Anda di halaman 1dari 49

[Document title]

[DOCUMENT SUBTITLE]

User
[COMPANY NAME] | [COMPANY ADDRESS]
LEMBAR PENGESAHAN

Dengan ini mengesahkan,

LAPORAN KEGIATAN ORIENTASI


CALON PEGAWAI NEGERI SIPIL (CPNS)
TAHUN ANGKATAN 2018
RS. DR. H. MARZOEKI MAHDI BOGOR

Bogor, Maret 2019

Mengetahui,
Mentor

Arief Fahrozi, SKM


NIP. 196811061990031002
Table of Contents
DAFTAR ISI .............................................. Error! Bookmark not defined.

KATA PENGANTAR ................................................................................ 4

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... 0

2.1 Latar belakang ............................................................................... 0

2.2 Tujuan ............................................................................................ 2

1.1 Manfaat .......................................................................................... 2

BAB II PROFIL RUMAH SAKIT ............................................................. 0

2.3 Sejarah ........................................................................................... 0

2.4 Lokasi ............................................................................................ 2

2.5 Visi, Misi dan Motto ..................................................................... 2

2.3.3 Motto .............................................................................................. 2

2.6 Struktur Organisasi RS Dr.H.Marzoeki Mahdi dan Rehabilitasi


Medik 3

2.7 Tugas Pokok dan Fungsi RS Dr.H.Marzoeki Mahdi..................... 6

2.8 Tugas Pokok dan Fungsi Unit Rehabilitasi Medik (Fisioterapi) ... 7

2.9 Fasilitas .......................................................................................... 8

2.10 Tata Kerja ................................................................................ 10

BAB III PEMBAHASAN ......................................................................... 12

3.1 Materi Orientasi .............................................................................. 12

3.2 Tugas dan Fungsi Struktur Rumah Sakit dan Unit Fisioterapi ...... 14

BAB IV ..................................................................................................... 24

PERMASALAHAN .................................................................................. 24

2.11 Permasalahan Terkait Praktik Kerja ........................................ 24

1. Jumlah Pasien .......................................................................... 24


3. Persyaratan Jumlah Pasien Sebagai Syarat Perpanjangan STR 27

Solusi .......................................................... Error! Bookmark not defined.

2.1 Peningkatan pelayanan fisioterapi ............................................... 30

a. Edukasi pentingnya peran fisioterapi ....................................... 30

b. Menghubungkan kerjasama antara psikiater untuk pemberian


individual exercise ........................................................................................ 30

BAB V KESIMPULAN ............................................................................ 29


KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas
segala limpahan karunia, taufiq dan hidayah-Nya, sehingga saya dapat
menyelesaikan Laporan Kegiatan Orientasi CPNS Tahun Angkatan 2018 di RS
Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor. Laporan ini dapat terselesaikan tidak lepas dari
bantuan berbagai pihak dari para pejabat beserta para staf pegawai dan rekan
sejawat di lingkungan rumah sakit.
Laporan ini disusun sebagai laporan hasil orientasi kerja di RS Dr. H.
Marzoeki Mahdi Bogor yang berisikan tentang sejarah bedirinya RS Dr H.
Marzoeki Mahdi Bogor, struktur organisasi, berbagai fasilitas dan layanan,
serta laporan dari kegiatan orientasi yang dilakukan baik dari orientasi umum
dan orientasi khusus yang dilakukan di unit kerja fisioterapi. Selain itu dalam
laporan ini juga disisipkan pemahaman terhadap tugas pokok dan fungsi pada
unit terkait dan informasi dan hal penting lain yang telah diperoleh selama masa
orientasi.
Saya menyadari bahwa Laporan Kegiatan Orientasi ini masih banyak
kekurangan dan jauh dari sempurna. Oleh karena itu saya sangat mengharapkan
saran dan kritik dalam melengkapi laporan kegiatan ini. Semoga laporan
kegiatan ini dapat bermanfaat bagi masyarakat pada umumnya dan rekan rekan
CPNS di RS DR. H. Marzoeki Mahdi Bogor dan Kementerian Kesehatan dan
juga Pemerintah Kota Bogor.

Bogor, Mei 2019


Penyusun
Fikri Helmi Nugraha
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Fisioterapi adalah bentuk pelayanan kesehatan yang ditujukan kepada


individu dan atau kelompok untuk mengembangkan, memelihara dan
memulihkan gerak dan fungsi tubuh sepanjang daur kehidupan dengan
menggunakan penanganan secara manual, peningkatan gerak, peralatan
(fisik, elektroterapeutis dan mekanis), pelatihan fungsi, komunikasi.
Banyak orang berpendapat bahwa fisioterapi terutama bekerja pada
punggung dan cedera terkait olahraga, tetapi itu sangat keliru. Fisioterapis
adalah profesional kesehatan yang sangat terlatih yang memberikan
perawatan bagi orang yang menderita masalah fisik yang timbul dari cedera,
penyakit, penyakit dan penuaan. Tujuannya adalah untuk meningkatkan
kualitas hidup seseorang dengan menggunakan berbagai perawatan untuk
mengurangi rasa sakit dan mengembalikan fungsi atau dalam kasus cedera
permanen atau penyakit, dan untuk mengurangi efek dari berbagai disfungsi.
Fungsi utama fisioterapi adalah melakukan terapi fisik dengan latihan
latihan sedangkan modalitas alat sebagai pendukungnya. Modalitas alat yang
digunakan oleh fisioterapis diantaranya adalah Trancutaneous Electrical
Nerve Stimulation(TENS), Electrical Stimulation (ES), Infrared Radiation,
Diathermy, Cryotherapy, Parrafin Bath dan Nebulizer. Selain itu, hampir
semua penyakit dapat disembuhkan dengan latihan, maka “exercise is the best
medicine”.
Perkembangan Kesehatan Indonesia semakin hari semakin
mengalami perubahan dan kemajuan. Konsep kesehatan masyarakat visi
terbesarnya yang dapat merubah sistem atau yang besar pengaruhnya dalam
mempengaruhi kesehatan adalah faktor lingkungan diantara faktor-faktor
prilaku sehari-hari, pelayanan kesehatan dan faktor hereditas.
Dalam menerapkan visi terserbut tentunya diperlukan Sumber Daya
Manusia/Tenaga Kesehatan sebagai salah satu faktor utama untuk kemajuan
kesehatan di Indonesia, hal itu diperoleh salah satu nya dengan melakukan
seleksi pemilihan tenaga kesehatan yang berkualitas. Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia (Kemenkes RI) adalah kementerian dalam Pemerintah
Indonesia yang membidangi urusan kesehatan. Kementerian Kesehatan
berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Presiden. Kementerian
Kesehatan dipimpin oleh seorang Menteri Kesehatan (Menkes) yang sejak 27
Oktober 2014 dijabat oleh Nila Moeloek. Pada tahun 2018, Kemenkes RI
melakukan seleksi penerimaan Calon Pegawai Negeri Sipil untuk memenuhi
tenaga kesehatan yang dibutuhkan di masing masing unit kerja di seluruh
Indonesia dengan proses seleksi yang ketat dan terbuka sehingga peserta yang
lulus adalah peserta yang berkualitas.
Aparatur Sipil Negara (disingkat ASN) adalah profesi bagi Pegawai
Negeri Sipil dan pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja yang bekerja
pada instansi pemerintah (Tenaga Kontrak). Pegawai ASN terdiri dari
Pegawai Negeri Sipil dan pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja yang
diangkat oleh pejabat pembina kepegawaian dan diserahi tugas dalam suatu
jabatan pemerintahan atau diserahi tugas negara lainnya dan digaji
berdasarkan peraturan perundang-undangan.
Kewajiban ASN diantaranya :
 Setia dan taat kepada Pancasila, UUD Tahun 1945, NKRI, dan
pemerintah yang sah;
 Menjaga persatuan dan kesatuan bangsa;
 Melaksanakan kebijakan yang dirumuskan pejabat pemerintah
yang berwenang;
 Menaati ketentuan peraturan perundang-undangan;
 Melaksanakan tugas kedinasan dengan penuh pengabdian,
kejujuran, kesadaran, dan tanggung jawab;
 Menunjukkan integritas dan keteladanan dalam sikap, perilaku,
ucapan dan tindakan kepada setiap orang, baik di dalam maupun
di luar kedinasan;
 Menyimpan rahasia jabatan dan hanya dapat mengemukakan
rahasia jabatan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan;
dan
 Bersedia ditempatkan di seluruh wilayah NKRI.

Setelah terpilih sebagai CPNS di Kementerian Kesehatan, maka


diperlukan bekal agar CPNS dapat mengetahui dan memahami Kementerian
Kesehatan dan lingkungan kerja tempat bertugas. Maka, diperlukan program
orientasi bagi CPNS di unit kerja dimana CPNS akan ditugaskan.
Berdasarkan hal di atas, maka dilaksanakannya program orientasi bagi
CPNS di RS Dr. H. Marzoeki Mhadi Bogor, yang bertujuan agar CPNS
mampu mengenal dan mengetahui ruang lingkup kerja sebelum CPNS
ditempatkan pada bidang kerja masing-masing.

1.2 Tujuan
a. Tujuan umum
Mengetahui gambaran sistem kerja di RS Dr. H. Marzoeki Mahdi, Bogor
b. Tujuan khusus
Mengetahui gambaran sistem kerja di Unit Fisioterapi RS Dr. H. Marzoeki
Mahdi, Bogor

1.3 Manfaat
- Manfaat bagi unit bagian kerja terkait
- Manfaat bagi CPNS : pengetahuan, pengala
BAB II PROFIL RUMAH SAKIT

2.1. Sejarah
Rumah Sakit Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor merupakan pusat rujukan
nasional pelayanan kesehatan jiwa. Didirikan pada zaman penjajahan Belanda
pada tanggal 1 Juli 1882 dikenal dengan nama Hetkrankzinnigengestich
Buitenzorg. Rumah Sakit Dr. H. Marzoeki Mahdi ini merupakan rumah sakit
jiwa (RSJ) terbesar kedua setelah RS Jiwa Lawang Jawa Timur. Ketika rumah
sakit ini diresmikan oleh Direktur P & K (Ex Onderwijs Van Eeredienst En
Nijverheid) bernama Krankzinnigengestich te Buitenzorg, dengan jumlah
pekerja 35 orang Eropa dan 95 orang pegawai pribumi dan keturunan Tionghoa
di antaranya seorang dokter jiwa yang bernama Dr. Semeru, dengan kapasitas
400 tempat tidur.
Pada masa pendudukan Jepang (1942-1945), RSJ Pusat Bogor ini pernah
digunakan sebagai penampungan tentara Jepang dan sebagian lain untuk
tempat mengisolir orang yang terkena penyakit menular. Pada masa revolusi
fisik (1945-1950), rumah sakit ini sempat “terlantar” karena tidak banyak
perhatian yang diberikan terhadap nasib RSJ Pusat Bogor lantaran sibuk
mempertahankan kemerdekaan. Baru antara tahun 1950-1969 terdapat sedikit
perbaikan dan perubahan gedung atau ruang perawatan yang cukup berarti, dan
sesudah tahun 1950, RSJ Pusat Bogor ini mengalami perbaikan dan sekaligus
peningkatan pelayanan melalui Repelita hingga akhir tahun 2001.
Lalu, bersamaan dengan momen peringatan 120 tahun RSJP Bogor pada
tanggal 1 Juli 2002, RSJP Bogor ini diresmikan menjadi Rumah Sakit Dr. H.
Marzoeki Mahdi. Bangunan rumah sakit ini terdiri dari beberapa bangunan, di
antaranya bangunan administrasi, rawat inap, rawat jalan, instalasi, dan ruang
lainnya. Sebagian bangunan sudah direnovasi, namun tetap dipertahankan gaya
arsitektur masa kolonialnya. Pada bangunan lama yang tidak direnovasi secara
keseluruhan, bangunannya masih memiliki jendela-jendela tinggi berbentuk
persegi yang terbuat dari kayu atap bangunan berbentuk limas. Luas bangunan
ini adalah 30.035,56 m² yang berdiri di atas lahan seluas 572.026 m².
Rumah Sakit Dr. H Marzoeki Bogor mempunyai luas lahan 578, 765 m2
dan luas bangunan 26. 862 m2. Kapasitas tempat tidur tercatat sejumlah 640
tempat tidur (TT), distribusi tempat tidur berdasarkan pelayanan terdiri dari
rawat inap psikiatri 483 TT, rawat inap pemulihan ketergantungan NAPZA 97
TT dan rawat inap umum 138 TT, sementara berdasarkan kelas terdiri dari
kelas VIP dan Utama 45 TT (6,27 %), kelas I 57 TT (7,10 %), kelas II 57 TT (
7,94 %), kelas III 373 TT ( 51,95 %) dan kelas khusus 194 TT (26,94 %).
Perubahan sosio–ekonomi dan politik di Indonesia sangat mempengaruhi
kelangsungan organisasi–organisasi pemerintah termasuk diantaranya Rumah
Sakit Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor. Perubahan tersebut dapat berdampak pada
struktur organisasi hingga status dan kedudukan organisasi. Rumah Sakit Dr.
H. Marzoeki Mahdi Bogor harus mempersiapkan diri dengan pilihan yang ada,
namun yang terpenting dan harus dilakukan adalah mencapai kemandirian
dalam menyediakan dan mengelola sumberdaya agar kelangsungan organisasi
dapat dipertahankan.
Potensi sumberdaya material dan sumberdaya manusia yang ada di RS
Dr. H. Marzoeki Mahdi dapat digali untuk meningkatkan revenue yang
diperlukan demi kelangsungan organisasi. Peningkatan utilisasi sumberdaya
yang ada merupakan alternatif pilihan yang harus dicoba untuk meningkatkan
pendapatan rumah sakit. Hal ini dapat dilakukan dengan cara melakukan
perubahan cara pandang, bahwa organisasi pemerintah yang tadinya birokratis
menjadi organisasi yang mempunyai sifat wirausaha.
Di masa datang rumah sakit diharapkan tumbuh menjadi organisasi yang
mengutamakan profesionalisme dalam segala bidang. Profesionalisme akan
meningkatkan mutu, menjadi efektif dan efisien sehingga akan meningkatkan
produktivitas atau kinerja rumah sakit. Hal ini sangat diperlukan untuk
menghadapi situasi yang berubah dengan cepat dan tidak menentu.
2.2. Lokasi
Lokasi Rumah Sakit Dr. H. Marzoeki Mahdi. Rumah sakit ini terletak di
Jalan Dr. Semeru No. 114 Kelurahan Menteng, Kecamatan Bogor Barat, Kota
Bogor, Jawa Barat, Kode Pos 16111.

2.3. Visi, Misi dan Motto


2.3.1 Visi
Menjadi rumah sakit jiwa rujukan nasional dengan unggulan layanan
rehabilitasi psikososial pada tahun 2019
2.3.2 Misi
1. Mewujudkan layanan kesehatan jiwa dengan unggulan rehabilitasi
psikososial
2. Meningkatkan penyelenggaraan pendidikan, pelatihan dan riset
unggulan dalam bidang kesehatan jiwa
3. Meningkatkan peran strategis dalam program kesehatan jiwa
nasional
4. Meningkatkan kemitraan dan pemberdayaan stakeholder
5. Meningkatkan komitmen dan kinerja pegawai untuk mencapai
kesejahteraan
2.3.3 Motto

S Sigap
E Empati
H Harmonis
A Antusias
T Tertib
2.4. Struktur Organisasi RS Dr.H.Marzoeki Mahdi dan Rehabilitasi Medik
Secara garis besar berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI (Permenkes) Nomor 255/MENKES/PER/III/2008 tentang
Struktur Organisasi RSMM Bogor yang dipimpin oleh seorang kepala yang disebut Direktur Utama dengan susunan organisasi
sebagai berikut :
Struktur Organisasi Rehabilitasi Medik

DIREKTUR
UTAMA

DIREKTUR DIREKTUR MEDIK


& DIREKTUR
SDM KEUANGAN
KEPERAWATAN

KOMITE MEDIK INSTALASI RAWAT


JALAN

KETUA SMF
KEPALA UNIT REHABILITASI MEDIK
Dr. Vico Lie bing Hoat, Sp. KFR

DOKTER REHABILITASI MEDIK


Dr. Vico Lie bing Hoat, Sp. KFR
PENANGGUNG JAWAB
PELAYANAN
Susilowati

FISIOTERAPIS FISIOTERAPIS TERAPI WICARA PENCATATAN DAN


1. Susilowati 4. Enung Chairiningrum Sochiri 1. Dewi Mega Putri PELAPORAN
2. Eliarosa Br. Tarigan 5. Fikri Helmi Nugraha 2. Juwita Rahmawati A M. Rezza Muktiaji
3. M. Rezza Muktiaji
Penjelasan dari bagan diatas adalah sebagai berikut:

1) Direktorat Medik dan Keperawatan, terdiri atas :


a) Kepala Bidang Medik, terdiri atas:
i) Kepala Seksi Pelayanan Medik
ii) Kepala Seksi Penunjang Medik

b) Kepala Bidang Keperawatan, terdiri atas:


i) Kepala Seksi Pelayanan Keperawatan Rawat Jalan
ii) Kepala Seksi Pelayanan Keperawatan Rawat Inap

2) Direktorat SDM dan Pendidikan, terdiri atas:


a) Kepala Bagian SDM, terdiri atas:
i) Kepala Sub Bagian Administrasi Kepegawaian
ii) Kepala Sub Bagian Pengembangan SDM

b) Kepala Bagian Pendidikan dan Penelitian (Diklit), terdiri atas:


i) Kepala Sub Bagian Diklit Tenaga Medis
ii) Kepala Sub Bagian Diklit Tenaga Non Medis dan Keperawatan

3) Direktorat Keuangan dan Administrasi Umum, terdiri atas:


a) Kepala Bagian Keuangan, terdiri atas:
i) Kepala Sub Bagian Program dan Anggaran
ii) Kepala Sub Bagian Perbendaharaan dan Akuntansi
iii) Kepala Sub Bagian Mobilisasi Dana

b) Kepala Bagian Administrasi Umum, terdiri atas:


i) Kepala Sub Bagian Rumah Tangga dan Perlengkapan
ii) Kepala Sub Bagian Tata Usaha dan Pelaporan
iii) Kepala Sub Bagian Hukormas
4) Instalasi-Instalasi
5) Kelompok Jabatan Fungsional
6) Satuan Pengawas Intern (SPI)
7) Komite Medik
8) Komite Etik dan Hukum
9) Staf Medik Fungsional (SMF)
10) Unit-Unit Non Struktural

Susunan Direksi Rumah Sakit Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor adalah sebagai
berikut:
1. Direktur Utama: dr. Bambang Eko Sunaryanto, Sp.KJ., MARS.
2. Direktur Medik dan Keperawatan: drg. Desi Dwirinah, MKKK
3. Direktur SDM dan Pendidikan: Heru Prastyo, SH.,MARS.
4. Direktur Keuangan dan Administrasi Umum: Nurul Sri Hidayati Rini, SE,
Ak, MMRS

Selain susunan Direksi diatas, dalam Permenkes terdapat pula empat komite
yang memberikan pertimbangan strategis kepada Direktur Utama dalam rangka
peningkatan mutu dan pengembangan pelayanan rumah sakit, yaitu:
1. Komite Medik
2. Komite Etik dan Hukum
3. Komite Keperawatan
4. Komite Mutu dan Keselamatan Pasien
Dalam melaksanakan tugas utamanya yang berkaitan dengan pengawasan
pelaksanaan tugas-tugas rumah sakit, Direktur Utama dibantu oleh Satuan
Pemeriksa Intern (SPI).

2.5. Tugas Pokok dan Fungsi RS Dr.H.Marzoeki Mahdi

Tugas Pokok
RSMM Bogor mempunyai tugas menyelenggarakan upaya
penyembuhan dan pemulihan secara paripurna, pendidikan dan pelatihan,
penelitian dan pengembangan di bidang kesehatan jiwa secara serasi, terpadu
dan berkesinambungan dengan upaya peningkatan kesehatan lainnya serta
melaksanakan upaya rujukan.

Fungsi
Dalam melaksanakan tugas diatas, RSMM Bogor menyelenggarakan
fungsi
sebagai berikut:
1.Pelayanan medis di bidang kesehatan jiwa;
2. Pelayanan dan asuhan di bidang kesehatan jiwa;
3. Penunjang medis dan non medis di bidang kesehatan jiwa;
4. Pengelolaan sumber daya manusia;
5. Pendidikan dan penelitian secara terpadu dalam bidang profesi
kedokteran
dan pendidikan kedokteran berkelanjutan di bidang kesehatan lainnya;
6. Pendidikan dan pelatihan di bidang kesehatan lainnya;
7. Penelitian dan pengembangan di bidang kesehatan jiwa;
8. Pelayanan rujukan di bidang kesehatan jiwa;
9. Administrasi Umum dan Keuangan.

2.6. Tugas Pokok dan Fungsi Unit Rehabilitasi Medik (Fisioterapi)

Tugas Pokok
Rehabilitasi Medik memberikan pelayanan terapi fisik dan rehabilitasi
secara terintegrasi dan komprehensif yang bertujuan untuk meningkatkan
kualitas hidup dengan mengurangi keterbatasan atau gangguan fungsi yang
ada, gangguan yang terjadi dapat disebabkan oleh penyakit, proses degeneratif,
trauma dan lain – lain.
Fisioterapi menitikberatkan untuk menstabilkan atau memperbaiki
gangguan fungsi alat gerak/fungsi tubuh yang terganggu yang kemudian diikuti
dengan proses/metode terapi gerak.

Fungsi
Fisioterapi berfungsi:
1. Menangani gangguan syaraf
2. Menangani gangguan perkembangan anak
3. Mengurangi nyeri fisik
4. Membantu keterbatasan pergerakan yang diakibatkan cidera
5. Mengatasi gangguan tulang, sendi dan jaringan
6. Mengatasi gangguan otak dan syaraf seperti stroke, multiple sclerosis,
cedera olahraga
7. Mengatasi gangguan jantung dan pembuluh darah
8. Mengatasi gangguan paru paru dan pernapasan

2.7. Fasilitas
Fasilitas Layanan di RS Dr.H. Marzoeki Mahdi Bogor
Rawat Jalan :
1. Rawat Jalan Psikiatri
 Psikiatri Dewasa
 Psikiatri Anak dan Remaja
 Klinik Psikogeriatri
 Klinik Penanganan Trauma
 Klinik Cemas dan Depresi
 Klinik CLP
 Klinik Psikologi
 Medical Check Up Terpadu
 Klinik Konsultasi Keperawatan
 Klinik NAPZA
 Klinik HIV/VCT/PMTCT

2. Rawat Jalan Non Psikiatri


 Klinik Neurologi
 Klinik Penyakit Dalam
 Klinik Jantung dan Pembuluh Darah
 Klinik Diabetes Terpadu
 Klinik Anak
 Klinik THT
 Klinik Mata
 Klinik Paru
 Klinik Obsgin
 Klinik Bedah
 Klinik Kulit

3. Rawat Inap Psikiatri


 Ruang Akut (PHCU)
 Ruang Intermediate
 Ruang Stabilisasi
 Ruang Psikiatri Forensik
 Ruang Komorbiditas Forensik
 Ruang Geriatri
 Ruang Mental Organik
 Ruang Anak dan Remaja
 Ruang CLP

5. Rawat Inap Non Psikiatri


Rawat Inap NAPZA
 Ruang Detoxifikasi
 Ruang Rehabilitasi
 Ruang Infeksi

4. Instalasi Gawat Darurat (IGD)

5. Penunjang Medik
 Laboratorium
 Gizi
 Farmasi
 Radiologi dan Imaging
 Haemodialisa
 Rehabilitasi Medik

6. Penunjang Non Medik


 Ipal
 Pemulasaran Jenazah
 Laundry

2.8. Tata Kerja


Komponen kesehatan jiwa sesuai Keputusan Menteri Kesehatan
Nomor 135/Menkes/SK/IV/78, disebutkan pelayanan Kesehatan Jiwa
mencakup komponen pelayanan medik psikiatrik, pelayanan penunjang
medik, rehabilitasi dan pelayanan perawatan. Pelayanan tersebut
dilaksanakan melalui unit-unit rawat jalan, rawat inap, rawat darurat dan
rawat rehabilitasi, disamping itu juga diperhatikan adanya gangguan fisik
pada pasien jiwa. Rumah Sakit Jiwa sebagai pusat pelayanan kesehatan jiwa
dalam melaksanakan upaya-upaya preventif, kuratif, rehabilitatif,
pelayanan keswa masyarakat dan melaksanakan sistem rujukan. Dalam
proses organo-psikososial kegiatannya menjangkau masuk ke dalam
masyarakat.
Rumah Sakit Jiwa mempunyai tugas menyelenggarakan dan
melaksanakan pelayanan pencegahan, pemulihan dan rehabilitasi di bidang
Kesehatan Jiwa dan untuk menyelenggarakan tugas itu rumah sakit jiwa
memiliki fungsi:
1. Melaksanakan upaya pelayanan kesehatan jiwa pencegahan
(preventif)
2. Melaksanakan upaya pelayanan kesehatan jiwa pemulihan
(kuratif)
3. Melaksanakan upaya pelayanan kesehatan jiwa rehabilitasi
4. Melaksanakan upaya kesehatan jiwa masyarakat
5. Melaksanakan sistem rujukan (sistem referal)
BAB III PEMBAHASAN

3.1 Materi Orientasi

3.1.1. Orientasi umum


Materi yang didapatkan selama orientasi dengan jadwal terlampir
selain terkait keadaan rumah sakit juga terkiat keselamatan pasien salah satu
diantaranya adalah penanganan terhadap darurat medis (code blue). Bantuan
Hidup Dasar adalah usaha yang dilakukan untuk mempertahankan
kehidupan pada saat penderita mengalami keadaan yang mengancam
nyawa. Usaha bantuan hidup tanpa memakai obat obatan, cairan intra vena,
atau pun kejut listrik maka dikenal dengan “Bantuan Hidup Dasar”. Bantuan
Hidup dapat dilakukan pada pasien sadar dan tidak sadar, contoh keadaan
darurat medis saat pasien sadar adalah tersedak (choking). Apabila pasien
tersedak maka langkah yang perlu dilakukan adalah pukul punggung pasien
lima kali atau sampai sumbatan lepas, jika cara tersebut gagal, lakukan
mauver heimlich.
Sedangkan untuk pasien tidak sadar hal yang perlu dilakukan adalah
:

No. Penolong Awam Tenaga Kesehatan


Tidak Terlatih Terlatih
1. Patikan Keamanan Patikan Keamanan Pastikan
keamanan
2. Cek respon Cek respon Cek respon
3. Meminta tolong. Meminta tolong. Aktifkan tim
Telepon atau Telepon atau resusitasi.
perintahkan perintahkan Sebelumnya dapat
seseorang mencari seseorang mencari mengecek napas
bantuan. bantuan. dan nadi
4. Mengikuti intruksi Mengecek napas dan Mengecek napas
mulai RJP dan nadi. Mulai
RJP
5. Mengikuti intruksi Minta tolong orang Jika orang kedua
kedua untuk tiba, lakukan RJP
mengambil AED berdua dan
(jika tersedia) gunakan
defib/AED

Anjuran dan larangan untuk CPR berkualitas tinggi dewasa :

Penolong Penolong
HARUS TIDAK BOLEH
Melakukan Mengkompresi
kompresi dada dengan dengan kecepatan
kecepatan 100 – 120 lebih rendah dari 100
kali/menit x/menit atau lebih
cepat dari 120x/menit
Kompresi Kompresi
kedalaman minimal 2 kedalaman kurang dari
inchi (5 cm) 2 inchi atau lebih dari
2,4 inchi (6cm)
Membolehkan Bertumpu di
rekoil penuh setelah atas dada diantara
setiap kali kompresi kompresi yang
dilakukan
Meminimalkan Menghentikan
jeda dalam kompresi kompresi lebih dari 10
detik
Memberikan Memberikan
ventilasi yang cukup (2 ventilasi berlebihan
nafas buatan setelah 30 (mis : terlalu banyak
kompresi, setiap nafas nafas buatan atau
buatan diberikan lebih memberikan nafas
dari 1 detik, setiap kali buatan dengan
diberikan dada akan kekuatan berlebihan)
terangkat)

Bantuan Hidup Dasar dihentikan apabila korban sadar, sudah datang


bantuan yang lebih kompeten, sudah ada tanda tanda kematian, petugas
kelelahan, sudah lebih dari 30 menit, tidak ada respon dari penderita,
penolakan tindakan (DNR).

3.1.2. Tugas dan Fungsi Struktur Rumah Sakit dan Unit Fisioterapi

 Direktur Utama
Direktur Utama adalah pemimpin tertinggi organisasi rumah
sakit. Tugasnya adalah Mengkoordinasikan dan mengendalikan
kegiatan-kegiatan dibidang administrasi keuangan, kepegawaian
dan kesekretariatan. Mengkoordinasikan dan mengendalikan
kegiatan pengadaan dan peralatan perlengkapan. Merencanakan
dan mengembangkan sumber-sumber pendapatan serta
pembelanjaan dan kekayaan perusahaan. Mengendalikan uang
pendapatan, hasil penagihan rekening penggunaan air dari
langganan. Melaksanakan tugas-tugas yang diberikan Direktur
Utama. Dalam melaksanakan tugas-tugas Direktur Umum
bertanggung jawab kepada Direktur Utama. Memimpin
seluruh dewan atau komite eksekutif
 Dewan Pengawas
Dewan Pengawas Rumah Sakit yang selanjutnya disebut
Dewan Pengawas adalah unit nonstruktural pada rumah sakit yang
melakukan pembinaan dan pengawasan rumah sakit secara internal
yang bersifat nonteknis perumahsakitan yang melibatkan unsur
masyarakat. Dewan Pengawas berfungsi sebagai governing body
Rumah Sakit dalam melakukan pembinaan dan pengawasan
nonteknis perumahsakitan secara internal di Rumah Sakit.
Dewan Pengawas yang dibentuk pada Rumah Sakit yang
menerapkan PPK BLU/BLUD, juga melaksanakan pengawasan
pengelolaan keuangan Badan Layanan Umum atau Badan Layanan
Umum Daerah sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
 Satuan Pemeriksaan Intern
Tujuan pokok dari suatu pemeriksaan internal adalah
membantu agar para anggota organisasi dapat melaksanakan tugas
dan tanggung jawabnya secara efektif, sehingga sistem dapat
berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Dengan SPI yang berfungsi
sesuai dengan tugas pokok dan perannya, maka organisasi dapat
mencegah terjadinya kehilangan uang, menjaga aset dari tindakan
korupsi, kelalaian, kebiasaan salah yang dibenarkan, penyimpangan,
kecurangan dan pemborosan yang pada akhirnya organisasi
dihindarkan dari kerugian – kerugian yang bisa dicegah.
Dalam penyelenggaraan Rumah Sakit, keberadaan SPI
diharapkan dapat menjadi mitra kerja yang baik bagi manajemen
dalam menilai setiap kegiatan yang diselenggarakan oleh Rumah
Sakit. SPI bukanlah unit kerja yang mencari kesalahan, tetapi unit
kerja yang membantu top manajemen dalam mengawasi dan
mengevaluasi sistem pengendalian manajemen sehingga
mengarahkan jalan-nya perusahaan dalam jalur yang benar.
 Komite Medik
Komite medik adalah perangkat rumah sakit untuk
menerapkan tata kelola klinis (clinical governance) agar staf medis
di rumah sakit terjaga profesionalismenya melalui mekanisme
kredensial, penjagaan mutu profesi medis, dan pemeliharaan etika
dan disiplin profesi medis.
Memiliki peran strategis dalam mengendalikan kompetensi
dan perilaku staf medis di rumah sakit serta dalam rangka
pelaksanaan audit medis

 Komite Keperawatan
Komite Keperawatan adalah wadah non-struktural rumah
sakit yang mempunyai fungsi utama mempertahankan dan
meningkatkan profesionalisme tenaga keperawatan melalui
mekanisme kredensial, penjagaan mutu profesi, dan pemeliharaan
etika dan disiplin profesi. Penyelenggaraan Komite Keperawatan
bertujuan untuk meningkatkan profesionalisme tenaga keperawatan
serta mengatur tata kelola klinis yang baik agar mutu pelayanan
keperawatan dan pelayanan kebidanan yang berorientasi pada
keselamatan pasien di Rumah Sakit lebih terjamin dan terlindungi.

 Komite Etik dan Hukum


Komite Etik dan Hukum Rumah Sakit (KEHRS) dapat
dikatakan sebagai suatu badan yang secara resmi dibentuk dengan
anggota dari berbagai disiplin perawatan kesehatan dalam rumah
sakit yang bertugas untuk menangani berbagai masalah etik yang
timbul dalam rumah sakit. KEHRS dapat menjadi sarana efektif
dalam mengusahakan saling pengertian antara berbagai pihak yang
terlibat seperti dokter, pasien, keluarga pasien dan masyarakat
tentang berbagai masalah etika hukum kedokteran yang muncul
dalam perawatan kesehatan di rumah sakit. Komite Etik dan Hukum
dibentuk dan bertanggung jawab kepada Direktur Rumah Sakit.

 Komite Mutu Keselamatan Pasien


Bentuk organisasi untuk mengelola program peningkatan
mutu dan keselamatan pasien agar mekanisme koordinasi
pelaksanaan program peningkatan mutu dan keselamatan pasien
dapat berjalan lebih baik. Menjelaskan pendekatan yang
komprehensif untuk peningkatan mutu dan keselamatan pasien yang
berdampak pada semua aspek pelayanan. Berfungsi menyusun dan
merencanakan pelaksanaan kegiatan program kerja PMKP,
memimpin,mengkoordinir, mengevaluasi pelaksanaan operasional
PMKP secara efektif, efisiendan bermutu, mengumpulkan
dataindikator baik dari Koordinator Peningkatan Mutu maupun dari
Koordinator Keselamatan Pasien dan unit kerja terkait, menganalisa
dataindikator mutu pelayanan baikindikator mutu klinis maupun
indikatormutu manajerial serta indikatorkeselamatan pasien,
Mengevaluasi pelaksanaan lima area prioritas yang sudah
ditetapkan ole direktur dengan focus utama pada penggunaan
PPK,clinical pathway dani ndikator mutu kunci.

 Komite Tenaga Kesehatan Lainnya


Komite Tenaga Kesehatan adalah perangkat rumah sakit
untuk menerapkan tata kelola klinis agar tenaga kesehatan di rumah
sakit terjaga profesionalismenya melalui mekanisme kredensial,
penjagaan mutu profesi klinis dan pemeliharaan etika dan disiplin
profesi klinis.

 Direktorat Medik dan Keperawatan


Direktorat medik dan keperawatan mengelola Biang medik
dan Bidang Keperawatan. Selain itu, Direktorat ini juga memiliki
garis instruksi dan koordinasi langsung ke berbagai Instalasi di
Rumah Sakit.

 Direktorat Sumber Daya Manusia dan Pendidikan


Direktorat SDM dan Pendidikan bertugas melakukan
pengelolaan sumber daya manusia, pelayanan pendidikan dan
pelatihan serta penelitian dan pengembangan. Direktorat Sumber
Daya Manusia merupakan unsur penunjang yang menyelenggarakan
perencanaan, pengembangan, pembinaan, pengelolaan, dan
pelayanan administrasi di bidang Sumber Daya Manusia.

 Direktorat Keuangan dan Administrasi Umum


Direktorat Keuangan merupakan salah satu unit kerja
sebagai unit pelayanan yang diberi amanah untuk mengelola
keuangan (manajemen keuangan) mempunyai tugas pokok untuk
menyelenggarakan dan mengkoordinasikan pelaksanaan kegiatan
pengelolaan anggaran, akuntansi dan pelaporan keuangan, serta
perbendaharaan. Direktorat Keuangan di samping memiliki tugas
pokok, juga memiliki fungsi menyelenggarakan dan
mengkoordinasikan kegiatan penyusunan dan pelaksanaan
anggaran, menyelenggarakan dan mengkoordinasikan kegiatan
akuntansi dan pelaporan keuangan, menyelenggarakan dan
mengkoordinasikan kegiatan perbendaharaan, menyelenggarakan
monitoring dan evaluasi pelaksanaan dan kinerja anggaran,
melaporkan pelaksanaan tugas pokok dan fungsi dalam bidang
keuangan kepada Wakil Rektor Bidang Keuangan dan Sumber
Daya.
3.1.3. Orientasi di unit Fisioterapi

1. Alat Elektroterapi Fisioterapi


Elektroterapi yaitu penggunaan alat terapi dengan memberikan
arus listrik bolak–balik pada tubuh yang frekuensinya lebih dari
500.000 cycle/detik, akan tetapi tidak memberikan rangsangan
terhadap saraf sensorik dan motorik. Jenis jenis modalitas elektro terapi
yang terdapat di rumah sakit Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor adalah
sebagai berikut :

No Nama Fungsi
1. TENS a. Mengurangi
nyeri
b. Mengurangi
spasme otot
c. Memeilhara
fisiologis otot
dan mencegah
atrofi otot.
d. Re-edukasi
fungsi otot.
e. Modulasi nyeri
tingkat sensorik
Spinal dan
supraspinal
f. Menambah
Range Of Motion
(ROM)/mengulur
tendon.
g. Memperlancar
peredaran darah
dan
memperlancar
resorbsi oedema.
2. MWD a. Memperlancar
peredaran darah
b. Meningkatkan
elastisitas
jaringan ikat
c. Meningkatkan
sirkulasi simpatik
d. Meningkatkan
metabolisme sel
sel lokal
e. Mengurangi
nyeri
f. Meningkatkan
perbaikan
jaringan secara
fisiologis
g. Meningkatkan
elastistitas
jaringan lemak
h. Mengurangi
kontraktur
jaringan
3. SWD
a. Mengurangi
nyeri
b. Meningkatkan
ROM
c. Meningkatkan
aliran darah ke
daerah otot yang
rusak
d. Melenturkan
jaringan lunak
e. Mempercepat
penyembuhan
radang
f. Memperlancar
peredaran darah
4 Ultrasound a. Meningkatkan
sirkulasi darah
b. Relaksasi otot
c. Meningkatkan
permeabilitas
membran
d. Mempercepat
proses
penyembuhan
jaringan
e. Mengurangi
nyeri
5. Electrical Stimulation a. Kontraksi otot
b. Penguatan otot
c. Pencegahan
Artrophy
d. Reedukasi otot
6. Laser a. Mengurangi
nyeri
b. Mengurangi
inflamasi
c. Mempercepat
regenerasi
jaringan
d. Meningkatkan
sintesis kolagen

2. Alat Exercise/Gymnasium
Aspek yang harus menjadi focus perhatian dalam pengawasan
dan pemantauan limbah cair sarana pelayanan kesehatan dimulai dari
sumber, jaringan pipa pengumpul dan asesorisnya, bangunan
pengolahan limbah cair , penanganan lumpur, dan jaringan pipa
pembuangan serta badana air penerimanya. Aspek yang telah
dilakukan di rumah sakit Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor adalah:

No Nama Fungsi
1. Sepeda Statis a. Membakar kalori dan
lemak
b. Membantu menjaga
kolesterol tetap stabil
c. Menghindari risiko
gangguan sendi
d. Meningkatkan
kekuatan dan
kesehatan jantung dan
paru paru

2. Pararel Bar a. Latihan berjalan


b. Meningkatkan
Keseimbangan
c. Meningkatkan ROM
d. Meningkatkan
kekuatan dan
mobilitas
e. Meningkatkan rasa
percaya diri saat
berjalan
BAB IV PERMASALAHAN

4.1 Permasalahan Terkait Praktik Kerja


4.1.1 Jumlah Pasien
Pasien merupakan hal yang krusial dalam keberlangsungan rumah
sakit. Dengan adanya pasien yang setiap hari datang untuk mendapatkan
pelayanan kesehatan atau menjalani rawat inap maka rumah sakit pun
mendapatkan pemasukan. Dalam hal pelayanan kesehatan, petugas
kesehatan sudah sewajibnya tidak boleh melihat banyak sedikitnya pasien
dan pemasukan RS sebagai faktor yang menentukan tinggi rendahnya
kualitas pelayanan. Pelayanan kesehatan pada dasarnya harus tetap
dijalankan secara optimal tanpa melihat kedua faktor tersebut. Tidak
berarti dengan jumlah pasien yang banyak malah menurunkan kualitas
pelayanan kesehatan. Karena sebaiknya, banyak ataupun sedikit pasien
seharusnya kualitas pelayanan yang diberikan haruslah yang terbaik.
Namun dengan situasi yang terjadi sekarang dan melihat pasal 60
ayat 1 dan 2 pada Peraturan Menteri Kesehatan no. 56 tahun 2014 tentang
Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit yang isinya ialah :
(1) Rumah Sakit Khusus hanya dapat menyelenggarakan pelayanan
kesehatan sesuai bidang kekhususannya dan bidang lain yang
menunjang kekhususan tersebut.
(2) Penyelenggaraan pelayanan kesehatan di luar bidang
kekhususannya hanya dapat dilakukan pada pelayanan gawat
darurat.
Maka BPJS sebagai universal health coverage atau jaminan
kesehatan cakupan nasional memutuskan tidak akan melakukan klaim
diluar dari bidang kekhususan jiwa di RS Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor.
Dengan demikian maka hal tersebut berdampak pada beberapa aspek
pelayan penunjang dan rawat jalan termasuk didalam nya fisioterapi.
Dalam hal ini fisioterapi sebagai unit rawat jalan, mengalami
penurunan jumlah pasien dibanding dengan periode dan tahun
sebelumnya. Penurunan ini terjadi karena mayoritas pasien fisioterapi
adalah mereka yang mengandalkan layanan kepesertaan BPJS kesehatan.
Dengan merujuk pada peraturan BPJS kesehatan mengenai
Peraturan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan Nomor 5
Tahun 2018 tentang tata cara penagihan, pembayaran dan pencatatan iuran
jaminan kesehatan dan pembayaran denda akibat keterlambatan
pembayaran iuran jaminan kesehatan yang mengatur sistem rujukan, maka
fisioterapi dapat menjalankan pelayanannya di RS dengan mendapat
pelimpahan tanggung jawab dari dokter spesialis rehab medik yang
sebelumnya mendapat rujukan dari dokter spesialis lain.
Jika melihat keadaan dilapangan, hampir lebih dari 80% pasien
fisioterapi adalah pasien yang mendapat rujukan dari dokter spesialis saraf
atau dokter spesialis penyakit dalam. Dengan melihat peraturan yang
berlaku, hal ini seperti efek domino yang disebabkan pasien masuk dari
dokter spesialis lain diluar kejiwaan mengalami penghentian pelayanan
dan penerimaan pasien yang memanfaatkan layanan BPJS kesehatan.
Di sisi lain dengan pengurangan jumlah pasien fisioterapi, terdapat
beberapa keuntungan, salah satunya ialah waktu terapi yang dapat
diberikan kepada pasien. Dengan jumlah pasien yang tidak terlalu banyak
maka fisioterapis dapat memberikan waktu terapi lebih optimal yang bisa
diberikan kepada seorang pasien, hal tersebut akan berdampak pada hasil
intervensi pasien. Dalam hal ini, terapi optimal yang bisa diberikan ialah
meningkatnya komunikasi yang efektif kepada pasien, pemberian terapi,
dan juga edukasi kepada keluarga atau pasien terapi.

4.1.2 Sistem Rujukan Pasien Fisioterapi


Alur rujukan pelayanan BPJS kesehatan menggunakan sistem
berjenjang, artinya, ada langkah-langkah khusus yang harus ditempuh oleh
peserta bpjs makala ingin melakukan pengobatan menggunakan bpjs agar
biaya pengobatan sepenuhnya dapat ditanggung oleh BPJS.
Fisioterapi merupakan salah satu dari tiga layanan yang masuk
dalam turan baru Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan,
yaitu diberlakukannya peraturan direktur jaminan pelayanan kesehatan
No. 5 tahun 2018 tentang Pelayanan Rehabilitasi Medik sejak 25 Juli 2018,
menyebabkan pembatasan pelayanan fisioterapi menjadi dua kali dalam
seminggu.
Ada 2 kategori pasein yang dapat ditangani oleh bpjs yaitu pasien
gawat darurat dan pasien bukan gawat darurat, alur rujuakan kedua jenis
pasien BPJS tersebut bisa berbeda sebagai berikut :
1. Untuk pasien gawat darurat
Pasien gawat darurat adalah kondisi pasien yang harus segera
mendapatkan pelayanan medis jika tidak ditolong maka kondisi pasien
akan lebih parah dan dapat mengancam keselamatan pasien itu sendiri.
Untuk pasien gawat darurat yang ingin menggunakan layanan
BPJS tidak harus dimulai di fasilitas kesehatan tk1 sesuai dengan yang
tertera di kartu bpjs peserta, namun khusus untuk pasien gawat darurat bisa
langsung datang ke fasilitas kesehatan terdekat seperti rumah sakit. Pasien
gawat darurat akan langsung ditangani di unit gawat darurat dimanapun
dan dikota manapun dan biaya sepenuhnya bisa ditanggung oleh BPJS.

2. Untuk Pasien bukan gawat darurat


Sedangkan untuk pasien bukan gawat darurat, seperti misalnya
pasien berobat jalan atau fisioterapi maka peserta BPJS yang ingin
melakukan pengobatan menggunakan layanan BPJS harus datang pertama
kali ke fasilitas kesehatan tingkat pertama (Faskes TK1) sesuai dengan
yang tertera di kartu BPJS peserta, jika tidak maka kemungkinan besar
biaya tidak akan ditanggung oleh BPJS, faskes tingkat 1 adalah fasilitas
kesehatan tingkat pertama seperti puskesmas, klinik, praktek dokter,
praktek dokter gigi dan rumah sakit tipe D.
Jika di fasilitas kesehatan 1 pasien tidak dapat ditangani atau
peralatan yang terdapat di fasilitas kesehatan 1 tidak memadai, maka
dokter akan membuatkan surat rujukan ke fasilitas kesehatan tingkat
berikutnya (Fasilitas Kesehatan TK 2) yaitu rumah sakit umum daerah
(rumah sakit kelas C atau rumah sakit kelas B).
Di rumah sakit daerah (RSUD) pasien harus membawa surat
rujukan dan kartu BPJS untuk dapat ditangani oleh dokter spesialis rumah
sakit. jika kondisi pasien tidak memungkinkan untuk ditangani di rumah
sakit sebagai fasiltias kesehatan ke 2 maka dokter spesialis akan
memberikan rujukan lagi untuk dirujuk ke fasilitas kesehatan berikutnya,
yaitu fasilitas kesehatan tingkat III yaitu rumah sakit tipe A (RSMM).

4.1.3 Persyaratan Jumlah Pasien Sebagai Syarat Perpanjangan STR


STR atau surat tanda registrasi merupakan surat tanda resmi yang
harus dimiliki oleh praktisi fisioterapis. Surat registrasi ini dikeluarkan
oleh IFI (Ikatan fisioterapi Indonesia) melalui MTKP provinsi. STR
merupakan bukti sah bahwa petugas medis dalam hal ini fisioterapis
sudah terdaftar dalm organisasi profesi dan berhak mendapat
perlindungan hukum dalam melakukan kegiatan praktiknya.
STR sendiri wajib untuk diperpanjang setiap lima tahun sekali.
Perpanjangan STR ini erat hubunganya guna sebagai bagian monitoring
dari IFI selaku oraganisasi profesi untuk selalu mengawasi dan menilai
anggotanya sejauh mana mereka melakukan kegiatan dibidang
fisioterapi. Baik itu dalm segi pelayanan fisioterapi, mengikuti
pembaharuan ilmu lewat seminar/workshop, ataupun menjadi bagian
dalam peningkatan keilmuan sebagai penulis ilmiah atau pembicara.
Salah satu syarat perpanjangan STR adalah dengan melihat jumlah
pasien yang ditangani dalam 5 tahun pelayanan sejak STR baru diterima.
Syarat pasien ini bisa membantu jumlah poin SKP yang didapat agar
mencapai 25 poin. Jumlah pasien yang harusnya ada ialah...... untuk
mendapat satu poin SKP. Dengan adanya jumlah poin bantuan pada poin
penanganan pasien tentu ini akan mempermudah persyaratan
perpanjangan STR.
Berkurangnya jumlah pasien seperti yang disebutkan pada poin
sebelumnya, berhubungan langsung pada aspek peningkatan kualitas
keilmuan. Hal ini terasa bagi terapis baru di poli fisioterapi. Semakin
banyak pasien, berarti semakin variatif kasus yang dihadapi, sehingga
membuat terapis dapat menggali lebih dalam suatu kasus dan
mengaplikasikan keilmuannya. Dengan berkurangnya jumlah pasien,
berarti sedikit pula jumlah kasus yang ditangani. Dengan demikian,
berdampak pada pengaplikasian keilmuan yang menurun dan kurang
diperdalamnya teknik terapi.
BAB V KESIMPULAN & SARAN

5.1. Kesimpulan
Rumah Sakit dr.H.Marzoeki Mahdi Bogor merupakan pusat
rujukan nasional pelayanan kesehatan jiwa. Layanan unggulan di
RS.dr.H.Marzoeki Mahdi Bogor adalah Rehabilitasi Psikososial.
Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas tentunya sangat
diperlukan untuk menciptakan dan meningkatkan mutu dan kualitas
rumah sakit, salah satunya dengan mengadakan seleksi CPNS.
Diharapkan CPNS dapat mendukung visi dan misi rumah sakit
juga memberikan perubahan positif untuk perkembangan rumah sakit.
Tentunya perlu dilakukan orientasi agar CPNS mengenal lingkungan
kerja dan unit yang akan ditempatinya.
Pelaksanaan Orientasi CPNS TA 2018 di RS dr. H. Marzoeki
Mahdi Bogor merupakan kegiatan yang sangat penting dan perlu
dilakukan. Anggota CPNS diharapkan mampu mengerti proses kerja
dengan dilakukannya orientasi. Selain itu, kegiatan orientasi ini dapat
menimbulkan rasa kekeluargaan antara anggota CPNS dan juga
karyawan di RS dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor, sehingga dapat
menciptakan lingkungan kerja yang nyaman, dan bersahabat. Orientasi
ini juga memberikan banyak pengetahuan tentang sistem dan struktur
rumah sakit sehingga CPNS memiliki jiwa tanggung jawab dalam
meningkatkan perkembangan RS dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor.
Fisioterapi merupakan salah satu faktor penting yang
mempengaruhi perkembangan rumah sakit, fisioterapi berperan dalam
preventif, kuratif dan rehabilitatif. Diharapkan kesembuhan pasien
berjalan cepat melalui proses fisioterapi. Dengan cepatnya proses
penyembuhan maka meningkatnya kepuasan pasien terhadap
pelayanan fisioterapi dan juga meningkatnya kepuasan pasien terhadap
rumah sakit.
Meskipun saat ini unit pelayanan fisioterapi mengalami
pengurangan jumlah pasien yang disebabkan peraturan BPJS terbaru,
ada alternatif solusi yang bisa dilakukan rumah sakit untuk
memfasilitasi dan memaksimalkan kinerja fisioterapi. Solusi yang bisa
dilakukan yaitu dengan peningkatan kualitas pelayanan dan hubungan
kerja sama antar unit yang sebelumnya tidak pernah dilakukan seperti
menghubungkan kerja sama antar poli psikiatri rawat jalan dan poli
rehab medik.

5.2. Saran
5.2.1. Peningkatan pelayanan fisioterapi
5.2.1.1. Edukasi pentingnya peran fisioterapi
Dalam hal pengembalian fungsi tubuh setelah mengalami
nyeri pada pasien, fisioterapi mempunyai peran yang krusial.
Namun semakin berkembanganya keilmuan dan riset, diketahui
bahwa pasien dengan ganggaun kejiwaan seperti depresi dan
skizofrenia bisa juga mendapat pelayanan dari fisioterapi.
Pelayanan yang diberikan berupa edukasi dan pemberian terapi
latihan (exercise) pada individu dengan masalah kejiwaan.
Pasien dengan gangguan kesehatan mental seperti depresi
dan skizofrenia cenderung menarik diri dan mengurangi aktifitas
fisik. Hal in secara langsung berdampak pada penurunan level
imun yang disertai dengan meningkatnya proses inflamatory di
dalam sel tubuh, hingga mengganggu mood dan perasaan secara
keseluruhan.
Sesuai dengan jurnal artikel review dari Elsevier yang
berjudul Exercise and mental health oleh Kathleen et al,
menghubungkan adanya efek positif pada pemberian terapi latihan
(exercise) dan kesehatan mental. Dengan merujuk kepada jurnal
tersebut, efek dari exercise secara rutin yang diberikan dapat
menimbulkan distraksi dari perasaan depresi dan cemas (anxiety).
Secara sederhana tipe terapi latihan dapat dibedakan menjadi tiga
jenis yaitu mind body exercise (seperti yoga dan taichi), aerobic
exercise (seperti jalan, jalan cepat, dan lari), dan resistance training
(latihan yang meningkatkan kekuatan fisik dan kapasitas otot).
Berfokus pada aspek psikologisnya, ada efek yang muncul
pada exercise untuk kesehatan mental. Dengan exercise dan
aktifitas olahraga yang rutin, menunjukkan adanya pengalihan dari
pikiran negatif dan perilaku merenung, serta menimbulkan
dorongan atas penghargaan diri (self-esteem) melalui kemampuan
pengendalian diri (self-efficacy). Disamping itu adanya aktifitas
fisik berhubungan juga dengan aspek sosial, sehingga dapat
menimbulkan solusi atau jalan keluar bagi seseorang yang
mengalami gangguan depresi, kecemasan, dan stres.
Selain itu, dewasa ini fisioterapi harus lebih mengedepankan
intervensi dengan memberikan pelayanan aktif terapi. Aktif terapi
diartikan sebagai terapi yang lebih mendorong pasien agar lebih
mau melakkukan aktifitas-aktifitas yang menitikberatkan pada
kegiatan aktif.
Tentunya instruksi yang diberikan tidak hanya dengan
menyuruh pasien untuk melakkukan gerakan-gerakan saja, akan
tetapi didasari dengan pengetahuan atau edukasi manfaat dari
setiap gerakan yang dilakukan serta pemberian motivasi yang
sesuai dengan kondisi pasien sebelumnya.
Jika dilihat lebih mendalam, peran seorang fisioterapis dalam
pemberian terapi latihan haruslah melewati proses berpikir klinis
yang tepat. Sebelum menentukan latihan yang sesuai, seorang
terapis haruslah mengetahui kondisi setiap pasiennya. Hal ini
diawali dengan membentuk therapeutic alliance yang bertujuan
agar pasien merasa dipahami secara kondisi dan menimbulkan
keinginan dan niat lebih dalam melakukan setiap sesi terapi latihan.
Theurapeutic alliance adalah usaha untuk mengembangkan
hubungan antara petugas kesehatan dan pasien. Hal ini berarti
fisioterapis dan pasien diharapkan dapat berjalan bersama dan
pasien selalu diikutsertakan pada setiap keputusan klinis dengan
tujuan tercapainya efek dan manfaat pada pasien.
Setelah pasien merasa didengar dan dipahami sebagai
seseorang, hal selanjutnya adalah mendorong pasien agar
menimbulkan motivasi pada dirinya agar setiap sesi terapi dapat
dilakukan dengan baik dan dapat berjalan lancar sesuai rencana.
Terapi latihan yang diberikan haruslah spesifik sesuai dengan
kebutuhan pada masing-masing pasien. Secara spesifik salah satu
latihan yang dapat membantu pasien dengan gangguan kejiwaan
khususnya depresi ialah resistane exercise . Resistance exercise
(latihan kekuatan) dalam hal ini diartikan sebagai segala bentuk
latihan yang mana terdapat tahanan (efffort) dari luar dan dapat
meningkatkan kekuatan fisik pasien. Hal ini sesuai dengan riset
yang dikeluarkan oleh Brazillian journal of pscychiatry –A 20-
week program of resistance or concurrent exercise improves
symptoms of schizophrenia: result of a blind. Randomized
controlled trial—yang dilakukan oleh Bruna Andrade e Silva et al.
Hasil yang didapat dari penelitian tersebut menunjukkan
adanya perbaikan dari gejala pasien dengan skizofrenia pada
ressitance training dan concurrent training (aerobic dan resistance
training). Setelah 10 dan 20 minggu terapi latihan, pasien
menunjukkan adanya penurunan gejala psikotik pada pengukuran
PANSS (penilaian gejala skizofrenia).
Efek yang terjadi secara seluler adalah secara latihan salah
satunya adalah thermogenic. Hipotesis ini menyatakan bahwa
peningkatan suhu temperatur tubuh menyebabkan peningkatan
mood setelah exercise yang dapat mengurangi gejala kecemasan.
Latihan yang diberikan dapat juga dilakukan dengan alat
yang minimal namun tetap menghasilkan manfaat yang baik.
Dalam hal ini latihan dapat dilakukan denngan memanfaatkan berat
tubuh pasien ataupun alat tambahan seperti karet yoga (resistance
band) dan dumbell atau alat portable untuk latihan beban lainya.
Konsep latihan yang diberikan pada pasien sebenernya
mengedepankan kemudahan (simple) tapi bermanfaat banyak.
Tujuan dari pembebanan yang diberikan sebenernya lebih
diarahkan kepada efek psikologis pada pasien. Pasien jadi bisa
fokus pada tiap sesi latihan dan menimbulkan kepercayaan diri
serta rasa puas yang akan meningkatkan reaksi emnmosional yang
positif. Pada akhirnya tujuan dari latihan yang diberikan ialah agar
latihan tersebut dapat ditiru dan dilakukan juga oleh pasien namun
dengan variable atau cara yang lebih mudah dengan tetap
mengedepankan fokus pada latihan kekuatan.
Pasien yang menjalani terapi di fisioterapi mempunya tujuan
agar dapat kembali melakukan aktifitas nya seperti semula,
memperbaiki fungsi gerak dan juga memperbaiki persepsi yang
salah sebelumnya. Maka dari itu selepas proses fisioterapi, pada
akhirnya pasien wajib mengetahui cara yang tepat untuk dapat me
manage tubuhnya sendiri salah satunya mengetahui cara-cara yang
bisa dilakukan bila keluhan itu timbul kembali. Pasein tidak
seharusnya terlalu berfoskus pada terapis, yang mana hal tersebut
malah berdampak negatif untuk pemulihan kondisi pasien.
Fisioterapis wajib memberikan edukasi-edukasi terbaik untuk
penanganan secara mandiri di rumah bagi pasien (Home program).

5.2.1.2. Menghubungkan kerjasama antara psikiater untuk


pemberian individual exercise
Pelayanan psikiatri merupakan pelayanan utama di RS Dr H
marzzoeki mahdi. Pelayanan ini dibagi menjadi pelayanan rawat jalan
dan rawat inap. Untuk pelayanan psikiatri rawat jalan , pasien dapat
melakukan melakukan kontrol ke dokter spesialis kejiwaan untuk
melakukan evaluasi kondisi dan bila perlu pemberian obat. Dengan
melihat pada jurnal ilmiah bahwa terapi latihan pada pasien dengan
depresi dapat memberika efek positif, maka dapat dimungkinkan
adanya kerja sama antara dokter spesialis kejiwaan dengan dokter
rehab medik untuk dilakukan fisioterapi khusunya pemberian terapi
latihan.
Bila mekanisme ini bisa diaplilkasikan, tentunya bukan hanya
dapat memberikan dampak positif untuk pasien, namun juga bisa
memberikan penambahan kuantitas pasien bagi layanan fisioterapi.
Dalam hal ini perlu juga dipastikan kondisi-kondisi seperti apa yang
dapat dilakukan terapi latihan pada pasien kejiwaan. Pasien seharusnya
sudah dalam kondisi tenang dan secara kognisi dapat menerima arahan
atau stimulus dari luar dan berkomunikasi dengan baik.
Sesuai riset yang ada, maka bisa kita persempit pasien
kejiwaan dengan diagnosa gangguan depresi dan skizofrenia. Setelah
selesai assesmen oleh dokter spesialis kejiwaan dan diperbolehkan
untuk melakukan sesi terapi latihan (exercise). Pasien pertama kali
harus diberikan info mengenai terapi apa yang akan dilakukan dan efek
apa yang akan didapatkan. Setelah itu fisioterapis melakukan
pemeriksaan (assesmen) untuk mengetahui keinginan dan kesediaanya
untuk melakukan terapi latihan. Selanjutnya pasien dapat menjalani
sesi terapi latihan. Sesi ini sebaiknya dilakukan selama 8-20 minggu
denan frekuensi seminggu 2 kali atau 3 kali. Dengan durasi setiap
sesinya selama 60 menit.
Bila merujuk pada jurnal publikasi brazilian yang melakukan
resistance training dan concurrent training dengan metode yang
dilakukan berupa pemberian latihan selama 20 minggu dengan
frekuensi 2 kali per minggu, dimana satu sesi berlangsung selama 60
menit, maka didapatkan hasil berupa perbaikan dari gejala yang
dirasakan pasien, peningkatan kekuatan otot dan peningkatan kualitas
hidup. Latihan penguatan pada ressistance training difokuskan pada
grup otot besaar yang berperan banyak pada aktifitas sehari-hari.
Latihan tersebut banyak mempergunakan alat yang sering dilihat di
tempat kebugaran seperti latihan leg press, leg curl, vertical traction,
chest press, arm extension, arm curl, dan abdominal crunch.
Sementara pasien yang diberikan intervensi berupa latihan aerobic
memiliki program berupa lari dan jalan di treadmill.
Jika proses terapi selama waktu yang telah ditentukan telah
dilewati, selanjutnya pasien dapat melakukan kontrol kembali ke
dokter spsialis kejiwaan untuk dilakukan evaluasi. Bila perlu dan
fisioterapi mempunyai rencana terapi selanjutnya, maka terapi bisa
dilakukan kembali.
DAFTAR PUSTAKA

Keputusan Menteri Kesehatan RI No : 1363 / MENKES / SK / 2001 pasal 1 Tentang


Registrasi dan Izin Praktik Fisioterapis

Sochiri, Enung Chairiningrum. 2017. Fisioterapi. Dalam Ensikloprodi Kesehatan


(hlm 23). Banten: Serang

Definisi Fisioterapi.
https://healthtimes.com.au/hub/physiotherapy/8/guidance/nc1/what-do-
physiotherapists-do/467/

Peran Fisioterapi.
https://www.nhs.uk/conditions/physiotherapy/

Duarsa, A.B.S. 2009. Prospek Pendidikan Program Pascasarjana Kesehatan


Masyarakat. Jurnal Kesehatan Masyarakat. 3(1)

Profil RSMM.
www.rsmmbogor.com

Peraturan Perundang – Undangan kesehatan


www.yankes.kemkes.go.id

Fungsi dan Manfaat TENS.


https://www.physiopedia.com/Transcutaneous_Electrical_Nerve_Stimulation_(TE
NS)

Fungsi TENS.
https://www.nhs.uk/conditions/transcutaneous-electrical-nerve-stimulation-tens/

ADEGOKE, B.O.A. 2004. Efficacy Of Ice and Shortwave Diathermy in The


Management of Osteoarthritis of The Knee. African Journal of Biomedical
Research, 7 (107 – 111)

Fungsi Laser
https://www.physio-pedia.com/Low-level_laser_therapy

Oconnor PJ, Herring MP, Caravalho A. Mental health benefits of strength


training in adults. American Journal of Lifestye Medicine. 2010.

Silva BA, Cassilhas RC, Attux C, et al. A 20 week program of resistance or


concurrent exercise improves symptoms of schizophrenia; results of a blind,
randomized controlled trial. Brazilian journal of psychiatry. 2015.
LAMPIRAN
JADWAL CPNS RS dr. H. MARXOEKI MAHDI BOGOR

No. Hari/Tanggal Jam Kegiatan Pemateri PIC Tempat


1. Jumat, 1 Februari 2019 7:30 – 09.00 Senam Yeni Lapangan KPPA
09.00 – 12.00 Pemberkasan dan Tonny A AULA KPPA
pengisian formulir BNI
12.00 – 13.00 Ishoma
14.00 – 16.00 Materi Profil Rumah Sakit Ka. Subbag Tonny A AULA KPPA
Pengembangan SDM

2. Senin, 4 Februari 2019 7.30 – 12.00 Pengenalan peserta/Ice Team MCU dan Tonny A AULA KPPA
Breaking/MMPI MMPI
12.00 – 16.00 Kesejahteraan (Elemen Ka. Subbag Ohan Joharuddin AULA KPPA
Gaji ASN+ Taspen + Pengembangan
BPJS Kes + BNI) SDM/PPABP

3. Rabu, 6 Februari 2019 7.30 – 09.15 Pembukaan Orientasi oleh Ohan AULA KPPA
Direktur Utama Joharuddin/Tonn
yA
09.30 – 12.00 Peraturan kedisiplinan Ka. Bagian SDM Ohan Joharuddin AULA KPPA
Organisasi RSMM /Tonny A
12.00 – 13.00 Ishoma
Materi Kepegawaian
13.00-15.00 Materi Struktur Organisasi Ka. Subbag
RSMM HUKORMAS
15.00-16.00 Jabatan Fungsional Peserta Ka. Subbag Adm.
Orientasi Kepegawaian/Koord.

4. Kamis, 7 Februari 2019 Materi Kepegawaian


7.30 – 09.30 Jabatan Fungsional Peserta Ka. Subbag Adm. Dimas Lt. 3 Aula Kecil
Orientasi Kepegawaian/Koord. Hermawan
09.30 – 12.00 Kenaikan Pangkat Ka. Subbag Adm. Dimas Lt. 3 Aula Kecil
Kepegawaian/Koord. Hermawan
12.00 – 13.00 Ishoma
13.00 – 14.30 TUBEL / IBEL Koordinator Dimas Lt. 3 Aula Kecil
Pengembangan Hermawan
14.30 – 16.00 Materi Pendidikan dan Bag. Diklit Dimas Lt. 3 Aula Kecil
Pelatihan bagi Pegawai Hermawan
(ASN)

5. Jumat, 8 Februari 2019


7.30 – 09.30 KA. Bidang Keperawatan Ka. Bidang Dimas Lt. 3 Aula Kecil
Keperawatan Hermawan/ Yeni
S
9.30 – 12.00 Ka. Bidang Medik Ka. Bidang Medik Dimas Lt. 3 Aula Kecil
Hermawan/Yeni
S
12.00 – 13.00 Ishoma
13.00 – 14.30 Materi Direktur Keuangan Ka. Bagian ADUM Dimas Lt. 3 Aula Kecil
dan Administrasi Umum Hermawan/Yeni
S
14.30 – 16.00 Materi Bagian Keuangan Ka. Bagian Keuangan Dimas Lt. 3 Aula Kecil
Hermawan/Yeni
S

6. Senin, 11 Februari 2019 Materi Akreditasi


7.30 – 09.30 Lt. 3 Aula Kecil
Lt. 3 Aula Kecil
09.30 – 12.00
12.00 – 13.00 Ishoma
13.00 – 14.30 Ohan Joharuddin Lt. 3 Aula Kecil
/Tonny A
14.30 – 16.00 Ohan Joharuddin Lt. 3 Aula Kecil
/Tonny A

7. Selasa, 12 Februari 2019 7.30 – 12.00 Team Building & Ka. Subbag Adm. Ohan Joharuddin Lap RSMM
Experiental Learning Kepeg + Tim Merah /Tonny A
Putih
12.00 – 13.00 Ishoma
13.00 – 16.00 Team Building & Ka. Subbag Adm. Lap RSMM
Experiental Learning Kepeg + Tim Merah
Putih

8. Rabu, 13 Februari 2019 7.30 – 12.00 Orientasi Lapangan dan Ka. Subbag Adm. M. Raitur Assesment Center
Chalenge Tim Peserta Kepeg + Tim Merah Malhad/Nurvi
Putih
12.00 – 13.00 Ishoma
13.00 – 16.00 Orientasi Lapangan dan Ka. Subbag Adm. M. Raitur Assesment Center
Chalenge Tim Peserta Kepeg + Tim Merah Malhad/Nurvi
Putih

9. Kamis, 14 Februari 2019 7.30 – 16.00 Tes Kesehatan/MMPI Team MCU dan TonnyAbdillah/ MCU
MMPI Dimas
Hermawan

10. Jumat, 15 Februari 2019 7.30 – 12.00 Wawancara User Dimas AULA KPPA+ R.
Hermawan/Yeni Dewasa
S
12.00 – 13.00 Ishoma
13.00 – 16.00 Orientasi Khusus
Penempatan di masing
masing Unit sesuai Jabatan

Anda mungkin juga menyukai