Anda di halaman 1dari 21

PANCASILA

ANALISIS IMPLEMENTASI PANCASILA DALAM HAK &


KEWAJIBAN PROFESI ANASTESI BERDASARKAN
PERMENKES, UU, DAN SUMBER HUKUM LAINNYA

DOSEN PENGAMPU : RINDY ACVIONITA. SH., M.Kn


ANGGOTA KELOMPOK :

ALDI MUHAMMAD DWIPUTRA : 230106013


BLANDINA FITRIANI AURELIA INA : 230106037
JESICHA CHRISTIANI LEMBANG : 230106092
MICHELLE GLORYA JIBRILLIA TOMPUNU : 230106116
MUHAMMAD ALFAUDAN PRATAMA : 230106240
MUHAMMAD DICKY PRATAMA : 230106124

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS HARAPAN BANGSA
PURWOKERTO
2023

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah memberikan kemudahan sehinga kelompok kami mampu menyelesaikan
tugas keloompok dalam membuat makalah yang berjudul “implementasi
Pancasila dalam hak dan kewajiban profesi anastesi berdasarkan permenkes,
uu, dan sumber hukum lainnya.

Makalah ini disusun guna memberikan gambaran umum mengenai


peran Pancasila dalam profesi penata anastesi serta hak dan kewajiban profesi
anastesi. Karena sebagai penata anastesi kita harus mengetahui setiap hak dan
kewajiban pada profesi anastesi.

Harapan kami, makalah ini bisa memberikan manfaat sebesar mungkin


bagi siapa pun yang membacanya. Semoga para pembaca juga berkenan
memaafkan jika dalam makalah ini terdapat keterangan dan kesalahan. Kami
pun akan merasa senang jika ada pembaca yang berkenan memberikan saran
dan kritik yang membangun bagi kami. Terima kasih.

Purwokerto, 11 November 2023

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................ii
DAFTAR ISI...............................................................................................................iii
BAB I.........................................................................................................................iii
1.1 Latar Belakang..............................................................................................iii
1.2 Rumusan Masalah...............................................................................................iv
1.3 Tujuan Penelitian Makalah................................................................................iv
BAB II.........................................................................................................................1
PEMBAHASAN.........................................................................................................1
2.1 Profesi Penata Anastesi.......................................................................................1
2.2 Hak Penata Anestesi............................................................................................2
2.3 kewajiban Penata Anestesi................................................................................10
2.4 Standar Profesi Penata Anestesi menurut Permenkes, UU, dan sumber
hukum lainnya.........................................................................................................11
2.5 Fungsi Pancasila dalam Profesi Penata Anastesi.............................................12
BAB III.....................................................................................................................15
PENUTUP................................................................................................................15
3.1 kesimpulan.........................................................................................................15
3.2 saran....................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................16

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kesehatan merupakan hak dasar yang mempegaruhi semua aspek
kehidupan, Kesehatan juga merpakan hak asasi manusia dan salah satu
unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa
Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pancasila Undang-Undang Dasar
1945, setiap kegiatan dalam upaya memelihara dan meningkatkan derajat
Kesehatan masyarakat.

Pancasila sebagai dasar negara Indonesia adalah lima asas yang


menjadi pedoman berbangsa dan bernegara di Indonesia. Kelima sila
tersebut perlu dihayati dan diamalkan oleh seluruh warga negara Indonesia
tak terkecuali oleh profesi penata anastesi.

Pelayanan anstesi adalah Tindakan medis yang berisiko tinggi yang


membutuhkan keahlian, keterampilan, serta kewaspadaan khusus dalam
rangka memfasilitasi Tindakan operasi serta menjamin keselamatan,
keamanan, dan kenyamanan, pasien. Pelayanan anastesi merupakan
Tindakan medis yang harus dilakukan oleh tenaga Kesehatan yang
memenuhi keahlian dan kewenangan di bidang pelayanan anastesi.

Dalam hal ini penerapan nilai-nilai Pancasila sangat penting dalam


pemenuhan hak dan kewajiban penata anestesi, karena Pancasila
merupakan sendi, asas dan aturan hukum tertinggi. Dengan demikian
penerapan Pancasila sebagai ideologi bangsa diharapkan mampu untuk
memenuhi hak dan kewajiban penata anastesi sesuai undang-undang,
permenkes, dan unsur hukum yang berlaku.

iv
Tanggung jawab utama penata anastesi adalah memberikan dan
berpartisipasi dalam penyediaan jasa pelayana anastesi. Penata anastesi
dalam menjalankan praktik keprofesiannya berwenang untuk melakukan
pelayanan asuhan keperawatan anastesi pada: praanastesi, intraanetesi, dan
pascaanestesi.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan profesi penata anestesi


2. Apa yang dimaksud dengan hak penata anestesi
3. Apa yang dimaksud dengan kewajiban penata anestesi
4. Bagaimana standar profesi penata anestesi menurut Permenkes, UU dan
sumber hukum lainnya
5. Bagaimana fungsi pancasila dalam profesi penata anestesi

1.3 Tujuan Penelitian Makalah

1. Untuk mengetahui apa itu profesi penata anastesi


2. Untuk mengetahui hak penata anastesi
3. Untuk menggetahui kewajiban penata anastesi
4. Untuk mengetahui bagaimana standar profesi penata anastesi menurut
Permenkes, UU, sumber hukum lainnya
5. Untuk mengetahui fungsi Pancasila dalam profesi penata anastesi

v
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Profesi Penata Anastesi


Penata anestesi merupakan salah satu profesi tenaga medis dimana
mempunya tugas dan fungsi melakukan asuhan kepenataan anestesi dalam
tahap pra, intra dan pasca operasi. Di Rumah Sakit penata anestesi mempunyai
tugas dan fungsi salah satunya adalah melakukan persiapan pasien yang masuk
yang akan menjalani tindakan operasi, kemudian memastikan bahwa pasien
yang akan menjalani tindakan operasi mendapatkan pembiusan atau anestesi
yang dengan baik dan benar. Selanjutnya tugas antar tenaga medis adalah
membantu kerja dokter Spesialis Anestesiologi serta menjadi mitra saling
menopang ketika terjadi kasus pada pasien yang dilakukan tindakan operasi.

Menurut Permenkes Nomor 18 Tahun 2016, Penata Anestesi adalah


setiap orang yang telah lulus Pendidikan bidang keperawatan anestesi atau
Penata Anestesi sesuai dengan ketentuan perundang-undangan. Penata anestesi
merupakan setiap orang yang telah lulus Pendidikan perawat anestesi
ketentuan peraturan perundang-undangan (PMK Nomor 31 Tahun 2013).

Asuhan Anestesi adalah suatu rangkaian kegiatan secara


komprehensifkepada pasien yang tidak mampu menolong dirinya sendirinya
dalamtindakan pelayanan anestesi pada pra, intra, pasca anestesi dengan
pendekatan metode kepenataan anestesi meliputi pengkajian, analisa dan
penetapan masalah, intervensi, implementasi dan evaluasi.1

Penata Anestesi sebagai profesi yang telah diakui keberadaannya


diIndonesia yang dalam menjalankan profesinya berada dibawah

1
Bunga L “implementasi Pancasila dalam kode etik profesi penata anestesi” (2022)

1
perlindunganhukum, undang-undang dan Kode Etik, memiliki kebebasan
yangdidasarkan lepada kehormatan dan kepribadian Penata Anestesi yang
berpegang teguh kepada Kemandirian (Otonomy), Berbuat
Baik( Benefincience), Keadilan ( Justice), Prinsip Tidak Merugikan (non-
maleficence), Kejujuran (Veraciry), Menepati Janji (Fidelity),
Kerahasiaan(Confidentiality), dan Akuntabilitas (Accountability).

2.2 Hak Penata Anestesi

Pasal 19 PMK No. 18 tahun 2016

Dalam melaksanakan praktiknya penata anestesi mempunyai hak, diantaranya:

a. Memperoleh perlindungan hukum dalam melaksanakan praktik


keprofesiannya sesuai dengan standar profesi, standar pelayanan, dan
standar operasional prosedur. Standar profesi, standar pelayanan dan
standar operasional prosedur dirancang untuk menjadi pedoman bagi
anggota profesi untuk menjalankan praktik keprofesian yang berkualitas
dan bermutu sehingga menghindari tuntutanakibat penyimpangan
terhadap standar.2
b. Memperoleh informasi yang lengkap dan jujur dari pasien atau
keluarga.Informasi yang lengkap dan benar menunjang dalam jalannya
prosedur secara baik,melindungi perawat anestesi dari malpraktik.
Informasi yang tidak benar dikhawatirkan akan menjadi kasus akibat
kesalahan informasi. Dalam suatu contoh apabila seorang klien yang
mengatakan bahwa dia sudah berpuasa padahal ia belum berpuasa,
kemudian saat operasi terjadi aspirasi dan pasien meninggal akan menjadi

2
Berdasarkan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2017 Tentang Jabatan Fungsional Penata Anestesi Pasal
1

2
kasus yang menyeret nama penata anestesi, padahal pada dasarnya hak
dari penata tidak terpenuhi.
c. Melaksanakan pelayanan sesuai dengan kompetensi.Hal ini terkait dengan
kewenangan penata anestesi yang telah diatur dalam pasal sebelumnya
yaitu Permenkes No 18 tahun 2016 pada pasal 10. Hal ini menjadi batas
yang tegas antara koridor kewenangan dokter anesestesi, perawat anestesi
dan penata anestesi.
d. Menerima imbalan jasa profesi Sebuah profesi memiliki keahlian dan
ketrampilan yang menyumbang manfaat bagi masyarakat entah berupa
barang ataupun jasa. Sudah sewajarnya seorang professional menerima
imbalan atas keterampilan ataupun keahlian yang telah disumbangkan
sesuai ketentuan yang berlaku.
e. Memperoleh jaminan perlindungan terhadap risiko kerja yang berkaitan
dengan tugasnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Penata anestesi yang bekerja di kamar operasi memiliki resiko kerja yang
tergolong tinggi. Baik resiko cedera fisik akibat posisi tubuh yang tidak
aerodinamis ataupun resiko terpapar dari obat anestesi akibat kesalahan
teknis yang terjadi. (1) Dalam melaksanakan praktik keprofesiannya,
Penata Anestesi mempunyai kewajiban:
a. Menghormati hak pasienDalam melaksanakan tindakan keperawatan
petugas kesehatan selalu menghormati hak pasien misalnya dengan
Informed Consent, sehingga pasien berhak untuk menerima atau menolak
tindakan yang akan dilakukan. 3
b. Menyimpan rahasia pasien sesuai dengan peraturan perundang-
undangan.Dalam menjalankan tindakan keperawatan Penata Anestesi
memiliki kewajiban menjaga rahasia pasien sebagaimana yang tercantum
dalam pasal 22 PP Republik Indonesia Nomor 32 tahun 1996 tentang
Tenaga Kesehatan, ayat (1) yang berbunyi; “ Bagi tenaga kesehatan jenis

3
Berdasarkan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2017 Tentang Jabatan Fungsional Penata Anestesi Pasal
1

3
tertentu dalam melaksanakan jenis profesinya berkewajiban untuk menjaga
kerahasiaan identitas dan data kesehatan pribadi pasien”
c. Memberikan informasi tentang masalah kesehatan dan pelayanan yang
dibutuhkanSebagai seorang Penata Anestesi yang professional harus
melihat klien sebagai pribadiyang harus dilihat dari sisi bio, psiko, spiritual
dan social. Dengan memberikan penjelasan tentang prosedur yang akan
diterima oleh klien, klien merasa lebih dihargaidan secara psikologi akan
menurunkan tingkat kecemasan pada klien.

Wewenang Penata Anestesi

Berdasarkan pasal 10
Penata anestesi dalam menjalankan praktik keprofesiannya berwenang
untuk melakukan pelayanan asuhan kepenataan anestesi pada:
1. Praanastesi
2. Intraanastesi
3. Pascaanastesi
Berdasarkan pasal 11 ayat 1
Pelayanan asuhan kepenataan praanastesi sebagaimana dimaksud dalam
pasal 10 huruf a yaitu melakukan pengkajian penatalaksanaan praanastesi
yang meliputi:4
1. persiapan administrasi pasien;
2. pemeriksaan tanda-tanda vital;
3. pemeriksaan lain yang diperlukan sesuai kebutuhan pasien baik
secara inspeksi, palpasi, maupun auskultasi;
4. pemeriksaan dan penilaian status fisik pasien;
5. analisis hasil pengkajian dan merumuskan masalah pasien;
6. evaluasi tindakan penatalaksanaan pelayanan pra anestesia,
mengevaluasi secara mandiri maupun kolaboratif;

4
Berdasarkan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2017 Tentang Jabatan Fungsional Penata Anestesi Pasal
1

4
7. mendokumentasikan hasil anamnesis/ pengkajian;
8. persiapan mesin anestesia secara menyeluruh setiap kali akan
digunakan dan memastikan bahwa mesin dan monitor dalam keadaan
baik dan siap pakai;
9. pengontrolan persediaan obat-obatan dan cairan setiap hari untuk
memastikan bahwa semua obat-obatan baik obat anestesia maupun
obat emergensi tersedia sesuai standar rumah sakit; dan
10. memastikan tersedianya sarana prasarana anestesia berdasarkan
jadwal, waktu, dan jenis operasi tersebut.
Berdasarkan pasal 11 ayat 2
Pelayana asuhankepenataan intraanestesi sebagaimana dimaksud
dalam pasal 10 huruf b, terdiri atas:
1. pemantauan peralatan dan obat-obatan sesuaidengan perencanaan
teknik anestesia;
2. pemantauan keadaan umum pasien secaramenyeluruh dengan baik
dan benar; dan
3. pendokumentasian semua tindakan yang dilakukan agar seluruh
tindakan tercatat baikdan benar
Berdasarkan pasal 11 ayat 35
1. merencanakan tindakan kepenataan pascatindakan anestesia;
2. penatalaksanaan dalam manajemen nyeri sinstruksi dokter spesialis
anestesi.
3. pemantauan kondisi pasien pasca pemasangan kateter epidural;
4. pemantauan kondisi pasien pasca pemberian obat anestetika regional;
5. pemantauan kondisi pasien pasca pemberian obat anestetika umum;
6. evaluasi hasil kondisi pasien pasca pemasangan kateter epidural;
7. evaluasi hasil pemasangan kateter epidural dan pengobatan anestesia
regional;

5
Berdasarkan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2017 Tentang Jabatan Fungsional Penata Anestesi Pasal
1

5
8. evaluasi hasil pemasangan kateter epidural dan pengobatan anestesia
umum;
9. pelaksanaan tindakan dalam mengatasi kondisi gawat;
10. pendokumentasian pemakaian obat-obatan dan alat kesehatan yang
dipakai; dan
11. pemeliharaan peralatan agar siap untuk dipakai pada tindakan
anestesia selanjutnya.

Pelimpahan wewenang

Pasal 12

Selain wewenang sebagaimana dimaksud dalam pasal 10 dan pasal 11,


penata anestesi dapat melaksanakan pelayanan:

a. di bawah pengawasan atas pelimpahan wewenang secara mandat


dari dokter spesialis anestesiologi atau dokter lain; dan/atau
b. berdasarkan penugasan pemerintah sesuai kebutuhan berdasarkan
dokter lain

Pasal 136

Pelimpahan wewenang secara mandat dari dokter spesialis


anestesiologi atau dokter lain sebagaimana dimaksud dalam pasal 12 huruf
a, dalam rangka membantu pelayananan anestesi melalui :

a. elaksanaan anestesia sesuai dengan instruksi dokter spesialis


anestesiologi;
b. pemasangan alat monitoring non invasif;
c. melakukan pemasangan alat monitoring invasif;
d. pemberian obat anestesi;
e. mengatasi penyulit yang timbul;

6
Berdasarkan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2017 Tentang Jabatan Fungsional Penata Anestesi Pasal
1

6
f. pemeliharaan jalan napas;
g. pemasangan alat ventilasi mekanik;
h. pemasangan alat nebulisasi;
i. pengakhiran tindakan anestesia; dan
j. pendokumentasian pada rekam medik

Pasal 14

1. Pelimpahan wewenang berdasarkan penugasan pemerintah


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 huruf b dilakukan dalam
hal tidak terdapat dokter spesialis anestesiologi di suatu daerah.
2. Pelayanan dalam rangka pelimpahan wewenang sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) hanya dapat dilakukan oleh Penata
Anestesi yang telah mendapat pelatihan.
3. Pelayanan dalam rangka pelimpahan wewenang sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) meliputi pelayanan anestesi sesuai dengan
kompetensi tambahan yang diperoleh melalui pelatihan.
4. Pelatihan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3)
merupakan tanggung jawab pemerintah daerah provinsi dan/atau
pemerintah daerah kabupaten/kota bekerjasama dengan organisasi
profesi terkait.7
5. Pelatihan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (4) harus
terakreditasi sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
6. Pelimpahan wewenang berdasarkan penugasan pemerintah hanya
dapat dilaksanakan di fasilitas pelayanan kesehatan milik
Pemerintah dan/atau pemerintah daerah.

Pasal 15

7
Berdasarkan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2017 Tentang Jabatan Fungsional Penata Anestesi Pasal
1

7
Dalam hal daerah sebagaimana dimaksud dalam pasal 14 ayat (1) telah
terdapat dokter spesialis anestesiologi, wewenang untuk melakukan
pelayanan berdasarkan penugasa pemerintah tidak berlaku.

Berdasarkan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan


Reformasi Birokrasi Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2017 Tentang
Jabatan Fungsional Penata Anestesi Pasal

Pasal 16

1. Dalam keadaan darurat untuk penyelamatan nyawa, Penata


Anestesi dapat melakukan tindakan pelayanan anestesi di luar
wewenangnya dalam rangka pertolongan pertama.
2. Pertolongan pertama sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditujukan untuk mengurangi rasa sakit dan menstabilkan kondisi
pasien.
3. Penata Anestesi wajib merujuk pasien kepada tenaga kesehatan
yang berkompeten setelah pertolongan pertama sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) selesai dilakukan.

Pasal 178

1. Penata Anestesi dalam melaksanakan praktik keprofesiannya wajib


mengikuti pendidikan dan pelatihan berkelanjutan.
2. Pendidikan dan pelatihan berkelanjutan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) diberikan oleh dokter spesialis anestesiologi.
3. Pendidikan dan pelatihan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dapat bekerja sama dengan organisasi profesi.

Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:


8
Berdasarkan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2017 Tentang Jabatan Fungsional Penata Anestesi Pasal
1

8
1. Aparatur Sipil Negara yang selanjutnya disingkat ASN adalah profesi
bagi pegawai negeri sipil dan pegawai pemerintah dengan perjanjian
kerja yang bekerja pada instansi pemerintah.
2. Pegawai Negeri Sipil yang selanjutnya disingkat PNS adalah warga
negara Indonesia yang memenuhi syarat tertentu, diangkat sebagai
Pegawai ASN secara tetap oleh Pejabat Pembina Kepegawaian untuk
menduduki jabatan pemerintahan.
3. Jabatan Fungsional adalah sekelompok jabatan yang berisi fungsi dan
tugas berkaitan dengan pelayanan fungsional yang berdasarkan pada
keahlian dan keterampilan tertentu.
4. Jabatan Fungsional Penata Anestesi adalah jabatan yang mempunyai
ruang lingkup tugas, tanggung jawab, wewenang, dan hak untuk
melaksanakan kegiatan pelayanan asuhan kepenataan anestesi sesuai
kewenangan dan peraturan perundang-undangan.
5. Penata Anestesi adalah PNS yang diberi tugas, tanggung . jawab,
wewenang, dan hak secara penuh oleh Pejabat yang Berwenang untuk
melaksanakan kegiatan pelayanan asuhan kepenataan anestesi sesuai
kewenangan dan peraturan perundang-undangan.
6. Pelayanan Asuhan Kepenataan Anestesi adalah pelayanan asuhan
kepenataan anestesi pada praanestesi, intraanestesi dan pascaanestesi.
7. Pelayanan Anestesi adalah tindakan medis yang dapat dilakukan
secara tim oleh tenaga kesehatan yang memenuhi keahlian dan
kewenangan di bidang pelayanan anestesi;9
8. Pejabat Pembina Kepegawaian adalah pejabat yang mempunyai
kewenangan menetapkan pengangkatan, pemindahan, dan
pemberhentian Pegawai ASN dan pembinaan Manajemen ASN di
instansi pemerintah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.

9
Berdasarkan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2017 Tentang Jabatan Fungsional Penata Anestesi Pasal
1

9
9. Pejabat yang Berwenang adalah pejabat yang mempunyai kewenangan
melaksanakan proses pengangkatan, pemindahan, dan pemberhentian
Pegawai ASN sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
10. Sasaran Kerja Pegawai yang selanjutnya disingkat SKP adalah
rencana kerja dan target yang akan dicapai oleh seorang PNS.
11. Angka Kredit adalah satuan nilai dari tiap butir kegiatan dan/atau
akumulasi nilai butir-butir kegiatan yang harus dicapai oleh Penata
Anestesi dalam rangka pembinaan karier yang bersangkutan.
12. Tim Penilai Kinerja Jabatan Fungsional Penata Anestesi yang
selanjutnya disebut Tim Penilai adalah tim yang dibentuk dan
ditetapkan oleh Pejabat yang Berwenang dan bertugas mengevaluasi
keselarasan hasil kerja denganItugas yang disusun dalam SKP, dan
menilai kinerja pejabat fungsional Penata Anestesi.
13. Karya Tulis/Karya Ilmiah adalah tulisan hasil pokok pikiran,
pengembangan, dan hasil kajian/ penelitian yang disusun oleh Penata
Anestesi baik perorangan atau kelompok di bidang pelayanan anestesi.
14. Uraian Tugas adalah suatu paparan semua tugas jabatan yang
merupakan tugas pokok pemangku jabatan dalam memproses bahan
kerja menjadi hasil kerja dengan menggunakan perangkat kerja dalam
kondisi tertentu.10
15. Ikatan Penata Anestesi Indonesia yang selanjutnya disebut IPAI
adalah organisasi profesi bagi Jabatan Fungsional Penata Anestesi dan
Jabatan Fungsional Asisten Penata Anestesi

2.3 kewajiban Penata Anestesi

Pasal 23 (1)

10
Berdasarkan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2017 Tentang Jabatan Fungsional Penata Anestesi Pasal
1

10
Dalam melaksanakan praktik keprofesiannyapenata anestesi memiliki
kewajiban, diantaranya:

a. Menghormati hak pasienDalam melaksanakan tindakan keperawatan


petugas kesehatan selalu menghormati hak pasien misalnya dengan Informed
Consent, sehingga pasien berhak untuk menerima atau menolak tindakan yang
akan dilakukan.

b. Menyimpan rahasia pasien sesuai dengan peraturan perundang-


undangan.Dalam menjalankan tindakan keperawatan Penata Anestesi
memiliki kewajiban menjaga rahasia pasien sebagaimana yang tercantum
dalam pasal 22 PP Republik Indonesia Nomor 32 tahun 1996 tentang Tenaga
Kesehatan, ayat (1) yang berbunyi; “ Bagi tenaga kesehatan jenis tertentu
dalam melaksanakan jenis profesinya berkewajiban untuk menjaga
kerahasiaan identitas dan data kesehatan pribadi pasien” 11

c. Memberikan informasi tentang masalah kesehatan dan pelayanan yang


dibutuhkanSebagai seorang Penata Anestesi yang professional harus melihat
klien sebagai pribadiyang harus dilihat dari sisi bio, psiko, spiritual dan social.
Dengan memberikan penjelasan tentang prosedur yang akan diterima oleh
klien, klien merasa lebih dihargaidan secara psikologi akan menurunkan
tingkat kecemasan pada klien.

2.4 Standar Profesi Penata Anestesi menurut Permenkes, UU, dan


sumber hukum lainnya

Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK.01.07/Menkes/722/2020


Tentang Standar Profesi Penata Anestesi.

Pasal 66 ayat (2) Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 Tenaga Kesehatan,


menetapkan keputusan Menteri Kesehatan tetang Standar Profesi Penata
Anestesi:
11
Noviani Dwi Wahyuni, dkk “Hak dan kewajiban penata anestesi” 2017

11
1. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5063);

2. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi


(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 158, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5336);

3. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan


(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 298, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5607);

4. Peraturan Pemerintah Nomor 67 Tahun 2019 tentang Pengelolaan Tenaga


Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2019 Nomor 173,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia - 2 - Nomor 6391);

5. Peraturan Presiden Nomor 8 Tahun 2012 tentang Kerangka Kualifikasi


Nasional Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012
Nomor 24); 12

6. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 64 Tahun 2015 tentang Organisasi dan


Tata Kerja Kementerian Kesehatan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun
2015 Nomor 1508) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri
Kesehatan Nomor 30 Tahun 2018 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri
Kesehatan Nomor 64 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Kementerian Kesehatan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2018
Nomor 945);

7. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 18 Tahun 2016 tentang Izin dan


Penyelenggaraan Praktik Penata Anestesi (Berita Negara Republik Indonesia
Tahun 2016 Nomor 719);

12
Fhujiriyani “KMK No. HK.01.07-MENKES-722-2020 ttg Standar Profesi Penata Anestesi” (03-
07-2022)

12
8. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 29 Tahun 2018 tentang Organisasi dan
Tata Kerja Sekretariat Konsil Tenaga Kesehatan Indonesia (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 944);

2.5 Fungsi Pancasila dalam Profesi Penata Anastesi

Fungsi Pancasila dalam Profesi Penata Anestesi di Indonesia dibangun


berdasarkan pada suatu landasan atau pijakan yaitu Pancasila. Pancasila dalam
fungsinya merupakan sumber kaidah hukum yang mengatur negara Republik
Indonesia, termasuk didalamnya adalah profesi Penata Anestesi. Pancasila
dalam kedudukannya seperti inilah yang merupakan dasar pijakan
penyelenggaraan profesi Penata Anestesi dan seluruh kehidupan Penata
Anestesi sebagai warga negara Indonesia.13

pancasila dalam Profesi Penata Anestesi Profesi Penata Anestesi di Indonesia


dibangun berdasarkan pada suatu landasan atau pijakan yaitu Pancasila.
Pancasila dalam fungsinya sebagai dasar negara merupakan sumber kaidah
hukum yang mengatur negara Republik Indonesia, termasuk didalamnya
adalah profesi Penata Anestesi. Pancasila dalam kedudukannya seperti inilah
yang merupakan dasar pijakan penyelenggaraan profesi Penata Anestesi dan
seluruh kehidupan Penata Anestesi sebagai warga negara Indonesia. Pancasila
sebagai dasar profesi Penata Anestesi mempunyai arti menjadikan Pancasila
sebagai dasar untuk mengatur penyelenggaraan profesi Penata Anestesi.
Konsekuensinya adalah Pancasila merupakan sumber dari segala sumber
hukum profesi Penata Anestesi. Oleh karena itu, sudah seharusnya semua
peraturan perundang-undangan dalam profesi Penata Anestesi bersumber pada
Pancasila. Selanjutnya dalam melaksanakan peran dan tugasnya, Penata
Anestesi sebagai profesi senantiasa berusaha mewujudkan nilai-nilai Pancasila

13
Bunga L “implementasi Pancasila dalam kode etik profesi penata anestesi” (2022)

13
dalam setiap asuhan kepenataan anestesi yang dilakukannya. Nilai Ketuhanan
Yang Maha Esa mengandung arti adanya pengakuan dan keyakinan profesi
Penata Anestesi terhadap adanya Tuhan sebagai pencipta alam semesta. Nilai
ini menyatakan profesi Penata Anestesi merupakan profesi yang religius
bukan merupakan profesi yang atheis. Nilai Ketuhanan juga memiliki arti
adanya pengakuan akan kebebasan untuk memeluk agama, menghormati
kemerdekaan beragama, tidak ada paksaan serta tidak berlaku diskriminatif
antar umat beragama. Dalam melakukan asuhan kepenataan anestesi, Penata
Anestesi mengakui keyakinan dan kepercayaan klien, dan Penata Anestesi
berkewajiban membantu klien dalam memenuhi kebutuhan spiritualnya tanpa
melakukan diskriminatif terhadap klien yang berbeda agama. Nilai
Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab mengandung arti kesadaran, sikap dan
perilaku Penata Anestesi harus sesuai dengan nilai-nilai moral dalam hidup
bersama atas dasar tuntutan hati nurani dengan memperlakukan suatu hal
sebagaimana mestinya. Dalam menjalankan perannya, Penata Anestesi akan
berhadapan dengan klien yang berbeda budaya, sosial ekonomi, dan
pendidikan. Dalam hal ini Penata Anestesi harus berusaha memperlakukan
siapapun klien yang dihadapi dengan professional tanpa mengurangi kualitas
14
sedikitpun. Nilai Persatuan Indonesia mengendung makna usaha ke arah
bersatu dalam profesionalisasi Penata Anestesi dalam profesi Penata Anestesi
Indonesia. Ikatan Penata Anestesi Indonesia (IPAI) dan Himpunan Perawat
Anestesi Indonesi (HIMPANI) mengakui dan menghargai sepenuhnya
terhadap keanekaragaman yang dimiliki warga Indonesia baik dalam tingkat
pendidikan maupun kedudukan. Nilai Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh
Hikmat Kebijaksanaan Dalam Permusyawaratan/Perwakilan mengandung
makna bahwa dalam melakukan asuhan kepenataan anestesi, Penata Anestesi
harus berkolaborasi dengan sejawat, profesi lain, maupun dengan klien dan
keluarganya. Nilai Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia
mengandung makna sebagai dasar sekaligus tujuan, yaitu tercapainya

14
Bunga L “implementasi Pancasila dalam kode etik profesi penata anestesi” (2022)

14
kesehatan untuk seluruh masyarakat Indonesia meliputi kesehatan bio psiko
sosial maupun15 spiritual.

BAB III

PENUTUP

3.1 kesimpulan

Pancasila adalah pandangan hidup bangsa dasar negara RepublikIndonesia.


Pancasila juga merupakan sumber kejiwaan masyarakat dannegara Republik

15
Bunga L “implementasi Pancasila dalam kode etik profesi penata anestesi” (2022)

15
Indonesia, maka manusia Indonesia menjadikan pengamalan pancasila sebagai
perjuangan utama dalam kehidupankermasyarakatan dan kehidupan
kenegaraan. Oleh karena itu pengamalannya harus dimuai setiap warga negara
Indonesia, setiap penyelengara negara yang secara meluas akan berkembang
menjadi pengamalan pancasila oleh setiap lembaga kenegaraan dan
lembagakemasyarakatan baik dipusat maupun didaerah.Dalam menjalankan
profesi sebagai Penata Anestesi, memberikan pelayanan yang terbaik untuk
pasien merupakan sebuah kewajiban. Bukansemata-mata hanya karena uang.
Ketulusan melayani tanpa membeda- bedakan satu sama lain merupakan salah
satu implementasi dari sila yangterkandung dalam Pancasila.Bangsa Indonesia
tidak bisa menghindari akan adanya tantanganglobal dengan menjadikan
Pancasila sebagai pedoman dalam menghadapiglobalisasi bangsa Indonesia
akan tetap bisa menjaga eksistensi dan jati diriBangsa Indonesia

3.2 saran
Berdasarkan uraian diatas, kiranya kita dapat menyadari bahwaPancasila
merupakan dasar negara Indonesian, maka kita harus menjunjungtinggi dan
mengamalkan sila-sila Pancasila tersebut dengan setulus hati dan penuh
rasa tanggung jawab.

Sebagai mahasiswa keperawatan anestesiologi juga kita harus menekuni dan


rajin dalam menjalni Pendidikan kita pada program studi ini.

DAFTAR PUSTAKA

Berdasarkan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi


Birokrasi Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2017 Tentang Jabatan Fungsional
Penata Anestesi Pasal 1
Noviani Dwi Wahyuni, dkk “Hak dan kewajiban penata anestesi” 2017

Fhujiriyani “KMK No. HK.01.07-MENKES-722-2020 ttg Standar Profesi Penata


Anestesi” (03-07-2022)

Bunga L “implementasi Pancasila dalam kode etik profesi penata anestesi” (2022)

16

Anda mungkin juga menyukai