Anda di halaman 1dari 45

MAKALAH

ORGANISASI PROFESI KEPERAWATAN

Disusun Oleh:

Muslimat
(2341111032)

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUKABUMI
2023
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas berkat dan
pertolongan sehingga penyusunan makalah ini dapat terselesaikan.
Dalam penulisan makalah ini tentu banyak sekali kekurangan baik dari segi isi
maupun penulisan. Jadi besar harapan penulis atas kritikan dan saran yang bersifat
membangun dari para pembaca sehingga dapat menjadi suatu masukan untuk
kesempurnaan makalah berikutnya.
Akhirnya penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penulisan makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita
khususnya para pembaca. Amin.

Sukabumi, 22 November 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar .................................................................................................... i


Daftar Isi .............................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1


A. Latar Belakang ......................................................................................... 1
B. Rumusan Msalah ..................................................................................... 1
C. Tujuan ...................................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................... 2


A. Nama Organisasi Profesi Perawat............................................................ 2
B. Lambang Organisasi Profesi Keperawatan Indonesia .............................. 5
C. Sejarah PPNI ........................................................................................... 6
D. Struktur Organisasi PPNI ......................................................................... 7
E. AD/ART PPNI......................................................................................... 14

BAB III PENUTUP ............................................................................................. 41


A. Kesimpulan ............................................................................................ 41
B. Saran ..................................................................................................... 41

Daftar Pustaka .................................................................................................. 42

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perawat dituntut untuk mempunyai konsep diri yang positif . Hal ini penting
karena dengan konsep diri yang positif maka kinerja akan baik sehingga diharapkan
mutu pelayanan keperawatan dapat meningkat. Menurut Rogers, seseorang yang
mempunyai konsep diri yang positif maka dia akan berfungsi lebih maksimal,
sehingga dia lebih produktif dan lebih berhasil di dalam menyelesaikan masalah-
masalah yang dijumpai. Sebaliknya, orang yang mempunyai konsep diri negative
penuh dengan perasaan kegagalan, tidak berharga, peka terhadap kritik sehinggga
tidak ada upaya untuk perbaikan diri.Konsep diri perawat dapat didefinisikan secara
umum sebagai keyakinan, pandangan atau penilaian perawat terhadap dirinya.
Dengan konsep diri yang positif maka perawat lebih optimis, penuh percaya diri,
selalu bersikap positif, mampu menghargai dirinya, dan orang lain serta memiliki
kreatifitas yang tingggi. Dengan adanya konsep diri yang positif ini maka perilaku
professional sebagai tenaga keperawatan dapat terwujud sehingga perawat mampu
memberikan pelayanan yang terbaik

B. Rumusan Masalah
1. Apa nama organisasi profesi perawat?
2. Apa lambang organisasi profesi keperawatan Indonesia?
3. Bagaimana sejarah PPNI?
4. Bagaimana struktur organisasi PPNI?
5. Bagaimana AD/ART PPNI?

C. Tujuan
1. Mengetahui nama organisasi profesi perawat
2. Mengetahui lambang organisasi profesi keperawatan indonesia
3. Mengetahui sejarah PPNI
4. Mengetahui struktur organisasi PPNI
5. Mengetahui AD/ART PPNI

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Nama Organisasi Profesi Perawat


1. PPNI
a. Pengertian
Organisasi profesi merupakan organisasi yang anggotanya adalah para
praktisi yang menetapkan diri mereka sebagai profesi dan bergabung
bersama untuk melaksanakan fungsi-fungsi sosial yang tidak dapat mereka
laksanakan dalam kapasitas mereka sebagai individu.
Organisasi profesi keperawatan di Indonesia bernama Persatuan Perawat
Nasional Indonesia (PPNI) yang didirikan pada tanggal 17 Maret 1974 dan
merupakan gabungan dari berbagai organisasi keperawatan yang ada saat
itu
Peran PPNI dalam kegiatan profesi adalah sebagai pembinaan,
pengembangan dan pengawasan terhadap mutu pendidikan keperawatan,
pelayanan keperawatan, ilmu pengetahuan dan teknologi keperawatan, dan
kehidupan profesi.
Fungsi organisasi profesi ada empat bidang yaitu:
1) Kehidupan profesi, yang meliputi membina, mengawasi organisasi
profesi, membina kerjasama dengan pemerintah, masyarakat, profesi lain
dan antar anggota, membina kerjasama dengan organisasi profesi
sejenis dengan negara lain, membina, mengupayakan dan mengawasi
kesejahteraan anggota.
2) Pelayanan keperawatan meliputi memberikan izin praktik, memberikan
registrasi tenaga keperawatan, dan menyusun dan memberlakukan kode
etik keperawatan.
3) IPTEK meliputi merencanakan, melaksanakan dan mengawasi riset
keperawatan, merencanakan, melaksanakan dan mengawasi
perkembangan IPTEK dalam keperawatan.
4) Kehidupan profesi meliputi membina, mengawasi organisasi profesi,
membina kerjasama dengan pemerintah, masyarakat, profesi lain dan
antar anggota, membina kerjasama dengan organisasi profesi sejenis

2
dengan negara lain, dan membina, mengupayakan dan mengawasi
kesejahteraan anggota.
b. Tujuan PPNI
PPNI mempunyai tujuan sebagai berikut:
1. Membina dan mengembangkan organisasi profesi keperawatan antara
lain: persatuan dan kesatuan, kerja sama dengan pihak lain dan
pembinaan manajemen organisasi.
2. Membina, mengembangkan dan mengawasi mutu pendidikan
keperawatan di Indonesia.
3. Membina, mengembangkan dan mengawasi mutu pelayanan
keperawatan di Indonesia.
4. Membina dan mengembangkan IPTEK keperawatan di Indonesia.
5. Membina dan mengupayakan kesejahteraan anggota
2. International Council of Nurses (ICN)
Organisasi profesi perawat Internasional adalah International Council of Nurses
(ICN) didirikan 1 Juli 1899. Perawat dari Negara United States dan Kanada
bergabung menjadi anggotanya. Setiap tahun ICN mempublikasikan dan
mendiseminasikan seperangkat media untuk dipergunakan dalam peringatan
Hari Perawat Sedunia (The International Nurses' Day Kit) yang dilaksanakan
secara serentak di berbagai belahan dunia setiap tanggal 12 Mei. Keanggotaan
ICN sampai sekarang sekitar 132 negara.
Tujuan didirikan ICN adalah memperkokoh silaturrahmi perawat di seluruh dunia,
memberi kesempatan bertemu bagi perawat di seluruh dunia untuk
membicarakan berbagai masalah tentang keperawatan, menjunjung tinggi
peraturan dalam ICN agar dapat mencapai kemajuan dalam pelayanan,
pendidikan keperawatan berdasarkan dan kode etik profesi keperawatan
3. American Nurse Asociation (ANA)
ANA adalah organisasi profesi perawat di Amerika Serikat. Didirikan pada akhir
tahun 1800 yang anggotanya terdiri dari organisasi perawat dari negara-negara
bagian. ANA berperan dalam menetapkan standar praktek keperawatan,
melakukan penelitian untuk meningkatkan mutu pelayanan keperawatan serta
menampilkan profil keperawatan profesional dengan pemberlakukan legislasi
keperawatan. American Nurses Association (ANA) adalah organisasi profesional
untuk memajukan dan melindungi profesi keperawatan . Ini dimulai pada tahun
1896 sebagai Perawat Alumni dan berganti nama menjadi Perawat American

3
Association pada tahun 1911. American Nurses Association (ANA) adalah
organisasi layanan penuh hanya profesional yang mewakili seluruh populasi
perawat terdaftar bangsa. Dari lorong-lorong Kongres dan lembaga federal untuk
papan kamar, rumah sakit dan fasilitas kesehatan lainnya, ANA adalah suara
terkuat untuk profesi keperawatan. Hal ini bermarkas di Silver Spring, Maryland.
American Nurses Association (ANA), Keperawatan Pernyataan Kebijakan Sosial,
menekankan enam fitur penting dari keperawatan profesional:
a. Penyediaan hubungan kepedulian yang memfasilitasi penyembuhan
kesehatan
b. Memperhatikan kisaran pengalaman manusia dan tanggapan terhadap
kesehatan dan penyakit dalam lingkungan fisik dan sosial.
c. Integrasi data objektif dengan pengetahuan yang didapat dari apresiasi
terhadap pasien atau pengalaman subjektif kelompok.
d. Penerapan pengetahuan ilmiah untuk proses diagnosis dan pengobatan
melalui penggunaan penilaian dan pemikiran kritis
e. Kemajuan pengetahuan keperawatan profesional melalui penyelidikan ilmiah
f. Pengaruh pada kebijakan sosial dan publik untuk mempromosikan keadilan
sosial.
Tujuan dari keperawatan adalah sebagai berikut:
a. Untuk mempromosikan kesehatan, termasuk emosional dan kesejahteraan
sosial; · Untuk mencegah penyakit dan kecacatan;
b. Untuk menyediakan lingkungan, fisik, dukungan kognitif, dan empotional
dalam penyakit; · Untuk meminimalkan berbagai macam penyakit, dan
c. Untuk mendorong rehabilitasi
4. Canadian Nurses Association (CNA)
The Canadian Nurses Association (CNA), dikenal dalam bahasa Perancis
sebagai Association des infirmières et infirmiers du Canada (AIIC), adalah
asosiasi profesional nasional yang mewakili perawat terdaftar, praktisi perawat,
perawat praktik berlisensi dan terdaftar, perawat psikiatri terdaftar, dan perawat
pensiunan di 13 provinsi dan wilayah di Kanada. CNA memajukan praktik dan
profesi keperawatan untuk meningkatkan hasil kesehatan dan memperkuat
sistem kesehatan nirlaba Kanada yang didanai publik. CNA mewakili
keperawatan Kanada untuk organisasi lain dan pemerintah secara nasional dan
internasional. Hal ini memberikan perawat sebuah asosiasi nasional yang kuat di
mana mereka dapat saling mendukung dan berbicara dengan suara yang kuat

4
dan bersatu. Ini memberi perawat staf inti yang terdiri dari konsultan kebijakan
keperawatan dan kesehatan serta ahli di bidang lain seperti komunikasi dan
sertifikasi khusus. Peran aktif CNA dalam kebijakan legislatif mempengaruhi
keputusan perawatan kesehatan yang mempengaruhi profesional keperawatan
setiap hari. Ia telah menerbitkan sejumlah besar dokumen, termasuk Kode Etik
Perawat Terdaftar.

5. National League for Nursing (NLN)


The National League for Nursing (NLN) adalah organisasi nasional untuk fakultas
perawat dan pemimpin dalam pendidikan perawat. Ini menawarkan
pengembangan fakultas, peluang jaringan, layanan pengujian, hibah penelitian
keperawatan, dan inisiatif kebijakan publik kepada lebih dari 40.000 individu dan
1.200 anggota pendidikan dan asosiasi.
Liga Keperawatan Nasional mempromosikan keunggulan dalam pendidikan
keperawatan untuk membangun angkatan kerja keperawatan yang kuat dan
beragam guna memajukan kesehatan bangsa kita dan komunitas global.

B. Lambang Organisasi Profesi Keperawatan Indonesia

Lambang PPNI berupa Lingkaran yang berisi sebuah segi lima dan sebuah
lampu yang berlidah api lima cabang dengan tulisan dibingkai pinggir berbunyi
PERSATUAN PERAWAT NASIONAL INDONESIA PPNI.
Komposisi wama lambang PPNI yaitu:
1. Lingkaran (bidang pinggir) berwarna merah;
2. Dasar kuning emas dalam lingkaran;
3. Dasar segilima berwarna hijau tua;
4. Sisi-sisi segilima berwarna putih;
5. Badan lampu berundak lima berwarna putih;
6. Lidah api berwarna merah; dan

5
7. Huruf-huruf berwarna putih.
Makna komponen Lambang PPNI yaitu:
1. Lingkaran dengan warna merah: menunjukkan semangat persatuan;
2. Dasar kuning mas dalam lingkaran: keluhuran jiwa dan cinta kasih;
3. Segi lima: berkepribadian pancasila;
4. Warna hijau tua dalam segilima: kesejahteraan;
5. Lampu warna putih: identitas perawat;
6. Lidah api lima cabang berwarna merah: semangat pengabdian yang
7. dilandasi/dij iwai Pancasila; dan
8. Warnaputih: melambangkan kesucian.
Makna lambang PPNI yaitu warga perawat Indonesia yang hidup di negara Republik
Indonesia yang berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945, mengabdikan dirinya dalam bidang keperawatan
dan atau kesehatan dengan itikad dan kesadaran pengabdian yang suci disertai
dengan keluhuran jiwa dan cinta kasih senantiasa menunaikan dharma baktinya
terhadap negara dan Bangsa Indonesia serta kemaslahatan umat dunia

C. Sejarah PPNI
Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) lahir pada tanggal 17 Maret
1974. Kebulatan tekad spirit yang sama dicetuskan oleh perintis perawat bahwa
tenaga keperawatan harus berada pada wadah /organisasi profesi perawat
Indonesia. Pada masa itu sebelum tahun 1974 organisasi perawat di Indonesia
sudah berkembang pesat sesuai dengan zamannya, sejak zaman penjajahan
perawat Indonesia sudah ada seiring dengan adanya Rumah Sakit, yaitu: Residen
Vpabst (1819) dibatavia saat itu berubah menjadi Stadsverband (1919) dan berubah
menjadi CBZ (Central Burgerlijke Zieken Inrichting) di daerah Salemba yang saat ini
menjadi RSCM. Saat itu perawat sudah memiliki perkumpulan-perkumpulan sebagai
wadah organisasi perawat dan dapat menjalankan pergerakan dalam menentukan
martabat profesi perawat. Ketika itu terdapat beberapa organisasi diantaranya;
Perkumpulan Kaum Verpleger fster Indonesia (PKVI), Persatuan Djuru Kesehatan
Indonesia (PDKI), Persatuan Perawat Indonesia (PPI), Ikatan Perawat Indonesia
(IPI).
Organisasi-organisasi perawat saat itu mengadakan pertemuan yang
diantranya dihadiri oleh IPI, PPI dam PDKI dan diantaranya yang hadir adalah Ojo
Radiat, HB. Barnas dan Drs. Maskoed Soerjasumantri sebagai pimpinan siding dan

6
sepakat untuk melakukan fusi organisasi dan menyatukan diri dalam satu wadah
organisasi yang saat itu masih bernama Persatuan Perawat Nasional. Pengabungan
atau fusi organisasi perawat tersebut dilakukan di Ruang Demontration Jl. Prof
Eykman Bandung No.34 Bandung Jawa Barat, sejak saat itu Tanggal 17 Maret 1974
disetujui dan dilakukan pernyataan bersama terbentuknya Persatuan Perawat
Nasional Indonesia, serta membentuk suatu kepanitian untuk mempersiapkan
Kongres Pertama yang dilangsungkan pada tahun 1976.
PPNI berkomitmen untuk memberikan perlindungan bagi masyarakat dan
profesi keperawatan dengan menyusun RUU keperawatan yang saat ini terus
diperjuangkan untuk disyahkan menjadi undang-undang. Dalam usianya yang
tergolong usia produktif, PPNI telah tumbuh untuk menjadi organisasi yang mandiri.
PPNI saat ini berproses pada kematangan organisasi dan mempersiapkan
anggotanya dalam berperan nyata pada masyarakat dengan memperkecil
kesenjangan dalam pelayanan kesehatan, mempermudah masyarakat dalam
mendapatkan akses pelayanan kesehatan, serta mendapatkan kesamaan
pelayanan yang berkualitas (closing the gap; increasing acces and equity). dan
selanjutnya PPNI bersama anggotanya akan besama mengkawal profesi
keperawatan Indonesia pada arah yang benar, sehingga profesi keperawatan dapat
mandiri dan bermartabat dan bersaing secara Nasional dan International.

D. Struktur Organisasi PPNI


Susunan Dewan Pengurus Pusat PPNI 2021 – 2026 telah disahkan pada 19
November 2021 oleh Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia
(DPP PPNI) melalui Keputusan Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional
Indonesia Nomor: 001/DPP.PPNI/SK/K.S/XI/2021.
Dewan Pengurus Pusat PPNI Periode 2021 – 2026 terdiri atas:
1. Dewan Pengurus Pusat
2. Dewan Pertimbangan Pusat
3. Majelis Kehormatan Etik Keperawatan Pusat (MKEK)
Dewan Pengurus Pusat PPNI Periode 2021 – 2026, berjumlah 84 orang yang
terdiri dari 1 orang Ketua Umum yang dibantu oleh 9 orang Ketua DPP, 3 Sekretaris
yang dipimpin oleh seorang Sekretaris Jenderal, 2 Bendahara yang dipimpin oleh
seorang Bendahara Umum, 7 orang koordinator wilayah, 12 orang Ketua
Departemen dengan masing-masing 4 orang sebagai anggota departemen.

7
Dewan Pertimbangan Pusat DPP PPNI berjumlah 7 orang, yang terdiri atas 1
Ketua, 1 Wakil Ketua, 1 Sekretaris, dan 4 anggota.
Sedangkan Majelis Kehormatan Etik Keperawatan Pusat berjumlah 10 orang,
yang terdiri atas, 1 Ketua, 1 Wakil Ketua, 1 Sekretaris, 1 Wakil Sekretaris dan 5
anggota.
Susunan Dewan Pengurus Pusat PPNI Periode 2021 – 2026

Berikut adalah Susunan Dewan Pengurus Pusat PPNI Periode 2021 – 2026.

NO JA BA T A N NAMA

1 Ketua Umum DPP PPNI Harif Fadilah

Ketua DPP Bidang Organisasi dan


2 Dedi Afrizal
Kaderisasi

Ketua DPP Bidang Sistem Informasi dan


3 Rohman Azzam
Komunikasi

Ketua DPP Bidang Hukum dan


4 Rasmudjito
Perundang-Undangan

5 Ketua DPP Bidang Pemberdayaan Politik Oman Fathurohman

Ketua DPP Bidang Kerja Sama Dalam


6 Agung Waluyo
Negeri dan Luar Negeri

Ketua DPP Bidang Pendidikan dan


7 Miciko Umeda
Pelatihan

8 Ketua DPP Bidang Penelitian Mohammad Fatkhul Mubin

9 Ketua DPP Bidang Pelayanan Erwin

10 Ketua DPP Bidang Kesejahteraan Maryanto

11 Sekretaris Jenderal Mustikasari

12 Sekretaris I Untung Sujianto

13 Sekretaris II Ahmad Eru Saprudin

14 Sekretaris III Irna Nursanti

15 Bendahara Umum Apri Sunadi

8
NO JA BA T A N NAMA

16 Bendahara I Fajar Tri Asih

17 Bendahara II Budiman

18 Koordinator Wilayah I (Sumatera) Umar

19 Koordinator Wilayah II (Jawa) Tri Prabowo

I Gusti Ngurah Ketut


20 Koordinator Wilayah III (Bali, NTB, NTT)
Sukardarma

21 Koordinator Wilayah IV (Kalimantan) Abd Rahmanh

22 Koordinator Wilayah V (Sulawesi) Fajrillah Kolomboy Malonda

Koordinator Wilayah VI (Maluku dan


23 Hery Jotlely
Maluku Utara)

Koordinator Wilayah VII (Papua dan


24 Isak J.H. Tukavo
Papua Barat

25 Ketua Departemen Organisasi Abdul Rakhmat

26 Anggota Departemen Organisasi Jajat Sudrajat

27 Anggota Departemen Organisasi Sayuti

28 Anggota Departemen Organisasi Iwan

29 Anggota Departemen Organisasi Purbianto

30 Ketua Departemen Kaderisasi Wawan Arif Sawana

31 Anggota Departemen Kaderisasi I Wayan Suardana

32 Anggota Departemen Kaderisasi Arif Wijaya

33 Anggota Departemen Kaderisasi Sapril

34 Anggota Departemen Kaderisasi Nano Supriatna

9
NO JA BA T A N NAMA

Ketua Departemen Hukum dan Jasmen Ojak Halolongan


35
Perundang-Undangan Nadeak

Anggota Departemen Hukum dan


36 Maulina Doloksaribu
Perundang-Undangan

Anggota Departemen Hukum dan


37 Ahmad Efendi Kasim
Perundang-Undangan

Anggota Departemen Hukum dan


38 Purkon
Perundang-Undangan

Anggota Departemen Hukum dan


39 Nugroho Lelono
Perundang-Undangan

40 Ketua Departemen Pemberdayaan Politik Heryanto

Anggota Departemen Pemberdayaan


41 I Made Sundayana
Politik

Anggota Departemen Pemberdayaan


42 Karnoto
Politik

Anggota Departemen Pemberdayaan


43 Puji Sartono
Politik

Anggota Departemen Pemberdayaan


44 Winarno
Politik

Ketua Departemen Kerja Sama Dalam


45 Sukwanto
Negeri

46 Anggota Departemen Dalam Negeri Ahmad Darajat

47 Anggota Departemen Dalam Negeri Mundakir

48 Anggota Departemen Dalam Negeri Subhan

49 Anggota Departemen Dalam Negeri Desrinah Harahap

Ketua Departemen Kerja Sama Luar


50 Nuniek Noorfiani
Negeri

10
NO JA BA T A N NAMA

51 Anggota Departemen Luar Negeri Imami Nur Rachmawati

52 Anggota Departemen Luar Negeri Yektiningtyastuti

53 Anggota Departemen Luar Negeri Siti Nurlaela

54 Anggota Departemen Luar Negeri Erlin Ifadah

Ketua Departemen Pendidikan dan


55 Nani Rukmanah
Pelatihan

Anggota Departemen Pendidikan dan


56 Ahsan
Pelatihan

Anggota Departemen Pendidikan dan


57 Aemilianus Mau
Pelatihan

Anggota Departemen Pendidikan dan


58 Ernawati
Pelatihan

Anggota Departemen Pendidikan dan


59 M. Yamin
Pelatihan

60 Ketua Departemen Penelitian Elsi Dwi Hapsari

61 Anggota Departemen Penelitian Sri Rejeki

62 Anggota Departemen Penelitian Rr Tutik Sri Haryati

63 Anggota Departemen Penelitian Eni Nur’aini Agustini

64 Anggota Departemen Penelitian Evi Karota Bukit

Ketua Departemen Sistem Informasi


65 Tatang Sutisna
Keanggotaan

Anggota Departemen Sistem Informasi


66 Singgih Pambudi
Keanggotaan

Anggota Departemen Sistem Informasi


67 M. Hasinuddin
Keanggotaan

11
NO JA BA T A N NAMA

Anggota Departemen Sistem Informasi


68 Giur Hargiana
Keanggotaan

Anggota Departemen Sistem Informasi


69 Asep Sardi
Keanggotaan

Ketua Departemen Komunikasi dan


70 Yeti Resnayati
Hubungan Masyarakat

Anggota Departemen Komunikasi dan


71 La Ode Abd Rahman
Hubungan Masyarakat

Anggota Departemen Komunikasi dan


72 Achirman
Hubungan Masyarakat

Anggota Departemen Komunikasi dan


73 Fauzan Adriansah
Hubungan Masyarakat

Anggota Departemen Komunikasi dan


74 Jon Welliam Tangka
Hubungan Masyarakat

75 Ketua Departemen Pelayanan Sigit Mulyono

76 Anggota Departemen Pelayanan MG Enny Mulyatsih

77 Anggota Departemen Pelayanan Muhamad Adam

78 Anggota Departemen Pelayanan Suriadi

79 Anggota Departemen Pelayanan CH Sri Haryanti Marsiyo

80 Ketua Departemen Kesejahteraan Moh Andi Irwan

81 Anggota Departemen Kesejahteraan Fajar Susanti

82 Anggota Departemen Kesejahteraan Asep Gunawan

83 Anggota Departemen Kesejahteraan Atik Hodikoh

84 Anggota Departemen Kesejahteraan Mahyulis

12
Susunan Dewan Pertimbangan Pusat DPP PPNI Periode 2021 – 2026

Berikut adalah Susunan Dewan Pertimbangan Pusat DPP PPNI Periode 2021 –
2026.

NO JA BA T A N NAMA

1 Ketua Edy Wuryanto

2 Wakil Ketua Awan Dramawan

3 Sekretaris Hajjul Kamil

4 Anggota Husain

5 Anggota Herawani Aziz

6 Anggota Ati Suryamediawati

7 Anggota Suhartati
Susunan Majelis Kehormatan Etik Keperawatan Pusat DPP PPNI
Periode 2021 – 2026

Berikut adalah Susunan Majelis Kehormatan Etik Keperawatan Pusat DPP PPNI
Periode 2021 – 2026.

NO JA BA T A N NAMA

1 Ketua Sumijatun

2 Wakil Ketua Sutrisno

3 Sekretaris Yani Sriyani

4 Wakil Sekretaris Agnes Ely Krisdarlina

5 Anggota I Dewa Agung K. Sudarsana

6 Anggota Muchlis Djailani

7 Anggota Edi Sukamto

8 Anggota Rono Adam

9 Anggota Masri Ers Mardjuki

13
E. AD/ART PPNI
ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA
PERSATUAN PERAWAT NASIONAL INDONESIA
(AD/ART PPNI)

MUKADIMAH
Kami komunitas keperawatan Indonesia meyakini bahwa kami memerlukan suatu
wadah bagi perjuangan profesi dalam mengisi kemerdekaan Republik Indonesia, demi
tercapainya kehidupan masyarakat yang sehat, adil, dan makmur berdasarkan
Pancasila dan Undang-undang Dasar 45.
Berkat rahmat Allah Yang Maha Esa disertai adanya keinginan bersama dari
berbagaiorganisasi keperawatan untuk menyatukan diri dan membentuk hanya satu
organisasi profesi keperawatan di Indonesia. Organisasi profesi yang dimaksud
Persatuan Perawat Nasonal Indonesia (PPNI).
Bahwa untuk membentuk suatu organisasi yang melindungi, mengayomi, membina
daanmengembangkan komunitas keperawatan di Indonesia sebagai sarana yang kuat
bagi komunitas keperawatan dan peduli terhadap asuhan keperawatan profesional yang
berkualitas bagi kepentingan masyarakat dan ikut serta dalam peningkatan
kesejahteraan komunitas keperawatan Indonesia.
Sebagai landasan untuk mencapai keinginan tersebut, disusunlah pedoman organisasi
yaitu dalam bentuk Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Persatuan Perawat
Nasional Indonesia.
ANGGARAN DASAR
PERSATUAN PERAWAT NASIONAL INDONESIA

BAB I
IDENTITAS ORGANISASI

Pasal 1
Nama Organisasi
Organisasi ini bernama Persatuan Perawat Nasional Indonesia disingkat dengan PPNI
Pasal 2
Bentuk Organisasi
Organisasi PPNI berbentuk kesatuan dimana kedaulatan tertinggi di tangan anggota
melalui Musyawarah Nasional.

14
Pasal 3
Waktu Pendirian
Organisasi ini didirikan pada tanggal 17 Maret 1974 sebagai fusi dari berbagai organisasi
keperawatan yang sudah ada sebelumnya.
Pasal 4
Kedudukan
Organisasi ini berkedudukan di wilayah hukum Negara Republik Indonesia denmgan
Pengurus Pusat berada di ibukota Negara

Pasal 5
Lambang Organisasi
Lambang PPNI berbentuk lingkaaran yang berisi sebuah segi lima hijau tua dengan
dasar kuning emas dan sebuh lampu putih yang berlidah api lima cabang warna merah
dengan tulisan di pinggir bingkai berbunyi PERSATUAN PERAWAT NASIONAL
INDONESIA- PPNI

BAB II
SIFAT, AZAS DAAN TUJUAN
Pasal 6
SIFAT
PPNI adalah organisasi profesi keperawatan yang berorientasi kepada kebutuhan
kesehatan masyarakat melalui praktik keerawatan professional
Pasal 7
AZAS
Organisasi ini berazaskan kaidah organisasi profesi dan nilai-nilai profesi keperawatan
Pasal 8
TUJUAN
1. Memantapkan persatuan dan kesatuan yang kokoh antar perawat.
2. Meningkatkan mutu pendidikan dan pelayanan keperawatan dalam meningkatkan
derajat kesehatan manusia
3. Mengembangkan karir dan prestasi kerja bagi tenaga perawat sejalan dengan
peningkatan kesejahteraan Perawat
4. Memfasilitasi dan melindungi anggota dalam menggunakan hak politik dan hukum
5. Meningkatkan hubungan kerjasama dengan organisasi lain, lembaga dan institusi
lain baik di dalam maupun di luar negeri.

15
BAB III
PERAN DAN FUNGSI
Pasal 9
1. PPNI berperan sebagai regulator dengan fungsi: sertifikasi dan memfasilitasi
registrasi dan lisensi
2. PPNI berperan sebagai penata kehidupan keprofesian dengan fungsi: Organisasi;
pendidikan dan pelatihan; pelayanan keperawatan; hukum & politik, pengembangan
hubungan masyarakat dan kerjasama.
3. PPNI berperan sebagai fasilitator dalam merespons peningkatan kesejahteraan;
dengan fungsi fasilitasi pengembangan karir dan sistem penghargaan; pemasaran;
dan pengembangan usaha

BAB IV
KEANGGOTAAN
Pasal 10
Macam Keanggotaan
Anggota PPNI terdiri dari:
1. Anggota biasa
2. Anggota khusus
3. Anggota kehormatan

BAB V
ORGANISASI
Pasal 11
Organisasi PPNI terdiri Badan Legislatif, Badan Eklusif, Badan Pertimbangan, Badan
Kelengkapan dan Badan Khusus
Pasal 12
Badan Legislatif adalah Musyawarah Nasional (MUNAS), Rapat Kerja Nasionaal,
Musyawarah Propinsi (MUSPROP), Rapat Kerja Propinsi, Musyawarah Kabupaten/Kota
(MUSKAB/MUSKOT), Rapat Kerja Kabupaten/Kota, dan Musyawarah Anggota
Pasal 13
Badan Eksekutif adalah Pengurus Pusat, Pengurus Propinsi, Pengurus Kabupaten/Kota
dan Pengurus Komisariat

16
Pasal 14
Badan Pertimbangan terdiri dari:
1. Dewan Pertimbangan ,
2. Majelis Kehormatan Etik Kepersawatan (MKEK)
Pasal 15
Badan Kelengkapan Organisasi adalah badan-badan yang dikukuhkan Pengurus Pusat
sesuai amanat MUNAS, yang terdiri dari:
1. Kolegium Ners Spesialis
2. Kolegium Ners
3. Ikatan Perawat
4. Himpunan Perawat
Pasal 16
Badan Khusus adalah unit yang dibentuk oleh Pengurus Pusat dan atau Pengurus
Propinsi untuk melaksanakan tugas tertentu yang bersifat sementara bila diperlukan

BAB VI
KEKAYAAN
Pasal 17
Kekayaan organisasi dapat berasal dari sumber:
1. Uang pangkal
2. Uang iuran
3. Hibah dan sumbangan
4. Usaha-usaha lain yang sah dan tidak mengikat

BAB VII
PERUBAHAN ANGGARAN DASAR
DAN PEMBUBARAN ORGANISASI
Pasal 18
Perubahan anggaran dasar ini hanya dapat dilakukan melalui suatu Musyawarah
Nasional
Pasal 19
1. Pembubaran organisasi hanya bisa dilakukan melalui Musyawarah Nasional Khusus
untuk itu
2. Dalam hal organisasi dibubarkan, maka kekayaan organisasi diserahkan kepada
lembaga sosial aaatau Negara Republik Indonesia

17
BAB VIII
ATURAN TAMBAHAN
Pasal 20
Hal-hal yang belum diatur dalam Anggaran Dasar (AD) ini dimuat dalam Anggaran
Rumah Tangga (ART) PPNI sepanjang tidak bertentangan dengan Anggaran Dasar

ANGGARAN RUMAH TANGGA


PERSATUAN PERAWAT NASIONAL INDONESIA

BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
1. Yang dimaksud Perawat adalah seorang yang telah menempuh serta lulus
pendidikan formal dalam bidang keperawatan yang prograaaam pendidikannya telah
disahkan oleh Pemerintah Republik Indonesia
2. Yang dimaksud Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan professional yang
merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang didasarkan ilmu dan kiat
keperawatan berbentuk pelayanan bio,psiko,sosiokultural dan spiritual yang
komprehensif, baik sehat maupun sakit yang mencakup seluruh siklus kehidupan
manusia. Keperawatan berupa bantuan yang diberikan karena adanya kelemahan
fisik dan atau mental, keterbatasan pengetahuan serta kurangnya kemauan
melaksanakan kegiatan sehari-hari secara mandiri.
BAB II
KEANGGOTAAN
Pasal 2
Persyaratan Anggota
1. Anggota Biasa:
a. Warga Negara Indonesia
b. Lulus pendidikan formal dibidang keperawatan yang telah disahkan oleh
Pemerintaah RI.
c. Menyatakan diri untuk menjadi anggota PPNI melalui proses pendaftaran
anggota pada Pengurus Kabupaten/ Kota atau Komisariat
d. Mengisi dan menandatangani surat persetujuan bersedia mengikuti dan mentaati
Anggaran Dasar/ Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) PPNI

18
e. Bersedia aktif mengikuti kegiatan organisasi yang dilaksanakan PPNI dan atau
Badan Kelengkapan PPNI
2. Anggota Khusus
a. Perawat warga negara asing yang bekerja di Indonesia dan telah memenuhi
ketentuan Pemerintah RI (PP Nomor 32 tahun 1996) dan telah mengikuti proses
adaptasi selama 6-12 tahun.
b. Menyatakan diri untuk menjadi anggota PPNI melalui proses pendaftaran
anggota pada Pengurus Kabupaten/ Kota atau Komisariat
c. Mengisi dan menandatangani surat persetujuan bersedia mengikuti dan mentaati
AD/ART PPNI
d. Bersedia aktif mengikuti organisasi kegiatan organisasi yang dilaksanakan PPNI
dan atau Badan Kelengkapan PPNI
3. Anggota Kehormatan:
a. Mereka yang bukan perawat, tetapi telah berjasa terhadap perkembangan
keperawatan dan organisasi PPNI
b. Diusulkan oleh Kabupaten Kota dan disetujui oleh pengurus Propinsi
c. Disahkan oleh pengurus pusat dalam kegiatan organisasi yang bersifat nasional
Pasal 3
Tata Cara Penerimaan Anggota
1. Anggota biasa dan khusus diterima oleh pengurus Kabupaten/ Kota dengan surat
pengantar dari pengurus komisariat melalui pendaftaran tertulis dan pernyataan
persetujuan tertulis untuk mentaati AD/ART dan Kode Etik PPNI.
2. Anggota kehormatan diusulkan oleh Pengurus Kabupaten/ Kota disetujui oleh
pengurus Propinsi dan ditetapkan oleh pengurus Pusat dalam kegiatan organisasi
yang bersifat nasional.
Pasal 4
Kewajiban Anggota
1. Menjunjung tinggi, mentaati dan mengamalkan Sumpah perawat, Kode Etik
Keperawatan Indonesia, Anggaran Dasar dan Anggota Rumah Tangga dan semua
peraturan serta keputusan PPNI
2. Membayar uang pangkal dan iuran bulanan, kecuali anggota kehormatan
3. Menghadiri rapat-rapat atas undangan pengurus organisasi.

19
Pasal 5
Hak Anggota
1. Anggota biasa berhak untuk mengajukan pendapat, usul atau pertanyaan baik lisan
maupun tertulis kepada pengurus PPNI, mengikuti seluruh kegiatan organisasi,
memilih dan dipilih sesuai jenjang kepengurusan organisasi.
2. Anggota khusus dan anggota kehormatan berhak untuk mengajukan pendapat, usul
dan pertanyaaan baik lisan maupun tertulis kepada pengurus PPNI, mengikuti
seluruh kegiatan organisasi, tetapi tidak berhak memilih dan dipilih.
3. Setiap anggota berhak mendapatkan kesempatan menambah atau
mengembangkan ilmu dan ketrampilan keperawatan yang diselenggarakan
organisasi sesuai program dan kemampuan organisasi serta memenuhi persyaratan.
4. Setiap anggota berhak mendapatkan perlindungan dan pembelaan dalam
melaksanakan tugas organisasi dan profesi apabila memenuhi:
a. Ketentuan organisasi
b. AD/ART
c. Kode Etik Keperawatan Indonesia
d. Standar kompetensi
e. Standar praktik
f. Peraturan dan perundang-undangan yang berlaku
Pasal 6
Pemberhentian Anggota
Anggota berhenti/ hilang keanggotaan apabila:
1. Meninggal dunia
2. Permintaan sendiri secara tertulis, setelah melakukan konsultasi dengan pengurus
bidang organisasi PPNI Kabupaten/ Kota.
3. Diberhentikan oleh Pengurus Pusat atau usul Dewan Pertimbangan atau Majelis
4. Kehormatan Etik Keperawatan Indonesia, setelah terbukti berbuat hal-hal yang
merugikan organisasi
Pasal 7
Tata Cara Pemberhentian Anggota
1. Pemberhentian atas permintaan sendiri hanya dapat dilakukan dengan
pemberitahuan secara tertulis kepada Pengurus Kabupaten/ Kota di mana ia
terdaftar, setelah terlebih dahulu berkonsultasi dengan pengurus bidang organisasi
PPNI Kabupaten/ Kota dan diajukan sekurang-kurangnya satu bulan sebelumnya.

20
2. Seorang anggota dapat dikenakan pemberhentian sementara oleh Pengurus
Kabupaten/ Kota setelah didahului dengan peringatan tertulis sebanyak 3 (tiga) kali
dengan jarak waktu masing-masing 1 (satu) bulan dengan tembusan kepada
Pengurus Propinsi dan Pengurus Pusat.
3. Paling lama 6 (enam) bulan setelah penetapan pemberhentian sementara, Pengurus
Kabupaten/ Kota dapat merehabilitasi kembali atau mengusulkan pemberhentian
tetap dengan persetujuan pengurus Propinsi kepada Pengurus Pusat untuk
dikukuhkan, apabila tidak menunjukkan perubahan kearah perbaikan.
4. Dalam kondisi luar biasa yang mengancam organisasi, Pengurus Pusat dapat
melakukan pemberhentian langsung, kemudian memberitahukan kepada Pengurus
Propinsi dan Kabupaten/ Kota.
Pasal 8
Pembelaan
1. Anggota yang diberhentikan sementara dapat membela diri di hadapan rapat pleno
Pengurus Kabupaten / Kota.
2. Bila dipandang perlu, anggota yang dikenakan pemberhentian tetap dapat
mengajukan pembelaannya pada Musyawarah Propinsi (MUSPROP) atau
mengajukan pembelaannya pada Musyawarah Nasional (MUNAS)
3. Keputusan Musyawarah Propinsi (MUSPROP) atau Musyawarah Nasional
(MUNAS) dapat membatalkan atau memperkuat tindakan pemberhentian tetap
tersebut dengan ketentuan bahwa keputusan tersebut memenuhi quorum yakni
didukung sekurang-kurangnya 2/3 (dua pertiga) dari jumlah utusan yang hadir dalam
Musyawarah Propinsi (MUSPROP) atau Musyawarah Nasional (MUNAS)
Pasal 9
Pengkaderan
1. Untuk kesinambungan upaya organisasi perlu dibina kader-kader kepemimpinan
PPNI.
2. Kader-kader yang akan dipromosikan telah disaring dengan criteria:
a. Memiliki prestasi, dedikasi dan loyal terhadap PPNI
b. Mempunyai bakat dan pengetahuan serta pengalaman dalam kepemimpinan
organisasi keperawatan
c. Telah melalui proses pendidikan dan atau pelatihan khusus untuk itu
d. Tidak pernah melakukan tindakan yang tercela
3. Ketentuan terkait pengkaderan dapat diatur tersendiri sepanjang tidak bertentangan
dengan ART PPNI

21
BAB III
ORGANISASI
Pasal 10
MUSYAWARAH NASIONAL
1. Status:
a. Musyawarah Nasional selanjutnya disingkat MUNAS merupakan kekuasaan
tertinggi organisasi.
b. MUNAS diselenggarakan setiap 5 (lima) tahun sekali oleh Pengurus Pusat
melalui badan khusus yang disebut Panitia MUNAS, yang diangkat dan
bertanggung jawab kepada Pengurus Pusat.
c. Dalam keadaan luar biasa dapat dilakukan sewaktu-waktu MUNAS Luar Biasa,
atas usul sekurang-kurangnya 3 (tiga) Pengurus Propinsi dan disetujui 2/3
(duapertiga) dari Pengurus Propinsi yang ada.
d. MUNAS dapat menyelenggarakan sidang ilmiah diluar siding organisasi.
2. Kewenangan:
a. Mengesahkan jadwal acara dan peraturan tata tertib MUNAS
b. Memilih dan mengesahkan Pimpinan MUNAS
c. Menyempurnaan atau menetapkan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah
Tangga Organisasi, pedoman-pedoman pokok, garis-garis besar program kerja
Organisasi dan pernyataan sikap.
d. Menilai pertanggungjawaban Pengurus Pusat mengenai pelaksanaan hasil
MUNAS sebelumnya, apabila pertanggungjawaban Pengurus Pusat selesai,
maka Pengurus Pusat dinyatakan demisioner, dan selanjutnya Pengurus Pusat
mempunyai status anggota biasa.
e. Memilih dan melantik Ketua Umum terpilih.
f. Menunjuk Ketua terpilih sebagai Ketua Tim Formatur.
g. Memilih Anggota Tim Formatur
h. Memberikan Mandat kepada Tim Formatur untuk melengkapi Personel Pengurus
Pusat, Dewan Pertimbangan Pusat dan Majelis Kehormatan Etik Keperawatan
Pusat, setelah terbentuk kepengurusan lengkap organisasi PPNI secara
otomatis Tim Formatur dinyatakan bubar.
i. Memberikan mandat kepada Ketua terpilih untuk melantik Pengurus Pusat,
Dewan Pertimbangan Pusat, Majelis Kehormatan Etik, Keperawatan Pusat dan
badan-badan kelengkapan PPNI yang baru.
j. Menetapkan garis-garis besar program kerja Pengurus Pusat.

22
k. Menetapkan tempat MUNAS berikutnya.
3. Pedoman Umum MUNAS
a. MUNAS diselenggarakan oleh Pengurus Pusat melalui Panitia MUNAS terdiri
dari Panitia pengarah dan panitia pelaksana yang diangkat dengan hak otonomi
penuh dan bertanggung jawab kepada Pengurus Pusat.
b. Tempat pelaksanaan MUNAS ditetapkan pada MUNAS sebelumnya
c. Panitia Pelaksana MUNAS bertanggung jawab dari segi teknis penyelenggaraan
MUNAS
d. Peserta MUNAS terdiri dari:
1) Utusan:
a) Pengurus Pusat terdiri Ketua Umum, Sekretaris Jenderal, Ketua I dan
ketua II
b) Pengurus Propinsi terdiri dari Ketua pengurus propinsi, Sekretaris dan
wakil Ketua
c) Pengurus Kabupaten /Kota terdiri dari ketua pengurus Kabupaten/Kota,
Sekretaris dan wakil ketua Bidang Organisasi.
d) Dewan Pertimbangan terdiri dari Ketua dan Sekretaris
e) Majelis Kehormatan Etik Keperawatan terdiri dari Ketua dan Sekretaris
f) Kolegium, Ikatan dan Himpunan masing-masing 1 (satu) orangSebagai
utusan dibuktikan dengan surat mandat sebagai utusan dari organisasi
yang diwakilinya.
2) Peninjau adalah Pengurus Pusat, Pengurus Propinsi, Penguirus
Kabupaten/Kota, Pengurus Komisariat, Pengurus Dewan Pertimbangan,
Pengurus Majelis Kehormatan Etik Keperawatan, Pengurus Badan
Kelengkapan diluar utusan dan undangan lain yang berminat menghadiri
MUNAS.
e. MUNAS sah apabila dihadiri oleh 50% ditambah satu jumlah Propinsi Pengurus
Kabupaten/ Kota, dan jumlah Kabupaten/ Kota yang hadir.
f. MUNAS, apabila persyaratan ini belum terpenuhi dapat ditunda paling lambat 3
bulan setelah itu MUNAS dianggap sah dengan peserta MUNAS yang hadir
g. Utusan mempunyai hak bicara, hak memilih dan dipilih, sementara peninjau
mempunyai hak bicara saja.
h. Sidang Paripurna MUNAS dipimpin oleh Pimpinan MUNAS yang terdiri dari
seorang Ketua, seorang Wakil Ketua, seorang Sekretaris, dan 2(dua) orang
anggota yang dipilih dari dan oleh peserta MUNAS, kecuali sidang paripurna

23
pengesahan quorum, Jadwal acara, tata tertib dan pemilihan Pimpinan MUNAS
dipimpin oleh Ketua UMUM dan Sekretaris Jenderal PPNI
i. Penyelenggaraan MUNAS ditetapkan di Propinsi secara bergilir dan Propinsi
penyelenggara diberi otonomi penuh
j. Hal-hal yang belum tercantum dalam Pedoman Umum ini akan diatur dalam Tata
Tertib MUNAS.
Pasal 11
MUSYAWARAH PROPINSI
1. Status :
a. Musyawarah Propinsi selanjutnya disingkat MUSPROP merupakan kekuasaan
tertinggi organisasi di tingkat Propinsi.
b. MUSPROP diselenggarakan setiap 5 (lima) tahun sekali oleh Pengurus Propinsi
dan diselenggarakan selambat-lambatnya 6 bulan setelah MUNAS melalui
badan khusus yang disebut Panitia MUSPROP, yang diangkat dan bertanggung
jawab kepada Pengurus Propinsi.
c. Dalam keadaan luar biasa dapat dilakukan sewaktu-waktu Musyawarah Luar
Biasa di tingkat Propinsi, atas usul sekurang-kurangnya 3 (tiga) Pengurus
Kabupaten/ Kota dan disetujui 2/3 (duapertiga) dari Pengurus Kabupaten / Kota
yang ada.
d. MUSPROP dapat menyelenggarakan sidang ilmiah diluar sidang organisasi.

2. Kewenangan :
a. Mengesahkan Jadwal acara dan peraturan tata tertib MUSPROP.
b. Memilih dan mengesahkan Pimpinan MUSPROP.
c. Menilai pertanggungjawaban Pengurus Propinsi mengenai amanat yang
diberikan oleh MUSPROP sebelumnya, apabila pertanggungjawaban Pengurus
Propinsi selesai, maka Pengurus Propinsi dinyatakan demisioner, dan
selanjutnya Pengurus Propinsi mempunyai status anggota biasa.
d. Memilih Ketua Propinsi yang selanjutnya Ketua Propinsi terpilih dilantik oleh
Ketua Umum PPNI/ Pengurus Pusat.
e. Menunjuk Ketua Propinsi terpilih sebagai Ketua Tim Formatur.
f. Memilih Anggota Tim Formatur Propinsi.
g. Memberikan Mandat kepada Tim Formatur Propinsi untuk memilih Pengurus.
h. Propinsi, Pengurus Dewan Pertimbangan Propinsi untuk memilih Pengurus
Majelis Kehormatan Etik Keperawatan Propinsi, setelah terbentuk kepengurusan

24
lengkap organisasi PPNI Propinsi secara otomatis Tim Formatur dinyatakan
bubar.
i. Memberikan mandat kepada Ketua Propinsi terpilih untuk melantik Pengurus
Propinsi, Dewan Pertimbangan Propinsi, Majelis Kehormatan Etik Keperawatan
Propinsi dan badan-badan kelengkapan PPNI ditingkat Propinsi.
j. Menetapkan garis-garis besar program kerja Propinsi.
3. Pedoman Umum MUSPROP
a. MUSPROP diselenggarakan oleh Pengurus Propinsi melalui Panitia Pelaksana
MUSPROP yang diangkat oleh Pengurus Propinsi.Tempat pelaksanaan
MUSPROP ditetapkan pada MUSPROP sebelumnya
b. Panitia Pelaksana MUSPROP bertanggung jawab dari segi teknis
penyelenggaraan MUSPROP.
c. Peserta MUSPROP terdiri dari :
1) Utusan :
a) Pengurus Propinsi terdiri dari Ketua Propinsi, Sekjen dan para Wakil
Ketua Propinsi.
b) Pengurus Kabupaten/ Kota terdiri dari Ketua, Sekretaris dan Wakil Ketua
yang bertanggung jawab dalam bidang organisasi.
c) Dewan Pertimbangan dan Majelis Kehormatan Etik Keperawatan
masing-masing 2 (dua) orang.
d) Kolegium, Ikatan dan Himpunan masing-masing 1 (satu) orang. Sebagai
utusan dibuktikan dengan surat mandat sebagai utusan dari organisasi
yang diwakilinya.
2) Peninjau adalah Pengurus Pusat, Pengurus Propinsi, Pengurus
Kabupaten/Kota, Pengurus Komisariat Pengurus Dewan Pertimbangan
Propinsi, Pengurus Majelis Kehormatan Etik Keperawatan Propinsi,
Pengurus Badan Kelengkapan diluar utusan dan undangan lain yang
berminat menghadiri MUSPROP.
d. MUSPROP sah apabila dihadiri oleh separuh ditambah satu dari jumlah Utusan
MUSPROP, apabila persyaratan ini belum terpenuhi dapat ditunda 3bulan
setelah itu MUSPROP dianggap sah dengan peserta MUSPROP yang hadir.
e. Utusan dengan mandat tertulis mempunyai hak bicara, hak memilih dan dipilih.
Sementara peninjau mempunyai hak bicara saja.
f. MUSPROP dipimpin oleh seorang Ketua, Wakil Ketua, Sekretaris, dan 2 (dua)
orang anggota yang dipilih dari dan oleh peserta MUSPROP, kecuali sidang

25
paripurna pengesahan kuorum, acara, tata tertib dan pemilihan Pimpinan
MUSPROP dipimpin oleh Ketua Propinsi.
g. Hal-hal yang belum tercantum dalam Pedoman Umum ini akan diatur dalam Tata
Tertib MUSPROP.
Pasal 12
MUSYAWARAH KABUPATEN/ KOTA.

1. Status:
a. Kota Merupakan Kabupaten/ Kota selanjutnya disingkat MUSKAB/MUSKOT
merupakan kekuasaan tertinggi organisasi di tingkat Kabupaten/ Kota /
Kabupaten Kota
b. MUSKAB/ MUSKOT diselenggarakan setiap 5 (lima) tahun sekali oleh Pengurus
Kabupaten/ Kota dan diselenggarakan selambat-lambatnya 6 bulan setelah
MUSPROP melaui badan khusus yang disebut Panitia MUSKAB/ MUSKOT,
yang diangkat dan bertanggung jawab kepada Pengurus Kabupaten/ Kota.
c. Dalam keadaan luar biasa dapat dilakukan sewaktu-waktu Musyawarah Luar
Biasa ditingkat Kabupaten/ Kota, atas usul sekurang-kurangnya 2 (dua)
Pengurus Komisariat dan disetujui 2/3 (duapertiga) dari Pengurus Komisariat
yang ada.
d. MUSKAB/ MUSKOT dapat menyelenggarakan sidang ilmiah diluar siding
organisasi.
2. Kewenangan :
a. Mengesahkan Jadwal acara dan peraturan tata tertib MUSKAB/ MUSKOT
b. Memilih dan mengesahkan Pimpinan MUSKAB/ MUSKOT.
c. Menilai pertanggungjawaban Pengurus Kabupaten/ Kota mengenai amanat yang
diberikan oleh MUSKAB/ MUSKOT sebelumnya, apabila pertanggngjawaban
Pengurus Kabupaten/ Kota selesai, maka Pengurus Kabupaten/ Kota dinyatakan
demisioner, dan selanjutnya Pengurus Kabupaten/ Kota mempunyai status
anggota biasa.
d. Memilih Ketua Pengurus Kabupaten/ Kota yang selanjutnya Ketua Kabupaten/
Kota terpilih dilantik oleh Ketua MUSKAB/ MUSKOT.
e. Menunjuk Ketua Kabupaten/ Kota terpilih sebagai Ketua Tim Formatur.
f. Memilih Anggota Tim Formatur MUSKAB/ MUSKOT
g. Memberikan Mandat kepada Tim Formatur MUSKAB/ MUSKOT untuk memilih
Pengurus Kabupaten/ Kota dan Dewan Pertimbangan Kabupaten/ Kota setelah

26
terbentuk kepengurusan lengkap organisasi PPNI Kabupaten/ Kota secara
otomatis Tim Formatur dinyatakan bubar.
h. Memberikan mandat kepada Ketua Kabupaten/ Kota terpilih untuk melantik
Pengurus Kabupaten/ Kota, Pengurus Dewan Pertimbangan Propinsi, dan
badan-badan kelengkapan PPNI di tingkat Kabupaten/ Kota
i. Menetapkan garis-garis besar program kerja Kabupaten/ Kota.
3. Pedoman Umum MUSKAB/ MUSKOT
a. MUSKAB/ MUSKOT diselenggarakan oleh Pengurus Kabupaten/ Kota melalui
Panitia Pelaksana MUSKAB / MUSKOT yang diangkat dan bertanggung jawab
kepada Pengurus Kabupaten/ Kota
b. Tempat pelaksanaan MUSKAB/ MUSKOT ditetapkan pada MUSKAB/ MUSKOT
sebelumnya.
c. Panitia Pelaksana MUSKAB/ MUSKOT bertanggung jawab dari segi teknis
penyelenggaraan MUSKAB/ MUSKOT.
d. Peserta MUSKAB/ MUSKOT terdiri dari:
1) Utusan :
a) Pengurus Kabupaten/ Kota terdiri dari Ketua, Sekretaris dan Wakil Ketua
Kabupaten/ Kota.
b) Pengurus Komisariat terdiri dari Ketua Komisariat, Sekretaris dan 1
(orang) anggota.
c) Penasehat Kabupaten/ Kota masing-masing 2 (dua) orang Kolegium,
Ikatan dan Himpunan masing-masing 1 (satu) orang.
2) Peninjau adalah Pengurus Kabupaten/ Kota, Pengurus Komisariat Pengurus
maupun Badan Kelengkapan diluar utusan dan undangan lain yang berminat
menghadiri MUSKAB/ MUSKOT.
e. MUSKAB/ MUSKOT sah apabila dihadiri oleh separuh ditambah satu dari jumlah
Utusan MUSKAB/ MUSKOT, apabila persyaratan ini belum terpenuhi dapat
ditunda 1 (satu) jam, setelah itu MUSKAB/ MUSKOT dianggap sah dengan
peserta MUSKAB/ MUSKOT yang hadir.
f. Utusan dengan mandat tertulis mempunyai hak bicara, hak memilih dan dipilih.
Sementara peninjau mempunyai hak bicara saja.
g. Sidang MUSKAB/ MUSKOT dipimpin oleh Pimpinan MUSKAB/ MUSKOT yang
terdiri dari seorang Ketua, Wakil Ketua, Sekretaris, dan 2 (dua) orang anggota
yang dipilih dari dan oleh peserta MUSKAB/ MUSKOT, kecuali siding paripurna

27
pengesahan kuorum, acara, tata tertib dan pemilihan Pimpinan MUSKAB/
MUSKOT dipimpin oleh ketua pengurus Kabupaten/ Kota.
h. Hal-hal yang belum tercantum dalam Pedoman Umum ini akan diatur dalam Tata
Tertib MUSKAB/ MUSKOT.
Pasal 13
RAPAT KERJA NASIONAL
1. Status:
a. Rapat kerja nasional adalah rapat kerja Pengurus Pusat yang dihadiri oleh
pengurus Pusat dan Pengurus Propinsi.
b. Rapat kerja nasional diadakan sekurang-kurangnya sekali dalam satu periode
kepengurusan
c. Dalam keadaan luar biasa rapat Kerja Nasional dapat dilakukan sewaktu-waktu
atas usul Pengurus Pusat atau Pengurus Propinsi dan mendapat persetujuan
sekurang-kurangnya setengah jumlah Pengurus Propinsi yang ada.
2. Kewenangan:
a. Menilai pelaksanaan program kerja amanat MUNAS, menyempurnakan dan
memperbaiki
b. Membahas isu-isu yang dianggap penting untuk kelangsungan atau
perkembangan organisasi.
c. Membahas bahan-bahan yang akan dibahas pada MUNAS yang akan dating.
3. Tata Tertib Rapat Kerja nasional.
a. Rapat Kerja nasional diselenggarakan oleh Pengurus Pusat bersama Pengurus
Propinsi yang ditunjuk
b. Panitia Pelaksana Rapat Kerja nasional bertanggung jawab mengenai teknis
penyelenggaraan rapat kerja nasional.
c. Rapat Kerja nasional dihadiri oleh Pengurus Pusat, Pengurus Propinsi, Dewan
Pertimbangan, Majelis Kehormatan Etik Keperawatan Indonesia, pengurus
badan kelengkapan dan badan khusus, peninjau dan undangan Pengurus Pusat
d. Rapar Kerja nasional dipimpin oleh Pengurus Pusat.
e. Hal-hal lain yang belum diatur dalam tata tertib ini diatur dalam peraturan
tersendiri, selama tidak bertentangan dengan AD/ ART.
Pasal 14
Rapat Kerja Propinsi
1. Status :
a. Rapat kerja Propinsi adalah rapat kerja Pengurus Propinsi yang dihadiri oleh

28
b. Utusan Pengurus Pusat, Pengurus Propinsi dan utusan pengurus Kabupaten/
Kota.
c. Rapat kerja Propinsi diadakan sekurang-kurangnya sekali dalam periode
kepengurusan.
d. Dalam keadaan luar biasa rapat Pengurus Propinsi dapat dilakukan sewaktu-
waktu atas usul Pengurus Propinsi atau Pengurus Kabupaten/ Kota dan
mendapat persetujuan sekurang-kurangnya setengah jumlah Pengurus
Kabupaten/ Kota yang ada.
2. Kewenangan:
a. Menilai pelaksanaan program kerja amanat MUSPROP, menyempurnakan dan
memperbaiki untuk dilaksanakan pada sisa periode kepengurusan.
b. Membahas isu-isu yang dianggap penting untuk kelangsungan atau
perkembangan organisasi.
c. Membahas bahan-bahan yang akan dibahas pada MUSPROP dan atau
masukan MUNAS yang akan datang.
3. Tata Tertib Rapat Kerja Propinsi:
a. Rapat Kerja Propinsi diselenggarakan oleh Pengurus Propinsi bersama
Pengurus Kabupaten/ Kota yang ditunjuk Pengurus Propinsi.
b. Panitia Pelaksana Rapat Kerja Pengurus Propinsi bertanggung jawab mengenai
teknis penyelenggaraan rapat kerja Pengurus Propinsi.
c. Rapat Kerja Propinsi dihadiri oleh utusan Pengurus Pusat, Pengurus Propinsi,
Dewan Pertimbangan Propinsi, Majelis Kehormatan Etik Keperawatan Propinsi,
pengurus badan kelengkapan dan badan khusus Propinsi, peninjau dan
undangan Pengurus Propinsi.
d. Rapat Kerja dipimpin oleh Pengurus Propinsi.
e. Hal-hal lain yang belum diatur dalam tata tertib ini diatur dalam peraturan
tersendiri, selama tidak bertentangan dengan AD/ ART.
Pasal 15
Rapat Kerja Kabupaten/ Kota
1. Status :
a. Rapat kerja Kabupaten/ Kota adalah rapat kerja Pengurus Kabupaten/ Kota yang
dihadiri oleh utusan pengurus komisariat.
b. Rapat kerja Kabupaten/ Kota diadakan sekurang-kurangnya sekali dalam
periode kepengurusan Pengurus Kabupaten/ Kota

29
c. Dalam keadaan luar biasa rapat Kerja Kabupaten/ Kota dapat dilakukan sewaktu-
waktu atas usul Pengurus Kabupaten/ Kota atau pengurus komisariat yang
mendapat persetujuan sekurang-kurangnya setengah jumlah komisariat yang
ada.
2. Kewenangan:
a. Menilai pelaksanaan program kerja amanat MUSKAB/ MUSKOT.
b. Menyempurnakan dan memperbaiki untuk dilaksanakan pada sisa periode
kepengurusan selanjutnya.
c. Membahas isu-isu yang dianggap penting untuk kelangsungan atau
perkembangan organisasi.
d. Membahas bahan-bahan yang akan dibahas pada MUSKAB/ MUSKOT dan atau
usulan pada MUSPROP/ MUNAS yang akan datang.
3. Tata tertib Rapat Kabupaten/ Kota.
a. Rapat Kerja Kabupaten/ Kota diselenggarakan oleh Pengurus Kabupaten/ Kota
bersama Pengurus komisariat yang ditunjuk Pengurus Kabupaten/ Kota.
b. Panitia Pelaksana Rapat Kerja Pengurus Kabupaten/ Kota bertanggung jawab
mengenai teknis penyelenggaraan rapat kerja Pengurus Kabupaten/ Kota.
c. Rapat Kerja Kabupaten/ Kota dihadiri oleh utusan Pengurus Pusat dan Pengurus
Propinsi, serta pengurus komisariat.
d. Hal-hal lain yang belum diatur dalam tata tertib ini diatur dalam peraturan
tersendiri, selama tidak bertentangan dengan tata tertib ini.
Pasal 16
Musyawarah Anggota
1. Status :
a. Musyawarah Anggota adalah pelaksanaan kedaulatan tertinggi di tingkat
komisariat yang dihadiri oleh seluruh pengurus dan anggota komisariat, utusan
Pengurus Propinsi dan atau pengurus Kabupaten/ Kota serta undangan
pengurus komisariat.
b. Musyawarah Anggota diadakan sekurang-kurangnya sekali dalam satu tahun.
c. Dalam keadaan luar biasa Musyawarah Anggota dapat dilakukan sewaktu-waktu
atas usul dan mendapat persetujuan sekurang-kurangnya setengah jumlah
anggota yang ada.

30
2. Kewenangan :
a. Menetapkan dan menilai pertanggungjawaban pelaksanaan program kerja
pengurus komisariat serta memperbaiki untuk dilaksanakan pada sisa periode
kepengurusan selanjutnya.
b. Membahas isu-isu yang dianggap penting untuk kelangsungan atau
perkembangan organisasi.
c. Memilih pengurus komisariat.
3. Pedoman Musyawarah Anggota:
a. Musyawarah Anggota diselenggarakan oleh pengurus komisariat.
b. Musyawarah Anggota dihadiri oleh utusan Pengurus Propinsi dan atau Pengurus
Kabupaten/ Kota serta seluruh pengurus dan anggota.
c. Hal-hal lain yang belum diatur dalam tat tertib ini diatur dalam peraturan
tersendiri, selama tidak bertentangan dengan ketentuan yang berlaku.
Pasal 17
Pengurus Pusat
Pengurus Pusat PPNI terdiri dari:
1. Ketua Umum:
a. Ketua I : Membidangi Departemen Organisasi, HUKMAS dan pemberdayaan politik,
Pengembangan kerjasama dalam dan luar negeri
b. Ketua II : Membidangi Departemen Pendidikan dan Pelatihan, Pelayanan
Kesejahteraan.

2. Sekretaris Jenderal
a. Sekretaris I
b. Sekretaris II
3. Bendahara Umum
a. Bendahara I
b. Bendahara II
4. Ketua-Ketua Departemen :
a. Ketua Departemen Organisasi
b. Ketua Departemen Hukum & Hubungan Masyarakat serta Pemberdayaan Politik
c. Ketua Departemen Pendidikan dan Pelatihan
d. Ketua Departemen Pelayanan
e. Ketua Departemen Pengembangan, Kerjasama dalam Negeri & Luar Negeri
f. Ketua Departemen Kesejahteraan

31
5. Anggota-Anggota Departemen :
a. Dua Anggota Departemen Organisasi,
b. Dua Anggota Departemen Hukum dan Hubungan Masyarakat serta
Pemberdayaan Politik
c. Dua Anggota Departemen Pendidikan dan Pelatihan
d. Dua Anggota Departemen Pelayanan
e. Dua Anggota Departemen Pengembangan, Kerjasama dalam Negeri &Luar
Negeri
f. Dua Anggota Departemen Kesejahteraan.
Pasal 18
Pengurus Propinsi
Pengurus Propinsi PPNI terdiri dari :
1. Ketua
2. Sekretaris
Wakil Sekretaris
3. Bendahara
Wakil Bendahara
4. Ketua-ketua Bidang :
a. Ketua Bidang Organisasi, Hukum dan Pemberdayaan Politik
b. Ketua Bidang pendidikan dan Pelatihan
c. Ketua Bidang Pelayanan.
d. Ketua Bidang Pengembangan, Kerjasama dan Humas
e. Ketua Bidang Kesejahteraan
5. Anggota Bidang :
a. Dua orang anggota Bidang Organisasi, Hukum dan Pemberdayaan Politik
b. Dua orang anggota Bidang Pendidikan dan Pelatihan
c. Dua orang anggota Bidang Pelayanan
d. Dua orang anggota Bidang Pengembangan, Kerjasama, & Hubungan Luar
Negeri
e. Dua orang anggota Bidang Kesejahteraan
Pasal 19
Pengurus Kabupaten/ Kota
Pengurus Kabupaten/ Kota PPNI terdiri dari :
1. Ketua
2. Sekretaris

32
Wakil Sekretaris
3. Bendahara
Wakil Bendahara
4. Ketua-ketua Devisi:
a. Ketua Devisi Organisasi, Hukum dan Pemberdayaan Politik
b. Ketua Devisi Pendidikan dan Pelatihan
c. Ketua Devisi Pelayanan
d. Ketua Devisi Pengembangan, Kerjasama dalam Negeri & Luar Negeri
e. Ketua Devisi Kesejahteraan
5. Anggota Devisi:
a. Dua orang anggota Devisi Organisasi, Hukmas dan Pemberdayaan Politik
b. Dua orang anggota Devisi Pendidikan dan Pelatihan
c. Dua orang anggota Devisi Pelayanan
d. Dua orang anggota Devisi Pengembangan, Kerjasama & Humas dalam Dalam
Negeri dan Luar Negeri
e. Dua orang anggota Devisi Kesejahteraan
Pasal 20
Pengurus Komisariat
1. Komisariat merupakan perwakilan dari pengurus Kabupaten/ Kota pada institusi
2. tertentu yang anggotanya sekurang-kurangnya 25 orang
3. Pengurus Komisariat PPNI terdiri dari :
a. Ketua
b. Sekretaris dan Wakil Sekretaris
c. Bendahara dan Wakil Bendahara
d. Seksi-seksi:
1) Seksi Organisasi dan Hukum
2) Seksi Pendidikan dan Latihan
3) Seksi Pelayanan Keperawatan
4) Seksi Pengembangan dan Kerjasama dan Humas
5) Seksi Kesejahteraan Anggota
Pasal 21
Masa Kepengurusan
1. Pengurus PPNI diberbagai tingkat (Pengurus Pusat, Pengurus Propinsi, Pengurus
Kabupaten/ Kota, dan Pengurus Komisariat) dipilih untuk masa bakti 5(lima) tahun.

33
2. Ketua Umum, Ketua Propinsi, Ketua kabupaten/Kota, dan Ketua Komisariat dapat
dipilih untuk 2(dua) periode kepengurusan berturut-turut.
Pasal 22
Syarat-syarat Pengurus Organisasi
1. Berasal dari anggota yang berpengalaman dan mempunyai kepribadian yang baik,
berprestasi, dedikasi dan memiliki loyalitas yang tinggi terhadap PPNI.
2. Mampu bekerjasama secara kolektif, mampu meningkatkan dan mengembangkan
peranan PPNI dalam pelayanan keperawatan professional dalam menunjang
pengembangan pelayanan kesehatan khususnya dan Pembangunan Nasional
umumnya.
3. Memiliki komitmen yang tinggi terhadap organisasi dan profesi
4. Sanggup bekerja aktif dalam organisasi.
Pasal 23
Penggantian Pengurus Antar Waktu
1. Penggantian kepengurusan organisasi dalam satu masa jabatan dimungkinkan
karena ada pengurus:
a. Meningggal dunia
b. Berhenti atas permintaa sendiri
c. Pindah ketempat lain yang mengakibatkan yang bersangkutan tidak dapat aktif
dalam waktu 6 bulan
d. Tidak aktif mengikuti kegiatan organisasi yang dinilai oleh rapat pleno pengurus
diberhentikan.

2. Kewenangan pemberhentian pengurus sesuai ayat 1 butir d diatur sebagai berikut:


a. Pegurus Pusat dilakukan oleh Rapat Pleno Pengurus Pusat setelah
berkonsultasi dengan Dewan Pertimbangan Pusat.
b. Pengurus Propinsi dilakukan oleh Rapat Pleno Pengurus Propinsi setelah
berkonsultasi dengan Dewan Pertimbangan Propinsi
c. Pengurus Kabupaten/ Kota dilakukan oleh Pengurus Kabupaten/ Kota setelah
berkonsultasi dengan Dewan Pertimbangan Kabupaten/ Kota.
d. Pengurus Komisariat dilakukan oleh Rapat Pleno Pengurus Komisariat setelah
berkonsultasi dengan Pengurus Kabupaten/ Kota.
e. Untuk Pengurus Badan Kelengkapan oleh Rapat Pleno Badan Kelengkapan dan
atas pertimbangan PPNI sesuai tingkat kepengurusan organisasi.

34
Pasal 24
Dewan Pertimbangan
1. Status:
a. Dewan Pertimbangan adalah Dewan yang memberikan pertimbangan untuk
masalah organisasi, hokum, keahlian dan profesi keperawatan pada Pengurus
Pusat atau Pengurus Propinsi atau Pengutus Kabupaten/ Kota
b. Dewan Pertimbangan dibentuk melalui Musyawarah Nasional, Musyawarah
Propinsi dan Musyawarah Kabupaten/ Kota.
c. Masa bakti pengurus Dewan pertimbangan selama 5 tahun
d. Ketua Dewan Pertimbangan dapat dipilih untuk 2(dua) periode berturut-turut
2. Kewenangan:
a. Memberi pengarahan, petunjuk, pertimbangan, saran atau nasehat kepada
pengurus PPNI sesuai dengan tingkat organisasi baik diminta maupun tidak
diminta sesuai kebutuhan organisasi,
b. Membina pengembangan profesi keperawatan dalam arti yang luas.
3. Susunan Pengurus:
a. Kedudukan Dewan pertimbangan berada di Pengurus Pusat, Pengurus Proipinsi,
dan Pengurus Kabupaten/ Kota.
b. Kepengurusan terdiri dari Ketua, Sekretaris, dan Anggota 3 orang
c. Hal-hal lain yang belum diatur dalam ketentuan ini diatur dalam peraturan
tersendiri, selama tidak bertentangan dengan ketentuan ini.
Pasal 25
Majelis Kehormatan Etik Keperawatan
1. Status:
a. Majelis Kehormatan Etik Keperawatan adalah majelis yang memberikan
pertimbangan untuk masalah etik keperawatan kepada Pengurus Pusat atau
Pengurus Propinsi dan anggota.
b. Majelis Kehormatan Etik Keperawatan dibentuk melalui Musyawarah Nasional di
tingkat Pusat, Musyawarah Propinsi di tingkat Propinsi, sedangkan di tingkat
Kabupaten/ Kota dapat dibentuk dengan pertimbangan khusus Pengurus Pusat
c. Masa bakti pengurus Majelis Kehormatan Etik Keperawatan selama 5 tahun
d. Ketua Majelis Kehormatan Etik Keperawatan dapat dipilih untuk 2 (dua) periode
berturut-turut.

35
2. Kewenangan:
a. Melakukan penyelidikan dan menyelesaikan masalah etik yang berkaitan dengan
pelanggaran etik profesi keperawatan.
b. Membina penghayatan dan pengamalan Kode etik keperawatan
c. Melakukan koordinasi dengan Komite Etik Institusi sesuai jenjang organisasi.
3. Susunan Pengurus:
a. Kedudukan Majelis Kehormatan Etik Keperawatan berada di Pusat dan Propinsi
b. Kepengurusan terdiri dari Ketua, Sekretaris, dan Anggota 5 orang.
c. Hal-hal yang belum diatur dalam ketentuan ini diatur dalam peraturan tersendiri,
selama tidak bertentangan dengan ketentuan yang berlaku.
Pasal 26
Kolegium Keperawatan
1. Status:
a) Kolegium Keperawatan adalah badan kelengkapan PPNI yang
bertanggungjawab terhadap pengembangan dan pemantaun kepakaran dan
profesi keperawatan pada strata Ners atau Ners Spesialis.
b) Kolegium Keperawatan dikukuhkan pada Musyawarah Nasional
c) Kolegium Keperawatan berkedudukan di tingkat Pusat bertanggung jawab
kepada Pengurus Pusat; di tingkat Propinsi bertanggung jawab kepada
Pengurus Propinsi.
2. Kewenangan:
a) Membantu PPNI dan Pemerintah dalam pengawasan, bimbingan, pengarahan,
dan peningkatan mutu pelaksanaan pendidikan dan praktik Ners dan Ners
spesialis.
b) Mengembangkan keilmuan sesuai kepakarannya
c) Mengembangkan mekanisme dan materi ujian nasional sesuai kepakarannya.
3. Susunan Pengurus:
a) Kedudukan Kolegium Keperawatan berada di Pusat dan Propinsi
b) Masa Bakti Kolegium Ners atau Ners Spesialis selama 5 (lima) tahun
c) Ketua dan Pengurus Kolegium Ners dan Ners Spesialis dipilih dalam Sidang
Kolegium Ners atau Ners Spesialis dan dikukuhkan oleh Ketua Umum.
d) Ketua Kolegium Keperawatan dapat dipilih untuk 2 (dua) periode berturut-turut.
e) Pengurus Kolegium Ners atau Ners Spesialis adalah anggota biasa yang telah
menjadi anggota PPNI dan anggota Himpunan Ners atau Ners Spesialis

36
f) Hal-hal lain yang belum diatur dalam ketentuan ini diatur dalam peraturan
tersendiri, selama tidak bertentangan dengan ketentuan ini.

Pasal 27
Ikatan Perawat
1. Status:
a. Ikatan Perawat adalah badan kelengkapan PPNI yang bertanggung jawab
terhadap pengembangan dan pemantauan profesi keperawatan sesuai
kekhususannya.
b. Ikatan Perawat adalah kumpulan perawat yang mempunyai kekhusususan
keilmuan keperawatan yang sama yang dibuktikan dengan sertifikasi.
c. Ikatan Perawat berkedudukan di tingkat Pusat bertanggung jawab kepada
Pengurus Pusat; di tingkat Propinsi bertanggung jawab kepada Pengurus
Propinsi dan di tingkat Kabupaten/ Kota bertanggung jawab kepada Pengurus
Kabupaten/Kota.
d. Ikatan Perawat tingkat Pusat dikukuhkan oleh Ketua Umum, Ikatan Perawat
Propinsi dikukuhkan oleh Pengurus Propinsi dan Pengurus Kabupaten/ Kota
dikukuhkan oleh Pengurus Kabupaten/ Kota.
2. Kewenangan:
a. Melakukan pengembangan dan pembinaan pendidikan dan praktik sesuai
kekhususannya.
b. Memberikan usul dan saran baik diminta atau tidak diminta kepada pengurus
PPNI sesuai jenjang organisasi terkait dengan pendidikan dan praktik
keperawatan kekhususannya
3. Susuanan Pengurus:
a. Kedudukan Ikatan Perawat berada di Pusat, Propinsi, dan Kabupaten/ Kota
b. Masa Bakti Ikatan Perawat selama 5(lima) tahun
c. Ketua dan Pengurus Ikatan Perawat dipilih dalam Sidang Ikatan Perawat
d. Pengurus Ikatan Perawat adalah anggota biasa yang telah terjadi menjadi
anggota PPNI
e. Hal-hal lain yang belum diatur dalam ketentuan ini diatur dalam peraturan
tersendiri, selama tidak bertentangan dengan ketentuan ini.

37
Pasal 28
Himpunan Perawat
1. Status:
a. Himpunan Perawat adalah kumpulan perawat dari berbagai kekhususan
keilmuan keperawatan yang mempunyai peminatan dan lingkup pekerjaan yang
sama.
b. Himpunan Perawat tingkat Pusat dikukuhkan Ketua Umum, tingkat Propinsi
dikukuhkan Pengurus Propinsi dan tingkat Kabupaten Kota dikukuhkan
Pengurus Kabupaten/ Kota
c. Himpunan Perawat berkedudukan di tingkat Pusat bertanggung jawab kepada
Pengurus Pusat; di tingkat Propinsi bertanggung jawab kepada Pengurus
Propinsi; dan di tingkat Kabupaten/ Kota bertanggung jawab kepada Pengurus
Kabupaten/ kota.
2. Kewenangan:
a. Melakukan pengembangan dan pembinaan praktik keperawatan terkait
peminatan dan lingkup pekerjaan yang sama.
b. Memberikan usul dan saran baik diminta atau tidak diminta kepada pengurus
PPNI sesuai jenjang organisasi terkait dengan pendidikan dan praktik
keperawatan kekhususannya.
3. Susunan Pengurus:
a. Kedudukan Himpunan Perawat berada di Pusat, Propinsi, dan Kabupaten/ Kota
b. Masa Bakti Himpunan Perawat selama 5 (lima) tahun
c. Ketua dan Pengurus Himpunan Perawat dipilih dalam sidang Himpunan
Perawat.
d. Pengurus Himpunan Perawat adalah anggota biasa yang telah menjadi anggota
PPNI
e. Hal-hal lain yang belum diatur dalam ketentuan ini diatur dalam peraturan
tersendiri, selama tidak bertentangan dengan ketentuan ini.
Pasal 29
Badan Khusus
1. Badan Khusus adalah badan yang dibentuk secara khusus oleh Pengurus Pusat
melaksanakan amanat MUNAS dan bertanggung jawab kepada Pengurus Pusat.
2. Badan-badan lain yang dibentuk sesuai kebutuhan yang diatur oleh peraturan
organisasi.

38
BAB IV
KEPUTUSAN
Pasal 30
1. Semua keputusan yang diambil dalam organisasi dan badan kelengkapan PPNI
dilakukan secara musyawarah dan mufakat.
2. Apabila keputusan melalui musyawarah dan mufakat tidak berhasil, maka keputusan
diambil atas dasar perhitungan suara terbanyak.
3. Keputusan menyangkut perorangan dilakukan secara bebas dan rahasia

BAB V
KEKAYAAN
Pasal 31
1. Besarnya uang pangkal dan uang iuran keanggotaan ditetapkan oleh MUNAS. Yaitu
iuran anggota Rp.5.000,-(Lima Ribu Rupiah)/ orang/ bulan dan Besarnya uang
pangkal bagi anggota baru adalah RP.25.000,-(Dua Puluh Lima Ribu Rupiah).
2. Pengalokasian uang pangkal dan iuran bulanan anggota ditetapkan sebagai berikut:
a. Pengurus Pusat sebanyak 15 %
b. Pengurus Propinsi sebesar 20 %
c. Pengurus Kabupaten/ Kota sebesar 25 %
d. Pengurus Komisariat 40 %
3. Uang pangkal dan iuran bulanan anggota badan kekhususan dapat ditambahkan
dari besarnya uamg pangkal dan iuran bulanan yang ditetapkan oleh MUNAS
berdasarkan kesepakatan pada sidang organisasi tersebut.
4. Pembagian uang hasil usaha dari unit-unit pelaksana teknis atau usaha-usaha lain
yang mengatas namakan PPNI antara lain:
a. Pelaksana usaha yang bersangkutan 75%
b. Fee organisasi sebanyak 25 % dengan rincian:
1) Komisariat atau lokasi di mana badan usaha tersebut berada: 10 %
2) Pengurus Pusat, Propinsi atau Kabupaten/ Kota, masing-masing: 5 %
5. Pemasukan dan pengeluaran keuangan organisasi wajib didokumentasikan sesuai
dengan sistem yang berlaku untuk organisasi nirlaba.
6. Pemasukan dan pengeluaran keuangan organisasi wajib dipertanggungjawabkan
dalam forum MUNAS/MUSPROP/MUSKAB/MUSKOT dan Rapat organisasi

39
BAB VI
PERUBAHAN ANGGARAN DASAR
DAN PERUBAHAN ANGGARAN RUMAH TANGGA
Pasal 31
Perubahan anggaran rumah tangga ini hanya dapat dilakukan melalui Musyawarah
Nasional

BAB VIII
ATURAN TAMBAHAN
Pasal 32
1) Setiap anggota PPNI dianggap telah mengetahui isi dari Anggaran Dasar dan
Rumah Tangga PPNI
2) Perselisihan dalam penafsiran Anggaran Dasar dan Rumah Tangga PPNI ini
diputuskan oleh Pengurus Pusat.
3) Hal-hal yang belum diatur didalam Anggaran Rumah Tangga PPNI ini dimuat
didalam peraturan tersendiri sepanjang tidak bertentangan dengan ketentuan ini.

40
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Keperawatan adalah sebuah profesi, di mana di dalamnya terdapat sebuah “body
of knowladge’ yang jelas. Profesi Keperawatan memiliki dasar pendidikan yang kuat,
sehingga dapat dikembangkan setinggi-tingginya. Hal inimenyebabkan Profesi
Keperawatan selalu dituntut untuk mengembangkan dirinyauntuk berpartisipasi aktif
dalam Sistem Pelayanan Kesehatan di Indonesia dalamupaya meningkatakan
profesionalisme Keperawatan agar dapat memajukan pelayanan masyarakat akan
kesehatan di negeri ini.
Organisasi profesi merupakan organisasi yang anggotanya adalah para praktisi
yang menetapkan diri mereka sebagai profesi dan bergabung bersamauntuk
melaksanakan fungsi-fungsi sosial yang tidak dapat mereka laksanakandalam
kapasitas mereka seagai individu.Umumnya untuk satu profesi hanya terdapat satu
organisasi profesi yang para anggotanya berasal dari satu profesi, dalam arti telah
menyelesaikan pendidikan dengan dasar ilmu yang sama. Misi utama organisasi
profesi adalah untuk merumuskan kode etik dan kompetensi profesi serta
memperjuangkanotonomi profesi.
Organisasi keperawatan tingkat nasional yang merupakan wadah bagi perawat
di Indonesia adalah Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) yang didirikan
pada tanggal 17 Maret 1974 dan merupakan gabungan dari berbagai organisasi
keperawatan saat itu.

B. Saran
Demikian makalah ini kami buat, semoga makalah ini dapat berguna bagi para
pembaca. Kami memohon maaf apabila ada kesalahan ejaan dalam penulisan
makalah ini. Dan kami juga mengharapkan pembaca untuk memberikan kritik
maupun saran demi kesempurnaan makalah ini. Sekian penutup dari kami, semoga
makalah ini dapat diterima dan kami ucapkan terimakasih

41
DAFTAR PUSTAKA

https://riskiditaakmalia.blogspot.com/2014/12/american-nurses-association-ana-
adalah.html
https://en.wikipedia.org/wiki/Canadian_Nurses_Association
https://www.blogperawat.net/2020/04/organisasi-profesi-keperawatan.html
https://www.denyirwanto.com/organisasi-keperawatan-di-indonesia/#google_vignette
https://simk.ppni-inna.org/index.php/public/about/information-structure/
https://simk.ppni-inna.org/index.php/public/about/information-history/
https://aliperawatcare.blogspot.com/2012/09/adart-ppni.html

42

Anda mungkin juga menyukai