Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

WEWENANG DAN TANGGUNG JAWAB KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA

Dibuat untuk Memenuhi Ujian Tengah Semester Hukum Administrasi Negara


Program Studi Magister Ilmu Hukum
Konsentrasi Hukum Kesehatan
Universitas Islam Bandung

Dibuat Oleh :
Islamiawati Satalam Sangaji
NPM. 20040018018

PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
TAHUN 2019 M / 1440H
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat,

taufiq, serta hidayah-Nya kepada kita khususnya bagi penulis, sehingga kami dapat menyusun

makalah ini. Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita Nabi

Muhammad SAW yang mana telah menunjukan kita dari jalan yang sesat menuju jalan yang

benar.

Dalam pembuatan makalah ini, kiranya banyak terdapat kekurangan dan kesalahan yang

disebabkan karena keterbatasan kemampuan kami dalam penyelesaian makalah ini. Oleh sebab

itu, saran dan kritik yang sifatnya membangun dari para pembaca terutama dari dosen

pembimbing mata kuliah ini sangat kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Dan semoga makalah Ini dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan

masyarakat luar pada umumnya.

Bandung, 7 Maret 2019

penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................... i

DAFTAR ISI ........................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1

A. Latar Belakang ......................................................................................... 1


B. Identifikasi Masalah ................................................................................. 3
BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................... 4

A. Wewenang dan Tanggung Jawab Konsil Kedokteran Indonesia .............. 4


B. Bentuk Pelanggaran Tindakan Konsil Kedokteran Indonesia ................. 7
BAB III PENUTUP ............................................................................................. 10

A. Kesimpulan ............................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 11

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia adalah sebuah Negara hukum, hal tersebut ditegaskan dalam

pasal 1 ayat (3) UU Negara Republik Indonesia 1945. Dalam sebuah Negara hukum

terdpat pengakuan terhadap jaminan hak-hak asasi manusia yan secara tegas

dilindungi oleh konstitusi. Tujuan dari hukum adalah untuk menjamin adanya

kepastian hukum dalam masyarakat. Selain itu hukum bertujuan mengatur

masyarakat agar bertindak tertib dalam pergaulan hidup secara damai, menjaga

agar masyarakat tidak bertindak anarki dengan main hakim sendiri dan menjamin

keadilan bagi setiap orang akan hak-haknya sehinggga tercipta masyarakat yang

teratur, bahagia, dan damai.1

Asas praktik kedokteran adalah Pancasila yang didasarkan pada nilai

ilmiah, manfaat, keadilan, kemanusiaan, keseimbangan serta perlindungan dan

keselamatan pasien. Nilai ilmiah yang dimaksud bahwa praktik kedokteran harus

didasarkan pada ilmu pengetahuan dan teknologi serta etika profesi yang diperoleh

baik pendidikan formal maupun non formal secara berkeseimbangan serta melalui

pengalaman praktik di lapangan. Penyelenggaraan praktik kedokteran harus

memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi kemanusiaan dalam rangka

mempertahankan dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.

1
Wibowo, Edi, Hukum dan Kebijakan Publik, Yogyakarta : Yayasan Pembaruan Administrasi Publim
Indonesia, 2004, hal 78

1
Salah satu unsur utama dalam sistem pelayanan kesehatan yang prima

adalah tersedianya pelayanan profesional oleh dokter dan dokter gigi yang

kompeten yang bekerja untuk melindungi masyarakat dengan memberikan

pelayanan medik yang aman. Atas dasar hal tersebut maka diterbitkan Undang

Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran yang mengatur praktik

dokter dan dokter gigi agar berkualitas baik dan terpelihara mulai dari pendidikan,

registrasi dan pembinaannya2

Konsil Kedokteran Indonesia (KKI) dibentuk oleh oleh Undang-Undang

Nomor 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran (UUPK). KKI memiliki tugas

dan fungsi membantu Pemerintah mempercepat terwujudnya perlindungan bagi

masyarakat dari pelayanan kesehatan oleh dokter dan dokter gigi yang tidak

kompeten, sejalan dengan visi-misi Pemerintah khususnya misi keempat, yaitu:

Mewujudkan kualitas hidup manusia Indonesia yang tinggi, maju dan sejahtera;

serta misi kelima: Mewujudkan bangsa yang berdaya saing.3

KKI merupakan Lembaga Negara non struktural yang bersifatotonom dan

mandiri,bertanggung jawab langsung kepada Presiden Republik Indonesia.

Legalitas dan independensi KKI diperkuat oleh Amar Putusan Mahkamah

Konstitusi RI Nomor 82/PUU-XIII/2015 yang dibacakan pada sidang pleno

Mahkamah Konstitusi pada tanggal 14 Desember 2016

2
Undang-undang Nomor 29 Tahun 2004 Tentang Praktik Kedokteran
3
Merdias Almatsier dkk, Himpunan Peraturan Tentang Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran
Indonesia, (Jakarta: Konsil Kedokteran Indonesia, 2006). Hlm. iii

2
Bukan hanya itu saja Undang-undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang

praktik kedokteran juga menambahkan bahwa KKI mempunyai tugas dan fungsi

meningkatkan mutu dokter dan dokter gigi melalui pengesahan standar pendidikan

dan standar kompetensi, registrasi, pembinaan profesi, dan penegakan disiplin

profesi dokter dan dokter gigi yang dilakukan oleh Majelis Kehormatan Disiplin

Kedokteran Indonesia (MKDKI) yaitu badan otonom yang bertanggung jawab

kepada KKI. Seluruh kegiatan KKI difasilitasi oleh Sekretariat yang merupakan

satuan kerja dari Kementerian Kesehatan RI.4

Dalam undang-undang No. 29 Tahun 2004 dikatakan bahwa surat ijin

praktik adalah bukti tertulis yang diberikan pemerintah kepada dokter dan dokter

gigi yang akan menjalankan praktik kedokteran setelah memenuhi persyaratan.

Berkaitan dengan masalah malpraktek yang diatur dalam hukum administrasi

Negara mempunyai hubungan dengan timbulnya perbuatan malpraktik

administrasi.5

B. Identifikasi Masalah

1. Bagaimana wewenang dan tanggung jawab konsil kedokteran Indonesia ?

2. Bagaimana bentuk pelanggaran tindakan konsil kedokteran Indonesia ?

4
Konsil Kedokteran Indonesia, Penyelenggaraan Praktik Kedokteran Yang Baik, (Jakarta: KKI, 2016).
Hlm. 1
5
Anny Isfandyarie, Malpraktek & Resiko Medik Dalam Kajian Hukum Pidana, Jakarta: Prestasi Pustaka,
2005, hal 23

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Wewenang dan tanggung jawab konsil kedokteran Indonesia

KKI mempunyai fungsi, dan tugas yang diamanatkan dalam pasal 7

undang-undang praktik kedokteran Nomor 29 Tahun 2004 (UUPK) yaitu

melaksanakan registrasi dokter dan dokter gigi, mengesahkan standar pendidikan

profesi dokter dan dokter gigi dan melakukan pembinaan terhadap

penyelenggaraan praktik kedokteran yang dilaksanakan bersama lembaga terkait

dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan medis.

Dalam menjalankan fungsi dan tugas sebagaimana dimaksud dalam pasal 7

UUPK KKI mempunyai wewenang dalam pasal 8 UUPK yaitu Kewenangan KKI

dalam peningkatan mutu pelayanan medis antara lain yaitu :

1. Menyetujui dan menolak permohonan registrasi dokter dan dokter gigi;

2. Menerbitkan dan mencabut surat tanda registrasi dokter dan dokter gigi;

3. Mengesahkan standar kompetensi dokter dan dokter gigi;

4. Melakukan pengujian terhadap persyaratan registrasi dokter dan dokter gigi;

5. Mengesahkan penerapan cabang ilmu kedokteran dan kedokteran gigi;

6. Melakukan pembinaan bersama terhadap dokter dan dokter gigi mengenai

pelaksanaan etika profesi yang ditetapkan oleh organisasi profesi;

7. Melakukan pencatatan terhadap dokter dan dokter gigi yang dikenakan sanksi

oleh organisasi profesi atau perangkatnya karena melanggar ketentuan etika

profesi.

4
Dalam menjalankan seluruh kewenangannya tersebut dijabarkan dalam

peran KKI sebagai regulator, asesor, dan inisiator sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan yang berlaku. Sehingga ditetapkan peraturan konsil

kedokteran Indonesia tentang pedoman penegakan sanksi administrasi dokter,

dokter gigi, dokter spesialis dan dokter spesialis.

Konsil Kedokteran Indonesia terdiri dari unsur pimpinan (merangkap

anggota) bertugas secara kolegial dan bersifat independen. Anggota KKI berjumlah

17 orang terdiri dari 7 orang dokter, 7 orang dokter gigi serta 3 orang wakil

masyarakat. Para anggota tersebut merupakan utusan dari unsur-unsur yang

mendapat amanah UUPK yaitu Organisasi Profesi Kedokteran dan Kedokteran

Gigi, Kolegium, Institusi Pendidikan Kedokteran dan Kedokteran Gigi, Rumah

Sakit Pendidikan, Kementerian Kesehatan, Kementerian Riset Teknologi dan

Pendidikan Tinggi dan Wakil Masyarakat. Selanjutnya, penegakan disiplin dokter

dan dokter gigi dalam penyelenggaraan praktik kedokteran dilakukan oleh Majelis

Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia (MKDKI) yang merupakan Badan

otonom didalam KKI. 6

Adapun tugas MKDKI dalam peraturan konsil kedokteran Indonesia nomor

15/KKI/PER/VIII/2006 pasal 4 adalah: (1) menerima pengaduan, memeriksa, dan

memutuskan kasus dugaan pelanggaran disiplin dokter dan dokter gigi yang

6
Sekretariat Konsil Kedokteran Indonesia, Laporan Akuntabilitas Kerja Set.KKI, Tahun 2016 Hal 1

5
diadukan; dan (2) menyusun pedoman dan tata cara penanganan kasus pelanggaran

disiplin dokter dan dokter gigi.

Dalam menyelenggarakan tugas dan wewenangnya, KKI didukung oleh

Sekretariat KKI yang dipimpin oleh seorang Sekretaris yang diangkat dan

diberhentikan oleh Menteri Kesehatan RI, dan dalam menjalankan tugasnya

bertanggung jawab kepada pimpinan KKI. Sekretariat KKI terdiri atas pegawai

KKI yang secara struktur organisasi berada di bawah Sekretaris Jenderal

Kementerian Kesehatan RI. Sesuai Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor

1442/MENKES/PER/X/2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat KKI,

tugas Sekretariat KKI adalah memberikan dukungan teknis dan administrasi

kepada semua unsur di KKI termasuk MKDKI serta menyelenggarakan fungsi

yaitu :

1. Pelaksanaan fasilitasi standardisasi pendidikan profesi;

2. Pelaksanaan fasilitasi registrasi;

3. Pelaksanaan fasilitasi pembinaan dan pelayanan hukum; dan

4. Pelaksanaan administrasi umum dan hubungan masyarakat.

Setiap penyelenggaraan kenegaraan dan pemerintah harus memiliki

legitimasi, yaitu kewenangan yang diberikan oleh undang-undang. Dengan

demikian, substansi asaa legalitas adalah wewenang, yakni “Het vermogen tot het

verrichten van bepaalde rechtshandelingen”7 yaitu kemampuan untuk melakukan

7
Ridwan, H.R.Op.Cit. Lihat Juga P. Nicolai, et.al. Bestuursrecht. Amsterdam (1994). Hlm. 4

6
tindakan-tindakan hukum tertentu mengenai wewenang itu, H. D. Stout

menyatakan bahwa :

“Wewenang merupakan pengertian yang berasal dari hukum organisasi

pemerintahan, yang dapat dijelaskan sebagai keseluruhan aturan-aturan

yang berkenaan dengan perolehan dan penggunaan wewenang

pemerintahan oleh subjek hukum publik di dalam hubungan hukum

publik8".

B. Bentuk pelanggaran Tindakan konsil kedokteran Indonesia

Dalam rangka memberikan perlindungan dan kepastian hukum kepada

masyarakat. Dokter/dokter gigi dan dokter spesialis/dokter gigi spesialis,

khususnya pada pelanggaran disiplin yang tidak terkait dengan hubungan dokter-

pasien, perlu dilakukan pemantauan dan evalusai praktik kedokteran secara

berkesinambungan.

Setiap dokter/dokter gigi dan dokter spesialis/dokter gigi spesialis yang

melakukan praktik kedokteran wajib memiliki surat tanda registrasi dengan melalui

proses evaluasi yang meliputi evaluasi administratif dan evaluasi kompetensi sesuai

dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Bagi dokter/dokter gigi dan

dokter spesialis/dokter gigi spesialis yang tidak memiliki surat tanda registrasi dan

melakukan pelanggaran disiplin yang tidak terkait dengan hubungan dokter-pasien,

8
Ridwan, H.R.Ibid. Lihat Juga H.D. Stout, De Betekenissen Van De Wet. Zwolle:. W.E.J. Tjeenk
Willink(1994). Hlm. 102

7
Konsil Kedokteran Indonesia dapat menjatuhkan sanksi administratif sesuai

dengan peraturan perundang-undangan.

Ketua konsil kedokteran Indonesia menetapkan Sanksi administrasi kepada

dokter/dokter gigi dan dokter spesialis/ dokter gigi spesiais untuk jenis sanki yang

diberikan yaitu berupa :

1. peringatan lisan

2. peringatan tertulis

3. penolakan penertiban surat tanda registrasi

4. pencabutan surat tanda registrasi (pembekuan sementara atau pencabutan

tetap), dan dilaksanakan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.9

Dalam Pasal 3 ayat (2) huruf z Peraturan Konsil Kedokteran Indonesia

Nomor 4 Tahun 2011 tentang Disiplin Profesi Dokter dan Dokter Gigi, bahwa

Pelanggaran Disiplin Profesional Dokter dan Dokter Gigi terdiri dari 28 (dua puluh

delapan) bentuk, yaitu berpraktik dengan menggunakan surat tanda registrasi, surat

izin praktik, dan /atau sertifikat kompetensi yang tidak sah atau berpraktik tanpa

memiliki surat izin praktik sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan

yang berlaku.

Seorang dokter/dokter gigi dan dokter spesialis/dokter gigi spesialis yang

diduga memiliki surat tanda registrasi dan/atau surat izin praktik dengan

menggunakan persyaratan yang tidak sah termasuk dalam pelanggaran disiplin

9
Peraturan konsil kedokteran Indonesia nomor 43 tahun 2016 tentang pedomana penegakan sanksi
administrasi dokter, dokter gigi, dokter spesialis dan dokter gigi spesialis, hal 13

8
profesi, namun karena pelanggaran ini lebih bersifat administratif dan tidak terkait

dengan hubungan dokter dan pasien, maka pemeriksaan terkait hal tersebut di atas

diperlukan Pedoman Pelaksanaan Pemeriksaan Khusus.

Pemeriksaan khusus yang dilakukan dalam rangka menindak lanjuti yaitu :

1. Laporan atau pengaduan masyarakat pemeriksaan khusus.

2. Temuan pertugas konsil kedokteran Indonesia.

3. Laporan tim pemeriksaan unit kerja/ institusi lain,

Tujuan pemeriksaan khusus adalah mengungkapkan baik fakta dan proses

kejadian maupun pihak-pihak yang diduga terlibat berikain dengan unsur :

1. Pelanggaran peraturan perundang-undangan

2. Kesengajaan pemalsuan

3. Penyalahgunaan kewenangan/ gratifikasi

Untuk menegakkan disiplin dokter dan dokter gigi dalam penyelenggaraan

kedokteran dan Penyelesaian pelanggaran tidakan medis dengan ditegakkan sanksi

pelanggaran administrasi yang termuat dalam undang-undang Nomor 29 tahun

2004 tentang praktik kedokteran, mengatur tata cara penanganan kasus dugaan

pelanggaran disiplin dokter atau dokter gigi dengan peraturan konsil kedokteran

Indonesia dan untuk memberikan perlindungan dan kepastian hukum kepada

masyarakat, dokter dan dokter gigi diperlukan pengaturan tentang registrasi dokter

dan dokter gigi.

9
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Dalam undang-undang praktek kedokteran ditegaskan bahwa tugas konsil

kedokteran Indonesia adalah melakukan registrasi dokter dan dokter gigi, dan

mengesahkan standar pendidikan profesi dokter dan dokter gigi yang telah berjalan

baik. Dan melakukan pembinaan terhadap penyelenggaraan praktik kedokteran

yang dilaksanakan.

Dengan ditegakkan sanksi administrasi diharapkan perlindungan

masyarakat terhadap praktik dokter dan dokter gigi yang tidak mematuhi ketentuan

peraturan administrasi yang berlaku.

10
DAFTAR PUSTAKA

I. BUKU

Anny Isfandyarie. 2005. Malpraktek & Resiko Medik Dalam Kajian Hukum
Pidana, Jakarta: Prestasi Pustaka.

Konsil Kedokteran Indonesia,2016. Penyelenggaraan Praktik Kedokteran


Yang Baik, (Jakarta: KKI).

Merdias Almatsier dkk. 2006. Himpunan Peraturan Tentang Majelis


Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia, (Jakarta: Konsil Kedokteran
Indonesia).

Sekretariat Konsil Kedokteran Indonesia. 2016. Laporan Akuntabilitas Kerja


Set.KKI (Jakarta : KKI)

Wibowo, Edi. 2004. Hukum dan Kebijakan Publik. Yogyakarta : Yayasan


Pembaruan Administrasi Publim Indonesia.

II. BUKU ASING

Ridwan, H.R.Op.Cit. Lihat Juga P. Nicolai, et.al. Bestuursrecht. Amsterdam


(1994).

Ridwan, H.R.Ibid. Lihat Juga H.D. Stout, De Betekenissen Van De Wet.


Zwolle:. W.E.J. Tjeenk Willink(1994).

III. UNDANG-UNDANG

Undang-undang Nomor 29 Tahun 2004 Tentang Praktik Kedokteran

Peraturan Konsil Kedokteran Indonesia Nomor 43 Tahun 2016 Tentang


Pedomana Penegakan Sanksi Administrasi Dokter, Dokter Gigi, Dokter
Spesialis Dan Dokter Gigi Spesialis.

11

Anda mungkin juga menyukai