DOKUMENTASI KEPERAWATAN II
Penulis
Endang Zulaicha Susilaningsih
DIPLOMA KEPERAWATAN
STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA
TAHUN 2018
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan berkah,
pertolongan dan karuniaNya modul praktikum ini dapat diselesaikan dan
diterbitkan.
Saat ini Anda sedang mempelajari Modul Ajar Dokumentasi Keperawatan II.
Mata Kuliah Dokumentasi Keperawatan ini mempunyai bobot kredit 3 sks yang
dikemas dalam 4 modul meliputi Modul Ajar Dokumentasi Keperawatan 1,
Modul Ajar Dokumentasi Keperawatan 2. Mata Kuliah ini menjelaskan tentang
konsep-konsep dan panduan bagaimana mendokumentasikan asuhan keperawata
secara tepat, sesuai dengan proses keperawatan yaitu: pengkajian, penegakan
diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi dan evaluasi keperawatan.
Modul mata kuliah Dokumentasi Keperawatan ini terdiri dari dua modul, yaitu:
1. Modul Ajar Dokumentasi Keperawatan 1
2. Modul Ajar Dokumentasi Keperawatan 2
Setelah mempelajari modul pada mata kuliah Dokumentasi Keperawatan,
mahasiswa diharapkan mampu memahami tentang cara dokumentasi yang tepat
sesuai dengan kaidah SDKI, SLKI, dan SIKI.
Untuk memudahkan Anda mengikuti proses pembelajaran dalam modul ini, maka
silahkan Anda mengikuti langkah-langkah belajar sebagai berikut:
1. Pelajari secara berurutan Modul Ajar Dokumentasi Keperawatan 1 dan 2
2. Bacalah dengan teliti setiap materi yang disampaikan dalam setiap kegiatan
belajar.
3. Buatlah ringkasan dari materi yang dibahas untuk memudahkan Anda
mengingat.
4. Apabila Anda mengalami kesulitan maka diskusikan dengan teman Anda dan
konsultasikan kepada fasilitator.
5. Keberhasilan proses belajar Anda dalam mempelajari materi dalam modul ini
tergantung dari ketelitian dan kesungguhan Anda dalam belajar.
6. Rutinlah belajar dan berlatih baik secara mandiri maupun berkelompok
dengan teman sejawat Anda.
Penulis berharap Anda dapat mengikuti keseluruhan modul dan kegiatan belajar
dalam modul ini dengan baik.
MODUL 2
DOKUMENTASI KEPERAWATAN: PENGKAJIAN, DIAGNOSIS
KEPERAWATAN, INTERVENSI, IMPLEMENTASI DAN EVALUASI.
Saat ini Anda sedang mempelajari Modul Dokumentasi Keperawatan II. Modul
ini akan membahas tentang bagaimana melakukan dokumentasi keperawatan,
dimulai dengan pengkajian, menegakkan diagnosis keperawatan, intervensi,
implementasi dan evaluasi menggunakan sumber-sumber yang direkomendasikan,
yaitu: SDKI, SLKI, dan SIKI.
Fokus pembahasan pada Modul Dokumentasi Keperawatan II ini adalah
bagaimana mahasiswa dapat menuliskan dokumentasi keperawatan secara benar
dan tepat, dari mulai pengkajian, diagnosis keperawatan, intervensi, implementasi,
dan evaluasi keperawatan. Modul ini terdiri dari enam BAB, yaitu sebagai
berikut:
A. BAB I : Aspek Legal dan Dasar–dasar Pendokumentasian Keperawatan
B. BAB II : Dokumentasi Pengkajian Keperawatan
C. BAB III : Dokumentasi Diagnosis Keperawatan
D. BAB IV : Dokumentasi Rencana Tindakan Keperawatan
E. BAB V : Dokumentasi Tindakan Keperawatan
F. BAB VI : Dokumentasi Evaluasi Keperawatan
Adapun hal-hal yang harus Anda persiapkan dalam membaca modul ini adalah:
1. Pelajari secara berurutan Modul Ajar Dokumentasi Keperawatan ini dimulai
dari BAB I sampai BAB VI
2. Bacalah modul secara cermat dan bentuklah kelompok diskusi.
3. Buat ringkasan dari materi yang dibahas untuk memudahkan Anda
mengingat.
4. Kerjakan setiap latihan soal sebagai evaluasi proses pembelajaran untuk
setiap materi yang dibahas dan cocokkan jawaban Anda dengan kunci yang
disediakan pada halaman terakhir modul.
5. Jika Anda mengalami kesulitan diskusikan dengan teman Anda dan
konsultasikan kepada fasilitator
6. Keberhasilan proses pembelajaran Anda dalam memahami materi dalam
modul ini tergantung dari kesungguhan Anda dalam belajar dan mengerjakan
latihan.
Kami berharap Anda dapat memahami isi keseluruhan modul dan bagian
dengan baik.
2
BAB I
ASPEK LEGAL DAN DASAR – DASAR
PENDOKUMENTASIAN
KEPERAWATAN
A. Pendahuluan
Dokumen adalah suatu catatan atau rekaman yang dapat dibuktikan
keabsahannya atau dapat dijadikan bukti dalam persoalan hukum.
Dokumentasi sebagai segala sesuatu yang tertulis atau tercetak tentang suatu
pelaksanaan peristiwa tertentu atau suatu keadaan tertentu dan dapat dijadikan
bukti hukum. Sedangkan pendokumentasian adalah suatu rangkaian proses
“action” dari mencatat atau merekam peristiwa dari suatu objek atau aktifitas
pemberian jasa atau pelayanan yang dianggap berharga dan penting.
B. Tujuan
Dokumentasi keperawatan merupakan dokumen rahasia yang mencatat semua
pelayanan keperawatan klien, catatan tersebut dapat diartikan sebagai suatu
catatan yang mempunyai banyak manfaat dan penggunaan.
1. Tujuan utama
Dokumentasi keperawatan merupakan standar kinerja professional yang
memiliki tujuan utama untuk meningkatkan asuhan keperawatan yang
terkait dengan penjaminan mutu, riset, etika dan kinerja keperawatan.
2. Tujuan khusus
Tujuan khusus pendokumentasian keperawatan adalah untuk:
a. Mengidentifikasi status kesehatan/kebutuhan klien, merencanakan,
melaksanakan dan mengevaluasi tindakan keperawatan
b. Menghindari kesalahan, tumpang tindih dan ketidaklengkapan
informasi dalam asuhan keperawatan
c. Terbinanya koordinasi yang baik dan dinamis antara sesama perawat
atau pihak lain melalui komunikasi tulisan
d. Meningkatkan efisiensi dan efektifitas tenaga keperawatan
e. Terjaminnya kualitas asuhan keperawatan
f. Memberikan perlindungan secara hukum bagi tenaga keperawatan
g. Memberikan data bagi penelitian, penulisan karya ilmiah, dan
penyempurnaan standar asuhan keperawatan
h. Melindungi klien dari tindakan malpraktek.
A. Pendahuluan
Dalam pelaksanaan dokumentasi asuhan keperawatan, perawat harus
mengikuti beberapa tahapan dokumentasi asuhan keperawatan. Asuhan
keperawatan merupakan proses atau rangkaian kegiatan pada praktik
keperawatan yang diberikan secara langsung kepada klien berdasarkan
kaidah-kaidah keperawatan sebagai suatu profesi dengan menggunakan proses
keperawatan yaitu: pengkajian, diagnosis keperawatan, intervensi,
implementasi dan evaluasi.
Kegiatan utama dalam tahap pengkajian ini adalah pengumpulan data,
pengelompokan data, dan analisis data guna perumusan diagnosis
keperawatan. Pengumpulan data merupakan aktivitas perawat dalam
mengumpulkan informasi yang sistemik tentang klien. Pengumpulan data
ditujukan untuk mengidentifikasi dan mendapatkan data yang penting dan
akurat tentang klien (Asmadi, 2008).
B. Dokumentasi Pengkajian
1. Pengertian
Dokumentasi pengkajian merupakan catatan tentang hasil pengkajian yang
dilaksanakan untuk mengumpulkan informasi dari klien, membuat data
dasar tentang klien, dan membuat catatan tentang respons kesehatan klien.
Dengan demikian hasil pengkajian dapat mendukung untuk
mengidentifikasi masalah kesehatan klien dengan baik dan tepat.
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan
suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai
sumber data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan
klien. Pengkajian yang akurat, lengkap, sesuai dengan kenyataan,
kebenaran data sangat penting dalam merumuskan suatu diagnosis
keperawatan dan memberikan pelayanan keperawatan sesuai dengan
respon individu sebagaimana yang telah ditentukan dalam standar praktik
keperawatan dari ANA (American Nurses Association) (Handayaningsih,
2007).
2. Tujuan
Tujuan dari dokumentasi pada intinya untuk mendapatkan data yang cukup
dalam menentukan strategi perawatan.
Tujuan pengkajian adalah mengumpulkan, mengorganisasikan, dan
mencatat data-data yang menjelaskan respon tubuh manusia yang
diakibatkan oleh masalah kesehatan.
Pencatatan pengkajian keperawatan bertujuan (Ali, 2009):
a. Mengidentifikasi kebutuhan unik klien dan respon klien terhadap
masalah/diagnosis keperawatan yang akan mempengaruhi layanan
keperawatan yang akan diberikan.
b. Mengonsolidasikan dan mengorganisasikan informasi yang diperoleh
dari berbagai sumber ke dalam sumber yang bersifat umum sehingga
pola kesehatan klien dapat dievaluasi dan masalahnya dapat
teridentifikasi.
c. Menjamin adanya informasi dasar yang berguna yang memberikan
referensi untuk mengukur perubahan kondisi klien.
d. Mengidentifikasi karakteristik unik dari kondisi klien dan responnya
yang mempengaruhi perencanaan keperawatan dan tindakan
keperawatan, menyajikan data yang cukup bagi kebutuhan klien untuk
tindakan keperawatan.
e. Menjadi dasar bagi pencatatan rencana keperawatan yang efektif.
C. Tipe pengkajian
Terdapat 3 jenis dokumentasi yaitu Initial Assesment, Ongoing Assesment,
dan Re-assesment. Dikenal dua jenis data pada pengkajian yaitu data objektif
dan subjektif. Perawat perlu memahami metode memperoleh data. Dalam
memperoleh data tidak jarang terdapat masalah yang perlu diantisipasi oleh
perawat. Data hasil pengkajian perlu didokumentasikan dengan baik.
D. Metode Pengkajian
Metode utama yang dapat digunakan dalam pengumpulan data adalah
wawancara, observasi, dan pemeriksaan fisik serta diagnostik.
1. Wawancara
Wawancara atau interview merupakan metode pengumpulan data secara
langsung antara perawat dan klien. Data wawancara adalah semua
ungkapan klien, tenaga kesehatan, atau orang lain yang berkepentingan
termasuk keluarga, teman, dan orang terdekat klien.
2. Observasi
Observasi merupakan metode pengumpulan data melalui pengamatan
visual dengan menggunakan panca-indra. Kemampuan melakukan
observasi merupakan keterampilan tingkat tinggi yang memerlukan
banyak latihan. Unsur terpenting dalam observasi adalah mempertahankan
objektivitas penilaian. Mencatat hasil observasi secara khusus tentang apa
yang dilihat, dirasa, didengar, dicium, dan dikecap akan lebih akurat
dibandingkan mencatat interpretasi seseorang tentang hal tersebut.
3. Pemeriksaan
Pemeriksaan adalah proses inspeksi tubuh dan sistem tubuh guna
menentukan ada/tidaknya penyakit yang didasarkan pada hasil
pemeriksaan fisik dan laboratorium. Cara pendekatan sistematis yang
dapat digunakan perawat dalam melakukan pemeriksaan fisik adalah
pemeriksaan dari ujung rambut sampai ujung kaki (head to toe) dan
pendekatan sistem tubuh (review of system).
Pemeriksaan fisik dilakukan dengan menggunakan empat metode, yakni
inspeksi, auskultasi, perkusi, dan palpasi.
a. Inspeksi.
Secara sederhana, inspeksi didefinisikan sebagai kegiatan melihat
atau memperhatikan secara seksama status kesehatan klien.
b. Auskultasi.
Auskultasi adalah langkah pemeriksaan fisik dengan menggunakan
stetoskop yang memungkinkan pemeriksa mendengar bunyi keluar
dari rongga tubuh klien. Auskultasi dilakukan untuk mendapatkan
data tentang kondisi jantung, paru, dan saluran pencernaan.
c. Perkusi.
Perkusi atau periksa ketuk adalah jenis pemeriksaan fisik dengan cara
mengetuk secara pelan jari tengah menggunakan jari yang lain untuk
menentukan posisi, ukuran, dan konsistensi struktur suatu organ
tubuh.
d. Palpasi.
Palpasi atau periksa raba adalah jenis pemeriksaan fisik dengan cara
meraba atau merasakan kulit klien untuk mengetahui struktur yang
ada dibawah kulit.
E. Model Pendokumentasian
Ada beberapa model dokumentasi keperawatan yang dapat dipergunakan
dalam sistem pelayanan kesehatan atau keperawatan antara lain (Hidayat,
2002):
1. Scuere-Oriented Record (catatan berorientasi pada sumber)
Model ini menempatkan catatan atas dasar disiplin orang atau sumber yang
mengelola pencatatan. Bagian penerimaan klien mempunyai lembar isian
tersendiri, dokter menggunakan lembar untuk mencatat instruksi, lembaran
riwayat dan perkembangan penyakit, perawat menggunakan catatan
perkembangan, begitu pula disiplin ilmu lain mempunyai catatan masing-
masing.
2. Problem-Oriented Record (catatan orientasi pada masalah)
Model ini memusatkan data tentang klien, data didokumentasikan dan
disusun menurut masalah klien. Sistem dokumentasi jenis ini
mengintegrasikan semua data mengenai masalah yang dikumpulkan oleh
dokter, perawat atau tenaga kesehatan lain yang terlibat dalam pemberian
layanan kepada klien.
3. Progress-Oriented Record (catatan berorientasi pada perkembangan)
Tiga jenis catatan perkembangan yaitu catatan perawat, lembar alur (flow
sheet) dan catatan pemulangan atau ringkasan rujukan. Ketiga jenis ini
digunakan baik pada sistem dokumentasi yang berorientasi pada sumber
maupun berorientasi pada masalah.
4. Charting-By Exception (CBE)
Charting-By Exception adalah sistem dokumentasi yang hanya mencatat
secara naratif dari hasil atau pemantauan yang menyimpang dari keadaan
normal atau standar.
5. Problem Intervention and Evaluation (PIE)
Sistem pencatatan PIE adalah suatu pendekatan orientasi proses pada
dokumentasi dengan penekanan pada proses keperawatan dan diagnosis
keperawatan.
6. Fokus (Proses Oriented System)
Pencatatan fokus adalah suatu prosesorientasi yang berfokus pada klien.
Hal ini digunakan pada proses keperawatan untuk mengorganisir
dokumentasi asuhan keperawatan. Perubahan yang berdampak terhadap
terhadap dokumentasi keperawatan.
2. Analisa Data
Analisa data merupakan kemampuan kognitif dalam pengembangan daya
berfikir dan penalaran yang dipengaruhi oleh latar belakang ilmu dan
pengetahuan, pengalaman, dan pengertian keperawatan. Dalam melakukan
analisis data, diperlukan kemampuan mengkaitkan data dan
menghubungkan data tersebut dengan konsep, teori dan prinsip yang
relevan untuk membuat kesimpulan dalam menentukan masalah kesehatan
dan keperawatan klien.
a. Fungsi analisa data
Beberapa fungsi analisa data adalah:
1) Dapat menginterpretasi data keperawatan dan kesehatan, sehingga
data yang diperoleh memiliki makna dan arti dalam menentukan
masalah dan kebutuhan klien
2) Sebagai proses pengambilan keputusan dalam menentukan
alternatif pemecahan masalah yang dituangkan dalam rencana
asuhan keperawatan, sebelum melakukan tindakan keperawatan.
b. Pedoman Analisa Data:
Pedoman dalam melakukan analisa data adalah sebagai berikut:
1) Menyusun kategorisasi data secara sistematis dan logis
2) Identifikasi kesenjangan data
3) Menentukan pola alternatif pemecahan masalah
4) Menerapkan teori, model, kerangka kerja, norma dan standart,
dibandingkan dengan data senjang
5) Identifikasi kemampuan dan keadaan yang menunjang asuhan
keperawatan klien
6) Membuat hubungan sebab akibat antara data dengan masalah yang
timbul.
c. Cara analisa data:
Beberapa cara dalam menganalisa data, yaitu:
1) Validasi data, teliti kembali data yang telah terkumpul
2) Mengelompokkan data berdasarkan kebutuhan bio-psiko-sosial dan
spiritual
3) Membandingkan dengan standart
4) Membuat kesimpulan tentang kesenjangan (masalah keperawatan)
yang ditemukan
3. Sistematika/Pengelompokkan data
Pengelompokan data adalah mengelompokan data-data klien atau keadaan
tertentu dimana klien mengalami permasalahan kesehatan atau
keperawatan berdasarkan kriteria permasalahnnya. Setelah data
dikelompokan maka perawat dapat mengidentifikasi masalah klien dan
merumuskannya.
4. Penentuan / Identifikasi Masalah
Masalah klien merupakan keadaan atau situasi dimana klien perlu bantuan
untuk mempertahankan atau meningkatkan status kesehatannya, atau
meninggal dengan damai, yang dapat dilakukan oleh perawat sesuai
dengan kemampuan dan wewenang yang dimilikinya. Identifikasi masalah
klien dibagi menjadi: klien tidak bermasalah, klien yang kemungkinan
mempunyai masalah, klien yang mempunyai masalah potensial sehingga
kemungkinan besar mempunyai masalah dan klien yang mempunyai
masalah aktual.
a. Menentukan kelebihan klien
Apabila klien memenuhi standar kriteria kesehatan, perawat kemudian
menyimpulkan bahwa klien memiliki kelebihan dalam hal tertentu.
Kelebihan tersebut dapat digunakan untuk meningkatkan atau
membantu memecahkan masalah yang klien hadapi.
b. Menentukan masalah klien
Jika klien tidak memenuhi standar kriteria, maka klien tersebut
mengalami keterbatasan dalam aspek kesehatannya dan memerlukan
pertolongan.
c. Menentukan masalah yang pernah dialami oleh klien
Pada tahap ini, penting untuk menentukan masalah potensial klien.
Misalnya ditemukan adanya tanda-tanda infeksi pada luka klien,
tetapi dari hasil test laboratorium, tidak menunjukkan adanya suatu
kelainan. Sesuai dengan teori, maka akan timbul adanya infeksi.
Perawat kemudian menyimpulkan bahwa daya tahan tubuh klien tidak
mampu melawan infeksi.
d. Penentuan keputusan
Tahapan yang keempat dari penentuan/identifikasi masalah adalah
penentuan keputusan. Penentuan keputusan akan dibagi dalam beberapa
aspek yang dipilih, yaitu:
1) Tidak ada masalah, tetapi perlu peningkatan status dan fungsi
(kesejahteraan): tidak ada indikasi respon keperawatan, meningkatnya
status kesehatan dan kebiasaan, serta danya inisiatif promosi kesehatan
untuk memastikan ada atau tidaknya masalah yang diduga.
2) Masalah kemungkinan (possible problem): pola mengumpulkan data
yang lengkap untuk memastikan ada atau tidaknya masalah yang
diduga.
3) Masalah aktual, resiko, atau sindrom: tidak mampu merawat
karena klien menolak masalah dan pengobatan, mulai untuk mendesain
perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi untuk mencegah, menurunkan,
atau menyelesaikan masalah.
4) Masalah kolaboratif: konsultasikan dengan tenaga kesehatan
profesional yang ompeten dan bekerja secara kolaboratif pada masalah
tersebut. Masalah kolaboratif adalah komplikasi fisiologis yang
diakibatkan dari patofisiologi, berhubungan dengan pengobatan dan
situasi yang lain. Tugas perawat adalah memonitor, untuk mendeteksi
status klien dan kolaboratif dengan tenaga medis guna pengobatan
yang tepat.
5. Dokumentasi Data
Dokumentasi data adalah bagian terakhir dari pengkajian yang lengkap.
Kelengkapan dan keakuratan diperlukan ketika mencatatkan data.
Kelengkapan dalam dokumentsi penting untuk dua alas an, yaitu:
a. Pertama, semua data yang berkaitan dengan status klien dimasukkan.
Bahkan informasi yang tampaknya menunjukkan abnormalitas pun
harus dicatat. Informasi tersebut mungkin akan berkaitan nantinya, dan
berfungsi sebagai nilai dasar untuk perubahan dalam status. Aturan
umum yang berlaku adalah, jika hal tersebut dikaji maka harus dicatat.
b. Pengamatan dan pencatatan status klien adalah tanggung jawab legal
dan profesional. Undang-undang praktik perawat disemua negara
bagian, dan mewajibkan pengumpulan data dan pencatatan sebagai
fungsi mandiri esensial untuk peran perawat profesional. Menjadi
faktual adalah mudah setelah hal tersebut menjadi kebiasaan.
LATIHAN SOAL 2
Kasus:
Tn. T 56 tahun, dibawa ke pelayanan kesehatan, karena klien pingsan setelah jatuh
pada saat memperbaiki genteng rumahnya. Pada saat dilakukan pengkajian oleh
perawat, didapatkan data klien sudah siuman, klien tampak selalu memegang
daerah dada, klien menolak saat akan diperiksa di daerah dada, dengan suara lirih
klien mengatakan nyeri di daerah dada, akral dingin, keluar keringar dingin pada
dahi, saat dilakukan pengkajian lebih lanjut didapatkan data klien mengatakan
nyeri terus terusan tidak berhenti, seperti ditusuk tusuk, skor 8. Tekanan darah:
140/85 mmHg, suhu: 37,60C, Nadi 120 kali/menit.
1. Data subyektif pada kasus diatas adalah:
A. Akral dingin
B. Nadi 120 kali/menit
C. Klien memegang daerah dada
D. Skor nyeri 8
E. Klien sudah siuman
2. Data obyektif pada kasus diatas adalah:
A. Anamnesa dengan keluarga bahwa klien pingsan karena jatuh
B. Klien mengatakan nyeri terus terusan tidak berhenti
C. Keluar keringat dingin pada dahi
D. Nyeri seperti ditusuk-tusuk
E. Nyeri didaerah dada
3. Pemeriksaan fisik untuk melakukan pengkajian dapat dilakukan dengan
cara:
A. Anamnesa
B. Ceklist
C. Re-assessment
D. Wawancara
E. Palpasi
4. Pada saat melakukan dokumentasi lalu ada yang salah, bagaimana
tindakan yang tepat yang dilakukan perawat?
A. Dicoret masih bisa dibaca lalu diparaf
B. Dihapus dengan menggunakan tipeks
C. Dioret-oret biar tidak kelihatan
D. Diberikan label
E. Dibiarkan saja
5. Sumber data primer dapat diambilkan data anamnesa dari:
A. Suami/istri
B. Klien
C. Anak
D. Orangtua
E. Kekasih
BAB III
DOKUMENTASI DIAGNOSIS KEPERAWATAN
A. Pendahuluan
Proses keperawatan dan standar asuhan keperawatan meliputi pengkajian,
mengekkan diagnosis keperawatan, intervensi, implementasi dan evaluasi.
Pada BAB 2 kita telah mempelajari tentang pengkajian keperawatan,
selanjutnya pada BAB 3 kita akan membahas tentang dokumentasi diagnosis.
Diagnosis Keperawatan merupakan bagian vital dalam menentukan asuhan
keperawatan yang sesuai untuk membantu klien mencapai kesehatan yang
optimal. Pada BAB ini akan dipelajari tentang bagaimana cara melakukan
dokumentasi yang tepat pada Diagnosis Keperawatan. Secara terperinci yang
akan dipelajari adalah:
1. Dokumentasi diagnosis keperawatan
2. Perbedaan diagnosis keperawatan dan diagnosis medis.
3. Tujuan dokumentasi diagnosis keperawatan.
4. Metode dokumentasi diagnosis keperawatan.
5. Langkah-langkah dalam penulisan diagnosis keperawatan.
6. Katagori diagnosis keperawatan.
B. Tujuan Umum
Setelah mempelajari BAB 3 ini diharapkan Anda mampu mempraktikkan
dokumentasi diagnosis dalam proses keperawatan.
C. Tujuan Khusus
Setelah mempelajari BAB 3 diharapkan Anda mampu:
1. Menjelaskan dokumentasi diagnosis keperawatan
2. Menjelaskan perbedaan diagnosis keperawatan dan diagnosis medis.
3. Menyebutkan tujuan dokumentasi diagnosis keperawatan keperawatan.
4. Menjelaskan metode dokumentasi diagnosis keperawatan.
5. Menyebutkan langkah-langkah dalam penulisan diagnosis keperawatan.
6. Menjelaskan katagori diagnosis keperawatan.
D. Diagnosis Keperawatan
1. Pengertian
Diagnosis keperawatan adalah keputusan klinis mengenai seseorang,
keluarga, atau masyarakat sebagai akibat dari masalah kesehatan atau
proses kehidupan yang aktual atau potensial. Diagnosis keperawatan
merupakan dasar dalam penyusunan rencana tindakan asuhan keperawatan.
Diagnosis keperawatan adalah penilaian klinis mengenai
pengalaman/respon individu, keluarga, atau komunitas terhadap masalah
kesehatan yang aktual atau potensial (PPNI, 2017). Diagnosis keperawatan
memberi dasar pemilihan intervensi keperawatan untuk mencapai hasil
yang optimal.
2. Tujuan
Tujuan dokumentasi diagnosis keperawatan adalah:
a. Menyampaikan masalah klien dalam istilah yang dapat dimengerti
semua perawat
b. Mengenali masalah-masalah utama klien pada pengkajian
c. Mengetahui perkembangan keperawatan
d. Menyampaikan masalah yaitu adanya respons klien terhadap status
kesehatan atau penyakit
e. Menyampaikan faktor-faktor yang menunjang atau menyebabkan suatu
masalah (etiologi)
f. Mengetahui kemampuan klien untuk mencegah atau menyelesaikan
masalah
E. Perbedaan diagnosis keperawatan dan diagnosis medis
Apabila perawat menegakkan diagnosis keperawatan maka dokter menegakkan
diagnosis medik, perbedaan antara diagnosis medis dan diagnosis keperawatan,
sebagai berikut:
G. Jenis Diagnosis
Jenis Diagnosis Keperawatan dibedakan menjadi dua, yaitu
a. Diagnosis Keperawatan Negatif,
Yaitu: menunjukkan klien dalam keadaan sakit atau berisiko mengalami
sakit sehingga penegakan diagnosis akan mengarah kepada upaya
pemberian intervensi keperawatan yang bersifat penyembuhan,
pencegahan dan pemulihan (PPNI, 2017). Diagnosis keperawatan negatif
dibagi menjadi dua yaitu:
1) Diagnosis Aktual
Masalah keperawatan pada diagnosis keperawatan merupakan hal
nyata, telah terjadi gangguan pada saat ini (actual).
2) Diagnosis Risiko
Masalah keperawatan pada diagnosis keperawatan yang merupakan
risiko, yaitu apabila tidak diperhatikan dan tidak ada upaya
pengelolaan yang tepat maka dapat menyebabkan masalah yang
membahayakan jiwa klien.
b. Diagnosis Keperawatan Positif
Yaitu: kondisi atau respon klien yang berpotensi untuk dikembangkan
menuju pada kesehatan optimal, hanya satu diagnosis keperawatan positif
ini adalah promosi kesehatan.
Gambar 3.1 Jenis diagnosis Keperawatan
Hasil IMT pada klien adalah 16,54, sedangkan nilai normal IMT
adalah 18,5-22,9. Data hasil perhitungan IMT menunjukkan bahwa
status gizi klien saat ini sedang ada masalah/ gangguan.
b. Pengelompokan data
Selanjutnya data dikelompokan sesuai dengan masalah keperawatan,
untuk mendukung penegakan diagnosis keperawatan.
2. Identifikasi masalah
Pada tahap identifikasi masalah, data diidentifikasi kedalam tiga masalah,
yaitu: masalah aktual, risiko, atau promkes. Sebagaimana telah dijelaskan
sebelumnya bahwa masalah aktual adalah terjadinya masalah pada klien
saat ini atau klien saat ini sedang mengalami gangguan/ problem tertentu
(aktual). Masalah risiko, adalah apabila terdapat suatu respon tertentu dari
klien yang apabila tidak dilakukan penanganan maka dapat menyebabkan
terjadinya bahaya atau klien bisa jatuh dalam kondisi yang lebih parah/
mengalami komplikasi di kemudian hari walaupun pada saat ini klien
belum mengalami gangguan/ masalah. Sedangkan promkes adalah suatu
kondisi yang memungkinkan klien mengembangkan potensi-potensi untuk
peningkatan kesehatan.
Langkah berikutnya adalah validasi data. Kegiatan ini dilakukan untuk
memastikan keakuratan diagnosis dimana perawat bersama klien
memvalidasi diagnosis sehingga diketahui bahwa klien setuju dengan
masalah yang sudah dibuat dan faktor-faktor yang mendukungnya.
Contoh: Perawat mengukur BB klien akibat tumor yang dideritanya.
Gambar 3.2. Langkah proses penulisan diagnosis keperawatan
Contoh Penulisan:
Bersihan jalan napas tidak efektif b.d spasme jalan napas d.d batuk
tidak efektif, sputum berlebih, mengi, dyspnea, gelisah.
2) Penyebab (E = Etiologi)
Merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan status
kesehatan, etiologic dapat mencakup empat kategori yaitu: a)
Fisiologi, Biologis atau Psikologis; b) Efek Terapi/ Tindakan; c)
Situasional (Lingkungan atau Personal), dan d) Maturasional.
3) Tanda (Sign) dan Gejala (S = Symptom)
Tanda merupakan data objektif yang diperoleh dari hasil
pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium dan prosedur
diagnostic, sedangkan gejala merupakan data subjektif yang
diperoleh dari hasil anamnesisi.
Tanda/ gejala dikelompokkan menjadi dua kategori yaitu:
a) Mayor : Tanda/ Gejala ditemukan sekitar 80 % - 100 %
untuk validasi diagnosis
b) Minor : Tanda/ gejalan tidak hasrus ditemukan, namun jika
ditemukan dapat mendukung penegakan diagnosis
Contoh:
Gangguan pemenuhan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan intake yang tidak adekuat ditandai dengan
klien mengatakan BB turun lebih dari 10 kg dalam 12 bulan
terakhir, TB = 165 cm, BB = 45 kg.
Dari contoh diagnosis diatas, dapat diketahui:
a) Problemnya adalah: gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh.
b) Etiologinya adalah: intake yang tidak adekuat.
c) Symptomnya adalah: klien mengatakan BB turun lebih dari 10
kg dalam 12 bulan terakhir, klien mengeluh nyeri saat
menelan, sehingga menghindari untuk makan, TB = 170 cm,
BB = 50 kg.
Contoh 1: Hasil pengkajian diperoleh data klien mual, muntah, diare dan
turgor jelek selama 3 hari.
Diagnosis: Kekurangan volume cairan tubuh berhubungan dengan
kehilangan cairan secara abnormal ditandai dengan mual, muntah, diare,
dan turgor jelek selama tiga hari.
Contoh 2: Hasil pengkajian diperoleh data klien gelisah, tidak mampu
batuk, sputum berlebih, terdapat whezing, klien mengeluh berat saat
bernapas, terlihat adanya dispnea
Diagnosis: Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan spasme
jalan napas ditandai dengan batuk tidak efektif, sputum berlebih,
wheezing, dispnea, dan gelisah.
Gambar 3.5 Contoh Diagnosis Aktual
2. Risiko
Diagnosis Keperawatan Risiko menjelaskan masalah kesehatan yang nyata
akan terjadi jika tidak dilakukan intervensi. Syarat menegakkan risiko
diagnosis keperawatan adalah adanya unsur P dan E (problem dan
etiologi). Penggunaan istilah “risiko dan risiko tinggi” tergantung dari
tingkat keparahan/kerentanan terhadap masalah.
3. Promosi Kesehatan
Diagnosis ini menggambarkan adanya keinginan dan motivasi klien untuk
meningkatkan kondisi kesehatannya ke tingkat yang lebih baik atau
optimal.
DO:
LATIHAN SOAL 3
A. Pendahuluan
Sebelum mengikuti kegiatan praktikum ini, pastikan bahwa Anda telah
memahami konsep Dokumentasi Diagnosis Keperawatan dan telah
memahami kegiatan praktikum 1, 2, dan 3.
Kegiatan praktikum 4 akan memberikan pengalaman kepada Anda bagaimana
melakukan Dokumentasi Rencana Tindakan Keperawatan yang meliputi
luaran keperawatan dan kriteria hasil diagnosis keperawatan
B. Tujuan Pembelajaran
1. Tujuan Umum
Setelah mempelajari Bab IV diharapkan Anda mampu melakukan/
mendokumentasikan perencanaan keperawatan.
2. Tujuan Khusus
Setelah mempelajari kegiatan praktikum 4 ini, diharapkan Anda dapat:
a. Menentukan Luaran Keperawatan dengan tepat dan benar
b. Menentukan Kriteria Hasil Diagnosis Keperawatan dengan tepat dan
benar
c. Berpikir kritis dalam rencana keperawatan dan memprioritaskan
Luaran Keperawatan dan Intervensi Keperawatan
Diadaptasi dari: International Classification of Nursing Practice – Diagnosis Classification (Wake, 1994); Doenges & Moo
1 2 3 4 5
Menurun Cukup Sedang Cukup Meningkat
Menurun Meningkat
1 2 3 4 5
Meningkat Cukup Sedang Cukup Menurun
Meningkat Menurun
1 2 3 4 5
Memburuk Cukup Sedang Cukup Membaik
Memburuk Membaik
H. Penerapan Luaran Keperawatan
Penerapan luaran keperawatan dalam kegiatan belajar mahasiswa dapat
dituliskan dengan Metode Dokumentasi Manual/ Tertulis. Berikut cara
dokumentasi manual/ tertulis:
Tabel 4.4 Penerapan Luaran Keperawatan
Contoh:
Setelah dilakukan intervensi selama 3 jam, maka Bersihan Jalan Nafas
Meningkat, dengan Kriteria Hasil:
- Batuk efektif meningkat
- Produksi sputum menurun
- Mengi menurun
- Frekuensi napas 12-20 kali/ menit
4. Dokumentasi
Selanjutnya dilakukan dokumentasi sesuai dengan panduan yang telah
disampaikan.
BAB V
DOKUMENTASI TINDAKAN KEPERAWATAN
A. Pendahuluan
Sebelum mengikuti kegiatan pada bab ini, pastikan bahwa Anda telah
memahami konsep BAB I, II, III, dan IV.
Kegiatan pada bab ini akan memberikan pengalaman kepada Anda bagaimana
menginplementasikan tindakan yang telah diidentifikasi dalam rencana
keperawatan.
B. Tujuan Pembelajaran
1. Tujuan Umum
Setelah mempelajari Bab 5 ini diharapkan Anda mampu mempraktikkan
dokumentasikan implementasi dan evaluasi keperawatan.
2. Tujuan Khusus
Setelah mempraktikkan Bab 5 ini diharapkan Anda mampu:
a. Mengidentifikasi format atau lembar yang digunakan untuk
implementasi dan evaluasi keperawatan
b. Mendokumentasikan tanggal/jam dan nomor diagnosis pada format
implementasi dan evaluasi keperawatan
c. Mendokumentasikan tindakan dan hasil/respon klien yang telah
dilakukan sesuai dengan rencana keperawatan
d. Mendokumentasikan hasil evaluasi keperawatan dalam bentuk SOAP
dalam 24 jam
e. Berpikir kritis dalam implementasi
f. Mendokumentasikan paraf dan nama jelas pada format implementasi
dan evaluasi keperawatan.
C. Pengertian Intervensi dan Tindakan Keperawatan
Intervensi keperawatan adalah segala treatment yang dikerjakan oleh perawat
yang didasarkan pada pengetahuan dan penilaian klinis untuk mencapai luaran
(outcome) yang diharapkan.
Tindakan keperawatan adalah perilaku atau aktivitas spesifik yang dikerjakan
oleh perawat untuk mengimpklementasikan intervensi keperawatan.
2. Psikologis
Kategori intervensi keperawatan yang ditujukan untuk mendukung fungsi
dan proses mental, yang terdiri dar:
a. Nyeri dan Kenyamanan, yang memuat kelompok intervensi yang
meredakan nyeri dan meningkatkan kenyamanan
b. Integritas Ego, yang memuat kelompok intervensi yang memulihkan
kesejahteraan diri sendiri secara emosional
c. Pertumbuhan dan perkembangan, yang memuat kelompok
intervensi yang memulihkan fungsi pertumbuhan dan perkembangan
3. Perilaku
Kategori intervensi keperawatan yang ditujukan untuk mendukung
perubahan perilaku atau pola hidup sehat, yang terdiri dari:
a. Kebersihan Diri, yang memuat kelompok intervensi yang
memulihkan perilaku sehat dan merawat diri
b. Penyuluhan dan Pembelajaran, yang memuat kelompok intervensi
yang meningkatkan pengetahuan dan perubahan perilaku sehat
4. Relasional
Kategori intervensi keperawatan yang ditujukan untuk mendukung
hubungan interpersonal atau interaksi social, terdiri dari:
a. Interaksi Sosial, yang memuat kelompok intervensi yang memulihkan
hubungan antara individu dengan individu lainnya.
5. Lingkungan
Kategori intervensi keperawatan yang ditujukan untuk mendukung
keamanan lingkungan dan menurunkan risiko gangguan kesehatan, yang
terdiri dari:
a. Keamanan dan Proteksi, yang memuat kelompok intervensi yang
meningkatkan keamanan dan menurunkan risiko cedera akibat
ancaman dari lingkungan internal maupun eksternal.
2. Definisi
Komponen ini menjelaskan tentang makna dari label intervensi
keperawatan. Definisi label intervensi keperawatan diawali dengan kata
kerja (verba) berupa perilaku yang dilakukan oleh perawat.
3. Tindakan
Komponen ini merupakan rangkaian perilaku atau aktivitas yang
dikerjakan oleh perawat untuk mengimplementasikan intervensi
keperawatan. Tindakan-tindakan pada intervensi keperawatan terdiri dari:
observasi, terapeutik, edukasi, dan kolaborasi.
A. Pendahuluan
Sebelum mengikuti kegiatan pada bab ini, pastikan bahwa Anda telah
memahami konsep BAB I, II, III, IV dan V.
Kegiatan pada bab ini akan memberikan pengalaman kepada Anda bagaimana
mendokumentasikan evaluasi dalam rencana keperawatan.
B. Tujuan Pembelajaran
1. Tujuan Umum
Setelah mempelajari Bab VI ini diharapkan Anda mampu mempraktikkan
dokumentasikan evaluasi keperawatan.
2. Tujuan Khusus
Setelah mempraktikkan Bab VI ini diharapkan Anda mampu:
a. Mengidentifikasi format atau lembar yang digunakan untuk evaluasi
keperawatan
b. Mendokumentasikan paraf dan nama perawat pada evaluasi
keperawatan
c. Mendokumentasikan hasil/respon klien yang telah dilakukan sesuai
dengan rencana keperawatan
d. Mendokumentasikan hasil evaluasi keperawatan dalam bentuk SOAP
dalam 24 jam
C. Pengertian evaluasi
Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan yang merupakan
perbandingan yang sistematis dan terencana antara hasil akhir yang teramati
dan tujuan atau kriteria hasil yang dibuat pada tahap perencanaan. Evaluasi
dilakukan secara berkesinambungan dengan melibatkan klien dan tenaga
kesehatan lainnya. Jika hasil evaluasi menunjukan tercapainya tujuan dan
kriteria hasil, klien bisa keluar dari siklus proses keperawatan. Jika sebaliknya,
klien akan masuk kembali ke dalam siklus tersebut mulai dari pengkajian
ulang (reassessment) (Asmadi, 2008).
Evaluasi terbagi atas dua jenis, yaitu evaluasi formatif dan evaluasi sumatif.
Evaluasi formatif berfokus pada aktivitas proses keperawatan dan hasil
tindakan keperawatan. Evaluasi formatif ini dilakukan segera setelah perawat
mengimplementasikan rencana keperawatan guna menilai keefektifan
tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan. Perumusan evaluasi formatif
ini meliputi empat komponen yang dikenal dengan istilah SOAP, yakni
subjektif (data berupa keluhan klien), objektif (data hasil pemeriksaan),
analisis data (pembandingan data dengan teori), dan perencanaan.
Evaluasi yaitu penilaian hasil dan proses. Penilaian hasil menentukan seberapa
jauh keberhasilan yang dicapai sebagai keluaran dari tindakan. Penilaian
peoses menentukan apakah ada kekeliruan dari setiap tahapan proses mulai
dari pengkajian, diagnosis, perencanaan, tindakan, dan evaluasi itu sendiri.
(Ali, 2009)
RANGKUMAN:
1. Evaluasi adalah proses penilaian pencapaian tujuan serta pengkajian ulang
rencana keperawatan.
2. Tujuan evaluasi adalah untuk melihat kemampuan klien dalam mencapai
tujuan.
3. Proses evaluasi:
a. Mengukur pencapaian tujuan klien
b. Membandingkan data yang terkumpul dengan tujuan dan pencapaian
tujuan
4. Komponen evaluasi
a. Menentukan kriteria, standar, dan pertanyaan evaluasi
b. Mengumpulkan data mengenai keadaan klien terbaru
c. Menganalisa dan membandingkan data terhadap kriteria dan standar
d. Merangkum hasil dan membuat kesimpulan
e. Melaksanakan tindakan yang sesuai berdasarkan kesimpulan
5. Dokumentasi keperawatan berguna sebagai sarana komunikasi dan berkaitan
dengan aspek legal serta jaminan dalam pemberian kualitas pelayanan.
KUNCI JAWABAN:
LATIHAN SOAL 1
1. E
2. B
3. C
4. A
5. D
LATIHAN SOAL
2
1. D
2. C
3. E
4. A
5. B
LATIHAN SOAL
3
1. A
2. D
3. C
4. B
5. E
DAFTAR PUSTAKA