Anda di halaman 1dari 8

KONSEP CAPPING DAY

DISUSUN OLEH KELOMPOK IV:

1. Monika pasaribu 1902022


2. Nadia hasibuan 1902023
3. Pernando tumanggor 1902024
4. Putri manullang 1902025
5. Rosanty simamora 1902029

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KESEHATAN BARU PRODI D III

KEPERAWATAN JALAN BUKIT INSPIRASI SIPALAKKI

KECAMATAN DOLOKSANGGULKABUPATEN

HUMBANG HASUNDUTAN

T.A 2020/2021

CAPPING DAY
A. Defenisi Capping day
Capping Day adalah Hari Pemasangan Cap/ Topi Perawat kepada seluruh
mahasiswa tingkat I yang menyelesaikan studi semester I dan akan menempuh studi di
semester II sebagai simbol bahwa para mahasiswa & mahasiswi Akademi Keperawatan
Adi Husada telah siap praktek lapangan ke Rumah Sakit dan Puskesmas, setelah
mendapatkan materi dan teori serta praktek di laboratorium keperawatan di semester I.
Capping Day merupakan langkah awal bagi para calon perawat untuk dapat bekerja
melayani pasien penuh dengan cinta kasih seperti yang diajarkan oleh Tokoh Perawat
"Florence Nigthangle".
Capping Day atau ucap janji mahasiswa merupakan tahapan awal yang harus
dilalui oleh setiap mahasiswa keperawatan dan kebidanan sebelum mahasiswa memasuki
dunia profesi untuk melakukan praktek di klinik di rumah sakit atau layanan kesehatan
lain.
Capping Day merupakan suatu seremonial yang dilakukan oleh mahasiswa
tingkat satu yang telah menjalani perkuliahan selama kurang lebih satu semester. Saat
Capping day mereka akan mengucapkan janji mahasiswa, lalu secara simbolis diberi pin
dan kap (diperuntukkan khusus wanita-red) serta peresmian penggunaan seragam
perawat.
Dalam rangkaian acara tersebut, para calon tenaga perawat profesional ini juga
diajak untuk mengenang kembali tokoh perawat internasional asal Italia, Florence
Nightingale. Tujuannya agar para mahasiswa tidak hanya mengikuti perkembangan dunia
kesehatan pada zaman sekarang, namun juga mengenal tokoh pejuang kese-hatan dari
Italia tersebut.

B. Florence Nightingale
a. Sejarah Florence Nightingale “Lady With The Lamp”

Florence Nightingale yang dikenal juga dengan sebutan "Lady with the lamp"
atau Bidadari berlampu merupakan salah satu tokoh keperawatan dunia ia juga sebagai
pelopor keperawatan modern, penulis dan ahli statistik.
FLORENCE Nightingale adalah wanita berkebangsaan Inggris yang lahir di
Firenze, Italia pada tanggal 12 Mei 1820. Ia lahir dan tumbuh dalam keluarga yang
berada dan terpandang di London. Nama depannya, Florence merujuk kepada kota
kelahirannya, Firenze dalam bahasa Italia atau Florence dalam bahasa Inggris. Saat kecil
ia tinggal di Lea Hurst, Derbyshire, London. Ayahnya, William Nightingale seorang tuan
tanah, dan ibunya adalah keturunan ningrat.

Pada zaman itu, seorang wanita ningrat, kaya, dan berpendidikan aktivitasnya
cenderung glamour dan malas. Namun Florence remaja tidak begitu, meski ia seorang
putri tuan tanah yang kaya raya, justru ia lebih senang keluar rumah dan membantu
warga sekitar yang membutuhkan.

Hingga pada usia ke 26 ia mengunjungi Kaiserswerth, Jerman, dan mengenal


lebih jauh tentang rumah sakit modern pionir yang dipelopori oleh Pendeta Theodor
Fliedner dan istrinya dan dikelola oleh biarawati Lutheran. Disinilah titik balik hidupnya,
ia mulai jatuh cinta dengan kegiatan sosial keperawatan karen terpesona dengan
komitmen yang ia lihat pada perawat yang masa itu masih dipandang sebelah mata oleh
masyarakat. Akhirnya, meski ditentang keluarga ia memberanikan diri untuk mengikuti
pelatihan di RS Kaiserswerth Jerman.

Lalu pada 12 Agustus 1853, Folrence kembali ke Inggris dan mendapat pekerjaan
sebagai pengawas bagian keperawatan di Institute for the Care of Sick Gentlewomen,
sebuah rumah sakit kecil yang terletak di Upper Harley Street, London, posisi yang ia
tekuni hingga bulan Oktober 1854. Tahun Setahun setelah kembalinya ia ke Inggris,
berkobarlah peperangan di Semenanjung Krimea. Tentara Inggris bersama tentara
Perancis berhadapan dengan tentara Rusia. Banyak prajurit yang gugur dalam
pertempuran, namun yang lebih menyedihkan lagi adalah tidak adanya perawatan untuk
para prajurit yang sakit dan luka-luka. Sampai akhirnya wartawan harian TIME menulis
tulisan bertajuk “Apakah Inggris tidak memiliki wanita yang mau mengabdikan dirinya
dalam melakukan pekerjaan kemanusiaan yang mulia ini?”.

Florence memutuskan secepatnya berangkat ke krimea untuk membantu tentara-


tentara Inggris, dengan menggunakan pengaruh politiknya sebagai wanita bangsawan,
Florence dan teman-teman sejawatnya dengan mudah mendapatkan izin untuk berangkat
ke Krimea. Sesampainya disana Florence melihat bahwa penyakit dan tingginya angka
kematian tentara Inggris adalah karena higienitas yang buruk, karena itu Florence
menginstruksikan agar barak tentara dan bangsal rumah sakit harus benar-benar
dibersihkan, sinar matahari dan udara segar juga harus dapat masuk. Dalam hitungan
bulan, angka kematian tentara Inggris menurun drastis. Florence adalah pencetus
higienitas dan sterilitas di rumah sakit dan metodenya ini sampai sekarang masih dipakai
oleh rumah sakit diseluruh dunia.

Florence Nightingale mendokumentasikan hasil dari perawatannya selama perang


Krimea dan menggunakannya sebagai dasar untuk intervensi selanjutnya (Woodham-
Smith, 1951). Melalui pekerjaannya ini, Florence Nightingale telah meletakkan dasar dari
praktik berbasis bukti modern (modern evidence-based practice). Sekembalinya Florence
ke Inggris, dia dielu-elukan bak pahlawan dan sebagai balasan atas pekerjaannya yang
baik, masyarakat Inggris mengumpulkan dana dan memberikan sejumlah uang kepada
Florence yang akhirnya digunakan untuk membangun Sekolah Keperawatan Nightingale
(Nightingale School of Nursing) di RS St, Thomas, London.

b. Alasan Florence Nightingale dikaitkan Dengan Capping Day


Dari sejarah Florence Nightingale dapat disimpulkan bahwa Berkat perjuangan
dan kegigihannya dalam dunia keperawatan, ia dianugrahi gelar pahlawan oleh kerjaan
Inggris. Bahkan, banyak sekolah keperawatan di dunia yang masih menceritakan kisah
hidup Florence saat upacara Capping Day setiap tahunnya.
Untuk itu alasan Florence Nightingale selalu dikaitkan saat capping day adalah karena
beliau merupakan pelopor ahli teori pertama dalam bidang keperawatan yang sangat
berjasa.

C. Makna Baju Putih, Pemasangan Pin dan Cap Saat Capping Day
a. Kenapa Perawat harus berbaju Putih?

Sejarah keperawatan mulai berubah saat Florence Nightingale mendirikan sekolah


perawat. Para perawat ini pun memiliki seragam yang berbeda untuk memisahkan mereka
dari umum wanita lainya, yang membantu pihak militer atau rumah sakit.  Pada
pergantian abad, baju perawat lebih dibedakan lagi, dengan tetap mengenakan topi dan
celemek. Pada awal perang dunia pertama, fungsi seragam menjadi yang paling penting.
Karena itu desain seragam lebih efisien dan fungsional, namun tetap feminim, salah
satunya dengan menghilangkan celemek. Sedangkan rok dan tangan menjadi lebih
pendek untuk memudahkan mobilitas. Pasca perang dunia pertama, desain seragam
perawat mulai mengikuti tren fashion saat itu. Pasalnya, profesi keperawatan semakin
populer di kalangan perempuan zaman itu. Mulai 1950-an, topi mulai ditinggalkan,
bahkan di akhir 1970-an, topi hampir tidak dipakai lagi dalam seragam perawat di
Amerika Serikat. Digantikan semacan topi lipat mirip mahkota. Kala itu, seragam
perawat mulai terlihat lebih seperti pakaian biasa, dan dalam beberapa kasus seperti
mantel dokter. Yang membedakan antara perawat, dokter, dan staf, hanya dilambangkan
dengan aksesori dan nametags.

Dewasa ini perawat banyak yang telah meninggalkan model gaun dengan topi
putih di kepala. Desain seragam perawat berubah seiring dengan perkembangan zaman
dan perkembangan dunia fashion. Namun banyak dari sekian banyak perubahan, mereka
pada umumnya mempertahankan warna putih sebagai warna seragam perawat. Lantas
mengapa sih harus warna putih?

Berikut alasan seragam perawat pada umumnya berwarna putih :

1. Warna putih melambangkan perawat yang selalu menjaga kebersihan

Warna putih melambangkan kebersihan, kemurnian dan kesucian. Jadi, Baju putih
yang biasa digunakan oleh perawat melambangkan kemurnian, kesucian dan spiritualitas
serta kedewasaan yang harus ada di jiwa seorang perawat. Warna putih yang
melambangkan kebersihan diharapkan para perawat selalu menjaga kebersian pada
dirinya sendiri. Perawat diharapkan untuk selalu menanamkan kepribadian yang bersih,
steril dan bebas dari kuman.
2. Warna putih sebagai simbol ketenangan

Warna putih selalu melambang hal-hal yang positif.  Sebagian masyarakat


memiliki persepsi bahwa warna putih merupakan tanda ketenangan dalam jiwa. Seorang
perawat diwajibkan untuk memiliki ketenangan dalam menjalankan pekerjaanya.

3. Warna putih melambangkan kekuaran dahsyat yang tersamar

Putih adalah perlambang kesucian, kemuliaan dan keikhlasan tetapi di balik itu
terdapat potensi kekuatan dahsyat yang tersamar.  Sebagai seorang perawat identik
dengan sifat yang lembut dan penuh kasih. Namun dibalik kelembutan tersebut
diharapkan adanya kekuatan besar dalam menghadapi berbagai situasi dan kondisi yang
tak terduga. Diperlukan kekuatan dan ketabahan yang besar untuk mengerti dan
memahami situasi serta mengambil tindakan untuk mengatasi segala situasi tersebut.

4. Perawat diharapkan memiliki sifat – sifat putih

Selayaknya bayi yang baru dilahirkan dianalogikan laksana kertas putih kosong
tanpa catatan dosa. Hati yang seputih kapas digambarkan sebagai bersihnya hasrat.
Harapan supaya sifat-sifat si putih mengalir di setiap denyut nadi perawat
dimanifestasikan dengan mengharuskan setiap perawat berseragam putih saat bekerja.
Dengan tujuan agar setiap perawat memiliki ketulusan saat merawat pasien. Dengan
seragam putih, setiap perawat diingatkan untuk memainkan peran yang selalu sama yaitu
secara hakikat selalu bertujuan meringankan penderitaan pasiennya.

Telah disebutkan bagaimana warna putih diartikan, dari uraian penjelasan –


penjelasan diatas. Tinggi harapan agar perawat yang mengenakan pakaian putih untuk
mengingat bahwa perawat bukan hanya sebuah profesi, namun sebuah pengabdian dan
tulus dan ikhlas. Seorang perawat yang profesional harus berdedikasi tinggi dan ikhlas
dalam melakukan pekerjaannya yang sebagian besar berinteraksi dengan pasien.
b. Makna Pin yang dipasang saat Capping Day
Pin keperawatan adalah semacam lencana, biasanya terbuat dari besi, berwarna
emas, perak atau hitam. Pin keperawatan dipakai oleh perawatan sebagai tanda dari
institusi mana mereka menempuh pendidikan. Untuk mahasiswa, pin akan diberikan pada
saat capping day, yang secara simbolis menyambut kedatangan mereka didalam profesi
keperawatan.
Pin itu dipakai karena kaum kesatria hospitaller juga menggunakanya. Kesatria
hospitaller atau ksatria dar kepulauan Malta, Italia adalah pionir dan penggagas
perawatan penyakit serta contributor yang meletakkan dasar dari standar rumah sakit,
para ksatria ini menggunakan lencana berupa symbol Maltese Cross.
Maltese Cross ini kemudia menjadi symbol bagi banyak korps perawat, bukan
Florence Nightingale sendidi menggunakan maltese cross sebaga symbol untuk
digunakan oleh lulusan pertama dari sekolah keperawatanya yang berbasis di Inggris.
Setelah keperawatan akhirnya berkembang menjadi sebuah profesi yang diakui
keberadaanya, setiap sekolah membuat simbolnya sendiri, dan tercapailah pin-pin unik,
dengan tujuan menggambarkan siri khas dari institusi masing-masing.
c. Makna Cap yang dipasang saat Capping Day
Kap keperawatan adalah bagian dari seragam perawat, sudah dipakai sejak awal
mula profesi perawat. Bagi mahasiswa keperawatan, kap dipasang saat capping day
(perawat laki-laki tidak menggunakan kap).
 Pemasangan Cap merupakan sesuatu yang wajib dan merupakan symbol atau
awal sebuah pelayanan. Pelayanan keperawatan yang harus mengikuti jejak Florence
Nightingale dimana dalam melakukan pelayanan begitu total dengan semangat kasih
dan kepedulian yang luar biasa dan tanpa pamrih merawat orang yang sakit,  juga
pelayanan keperawatan yang senantiasa membawa ketentraman bagi sesama yang
membutuhkan pertolongan.
Awal mula penggunaan kap oleh perawat masih belum jelas. Banyak penjelasan
dari asal mula kap, kemungkinan pertama kali digunakan ketika profesi keperawatan
sangat dipengaruhi oleh agama, yang mana suster-suster biarawati semuanya
menggunakan pebutu kepala. Berapa pendapat lain menyatakan bahwa ketika masa
Florence Nightingale hidup, semua perempuan menggunakan penutup kepala. Dugaan
terakhir adalah, kap pada awalnya didesain untuk mengontrol rambut panjang perempuan,
(pada akhir abad ke-19, perempuan tidak diijinkan berambut pendek).
Saat ini peran perawat mulai berubah dan kemajuan teknilogi sangat
mempengaruhi lingkungan kerja di rumah sakit, kap menjadi tidak relevan lagi dengan
pekerjaan perawat dan mulai banyak rumah sakit yang tidak menyertakan kap sebagai
bagian dari seragam perawat.

Anda mungkin juga menyukai