Anda di halaman 1dari 17

SEJARAH PORMIKI DAN KOMPETENSI

PEREKAM INFORMASI DAN KESEHATAN


MENURUT KMK 312 TAHUN 2020

Disusun untuk memenuhi Tugas pada Mata Kuliah Praktik Manajemen Rekam Medis

Dosen Pengampu : Tegar Wahyu Y.P, SST , M.K.M

Nama Kelompok 14 :

1. Moch. robi (21316902020)


2. Wildana naimusnain B. (21316902034)
3. Nindi lintang Vidia R. (21316902045)

D3 PEREKAM DAN INFORMASI KESEHATAN

STIKES MUHAMMADIYAH BOJONEGORO

Tahun Akademik 2022


KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat
serta hidayahnya sehingga penyusunan tugas ini dapat diselesaikan. Tugas ini disusun untuk
diajukan sebagai tugas mata kuliah Praktik Manajemen Rekam Medis dengan judul “

Sejarah PORMIKI Dan Mencari Kompetensi Perekam Medis Dan Informasi


Kesehatan.” di Stikes Muhammadiyah Bojoegoro pada program studi D3 perekam dan
informasi kesehatan. Terima Kasih di samapaikan kepada Bapak TEGAR WAHYU Y.P,
SST , M.K.M selaku dosen mata kuliah Praktek Manajemen Rekam Medis yang telah
membimbing dan memberikan kuliah demi lancarnya tugas ini. Penulis sangat berharap
semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca. Bahkan
kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca praktekkan dalam kehidupan
sehari-hari.

Demikianlah tugas ini disusun untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Praktek Manajemen
Rekam Medis. Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami. Untuk itu
kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Bojonegoro, 26 April 2022

penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................................................i

DAFTAR ISI.............................................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN............................................................................................................................1

A. Latar Belakang...........................................................................................................................1

B. Rumusan Masalah.....................................................................................................................2

C. Tujuan Masalah.........................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................................................3

A. Sejarah Berdirinya PORMIKI......................................................................................................3

B. Tujuan Dari Berdirinya PORMIKI................................................................................................6

C. Definisi Dari Kompetensi Perekam Dan Informasi Kesehatan....................................................7

D. Kompetensi perekam medis dan informasi kesehatan..............................................................7

BAB III PENUTUP..................................................................................................................................12

A. Kesimpulan..............................................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................................1

ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kemajuan dari perkembangan di dunia kesehatan tidak lepas dari adanya teknologi
yang mutakhir. Selain itu juga keberadaan orang-orang yang berpengaruh serta instansi
yang bergerak di bidang kesehatan juga merupakan faktor pendukung dari kemajuan dari
dunia kesehatan.
Tenaga medis juga harus mumpuni dalam menjalankan tugasnya, supaya bisa
melayani masyarakat dengan baik dan mendapat kepercayaan penuh dari masyarakat..
maka dari itu, seorang tenaga kesehatan, khususnya dalam hal ini perekam medis, harus
memiliki tanggung jawab, etik dan moral yang tinggi, keahlian, dan kewenangan yang
terus menerus ditingkatkan mutunya melalui pendidikan pelatihan berkelanjutan.
Ketentuan lainnya sesuai Pasal 44 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014
tentang Tenaga Kesehatan setiap tenaga kesehatan yang menjalankan praktik wajib
memiliki Surat Tanda Registrasi (STR).

Perekam Medis dan Informasi Kesehatan harus memiliki kompetensi yang sudah
diatur dalam undang-undang .Perhimpunan Profesional Perekam Medis dan Informasi
Kesehatan Indonesia (PORMIKI) hadir secara konsisten, berkesinambungan dan penuh
tanggung jawab terus meningkatkan pengelolaan organisasi ini dengan perjuangan dan
semangat yang tinggi mengembangkan organisasi mulai dari tingkat pusat, daerah dan
cabang diseluruh Indonesia. Organisasi ini merupakan satu-satunya wadah komunikasi
antar Profesi Perekam Medis dan Informasi Kesehatan dalam melaksanakan tugasnya
yang meliputi pengumpulan, pengolahan, analisis dan penyajian data untuk menghasilkan
informasi kesehatan yang handal dan terpercaya. Membantu meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat melalui peningkatan sistem kesehatan nasional dengan membina
dan mengembangkan sistem rekam medis dan informasi kesehatan. Mengembangkan ilmu
rekam medis dan informasi kesehatan Memperjuangkan kepentingan profesi dan para

1
anggota. Perekam Medis adalah seorang yang mengumpulkan, menyimpan, mengolah,
memberikan info dan data rutinitas pelayanan kesehatan pasien yang bermutu dengan
menyimak faktor hukum dan etika profesi untuk menjamin.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana proses berdirinya PORMIKI?


2. Apa tujuan dari dibentuknya PORMIKI?
3. Apa definisi dari kompetensi perekam medis dan informasi kesehatan?
4. Apa saja kompetensi bagi perekam medis dan informasi kesehatan?

C. Tujuan Masalah

1. Mengetahui sejarah berdirinya PORMIKI.


2. Mengetahui tujuan dari dibentuknya PORMIKI.
3. Mengetahui definisi dari kompetensi perekam medis dan informasi kesehatan.
4. mengetahui susunan kompetensi perekam medis dan informasi kesehatan.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sejarah Berdirinya PORMIKI

Perhimpunan Profesional Perekam Medis dan Informasi Kesehatan Indonesia yang


disingkat PORMIKI dibentuk pada tanggal 18 Februari 1989. Saat pembentukannya yang
dilaksanakan di Yayasan Amanah, Jl. Taman Kebun Sirih, Jakarta, yang dihadiri oleh 31
rekan-rekan dan berbagai profesi yang tidak saja berasal dari organisasi profesi tetapi juga
dari instansi kesehatan pemerintah dan swasta. Dari daftar penandatanganan “Naskah
Proklamasi” tampak Ketua PB IDI saat itu dr. H. Azrul Azwar, MPH berkenan hadir dan
bahkan bersama-sama dengan Ketua Persatuan Sarjana Administrasi (PERSADI) Jakarta
Raya saat itu drs. H. Razak Manan saling bahu membahu memberi semarak jalannya
pembentukan PORMIKI.

Setelah melalui pemilihan suara akhirnya dipilih seorang Ketua Umum yang
kemudian membentuk kelompok Pengurus Harian. Setelah pemilihan, Ketua Umum
terpilih yaitu Sdri. Gemala Hatta dengan mendapat bantuan penuh dari Ketua Umum PB
IDI menyusun Anggaran Dasar dan Rumah Tangga.

Selanjutnya pada tanggal 25 Februari 1989 bertepatan seminggu setelah pembentukan


PORMIKI. Panitia Kerja Pembinaan dan Pengembangan Sistem Pencatatan Medis
(PPSPM) RS DKI Jaya mengadakan acara Konsultasi Sehari yang merupakan acara
berkala PPSPM. Topik kali itu mengenai komputerisasi data medis dengan mengambil
tempat di PT USI/IBM, Gedung Landmark, Jl. Sudirman, Jakarta.

Dalam kesempatan itu PORMIKI yang baru terbentuk sekaligus mengadakan press
release pembentukan organisasi profesi yang baru. Wakil Ketua PB IDI saat itu yaitu dr.
Kartono Mohamad berkenan hadir dan sekaligus juga memberikan kata sambutan yang
menumbuhkan semangat. Pertemuan di landmark mencatat 16 penandatangan Naskah

3
Proklamasi sehingga jumlah penandatanganan untuk kedua kesempatan itu (18 dan 26
Februari 1989) berjumlah 47 orang.

Sejarahnya, pada tanggal 17 Desember 1981 Kepala Dinas Kesehatan DKI


Jaya mengeluarkan suatu SK pembentukan Panitia Kerja PPSPM dengan No.
431/DKK.075.8/1981 dengan masa yang tidak terbatas: Ketua Panker ini adalah Sdr.
Gemala Hatta dari RSAB Harapan Kita, Jakarta, sedangkan anggota-anggotanya berasal
dari 10 RS yang berada di lingkungan DKI Jaya serta beberapa pejabat Dinas Kesehatan
DKI, Jaya.

Adapun hasil kegiatan PPSPM yaitu mengadakan 2 kali latihan rekam medis dasar
dan 1 kali lanjutan selama masing-masing dua setengah bulan. Selain itu PPSPM juga
membuat Bulletin Medical Record yang disebut BMR dan kemudian Majalah Informasi
Kesehatan (MIK). Sarana KIE (komunikasi, informasi dan edukasi) ini diterbitkan setiap 3
bulan sekali dan berhasil keluar dengan 28 kali terbitan atau selama 9 tahun berjalan.

Sirkulasi 1000 eksemplar setiap terbit menjangkau 27 propinsi serta


memperoleh nomor penerbitan International Serial Standar Number (ISSN) dari Paris
melalui Pusat Dokumentasi Ilmiah Nasional RI. Di samping itu majalah sederhana ini
(sekitar a 50 halaman) juga memperoleh nomor penerbitan dari Departemen Penerangnan
RI dengan SK Men.Pen. RI No. 1032/SK/DITJEN PPG/STT/1985 tanggal 31 Desember
1985.

Bantuan keuangan dari Dinas Kesehatan DKI Jaya untuk kegiatan PPSPM yang
minim membuat PPSPM kemudian melaksanakan Konsultasi Sehari Berkala, suatu
kegiatan yang selain mencari dana tambahan juga berfungsi sebagai sarana KIE. Adalah
menggembirakan bahwa setiap kegiatan yang dilakukan oleh PPSPM baik berupa
penataran 21/2 bulan maupun Konsultasi Sehari senantiasa diminati oleh banyak peserta
dari berbagai propinsi. Hal ini menunjukkan bahwa kebutuhan akan pendidikan rekam
medis amatlah dirasakan rumah sakit.

Dalam diskusi-diskusi pertemuan rutin sebulan sekali para anggota PPSPM


menyatakan kekhawatirannya akan “nasib” panitia kerja ini. Sementara krisis minyak di
tahun 1985 boleh dikata bahwa hingga tahun 1989 PPSPM antara ada dan tiada, artinya,

4
meskipun para anggota akhirnya tidak memperoleh honorarium apapun, namun selama
waktu itu PPSPM belum dinyatakan bubar oleh DK DKI Jaya. Keadaan ini tetap tidak
menurunkan kegiatan PPSPM. Konsultasi Berkala sebagai sumber dana Majalah Informasi
Kesehatan tetaplah diadakan meskipun para anggota telah terbiasa untuk bekerja tanpa
imbalan/ Itulah sebabnya maka MIK tetap bisa bertahan selama 28 terbitan.

Puncak dari kebimbangan dan kekuatiran akan “nasib” PPSPM kiranya ditangkap
oleh PERSADI Jaya. Sebetulnya sudah lama para anggota PPSPM saling memberikan
dorongan untuk membuat suatu organisasi rekam medis namun keberanian itu timbul
tenggelam. Lebih daripada itu PPSPM, bahkan sudah ingin melepaskan diri dari DK DKI
dan karenanya rancangan Anggaran Dasar dan Rumah Tangga yang dikarang oleh PPSPM
sudah diteruskan kepada Bapak Kanwil. Sayangnya rancangan itu berjalan-jalan di kantor
Kanwil selama labih dari setahun alias sedang dalam tahapan evaluasi sehingga akhirnya
semangat untuk mendirikan organisasi menjadi terkatung-katung. Oleh karena itu barulah
ketika didorong oleh PERSADI Jaya yang melihat bahwa rekam medis adalah bagian
administrasi, maka akhirnya anggota PPSPM secara bulat menyetujui pendirian organisasi
rekam medis.

Akhirnya Ketua PPSPM dan PERSADI Jaya menghadap Ka Kanwil sambil


menanyakan kembali akan nasib AD/ART PPSPM tersebut. Kejadian bulan Februari 1989
itu amat disetujui Kanwil, bahkan beliau mengutus beberapa pejabatnya untuk datang
dalam acara diskusi pengadaan organisasi rekam medis yang akan didirikan. Akhirnya
PPSPM “terpaksa’ berani setelah selama bertahun-tahun “keberanian” untuk bangkit
dirasakan tertidur. Selanjutnya PPSPM mengundang berbagai rekan pemerintah (antara
lain, Dep.Kes, BKKBN, di samping RS ABRI, swasta, pemerintah, BUMN serta
organisasi profesi seperti IDI, PERSADI Jaya) pada tanggal 18 Februari 1989. Walhasil,
rekan yang datang di luar dugaan banyaknya, bahkan dari Arun – Aceh, Bogor, Cilegon
dan lainnya.

Uniknya rencana semula undangan yaitu untuk menjajagi kemungkinan pengadaan


suatu organisasi justru dianggap tidak perlu karena forum cenderung langsung
mengadakan pendirian organisasi rekam medis. Kesepakatan ke-31 orang dari berbagai
profesi, instansi dan propinsi dinyatakan sah. Pada hari ini organisasi rekam medis belum

5
mempunyai nama pasti. Oleh karena itu kemudian rekan-rekan dari organisasi rekam
medis berkonsultasi dengan Bapak Ketua Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa
(PPPB) dan Depdikbud. Berdasarkan usulan dari Bapak Prof. Anton Moelyono selaku
Ketua PPPB akhirnya ditetapkan nama organisasi ini Perhimpunan Profesional Perekam
Medis dan Informasi Kesehatan Indonesia yang kemudian disingkat oleh para anggota
menjadi PORMIKI.

Historisnya, pada tanggal 17 Desember 1981 Kepala Dinas Kesehatan DKI Jaya
mengeluarkan suatu SK pembentukan Panitia Kerja PPSPM dengan No.
431/DKK.075.8/1981 dengan masa yang tidak terbatas: Ketua Panker ini adalah Sdr.
Gemala Hatta dari RSAB Harapan Kita, Jakarta, sedangkan anggota-anggotanya berasal
dari 10 RS yang berada di lingkungan DKI Jaya serta beberapa pejabat Dinas Kesehatan
DKI, Jaya. Adapun hasil kegiatan PPSPM yaitu mengadakan 2 kali latihan rekam medis
dasar dan 1 kali lanjutan selama masing-masing dua setengah bulan. Selain itu PPSPM
juga membuat Bulletin Medical Record yang disebut BMR dan kemudian Majalah
Informasi Kesehatan (MIK).

Sarana KIE (komunikasi, informasi dan edukasi) ini diterbitkan setiap 3 bulan sekali
dan berhasil keluar dengan 28 kali terbitan atau selama 9 tahun berjalan. Sirkulasi 1000
eksemplar setiap terbit menjangkau 27 propinsi serta memperoleh nomor penerbitan
International Serial Standar Number (ISSN) dari Paris melalui Pusat Dokumentasi Ilmiah
Nasional RI. Di samping itu majalah sederhana ini (sekitar a 50 halaman) juga
memperoleh nomor penerbitan dari Departemen Penerangnan RI dengan SK Men.Pen. RI
No. 1032/SK/DITJEN PPG/STT/1985 tanggal 31 Desember 1985.

B. Tujuan Dari Berdirinya PORMIKI

Suatu badan atau instansi berdiri pasti memiliki tujuan. Baik untuk kelompok
ataupun untuk masyarakat luas. Di bawah ini merupakan tujuan dari berdirinya
PORMIKI, antara lain :
o Membantu meningkatkan derajat kesehatan masyarakat melalui peningkatan sistem
kesehatan nasional dengan membina dan mengembangkan sistem rekam medis dan
informasi kesehatan.
o Mengembangkan ilmu rekam medis dan informasi kesehatan

6
o Memperjuangkan kepentingan profesi dan para anggota.

C. Definisi Dari Kompetensi Perekam Dan Informasi Kesehatan

Kompetensi Perekam Medis dan Informasi Kesehatan merupakan pengetahuan,


ketrampilan, dan perilaku yang harus dimiliki oleh seorang profesi Perekam Medis dan
Informasi Kesehatan dalam melakukan tanggung jawab diberbagai tatanan pelayanan
kesehatan. Ada 2 kategori kompetensi yang harus dimiliki Perekam Medis dan Informasi
Kesehatan. Kategori tersebut adalah kompetensi pokok dan kompetensi pendukung yang
kedua-duanya harus dimiliki oleh seorang Perekam Medis dan Informasi Kesehatan untuk
menjalankan tugas di sarana pelayanan kesehatan.

   Kompetensi pokok merupakan kompetensi mutlak yang harus dimiliki oleh profesi
perekam medis. Sedangkan kompetensi pendukung merupakan Kemampuan yang harus
dimiliki sebagai pengembangan pengetahuan dan ketrampilan dasar untuk mendukung
tugas. Artinya bahwa seorang profesi perekam medis harus menguasai kompetensi pokok
yang telah ditetapkan oleh organisasi profesi untuk menjalankan kegiatan rekam medis
dan informasi kesehatan, selain itu juga harus menguasai kompetensi pendukung sebagai
pengembangan dari kompetensi dasar.

D. Kompetensi perekam medis dan informasi kesehatan

Kompetensi rekam medis yang sebelumnya di atur di KMK 377/Menkes/SK/III/ 2007


telah berganti yang mana kini di atur dalam KMK No 312 th 2020 atau KMK No
HK.01.07/MENKES/312/2020 tentang STANDAR PROFESI PEREKAM MEDIS DAN
INFORMASI KESEHATAN.

Dalam KMK 312 dinyatakan Kompetensi dibangun dengan akar yang terdiri atas
profesionalisme yang luhur, kewaspadaan dalam bentuk mawas diri dan pengembangan
diri, serta komunikasi efektif, yang akan menunjang manajemen data dan informasi

7
kesehatan, keterampilan klasifikasi klinis, kodifikasi penyakit dan masalah kesehatan
lainnya, dan prosedur klinis, aplikasi statistik kesehatan, epidemiologi dasar, biomedik,
serta manajemen pelayanan RMIK.

Maka dari itu, berikut susunan Kompetensi PMIK berdasarkan KMK 312 tahun 2020:

1. Profesionalisme yang Luhur, Etika dan Legal.

Mampu melaksanakan sistem RMIK secara profesional sesuai dengan nilai dan prinsip
ketuhanan, moral, luhur, etika, disiplin, hukum, dan sosial budaya.

2. Mawas Diri dan Pengembangan Diri.

Mampu menyelenggarakan pelayanan RMIK dengan menyadari keterbatasan, mengatasi


masalah personal, mengembangkan diri, mengikuti penyegaran dan meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan secara berkesinambungan untuk penyelenggaraan
pelayanan yang optimal.

3. Komunikasi Efektif.

Mampu menggali dan mengumpulkan informasi dari pemangku kepentingan, untuk


digunakan sebagai bahan pengambilan keputusan dalam pelayanan RMIK.

4. Manajemen Data dan Informasi Kesehatan.

Mampu merancang dan mengelola struktur, format, dan isi data kesehatan, termasuk
memahami sistem klasifikasi, dan perancangan sistem pembayaran pelayanan kesehatan,
secara manual, maupun elektronik.

5. Keterampilan Klasifikasi Klinis, Kodifikasi Penyakit dan Masalah Kesehatan Lainnya,


serta Prosedur Klinis.

Mampu menetapkan klasifikasi klinis, kodifikasi penyakit, dan masalah kesehatan lainnya,
serta prosedur klinis dengan tepat sesuai klasifikasi yang diberlakukan di Indonesia, yang
digunakan untuk statistik penyakit dan sistem pembiayaan fasilitas pelayanan kesehatan.

8
6. Aplikasi Statistik Kesehatan, Epidemiologi Dasar, dan Biomedik.

Mampu menggunakan statistik kesehatan, epidemiologi dasar, dan biomedik dalam


pelayanan RMIK.

7. Manajemen Pelayanan RMIK.

Mampu mengelola pelayanan rekam medis yang bermutu sesuai alursistem untuk
memastikan rekam medis tersedia saat diperlukan untuk pelayanan pasien secara manual,
lrybrid dan elektronik di fasilitas pelayanan kesehatan.

Selain itu, setiap kompetensi juga memiliki komponen-komponen yang terkandung di


dalamnya. Berikut adalah komponen kompetensi PMIK antara lain :

1. Area Profesionalisme yang Luhur, Etika dan Legal


 Percaya dan mengamalkan Ketuhanan Yang Maha Esa.
 Memiliki standar moral, etika, dan disiplin.
 Mematuhi hukum dan perundangan.
 Memiliki wawasan sosial budaya.
 Menunjukkan sikap dan perilaku sesuai standar profesi.

2. Area Mawas Diri dan Pengembangan Diri


 Memahami batas kemampuan dan kewenangan.
 Bertindak penuh kehati-hatian, dan selalu waspada.
 Mempertahankan dan memelihara kompetensi dengan penerapan belajar sepanjang
hayat.
 Pengembangan pengetahuan dan keterampilan baru.

3. Area Komunikasi Efektif


 Komunikasi lisan dan tertulis yang dapat dipahami oleh pengguna jasa

9
 Komunikasi lisan dan tertulis dalam rangka kolaborasi dengan mitra kerja.
 Komunikasi dengan masyarakat.
 Komunikasi verbal dan non verbal.
 Penerapan ilmu komunikasi untuk pengumpulan, pengolahan, penyajian data beserta
informasi kesehatan.

4. Area Manajemen Data dan Informasi Kesehatan


 Perancangan standar data kesehatan.
 Pengelolaan data dan informasi kesehatan.
 Pemanfaatan data dan informasi untuk menunjang pelayanan kesehatan.
 Penggunaan sistem informasi kesehatan dalam pengelolaan data kesehatan.
5. Area Keterampilan Klasifikasi Klinis, Kodifikasi Penyakit dan Masalah Kesehatan
Lainnya, serta Prosedur Klinis
 Pemahaman konsep klasifikasi klinis dan kodifikasi penyakit dan masalah
kesehatan lainnya, serta prosedur klinis.
 Penggunaan berbagai jenis klasifikasi klinis, penyakit dan masalah kesehatan
lainnya, serta prosedur klinis.
 Pemahaman, Penggunaan sistem pembiayaan pelayanan kesehatan yang
menggunakan dasar klasilikasi klinis, kodifikasi penyakit dan masalah kesehatan
lainnya, serta prosedur klinis.
 Pemahaman, pembuatan, penyajian statistik klasifikasi penyakit dan masalah
kesehatan, serta prosedur klinis.
6. Area Aplikasi Statistik Kesehatan, Epidemiologi Dasar, dan Biomedik
 Penerapan statistik dalam pengolahan, penyajian data dan informasi kesehatan.
 Penerapan epidemiologi dasar dalam perancangan program dan analisis data
kesehatan.
 Penerapan biomedik dalam pemahaman karakteristik dan makna data kesehatan.
7. Area Manajemen Pelayanan RMIK
 Pengumpulan data pelayanan dan program kesehatan secara manual dan elektronik.
 Pengolahan data pelayanan dan program kesehatan secara manual dan elektronik.
 Penyajian data pelayanan dan program kesehatan secara manual dan elektronik.

10
 Analisis data pelayanan dan program kesehatan secara manual dan elektronik.
 Pemanfaatan data pelayanan dan program kesehatan sebagai informasi/masukan
untuk pengambilan keputusan.
 Pengelolaan pelayanan RMIK di fasilitas pelayanan kesehatan.
 Pengelolaan pelayanan RMIK di seluruh fasilitas kesehatan.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

1. PORMIKI ( Perhimpunan Organisasi Profesional Perekam Medis dan Informasi


Kesehatan) adalah organisasi profesi bagi tenaga rekam medis dan informasi
kesehatan di Indonesia yang berdiri pada tanggal 18 Februari 1989 di Jakarta yang
diprakarsai oleh Dr. Dra. Gemala Rabi’iah Hatta, MRA,. M.Kes.

11
2. Standar kompetensi PMIK dapat menjadi acuan dan landasan bagi PMIK dalam
menjalankan tugas dan tanggung jawab dalam memberikan pelayanan RMIK di
semua fasilitas pelayanan kesehatan.
3. Standar kompetensi PMIK juga digunakan sebagai acuan dalam merancang dan
melaksanakan program pendidikan RMIK di Indonesia.

12
DAFTAR PUSTAKA

https://maiormedis.com/standar-profesi-perekam-medis ,
https://rumahismy.wordpress.com/2012/10/16/7-kompetensi-perekam-medis-2
Artikel tentang rekam medis - PUSAT PELATIHAN DAN, https://pusatpelatihanrumahsakit.com ›
2014/11/05 › , https://aepnurulhidayat.wordpress.com  › 2015/08/30

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN No. 312 Tahun 2020. TENTANG STANDAR PROFESI
PEREKAM MEDIS DAN INFORMASI KESEHATAN.

Anda mungkin juga menyukai