Anda di halaman 1dari 46

TUGAS KELOMPOK

ORGANISASI PROFESI KEPERAWATAN

Diajukan sebagai salah satu tugas mata kuliah konsep dasar keperawatan

Program Studi S1 Keperawatan Non Reguler STIKes Santo Borromeus

oleh :

Agnes Erna Thalia

M. Fery Hidayat

Petronila Anjar Kusuma

Sopi Chaerunisa

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN NON REGULER

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SANTO BORROMEUS

PADALARANG

2018
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahnatNYA sehingga
makalah ini dapat tersusun hingga selesai.

Makalah ini kami susun dengan kebutuhan para mahasiswa mahasiswi keperawatan akan
bahan tambahan referensi.

Kami mengucupkan terimakasih kepada semua teman-teman kelompok empat yang telah
membantu tersusunya makalah ini, terutama kepada dosen pembimbing mata kuliah kami yang
telah memberikan semangat dan motivasi. Kritik dan saran yang membangun sangat kami
harapkan guna menyempurnakan makalah ini. Besar harapan kami, semoga makalah ini
bermanfaat untuk meningkatkan ilmu pengetahuan dan keterampilan di bidang keperawatan
khususnya dan kesehatan pada umumnya.

Bandung, 20 September 2018

Kelompok empat
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Proses keperawatan sebagai alat bagi perawat untuk melaksanakan asuhan
keperawatan yang dilakukan pada pasien memiliki arti penting bagi kedua belah pihak
yaitu perawat dank lien. Sebagai seorang perawat proses keperawatan dapat digunakan
sebagai pedoman dalam pemecahan masalah klien, dapat menunjukan profesi yang
memiliki professionalitas yang tinggi, serta dapat memberikan kebebasan kepada klien
untuk mendapatkan pelayanan yang cukup sesuai dengan kebutuhannya.
Proses keperawatan merupakan suatu jawaban untuk pemecahan masalah dalam
keperawatan, karna proses keperawatan merupakan metode ilmiah yang digunakan secara
sistematis dan menggunakan konsep dan prinsip ilmiah yang digunakan secara sistematis
dalam mencapai diagnosa masalah kesehatan pasien, merumuskan tujuan yang ingin
dicapai menentukan tindakan dan mengevaluasi tindakan keperawatan.

B. Tujuan
1. Pengertian organisasi profesi keperawatan
2. Tujuan Organisasi Profesi
3. Ciri-ciri Organisasi Profesi
4. Peran, Fungsi, dan Tugas Organisasi Profesi
5. Manfaat Organisasi Profesi
6. Organisasi Profesi Keperawatan di Indonesia dan di Luar Negeri
7. Sistem Pengaturan dalam praktek Keperawatan

C. Metode Penulisan
Dibuat dengan menggunakan metode studi dokumentasi keperawatan yaiu dengan
menggunakan beberapa sumber buku
D. Sistematika penulisan
Sistematika penulisan ditulis secara naratif Bab 1 tentang pendahuluan yang berisi latar
belakang, tujuan, metode penulisan dan sistematika penulisa. Bab 2 tentang tinjauan
teoritis.
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Pengertian
Pengertian Organisasi Profesi Keperawatan
1. Organisasi profesi keperawatan organisasi yang anggotanya adalah para praktisi yang
menetapkan diri mereka sebagai profesi da bergabung bersama untuk melaksanakan
fungsi-fungsi sosial yang tidak dapat mereka laksanakan dalam kapasitas mereka
sebagai individu.
2. Organisasi profesi keperawatan adalah konsep tentang profil profesi, rincian
kompetensi, serta mekanisme untuk memperoleh kompetensi tersebut, baik melalui
pendidikan formal maupun pengalaman praktik, evaluasi dan sertifikasi (Nursalam,
2015).
3. Organisasi profesi adalah organisasi yang terdiri dari para praktisi yang menetapkan
diri sebagai ahli yang mampy dan bergabung bersama untuk melaksanakan fungsi
sosial yang tidak dapat dilakukan sendiri-sendiri serta merupakan asosiasi yang
bersifat sukarela (Deden, 2013).

B. Tujuan organisasi profesi keperawatan


Pasal 41
1. Meningkatkan atau mengembangkan pengetahuan dan keterampilan, martabat dan
etika profesi perawat
2. Mempersatukan dan memperdayakan perawat dalam rangka menunjang
pembangunan kesehatan
3. Menurut International Council of Nurse tujuan organisasi profesi adalah untuk
mencapai persatuan dan kesatuan yang kokoh diantara anggotannya, peningkatan
mutu dan kesejahteraan anggotanya disertai peningkatan mutu pelayanan, serta
terjalinya hubungan kerjasama yang baik dengan profesi lain.
C. Ciri-ciri organisasi profesi
Menurut Prof. DR. Azrul Azwar MPH (1998), tiga cirri organisasi profesi keperawatan
sebagai berikut.
1. Umumnya untuk satu profesi hanya terdapat satu organisasi profesi yang para
anggotanya berasal dari satu profesi, dalam arti telah menyelesaikan pendidikan
dengan dasar ilmu yang sama.
2. Misi utama organisasi profesi adalah untuk merumuskan kode etik dan kompetensi
profesi, serta memperjuangkan otonomi profesi.
3. Kegiatan pokok organisasi profesi adalah menetapkan serta merumuskan standar
pelayanan profesi, standar pendidikan dan pelatihan profesi serta menetapkan
kebijakan profesi.

D. Peran dan fungsi organisasi keperawatan


Peran organisasi profesi
1. Pembina, pengembang, dan pengawasan terhadap mutu pendidikan keperawatan.
2. Pembina, pengembang dan pengawas terhadap pelayanan keperawatan.
3. Pembina serta pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi keperawatan.
4. Pembina, pengembang, dan pengawas kehidupan profesi.

Fungsi organisasi profesi

Dalam pelaksanaan peran organisasi profesi, fungsi organisasi sebagai berikut:

1. Bidang pendidikan
a. Menetapkan standar pendidikan profesi
b. Mengembangkan pendidikan profesi berjenjang berlanjut
2. Bidang pelayanan profesi
a. Menetapkan standar profesi
b. Memberikan izin praktik/ rekomendasi
c. Memberikan registrasi tenaga profesi
d. Menyusun dan menetapkan kode etik profesi
3. Bidang ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK)
a. Merencakan, melaksanakan dan mengawasi pelaksanaan riset
b. Merencanakan, melaksanakan dan mengawasi IPTEK dalam profesi
4. Bidang kehidupan profesi
a. Membina, mengawasi organisasi profesi
b. Membina kerjasama dengan pemerintah, masyarakat profesi lain dan antar
anggota
c. Membina kerjasama dengan organisasi profesi sejenis dengan negara lain
d. Membina, mengupayakan dan mengawasi kesejahteraan anggota

E. Manfaat organisasi
Menurut Breckon 1989:
1. Mengembangkan dan memajukan profesi
2. Menertibkan dan memperluas ruang gerak profesi
3. Menghimpun dan menyatukan pendapat warga profesi
4. Memberikan kesempatan kepada semua anggota untuk berkarya dan berperan aktif
dalam mengembangkan dan memajukan profesi

F. Organisasi keperawatan di luar negeri dan dalam negeri


1. Di Luar Negeri
a) International council of nurses (ICN)
Merupakan organisasi professional wanita pertama didunia yang didirikan
tanggal 1 juni 1899 yang dimotori oleh Mrs. Bedford fenwick. ICN merupakan
federasi perhimpunan perawat nasional diseluruh Indonesia.
Tujuan pendirian ICN adalah memperkokoh silahturahmi pada perawat
diseluruh dunia, member kesempatan bertemu bagi perawat diseluruh dunia untuk
membicarakan berbagai masalah tentang keperawatan, menjunjung tinggi
peraturan dalam ICN agar dapat mencapai kemajuan dalam pelayanan, pendidikan
keperawatan berdasarkan dan kode etik profesi keperawatan.
Kode etik keperawatan menurut ICN (1973) menegaskan bahwa
keperawatan bersifat universal. Keperawatan menjunjung tinggi kehidupan,
martabat dan hak asasi manusia. Keperawatan tidak dibatasi olehperbedaan
kebangsaan, ras, warna kulit, usia, jenis kelamin, aliran politik, agama, dan status
sosial. ICN mengadakan kongres setiap 4 tahun sekali. Pusatnya di Geneva,
Switzerland.
b) America Nurses Assosiation (ANA)
ANA adalah organisasi profesi perawat di Amerika Serikat. Didirikan pada akhir
tahun 1800 yang anggota nya terdiri dari organisasi perawat dari Negara-Negara
bagian. Ana nerperan dalam menetapkan standar praktek keperawatan, melakukan
penelitian untuk meningkatkan mutu pelayanan keperawatan serta menampilkan
profil keperawatan professional dengan pemberlakukan legalisasi keperawatan.
c) Canadian Nurses Assosiation (CNA)
CNA adalah asosiasi perawat nasional di kanada. Mempunyai tujuan yang sama
dengan ANA yaitu membuat standar praktek keperawatan, mengusahakan
peningkatan standar praktek keperawatan, mendukung peningkatan
profesionalisasi keperawatan dan meningkatkan kesejahteraan perawat. CNA juga
berperan aktif meningkatkan mutu pendidikan keperawatan, pemberian ijin bagi
praktek keperawatan mandiri.
d) Nasional League for Nursing (NLN)
NLN adalah suatu organisasi terbuka untuk semua orang yang berkaitan dengan
keperawatan meliputi perawat, non perawat seperti asisten perawat (pekarya) dan
agencies. Didirikan pada tahun 1952. Bertujuan untuk membantu pengembangan
dan peningkatan mutu pelayanan keperawatan dan pendidikan keperawatan.
e) British Nurses Assosiation (BNA)
BNA adalah asosiasi perawat nasioanal di inggris. Didirikan pada tahun 1887 oleh
Mrs. Fernwick. Bertujuan untuk memperkuat persatuan dan kesatuan seluruh
perawat di inggris dan berusaha memperoleh pengakuan terhadap profesi
keperawatan.
2. Di Indonesia
a) tahun 1921 didirikan organisasi perawat yang bernama perkumpulan kaum
Verpleger Boemibatera (PKVB).
b) Tahun 1928 sampai 1942, PKVB berubah nama menjadi Perkumpulan Kaum
Verpleger Indonesia (PKVI).
c) Tahun 1942 sampai 1945, pada masa penjajahan jepang berkembang profesi
keperawatan di Indonesia mengalami kemunduran, oleh karena pekerjaan perawat
diganti oleh orang-orang yang tidak memahami keperawatan. Keberadaan
organisasi profesi keperawatan tidak jelas keberadaannya.
d) Tahun 1945 sampai 1951 tumbuh organisasi profesi keperawatan, antara lain :
persatuan Djuru kesehatan Indonesia (PDKI), Persatuan Djuru Rawat Islam
(PERJUARIS) dan Serikat Buruh Kesehatan (SBK).
e) Tahun 1951 sampai 1958 terjadi fusi organisasi PDKI dan PERJUARIS menjadi
persatuan pegawai dalam kesehatan Indonesia yang anggotanya tidak saja
meliputi perawat.
f) Tahun 1959 sampai 1974, terjadi pengelompokan organisasi keperawatan antara
lain : Ikatan Perawat Wanita Indonesia (IPWI), Ikatan Guru Perawat Indonesia
(IGPI), dan Ikatan Perawat Indonesia (IPI).
g) Pada tanggal 17 maret 1974 seluruh organisasi keperawatan, kecuali Serikat
Buruh kesehatan bergabung menjadi satu organisasi keperawatan tingkat nasional
dengan nama Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI).
VISI PPNI
PPNI sebagai organisasi profesi yang disayangi anggota, dicintai pemerintah dan
diperhitungkan organisasi lainnya

MISI PPNI
1. Penguatan kepengurusan pada setiap level termasuk badan dan kelembagaan
organisasi.
2. Mengupayakan dan mengutamakan kepentingan anggota dalam pelaksanaan
praktik yang profesional, beretika dan bermanfaat selayaknya profesi.
3. Membangun jejaring yang luas dan efektif dalam melaksanakan peran organisasi.
4. Bekerjasama dan berkoordinasi dengan pemerintah dalam kebijakan yang
berkaitan dengan perawat.
Dalam Persatuan Perawat Nasional Indonesia terdapat beberapa Ikatan/Himpunan,
antara lain sebagai berikut :

1. IPKJI (Jiwa)
2. IPKKI (Komunitas)
3. IPEMI (Maternitas)
4. IPANI (Anak)
5. HPUI (Urologi)
6. IKPAMI (Mata)
7. HIMPONI (Onkologi)
8. HIPERCCI (Critical Care)
9. HIPKABI (Kamar Bedah)
10. HIPGABI (Gadar dan Bencana)
11. HIPMEBI (Medikal-Bedah)
12. HIPPII (Pengendalian Infeksi)
13. InWOCNA (Stoma & Luka)
14. HPMI (Manajer)
15. HIPERUDI (Udara)
16. HIPOTI (Ortopedi)
17. HIPENI (Neurosain)
18. HPBI (Bronkoskopi)
19. HIPEGI (Endo-gastro)
20. HIPANI (Anestesi)
21. INKAVIN (Kardiovaskuler)
22. PERKESJA (Kesehatan Kerja)
23. IPDI (Dialisis)
Tujuan PPNI :
a. Membina dan mengambangkan organisasi profesi keperawatan antara lain :
persatuan dan kesatuan,kerja sama dengan pihak lain dan pembinaan manajemen
organisasi

b. Membina, mengambangkan dan mengawasi mutu pendidikan keperawatan di


Indonesia

c. Membina, mengembangkan dan mengawasi mutu pelayanan keperawatan di


Indonesia

d. Membina dan mengembangkan IPTEK keperawatan di Indonesia

e. Membina dan mengupayakan kesejahteraan anggota

Fungsi PPNI :
a. Sebagai wadah tenaga keperawatan yang memiliki persamaan kehendak sesuai
dgn jenis/profesi dan lingkungan kerja utk mencapai tujuan organisasi.

b. Mengemban, mengamankan & membela Pancasila serta berorientasi pd program


pembangunan manusia seutuhnya tanpa membedakan thdp Tuhan YME.

c. Menampung, memadukan, menyalurkan dan memperjuangkan aspirasi tenaga


keperawatan serta mengembangkan keprofesian dan kesejahteraan tenaga
keperawatan.

Struktur Organisasi PPNI :

a. Dewan Pimpinan Pusat (DPP) PPNI

b. Dewan Pimpinan Daerah Tingkat I (DPD I) PPNI

c. Dewan Pimpinan Daerah Tingkat II (DPP II) PPNI

d. Komisariat PPNI (pengurus pada institusi dengan jumlah anggota 25 orang)


Struktur Organisasi Tingkat Pusat
1. Ketua umum
a. Ketua – ketua :
1) Pembinaan Organisasi

2) Pembinaan pendidikan dan latihan

3) Pembinaan pelayanan

4) Pembinaan IPTEK

5) Pembinaan kesejahteraan

2. Sekretaris Jenderal
a. Sekretaris berjumlah 5 orang yang dibagi sesuai dengan pembidangan ketua-
ketua dan Departemen
1) Departemen organisasi, keanggotaan dan kaderisasi
2) Departemen pendidikan
3) Departemen pelatihan
4) Departemen pelayanan di RS
5) Departemen pelayanan di puskesmas
6) Departemen penelitian
7) Departemen hubungan luar negeri
8) Departemen kesejahteraan anggota
9) Departemen pembinaan yayasan
Lama kepengurusan adalah 5 tahun dan dipilih dalam Musyawarah Nasional atau Musyawarah
Daerah yang juga diselenggarakan untuk :
a. Menyempurnakan AD / ART
b. Perumusan program kerja
c. Pemilihan Pengurus
d. PPNI juga menyelenggarakan rapat pimpinan (rapim) dan rapat pimpinan daerah (rapimda)
setiap 2 tahun sekali dalam rangka evaluasi dan penyempurnaan program kerja berikutnya.
Selain itu, PPNI juga mengadakan rapat bulanan atau harian sesuai dgn kebutuhan. Keanggotaan
PPNI biasanya terdiri dari tenaga perawat. Namun demikian tdpt juga anggota non – perawat yg
telah berjasa dibidang keperawatan dan mereka ini termasuk dlm anggota luar biasa/kehormatan.
Sumber dana PPNI : uang pangkal, iuran bulanan dan sumber-sumber lain yang sah.

Program kerja utama PPNI


a. Pembinaan organisasi dan keanggotaan

b. Pengembangan dan pembinaan pendidikan

c. Pengembangan dan pembinaan serta pendidikan dan latihan keperawatan

d. Pengembangan dan pembinaan pelayanan keperawatan di rumah sakit

e. Pengembangan dan pembinaan pelayanan keperawatan di puskesmas

f. Pembinaan dan Pengembangan IPTEK

g. Pembinaan dan Pengembangan kerja sama dengan profesi lain dan organisasi keperawatan
internasional

h. Pembinaan dan Pengembangan sumber daya/yayasan

i. Pembinaan dan Pengembangan kesejahteraan anggota


Antisipasi yg harus dilakukan PPNI dalam rangka memenuhi tuntutan masyarakat akan
pelayanan keperawatan yg berkualitas dan dalam rangka profesionalisasi keperawatan adalah
dengan melakukan upaya antara lain :
a. Membenahi sistem pendidikan keperawatan yg berorientasi pada kebutuhan masyarakat serta
pelayanan kesehatan utama (PHC) Membenahi sistem pelayanan keperawatan.
b. Membenahi kinerja PPNI.
c. Mendesiminasikan pengertian keperawatan profesional serta lingkup peran,fungsi,tanggung
jawab, dan kewenangan profesi keperawatan kepada masyarakat luas dan para
penyusun/pengambil kebijakan

Kewajiban Anggota PPNI :


a. Menjunjung tinggi, mentaati dan mengamalkan AD dan ART organisasi.

b. Membayar uang pangkal dan uang iuran kecuali anggota penghormatan

c. Mentaati dan menjalankan segala keputusan

d. Menghadiri rapat yang diadakan organisasi

e. Menyampaikan usul untuk mencapai tujuan yang digariskan dalam program kerja.Memelihara
kerukunan dalam organisasi secara konsekwen

f. Setiap anggota baru yang diterima menjadi anggota membayar uang pangkal dan uang iuran

Hak Anggota PPNI :


a. Semua anggota berhak mendapat pembelaan dan perlindungan dari organisasi dalam hal yang
benar dan adil dalam rangka tujuan organisasi

b. Semua anggota berhak mendapat kesempatan dalam menambah dan mengambangkan ilmu
serta kecakapannya yang diadakan oleh organisasi

c. Semua anggota berhak menghadiri rapat, memberi usul baik lisan maupun tulisan

d. Semua anggota kecuali anggota kehormatan yg mempunyai hak utk memilih dan dipilih sbg
pengurus dan dipilih sbg pengurus atau perawatan atau perwakilan organisasi
Tugas Pokok PPNI :
a. Bidang pembinaan organisasi
PPNI bertugas membina kelembagaan anggotanya dan akder kepemimpinan
b. Bidang pembinaan profesi
PPNI bertugas meningkatkan mutu pelayanan,penghayatan dan pengamalan kode etik
perawat, mengutamakan terbentuknya peraturan perundang-undangan keperawatan serta
mengembangkan ilmu dan teknologi keperawatan
c. Bidang kesejahteraan anggota
PPNI bertugas membina hubungan kerja sama dengan organisasi dan lembaga lain didalam
maupun diluar negeri

Keanggotaan PPNI ada 2 yaitu:


a. Anggota biasa
1) WNI, tidak terlibat organisasi terlarang.
2) Lulus bidang pendidikan keperawatan formal dan disahkan oleh pemerintah
3) Sanggup aktif mengikuti kegiatan yang ditentukan organisasi
4) Penyatakan diri untuk menjadi anggota
b. Anggota kehormatan
Syaratnya sama dengan anggota biasa yaitu pada butir a, c, d, dan bukan berasal dari
pendidikan perawatan tetapi telah berjasa terhadap organisasi PPNI yang ditetapkan oleh
DPP (Dewan Pimpinan Pusat)
Sistem Pengaturan Dalam Praktek Keperawatan:
a. Lisensi
Lisensi merupakan izin praktek keperawatan. Izin praktek keperawatan
diperlukan oleh profesi dalam upaya meningkatkan dan menjamin professional
anggotanya. Bagi masyarakat izin praktek keperawatan merupakan perangkat
pelindung bagi mereka untuk mendapat pelayanan dari perawat professional
yang benar-benar mampu dan mendapat pelayanan keperawatan dengan mutu
yang tinggi. Tidak adanya izin praktik keperawatan menempatkan posisi
keperawatan berada pada posisi yang sulit untuk menentukan mutu keperawatan.
Bagi setiap profesi mendapatkan hak izin praktik untuk anggotanya dengan
memenuhi tiga kriteria ( Kozier, 1990 ):
1) Ada kebutuhan untuk melindungi keamanan dan kesejahteraan masyarakat
2) Pekerjaan secara jelas merupakan area kerja yang tersendiri dan terpisah
3) Ada suatu organisasi yang melaksanakan tanggung jawab proses pemberian
izin

b. Uji Kompetensi
Uji kompetensi merupakan suatu proses untuk mengukur pengetahuan,
keterampilan, dan sikap sesuai dengan standar profesi guna memberikan jaminan
bahwa perawat mampu melaksanakan peran profesinya secara aman dan efektif
dimasyarakat.
Ujian kompetensi juga dapat didefinisikan sebagai suatu proses untuk
mendapatkan pengakuan terhadap kompetensi yang dimiliki oleh seseorang
tenaga kesehatan dalam menjalankan profesinya dengan cara mengukur
pengetahuan, keterampilan dan sikap tenaga kesehatan sesuai dengan standar
profesinya.
Berdasarkan pengertian diatas maka, uji kompetensi keperawatan merupakan
proses untuk mengukur pengetahuan, keterampilan dan sikap perawat, untuk
mendapatkan pengakuan terhadap kompetensi yang dimiliki sesuai dengan
standar keperawatan.
Tujuan diadakannya Uji Kompetensi:
1) Menegakan akuntabilitas professional perawat
2) Menegakan standard an etik profesi dalam praktek
3) Cross Check terhadap kompetensi lulusan suatu institusi pendidikan
4) Melindungi kepercayaan masyarakat terhadap profesi perawat
5) Uji kompetensi ditujukan untuk menjamin lulusan pendidikan tinggi
kesehatan
6) Memberikan perlindungan kepada pasien atau klien dan masyarakat
7) Memberikan kepastian hukum kepada masyarakat dan tenaga kesehatan.
(Ilyas, 2012)
Persyaratan kepesertaan uji kompetensi pada saat di daftarkan:
1) Peserta Uji Kompetensi adalah :

a) Mahasiswa yang telah menyelesaikan program pendidikan dari institusi


pendidikan yang memiliki izin operasional program studi dari
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi yang masih berlaku. Yang
dimaksud dengan menyelesaikan program pendidikan adalah sudah
menyelesaikan seluruh proses
pembelajaran baik di kelas, laboratorium dan klinik-komunitas namun
belum menerima ijazah.
b) Mahasiswa program DIII Kebidanan, DIII Keperawatan dan Profesi
Ners yang lulus sejak 1 Agustus 2013, sudah memiliki ijazah namun
belum lulus uji kompetensi (retaker).
2) Jumlah sks yang telah diselesaikan untuk Program Diploma III
Keperawatan program regular 6 semester atau telah menempuh minimal 110
sks dengan kurikulum tahun 2006 atau 108 SKS dengan kurikulum 2014.
Untuk program khusus telah menempuh 4 semester atau minimal 96 sks.
3) Jumlah sks yang telah diselesaikan untuk Program Diploma III Kebidanan
program regular 6 semester atau telah menempuh minimal 110 sks dengan
kurikulum 2002 atau 96-110 sks dengan kurikulum 2011. Untuk program
khusus telah menempuh 4 semester atau minimal 80 sks.
4) Jumlah sks yang telah diselesaikan untuk Program Profesi Ners adalah 2
semester atau minimal 25 sks dengan kurikulum 2008 atau minimal 36 sks
dengan kurikulum KBK 2010. Syarat ini ditambahkan dengan sudah lulus
sarjana keperawatan (S.Kep) yang dibuktikan dengan IPK sarjananya
(S.Kep).
5) Untuk Program Studi Kesehatan lainnya sesuai dengan kesepakatan antara
asosiasi pendidikan, organisasi profesi dan Direktorat Penjaminan Mutu.
6) Mahasiswa harus terdaftar di Pangkalan Data Pendidikan Tinggi (PDDikti).
7) Mahasiswa berstatus Lulus, harus dilaporkan pada Pangkalan Data
Perguruan Tinggi (PD-Dikti). Bagi yang telah di yudisium namun belum
memiliki ijazah, status pada PD-Dikti dirubah menjadi lulus dengan nomor
ijazah 8888 dengan melampirkan berita acara yudisium dan kalender
akademik. Nomor 8888 harus diubah dengan nomor ijazah yang sebenarnya
sebelum pengumuman hasil ujian oleh admin PT yang bersangkutan.
8) Mahasiswa dari program studi atau institusi yang sedang dalam proses
pembinaan oleh Kemristekdikti, tidak diperkenankan mengikuti Uji
Kompetensi Nasional. Status boleh tidaknya mahasiswa tersebut
diberitahukan kepada Panitia oleh Kopertis bagi PTS dan oleh Direktorat
Penjaminan Mutu bagi PTN
Verifikasi dan Validasi peserta
Panitia Regional berkoordinasi dengan Kopertis dan Kemristekdikti
melakukan verifikasi dan validasi institusi dan data calon peserta sebelum
institusi melakukan proses pendaftaran secara online di laman panitia.

Validasi eligibilitas peserta mengikuti uji kompetensi menggunakan berita


acara yudisium dan kalender akademik dari institusi calon peserta.

a) Calon peserta dari PTS dan PTN dikoordinasikan oleh program studi atau
institusinya melalui laman panitia di www.ukners.dikti.go.id,
www.ukperawat.dikti.go.id, www.ukbidan.dikti.go.id sesuai dengan
katagori program studinya. Laman ini bisa berubah atau bertambah, sesuai
dengan program studi yang akan diuji kompetensi secara nasional. Prosedur
pendaftaran dan pembayaran secara rinci dapat dilihat dalam laman tersebut
diatas.
b) Jika calon peserta akan mengikuti uji kompetensi diluar wilayah institusi
pendidikan (misalnya asal institusi pendidikan di Sumatera, tetapi akan
mengikuti uji kompetensi di Jawa) maka institusi pendidikan asal calon
peserta harus menginformasikan data nama peserta dan wilayah ujian yang
diharapkan melalui surat elektronik ke ujikompetensi@dikti.go.id. Panitia
akan menentukan tempat uji kompetensi sesuai ketersediaan Tempat Uji
Kompetensi (TUK). Pemberitahuan tentang ketersediaan tempat
disampaikan kepada institusi asal seb
c) Calon peserta akan mendapatkan virtual account yang harus dibayarkan
secara kolektif. Uang pembayaran yang telah ditransfer kedalam rekening
tersebut tidak dapat dikembalikan.
d) Panitia Nasional mengumumkan daftar nama peserta, nomor registrasi
pendaftaran dan Tempat Uji Kompetensi (TUK) melalui laman panitia
diatas.
e) Kartu tanda peserta uji kompetensi di cetak di institusi pendidikan masing-
masing. Kartu ujian diberi foto dan di stempel oleh Pengawas Pusat satu
hari menjelang pelaksanaan uji kompetensi setelah peserta mengikuti
briefing yang diadakan di tempat uji kompetensi. Kartu ujian adalah
identitas resmi peserta untuk dapat memasuki ruang ujian. Tanpa kartu ujian
dan identitias resmi lain untuk membuktikan keabsahanya, peserta dilarang
memasuki ruang ujian.

c. Registrasi
Registrasi merupakan pencantuman nama seseorang dalam informasian pada
badan resmi baik milik pemerintah atau bukan (Priharjo, 1995)
Perawat yang telah terdaftar diizinkan untuk memakai sebutan registered
nurse. Untuk dapat terdaftar perawat harus pendidikan keperawatan dan lulus ujian
dari badan pendaftaran dengan nilai yang diterima. Lisensi maupun registrasi harus
diperbaharui setiap satu atau dua tahun sekali.
Izin praktik perawat adalah bukti tertulis yang menerangkan kewenangan
perawat dalam melaksanakan praktik keperawatan sesuai dengan bentuk praktik
keperawatan yang dilakukanya
Sasaran izin praktik perawat adalah semua perawat yang akan melaksanakn
praktik keperawatan.
Keluaran proses mendapatkan perizinan praktik keperawatan adalah dalam
bentuk Surat Izin Kerja (SIK) dan atau Surat Izin Praktik Perawat (SIPP), SIK hanya
berlaku pada satu tempat sarana.
Ditolak

Pengurus PPNI
Pemohon Dapat diulang
Kab/Kota
n

Diterima

Rekomendasi PPNI:

 Memiliki 25 SKP
 Anggota PPNI
 Tidak sedang
menjalani
hukuman
pelanggaran kode
etik
 Membayar
administrasi

Ka.Dinkes
Provinsi

 Foto kopi ijazah


 Surat keterangan sehat
 Foto kopi SIP
 Pas Foto
Diterima
 Rekomendasi PPNI

SIP

(Surat Izin
Perawat)

Alur Pembuatan SIP ulanG


Pelayanan kesehatan dan SIPP hanya berlaku untuk satu tempat praktik perorangan/ kelompok
ketika yang bersangkutan mendapatkan izin untuk melakukan praktik perawat.

Pejabat yang berwenang menerbitkan SIK atau SIP adalah Kantor Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota tempat yang bersangkutan akan melaksanakan praktik keperawatan.

Jenis perizinan adalah perizinan awal dan perizinan ulang. Perizinan awal untuk SIK diajukan
oleh perawat selambat-lambatnya satu bulan setelah diterima bekerja pada suatu institusi
pelayanan kesehatan, sedangkan SIPP awal diajukan oleh perawat sebelum yang bersangkutan
melakukan praktik perorangan/kelompok. SIK awal bagi perawat yang sudah bekerja harus
dimiliki paling lambat dua tahun sejak kepmenkes diberlakukan. Perizian ulang dilakukan oleh
setiap perawat setalah memperoleh SIP ulang, perzinan ulang dilakukan 6 (enam) bulan sebelum
masa berakhirnya SIK atau SIPP. SIK dan SIPP berlaku sepanjang masa berlaku SIP.
Mekanisme terbitnya SIK dan SIPP adalah sebagai berikut:

a. Penerbitan SIK awal


 Perawat dapat melaksanakan praktik keperawatan di sarana pelayanan kesehatan dengan
mengajukan permohonan SIK kepada kepala Dinas Kesehatan Kota atau Kabupaten
setempat, menggunakan form III Kepmenkes 1239 (terlampir).
 Permohonan SIK selambat-lambatnya satu bulan setelah bekerja.
 Permohonan SIK diajukan ke kepala Dinas Kesehatan Kota/Kabupaten setempat dengan
melampirkan;
 Fotokopi SIP
 Surat Keterangan Sehat dari dokter
 Surat Keterangan dari Pimpinan
 Sarana pelayanan kesehatan yang menyatakan tanggal mulai bekerja atau Surat
Keterangan dari Institusi Pendidikan tentang tanggal mulai bekerja sebagai
intruktur klinis
 Rekomendasi dari organisasi profesi
 Pas foto hitam putih ukuran 3x4 sebanyak satu lembar dan ukuran 4x6 sebanyak
dua lembar
 Persyaratan memperoleh rekomendasi PPNI untuk mendapatkan SIK awal adalah;
 Menjadi anggota profesi (PPNI)
 Pembayaran administrasi sebesar 60 ribu rupiah yang di transfer melalui BRI
 Bagi perawat yang telah bekerja sebelum diterbitkan Kepmenkes, rekomendasi dapat
diajukan secara kolektif ke organisasi profesi (Pengurus PPNI Kapupaten/Kota)/
 Setelah berkas-berkas persyaratan dipenuhi, permohonan ini diberikan melalui jasa pos
ke Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota tempat yang bersangkutan akan bekerja.
 Apabila permohonan disetujui, Kepala Dinas Kesehatan Kota/ Kabupaten menerbitkan
SIK dan diberikan kepada yang bersangkutan dengan tembusan kepada pengurus PPNI
Kabupaten/Kota.
 Apabila permohanan ditolak Kepala Dinas Kesehatan Kota/Kabupaten wajib
memberikan alasan penolakan tersebut dengan menggunakan formulir VII

 Isi form II
 Foto kopi
Kepmenkes 1239/2001.
 Surat keterangan sehat
 Surat keterangan
Pemohon pimpinan sarana
pelayanan kesehatan/
isnstitusi pendidikam.
 Pas foto
 Rekomendasi PPNI
Ka. Dinkes

Provinsi
Ditolak

Form VII

SIK Tebusan
PPNI Kab/Kota
(Surat Izin Kerja)
Alur pembuatan SIK awal
Pembaharuan SIK :

 SIK diperbarui 6 bulan sebelum berakhirnya masa berlaku SIK .


 Permohonan pembaharuan SIK dengan melampirkan :
 SIK sebelumnya
 SIP terbaru
 Surat keterangan dari pimpinan instansi tempat bekerja.
 Setelah semua persyaratan terpenuhi, permohonan ini diberikan kekantor dinas kesehatan
kabupaten/ kota diwilayah tempat yang bersangkutan akan praktik.
 Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota menerbitkan SIPP, jika permohonan disetujui.
 SIPP dikirimkan kepada yang bersangkutan dengan tebusan ke pengurusan PPNI
kabupaten/kota.
 SIPP tidak ditetbitkan jika tidak memenuhi persyaratan dengan memberikan alasan
penolakan tersebut dengan menggunakan formulir VII Kepmenkes 1239/2001.

Pemohon
 Isi form IV
 Fotokopi ijazah
 Surat pengalaman
kerja
 Fotokopi SIP
 Rekomendasi PPNI

Kadinkes
Kab/Kota Form
VII  Permohonan
(form E)
 Anggota PPNI
Kirim ‘ diterima  Sertifikasi
BLS/ALS
Tebusan  Alamat dan
denah lokasi
 Bukti
SIPP
PPNI Kab/Kota kepemilikan
tempat
praktek
Pembaruan SIPP
 SIPP diperbaharui 6 enam) bulan sebelum berakhirnya masa berlaku SIPP
 Permohonan pembaharuan SIPP dengan melampirkan SIP baru dan SIP
sebelumnya, dan rekomendasi dari organisasi profesi PPNI.
 Rekomendasi organisasi profesi diperoleh dengan persyaratan berikut:
 Sertifikasi BLS/ALS setahun terakhir
 Fotokopi SIP terbaru
 Fotokopi SIPP sebelumnya.
 Alamat dan daerah lokasi praktik
 Fotokopi tanda bukti kepemilikan tempat praktik
 Laporan kegiatan setahun terakhir yang dilaksanakan.
 Permohonan rekomendasi PPNI untuk mendapatkan SIPP lanjutan diajukan
perawat menggunakan formulir F (terlampir).
 Setelah semua persyaratan terpenuhi, permohonan ini dikirimkan ke kantor
dinas kesehatan kabupaten/ kota diwilayah tempat yang bersangkutan
melaksankan praktik.
 Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota menerbitkan SIPP lanjutan, jika
permohonan disetujui.
 SIPP lanjutan dikirimkan kepada yang bersangkutan degan tembusan
kepengurus organisasi profesi kabupaten/ kota.
 SIPP lanjutan tidak diterbitkan jika tidak memenuhi persyaratan dengan
memberikan alasan penolakan tersebut dengan menggunakan formulir VII.
c. Sertifikasi
Sertifikasi merupakan proses pengabsahan bahwa seseorang perawat telah
memenuhi standar minimal kompetensi praktek pada area spesialisasi tertentu,
seperti kesehatan ibu dan anak, pediatric, jiwa, gerontology, dan kesehatan
sekolah (Priharj, 1995)
Sertifikasi merupakan proses pengakuan oleh badan sertifikasi terhadap
kompetensi seorang tenaga profesi setelah memenuhi persyaratan untuk
menjalankan profesi kesehatan tertentu sesuai dengan bidang pekerjaannya.
Pelaksanaan Registrasi

Pasal 2

(1) Setiap tenaga kesehatan yang akan menjalankan pekerjaan wajib memiliki STR
(2) Untuk memperoleh STR sebagaimana dimaksud pasal ayat 1, tenaga kesehatan harus
memiliki ijazah dan sertifikat kompenten
(3) Ijazah dan sertifikat kompetensi sebagaimana dimaksud pasal ayat 2 diberikan kepada
peserta didik, setelah di tanyakan lulus ujian program pendidikan dan uji kompetensi

Pasal 3

(1) Ijazah sebagaimana dimaksud dalam ayat pasal 2 ayat (2) di keluarkan oleh perguruan
tinggi bidang kesehatan, sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
(2) Sertifikasi kompetensi sebagimana dimaksud dalam pasal 2 ayat (2), dikeluarkan oleh
MTKI

Pasal 4

(1) Sertifikasi kompetensi berlaku sampai 5 (lima) tahun dan dapat di perpanjangn setiap 5
(lima) tahun.
(2) Untuk pertama kali, sertifikasi di berikan selama jangka waktu 5 (lima) tahun, terhitung
sejak tanggal kelahiran tenaga kesehatan yang bersangkutan.
(3) Sertifikat kompetensi dipergunakan sebagai dasar untuk memperoleh STR

Pasal 5

(1) Sertifikat kompentesi yang telah habis masa berikutnya dapat di perpanjang melalui
partisipasi tenaga kesehatan dalam kegiatan pendidikan dan/atau pelatihan serta kegiatan
ilmiah lainya, sesuai dengan bidang tugasnya atau profesinya.
(2) Partisipasi tenaga kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dipergunakan,
sepanjang telah memenuhi persyaratan perolehan Satuan Kredit Profesi
(3) Perolehan Satuan Kredit Profesi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus mencapai
minimal 25 (dua puluh lima) Satuan Kredit Profesi selama 5 (lima) tahun.
(4) Jumlah Satuan Kredit Profesi dan setiap kegiatan pendidikan dan/ atau pelatihan serta
kegiatan ilmiah lainya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk setiap kegiatan
ditentukan oleh Organisasi Profesi.
(5) Organisasi Profesi dalam menentukan jumlah Satuan Kredit Profesi berdasarkan:
a. Materi dalam kegiatan tersebut;
b. Penyaji materi/narasumber;
c. Tingkat kegiatan lokal/nasional/internasional
d. Jumlah jam/hari kegiatan;dan
e. Peran kepersetaan (peserta/moderator/penyaji)

Pasal 6

(1) Pelaksaan uji kompetensi dilakuka oleh perguruan tinggi bidang kesehatan yang telah
terakreditasi dari bidan yang berwenang, bersamaan dengan pelaksanaan ujian akhir
(2) Perguruan tinggi bidan kesehatan melaporkan akan dilakukanya uji kompetensi
kepada MTKI melalui MTKP, sekurang-kurangnya 2 (dua) bulan sebelum dilakukan
uji kompetensi
(3) MTKI setelah menerima laporan dan perguruan tinggi bidang kesehatan sebagaimana
dimaksud pada ayat (2), menyiapkan soal ujian kompentensi dan pengawas.

Pasal 7

(1) Ketentuan lebih lanjut mengenai uji kompetensi bagi peserta didik pada perguruan
tinggi bidang kesehatan diatur oleh Menteri dan Menteri yang meyelenggarakan
urusan pemerintah di bidang pendidikan nasional.
Pasal 8

(1) Setelah ujian kompetensi dilakukan, perguruan tinggi bidang kesehatan melaporkan
kepada MTKI melalui MTKP tentang peserta didik yang dinyatakan lulus
(2) MTKI setelah menerima laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
mempersiapkan sertifikat kompetensi
(3) Sertifikat kompetensi diberikan MTKI kepada peserta didik pada waktu pengambilan
sumpah
(4) Format sertifikat kompetensi sebagaimana tercantum dalam formulir I terlampir.

Pasal 9

(1) MTKI setelah menerima laporan sebagaimana dimaksud dalam pasal 8 ayat (1),
selain mempersiapkan sertifikat kompetensi sebagaimana dimaksud dalam pasal 8
ayat (2) juga mempersiapkan STR.
(2) STR diberikan MTKI kepada peserta didik yang dinyatakan lulus, bersamaan dengan
pemberian sertifkat kompetensi.
(3) STR dikeluarkan oleh MTKI dan berlaku secara nasional.
(4) Masa berlaku STR sepanjang masa berlakunya sertifikat kompetensi.
(5) Format STR sebagaimana tercantum dalam formulir II terlampir.

Pasal 10

(1) MTKI harus membuat pembukuan terhadap setaip STR yang dikeluarkan.
(2) Pembukaan registrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan kepada
Menteri melalui Kepala Badan.

Pasal 11

Tenaga Kesehatan Warga Negara Asing atau Tenaga Kesehatan Warga Negara
Indonesia Lulusan Negeri untuk dapat melakukan pekerjaan/ Praktik di Indonesia
harus memenuhi ketentuan mengenai sertifikat kompetensi dan STR.
Pasal 12

Sertifikat kompetensi da STR tidak berlaku apabila:

a. Masa berlaku habis


b. Dicabut atas dasar peraturan perundang-undangan:

Bagian kedua

Tugas, Fungsi dan Wewenang

Pasal 17

MTKI mempunyai tugas membantu Menteri dalam penyusunan kebijakan, strategi


dan penatalaksanaan sertifikasi dan registrasi tenaga kesehatan, yang menjalankan
praktik atau pekerjaanya dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan kesehatan
yang di berikan oleh tenaga kesehatan.

Pasal 18

MTKI dalam menjalankan tugas sebagaimana dimaskud dalam pasal 17,


mempunyai fungsi:

a. Uji kompetensi bagi tenaga kesehatan


b. Pemberian STR;dan
c. Pembinaan penyelenggaraan praktik atau pekerjaan yang di lakukan oleh
tenaga kesehatan.
Pasal 19

Dalam menjalankan tuags sebagaimana dimaksud dalam pasal 17, MTKI mempunyai
wewenang;Menyusun materi uji kompetensi;

a. Mengelola bank soal ujian kompetensi;


b. Menetapkan penguji/asesor;
c. Menyusun pedoman uji kompetensi
d. Melakukan koordinasi pelaksanaan uji kompetensi;
e. Menerbitkan dan mencabut sertifikasi kompetensi;
f. Melakukan sosialisasi mengenai uji kompetensi;
g. Melaksanakan pemberian dan pencabutan STR;
h. Melakukan pencatatan terhadap sertifikat kompetensi dan STR;
i. Melakukan kaji banding mutu tenaga kesehatan;
j. Melakukan sosialisasi mengenain STR;
k. Melakukan pembinaan bersama terhadap pelaksanaan pekerjaan atau praktik yang
dilakukan oleh tenaga kesehatan;
l. Melakukan kerja sama dengan pemangku kepentingan terkait dalam rangka uji
kompetensi, sertifikasi, registrasi, dan lisensi bagi tenaga kesehatan;dan
m. Melakukan penilaian terhadap kemampuan tenaga kesehatan dan tindakan administrative

Pasal 29

(1) Dalam melaksanakan fungsi, tugas dan wewenang, MTKI dibantu oleh Sekretariat yang
di pimpin oleh seorang Sekretaris.
(2) Sekretarirs diangkat dan diberhentikan oleh Menteri
(3) Sekretaris sebagaimana dimaksud pada ayat (2) bukan anggota MTKI.
(4) Dalam menjalankan tugasnya, sekretaris bertanggung jawab kepada MTKI
(5) Dalam menjanlan tugasnya, Sekretaris dibantu oleh unti kerja pada Badan Pengembangan
dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan Kementerian Kesehatan yang
mempunyai tugas, pokok, dan fungsi di bidang umum dan bidang sertifikasi dan
registrasi
Pasal 30

(1) Ketentuan fungsi dan tugas secretariat MTKI ditetapkan oleh ketua MTKI
(2) Pegawai pada secretariat MKTI tunduk pada peraturan perundang-undangan mengenai
kepegawaian.

Pasal 31

(1) MTKI dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh MTKP yang berkedudukan di ibu kota
Provinsi.
(2) MTKP dibentuk dan siangkat oleh MTKI dengan pertimbangan Kepala Badan.
(3) Ketentu7an lebih lanut mengenai tugas, organisasi, dan keanggotaan MTKP diatur
dengan pedoman yang dikeluarkan MTKI.
BAB IV

PENDANAAN

Pasal 32

Pendanaan kegiatan MTKI dan MTKP dibebankan pada Anaggaran Pendapatan dan
Belanja Negara (APBN), anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD) provinsi, dan /
atau peran serta masyarakat sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
BAB V

PEMBINAAN DAN PENGAWASAN

Pasal 33

(1) Pemerintah, pemerintah daerah, MTKI, MTKP, dan organisasi profesi melakukan
pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan praktik/ pekerjaan yang dilakukan
tenaga kesehatan, sesuai dengan bidang tugasnya.
(2) Pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diarahkan untuk:
a. Meningkatkan mutu peelayanan kesehatan yang diberikan ternaga kesehatan;
b. Melindungi masyarakat atas tindakan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan; dan
c. Memberikan kepastian hukum kepada masyarakat dan tenaga kesehatan.
BAB VI

KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 34

(1) Tenaga kesehatan yang telah memiliki surat ijin/ STR dan/atau surat izin kerja/ surat izin
praktik berdasarkan peraturan perundang-undangan yang dinyatakan telah memiliki STR
sampai dengan masa berlakunya berakhir. +
(2) Tenaga kesehatan yang telah memiliki surat ijin/ STR dan/atau surat izin kerja/ surat izin
praktik yang masa berlakunya berakhir paling lama 5 (lima) tahun setelah berlakuknya
peraturan menteri ini, kepadanya dapat diberikan perpanjangan STR.
(3) Tenaga kesehatan yang pada saat berlakunya Peraturan Menteri ini belum, diatur
ketentuan mengenai STR dan / atau surat izin kerja/ surat izin praktiknya, kepadanya
diberikan STR berdasarkan peraturan menteri ini.
(4) Tenaga kesehatan yang belum memiliki surat izin/ STR dan / atau surat izin kerja/ surat
izin praktik yang telah lulus ujian program pendidikan sebelum Tahun 2012, kepadanya
diberikan STR berdasarkan peraturan menteri ini.
(5) Permohonan STR senbagaimana dimaksud dalam pasal ini dapat dilakukan secara
kolektif melalui organisasi profesi, institusi pendidikan, dan/ atau fasilitas pelayanan
kesehatan, dimana tenaga kesehatan melakukan pekerjaan / praktiknya.

Pasal 35

Masa berlaku STR sebagaimana dimaksud dalam pasal 34 diberikan selama 5 (lima) tahun
berdasarkan tanggal kelahiran tenaga kesehatan yang bersangkutan.

Pasal 36

(1) Keanggotaan MTKI yang untuk pertama kali diangkat dengan keputusan menteri
kesehatan Nomor 221/Menkes/SK/II/2011 tanggal tanggal 1 febuari 2011 tetap menjadi
anggota MTKI berdasarkan peraturan menteri ini dengan masa bakti diubah menjadi 5
(lima) tahun, sehingga berakhir pada tahun 2016.
(2) Keanggotaan MTKP yang dibentuk berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
161/ Menkes/Per/I/2010 tentang Registrasi Tenaga Kesehatan tetap menjadi anggota
MTKP berdasarkan Peraturan Menteri ini dengan masa bakti 5 (lima) tahun sejak
ditetapkan.
(3) MTKP sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat melaksanakan tugas uji kompetensi,
apabila perguruan tinggi bidang kesehatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1)
belum dapat melaksanakan uji kompetensi tersebut.
d. Akreditasi
Akreditasi merupakan suatu proses pengukuran dan pemberian status
akreditasi kepada institusi, program atau pelayanan yang dilakukan oleh
organisasi atau badan pemerintah tertentu (Priharjo, 1995).
Status akreditasi suatu lembaga merupakan cermin kinerja lembaga yang
bersangkutan dan menggambar mutu, efisiensi, serta relevansi suatu program-
program yang diselenggarakan. Hal-hal yang diukur dalam akreditasi meliputi
struktur, proses dan kriteria hasil.

Akreditasi Rumah Sakit di Indonesia dilaksanakan untuk menilai


kepatuhan rumah sakit terhadap standa akreditasi. Akreditasi rumah sakit yang
sudah mulai dilaksanakan sejak tahun 1995 di Indonesia, selama ini menggunakan
standar akreditasi berdasarkan tahun berapa standar tersebut mulai dipergunakan
untuk penilaian, sehingga selama ini belum pernah ada Standar Nasional
Akreditasi Rumah Sakit di Indonesia, sedangkan status akreditasi saat ini ada
status akreditasi nasional dan status akreditasi internasional, maka di Indonesia
perlu ada Standar Nasional Akreditasi Rumah Sakit. Berdasarkan hal tersebut
maka standar akreditasi untuk rumah sakit yang mulai diberlakukan pada Januari
2018 ini diberi nama Standar Nasional Akreditasi Rumah Sakit Edisi 1 dan
disingkat menjadi SNARS Edisi 1.
Standar Nasional Akreditasi Rumah Sakit Edisi 1, merupakan standar akreditasi
baru yang bersifat nasional dan diberlakukan secara nasional di Indonesia. Disebut
dengan edisi 1, karena di Indonesia baru pertama kali ditetapkan standar nasional
untuk akreditasi rumah sakit.
Standar Nasional Akreditasi Rumah Sakit edisi 1 berisi 16 bab. Dalam
Standar Nasional Akreditasi Rumah Sakit Edisi 1 yang selanjutnya disebut
SNARS Edisi 1 ini juga dijelaskan bagaimana proses penyusunan, penambahan
bab penting pada SNARS Edisi 1 ini, referensi dari setiap bab dan juga glosarium
istilah-istilah penting, termasuk juga kebijakan pelaksanaan akreditasi rumah
sakit.
Proses Penyusunan Standar Nasional Akreditasi Rumah Sakit Edisi 1
Pada tahap awal Komisi Akreditasi Rumah Sakit (KARS) membentuk Tim
penyusun yang terdiri dari 25 orang, Tim tersebut dibagi menjadi sub tim-sub tim,
masing-masing sub tim mereview 3 – 4 bab dari standar akreditasi versi 2012.
Mengingat di tingkat internasional ada panduan prinsip-prinsip standar akreditasi
yang dikeluarkan oleh ISQua (The International Society for Quality in Health
Care) yaitu badan akreditasi yang melakukan akreditasi standar akreditasi yang
dipergunakan oleh badan akreditasi.
Langkah awal yang dilakukan KARS adalah mengundang pakar akreditasi
untukmenjelaskan bagaimana prinsip-prinsip standar akreditasi dari ISQua yang
harus diperhatikan oleh KARS dalam menyusun standar akreditasi di Indonesia.
Berdasarkan hal tersebut maka Standar Nasional Akreditasi Rumah Sakit Edisi 1
ini, disusun dengan menggunakan acuan acuan sebagai berikut:
1) Prinsip-prinsip standar akreditasi dari ISQua
2) Peraturan dan perundangan-undangan termasuk pedoman dan panduan di
tingkat Nasional baik dari pemerintah maupun profesi yang wajib dipatuhi
dan dilaksanakan oleh rumah sakit di Indonesia
3) Standar akreditasi JCI edisi 4 dan edisi 5
4) Standar akreditasi rumah sakit
5) KARS versi 2012
6) Hasil kajian hasil survei dari standar dan elemen yang sulit dipenuhi oleh
rumah sakit di Indonesia
Setelah draft standar nasional akreditasi rumah sakit selesai disusun oleh
masingmasing sub tim, KARS mengadakan pertemuan tim penyusun untuk
membahas setiap bab yang ada di dalam standar akreditasi tersebut. Masukan dari
anggota sub tim lainnya, dipergunakan oleh sub tim untuk memperbaiki standar,
selanjutnya masingmasing sub tim membahas dengan pemangku kepentingan
(stakeholder) terkait.
Sebagai contoh untuk bab Pencegahan dan Pengendalian Infeksi, dibahas
dengan mengundang Kementerian Kesehatan, Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh
Indonesia (PERSI), Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI), Himpunan
Perawat Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (HIPPI), Persatuan Pengendalian
Infeksi (Perdalin) dan lain-lain. Pembahasan dilakukan untuk setiap bab yang
dilakukan secara intens, sehingga terjadi diskusi dua arah dan masukan-masukan
yang sangat bermanfaat.
Berdasarkan masukan dari pemangku kepentingan (stakeholder) tersebut, sub
tim melakukan perbaikan draft standar tersebut. Setelah perbaikan selesai
dilakukan dimasing-masing sub tim, Komisi Akreditasi Rumah Sakit (KARS)
mengundang semua pemangku kepentingan (stakeholder) dan beberapa rumah
sakit yang akan dipergunakan uji coba untuk membahas standar tersebut secara
pleno.
Masukan pada rapat pleno tersebut oleh masing-masing sub tim dipergunakan
untuk memperbaiki draft standar tersebut. Hasil perbaikan draft standar tersebut
diuji cobakan ke rumah sakit berdasarkan kelas dan jenis rumah sakit.
Rumah sakit yang dipilih sebagai tempat uji coba, dikirimi terlebih dahulu
draft standar akreditasi tersebut dan diminta secara aktif untuk membahas standar
akreditasi tersebut di internal rumah sakit, baik dari segi tata bahasa maupun bias
tidaknya standar tersebut di implementasikan. Setelah itu KARS menugaskan tim
penyusun melakukan kunjungan ke rumah sakit untuk melakukan diskusi dengan
tim akreditasi rumah sakit dan pimpinan di rumah sakit. Rumah sakit diminta
membuat masukan tertulis terkait dengan standar dan elemen yang perlu
diperbaiki, dihilangkan atau ditambah.
Tim penyusun memperbaiki draft standar kembali dengan memperhatikan
masukan dari rumah sakit dan selanjutnya dibahas secara internal di Rapat KARS
dan kemudian diunggah di website www.kars.or.id, dengan harapan dapat
mendapat masukan dari rumah sakit lainnya dan masyarakat.
Setelah tim melakukan perbaikan berdasarkan masukan dari rumah sakit
dan unggahan di website maka Komisi Akreditasi Rumah Sakit mempresentasikan
standar tersebut dihadapan para pejabat Kementerian Kesehatan dan Badan
Pembina KARS serta mengajukan penetapan Standar Nasional Akreditasi Rumah
Sakit Edisi 1 yang efektif akan diberlakukan di bulan Januari 2018.
Pengelompokan Standar Nasional Akreditasi Rumah Sakit Edisi 1
Standar dikelompokkan menurut fungsi-fungsi penting yang umum dalam
organisasi perumahsakitan. Pengelompokan berdasarkan fungsi, saat ini paling
banyak digunakan di seluruh dunia.
Standar dikelompokkan menurut fungsi-fungsi yang terkait dengan
penyediaan pelayanan bagi pasien; juga dengan upaya menciptakan organisasi
rumah sakit yang aman, efektif, dan terkelola dengan baik. Fungsi-fungsi tersebut
tidak hanya berlaku untuk rumah sakit secara keseluruhan tetapi juga untuk setiap
unit, departemen, atau layanan yang ada dalam organisasi rumah sakit tersebut.
Lewat proses survey dikumpulkan informasi sejauh mana seluruh
organisasi mentaati pedoman yang ditentukan oleh standar. Keputusan pemberian
akreditasinya didasarkan pada tingkat kepatuhan terhadap standar di seluruh
organisasi rumah sakit yang bersangkutan.
Pengelompokan Standar Nasional Akreditasi Rumah Sakit Edisi 1 (SNARS Edisi 1)
sebagai berikut:
1) SASARAN KESELAMATAN PASIEN
a) SASARAN 1 : Mengidentifikasi pasien dengan benar
b) SASARAN 2 : Meningkatkan komunikasi yang efektif
c) SASARAN 3 : Meningkatkan keamanan obat-obatan yang harus diwaspadai (High
Alert Medications)
d) SASARAN 4 : Memastikan lokasi pembedahan yang benar, prosedur yang benar,
pembedahan pada pasien yang benar
e) SASARAN 5 : Mengurangi risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan
f) SASARAN 6 : Mengurangi risiko cedera pasien akibat terjatuh
2) STANDAR PELAYANAN BERFOKUS PASIEN
a) Akses ke Rumah Sakit dan Kontinuitas Pelayanan (ARK)
b) Hak Pasien dan Keluarga (HPK)
c) Asesmen Pasien (AP)
d) Pelayanan dan Asuhan Pasien (PAP)
e) Pelayanan Anestesi dan Bedah (PAB)
f) Pelayanan Kefarmasian dan Penggunaan Obat (PKPO)
g) M anajemen Komunikasi dan Edukasi (MKE)
3) STANDAR MANAJEMEN RUMAH SAKIT
a) Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien (PMKP)
b) Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI)
c) Tata Kelola Rumah Sakit (TKRS)
d) Manajemen Fasilitas dan Keselamatan (MFK)
e) Kompetensi dan Kewenangan Staf (KKS)
f) Manajemen Informasi dan Rekam Medis (MIRM)
4) PROGRAM NASIONAL
a) Menurunkan Angka Kematian Ibu dan Bayi
b) Menurukan Angka Kesakitan HIV/AIDS
c) Menurukan Angka Kesakitan TB
d) Pengendalian Resistensi Antimikroba (PPRA)
e) Pelayanan Geriatri

Ada beberapa perubahan nama bab yaitu:


a) Akses Pelayanan dan Kontinuitas (APK) berubah nama menjadi Akses ke Rumah Sakit
dan Kontinuitas Pelayanan (ARK)
b) Pelayanan Pasien (PP) berubah nama menjadi Pelayanan Asuhan Pasien (PAP)
c) Manajemen Penggunaan Obat (MPO) berubah nama menjadi Pelayanan Kefarmasian
dan Penggunaan Obat (PKPO)
d) Pendidikan Pasien dan Keluarga (PPK) berubah nama menjadi Manajemen Komunikasi
dan Edukasi (MKE), dimana beberapa standar dari Manajemen Komunikasi dan
Informasi (MKI) standar versi 2012 yang terkait dengan komunikasi, dijadikan satu di
Manajemen Komunikasi dan Edukasi ini.Tata Kelola, Kepemimpinan dan Pengarahan
(TKP) berubah nama menjadi Tata Kelola Rumah Sakit (TKRS)
e) Kualifikasi dan Pendidikan Staf (KPS) berubah nama menjadi Kompetensi dan
Kewenangan Staf (KKS)
f) Manajemen Komunikasi dan Informasi (MKI) berubah nama menjadi Manajemen
Informasi dan Rekam Medis (MIRM)
g) Sasaran Milenium Development Goals (SMDGs) berubah nama menjadi Program
Nasional dimana terdiri dari:
1) menurunkan angka kematian ibu dan bayi serta meningkatkan angka kesehatan ibu
dan bayi
2) menurunkan angka kesakitan HIV/AIDS
3) menurunkan angka kesakitan tuberculosis pengendalian resistensi antimikroba
pelayanan geriatric
Ada penambahan standar pada Standar Nasional Akreditasi Rumah Sakit Edisi
1 ini yaitu:
a) Pengendalian Reistensi Antimikroba (PRA)
b) Pengendalian Resistensi Antimikroba (PRA) merupakan upaya pengendalian
resistensi antimikroba secara terpadu dan paripurna di fasilitas pelayanan
kesehatan termasuk rumah sakit dan merupakan standar baru di dalam Standar
Nasional Akreditasi Rumah Sakit Edisi 1 ini. Standar ini dianggap perlu mengingat
Resistensi mikroba terhadap antimikroba (disingkat: resistensi antimikroba,
antimicrobial resistance, AMR) telah menjadi masalah kesehatan yang mendunia,
dengan berbagai dampak merugikan yang dapat menurunkan mutu dan
meningkatkan risiko pelayanan kesehatan khususnya biaya dan keselamatan
pasien.
c) Integrasi Pendidikan Kesehatan dalam Pelayanan Rumah Sakit (IPKP)
d) Standar Integrasi Pelayanan dalam Pendidikan Klinis di Rumah Sakit (IPKP)
merupakan standar baru di Standar Nasional Akreditasi Rumah Sakit Edisi 1.
Standar IPKP ini hanya diberlakukan untuk rumah sakit yang menyelenggarakan
proses pendidikan tenaga kesehatan sesuai peraturan perundang-undangan.
Standar ini juga menunjukkan suatu kerangka untuk mencakup pendidikan medis
dan pendidikan staf klinis lainnya dengan memperhatikan mutu pelayanan dan
keselamatan pasien di rumah sakit tersebut. Kegiatan pendidikan harus masuk
dalam kerangka peningkatan mutu dan keselamatan pasien rumah sakit, karena
itu rumah sakit wajib mempunyai sistem pengawasan mutu pelayanan dan
keselamatan pasien terhadap aktivitas pendidikan yang dilaksanakan di rumah
sakit. Penyelenggaraan Pelayanan Geriatr
Pasien geriatri adalah pasien lanjut usia dengan multi penyakit/gangguan akibat
penurunan fungsi organ, psikologi, sosial, ekonomi dan lingkungan yang
membutuhkan pelayanan kesehatan secara tepadu dengan pendekatan multi
disiplin yang bekerja sama secara interdisiplin. Dengan meningkatnya sosial
ekonomi dan pelayanan kesehatan maka usia harapan hidup semakin meningkat,
sehingga secara demografi terjadi peningkatan populasi lanjut usia. Oleh karena
itu rumah sakit perlu menyelenggarakan pelayanan geriatri sesuai dengan tingkat
jenis pelayanan geriatri.
Seberapa Standar akreditasi yang dipergunakan mulai 1 Januari 2018 adalah STANDAR
Sasaran Keselamatan Pasien (SKP)
a) Akses ke Rumah Sakit dan Kontinuitas (ARK)
b) Hak Pasien dan Keluarga (HPK)
c) Asesmen Pasien (AP)
d) Pelayanan Asuhan Pasien (PAP)
e) Pelayanan Anestesi dan Bedah (PAB
f) Pelayanan Kefarmasian dan Penggunaan Obat (PKPO)
g) Manajemen Komunikasi dan Edukasi (MKE)
h) Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien (PMKP)
i) Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI)
j) Tata Kelola Rumah Sakit (TKRS)
k) Manajemen Fasilitas dan Keselamatan (MFK
l) Kompetensi & Kewenangan Staf (KK
m) Manajemen Informasi dan Rekam Medis (MIRM)
n) Program Nasional (menurunkan angka kematian ibu dan bayi serta meningkatkan
angka kesehatan ibu dan bayi, menurunkan angka kesakitan HIV/AIDS,
menurunkan angka kesakitan tuberkulosis, pengendalian resistensi
antimikroba dan pelayanan geriatri)
DAFTAR PUSTAKA

Ali, Zaidin. (2001). Dasar Dasar Keperawatan Profesional. Jakarta : Widya Medika.

Kusnanto. (2003). Pengantar Profesi dan Praktik Keperawatan Profesional. Jakarta : EGC.

Nursalam (2007). Pendidikan dalam Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.

Dermawan, Dede. (2013). Pengantar Keperawatan Profesioanl. Yogyakarta: Gosyen Publishing.

Adwidya, Tim Visi. (2015). Panduan Lulus UKM Ujikom New Indonesia. Jakarta : Visimedia
Pustaka.

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.Direktorat Jendral Bina Pelayanan Medik.Standar


Akreditasi Rumah Sakit.Jakarta : Kementrian Kesehatan RI tahun 2011.

Anda mungkin juga menyukai