Disusun oleh :
D4 ANESTESIOLOGI
FAKULTAS KESEHATAN
2023
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya,
penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul "Konsep Regulasi
Penata Anestesi" dengan tepat waktu. Makalah disusun untuk memenuhi tugas
Mata kuliah etika profesi dan hukum keperawatan. Selain itu, makalah ini
bertujuan menambah wawasan tentang etika dan hukum keperawatan bagi para
pembaca dan juga bagi penulis. Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari
sempurna. Olehakarena itu saran dan kritikan yang membangun diharapkan demi
kesempurnaan makalah ini.
Subang, 14 April
2023
Penulis,
2
DAFTA ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................
DAFTA ISI.................................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................
LATAR BELAKANG............................................................................................................
RUMUSAN MASLAAH.......................................................................................................
TUJUAN.................................................................................................................................
BAB II ISI..................................................................................................................................
A. PENGERTIAN REGULASI PENATA ANESTESI......................................................
Pengertian Anestesi.............................................................................................................
Pengetian penata anestesi....................................................................................................
B. DASAR HUKUM...........................................................................................................
C. PERAN PENATA ANESTESI.......................................................................................
D. PELAKSANAAN REGULASI PENATA ANESTESI..................................................
E. MAJELIS KOLEGIUM..................................................................................................
F. KONSIL TENAGA KESEHTAN INDONESIA............................................................
G. SERTIFIKAT, REGISTRASI DAN LISENSI.............................................................
H. REGISTRASI................................................................................................................
I. LEGISLASI...................................................................................................................
J. AKREDITASI...............................................................................................................
BAB III KESIMPULAN..........................................................................................................
REFLEKTIF.............................................................................................................................
REFERENSI............................................................................................................................
3
BAB I
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Kesehatan merupakan hak dasar yang mempengaruhi semua aspek kehidupan,
kemudian kesehatan juga merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur
kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia
sebagaimana dimaksud dalam Pancasiladan Undang-Undang Dasar 1945, bahwa
setiap kegiatan dalam upaya memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat yang setinggi-tingginya dilaksanakan berdasarkan prinsip
nondiskriminatif, partisipatif dan berkelanjutan dalam rangka pembentukan
sumber daya manusia Indonesia, serta peningkatan ketahanan dan daya saing
bangsa bagi pembangunan nasional. Salah satu pelayanan dalam bidang kesehatan
adalah pelayanan kesehatan di Rumah sakit, baik di Rumah Sakit pemerintah
maupun di rumah sakit swasta. Hak atas pelayanan kesehatan yang merupakan
hak setiap orang dalam kaitannya dengan hubungan hukum kedokteran,
merupakan hak Pasien.
Hak Pasien atas pelayanan kesehatan itu bertolak dari hubungan hukum antara
Dokter dan Pasien yang oleh dunia internasional sudah sejak lama diperhatikan.
Perhatian ini pula yang telah membuka dimensi baru bagi dirintisnya dan
dikembangkannya cabang ilmu hukum baru yaitu Hukum Kesehatan, dengan
lahirnya cabang ilmu hukum yakni Hukum Kesehatan, yang mengatur hal-hal
khusus tentang kesehatan dan dapat lebih mengikuti perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi di bidang kedokteran melalui konsensus para ahli yang
mengikatnya, dari norma etika Profesi dan merupakan kebiasaan sebagai sumber
hukum, dibandingkan dengan pengaturan hukum yang bersifat umum.
4
diselenggarakan baik oleh Pemerintah maupun masyarakat. Pelayanan kesehatan
sebagai kegiatan utama rumah sakit menempatkan Dokter dan Perawat sebagai
Tenaga Kesehatan yang paling dekat hubungannya dengan Pasien dalam
penanganan penyakit. Terdapat beberapa hubungan dalam upaya pelayanan
kesehatan tersebut, yaitu hubungan antara rumah sakit dengan hubungan Perawat
dengan Pasien, hubungan antara Dokter dengan Perawat dan Pasien.
RUMUSAN MASLAAH
1. Jelaskan pengertian regulasi, penata anestesi dan anestesi !
2. Apa itu dasar hukum penata anestesi ?
3. Apa itu peran regulasi penata anstesi ?
4. Apa itu majelis kolegulasi ?
5. Apa itu konsil tenaga kesehatan indonesia ?
6. Bagaimana registrasi penata anestesi ?
7. Bagaimana legislasi penata anestesi ?
8. Bagaimana akreditasi penata anestesi ?
9. Bagaimana sertifikat penata anestesi ?
5
TUJUAN
1. Menjelaskan pengertian regulasi, penata anestesi dan anestesi !
2. Menjelaskan dasar hukum penata anestesi ?
3. Menjelaskan peran regulasi penata anstesi ?
4. Menjelaskan majelis kolegulasi ?
5. Menjelaskan konsil tenaga kesehatan indonesia ?
6. Menjelaskan registrasi penata anestesi ?
7. Menjelaskan legislasi penata anestesi ?
8. Menjelaskan akreditasi penata anestesi ?
9. Menjelaskan sertifikat penata anestesi
6
BAB II
ISI
Regulasi Penata (regristrasi praktik penata) adalah kebijakan atau ketentuan yang
mengatur profesi penata dalam melaksanakan tugas profesinya dan terkait dengan
kewajiban dan hak. Beberapa regulator yang berhubungan dengan penata dan
kepenataan Indonesia.
Pengertian Anestesi
Anesthesia (yunani an = tanpa, aisthesis = perasaan) yakni suatu keadaan depresi
umum dari berbagai pusat di SSP yang bersifat reversibel, dimana seluruh
perasaan dan kesadaran di tiadakan, sehingga agak mirip keadaan pingsan.
7
Pengetian penata anestesi
Penata Anestesi adalah setiap orang yang telah lulus pendidikan bidang
keperawatan anestesi atau Penata Anestesi sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan. (Permenkes No.18 Tahun 2016).
Setiap orang yang telah lulus pendidikan Perawat Anestesi sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan. (PMK No 31 tahun 2013).
B. DASAR HUKUM
Permenkes No. 18 Tahun 2016 tentang Izin Dan Penyelenggaraan Praktik
Penata Anestesi [JDIH BPK RI].
8
D. PELAKSANAAN REGULASI PENATA ANESTESI
Instansi Pembina dalam rangka melaksanakan tugas pembinaan sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) huruf a, huruf b, huruf c, huruf d, huruf i, huruf k, huruf l,
huruf m, huruf o, dan huruf p, menyampaikan hasil pelaksanaan pembinaan
Jabatan Fungsional Penata Anestesi secara berkala sesuai dengan perkembangan
pelaksanaan pembinaan kepada Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi dengan tembusan Kepala Badan Kepegawaian Negara.
E. MAJELIS KOLEGIUM
9
1. Untuk meningkatkan mutu Praktik Tenaga Kesehatan serta untuk
memberikan pelindungan dan kepastian hukum kepada Tenaga Kesehatan
dan masyarakat,dibentuk Konsil Tenaga Kesehatan Indonesia.
2. Konsil Tenaga Kesehatan bertanggung jawab kepada Presiden melalui
Menteri.
3. Fungsi: sebagai koordinator konsil masing-masing Tenaga Kesehatan.
4. Tugas:
a.memfasilitasi dukungan pelaksanaan tugas konsil masing-masing Tenaga
Kesehatan.
b.melakukan evaluasi tugas konsil masing-masing Tenaga Kesehatan; dan
membina dan mengawasi konsil masing-masing Tenaga Kesehatan.
5. Wewenang: menetapkan perencanaan kegiatan untuk konsil masing-
masing Tenaga Kesehatan.
6. Konsil masing-masing tenaga kesehatan mempunyai fungsi pengaturan,
penetapan dan pembinaan tenaga kesehatan dalam menjalankan praktik
Tenaga Kesehatan untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan.
7. Konsil Tenaga Kesehatan Indonesia dibantu sekretariat yang dipimpin
oleh seorang sekretaris.
8. Keanggotaan Konsil Tenaga Kesehatan Indonesia merupakan pimpinan
konsil masing-masing Tenaga Kesehatan.
9. Pendanaan dibebankan kepada APBN dan sumber lain yang tidak
mengikat sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan.
10. Ketentuan mengenai pelaksanaan tugas, fungsi, dan wewenang Konsil
Tenaga Kesehatan Indonesia diatur dengan Peraturan Menteri
INSTITUSI PENDIDIKAN
SERTIFIKAT
lulusan PENDIDIKAN 10
UJI KOMPETENSI
SERTIFIKAT KOMPETENSI
KTKI
REGISTRASI KAB/KOTA
IZIN
STRPA SIPPA
SERTIFIKASI NAKES
H. REGISTRASI
Penata anestesi yang sudah memiliki sertifikat kompetensi dapat memperoleh
Surat Tanda Registrasi (STR) sebagai bukti tertulis yang diberikan oleh
pemerintah kepada penata anestesi, yang bertujuan memberikan perlindungan
hukum Dalam melaksanakan praktik keprofesiannya.
Contoh :
11
I. LEGISLASI
Legislasi adalah Ketetapan hukum yang mengatur hak dan kewajiban perawat
anestesi yang berhubungan erat dengan tindakan anestesi, maka perawat anestesi
dalam melakukan pekerjaan pelayanan anestesi di Fasilitas Kesehatan wajib
memiliki STRPA dan SIKPA. Permenkes No. 31 tahun 2013 tentang
Penyelenggaraan Pekerjaan Perawat Anestesi Pasal 23 ayat 1 juga menyatakan
bahwa dalam melaksanakan pelayanan anestesi, Perawat Anestesi mempunyai
kewajiban:
J. AKREDITASI
PENYELENGGARAAN AKREDITASI
12
Bagian Kesatu
Umum
- Pasal 3
(3) Akreditasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh Rumah Sakit
paling lambat setelah beroperasi 2 (dua) tahun sejak memperoleh izin operasional
untuk pertama kali.
Bagian Kedua
- Pasal 4
- Pasal 5
13
c. dokumen program pelatihan surveior;
e. Standar Akreditasi.
(3) Badan hukum sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a merupakan badan
hukum Indonesia sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(4) Standar Akreditasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf e harus
mendapatkan persetujuan dari Menteri.
(5) Standar Akreditasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf e harus:
- Pasal 6
14
a. melaksanakan Akreditasi dengan menggunakan Standar Akreditasi yang telah
disetujui oleh Menteri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (4); dan
Bagian Ketiga
Kegiatan
- Pasal 7
a. persiapan Akreditasi;
c. pascaakreditasi.
- Pasal 8
- Pasal 9
- Pasal 10
15
(2) Survei Akreditasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh
surveior dari lembaga independen penyelenggara Akreditasi.
(3) Surveior sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus memberikan laporan hasil
survei Akreditasi kepada lembaga independen penyelenggara Akreditasi terhadap
Rumah Sakit yang dinilainya.
(4) Dalam hal laporan hasil survei Akreditasi sebagaimana dimaksud pada ayat
(3) terdapat perbaikan, lembaga independen penyelenggara Akreditasi harus
memberikan rekomendasi perbaikan kepada Rumah Sakit.
- Pasal 11
(3) Sertifikat Akreditasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) berlaku selama 4
(empat) tahun.
- Pasal 12
16
(2) Perencanaan perbaikan strategis sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan berdasarkan rekomendasi perbaikan dari lembaga independen
penyelenggara Akreditasi.
(4) Selain melakukan evaluasi terhadap laporan sebagaimana dimaksud pada ayat
(3), lembaga independen penyelenggara Akreditasi melakukan evaluasi:
- Pasal 13
- Pasal 14
(2) Rumah Sakit yang telah memiliki status Akreditasi harus melaporkan status
Akreditasi Rumah Sakit kepada Menteri dengan memanfaatkan teknologi
informasi dan komunikasi.
(3) Rumah Sakit yang telah memiliki status Akreditasi dapat mencantumkan kata
“terakreditasi” di bawah atau di belakang nama Rumah Sakitnya dengan huruf
17
lebih kecil dan mencantumkan nama lembaga independen penyelenggara
Akreditasi yang melakukan Akreditasi, serta masa berlaku status Akreditasinya.
(4) Penulisan nama Rumah Sakit dengan status Akreditasi sebagaimana dimaksud
pada ayat (3) menggunakan contoh format sebagaimana tercantum dalam
Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
- Pasal 15
(1) Rumah Sakit harus melakukan perpanjangan Akreditasi sebelum masa berlaku
status Akreditasinya berakhir.
BAB III
KESIMPULAN
18
Penata Anestesi adalah setiap orang yang telah lulus pendidikan bidang
keperawatan anestesi atau Penata Anestesi sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan. (Permenkes No.18 Tahun 2016).
REFLEKTIF
19
1. Menurut saya belajar etika profesi dan hukum kesehatan sangat penting
dikarenakan etika profesi dan hukum kesehatan akan sangat dibutuhkan
ketika kita bekerja nanti.
2. Mungkin masalah dan kendala yang akan saya hadapi bermacam-macam.
Salah satunya yaitu keadila atau justice, dimana akan ada perawat yang
kurang adil dalam memberi pelayanan kepada pasien.
3. Upaya yang akan saya lalukan yaitu sebisa mungkin saya akan
memberikan pelayanan yang baik dan adil kepda setiap pasien saya.
REFERENSI
20
https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/113053/permenkes-no-18-tahun-
2016#:~:text=Permenkes%20No.%2018%20Tahun%202016,Penata%20Anestesi
%20%5BJDIH%20BPK%20RI%5D
http://itekes-bali.ac.id/medias/materi/13810_390792_ASPEK%20LEGAL%20%28%20IBU
%20DORCE%20%29-converted.pdf
http://www.ikatanpenataanestesiindonesia.org/index.php/public/about/information-
anggaran-dasar/
https://jdihn.go.id/files/898/PMK%20No.%2012%20Th%202020%20ttg%20Akreditasi
%20Rumah%20Sakit.pdf
21