i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah memberikan kemudahan sehinga kelompok kami mampu menyelesaikan
tugas keloompok dalam membuat makalah yang berjudul “implementasi
Pancasila dalam hak dan kewajiban profesi anastesi berdasarkan permenkes,
uu, dan sumber hukum lainnya.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................ii
DAFTAR ISI...............................................................................................................iii
BAB I.........................................................................................................................iii
1.1 Latar Belakang..............................................................................................iii
1.2 Rumusan Masalah...............................................................................................iv
1.3 Tujuan Penelitian Makalah................................................................................iv
BAB II.........................................................................................................................1
PEMBAHASAN.........................................................................................................1
2.1 Profesi Penata Anastesi.......................................................................................1
2.2 Hak Penata Anestesi............................................................................................2
2.3 kewajiban Penata Anestesi................................................................................10
2.4 Standar Profesi Penata Anestesi menurut Permenkes, UU, dan sumber
hukum lainnya.........................................................................................................11
2.5 Fungsi Pancasila dalam Profesi Penata Anastesi.............................................12
BAB III.....................................................................................................................15
PENUTUP................................................................................................................15
3.1 kesimpulan.........................................................................................................15
3.2 saran....................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................16
iii
BAB I
PENDAHULUAN
iv
Tanggung jawab utama penata anastesi adalah memberikan dan
berpartisipasi dalam penyediaan jasa pelayana anastesi. Penata anastesi
dalam menjalankan praktik keprofesiannya berwenang untuk melakukan
pelayanan asuhan keperawatan anastesi pada: praanastesi, intraanetesi, dan
pascaanestesi.
v
BAB II
PEMBAHASAN
1
Bunga L “implementasi Pancasila dalam kode etik profesi penata anestesi” (2022)
1
perlindunganhukum, undang-undang dan Kode Etik, memiliki kebebasan
yangdidasarkan lepada kehormatan dan kepribadian Penata Anestesi yang
berpegang teguh kepada Kemandirian (Otonomy), Berbuat
Baik( Benefincience), Keadilan ( Justice), Prinsip Tidak Merugikan (non-
maleficence), Kejujuran (Veraciry), Menepati Janji (Fidelity),
Kerahasiaan(Confidentiality), dan Akuntabilitas (Accountability).
2
Berdasarkan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2017 Tentang Jabatan Fungsional Penata Anestesi Pasal
1
2
kasus yang menyeret nama penata anestesi, padahal pada dasarnya hak
dari penata tidak terpenuhi.
c. Melaksanakan pelayanan sesuai dengan kompetensi.Hal ini terkait dengan
kewenangan penata anestesi yang telah diatur dalam pasal sebelumnya
yaitu Permenkes No 18 tahun 2016 pada pasal 10. Hal ini menjadi batas
yang tegas antara koridor kewenangan dokter anesestesi, perawat anestesi
dan penata anestesi.
d. Menerima imbalan jasa profesi Sebuah profesi memiliki keahlian dan
ketrampilan yang menyumbang manfaat bagi masyarakat entah berupa
barang ataupun jasa. Sudah sewajarnya seorang professional menerima
imbalan atas keterampilan ataupun keahlian yang telah disumbangkan
sesuai ketentuan yang berlaku.
e. Memperoleh jaminan perlindungan terhadap risiko kerja yang berkaitan
dengan tugasnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Penata anestesi yang bekerja di kamar operasi memiliki resiko kerja yang
tergolong tinggi. Baik resiko cedera fisik akibat posisi tubuh yang tidak
aerodinamis ataupun resiko terpapar dari obat anestesi akibat kesalahan
teknis yang terjadi. (1) Dalam melaksanakan praktik keprofesiannya,
Penata Anestesi mempunyai kewajiban:
a. Menghormati hak pasienDalam melaksanakan tindakan keperawatan
petugas kesehatan selalu menghormati hak pasien misalnya dengan
Informed Consent, sehingga pasien berhak untuk menerima atau menolak
tindakan yang akan dilakukan. 3
b. Menyimpan rahasia pasien sesuai dengan peraturan perundang-
undangan.Dalam menjalankan tindakan keperawatan Penata Anestesi
memiliki kewajiban menjaga rahasia pasien sebagaimana yang tercantum
dalam pasal 22 PP Republik Indonesia Nomor 32 tahun 1996 tentang
Tenaga Kesehatan, ayat (1) yang berbunyi; “ Bagi tenaga kesehatan jenis
3
Berdasarkan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2017 Tentang Jabatan Fungsional Penata Anestesi Pasal
1
3
tertentu dalam melaksanakan jenis profesinya berkewajiban untuk menjaga
kerahasiaan identitas dan data kesehatan pribadi pasien”
c. Memberikan informasi tentang masalah kesehatan dan pelayanan yang
dibutuhkanSebagai seorang Penata Anestesi yang professional harus
melihat klien sebagai pribadiyang harus dilihat dari sisi bio, psiko, spiritual
dan social. Dengan memberikan penjelasan tentang prosedur yang akan
diterima oleh klien, klien merasa lebih dihargaidan secara psikologi akan
menurunkan tingkat kecemasan pada klien.
Berdasarkan pasal 10
Penata anestesi dalam menjalankan praktik keprofesiannya berwenang
untuk melakukan pelayanan asuhan kepenataan anestesi pada:
1. Praanastesi
2. Intraanastesi
3. Pascaanastesi
Berdasarkan pasal 11 ayat 1
Pelayanan asuhan kepenataan praanastesi sebagaimana dimaksud dalam
pasal 10 huruf a yaitu melakukan pengkajian penatalaksanaan praanastesi
yang meliputi:4
1. persiapan administrasi pasien;
2. pemeriksaan tanda-tanda vital;
3. pemeriksaan lain yang diperlukan sesuai kebutuhan pasien baik
secara inspeksi, palpasi, maupun auskultasi;
4. pemeriksaan dan penilaian status fisik pasien;
5. analisis hasil pengkajian dan merumuskan masalah pasien;
6. evaluasi tindakan penatalaksanaan pelayanan pra anestesia,
mengevaluasi secara mandiri maupun kolaboratif;
4
Berdasarkan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2017 Tentang Jabatan Fungsional Penata Anestesi Pasal
1
4
7. mendokumentasikan hasil anamnesis/ pengkajian;
8. persiapan mesin anestesia secara menyeluruh setiap kali akan
digunakan dan memastikan bahwa mesin dan monitor dalam keadaan
baik dan siap pakai;
9. pengontrolan persediaan obat-obatan dan cairan setiap hari untuk
memastikan bahwa semua obat-obatan baik obat anestesia maupun
obat emergensi tersedia sesuai standar rumah sakit; dan
10. memastikan tersedianya sarana prasarana anestesia berdasarkan
jadwal, waktu, dan jenis operasi tersebut.
Berdasarkan pasal 11 ayat 2
Pelayana asuhankepenataan intraanestesi sebagaimana dimaksud
dalam pasal 10 huruf b, terdiri atas:
1. pemantauan peralatan dan obat-obatan sesuaidengan perencanaan
teknik anestesia;
2. pemantauan keadaan umum pasien secaramenyeluruh dengan baik
dan benar; dan
3. pendokumentasian semua tindakan yang dilakukan agar seluruh
tindakan tercatat baikdan benar
Berdasarkan pasal 11 ayat 35
1. merencanakan tindakan kepenataan pascatindakan anestesia;
2. penatalaksanaan dalam manajemen nyeri sinstruksi dokter spesialis
anestesi.
3. pemantauan kondisi pasien pasca pemasangan kateter epidural;
4. pemantauan kondisi pasien pasca pemberian obat anestetika regional;
5. pemantauan kondisi pasien pasca pemberian obat anestetika umum;
6. evaluasi hasil kondisi pasien pasca pemasangan kateter epidural;
7. evaluasi hasil pemasangan kateter epidural dan pengobatan anestesia
regional;
5
Berdasarkan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2017 Tentang Jabatan Fungsional Penata Anestesi Pasal
1
5
8. evaluasi hasil pemasangan kateter epidural dan pengobatan anestesia
umum;
9. pelaksanaan tindakan dalam mengatasi kondisi gawat;
10. pendokumentasian pemakaian obat-obatan dan alat kesehatan yang
dipakai; dan
11. pemeliharaan peralatan agar siap untuk dipakai pada tindakan
anestesia selanjutnya.
Pelimpahan wewenang
Pasal 12
Pasal 136
6
Berdasarkan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2017 Tentang Jabatan Fungsional Penata Anestesi Pasal
1
6
f. pemeliharaan jalan napas;
g. pemasangan alat ventilasi mekanik;
h. pemasangan alat nebulisasi;
i. pengakhiran tindakan anestesia; dan
j. pendokumentasian pada rekam medik
Pasal 14
Pasal 15
7
Berdasarkan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2017 Tentang Jabatan Fungsional Penata Anestesi Pasal
1
7
Dalam hal daerah sebagaimana dimaksud dalam pasal 14 ayat (1) telah
terdapat dokter spesialis anestesiologi, wewenang untuk melakukan
pelayanan berdasarkan penugasa pemerintah tidak berlaku.
Pasal 16
Pasal 178
8
1. Aparatur Sipil Negara yang selanjutnya disingkat ASN adalah profesi
bagi pegawai negeri sipil dan pegawai pemerintah dengan perjanjian
kerja yang bekerja pada instansi pemerintah.
2. Pegawai Negeri Sipil yang selanjutnya disingkat PNS adalah warga
negara Indonesia yang memenuhi syarat tertentu, diangkat sebagai
Pegawai ASN secara tetap oleh Pejabat Pembina Kepegawaian untuk
menduduki jabatan pemerintahan.
3. Jabatan Fungsional adalah sekelompok jabatan yang berisi fungsi dan
tugas berkaitan dengan pelayanan fungsional yang berdasarkan pada
keahlian dan keterampilan tertentu.
4. Jabatan Fungsional Penata Anestesi adalah jabatan yang mempunyai
ruang lingkup tugas, tanggung jawab, wewenang, dan hak untuk
melaksanakan kegiatan pelayanan asuhan kepenataan anestesi sesuai
kewenangan dan peraturan perundang-undangan.
5. Penata Anestesi adalah PNS yang diberi tugas, tanggung . jawab,
wewenang, dan hak secara penuh oleh Pejabat yang Berwenang untuk
melaksanakan kegiatan pelayanan asuhan kepenataan anestesi sesuai
kewenangan dan peraturan perundang-undangan.
6. Pelayanan Asuhan Kepenataan Anestesi adalah pelayanan asuhan
kepenataan anestesi pada praanestesi, intraanestesi dan pascaanestesi.
7. Pelayanan Anestesi adalah tindakan medis yang dapat dilakukan
secara tim oleh tenaga kesehatan yang memenuhi keahlian dan
kewenangan di bidang pelayanan anestesi;9
8. Pejabat Pembina Kepegawaian adalah pejabat yang mempunyai
kewenangan menetapkan pengangkatan, pemindahan, dan
pemberhentian Pegawai ASN dan pembinaan Manajemen ASN di
instansi pemerintah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
9
Berdasarkan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2017 Tentang Jabatan Fungsional Penata Anestesi Pasal
1
9
9. Pejabat yang Berwenang adalah pejabat yang mempunyai kewenangan
melaksanakan proses pengangkatan, pemindahan, dan pemberhentian
Pegawai ASN sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
10. Sasaran Kerja Pegawai yang selanjutnya disingkat SKP adalah
rencana kerja dan target yang akan dicapai oleh seorang PNS.
11. Angka Kredit adalah satuan nilai dari tiap butir kegiatan dan/atau
akumulasi nilai butir-butir kegiatan yang harus dicapai oleh Penata
Anestesi dalam rangka pembinaan karier yang bersangkutan.
12. Tim Penilai Kinerja Jabatan Fungsional Penata Anestesi yang
selanjutnya disebut Tim Penilai adalah tim yang dibentuk dan
ditetapkan oleh Pejabat yang Berwenang dan bertugas mengevaluasi
keselarasan hasil kerja denganItugas yang disusun dalam SKP, dan
menilai kinerja pejabat fungsional Penata Anestesi.
13. Karya Tulis/Karya Ilmiah adalah tulisan hasil pokok pikiran,
pengembangan, dan hasil kajian/ penelitian yang disusun oleh Penata
Anestesi baik perorangan atau kelompok di bidang pelayanan anestesi.
14. Uraian Tugas adalah suatu paparan semua tugas jabatan yang
merupakan tugas pokok pemangku jabatan dalam memproses bahan
kerja menjadi hasil kerja dengan menggunakan perangkat kerja dalam
kondisi tertentu.10
15. Ikatan Penata Anestesi Indonesia yang selanjutnya disebut IPAI
adalah organisasi profesi bagi Jabatan Fungsional Penata Anestesi dan
Jabatan Fungsional Asisten Penata Anestesi
Pasal 23 (1)
10
Berdasarkan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2017 Tentang Jabatan Fungsional Penata Anestesi Pasal
1
10
Dalam melaksanakan praktik keprofesiannyapenata anestesi memiliki
kewajiban, diantaranya:
11
1. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5063);
12
Fhujiriyani “KMK No. HK.01.07-MENKES-722-2020 ttg Standar Profesi Penata Anestesi” (03-
07-2022)
12
8. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 29 Tahun 2018 tentang Organisasi dan
Tata Kerja Sekretariat Konsil Tenaga Kesehatan Indonesia (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 944);
13
Bunga L “implementasi Pancasila dalam kode etik profesi penata anestesi” (2022)
13
dalam setiap asuhan kepenataan anestesi yang dilakukannya. Nilai Ketuhanan
Yang Maha Esa mengandung arti adanya pengakuan dan keyakinan profesi
Penata Anestesi terhadap adanya Tuhan sebagai pencipta alam semesta. Nilai
ini menyatakan profesi Penata Anestesi merupakan profesi yang religius
bukan merupakan profesi yang atheis. Nilai Ketuhanan juga memiliki arti
adanya pengakuan akan kebebasan untuk memeluk agama, menghormati
kemerdekaan beragama, tidak ada paksaan serta tidak berlaku diskriminatif
antar umat beragama. Dalam melakukan asuhan kepenataan anestesi, Penata
Anestesi mengakui keyakinan dan kepercayaan klien, dan Penata Anestesi
berkewajiban membantu klien dalam memenuhi kebutuhan spiritualnya tanpa
melakukan diskriminatif terhadap klien yang berbeda agama. Nilai
Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab mengandung arti kesadaran, sikap dan
perilaku Penata Anestesi harus sesuai dengan nilai-nilai moral dalam hidup
bersama atas dasar tuntutan hati nurani dengan memperlakukan suatu hal
sebagaimana mestinya. Dalam menjalankan perannya, Penata Anestesi akan
berhadapan dengan klien yang berbeda budaya, sosial ekonomi, dan
pendidikan. Dalam hal ini Penata Anestesi harus berusaha memperlakukan
siapapun klien yang dihadapi dengan professional tanpa mengurangi kualitas
14
sedikitpun. Nilai Persatuan Indonesia mengendung makna usaha ke arah
bersatu dalam profesionalisasi Penata Anestesi dalam profesi Penata Anestesi
Indonesia. Ikatan Penata Anestesi Indonesia (IPAI) dan Himpunan Perawat
Anestesi Indonesi (HIMPANI) mengakui dan menghargai sepenuhnya
terhadap keanekaragaman yang dimiliki warga Indonesia baik dalam tingkat
pendidikan maupun kedudukan. Nilai Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh
Hikmat Kebijaksanaan Dalam Permusyawaratan/Perwakilan mengandung
makna bahwa dalam melakukan asuhan kepenataan anestesi, Penata Anestesi
harus berkolaborasi dengan sejawat, profesi lain, maupun dengan klien dan
keluarganya. Nilai Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia
mengandung makna sebagai dasar sekaligus tujuan, yaitu tercapainya
14
Bunga L “implementasi Pancasila dalam kode etik profesi penata anestesi” (2022)
14
kesehatan untuk seluruh masyarakat Indonesia meliputi kesehatan bio psiko
sosial maupun15 spiritual.
BAB III
PENUTUP
3.1 kesimpulan
15
Bunga L “implementasi Pancasila dalam kode etik profesi penata anestesi” (2022)
15
Indonesia, maka manusia Indonesia menjadikan pengamalan pancasila sebagai
perjuangan utama dalam kehidupankermasyarakatan dan kehidupan
kenegaraan. Oleh karena itu pengamalannya harus dimuai setiap warga negara
Indonesia, setiap penyelengara negara yang secara meluas akan berkembang
menjadi pengamalan pancasila oleh setiap lembaga kenegaraan dan
lembagakemasyarakatan baik dipusat maupun didaerah.Dalam menjalankan
profesi sebagai Penata Anestesi, memberikan pelayanan yang terbaik untuk
pasien merupakan sebuah kewajiban. Bukansemata-mata hanya karena uang.
Ketulusan melayani tanpa membeda- bedakan satu sama lain merupakan salah
satu implementasi dari sila yangterkandung dalam Pancasila.Bangsa Indonesia
tidak bisa menghindari akan adanya tantanganglobal dengan menjadikan
Pancasila sebagai pedoman dalam menghadapiglobalisasi bangsa Indonesia
akan tetap bisa menjaga eksistensi dan jati diriBangsa Indonesia
3.2 saran
Berdasarkan uraian diatas, kiranya kita dapat menyadari bahwaPancasila
merupakan dasar negara Indonesian, maka kita harus menjunjungtinggi dan
mengamalkan sila-sila Pancasila tersebut dengan setulus hati dan penuh
rasa tanggung jawab.
DAFTAR PUSTAKA
Bunga L “implementasi Pancasila dalam kode etik profesi penata anestesi” (2022)
16