Anda di halaman 1dari 18

PAPER

EPIDEMOLOGI DALAM PELAYANAN KEBIDANAN DENGAN KASUS GANGGUAN


JIWA YANG BERKAITAN DENGAN KEHAMILAN DAN MASA NIFAS

Dibuat untuk Memenuhi Tugas UTS Regulasi dan Kebijakan Publik di Bidang Kesehatan
Program Studi Magister Ilmu Hukum
Universitas Islam Bandung

Dibuat Oleh :
Islamiawati Satalam Sangaji
NPM. 20040018018

PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
TAHUN 2018 M / 1449 H
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan

rahmat, taufiq, serta hidayah-Nya kepada kita khususnya bagi penulis, sehingga kami

dapat menyusun makalah ini. Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada

junjungan kita Nabi Muhammad SAW yang mana telag menunjukan kita dari jalan

yang sesat menuju jalan yang benar.

Dalam pembuatan paper ini, kiranya banyak terdapat kekurangan dan kesalahan

yang disebabkan karena keterbatasan kemampuan kami dalam penyelesaian makalah

ini. Oleh sebab itu, saran dan kritik yang sifatnya membangun dari para pembaca

terutama dari dosen pembimbing mata kuliah ini sangat kami harapkan demi

kesempurnaan makalah ini.

Dan semoga paper Ini dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan

masyarakat luar pada umumnya.

Bandung, 4 Juli 2019

penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................. i


DAFTAR ISI ............................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .......................................................................... 2
C. Tujuan ............................................................................................ 3
BAB II PEMBAHASAN .......................................................................... 4
A. Styrofoam dan Permasalahannya ................................................... 4
B. Pengolahan Limbah Styrofoam ...................................................... 11
C. Peraturan tentang Penjagaan Lingkungan ...................................... 13
D. Penjagaan Lingkungan dalam Maqasidusy Syari’ah ..................... 18
E. Peran Seluruh Elemen Masyarakat dalam Penjagaan Lingkungan . 23
BAB III PENUTUP .................................................................................. 26
A. Kesimpulan ..................................................................................... 26
B. Saran ............................................................................................... 27
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masalah kesehatan adalah masalah kompleks yang merupakan hasil dari

berbagai masalah lingkungan yang bersifat alamiah maupun buatan manusia.

Datangnya penyakit merupakan hal yang tidak bisa ditolak, meskipun kadang bisa

dicegah atau dihindari. Konsep sehat sakit sesungguhnya tidak terlalu mutlak dan

universal karena ada faktor-faktor di luar kenyataan klinis yang mempengaruhi

terutama faktor sosial budaya. Jadi, sangat penting menumbuhkan pengertian yang

benar pada benak masyarakat tentang konsep sehat dan sakit karena dengan konsep

yang benar maka masyarakat pun akan mencari alternatif yang benar pula untuk

menyelesaikan masalah kesehatannya (Foster, 2006).

Pemerintah sering dihadapkan pada berbagai masalah di bidang kesehatan,

masalah yang cukup menjadi perhatian para ahli belakangan ini adalah assessment

faktor risiko penyakit tidak menular. Salah satu penyebabnya adalah karena

penyakit tidak menular sekarang ini memperlihatkan tendensi peningkatan.

Peningkatan penyakit tidak menular ini banyak terjadi di negara berkembang

karena perkembangan ekonominya mulai meningkat. Karena itulah maka terjadi

peralihan bentuk penyakit yang harus dihadapi, yaitu dari penyakit menular dan
infeksi menjadi penyakit tidak menular dan kronis. Proses tersebutlah yang kerap

dikenal sebagai transisi epidemiologi (Bustan, 1997)

Transisi epidemiologi bermula dari suatu perubahan yang kompleks dalam

pola kesehatan dan pola penyakit utama penyebab kematian dimana terjadi

penurunan prevalensi penyakit infeksi (penyakit menular), sedangkan penyakit

non infeksi (penyakit tidak menular) justru semakin meningkat. Hal ini terjadi

seiring dengan berubahnya gaya hidup sosial, ekonomi dan meningkatnya umur

harapan hidup yang berarti meningkatnya pola resiko timbulnya penyakit

degenerative.

Penyakit tidak menular sering disebut sebagai penyakit kronis. Penyakit

tidak menular memberikan kontribusi bagi 60 persen kematian secara global. Di

berbagai negara yang termasuk negara berkembang, peningkatan penyakit ini

terjadi secara cepat dan memberikan dampak yang sangat signifikan pada sisi

sosial, ekonomi dan kesehatan. WHO sendiri memperkirakan bahwa pada tahun

2020, penyakit tidak menular akan menyebabkan 73 persen kematian secara global

dan memberikan kontribusi bagi penyebab kematian secara global atau global

burden of disease sebesar 60 persen. Permasalahannya adalah sekitar 80 persen

dari penyakit tidak menular ini justru terjadi pada negara-negara dengan

pendapatan rendah atau yang sering disebut sebagai low and middle income

countries (Mirza, 2008).

Epidemiologi dalam pelayanan kebidanan mengkaji distribusi serta

determinan peristiwa morbiditas dan mortalitas yang terjadi dalam pelayanan


kebidanan. Tujuan epidemiologi kebidanan adalah mengenali faktor-faktor resiko

terhadap ibu selama periode kehamilan, persalinan dan masa nifas (41 hari setelah

berakhirnya kehamilan) beserta hasil konsepsi, dan mempelajari cara-cara

pencegahannya.

Indikator terpenting bagi kesehatan ibu hamil adalah Angka Kematian Ibu

(AKI), sedangkan indikator utama bagi hasil konsepsi pada kehamilan adalah

Angka Kematian Perinatal. Kematian ibu hamil (kematian maternal) adalah

kematian yang terjadi pada ibu karena kehamilan, persalinan, dan masa nifas,

sedangkan Angka Kematian Ibu adalah jumlah kematian ibu hamil di suatu

wilayah tertentu selama 1 tahun dalam 100,000 kelahiran hidup. Kematian

perinatal adalah peristiwa lahir mati serta kematian bayi selama minggu pertama

kehidupan, sedangkan Angka Kematian Perinatal adalah jumlah lahir mati dan

bayi yang mati dalam minggu pertama dalam 1000 kelahiran hidup. Di Indonesia

(1994) AKI adalah 390 per 100,000 kelahiran hidup, dengan variasi terendah di

Yogyakarta (130 per 100,000 kelahiran hidup) sampai dengan yang tertinggi di

Nusa Tenggara Barat (1,340 per 100,000 kelahiran hidup). Angka Kematian

Perinatal pada periode yang sama di Indonesia adalah 40 per 1,000 kelahiran

hidup.

B. Identifikasi Masalah

1. Bagaiaman kasus atau kejadian penyakit epidemiologi dalam pelayanan

kebidanan ?
2. Bagaimana undang-undang, peraturan kebijakan yang melandasinya atau

berhubungan dengan hukum epidemiologi pada kasus pelayanan kebidanan ?

3. Apa faktor yang mengakibatkan undang-undang, peraturan dan kebijakan

tentang hukum epidemiologi pelayanan kebidanan tidak dapat dilaksanakan ?


BAB II
PEMBAHASAN

A. Epidemiologi

1. Pengertian epidemiologi

Epidemiologi berasal dari Bahasa yunani yaitu epi atau yang berarti

"pada" atau "tentang", demos= people yang berarti penduduk, dan logio=

knowledge yang berarti ilmu. Sehingga epidemiologi dapat diartikan: ilmu

yang mempelajari kejadian/kasus yang terjadi pada penduduk/masyarakat.

Pada awal perkembangannya epidemiologi mempunyai pengertian yang

sempit dianggap sebatas ilmu tentang epidemik. Dalam perkembangan

selanjutnya, hingga dewasa ini epidemiologi dapat diartikan sebagai ilmu

tentang distribusi (penyebaran) dan determinan (faktor penentu) masalah

kesehatan masyarakat yang bertujuan untuk membuat perencanaan dan

pengambilan keputusan dalam menanggulangi masalah kesehatan. Sehingga

epidemiologi tidak hanya mempelajari penyakit dan epideminya saja tetapi juga

menyangkut masalah kesehatan secara keseluruhan.

Epidemiologi didefinisikan dengan berbagai cara. Salah satunya

definisnya adalah ilmu yang mempelajari tentang sifat, penyebab,

pengendalian, dan faktor yang mempengaruhi frekuensi dan distribusi penyakit,

kecacatan dan kematian dalam populasi manusia. Epidemiologi juga meliputi


pemberian ciri pada distribusi status kesehatan, penyakit atau masalah

kesehatan masyarakat lainnya berdasarkan usia, jenis kelamin, ras, geografi,

agama, pendidikan, pekerjaan, perilaku, waktu, tempat, orang dan sebagainya.

Karateristik ini dilakukan guna menjelaskan distribusi suatu penyakit

atau masalah yang terkait dengan kesehatan jika dihubungkan dengan faktor

penyebab. Epidemiologi berguna untuk mengkaji dan menjelaskan dampak dari

tindakan pengendalian kesehatan masyarakat, program pencegaham. Intervensi

klinis dan pelayanan kesehatan terhadap penyakit atau mengkaji dan

menjelaskan faktor lain yang berdampak pada status kesehatan penduduk.

Epidemiologi penyakit juga dapat menyertakan deskripsi keberadaannya

didalam populasi dan faktor yang mengendalikan ada atau tidaknya penyakit

tersebut.

Selain berfokus pada tipe dan keluasan cedera, kondisi atau penyakit

yang menimpah suatu kelompok atau populasi, epidemiologi juga menangani

faktor resiko yang dapat menangani dampak, pengaruh, pemicu dan efek pada

distribusi penyakit, cacat.defek, ketidakmampuan dan kematian.

2. Terjadinya Masalah Kesehatan Dalam Pelayanan Kebidanan

Dengan menggunakan paradigm epidemiologi klasik yang menganggap

terjadinya penyakit atau masalah kesehatan sebagai hasil akhir interaksi antara

penjamu, agen, dan lingkungan. Maka dalam pelayanan kebidanan :

a. Pejamu adalah ibu hamil


b. Agen adalah hasil konsepsi yaitu janin atau fetus yang ada dalam

kandungan ibu hamil.

c. Lingkungan adalah lingkungan sosial-budaya serta pelayanan kesehatan

yang diterimah oleh ibu hamil.

Apabila penyakit/ masalah kesehatan pada umumnya agen merupakan

faktor yang harus diupayakan untuk dieliminasi pada pelayanan kebidanan

hasil konsepsi adalah sesuatu yang harus dilindungi, yang pada gilirannya

dapat menimbukan masalah kesehatan tersendiri.

3. Faktor-faktor resiko dalam pelayanan kebidanan

Faktor-faktor resiko bagi kematian ibu hamil dapat diklasifikasikan menjadi

empat kategori :

a. Faktor-faktor reproduksi

1) Usia

2) Paritas

3) Kehamilan tidak diinginkan

b. Faktor komplikasi kehamilan

1) Perdarahan pada abortus spontan

2) Kehamilan ektopik

3) Perdarahan pada trimester III

4) Perdarahan post partum

5) Infeksi nifas

6) Gestosis
7) Distosia

8) Abortus provokatus

c. Faktor pelayanan kesehatan

1) Kesukaran untuk memperoleh pelayanan kesehatan maternal

2) Asuhan medis yang kurang baik

3) Kekurangan tenagah terlatih dan obat-obatan esensial

d. Faktor sosial dan budaya

1) Kemiskikanan dan ketidak mampuan membayar pelayanan yang baik

2) Ketidaktahuan dan kebodohan

3) Kesulitan transportasi

4) Status wanita yang rendah

5) Pantangan makanan tertentu pada ibu hamil

B. Kasus Atau Kejadian Epidemiologi Dalam Pelayanan Kebidanan

Gambar 2.1 Distribusi awitan gejala gangguan jiwa yang berkaitan dengan
kehamilan dan masa nifas
Salah satu gangguan kesehatan yang adakalahnya terjadi sebagai

dampak beban proses kehamilan pada ibu ialah gangguan jiwa yang awitannya

dapat dimulai sejak saat kehamilan ataupun pada masa nifas.

World Health Organization (WHO) merilis laporan kesehatan ibu dan

anak (Maternal Mental Health and Child Health Development) berdasarkan

laporan penelitian yang dilakukan oleh Robertson, Celasun, dan Stewart (2003)

tentang gangguan mental setelah melahirkan. Dalam panduan tersebut,

prevalensi baby blues mencapai 30 – 75% dan prevalensi depresi cenderung

lebih rendah yaitu 10 – 15%. Walaupun banyak penelitian telah dilakukan,

temuan mengenai prevalensi bervariasi di berbagai tempat. Di Indonesia,

penelitian yang dilakukan di area perkotaan di Surabaya dan Denpasar

menunjukkan hasil bahwa prevalensi depresi keduanya lebih dari 20%

(Edwards, dkk., 2006; Dira & Wahyuni, 2016). Angka ini hampir setara dengan

prevalensi depresi di negara Asia lainnya, yaitu Tiongkok dan Turki yang

masing-masing memiliki prevalensi sebesar 27,57% dan 26,2% (Deng, dkk.,

2014; Kirkan, dkk., 2015). Lain halnya dengan negara maju seperti Kanada

yang hanya terdapat 8% kasus depresi di negara tersebut (Dennis, dkk., 2012)

dan di Italia sebesar 9,6% (Banti, dkk., 2011). Hal tersebut menunjukkan

perbedaan prevalensi depresi yang signifikan di berbagai daerah. Perbedaan

tersebut berhubungan erat dengan faktor risiko yang juga bervariasi.

Faktor risiko yang berpengaruh terhadap munculnya depresi maternal

antara lain aspek perubahan hormon (Skalkidou, dkk., 2012), perilaku


menyusui (Hamdan & Tamim, 2012), ciri kepribadian cemas (Koutra, dkk.,

2014), efikasi diri ibu yang rendah dalam menjalani kehamilan, persalinan dan

pengasuhan anak (Qonitatin, 2008) pola pikir negatif dan efektivitas

penanganan masalah yang lemah (Haeba, 2005; Hawes, dkk., 2016), stres dan

perasaan tertekan yang dialami ibu saat hamil (Bonari, dkk., 2004; Bowen,

dkk., 2012) serta dukungan suami dan orang tua (Qonitatin, 2008).

Dampak depresi maternal dapat meluas terhadap ibu, anak dan keluarga.

Lindahl, Pearson dan Colpe (2005) melaporkan bahwa 20% dari kasus

kematian ibu setelah melahirkan terjadi karena bunuh diri setelah didahului

adanya halusinasi dan delusi sebagai ciri khas gangguan psikotik. Depresi pada

ibu dapat menjadi parah hingga muncul ide dan usaha untuk menyakiti diri dan

bunuh diri. Dampak depresi juga berbahaya bagi perkembangan anak. Depresi

dapat berpengaruh terhadap kurangnya interaksi ibu dan anak, lemahnya ikatan

dan kelekatan ibu dan anak, serta perkembangan kognitif dan sosial anak.

Penelitian yang dilakukan Nielsen, Tharner, Steele, Cordes, Mehlhase, dan

Vaever (2016) menemukan bahwa ibu yang mengalami depresi dan didahului

dengan gangguan kepribadian cenderung memiliki insecure attachment dengan

bayi. Gangguan ini dapat berpengaruh terhadap cara pengasuhan ibu hingga

hasilnya antara lain gangguan perilaku dan perkembangan kognitif anak serta

lemahnya hubungan orang tua dengan anak. Melalui depresi ini, dapat juga

terjadi transmisi psikopatologi atau gangguan mental dari seorang ibu kepada

anaknya.
Beberapa kasus yang diberitakan di Indonesia, ibu yang mengalami

depresi dapat melakukan bunuh diri maupun pembunuhan terhadap anak. Pada

awal April 2017 lalu, seorang ibu di Jawa Barat dikabarkan telah membunuh

anak kandungnya yang berusia 16 bulan. Ibu yang diketahui mengalami depresi

ini kemudian dibawa ke panti rehabilitasi (Putra, 2017).

C. Undang-Undang, Peraturan Kebijakan Yang Melandasinya Atau

Berhubungan Dengan Hukum Epidemiologi Pada Kasus Pelayanan

Kebidanan Gangguan Jiwa Dalam Kehamilan dan Masa Nifas

Dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republic Indonesia Nomor 97 tahun

2014 tentang Pelayanan Kesehatan Masa Sebelum Hamil, Masa Hamil,

Persalinan, dan Masa Sesudah Melahirkan, Penyelenggaraan Pelayanan

Kontrasepsi, Serta Pelayanan Kesehatan Seksual :

Pasal 10

1. Konsultasi kesehatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (3) huruf e

berupa pemberian komunikasi, informasi, dan edukasi.

2. Komunikasi, informasi, dan edukasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dapat diberikan oleh tenaga kesehatan dan tenaga nonkesehatan.

3. Tenaga nonkesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) meliputi guru

usaha kesehatan sekolah, guru bimbingan dan konseling, kader terlatih,

konselor sebaya, dan petugas lain yang terlatih.

4. Komunikasi, informasi, dan edukasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

antara lain diberikan melalui ceramah tanya jawab, kelompok diskusi


terarah, dan diskusi interaktif dengan menggunakan sarana dan media

komunikasi, informasi, dan edukasi.

Pasal 11

1. Materi pemberian komunikasi informasi dan edukasi sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 10 ayat (1) dilakukan sesuai tahap perkembangan mental dan

kebutuhan.

2. Materi pemberian komunikasi, informasi, dan edukasi untuk remaja meliputi

a. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS);

b. tumbuh kembang Anak Usia Sekolah dan Remaja;

c. kesehatan reproduksi;

d. imunisasi;

e. kesehatan jiwa dan NAPZA;

f. gizi

g. penyakit menular termasuk HIV dan AIDS;

Selanjutnya pada Peraturan Pemerintah Republic Indonesia Nomor 61

Tahun 2014 Tentang Kesehatan Reproduksi Pada Pasal 17 Ayat 2 yaitu :

“Pelayanan Nifas Yang Diberikan Berupa Promosi Kesehatan, Deteksi


Dini Gangguan Kesehatan Fisik Dan Mental Serta Pencegahan Dan
Penanganan Oleh Tenaga Kesehatan Sesuai Dengan Kompetensi Dan
Kewenangannya”.
Dari peraturan diatas, dengan memberikan penanganan secara dini

merupakan salah satu cara agar dapat menurunkan kasus gangguan jiwa yang

berkaitan dengan kehamilan dan masa nifas. Sebagai tenaga medis dalam

pelayanan kebidanan kita harus mematuhi segala peraturan yang sudah

diberikan agar permasalahan kasus gangguan jiwa pada kehamilan dan masa

nifas yang dapat mengakibatkan meningkatnya Angka Kematian ibu (AKI) dan

Angka Kematian Bayi (AKB) menurun.

D. Faktor mengakibatkan undang-undang, peraturan dan kebijakan tentang

hukum epidemiologi pelayanan kebidanan tidak dapat dilaksanakan

Salah satu faktor yang dapat mengakibatkan undang-undang atau

peraturan dan kebijakan hukum tidak terlaksanakan dengan baik yaitu :

1. Kesadaran masyarakat yang mengalami depresi untuk mencari pertolongan

kepada tenaga profesional umumnya relatif rendah.

2. Pelayanan kesehatan mental di wilayah tersebut cenderung terbatas.

3. Paritas atau jumlah persalinan yang pernah dialami berpengaruh terhadap

depresi. Ibu primipara (melahirkan pertama kali) secara signifikan berisiko

mengalami gangguan mental pasca melahirkan.

4. Stres dan perasaan tertekan yang dialami ibu saat hamil serta kurang

dukungan suami dan orang tua kurang

5. Faktor ekonomi juga mempengaruhi terjadinya gangguan jiwa pada masa

kehamilan dan masa nifas.


BAB III
KESIMPULAN

A. Simpulan

Epidemiologi merupakan suatu cabang ilmu kesehatan untuk menganalisa

sifat dan penyebaran berbagai masalah kesehatan dalam suatu penduduk tertentu

serta mempelajari sebab timbulnya masalah dan gangguan kesehatan tersebut

untuk tujuan pencegahan ataupun penanggulangannya. Dari pengertian

epidemiologi tersebut dapat disimpulkan bahwa bentuk kegiatan epidemiologi

adalah berbagai aspek kehidupan masyarakat, baik yang berhubungan dengan

kesehatan maupun diluar bidang kesehatan.

Tujuan akhir riset epidemiologi yaitu mencegah kejadian penyakit,

mengurangi dampak penyakit dan meningkatkan status kesehatan manusia.

Sasaran epidemiologi adalah populasi manusia, bukan individu. Ciri-ciri ini yang

membedakan epidemiologi dari ilmu kedokteran klinik dan ilmu-ilmu biomedik,

yang lebih memusatkan perhatiannya kepada individu, jaringan, atau organ.

B. Saran

Bagi seorang tenaga kesehatan, khususnya bidan yang akan diterjunkan ke

masyarakat hendaknya memahami tujun ilmu epidemiologi bagi kesehatan


masyarakat, khususnya ibu dan anak. Tujuan tersebut antara lain sebagai berikut:

mempelajari riwayat alamiah penyakit, menentukan masalah komunitas, melihat

resiko dan pengaruhnya, menilai dan meneliti, menyempurnakan gambaran

penyakit, dan identifikasi sindrom serta menentukan penyebab dan sumber

penyakit.

Anda mungkin juga menyukai