2. Tokoh agama, tokoh masyarakat, tokoh adat
3. Petugas
4. Kader

2. Sasaran kelompok yaitu:


1. Organisasi kemasyarakatan (organisasi pemuda, organisasi wanita,
organisasi keagamaan)
2. Organisasi profesi
3. Dunia usaha/ swasta
4. Kelompok peduli kesehatan

3. Sasaran massa yaitu :


Masyarakat umum yang dapat dijangkau oleh media massa baik cetak,
elektronik maupun tradisional.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
117
PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

Ketiga kelompok sasaran ini bisa berada di pusat, provinsi maupun


kabupaten/kota. Sedangkan di kecamatan dan di desa, sasaran bina suasana
dikelompokan menjadi dua yaitu:
1. Formal : tokoh masyarakat, tokoh agama, petugas, guru, pengurus
RW/RT dll
2. Informal : dukun bayi, tokoh adat, kader, dll

D. Pendekatan Bina Suasana


Terdapat tiga pendekatan dalam Bina Suasana, yaitu:
1. Bina Suasana Individu
Bina Suasana Individu ditujukan kepada individu-individu tokoh masyarakat.
Dengan pendekatan ini diha-rapkan mereka akan menyebarluaskan opini yang
positif terhadap perilaku yang sedang diperkenalkan. Di samping itu, mereka
juga diharapkan dapat menjadi individu-individu panutan dalam hal perilaku
yang sedang diperkenalkan. Yaitu dengan bersedia atau mau mempraktikkan
perilaku yang sedang diperkenalkan tersebut (misalnya seorang pemuka agama
yang rajin melaksanakan 3 M yaitu Menguras, Menutup dan Mengubur demi
mencegah munculnya wabah demam berdarah). Lebih lanjut bahkan dapat
diupayakan agar mereka bersedia menjadi kader dan turut menyebarluaskan
informasi guna menciptakan suasana yang kondusif bagi perubahan perilaku
individu.

2. Bina Suasana Kelompok


Bina Suasana Kelompok ditujukan kepada kelompok-kelompok dalam
masyarakat, seperti pengurus Rukun Tetangga (RT), pengurus Rukun Warga
(RW), Majelis Pengajian, Perkumpulan Seni, Organisasi Profesi, Organisasi
Wanita, Organisasi Siswa/Mahasiswa, Organisasi Pemuda, dan lain-lain.
Pendekatan ini dapat dilakukan oleh dan atau bersama-sama dengan pemuka/
tokoh masyarakat yang telah peduli. Dengan pendekatan ini diharapkan
kelompok-kelompok tersebut menjadi peduli terhadap perilaku yang sedang
diperkenalkan dan me-nyetujui atau mendukungnya. Bentuk dukungan ini
dapat berupa kelompok tersebut lalu bersedia juga mem-praktikkan perilaku
yang sedang diperkenalkan, mengadvokasi pihak-pihak yang terkait, dan
atau melakukan kontrol sosial terhadap individu-individu anggotanya.

3. Bina Suasana Masyarakat Umum


Bina Suasana Masyarakat Umum dilakukan terhadap masyarakat umum
dengan membina dan memanfaatkan media-media komunikasi, seperti radio,
televisi, koran, majalah, situs internet, dan lain-lain, sehingga dapat tercipta
pendapat umum. Dengan pendekatan ini diharapkan media-media massa
tersebut menjadi peduli dan mendukung perilaku yang sedang diperkenalkan.

118 KEMENTERIAN KESEHATAN RI


PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

Dengan demikian, maka media-media massa tersebut lalu bersedia menjadi


mitra dalam rangka menyebarluaskan informasi tentang perilaku yang sedang
diperkenalkan dan menciptakan pendapat umum (opini publik) yang positif
tentang perilaku tersebut. Suasana atau pendapat umum yang positif ini
akan dirasakan pula sebagai pendukung atau “penekan” (social pressure)
oleh individu-individu anggota masyarakat, sehingga akhirnya mereka mau
melaksanakan perilaku yang sedang diperkenalkan.

E. Metode Bina Suasana


Pendekatan bina suasana perlu diterapkan untuk menciptakan norma norma dan
kondisi /situasi kondusif dimasyarakat dalam mendukung PHBS. Bina suasana
sering dikaitkan dengan pemasaran sosial dan kampanye, karena pembentukan
opini memerlukan kegiatan pemasaran sosial dan kampanye. Namun perlu
diperhatikan bahwa bina suasana dimaksud untuk menciptakan suasana yang
mendukung, menggerakkan masyarakat secara partisipatif dan kemitraan.
Selanjutnya ada beberapa metode bina suasana yaitu:
1. Pelatihan
2. Semiloka
3. Konprensi pers
4. Dialog terbuka
5. Sarasehan
6. Penyuluhan
7. Pendidikan
8. Lokakarya mini
9. Pertunjukan tradisional
10. Diskusi meja bundar (round table discussion)
11. Pertemuan berkala di desa
12. Kunjungan lapangan
13. Studi banding
14. Traveling seminar

F. Prinsip Bina Suasana


Prinsip melakukan bina suasana adalah kemitraan yakni menggalang partisipasi
semua sektor untuk berperan aktif serta sebagai motor penggerak pemberdayaan
masyarakat dalam mewujudkan atau meningkatkan cakupan RT PHBS. Untuk
menjaga kelanggegan dan keseimbangan bina suasana diperlukan :

1. Forum komunikasi
2. Dokumen data yang up to date (selalu baru)
3. Mengikuti perkembangan kebutuhan masyarakat
4. Hubungan yang terbuka, serasi dan dinamis dengan mitra

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
119
PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

5. Menumbuhkan keciptaan terhadap kesehatan


6. Memanfatkan kegiatan dan sumber sumber dana yang mendukung upaya
pembudayaan perilaku hidup bersih dan sehat
7. Adanya umpan balik dan penghargaan

G. Langkah-Langkah Bina Suasana


1. Persiapan
a. Identifikasi sasaran
Sasaran bina suasana biasanya disebut “mitra”. Mitra yang ditetapkan
harus memenuhi beberapa kriteria yaitu: “5C”
• Kompetensi (competent)
Apakah mitra tersebut memiliki potensi ?
Apakah mitra tersebut memiliki pengalaman dalam kegiatan yang
sama?
Apakah mitra tersebut memiliki tugas, fungsi serta kegiatan yang dapat
diintegrasikan?
• Komitmen (commitment)
Apakah mitra tersebut mendukung promosi kesehatan atau kegiatan
PHBS?
Apakah mitra tersebut mampu meberikan dukungan yang kuat dalam
promosi kesehatan?
• Relasi (clout)
Apakah mitra tersebut mempunyai akses atau kontak dengan pembuat
kebijakan atau para tokoh yang berpengaruh di masyarakat?
• Jangkauan (coverage)
Apakah mitra tersebut dapat menjangkau sasaran promosi PHBS di
tatanan RT di berbagai wilayah, berbagai segmen (demografi, psikologi,
sosial ekonomi), dll ?
• Kesinambungan (continuity)
Apakah mitra tersebut memiliki dasar kelembagaan dan sumberdaya
untuk jangka waktu panjang?
Apakah mitra tersebut pernah menangani kegiatan yang serupa dengan
promosi PHBS?

b. Menyiapkan paket informasi


Bahan informasi untuk mendukung kegiatan bina suasana haruslah
dikemas secara baik, up to date, berdasar data yang akurat, mengandung
“value” yang sesuai dengan sasaran. Dengan demikian maka bahan
informasi tersebut dapat meyakinkan mitra, mudah dipahami serta dapat
menumbuhkan motivasi untuk memberikan dukungan yang sesuai. Bahan
informasi dapat berbentuk hasil kajian atau pemetaan PHBS,dll.

120 KEMENTERIAN KESEHATAN RI


PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
dikemas secara baik, up to date, berdasar data yang akurat,
mengandung “value” yang sesuai dengan sasaran. Modul PelatihanDengan
Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli
demikian maka bahan informasi tersebut dapat meyakinkan mitra,
mudah dipahami serta dapat menumbuhkan motivasi untuk
c. memberikan dukungan
Menentukan metode atauyang sesuai. Bahan
cara melakukan informasi dapat
bina suasana
berbentuk hasil kajian atau pemetaan PHBS,dll.
Langkah berikutnya adalah menetapkan metode yang sesuai serta
c. Menentukan metode atau cara melakukan bina suasana
penerapan teknik yang baik.
Langkah berikutnya adalah menetapkan metode yang sesuai serta
penerapan teknik yang baik.
d. Merencanakan waktu dan tempat
d. Merencanakan
Menjajagi waktuwaktu
yang dan
tepattempat
untuk melakukan kegiatan bina suasana,
Menjajagi waktu yang
dimana sasaran dapat tepat untuk melakukan
mengahadirinya. Demikian kegiatan bina
juga tempat
suasana, dimanakegiatan,
dilaksanakannya sasaranapabila
dapat perlu
mengahadirinya.
tempat maupun Demikian juga
waktu berdasar
tempat dilaksanakannya
pada kesepakatan kegiatan,
sasaran apabila
atau tempat yangperlu
mudah tempat
untukmaupun
dijangkau
waktu berdasar pada
serta bersifat netral. kesepakatan sasaran atau tempat yang
mudah untuk dijangkau serta bersifat netral.
e. Menyiapkan instrumen
e. Menyiapkan instrumen pemantauan
pemantauan dan
dan penilaian
penilaian
Contoh:
Contoh:

FORMAT ISIAN
Format ini diisi oleh Petugas Pusat Promosi Kesehatan untuk
monitoring dan evaluasi kegiatan fasilitasi organisasi
kemasyarakatan dalam promosi kesehatan dan pemberdayaan
masyarakat

A. PEWAWANCARA : Promkes
B. TEMPAT DAN WAKTU WAWANCARA : ..........................
C. IDENTITAS INFORMAN
Nama : ......................
Jabatan : ......................
Telepon/Faksmile : ......................

D. PERTANYAAN
1. Informan Pengelola Ormas Pusat

a. Rapat Koordinasi Pusat


1) Apakah pertemuan rapat koordinasi tingkat pusat sudah
dilaksanakan ?
Sudah, Berapa kali : …..

10   KEMENTERIAN  KESEHATAN  RI  –  PUSAT  PROMOSI  KESEHATAN  -­‐    


PUSDIKLAT  APARATUR  

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
121
PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

Siapa pesertanya :
............................................................................................
............................................................................................

Jumlah peserta : …….......


Dimana :…...........

Sesuai target (frekuensi) : Ya/Tidak?


Belum, mengapa ?
............................................................................................
............................................................................................

2) Apa pokok bahasan rapat koordinasi ?


.............................................................................................
.............................................................................................
.............................................................................................
.............................................................................................
.............................................................................................
.............................................................................................

b. Penyusunan dan Pengadaan Media


a. Apakah penyusunan dan pengadaan media sudah
dilaksanakan?

Sudah Kapan : …………..

Berapa jumlahnya : …………..

Kemana saja didistribusikan :


.............................................................................................
.............................................................................................

Belum, Mengapa : .................................................

Berapa jumlah buku yang dicetak ? :


1. Buku Panduan Pelaksanaan PHBS :......buah
2. Buku saku Desa siaga dan PHBS :......buah
3. Stiker :...............buah

c. Sosialisasi dan Orientasi Desa Siaga Aktif dan PHBS di


Rumah Tangga.
a. Apakah sosialisasi dan orientasi desa siaga aktif dan
PHBS di rumah tangga sudah dilaksanakan?

11   KEMENTERIAN  KESEHATAN  RI  –  PUSAT  PROMOSI  KESEHATAN  -­‐    


PUSDIKLAT  APARATUR  

122 KEMENTERIAN KESEHATAN RI


PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

Sudah Kapan : …...................................

Dimana : .…………………………...
Jumlah peserta : …………………………....

Siapa pesertanya : …………………………....


...........................................................................................
...........................................................................................

Siapa yang menjadi narasumbernya :


............................................................................................
............................................................................................

Siapa yang menjadi fasilitatornya :


............................................................................................
............................................................................................

Apa Metode yang digunakan dalam sosialisasi dan


orientasi :
............................................................................................
............................................................................................

Apakah ada Pra tes ? ada/tidak: Nilai rata-rata: .....

Apakah ada Pasca tes ? ada/tidak: Nilai rata-rata: .....

Apakah tujuan sosialisai dan orientasi tercapai:


............................................................................................
............................................................................................

Apakah ada masukan untuk perbaikan buku panduan:


............................................................................................
............................................................................................

Hambatan/kendala apa yang ada dalam pelaksanaan


orientasi
............................................................................................
............................................................................................

Kegiatan apa yang dilakukan oleh peserta pasca


orientasi
............................................................................................
............................................................................................

12   KEMENTERIAN  KESEHATAN  RI  –  PUSAT  PROMOSI  KESEHATAN  -­‐    


PUSDIKLAT  APARATUR  

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
123
PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

Apakah peserta mendapat sertifikat? Ya/Tidak


Sertifikat yang megeluarkan :
………………………………………………….

Jika tidak, alasannya:


............................................................................................
............................................................................................
............................................................................................
............................................................................................

Apakah ada Publikasi di media ? Ya/Tidak

Belum, Mengapa :
...........................................................................................
............................................................................................

d. Implementasi
1) Apakah implementasi sudah dilaksanakan ?

Sudah, Berapa kali : …..

Siapa pesertanya :
............................................................................................
............................................................................................

Jumlah peserta : ……..........................


Dimana :…………………............................

Sesuai target (frekuensi) : Ya/Tidak?


Belum, mengapa ?
...........................................................................................
............................................................................................

2) Apa hasil dari kegiatan implementasi tersebut ?


............................................................................................
............................................................................................
............................................................................................
............................................................................................

e. Pembinaan
1) Apakah pembinaan sudah dilaksanakan ?
Sudah, Berapa kali : …..

13   KEMENTERIAN  KESEHATAN  RI  –  PUSAT  PROMOSI  KESEHATAN  -­‐    


PUSDIKLAT  APARATUR  

124 KEMENTERIAN KESEHATAN RI


PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Dimana :…………………............................

Sesuai target (frekuensi) : Ya/Tidak? Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Belum, mengapa ? Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli
...........................................................................................
............................................................................................

2) Apa hasil dari kegiatan implementasi tersebut ?


............................................................................................
............................................................................................
............................................................................................
............................................................................................

e. Pembinaan
1) Apakah pembinaanModulsudah dilaksanakan ?
Pelatihan Pengangkatan Pertama
Sudah, Berapa kali : …..
bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

Siapa sasarannya :
13   ............................................................................................
KEMENTERIAN  KESEHATAN   RI  –  PUSAT  PROMOSI  KESEHATAN  -­‐    
PUSDIKLAT  APARATUR  
............................................................................................

Berapa jumlah : …………………………


Dimana dilaksanakan :………………………
Waktunya : ……………………

Sesuai target (frekuensi) : Ya/Tidak?

Tidak, mengapa ?
............................................................................................
............................................................................................

2) Apa hasil dari pembinaan tersebut ?


............................................................................................
............................................................................................
............................................................................................
............................................................................................

f. Monitoring dan evaluasi oleh pusat


A. Apakah kegiatan monitoring dan evaluasi telah
dilaksanakan ?

Sudah, Kapan : ……………………..

Dimana: …………………………

Siapa yang melakukan monitoring dan evaluasi

Pusat : ……………………………………………
Provinsi : ………………………………………………
Kabupaten : ………………………………………………
Petugas Puskesmas : ....…………………………………....
Informan :
1. Pengelola promkes provinsi : …………………....
2. Pengelola Ormas Provinsi : ……………………
3. Pengelola Promkes Kab : …………………....
4. Pengelola Ormas Kab : ……………………
5. Petugas Puskesmas : …………………...
6. Kecamatan. : …………...............
7. Ketua Forum Desa : ……………………
8. Kader : ……………………
9. Masyarakat : ……………………

14   KEMENTERIAN  KESEHATAN  RI  –  PUSAT  PROMOSI  KESEHATAN  -­‐    


PUSDIKLAT  APARATUR  

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
125
PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

Apa keberhasilan yang dicapai dalam program PHBS :


1. : ………………………….............
2. : ………………………….............
3. : ………………………….............

Apa hasil temuan monitoring dan evaluasi (sesuai dengan


10 indikator PHBS) :
............................................................................................
............................................................................................

Masalah/kendala :
............................................................................................
............................................................................................

Solusi :
............................................................................................
............................................................................................

B. Monitoring dan evaluasi kabupaten/kota ke


Kecamatan/Desa

a. Apakah dalam melakukan monitoring dan evaluasi


melibatkan pihak lain ? Ya/tidak
Jika Ya sebutkan unsur yang terlibat :
......................................................................................
......................................................................................

b. Berapa lokasi yang dikunjungi


.......................................................................................
.......................................................................................

c. Tiap berapa bulan dilakukan monitoring dan evaluasi


.......................................................................................
.......................................................................................

d. Apa bentuk kegiatan yang dilakukan motivator/kader


(lengkapi dengan format rekapitulasi)

No Nama Kegiatan Materi Sasaran,


tempat
Modul Pelatihan dan waktu
Pengangkatan Pertama
bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

15   e. Apa Rhasil
KEMENTERIAN  KESEHATAN   monitoring
I  –  PUSAT   PROMOSI  Kdan evaluasi
ESEHATAN  -­‐    
.......................................................................................
PUSDIKLAT  APARATUR  
.......................................................................................

f. Materi apa yang masih perlu ditingkatkan:


.......................................................................................
......................................................................................

g. Penyusunan Pelaporan Kegiatan


1) Apakah peenyusunan pelaporan sudah dilaksanakan ?

Sudah, Berapa kali : …..

Siapa pesertanya :
......................................................................................
.......................................................................................

Jumlah peserta : ……
126 KEMENTERIAN KESEHATAN RI
Dimana :……………………………………
PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Sesuai target (frekuensi) : Ya/Tidak?
......................................................................................

g. Penyusunan Pelaporan Kegiatan Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


1) Apakah peenyusunan pelaporan sudah
Bagi Pejabat dilaksanakan
Fungsional Penyuluh Kesehatan?Masyarakat Ahli

Sudah, Berapa kali : …..

Siapa pesertanya :
......................................................................................
.......................................................................................

Jumlah peserta : ……
Dimana :……………………………………

Sesuai target (frekuensi) : Ya/Tidak?


Belum, mengapa ?
.......................................................................................
.......................................................................................

Kendala apa yang dihadapi dalam penyusunan


pelaporan?
.......................................................................................
.......................................................................................

2. Informan Pengelola Ormas Provinsi

1. Rapat koordinasi tingkat provinsi


a. Apakah pertemuan rapat koordinasi tingkat provinsi sudah
dilaksanakan ?

Sudah, Berapa kali : …..

Siapa pesertanya :
.......................................................................................
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
.......................................................................................
bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

Jumlah peserta : ……......


Dimana : ………………………………………
16   KEMENTERIAN  KESEHATAN  RI  –  PUSAT  PROMOSI  KESEHATAN  -­‐    
PUSDIKLAT  APARATUR  
Sesuai target (frekuensi) : Ya/Tidak?
Belum, mengapa ?
.......................................................................................
......................................................................................

b. Apa hasil pertemuan rapat koordinasi tingkat provinsi ?


.......................................................................................
.......................................................................................
.......................................................................................
.......................................................................................

2. Sosialisasi dan Orientasi Desa Siaga Aktif dan PHBS di


Rumah Tangga.
a. Apakah advokasi dan orientasi desa siaga aktif dan PHBS
di rumah tangga sudah dilaksanakan?

Sudah Kapan : ….

Dimana : .…………………………...
Jumlah peserta : …………………………....

Siapa pesertanya : …………………………....


............................................................................................
............................................................................................

Siapa yang menjadi narasumbernya :


............................................................................................
............................................................................................

Siapa yang menjadi fasilitatornya :


............................................................................................
............................................................................................ 127
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Apa Metode yang digunakan dalam sosialisasi dan
............................................................................................
............................................................................................
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Siapa yang menjadi narasumbernya :
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli
............................................................................................
............................................................................................

Siapa yang menjadi fasilitatornya :


............................................................................................
............................................................................................

Apa Metode yang digunakan dalam sosialisasi dan


orientasi :
............................................................................................
............................................................................................

Apakah ada Pra tes ? ada/tidak:


Modul Pelatihan Nilai rata-rata:
Pengangkatan .....
Pertama
bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli
Apakah ada Pasca tes ? ada/tidak: Nilai rata-rata: ....

17   ApakahRtujuan
KEMENTERIAN  KESEHATAN   sosialisai
I  –  PUSAT   PROMOSI  Kdan orientasi
ESEHATAN  -­‐     tercapai:
............................................................................................
PUSDIKLAT  APARATUR  
...........................................................................................

Apakah ada masukan untuk perbaikan buku panduan:


............................................................................................
...........................................................................................

Hambatan/kendala apa yang ada dalam pelaksanaan


orientasi
............................................................................................
...........................................................................................

Kegiatan apa yang dilakukan oleh peserta pasca


orientasi
............................................................................................
...........................................................................................

Apakah peserta mendapat sertifikat? Ya/Tidak


Sertifikat yang megeluarkan :
………………………………………………….

Jika tidak, alasannya:


............................................................................................
...........................................................................................

Apakah ada Publikasi di media ? Ya/Tidak

Belum, Mengapa :
............................................................................................
...........................................................................................

3. Informan Pengelola Ormas Kabupaten


1. Rapat koordinasi tingkat Kabupaten
a. Apakah pertemuan rapat koordinasi tingkat
Kabupaten/Kota sudah
dilaksanakan ?

Sudah, Berapa kali : …..

Siapa pesertanya :
............................................................................................
...........................................................................................

18   KEMENTERIAN  KESEHATAN  RI  –  PUSAT  PROMOSI  KESEHATAN  -­‐    


PUSDIKLAT  APARATUR  

128 KEMENTERIAN KESEHATAN RI


PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

Jumlah peserta : ……
Dimana : …………………………………

Sesuai target (frekuensi) : Ya/Tidak?


Belum, mengapa ?
............................................................................................
...........................................................................................

b. Apa hasil pertemuan rapat koordinasi tingkat provinsi ?


............................................................................................
...........................................................................................
............................................................................................
...........................................................................................

..............,.................. 20..

(Nama Pewawancara)

2. Pelaksanaan kegiatan

Pelaksanaan kegiatan bina suasana mencakup beberapa komponen


2. Pelaksanaan kegiatan
yaitu:
Pelaksanaan
a. Membangun kegiatan
forumbina komunikasi suasana mencakup beberapa komponen yaitu:
b. Menyajikan data
a. Membangun forum komunikasi atau informasi kemudian dilanjutkan dengan
merancang kegiatan bersama-sama.
b. Menyajikan
c. Saling berbagaidataperanatau informasi
dan tanggung kemudian dilanjutkan
jawab sesuai kemampuan dengan merancang
serta
potensinya.
kegiatan bersama-sama.
d. Melakukan kegiatan sesuai kesepakatan serta setiap kegiatan ada
c. dokumentasinya
Saling berbagai peran dan tanggung jawab sesuai kemampuan serta
e. Melakukan
potensinya. konsulidasi secara rutin sesuai kesepakatan.
f. Menyajikan hasil kegiatannya masing-masing , kemudian menyusun
d. rencana
Melakukan kegiatan
tindak lanjut. sesuai Dengankesepakatan serta setiap
demikian merupakan kegiatan
kegiatan yangada
berkesinambungan
dokumentasinya
g. Memfokuskan kegiatan sesuai kebutuhan masyarakat atau
e. membantu
Melakukanmasyarakat
konsulidasidalam secaramengatasi
rutin sesuai kesepakatan.
masalah kesehatan.
f. Menyajikan hasil kegiatannya masing-masing
h. Menjalin hubungan kemitraan yang serasi, dinamis , kemudian menyusun
serta memegang
prinsip-prinsip kemitraan
rencana tindak lanjut. Dengan demikian merupakan kegiatan yang
i. Tidak meracuni komitmen
berkesinambungan
j. Menggalang sumberdaya/sumberdana serta potensi yang ada di
masing-masing mitra.
g. Memfokuskan kegiatan sesuai kebutuhan masyarakat atau membantu
masyarakat dalam mengatasi masalah kesehatan.
19   KEMENTERIAN  KESEHATAN  RI  –  PUSAT  PROMOSI  KESEHATAN  -­‐    
h. PUSDIKLAT  
Menjalin hubungan kemitraan yang serasi, dinamis serta memegang
APARATUR  
prinsip-prinsip kemitraan
i. Tidak meracuni komitmen
j. Menggalang sumberdaya/sumberdana serta potensi yang ada di
masing-masing mitra.

3. Pemantauan dan penilaian


Pemantauan dan penilaian di arahkan pada proses serta hasil (output)
pelaksanaan kegiatan.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
129
PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

Penilaian dalam bentuk output dilakukan dengan melihat opini publik


terhadap penerapan PHBS di RT, cakupan RT PHBS, dll Hasil pemantauan
dan penilaian dipergunakan sebagai dasar untuk menyusun rencana kegiatan
berikutnya.

H. Indikator keberhasilan Bina Suasana


1. Indikator input :
a. Adanya data tentang mitra potensial, sumberdaya yang dimiliki, kegiatan
mitra yang dapat diselaraskan
b. Adanya informasi yang akan disosialisasikan pada mitra

2. Indikator proses:
a. Adanya forum komunikasi.
b. Sosialisasi informasi melalui berbagai media
c. Terbentuknya jejaring komunikasi
d. Adanya rencana kegiatan yang terpadu
e. Adanya dukungan sumberdaya dalam pelaksanaan promosi PHBS

Pokok Bahasan 2.
PENYUSUNAN RENCANA DENGAN MEMBUAT RANCANGAN CARA UNTUK
MENDAPATKAN DUKUNGAN SOSIAL

A. Pengertian Perencanaan
Perencanaan adalah kegiatan yang bersifat konseptual dan memerlukan banyak
pemikiran. Fungsi ini melibatkan pemilihan dan pengembangan tindakan untuk
waktu yang akan datang. Perencanaan yang baik merupakan pekerjaan berat
karena menyangkut masa depan yang tidak pasti.

Perencanaan sebetulnya merupakan salah satu siklus dari proses pemecahan


masalah yaitu bagaimana mengubah posisi yang ada saat ini ke posisi yang
diinginkan. Seorang perencana harus menentukan terlebih dahulu bagaimana posisi
presentasi keadaan yang ada pada saat ini, bagaimana yang seharusnya idealnya
dan apa yang harus dilakukan untuk mencapai posisi yang diinginkan.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut ini :

130 KEMENTERIAN KESEHATAN RI


PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli
bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut ini :

Menentukan Menentukan
posisi/prestasi posisi/prestasi
pada saat ini Menentukan apa yang diinginkan
yang harus
dilakukan

Dapat dikatakan bahwa suatu rencana adalah pemyataan tentang apa


yang dikatakan
Dapat ingin dicapai dan suatu
bahwa bagaimana caraadalah
rencana mencapainya. Dengan
pemyataan demikian
tentang apa yang
perencanaan adalah penentuan apa yang ingin dicapai, kapan akan
ingin dicapai dan bagaimana cara mencapainya. Dengan demikian perencanaan
dicapai, dan bagaimana posisi yang ingin dicapai.
adalah penentuan apa yang ingin dicapai, kapan akan dicapai, dan bagaimana
posisi yang inginadalah
Perencanaan dicapai.penentuan apa yang ingin dicapai, kapan akan
dicapai dan bagaimana posisi yang ingin dicapai.
Perencanaan adalah penentuan apa yang ingin dicapai, kapan akan dicapai
Langkah-Langkah
dan bagaimana posisi Merencanakan Cara Untuk Mendapat Dukungan
yang ingin dicapai.
Sosial

Langkah-Langkah
Beberapa Pemikiran Merencanakan
Dasar Cara Untuk Mendapat Dukungan Sosial
1. Dukungan Sosial merupakan bagian integral dari program kesehatan itu
sendiri.Pemikiran
Beberapa Ini berarti bahwa materi/model dukungan sosial program
Dasar
kesehatan harus sudah dibuat dan dikembangkan sejak perencanaan
1. Dukungan Sosial merupakan bagian integral dari program kesehatan itu
program itu sendiri.
sendiri. Ini berarti bahwa materi/model dukungan sosial program kesehatan
2. harus sudah dibuat
Perencanaan Dukungan danSosial
dikembangkan
merupakansejak perencanaan
kegiatan program itu
bersama (kegiatan
tim) yang melibatkan :
sendiri.
a. pimpinanDukungan
2. Perencanaan dan pelaksanaSosialprogram yang kegiatan
merupakan bersangkutan
bersama (kegiatan tim)
b. petugas latihan
yang melibatkan : dan penelitian
c. petugas dari pihak sasaran/mitra
a. pimpinan dan pelaksana program yang bersangkutan
d. masyarakat (jika perlu)
b. petugas latihan dan penelitian
c.
Sifat petugas dari pihak
serta derajat sasaran/mitra
keterlibatan masing-masing pihak berbeda-beda,
tergantung
d. kebutuhan
masyarakat dan tingkat administrasi dimana perencanaan itu
(jika perlu)
berlangsung.
Sifat serta derajat
Perencanaan keterlibatan
cara untuk mendapatmasing-masingdukungan pihaksosial berbeda-beda,
didasarkantergantung
atas
kebutuhan dan tingkat administrasi
pengetahuan yang cukup tentang : dimana perencanaan itu berlangsung.
a. para pemegang/pimpinan serta pelaksana program yang memiliki
persepsi cara
Perencanaan yanguntuk
besar serta sikap
mendapat yang sosial
dukungan positifdidasarkan terhadapatas
penyuluhan
pengetahuan
kesehatan.
yang cukup tentang :
b. dukungan kebijakan yang positif dari pimpinan.
a. para pemegang/pimpinan serta pelaksana program yang memiliki
21   KEMENTERIAN  KESEHATAN  RI  –  PUSAT  PROMOSI  KESEHATAN  -­‐    
persepsi
PUSDIKLAT   yang besar serta sikap yang positif terhadap penyuluhan
APARATUR  
kesehatan.
b. dukungan kebijakan yang positif dari pimpinan.
c. tersedianya biaya untuk pelaksanaan langkah langkah kegiatan.
d. unit-unit pelaksana yang berfungsi dengan baik.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
131
PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

3. Rencana yang dihasilkan hendaknya :


a. Sesuai dengan kebutuhan masyarakat
b. Diterima oleh masyarakat
c. Sesuai dengan kebutuhan program
d. Didukung oleh kebijakan yang ada
e. Bersifat praktis dan dapat dilaksanakan sesuai dengan situasi setempat

Langkah-Iangkah dalam melakukan perencanaan


Berdasarkan beberapa hal yang telah dikemukakan diatas tadi, maka untuk
penyusunan perencanaan dapat dilakukan hal-hal sebagai berikut :

1. Mengenal masalah, masyarakat, dan wilayah


Tindakan pertama yang penting ialah mengumpulkan data atau keterangan
tentang berbagai hal yang diperlukan, baik untuk kepentingan perencanaan
maupun untuk data awal (data based) sebagai pembanding dalam rangka
evaluasi.
a. Mengenal masalah
Dalam rangka mengenal masalah, kegiatan yang perlu dilakukan secara
berturut-turut adalah:
1) Mengenal program yang akan ditunjang dengan Dukungan Sosial/
Bina Suasana.
2) Mengenal masalah yang akan ditanggulangi oleh program tersebut.
Misalnya dalam program PHBS RT, masalah yang akan ditanggulangi
adalah Diare yang bisa mengakibatkan gangguan pertumbuhan dan
gizi.
3) Dasar-dasar pertimbangan apa yang dipergunakan untuk
menentukan masalah yang akan dipecahkan itu dalam arti:
a. Bagaimana pandangan para pimpinan (administrator) dan juga
para ahli kesehatan terhadap masalah tersebut, apakah mereka
menganggap masalah tersebut memang perlu mendapat
perhatian/prioritas untuk ditanggulangi?
b. Bagaimana pandangan masyarakat terhadap masalah ini,
apakah mereka mengganggap masalah ini merupakan prioritas
bagi mereka?
c. Apakah memang masalah tersebut bisa dipecahkan dan apakah
dukungan sosial dapat berperan?

b. Mengenal masyarakat
Program yang akan direncanakan adalah untuk masyarakat. Karena
itu sudah jelas bahwa siapapun yang merencanakan program, harus
mengenal masyarakat dalam segala segi kehidupannya. Sehubungan

132 KEMENTERIAN KESEHATAN RI


PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

dengan perencanaan penggalangan dukungan sosial yang perlu dikenal


tentang masyarakat ini antara lain adalah:

1) Jumlah penduduk
a) Jumlah penduduk keseluruhan menurut golongan umur
b) Kelompok-kelompok khusus risiko tinggi, seperti ibu hamil, ibu
menyusui, PUS, dan lain-lain yang kira-kira dibutuhkan dalam
menyusun perencanaan
c) Jumlah balita.

2) Keadaan sosial, budaya, dan ekonomi masyarakat


a) Tingkat pendidikan (buta huruf dan sebagainya)
b) Norma-norma setempat, pantangan-pantangan, dan sebagainya
sehubungan dengan perilaku yang diharapkan
c) Agama
d) Pola kepemimpinan setempat, artinya kelompok-kelompok mana
saja yang berpengaruh, hubungan pemuka masyarakat satu
sama lainnya dan sebagainya. Siapa-siapa. yang berpengaruh
mengambil keputusan di masyarakat, dan siapa¬-siapa yang
berpengaruh dalam mengambil keputusan dalam keluarga.
e) Pola partisipasi masyarakat setempat dan organisasi sosial,
pemuda, kemasyarakatan dan LSM serta dunia usaha yang ada.
f) Tingkat ekonomi masyarakat serta jenis mata pencaharian
masyarakat serta pola konsumsi masyarakat.

3) Pola komunikasi di masyarakat


a) Bagaimana berita menyebar di masyarakat
b) Siapa-siapa sebagai sumber berita informasi di masyarakat
c) Pusat-pusat penyebaran informasi di masyarakat seperti
misalnya di cafe-cafe, warung kopi, pos jaga, pertemuan sosial
seperti arisan dan sebagainya.
d) Saluran komunikasi yang ada di masyarakat, seperti radio,
surat kabar, pengeras suara di masjid, media transional dan
sebagainya.

4) Sumber daya (resources)


a) Sumber daya apa saja yang dimiliki masyarakat baik sebagai
individu maupun sebagai masyarakat secara keseluruhan yang
bisa dipergunakan oleh mereka untuk perubahan perilaku seperti
yang diharapkan.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
133
PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

b) Sumber daya apa saja yang ada baik pada institusi pemerintah
maupun swasta yang bisa dipergunakan oleh masyarakat untuk
perubahan perilaku Misalnya Posyandu untuk mendapatkan
pelayanan imunisasi, KB dan lain-lain.
c) Sumber daya apa saja yang dimiliki oleh pemerintah maupun swasta
dan juga yang sudah ada di masyarakat yang dapat dimanfaatkan
untuk mendapatkan dukungan sosial, misalnya tempat pertemuan,
pengeras suara di masjid, dan sebagainya

5) Khusus mengenai sumber daya tenaga, perlu diperhatikan hal-hal


sebagai berikut :
i. Jumlah pejabat fungsional penyuluh kesehatan masyarakat yang
ada
ii. Jumlah pejabat fungsional lainnya
iii. Macam-macam kategori tenaga kesehatan yang ada yang dapat
dimanfaatkan/dilibatkan dalam penyuluhan kesehatan yang akan
dilaksanakan.
iv. Tugas pokok masing-masing kategori tenaga kesehatan. Perkiraan
tugas apa yang dapat dilakukan untuk membantu pejabat fungsional
penyuluh kesehatan masyarakat pelatihan/pendidikan yang pemah
diperoleh di bidang penyuluhan kesehatan yang pemah diperoleh
masing-masing tenaga kesehatan
v. Bimbingan yang diterima di bidang penyuluhan kesehatan oleh
masing-masing jenis tenaga kesehatan dan dari siapa
vi. Kesulitan pokok yang harus diatasi dalam melibatkan tenaga
kesehatan lain dalam pelaksanaan penyuluhan kesehatan bagi
program yang bersangkutan
vii. Adakah tenaga-tenaga di institusi lain baik pemerintah maupun
swasta/LSM, dunia usaha dan masyarakat yang dapat membantu
upaya penggalangan dukungan sosial.

6) Bagaimana pengalaman masyarakat terhadap program¬-program


sebelumnya, dan bagaimana sikap mereka terhadap pelayanan yang
diberikan, terhadap para petugas dan sebagainya.
a) Yang mana dari sikap ini mempunyai pengaruh positif terhadap upaya
penggalangan dukungan sosial kesehatan yang direncanakan.
b) Yang mana yang mempunyai pengaruh negatif
c) Bagian yang mana dari program tersebut yang memberikan
pengalaman pahit di masa lalu.

134 KEMENTERIAN KESEHATAN RI


PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

7) Apakah daerah tersebut banyak kontak dengan luar?


a) Mengenal wilayah
b) Program akan dapat dilaksanakan dengan baik, jika perencana
program mengetahui dengan jelas situasi medan atau situasi
lapangan yang dihadapi. Yang perlu diketahui sehubungan dengan
mengenal wilayah ini antara lain adalah:
i) Lokasinya, yaitu apakah:
• terpencil, tidak berbatasan dengan desa kecamatan lain
• apakah daerah tersebut daerah pegunungan, daerah pantai
atau daerah datar yang bukan pantai atau pegunungan
• apakah terjangkau oleh transportasi umum, dan sebagainya
ii) Sifatnya, yaitu :
• kapan musim hujan, kemarau panjang dan sebagainya
• daerah kering atau cukup air
• daerah banjir, pasang surut atau daerah rawan gempa dan
sebagainya
• daerah perbatasan, dan lain-lain

2. Menentukan prioritas
Prioritas dalam penggalangan dukungan sosial harus sejalan dengan prioritas
masalah yang ditentukan oleh program yang ditunjang. Penyuluhan kesehatan
hendaknya tidak menentukan prioritas sendiri, karena hal ini akan menyebabkan
program berjalan sendiri¬-sendiri.

Penentuan prioritas dapat berdasarkan bebagai pertimbangan, antara lain :


a. berdasarkan magnitude masalah tersebut, hingga diperlukan prioritas
penanggulangannya
b. berdasarkan pertimbangan politis, yaitu menyangkut nama baik negara,
dan sebagainya
c. berdasarkan sumberdaya yang ada.

Langkah-Iangkah menentukan prioritas masalah yaitu sebagai berikut :


a. Menetapkan parameter
Ada beberapa parameter yang perlu ditetapkan atas kesepakatan
kelompok:
1) Menentukan besamya masalah (prevalensi)
Besamya masalah adalah banyak anggota masyarakat yang kena
masalah tersebut. Jika semakin banyak anggota masyarakat yang
merasakan masalah tersebut, maka harus diprioritaskan.

Kelompok harus menentukan faktor-faktor apa saja yang dapat
digunakan untuk menentukan masalah ditentukan oleh:

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
135
PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

a) Persentase penduduk yang terkena efek langsung masalah


tersebut
b) Jumlah rata-rata biaya yang dikeluarkan perorangan per bulan
oleh karena masalah tersebut.
c) Besamya kerugian-kerugian yang dialami penduduk ?

2) Menentukan berat ringannya akibat yang ditimbulkan (severity)


Berat ringannya akibat yang timbulkan dari masalah tersebut,
artinya semakin berat akibat yang ditimbulkan oleh masalah bagi
masyarakat berarti masalah tersebut mendapat prioritas.

Pada langkah ini kelompok banyak menggunakan data kuantitatif


untuk menentukan nilai, oleh karena itu penilaiannya bersifat
subjektif.

Faktor-faktor yang digunakan untuk menentukan berat ringannya


akibat yang ditimbulkan dari masalah tersebut ialah :
a) Tingkat urgensinya, artinya apakah masalah tersebut memang
harus segera diatasi.
b) Kecenderungannya, artinya apakah masyarakat yang terkena
masalah tersebut makin lama makin bertambah banyak atau
meningkat.
c) Tingkat keganasannya, artinya apakah masalah tersebut
bersifat akut, maksudnya jika masyarakat terserang atau
terkena masalah tersebut pada pagi hari maka malamnya kalau
tidak segera ditolong akan meninggal dunia. Contohnya bila
masyarakat tersebut Diare atau keracunan makanan, dalam
keadaan demikian harus diberi score yang tinggi.

3) Menentukan keinginan masyarakat untuk menyelesaikan masalah


tersebut (degree of unmetneed), untuk menanggulangi suatu
masalah, bukan hanya keinginan dari petugas saja, akan lebih baik
jika keinginan masyarakat yang berkeinginan untuk membantu
menyelesaikannya. Jika ada dukungan dan motivasi yang tinggi dari
masyarakat, maka masalah tersebut akan mudah diatasi.

4) Menentukan rasa prihatin masyarakat terhadap masalah tersebut


(public concern)
Masyarakat merasa prihatin jika masalah tidak atau belum ditanggulangi.
Sebagai contoh, biaya berobat di puskesmas cukup mahal
dibandingkan dengan pendapatan masyarakat sehingga masyarakat

136 KEMENTERIAN KESEHATAN RI


PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

tidak mampu untuk berobat ke puskesmas. Dalam hal ini masyarakat


tidak bisa protes kepada petugas puskesmas hanya mereka menjadi
prihatin dengan keadaan yang demikian.

5) Menentukan sumber daya yang tersedia yang dapat digunakan untuk


mengatasi masalah tersebut (resources availability).
Masyarakat bersama petugas merasa adanya kemudahan-kemudahan
dalam memecahkan masalah tersebut. Oleh karena adanya
sumberdaya yang tersedia dalam bentuk dana, sarana, tenaga, waktu,
teknologi yang tepat guna untuk menyelesaikan masalah tersebut.
Sebagai contoh kekurangan vitamin A pada balita, karena masyarakat
mudah mendapat vitamin A pada balita, karena masyarakat mudah
mendapat vitamin A dosis tinggi di puskesmas atau Posyandu, hal ini
berarti adanya teknologi yang tepat guna untuk mengatasi kekurangan
vitamin A atau penyakit buta senja, dan mudah mendapatkan sumber-
sumber vitamin A di pedesaan seperti makan sayur daun hijau, buah
pepaya, tomat, hal ini berarti masyarakat tidak perlu mengeluarkan
banyak uang untuk mencegah kekurangan vitamin A.

b. Menetapkan nilai terhadap parameter


Setelah parameter seperti diatas ditetapkan, masing-masing masalah
diberi nilai sesuai dengan parametemya, hal ini dilaksanakan agar dapat
membandingkan satu parameter dengan parameter lainnya.

Biasanya nilai yang diberikan berkisar antara 1-5.

Berilah nilai pada setiap parameter diatas. Cara melakukan penilaian ialah
dengan memberikan angka 5 bila masalahnya besar, angka 3 masalahnya
sedang dan angka 1 bila masalahnya kecil. Masalah yang jumlah nilainya
paling tinggi adalah prioritas masalah yang dicari.

Secara sederhana cara scoring technique ini dapat digambarkan dalam


bagan sebagai berikut :

NO PARAMETER MASALAH
A B C D
1 Besamya masalah (prevalence)
2 Berat ringannya (severity)
3 Keinginan masyarakat (degree of unmeet
need)
4 Keprihatinan masyarakat (public concem)
5 Sumber daya yang tersedia (resources
availability)

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
137
PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

c. Merumuskan tujuan Dukungan Sosial


Merumuskan tujuan Dukungan Sosial merupakan salah satu langkah yang
paling penting dalam perencanaan cara untuk mendapatkan Dukungan
Sosial karena seringkali dijumpai bahwa kita dengan mudah dapat
menje!askan kegiatan-kegiatan yang sedang kita lakukan, tetapi apabila kita
diminta menyebutkan secara spesifik apa sebenamya yang ingin kita capai
atau wujudkan melalui kegiatan tersebut, kadangkala menjadi bingung.
Pengertian tujuan secara umum dapat didefinisikan sebagai berikut :

Tujuan adalah suatu pemyataan atau gambaran tentang suatu keadaan


dimasa datang yang akan dicapai melalui pelaksanaan kegiatan-kegiatan
tertentu yang telah direncanakan.

Dalam perencanaan penyuluhan kesehatan, cara merumuskan tujuan


Dukungan Sosial hendaknya berkaitan dengan perubahan perilaku
masyarakat yang berhubungan dengan kesehatan.

Secara sangat sederhana, tahap-tahap penyuluhan / penyuluhan kesehatan


dapat digambarkan sebagai berikut :

Tujuan Jangka

Pendek Menengah Panjang

I. Pengetahuan
II. Sikap
Promosi Kelompok III. Keterampilan
sasaran IV. Dsb PHBS Status
Kesehatan
kesehatan

Melihat gambar diatas, jelas bahwa tujuan jangka panjang Dukungan


Sosial adalah meningkatnya derajat kesehatan masyarakat yang optimal,
tujuan jangka menengah adalah perilaku hidup bersih dan sehat sedang
tujuan jangka pendeknya adalah terciptanya pengetahuan, sikap, norma,
dan keterampilan yang diharapkan. Perlu diingat, bahwa terciptanya
pengetahuan, sikap, norma, keterampilan tersebut tidak selalu akan menuju
kepada terciptanya perilaku hidup bersih dan sehat. Sebab itu, yang lebih
penting adalah tujuan terciptanya perilaku hidup sehat.

138 KEMENTERIAN KESEHATAN RI


PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

Yang mana pun yang akan dipilih sebagai tujuan, yang penting bahwa tujuan
harus dibuat realistis (bisa dicapai), bisa diukur. Hal ini perlu diperhatikan
agar evaluasi penggalangan dukungan sosial dapat dilakukan dengan baik.

Bila program yang akan dikembangkan dari sisi penggalangan dukungan


sosial sekarang ini sudah berjalan beberapa lama, perlu dilakukan review
apa yang sedang dan sudah dilaksanakan, misalnya :
- seberapa jauh penggalangan dukungan sosial sudah dijalankan pada
waktu yang lalu
- kalau sudah ada, apa tujuan penggalangan dukungan sosial pada
waktu itu,
- apa kegiatan penggalangan dukungan sosial yang dilaksanakan pada
waktu itu, dan bagaimana hasilnya. Ini perlu agar kita dapat menentukan
tujuan baru.

Berdasarkan semua informasi tersebut, ditentukan penggalangan


dukungan sosial yang akan dikembangkan sekarang yaitu tujuan jangka
pendek, menengah, dan panjang.

CARA MERUMUSKAN TUJUAN PENGGALANGAN DUKUNGAN


SOSIAL

Sebelum kita membahas bagaimana cara merumuskan tujuan penggalangan


dukungan sosial, ada baiknya kita mengetahui pengertian, tujuan umum
penggalangan dukungan sosial, dan tujuan khususnya penggalangan
dukungan sosial.

Tujuan umum penggalangan dukungan sosial ialah tercapainya perilaku


sehat masyarakat sebagai akibat dari adanya dukungan sosial terhadap
program kesehatan.

Tujuan umum dukungan sosial bersifat abstrak artinya ukurannya tidak


jelas dan bersifat jangka panjang artinya tidak jelas kapan tujuan tersebut
akan dicapai.

Tujuan khusus dukungan sosial adalah suatu pelaksanaan perumusan


perilaku yang meliputi peningkatan pengetahuan, sikap, dan perilaku
sebagai akibat adanya dukungan sosial terhadap program kesehatan.

Penting : Tujuan khusus dukungan sosial harus jelas, realitas (bisa dicapai)
jelas ukurannya, jelas waktunya yaitu kapan mau dicapai, jelas lokasinya

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
139
PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

dan jelas sasarannya. Agar penilaian dukungan sosial dapat dilaksanakan


dengan baik.

d. Menentukan sasaran penggalangan dukungan sosial terhadap


program kesehatan.
Sasaran program dan sasaran penggalangan dukungan sosial terhadap
program kesehatan tidak selalu sama. Dalam sasaran penggalangan
dukungan sosial terhadap program kesehatan yang dimaksud dengan
sasaran ialah kelompok sasaran, yaitu individu atau kelompok. Sasaran
ini dibagi lagi ke dalam sasaran primer, sekunder dan tertier serta dipilih
lagi menurut tatanan yang ada, apakah tatanan rumah tangga, institusi,
tempat kerja, dan tempat-tempat umum. Menentukan kelompok sasaran
menyangkut pula soal strategi.

e. Menentukan bentuk dukungan sosial terhadap program kesehatan


Setelah tujuan dan sasaran ditentukan, dan setelah mengenal situasi
dan masalah serta latar belakang sasaran, maka bentuk dukungan sosial
terhadap program kesehatan dapat ditentukan.

Dalam bentuk dukungan sosial terhadap program ini harus dikemukakan


juga apa keuntungannya jika sasaran melaksanakan apa yang dianjurkan.
bentuk dukungan sosial terhadap program harus dituangkan dengan
bahasa yang mudah dimengerti oleh khalayak sasaran, dan pesannya tidak
ruwet, melainkan applicable untuk dilaksanakan dengan kondisi dan situasi
yang mereka miliki, atau yang dapat dilaksanakan oleh khalayak sasaran.

f. Menentukan metode penggalangan dukungan sosial terhadap


program kesehatan
Setelah materi ditentukan, maka perlu ditentukan bagaimana caranya
melaksanakan dukungan sosial terhadap program kesehatan tersebut
kepada khalayak sasaran, agar tujuan dukungan sosial terhadap program
kesehatan tersebut dapat tercapai. Metoda atau cara penggalangan
dukungan sosial terhadap program kesehatan, tergantung pada tujuan
penggalangan dukungan sosial terhadap program kesehatan yang
ingin dicapai. Tujuan penggalangan dukungan sosial terhadap program
kesehatan kesehatan dapat dikelompokkan mencakup 3 hal yang penting
yaitu (1) Terciptanya opini, etika, norma dan kondisi masyarakat yang
ber PHBS,(2)Terciptanya dukungan kebijakan, sumberdaya, fatwa serta
peraturan formal maupun non-formal dalam meningkatkan cakupan RT
ber PHBS, dan (3) Meningkatnya peran serta individu maupun kelompok
potensial dalam meningkatkan cakupan RT ber PHBS

140 KEMENTERIAN KESEHATAN RI


PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

g. Menentukan media dukungan sosial terhadap program kesehatan


Bila misalnya telah ditentukan akan mempergunakan pendekatan massa,
maka selanjutnya masih perlu ditentukan apa media yang akan dipergunakan
untuk menunjang pendekatan tadi, misalnya poster, pembuatan film, siaran
di radio, TV, surat kabar dan sebagainya.

h. Menentukan format monitoring dan evaluasi


Format monitoring dan e valuasi harus dirancang bersama dengan
perumusan tujuan penggalangan dukungan sosial, agar seluruh proses
penyuluhan dapat dipantau dan dievaluasi pokok tujuan penyuluhan tercapai
atau tidak.

Manfaat Perencanaan
Perencanaan yang baik akan memberikan manfaat sebagai berikut :
1. Mengurangi risiko ketidakpastian
Dalam organisasi yang semakin kompleks dan berbeda dalam lingkungan
yang selalu berubah, seorang perencana memerlukan cara-cara yang lebih
baik, untuk melakukan tugasnya. Perencanaan tidak dapat lagi bersikap
sebagai “pemadam kebakaran” karena semakin beragamnya persoalan
yang dihadapi. Yang diharapkan sekarang adalah “mencegah terjadinya
kebakaran”.

Melalui cara-cara yang lebih rasional dan berdasar, seorang perencana


dapat mengurangi risiko ketidakpastian yang dihadapi dalam pekerjaannya.
Dengan perencanaan yang baik pula seorang perencana dapat mencoha
untuk mempengaruhi apa yang akan terjadi dikemudian hari.

2. Memusatkan perhatian pada khalayak sasaran


Perencana yang baik memungkinkan perencana dapat menggunakan
sumber daya yang dimilikinya secara lebih efisien. Perencana dapat
menangani beberapa kegiatan secara simultan dan memberikan perhatian
yang cukup pada masing-masing kegiatan.

3. Menjadi dasar bagi fungsi-fungsi manajemen yang lain


Perencanaan merupakan fungsi manajemen yang utama. Melalui perencanaan
maka fungsi-fungsi lain seperti pengorganisasian, pemantauan dan evaluasi
diatur. Perencanaan memungkinkan kita untuk mengukur keberhasilan
pelaksanaan tugas dengan cara membandingkan hasil (realisasi) dengan
rencana. Dari situ kita dapat menilai apakah program telah terlaksana
dengan baik. Secara singkat dapat kita katakan bahwa pelaksanaan proses
manajemen yang efektif harus diawali dengan perencanaan yang baik.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
141
PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

Ciri Perencanaan Yang Balk


Untuk dapat merencanakan dengan baik, beberapa hal pokok yang perlu
diperhatikan adalah :
1. Adanya pengetahuan yang mantap tentang tugas pokoknya
Seorang perencana yang tidak mengetahui tugas pokoknya akan membuat
rencana yang salah. Tanpa mempunyai dasar pengetahuan yang mantap,
rencana yang dibuat mungkin tidak dapat dijalankan atau tidak efisien.

2. Adanya batas toleransi atas penyimpangan


Pelaksanaan suatu rencana mungkin saja menyimpang dari apa yang telah
ditentukan. Meskipun demikian rencana yang dibuat harus mempunyai batas
toleransi penyimpangan jika kita tidak ingin rencana tersebut kehilangan arti.

3. Memperhatikan sumberdaya yang dimiliki


Seorang perencana harus mengenal sumber daya yang dimilikinya. Ia
harus memastikan bahwa rencana yang dibuat cukup praktis ditinjau dari
sudut pandang kemampuan dan keahlian/keterampilan pelaksananya.
Disamping itu perencana harus yakin bahwa ia mampu untuk mengadakan/
mengerahkan sumber daya yang diperlukan.

4. Fleksibilitas
Rencana yang memiliki fleksibilitas memungkinkan diadakannya perubahan-
perubahan didalam rencana tanpa mengganggu perencanaan itu sendiri
atau mempengaruhi hasil akhimya. Dalam pelaksanaan rencana mungkin
saja diperlukan perubahan-perubahan karena tuntutan situasi.

5. Melihat kemungkinan adaptasi


Sebelum menyusun suatu rencana sebaiknya seorang perencana meninjau
apakah rencana yang serupa pemah dilakukan. Jika rencana yang serupa
sudah pemah dilakukan sebelumnya maka perencana mungkin hanya perlu
mengadakan penyesuaian-penyesuaian terhadap rencana yang terdahulu

6. Memperhatikan kendala-kendala
Dalam menyusun rencana seorang perencana harus melihat kendala¬-
kendala yang ada, baik yang datang dari luar maupun dari dalam. Tidak
seorang perencana pun yang tidak mempunyai kendala ataupun dibatasi
oleh aturan-aturan baik dari pemerintah, masyarakat maupun lingkungan
fisik. Hal penting juga yang harus diperhatikan adalah batasan-batasan
yang ditentukan oleh organisasi dimana perencana itu berada misalnya
peraturan, prosedur, dan kebijakan yang telah disusun serta keterkaitan
rencana satu dengan lainnya.

142 KEMENTERIAN KESEHATAN RI


PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

Macam-Macam Perencanaan
Perencanaan dapat diklasifikasikan berdasarkan (1) Lamanya (durasi), (2) Fungsi
atau Penggunaannya dan (3) Cakupannya (scope).

1. Perencanaan berdasarkan ”Lamanya” (durasi)


Setiap perencanaan dapat digolongkan berdasarkan waktu pelaksanaannya.
Rencana jangka pendek sudah tentu dibuat untuk dilaksanakan dalam
waktu yang singkat, sedangkan rencana jangka panjang dalam waktu
yang lebih lama.

Bagi seorang pimpinan di tingkat bawah, rencana 6 bulan mungkin sudah


merupakan rencana jangka panjang. Sebaliknya untuk pimpinan tingkat
atas, rencana 6 bulan tersebut dapat dianggap rencana jangka pendek.
Terlepas dari waktunya, rencana operasional seringkali digolongkan ke
dalam rencana jangka pendek jika rencana tersebut merupakan bagian
dari rencana yang lebih besar.

Perencanaan jangka pendek umumnya dibuat di tingkat bawah. Keterlibatan


seseorang dalam perencanaan jangka panjang semakin besar dengan
semakin tingginya tingkatan seseorang.

2. Perencanaan berdasarkan ”Fungsi”


Perencanaan dapat pula digolongkan berdasarkan fungsi operasional
manajemen seperti produksi, pemasaran, keuangan dan personalia.
Pengelompokkan berdasarkan fungsi ini memungkinkan untuk
menggambarkan hubungan antar bagian/unit dan mempelajari adanya
kemungkinan pengaruh perencanaan di satu unit terhadap unit lainnya.

3. Perencanaan berdasarkan ”Cakupan”


adalah bentuk perencanaan yang mendasarkan dirinya pada berapa
cakupan baik populasi ataupun lainnya untuk dapat dilaksanakan
berdasarkan hasil analisis

Untuk mendapatkan perubahan perilaku pada masyarakat sasaran


diperlukan perencanaan yang baik, dalam menyusun perencanaan
perumusan tujuan program harus jelas dan memenuhi syarat-syarat
tertentu agar monitoring dan evaluasi dapat dilakukan dengan baik.

Syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam perumusan tujuan antara lain:
a. tujuan harus jelas dan mudah difahami (simple)
b. tujuan harus bisa diukur (measurable)

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
143
PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

c. tujuan harus bisa dicapai (achievable)


d. tujuan harus wajar dan tidak berlebihan (reasonable)
e. tujuan harus mempunyai tenggang waktu (time bound)

B. Rancangan Mobilisasi Sosial


Setelah dapat merumuskan langkah-langkah mobilisasi sosial, selanjutnya tim
membuat rancangan mobilisasi sosial, yang menggambarkan secara menyeluruh
tentang upaya mobilisasi sosial yang akan dilaksanakan di suatu wilayah, meliputi:
1. Tujuan mobilisasi sosial
2. Kelompok sasaran
3. Bentuk mobilisasi sosial Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli
4. Langkah-langkah kegiatan
2. Kelompok sasaran
5. Dukungan sumber
3. Bentuk daya yang
mobilisasi sosialdibutuhkan
6. Waktu dan tempat pelaksanaan
4. Langkah-langkah kegiatan
5. Dukungan sumber daya yang dibutuhkan
7. Mitra potensial
6. Waktudan peran pelaksanaan
dan tempat masing-masing
8. Hasil yang diharapkan
7. Mitra potensial dan peran masing-masing
8. Hasil yang diharapkan

RancanganRancangan
mobilisasi sosial dapat
mobilisasi dapat
sosial dibuat
dapat dalam
dapat matriks/tabel
dibuat berikut:
dalam matriks/tabel
berikut:

Tabel 6. Matriks Rancangan Mobilisasi Sosial

Tujuan Sasaran Bentuk Langkah Dukungan Waktu Mitra Peran Hasil Yg Di


Mobilisasi Upaya Kegiatan Sumber Pelaksana Potensial Mitra Harapkan
Sosial Mobsos Daya Yg an
Dibutuhkan &Tempat

Sampai disini anda sudah dapat mengerjakan


Latihan 4, yaitu Latihan Merancang Mobilisasi
Sosial Gerakan PHBS –RT di wilayah kerja anda.

34   KEMENTERIAN  KESEHATAN  RI  –  PUSAT  PROMOSI  KESEHATAN  -­‐    


PUSDIKLAT  APARATUR  

144 KEMENTERIAN KESEHATAN RI


PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

Latihan 4
Merancang Mobilisasi Sosial
Gerakan PHBS –RT di Wilayah Kerja

Setelah mengerjakan Latihan 1, 2 dan 3, sebagai kelanjutannya kelompok diminta untuk


merancang mobilisasi sosial di wilayah kerja. Seperti halnya untuk latihan 1,2 dan 3,
kelompok dibagi sesuai asal kabupaten/kota.

Didalam kelompok peserta membuat rancangan mobilisasi sosial Gerakan PHBS – RT


yang sesuai berdasarkan hasil latihan-latihan sebelumnya. Dalam menyusun rancangan
tersebut, kelompok mengacu pada paparan tentang rancangan mobilisasi sosial yang
telah disampaikan oleh fasilitator.

Tugas Kelompok:

• Kelompok melihat kembali hasil diskusi/latihan sebelumnya berkaitan dengan


mobilisasi sosial.
• Ketua memandu kelompok melakukan curah pendapat untuk menyusun rancangan
mobilisasi sosial.
• Kelompok diharapkan mampu menjawab pertanyaan berikut, berdasarkan langkah-
langkah mobilisasi sosial pada latihan 3 :
1. Dukungan sumber daya apa yang dibutuhkan?
2. Kapan waktu pelaksanaannya dan dimana?
3. Siapa mitra potensial
4. Apa peran masing-masing mitra?

Hasil diskusi/kerja kelompok ditulis dalam kertas flipchart sesuai dengan matriks/tabel 6
yang telah dipelajari, dan ditempelkan di tempat yang telah disediakan berdasarkan
kabupaten/kota masing-masing.

Pleno

Setiap kelompok/perwakilan kelompok diminta mempresentasikan hasil diskusi


masing-masing dan peserta dari kelompok lain diminta untuk menanggapi.

Pada akhir sesi fasilitator memandu kelompok menarik kesimpulan atau gambaran
umum tentang rancangan mobilisasi sosial Gerakan PHBS – RT .

C. Pelaksanaan kegiatan
Pelaksanaan kegiatan bina suasana mencakup beberapa komponen yaitu:
1. Membangun forum komunikasi
35   KEMENTERIAN  KESEHATAN  RI  –  PUSAT  PROMOSI  KESEHATAN  -­‐    
2. Menyajikan data atau informasi kemudian dilanjutkan dengan merancang
PUSDIKLAT  APARATUR  
kegiatan bersama-sama.
3. Saling berbagi peran dan tanggung jawab sesuai kemampuan serta potensinya.
4. Melakukan kegiatan sesuai kesepakatan serta setiap kegiatan ada dokumentasinya
5. Melakukan konsulidasi secara rutin sesuai kesepakatan.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
145
PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

6. Menyajikan hasil kegiatannya masing-masing , kemudian menyusun rencana


tindak lanjut. Dengan demikian merupakan kegiatan yang berkesinambungan
7. Memfokuskan kegiatan sesuai kebutuhan masyarakat atau membantu
masyarakat dalam mengatasi masalah kesehatan.
8. Menjalin hubungan kemitraan yang serasi, dinamis serta memegang prinsip-
prinsip kemitraan
9. Tidak meracuni komitmen
10. Menggalang sumberdaya / sumberdana serta potensi yang ada di masing-
masing mitra.
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli
Contoh Pelaksanaan Strategi Dukungan Sosial “Larangan Merokok”
Contoh Pelaksanaan Strategi Dukungan Sosial “Larangan Merokok”

No Sasaran Tujuan Kegiatan Metode Indikator


.
1. Individu: Memberi Diseminasi Sarasehan - Adanya daftar
- Komisi E DPRD dukungan informasi hadir
se-Bali moral - Adanya
- Bupati/ walikota komitmen
se-Bali
- Perahda Ida
MD. Gunung
- Prof. MD,
Bahdem
- I.Gd Prama
2. Kelompok: Memberi Diseminasi Lokakarya - Adanya daftar
- KNPI - PDGI dukungan informasi mini hadir
- PHDI - PHRI moral - Adanya
- GOW - PWI komitmen
- IDI - PKK
- IBI
- Koalisi Bali
Sehat
- Yayasan Citra
Usada
3. Sasaran massa Meningkatkan Sosialisasi Pertunjuka Ada kelompok-
pemahaman melalui media n kelompok
pada bahaya elektronik tradisional masyarakat yang
merokok Bondres sudah tidak
merokok.

146 KEMENTERIAN KESEHATAN RI


PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

Pokok Bahasan 3.
PENGGALANGAN DUKUNGAN SOSIAL

Sub Pokok Bahasan : Penggalangan dukungan sosial dukungan sosial di:


a. Tingkat Propinsi
b. Tingkat Nasional
c. Tingkat Internasional

Pokok Bahasan 4.
PENGEMBANGAN UNTUK MENGGALANG DUKUNGAN SOSIAL DI MASYARAKAT

A. Pengembangan untuk menggalang dukungan sosial di masyarakat dilakukan


melalui Advokasi

TEKNIK ADVOKASI KESEHATAN.


1. Pengertian teknik advokasi
Teknik advokasi adalah suatu instrumen atau taktik menghantar metode advokasi
yang diterapkan agar tujuan yang diharapkan dapat tercapai.

2. Tujuan penerapan teknik advokasi


Tujuan penerapan teknik advokasi adalah meningkatnya kualitas penyampaian
pesan sehingga sasaran advokasi menjadi paham, tertarik, sadar/peduli,
komitmen serta bertindak untuk memberikan dukungan kebijakan atau
sumberdaya, sehingga proses pelaksanaan advokasi dapat berjalan dengan baik
serta dapat mencapai tujuan yang diharapkan.

3. Fungsi penerapan teknik advokasi


a. Meningkatkan pemahaman
b. Membangun kepercayaan atau keyakinan
c. Membangun sikap positif atau daya tari, minat
d. Mempengaruhi paradigma/ pola pikir
e. Membangun komitmen
f. Memotivasi atau menggerakkan untuk bertindak
g. membangun opini publik
h. Membangun hubungan atau interaksi yang baik dengan sasaran advokasi.

4. Langkah-langkah pengembangan teknik advokasi


Dalam pelaksanaan kegiatan advokasi kesehatan ada beberapa jenis metode
yang sering diterapkan, diantaranya adalah: lobi, negosiasi, seminar, presentasi,
penggunaan media massa, dll. Agar penerapan metode advokasi tersebut efektif
serta dapat mendukung tercapainya tujuan advokasi maka pengelola atau tim

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
147
PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

advokasi perlu merancang atau mengembangkan teknik advokasi yang menarik


dan sesuai dengan karakteristik sasaran advokasi. Berikut ini, ada beberapa
upaya atau langkah-langkah dalam mengembangkan teknik advokasi yaitu:

a. Teknik advokasi kesehatan dengan menggunakan media massa/


media pers
Media pers merupakan alat kampanye yang efektif digunakan dalam
mendiseminasikan isu-isu yang sedang di advokasi karena media
media pers mempunyai penyebaran yang cukup luas, sehingga dapat
mempengaruhi masyarakat maupun para pembuat kebijakan.

Peranan media massa sangat besar dan menentukan keberhasilan


advokasi, baik dalam membentuk opini, menyamakan persepsi, maupun
dalam memberikan tekanan. Bentuk kerjasama yang dilakukan dalam
kegiatan advokasi berupa: press release, konferensi pers, penulisan artikel,
siaran pers, press Kit, lembar fakta, wisata pers, editorial, surat untuk
Editor, dll

Tips membangun kerjasama dengan pers


1) Membangun komunikasi dengan pers. Langkah awal adalah dengan
memperkenalkan siapa kita dan apa maksud serta tujuan kita.
Berikutnya adalah berdiskusi dengan mereka guna menyampaikan
isu-isu yang sedang diadvokasikan. Untuk itu, kita dapat mengundang
mereka atau proaktif berkunjung kemeja redaksi pers.
2) Berupaya menjadi sumber informasi dan koreksi bagi pers.
3) Menciptakan momen yang memicu pers terus menulis berita-berita
anggaran yang anda inginkan.
4) Bersama dengan pers melakukan peran sebagai watchdog
(pengawas) terhadap kebijakan-kebijakan anggaran dan kasus-
kasus penyimpangan anggaran yang berkaitan dengan program
kesehatan.

Tips melakukan advokasi melalui radio


Radio merupakan salah satu media advokasi yang efektif, dalam
mendissiminasikan isu-isu / pesan advokasi, karena radio mempunyai
penyebaran yang cukup luas, sehingga dapat mempengaruhi
masyarakat maupun para pembuat kebijakan. Bentuk kerjasama yang
dilakukan berupa talk show dan dialog interaktif. Beberapa hal yang
harus diperhatikan dalam bekerjasama dengan stasiun radio adalah
sebagai berikut:

148 KEMENTERIAN KESEHATAN RI


PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

1) Pilih stasiun radio yang disenangi masyarakat.


2) Pilih waktu yang tepat sesuai dengan isu yang akan diadvokasi.
3) Persiapkan materi advokasi dengan baik.
4) Persiapkan nara sumber yang berkompeten dalam bidangnya untuk
menyampaikan pesan advokasi.

Tips advokasi melalui televisi


Televisi merupakan media advokasi yang efektif dalam mendesiminasikan
isu-isu / pesan advokasi, karena mempunyai penyebaran yang cukup
luas serta mudah dipahami, sehingga dapat mempengaruhi masyarakat
maupun para pembuat kebijakan. Bentuk kerjasama yang dilakukan
berupa talk show dan dialog interaktif. Beberapa hal yang harus
diperhatikan dalam bekerjasama dengan stasiun TV adalah sebagai
berikut:
1) Pilih stasiun TV yang disenangi masyarakat.
2) Pilih waktu yang tepat sesuai dengan isu yang akan diadvokasi.
3) Persiapkan materi advokasi dengan baik.
4) Persiapkan nara sumber yang berkompeten dalam bidangnya untuk
menyampaikan pesan advokasi.

Tips advokasi melalui pennggunaan leaflet dan brosur


Leaflet dan brosur juga merupakan media advokasi yang efektif dalam
mendisiminasikan isu-isu/ pesan advokasi. Karena dalam leaflet dapat
didepkripsikan lebih jelas isu yang diadvokasi.

Langkah-langkah pengembangan teknik ini adalah:


1) Melibatkan dan menjalin kerjasama dengan pers/pengelola media
massa
2) Membangun hubungan pribadi dengan pers/pengelola media massa
3) Melakukan surat menyurat, mengundang melalui telepon atau
mengundang secara resmi pengelola media masa untuk meliput
berita atau isu-isu penting yang berkaitan dengan pesan-pesan
advokasi kesehatan.
4) Mengundang pers/media masa pada saat ada even-even kesehatan
5) Mengundang pers/media massa dalam kegiatan seminar atau
orientasi tentang kesehatan.
6) Melibatkan pers/media massa dalam kegiatan kunjungan ke daerah
7) Mengatur peliputan wawancara dengan orang-orang penting
8) Menyampaikan informasi/data kepada media massa secara teratur

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
149
PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

b. Konferensi pers
Konferensi pers dalam kegiatan advokasi merupakan teknik yang efektif
untuk mempengaruhi pejabat publik, melalui penyebarluasan isu kepada
insan pers yang dapat berdampak pada desiminasi informasi kepada
banyak pihak atau masyarakat luas, dan dapat membangun opini publik
mengenai suatu isu.

Konferensi pers merupakan pertemuan singkat, kurang lebih 30 menit


dengan sejumlah wakil media massa yang diundang untuk mendapatkan
penjelasan mengenai isu penting yang segera perlu diketahui oleh
masyarakat.

Konferensi pers selalu diawali dengan penjelasan singkat mengenai


isu penting yang diangkat, selanjutnya dilakukan tanya jawab untuk
klarifikasi. Oleh karena itu data dan paparan presentasi perlu dipersiapkan
dengan baik serta juru bicara dan beberapa anggota kelompok diminta
untuk mempersiapkan diri guna mendukung dalam menyampaikan
penjelasan kepada wakil media massa tersebut, ketika sesi tanya jawab
berlangsung.

Seusai pertemuan ini, bagi para wakil media massa akan dibagikan satu
set informasi (lembar informasi/presentasi mengenai isu yang diangkat
dan diinformasikan tersebut), dengan harapan isu tersebut dapat
dikemas sebagai bahan advokasi yang disebarluaskan ke masyarakat.

c. Siaran pers
Merupakan bentuk berita yang menjelaskan informasi sebuah peristiwa.
Syarat lembaran siaran pers yang baik adalah:
1) Ditulis dengan bahas yang ringkas dan padat, maksimal dua
halaman. Pada paragraf pertama sudah menjelaskan sebuah
masalah dan berita utama yang diangkat. Informasi yang terkandung
di dalamnya mencakup “apa, siapa, dimana serta penjelasan singkat
mengenai latar belakang diadakannya atau adanya peristiwa yang
diinformasikan tersebut”
2) Dapat dengan mudah dikirimkan kepada semua kantor redaksi
media massa.
3) Menggunakan judul “siaran pers” pada lembaran yang disebarkan
serta mencantumkan nama orang yang dapat dihubungi dan nomor
telepon serta alamat lengkap agar mudah diverifikasi informasinya.

150 KEMENTERIAN KESEHATAN RI


PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

d. Lobi
Karakteristik Lobi
1) Bersifat tidak resmi/ Informal dapat dilakukan diluar forum atau
perundingan yang secara resmi disepakati .
2) Bentuk dapat beragam dapat berupa obrolan yang dimulai dengan
tegursapa, atau dengan surat
3) Waktu dan tempat dapat kapan dan dimana saja sebatas dalam
kondisi wajar atau suasana memungkinkan. Waktu yang dipilih atau
dipergunakan dapat mendukung dan menciptakan suasana yang
menyenangkan, sehingga orang dapat bersikap rileks.
4) Pelaku /aktor atau pihak yang melakukan lobi dapat beragam dan
siapa saja yakni pihak yang bekepentingan, dapat pihak eksekutif
atau pemerintahan, pihak legislatif, kalangan bisnis, aktifis LSM,
tokoh masyarakat atau ormas, atau pihak terkait lainnya.
5) Bila dibutuhkan dapat melibatkan pihak ketiga untuk perantara
6) Arah pendekatan dapat bersifat satu arah. Pihak yang melobi harus
aktif mendekati pihak yang dilobi. Pelobi diharapkan tidak bersikap
pasif atau menunggu pihak lain sehingga terkesan kurang perhatian.

Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pengembangan teknik


lobi, yaitu:

1) Sistem Politik.
Kondisi sistem politik akan berpengaruh pada cara- cara lobi
yang yang dilakukan. Pada sistem politis yang demokratis dimana
pendelegasian wewenang dan keterbukaan menjadi salah satu
cirinya maka lobi mudah dilakukan karena sasaran lobi lebih jelas,
dalam arti pejabat atau stakeholder sebagi obyek lobi berada pada
posisi yang telah diketahui kewenangannya. Berbeda dengan
sistem politik yang otoriter melakukan lobi merupakan hal yang
sulit diperkirakan, kadang pada moment yang tepat lobi dapat
mudah dilakukan, namun bisa menjadi hal yang sulit. Dapat terjadi
lobbying pada suatu pihak atau seorang tokoh telah dihasilkan
dukungan tertentu, tetapi kemudian hal itu dianulir (dibatalkan atau
dimentahkan oleh pihak lain yang lebih berkuasa tanpa alasan yang
jelas) sehingga lobi yang dilakukan menjadi sia-sia. Dalam sistim
seperti ini maka berbagai peraturan dan perhitungan-perhitungan
rasional menjadi sulit dijadikan pegangan, karena hukum dan
peraturan ditangan pemegang kekuasaan yang bisa berubah setiap
saat sesuai kehendaknya sendiri.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
151
PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

2) Norma dan Etika.


Lobi pada intinya adalah suatu upaya untuk memaksimalkan
penggunaan tehnik komunikasi untuk mempengaruhi pihak lain
yang semula cenderung menolak, agar menjadi setuju atau untuk
memberikan dukungan. Namun tidak berarti harus menghalalkan
semua cara, norma dan etika harus tetap dihormati dan menjadi
pegangan, karena jangan sampai terjebak dalam situasi korupsi dan
kolusi.

Bagi orang yang menjujung tinggi norma dan etika, lobi tidak
perlu disertai janji-janji yang seharusnya tidak boleh diberikan
ataupun dengan mendiskreditkan pihak lain agar memperoleh
simpati dan dukungan dari pihak yang dilobi. Sehubungan dengan
itu, dalam melakukan lobi jangan sampai menjual janji-janji yang
hanya menguntungkan kepentingan pribadi, tetapi juga harus
mengutamakan kepentingan masyarakat luas

3) Norma hukum dan peraturan


Hukum yang dibuat untuk mengatur masyarakat agar diperoleh
ketertiban dalam kehidupan bersama harus dihormati dan dipatuhi
oleh semua masyarakat. Dalam melakukan lobi batas batas hukum
juga harur tetap dihormati dan ditaati. Lobi tidak boleh dilakukan
dengan mengabaikan batas batas hukum, misalnya dengan
melakukan atau memanipulasikan data dan informasi sedemikian
rupa agar yang dilobi menjadi percaya dan kemudian mendukungnya,
atau melakukan cara cara lain yang menipu atau menyesatkan pihak
yang dilobi sehingga memperoleh kesan atau kesimpulan yang salah/
keliru yang tentunya dilarang oleh hukum/tidak boleh dilakukan.

Dengan demikian maka kejelasan batas batas hukum dan juga


tegaknya hukum itu sendiri ikut mempengaruhi praktek lobi.
Sama halnya dengan norma dan etika pelanggaran dan atau
penyimpangan terhadap hukum yang dilakukan dalam lobi mungkin
saja malah melancarkan pendekatan yang dilakukan namun harus
tetap diwaspadai agar lobi dapat menguntungkan masyarakat luas,
dan tidak hanya pihak pihak tertentu saja.

4) Memperhatikan adat istiadat


Adat dan istiadat yang berkembang dalam masyarakat perlu
juga diperhatikan, terlebih bagi pihak yang melakukan lobi harus
memperhatikan agar tidak melakukan tindakan yang bertentangan

152 KEMENTERIAN KESEHATAN RI


PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

dengan adat istiadat yang dihormati oleh sasaran lobi. Hal ini dapat
menimbulkan antipati atau perasaan kurang simpati misalnya lobi
dilakukan pada orang yang sedang berduka cita atau sedang
terkena musibah

5) Mengetahui siapa yang akan dilobi


Keberhasilan lobi juga dipengaruhi oleh siapa yang akan dilobi,
karena sifat dan perilaku orang bermacam-macam. Ada orang yang
kompromi, namun ada pula yang kaku, ada yang suka bercanda
dan terbuka sementara juga ada yang mudah tersinggung.

Latar belakang pendidikan sosial dan ekonomi juga beragam


demikian pula pandangan dan visinya terhadap suatu hal sehingga
sikapnya terhadap lobi juga bisa berbeda beda

Bagi pihak yang melakukan lobi, harus dapat memahami siapa


yang akan dilobi, sehingga bsa mengatur dan merancang teknik
komunikasi yang sebaik baiknya sesuai dengan sifat, pandangan,
kegemaran, dan lainnya dari pihak yang dilobi. Dengan demikian, bisa
diharapkan terbangun rasa simpati dan dukungan yang diharapkan
dapat diperoleh.

6) Siapa yang melobi


Pelaku Lobi adalah mereka yang berada pada pihak yang paling
memerlukan sehingga harus aktif, melakukan pendekatan tidak
sekedar menunggu. Dengan demikian maka peranan atau pihak
yang melobi sangat penting. Sedemikian pentingnya sehingga orang
yang melakukan lobi haruslah orang yang mempunyai kemampuan
tertentu. Kemampuan tersebut bukan saja bersifat intelegensia
berupa kecerdasan, penguasaan terhadap masalah yang dihadapi,
keleluasaan pengetahuan dan wawasan, mempunyai sikap yang
baik dan penampilan yang menarik dalam arti menyenangkan, serta
mempunyai kredibilitas. Orang yang integritasnya diragukan atau
kurang dipercaya, akan mengalami kesulitan apabila melakukan
lobi.

Disamping itu sesuai dengan esensi lobi itu sendiri maka pelaku lobi
harus mempunyai kemampuan berkomunikasi yang baik , sabar,
dan telaten ( tidak mudah tersinggung dan marah)

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
153
PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

Cara Melobi
Ada 4 (empat) macam cara melobi :
1) Tidak langsung
Lobi bisa dilakukan dengan cara tidak langsung. Hal ini
mengandung pengertian tidak harus satu pihak atau satu orang
yang berkepentingan menghubungi mendekati sendiri pihak lain
yang mau dilobi.

Pendekatan itu bisa dilakukan dengan perantaraan pihak


lain (terutama yang dianggap punya akses atau mempunyai
hubungan yang dekat dan terkuat dengan pihak yang dilobi).

Kendala lain jangan sampai kegiatan lobi dilakukan dengan


menggunakan jasa pihak lain (pihak ketiga), yang justru dapat
merusak hubungan yang sudah ada, karena kesalahan atau ulah
pihak ketiga tersebut

Kendala lain dalam menggunakan cara tidak langsung adalah


pihak ketiga atau perantara tersebut tidak selalu menguasai atau
mengerti permasalahan atau obyek yang jadi sasaran. Disamping
itu apabila obyek yang jadi sasaran bersifat rahasia maka akan
membuka kemungkinan bagi kebocoran rahasia tersebut.

2) Langsung
Berbeda dengan cara tidak langsung maka disini pihak yang
berkepentingan (berusaha), bisa bertemu atau berkomunikasi
secara langsung dengan pihak yang dilobi dengan kata lain tidak
menggunakan perantara atau pihak ketiga. Cara langsung ini
jelas lebih baik dari pada cara tidak langsung tetapi ada pula
kendalanya yaitu:
a) Pihak pihak yang terlibat tidak selalu saling mengenal
b) Tidak semua orang mempunyai kemampuan berkomunikasi
dengan baik
c) Kesan terhadap pribadi tidak selalu sama dengan dengan
kesan terhadap lembaga. Jelasnya seseorang mungkin
saja kurang suka atau kurang menghormati orang tertentu
tetapi terhadap lembaga yang dipimpinnya dia tidak ada
masalah. Dalam kondisi seperti ini akan lebih baik apabila
yang melakukan lobi adalah orang lain yang ada di lembaga
tersebut

154 KEMENTERIAN KESEHATAN RI


PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

3) Terbuka
Yang dimaksud dengan cara terbuka adalah lobi yang dilakukan
tanpa ketakutan untuk diketahui orang lain. Lobi yang dilakukan
secara terbuka memang tidak harus berarti dengan sengaja
diekspose atau diberitahukan kepada khalayak, tetapi kalaupun
diketahui masyarakat bukan merupakan masalah.

4) Tertutup
Yang dimaksud lobi dengan cara tertutup adalah apabila lobi
dilakukan secara diam diam agar tidak diketahui oleh pihak
lain apalagi masyarakat. Lobi dengan cara ini biasanya bersifat
perorangan yaitu yang dilakukan secara pribadi atau oleh
seseorang pada orang tertentu Lobi cara ini dilakukan karena
apabila sampai diketahui oleh pihak lain maka bisa berakibat
negatif atau merugikan pihak yang melakukan lobi tersebut
maupun pihak yang dilobi

Langkah-langkah pengembangan teknik lobi, yaitu:


1) Tahap persiapan
a) Tentukan siapa yang akan dilobi ?
• Politisi lokal atau kawakan
• Bidang atau lembaga pemerintah
• DPRD

b) Bagaimana melobi ?
Tahapan melobi
• Melakukan pertemuan pribadi
• Melakukan pendekatan melalui percakapan/pembicaraan
telepon
• Melakukan surat tertulis pribadi kepada sasaran advokasi
• Surat pribadi kepada beberapa orang secara terpisah
• Surat terbuka/massal
• Banjir pesan elektronis atau serbuan elektronis
• Pernyataan

c) Kapan Melobi ?
• Sebelum pemilihan umum/lokal
• Sebelum isu dimasyarakatkan
• Pada puncak publisitas
• Sebelum isu masuk dan selama pembahasan parlemen
• Dalam situasi sehari-hari

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
155
PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

2) Tahap pelaksanaan
a) Kuasai masalah yang dibicarakan. Rumuskan apa yg ingin
disampaikan dg singkat, jelas, padat, dan runtut
b) Persiapkan baik-baik pertemuan
c) Jangan terlambat
d) Segera perkenalkan diri begitu komunikasi dimulai
e) Berkonsentrasi dan fokus pada tujuan
f) Gunakan cara-cara yg persuasif
g) Mulai berbicara bila situasi telah memungkinkan
h) Mengarahkan dengan tepat agar dapat memancing perhatian
i) Cara berbicara harus jelas dan jangan terlalu cepat, mengatur
volume suara, dan mempersiapkan kata –kata dengan baik.
j) Memperhatikan sikap, pandangan mata, gerak gerik yang
membantu
k) Sopan, saling menghormati, dan menyiratkan rasa
persaudaraan .
l) Jangan sok tahu
m) Utarakan segala sesuatunya secara singkat, jelas, padat,
dan runtut
n) Fokuskan isu/ pesan advokasi
o) Bila mulai menyimpang, kembalikan ke pokok pembicaraan
p) Berikan lembar fakta yg berisi rangkuman permasalahan
q) Utarakan kapan ingin bertemu kembali
r) Tawarkan bantuan
s) Mintalah nama dan alamat
t) Ucapkan terimakasih, uraikan secara rinci untuk isu supaya
yg bersangkutan tidak lupa

Lima prinsip dasar dalam melobi


1) Berikan informasi yang benar dan akurat
2) Jangan berikan janji-janji surga
3) Simak baik-baik apa yg diutarakan
4) Bina hubungan dengan sekretaris, staf/anak buah langsungnya
5) Sampaikan hal-hal yg penting

Tips dalam melobi


Agar lobi yang dilakukan berhasil dengan baik atau sekurang
kurangnya tidak menimbulkan penolakan yang mungkin keras atau
sikap antipati maka perlu kiranya diperhatikan beberapa petunjuk
teknis sebagai berikut:

156 KEMENTERIAN KESEHATAN RI


PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

1) Perlu mengenal/mengindentifikasi target lobi dengan baik.


Hal ini sangat perlu karena teknik yang akan dipergunakan
tergantung dari siapa yang akan dilobi. Untuk mencapai
keberhasilan yang optimal, maka pelobi harus memahami atau
mengenal dengan baik sifat, sikap dan pandangan bahkan
mungkin perilaku orang (orang-orang) yang akan dilobi.

Pengenalan ini diperlukan agar bisa ditentukan cara pendekatan
yang akan dilakukan, atau pemilihan teknik komunikasi yang
akan dipergunakan. Mendekati orang yang mudah tersinggung
dan selalu serius dengan mendekati orang yang penyabar dan
suka bercanda, tentu sangat berbeda.Kekeliruan atas hal ini
akan berakibat fatal.

2) Perfomance /penampilan diri yang baik.


Seorang pelobi harus mampu menampilkan diri dengan baik,
sehingga menimbulkan kesan yang positif bagi pihak yang dilobi.
Penampilan diri ini tidak berarti semata-mata hannya bersifat fisik
(lahiriah) seperti pakaian dan sebagainya, tetapi juga kepribadian
dan intelektualita.

3) Memperhatikan situasi dan kondisi.


Situasi dan kondisi yang ada atau melingkupi suasana lobi harus
diperhatikan oleh pelobi, demikian pula perubahan-perubahan
yang terjadi. Hal ini terutama sangat penting dalam penggunaan
cara menyampaikan pesan.

Di tempat umum misal di restoran, atau ditempat terbuka misal


dalam olahraga cara berbicara yang dipakai tentu berbeda
dengan apabila dirumah atau dikantor. Tentu tidak tepat
berbicara keras-keras diantara banyak orang lain, sementara
dengan berbisik-bisik di dalam rumah justru akan menimbulkan
kesan yang negatif bagi tuan rumah.

Pada saat pembicaraan tengah berlangsung dan dianggap


lancarpun, pelobi harus tetap memperhatikan situasi dan kondisi
yang sewaktu-waktu bisa berubah. Jangan meneruskan ketika
ada orang lain datang atau alihkan pada topik lain dengan cara
yang wajar, karena meskipun mungkin pelobi tidak berkeberatan,
tetapi mungkin yang dilobi yang tidak berkenan.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
157
PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

Hal lain yang perlu diperhatikan mengenai cara menyampaikan


pesan adalah berkaitan dengan pihak yang dilobi. Apabila pihak
yang didekati adalah pribadi atau orang-orang tertentu maka cara
yang dilakukan bersifat persuasif. Usahakan untuk mengundang
simpati dan dukungan yang bersangkutan. Tetapi apabila yang
didekati adalah kelompok maka pesan yang disampaikan harus
mengandung argumentatif.

Pelobi harus menyampaikan alasan-alasan dan pertimbangan-


pertimbangan yang logis dan rasional yang bisa membuat pihak
yang dilobi menjadi lebih jelas, lebih mengerti dan memahami
obyek sasaran sehingga pada gilirannya mereka bisa menerima
dan mendukung.

4) Mengemas pesan.
Seeorang akan mudah tertarik bila menyaksikan sesuatu dikemas
atau diatur dengan rapi, misalnya makanan yang disajikan dimeja
makan yang ditata rapi dan indah tentu akan menimbulkan selera
yang berbeda apabila hanya disajikan dalam bungkusan atau
kotak.

Sama halnya dalam masyarakat kita memberikan sesuatu dengan


tangan kanan dengan tangan kiri pasti akan menimbulkan kesan
yang berbeda.

Dalam melakukan lobi seorang pelobi harus bisa menyampaikan


atau menyajikan pesan yang dibawanya kepada pihak yang
dilobi agar tertarik dan kemudian memperhatikan , sehingga
bisa mengerti dan memahami apa yang diinginkan dan pada
gilirannya dapat menerima dan ahirnya mendukung.

5) Jangan takut gagal


Pepatah mengatakan kegagalan adalah keberhasilan yang
tertunda. Adalah hal yang biasa bahwa tidak semua usaha pasti
berhasil apalagi dalam waktu cepat dan singkat, lebih-lebih
dalam lobi. Lobi dilakukan untuk membuat atau mengubah pihak
atau orang yang semula tidak suka menjadi suka, yang semula
menolak menjadi menerima dan dan yang menentang menjadi
mendukung.

158 KEMENTERIAN KESEHATAN RI


PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

Dengan demikian maka ada kalanya memang sulit merubah


sikap tersebut, apalagi kalau sikap semula yang ditunjukan
keras. Dalam keadaan tetentu merupakan hal yang biasa apabila
orang cenderung menjaga gengsi, sehingga tidak perlu mudah
mengalah kmeskipun dalam akal dan hatinya mengakuinya.

Oleh karena itu maka dukungan yang diharapkan tidak selalu


bisa diperoleh berulangkali. Dengan demikian maka pelobi tidak
boleh takut gagal, dia harus memiliki optimisme, telaten, sabar,
gigih dan fleksibel.

Ketakutan akan gagal, membuat orang menjadi mudah cemas,


kurang percaya diri dan kemudian mudah gugup sehingga
sangat mengganggu penampilannya. Kalau sudah demikian
maka justru akan merusak lobi yang dibangunnya, sehingga
akan menggagalkan lobi yang dilakukan. Kalaupun pada
akhirnya ternyata gagal, tidak boleh membuat pelobi frustasi.
Karena kegiatan lain atau masalah lain akan selalu muncul dan
lobi kembali akan harus dilakukannya.

e. Negosiasi

Kondisi yang memerlukan negosiasi
Untuk menentukan apakah perlu atau tidak melakukan negosiasi, maka untuk
negosiasi terdapat beberapa kondisi yang harus ada. Dalam arti apabila kondisi
tersebut tidak ada maka tidak banyak gunanya untuk melakukan negosiasi

Negosiasi menolong untuk meciptakan situasi yg saling menguntungkan dalam


situasi konflik, melalui kompetisi, kolaborasi, kompromi, akomodasi, menghindar

Busyairi (1997) mengemukakan bahwa menurut Schoonmaker ada tiga kondisi


yang memerlukan adanya negosiasi yaitu :

1) Adanya pertentangan pendapat atau kepentingan


2) Ada beberapa pilihan kemungkinan untuk pemecahan masalah , apabila
hanya ada satu saja kemungkinan maka tidak perlu dilakukan negosiasi
3) Ada kemungkinan untuk saling kompromi: Kondisi ini akan memberi peluang
memuaskan semua pihak dengan pengertian tidak semua keinginan akan
dapat diperoleh, sebagian hak akan dilepaskan agar dapat memperlancar
kegiatan kesepakatan

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
159
PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

Prinsip Negosiasi
Negosiasi atau perundingan bertujuan menghasilkan sesuatu yang memuaskan
pihak pihak yang berunding, biasanya disebut kesepakatan atau persetujuan.

Prinsip – Prinsip dalam negosiasi menurut Maschab (1997) adalah:


1) Bersifat formal
Negosiasi atau perundingan sifatnya formal, ditandai dengan terjadinya suatu
proses tawar menawar dari berbagai kepentingan yang berbeda yang diupayakan
untuk diurai dan dimusyawarahkan agar memperoleh kesepakatan dan diterima
oleh semua pihak yang bersangkutan. Oleh karena itu maka negosiasi selalu
dilakukan dengan cara yang teratur, dengan jadwal tertentu, dengan proses dan
teknik tertentu, termasuk acara-acara yang bersifat seromonial didahului dengan
pidato pengantar, dilanjutkan dengan penanda tanganan naskah persetujuan dll.

2) Bentuknya baku.
Negosiasi biasanya dilakukan oleh pihak-pihak yang mempunyai kepentingan
yang berbeda atas obyek atau sasaran yang sama. Disamping itu pihak-pihak itu
juga merasa mempunyai hak dan kedudukan yang sama, oleh karena itu maka
negosiasi atau perundingan mempunyai bentuk yang baku yaitu pihak-pihak
yang berunding biasanya duduk berhadap-hadapan, dan melakukan komunikasi
langsung atau tatap muka.

3) Pelakunya telah ditentukan.


Aktor atau pelaku dalam negosiasi telah ditentukan atau dipilih sehingga tidak
semua orang boleh ikut dalam suatu perundingan. Yang ikut terlibat dalam
perundingan adalah orang-orang yang telah dipilih dan diberi mandat atau
wewenang unuk itu. Para peserta perundingan tersebut biasanya disebut dengan
utusan, wakil, atau delegasi

Apabila karena sesuatu hal ada peserta/pelaku yang harus diganti maka
perubahan atau pergantian tersebut harus diberitahukan kepada pihak yang lain
atau lawan rundingnya. Adakalanya pergantian harus dengan persetujuan pihak
lain/lawan runding.

4) Tempat dan Waktu ditentukan berdasar kesepakatan


Tempat dan waktu perundingan ditentukan dengan pasti dan disepakati oleh
pihak-pihak yang berunding. Dalam kasus-kasus yang pelik, soal tempat dan
waktu ini adakalanya membutuhkan perundingan tersendiri.

160 KEMENTERIAN KESEHATAN RI


PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

5) Pendekatan dua arah,masing-masing pihak berusaha mempengaruhi


Negosiasi dilakukan oleh dua pihak atau lebih yang saling membutuhkan sehingga
semua pihak ingin mempengaruhi pihak lain sebagai lawan rundingnya. Masing-
masing berusaha agar keinginannya itu diterima atau disetujui pihak yang lain.
Keengganan atau sikap kurang sungguh-sungguh dari salah satu pihak bisa
sangat mempengaruhi sikap pihak yang lain, sehingga pihak tersebut tidak mau
melanjutkan negosiasi atau perundingan atau menjadi gagal.

6) Target
Sasaran yang ingin dicapai oleh suatu negosiasi adalah diperolehnya suatu
kesepakatan atau adalah kesepakatan atau persetujuan yang bisa diterima oleh
pihak-pihak yang berunding.

7) Kemampuan Negosiasi
Tiga elemen kunci: mendengarkan, mengamati, menyampaikan
SHAPE : sincere, sensitive (tulus, peka); honest, humorous (perhatian, humoris);
attentive, articulate (perhatian, pandai bicara); proficient (pandai, cakap);
enthustiastic, emphatic (antusias, bisa merakan perasaan orang lain).

Teknik melakukan negosiasi


Dalam uraian tahapan negosiasi diatas telah disebutkan, apabila tahap awal telah
dilalui maka tahap selanjutnya adalah tahap dimana negosiasi memang diperlukan
memasuki tahap berlangsungnya negosiasi. maka ketrampilan dan strategi
dibutuhkan pada tahapan ini,

Untuk melakukan negosiasi selain ketrampilan individu ada beberapa hal yang harus
diketahui atau disiapkan sebagai strategi oleh pelaku atau negosiator sebagaimana
yang dikemukan oleh Maschab (1997) , yaitu;

1) Pelaku/Negosiator harus tahu persis target yang ingin dicapai.


Seorang negosiator tidak selalu merupakan orang pertama atau pimpinan, atau
pengambil keputusan di lingkungannya, oleh karena itu dia harus mengetahui
dengan tepat apa yang diinginkan oleh pimpinannya atau lembaga yang
diwakilinya.

Adalah hal yang sangat mengganggu atau tidak baik apabila dalam suatu
negosiasi ada peserta atau utusan/wakil pihak yang berundingharus sering
meninggalkan tempat atau bolak-balik harus berkonsultasi kepada pimpinannya
atau lembaga yang diwakilinya karena ketidaktahuannya mengenai apa yang
diinginkan pimpinan atau lembaga tersebut.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
161
PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

2) Pelaku/ harus memiliki wewenang untuk melakukan negosiasi.


Seseorang negosiator harus mempunyai wewenang untuk menerima atau
menolak keinginan lawan rundingnya dan membuat kesepakatan dalam
perundingan tersebut.Tidak boleh terjadi suatu pandangan atau keinginan serta
kesepakatan yang telah diterima oleh para perunding kemudian dimentahkan
kembali atau ditolak oleh pimpinan dari lembaga yang diwakilinya.Apabila terjadi
hal begitu maka bukan saja akan merusak kredibilitas para wakil atau perunding
itu sendiri/tetapi juga nama baik lembaga yang bersangkutan.

3) Perlu mendalami masyalah yang dirundingkan secara baik.


Setiap perunding harus menguasai atau memahami dengan baik permasyalahan
yang dirundingkan.Pemahaman atas semua aspek dari obyek perundingan akan
sangat membantu menumbuhkan pengertian ataukesediaan tawar-menawar
dengan pihak lain;karena dalam perundingan tidak ada pihak yang mau menang
sendiri.

4) Perlu mengenali lawan rundingnya dengan baik.


Seorang perunding juga perlu mengenali lawan rundingnya dengan baik agar
dia bisa menemukan cara untuk menarik perhatian, memahami argumentasi
yang diajukan dan kemudian menyetujuinya.Pengenalan lawan runding tersebut
tidak hanya mengenai kepribadiannya tetapi juga mengenai pengetahuan dan
pandangannya terhadap masalah yang sedang dirundingkan baik mengenai
kekuatan maupu kelemahannya.

Meskipun suatu perundingan tidak sama dengan peperangan, tetapi mungkin


bisa dinalogkan dengan semacam axioma yang menyatakan bahwa ‘mengetahui
kekuatan dan kelemahan lawan adalah separoh kemenangan.

Hal ini terasa sekali manfaatnya apabila perundingan yang dilakukan melibatkan
lebih dari 2 pihak, karena penguasaan atas masalah dan pemahaman atas
kekuatan dan kelemahan lawan bisa dipergunakan untuk memperoleh dukungan
dari pihak ketiga atau yang lain sehingga secara bersama-sama kemudian
mendorong atau menekan lawan runding untuk menerima keinginannya

5) Perlu memahami mana hal-hal yang prinsip atau bukan prinsip.


Seorang perunding diberi wewenang untuk menerima atau memberikan
persetujuan usulan atau keinginan lawan runding. Agar apa yang dilakukan tidak
bertentangan atau menyimpang dari kemauan pimpinannya atau lembaga yang
diwakilinya, maka perunding harus mengetahui hal-hal yang prinsip bagi pihaknya
dan hal-hal mana yang bukanprinsip .Hal-hal yang prinsip tentu saja tidak boleh
diabaikan apalagi dikorbankan dalam perundingan.

162 KEMENTERIAN KESEHATAN RI


PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

Dalam perundingan yang biasanya juga dilakukan tawar-menawar untuk


memberi dan menerima, maka yang boleh dipertaruhkan adalah hal-hal yang
tidak prinsip.Pelanggaran atas hal-hal yang prinsip bisa mengakibatkan
dibatalkannya kesepakatan yang telah dicapai atau kalau dalam perjanjian-
perjanjian internasional maka ratifikasi atas hasil persetujuan tersebut tidak dapat
diberikan sehingga perlu ditinjau kembali.

6) Tujuh Elemen Ukuran Keberhasilan Negosiasi


i. Alternatif
Alternatif adalah kemungkinan jalan keluar yang dipunyai pihak-pihak yang
bernegosiasi apabila tidak diperoleh kesepakatan, yaitu tindakan yang
dilakukan untuk memenuhi kebutuhan sendiri tanpa persetujuan pihak lain
Akan tetapi sedapat mungkin sebuah kegiatan negosiasi dapat menghasilkan
kesepakatan yang terbaik buat semua pihak (win win solution) atau apabila
terpaksa elakukan tindakan tanpa persetujuan pihak lain setidak-tidaknya
tidak merugikan pihak lain

ii. Kepentingan (harapan, keinginan dan kebutuhan)


Kedua belah pihak memiliki kepentingan masing-masing yang menjadi
dasar ketika melakukan negosiasi. Kepentingan yang menyangkut orang
banyak hendaknya jangan dikirbankan ketika melakukan negosiasi, akan
tetapi kepentingan yang bersifat individu atau kelompok sebaiknya tidak
mengorbankan kepentingan bersama (yang bermanfaat bagi orang banyak.

iii. Opsi
Didalam proses negosiasi sering kali menghasilkan tidak hanya satu pilihan,
namun beberapa pilihan inilah yang disebut opsi. Negosiasi yang baik
akan menghasilkan kesepakatan yang berupa pemilihan opsi yang terbaik
diantara yang beberapa opsi yang ada.

iv. Legitimasi
Negosiasi dapat dikatakan berlangsung dengan baik apabila yang
dihasilkannya mendapat legitimasi/ pengakuan baik dari pihak internal
(kedua belah pihak yang sedang bernegosiasi) maupun eksternal (pihak
lainnya)

v. Komunikasi
Yang dimaksud komunikasi dalam negosiasi adalah kegiatan pertukaran
ide-ide, pesan-pesan atau informasi yang terjadi selama proses negiosiasi.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
163
PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

vi. Hubungan
Hubungan kerja dalam negosiasi adalah hubungan antara pihak-pihak yang
terlibat dalam proses negosiasi. Hubungan kerja ini sebaiknya dilandasi saling
percaya, saling menghargai dan tidak ada pihak yang merasa lebih tinggi
atau lebih rendah kedudukkannya selama proses negosiasi. Hubungan kerja
yang baik ini hendaknya tetap dijaga walaupun tidak tercapai kesepakatan
dalam bernegosiasi

vii. Komitmen
Komitmen adalah pernyataan lisa atau tertulis mengenai hal yang diinginkan
atau tidak diinginkan oleh pihak-pihak yang melakukan negosiasi. Komitmen
dapat berkembang selama proses negosiasi dan dapat dicantumkan
sebagai bagian yang tidak terpisahkan dalam perjanjian/ksepakatan yang
dihasilkan. Komitmen hendaknya dirancang yang praktis, tahan lama,
mudah dipahami bersama dan dapat diverifikasi dengan mudah apabila
diperlukan.

7) Menghadapi Perilaku yang Sulit


a) Jangan bereaksi
b) Dengarkan dan nyatakan
c) Rekam dan susun apa yang mereka katakan dalam alur pikir kearah
pemecahan masalah

8) Langkah-langkah negosiasi
Negosiasi merupakan suatu proses yang memiliki tahapan atau langkah
sebagaimana proses kegiatan lainnya yaitu persiapan, pelaksanaan dan tahap
akhir negosiasi.
a) Persiapan
i) Persamaan persepsi/pemahaman
Sebelum pelaksanaan negosiasi, masing-masing pihak hendaknya
melakukan kegiatan persiapan intern, kegiatan persiapan tersebut
pada hakekatnya berupa penyamaan pemahaman/persepsi antara
anggotanya yang akan terlibat dalam kegiatan negosiasi dengan pihak
lain. Hal-hal yang perlu disamakan pemahamannya adalah tujuan
negosiasi, isu yang perlu dibahas, kepentingan, apa saja alternatifnya.
Opsi keputusan terbaik kriteria keberhasilannya, posisi yang akan
diajukan dll

ii) Mencari tahu keadaan pihak lain


Hal-hal yang perlu diketahui dari pihak lain adalah tujuan, kepentingan,
opsi, keputusan terbaik, posisi yang akan diajukan, dll untuk
memperlancar jalannya negosiasi.

164 KEMENTERIAN KESEHATAN RI


PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

iii) Persiapan fisik


meliputi persiapan ruangan pertemuan, akomodasi, transportasi, dan
kegiatan penunjang lainnya (media)

b) Pelaksanaan negosiasi
i) menyepakati agenda negosiasi termasuk apa yang akan dibicarakan
ii) Masing-masing mempresentasikan tujuan, isu, ungkapan, posisi
iii) Memberikan kesempatan pihak lain meminta klarifikasi atau penjelasan
tentang apa yang dikemukakan.
iv) Mencermati kepentingan masing-maing untuk dipertemuakan dengan
kepentingan pihak lain.
v) pertemuan hendaknya didasari saling mempercayai dan saling
menghargai
vi) masing-masing pihak hendaknya bersedia menggeser posisinya agar
dicapai kesepakatan.

c) Tahap akhir negosiasi


i) Jangan berlarut-larut
ii) Buatlah catatan tertulis selengkap mungkin.
iii) Identifikasi kebutuhan akan tindakan dan tanggung jawab dari masing-
masing pihak yang berbegosiasi
iv) Buatlah komitmen yang praktis, mudah dipahami dan dapat dibverifikasi
dengan mudah
v) Apabila negosiasi gagal, hendaknya tetap dijaga hubungan baik diantra
pihak-pihak yang bernegosiasi.

f. Presentasi interaktif
Presentasi interaktif adalah metode dan teknik advokasi yang cukup efektif untuk
melaksanakan proses alih pengetahuan dan meningkatkan pemahaman pada
sasaran advokasi. Dalam presentasi seorang advokator akan menyampaikan
materi disertai teknik presentasi, bertanya dan menjawab yang efektif, baik secara
verbal, non verbal bahkan terkadang disertai emosional dengan menggunakan
berbagai perangkat audiovisual yang dipersiapkan dengan baik, merupakan
presentasi yang interaktif dalam melakukan advokasi.

1) Kelebihan/ keuntungan presentasi interaktif


a) Jika dirancang dengan baik, presentasi interaktif akan dapat segera
memperlihatkan hasil yang efektif serta dapat diterapkan pada
gabungan peserta yang heterogen.
b) Presentasi Interaktif dapat digunakan untuk menyampaikan sejumlah
besar informasi dalam waktu yang relatif singkat.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
165
PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

c) Presentasi Interaktif dapat digunakan untuk peserta yang relatif


besar jumlahnya.

2) Keterbatasan presentasi interaktif antara lain :


a) Metode ini kurang berhasil apabila penyaji dan peserta tidak mampu
menjaga konsentrasi dalam waktu yang cukup lama.
b) Kontribusi dan keterlibatan peserta akan minimal jika penyaji tidak
mampu untuk menciptakan interaksi peserta.
c) Kecepatan penyampaian materi dikendalikan oleh penyaji.
Pemahaman peserta terhadap informasi harus dipantau melalui
pertanyaan dan umpan balik.
d) Informasi dijejalkan secara berlebihan sehingga melampaui kapasitas
memori peserta.

3) Langkah-langkah presentasi interaktif

Langkah 1 : tentukan tujuan presentasi

Untuk melakukan hal ini, kita harus menjawab pertanyaan pendengar


berikut :
• Mengapa kami disini ?
• Mengapa hal ini penting bagi saya ?
• Apa manfaatnya untuk saya ?

Pertanyaan berikut adalah untuk pembicara :


• Bila presentasi ini selesai apa yang kita ingin pendengar lakukan?
• Bila presentasi ini selesai apa yang kita ingin pendengar katakan ?
• Bila presentasi ini selesai apa yang kita ingin pendengar yakini?

Apakah presentasi kita dimaksudkan untuk :


• Membujuk ?
• Mengilhami ?
• Menginformasikan ?
• Meyakinkan ?
• Memberi instruksi ?
• Menghibur ?
Tuliskan tujuan presentasi dalam bentuk pernyataan, karena ini akan
melandasi: isi presentasi, tingkat detail presentasi serta waktu/lamanya
presentasi

166 KEMENTERIAN KESEHATAN RI


PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

Langkah 2 : Cek kembali tujuan presentasi dan revisi apabila perlu.



Langkah kedua dalam persiapan presentasi adalah mengecek dan
memeriksa apakah tujuan presentasi yang telah ditentukan dilangkah
pertama memang dapat dicapai. Pada saat kita menentukan tujuan
presentasi, kita tidak hanya menentukan apa yang ingin dilakukan
oleh pendengar, ternyata kita juga telah mengasumsikan bagaimana
pengetahuan pendengar tentang subjek yang kita presentasikan, sikap dan
opini mereka tentang apa yang kita presentasikan. Semakin akurat atau
mendekati kenyataan asumsi kita atas hal-hal tersebut, semakin visible
tujuan kita tercapai. Agar dapat membuat asumsi yang baik, kita harus
berusaha mendapatkan informasi tentang apa dan atau siapa pendengar/
sasaran kita.

Langkah 3 : rancang penutup presentasi



Memang terdengar aneh untuk merancang penutup atau kesimpulan
presentasi terlebih dahulu sebelum yang lainnya. Namun penutup atau
kesimpulan adalah bagian terpenting dari presentasi. Mengapa? Penutup
adalah kesempatan terahir pembicara untuk menyenangkan sekaligus
memenangkan pikiran serta hati pendengar anda. Jadi jika kita fokus pada
momen paling penting ini, kemudian kembali ke pembukaan dan isi (body),
maka apapun yang kita katakan atau lakukan seluruhnya akan mendukung
dan memperkuat penutup kita. Dengan demikian maka presentasi kita
akan terstruktur dengan baik serta memiliki sasaran dari tujuan yang fokus
dan jelas.

Langkah 4: ciptakan pembuka presentasi yang menarik.

Pembuka presentasi adalah bagian terpenting nomor dua setelah penutup.


Kata-kata yang paling didengar oleh audience adalah kalimat pertama
kita, yang paling panjang 2 menit, pada saat membuka presentasi. Kabar
baiknya adalah kita sudah merancang penutup, jadi pembukaan dapat
di konstruksikan, sebagai “persiapan” bagi penutup yang disampaikan
dengan memikat.

Langkah 5: siapkan isi presentasi

Isi presentasi tubuh atau body dari presentasi disarankan agar dibuat atau
disusun dalam bentuk poin dan aturlah setiap poin secara berurutan dalam

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
167
PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

struktur yang efektif. Ide penulisan buat sesingkat mungkin, tetapi bagus
dan menarik.

Berikut beberapa pendekatan yang dapat digunakan untuk membangun isi
atau body dari presentasi anda :
• Kronologis
• Topikal
• Kategorial
• Masalah/pemecahannya
• Perbandingan/Kontras
• Ideal vs Kenyataan
• Bentuk vs manfaat
• Cara lama/ cara baru
• Keuntungan/kerugian
• Goal/jalan menuju sukses
• Tujuan/jawaban

Dengan catatan semuanya harus didukung oleh alasan/fakta/data atau


contoh yang mendukung tujuan presentasi.

Langkah 6: tambahkan “ bumbu”

Upaya untuk menambahkan bumbu setelah 6-8 menit berbicara. Tujuannya


adalah untuk dapat mempertahankan minat dan perhatian pendengar.
Tentu saja “bumbu penyedap” yang ditambahkan harus ada relevansinya
dengan materi.

Contoh “bumbu penyedap” :


• Visual Aids yang menarik
• Pengguna humor yang tepat
• Cerita-cerita yang sedang diminati
• Analogi
• Kisah atau cerita perang
• Demonstrasi
• Pernyataan-pernyataan tokoh/yang popular

“Bumbu” yang akan ditambahkan biasanya efektif jika dikaitkan dengan


salah satu dari berikut ini : sex, uang, popularitas, kesempatan, kesusahan,
kesehatan, keuntungan, cinta, ketakutan, kemenangan, dll

168 KEMENTERIAN KESEHATAN RI


PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

Langkah 7: siapkan visual aid

Mengapa menggunakan visual aid ?


• Orang 43% lebih mudah diyakinkan dibandingkan tidak memakai AV
• Orang bersedia membayar lebih 26% untuk produk/jasa yang sama
• Kita dapat menyampaikan cerita yang sama dengan waktu 25-40%
lebih sedikit

Berikut adalah aturan bagi visual aid, adalah


• Sederhana.
• Gunakan warna, tapi bukan pelangi
• Buat bagan atau blukona (bulatan, kotak dan panah)
• Minimalkan kata, jangan gunakan kalimat lengkap, menggunakan poin
• Gunakan gambar, bagan, symbol, kartun yang relevan dengan materi
• Hanya satu poin penting per visual
• Gambar terbaik adalah riil, kedua terbaik adalah gambar dari yang riil
• Pilih visual dan media yang merasa nyaman, dan yakin menggunakannya
• Biarkan lampu terang benderang, jangan dimatikan. Karena andalah
pesan yang akan disampaikan. Gambar dan visual Aid yang terbaik
adalah anda.

Langkah 8: Siapkan “contekan”

Kertas panduan atau “contekan” kita siapkan, untuk:


• Memastikan tidak ada materi / informasi yang terlupakan
• Mengingatkan, agar tidak harus menghafal seluruh bagian
• Mengoptimalkan penggunaan kata-kata kunci yang telah disiapkan

Kertas panduan atau “contekan” harus mudah dibaca, berarti :


• Lebih baik diketik daripada ditulis tangan, karena tidak selalu mudah
membaca tulisan tangan sendiri.
• Ukuran kertas sebaiknya A4 atau kuarto, karena lebih mudah terlihat,
dan terlihat wajar dan biasa-biasa saja. Di meja pembicara
• Terdiri atas 3-5 kata pertama dari tiap poin
• Sketsa grafik
• Kata-kata kunci
• Singkatnya, kertas “contekan” adalah “steno” dari materi presentasi.
Langkah 9: pastikan informasi atau materi presentasi memang
untuk “DIA”

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
169
PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

Cek kembali untuk memastikan bahwa seluruh materi telah sesuai


dengan audience, baik pembuka, isi, penutup dan telah diupayakan
sesuai dengan bahasa dan cara penyampaian serta bisa diterima oleh
audience, termasuk “bumbu”nya cerita ilustrasi, pengalaman, humor
dan sebagainya.

Langkah 10: Latihan presentasi

Kunci sukses untuk meraih keberhasilan melakukan presentasi interaktif


adalah “ latihan”

4) Tips menjadi pembicara dalam presentasi interaktif


Beberapa teknik umum yang sering digunakan adalah sebagai berikut :
a) Ikuti rencana presentasi dan siapkan catatan khusus/penting yang
meliputi pembuka, materi penyajian, penutup presentasi, peralatan
audiovisual, ringkasan presentasi.
b) Advokator/ penyaji hendaknya menggunakan kata-kata dan
pernyataan-pernyataan yang telah dikenal, menjelaskan istilah-
istilah yang baru dan membina komunikasi dengan audience selama
presentasi berlangsung.
c) Mempertahankan kontak mata dengan audience. Kontak mata
memungkinkan pembicara dapat menangkap respon audience
serta menilai tingkat pemahaman mereka, menunjukkan perhatian
dan menciptakan suasana positif.
d) Melantangkan suara sehingga suara pembicara dapat mencapai
seluruh isi ruangan. Atur volume, irama dan intonasi secara variatif
untuk mempertahankan perhatian audience. Hindarkan intonasi
monoton karena dapat membuat audience mengantuk atau jenuh.
e) Hindarkan pengulangan kebiasaan, kata-kata, ungkapan atau
isyarat yang dapat menggangu audience .
f) Upayakan agar audience tetap antusias selama presentasi. Antusias
dapat ditunjukkan dari sikap ceria, bersemangat, memperhatikan,
menanggapi dan berinteraksi, dll.
g) Gunakan alat bantu audiovisual yang tepat dan menarik selama
presentasi berlangsung.
h) Berikan umpan balik yang positif kepada audience selama penyajian.
Contoh : “Terima kasih untuk menceritakan pengalaman anda”
i) Gunakan humor secara positif
j) Melakukan perpindahan antara dua topik secara lembut.
k) Berlaku sebagai model ideal bagi suatu peran. Menjadi teladan
dalam berpakaian, antusiasme, datang tepat waktu dan selesai
tepat waktu.

170 KEMENTERIAN KESEHATAN RI


PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

MERANCANG TEKNIK ADVOKASI KESEHATAN.

Advokasi kesehatan merupakan suatu adalah usaha untuk mempengaruhi para


penentu kebijakan atau pengambil keputusan untuk membuat kebijakan publik
yang bermanfaat untuk peningkatan kesehatan masyarakat. Agar tujuan advokasi
kesehatan tersebut dapat tercapai, maka pihak pengelola/ tim advokasi kegiatan
advokasi harus mampu merancang teknik advokasi yang tepat.

Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam merancang teknik advokasi
kesehatan, yaitu:
1. Isu strategis atau pesan advokasi
2. Tujuan advokasi
3. Sasaran advokasi
4. Advokator
5. Metode advokasi
6. Teknik advokasi
7. Jenis media advokasi
8. Isi pesan setiap yang ada dalam setiap jenis media advokasi.
9. Waktu pelaksanaan advokasi

Dalam kegiatan advokasi kesehatan, metode dan teknik serta jenis media yang
dipergunakan tidak hanya satu jenis saja melainkan menggunakan beberapa jenis teknik
serta media advokasi secara terinegrasi dan saling memperkuat.

Misalnya: Isu strategis : 60% masyarakat Indonesia terpapar asap rokok setiap hari baik
sebagai perokok aktif maupun pasif.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
171
PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

Merancang Teknik Advokasi Kesehatan


Di Desa/Kel, Kec/Puskes, Kab/Kota: ...........................................
Sasaran Advokasi Teknik Advokasi Tujuan Media Isi Pesan
Advokasi Advokasi Advokasi
Mitra potensial/ jejaring 1. Seminar Mendukung 1.Media cetak 1. Indikator PHBS
(ormas, perguruan 2. Presentasi meningkatkan (leaflet, brosur, RT,
tinggi, lintas sector) 3. Lobi cakupan PHBS di factsheet, 2. Pengaruh
RT dalam rangka standing pemberian ASI
menurunkan banner/poster) Eksklusif
angka kejadian 2.Film dalam
penyakit ISPA 3.Slide presenta- pencegahan
pada Anak Balita si ISPA pada
4.Flipchart, dll bayi.
3. Asap rokok
penyebab
utama
tingginya
penderita ISPA
pada anak
balita
4. CTPS sebelum
memberi
makan pada
anak balita,
merupakan
upaya penting
untuk
mencegah
anak balita
terkena ISPA,
dll
Penentu kebijakan 1. Presentasi
2. Lobi
3. Negosiasi
4. Testimoni
Pengelola Media 1. pemberian
Massa informasi
2. Persentasi
3. Wisata pers, dll
Dunia usaha, dll 1. Presentasi
2. Lobi
3. Negosiasi
4. Testimoni

63   KEMENTERIAN  KESEHATAN  RI  –  PUSAT  PROMOSI  KESEHATAN  -­‐    


PUSDIKLAT  APARATUR  

172 KEMENTERIAN KESEHATAN RI


PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

MELAKUKAN TEKNIK ADVOKASI KESEHATAN

Melakukan teknik advokasi merupakan implementasi dari rancangan teknik advokasi


yang telah dibuat.

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan teknik advokasi yaitu:
1. Pastikan bahwa kegiatan siap dilakukan, artinya sumberdaya yang terkait dengan
pelaksanaan kegiatan advokasi sudah siap, baik petugas advokatornya, peluang
sasaran advokasi , teknik advokasi, ketersediaan media advokasi.
2. Lakukan pengorganisasian dengan jelas, terhadap peran, tugas dan tanggung jawab
berbagai pihak yang terlibat dalam kegiatan advokasi kesehatan
3. Buatlah jadwal yang rinci dan jelas, kegiatan advokasi serta dimana lokasi pelaksanaan
advokasi.
4. Pilih jenis media advokasi yang sesuai dengan karakteristik sasaran advokasi, apakah
beliau senang dengan presentasi jadi gunakanlah media slide atau film hasil liputan
atau beliau senang dengan kesenian, maka gunakanlah media tradisional, dll
5. Gunakan beberapa jenis media advokasi secara simultan dan terintergrasi (media
mix)
6. Petugas advokasi harus menguasai pesan advokasi yang ada dalam media
tersebut serta dapat memberikan argumen dengan baik, apabila sasaran advokasi
menyampaikan klarifikasi atau pertanyaan.

Pokok Bahasan 5.
PEMBUATAN LAPORAN HASIL PELAKSANAAN PENGGALANGAN DUKUNGAN
SOSIAL

A. Definisi Laporan
Berdasarkan KBBI, laporan adalah segala sesuatu yang dilaporkan atau diberitakan.
Dengan demikian laporan dapat diartikan suatu bentuk penyampaian berita,
keterangan, pemberitahuan ataupun pertanggung jawaban baik secara lisan maupun
secara tulisan dari bawahan kepada atasan sesuai dengan hubungan wewenang
dan tanggung jawab yang ada.

B. Jenis-Jenis
1. Berdasarkan Sarana Pengungkapan
a. Laporan Lisan
Dilakukan untuk suatu keadaan darurat yang harus segera diketahui oleh
pimpinan atau pemberi tugas, biasa dilakukan untuk melaporkan suatu
kegiatan.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
173
PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

b. LaporanTertulis
DIbuat secara finai dan ditujukan kepada atasan menganai pelaksanaan
tugas dan hasil-hasil yang dicapai. Biasanya diketik di atas kertas HVS
kuarto dan diberi sampul, lalu dibuat rangkap.

2. Berdasarkan Pengertian
a. Laporan Data
Bertujuan memberitahukan informasi. Dapat berisi masalah proyek atau
mengenai operasi rutin.
b. Laporan Analitik
Laporan ini tida hanya memberikan informasi, tapi juga menafsirkan data
sebaik mungkin. Laporan analitis masih memberitahukan informasi, tetapi
interpretasi yang diberikan sama pentingnya dengan fakta yang masih
mentah. Kesimpulan harus ditekankan, tidak disembunyikan dalam teks.
c. Laporan Rekomendasi
Difokuskan pada aksi, dan sasaran dalam penulisan adalah memberikan
nasihat kepada seseorang untuk berbuat sesuatu. Dalam setiap kasus,
rekomendasi dipusatkan pada suatu fakta, analsis, dan penafsiran dengan
suatu cara yang mendukung rekomendasi.

3. Berdasarkan Periode
a. Laporan Berkala
Merupakan pertanggungjawaban yang bersifat rutin dan dibuat berkala.
b. Laporan Insidental
Laporan yang perlu disampaikan, baik atas permintaan atasan maupun
atas prakarsa bawahan sehubungan dengan adanya kasus atau masalah
tertentu.
c. Laporan Statistik
Laporan yang baru digunakan jika data yang diolah cukup banyak, padahal
perkembangan peristiwa harus dapat diketahui secara cepat dan tepat.

4. Berdasarkan Maksud
a. Laporan Informatif
Laporan yang memberikan sekedar gambaran informasi mengenai suatu
keadaan agar pimpinan dapat mengikuti perkembangan yang terjadi.
b. Laporan Eksaminasional
Laporan yang selain memberikan informasi, juga menyertakan pendapat
mengenai latar belakang informasi itu.
c. Laporan Analitis
Laporan yang membuat sumbangan pikiran, yaitu pendapat dan saran
atas dasar analisis yang mendalam terhadap masalah yang dilaporkan.

174 KEMENTERIAN KESEHATAN RI


PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

5. Berdasarkan Ruang Lingkup


a. Laporan Umum
Memberikan gamabaran secara menyeluruh mengenai masalah.
b. Laporan Khusus
Laporan yang memberikan gambaran secara terinci mengenai suatu hal
yang khusus.

6. Berdasarkan Peristiwa
a. Laporan Rutin
Laporan yang memuat hal-hal yang biasanya dilaporkan sebagai masalah
rutin, baik berupa data maupun berita.
b. Laporan Aksidental
Laporan yang memuat hal istimewa atau yang tidak biasa terjadi.

C. Ciri-Ciri
1. Laporan penelitian melaporkan suatu penelitian. Secara umum laporan penelitian
mengikuti kaidah penulisan karya ilmiah yang terdiri dari pendahuluan, kajian
pustaka, metodologi, hasil dan analisis, serta simpulan.
2. Laporan kegiatan melaporkan suatu kegiatan. Isi yang biasanya diharapkan dari
laporan semacam ini adalah rencana dan realisasi tujuan, hasil, jadwal, anggaran,
dan hal-hal lain yang terkait dengan suatu kegiatan.
3. Laporan perjalanan adalah bentuk khusu dari laporan kegiatan yang melaporkan
kegiatan perjalanan ke suatu tempat.
4. Laporan pengamatan adalah bentuk khusus dari laporan penelitian yang
dilakukan dengan pengamatan atau observasi.
5. Laporan kunjungan tampaknya merupakan nama lain dari laporan perjalanan.

D. Syarat Pembuatan Laporan


1. Accuracy (Kecermatan)
Penyusun laporan harus cermat dalam melaporkan segala aspek yang ada dalam
kegiatan. Karena isi laporan adalah dasar pimpinan untuk menentukan kebijakan
yang harus diambil selanjutnya.
2. Adequacy (Kecukupan)
Memuat segala data dan informasi yang dilaporkan. Laporan yang disusun
haruslah menyeluruh untuk setiap aspek kegiatan.
3. Clarity (Kejelasan)
Laporan harus disusun dengan bahasa yang jelas, penyajian yang tepat sehingga
pimpinan tidak susah saat membaca laporan tersebut dan segera dapat
mengambil langkah jika memang ada yang perlu ditindaklanjuti dari laporan
tersebut.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
175
PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

Sumber:
http://kbbi.web.id/
http://girlycious09.wordpress.com/tag/definisi-laporan/
http://www.slideshare.net/iyankess/jenis-laporan
http://khalayak.portalbahasa.com/39/apakah-ciri-ciri-dari-laporan-penelitian-
kegiatan-perjalanan-pengamatan-dan-kunjungan
http://www.anneahira.com/metode-penulisan-laporan.htm

VI. Referensi
• Pedoman Kemitraan Promosi Kesehatan dengan Lembaga Swadaya, Pusat Promosi
Kesehatan-Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Drs. Dachroni,MPH
• Kemitraan dengan sektor swasta, Pusat Promosi Kesehatan-Departemen Kesehatan
Republik Indonesia, Drs. Dachroni,MPH, jkt, tahun 2001
• Pedoman harmonisasi pelaksanaan Corporate Social Responsibility (CSR) dalam
rangkapercepatan pencapaian Tujuan Pembanguna Milenium (Milenium Development
Goals / MDGs)
• Pembelajaran Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat Mitra Kementerian
Kesehatan - Organisasi Kemasyarakatan dan Dunia Usaha, Pusat Promosi Kesehatan-
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, dr.Lily S Sulistyowati, MM, tahun 2012.
• Pedoman Menggalang Kemitraan di Bidang Kesehatan, Pusat Promosi Kesehatan-
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, tahun 2013.
• Pedoman Penyelenggaraan Corporate Social Responsibility (CSR) dalam
Pembangunan Kesehatan.
• Murniwati.S, Advokasi dan Negosiasi, Bapelkes Salaman, Magelang, 2005
• Koalisi Untuk Indonesia Sehat. (2005) Sehat Itu Hak, Panduan Advokasi Kebijakan
Kesehatan.
• Miller, Valerie dan Jane Covey, penerjemah Hermoyo. (2005) Pedoman Advokasi,
Perencanaan, Tindakan dan Refleksi, Edisi 1, Jakarta.
• Departemen Kesehatan RI Pusat Promosi Kesehatan Masyarakat. (2002) Modul
Teknologi Advokasi Kesehatan Bagi Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli.

176 KEMENTERIAN KESEHATAN RI


PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

MATERI INTI 4
PELAKSANAAN PENYULUHAN
UNTUK PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

I. Deskripsi Singkat
Konsep Dasar Pemberdayaan Masyarakat di Bidang Kesehatan ini disusun untuk
membekali para Jabatan Fungsional Ahli di Bidang Kesehatan agar mewujudkan
masyarakat yang sehat dan mandiri, sehubungan dengan itu maka, upaya yang
langsung akan dirasakan oleh masyarakat yaitu melaksanakan penyuluhan untuk
pemberdayaan masyarakat diarahkan pada upaya meningkatkan kesadaran,
kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajad
kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.

Mengingat pentingnya Konsep pemberdayaan masyarakat dan promosi kesehatan


dalam mendukung tercapainya tujuan pembangunan kesehatan nasional tersebut,
maka petugas promosi kesehatan/Pejabat Fungsional PKM ahli harus memahami
tentang pelaksanaan penyuluhan untuk pemberdayaan masyarakat. Ruang lingkup
materi yang akan dibahas pada sesi ini meliputi: Tentang pemberdayaan masyarakat
, melaksanakan kegiatan penyuluhan langsung, melaksanakan kegiatan penyuluhan
tidak langsung melaksanaan kegiataan pameran, pelayanan konseling dan melakukan
pemantauan danevaluasi program penyuluhan masyarakat.

II. Tujuan Pembelajaran



A. Tujuan Pembelajaran Umum:
Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu melaksanakan penyuluhan untuk
pemberdayaan masyarakat.

B. Tujuan Pembelajaran Khusus:


Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu:
1. Menjelaskan tentang pemberdayaan masyarakat.
2. Melaksanakan kegiatan penyuluhan langsung
3. Melaksanakan kegiatan penyuluhan tidak langsung
4. Melaksanakan kegiatan pameran
5. Memberikan pelayanan koseling kepada individu / masyarakat
6. Melakukan pemantauan dan evaluasi program penyuluhan kesehatan.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
177
PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

III. Pokok Bahasan dan Sub Pokok Bahasan


Dalam modul ini akan dibahas pokok bahasan berikut:

Pokok bahasan 1. Menjelaskan tentang pemberdayaan masyarakat


Sub pokok bahasan:
a. Pengertian
b. Tujuan
c. Sasaran
d. Pendekatan
e. Metode
f. Langkah-langkah

Pokok bahasan 2. Melaksanakan kegiatan penyuluhan langsung dengan


demonstrasi/ praktek.
Sub pokok bahasan:
a. Kegiatan penyuluhan kelompok
b. Kegiatan penyuluhan individu

Pokok bahasan 3. Melaksanakan kegiatan Penyuluhan tidak langsung


Sub pokok bahasan:
a. Melalui radio dengan satu arah
b. Melalui radio dengan dua arah
c. Melalui televisi dengan satu arah
d. Melalui televisi dengan dua arah
e. Melalui koran/ majalah/ jurnal
f. Melalui komputer/internet
g. Melalui surat

Pokok bahasan 4. Melakukan kegiatan Pameran


Sub pokok bahasan:
a. Pembuatan rencana rancangan pameran
b. Pelaksanaan tugas sebagai pramuwicara
c. Pelaksanaan tugas sebagai pramuwicara pada pameran tingkat International

Pokok bahasan 5. Memberikan pelayanan konseling untuk masyarakat

Pokok bahasan 6. Melakukan pemantauan dan evaluasi program penyuluhan


kesehatan.
Sub pokok bahasan:
a. Pembuatan konsep pedoman pemantauan
b. Pembuatan konsep pedoman evaluasi

178 KEMENTERIAN KESEHATAN RI


PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

c. Pembuatan instrumen untuk pemantauan


d. Pembuatan instrumen untuk evaluasi
e. Pelaksanaan pemantauan program penyuluhan
f. Pelaksanaan evaluasi program penyuluhan

IV. Langkah-Langkah Kegiatan Pembelajaran


Langkah-langkah kegiatan pembelajaran ini menguraikan tentang kegiatan fasilitator
dan peserta dalam proses pembelajaran selama sesi ini berlangsung (15 Jpl: 15 x 45
menit = 675 menit), adalah sebagai berikut:

Langkah 1.
Pengantar dan penjelasan tujuan pembelajaran (5 menit)

Langkah pembelajaran:
a. Fasilitator menyapa peserta dengan ramah dan hangat. Apabila belum pernah
menyampaikan sesi di kelas, mulailah dengan perkenalan. Perkenalkan diri dengan
menyebutkan nama lengkap, instansi tempat bekerja dan judul materi yang akan
disampaikan.
b. Menciptakan suasana nyaman dan mendorong kesiapan peserta untuk menerima
materi dengan menyepakati proses pembelajaran.
c. Dilanjutkan dengan penyampaian judul materi, deskripsi singkat, tujuan pembelajaran
serta ruang lingkup pokok bahasan yang akan dibahas pada sesi ini.

Langkah 2.
Penyampaian dan pembahasan pokok bahasan 1. Teori Melaksanakan
penyuluhan untuk pemberdayaan masyarakat (120 menit).

Langkah pembelajaran:
a. Fasilitator melakukan curah pendapat dengan mengajukan beberapa pertanyaan
kepada peserta untuk mengukur pemahaman peserta tentang Pelaksanaan
Penyuluhan untuk pemberdayaan masyarakat. Ada enam pertanyaan yang diajukan
kepada peserta secara bertahap, tahap awal pertanyaan yang disampaikan: 1)
pengertian pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan 2) Pelaksanaan kegiatan
penyuluhan langsung dan tidaklangsung, 3)Pelaksanan kegiatan pameran, 4)
pelaksanaan kegiatan konseling 6)pelaksanaan pemantauan dan evaluasi program
penyuluhan kesehatan masyarakat. Fasilitator mencatat semua pendapat peserta,
selanjutnya merangkum dan menyampaikan paparan materi sesuai urutan sub
pokok bahasan dengan menggunakan bahan tayang.
b. Fasilitator memberikan kesempatan peserta untuk bertanya atau menyampaikan
klarifikasi, kemudian fasilitator menyampaikan jawaban atau tanggapan yang
sesuai.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
179
PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

c. Fasilitator mencatat semua informasi yang disampaikan oleh peserta, selanjutnya


merangkum dan menyampaikan paparan seluruh materi sesuai urutan sub pokok
bahasan dengan menggunakan bahan tayang.
d. Fasilitator memberikan kesempatan peserta untuk bertanya atau menyampaikan
klarifikasi, kemudian fasilitator menyampaikan jawaban atau tanggapan yang
sesuai

Langkah 3.
Penyampaian pokok bahasan 2, 3, 4 dan 5 Praktek bermain peran di Kelas
“ Melaksanakan kegiatan penyuluhan langsung” dan “Melaksanakan
kegiatan penyuluhan tidak langsung, melaksanakan kegiatan pameran” atau
“Memberikan pelayanan konseling untuk masyarakat” (135 menit).
Langkah pembelajaran:
a. Fasilitator membagi peserta menjadi 4 kelompok dengan jalan berhitung 1-4
kemudian nomor satu bergabung dengan nomor satu, nomor dua bergabung
dengan nomor 2, demikian seterusnya sampai terbentuk memjadi 4 kelompok.
b. Fasilitator meminta peserta melakukan diskusi kelompok dengan
topik”Melaksanakan kegiatan penyuluhan langsung” dan “Melaksanakan kegiatan
penyuluhan tidak langsung” tentang Desa siaga aktif.
c. Masing-masing wakil kelompok diminta menyajikan hasil diskusi kelompok
d. Fasilitator meminta peserta untuk menanggapi hasil diskusi
e. Fasilitator melakukan klarifikasi tentang Melaksanakan kegiatan penyuluhan
langsung atau Melaksanakan kegiatan penyuluhan langsung tentang Desa
siaga aktif serta memberikan penegasan singkat tentang pentingnya kegiatan
Melaksanakan kegiatan penyuluhan langsung atau Melaksanakan kegiatan
penyuluhan langsung tentang Desa siaga aktif

Langkah 5.
Penyampaian pokok bahasan 6.
Praktek bermain peran di Kelas “Melakukan pemantauan dan evaluasi
program penyuluhan kesehatan” (90 menit).

Langkah pembelajaran:
a. Fasilitator membagi peserta menjadi 3 kelompok. Masing-masing kelompok
melakukan simulasi dan bermain peran sesuai skenario yang dibagikan , secara
bergantian kelompok 1 melakukan simulasi dan bermain peran “Musyawara Desa/
Kelurahan, kelompok 2 melakukan simulasi dan bermain peran “Perencanaan
Partisipatif” dan kelompok 3 melakukan simulasi dan bermain peran melakukan
kegiatan Promosi Kesehatan Melalaui Dasawisma”
b. Setiap selesai simulasi dan bermain peran peserta diminta untuk memberikan
evaluasi

180 KEMENTERIAN KESEHATAN RI


PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

c. Setelah seluruh kelompok selesai melakukan simulasi dan bermain peran


fasilitator memberikan komentar terhadap seluruh permainan peran tersebut
adalah menggambarkan penyelanggaraan desa dan kelurahan siaga aktif.

Langkah 6.
Praktek Kerja Lapangan . (360 menit).

Langkah pembelajaran:
a. Fasilitator menjelaskan persiapanyang harus dilakukan untuk PKL, peserta dibagi
menjadi beberapa kelompok disesuaikan dengan jumlah RW dari desa/ kelurahan
lokasi PKL (setiap kelompok mengunjungi 1 RW ) setiap kelompok menunjuk
ketua, seketaris dan penyaji.Setiap kelompok menyusun agenda PKL. Insrumen/
panduan , dialog. Langkah ini sebaiknya dilakukan sehari sebelumdan diharapkan
peserta telah mendapat informasi profile desa bahkan profil kecamatan. (60 menit)
b. Masing-masing kelompok melakukan pengenalan kondisi di RW identifikasi masalah
kesehatan dan PHBS, hal-hal yang menyebabkan terjadinya masalah, kesehatan
dan PHBS, hal-hal yang menyebabkan terjadinya masalah, menganalisis situasi
di RW, perkembangan desa/ kelurahan siaga aktif, UKBM, potensi RW/ Desa/
kelurahan: tokoh masyarakat/ tokoh agama dan lain-lain , bantuan dukungan
yang diharapkan. Pengumpulan data ini dinamakan survey mawas diri (SMD).
Hasil musyawarah RW dibawa ke Musyawarah Desa/ Kelurahan.
c. Melakukan musyawara desa/ kelurahan dengan tujuan:
• Mensosialisasikan tentang adanya masalah kesehatan dan program
pengembangan Desa/ Kelurahan Siaga Aktif
• Kesepakatan tentang urusan prioritas masalah
• Kesepakatan tentang UKBM yang hendak dibentuk baru atau diaktifkan
kembali
• Memantapkan data potensi desa atau potensi kelurahan
• Mengalang semangat dan partisipasi warga desa atau kelurahan untuk
mendukung pengebangan Desa dan Kelurahan siaga aktif
• Menyusun rencana partisipatif
d. Masing-masing kelompok menyusun laporan PKL, hasil PKL disajikan secara
pleno dan Fasilitatormemberikan feed back hasil PKL tersebut
e. Fasilitator menyampaikan simpulan tentang sesi PKL ini dengan menegaskan
peran dan fungsi peserta sebagai fasilitator pemberdayaan masyarakat di bidang
kesehatan dan fasilitator menutup sesi pembelajaran dengan memberikan
apresiasi kepada peserta.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
181
PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

Langkah 7.
Kesimpulan (10 menit)

Langkah pembelajaran:
a. Fasilitator mengajak peserta untuk mereview hal-hal penting yang ada dalam
pokok bahasan dan sub-pokok bahasan ini.
b. Fasilitator menegaskan bahwa peran keberhasilan Penyuluh Kesehatan
Masyarakat dalam melaksanakan penyuluhan untuk pemberdayaan masyarakat
sangat penting, karena hasilnya sebagai dasar merencanakan kegiatan promkes
atau merancang intervensi perilaku dll.
c. Pada akhir sesi, fasilitator menyampaikan kembali tujuan pembelajaran umum
dan khusus dari pokok bahasan ini.
d. Fasilitator mengucapkan kata-kata yang membangun semangat serta harapan
agar setelah mengikuti pelatihan ini peserta mampu mengelola kegiatan
komunikasi dengan baik dan benar.

V. Uraian Materi

Pokok Bahasan 1.
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

A. Pengertian
Pemberdayaan masyarakat adalah segala upaya fasilitasi yang bersifat non
instruktif, guna meningkatkan pengetahuan dan kemampuan masyarakat,
agar mampu mengidentifikasi masalah yang dihadapi, potensi yang dimiliki,
merencanakan dan melakukan pemecahannya dengan memanfaatkan potensi
setempat.

Pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan adalah proses pemberian


informasi kepada individu, keluarga atau kelompok (klien) secara terus menerus
dan berkesinambungan mengikuti perkembangan klien, serta proses membantu
klien, agar klien tersebut berubah dari tidak tahu menjadi tahu atau sadar (aspek
pengetahuan atau knowledge), dari tahu menjadi mau (aspek sikap atau attitude),
dan dari mau menjadi mampu melaksanakan perilaku yang diperkenalkan (aspek
tindakan atau practice).

Pemberdayaan Masyarakat bidang kesehatan merupakan suatu proses aktif,


dimana sasaran/klien dan masyarakat yang diberdayakan harus berperan serta
aktif (berpartisipasi) dalam kegiatan dan program kesehatan

182 KEMENTERIAN KESEHATAN RI


PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

B. Tujuan
Tujuannya adalah agar penerima manfaat tahu, mau, dan mampu menerapkan
inovasi tersebut demi tercapainya perbaikan mutu hidupnya di bidang kesehatan.
Perlu diingat bahwa keberadaan masyarakat penerima manfaat sangat beragam
dalam hal budaya, sosial, kebutuhan, motivasi, dan tujuan yang diinginkan.

C. Sasaran
1. Sasaran Utama adalah individu, keluarga dan kelompok masyarakat
2. Sasaran pendukung adalah individu maupun kelompok yang berperan aktif
dalam melakukan upaya pemberdayaan masyarakat dibidang kesehatan
yaitu petugas kesehatan, kader, tokoh masarakat, tokoh agama, tokoh adat,
TP.PKK, Organisasi Masyarakat, Organisasi Keagamaan, Pramuka, Organisasi
Pemuda, Organisasi Profesi, Media masa, lintas sektor dan swasta/ Dunia
Usaha.
3. Sasaran lainnya adalah penentu kebijakan yang mempunyai kewenangan
memberikan dukungan kebijakan dan sumbernya sasaran tersebut adalah
RT, RW, Kepala Desa, Lurah, Camat, Bupati, Wali kota, BPD,DPRD,Ketua
TpPKK.

D. Pendekatan
Pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan dapat dilakukan dengan
pendekatan a) Makro, dilakukan dengan membangun komitmen di setiap jenjang,
membangkitkan opini masyarakat, menyediakan petunjuk teknis operasional
atau petunjuk pelaksanaan dan biaya operasional, serta monitoring dan evaluasi
serta koordinasi; b) Mikro, dilakukan dengan menggali potensi yang belum
disadari masyarakat (potensi dapat muncul dari adanya kebutuhan masyarakat)
yang diperoleh melalui pengarahan, pemberian masukan, dialog, kerjasama
dan pendelegasian serta membuat model-model percontohan dan prototipe
pengembangan masyarakat.

1. TINGKAT PUSAT
a. Persiapan :
1) Diseminasi informasi mengenai pelaksanaan dan pembinaan
pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan dengan kementerian/
lembaga dan pihak lain yang terkait termasuk organisasi masyarakat
dan dunia usaha.
2) Mengembangkan sistim database dan informasi terkait pelaksanaan
dan pembinaan pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan yang
terintegrasi.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
183
PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

b. Perencanaan
1) Merencanakan teknis pelaksanaan dan pembinaan pemberdayaan
masyarakat dengan kementerian/lembaga dan pihak lain yang terkait
termasuk organisasi masyarakat dan dunia usaha.
2) Mengalokasikan anggaran untuk pelaksanaan dan pembinaan
pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan.

c. Pelaksanaan
1) Membentuk kelembagaan untuk pelaksanaan dan pembinaan
pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan tingkat pusat yang
beranggotakan kementerian/lembaga dan pihak lain yang terkait
termasuk organisasi masyarakat dan dunia usaha.
2) Menetapkan kebijakan yang mendukung operasionalisasi pelaksanaan
dan pembinaan pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan.
3) Menerbitkan pedoman dan petunjuk teknis yang diperlukan dalam
pelaksanaan dan pembinaan pemberdayaan masyarakat bidang
kesehatan.
4) Mensosialisasikan kebijakan, pedoman dan petunjuk teknis
yang mendukung operasionalisasi pelaksanaan dan pembinaan
pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan.
5) Menyelenggarakan kegiatan peningkatan kapasitas aparatur provinsi
dalam pelaksanaan dan pembinaan pemberdayaan masyarakat bidang
kesehatan.
6) Melakukan pembinaan dan pendampingan pelaksanaan pemberdayaan
masyarakat bidang kesehatan kepada Provinsi.
7) Memfasilitasi stimulan untuk pelaksanaan pemberdayaan masyarakat
bidang kesehatan.
8) Menyelenggarakan sistim database dan informasi terkait pelaksanaan
dan pembinaan pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan yang
terintegrasi di tingkat pusat.

d. Monitoring Evaluasi
1) Pemantauan berkala terintegrasi perkembangan kegiatan pemberdayaan
masyarakat bidang kesehatan pada lingkup nasional
2) Melaporkan perkembangan dan upaya perbaikan kegiatan
pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan kepada Kementerian
Kesehatan dan Kementerian/Lembaga terkait secara berkala
3) Melakukan evaluasi secara periodik. Pemantauan dan pengawasan
independen oleh berbagai pihak, baik secara internal maupun eksternal.
Hasil monitoring dan evaluasi ini digunakan sebagai rujukan untuk
melakukan kegiatan yang berkelanjutan.

184 KEMENTERIAN KESEHATAN RI


PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

2. TINGKAT PROVINSI
a. Persiapan
1) Diseminasi informasi upaya pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan
di tingkat provinsi dengan dinas kesehatan dan SKPD serta pihak lain
yang terkait.
2) Membentuk dan mengaktifkan kelembagaan untuk pelaksanaan kegiatan
pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan tingkat provinsi yang
beranggotakan dinas kesehatan dan SKPD serta pihak lain yang terkait.

b. Perencanaan
1) Merencanakan teknis kegiatan pemberdayaan masyarakat bidang
kesehatan bersama SKPD dan pihak lain yang terkait.
2) Mengalokasikan anggaran untuk kegiatan pemberdayaan masyarakat
bidang kesehatan yang bersumber dari APBN, APBD, Swasta/Dunia
Usaha dan masyarakat.

c. Pelaksanaan
1) Menerapkan kebijakan yang sudah ditetapkan dari tingkat pusat.
2) Menetapkan kebijakan koordinatif dan pembinaan dalam bentuk
penetapan peraturan atau keputusan tentang kegiatan pemberdayaan
masyarakat bidang kesehatan.
3) Menetapkan mekanisme koordinasi antar instansi terkait dengan seluruh
instansi yang terlibat dalam kegiatan pemberdayaan masyarakat bidang
kesehatan.
4) Membentuk dan mengaktifkan kelembagaan untuk pelaksanaan kegiatan
pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan di tingkat Provinsi bersama
SKPD dan pihak terkait.
5) Menyelenggarakan peningkatan kapasitas bagi petugas pelaksanaan,
yaitu pelatihan manajemen dan pelatihan pelaksanaan kegiatan
pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan.
6) Memfasilitasi sumber daya dan sumber dana untuk pelaksanaan dan
pembinaan pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan
7) Melakukan pembinaan dan pendampingan kegiatan pemberdayaan
masyarakat bidang kesehatan kepada Kabupaten/Kota.
8) Menyelenggarakan sistim database dan informasi kegiatan pemberdayaan
masyarakat bidang kesehatan yang terintegrasi

d. Monitoring dan Evaluasi


1) Pemantauan berkala terintegrasi mengenai perkembangan kegiatan
pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan lingkup provinsi secara
berkala.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
185
PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

2) Pemantauan dan pengawasan dilakukan oleh lembaga yang terbentuk


di tingkat provinsi sesuai dengan tugas dan fungsinya.
3) Pemantauan dan pengawasan independen dilakukan oleh berbagai
pihak baik secara internal maupun eksternal.
4) Melaporkan perkembangan dan upaya perbaikan kegiatan pemberdayaan
masyarakat bidang kesehatan kepada pengambil kebijakan tingkat
provinsi secara berkala
5) Melakukan evaluasi secara periodik. Hasil monitoring dan evaluasi
ini digunakan sebagai rujukan untuk melakukan kegiatan yang
berkelanjutan.

3. TINGKAT KABUPATEN/KOTA
a. Persiapan
1) Diseminasi informasi pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan
tingkat Kabupaten/Kota dengan SKPD dan pihak lain yang terkait.
2) Membentuk dan mengaktifkan kelembagaan pemberdayaan masyarakat
bidang kesehatan tingkat kabupaten/kota yang beranggotakan SKPD
dan pihak lain yang terkait.

b. Perencanaan
1) Merencanakan teknis kegiatan pemberdayaan masyarakat dengan
SKPD dan pemangku kepentingan terkait.
2) Mengalokasikan anggaran untuk kegiatan pemberdayaan masyarakat
bidang kesehatan yang bersumber dari dana APBN, APBD, Swasta/
Dunia Usaha dan masyarakat.

c. Pelaksanaan
1) Menerapkan kebijakan yang telah ditetapkan di tingkat provinsi.
2) Menetapkan kebijakan koordinatif dan pembinaan dalam bentuk
penetapan peraturan atau keputusan tentang kegiatan pemberdayaan
masyarakat bidang kesehatan.
3) Menetapkan mekanisme koordinasi antar dinas terkait dengan seluruh
dinas yang terlibat dalam kegiatan pemberdayaan masyarakat bidang
kesehatan.
4) Membentuk dan mengaktifkan kelembagaan untuk pelaksanaan kegiatan
pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan di tingkat Kabupaten/Kota
bersama SKPD dan pihak lain yang terkait.
5) Melakukan pembinaan teknis dan pendampingan dalam pelaksanaan
kegiatan pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan kepada
Kecamatan.

186 KEMENTERIAN KESEHATAN RI


PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

6) Menyelenggarakan peningkatan kapasitas mengenai pemberdayaan


masyarakat bidang kesehatan bagi aparatur desa/kelurahan, Kader
Pemberdayaan Masyarakat (KPM) dan lembaga kemasyarakatan serta
pihak-pihak lain.
7) Memfasilitasi sumber daya dan sumber dana dari APBD Kabupaten/
Kota dan sumberdaya lain untuk pelaksanaan dan pembinaan kegiatan
permberdayaan masyarakat bidang kesehatan.
8) Menyelenggarakan sistim database dan informasi kegiatan pemberdayaan
masyarakat bidang kesehatan pada lingkup Kabupaten/Kota yang
terintegrasi.

d. Monitoring Evaluasi
1) Pemantauan berkala terintegrasi perkembangan kegiatan pemberdayaan
masyarakat bidang kesehatan lingkup Kabupaten/Kota secara berkala.
2) Pemantauan dan pengawasan oleh lembaga yang terbentuk di tingkat
kabupaten/kota sesuai dengan tugas dan fungsinya.
3) Melaporkan perkembangan dan upaya perbaikan kegiatan pemberdayaan
masyarakat bidang kesehatan kepada pengambil kebijakan di tingkat
kabupaten/kota secara berkala.
4) Melakukan evaluasi secara periodik. Hasil monitoring dan evaluasi ini
digunakan sebagai rujukan untuk melakukan kegiatan yang berkelanjutan.

Langkah-langkah pelaksanaan kegiatan di atas selanjutnya dilakukan di


tingkat Kecamatan dan Desa/Kelurahan sesuai dengan kewenangannya.
Dengan menerapkan langkah-langkah pelaksanaan kegiatan pemberdayaan
masyarakat di bidang kesehatan, maka keberhasilan kegiatan yang dilakukan,
baik di tingkat pusat, provinsi, kabupaten/kota, kecamatan dan desa/kelurahan
dapat terukur dengan baik.

E. Metode
Berikut dapat digunakan beberapa metode dalam upaya pemberdayaan masyarakat
bidang kesehatan sesuai dengan kebutuhan dan kondisi serta potensi yang dimiliki:

1. Metode Rapid Rural Appraisal (RRA) atau penilaian desa secara partisipatif
Merupakan teknik penilaian yang relatif terbuka, cepat dan bersih dibanding
dengan teknik kunjungan singkat sebagai sebuah metode penilaian. RRA
menggabungkan beberapa teknik yang terdiri dari:
a. review atau telaah data sekunder, termasuk peta wilayah dan pengamatan
lapangan,
b. observasi lapangan secara langsung,
c. wawancara dengan informan kunci dan lokakarya,

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
187
PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

d. pemetaan dan pembuatan diagram/grafik,


e. studi kasus, sejarah lokal dan biografi,
f. pembuatan kuesioner sederhana dan singkat, serta
g. pembuatan laporan lapangan secara cepat.

2. Metode Participatory Rapid Appraisal (PRA)


Merupakan metode pengkajian pemberdayaan masyarakat desa yang lebih
banyak melibatkan pihak dalam yang terdiri dari pihak stakeholder (pemangku
kepentingan kegiatan) dengan difasilitasi pihak luar yang berfungsi sebagai
narasumber atau fasilitator. PRA merupakan metode penilaian keadaan
secara partisipatif yang dilakukan pada tahapan awal perencanaan kegiatan.

Dalam PRA terdapat 5 kegiatan pokok yaitu penjajakan/pengenalan


kebutuhan, perencanaan kegiatan, pelaksanaan/ pengorganisasian kegiatan,
pemantauan kegiatan dan evaluasi kegiatan.

Adapun langkah-langkah metode PRA meliputi :


a. Penelusuran sejarah desa
b. Pembuatan bagan kecenderungan dan perubahan
c. Penyusunan kalender musim dan profil perubahan
d. Analisis pola penggunaan waktu (jadwal sehari-hari)
e. Observasi langsung terhadap dinamika social
f. Transect (penelusuran desa) dan pembuatan gambar lingkungan
(pemetaan prasarana, bangunan, ruangan, sumberdaya alam dan
lokasi)
g. Pembuatan diagram kajian lembaga desa
h. Pembuatan bagan alur input-output
i. Bagan hubungan antar pihak (diagram venn)
j. Mengkaji mata pencaharian masyarakat
k. Membuat matrik dan peringkat permasalahan yang dihadapi dan
ditemukan masyarakat
l. Wawancara semi-terstruktur atau diskusi kelompok terarah
m. Analisis pola keputusan
n. Studi kasus atau cerita tentang kehidupan, peta mobilisasi masyarakat.
o. Pengurutan potensi atau kekayaan
p. Pengorganisasian masalah

3. Metode Participatory Learning and Action (PLA)


Metode PLA merupakan penyempurnaan dari metode “learning by doing”.
Persyaratan dasar PLA adalah a) adanya kemauan dan komitmen untuk
mendengarkan, menghormati dan beradaptasi, b) tersedia banyak waktu

188 KEMENTERIAN KESEHATAN RI


PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

yang dibutuhkan untuk pertemuan atau pelatihan, c) komunitas telah


didampingi oleh organisasi yang paham dengan keadaan masyarakat, dan
d) perlu dibangun suasana/komunikasi yang mendorong masyarakat memiliki
kepercayaan pada pihak luar (fasilitator).

Adapun proses PLA terdiri dari : 1) pertukaran ide yang adil dan terbuka
antara masyarakat dan organisasi/fasilitator, 2) diawali dengan pelatihan/
orientasi untuk staf organisasi/fasilitator mengenai filisofi dan metode PLA,
3) sekurangnya ada 2 hari bekerja bersama masyarakat, lebih baik lagi dapat
tinggal/hidup bersama masyarakat, 4) perlu ada dukungan lanjutan dalam
melakukan tindakan masyarakat dari pihak pemerintah desa, dsb

4. Participatory Assessment and Planning (PAP)


PAP sejalan bahkan serupa dengan metode PRA. Metode ini diadopsi dari 2
sumber yaitu Field Book WSLIC dan Partisipatory Analysis Techniques DFID.
Metode PAP terdiri atas 4 langkah yaitu :
a. Menemukan masalah
Langkah ini dimaksudkan agar masyarakat mengidentifikasi kondisi,
situasi dan masalah sosial di sekitar masyarakat setempat.
b. Menemu Kenali Potensi
Potensi yang dimiliki masyarakat ini merupakan sistem sumber yang
dapat dikelola secara optimal guna mengatasi permasalahan sosial
maupun pemberdayaan masyarakat setempat.
c. Menganalisis masalah dan potensi
Mengkaji berbagai masalah, penyebab, hubungan kausalitas serta
fokus masalah, mencari prioritas masalah, faktor pendukung maupun
penghambat.
d. Memilih solusi pemecahan masalah
Langkah ini merupakan upaya-upaya kongkrit untuk memecahkan
masalah melalui kegiatan 1) mencegah timbulnya masalah lebih jauh,
2) memobilisasi sistem sumber dan potensi, 3) menentukan alternative
pemecahan masalah dan 4) pertemuan masyarakat untuk menentukan
skenario tindakan.

5. Participatory Hygiene and Sanitation Transformation (PHAST)


PHAST merupakan metode pembelajaran partisipatif dalam membangun
kemampuan swadaya masyarakat untuk memecahkan masalah masyarakat.
Tujuan PHAST adalah untuk memberdayakan masyarakat dalam mengelola
air dan mengendalikan penyakit yang berhubungan dengan sanitasi melalui
peningkatan kesadaran terhadap kesehatan serta perbaikan dan perilaku.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
189
PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

Prinsip – prinsip pemberdayaan masyarakat pada PHAST adalah : 1) warga


masyarakat menentukan prioritas pencegahan penyakit, 2) warga masyarakat
secara kolektif telah memiliki pengalaman dan pengetahuan kesehatan
yang sangat hebat, dalam dan luas 3) masyarakat mampu untuk mencapai
kesepakatan mengenai perilaku-perilaku hygiene dan system sanitasi yang
lebih tepat dengan lingkungan ekologis dan budaya, 4) bila warga masyarakat
mengerti bahwa sanitasi itu menguntungkan, maka mereka akan bertindak,
5) warga masyarakat dapat mengelola seperangkat penghalang atau barrier
yang dapat membantu untuk menghambat penularan penyakit, masyarakat
dapat mengidentifikasi penghalang yang tepat berdasarkan pada persepsi
efektifitas dan menurut sumberdaya setempat.

6. Communication for Behaviour Impact (COMBI)


COMBI merupakan mobilisasi yang diarahkan pada penggerakan tugas
semua masyarakat dan perorangan yang mempengaruhi tindakan tepat
secara perorangan dan keluarga. COMBI merupakan proses dengan strategi
campuran berbagai intervensi komunikasi yang dimaksudkan untuk mengikut
sertakan perorangan dan keluarga dalam mempertimbangkan perilaku-peri
laku sehat yang direkomendasikan dan untuk mendorong penerimaan dan
pemeliharaan perilaku.

Adapun langkah-langkah kunci dalam merancang rencana COMBI meliputi 1)


mengidentifikasi tujuan yang berhubungan dengan perilaku, 2) analisis situasi
pasar, 3) strategi komunikasi dan campuran, 4) implementasi, pemantauan
dan penilaian, serta anggaran.

F. Langkah-langkah

1. Perumusan upaya pemecahan masalah oleh masyarakat dan membuat


perencanaan
Perumusan upaya pemecahan masalah kesehatan oleh masyarakat atas
dasar musyawarah, yang menghasilkan kesepakatan tentang upaya atau
kegiatan apa yang menjadi prioritas untuk diangkat sebagai program kerja.
Prioritas masalah yang telah ditetapkan berdasarkan hasil musyawarah ini
mempunyai kekuatan politis yang tangguh untuk menggali dan meningkatkan
peran masyarakat, serta menjamin kelestarian program. Prioritas dari kegiatan
yang telah disepakati tersebut kemudian dipergunakan sebagai bahan untuk
mengembangkan perencanaan kegiatan pembangunan kesehatan yang ada
di desa tersebut.

190 KEMENTERIAN KESEHATAN RI


PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

Peran petugas kecamatan pada pertemuan MMD ini adalah memandu


jalannya musyawarah agar berjalan lancar dan mencapai tujuan.

Upaya menetapkan prioritas masalah dapat dilakukan berdasarkan


kesepakatan atau dapat juga dengan jalan membuat skoring terhadap
beberapa permasalahan yang ada berdasarkan:
a. Kegawatannya: besar/kecilnya akibat masalah kesehatan ini bagi
masyarakat.
b. Mendesaknya: berkaitan dengan waktu. Kalau tidak segera ditanggulangi
akan menimbulkan akibat yang serius.
c. Penyebarannya: semakin banyak penduduk atau semakin luas wilayah
yang terkena, menjadi semakin penting.
d. Sumber daya yang dimiliki: kaitannya dengan kemampuan yang mereka
miliki untuk mengatasi masalah tersebut dana, sarana, tenaga, dan
teknologinya.

Sedangkan cara melakukan identifikasi penyebab masalah dapat dilakukan


dengan menggunakan metode analisa sebab-akibat (cause and efect analysis)
atau Fishbone Analysis dari Isikawa, melalui curah pendapat yang melibatkan
seluruh anggota kelompok, dengan sebagai berikut:
a. Mengumpulkan masalah-masalah yang ada, kemudian klasifikasikan
masalah-masalah tersebut ke dalam variabel faktor-faktor penyebab
(manusia/pengetahuan, sikap, perilaku, metode, alat, bahan, lingkungan
dan variabel lainnya).
b. Siapkan bagan tulang ikan dari Isikawa dan tempatkan potongan-
potongan kertas “pendapat” diatas dalam posisi sebab-akibat, dengan
menggunakan beberapa kali (3-5 kali) pertanyaan “why”, sesuai dengan
variabel faktor-faktor penyebabnya, sampai tidak bisa dijawab lagi yang
terakhir inilah kemungkinan sebagai akar penyebab masalah untuk
setiap faktor.
c. Ketika pertanyaan why tidak bisa lagi diberikan jawaban yang logis
mengenai penyebabnya, maka itulah why terakhir yang dianggap
sebagai akar penyebab masalah yang akan dijadikan dasar dalam
menyusun program kerja (plan of action).

2. Pelaksanaan kegiatan pemecahan masalah kesehatan oleh masyarakat


Pelaksanaan kegiatan pemecahan masalah kesehatan oleh masyarakat,
merupakan rangkaian penerapan kegiatan sebagai penjabaran dari
perumusan prioritas masalah, prioritas mengatasi masalah kemudian rencana
kegiatan yang telah disusun dan disepakati untuk dipergunakan sebagai
dasar pelaksanaan kegiatan di desa.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
191
PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

Rangkaian kegiatan ini dapat berjangka waktu pendek, sedang dan lama.
Namun minimal satu tahun berjalan harus diadakan penilaian, jenis kegiatan
bervariasi mulai dari yang sangat sederhana sampai yang rumit, semua
tergantung pada kesepakatan yang ditetapkan dalam masyarakat desa.

Komponen yang merupakan program kerja dalam mengatasi masalah


meliputi:
a. Jenis Kegiatan (POA) yang akan dikerjakan dalam mengatasi
permasalahan yang ada.
b. Tujuan yang diharapkan
c. Sasaran kegiatan dapat berupa orang, tempat/wilayah, dll
d. Siapa yang terlibat dalam kegiatan tersebut, dan apa peran serta
tanggung jawabnya
e. Waktu atau jadwal pelaksanaan kegiatan
f. Sumber dana atau jumlah dana yang diperlukan dalam pelaksanaan
kegiatan

3. Pembinaan dan pengembangan upaya pemberdayaan masyarakat


Langkah terakhir serangkaian kegiatan permberdayaan masyarakat dalam
pemecahan masalah kesehatan di masyarakat adalah pembinaan dan
pengembangan program.

Setiap pelaksanaan program harus dibina agar mantap jalannya. Setelah


mantap harus dikembangkan, agar tidak jenuh dan makin maju tingkat
pencapaiannya.

Pemantapan dan pembinaan juga bermaksud memantapkan dan membina


pengetahuan, sikap, keterampilan, motivasi dan kemandirian para tenaga
pembangunan desa dan masyarakat dalam mewujudkan desa yang sehat.

Pembinaan dapat dilakukan dengan berbagai cara antara lain:


a. Supervisi
Banyak hasil penilaian mengungkapkan bahwa supervisi petugas
sangat menentukan tingkat keberhasilan program. Oleh karena itu,
supervisi secara berkala perlu dilakukan. Bila memungkinkan, pada saat
melakukan supervisi, petugas sebaiknya melakukan sistem pemantauan
dan penilaian yang utuh.
b. Forum komunikasi
Forum komunikasi antara petugas lintas program dan sektor di tingkat
kabupaten, maupun kecamatan merupakan wahana pemantauan
yang baik. Pada forum ini dapat dibahas rencana supervisi terpadu,

192 KEMENTERIAN KESEHATAN RI


PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

hasil supervisi dari petugas yang turun ke lapangan, sekaligus dapat


membahas upaya untuk memperbaiki kekurangan-kekurangan yang
ditemui di lapangan. Di lapangan atau desa, forum komunikasi ini juga
perlu dibentuk sebagai wadah berkumpulnya pelaksana pembangunan
desa dengan tokoh masyarakat baik formal maupun non formal.
Dalam forum ini pelaksana pembangunan desa dapat menyampaikan
rencana kegiatan yang telah disusun, hambatan-hambatan serta
keberhasilan yang telah dicapai. Forum ini sekaligus sebagai wadah
untuk pemecahan masalah, menyempurnakan rencana yang disusun
dan lain-lain sehingga dapat berfungsi untuk pemantauan dan penilaian
oleh masyarakat sendiri.

c. Menunjukkan film-film tentang pemberdayaan masyarakat di


bidang kesehatan
Film tersebut bisa diangkat dari dokumentasi kegiatan masyarakat
desa yang telah melakukan upaya pemberdayaan masyarakat di bidang
kesehatan di wilayahnya.

Dengan menunjukkan film tersebut diharapkan dapat meningkatkan


memotivasi dan semangat pelaksana pembangunan desa dan
masyarakat dalam melakukan kegiatan pemberdayaan masyarakat di
bidang kesehatan di waktu mendatang.

d. Kunjungan tamu dari luar


Kegiatan ini dapat merangsang masyarakat untuk membenahi desanya
karena akan kedatangan tamu, namun harus dijaga jangan sampai terlalu
sering, bisa membosankan dan mengganggu kegiatan masyarakat.

e. Wisata karya ke tempat lain yang lebih maju


Kegiatan ini dapat memperluas wawasan dan memotivasi masyarakat
untuk lebih maju.

f. Perlombaan-perlombaan di bidnag kesehatan masyarakat yang


telah melakukan upaya pemberdayaan masyarakat di bidang
kesehatan

g. Penerbitan majalah dinding buatan sendiri yang memuat antara


lain:
Kegiatan-kegiatan pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan yang
telah dilakukan di desa bersangkutan, termasuk kegiatan posyandu,
polindes, pemberdayaan masyarakat untuk ber-PHBS, komunitas tidak

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
193
PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

merokok, ambulan desa, tabulin/dasolin, donor darah, pengadaan air


bersih secara gotong-royong, kampanye cuci tangan pakai sabun,
arisan jamban, kegiatan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN), dll
termasuk mengekpose peran serta berbagai pihak termasuk tenaga
pembangunan desa,

Pokok bahasan 2.
MELAKSANAKAN KEGIATAN PENYULUHAN LANGSUNG.

A. Penyuluhan Kelompok
Metoda dan teknik yang digunakan dalam melakukan promosi kesehatan
didalam kelompok adalah diskusi kelompok, demontrasi, ceramah tanya jawab,
permainan/ bermain peran.

Sedangkan teknik yang dilakukan adalah teknik menggunakan media/alat peraga,


teknik membangun peran aktif semua peserta, teknik mengatasi peserta yang
dominan, teknik peserta yang acuh, dll. Agar peserta mau mengikuti pertemuan
diskusi kelompok, demonstrasi, ceramah tanya jawab maupun permainan, ada
beberapa teknik yang dapat dipergunakan yaitu menggunakan fasilitator yang
mempunyai kredibilitas baik, dipercaya sasaran, atau menggunakan teknik
perintah, kompetisi, penggunaan media KIE yang menarik, pemberian hadiah, dll

1. Ceramah Tanya Jawab


Ceramah tanya jawab (CTJ) adalah penyampaian pesan oleh seorang pembicara
di depan se-kelompok sasaran yang disertai tanya jawab. CTJ dapat dilakukan
untuk sasaran yang berpendidikan tinggi maupun rendah. CTJ akan berhasil
apabila pembicara mengasai materi, menguasai audiens serta menguasai
penggunaan alat bantu atau media. Disamping itu, pembicara berpenampilan
baik dan meyakinkan, percaya diri, tidak bersikap ragu-ragu, kemudian suaranya
jelas dan keras, sesekali disertai humor, pandangan tertuju keseluruh peserta,
berdiri didepan (ditengah), menggunakan alat bantu semaksimal mungkin. Mampu
menciptakan suasana serius tapi santai, menggunakan bahasa sederhana,
memberikan kesempatan sasaran untuk bertanya, kemudian menjawab sesuai
pertanyaan, memberikan pertanyaan evaluasi serta menyampaikan rangkuman
sebelum ceramah diakhiri.

Kekuatan dan kelemahan


Kekuatannya adalah : dapat dipakai pada orang dewasa, penggunaan waktu
efisien, dapat dipakai pada kelompok sasaran besar, tidak memerlukan banyak
alat bantu, bahan dapat dibaca ulang oleh peserta.

194 KEMENTERIAN KESEHATAN RI


PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

Kelemahannya adalah: menghambat respons sasaran, diperlukan pembicara yang


handal dan menguasai materi penyuluhan, seringkali membosankan, sebagian
besar hanya melibatkan indera pendengaran, kurang baik dipakai pada sasaran
anak-anak, pembicara sulit mengetahui reaksi sasaran.

2. Diskusi Kelompok Terarah (DKT)


Diskusi kelompok terarah adalah diskusi antar kader keluarga dari masing-masing
keluarga untuk mengenali, menetapkan dan memecahkan masalah yang ada dalam
keluarga. Jumlah peserta dalam setaip kelompok DKT antara 8-10 orang. Diskusi
sebaiknya berlangsung tidak lebih dari 2 jam.

Pengelompokkan peserta dapat berdasarkan kedekatan lingkungan tempat tinggal,


kelompok-kelompok yang ada seperti kelompok pengajian, dasa wisma.
Manfaatnya yaitu untuk memberikan pengetahuan dan ketrampilan untuk mengenal
dan memecahkan masalah kesehatan terkait PHBS yang dihadapi setiap keluarga.

Mendorong setiap keluarga untuk bertindak mengatasi masalah dengan


menggunakan sumber daya yang dimiliki (dana, tenaga, dll).

Teknik melakukan DKT yaitu mengatifkan semua anggota kelompok, mengupayakan


agar semua anggota kelompok dapat bebas menyampaikan pendapatnya
dan berpartisipasi dalam diskusi. Untuk itu maka formasi duduk para peserta
diatur sedemikian rupa sehingga mereka dapat berhadap-hadapan atau saling
memandang satu sama lain, misalnya dalam bentuk lingkaran, segi empat. Pimpinan
diskusi juga duduk di antara peserta, sehingga tidak menimbulkan kesan ada yang
lebih tinggi antara pimpinan diskusi dengan anggota kelompok atau antara sesama
anggota kelompok. Semua peserta DKT mempunyai taraf dan hak yang sama
dalam mengeluarkan pendapat.

Ada 3 tahap yang perlu dilakukan dalam memandu DKT yaitu ;


Tahap pertama : Pembukaan
• Ucapkan selamat datang dan ajak peserta berbicara yang sifatnya umum
yang tidak berkaitan dengan topik diskusi, agar peserta tidak merasa tegang,
misalnya menanyakan keadaan kesehatan, hasil pertanian atau hal-hal lain
yang erat dengan keadaan peserta atau lingkungan tempat tinggal.
• Jelaskan tujuan DKT
• Perkenalkan nama pemandu, pencatat dan pengamat beserta peran masing-
masing, bila belum saling mengenal.
• Minta peserta memperkenalkan diri jika diantara mereka memang belum
saling mengenal. Pemandu harus cepat mengingat nama peserta dan
menggunakannya pada waktu berbicara dengan peserta.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
195
PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

• Tekankan bahwa pendapat semua peserta sangat penting dan bermanfaat


untuk mengatasi permasalahan PHBS, sehingga diharapkan semua peserta
bebas mengeluarkan pendapat.
• Minta peserta berbicara saling bergantian supaya lebih mudah di dengar.

Tahap kedua : isi diskusi


Isi diskusi sesuai dengan panduan yang telah dibuat sebelumnya oleh pemandu
untuk disampaikan kepada peserta. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan
dalam memandu DKT, yaitu :
• Sampaikan pertanyaan yang ada dalam panduan DKT satu persatu, dan
minta seluruh peserta memberi tanggapan atau berdiskusi sesama mereka
tentang topik yang diajukan.
• Gali masalah yang terjadi dalam setiap keluarga dan tindakan apa yang telah
dilakukan oleh keluarga tersebut dan apa yang tidak dapat dilakukan;
• Ajak peserta lain untuk berdiskusi dalam memecahkan masalah-masalah
yang timbul dalam keluarga;
• Beri bekal pengetahuan secara singkat untuk memecahkan masalah yang
ada dan beri kesempatan peserta untuk menanyakan hal-hal yang kurang
jelas;
• Kembangkan kesepakatan bahwa setiap keluarga atau kelompok agar
merencanakan pemecahan masalahan, sesuai dengan keadaan dan
kemampuannya;
• Hasil diskusi untuk setiap topik dicatat oleh pencatat.

Tahap ketiga : Penutupan


• Jelaskan bahwa diskusi telah berakhir. Pemandu merangkum hasil diskusi
meliputi: kesamaan pendapat dalam mengenali dan mengatasi masalah,
kegiatan pemecahan masalah yang perlu dilakukan keluarga, bantuan seperti
pelayanan kesehatan dan penyuluhan yang dapat diberikan petugas.
• Ucapkan terima kasih dan sepakati bersama, apa yang akan dibicarakan,
kapan dan dimana DKT berikutnya akan dilaksanakan

Kekuatan dan kelemahannya


Kekuatannya adalah mendapat pemikiran yang lebih luas dalam pemecahan
masalah, keputusan yang dicapai lebih efektif, serta hubungan kerjasama lebih
terbina.

Kelemahannya adalah sering didominasi oleh seseorang dalam kelompok,


pembicaraan sering meluas dan proses pencatatan dan analisa tidak mudah.

196 KEMENTERIAN KESEHATAN RI


PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

3. Peragaan atau demonstrasi


Demonstrasi adalah kegiatan yang dilakukan oleh seseorang untuk memberi
contoh nyata bagaimana suatu kegiatan dilakukan dengan benar.

Ada beberapa macam demonstrasi, yaitu:
• Mengembangkan keterampilan sasaran dalam bidang tertentu
• Menunjukkan proses kerja penanganan suatu perilaku (misalnya: proses/cara
melakukan perawatan tali pusat bayi baru lahir).
• Menunjukkan suatu alat yang baru.
• Memantapkan penerimaan hal baru

Kekuatan dan kelemahan


Kekuatannya adalah dapat menarik perhatian sasaran, materi mudah dipahami
sasaran, bisa lebih cepat meyakinkan dan diyakinkan karena berkesempatan
melakukan sendiri, menyajikan hal-hal yang abstrak ke tindakan yang konkrit.

Kelemahannya adalah perlu keterampilan tertentu, terbatas pada situasi belajar


tertentu, perlu waktu lama dan biaya besar serta perlu persiapan matang

4. Curah pendapat (brain storming)


Metode ini merupakan modifikasi metode diskusi kelompok. Prinsipnya sama
dengan metode diskusi kelompok. Bedanya, pada permulaan pemimpin kelompok
memancing dengan satu masalah dan kemudian tiap peserta memberikan
jawaban atau tanggapan (curah pendapat) Tanggapan atau jawaban-jawaban
tersebut ditampung dan ditulis dalam flipchart atau papan tulis. Sebelum semua
peserta mencurahkan pendapatnya, tidak boleh dikomentari oleh siapa pun.
Baru setelah semua anggota mengeluarkan pendapatnya, tiap anggota dapat
mengomentari, dan akhirnya terjadi diskusi.

Kekuatan dan kelemahannya:


Kekuatannya adalah memperoleh sejumlah pemikiran atau pendapat-pendapat
baru dari peserta, mengetahui tingkat pemahaman peserta terhadap materi
yang akan dibahas tersebut. Kemudian dapat merangsang partisipasi, bisa
menghasilkan reaksi berrantai, tidak menyita waktu banyak, dapat dilakukan
pada kelompok besar/kecil serta tidak memerlukan peralatan yang banyak

Kelemahannya adalah kurang memperoleh pandangan atau pendapat serta sulit


merumuskan beberapa pendapat peserta.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
197
PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

5. Bola Salju (snow balling)


Kelompok dibagi dalam pasangan-pasangan (1 pasang terdiri dari 2 orang) dan
kemudian diberikan suatu pertanyaan atau masalah. Setelah lebih kurang 5 menit
maka tiap 2 pasang bergabung menjadi satu. Mereka tetap mendiskusikan masalah
tersebut, dan mencari kesimpulannya. Kemudian tiap 2 pasang yang sudah
beranggotakan 4 orang ini bergabung lagi dengan pasangan lainnya dan demikian
seterusnya sehingga akhirnya akan terjadi diskusi seluruh anggota kelompok.

Kekuatannya adalah:
a. Setiap orang aktif menyampaikan pendapatnya
b. Materi yang dibahas dapat lebih banyak
c. Waktu efektif dan efisien
Kelemahannya adalah:
a. Ada peserta yang tidak tau apa-apa
b. Bisa didominan oleh beberapa orang saja setelah digabungkan.

6. Kelompok-kelompok kecil (buzz group)


Kelompok langsung dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil (buzz group) yang
kemudian diberi suatu permasalahan yang sama atau tidak sama dengan kelompok
lain. Masing-masing kelompok mendiskusikan masalah tersebut. Selanjutnya hasil
dari tiap kelompok didiskusikan kembali dan dicari kesimpulannya.

Metode ini digunakan apabila :


a. Kelompok terlalu besar, sehingga tidak dimungkinkan setiap orang berpatisipasi.
b. Pokok pembahasan terhadap pemecahan masalah dapat dibahas dari
beberapa sudut pandang.
c. Ada anggota kelompok yang kurang aktif dalam kegiatan kelompok
d. Waktu terbatas
e. Ingin diciptakan suasana yang menyenangkan dalam kelompok.

Kekuatannya adalah:
a. Mendorong peserta yang malu-malu
b. Mencipatakan suasana yang menyenangkan
c. Memungkinkan pembagian tugas kepemimpinan
d. Menghemat waktu
e. Memupuk kepemimpinan
f. Memungkinkan pengumpulan pendapat sebanyak mungkin dari peserta
g. Dapat dipakai dalam metode lain
h. Memberi variasi dalam proses belajar.

198 KEMENTERIAN KESEHATAN RI


PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

Kelemahannya adalah:
a. Mungkin terbentuk kelompok dari orang-orang yang tidak tau apa-apa
b. Mungkin ada pemimpin yang lemah
c. Perlu belajar sebelumnya bila ingin mencapai hasil yang baik
d. Biasanya makan banyak waktu untuk persiapan.

7. Memainkan peran (role play)


Dalam metode ini beberapa anggota kelompok ditunjuk sebagai pemegang peran
tertentu untuk memainkan peranan, misalnya sebagai bidan, dokter, perawat,
pasien dan sebagainya, sedangkan anggota yang lain sebagai pengamat atau
anggota masyarakat. Mereka memperagakan konseling dengan menggunakan
kaidah “SATU TUJU” tentang pentingnya minum tablet tambah darah bagi ibu
hamil.

Anggota kelompok yang tidak bermain peran, diberi tugas untuk melakukan
pengamatan. Setelah bermain peran selesai, pemain diminta menyampaikan
perasaannya saat melakukan kegiatan bermain peran. Selanjutnya, pengamat
diberi kesempatan untuk menyampaikan hasil pengamatannya. Pada akhir
bermain peran disimpulkan bersama tentang peran bidan dalam melakukan
konseling tentang pentingnya minum TTD bagi ibu hamil.

Kekuatan dan kelemahan.


Kekuatannya adalah segera mendapat perhatian, dapat diterapkan pada kelompok
besar/kecil, bisa digunakan untuk menganalisis situasi, menambah rasa percaya
diri, sasaran dapat menyelami permasalahan, sasaran memperoleh pengalaman
dari orang lain serta dapat membangkitkan semangat untuk memecahkan
masalah.

Kelemahannya adalah masalah diasosiasikan dengan pemeran, ada orang yang


tidak senang bermain peran, butuh pemimpin yang terlatih, terbatas situasi atau
permasalahan yang diperankan, serta adanya kesulitan memerankan peran

8. Permainan simulasi (simulation game)


Metode ini merupakan gabungan antara bermain peran dengan diskusi kelompok.
Pesan-pesan kesehatan disajikan dalam beberapa bentuk permainan seperti
permainan monopoli, ular tangga, beberan. Cara memainkannya persis seperti
bermain monopoli dengan menggunakan dadu, gaco (petunjuk arah), selain
papan main. Beberapa orang menjadi pemain, dan sebagian lagi berperan
sebagai narasumber.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
199
PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

9. Metode Panel
Panel adalah pembicaraan tenang sebuah topik yang suidah direncanakan,
dilakukan di depan pengunjung. Di dalam sebuah diskusi panel diperlukan 3
atau lebih panelis (mereka yang menjadi pembicara dalam diskusi) dan seorang
moderator / pemimpin.

Metode panel ini digunakan bila:


a. Diperlukan untuk mendengar pendapat yang berbeda.
b. Panelis memenuhi syarat.
c. Pokok pembicaraan terlalu luas untuk didiskusikan dalam kelompok.
d. Dipandang perlu untuk mengajak pendengar / pengunjung untuk : “melihat ke
dalam” tetapi tidak memberikan tanggapan secara verbal dalam diskusi.
e. Dianggap perlu mempertimbangkan keuntungan dan kerugian suatu
pemecahan masalah.
f. Panelis dan moderator bersedia mempersiapkan diri.

Kekuatan:
a. Membangkitkan pikiran yang kritis.
b. Memberikan kesempatan mengemukakan pandangan yang berbeda–beda.
c. Mendapatkan hasil yang nyata.
d. Meningkatkan kemampuan analitis.
e. Memanfaatkan orang lain yang betul–betul memenuhi syarat.

Kelemahan:
a. Mudah tersesat dan berlarut – larut, sehingga tujuan diskusi tidak tercapai.
b. Memungkinkan panelis berbicara terlalu banyak.
c. Tidak memungkinkan semua peserta mengambil bagian.
d. Cenderung untuk menjadi serial pidato pendek.
e. Dapat memecah-belahkan pendengar, bila mereka memihak panelis tertentu.
f. Membutuhkan waktu dan persiapan yang cukup banyak.
g. Memerlukan seorang moderator yang terampil.

10. Panel – Forum


Metode seperti ini seperti metode panel, tetapi disertai partisipasi dari pengunjung.
Penggunaan metode ini berdasarkan pertimbangan sebagai berikut:
a. Menggambungkan penyajian ini dengan reaksi pengunjung.
b. Anggota kelompok diharapkan memberi reaksi pada diskusi itu.
c. Pendapat yang sulit didiskusikan sehingga perlu dibahas sebelum diajukan
secara terbuka.
d. Waktunya cukup.
e. Mempertimbangkan untung rugi suatu pemecahan masalah.

200 KEMENTERIAN KESEHATAN RI


PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

f. Panelis yang memenuhi syarat.


g. Menelaah pandangan yang berbeda – beda.

Kekuatan:
a. Memungkinkan sebagian besar anggota ambil bagian dalam diskusi.
b. Memungkinkan peserta menyatakan reaksinya.
c. Membuat peserta mendengar dengan penuh perhatian.
d. Memungkinkan adanya tanggapan terhadap pendapat panelis.
e. Ada hasil nyata.
f. Memungkinkan mengemukakan pendapat yang berbeda – beda.

Kelemahan:
a. Membutuhkan banyak waktu.
b. Memerlukan moderator yang terampil.
c. Mungkin terasa terputus – putus.
d. Memungkinkan panelis menyampaikan pidato dan bukan bicara dengan
pengunjung.
e. Mudah berlarut – larut.
f. Mungkin peserta kurang mampu memformulasikan pertanyaan dengan benar.
g. Memungknkan orang yang suka bicara memakai waktu yang banyak.

11. Metode Case Study (Studi Kasus)


Studi kasus ialah gambaran sekumpulan situasi masalah, termasuk detail–detail
yang memungkinkan kelompok menganalisa masalah tersebut. Permasalahan itu
merupakan bagian dari kehidupan masyarakat yang memerlukan analisa diagnosa,
dan terapi. Dapat disampaikan secara lisan maupun tertulis juga secara dramatis.
Metode ini dapat dipakai:
a. Untuk menghubungkan masalah dengan situasi hidup.
b. Untuk menganalisa suatu masalah.
c. Jika anggota tidak mampu melakukan role play.
d. Untuk membantu anggota memahami masalah.
e. Jika mencari kemungkinan–kemungkinan pemecahan masalah.
f. Untuk mengenalisa fakta yang ada tentang suatu masalah.

Kekuatan:
a. Dapat tertulis, lisan, difilmkan, direkam, diperankan atau diceritakan.
b. Dapat ditugaskan sebelum diskusi.
c. Memberikan kesempatan yang merata bagi anggota untuk mengusulkan
pemecahan.
d. Menciptakan suasana untuk pertukaran pendapat.
e. Meneropong masalah yang menyangkut kehidupan.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
201
PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

f. Memberi kesempatan untuk memakai pengetahuan dan keterampilan peserta.


g. Memungkinkan dilakukannya tindak lanjut dengan menggunakan simulasi.

Kelemahan:
a. Membutuhkan keterampilan untuk “menuliskan” masalah.
b. Masalah itu tidak selalu sama pentingnya bagi anggota.
c. Memerlukan banyak waktu jika dilakukan secara mendalam.
d. Meskipun cukup datanya, tetapi mungkin timbul perdebatan tentang data itu.
e. Membutuhkan pemimpin yang terampil.

12. Metode Simposium


Simposium adalah serangkaian pidato pendek di depan pengunjung dengan
seorang pemimpin. Pidato–pidato itu mengemukakan aspek–aspek yang eda
dari suatu topik tertentu. Metode ini digunakan dalam:
a. Jika ingin mengupas aspek–aspek yang berbeda dari topik tertentu.
b. Jika kelompok itu besar.
c. Jika kelompok itu membutuhkan keterangan yang ringkas.
d. Jika ada pembicara yang memenuhi syarat.
e. Jika tidak memerlukan reaksi pengunjung.
f. Jika pokok pembicaraan sudah ditentukan.

Kekuatan:
a. Dapat dipakai pada kelompok besar maupun kecil.
b. Dapat mengemukakan banyak informasi dalam waktu singkat.
c. Pergantian pembicara menambah variasi dan menjadikan lebih menarik.
d. Dapat direncanakan jauh–jauh hari.

Kelemahannya:
a. Kurang spontanitas dan kreativitas.
b. Kurang interaksi kelompok.
c. Hanya menekankan pada pokok pembicaraan.
d. Agak terasa formil.
e. Kepribadian pembicara dapat mempengaruhi pembawaan materi serta
penekanan ini.
f. Sulit mengadakan kontrol waktu.
g. Secara umum membatasi pendapat pembicara.
h. Membutuhkan perencanaan sebelumnya dengan hati–hati untuk menjamin
jangkauan yang tepat.
i. Cenderung untuk dipakai secara berlebihan.

202 KEMENTERIAN KESEHATAN RI


PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

B. Individu/Perorangan
Penyuluhan atau promosi kesehatan secara individu/perorangan adalah
penyampaian pesan dari seseorang kepada orang lainnya atau lebih, dapat
dilakukan melalui komunikasi secara langsung maupun tidak langsung. Komunikasi
langsung, misalnya kunjungan rumah, komunikasi ditempat pelayanan kesehatan.
Sedangkan komunikasi tidak langsung dengan menggunakan media, misalnya
komunikasi melalui telepon, surat, email, dll.

Metode dan teknik yang dapat diterapkan dalam penyuluhan atau promosi secara
individu/ perorangan adalah:
a. Komunikasi interpersonal
yaitu interaksi dari individu ke individu atau dari individu dengan kelompok
kecil, bersifat dua arah, kemudian pesan yang disampaikan dalam bentuk
verbal dan non verbal. Kedua belah pihak saling berbagi informasi dan
perasaan. Adapun langkah-langkah melakukan komunikasi interpersonal
adalah “SAJI” (Salam, Ajak Bicara, Jelaskan dan Ingatkan).

b. Konseling
yaitu suatu proses pemberian bantuan dari petugas konseling kepada
klien-nya, melalui pertemuan tatap muka dengan menyampaikan informasi
yang tidak memihak serta memberikan dukungan emosi, agar klien mampu
mengenali keadaan dirinya dan masalah yang dihadapinya sehingga dapat
membuat keputusan yang tepat dan mantap bagi dirinya sendiri dengan
kesadarannya sendiri tanpa ada unsur paksaan dari siapapun. Atas dasar
tersebut, kemudian klien bisa bertindak sesuai dengan keputusan yang telah
dipilihnya secara mantap karena memahami alasan dan tujuannya. Dasar dari
pengertian konseling adalah pemberian informasi yang tujuan akhirnya adalah
klien dapat membuat keputusan untuk mengatasi masalahnya.

Melalui konseling akan dapat terjadi suatu proses :


1) Perubahan perilaku
2) Peningkatan kemampuan untuk mengenal masalahnya, mengidentifikasi
alternatif pemecahan masalahnya, menetapkan prioritas alternatif
pemecahan masalah, menganalisis / melakukan kajian sejauhmana
konsekuensi dan keuntungan terhadap pilihan pemecahan masalah
yang telah ditetapkan.
3) Meningkatkan kemampuan untuk memutuskan dan bertindak
4) Meningkatkan hubungan antar perorangan
5) Membantu klien untuk dapat mengurangi ketegangannya
6) Meningkatkan potensi seseorang untuk mengatasi masalah
7) Meningkatkan kemampuan untuk mampu berpikiran positif dan optimis

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
203
PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

Adapun langkah-langkah praktis melakukan konseling adalah SATU TUJU.

SATU TUJU adalah SA: beri salam kepada klien (menciptakan hubungan),
sambut kedatangannya dan berikan perhatian; T : tanyakan kepada klien untuk
menjajagi pengetahuan, perasaan dan kebutuhan klien tentang. U : uraikan
informasi yang relevan / terkait dengan masalah klien. TU: bantu klien untuk
memahami masalah serta alternatif pemecahan masalahnya. J: Jelaskan lebih
rinci konsekuensi dan keuntungan dari setiap alternatif pemecahan masalah.
U : ulangi hal-hal penting yang dibahas, serta lakukan kesepakatan kunjungan
ulang klien atau rujuk ke tempat pelayanan lain bila diperlukan.

Teknik komunikasi interpersonal dan konseling meliputi: teknik menjadi
pendengar aktif, teknik mengajukan pertanyaan, teknik melakukan observasi,
teknik melakukan refleksi, teknik membantu klien mengambil keputusan,
teknik menggunakan media KIE serta teknik mengatasi situasi sulit dalam
melakukan komunikasi interpersonal dan konseling (klien menangis terus,
tidak mau berbicara, marah, kecewa, dll)
a. Teknik menyambut klien
• Begitu melihat klien datang, jangan sekali-kali bersifat masa bodoh,
acuh atau melalaikan dia. Sambutlah dia, ucapkan terimakasih atas
kedatangannya.
• Sampaikan assalamualaikum, atau selamat pagi, apa kabar dengan
nada suara yang akrab disertai dengan ekspresi pandangan mata
yang tertuju pada klien, wajah tersenyum bersahabat, wajar dan ada
kontak perasaan (menyapa / menyampaikan salam dengan hati).
• Untuk anak remaja pakai bahasa yang sesuai
• Segera persilahkan masuk dan duduk
• Usahakan untuk segera memberikan pelayanan dan bersikaplah
sopan terhadap klien. Bila klien melakukan kontak melalui telepon
usahakan segera dijawab dengan baik dan sopan.
• Jika seorang klien telah berjanji pada jam yang tertentu untuk
menemui anda, maka usahakan untuk siap tepat waktu.

b. Teknik menjadi pendengar aktif


Pengertian mendengar aktif adalah suatu proses merekam semua
informasi yang disampaikan oleh klien, sehingga diperoleh suatu
gambaran yang komprehensif dari keadaan klien yang sesungguhnya.

Tujuan menjadi pendengar aktif adalah diperolehnya gambaran yang


benar tentang keadaan masalah klien baik secara fisik maupun secara
psikologis, kebutuhan klien, perasaan klien, arah percakapan klien.

204 KEMENTERIAN KESEHATAN RI


PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

Sehingga dapat memikirkan tindakan apa yang harus dilakukan.


Teknik menjadi pendengar aktif adalah:
• Berhenti berbicara dan membiarkan klien berbicara dengan enak.
Bantu agar klien merasa bebas berbicara
• Tunjukkan pada klien bahwa anda ingin mendengarkan. Mendengarkan
untuk mengerti dan bukan untuk menentang
• Ciptakan situasi aman dan nyaman agar klien dapat berbicara dengan
bebas.
• Memberikan perhatian dan simpati saat klien berbicara
• Bersabar untuk tidak memotong pembicaraan
• Mampu menguasai emosi.
• Bersikap tenang dalam melakukan argumentasi serta menerima kritik
• Mengajukan pertanyaan terbuka, pertanyaan hendaknya relevan
dengan masalah klien
• Menyampaikan tanggapan yang sesuai dan tidak bertele-tele,
gunakan bahasa yang sopan dan mudah dipahami.

c. Teknik melakukan observasi


Pengertian observasi / pengamatan artinya adalah suatu proses yang dilakukan
oleh seseorang untuk memahami keadaan orang lain sehingga diperoleh
informasi tentang keadaan orang itu yang sesungguhnya. Observasi juga
merupakan suatu kegiatan yang dilakukan dengan sengaja yang bertujuan
untuk dapat menetapkan penilaian secara obyektif dan tidak secara subyektif.
Tujuan lainnya adalah diketahuinya adanya ketidak sesuaian antara tingkah
laku verbal dan non verbal klien, antara pernyataan dengan kejadian yang
sesungguhnya.

Teknik melakukan observasi adalah dengan jalan:


• Melihat dan mendengar serta memahami tingkah laku non-verbal klien
dengan jalan melihat bahasa tubuh, tatapan mata, ekspresi wajah
(raut muka), nada/kualitas suara, tempo bicara, sikap diam, gerakan-
gerakan fisik saat berbicara, posisi jalan/duduk, bentuk penampilan,
dll semuanya merupakan indikator penting untuk mengetahui apa yang
telah terjadi pada diri klien/seseorang.
• Melihat dan mendengar serta memahami tingkah laku verbal, yaitu
semua suara-suara / kata-kata bermakna yang disampaikan. Termasuk
juga ungkapan-ungkapan pujian, pertanyaan, omelan, dll
• Melakukan penafsiran dan memberikan tanggapan atau refleksi,
baik refleksi isi maupun refleksi perasaan. Refleksi isi percakapan
(paraphrasing) adalah mengungkapan kembali atau memberi masukan
kepada klien tentang inti dari apa saja yang baru dikatakannya dengan

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
205
PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

cara memendekkan dan memperjelas pendapat klien. Merefleksi isi tidak


sama dengan membeo karena merefleksi isi menggunakan sebagian
dari kata-kata petugas ditambah dengan kata-kata inti dari klien.

d. Teknik mengajukan pertanyaan:


• Mulailah dengan menyampaikan pertanyaan-pertanyaan yang bersifat
terbuka agar klien berbicara banyak
• Fokuskan pembicaraan pada topik bahasan, jangan bertele-tele, jangan
menggurui dan jangan menghakimi, jangan mengajukan pertanyaan
ketopik lain apabila topik yang sedang dibicarakan belum anda pahami
• Pakai bahasa verbal dan non verbal serta nada suara yang bersahabat
• Menggunakan bahasa yang mudah dipahami.
• Jadilah pendengar yang baik dan aktif, tunjukkan perhatian sepenuhnya
pada klien, tatap matanya kemudian lakukan refleksi isi, refleksi perasaan
atau kombinasi, kemudian ajukan pertanyaan lain bila masih perlu.
• Tunjukan sikap dapat menjaga rahasia
• Hindari pertanyaan yang menyudutkan klien
• Hindari terlalu banyak bertanya pada klien
• Apabila klien terlihat mulai jenuh, akhiri pertemuan saat itu dan buat janji
agar bisa
• dilanjutkan pada pertemuan berikutnya.

e. Teknik melakukan refleksi


Refleksi adalah memberikan umpan balik terhadap ungkapan klien. Tujuan
refleksi adalah memberikan perhatian kepada klien. Cara melakukan refleksi
adalah menyampaikan kembali kata-kata klien dengan menggunakan bahasa
petugas (disebut refleksi isi), selain itu petugas juga menyampaikan ungkapan
perasaan sebagai bentuk respon terhadap pernyataan klien (disebut refleksi
perasaan).

f. Teknik membantu klien mengambil keputusan


Ada rumusan sederhana yang dapat digunakan petugas dalam membantu
klien mengambil atau menetapkan keputusan yaitu dengan “ 4 K” yaitu
kondisi, kehendak, konsekuensi dan keputusan. Kondisi yaitu gambaran
permasalahan yang dihadapi klien saat itu. Kehendak adalah kemauan
klien apa untuk mengatasi permasalahan itu. Konsekuensi yaitu upaya klien
dibantu petugas melakukan kajian tentang bebrapa alternatif pemecahan
masalah beserta konsekuensinya. Dianjurkan agar petugas tidak mengajak
klien memikirkan terlalu banyak alternatif pemecahan masalah, karena
bisa membuat klien bingung. Selanjutnya, adalah memotivasi klien untuk
menetapkan keputusannya sendiri.

206 KEMENTERIAN KESEHATAN RI


PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

g. Teknik menggunakan media KIE


Tujuan menggunakan media KIE adalah untuk memperjelas penyampaian
pesan serta membantu klien untuk memahami informasi yang disampaikan,
menumbuhkan daya tarik, membantu petugas untuk memfokuskan
pembicaraan.

Petugas konseling seharusnya tidak menggambar di udara saat menyampaikan


penjelasan pada klien, karena akan terjadi salah tafsir/ persepsi.
Teknik penggunaan media KIE tergantung pada jenis media-nya misalnya: lembar
balik, poster, model, CD, dll. Namun secara prinsip ada beberapa hal yang harus
diperhatikan oleh petugas yaitu:
• Ajak klien untuk memperhatikan media tersebut, hendaknya dalam
menggunakan media kontak mata antar petugas dan klien tidak terhalang.
• Fokuskan pembicaraan sesuai dengan informasi (kata-kata maupun
gambar) yang ada pada media yang sedang dipergunakan.
• Tekankan bahwa informasi yang ada di dalam media ini penting
• Lakukan pengecekan pemahaman klien terhadap informasi yang dibahas
dengan menggunakan media KIE tersebut. Apabila klien sudah mempunyai
pemahaman yang baik berikan pujian dan lanjutkan dengan informasi
lainnya. Tetapi apabila klien masih kurang paham ulangi dan beri penekanan
pada hal-hal yang penting.

h. Teknik melakukan Empati


Empati adalah merasakan apa yang sedang dirasakan klien, tetapi petugas tidak
larut dalam perasaan klien. Adapun teknik melakukan empati adalah:
• Menjadi pendengar yang baik dan aktif.
• Melakukan refleksi isi dan perasaan
• Memberikan perhatian, rasa tenang, pujian, dukungan moril dan
memberikan bantuan terhadap masalah klien
• Melakukan tindakan pelayanan yang cepat dan akurat
• Melakukan pemantauan dan penilaian terhadap tindakan serta keadaan
klien.

i. Teknik menyampaikan informasi atau pesan


Ada beberapa teknik yang harus dilakukan dilakukan oleh petugas saat
menyampaikan informasi atau peasan pada klien yaitu:
• Menggunakan bahasa sederhana, verbal dan non-verbal, tidak bertele-tele,
sesuai dengan permasalahan serta berisi tindakan konkrit yang mampu
di lakukan klien untuk mengatasi masalahnya. Pesan disampaikan secara
bertahap dan sistematis Memberi contoh-contoh nyata yang memudahkan
klien untuk bisa memahaminya

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
207
PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

• Mengulangi pesan yang peting dan perlu ditindak lanjuti oleh klien
• Berbicara dengan wajah ramah serta sikap yang sopan, vocal jelas, ada
sentuhan emosional, nada bicara yang tidak monoton, dll
• Memperhatikan atau selaras dengan nilai-nilai social budaya atau karakter
spesifik klien
• Melakukan pengecekan pemahaman.
• Menggunakan alat bantu atau media KIE
• Tidak menyampaikan informasi dengan ”menggambar di udara”
• Memberikan pujian serta solusi yang tepat
• Menggunakan waktu secara efektif dan efisien. Apabila klien sudah jenuh
jangan di paksakan
• Menghindari sikap arogansi, mengancam, menakut-nakuti, mengobral
janji, mengecewakan, menyinggung perasaan, menyalahkan, menghina,
memojokkan, menghakimi, dll
• Berusaha menempatkan diri pada posisi klien.

j. Teknik memperlakukan klien secara terhormat


• Menerapkan SAJI atau SATU TUJU
• Memahami keinginan serta kebutuhan klien terhadap pelayanan kesehatan,
meliputi :
• Memberikan perhatian dan pelayanan kesehatan yang dibutuhkan klien.
• Penyediaan tempat pelayanan kesehatan yang nyaman, bersih, aman, dan
bersahabat.
• Pelayanan yang dirasakan berkeadilan oleh semua golongan, perempuan
dan laki-laki; orang dewasa, remaja, anak-anak; orang kaya dan orang
miskin, dan sebagainya.
• Menepati janji.
• Tersedianya sarana pendukung komunikasi, seperti alat peraga dan
media KIE (komunikasi, informasi, edukasi) lainnya.
• Menyusun rencana bersama klien tentang tindakan prioritas yang akan
dilakukan.
• Melaksanakan tindakan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan.
• Melakukan penilaian bersama klien tentang asuhan kebidanan yang
telah diberikan.
• Menyusun rencana tindak lanjut bersama klien yang berkaitan dengan
upaya pemecahan masalah kesehatan untuk tahap berikutnya.

k. Teknik menghadapi situasi sulit


• Klien diam atau tidak mau berbicara
Upaya :
Katakan “Ya saya mengerti kalau hal ini enak untuk dibicarakan (refleksi).

208 KEMENTERIAN KESEHATAN RI


PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

Atau katakan : “Apa ibu merasa cemas ?” (refleksi perasaan – tunjukkan


dengan sikap tubuh yang penuh perhatian).

• Klien tidak berhenti menangis


Upaya :
Berusaha menenangkan, menunggu beberapa saat dan katakan “Tidak
apa – apa, menangislah kalau ingin menangis”.

• Petugas meyakini bahwa tidak ada penyelesaian bagi masalah klien


Upaya :
Uraikan keterbatasan atau hambatan yang ada. Minta klien memahaminya
dan mau memikirkan kembali sehingga dapat memperoleh keputusan
yang terbaik. Tawarkan untuk dibahas pada pertemuan selanjutnya, atau
bisa juga menawarkan klien untuk datang kepada petugas konseling
lainnya (merujuk).

• Waktu yang dimiliki petugas terbatas


Upaya :
Sampaikan sejak awal sebelum memulai pembicaraan : “Maaf, kali ini
waktu saya terbatas karena saya harus menghadiri pertemuan lain. Saya
berharap kita dapat melanjutkannya pada pertemuan selanjutnya.” Bila
perlu, ulangi tentang pertemuan selanjutnya itu diakhir percakapan.
Jangan langsung menolak klien. Usahakan untuk dapat memanfaatkan
waktu secara efisien dan efektif.

• Klien yang marah atau emosional


Upaya :
Upayakan anda selaku petugas tidak terpancing emosi dan tetap
bersikap sopan, tegas, profesional dan tenangkan dia. Ajak klien untuk
memahami keadaan / kejadian secara lebih arif dan jernih. Batasi
percakapan anda dan perhatikan apabila klien sudah terlihat reda, baru
anda kembali melakukan konseling atau rujuk pada petugas lain.

• Klien berbicara terus menerus dan tidak sesuai dengan pokok


pembicaraan
Upaya :
Fokuskan pembicaraan klien dengan cara memotong secara halus
misalnya dengan mengatakan “Maaf Bu, apakah ibu mencemaskan
sesuatu ? Ibu mengatakan hal yang sama berulang – ulang, apakah
ada kesulitan untuk menceritakan permasalahan lainnya ?”

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
209
PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

Pokok bahasan 3.
MELAKSANAKAN KEGIATAN PENYULUHAN TIDAK LANGSUNG

A. Penyuluhan Massa
Metode dan teknik yang diterapkan dalam komunikasi massa, dapat menggunakan
ceramah, pidato, siaran radio, siaran di televisi, di surat khabar, media cetak.
Dengan demikian metode promosi kesehatan yang diterapkan melalui kegiatan
komunikasi massa dapat dilakukan melalui komunikasi langsung maupun tidak
langsung.

Contoh: penyebarluasan informasi melalui penyebaran media cetak melalui


pemasangan media kesehatan ditempat-tempat yang strategis/ditempat-tempat
berkumpulnya orang banyak (warung/kedai, pasar), atau dapat juga menitipkan
pesan kepada para pemuka masyarakat/agama dengan memanfaatkan forum
yang ada, atau kampanye melalui media elektronik dan melalui media tradisional
sehingga masyarakat lingkungan mengenal situasi dan masalah kesehatan
beserta faktor-faktor risiko yang ada di wilayahnya. Pidato, siaran pedesaan (radio
dan televisi), wayang, sandiwara/dagelan, selebaran dari udara (pamlet), poster,
spanduk, dll.

Teknik yang dapat dilakukan dalam kegiatan ini adalah melibatkan public
figure, media komunikasi massa yang disenangi sasaran, mengangkat tema
yang spektakuler, melakukan kuis berhadiah, ditambahkan nuansa hiburan,
menyelaraskan dengan even-even khusus, misalnya: Hari Jadi Kota, Hari
Kemerdekaan, dll

Ceramah umum
Pada acara-acara tertentu, misalnya pada peringatan Hari Kesehatan Nasional
(HKN), Kepala Puskesmas memberikan pidato didepan warga masyarakat.
Metode ini dillakukan jika ada kelompok orang yang perlu mendapat penjelasan
yang sama, sedangkan waktu terbatas. Ceramah memerlukan ruangan yang bisa
ditempati sekelompok orang, dengan pembicara yang menguasai masalah yang
akan diberikan. Ceramah jangan terlalu lama, cukup 30 menit. 10 menit pertama
untuk memberi penjelasan yang singkat tetapi jelas, 20 menit berikutnya untuk
tanya jawab.

Pidato
Pidato tentang kesehatan melalui media elektronik baik TV maupun radio, pada
hakikatnya merupakan bentuk promosi kesehatan massa.

210 KEMENTERIAN KESEHATAN RI


PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

Siaran berprogram
Siaran berprogram adalah penyampaian informasi secara terprogram melalui
siaran radio dan televisi yang bertujuan mengubah sikap, pengetahuan dan
tindakan masyarakat. Metode ini dapat dipakai dengan beberapa persyaratan,
antara lain:
• Sasaran heterogen dilihat dari segi umur, sosial ekonomi dan sebagainya.
• Informasi bersifat umum atau terbuka.
• Pesawat radio dan televisi sudah banyak dimiliki oleh dan tersebar merata di
masyarakat.

Kekuatan:
• Dapat mencakup sasaran yang luas.
• Dapat dipakai secara efektif untuk menambah pengetahuan umum.
• Sumber tenaga pengajar yang telah mahir di bidang siaran (broadcasting)

Kelemahan:
• Pesawat penerima siaran (radio dan televisi) belum merata dimiliki oleh
masyarakat.
• Memerlukan perencanaan dan desain matang dan memakan waktu lama.
• Memerlukan penyiar yang telah mahir di bidang siaran (broadcasting)

Pemutaran film dan slide


Informasi disampaikan kepada sasaran melalui media film dan slide. Persyaratan
penggunaan cara ini antara lain adalah:
• Tersedia proyektor, listrik dan tenaga untuk mengoperasikan proyektor
tersebut.
• Tersedia ruangan yang dapat menghalangi cahaya dari luar.

Kekuatan:
• Dapat mencapai sasaran yang besar.
• Karena bersifat visual, maka dapat membantu proses pengamatan, pengenalan
dan ingatan.
• Lebih menarik perhatian.

Kelemahan:
• Mahal
• Memerlukan peralatan dan teknologi tinggi.
• Memerlukan ruang yang khusus.
• Tidak dapat dilaksanakan di sembarang tempat.
• Kesulitan dalam menerima informasi (kesalahan persepsi) tidak dapat segera
diatasi.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
211
PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

Pemasangan/penggunaan pamflet, leaflet dan booklet


Penyampaian informasi kepada sasaran dilakukan dengan menggunakan
pamflet, leaflet, booklet dan sebagainya sebagai media. Persyaratan umum dalam
penggunaan metode ini antara lain adalah:
• Harus dirancang sedemikian rupa sehingga mudah ditangkap oleh sasaran.
• Tidak menimbulkan persepsi yang salah pada sasaran (masyarakat).
• Harus menyolok agar menarik perhatian penerima informasi secara spontan.

Kekuatan
• Menarik perhatian.
• Sasaran lebih besar, bahkan menjadi bersifat massal.
• Lebih efektif dan efisien.

Kelemahan:
• Kemungkinan timbulnya salah persepsi lebih besar.
• Kesulitan dalam persepsi atau penerimaan oleh sasaran tidak dapat segera
diketahui.
• Memerlukan rancangan yang matang dan perancang yang ahli.
• Kurang cocok untuk masyarakat sasaran yang buta huruf.

Tulisan-tulisan di majalah atau koran


Membuat tulisan di media cetak, seperti koran, majalah, atau bisa juga membuat
tulisan di majalah dinding sekolah.

Bentuk lain: billboard, spanduk, poster pencanangan, menyelipkan pesan pada
khotbah keagamaan, menyelipkan pesan pada kesenian tradisional, memanfaatkan
pengeras suara di tempat ibadah, membuat koran dinding di sekolah, menempelkan
pesan di tempat-tempat ramai, pemutaran film di tempat terbuka juga termasuk
promosi kesehatan massa

Sebelum melakukan promosi kesehatan massa terlebih dahulu dilakukan persiapan
yang akan dipakai dalam menetapkan metode dan teknik yang akan diplih, yaitu:
• Identifikasi Masalah kesehatan yang ada di suatu tempat
• Buatlah daftar masalah-masalah kesehatan yang ada, dan bisa juga tanyakan
mengenai data 10 penyakit terbanyak pada petugas kesehatan, dan juga
mewawancarai warga setempat.
• Tentukan prioritas masalah
• Dari hasil identifikasi, tentukanlah prioritas masalah yang akan kita bahas.
Biasanya dapat taeridentifikasi dari banyaknya warga yang merasakan masalah
tersebut, atau beratnya masalah yang ditimbukan seperti kematian.
• Susunlah rencana promosi kesehatan massa

212 KEMENTERIAN KESEHATAN RI


PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

• Menyusun rencana strategi promosi kesehatan massa yang akan digunakan.


Perencanaan promosi kersehatan massa yang baik meliputi penentuan tujuan
yang dicapai, sasarannya, pesan yang akan disampaikan, cara dan media yang
digunakan, waktu dan bisa juga dengan menentukan tokoh penggerak yang
dihormati.

1) Komunikasi massa
Adalah penyampaian pesan / informasi kepada sejumlah sasaran yang tidak
saling mengenal, biasanya dalam jumlah banyak.

Dari segi proses komunikasi, tidak berbeda dengan proses-proses komunikasi


yang lain. Wilbur Schramm menyatakan bahwa perbedaan antara proses
komunikasi massa dengan yang lain adalah sifat-sifat yang terkandung dalam
proses komunikasi massa, yaitu bahwa sumbernya atau komunikatornya lebih
banyak bersifat terorganisasikan atau terlembagakan, kemudian disalurkan
melalui media massa secara massal dan ditujukan kepada Orang banyak yang
bersifat anonim dan heterogen (1965).

Charles Wright (1959) mengidentifikasikan beberapa karakteristik komunikasi


massa sebagai berikut :
1) Komunikasi massa ditujukan kepada sasaran yang jumlahnya besar atau
luas, umumnya terdiri dari berbagai lapisan masyarakat (heterogen) dan
tidak dikenal (anonim).
2) Kegiatannya dilakukan secara cepat dan waktu-waktu tertentu.
3) Komunikator dilakukan oleh suatu bentuk organisasi.
4) Pesan-pesan disiarkan secara umum, sehingga dalam waktu yang
bersamaan pesan yang disampaikan dapat mencapai sebagian besar.

Melakukan kegiatan komunikasi massa jauh lebih sukar dari pada komunikasi
interpersonal. Sebab, komunikator harus menyampaikan pesan kepada
banyak komunikan yang berbeda karakteristiknya, pada saat yang sama.
Pesan dalam komunikasi massa adalah komunikasi yang disalurkan melalui
media massa, bersifat massal dan ditujukan kepada sasaran yang luas.

Media massa terdiri dari :


1) Media tercetak atau cetakan, yaitu surat kabar, majalah, buku pamflet,
billboard, dan lain-lainnya.
2) Media elektronika, yaitu radio, TV, film, dan sebagainya.

Secara umum, yang dikenal media massa adalah pers, radio, TV, dan film.
Syarat untuk dapat berfungsi sebagai media massa adalah: sifat massal dalam

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
213
PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

produksinya sehingga produknya itu mudah didapat oleh banyak orang, dan
dengan demikian harganya relatif begitu murahnya sehingga diharapkan setiap
orang dapat menikmatinya.

Model-model Komunikasi Massa.


Ada 4 model komunikasi massa, yaitu :
1) Model Jarum hipodermis (hypodermic needle model).
Pada hakekatnya adalah model komunikasi searah. Model ini beranggapan
bahwa media massa mempunyai pengaruh langsung, sangat kuat,
segera atau cepat, sangat menentukan terhadap sasaran dan hampir
tak ada kekuatan apapun yang dapat menghambatnya. Di sini media
massa digambarkan sebagai jarum raksaksa yang menyuntik sasaran
yang pasif. Menurut Elihu Katz : “model ini menurut para peneliti dahulu
didasarkan pada anggapan bahwa :

Media yang sangat berpengaruh mampu memaksakan kehendaknya
pada sasaran yang sama sekali tidak berusaha mencoba berpikir lain.

Sasaran dianggap tidak mempunyai hubungan satu sama lain, terikat


pada media massa tetap tidak terikat pada kelompoknya.

2) Model Komunikasi Dua Tahap.


Setelah berbagai penelitian Lazarsfeld, Berelson, dan Gaudet (1948)
mereka memperkenalkan konsep atau “model komunikasi dua tahap.”
Tahap pertama adalah pengalihan informasi dari media massa kepada
para pemuka pendapat, dan ini merupakan bentuk komunikasi massa.
Tetapi tahap kedua, dari pemuka pendapat kepada para pengikutnya
atau anggota masyarakat lainnya selain merupakan pengalihan informasi,
yang lebih penting ialah merupakan penyebarluasan pengaruh; ini bukan
lagi berbentuk komunikasi massa, tetapi komunikasi antar persona. Jadi,
dalam model komunikasi dua tahap ini selain diperkenalkannya orang-
orang yang dapat dianggap “kaya informasi” yang disebut pemuka
pendapat, diperkenalkannya juga hubungan atau peranan yang sangat
erat antara komunikasi antar personal dan komunikasi massa. Berbeda
dengan model jarum hipodermis yang senantiasa memandang massa
sebagai suatu kesatuan yang terdiri dari individu-individu yang terikat pada
media, tetapi terpisah hubungan sosialnya, maka model komunikasi dua
tahap memandang massa sebagai individu-individu yang berinteraksi.

Sesudah model ini dipergunakan selama 25th, ditemukan beberapa
kelemahan, hingga muncul dua model berikutnya.

214 KEMENTERIAN KESEHATAN RI


PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

3) Model Komunikasi Satu Tahap


Model ini mungkin merupakan penyempurnaan dari model jarum
hipodermis. Model satu tahap ini beranggapan bahwa media massa
langsung berpengaruh pada sasaran tanpa melalui pemuka pendapat.
Bedanya dengan model jarum hipodermis adalah :
• Model komunikasi satu tahap mengakui bahwa semua media memiliki
kekuatan pengaruh yang sama.
• Model ini memperhitungkan peranan selektivitas sebagai faktor yang
menentukan penerima sasaran. Artinya, sasaran memilih media massa
atau isinya, sasaran berbeda-beda persepsi dan kemampuannya
mengingat pesan.
• Model ini mengakui pula kemungkinan timbulnya dampak yang
berbeda pada sasarannya dari pesan yang sama.

4) Model Komunikasi Banyak Tahap


Model ini mencakup semua model yang dibicarakan terdahulu. Model
ini dikembangkan berdasarkan pengertian bahwa pada kebanyakan
komunikasi terjadi suatu fungsi penyebaran informasi secara estafet
kepada sasaran yang jumlahnya besar. Artinya, beberapa sasaran mungkin
menerima informasi langsung dari media massa, tetapi beberapa lainnya
menerima informasi setelah informasi tersebut melalui beberapa sasaran
lainnya.

5) Komunikasi Massa Yang Efektif.


Seperti diketahui, komunikasi massa merupakan komunikasi searah, dan
pesannya ditujukan kepada sasaran yang banyak, baik jumlah maupun
latar belakang sosial budayanya. Jelaslah, bahwa komunikasi massa bisa
tidak efektif ataupun malah bisa gagal total kalau dilaksanakan tanpa
mengenal dengan baik keadaan sosial budaya dan ekonomi daripada
sasaran. Walaupun hal ini sebenarnya berlaku untuk semua jenis
komunikasi, baik komunikasi massa maupun komunikasi antar persona,
namun dalam komunikasi massa hal ini lebih penting untuk diperhatikan.
Hal ini mengingat akan hal-hal berikut:
• Mencakup sasaran yang luas.
• Latar belakang sasaran lebih banyak variasinya.
• Komunikasi biasanya dilaksanakan dari jarak jauh, tidak berhadap-
hadapan.
• Tidak ada umpan balik (feedback) langsung.

Selain pesan dalam komunikasi massa harus bertolak dari situasi sosial
budaya dan ekonomi sasaran, pesan juga dikembangkan dengan

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
215
PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

mempergunakan bahasa yang mudah dipahami oleh sasaran dan


sifatnnya umum.

Apa yang bisa disumbangkan melalui komunikasi massa.


1) Menyebarluaskan informasi.
Hal ini sering tidak dirasakan oleh masyarakat. Di masyarakat di
mana orang sudak terbiasa membaca surat kabar, atau mendengar
radio atau melihat TV, sering tidak menyadari betapa banyaknya
mereka telah belajar oleh media massa tersebut.

2) Memperluas wawasan.
Dengan memperoleh informasi dari media massa maka orang lau
mengetahui apa yang sedang terjadi di bagian lain daripada dunia ini
walaupun orang tersebut tidak berkunjung ke tempat tersebut. Begitu
juga melalui media massa orang bisa tahu kehidupan masyarakat di
tempat lain. Demikianlah medoa massa telah memperluas wawasan
mereka.

3) Dapat memusatkan atau mengalihkan perhatian masyarakat.


Biasanya apa yang sedang hangat-hangatnya muncul di media
massa seperti surat kabar misalnya, itulah yang menjadi perhatian
masyarakat.

4) Dapat menggali aspirasi masyarakat.


Misalnya, media massa dapat merangsang masyarakat untuk
mempunyai keinginan hidup yang lebih baik, memiliki rasa harga
diri, dan sebagainya. Dengan perkataan lain, media massa dapat
menciptakan suasana positif untuk terjadinya perubahan.

5) Dapat merubah sikap masyarakat yang tidak begitu kuat.


Kalau sikap yang dimiliki itu kuat dalam dirinya, maka yntuk
merubahnya, tidak bisa hanya melalui media massa, tetapi harus
didukung dengan komunikasi antar personal.

6) Dapat menyebarluaskan informasi kepada komunikasi antar


personal.
Seperti diketahui, dalam komunikasi antar personal, peranan pemuka
masyarakat sangat berpengaruh, dan mereka inilah biasanya
bertindak sebagai komunikator. Sebagai pemuka masyarakat,
biasanya mereka lebih banyak kontak dengan media massa. Nah

216 KEMENTERIAN KESEHATAN RI


PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

di sinilah massa bisa berperan mensuplai informasi kepada pemuka


masyarakat tersebut.

7) Dapat memberikan atau meningkatkan status seseorang.


Seorang yang sering dimuat dalam media massa biasanya statusnya
akan naik.

8) Dapat mendukung berlakunya suatu norma.


Kalau suatu norma sudah didukung dan sering dimuat dalam media
massa, maka biasanya masyarakat menerima norma tersebut.
9) Dapat menciptakan selera.
Misalnya kalau media massa berulang kali memuat lagu-lagu
tertentu, biasanya masyarakat ikut-ikutan.

10) Dalam pendidikan, media massa tidak dapat berperan sendiri. Ia


harus ditunjang dengan komunikasi antar personal, lebih-lebih untuk
mengembangkn sikap dan keterampilan.

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PENYULUHAN PARTISIPATIF

Penyuluhan Partisipatif adalah kegiatan terencana berupa pendidikan non-formal,


yang perencanaan, pelaksanaan dan evaluasinya melibatkan sasaran didik secara
aktif. (Pemeran Utama)

Pelibatan masyarakat setempat sebagai sasaran didik dilakukan mulai


perencanaan, pelaksanaan sampai evaluasi seluruh kegiatan.

Dalam perencanan : identifikasi masalah dan kebutuhan yang menjadi titik tolak
perencanaan penyuluhan harus yang dirasakan dan dinyatakan oleh masyartakat
setempat.

Dalam pelaksanaan : anggota masyarakat menjadi pemeran utama; potensi


(pengetahuan, keterampilan, pengalaman) yang ada mereka dimanfaatkan secara
maximal. Penyuluh sebagai fasilitator

Dalam tahap evaluasi, pendapat masyarakat menentukan. Apakah semua yang


dilakukan tepat atau berhasil, atau kurang berhasil

Dalam pemberdayaan dan penyuluhan ini petugas penyuluh bertindak sebagai


inisiator dan organisator awal (bukan memutuskan segalanya), yang secara
perlahan peran itu akan dialihkan kepada anggota (pengurus) masyarakat.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
217
PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

Pada tahap awal masyarakat pasti belum siap untuk mampu berpartisipasi untuk
mampu dan mau berpartisipasi

Kebutuhan pelatihan masyarakat harus benar benar digali dari masyarakat, bukan
diasumsikan oleh penyuluh. Ini menyangkut substansi penyuluh.

Dalam penyuluhan partisipatif sikap penyuluh terhadap masyarakat sangat


penting

Anggota masyarakat bukan pegawai pemerintah dan bukan bawahan penyuluh;


jadi jangan diperintah atau dipaksa untuk melalkukan segala sesuatu yang
dukehendaki pemerintah.

Dalam penyuluhan partisipatif angota masyarakat adalah motra kerja penyuluh


untuk bekerjasama berusaha mencapai tujuan penyuluhan.

Sebagai fasilitator Penyuluh wajib melayani anggota masyarakatndengan baik


agar mereka dapat “belajar” dan berdaya dengan lebih cepat dan berhasil.

Program pemberdayaan masyarakat yang telah ditentukan segala-galanya dari


“pusat” bukanlah program pemberdayaan masyarakat yang baik.

Penyuluh dilapangan harus menyusun program penyuluhan dengan melakukan


improvisasi, inovasi, inisiatif dan memperhatikan potensi-potensi sosial, ekonomi
dan budaya masyarakat setempat.

Untuk memberdayakan masyarakat kita harus menempatkan masyarakat sebagai


suatu identitas yang bmandiri, memiliki kewaspadaan dan memiliki potensi untuk
menumbuhkan kehidupan yang lebih baik.

Jika masyarakat didorong-dorong untuk mengikuti arahan pemerintah, akan


berdampak melemahnya partisipasi masyarakat dan lemahnya sikap kritis kepada
pemeintah.

Pendekatan yang keliru bisa berakibat kurangnya motivasi dan daya dorong
masyarakat untuk ikut terlibat dalam melakukan prakarsa, perencanaan,
memberikan usul, merumuskan, memperdebatkan, dan mengevaluasi serta
melakukan pengawasan terhadap kebijakn publik ditingkat pusat ataupun lokal

Penyuluhan partisipatif pada hakekatnya adalah mendorong dan memberi ruang


selebar-lebarnya bagi masyarakat untuk melakukan inisiatif dan partisipasi sosial

218 KEMENTERIAN KESEHATAN RI


PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

Adanya partisipasi sosial menjadi indikator yang sangat penting untuk keberhasilan
penyuluhan partisipatif

Partisipasi sosial diartikan sebagai keterlibatan sukarela masyarakat dalam kelompok


sosial dan kegiatannya

Disini ada kelompok-kelompok sosial setempat menjadi sangat penting. Perlu ada
inisiatif terbentuknya “Kelompok Petani Hutan” dari bawah. Jangan memberi kesan
kelompok bentukan pemerintah

Kelompok ini harus benar-benar “milik” masyarakat setempat dan tidak menjadi sub
ordanisasi instansi lain.

Sosialisasi Social Forestry afdalah acara pertama pertemuan kelompok Petani (KPH)
dengan penekanan pada maksud dan tujuan SE, manfaat yang bisa diperoleh
masyarakat, apa peran masyarakat/ kelompok dan apa peran pemerintah

Pemeran utama kegiatan kelompok adalah masyarakat sedangkan penyuluh sebagai


penggali dan pengembang potensi masyarakat

Masyarakat diajak menyadari (bukan digurui) apa saja manfaat (fungsi) hutan dan
apa saja bahaya dan ancaman sebagai akibat adanya hutan yang tidak terpelihara
secara semestinya. Masyarakat diingatkan akan adanya kasus-kasus di nusantara
dan dunia yang terbukti merugikan masyarakat

Hal-hal di atas tidak dilakukan melalui acara ceramah tetapi melalui dialog yang
dilakukan berkali-kali

Menurut mereka apa yang harus dilakukan dan siapa yang harus melakukan

Dalam kelompok masyarakat diberi peluang membuat analisa dan mengambil


keputusan yang bermanfaat bagi mereka sendiri dan menentukan cara-cara untuk
mencapai tujuan yang diinginkan

Penyuluh menentukan batas-batas kebebasan mereka, misal menentukan batas


areal yang dapat dijadikan areal usaha, hal-hal yang boleh dan yang tidak boleh
dil;akukan di areal tsb. Dan berusaha mempercepat perubahan dan merangsang
tumbuhnya kemampuyan masyarakat untuk menentukan langkahnya sendiri dan
kemampuan untuk menolong dirinya sendiri.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
219
PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

Penyuluh menyediakan informasi tentang berbagai alternatif kegiatan usaha yang


bisa dilakukan dalam hutan untuk dipilh atau dimodifikasi sendiri oleh masyarakat
setempat.

Tujuan pendekatan ini adalah agar masyarakat memperoleh pengalaman belajar


mengembangkan dirinya melalui pemikiran dan tindakan yang dirumuskan sendiri
secara kolektif. Disinlah letak hakekat “pemberdayaan Masyarakat”

Prinsip-prinsip dasar yang harus digunakan dalam pemberdayaan masyarakat


adalah bahwa masyarakat memiliki potensi untuk memecahkan masalah sendiri,
partisipatif, demokratis, kesukarelaan dan berkeadaban.

Jadi kalau masyarakat terlihat tidak partisipatif, maka yang harus dipertanyakan
adalah apakah cara pemberdayaannya sudah benar.
Untuk memberdayakan masyarakat langkah awal yang sangat penting adalah
penorganisasian masyarakat sasaran ke dalam kelompok (unit) yang akan menjadi
wahana pemberdayaaan.

Pengorganisasian masyarakat adalah proses membangun kekuatan dengan


melibatkan anggota masyarakat sebanyak mungkin melalui proses:
• Menemu-kenali ancaman yang ada secara bersama;
• Menemu-kenali penyelesaian-penyelesaian yang diinginkan terhadap ancaman-
ancaman yang ada
• Menemu-kenali orang-orang dan struktur, birokrasi,perangkat yang ada agar
proses penyelesaian yang dipilih menjadi mungkin dilakukan
• Menyusun sasaran/tujuan yang harus dicapai
• Membangun sebuah institusi yang secara demokratis diawasi oleh seluruh
anggota
• Mengembangkan kapasitas (belajar, berlatih, mencari dukungan, menggalang
dana, dll) untuk menangani ancaman yang ada
• Menampung semua keinginan dan kekuatan anggota yang ada

Jadi pengorganisasian masyarakat bukan hanya sekedar melakukan pengerahan


masyarakat untuk mencapai sesuatu kepentingan semata, tetapi suatu proses
pembangunan organisasi masyarakat yang dialksanakan dengan jalan mencari
permasalahan dan tujuan bersama dan kemudian mencari penyelesaian secara
bersama pula yang didasarkan pada potensi yang ada dalam masyarakat yang
bersangkuta. Disini permasalahan yang berkaitan dengan kelestarian hutan akan
muncul kritis dan penggalian potensi pengetahuan lokal masyarakat

220 KEMENTERIAN KESEHATAN RI


PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

Penyuluhan partisipatif ini menutamkan pengembangan masyarakat berdasarkan


dialog atau musyawarah yang demokratis.

Pendapat dan usulan masyarakat merupakan sumber utama gagasan yang harus
ditindaklanjuti secara kritis, sehingga partisipasi masyarakat dalam merencanakan,
membuat keputusan dan melaksankan program merupakan tonggak yang sangat
penting.

Tujuan utama pemberdayaan masyarakat melalui penyuluhan partisipatif adalah


berkembangnya kedasaran masyrakat sehingga mampu mengelola potensi
sumberdaya mereka dan lingkungannya.

Penyuluhan partisipatif melalui pengorganisasian masyarakat adalah penumbuhan


kesadaran kritis, partisipasi aktif, pendidikan (nonformal) berkelanjutan dan
penggalangan kekuatan masayarakat

Jadi pemberdayaan masyarakat adalah bagian dari pengembangan SDM yang


bermuara pada peningkatan kesadaran dan kemampuan masyarakat untuk
memecahkan masalah yang mengancam kehidupan mereka.
• Jadi kalau Kemkes akan melaksanakan Social Forestry dengan melibatkan
masyarakat setempat dalam rangka meningkatkan kesejahteraan mereka
dengan melalui pendekatan pemberdayaan masyarakat, maka para petugas/
penyuluh di lapangan harus disiapkan untuk dapat menempatkan masyarakat
sebagai subyek utama.
• Para penyuluh dilapangan perlu belajar dan berlatih bagaimana
menorganisasikan masyarakat
• Para penyuluh dilapangan perlu berlatih bagaimana memberdayakan
masyarakat
• Para penyuluh perlu dibekali dengan pengetahuan dan keterampilan berbagai
alternatif kegiatan usaha pada areal hutan yang mendatangkan manfaat bagi
masyarakat sekaligus berdampak melestarikan hutan dan lingkungan
• Para penyuluh perlu dilatih untuk mampu berimprovisasi sesuai kondisi dan
situasi setempat dalam memberdayakan masyarakat tani hutan
• Social Forestry akan berhasil baik kalau program dan pelaksanaannya dapat
menempatkan kepentingan masyarakat tani hutan pada prioritas utama dan
kegiatannya berdampak pada pelestarian hutan dan lingkungan
• Penyuluhan partisipatif akan berhasil bila program dan penyulunya secara tulus
memperhatikan memperjuangkan, membela dan berpihak pada kepentingan
masyarakat setempat. Bukan hanya semata-mata bekerja untuk kelestarain
hutan dan lingkungan dengan memanfaatkan kekuatan yang ada pada
masyarakat.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
221
PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

• Pemberdayaaan masyarakat perlu didukung oleh adanya tenaga-tenaga


ahli yang menguasai pengetahuan dan keterampilan teknis penorganisasian
dan pemberdayaan masyarakat, serta siap-sedia setiap saat melatih dan
mendampingi para penyuluh di lapangan.

Pokok bahasan 4.
MELAKSANAKAN KEGIATAN PAMERAN

A. Pameran
Pada hakekatnya promosi kesehatan adalah keseluruhan proses pengenalan
produk tentang perilaku hidup bersih dan sehat yang harus dipasarkan kepada
khalayak sasaran, sehingga diharapkan mereka menerima dan mengadopsi
PHBS yang ditawarkan.

Promosi dalam pemasaran sosial meripakan bauran komunikasi pemasaran


(marketing communication mix), yaitu suatu perpaduan antara periklanan, penjualan
personal dan publisitas. (Rhenald Kasali). Jadi, kalau hanya mengandalkan iklan
saja dari produk yang dipasarkan, tanpa di ikuti oleh penjualan personal, maka
bisa saja mengalami kegagalan dalam mempromosikan suatu produk tersebut.

Pameran merupakan salah satu bentuk media promosi kesehatan yang mempunyai
pengaruh besar terhadap proses adopsi, apabila pameran tersebut dirancang
dengan baik dan seksama. Penyelenggaraan pameran sampai sampai saat ini
sangat digemari oleh khalayak masyarakat dari berbagai lapisan. Terlebih apabila
dalam penyelenggaraan pameran disertai dengan berbagai games berhadiah,
pemutaran film, pemberian sofenir, buku-buku.

Konsep Dasar Pameran


1. Pengertian pameran.
a. jukta, grafik, gambar, poster, benda hidup dan sebagainya secara
sistematis pada suatu tempat tertentu, dalam rangka promosi.
b. Informasi yang dimaksud bukanlah sekedar informasi biasa, tetapi
informasi yang mengandung makna yang lebih dalam. Artinya mempunyai
maksud dan tujuan yang beragam. Pameran merupakan ajang promosi
bagi produk yang baru atau mengingatkan kembali keberadaan produk
yang telah dipromosikan.
2. Manfaat Pameran
Apabila dikaji lebih mendalam pameran bermanfaat untuk memperkenalkan
suatu produk, mengajak, menghimbau, memperkenalkan, membangun
kepercayaan, menghibur serta membidik khalayak sasaran untuk mengadopsi
produk yang ditawarkan tersebut.

222 KEMENTERIAN KESEHATAN RI


PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

3. Fungsi Pameran
Fungsi pameran adalah salah satu bentuk promosi yang pada prinsipnya
menjembatani dua pihak antara yang mempunyai ide dengan penerima
ide atau sasaran, antara produsen dengan konsumen, antara komunikator
dengan komunikan, antara pemberi pesan dengan penerima pesan. Melalui
penyelenggaraan pameran, akan diperagakkan ide, jasa, barang produksi
dan lain – lain serta berbagai macam kegiatan pendukung lainnya.

Selain dari pada itu, fungsi pameran adalah sebagai sarana promosi karena :
a. Ikut pameran produk/jasa/kebijakan, kita tawarkan di kenal masyarakat.
b. Dapat memberikan informasi sejelas-jelasnya secara langsung kepada
masyarakat.
c. Melakukan persuasi untuk mengubah sikap dan pendapat masyarakat
d. Mengangkat citra produk/jasa.
e. Mengetahui minat masyarakat secara langsung
f. Ikut pameran dapat berinteraksi langsung
g. Alternatif promosi pameran

Fungsi pameran di bidang kesehatan adalah meningkatkan pengetahuan


masyarakat tentang pentingnya PHBS serta membangun sikap positif agar
PHBS diterima dan dilakukan dalam kehidupan sehari – hari.

4. Tujuan pameran
Ada beberapa macam tujuan pameran yaitu:
a. Penyebarluasan Informasi.
Melalui penyelenggaraan pameran diharapkan pengunjung dapat
menerima informasi tentang apa saja yang ingin diketahui. Pada pameran
kesehatan sasaran bisa mendapatkan informasi tentang kesehatan dan
permasalahannya. Tujuan pameran juga untuk memperkenalkan atau
menginformasikan suatu kebijakan produk dari suatu instansi

Contoh pameran pada Hari Kesehatan Nasional, informasi yang


disampaikan berkaitan dengan tema hari kesehatan tersebut.

b. Pendidikan.
Pengunjung pameran diharapkan dapat menyerap pengetahuan yang
dipamerkan sehingga akan menjadi dasar dalam proses perubahan
perilaku.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
223
PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

c. Promosi.
Setelah mengunjungi pameran, pengunjung dapat lebih mengenal
semua produk yang dipamerkan, menyenangi dan akhirnya memiliki.

d. Hiburan.
Penyelenggaraan pameran juga bertujuan agar pengunjung merasa
terhibur dan senang. Hiburan ini biasanya menjadi pelengkap dalam
suatu penyelenggaraan pameran sebagai daya tarik pengunjung.

Untuk mendapatkan pengunjung potensial, terbuka kesempatan yang


cukup besar bagi instansi pemerintah untuk membujuk pengunjung
yang datang ke acara pameran agar melihat atau membeli sesuatu
yang di tampilkan pada pameran tersebut.

5. Macam-macam Pameran.
a. Pameran di ruang terbuka (outdoor)
Pameran yang diadakan di ruang terbuka, maka partisi dan desain
pameran harus tahan terhadap cuaca panas, hujan maupun angin.
Perlu jadi perhatian pula mengenai lantai pameran, gunakan karpet
plastik karena dapat menahan hujan. Begitu pula mengnai pengamaan
kabel listrik, perlu diantisipasi bila terjadi hujan supaya tidak terjadi
hal membahayakan, misalnya terkena setrum. Untuk mengantisipasi
kejadian ini perlu ada petugas lapangan yang selalu stand by (bisa
bergantian).

b. Pameran di ruang tertutup (indoor)


Pemasangan stand pameran bisa dilaksanakan setelah office hours
(diluar jam kerja) bahkan pada larut malam sekitar pukul 22.00 (sepuluh
malam) dan pagi hari harus sudah selesai sebelum karyawan datang.

B. Pengelolaan Pameran
1. Perencanaan Pameran
Perencanaan yang baik akan menentukan kepada keberhasilan sebuah
pameran apalagi jika penyelengaraan pameran di kelola oleh orang yang
memiliki kreatifitas yang tinggi, konseptor ulung, mediator, inisiator dan
komunikator yang profesional.

Dalam merencanakan sebuah pameran perlu ditentukan apakah pameran


untuk membentuk image atau menimbulkan simpati atau mengubah
pandangan umum atau memberikan informasi/penerangan, kemudian kita
juga perlu menentukan target pengunjung apakah pengunjung segmented

224 KEMENTERIAN KESEHATAN RI


PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

(terbatas) atau pengunjung umum. Hal ini akan menentukan upaya-upaya


khusus untuk menarik perhatian dan dilayani oleh orang-orang khusus yang
sudah di latih.

Perencanaan pameran dimulai dengan penyusunan proposal. Dalam proposal


tersebut mencantumkan hal – hal sebagai berikut:
a. Pendahuluan / latar belakang
b. Maksud dan tujuan
c. Tema dan sub tema
d. Sasaran
e. Pelaksanaan dan peserta
f. Materi yang akan dipamerkan
g. Waktu pelaksanaan
h. Lokasi dan denah ruang pameran
i. Biaya, sponsor pendukung pameran

Proposal ini bermanfaat sebagai pegangan yang jelas dalam merancang


penyelenggaraan pameran, sehingga orang lain juga dapat memahami
gagasan atau pola pikir pengelola pameran. Proposal juga digunakan sebagai
bahan acuan untuk mencari dukungan dana dan bahan – bahan atau materi
kepada berbagai pihak terkait.

Selanjutnya, ada beberapa hal penting yang harus menjadi perhatian pengelola
pameran, yaitu:
a. Penentuan Tema merupakan hal yang sangat penting untuk menentukan
langkah selanjutnya, misalnya pameran yang bertema kesehatan dengan
subtema peran institusi kesehatan dalam menyambut hari kesehatan.
Tema-tema yang memunculkan suatu fenomena baru akan banyak
mendapat perhatian dari calon peserta pameran maupun pengunjung
pameran.
b. Penetapan jenis pameran, di tujukan untuk mencapai target sasaran yang
tepat, baik peserta maupun pengunjung dan juga akan mempermudah
memasarkan pameran, karena peserta pameran sudah bisa diarahkan.
c. Menentukan Sumber Daya Manusia, adalah orang yang terlibat dalam
sebuah tim kerja yang dapat diandalkan dengan pembagian tugas yang
jelas.
d. Menentukan desain stand, ukuran stand serta dekorasi di arena
pameran. Luas stand sangat tergantung dari barang yang dipamerkan,
umumnya ukuran luas stand standar untuk pameran yaitu 2 m x 2 m,
untuk pameran skala besar, ukuran luas stand minimal 3 m x 3 m dengan
stand standar 2,44 m – 2,50 m

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
225
PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

Pengelola pameran dalam merencanakan penyelenggaraan berperan sebagai:


a. Berperan sebagai organizer, adalah membuat proposal dan menjalin
kemitraan dengan berbagai pihak, pengurusan rapat dan pertemuan,
pengurusan perizinan, publikasi, penyelenggaraan, monitor dan evaluasi
pameran.
b. Berperan sebagai tim pelaksana. Kegiatan yang dilakukan adalah
melakukan pertemuan dengan berbagai pihak, melakukan koordinasi,
menentukan bahan-apa saja yang sesuai dengan tema pameran.
Penentuan program apa saja yang diikutsertakan dalam pameran, yang
sesuai dengan tema dan sub tema, program yang menjadi prioritas,
biaya.
c. Berperan sebagai peserta pameran. Memilih dan menetapkan amateri,
mendesain ruang pameran, merancang permainan yang bisa menjadi
daya tarik pengunjung, melakukan promosi pameran, dll
d. Berperan sebagai bagian dari peserta.
Bagian dari peserta pameran, diantaranya adalah petugas keamanan,
petugas penjaga buku tamu, pramuwicara, petugas konsultasi, petugas
yang membagikan media atau buku-buku pameran, dll

2. Menentukan dan Memilih Materi Pameran


a. Menentukan materi pameran Untuk menentukan materi pameran pihak
pengelola harus memperhatikan tema dan sub tema pameran yang
mau dilaksanakan. Berdasarkan tema dan sub tema tersebut maka
materi pameran baru ditentukan mana yang akan di-display. Apabila
tema dan sub tema pameran sudah jelas, langkah selanjutnya adalah
menganalisis program-program apa saja yang akan diikutsertakan
dalam penyelenggaraan pameran tersebut.

b. Memilih materi pameran Dari sekian banyak materi-materi pameran


yang sudah diperoleh tentunya harus dipilih materi mana yang harus
didisplay. Mengingat ruangan pameran sangat terbatas. Berdasarkan
tema dan sub tema, maka materi yang dipilih harus sesuai harus diingat
bahwa dalam menata materi yang akan dimasukkan di dalam ruangan
sempit yang tersedia harus selektif. Demikian juga bahan-bahan sajian
yang dimiliki harus dipikirkan cara penataannya, sehingga tidak terlihat
padat.

3. Mendesain pameran
Sebelum membuat desain pameran terlebih dulu pengelola harus meninjau
lokasi / tempat pameran dilaksanakan. Setelah diketahui dengan pasti
tempat pameran tersebut, tahap berikutnya adalah menata ruang yang

226 KEMENTERIAN KESEHATAN RI


PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

tersedia. Menata ruang tersebut adalah membuat desain pameran. Tidak


jarang pameran diselenggarakan secara bersama- sama dengan berbagai
pihak sehingga ruangan yang tersedia sangat sempit. Walaupun demikian
pihak pengelola harus pandai untuk mendesain ruangan agar pengunjung,
tempat meja tamu, masih mudah dijangkau. Bahkan perlu diusahakan untuk
menyediakan tempat konsultasi, taman, tempat bermain games.

4. Pembuatan Storyboard
Materi yang sudah terpilih untuk didisplay perlu disusun terlebih dahulu.
Dalam menyusun ini harus diurutkan secara benar dan dibuat alur cerita agar
menghasilkan rangkaian visual yang bermakna. Materi tersebut bisa dalam
bentuk panel – panel, standing banner, backdrop dll. Pekerjaan penyusunan
ini adalah pekerjaan yang tidak lepas dari prinsip – prinsip desain seperti
garis, bidang, ruang, warna komposisi, penonjolan, keseimbangan informal
dll. Dalam pembuatan storyboard sebaiknya digambar terlebih dahulu di atas
kertas. Agar alur cerita dan bentuk desain akan lebih terstruktur.

5. Penataan Stand Pameran.


Penataan stand pameran meliputi :
a. Tata letak stand
1) Display produk mudah di lihat
2) Sirkulasi pengunjung memadat dan terarah
b. Penampilan stand
1) Aktraktif (warna, ukuran, bentuk, konstruksi)
2) Sesuai tema dan falsafah perusahaan.
c. Penataan Produk
1) Produk lebih menonjol di bandingkan penataannya
2) Produk unggulan di tata secara khusus
3) Fungsi produk terlihat jelas
4) Berada dalam jangkauan/pandangan mata ( 90 cm – 200 cm)
d. Penataan informasi lengkap
1) Diletakkan berdekatan dengan objeknya
2) Tidak menggunakan tulisan tangan
3) Tidak terlalu kecil

6. Publikasi dan Promosi Pameran


Pengelola pameran juga harus memikirkan publikasi dan promosi pameran.
Karena publikasi dan promosi pameran dalam menyelengarakan pameran
adalah kegiatan yang paling penting. Tujuan promosi pameran adalah
untuk menarik minat calon peserta pameran agar dapat turut serta pada
penyelenggaraan pameran dan promosi juga dilakukan untuk mendatangkan

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
227
PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

pengunjung/pembeli yang sesuai harapan. Oleh karena itu dalam penyelengaraan


pameran, pengelola harus mengalokasikan biaya promosi cukup besar.

Langkah-langkah dalam perencanaan promosi pameran:


a. Mengidentifikasi sasaran
b. Menentukan tujuan komunikasi/promosi
c. Merancang pesan
d. Memilih saluran komunikasi
e. Menentukan anggaran promosi total
f. Memutuskan bauran promosi (iklan, promosi, penjualan)
g. Mengelola dan mengkoordinasi proses komunikasi pemasaran.

Metode Promosi Pameran


a. Penyebar luasan informasi melalui media cetak, penyiaran iklan
b. Promosi penjualan produk
c. Penyelenggaraan demonstrasi produk
d. Membuat games / permainan berhadiah.
e. Mendatangkan public figure
f. Pemutaran film
g. Pemeriksaan gratis : gula darah, tensi, osteoporosis, mata, telinga, kulit, dll
h. Melakukan kemitraan dengan pengusaha atau intitusi terkait.

Trik dalam Publikasi dan Promosi Pameran


i. Membuat brosur untuk mencari peserta pameran
j. Membuat brosur untuk informasi kepada calon pengunjung
k. Membuat iklan di media massa cetak dan elektronik
l. Mengadakan konferensi pers untuk pameran berskala besar
m. Iklan lewat internet/web site
n. Poster pameran
o. Spanduk-spanduk promosi
p. Stiker promosi
q. Souvenier promosi : t-shirt, topi, payung
r. Balon udara
s. Billboard pameran
t. Baliho
u. Umbul-umbul promosi/hanging banner

Kegiatan publikasi dan promosi sangat diperlukan dalam sebuah kegiatan


pameran untuk mencari peserta pameran, para sponsor dan mendatangkan
pengunjung sebanyak mungkin.

228 KEMENTERIAN KESEHATAN RI


PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

7. Membuat Display Pameran


Ada beberapa ketentuan sebelum mendisplay pameran yaitu:
a. Papan panel harus sudah tersedia.
b. Materi-materi pameran sudah ada.
c. Bahan-bahan pameran atau peralatan juga sudah tersedia.

Ada beberapa cara untuk mendisplay pameran.


Cara yang paling sederhana dengan menempel tulisan, gambar, atau foto
secara langsung pada panel. Ada juga cara yang lebih modern yaitu dengan
memanfaatkan sinar dari balik panel seperti yang ada pada papan reklame.

8. Evaluasi Pameran
Evaluasi dalam pengelolaan pameran ini merupakan kegiatan penilaian
terhadap serangkaian proses penyelenggaraan pameran. Evaluasi dapat
dilakukan saat pameran berlangsung dengan jalan:
a. Melihat catatan pengunjung di buku tamu.
b. Kuesioner atau daftar pertanyaan yang diberikan pada pengunjung
pameran.
c. Tanya jawab secara langsung dengan pengunjung.
d. Melakukan observasi.

Hasil evaluasi ini berguna sebagai masukkan apabila akan mengadakan


pameran di masa yang akan datang.

Contoh penataan ruangan pameran :


1. Space satu ruang satu sisi
2. Space satu ruang dua sisi
3. Space satu ruang tiga sisi
4. Stand pameran

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
229
PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

Pokok bahasan 5.
MEMBERIKAN PELAYANAN KONSELING KEPADA INDIVIDU/ MASYARAKAT

Konseling yaitu suatu proses pemberian bantuan dari petugas konseling kepada klien-
nya, melalui pertemuan tatap muka dengan menyampaikan informasi yang tidak memihak
serta memberikan dukungan emosi, agar klien mampu mengenali keadaan dirinya dan
masalah yang dihadapinya sehingga dapat membuat keputusan yang tepat dan mantap
bagi dirinya sendiri dengan kesadarannya sendiri tanpa ada unsur paksaan dari siapapun.
Atas dasar tersebut, kemudian klien bisa bertindak sesuai dengan keputusan yang telah
dipilihnya secara mantap karena memahami alasan dan tujuannya. Dasar dari pengertian
konseling adalah pemberian informasi yang tujuan akhirnya adalah klien dapat
membuat keputusan untuk mengatasi masalahnya.

Melalui konseling akan dapat terjadi suatu proses :


1. Perubahan perilaku
2. Peningkatan kemampuan untuk mengenal masalahnya, mengidentifikasi alternatif
pemecahan masalahnya, menetapkan prioritas alternatif pemecahan masalah,
menganalisis / melakukan kajian sejauhmana konsekuensi dan keuntungan terhadap
pilihan pemecahan masalah yang telah ditetapkan.
3. Meningkatkan kemampuan untuk memutuskan dan bertindak
4. Meningkatkan hubungan antar perorangan
5. Membantu klien untuk dapat mengurangi ketegangannya
6. Meningkatkan potensi seseorang untuk mengatasi masalah
7. Meningkatkan kemampuan untuk mampu berpikiran positif dan optimis

Adapun langkah-langkah praktis melakukan konseling adalah SATU TUJU.



SATU TUJU adalah SA: beri salam kepada klien (menciptakan hubungan), sambut
kedatangannya dan berikan perhatian; T : tanyakan kepada klien untuk menjajagi
pengetahuan, perasaan dan kebutuhan klien tentang. U : uraikan informasi yang relevan
/ terkait dengan masalah klien. TU: bantu klien untuk memahami masalah serta alternatif
pemecahan masalahnya. J: Jelaskan lebih rinci konsekuensi dan keuntungan dari setiap
alternatif pemecahan masalah. U: ulangi hal-hal penting yang dibahas, serta lakukan
kesepakatan kunjungan ulang klien atau rujuk ke tempat pelayanan lain bila diperlukan.

Teknik komunikasi interpersonal dan konseling meliputi :


Teknik menjadi pendengar aktif, teknik mengajukan pertanyaan, teknik melakukan
observasi, teknik melakukan refleksi, teknik membantu klien mengambil keputusan, teknik
menggunakan media KIE serta teknik mengatasi situasi sulit dalam melakukan komunikasi
interpersonal dan konseling (klien menangis terus, tidak mau berbicara, marah, kecewa,
dll)

230 KEMENTERIAN KESEHATAN RI


PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

Teknik menyambut klien


1. Begitu melihat klien datang, jangan sekali-kali bersifat masa bodoh, acuh atau
melalaikan dia. Sambutlah dia, ucapkan terimakasih atas kedatangannya.
2. Sampaikan assalamualaikum, atau selamat pagi, apa kabar dengan nada suara
yang akrab disertai dengan ekspresi pandangan mata yang tertuju pada klien, wajah
tersenyum bersahabat, wajar dan ada kontak perasaan (menyapa / menyampaikan
salam dengan hati).
3. Untuk anak remaja pakai bahasa yang sesuai
4. Segera persilahkan masuk dan duduk
5. Usahakan untuk segera memberikan pelayanan dan bersikaplah sopan terhadap
klien. Bila klien melakukan kontak melalui telepon usahakan segera dijawab
dengan baik dan sopan.
6. Jika seorang klien telah berjanji pada jam yang tertentu untuk menemui anda,
maka usahakan untuk siap tepat waktu.

Teknik menjadi pendengar aktif


Pengertian mendengar aktif adalah suatu proses merekam semua informasi yang
disampaikan oleh klien, sehingga diperoleh suatu gambaran yang komprehensif dari
keadaan klien yang sesungguhnya.

Tujuan menjadi pendengar aktif adalah diperolehnya gambaran yang benar tentang
keadaan masalah klien baik secara fisik maupun secara psikologis, kebutuhan klien,
perasaan klien, arah percakapan klien. Sehingga dapat memikirkan tindakan apa
yang harus dilakukan.

Teknik menjadi pendengar aktif adalah:


1. Berhenti berbicara dan membiarkan klien berbicara dengan enak. Bantu agar
klien merasa bebas berbicara
2. Tunjukkan pada klien bahwa anda ingin mendengarkan. Mendengarkan untuk
mengerti dan bukan untuk menentang
3. Ciptakan situasi aman dan nyaman agar klien dapat berbicara dengan bebas.
4. Memberikan perhatian dan simpati saat klien berbicara
5. Bersabar untuk tidak memotong pembicaraa
6. Mampu menguasai emosi.
7. Bersikap tenang dalam melakukan argumentasi serta menerima kritik
8. Mengajukan pertanyaan terbuka, pertanyaan hendaknya relevan dengan masalah
klien
9. Menyampaikan tanggapan yang sesuai dan tidak bertele-tele, gunakan bahasa
yang sopan dan mudah dipahami.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
231
PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

Pokok bahasan 6
MELAKUKAN PEMANTAUAN DAN EVALUASI PROGRAM PENYULUHAN
KESEHATAN

A. Pemantauan
Pemantauan suatu program seperti Promosi Kesehatan, merupakan upaya yang
dilaksanakan secara sistematis, dan terus menerus oleh pengelola program untuk
melihat apakah promosi program kesehatan yang sedang dilaksanakan sesuai
dengan yang direncanakan.

Apa yang dipantau ?


Dalam program promosi kesehatan, pemantauan mencakup :
a. Pesan / informasi yang disampaikan
b. Bahan-bahan promosi
c. Masukan-masukan promosi
d. Hasil promosi
a) Pesan / Informasi Yang Disampaikan
- Materi yang disampaikan melalui media elektronik, cetak, tradisional,
luar ruang.
b) Bahan-Bahan Promosi
- Film
- Radio spot, sandiwara radio, obrolan dan lain-lain.
- Media cetak : poster, Leaflet, Booklet, Lembar balik (Flipchart),
Kalender, Sticker dan lain-lain
- Media tradisional : Skenario / pesan yang dititipkan melalui media
tradisional
- Media luar ruang : Baliho, Umbul-umbul, Spanduk
c) Masukan Promosi
- Kegiatan dan jumlah tenaga yang telah mengikuti pelatihan
- Jumlah pertemuan
- Tatap muka
- Kunjungan rumah
- Diskusi Kelompok Terarah
- Penyuluhan massa : Jumlah media cetak yang telah didistribusikan,
Jumlah pemutaran film, Jumlah program radio yang telah dihasilkan
- Jumlah siaran radio spot
- Jumlah siaran sandiwara radio
d) Hasil Promosi
Hasil promosi dapat dilihat dari aspek :
- Adanya kemitraan dengan badan usaha, lintas sektor, dengan
melihat program kerjasama / surat keputusan kerjasama

232 KEMENTERIAN KESEHATAN RI


PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

- Adanya peningkatan pengetahuan, kemauan dan kemampuan


sasaran tentang kesehatan

Pemantauan dapat dilaksanakan dengan :


a. Menganalisis laporan dan data sekunder
b. Pengamatan langsung:
­ Wawancara
­ Diskusi Kelompok Terarah

Siapa yang memantau ?


a. Yang bertanggung jawab sebagai pengelola program
b. Yang melaksanakan program

Kapan mengadakan pemantauan ?


a. Selama perjalanan program
b. Setiap saat bila diperlukan

B. Evaluasi
Ada beberapa tipe evaluasi yaitu evaluasi input, proses, hasil dan evaluasi dampak.
Evaluasi input dan proses serupa dengan pemantauan input dan proses. Yang
akan dibahas disini adalah evaluasi hasil, sebab evaluasi dampak merupakan
evaluasi jangka panjang.

Ada beberapa indikator yang dapat dijadikan petunjuk untuk


melaksanakan Evaluasi, yaitu :
a. Indikator, output Prosentase tatanan sehat per desa
(hasil)
1. Jumlah forum / jaringan kemitraan promosi
kesehatan
2. Jumlah peraturan / kebijaksanaan yang
b. Indikator Proses
berwawasan kesehatan
3. Jumlah gerakan masyarakat dibidang
kesehatan
4. Prosentase jumlah tenaga profesional per
kabupaten / kota
c. Indikator Input
5. Frekuensi promosi kesehataan melalui
(masukan)
media massa
6. Jumlah kegiatan pelatihan / orientasi

Evaluasi hasil untuk menilai apakah program telah memberi pengaruh seperti
yang diharapkan, misalnya perubahan pengetahuan, sikap, kemampuan yang
semua berpengaruh terhadap perubahan perilaku seperti yang telah dirumuskan
dalam tujuan program.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
233
PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

1. Apakah yang dievaluasi ?


- Apa yang berubah sebagai hasil promosi kesehatan telah sesuai dengan
tujuan yang telah ditentukan ?
- Mengapa berubah ?
- Kelompok mana yang terjadi perubahan ?
- Kelompok mana yang tidak terjadi perubahan ?
- Apa yang menyebabkan perbedaan itu ?
2. Cara mengevaluasi ?
- Pengamatan langsung di lapangan
- Wawancara
- Diskusi Kelompok Terarah
- Survei cepat

3. Siapa yang mengevaluasi ?


- Staf sendiri
- Pihak luar : Perguruan Tinggi, Program lain, Relawan, LSM
4. Kapan mengadakan evaluasi ?
- Sesudah intervensi
- Sebelum dan sesudah intervensi

Panduan ini dapat dikembangkan sebagai pengayaan oleh setiap daerah dengan
menyesuaikan situasi dan kondisi permasalahan setempat. Penyesuaian dan
pengembangan tersebut merupakan muatan lokal yang justru meningkatkan wawasan
dan sekaligus sebagai bahan perbaikan untuk penyempurnaan buku panduan ini di
masa yang akan datang.

Harapan kami semoga buku ini bermanfaat untuk membuat keluarga-keluarga di


Indonesia lebih berdaya di bidang kesehatan.

Langkah-langkah melakukan monitoring dan evaluasi pesan dan media


kesehatan.
a. Menentukan waktu pelaksanaan kegiatan monitoring dan evaluasi. Kegiatan
monev dapat dilakukan selama dan sesudah program PKM atau promosi
kesehatan berlangsung.
b. Menentukan metode atau cara melakukan monev, misalnya: dengan melakukan
observasi, wawancara, diskusi, mengisi cheklis, dll
c. Melihat ketersediaan dana monev yang ada.
d. Menentukan tenaga pelaksana monev.
e. Menentukan wilayah atau daerah yang dilakukan monev
f. Membuat instrumen monev

234 KEMENTERIAN KESEHATAN RI


PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

g. Melakukan pertemuan persiapan tim monev untuk membahas rencana kegiatan


monev beserta intrumen dan indikatornya.
h. Melaksanakan kegiatan monev
i. Melakukan pengolahan informasi atau laporan yang masuk, selanjutnya
menganalisa dan membuat simpulan atau rekomendasi.
j. Menyusun tindak lanjut hasil monev pesan dan media promosi kesehatan tersebut.

VI. Referensi
• Depkes RI, Pusat Promosi Kesehatan, 2009, Sistim Kesehatan Nasional, Jakarta.
• Depkes RI, BPPSDMK. 2007, Kurikulum dan Modul Pelatihan Fasilitator Tingkat
Puskesmas dalam Pengembangan Desa Siaga, Jakarta.
• Kementerian Kesehatan RI, 2010, Pedoman Umum Pengembangan Desa dan
Kelurahan Siaga Aktif, Jakarta.
• Toto Mardikanto, 2010, Konsep-konsep Pemberdayaan Masyarakat, Surakarta.
• Toto Mardikanto, 2010, Model-Model Pemberdayaan Masyarakat, Surakarta
• Kementerian Kesehatan RI, 2010, ModulPelatihan Pemberdayaan Masyarakat
Bagi Petugas Puskesmas, Jakarta.
• Departemen Dalam Negeri, 2004, Undang-undang Nomor 32 tahun 2004 tentang
Pemerintah Daerah, Depdagri, Jakarta.
• Departemen Dalam Negeri,Direktorat Jenderal Pemberdayaan Masyarakat dan
Desa, 2004, Jakarta.
• Internet, 2013,

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
235
PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

MATERI INTI 5
PELAKSANAAN PENGEMBANGAN
PEDOMAN PENYULUHAN

I. Deskripsi Singkat
Dalam pelaksanaan pengembangan pedoman penyuluhan/ Promosi Kesehatan perlu
melaksanakan terlebih dahulu riset kualitatif dan kuantitatif. Teknik riset kuantitatif
dan kualitatif merupakan salah satu tugas utama Penyuluh Kesehatan Masyarakat
Ahli Pertama. Berbagai jenis riset atau kajian dilakukan diantaranya adalah dalam
mengidentifikasi pengetahuan, sikap dan perilaku sasaran penyuluhan/ promosi
kesehatan. Hasil kajian tersebut dipergunakan sebagai dasar dalam menyusun
pedoman panduan petunjuk teknis, yang kemudian di bahas melalui media massa
sehingga dapat dirumuskan untuk menjadi juknis atau pedoman. Selain itu kajian juga
diperlukan untuk mengetahui pengaruh kegiatan penyuluhan atau promosi kesehatan
yang telah dilakukan terhadap peningkatan perilaku, sikap dan perilaku sasaran.
Teknik kajian juga diterapkan pada saat melakukan ujicoba media KIE, penilaian
PHBS di Rumah Tangga, PHBS di Sekolah, PHBS di Tempat-tempat Umum, PHBS
di Institusi Kesehatan, PHBS di Tempat Kerja, kegiatan Desa Siaga Aktif dll.

Mengingat pentingnya kegiatan riset atau kajian tersebut, maka Pejabat Fungsional
PKM harus memiliki kesamaan pemahaman tentang teknik riset atau kajian di bidang
penyuluhan atau promosi kesehatan.

Ruang lingkup materi yang akan dibahas pada sesi ini meliputi: Tentang melaksanakan
pengembangan pedoman penyuluhan dengan melaksanakan riset kualitatif dan
kuantitatif, menyusun pedoman panduan petunjuk teknis, membahas konsep
pedoman juknis dan merumuskan konsep pedoman/ juknis.

II. Tujuan Pembelajaran


A. Tujuan Pembelajaran Umum:
Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu memahami dan melaksanakan
pengembangan pedoman penyuluhan/ Promosi Kesehatan.

B. Tujuan Pembelajaran Khusus:


Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu:
1. Melaksanakan Riset kualitatif dan kuantitatif
2. Menyusun pedoman panduan petunjuk teknis

236 KEMENTERIAN KESEHATAN RI


PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

3. Membahas konsep/ melalui media massa.


4. Merumuskan konsep pedoman/ juknis.

III. Pokok Bahasan dan Sub Pokok Bahasan


Dalam modul ini akan dibahas pokok bahasan dan sub pokok bahasan sebagai
berikut:

Pokok bahasan 1. Melaksanakan riset kualitatif dan kuantitatif



Pokok bahasan 2. Menyusun pedoman panduan petunjuk teknis
Sub pokok bahasan
a. Menyusun konsep / pedoman/ juknis/ untuk satu program
b. Menyusun konsep / pedoman/ juknis/ untuk satu program

Pokok bahasan 3. Membahas konsep/pedoman/ juknis


Sub pokok bahasan
a. Membahas konsep / pedoman/ juknis/ sebagai penyaji untuk
1) Satu program
2) Program terpadu
b. Membahas konsep / pedoman/ juknis/ sebagai pembahas untuk
1) Satu program
2) Program terpadu
c. Membahas konsep / pedoman/ juknis/ sebagai narasumber untuk
1) Satu program
2) Program terpadu

Pokok bahasan 4. Merumuskan konsep pedoman/ juknis untuk


Sub pokok bahasan
a. satu program
b. Program terpadu

IV. Langkah-Langkah Kegiatan Pembelajaran


Langkah-langkah kegiatan pembelajaran ini menguraikan tentang kegiatan fasilitator
dan peserta dalam proses pembelajaran selama sesi ini berlangsung (5 Jpl: 5 x 45
menit = 225 menit), adalah sebagai berikut:

Langkah 1
Pengantar dan penjelasan tujuan pembelajaran (10 menit)

Langkah pembelajaran:
a. Fasilitator menyapa peserta dengan ramah dan hangat. Apabila belum pernah

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
237
PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

menyampaikan sesi di kelas, mulailah dengan perkenalan. Perkenalkan diri


dengan menyebutkan nama lengkap, instansi tempat bekerja dan judul materi
yang akan disampaikan.
b. Menciptakan suasana nyaman dan mendorong kesiapan peserta untuk menerima
materi dengan menyepakati proses pembelajaran.
c. Dilanjutkan dengan penyampaian judul materi, deskripsi singkat, tujuan
pembelajaran serta ruang lingkup pokok bahasan yang akan dibahas pada sesi
ini.

Langkah 2.
Penyampaian dan pembahasan pokok bahasan 1. Melaksanakan riset
kualitatif dan kuantitatif (45 menit).

Langkah pembelajaran:
a. Fasilitator melakukan curah pendapat dengan mengajukan beberapa pertanyaan
kepada peserta untuk mengukur pemahaman peserta tentang Pelaksanaan
Pengembangan Pedoman Penyuluhan/ Promosi Kesehatan. Ada enam pertanyaan
yang diajukan kepada peserta secara bertahap, tahap awal pertanyaan yang
disampaikan: 1) pengertian dan tujuan Riset kualitatif dan kuantitatif 2) Bagaimana
menyusun pedoman panduan petunjuk teknis 3) Bagaimana membahas pedoman
panduan petunjuk teknis 4) Bagaimana merumuskan 5) Apa langkah-langkah
Pelaksanaan Riset kualitatif dan kuantutatif 6) Sebutkan Riset kulalitatif dan
kuantitatif. Fasilitator mencatat semua pendapat peserta, selanjutnya merangkum
dan menyampaikan paparan materi sesuai urutan sub pokok bahasan dengan
menggunakan bahan tayang.
b. Fasilitator memberikan kesempatan peserta untuk bertanya atau menyampaikan
klarifikasi, kemudian fasilitator menyampaikan jawaban atau tanggapan yang
sesuai.

Langkah 3.
Penyampaian dan pembhasan tentang Teknik Riset Kuantitatif/Survei Cepat
(45 menit)

Langkah pembelajaran:
a. Fasilitator menyampaikan pengantar penerapan pendataan PHBS di Rumah
Tangga dengan menerapkan teknik riset kuantitatif (survei cepat)
b. Fasilitator minta kepada peserta untuk menyampaikan pengalamannya tentang
pendataan PHBS di RT dengan menerapkan teknik riset kuantitatf/ survei cepat.
c. Fasilitator memberikan apresiasi kepada peserta yang bersedia menyampaikan
pengalamannya tersebut.

238 KEMENTERIAN KESEHATAN RI


PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

d. Fasilitator kembali menawarkan pengalaman penerapan teknik riset kuantitatif


dalam kegiatan yang berhubungan dengan promosi kesehatan.
e. Fasilitator mempersilahkan peserta untuk duduk
f. Fasilitator membacakan hasil kelompok satu tentang prinsip penerapan metode
dan teknik promosi kesehatan.
g. Fasilitator juga memberikan apresiasi kepada peserta yang bersedia menyampaikan
pengalamannya tersebut.
h. Fasilitator memberikan kesempatan peserta untuk menyampaikan tanggapannya
terhadap penyajian dua pengelaman tersebut.
i. Fasilitator menanggapi penyampaian pengelaman peserta tersebut, kemudian
menyampaikan penjelasan tentang teknik riset kuantitatif (survei cepat) meliputi
pengertian, langkah-langkah pelaksanaan survei cepat, populasi dan sampel,
pengembangan kuesioner, pengumpulan, pengolahan, analisa dan kesimpulan
hasil riset.
j. Fasilitator memberikan kesempatan pada peserta untuk bertanya hal-hal yang
kurang dipahami.
k. Fasilitator memberikan jawaban atau tanggapan terhadap pertanyaan atau
klarifikasi yang disampaikan oleh peserta latih.

Langkah 4.
Tehnik Riset Kualitatif (45 menit).

Langkah pembelajaran:
a. Fasilitator menjelaskan secara garis besar tentang teknik riset kualitatif terkait
dengan kegiatan promosi kesehatan.
b. Fasilitator membagi peserta menjadi empat kelompok, kemudian menugaskan
untuk berdiskusi selama 15 menit. Tugas diskusi kelompok tersebut adalah:
1. Kelompok satu dan dua: membuat instrumen wawancara mendalam.
2. Kelompok tiga dan empat: membuat instrumen diskusi kelompok terarah
(FGD).
3. Fasilitator minta setiap kelompok menyajikan hasil diskusinya, kemudian
fasilitator menyampaikan tanggapannya.
c. Fasilitator kembali menugaskan kepada kelompok satu dan dua untuk
memperagakan kegiatan wawancara mendalam dengan menggunakan
instrumen yang telah dibuat. Selanjutnya, kelompok tiga dan empat diminta untuk
memperagakan diskusi kelompok dengan menggunakan intrumen yang telah
dibuatnya. Peserta diberi waktu 10 menit untuk mempersiapkan bermain peran.
d. Fasilitator memilih dua kelompok untuk melakukan kegiatan bermain peran
(wawancara mendalam dan FGD). Dan dua kelompok lainnya menjadi pengamat.
e. Fasilitator memberi kesempatan kepada pengemat dan kelompok lain untuk
menyampaikan tanggapannya.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
239
PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

f. Fasilitator menanyakan manfaat kegiatan bermain peran


g. Fasilitator menyampaikan penjelasan lebih lanjt tentang pengumpulan, pengolahan,
analisa data yang menerapkan teknik riset kualitatif, dengan menayangkan slide.
h. Fasilitator memberikan kesempatan pada peserta untuk bertanya atau
menyampaikan klarifikasi tentang materi yang kurang dipahami.
i. Fasilitator menyampaikan jawaban atau tanggapan terhadap pertanyaan atau
klarifikasi yang disampaikan
j. Fasilitator merangkum dan membuat kesimpulan poin-poin penting dari materi
yang disampaikan.
k. Fasilitator merangkum dan membuat kesimpulan poin-poin penting dari materi
yang disampaikan Fasilitator setiap tahap kelompok selesai bersimulasi dan
berdiskusi menutup sesi , dengan memberikan apresiasi kepada seluruh peserta.

Langkah 5.
Merancang desain riset kuantitatif dan kualitatif (25 menit)

Langkah pembelajaran:
a. Fasilitator minta peserta tetap berada dalam empat kelompok.
b. Faslitator memberikan kertas flipchart untuk berdiskusi secara singkat (10 menit)
tentang.
1. Kelompok 1 dan 2 merancang riset kuantitatif terkait dengan kegiatan promosi
kesehatan dalam pengendalian penyakit demam berdarah.
2. Kelompok 3 dan 4 merancang riset kualitatif terkait dengan kegiatan promosi
kesehatan dalam pengendalian penyakit diare.
c. Fasilitator minta dua kelompok menyajikan hasil diskusinya, dan memberi
kesempatan kepada kelompok lain untuk menyampaikan tanggapannya.
d. Fasilitator merangkum hasil diskusi kelompok tersebut, kemudian menyampaikan
penegasan singkat pentingnya penjabat fungsional mempunyai kemampuan
merancang riset terkait dengan kegiatan PKM/ promosi kesehatan.
e. Fasilitator memberikan kesempatan pada peserta untuk bertanya atau
menyampaikan klarifikasi tentang materi yang kurang dipahami.
f. Fasilitator menyampaikan jawaban atau tanggapan terhadap pertanyaan atau
klarifikasi yang disampaikan oleh peserta latih.mempersilahkan para peserta
untuk mempraktekkan simulasi bermain peran sesuai topik yang sudah dipilih.
Masing-masing diberi waktu 45 menit. Semua ketentuan terlampir.
g. Fasilitator menyampaikan bahwa peserta yang lain dapat mengamati proses dan
mencatat bagian bagian yang penting kemudian didiskusikan secara langsung.
h. Fasilitator setiap tahap kelompok selesai bersimulasi dan berdiskusi menutup
sesi , dengan memberikan apresiasi kepada seluruh peserta.

240 KEMENTERIAN KESEHATAN RI


PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

Langkah 6.
Menyusun,membahas, merumuskan konsep/ pedoman/ juknis (45 menit)

Langkah pembelajaran:
a. Fasilitator memberikan penjelaskan bagaimana menyusun membahas,
merumuskan konsep/ pedoman/ juknis satu program (internal)
b. Fasilitator memberikan penjelaskan bagaimana menyusun membahas,
merumuskan konsep/ pedoman/ juknis lebih dari multi program

Langkah 7.
Kesimpulan (10 menit)

Langkah pembelajaran:
a. Fasilitator mengajak peserta untuk mereview hal-hal penting yang ada dalam
pokok bahasan dan sub-pokok bahasan ini.
b. Fasilitator menegaskan bahwa peran keberhasilan Penyuluh Kesehatan
Masyarakat dalam melakukan riset sangat penting, karena hasilnya sebagai dasar
merencanakan kegiatan promkes atau merancang intervensi perilaku dll.
c. Pada akhir sesi, fasilitator menyampaikan kembali tujuan pembelajaran umum
dan khusus dari pokok bahasan ini.
d. Fasilitator mengucapkan kata-kata yang membangun semangat serta harapan
agar setelah mengikuti pelatihan ini peserta mampu mengelola kegiatan
komunikasi dengan baik dan benar.

V. Uraian Materi

Pokok Bahasan 1.
PELAKSANAAN PENGEMBANGAN PEDOMAN PENYULUHAN/PROMOSI

A. Melaksanakan riset kualitatif dan kuantitatif


1. Latar Belakang
Dari hasil riset kesehatan daerah tahun 2010 dapat diketahui banyak hal yang
perlu intervensi PKM/ promosi kesehatan. Misalnya, status gizi balita (BB/U),
ternyata 4,9% gizi buruk, 13 % gizi kurang dan 5,8% gizi lebih. Selanjutnya,
jumlah balita yang ditimbang lebih atau sama dengan 4 kali hanya 49,4%,
yang ditimbang 1-3 kali adalah 26,9% serta balita yang tidak pernah ditimbang
sebanyak 23,8%.

Imunisasi dasar pada bayi, ternyata yang mendapat imunisasi lengkap adalah
53,8%, yang tidak lengkap adalah 33,5% serta yang tidak diimunisasi adalah
12,7%. Perawatan tali pusar bayi, 8% diberi ramuan tradisional dan 1,5%

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
241
PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

diberi obat tabur. Pemberian makanan pada bayi baru lahir adalah 43,6%.
Penderita TB yang berobat tidak lengkap (kurang dari 5 bulan) sebanyak
19,3%, dan yang tidak minum obat TB sebanyak 2,6%. Pembuangan tinja
(BAB), tidak sehat atau tidak di jamban sehat sebanyak 44,5%. Demikian
pula angka penyakit penular dan tidak menular atau penyakit degeneratif di
daerah pedesaan dan perkotaan juga terus mengalami peningkatan.

Dari data tersebut tentunya harus dilakukan intervensi yang efektif. Sebagai
langkah awal tentunya harus dilakukan riset atau kajian penyebab terjadinya
masalah tersebut, yang meliputi faktor-faktor non-perilaku dan perilaku. Riset
dapat dilakukan secara kuantitatif maupun kualitatif.

Teknik riset adalah teknik yang dipergunakan untuk mencari jawaban dari
suatu masalah. Teknik riset ini dibagi menjadi dua kelompok besar yaitu
teknik riset kuantitatif dan teknik riset kualitatif. Masing-masing teknik ini
dapat dipergunakan secara mandiri sesuai dengan tujuan yang diinginkan
tetapi dapat juga dipergunakan bersama-sama guna memperoleh hasil yang
optimal.

Ada perbedaan antara riset kuantitatif dan kualitatif yaitu :



Teknik riset kuantitatif
1. Mengukur keadaan sasaran untuk menguji hipotesis.
2. Mengukur tingkat tindakan yang dilakukan sasaran, berapa banyak atau
berapa kali.
3. Menggunakan pertanyaan tertutup
4. Mempelajari pengetahuan yang bersifat tunggal
5. Bersifat obyektif
6. Datanya numerik
7. Berbasis sebab akibat
8. Menguji teori.
9. Kontrol atas variable
10. Generalisasi
11. Elemen dasar analisis angka
12. Cara pengumpulan data dengan wawancara memakai kuesioner
13. Sasaran : responden
14. Jenis penelitian: survei

Teknik riset kualitatif


1. Mengukur kedalaman pemahaman / interpretasi sasaran
2. Bisa menggunakan hipotesis tetapi bisa juga tidak

242 KEMENTERIAN KESEHATAN RI


PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

3. Menggunakan pertanyaan terbuka


4. Mempelajari tindakan bersifat kompleks
5. Bertanya ”mengapa?”
6. Mempelajari motivasi
7. Bersifat subyektif
8. Datanya interpretasi
9. Sumbangsih tafsiran.
10. Berbasis pengetahuan dan temuan.
11. Elemen dasar analisis kata-kata
12. Keunikan
13. Mengembangkan/ membangun teori
14. Cara pengumpulan data dengan diskusi kelompok terarah/ FGD,
observasi, wawancara mendalam, bisa menggunakan instrumen
maupun tidak
15. Sasaran informan
16. Jenis penelitian: observasi

Dalam materi ini akan dibahas secara lebih mendalam mengenai salah satu
teknik riset kuantitatif yang sudah banyak dipakai di lapangan yaitu teknik
survei cepat dan teknik riset kualitatif yang juga sudah banyak dipakai yaitu
teknik diskusi kelompok terarah dan wawancara mendalam.

Untuk mencapai tujuan tersebut, materi yang harus dipelajari meliputi: konsep
riset kuantitatif dan kualitatif di bidang PKM/ promosi kesehatan, langkah-
langkah riset kuantitatif dan kualitatif di bidang PKM/ promosi kesehatan,
pengembangan instrumen riset kuantitatif dan kualitatif di bidang PKM/
promosi kesehatan, pengembangan desain riset kuantitatif dan kualitatif
melalui survei cepat.

B. Konsep riset kuantitatif dan kualitatif di bidang PKM/ promosi kesehatan


1. Pengertian
a. Pengertian riset
Research is systematic attempt to provide answers to questions. Such
answer may be abstract and general as is often the case in basic
research or they may be highly concrete and spsific as often the case in
applied research (Tuckman 1978:1)

Penelitian merupakan cara-cara yang sistematis untuk menjawab


masalah yang sedang diteliti. Kata sistematis merupakan kata kunci
yang berkaitan dengan metode ilmiah yang bersifat kritis dan analistis,
artinya metode yang menunjukkan proses yang tepat dan benar untuk

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
243
PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

mengidentifikasi masalah dan menentukan metode untuk pemecahan


masalah tersebut. Metode yang digunakan harus logis berdasarkan
argumentasi ilmiah dan rasional.

Metode bersifat konseptual dan teoritis agar hasil penelitian tersebut


dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah. Metode juga bersifat
empiris artinya metode yang dipakai didasarkan pada kenyataan atau
fakta di lapangan.

Teknik kajian merupakan suatu cara-cara sistematis untuk mencari jawaban


terhadap terjadinya suatu permasalahan atau termasuk penyebabnya.

b. Pengertian riset atau penelitian kuantitatif


1) Merupakan penelitian eksperimen, hard data, empirik, fakta nyata di
masyarakat dan statistik, survai, interview terstruktur.
2) Adalah suatu proses untuk mendapatkan informasi tentang gambaran
kondisi jumlah sasaran terhadap suatu permasalahan.
3) Adalah suatu proses / pendekatan penelitian yang menguji hipotesis
dan menerapkan pengukuran / perhitungan dengan data numeric.
c. Pengertian riset atau penelitian kualitatif
1) Adalah suatu proses untuk mendapatkan informasi tentang tingkat
pemahaman sasaran terhadap munculnya permasalahan beserta
penyebabnya yang bersifat kompleks (Catherine Marshal: 1995).
2) Merupakan penelitian etnografis, tugas lapangan, soft
data,deskriptif, pengamatan, dengan keterlibatan peran informan,
data dokumenter, studi kasus, studi sejarah, deskriptif, observasi,
review dokumen, partisipan observer.

2. Tujuan riset kuantitatif


a. Untuk menguji suatu teori.
b. Untuk menyajikan suatu fakta atau mendeskripsikan statistik,
c. Untuk menunjukkan hubungan antarvariabel, dan ada pula yang bersifat
mengembangkan konsep.
d. Untuk mengembangkan pemahaman atau mendeskripsikan banyak hal,
termasuk ilmu social.

3. Tujuan riset kualitatif


a. Untuk mengetahui pemikiran atau pandangan informan terhadap suatu
topik
b. Untuk mengembangkan, menciptakan, menemukan konsep atau teori

244 KEMENTERIAN KESEHATAN RI


PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

4. Tujuan penerapan teknik riset


a. Mencari jawaban mengapa muncul permasalahan itu (penelitian
eksploratori);
b. Meneliti ulang hasil penelitian sebelumnya (penelitian verifikatif);
c. Mengembangkan model atau strategi yang bersifat inovatif (penelitian
pengembangan),
d. Mengetahui faktor-faktor penyebab munculnya permasalahan itu :
1) Apakah dipengaruhi oleh faktor pengetahuan, sikap dan perilaku?
2) Apakah dipengaruhi oleh faktor ketersediaan pelayanan kesehatan?
3) Apakah dipengaruhi oleh faktor sosial budaya?
4) Apakah dipengaruhi oleh faktor-faktor lain?
e. Untuk mengembangkan strategi promosi kesehatan yang lebih tepat
untuk mengatasi masalah tersebut.

5. Langkah-langkah riset kuantitatif dan kualitatif


Secara umum Craig (1985) merumuskan langkah-langkah riset kuantitatif
maupun kualitatif adalah sbb:
a. Identifikasi masalah
b. Merumuskan masalah kajian
c. Merumuskan tujuan kajian
d. Membuat kerangka konsep kajian
e. Merumuskan hipotesis
f. Membuat metodologi kajian
g. Mendefinisikan istilah membuat definisi operasional
h. Membuat instrumen/ alat pengumpul data
i. Merencanakan kegiatan kajian
j. Melakukan pengumpulan data, editing, pengolahan, analisa data
k. Menulis bahasan , kesimpulan, rekomendasi

C. Teknik riset kuantitatif (Survei Cepat).


Teknik riset yang dibahas dalam materi ini adalah survei cepat.

1. Pengertian survei
Survei yang lebih dikenal dengan survei sampel adalah suatu usaha
pengumpulan informasi dari sebagian populasi yang dianggap dapat mewakili
populasi tersebut. Informasi dari masyarakat dapat diperoleh dengan
menggunakan kuesioner (seperti mengetahui pengetahuan / sikap / perilaku)
atau dengam melakukan suatu intervensi tertentu (seperti penimbangan,
pengukuran tinggi badan). Informasi diperoleh dapat berupa informasi tentang
cakupan atau prevalensi saja atau informasi tentang hubungan antar variabel.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
245
PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

Selama ini kegiatan survei dilaksanakan dengan biaya tinggi, sampel besar
dan prosedur cukup rumit. Hal ini dapat dimaklumi karena survei yang sering
dilaksanakan adalah survei pada tingkat provinsi bahkan nasional.

Tentunya teknik survei seperti ini kurang memadai untuk dilaksanakan di


tingkat kabupaten/kota, karena rumit, biaya besar dan memerlukan waktu
lama untuk pengelolaan / analisis data.

Dinas kesehatan kabupaten/kota tentu juga memerlukan informasi yang


berasal dari masyarakat untuk perencanaan pembangunan kesehatan
di daerahnya. Saat ini di era desentalisasi, tentu dinas kabupaten/kota
diharapkan mampu untuk menyusun perencanaan pembangunan kesehatan
sendiri yang sesuai dengan keadaan di daerahnya. Agar perencanaan dapat
tersusun dengan baik, tentu informasi dari masyarakat yang diperlukan.
Informasi ini kurang dapat diperoleh dari data yang bersumber pada laporan
rutin. Untuk mengatasi kekurangan ini tentu dapat dilakukan survei. Tetapi
tentu perlu dicari suatu bentuk metode survei yang sederhana, murah, dan
cepat sehingga informasi yang dibutuhkan dapat dihasilkan secara akurat
dan tepat waktu. Survei-survei besar yang sudah dilakukan selama ini, seperti
Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI), ataupun Survei Kesehatan
Rumah Tangga (SKRT) ternyata kurang dapat memenuhi kebutuhan
informasi bagi perencanaan kesehatan di tingkat kabupaten/kota. World
Health Organization (WHO) telah mengembangkan suatu teknik survei cepat
(Rapid Survey Method) dan ternyata teknik ini dapat juga dipergunakan untuk
evaluasi program kesehatan lain.

2. Pengertian survei cepat


Metode survei cepat pertama kali dikembangkan pada proyek Expanded
Programme on Immunization dari World Health Organization (WHO). Metode
ini menerapkan rancangan sampel klaster dua tahap, dengan pemilihan
klaster pada tahap pertama secara probability proportionate to size. Pemilihan
sampel pada tahap kedua, yaitu pemilihan sampel rumah tangga dilakukan
dengan cara random sederhana (simple random) atau dengan menerapkan
sistem rumah terdekat.

Saat ini telah banyak sekali terjadi perkembangan metode survei cepat Frerichs
(1989) mengembangkan metode survei cepat ini dengan memanfaatkan
micro computer dan memungkinkan aplikasi metode survei pada masalah
kesehatan lain. University Research Corporation (1993) telah membuatmodul
survei cepat yang daptat digunakan pada tingkat puskesmas. Ariawan
dan Freicha (1994) telah mengembangkan perangkat lunak CSURVEI yang

246 KEMENTERIAN KESEHATAN RI


PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

dapat digunakan untuk merancang sampel pada survei cepat. Center for
Disease Control (1994) telah menambah modul CSAMPEL untuk keperluan
analisis data survei cepat. Semua pengembangan metode survei cepat ini
tentu semakin mempermudah pelaksanaan survei cepat di samping juga
meningkatan akurasi hasil survei cepat.

Uji coba metode survei cepat di Indonesia juga telah banyak dilakukan.
Lwangan Abiprodjo (1987) telah melakukan uji banding antara survei cepat
dengan metode survei berdasarkan acak sederhana. Pandu Rionao dan
Iwan Ariawan dalam uji coba metode survei cepat di Kabupaten Bogor,
membuktikan bahwa dengan menggunakan metode ini informasi tentang
program program pemeriksaan kehamilan di masyarakat dapat diperoleh
dalam waktu 2 minggu. Uji coba metode survei cepat di 4 kabupaten di Jawa
Barat oleh FKM-UI juga membuktikan kemungkinan pemanfaatan metode ini
pada tingkat kabupaten.

Dengan pelbagai perkembangan yang ada pada survei cepat dan hasil uji
coba lapangan, maka dapat disimpulkan bahwa teknik riset ini layak untuk
dipakai sebagai metode pengumpulan informasi yang berasal dari masyarakat
(population based information) pada tingkat kabupaten/kota.

Secara garis besar dapat dikatakan bahwa ciri khas dari survei cepat adalah:
a. Dipergunakan untuk mengukur kejadian yang sering terjadi di
masyarakat.
b. Pengambilan sampel secara klaster dua tahap, dimana untuk tiap
kabupaten diambil sebanyak 30 klaster dan pada masing-masing klaster
diambil sebanyk 7 sampai 10 responden.
c. Jumlah pertanyaan dibatasi, 20-30 saja.
d. Rancangan sampel, pemasukkan pengolahan dan analsis data dilakukan
dengan bantuan komputer.
e. Waktu sejak pelaksaanaan sampai pelaporan singkat, 2-3 minggu saja.
f. Hasil survei disajikan dengan memakai statistik yang sederhana dengan
tetap memperhatikan kaidah statistik yang berlaku.

3. Langkah-langkah pelaksanaan survei cepat


Langkah-langkah untuk pelaksanaan survei cepat tidak berbeda engan survei
pada umumnya. Dari beberapa pengalaman melaksanakan uji coba survei
cepat maka ada beberapa langkah yang perlu diperhatikan:
a. Menentukan masalah kesehatan yang menjadi prioritas di daerah
tersebut dan menentukan tujuan pelaksanaan survei secara jelas dan
rinci

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
247
PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

Pengelola program tentu mempunyai bermacam-macam masalah yang


akan ditanggulangi. Besarnya masalah dapat diketahui dari beberapa
sumber informasi seperti misalnya rendahnya pencapaian target suatu
program, kendala yang ditemui dalam pelaksanaan kegiatan, atau dari
pertemuan rutin, melakukan kelompok diskusi yang intensif dan lain-
lain.

b. Menentukan besar dan metode sampel


Setelah permasalahan dan tujuan jelas dan rinci, kita harus menentukan
populasi sasaran, besar sampel dan metode sampel. Teknik penentuan
besar sampel dan metode sampel dibahas pada selanjutnya.

c. Mengembangkan alat pengumpul data


Pengumpulan data dapat dilakukan dengan menggunakan kuesioner
atau pengukuran dengan alat tertentu. Pada umumnya pengumpulan
data cukup dilakukan dengan menggunakan kuesioner.

Jika ada kebutuhan untuk memasukkan beberapa topik atau kelompok


sasaran dalam satu survei, maka perencanaan alat pengumpul data
sangat penting. Hal ini dapat dilakukan dengan mengembangkan pola
kuesioner sistem modul, dengan melakukan kombinasi pertanyaan
untuk setiap sasaran dan pertanyan khusus untuk sasaran tertentu
dalam bagian terpisah.

Uji coba (pre-test) instrumen perlu dilaksanakan. Uji coba sebaiknya


dilakukan terhadap kelompok kecil responden yang kira- kira
karakteristiknya hampir bersamaan dengan karakteristik populasi
sasaran survei. Uji coba dimaksudkan untuk memastikan apakah
pertanyaan yang ada pada kuesioner mudah dimengerti dan tidak
punya arti ganda, serta mengetahui apakah alur pertanyaan sudah baik.
Di dalam ji coba kuesioner sebaiknya pewawancara ini sangat berguna
sekali pada saat perbaikan kuesioner dan penumpulan data. Melalui
uji coba maka kita sudah dapat memperkirakan berapa lama sebuah
kuesioner dapat diselesaikan (perkiraan waktu). Dengan demikian maka
kita sudah dapat memperkirakan berapa banyak pewawancara yang
dibutuhkan sesua denan alokasi waktu, daya dan dana yang tersedia.

d. Pengorganisasian dan pelaksanaan survei


Setelah uji coba kuesioner, organisasi pelaksanaan survei dapat dibuat
lebih rinci, termasuk jumlah pewawancara yang dibutuhkan. Sebelum
survei berlangsung anda harus yakin bahwa pewawancara sudah

248 KEMENTERIAN KESEHATAN RI


PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

mengerti benar tentang cara pemilihan responden dan semua peranyaan


yang ada pada kuesioner, serta teknik dasar wawancara.

Pembagian tugas diantara pelaksana survei cepat harus jelas dan lugas
agar tidak terjadi keterlambatan dalam proses pengumpulan, pengolahan
dan analisis data. Ingat dalam survei cepat, waktu antara pelaksanaan
survei dal laporan menjadi satu hal yang utama.

e. Analisis, interpretasi dan laporan


Data yang telah terkumpul dalam waktu satu sampai dua hari harus
sudah dimasukkan kedalam komputer. Jika fasilitas tidak tersedia tentu
akan lebih baik jika dapat dapat langsung dimasukkan ke komputer di
lapangan dengan menggunakan komputer notebook.

Akurasi data harus diperhatikan dalam proses pemasukkan data.


Manfaatkan fasilitas-fasilitas yang ada pada Epi Info untuk mengurangi
kesalahan pada saat dimasukkan ke komputer. Proses analisis hanya
dilakukan setelah peneliti yakin bahwa sudah bebas dari kesalahan.

Analisis data harus dilakukan dengan perangkat lunak yang sesuai. Untuk
keperluan naalisis sederhana, prosedur yang dibutuhkan tidak sulit. Anda
dapat melaksanakan analisis statistik deskriptif dengan menggunakan
CSAMPEL pada Epi Info. Selain itu dapat menggunakan program SPSS.
Untuk analisis lanjut seperti analisis multivariat sangat tidak dianjurkan
untuk dilakukan tanpa bantuan ahli biostatistik, karena sampai saat ini
belum ada perangkat lunak yang cukup sederhana untuk tujuan ini.

Hasil survei cepat dapat dilaporkan menurut urutan pertanyaan pada


kuesioner. Tetapi cara pelaporan seperti ini kurang menarik bagi
pengelola program kesehatan sehingga lebih baik dibuat laporan dengan
melaporkan temuan utama terlebih dahulu. Hasil servei cepat dapat
dilaporkan dalam bentuk tabel dan grafik. Namun untuk presentasi hasil,
grafik lebih menarik dan informatif.

Laporan tertulis tidak perlu tebal, tetapi mencakup hasil temuan dari
survei. Laporan umumnya mencakup / berisi:
1) Judul, penulis, waktu survei, kata pengantar dan daftar isi.
2) Abstrak yang berisi temuan utama dan implikasinya.
3) Keterangan tentang masalah riset, berisikan latar belakang dan
masalah yang diteliti.
4) Tujuan survei.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
249
PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

5) Metodologi: berisi keterangan singkat tentang indikator utama yang


diukur, populasi, sampel, alat pengukuran, prosedur analisis dan
jadwal.
6) Hasil berisi deskripsi singkat tentang temuan survei, dibagi atas
beberapa telaah termasuk di dalamnya tabel dan grafik yang penting.
7) Diskusi berisi interpretasi hasil survei dan implikasinya terhadap
program kesehatan di masa mendatang.
8) Kesimpulan berisi ringkasan, temuan penting dari survei.
9) Saran/ rekomendasi berisi alternatif, tindakan bagi perencanaan /
pengelolaan program atau riset lanjutan.
10) Daftar pustaka berisi daftar bacaan yang digunakan untuk menyusun
laporan survei.
11) Lampiran berisi kuesioner atau instrumen yang digunakan.

f. Pengembangan kegiatan program lanjutan


Implikasi dan rekomendasi yang diberikan tidak selamanya dapat segera
dilaksanakan, untuk itu perlu dibuat rencana kegiatan selanjutnya
sebagai tahapan yang terpisah dan merupakan bagian dari tujuan
survei.

Rencana tersebut tidak perlu rinci, namun harus meliputi:


1) APA bentuk kegiatan yang akan diambil harus spesifik.
2) SIAPA jelaskan siapa yang bertanggung jawab untuk setiap kegiatan.
3) KAPAN waktu untuk memulai dan selesainya

Dalam beberapa kasus penting harus dimasukkan pertanyaan:


1) DIMANA lokasi kegiatan akan dilaksanakan
2) BAGAIMANA prosedur yang akan diikuti.
3) SUMBER DAYA yanga da dan yang mungkin diperlukan untuk
melaksanakan kegiatan yang direncanakan.

Hal – hal di atas perlu diperhatikan agar prinsip ”informasi untu tindakan”
(Information for Action) dapat terlaksana, jangan sampai laporan survei
tersebut hanya tersimpan di lemari tanpa digunakan untuk perencanaan
program kesehatan. Sehubungan dengan itu maka rencana kegiatan
lanjut perlu dibicarakan dengan seksama dengan pengelola program
yang bersangkutan dengan memperhatikan informasi lain yang ada di
tingkat kabupaten.

250 KEMENTERIAN KESEHATAN RI


PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

g. Populasi dan Sampel


1) Populasi
Populasi adalah kumpulan elemen / individu yang ingin kita ketahui
karakteristiknya. Populasi dapat berupa kumpulan orang / individu
atau kumpulan barang, tetapi pada riset di bidang kesehatan
masyarakat, populasi umumnya merupakan kumpulan individu /
orang. Sebagai contoh populasi dapat berupa semua balita yang
ada di wilayah kerja dinas kesehatan kabupaten, atau semua ibu
hamil yang ada di daerah kerja puskesmas.

Sebelum suatu survei dilakukan, peneliti harus menentukan dahulu


secara rinci dan jelas populasi sasaran dari survei yang akan
dilakukan, definisi populasi harus mencakup siapa yang akan
disurvei, dan pengukuran apa yang akan dilakukan.

Latihan :
Di Kabupaten Tangerang, Kepala Dinas Kesehatan ingin mengetahui
cakupan K4 pada ibu hamil. Jika anda diminta untuk melakukan
survei untuk menjawab masalah itu, jelaskan secara rinci populasi
yang akan di survei?

2) Penetapan Sampel
Secara ideal, survei harus mencakup semua orang yang termasuk
dalam populasi. Jika semua orang yang masuk dalam populasi
dapat diwawancarai, maka kita dapat mengukur cakupan program
kesehatan secara akurat. Tetapi, melakukan wawancara pada semua
orang yang termasuk dalam populasi sangat memakan waktu, biaya
dan sumber daya.

Jika perlu kita perlu mengambil contoh beberapa rang saja yang
dapat mewakili semua orang yang ada di populasi. Contoh beberapa
orang yang kita ambil inilah yang dinamakan sampel.

Orang yang kita ambil sebagai contoh harus mewakili populasi. Agar
keadaan ini bisa tercapai: maka tiap orang yang ada di populasi
harus memiliki kesempatan yang sama terpilih sebagai sampel.

Jika kita memilih 100 bayi sebagai sampel untuk mengetahui


cakupan imunisasi campak di suatu kabupaten, maka cakupan
imunisasi campak yang diperoleh dari 100 sampel bayi tidak akan
sama persis dengan cakupan imunsasi campak yang akan diperoleh

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
251
PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

jika kita melakukan wawancara pada semua ibu bayi yang ada di
populasi. Perbedaan antara cakupan yang sebenarnya di populasi
dan cakupan yang diperoleh dari sampel disebut sebagai sampling
error. Kesalahan ini selalu terjadi pada survei yang tidak mengikut
sertakan seluruh peserta populasi. Namun kesalahan ini dapat
diperkecil dengan cara:
• Memilih sampel secara tidak bias
• Memilih sampel yang cukup besar

Jika sampel tidak mewakili populasi, kita dapat memperoleh hasil


yang bias yaitu estimasi / cakupan yang dihasilkan berbeda dari
nilai / cakupan yang ada di populasi. Sebagai contoh, jika kita
hanya mewawancarai ibu yang datang ke posyandu saja untuk
menentukan cakupan imunisasi campak, maka cakupan yang
dihasilkan cenderung lebih tinggi dari cakupan yang ada di populasi.

Sampel berdasarkan probabilitas memastikan bahwa semua orang


yang ada di populasi memiliki kesempatan yang sama untuk terpilih
sebagai sampel.Agar anda dapat memilih sampel secara probabilitas,
anda perli memiliki kerangka sampel (sampling frame).

Kerangka sampel adalah daftar semua unit (kabupaten, kecamatan,


desa, rumah tangga, orang) dimana anda memilih sampel.

Di negara berkembang, seperti Indonesia akan sulit sekali untuk


mendapatkan daftar penduduk atau rumah tangga secara lengkap,
sehingga seringkali digunakan kerangka sampel dari unit yang lebih
tinggi seperti desa atau kecamatan.

3) Jumlah sampel
Jumlah sampel yang dibutuhkan pada suatu survei tergantung dari
tujuan survei tersebut. Survei dapat dilakukan untuk mengukur satu
parameter tertentu pada populasi, seperti cakupan imunisasi DPT1,
cakupan pemeriksaan antenatal, cakupan K1, dan sebagainya.
Survei juga dapat dilakukan untuk melihat hasil satu intervensi. Untuk
tujuan ini survei dapat dilakukan sebelum dan sesudah intervensi
atau di dua daerah yang dilakukan intervensi berbeda. Pada tujuan
yang kedua ini, survei dilakukan untuk menguji suatu hipotesis,
apakah intervensi membawa dampak ke masyarakat. Dua tujuan
survei tersebut memiliki cara yang berbeda untuk menghitung besar
sampel yang diperlukan.

252 KEMENTERIAN KESEHATAN RI


PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

Pada survei cepat, umumnya survei dilakukan untuk melihat cakupan


satu program. Ada rumus khusus yang digunakan untuk menghitung
jumlah sampel yang memadai pada survei cepat, tetapi secara
praktis dapat dikatakan bahwa jumlah sampel sebanyak 30x7 (30
klaster / desa, 7 orang tiap klaster / desa) sudah mencukupi untuk
melihat cakupan kasus – kasus yang jarang terjadi (seperti AIDS,
Kusta,Tuberkulosis) dan untuk uji hipotesis. Untuk kasus jarang dan
uji hipotesis bisa digunakan CSURVEI untuk menghitung jumlah
sampel.

4) Metode Sampel
Seperti yang dijelaskan diatas, sampel harus mewakili populasi.
Semua orang yang ada di populasi harus memiliki kesempatan
yang sama untuk terpilih sebagai sampel. Syarat ini dapat dipenuhi
dengan memilih sampel secara acak dari daftar nama semua orang
yang ada di populasi. Cara ini dikenal sebagai pemilihan sampel
secara acak sederhana (simple random sampling)

Latihan :
Apa kendala penerapan cara sampel acak sederhana ini pada survei
di tingkat kabupaten ?

Dalam praktiknya cara pengambilan sampel acak sederhana ini


sulit untuk dilakukan. Misalnya anda ingin melakukan survei untuk
mengetahui cakupan pemeriksaan antenatal, maka anda dapat
memilih sampel secara acak sederhana. Berarti anda harus memiliki
daftar semua ibu hamil yang ada di populasi. Daftar harus diberi
nomor urut dan dipilih sampel secara acak dari nomor urut ibu hamil
tersebut.

Paling tidak ada dua kesulitan utama, yang pertama adalah daftar
subyek penelitian umumnya tidak tersedia, dan membuat daftar
seperti ini biayanya cukup besar dan waktunya cukup lama. Kedua,
sampel yang terpilih dapat sangat berjauhan lokasinya sehingga
harus melakukan perjalanan yang jauh hanya untuk mewawancarai
satu subyek survei.

Karena adanya kesulitan tersebut, maka diperlukan cara sampel lain


yang lebih praktis namun masih tetap memenuhi kaidah sampel.
Cara sampel yang diusulkan oleh WHO adalah cara sampel klaster
dua tahap. Pada cara ini ada dua tahap pemilihan sampel, yaitu

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
253
PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

tahap pertama dipilih sejumlah klaster (untuk kabupaten, klaster =


desa) dan pada tahap kedua barulah dipilih subyek survei (responden).

Pada cara sampel klaster, agar pemilihan sampel dapat dilakukan


secara adil, jumlah sampel pada tiap klaster harus sebanding dengan
besar klaster tersebut. Hal ini berarti pada tiap klaster yang terpilih
anda harus mewawancarai sejumlah responden yang berbeda. Cara
ini tentu kurang praktis sehingga dicari cara lain agar jumlah subyek
atau responden yang dipilih pada tiap klaster dapat sama. Agar jumlah
subyek survei pada tiap klaster terpilih sama, maka harus dilakukan
modifikasi cara pemilihan klaster pada tahap pertama, yaitu dengan
menggunakan cara probablitas yang proporsional dengan besar klaster
(probability proportionate to size / PPS) cara ini perlu dilakukan agar
tiap subyek survei yang ada tetap memiliki kesempatan yang sama
untuk terpilih sebagai sampel.

5) Pemilihan Sampel di Tingkat Klaster


Setelah anda memilih klaster, anda masih harus memilih tujuh responden
untuk tiap klaster terpilih yaitu melalui metode acak sederhana. Oleh
sebab itu anda harus memiliki daftar semua calon responden di klaster
tersebut, kemudian dipilih secara acak tujuh responden. Cara ini
hanya dapat dilakukan jika daftar calon responden sudah tersedia, jika
belum tersedia anda harus membuat daftar calon responden terlebih
dahulu sebelum melakukan survei. Selanjutnya cara yang dianjurkan
untuk memilih sampel pada tingkat klaster / desa adalah dengan cara
pemetaan rumah pada satu jalan tertentu dan memilih satu rumah
secara acak sebagai rumah pertama yang didatangi. Secara sistematis
cara pemilihan sampel ini adalah sebagai berikut :
a) Pewawancara pergi ke tengah klaster / desa, biasanya ditandai
oleh adanya balai desa, alun – alun atau mesjid.
b) Di tengah klaster ini lakukanlah pelemparan pensil, perhatikan arah
ujung pensil. Ujung pensil menunjuk arah ke batas klaster atau
desa.
c) Sambil berjalan pewawancara membuat peta dari rumah – rumah
dari yang ada di kiri dan kanan jalan. Perhatikan rumah yang
dipetakan adalah rumah yang ada tepat di kiri atau kanan jalan
saja. Rumah yang ada di belakangnya tidak perlu dipetakan.
Pada peta tersebut juga digambarkan tanda – tanda yang ada di
lokasi tersebut misalnya : sungai, pohon besar atau tanda – tanda
lainnya. Pemetaan terus dilakukan sampai pewawancara mencapai

254 KEMENTERIAN KESEHATAN RI


PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

batas klaster / desa. Jika terdapat persimpangan jalan dan


pewawancara tidak tahu harus mengambil arah mana, gunakan
kembali pensil untuk menentukan arah jalan berikutnya.
d) Setelah pemetaan selesai, berilah nomor pada rumah – rumah yang
di peta.
e) Pemilihan rumah pertama yang didatangi untuk wawancara juga
dapat dilakukan dengan bantuan tabel angka acak. Atau dapat
dilakukan dengan cara memilih dengan mata terpejam dan anda
meletakkan jari telunjuk tangan kanan pada peta tersebut. Angka
pada jari telunjuk anda adalah nomor rumah pertama yang harus
didatangi untuk dilakukan wawancara.
f) Rumah berikutnya yang harus didatangi adalah rumah yang
terdekat dengan rumah yang telah diwawancara. Wawancara terus
dilakukan sampai anda selesai mewawancarai paling tidak tujuh
rumah yang ada respondennya. Ketentuan responden dalam hal ini
bukan perorangan melainkan rumah tangga.

h. Pengembangan Kuesioner
Dalam teknik riset kuantitatif, metode pengumpulan data yang sering
dilakukan adalah melalui wawancara dan pengamatan (observasi).
Wawancara adalah proses untuk memperoleh keterangan sesuai dengan
tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara
pewawancara dengan responden dengan menggunakan alat yang
dinamakan panduan wawancara atau kuesioner.

Alat pengumpul data yang umum digunakan pada survei cepat adalah
kuesioner dan register klaster. Kuesioner dan register klaster adalah
sebuah set pertanyaan yang secara logis berhubungan dengan masalah
penelitian, dimana jawaban pertanyaan memiliki makna untuk menjawab
permasalahan yang ada. Secara umum, kuesioner lebih disukai karena
pengisiannya lebih mudah dibanding register klaster. Kuesioner survei
cepat pada umumnya terdiri dari dua sampai tiga lembar saja. Sehingga
apabila kita membutuhkan 210 responden maka kita hanya membutuhkan
420 sampai 630 lembar saja.

Ada beberapa persyaratan dalam pengembangan kuesioner, yaitu :


1) Setiap pertanyaan harus jelas, terpisah satu sama lain.
2) Jawaban setiap pertanyaan harus berada di bawah atau di samping
pertanyaan tersebut sehingga mudah dilihat. Setiap pertanyaan harus
diberi nomor, demikian juga setiap jawaban harus diberi penomoran.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
255
PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

3) Bentuk pertanyaan ada yang tertutup atau yang terstruktur dan


pertanyaan terbuka. Pada umumnya, pertanyaan pada kuesioner
survei cepat berbentuk pertanyaan tertutup yang hanya memerlukan
satu jawaban saja. Namun seringkali, pertanyaan dengan jawaban
ganda tidak dapat dihindari.
4) Hindari pemilihan kata – kata yang sulit, gunakan kalimat yang
sederhana.
5) Hindari pertanyaan yang mendua arti.
6) Hindari pertanyaan yang mengandung sugesti.
7) Hindari pertanyaan preasumsi.
8) Jawaban tiap pertanyaan harus bersifat mutually exclusive artinya
tidak saling tumpang tindih.
9) Kadang – kadang perlu dibuat pertanyaan penapis (screening
question), misalnya : berapa orang anak ibu ? Siapa saja namanya?
10) U rutkan pertanyaan berdasarkan tujuan penelitian.

Contoh kuesioner : terlampir

i. Uji Coba Kuesioner


Untuk mengetahui uji validitas dan reabilitas kuesioner maka perlu
dilakukan uji coba. Uji coba sebaiknya dilakukan pada sekitar tiga
puluh orang responden yang mempunyai karakteristik yang sama
dengan kelompok sasaran. Pelaksanaan uji coba dilakukan dengan
jalan melakukan wawancara dengan menggunakan kuesioner tersebut.
Kuesioner yang sudah terisi kemudian diedit, dientry melalui program
SPSS kemudian dilihat nilai validitas dan reabilitasnya. Apabila nilainya
kecil maka kuesioner tersebut perlu disempurnakan.

j. Pengolahan data
Pengolahan data secara kuantitatif dilakukan dengan menggunakan
program SPSS atau bisa juga secara manual. Langkah pertama
adalah memasukkan data (entry data) kemudian dilakukan tabulasi
dan selanjutnya dilakukan uji statistik sederhana (apabila diperlukan).
Penyajian hasil pengolahan data dapat dibuat dalam bentuk tabel,
grafik, PIE dan lain – lain. Hasil pengolahan data kemudian diberikan
penjelasan dalam bentuk kata – kata (narasi).

k. Analisis Data
Sebagai tindak lanjut pengolahan data adalah melakukan analisis data
dengan melakukan telaahan atau pembahasan terhadap data yang
telah diperoleh dengan tujuan penelitian, hipotesa dan tinjauan literatur.

256 KEMENTERIAN KESEHATAN RI


PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

Pembahasan terhadap analisis data ini harus dapat dipertanggung


jawabkan secara ilmiah.

l. Kesimpulan dan saran


Hal-hal penting hasil temuan yang ada dalam penelitian atau riset ini
dituliskan dalam kesimpulan. Kesimpulan berisi hasil penelitian yang
dapat menjawab tujuan penelitian dan hipotesa. Saran berisi rekomendasi
tentang hal-hal penting yang harus dilakukan oleh berbagai pihak terkait
untuk melakukan intervensi dalam mengatasi permasalahan yang ada.

D. Teknik Riset Kualitatif


Riset kualitatif adalah bentuk riset formatif dengan menggunakan tehnik tertentu guna
mendapatkan jawaban yang mendalam tentang apa yang dipikirkan dan dirasakan
khalayak sasaran. Sebagai contoh kampanye gangguan akibat kekurangan garam
beryodium (GAKI) dimaksudkan agar masyarakat mengkonsumsi garam beryodium
rasanya ambar. Untuk mengetahui lebih jelas mengapa terjadi persepsi seperti itu
diperlukan tehnik riset kualitatif yang disebut Diskusi kelompok terarah bagi kelompok
yang sudah terpapar iklan dan wawancara mendalam bagi individu tertentu yang
terpilih.

Seringkali data kuantitatif saja belum menunjukkan gambaran perilaku yang ada. Satu
program bisa gagal atau tidak menghasilkan perubahan perilaku yang diharapkan
karena adanya data kualitatif. Oleh sebab itu data kuantitatif dan kualitatif harus
dipakai sebagai dasar pembuktian (evidence base) baik untuk mengawali suatu
program maupun melihat hasil akhirnya. Hasil riset kualitiatif juga dapat menjadi
masukkan untuk produsen agar memahami mengapa komsumen bersikap demikian
terhadap produk yang ditawarkan.

1. Penggunaan Riset Kualitatif


Umumnya riset kualitatif digunakan dalam 4 cara: (a) sebagai alat untuk menggali
gagasan; (b) sebagai suatu langkah dalam mengembangkan studi kuantitatif;
(c) sebagai alat bantu dalam menilai studi kuantitatif; (d) kadang kala, sebagai
metoda pengumpulan data utama untuk masalah pokok riset.

a. Untuk menggali gagasan


1) Merangsang gagasan dengan memberi pengalaman pada pengelola
program untuk langsung mengamati dan menyimak khalayak sasaran;
mengamati interaksi khalayak sasaran dengan produk, membicarakan
kebiasaan atau mendengar bahasa mereka tentang suatu masalah.
Perilaku dan bahasa mereka mungkin berbeda dengan apa yang
dipergunakan atau dibayangkan pengelola.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
257
PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

2) Mengembangkan gagasan baru dalam strategi komunikasi, memberi


posisi pada produk, atau pengembangan kreatif.
3) Menjajagi penerimaan khalayak sasaran terhadap gagasan dan pesan
dalam bentuk visual maupun verbal; seperti iklan, merek kemasan dan
poster.
4) Menjajagi kategori produk dan perilaku yang secara relatif belum
diketahui peneliti untuk dipelajari melalui riset kuantitatif.

b. Sebagai langkah awal pengembangan riset kuantitatif


1) Mengembangkan hipotesa tentang pemikiran dan proses penambilan
keputusan khalayak sasaran mengenai produk, kebiasaan atau masalah
yan sedang diteliti.
2) Merinci informasi pokok yang diperlukan riset kuantitatif.
3) Mengidentifikasi siapa yang perlu diwawancarai dalam riset kuantitatif;
misalnya, khalayak sasaran primer dan sekunder serta para pengambil
keputusan yang berkaitan.
4) Membantu menyusun pertanyaan dan urutannya; misalnya
mengidentifikasi semua ciri produk yang harus dimasukkan dalam
kuesioner kuantitatif.
5) Mengidentifikasi masalah dan rumusnya; misalnya membuat hipotesa
tentang penyebab trunnya pengguna produk secara mendadak atau
terhentinya suatu kebiasaan.
6) Memilih dan menyempurnakan bahan riset kuantitatif yang lebih besar;
misalnya riset kualitatif dapat digunakan untuk mengurangi jumlah
konsep iklan yang akan dievaluasi atau untuk memperbaiki konsep
sebelum dilakukan penguji kuantitatif.

c. Sebagai cara untuk memahami hasil riset kuantitatif


1) Menerangkan, memperluas dan memperjelas data kuantitaif; misalnya
untuk memahami alasan atas temuan yang tidak terduga.
2) Memahami penyebab suatu kecenderungan; misalnya memahami
mengaa ibu - ibu yang telah mencoba Oralit tidak menggunakannya
lagi.
3) Menggambarkan faktor yang mempengaruhi perubahan sikap;
misalnya untuk memperjelas mengapa iklan atau promosi tertentu lebih
persuasif daripada yang lain.

d. Sebagai metode pengumpulan data utama


Beberapa masalah mungkin tidak dapat dikuantifikasi, karena itu riset
kualitatif menjadi strategi utama pengumpulan data. Misalnya bila
sebuah bank ingin memahai bagaimana bagian pensiun dan kredit dapat

258 KEMENTERIAN KESEHATAN RI


PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

dipasarkan ke perusahaan besar, tehnik kuantitatif akan tidak tepat untuk


sampel yang begitu sedikit dengan permasalahan yang demikian rinci.
Pendekatan terbaik untuk itu adalah melakukan serangkaian wawancara
perorangan dengan kepala keuangan dari 2 perusahaan yang ada,

e. Tiga kunci keberhasilan riset kualitatif


Ada 3 kunci keberhasilan dalam melakukan riset kualitatif. Pertama,
peneliti harus bisa mengembangkan seni bertaya ”mengapa”. Kedua
peneliti harus bisa mengembangkan seni mendengar. Ketiga, peneliti
harus menanggap pendekatan yang dipakai sebagai proses kreatif riset.

2. Teknik pengumpulan data pada riset kualitatif


Diskusi Kelompok Terarah dan wawancara mendalam untuk individu telah
dikenal sebagai tehnik yang tepat untuk riset kualitatif. Sebagaimana Diskusi
Kelompok Terarah, wawancara perorangan secara mendalam ditandai dengan
penggalian yang dalam dan pertanyaan terbuka.

Tapi wawancara perorangan secara mendalam dilakukan pada orang perorang,
yang antara responden dan pewawancara yang terampil.

Dalam pengalaman di lapangan diskusi kelompok terarah lebih banyak dipilih


karena dapat dilakukan lebih cepat dan lebih murah jika dibandingkan dengan
wawancara mendalam per individu. Meskipun demikian dua-duanya sering
dipakai bersamaam untuk saling melengkapi sehingga didapatkan data kualitatif
yang lebih bermanfaat.

Untuk lebih jelasnya sebenarnya ada beberapa teknik pengumpulan data pada
riset kualitatif yaitu :

a. Wawancara (Interview)
Pada dasarnya, wawancara dapat dibagi menjadi dua:
1) Wawancara semi terstruktur yaitu wawancara yang mengacu pada
daftar pertanyaan tertulis, dengan topik yang spesifik, dan biasanya
melibatkan satu orang responden. Jawaban dicatat secara rinci dan
responden menentukan jawabannya, tidak seperti survei (dalam
survei, responden hanya bisa memilih jawaban yang sudah ditentukan
oleh peneliti). “Responden” adalah orang yang anda wawancara.

2) Wawancara percakapan yaitu wawancara yang bersifat agak terbuka,


pada topik-topik yang spesifik. Peneliti biasanya mengikuti acuan yang
bersifat umum (general outline), sehingga memungkinkan si peneliti

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
259
PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

masuk ke pokok persoalan tambahan yang cocok. Jawaban dapat


dicatat sebanyak mungkin tanpa menganggu alur pembicaraan,
namun pencatatannya tidak perlu lengkap. Penjelasan tentang
catatan dapat dilakukan kemudian.

Percakapan (Conversation)
Data penting juga dapat dijaring lewat percakapan perorangan
maupun kelompok kecil. Beberapa orang mungkin akan merasa
lebih nyaman bicara dalam suasana tidak resmi, sehingga dapat
bicara lebih terbuka dan bebas. Selain wawancara percakapan,
anda juga bisa menggunakan kesempatan yang ada saat terjadinya
perbincangan social dengan anggota khalayak sasaran untuk
mengajukan pertanyaan. Tapi anggota kelompok sasaran harus tahu
bahwa anda sedang melakukan penelitian atau wawancara anda
dianggap melanggar etika.

Teknik bertanya
Scrimshaw dan Hurtado dalam Rapid Assessment Procedure
menganjurkan beberapa teknik bertanya untuk menjaring informasi
dalam suatu wawancara.

Beberapa contoh teknik ini antara lain:


1) Jika subyek dari wawancara, biasanya kepala rumah tangga, tidak ada
di tempat, informasi dapat dikonversikan dengan anggota keluarga
lain, atau bahkan dengan tetangga mereka. Kadang-kadang informasi
yang dikumpulkan dapat melengkapi keterangan yang diberikan oleh
si informan (sebagai cross check information). “Informan” merupakan
istilah yang digunakan oleh ahli antropologi untuk orang yang anda
mintakan informasi melalui wawancara, pengamatan, percakapan
biasa, dll.

2) Hargai kerahasiaan suatu interview, dan berhati-hatilah agar tidak


memberikan komentar tentang atau terhadap informan (atau anak-
anak mereka) kepada para tetangga. Contoh: “Selamat pagi bu Tuti,
bagaimana kabar Ny. Lusi?. Apa betul suaminya lari dengan wanita
lain?”. Cara lain untuk menjaga kerahasiaan suatu informasi adalah
dengan menggunakan inisial pada field note, dan nama palsu dan
bukan nama asli informasi dalam laporan akhir. Nama informan yang
sebenarnya, nama anggota keluarganya, dan alamatnya, hendaknya
disimpan pada tempat yang terkunci dan aman. Seringkali tidak perlu
mencatat nama informan sama sekali sehingga tidak ada catatan

260 KEMENTERIAN KESEHATAN RI


PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

tentang nama asli. Nama daerah penelitian (misalnya nama RT atau


desa) bahkan dapat dibuat fiktif dalam laporan akhir.

3) Jangan mempengaruhi atau membuat bias suatu jawaban. Contoh:


“Mengapa ASI itu baik?” Pertanyaan ini akan membuat bias jawaban,
karena pertanyaan ini mengandung arti ASI itu baik. Pertanyaan ini
dapat diperbaiki: “Mengapa ibu memberikan ASI pada anak ibu?”.
Jawaban: “Karena ASI itu baik”. Baru pertanyaan lanjutan dapat
diajukan untuk memastikan anda mengerti: “Mengapa ASI itu baik?”.
Suatu alternatif pertanyaan pertama dapat juga diajukan, misalnya:
“Bagaimana pendapat ibu tentang ASI?”

4) Jangan mempengaruhi suatu pertanyaan dengan menunjukkan suatu


sikap dan pendapat. Misalnya: “Selamat pagi bu Ani. Wah sehat
sekali putri ibu. Ini pasti karena ibu memberinya ASI sejak bayi. Ya..
khan?”. Pertanyaan ini menunjukkan pada bu Ani bahwa anaknya
tumbuh sehat berkat ASI, dan ASI merupakan susu terbaik. Ini akan
membuat bias penelitian. Alternatifnya adalah: “Selamat pagi bu Ani,
bagaimana dengan putri ibu (kalau bisa coba untuk menyebut nama
anak itu)?”

5) Gali informasi sedalam mungkin. Janganlah merasa cepat puas


dengan jawaban yang seadanya. Jangan pula berpindah-pindah topik
terlalu cepat karena hal ini akan membingungkan informan dalam
memberi jawaban. Biasakanlah untuk menggali jawaban sedalam
mungkin. Untuk itu gunakan kalimat dengan menggunakan kata:
Mengapa?, Bagaimana perasaan Anda ketika hal itu terjadi, Apakah
Anda melihat dengan mata kepala Anda sendiri?, Apa yang kemudian
Anda lakukan?, Apa yang terjadi kemudian?. Dan sebagainya.
Contoh: “Seharian saya di Puskesmas!”, Pertanyaan: “Mengapa itu
bisa terjadi? (Lalu dengarkan jawabannya). “Bagaimana perasaan
Anda selama menunggu di sana?”. INGAT!. Pertanyaan probing ini
harus netral. Karena itu, pertanyaan ini jangan sampai mempengaruhi
jawaban. Juga, jangan memotong jawaban informan.

6) Jika Anda ingin suatu kejelasan atas jawaban informan, Anda


dapat mengulangi apa yang anda pahami sebagai jawaban, hal ini
disebut sebagai “refleksi”. Misalnya: “Mengapa putra Anda menjadi
sakit?” . Jawaban yang diperoleh, “Karena tetangga sebelah, ia
yang menularkan sakit mata pada anak saya”. Pertanyaan: “Oh,
jadi tetangga Anda yang menularkannya?. Bagaimana hal itu

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
261
PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

dapat terjadi?”. Jawaban: “Ya.., betul, ketika saya baru pulang dari
pasar dengan anak saya, dia mengawasi putra saya lekat-lekat”.
Pertanyaan lanjutan: “Seberapa lama?”. Jawaban: “Yah…dia datang
mendekat dan terus mengawasi”. Dari contoh tersebut, kita dapat
memperoleh gambaran bagaimana cara berpikir si informan. Jika
Anda mempengaruhinya dengan pertanyaan Anda, hal ini tidak akan
terungkap.

7) Sabar dalam mendengarkan jawaban informan. Ciptakan suatu jeda


agar informan dapat berpikir dengan baik. Dengan demikian, akan
membuat suasana lebih santai, dan membuat informan lebih terbuka
dalam menjawab dan memungkinkan informan memberikan jawaban
yang lebih mendalam.

b. Wawancara Perorangan Secara Mendalam


Wawancara mendalam digunakan pada kondisi sebagai berikut :
1) Masalah rumit, responden berpengetahuan.
Sebagai contoh studi farmakolog atau dokter tentang sikap dan perilaku
mereka mengenai penanganan suatu penyakit.
2) Masalah sensitif
Studi pada wanita yang pernah melakukan aborsi mengenai perasaan
mereka tentang seksualitas dan keluarga berencana.
3) Responden secara geografis terpencar
Misalnya, studi pada para penentu kebijakan tentang kependudukan
di delapan negara mengenai reaksi mereka terhadap suatu dokumen
tetang pengaturan jarak kelahiran dan kesehatan.
4) Tekanan kelompok sebaya
Studi pada konsumen untuk memperoleh reaksi mereka terhadap iklan
yang kontroversial, dimana ”kehendak sosial” dapat mengaburkan
kekuatan persuasif pesan. Misalnya, studi pada remaja. Putra untuk
mengetahui sikap mereka tentang perilaku seksual yang bertanggung
jawab

Bila Wawancara Perorangan Secara Mendalam dipilih sebagai teknik riset,


perlu diingat beberapa kelemahan dan masalah yang mungkin dihadapi,
yaitu:
a) Mungkin pelaksanaan dilakukan di berbagai tempat
Wawancara Perorangan Secara Mendalam umumnya dilakukan di
berbagai macam tempat, sehingga membatasi kontrol pewawancara
terhadap lingkungan.

262 KEMENTERIAN KESEHATAN RI


PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

Wawancara yang dilakukan di rumah sakit atau toko mungkin harus


menghadapi berbagai gangguanm sehingga mengganggu perolehan
informasi dan membatasi pemandingan wawancara.

b) Mungkin ada kesenjangan penetahuan antara responden dan


pewawancara
Wawancara Perorangan Secara Mendalam sering dilakukan pada
responden yang berpengetahuan (seperti dokter) oleh pewawancara
yang pengethuanya terbatas atau pewawancara yang sama sekali
tidak mengenal acuan sosial atau budaya yang berkaitan. Karena itu
beberapa tanggapan mungkin benar – benar tidak dimengerti atau tidak
dilaporkan. Khususnya pada responden elit yang ingin bicara melebihi
batas yang dikemukakan pewawancara dan mencoba berinteraksi lebih
banyak, sehingga makin memperlebar ”kesenjangan pengetahuan”.

c) Kemungkinan observasi dan umpan balik terbatas


Karena pengelola program biasanya tidak mengamati pelaksanaan
wawancara, prosedur umpa blikpun tidak ada atau terlalu lama.

Selain itu, beberapa perilaku kunci pewawancara sangat menentukan


keberhasilan Wawancara Perorangan Secara Mendalam yang dilakukan
dan perlau selalu diingat bagi pewawancara penting sekali untuk bisa:
• Menerima informasi secara tepat,
• Mengingat informasi secara benar,
• Menilai informasi secara kritis,
• Bertindak segera atas informasi yang diperoleh untuk mengatur
proses wawancara.

Menerima informasi secara tepat dapat terhambat karena kelelahan


pewawancara, kebosanan, bias, atau mengharap jawaban tertentu,
terlalu sibuk mencatat dan bahasa teknis yang asing bagi pewawancara.
Bila mungkin, perlu diambl langkah-langkah untuk mencegah masalah
demikian.

Mengingat informasi secara benar dapat terhambat karena kerancuan


mengenai isi satu dengan yang lain, pewawancara secara selektif dan
pewawancara berupaya mengingat terlalu banyak informasi.

Menilai informasi secara kritis selama wawancara berlangsung adalah


kemampuan pewawancara untuk menentukan tingkat kepadatan
isi jawaban. Pewawancara perlu mengendalikan responden untuk

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
263
PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

mencegah informasi yang tidak relevan dan memancing jawaban yang


kebih jelas, bila jawaban yang diberikan mengambang.

Bertindak segera atas informasi yang diperoleh dan mengalihkan


wawancara selagi berlangsung adalah penting, baik dalam suatu
wawancara maupun dalam rangkaian beberapa wawancara.
Kemampuan pewawancara untuk mengatur informasi dalam wawancara
sesungguhnya adalah penggalian, pengarahan tetap pada garis yang
sejalan dengan tujuan wawancara. Pengaturan proses disepanjang
rangkaian wawancara adalah masalah penjajagan informasi yang telah
dihimpun dari satu wawancara berikut untuk memperbaiki pedoman
wawancara agar lebih tanggap terhadap tujuan riset secara keseluruhan.

c. Pengamatan (Observation)
Pengamatan yang teliti terhadap suatu peristiwa atau perilaku dapat
memberikan suatu petunjuk yang sangat berharga mengenai hal-hal
yang bersifat non verbal tentang apa yang sebenarnya terjadi.

Teknik observasi, secara garis besar bisa dibagi dua macam, yakni
teknik observasi terbuka dan observasi tertutup. Masing-masing teknik
memiliki kelebihan dan kekurangan.
1) Pengamatan terbuka. Dalam hal ini peneliti melakukan observasi
secara terang-terangan, dan dengan mengungkapkan identitas
pribadi maupun institusi Anda yang diwakilinya secara jelas. Peneliti
tidak merahasiakan apapun kepada kelompok sasaran, termasuk
niatnya untuk menulis laporan masalah yang sedang diinvestigasi
itu. Observasi terbuka adalah bentuk observasi yang ideal dan paling
bisa dipertanggungjawab kan. Ini adalah keunggulan dari teknik
observasi terbuka. Orang yang dijadikan sumber berita tidak merasa
dikecoh atau ditipu, dan jika mereka memberikan keterangan atau
informasi maka informasi itu diberikan secara penuh kesadaran
akan segala konsekuensinya. Jadi kualitas informasi yang diberikan
itu betul-betul bisa dipertanggungjawabkan.

2) Pengamatan tertutup. Peneliti melakukan observasi secara diam-


diam. Ia tidak mengungkapkan identitas pribadi maupun institusinya.
DJ. Pamudji, seorang wartawan senior Harian Kompas, misalnya,
pernah menyamar menjadi kenek truk angkutan barang. Hal itu
dilakukan untuk menyelidiki praktek pungutan liar yang dilakukan
aparat di jalan raya dan jembatan timbang.

264 KEMENTERIAN KESEHATAN RI


PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

Keunggulan teknik observasi tertutup adalah cara ini bisa digunakan


untuk menyusup ke individu atau kelompok sasaran yang dijadikan
obyek penelitiannya, sehingga sipeneliti bisa melihat, atau
mengalami langsung berbagai praktek penyelewengan yang tengah
diteliti. Dalam hal ini, si peneliti harus piawai dalam menyamar atau
mengecoh pihak yang diinvestigasi. Dalam kasus Pamudji di atas,
kebetulan wartawan ini bertubuh kekar dengan warna kulit kehitam-
hitaman, khas pekerja kasar, sehinggatidakmencurigakan.

Namun teknik observasi tertutup juga punya kelemahan. Pihak


yang diinvestigasi akan merasa dikecoh dan ditipu, dan tentu akan
ada risiko serta konsekuensi bagi peneliti jika ketahuan sedang
melakukan “penyamaran.” Selain itu, ada problem etika. Apakah
peneliti berhak menipu, mengecoh, dan melakukan praktek-praktek
yang umumnya dianggap tindakan tercela.

3) Pengamatan Terlibat (Participant Observation)


Si peneliti terlibat langsung dalam observasi yang dilakukannya
guna mendapatkan pengetahuan yang mendalam tentang apa yang
sebetulnya dilakukan orang dan pemahaman yang lebih lengkap
tentang perilaku dalam konteks kehidupan sehari-hari. Teknik
penelitian ini adalah satu-satunya teknik yang memungkinkan peneliti
mengamati perilaku dalam konteks lengkap. Jenis penelitian seperti
ini biasanya dilakukan oleh ahli antropologi.

Contoh, jika anda ingin mengetahui tentang bagaimana dan kapan


anggota kelompok sasaran mencuci tangannya, anda bisa meminta
siswa pasca sarjana antropologi tingkat akhir yang bisa bahasa
setempat untuk tinggal di masyarakat yang anda teliti selama dua
minggu, mengamati apa yang benar-benar terjadi dan bertanya
tentang hal-hal tersebut kepada penduduk. Pengamatan peserta
biasanya dilakukan selama beberapa minggu (untuk penelitian
program) hingga satu tahun atau lebih (untuk penelitian akademis).

4) Pengamatan Perilaku
Teknik ini bersifat kualitatif dan kuantitatif. Dalam kesehatan
masyarakat biasanya digunakan untuk monitoring dan penyeliaan
dan mempelajari topic tertentu dimana perilaku terjadi beberapa kali
sehari, misalnya cuci tangan atau memberi makan bayi. Tidak seperti
pengamatan peserta, pengamat tidak berbicara dengan orang
atau kelompok yang diamati saat mengamati perilaku meskipun ia

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
265
PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

mewawancara orang tersebut setelahnya. Peneliti mengembangkan


daftar tilik pengamatan perilaku, mengamati keluarga, anggota
khalayak sasaran atau tenaga kesehatan selama beberapa waktu
tertentu dan memberi tanda pada perilaku yang teramati. Poin-poin
untuk cuci tangan termasuk: gosok kedua tangan tiga kali, angin-
anginkan, keringkan tangan dengan handuk bersih, keringkan
tangan dengan handuk kotor, dll.

Tipe pencatatan informasi :


a) Brief Diary (Buku Harian Ringkas)
Catatan dalam suatu buku harian. Bersifat umum, mengenai apa yang
telah dikerjakan selama penelitian berlangsung. Contoh: 16 Desember
2006, pagi: wawancara dengan bu Waleng di blok desa Parakan,
Blanakan. Makan siang di Cikalong Sari, lalu ketemu dengan dr. Rustam
di Puskesmas Blanakan. Larut malam, mengetik expanded field notes.
Harus Anda ingat, bahwa buku harian ini adalah catatan kronologis
peristiwa pada hari itu (16 Desember 2006). Bukan Brief Field Note.

b) Brief Field Note


Brief note digunakan untuk mencatat hasil pengamatan dan wawancara
di lapangan, yang kemudian pada hari yang sama, dikembangkan dalam
bentuk yang lebih rinci (berupa Expanded Field Notes). Pencatatan
harus segera dilakukan, khususnya untuk diperiksa, dan diberi
keterangan tambahan dari field note agar data-data yang ada tidak
sampai terlupakan. Buat catatan singkat selama wawancara, kecuali
jika prosedur ini dapat menghambat kelancaran pembicaraan (contoh,
jika informan membawa peneliti pada suatu tempat yang rahasia).

Catatan termasuk, dalam bentuk singkat, pertanyaan dan kata-kata kunci


dari jawaban. Kadang-kadang perlu juga catatan verbatim (misalnya:
“saya bahkan memberinya sampai tetes yang terakhir”. Lakukan juga
pencatatan komentar dalam tanda kurung. Contoh: (dia mengatakan
kepada saya…., akan tetapi saya melihatnya)

c) Expanded Field Note


Pada hari yang sama, brief field note hendaknya dikembangkan menjadi
Expanded Field Note. Kata-kata kunci pada catatan yang dibuat pada
pagi sebelumnya akan mengingatkan banyak ungkapan dan gagasan.
Sementara mengembangkan catatan , tambahan komentar, dan kesan
dalam tanda kurung (contoh: saya melihat dia sangat kecewa hari ini,
karena dia ingin segera memeriksakan anaknya yang sakit, sedangkan

266 KEMENTERIAN KESEHATAN RI


PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

dokter yang bertugas di Puskesmas belum juga datang. Dia berjalan


mondar-mandir sambil meremas-remas tangannya). Bacalah seluruh
expanded field note Anda dengan teliti, untuk bagian yang lebih rinci
dapat ditambahkan pada halaman yang sama atau pada halaman
tambahan dengan memberikan nomor halaman.

Catat pertanyaan yang muncul kemudian sewaktu Anda membuat


tinjauan pada brief note, sehingga dapat ditanyakan pada kunjungan
berikutnya. Misalnya: “Saya masih harus menanyakan lagi mengapa dia
berpikir diare dapat dihentikan dengan meminumkan the kental pada si
penderita”.

Penggunaan alat perekam juga dapat dilakukan, asal mendapat


persetujuan dari orang yang akan diinterview. Hasilnya dapat membantu
mengembangkan field note.

d. Diskusi Kelompok Terarah/ DKT (Focus Group Discussion)


Diskusi Kelompok Terarah (FGD) dapat menolong mengecek informasi
tentang kelompok yang lebih besar dan juga dapat digunakan untuk
mendapatkan reaksi tentang perubahan yang diharapkan, seperti:
perangkat pendidikan kesehatan, lokasi Puskesmas, dan sebagainya.
Mereka mungkin tidak leluasa bicara secara pribadi karena sifatnya yang
mencela suatu institusi, akan tetapi jika atas nama kelompok, individu-
individu tersebut akan merasa lebih berani.

Kegunaan Diskusi Kelompok Terarah antara lain untuk:


1) Penggalian gagasan dari kelompok terhadap penyempurnaan produk
maupun disain kemasan.
2) Evaluasi konsep pesan yang sudah disampaikan atau uji coba rancangan
pesan yang akan disebarluaskan.
3) Pengenalan dan perumusan masalah yang perlu dipecahkan oleh
kelompok masyarakat yang bersangkutan atau pemegang program.

Kapan Diskusi Kelompok Digunakan


Alasan utama kenapa diskusi kelompok terarah lebih banyak dipilih sebagai
teknik kualitatif, adalah:
1) Interaksi kelompok. Untuk topik tertentu dengan kelompok tertentu,
interaksi antar peserta umumnya akan merangsang tanggapan peserta
lain, sehingga memungkinkan berkembangnya pemikiran/gagasan baru
yang bermanfaat.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
267
PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

2) Observasi sponsor. Sponsor dapat ikut mengamati diskusi dan


memperoleh kesan langsung mengenai perilaku, sikap, bahasa, dan
perasaan peserta. Hal ini penting sekali pada awal tahap “kreatif”
pengembangan program.
3) Penggalian Gagasan
4) Diskusi Kelompok yang dilakukan antara farmakolog atau dokter untk
menggali gagasan baru guna meningkatkan produk VRO (tambahan
makanan, tambahan vitamin A, tambahan aroma dan lain – lain).
Kelompok kerja paling baik untuk penggalian gagasan.
5) Waktu dan biaya. Pelaksaan kegiatan diskusi kelompok lebih mudah,
dan murah dibanding wawancara mendalam perorangan.
6) Penyaringan desain kemasan. Berbagai desain kemasan alternatif baik
dalam bentuk konsep atau prototype, dapat disajikan pada peserta
untuk mengurangi jumlah konsep bagi pengujian kuantitatif. Diskusi
kelompok memungkinkan pembuat disain untuk melihat dan mendengar
langsung pendapat konsumen.
7) Evaluasi konsep pesan. Draft pesan dalam bentuk pra-produksi dapat
disajikan pada anggota kelompok sasaran atau konsumen untuk
evaluasi dan perbaikan. Diskusi kelompok memungkinkan petugas
kreatif dari perusahaan iklan untuk mengevaluasi konsep pesan yang
dikembangkannya.
8) Mengidentifikasi dan Merumuskan Masalah
9) Diskusi kelompok yang dilakukan antara pemakai kondom untuk
menyusun hipotesa tentangengapa merek kondom terkenal bisa gagal
ketika diperkenalkan di daerah baru. Diskusi kelompok paling baik untuk
memperoleh gambaran segera sebelum merencanakan studi kuantitatif.
10) Rincian lebih lengkap tentang berbagai masalah yang perlu
dipertimbangkan dalam pemilihan Diskusi Kelompok Terarah atau
Wawancara Secara Mendalam terdapat pada tabel di bawah.

Menyiapkan Diskusi Kelompok


Untuk membuat suatu diskusi kelompok produktif, berikut adalah hal-hal yang
harus diperhatikan:

1) Tentukan berapa banyak diskusi kelompok terarah yang perlu anda


lakukan: Anda dapat melakukan hal ini dengan menentukan berapa segmen
khalayak sasaran yang anda miliki. Hal ini tidak hanya termasuk kelompok
sasaran primer, tapi juga sekunder dan tersier.
• Lakukan paling sedikit dua diskusi kelompok untuk setiap segmen
khalayak. Misalnya: dua kelompok bagi tiap segmen populasi utama:
laki-laki – perempuan, pemakai – bukan pemakai, ibu muda – ibu

268 KEMENTERIAN KESEHATAN RI


PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

setengah baya. Setiap segmen tersebut secara substansial dianggap


berbeda perilaku dan sikapnya.
• Lakukan diskusi kelompok sampai informasi yang diperoleh tidak baru
lagi. Lakukan diskusi kelompok sampai hasil yang diperoleh secara umum
sejalan dengan hasil sebelumnya. Jika dua kelompok membuahkan
hasil yang amat berbeda untuk masalah yang sama, perbedaan
tersebut perlu ditelusuri pada beberapa kelompok tambahan agar hasil
penelitian bisa dimengerti dan digunakan. Sebagai alternatif, anda dapat
melakukan triangulasi. Hal ini berarti memeriksa hasil penelitian dengan
cara mengeksplorasi pertanyaan penelitian yang sama menggunakan
metode lain. Jika anda sudah menggunakan FGD, tanyakan topik yang
sama untuk wawancara mendalam perorangan dan sebaliknya. Sebagai
contoh, jika anda mengetahui bahwa beberapa ibu hamil dalam FGD
mengatakan mereka yakin mereka akan menyusui bayinya, sementara
beberapa ibu hamil dalam FGD lain mengatakan mereka tidak akan
mempertimbangkan pemberian ASI, anda bisa memilih sejumlah sample
ibu hamil yang dipilih secara acak dan menanyakan kepada mereka
tentang tujuan pemberian ASI, perilaku pemberian ASI sebelumnya dan
alas an tujuan mereka saat ini

2) Menentukan komposisi kelompok. Pada umumnya Diskusi Kelompok


dilakukan pada kelompok sasaran yang homogen. Untuk menjawab pertanyaan:
“variabel responden yang mana yang bisa menunjukan relevansi kesamaan di
antara populasi sasaran?” diperlukan pemikiran yang seksama pada waktu
merencanakan penelitian. Variabel berikut dapat Anda gunakan sebagai acuan:
• Kelas sosial. Kalau berbagai kelas sosial disatukan, kelas sosial
yang lebih tinggi cenderung lebih mendominasi dan akan menekan
partisipasi kelas yang lebih rendah. Di negara berkembang, kelas
sosial atau status sosial tidak hanya ditentukan faktor ekonomi semata,
tapi juga kedudukannya di desa. Sudah tentu hal-hal seperti ini perlu
dipertimbangkan dengan cermat.
• Daur hidup. Titik keberadaan responden dalam daur hidupnya
akan mempengaruhi persepsinya terhadap suatu masalah. Contoh:
Tanggapan ibu yang telah lama berkeluarga berbeda dengan ibu
yang baru menikah, walaupun usia mereka sama. Perbedaan ini
mempengaruhi persepsi mereka masing-masing.
• Status Pemakai. Untuk beberapa perilaku tertentu (misalnya ASI
eksklusif), anda mungkin ingin memisahkan antara “pemakai dan bukan
pemakai” atau dengan kata lain, mereka yang melakukan dengan mereka
yang tidak melakukan sehingga anda bisa melihat perbedaannya.
Dengan kata lain, anda bisa belajar lebih banyak jika anda memadukan

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
269
PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

mereka yang melakukan dengan mereka yang tidak melakukan dalam


satu kelompok dan melihat bagaimana mereka menjelaskan perilaku
mereka satu sama lain.
• Tingkat keahlian. Pengalaman dan keahlian yang dimiliki seseorang
sangat mempengaruhi tanggapan seseorang terhadap suatu masalah.
Contoh: pengalaman seorang dokter senior akan berbeda dengan
pengalaman dokter baru. Bidan – dukun bayi, dsb.
• Umur dan Status perkawinan. Tergantung dari masalah yang diteliti.
Untuk topik-topik tertentu umur dan atau status perkawinan biasanya
tidak digabung dalam suatu kelompok. Misalnya: pendapat tentang
penggunaan alat kontrasepsi.
• Perbedaan budaya. Responden dengan beda budaya yang besar
jangan digabung dalam satu kelompok, kalau perbedaan tersebut
dapat mempengaruhi sikap dan perilaku mereka terhadap masaalah
yang dibicarakan.
• Jenis Kelamin. Para moderator mempunyai pendapat yang berbeda
mengenai hal ini. Untuk topik-topik tertentu, misalnya: tentang peranan
masyarakat dalam mencegah diare, orang tua laki-laki dan perempuan
perlu disatukan. Namun pada topik-topik lainnya yang memerlukan sudut
pandang dari jender tertentu, atau yang dapat memalukan jika dibahas oleh
kedua kelompok jender maka laki-laki dan perempuan perlu dipisahkan.

3) Menentukan lamanya diskusi. Jarang sekali diskusi kelompok memerlukan


lebih dari tiga jam untuk menggali gagasan. Waktu yang ideal sebaiknya antara
satu setengah sampai dua jam. Seringkali untuk informasi yang sangat spesifik,
misalnya reaksi terhadap suatu iklan, waktu yang dibutuhkan tidak lebih dari 40
menit.

4) Menentukan besarnya kelompok. Biasanya diskusi kelompok terarah terdiri


dari 8 sampai 10 orang peserta. Akan tetapi sekarang cenderung mengarah
pada kelompok yang lebih kecil, atau dikenal sebagai kelompok mini. Paling
banyak anggota kelompok mini adalah 5 sampai 7 orang.

Kunci untuk menentukan besar kecilnya kelompok adalah tujuan kelompok


dan tradisi peserta. Jika tujuan untuk menggali gagasan atau peserta datang
dari kelompok yang tidak banyak berbicara di depan umum, kelompok yang
lebih besar mungkin lebih bermanfaat. Jika tujuan kelompok untuk memperoleh
kedalaman tanggapan dari peserta atau anggotanya datang dari kelompok
yang sangat menghargai keterampilan berbicara, maka lebih baik menggunakan
kelompok kecil.

270 KEMENTERIAN KESEHATAN RI


PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

5) Menentukan tempat diskusi. Pada FGD yang dipergunakan untuk kebutuhan


komersial di kota besar, misalnya riset pemasaran untuk menentukan desain
kemasan suatu produk. Fasilitas diskusi yang khusus dirancang untuk diskusi,
seperti ruangan dengan perlengkapan rekaman audio dan video, kaca satu arah
untuk ruangan observasi merupakan sebuah standar. Namun pada penelitian
sosial yang dilakukan di masyarakat rural atau semi urban, sangat sulit untuk
mendapatkan ruang dengan fasilitas di atas dan tidak diinginkan karena terlalu
jauh dari kehidupan sehari-hari.

Oleh sebab itu faktor yang perlu dipertimbangkan untuk menentukan tempat
diskusi adalah:
a) Pilih tempat yang netral.
b) Pilih lokasi dimana pembicaraan mudah didengar.
c) Pilih tempat yang mendatangkan rasa aman
d) Pilih lokasi yang mudah dijangkau peserta
e) Jika mungkin, pilih tempat dimana pengamat bisa hadir tanpa mengganggu
jalannya diskusi.
f) Memilih tempat dimana pembicaraan dalam kelompok tidak akan
terdengar

6) Pengaturan tempat duduk. Biasanya kegiatan diskusi kelompok


dilaksanakan dalam ruangan dengan pengaturan bangku melingkar. Namun
di lingkungan manapun, peserta hendaknya dapat duduk dalam suasana
yang mendorong partisipasi dan interaksi. Beberapa poin di bawah ini dapat
dijadikan pegangan.
a) Hindari pengaturan duduk yang menunjukan status.
b) Sedapat mungkin memberi ruang pada moderator untuk bisa tatap
mata dengan semua peserta.
c) Sedapat mungkin menempatkan semua responden pada jarak yang
sama dari moderator dan bisa saling melihat dengan jelas.

7) Peralatan pendukung. Sebagaimana diutarakan di atas, tempat paling


mudah untuk melakukan diskusi kelompok terarah adalah ruangan dengan
berbagai fasilitas pendukung, seperti: alat perekam audio dan visual, ruang
observasi dan sebagainya. Namun jika fasilitas tersebut tidak Anda miliki, tidak
berarti diskusi tidak dapat dijalankan. Sebenarnya, ruangan yang berbeda
pun tidak masalah. Untuk perekaman, misalnya Anda tinggal menggunakan
alat perekam biasa saja. Anda juga harus mencatat langsung dan notulis bisa
melakukannya.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
271
PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

Kiat menggunakan alat perekam.


a) Pilihlah alat perekam yang mempunyai nomor rekam (counter) Nomor ini
akan bermanfaat untuk menelusuri jawaban peserta untuk pertanyaan
tertentu.
b) Mintalah ijin merekam pada peserta dan katakan bahwa rekaman ini
hanya digunakan untuk kegiatan penelitian semata.
c) Jangan lupa untuk melakukan identifikasi dan labeling pada setiap kaset
yang Anda gunakan. Identifikasi dapat dilakukan dengan melakukan
rekaman yang berisi: tanggal, jam, dan tempat dilakukan diskusi, identitas
kelompok, dsb. Sementara begian luar kaset dapat ditempeli label serupa.
d) Ujilah penempatan alat perekam, upayakan dapat merekam suara dari
semua arah peserta.
e) Jangan lupa untuk menyediakan kaset dan baterai cadangan.
f) Tentukan bagaimana anda akan menganalisis tape. Apakah moderator,
notulis, serta anggota tim peneliti lainnya akan mendengarkan, menulis
tema dan melihat kembali notulen dan membandingkannya.
g) Apakah anda akan mengkaji notulen dan hanya mendengarkan tape
untuk melakukan klarifikasi? Kedua metode tersebut adalah yang paling
cepat dan anda kemudian akan menganalisis FGD pada hari yang sama.
Atau apakah tape akan dituliskan menjadi transkrip dan menganalisis
transkrip beserta notulennya? Anda pasti bisa menangkap setiap kata,
tapi perlu waktu dan biaya yang luar biasa besar.
h) Last but not least, Bagaimanpun juga alat perekam terkadang tidak
berjalan sesuai dengan yang kita inginkan. Di samping itu tidak mampu
merekam bahasa tubuh peserta dan makan waktu yang sangat lama
untuk menuliskan transkrip dari tape. Untuk itu, seorang note taker tetap
diperlukan untuk melengkapi proses rekaman.

8) Mengembangkan Panduan Diskusi Kelompok Terarah


a) Apa itu panduan diskusi. Panduan diskusi adalah daftar pokok bahasan
yang akan dicakup dalam diskusi. Tujuannya untuk membantu moderator
tetap pada alur diskusi agar tujuan diskusi dapat dicapai.
b) Menyiapkan panduan diskusi. Panduan diskusi dapat ditulis dalam
bentuk pertanyaan rinci, tetapi akan lebih baik jika dibuat dalam bentuk
kerangka masalah pokok. Elaborasi panduan tergantung dari seberapa
pengalaman sang moderator menggali lebih dalam setiap jawaban secara
kreatif.
c) Membuat panduan diskusi yang baik memang memerlukan waktu.
Seringkali moderator harus menyiapkan dan mempelajari konsep
bersama-sama pengelola program sebelum panduan akhir selesai dibuat.
Untuk mengembangkannya diperlukan beberapa hari.

272 KEMENTERIAN KESEHATAN RI


PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

d) Apa yang harus dimasukan dalam panduan diskusi. Sebaiknya panduan


tidak mencakup terlalu banyak masalah sehingga membuat peserta bosan
dan lelah. Pembicaraan akan melompat-melompat dari satu masalah ke
masalah secara tidak alami. Terlalu banyak masalah yang berbeda dalam
panduan juga menunjukan penelitian tidak dirancang dengan baik.
e) Dalam menyiapkan panduan, pertanyaan yang “baik untuk diketahui”
tapi tidak berkaitan dengan tujuan penelitian sebaiknya dihindarkan.
Panduan seyogyanya menghilangkan pertanyaan yang mungkin lebih
cocok untuk penelitian kuantitatif, misalnya: pertanyaan “ berapa
banyak” atau “berapa kali”
f) Alur panduan diskusi. Ada beberapa alasan mengapa alur rangkaian
masalah dalam panduan biasanya bergerak dari umum ke khusus.

Alur lebih alami. Misalnya diskusi dimulai dengan membicarakan masalah


perawatan anak secara umum, atau perilaku kesehatan yang berhubungan
dengan perawatan anak sebelum membahas masalah diare.

Memungkinkan Anda memiliki kerangka analisis atas tanggapan yang timbul dalam
kelompok. Misalnya, jika seorang ibu sejak awal diskusi menyatakan bahwa ia
memiliki waktu sedikit untuk merawat anaknya, dengan melihat diskusi sebagai
suatu keseluruhan dan bukan hanya topik, maka Anda akan lebih mengerti mengapa
ibu ini kemudian memberi tanggapan negatif terhadap produk yang memerlukan
upaya tambahan untuk memanfaatkannya.

Memungkinkan masalah pokok muncul secara alami. Misalnya: Anda akan lebih
baik membiarkan peserta memberi tanggapan umum mereka terhadap poster
mana yang muncul secara spontan, daripada harus menggalinya sebelum peserta
menyampaikannya kemudian.

9) Memandu Diskusi Kelompok


Teknik fasilitasi: Teknik bertanya dan alur diskusi. Ada dua aspek pokok pendekatan
dalam diskusi kelompok. Pertama, teknik bertanya bisa langsung atau tidak
langsung. Kedua, arus diskusi bisa berstruktur atau tidak berstruktur.

Teknik Bertanya.
Pendekatan langsung dalam fasilitasi. Teknik ini menggunakan pertanyaan yang
sangat terarah dan membatasi keragaman jawaban yang mungkin muncul. Teknik
ini hanya digunakan jika tujuan diskusi sudah dirumuskan sedemikian tajam.

Pendekatan tidak langsung dalam fasilitasi. Teknik ini menggunakan pertanyaan


terbuka tanpa bias. Jenis pertanyaan demikian memungkinkan peserta diskusi

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
273
PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

mengungkapkan perasaannya secara jujur, membatasi pengaruh moderator, dan


mengurangi kebingungan dalam menyimpulkan apa yang dibicarakan kelompok.
Cara bertanya demikian adalah bentuk terbaik untuk digunakan pada diskusi
kelompok.

Contoh: Apa reaksi Anda ketika pertama kali melihat tokoh dalam poster ini? (Bukan
“Apa yang Anda sukai pada tokoh dalam poster ini?”)

Arus Diskusi Kelompok.


Arus diskusi berstruktur. Pada teknik ini moderator menggunakan pedoman diskusi
yang sudah disiapkan, berisi masalah dan wilayah yang perlu dijajagi. Pedoman
diskusi menjamin agar masalah yang berkaitan dengan tujuan penelitian terliput
semua.

Arus diskusi tak berstruktur. Pada teknik ini moderator menggunakan pedoman
diskusi yang berisi topik pokoknya saja. Kelompok sendiri yang menentukan
sebagian besar isi dan arus diskusi. Teknik ini jarang dilakukan, karena sering tidak
mendapatkan informasi yang dibutuhkan pengelola program. Kadangkala teknik ini
digunakan pada tahap awal perumusan program, disaat belum pernah dilakukan
penelitian apapun dan pengelola belum berpengalaman serta belum punya hipotesa
tentang masalah terkait.

Menggali informasi dan perasaan.


Seorang moderator yang trampil akan menggunakan teknik fasilitasi yang sesuai
dengan situasi. Berikut adalah beberapa teknik fasilitasi yang sering digunakan:
• Asosiasi bebas. Apa yang pertama kali terlintas di benak Anda ketika saya
menyebut “gempa..!”.
• Membangun Citra. Siapa yang meneteki bayinya? Seperti apa mereka?
Bagaimana kehidupan mereka? Apa yang Anda lihat, Apa yang Anda pikirkan
tentang mereka? Apa yang Anda lakukan.
• Tanyakan arti sesuatu yang mudah dimengerti? Apa arti kata “lembut” bagi
Anda? Apa arti ungkapan “buatan rumah” bagi Anda?
• Metafora. Andai kata pil KB ini sekuntum bunga, bunga apakah itu?. Siapakah
yang memetiknya? Atau jika kelompok produk ini adalah sebuah keluarga,
siapakah yang menjadi anggota keluarganya. Bagaimana hubungan satu sama
lain?.
• Menjodohkan Citra. Di sini ada sepuluh orang yang berbeda. Orang yang
mana yang mencuci tangan sebelum makan dan memasak? Mana yang tidak?
Mengapa?.

274 KEMENTERIAN KESEHATAN RI


PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

• “Manusia dari bulan”. Saya berasal dari bulan. Saya belum pernah mendengar
tentang ASI. Gambarkan kepada saya. Mengapa saya harus mencobanya.
Yakinkan saya.
• Kondisi yang memberi peluang dan kondisi yang menimbulkan hambatan.
Katakan pada saya sedikitnya dua kondisi atau lebih ketika Anda memutuskan
untuk membeli coklat ini. Sebutkan kondisi yang membuat Anda memutuskan
untuk membeli barang lain?.
• Menggunakan rangkaian pertanyaan. “Mengapa Anda membeli produk X?”,
“Mengapa begitu penting?”, “Apa yang membuatnya berbeda?”, “ Apa pernah
tidak penting?”, (Bertanyalah sampai peserta jengkel...!).
• Penjejangan (rangkaian asosiasi). Apa yang Anda pikirkan ketika Anda ingat
kopi Tora Bika? (Jawaban: “pagi”). Dan bila Anda berpikir tentang pagi, apa
yang Anda ingat? (Jawaban: “ hari baru”). Dan kalau Anda berpikir tentang hari
baru? (Jawaban: “saya merasa optimis”).
• Menunjukan kontradiktif. “Tunggu sebentar, Anda baru saja mengatakan
bahwa Anda menyukai rendah lemak. Dan sekarang Anda mengatakan bagus
karena berlemak dan berminyak. Bagaimana Anda menjelaskan hal ini?”.
• Bermain peran. Oke, Anda adalah Walikota kita. Apa yang Anda lakukan? Atau,
kalau saya adalah Walikota, katakanlah pada saya apa yang Anda inginkan.
• Teknik proyeksi. Kalau banyak kandang ayam yang kotor, menurut anda
penyakit apa yang akan terjadi disini?

Berbagai Masalah Yang Mungkin Timbul


Salah satu masalah penting yang dapat membuat suatu diskusi tidak efektif adalah
macetnya dinamika kelompok. Kemacetan ini bisa disebabkan karena kelompok
sebagai suatu kesatuan, namun juga bisa disebabkan akibat perilaku peserta
secara perorangan.

Bagian berikut akan membahas beberapa masalah yang paling sering terjadi dalam
diskusi kelompok.

Kelompok penurut. Dalam kelompok ini mayoritas peserta selalu setuju dengan
”garis kelompok”. Peserta hanya mengikuti apa yang dikatakan peserta lain.
Akibatnya pendapat dan perasaan sebenarnya dari masing-masing peserta tidak
terungkap.

Strategi: Sebelum diskusi dimulai, tekankan kepada responden bahwa tidak ada
pendapat yang salah atau benar dalam diskusi ini. Oleh karena itu pendapat dan
perasaan individu sangat dihargai. Hal lain yang perlu mendapat perhatian adalah
seleksi. Ada kemungkinan, orang yang mempunyai pengaruh lolos dari seleksi kita.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
275
PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

Kelompok lamban. Kelompok lamban ditandai semangat yang rendah dan kurangnya
keterlibatan peserta diskusi kelompok. Sikap masa bodoh ini mungkin disebabkan
kerena mereka dipaksa mengikuti atau curiga terhadap kegiatan diskusi. Sebab
lain, masalah tidak menarik bagi peserta, masalah terlalu mengitimidasi, peserta
tidak memenuhi syarat, peserta terlalu banyak sehingga sulit terjadi interaksi, nada
bicara moderator terlalu formal, intonasi moderator terlalu formal, diskusi kelompok
bukanlah teknik penelitian yang sesuai dan anda seharusnya menggunakan
wawancara mendalam perorangan, dsb.

Strategi.
• Jika masalah dianggap tidak menarik bagi peserta, minat bisa diciptakan
dengan meminta kelompok berinteraksi melalui cara yang tidak biasa.
Misalnya, minta mereka menceritakan pengalaman pribadi yang berkaitan
dengan masalah tersebut.
• Jika masalah kelihatannya terlalu abstrak bagi peserta, bisa dibuat lebih
nyata dengan menggunakan papan konsep, gambar keadaan yang berkaitan
dengan masalah.
• Jika masalah terlalu mengitimidasi atau pribadi, peserta kelompok bisa
didorong dengan menggunakan teknik proyektif.
• Terkadang break sebentar juga bisa mengubah suasana. Peserta bisa rileks
sebentar untuk mengurangi ketegangan. Dalam suasana “ngobrol” bersama,
masalah dapat dilacak. Waktu break juga dapat dimanfaatkan oleh moderator
untuk “menata kembali” , berkonsultasi dengan peneliti lain, dan memulai
diskusi kembali dalam suasana yang lebih segar.

Masalah Peserta.
Di samping masalah kelompok secara keseluruhan, ada sejumlah masalah yang
sering terjadi pada peserta secara perorangan, yaitu:
• Peserta yang mendominasi. Orang tipe ini berusaha mengambil alih kelompok,
mengambil inisiatif bicara, mempertahankan posisinya, berusaha mempengaruhi
peserta lain, serta berusaha memberi kata putus.

Strategi pertama.
Hindari kontak mata dengannya. Hadapkan tubuh Anda pada peserta lain, minta
peserta lain tersebut (dengan menyebut namanya) untuk memberi tanggapan. Jika
cara ini tidak mempan, katakan pada peserta yang mendominasi itu secara halus,
bahwa pemikirannya menarik, namun kita juga membutuhkan pendapat peserta
lain.

Strategi kedua. Mengeluarkan peserta yang mendominasi itu dari kelompok secara
halus. Caranya dengan menjelaskan padanya bahwa “karena Anda terlalu banyak

276 KEMENTERIAN KESEHATAN RI


PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

mengetahui tentang ...., kami ingin Anda melengkapi kuesioner yang lebih rinci
mengenai masalah itu”. Lalu kuesioner “penghindar” dapat diberikan padanya di
luar ruangan.
• Peserta pendiam. Peserta yang sama sekali tidak mau bicara. Mungkin
karena merasa takut atau cemas, atau bisa juga merasa pendapatnya tidak
berguna Peserta tukang bicara. Peserta jenis ini akan terus bicara, seperti
tidak mau berhenti. Namun pembicaraannya tidak bermakna. atau malu
atau marah.

Strategi.
Gunakan kontak mata untuk menariknya ke dalam diskusi. Amati kapan dia siap
untuk bicara. Ajukan pertanyaan yang mudah, dan perhatikan dengan cermat
apa yang dikatakannya. Jika dia masih juga belum siap. Lanjutkan diskusi dengan
peserta lain, dan kembali padanya kemudian.
• Peserta ahli. Jenis lain dari peserta yang mendominasi.. Walaupun dia tidak
berupaya untuk memimpin kelompok, akan tetapi peserta lain akan tunduk
padanya, sehingga membuat peserta lain menjadi lumpuh.

Strategi. Pastikan apakah dia memang ahli atau semu. Jika memang ahli
ingatkan dia bahwa semua tanggapan penting, dan peserta lain juga perlu diberi
kesempatan untuk urun pendapat. Cara lain adalah, minta pendapatnya setelah
peserta lain pulang. Namun jika peserta adalah ahli semu, minta peserta lain
untuk menanggapi pendapatnya.

Strategi. Diarahkan dengan menggunakan penggalian, dengan meminta klarifikasi


dan elaborasi untuk mendapat tanggapannya yang lebijh nyata. Tuntun agar dia
kembali ke masalah.
• Peserta ngelantur. Orang ini memberi tanggapan yang tidak berkaitan dengan
masalah dan menyesatkan kelompok dari topik. Mungkin tidak mengerti,
gugup, tidak bisa menyimak secara baik, atau tidak berpikir secara linear.

Strategi. Coba mengulangi pertanyaan atau tanyakan dengan kalimat lain atau
memintanya menjelaskan apa yang dikatakannya tentang topik.
• Peserta tidak lengkap. Orang ini memberi tanggapan tidak lengkap, atau
terkadang jawabannya tidak memberikan informasi apapun, seperti: “saya
tidak tahu”. Peserta ini sebenarnya frustasi. Perilaku demikian sering
disebabkan karena kurang rasa percaya diri – pemalu, tegang yang berlebihan
atau tidak bersahabat.

Strategi. Bina hubungan yang erat sejak awal diskusi untuk mencegah keadaan
demikian terjadi selama diskusi. Gunakan teknik penggalian atau teknik bertanya

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
277
PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

lainnya (misalnya proyektif atau memberikan peserta tugas untuk dilakukan


bersama-sama).
• Peserta bingung. Orang ini bingung atau kewalahan selama diskusi. Tampak
dari ungkapan lisan atau petAnda yang tersirat.

Strategi. Minta dia mengulangi pendapatnya dan lakukan klatrifikasi. Minta dia
untuk memberi contoh..
• Peserta positif. Orang ini semua tanggapannya positif. Dia ingin menyenangkan
moderator, mengatakan apa yang dia perkirakan ingin Anda dengar.

Strategi. Ingatkan peserta ini bahwa Anda, moderator, ingin mendengar tanggapan
positif dan negatif. Coba lakukan peran “juru bicara yang jelek” (contoh: “saya
dengar banyak orang mengatakan sebaliknya....”). Coba ungkapkan pendapat
orang ketiga (“bagaimana dengan orang lain yang Anda kenal?. Bagaima kira-kira
perasaan mereka?”)
• Peserta negatif. Kebalikan dari peserta positif. Orang ini semua tanggapannya
negatif. Mungkin dia sedang menggunakan kesempatan ini untuk menyalurkan
kemarahan dan frustasinya yang bertahun-tahun. Atau mungkin dia memutuskan
untuk tidak mau memberikan gagasan atau informasi apapun yang baik.

Strategi. Hati-hati, hindari reaksi defensif agar terhindar dari situasi perdebatan
yang tidak berguna. Coba alihkan peserta dengan mengungkapkan sikap
bermusuhannya. (“Anda tampaknya marah atas masalah itu. Tidak apa-apa, karena
saya ingin mengetahui apa yang sebenarnya Anda rasakan..”). Cara lain, coba
gunakan teknik juru bicara yang jelek, atau ungkapkan pendapat orang ketiga.
• Peserta bermusuhan. Orang ini menyerang moderator secara pribadi, meskipun
hal ini bisa dilakukan secara tidak langsung melalui cara pasif agresif.

Strategi: beri perhatian. Jangan beri reaksi defensif. Coba diam sesaat. Letakkan
tanggung jawab di atas padanya untuk menjelaskan alasan serangannya.
• Peserta perusak. Orang ini merusak keseimbangan percakapan. Ia mungkin
mengatakan pendapat responden lain salah, atau pertanyaan moderator
bodoh.

Strategi. Upayakan secera cepat menyeimbangkan kembali diskusi. Minta peserta


lain untuk menanggapi pernyataan peserta perusak ini. (Harap hati-hati, karena
mungkin saja pernyataan peserta perusak tersebut membuat malu atau marah
peserta lain). Cara lain, kemukakan sudut pAndang alternatif: “Itu menarik, tapi
saya dengar beberapa orang merasa....”. Ini memberi kesempatan kepada peserta
lain untuk memilih salah satu sisi dan melanjutkan diskusi.

278 KEMENTERIAN KESEHATAN RI


PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

• Peserta yang selalu bertanya. Orang ini selalu bertanya kepada moderator
tentang pendapat atau perasaannya.

Strategi. Katakan saja padanya bahwa Anda kurang pengalaman dan keahlian
tentang masalah itu. Karenanya Anda meminta bantuan peserta untuk mendapatkan
pengetahuan dari peserta diskusi.

Masalah Moderator
• Kehilangan kendali. Moderator yang terampil dan berpengalaman jarang
kehilangan kendali. Namun bagi moderator pemula, kekuatiran ini tentu saja
muncul.

Berikut adalah tanda-tanda moderator yang kehilangan kendali:


a) Mengajukan pertanyaan terarh, secara tidak langsung menunjukan moderator
sudah tahu jawabannya.
b) Mengajukan pertanyaan ganda, menanyakan dua pertanyaan atau lebih
sebelum peserta sempat menjawab pertanyaan pertama.
c) Menyela secara tidak perlu, seolah moderator sudah tahu jawabnya.
d) Membuat pernyataan yang berisi dugaan, moderator menarik kesimpulan yang
sebenarnya belum diungkap peserta.
e) Memberi nasehat kepada responden tentang apa yang seharusnya dilakukan.
f) Mengalihkan masalah terlalu cepat, tidak memberi kesempatan peserta untuk
melengkapi pemikirannya tentang suatu masalah sebelum berpindah pada
masalah lain.

Kemampuan yang harus dimiliki oleh Moderator


a) Klarifikasi
Fungsi mendengarkan yang baik adalah untuk memahami apa yang
disampaikan oleh peserta diskusi. Oleh karena itu mendengarkan yang baik
tidak bersifat pasif melainkan aktif. Dalam proses mendengarkan, moderator
harus sering mengecek apakah ia mempunyai pemahaman yang sama
dengan peserta diskusi.
b) Refleksi
Yang dimaksud refleksi adalah mengulang kembali ungkapan atau kata-
kata peserta dengan bahasa moderator sendiri. Hal ini perlu dilakukan agar
informasi yang diterima moderator sama dengan maksud peserta diskusi.
Selain itu moderator memberikan umpan balik pada peserta terutama jika
dirasakan ada nya jawaban atau ungkapan peserta yang tidak konsisten.
c) Memotivasi dan probing
Mendorong semua peserta diskusi aktif menyampaikan pendapatnya, dan
moderator dapat terus melakukan probing (penggalian) informasi lebih

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
279
PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

mendalam dan komprehensif.


Cara memotivasi peserta diantaranya dengan menyampaikan kata-kata: “
Wow menarik sekali , lalu.....” atau “Ehm...begitu ya kejadiannya, lalu.......”
d) Mengembangkan sensitifitas.
DKT bukanlah arena untuk mencari konsensus. Oleh karena itu moderator harus
pandai mengembangkan sensitivitasnya terhadap pengalaman-pengalaman
dari peserta yang berbeda. Keterampilan yang perlu dikembangkan adalah
menyatakan pada kelompok bahwa ada perbedaan dan bahwa perbedaan
itu penting untuk diperhatikan..
e) Keterampilan memandu proses DKT
Untuk mengatur diskusi memang gampang-gampang susah. Jangan terburu-
buru dan jangan gugup. Jika perlu dirumah persiapkan dahulu kata-kata
yang akan disampikan terutama saat membuka diskusi. Mengatasi peserta
yang dominan, mengatasi pembicaraan yang ngelantur, melerai perdebatan,
melakukan negosiasi waktu dan menutup diskusi.

10) Membuat Laporan Diskusi Kelompok


Pada umumnya laporan diskusi kelompok berisi gambaran temuan pokok
penelitian, dan analisa mendalam atas temuan tersebut. Analisa akhir membutuhkan
keterampilan tinggi, pemahaman mendalam, dan pengetahuan yang baik
tentang masalah dan tujuan penelitian. Analisa yang baik akan menghimpun
dan merangkum berbagai pola yang muncul dalam penelitian sehingga saling
mendukung.
a) Menyiapkan laporan diskusi kelompok. Karena subyektifitas penelitian
Diskusi Kelompok serta diperlukannya keterampilan tinggi dan intuisi untuk
mengartikannya, seringkali sulit untuk peneliti yang tidak berpengalaman
untuk menganalisis data dan menulis laporan. Meskipun demikian poin-poin
di bawah ini dapat dijadikan acuan.

b) Menentukan siapa yang menganalisis data dan menulis laporan. Kebanyakan


laporan diskusi kelompok ditulis oleh moderator – seringkali bersama notulen,
tapi mungkin saja anggota tim yang mempunyai keterampilan analisis dan
penulisan dapat membantu menyusun laporannya.

c) Mengembangkan rencana analisa. Jika diskusi kelompok terencana dengan


baik, banyak unsur analisa yang siap, terdiri dari:
• Latar belakang penelitian
• Tujuan umum dan informasi khusus
• Metodologi dan alasan penentuan rancangan.
• Temuan dari diskusi kelompok (biasanya mengikuti tema penting yang
muncul dari FGD)

280 KEMENTERIAN KESEHATAN RI


PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

• Kesimpulan dan rekomendasi


• Lampiran termasuk: Kuesioner penyaring, kuesioner yang diisi sendiri,
dan bahan lain yang disajikan kepada peserta diskusi, misalnya: konsep
iklan.
d) Menganalisa isi diskusi. Umumnya analisis dilakukan dengan:
• Mendengar ulang kaset rekaman diskusi, dan mengkaji hasil catatan
note taker. Sangat sulit untuk mengingat secara tepat apa yang telah
dikatakan dalam diskusi. Utamanya jika diskusi dilakukan beberapa hari
sebelumnya. Karena itu sangat penting untuk memperoleh gambaran
yang baik secepatnya dengan memutar ulang isi rekamannya.
Idealnya anda harus membaca notulen, baik dengan cara memintanya
membacakannya atau membacanya sendiri dan notulis hadir untuk
menjawab pertanyaan dan mendengarkan rekaman pada hari yang
sama dengan dilangsungkannya FGD
• Mengelompokkan temuan berdasarkan wilayah bahasan. Biasanya
dilakukan sejalan dengan pedoman diskusi. Pengelompokan ini perlu
juga memisahkan hasil temuan berdasarkan kualifikasi responden
(pemakai dan bukan pemakai) agar mudah membandingkan dan melihat
bedanya.
• Menemukenali berbagai posisi atau sudut pandang yang timbul dari
setiap masalah. Himpun tiap posisi yang berbeda, jajagi kekuatan atau
derajat kekokohan posisi pada peserta kelompok. Catat ungkapan lisan
(verbatim) yang menggambarkan tiap posisi
• Mencari tema atau pola dalam diskusi. Perhatikan catatan dan kaset
(atau bagian dari rekaman) sebanyak yang anda perlu untuk menemukan
pola. (misalnya ketidakteraturan dari yang dikatakan orang atau yang
anda piker akan dikatakan orang tapi tidak dikatakan – dengan kata lain,
pola dari yang tidak dikatakan. Tulis temanya dan diskusikan dengan
notulis.
• Mencari hubungan antar tema atau polanya dan penyebabnya. Semua
penjelasan tentang penyebab harus didukung oleh data.

Contoh, jika anda menemukan bahwa banyak ibu yang mengatakan,
“mahal” saat mendiskusikan hambatan pergi ke bidan dan bukan
dukung, anda tidak dapat melakukan inferensi (berarti memberikan
penjelasan) bahwa mereka semua miskin kecuali ada justifikasi data.
Jadi anda bisa melihat apa yang dikatakan oleh ibu-ibu tersebut dan
pekerjaan suaminya. Jika anda mengetahui bahwa beberapa suami dan
istri yang menyebutkan biaya tersebut adalah orang yang mempunyai
pekerjaan yang baik dan yang lain tidak, anda tidak dapat melakukan
inferensi bahwa biaya berkaitan dengan uang yang tersedia. Tapi anda

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
281
PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

menemukan bahwa semua ibu yang menyebutkan biaya mempunyai


suami yang gajinya rendah, anda dapat melakukan inferensi bahwa
uang merupakan hambatan untuk orang miskin di kabupaten yang
mengakses pelayanan dari bidan. Kita menyebut pernyataan tentang
penyebab atau hubungan tersebut sebagai membuat inferensi.
• Melakukan klasifikasi temuan menurut topic diskusinya. Setelah anda
menemukan tema/pola dan inferensi secara mandiri tanpa panduan
FGD, lihat tema/pola dan inferensi dalam konteks yang ada di panduan
anda. Lihat apakah anda mendapatkan sesuatu yang baru. Anda akan
melaporkan temuan anda menurut tema/pola dan topik diskusi.

e) Merangkum hasil diskusi kelompok terarah dalam laporan. Aspek penulisan


laporan merupakan aspek yang paling sulit dalam analisis dan penulisan
laporan karena prosesnya membutuhkan paling banyak pemikiran, waktu,
dan ketrampilan.
• Membaca ulang transkrip atau catatan tiap diskusi yang dibuat pemandu
atau note taker.
• Menemukenali pola (pattern), yaitu suatu respon yang berulang kali
muncul dalam setiap bahasan atau sebagian besar diskusi (Misalnya,
perasaan takut melihat laut pada sebagian besar korban tsunami)
• Mempertegas dan memperjelas pemunculan tetap berdasarkan temuan
lain dalam diskusi (Misalnya, tingkat rasa takut peserta korban tsunami
mungkin berkaitan dengan faktor pendukung lain).
• Menemukenali perbedaan dan kelainan dalam tiap wilayah bahasan.
Perjelas dan pertegas tiap posisi berdasarkan lingkungan temuan
(Misalnya, para peserta mungkin saja mengelompokan diri ke dalam
sikap “tradisional” vs “liberal” terhadap masalah membesarkan anak.
• Membuat rangkuman pola yang timbul dalam diskusi dan menguraikannya
sepanjang wilayah bahasan. Memperjelas dan mempertegas pola
tersebut berdasarkan lingkungan temuan (misalnya, benang merah
tanggapan yang saling berkaitan erat dengan aneka faktor demografis
atau historis peserta)

f) Kesalahan umum dalam menafsirkan laporan. Kesalahan yang biasanya


sering muncul dalam menafsirkan hasil diskusi kelompok adalah:
• Berusaha mengkuantifikasikan hasil diskusi. Contoh yang sering muncul
adalah: berusaha untuk menafsirkannya dengan hitungan, misalnya:
“20% peserta diskusi mengatakan.....” atau “sembilan dari sepuluh
peserta merasa......” . Tapi teknik kualitatif yang buruk adalah melaporkan
“sebagian besar mengatakan”, atau “beberapa orang mengatakan”.
Anda harus memberikan perkiraan kepada pembicara berapa banyak

282 KEMENTERIAN KESEHATAN RI


PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

yang dimaksud dengan “sebagian besar” atau “beberapa”. Akan sangat


berbeda jika anda melakukan delapan FGD dan tujuh dari delapan
menyetujui sesuatu atau lima dari delapan setuju. Demikian juga halnya,
jika tujuh dari 12 FGD mempunyai pemikiran tertentu; hal ini berbeda
dengan 11 dari 12 FGD mempunyai pemikiran tersebut. Keterwakilan
dalam diskusi kelompok terarah tergantung pada bagaimana anda
memilih sample peserta FGD anda dan tentang metodenya sendiri. Jadi
anda mungkin ingin melaporkan bahwa sembilan dari sepuluh peserta
merasa bahwa ......” . Hal ini akan memberikan pembicara perkiraan
tentang kelompok terarah. Tapi anda tidak mengubahnya menjadi suatu
persentase atau memperlakukannya seperti data kuantitatif.
• Menerima tanggapan peserta seperti apa yang diucapkan, bukan
mengkaji apa yang ada di balik ucapannya itu.
• Gagal merangkum dan mengkonseptualisasi temuan diskusi.

Penggunaan Diskusi Kelompok Terarah dan Wawancara Perorangan Secara


Mendalam dapat dilihat pada tabel berikut:

Masalah yang Gunakan Diskusi Gunakan


dipertimbangkan Kelompok Terarah, Wawancara
bila... Perorangan Secara
Mendalam, bila ...
Interaksi kelompok Interaksi Interaksi,
responden dapat kelompok
memancing cenderung
tanggapan yang terbatas atau tidak
lebih dalam dan produktif.
pemikiran baru
yang bermanfaat
Tekanan kelompok Tekanan kelompok Tekanan kelompok
/ rekan / rekan bermanfaat / rekan
dalam menantang menghambat
pemikiran tanggapan dan
responden dan mengaburkan
memperjelas makna yang
pendapat yang diperoleh.
bertentangan.
Kepekaan Masalah Masalah tidak Masalah sangat
begitu peka, peka, sehingga
sehingga tidak responden tidak
membuat bersedia bicara
responden dalam kelompok.
memberi
tanggapan
semuanya atau
tidak memberi
informasi.
Kedalaman Masalah Masalah
tanggapan memungkinkan membutuhkan
sebagian besar tanggapan dalam
responden dari tiap
mengatakan responden, seperi
semua hal yan masalah yang
relevan rumitKEMENTERIAN
dan KESEHATAN RI 283
responden yang
PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR

berpengetahuan
responden dalam kelompok.
memberi
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama tanggapan
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli
semuanya atau
tidak memberi
informasi.
Kedalaman Masalah Masalah
tanggapan memungkinkan membutuhkan
sebagian besar tanggapan dalam
responden dari tiap
mengatakan responden, seperi
semua hal yan masalah yang
relevan rumit dan
responden yang
Kelelahan Diperlukan Membutuhkan
berpengetahuan
pewawancara seorang jumlah wawancara
banyak.
Kelelahan pewawancara
Diperlukan yang banyak.
Membutuhkan
pewawancara untuk
seorang Seorang
jumlah wawancara
melaksanakan
pewawancara pewawancara
yang banyak. akan
untukbeberapa
riset,
untuk Seorang
kelelahan
Seorang atau
melaksanakan
kelompok
melaksanakan tidak pewawancara
bosan akan
melakukan.
pewawancara akan
riset,
akan beberapa
riset, membuat
beberapa kelelahan atau
kelelahan atau
kelompok tidak
pewawancara
kelompok tidak bosan
bosan melakukan.
melakukan.
kelelahan
akan membuat atau
bosan.
pewawancara
Materi Penggugah Jumlah
kelelahan materi
atau Sejumlah materi
penggugah
bosan. tidak penggugah baru
Materi Penggugah banyak
Jumlah materi perlu dinilai.
Sejumlah materi
penggugah tidak penggugah baru
banyak perlu dinilai.
Kesinambungan Masalah diteliti Perlu mengerti
Informasi secara mendalam bagaimana kaitan
Kesinambungan dan benang
Masalah merah
diteliti antara berbagai
Perlu mengerti
Informasi antar
secaraperilaku
mendalam sikap dan perilaku
bagaimana kaitan
tidak begitu merah
dan benang berdasar pola
antara berbagai
penting
antar perilaku tertentu
sikap dan perilaku
Eksperimentasi Cukup tahu
tidak begitu Mungkin
berdasar perlu
pola
Pedoman masalah
penting untuk membuat
tertentu pedoman
Wawancara
Eksperimentasi menyusun
Cukup tahu wawancara
Mungkin perluyang
Pedoman pedoman
masalah untuk akan dirubah
membuat pedoman
Wawancara wawancara
menyusun yang setelah
wawancarawawancara
yang
baik.
pedoman terdahulu.
akan dirubah
Observasi Perlu dan yang
wawancara Informasi
setelah wawancara
memungkinkan
baik. konsumen
terdahulu. ”tangan
Observasi bagi
Perlupengambil
dan pertama”
Informasi tidak
keputusan
memungkinkan untuk penting
konsumen atau
”tangan
menjaga mati
bagi pengambil pengamatan
pertama” tidak tidak
informasi
keputusan untuk mungkin
penting atau
konsumen
menjaga mati dilakukan.
pengamatan tidak
”tangan
informasipertama” mungkin
Logistik Jumlah
konsumen responden Responden
dilakukan. secara
yang
”tangandiisyaratkan
pertama” geografis
Logistik bisa
Jumlahdikumpulkan
responden terpencar
Responden atau
secara
di suatu
yang lokasi.
diisyaratkan tidak mudah
geografis
bisa dikumpulkan dikumpulkan
terpencar atau
di suatu lokasi. karena berbagai
tidak mudah
alasan.
dikumpulkan
Biaya dan Waktu Hasil yang cepat Hasil
karenayang cepat
berbagai
sangat penting tidak begitu
alasan.
Biaya dan Waktu dan
Hasildana
yangterbatas.
cepat penting dancepat
Hasil yang
sangat penting tidak begitu
dan dana terbatas. penting dan
284 KEMENTERIAN KESEHATAN RI
PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

3. Teknik analisis penelitian kualitatif


Analisis kualitatif merupakan analisis yang mendasarkan pada adanya hubungan
semantis antar variabel yang sedang diteliti. Tujuannya ialah agar peneliti
mendapatkan makna hubungan variabel-variabel sehingga dapat digunakan
untuk menjawab masalah yang dirumuskan dalam penelitian.
Prinsip pokok teknik analisis kualitatif ialah mengolah dan menganalisis data-data
atau informasi yang terkumpul menjadi data yang sistematik, teratur, terstruktur
dan mempunyai makna.

a. Prosedur analisis data kualitatif dibagi dalam lima langkah yaitu:


1) Mengorganisir data/ informasi, dengan cara membaca berulang-ulang
data/informasi yang ada, sehingga peneliti menemukan data yang sesuai
dengan tujuan penelitiannya dan membuang data yang tidak sesuai.
2) membuat kategori dengan jalan mengelompokkan data yang ada
kedalam suatu kategori yang sesuai dengan tema masing-masing,
sehingga data yang ada menjadi terlihat jelas.
3) Menguji hipotesis yang muncul dengan menggunakan data yang ada.
4) Peneliti memberikan keterangan yang masuk akal tentang data yang ada
dan harus mampu menjelaskan makna yang ada pada data tersebut.
5) Menetapkan diskripsi hasil penelitian dan membuat simpulan dengan
mengangkat fakta-fakta yang ada berdasarkan data yang ada.

b. Model analisis kualitatif


1) Analisis domain
Tujuannya adalah untuk mengetahui gambaran umum atau pengertian
yang bersifat menyeluruh. Contoh domain di bidang promosi kesehatan
adalah pengetahuan, sikap dan perilaku, sumber informasi, dll
2) Analisis taksonomi
Tujuannya untuk mengetahui salah satu domain saja. Misalnya :
pengetahuan masyarakat tentang HIV-AIDS yang meliputi: pengertian,
penyebab, cara penularan, cara pencegahan, dll
3) Analisis komponensial
Analisis komponensial menekankan pada kontras antar elemen dalam
suatu domain. Misalnya: antara domain pengetahuan dengan domain
sikap serta dengan domain perilaku.
4) Analisis tema kultural
Analisis tema kultural adalah untuk mencari atau mendapatkan benang
merah yang ada antara perilaku masyarakat ternyata ada hubungannya
dengan mitos, nilai-nilai/ norma, sosial budaya, pemberian informasi,
pengaruh tokoh masyarakat, sarana-prasarana serta berbagai faktor
lainnya.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
285
PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

5) Analisis komparasi konstan


Cara melakukan analisis komparasi konstan adalah sebagai berikut:
Menulis hal-hal pokok yang ada dalam data yang ada, kemudian
mendiskripsikan atau merinci lebih detail dan memberikan penjelasan
secara lengkap. Menggunakan data yang ada dan melakukan analisis
sesuai konsep yang telah dibuat. Mengembangkan konsep yang ada
dengan mengemukakan fakta-fakta yang ditemukan, sehingga analisis
yang dibuat menjadi lebih luas dan komprehensif. Dengan demikian
dapat mengembangkan konsep menjadi teori.
Mempresentasikan hasil penelitian kualitatif
Hasil penelitian kualitatif berupa rekaman dalam bentuk audio atau video
yang kemudian ditranskripkan dalam bentuk teks/ narasi.
Mempresentasikan hasil penelitian dalam bentuk teks atau narasi tidak
mudah, karena harus dibuat sistematis, logis dan didasarkan pada
kategori-kategori tertentu. Misalnya: kategori pengetahuan, persepsi,
layanan, dll

c. Penulisan laporan penelitian kualitatif


Penulisan laporan penelitian kualitatif secara umum meliputi:
1) Pendahuluan
Berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian,
manfaat penelitian, desain penelitian yang akan digunakan dan batasan
masalah yang akan diteliti.
2) Kajian pustaka
Berisi konsep, landasan teori, data atau temuan hasil penelitian
sebelumnya yang berkaitan dengan masalah yang diteliti serta mendasari
penelitian yang sedang dijalankan.
3) Metodologi penelitian.
Berisi mengenai pendekatan, metode dan teknik yang digunakan untuk
menjawab tujuan yang sudah ditentukan sebelumnya. Di dalam metode
meliputi penentuan responden/informan, populasi, sampel, instrumen,
definisi operasional, teknik analisis serta alat ukurnya.
4) Hasil penelitian
Hasil penelitian berisi pemaparan deskriptif semua data dan informasi
yang diperoleh di lapangan. Jumlah pemaparan tergantung pada jumlah
pertanyaan-pertanyaan yang ada dalam instrumen.
5) Analis hasil penelitian
Berisi pemaparan pembahasan antara hasil penelitian dengan teori yang
ada dan mengangkat alasan-alasan yang logis dan bisa dipertanggung
jawabkan secara ilmiah. Pembahasan yang diangkat tentunya mengarah
pada tujuan penelitian serta hipotesa yang telah ditetapkan sebelumnya.

286 KEMENTERIAN KESEHATAN RI


PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

6) Kesimpulan dan saran.


Berisi kesimpulan jawaban-jawaban yang sesuai dengan tujuan penelitian.
Harus diingat harus ada benang merah antara rumusan masalah, tujuan
penelitian dan kesimpulan. Bagian saran berisi rekomendasi upaya
pemecahan masalah yang harus dilakukan oleh berbagai pihak terkait.

VI. Referensi
• Depkes RI, Pusat data Kesehatan, 1998, Metode Survei Cepat, Jakarta.
• Janice M. Morse & Peggy Anne Field, 1995, Qualitative research methods for
Health Professional, 2nd edition, Sage Publication, London.
• Merry Debus, 1995, Buku Panduan Diskusi Kelompok Trarah, AED, Healthcom,
New York,
• Valerie J.L Knekhoff, Metode Pelatihan Kalitatif, Pusat Kelangsungan Hidup Anak,
UI.
• WHO Qualitative Research Methods for Health Programs, Division of Mental
Health, Geneva.
• Irwanto,Ph.D, Focus Grop Discussion (FGD), Pusat Kajian Pembangunan
Masyarakat, UNIKA Atmajaya, Jakarta, 1998.
• Jonatan Sarwono, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif, Graha Ilmu,
Yogyakarta, 2006.
• Totok Mardikanto, Metode Penelitian dan Evaluasi Pemberdayaan Masyarakat,
Penyuluhan Pembangunan Pemberdayaan Masyarakat Program Pasca Sarjana
UNS, Surakarta, 2010.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
287
PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

MATERI INTI 6
PERUMUSAN
SISTEM PENGEMBANGAN PENYULUHAN

I. Deskripsi Singkat
Kebijakan dipahami sebagai arah atau pola kegiatan dan bukan sekedar suatu
keputusan untuk melakukan sesuatu. Kebijakan dapat disebut juga sebagai intervensi
pemerintah dengan masyarakat dalam rangka mengatasi masalah termasuk masalah
kesehatan masyarakat. Kebijakan sebagai intervensi dilakukan secara terus menerus
oleh pemerintah demi kepentingan kelompok/masyarakat agar mereka dapat hidup
sehat, ikut berpartisipasi dalam pembangunan kesehatan di wilayah kerja pemerintah
tersebut.

Kebijakan sebagai keputusan yang tetap, ditandai dengan diberlakukannya secara


berkesinambungan dan berulang-ulang pada yang membuat kebijakan dan yang
melaksanakannya. Arah pembangunan kesehatan yang tertera dalam Undang-
undang No. 17 Tahun 2007 merupakan suatu contoh kebijakan yang masih akan
terus dipergunakan hingga tahun 2025 karena didalamnya telah diputuskan dan diatur
tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional. Kebijakan dalam bentuk
Undang-undang tersebut kemudian dikembangkan oleh kementerian kesehatan
dalam bentuk Keputusan menteri kesehatan tentang Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Nasional Bidang Kesehatan dan Rencana Strategis kementerian
Kesehatan menjadi suatu kebijakan yang dipergunakan dalam sistem kelembagaan
kesehatan dari pusat, provinsi, kabupaten/kota. Kebijakan dapat saja diperbaharui
sesuai dengan perubahan situasi dan kondisi yang berorientasi pada kepentingan
kesehatan masyarakat dan masa depan serta strategi pemecahan masalah kesehatan
yang terbaik.

Untuk itu Pejabat Fungsional perlu memahami sistem pengembangan penyuluhan


dengan merumuskan kebijakan pengembangan penyuluhan kesehatan yang sudah
ada maupun yang bersifat pembaharuan.

II. Tujuan Pembelajaran



A. Tujuan Pembelajaran Umum:
Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu merumuskan sistem pengembangan
penyuluhan

288 KEMENTERIAN KESEHATAN RI


PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

B. Tujuan Pembelajaran Khusus:


Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu:
1. Merumuskan kebijakan pengembangan penyuluhan kesehatan yang sudah
ada
2. Merumuskan kebijakan pengembangan penyuluhan kesehatan yang bersifat
pembaharuan

III. Pokok Bahasan dan Sub Pokok Bahasan


Dalam modul ini akan dibahas pokok bahasan dan sub pokok bahasan sebagai
berikut:
Pokok bahasan 1. Perumusan kebijakan pengembangan penyuluhan kesehatan
yang sudah ada.
Sub pokok bahasan:
a. Penyusunan kerangka acuan
b. Penyiapan bahan/data informasi
c. Pengolahan dan pengkajian data /informasi
d. Perumusan konsep kebijakan

Pokok bahasan 2. Perumusan kebijakan pengembangan penyuluhan kesehatan


yang bersifat pembaharuan
Sub pokok bahasan:
a. Penyusunan kerangka acuan
b. Penyiapan bahan/data informasi
c. Pengolahan dan pengkajian data /informasi
d. Perumusan konsep kebijakan

IV. Langkah-Langkah Kegiatan Pembelajaran


Langkah-langkah kegiatan pembelajaran ini menguraikan tentang kegiatan fasilitator dan
peserta dalam proses pembelajaran selama sesi ini berlangsung (4 jpl x 45 menit = 180
menit), adalah sebagai berikut:

Langkah 1.
Pengkondisian (10 menit)

Langkah pembelajaran:
a. Fasilitator menyapa peserta dengan ramah dan hangat. Apabila belum pernah
menyampaikan sesi di kelas, mulailah dengan perkenalan. Perkenalkan diri dengan
menyebutkan nama lengkap, instansi tempat bekerja dan materi yang akan
disampaikan.
b. Menciptakan suasana nyaman dan mendorong kesiapan peserta untuk menerima
materi dengan menyepakati proses pembelajaran.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
289
PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

c. Dilanjutkan dengan penyampaian judul materi, deskripsi singkat, tujuan pembelajaran


serta ruang lingkup pokok bahasan yang akan dibahas pada sesi ini dengan
menggunakan bahan tayang.

Langkah 2.
Penyampaian dan pembahasan pokok bahasan 1. Perumusan kebijakan
pengembangan penyuluhan kesehatan yang sudah ada (90 menit).

Langkah pembelajaran:
a. Fasilitator membentuk peserta dalam 4 (empat) kelompok yang bertugas membahas
perumusan kebijakan pengembangan penyuluhan kesehatan yang bersifat
pembaharuan selama 40 menit. Diskusikan dengan peserta satu contoh kebijakan
yang bersifat pembaharuan (mempertimbangkan masalah kesehatan masyarakat di
masa depan dan perlu segera merumuskan kebijakan yang baru) sehingga perlu
segera dikembangkan sebagai suatu upaya promosi kesehatan yang menghasilkan
kebijakan publik berwawasan kesehatan di wilayah kerja.
Kelompok A: Membuat Kerangka Acuan.
Kelompok B: Menyiapan bahan/data informasi
Kelompok C : Mengolah dan mengkaji data /informasi
Kelompok D : Merumusan konsep kebijakan

Setiap kelompok menyajikan hasil diskusi kelompoknya di lembar flipchart secara


ringkas dan jelas secara berurutan dimulai dari Kelompok A-Kelompok D. Setiap
anggota kelompok ada yang menjelaskan dikelompoknya masing-masing tentang
hasil diskusi kelompoknya, kemudian juga mengirimkan anggota kelompoknya
untuk ”studi/belajar” ke kelompok lain secara berurutan. Anggota kelompok A
studi ke Kelompok B, B ke C, C ke D dan D ke A. Setiap studi hanya 10 menit
dan harus berpindah jika telah habis waktunya.

Fasilitator ikut serta berkunjung ke 4 kelompok yang telah memaparkan hasil


diskusinya sekaligus memberi tanggapan.

b. Fasilitator selanjutnya merangkum dan menyampaikan masukan terhadap


paparan kelompok dan menyajikan materi sesuai urutan sub pokok bahasan
dengan menggunakan bahan tayang.
c. Fasilitator memberikan kesempatan peserta untuk bertanya atau menyampaikan
klarifikasi, kemudian fasilitator menyampaikan jawaban atau tanggapan yang
sesuai.

290 KEMENTERIAN KESEHATAN RI


PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

Langkah 3.
Penyampaian dan pembahasan pokok bahasan 2. Perumusan kebijakan
pengembangan penyuluhan kesehatan yang bersifat pembaharuan (65 menit).

Langkah pembelajaran:
a. Fasilitator membentuk peserta dalam 4 (empat) kelompok yang bertugas
membahas perumusan kebijakan pengembangan penyuluhan kesehatan yang
sudah ada selama 30 menit. Diskusikan dengan peserta satu contoh kebijakan
yang sudah ada dan perlu dikembangkan sebagai suatu upaya promosi kesehatan
yang menghasilkan kebijakan publik berwawasan kesehatan di wilayah kerja.
Kelompok A: Membuat Kerangka Acuan.
Kelompok B: Menyiapan bahan/data informasi
Kelompok C : Mengolah dan mengkaji data /informasi
Kelompok D : Merumusan konsep kebijakan

Setiap kelompok menyajikan hasil diskusi kelompoknya di lembar flipchart secara


ringkas dan jelas secara berurutan dimulai dari Kelompok A-Kelompok D. Setiap
anggota kelompok ada yang menjelaskan dikelompoknya masing-masing tentang
hasil diskusi kelompoknya, kemudian juga mengirimkan anggota kelompoknya
untuk ”studi/belajar” ke kelompok lain secara berurutan. Anggota kelompok A
studi ke Kelompok B, B ke C, C ke D dan D ke A. Setiap studi hanya 5 menit dan
harus berpindah jika telah habis waktunya.

b. Fasilitator ikut serta berkunjung ke 4 kelompok yang telah memaparkan hasil


diskusinya sekaligus memberi tanggapan.

c. Fasilitator selanjutnya merangkum dan menyampaikan masukan terhadap


paparan kelompok dan menyajikan materi sesuai urutan sub pokok bahasan
dengan menggunakan bahan tayang.
d. Fasilitator memberikan kesempatan peserta untuk bertanya atau menyampaikan
klarifikasi, kemudian fasilitator menyampaikan jawaban atau tanggapan yang
sesuai.

Langkah 4.
Rangkuman dan kesimpulan (15 menit)

Langkah pembelajaran:
a. Fasilitator melakukan evaluasi untuk mengetahui penyerapan peserta terhadap
materi yang disampaikan dan pencapaian tujuan pembelajaran.
b. Fasilitator merangkum dan membuat kesimpulan poin-poin penting dari materi
yang disampaikan.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
291
PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

c. Fasilitator menutup sesi ini, dengan memberikan apresiasi kepada seluruh peserta.

V. Uraian Materi

Pokok Bahasan 1.
PERUMUSAN KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PENYULUHAN KESEHATAN
YANG SUDAH ADA

A. Penyusunan kerangka acuan


Kerangka Acuan Kegiatan atau Term of Reference (TOR) merupakan gambaran
umum dan penjelasan mengenai kegiatan yang akan dilaksanakan sesuai dengan
tugas dan fungsi Kementerian/Lembaga.

TOR dibuat dalam rangka menjamin efisiensi, efektifitas, kelancaran dan


keseragaman tata urut dan materi kegiatan serta menentukan tema, merumuskan
masalah kemudian mencari jawaban atas permasalahan sesuai kegiatan yang
dilaksanakan.

Isi dari Kerangka Acuan Kegiatan mencakup :


1. Uraian mengenai apa (WHAT) pengertian dan apa keluaran/output yang akan
dicapai dari kegiatan yang dilaksanakan
2. Mengapa (WHY) kegiatan tersebut perlu dilaksanakan dalam hubungan
dengan tugas pokok dan fungsi dan atau sasaran program yang hendak
dicapai
3. Siapa (WHO) satuan kerja/panitia/tim/personel yang bertanggugjawab
melaksanakan dalam pencapaian keluaran/output dan siapa yang menerima
manfaat dari kegiatan tersebut.
4. Kapan (WHEN) kegiatan dimulai dan selesai, berapa lama (HOW LONG) waktu
yang dibutuhkan untuk menyelesaikannya.
5. Dinama/lokasi (WHERE) kegiatan tersebut dilaksanakan
6. Bagaimana (HOW) kegiatan tersebut dilaksanakan
7. Berapa perkiraan biayanya (HOW MUCH) yang dibutuhkan

Kelengkapan dari Kerangka Acuan Kegiatan adalah:


1. Rincian Anggaran Biaya (RAB) adalah suatu dokumen yang beisi rincian
komponen-komponen masukan (input) dari sebuah kegiatan serta besaran
biaya masing-masing komponen. RAB merupakan penjabaran lebih lanjut
dari unsur perkiraan biaya (how much) dalam kerangka acuan.
2. Data Pendukung lainnya adalah dokumen yang mendukung TOR dan RAB,
dapat berupa keterangan mengenai spesifikasi barang berikut harganya, analisis
biaya satuan, gambar dan sebagainya yang dapat dipertanggungjawabkan.

292 KEMENTERIAN KESEHATAN RI


PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

Format
Format Kerangka
Kerangka Acuan
Acuan : :

Kementerian Negara : .............................................


Unit Organisasi : .............................................
Program : .............................................
Kegiatan : .............................................
Sub Kegiatan : .............................................
Detail Kegiatan : .............................................

1. Latar Belakang (why)


a. Dasar Hukum
b. Gambaran Umum
c. Alasan Kegiatan Dilaksanakan
2. Kegiatan Yang Dilaksanakan (what)
a. Uraian Kegiatan
b. Batasan Kegiatan
3. Maksud dan Tujuan
a. Maksud Kegiatan
b. Tujuan Kegiatan
4. Indikator Keluaran dan Keluaran
a. Indikator Keluaran (kualitatif)
b. Keluaran (kuantitatif)
5. Cara Pelaksanaan Kegiatan (how)
a. Metode Pelaksanaan
b. Tahapan Kegiatan
6. Tempat Pelaksanaan Kegiatan (where)
7. Pelaksana dan Penanggungjawab Kegiatan (Who)
8. Jadwal Kegiatan
a. Waktu Pelaksanaan Kegiatan (when)
b. Matrik Pelaksanaan Kegiatan (time table)
9. Biaya (how much) : total biaya yang diperlukan dalam kegiatan

..................., ..........................................

Pejabat Penanggungjawab

(................................................)

B. Penyiapan bahan/data informasi


a. KEMENTERIAN  
6   Tentukan tujuan pengumpulan
KESEHATAN   RI  –  PUSAT  Pdata
ROMOSI  KESEHATAN  -­‐  
PUSDIKAT  APARATUR  
b. Tentukan jenis data yg diperlukan
c. Tentukan Sumber Data
d. Tentukan cara pengumpulan data
e. Buat jadwal pengumpulan data
f. Buat izin pengumpulan data
g. Pelaksanaan pengumpulan data
h. Memeriksa kelengkapan hasil pengumpulan data

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
293
PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

C. Pengolahan dan pengkajian data /informasi


a. Mengolah data :
a) Analisis distribusi frekuensi
b) Analisis rata-rata hitung / median / modus
c) Penyebaran / pemetaan sesuai jenis data
b. Perumusan masalah
c. Prioritas masalah
d. Analisis sebab akibat dari masalah
e. Rumuskan aspek perilaku dari masalah :
a) Analisis perilaku ideal dan perilaku sekarang
b) Analisis perilaku yang akan diubah (analisis 4 kuadran : penting, tidak
penting, sulit diubah, mudah diubah)
f. Rumuskan masalah manajemen kegiatan/upaya/program
a) Analisis kesenjangan dalam aspek manajemen
b) Analisis pengembangan sapek manajemen yang diperlukan

D. Perumusan konsep kebijakan


a. Pendahuluan / Latar belakang
Contoh : Perlunya merumuskan Kebijakan Penerapan Program P4K di wilayah
kerja (kabupaten/kota, kecamatan, desa/kelurahan sebagai implementasi
kebijakan tentang Pedoman Penyelenggaraan Desa dan Kelurahan Siaga
Aktif.
b. Tujuan
c. Kebijakan
a) Definisi Operasional
b) Indikator dan kriteria Desa Siaga Aktif
c) Cara pengukuran
d) Pencatatan dan Pelaporan
d. Pelaksana / Penanggung Jawab
e. Kesimpulan, rekomendasi / saran

Pokok bahasan 2.
PERUMUSAN KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PENYULUHAN KESEHATAN
YANG BERSIFAT PEMBAHARUAN

A. Latar Belakang

B. Penyusunan kerangka acuan


Teknik menyusun Kerangka Acuan untuk mengembangkan kebijakan kesehatan
di wilayah kerja

294 KEMENTERIAN KESEHATAN RI


PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

C. Penyiapan bahan/data informasi


Teknik Penyediaan Data-data kesehatan terkait pengembangan kebijakan

D. Pengolahan dan pengkajian data /informasi


Teknik analisis dan kajian data

E. Perumusan konsep kebijakan


Membuat telaahan kritis dan Menyusun naskah akademik (contoh)

VI. Referensi
• Kemenkes. RI, Pusat Promosi Kesehatan, 2013, Modul Pelatihan Pengelola
Advokasi, Jakarta.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
295
PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

MATERI INTI 7
PENGEMBANGAN METODE
TEKNIK PROMOSI KESEHATAN

I. Deskripsi Singkat
Kegiatan-kegiatan promosi kesehatan yang dilaksanakan di masayarakat pada
dasarnya adalah suatu proses komunikasi, yaitu proses mengemas, menyampaikan
dan menerima informasi yang terjadi dalam suatu lingkungan tertentu. Salah satu yang
menantukan keberhasilan komunikasi adalah medote penyuluhan yang digunakan.

Metode penyuluhan kesehatan dalam menyampaikan informasi memang sangat


beragam, namun dalam pemilihnya harus dipertimbangkan secara cermat dengan
memperhatikan kemasan informasinya, keadaan penerima informasi, termasuk sosial
budaya dan hal lain yang merupakan lingkungan komunikasi, seperti tempat ruang dan
waktu. Dengan demikian, metode teknik untuk menyampaikan informasi merupakan
hal yang sangat penting, sehingga pesan dapat tersampaikan dengan baik, efektif
dan tepat sasaran.

II. Tujuan Pembelajaran



A. Tujuan Pembelajaran Umum:
Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu menggunakan metode dan teknik
promosi kesehatan

B. Tujuan Pembelajaran Khusus:


Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu :
1. Merumuskan pengembangan metode/ teknik penyuluhan yang bersifat
penyempurnaan
2. Merumuskan pengembangan metode/ teknik penyuluhan yang bersifat
pembaharuan

III. Pokok Bahasan dan Sub Pokok Bahasan


Dalam modul ini akan dibahas pokok bahasan berikut:

Pokok bahasan 1. Pengertian metode dan teknik promosi kesehatan

Pokok bahasan 2. Jenis-jenis metode promosi kesehatan

296 KEMENTERIAN KESEHATAN RI


PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

Pokok bahasan 3. Bentuk-bentuk pendekatan

Pokok bahasan 4. Kekuragan dan kelebihan masing-masing metode

IV. Langkah-Langkah Kegiatan Pembelajaran


Langkah-langkah kegiatan pembelajaran ini menguraikan tentang kegiatan fasilitator
dan peserta dalam proses pembelajaran selama sesi ini berlangsung (6 Jpl : 6 x 45
menit = 270 menit ), adalah sebagai berikut:

Langkah 1.
Pengkondisian (5 menit)

Langkah pembelajaran:
a. Fasilitator menyapa peserta dengan ramah dan hangat. Apabila belum pernah
menyampaikan sesi di kelas, mulailah dengan perkenalan. Perkenalkan diri
dengan menyebutkan nama lengkap, instansi tempat bekerja dan judul materi
yang akan disampaikan.
b. Menciptakan suasana nyaman dan mendorong kesiapan peserta untuk menerima
materi dengan menyepakati proses pembelajaran.
c. Dilanjutkan dengan penyampaian judul materi, deskripsi singkat, tujuan
pembelajaran serta ruang lingkup pokok bahasan yang akan dibahas pada sesi
ini.

Langkah 2.
Ceramah dan tanya jawab tentang pengantar (25 menit)

Langkah pembelajaran:
a. Fasilitator menjelaskan tentang judul pokok dan sub pokok bahasan serta tujuan
yang akan dicapai
b. Fasilitator mengulas tentang pentingnya metode dan teknik promosi kesehatan
c. Beri kesempatan peserta untuk bertanya tentang perbedaan antara metode dan
teknik promosi kesehatan
Langkah 3.
Ceramah dan tanya jawab tentang jenis-jenis metode dan teknik promosi
kesehatan (30 menit)

Langkah pembelajaran:
a. Fasilitator menjelaskan tentang jenis-jenis metode dan teknik promosi kesehatan
b. Fasilitator menjelaskan tentang teknik mengunakan metode promosi kesehatan
c. Beri kesempatan peserta untuk bertanya dan mengemukakan pendapatnya

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
297
PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

Langkah 4.
Ceramah dan tanya jawab tentang jenis-jenis metode dan teknik promosi
kesehatan (30 menit)

Langkah pembelajaran:
a. Fasilitator menjelaskan tentang jenis-jenis metode dan teknik promosi kesehatan
b. Fasilitator menjelaskan tentang teknik mengunakan metode promosi kesehatan
c. Beri kesempatan peserta untuk bertanya dan mengemukakan pendapatnya

Langkah 5.
Bermain peran (penyuluhan perorangan : 50 menit)

Langkah pembelajaran:
a. Fasilator meminta 2 orang peserta untuk bermain peran melakukan konseling
b. Fasiliator meminta peserta lain untuk menyimak dan mengemukakan pendapatnya
setelah bermain selesai
c. Fasilitator memberikan ulasan terhadap bermian peran tersebut dan menjelaskan
teknik konseling yang tepat

Langkah 6.
Bermain peran (konseling : 50 menit)

Langkah pembelajaran:
a. Fasilator meminta 2 orang peserta untuk bermain peran melakukan konseling
b. Fasiliator meminta peserta lain untuk menyimak dan mengemukakan pendapatnya
setelah bermain selesai
c. Fasilitator memberikan ulasan terhadap bermian peran tersebut dan menjelaskan
teknik konseling yang tepat

Langkah 7.
Diskusi dan simulasi (dikusi kelompok terarah : 45 menit)

Langkah pembelajaran:
a. Fasilitator membagi peserta menjadi 4 kelompok, masing-masing peserta
berhitung dari nomor 1 sampai 4 selenjutnya peserta nomor 1 berkompul dengan
nomor 1 menjadi satu kelompok dan seterusnya
b. Fasilitaor meminta setiap kelompok mendiskusikan masalah yang akan
didiskusikan
c. Fasilitator meminta kelompok 1 dan II untuk melakukan simulasi diskusi kelompok
terarah, sementara itu kelompok yang lain mengamati dan memberikan pendapat
setelah simulasi selesai

298 KEMENTERIAN KESEHATAN RI


PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

d. Setelah simulasi selesai, fasilitator meminta komentar pengamat dan memberikan


masukan untuk penyempurnaan
e. Fasilitator menjelaskan hambatan-hambatan dalam melakukan diskusi kelompok
terarah

Langkah 8.
Diskusi dan simulasi (dikusi kelompok terarah : 45 menit))

Langkah pembelajaran:
a. Fasilitator merangkum seluruh materi penyajian dikaitkan dengan pencapaian
tujuan pembelajaran khusus

V. Uraian Materi

Pokok Bahasan 1.
PENGERTIAN METODE DAN TEKNIK PROMOSI KESEHATAN

Promosi kesehatan adalah usaha untuk meningkatkan kemampuan masyarakat


melalui proses pembelajaran dari, oleh, untuk dan bersama masayarakat agar mereka
dapat menolong dirinya sendiri serta mengembangkan kegiatan yang bersumber
daya masyarakat sesuai sosial budaya setempat dan didukung oleh kebijakan yang
berwawasan kesehatan dan berpihak kepada masyarakat.

Sedangkan metode yaitu suatu cara untuk mengantar materi dan pesan kesehatan
yang berfungsi untuk meningkatkan pengetahuan kemampuan dan ketrampulan
sasaran. Dan pengertian teknik adalah suatu instrumen atau alat untuk mengantar
materi atau pesan. Sehingga metode teknik promosi kesehatan adalah suatu cara
dan alat untuk menyampaikan pesan kesehatan kepada masyarakat, kelompok atau
individu, sehingga upaya kesehatan dapat berhasil menjangkau sasarab secara efektif.
Hal yang perlu diperhatikan dalam memilih metode dan teknik penyuluhan adalah
sebagai berikut :

1. Tujuan penyuluhan
Dalam suatu kegiatan penyuluhan/pelatihan/pengajaran apakah tujuannya cukup
sampai pengetahuan atau sampai ketrampilan/perubahan perilaku. Apabila tujuan
sampai terampil maka metodenya yang dipakai yaitu demonstrasi atau praktik.

2. Kemampuan penyuluhan
Sebagai penyuluh/fasilitator tentunya akan memilih metode yang dikuasai dan
sesuai dengan tujuan penyuluhan

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
299
PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

3. Kamampuan sasaran penyuluhan


Kemampuan dan tingkat pendidikan sasarn sangat dipertimbangkan dalam
memilih metode penyuluhan yang akan digunakan jangan sekali-kali digunakan
metode yang rumit dan canggih untuk kelompok sasaran dengan pendidikan
rendah, dikhawtirkan sasaran menjadi sulit menerima

4. Besar kecilnya kelompok sasaran


Dalam hal ini perlu dipertimbangkan metode yang akan dipilih sesaui dengan
jumlah sasaran. Misalnya melakukan penyuluhan dengan jumlah sasaran yang
besar, jangan menggunakan metode tatap muka perorangan, hal ini akan
menimbulkan kebosanan peserta lain.

5. Waktu yang tersedia


Apabila waktu yang disediakan terbatas agar dimanfaatkan seefisien mungkin
dengan memilih yang sesuai dan dapat tercakup semuanya. Apabila waktu yang
disediakan cukup longgar, agar memilih metode pengajaran orang desawa,
belajar sambil bekerja, misalnya diskusi kelompok dengan penyaji, studi kasus,
peragaan atau demonstrasi.

6. Fasilitas yang tersedia


Jangan memilih metode dimana di lokasi tersebut tidak tersedia fasilitasnya,
misalnya memilih metode demontrasi umum di tempat tersebut tidak tersedia
sarana untuk melakukan demontrasi.

7. Jumlah sasaran
Ditinjau dari jumlah sasaran agar dipertimbangkan dalam memgunakan metode
dan teknik.

Pokok Bahasan 2.
JENIS-JENIS METODE PROMOSI KESEHATAN

1. Metode promosi indovidu (Perorangan)


Dalam promosi kesehatan, metode yang bersifat individual ini digunakan untuk
membina perilaku baru atau membina seseoarang yang telah tertarik untuk
mengubah perilakukan. Misalnya seorang bapak yang merokok, tertatarik berhenti
merokok setelah mendengarkan penyuluhan kesehatan mengenai bahaya
rokok. Pendekatan yang digunakan agar bapak bersebut benar-benar berhenti
adalah ia harus didekati secara perorangan. Perorangan disini tidak harus hanya
kepada bapak tersebut, melainkan juga bisa melalui anggota keluarga lain atau
juga temannya. Contoh dari metode promosi perorangan adalah penyuluhan
perorangan, konseling dan wawancara

300 KEMENTERIAN KESEHATAN RI


PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

2. Metode promosi kelompok


Metode ini bisa digunakan bagi kelompok dengan anggota yang memeiliki
kesamaan latar belakang baik dari segi umur, pendidikan, profesi dan sebagainya,
misalnya antara sesama ibu usia. Metode ini bertujuan agar anggota kelompok
sebagai sasaran dapat mengenal leih jauh arti dan manfaat pesan kesehatan yang
diinformasikan. Contoh dari metode ini adalah diskusi kelompok terarah, curah
pendapat, bola salju, kelompok-kelompok kecil, bermain peran dan simulasi

3. Metode promosi kesehatan massa


Metode promosi kesehatan massa adalah metode yang dipakai untuk
mengkomunikasikan pesan-pesan kesehatan kepada masyarakat luas yang bersifat
masssa. Tujuannya menggugah kepedulian masyarakat terhadap suatu atau inovasi
baru dalam kesehatan. Manfaatnya adalah dapat menyampaikan informasi secara
cepat dan menjangkau banyak orang, sehingga diharapkan terjadiya perubahan
perilaku, Beberapa contoh dari metode promosi keseatan massa adalah ceramah
umum, pidato-pidato/diskusi, tulisan-tulisan di majalah atau koran,billboard,
spanduk, poster, meninitipkan pesan pada khotbah agama, dll

Pokok Bahasan 3.
BENTUK-BENTUK PENDEKATAN

1. Metode Promosi Perorangan


Berikut ini adalah beberapa bentuk pendekatan promosi perorangan :
a. Penyuluhan perorangan
Penyuluhan perorangan adalah proses penyampaian pesan kesehatan secara
singkat dan jelas melalui pendekatan individu/perorangan dengan tujuan agar
adanya peningkatan pengetahuan dan perubahan perilaku yang diharapkan

Dalam melakukan penyuluhan perorangan ada beberapa pengetahuan dan


keterampilan yang hars dimiliki antara lain :
1) Memahami dan mengindentifikasi latar belakang sosial, budaya atau
gama sasaran penyuluhan sehingga dapat menyesuaikan dengan pesan
atau informasi yang disampaikan.
2) Mempu menyampaikan informasi tentang materi yang dibahas, misalnya
masalah kesehatan dan cara pencegahannya.
3) Mampu melakukan percakapan dua arah dan mau mendengarkan apa
yang disampaikan sasaran

Metode ini dapat digunakan pada kegiatan kunjungan rumah dalam upaya
penggerakan dan pemberdayaam keluarga untuk melakukan PHBS.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
301
PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

Teknik yang digunakan dalam kunjungan rumah yang disingkat SAJI yaitu

SALAM
1) Ucapkan salam kepada anggota keluarga yang dikunjungi seperti
assalamualaikum, selamat pagi atau mengunakan istilah bahasa
setempat
2) Sapa anggota keluarga dengan baik. Bicarakan hal-hal yang umum
dahulu, misalkan tentang kegiatan arisan yang ada di RT atau hal lain.
3) Sampaikan maksud dan tujuan kedatangan anda yaitu membicarakan
masalah perilaku hidup bersih dan sehat dalam keluarga tersebut.
4) Tegaskan bahwa tugas anda membantu memelihara dan meningkatkan
PHBS di masyarakat.

AJAK BICARA
1) Ajak anggota keluarga bicara terbuka dan bebas mengenai masalah
kesehatan yang dihadapi, masalah melakukan PHBS di rumah tangga, dll
2) Pancing untuk membicarakan hambatan keluarga dalam mengatasi
masalah kesehatan tersebut melalui penerapan PHBS misalnya kesulitan
melarang bapak merokok di dalam rumah, kesulitan untuk memberikan
ASI eksklusif atau tentang ketersediaan jamban sehat.

JELASKAN DAN BANTU


1) Setelah mengetahui labih jauh menganai masalah yang ada dalam
keluarga tersebut menyangkut pengetahuan, sikap dan perilaku
mengenai hidup bersih dan sehat maka berikan penjelasan menganai
masalah tersebut dan cara mengatasinya.
2) Sampaikan informasi tentang manfaat PHBS dalam bahasa yang mudah
dipahami dengan menggunakan media promosi/penyuluh seperti
lembar balik.

INGATKAN
Diakhir kunjungan, ingatkan kembali pokok-pokok pesan yang telah
disampaikan dan apa yang harus dilakukan untuk meningkatkan perilaku
hidup bersih dan sehat (PHBS) serta kemampuan untuk berPHBS.

b. Konseling
Konseling adalah suatu proses pemberian bantuan berupa komunikasi
langsung dan tidak langsung dengan tujuan agar anggota keluarga yang
diberikan konseling mampu mengenali keadaan dirinya dan masalah yang
dihadapinya sehingga dapat membuat keputusan yang tepat dalam mengatasi
masalahnya secara mandiri berdasarkan kesadaran sendiri.

302 KEMENTERIAN KESEHATAN RI


PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

Konseling lebih bersifat individu dan hubungannya bersifat sejajar, serta


mempunyai empati yang tinggi. Metode ini biasanya diberikan kepada
sesorang yang sedang mempunyai masalah kesehatan, ingin melakukan
pencegahan penyakit dan ingin meningkatkan kesehatannya.

Teknik melakukan konseling, langkah-langkahdapat disingkat dengan ”SATU


TUJU”

SA=salam, sambut
1) Sambut klien (teman, anggota keluarga) dengan hangat, sampaikan
salam, berikan perhatian kepadanya dan tawarkan bantuan untuk
mengatasi masalah yang sedang dihadapinya.
2) Bersikaplah ramah dan sopan
3) Lalu perkenalkan diri
4) Berikan jaminnan kerahasiaan terhadap percakapan/informasi yang
disampaikan klien kepada petugas konseling
5) Carilah tempat dan ciptakan situasi yang aman dan nyaman pada saat
melakukan percakapan.

TA = Tanyakan
1) Tanyakan atau minta klien untuk menyampaikan masalahnya, dengarkan
dengan penuh perhatian dan rasa empati. Mintalah klarifikasi bila belum
jelas.
2) Beritahu bahwa semua keterangan itu diperlukan untuk menolong
mencari atau memilih cara penyelasaian masalah.
3) Usahakan agar selalu kontrak mata/pandangan dengan klien

U = Uraikan
1) Uraikan berbagai informasi tentang kesehatan dan bagaimana berperikau
hidup bersih dan sehat (PHBS) sebagai solusi dalam upaya penyelesaiaan
permasalahan kesehatannya dan sampaikan secara jelas dan rinci.
2) Gunakan media penyuluh misalnya lembar balik, leflet, poster dll untuk
mempermudah pemahaman klien terhadap informasi yang diterimanya

TU = Bantu
1) Bantu klien untuk memahami bahwa PHBS merupakan cara yang tepat
sebagai pemecahan masalah yang dipilihnya
2) Bantu klien agar mampu melakukan PHBS

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
303
PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

J = jelaskan
1) Jelaskan informasi yang telah disampaikan, serta cara menanggulangi
permasalahan yang dihadapi dari segi positif dan negatifnya. Diskusikan
upaya untuk mengatasi hambatan/rintangan yang mungkin dihadapi.
2) Gunakan media penyuluh saat memberikan penjelasan.

U = ulangi
Ulangi segala informasi yang disampaikan, serta keputusan yang diputuskan
klien, untuk memperjelas tindakan yang akan dilakukan. Kemudian buat janji
untuk pertemuan berikutnya.

c. Wawancara
Wawancara dilakukan untuk menggali informasi mengapa teman anda sudah
atau belum menerima perubahan, apakah ia tertarik dengan perubahan
tersebut dan apakah perilaku yang sudah atau akan diadopsi agar mempuyai
dasar pengertian dan kesadaran yang kuat. Apabila belum maka perlu
penyuluhan yang lebih mendalam lagi

2. Motode promosi kelompok


Berikut ini adalah beberapa contoh pendekatan yang dapat digunakan untuk
kelompok :
a. Diskusi kelompok terarah (DKT)
1) Diskusi kelompok terarah adalah diskusi antar anggota keluarga dari
masing-masing keluarga untuk mengali, menetapkan dan memecahkan
masalah yanga da dalam keluarga. Jumlah peserta dalam setiap
kelompok DKT antara 8-10 orang. Diskusi sebaiknya berlangsung tidak
lebih dari 2 jam.
2) Pengelompokkan peserta dapat berdasarkan kedekatan lingkungan
tempat tinggal, kelompok-kelompok yang ada seprti kelompok
pengajian, dasa wisma, dll
3) Manfaatnya yaitu untuk memberikan pengetahuan dan keterampilan
untuk menganal dan memecahkan masalh kesehatan terkait PHBS
yang dihadapi setiap keluarga.
4) Mendorong setiap keluarga untuk bertindak mengatasi masalah dengan
menggunakan sumber daya yang dimiliki (dana, tenaga, dll).

Teknik dalam dikusi kelompok terarah


1) Dalam diskusi kelompok agar semua anggota kelompok dapat berpartisipasi
dalam diskusi, maka formasi duduk para peserta diatur sedemikian rupa
sehingga mereka dapat berhadap-hadapan atau saling memandang satu
sama lain, misalnya dalam bentuk lingkaran segi empat

304 KEMENTERIAN KESEHATAN RI


PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

2) Pimpinan diskusi juga duduk di antara peserta sehingga tidak menimbulkan


kesan ada yang lebih tinggi. Dengan kata lain mereka harus merasa dalam
taraf yang sama sehingga tiap anggota kelompok mempunyai kebebasan/
keterbukaan untuk mengeluarkan pendapat.

Ada 3 tahap yang perlu dilakukan dalam memandu diskusi kelompok terarah,
yaitu :
Tahap pertama : pembukaan
1) Ucapkan selamat datang dan ajak peserta berbicara yang sifatnya umum yang
tidak berkaitan dengan topok diskusi, agar tidak merada tegang, misalnya
menanyakan keadaan kesehatan, hasil pertanian atau hal-hal lain yang erat
dengan keadaan peserta atau lingkungan tempat tinggal
2) Jelaskan tujuan DKT
3) Perkenalkan nama pemandu, pencatat dan pengamat beserta peran masing-
masing, bila belum saling mengenal
4) Minta peserta memperkenalkan diri jika diantara mereka memang belum saling
mengenal. Pemandu harus cepat mengingat nama peserta dan mengunakan
pada waktu berbicara dengan peserta.
5) Tekankan bahwa pendapat semua peserta sangat penting dan bermanfaat
untuk mengatasi permasalahan PHBS, sehingga diharapkan semua peserta
bebas mengeluarkan pendapat.
6) Minta peserta berbicara saling bergantian supaya lebih mudah di dengar.

Tahap kedua : isi diskusi


Isi diskusi dengan panduan yang telah dibuat sebelumnya oleh pemandu untuk
dilontarkan kepada peserta. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
memandu DKT, yaitu :
1) Lontarkan pertanyaan yang ada dalam panduan DKT satu persatu dan minta
seluruh peserta memberi tanggapan atau berdiskusi sesama mereka tentang
topik yang diajukan.
2) Gali masalah yang terjadi dalam setiap keluarga dan tindakan apa yang telah
dilakukan oleh keluarga tersebut dan apa yang tidak dapat dilakukan.
3) Ajak peserta lain untuk berdiskusi dalam memecahkan masalah-masalah
yang timbul dalam keluarga
4) Beri bekal pengetahuan secara singkat untuk memecahkan masalah yang
ada dan beri kesempatan peserta untuk menayakan hal-hal yang kurang
jelas.
5) Kembangkan kesepakatan keluarga atau kelompok untuk rencana pemecahan
masalah, sesuai dengan kedaan dan kemampuannya.
6) Hasil diskusi untuk setiap topik dicatat oleh pencatat.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
305
PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

Tahap ketiga : Penutupan


1) Jelaskan bahwa diskusi telah berakhir
2) Pemandu merangkum hasil diskusi yang mencakup :
• Kesamaan pendapat dalam mengenali dan mengatasi masalah
• Kegiatan pemecahan masalah yang perlu dilakukan keluarga
• Bantuan seperti pelayanan kesehatan dan penyuluhan yang dapat diberikan
petugas.
3) Ucapkan terima kasih dan sepakati bersama, apa yang dibicarakan, kapan dan
dimana DKT berikutnya akan dilaksanakan.

b. Curah pendapat (brain storming)


Metode ini merupakan modifikasi metode diskusi kelompok. Prinsipnya sama
dengan metode diskusi kelompok. Bedanya permulaan pemimpin kelompok
memancing dengan satu masalah dan kemudian tiap peserta memberikan
jawaban atau tanggapan (curah pendapat) tanggapan atau jawaban-jawaban
tersebut ditampung dan ditulis dalam flipchart atau papan tulis. Sebelum semua
peserta mencurahkan pendapatnya, tidak boleh dikomentari oleh siapa pun. Baru
semua anggota mengeluarkan pendapatnya, tiap anggota dapat mengomentari
dan akhirnya terjadi diskusi.

c. Bola salju (snow balling)


Kelompok dibagi dapam pasang-pasangan (1 pasang 2 orang) dan kemudian
dilontarkan suatu pertanyaan atau masalah. Setelah lebih kurang 5 menit maka
tiap 2 pasangan bergabung menjadi satu. Mereka tetap mendiskusikan masalah
tersebut dan mencari kesimpulannya. Kemudian tiap 2 pasangan yang sudah
beranggotakan 4 orang inin bergabung lagi dengan pasangan lainnya dan
demikian seterusnya sehingga akhirnya akan terjadi diskusi seluruh anggota
kelompok.

d. Kelompok-kelompok kecil
Kelompok langsung dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil yang kemudian
diberi suatu permasalahan yang sama atau tidak sama dengan kelompok lain.
Masing-masing kelompok mendiskusikan maslah tersebut. Selanjutnya hasil dari
tiap kelompok didiskusikan kembali dan dicari kesimpulannya.

e. Memainkan peran
Dalam metode ini beberapa anggota kelompok ditunjuk sebagai pemegang
peran tertentu untuk memainkan perannya, misalnya sebagai dokter Puskesmas,
sebagai perawat atau bidan dan sebagainya, sedangkan anggota yang lain sebagi
pasien atau anggota masyarakat. Mereka memperagakan, misalnya bagaimana
interaksi atau berkomunikasi sehari-hari dalam melaksanakan tugas.

306 KEMENTERIAN KESEHATAN RI


PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

f. Permainan simulasi
Metode ini merupakan gabungan antara bermain peran dangan diskusi
kelompok. Pesan-pesan kesehatan disajikan dalam beberapa bentuk
permainan seperti permainan monopoli. Cara memainkan persis seperti
bermain monopoli dengan mengunakan dadu, gaco (petunjuk arah) , selain
papa main. Beberapa orang menjadi pemain dan sebagian lagi berperan
sebagai narasumber.

3. Metode Promosi Kesehatan Massa


Dibawah ini merupakan bentuk-bentuk pendekatan metode promosi kesehatan
massa :
a. Ceramah umum
Pada acara-acara tertenu, misalnya pada peringatan Hari Kesehatan Nasional
(HKN) Kelapa Puskesmas memberikan ceramah tentang pencegahan Demam
Berdarah dengan melaksanakan pemberantasan sarang nyamuk satu kali
dalam seminggu didepan warga. Metode ini dilakukan jika ada kelompok
yang yang perlu mendapat penjelasan yang sam, sedangkan waktu terbatas.
Ceramah memerlukan ruang yang bisa ditempati sekelompok orang, dengan
pembicara yang menguasai masalah yang akan diberikan. Ceramah jangan
terlalu lama, cukup 30 menit. 10 menit pertama untuk memberikan penjelasan
yang singkat tetapi jelas, 20 menit berikutnya untuk tanya jawab

b. Pidato
Pidato-pidato tentang kesehatan melalui media elektronik baik TV maupun
radio pada hakikatnya merupakan bentuk promosi kesehatan massa.

c. Tulisan-tulisan di majalah atau koran


Membuat tuliasan di media cetak seperti koran, majalah atau bisa juga
membuat tulisan di majalah dinding sekolah.

d. Bentuk lain : Billboard, spanduk, poster pebcanangan, menyelipkan pesan


pada khotbah keagamaan, menyelipkan pesan pad kesenian tradisional,
memanfaatkan pengeras suara tempat ibadah, membuat koran dinding
di sekolah, menempelkan pesan di tempat tepat ramai, pemutasan film di
tempat terbuka juga termasuk promosi kesehatan massa.

Teknik Promosi Kesehatan Massa


Sebelum melakukan promosi kesehatan massa terlebih dahulu dilakukan
persiapan, berikut ini terdapat 3 langkah untuk mempersiapkannya, diantaranya :

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
307
PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

a. Identifikasi masalah kesehatan yang ada di desa/kelurahan


Buatlah daftar masalh-masalah kesehatan yang ada dan bisa juga tanyakan
mengenai data 10 penyakit terbanyak pada petugas kesehatan, dan juga
wawncara warga setempat.

b. Tentukan prioritas masalah


Dari hasil identifikasi, tentukan prioritas masalah yang akan di bahas. Biasanya
dapat teridentifikasi dari banyaknya warga yang merasa masalah tersebut
atau beratnya masalah yang ditimbulkan seperti kematian.

c. Susunlah rencana promosi kesehatan massa


Menyusun rencana promosi kesehatan massa yang akan digunakan.
Perencanaan promosi kesehatan massa yang baik meliputi penentuan tujuan
yang dicapai, sasaran yang akan diberikan promosi kesehatan, pesan yang
akan disampaikan, cara dan media yang digunakan, waktu dan bisa juga
dengan menentukan tokoh penggerak yang dihormati.

Setelah melakukan persiapan dengan tahap-tahapnya, hal selanjutnya yang


dilakukan adalah pelaksanakan promosi kesehatan massa, sebagai contoh
yaitu pelaksanaan promosi massa di balai desa. Promosi massa hendaknya
diawali dengan peresmian/pencanangan untuk memberitahukan warga tentang
mulainya suatu kegiatan, Misalnya Pencanangan gerakan pemberantasan
sarang nyamuk (PSN) di desa/kelurahan. Peresmian sebaiknya diresmikan
oleh tokoh masyarakat setempat. Dan hasil yang diharapkan berupa suatu
kesepakatan bersama.

Setelah pencanangan dilakukan, segera ikuti dengan penyebarluasan pesan-


pesan tentang bahaya demam berdarah melalui pemanfaatan saluran atau
media massa yang ada di desa/kelurahan setempat, yaitu :
• Pesan kesehatan disekipkan melalui khotbah agama
• Membuat kampanye rumah bebas jentik nyamuk misalnya dibawa
berkeliling wilayah dengan kendaraan yang ada di desa
• Menyelipkan pesan pada kesenian tradisional yang digemari masyarakat
setempat, misalnya warang kulit, ketoprak, dll
• Menyampaikan pesan melalui pengeras suara di tempat ibadah
• Membuat koran dinding yang berisi topik kesehatan dan ditempatkan di
tempat yang banyak dikunjungi masyarakat.
• Memasang/menempelkan pesan berupa spanduk atau poster ditempat
ramai
• Pemutaran film tentang kesehatan. Tentukan waktu dan tempat yang
cocok dan umumkan ke masyarakat tentang peutaran film

308 KEMENTERIAN KESEHATAN RI


PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

Hal yang perlu diingat adalah pesan yang disampaikan dalam promosi massa
harus singkat, jelas dan dimengerti. Dan juga harus diikuti dengan promosi
kelompok dan perorangan agar yang menerima pesan bisa bertanya tentang
hal-hal yang belum jelas.

Pokok Bahasan 3.
KELEBIHAN DAN KEKURANGAN MASING-MASING METODE

1. Metode Promosi Perorangan


Kelebihan :
• Dapat mengetahui lebih mendalam permasalahan yang ada

Kekurangan :
• Membutuhkan lebih banyak waktu dan tenaga

2. Motode promosi kelompok


Kelebihan :
• Memberikan bekal pengetahuan dan ketrampilan untuk mengenal dan
memecahkan masalah kesehatan yang dihadapi
• Adanya kesempatan untuk mengemukakan pendapat
• Demokratis
• Memperluas pandangan
• Memperolah pendapat orang yang tidak suka bicara

Kekurangan :
• Tidak bisa untuk kelas besar
• Informasi yang didapatkan terbatas
• Diskusi bertele-tele butuh pemimpin terampil
• Didominasi kebanyak orang ingin pendekatan lebih formal

3. Metode Promosi Kesehatan Massa


Kelebihan :
• Penjelasan bisa disampaikan kepada banyak orang dalam waktu yang singkat
• Mendorong terjadinya perubahan perilaku

Kekurangan :
• Yang menerima penjelasan tidak bisa bertanya langsung kalau ada hal-hal
yang kurang jelas

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
309
PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

VI. Referensi
• Kemenkes RI, Pusat Promosi Kesehatan, 2011, Petunjuk Teknis Promosi
Kesehatan Di Rumah sakit (PKRS), Jakarta.
• Notoatmodjo, Soekidjo., 2005, Promosi Kesehatan dan Teori dan Aplikasi,
Jakarta: Rineka Cipta.
• Notoatmodjo, Soekidjo., 2007, Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku, Jakarta:
Rineka Cipta.

310 KEMENTERIAN KESEHATAN RI


PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

MATERI INTI 8
KARYA TULIS/KARYA ILMIAH
BIDANG KESEHATAN

I. Deskripsi Singkat
Karya tulis ilmiah adalah serangkaian kegiatan penulisan yang didasarkan pada
pengkajian atau penelitian ilmiah yang ditulis secara sistematis menggunakan bahasa
prinsip-prinsip ilmiah. Atau ada juga yang menyatakan bahwa karya tulis adalah
karya tulis yang di susun berdasarkan kriteria ilmiah.Membuat karya tulis ilmiah baik
dalam bentuk hasil penelitian, artikel, makalah, dll bagi Pejabat Fungsional PKM
mempunyai angka kredit yang cukup besar. Banyak karya tulis yang seharusnya
bisa dikerjakan oleh Penyuluh Kesehatan Masyarakat, website atau media massa
lainnya, makalah, bahan mengajar, modul pelatihan, buku pedoman, buku saku,
leaflet, dll. Sehujbungan dengan itu, diharapkan Penyuluh Keseharan Masyarakat
memiliki kemampuan untuk membuat karya tulis. Banyak orang beranggapan bahwa
menulis merupakan hal yang tidak mudah,sebenarnya anggapan itu tidak selalu
benar. Balajar menulis sebenarnya tidak memerlukan teori khusus,tetapi memerlukan
latihan khusus agar mempunyai daya nalar yang bagus. Oleh sebab itu keberhasilan
seorang penulis sangat ditentukan kemampuan mengembangkan daya nalar atau ide
kreatif,motivasi,dan banyak sedikitnya berlatih.

Karya tulis merupakan aktivitas menuangkan gagasan yang diwujudkan dalam


bentuk tulisan. Memang menuangkan gagasan dalam bentuk tulisan tidak semudah
dalam bentuk lisan. Terkadang gagasan sudah terkumpul di kepala kemudian hendak
dituangkan dalam bentuk tulisan, ternyata banyak hambatan yang muncul, terutama
membuat kalimat pertama. Seseorang yang tidak mampu menulis (membuat karya
ilmiah) sering dikatakan lemah penguasaan bahasanya. Hal ini mungkin benar, karena
menulis merupakan salah satu aspek keterampilan berbahasa. Aspek keterampilan
berbahasa ada empat, yaitu menyimak, berbicara, menulis dan membaca. Kalau
seseorang tidak bisa menghasilkan karya ilmiah, tidak berarti lemah pada semua
aspek keterampilan berbahasa.

II. Tujuan Pembelajaran



A. Tujuan Pembelajaran Umum:
Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu membuat karya tulis/ilmiah di bidang
kesehatan.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
311
PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

B. Tujuan Pembelajaran Khusus:


Setelah pembelajaran pokok bahasan ini, peserta latih mampu :
1. Menjelaskan tentang karya tulis ilmiah
2. Menerapkan prinsip-prinsip dan teknik penulisan karya tulis
3. Membuat karya ilmiah

III. Pokok Bahasan dan Sub Pokok Bahasan


Dalam modul ini akan dibahas pokok bahasan berikut:

Pokok bahasan 1. Karya tulis.


Pokok bahasan 2. Prinsip-prinsip dan teknik penulisan karya ilmiah
Pokok bahasan 3. Teknik penulisan karya ilmiah

IV. Langkah-Langkah Kegiatan Pembelajaran


Langkah-langkah kegiatan pembelajaran ini menguraikan tentang kegiatan fasilitator
dan peserta dalam proses pembelajaran selama sesi ini berlangsung (6 Jpl : 6 x 45
menit = 270 menit ), adalah sebagai berikut:

Langkah 1.
Pengkondisian (5 menit)

Langkah pembelajaran:
a. Fasilitator menyapa peserta dengan ramah dan hangat. Apabila belum pernah
menyampaikan sesi di kelas, mulailah dengan perkenalan. Perkenalkan diri dengan
menyebutkan nama lengkap, instansi tempat bekerja dan judul materi yang akan
disampaikan.
b. Menciptakan suasana nyaman dan mendorong kesiapan peserta untuk menerima
materi dengan menyepakati proses pembelajaran.
c. Dilanjutkan dengan penyampaian judul materi, deskripsi singkat, tujuan pembelajaran
serta ruang lingkup pokok bahasan yang akan dibahas pada sesi ini.

Langkah 2.
Penyampaian dan pembahasan pokok bahasan 1. Pengertian Karya Tulis
(…… menit)

Langkah pembelajaran:
a. Fasilitator melakukan curah pendapat dengan mengajukan beberapa pertanyaan
kepada peserta untuk mengukur pemahaman peserta tentang karya ilmiah/tulis.
Mengajukan pertanyaan kepada peserta secara bertahap, tahap awal pertanyaan
yang disampaikan: 1) pengertian tentang karya tulis/ilmiah, 2) prinsip dan teknik
penulisan karya tulis/ilmiah, 3) teknik penulisan karya ilmiah.

312 KEMENTERIAN KESEHATAN RI


PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

b. Fasilitator mencatat semua pendapat peserta, selanjutnya merangkum dan


menyampaikan paparan materi sesuai urutan sub pokok bahasan dengan
menggunakan bahan tayang.
c. Fasilitator memberikan kesempatan peserta untuk bertanya atau menyampaikan
klarifikasi, kemudian fasilitator menyampaikan jawaban atau tanggapan yang
sesuai.

Langkah 3.
Penyampaian dan pembahasan pokok bahasan 2. Prinsip-prinsip dan teknik
penulisan karya ilmiah (…. menit)

Langkah pembelajaran:
a. Fasilitator memberikan penjelasan kepada peserta tentang jenis-jenis karya tulis
ilmiah
b. Fasilitator menjelaskan kepada peserta prinsip-prinsip penulisan karya tulis ilmiah
c. Fasilitator memberikan penjelasan kepada peserta teknik dan langkah-langkah
penulisan karya ilmiah, antara lain: 1) Judul, 2) Abstrak, 3) BAB I. (Pendahuluan,
masalah dan Tujuan), BAB II (Tinjauan Pustaka/Referensi), BAB III ( Metodologi),
BAB IV (Hasil dan Pembahasan), BAB V (Simpulan dan Saran)
d. Fasilitator memberi kesempatan kepada peserta untuk menyampaikan
pengalamannya tentang penulisan karya ilmiah.
e. Fasilitator meminta kepada peserta untuk membagi kelompok membuat karya
tulis ilmiah.
f. Fasilitator meminta kepada peserta untuk meyajikan hasil diskusi yang telah
dibuat.
g. Fasilitator meminta setiap kelompok untuk menanggapi karya tulis ilmiah dari
kelompok lain.
h. Fasilitator memberikan kesempatan peserta untuk bertanya atau menyampaikan
klarifikasi, kemudian fasilitator menyampaikan jawaban atau tanggapan yang
sesuai.

Langkah 4.
Rangkuman dan kesimpulan (..... menit)

Langkah pembelajaran:
a. Fasilitator melakukan evaluasi untuk mengetahui penyerapan peserta terhadap
materi yang disampaikan dan pencapaian tujuan pembelajaran.
b. Fasilitator merangkum dan membuat kesimpulan poin-poin penting dari materi
yang disampaikan.
c. Fasilitator menutup sesi ini, dengan memberikan apresiasi kepada seluruh peserta.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
313
PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

V. Uraian Materi

Pokok Bahasan 1.
PENULISAN KARYA TULIS ILMIAH

A. LATAR BELAKANG
Penulisan karya ilmiah di bidang kesehatan bermanfaat untuk masyarakat luas
dalam memperoleh informasi tentang Kesehatan. Peluang Pejabat Fungsional
Penyuluh Kesehatan Masyarakat (PKM) apabila membuat karya tulis akan
memperoleh angka kredit yang sangat memadai untuk menambah nilai pada
saat penyusunan DUPAK. Setiap pejabat fungsional PKM diharuskan membuat
karya tulis ilmiah selain sebagai penambahan angka kredit yang cukup tinggi dan
sebagai salah satu persyaratan untuk kenaikan pangkat khususnya bagi Jabfung
Madya. Banyak karya tulis ilmiah yang seharusnya bisa dilakukan oleh Jabfung
PKM diantaranya hasil penelitian, survey, artikel ilmiah, buku, makalah, website
dan lain-lain untuk dipublikasikan dan tidak dipublikasikan. Sehubungan dengan
itu, Jabfung PKM diharapkan memiliki kemampuan untuk membuat karya tulis
ilmiah.

B. KONSEP DASAR KARYA TULIS ILMIAH


1. Pengertian Karya Tulis Ilmiah
Karya tulis ilmiah adalah serangkaian kegiatan penulisan yang didasarkan
pada pengkajian atau penelitian yang ditulis secara sistematis menggunakan
bahasa prinsip-prinsip ilmiah.

2. Tujuan Karya Tulis Ilmiah


Penulisan karya ilmiah adalah memberikan pemahamam terhadap peserta agar
dapat berpikir secara logis dan ilmiah dalam menguraikan dan membahas suatu
permasalahan serta dapat menuangkannya secara sistematis dan terstruktur.
Karya tulis ilmiah ini sebagai salah satu persyaratan untuk mendapatkan
angka kredit dan kenaikan pangkat khususnya pejabat fungsional madya.

3. Karateristik karya Tulis ilmiah


Karya tulis ilmiah yang memiliki karateristik ilmiah harus memenuhi syarat
keilmuan, adalah:
a. Memuat isi kajian yang berada pada lingkup pengetahuan ilmiah
b. Menggunakan metode berpikir ilmiah
c. Berbentuk tulisan keilmuan

4. Bentuk atau jenis karya tulis ilmiah


Mengacu pada defenisi karya tulis ilmiah, dapat dilihat bahwa karya ilmiah

314 KEMENTERIAN KESEHATAN RI


PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

sebenarnya merupakan laporan dari sebuah pengkajian, baik dalam arti


penelitian maupun gagasan-gagasan konseptual dari hasil telahaan.Laporan
ini ada beberapa bentuk yang berbeda-beda, ketika ditulis.Biasanya hal ini
terkait dengan kepentingan dari laporan itu sendiri.Oleh karena itu karya
ilmiah bisa dilihat dalam beberapa bentuk atau jenis.
a. Artikel, yakni karya tulias yang dirancang untuk kepentingan penertiban
jurnal
b. Makalah, yaitu karya tulis yang memuat pemikiran tentang suatu
masalah disertai analisis logis dan obyektif, biasanya dirancang untuk
kepentingan seminar.
c. Skripsi, tesis dan desertasi, yakni karya tulis ilmiah yang dijadikan
sebagai persyaratan akhir untuk memperoleh gelar kesarjanaan.
d. Modul yaitu materi pelajaran yang disusun sedemikan rupa sehingga
pembacanya diharapkan dapat menyerap sendiri materi tersebut.
e. Diktat adalah tertulis suatu bidang studi yang disiapkan oleh guru untuk
mempermudah pengayaan materi pelajaran atau bidang studi yang
dibahas dalam proses pembelajaran.
f. Terjemahan adalah karya tulis hasil penerjemahan dari buku atau karya
tulis bahasa asing ke bahasa Indonesia atau sebaliknya
g. Laporan hasil penelitian adalah penulisan hasil kegiatan penelitian yang
telah dilakukan atau bisa dikatakan sebagai pertanggungjawaban dari
hasil penelitian. Jika disusun dalam kaitannya dengan persyaratan
akademik, maka bentuk laporannya dapat berupa skripsi, tesis atau
disertasi.

Pokok Bahasan 2.
PRINSIP-PRINSIP PENULISAN KARYA TULISA ILMIAH

A. PRINSIP-PRINSIP PENULISAN KARYA TULIS ILMIAH


1. Pola penulisan karya tulis ilmiah
a. Pola pemecahan topik yaitu kegiatan merinci topic bahasan yang masih
dalam lingkup suatu tema menjadi bagian-bagian yang lebih sempit
untuk dianalisa
b. Pola masalah dan pemecahannya, yauti mengemukakan maslah yang
adala dalam lingkup pokok bahasan terlebih dahulu kemudian dianalisa
upaya pemecahannya
c. Pola kronologi yaitu menggarap topik menurut urutan peristiwa yang
terjadi
d. Pola perbandingan yaitu pola penulisan dengan mengemukakan dua
aspek atau lebih dari satu topik, kemudian menunjukkan perbedaan
dan persamaan dari aspek-aspek tersebut.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
315
PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

2. Gaya penuturan karya tulis ilmiah


a. Deskripsi atau gambaran tertulis dimana penulis berusaha mengambarkan
wujud benda, kondisi atau gejala melalui kata-kata.
b. Narasi atau kisah yaitu model penuturan yang menyajikan rangkaian
cerita atau suatu kejadian dalam waktu tertentu.
c. Ekspose atau penjabaran, yaitu penuturan yang menjelaskan dan
menafsirkan fakta, gejala atau suatu kejadian
d. Argumentasi atau penyajian alasan, yaitu jenis penuturan yang
mengemukakan fakta yang mendukung pandangan seseorang atau
penulis.

3. Struktur penulisan karya ilmiah


Secara umum, struktur sebuah karya tulis ilmiah terbagi delama tiga
bagian besar yaitu pendahuluan, isi, dan pembahasan. Meskipun ketiganya
merupakan inti dari struktur sebuah karya tulis ilmiah, tetapi masih dibutuhkan
penyemarak lain, yaitu prakata, daftar isi, daftar table/skema, bibliogarfi atau
kepustakaan dan lampiran, tentu saja kelengkapan-kelengkapan tersebut
tidak semua mutlak disertakan.

a. Pendahuluan
Bagian ini merupakan ga,mbaran mengenai topic penelitian yang
hendak disajikan. Aspek-aspek yang biasanya disertakan pada bagian
ini diuraikan secara sederhana dibawah ini
1. Latar belakang masalah
Bagian ini penulis harus menguraikan apa yang menjadi
ketertarikannya pada obyek yang akan diteliti. Oleh karena itu
kepekaan untuk memperhatikan fenomena-fenomena yang mutakhir
di bidang yang sedang ditekuni menjadi kebutuhan.Tidak jarang
sebuah makalah atau skripsi mendapatkan sambutan hangat karena
membahas topik-topik yang sedang hangat.

Aspek lain yang perlu dikemukakan pada bagian ini ialah tinjauan
pustaka. Peneliti perlu menyertakan beberapa penelitian yang relevan
dengan topic yang dikerjakan.Hal ini dilakukan agar memperjelas
pembaca bahwa penelitian yang dilakukan bukan mengulangi
berbagai penelitian lainnya.

2. Masalah dan batasannya


Fenomena yang menarik perhatian penulis harus secara eksplisit
mengemukakan masalah yang hendak dibahas.Sebab pada bagian
latar belakang, masalah yang hendak dibahas biasanya tidak

316 KEMENTERIAN KESEHATAN RI


PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

dikemukakan secara eksplisit.Masalah yang hendak dibahas atau


diteliti itu masih harus dibatasi.

3. Tujuan dan manfaat


Tujuan dan manfaat penelitian yang dikerjakan sedapat mungkin
dijabarkan keduanya, baik bagi lingkungan akademis maupun
masyarakat secara umum.

4. Metode dan teknik analisa


Penentuan metode dan teknik menganalisis data juga akan
menentukan hasil dari sebuah penelitian. Metode yang merupakan
harus dilaksanakan sedangkan teknik merupakan cara melaksanakan
metode.

5. Landasan teori
Penelitian perlu memiliki dasar teoritis yang kuat. Penulis harus benar-
benar teliti dalam menentukan dasar teoritis yang akan mendukung
pembedahan masalah.

b. Isi
Setelah menyelesaikan bagian pendahuluan, penulisan dilanjutkan pada
bagian isi.Bagian imi penulis meyampaikan hasil penelitian yang telah
diperoleh.

c. Penutup
Bagian ini peneliti meyampaikan simpulan dai hasil penelitiannya. Simpulan
disajikan secara sederhana dan singkat. Salah satu bagian yang masih
banyak digunakan sebagai sub bangian dari penutup adalah saran.

d. Bibliografi
Bibliografi disebut sebagai daftar pustaka, dan merupakan bagian yang
penting dalam karya tulis ilmiah.Tidak ada batasan minimal maupun
maksimal dalam penggunaan referensi.

e. Abstrak
Abstrak merupakan bagian penting yang perlu diperhatikan oleh peneliti.
Abstrak merupakan suatu bagian uraian yang sangat singkat.

f. Prakata
Perbedaan yang mendasar antara kata pengantar dan prakata. Kata
pengantar ditulis oleh seseorang dalam rangka menyajikan karya tulis

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
317
PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

orang lain sedangkan prakata merupakan pengantar yang disajikan oleh


penulis karya tersebut.

B. JENIS KARYA TULIS ILMIAH


1. Artikel
a. Pengertian atikel
Artikel adalah karya tulis yang berisi opini seseorang mengupas
tuntas suatu masalah tertentu yang sifatnya actual dan kadang-
kadang controversial dengan tujuan utnuk menyampaikan informs,
mempengaruhi, meyakinkan dan menghibur pembaca.

Artikel biasanya diperuntukan bagi masyarakat umum yang dimuat


pada media cetak, eletronik, majalah dinding dll.bahasa yang digunakan
adalah bahasa popular.

b. Jenis-jenis artikel
Artikel dapat dibagi menjadi empat jenis, yaitu:
1) Artikel praktis
Lebih menitik beratkan pada keterampilan daripada pengembangan
pengetahuan atau analisis suatu masalah dan cenderung
menggunakan bentuk karangan.
2) Artikel ringan
Arikel ringan biasanya mengangkat masalah-masalah yang ringan
dan tidak memerlukan pemahan yang mendalam
3) Artikel halaman opini
Semua artikel adalah opini, artikel ini ditempatkan dalam surat kabar
atau majalah dibagian khusus opini.
4) Artikel analisis ahli
Artikel analisis ahli lebih berat dari pada opini.Artikel ini juga harus
ditulis oleh orang yang disiplin ilmu sesuai dengan topic artikel dan
menggunakan bahasa ilmiah.
5) Artikel ilmiah hasil penelitian
Adalah tulisan yang didasarkan pada hasil penilitian yang telah
dilakukan.Artikel ini disusun sehingga tetap menampilkan semua
aspek laporan hasil penelitian tetapi dalam format yang lebih ringkas.
6) Artikel non penelitian
Adalah artikel hasil pemikiran yang relevan, hasil penelitian terdahulu
yang dapat digali dari buku-buku referensi.

318 KEMENTERIAN KESEHATAN RI


PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

c. Komponen artikel
1) Topik dan judul
Topik dan judul harus mencerminkan masalah yang akan dibahas.
Pemilihan kata-kata yang mengandung unsure-unsur utama maslaha
dan judul harus memiliki daya tarik yang cukup kuat bagi pembaca.
2) Nama penulis
Nama penulis artikel harus tanpa disertai gelar akademik atau
professional guna menghindari bias seniorita dan wibawa serta
inferioritas penulis.
3) Abstrak dan kata kunci
Berisi ringkasan dari isi artikel yang dituangkan secara padat, bukan
pengantar atau pengantar penulis.
4) Pendahuluan
Menguraikan hal-hal yang dapat menarik perhatian pembaca dan
berisi paparan tentang permasalahan penelitian, wawasan dan
rencana penulis dalam rangka pemecahan masalahnya.
5) Bagian inti
Pada bagian inti berisi kupasan, analisis argumentasi, komparasi,
keputusan dan pendirian atau sikap penulis mengenai masalah yang
dibicarakan.
6) Metode
Menguraikan bagaimana penelitian dilakukan seperti rancangan atau
desain penelitian, sasaran atau target penelitian, teknik pengumpulan
data, pengembangan instrument dan teknik analisis data.
7) Hasil penelitian
Hasil penelitian hendaknya disajikan secara padat, dan kominikatif.
Perhitungan statistic tidak perlu disajikan dalam artikel.
8) Pembahasan
Dalam pembahasan penulis menyajikan hasil interpretasi temuannya
dan menyajikannya dan mengaitkannya dengan struktur pengetahuan
hasil penelitian terdahulu.
9) Penutup, kesimpulan dan saran
Merupakan bagian akhir penulisan yang berisi beberapa alternative
penyelesaian masalah.
10) Daftar rujukan
Semua rujukan yang terdapat dalan tulisan yang dimasukkan ke
dalam daftar rujukan.

d. Langkah-langkah penulisan artikel


1) Mencari ide
Ide adalah suatu yang melintas pada pikiran, baik berupa kata maupun

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
319
PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

kalimat.Ide yang ditulis harus relevan, actual dan terjangkau oleh daya
nalar manusia.
2) Menetapkan topik
Topik adalah pokok permasalahan yang akan dibahas. Topic artikel
yang baik harus sesuai dengan latar belakang pengetahuan penulis,
menarik, sesuai dengan tingkat pemahaman pembaca, actual,
fenomenal, controversial dan harus ditunjang oleh referensi yang
tersedia.
3) Menetapkan judul
Judul adalah identitas karangan, harus proaktif, singkat, pada dan
relevan.Judul bisa berupa kata, kalimat Tanya, frase dan klausa.
4) Merumuskan tesis
Tesis adalah pendapat utama dari keseluruhan isi karangan. Sifatnya
sama dengan simpulan sementara. Tesis hampir sama dengan
hipotesisi dengan mengemukakan factor-faktor penyebabnya.
5) Membuat kerangka konsep
Kerangka konsep adalah outline atau sistematika penulisan.
Sistematika penulisan ini sangat penting agar tidak tumpang tindih.
6) Membuat pemecahan masalah
Mengemukakan upaya pemecahan masalah yang ada dalam lingkup
pokok bahasan dengan jelas.Analisa pemecahan masalah tesebut
harus mengacu pada pendapat para ahli di bidang keilmuan yang
bersangkutan.
7) Membuat penutup
Penutup berisi rangkuman atau kesimpulan yang menjawab tujuan
serta hal-hal penting yang perlu ditonjolkan, selain itu juga berisi saran
yang harus dilakukan oleh berbagai pihak.
8) Mencari referensi
Referensi adalah sumber-sumebr bacaan yang dirujuk. Mengutip
atau mengambil pendapat orang lain untuk memperkuat tulisan yang
dibuat. Referensi yang digunakan harus ada hubungannya dengan
topic artikel.

2. Makalah
a. Pengertian makalah
Makalah adalah karya tulis yang bersifat resmi tentang suatu poko yang
dimaksudkan untuk dibacakan di muka umum dalam rangka penyampaian
pandangan.
Makalah merupakan karya tulis yang pendek dibandingkan karya tulis
ilmaih lainnya. Makalah hampir sama dengan artikel yang membedakannya
adalah pada masalah yang diangkat tidak harus aktual dan controversial.

320 KEMENTERIAN KESEHATAN RI


PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

b. Ciri-ciri makalah
1) Merupakan hasil kajian literature atau hasil lapoaran pelaksanaan
kegiatan lapangan mengenai suatu permasalahan.
2) Mendemonstrasikan pemahan teoritik dan kemampuan menerapkan
prosedur, prinsip dan teori yang berhubungan dengan permasalahan
3) Menunjukkan kemampuan pemahan isi dan berbagai sumber yang
digunakan
4) Mendemonstrasikan kemampuan menyusun berbagai sumber informs
dalam satu kesatuan sintesis yang utuh.

c. Unsur-unsur makalah
1) Halaman sampul
Halaman sampul atau makalah bertuliskan judul,
2) Pendahuluan
Pendahuluan berfungsi untuk menarik perhatian dan memusatkan
pikiran pembaca pada masalah yang dibahas. Pendahuluan terdiri dari:
• Latar belakang masalah
• Masalah
• Tujuan
• Pengertian
3) Pembahasan
Yang dibahas pada bagian adalah masalah yang muncul berdasarkan
latar belakang sesuai dengan topic, baik yang diidentifikasi maupun
yang tidak.
4) Penutup
Bagian ini terdiri dari ulasan-ulasan pembahasan atau komentar

5) Daftar pustaka/referensi
Daftar pustaka adalah daftar buku yang dirujuk atau dikutip untuk
mendukung pendapat yang dituangkan dalam tulisan.

d. Langkah-langkah menyusun makalah


Penyusunan makalah hampir sama dengan penyusunan artikel.
Perbedaannya pada makalah harus lebih jelas masalahnya dan makalah
tersebut harus dihantarkan oleh latar belakang yang merupakan motivasi
untuk membahas hal itu.

3. Paper
a. Pengertian paper
Paper adalah karya tulis ilmiah merupakan makalah biasanya pada unsure
dan tujuannya. Unsur paper lebih banyak dibanding makalah.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
321
PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

b. Jenis paper
Secara umum ada dua jenis paper, yaitu:
1) Common paper
2) Position paper

c. Unsur-unsur paper
1) Halaman sampul
2) Kata pengantar
3) Daftar isi
4) Daftar pustaka.

d. Langkah-langkah membuat paper


1) Menentukan ide
2) Menemukan topik karangan
3) Membuat judul

4. Skripsi
a. Pengertian skripsi
Skripsi adalah karya tulis ilmiah resmi untuk meyelesaikan program sarjana.
Skripsi merupakan bukti kemampuan akademik dalam penelitian yang
berhubungan dengan masalah yang dibahas.

b. Karateristik skripsi
1) Bidang pendidikan, skripsi terarah pada ekplorasi atau pemecahan
masalah pendidikan
2) Bidang non kependidikan, skripsi terarah pada permasalahan bidang
keilmuan yang sesuai dengan program studi.
3) Ditulis atas dasar hasil pengamatan dan observasi lapangan atau
penelaahan pustaka
4) Menggunakan bahasa yang baik dan benar.

5. Tesis
a. Pengertian Tesis
Tesis merupakan karya tulis resmi akhir dalam menyelesaikan program
magister.Tesis sebagai bukti kemampuan yang bersangkutan dalam
penelitian dan pengembangan ilmu pada salah satu bidang keilmuan dalam
ilmu pendidikan.

b. Karateristik tesis
1) Berfokus pada kajian mengenai salah satu isu sentral yang tercakup
dalam salah satu disiplin dalam ilmu pendidikan sesuai dengan

322 KEMENTERIAN KESEHATAN RI


PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

program studi yang ditempuh oleh yang bersangkutan.


2) Merupakan pengujian empiric terhadap posisi teoritik tertentu
3) Menggunakan data primer sebagai data utama yang yang dapat
ditunjang oleh data sekunder
4) Ditulis dengan bahasa yang baik dan benar, kecuali untuk program
studi bahasa asing.

6. Disertasi
a. Pengertian Disertasi
Disertasi adalah karya tulis ilmiah resmi akhir dalam menyelsaikan
program doctor.Disertasi merupakan bukti kemampuan yang
bersangkutan dalam melakukan penelitian yang berhubungan dengan
penemuan baru dalam salah satu disiplin ilmu pendidikan.

b. Karateristik disertasi
1) Berfokus pada kajian mengenai salah satu isu sentral yang tercakup
dalam salah satu disiplin dalam ilmu pendidikan sesuai dengan
program studi yang ditempuh oleh yang bersangkutan.
2) Kajian berfokus pada penemuan baru dalam disiplin ilmu yang dikaji
secara mendalam.
3) Menggunakan data primer sebagai data utama yang yang dapat
ditunjang oleh data sekunder
4) Ditulis dengan bahasa yang baik dan benar, kecuali untuk program
studi bahasa asing.

Pokok Bahasan 3.
TEKNIK PENULISAN KARYA TULISAN ILMIAH

1. Menetapkan permasalahan
a. Untuk memulai menulis harus dawali dengan mengangkat permasalahan yang
ada di lingkungan sekitar, mulai dari permasalahan yang sederhana sampai
ke permasalahan yang paling kompleks
b. Ruang lingkup permasalahan harus dimulai dari lingkup yang kecil sampai
lingkup yang besar serta dari lingkup terbatas sampai lingkup terluas
c. Permasalahan yang diangkat harus merupakan masalah yang actual, penting
dan perlu dibahas serta disosialisasikan.
2. Membuat daftar permasalahan yang timbul dalam benak pikiran penulis.
3. Membuat konseptualisasi dan pengembangan gagasan
4. Pembuktian fakta
5. Penelusuran fakta

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
323
PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

6. Pengololahan dan penyusunan


a. Menulis bagian pendahuluan
1) Ringkasan
2) Pernyataan yang menonjol
3) Pelukisan
4) Anekdot
5) Pertanyaan
6) Kutipan orang lain
7) Hasil pengamatan langsung.
b. Menulis bagian pembahasan
c. Menulis bagian penutup
7. Memeriksa isi artikel.

VI. Referensi
• Arifin, 1997, Dasar-dasar Penulisan Karangan Ilmiah, Jakarta
• Azahari, A. 2001. Cetakan Keempat. Karya Tulis Ilmiah, Jakarta: Penerbit
Universitas Tri Sakti
• Indrianti, E. 2002. Menulis Karya Ilmiah. Jakarta: Gramedia
• Prayitno, H, 2000, Pembudayaan Penulisan Karya Ilmiah, Univ. Muhammadyah,
Surakarta
• Widyamartaya, Al, Veronica Sudiati, 2000. Dasar-Dasar Menulis Karya Ilmiah,
Jakarta:PT. Grasindo

324 KEMENTERIAN KESEHATAN RI


PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

MATERI INTI 9
TEKNOLOGI TEPAT GUNA
DI BIDANG PENYULUHAN KESEHATAN MASYARAKAT

I. Deskripsi Singkat
Penyuluhan kesehatan masyarakat atau promosi kesehatan pada intinya adalah
melakukan kegiatan komunikasi, informasi dan edukasi kepada berbagai segmentasi
sasaran. Dalam proses komunikasi, langkah awal yang penting adalah sumber
atau komunikator melakukan decoding, yaitu merumuskan dan menyusun pesan.
Selanjutnya, pesan yang sudah disusun disebarluaskan atau disampaikan kepada
sasaran komunikasi melalui media. Perlu diketahui bahwa pesan tidak selalu dalam
bentuk kata-kata atau tulisan, melainkan dapat berupa gambar, ilustrasi, grafik, film,
lagu, dll.

Pengembangan pesan media dengan teknologi tepat guna yang berisi pesan-pesan
atau informasi kesehatan, media KIE atau promosi kesehatan dapat berupa media
cetak, media elektronik, media luar ruang, pameran, media partisipatori, media
tradisional, media model, media dari benda-benda alamiah, dll. Yang penting, semakin
banyak panca indera sasaran bisa diaktifkan atau dirangsang oleh berbagai jenis
media, maka semakin efektiflah proses komunikasi tersebut.

Teknologi yang sederhana dalam arti dapat dibuat oleh masyarakat tradisional,
memakai bahan yang banyak diperoleh di tempat masyarakat tersebut/sangat sedikit
memakai bahan bantuan luar dan murah. pada hakekatnya TEKNOLOGI TEPAT
GUNA bukan teknolgi tradisional, tetapi selangkah lebih maju dan teknolgi tersebut
terjangkau oleh kemampuan masyarakat (depkes RI 1996).

Usaha memperbaiki teknologi yang ada di suatu masyarakat dan perbaikan itu
ditunjukan untuk memenuhi pemenuhan kebutuhan masyarakat yang semakin
meningkat. Penerapan TEKNOLOGI TEPAT GUNA juga harus mempertimbangkan
keadaan alam sekitarnya, dalam hal ini dampak lingkugan yang disebabkanya harus
lebih kecil dbandingkan dengan teknolgi tradisional/maju (depkes RI 1988).

“Suatu cara / teknologi untuk memberdayakan potensi yang ada di suatu daerah
sehingga potensi tersebut menjadi komoditi dan dapat menaikan taraf hidup
masyarakat didaerah tersebut, dibuat dengan teknologi yang sederhana,dan
mudah dlakukan oleh semua lapisan masyarakat”

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
325
PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

Petugas pengelola penyuluhan atau promosi kesehatan, harus mampu merumuskan


pesan dan pemilihan media yang sesuai dengan karakteristik sasaran. Perumusan
atau penyusunan pesan dan pengembangan media komunikasi kesehatan merupakan
kesatuan yang penting dalam mendukung proses komunikasi efektif.

Melalui pembahasan materi ini, diharapkan ada kesamaan pemahaman peserta latih
tentang kaidah perumusan pengembangan media teknologi tepat guna di bidang
PKM yang baik dan benar.

II. Tujuan Pembelajaran


A. Tujuan Pembelajaran Umum
Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu mengembangkan teknologi tepat
guna di bidang penyuluhan kesehatan masyarakat

B. Tujuan Pembelajaran Khusus


Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu:
1. Menjelaskan tentang teknologi tepat guna (pengertian, tujuan dan manfaat,
kriteria serta contoh-contoh teknologi tepat guna)
2. Mengembangkan teknologi tepat guna di bidang penyuluhan kesehatan
masyarakat
3. Menjelaskan dan Mengembangkan pesan dan media penyuluhan melalui
media cetak dan elektronik (pengertian, tujuan dan manfaat, kriteria, langkah-
langkah serta contoh media penyuluhan)

III. Pokok Bahasan dan Sub Pokok Bahasan


Dalam modul ini akan dibahas pokok bahasan dan sub pokok bahasan sebagai
berikut:(Sesuai GBPP)

Pokok Bahasan 1. Teknologi tepat guna


Sub Pokok Bahasan:
a. Menjelaskan pengertian teknologi tepat guna
b. Menjelaskan tujuan dan manfaat teknologi tepat guna
c. Menjelaskan kriteria teknologi tepat guna
d. Menjelaskan contoh-contoh teknologi tepat guna

Pokok Bahasan 2. Pengembangan teknologi tepat guna di bidang penyuluhan


kesehatan masyarakat
Sub Pokok Bahasan:
a. Langkah-langkah pengembangan teknologi tepat guna
b. Penerapan teknologi tepat guna

326 KEMENTERIAN KESEHATAN RI


PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

Pokok Bahasan 3. Pengembangan teknologi melalui media cetak dan elektronik


di bidang penyuluhan kesehatan masyarakat
Sub Pokok Bahasan:
a. Pengertian media cetak dan elektronik
b. Tujuan dan manfaat media cetak dan elektronik
c. Jenis dan macam media cetak dan media elektronik
d. Langkah-langkah mengembangkan media cetak dan media elektronik
e. Contoh-contoh media cetak dan media elektronik

IV. METODE
1. Fasilitator menyampaikan materi dengan metode belajar yang digunakan dalam
pelatihan ini seperti :
• Pemanasan/pencairan/BLC: metode ini mempunyai tujuan untuk
menciptakan suasana kelas yang hangat dan gembira sehingga mereka
siap untuk mengikuti proses pembelajaran selanjutnya. Teknik pamanasan
dan pencairan digunakan awal, selama dan akhir pelatihan sesuai dengan
kebutuhan. Fasilitator diharapkan menguasai sebanyak mungkin segala
bentuk permainan yang dapat digunakan sebagai pencairan.
• curah pendapat: Untuk membangkitkan keberanian peserta dalam
mengungkapkan pendapat dan perasaannya tanpa mendapat sanggahan
• ceramah dan tanya jawab : cara untuk menyampaikan informasi kepada
peserta guna menjelaskan sesuatu. Tanya jawab untuk mengetahui apakah
masih ada hal-hal yang belum jelas.
• Diskusi Kelompok : sebagai arena saling tukar pengalaman serta memecahkan
masalah
• Bermain Peran : sebagai penumbuh spontanitas dan ekspresi serta
mengembangkan daya analisis dan pengalaman peserta meningkatkan
penghayatan pserta terhadap topik yang sedang dibahas.
• Praktek Lapangan

V. MEDIA DAN ALAT BANTU


• Laptop
• Kamera Digital + Tripot
• LCD
• Flipchart
• White board
• Spidol
• Panduan diskusi
• Lembar kasus
• Lembar narasi/storyboard

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
327
PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

VI. Langkah-Langkah Kegiatan Pembelajaran


Langkah-langkah kegiatan pembelajaran ini menguraikan tentang kegiatan fasilitator
dan peserta dalam proses pembelajaran selama sesi ini berlangsung ( 6 jpl x 45 menit
= 270 menit), adalah sebagai berikut:

Langkah 1.
Pengkondisian (10 menit)

Langkah pembelajaran:
a. Fasilitator menyapa peserta dengan ramah dan hangat. Apabila belum pernah
menyampaikan sesi di kelas, mulailah dengan perkenalan. Perkenalkan diri
dengan menyebutkan nama lengkap, instansi tempat bekerja, materi yang akan
disampaikan.
b. Sampaikan tujuan pembelajaran materi ini dan pokok bahasan yang akan
disampaikan, sebaiknya dengan menggunakan bahan tayang.

Langkah 2.
Penyampaian Materi (90 menit)

Langkah pembelajaran:
a. Fasilitator menyampaikan paparan seluruh materi sesuai urutan pokok bahasan
dan sub pokok bahasan dengan menggunakan bahan tayang:
1) Mengetahui dasar-dasar pergerakan dan komposisi gambar pada kamera
2) Mengetahui dasar-dasar pengambilan gambar dengan kamera foto/video
3) Mengetahui proses produksi produk Audio Visual ; Membuat naskah durasi
pendek 2 kolom, Mengedit program menggunakan software adobe Premiere
6.5
b. Fasilitator memberi kesempatan untuk bertanya atau menyampaikan klarifikasi
untuk bertanya, kemudian fasilitator menyampaikan jawaban atau tanggapan.

Langkah 3.
Praktek Lapangan (180 menit)

Langkah pembelajaran:
a. Fasilitator menyampaikan tata cara praktek lapangan dan peserta dibagi kelompok
dan menentukan tema tiap kelompoknya
b. Mengetahui proses produk media cetak
1) Membuat naskah/skrip/storyboard durasi pendek 2 kolom sesuai tema yang
disepakati oleh kelompok
2) Membuat rancangan praktek lapangan ( produser,cameramen, talent/actor/
pelaku, peralatan, lokasi)

328 KEMENTERIAN KESEHATAN RI


PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

3) Mengambil gambar pada kamera foto atau video/handycam


4) Mengedit program menggunakan software adobe Premiere 6.5
5) Penyempurnaan produk media cetak
c. Mengetahui proses produk audio visual
1) Membuat naskah/skrip/storyboard durasi pendek 2 kolom sesuai tema yang
disepakati oleh kelompok
2) Membuat rancangan praktek lapangan ( produser,cameramen, talent/actor/
pelaku, peralatan, lokasi)
3) Mengambil gambar pada kamera foto atau video/handycam
4) Mengedit program menggunakan software adobe Premiere 6.5
5) Penyempurnaan produk audio visual
d. Fasilitator memberi kesempatan untuk bertanya atau menyampaikan klarifikasi
untuk bertanya, kemudian fasilitator menyampaikan jawaban atau tanggapan

Langkah 4.
Rangkuman dan Kesimpulan (10 menit)

Langkah pembelajaran:
a. Fasilitator melakukan evaluasi (pre-post test) untuk mengetahui penyerapan
peserta terhadap materi yang disampaikan dan pencapaian tujuan pembelajaran.
b. Fasilitator merangkum poin-poin penting dari materi yang disampaikan.
c. Fasilitator membuat kesimpulan.

VII. Uraian Materi

Pokok Bahasan 1.
TEKNOLOGI TEPAT GUNA

A. Pengertian Teknologi Tepat Guna

Definisi Teknologi :
• Ilmu tentang cara untuk melakukan sesuatu
• Penerapan teori-teori ilmiah dalam memecahkan masalah praktis, baik berupa
perangkat keras yang berupa sebuah alat tertentu, maupun perangkat lunak
yang berupa suatu metode atau teknik pemecahan masalah
• Ilmu tentang cara-cara melakukan sesuatu atau memecahkan masalah
tertentu melalui penerapan kaidah-kaidah ilmiah, teori-teori ilmiah dan hasil
penelitian ilmiah ke dalam bentuk praktis berupa perangkat keras seperti
benda, alat, pesawat, atau mesin maupun perangkat lunak seperti metode,
sistematika atau prosedur kerja tertentu

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
329
PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

Definisi Tepat Guna


• Tepat sasaran penggunaannya, atau diterapkan sesuai bidangnya sehingga
bermanfaat bagi bidang tersebut.

Definisi Teknologi Tepat Guna


• Teknologi yang diterapkan pada bidang tertentu (misal bidang kesehatan,
rumah tangga, pendidikan dsb.) sehingga menghasilkan manfaat pada bidang
tersebut
• Teknologi yang tepat untuk mengatasi masalah yang dihadapi dengan
menggunakan sumber daya yang sesuai atau tersedia di lingkungannya.
Umumnya berupa peralatan yang relatif sederhana, mudah dibuat dan
dioperasikan.

B. Tujuan dan Manfaat


Tujuan teknologi tepat guna adalah menggunakan sumber daya yang ada untuk
memecahkan masalah yang dihadapi / yang ada secara berdayaguna dan
berhasilguna. Atau untuk pelaksanaan tugas sehari-hari menjadi lebih mudah,
murah, dan sederhana.

Manfaatnya adalah membantu meringankan atau memudahkan seseorang untuk


melakukan suatu tindakan atau pekerjaan sehingga mendapatkan hasil sesuai
yang diharapkan

Selain itu kita juga harus mengetahui apa syarat-syarat teknologi tepat guna :

Biaya murah,mudah dibangun, mudah dirawat,berdaya guna dan berhasil guna,


tidak menimbulkan kecelakaan bagi pengguna, tidak menimbulkan pencemaran
lingkungan hidup dipemukiman sekitar, dapat mencapai tujuan (contoh :
pemeliharaan kesehatan lingkungan khususnya mencegah penyakit menular
dimasyarakat).

C. Kriteria
Teknologi tepat guna bersifat lebih memudahkan pelaksanaannya contoh di bidang
pendidikan adalah berupa teknologi tepat guna dalam proses belajar mengajar
atau bimbingan dan konseling. Biasanya dilengkapi dengan uraian tertulis tentang
cara pembuatan dan penggunaan yang dilengkapi dengan gambar dan lain-lain
yang dianggap perlu.

330 KEMENTERIAN KESEHATAN RI


PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

Pokok Bahasan 2.
PENGEMBANGKAN TEKNOLOGI TEPAT GUNA DI BIDANG PENYULUHAN
KESEHATAN MASYARAKAT

A. Langkah-langkah Teknologi Tepat Guna berupa Program Aplikasi Komputer


1. Bahan ajar lengkap satu semester dengan menggunakan Flash Macro Media,
Visual Basic atau program lain
2. Sistem informasi pendidikan untuk sekolah yang berhubungan dengan proses
pembelajaran, dengan menggunakan program/bahasa komputer tertentu
3. Memiliki inovasi yang belum ada sebelumnya (web-site, media sosial)

B. Penerapan teknologi tepat guna


1. Alat Bantu Mengajar
a. LCD
b. Laptop/computer (PC)
c. Lembar balik /flichard
d. Ular tangga
e. Papan tulis mekanis (lipat, gulung dsb)
f. OHP dengan kotak sederhana
g. Proyektor slide
2. Alat berlatih bentuk permainan
a. Alat permainan untuk melatih kecerdasan
b. Alat permainan untuk melatih keterampilan
3. Teknologi Tepat Guna lainnya
a. Program aplikasi computer
b. Sumber belajar berbasis komputer
c. Software aplikasi computer seperti media Sosial; web-site promkes,
twitter, youtube

Pokok Bahasan 3.
PENGEMBANGAN TEKNOLOGI MELALUI MEDIA CETAK DAN ELEKTRONIK
DI BIDANG PENYULUHAN KESEHATAN MASYARAKAT

A. Pengertian media cetak dan elektronik


Media cetak adalah media statis dan mengutamakan pesan-pesan visual
yang dihasilkan dari proses percetakan; bahan baku dasarnya maupun sarana
penyampaian pesannya menggunakan kertas. Media cetak adalah suatu dokumen
atas segala hal tentang rekaman peristiwa yang diubah dalam kata-kata, gambar
foto dan sebagainya ( contoh : surat kabar, majalah, tabloid, brosur, pamflet,
poster).

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
331
PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

B. Tujuan dan manfaat media cetak dan media elektronik


Manfaat media cetak dalam upaya promosi kesehatan berperan sebagai alat
bantu atau alat peraga untuk promosi kesehatan yang dapat dilihat, didengar,
diraba, dirasa atau dicium, untuk memperlancar komunikasi dan penyebarluasan
informasi kesehatan. Terdapat berbagai macam media yang dapat digunakan
dalam promosi kesehatan salah satunya adalah media cetak.

Tujuan media cetak menurut Eric Barnow disebut “ printed page “ adalah meliputi
segala barang yang dicetak, yang ditujukan untuk umum atau untuk suatu publik
tertentu yang meliputi surat kabar, majalah, serta segala macam barang cetakan
yang ditujukan untuk menyebarluaskan pesan – pesan komunikasi. Umumnya
media cetak lini atas yang digunakan sebagai media periklanan adalah surat
kabar dan majalah, sedangkan media cetak lini bawah yang digunakan berupa
leaflet, brosur, poster dan sebagainya.

Media cetak bila digunakan sebagai media penyampai pesan – pesan iklan ,
mengingat bahwa pesan – pesan iklan pada umumnya adalah merupakan pesan –
pesan yang bersifat persuasive, maka akan nampak jelas kelemahan- kelemahan
yang melekat pada setiap jenis media cetak.

Menurut Eric Barnow, Kelebihan dan Kekurangan Media Cetak


Kelebihan :
1. Media cetak terdokumentasi,bisa disimpan atau dicollect isi informasinya dan
dapat di baca berkali-kali dengan menyimpannya atau mengklipingnya.
2. Analisa lebih tajam, dapat membuat orang benar-benar mengerti isi berita
dengan analisa yang lebih mendalam dan dapat membuat orang berfikir lebih
spesifik tentang isi tulisan.
3. Media cetak lebih terjangkau dari segi harga maupun distribusinya.
4. Visual (penglihatan) lebih mudah diingat dibanding dengan indera yang
lainnya.
5. Visual (penglihatan) lebih komunikatif.
6. Visual (penglihatan) lebih dapat mencapai sasaran.

Kekurangan :
1. Tidak memiliki unsur bunyi suara manusia (human voice) sebagaimana yang
terdapat pada radio maupun televisi, yang dapat menimbulkan rasa hangat
dan keakraban yang berpengaruh terhadap tingkat persuasi
2. Yang bisa dicapai oleh media cetak hanyalah mereka yang bisa membaca,
bahkan dalam printed tertentu pembacanya adalah orang – orang yang
berpendidikan

332 KEMENTERIAN KESEHATAN RI


PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

3. Lambat, dari segi waktu media cetak adalah yang terlambat karena media cetak
tidak dapat menyebarkan langsung berita yang terjadi kepada masyarakat dan
harus menunggu turun cetak. Media cetak sering kali hanya memuat berita
yang telah disebarluaskan oleh media lainnya.
4. Jika radio, TV dan sebagainya bisa dinikmati oleh dua orang atau lebih secara
bersama – sama, maka pada media cetak, hal ini kurang leluasa untuk dilakukan.
5. Visual yang terbatas, media cetak hanya dapat memberikan visual
6. berupa gambar yang mewakili keseluruhan isi berita.
7. Produksi, biaya produksi yang cukup mahal karena media cetak harus
8. mencetak dan mengirimkannya sebelum dapat dinikmati masyarakat.
9. Media cetak hanya menekankan persepsi indera penglihatan.
10. Media cetak tidak mampu memperagakan suara, bau atau kesan indera yang
lain.
11. Media cetak ukuran kecil sukar diamati bila pesertanya lebih dari 30 orang.
12. Biaya penggandaannya relatif tinggi.

Mengingat beberapa kelemahan media cetak seperti diatas, maka para pemasang
iklan yang menggunakan media cetak sebagai media penyampai pesan – pesan
iklannya harus meramu kata dan kalimat, juga punya kemampuan lebih dalam
memvisualisasikan produk. Gambar (visual) dan kata inilah yang diharapkan
mampu mempengaruhi target audience/sasaran sehingga berbuat sebagaimana
yang disarankan oleh pemasang iklan.

Pertimbangan pembuatan media cetak


1. Sasarannya
Dapat dilihat dari tingkat usianya, selera masyarakatnya, atau tingkat
pendidikannya, misalnya:
a. Untuk anak-anak, misalnya warnanya banyak, lucu / tidak menyeramkan,
sedikit kata-kata, tidak terlalu rumit / mudah dimengerti oleh anak.
b. Untuk remaja, misalnya mengenai cinta, hal-hal yang manis, berbau
impian / angan-angan dan sebagainya.
c. Mahasiswa, misalnya menjurus ke idealisme, politik, ilmu pengetahuan,
seni dan sebagainya.
d. Bapak-bapak, misalnya: politik, ekonomi, hobi dan sebagainya.
e. Selera masyarakat, misalnya daerah tertentu menyukai warna tertentu,
maka harus kita sesuaikan

2. Waktunya.
Perancang harus mempertimbangkan waktu dalam proses pembuatannya,
karena apabila waktunya mundur maka akan mempengaruhi kegiatan lainnya,
misalnya keterkaitan antara pemesan dan bagian produksi.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
333
PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

3. Biaya produksi
Dalam membuat desain media cetak sebaiknya disesuaikan dengan biaya
yang tersedia, sehingga rencana yang disiapkan dapat mencapai target.

Prinsip-prinsip media cetak


Perancang media selain harus kreatif,
Modulinovatif juga mempunyai
Pelatihan pengetahuan
Pengangkatan Pertama yang
cukup tentang teori
Bagi desain
Pejabat grafis, prinsip
Fungsional desain
Penyuluh dan unsur
Kesehatan desain. Ahli
Masyarakat Sehingga
dapat mengetahui baik buruknya suatu karya serta mampu membuat desain
serta
grafismampu membuat
yang tepat baik daridesain grafis
segi visual yang tepat
maupun baik dari segi visual
materinya.
maupun materinya.
Ada beberapa prinsip desain grafis yaitu:
Ada beberapa prinsip desain grafis yaitu:
a. Pusat perhatian / penonjolan (emphasis)
a. Pusat perhatian / penonjolan (emphasis)
Sebuah simbol/ tanda/ bentuk menjadi pusat perhatian ketika simbol/ tanda/
Sebuah simbol/ tanda/ bentuk menjadi pusat perhatian ketika
bentuktanda/
simbol/ tersebut berbeda
bentuk dari berbeda
tersebut yang lain.dari
Perbedaan dan
yang lain. menjadi pusat
Perbedaan
danperhatian
menjadidapat dibangun
pusat dengan
perhatian dapatunsur-unsur
dibangunberikut:
dengan unsur-unsur
berikut:
1) Warna
1) 2) Bentuk
Warna
2) 3) Penempatan
Bentuk
3) 4) Ukuran
Penempatan
4) Ukuran

2) Bentuk
1) Warna

3) Penempatan
4) Bentuk

b.b.
Unsur-unsur
Unsur-unsurmedia
mediacetak
cetak
1) Warna (colour)
1) Warna (colour)
Warna merupakan unsur yang penting dalam penyampaian komunikasi
melalui penglihatan. Pengetahuan tentang psikologi warna dan
Warna merupakan unsur yang penting dalam penyampaian
peranannya
komunikasi sebagai
melalui alat promosi,
penglihatan. sangat diperlukan
Pengetahuan tentang sebagai
psikologibagian
warna integral dalam prosessebagai
dan peranannya promosi.alat promosi, sangat diperlukan
sebagai bagian integral dalam proses promosi.
Peran warna adalah mempengaruhi dan merangsang mata
manusia sehingga menimbulkan getaran elektromagnetik yang
334 dapat
KEMENTERIAN KESEHATAN RI membangkitkan emosi pembacanya.
Adapun warna yang digunakan adalah:
PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

Peran warna adalah mempengaruhi dan merangsang mata manusia


sehingga menimbulkan getaran elektromagnetik yang dapat
membangkitkan emosi pembacanya.

Adapun warna yang digunakan adalah:


1) Deep Azure

C=60 M=80 Y=0 K=0

Deep Azure melambangkan simbol keistimewaan


2) Turquoise

C=52 M=1 Y=30 K=0

Turquoise melambangkan kesegaran atau kebersihan dan juga


kepercayaan.
3) Yellow

C=0 M=0 Y=100 K=0

Yellow memiliki kesan kehangatan


4) Easter Purple

C=12 M=22 Y=6 K=0

Warna ini memiliki kesan kelembutan


5) Black

C=0 M=0 Y=0 K=100

Warna ini melambangkan kekuatan

Warna dalam hal ini adalah pigment (cat), bukan warna untuk cahaya
(merah, hijau dan biru). Warna dapat mewakili arti simbolik atau rasa
kejiwaan.

1) Warna dasar
• Kuning mempunyai arti ceria, benci, terang dan sebagainya.
• Merah mempunyai arti berani, marah, panas, manis, stop dan
sebagainya.
• Biru mempunyai arti segar, dalam, tenang, damai dan sebagainya.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
335
PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

2) Warna pelengkap (komplemen)


• Putih mempunyai arti bersih, suci dan sebagainya.
• Hitam mempunyai arti berwibawa, sedih, seram, anggun dan
sebagainya.
3) Warna campuran
• Warna kedua (sekunder): jingga, ungu dan hijau
• Warna ketiga (tertier)
• Warna keempat (kwarter) dan seterusnya

c. Huruf (text)
Huruf merupakan bagian terkecil dari struktur bahasa tulis dan merupakan
elemen dasar untuk membangun sebuah kata atau kalimat. Rangkaian huruf
dalam sebuah kata atau kalimat bukan saja dapat memberikan suatu makna
yang mengacu kepada sebuah objek atau gagasan, tetapi juga memiliki
kemampuan untuk menyuarakan suatu citra ataupun kesan secara visual.
Huruf memiliki perpaduan nilai fungsional dan nilai estetik. Pengetahuan
mengenai huruf dapat dipelajari dalam sebuah disiplin yang disebut tipografi
(typography). (Danton Sihombing h.2)

1) Roman mempunya kait berbentuk segitiga – segitiga. Contoh: Times


New Roman.
2) Bodoni mempunyai kait berbentuk garis tipis. Contoh: Bodoni
3) Egyption mempunyai kait berbentuk batang. Contoh: Play Bill
4) San Serif tidak mempunyai kait. Contoh: Arial, Hevetica, Univers dan
sebagainya.
5) Fantasi atau dekorasi merupakan huruf hiasan. Contoh: Old English.

Keempat kelompok huruf (Roman, Bodoni, Egyption dan San Serif) sifatnya
normal, jadi cocok untuk dipergunakan menyusun kata / kalimat maupun
untk keperluan display / huruf pameran. Sedangkan fantasi hanya cocok
untuk display.

C. Jenis dan macam media cetak dan media elektronik


Media cetak adalah media statis dan mengutamakan pesan-pesan visual
yang dihasilkan dari proses percetakan; bahan baku dasarnya maupun sarana
penyampaian pesannya menggunakan kertas. Media cetak adalah suatu dokumen
atas segala hal tentang rekaman peristiwa yang diubah dalam kata-kata, gambar
foto dan sebagainya ( contoh : surat kabar, majalah, tabloid, brosur, pamflet,
poster).

336 KEMENTERIAN KESEHATAN RI


PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

1. Media cetak
Jenis media cetak dengan kemajuan teknologi makin banyak ragamnya dan
juga dengan bantuan media elektronik makin memudahkan dalam proses
produksinya, sehingga batasan dengan media elektronika makin ke depan
makin tipis.

Beberapa contoh jenis media cetak/media elektronik :


a. Desain sampul (buku, majalah, CD ROM, Kaset, Kaset
a. Video, Kemasan dan sebagainya).
b. Poster
c. Stiker
d. Brosur/Leaflet
e. Booklet
f. Karikatur
g. Cartoon / Animasi
h. Iklan / reklame
i. Flipcharts (lembar balik)
j. Fact Sheet/Lembar Fakta
k. Billboard / Baliho
l. Ilustrasi
m. Diagam / grafik/Bagan
n. Storyboard
o. Spanduk dan umbul - umbul
p. Backdrop
q. Pameran
r. Radio
s. TV

a. Desain sampul / cover


Merupakan karya yang gunanya untuk membuat menarik dan
melindungi materinya. Tentunya karya tersebut sesuai dengan materinya
atau gambaran sekilas tentang apa isi di dalamnya. Ilustrasi sampul
merupakan penerapan cuplikan penting dari materi tersebut, atau dapat
juga menyimbolkan bentuk dan warna yang memiliki materi.

Komponen sampul:
1) Judul
2) Pengarang
3) Logo / lambang
4) Penerbit

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
337
PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

 
Desain Sampul

 
b. Poster
Poster adalah gambar pada selembar kertas berukuran besar yang
digantung atau ditempel di dinding atau permukaan lain. Poster adalah
sehelai kertas yang berisikan gambar- gambar dengan sedikit kata-kata.

Poster biasanya digunakan sebagai alat untuk mengiklankan sesuatu,


sebagai alat propaganda, dan protes, serta maksud-maksud lain untuk
menyampaikan berbagai pesan promosi.

Poster banyak digunakan untuk mempengaruhi seseorang agar tertarik


pada sesuatu atau mempengaruhi agar seseorang bertindak. Selain itu,
poster juga dipergunakan secara perorangan sebagai sarana dekorasi
yang murah meriah.

Poster dapat dilihat dalam jarak 5 – 6 meter. Poster karena ditempel


di tempat umum, maka poster dibuat sekomunikatif mungkin dan
seinformatif mungkin sehingga masyarakat umum sambil lalu sudah
mengerti maksudnya.

Tipikal poster yang ‘baik’:


1) Berhasil menyampaikan informasi secara cepat
2) Ide dan isi yang menarik perhatian
3) Mempengaruhi, membentuk opini / pandangan
4) Menggunakan warna-warna mencolok
5) Menerapkan prinsip ‘kesederhanaan’

338 KEMENTERIAN KESEHATAN RI


PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli
 
Poster

30


 
Bagian dari poster :
1) Judul - Judul menempati urutan paling atas dari tata letak poster.
Area untuk judul biasanya menempati 1/4 atau 1/5 bagian atas dari
tata letak poster. Judul biasanya berupa teks yang jumlahnya tidak
lebih dari 3-5 kata. Agar teks terbaca dengan jelas, jenis huruf yang
digunakan biasanya bertipe sans sherif atau sherif.
2) Sub judul-Sub judul bisa hadir atau tidak ditampilkan dalam desain,
tergantung dari pesan yang disampaikan. Biasanya memenuhi 1/10
bagian dari tata letak poster. Kata-katanya berupa 1 kalimat tegas,
pendek, menyarankan suatu perintah atau hal dengan bahasa yang
sederhana. Jenis hurufnya harus tegas dan jelas terbaca.
3) Foto/ Ilustrasi-Foto/ ilustrasi menempati urutan kedua setelah judul.
Memenuhi 2/3 dari seluruh tata letak poster. Jika menggunakan
foto, gunakan foto yang bermakna, fokus, human interset, bersih,
sopan dan menyentuh perasaan. Jika menggukan ilustrasi, gunakan
jenis ilustrasi yang menarik, berwarna, menarik perhatian, fokus dan
sopan.
4) Teks-Teks menjadi bagian tambahan dari tata letak poster. Memenuhi
1/3 hingga 1/8 dari luas poster dan menjelaskan lebih detail isi dari
poster tersebut. Jenis hurufnya harus yang dapat terbaca, seperti
tipe sans sherif.
5) Logo-Logo dari instansi yang mengeluarkan poster tampil di pojok
kiri -kanan atasatau bawah tergantung selera. Memenuhi 1/50 dari
bagian poster.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
339
PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

6) Desain-Warna yang senada antara foto/ ilustrasi, warna teks hingga


warna dalam latar belakang.
7) Ukuran.-ukuran poster bervariasi dari ukuran 50x70cm, 60x42cm
hingga 60 x 80 cm

c. Stiker
Stiker adalah gambar tempel. Pada umumnya stiker berukuran kecil dan
berfungsi sebagai himbauan atau ajakan dapat juga sebagai hiasan.

Karena ukurannya yang kecil untuk besarnya sekitar 10 cm x 20 cm,


maka gambar stiker sesederhana mungkin hanya berisi teks saja.

Komponen stiker:
1) Huruf
2) Ilustrasi

 
45

d. Brosur/Leaflet
Brosur/Leaflet karena mengalami perluasan arti, banyak perbedaan
pendapat mengenai definisi flier, brosur, leaflet dan pamplet. Untuk
mempermudahya dapat dibagi menjadi 2 yatu :
1) Flier: dari kata fly, sejarahnya flier adalah selebaran kecil yang
dicetak murah (kadang malah sablon hitam putih) yang disebarkan
dari pesawat terbang.
2) Brosur, leaflet, pamplet berukuran lebih besar dari flier, tanpa atau
dengan lipatan. Umumnya kedua sisinya di desain, berwarna
sehingga biaya produksinya menjadi lebih mahal. Tidak hanya
mengalami perluasan arti, kelompok brosur pun mengalami
eksplorasi sedemikian sehingga kadang tidak terdefinisi sebagai
apa. Contohnya: kartu nama yang bisa dibuka lipatannya dan berisi

340 KEMENTERIAN KESEHATAN RI


PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

informasi yang mirip brosur. Apapun istilahnya, yang penting brosur


dipahami sebagai lembar informasi yang lebih detail dengan jumlah
halaman yang lebih banyak dan mudah dieksplorasi. Karena biaya
produksinya yang cukup tinggi, biasanya brosur tidak dibagikan di
tempat umum tapi dapat dibagikan di acara-acara, pameran atau
event dimana target sasaran banyak berkunjung.

Peserta perlu mengetahui bagaimana target sasaran membaca


brosur terutama yang memiliki banyak lipatan, karena hal itu berguna
dalam rangka mendesain tata letak yang berkesinambungan dan
enak dibaca.

Bagian dari brosur:


1) JUDUL: Judul menempati urutan awal di atas lembaran brosur
ketika tertutup. Prinsip mendesain cover brosur sama halnya
dengan prinsip mendesain poster.
2) TEKS/PARAGRAF : Paragraf mengisi sebagian besar brosur/
leaflet dengan memperhatikan kaidah penulisan yang baik,
sederhana dan benar. Jika perlu, sederhanakan paragraf dengan
point-point kalimat, sub judul paragraf, caption (kutipan) hingga
fakta dan data. (materi, latar belakang, visi, misi, kebijakan,
program kerja, institusi dan sebagainya)
3) ILUSTRASI/FOTO :Ilustrasi atau fotografi memenuhi 1/2 hingga
1/3 bagian untuk mendukung informasi paragraf.
4) DESAIN : Menerapkan prinsip kesimbangan atara paragraf, foto/
ilustrasi, judul dan elemen-elemen desain yang lain. Gunakan
jenis huruf yang terbaca jelas dan tidak lebih dari 2 tipe jenis
huruf untuk mempertahankan konsistensi brosur. Perhatikan
jumlah kolom dan keseimbangannya dengan elemen-elemen
lain di dalam lembar brosur tersebut
5) UKURAN : ukuran brosur bervariasi dari ukuran 21 x 30 cm yang
dilipat 2,3 dan 4 hingga 30 x 42 cm berlipat.

Leaflet / pamflet
Sebaran tanpa dilipat yang berisi keterangan singkat tetapi lengkap.
Komponen leaflet / pamflet adalah judul, teks (materi), foto, ilustrasi.
Masing–masing komponen dapat berdiri sendiri atau gabungan.
Ukurannya terkecil sekitar setengah folio dan terbesar satu folio.
Dapat digunakan sebagai promosi, pengumuman atau sebagai alat
informasi.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
341
PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

Depan Belakang
Leaflet

 
34 23

e. Booklet
Istilah booklet telah mengalami perluasan arti. Beberapa sumber
mengartikan booklet sebagai buku kecil, yang lain menyamakannya
dengan fungsi leaflet, brosur dan flier. Pada dasarnya booklet adalah
sebuah media publikasi yang terdiri dari beberapa lembar halaman,
namun tidak setebal sebuah buku.

Desain booklet
1) Fungsi booklet sebagai media publikasi yang dapat menampung
cukup banyak informasi karena memiliki halaman yang dapat
disesuaikan.
2) Ukuran booklet bervariasi, kebanyakan sekitar 15x21cm, 12x18cm
dengan jumlah hamalam 32, 36 dan 42 agar ringan mudah dibawa-
bawa dan dikantungi.
3) Sebagian besar teknik tata letak digunakan di dalam booklet.
4) Urutan-urutan booklet pada umumnya adalah : Cover depan (berisi
judul dan foto/ilustrasi pendukung), pendahuluan, paragraf isi, fakta
dan data, foto, ilustrasi dan penutup.

f. Karikatur
Karikatur adalah menstilir objeknya tetapi masih sesuai karakternya.
Gunanya sebagai sindiran atau kritikan. Dibuat pada koran, tabloid atau
majalah dan dapat berdiri sendiri dan sifatnya aktual.
 

 
32

342 KEMENTERIAN KESEHATAN RI


PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

g. Cartoon / Kartun
Cartoon / Kartun adalah gambar yang dibuat lucu. Lucu, pada mulanya
sasarannya adalah anak – anak.

Film cartoon / animasi adalah rangkaian gambar yang direkam satu


persatu gerakan sehingga terkesan bergerak atau seolah – olah hidup.
Film animasi ada yang dua dimensi dan ada pula dalam bentuk tiga
dimensi yang dibuat dengan bantuan komputer.

h. Iklan
Iklan adalah sarana promosi barang atau jasa yang biasanya dimuat
pada koran, tabloid, majalah, film atau televisi. Gunanya untuk membujuk
khalayak agar termotivasi membeli barang atau jasa yang ditawarkan.

i. Flipchart (lembar balik)


Flipchart (lembar balik) adalah rangkaian gambar yang disusun secara
berurutan dengan ukuran yang sama dan ikat pada bagian atasnya.
Cara menggunakannya setelah lembar pertama selesai disibakkan ke
belakang.

Lembar balik adalah beberapa lembar informasi yang lebar dijilid menjadi
satu, untuk kemudian menjadi sebuah alat peraga untuk menjelaskan
tentang suatu issu, biasanya setiap penjelasan dilengkapi dengan
gambar-gambar.

Desain lembar balik


1) Fungsi lembar balik sebagai media informasi yang dapat menampung
cukup banyak informasi karena memiliki halaman yang dapat
disesuaikan.
2) Ukuran lembar balik bervariasi, kebanyakan di sekitar 30 x 42 cm jika
tertutup dengan jumlah variasi halaman yang dapat dibalik dengan
cepat.
3) Gambar dan penjelasan dibuat dengan jelas, singkat, informative.
4) Setiap lembar dari factsheet diurutkan berdasarkan judul besar,
pecahan bab serta penutup
5) Dibutuhkan suatu dudukan agar lembar balik tersebut dapat berdiri
di atas meja.

Keunggulan:
1) Isi pokok pembicaraan dapat disiapkan sebelumnya.
2) Urutan penyajian dapat disiapkan sebelumnya

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
343
PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

3) Fleksibel – pembicara dapat mengatur waktu.


4) Pembicara dapat kembali ke halaman sebelumnya.
5) Chart dapat ditukar tempatkan, sesuai dengan kebutuhan.
6) Dapat diletakan di mana saja.

j. Fact sheet/lembar fakta


Lembar fakta adalah beberapa lembar halaman dalam satu map yang
menyediakan fakta-fakta cepat tentang suatu issu/ permasalahan.
Hal ini dapat mencakup latar belakang, manfaat, kapan, dimana dan
bagaimana informasi tentang issu tersebut .

Desain Fact Sheet/ Lembar Fakta


1) Fungsi factsheet sebagai media publikasi yang dapat menampung
cukup banyak informasi karena memiliki halaman yang dapat
disesuaikan.
2) Ukuran factsheet bervariasi, kebanyakan di sekitar 21x30 cm jika
tertutup dengan jumlah variasi lipatan 2 atau 3
3) Sebagian besar teknik desain tata letak digunakan di dalam booklet.
4) Setiap lembar dari factsheet diurutkan berdasarkan artikel bab,
mulai dari latar belakang, penjabaran isi, dan penutup.
5) Dibuatkan suatu wadah untuk menampung lembaran-lembaran
fakta tersebut, misalnya sebuah map yang didesain sesuai dengan
isi lembaran fakta tersebut.

344 KEMENTERIAN KESEHATAN RI


PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

 
k. Billboard / Baliho
Media luar ruang yang ditempatkan pada posisi yang strategis dan
mempunyai ukuran yang besar bervariasi sekitar 2 x 1 m sampai dengan
6 x 6 m. Dengan maksud supaya mudah dilihat dan menarik perhatian.
Digunakan sebagai alat promosi dan informasi.

Bahan yang digunakan dapat berupa tripleks atau plat logam dengan
kerangka besi. Cara membuatnya jalau jumlah sedikit biasanya
menggunakan air brush atau di kuas langsung ada tripleks atau pada
plat logam. Kalu jumlahnya banyak bisa dicetak perbagian dan juga
waktu menempelkannya perbagian juga dan biasanya dicetak pada
stiker.

 
Billboard

41

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
345
PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

l. Ilustrasi
Ilustrasi adalah gambar (foto, lukisan, diagram, bagan) untuk membantu
memperjelas isi buku, karangan. Keterangan tambahan berupa contoh
bandingan dan sebagainya untuk lebih memperjelas paparan (tulisan).

Gunanya:
1) Dapat merangkum kata – kata yang panjang dengan satu gambar.
2) Memperindah tampilan.
3) Memperjelas isi buku atau karangan.
4) Mendukung teks.
5) Menyeimbang dengan teks.
6) Daya tarik
7) Mengisi ruang kosong.

m. Diagram/Grafik/Bagan
Diagram/Grafik/Bagan adalah gambaran untuk memperlihatkan atau
menerangkan sesuatu atau menggambarkan pasang surut suatu
keadaan.

Macam diagram:
1) Arus: memperlihatan jalannya pelaksanaan.
2) Balik: memperlihatkan perbandingan atau perkembangan.
3) Gambar: memperlihatkan suat peristiwa.
4) Garis: memperlihatkan suatu perkembangan.
5) Lingkaran: memperlihatkan prosentase.
6) Pohon: memperlihatkan suatu penjabaran secara hirarkis atau
proses yang memusat.
7) Bagan arus: bagan yang terdiri atas garis dan panah yang
menggambarkan suatu proses.
8) Bagan organisasi: gambar yang menunjukkan tata hubungan
berbagai posisi di persahaan, biasanya memperlihatkan pembagian
tanggung jawab.
9) Bagan peta: bagan peta yang mengandung tanda – tanda yang
menerangkan terjadinya suatu proses atau yang menggambarkan
proporsi penduduk, produksi, distribusi dan sebagainya di daerah –
daerah yang tercantum di peta itu.

Keunggulannya:
1) Lebih mudah dimengerti daripada membaca data.
2) Lebih menarik, karena dapat menggunakan warna.
3) Dapat meringkas data yang panjang dengan satu tampilan.

346 KEMENTERIAN KESEHATAN RI


PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

Kegunaannya:
1) Sebagai suatu tampilan presentasi.
2) Diperbesar sebagai poster untuk pameran

n. Storyboard:
Rangkaian gambar sebagai pedoman untuk shooting mulai dari awal
sampai akhir cerita.

Kegunaannya:
1) Untuk mempermudah pengambilan gambar.
2) Pedoman pengambilan gambar.

STORYBOARDPSA VERSI : TB
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
JUDULBagi
: TB-KU SEMBUH
Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

JUDUL : TB-KU SEMBUH

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
347
PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

26   KEMENTERIAN  KESEHATAN  RI  –  PUSAT  PROMOSI  KESEHATAN  -­‐    


PUSDIKLAT  APARATUR  

27   KEMENTERIAN  KESEHATAN  RI  –  PUSAT  PROMOSI  KESEHATAN  -­‐    


PUSDIKLAT  APARATUR  
348 KEMENTERIAN KESEHATAN RI
PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan FungsionalAhli
Masyarakat Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

o. Spanduk dan umbul – umbul:


o. Spanduk dan umbul – umbul:
Kain rentang
Kain rentang yang
yangberisi
berisiinformasi singkat
informasi dan dan
singkat jelas.jelas.
PosisiPosisi spanduk
spanduk melintang (horizontal) sedangkan umbul – umbul berdiri
melintang
(vertikal). (horizontal) sedangkan umbul – umbul berdiri (vertikal).
Ukuran spanduk berbagai macam : 90 x 600 cm, 90 x 500 cm,
115 x 500 cm. 100 x 700 cm.
Ukuran spanduk berbagai macam : 90 x 600 cm, 90 x 500 cm, 115 x
500 cm. 100 x 700 cm.

 
p. Backdrop:

  yang diletakkan sebagai latar belakang


Papan iklan / reklame
misal pertunjukkan musik atau digunakan sebagai penyampaian
informasi dalam acara pameran.
Ukuran backdrop sesuai kebutuhan ( 700 cm x 250 cm, 600 cm x
p. Backdrop:
250 cm,dll)
Papan iklan / reklame yang diletakkan sebagai latar belakang misal
pertunjukkan musik atau digunakan sebagai penyampaian informasi
dalam acara pameran.

28   Ukuran backdrop
KEMENTERIAN   KESEHATAN  RI  –sesuai kebutuhan
 PUSAT  PROMOSI   ( 700
KESEHATAN   -­‐     cm x 250 cm, 600 cm x 250
PUSDIKLAT  APARATUR  
cm,dll)

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
349
PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

q. Pameran Promosi Kesehatan


Pengertian pameran adalah suatu kegiatan penyajian karya seni rupa
untuk dikomunikasikan sehingga dapat diapresiasi oleh masyarakat
luar.

Pameran merupakan suatu bentuk dalam usaha jasa pertemuan. Yang


mempertemukan antara produsen dan pembeli namun pengertian
pameran lebih jauh adalah suatu kegiatan promosi yang dilakukan oleh
suatu produsen, kelompok, organisasi, perkumpulan tertentu dalam
bentuk menampilkan display produk/jasa kepada calon relasi atau
pembeli/sasaran. Adapun macam pameran itu adalah : show, exhibition,
expo, pekan raya, fair, bazaar, pasar murah.

Bentuk-bentuk Pameran berdasarkan tempat dan waktu :


1) Pameran permanen atau tetap
adalah bentuk pameran yang tidak terikat oleh lamanya waktu.
permanen artinya tidak pernah tutup dan tidak terikat oleh waktu.
Contohnya, museum dan art gallery. Waktu penyelenggaraan
Pameran Tetap berlangsung minimal 1 kali dalam satu tahun
2) Pameran rutin
adalah pameran yang selalu diadakan dalam waktu-waktu tertentu.
Waktu penyelenggaraan Pameran ruitin berlangsung minimal selama
10 hari, maksimal berlangsung selama 30 hari
3) Pameran Insidental
adalah pameran yang diadakan dengan maksud dan tujuan tertentu
yang tidak terikat oleh rutinitas pelaksanaannya. Misalnya pameran
penyerta seminar, atau pameran menyambut kunjungan tamu.
Waktu penyelenggaraan Pameran Insidental minimal berlangsung
selama 10 hari.

Peralatan/fasilitas Pameran
Ruang untuk setiap peserta pameran disebut stand atau booth yang
dibagikan dan diatur oleh panitia penyelenggara.

Fasilitas Stand/booth standard :


1) Partisi / dinding stand
(ukuran bervariasi ; 2 x 2 m, 2 x 3 m, 3 x 3 m, dll)
2) meja resepsionis ( 1 unit )
ukuran meja : 100 cm x 50 cm x 75 xm
3) Kursi Lipat ( 2 unit)
4) Nama Perusahaan (1 unit)

350 KEMENTERIAN KESEHATAN RI


PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

5) Lampu TL 40 watt
6) Tempat sampah
7) Karpet

contoh stand standar

 
ukuran 2 x 2 m

contoh stand kerucut (outdoor)

 
ukuran 3 x 3 m

Pelaksana pameran (event organizer/panitia pameran) diharuskan


melakukan koordinasi dengan pihak terkait , khususnya hal-hal yang
bersifat teknis antara lain:
1) Penyimpanan karya
2) Desain/layout pameran
3) Penataan ruangan dan pemasangan karya (display)
4) Sarana dan perlengkapan yang akan dipergunakan
5) Pemasangan sarana publikasi di area pameran
6) Acara kegiatan lain sebagai penunjang pameran

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
351
PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

Langkah – langkah Pembuatan Media Cetak


1. Tentukan tema dan pesan pokok
2. Rancang media yang akan di gunakan, buat draft rancangan dan naskahnya
3. Siapkan alat dan bahannya
4. Buatlah sketsa beberapa alternatif untuk dikonsultasikan ke konseptor
5. Setelah setuju buat desain
6. Ingat segi estetikanya (prinsip dan unsur media grafis)
7. Uji coba media
8. Konsultasi lagi ke konseptor dan apabila tidak ada perubahan akan menjadi
master untuk digandakan

Dalam pembuatan media cetak antara konseptor dan desainer saling bekerjasama
dengan baik. Konseptor menentukan kebutuhannya, media jenis apa yang dipilih,
menentukan temanya dan strategi promosinya. Desainer grafis menangkap ide
dari konseptor kemudian divisualisasikan dan dikembangkan
Modul Pelatihan secara
Pengangkatan estetika/
Pertama
kreatifnya denganBagi
beberapa
Pejabatalternatif.
Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

promosinya. Desainer grafis menangkap ide dari konseptor kemudian


Eksekusi media poster
divisualisasikan dan dikembangkan secara estetika/ kreatifnya dengan
beberapa alternatif.
Sebuah pesanmedia
Eksekusi komunikasi
poster dituangkan dalam bentuk poster jika :
1. Pesan tersebut ingin dilihat di tempat-tempat strategis di mana orang-orang
Sebuah pesan
berkumpul dan komunikasi
berjalan. dituangkan dalam bentuk poster jika :
1. Pesan tersebut ingin dilihat di tempat-tempat strategis di mana
2. Poster di tempelkan
orang-orang di tempatdan
berkumpul yang strategis, berulang-ulang 3-5 kali dijejerkan
berjalan.
2. Poster
agar di tempelkan
orang yang berjalan di tempat
dapat yangJUDUL
melihat strategis, berulang-ulang
POSTER secara utuh.3-5 Terlebih
kali dijejerkan agar orang yang berjalan dapat melihat JUDUL
lagi jika mereka berhenti untuk membaca keseluruhan isi poster.
POSTER secara utuh. Terlebih lagi jika mereka berhenti untuk
3. Poster ditempatkan
membaca di ruangisitunggu,
keseluruhan poster.dimana tiap orang memiliki cukup waktu
untuk melihat isi poster tersebut. tunggu, dimana tiap orang memiliki
3. Poster ditempatkan di ruang
cukup waktu untuk melihat isi poster tersebut.
4. Ketahanan
4. Ketahanan poster yangyang
poster tidaktidak
lama, seminggu
lama, seminggujikajika
ditempel
ditempeldi di
luar ruangan
luar
denganruangan dengan
intensitas intensitas
panas panas
dan hujan danmerata,
yang hujan yang merata,
sebulan sebulan
jika ditempatkan di
jika ditempatkan di dalam ruangan karena tertutup lembar
dalam ruangan karena tertutup lembar informasi yang lain.
informasi yang lain.

Tahapan cara membuat media cetak sederhana (poster) :

Membuat Poster dengan adobe photoshop cs3,

Tahap pertama
kita buka adobe photoshop cs3 kemudian buka File pada menu yang
352 berada
KEMENTERIAN KESEHATAN RI di bagian atas sebelah kiri , seperti contoh gambar dibawah ini,
kemudian
PUSAT PROMOSI KESEHATAN pilih New untuk memulainya setelah itu akan mucul tampilan
PUSDIKAT APARATUR
berikut
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

Tahap pertama
kita buka adobe photoshop cs3 kemudian buka File pada menu yang
berada di bagian atas sebelah kiri , seperti contoh gambar dibawah ini,
kemudian pilih New untuk memulainya setelah itu akan mucul tampilan
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
berikut Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

32   KEMENTERIAN  KESEHATAN  RI  –  PUSAT  PROMOSI  KESEHATAN  -­‐    


PUSDIKLAT  APARATUR  

Selanjutnya kita setting area yang akan kita buat yaitu untuk lebar area
( width ) kita buat kira kira 12 cm lalu untuk tingginya ( height ) kira kira
8 cm kemudian resolusinya (resolution ) 120 pixel/inch, color Mode
RGB Color 8 bit , Background Contents Transparent, seperti gambar di
bawah ini, kemudian klik “OK”

Muncul tampilan seperti ini

Tahap ke 2
Mengkroping gambar foto, pertama kita buka dahulu gambar yang kita
inginkan , klik File pada menu lalu pilih open

33   KEMENTERIAN  KESEHATAN  RI  –  PUSAT  PROMOSI  KESEHATAN  -­‐    


PUSDIKLAT  APARATUR   KEMENTERIAN KESEHATAN RI
353
PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

Setelah mucul jendela seperti dibawah ini , lalu cari file yang kita
butuhkan setelah kita dapatkan gambar yang sesuai dengan keinginan
kita, lalu klik open

Gambar yang kita inginkan muncul ditampilan langkah selanjutnya


mengkroping gambar yang kita butuhkan dari foto yang ada dengan
cara :

Pilih Polygonal Lasso tool pada tool yang berada di sebelah kiri , seperti
gambar di bawah sebelah kiri ini, kemudian mengklik sambil menuturi
area gambar yang akan kita kroping seperti contoh gambar sebelah
kanan bawah ini

34   KEMENTERIAN  KESEHATAN  RI  –  PUSAT  PROMOSI  KESEHATAN  -­‐    


PUSDIKLAT  APARATUR  

354 KEMENTERIAN KESEHATAN RI


PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

Kemudian gambar kita pindahkan ke area yang sudah kita setting tadi
dengan cara memilih dahulu move tool ( ) pada tools kemudian
klik and drag dari gambar foto yang sudah dilingkari dengan Lasso ke
area yang sudah kita setting

Hasilnya seperti contoh di bawah ini, untuk memperbesar gambar foto


kroping kita pilih menu edit kemudian pilih Transform lalu pilih Scale,
klik Scale

35   KEMENTERIAN  KESEHATAN  RI  –  PUSAT  PROMOSI  KESEHATAN  -­‐    


PUSDIKLAT  APARATUR  

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
355
PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

Muncul gambar seperti di bawah ini , kemudian tarik salah satu titik
sudutnya pada kotak gambar sambil menekan Shift agar gambar
tersebut tidak distorsi, separti contoh gambar di bawah ini, jika ukuran
sudah sesuai dengan yang diinginkan klik Enter

Klik nad drag titik


sudut ini

Tahap ke 3
Membuat background poster, pertama kita menambah Layer dengan
cara, klik Layer pada menu kemudian pilih New, muncul kotak new
layer beri nama pada kolom nama seperti gambar sebelah kanan
bawah, kemudian klik OK

36   KEMENTERIAN  KESEHATAN  RI  –  PUSAT  PROMOSI  KESEHATAN  -­‐    


PUSDIKLAT  APARATUR  

356 KEMENTERIAN KESEHATAN RI


PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

Kita lihat pada kotak layer, layer ada dua , 1 layer gambar foto kroping,
2 laler background yang masih kosong, layer background harus kita
pindahkan ke paling bawah dengan cara mengklik and drag kebawah,
seperti contoh gambar dibawah ini

Layer background kita aktifkan seperti gambar diatas, selanjutnya kita


mulai menghias background, kemudian kita membuat warna gradasi
untuk background, pertama kita setting dahulu gradasinya,caranya pilih
gradient tool ( ) kemudian klik gradient edit

klik disini

37   KEMENTERIAN  KESEHATAN  RI  –  PUSAT  PROMOSI  KESEHATAN  -­‐    


PUSDIKLAT  APARATUR  

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
357
PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

Muncul kotak gradient edit lalu setting warna gradasi yang kita inginkan,
setelah itu beri nama untuk identitas warna kemudian klik New, barulah
tuangkan warna gradasi tersebut dengan cara meng klik and drag dari
atas ke bawah di area yang suda kita siapkan, seperti contoh gambar
dibawah ini

Nah sebelum kita beranjak ke tahap berikutnya, kita harus benahi dulu
gambar yang ada, seabagai berikut, foto keluarga kita buat agak
tranparan bagian bawahnya dengan cara kita mengaktifkan dulu Layer
foto yang ada pada kotak layer

Kemudian hapus secara horizotal menggunakan Eraser tool ( )


perlahan lahan dengan opasity 25%, seperti contoh gambar dibawah

38   KEMENTERIAN  KESEHATAN  RI  –  PUSAT  PROMOSI  KESEHATAN  -­‐    


PUSDIKLAT  APARATUR  

358 KEMENTERIAN KESEHATAN RI


PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

Tahap ke 4
Membuah judul utama poster, pertama kali pilih horizontal text tool (
) pada tools kemudian type huruf ( Font )yang sesuai dengan
themanya misalnya seperti gambar dibawah ini

Lalu kita ketik di area poster kita, kemudian kita buat effek agar kalimat
itu lebih menarik, pertama memperbesar huruf dengan memilih edit
pada menu lalu pilih transform kemudian pilih Scale ,kemudian tarik
salasatu titik sudut pada kotak kalimat yang ada pada tampilan

Kemudian kita setting Warp Text nya dengan posisi seperti gambar
dibawah, lalu klik “OK”

39   KEMENTERIAN  KESEHATAN  RI  –  PUSAT  PROMOSI  KESEHATAN  -­‐    


PUSDIKLAT  APARATUR  

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
359
PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

Text yang ada, kita jadikan dahulu sebagai image untuk dibuat warna
gradasi dengan cara meng klik Layer pada menu lalu pilih Rasterize
kemudian pilih Type, lihat gambar di bawah ini

Lalu aktifkan kalimat tadi dengan cara mengklik layer text sambil
menekan tombol “Ctrl” sebelum mewarnai delete dulu warna yang ada
pada text, kemudian rubah kalimat tadi dengan warna gradasi dengan
cara meng klik and drag pada bidang text nya, hasilnya seperti gambar
dibawah ini

Kemudian kita beri effek pada huruf, kita buka dulu jendela effek pada
kotak layer kemudian klik tanda symbol effek lalu pilih Bevel and
Emboss, lihat contoh gambar dibawah ini

40   KEMENTERIAN  KESEHATAN  RI  –  PUSAT  PROMOSI  KESEHATAN  -­‐    


PUSDIKLAT  APARATUR  

360 KEMENTERIAN KESEHATAN RI


PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

Setelah di klik muncul gambar kotak layer style , anda ikuti ketentuan
(rancangan setting) Bavel yang ada pada gambar di bawah ini

Selanjutnya drop shadow, doble klik drop shadow kemudian ikuti


settingnya yang ada pada gambar dibawah ini

41   KEMENTERIAN  KESEHATAN  RI  –  PUSAT  PROMOSI  KESEHATAN  -­‐    


PUSDIKLAT  APARATUR  

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
361
PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

Hasilnya seperti gambar ini

Untuk penulisan text selanjutnya sama persis caranya dengan diatas ,


bila anda ingin mengganti warna gradasi dengan warna awan tinggal
klik text pada layer sambil menekan shift, setelah itu delete warna yang
ada pada text, kemudian klik Filter pada menu lalu pilh Render
kemudian pilh Clouds, seperti gambar dibawah ini

Setelah itu beri effek Bavel caranya sama dengan diatas, kemudia ikut
setting yang ada pada gambar dibawah ini

Kemudian dihapus bagian atasnya dengan opasity 25% secara


horizontal per lahan -lahan

42   KEMENTERIAN  KESEHATAN  RI  –  PUSAT  PROMOSI  KESEHATAN  -­‐    


PUSDIKLAT  APARATUR  

362 KEMENTERIAN KESEHATAN RI


PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

Selanjutnya beri out line warna putih sebagai pemanis, dengan cara klik
edit pada menu kemudian pilih stroke, kotak stroke seperti gambar
sebelah kanan bawah ikuti ketentuan pada gambar kemudian klik “OK”

Hasilnya seperti gambar dibawah ini

Kemudian membuat bayangan pada tulisan “KELUARGA BAHAGIA” klik


kanan tulisan tersebut kemudian pilih duplicate layer

43   KEMENTERIAN  KESEHATAN  RI  –  PUSAT  PROMOSI  KESEHATAN  -­‐    


PUSDIKLAT  APARATUR  

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
363
PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

Kemudian muncul kotak seperti dibawah ini lalu klik OK

Kemudian atur bentuknya menggunakan transform distort yang ada


pada menu edit seperti conth gambar dibawah ini

Hasilnya seperti gambar dibawah ini

Contoh-contoh media cetak dan media elektronik

44   KEMENTERIAN  KESEHATAN  RI  –  PUSAT  PROMOSI  KESEHATAN  -­‐    


PUSDIKLAT  APARATUR  

364 KEMENTERIAN KESEHATAN RI


PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

2. Media Elektronik
Kelebihan :
a. Cepat, dari segi waktu, media elektronik tergolong cepat dalam
menyebarkan berita ke masyarakat luas.
b. Ada audio visual, media elektronik mempunyai audio visual yang
c. memudahkan para audiensnya untuk memahami berita.(khusus televisi
d. Terjangkau luas, media elektronik menjangkau masyarakat secara luas.

Kekurangan :
Tidak ada pengulangan, media elektronik tidak dapat mengulang apa yang
sudah ditayangkan.

3. Media Online
a. Pengertian Media Sosial
Media sosial adalah sebuah media online, dengan para penggunanya
bisa dengan mudah berpartisipasi, berbagi, dan menciptakan isi meliputi
blog, jejaring sosial, wiki, forum dan dunia virtual. Blog, jejaring sosial
dan wiki merupakan bentuk media sosial yang paling umum digunakan
oleh masyarakat di seluruh dunia. Pendapat lain mengatakan bahwa
media sosial adalah media online yang mendukung interaksi sosial dan
media sosial menggunakan teknologi berbasis web yang mengubah
komunikasi menjadi dialog interaktif.

Andreas Kaplan dan Michael Haenlein mendefinisikan media sosial


sebagai “sebuah kelompok aplikasi berbasis internet yang membangun
di atas dasar ideologi dan teknologi Web 2.0 , dan yang memungkinkan
penciptaan dan pertukaran user-generated content”.

Jejaring sosial merupakan situs dimana setiap orang bisa membuat


web page pribadi, kemudian terhubung dengan teman-teman
untuk berbagi informasi dan berkomunikasi. Jejaring sosial terbesar
antara lain Facebook, Myspace, dan Twitter. Jika media tradisional
menggunakan media cetak dan media broadcast, maka media sosial
menggunakan internet. Media sosial mengajak siapa saja yang tertarik
untuk berpartisipasi dengan memberi kontribusi dan feedback secara
terbuka, memberi komentar, serta membagi informasi dalam waktu
yang cepat dan tak terbatas.

Saat teknologi internet dan mobile phone makin maju maka media
sosial pun ikut tumbuh dengan pesat. Kini untuk mengakses facebook
atau twitter misalnya, bisa dilakukan dimana saja dan kapan saja hanya

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
365
PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

dengan menggunakan sebuah mobile phone. Demikian cepatnya orang


bisa mengakses media sosial mengakibatkan terjadinya fenomena
besar terhadap arus informasi tidak hanya di negara-negara maju, tetapi
juga di Indonesia. Karena kecepatannya media sosial juga mulai tampak
menggantikan peranan media massa konvensional dalam menyebarkan
berita-berita.

Pesatnya perkembangan media sosial kini dikarenakan semua orang


seperti bisa memiliki media sendiri. Jika untuk memiliki media tradisional
seperti televisi, radio, atau koran dibutuhkan modal yang besar dan
tenaga kerja yang banyak, maka lain halnya dengan media. Seorang
pengguna media sosial bisa mengakses menggunakan social media
dengan jaringan internet bahkan yang aksesnya lambat sekalipun, tanpa
biaya besar, tanpa alat mahal dan dilakukan sendiri tanpa karyawan.
Kita sebagai pengguna social media dengan bebas bisa mengedit,
menambahkan, memodifikasi baik tulisan, gambar, video, grafis, dan
berbagai model content lainnya.

Media sosial mempunyai ciri-ciri, yaitu sebagai berikut :


• Pesan yang di sampaikan tidak hanya untuk satu orang saja namun
bisa keberbagai banyak orang contohnya pesan melalui SMS
ataupun internet
• Pesan yang di sampaikan bebas, tanpa harus melalui suatu
Gatekeeper
• Pesan yang di sampaikan cenderung lebih cepat di banding media
lainnya
• Penerima pesan yang menentukan waktu interaksi

b. Peran dan Fungsi Media Sosial


1) Peran Media Sosial
Media sosial merupakan alat promosi bisnis yang efektif karena
dapat diakses oleh siapa saja, sehingga jaringan promosi bisa lebih
luas. Media sosial menjadi bagian yang sangat diperlukan oleh
pemasaran bagi banyak perusahaan dan merupakan salah satu cara
terbaik untuk menjangkau pelanggan dan klien. Media sosial sperti
blog, facebook, twitter, dan youtube memiliki sejumlah manfaat bagi
perusahaan dan lebih cepat dari media konvensional seperti media
cetak dan iklan TV, brosur dan selebaran.

Media sosial memiliki kelebihan dibandingkan dengan media
konvensional, antara lain :

366 KEMENTERIAN KESEHATAN RI


PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

• Kesederhanaan
Dalam sebuah produksi media konvensional dibutuhkan keterampilan
tingkat tinggi dan keterampilan marketing yang unggul. Sedangkan
media sosial sangat mudah digunakan, bahkan untuk orang tanpa
dasar TI pun dapat mengaksesnya, yang dibutuhkan hanyalah
komputer dan koneksi internet.
• Membangun Hubungan
Sosial media menawarkan kesempatan tak tertandingi untuk
berinteraksi dengan pelanggan dan membangun hubungan.
Perusahaan mendapatkan sebuah feedback langsung, ide,
pengujian dan mengelola layanan pelanggan dengan cepat. Tidak
dengan media tradisional yang tidak dapat melakukan hal tersebut,
media tradisional hanya melakukan komunikasi satu arah.
• Jangkauan Global
Media tradisional dapat menjangkau secara global tetapi tentu saja
dengan biaya sangat mahal dan memakan waktu. Melalui media
sosial, bisnis dapat mengkomunikasikan informasi dalam sekejap,
terlepas dari lokasi geografis. Media sosial juga memungkinkan
untuk menyesuaikan konten anda untuk setiap segmen pasar dan
memberikan kesempatan bisnis untuk mengirimkan pesan ke lebih
banyak pengguna.
• Terukur
Dengan sistemtracking yang mudah, pengiriman pesan dapat
terukur, sehingga perusahaan langsung dapat mengetahui efektifitas
promosi. Tidak demikian dengan media konvensional yang
membutuhkan waktu yang lama.

c. Jenis Media Sosial


1) Collaborative Projects (Wikipedia)
Pada proyek kolaborasi ini, website mengijinkan usernya untuk dapat
mengubah, menambah, ataupun me-remove konten-konten yang
ada di website ini. Contohnya wikipedia. Pada tahun 2001 lahirnya
wikipedia. Wikipedia pada zamannya merupakan salah satu media
pesaing mesin pencari terbesar yaitu Google, karena sama-sama
menawarkan kebutuhan akses cepat dan efisien bagi penggunanya.
Wikipedia merupakan ensiklopedia online yang dimulai pada tahun
2001 dan versi bahasa indonesia dimulai pada tahun 2003.

Proyek kolaborasi di jaringan internet ini dapat dimanfaatkan oleh


seorang Public Relations Officer dalam perusahaan adalah untuk
menciptakan wadah berita sehingga 1 sampai 3 pengguna jaringan

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
367
PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

dapat mengakses cepat mesin pencari untuk menemukan portal


berita/informasi setiap menitnya. Tetapi wikipedia pun memiliki
kekurangan dan kelebihan. Kekurangannya adalah kecenderungan
menghasilkan informasi yang tidak akurat, sedangkan kelebihannya
adalah dapat menghubungkan pengguna dengan sumber secara
cepat.

2) Blogs and Microblogs (Twitter)


Pada blog dan microblog ini, user lebih bebas dalam mengekspresikan
sesuatu di blog ini seperti curhat ataupun mengkritik kebijakan
pemerintah. Contohnya twitter. Pada tahun 2006 lahirnya twitter, situs
jejaring sosial yang berbeda dengan yang lainnya, karena pengguna
dari twitter hanya bisa mengupdate status atau yang bernama tweet
ini yang hanya dibatasi 140 karakter. Terinspirasi dari sebuah analog
dalam sebuah handphone, Jack Dorsey pencipta Twitter ingin
mengembangkan sekaligus perpaduan antara penggunaan SMS
yang ditinjau dari jumlah karakter yang terbatas melalui jaringan
internet dan penggunaannya yang mudah.

Blog dan microblog di jaringan internet ini dapat dimanfaatkan
oleh seorang Public Relations Officer dalam perusahaan adalah
untuk membina hubungan pertemanan misalnya saja dengan relasi
perusahaan, serta sangat efisien untuk menyampaikan informasi
mengenai perusahaan. Selain itu juga sebagai sarana hiburan
dengan konsep extrovert diri melalui teks.

3) Contents Communities (Youtube)


Pada konten ini, para user dari pengguna website ini saling meng-
share konten-konten media, baik seperti video, facebook, gambar,
dan lain-lain. Contohnya youtube. Pada tahun 2007 lahirnya Youtube
dengan mengembangkan konten komunitas yang berbasiskan
audio visual. Seiring berjalannya konten komunitas ini jika dilihat dari
perkembangan teknologi, bahwa keberadaan teknologi yang satu
akan dibarengi oleh teknologi lainnya. Dalam hal ini Youtube tidak
melakukan hubungan komunikasi linier dan transaksional dengan
teks, tetapi penambahan vitur visual sebagai pelengkap.

Konten di jaringan internet ini dapat dimanfaatkan oleh seorang


Public Relations Officer dalam perusahaan adalah untuk mendukung
jalannya bisnis perusahaan dengan menggunakan youtube sebagai
media promosi bagi khalayak dan komunikasi dengan pengguna

368 KEMENTERIAN KESEHATAN RI


PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

internet lainnya, karena dengan melakukan penayangan audiovisual


itu akan lebih terjaga kredibilitasnya. Selain itu juga sebagai media
hiburan bagi penggunanya.

4) Social Networking Sites (Facebook)


Pada situs jejaring ini, aplikasi yang mengijinkan user untuk dapat
terhubung dengan cara membuat informasi pribadi sehingga dapat
terhubung dengan orang lain. Informasi pribadi itu bisa seperti foto-
foto. Contohnya facebook. Pada tahun 2004 lahirnya Facebook, situs
jejaring sosial yang terkenal hingga sampai saat ini, merupakan salah
satu situs jejaring sosial yang terkenal hingga saat ini, merupakan
salah satu situs jejaring sosial yang memiliki anggota terbanyak.
Facebook telah menambahkan sejumlah fitur selama beberapa
tahun terakhir, termasuk instant messaging/chat dan aplikasi.

Facebook di jaringan internet ini dapat dimanfaatkan oleh seorang


Public Relations Officer dalam perusahaan adalah untuk media
komunikasi dengan para relasi di dunia maya. Selain itu juga
dapat memberikan informasi mengenai profil perusahaan secara
jelas dengan hanya melihat di profil perusahaan. Kemudian dapat
memberikan informasi mengenai perusahaan misalnya saja kegiatan
perusahaan hanya dengan memposting catatan yang terlihat oleh
semua relasi yang telah menjadi teman Facebooknya. Serta dapat
menjalin relasi baik dengan cara saling berkomentar di tulisan-tulisan
yang ada atau dengan percakapan dengan beberapa orang.

5) Virtual Game Worlds (World of Warcraft)


Pada dunia virtual ini, dimana mengrepleksikan lingkungan 3D,
dimana user bisa muncul dalam bentuk avatar-avatar diinginkan serta
berinteraksi dengan orang lain selayaknya di dunia nyata. Contohnya
game online. Virtual reality mungkin telah muncul di berita utama hanya
dalam beberapa tahun terakhir, tetapi akarnya mencapai kembali
empat dekade. Saat itu di akhir 1950-an. Kemudian pada tahun
1970-an dihubungkanlah komputer ke layar dan menggunakannya
untuk memecahkan masalah. Kemudian dengan adanya adegan
pertempuran di film fiksi ilmiah wars blockbuster Star yang dirilis
tahun 1976. Kemudian datang film seperti terminator dan jurassic
Park pada awal 1980-an bisnis video game meledak.

Dunia virtual di jaringan internet ini dapat dimanfaatkan oleh seorang


Public Relations Officer dalam perusahaan adalah untuk media

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
369
PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

hiburan, serta untuk berinteraksi dengan Public Relations lainnya


maupun para pengguna internet lainnya sambil bermain games.
Dan untuk bertukar informasi.

6) Virtual Social Worlds (Second Live)


Pada dunia virtual yang dimana penggunanya merasa hidup di dunia
virtual, sama seperti virtual game world, berinteraksi dengan yang
lain. Namun, Virtual Social Worlds lebih bebas, dan lebih ke arah
kehidupan. Contohnya second life. Dunia virtual di jaringan internet
ini dapat dimanfaatkan oleh seorang Public Relations Officer dalam
perusahaan adalah untuk media hiburan, serta untuk berinteraksi
dengan Public Relations lainnya maupun para pengguna internet
lainnya sambil bermain games. Dan untuk bertukar informasi.

d. Promosi melalui Media Sosial


Pemanfaatan media sosial seperti facebook, twitter, Linkedin, friendster,
kaskus, multiply, sampai google plus memang sangat membantu
para pelaku usaha untuk memasarkan berbagai informasi/jasa atau
produknya melalui dunia maya. Melalui media sosial, para pelaku
usaha dapat berkomunikasi langsung dengan calon konsumennya
atau sasarannya, dan mempublish berbagai macam informasi kegiatan
maupun promosi kesehatan yang ditawarkannya kepada masyarakat.

Tahap-tahapan Upload berita liputan/informasi kegiatan ke dalam


Website Promosi kesehatan sebagai berikut :
1) Setelah liputan atau mendokumentasikan kegiatan dibuat laporan
singkat yaitu berupa berita atau narasi
2) Laporan singkat atau materi bisa juga berupa artikel kesehatan
3) Foto hasil peliputan yang akan di masukan kedalam materi berita
di pilih dan di ubah menjadi file ukurannya lebih kecil (JPEG –GIFF)
4) Materi berita, artikel atau foto di kirimkan ke pengelola website
yang memiliki akses untuk meng-upload ke website
5) Pengelola website akan mengupload materi-materi yang dipilih
6) Contoh tampilan materi yang sudah di pilih

370 KEMENTERIAN KESEHATAN RI


PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

Kelebihan :
• Sangat cepat, dari segi waktu media online sangat cepat dalam
• menyampaikan beritanya.
• Audio Visual, media online juga mempunyai audio visual dengan
melakukan streaming.
• Praktis dan Fleksibel, media online dapat diakses dari mana saja
dan kapan saja yang kita mau.

Kekurangan :
• Tidak selalu tepat, karena mengutamakan kecepatan berita yang
dimuat di media online biasanya tidak seakurat media lainnya.

4. Media Audio
a. Pengertian Program Audio
Program audio yang akan dibicarakan meliputi program audio dan
program kaset suara. Kedua jenis program tersebut pada dasarnya
sama. Bedanya adalah bahwa program radio itu dipancarkan melalui
stasiun pemancar radio, karena itu dapat didengarkan oleh orang
banyak yang memiliki atau yang dapat mendengarkan siaran radio.

Program suara tidak disiarkan melalui stasiun pemancar radio. Program


ini didengarkan melalui alat pemutar kaset dan didengarkan secara
perorangan atau bersama-sama dalam kelompok kecil. Dengan
perkataan lain dapat dikatakan bahwa program kaset ini penggunaanya
lebih luwes.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
371
PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

Keluwesan dalam memanfaatkan program kaset seperti yang


disebutkan di atas tidak dijumpai dalam program radio. Radio adalah
media searah. Artinya pendengar radio hanya dapat mendengarkan
keterangan-keterangan dari program radio itu. Ia tidak akan bertanya,
meminta penjelasan, ataupun minta supaya disiarkan ulang. Andaikan
keterangan yang sudah diberikan belum dapat dipahami dengan jelas.
Media kaset juga merupakan media searah. Tetapi media kaset memiliki
keluwesan dalam mendengarkan seperti yang telah diuraikan di atas,
program kaset dapat dibuat begitu rupa sehingga terjadi interaksi antara
pendengar dan program tersebut.

Program kaset suara isinya dapat lebih terinci dari pada program radio.
Masa putar program kaset suara dapat lebih panjang dari program
radio. Program pembelajaran melalui radio biasanya masa putarnya
sekitar 15 sampai 20 menit. Apabila program radio penyuluhan dibuat
lebih panjang dari 20 menit, dikhawatirkan pendengar atau peserta
penyuluhan tidak dapat berkonsentrasi lagi untuk mendengarkannya.

Program kaset yang bentuknya interaktif dapat mencapai 30 menit


masa putarnya. Dalam hal ini peran pendengar atau sasaran bukan
hanya mendengarkan saja, melainkan juga aktif melakukan sesuatu
seperti misalnya, menjawab pertanyaan, menyampaikan tanggapan,
menyimpulkan, dll. Oleh sebab itu pendengar diharapkan dapat
berkonsentrasi penuh selama 30 menit pada saat mendengarkan
program interaktif tersebut.

Ada perbedaan dalam penulisan naskah program kaset penyuluhan


biasa dengan program penyuluhan interaktif.

b. Kebaikan dan Kekurangan Media Audio dan Radio


Pada dasarnya media yang hanya menyampaikan pesan melalui suara
dapat disebut sebagai media audio. Dengan demikian, radio termasuk
media audio. Namun karena radio mempunyai sifat khas maka sebaiknya
dibedakan antara program radio dan program audio lainnya. Persamaan
antara program radio dan program audio lainnya adalah kedua media
tersebut menyampaikan pesan hanya melalui suara.

Perbedaannya adalah program radio dipancarkan oleh stasiun radio
melalui pemancar dan diterima oleh pesawat penerima radio. Proses
pengiriman pesan melalui pemancar dan diterima dengan pesawat
penerima itulah yang menjadi ciri khas yang membedakan radio dari

372 KEMENTERIAN KESEHATAN RI


PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

media lainnya. Perbedaan ini mengandung implikasi yang luas dalam ilmu
komunikasi. Karena dipancarluaskan maka radio sering disebut media
massa. Sedangkan program audio bisa diputar melalui alat putar pada
pertemuan kelompok, dll.

1) Karakteristik Program Radio


Pada tahun lima puluhan sewaktu media televisi menyebar begitu
pesat, banyak orang yang berpendapat bahwa usia radio hanya tinggal
menghitung hari. Ternyata sampai saat ini walaupun teknologi televisi
telah semakin modern, radio tetap digemari. Karena radio mempunyai
kelebihan-kelebihan tertentu yang khas yang tidak tergantikan oleh
televisi. Radio mempunyai karakteristik yang dapat memberikan
sentuhan dan membangun interaktif dengan pendengarnya.

Kelemahan Radio

Komunikasi melalui radio diucapkan hanya selintas. Hal ini berbeda
dengan surat kabar atau mendengarkan kaset audio. Misalnya,
ketika kita membaca surat kabar, maka kita dapat membaca bagian-
bagian surat kabar itu yang kita sukai. Selain itu, kita dapat membaca
berulang-ulang bagian atau kalimat yang kurang jelas. Waktu
membaca tergantung kepada kecepatan kita sendiri. Radio tidak
demikian, apabila kita ketinggalan mendengar satu kalimat saja, maka
kalimat itu tidak akan terulang (kecuali apabila ada siaran ulangan).

Komunikasi radio pada umumnya bersifat satu arah sehingga


pendengar tidak bisa memberi balikan secara langsung terhadap
pesan yang disampaikan melalui radio. Pendengar juga tidak dapat
mengajukan pertanyaan bila ada hal yang kurang jelas atau kurang
dapat dimengerti. Saat ini tengah dikembangkan radio kemunikasi
dua arah atau interaktif, sehingga kelemahan yang sering dikeluhkan
ini akan teratasi.

Siaran radio, berbeda dengan media televisi yang dapat dilihat dan
didengar, sedangkan radio hanya bisa didengar saja. Sifat radio yang
hanya bisa didengar saja merupakan kelemahan. Kelemahan ini justru
menjadikan radio suatu media yang khas, dan pada kekhasannya
inilah radio menjadi kuat. Dalam program pendidikan, program radio
cocok untuk pembelajaran bahasa, musik, atau apresiasi seni, dll
yang tidak menuntut adanya visualisasi.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
373
PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

Kekuatan Radio

Kekuatan atau kelebihan-kelebihan radio antara lain; penyampaian pesan


radio relatif cepat, bersifat personal, mampu menciptakan daya imajinasi,
sederhana, mudah dan murah, serta jangkauannya luas.

Pesan yang dikirimkan dari stasiun pemancar radio dapat diterima


langsung oleh para pendengarnya dengan cepat pada waktu bersamaan.
Radio dapat menyiarkan pesan secara “lisan” langsung dari lokasi sebuah
peristiwa kepada pendengarnya. Radio tidak memerlukan proses yang
panjang, tetapi dapat diterima oleh pendengarnya baik di rumah, di
kantor, di kendaraan atau di mana saja.

Kelebihan radio dibanding media lain adalah sifatnya yang personal.


Pesan yang disampaikan melalui ucapan suara penyiar memberikan
nuansa yang sangat alami dan akrab bagi pendengarnya. Dengan suara
sang penyiar itu, maka pendengar dapat menikmari kehangatan sapaan,
keakraban, kesedihan, kemarahan, atau keceriaan, dan lain-lainnya.
Radio juga praktis dan mudah dipindah-pindah atau dibawa kemana-
mana, sehingga radio sering menjadi teman dalam berpergian.

Kelebihan radio lainnya adalah mempunyai kekuatan untuk menciptakan
daya imajinasi pendengarnya. Seorang yang mendengarkan siaran radio
akan menciptakan gambar imajinasinya sendiri yang tidak dibatasi hanya
oleh sebuah kotak kaca. Gambar imajinasi akan melayang kemana-
mana sesuai dengan daya imajinatif dan pengalaman orang itu sendiri.

Radio juga bersifat sederhana. Dibanding media lain, proses produksi


program radio relatif sederhana. Saat siaran atau rekaman program siaran
radio tidak memerlukan peralatan yang banyak seperti halnya televisi
dan film. Pada kondisi minimal cukup dengan sebuah tape recorder dan
sebuah pita kaset, dapat merekam suara. Rekamanpun dapat dilakukan
oleh satu orang saja.

Radio juga merupakan media yang murah dan mudah. Sebagaimana


telah dijelaskan pada bagian terdahulu bahwa produksi rekaman radio
dapat dikatakan relatif murah, karena tidak memerlukan peralatan
sebanyak rekaman televisi atau film. Dengan demikian, kerabat kerja
(crew) yang terlibat dalam proses rekaman radio juga tidak sebanyak
crew televisi ataupun film. Disamping itu, pesawat penerima radio juga
relatif murah.

374 KEMENTERIAN KESEHATAN RI


PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

Radio mempunyai jangkauan yang luas. Radio dapat mengatasi


kendala geografis yang sulit sekalipun, jangkauan radio sangat luas.
Gelombang elektromagnetik yang dikirim lewat pemancar radio bisa
melintasi lautan, pulau-pulau, dan hutan rimba kemudian diterima oleh
antena pesawat penerima radio sampai di daerah-daerah terpencil.

2) Karakteristik Program Audio
Program audio adalah program yang dirancang untuk diperdengarkan
kepada pendengar (audience). Berbeda dengan mendengarkan radio,
ketika kita mendengarkan program ini, kontrol sepenuhnya berada
di tangan kita sebagai user. Kita bisa mematikan untuk sementara,
mengulangi kalimat yang belum jelas, ataupun mempercepatnya.
Dengan demikian kita dapat mengatur waktu sendiri untuk
mendengarkan program audio.

Kekuatan Program Audio


Dibanding program radio, program audio mempunyai kelebihan-
kelebihan. Kelebihan-kelebihan tersebut diakibatkan oleh sifat program
audio, yaitu pemanfaatan program audio dapat dikontrol sepenuhnya
oleh pemakai (user).

Dapat diulang-ulang
Program audio dapat diulang-ulang sehingga apabila pengguna
merasa belum memahami suatu kalimat, maka ia dapat memutar
kembali bagian yang belum jelas tersebut. Pengulangan bisa dilakukan
dari awal secara keseluruhan atau pada bagian-bagian tertentu saja
sesuai dengan kebutuhan.

Pemakai dapat menyesuaikan waktu


Tidak seperti program radio yang hanya dapat didengar pada waktu
tertentu saja sesuai jadwal siaran yang diatur oleh stasiun pemancar
radio, pada program audio pemakai dapat mengatur sendiri kapan
mau mendengarkan program tersebut dan seberapa lama program
akan didengarkan.

Pemakai dapat menyesuaikan dengan kebutuhan


Karena kontrol berada pada Anda sebagai pemakai, maka Anda dapat
menyesuaikan dengan kebutuhan Anda, misalnya menghentikan
kaset dan kemudian mencatat bagian-bagian yang Anda anggap
penting atau menjawab pertanyaan yang diajukan dalam program
kebutuhan Anda.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
375
PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

Karakteristik program audio di atas memberikan kesempatan kepada


para penulis naskah program untuk melakukan kreativitas dengan
memanfaatkan kelebihan-kelebihan program audio tersebut. Itulah
sebabnya maka dalam menulis naskah sebuah program, harus
mengetahui secara pasti apakah naskah itu untuk program audio
atau radio.

c. Istilah-istilah dalam naskah Program Audio


Dalam naskah program audio ada beberapa istilah yang sering digunakan
yaitu:
1) Penyiar atau Announcer
Adalah orang yang menyampaikan pemberitahuan kepada pendengar
tentang program yang akan disiarkan. Ia biasanya yang memberi
sapaan seperti “selamat pagi” dst. Ia juga memberitahukan tentang
judul program yang akan disiarkan. Penyiar juga bertugas menutup
atau memberikan uraian penutup program bersangkutan.
2) Presenter atau narator
Adalah orang yang menyampaikan materi program dalam bentuk uraian.
Seringkali ia memberikan uraian pendahuluan, atau menghubungkan
bagian satu lain dari program itu, atau menyampaikan kesimpulan
dari isi program.
3) Musik
Program audio selalu disertai musik.
4) FX : petunjuk bagi sutradara dan juru teknik yang menyatakan bahwa
pada bagian itu harus diberi sound effect.
5) Croiss Fade
Petunjuk bagi sutradara dan juru teknik bahwa ada dua buah
musik yang berpapasan. Musik pertama makin lama makin lemah,
sedangkan musik kedua makin lama makin keras bunyinya. Pada
suatu saat kedua musik tadi terdengar bersama-sama. Setelah musik
pertama tidak terdengar, musik kedua terdengar makin mengeras
untuk beberapa detik, kemudian melemah dan hilang.
6) In - petunjuk bahwa musik masuk dengan halus
Up - petunjuk bunyi musik harus dikeraskan
Down - petunjuk bahwa bunyi musik harus diperlemah
Out - petunjuk bahwa musik harus keluar dengan halus
Under - petunjuk bahwa bunyi musik harus diperdengarkan dengan
lembut untuk melatarbelakangi pembacaan naskah
7) Off Mike : merupakan petunjuk bahwa pemain harus membaca
dengan arah mulut tidak menghadap ke mike.
8) On Mike : merupakan petunjuk bahwa pemain harus membaca

376 KEMENTERIAN KESEHATAN RI


PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

naskah dengan arah mulut menghadap ke mike.


9) Fade In : merupakan petunjuk bagi pemain bahwa ia harus membaca
naskah dengan posisi mulut mula-mula tidak menghadap ke mike
tetapi kemudian secara perlahan-lahan mulutnya diarahkan ke mike.
10) Fade Out : merupakan petunjuk bagi pemain bahwa ia harus
membaca naskah dengan posisi mulut mula-mula menghadap ke
mike, tetapi kemudian secara perlahan-lahan mulutnya diarahkan
menjauhi mike.

d. Musik dan sound effect


1) Musik
Musik adalah unsur yang sangat penting dalam program audio.
Musik dapat membuat program menjadi lebih menarik. Tanpa musik,
program audio terasa kering dan tidak hidup. Musik juga digunakan
untuk menciptakan suasana. Suasana sedih akan terasa benar-
benar mengharukan jika disertai dengan musik sedih. Suasana
gembira perlu juga didukung oleh musik gembira.

Musik juga digunakan sebagai tanda pengenal siaran. Setiap


kali program audio pendidikan diputar, sebaiknya diawali dengan
musik yang tetap. Dengan demikian pendengar akan dapat
mengenali program itu dari musiknya. Contohnya, setiap kali RRI
akan menyiarkan siaran pedesaan, ada musik yang khas sebagai
pembuka siaran pedesaan tersebut. Dengan demikian apabila
seseorang mendengar musik pembuka siaran pedesaan, ia akan
teringat pesan siaran pedesaan itu, sekaligus dapat membangun
minat seseorang untuk mengikuti siaran pedesaan tersebut. Dalam
hal ini musik pembukaan itu berfungsi juga sebagai musik pengenal.
Musik diperlukan juga sebagai selingan. Sehabis mendengarkan
uraian yang penting, pendengar mungkin akan merasa lelah dalam
memusatkan perhatian pada isi siaran itu.

Sebuah lagu yang lembut akan disukai oleh pendengar mungkin


dapat diperdengarkan untuk sekedar melepaskan lelah atau
mengendorkan syaraf. Musik juga dapat diperdengarkan saat kita
menunggu sesuatu. Contohnya, jika penyiar minta pendengar
untuk melakukan sesuatu, misalnya saja menuliskan sesuatu yang
diperkirakan akan dapat dilakukan oleh pendengar dalam waktu 30
detik, pada saat pendengar melakukan perintah itu, siaran dapat
diisi dengan musik penunggu. Musik juga diperlukan sebagai
pemisah adegan. Bila kita mendengarkan sebuah drama radio, kita

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
377
PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

akan dapat mengenali peribahan adegan satu dengan adegan yang


lain dari musik yang digunakan.

2) Sound Effect
Sound effect adalah bunyi tiruan atau bunyi sebenarnya yang
berasal dari binatang atau benda lainnya yang kita pergunakan dari
program audio. Bunyi burung berkicau, bunyi ayam berkokok, bunyi
kereta api, bunyi ketukan pintu, dan sebagainya dapat kita gunakan
untuk menciptakan situasi atau suasana. Malam hari di desa dapat
diciptakan dengan bunyi jangkrik. Suasana perang dapat diciptakan
dengan bunyi kapal terbang, dentiman bom, dan rentetan senjata
perang.

Bunyi-bunyi atau sound effect tadi dapat kita peroleh dari piringan
hitam, kita rekam sendiri, atau kita buat pada saat kita membuat
rekaman di studio. Yang berkewajiban menciptakan sound effect
itu adalah sutradara dan juru teknik. Penulkis naskah hanya
menyebutkan saja jenis suara yang dikehendaki dan mencantumkan
dalam naskah sesuai dengan wajktu dan suasana yang dikehendaki.

e. Langkah penulisan naskah Audio


Kita membuat program audio dengan maksud untuk menyampaikan
pesan tertentu kepada pendengar kita. Untuk maksud tersebut, kita
berusaha supaya program kita itu mudah dipahami oleh pendengar
kita. Selanjutnya tentulah kita berharap agar pendengar dapat belajar
atau memetik manfaat dari program tersebut. Supaya program kita
berhasil seperti yang kita harapkan, naskah program audio kita harus
kita persiapkan dengan baik. Dalam menulis naskah itu ada beberapa
langkah yang harus diikuti.

1) Tentukan topik program dengan cermat


Topik program ini perlu kita pilih dengan hati-hati supaya sesuai
dengan kebutuhan pendengar kita. Kita harus mengkajinya apakah
topik yang akan kita pilih itu mengandung informasi yang bermanfaat
bagi pendengar. Bila topik itu dapat memberikan pengetahuan
atau keterampilan yang diperlukan oleh pendengar, maka dapat
dipastikan bahwa topik itu memang bermanfaat bagi pendengar kita.
Namun sebelum melangkah lebih lanjut, masih perlu kita kaji apakah
pengetahuan atau keterampilan itu belum dimiliki oleh pendengar
kita. Bila belum, topik itu memang diperlukan oleh pendengar kita.

378 KEMENTERIAN KESEHATAN RI


PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

2) Perhatikan sifat-sifat pendengar kita


Dalam menulis naskah ada beberapa sifat pendengar kita yang perlu
mendapatkan perhatian seperlunya, meliputi:
a) Umur pendengar
Program untuk anak harus sederhana, dan harus dibuat begitu
rupa sehingga sesuai dengan jalan pikiran dan fantasi anak-anak,
program untuk orang dewasa dapat memuat informasi lebih
banyak dan berkaitan dengan pengetahuan dan keterampilan
yang lebih rumit. Perhatian anak biasanya berpindah-pindah,
karena itu program untuk anak haruslah pendek dan bervariasi.
Begitu juga program untuk kaum remajapun perlu dibedakan
dari program untuk orang dewasa.

b) Latar belakang pengetahuan atau pengalaman yang dimiliki oleh


pendengar.
Pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki kelompok
sasaran saling berkaitan. Mempelajari pengetahuan atau
keterampilan yang sudah ada lebih mudah bila dibandingkan
dengan mempelajari pengetahuan dan keterampilan yang baru.
Demikian pula mempelajari pengetahuan dan keterampilan yang
sederhana lebih mudah dibanding dengan yang kompleks. Oleh
sebab itu mulailah dari yang sederhana dan mudah, kemudian
secara bertahap yang lebih sulit dan kompleks.

c) Tingkat kemampuan bahasa pendengar


Di bagian terdahulu telah dijelaskan bahwa bahasa memegang
peranan penting dalam program audio. Program audio hanya
akan bermanfaat kalau isinya dapat dipahami oleh pendengar.
Isi program itu hanya akan dipahami bila disampaikan dengan
menggunakan bahasa yang sesuai dengan tingkat kemampuan
bahasa pendengar.

d) Sifat-sifat lain
Sifat-sifat pendengar lainnya yang perlu mendapatkan perhatian
ialah, latar belakang kebudayaan, sosial, ekonomi, dan adat
itiadat kehidupan pendengar. Program ini akan mudah dipahami
oleh pendengar bila dalam memberikan penjelasan selalu
diberikan contoh yang sesuai dengan keadaan lingkungan dan
kehidupan mereka sehari-hari.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
379
PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

3) Menulis naskah
Setelah pokok-pokok materi program selesai dijabarkan, penulis
naskah dapat mulai menuangkan pokok-pokok materi itu ke dalam
naskah program audio. Penulis dapat memilih bentuk program
(program format) sesuai dengan keinginannya.

Menulis naskah program audio berarti membuat rencana tentang


informasi atau pesan beserta ilustrasi dalam bentuk suara yang
akan dimasukkan kedalam rekaman. Ini berarti bahwa pesan dan
ilustrasi yang direkam harus dapat memanipulasikan suara untuk
menciptakan adegan tertentu. Suara dan bunyi itu terdiri dari suara
orang, bunyi musik, dan bunyi benda-benda lain. Semua suara
dan bunyi yang akan dimasukkan ke dalam rekaman itu harus
direncanakan dengan jelas dan cermat dan dituangkan ke dalam
naskah.

Naskah dituliskan dalam lembaran kertas yang dibagi menjadi tiga


kolom. Kolom pertama diisi dengan nama pelaku atau jenis suara
yang akan direkam yaitu musik atau sound effect (FX). Kolom kedua
berisi dialog. Kolom ketiga diisi dengan kata musik atau FX yang
akan direkam (misalnya, musik instrumentalia : Halo-Halo Bandung;
atau suara ketukan pintu)

Naskah ini akan menjadi pedoman bagi sutradara yang akan


memimpin rekaman, pemain yang akan membaca naskahnya, dan
juru teknis yang akan merekamnya. Karena itu naskah harus ditulis
dengan jelas supaya mudah dipahami, mudah diikuti, dan mudah
dilaksanakan dalam memproduksi naskah itu menjadi rekaman
kaset audio.

Menulis naskah audio berarti membuat petunjuk mengenai


bagaimana cara memanipulasi bunyi dan suara supaya dapat
menciptakan adegan dengan suasana dan situasi yang mirip atau
sesuai dengan kehidupan sebenarnya.

Contoh naskah drama di halaman itu dapat diartikan :


a) Petunjuk No. 1 menunjukkan bahwa yang akan direkam pertama
ialah musik. Kata-kata “IN-UP-DOWN-UNDER” pada baris tersebut
harus diartikan : musik tersebut dikeraskan ke dalam rekaman dengan
halus, kemudian dikeraskan sebentar, setelah itu lalu dilemahkan
lagi. Suara yang lemah ini ditahan terus sementara penyiar (No.2)

380 KEMENTERIAN KESEHATAN RI


PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

mulai membaca naskahnya. Musik tadi melatar-belakangi suara


penyiar.
b) Setelah penyiar selesai membaca naskah pada baris ke-2, musik
dikeraskan lagi (NO.3), kemudian dilemahkan lagi setelah itu musik
menghilang dengan halus.
c) Pada saat musik pada No.3 mulai menghilang, narator membaca
naskah pada No. ke 4.
d) Begitu seterusnya. Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

1. MUSIK : MUSIK PENGENAL : IN – UP –


DOWN – UNDER
2. PENYIAR : Saudara-saudara, selamat jumpa
kembali dalam siaran radio
penyuluhan untuk Anda. Hari ini kami
hadir membawakan program tentang
pupuk. Selamat mengikuti.
3. MUSIK : MUSIK PENGENAL : UP – DOWN –
OUT
4. NARATOR : Saudara dalam program ini Anda
akan mendengar sebuah drama yang
menggambarkan kehidupan Pak Poyo
yang mula-mula sangat miskin, tetapi
kemudian menjadi kaya karena hasil
panennya. Apakah Pak Poyo
meningkat? Jawaban atas pertanyaan
tersebut apabila Anda mengikuti
adegan berikut ini.

5. MUSIK : IN – UP – DOWN – UP
6. POYO : Hem, panas benar hari ini. Sebaiknya
kubuka saja bajuku. Bu…bu…
7. SURTI : OFF MIKE. Apasih? Datang-datang
berteriak-teriak seperti memanggil
orang tuli saja. LANGKAH
MENDEKAT.
8. POYO : Mana minuman saya? BERHENTI
SESAAT. Wah panasnya bukan main.
9. SURTI : Lho, tadi sudah saya siapkan… Nah
ini cangkirnya… Wah, sudah kosong.
Diminum anak-anak barangkali.
Tunggu sebentar saya buatkan lagi.
FADE OUT
10. FX : SUARA GELAS BERADU DENGAN
SENDOK. SUARA ORANG
MEMBUAT MINUMAN
11. Dan selanjutnya

62   KEMENTERIAN  KESEHATAN  RI  –  PUSAT  PROMOSI  KESEHATAN  -­‐    


PUSDIKLAT  APARATUR   KEMENTERIAN KESEHATAN RI
381
PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

b) Setelah penyiar selesai membaca naskah pada baris ke-2, musik


dikeraskan lagi (NO.3), kemudian dilemahkan lagi setelah itu musik
menghilang dengan halus.
c) Pada saat musik pada No.3 mulai menghilang, narator membaca
naskah pada No. ke 4.
d) Begitu seterusnya.
e) Kata “OFF MIKE” pada No. ke 7 memberi petunjuk bahwa saat
membaca “Apa sih?” pemain tidak mengarahkan mulutnya ke mike.
Hal ini dilakukan untuk menciptakan kesan seolah-olah orang yang
berbicara tadi ada diruang lain atau tempatnya berjauhan. Kata-
kata berbicara tadi ada di ruang lain atau tempatnya berjauhan.
Kata-kata “LANGKAH MENDEKAT” dimaksudkan untuk memberi
petunjuk kepada pemain dan sutradara supaya diciptakan “sound
effect” langkah yang sedang mendekat. Untuk memberikan kesan
bahwa orang yang tadi ada di tempat yang jauh sekarang berjalan
mendekat.
f) Nomor ke 10 memberi petunjuk bahwa sound effect “gelas beradu
dengan sendok” diperlukan untuk memberi kesan seolah-olah ada
orang yang sedang membuat minuman.

Dari penjelasan di atas dapat diketahui bahwa kata atau kalimat yang
ditulis dengan haruf besar itu adalah “petunjuk”. Bukan bagian naskah
yang harus dibaca pemain untuk direkam. Bagian yang harus dibaca
oleh pemain adalah kata dan kalimat yang ditulis dengan huruf kecil.

f. Jenis dan Bentuk Program Audio


1) Jenis Program Audio
Ada berbagai jenis program audio, misalnya program musik, program
non musik, program hiburan dan program non hiburan.
a) Program musik adalah program yang menyajikan musik. Dalam
program ini mungkin terdapat juga uraian atau penjelasan, namun
yang dominan ialah musiknya. Sebaliknya saja, warta berita atau
laporan. Kedua program itu biasanya berbentuk uraian. Namun
program itu juga seringkali diselingi dengan musik supaya
siaran tidak menjadi kering atau membosankan. Namun dalam
siaran non musik ini yang dominan bukan musiknya, melainkan
uraiannya.
b) Program hiburan adalah program yang dibuat atau disajikan
dengan maksud untuk memberikan hiburan kepada para
pendengarnya. Program hiburan ini dapat berupa program
musik, lawak, sandiwara dongeng dan sebagainya. Program

382 KEMENTERIAN KESEHATAN RI


PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

ini tidak mengandung pesan informasi penting yang akan


disampaikannya kepada pendengarnya. Yang terpenting asal
para pendengar telah merasa terhibur, merasa senang, atau
terlena pada waktu mendengarkan program itu, program itu
dapat dikatakan berhasil.
c) Program non hiburan biasanya mempunyai tujuan untuk
menyampaikan pesan informasi tertentu kepada para
pendengarnya. Misalnya warta berita, laporan, atau program
pendidikan, masing-masing mempunyai pesan tertentu yang
akan disampaikannya kepada para pendengarnya.
d) Program instruksional termasuk dalam kategori program non
hiburan. Program ini bukan saja mengandung pesan yang akan
disampaikan kepada para pendengarnya, melainkan disusun
berdasarkan tujuan instruksional tertentu yang dilaksanakan
dengan menggunakan program bersangkutan, pendengar
diharapkan dapat melakukan sesuatu, memiliki pengetahuan
atau keterampilan tertentu atau bersikap tertentu sebagai akibar
proses instruksional bersangkutan.

Program instruksional agar menarik, dapat juga disisipi hiburan


di dalamnya. Yang harus dijaga ialah unsur hiburan itu jangan
sampai mendominasi programnya sehingga tujuan instruksional
yang telah ditentukan tidak tercapai. Biasanya unsur hiburan yang
disisipkan dalam program intsruksional ialah musik. Musik disini
hanya dipakai sebagai selingan, serta pembuka adegan atau
pemisah penggalan materi sajian, serta pembuka dan penutup
program. Musik yang digunakan disini biasanya instrumental
dan diberikan secara singkat saja. Sekitar 10 sampai 30 detik.
Musik harus dipilih yang tidak menyebabkan beralihnya atau
tergantungnya konsentrasi pendengar.

2) Bentuk Program Audio


Ada beberapa bentuk program audio yaitu:
a) Program audio non musik, dapat disajikan dalam bentuk, misalnya
uraian, dialog, diskusi, wawancara, feature, majalah dan drama.
Sukar untuk dikatakan bentuk yang mana yang paling baik. Tiap-
tiap bentuk sajian itu mempunyai kelemahan dan kelebihannya
masing-masing. Bentuk yang satu lebih tepat dari pada yang lain
untuk menyampaikan maksud tertentu. Tetapi untuk maksud yang
lain bentuk tadi belum tentu baik.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
383
PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

b) Program Audio yang berbentuk uraian


Hampir semua program audio menggunakan uraian dalam
penyajiannya. Uraian memang dasar dari semua bentuk program
audio. Program yang berbentuk uraian misalnya pokok-pokok
berita, laporan, komentar, ceramah, khotbah, ulasan dan program
lain yang sejenis itu.

Uraian dapat merupakan program yang berdiri sendiri atau menjadi


bagian dari program yang disajikan dalam bentuk lain. Suatu drama
radio, misalnya, sering kali menggunakan narator yang tugasnya
merangkaikan atau mengantarkan adegan yang satu ke adegan
yang lain. Apa yang dibawakan oleh narator ini adalah bentuk uraian
yang menjadi bagian dari program drama itu.

Uraian adalah pembicaraan yang bermaksud memberi penjelasan


atau penerangan. Pembicaraan yang memberikan uraian itu biasanya
menjelaskan tentang fakta, keterangan, atau analisis, tanggapan,
sanggahan, atau teori tentang sesuatu konsepsi tertentu. Pembicara
berusaha menguraikan topik permasalahan yang dibawakannya
dengan sederhana supaya mudah dimengerti oleh pendengar.

Uraian merupakan pengutaraan informasi yang diberikan secara


langsung. Karena itu uraian tidak memerlukan persiapan yang
lama dan rumit seperti program yang berbentuk drama, musik dan
sound effect dalam program berbentuk uraian juga tidak terlalu
penting. Uraian biasanya dibawakan oleh seorang pembawa acara
saja. Seringkali yang membawakan acara itu adalah orang yang
menguasai masalah yang sedang disajikan itu.

Ada beberapa hal yang perlu diingat dalam membuat program


berbentuk uraian :
• Program audio berbentuk uraian harus singkat
• Program audio berbentuk uraian harus sederhana
• Program audio berbentuk uraian harus bersikap akrab

c) Program audio dalam bentuk dialog


Dialog merupakan suatu bentuk penyajian yang menampilkan dua
orang atau lebih yang membicarakan sesuatu masalah, ditinjau
dari pengalamannya, pengetahuannya, atau keahliannya. Kedua
pembicara itu mempunyai kedudukan yang sama. Karena itu dialog
ini bukan berbentuk pembicaraan dalam arti yang satu menggurui

384 KEMENTERIAN KESEHATAN RI


PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

yang lain, atau yang satu bertanya dan yang lain menjelaskannya,
melainkan merupakan pembicaraan yang lebih bersifat tukar
pendapat atau tukar pandangan.

Di dalam menyusun naskah dialog perlu dijaga supaya ada


keseimbangan antara pandangan yang diberikan oleh kedua pelaku
itu. Bobot pandangan antara keduanya jangan sampai jauh berbeda.
Jalan pikiran atau logika yang mereka gunakan pun sedapat mungkin
seimbang.

d) Program audio dalam bentuk Wawancara


Program audio berbentuk wawancara menampilkan dua pihak yang
mengadakan pembicaraan. Berbeda dengan dialog, pihak-pihak
yang mengadakan pembicaraan itu mempunyau kedudukan yang
berbeda. Yang satu lebih penting daripada yang lain.

Pewawancara adalah orang yang mengajukan pertanyaan-


pertanyaan yang terarah. Orang yang diwawancarai mempunyai
kedudukan yang lebih penting dari Si pewawancara sebab ia yang
mempunyai informasi yang diperlukan. Maksud wawancara untuk
program audio ialah menyampaikan informasi dari orang yang
berwenang tentu akan lebih dipercaya daripada diberikan oleh
pembawa acara sendiri.

Orang yang diwawancarai


Kalau kita akan mengadakan wawancara, sebaiknya kita harus
memilih narasumber atau orang yang mempunyai pengalaman,
pengetahuan serta kewenangan untuk memberikan jawaban
mengenai topik yang akan dibahas dalam siaran audio.

Pewawancara
Pewawancara tugasnya adalah mengajukan pertanyaan, pendapat
atau gagasannya dalam pembicaraan itu. Pewawancara harus
dapat membuat pertanyaan yang spesifik dan jelas. Dan dapat
mengarahkan narasumber agar dapat memberikan jawaban tentang
informasi penting yang harus diketahui oleh masyarakat umum.

Pewawancara harus menguasai atau mempunyai pandangan dan


pengetahuan yang luas tentang masalah atau topik yang akan
dibahas dalam wawancara itu. Pewawancara bukan mengajukan
pertanyaan dengan maksud untuk menambah pengetahuannya

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
385
PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

sendiri. Melainkan mengajukan pertanyaan supaya menguraikan


hal-hal yang sedang difikirkan, atau dirasakannya, atau hal-hal yang
sedang direncanakan untuk dilakukan.

Pewawancara harus berusaha untuk membuat pertanyaan yang


singkat, tetapi memancing jawaban berupa uraian yang terperinci.
Jangan sampai terjadi sebaliknya, pertanyaan panjang lebar tetapi
jawabannya singkat.

e) Program audio dalam bentuk Diskusi


Program audio yang berbentuk diskusi menampilkan pembicaraan
antara orang-orang yang mempunyai gagasan atau pandangan
yang berbeda tentang sesuatu masalah. Dalam diskusi ini ada
pertentangan pendapat atau gagasan yang diutarakan secara
rasional, bukan emosional. Karena dalam diskusi ini masing-masing
mengeluarkan pandangannya dengan alasan rasional dan kuat, yang
biasanya dilandasi teori atau pengalaman, diskusi ini merupakan
tempat untuk bertukar pikiran dan menguji pendapat.

Tujuan program ini untuk mengajak pendengar berpikir secara


kritis terhadap sesuatu masalah. Dengan mendengarkan diskusi di
harapkan pendengar akan mempunyai pengetahuan yang luas dan
mendalam tentang masalah tersebut.

Diskusi yang terarah biasanya dipimpin oleh seorang moderator.


Moderator inilah yang mengatur giliran berbicara. Namun tugas
moderator bukan hanya mengatur lalu lintas pembicara, dia
sendiri dapat juga melontarkan pendapat atau pertanyaan untuk
memancing pendapat peserta diskusi. Moderator juga bertugas
untuk menjaga supaya pembicaraan tidak menyimpang dari topik
yang telah ditentukan. Moderator juga mengontrol supaya diskusi
dapat diselenggarakan sesuai dengan waktu yang tersedia. Pada
akhirnya moderator harus dapat menyimpulkan hasil diskusi.

f) Program audio dalam bentuk Feature


Program audio berbentuk feature menyajikan suatu masalah yang
sedang hangat di masyarakat dengan menggunakan berbagai
bentuk sajian menjadi satu program. Program feature dibagi
dalam beberapa penggalan yang masing-masing disajikan dengan
menggunakan bentuk sajian dalam bentuk uraian, dialog, wawancara,
diskusi. Masing-masing bentuk sajian tersebut mengupas masalah

386 KEMENTERIAN KESEHATAN RI


PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

dari sudut pandangan yang berbeda. Penggalan-penggalan tadi


dirangkai dengan uraian yang baik sehingga menjadi suatu kesatuan
cerita nyata.

Penggalan-penggalan program itu, tidak menyimpang dari pokok


masalah. Uraian perangkai dalam program feature itu, fungsinya
bukan hanya sekedar merangkaikan, melainkan menyatukan
keseluruhan isi program sehingga menjadi satu program bulat,
terpadu, lengkap dan mendalam.

Penggalan-penggalan dalam program feature ini dapat berupa


rekaman dokumentasi, pandangan dan pendapat dari berbagai
pihak, laporan pandangan mata, laporan survei dan sebagainya
yang kesemuanya disajikan untuk mendukung dan memperkuat
informasi tentang masalah pokok yang ingin disampaikan kepada
pendengar.

Uraian perangkai yang panjangnya 20 menit, waktu yang dialokasikan


untuk keseluruhan uraian perangkain masih diperlukan musik dan
sound effect. Musik yang dipilih dengan tepat dapat menghidupkan
suasana, menciptakan ungkapan rasa sedih, gembira, khidmat dan
sebagainya.

Sound effect dalam program feature juga harus dipilih yang sesuai
benar dengan kebutuhannya. Kalau memang tidak diperlukan jangan
dipaksakan adanya sound effect. Pemilihan sound effect yang tepat
dapat memberikan gambaran situasi yang nyata sebab sound effect
dapat memberikan gambaran tempat, keadaan lingkungan, waktu,
peralatan yang dipakai, dan sebagainya.

Ada bentuk lain yang mirip dengan program yang berbentuk feature,
yaitu majalah udara. Persamaan majalah udara dengan feature ialah
bahwa keduanya disajikan dalam berbagai variasi bentuk program.
Tetapi kedua program tersebut memang tidak sama, sebab majalah
udara ini biasanya menyampaikan berbagai masalah dalam satu
program.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
387
PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

Contoh – contoh Naskah

Bahasa Tulis
Penularan HIV / AIDS bisa terjadi karena aktivitas seksual yang tidak
aman. Upaya pencegahan harus dilakukan sedini mungkin, dengan
beberapa cara, pertama tidak melakukan aktivitas seksual, kedua, setia
kepada pasangan saja dan ketiga melakukan hubungan seksual dengan
menggunakan kondom.

Bahasa Audio
Pak Tony : Pak Bowo, tadi Bapak mengatakan penularan HIV /
AIDS dapat terjadi karena aktivitas seksual yang tidak
aman.

Pak Bowo : Pak Tony, Bapak tentunya sudah tahu bahwa HIV / AIDS
dapat menular melalui hubungan seks.

Pak Tony : Ya Pak, karena virus HIV/AIDS ada di dalam sperma


dan cairan vagina.

Pak Bowo : Bagus, jadi kalau melakukan hubungan seks yang tidak
aman artinya tidak menggunakan kondom dapat
tertulah HIV / AIDS bila pasangannya mengidap HIV /
AIDS.

Pak Tony : Kalau begitu bagaimana cara mencegahnya?

Pak Bowo : Ya, harus dicegah sedini mungkin, dengan beberapa cara.
Pertama tidak melakukan hubungan sexual sebelum
menikah. Kedua, saling setia kepada pasangannya,
ketiga bila melakukan hubungan seks yang beresiko
selalu menggunakan kondom.

Pak Tony : Terima kasih Pak Bowo, sekarang saya menjadi


mengerti.

388 KEMENTERIAN KESEHATAN RI


PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

SPOT RADIO AIDS


NONo.NnNo PELAKU/JENIS KALIMAT / BUNYI YANG DIREKAM
MUSIK DAN FX
1. MUSIK MUSIK PENGENAL : IN – UP – DOWN UNDER

2. PENYIAR Saudara-saudara, selamat jumpa kembali dalam


siaran radio Mustang peduli AIDS untuk Anda
1 Hari ini kami hadir membawakan program
penanggulangan HIV/AIDS
2 Selamat mengikuti

3. MUSIK MUSIK PENGENAL : UP – DOWN – OUT

4. NARATOR Kawula muda di mana pun Anda berada, sebentar lagi


Anda akan mendengarkan pendapat dari kawan
kawula muda di Jakarta tentang HIV/AIDS

Apa itu HIV/AIDS, jawaban atas pertanyaan tersebut


akan Anda temukan bila Anda mengikuti adegan
berikut ini

5. MUSIK IN – UP – DOWN – OUT


6. ARYO Selamat siang Andi, ngomong-ngomong apa yang
Anda ketahui tentang AIDS?
7. FX SUARA HALILINTAR
8. FX AIDS (JELAS DAN KAGET)
OFF MIKE : Idiih
Itukan penyakit kutukan yang tidak dapat
disembuhkan. Orang yang terkena AIDS harus
dikucilkan supaya tidak dapat menularkan kepada
orang lain. (Langkah menjauh).
9. ARYO Kawula muda di mana pun berada, AIDS bukan
penyakit kutukan. AIDS adalah kumpulan gejala
penyakit yang didapat karena penurunan sistem
kekebalan tubuh akibat virus yang disebut HIV.
Penderita tidak perlu dikucilkan.
1 FX Jinggle drops In
0.
1 Dan seterusnya
1.

5. Media Audio Visual


a. Karakteristik Audio Visual
Melalui tayangan televisi kita dapat melihat kejadian-kejadian dari jauh. Melalui
video recording memungkinkan kita melihat kejadian yang sudah lalu secara
berulang-ulang, melalui teknik “slowmotion” kita dapat mengidentifikasi
gerakan-gerakan yang cepat, dan melalui teknik “time lapse” kita dapat
mengamati proses perubahan ujud suatu benda. Kelebihan inilah yang
mendorong orang untuk memanfaatkan televisi baik sebagai media informasi
maupun sebagai media pembelajaran.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
389
PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

Media televisi pada dasarnya adalah perangkat elektronik yang memanfaatkan


kreatifitas manusia untuk menggabungkan unsur gambar dan suara dalam
menyampaikan pesan, menjadikan media televisi sebagai sarana yang tepat untuk
digunakan dalam dunia pendidikan dan hiburan. Persoalan yang akan timbul
adalah bagaimana cara mengolah atau mengembangkan gambar dan suara agar
menjadi gabungan yang serasi sehingga pesan menjadi efektif.

Berbeda dengan penonton film, penonton televisi mempunyai karakteristik yang


unik karena masing-masing mempunyai kebutuhan yang berbeda satu sama lain.
Selain itu penonton televisi tersebar dimana-mana, walaupun waktu menontonnya
bersamaan, tetapi mereka tidak dapat saling berkomunikasi satu sama lainnya.
Penonton televisi bisa dikatakan bebas, artinya ia menonton televisi bukan karena
paksaan, tetapi karena tertarik. Mungkin karena program yang ditayangkan sesuai
dengan kebutuhannya. Mungkin karena tidak ada hiburan lainnya. Sebagai seorang
(calon) penulis program televisi, harus menyadari sepenuhnya keanekaragaman
jenis sifat penonton.

Karena tidak mungkin kita membuat sebuah program yang sesuai kebutuhan
khalayak. Untuk mengatasi keanekaragaman sifat penonton tersebut, maka
sebaiknya tentukanlah hanya satu kelompok sasaran yang memiliki sifat, karakter,
dan latar belakang yang sama.

Bila telah memiliki sasaran yang jelas, usahakanlah meraih perhatian penonton
semaksimal mungkin melalui setiap gambar yang terlihat dan setiap suara yang
terdengar pada program itu nantinya.

Tiap gambar, tiap kata dan tiap bunyi harus ada artinya serta harus dapat menarik
perhatian penonton.

Dalam mengembangkan program televisi baik penulis naskah, maupun pelaksana


produksi, tidak cukup hanya mengetahui ide yang bagus dan bagaimana cara
mengevaluasinya. Jika ingin menjadi seorang penulis, sebaiknya mengetahui
kelebihan dan kelerbatasan teknik, yang dimiliki pesawat televisi, agar naskah
yang ditulis dapat divisualisasikan dengan baik.

1) Televisi
Media televisi untuk tujuan pembelajaran?.
• Media televisi mampu menghadirkan berbagai peristiwa alam ke dalam kelas.
• Media televisi mampu mengatulisasikan pesan.
• Media televisi mampu menarik perhatian siswa dan mendorong terciptanya
diskusi yang mendalam.

390 KEMENTERIAN KESEHATAN RI


PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

• Media televisi mampu mendorong perubahan sikap yang positip

Adapun karakterik televisi tersebut adalah:


a) Fine Detail
Media televisi kurang mampu menampilkan detail dengan sempurna.
Karena itu jangan mengembangkan program televisi yang menuntut
pengambilan obyek secara detail. Hal ini perlu disadari oleh penulis saat
menulis naskah, karena hasil suatu program televisi ditentukan oleh
naskah yang ada.

b) Area Lost
Gambar yang terlihat pada layar adalah kira-kira 80% dari gambar yang
diambil kamera, karena kurang lebih 20% dari area (daerah yang terlihat
kamera hilang oleh proses elektronik televisi)

 
Gambar

Area (daerah) yang hilang ini harus dipertimbangkan sewaktu


pengambilan gambar oleh juru kamera atau pengarah acara, juga harus
dimaklumi oleh penulis naskah

c) Size Information

 
Cara membandingkan obyek yang belum dikenal

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
391
PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

Media televisi tidak bisa menampilkan gambar suatu obyek dengan ukuran
yang sebenarnya. Jadi jika hendak memperlihatkan sesuatu (khususnya
yang belum dikenal) selalulah perlihatkan obyek pembandingnya dengan
obyek lainnya (obyek yang dikenal). Tangan sebagai obyek pembanding
dengan obyek yang dibandingkan.

d) Third Dimention
Televisi mempunyai layar dua dimensi. Kesan dua dimensi tersebut
harus diatasi dengan cara pengambilan gambar, penyusunan properties,
pengaturan tata cahaya yang digunakan. Dengan demikian kesan yang
terlihat tiga doimensi.

e) Distruction
Karena sebab-sebab elektronik, gambar dilayar televisi kadang-kandang
rusak bentuknya. Misalnya lingkaran yang seharusnya 360º menjadi
bentuk elipes. Sebagai penulis naskah harus hati-hati menulis konsep
tentang bentuk yang akan disajikan.

 
f) Opposition
Jika pengambilan gambar tidak teliti, penonton bisa ragu dalam
menafsirkan gambar yang dilihatnya, untuk naskah yang dikembangkan
harus mencantumkan dengan jelas apa sebenarnya yang diperlihatkan
kepada penonton.

g) Tints
Warna pada televisi dapat berubah-ubah, sehingga sulit untuk
menentukan warna aslinya. Kadang-kadang hal ini dapat mengarahkan
penonton kepada konsepsi warna yang salah. Jika televisi anda hitam
putih maka harus lebih hati-hati lagi. Jadi bila hendak menampilkan warna
perlu diperhatikan cara-cara mengatasi kemungkinan penyimpangan
informasi. Misalnya: akan memperlihatkan perbedaan asam dengan

392 KEMENTERIAN KESEHATAN RI


PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

basa menggunakan kertas lakmus, warna yang timbul adalah merah


biru. Akan tetapi pada televisi hitam putih warna tersebut tidak terlihat
karena intensitasnya sama. Jadi untuk mengatasi hal itu perlu dibantu
dengan audio atau dengan tulisan.

h) Setting
Dalam naskah televisi harus jelas tergambar dimana suatu obyek
berada. Tanpa menampakan setting penonton bisa bingung menerka-
nerka. Suatu hal yang perlu diingat untuk membangun suatu adegan
yang utuh harus ada tiga unsur yang tidak bisa dilupakan yaitu: setting,
pelaku dan aktivitas.

Untuk mengingatkan kriteria diatas dapat digunakan jembatan keledai


FASTDOTS dibawah ini:
F : fine detail
A : arealost
S : size information
T : third dimention
D : distruction
O : oposition
T : tints
S : setting

i) Format layar televisi


Layar televisi memiliki perbandingan 3:4. Jadi dalam menulis naskah
hendaknya memikirkan visualisasi yang bagaimana sebaiknya harus
ditampilkan dengan informasi tersebut.

j) Layar televisi bukan pentas drama


Berbeda dengan mempergelarkan acara dipentas, suasana yang
diberikan/digambarkan dilayar televisi harus mencerminkan suasana
yang sewajarnya. Ini berarti naskah yang dikembangkan harus
membantu kearah itu.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
393
PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

k) Bahasa televisi
Media televisi adalah media yang menonjolkan aspek visual yang
dominan. Oleh karena itu naskah yang dikembangkan hendaklah
menjelaskan visualisasi kejadian sejelas mungkin. Pola berpikir ini harus
dijadikan prinsip dalam penulisan naskah televisi.

Apabila harus menghadirkan narasi, perlu diperhitungkan agar


narasi tersebut benar-benar mendukung visualisasi yang ada, bukan
sebaliknya. Misalnya akan mevisualkan sebuah mangga maka secara
fisik akan terlihat bentuknya, besarnya, warnanya, mungkin dengan
ciri-ciri lainnya. Akan tetapi dari tayangan itu tidak diketahui bagaimana
rasanya. Untuk kekurangan itulah perlu dimasukan unsur narasi dengan
tujuan lebih memperjelas atau melengkapi materi yang akan disajikan.

b. Prinsip-prinsip penulisan naskah video/televisi


Pembuatan karya televisi selalu didahului oleh kegiatan berupa penulisan
naskah. Menulis karya televisi tidak sama dengan cerita biasa karena naskah
televisi merupakan perpaduan antara pemaparan teknis (bagaimana adegan
disajikan) dengan pemaparan imaginatif (bagaimana cerita disusun dalam
khayalan penulis).

Penyusunan naskah video/tv tidak sama prosesnya dengan penulisan buku


atau novel karena itu penulis naskah video/tv dituntut bisa berimajinasi
secara kreatif dengan menggunakan pemilihan visual yang didukung oleh
kemampuan visualisasi dari media televisi sebagai media yang dipilih.

1) Persiapan penulisan naskah video/televisi


Pembuatan program televisi atau video selalu dimulai dengan
penetapan kebutuhan atau masalah. Langkah yang pertama dilakukan
oleh seorang penulis adalah menanyakan apa-apa yang diinginkan oleh
pihak pemesan. Dengan kata lain yang mengolah kehendak atau ide dari
pemesan kedalam bentuk sebagai yang dimaksudkan adalah penulis
naskah. Apabila langkah tersebut sudah dilakukan kemudian penulis
naskah memikirkan faktor-faktor seperti: lama program, pembiayaan,
batas waktu penyelesai, dan hal-hal teknis lainnya.

Secara keseluruhan dapat dihimpun beberapa pertanyaan sebagai


berikut, seperti:
- Siapa sasaran program yang akan dibuat?
- Pesan apa yang akan ditampilkan?
- Bagaimana menyajikan pesan? Pesan tersebut dalam bentuk visual?

394 KEMENTERIAN KESEHATAN RI


PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

Itulah permulaan mata rantai komunikasi yang harus dimengerti secara


jelas sebelum langkah berikutnya dilaksanakan

2) Penelitian
Langkah selanjutnya adalah melakukan penelitian. Penelitian adalah
pengumpulan informasi yang diperlukan guna menunjang keabsahan
atau keakuratan naskah yang akan ditulis. Kegiatan penelitian
mempunyai empat langkah utama yaitu:
• Mencari sumber informasi yang paling handal.
• Mencari informasi yang berguna
• Memilih informasi yang paling relevan yang dapat digunakan untuk
menulis naskah.
• Mengecek bahwa informasi itu benar dan authentic

Penilitian ini dapat dilakukan di perpustakaan, ke lokasi yang dapat


memberikan informasi yang lengkap dan akurat, atau mengadakan
wawancara dengan narasumber yang dapat memberikan informasi
yang diperlukan. Kecuali hal tersebut, penulis naskah dapat pula
melengkapi sumber informasinya dari berbagai buku dan surat kabar
atau majalah agar apa yang dituilsnya nanti selalu up todate dan
mengikuti perkembangan yang ada.

3) Konsep
Konsep yang tertuang didalam pikiran penulis naskah memegang
peran yang sangat penting di dalam penuangan isi pesan dalam bentuk
program yang akan dikembangkan.

Oleh sebab itu sebelum menulis sinopsis dan treatment serta skenario,
hendaknya seorang penulis naskah video harus memahami dahulu
beberapa patokan berikut ini:
a) Struktur program: yaitu semua pikiran yang disusun sedemikian rupa
sehingga konsep mempunyai arti, karena disusun secara teratur dan
mudah diikuti penalarannya.
b) Kerangka program: apapun program yang akan disajikan (baik itu
merupakan program dokumenter, intruksional, ataupun drama) selalu
mempunyai alur cerita, selalu mengandung bagian pendahuluan, isi
serta bagian akhir.
c) Style : penampilan atau gaya penyajian program sangat bergantung
pada gaya dari penulis naskah. Biasanya suatu program seringkali
diwarnai oleh gaya si penulis naskah di dalam menuangkan
pikirannya.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
395
PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

d) Karakteristik media televisi: Televisi adalah media audio visual yang


menggunakan kata-kata atau gambar-gambar untuk menyampaikan
pesannya.
e) Memanfaatkan kemampuan media televisi : hendaknya dikenal betul
di dalam “bahasa” televisi serta kemampuannya dalam menampilkan
visual yang disajikan, sehingga dapat ditampilkan sesuai keinginan
penulis.

Pemikiran penulis naskah tentang kapan gambar itu ditampilkan sebagai


pengganti kata-kata atau sebaliknya atau kapan kata-kata muncul
bersama-sama dengan gambar merupakan faktor yang penting. Kata-
kata hendaknya singkat, jelas dan mudah dimengerti. Sedangkan gambar
berfungsi menggantikan kata-kata yang tidak dapat diucapkan. Dengan
memahami hal-hal tersebut diatas, maka penulis naskah video akan
dapat menuangkan pikirannya secara berhasil guna dalam mencapai
tujuan yang ingin dicapai, pada waktu program tersebut masih dalam
keadaan dirancang. Langkah selanjutnya adalah menulis synopsis dan
treatment.

c. Istilah dalam naskah video/televisi


Menyusun sebuah program video dapat dikatakan tidak berbeda dengan
menyusun sebuah buku. Seorang penulis buku membangun ceritanya dari
kumpulan kata-kata menjadi kalimat. Kalimat dihimpun menjadi bab. Kemudian
bab disusun menjadi satu kesatuan yang menghasilkan suatu cerita.

Demikian pula halnya dengan program televisi. Kita melihat sebuah program
televisi sebenarnya kita melihat suatu kesatuan gambar-gambar yang
menceritakan sesuatu kepada kita. Bila dalam buku kita menemukan kata,
kalimat, bab, cerita, maka pada program televisi kita menemukan shot, scene,
segment, dan totalitas yaitu sebuah cerita yang utuh.

Untuk dapat menulis naskah program vodeo/tv dengan baik, diperlukan


pengetahuan tentang istilah-istilah buku yang dipakai sebagai bahasa teknis
produksi video/tv.

Berikut ini merupakan tata peristilahan (terminologi) produksi video/tv yang


umum dipakai sehingga dapat digunakan sebagai naskah program video/tv
1) Shot
Shot adalah suatu peristiwa yang direkam oleh kamera tanpa interupsi,
dimulai dari saat tombol kamera dilepas kembali
Panjang satu shot tergantung pada lamanya tombol kamera ditekan.

396 KEMENTERIAN KESEHATAN RI


PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

2) Scene
Scene terbentuk dari berbagai shot yang menimbulkan satu pengertian
yang utuh. Pengertian yang ditimbulkan oleh sebuah scene bisan
sempit, bisa luas dan biasanya tergantung dari banyaknya shot dalam
scene tersebut.

Scene ini merupakan bagian terkecil dalam sebuah cerita/ suatu fil yang
lengkap. Karena sifatnya harus utuh dan mengansuatu pengertian,
maka suatu scene harus terdiri dari awal, pengembangan dan akhir.
Selain itu sati scene dapat berlangsung pada lebih dari satu lokasi.

3) Sekwens
Sekwens dibangun dari beberapa scene secara logis dan memiliki
arti sesuai dengan tuntutan cerita. Seperti pada scene, sekwns juga
terdiri dari awal, pengembangan dan akhir. Kalau pada scene arti
suatu cerita dibangun dari shot, maka sekwens dibangun dari scene.
Oleh karena itu ada yang membedakan kedua cerita tersebut dalam
bentuk premis, yang antara lain dikatakan cerita yang dibangun dari
shot dan menghasilkan scene disbut “premis minor”, sedangkan cerita
yang dibangun dari scene dan menghasilkan sekwens disebut “premis
mayor” (perhatikan gambar dibawah ini).

4) Cut
Apabila anda melakukan perpindahan ke gambar yang lain tanpa
instruksi berarti anda melakukan cut. Cut dalam rangkaian shot
akan menghasilkan suatu kesan dinamis dan cepat. Secara teknis
perpindahan teknik cut to cut dapat digambarkan sebagai berikut:

5) Dissolve
Dissolve biasanya dipergunakan untuk menyatakan suatu perbedaan
waktu. Untuk itu anda harus berhati-hati sekali agar tidak terlalu sering
menggunakannya. Dissolve dalam rangkaian shot akan memberikan
kesan lambat, oleh karena itu dissolve sering digunakan untuk
menjembatani suatu adegan atau dari satu scene ke scene lain atau
dari satu sekwens yang lain. Secara teknis perpindahan gambar dengan
menggunakan teknis dessolve dapat digambarkan sebagai berikut:

6) Fade in – Fade out


Fade in biasanya digunakan pada awal shot atau mengawali sebuah
program. Sedangkan fade out mengakhiri sebuah shot atau adegan.
Perbedaannya dengan dissolve adalah perpindahan dari fade out ke

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
397
PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

fade in berikutnya memiliki interval lebih panjang dan terlihat seperti


kosong (blank).

Secara teknis fade in dan fade out ini dapat digunakan sebagai berikut:

Gambar
Ukuran shot:
- One shot : pengambilan gambar oleh kamera hanya
menampilkan satu obyek saja. Dapat juga ditulis
1-S.
- Two shot : biasanya ditulis 2-S yang diambil merupakan 2
benda atau manusia.
- Three shot : pengambilan 3 orang atau benda oleh sebuah
kamera
- Group shot : pengambilan gambar secara berkelompok baik
benda atau manusia.

Secara keseluruhan shot-shot yang sering dipergunakan adalah (disusun


berdasarkan urutan ukuran)
- Extrim close up : ECU
- Big close up : BCU
- Medium close up : MCU
- Medium shot : MS
- Medium long shot : MLS
- Long shot : LS
- Very long shot : VLS

398 KEMENTERIAN KESEHATAN RI


PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

Close Up (CU)
Bila menginginkan sebuah shot yang memperlihatkan wajah
seseorang dalam ukuran penuh, maka anda harus dapat
menggunakan close up (CU). Namun, memerlukan
ketenangan untuk menghindarkan CU untuk menghindarkan
kesan gerak yang berlebihan pada layar televisi.

Medium close up (MCU)


Ada kalanya anda menginginkan
Modul Pelatihansuatu tayanganPertama
Pengangkatan yang
memperlihatkan seseorangPenyuluh
Bagi Pejabat Fungsional denganKesehatan
ukuran Masyarakat
sebatas dada.
Ahli

80   KEMENTERIAN  KESEHATAN  RI  –  PUSAT  PROMOSI  KESEHATAN  -­‐    


Untuk pengambilan yang demikian anda dapat melakukan
PUSDIKLAT  APARATUR  
dengan MCU.

Medium shot (MS)


Apabila anda mempunyai seorang aktor, kemudian anda
menginginkan kameramen membuat sebuah shot dari batas
pinggang ke atas, maka anda akan minta mid shot atau
medium shot kepada kameramen. Cara ini biasanya banyak
digunakan untuk pre-wedd karena umumnya foto pre-wedd
menggunakan bahasa tubuh objek.

Medium long shot (MLS)


Pada era permulaan film-film produksi Hollywood, kebanyakan
shot-shot dibangun dengan ukuran diatas lutut, atau sedikit
dibawah lutut. Bila ini yang anda inginkan, mintalah pada
kameramen anda melakukan MLS.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
399
PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Medium long shot (MLS)
Pada era permulaan film-film produksi Hollywood, kebanyakan
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama shot-shot dibangun dengan ukuran diatas lutut, atau sedikit
dibawah
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli lutut. Bila ini yang anda inginkan, mintalah pada
kameramen anda melakukan MLS.

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli
Long shot (LS)
Penampakan seseorang secara keseluruhan mulai dari kepala
hingga kaki dapat anda lakukan teknik LS.
81   KEMENTERIAN  KESEHATAN  RI  –  PUSAT  PROMOSI  KESEHATAN  -­‐    
PUSDIKLAT  APARATUR  

Big Close Up (BCU)

Extrim Close UP (ECU)

Very Long Shot (VLS)

Extrim long shot

400 KEMENTERIAN KESEHATAN RI 82   KEMENTERIAN  KESEHATAN  RI  –  PUSAT  PROMOSI  KESEHATAN  -­‐    
PUSDIKLAT  APARATUR  
PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli
Extrim long shot

82   KEMENTERIAN  KESEHATAN  RI  –  PUSAT  PROMOSI  KESEHATAN  -­‐    


PUSDIKLAT  APARATUR  
d. Menulis sinopsis dan treatment
d. Menulis sinopsis dan treatment
Kemampuan bercerita dengan runtut dan jelas sangat diperlukan
Kemampuan bercerita
dalam pembuatan dengan
program audio runtut dan akan
visual yang jelas ditayangkan,
sangat diperlukan dalam
seharusnya direncanakan
pembuatan program audio sejakvisual
awal pada
yangwaktu
akanpenulis naskah
ditayangkan, seharusnya
memulai pekerjaannya. Sebelum menulis tretment, penulis
direncanakan sejak awal pada waktu penulis naskah memulai pekerjaannya.
naskah membuat sinopsis terlebih dahulu.
Sebelum
Sinopsismenulis
adalah tretment, penulis
uraian ringkas naskah isi
mengenai membuat
program.sinopsis
Sinopsisterlebih dahulu.
ini kemudian dikembangkan menjadi bentuk yang lebih lengkap
dan terinci, disusun menurut sekwen yang berurutan. Bentuk ini
Sinopsis adalah uraian ringkas mengenai isi program. Sinopsis ini kemudian
merupakan treatment dari program. Jadi treatment adalah bentuk
dikembangkan
(kerangka) darimenjadi
programbentuk yang
sebagai apalebih
yanglengkap dan terinci,
yang akan nampak disusun menurut
pada layar
sekwen yangnantinya.
berurutan. Bentuk ini merupakan treatment dari program. Jadi
Membuat treatment adalah langkah penting dalam
treatment adalah bentuk (kerangka) dari program sebagai apa yang yang
menterjemahkan konsep menjadi sebuah naskah. Pada langkah
akan nampaknaskah
ini penulis pada layar nantinya. segala kreatifitasnya untuk
menuangkan
membuat bentuk program dari hal yang bersifat abstrak yang
masih ada diangan-angan penulis menjadi konkrit sebagai apa
Membuat treatment adalah langkah penting dalam menterjemahkan konsep
yang akan nampak dilayar nanti.
menjadi
Pada sebuah
langkah naskah. Pada
ini pula langkahserta
sumber ini penulis naskah menuangkan
pihak-pihak yang segala
berhubungan dengan naskah tersebut seperti sutradara, juru
kreatifitasnya untuk membuat bentuk program dari hal yang bersifat abstrak
kamera dll. Treatment ini juga digunakan untuk mendiskusikan
yang masih ada diangan-angan penulis menjadi konkrit sebagai apa yang
biaya yang diperlukan, serta mendapatkan approval atau
akan nampakdari
persetujuan dilayar
pihaknanti.
pemesan.
Setelah treatment disepakati, maka selanjutnya adalah menulis
naskahnya. Naskah barulah merupakan langkah awal dari
Pada langkah
kegiatan ini pulaNaskah
produksi. sumberituserta pihak-pihak
sendiri yang berhubungan dengan
belum berkomunikasi
naskah
secara tersebut
langsung seperti
dengan sutradara,
sasarannya.juru kamera
Naskah barudll. Treatment ini juga
menjadi
program setelah
digunakan untuk naskah itu diproduksi.
mendiskusikan biayaSetelah menjadi program
yang diperlukan, serta mendapatkan
barulah naskah dapat berkomunikasi dengan sasaran sesuai
approval atau persetujuan dari pihak pemesan.
yang direncanakan.
Mungkin di dalam produksi nantinya akan ada perbaikan disana-
sini, berupa
Setelah treatmentpengurangan
disepakati,atau
makapenambahan.
selanjutnya Namun pada
adalah menulis naskahnya.
prinsipnya penambahan atau pengurangan tersebut tidak
Naskah
merombakbarulah
temamerupakan langkah awal dari kegiatan produksi. Naskah itu
ataupun konsepnya.
sendiri belum berkomunikasi secara langsung dengan sasarannya. Naskah
Contoh
baru menjadi sinopsis
program setelah naskah itu diproduksi. Setelah menjadi
83   program barulah
KEMENTERIAN   naskah
KESEHATAN   dapat
RI  –  PUSAT   berkomunikasi
PROMOSI   KESEHATAN  -­‐     dengan sasaran sesuai yang
PUSDIKLAT  APARATUR  
direncanakan.

Mungkin di dalam produksi nantinya akan ada perbaikan disana-sini, berupa


pengurangan atau penambahan. Namun pada prinsipnya penambahan atau
pengurangan tersebut tidak merombak tema ataupun konsepnya.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
401
PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

Contoh sinopsis

PSA Kemenkes Radio Spot 60” -Versi : DBD -Judul : PNS Seminggu Sekali
Sfx : Suasana jalanan. Suara lonceng gardu siskamling & teriakan2 warga A
garang, siap nyerang.
Ketua A : Hmmmmm…
Anak Buah A : Berantas sampe tuntas, Pak!
Sfx : Suasna jalanan. Derum motor & teriakan2 warga B garang, siap nyerang.
Anak Buah B : Buktiin kita mampu ngatasinnya, Bang!
Ketua B : Yeaaahh!
Warga A : Serreaaaaaang!!!
Warga B : Serreaaaaaang!!!
Anak Buah A : Tunjukin semangat kitaaa!
Ketua A : Jangan ada korban lagi!
Ketua B : Buktikan kita peduli!

Warga A & B : Serreaaaaaaaaaaang!!!


Anak Kecil : Gawaat, perang antar kampung….

Pak RT : Stop-stop-stooop!!! Aduh Ada apa ini?? Sesama warga


koq saling seraaang?!!!
Ketua A : Serang sarang nyamuk, Pak RT….
Pak RT : Oooo, serang sarang nyamuk, toh?? baguuus….
Ketua B : Cegah Demam Berdarah sekarang juga!
Ketua A : Pemberantasan Sarang Nyamuk…
Ketua B : …seminggu sekali!
Semua : Kompak dan serentak!
Semua : Sekarang jugaaa!

Pak RT : Pemberantasan Sarang Nyamuk memang harus dijadikan


gerakan serentak, agar Demam Berdarah bisa kita atasi!
Ibu2 : Setuju! Jangan ada korban lagi!

Ketua A & B : PSN serentak…


Semua : … Demam Berdarah tamat!

MVO : Pesan ini disampaikan oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

e. Peranan naskah dalam produksi


Naskah atau dikenal pula dengan istilah umumnya skenario merupakan
gambaran tertulis dari sebuah program video yang diproduksi. Ia merupakan

402 KEMENTERIAN KESEHATAN RI


PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

petunjuk teknis untuk memindahkan sebuah cerita atau gagasan dalam


bentuk visual sebagai yang akan ditayangkan di layar televisi nantinya.

Skenario televisi atau video bukanlah merupakan karya sastra sebagaimana


sudah disinggung melainkan petunjuk praktis yang memuat data-data teknis
bagaimana sebuah program di produksi secara visual.

Sebuah naskah sangat penting artinya dalam sebuah program. Ia merupakan


sebuah pedoman bagi semua orang yang terlibat sebuah produksi seperti:
staf manajemen, kerabat produksi, pameran, juru suara, juru lampu, juru set
dan petugas lainnya. Ia merupakan pegangan sutradara untuk membuat
visualisasi dari program yang diproduksi. Sutradara adalah orang yang
bertanggung jawab terhadap penuangan apa yang ditulis menjadi bentuk
visual, sehingga program dapat dinikmati orang banyak.

Bagi staf manajemen seperti unit manager dan pimpinan produksi, naskah
merupakan pedoman dalam menjabarkan kebutuhan pembiayaan yang
diperlukan pada waktu program tersebut diproduksi. Bagi sutradara dan
kerabat kerja naskah merupakan pedoman didalam proses visualisasinya:
penataan kamera, penataan cahaya, penataan artistik, penataan suara,
penataan sound effect dan penyuntingan gambar pada langkah purna
produksi.

Disamping itu naskah juga merupakan uraian cerita yang terinci, singkat,
padat dan tidak ber-tele-tele. Hal-hal yang dapat divisualisasikan tidak perlu
dibuat dialog atau narasinya, sehingga duplikasi informasi dapat dihindarkan.

f. Format Penulisan naskah Video/ Televisi


Sebuah program televisi dikatakan menarik bila penonton merasa apa
yang disaksikan dapat memuaskan kebutuhannya (menghibur, menambah
informasi, memberi kejelasan, memancing emosi, dll). Namun adakalanya
ia segera mematikan pesawat televisinya tatkala suatu pogram baru saja
ditayangkan (tayangan ulang). Penonton dalam hal ini tidak dapat disalahnya
mengapa ia mematikan televisinya. Namun yang pasti program yang
ditayangkan tidak menarik baginya.

Banyak faktor yang harus dikaji bila hal ini sampai terjadi dan mungkin salah
satunya adalah “ketidak sesuain format program dengan materi sajian” Setiap
format program pada dasarnya memiliki spesifikasi tersendiri terhadap materi
jenis sajian.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
403
PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

Berikut format program pada dasarnya memiliki spesifikasi tersendiri terhadap


jenis materi yang ditayangkannya. Ini berarti di dalam pemilihan format program
perlu disesuaikan dengan jenis materi / informasi yang akan ditayangkan.
Berikut ini ada beberapa format program televisi yang perlu dipertimbangkan
penggunaannya dalam program televisi instuksional.

1) Format talk (ceramah)


Ciri format ini ini adalah menggunakan seorang penyaji dalam
membawakan materi yang akan ditayangkan. Penyaji ini biasanya tampil
pada layar televisi mungkin pada awal program, mungkin pada wal dan
akhir program saja, mungkin pada awal pertemgahan dan akhir, dan
mungkin pada sepanjang program, maka program ini akan divariasikan
dengan penampilan unsur-unsur penunjang program antara lain:
a) Penyaji dibantu caption atau visualisasi lain yang mendukung/
menunjang materi yang sedang disampaikannya.
b) penyaji dibantu dengan peragaan, misalnya mendmonstrasikan
suatu penemuan atau peralatan.
c) Penyaji dengan obyeknya, misalnya pramuwisata dengan obyek
pariwisata, pawang ular dengan ularnya, pembalab dengan sepeda
motornya, penembak dengan senapannya. Atau dengan kata lain
butir ketiga ini lebih dekat dengan profesi dengan si penyaji.

Format talk ini mungkin salah satu bentuk program televisi yang
paling sederhana. Oleh karena itu penggunaannya pun biasanya
untuk menyampaikan materi/ informasi yang sifatnya searah seperti
pemberitahuan dan pidato.

2) Format diskusi
Format ini lebih bervariasi dibandingkan dengan format sebelumnya.
Pada format ini penyaji akan lebih dinamis, karena selain yang tampil
lebih dari seorang, juga karakteristik masing-masing penyaji (dalam
hal ini peserta diskusi) relatif sama. Sedangkan bagaimana lazimnya
kegiatan diskusi, tujuannya adalah memecahkan masalah tersebut dapat
dibangun pendapat pro dan kontra atau klarifikasi atau menjernihkan
suatu hal.

Suatu hal yang menarik dari format ini adalah pokok bahasan yang
ditayangkan sesuai dengan kebutuhan penonton (masyarakat),
penonton merasa turut berdialog dengan masing-masing penyaji. Oleh
karena itu diskusi didalam memilih materi untuk format program diskusi
disesuaikan dengan masalah-masalah yang lagi hangat di masyarakat.

404 KEMENTERIAN KESEHATAN RI


PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

3) Format wawancara
Wawancara televisi lebih menarik daripada wawancara radio dan
tentunya tidak dapat disamakan dengan wawancara di surat kabar.

Pada wawancara televisi dapat dilihat dengan jelas orang sedang


diwawancarai, bagaimana ia berpikir sejenak untuk mencari jawaban
dari sebuah pertanyaan, juga dapat dilihat bagaimana reksi atau
ekspresinya bila pertanyaan yang diberikan memojokkan orang yang
diwawancarai, ataupun senyum yang tiba-tiba tersimpul dari bibirnya.

Wawancara yang dipersiapkan dengan matang dan diarahkan dengan


baik, akan menghasilkan suatu tontonan yang sangat menarik. Akan
tetapi sering kali tidak mendapatkan hasil yang baik disebabkan tidak
mampu mengelola wawancara, sehingga terdapat kekurangan disana-
sini.

Agar wawancara dapat berlangsung dengan baik ada beberapa hal


yang harus diperhatikan yaitu:
a) Bahan wawancara yang baik
b) Wawancara dimulai dengan penyelidikan yang baik
c) Wawancara dilakukan dengan suatu percakapan yang baik
d) Wawancara perlu pengarahan yang baik.

4) Format Feature
Format ini biasanya digunakan bila materi programnya suatu topik yang
mendalam dan penting. Penyajiannya dengan format ini lebih menarik,
karena selain menyampaikan materi juga mempunyai unsur hiburan.
Materi yang disajikan biasanya hanya satu topik yang disoroti dari
berbagai segi.

PROGRAM : Info Kesehatan


KAMERAMEN : Satrio
TOPIC : Wabah Demam Berdarah
EDITOR : Sugiyono
JUDUL : Si Kecil Mematikan
PRODUCTION : 20 Mei 2013
DURASI : 5 menit
LOKASI : Cisarua Jawa Barat
REPORTER :
ON AIR : 22 Mei 2012

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
405
PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
PRODUCTION : 20 Mei 2013
DURASI : 5 menit
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
LOKASI : Cisarua Jawa Barat
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli
REPORTER :
ON AIR : 22 Mei 2012

Contoh:
CONTOH
NO VIDEO AUDIO DURATI REMA
ON RKS
OPENING BUMPER SOUND FX
1 30”
PROGRAM
MONTAGE : narration :
a. Warga bantar kali musim hujan telah tiba / masyarakat
b. Kebersihan harus lebih meningkatkan
lingkungan kewaspadaan// terutama waspada
c. Banjir di lingkungan terhadap datangnya wabah demam
d. Warga di rawat RS berdarah// penyebab penyakit ini
e. Selokan adalah virus dengue famili
f. Virus Dengue flaviviridae // hidup virus ini pada
(youtube) dua mekanisme yakni virus pada
g. Nyamuk Aedes nyamuk dan virus dari nyamuk ke
2 Aegypti manusia // virus ini dibawa oleh
nyamuk aedes aegypti yang
menghisap darah pada pagi sampai
sore terutama jam 08.00-12.00 dan
jam 15.00-17.00//

testimoni gejala dbd :


S/I dr. Amar Nugraha dr. amar nugraha
GRAFIS + VT: Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli
(gejala yang timbul bila terjangkit
penyakit ini yaitu panas tinggi
mendadak 2 – 7 hari / bintik merah
pada kulit/ruam/ perdarahan,
88   KEMENTERIAN  KESEHATAN  RI  –  PUSAT  PROMOSI  KESEHATAN  -­‐    
terutama hidung / mimisan/
PUSDIKLAT  APARATUR  
muntah darah, bab berdarah/
nyeri pada ulu hati (perdarahan
lambung)/ perdarahan di seluruh
tubuh bisa tampak atau tidak /
syok : gelisah, ujung tangan dan
kaki berkeringat// )

3M penyebaran penyakit ini dapat


– MENGURAS dicegah dengan mencegah jentik
– MENUTUP nyamuk agar tidak menjadi
– MENGUBUR nyamuk dewasa yakni dengan
cara 3 m/ menguras tempat
penampungan air secara berkala /
menutup rapat-rapat tempat
penampungan air dan mengubur
atau menyingkirkan barang bekas

permirsa bila keluarga terindikasi


terkena demam berdarah/
pertolongan pertama yang anda
CU REPORTER dapat lakukan adalah/ beri minum
S/I ARJUNA sebanyak-banyaknya/ kompres air
dingin atau es/ beri obat penurun
panas/ segera dibawa ke
puskesmas atau rumah sakit//
hidup sehat tanpa dbd//
demikian laporan kami/ arjuna dan
kameraman rudi melaporkan///
3 CLOSING BUMPER sound fx 30”
4 CREDIT TITLE sound fx 30”

5) Format Magazine
Format ini hampir sama dengan format feature. Bedanya
406 KEMENTERIAN KESEHATAN RI terletak pada topik yang dibahas. Kalau pada feature yang
PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATURdibahas hanya satu topik, maka pada magazine terdiri dari
berbagai topik.
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

5) Format Magazine
Format ini hampir sama dengan format feature. Bedanya terletak pada
topik yang dibahas. Kalau pada feature yang dibahas hanya satu topik,
maka pada magazine terdiri dari berbagai topik.

6) Format Drama
Format drama boleh dikatakan sebagai format yang dapat dikatakan
sebagai format yang punya daya tarik kuat. Sebab selain mampu
mendramatisir keadaan juga mampu memotivasi penonton pada suatu
tujuan tertentu.

Untuk program instruksional, format ini akan cocok apabila dipergunakan


untuk menyajikan materi-materi yang berupa fakta atau sejarah. Hanya
apabila kita menggunakan format ini perlu pertimbangan-pertimbangan
yang lebih matang dibandingkan dengan menggunakan format lainnya.
Misalnya, pertimbangan pemain, karena para pemain maupun unsur
yang menentukan baik atau tidaknya drama yang dihasilkan sebuah
drama hasilnya akan baik apabila pemainnya profesional dalam
bidangnya masing – masing.

Pertimbangan lainnya adalah biaya yang dikeluarkan untuk pembuatan


program drama relatif cukup besar dibandingkan dengan program
lainnya apabila jumlah pemainnya cukup besar. Waktu penyelesaian satu
program drama pun jauh lebih banyak dibandingkan program lainnya.
Karena setiap pemain, sebelumnya harus memerlukan latihan yang
intensif, kalau tidak pengambilan gambar di lapangan bisa berlarut–
larut penyelesaiannya. Apabila ini terjadi, maka “cost” produksi bisa
membengkak.

g. Evaluasi Program Video / Televisi


Langkah yang pertama adalah mengembangkan instrumen yang valid
kemudian melakukan standardisasi petugas pelaksana evaluasi. Kegiatan
evaluasi meliputi evaluasi tahap awal yang sering disebut dengan preview
program dan evaluasi lanjutan melalui uji coba lapangan. Evaluasi uji coba
lapangan ini ditempuh dengan cara melakukan uji coba program dengan
melibatkan peserta dalam jumlah yang terbatas tetapi mewakili karakteristik
sasaran program.

1) Evaluasi tahap awal (Preview)


Setelah program televisi / video selesai diproduksi sebelum diuji coba ke
lapangan kepada sasaran dalam jumlah terbatas terlebih dahulu program

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
407
PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

tersebut perlu dievaluasi secara intern. Evaluasi tahap ini kita libatkan
sejumlah orang dimintai pendapat dan komentar untuk memberikan
saran dan penilaian tentang program- program teleivisi / video yang
akan ditayangkan. Komentar, saran, pendapat meliputi aspek program
televisi / video, materi, kurikulum, dan aspek pembelajaran.

Langkah – langkah pelaksanaan


a) Responden dikumpulkan di suatu tempat kemudian evaluator
menjelaskan kepada responden tentang maksud dan tujuan mereka
diundang.
b) Program diputar, responden diminta memperhatikan dengan
seksama bila perlu membuat catatan – catatan kecil.
c) Responden diminta untuk memberikan saran, komentar maupun
pendapat tentang program yang baru saja mereka saksikan dengan
mengisi instrumen yang telah disediakan.
d) Analisis hasil evaluasi dibuat berdasarkan masukan dari responden.
e) Penyempurnaan program oleh, tim produksi / tim kreatif berdasarkan
hasil analisis yang disampaikan oleh evaluator.
f) Selanjutnya meminta responden untuk melihat kembali hasil preview
program televisi / video yang telah diperbaiki.
g) Bila hasilnya telah dinyatakan bagus maka program siap diuji coba
di lapangan.

Tetapi apabila program masih ada lagi yang perlu diperbaiki atau
disempurnakan, maka tim kreatif masih mempunyai tugas untuk
memperbaikinya.

2) Evaluasi lanjutan (uji coba lapangan)


Evaluasi ini merupakan kegiatan lanjutan setelah program telvisi atau
video dinilai bagus atau layak untuk ditayangkan oleh tim penilai yang
melakukan preview program. Secara umum kegiatan evaluasi pada
tahap ini bertujuan untuk mengetahui:
a) Reaksi sasaran selama menyaksikan program televisi atau video.
b) Memperoleh pendapat dan saran dari sasaran terhadap program/
video yang telah mereka saksikan khususnya yang berhubungan
dengan penambahan pengetahuan, sikap dan keterampilan.

Pengumpulan data
Dengan menggunakan instrumen yang telah disiapkan tim evaluator
melakukan pengumpulan data. Langkah – langkah pengumpulan data
meliputi:

408 KEMENTERIAN KESEHATAN RI


PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

1) Responden dikumpulkan kemudian evaluator menjelaskan tujuan


pengumpulan data.
2) Program video / televisi diputar kemudian responden diminta
memperhatikan dengan seksama, kalau perlu membuat catatan
kecil.
3) Setelah program selesai diputar, responden diminta mendiskusikan
isi program yang baru saja mereka saksikan. Diskusi dipandu oleh
evaluator.
4) Selama responden berdiskusi, evaluator melakukan observasi
aktivitas mereka dengan menggunakan instrumen observasi.
5) Setelah kegiatan pembelajaran selesai responden diminta untuk
memberi saran, komentar maupun pendapat tentang program yang
baru mereka saksikan dengan mengisi instrumen (kuesioner yang
telah disediakan).
6) Analisis hasil evaluasi dilakukan oleh evaluator berdasarkan masukan
– masukan dari responden.
7) Selanjutnya tim kreatif mengundang responden yang terlibat dalam
kegiatan preview untum memberikan masukan - masukan terhadap
porgram televisi / video yang telah diperbaiki berdasarkan hasil
analisis evaluator.
8) Penyempurnaan program oleh tim kreatif dan tim produksi selanjutnya
dilakukan.
9) Preview tahap 2 dilakukan sampai program benar – benar dinyatakan
bagus, sehingga program siap untuk diproduksi dan disebarluaskan
secara masal. Tetapi bila program ternyata masih belum bagusmaka
tim kreatif perlu memperbaikinya.

Analisis Data
Data yang terkumpul kemudian dianalisis secara deskriptif yaitu dengan
mendeskripsikan segala saran – saran, kritik, keluhan dan pendapat
tentang program televisi atau video yang mereka saksikan. Pengetahuan
dan keterampilan yang mereka peroleh atau reaksi responden setiap kali
menyaksikan tayangan program dikelompokkan sesuai aspek – aspek
yang menjadi tujuan. Analisis data bisa dilakukan secara kuantitatif
maupun kualitatif. Hasil analisis ini dijadikan sebagai bahan untuk
memperbaiki dan menyempurnakan program.

3) Laporan Evaluasi
Laporan evaluasi dibuat oleh evaluator. Ruang lingkup isi laporan
evaluasi meliputi saran, kritikan, pendapat dan masukkan responden
terhadap program video / televisi. Pendapat tersebut meliputi hal – hal

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
409
PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

yang berkaitan dengan kelemahan, yang disukai dan yang tidak disukai
oleh responden.

VIII. Referensi
1. Departemen Kesehatan RI, 1998, Pedoman eknis Teknologi Tepat Guna Bagi
Generasi Muda
2. Sumber: http://id.shvoong.com/social-sciences/communication-media-
studies/2186714-pengertian-radio/#ixzz1fIjKZWLn
3. Effendy, Onong Uchjana. 1986. (a). Dinamika Komunikasi Bandung: Penerbit
Remadja Karya CV.
4. Effendy, Onong Uchjana. 1992. Komunikasi Teori dan Praktek, Bandung
5. Komunikasi Massa (Dedy Mulyana), Perkembangan Teknologi Informasi : New
Media , Jurnal Umum Unpas : Terbitan Mei 2011 4
6. Kaplan, Andreas M.; Michael Haenlein (2010) “Users of the world, opportunities
of Social Media”. Bussines Horizons 53 (1) : 59-68.

410 KEMENTERIAN KESEHATAN RI


PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

MATERI INTI 10
PENGHITUNGAN ANGKA KREDIT
DAN PENGAJUAN DUPAK

I. Deskripsi Singkat
Arah kebijakan organisasi pemerintah ke depan adalah upaya penyederhanaan
birokrasi pemerintah agar lebih proporsional, datar, transparan, hierarki yang pendek
dan terdesentralisasi kewenangannya. Kementerian Kesehatan telah mengantisipasi
dan menyesuaikan organisasinya ke arah hemat struktur kaya fungsi dengan
membatasi jabatan struktural dan mengembangkan jabatan fungsional. Upaya ini
sesuai dengan amanat Undang–Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Pokok –
Pokok Kepegawaian bahwa Pegawai Negeri Sipil diangkat dalam jabatan dan pangkat
tertentu sehingga terbatasnya jabatan struktural maka jabatan fungsional menjadi
solusinya. Oleh karena itu

Kementerian Kesehatan telah mengambil langkah antisipasi dalam pembinaan dan


pengembangan karier pegawai, hal ini dapat dilihat dari jumlah Jabatan Fungsional
Kesehatan sejak tahun 1997 sampai dengan tahun 2013 sebanyak 27 jenis Jabatan
Fungsional Kesehatan. Untuk mengoptimalkan jabatan-jabatan fungsional tersebut di
atas sebagian besar telah ditindaklanjuti dengan kebijakan-kebijakan tingkat teknis
berupa Petunjuk Pelaksanaan dan Petunjuk Teknisnya.

Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1994 tentang Jabatan Fungsional Pegawai


Negeri Sipil Pasal 11 ayat (1) menyatakan bahwa penyelenggaraan pembinaan
jabatan fungsional dilakukan oleh Instansi Pembina jabatan fungsional. Dengan kata
lain instansi pembina mempunyai kewajiban melakukan pembinaan dalam rangka
mewujudkan profesionalitas para pejabat fungsional. Pembinaan jabatan fungsional
dapat dilakukan melalui pola karier PNS yaitu Perpindahan dari jabatan struktural ke
fungsional dan dari jabatan fungsional ke struktural baik secara horizontal, vertikal
maupun diagonal serta perpindahan wilayah kerja; Perpindahan jabatan secara
horizontal adalah perpindahan jabatan pada tingkat eselon dan pangkat jabatan
yang sama, serta jabatan fungsional ke jabatan fungsional lain; Perpindahan jabatan
secara vertikal adalah perpindahan yang bersifat kenaikan jabatan (promosi); serta
Perpindahan jabatan secara diagonal adalah perpindahan dari jabatan struktural ke
fungsional.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
411
PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

Kewajiban pembinaan Jabatan Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat tidak


hanya menjadi tugas instansi tingkat pusat, namun merupakan tugas bersama
dengan pemerintah daerah sebagaimana tercermin dari semangat tugas pembantuan
dan pembagian kewenangan yang diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 32
tentang Pemerintah Daerah yang diperjelas didalam Peraturan Pemerintah Nomor
38 Tahun 2007 tentang Pembagian Kewenangan Pemerintah Pusat dan Provinsi.
Sehubungan dengan hal tersebut, maka calon Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan
Masyarakat baik di Pusat maupun Provinsi/Kabupaten/Kota perlu dibekali informasi
mengenai SK Menpan No. 58 Tahun 2000 tentang Jabatan Fungsional Penyuluh
Kesehatan Masyarakat dan Angka Kreditnya melalui pelatihan Pengangkatan Pertama
Kali Jabatan Fungsion Penyuluh Kesehatan Masyarakat dan Angka Kreditnya.

II. Tujuan Pembelajaran


A. Tujuan Pembelajaran Umum:
Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu melakukan penghitungan Angka
Kredit dan pengajuan Daftar Usulan Penetapan Angka Kredit (DUPAK) Jabatan
Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat (JF-PKM).

B. Tujuan Pembelajaran Khusus:


Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu:
1. Menjelaskan angka kredit dan DUPAK JF-PKM;
2. Melakukan penghitungan angka kredit JF-PKM;
3. Melakukan pengajuan DUPAK JF-PKM.

III. Pokok Bahasan dan Sub Pokok Bahasan


Dalam modul ini akan dibahas pokok bahasan dan sub pokok bahasan sebagai
berikut:

Pokok bahasan 1. Angka Kredit dan Daftar Usul Penetapan Angka Kredit (DUPAK)
a. Pengertian Angka Kredit;
b. Pengertian Daftar Usulan Penetapan Angka Kredit (DUPAK);
c. Unsur-unsur yang dinilai dalam angka kredit.

Pokok bahasan 2. Penghitungan Angka Kredit:
a. Pengertian teknik penghitungan angka kredit;
b. Teknik penghitungan angka kredit;
c. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penghitungan angka kredit.

Pokok bahasan 3. Tata Cara Pengajuan DUPAK:


a. Pengertian;
b. Langkah-langkah pengisian form DUPAK;

412 KEMENTERIAN KESEHATAN RI


PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

c. Mekanisme pengajuan DUPAK;


d. Tim penilai DUPAK.

IV. Langkah-Langkah Kegiatan Pembelajaran


Langkah-langkah kegiatan pembelajaran ini menguraikan tentang kegiatan fasilitator
dan peserta dalam proses pembelajaran selama sesi ini berlangsung (8 Jpl: T: 2 Jpl;
P= 6 Jpl; PL=0 Jpl= 360 menit), adalah sebagai berikut:

Langkah 1.
Pengkondisian (5 menit)

Langkah pembelajaran:
a. Fasilitator menyapa peserta dengan ramah dan hangat. Apabila belum pernah
menyampaikan sesi di kelas, mulailah dengan perkenalan. Perkenalkan diri dengan
menyebutkan nama lengkap, instansi tempat bekerja dan judul materi yang akan
disampaikan.
b. Menciptakan suasana nyaman dan mendorong kesiapan peserta untuk menerima
materi dengan menyepakati proses pembelajaran.
c. Dilanjutkan dengan penyampaian judul materi, deskripsi singkat, tujuan pembelajaran
serta ruang lingkup pokok bahasan yang akan dibahas pada sesi ini.

Langkah 2.
Penyampaian dan pembahasan pokok bahasan 1. Angka Kredit dan Daftar Usul
Penetapan Angka Kredit (DUPAK) (90 menit).

Langkah pembelajaran:
a. Fasilitator melakukan curah pendapat dengan mengajukan beberapa pertanyaan
kepada peserta untuk mengukur pemahaman peserta tentang Angka Kredit dan
Daftar Usul Penetapan Angka Kredit (DUPAK), dan unsur-unsur yang dinilai angka
kreditnya dalam Jabatan fungsional PKM dan beberapa pertanyaan yang diajukan
kepada peserta secara bertahap, adalah: 1) pengertian tentang Angka kredit 2)
Pengertian tentang DUPAK, 3) Unsur-unsur apa saja yang dinilai dalam angka kredit
Penyuluh Kesehatan Masyarakat, Fasilitator mencatat semua pendapat peserta,
selanjutnya merangkum dan menyampaikan paparan materi sesuai urutan sub
pokok bahasan dengan menggunakan bahan tayang.
b. Fasilitator memberi kesempatan kepada peserta untuk menyampaikan
pengalamannya tentang Apa itu angka kredit, apa itu DUPAK, dan apa saja yang
dinilai dalam angka kredit.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
413
PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

c. Fasilitator mencatat semua informasi yang disampaikan oleh peserta, selanjutnya


merangkum dan menyampaikan paparan seluruh materi sesuai urutan sub pokok
bahasan dengan menggunakan bahan tayang.
d. Fasilitator memberikan kesempatan kepada peserta untuk bertanya atau
menyampaikan klarifikasi, kemudian fasilitator menyampaikan jawaban atau
tanggapan yang sesuai.

Langkah 3.
Penyampaian dan pembahasan pokok bahasan 2. Penghitungan Angka Kredit
(90 menit).

Langkah pembelajaran:
a. Fasilitator melakukan curah pendapat dengan mengajukan beberapa pertanyaan
kepada peserta untuk mengukur pemahaman peserta tentang: 1). Bagaimana
menghitung angka kredit JF-PKM, 2). Bagaimana teknik penghitungannya.
b. Fasilitator memberi kesempatan kepada peserta untuk menyampaikan
pengalamannya tentang penghitungan angka kredit, dan teknik penghitungan
angka kredit.
c. Fasilitator mencatat semua informasi yang disampaikan oleh peserta, selanjutnya
merangkum dan menyampaikan paparan seluruh materi sesuai urutan sub pokok
bahasan dengan menggunakan bahan tayang.
d. Fasilitator memberikan kesempatan peserta untuk bertanya atau menyampaikan
klarifikasi, kemudian fasilitator menyampaikan jawaban atau tanggapan yang
sesuai.

Langkah 4.
Penyampaian dan pembahasan pokok bahasan 3. Tata cara pengajuan DUPAK
dan sub pokok bahasan (180 menit).

Langkah pembelajaran:
a. Fasilitator melakukan curah pendapat dengan mengajukan beberapa pertanyaan
kepada peserta untuk mengukur pemahaman peserta tentang: 1). Apa itu DUPAK,
2). Bagaimana langkah- langkah pengisian form DUPAK JF-PKM, 3). Bagaimana
mekanisme pengajuan DUPAK, 4). Apa itu Tim Penilai Angka Kredit.
b. Fasilitator memberi kesempatan kepada peserta untuk menyampaikan
pengalamannya tentang cara pengisian DUPAK, Pengajuan DUPAK, dan teknik
penghitungan angka kredit.
c. Fasilitator mencatat semua informasi yang disampaikan oleh peserta, selanjutnya
merangkum dan menyampaikan paparan seluruh materi sesuai urutan sub pokok
bahasan dengan menggunakan bahan tayang.

414 KEMENTERIAN KESEHATAN RI


PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

d. Fasilitator memberikan kesempatan peserta untuk bertanya atau menyampaikan


klarifikasi, kemudian fasilitator menyampaikan jawaban atau tanggapan yang
sesuai.

Langkah 5.
Rangkuman dan kesimpulan (10 menit)

Langkah pembelajaran:
a. Fasilitator melakukan evaluasi untuk mengetahui penyerapan peserta terhadap
materi yang disampaikan dan pencapaian tujuan pembelajaran.
b. Fasilitator merangkum dan membuat kesimpulan poin-poin penting dari materi
yang disampaikan.
c. Fasilitator menutup sesi ini, dengan memberikan apresiasi kepada seluruh peserta.

Metode pembelajatan yang digunakan fasilitator sebagai berikut:


1. Curah pendapat,
2. Ceramah, tanya jawab,
3. Latihan menghitung angka kredit secara manual dan menggunakan sistem
penghitungan angka kredit.

Media dan alat bantu yang digunakan sebagai berikut:


1. Bahan tayang (Slide power point)
2. Laptop
3. LCD, Flifchart,
4. Whiteboard
5. Spidol (ATK)
6. Form surat pernyataan ; Pendidikan, Penyuluhan Kesy. Masy, Pengembangan
Penyuluh Kes.Masyarakat, Pengembangan Profesi dan Penunjang. serta Contoh-
contoh format laporan Harian, Bulanan dan DUPAK dan PAK

V. Uraian Materi

Pokok Bahasan 1.
ANGKA KREDIT DAN DUPAK

A. Angka Kredit
Angka Kredit adalah suatu angka yang diberikan berdasarkan penilaian atas
prestasi yang telah dicapai oleh seorang penyuluh Kesehatan Masyarakat dalam
mengerjakan butir kegiatan dan digunakan sebagai salah satu syarat untuk
pengangkatan dan kenaikan jabatan/pangkat Penyuluh Kesehatan Masyarakat;

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
415
PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

Pengumpulan angka kredit diperoleh dari unsur utama sekurang-kurangnya 80%


dari unsur penunjang sebanyak-banyaknya 20%

Angka kredit untuk pendidikan formal merupakan angka kredit kumulatif. Apabila
penyuluh kesehatan masyarakat nenperoleh pendidikan formal yang lebih tinggi
daripada pendidikan formal yang dimiliki sebelimnya, maka nilai kredit yang
diberikan adalah selisih angka kredit pendidikan formal terakhir dengan angka
kredit pendidikan yang dimiliki sebelumnya.

B. DUPAK
DUPAK adalah Daftar Usulan Penetapan Angka Kredit yang harud diisi oleh
Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat dan diketahui oleh pejabat
pengusul dan tim penilai.

C. Unsur dan Sub Unsur yg dinilai dalam angka kredit :


1. Pendidikan, meliputi:
a. Pendidikan sekolah dan memperoleh ijazah/gelar;
b. Pendidikan dan pelatihan fungsional dibidang promosi kesehatan dan
pemberdayaan masyarakat serta memperoleh Surat Tanda Tamat
Pendidikan dan Pelatihan (STTPP) atau sertifikat; dan
c. Pendidikan dan pelatihan prajabatan.

2. Penyuluhan kesehatan masyarakat, meliputi:


a. Mempersiapkan kegiatan penyuluhan kesehatan masyarakat dalam
upaya promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat ;
b. Melaksanakan advokasi kesehatan dalam upaya promosi kesehatan
dan pemberdayaan masyarakat ;
c. Menggalang dukungan sosial/bina suasana dalam upaya promosi
kesehatan dan pemberdayaan masyarakat ; dan
d. Melaksanakan penyuluhan kesehatan masyarakat dalam upaya promosi
kesehatan dan pemberdayaan masyarakat yang dilandasi semangat
kemitraan.

3. Pengembangan penyuluhan kesehatan masyarakat, meliputi :


a. Menyusun pedoman penyuluhan kesehatan masyarakat;
b. Merumuskan kebijakan pengembangan penyuluhan masyarakat; dan
c. Mengembangkan metode penyuluhan kesehatan masyarakat.

4. Pengembangan Profesi, meliputi:


a. Membuat karya tulis/karya ilmiah di bidang promosi kesehatan dan
pemberdayaan masyarakat ;

416 KEMENTERIAN KESEHATAN RI


PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

b. Menterjemahkan/menyadur buku dan bahan-bahan lain di bidang


promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat ;

c. Membuat buku pedoman/petunjuk teknis di bidang promosi kesehatan


dan pemberdayaan masyarakat ; dan
d. Mengembangkan teknologi tepat guna di bidang promosi kesehatan
dan pemberdayaan masyarakat .

5. Penunjang tugas jabatan fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat,


meliputi:
a. Mengajar atau melatih yang berkaitan dengan bidang promosi kesehatan
dan pemberdayaan masyarakat ;
b. Mengikuti seminar/lokakarya di bidang promosi kesehatan dan
pemberdayaan masyarakat ;
c. Menjadi anggota tim penilai jabatan fungsional penyuluhan kesehatan
masyarakat;
d. Memperoleh tanda penghargaan/tanda jasa;
e. Menjadi anggota organisasi profesi bidang promosi kesehatan dan
pemberdayaan masyarakat ;
f. Memperoleh gelar kesarjanaan lainnya; dan
g. Menjadi anggota tim penilai karya-karya yang berkaitan dengan
advokasi, penggalangan dukungan sosial, pemberdayaan masyarakat
di bidang promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat .

Pokok Bahasan 2.
PENGHITUNGAN ANGKA KREDIT

A. Pengertian Teknik Penghitungan Angka Kredit


Teknik penghitungan angka kredit adalah suatu cara bagi Pejabat Fungsional
Penyuluh Kesehatan Masyarakat dalam menghitung angka kredit

B. Teknik Penghitungan Angka Kredit


Metode Penghitungan Angka Kredit Jabatan Fungsional Penyuluh Kesehatan
Masyarakat adalah
1. Manual adalah Teknik penghitungan angka kredit dengan penggunaan Ms-
Excel
2. Sistem Penghitungan Angka Kredit adalah teknik penghitungan angka kredit
dengan penggunaan sistem berbasis web.

Teknik Penghitungan Angka Kredit Jabatan Fungsional Penyuluh Kesehatan


Masyarakat dengan metode manual adalah :

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
417
PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

1. Pembuatan Catatan Harian


Catatan Harian adalah catatan atas prestasi yang sudah dicapai oleh Pejabat
Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat yang diketahui oleh atasan
langsung. Formulir Catatan Harian terbagi atas 5 (lima) yaitu:
a. Catatan Harian 1 (CH 1) merupakan catatan yang berisi kegiatan dari
unsur pendidikan dan pelatihan yang telah diikuti oleh Pejabat Fungsional
Penyuluh Kesehatan Masyarakat
b. Catatam Harian 2 (CH 2) merupakan catatan yang berisi kegiatan dari
unsur penyuluhan kesehatan masyarakat yang telah dilakukan oleh
Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat.
c. Catatam Harian 3 (CH 3) merupakan catatan yang berisi kegiatan dari
unsur pengembangan kesehatan masyarakat yang telah dilakukan oleh
Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat.
d. Catatam Harian 4 (CH 4) merupakan catatatn yang berisi kegiatan
dari unsur pengembangan profesi yang telah dilakukan oleh Pejabat
Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat.
e. Catatam Harian 5 (CH 5) merupakan catatan yang berisi kegiatan dari
unsur penunjang kegiatan penyuluhan kesehatan masyarakat yang telah
dilakukan oleh Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat.

2. Pembuatan Laporan Harian


Laporan Harian adalah rekapitulasi catatan harian selama 1 (satu) bulan yang
dibuat oleh Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat.

3. Pembuatan Laporan Bulanan


Laproan Bulanan adalah rekapitulasi catatan harian untuk suatu periode
tertentu.

4. Pembuatan DUPAK
Teknik Penghitungan Angka Kredit Jabatan Fungsional Penyuluh Kesehatan
Masyarakat dengan metode sistem penghitungan angka kredit berbasis web
adalah:
1. Sistem ini dapat diakses melalui alamat http://www.promkes.depkes.
go.id/angka_kredit.
2. Daftar
Sebelum pengguna dapat menggunakan aplikasi ini, terlebih dahulu
pengguna mendaftar di aplikasi Angka Kredit ini. Berikut ini tampilan
untuk mendaftar :

418 KEMENTERIAN KESEHATAN RI


PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Sebelum pengguna dapat menggunakan aplikasi ini, terlebih dahulu
2. Daftar
pengguna mendaftar
Sebelum di aplikasi
pengguna Angka Kredit
dapat menggunakan ini. Berikut
aplikasi ini
ini, terlebih tampilan
Modul dahulu
Pelatihan Pengangkatan Pertama
pengguna mendaftar
untuk mendaftar : di aplikasi Angka Kredit
Bagi ini. Berikut
Pejabat ini
Fungsional tampilan
Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli
untuk mendaftar :

Gb.Gb.
1_11_1
Tampilan halaman
Tampilan awal
halaman saat
awal membuka
saat alamat
membuka alamataplikasi
aplikasi

Pengguna klik Daftar


Pengguna pada
klik Daftar halaman
pada halaman tersebut, kemudian
tersebut, kemudianakan akanmuncul
muncul
halaman untuk
halaman menginputkan
untuk menginputkan data pribadi.
data Pengisian
pribadi. Pengisianiniiniakan
akandisetujui
disetujui
oleh oleh
adminadmin
dan dan pengguna
pengguna tersebut
tersebut akanakan menerimaemail
menerima emailyangyang berisi
berisi
dan dan
username
username password
password yangyang akandigunakan
akan digunakanuntuk
untuk mengakses
mengakses
system ini. Oleh karena itu, diharapkan
system ini. Oleh karena itu, diharapkan pengguna yang akan pengguna yang akan
mendaftar
mendaftar memasukkan
memasukkan datadata dengan benar,terutama
dengan terutamaalamat
alamat email
email
Modulbenar,
Pelatihan Pengangkatan Pertama
yang akan
yang akan menerimamenerima informasi
informasi
Bagi Pejabat
tersebut.
tersebut.
Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

19   KEMENTERIAN  KESEHATAN  RI  –  PUSAT  PROMOSI  KESEHATAN  -­‐  


19   KEMENTERIAN   KESEHATAN  
PUSDIKLAT   APARATUR  RI  –  PUSAT  PROMOSI  KESEHATAN  -­‐  
PUSDIKLAT  APARATUR  

Gb. 1_2
Tampilan halaman awal untuk mendaftar (mengisi data pribadi)

Setelah melengkapi halaman form diatas, kemudian tekan tombol


Simpan untuk menyimpan data kemudian akan muncul KEMENTERIAN
pesan bahwa KESEHATAN RI
419
data sudah disimpan dan diharap menunggu konfirmasi melalui
PUSAT PROMOSI KESEHATAN email.
PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli
Gb. 1_2
Tampilan halaman awal untuk mendaftar (mengisi data pribadi)

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Setelah melengkapi halaman form diatas, kemudian tekan tombol
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli
Simpan untuk menyimpan data kemudian
Modul akan
Pelatihan muncul pesan
Pengangkatan bahwa
Pertama
data sudah disimpan
Bagi Pejabatdan diharap Penyuluh
Fungsional menunggu konfirmasi
Kesehatan melalui email.
Masyarakat Ahli

20   KEMENTERIAN  KESEHATAN  RI  –  PUSAT  PROMOSI  KESEHATAN  -­‐  


PUSDIKLAT  APARATUR  
Gb. 1_3
Tampilan Pesan saat
Gb.menekan
1_3 tombol Simpan
Tampilan Pesan saat menekan tombol Simpan
3. Login
Sebelum masuk ke aplikasi, pengguna akan login terlebih dahulu.
3. Login
Pengguna mengisikeusername
Sebelum masuk aplikasi, dan password
pengguna akanuntuk masuk
login ke aplikasi.
terlebih dahulu.
Username dan password tersebut telah diinformasikan melalui
Pengguna mengisi username dan password untuk masuk ke aplikasi. email
kepada pengguna.
Username dan password tersebut telah diinformasikan melalui email
kepada pengguna.

Gb. 2_1
TampilanGb.
Login
2_1ke sistem
Tampilan Login ke sistem

4. Halaman Utama
4. Halaman
Halaman utama
Utama merupakan halaman yang muncul setelah pengguna
melakukan login ke dalam system ini. Pada halaman ini, akan terdapat
Halaman utama merupakan halaman yang muncul setelah pengguna
menu-menu (yang
melakukan login keberwarna hijau)
dalam system
Modul
yang
ini. memiliki
Pada fungsi-fungsi
halaman
Pelatihan ini, akan
Pengangkatan
tertentu
terdapat
Pertama
yang dapat Bagi
digunakan
Pejabat untuk mengoptimalkan
Fungsional penggunaan systemAhliini.
menu-menu (yang berwarna hijau)Penyuluh Kesehatan
yang memiliki Masyarakat
fungsi-fungsi tertentu
yang dapat digunakan untuk mengoptimalkan penggunaan system ini.

21   KEMENTERIAN  KESEHATAN  RI  –  PUSAT  PROMOSI  KESEHATAN  -­‐  


PUSDIKLAT  APARATUR  
21   KEMENTERIAN  KESEHATAN  RI  –  PUSAT  PROMOSI  KESEHATAN  -­‐  
PUSDIKLAT  APARATUR  

Gb. 3_1
Tampilan Halaman utama pengguna

5. Data Pribadi
420 Menu
KEMENTERIAN KESEHATAN RI ‘Data Pribadi’ dapat digunakan untuk melakukan perubahan
data pribadi
PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT pengguna yang bersangkutan.
APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Gb. 3_1 Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli
Tampilan Halaman utama pengguna

5. Data Pribadi
Menu ‘Data Pribadi’ dapat digunakan untuk melakukan
Modul Pelatihan perubahan
Pengangkatan Pertama
data pribadi Bagi
pengguna yang
Pejabat bersangkutan.
Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

22   KEMENTERIAN  KESEHATAN  RI  –  PUSAT  PROMOSI  KESEHATAN  -­‐  


PUSDIKLAT  APARATUR  

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli
Gb. 4_1
Tampilan halaman ‘Data Pribadi’
23   KEMENTERIAN  KESEHATAN  RI  –  PUSAT  PROMOSI  KESEHATAN  -­‐  
PUSDIKLAT  APARATUR  
6. Ubah Password
Setelah data disetujui, pengguna akan mendapatkan username dan
password melalui email pengguna. Melalui menu ‘Ubah Password’,
pengguna dapat mengubah password yang diberikan tersebut dengan
password yang baru sesuai keinginan pengguna. Pengguna harus 421
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
memasukkan password lama terlebih dahulu dan
PUSAT PROMOSI kemudian
KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR

memasukkan password baru yang diinginkan.


Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli
Tampilan halaman ‘Data Pribadi’

6. Ubah Password
Setelah data disetujui, pengguna akan mendapatkan username dan
password melalui email pengguna. Melalui menu ‘Ubah Password’,
pengguna dapat mengubah password yang diberikan tersebut dengan
password yang baru sesuai keinginan pengguna. Pengguna harus
memasukkan password lama terlebih dahulu dan kemudian
memasukkan password baru yang diinginkan.

Gb. 5_1
Tampilan halaman ‘Ubah Password’

7. Atasan
Menu atasan ini dapat digunakan oleh pengguna untuk menginputkan
nama-nama atasan untuk pencatatan angka kredit. Pengguna hanya
dapat menambah dan mengubah data atasan ini. Untuk
menambahkan, pengguna langsung menginputkan NIP, nama, dan
jabatan atasan langsungnya, kemudian tekan tombol simpan. Untuk
mengubah data, pengguna dapat menekan ‘ubah’ di kolom tindakan
untuk data yang ingin diubah, kemudian tombol
Modul Pelatihan simpan.
Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

24   KEMENTERIAN  KESEHATAN  RI  –  PUSAT  PROMOSI  KESEHATAN  -­‐  


PUSDIKLAT  APARATUR  

Gb. 6_1
Tampilan halaman ‘Data Atasan’
Ket gambar :
1. Pengguna menginputkan detail atasan.
2. Daftar atasan yang telah diinputkan pengguna.
422 KEMENTERIAN KESEHATAN RI
PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
8. Tim Penilai
Menu Tim Penilai ini prosesnya sama dengan menu atasan. Menu Tim
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli
Gb. 6_1
Tampilan halaman ‘Data Atasan’
Ket gambar :
1. Pengguna menginputkan detail atasan.
2. Daftar atasan yang telah diinputkan pengguna.

8. Tim Penilai
Menu Tim Penilai ini prosesnya sama dengan menu atasan. Menu Tim
Penilai ini dapat digunakan oleh pengguna untuk menginputkan nama-
nama Tim Penilai untuk pencetakan laporan DUPAK. Pengguna hanya
dapat menambah dan mengubah data Tim Penilai ini. Untuk
menambahkan, pengguna langsung menginputkan NIP, nama, dan
jabatan tim penilainya, kemudian tekan tombol simpan. Untuk
mengubah data, pengguna dapat menekan ‘ubah’ di kolom tindakan
Modul Pelatihan
untuk data yang ingin diubah, kemudian Pengangkatan Pertama
tombol simpan.
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

25   KEMENTERIAN  KESEHATAN  RI  –  PUSAT  PROMOSI  KESEHATAN  -­‐  


PUSDIKLAT  APARATUR  

Gb. 7_1
Tampilan halaman ‘Data Tim Penilai’

9. Pejabat Pengusul
Menu pejabat pengusul ini prosesnya sama dengan menu atasan.
Menu pejabat pengusul ini dapat digunakan oleh pengguna untuk
menginputkan nama pejabat pengusul untuk pencetakan laporan
DUPAK. Pengguna hanya dapat menambah dan mengubah data
pejabat pengusul ini. Untuk menambahkan, pengguna dapat langsung
menginputkan NIP, nama, dan jabatan pejabat pengusulnya,
kemudian tekan tombol simpan. Untuk mengubah data, pengguna
dapat menekan ‘ubah’ di kolom tindakan untuk data yang ingin diubah,
kemudian tombol simpan.

Gb. 8_1
Tampilan halaman ‘Data Pejabat Pengusul’

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
423
PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli
10. Angka Kredit
Menu angka
26   KEMENTERIAN   kredit Runtuk
KESEHATAN   I  –  PUSAT  menginputkan pencatatan
PROMOSI  KESEHATAN  -­‐   angka kredit.
Pencatatan ini berdasarkan tanggal dan jenis kegiatan yang dilakukan
PUSDIKLAT   A PARATUR  
dan frekuensi pelaksanaannya.

Gb. 9_1
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
TampilanBagi
halaman Angka Kredit (list data yang telah dimasukkan)
Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

Keterangan
Halaman gambar
Tambah : Kredit, tampilannya adalah sebagai berikut :
Angka
1. Tombol Tambah Angka Kredit, jika pengguna akan
menginputkan data angka kredit yang baru.
2. Daftar angka kredit yang telah diinput oleh pengguna.
3. Link Hapus untuk menghapus data angka kredit.

Gb.KESEHATAN  
27   KEMENTERIAN  KESEHATAN  RI  –  PUSAT  PROMOSI   9_2 -­‐  
PUSDIKLAT  APARATUR  
Tampilan halaman untuk menambahkan Angka kredit

Keterangan gambar :
1. Detail data pegawai
2. Detail kegiatan untuk menginputkan angka kredit
3. Tombol Simpan untuk menyimpan

424 KEMENTERIAN KESEHATAN RI


PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

Berikut ini tampilan isian yang telah diisi :

Gb. 9_3
Tampilan halaman untuk menambahkan Angka kredit (data terisi)

11. Laporan
Menu laporan untuk menampilkan data- data laporan yang sudah
pernah dicetak maupun membuat laporan
Modul lainnya.
Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

29   KEMENTERIAN  KESEHATAN  RI  –  PUSAT  PROMOSI  KESEHATAN  -­‐  


PUSDIKLAT  APARATUR  

Gb. 10_1
Tampilan awal sebelum ada data yang ditambahkan

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
425
PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli
Gb. 10_1
Tampilan awal sebelum ada data yang ditambahkan

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Gb. 10_2
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli
Tampilan awal sesudah ada data yang ditambahkan
30   KEMENTERIAN  KESEHATAN  RI  –  PUSAT  PROMOSI  KESEHATAN  -­‐  
Untuk menambahkan data atau mencetak laporan selain yang
PUSDIKLAT  APARATUR  
ada di dalam list, Anda dapat menekan tombol ‘Tambah Data’
(Label 1). Dan akan muncul tampilan seperti dibawah ini.

Gb. 10_3
Tampilan untuk menambahkan data (mencetak laporan lain
selain yang ada di list)

426 KEMENTERIAN KESEHATAN RI


PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

Gb. 10_4
Tampilan awal setelah menekan tombol ‘Tambah Data’

a. Catatan Harian
Catatan Harian merupakan laporan detail yang akan
menampilkan detail data-data yang diinput oleh pengguna
dengan rincian per tanggal. Untuk menampilkan laporan ini,
pengguna harus melakukan langkah-langkahnya sebagai berikut
:
# Pilih Tipe : Catatan Harian
# Pilih Unsur yang akan ditampilkan
# Tentukan Periode, yaitu Bulan dan Tahun.
# Pilih Atasan Langsung yang bertanggung jawab dengan hasil
laporan yang diinginkan.
# Pilih Tanggal Cetak yang diinginkan. Pengisian ini ditujukan
untuk melakukan cetak ulang dengan tanggal yang sama
(misalkan seandainya file cetakan hilang).
# Tekan tombol Tampilkan

32   KEMENTERIAN  KESEHATAN  RI  –  PUSAT  PROMOSI  KESEHATAN  -­‐  


PUSDIKLAT  APARATUR  

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
427
PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

Gb. 10_5
Tampilan pengisian data yang ingin ditampilkan

Gb. 10_6
Tampilan laporan Catatan Harian

b. Laporan Harian
Laporan Harian merupakan laporan hasil summary yang akan
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
menampilkan data-data
Bagi Pejabat Fungsional yangPenyuluh
diinput Kesehatan
oleh pengguna dengan
Masyarakat Ahli
range per bulan dan dirinci per tanggal. Untuk menampilkan
laporan
33   KEMENTERIAN   ini, pengguna
KESEHATAN   harus KESEHATAN  
RI  –  PUSAT  PROMOSI   melakukan-­‐   langkah-langkahnya
PUSDIKLAT   A PARATUR  
sebagai berikut :
# Pilih Tipe : Laporan Harian
# Tentukan Periode, yaitu Bulan dan Tahun.
# Pilih Atasan Langsung yang bertanggung jawab dengan hasil
laporan yang diinginkan.
# Pilih Tanggal Cetak yang diinginkan. Pengisian ini ditujukan
untuk melakukan cetak ulang dengan tanggal yang sama
(misalkan seandainya file cetakan hilang).
# Tekan tombol Tampilkan

428 KEMENTERIAN KESEHATAN RI


PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

Gb. 10_12
Tampilan laporan Laporan Harian

c. Laporan Bulanan
Laporan Bulanan merupakan laporan hasil summary yang akan
menampilkan data-data yang diinput oleh pengguna dengan
range antara bulan pertama dan bulan kedua dan ditampilkan
per bulan. Untuk menampilkan laporan ini, pengguna harus
melakukan langkah-langkahnya sebagai berikut :
# Pilih Tipe : Laporan Bulanan
# Tentukan Periode, yaitu Bulan dan Tahun yang pertama dan
Bulan dan Tahun yang kedua.
# Pilih Atasan Langsung yang bertanggung jawab dengan hasil
laporan yang diinginkan.
# Pilih Tanggal Cetak yang diinginkan. Pengisian ini ditujukan
untuk melakukan cetak ulang dengan tanggal yang sama
(misalkan seandainya file cetakan hilang).
# Tekan tombol Tampilkan

35   KEMENTERIAN  KESEHATAN  RI  –  PUSAT  PROMOSI  KESEHATAN  -­‐  


PUSDIKLAT  APARATUR  

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
429
PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

Gb. 10_13
Tampilan pengisian data yang ingin ditampilkan

Gb. 10_14
Tampilan laporan Laporan Bulanan

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli
12. DUPAK

Menu DUPAK untuk menampilkan data-data laporan DUPAK yang


36   KEMENTERIAN  KESEHATAN  RI  –  PUSAT  PROMOSI  KESEHATAN  -­‐  
sudah pernah dicetak maupun mencetak laporan DUPAK lainnya
PUSDIKLAT  APARATUR  
sesuai dengan kebutuhan pengguna.

430 KEMENTERIAN KESEHATAN RI


PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Menu DUPAK untuk menampilkan data-data laporan DUPAK yang
sudah pernah dicetak maupun mencetak laporan DUPAK lainnya
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli
sesuai dengan kebutuhan pengguna.

Gb. 11_1
Tampilan awal sebelum ada data yang ditambahkan
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

37   KEMENTERIAN  KESEHATAN  RI  –  PUSAT  PROMOSI  KESEHATAN  -­‐  


PUSDIKLAT  APARATUR   Gb. 11_2
Tampilan awal sesudah ada data yang ditambahkan

Untuk menambahkan data atau mencetak laporan selain yang ada di


dalam list, Anda dapat menekan tombol ‘Tambah Data’ (Label 1). Dan
akan muncul tampilan seperti dibawah ini.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
431
PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Tampilan awal sesudah ada data yang ditambahkan
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Untuk
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh menambahkan
Kesehatan data atau mencetak laporan selain yang ada di
Masyarakat Ahli
dalam list, Anda dapat menekan tombol ‘Tambah Data’ (Label 1). Dan
akan muncul tampilan seperti dibawah ini.

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli
Gb. 11_3
Tampilan
38   KEMENTERIAN   untuk menambahkan
KESEHATAN   data
RI  –  PUSAT  PROMOSI   (mencetak
KESEHATAN  -­‐   laporan lain selain
PUSDIKLAT  APARATUR   yang ada di list)

Berikut ini adalah tampilan setelah pengguna menekan tombol


Tambah Data dan langkah-langkah yang harus diisikan oleh
pengguna, antara lain :
# Pilih Periode yang akan ditampilkan, yaitu Bulan dan Tahun
pertama dan Bulan dan Tahun kedua.
# Pilih Pejabat Pengusul yang akan muncul pada laporan Dupak
sebagai penandatangan.
# Pilih Ketua Tim Penilai yang akan muncul pada laporan Dupak
sebagai penandatangan.
# Pilih Anggota-Anggota Tim Penilai yang akan muncul pada
laporan Dupak sebagai penandatangan. (Maksimal 5 (lima)
nama)
# Isikan tanggal cetak yang diinginkan.

Gb. 11_4
Tampilan awal setelah menekan tombol ‘Tambah Data’

432 KEMENTERIAN KESEHATAN RI


PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
39   KEMENTERIAN  KESEHATAN  RI  –  PUSAT  PROMOSI  KESEHATAN  -­‐  
PUSDIKLAT  APARATUR  
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

Gb. 11_5
Tampilan pengisian data yang ingin ditampilkan

40   KEMENTERIAN  KESEHATAN  RI  –  PUSAT  PROMOSI  KESEHATAN  -­‐  


PUSDIKLAT  APARATUR  

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
433
PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

Gb. 11_6
Tampilan Laporan Dupak yang ditampilkan
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli
13. Keluar
Menu ini digunakan untuk keluar dari sistem dan login pengguna yang
41   KEMENTERIAN  KESEHATAN  RI  –  PUSAT  PROMOSI  KESEHATAN  -­‐  
bersangkutan.
PUSDIKLAT  APARATUR  

C. Beberapa Hal yang Perlu Diperhatikan dalam Pengitungan Angka


Kredit

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penghitungan angka kredit :


1. Dalam menetapkan prestasi yang telah ditentukan kedalam butir
kegiatan.
2. Kelengkapan bukti fisik atas prestasi yang telah dilakukan
3. Penghitungan angka kredit

434 Kelengkapan fisik untuk setiap butir kegiatan Jabatan


KEMENTERIAN KESEHATAN RI Fungsional
Penyuluh Kesehatan Masyarakat adalah sebagai berikut :
PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

C. Beberapa Hal yang Perlu Diperhatikan dalam Pengitungan Angka Kredit

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penghitungan angka kredit :


1. Dalam menetapkan prestasi yang telah ditentukan kedalam butir kegiatan.
2. Kelengkapan bukti fisik atas prestasi yang telah dilakukan
3. Penghitungan angka kredit

Kelengkapan fisik untuk setiap butir kegiatan Jabatan Fungsional Penyuluh Kesehatan
Masyarakat adalah sebagai berikut :

1. Penilaian Angka Kredit Unsur Utama : Pendidikan

a. Mengikuti pendidikan formal dan memperoleh ijazah/gelar

Butir Kegiatan Bukti Yang Diperlukan/ Angka Pelaksana


Butuhkan Kredit
a. Doktor FC Ijazah dan transkrip 150 Semua
dilegalisir jenjang
b. Pasca Sarjana Surat Tubel, Fc Ijazah dan 100 Semua
transkrip dilegalisir jenjang
c. Sarjana/ D IV Surat Tubel, Fc Ijazah dan 75 Semua
transkrip dilegalisir jenjang

b. Pendidikan dan pelatihan fungsional di bidang penyuluh kesehatan


masyarakat dan mendapatkan STTPL atau Sertifikat.

Butir Kegiatan Bukti Yang Diperlukan/ Angka Pelaksana


Butuhkan Kredit
a. Lebih dari 960 jam Fc STTPL/Sertifikat 15 Semua
jenjang
b. 641 - 960 jam Fc STTPL/Sertifikat 9 Semua
jenjang
c. 481 – 640 jam Fc STTPL/Sertifikat 5 Semua
jenjang
d. 161 – 480 jam Fc STTPL/Sertifikat 3 Semua
jenjang
e. 81 – 160 jam Fc STTPL/Sertifikat 2 Semua
jenjang
f. 30 – 80 jam Fc STTPL/Sertifikat 1 Semua
jenjang

2. Penilaian Angka Kredit Unsur Utama : Penyuluhan Kesehatan Masyarakat.

a. Mempersiapkan kegiatan penyuluhan kesehatan masyarakat

Butir Kegiatan Bukti Yang Angka Pelaksana


Diperlukan/ Kredit
Butuhkan
1. Menyusun rencana 5 tahunan
a. Membuat kerangka acuan Kerangka acuan 0.20 PKM Muda
b. Menganalisan dan Laporan yang 0.07 PKM Muda
36   KEMENTERIAN  KESEHATAN  RI  –  PUSAT  PROMOSI  KESEHATAN  -­‐  
PUSDIKLAT  APARATUR  

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
435
PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

mengevaluasi data dilegalisir


c. Mempersiapkan rencana Laporan yang 0.16 PKM Muda
dilegalisir
d. Mengevaluasi penyusunan Laporan yang 0.18 PKM
rencana dilegalisir Madya

2. Menyusun rencana tahunan


a. Membuat kerangka acuan Kerangka acuan 0.05 PKM
Pertama
b. Menganalisa dan Laporan yang 0.025 PKM
mengolah data dilegalisir Pertama
c. Mempersiapkan rencana Laporan yang 0.05 PKM
dilegalisir Pertama
d. Mengevaluasi Laporan yang 0.06 PKM
penyusunan rencana dilegalisir Madya

3. Mengidentifikasi potensi wilayah yang berkaitan dengan masalah


kesehatan
a. Menyusun K.Acuan dlm Kerangka acuan 0.072 PKM
rangka identifikasi Pertama
potensi wilayah
b. Menyusun instrumen Instrumen & laporan 0.182 PKM Muda
terbuka yg dilegalisir
c. Menyusun instrumen Instrumen & laporan 0.351 PKM
tertutup yg dilegalisir Madya
d. Mengumpulkan data Laporan yang 0.044 PKM
primer dengan cara dilegalisir Pertama
wawancara mendalam
e. Mengumpulkan data Laporan yang 0.076 PKM
primer dgn cara diskusi dilegalisir Pertama
kelompok terarah
f. Mengumpulkan data dng Laporan yang 0.035 PKM
cara observasi dilegalisir Pertama
berkelanjutan
g. Mengumpulkan data Laporan yang 0.043 PKM
sekunder dari berbagai dilegalisir Pertama
sumber
h. Melakukan tabulasi dan Laporan yang 0.172 PKM Muda
pengolahan data dengan dilegalsiri
komputer
i. Melakukan analisis hasil Laporan yang 0.071 PKM
tabulasi data secara dilegalisir Pertama
analitik
j. Menyusun hasil Laporan yg dilegalsir 0.18 PKM Muda
pelaksanaan dengan
menggunakan bbrapa
instrumen

4. Pengembangan rancangan strategi penyuluhan kesehatan masyarakat


a. a.Menyusun rancangan Rancangan strategi 0.055 PKM
strategi penyuluhan tkt. Kec tkt Kec & Nota Pertama
untuk prog. terpadu persetujuan atasan
37   KEMENTERIAN  KESEHATAN  RI  –  PUSAT  PROMOSI  KESEHATAN  -­‐  
PUSDIKLAT  APARATUR  
436 KEMENTERIAN KESEHATAN RI
PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

b. b.Menyusun rancangan Rancangan strategi 0.07 PKM


strategi penyuluhan tkt. tkt Kab/Kota & Nota Pertama
Kab/Kota untuk prog. persetujuan atasan &
terpadu prog terkait
c. c.Menyusun rancangan Rancangan strategi 0.18 PKM Muda
strategi penyuluhan tkt. tkt Provinsi & Nota
Provinsi untuk prog. persetujuan atasan
terpadu &prog terkait
d. d.Menyusun rancangan Rancangan strategi 0.12 PKM Muda
strategi penyuluhan tkt. tkt Nasional &Nota
Nasional untuk 1 program persetujuan atasan
&prog terkait
e. Menyusun rancangan Rancangan strategi 0.36 PKM
strategi penyuluhan tkt. tkt Nasional & Nota Madya
Nasional untuk program persetujuan atasan &
terpadu prog terkait
f. Menyusun rancangan Ranc. Strategi PKM 0.54 PKM
strategi penyuluhan tkt. Intern.& pers/ Madya
Internasional recomendasi forum
Internasional
g. Melaksanakan ujicoba TOR, Kuesioner, Hasil 0.33 PKM
ranc. Strategi penyuluhan laporan, SK Tim Madya
tkt Nasional
h. Menyusun rencana Rancangan usulan, 0.36 PKM Muda
kerja/usulan kegiatan tkt TOR kegiatan
Provinsi
i. Menyusun rancanagn Rancangan usulan, 0.60 PKM
kerja/usulan kegiatan tkt TOR kegiatan Madya
Nasional
j. Menyusun rencana Rancangan usulan, 1.60 PKM
kerja/usulan keg tkt TOR kegiatan & Madya
regional/internasuional pers/recomendasi
internasional.

5. Pengembangan Media Penyuluhan


a. Menyusun materi Naskah, nota pers. 0.041 PKM
penyuluhan untuk radio dlm prog/atasan Pertama
bentuk spot
b. Menyusun materi Naskah, nota pers. 0.09 PKM
penyuluhan untuk radio dlm prog/atasan Pertama
bentuk ceramah
c. Menyusun materi Naskah, nota pers. 0.18 PKM Muda
penyuluhan untuk radio dlm prog/atasan
bentuk wwcr/dialog
d. Menyusun materi Naskah, nota pers. 0.063 PKM
penyuluhan untuk televisi prog/atasan Pertama
dlm bentuk spot
e. Menyusun materi Naskah, nota pers. 0.18 PKM
penyuluhan untuk televisi prog/atasan Pertama
dlm bentuk filler
f. Menyusun materi Naskah, nota pers. 0.402 PKM Muda
penyuluhan untuk televisi prog/atasan
38   KEMENTERIAN  KESEHATAN  RI  –  PUSAT  PROMOSI  KESEHATAN  -­‐  
PUSDIKLAT  APARATUR  

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
437
PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

dlm bentuk
fragmen/obrolan
g. Menyusun materi Naskah, nota pers. 0.11 PKM
penyuluhan untuk televisi prog/atasan Pertama
dlm bentuk drama seri
h. Menyusun materi Naskah, nota pers. 0.09 PKM Muda
penyuluhan untuk televisi prog/atasan
dlm bentuk wwcr/dialog
i. Menyusun materi Naskah, nota pers. 0.344 PKM Muda
penyuluhan untuk televisi prog/atasan
dlm bentuk sinetron
j. Menyusun materi Naskah, nota pers. 0.135 PKM
penyuluhan untuk televisi prog/atasan Madya
dlm bentuk ceramah
k. Menyusun materi Naskah, nota pers. 0.18 PKM
penyuluhan untuk media prog/atasan Pertama
luar ruang dlm bentuk
megatron
l. Menyusun materi Naskah, nota pers. 0.428 PKM Muda
penyuluhan untuk media prog/atasan
luar ruang dlm bentuk
software
m. Menyusun materi Naskah, nota pers. 0.642 PKM
penyuluhan untuk media prog/atasan Madya
komputer dlm bentuk Web
Page
n. Menyusun materi Naskah, nota pers. 0.134 PKM Muda
penyuluhan untuk media prog/atasan
komputer dlm btk. Interaktif
screen
o. Menyusun materi Naskah, nota pers. 0.02 PKM
penyuluhan untuk media prog/atasan Pertama
tatapmuka dlm bentuk
konseling
p. Menyusun materi Naskah, nota pers. 0.085 PKM
penyuluhan untuk media prog/atasan Pertama
cetak dlm bentuk booklet
q. Menyusun materi Naskah, nota pers. 0.35 PKM
penyuluhan untuk media prog/atasan Pertama
tradisional
r. Menyusun materi Naskah, nota pers. 3.3 PKM
penyuluhan untuk media prog/atasan Madya
film dokumenter
s. Menyusun materi Naskah, nota pers. 1.24 PKM Muda
penyuluhan untuk media prog/atasan
slide seri.

6. Membuat rancangan (disagn) media penyuluhan kesehatan masyarakat


a. Membuat rancangan media Rancangan/naskah 0.061 PKM Muda
penyuluhan untuk media media, pers atasan
film dokumenter
b. Membuat rancangan media Rancangan/naskah 0.172 PKM Muda
39   KEMENTERIAN  KESEHATAN  RI  –  PUSAT  PROMOSI  KESEHATAN  -­‐  
PUSDIKLAT  APARATUR  
438 KEMENTERIAN KESEHATAN RI
PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

penyuluhan untuk media media, pers atasan


komupter

7. Melakukan Uji coba media penyuluhan


a. Melaksanakan persiapan Kacuan ujicoba, SE 0.186 PKM
ujicoba dengan membuat ujicoba Pertama
kerangka acuan untuk
beberapa wilayah
b. Melaksanakan ujicoba Bahan instrumen 0.045 PKM
media audiovisual dengan ujicoba, Srt tugas, Pertama
durasi > 1 menit laporan
c. Melaksanakan ujicoba Bahan instrumen 0.075 PKM
media cetak dng jumlah ujicoba, Srt tugas, Pertama
halaman > dari 1 laporan
d. Mengolah hasil ujicoba Laporan hasil ujicoba 0.162 PKM Muda
audiovisual
e. Mengolah hasil ujicoba Laporan hasil ujicoba 0.061 PKM
media cetak Pertama
f. Melakukan penyempurnaan Story board/sinpsis yg 0.252 PKM
hasil ujicoba media audio disempurnakan Madya
visual
g. Melakukan penyempurnaan Laporan, media cetak 0.036 PKM
hasil ujicoba media cetak yg disempurnakan Pertama
h. Menyusun laporan ujicoba Laporan ujicoba 0.056 PKM
yg menggunakan 1 jenis Pertama
instrumen
i. Menyusun laporan ujicoba Laporan ujicoba 0.146 PKM Muda
yang menggunakan bbrapa
instrumen

8. Melaksanakan evaluasi media penyuluhan kesehatan masyarakat


a. Melaksanakan persiapan Kacuan evaluasi 0.09 PKM Muda
evaluasi media dng
membuat Krk Acuan untuk
lbh dari 1 wilayah
b. Melakukan persiapan Instrumen tertutup 0.12 PKM Muda
evaluasi media dng <10 var
membuat instrumen
tertutup dng variabel < 10
c. Melakukan persiapan Instruemn tertutup > 0.396 PKM
evaluasi media dng 10 var Madya
membuat instrumen
tertutup dng variabel > 10

9. Melaksanakan evaluasi
atas proses dan hasil dari
media penyuluhan
a. Media audiovisual Laporan & srt tugas 0.154 PKM Muda
b. Media cetak Laporan & srt tugas 0.061 PKM
Pertama
c. Media luar ruang Laporan & srt tugas 0.031 PKM
Pertama
40   KEMENTERIAN  KESEHATAN  RI  –  PUSAT  PROMOSI  KESEHATAN  -­‐  
PUSDIKLAT  APARATUR  

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
439
PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

d. Media komputer Laporan & srt tugas 0.084 PKM


Madya
e. Media pameran Laporan & srt tugas 0.078 PKM
Madya
f. Media tradisional Laporan & srt tugas 0.042 PKM Muda
g. Melaksanakan tabulasi dan Laporan & srt tugas 0.057 PKM
pengolahan data hasil Pertama
evaluasi media penylh dng
cara manual, dng variabel >
dari 10
h. Melaksanakan tabulasi dan Laporan & srt tugas 0.09 PKM Muda
pengolahan data hasil
evaluasi media penylh dng
komputer, dng variabel >
dari 10
i. Melaksanakan analisa hasil Laporan & srt tugas 0.11 PKM Muda
pengolahan dan tabulasi
data pelaksanaan evaluasi
media penylh dng metode
descriptif
j. Melakukan analisis hasil Laporan & srt tugas 0.192 PKM
pengolahan dan tabulasi Madya
data pelaksanaan evaluasi
penylh dng metode analitik

k. Menyusun laporan hasil Laporan & srt tugas 0.094 PKM Muda
pelaksanaan evaluasi
media penylh dng metode
deskriptif
l. Menyusun laporan hasil Laporan & srt tugas 0.156 PKM
pelaksanaan evaluasi Madya
media penylh dng metode
analitik

10. Memprakondisikan kegiatan penyulh kes. masyarakat di lapangan


a. Melakukan pertemuan Laporan & Srt tugas 0.03 PKM
lintas program/sektor tkt Pertama
Kab/Kota
b. Melakukan pertemuan Laporan & Srt tugas 0.08 PKM Muda
lintas program/sektor tkt
Provinsi
c. Melakukan pertemuan Laporan & Srt tugas 0.135 PKM
lintas program/sektor tkt Madya
Nasional

41   KEMENTERIAN  KESEHATAN  RI  –  PUSAT  PROMOSI  KESEHATAN  -­‐  


PUSDIKLAT  APARATUR  
440 KEMENTERIAN KESEHATAN RI
PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

b. Melaksanakan Advokasi Kesehatan.

Butir Kegiatan Bukti Yang Diperlukan/ Angka Pelaksana


Butuhkan Kredit
1. Melalui Identifikasi
a. Melakukan identifikasi Srt tugas , analisa data 0.035 PKM
untuk sasaran tersier sasaran Pertama
b. Melakukan identifikasi Srt tugas, analisa data 0.084 PKM
data strategi untuk strategi dan peluang Muda
melakukan pendekatan

2. Menyusun perencanaan advokasi


a. Menyusun perencanaan Srt tugas, Rencana 0.094 PKM
untuk pelaksanaan kerja+TOR dan jadwal, Muda
advokasi di tkt. Prov. SK.
b. Menyusun perencanaan Srt tugas, Rencana 0.189 PKM
untuk pelaksanaan kerja+TOR dan jadwal, Madya
advokasi tkt. Nasional SK.
c. Menyusun perencanaan Srt tugas, Rencana 0.39 PKM
untuk pelaksanaan kerja+TOR dan jadwal, Madya
advokasi tkt. SK.
Internasional

3. Melaksanakan advokasi
a. Melaksanakan advokasi di Srt menyurat, SK, Srt 0.02 PKM
tkt Provinsi. tugas, laporan, dan Pertama
bahan/materi
b. Melaksanakan advokasi di Srt menyurat, SK, Srt 0.04 PKM
tkt Nasional tugas, laporan, dan Muda
bahan/materi
c. Melaksanakan advokasi di Srt menyurat, SK, Srt 0.06 PKM
tkt Internasional tugas, laporan, dan Madya
bahan/materi

4. Melaksanakan evaluasi atas hasil advokasi


a. a. Melaksanakan evaluasi Produk advokasi, 0.04 PKM
atas hasil advokasi tkt Laporan implementasi/ Muda
Provinsi TLanjut, Lap sosialisasi
b. b. Melaksanakan evaluasi Produk advokasi, 0.3 PKM
atas hasil advokasi tkt Laporan implementasi/ Madya
Nasional TLanjut, Lap sosialisasi
c. c. Melaksanakan evaluasi Produk advokasi, 0.3 PKM
atas hasil advokasi tkt Laporan implementasi/ Madya
Internasional TLanjut, Lap sosialisasi

5. Menyusun laporan hasil advokasi


a. Secara descriptif Laporan 0.126 PKM
Muda
b. Secara analitik Laporan 0.174 PKM
Madya

42   KEMENTERIAN  KESEHATAN  RI  –  PUSAT  PROMOSI  KESEHATAN  -­‐  


PUSDIKLAT  APARATUR  

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
441
PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

c. Melaksanakan penggalangan dukungan sosial

Butir Kegiatan Bukti Yang Diperlukan / Angka Pelaksana


Butuhkan Kredit
1. Menyusun perencanaan ntuk melaksanakan dukungan sosial
a. Merancang cara untuk Konsep rencana/Laporan 0.148 PKM
mendapatkan dukungan notulen rapat Muda
sosial tkt Provinsi
b. Merancang cara untuk Konsep rencana/Laporan 0.174 PKM
mendapatkan dukungan notulen rapat Madya
sosial tkt Nasional
c. Merancang cara untuk Konsep rencana/Laporan 0.27 PKM
mendapatkan dukungan notulen rapat Madya
sosial tkt Internasional

2. Melaksanakan penggalangan dukungan sosial


a. Melaksanakan keg Laporan kegiatan 0.045 PKM
penggalangan dukungan Pertama
sosial tkt provinsi
b. Melaksanakan keg Laporan kegiatan 0.09 PKM
penggalangan dukungan Muda
sosial tkt nasional
c. Melaksanakan keg Laporan kegiatan 0.27 PKM
penggalangan dukungan Madya
sosial tkt internasional

4. Melakukan pengembangan penggalangan dukungan sosial di masy


melalui pemantauan
Melakukan pengembangan Laporan kegiatan 0.054 PKM
penggalangan dukungan Pertama
sosial di masy melalui
pemantauan

5. Membuat laporan hasil pelaksanaan penggalangan dukungan sosial


a. Deskriptif Laporan kegiatan 0.054 PKM
Pertama
b. Analitik Laporan kegiatan 0.07 PKM
Pertama

d. Melaksanakan penyuluhan untuk pemberdayaan masyarakat.

Butir Kegiatan Bukti Yang Diperlukan / Angka Pelaksana


Butuhkan Kredit
1. Melaksanakan kegiatan penyul. langsung
a. Melaksanakan penyulh Laporan, dok foto 0.042 PKM
kelompok dng demontrasi, Undangan, Pertama
demontrasi/praktek daftar hadir.
b. Melaksanakan penyulh Undangan, daftar hadir, 0.013 PKM
individu dng demo praktek. Muda
demontrasi/praktek
43   KEMENTERIAN  KESEHATAN  RI  –  PUSAT  PROMOSI  KESEHATAN  -­‐  
PUSDIKLAT  APARATUR  
442 KEMENTERIAN KESEHATAN RI
PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

2. Melaksanakan penyulh tidak langsung


a. Melalui radio dng satu Naskah, laporan di tt. 0.014 PKM
arah Stasion radio Muda
b. Melalui radio dng dua Naskah, laporan di tt. 0.021 PKM
arah Stasion radio Madya
c. Melalui televisi dng satu Naskah, laporan di tt. 0.03 PKM
arah Stasion tv Madya
d. Melalui televisi dng dua Naskah, laporan di tt. 0.06 PKM
arah Stasion tv Madya
e. Melalui koran/majalah/SK Kliping/naskah, laporan 0.156 PKM
Muda
f. Melalui komputer/internet Naskah, laporan 0.09 PKM
Muda
g. Melalui surat Naskah, surat. 0.02 PKM
Pertama

3. Melaksanakan kegiatan pameran


a. Membuat rencana ranc Kacuan, renc rancangan, 0.076 PKM
pameran laporan Madya
b. Melaksanakan tgs Srt tugas, laporan, juknis 0.01 PKM
pramuwicara pameran tk Pertama
nasional ( per hari )
c. Melaksanakan tgs Srt tugas, laporan, juknis 0.03
prmauwicara tk
Internasional ( per hari)

4. Memberikan pelayanan konseling


Memberikan pelayanan Laporan, dok foto, 0.005 PKM
konseling kpd masy dng naskah rekaman Pertama
dasar pendidikan diatas
SLTA

5. Melakukan Pemantauan dan evaluasi program penyuluhan kesehatan


a. Membuat konsep Laporan, konsep 0.04 PKM
pedoman pemantauan pedoman Muda
b. Membuat konsep Laporan, konsep 0.6 PKM
pedoman evaluasi pedoman Madya
c. Membuat instrumen Naskah Instrumen 0.114 PKM
pemantauan Muda
d. Mermbuat instrumen Naskah instrumen 0.186 PKM
evaluasi Madya
e. Melaksanakan Laporan kegiatan, 0.09 PKM
pemantauan program instrumen isian Muda
penyuluhan
f. f. Melaksanakan evaluasi Laporan kegiatan, 0.0135 PKM
program penyuluhan instrumen isian Madya

44   KEMENTERIAN  KESEHATAN  RI  –  PUSAT  PROMOSI  KESEHATAN  -­‐  


PUSDIKLAT  APARATUR  

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
443
PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

3. Penilaian Angka Kredit Unsur Utama : Pengembangan Penyuluhan Kesehatan


Masyarakat

a. Melaksanakan pengembangan pedoman penyuluhan

Butir Kegiatan Bukti Yang Diperlukan / Angka Pelaksana


Butuhkan Kredit
1. Menyusun pedoman/panduan program
a. Menyusun konsep Konsep pedoman 0..2 PKM
panduan/juknis untuk 1 Pertama
program
b. Menyusun konsep Konsep pedoman 0.4 PKM
panduan/juknis untuk Pertama
program terpadu

2. Membahas pedoman/juknis
a. Membahas sbg penyaji Konsep bhn penyajian, 0.02 PKM
konsep pedoman/juknis srt tugas Pertama
untk 1 program
b. Membahas sbg penyaji Konsep bhn penyajian, 0.04 PKM
konsep pedoman/juknis srt tugas Muda
untk program terpd
c. Membahas sbg Makalah pembahasan 0.02 PKM
pembahas konsep Pertama
pedoman/juknis untk 1
program
d. Membahas sbg Makalah pembahasan 0.04 PKM
pembahas konsep Muda
pedoman/juknis untk
program terpadu
e. Membahas sbg Makalah/srt tugas sbg 0.06 PKM
narasumber konsep NS Madya
pedoman/juknis untk 1
program
f. Membahas sbg Makalah/srt tugas sbg 0.06 PKM
narasumber konsep NS Madya
pedoman/juknis untk
program terpadu

3. Merumuskan konsep pedoman/ juknis


a. Merumuskan konsep Konsep pedoman 0.04 PKM
pedoman/ juknis untk 1 Muda
program
b. Merumuskan konsep Konsep pedoman 0.04 PKM
pedoman/ juknis untk Muda
program terpadu

45   KEMENTERIAN  KESEHATAN  RI  –  PUSAT  PROMOSI  KESEHATAN  -­‐  


PUSDIKLAT  APARATUR  
444 KEMENTERIAN KESEHATAN RI
PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

b. Merumuskan Sistem Pengembangan Penyuluhan

Butir Kegiatan Bukti Yang Diperlukan / Angka Pelaksana


Butuhkan Kredit
1. Merumuskan kebijakan pengembangan Penyuluhan kesehatan yang
sudah ada
a. Menyusun kerangka Kerangka acuan 0.33 PKM
acuan Pertama
b. Menyiapkan bahan/data/ Kumpulan bahan 0.342 PKM
informasi informasi Pertama
c. Mengolah dan mengkaji Laporan 0.264 PKM Muda
data/ informasi
d. Merumuskan konsep Konsep kebijakan 0.72 PKM Madya
kebijakan

2. Merumuskan kebijakan
pengembangan
penyuluhan kesehatan
bersifat penyempurnaan
a. Menyusun kerangka Kerangka acuan 0.264 PKM
acuan Pertama
b. Menyiapkan bahan/data/ Kumpulan bahan 0.132 PKM
informasi informasi Pertama
c. Mengolah dan mengkaji Laporan 0.24 PKM Muda
data/ informasi
d. Merumuskan konsep Konsep kebijakan 1.548 PKM Madya
kebijakan

c. Mengembangkan Metode Penyuluhan Kesehatan

Butir Kegiatan Bukti Yang Diperlukan / Angka Pelaksana


Butuhkan Kredit
1. Merumuskan pengembangan metode penyuluhan yang bersifat
penyempurnaan
a. Menyusun kerangka Kerangka acuan 0.684 PKM
acuan Pertama
b. Menyiapkan dan Laporan, berkas bhn 0.037 PKM Muda
mengolah informasi
bahan/data/informasi
c. Menganalisa data/ Laporan, konsep metode 0.9 PKM
informasi dan yg baru Madya
merumuskan konsep
kebijakan

2. Merumuskan pengembangan metode penyuluhan yang bersifat


pembaharuan
a. Menyusun kerangka Kerangka acuan 0.39 PKM
acuan Pertama
b. Menyiapkan dan Laporan, berkas bhn 0.396 PKM Muda
mengolah bahan/data/ informasi
informasi
c. Menganalisa data/ Laporan, konsep metode 0.57 PKM
46   KEMENTERIAN  KESEHATAN  RI  –  PUSAT  PROMOSI  KESEHATAN  -­‐  
PUSDIKLAT  APARATUR  

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
445
PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

informasi dan yg baru Madya


merumuskan konsep
kebijakan

4. Penilaian Angka Kredit Unsur Utama : Pengembangan Profesi

a. Membuat karya tulis/karya ilmiah bidang kesehatan

Butir Kegiatan Bukti Yang Diperlukan / Angka Pelaksana


Butuhkan Kredit
1. Karya ilmiah hasil penelitian bidang kesehatan yang dipublikasikan
a. Dlm bentuk buku yg Buku yg diterbitkan 12.5 Semua
diterbitkan dan diedarkan jenjang
secara nasional
b. dlm majalah ilmiah yg Fc majalah ilmiah yg 6.0 Semua
diakui instansi berwenang memuat karya ilmiah jenjang

2. Karya tulis berupa tinjauan atau ulasan ilmiah dng gagasan sendiri dlm
bidang kes yang tdk dipublikasikan, tetapi didokumentasi di
perpustakaan instansi ybs dlm bentuk:
a. Buku Buku yg diterbitkan 7.0 Semua
jenjang
b. Makalah Makalah 3.5 Semua
jenjang

3. Karya tulis berupa tinjauan atau ulasan ilmiah dng gagasan sendiri dlm
bidg penyulh kes yang dipublikasikan dlm bentuk:
a. Buku Buku 8.0 Semua
jenjang
b. Makalah Makalah 4.0 Semua
jenjang

4. Tulisan populer di bidang penylh kes msy yg disebarluaskan mel


media massa
Tulisan populer di bidang Fc makalah yg 2.0 Semua
penylh kes msy yg dipublikasikan&kliping jenjang
disebarluaskan mel media media massa
massa

5. Menyampaikan prasaran berupa tinjauan gagasan atau ulasan ilmiah di


bidang penylh kes pada pertemuan ilmiah
Menyampaikan prasaran Makalah yg disajikan, srt 2.5 Semua
berupa tinjauan gagasan tugas/ undangan jenjang
atau ulasan ilmiah di bidang
penylh kes pada pertemuan
ilmiah

47   KEMENTERIAN  KESEHATAN  RI  –  PUSAT  PROMOSI  KESEHATAN  -­‐  


PUSDIKLAT  APARATUR  
446 KEMENTERIAN KESEHATAN RI
PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

b. Menerjemahkan/menyadur buku dan bahan lainnya di bidang penyuluhan


kesehatan masyarakat

Butir Kegiatan Bukti Yang Diperlukan / Angka Pelaksana


Butuhkan Kredit
1. Terjemahan/saduran dibidang Penylh Kes yang dipublikasikan dlm
bentuk :
a. Buku Buku 7.0 Semua
jenjang
b. Makalah Makalah 3.5 Semua
jenjang

2. Terjemahan/saduran di bidang Penyuluhan Kes. Yg tdk dipublikasikan


dlm bentuk :
a. Buku Buku 3.0 Semua
jenjang
b. Makalah Makalah 1.5 Semua
jenjang

3. Membuat abstrak tulisan yg dimuat dlm penerbitan


Membuat abstrak tulisan yg Makalah 1.5 Semua
dimuat dlm penerbitan jenjang

c. Membuat buku pedoman/petunjuk pelaksanaan/teknis di bidang penyuluhan


kesehatan masyarakat.

Butir Kegiatan Bukti Yang Diperlukan / Angka Pelaksana


Butuhkan Kredit
1. Membuat buku pedoman/ petunjuk pelaksanaan/ teknis di bidang
penylh. Kes masyarakat
Membuat buku pedoman/ Naskah pedoman 2.0 Semua
petunjuk pelaksanaan/ teknis jenjang
di bidang penylh. Kes
masyarakat

d. Mengembangkan teknologi tepat guna di bidang penyuluhan kesehatan


masyarakat.

Butir Kegiatan Bukti Yang Diperlukan / Angka Pelaksana


Butuhkan Kredit
1. Mengembangkan teknologi tepatguna di bid penyulh. Kes masyarakat
Mengembangkan teknologi Laporan kegiatan (per 5.0 Semua
tepatguna di bid penyulh. Kes kali keg) jenjang
masyarakat

48   KEMENTERIAN  KESEHATAN  RI  –  PUSAT  PROMOSI  KESEHATAN  -­‐  


PUSDIKLAT  APARATUR  

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
447
PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

5. Penilaian Angka Kredit Unsur Penunjang : Kegiatan Penyuluhan Kesehatan


Masyarakat.

a. Mengajar/melatih Dalam Bidang Penyuluhan Kesehatan Masyarakat.

Butir Kegiatan Bukti Yang Diperlukan / Angka Pelaksana


Butuhkan Kredit
1. Mengajar melatih pada pendidikan dan pelatihan pegawai
Mengajar melatih pada Srt tugas/undangan ( per 0.04 Semua
pendidikan dan pelatihan 2 jam pelajaran) jenjang
pegawai

b. Mengikuti kegiatan seminar/lokakarya Dakam Bidang Penyuluhan Kesehatan


Masyarakat

Butir Kegiatan Bukti Yang Diperlukan Angka Pelaksana


/ Butuhkan Kredit
1. Mengikuti seminar/lokakarya intenasional/nasional sebagai :
a. Pameran Laporan/srt tugs ( per 3.0 Semua
kali keg) jenjang
b. Pembahas/mdrator/ Laporan/srt tugs (per kali 2.0 Semua
narasumber keg) jenjang
c. Peserta Laporan/srt tugs (per kali 1.0 Semua
keg) jenjang

2. Mengikuti/berperan serta sebagai delegasi ilmiah sebagai :


a. a. Ketua Srt tgs/SK ( per kali keg) 1.5 Semua
jenjang
b. b. Anggota Srt tgs/SK (per kali keg) 1.0 Semua
jenjang

c. Menjadi anggota tim penilai JF-PKM

Butir Kegiatan Bukti Yang Diperlukan / Angka Pelaksana


Butuhkan Kredit
1. Menjadi anggota aktif tim Srt tgs/SK ( per th) 0.5
penilai

d. Mendapat penghargaan/tanda jasa

Butir Kegiatan Bukti Yang Diperlukan / Angka Pelaksana


Butuhkan Kredit
1. Tanda jasa/penghargaan dari pemerintah atas prestasi kerja
a. Nasional/Internasional Sertifikt/penghargaan 3.0 Semua
(per tandajasa) jenjang
b. Propinsi Sertifikt/penghargaan 2.5 Semua
(per tandajasa) jenjang
c. Kabupaten/kota Sertifikt/penghargaan 2.0 Semua
(per tandajasa) jenjang

2. Gelar kehormatan Sertifikt/gelar (per gelar) 15 Semua


jenjang
49   KEMENTERIAN  KESEHATAN  RI  –  PUSAT  PROMOSI  KESEHATAN  -­‐  
PUSDIKLAT  APARATUR  
448 KEMENTERIAN KESEHATAN RI
PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

e. Menjadi anggota organisasi profesi

Butir Kegiatan Bukti Yang Diperlukan / Angka Pelaksana


Butuhkan Kredit
1. Menjadi anggota org profesi tkt Nasional/Internasionall.
a. Pengurus aktif SK, Tanda anggota (per 1.0 Semua
tahun) jenjang
b. Anggota aktif Tanda anggota (per 0.75 Semua
tahun) jenjang

2. Menjadi anggota org profesi tkt Propinsi/Kab/kota.


a. Pengurus aktif SK, Tanda anggota (per 0.5 Semua
tahun) jenjang
b. Anggota aktif Tanda anggota (per 0.35 Semua
tahun) jenjang

f. Memperoleh gelar kesarjaan lainnya

Butir Kegiatan Bukti Yang Diperlukan / Angka Pelaksana


Butuhkan Kredit
1. memperoleh Ijazah/gelar yg tdk sesuai dlm bidang tugasnya:
a. Sarjana/DIV FC Ijazah dilegalisir 5.0 Semua
jenjang
b. Pasca Sarjana FC Ijazah dilegalisir 10.0 Semua
jenjang
c. Doktor FC Ijazah dilegalisir 15.0 Semua
jenjang

g. Menjadi anggota penilai karya-karya yg berkaitan dng advokasi, penggalangan


dukungan sosial, dan pemberdayaan masyarakat.

Butir Kegiatan Bukti Yang Diperlukan / Angka Pelaksana


Butuhkan Kredit
1. Menjadi anggota penilai, sebagai :
a. Ketua SK/Srt tgs 1.5 Semua
jenjang
b. Anggota SK/Srt tgs 1.0 Semua
jenjang

50   KEMENTERIAN  KESEHATAN  RI  –  PUSAT  PROMOSI  KESEHATAN  -­‐  


PUSDIKLAT  APARATUR  

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
449
PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

Pokok Bahasan 3.
MELAKUKAN PENGAJUAN DUPAK

A. PENGERTIAN
DUPAK adalah Daftar Usulan Penetapan Angka Kredit yang harud diisi oleh
Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat dan diketahui oleh pejabat
pengusul dan tim penilai.

B. LANGKAH-LANGKAH PENGISIAN FORM DUPAK


Langkah – Langkah pengisian formulir DUPAK adalah :
1. Mengisi Data Perorangan
2. Menyiapkan data angka kredit yang berasal Laporan Bulanan dalam suatu
periode tertentu

C. MEKANISME PENGAJUAN DUPAK


Mekanismes pengajuan DUPAK adalah :
1. Penyuluh Kesehatan Masyarakat yang akan dinilai wajib menyampaikan
bukti-bukti yang diperlukan sesuai dengan unsur-unsur kegiatan yang telah
diselesaikan
2. Hasil penilaian tersebut dimasukkan dalam formulir Daftar Usulan Penilaian
Angka Kredit disertai dengan pengisian data perorangan
3. DUPAK yang disertai bukti-bukti, sebelum disampaikan kepada pejabat
pengusul, harus terlebih dahulu kelengkapan dan kebenarannya oleh atasan
langsung dan tim penilai DUPAK.
4. DUPAK yang telah diteliti kebenaran dan kelengkapannya oleh atasan
langsung dan tim penilai DUPAK diajukan kepada pimpinan unit kerja untuk
selanjutnya diusulkan kepada pejabat yang berwenang menetapkan angka
kredit.

D. TIM PENILAI DUPAK


Tim Penilai Angka Kredit yang selanjutnya disebut Tim Penilai Jabatan Fungsional
Penyuluh Kesehatan Masyarakat adalah tim yang ditetapkan oleh pejabat
yang berwenang menetapkan angka kredit, yang bertugas untuk memberikan
pertimbangan dan menilai prestasi kerja Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan
Masyarakat

Tim Penilai jabatan fungsional Penyuluh Kesehatan berdasarkan jenjang jabatan


dan tempat kerja adalah :
1. Tim Penilai Jabatan Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat tingkat pusat
bagi Sekretaris Jenderal Kementerian Kesehatan yang selanjutnya disebut
Tim Penilai Pusat;

450 KEMENTERIAN KESEHATAN RI


PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

2. Tim Penilai Jabatan Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Instansi


Pusat bagi Pimpinan Instansi Pusat selain Kementerian Kesehatan yang
ditugaskan mengelola bidang kesehatan yang selanjutnya disebut Tim Penilai
Instansi Pusat selain Kementerian Kesehatan;
3. Tim Penilai Jabatan Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Pusat
Promosi Kesehatan bagi Kepala Pusat yang membidangi promosi kesehatan
dan pemberdayaan masyarakat yang selanjutnya disebut Tim Penilai Pusat
Promosi Kesehatan;
4. Tim Penilai Jabatan Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Provinsi
bagi Kepala Dinas Kesehatan Provinsi/Eselon II yang ditugaskan mengelola
bidang kesehatan yang selanjutnya disebut Tim Penilai Provinsi;
5. Tim Penilai Jabatan Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Kabupaten/
Kota bagi Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang selanjutnya disebut
Tim Penilai Kabupaten/Kota.
6. Tim Penilai Jabatan Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Umum/
Khusus Pusat dan Daerah bagi Direktur Rumah Sakit Umum/Khusus Pusat
dan Daerah yang selanjutnya disebut Tim Penilai Rumah Sakit Umum/Khusus
Pusat dan Daerah.

Tugas pokok Tim Penilai jabatan Penyuluh Kesehatan Masyarakat adalah:


1. Membantu pejabat penetap angka kredit dalam melakukan penilaian angka
kredit Penyuluh Kesehatan Masyarakat
2. Melaksanakan tugas-tugas lain yang berhubungan dengan penetapan angka
kredit yang diberikan oleh pejabat penetap angka kredit

Untuk melaksanakan tugas tersebut, Tim Penilai melakukan kegiatan :


a. Mencermati kelengkapan dokumen/bukti yang dipersyaratkan dari setiap
DUPAK yang diajukan;
b. Melakukan penilaian dan pemberian angka kredit atas setiap prestasi kerja
Penyuluh Kesehatan Masyarakat yang tercantum dalam DUPAK;
c. Menyampaikan hasil penilaian dan pemberian angka kredit sebagaimana
dimaksud dalam butir b kepada pejabat Penetap Angka Kredit;
d. Melaksanakan bimbingan, sosialisasi, supervisi, pemantauan dan evaluasi,
serta tugas-tugas lain yang berhubungan dengan penetapan angka kredit
Penyuluh Kesehatan Masyarakat.

Dalam melaksanakan tugasnya, Tim Penilai bertanggung jawab kepada pejabat

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
451
PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

CONTOH KASUS

Contoh kasus (1) :

Sdri. Meylina Puspitasari, SKM, menduduki JF-PKM Ahli Pertama melalui pengangkatan
Pertama TMT 1 Juni 2010, dengan angka kredit: 150. Sdri. Meylina Puspitasari, SKM
dipersiapkan untuk menjadi Tim Pelatih JF-PKM di Pusat Promkes, oleh karena itu
tanggal 8 -18 Juli 2011 mengikuti TOT JF-PKM tingkat ahli selama 96 jam pelajaran
dengan mendapat STTPL. Sdri. Meylina Puspitasari, SKM, mulai bulan Januari 2012
tugas belajar Pasca Sarjana selama 18 bulan, dan mendapat Ijazah Gelar M.Kes
pada Bulan Agustus 2013. Mulai 1 Oktober 2013 sudah aktif kembali melaksanakan
tugas di Pusat Promosi Kesehatan.
Sdri. Meylina Puspitasari, SKM, selama pendidikan S2, aktif mengikuti Seminar tingkat
Nasional pada Bulan April 2013, dan seminar yang diikuti sebanyak 4 kali.
Pertanyaan :
1. Kelengkapan administrasi apa saja diperlukan ?
2. Kegiatan yang mana saja yang dapat dihitung/diberikan angka kredit?
3. Berapa besar angka kredit yang diperoleh Sdri. Meylina Puspitasari, SKM, dari
contoh kasus diatas?
4. Apakah mengikuti Seminar tingkat Internasional di bulan April 2004 dapat
dihitung angka kreditnya keunsur utama Pendidikan? ( apabila jawabannya YA :
apa alasannya dan Apabila jawabannya TIDAK apa alasannya).

Contoh kasus (2) :

Sdri. Meylina Puspitasari, SKM, menduduki JF-PKM Ahli Pertama melalui inpassing
TMT pengangkatan Pertama TMT 1 Juni 2010, dengan angka kredit : 150. Sdri.
Meylina Puspitasari, SKM dipersiapkan untuk menjadi Tim Pelatih JF-PKM di Pusat
Promkes, oleh karena itu tanggal 8 -18 Juli 2012 mengikuti TOT JF-PKM tingkat ahli
selama 96 jam pelajaran dengan mendapat STTPL.
Pertanyaan :
berapa angka kredit diberikan kepada Sdri. Meylina Puspitasari, SKM?

452 KEMENTERIAN KESEHATAN RI


PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

Contoh kasus (3) :

Sdri. Meylina Puspitasari, SKM, pada bulan Januari 2012 ,(Menyusun rencana 5
tahunan)

a. Membuat kerangka acuan


b. Menganalisan dan mengevaluasi data
c. Melakukan pertemuan lintas program/sektor tkt Provinsi
d. Melakukan pertemuan lintas program/sektor tkt Kab/Kota

Pertanyaan:
Berapa angka kredit yang diperoleh Sdri. Meylina Puspitasari, SKM dari setiap butir
kegiatan yang dilakukannya?....., dan bukti apa saja yang diperlukan/dilampirkan?...

Contoh kasus (4) :

Sekelompok tim advokasi sebanyak 5 orang akan melaksanakan advokasi program


Promosi Kesehatan di 5 Provinsi pilihan. Pedoman yang yang digunakan adalah Modul
teknologi Advokasi Bagi Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli. Advokasi dilaksanakan
pada bulan Agustus dan September 2004, sedang evaluasi dilaksanakan pada Bulan
Desember 2004, sampai dengan penyusunan laporan. Tim tediri dari : Ketua : Sdr.
Yono Mulyana, SH, M.Kes, JF-PKM Ahli Muda, III d; dan anggota Sdri. Meylina
Puspitasari, SKM. Pjb Fungsional PKM Ahli Muda- III d., Sdr.drg. Widyawati, M.Kes
(JF-PKM Ahli-Muda- IIId), Sdr.Marsuli, S.Sos,MKes (JF-PKM Ahli-Muda-III d), dan
Sdr. Asep (JF-PKM Ahli Muda- IIIc).
Pertanyaan :
Berapa angka kredit yang idberikan kepada masing-masing ketua dan anggota tim
advokasi ?

Contoh kasus (5) :

Pada Bulan Desember 2002, Pusat Promkes bekerja sama dengan Pusdiklat
Kesehatan menyelanggarakan Diklat JF-PKM Ahli dengan jumlah pelajaran 82 jam.
Sdr Bayuseno, SE, menyampaikan Materi Komunikasi Kesehatan selama 4 jam
pelajaran, Perilaku dan perubahannya 4 jam pelajaran. Materi dibuat dalam bentuk
makalah masing-masing 10 lembar, dan menggunakan media OHT (Over Head
Transparances) dan LCD proyektor.
Pertanyaan :
Berapa besar angka kredit yang diberikan kepada Sdrt. Bayuseno ?

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
453
PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

VI. Referensi :
1. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan;.
2. Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor: 58/KEP/M.
PAN/8/2000 tentang Jabatan Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat dan
Angka Kreditnya
3. SKB Menkes-Kesos & Ka BKN 1811/SKB/Menkes-Kesos/XII/2000 dan No.
164A/Tahun 2000
4. SK Menkes-Kesos No. 66/Kenkes-Kesos/I/2001.
5. SK Menkes No.131/Menkes/SK/II/2004 Tentang Sistem Kesehatan Nasional.

454 KEMENTERIAN KESEHATAN RI


PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

MATERI PENUNJANG
MEMBANGUN KOMITMEN PEMBELAJARAN
(BUILDING LEARNING COMMITMENT)

I. Deskripsi Singkat
Dalam suatu pelatihan tatap muka, terutama pelatihan dalam kelas (in class training),
dimana bertemu sekelompok orang yang terdiri dari trainer/fasilitator, panitia dan
peserta latih belum saling mengenal sebelumnya, berasal dari tempat yang berbeda,
dengan latar belakang sosial budaya, pendidikan/ pengetahuan, pengalaman, serta
sikap dan perilaku yang berbeda pula. Apabila hal ini tidak diantisipasi sejak awal
pelatihan kemungkinan akan mengganggu kesiapan peserta dalam memasuki proses
pelatihan yang bisa berakibat pada kelancaran proses pembalajaran selanjutnya.

BLC pada suatu pelatihan sangatlah penting karena BLC adalah proses
mempersiapkan peserta mengikuti proses pembelajaran secara individual,kelompok
maupun menyeluruh dan mengubah diri kearah yang positif, meliputi intelektual dan
emosional.

II. Tujuan Pembelajaran



A. Tujuan pembelajaran umum
Setelah mengikuti sesi ini peserta mampu menyusun suatu komitmen yang harus
disepakati dan dilaksanakan selama proses pelatihan.

B. Tujuan pembelajaran khusus


Setelah mengikuti sesi ini peserta mampu:
1. Mengenal beberapa kriteria yang disepakati antara peserta, fasilitator dan
panitia.
2. Mencapai suasana pencairan diantara peserta, fasilitator dan panitia.
3. Merumuskan harapan harapan dan kekhawatiran terhadap pelatihan
4. Membangun kesepakatan bersama sehingga menjadi norma kelas yang
disepakati bersama.
5. Menetapkan kontrol kolektif terhadap pelaksanaan norma kelas.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
455
PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

III. Pokok Bahasan dan Sub Pokok Bahasan


Dalam modul ini akan dibahas pokok bahasan dan sub pokok bahasan sebagai
berikut:

Pokok Bahasan 1. Perkenalan


Pokok Bahasan 2. Pencairan
Pokok Bahasan 3. Harapan kelas, kekhawatiran mencapai harapan dan
komitmen menjadi norma kelas
Pokok Bahasan 4. Kontrol kolektif.

IV. Langkah-Langkah Kegiatan Pembelajaran


Langkah-langkah kegiatan pembelajaran ini menguraikan tentang kegiatan fasilitator
dan peserta dalam proses pembelajaran selama sesi ini berlangsung (…. jpl x 45
menit = …… menit), adalah sebagai berikut:

Langkah 1.
Perkenalan (30 menit)

Langkah pembelajaran:
a. Memperkenalkan diri dan menyampaikan tujuan pembelajaran.
b. Mengajak peserta untuk berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran.
c. Memandu peserta untuk proses perkenalan dengan metode :
• Dalam 5 menit pertama setiap peserta diminta berkenalan dengan peserta
lain sebanyak-banyaknya.
• Meminta peserta yang berkenalan dengan jumlah peserta terbanyak, dan
dengan jumlah peserta paling sedikit untuk memperkenalkan teman-
temannya.
• Meminta peserta yang belum disebut namanya untuk memperkenalkan diri,
sehingga seluruh peserta saling berkenalan.

Langkah 2.
Pencairan (30 menit)

Langkah pembelajaran:
a. Fasilitator menyiapkan kursi sejumlah peserta dan disusun melingkar.
b. Fasilitator meminta semua peserta duduk dikursi dan satu diantaranya duduk
ditengah lingkaran.
c. Peserta yang duduk di tengah lingkaran diminta memberi aba-aba, agar peserta
yang disebut identitasnya pindah duduk, misalnya dengan menyeru:”Semua
peserta berbaju merah pindah” Pada keadaan tersebut akan terjadi pertukaran
tempat duduk dan saling berebut. Hal tersebut menggambarkan suasana

456 KEMENTERIAN KESEHATAN RI


PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

“storming”, atau seperti “badai” yang merupakan tahap awal dari suatu
pembentukan kelompok.
d. Ulangi lagi, setiap peserta yang duduk di tengah lingkaran untuk menyerukan
identitas yang berbeda, misalnya peserta yang berkaca mata atau yang berbaju
batik dan lain-lain. Lakukan permainan tersebut selama 10 menit.
e. Fasilitator memandu peserta untuk merefleksikan perasaannya dalam permainan
tersebut serta pengalaman belajar apa yang diperolehnya.
f. Fasilitator membuat rangkuman bersama-sama peserta, agar terjadi proses yang
dinamis.

Langkah 3.
Merumuskan harapan terhadap pelatihan dan norma yang disepakati. (60 menit)

Langkah pembelajaran:
a. Fasilitator membagi peserta dalam kelompok kecil @ 5-6 orang, kemudian
menjelaskan penugasan kelompok yaitu :
b. Masing-masing kelompok menentukan harapan terhadap pelatihan ini serta
kekhawatiran dalam mencapai harapan tersebut. Mula-mula secara individu,
kemudian hasil setiap individu dibahas dan dilakukan kesepakatan sehingga
menjadi harapan kelompok.
c. Setiap kelompok diminta untuk mempresentasikan hasil diskusinya. Peserta
lainnya diminta untuk memberikan tanggapan dan masukan.
d. Fasilitator memandu peserta untuk membahas harapan dan kekhawatiran dari
setiap kelompok tersebut sehingga menjadi harapan kelas yang disepakati
bersama.
e. Berdasarkan harapan kelas yang telah disepakati kemudian fasilitator memandu
peserta untuk merumuskan norma kelas yang disepakati bersama. Peserta
difasilitasi sedemikian rupa agar semua berperan aktif dan memberikan
komitmennya untuk metaati norma kelas tersebut.

Langkah 4.
Menentukan Kontrol Kolektif (20 menit)

Langkah pembelajaran:
a. Fasilitator memandu brainstorming tentang sanksi apa yang harus diberlakukan
bagi orang yang tidak mematuhi atau melanggar norma yang telah disepakati.
Tuliskan hasil brainstorming dipapan flipchart agar bisa dibaca oleh semua
peserta. Peserta difasilitasi sedemikian rupa sehingga aktif dalam melakukan
brainstorming.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
457
PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

b. Fasilitator memandu membahas hasil brainstorming, sehingga dapat dirumuskan


sanksi yang disepakati kelas.
c. Fasilitator meminta salah seorang peserta untuk menuliskan dengan jelas rumusan
sanksi yang telah disepakati tersebut pada kertas flipchart serta menempelnya
didinding agar bisa dibaca dan dipergunakan sebagaimana mestinya.

Langkah 5.
Penutupan sesi (10 menit)

Langkah pembelajaran:
a. Fasilitator memandu peserta membuat rangkuman dari semua proses dan hasil
pembelajaran selama sesi ini.
b. Fasilitator memberi ulasan singkat tentang materi yang terkait dengan BLC.
c. Fasilitator meminta peserta untuk berdiri membentuk lingkaran sambil berpegangan
tangan, dan mengucapkan ikrar bersama untuk mencapai harapan kelas dan
mematuhi norma yang telah disepakati.
d. Mengakhiri sesi dengan tepuk tangan bersama.
e. Fasilitator mengucapkan salam dan mengajak semua peserta saling bersalaman.

V. Uraian Materi
Mengelola pelatihan orang dewasa dapat dikatakan gampang-gampang sulit. Betapa
tidak. Orang dewasa secara emperis sudah menguasai konsep atau pengetahuan
dengan caranya sendiri terlepas dari benar dan salah. Bahkan sekalipun salah biasanya
diyakini dengan ngotot bahwa itu yang paling baik dan benar. Mereka proteck diri
dan sulit menerima hal baru dari luar. Oleh karena itu perlu strategi khusus untuk
membuka dan membuat orang dewasa welcome atau care dengan informasi baru

Pada awal memasuki suatu pelatihan, sering para peserta menunjukkan suasana
kebekuan (freezing), karena berbagai hal dimana salah satunya adalah belum tentu
pelatihan yang diikuti merupakan pilihan pribadinya. Mungkin saja kehadirannya di
pelatihan karena terpaksa, menuruti perintah atasan atau tidak ada lagi calon lainnya,
dan ini sering terjadi pada pelatihan bagi pegawai institusi pemerintah. Mungkin juga
terjadi, pada saat pertama hadir sudah memiliki angapan merasa sudah tahu semua
yang akan dipelajari atau membayangkan kejenuhan yang akan dihadapi.

Untuk mengantisipasi semua itu, perlu dilakukan suatu proses pencairan (unfreezing)
diantara semua komponen yang terlibat didalam pelatihan tersebut untuk mencoba
menghilangkan hambatan hambatan yang sudah disebutkan diatas tadi. Sebagai salah
satu solusi yang diusulkan untuk mengatasi hal tersebut diatas adalah membangun
komitmen pembelajaran yang biasa disingkat dalam terminology BLC.

458 KEMENTERIAN KESEHATAN RI


PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

Membangun komitmen Belajar (BLC) adalah salah satu metode atau proses untuk
mencairkan kebekuan tersebut. BLC bukan team building ataupun dinamika
kelompok, akan tetapi merupakan bagian kecil ataupun dapat disebutkan sebagai
entry point dari kedua proses tersebut.

BLC juga mengajak peserta mampu mengemukakan harapan harapan mereka dalam
pelatihan ini, serta merumuskan nilai nilai dan norma yang kemudian disepakati
bersama untuk dipatuhi selama proses pembelajaran. Jadi inti dari BLC juga adalah
terbangunnya komitmen dari semua peserta untuk berperan serta dalam mencapai
harapan dan tujuan pelatihan, serta mentaati norma yang dibangun berdasarkan
pembauran nilai nilai yang dianut dan disepakati.

Proses BLC adalah proses melalui tahapan dari mulai saling mengenal antar pribadi,
mengidentifikasi dan merumuskan harapan dari pelatihan ini, sampai terbentuknya
norma kelas yang disepakati bersama serta kontrol kolektifnya.

Pada proses BLC setiap peserta harus berpartisipasi aktif dan dinamis. Keberhasilan
atau ketidak berhasilan proses BLC akan berpengaruh pada proses pembelajaran
selanjutnya.

Metode yang digunakan games/permainan, diskusi kelompok dan pleno. Dalam sesi
BLC, lebih banyak menggunakan metode games/ permainan, penugasan individu
dan diskusi kelompok. Hanya di akhir sesi ada ulasan singkat tentang materi yang
terkait dengan BLC.

Harapan

Adalah kehendak/ keinginan untuk memperoleh atau mencapai sesuatu. Dalam


pelatihan berarti keinginan untuk memperoleh atau mencapai tujuan yang dinginkan
sebagai hasil proses pembelajaran.

Dalam menentukan harapan harus realistis dan rasional sehingga kemungkinan untuk
mencapainya besar. Harapan jangan terlalu tinggi dan jangan terlalu rendah.

Harapan juga harus menimbulkan tantangan atau dorongan untuk mencapainya,


dan bukan sesuatu yang diucapkan secara asal asalan. Dengan demikian dinamika
pembelajaran akan terus terpelihara sampai akhir proses.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
459
PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

Kekhawatiran

Dalam pelatihan, ada kekhawatiran tidak dapat mencapai tujuan yang dinginkan
sebagai hasil proses pembelajaran.

Komitmen

Adalah keterikatan, keterpanggilan seseorang terhadap apa yang dijanjikan atau


yang menjadi tujuan dirinya atau kelompoknya yang telah disepakati dan terdorong
berupaya sekuat tenaga untuk mengaktualisasinya dengan berbagai macam cara
yang baik, efektif dan efisien.

Komitmen belajar/ pembelajaran, adalah keterpanggilan seseorang/ kelompok/ kelas


(peserta pelatihan) untuk berupaya dengan penuh kesungguhan mengaktualisasikan
apa yang menjadi tujuan pelatihan/ pembelajaran. Keadaan ini sangat menguntungkan
dalam mencapai keberhasilan individu/ kelompok/ kelas, karena dalam diri setiap orang
yang memiliki komitmen tersebut akan terjadi niat baik dan tulus untuk memberikan
yang terbaik kepada individu lain, kelompok dan kelas secara keseluruhan.

Dengan terbangunnya BLC, juga akan mendukung terwujudnya saling percaya, saling
kerja sama, saling membantu, saling memberi dan menerima, sehingga tercipta
suasana/ lingkungan pembelajaran yang kondusif

Norma

Merupakan nilai yang diyakini oleh suatu kelompok atau masyarakat, kemudian
menjadi kebiasaan serta dipatuhi sebagai patokan dalam perilaku kehidupan sehari
hari kelompok/masyarakat tersebut. Norma adalah gagasan, kepercayaan tentang
kegiatan, instruksi, perilaku yang seharusnya dipatuhi oleh suatu kelompok.

Norma dalam suatu pelatihan, adalah gagasan, kepercayaan tentang kegiatan,


instruksi, perilaku yang diterima oleh kelompok pelatihan, untuk dipatuhi oleh semua
anggota kelompok(peserta, pelatih/ fasilitator dan panitia).

Kontrol Kolektif

Merupakan kesepakatan bersama untuk memelihara agar kesepakatan terhadap


norma kelas ditaati.

Biasanya ditentukan dalam bentuk sanksi apa yang harus diberlakukan apabila norma
tidak ditaati atau dilanggar.

460 KEMENTERIAN KESEHATAN RI


PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

VI. Referensi
• Departemen Kesehatan RI, 2006. Modul TOT Pelatihan Pengelola Program
Kesehatan Indera Pendengaran.
• Departemen Kesehatan RI, 2005. Modul TOT Pelatihan Pengelola Program
Kesehatan Indera Penglihatan.
• Pusdiklat Departemen Kesehatan RI, 2001. Membangun Komitmen Belajar.
• Lembar petunjuk penugasan

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
461
PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

Lampiran

Lembar Kerja

Penugasan 1.
Menentukan Harapan Pembelajaran dan kekhawatiran untuk mencapai harapan
tersebut, serta norma yang disepakati.

Tahap 1. Menentukan harapan kelompok.


- Peserta dibagi dalam kelompok kecil a 5-7 orang.
- Mula mula peserta bekerja secara individu.
- Secara sendiri sendiri setiap peserta mengidentifikasi apa yang menjadi
harapannya terhadap pelatihan ini.Tuliskan pada kertas catatan masing masing
3 harapan yang menjadi prioritas. Tuliskan juga kekhawatiran untuk mencapai
harapan
- Kemudian diskusikan harapan masing masing peserta dalam kelompok dipandu
oleh ketua kelompok.
- Dengan metode brainstorming setiap peserta menyampaikan pendapatnya
tentang usulan harapan kelompok berdasarkan hasil renungan dan analisis dari
harapan harapan semua anggota kelompok.
- Kelompok diharapkan dapat menentukan harapan kelompok dan kekhawatiran
sebagai hasil kesepakatan bersama.Setiap kelompok menentukan 3 harapan
yang menjadi prioritas kelompok.
- Tuliskan harapan kelompok dan kekhawatiran pada kertas flipchart.

Tahap 2. Menentukan harapan kelas.


- Setiap kelompok mempresentasikan harapan dan kekhawatiran kelompoknya .
- Fasilitator memandu brainstorming untuk menentukan harapan kelas berdasarkan
hasil analisis dari semua harapan kelompok dan kekhawatirannya
- Buat kesepakatan kelas untuk menentukan 5 harapan yang menjadi prioritas
kelas serta kekhawatiran mencapai harapan
- Tuliskan hasilnya pada kertas flipchart.

462 KEMENTERIAN KESEHATAN RI


PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan
Modul Pelatihan Pertama
Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh
Bagi Pejabat Kesehatan
Fungsional Penyuluh Masyarakat
Kesehatan Masyarakat Ahli Ahl

Harapan Kekhawatiran Harapan Kekhawatiran


individu kelompok

Harapan kelompok Harapan kelas

Tahap 3, Menentukan norma kelas


Tahap 3, Dalam menentukan
Menentukan norma kelas norma kelas, peserta difasilitasi untuk melakukan
brainstorming. Fasilitasi dapat dilakukan oleh fasilitator atau dipilih salah
Dalam menentukan norma kelas, peserta difasilitasi untuk melakukan brainstorming.
seorang dari peserta untuk memandu kelas.
Fasilitasi dapat dilakukan oleh fasilitator atau dipilih salah seorang dari peserta untuk
- Setiap peserta diminta mengemukakan pendapatnya tentang norma kelas
memandu berdasarkan
kelas. harapan kelas yang sudah disepakati (norma untuk mencapai
- Setiap harapan
peserta kelas)
diminta mengemukakan pendapatnya tentang norma kelas
- Tuliskan
berdasarkan pendapat
harapan kelaspeserta pada kertas
yang sudah flipchart
disepakati agar
(norma terbaca
untuk oleh semua
mencapai
harapan orang.
kelas)Dapat juga dengan mengetik di komputer dan ditayangkan.
- Pendapat
- Tuliskan pendapatpeserta tidak kertas
peserta pada boleh flipchart
dikomentari dahulu.oleh semua orang.
agar terbaca
- Setelah semua pendapat peserta tertulis,
Dapat juga dengan mengetik di komputer dan ditayangkan. kemudian dikompilasi/dipilah ,
yaitu pendapat yang serupa digabung jadi satu.
- Pendapat peserta tidak boleh dikomentari dahulu.
- Hasil penggabungan kemudian dibahas, sehingga menjadi beberapa butir
- Setelah semua pendapat peserta tertulis, kemudian dikompilasi/dipilah , yaitu
norma.
pendapat yang serupa
- Buatlah digabung
kesepakatan jadi satu.dan menjadikannya sebagai norma kelas
bersama
- Hasil penggabungan kemudian dibahas, sehingga menjadi beberapa butir norma.
yang harus ditaati.
- Tuliskan
- Buatlah norma
kesepakatan kelas yang
bersama sudah disepakati
dan menjadikannya padanorma
sebagai kertaskelas
flipchart
yangdan
tempelkan di dinding agar dapat dibaca semua orang.
harus ditaati.
- Tuliskan norma kelas yangKsudah
9   KEMENTERIAN   disepakati
ESEHATAN   pada
RI  –  PUSAT   kertas
PROMOSI   flipchart-­‐  dan
KESEHATAN     tempelkan
PUSDIKLAT   A PARATUR  
di dinding agar dapat dibaca semua orang.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
463
PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli Modul Pelatihan Pengangkatan Pert
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli
Norma Kelas yang disepakati
Norma yang disepakati
Norma Kelasyang
Norma Kelas yangdisepakati
disepakati
Normayang
Norma yang disepakati
disepakati

••
••
••
••

Lembar Penugasan 2. Menentukan Kontrol Kolektif


Lembar Penugasan 2. Menentukan Kontrol Kolektif
Lembar
• PesertaPenugasan
kembali ke dalam 2. kelompok
Menentukan kecil Kontrol Kolektif
• Peserta kembali ke dalam kelompok kecil
• Peserta
• Norma yang kembali kedibahas
di sepakati dalamuntuk
kelompok kecil
ditentukan apa kontrol kolektif apabila ada
• Norma yang di sepakati dibahas untuk ditentukan apa kontrol kolektif
• Norma
yang tidakyang di sepakati
mentaati
apabila ada yang
norma kelas dibahas
tidak mentaati untuk
norma ditentukan apa kontrol kolektif
kelas
• apabila ada yang
Hasil kelompok kemudiantidak mentaati
di presentasikannorma kelas
• Hasil kelompok kemudian di presentasikan
• Fasilitator
•• Hasil memandukemudian
kelompok peserta untuk di menentukan
presentasikancontrol kolektif yang disepakati
Fasilitator memandu peserta untuk menentukan control kolektif yang
bersama (kelas).
• Fasilitator Tuliskan hasilpeserta
memandu kesepakatan kontrolmenentukan
untuk kolektif pada kertas flipchart.kolektif
control
disepakati bersama (kelas). Tuliskan hasil kesepakatan kontrol kolektif pada
disepakati bersama (kelas). Tuliskan hasil kesepakatan kontrol kolektif p
kertas flipchart.
kertas flipchart.
Norma Kontrol Kolektif
Norma Kontrol Kolektif
• •
•• • •
•• • •
• •
• •
• •

464 KEMENTERIAN KESEHATAN RI


PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR

10   KEMENTERIAN  KESEHATAN  RI  –  PUSAT  PROMOSI  KESEHATAN  -­‐    


Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

MATERI PENUNJANG
MELAKSANAKAN PENYULUHAN
UNTUK PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

I. Deskripsi Singkat
Secara makro bahwa proses pembelajaran dikelas adalah langkah awal dalam
memperoleh kompetensi pengetahuan, sikap & perilaku dan psikomotor terkait dengan
substansi materi diklat, kemudian langkah berikutnya upaya menerapkan kompetensi
tersebut ditempat kerja peserta latih. Seluruh kompetensi yang diperoleh dalam dalam
kelas, akan mubazir jika tidak diimplementasikan di tempat kerja. Segera setelah
peserta latih tiba di instansi asal, mereka dibebani tugas dan tanggungjawab yang
tertunda selama meninggalkan pelatihan, lalu kemudian, mereka sibuk mengerjakan
tugas tersebut. Sementara berkas – berkas pelatihan mungkin saja terabaikan dan
bisa jadi terlupakan.

Untuk mengantisipasi kemunginan terjadinya masalah tersebut, rencana tindak


lanjut (RTL) perlu disiapkan sebagai salah satu materi pelatihan penunjang sehingga
mempunyai dampak positif bagi peningkatan metode kerja dan ethos kerja mantan
peserta latih untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsi. Selanjutnya dampak ini
diharapkan dapat meningkatkan derajat kesehatan ditanah air kita.

Rencana Tindak Lanjut berupa rumusan (item – item) rencana kegiatan terkait pelatihan
harus dirancang diakhir pembelajaran, sehingga peserta latih masih menyadari masih
ada tugas tambahan yang harus dikerjakan setelah bertugas kembali ditempat
kerjanya.

Rencana kegiatan paska pelatihan harus dirumuskan secara seksana, dengan


mempertimbangkan kesiapan sarana prasarana, sdm dan biaya ditempat tugas serta
metode pendekatan yang perlu ditempuh agar rumusan Rencana Tindak Lanjut dapat
direalisir sebagamana mestinya .

Masing-masing jenis kegitan dalam Rencana Tindak Lanjut dijabarkan kedalam


variable tujuan, sasaran, cara melaksanakan, tempat dan waktu, pelaksana, sumber
biaya dan indokator keberhasilan sehingga terlihat suatu perencanaan yang selektif,
perioritas dan realistis

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
465
PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

II. Tujuan Pembelajaran


A. Tujuan pembelajaran umum
Setelah mengikuti sesi ini, peserta latih mampu merumuskan rencana kegiatan
pelatihan paska pelatihan.

B. Tujuan pembelajaran khusus


Setelah mengikuti sesi ini peserta mampu :
1. Menjelaskan pengertian Rencana Tindak Lanjut,
2. Menjelaskan ciri-ciri Rencana Tindak Lanjut
3. Menjelaskan tujuan penyusunan Rencana Tindak Lanjut
4. Menjelaskan ruang lingkup Rencana Tindak Lanjut
5. Menyusun Rencana Tindak Lanjut paska pelatihan.

III. Pokok Bahasan dan Sub Pokok Bahasan


Dalam modul ini akan dibahas pokok bahasan berikut:
Pokok bahasan 1. Pengertian Rencana Tindak Lanjut
Pokok bahasan 2. Ciri-ciri Rencana Tindak Lanjut
Pokok bahasan 3. Tujuan penyusunan Rencana Tindak Lanjut
Pokok bahasan 4. Ruang lingkup Rencana Tindak Lanjut
Pokok bahasan 5. Cara penyusunan Rencana Tindak Lanjut

IV. Langkah-Langkah Kegiatan Pembelajaran


Langkah-langkah kegiatan pembelajaran ini menguraikan tentang kegiatan fasilitator
dan peserta dalam proses pembelajaran selama sesi ini berlangsung (2Jpl: 2 x 45
menit = 90 menit), adalah sebagai berikut:

Langkah 1

Langkah pembelajaran:
a. Kegiatan fasilitator
1) Kegiatan bina situasi kelas
- Memperkenalkan diri
- Menyampaikan ruang lingkup bahasan
2) Menanyakan dan menggali pendapat peserta latih tentang pengertian mereka
tentang Rencana Tindak Lanjut

b. Kegiatan peserta
1) Mempersiapkan diri dan alat tulis menulis yang diperlukan
2) Memberikan jawaban atas pertanyaan yang diajukan fasilitator
3) Mendengar dan mencatat hal-hal yang dianggap penting

466 KEMENTERIAN KESEHATAN RI


PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

Langkah 2

Langkah pembelajaran:
a. Kegiatan fasilitator
1) Penyampaian materi sub pokok bahasan – 1, tentang pengertian Rencana
Tindak Lanjut secara umum, dan menjelaskan rencana – rencana kegiatan
paska pelatihan.
2) Memberikan kesempatan kepada peserta untuk menanyakan hal-hal yang
kurang jelas
3) Menjawab pertanyaan yang diajukan peserta

b. Kegiatan peserta
1) Mengajukan pertanyaan yang diminta fasilitator sesuai dengan kesempatan
yang diberikan.
2) Memberikan jawaban atas pertanyaan yang diajukan fasilitator
3) Mendengar, mencatat dan menyimpulkan hal-hal yang penting.

Langkah 3

Langkah pembelajaran:
a. Kegiatan Fasilitator
1) Menjelaskan materi sub pokok bahasan–2, tentang “tujuan penyusunan
Rencana Tindak Lanjut “
2) Memberikan kesempatan kepada peserta untuk menanyakan hal-hal yang
kurang jelas

b. Kegiatan peserta
1) Mengajukan pertanyaan yang diminta fasilitator sesuai dengan kesempatan
yang diberikan
2) Mendengar, mencatat dan menyimpulkan hal-hal yang penting

Langkah 4

Langkah pembelajaran:
a. Kegiatan Fasilitor.
1) Menjelaskan materi sub pokok bahasan–3, tentang “ Ciri-ciri yang harus
dimiliki Rencana Tindak Lanjut “
2) Memberikan kesempatan kepada peserta untuk menanyakan hal-hal yang
kurang jelas.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
467
PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

b. Kegiatan peserta.
1) Mengajukan pertanyaan yang diminta fasilitator sesuai dengan kesempatan
yang diberikan
2) Mendengar, mencatat dan bertanya tentang hal-hal yang kurang jelas

Langkah 5

Langkah pembelajaran:
a. Kegiatan Fasilitator
1) Menjelaskan materi sub pokok bahasan–4, tentang “ Ruang lingkup Rencana
Tindak Lanjut “
2) Memberikan kesempatan kepada peserta untuk menanyakan hal-hal yang
kurang jelas.

b. Kegiatan peserta
1) Mengajukan pertanyaan sesuai dengan kesempatan yang diberikan
2) Mendengar, mencatat dan bertanya tentang hal-hal yang kurang jelas

Langkah 6

Langkah pembelajaran:
a. Kegiatan Fasilitator
1) Menjelaskan materi sub pokok bahasan–5, tentang “ Cara penyusunan
Rencana Tindak Lanjut “, dan menjelaskan perbedaan rumusan Rencana
Tindak Lanjut kelompok di kelas dengan Rencana Tindak Lanjut resmi paska
pelatihan.
2) Meminta kelas untuk membentuk kelompok, jumlah kelompok sesuai dengan
asal jumlah propinsi atau instansi sejenis, serta memilih ketua, sekretaris dan
penyaji.
3) Meminta masing-masing kelompok merumuskan Rencana Tindak Lanjut
yang mengacu pada variable Rencana Tindak Lanjut yang diberikan serta
menuliskan hasil-hasil diskusi kelompoknya kedalam flipchart atau dengan
laptop
4) Memberikan bimbingan tentang jalannya proses diskusi

b. Kegiatan peserta.
1) Membentuk kelompok diskusi, memilih ketua, sekretaris dan penyaji serta
melakukan diskusi sesuai dengan bimbingan fasilitator.
2) Mendengar, mencatat dan bertanya tentang hal-hal yang kurang jelas
3) Menyusun hasil-hasil diskusi ke dalam flipchart atau laptop.
4) Mencatat dan menyimpulkan hal-hal yang penting.

468 KEMENTERIAN KESEHATAN RI


PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

Langkah 7
Penutup

Langkah pembelajaran:
a. Kegiatan nara sumber
1) Menutup acara pemberian sesi dengan ucapan penghargaan atas waktu dan
perhatian yang telah diberikan selama sesi penyampaian materi berlangsung,
2) Mengucapkan permohonan maaf jika terdapat sesuatu yang tidak berkenan
selama proses pembelajaran.
3) Mengucapkan salam penutup sesi

b. Kegiatan peserta.
1) Memberi sahutan atas ucapan salam fasilitator
2) Memberikan komentar tertulis tentang jalannya penyampaian materi oleh
narasumber dalam selembar kertas

V. Uraian Materi
Rencana tindak lanjut (RTL) menjadi materi penunjang dalam suatu pelatihan, dan
disampaikan diakhir sesi pembelajaran. Materi ini sangat penting, untuk merefleksikan
kembali kompetensi diklat yang diperoleh dikelas ditempat kerja. Pada saat dikelas
(sesi terakhir), Rencana Tindak Lanjut dipersiapkan dalam bentuk rumusan format
standar, lalu setelah tiba ditempat tugas. Rencana Tindak Lanjut disusun sendiri oleh
mantan peserta latih sebagai dokumen resmi yang akan dilaporkan kepada atasan
mantan peserta latih.

Pokok bahasan 1.
PENGERTIAN RENCANA TINDAK LANJUT

Pada Diklat Indonesian Australian - Specialist Training Project, 2010 ( IA-STP) istilah
rencana tindak lanjut disebut rencana aksi, yakni suatu rencana mantan peserta latih
ditempat tugas tentang kegiatan apa saja yang akan dilakukan dalam hubungannya
penerapan kompetensi yang diperoleh dari pelatihan. Kompetensi pelatihan berupa
kemampuan bidang pengetahuan. sikap dan perilaku serta psikomotor sangat
diharapkan dapat diimplementasikan ditempat kerja sehingga memberi manfaat bagi
instansi peserta latih. Rencana kegiatan Rencana Tindak Lanjut dapat mencakup
antara lain :
a. Sosialisasi terhadap teman sekerja, atasan dan atau instansi mantan peserta latih
untuk menjadi pemahaman dan pertimbangan dalam merencanakan penerapan
kompetensi materi pelatihan ditempat kerjanya.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
469
PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

b. Penerapan kompetensi materi pelatihan berupa pengetahuan, sikap dan perilaku


serta psikomotor pada metode atau prosedur kerja terkait tugas pokok dan fungsi
mantan peserta latih,
c. Perencanaan pengadaan sarana penunjang yang dibutuhkan dalam merealisasikan
penerapan kompetensi pelatihan baik berupa ruangan kerja, perangkat keras
seperti komputer dan laptop maupun perangkat lunak pendukungnya serta
instrumen lain yang diperlukan.
d. Perencanaan pelatihan sejenis untuk menambah tenaga dengan kompetensi
sejenis sehingga jumlah penyandang kompetensi lebih banyak dalam
melaksanakan tugas pokok dan fungsi di instansi mantan peserta latih.

Perumusan Rencana Tindak Lanjut pada saat Pelatihan.


Perumusan Rencana Tindak Lanjut pada saat pelatihan (sesi terakhir, di kelas) adalah
perumusan Rencana Tindak Lanjut menurut format standar yang dilakukan dengan
cara diskusi kelompok diantara peserta latih (kelompok dibagi menurut instansi
sejenis atau perpropinsi). Melalui diskusi kelompok, rumusan rencana kegiatan
yang dihasilkan akan lebih banyak, akan tetapi perlu diketahui bahwa seluruh
rencana kegiatan tersebut cocok atau dapat diterapkan secara individual, karena
kreasi kegiatan yang muncul dalam diskusi dilatar belakangi kondisi dan situasi yang
berbeda, seperti komitmen pimpinan instansi serta kesiapan daya dukung tenaga
dan sarana & prasarana yang tersedia.

Rumusan Rencana Tindak Lanjut pada saat pelatihan hendaknya dituangkan dalam
tabel yang memuat variabel ; Jenis kegiatan, tujuan kegiatan, sasaran kegiatan,
metode/cara pelaksanaan kegiatan, tim pelaksana, tempat dan waktu pelaksanaan
serta rincian alokasi biaya.

Perumusan Rencana Tindak Lanjut resmi paska pelatihan


Perumusan Rencana Tindak Lanjut resmi paska pelatihan dikerjakan secara individual
oleh setiap mantan peserta latih. Rumusan rencana kegiatan diperoleh dengan cara
menseleksi hasil rumusan Rencana Tindak Lanjut perkelompok pada saat masih
dikelas. Seleksi atas hasil rumusan Rencana Tindak Lanjut perkelompok tersebut
dilakukan dengan mempertimbangkan kondisi dan situasi yang ada pada instansi
mantan peserta latih, sebagai berikut :
a. Penerapan kompetensi dapat menanggulangi / meminimalisir masalah-masalah
prioritas organisasi tempat tugas mantan peserta latih sehingga menimbulkan
komitmen yang tinggi dari pimpinan.
b. Pelaksanaan pelatihan sejenis untuk menambah tenaga dengan kompetensi
sejenis di instansi mantan peserta latih, memiliki daya ungkit yang tinggi untuk
mempercepat menanggulangi masalah prioritas

470 KEMENTERIAN KESEHATAN RI


PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

c. Tersedianya sumberdaya kesehatan pada instansi mantan peserta latih seperti


kesiapan tenaga pelaksana kegiatan serta sarana dan prasarana penunjang,

Rumusan Rencana Tindak Lanjut resmi paska pelatihan disusun dengan mengacu
pada dokumen resmi sesuai dengan outline, yang terdiri dari ; Latar belakang, tujuan
kegiatan, sasaran, metodologi / cara pelaksanaan kegiatan, tim pelaksana, waktu
dan tempat serta biaya. Selanjutnya “ rumusan Rencana Tindak Lanjut pada saat
pelatihan “ disertakan sebagai lampiran. Hal penting lain tentang tentang latarbelakang
tersebut adalah dikemukakannya peraturan per undang undangan sebagai landasan
pelaksanaan kegiatan khususnya dalam peningkatan kompetensi tenaga kesehatan
untuk melaksanakan tupoksi serta uraian tentang kontribusi peran kompetensi yang
diperoleh dari pelatihan menanggulangi / meminimalisir masalah-masalah prioritas
organisasi tempat tugas mantan peserta.

Dengan demikian rumusan Rencana Tindak Lanjut resmi paska pelatihan ini
dianggap sebagai laporan resmi dalam mengikuti pelatihan, diajukan sebagai
pertanggungjawaban kepada atasan serta sebagai suatu dokumen resmi tentang
rencana kegiatan yang akan dilakukan setelah diklat ditempat asal instansi peserta
latih, atau rumusan Rencana Tindak Lanjut ini dapat dimanfaatkan sebagai bagian
dari bahan pertimbangan dalam penyusunan rencana umum asal instansi peserta
latih yang dibuat tiap awal tahun anggaran

Pokok Bahasan 2.
CIRI – CIRI RENCANA TINDAK LANJUT

Dalam merumuskan rencana kegiatan dalam suatu Rencana Tindak Lanjut, hendaknya
kegiatan-kegiatan tersebut dirancang sedemikian rupa sehingga memenuhi keritaria
sebagai berikut :
a. Sederhana dan spesifik :
Sederhana artinya setiap rencana kegiatan yang dicantumkan dalam Rencana
Tindak Lanjut hendaknya mudah dilaksanakan, yakni metodenya sederhana,
dibuat mudah dilakukan dan tidak mewah (biaya pengadaan atau pelaksanaan
kegitannya tidak mahal) sehingga penerapannya tidak menimbulkan kesulitan
bagi pelaksana atau tidak menimbulkan kecemburuan dari lingkungan sendiri
atau masyarakat.

Spesifik artinya rencana kegiatannya tidak mengambang, tapi bersifat khusus.


Kegiatan spesifik merupakan bagian dari rangkaian kegiatan pokok, misalnya
pada diagnosis penyakit sebagai kegiatan pokoknya, maka kegiatan spesifiknya
kegiatan seperti; anamnese, pemeriksaan klinis, konfirmasi laboratorium dan lain-
lain.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
471
PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

b. Measurable
Measurable artinya rencana kegiatan dapat diukur dan mempunyai satuan ukuran
seperti satuan jumlah, satuan waktu serta memiliki indikator proses seperti trend
yang menurun / meningkat yang dinyatakan dalam bentuk %, rate & ratio.

Misalnya sosialisasi kegiatan akupresur ditempat kerja dilakukan terhadap seluruh


atau 5 orang perawat puskesmas.

c. Achievable.
Kegiatan memiliki ciri achievable, jika kegiatan tersebut dilaksanakan, maka tujuan
kegiatan akan dapat dicapai. Misalnya sosialisasi kegiatan akupresur ditempat
kerja bertujuan agar setiap perawat juga memiliki kompetensi yang sejenis yaitu
terampil melaksanakan akupresur terhadap pasien apabila mantan peserta latih
tidak berada ditempat. Dengan demikian tujuan menggantikan peran mantan
peserta latih dapat dicapai sekalipun yang bersanhkutan berhalangan.

d. Relevant
Relevant artinya rencana kegiatan berhubungan langsung dengan kompetensi
pelatihan serta tugas pokok dan fungsi mantan peserta latih ditempat kerja.

Sosialisasi kegiatan akupresur ditempat kerja adalah kompetensi diklat mantan


peserta latih yang diharapkan diterapkan ditempat kerja dalam kaitannya dengan
pelaksanaan tugas pokok dan fungsi.

e. Timely
Timely artinya setiap rencana kegiatan yang dicantumkan dalam Rencana Tindak
Lanjut tepat waktunya dilakukan dan dapat dilaksanakan dalam kurun waktu
tertentu.

Penerapan kegiatan akupresure ditempat kerja merupakan program Yankestrad


sebagaimana yang tertera dalam Renstra Kementerian Kesehatan RI 2010 –
2014.

Pokok Bahasan 3.
Tujuan RENCANA TINDAK LANJUT

Tujuan akhir dari Rencana Tindak Lanjut adalah peningkatan kinerja khususnya
peningkatan kualitas tenaga kesehatan dalam melakukan tugas pokok dan fungsinya.
Peningkatan kinerja dapat dicapai dengan penerapan kompetensi sebagai suatu
standar proses. Selanjutnya pelaksanaan tugas pokok dan fungsi berdasarkan
standar proses yang meningkatkan mutu dan cakupan pelayanan kesehatan dan

472 KEMENTERIAN KESEHATAN RI


PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

derajat kesehatan masyarakat. Selaras dengan tujuan akhir tersebut, secara spesifik
tujuan Rencana Tindak Lanjut adalah sebagai berikut :
a. Teridentifikasinya rencana kegiatan tentang penerapan kompetensi diklat yang
diperoleh dari pelatihan di instansi asal peserta latih
b. Diketahuinya metode / cara pelaksanaan rencana kegiatan tentang penerapan
kompetensi diklat yang diperoleh dari pelatihan di instansi asal peserta latih

Kemudian dapat ditambahkan bahwa rencana kegitan yang tercantum Rencana


Tindak Lanjut merupakan indikator penilaian pada waktu melakukan evaluasi paska
pelatihan (EPP).

Pokok Bahasan 4.
RUANG LINGKUP RENCANA TINDAK LANJUT

Ruang lingkup Rencana Tindak lanjut (RTL) sebaiknya minimal mencakup :


a. Menetapkan kegiatan apa saja yang akan dilakukan
b. Menetapkan tujuan setiap kegiatan yang ingin dicapai
c. Menetapkan sasaran dari setiap kegiatan
d. Menetapkan metode yang akan digunakan pada setiap kegiatan
e. Menetapkan waktu dan tempat penyelenggaraan kegiatan
f. Menetapkan siapa pelaksana atau penanggung jawab dari setiap kegiatan
g. Menetapkan besar biaya dan sumbernya.

Pokok bahasan 5.
CARA PENYUSUNAN RENCANA TINDAK LANJUT

Sebagaimana telah dikemukakan dalam pokok bahasan “ pengertian Rencana Tindak


Lanjut “ yakni terdapat 2 jenis Rencana Tindak Lanjut, pertama Rencana Tindak Lanjut
pada saat Pelatihan dan yang kedua Rencana Tindak Lanjut resmi paska pelatihan.

Perumusan Rencana Tindak Lanjut pada saat Pelatihan.

Perumusan Rencana Tindak Lanjut pada saat pelatihan dilakukan pada sesi terakhir
didalam kelas ) dengan dipandu oleh fasilitator. Rencana Tindak Lanjut dirumuskan
dengan cara berdiskusi ( kelompok dibagi menurut instansi sejenis atau perpropinsi ).
Rencana Tindak Lanjut dirumuskan menurut format standar sebagai berikut :

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
473
PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Perumusan Rencana Tindak Lanjut pada saat pelatihan dilakukan pada sesi
terakhir
Modul Pelatihan Pengangkatan didalam kelas ) dengan dipandu oleh fasilitator. Rencana Tindak
Pertama
Lanjut dirumuskan dengan
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli cara berdiskusi ( kelompok dibagi menurut instansi
sejenis atau perpropinsi ). Rencana Tindak Lanjut dirumuskan menurut format
standar sebagai berikut :

Jenis Tujuan Sasaran Cara Tim


No Tempat Waktu Biaya
kegiatan kegiatan kegiatan pelaksanaan Pelaksana
1
2
3
4

a. Cara penentuan jenis rencana kegiatan,


a. Dalam
Cara menentukan
penentuan jenisrencana kegiatan,
rencana dilakukan langkah-langkah sebagai
kegiatan,
berikut :
1)Dalam menentukan
Identifikasi masalahrencana
ditempatkegiatan, dilakukan
kantor anda, yanglangkah-langkah
dengan melihat sebagai
berikut :
kesenjangan antara capaian dengan target / tujuan yang telah
ditetapkan, yaitu dengan melihat
1) Identifikasi masalah laporankantor
ditempat tahunananda,
atau profil
yang kesehatan.
dengan melihat
kesenjangan antara capaian dengan target / tujuan yang telah ditetapkan,
yaitu dengan melihat laporan tahunan atau profil kesehatan.
9   KEMENTERIAN  KESEHATAN  RI  –  PUSAT  PROMOSI  KESEHATAN  -­‐    
PUSDIKLAT  APARATUR  
2) Tetapkan masalah prioritas. Jika masalah prioritas dalam tidak
dicantumkan laporan atau profil tersebut, maka tetapkan masalah
prioritas (masalah urgen, serius, dan perkembangannya memburuk),
dengan cara memberi nilai / bobot pada setiap masalah yang diidentifikasi,
kemudian tentukan pada score paling tinggi ( inilah masalah prioritas )

3) Tentukan penyebab masalah prioritas yang dikarenakan kealpaan


kompetensi SDM dalam pelaksanaan tugas pokok dan fungsi mantan
peserta latih.

4) Pilih rencana kegiatan yang dapat ditanggulangi atau diminimalisir


dengan penerapan kompetensi diklat mantan peserta latih

5) Rancang tahapan rencana kegiatan penerapan kompetensi yang


dibutuhkan untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai. Sebagai contoh
untuk penerapan kompertensi baru disuatu instansi baru, tahapan
kegiatannya antara lain :
- Sosialisasi kompetensi / keterampilan baru kepada atasan, teman
sekerja dan pimpinan intansi
- Pengadaan sarana dan prasarana fisik penunjang rencana kegiatan
seperti ruangan khusus, perangkat keras ( komputer dan asesorisnya
) serta perangkat lunak yang diperlukan
- Pelaksanaan pelatihan sejenis atau pelatihan teknis terkait transfer
of competency
- Evaluasi penerapan kompetensi mantan peserta latih

474 KEMENTERIAN KESEHATAN RI


PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

6) Usulkan rencana kegiatan terpilih dalam diskusi kelompok/rumusan


rencana kegiatan yang dihasilkan akan banyak dalam suatu diskusi
kelompok, karena kreasi kegiatan yang muncul dalam diskusi dilatar
belakangi kondisi dan situasi yang berbeda, seperti komitmen pimpinan
instansi serta kesiapan daya dukung tenaga dan sarana dan prasarana
yang tersedia.

b. Cara penetapan tujuan kegiatan,


Tujuan yang baik adalah tujuan yang dapat dicapai dan dalam waktu tertentu.
Kondisi atau keadaan yang ingin dicapai dari setiap kegiatan yang direncanakan
dikaitkan dengan harapan setelah kegiatan tersebut dilaksanakan. Biasanya
keinginan yang ingin dicapai dalam suatu kegiatan cukup dinyatakan dalam
capaian indikator proses. Misalnya tujuan pelaksanaan pelatihan sejenis
(kompetensi mantan peserta latih ), bertujuan seluruh agar perawat puskesmas
terampil melaksanakan pijat akupresur.

c. Cara penetapan sasaran kegiatan,


Sasaran kegiatan adalah seseorang atau kelompok tertentu yang menjadi
objek kegiatan yang direncanakan dan dinyatakan dalam satuan jumlah
orang

d. Cara penetapan metode/cara pelaksanaan kegiatan,


Metode/cara pelaksanaan kegiatan adalah bagaimana kegiatan tersebut
dilaksanakan. Misalnya ; Jika jenis kegiatan sosialisasi, maka cara
pelaksanaannya dengan pertemuan / tatap muka. Pada kegiatan pengadaan
sarana dan prasarana, maka cara pelaksanaannya dengan penunjukan
langsung atau pelelangan barang / jasa oleh panita dan seterusnya.

e. Cara penetapan tim pelaksana,


Penetapan tim pelaksana dengan dilakukan menginventarisir kalangan
struktural dan staf terkait jenis kegiatan yang direncanakan. Keikutsertaan
dalam tim pelaksana ini sangat sensitive kerana berhubungan dengan
kesejahteraan dan keadilan, Dengan demikian pemilihan tim pelaksana
sebaiknya dikonsultasikan dengan atasan dan pimpinan institusi. Hal penting
yang perlu diperhatikan mengajukan timpelaksana ini adalah kemampuan,
dedikasi dan kerjasama

f. Cara penetapan tempat


Prinsif efektifitas dalam arti tempat yang dipilih memiliki daya dukung yang
optimal dalam penyelenggaraan kegiatan, serta efisien dan hemat sesuai
dengan alokasi biaya agar tidak menimbulkan keresahan.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
475
PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

g. Cara penetapan waktu pelaksanaan


Tetapkan waktu yang memastikan bahwa seluruh pejabat dan staf yang
terlibat, hadir dan berkontribusi maksimal dalam penyelenggaraan kegiatan.
Untuk itu perlu penjajakan dan konfirmasi sebelumnya. Penetapan waktu
yang baik adalah dengan dilengkapi dengan tanggal pelaksanaan yang fit,
dan diinformasikan selumnya, sehingga memastikan tim pelaksana dapat
bertugas sebagaimana mestinya.

h. Cara perkiraan alokasi biaya


Rancangan biaya harus logis dan realitis, sesuai item-item kegiatan yang
dibutuhkan. pos–pos pengeluaran mengacu pada daftar harga yang
ditetapkan fihak yang berwenang.

Rumusan kegiatan ad.a. sampai dengan ad.h diusulkan dalam diskusi


kelompok, untuk dimasukkan dalam format standar. Rencana Tindak Lanjut
bentuk format standar ini dapat digunakan sebagai pertimbangan dalam
menyusun Rencana Tindak Lanjut resmi pasca pelatihan secara individual.

Perumusan Rencana Tindak Lanjut resmi paska pelatihan

Sebagai kelanjutan perumusan Rencana Tindak Lanjut kelompok, maka


disusun Rencana Tindak Lanjut resmi paska pelatihan dikerjakan secara
individual oleh setiap mantan.

Cara perumusan Rencana Tindak Lanjut ini sama dengan perumusan


Rencana Tindak Lanjut kelompok, akan tetapi cara penyusunan dalam bentuk
narasi (variabelnya diurut dari atas ke bawah / tidak lagi berbentuk tabel ).
Selanjutnya dibutuhkan pertimbangan-pertimbangan lain sesuai dengan
kondisi dan situasi instansi tempat kerja sebagai berikut :
a. Konfirmasikan hasil identifikasi masalah, penetapan masalah prioritas,
penyebab masalah sampai dengan penetapan usulan rencana telah
anda lakukan dengan atasan anda (lihat perumusan Rencana Tindak
Lanjut dikelas )
b. Catat saran atasan dan teman-teman sekerja serta masukan Rencana
Tindak Lanjut resmi paska pelatihan
c. Susun Rencana Tindak Lanjut Resmi Paska Pelatihan, dengan
sistematika sebagai berikut
1) Cover, Daftar Isi
2) Latar belakang,
(Kemukakan peraturan per undang-undangan yang melandasi
pelaksanaan rencana kegiatan yang anda usulkan, kemudian uraikan

476 KEMENTERIAN KESEHATAN RI


PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

masalah prioritas terkait dengan pelaksanaan tupoksi anda, serta


peran kompetensi anda untuk menanggulangi dan meminimalisir
masalah priritas tersebut)
3) Tujuan kegiatan,
4) Sasaran,
5) Metodologi/cara pelaksanaan kegiatan,
6) Tim pelaksana,
7) Waktu
8) Tempat serta biaya.
9) Lampiran
(lampirkan instrumen pendukung materi)
d. Laporkan kepada atasan sebagai pertanggungan jawab pelaksanaan
tugas mengikuti pelatihan

VI. Referensi
1. BPP-SDM Kesehatan ; Rencana Tindak Lanjut ; Modul TOT NAPZA, Pusdiklat
SDM Kesehatan ; Jakarta ; 2009
2. Ditjen PP & PL, Depkes RI ; Rencana Tindak Lanjut, Kurmod Surveilance ; Subdit
Surveilans ; Jakarta ; 2008
3. ---------------------------------- ; Modul – 1, Perencanaan Pengendalian Penyakit
Kanker ; Direktorat PTM ; Jakarta ; 2007
4. Departemen Kesehatan RI ; Pedoman Penyusunan Kurikulum Modul Pelatihan
Berorientasi Pembelajaran ; Pusdiklatkes- BPP-SDM ; Jakarta; 2004
5. Indonesian-Australian Spesialist Project ( IA-STP) ; Metode Pelatihan Bagi Tenaga
Pelatih, Rencana Aksi ; Jakarta ; 2010

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
477
PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama
Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli

LAMPIRAN – LAMPIRAN

1. Bahan belajar dalam bentuk power point


2. Instrumen perumusan Rencana Tindak Lanjut pada saat Pelatihan.
3. Sistematika penyunan Rencana Tindak Lanjut resmi paska pelatihan

478 KEMENTERIAN KESEHATAN RI


PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSDIKAT APARATUR

Anda mungkin juga menyukai