Anda di halaman 1dari 41

LAPORAN KEGIATAN PRAKTIK LAPANGAN

MANAJEMEN FARMASI
APOTEK ADNA FARMA
Periode I ( 24-29 Agustus 2020)

Disusun oleh:
1. Ega Nurkusdia Ningsih (170500059)
2. Firda Jihan Tianotak (170500064)
3. Geby Ariskha (170500065)
4. Husnatun Nisa (170500067)
5. Isti Nganatun Nafiah (170500069)

FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ALMA ATA


PROGAM STUDI SARJANA FARMASI
2019/2020
LAPORAN KEGIATAN PRAKTIK LAPANGAN MANAJEMEN
FARMASI DI APOTEK ADNA FARMA
Periode I (24 – 29 Agustus 2020)

Telah Memenuhi Persyaratan Dan Disetujui


Tanggal Agustus 2020

Disusun oleh:
1. Ega Nurkusdia Ningsih (170500059)
2. Firda Jihan Tianotak (170500064)
3. Geby Ariskha (170500065)
4. Husnatun Nisa (170500067)
5. Isti Nganatun Nafiah (170500069)
Menyetujui,

Pembimbing Lahan Praktik Pembimbing Akademik

Erma Pranawati S.Farm.,Apt apt. Eliza Dwinta, M.Phar,.Sci

Ketua Progam Sarjana Farmasi


Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan
Universitas Alma Ata Yogyakarta

Eva Nurinda,M.Sc.,Apt
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT karena berkat rahmat
dan kuasanya kami dapat menyelesaikan Praktek Kerja Lapangan di Apotek Adna
Farma serta dapat menyelesaikan Laporan PKL.
Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Apotek Adna Farma merupakan salah
satu program pendidikan Tingkat Sarjana Farmasi di Universitas Alma Ata
Yogyakarta. PKL ini dilaksanakan atas kerjasama antara Prodi Farmasi dengan
pihak Apotek Adna Farma didalam membimbing mahasiswa Farmasi Universitas
Alma Ata
Laporan praktik lapangan (PL) ini disusun secara khusus sebagai bukti bahwa
kami telah melaksanakan dan menyelesaikan Praktik lapangan di Apotek Adna
Farma. laporan ini dapat terselesaikan dengan adanya bantuan dari berbagai pihak,
oleh karena itu kami mengucapkan banyak terimakasih kepada :
1. Prof. Dr. Hamam Hadi, MS, Sc.D, Sp.GK Selaku Rektor Universitas
Alma Ata.
2. Ibu Eva Nurinda M.Sc.,Apt selaku Kepala Program Studi Universitas
Alma Ata.
3. Ibu Erma Pranawati S.Farm.,Apt selaku Pembimbing Lahan Praktik
4. Ibu apt. Eliza Dwinta, M.Phar.,Sci selaku pembimbing Akademik
5. Seluruh staf karyawan / karyawati Apotek Adna Farma.

Kami menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kata sempurna, oleh
karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun
sehingga laporan praktik lapangan ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Yogyakarta, 29 Agustus 2020

Penyusun
DAFTAR ISI
Halaman Judul .................................................................................................i
Lembar Pengesahan..........................................................................................iii
Kata Pengantar..................................................................................................iv
Daftar Isi...........................................................................................................v
Lampiran-Lampiran..........................................................................................vi
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1
A. Latar Belakang......................................................................................1
B. Tujuan Praktek Lapangan (PL).............................................................3
C. Manfaat Praktek Lapangan (PL)...........................................................3
BAB II TINJAUAN UMUM APOTEK........................................................5
A. Ketentuan Umum tentang Apotek........................................................5
B. Tugas dan Fungsi Apotek.....................................................................6
C. Pendirian Apotek..................................................................................6
D. Pencabutan Izin Apotek........................................................................7
E. Pengelolaan Sumber Daya Apotek.......................................................7
BAB III PEMBAHASAN...............................................................................11
A. Waktu, tempat dan teknis pelaksanaan.................................................11
B. Sejarah Apotek......................................................................................11
C. Tujuan Pendirian Apotek......................................................................11
D. Pengelolaan Apotek .............................................................................11
E. Pelayanan..............................................................................................12
F. Perpajakan.............................................................................................12
G. Penilaian Mutu Pelayanan....................................................................13
H. Strategi Pengembangan........................................................................13
BAB IV PENUTUP.........................................................................................14
A. Kesimpulan ..........................................................................................14
B. Saran ....................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................vii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar mahasiswa
secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
muliaa, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.
Program studi sarjana farmasi universitas alma ata sebagai bagian
tak terpisahkan dari sistem pendidikan nasional juga wajib
menterjemahkan tujuan pendidikan kejuruan secara nasional menjadi
tujuan pendidikan pada tingkat kelembagaan dan/ atau sekolah. Dalam
pelaksanaan pendidikan, proses pembelajaran yang terjadi tidak terbatas
didalam kelas saja. Pengajaran yang berlangsung pada pendidikan ini lebih
ditekankan pada pengajaran yang menerobos di luar kelas, bahkan di luar
institusi pendidikan seperti lingkungan kerja atau kehidupan masyarakat.
Praktik Lapangan (PL) merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
ssistem program pengajaran serta meupakan wadah yang tepat untuk
mengaplikasikan pengetahuan, sikap dan keterampilan yang diperoleh
pada proses belajar mengajar (PBM).
B. Tujuan Praktik Lapangan (PL)
Praktik lapangan (PL) bertujuan agar siswa dapat mengaplikasikan
kompetensi yang telah diperoleh selama mengikuti pendidiksn pada dunia
kerja sesuai dengan kondisi sebenarnya di tempat kerja. Setelah mengikuti
pembelajaran praktek Manajemen Farmasi mahasiswa diharapkan :
1. Mengetahui ruang lingkup manajemen farmasi sesuai dengan
Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek.
2. Mengetahui pengelolaan sediaan farmasi, BMHP dan lat
kesehatan di Apotek.
3. Mengetahui perencanaan usaha dan strategi pengembangan
Apotek.
C. Manfaat Praktik Lapangan (PL)
1. Melatih mahasiswa agar mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan
kerja
2. Dapat menyiapkan langkah-langkah untuk menyesuaikan diri dengan
lingkungan kerja
3. Menambah pengalaman, wawasan dan pengetahuan
4. Dapat mengetahui ilmu yang di dapatkan dari perkuliahan sama
dengan yang ada di lapangan.
BAB II
TINJAUAN UMUM APOTEK

A. Ketentuan Umum tentang Apotek


Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 9
Tahun 2017 Tentang Apotek.
a. meningkatkan kualitas pelayanan kefarmasian di Apotek.
b. memberikan perlindungan pasien dan masyarakat dalam
memperoleh pelayanan kefarmasian di Apotek; dan
c. menjamin kepastian hukum bagi tenaga kefarmasian dalam
memberikan pelayanan kefarmasian di Apotek.
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:
1. Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan
praktek kefarmasian oleh Apoteker.
2. Fasilitas Kefarmasian adalah sarana yang digunakan untuk
melakukan pekerjaan kefarmasian.
3. Tenaga Kefarmasian adalah tenaga yang melakukan pekerjaan
kefarmasian, yang terdiri atas Apoteker dan Tenaga Teknis
Kefarmasian.
4. Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus sebagai Apoteker
dan telah mengucapkan sumpah jabatan Apoteker.
5. Tenaga Teknis Kefarmasian adalah tenaga yang membantu
Apoteker dalam menjalankan pekerjaan kefarmasian, yang terdiri
atas Sarjana Farmasi, Ahli Madya Farmasi dan Analis Farmasi.
6. Surat Tanda Registrasi Apoteker yang selanjutnya disingkat STRA
adalah bukti tertulis yang diberikan oleh konsil tenaga kefarmasian
kepada apoteker yang telah diregistrasi.
7. Surat Izin Apotek yang selanjutnya disingkat SIA adalah bukti
tertulis yang diberikan oleh pemerintah daerah kabupaten/kota
kepada Apoteker sebagai izin untuk menyelenggarakan Apotek.
8. Surat Izin Praktik Apoteker yang selanjutnya disingkat SIPA
adalah bukti tertulis yang diberikan oleh pemerintah daerah
kabupaten/kota kepada Apoteker sebagai pemberian kewenangan
untuk menjalankan praktik kefarmasian.
9. Surat Izin Praktik Tenaga Teknis Kefarmasian yang selanjutnya
disingkat SIPTTK adalah bukti tertulis yang diberikan oleh
pemerintah daerah kabupaten/kota kepada tenaga teknis
kefarmasian sebagai pemberian kewenangan untuk menjalankan
praktik kefarmasian.
10. Resep adalah permintaan tertulis dari dokter, dokter gigi, atau
dokter hewan kepada Apoteker, baik dalam bentuk kertas maupun
elektronik untuk menyediakan dan menyerahkan sediaan farmasi
dan/atau alat kesehatan bagi pasien.
11. Sediaan Farmasi adalah obat, bahan obat, obat tradisional, dan
kosmetika.
12. Alat Kesehatan adalah instrumen, aparatus, mesin dan/atau implan
yang tidak mengandung obat yang digunakan untuk mencegah,
mendiagnosis, menyembuhkan dan meringankan penyakit,
merawat orang sakit, memulihkan kesehatan pada manusia,
dan/atau membentuk struktur dan memperbaiki fungsi tubuh.
13. Bahan Medis Habis Pakai adalah alat kesehatan yang ditujukan
untuk penggunaan sekali pakai (single use) yang daftar produknya
diatur dalam peraturan perundang-undangan.
14. Organisasi Profesi adalah Ikatan Apoteker Indonesia.
15. Kepala Balai Besar/Balai Pengawas Obat dan Makanan yang
selanjutnya disebut Kepala Balai POM adalah kepala unit
pelaksana teknis di lingkungan Badan Pengawas Obat dan
Makanan.
16. Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan, yang selanjutnya
disebut Kepala Badan, adalah Kepala Badan yang tugas dan
tanggung jawabnya di bidang pengawasan obat dan makanan.
17. Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota adalah kepala daerah sebagai
unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah yang memimpin
pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan
daerah kabupaten/kota.
18. Direktur Jenderal adalah Direktur Jenderal pada Kementerian
Kesehatan yang tugas dan tanggung jawabnya di bidang
kefarmasian dan alat kesehatan.
19. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang kesehatan.

Pengaturan Apotek bertujuan untuk:

a. Meningkatkan kualitas pelayanan kefarmasian di Apotek;


b. Memberikan perlindungan pasien dan masyarakat dalam
memperoleh pelayanan kefarmasian di Apotek; dan
c. Menjamin kepastian hukum bagi tenaga kefarmasian dalam
memberikan pelayanan kefarmasian di Apotek.

B. Tugas dan Fungsi Apotek


Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan no. 9 tahun 2017
menjelaskan bahwa apotek menyelenggarakan fungsi sebagai pengelola
sedian farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai; dan
pelayanan farmasi klinik, termasuk dikomunitas
Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51
Tahun 2009, tugas dan fungsi apotek adalah:
1. Tempat pengabdian profesi seorang Apoteker yang telah
mengucapkan sumpah jabatan Apoteker.
2. Sarana yang digunakan untuk melakukan pekerjaan kefarmasian.
3. Sarana yang digunakan untuk memproduksi dan distribusi sediaan
farmasi antara lain obat, bahan obat, obat tradisional, kosmetika.
4. Sarana pembuatan dan pengendalian mutu sediaan farmasi,
pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusi atau
penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep
dokter, pelayanan informasi obat serta pengembangan obat, bahan
obat dan obat tradisional.
C. Pendirian Apotek
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 9 Tahun 2017, bab 2 tentang persyaratan pendirian ;

1. Apoteker dapat mendirikan Apotek dengan modal sendiri dan/atau


modal dari pemilik modal baik perorangan maupun perusahaan.
2. Dalam hal Apoteker yang mendirikan Apotek bekerjasama dengan
pemilik modal maka pekerjaan kefarmasian harus tetap dilakukan
sepenuhnya oleh Apoteker yang bersangkutan.

Pendirian Apotek harus memenuhi persyaratan, meliputi:

a. Lokasi
Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dapat mengatur
persebaran Apotek di wilayahnya dengan memperhatikan akses
masyarakat dalam mendapatkan pelayanan kefarmasian (pasal 5).
b. Bangunan
1. Bangunan Apotek harus memiliki fungsi keamanan,
kenyamanan, dan kemudahan dalam pemberian pelayanan
kepada pasien serta perlindungan dan keselamatan bagi
semua orang termasuk penyandang cacat, anak-anak, dan
orang lanjut usia.
2. Bangunan Apotek harus bersifat permanen.
3. Bangunan bersifat permanen sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) dapat merupakan bagian dan/atau terpisah dari
pusat perbelanjaan, apartemen, rumah toko, rumah kantor,
rumah susun, dan bangunan yang sejenis (pasal 6).
c. Sarana, prasarana, dan peralatan
1) Sarana (pasal 7)

Bangunan Apotek sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6


paling sedikit memiliki sarana ruang yang berfungsi:
a. Penerimaan Resep
b. Pelayanan Resep dan peracikan (produksi sediaan secara
terbatas)
c. Penyerahan Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan
d. Konseling
e. Penyimpanan Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan
f. Arsip.
2) Prasarana (pasal 8)
Prasarana Apotek paling sedikit terdiri atas :
a. Instalasi air bersih
b. Instalasi listrik
c. Sistem tata udara
d. Sistem proteksi kebakaran.
3) Peralatan (pasal 9)
a. Peralatan Apotek meliputi semua peralatan yang dibutuhkan
dalam pelaksanaan pelayanan kefarmasian.
b. Peralatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) antara lain
meliputi rak obat, alat peracikan, bahan pengemas obat, lemari
pendingin, meja, kursi, komputer, sistem pencatatan mutasi obat,
formulir catatan pengobatan pasien dan peralatan lain sesuai
dengan kebutuhan.
c. Formulir catatan pengobatan pasien sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) merupakan catatan mengenai riwayat penggunaan
Sediaan Farmasi dan/atau Alat Kesehatan atas permintaan tenaga
medis dan catatan pelayanan apoteker yang diberikan kepada
pasien.

Sarana, prasarana, dan peralatan harus dalam keadaan


terpelihara dan berfungsi dengan baik (Pasal 10).

a. Ketenangan
1. Apoteker pemegang SIA dalam menyelenggarakan Apotek dapat
dibantu oleh Apoteker lain, Tenaga Teknis Kefarmasian dan/atau
tenaga administrasi.
2. Apoteker dan Tenaga Teknis Kefarmasian wajib memiliki surat
izin praktik sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan (Permenkes no.9 tahun 2017).

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan nomor 9 tahun 2017, bab 3


tentang Perizinan, bagian kesatu, surat izin apotek pasal 12 :
1. Setiap pendirian Apotek wajib memiliki izin dari Menteri.
2. Menteri melimpahkan kewenangan pemberian izin sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) kepada Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota.
3. Izin sebagaimana dimaksud pada ayat (2) berupa SIA.
4. SIA berlaku 5 (lima) tahun dan dapat diperpanjang selama memenuhi
persyaratan.

D. Pencabutan Izin Apotek


Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan nomor 9 tahun 2017, bab 6
tentang Pembinaan dan Pengawasan, pasal 31 dan pasal 32 yaitu :
Pasal 31 :
1) Pelanggaran terhadap ketentuan dalam Peraturan Menteri ini dapat dikenai
sanksi administratif.
2) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa
peringatan tertulis, penghentian sementara kegiatan dan pencabutan SIA

Pasal 32 :
1) Pencabutan SIA sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31 ayat (2) dilakukan
oleh pemerintah daerah kabupaten/kota berdasarkan hasil pengawasan
dan/atau rekomendasi Kepala Balai POM.
2) Pelaksanaan pencabutan SIA sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan setelah dikeluarkan teguran tertulis berturut-turut sebanyak 3
(tiga) kali dengan tenggang waktu masing-masing 1 (satu) bulan dengan
menggunakan Formulir 8.
3) Dalam hal Apotek melakukan pelanggaran berat yang membahayakan
jiwa, SIA dapat dicabut tanpa peringatan terlebih dahulu.
4) Keputusan Pencabutan SIA oleh pemerintah daerah kabupaten/kota
disampaikan langsung kepada Apoteker dengan tembusan kepada Direktur
Jenderal, kepala dinas kesehatan provinsi, dan Kepala Badan dengan
menggunakan Formulir 9 sebagaimana terlampir.
5) Dalam hal SIA dicabut selain oleh dinas kesehatan kabupaten/kota, selain
ditembuskan kepada sebagaimana dimaksud pada ayat (4), juga
ditembuskan kepada dinas kabupaten/kota.

E. Pengelolaan Sumber Daya Apotek


1. Pengelolaan Sumber Daya Manusia
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 73
Tahun 2016 Tentang Standar Pelayanan kefarmasian di Apotek, Bab IV
Sumber Daya Kefarmasian.
A. Sumber Daya Manusia
Pelayanan Kefarmasian di Apotek diselenggarakan oleh Apoteker,
dapat dibantu oleh Apoteker pendamping dan/atau Tenaga
Teknis Kefarmasian yang memiliki Surat Tanda Registrasi dan
Surat Izin Praktik.
B. Dalam melakukan Pelayanan Kefarmasian Apoteker harus
memenuhi kriteria:
1. Persyaratan administrasi
2. Memiliki ijazah dari institusi pendidikan farmasi yang
terakreditasi
3. Memiliki Surat Tanda Registrasi Apoteker (STRA)
4. Memiliki sertifikat kompetensi yang masih berlaku
5. Memiliki Surat Izin Praktik Apoteker (SIPA)
6. Menggunakan atribut praktik antara lain baju praktik, tanda
pengenal.
7. Wajib mengikuti pendidikan berkelanjutan/Continuing
Professional Development (CPD) dan mampu memberikan
pelatihan yang berkesinambungan.
8. Apoteker harus mampu mengidentifikasi kebutuhan akan
pengembangan diri, baik melalui pelatihan, seminar, workshop,
pendidikan berkelanjutan atau mandiri.
9. Harus memahami dan melaksanakan serta patuh terhadap
peraturan perundang undangan, sumpah Apoteker, standar
profesi (standar pendidikan, standar pelayanan, standar
kompetensi dan kode etik) yang berlaku.
C. Dalam melakukan Pelayanan Kefarmasian seorang apoteker harus
menjalankan peran yaitu:
1. Pemberi layanan
Apoteker sebagai pemberi pelayanan harus berinteraksi
dengan pasien. Apoteker harus mengintegrasikan pelayanannya
pada sistem pelayanan kesehatan secara berkesinambungan.
2. Pengambil keputusan
Apoteker harus mempunyai kemampuan dalam mengambil
keputusan dengan menggunakan seluruh sumber daya yang
ada secara efektif dan efisien.
3. Komunikator
Apoteker harus mampu berkomunikasi dengan pasien
maupun profesi kesehatan lainnya sehubungan dengan
terapipasien. Oleh karena itu harus mempunyai kemampuan
berkomunikasi yang baik.
4. Pemimpin
Apoteker diharapkan memiliki kemampuan untuk menjadi
pemimpin. Kepemimpinan yang diharapkan meliputi keberanian
mengambil keputusan yang empati dan efektif, serta
kemampuan mengkomunikasikan dan mengelola hasil
keputusan.
5. Pengelola
Apoteker harus mampu mengelola sumber daya manusia,
fisik, anggaran dan informasi secara efektif. Apoteker harus
mengikuti kemajuan teknologi informasi dan bersedia
berbagi informasi tentang Obat dan hal-hal lain yang
berhubungan dengan Obat.
6. Pembelajar seumur hidup
Apoteker harus terus meningkatkan pengetahuan, sikap dan
keterampilan profesi melalui pendidikan berkelanjutan
(Continuing Professional Development/CPD)
7. Peneliti
Apoteker harus selalu menerapkan prinsip/kaidah ilmiah
dalam mengumpulkan informasi Sediaan Farmasi dan
Pelayanan Kefarmasian dan memanfaatkannya dalam
pengembangan dan pelaksanaan Pelayanan Kefarmasian.

2. Pengelolaan Sediaan Farmasi, BMHP dan Alat Kesehatan


a) Perencanaan
Perencanaan adalah kegiatan untuk menentukan jumlah dan
waktu pengadaan sediaan farmasi dan alat kesehatan sesuai
dengan hasil kegiatan pemilihan, agar terjamin terpenuhinya
kriteria tepat jenis, tepat umlah, tepat waktu serta efisien. Ada 3
(tiga) metode perencanaan sediaan farmasi dan alat kesehatan:
1) Pola penyakit.
2) Pola konsumsi.
3) Kombinasi antara pola konsumsi dan pola penyakit.
b) Pengadaan
Teknis Pengadaan adalah kegiatan yang dimaksudkan untuk
merealisasikan hasil perencanaan. Teknik pengadaan yang efektif
harus menjamin ketersediaan dalam jenis dan jumlah yang tepat
dengan harga yang ekonomis dan memenuhi persyaratan mutu,
keamanan dan kemanfaatan. Teknis pengadaan dapat melalui
pembelian, pembuatan dan sumbangan. Teknis pengadaaan
merupakan kegiatan yang berkesinambungan yang dimulai dari
pengkajian seleksi obat, penentuan jumlah yang dibutuhkan,
penyesuaian antara kebutuhan dan dana, pemilihan metode teknis
pengadaan, pemilihan waktu pengadaan, pemilihan pemasok yang
baik, penentuan spesifikasi kontrak, pemantauan proses pengadaan
dan pembayaran. Teknis pengadaaan merupakan penentu utama
dari ketersediaan obat dan total biaya kesehatan.
c) Penyimpanan
Penyimpanan adalah suatu kegiatan menata dan memelihara
dengan cara menempatkan sediaan farmasi dan alat kesehatan yang
diterima pada tempat yang dinilai aman dari pencurian dan
gangguan fisik yang dapat merusak mutu obat. Penyimpanan harus
menjamin stabilitas dan keamanan sediaan farmasi dan alat
kesehatan. Metode penyimpanan dapat dilakukan berdasarkan
kelas terapi, bentuk sediaan dan alfabetis dengan menerapkan
prinsip Firsf ln First Out (FIFO) dan First Expired First Out
(FEFO) disertai sistem informasi manajemen. Untuk
meminimalisir kesalahan penyerahan obat direkomendasikan
penyimpanan berdasarkan kelas terapi yang dikombinasi dengan
bentuk sediaan dan alfabetis. Apoteker harus rnemperhatikan obat-
obat yang harus disimpan secara khusus seperti narkotika,
psikotropika, obat yang memerlukan suhu tertentu, obat yang
mudah terbakar, sitostatik dan reagensia. Selain itu apoteker juga
perlu melakukan pengawasan mutu terhadap sediaan farmasi dan
alat kesehatan yang diterima dan disimpan sehingga terjamin mutu,
keamanan dan kemanfaatan sediaan farmasi dan alat kesehatan
d) Administrasi
Dalam menjalankan pelayanan kefarmasian di apotek, perlu
dilaksanakan kegiatan administrasi yang meliputi (Menteri
Kesehatan Republik Indonesia, 2004):
1) Administrasi umum Pencatatan, pengarsipan, pelaporan
narkotika, psikotropika dan dokumentasi sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
2) Administrasi pelayanan Pengarsipan resep, pengarsipan
catatan pengobatan pasien, pengarsipan hasil
monitoring penggunaan obat. Hal lain yang harus
diperhatikan dalam pengelolaan apotek adalah (Menteri
Kesehatan Republik Indonesia, 1993) :
a) Apoteker berkewajiban menyediakan,
menyimpan dan menyerahkan perbekalan
farmasi yang bermutu baik dan keabsahannya
terjamin.
b) Obat dan perbekalan farmasi lainnya yang
karena suatu hal tidak dapat digunakan atau
dilarang digunakan, harus dimusnahkan
dengan cara dibakar atau ditanam atau dengan
cara lain yang ditetapkan.
e) Keuangan
Laporan keuangan yang biasa dibuat di apotek adalah (Umar,
M., 2011) :
1) Laporan Laba-Rugi yaitu laporan yang menggambarkan
tentang aliran pendapatan dan biaya operasional yang
dikeluarkan selama periode waktu tertentu.
2) Laporan Neraca yaitu laporan yang menggambarkan
tentang potret kondisi kekayaan apotek pada tanggal
tertentu.
3) Laporan Aliran Kas yaitu laporan yang menggambarkan
tentang aliran kas yang masuk dan keluar pada periode
tertentu

F. Pelayanan di Apotek
1. Pelayanan Resep/Pesanan
Resep adalah permintaan tertulis dari dokter atau dokter gigi,
kepada apoteker, baik dalam bentuk paper maupun electronik untuk
menyediakan dan menyerahkan obat bagi pasien sesuai peraturan yang
berlaku. (Permenkes RI No,73)
Skrining resep Apoteker melakukan skrining resep meliputi :

Persyaratan administrasi meliputi:

a. nama, umur, jenis kelamin, berat badan dan tinggi badan pasien
b. nama, nomor ijin, alamat dan paraf dokter
c. tanggal Resep
d. ruangan/unit asal Resep.

Persyaratan farmasetik meliputi:

a. nama Obat, bentuk dan kekuatan sediaan


b. dosis dan Jumlah Obat
c. stabilitas
d. aturan dan cara penggunaan

Persyaratan klinis meliputi:

a. ketepatan indikasi, dosis dan waktu penggunaan Obat;


b. duplikasi pengobatan
c. alergi dan Reaksi Obat yang Tidak Dikehendaki (ROTD)
d. kontraindikasi
e. interaksi Obat.

Pelayanan Resep dimulai dari penerimaan, pemeriksaan ketersediaan,


penyiapan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai
termasuk peracikan Obat, pemeriksaan, penyerahan disertai pemberian informasi.
Pada setiap tahap alur pelayanan Resep dilakukan upaya pencegahan terjadinya
kesalahan pemberian Obat (medication error). (PMK RI Nomor 73 Tahun 2016)

2. Promosi dan Edukasi


Dalam rangka pemberdayaan masyarakat, apoteker harus
memberikan edukasi apabila masyarakat ingin mengobati diri sendiri
(swamedikasi) untuk penyakit ringan dengan memilihkan obat yang
sesuai dan apoteker harus berartisipasi secara aktif dalam promosi dan
edukasi. Apoteker ikut membantu diseminasi informasi, antara lain
dengan penyebaran leaflet / brosur, poster, penyuluhan dan lain-
lain(Anonima , 2004).

3. Pelayanan Obat Tanpa Resep


Berikut adalah beberapa definisi dari swamedikasi atau pengobatan
sendiri:
1) Pengobatan sendiri adalah pemilihan dan penggunaan obat
modern dan obat tradisional oleh seseorang untuk mengatasi
penyakit atau gejalanya yang dapat dikenali sendiri (WHO,
1998).
2) Pengobatan sendiri adalah penggunaan obat-obatan tanpa
resep oleh seseorang atas inisiatifnya sendiri (FIP).
3) Pengobatan sendiri adalah pengobatan untuk masalah
kesehatan yang umum terjadi menggunakan obat yang dapat
digunakan tanpa pengawasan dari tenaga kesehatan serta aman
dan efektif untuk penggunaan sendiri (WSMI).
4) Pengobatan sendiri berarti mengobati segala keluhan pada diri
sendiri dengan obat-obatan yang dibeli bebas di apotek atau
toko obat atas inisiatif sendiri tanpa nasehat dokter (Tan dan
Rahardja, 1993).
5) Pengobatan sendiri merupakan upaya yang dilakukan oleh
orang awam untuk mengatasi penyakit atau gejalanya yang
dialami sendiri atau oleh orang sekitarnya, dengan
pengetahuan dan persepsinya sendiri, tanpa bantuan atau
suruhan seseorang yang ahli dalam bidang medik atau obat
(Sukasediati, 1992).
6) Pengobatan sendiri adalah suatu perawatan sendiri oleh
masyarakat terhadap penyakit yang umum diderita, dengan
menggunakan obat-obatan yang dijual bebas di pasaran atau
obat keras yang didapat tanpa resep dokter dan diserahkan oleh
apoteker di apotik (Info POM)

4. Pelayanan Narkotika
Peraturan menteri kesehatan republik indonesia nomor 3 tahun
2015 tentang peredaran, penyimpanan, pemusnahan, dan pelaporan
narkotika, psikotropika, dan prekursor farmasi.
a. Pemesanan narkotika Undang-Undang Nomor 9 tahun 1976
menyatakan bahwa Menteri Kesehatan memberikan izin kepada
apotek untuk membeli, meracik, menyediakan, memiliki atau
menyimpan untuk persediaan, menguasai, menjual, menyalurkan,
menyerahkan, mengirimkan, membawa atau mengangkut narkotika
untuk kepentingan pengobatan (Presiden Republik Indonesia,
1976). Pengadaan narkotika di apotek dilakukan dengan pesanan
tertulis melalui Surat Pesanan Narkotika kepada Pedagang Besar
Farmasi (PBF) PT. Kimia Farma. Surat Pesanan Narkotika harus
ditandatangani oleh APA dengan mencantumkan nama jelas,
nomor SIK, SIA dan stempel apotek. Satu surat pesanan terdiri dari
rangkap empat dan hanya dapat untuk memesan satu jenis obat
narkotika (Umar M., 2011).
b. Penyimpanan narkotika (Menteri Kesehatan Republik Indonesia,
1978) Apotek harus mempunyai tempat khusus untuk menyimpan
narkotika dan harus dikunci dengan baik.
Tempat penyimpanan narkotika di apotek harus memenuhi syarat-
syarat sebagai berikut:
1) Harus dibuat seluruhnya dari kayu atau bahan lain yang
kuat.
2) Harus mempunyai kunci ganda yang kuat.
3) Dibagi menjadi dua bagian masing-masing bagian dengan
kunci yang berlainan. Bagian pertama dipergunakan untuk
menyimpan morfin, petidin dan garam-garamnya serta
persediaan narkotika sedangkan bagian kedua dipergunakan
untuk menyimpan narkotika yang dipakai sehari-hari.
4) Apabila tempat khusus tersebut berupa lemari berukuran
kurang dari 40×80×100 cm, maka lemari tersebut harus
dibuat melekat pada tembok atau lantai.
5) Lemari khusus tidak boleh digunakan untuk menyimpan
barang lain selain narkotika, kecuali ditentukan oleh
Menteri Kesehatan.
6) Anak kunci lemari khusus harus dipegang oleh pegawai
yang dikuasakan.
7) Lemari khusus harus ditempatkan di tempat yang aman
dan tidak terlihat oleh umum.
c. Pelayanan resep yang mengandung narkotika Apotek hanya
melayani pembelian narkotika berdasarkan resep dokter sesuai
dengan ketentuan Surat Edaran Direktorat Jenderal Pengawasan
Obat dan Makanan No. 336/E/SE/77 antara lain dinyatakan :
1) Sesuai dengan bunyi pasal 7 ayat (2) UU No. 9 tahun 1976
tentang Narkotika, apotek dilarang melayani salinan resep
yang mengandung narkotika, walaupun resep tersebut baru
dilayani sebagian atau belum dilayani sama sekali.
2) Untuk resep narkotika yang baru dilayani sebagian atau
belum dilayani sama sekali, apotek boleh membuat salinan
resep tetapi salinan resep tersebut hanya boleh dilayani oleh
apotek yang menyimpan resep aslinya.
3) Salinan resep dari resep narkotika dengan tulisan iter tidak
boleh dilayani sama sekali. Oleh karena itu dokter tidak
boleh menambah tulisan iter pada resep-resep yang
mengandung narkotika.
d. Pelaporan narkotika Brdasarekan UU No. 35 tahun 2009 pasal 14
ayat (2) dinyatakan bahwa industri farmasi, pedagang besar
farmasi, sarana penyimpanan sediaan farmasi pemerintah, apotek,
rumah sakit, pusat kesehatan masyarakat, balai pengobatan, dokter,
dan lembaga ilmu pengetahuan wajib membuat, menyampaikan,
dan menyimpan laporan berkala mengenai pemasukan dan/atau
pengeluaran narkotika yang berada dibawah penguasaannya.
Laporan tersebut meliputi laporan pemakaian narkotika dan
laporan pemakaian morfin dan petidin. Laporan harus di
tandatangani oleh apoteker pengelola apotek dengan
mencantumkan SIK, SIA, nama jelas dan stempel apotek,
kemudian dikirimkan kepada Kepala Suku Dinas Kesehatan
dengan tembusan kepada :
1) Kepala Dinas Kesehatan Propinsi setempat.
2) Kepala Balai POM setempat.
3) Penanggung jawab narkotika PT. Kimia Farma (Persero)
Tbk. (khusus Apotek Kimia Farma).
4) Arsip.
Laporan penggunaan narkotika tersebut terdiri dari:
1) Laporan penggunaan sediaan jadi narkotika
2) Laporan penggunaan bahan baku narkotika
3) Laporan khusus penggunaan morfin dan petidin Laporan
narkotika tersebut dibuat setiap bulannya dan harus dikirim
selambat-lambatnya tanggal 10 bulan berikutnya
e. Pemusnahan narkotika Menurut Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 28/MENKES/PER/I/1978 pasal 9,
pemegang izin khusus, apoteker pimpinan apotek, atau dokter yang
memusnahkan narkotika harus membuat berita acara pemusnahan
paling sedikit rangkap tiga.
Berita acara pemusnahan memuat :
1) Hari, tanggal, bulan, dan tahun pemusnahan.
2) Nama pemegang izin khusus, apoteker pimpinan apotek,
atau dokter pemilik narkotika.
3) Nama seorang saksi dari pemerintah dan seorang saksi lain
dari perusahaan atau badan tersebut.
4) Nama dan jumlah narkotika yang dimusnahkan.
5) Cara pemusnahan.
6) Tanda tangan penanggung jawab apotek/pemegang izin
khusus, dokter
pemilik narkotika, dan saksi-saksi. Kemudia berita acara
tersebut dikirimkan kepada Suku Dinas Pelayanan
Kesehatan dengan tembusan:
1) Balai POM setempat
2) Penanggung jawab narkotika PT. Kimia Farma (Persero)
Tbk.
3) Arsip

G. Perpajakan
Sebagai Penyedia atau penyalur perbekalan Farmasi atau obat-obatan
Apotek juga menjalani fungsi sebagai tempat usaha. Oleh karenanya harus
membayar pajak, aspek perpajakan antara lain :
a. Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)
b. Pajak Penghasilan (pph) sebagaimana Pasal 21 PERMENKES
Nomor 252/PMK/2008 menyebutkan bahwa pph 21 adalah pajak
atas penghasilan berupa gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan
pembayaran lain dengan nama dalam bentuk apapun sehubungan
dengan pekerjaan atau jabatan, jasa dan kegiatan yang dilakukan.
c. Pajak pertambahan nilai (PPN) yang merupakan pajak tidak
langsung dimana pajak terutang dihitung atas penambahan nilai
yang ada.
BAB III

PEMBAHASAN

A. Waktu, Tempat Dan Teknis Pelaksanaan


1. WAKTU
Apotek Adna Farma buka pada pukul 07: 30-21:00 WIB setiap hari,
terdapat dua shift yaitu shift pagi pada pukul 10:00-14:00, dan shift
sore pada pukul 16:00-20:30, karena adanya pandemi covid-19 waktu
di persingkat menjadi 6 jam di apotek
2. Tempat
Apotek adna farma terletak di jl. Parangtritis KM 7 No. 138 sewon,
Bantul, Yogyakarta
3. Teknisi pelaksanaan
Mahasiswa farmasi universitas alma ata yogyakarta melakukan praktik
kerja lapangan di apotek adna farma selama 1 minggu pada tanggal 24
agustus 2020 sampai 29 agustus 2020 dengan pembagian jam
kerja/shift sebagai berikut
1. Shift pagi : pada pukul 10:00-14:00
2. Shift malam : pada pukul 16:00-20:00

B. Sejarah Apotek
Apotek adna Farma didirikan pada tanggal 1 desember 2009, yang
posisinya terletak di jl. Parangtritis KM 7 No.138 Sewon, Bantul,
Yogyakarta. Jam buka Apotek ini di buka pada pukul 07:30-21:00 WIB
dan terdapat 2 shift yaitu pagi dan sore, shift pagi dimulai pukul 08:30-
14:30 WIB, sedangkan shift malam dimulai pukul 14:30-21:00 WIB. Visi
dan misi dari apotek adna farma yaitu mewujudkan apotek yang baik
untuk pasien dan untuk memenuhi kebutuhan obat-obatan dan alat
kesehatan yang di butuhkan.
Apotek adna farma memiliki 8 karyawan yaitu , 1 apoteker
penanggung jawab, 3 apoteker pendamping, 2 asisten apoteker, 1
adaministrasi dan 1 pembantu umum. Omset penjualan perbulan apotek
adana farma sudah mencapai nominal yang cukup besar.

C. TUJUAN PENDIRIAN APOTEK


Tujuan pendirian apotik antara lain:
 Tempat pengabdian profesi apoteker yang telah mengucapkan
sumpah jabatan
 Sarana farmasi yang melakukan peracikan, pengubahan bentuk,
pencampuran dan penyerahan obat dan bahan obat.
 Meningkatkan kesehatan masyarakat setempat khususnya dan
masyarakat pada umumnya.
 Meningkatkan pemahaman masyarakat tentang penggunaan obat
secara rasional dalam praktek pengobatan sendiri (swamedikasi).
 Memberikan keringanan biaya bagi rakyat kurang mampu di
daerah desa Prawatasari dalam bentuk subsidi obat

D. PENGELOLAAN APOTEK
1. SUMBER DAYA MANUSIA
Sumber daya manusia (SDM) di apotik Adna farma:
 PSA : Erma pranawati, S.Farm Apt
 APSIA : Erma pranawati, S.Farm Apt
 APING : Laras novita sari S. Farm, Apt
Wini sunarningsih S.Faram, Apt
Yuliana kurniandani S.Farm, Apt
 Asisten TTK : Yeni ariani
Riska alifia
 Administrasi : Eko purwaningsih
 Pembantu Umum : janu riyanti

2. SARANA DAN PRASARANA


Adapun sarana dan prasarana yang ada di apotik Adna farma sbb:
 Telepon
 Toilet/ wc
 Komputer
 Ac
 Air bersih
 Ruang tunggu pasien atau konsumen
 Mesin kredit
 Printer scan
 Mesin kredit (BNI)
 Loker penyimpanan uang
 Ruang peracikan (Meja racik mortir, stemper,dll)
 Ruang konseling
 Tempat penyimpanan obat ( obat bebas, obat bebas terbatas,
narkotik dan psikotropik terpisah)
 Ruang administrasi

3. PENGELOLAAN SEDIAN FARMASI DAN PERBEKALAN


KESEHATAN LAINNYA
a) Perencanaan
jenis metode perencanaan obat di apotek Adna Farma yaitu:
 Metode pola penyakit
Berdasarkan dengan pola penyebaran suatu penyakit dan
pengobatannya dimasyarakat
 Metode konsumsi
Yaitu obat yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat
 Metode gabungan
Langkah langkah yang dilakukan di apotek Adna farma untuk perencanaan obat
adala sbb:

a. Pemeriksaan jumlah obat dan pencatatan obat dan perbekalan kesehatan


lainnya setiap hari, jumlah barang yang berada pada stock yang hampir
habis akan dicatat pada buku defakta. Jika telah disetujui oleh APA maka
dilakukan pemesanan barang kepada PBF. Selai barang yang hampir
habis, barang barang yang belum ada diapotik tetapi banyak diminati oleh
pelanggan atau masyarakat juga harus dicatat dibuku defakta
b. Pemesanan obat dan perbekalan kesehatan kepada PBF berdasarkan buku
defakta, dengan menggunakan surat pesanan (SP) yang diberikan langsung
keda salesman ataupun via telepon. SP berisi nama PBF, nama barang,
kemasan, jumlah barang, dan potongan harga yang kemudian
ditandatangani oleh APA.
c. Penerimaan obat dan perbekalan kesehatan yang disertai faktur pembelian
dan SP dikirim ke apotek. Selanjutnya barang tersebut diterima oleh
apoteker dan apoteker melakukan pengecekan berdasarkan kesesuaian
jenis, bentuk, jumlah, dan tanggal kadaluars dan kondisi fisik barang
dengan SP dan faktur. Faktur akan ditandatangani oleh apoteker jika
barang pesanan sesuai. Jika barang tidak sesuai dengan SP atau barang
telah mendekati waktu kadaluarsa barang, akan dikembalikan langsung
kepada PBF.

Barang yang telah datang dicatat dalam buku penerimaan barang. Selanjutnya
barang diberi harga sesuai dengan rumus perhitungan harga jual yang telah
ditetapkan oleh apotek. Faktur pembelian yang diterima dicatat pada buku faktur
msuk guna mengimpentaris barang yang telah diterima dan mengeetahui jumlah
uang yang akan dibayar saat jatuh tempo.

d. Penyimpanan yang dilakukan diapotek Adna Farma meliputi:


- Berdasarkan alfabetis
- Berdasarkan bentuk sediaan
- Secara farmasetis
e. Pencatatan obat dan perbekalan kesehatan lainnya menggunakan
kartu stok. Setiap ada barang yang datang, barang terjual, dan
kadaluarsa. Kartu stock diapotek Adna farma berisi tanggal, jumlah
barang keluar, jumlah barang masuk dan sisa barang. Kartu stok
diletakan tepat disamping dus obat masing masing pada rak
penyimpanan obat, agar memudahkan pencatatn dan pengecekan
kesesuaian catatan dengan kondisi yang ada terkait obat dan
perbekalan kesehatan didalam rak penyimpanan obat.
b) Pengadaan
Obat-obat dan perbekalan farmasi yang diperoleh apotek adna
farma dengan bekerja sama dengan PBF (pedagang besar farmasi)
dan juga apotek lainnya. Obat yang di pesan harus memenuhi
syarat dan ketentuan daftar obat wajib apotek, yang terlebih dahulu
di lakukan dengan cara membuat surat pesanan, surat pesanan
harus di tanda tangani oleh Apoteker pengelola, dangan
mencamtumkan nama, dan nomor Surat Izin Kerja Bila
berhalangan hadir, maka akan di gantikan oleh Apoteker
Pendamping. Pengadaan barang dilakukan secara cash on delivery
(COD), konsinyasi, dan tempo.
Surat pesanan di apotek adna farma ada 3 yaitu :
1. Surat pesanan reguler/umum
2. Surat pesanan perkusor
3. Surat pesanan OOT
c) Penyimpanan
Penyimpanan yang dilakukan diapotek Adna Farma meliputi:
1. Berdasarkan alfabetis
Tujuan penyimpanan secara alfabetis yaitu untuk
mempermudah dalam mengambil obat sehingga tidak
memperlama waktu peracikan obat
2. Berdasarkan bentuk sediaan
3. Secara farmasetis
4.
d) Administrasi
Kegiatan administrasi pada apotek Adna farma dilakukan secara
manualisasi. Asisten Apoteker melakukan administrasi keuangan
yang diperiksa dan ditandatangani oleh apoteker
Macam-macam buku yang di gunkan di apotek adna farma adalah:
1. Defecta
Buku defekta adalah buku yang digunakan untuk
mencatat pemesanan barang pada pedagang besar farmasi.
Di apotek adna biasanya mendefekta setiap hari pada
malam hari sebelum jam apotek tutup.
2. Kartu stok
Kartu stock adalah blangko yang digunakan untuk
mencata keluar masuknya obat diapotek adna Faarma setiap
harinya. Setiap pengambilan obat langsung diisi pada kartu
stock agar dapat mengetahui jumlah barang yang tersisa.
3. Inkaso
4. Buku Pembelian
Buku pembelian adalah buku yang digunakan untuk
mencatat semua pembelian obat yang dilakukan Apotek
melalui Pedagang Besar Farmasi Pencatatn semua
pembelian obat dilakukan setiap harinya.
5. Buku hutang
Buku utang adalah buku yang digunakan untuk
mencatat barang yang dibeli secara kredit. Yang berguna
untuk mengetahui jumlah utang yang dilakukan apotek. Di
apotek adna biasanya daftar utang dalam bentuk fraktur
belum unas di simpan di map belum lunas.

6. Buku kongsinyasi
7. Buku resep
Buku pencatatan resep digunakan untuk mencatat
resep yang masuk diapotek Adna Setiap harinya.
e) Keuangan
1. Pemasukan pada apotek adna farma meliputi : penjualan,
cash back, pemasangan spanduk dan brosur iklan dari
produk-produk tertentu
2. Pengeluaran Apotek adna farma meliputi : gaji karyawan,
listrik, kerusakan ac, biaya pemeliharaan saluran air yang
rusak, hutang pasien, komputer rusak, embalase

E. PELAYANAN
SOP Pelayanan Obat Bebas dan Obat tanpa resep
1. Menyambut pasien sesegera mungkin dengan ramah
2. Sapa pasien dengan ucapan yang ramah “monggo, pak/bu”
3. Tanyakan kebutuhan pasien
4. Berikan alternative obat yang sesuai dengan kebutuhan pasien
5. Beritahu ke pasien harga obat (jika pembelian lebih dari satu macam
wajib menghitung dengan cermat dan teliti, silahkan gunakan
kalkulator)
6. Pasien membayar (berikan uang ke karyawan apotek dan sampaikan
total harga yang harus dibayarkan pasien)
7. Berikan uang kembalian ke pasien, dengan di jelaskan total obat yang
harus dibayar, uang yang di berikan dan kembaliannya.
8. Wajib mengucapkan terimakasih ke pasien.

SOP pelayanan resep

1. Sambut pasien sesegera mungkin dengan ramah


2. Sapa pasien dengan ucapan ramah “ monggo, pak/bu”
3. Pasien menyerahkan resep, kemudian resep diterima dan ucapkan
“mohon tunggu sebentar”
4. Berikan resep ke karyawan apotek
5. Karyawan apotek mengecek ketersediaan obat, kalau ada hitung harga
(siswa pkl boleh belajar bersama karyawan apotek)
6. Beritahu ke pasien total harga obatnya
7. Pasien membayar (berikan uang ke karyawan apotek dan sampaikan
total harga yang harus di bayar pasien)
8. Berikan uang kembalikan ke pasien, dengan di jelaskan total obat yang
harus dibayar, uang yang diberikan dan kembaliannya.
9. Menyiapkan sediaan sesuai resep
10. Menyerahkan obat disetai penjelasan aturan penggunaan dan cara
pakainya
11. Wajib mengucapkan terimakasih, dan “semoga cepat sembuh”.

F. PERPAJAKAN
Perpejakan yang terdapat di apotek Adna Farma:
a. Reklame
Reklame adalah pajak yang dipungut oleh daerah atau masuk
kedaerah seperti pemasangan iklan di apotek
b. Pajak pertambahan nilai (PPN)
PPN adalah pungutan yang dbebankan atas transaksi jual beli
barang dan jasa yang dilakukan oleh wajib pajak pribadi atau wajib
pajak badan yang telah menjadi Pengusaha Kena Pajak
c. PPh 21
0,5 % dari omset yanf di dapatkan perbulan. Pajak dibayarkan
perbulan dan pelaporannya dilakukan pertahun. PPh 21 adalah
pajak atas penghasilan berupa gaji, upah, honorium, tunjangan dan
pembayaran lain dengan nama dan pembayaran lain dalam bentuk
apapun yang sehubungan dengan pekerjaan, jasa dan kegiatan yang
dilakukan oleh wajib pajak orang pribadi dalam negeri. Besarnya
PPh 21 yang terutang di tentukan dengan mengalikan Penghasilan
Kena Pajak dengan tarif Pasal 17 UU PPh.

G. PENILAIAN MUTU PELAYANAN

Pelayanan apotik merupakan salah satu pelayanan kesehatan di


indonesia.
Dalam peraturan perundang-undangan disebutkan bahwa Apoteker di
Apotek berkewajiban memberikan informasi yang berkaitan dengan
penggunaan obat yang diserahkan kepada pasien, penggunaan obat secara
tepat, aman, dan rasional. Berdasarkan pengamatan selama PKL di Apotek
Adna Farma, pelayanan sudah sangat bagus dengan disediakan tempat
khusus untuk konseling bagi pasien walaupun bukan ruangan yang
tertutup. Konseling sendiri merupakan suatu proses komunikasi dua arah
yang sistemik antara Apoteker dengan pasien untuk mengidentifikasi atau
memecahkan masalah yang berkaitan dengan obat dan pengobatan,
sedangkan konsultasi lebih bersifat satu arah dimana pasien membutuhkan
informasi tentang hal khusus dan Apoteker memberikan jawabannya.
Pelayanan terhadap pasien berdasarkan atas kedatangan pasien ke
Apotek yaitu, yaitu pasien yang datang lebih dahulu dilayanin oleh
petugas terlebih dulu. Pelayanan umum non resep untuk golongan obat
OTC (Over The Counter) dan golongan Obat Wajib Apotek (OWA) dapat
dilayani oleh Apoteker. Berdasarkan pengamatan, pelayanan pasien
dengan resep sudah sangant bagus dan sesuai SOP yang sudah ada. Pada
saat resep masuk apoteker akan melakukan skrining resep dan asisten
apoteker akan menghitung seluruh biaya yang harus dibayarkan oleh
pasien selanjutnya akan dillakukan konfirmasi kepasien tentang biaya
yang harus dikeluarkan, disini pasien diberi kebebasan untuk proses
selanjutnya apakah akan mengambil obat atau tidak. Untuk pasien yang
tidak sanggup dengan biaya yang ada maka akan dibantu untuk mengganti
obat yang digunakan dengan obat yamg kandungan zat aktifnya sama
dengan harga yang lebih murah dan tentu dengan mengkonfirmasi terlebih
dahulu kepada dokter yang bersangkutan. Selain itu dengan dosis yang
tidak rasional akan diubah dosisnya setelah dirundingkan dengan apoteker.
Pada apotek adna farma prosedur pelayanan resep yang di lakukan
sedikit berbeda karena pasien melakukan pembayaran setelah obat di racik
oleh Apoteker. Hal tidak sesuai dengan SOP yang seharusnya di terapkan,
seharusnya pasien melakukan pembayaran pembelian obat terlebih dahulu
selanjutnya Apoteker melakukan peracikan obat. Meningkatkan mutu
pelayanan merujuk pada standar pelayanan kefarmasian di Apotek yaitu
Permenkes Nomor 73 Tahun
Pelayan yang bermutu selain berdasarkan kepuasan konsumen juga
harus sesuai dengan standar dan kode etik profesi. Adapun satandar kede
etik profesi diapotik meliputi:
 Sumber daya manusia
 Sarana dan prasarana
 Pelayanan resep
 Konseling
 Monitoring penggunaan obat
 Edukasi
 Promosi kesehatan
 Evaluasi terhadap pengobatan ( dengan membuat catatan
pengobatan pasien)

H. STRATEGI PENGEMBANGAN
1. Lokasi: apotek didirikan pada tempat yang strategis dan tingkat
penduduknya tinggi sehingga mudah dijangkau oleh masyarakat,
dekat dengan praktek dokter dan klinik, dekat dengan deret toko
yang berpengaruh (swalayan, mall dll), dan sarana parkir yang
memadai.
1. Berkerja sama dengan stake holder:
 Bekerja sama dengan sekolah untuk obat di UKS
 Bekerja sama dengan pabrik disekitar
 Bekerja sama dengan dokter
2. Melalui media sosial
Ig dan whatsapp, promo dilakukan ketika mendekati ED dan
jelaskan bahwa ED nya pendek, minta untuk segera di
habiskan.
3. Skill marketing yang menarik
4. Kebijakan harga, harga tidak menjadi masalah asalkan
pelayanan yang diberikan baik, akan tetapi sebaiknya harga
norma, dan pelayanan ditingkatkan.

Analisis SWOT Apotek Adna Farma

1. Kekuatan/strength
- Lokasi yang strategi dimana Apotek tersebut di dirikan di tepi jalan
raya dan dekat dengan pemukiman warga dan fasilitas umum
seperti kantor, dan kampus
- Apotek sudah memiliki izin sesuai dengan undang-undang yang
berlaku
- Apoteker yang selalu siap di Apotek untuk melayani pasien dan
konsultasi seputar obat
- Apotek juga menyediakan perlengkapan untuk wanita, dan bayi,
seperti pembalut dan pampers
2. Kelemahan/weakness
- Masih kurangnya ketersediaan obat (narkotika dan psikotropik)

3. Peluang/opportunnity
- Sitem pembayaran yang longgar
- Apoteker sebagai pengganti Dokter
- Luasnya pasar
- Produk yang selalu dibutuhkan tersedia
4. Ancaman/threaths
- Rumitnya perizinan pendirian Apotek
- Maraknya penyalahgunaan obat
- Kenaikan tarif pajak obat-obatan
- Adanya isu makanan dan obat-obatan yang berbahaya
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Pelayanan yang diberikan Apotek Adna Farma meliputi pelayanan
resep tunai, pelayanan resep kredit, pelayanan obat bebas, obat
bebas terbatas dan obat keras.
2. Kegiatan pengelolaan sediaan Farmasi di Apotek Adna Farma
meliputi perencanaan, pengadaan, penyimpanan dan administrasi.

B. Saran
1. Mempertahankan sistem kefarmasian yang sudah di jalakan
dengan baik agar pasien mendapatkan kepuasan dalam menebus
resep atau obat.
LAMPIRAN-LAMPIRAN
a. Lampiran 1 Denah Lokasi PL
b. Lampiran 2 Denah Bangunan Apotek

c. Lampiran 3 Etiket yang digunakan di Apotek


d. Lampiran 4 Contoh Surat Pesanan Reguler
e. Lampiran 5 Surat Pesanan Prekusor

f. Lampiran 6 Surat Pesanan Obat-obat Tertentu


g. Lampiran 7 Copy Resep

h. Lampiran 8 Kwitansi
i. Lampirab 9 Buku Defecta

j. Lampiran 10 Laporan SDM Apotek


DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai