Anda di halaman 1dari 2

Tugas Individu Ke-2 : FARMAKOLOGI KEPERAWATAN

Refleksi Film Me Before You


Nama: Cinta Meilika
NIM : 222040
Kelas : 1B

Apa yang telah terjadi pada pasien dengan quadraplegia?


Spastik quadriplegia adalah suatu gangguan gerak dan postur serta keterbatasan
aktivitas yang bisa menyebabkan empat ektremitas mengalami keterbatasan fungsional,baik
ekstremitas atas maupun bawah. Pasien dengan kondisi ini akan kehilangan kemampuan
menjalankan fungsional ekstermitas seperti kedua kaki dan tangan, sehinnga membutuhkan
bantuan untuk melakukan aktivitas umum yang sering di lakukan.

Apa yang dapat ditarik sebagai pembelajaran dari kasus tersebut?


Setiap manusia memiliki hak untuk hidup dan sehat tetapi setiap manusia juga memiliki
hak untuk bebas dari rasa sakit. Sebagai sesama manusia kita harus bisa memanusiakan manusia
terlepas dari keadaannya. Motivasi dan dukungan sangat dibutuhkan oleh setiap orang terutama
orang yang mengalami sakit sehingga kita harus mampu memberikan dukungan kepada orang
tersebut. Menghargai keputusan seseorang adalah hal yang harus kita mampu lakukan , dan juga
kita harus mencintai sesame manusia dengan tulus.

Apa peran keluarga dalam kasus quadraplegia dan pada kasus euthanasia?
Keluarga berperan besar dalam pasien penderita quadraplegia karena penderita
quadriplegia tidak mampu memenuhi kebutuhan dasarnya akibat kelumpuhan pada seluruh
ekstermitas. Dalam kasus euthanasia keluarga berperan dalam pengambilan keputusan. Keluarga
pula menjadi faktor yang dapat mencegah terjadinya euthanasia dengan beberapa usaha yang
membuat penderita tidak merasakan penderitannya terlalu berat.

Apa peran perawat dalam kasus quadraplegia dan pada kasus euthanasia?
Perawat memiliki peran besar dalam penanganan pasien dengan kasus quadriplegia
dengan cara membantu pasien dalam pemenuhan kebutuhan dasarnya sebagai seorang manusia.
Selain itu dukungan psikoligis dan emosional sangat diperlukan pasien sehingga perawat
bertanggungjawab dalam pemenuhan kebutuhan tersebut.
Euthanasia merupakan salah satu permasalahan yang menyulitkan bagi para dokter,
perawat, dan tenaga kesehatan lainnya. Sering sekali terdapat situasi dimana pasien menderita
penyakit yang tidak bisa disembuhkan sering kali menimbulkan penderitaan terhadap
penderitanya. Di Indonesia euthanasia tidak dapat diterima karena prinsip-prinsip yang tidak
sesuai norma, hukum, dan agama.
Sebagai seorang perawat yang menganut nilai norma, hukum, agama, serta kode etik
yang ada di Indonesia, euthanasia terhadap pasien tidak boleh kita penuhi walaupun hal tersebut
merupakan permohonan dari penderita. Hal tersebut tergolong dalam pembunuhan berencana
yang menyangkut dua aturan hukum, yaitu Pasal 338 dan 344 KUHP, maka yang dapat
diterapkan adalah masalah Pasal 344 KUHP. Hal ini disebabkan karena ancaman pidana penjara
pada Pasal 338 yaitu 15 tahun, lebih berat daripada ancaman pidana yang terdapat pada Pasal
344 KUHP (yang hanya 12 tahun).

Apa rencana tindakan selanjutnya untuk pasien quadraplegia dan pada kasus euthanasia?
Rencana tindakan selanjutnya pada pasien penderita quadriplegia adalah rehabilitas,
fisioterapi, dan hospice care. Rehabilitasi dengan fisioterapi setidaknya mempertahankan fungsi
tubuh yang masih baik. Hospice care bertujuan untuk memberikan perawatan suportif kepada
pasien yang berada ditahap akhir penyakit terminal dan lebih berfokus pada kenyamanan dann
kualitas hidup bukan pada penyembuhan. Rencana tindakan selanjutnya pada euthanasia adalah
mempersiapkan kematian dengan damai.

Apa obat-obatan yang digunakan pada pasien quadraplegia dan pada kasus euthanasia?
Obat aktivator plasminogen jaringan (t-PA) dapat diberikan untuk memecah
penyumbatan. Obat ini perlu diberikan dalam waktu enam jam setelah timbulnya gejala untuk
meningkatkan peluang kesembuhan quadriplegia. Quadriplegia akibat cedera tulang belakang
umumnya akan ditangani dengan obat-obatan tertentu seperti methylprednisolone. Obat ini dapat
diberikan segera untuk membantu mengurangi kerusakan saraf. Terapi fisik atau okupasi juga
diperlukan untuk membantu memulihkan gerakan dan memaksimalkan fungsi yang tersisa.

Dalam euthanasia aktif, dokter atau tenaga langsung dan sengaja menyebabkan kematian
pasien, misalnya dengan memberikan pasien obat secara overdosis, memberikan tablet sianida
atau menyuntikkan zat-zat yang mematikan ke dalam tubuh pasien. Euthanasia pasif terjadi
ketika pasien meninggal karena para profesional medis tidak melakukan sesuatu yang diperlukan
untuk menjaga pasien tetap hidup atau menghentikan melakukan sesuatu yang menjaga agar
pasien tetap hidup.

Bagaimana pendapat Anda mengenai keputusan Will Taynor?


Mengacu pada pendapat pribadi, keputusan Will Taynor bukanlah suatu hal yang sangat
buruk dikarenakan penderitaan yang ia rasakan. Setiap manusia mempunyai hak hidup dan hak
terlepas dari rasa sakit. Will Taynor bukan hanya menderita secara fisik namun secara psikologis
dan emosi sehingga hal itu yang membuat saya berpikir bahwa keputusannya bukan suatu hal
yang sangat buruk. Namun jika mengacu pada hukum, norma, dan agama yang ada di Indonesia
keputusan Will Taynor bukanlah keputusan yang bijak dikarenakan tidak sesuai dengan prinsip
yang berlaku. Segala usaha telah dilakukan oleh Louisa Clark agar membuat Will Taynor
merasakan kebahagiaan tetapi Will Taynor tidak mau memberikan kesempatan untuk mencoba
bahagia.
Referensi :
AJI, H. P. K. (2021). PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI CEREBRAL PALSY SPASTIK
QUADRIPLEGIA DENGAN TERAPI LATIHAN DAN KINESTIOTAPING (Doctoral dissertation,
Universitas Widya Husada Semarang).
Selekta, M. C. (2018). Cerebral Palsy Tipe Spastik Quadriplegi Pada Anak Usia 5 Tahun. Jurnal
Majority, 7(3), 186-190.

Anda mungkin juga menyukai