Dibuat Oleh :
Islamiawati Satalam Sangaji
NPM. 20040018018
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
TAHUN 2019 M / 1440H
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat,
taufiq, serta hidayah-Nya kepada kita khususnya bagi penulis, sehingga kami dapat menyusun
makalah ini. Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita Nabi
Muhammad SAW yang mana telah menunjukan kita dari jalan yang sesat menuju jalan yang
benar.
Dalam pembuatan makalah ini, kiranya banyak terdapat kekurangan dan kesalahan yang
disebabkan karena keterbatasan kemampuan kami dalam penyelesaian makalah ini. Oleh sebab
itu, saran dan kritik yang sifatnya membangun dari para pembaca terutama dari dosen
pembimbing mata kuliah ini sangat kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Dan semoga makalah Ini dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan
penulis
ii
DAFTAR ISI
A. Kesimpulan ............................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 11
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
pasal 1 ayat (3) UU Negara Republik Indonesia 1945. Dalam sebuah Negara hukum
terdpat pengakuan terhadap jaminan hak-hak asasi manusia yan secara tegas
dilindungi oleh konstitusi. Tujuan dari hukum adalah untuk menjamin adanya
masyarakat agar bertindak tertib dalam pergaulan hidup secara damai, menjaga
agar masyarakat tidak bertindak anarki dengan main hakim sendiri dan menjamin
keadilan bagi setiap orang akan hak-haknya sehinggga tercipta masyarakat yang
keselamatan pasien. Nilai ilmiah yang dimaksud bahwa praktik kedokteran harus
didasarkan pada ilmu pengetahuan dan teknologi serta etika profesi yang diperoleh
baik pendidikan formal maupun non formal secara berkeseimbangan serta melalui
1
Wibowo, Edi, Hukum dan Kebijakan Publik, Yogyakarta : Yayasan Pembaruan Administrasi Publim
Indonesia, 2004, hal 78
1
Salah satu unsur utama dalam sistem pelayanan kesehatan yang prima
adalah tersedianya pelayanan profesional oleh dokter dan dokter gigi yang
pelayanan medik yang aman. Atas dasar hal tersebut maka diterbitkan Undang
Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran yang mengatur praktik
dokter dan dokter gigi agar berkualitas baik dan terpelihara mulai dari pendidikan,
Nomor 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran (UUPK). KKI memiliki tugas
masyarakat dari pelayanan kesehatan oleh dokter dan dokter gigi yang tidak
Mewujudkan kualitas hidup manusia Indonesia yang tinggi, maju dan sejahtera;
2
Undang-undang Nomor 29 Tahun 2004 Tentang Praktik Kedokteran
3
Merdias Almatsier dkk, Himpunan Peraturan Tentang Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran
Indonesia, (Jakarta: Konsil Kedokteran Indonesia, 2006). Hlm. iii
2
Bukan hanya itu saja Undang-undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang
praktik kedokteran juga menambahkan bahwa KKI mempunyai tugas dan fungsi
meningkatkan mutu dokter dan dokter gigi melalui pengesahan standar pendidikan
profesi dokter dan dokter gigi yang dilakukan oleh Majelis Kehormatan Disiplin
kepada KKI. Seluruh kegiatan KKI difasilitasi oleh Sekretariat yang merupakan
praktik adalah bukti tertulis yang diberikan pemerintah kepada dokter dan dokter
administrasi.5
B. Identifikasi Masalah
4
Konsil Kedokteran Indonesia, Penyelenggaraan Praktik Kedokteran Yang Baik, (Jakarta: KKI, 2016).
Hlm. 1
5
Anny Isfandyarie, Malpraktek & Resiko Medik Dalam Kajian Hukum Pidana, Jakarta: Prestasi Pustaka,
2005, hal 23
3
BAB II
PEMBAHASAN
UUPK KKI mempunyai wewenang dalam pasal 8 UUPK yaitu Kewenangan KKI
2. Menerbitkan dan mencabut surat tanda registrasi dokter dan dokter gigi;
7. Melakukan pencatatan terhadap dokter dan dokter gigi yang dikenakan sanksi
profesi.
4
Dalam menjalankan seluruh kewenangannya tersebut dijabarkan dalam
peran KKI sebagai regulator, asesor, dan inisiator sesuai dengan ketentuan
anggota) bertugas secara kolegial dan bersifat independen. Anggota KKI berjumlah
17 orang terdiri dari 7 orang dokter, 7 orang dokter gigi serta 3 orang wakil
dan dokter gigi dalam penyelenggaraan praktik kedokteran dilakukan oleh Majelis
memutuskan kasus dugaan pelanggaran disiplin dokter dan dokter gigi yang
6
Sekretariat Konsil Kedokteran Indonesia, Laporan Akuntabilitas Kerja Set.KKI, Tahun 2016 Hal 1
5
diadukan; dan (2) menyusun pedoman dan tata cara penanganan kasus pelanggaran
Sekretariat KKI yang dipimpin oleh seorang Sekretaris yang diangkat dan
bertanggung jawab kepada pimpinan KKI. Sekretariat KKI terdiri atas pegawai
yaitu :
demikian, substansi asaa legalitas adalah wewenang, yakni “Het vermogen tot het
7
Ridwan, H.R.Op.Cit. Lihat Juga P. Nicolai, et.al. Bestuursrecht. Amsterdam (1994). Hlm. 4
6
tindakan-tindakan hukum tertentu mengenai wewenang itu, H. D. Stout
menyatakan bahwa :
publik8".
khususnya pada pelanggaran disiplin yang tidak terkait dengan hubungan dokter-
berkesinambungan.
melakukan praktik kedokteran wajib memiliki surat tanda registrasi dengan melalui
proses evaluasi yang meliputi evaluasi administratif dan evaluasi kompetensi sesuai
dokter spesialis/dokter gigi spesialis yang tidak memiliki surat tanda registrasi dan
8
Ridwan, H.R.Ibid. Lihat Juga H.D. Stout, De Betekenissen Van De Wet. Zwolle:. W.E.J. Tjeenk
Willink(1994). Hlm. 102
7
Konsil Kedokteran Indonesia dapat menjatuhkan sanksi administratif sesuai
dokter/dokter gigi dan dokter spesialis/ dokter gigi spesiais untuk jenis sanki yang
1. peringatan lisan
2. peringatan tertulis
Nomor 4 Tahun 2011 tentang Disiplin Profesi Dokter dan Dokter Gigi, bahwa
Pelanggaran Disiplin Profesional Dokter dan Dokter Gigi terdiri dari 28 (dua puluh
delapan) bentuk, yaitu berpraktik dengan menggunakan surat tanda registrasi, surat
izin praktik, dan /atau sertifikat kompetensi yang tidak sah atau berpraktik tanpa
yang berlaku.
diduga memiliki surat tanda registrasi dan/atau surat izin praktik dengan
9
Peraturan konsil kedokteran Indonesia nomor 43 tahun 2016 tentang pedomana penegakan sanksi
administrasi dokter, dokter gigi, dokter spesialis dan dokter gigi spesialis, hal 13
8
profesi, namun karena pelanggaran ini lebih bersifat administratif dan tidak terkait
dengan hubungan dokter dan pasien, maka pemeriksaan terkait hal tersebut di atas
2. Kesengajaan pemalsuan
2004 tentang praktik kedokteran, mengatur tata cara penanganan kasus dugaan
pelanggaran disiplin dokter atau dokter gigi dengan peraturan konsil kedokteran
masyarakat, dokter dan dokter gigi diperlukan pengaturan tentang registrasi dokter
9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
kedokteran Indonesia adalah melakukan registrasi dokter dan dokter gigi, dan
mengesahkan standar pendidikan profesi dokter dan dokter gigi yang telah berjalan
yang dilaksanakan.
masyarakat terhadap praktik dokter dan dokter gigi yang tidak mematuhi ketentuan
10
DAFTAR PUSTAKA
I. BUKU
Anny Isfandyarie. 2005. Malpraktek & Resiko Medik Dalam Kajian Hukum
Pidana, Jakarta: Prestasi Pustaka.
III. UNDANG-UNDANG
11