PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
“Hak Asasi Manusia dan Implementasinya dalam Kehidupan sehari-hari
sebagai Penata Anestesi”
Dosen Pengampu: Drs. M. Taufik, M.H. Kes.
HALAMAN JUDUL
Disusun Oleh :
Sekar Mutiara Triya Suryani
2A Anestesiologi
210106169
I
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wr.wb.
Puji syukur kehadirat Allah SWT, berkat rahmat serta karunia-Nya
sehingga makalah dengan berjudul ‘Hak Asasi Manusia dan Implementasinya
dalam kehidupan sehari-hari sebagai Penata Anestesi’ dapat selesai.
Makalah ini dibuat dengan tujuan memenuhi tugas mata kuliah
Kewarganegaraan. Selain itu, penyusunan makalah ini bertujuan menambah
wawasan kepada pembaca tentang apa saja yang termasuk dalam Hak Asasi
Manusia sebagai seorang penata anestesi dan pasiennya.
Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesarnya kepada semua pihak
yang membantu dalam proses penyusunan makalah ini. Penulis menyadari bahwa
dalam penyusunan dan penulisan masih melakukan banyak kesalahan. Oleh
karena itu penulis memohon maaf atas kesalahan dan ketidaksempurnaan yang
pembaca temukan dalam makalah ini. Penulis juga mengharap adanya kritik serta
saran dari pembaca apabila menemukan kesalahan dalam makalah ini.
Wassalamu’alaikum wr.wb.
Penulis
II
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...............................................................................................I
KATA PENGANTAR...........................................................................................II
DAFTAR ISI........................................................................................................ III
BAB 1.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................... 2
1.3 Tujuan..........................................................................................................2
BAB 2.......................................................................................................................3
PEMBAHASAN..................................................................................................... 3
2.1 Standar Kompetensi Penata Anestesi.......................................................... 3
2.2 Kewajiban Dalam Melaksanakan Pelayanan Anestesi................................5
2.3 Tanggung Jawab Hukum Seorang Perawat dalam Melaksanakan Praktik
Keperawatan...................................................................................................... 6
2.4 Hak Asasi Perawat dalam Melaksanakan Pelayanan Kesehatan.................8
2.5 Hak Asasi Pasien Nara Pidana selama Tindakan Anestesi....................... 10
BAB 3.....................................................................................................................13
PENUTUP.............................................................................................................13
3.1 Kesimpulan................................................................................................13
3.2 Saran.......................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA...................................................... Error! Bookmark not defined.
III
BAB 1
PENDAHULUAN
1
kenyamanan Pasien. Tindakan Anestesi dilakukan oleh tim penyelenggara
pelayanan Anestesi yang dipimpin oleh Dokter Spesialis Anestesiologi.
Permenkes Nomor 519 Tahun 2011 tentang Pedoman Penyelenggaraan
Pelayanan Anestesiologi dan Terapi Intensif di Rumah Sakit dan Permenkes
Nomor 31 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Pekerjaan Perawat Anestesi
adalah produk hukum yang mengatur tentang penyelenggaraan pelayanan
Anestesi.
1.3 Tujuan
2
BAB 2
PEMBAHASAN
3
4) Landasan ilmiah ilmu biomedik, anestesiologi, dan instrumentasi
5) Keterampilan Klinis
B. Komponen Kompetensi
Komponen kompetensi bertujuan untuk memberikan gambaran ringkas
tentang maksud dan cakupan umum area kompetensi, sehingga masing-
masing area harus diuraikan komponen kompetensi yang membentuk area
tersebut.
1) Etik Legal dan Keselamatan Pasien
a. Mampu berperilaku profesional yang luhur
b. Mampu mematuhi aspek etik-legal dalam pekerjaan pelayanan
Asuhan Kepenataan Anestesi
c. Mampu menghargai hak-hak pasien dan keluarganya
d. Mampu mengutamakan keselamatan pasien dalam pekerjaan
2) Pengembangan Diri dan Profesionalisme
a. Kesediaan mawas diri
b. Kesediaan belajar sepanjang hayat
c. Mengembangkan pengetahuan dan keterampilan penata anestesi
d. Berkomitmen mengembangkan profesi penata anestesi
3) Komunikasi Efektif
a. Mampu berkomunikasi dengan pasien dan anggota keluarganya
b. Mampu berkomunikasi dengan sesama profesi
c. Mampu berkomunikasi dengan profesi lain
4) Landasan Ilmiah Ilmu Biomedik, Anestesiologi, dan Instrumental
a. Penata Anestesi memiliki pengetahuan
b. Penata Anestesi memiliki keterampilan
5) Keterampilan Klinis
a. Mampu mengidentifikasi risiko komplikasi anestesi yang akan terjadi
b. Mampu melakukan penanganan kondisi emergensi pada tindakan
anestesi
c. Mampu melaksanakan pelayanan Asuhan Kepenataan Anestesi atas
instruksi dari dokter spesialis anestesiologi
4
2.2 Kewajiban Dalam Melaksanakan Pelayanan Anestesi
Regulasi Pelayanan Anestesi dalam hal ini adalah Aturan, pedoman dan
standar dalam penyelenggaraan pelayanan anestesiologi. Permenkes No. 31 tahun
2013 tentang Penyelenggaraan Pekerjaan Perawat Anestesi Pasal 22 menyatakan
bahwa, Dalam melaksanakan pelayanan anestesi, Perawat Anestesi mempunyai
hak :
a) Memperoleh perlindungan hukum dalam melaksanakan pelayanan anestesi
sesuai dengan standar profesi Perawat Anestesi.
b) Memperoleh informasi yang lengkap dan jujur dari pasien dan/atau keluarga.
c) Melaksanakan pelayanan sesuai dengan kompetensi.
d) Menerima imbalan jasa profesi.
e) Memperoleh jaminan perlindungan terhadap risiko kerja yang berkaitan
dengan tugasnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
5
Sehingga diperlukan aspek legal (legislasi) yang menjadi payung hukum
bagi perawat anestesi dalam melaksanakan pelayanan anestesi.
6
kealpaan (negligence) ataupun kecerobohan (recklessness) sehingga berdampak
pada kematian/kecacatan tubuh. (Ngesti, Uli, & Ros, 2016)
Pengertian tanggung jawab perawat menurut ANA yaitu penerapan
ketentuan hukum (eksekusi) terhadap tugas-tugas yang berhubungan dengan peran
tertentu dari perawat, agar tetap kompeten dalam pengetahuan, sikap dan bekerja
sesuai kode etik. (Ngesti, Uli, & Ros, 2016)
Dari pengertian tersebut, dapat diketahui bahwa agar memiliki tanggung
jawab maka perawat diberikan ketentuan hukum dengan maksud agar pelayanan
perawatannya tetap sesuai standar. Misalnya hukum mengatur apabila perawat
melakukan kegiatan kriminalitas, memalsukan ijazah, melakukan pungutan liar .
Tanggung jawab perawat ditunjukan dengan cara siap menerima hukuman
(punishment) secara hukum kalau perawat terbukti bersalah atau melanggar
hukum. Berdasarkan pengertain di atas tanggung jawab diartikan sebagai kesiapan
memberikan jawaban atas tindakan-tindakan yang sudah dilakukan perawat pada
masa lalu atau tindakan yang akan berakibat di masa yang akan datang. Tanggung
jawab (Responsibility) perawat dapat diidentifikasi sebagai berikut :
1. Tanggung jawab utama terhadap Tuhannya (Responsibility to God)
2. Tanggung jawab terhadap klien dan masyarakat (Responsibility to Client and
Society)
3. Tanggung jawab terhadap rekan sejawat dan atasan (Responsibility to
Colleague and Supervisor)
7
2.4 Hak Asasi Perawat dalam Melaksanakan Pelayanan Kesehatan
8
manusia sebagai anugerah dari Tuhan Yang Maha Esa yang wajib dihormati oleh
negara demi melindungi harkat dan martabat manusia. (Zainudin, 2016)
Setiap manusia pasti memiliki hak-hak tertentu diantaranya hak untuk
mendapat pekerjaan yang layak, hak untuk memilih pekerjaan yang disukainya,
hak untuk mendapatkan syarat perjanjian kerja, hak untuk mendapatkan upah
yang layak, serta hak untuk diapresiasi. Sejalan dengan hal itu, perawat sebagai
manusia yang memiliki hak untuk dijunjung tinggi harkat dan martabatnya dalam
merefleksikan diri untuk bekerja sebagai pelayan masyarakat telah dijamin oleh
Pasal 38 ayat (1) sampai (4) Undang-Undang HAM.
Landasan hukum yang mengakomodir pelaksanaan pengakuan,
perlindungan, dan kepastian hukum bagi setiap warga negara dituangkan dalam
amanat Pasal 28 D ayat (1) UUD RI 1945. Penegasan pasal tersebut tertuang
dalam Pasal 3 ayat (2) Undang-Undang HAM. Secara spesifik, Pasal 36 huruf (a)
Undang-Undang Keperawatan menjelaskan bahwa, perawat yang melaksanakan
praktik keperawatan berhak mendapatkan perlindungan hukum sesuai dengan
peraturan perundang-undangan. Hak untuk memperoleh pengakuan, perlindungan,
dan kepastian hukum seperti yang diamanatkan pasal per pasal perundang-
undangan tersebut dimana perawat adalah warga negara yang memiliki jaminan
diberi keselamatan.
Selanjutnya, hak untuk mendapatkan imbalan yang adil dan layak dalam
hubungan kerja yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi warga
negara tertuang pada Pasal 28 D ayat (2) UUD RI 1945. Hal tersebut sejalan
dengan yang diamanatkan Pasal 4 huruf (a) sampai (d) Undang-Undang Nomor
23 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.
Hak yang terkait dengan pekerjan dan penghidupan yang layak, hak
pengakuan, perlindungan, dan kepastian hukum, serta hak atas kesejahteraan yang
diamanatkan oleh pasal perundang-undangan di atas, dirasa belum cukup mampu
mengakomodir secara menyeluruh terhadap perawat yang berstatus TKS. Hal
tersebut berdasarkan masih banyak ditemukannya kasus-kasus yang menyangkut
isu HAM terhadap perawat yang ada diberbagai daerah di tanah air sehingga dal
9
hal ini, perlunya untuk selalu meningkatkan rasa saling menghormati baik dari
pasien juga dari perawat/penata anestesi.
10
7. Setiap orang berhak memperoleh informasi tentang data kesehatan dirinya
termasuk tindakan dan pengobatan yang telah maupun yang akan diterimanya
dari tenaga kesehatan.
Dari makna diatas dapat dijelaskan bahwa pembangunan kesehatan pada
dasarnya menyangkut segala segi kehidupan masyarakat dan berlangsung pada
setiap individu, tidak terkecuali bagi mereka yang sedang menjalani hukuman
(Narapidana) di dalam Lembaga Permasyarakatan (Lapas).
Narapidana adalah terpidana yang menjalani pidana hilang kemerdekaan
di LAPAS, namun sebagai seorang yang sedang menjalani pidana, bukan berarti
Narapidana kehilangan semua hak-haknya sebagai manusia atau bahkan tidak
memperoleh hak apapun selama menjadi Narapidana, hak dan kewajiban
Narapidana ini telah di atur dalam sistem Pemasyarakatan, yaitu suatu sistem
pemidanaan yang menggantikan sistem kepenjaraan. Pada awal perubahan sistem
Pemasyarakatan tersebut belum mempunyai peraturan perundang-undangan
sebagai dasar hukum dalam pelaksanaan sistem tersebut.
Dalam Undang-undang Nomor 12 Tahun 1995, Tentang Pemasyarakatan
telah menguraikan hak-hak Narapidana, yang salah satu hak tersebut adalah hak
atas pelayanan kesehatan dan makanan yang layak, dalam pasal 14, menyebutkan
bahwa:
1. Narapidana berhak mendapatkan perawatan, baik perawatan rohani maupun
jasmani;
2. Narapidana berhak mendapatkan pendidikan dan pengajaran;
3. Narapidana berhak mendapatkan pelayanan kesehatan dan makanan yang
layak;
4. Narapidana berhak menyampaikan keluhan
Sistem pemasyarakatan disamping bertujuan untuk mengembalikan
Narapidana sebagai warga negara yang baik, juga bertujuan untuk melindungi
masyarakat terhadap kemungkinan diulanginya tindak pidana oleh Narapidana.
Adanya model atau cara pembinaan bagi Narapidana di dalam Lembaga
Pemasyarakatan tersebut tidak terlepas dari suatu dinamika, yang bertujuan untuk
11
lebih banyak memberi bekal bagi Narapidana dalam menyongsong kehidupan
setelah selesai menjalani masa hukumannya (bebas).
Dari uraian diatas, jelas bahwa sebagai penata anestesi hendaklah
melakukan tugasnya dengan profesional, tidak boleh membedakan antar pasien
dalam memberikan pelayanan. Karena pada dasarnya, setiap orang memiliki Hak
Asasinya masing-masing yang telah dibawa sejak lahir. Beberapa hal yang harus
diperhatikan sebagai penata anestesi dalam memberikan tindakan pelayanan pada
pasien narapidana:
1) Memperlakukan layaknya pasien yang lain.
2) Menghormati hak pasien narapidana.
3) Menghargai keputusan yang ditentukan oleh pasien narapidana.
4) Tidak memaksakan kehendak pribadi.
5) Melibatkan persetujuan keluarga pasien narapidana dalam setiap mengambil
tindakan.
6) Memberikan pelayanan tindakan anestesi sebaik mungkin.
12
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Hak Asasi Manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan
keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan
anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh Negara
hukum, Pemerintahan, dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan
harkat dan martabat manusia. Hak Asasi Manusia berlaku kapan saja, dimana saja,
dan kepada siapa saja. Kesehatan merupakan hak dasar yang mempengaruhi
semua aspek kehidupan, hak atas pelayanan kesehatan merupakan hak setiap
orang. Pelayanan Anestesi adalah tindakan medis yang dilakukan melalui
pendekatan tim sesuai dengan kompetensi dan kewenangan yang dimiliki. Sebagai
seorang perawat anestesi yang memiliki resiko yang tinggi, tentunya berkaitan
dengan bagaimana memanusiakan seorang pasien. Setiap pasien memiliki Hak
Asasi yang sama pada mata hukum, dan pembangunan kesehatan pada dasarnya
menyangkut segala segi kehidupan masyarakat dan berlangsung pada setiap
individu, tidak terkecuali bagi mereka yang sedang menjalani hukuman
(Narapidana) di dalam Lembaga Permasyarakatan (Lapas), oleh karena itu
perlunya rasa saling menghormati dan tidak memperlakukan pasien dengan
semena-mena adalah suatu kewajiban.
3.2 Saran
13
DAFTAR PUSTAKA
Darwin, B., & Hamid, P. (2018, Oktober). Perlindungan Hukum Tenaga Kerja
Pada Rumah Sakit Islam Gorontalo. Jurnal Al-himayah: Fakultas Syariah
IAIN Sultan Amai Gorontalo, 2(2), 148.
Diva, V. F. (2017). Konsep Dasar Keperawatan. Yogyakarta: Healthy PT Anak
Hebat Indonesia.
Frelita, G., Situmorang, T., & Silitonga, D. (2011). Joint Commission
International Acreditation Standars For Hospitals, 4 th ed. Oakbrook
Terrace, Illinois 60181 U.S.A.
Kemenkes, R. (2020). Standar Profesi Penata Anestesi. Jakarta.
Ngesti, W., Uli, A., & Ros, E. (2016). Etika Keperawatan dan Keperawatan
Nasional. Tersedia dari BPPSDMK.
Zainudin, A. (2016). Sosiologi Hukum. Jakarta: Sinar Grafika.
14