[DOCUMENT SUBTITLE]
User
[COMPANY NAME] | [COMPANY ADDRESS]
LEMBAR PENGESAHAN
Mengetahui,
Mentor
2.8 Tugas Pokok dan Fungsi Unit Rehabilitasi Medik (Fisioterapi) ... 7
3.2 Tugas dan Fungsi Struktur Rumah Sakit dan Unit Fisioterapi ...... 14
BAB IV ..................................................................................................... 24
PERMASALAHAN .................................................................................. 24
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas
segala limpahan karunia, taufiq dan hidayah-Nya, sehingga saya dapat
menyelesaikan Laporan Kegiatan Orientasi CPNS Tahun Angkatan 2018 di RS
Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor. Laporan ini dapat terselesaikan tidak lepas dari
bantuan berbagai pihak dari para pejabat beserta para staf pegawai dan rekan
sejawat di lingkungan rumah sakit.
Laporan ini disusun sebagai laporan hasil orientasi kerja di RS Dr. H.
Marzoeki Mahdi Bogor yang berisikan tentang sejarah bedirinya RS Dr H.
Marzoeki Mahdi Bogor, struktur organisasi, berbagai fasilitas dan layanan,
serta laporan dari kegiatan orientasi yang dilakukan baik dari orientasi umum
dan orientasi khusus yang dilakukan di unit kerja fisioterapi. Selain itu dalam
laporan ini juga disisipkan pemahaman terhadap tugas pokok dan fungsi pada
unit terkait dan informasi dan hal penting lain yang telah diperoleh selama masa
orientasi.
Saya menyadari bahwa Laporan Kegiatan Orientasi ini masih banyak
kekurangan dan jauh dari sempurna. Oleh karena itu saya sangat mengharapkan
saran dan kritik dalam melengkapi laporan kegiatan ini. Semoga laporan
kegiatan ini dapat bermanfaat bagi masyarakat pada umumnya dan rekan rekan
CPNS di RS DR. H. Marzoeki Mahdi Bogor dan Kementerian Kesehatan dan
juga Pemerintah Kota Bogor.
1.2 Tujuan
a. Tujuan umum
Mengetahui gambaran sistem kerja di RS Dr. H. Marzoeki Mahdi, Bogor
b. Tujuan khusus
Mengetahui gambaran sistem kerja di Unit Fisioterapi RS Dr. H. Marzoeki
Mahdi, Bogor
1.3 Manfaat
- Manfaat bagi unit bagian kerja terkait
- Manfaat bagi CPNS : pengetahuan, pengala
BAB II PROFIL RUMAH SAKIT
2.1. Sejarah
Rumah Sakit Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor merupakan pusat rujukan
nasional pelayanan kesehatan jiwa. Didirikan pada zaman penjajahan Belanda
pada tanggal 1 Juli 1882 dikenal dengan nama Hetkrankzinnigengestich
Buitenzorg. Rumah Sakit Dr. H. Marzoeki Mahdi ini merupakan rumah sakit
jiwa (RSJ) terbesar kedua setelah RS Jiwa Lawang Jawa Timur. Ketika rumah
sakit ini diresmikan oleh Direktur P & K (Ex Onderwijs Van Eeredienst En
Nijverheid) bernama Krankzinnigengestich te Buitenzorg, dengan jumlah
pekerja 35 orang Eropa dan 95 orang pegawai pribumi dan keturunan Tionghoa
di antaranya seorang dokter jiwa yang bernama Dr. Semeru, dengan kapasitas
400 tempat tidur.
Pada masa pendudukan Jepang (1942-1945), RSJ Pusat Bogor ini pernah
digunakan sebagai penampungan tentara Jepang dan sebagian lain untuk
tempat mengisolir orang yang terkena penyakit menular. Pada masa revolusi
fisik (1945-1950), rumah sakit ini sempat “terlantar” karena tidak banyak
perhatian yang diberikan terhadap nasib RSJ Pusat Bogor lantaran sibuk
mempertahankan kemerdekaan. Baru antara tahun 1950-1969 terdapat sedikit
perbaikan dan perubahan gedung atau ruang perawatan yang cukup berarti, dan
sesudah tahun 1950, RSJ Pusat Bogor ini mengalami perbaikan dan sekaligus
peningkatan pelayanan melalui Repelita hingga akhir tahun 2001.
Lalu, bersamaan dengan momen peringatan 120 tahun RSJP Bogor pada
tanggal 1 Juli 2002, RSJP Bogor ini diresmikan menjadi Rumah Sakit Dr. H.
Marzoeki Mahdi. Bangunan rumah sakit ini terdiri dari beberapa bangunan, di
antaranya bangunan administrasi, rawat inap, rawat jalan, instalasi, dan ruang
lainnya. Sebagian bangunan sudah direnovasi, namun tetap dipertahankan gaya
arsitektur masa kolonialnya. Pada bangunan lama yang tidak direnovasi secara
keseluruhan, bangunannya masih memiliki jendela-jendela tinggi berbentuk
persegi yang terbuat dari kayu atap bangunan berbentuk limas. Luas bangunan
ini adalah 30.035,56 m² yang berdiri di atas lahan seluas 572.026 m².
Rumah Sakit Dr. H Marzoeki Bogor mempunyai luas lahan 578, 765 m2
dan luas bangunan 26. 862 m2. Kapasitas tempat tidur tercatat sejumlah 640
tempat tidur (TT), distribusi tempat tidur berdasarkan pelayanan terdiri dari
rawat inap psikiatri 483 TT, rawat inap pemulihan ketergantungan NAPZA 97
TT dan rawat inap umum 138 TT, sementara berdasarkan kelas terdiri dari
kelas VIP dan Utama 45 TT (6,27 %), kelas I 57 TT (7,10 %), kelas II 57 TT (
7,94 %), kelas III 373 TT ( 51,95 %) dan kelas khusus 194 TT (26,94 %).
Perubahan sosio–ekonomi dan politik di Indonesia sangat mempengaruhi
kelangsungan organisasi–organisasi pemerintah termasuk diantaranya Rumah
Sakit Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor. Perubahan tersebut dapat berdampak pada
struktur organisasi hingga status dan kedudukan organisasi. Rumah Sakit Dr.
H. Marzoeki Mahdi Bogor harus mempersiapkan diri dengan pilihan yang ada,
namun yang terpenting dan harus dilakukan adalah mencapai kemandirian
dalam menyediakan dan mengelola sumberdaya agar kelangsungan organisasi
dapat dipertahankan.
Potensi sumberdaya material dan sumberdaya manusia yang ada di RS
Dr. H. Marzoeki Mahdi dapat digali untuk meningkatkan revenue yang
diperlukan demi kelangsungan organisasi. Peningkatan utilisasi sumberdaya
yang ada merupakan alternatif pilihan yang harus dicoba untuk meningkatkan
pendapatan rumah sakit. Hal ini dapat dilakukan dengan cara melakukan
perubahan cara pandang, bahwa organisasi pemerintah yang tadinya birokratis
menjadi organisasi yang mempunyai sifat wirausaha.
Di masa datang rumah sakit diharapkan tumbuh menjadi organisasi yang
mengutamakan profesionalisme dalam segala bidang. Profesionalisme akan
meningkatkan mutu, menjadi efektif dan efisien sehingga akan meningkatkan
produktivitas atau kinerja rumah sakit. Hal ini sangat diperlukan untuk
menghadapi situasi yang berubah dengan cepat dan tidak menentu.
2.2. Lokasi
Lokasi Rumah Sakit Dr. H. Marzoeki Mahdi. Rumah sakit ini terletak di
Jalan Dr. Semeru No. 114 Kelurahan Menteng, Kecamatan Bogor Barat, Kota
Bogor, Jawa Barat, Kode Pos 16111.
S Sigap
E Empati
H Harmonis
A Antusias
T Tertib
2.4. Struktur Organisasi RS Dr.H.Marzoeki Mahdi dan Rehabilitasi Medik
Secara garis besar berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI (Permenkes) Nomor 255/MENKES/PER/III/2008 tentang
Struktur Organisasi RSMM Bogor yang dipimpin oleh seorang kepala yang disebut Direktur Utama dengan susunan organisasi
sebagai berikut :
Struktur Organisasi Rehabilitasi Medik
DIREKTUR
UTAMA
KETUA SMF
KEPALA UNIT REHABILITASI MEDIK
Dr. Vico Lie bing Hoat, Sp. KFR
Susunan Direksi Rumah Sakit Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor adalah sebagai
berikut:
1. Direktur Utama: dr. Bambang Eko Sunaryanto, Sp.KJ., MARS.
2. Direktur Medik dan Keperawatan: drg. Desi Dwirinah, MKKK
3. Direktur SDM dan Pendidikan: Heru Prastyo, SH.,MARS.
4. Direktur Keuangan dan Administrasi Umum: Nurul Sri Hidayati Rini, SE,
Ak, MMRS
Selain susunan Direksi diatas, dalam Permenkes terdapat pula empat komite
yang memberikan pertimbangan strategis kepada Direktur Utama dalam rangka
peningkatan mutu dan pengembangan pelayanan rumah sakit, yaitu:
1. Komite Medik
2. Komite Etik dan Hukum
3. Komite Keperawatan
4. Komite Mutu dan Keselamatan Pasien
Dalam melaksanakan tugas utamanya yang berkaitan dengan pengawasan
pelaksanaan tugas-tugas rumah sakit, Direktur Utama dibantu oleh Satuan
Pemeriksa Intern (SPI).
Tugas Pokok
RSMM Bogor mempunyai tugas menyelenggarakan upaya
penyembuhan dan pemulihan secara paripurna, pendidikan dan pelatihan,
penelitian dan pengembangan di bidang kesehatan jiwa secara serasi, terpadu
dan berkesinambungan dengan upaya peningkatan kesehatan lainnya serta
melaksanakan upaya rujukan.
Fungsi
Dalam melaksanakan tugas diatas, RSMM Bogor menyelenggarakan
fungsi
sebagai berikut:
1.Pelayanan medis di bidang kesehatan jiwa;
2. Pelayanan dan asuhan di bidang kesehatan jiwa;
3. Penunjang medis dan non medis di bidang kesehatan jiwa;
4. Pengelolaan sumber daya manusia;
5. Pendidikan dan penelitian secara terpadu dalam bidang profesi
kedokteran
dan pendidikan kedokteran berkelanjutan di bidang kesehatan lainnya;
6. Pendidikan dan pelatihan di bidang kesehatan lainnya;
7. Penelitian dan pengembangan di bidang kesehatan jiwa;
8. Pelayanan rujukan di bidang kesehatan jiwa;
9. Administrasi Umum dan Keuangan.
Tugas Pokok
Rehabilitasi Medik memberikan pelayanan terapi fisik dan rehabilitasi
secara terintegrasi dan komprehensif yang bertujuan untuk meningkatkan
kualitas hidup dengan mengurangi keterbatasan atau gangguan fungsi yang
ada, gangguan yang terjadi dapat disebabkan oleh penyakit, proses degeneratif,
trauma dan lain – lain.
Fisioterapi menitikberatkan untuk menstabilkan atau memperbaiki
gangguan fungsi alat gerak/fungsi tubuh yang terganggu yang kemudian diikuti
dengan proses/metode terapi gerak.
Fungsi
Fisioterapi berfungsi:
1. Menangani gangguan syaraf
2. Menangani gangguan perkembangan anak
3. Mengurangi nyeri fisik
4. Membantu keterbatasan pergerakan yang diakibatkan cidera
5. Mengatasi gangguan tulang, sendi dan jaringan
6. Mengatasi gangguan otak dan syaraf seperti stroke, multiple sclerosis,
cedera olahraga
7. Mengatasi gangguan jantung dan pembuluh darah
8. Mengatasi gangguan paru paru dan pernapasan
2.7. Fasilitas
Fasilitas Layanan di RS Dr.H. Marzoeki Mahdi Bogor
Rawat Jalan :
1. Rawat Jalan Psikiatri
Psikiatri Dewasa
Psikiatri Anak dan Remaja
Klinik Psikogeriatri
Klinik Penanganan Trauma
Klinik Cemas dan Depresi
Klinik CLP
Klinik Psikologi
Medical Check Up Terpadu
Klinik Konsultasi Keperawatan
Klinik NAPZA
Klinik HIV/VCT/PMTCT
5. Penunjang Medik
Laboratorium
Gizi
Farmasi
Radiologi dan Imaging
Haemodialisa
Rehabilitasi Medik
Penolong Penolong
HARUS TIDAK BOLEH
Melakukan Mengkompresi
kompresi dada dengan dengan kecepatan
kecepatan 100 – 120 lebih rendah dari 100
kali/menit x/menit atau lebih
cepat dari 120x/menit
Kompresi Kompresi
kedalaman minimal 2 kedalaman kurang dari
inchi (5 cm) 2 inchi atau lebih dari
2,4 inchi (6cm)
Membolehkan Bertumpu di
rekoil penuh setelah atas dada diantara
setiap kali kompresi kompresi yang
dilakukan
Meminimalkan Menghentikan
jeda dalam kompresi kompresi lebih dari 10
detik
Memberikan Memberikan
ventilasi yang cukup (2 ventilasi berlebihan
nafas buatan setelah 30 (mis : terlalu banyak
kompresi, setiap nafas nafas buatan atau
buatan diberikan lebih memberikan nafas
dari 1 detik, setiap kali buatan dengan
diberikan dada akan kekuatan berlebihan)
terangkat)
3.1.2. Tugas dan Fungsi Struktur Rumah Sakit dan Unit Fisioterapi
Direktur Utama
Direktur Utama adalah pemimpin tertinggi organisasi rumah
sakit. Tugasnya adalah Mengkoordinasikan dan mengendalikan
kegiatan-kegiatan dibidang administrasi keuangan, kepegawaian
dan kesekretariatan. Mengkoordinasikan dan mengendalikan
kegiatan pengadaan dan peralatan perlengkapan. Merencanakan
dan mengembangkan sumber-sumber pendapatan serta
pembelanjaan dan kekayaan perusahaan. Mengendalikan uang
pendapatan, hasil penagihan rekening penggunaan air dari
langganan. Melaksanakan tugas-tugas yang diberikan Direktur
Utama. Dalam melaksanakan tugas-tugas Direktur Umum
bertanggung jawab kepada Direktur Utama. Memimpin
seluruh dewan atau komite eksekutif
Dewan Pengawas
Dewan Pengawas Rumah Sakit yang selanjutnya disebut
Dewan Pengawas adalah unit nonstruktural pada rumah sakit yang
melakukan pembinaan dan pengawasan rumah sakit secara internal
yang bersifat nonteknis perumahsakitan yang melibatkan unsur
masyarakat. Dewan Pengawas berfungsi sebagai governing body
Rumah Sakit dalam melakukan pembinaan dan pengawasan
nonteknis perumahsakitan secara internal di Rumah Sakit.
Dewan Pengawas yang dibentuk pada Rumah Sakit yang
menerapkan PPK BLU/BLUD, juga melaksanakan pengawasan
pengelolaan keuangan Badan Layanan Umum atau Badan Layanan
Umum Daerah sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
Satuan Pemeriksaan Intern
Tujuan pokok dari suatu pemeriksaan internal adalah
membantu agar para anggota organisasi dapat melaksanakan tugas
dan tanggung jawabnya secara efektif, sehingga sistem dapat
berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Dengan SPI yang berfungsi
sesuai dengan tugas pokok dan perannya, maka organisasi dapat
mencegah terjadinya kehilangan uang, menjaga aset dari tindakan
korupsi, kelalaian, kebiasaan salah yang dibenarkan, penyimpangan,
kecurangan dan pemborosan yang pada akhirnya organisasi
dihindarkan dari kerugian – kerugian yang bisa dicegah.
Dalam penyelenggaraan Rumah Sakit, keberadaan SPI
diharapkan dapat menjadi mitra kerja yang baik bagi manajemen
dalam menilai setiap kegiatan yang diselenggarakan oleh Rumah
Sakit. SPI bukanlah unit kerja yang mencari kesalahan, tetapi unit
kerja yang membantu top manajemen dalam mengawasi dan
mengevaluasi sistem pengendalian manajemen sehingga
mengarahkan jalan-nya perusahaan dalam jalur yang benar.
Komite Medik
Komite medik adalah perangkat rumah sakit untuk
menerapkan tata kelola klinis (clinical governance) agar staf medis
di rumah sakit terjaga profesionalismenya melalui mekanisme
kredensial, penjagaan mutu profesi medis, dan pemeliharaan etika
dan disiplin profesi medis.
Memiliki peran strategis dalam mengendalikan kompetensi
dan perilaku staf medis di rumah sakit serta dalam rangka
pelaksanaan audit medis
Komite Keperawatan
Komite Keperawatan adalah wadah non-struktural rumah
sakit yang mempunyai fungsi utama mempertahankan dan
meningkatkan profesionalisme tenaga keperawatan melalui
mekanisme kredensial, penjagaan mutu profesi, dan pemeliharaan
etika dan disiplin profesi. Penyelenggaraan Komite Keperawatan
bertujuan untuk meningkatkan profesionalisme tenaga keperawatan
serta mengatur tata kelola klinis yang baik agar mutu pelayanan
keperawatan dan pelayanan kebidanan yang berorientasi pada
keselamatan pasien di Rumah Sakit lebih terjamin dan terlindungi.
No Nama Fungsi
1. TENS a. Mengurangi
nyeri
b. Mengurangi
spasme otot
c. Memeilhara
fisiologis otot
dan mencegah
atrofi otot.
d. Re-edukasi
fungsi otot.
e. Modulasi nyeri
tingkat sensorik
Spinal dan
supraspinal
f. Menambah
Range Of Motion
(ROM)/mengulur
tendon.
g. Memperlancar
peredaran darah
dan
memperlancar
resorbsi oedema.
2. MWD a. Memperlancar
peredaran darah
b. Meningkatkan
elastisitas
jaringan ikat
c. Meningkatkan
sirkulasi simpatik
d. Meningkatkan
metabolisme sel
sel lokal
e. Mengurangi
nyeri
f. Meningkatkan
perbaikan
jaringan secara
fisiologis
g. Meningkatkan
elastistitas
jaringan lemak
h. Mengurangi
kontraktur
jaringan
3. SWD
a. Mengurangi
nyeri
b. Meningkatkan
ROM
c. Meningkatkan
aliran darah ke
daerah otot yang
rusak
d. Melenturkan
jaringan lunak
e. Mempercepat
penyembuhan
radang
f. Memperlancar
peredaran darah
4 Ultrasound a. Meningkatkan
sirkulasi darah
b. Relaksasi otot
c. Meningkatkan
permeabilitas
membran
d. Mempercepat
proses
penyembuhan
jaringan
e. Mengurangi
nyeri
5. Electrical Stimulation a. Kontraksi otot
b. Penguatan otot
c. Pencegahan
Artrophy
d. Reedukasi otot
6. Laser a. Mengurangi
nyeri
b. Mengurangi
inflamasi
c. Mempercepat
regenerasi
jaringan
d. Meningkatkan
sintesis kolagen
2. Alat Exercise/Gymnasium
Aspek yang harus menjadi focus perhatian dalam pengawasan
dan pemantauan limbah cair sarana pelayanan kesehatan dimulai dari
sumber, jaringan pipa pengumpul dan asesorisnya, bangunan
pengolahan limbah cair , penanganan lumpur, dan jaringan pipa
pembuangan serta badana air penerimanya. Aspek yang telah
dilakukan di rumah sakit Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor adalah:
No Nama Fungsi
1. Sepeda Statis a. Membakar kalori dan
lemak
b. Membantu menjaga
kolesterol tetap stabil
c. Menghindari risiko
gangguan sendi
d. Meningkatkan
kekuatan dan
kesehatan jantung dan
paru paru
5.1. Kesimpulan
Rumah Sakit dr.H.Marzoeki Mahdi Bogor merupakan pusat
rujukan nasional pelayanan kesehatan jiwa. Layanan unggulan di
RS.dr.H.Marzoeki Mahdi Bogor adalah Rehabilitasi Psikososial.
Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas tentunya sangat
diperlukan untuk menciptakan dan meningkatkan mutu dan kualitas
rumah sakit, salah satunya dengan mengadakan seleksi CPNS.
Diharapkan CPNS dapat mendukung visi dan misi rumah sakit
juga memberikan perubahan positif untuk perkembangan rumah sakit.
Tentunya perlu dilakukan orientasi agar CPNS mengenal lingkungan
kerja dan unit yang akan ditempatinya.
Pelaksanaan Orientasi CPNS TA 2018 di RS dr. H. Marzoeki
Mahdi Bogor merupakan kegiatan yang sangat penting dan perlu
dilakukan. Anggota CPNS diharapkan mampu mengerti proses kerja
dengan dilakukannya orientasi. Selain itu, kegiatan orientasi ini dapat
menimbulkan rasa kekeluargaan antara anggota CPNS dan juga
karyawan di RS dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor, sehingga dapat
menciptakan lingkungan kerja yang nyaman, dan bersahabat. Orientasi
ini juga memberikan banyak pengetahuan tentang sistem dan struktur
rumah sakit sehingga CPNS memiliki jiwa tanggung jawab dalam
meningkatkan perkembangan RS dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor.
Fisioterapi merupakan salah satu faktor penting yang
mempengaruhi perkembangan rumah sakit, fisioterapi berperan dalam
preventif, kuratif dan rehabilitatif. Diharapkan kesembuhan pasien
berjalan cepat melalui proses fisioterapi. Dengan cepatnya proses
penyembuhan maka meningkatnya kepuasan pasien terhadap
pelayanan fisioterapi dan juga meningkatnya kepuasan pasien terhadap
rumah sakit.
Meskipun saat ini unit pelayanan fisioterapi mengalami
pengurangan jumlah pasien yang disebabkan peraturan BPJS terbaru,
ada alternatif solusi yang bisa dilakukan rumah sakit untuk
memfasilitasi dan memaksimalkan kinerja fisioterapi. Solusi yang bisa
dilakukan yaitu dengan peningkatan kualitas pelayanan dan hubungan
kerja sama antar unit yang sebelumnya tidak pernah dilakukan seperti
menghubungkan kerja sama antar poli psikiatri rawat jalan dan poli
rehab medik.
5.2. Saran
5.2.1. Peningkatan pelayanan fisioterapi
5.2.1.1. Edukasi pentingnya peran fisioterapi
Dalam hal pengembalian fungsi tubuh setelah mengalami
nyeri pada pasien, fisioterapi mempunyai peran yang krusial.
Namun semakin berkembanganya keilmuan dan riset, diketahui
bahwa pasien dengan ganggaun kejiwaan seperti depresi dan
skizofrenia bisa juga mendapat pelayanan dari fisioterapi.
Pelayanan yang diberikan berupa edukasi dan pemberian terapi
latihan (exercise) pada individu dengan masalah kejiwaan.
Pasien dengan gangguan kesehatan mental seperti depresi
dan skizofrenia cenderung menarik diri dan mengurangi aktifitas
fisik. Hal in secara langsung berdampak pada penurunan level
imun yang disertai dengan meningkatnya proses inflamatory di
dalam sel tubuh, hingga mengganggu mood dan perasaan secara
keseluruhan.
Sesuai dengan jurnal artikel review dari Elsevier yang
berjudul Exercise and mental health oleh Kathleen et al,
menghubungkan adanya efek positif pada pemberian terapi latihan
(exercise) dan kesehatan mental. Dengan merujuk kepada jurnal
tersebut, efek dari exercise secara rutin yang diberikan dapat
menimbulkan distraksi dari perasaan depresi dan cemas (anxiety).
Secara sederhana tipe terapi latihan dapat dibedakan menjadi tiga
jenis yaitu mind body exercise (seperti yoga dan taichi), aerobic
exercise (seperti jalan, jalan cepat, dan lari), dan resistance training
(latihan yang meningkatkan kekuatan fisik dan kapasitas otot).
Berfokus pada aspek psikologisnya, ada efek yang muncul
pada exercise untuk kesehatan mental. Dengan exercise dan
aktifitas olahraga yang rutin, menunjukkan adanya pengalihan dari
pikiran negatif dan perilaku merenung, serta menimbulkan
dorongan atas penghargaan diri (self-esteem) melalui kemampuan
pengendalian diri (self-efficacy). Disamping itu adanya aktifitas
fisik berhubungan juga dengan aspek sosial, sehingga dapat
menimbulkan solusi atau jalan keluar bagi seseorang yang
mengalami gangguan depresi, kecemasan, dan stres.
Selain itu, dewasa ini fisioterapi harus lebih mengedepankan
intervensi dengan memberikan pelayanan aktif terapi. Aktif terapi
diartikan sebagai terapi yang lebih mendorong pasien agar lebih
mau melakkukan aktifitas-aktifitas yang menitikberatkan pada
kegiatan aktif.
Tentunya instruksi yang diberikan tidak hanya dengan
menyuruh pasien untuk melakkukan gerakan-gerakan saja, akan
tetapi didasari dengan pengetahuan atau edukasi manfaat dari
setiap gerakan yang dilakukan serta pemberian motivasi yang
sesuai dengan kondisi pasien sebelumnya.
Jika dilihat lebih mendalam, peran seorang fisioterapis dalam
pemberian terapi latihan haruslah melewati proses berpikir klinis
yang tepat. Sebelum menentukan latihan yang sesuai, seorang
terapis haruslah mengetahui kondisi setiap pasiennya. Hal ini
diawali dengan membentuk therapeutic alliance yang bertujuan
agar pasien merasa dipahami secara kondisi dan menimbulkan
keinginan dan niat lebih dalam melakukan setiap sesi terapi latihan.
Theurapeutic alliance adalah usaha untuk mengembangkan
hubungan antara petugas kesehatan dan pasien. Hal ini berarti
fisioterapis dan pasien diharapkan dapat berjalan bersama dan
pasien selalu diikutsertakan pada setiap keputusan klinis dengan
tujuan tercapainya efek dan manfaat pada pasien.
Setelah pasien merasa didengar dan dipahami sebagai
seseorang, hal selanjutnya adalah mendorong pasien agar
menimbulkan motivasi pada dirinya agar setiap sesi terapi dapat
dilakukan dengan baik dan dapat berjalan lancar sesuai rencana.
Terapi latihan yang diberikan haruslah spesifik sesuai dengan
kebutuhan pada masing-masing pasien. Secara spesifik salah satu
latihan yang dapat membantu pasien dengan gangguan kejiwaan
khususnya depresi ialah resistane exercise . Resistance exercise
(latihan kekuatan) dalam hal ini diartikan sebagai segala bentuk
latihan yang mana terdapat tahanan (efffort) dari luar dan dapat
meningkatkan kekuatan fisik pasien. Hal ini sesuai dengan riset
yang dikeluarkan oleh Brazillian journal of pscychiatry –A 20-
week program of resistance or concurrent exercise improves
symptoms of schizophrenia: result of a blind. Randomized
controlled trial—yang dilakukan oleh Bruna Andrade e Silva et al.
Hasil yang didapat dari penelitian tersebut menunjukkan
adanya perbaikan dari gejala pasien dengan skizofrenia pada
ressitance training dan concurrent training (aerobic dan resistance
training). Setelah 10 dan 20 minggu terapi latihan, pasien
menunjukkan adanya penurunan gejala psikotik pada pengukuran
PANSS (penilaian gejala skizofrenia).
Efek yang terjadi secara seluler adalah secara latihan salah
satunya adalah thermogenic. Hipotesis ini menyatakan bahwa
peningkatan suhu temperatur tubuh menyebabkan peningkatan
mood setelah exercise yang dapat mengurangi gejala kecemasan.
Latihan yang diberikan dapat juga dilakukan dengan alat
yang minimal namun tetap menghasilkan manfaat yang baik.
Dalam hal ini latihan dapat dilakukan denngan memanfaatkan berat
tubuh pasien ataupun alat tambahan seperti karet yoga (resistance
band) dan dumbell atau alat portable untuk latihan beban lainya.
Konsep latihan yang diberikan pada pasien sebenernya
mengedepankan kemudahan (simple) tapi bermanfaat banyak.
Tujuan dari pembebanan yang diberikan sebenernya lebih
diarahkan kepada efek psikologis pada pasien. Pasien jadi bisa
fokus pada tiap sesi latihan dan menimbulkan kepercayaan diri
serta rasa puas yang akan meningkatkan reaksi emnmosional yang
positif. Pada akhirnya tujuan dari latihan yang diberikan ialah agar
latihan tersebut dapat ditiru dan dilakukan juga oleh pasien namun
dengan variable atau cara yang lebih mudah dengan tetap
mengedepankan fokus pada latihan kekuatan.
Pasien yang menjalani terapi di fisioterapi mempunya tujuan
agar dapat kembali melakukan aktifitas nya seperti semula,
memperbaiki fungsi gerak dan juga memperbaiki persepsi yang
salah sebelumnya. Maka dari itu selepas proses fisioterapi, pada
akhirnya pasien wajib mengetahui cara yang tepat untuk dapat me
manage tubuhnya sendiri salah satunya mengetahui cara-cara yang
bisa dilakukan bila keluhan itu timbul kembali. Pasein tidak
seharusnya terlalu berfoskus pada terapis, yang mana hal tersebut
malah berdampak negatif untuk pemulihan kondisi pasien.
Fisioterapis wajib memberikan edukasi-edukasi terbaik untuk
penanganan secara mandiri di rumah bagi pasien (Home program).
Definisi Fisioterapi.
https://healthtimes.com.au/hub/physiotherapy/8/guidance/nc1/what-do-
physiotherapists-do/467/
Peran Fisioterapi.
https://www.nhs.uk/conditions/physiotherapy/
Profil RSMM.
www.rsmmbogor.com
Fungsi TENS.
https://www.nhs.uk/conditions/transcutaneous-electrical-nerve-stimulation-tens/
Fungsi Laser
https://www.physio-pedia.com/Low-level_laser_therapy
2. Senin, 4 Februari 2019 7.30 – 12.00 Pengenalan peserta/Ice Team MCU dan Tonny A AULA KPPA
Breaking/MMPI MMPI
12.00 – 16.00 Kesejahteraan (Elemen Ka. Subbag Ohan Joharuddin AULA KPPA
Gaji ASN+ Taspen + Pengembangan
BPJS Kes + BNI) SDM/PPABP
3. Rabu, 6 Februari 2019 7.30 – 09.15 Pembukaan Orientasi oleh Ohan AULA KPPA
Direktur Utama Joharuddin/Tonn
yA
09.30 – 12.00 Peraturan kedisiplinan Ka. Bagian SDM Ohan Joharuddin AULA KPPA
Organisasi RSMM /Tonny A
12.00 – 13.00 Ishoma
Materi Kepegawaian
13.00-15.00 Materi Struktur Organisasi Ka. Subbag
RSMM HUKORMAS
15.00-16.00 Jabatan Fungsional Peserta Ka. Subbag Adm.
Orientasi Kepegawaian/Koord.
7. Selasa, 12 Februari 2019 7.30 – 12.00 Team Building & Ka. Subbag Adm. Ohan Joharuddin Lap RSMM
Experiental Learning Kepeg + Tim Merah /Tonny A
Putih
12.00 – 13.00 Ishoma
13.00 – 16.00 Team Building & Ka. Subbag Adm. Lap RSMM
Experiental Learning Kepeg + Tim Merah
Putih
8. Rabu, 13 Februari 2019 7.30 – 12.00 Orientasi Lapangan dan Ka. Subbag Adm. M. Raitur Assesment Center
Chalenge Tim Peserta Kepeg + Tim Merah Malhad/Nurvi
Putih
12.00 – 13.00 Ishoma
13.00 – 16.00 Orientasi Lapangan dan Ka. Subbag Adm. M. Raitur Assesment Center
Chalenge Tim Peserta Kepeg + Tim Merah Malhad/Nurvi
Putih
9. Kamis, 14 Februari 2019 7.30 – 16.00 Tes Kesehatan/MMPI Team MCU dan TonnyAbdillah/ MCU
MMPI Dimas
Hermawan
10. Jumat, 15 Februari 2019 7.30 – 12.00 Wawancara User Dimas AULA KPPA+ R.
Hermawan/Yeni Dewasa
S
12.00 – 13.00 Ishoma
13.00 – 16.00 Orientasi Khusus
Penempatan di masing
masing Unit sesuai Jabatan