Anda di halaman 1dari 17

SIKAP KONSISTENSI, KOHERESI, DAN KORESPONDESI

TENAGA ANALIS KESEHATAN TERHADAP PANCASILA


SERTA HUBUNGAN ANTARA PELAKSANAAN HAK DAN
KEWAJIBAN SEBAGAI WARGA NEGARA DENGAN
KOMPETENSI TENAGA ANALIS KESEHATAN

Disususn oleh:
Armelia Gitasari Nurhasanah
P27834118015

Pembimbing:
Dra. Liliek Soetjiatie, M.Si.

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN


SURABAYA
PROGRAM STUDI D4 ANALIS KESEHATAN
Jl. Karangmenjangan No. 18 Surabaya
2019

i
KATA PENGANTAR

Segala Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang
telah melimpahkan segala rahmatNya sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah dengan judul “SIKAP KONSISTENSI, KOHERESI, DAN
KORESPONDESI TENAGA ANALIS KESEHATAN TERHADAP
PANCASILA SERTA HUBUNGAN ANTARA PELAKSANAAN HAK DAN
KEWAJIBAN SEBAGAI WARGA NEGARA DENGAN KOMPETENSI
TENAGA ANALIS KESEHATAN ” guna memenuhi tugas ujian akhir semester
satu di Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Surabaya program studi D4
Analis Kesehatan.
Penulis menyadari kelemahan serta keterbatasan yang ada sehingga
dalam menyelesaikan makalah ini memperoleh bantuan dari berbagai pihak,
dalam kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada :
1. Ibu Dra. Liliek Soetjiatie, M.Si. selaku dosen Pendidikan Pancasia yang
telah memberikan tugas penulisan makalah ini.
2. Seluruh Dosen Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Surabaya
program studi D4 Analis Kesehatan yang telah memberikan ilmunya
kepada penulis.
3. Saudari Indira Ayuni Sri Pramesti selaku PJMK mata kuliah Pendidikan
Pancasila yang memberikan dorongan kepada penulis.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan baik isi
maupun susunannya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat tidak hanya bagi
penulis juga bagi para pembaca.

Surabaya, 06 Januari 2019

Penulis
DAFTAR ISI

ii
COVER.................................................................................................................................i
KATA PENGANTAR..............................................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN........................................................................................................1
1.1 Latar Belakang....................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................3
1.3 Tujuan................................................................................................................3
1.4 Manfaat..............................................................................................................4
BAB 2 PEMBAHASAN .........................................................................................................5
2.1 Gambaran sikap konsistensi, koherensi dan korespondensi sebagai tenaga
analis kesehatan terhadap Pancasila..............................................................................5
2.2 Hubungan antara kompetensi tenaga analis kesehatan dalam melaksanakan
hak dan kewajiban sebagai warga negara....................................................................10
BAB 3 PENUTUP ..............................................................................................................13
3.1 Kesimpulan.......................................................................................................13
3.2 Saran................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................14

iii
BAB 1
PENDAHULUAN

2.1 Latar Belakang


Pelayanan laboratorium kesehatan merupakan bagian yang tidak dapat
dipisahkan dari pelayanan kesehatan pada masyarakat. Pelayaknan laboratorium
sendiri merupakan unit pelayanan penunjang medis. Diharapkan pelayanan ini
mampu menunjang dokter dalam melakukan diagnosa. Orang melakukan analisa
di dalam pelayanan laboratorium disebut analis kesehatan. Analis kesehatan atau
yang sekarang disebut dengan Ahli Teknologi Laboratorium Medik (ATLM).
Analis Kesehatan adalah profesi yang bekerja pada sarana kesehatan
yang melaksanakan pelayanan pemeriksaan, pengukuran, penetapan, dan
pengujian terhadap bahan yang berasal dari manusia atau bahan bukan berasal dari
manusia untuk penentuan jenis penyakit, penyebab penyakit, kondisi kesehatan
atau faktor-faktor yang dapat berpengaruh pada kesehatan perorangan dan
masyarakat. Menurut KEPMENKES RI NOMOR 370/MENKES/SK/III/200,
analis Kesehatan atau disebut juga Ahli Teknologi Laboratorium Kesehatan
adalah tenaga kesehatan dan ilmuan berketerampilan tinggi yang melaksanakan
dan mengevaluasi prosedur laboratorium dengan memanfaatkan berbagai sumber
daya. Di Indonesia memang lebih sering dikenal dengan istilah Analis Kesehatan,
sedangkan dunia internasional menggunakan istilah Ahli Teknologi Laboratorium
Kesehatan
Teknologi Laboratorium Kesehatan (internasional: Medical Laboratory
Science/Technology) adalah disiplin ilmu kesehatan yang memberikan perhatian
terhadap semua aspek laboratoris dan analitik terhadap cairan dan jaringan tubuh
manusia serta ilmu kesehatan lingkungan.(KEPMENKES RI NOMOR
370/MENKES/SK/III/200) 5. Ahli Teknologi Laboratorium Medik adalah setiap
orang yang telah lulus pendidikan Teknologi Laboratorium Medik atau analis
kesehatan atau analis medis dan memiliki kompetensi melakukan analisis terhadap
cairan dan jaringan tubuh manusia untuk menghasilkan informasi tentang
kesehatan perseorangan dan masyarakat sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

1
Tugas pokok tenaga analis kesehatan adalah melaksanakan pelayanan
laboratorium kesehatan meliputi bidang Hematologi, Kimia Klinik, Mikrobiologi,
Imunologi-serologi, Toksikologi, Kimia Lingkungan, Patologi Anatomi
(Histopatologi, Sitopatologi, Histokimia, Imunopatologi, Patologi Molekuler),
Biologi dan Fisika.
Indonesia sendiri adalah Negara kepulauan yang berbentuk Republik,
yang disebut dengan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Indonesia
sendiri memiliki satu dasar negara yaitu Pancasila. Pancasila secara estimologis
berasal dari bahasa sansekerta. Pancasila berasal dari kata “Pancasyila” yaitu kata
“panca” dan “syila”. “panca” artinya lima dan “syila” berarti batu dasar atau
dasar.
Pancasila hadir melalui proses panjang yang didasari oleh perjuanagan
dan pemikiran para tokoh bangsa. Pancasila lahir dari pemikiran luhur yang
berakar dari kebudayaan dan nilai-nilai luhur bangsa Indonesia. Isrilah pancasila
dikekemukakan oleh Soekarno dalam siding BPUPKI. Sebagai dasar negara,
Pancasila menjadi dasar atau fondasi dalam berdirinya negara. Pancasila menjadi
dasar dari semua hokum dan peraturan dari Negara Indonesia.
Selain sebagai dasar negara, pancasila juga berfungsi sebagai pedoman
hidup bangsa. Sebagai pedoman hidup Pancasila sebagai pedoman hidup berisi
konsep kehidupan yang dicita-citakan bangsa Indonesia sejak dahulu. Didalamnya
juga terkandung gagasan yang mendasar mengenai tatanan kehidupan sesuai
dengan sila-sila yang terdapat dalam Pancasila. Sehingga Pancasila dapat
digunakan sebagai petunjuk arah untuk melaksanakan kehidupan dalam berbagai
bidang. Begitu juga saat bekerja sesuai masing-masing profesi. Salah satunya
ialah profesi sebagai tenaga analis kesehatan.
Pancasila digunakan untuk dasar berperilaku bagi seluruh warga negara
tak terkecuali juga bagi seorang tenaga analis kesehatan. Sehingga diperlukan
adanya gambaran sikap konsistensi, koherensi, dan korespondensi sikap sebagai
tenaga kerja analis kesehatan terhadap Pancasila.
Sebagai seorang tenaga kerja analis kesehatan harus ada kompetensi yang
harus diperhatikan. Ada tujuh kompetensi yang dimiliki oleh tenaga kerja analis
kesehatan. Dalam menjalankan kompetensi tersebut haruslah diiringi dengan

2
kewajiaban yang harus dipenuhi. Sebagaimana diketahaui kewajiban warga
negara adalah suatu keharusan yang tidak boleh ditinggalkan oleh warga negara
dalam kehidupan bermasyarkat berbangsa dan bernegara. Kewajiban warga
negara dapat pula diartikan sebagai suatu sikap atau tindakan yang harus diperbuat
oleh seseorang warga negara sesuai keistimewaan yang ada pada warga lainnya.
Sejalan dengan kewajiban maka seorang tenaga kerja analis kesehatan akan
memperoleh haknya. Pengertian hak warga negara adalah suatu kewenangan yang
dimiliki oleh warga negara guna melakukan sesuatu sesuai peraturan perundang-
undangan. Dengan kata lain hak warga negara merupakan suatu keistimewaan
yang menghendaki agar warga negara diperlakukan sesuai keistimewaan tersebut.
Hak dan kewajiban haruslah berjalan beriringan. Kewajiban adalah bentuk
konsekuensi atas hak yang di dapatkan. Hak seseorang sendiri dibatasi dengan
adanya hak orang lain. Oleh karena itu diperlukan adanya hubungan antara
kompetensi tenaga analis kesehatan dalam melaksanakan hak dan kewajiban
sebagai warga negara. Berdasarkan pemaparan diatas, peneliti membuat makalah
yang berjudul “SIKAP KONSISTENSI, KOHERESI, DAN KORESPONDESI
TENAGA ANALIS KESEHATAN TERHADAP PANCASILA SERTA
HUBUNGAN KOMPETENSI TENAGA ANALIS KESEHATAN DALAM
MELAKSANAKAN HAK DAN KEWAJIBAN SEBAGAI WARGA
NEGARA”.

2.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana gambaran sikap konsistensi, koherensi dan korespondensi
sebagai tenaga analis kesehatan terhadap Pancasila?
2. Bagaimana hubungan antara kompetensi tenaga analis kesehatan dalam
melaksanakan hak dan kewajiban sebagai warga negara?

2.3 Tujuan
Kompetensi tenaga analis kesehatan menjadi acuan tenaga analis
kesehatan untuk meningkatkan mutu dari tenaga analis kesehatan itu sendiri.
Kompetensi tenaga analis kesehatan dapat dikaitkan dengan hak dan kewajiban
yang harus dipenuhi. Misalnya saja pemenuhan hak-hak yang dapat diperoleh

3
tenaga analis ksehatan berakibatkan mereka melakukan kewajibannya secara
maksimal. Hal tersebut berimbas pada peningkatan taraf kesehatan yang ada di
Indonesia. Sehingga kualitas kesehetan penduduk menjadi terjamin.
Sikap konsistensi, koherensi, dan korespondeni tenaga analis kesehatan
terhadap pancasila sedii diharapkan dapat meningkatkan kesadaran tenaga analis
kesehatan. Kesadaran yang dimaksud ialah kesadaran dalam bersikap sesuai
dengan pancasila. Dengan adanya gambaran sikap konsistensi, koherensi, dan
korespondensi terhadap Pancasila diharapkan para tenaga analis kesehatan tau
contoh-contoh dan cara bertidak sesui pancasila.

2.4 Manfaat
1. Penambahan wawasan bagi penulis dan tenaga analis kesehatan tentang
gambaran sikap konsistensi, koherensi dan korespondensi sebagai tenaga
analis kesehatan terhadap Pancasila serta hubungan antara kompetensi
tenaga analis kesehatan dalam melaksanakan hak dan kewajiban sebagai
warga negara.
2. Penambahan referensi bagi pengembangan informasi serta pengembagan
diri bagi tenaga kerja analis kesehatan sehingga dapat mencetak tenaga
kesehatan yang berkualitas sesuai dengan pancasila.
3. Meberikan pemahaman tentang hak dan kewajiban sebagai seorang tenaga
analis kesehatan.

4
BAB 2
PEMBAHASAN

3.1 Gambaran sikap konsistensi, koherensi dan korespondensi sebagai tenaga


analis kesehatan terhadap Pancasila
Pancasila secara estimologis berasal dari bahasa sansekerta. Pancasila
berasal dari kata “Pancasyila” yaitu kata “panca” dan “syila”. “panca” artinya
lima dan “syila” berarti batu dasar atau dasar.
Pancasila hadir melalui proses panjang yang didasari oleh perjuanagan
dan pemikiran para tokoh bangsa. Pancasila lahir dari pemikiran luhur yang
berakar dari kebudayaan dan nilai-nilai luhur bangsa Indonesia. Isrilah pancasila
dikekemukakan oleh Soekarno dalam siding BPUPKI. Sebagai dasar negara,
Pancasila menjadi dasar atau fondasi dalam berdirinya negara. Pancasila menjadi
dasar dari semua hukum dan peraturan dari Negara Indonesia.
Pancasila sediri terdiri atas lima sila yaitu:
1. Ketuhanan Yang Maha Esa
2. Kemanusiaan yang Adil dan Beradap
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmah Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan
5. Keadilan Sosial Bagi Seluruh rakyat Indonesia.
Konsistensi
Konsistensi adalah kesesuaian antara pernyataan sikap yang
dikemukakan dengan responsnya terhadap objek sikap termaksud. Maknanya
subjek atau didalam permasalahan ini adalah tenaga analis kesehatan harus
mampu memiliki kesadaran dan rasionalitis yang tinggi untuk mewujudkan
pikiran tentang pancasila ke dalam tidakan yang nyata. Konsistensi dalam
bersikap tidak sama tingkatannya pada setiap diri individu dan setiap objek sikap.
Sikap yang tidak konsisten, yang tidak menunjukkan kesesuaian antara pernyataan
sikap dan perilakunya, atau yang mudah berubah-ubah dari waktu ke waktu akan
sulit diinterpretasikan dan tidak banyak berarti dalam memahami serta
memprediksi perilaku individu yang bersangkutan.

5
Koherensi
Koherensi mengatakan bahwa kebenaran itu merupakan suatu proses atau
suatu hasil proses atau keadaan yang menunjukkan adanya keadaan yang runtut,
yang masuk akal, yang saling berhubungan antara gagasan-gagasan yang dimiliki
oleh seorang subjek mengenai suatu objek tertentu. Dengan perkataan lain jika
orang mengatakan bahwa suatu pendapat mengenai sesuatu hal itu benar, maka
kemungkinan hal tersebut juga dianggap benar oleh orang lain. Hal ini
menandakan bahwa sikap dan prilaku seseorang yang mengakui nilai-nilai
kebaikan bersifat intersubjektif.
Korespondensi
Teori korespondensi Menurut teori korespondensi ini, satu pernyataan
benar jika materi pengetahuan yang dikandung pernyataan itu berhubungan
dengan objek yang dituju oleh pernyataan tersebut. Korespondensi adalah gagasan
atau konsep yang menyatakan bahwa nilai-nilai yang dianggap benar dan baik itu
tidak hanya dapat berupa dalam hubungan intersubjektif, tetapi juga dalam
hubungannya dengan alam semesta.
Berdasarkan pemaparan diatas diperoleh beberapa gambaran sikap
konsistensi, koherensi dan korespondensi sebagai tenaga analis kesehatan
terhadap Pancasila diantaranya:

a. Sila pertama “Ketuhanan yang Maha Esa”


 Tenaga analis kesehatan harus beriman dan bertaqwa dengan Tuhan dan
diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Ditunjukkan dengan tindakan
beribadah sesuai kepercayaan masing-masing secara tepat waktu.
 Sebagai seorang tenaga analis kesehatan haruslah memiliki sifat jujur dan
selalu menjunjung tinggi kejujuran dalam setiap perbuatan yang
dilakukannya. Misalnya saja jujur dalam melakukan analisis, baik saat proses
analisis maupun pelaporan hasil analisis.
 Tenaga analis kesehatan yang beriman pasti akan menghargai rekannya baik
yang seprofesi maupun tidak, walaupun memiliki kepercayaan yang berbeda.
 Tenaga analis kesehatan akan tetep membina kerukunan antar mat beragama
terhadap rekannya yang berbeda kepercayaan.

6
 Tenaga analis kesehatan yang mengamalkan sila pertama akan mengizinkan
dan membiarkan orang lain yang berbeda keyakinan untuk tetap melakukan
ibadahnya sesui kepercayaan. Yaitu dengan tidak mengganggu orang yang
berbeda agama beribah dan tidak melakukan upaya untuk menghalang-
halangi.
 Tenaga analis yang telah mengamalkan sila pertama pasti akan bertoleransi
kepada pemeluk agama lain. Baik saat hari besar keagamaan maupun saat
beribadah.
 Tenaga analis kesehatan menanamkan bahwa alam adalah ciptaan Tuhan
yang harus dijaga dan dirawat.

b. Sila kedua “Kemanusiaan yang Adil dan Beradap”


 Tenaga analis kesehatan yang kompeten serta mengamalkan sila kedua akan
senantiasa memperlakukan semua pasiennya dengan etika yang baik sesui
dengan kode etik. Tanpa memandang ras, suku, agama, asal ataupun yang
lain.
 Tenaga analis yang kompeten senantiasa memperlakukan pasiennya secara
adil. Tanpa membeda-bedakan pasiennya berbeda suku, ras, agama atau
bahkan antara orang miskin, menengah maupun orang kaya. Semuanya
mendapat pelayanan yang sama.
 Tenaga analis yang mengamalkan sila kedua akan menggunakan tutur kata
yang baik dan tepat dalam menyampaikan hasil dari pemeriksaan laboratorim.
 Seorang tenaga analis kesehatan yang mengamalkan sila kedua akan
menjelaskan dengan sabar apabila ada keluarga pasien atau pasien itu sendiri
yang tidak paham terhadap hasil pemeriksaan laboratorium.
 Tenaga analis haruslah menjunjung tinggi sikap mencintai dan menghormati
orang lain.
 Tenaga analis kesehatan haruslah menerapkan prinsip persamaan derajat
dalam berkehidupan sehari-hari, baik pada lingkungan kerja maupun
lingkungan rumah.
 Tenaga analis kesehatan mampu membangun hbungan social yang baik
dengan orang lain.

7
 Tenaga analis kesehatan senantiasa membela kebenaran.
 Tenaga analis kesehatan selalu menghormati orang lain baik dalam
lingkungan kerja maupun bukan.

c. Sila ketiga “ Persatuan Indonesia”


 Tenaga analis kesehatan harus menanamkan prinsip bahwa persatuan itu
penting.
 Tenaga nails kesehatan yang telah mengamalkan sila ketiga pasti akan selalu
menjaga persatuan dengan rekan kerjanya. Persatuan dalam hal ini adalah
kerjasama yang baik antar sesame tenaga analis kesehatan.
 Tenaga analis kesehatan akan senantiasa menjaga komunikasi yang baik
dengan rekannya guna untuk membangun serta memupuk persatuan diantara
mereka.
 Tenaga analis kesehatan harus bersedia ikut dalam upaya bela negara jika
dibutuhkan guna menjaga kesatuan NKRI.
 Tenaga analis kesehatan yang telah mengamalkan sila ketiga pasti akan
menolong rekannya yang kesusahan. Hal tersebut diakibatkan dari persatuan
yang telah terpupuk antar tenaga analis kesehatan.
 Seorang tenaga analis kesehatan harus siap mengabdi sesuai profesi sebagai
analis kesehatan guna menjaga persatuan dan kesatuan negara.
 Tenaga analis kesehatan akan bangga terhadap bangsa dan negaranya.
 Tenaga analis kesehatan menanamkan sikap bangga terhadap produk dari
negrinya. Serta senantiasa membeli dan mengeakan produk dalam negri.
 Tenaga analis kesehatan senantiasan menjunjung bahasa nasional yaitu
Bahasa Indonesia. Serta senantiasa menggunakan Bahasa Indonesia sebagai
bahasa pemersatu dan bahasa sehari-hari tanpa melupakan adanya bahasa
daerah.
 Tenaga analis kesehatan senantiasa mengamalkan sikap gotong royong yang
didasari oleh bineka tunggal ika.

d. Sila keempat “Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmah Kebijaksanaan


dalam Permusyawaratan/Perwakilan”

8
 Tenaga analis kesehatan selalu menanamkan prinsip permusyawaratan untuk
mufakat di dalam dirinya.
 Tenaga analis kesehatan yang telah memahami sila keempat akan
menggunakan musyawarah untuk pengambilan keputusan sebelum
menggunakan cara lain. Misalnya saja voting atau mengambilan keputusan
secara langsung.
 Tenaga analis kesehatan yang telah paham sila keempat akan melibatkan
rekannya ketika pengambilan keputusan terhadap diagnose yang dirasa lebih
sulit.
 Tenaga analis kesehatan yang paham sila ini akan menerima semua keputusan
hasil musyawarah dengan lapang dada.
 Seorang analis kesehatan akan menerima saran maupun kritik yang
dilontarkan orang lain.
 Seorang analis kesehatan akan meyakini bahwa analisa terhadap seorang
pasien telah dilakukan dengan baik.
 Tenaga analis kesehatan akna berani mempertanggungjawabkan semua
tindakannya serta semua hasil analisi yang dilakukannya.
 Tenaga analis kesehatan haruslah memjunjung tinggi asas kekeluargaan
dalam bersikap setiap harinya.

e. Sila kelima “Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia”


 Tenaga analis kesehatan haruslah iklas dalam menerapkan sila kelima.
Apabila seorang tenaga analis kesehatan suadah menerapkan sila kelima
maka, semua sila mengikuti.
 Tenaga analis kesehatan harus menanammkan prinsip keadilan dalam diinya
yang didasari pancasila serta bineka tunggal ika.
 Tenaga analis kesehatan menolong semua orang yang sedangga kesulitan,
tidak hanya dilingkungan kerja tapi juga lingkunagn social.
 Seorang tenaga analis kesehatan dituntut tidak bersikap angkuh, serta tidak
sungkan meminta bantuan orangg lain atau rekan kerja ketika mengalami
kesulitan.

9
 Seorang tenaga analis kesehatan yang telah paham sila kelima tidak akan
mencoba mencari-cari kesalahan rekan kerjanya.
 Tenaga nalais kesehatan bekerja keras dalam melakukan analisis tanpa
membedakan pasien yang dianalisis.
 Tenaga analis kesehatan mengakui prestasi yang diciptakan orang lain.
 Tenaga analis kesehatan tidak sungkan untuk berbagi sedikit hharta yang ia
miliki kepada orang-orang yang kurang beruntung.
 Tenaga analais kesehatan senantiasa menjaga kebersihan lingkungan sekitar.

3.2 Hubungan antara kompetensi tenaga analis kesehatan dalam


melaksanakan hak dan kewajiban sebagai warga negara
Kewajiban warga negara adalah suatu keharusan yang tidak boleh
ditinggalkan oleh warga negara dalam kehidupan bermasyarkat berbangsa dan
bernegara. Kewajiban warga negara dapat pula diartikan sebagai suatu sikap atau
tindakan yang harus diperbuat oleh seseorang warga negara sesuai keistimewaan
yang ada pada warga lainnya. Sejalan dengan kewajiban maka seorang tenaga
kerja analis kesehatan akan memperoleh haknya. Pengertian hak warga negara
adalah suatu kewenangan yang dimiliki oleh warga negara guna melakukan
sesuatu sesuai peraturan perundang-undangan. Dengan kata lain hak warga negara
merupakan suatu keistimewaan yang menghendaki agar warga negara
diperlakukan sesuai keistimewaan tersebut. Hak dan kewajiban haruslah berjalan
beriringan. Kewajiban adalah bentuk konsekuensi atas hak yang di dapatkan. Hak
seseorang sendiri dibatasi dengan adanya hak orang lain.
Analis Kesehatan adalah profesi yang bekerja pada sarana kesehatan
yang melaksanakan pelayanan pemeriksaan, pengukuran, penetapan, dan
pengujian terhadap bahan yang berasal dari manusia atau bahan bukan berasal dari
manusia untuk penentuan jenis penyakit, penyebab penyakit, kondisi kesehatan
atau faktor-faktor yang dapat berpengaruh pada kesehatan perorangan dan
masyarakat. Dalam menjalankan tugas pokok dan fungsi atau kewajibannya,
analis kesehatan harus mempunyai kompetensi sebagai berikut :
1. Menguasai ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan tugas pokok dan
fungsinya di laboratorium kesehatan.

10
2. Mampu merencanakan atau merancang proses yang berkaitan dengan tugas
pokok dan fungsinya di laboratorium kesehatan sesuai jenjangnya.
3. Memiliki keterampilan untuk melaksanakan proses teknik operasional
pelayanan laboratorium, yaitu :
a. Keterampilan pengambilan specimen termasuk penyiapan pasien (bila
diperlukan), labelling, penanganan, pengawetan, fiksasi, pemrosesan,
penyimpanan dan pengiriman specimen.
b. Keterampilan melaksanakan prosedur laboratorium, metode pengujian dan
pemakaian alat dengan benar.
c. Keterampilan melakukan perawatan dan pemeliharaan alat, kalibrasi dan
penanganan masalah yang berkaitan dengan uji yang dilakukan.
d. Keterampilan melaksanakan uji kualitas media dan reagen untuk pengujian
specimen.
4. Mampu memberikan penilaian analitis terhadap hasil uji laboratorium.
5. Memiliki pengetahuan untuk melaksanakan kebijakan pengendalian mutu dan
prosedur laboratorium.
6. Memiliki kewaspadaan terhadap faktor-faktor yang memengaruhi hasil uji
laboratorium.
Dari keenam kompetensi penulis mengambil dua kompetensi untuk
dihubungkan dengan hak dan kewajiban sebagai warga negara yaitu:
1. Menguasai ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan tugas pokok dan
fungsinya di laboratorium kesehatan.
2. Memiliki pengetahuan untuk melaksanakan kebijakan pengendalian mutu
dan prosedur.
Tenaga analis memeperoleh haknya tidak luput dari kompetensi yang harus
dimiliki. Berikut hak-hak tenaga analis kesehatan berdasarkan kompetensi:

1. Menguasai ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan tugas pokok dan


fungsinya di laboratorium kesehatan.
a. Hak:
 Hak untuk memperoleh ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan tugas
pokoknya sebagai tenaga analis kesehatan.

11
 Hak untuk ikut andil dalam mewujudkan laboratorium yang nyaman.
 Berhak ikut dalam upaya pembelaan negara melalui pengabdian sesuai
profesi.
b. Kewajiban:
 Tenaga analis kesehatan berkewajiban untuk melaksanakan tugas-
tugas pokoknya dengan baik dan sesuai prosedur.
 Melaksanakan dan memaksimalkan fungsinya sebagai tenaga analis
kesehatan.
 Melakukan analisis sampel pasien secara optimal.
 Mengamalkan lmu-ilmu yang diperoleh secara maksimal guna
memajukan tingkat kesehatan yang ada di Indonesia.
 Mengikuti bela negara sesuai profesi sebagai tenaga analis kesehatan.

2. Memiliki pengetahuan untuk melaksanakan kebijakan pengendalian


mutu dan prosedur.
a. Hak:
 Berhak menyampaikan pendapatnya dimuka umum tentang
pengendalian mutu dan prosedur tenaga analis kesehatan.
 Berhak mendapat perlindungan terhadap dirinya.
 Berhak melakukan kontrol terhadap analisis yang dilakukan di
laboratorium.
 Berhak mendapatkan fasilitas-fasilitas yang dapat menunjang mutu
dan prosedur dalam proses analisis.
b. Kewajiban:
 Berkewajiban melakukan kontrol terhadap mutu dan prosedur selama
proses analisis.
 Berkewajiban menuntut ilmu mengenai pengendalian mutu dan
prosedur.
 Berkewajiban menegakkan standar yang sesui mutu dan prosedur yang
telah ditentukan.

12
BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Konsistensi adalah kesesuaian antara pernyataan sikap yang
dikemukakan dengan responsnya terhadap objek sikap termaksud. Sesuatu
dikatakan koherensi jika orang mengatakan bahwa suatu pendapat mengenai
sesuatu hal itu benar, maka kemungkinan hal tersebut juga dianggap benar oleh
orang lain. Korespondensi adalah gagasan atau konsep yang menyatakan bahwa
nilai-nilai yang dianggap benar dan baik itu tidak hanya dapat berupa dalam
hubungan intersubjektif, tetapi juga dalam hubungannya dengan alam semesta.
Sehingga dalam pancasila nilai-nilai konsistensi, koherensi, dan korespondensi
berhubungan dengan segala tidakan sehari-hari sebagai tenaga analis kesehatan.
Kompetensi sebagai analis kesehatan disusun untuk memberikan
pedoman terhadap tenaga analis kesehatan. Dalam setiap kompetensi ini di
dalamnya terdapat hak-hak serta kewajiban tenaga analis kesehatan sebagai warga
Negara. Dalam pengamalannya tenaga analis kesehatan harus menaati hak-hak
dan kewajiban dalam setiap kompetensi, guna untuk meningkatkan mutu dari
tenaga analis kesehatan itu sendiri. Apabila mutu dari tenaga analis kesehatan
meningkat, mutu kesehatan ikut meningkat.

3.2 Saran
1. Bagi tenaga analis kesehatan harus senantiasa mengamalkan hak-hak serta
kewajiban di dalam kompetensi sebagai analis kesehatan. Selain itu tenaga
analis kesehatan harus senantiasa mengamalkan sikap-sikap konsistensi,
koherensi, dan korespondensi yang sesui dengan pancasila.
2. Bagi mahasiswa analis kesehatan sebaiknya mempelajari sikap sebagai
tenaga analis kesehatan yang konsistensi, koherensi, dan korespondensi
sesui dengan pancasila. Serta mempelajari tentang kompetensi sebagai
tenaga analis kesehatan.

13
DAFTAR PUSTAKA

Amran, A. 2016. Pendidikan Pancasila di Perguruan Tinggi. Jakarta: PT Raja


Grafindo Persada.

Budisutrisna, 2016. Komparansi Teori Kebenaran Mo Tzu dan Pancasila:


Relevasi Bagi Pengembangan Ilmu Pengetahuan di Indonesia. Yogyakarta:
Fakultas Filsafat, Universitas Gadjah Mada.

Hidana, R., 2015. Pengembangan Asesmen Berbasis Kompetensi Untuk Analis


Kesehatan pada Kerja Lapangan. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Julianda, R. D., 2016. Implementasi Hak Penghidupan Yang Layak Terhadap


Anggota Polri Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2010 tentang
Hak-Hak Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia. Bandung: Universitas
Pasundan.

Prayitno, U. S., 2014. Pancasila dan Perubahan Sosial: Prespektif Inividu dan
Struktur Dalam Dinamika Interaksi Sosial. Pusat Pengkajian, Pengolahan Data
dan Informasi (P3DI) Sekretariat Jenderal DPR RI , 116.

Kementerian Kesehatan RI. 2007. Standar Profesi Ahli Teknologi Laboratorium


Kesehatan. 3-6.

14

Anda mungkin juga menyukai