Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

SEJARAH DAN PERKEMBANGAN REKAM MEDIS


UNTUK MENINGKATKAN MUTU PELAYANAN

Dosen Pembimbing
Silvia Intan Wardani,Amd.Keb,S.Tr.Keb,M.Kes

Disusun Oleh
Ilsafa Hadistya
NIM : 195063

POLITEKNIK KESEHATAN RS. Dr. SOEPRAOEN


KESDAM V/BRAWIJAYA MALANG
PRODI REKAM MEDIS DAN INFORMASI KESEHATAN
2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha


Esa, karena telah melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan
sehingga makalah ini bisa selesai pada waktunya.
Terima kasih juga kami ucapkan kepada teman-teman yang telah
berkontribusi dengan memberikan ide-idenya sehingga makalah ini bisa disusun
dengan baik dan rapi.
Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para pembaca.
Namun terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna, sehingga kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang bersifat
membangun demi terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.

Malang, 16 September 2019

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................... i


DAFTAR ISI ......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang....................................................................................... 3
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................ 4
1.3 Tujuan ................................................................................................... 4
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Perkembangan Rekam Medis di Luar Negeri .................................... 5

2.2 Perkembangan Rekam Medis di Dalam Negeri................................. 11

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan ........................................................................................... 17
3.2 Saran ..................................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 18
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Rekam Medis mempunyai pengertian yang sangat luas tidak hanya sekedar
disimpulkan bahwa di atas dapat dari paragraf kegiatan pencatatan saja, rekam
medis merupakan suatu sistem penyelenggaraan bukan sekedar kegiatan
pencatatan saja. tetapi mempunyai pengertian sebagai satu sistem
Penyelenggaraan Rekam Medis.
Peningkatan mutu dan efisiensi pelayanan kesehatan khususnya di rumah
sakit harus disertai dengan adanya sarana penunjang yang memadai diantaranyan
dengan melalui penyelenggaraan rekam medis yang baik pada setiap unit
pelayanan kesehatan. Sesuai dengan ketetapan Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia No. 269/Menkes/Per/III/2008 tentang rekam medis.
Pentingnya penyelenggaraan Rekam Medis di Rumah Sakit, hal tersebut telah
disadari oleh seluruh instansi pelayanan kesehatan. Dengan adanya unit Rekam
Medis disetiap instansi pelayanan kesehatan, misalnya Rumah Sakit, Puskesmas,
Klinik-Klinik dan sebagainya. Walaupun berbagai cara pengelolaannya berbeda,
tapi dasarnya sudah menuju pada terciptanya informasi kesehatan.
Unit Rekam Medis merupakan tulang punggung dalam penyelenggaraan
Rekam Medis yang bertujuan untuk menunjang tercapainya tertib administrasi
guna meningkatkan mutu pelayanan kesehatan. Setiap instansi pelayanan
kesehatan baik pemerintah maupun swasta wajib mengatur, menyimpan, dan
memelihara berkas rekam medis karena merupakan salah satu dari jenis dokumen
yang penting karena didalamnya mempunyai informasi yang sangat penting
tentang pasien dan seiring dengan pesatnya kemajuan ilmu terutama pada bidang
kesehatan maka pada saat ini Rekam Medis merupakan aspek penting untuk
menunjang keberhasilan pembangunan pada bidang kesehatan.
1.2 Rumusan Masalah
Bertolak dari Latar belakang di atas, adapun rumusan masalah yang ingin
dipecahkan oleh penulis ialah:
1. Apakah pengertian dari Rekam Medis?
2. Bagaimana sejarah dan perkembangan Rekam Medis di Indonesia?
3. Apa saja tujuan dan fungsi dari Rekam Medis?
4. Apa yang dimaksud dengan mutu pelayanan?
5. Apa saja mutu pelayanan yang dapat diberikan oleh Rekam Medis?
6. Bagaimana perkembangan Rekam Medis saat ini?

1.3 Tujuan Pembahasan


Tujuan dari penulisan makalah ini adalah :
1. Untuk memahami arti dari Rekam Medis
2. Untuk mengetahui dan memahami sejarah dan perkembangan Rekam
Medis di Indonesia
3. Untuk mengetahui tujuan dan fungsi dari Rekam Medis
4. Untuk memahami arti dari mutu pelayanan
5. Untuk mengetahui mutu pelayanan apa saja yang di berikan oleh Rekam
Medis
6. Untuk mengetahui dan memahami perkembangan Rekam Medis saat ini.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Rekam Medis


Dalam penjelasan Pasal 46 ayat (1) UU Praktik Kedokteran, yang dimaksud dengan
rekam medis adalah berkas yang berisi catatan dan dokumen tentang identitas
pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain yang telah diberikan
kepada pasien.

Dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 749a/Menkes/Per/XII/1989 tentang


Rekam Medis dijelaskan bahwa rekam medis adalah berkas yang berisikan catatan
dan dokumen tentang identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan
pelayanan lain kepada pasien pada sarana pelayanan kesehatan, yang diperbaharui
dengan Permenkes Nomor 269/MenKes/Per/III/2008, tentang Rekam Medis
menyatakan rekam Medis adalah berkas berisi catatan dan dokumen tentang pasien
yang berisi identitas, pemeriksaan, pengobatan, tindakan medis lain pada sarana
pelayanan kesehatan untuk rawat jalan, rawat inap baik dikelola pemerintah
maupun swasta.

Kedua pengertian rekam medis diatas menunjukkan perbedaan yaitu Permenkes


hanya menekankan pada sarana pelayanan kesehatan, sedangkan dalam UU Praktik
Kedokteran tidak. Ini menunjukan pengaturan rekam medis pada UU Praktik
Kedokteran lebih luas, berlaku baik untuk sarana kesehatan maupun di luar sarana
kesehatan.

Sedangkan menurut Huffman EK, 1992 rekam medis adalah rekaman atau catatan
mengenai siapa, apa, mengapa, bilamana pelayanan yang diberikan kepada pasien
selama masa perawatan yang memuat pengetahuan mengenai pasien dan pelayanan
yang diperolehnya serta memuat informasi yang cukup untuk menemukan
(mengidentifikasi) pasien, membenarkan diagnosis dan pengobatan serta merekam
hasilnya.

2.2 Sejarah dan Perkembangan Rekam Medis di Indonesia


Semenjak masa pra kemerdekaan, rumah sakit di Indonesia sudah
melakukan kegiatan pencatatan, hanya saja masih belum dilaksanakan dengan
penataan yang baik, atau mengikuti sistem yang benar. Penataan masih tergantung
pada selera pimpinan masing – masing rumah sakit. Dengan dikeluarkannya
Peraturan Pemerintah No.10 Tahun 1966, kepada semua petugas kesehatan
diwajibkan untuk menyimpan rahasia kedokteran, termasuk berkas rekam
medis. Kemudian tahun 1972 dengan Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI No
034/Birhup/1972, ada kejelasan bagi rumah sakit menyangkut kewajiban untuk
menyelenggarakan medical record. Bab I pasal 3 menyatakan bahwa guna
menunjang terselenggaranya rencana induk ( master plan ) yang baik, maka setiap
rumah sakit :
1. Mempunyai dan merawat statistik yang up to date
2. Membuat medical record yang berdasarkan ketentuan – ketentuan yang
telah ditetapkan.

Maksud dan tujuan dari peraturan tersebut adalah agar di institusi pelayanan
kesehatan termasuk rumah sakit, penyelenggaraan rekam medis dapat berjalan
dengan baik. Pada tahun 1972–1989 penyelenggaraan rekam medis belum
berjalan sebagaimana yang diharapkan. Oleh karena itu, dengan diberlakukannya
Peraturan Menteri Kesehatan RI No.749a/Menkes/Per/XII/1989 tahun 1989
tentang Rekam Medis, yang merupakan landasan hukum bagi semua tenaga medis
dan paramedik di rumah sakit yang terlibat penyelenggaraan rekam medis harus
melaksanakannya. Dalam pasal 22 sebagai salah satu pasal Permenkes tersebut di
atas, disebutkan bahwa hal- hal teknis yang belum diatur dan petunjuk
pelaksanaan peraturan ini, akan ditetapkan oleh Direktorat Jenderal sesuai dengan
bidang tugas masing – masing. Sejalan dengan pasal 22 ini, maka Direktorat
Jenderal Pelayanan Medis telah menyusun Petunjuk Pelaksanaan
Penyelenggaraan Rekam Medis; di Rumah Sakit dengan Surat Keputusannya
No.YM000322 1296 Tahun 1996 tanggal 27 November 1966, tentang Revisi
Pedoman Penyelenggaraan Rekam Medis di Rumah Sakit.
Kebutuhan tentang perlunya rekam medis di seluruh dunia pada awal abad-20
semakin berkembang dengan adanya akreditasi pelayanan kesehatan yang
mendorong didirikannya asosiasi-asosiasi perekam medis di setiap Negara.
Akreditasi pelayanan kesehatan dilakukan berdasarkan bukti-bukti tertulis proses
pelayanan kesehatan dan administrasi untuk dinilai. Pencatatan data ke dalam
rekam medis dan pengelolaannya diperlukan ilmu dan keahlian. Oleh karena itu
para perekam medis mendirikan asosiasi-asosiasi (perhimpunan) perekam medis
di setiap Negara di dunia ini. Misalnya di Amerika didirikan AHIMA (American
health information management association) dan perhimpunan di dunia menyatu
dalam IFHRO (international health record organization), sedangkan di Indonesia
bernama PORMIKI (perhimpunan organisasi profesional perekam medis dan
informasi kesehatan Indonesia).

PEMBENTUKAN ORGANISASI PROFESI REKAM MEDIS


Perhimpunan Profesional Perekam Medis dan Informasi Kesehatan
Indonesia yang disingkat PORMIKI dibentuk pada tanggal 18 Februari 1989. Saat
pembentukannya yang dilaksanakan di Yayasan Amanah, Jl. Taman Kebun Sirih,
Jakarta, dihadiri oleh 31 rekan-rekan dan berbagai profesi yang tidak saja berasal
dari organisasi profesi tetapi juga dari instansi kesehatan pemerintah dan swasta.
Dari daftar penandatanganan “Naskah Proklamasi” tampak Ketua PB IDI saat itu
dr. H. Azrul Azwar, MPH berkenan hadir dan bahkan bersama-sama dengan
Ketua Persatuan Sarjana Administrasi (PERSADI) Jakarta Raya saat itu drs. H.
Razak Manan saling bahu membahu memberi semarak jalannya pembentukan
PORMIKI (lihat lampiran penandatanganan naskah). Setelah melalui pemilihan
suara akhirnya dipilih seorang Ketua Umum yang kemudian membentuk
kelompok Pengurus Harian. Setelah pemilihan, Ketua Umum terpilih yaitu Sdri.
Gemala Hatta dengan mendapat bantuan penuh dari Ketua Umum PB IDI
menyusun Anggaran Dasar dan Rumah Tangga.

PEMBERITAHUAN KEPADA MASYARAKAT LUAS


Selanjutnya pada tanggal 25 Februari 1989 bertepatan seminggu setelah
pembentukan PORMIKI. Panitia Kerja Pembinaan dan Pengembangan Sistem
Pencatatan Medis RS DKI Jaya yang disingkat PPSPM mengadakan acara
Konsultasi Sehari yang merupakan acara berkala PPSMP. Topik kali itu mengenai
komputerisasi data medis dengan mengambil tempat di PT USI/IBM, Gedung
Landmark, Jl. Sudirman, Jakarta. Dalam kesempatan itu PORMIKI yang baru
terbentuk sekaligus mengadakan press release pembentukan organisasi profesi
yang baru. Hari itu Wakil Ketua PB IDI saat itu yaitu dr. Kartono Mohamad
berkenan hadir dan sekaligus juga memberikan kata sambutan yang
menumbuhkan semangat. Pertemuan di Landmark mencatat 16 penandatangan
Naskah Proklamasi sehingga jumlah penandatanganan untuk kedua kesempatan
itu (18 dan 26 Februari 1989) berjumlah 47 orang.

PPSPM Sebagai Bidannya PORMIKI


Historisnya, pada tanggal 17 Desember 1981 Kepala Dinas Kesehatan
DKI Jaya mengeluarkan suatu SK pembentukan Panitia Kerja PPSPM
dengan No.431/DKK.075.8/1981 dengan masa yang tidak terbatas: Ketua Panker
ini adalah Sdr. Gemala Hatta dari RSAB Harapan Kita, Jakarta, sedangkan
anggota-anggotanya berasal dari 10 RS yang berada di lingkungan DKI Jaya serta
beberapa pejabat Dinas Kesehatan DKI, Jaya. Adapun hasil kegiatan PPSPM
yaitu mengadakan 2 kali latihan rekam medis dasar dan 1 kali lanjutan selama
masing-masing dua setengah bulan. Selain itu PPSPM juga membuat Bulletin
Medical Record yang disebut BMR dan kemudian Majalah Informasi Kesehatan
(MIK). Sarana KIE (komunikasi, informasi dan edukasi) ini diterbitkan setiap 3
bulan sekali dan berhasil keluar dengan 28 kali terbitan atau selama 9 tahun
berjalan. Sirkulasi 1000 eksemplar setiap terbit menjangkau 27 provinsi serta
memperoleh nomor penerbitan International Serial Standar Number (ISSN) dari
Paris melalui Pusat Dokumentasi Ilmiah Nasional RI. Di samping itu majalah
sederhana ini (sekitar a 50 halaman) juga memperoleh nomor penerbitan dari
Departemen Penerangnan RI dengan SK Men.Pen. RI No. 1032/SK/DITJEN
PPG/STT/1985 tanggal 31 Desember 1985.
Bantuan keuangan dari Dinas Kesehatan DKI Jaya untuk kegiatan PPSPM yang
minim membuat PPSPM kemudian melaksanakan Konsultasi Sehari Berkala,
suatu kegiatan yang selain mencari dana tambahan juga berfungsi sebagai sarana
KIE. Adalah menggembirakan bahwa setiap kegiatan yang dilakukan oleh PPSPM
baik berupa penataran 21/2 bulan maupun Konsultasi Sehari senantiasa diminati
oleh banyak peserta dari berbagai provinsi. Hal ini menunjukkan bahwa
kebutuhan akan pendidikan rekam medis amatlah dirasakan rumah sakit.
Dalam diskusi-diskusi pertemuan rutin sebulan sekali para anggota
PPSPM menyatakan kekhawatirannya akan “nasib” panitia kerja ini. Sementara
krisis minyak di tahun 1985 boleh dikata bahwa hingga tahun 1989 PPSPM antara
ada dan tiada, artinya, meskipun para anggota akhirnya tidak memperoleh
honorarium apapun, namun selama waktu itu PPSPM belum dinyatakan bubar
oleh DK DKI Jaya. Keadaan ini tetap tidak menurunkan kegiatan PPSPM.
Konsultasi Berkala sebagai sumber dana Majalah Informasi Kesehatan tetaplah
diadakan meskipun para anggota telah terbiasa untuk bekerja tanpa imbalan/
Itulah sebabnya maka MIK tetap bisa bertahan selama 28 terbitan. Puncak dari
kebimbangan dan kekawatiran akan “nasib” PPSPM kiranya ditangkap oleh
PERSADI Jaya.
Sebetulnya sudah lama para anggota PPSPM saling memberikan dorongan
untuk membuat suatu organisasi rekam medis namun keberanian itu timbul
tenggelam. Lebih daripada itu PPSPM, bahkan sudah ingin melepaskan diri dari
DK DKI dan karenanya rancangan Anggaran Dasar dan Rumah Tangga yang
dikarang oleh PPSPM sudah diteruskan kepada Bapak Kanwil. Sayangnya
rancangan itu berjalan-jalan di kantor Kanwil selama lebih dari setahun alias
sedang dalam tahapan evaluasi sehingga akhirnya semangat untuk mendirikan
organisasi menjadi terkatung-katung. Oleh karena itu barulah ketika didorong oleh
PERSADI Jaya yang melihat bahwa rekam medis adalah bagian administrasi,
maka akhirnya anggota PPSPM secara bulat menyetujui pendirian organisasi
rekam medis. Akhirnya Ketua PPSPM dan PERSADI Jaya menghadap Ka Kanwil
sambil menanyakan kembali akan nasib AD/ART PPSPM tersebut. Kejadian
bulan Februari 1989 itu amat disetujui Kanwil, bahkan beliau mengutus beberapa
pejabatnya untuk datang dalam acara diskusi pengadaan organisasi rekam medis
yang akan didirikan. Akhirnya PPSPM “terpaksa’ berani setelah selama bertahun-
tahun “keberanian” untuk bangkit dirasakan tertidur. Selanjutnya PPSPM
mengundang berbagai rekan pemerintah (antara lain, Dep.Kes, BKKBN, di
samping RS ABRI, swasta, pemerintah, BUMN serta organisasi profesi seperti
IDI, PERSADI Jaya) pada tanggal 18 Februari 1989. Walhasil, rekan yang datang
di luar dugaan banyaknya, bahkan dari Arun – Aceh, Bogor, Cilegon dan lainnya.
Uniknya rencana semula undangan yaitu untuk menjajahi kemungkinan
pengadaan suatu organisasi justru dianggap tidak perlu karena forum cenderung
langsung mengadakan pendirian organisasi rekam medis. Kesepakatan ke-31
orang dari berbagai profesi, instansi dan provinsi dinyatakan sah. Pada hari ini
organisasi rekam medis belum mempunyai nama pasti. Oleh karena itu kemudian
rekan-rekan dari organisasi rekam medis berkonsultasi dengan Bapak Ketua Pusat
Pembinaan dan Pengembangan Bahasa (PPPB) dan Depdikbud. Berdasarkan
usulan dari Bapak Prof. Anton Moelyono selaku Ketua PPPB akhirnya ditetapkan
nama organisasi ini Perhimpunan Profesional Perekam Medis dan Informasi
Kesehatan Indonesia yang kemudian disingkat oleh para anggota menjadi
PORMIKI.
Dengan telah berdirinya PORMIKI maka Ka. PPSPM kemudian menulis
surat kepada Ka. Kanwil DK DKI Jaya tentang telah berdirinya PORMIKI.
Kemudian Kanwil menganggap bahwa PORMIKI sudah cukup sebagai mitra atau
partner pemerintah yang dapat sewaktu-waktu diajak diskusi dalam memecahkan
berbagai masalah tentang rekam medis. Dengan terbentuknya PORMIKI Jaya
yang anggotanya juga banyak berasal dari DK DKI Jaya maka kiranya memang
PPSPM tidak ada masalah bilamana harus diakhiri. Akhirnya pada tanggal 5 April
1989, Panitia Kerja PPSPM diberikan surat penghentian kerja perihal
Pembentukan PORMIKI Nomor: 0994/- 1.84.4 yang ditandatangani oleh Ka.
Dinas Kesehatan DKI Jakarta. Ada suatu perasaan sedih bercampur haru dan
sekaligus bangga. Selamat tinggal PPSPM dan terima kasih yang dalam atas
segala usahamu. Semoga PORMIKI yang engkau prakarsai dapat berjaya
selamanya, sebagaimana harapanmu pula.

PENYELENGGARAAN KONGRES PORMIKI


Kongres I : Tahun 1992 di Jakarta
Kongres II : Tahun 1995 di Daerah Istimewa Yogyakarta
Kongres III : Tahun 1999 di Surabaya
Kongres IV : Tahun 2003 di Denpasar, Bali
Kongres V : Tahun 2006 di Semarang, Jawa Tengah
Kongres VI : Tahun 2009 di Bandung, Jawa Barat
Kongres VII : Tahun 2012 di Pontianak, Kalimantan Barat
Kongres VIII : Tahun 2015 di Makassar, Sulawesi Selatan

KETUA UMUM DPP PORMIKI


Periode 1989-1992 : Dra. Gemala Hatta, MRA.
Periode 1992-1995 : Dra. Gemala Hatta, MRA.
Periode 1995-1999 : Dra. Gemala Hatta, MRA, MKes.
Periode 1999-2003 : Siswati, AMd.PerKes.
Periode 2003-2006 : Siswati, AMd.PerKes, SKM.
Periode 2006-2009 : Lily Widjaya, Amd.PerKes, SKM, MM.
Periode 2009-2012 : Elise Garmelia, Amd.PerKes, SKM
Periode 2015-2018 : Eman Sulaeman, AMd.Perkes, SKM

Dengan adanya perkembangan akan kebutuhan dengan mengantisipasi


perkembangan pelayanan maupun IPTEK, dilakukan penyempurnaan petunjuk
tentang pengelolaan rekam medis rumah sakit. Pada tahun 2008 ditetapkan
Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 269/Menkes/Per/III/2008 tentang Rekam
Medis yang merupakan pengganti dari Peraturan Menteri Kesehatan RI No
749a/Menkes/Per/XII/1989 tahun 1989.
2.3 Tujuan dan Fungsi Rekam Medis
Tujuan Rekam Medis
Tujuan rekam Medis berdasarkan Hatta (1985) terdiri dari beberapa aspek
diantaranya aspek administrasi, legal, finansial, riset, edukasi dan dokumentasi,
yang dijelaskan sebagai berikut:
1. Aspek administrasi. Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai
administrasi karena isinya meyangkut tindakan berdasarkan wewenang dan
tanggung jawab sebagai tenag medis dan paramedis dalam mencapai tujuan
pelayanan kesehatan.
2. Aspek Medis. Suatu berkas rekam Medis mempunyai nilai Medis, karena
catatan tersebut dipergunakan sebagai dasar untuk merencanakan
pengobatan /perawatan yang harus diberikan seorang pasien.
3. Aspek Hukum. Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai hukum karena
isinya menyangkut masalah adanya jaminan kepastian hukum atas dasar
keadilan, dalam rangka usaha menegakkan hukum serta penyediaan bahan
bukti untuk menegakkan keadilan.
4. Aspek keuangan. Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai uang karena
isinya menyangkut data dan informasi yang dapat digunakan dalam
menghitung biaya pengobatan/tindakan dan perawatan.
5. Aspek penelitian. Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai penelitian,
karena isinya menyangkut data/informasi yang dapat dipergunakan dalam
penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan di bidang kesehatan.
6. Aspek pendidikan. Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai pendidikan,
karena isinya menyangkut data/informasi tentang perkembangan/
kronologis dan kegiatan pelayanan medis yang diberikan kepada pasien.
Informasi tersebut dapat dipergunakan sebagai bahan/referensi pengajaran
di bidang profesi kesehatan.
7. Aspek dokumentasi. Suatu berkas reka medis mempunyai nilai
dokumentasi, karena isinya menyangkut sumber ingatan yang harus
didokumentasikan dan dipakai sebagai bahan pertanggung jawaban dan
laporan sarana pelayanan kesehatan.

Fungsi Rekam Medis


Fungsi rekam medis dijelaskan berdasarkan tujuan rekam Medis di atas, yang
dijelaskan sebagai berikut, yaitu sebagai:
1. Dasar pemeliharaan kesehatan dan pengobatan pasien;
2. Bahan pembuktian dalam perkara humum;
3. Bahan untuk keperluan penelitian dan pendidikan;
4. Dasar pembayaran biaya pelayanan kesehatan; dan
5. Bahan untuk menyiapkan statistik kesehatan.

Karena fungi rekam Medis inilah, maka di negara-negara besar atau di negara-
negara maju telah ditentukan satu standar baku pembuatan reka m medis yang
mencerminkan kualitas/mutu pelayanan kesehatan yang diberikan oleh pemberi
pelayanan pada pengguna pelayanan kesehatan.

2.4 Mutu Rekam Medis

 Pengertian Mutu

Dalam Manajemen Mutu Pelayanan Kesehatan, Mutu adalah gambaran total sifat
dari suatu produk atau jasa pelayanan yang berhubungan dengan kemampuannya
untuk memberikan kebutuhan kepuasan.

Mutu rekam medis berperan sangat penting dalam mengemban mutu pelayanan
medis yang diberikan oleh rumah sakit. Rumah sakit dalam hal ini bertanggung
jawab dalam menjaga kerahasiaan rekam medis yang di dalamnya mencakup
informasi pasien dan terhadap kemungkinan hilangnya keterangan ataupun
pemalsuan data yang ada di dalam rekam medis.

Mutu dalam pengisian rekam medis menjadi tanggungjawab para tenaga


kesehatan, karena merekalah yang melaksanakan pencatatan medis. Dalam
peningkatan mutu rekam medis, perlu adanya prosedur kerja tetap rekam medis
(SPO) yang sangat membantu peningkatan mutu rekam medis.

Menurut Djoko Wijono, mutu adalah gambaran total sifat dari suatu produk atau
jasa pelayanan yang berhubungan dengan kemampuannya untuk memberikan
kebutuhan kepuasan. Rekam medis yang baik atau bermutu adalah rekam medis,
diantaranya :

 Akurat, menggambarkan proses dan hasil akhir pelayanan yang diukur secara
benar.
 Lengkap, mencakup seluruh kekhususan pasien dan sistem yang dibutuhkan
dalam analisis hasil ukuran.
 Terpercaya, dapat digunakan dalam berbagai kepentingan.
 Valid atau sah sesuai dengan gambaran proses atau produk hasil akhir yang
diukur.
 Tepat waktu, dikaitkan dengan episode pelayanan yang terjadi.
 Dapat digunakan untuk kajian, analisis, dan pengambilan keputusan.
 Seragam, batasan sebutan tentang elemen data yang dibakukan dan konsisten
penggunaaannya di dalam maupun di luar organisasi.
 Dapat dibandingkan dengan standar yang disepakati diterapkan.
 Terjamin kerahasiaannya.
 Mudah diperoleh melalui sistem komunikasi antar yang berwenang.

 Indikator Mutu

Menurut Dep.Kes.RI, Indikator adalah suatu cara untuk menilai


penampilan dari suatu kegiatan dengan menggunakan instrument.

Indikator yang ideal harus memiliki 4 kriteria, yaitu:

 Sahih (valid), yaitu benar-benar dapat dipakai untuk mengukur aspek yang akan
dinilai.
 Dapat dipercaya (Reliable), yaitu mampu menunjuk kan hasil yang sama pada
saat yang berulang kali, pada waktu sekarang maupun yang akan datang.
 Sensitif, yaitu cukup peka untuk mengukur, sehingga jumlahnya tidak perlu
banyak.
 Spesifik, yaitu memberikan gambaran perubahan ukuran yang jelas, tidak
tumpang tindih.

 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Mutu


o Man: Kemajuan teknologi, komputer dan lain-lain memerlukan pekerja
spesialis yang banyak
o Money: Meningkatkan kompetensi dalam segala bidang memerlukan
penyesuaian pembiayaan yang luar biasa termasuk mutu.
o Material: Bahan-bahan yang semakin terbatasdan berbagai material yang
diperlukan.
o Machine: Selalu perlu penyesuaian seiring dengan kebutuhan kepuasan
pelanggan.
o Modern information methods: Kecepatan teknologi informasi yang harus
diikuti.
o Markets: Tuntutan pasar yang semakin tinggi dan luas.
o Management: Tanggung jawab mutu oleh perusahaan.
o Motivation: Meningkatkan mutu yang kompleks perlu kesadaran mutu bagi
pekerja.
o Marketing product requipment: Persyaratan produk yang meningkat yang
diminta pelanggan perlu penyesuaian mutu terus menerus.

 Analisa Mutu Rekam Medis

Menurut Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medik, (2006:73):

 Mutu dalam pengisian memang menjadi tanggung jawab para tenaga kesehatan.
Sebab merekalah yang melaksanakan perekaman medis. Hal ini juga dijelaskan
dalam Undang-undang praktik kedokteran No. 29 tahun 2004 pasal 46 pada ayat
(1): “Setiap dokter/ dokter gigi dalam menjalankan praktik kedokteran wajib
membuat rekam medis.”
 Selanjutnya dalam ayat (2): “Rekam medis sebagai mana dimaksud ayat (1) harus
segera dilengkapi setelah pasien menerima pelayanan kesehatan.”
 Dalam ayat (3): “ Setiap catatan rekam medis harus dibubuhi nama dan tanda
tangan petugas yang memberikan pelayanan atau tindakan.”

 Hal-hal dilakukan petugas rekam medis dalam penganalisaan mutu rekam


medis:
 Rekam medis yang mengandung unsur ketidaktepatan ataupun bila ada
penghapusan yang dapat menyebabkan Rekam Medis menjadi tidak akurat dan
tidak lengkap.
 Untuk melakukan tugas penganalisaan biasanya tugas ini dilakukan oleh petugas
rekam medis yang sudah mahir dan mendapat pendidikan khusus. Yaitu
diperlukan pengetahuan tentang ilmu terminologi medis, anatomi, fisiologi,
dasar-dasar proses kepenyakitan, isi rekam medis, dan standar medis yang
digunakan.
 Berdasarkan penjelasan pasal 46 UU Praktik Kedokteran No. 29 ayat (2) bahwa“
Dalam hal terjadi kesalahan dalam melakukan pencatatan pada rekam medis,
berkas dan catatan tidak boleh dihilangkan atau dihapus dengan cara apapun.
Perubahan catatan atau kesalahan dalam rekam medis hanya dapat dilakukan
dengan pencoretan dan dibubuhi paraf petugas yang bersangkutan.”
 Selanjutnya pada penjelasan Pasal 46 ayat (3) menyatakan: “Yang dimaksud
dengan‘Petugas’ adalah dokter atau dokter gigi atau tenaga kesehatan lain yang
memberikan pelayanan langsung kepada pasien. Apabila dalam pencatatan
rekam medis menggunakan teknologi informasi elektronik, kewajiban
membubuhi tanda tangan dapat diganti dengan menggunakan nomor identitas
pribadi (personal identification number).”

Jadi, bila ada berkas rekam medis yang juga tidak memenuhi kebutuhan ketetapan
diatas maka petugas rekam medis wajib meminta dokter atau dokter gigi atau tenaga
kesehatan lain yang memberikan pelayanan terhadap pasien untuk melengkapinya.

 Alasan mengapa berkas rekam medis harus di analisa mutunya adalah:


 Agar RM lengkap dan dapat digunakan bagi referensi pelayanan kesehatan,
melindungi minat hukum, sesuai dengan peraturan yang ada.
 Menunjang informasi untuk aktifitas penjamin mutu (quality assurance).
 Membantu penetapan diagnosis dan prosedur pengkodean kepenyakitan.
 Bagi riset medis, studi administrasi dan penggantian biaya perawatan.

2.5 Pengembangan Pelayanan Rekam Medis Di Rumah Sakit


Pelayanan Rekam Medis bukan pelayanan dalam bentuk pengobatan, tetapi
merupakan bukti pelayanan, finansial, aspek hukum dan Ilmu Pengetahuan. Peran
Rekam Medis sangat dibutuhkan untuk mengelola bahan bukti pelayanan
kesehatan dengan aman, nyaman, efisien, efektif dan rahasia. Sehingga rekaman
pelayanan kesehatan dapat berfungsi sebaik-baiknya untuk tindakan pelayanan
yang diperlukan. Munculnya transformasi paradigma rekam medis dari tradisional
menjadi manajemen informasi kesehatan pada pertengahan tahun 1990-an
merupakan reformasi baru di bidang informasi kesehatan yang dipicu oleh
modernisasi perkembangan teknologi informasi dan komunikasi. Perekam Medis
dan Informasi Kesehatan yang profesional wajib memberikan pelayanan yang
berkualitas sesuai dengan standar kompetensi dan kode etik profesi.
Bagaimana menjalankan visi dan misi masyarakat mandiri hidup sehat bila deteksi
dini dari penyajian informasi awal tidak cepat dan tepat dikelola melalui sistem
informasi kesehatan terpadu. Tujuan pengelolaan rekam medis adalah untuk
menunjang tertib administrasi dalam rangka upaya peningkatan pelayanan
kesehatan di rumah sakit yang didukung oleh suatu sistem pengelolaan rekam
medis yang cepat, tepat, bernilai dan dapat dipertanggung jawabkan.
Demikian sambutan Sekretaris Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan pada
acara rapat kerja pengembangan pelayanan rekam medik di Rumah Sakit Regional
I yaitu untuk rumah sakit bagian timur Indonesia, pada tanggal 22 s/d 24 Maret
2011 di Surabaya. Acara dihadiri oleh Kepala Dinas Kesehatan Propinsi Jawa
Timur sebagai tuan rumah, Dinas Kesehatan Kota Surabaya, Kepala Instansi
Rekam Medis RS, Koordinator Pelaksana Pelayanan Rumah Sakit, Ditjen Bina
Upaya Kesehatan, Pormiki Pusat. Rapat kerja pengembangan pelayanan rekam
medik di Rumah Sakit Regional II ditujukan untuk rumah sakit bagian barat
Indonesia resmi dibuka Direktur Jenderal Bina Upaya Kesehatan, dr.
Supriyantoro, Sp.P, MARS pada tanggal 29 – 31 Maret 2011, dan dihadiri oleh
Kepala Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau dan KadinKes Kota Batam
sebagai tuan rumah, Kepala Instansi Rekam Medis RS, Koordinator Pelaksana
Pelayanan Rumah Sakit, Ditjen Bina Upaya Kesehatan, Pengurus Organisasi
Profesi Perekam Medis (PORMIKI) Pusat.
Rekam Medis merupakan bukti tertulis tentang proses pelayanan yang diberikan
oleh dokter dan tenaga kesehatan lainnya kepada pasien dalam rangka
penyembuhan pasien, rekam medis mencatumkan nilai administrasi, legal,
finansial, riset, edukasi, dokumen, akurat, informatif dan dapat dipertanggung
jawabkan Rekam Medis harus dibuat secara tertulis, lengkap dan jelas atau secara
elektronik. Penyelenggaraan Rekam Medis dengan menggunakan teknologi
informasi elektronik diatur lebih lanjut dengan peraturan tersendiri. Kegunaan
Rekam Medis di Rumah Sakit yaitu berupa aspek administrasi, aspek medis,
aspek hukum, aspek keuangan, aspek penelitian.
Laporan rumah sakit meliputi : Laporan internal Rumah Sakit (disesuaikan
dengan kebutuhan rumah sakit), Laporan eksternal Rumah Sakit yang dilaporkan
pada Kementerian Kesehatan RI dan Dinas Kesehatan Provinsi serta Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota. Periode pelayanan eksternal yaitu bulanan, tri
bulanan dan tahunan. Negara seperti Cina yang Kedokteran Timurnya menjadi
besar karena mencatat secara medis secara rinci tentang pengalamannya,
prosesnya, peningkatan mutu, mengolah data informasinya. Di Negara kita yang
yang hobby mengolah data rekam medik untuk menjadi perencanaan jangka
panjang adalah tidak banyak, kita terlalu terlena terhadap sesuatu yang rutin,
biasa-biasa saja dan hanya mencatat yang seperlunya saja. Kita menjadi bangsa
yang kurang produktif tentang pencatatan karena 3 hal yaitu (1) menganggap
sesuatu yang rutin, (2) sikap yang menunggu perintah/juklak dan (3)
mengandalkan asistensi yaitu menunggu bantuan orang lain. Jangan hanya diam
tapi harus proaktif dan harus berbasiskan teknologi informasi jangan manual.
Selama ini kesulitan yang dihadapi rekam medis adalah menghadapi perilaku
manajer/direksi, perilaku dokter dan perilaku rekam medis. Dalam penyusunan
standar rekam medis harus yang ekselent bukan biasa-biasa saja, karena dengan
standar yang tinggi dan pencapaian yang tinggi akan meningkatkan harga diri.

Pembangunan Kesehatan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari


pembanguan nasional, ada 7 reformasi pembangunan di bagian Kesehatan terdiri
dari:
 Revitalisasi pelayanan Kesehatan
 Ketersediaan, distribusi, retensi dan mutu SDM
 Ketersediaan, distribusi, keamanan, mutu, efektifitas, keterjangkauan obat,
vaksin, alkes.
 Jaminan kesehatan masyarakat
 Keberpihakan kepada DTPK dan DBK
 Reformasi birokrasi
 World calss health care
Kita di tuntut untuk dapat memberikan pelayanan kesehatan yang prima bagi
masyarakat. Dalam rangka mendukung tercapainya akses pelayanan yang
berkualitas, upaya yang dilakukan adalah menyediakan layanan, SDM, maupun
fasilitas yang berkualitas dan terjangkau. Pada saat ini kita telah memasuki era
globalisasi persaingan pasar bebas diperlukan peningkatan mutu dari segala
bidang yang salah satu nya adalah peningkatan layanan bermutu di rumah sakit
menuju pada kualitas pada layanan global yang diakui secara internasional, yang
harus di dukung dengan peningkatan mutu pelayanan rekam medik melalui sistem
pengelolaan manajemen informasi kesehatan yang baik dan benar di rumah sakit.
Rapat Kerja ini ini menghasilkan kesepakatan perlunya disusun Grand Design
tentang Pelayanan Keteknisian Medik dan Keterapian Fisik yang mencakup
pelayanan Radioterapi, Radiografer, Teknis Gigi, Teknis Elektromedis, Teknis
Kardiovaskuler, Fisikawan Medis, Ortotek Prostetik, Rafraksioptik, Rekam
Medik, Teknis Transfusi Darah, dan Fisioterapi, Terapi Wicara, Okupasi Terapi,
dan Akupuntur.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dalam rangka upaya peningkatan pelayanan kesehatan di sarana pelayanan
kesehatan, kehadiran perekam medis sangat diperlukan dalam bidang kesehatan.
Rekam medis berguna untuk menunjang tertib administrasi, tanpa di dukung suatu
sistem pengelolaan rekam medis yang baik dan benar, mustahil tertib administrasi
tersebut dapat berhasil.
Sebagai pelaksana Rekam Medis, kita perlu mengetahui sejarah &
perkembangan rekam medis, dan perubahan apa saja yang terjadi dalam sistem
rekam medis. Baik yang terjadi di tingkat nasional maupun internasional. Seiring
berkembangnya zaman, dalam tahun-tahun belakangan ini terjadi beberapa kali
perubahan sebutan untuk orang yang melaksanakan pengelolaan rekam medis
sebagaimana perubahan nama sebutan untuk Unit Rekam Medis. Hal ini terjadi
karena adanya perhatian dan kesadaran tinggi terhadap pentingnya sistem rekam
medis serta adanya suatu pemikiran tentang pengembangan sistem informasi
kesehatan yang terkomputerisasi.
Kini, kemajuan perekaman kegiatan dibidang kedokteran/kesehatan ini, tidak
saja tertulis di atas kertas, tapi telah masuk ke era elektronik seperti komputer,
mikrofilm, pita suara dan lain-lain. Dengan demikian dapat dipahami bahwa
kegiatan pelayanan Rekam Medis yang telah dilakukan sejak zaman dulu sangat
berperan dalam perkembangan dunia pengobatan sejarah rekam medis

3.2 Saran
Penulis menyadari bahwa makalah di atas banyak sekali kesalahan dan
kekurangan, serta jauh dari kesempurnaan. Penulis akan memperbaiki makalah
tersebut dengan berpedoman pada banyak sumber yang dapat
dipertanggungjawabkan. Maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran
mengenai pembahasan makalah dalam kesimpulan di atas.
DAFTAR PUSTAKA

-Marjuani.2015.Makalah rekam medis


https://apikesinfo.blogspot.com/2015/10/makalah-tentang-rekam-medis.html?m=1
-garis masuk. 2015. Rekam Medis, Pengertian, Tujuan, Fungsi dan manfaanya
https://sainsmini.blogspot.com/2015/08/rekam-medis-pengertian-tujuan-
fungsi.html?m=1
- Samra Ansari. 2013. Sejarah dan perkembangan Rekam Medis
http://samraansari.blogspot.com/2014/08/sejarah-dan-perkembangan-rekam-
medis.html?m=1
-Iklas Setiawan. 2017. Sejarah Rekam Medis di Indonesia
https://medicalrecoder.wordpress.com/2017/12/24/sejarah-rekam-medis-di-
indonesia/
-Dafi. 2013. Sejarah rekam medis
http://rekammedis-dafi.blogspot.com/2013/01/sejarah-rekam-medis.html?m=1
Aep Nurul Hidayat. 2016. Mutu Rekam Medis

https://www.google.com/amp/s/aepnurulhidayat.wordpress.com/2016/08/27/mutu
-rekam-medis-by-aep-nurul-hidayah/amp/

Anda mungkin juga menyukai