Anda di halaman 1dari 28

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Bagian bawah dari saluran gastrointestinal adalah usus besar (kolon)
karena diameternya lebih besar dari usus halus. Bagaimanapun panjangnya antara
1,5-1,8 cm adalah lebih pendek. Usus besar terbagi atas caecum, kolon, dan
rektum. Ini adalah organ penting dari eliminasi B.A.B.
Fungsi sekresi dari kolon membantu dalam keseimbanan elektrolit.
Bicarbonat disekresi untuk pertukaran clorida. Sekitar 4-9 mEq natrium
dikeluarkan setiap hari oleh usus besar. Berubahnya fungsi kolon dapat
menyebabkan ketidakseimbangan elektrolit.
Akhirnya kolon memindahkan sisa produk dan gas (flatus). Flatus
dihasilkan dari tertelannya udara, difusi gas dari pembuluh darah ke usus dan
kerja bakteri pada karbohidrat yang tidak bisa diserap. Fermenrasi dari
karbohidrat (seperti kol dan bawang) menghasilkan gas pada usus yang dapat
merangsang peristaltik.
Perut kembung (flatulen) ,Jika terlalu banyak udara di dalam usus maka
perut menjadi kembung. Sedikit udara dalam usus adalah normal, demikian pula
bau tidak sedap yang keluar darinya melalui anus (kentut). Setiap hari rata-rata
kita memproduksi 0,5 -1,5 liter gas di perut dan kentut 10 kali. Bau busuk kentut
disebabkan oleh bakteri usus, yang menghasilkan gas berisi belerang. Berapa
jumlah udara di dalam usus yang membuat kembung berbeda-beda pada setiap
orang. Beberapa orang sudah merasakan gangguan dengan jumlah kecil gas dalam
perut, yang lainnya tidak sesensitif itu.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1)

Apa yang di maksud dengan flatulensi,beserta penyebab dan gejalanya?

2)

Apa tindakan pada flatulen?

3)

Bagaimana cara melakukan asuhan keperawatan pada klien dengan


platulence

1.3 TUJUAN

1.

Tujuan umum
Untuk mengetahui

gangguan pada eliminasi alvi yaitu pada

flatulence dan tindakan dalam flatulence


2.

Tujuan khusus

Mengetahui pengertian flatulence,beserta penyebab dan gejalanya


Mengetahui asuhan keperawatan pada klien dengan flatulence

BAB I
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Flatulensi (perut kembung) adalah meningkatnya jumlah gas dalam


saluran

pencernaan.Udara

adalah

gas

yang

dapat

tertelan

bersama

makanan.Menelan sedikit udara adalah normal tetapi secara tidak sadar, beberapa
orang

menelan

udara

dalam

jumlah

banyak,

terutama

bila

terjadi

kecemasan.Sebagian besar udara yang masuk kemudian dikeluarkan lagi melalui


sendawa.Sehingga hanya sebagian kecil saja yang melewati lambung menuju ke
saluran pencernaan berikutnya. Masuknya sejumlah besar udara menyebabkan
seseorang

merasa

penuh

dan

orang

tersebut

akan

bersendawa

atau

mengeluarkannya melalui anus (kentut/flatus).

2.2 Anatomi Fisiologi


1. Setiap orang memproduksi 550 cc - 1,6 liter gas per hari dan buang angin
rata-rata 14 kali per hari.
2. Sampai dengan 20-25 kali per hari masih dianggap normal.
3. Alasan orang ke dokter karena kondisi flatulensi adalah karena masalah
sosial, karena flatulensi tidak akan sampai membahayakan jiwa.
4. Gas buangan manusia tersebut dapat terbakar karena mengandung
hydrogen dan methane.
5. Banyak anekdot tentang flatulensi yang sebenarnya bukan untuk
ditertawakan, tapi dapat berupa suatu masalah medis
a. Anatomi
Lambung terletak oblik dari kiri ke kanan menyilang di abdomen
atas tepat dibawah diafragma. Dalam keadaan kosong lambung berbentuk
tabung J, dan bila penuh berbentuk seperti buah alpukat raksasa. Kapasitas
normal lambung 1 sampai 2 liter. Secara anatomis lambung terbagi atas
fundus, korpus dan antrum pilorus. Sebelah atas lambung terdapat
4

cekungan kurvatura minor, dan bagian kiri bawah lambung terdapat


kurvatura mayor. Sfingter kedua ujung lambung mengatur pengeluaran
dan pemasukan. Sfingter kardia atau sfingter esofagus bawah, mengalirkan
makanan yang masuk kedalam lambung dan mencegah refluks isi lambung
memasuki esofagus kembali. Daerah lambung tempat pembukaan sfingter
kardia dikenal dengan nama daerah kardia. Disaat sfingter pilorikum
berelaksasi makanan masuk kedalam duodenum, dan ketika berkontraksi
sfingter ini akan mencegah terjadinya aliran balik isis usus halus kedalam
lambung.
Lambung terdiri dari empat lapisan yaitu :
1. lapisan peritoneal luar yang merupakan lapisan serosa.
2. Lapisan berotot yang terdiri atas 3 lapisan :
a. Serabut longitudinal, yang tidak dalam dan bersambung dengan otot
esophagus.
b. Serabut sirkuler yang palig tebal dan terletak di pylorus serta
membentuk otot sfingter, yang berada dibawah lapisan pertama.
c. Serabut oblik yang terutama dijumpai pada fundus lambunh dan
berjalan dari orivisium kardiak, kemudian membelok kebawah melalui
kurva tura minor (lengkung kelenjar).
3.

Lapisan submukosa yang terdiri atas jaringan areolar berisi pembuluh


darah dan saluran limfe.

4. Lapisan mukosa yang terletak disebelah dalam, tebal, dan terdiri atas
banyak kerutan/ rugae, yang menghilang bila organ itu mengembang
karena berisi makanan. Ada beberapa tipe kelenjar pada lapisan ini dan
dikategorikan menurut bagian anatomi lambung yang ditempatinya.

Kelenjar kardia berada dekat orifisium kardia. Kelenjar ini mensekresikan


mukus. Kelenjar fundus atau gastric terletak di fundus dan pada hampir
selurus korpus lambung. Kelenjar gastrik memiliki tipe-tipe utama sel.
Sel-sel zimognik atau chief cells mensekresikan pepsinogen. Pepsinogen
diubah menjadi pepsin dalam suasana asam. Sel-sel parietal mensekresikan
asam hidroklorida dan faktor intrinsik. Faktor intrinsik diperlukan untuk
absorpsi vitamin B 12 di dalam usus halus. Kekurangan faktor intrinsik
akan mengakibatkan anemia pernisiosa. Sel-sel mukus (leher) ditemukan
dileher fundus atau kelenjar-kelenjar gastrik. Sel-sel ini mensekresikan
mukus. Hormon gastrin diproduksi oleh sel G yang terletak pada pylorus
lambung. Gastrin merangsang kelenjar gastrik untuk menghasilkan asam
hidroklorida dan pepsinogen. Substansi lain yang disekresikan oleh
lambung adalah enzim dan berbagai elektrolit, terutama ion-ion natrium,
kalium, dan klorida.
Persarafan lambung sepenuhnya otonom. Suplai saraf parasimpatis untuk
lambung dan duodenum dihantarkan ke dan dari abdomen melalui saraf vagus.
Trunkus vagus mempercabangkan ramus gastrik, pilorik, hepatik dan seliaka.
Pengetahuan tentang anatomi ini sangat penting, karena vagotomi selektif
merupakan tindakan pembedahan primer yang penting dalam mengobati tukak
duodenum.
Persarafan simpatis adalah melalui saraf splenikus major dan ganlia
seliakum. Serabut-serabut aferen menghantarkan impuls nyeri yang dirangsang
oleh peregangan, dan dirasakan di daerah epigastrium. Serabut-serabut aferen
simpatis menghambat gerakan dan sekresi lambung. Pleksus saraf mesentrikus
(auerbach) dan submukosa (meissner) membentuk persarafan intrinsik dinding
lambung dan mengkordinasi aktivitas motoring dan sekresi mukosa lambung.
Seluruh suplai darah di lambung dan pankreas (serat hati, empedu, dan
limpa) terutama berasal dari daerah arteri seliaka atau trunkus seliaka, yang
mempecabangkan cabang-cabang yang mensuplai kurvatura minor dan mayor.
6

Dua cabang arteri yang penting dalam klinis adalah arteri gastroduodenalis dan
arteri pankreas tikoduodenalis (retroduodenalis) yang berjalan sepanjang bulbus
posterior duodenum. Tukak dinding postrior duodenum dapat mengerosi arteria
ini dan menyebabkan perdarahan. Darah vena dari lambung dan duodenum, serta
berasal dari pankreas, limpa, dan bagian lain saluran cerna, berjalan kehati melalui
vena porta.

b. Fisiologi
Fisiologi Lambung :
1. Mencerna makanan secara mekanikal.
2. Sekresi, yaitu kelenjar dalam mukosa lambung mensekresi 1500 3000
mL gastric juice (cairan lambung) per hari. Komponene utamanya yaitu
mukus, HCL (hydrochloric acid), pensinogen, dan air. Hormon gastrik
yang disekresi langsung masuk kedalam aliran darah.
3. Mencerna makanan secara kimiawi yaitu dimana pertama kali protein
dirobah menjadi polipeptida
4. Absorpsi, secara minimal terjadi dalam lambung yaitu absorpsi air,
alkohol, glukosa, dan beberapa obat.
5. Pencegahan, banyak mikroorganisme dapat dihancurkan dalam lambung
oleh HCL.
6.

Mengontrol aliran chyme (makanan yang sudah dicerna dalam lambung)


kedalam duodenum. Pada saat chyme siap masuk kedalam duodenum,
akan terjadi peristaltik yang lambat yang berjalan dari fundus ke pylorus.

2.3 Etiologi flatulens


Pertama dari udara yang tertelan yang disebut sebagai aerophagia. Ini
terjadi karena udara terjebak saat aktifitas menelan saat makan atau minum yang
terburu-buru, mengunyah permen karet, merokok, minum minuman bersoda dan

beralkohol, atau saat kejadian nafas yang memburu. Aerophagia ini akan
dikeluarkan kembali dengan cara sendawa, namun sisanya akan ikut saluran
pencernaan sampai dengan menjadi gas buang. Komposisi aerophagia terdiri dari
nitrogen, oksigen dan karbon dioksida.
Kedua adalah dari meningkatnya produksi gas dalam pencernaan
karena hasil kerja bakteri di usus besar yang memproses makanan tidak tercerna
sempurna pada usus halus. Ada sebanyak 30-150 gram makanan yang belum
tercerna sempurna pada usus halus sudah masuk ke usus besar setiap harinya yang
sebagian besar adalah karbohidrat. Sehingga makin tinggi konsumsi karbohidrat
kita, akan semakin besar kemungkinan tingginya produksi gas dalam usus besar.
Ini dapat terjadi karena adanya kekurangan enzim-enzim pencernaan. Komposisi
gas karena penyebab kedua ini terdiri dari carbon monoksida, hydrogen, methane,
dan sulfur. Makanan yang dapat membuat tingginya produksi gas buang pada
seseorang belum tentu menghasilkan jumlah gas yang sama untuk orang lain. Ini
disebabkan karena ada dua jenis bakteri di mana bakteri kedua dapat
mengeliminasi hydrogen yang dihasilkan oleh bakteri pertama. Perbedaan jumlah
bakteri ini dalam pencernaan menyebabkan produksi gas buang tidak sama di
setiap orang

2.4 Patofisiologi
Udara adalah gas yang dapat tertelan bersama makanan.Menelan sedikit
udara adalah normal; tetapi secara tidak sadar, beberapa orang menelan udara
dalam jumlah banyak, terutama bila terjadi kecemasan.
Sebagian besar udara yang masuk kemudian dikeluarkan lagi melalui
sendawa.Sehingga hanya sebagian kecil saja yang melewati lambung menuju ke
saluran pencernaan berikutnya.Masuknya sejumlah besar udara menyebabkan

seseorang

merasa

penuh

dan

orang

tersebut

akan

bersendawa

atau

mengeluarkannya melalui anus (kentut).


Gas-gas yang lain juga dihasilkan di dalam saluran pencernaan:
1. Hidrogen, metan dan karbon dioksida berasal dari metabolisme makanan
oleh bakteri dalam usus, terutama setelah makan makanan tertentu seperti
kacang dan kol.
2. Kekurangan enzim pemecah gula tertentu, juga cenderung menghasilkan
gas jika penderita memakan makanan yang mengandung gula tersebut.
3. Kekurangan laktase, sariawan tropikal dan insufisiensi pankreas juga dapat
menyebabkan produksi gas yang berlebihan.
Tubuh akan mengeluarkan gas tersebut melalui :

Sendawa

Penyerapan gas melalui dinding saluran pencernaan ke dalam darah dan


mengeluarkannya melalui paru-paru

Anus (kentut).

Bakteri-bakteri pada saluran pencernaan juga ikut memetabolisme beberapa gas.

pathway
makanan minuman

alcohol ,merokok

Aerophagia

Gas nitrogen,oksigen

karbohidrat

Dan karbondioksia
bakteri

flatulen

nyeri

nutrisi kurang

cemas

2.5 Manifestasi klinis

Flatulensi biasanya menyebabkan nyeri perut, kembung, sendawa dan


banyak kentut.Tetapi hubungan antara flatulensi dan beberapa gejala ini tidak
diketahui.
Beberapa orang tampaknya peka terhadap pengaruh gas dalam saluran
pencernaan, sedangkan yang lainnya bisa mentolerir sejumlah besar gas tanpa
menimbulkan gajala-gejala.Flatulen bisa menyebabkan sendawa yang berulangulang.Dalam keadaan normal, pengeluaran gas melalui anus terjadi lebih dari 10
kali dalam sehari, pada flatulensi, pengeluaran gas lebih sering terjadi.Bayi

10

dengan kram perut kadang-kadang mengeluarkan gas dalam jumlah yang


berlebihan.

2.6 Penatalaksanaan
a. pelaksanaan keperawatan
1. Mencari makanan penyebab dengan cara merubah jenis makanan yang
dikonsumsi sambil mengamati jumlah flatulensi yang terjadi. Bila sudah
ketahuan, maka berusaha untuk menghindari makan tersebut.
2. Mengkonsumsi pro dan prebiotic untuk mengontrol jumlah bakteri
pembusuk dalam usus.
3. Mengkonsumsi suplemen enzim pencernaan untuk mengatasi kekurangan
enzim.
b. Pelaksaan medis
1. Bila penyebabnya infeksi atau terlalu tingginya jumlah bakteri dalam usus,
maka dokter akan memberikan antibiotik.
2. Bila penyebabnya karena konstipasi, maka dokter akan memberikan anti
konstipasi untuk memperlancar proses peristaltik.
3. Memberikan enzim khusus yang terkait dengan jenis makanan yang
dikonsumsi. Contohnya Baeno enzyme bila makan kacang terlalu banyak.
4. Memberikan antacid untuk mengurangi produksi gas dalam lambung.
5. Memberikan metoclopramide yang juga dapat berefek mengurangi
produksi gas dalam lambung.

11

6. Bila keluhannya ada di bau yang sangat menyengat, dapat dieliminasi


dengan mengkonsumsi karbon aktif. Diberikan sebelum dan sesudah
makan.

Pencegahan Flatulensi
1. Tidak makan dan minum terlalu cepat atau tergesa-gesa.
2. Memperbaiki pola makan dan jenis makanan yang dimakan.
3. Menghindari makan kekenyangan.
4. Mengatasi penyakit yang dapat menjadi penyebab flatulensi.
5. Menjaga kesehatan pencernaan dangan suplemen pre dan pro biotik dan
suplemen enzim pencernaan.

12

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
Asuhan keperawatan adalah metode asuham keperawatan yang ilmiah,
sistematis, dinamis dan terus-menerus serta berkesinambungan dalam rangka
pemecahan masalah kesehatan pasien atau klien, dimulai dari pengkajian
(pengumpulan data, analisa data dan penentuan masalah), diagnosa keperawatan,
perencanaan tindakan keperawatan, pelaksanaan, dan penilaian tindakan
keperawatan (Zaidin Ali, 2003).
3.2.1

Pengkajian

Pengkajian adalah pendekatan sistematis untuk mengumpulkan data dan


menganalisanya sehingga dapat diketahui masalah dan kebutuhan keperawatan
seorang klien (Zaidin Ali, 2003).
Status kesehatan pada klien dikaji secara komprehensif, akurat dan
sistematis. Informasi yang dikumpulkan selama pengkajian harus dapat dipahami
dan didiskusikan dengan anggota tim, keluarga, dan pemberi pelayanan
interdisiplin.
1. Identitas
Hal-hal yang perlu di kaji dalam identitas klien mencakup nama, umur,
jenis kelamin, suku bangsa, agama, pendidikan, pekerjaan, status, alamat, tanggal

13

masuk rumah sakit, cara masuk Rumah Sakit, nomor medical record, diagnosa
masuk Rumah Sakit.
Identitas penanggung jawab mencakup nama, umur, jenis kelamin, suku
bangsa, agama, pendidikan, pekerjaan, status, alamat, hubungan dengan klien.

2. Riwayat Kesehatan

Keluhan utama
Hal yang sering menjadi alasan klien untuk meminta pertolongan
kesehatan biasanya berhubungan dengan nyeri perut, kembung,
sendawa dan banyak kentut

Riwayat penyakit sekarang


Kaji adanya keluhan nyeri perut, mual, muntah, dengan pendekatan
PQRST.

Riwayat penyakit dahulu


Kaji adanya riwayat nyeri perut pada masa sebelumnya.Pengkajian
riwayat ini dapat mendukung pengkajian dari riwayat penyakit
sekarang dan merupakan data dasar untuk mengkaji lebih jauh dan
untuk memberikan tindakan selanjutnya.

Riwayat penyakit keluarga


Kaji adanya hubungan keluhan flatulensi pada generasi terdahulu.

3. Kebutuhan Bio-Psiko-Sosial-Spiritual Menurut Gordon


14

Dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari, kepustakaannya menggunakan


konseptual Gordon, dimana terdapat 11 komponen meliputi :
a. Nutrisi
Yang perlu dikaji adalah tentang kebiasaan makan minum seharihari, baik itu frekuwensi, pola, porsi, makanan pantanggan atau
adanya riwayat alergi pada obat-obatan tertentu dan bagaimana
kebiasaan makannya apakah ada perubahan atau tidak. Pada klien
dengan flatulens nafsu makan minum, menurun dapat terjadi
gangguan dalam pemenuhan nutrisi
b. Eliminasi
Data tentang eliminasi yang perlu dikaji adalah pola
BAK/BAB sehari-hari, frekuwensi, konsistensi, warna dan
bau serta bagaimana keadaan klien.
c. Aktivitas dan Istirahat
Perlu dikaji kebiasaan tidur dan istirahat klien dan hal-hal
yang dirasakan yang dapat mengganggu istirahat dan tidur
klien, klien dengan flatulen kemungkinan akan terganggu pola
istirahat dan tidurnya bila merasa, cemas dan sebagainya.
d. Personal Hygiene

15

Kebiasaan klien dengan pemeliharaan dan perawatan pesonal


hygiene yang perlu dikaji adalah apakah klien memenuhi
kebutukan diri sendiri atau dibantu, frekwensi mandi, sikat
gigi, cuci rambut dan ganti pakaian.
e. Pola persepsi dan konsep diri
Menggambarkan sikap tentang diri sendiri dan persepsi
terhadap

kemampuan

konsep

diri.

Konsep

diri

menggambarkan gambaran diri, harga diri, peran, identitas


diri. Manusia sebagai sistem terbuka dan mahluk bio-psikososio-kultural-spritual, kecemasan, ketakutan.
f. Rasa aman dan nyaman
Masing-masing individu mempunyai pandangan berbeda
mengenai kenyamanan diri, rasa nyaman dan aman dapat
terganggu bila terjadi nyeri (P:adanya luka, Q:seperti di iris
iris, R:pada perut, S:skala (1-10),T:saat bergerak.).
g. Berkomunikasi dengan orang lain / sosialisasi
Perlu dikaji juga komunikasi klien dengan orang orang
disekitarnya apakah terganggu sosialisasinya dengan orang
lain
h. Pekerjaan / kebutuhan bekerja
16

Dikaji pekerjaan apa saja yang selalu dilakukan oleh klien dan
apakah pekerjaannya bersifat ringan, sedang atau berat.
i. Kebutuhan spiritual / beribadah
Kebiasaan dalam melaksanakan dan menjalankan ibadah
sesuai dengan kepercayaannya. Apakah klien orang yang
religius bagaimana dampak penyakit terhadap kebiasaan
menjalankan ibadah dan penerimaan serta penyerahan diri
kepada Tuhan Yang Maha Esa.
j. Pola seksual dan reproduksi
Menggambarkan kepuasan/masalah terhadap seksualitas klien
apakah mengalami gangguan atau tidak.
k. Pola sensori dan kognitif
Menjelaskan persepsi sensori dan kogntif. Pola persepsi
sensori

meliputi

pengkajian

penglihatan,

pendengaran,

perasaan, dan pembauan.


4. Pemeriksaan
a. Pemeriksaan Fisik
1) Status Kesehatan umum

17

Perlu dikaji keadaan kesehatan umum klien dengan


flatulensi
2) Kesadaran
Kesadaran biasanya kompos mentis,
3) Tanda -tanda vital
Pada pemeriksaan Vital sign perlu pada klien dengan
flatulensi karena harus diketahui tekanan darah, suhu,
nadi, dan respirasi dalam batas normal atau tidak.
b. Pemeriksaan head to toe
Adalah peninjauan dari ujung rambut sampai ujung kaki
pada setiap sistim tubuh yang memberikan imformasi
obyektif tentang klien untuk membuat penilaian klinis
(Doengoes, Marilyn. 2000).
Adapun pmeriksaan heat to toes pada klien flatulens
adalah sebagai berikut:
1) Kepala
Inspeksi: biasanya pada pemeriksaan kepala secara secara
inspeksi kepala tampak simetris atau tidak, pemeriksaan
pada warna rambut hitam atau tidak.
18

Palpasi :apakah tampak ada benjolan atau tidak


2) Mata
Inspeksi :

apakah tampak anemis atau tidak,


bentuknya simetris atau tidak.

Palpasi:

apakah ada nyeri tekan atau tidak dan


terdapat benjolan atau tidak.

3) Hidung
Inspeksi:

apakah terjadinya penumpukan secret, dan


terjadinya polip.

Palpasi:

apakah ada benjolan atau tidak.

4) Telinga
Inspeksi:

tampak adanya serumen atau tidak, bentuk


telinga simetris atau tidak.

Palapasi:

apakah terdapat nyeri tekan atau tidak

5) Mulut dan Gigi


Inspeksi:

tampak simetris atau tidak simetris, bibir


tampak kering atu lembab, gigi bersih atau

19

kotor, tidak terdapat peradangan atau


terjadinya peradangan.
Palpasi:

apakah terdapat massa pada bibir atau tidak.

6) Leher
Inspeksi:

apakah tampak simetris atau tidak, tidak


terdapat pembesaran vena jugularis atau
terjadinya pembesaran vena jugularis dan
pembesaran kelenjar tiroid.

Palpasi:

apakah terdapat nyeri tekan dan terdapat


benjolan .

7) Thorak
Inspeksi:

apakah tampak simetris atau tidak, tidak


ada tarikan dinding dada.

Palpasi:

apakah terdapat pembengkakan dan nyeri


tekan.

Perkusi:

apakah tidak terdapat penumpukan cairan


pleura atau tidak.

Auskultasi: apakah terdapat takikardi atau tidak.

20

8) Abdomen
Inspeksi:

perut tampak buncit pada pasien flatulens

Palpasi:

apakah adanya nyeri tekan, dan nyeri lepas, ,


karena pada flatulens akan mengalami
gangguan dalam pemeriksaan abdomen.

Perkusi:

apakah terdapat cairan dan massa pada


abdomen.. (Sylvia, 2005).

3.2.2 Diagnosa Keperawatan


Diagnosa keperawatan adalah penelitian klinik tentang respon individu,
keluarga komunikasi terhadap masalah kesehatan / proses kehidupan actual
dan potensial. Diagnosa keperawatan memberikan dasar untuk pemilihan
intervensi keperawatan untuk mencapai hasil yang merupakan tanggung
jawab perawat. (Nanda, 2006).Berikut ini adalah diagnosa dari klien dengan
flatulens :

A. Nyeri abdomen berhubungan dengan ketidak nyamanan pada


lambung klien.
B. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan rasa tidak enak
C.

setelah makan,
Kecemasan berhubungan dengan perubahan status kesehatannya.

3.2.3 Intervensi

21

Rencana

keperawatan

adalah

tindakan

keperawatan

yang

akan

dilaksanakan untuk menngulangi masalah keperawatan yang telah ditentukan


dengan tujuan.
A. Nyeri abdomen berhubungan dengan ketidaknyamanan pada lambung klien.
Tujuan : Terjadinya penurunan atau hilangnya rasa nyeri, dengan kriteria klien
melaporkan terjadinya penurunan atau hilangnya ras nyeri
No.
1.

INTERVENSI
Kaji tingkat nyeri, beratnya (skala 0 10)

RASIONAL
Berguna dalam pengawasan
kefektifan obat, kemajuan
penyembuhan

2.

Berikan istirahat dengan posisi

Dengan posisi semi-fowler dapat

semifowler

menghilangkan tegangan abdomen


yang bertambah dengan posisi
telentang

3.

- Anjurkan klien untuk menghindari

mencegah terjadinya perih pada ulu

makanan yang dapat meningkatkan kerja

hati/epigastrium

asam lambung
- Anjurkan klien untuk tetap mengatur
waktu makannya
4.

Observasi TTV tiap 24 jam

sebagai indikator untuk melanjutkan


intervensi berikutnya

22

B. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan rasa tidak enak setelah
makan,.
Tujuan : Menunjukkan peningkatan berat badan mencapai rentang yang
diharapkan individu, dengan kriteria menyatakan pemahaman kebutuhan nutrisi

No.
1.

INTERVENSI
Timbang BB klien

RASIONAL
Membantu menentukan
keseimbangan cairan yang tepat

2.

Berikan makanan sedikit tapi sering

meminimalkan anoreksia, dan


mengurangi iritasi gaster

3.

Catat status nutrisi paasien: turgor kulit,

Berguna dalam mendefinisikan

timbang berat badan, integritas mukosa

derajat masalah dan intervensi yang

mulut, kemampuan menelan, adanya

tepat Berguna dalam pengawasan

bising usus, riwayat mual/rnuntah atau

kefektifan obat, kemajuan

diare.

penyembuhan

23

C. Kecemasan berhubungan dengan perubahan status kesehatannya


Tujuan : Mendemonstrasikan koping yang positif dan mengungkapkan
penurunan kecemasan, dengan kriteria menyatakan pemahaman tentang
penyakitnya

No.
1.

INTERVENSI
Kaji tingkat kecemasan

RASIONAL
Mengetahui sejauh mana tingkat
kecemasan yang dirasakan oleh klien
sehingga memudahkan dlam
tindakan selanjutnya

2.

Berikan dorongan dan berikan waktu

Klien merasa ada yang

untuk mengungkapkan pikiran dan

memperhatikan sehingga klien

dengarkan semua keluhannya

merasa aman dalam segala hal


tundakan yang diberikan

3.

Jelaskan semua prosedur dan

Klien memahami dan mengerti

pengobatan

tentang prosedur sehingga mau

24

bekejasama dalam perawatannya.

4.

Berikan dorongan spiritual

Bahwa segala tindakan yang


diberikan untuk proses
penyembuhan penyakitnya, masih
ada yang berkuasa
menyembuhkannya yaitu Tuhan
Yang Maha Esa.

3.2.4. Implementasi
Pelaksanaan merupakan tindakan yang sudah direncanakan dalam
rencana keperawatan. Tindakan keperawatan mencakup tindakan mandiri
(independen) dan tindakan kolaborasi. Agar lebih jelas dan akurat dalam
melakukan implementasi diperlukan perencanaan keperawatan yang
spesifik dan operasional (Tarwoto dan Wartonah, 2006)

3.2.5 Evaluasi
Tahap evaluasi dalam proses keperawatan mencakup pencapaian terhadap
tujuan apakah masalah teratasi atau tidak, dan apabila tidak berhasil perlu dikaji,

25

direncanakan dan dilaksanakan dalam jangka waktu panjang dan pendek


tergantung respon dalam keefektifan intervensi

BAB IV
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN

26

Flatulensi yang merupakan suatu gangguan yang terjadi di dalam sistem


pencernaan makanan dalam tubuh manusia yang diakibatkan karena adanya
peningkatan jumlah gas atau udara yang ada dalam saluran pencernaan. Tindakan
pada flatulensi yaitu dengan menggunakan rectal tube.

3.2 SARAN
Kepada kita semua selaku mahasiswa keperawatan dan tentunya
merupakan calon perawat masa depan agar siap dalam melakukan hal apa saja
yang berkaitan dengan tindakan keperawatan, termasuk melakukan rectal tube
terhadap klien yang membutuhkan. Untuk itu kita sebagai mahasiswa
keperawatan, harus tau apa tindakan yang kita lakukan dalam menangani pasien
dengan masalah eliminasi, salah satunya adalah flatulens..

27

DAFTAR PUSTAKA

Suratun dan lusianah.2010. Asuhan keperawatan klien gangguan sistem


gastrointestinal.Jakarta : Trans info media,2010

Sylvia A, price.2005. Patofisiologi Konsep Klinis Proses Proses Penyakit.


Edisi 2 jakarta: EGC.
Tarwoto dan Wartonah, (2006),Kebutuhan Dasar Manusia Dan Proses
Keperawatan, Edisi:3, Salemba Medika, Jakarta

Dongoes. Marilyn. E.dkk 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman


Untuk Perencanaan Pendokumentasian Perawatan Klien. Jakarta :
Penerbit Buku Kedokteran EGC.

28

Anda mungkin juga menyukai