Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

ORGANISASI PENATA ANESTESI DI INDONESIA IPAI


DAN
HUKUM KESEHATAN DALAM PRAKTIK ANESTESI

Disusun Oleh :

Mairasuskriana Yairis Pasomba

Melinda Winarti Kabnani

Moh Khoirussalim
KATA PENGANTAR

Puji serta syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis bisa menyelesaikan penulisan tugas makalah ini.
Makalah ini berjudul "Organisasi penata indonesia ipai dan hukum kesehatan dalam praktik
anestesi ".

Makalah disusun untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Etika Profesi dan Hukum
kesehatan. Selain itu, penulis berharap dengan adanya penulisan makalah ini dapat menambah
wawasan dan pengetahuan bagi para pembaca dan juga penulis

Terwujudnya makalah ini tentu berkat bantuan dari berbagai pihak. Sehubungan dengan
itu, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada Ibu Mury Andayani, SE.,MM selaku
Dosen Mata kuliah Etika Profesi dan Hukum kesehatan. Kami ucapan terima kasih kepada
penulis dan kami sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan
makalah ini.

Penulisan makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, penulis menerima
saran dan kritik yang membangun dari pembaca untuk kesempurnaan makalah ini.

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................................2
DAFTAR ISI..............................................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................................4
A. Latar Belakang..............................................................................................................................4
C. Tujuan............................................................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................................6
1.1. Definisi Organisasi IPAI...........................................................................................................6
1.2. Maksut dan Tujuan Organisasi IPAI.......................................................................................6
1.3. Definisi Hukum Kesehatan Dalam Praktik Anestesi..............................................................9
1.4. Fungsi hukum kesehatan.........................................................................................................11
1.5. Ruang likup..............................................................................................................................11
BAB III PENUTUP.................................................................................................................................13
Kesimpulan..........................................................................................................................................13
Daftar pustaka.........................................................................................................................................14

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada tanggal 1 Oktober 1986 IKLUM mengadakan Kongres Luar biasa karena
ada desakan dari IAAI agar organisasi IKLUM masuk ke organisasi Persatuan Perawat
Nasional Indonesia (PPNI) dengan perdebatan cukup “Seru” akhirnya Ikatan Alumni
Aknes Jakarta ( IKLUM ) dirubah namanya menjadi  Ikatan Perawat
Anestesi  Indonesia  disingkat  IPAI. Ikatan Perawat Anestesi Indonesia ( IPAI )  mulai
berjalan tidak seperti layaknya Organisasi Profesi  lain yang Mandiri,inikarena situasi dan
kondisi yang kurang kondusif masih dibawah bayang-bayang organisasi Profesi lain yaitu
PPNI ,sementara pekerjaan Perawat anestesi itu tindakan keperawatannya hanya sedikit,
lebih banyak Tindakan Medis, semestinya organisasi IPAI  bisa Mandiri Pembinanya
adalah IAAI.
Selanjutnya  IAAI ( Ikatan Ahli Anestesiologi  Indonesia) melalui ketua
umumnya Prof.Dr.Karyadi SpAn (Almarhum)  pada  acara Munas  IKLUM (Ikatan
Alumni) dengan Ketua Umumnya Bpk Drs. I Ketut Sangke Yudhistira BSc.An SH.tahun
1983 di Wisma YTKI Jl.Gatot Soebroto Jakarta, mengusulkan agar Penata
Anestesi  masuk kedalam Rumpun Keperawatan, karena peran dan fungsi perawat ada 3
yaitu. 1.Caring Rolle,2. Therapeutic dan 3.Coordination. Dan Presatuan Perawat Nasional
Indonesia melalui Ketua Umumnya pada waktu itu Bpk.H.Oyo Radiat menerima dengan
senang hati Penata anestesi masuk rumpun PPNI dan pada Tahun 1986 pada Munas
IKLUM terbentuklah Organisasi Profesi yang bernama Ikatan Perawat Anestesi
Indonesia  disingkat IPAI dengan Ketua Umumnya yang Pertama adalah Ibu.Dra.Hj.
Susbandiyah BSc.An
Pada tahun 1994 Musyawarah Nasional Pertama Ikatan Perawat Anestesi
Indonesia diselenggarakan di Jakarta tepatnya di Auditorium RS KANKER Nasional
DHARMAIS.Dalam Munas nya yang pertama terpilih sebagai Ketua Umum IPAI
Periode 1994-1999 Ibu Dra.HJ. Susbandiyah BSC.An. Organisasi IPAI dengan Ketua
Umum Ibu Susbandiyah menjadi tantangan yang sangat berat bagi IPAI, karena
disamping masalah Pendidikan Akpernes yang berlarut-larut dengan adanya kurikulum

4
yang tidak sesuai dengan harapan baik bagi Mahasiswa maupun Insitusi pengirimnya,
juga Tantangan berat dari Organsiasi yang terkait dengan IPAI.
B. Rumusan masalah
1.Apa Pengertian organisasi IPAI?
2.Bagaimana Maksut dan tujuan organisasi IPAI?
3.Pengertian hukum kesehatan dalam praktik anestesi?
4.Bagaimana Ruang lingkup hukum kesehatan dalam praktik anestesi?
5.Apa saja Fungsi hukum kesehatan dalam praktik anestesi?

C. Tujuan
Untuk mengetahui terkait dengan organisasi ipai dan hukum kesehatan dalam praktik
anestesi

5
BAB II
PEMBAHASAN
1.1. Definisi Organisasi IPAI
Ikatan Penata Anestesi Indonesia (IPAI) adalah organisasi yang menghimpun tenaga
Penata Anestesi sebagaimana dimaksud dalam peraturan perundang perundang-undangan.
Pembina Organisasi Ikatan Penata Anestesi Indonesia adalah Perhimpunan Dokter Spesialis
Anestesi dan Terapi Intensif.  Penata anestesi adalah setiap orang yang telah lulus pendidikan
bidang keperawatan anestesi atau penata anestesi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan. IKATAN PERAWAT ANESTESI INDONESIA berganti nama menjadi IKATAN
PENATA ANESTESI INDONESIA selanjutnya disingkat IPAI, merupakan persesuaian dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku dan dalam bahasa inggris di sebut Indonesian
Assosiation of Nurse Anesthetics (IANA).

Ikatan Penata Anestesi didirikan di jakarta pada tanggal 1 oktober 1986. Ikatan Penata
Anestesi Indonesia berulang tahun pada tanggal 11 Mei. Ikatan Penata Anestesi Indonesia
sebagai organisasi profesi merupakan Organisasi berbadan hukum yang menghimpun seluruh
Anggota Penata Anestesi, yang bersifat terbuka, mandiri, demokratis, moderat dan berorientasi
pada pengabdian profesi penata anestesi serta bebas dari pengaruh politik praktis. Sebagai satu-
satunya organisasi profesi penata anestesi di Indonesia, maka setiap penata anestesi wajib masuk
menjadi anggota dan bernaung di dalamnya. Ikatan Penata Anestesi Indonesia yang selanjutnya
disebut IPAI adalah organisasi profesi bagi Jabatan Fungsional Penata Anestesi dan Jabatan
Fungsional Asisten Penata Anestesi.

1.2. Maksud dan Tujuan Organisasi IPAI

1) Maksud dan Tujuan Ikatan Penata Anestesi Indonesia adalah meningkatkan kualitas
profesi Penata Anestesi dengan cara menyelenggarakan kegiatan-kegiatan, termasuk
pendidikan dan pelatihan, yang bertujuan menunjang:
a. pelaksanaan tugas pelayanan asuhan kepenataan anestesi, baik di dalam
praanestesi, intraanestesi dan pascaanestesi;

6
b. pelaksanaan tugas pelayanan asuhan kepenataan anestesi di bawah pengawasan
dan/atau atas pelimpahan wewenang secara mandat dari dokter spesialis
anestesiologi atau dokter lain;
c. pelaksanaan tugas pelayanan asuhan kepenataan anestesi berdasarkan penugasan
pemerintah sesuai kebutuhan;
d. ikut serta memberikan andil bagi pengembangan dan peningkatan derajat
kesehatan rakyat indonesia;
e. pengembangan ilmu dan pelayanan kepenataan anestesi;
f. pengembangkan dan peningkatan kesejahteraan anggotanya; dan
g. memberi perlindungan kepada anggota Ikatan Penata Anestesi Indonesia dalam
menjalankan tugas profesi.
h. Meningkatkan kualitas pelayanan anestesi yang bermutu tinggi terhadap
pelayanan pada klien secara terus-menerus.
i. Meningkatkan ilmu pengetahuan dan keterampilan anestesiologi.
j. Mengembangkan dan meningkatkan standar pendidikan dalam bidang perawat
anestesi.
k. Mengembangkan dan meningkatkan standar praktek dalam bidang pelayanan
anetesi.
l. Menciptakan kerjasama yang efektif antara perawat anestesi, dokter ahli anestesi,
profesi keperawatan, rumah sakit, dan pihak lain yang mewakili kepentingan
masyarakat terhadap perawat anestesi.
2) Tugas dan Wewenang Ikatan Penata Anestesi Indonesia sebagai berikut :
a. Membuat dan senantiasa memperbaharuai laporan tahunan perubahan jumlah
anggota IPAI;
b. Menetapkan Sekretariat IPAI;
c. Menetapkan dan menjalankan Kode Etik dan Disiplin bagi Anggota IPAI;
d. Melaksanakan pengawasan terhadap Anggota IPAI dalam menjalankan
profesinya untuk selalu menjunjung tinggi pelaksanaan Kode Etik dan
Disiplin sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku;
e. Membentuk Dewan Pertimbangan dan Pengawas.

7
f. Membentuk Kolegium sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku;
g. Membentuk Majelis Kehormatan Kode Etik dan Disiplin Penata Anestesi
Indonesia;dan
h. Memberikan teguran lisan,tertulis, melakukan pemberhentian sementara dan
atau pemberhentian tetap terhadap Anggota IPAI berdasarkan peraturan
perundang undangan yang berlaku.
3) Untuk mencapai tujuan Ikatan Penata Anestesi Indonesia (IPAI) berupaya:
a. Membantu pemerintah melancarkan program-program kesehatan khususnya
kepenataan anestesi.
b. Aktif membantu pemerintah dalam pengembangan ilmu kepenataan anestesi.
c. Memelihara, memupuk dan meningkatkan kualitas pelayanan anestesi.
d. Bekerja sama dengan organisasi profesi tenaga kesehatan lain baik secara
regional, bilateral, multilateral dan internasional.
e. Menghimpun anggota dengan semangat kebersamaan, kepedulian,
kedisiplinan, dan kemandirian.
f. Melakukan pendidikan dan pelatihan baik dalam bentuk pendidikan formal
maupun pendidikan berkelanjutan.
g. Melakukan bimbingan belajar bagi calon penata anestesi baik secara individu
maupun kelompok melalui pembekalan, teori, praktik, seminar dan atau
kegiatan ilmiah lain; dan
h. melakukan kegiatan pengabdian masyarakat sesuai dengan kompetensinya
baik secara mandiri maupun kolaborasi dengan pihak terkait
i. Membentuk badan / lembaga yang dapat memberikan kesejahteraan anggota.

8
1.3. Visi & Misi IPA
Visi : Menjadi Organisasi Profesi Penata Anestesi yang Mandiri dan Profesional

Misi :
a. Memberikan pelayanan keperawatan anestesi dan gawat darurat kepada masyarakat
secara professional,
b. Meningkatkan kualitas SDM Penata Anestesi melalui program Pendidikan dan
Latihan secara berkesinambungan,
c. Mengadakan penelitian keperawatan anestesi sesuai dengan kemajuan ilmu
pengetahuan,
d. Meningkatkan asas kemitraan dengan profesi terkait,
e. Melakukan uji kompetensi para anggota secara periodic,
f. Meningkatkan kesejahteraan para anggota, Berpartisipasi aktif dalam Forum
Internasional

1.4. Tata Cara Penerimaan Anggota IPAI


1. penerimaan penata anestesi dilakukan oleh organisasi IPAI daerah setempat;
2. calon anggota mengajukan permohonan secara tertulis kepada organisasi IPAI
daerah setempat;
3. untuk dapat diterima menjadi Anggota Penata Anestesi harus memenuhi
persyaratan sebagai berikut;dan
- Warga Negara Indonesia;
- Bertempat tinggal di Indonesia;
- Lulus pendidikan Diploma III Keperawatan Anestesi/Diploma IV Keperawatan
Anestesiologi;
- Tidak pernah dipidana karena melakukan tindakan pidana kejahatan yang diancam
dengan pidana penjara 5 (lima) tahun atau lebih;
- Berprilaku baik, jujur, bertanggung jawab, adil, dan mempunyai integritas yang
tinggi;dan
- Membuat surat pernyataan persetujuan terhadap anggaran dasar, anggaran rumah
tangga dan kode etik dan disiplin penata anestesi Indonesia.
4. Penata Anestesi yang telah diterima berdasarkan persyaratan sebagaimana
dimaksud pada butir dapat menjalankan praktiknya sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.

9
1.5. Definisi Hukum Kesehatan Dalam Praktik Anestesi

Hukum Kesehatan adalah semua ketentuan hukum yang berhubungan langsung dengan
pemeliharaan/pelayanan kesehatan dan penerapannya, serta hak dan kewajiban baik dari
perorangan dan segenap lapisan masyarakat sebagai penerima layanan kesehatan (health
receivers) maupun sebagai penyelenggara pelayanan kesehatan (health providers) dalam segala
aspek organisasi, sarana, pedoman-pedoman.

Surat Tanda Registrasi Penata Anestesi yang selanjutnya disingkat STRPA adalah
bukti tertulis yang diberikan olehPemerintah kepada Penata Anestesi yang telah memiliki
sertifikat kompetensi sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. Surat Izin Praktik Penata
Anestesi yang selanjutnya disingkat SIPPA adalah bukti tertulis pemberian kewenangan
untuk menjalankan praktik keprofesian Penata Anestesi di Fasilitas Pelayanan Kesehatan.

Pada saat Undang-Undang ini mulai berlaku, Semua nomenklatur Perawat Anestesi
dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 519/Menkes/Per/III/2011 tentang Pedoman
Penyelenggaraan Pelayanan Anestesiologi dan Terapi Intensif Di Rumah Sakit (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 224) harus dibaca dan dimaknai sebagai
Penata Anestesi;

Semua ketentuan hukum yang berhubungan langsung dengan bidang pemeliharaan kesehatan
(Health Care) mengandung arti bahwa :

a. Istilah ‘ketentuan’ lebih luas artinya daripada istilah peraturan hukum, karena istilah
‘peraturan hukum’ umumnya tertulis.
b. Pengertian ‘ketentuan hukum’ termasuk pula ‘hukum tidak tertulis’. Misalnya : -
Imunisasi - Pemberantasan dan Tata Cara Mengatasi Penyakit Menular.

Ketentuan yang tidak berhubungan dengan bidang pemeliharaan kesehatan tetapi merupakan
penerapan dari bidang hukum, antara lain :

a. Hukum Perdata, misalnya hubungan antara dokter dan pasien yang merupakan :
Pengantar Hukum Kesehatan | 7 - hubungan medis - hubungan hukum karena adanya
kontrak dengan tujuan penyembuhan (kontrak Terapeutik), misalnya berdasarkan Pasal
1320 BW menyatakan bahwa syarat sahnya suatu persetujuan adalah : adanya
kesepakatan antara para pihak.

10
b. Hukum Pidana, dalam terjadi hal-hal seperti : - Kelalaian yang mengakibatkan matinya
seseorang (Pasal 359 KUHP) - Kelalaian yang mengakibatkan luka berat atau cacat
(Pasal 360 KUHP)
c. Hukum Administrasi, misalnya Izin Praktek yang dikeluarkan oleh Depkes yang harus
dimiliki oleh setiap dokter praktek, Rumah Sakit, apotik, dll.

Pedoman Internasional, Hukum Kebiasaan, Jurisprudensi yang berkaitan dengan Pemeliharaan


Kesehatan (Health Care). Hukum Otonom, ilmu dan literatur yang menjadi sumber hukum.

Pasal 23 UU No. 36/2014 1) Tenaga kesehatan berwenang untuk menyelenggarakan pelayanan


kesehatan. 2) Kewenangan untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilakukan sesuai dengan bidang keahlian yang dimiliki. 3) Dalam
menyelenggarakan pelayanan kesehatan, tenaga kesehatan wajib memiliki izin dari pemerintah.
4) Selama memberikan pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilarang
mengutamakan kepentingan yang bernilai materi. 5) Ketentuan mengenai perizinan sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) diatur dalam Peraturan Menteri.

Hubungan Hukum

Hubungan hukum adalah hubungan yang dilakukan oleh dua atau lebih subyek hukum, yang
dapat menimbulkan akibat hukum . Joni Afriko (2016) dalam bukunya yang berjudul “Hukum
Kesehatan (Teori dan Aplikasinya),” berpendapat bahwa hubungan hukum (rechtsbetrekkingen)
adalah hubungan antara dua subyek hukum atau lebih mengenai hak dan kewajiban, disatu pihak
berhadapan dengan hak dan kewajiban dipihak lain. Dilihat dari sifat hubungannya, hubungan
hukum dapat dibedakan antara hubungan hukum yang bersifat privat dan hubungan hukum yang
bersifat publik. Dalam menetapkan hubungan hukum apakah bersifat publik atau privat yang
menjadi indikator bukanlah subyek hukum yang melakukan hubungan hukum itu, melainkan
hakikat hubungan itu atau hakikat transaksi yang terjadi (the nature transaction) (Muh. Sadi I,
2015:82)

Praktek anestesi

Penata Anestesi Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2014


tentang Tenaga Kesehatan ditentukan bahwa tenaga di bidang kesehatan terdiri atas 2 (dua)
bagian besar, yakni bagian tenaga kesehatan dan bagian asisten tenaga kesehatan. Dari bagian
tenaga kesehatan terbagi lagi menjadi beberapa kelompok. Penata anestesi masuk dalam

11
kelompok tenaga ketekhnisan medik. Penata anestesi adalah setiap orang yang telah lulus
pendidikan bidang keperawatan anestesi atau penata anestesi sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan. Syarat praktik penata anestesi diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan
Nomor 18 tahun 2016 tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktik Penata Anestesi, antara lain
ditentukan Pasal 4 ayat (1) praktik penata anestesi wajib memiliki Surat Izin Praktik Penata
Anestesi, yang selanjutnya disebut SIPPA, Pasal 5 ayat (1) menetukan penata anestesi hanya
dapat memiliki paling banyak 2 (dua) SIPPA, sehingga penata anestesi hanya boleh melakukan
praktik kepenataanestesian hanya di dua tempat praktik.

1.6. Fungsi hukum kesehatan


Hukum mempunyai fungsi penting sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai oleh hukum itu
sendiri, yaitu melindungi, menjaga ketertiban dan ketentraman masyarakat.
Ada tiga fungsi hukum, yaitu :
1. Fungsi Manfaat
2. Fungsi Keadilan
3. Fungsi Kepastian hukum
Kegiga fungsi hukum ini pada prinsipnya adalah ingin memberikan ‘perlindungan’ dari
aspek ‘hukumnya’ kepada setiap orang atau pihak, dalam berbagai bidang kehidupannya.
Dengan kata lain, yang ingin diberikan adalah ‘perlindungan hukum’ jika timbul persoalan-
persoalan hukum dalam kehidupan sosial di masyarakat. Dalam pengertian melindungi,
menjaga ketertiban dan ketentraman itulah tersimpul fungsi hukum. Dalam fungsinya sebagai
alat ‘social engineering’ (pengontrol apakah hukum sudah ditepati sesuai dengan tujuannya),
maka hukum dalam kaitannya dengan penyelesaian masalah-masalah di bidang kedokteran/
kesehatan, diperlukan. Karena fungsi hukum tersebut berlaku secara umum maka hal tersebut
berlaku pula dalam bidang Hukum Kesehatan dan Hukum Kedokteran.

1.7. Ruang lingkup


Penata Anestesi Kompeten Bekerja pada Ruang Lingkup:
1. Pelayanan Anestesi
Pelayanan anestesi merupakan bagian integral dari pelayanan perioperatif yang memiliki
pengaruh besar dalam menentukan keberhasilan tindakan pembedahan yang adekuat dan

12
aman bagi pasien. Anestesi yang ideal akan bekerja secara cepat dan baik serta
mengembalikan kesadaran dengan cepat segera sesudah pemberian anestesi dihentikan
(Majid, 2011).
2. Pelayanan Gawat Darurat
Pelayanan Gawat Darurat adalah tindakan medis yang dibutuhkan oleh
Korban/Pasien Gawat Darurat dalam waktu segera untuk menyelamatkan nyawa dan
pencegahan kecacatan.
3. Terapi Intensif
pemeriksaan pasien yang akan menjalani tindakan pembedahan dan membutuhkan
pembiusan atau anestesi.  persiapan pembiusan, seperti persiapan puasa, pemeriksaan darah,
teknik pembiusan yang diinginkan dan dibutuhkan serta penatalaksanaan paska pembedahan.
4. Terapi Nyeri
Terapi perilaku dilakukan dengan cara melatih kontrol/ kendali klien terhadap respon nyeri.
a. Hipnotis: membantu mengubah persepsi nyeri melalui pengaruh sugesti positif.
b. Distraksi: mengalihkan perhatian terhadap nyeri dan efektif untuk nyeri ringan
sampai sedang.
c. Guided Imagery (Imajinasi Terbimbing) Terapis meminta klien untuk berimajinasi
membayangkan halhal yang menyenangkan.
5. Terapi Inhalasi
adalah pemberian obat secara langsung ke dalam saluran napas melalui penghisapan.
Prinsip Terapi inhalasi:
 Obat bekerja langsung pada saluran pernapasan
 Onset (waktu) kerjanya cepat dan dosis obat yang dipakai kecil
 Efek samping obat minimal karena konsentrasi obat dalam darah rendah

13
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Dibidang pelayanan kesehatan, sudah menjadi tuntutan masyarakat terhadap akses pelayanan
kesehatan yang bermutu dan terstandar, sehingga sudah menjadi kelajimam apabila sebagian
masyarakat mencari pelayanan kesehatan secara lintas negara ataupun lintas benua untuk dapat
menyediakan pelayanan kesehatan yang bermutu dan terstandar, tidak cukup hanya dengan
penyedian sarana dan prasarana  kesehatan yang lengkap dan modern. Salah satu hal yang paling
rumit justru berupa penyediaan sumber daya manusia sebagai penyelenggara pelayanan
kesehatan tersebut. Oleh karena itu dalam menghadapapi globalisasi ini, perlu dipersiapkan
tenaga kesehatan yang betul-betul profesional dengan kompetensi berstandar internasional.

14
Daftar pustaka
http://www.ikatanpenataanestesiindonesia.org/index.php/public/about/information-history/
https://www.kemhan.go.id/itjen/wp-content/uploads/2018/10/bn531-2017.pdf
https://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:BzLNdXPH450J:https://osf.io/fs85x/
download+&cd=5&hl=id&ct=clnk&gl=id
https://www.regulasip.id/book/5036/read
file:///C:/Users/User/Downloads/
6.+tanggung+jawab+hukum+praktik+tanpa+surat+izin+oleh+penata+anestesi+di+RS_Edi+Prayi
tno_JHEK.pdf
"Anggaran Dasar | Ikatan Penata Anestesi Indonesia"
http://www.ikatanpenataanestesiindonesia.org/index.php/public/about/information-anggaran-
dasar/#:~:text=(2)%20Organisasi%20sebagaimana%20dimaksud%20pada,pada%20tanggal
%201%20Oktober%201986.
https://rspmanguharjo.jatimprov.go.id/wp-content/uploads/2020/02/Leaflet-Manajemen-Nyeri-
FIX.pdf

15

Anda mungkin juga menyukai