Diajukan sebagai salah satu tugas mata kuliah konsep dasar keperawatan
oleh :
M. Fery Hidayat
Sopi Chaerunisa
PADALARANG
2018
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahnatNYA sehingga
makalah ini dapat tersusun hingga selesai.
Makalah ini kami susun dengan kebutuhan para mahasiswa mahasiswi keperawatan akan
bahan tambahan referensi.
Kami mengucupkan terimakasih kepada semua teman-teman kelompok empat yang telah
membantu tersusunya makalah ini, terutama kepada dosen pembimbing mata kuliah kami yang
telah memberikan semangat dan motivasi. Kritik dan saran yang membangun sangat kami
harapkan guna menyempurnakan makalah ini. Besar harapan kami, semoga makalah ini
bermanfaat untuk meningkatkan ilmu pengetahuan dan keterampilan di bidang keperawatan
khususnya dan kesehatan pada umumnya.
Kelompok empat
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Proses keperawatan sebagai alat bagi perawat untuk melaksanakan asuhan
keperawatan yang dilakukan pada pasien memiliki arti penting bagi kedua belah pihak
yaitu perawat dank lien. Sebagai seorang perawat proses keperawatan dapat digunakan
sebagai pedoman dalam pemecahan masalah klien, dapat menunjukan profesi yang
memiliki professionalitas yang tinggi, serta dapat memberikan kebebasan kepada klien
untuk mendapatkan pelayanan yang cukup sesuai dengan kebutuhannya.
Proses keperawatan merupakan suatu jawaban untuk pemecahan masalah dalam
keperawatan, karna proses keperawatan merupakan metode ilmiah yang digunakan secara
sistematis dan menggunakan konsep dan prinsip ilmiah yang digunakan secara sistematis
dalam mencapai diagnosa masalah kesehatan pasien, merumuskan tujuan yang ingin
dicapai menentukan tindakan dan mengevaluasi tindakan keperawatan.
B. Tujuan
1. Pengertian organisasi profesi keperawatan
2. Tujuan Organisasi Profesi
3. Ciri-ciri Organisasi Profesi
4. Peran, Fungsi, dan Tugas Organisasi Profesi
5. Manfaat Organisasi Profesi
6. Organisasi Profesi Keperawatan di Indonesia dan di Luar Negeri
7. Sistem Pengaturan dalam praktek Keperawatan
C. Metode Penulisan
Dibuat dengan menggunakan metode studi dokumentasi keperawatan yaiu dengan
menggunakan beberapa sumber buku
D. Sistematika penulisan
Sistematika penulisan ditulis secara naratif Bab 1 tentang pendahuluan yang berisi latar
belakang, tujuan, metode penulisan dan sistematika penulisa. Bab 2 tentang tinjauan
teoritis.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Pengertian
Pengertian Organisasi Profesi Keperawatan
1. Organisasi profesi keperawatan organisasi yang anggotanya adalah para praktisi yang
menetapkan diri mereka sebagai profesi da bergabung bersama untuk melaksanakan
fungsi-fungsi sosial yang tidak dapat mereka laksanakan dalam kapasitas mereka
sebagai individu.
2. Organisasi profesi keperawatan adalah konsep tentang profil profesi, rincian
kompetensi, serta mekanisme untuk memperoleh kompetensi tersebut, baik melalui
pendidikan formal maupun pengalaman praktik, evaluasi dan sertifikasi (Nursalam,
2015).
3. Organisasi profesi adalah organisasi yang terdiri dari para praktisi yang menetapkan
diri sebagai ahli yang mampy dan bergabung bersama untuk melaksanakan fungsi
sosial yang tidak dapat dilakukan sendiri-sendiri serta merupakan asosiasi yang
bersifat sukarela (Deden, 2013).
1. Bidang pendidikan
a. Menetapkan standar pendidikan profesi
b. Mengembangkan pendidikan profesi berjenjang berlanjut
2. Bidang pelayanan profesi
a. Menetapkan standar profesi
b. Memberikan izin praktik/ rekomendasi
c. Memberikan registrasi tenaga profesi
d. Menyusun dan menetapkan kode etik profesi
3. Bidang ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK)
a. Merencakan, melaksanakan dan mengawasi pelaksanaan riset
b. Merencanakan, melaksanakan dan mengawasi IPTEK dalam profesi
4. Bidang kehidupan profesi
a. Membina, mengawasi organisasi profesi
b. Membina kerjasama dengan pemerintah, masyarakat profesi lain dan antar
anggota
c. Membina kerjasama dengan organisasi profesi sejenis dengan negara lain
d. Membina, mengupayakan dan mengawasi kesejahteraan anggota
E. Manfaat organisasi
Menurut Breckon 1989:
1. Mengembangkan dan memajukan profesi
2. Menertibkan dan memperluas ruang gerak profesi
3. Menghimpun dan menyatukan pendapat warga profesi
4. Memberikan kesempatan kepada semua anggota untuk berkarya dan berperan aktif
dalam mengembangkan dan memajukan profesi
MISI PPNI
1. Penguatan kepengurusan pada setiap level termasuk badan dan kelembagaan
organisasi.
2. Mengupayakan dan mengutamakan kepentingan anggota dalam pelaksanaan
praktik yang profesional, beretika dan bermanfaat selayaknya profesi.
3. Membangun jejaring yang luas dan efektif dalam melaksanakan peran organisasi.
4. Bekerjasama dan berkoordinasi dengan pemerintah dalam kebijakan yang
berkaitan dengan perawat.
Dalam Persatuan Perawat Nasional Indonesia terdapat beberapa Ikatan/Himpunan,
antara lain sebagai berikut :
1. IPKJI (Jiwa)
2. IPKKI (Komunitas)
3. IPEMI (Maternitas)
4. IPANI (Anak)
5. HPUI (Urologi)
6. IKPAMI (Mata)
7. HIMPONI (Onkologi)
8. HIPERCCI (Critical Care)
9. HIPKABI (Kamar Bedah)
10. HIPGABI (Gadar dan Bencana)
11. HIPMEBI (Medikal-Bedah)
12. HIPPII (Pengendalian Infeksi)
13. InWOCNA (Stoma & Luka)
14. HPMI (Manajer)
15. HIPERUDI (Udara)
16. HIPOTI (Ortopedi)
17. HIPENI (Neurosain)
18. HPBI (Bronkoskopi)
19. HIPEGI (Endo-gastro)
20. HIPANI (Anestesi)
21. INKAVIN (Kardiovaskuler)
22. PERKESJA (Kesehatan Kerja)
23. IPDI (Dialisis)
Tujuan PPNI :
a. Membina dan mengambangkan organisasi profesi keperawatan antara lain :
persatuan dan kesatuan,kerja sama dengan pihak lain dan pembinaan manajemen
organisasi
Fungsi PPNI :
a. Sebagai wadah tenaga keperawatan yang memiliki persamaan kehendak sesuai
dgn jenis/profesi dan lingkungan kerja utk mencapai tujuan organisasi.
3) Pembinaan pelayanan
4) Pembinaan IPTEK
5) Pembinaan kesejahteraan
2. Sekretaris Jenderal
a. Sekretaris berjumlah 5 orang yang dibagi sesuai dengan pembidangan ketua-
ketua dan Departemen
1) Departemen organisasi, keanggotaan dan kaderisasi
2) Departemen pendidikan
3) Departemen pelatihan
4) Departemen pelayanan di RS
5) Departemen pelayanan di puskesmas
6) Departemen penelitian
7) Departemen hubungan luar negeri
8) Departemen kesejahteraan anggota
9) Departemen pembinaan yayasan
Lama kepengurusan adalah 5 tahun dan dipilih dalam Musyawarah Nasional atau Musyawarah
Daerah yang juga diselenggarakan untuk :
a. Menyempurnakan AD / ART
b. Perumusan program kerja
c. Pemilihan Pengurus
d. PPNI juga menyelenggarakan rapat pimpinan (rapim) dan rapat pimpinan daerah (rapimda)
setiap 2 tahun sekali dalam rangka evaluasi dan penyempurnaan program kerja berikutnya.
Selain itu, PPNI juga mengadakan rapat bulanan atau harian sesuai dgn kebutuhan. Keanggotaan
PPNI biasanya terdiri dari tenaga perawat. Namun demikian tdpt juga anggota non – perawat yg
telah berjasa dibidang keperawatan dan mereka ini termasuk dlm anggota luar biasa/kehormatan.
Sumber dana PPNI : uang pangkal, iuran bulanan dan sumber-sumber lain yang sah.
g. Pembinaan dan Pengembangan kerja sama dengan profesi lain dan organisasi keperawatan
internasional
e. Menyampaikan usul untuk mencapai tujuan yang digariskan dalam program kerja.Memelihara
kerukunan dalam organisasi secara konsekwen
f. Setiap anggota baru yang diterima menjadi anggota membayar uang pangkal dan uang iuran
b. Semua anggota berhak mendapat kesempatan dalam menambah dan mengambangkan ilmu
serta kecakapannya yang diadakan oleh organisasi
c. Semua anggota berhak menghadiri rapat, memberi usul baik lisan maupun tulisan
d. Semua anggota kecuali anggota kehormatan yg mempunyai hak utk memilih dan dipilih sbg
pengurus dan dipilih sbg pengurus atau perawatan atau perwakilan organisasi
Tugas Pokok PPNI :
a. Bidang pembinaan organisasi
PPNI bertugas membina kelembagaan anggotanya dan akder kepemimpinan
b. Bidang pembinaan profesi
PPNI bertugas meningkatkan mutu pelayanan,penghayatan dan pengamalan kode etik
perawat, mengutamakan terbentuknya peraturan perundang-undangan keperawatan serta
mengembangkan ilmu dan teknologi keperawatan
c. Bidang kesejahteraan anggota
PPNI bertugas membina hubungan kerja sama dengan organisasi dan lembaga lain didalam
maupun diluar negeri
b. Uji Kompetensi
Uji kompetensi merupakan suatu proses untuk mengukur pengetahuan,
keterampilan, dan sikap sesuai dengan standar profesi guna memberikan jaminan
bahwa perawat mampu melaksanakan peran profesinya secara aman dan efektif
dimasyarakat.
Ujian kompetensi juga dapat didefinisikan sebagai suatu proses untuk
mendapatkan pengakuan terhadap kompetensi yang dimiliki oleh seseorang
tenaga kesehatan dalam menjalankan profesinya dengan cara mengukur
pengetahuan, keterampilan dan sikap tenaga kesehatan sesuai dengan standar
profesinya.
Berdasarkan pengertian diatas maka, uji kompetensi keperawatan merupakan
proses untuk mengukur pengetahuan, keterampilan dan sikap perawat, untuk
mendapatkan pengakuan terhadap kompetensi yang dimiliki sesuai dengan
standar keperawatan.
Tujuan diadakannya Uji Kompetensi:
1) Menegakan akuntabilitas professional perawat
2) Menegakan standard an etik profesi dalam praktek
3) Cross Check terhadap kompetensi lulusan suatu institusi pendidikan
4) Melindungi kepercayaan masyarakat terhadap profesi perawat
5) Uji kompetensi ditujukan untuk menjamin lulusan pendidikan tinggi
kesehatan
6) Memberikan perlindungan kepada pasien atau klien dan masyarakat
7) Memberikan kepastian hukum kepada masyarakat dan tenaga kesehatan.
(Ilyas, 2012)
Persyaratan kepesertaan uji kompetensi pada saat di daftarkan:
1) Peserta Uji Kompetensi adalah :
a) Calon peserta dari PTS dan PTN dikoordinasikan oleh program studi atau
institusinya melalui laman panitia di www.ukners.dikti.go.id,
www.ukperawat.dikti.go.id, www.ukbidan.dikti.go.id sesuai dengan
katagori program studinya. Laman ini bisa berubah atau bertambah, sesuai
dengan program studi yang akan diuji kompetensi secara nasional. Prosedur
pendaftaran dan pembayaran secara rinci dapat dilihat dalam laman tersebut
diatas.
b) Jika calon peserta akan mengikuti uji kompetensi diluar wilayah institusi
pendidikan (misalnya asal institusi pendidikan di Sumatera, tetapi akan
mengikuti uji kompetensi di Jawa) maka institusi pendidikan asal calon
peserta harus menginformasikan data nama peserta dan wilayah ujian yang
diharapkan melalui surat elektronik ke ujikompetensi@dikti.go.id. Panitia
akan menentukan tempat uji kompetensi sesuai ketersediaan Tempat Uji
Kompetensi (TUK). Pemberitahuan tentang ketersediaan tempat
disampaikan kepada institusi asal seb
c) Calon peserta akan mendapatkan virtual account yang harus dibayarkan
secara kolektif. Uang pembayaran yang telah ditransfer kedalam rekening
tersebut tidak dapat dikembalikan.
d) Panitia Nasional mengumumkan daftar nama peserta, nomor registrasi
pendaftaran dan Tempat Uji Kompetensi (TUK) melalui laman panitia
diatas.
e) Kartu tanda peserta uji kompetensi di cetak di institusi pendidikan masing-
masing. Kartu ujian diberi foto dan di stempel oleh Pengawas Pusat satu
hari menjelang pelaksanaan uji kompetensi setelah peserta mengikuti
briefing yang diadakan di tempat uji kompetensi. Kartu ujian adalah
identitas resmi peserta untuk dapat memasuki ruang ujian. Tanpa kartu ujian
dan identitias resmi lain untuk membuktikan keabsahanya, peserta dilarang
memasuki ruang ujian.
c. Registrasi
Registrasi merupakan pencantuman nama seseorang dalam informasian pada
badan resmi baik milik pemerintah atau bukan (Priharjo, 1995)
Perawat yang telah terdaftar diizinkan untuk memakai sebutan registered
nurse. Untuk dapat terdaftar perawat harus pendidikan keperawatan dan lulus ujian
dari badan pendaftaran dengan nilai yang diterima. Lisensi maupun registrasi harus
diperbaharui setiap satu atau dua tahun sekali.
Izin praktik perawat adalah bukti tertulis yang menerangkan kewenangan
perawat dalam melaksanakan praktik keperawatan sesuai dengan bentuk praktik
keperawatan yang dilakukanya
Sasaran izin praktik perawat adalah semua perawat yang akan melaksanakn
praktik keperawatan.
Keluaran proses mendapatkan perizinan praktik keperawatan adalah dalam
bentuk Surat Izin Kerja (SIK) dan atau Surat Izin Praktik Perawat (SIPP), SIK hanya
berlaku pada satu tempat sarana.
Ditolak
Pengurus PPNI
Pemohon Dapat diulang
Kab/Kota
n
Diterima
Rekomendasi PPNI:
Memiliki 25 SKP
Anggota PPNI
Tidak sedang
menjalani
hukuman
pelanggaran kode
etik
Membayar
administrasi
Ka.Dinkes
Provinsi
SIP
(Surat Izin
Perawat)
Pejabat yang berwenang menerbitkan SIK atau SIP adalah Kantor Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota tempat yang bersangkutan akan melaksanakan praktik keperawatan.
Jenis perizinan adalah perizinan awal dan perizinan ulang. Perizinan awal untuk SIK diajukan
oleh perawat selambat-lambatnya satu bulan setelah diterima bekerja pada suatu institusi
pelayanan kesehatan, sedangkan SIPP awal diajukan oleh perawat sebelum yang bersangkutan
melakukan praktik perorangan/kelompok. SIK awal bagi perawat yang sudah bekerja harus
dimiliki paling lambat dua tahun sejak kepmenkes diberlakukan. Perizian ulang dilakukan oleh
setiap perawat setalah memperoleh SIP ulang, perzinan ulang dilakukan 6 (enam) bulan sebelum
masa berakhirnya SIK atau SIPP. SIK dan SIPP berlaku sepanjang masa berlaku SIP.
Mekanisme terbitnya SIK dan SIPP adalah sebagai berikut:
Isi form II
Foto kopi
Kepmenkes 1239/2001.
Surat keterangan sehat
Surat keterangan
Pemohon pimpinan sarana
pelayanan kesehatan/
isnstitusi pendidikam.
Pas foto
Rekomendasi PPNI
Ka. Dinkes
Provinsi
Ditolak
Form VII
SIK Tebusan
PPNI Kab/Kota
(Surat Izin Kerja)
Alur pembuatan SIK awal
Pembaharuan SIK :
Pemohon
Isi form IV
Fotokopi ijazah
Surat pengalaman
kerja
Fotokopi SIP
Rekomendasi PPNI
Kadinkes
Kab/Kota Form
VII Permohonan
(form E)
Anggota PPNI
Kirim ‘ diterima Sertifikasi
BLS/ALS
Tebusan Alamat dan
denah lokasi
Bukti
SIPP
PPNI Kab/Kota kepemilikan
tempat
praktek
Pembaruan SIPP
SIPP diperbaharui 6 enam) bulan sebelum berakhirnya masa berlaku SIPP
Permohonan pembaharuan SIPP dengan melampirkan SIP baru dan SIP
sebelumnya, dan rekomendasi dari organisasi profesi PPNI.
Rekomendasi organisasi profesi diperoleh dengan persyaratan berikut:
Sertifikasi BLS/ALS setahun terakhir
Fotokopi SIP terbaru
Fotokopi SIPP sebelumnya.
Alamat dan daerah lokasi praktik
Fotokopi tanda bukti kepemilikan tempat praktik
Laporan kegiatan setahun terakhir yang dilaksanakan.
Permohonan rekomendasi PPNI untuk mendapatkan SIPP lanjutan diajukan
perawat menggunakan formulir F (terlampir).
Setelah semua persyaratan terpenuhi, permohonan ini dikirimkan ke kantor
dinas kesehatan kabupaten/ kota diwilayah tempat yang bersangkutan
melaksankan praktik.
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota menerbitkan SIPP lanjutan, jika
permohonan disetujui.
SIPP lanjutan dikirimkan kepada yang bersangkutan degan tembusan
kepengurus organisasi profesi kabupaten/ kota.
SIPP lanjutan tidak diterbitkan jika tidak memenuhi persyaratan dengan
memberikan alasan penolakan tersebut dengan menggunakan formulir VII.
c. Sertifikasi
Sertifikasi merupakan proses pengabsahan bahwa seseorang perawat telah
memenuhi standar minimal kompetensi praktek pada area spesialisasi tertentu,
seperti kesehatan ibu dan anak, pediatric, jiwa, gerontology, dan kesehatan
sekolah (Priharj, 1995)
Sertifikasi merupakan proses pengakuan oleh badan sertifikasi terhadap
kompetensi seorang tenaga profesi setelah memenuhi persyaratan untuk
menjalankan profesi kesehatan tertentu sesuai dengan bidang pekerjaannya.
Pelaksanaan Registrasi
Pasal 2
(1) Setiap tenaga kesehatan yang akan menjalankan pekerjaan wajib memiliki STR
(2) Untuk memperoleh STR sebagaimana dimaksud pasal ayat 1, tenaga kesehatan harus
memiliki ijazah dan sertifikat kompenten
(3) Ijazah dan sertifikat kompetensi sebagaimana dimaksud pasal ayat 2 diberikan kepada
peserta didik, setelah di tanyakan lulus ujian program pendidikan dan uji kompetensi
Pasal 3
(1) Ijazah sebagaimana dimaksud dalam ayat pasal 2 ayat (2) di keluarkan oleh perguruan
tinggi bidang kesehatan, sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
(2) Sertifikasi kompetensi sebagimana dimaksud dalam pasal 2 ayat (2), dikeluarkan oleh
MTKI
Pasal 4
(1) Sertifikasi kompetensi berlaku sampai 5 (lima) tahun dan dapat di perpanjangn setiap 5
(lima) tahun.
(2) Untuk pertama kali, sertifikasi di berikan selama jangka waktu 5 (lima) tahun, terhitung
sejak tanggal kelahiran tenaga kesehatan yang bersangkutan.
(3) Sertifikat kompetensi dipergunakan sebagai dasar untuk memperoleh STR
Pasal 5
(1) Sertifikat kompentesi yang telah habis masa berikutnya dapat di perpanjang melalui
partisipasi tenaga kesehatan dalam kegiatan pendidikan dan/atau pelatihan serta kegiatan
ilmiah lainya, sesuai dengan bidang tugasnya atau profesinya.
(2) Partisipasi tenaga kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dipergunakan,
sepanjang telah memenuhi persyaratan perolehan Satuan Kredit Profesi
(3) Perolehan Satuan Kredit Profesi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus mencapai
minimal 25 (dua puluh lima) Satuan Kredit Profesi selama 5 (lima) tahun.
(4) Jumlah Satuan Kredit Profesi dan setiap kegiatan pendidikan dan/ atau pelatihan serta
kegiatan ilmiah lainya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk setiap kegiatan
ditentukan oleh Organisasi Profesi.
(5) Organisasi Profesi dalam menentukan jumlah Satuan Kredit Profesi berdasarkan:
a. Materi dalam kegiatan tersebut;
b. Penyaji materi/narasumber;
c. Tingkat kegiatan lokal/nasional/internasional
d. Jumlah jam/hari kegiatan;dan
e. Peran kepersetaan (peserta/moderator/penyaji)
Pasal 6
(1) Pelaksaan uji kompetensi dilakuka oleh perguruan tinggi bidang kesehatan yang telah
terakreditasi dari bidan yang berwenang, bersamaan dengan pelaksanaan ujian akhir
(2) Perguruan tinggi bidan kesehatan melaporkan akan dilakukanya uji kompetensi
kepada MTKI melalui MTKP, sekurang-kurangnya 2 (dua) bulan sebelum dilakukan
uji kompetensi
(3) MTKI setelah menerima laporan dan perguruan tinggi bidang kesehatan sebagaimana
dimaksud pada ayat (2), menyiapkan soal ujian kompentensi dan pengawas.
Pasal 7
(1) Ketentuan lebih lanjut mengenai uji kompetensi bagi peserta didik pada perguruan
tinggi bidang kesehatan diatur oleh Menteri dan Menteri yang meyelenggarakan
urusan pemerintah di bidang pendidikan nasional.
Pasal 8
(1) Setelah ujian kompetensi dilakukan, perguruan tinggi bidang kesehatan melaporkan
kepada MTKI melalui MTKP tentang peserta didik yang dinyatakan lulus
(2) MTKI setelah menerima laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
mempersiapkan sertifikat kompetensi
(3) Sertifikat kompetensi diberikan MTKI kepada peserta didik pada waktu pengambilan
sumpah
(4) Format sertifikat kompetensi sebagaimana tercantum dalam formulir I terlampir.
Pasal 9
(1) MTKI setelah menerima laporan sebagaimana dimaksud dalam pasal 8 ayat (1),
selain mempersiapkan sertifikat kompetensi sebagaimana dimaksud dalam pasal 8
ayat (2) juga mempersiapkan STR.
(2) STR diberikan MTKI kepada peserta didik yang dinyatakan lulus, bersamaan dengan
pemberian sertifkat kompetensi.
(3) STR dikeluarkan oleh MTKI dan berlaku secara nasional.
(4) Masa berlaku STR sepanjang masa berlakunya sertifikat kompetensi.
(5) Format STR sebagaimana tercantum dalam formulir II terlampir.
Pasal 10
(1) MTKI harus membuat pembukuan terhadap setaip STR yang dikeluarkan.
(2) Pembukaan registrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan kepada
Menteri melalui Kepala Badan.
Pasal 11
Tenaga Kesehatan Warga Negara Asing atau Tenaga Kesehatan Warga Negara
Indonesia Lulusan Negeri untuk dapat melakukan pekerjaan/ Praktik di Indonesia
harus memenuhi ketentuan mengenai sertifikat kompetensi dan STR.
Pasal 12
Bagian kedua
Pasal 17
Pasal 18
Dalam menjalankan tuags sebagaimana dimaksud dalam pasal 17, MTKI mempunyai
wewenang;Menyusun materi uji kompetensi;
Pasal 29
(1) Dalam melaksanakan fungsi, tugas dan wewenang, MTKI dibantu oleh Sekretariat yang
di pimpin oleh seorang Sekretaris.
(2) Sekretarirs diangkat dan diberhentikan oleh Menteri
(3) Sekretaris sebagaimana dimaksud pada ayat (2) bukan anggota MTKI.
(4) Dalam menjalankan tugasnya, sekretaris bertanggung jawab kepada MTKI
(5) Dalam menjanlan tugasnya, Sekretaris dibantu oleh unti kerja pada Badan Pengembangan
dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan Kementerian Kesehatan yang
mempunyai tugas, pokok, dan fungsi di bidang umum dan bidang sertifikasi dan
registrasi
Pasal 30
(1) Ketentuan fungsi dan tugas secretariat MTKI ditetapkan oleh ketua MTKI
(2) Pegawai pada secretariat MKTI tunduk pada peraturan perundang-undangan mengenai
kepegawaian.
Pasal 31
(1) MTKI dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh MTKP yang berkedudukan di ibu kota
Provinsi.
(2) MTKP dibentuk dan siangkat oleh MTKI dengan pertimbangan Kepala Badan.
(3) Ketentu7an lebih lanut mengenai tugas, organisasi, dan keanggotaan MTKP diatur
dengan pedoman yang dikeluarkan MTKI.
BAB IV
PENDANAAN
Pasal 32
Pendanaan kegiatan MTKI dan MTKP dibebankan pada Anaggaran Pendapatan dan
Belanja Negara (APBN), anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD) provinsi, dan /
atau peran serta masyarakat sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
BAB V
Pasal 33
(1) Pemerintah, pemerintah daerah, MTKI, MTKP, dan organisasi profesi melakukan
pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan praktik/ pekerjaan yang dilakukan
tenaga kesehatan, sesuai dengan bidang tugasnya.
(2) Pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diarahkan untuk:
a. Meningkatkan mutu peelayanan kesehatan yang diberikan ternaga kesehatan;
b. Melindungi masyarakat atas tindakan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan; dan
c. Memberikan kepastian hukum kepada masyarakat dan tenaga kesehatan.
BAB VI
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 34
(1) Tenaga kesehatan yang telah memiliki surat ijin/ STR dan/atau surat izin kerja/ surat izin
praktik berdasarkan peraturan perundang-undangan yang dinyatakan telah memiliki STR
sampai dengan masa berlakunya berakhir. +
(2) Tenaga kesehatan yang telah memiliki surat ijin/ STR dan/atau surat izin kerja/ surat izin
praktik yang masa berlakunya berakhir paling lama 5 (lima) tahun setelah berlakuknya
peraturan menteri ini, kepadanya dapat diberikan perpanjangan STR.
(3) Tenaga kesehatan yang pada saat berlakunya Peraturan Menteri ini belum, diatur
ketentuan mengenai STR dan / atau surat izin kerja/ surat izin praktiknya, kepadanya
diberikan STR berdasarkan peraturan menteri ini.
(4) Tenaga kesehatan yang belum memiliki surat izin/ STR dan / atau surat izin kerja/ surat
izin praktik yang telah lulus ujian program pendidikan sebelum Tahun 2012, kepadanya
diberikan STR berdasarkan peraturan menteri ini.
(5) Permohonan STR senbagaimana dimaksud dalam pasal ini dapat dilakukan secara
kolektif melalui organisasi profesi, institusi pendidikan, dan/ atau fasilitas pelayanan
kesehatan, dimana tenaga kesehatan melakukan pekerjaan / praktiknya.
Pasal 35
Masa berlaku STR sebagaimana dimaksud dalam pasal 34 diberikan selama 5 (lima) tahun
berdasarkan tanggal kelahiran tenaga kesehatan yang bersangkutan.
Pasal 36
(1) Keanggotaan MTKI yang untuk pertama kali diangkat dengan keputusan menteri
kesehatan Nomor 221/Menkes/SK/II/2011 tanggal tanggal 1 febuari 2011 tetap menjadi
anggota MTKI berdasarkan peraturan menteri ini dengan masa bakti diubah menjadi 5
(lima) tahun, sehingga berakhir pada tahun 2016.
(2) Keanggotaan MTKP yang dibentuk berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
161/ Menkes/Per/I/2010 tentang Registrasi Tenaga Kesehatan tetap menjadi anggota
MTKP berdasarkan Peraturan Menteri ini dengan masa bakti 5 (lima) tahun sejak
ditetapkan.
(3) MTKP sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat melaksanakan tugas uji kompetensi,
apabila perguruan tinggi bidang kesehatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1)
belum dapat melaksanakan uji kompetensi tersebut.
d. Akreditasi
Akreditasi merupakan suatu proses pengukuran dan pemberian status
akreditasi kepada institusi, program atau pelayanan yang dilakukan oleh
organisasi atau badan pemerintah tertentu (Priharjo, 1995).
Status akreditasi suatu lembaga merupakan cermin kinerja lembaga yang
bersangkutan dan menggambar mutu, efisiensi, serta relevansi suatu program-
program yang diselenggarakan. Hal-hal yang diukur dalam akreditasi meliputi
struktur, proses dan kriteria hasil.
Ali, Zaidin. (2001). Dasar Dasar Keperawatan Profesional. Jakarta : Widya Medika.
Kusnanto. (2003). Pengantar Profesi dan Praktik Keperawatan Profesional. Jakarta : EGC.
Adwidya, Tim Visi. (2015). Panduan Lulus UKM Ujikom New Indonesia. Jakarta : Visimedia
Pustaka.