Anda di halaman 1dari 12

TUGAS MATA KULIAH ENTERPRENUERSHIP

ATURAN/PERUNDANGAN PRAKTIK MANDIRI


KEPERAWATAN ANESTESI
Dosen Pembimbing: Yustiana Olfah, A.Per.Pend.,M.Kes.

Disusun Oleh:
1. Azizi Alfyan Pratama (P07120318008)
2. Alifia Ade Pratiwi D (P07120318018)
3. Dema Mastuti S. (P07120318021)
4. Akhmad Bagus Setiyanto (P07120318033)
5. Vicka Indah Puspitasari (P07120318038)
6. Ana Triana (P07120318047)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN YOGYAKARTA
JURUSAN KEPERAWATAN
SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Tugas makalah yang berjudul aturan/perundangan praktik mandiri keperawatan
anestesi, makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
enterpreneurship.
Penulis mengucapkan banyak terima kasih banyak kepada :
1. Bondan Palestin, SKM, M.Kep., Sp.Kom,. selaku Ketua Jurusan
Keperawatan Poltekkes Kementerian Kesehatan Yogyakarta.
2. Dr. Catur Budi Susilo, S.Pd, S.Kp, M.Kes, selaku Ketua Prodi ST
Keperawatan Anestesiologi Poltekkes Kementerian Kesehatan Yogyakarta.
3. Dosen pengampu Mata Kuliah Enterpreneurship, Yustiana Olfah,
A.Per.Pend.,M.Kes.
4. Rekan-rekan yang telah memberikan bantuan dalam proses menyelesaikan
penyusunan makalah ini.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk semua kalangan dan
pihak-pihak yang berkepentingan. penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih
ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya, oleh
karena itu dengan lapang dada membuka selebar-lebarnya bagi pembaca yang
ingin memberi kritik dan saran kepada penulis sehingga dapat memperbaiki
makalah ini.

Yogyakarta, 18 Juli 2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................2
DAFTAR ISI............................................................................................................3
BAB I.......................................................................................................................4
PENDAHULUAN...................................................................................................4
A. Latar Belakang..............................................................................................4
B. Rumusan Masalah.........................................................................................5
C. Tujuan...........................................................................................................5
D. Manfaat.........................................................................................................5
BAB II......................................................................................................................6
ISI.............................................................................................................................6
A. Pengertian......................................................................................................6
B. Perizinan Surat Tanda Registrasi Penata Anestesi (STRPA)........................6
C. Perizinan Surat Izin Praktik Penata Anestesi (SIPPA).................................6
D. Penyelenggaraan praktik profesional anestesi..............................................7
E. Penyelenggaraan praktik keprofesian secara mandiri...................................9
BAB III............................................................................................................................ 11
KESIMPULAN......................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................12
Y
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pelayanan anestesi merupakan bagian integral dari pelayanan
perioperatif yang memiliki pengaruh besar dalam menentukan
keberhasilan tindakan pembedahan yang adekuat dan aman bagi pasien.
Anestesi yang ideal akan bekerja secara cepat dan baik serta
mengembalikan kesadaran dengan cepat segera sesudah pemberian
anestesi dihentikan (Majid, 2011).
Dalam melaksanakan fungsi dan peran penata anestesi telah diatur
dalam PMK No. 18 Tahun 2016 tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktik
Penata Anestesi serta telah diatur juga dalam PMK No. 21 Tahun 2019
tentang Petunjuk Teknis Jabatan Fungsional Penata Anestesi. Seperti yang
kita ketahui bahwasannya peraturan di atas juga mengatur bagaimana
penata anestesi dalam melaksanakan peran dan fungsinya sebagai penata
anestesi baik secara mandiri maupun kolaboratif. Praktik mandiri
keperawatan anestesi meliputi pelayanan yang berpusat pada pelayanan
pre anestesi, intra anestesi, maupun pasca anestesi. Selain itu, mengenai
peran dan fungsi penata anestesi dalam hal praktik mandiri keperawatan
anestesi juga diatur dalam Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor HK.01.07/MENKES/722/2020 tentang Standar Profesi
Penata Anestesi. Di dalam peraturan tersebut tertulis jelas peran dan fungsi
penata anestesi baik itu penyelenggaraan secara mandiri maupun
kolaboratif.
Menurut Mangku dan Senapathi (2010) dan PMK No. 18 Tahun
2106, ada tiga fase anestesi yang meliputi preanestesi, intraanestesi dan
pasca anestesi. Pada tahap pre anestesi, seorang penata anestesi akan
menyiapkan hal-hal yang dibutuhkan selama operasi, contoh: melakukan
assesmen pre anestesi pada pasien berupa pre visit pasien yang akan
melakukan operasi. Pada tahap intraanestesi, seorang penata anestesi akan
melakukan pemantauan keadaan umum pasien secara menyeluruh dengan
baik dan benar, baik dengan monitoring invasif maupun non invasif. Pada
tahap pasca anestesi, seorang penata anestesi akan melakukan evaluasi dan
pemantauan kondisi pasien pasca operasi.
Berdasarkan uraian di atas, maka peran dan fungsi penata anestesi
baik penyelenggaraannya secara mandiri maupun kolaboratif yang
tertuang dalam aturan atau perundang-undangan perlu dijelaskan lagi
supaya penata anestesi dalam hal ini mampu melaksanakan peran dan
fungsinya secara baik dan benar.
B. Rumusan Masalah
Beradasarkan uraian latar belakang di atas maka dapat dirumuskan
masalah sebagai berikut: “Apa saja aturan/perundangan praktik mandiri
keperawatan anestesi?”
C. Tujuan
1) Tujuan Umum
Mengetahui aturan/perundangan praktik mandiri keperawatan anestesi.
2) Tujuan Khusus
Memahami serta mengetahui tentang aturan/perundangan praktik
mandiri keperawatan anestesi.
D. Manfaat
1) Bagi Mahasiswa
Mahasiswa mendapatkan tambahan ilmu dan pengetahuan terkait
dengan aturan/perundangan praktik mandiri keperawatan anestesi.
2) Bagi instansi pendidikan dan pengembangan ilmu pengetahuan
Menambahkan keluasan ilmu dalam bidang terapan tentang
aturan/perundangan praktik mandiri keperawatan anestesi.
BAB II
ISI

A. Pengertian
Penata Anestesi adalah setiap orang yang telah lulus pendidikan
bidang keperawatan anestesi atau Penata Anestesi sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan. Pemerintah menerbitkan STRPA (Surat
Tanda Registrasi Penata Anestesi) sebagai sertifikat atau bukti tertulis
untuk para penata anestesi yang telah melewati Kompetensi sesuai
perundang undangan. Sementara untuk penata anestesi yang akan bekerja
difasilitas kesehatan harus mempunyai SIPPA (Surat Izin Praktik Penata
Anestesi). (Permenkes no.18 tahun 2016)

B. Perizinan Surat Tanda Registrasi Penata Anestesi (STRPA)


1. Penata Anestesi untuk dapat melakukan praktik keprofesiannya harus
memiliki STRPA.
2. Untuk dapat memperoleh STRPA, Penata Anestesi harus memiliki
sertifikat kompetensi sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
3. STRPA berlaku selama 5 (lima) tahun.
4. STRPA dapat diperoleh sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan.
5. STRPA yang telah habis masa berlakunya dapat diperpanjang selama
memenuhi persyaratan.

C. Perizinan Surat Izin Praktik Penata Anestesi (SIPPA)


1. Penata Anestesi yang menjalankan praktik keprofesiannya wajib
memiliki SIPPA.
2. SIPPA diberikan kepada Penata Anestesi yang telah memiliki STRPA.
3. SIPPA dikeluarkan oleh pemerintah daerah kabupaten/kota.
4. SIPPA berlaku untuk 1 (satu) tempat.
5. Penata Anestesi hanya dapat memiliki paling banyak 2 (dua) SIPPA.
6. Permohonan SIPPA kedua dapat dilakukan dengan menunjukkan
bahwa Penata Anestesi telah memiliki SIPPA pertama.
7. Untuk memperoleh SIPPA, Penata Anestesi harus mengajukan
permohonan kepada pemerintah daerah kabupaten/kota dengan
melampirkan:
a. fotokopi ijazah yang dilegalisasi;
b. fotokopi STRPA;
c. surat keterangan sehat dari dokter yang memiliki Surat Izin
Praktik;
d. surat pernyataan memiliki tempat praktik di Fasilitas Pelayanan
Kesehatan;
e. pas foto terbaru ukuran 4x6 cm sebanyak 3 (tiga) lembar berlatar
belakang merah;
f. rekomendasi dari kepala dinas kesehatan kabupaten/kota atau
pejabat yang ditunjuk; dan
g. rekomendasi dari Organisasi Profesi.
8. Dalam hal SIPPA dikeluarkan oleh dinas kesehatan kabupaten/kota,
persyaratan rekomendasi tidak diperlukan.
9. SIPPA berlaku sepanjang STRPA masih berlaku dan dapat
diperpanjang kembali selama memenuhi persyaratan.

D. Penyelenggaraan praktik profesional anestesi


Penata Anestesi dalam menjalankan praktik keprofesiannya berwenang
untuk melakukan pelayanan asuhan kepenataan anestesi pada:
1. Pra Anestesi;
a. persiapan administrasi pasien
b. pemeriksaan tanda-tanda vital
c. pemeriksaan lain yang diperlukan sesuai kebutuhan pasien baik
secara inspeksi, palpasi, maupun auskultasi
d. pemeriksaan dan penilaian status fisik pasien
e. analisis hasil pengkajian dan merumuskan masalah pasien
f. evaluasi tindakan penatalaksanaan pelayanan pra anestesia,
mengevaluasi secara mandiri maupun kolaboratif
g. mendokumentasikan hasil anamnesis/ pengkajian
h. persiapan mesin anestesia secara menyeluruh setiap kali akan
digunakan dan memastikan bahwa mesin dan monitor dalam
keadaan baik dan siap pakai;
i. pengontrolan persediaan obat-obatan dan cairan setiap hari untuk
memastikan bahwa semua obat-obatan baik obat anestesia maupun
obat emergensi tersedia sesuai standar rumah sakit
j. memastikan tersedianya sarana prasarana anestesia berdasarkan
jadwal, waktu, dan jenis operasi tersebut.
2. Intra Anestesi
a. pemantauan peralatan dan obat-obatan sesuai dengan perencanaan
teknik anestesia
b. pemantauan keadaan umum pasien secara menyeluruh dengan baik
dan benar
c. pendokumentasian semua tindakan yang dilakukan agar seluruh
tindakan tercatat baik dan benar
3. Pasca Anestesi.
a. merencanakan tindakan kepenataan pasca tindakan anestesia.
b. penatalaksanaan dalam manajemen nyeri sesuai instruksi dokter
spesialis anestesi.
c. pemantauan kondisi pasien pasca pemasangan kateter epidural.
d. pemantauan kondisi pasien pasca pemberian obat anestetika
regional.
e. pemantauan kondisi pasien pasca pemberian obat anestetika
umum.
f. evaluasi hasil kondisi pasien pasca pemasangan kateter epidural.
g. evaluasi hasil pemasangan kateter epidural dan pengobatan
anestesia regional.
h. evaluasi hasil pemasangan kateter epidural dan pengobatan
anestesia umum.
i. pelaksanaan tindakan dalam mengatasi kondisi gawat.
j. pendokumentasian pemakaian obat-obatan dan alat kesehatan yang
dipakai.
k. pemeliharaan peralatan agar siap untuk dipakai pada tindakan
anestesia selanjutnya.

E. Penyelenggaraan praktik keprofesian secara mandiri


1. Permenkes No. 18 Tahun 2016 Tentang Izin Dan Penyelenggaraan
Praktik Penata Anestesi
Pasal 1 (5)
Standar Profesi Penata Anestesi adalah Batasan kemampuan minimal
berupa pengetahuan, keterampilan, dan perilaku profesional yang harus
dikuasai dan dimiliki oleh seorang Penata Anestesi untuk dapat
melakukan praktik keprofesiannya pada masyarakat secara mandiri yang
dibuat oleh Organisasi Profesi.
2. UU RI No. 36 Tahun 2014 Tentang Tenaga Kesehatan
a. Pasal 1 (12)
Standar Profesi adalah batasan kemampuan minimal berupa
pengetahuan, keterampilan, dan perilaku profesional yang harus
dikuasai dan dimiliki oleh seorang individu untuk dapat melakukan
kegiatan profesionalnya pada masyarakat secara mandiri yang dibuat
oleh organisasi profesi bidang kesehatan.
b. Pasal 47
Tenaga Kesehatan yang menjalankan praktik mandiri harus
memasang papan nama praktik.
c. Pasal 62 (1)
Tenaga Kesehatan dalam menjalankan praktik harus dilakukan
sesuai dengan kewenangan yang didasarkan pada Kompetensi yang
dimilikinya.
Penjelasan :Yang dimaksud dengan "kewenangan berdasarkan
Kompetensi" adalah kewenangan untuk melakukan pelayanan
kesehatan secara mandiri sesuai dengan lingkup dan tingkat
kompetensinya
BAB III

KESIMPULAN

Penata Anestesi adalah setiap orang yang telah lulus pendidikan bidang
keperawatan anestesi atau Penata Anestesi sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan. Pemerintah menerbitkan STRPA (Surat Tanda Registrasi
Penata Anestesi) sebagai sertifikat atau bukti tertulis untuk para penata anestesi
yang telah melewati Kompetensi sesuai perundang undangan. Sementara untuk
penata anestesi yang akan bekerja difasilitas kesehatan harus mempunyai SIPPA
(Surat Izin Praktik Penata Anestesi) (Permenkes No.18 Tahun 2016).
DAFTAR PUSTAKA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18


TAHUN 2016 TENTANG IZIN DAN PENYELENGGARAAN PRAKTIK
PENATA ANESTESI

Anda mungkin juga menyukai