KESEHATAN REPRODUKSI

Dr.dr. WAWANG SETIAWAN SUKARYA, SpOG (K), MARS, MH.Kes

KULIAH S2-HUKUM KESEHATAN REPRODUKSI

UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
KESEHATAN REPRODUKSI

DEFINISI KEILMUAN
ILMU YANG MEMPELAJARI ALAT DAN FUNGSI
REPRODUKSI, BAIK PADA LAKI-LAKI MAUPUN
PEREMPUAN, YANG MERUPAKAN BAGIAN INTEGRAL
DARI SISTEM TUBUH LAINNYA, SERTA
HUBUNGANNYA SECARA TIMBAL BALIK DENGAN
LINGKUNGANNYA
 Definisi Filosofis Normatif
SUATU KEADAAN SEJAHTERA FISIK,
MENTAL DAN SOSIAL SECARA UTUH,
TIDAK SEMATA – MATA BEBAS DARI
PENYAKIT ATAU KECACATAN DALAM
SEMUA HAL YANG BERKAITAN DENGAN
SISTEM REPRODUKSI, SERTA FUNGSI
DAN PROSESNYA.
DEFINISI WHO :
Kesehatan tidak hanya berarti kesehatan fisik, tetapi
juga berkaitan dengan kesehatan mental dan sosial.

Deklarasi Alma Alta (dicanangkan WHO & UNICEF 1978)

Menambahkan syarat baru yaitu bahwa setiap orang
harus mampu hidup produktif, baik secara ekonomis
maupun sosial. Berarti dalam definisi kesehatan, juga
tercakup masalah kualitas hidup
 DEFINISI KESPRO DI KAIRO PADA
INTERNATIONAL CONFERENCE ON POPULATION
AND DEVELOPMENT (ICPD) TAHUN 1994
(DISUSUN BERLANDASKAN DEFINISI WHO) :

KEADAAN SEHAT YANG MENYELURUH, MELIPUTI ASPEK

FISIK,MENTAL DAN SOSIAL, DAN BUKAN SEKADAR TIDAK
ADANYA PENYAKIT ATAU GANGGUAN DISEGALA HAL YANG
BERKAITAN DENGAN SISTEM REPRODUKSI, FUNGSINYA
MAUPUN PROSES REPRODUKSI ITU SENDIRI.
 DENGAN DEMIKIAN, KESEHATAN
REPRODUKSI MENYIRATKAN BAHWA SETIAP
ORANG DAPAT MENIKMATI KEHIDUPAN SEKS
YANG AMAN DAN MENYENANGKAN, DAN
MEREKA MEMILIKI KEMAMPUAN UNTUK
BEREPRODUKSI, SERTA MEMILIKI
KEBEBASAN UNTUK MENETAPKAN KAPAN
DAN SEBERAPA SERING MEREKA INGIN
BEREPRODUKSI
 KESEHATAN REPRODUKSI
TUJUAN FILOSOFIS

Mempersiapkan Generasi
Penerus yang baik dalam
upaya melestarikan
Umat Manusia
 TUJUAN OPERASIONAL (WHO)
The basic element of reprod. health are :
responsible reproductive/sexual
behavior, widely available family
planning service, effective maternity
care and safemotherhood , effective
control of RTI, elimination of unsafe
abortion, and prevention and therapy
of malignancy of reproductive organ.
Furthermore reproductive health affects
and is affected by other aspects of
health, most particularly HIV/AIDS,
nutrition, infant, child and adolescent
health and sexuality, lifestyle and
environmental factors.
Pervading and affecting all aspects of
reproductive health are various social,
cultural and behavioral factors.
 KEBIJAKAN PEMERINTAH
DALAM KESEHATAN REPRODUKSI
1. KESEHATAN IBU DAN BAYI BARU LAHIR
2. KELUARGA BERENCANA
3. KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA
4. PENYAKIT MENULAR SEKSUAL, HIV/AIDS
5. MENOPAUSE/PASCAMENOPAUSE
6. ONKOLOGI REPRODUKSI
 PARAMETER KEBERHASILAN
1. MATERNAL/PERINATAL MORTALITAS
2. MATERNAL/PEPRINATAL MORBIDITAS
3. HARAPAN HIDUP (LIFE EXPECTENCY)
4. MUTU HIDUP (QUALITY OF LIFE = QOL)
 UNTUK MENILAI MUTU PELAYANAN
KESEHATAN REPRODUKSI MORBIDITAS
LEBIH PEKA DARIPADA MORTALITAS

SUATU SAAT, PERLU DIFIKIRKAN QOL

SEBAGAI PARAMETER.
 QUALITY OF LIFE
(JAMES WALTERS)
The word quality should refer to the relationship
that exist between the medical condition of the
patient, on the one hand, and the patient’s ability
to pursue human purposes. This purposes are
understood as the material, social, moral and of
spiritual values that transcend the physical
biological life. The quality referred to, is the
quality of relation and not property or attribute.
Thus, for the patients to judge that they have a
QOL means that the patients themselves would
evaluate that, based on medical condition, they
are able to pursue values important to them at
some qualitative or acceptable level.
 KONDISI KESEHATAN REPRODUKSI
MASA KINI

• PREVALENSI ANEMI DAN KURANG GIZI KRONIS

PADA BUMIL DAN NIFAS MASIH TINGGI.
• MMR DAN PMR TERTINGGI DI ASEAN.
• KEMATIAN AKIBAT “UNSAFE ABORTION” MASIH
• PMS/HIV/AIDS, CENDERUNG MENINGKAT.
• DATA TENTANG KESEHATAN REMAJA,
MENOPAUSE DAN PASCA-MENOPAUSE,SERTA
ONKOLOGI REPRODUKSI TIDAK AKURAT.
• GUGATAN DAN TUNTUTAN TERHADAP PARA
PROFESIONALISME (TERUTAMA DOKTER) ME
FAKTOR PENYEBAB
(MULTIFAKTORIAL)

1. NON MEDIS
2. MEDIS
 FAKTOR PENYEBAB
(MULTIFAKTORIAL)

1. NON MEDIS : SOSEKBUD plus :

• PERUBAHAN PARADIGMA ETIKA,
SEPERTI OTONOMI PENDERITA DAN HAK
REPRODUKSI / SEKSUAL WANITA.
• PERKEMBANGAN ILMU & BIOTEKNOLOGI.
• PENGARUH GLOBALISASI THD NORMA
KEHIDUPAN.
2. MEDIS :
 TINDAKAN NAKES TIDAK SESUAI
DENGAN KEWENANGAN.
 KEMAMPUAN NAKES TIDAK SESUAI
DENGAN STANDAR PROFESI.
 SIKAP DAN PERILAKU NAKES KURANG
BISA DITERIMA MASYARAKAT.
 KINERJA NAKES KURANG.
 SARANA PELAYANAN KURANG.
 TANGGUNG JAWAB NAKES

BIDANG PELAYANAN (PROFESI)

• SKALA MAKRO : memperbaiki kondisi
kesehatan reproduksi masyarakat, melalui
peningkatan kinerja, kompetensi klinik dan
manajerial.

• SKALA MIKRO : meningkatkan kepuasan

individu, baik fisik, psikis, emosi maupun
sosial, melalui kompetensi klinik dan etika.
 BIDANG PENDIDIKAN/PENELITIAN
(AKADEMIS)

• Panutan/fasilitator bagi anak didik.

• Pengembangan kurikulum yang dinamis.
• Melalui kegiatan penelitian, mampu menjawab
masalah kesehatan reproduksi yang relevan dan
aktual, turut serta dalam pengembangan ilmu
dan bioteknologi.
• Publikasi karya ilmiah kedokteran/kesehatan
PERUBAHAN PARADIGMA ETIKA DAN HAK
ASASI REPRODUKSI/SEKSUAL
(ICPD CAIRO 1994)

• Banyak yang kurang sesuai dengan

budaya/agama bangsa.
• Bisa menimbulkan konflik budaya
yang merugikan.
• Sukar dibendung.
 CONTOH KASUS
Untuk menghindarkan kematian akibat
“unsafe abortion” pada “unwanted
pregnancy” disarankan untuk :
• Menyelenggarakan klinik “safe abortion”
• Membolehkan penggunaan kontrasepsi
pada remaja tidak nikah.
 BAGAIMANA SIKAP KITA ???

PENDEKATAN NORMATIF
• Mencegah hubungan seksual di
luar nikah.
• DARI SEGI MORAL BENAR.
• TETAPI Kurang efektif/efisien.
PENDEKATAN PRAGMATIS / PRAKTIS

• Mengizinkan kontrasepsi untuk

remaja tidak nikah.
• DARI SEGI MORAL TIDAK BENAR
• LEBIH EFEKTIF / EFISIEN.