PSRM
”Alur dan Prosedur Pengelolaan Rekam Medis”
Disusun oleh:
Rizka Rahmaida (25)
Dibimbing oleh:
Tegar Wahyu Yudha P,SST
1
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum.Wr.Wb.
Dengan mengucap syukur alhamdulillah, puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah memberikan kesehatan kenikmatan yang sangat besar, sehingga pada kesempatan ini
kami telah menyelesaikan sebuah makalah dengan judul “ALUR DAN PROSEDUR
PENGELOLAAN REKAM MEDIS”.
Dengan adanya makalah yang kami susun ini semoga bisa menambah pengetahuan
bagi kami dan teman mahasiswa lainnya sehingga kita dapat memahami dan mengerti lebih
dalam tentang alur dan prosedur pengelolaan rekam medis.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah yang kami buat masih jauh dari
kesempurnaan dan banyak memiliki kekurangan. Maka dari itu, saran dan kritik masih kami
perlukan dalam menyepurnakan makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita
semua.
Wassalamualaikum Wr.Wb
Penulis
2
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL……………………………………………………………………. 1
KATA PENGANTAR...................................................................................................... 2
DAFTAR ISI ............................................................................................................. ….… 3
BAB l : PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .......................................................................................…….. 4
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................. ……. 4
1.3 Manfaat dan Tujuan................................................................................……...4
3
BAB 1
PENDAHULUAN
Sesuai dengan Permenkes No. 749a/1989 tentang Rekam Medis, bahwa semua tempat
pelayanan kesehatan baik itu rumah sakit, puskesmas, maupun klinik wajib mengadakan
pelayanan rekam medis guna meningkatkan mutu pelayanan kesehatan. Rekam medis
merupakan sarana yang sangat penting dalam sebuah pelayanan kesehatan karena rekam
medis berfungsi sebagai sumber informasi dan acuan baik mengenai data sosial, data medis,
hingga segala tindakan pengobatan yang diberikan kepada pasien.
Rekam medis adalah sebuah berkas mengenai data sosial, data medis, maupun data
yang berisi informasi mengenai segala tindakan dan segala keadaan pasien di masa lalu
maupun di masa sekarang. Karena sebuah rekam medis berisi berkas keadaan pasien maka
berkas tersebut harus dikelola dengan baik agar dapat terasakan manfaatnya. Jadi, pengertian
rekam medis bukan hanya sebuah kegiatan pencatatan namun juga berbagai kegiatan mulai
dari penerimaan pasien hingga pengambilan kembali maupun pemusnahan.
Pada makalah ini penulis akan membahas mengenai alur dan kegiatan pengelolaan
rekam medis khusunya kegiatan registrasi pasien, sistem penamaan, penomoran, penjajaran,
penyimpanan, hingga pengelolaan.
4
BAB II
LANDASAN TEORI
5
perorangan, kecuali yang ditentukan oleh peraturan perundang-undangan yang berlaku.
(Protap RM, 1999: 57)
Berkas rekam medik sebuah rumah sakit tidak boleh dikirimkan ke tempat keperawatan
lain jika seandainya pasien dirujuk untuk mendapatkan perawatan lanjutan di institusi atau
rumah sakit lain, yang dikirimkan cukup resume (kesimpulan) saja. Kelalaian dalam
pengelolaan dan pemanfaatan rekam medis dapat dikenankan saksi oleh Dirjen Yanmed atau
Direktur Rumah Sakit yang bersangkutan. (Buku Pedoman Catatan Medik seri 7 revisinya
dibuat berdasarkan Permenkes No. 749 a / Menkes / Per / XII / 1998).
Di dalam uraian ini terdapat dua pengertian yang sangat erat kaitannya yaitu :
a. Tujuan Rekam Medis
Tujuan rekam medik adalah menunjang tercapainya tertib administrasi dalam
rangka upaya peningkatan pelayanan kesehatan di rumah sakit. Tanpa didukung suatu sistem
pengelolaan rekam medis yang baik dan benar, tidak mungkin tertib administrasi rumah
sakit akan berhasil sebagaimana yang diharapkan. Sedangkan tertib administrasi merupakan
salah satu faktor yang menentukan di dalam upaya pelayanan kesehatan di rumah sakit.
b. Kegunaan Rekam Medis
Kegunaan rekam medis dapat dilihat dari beberapa aspek, antara lain, (Dirjen
Yankes 1993: 10)
1. Aspek Administrasi
Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai administrasi, karena Isinya menyangkut
tindakan berdasarkan wewenang dan tanggung jawab sebagai tenaga medis dan para medis
dalam mencapai tujuan pelayanan kesehatan.
2. Aspek Medis
Sebagai dasar untuk merencanakan pengobatan atau perawatan yang harus diberikan
kepada seorang pasien.
3. Aspek Hukum
Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai hukum, karena isinya menyangkut masalah
adanya jaminan kepastian hukum atas dasar keadilan, dalam rangka usaha untuk menegakkan
hukum serta penyediaan bahan bukti untuk menegakkan keadilan.
4. Aspek Keuangan
Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai uang, karena isinya mengandung data /
informasi yang dapat dipergunakan sebagai aspek keuangan.
5. Aspek Penelitian
Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai penelitian, karena isinya menyangkut data /
informasi yang dapat dipergunakan sebagai aspek penelitian dan pengembangan ilmu
pengetahuan dibidang kesehatan.
6. Aspek Pendidikan
Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai pendidikan, karena isinya menyangkut data /
informasi tentang perkembangan kronologis dan kegiatan pelayanan medik yang diberikan
kepada pasien. Informasi tersebut dapat dipergunakan sebagai bahan atau referensi
pengajaran dibidang profesi si pemakai.
7. Aspek Dokumentasi
Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai dokumentasi, karena isinya menyangkut
sumber ingatan yang harus didokumentasikan dan dipakai sebagai bahan pertanggung
jawaban dan laporan rumah sakit.
6
BAB III
PEMBAHASAN
3.1.2. IDENTIFIKASI
Identifikasi artinya dalah pengumpulan data dan pencatatan segala keterangan tentang
bukti-bukti dari seseorang sehingga kita dapat menetapkan dan mempersamakan keterangan
tersebut dengan individu seseorang, dengan kata lain bahwa dengan identifikasi kita dapat
mengetahui identitas seseorang dan dengan identitas tersebut kita dapat mengenal
seseorang dengan membedakan dari orang lain.
Untuk mengadakan identifikasi kita memerlukan 3 hal :
1. Mengenali secara fisik :
a. Melihat wajah/fisik seseorang secara umum.
b. Membandingkan seseorang dengan gambar/foto
2. Memperoleh keterangan pribadi
Yang dimaksud dengan keterangan pribadi antara lain:
a. Nama
b. Alamat
c. Agama
d. Tempat/Tanggal lahir
e. Tanda tangan
f. Nama orang tua/Suami/Istri dsb
3. Mengadakan penggabungan antara pengenalan fisik dengan keterangan pribadi, dari
penggabungan tersebut biasanya yang paling dapat dipercaya berupa : KTP, Pasport,
SIM dsb.
7
a. Wawancara langsung dengan sumbernya atau orang lain, biasanya sebelum
wawancara dimulai sudah disiapkan pertanyaan-pertanyaan yang diperlukan.
b. Mengisi formulir identifikasi oleh orang yang bersangkutan, dalam membuat
format isian buatlah pertanyaan-pertanyaan yang jelas sehingga mudah diisi dan
tidak ragu-ragu.
c. Gabungan wawancara dengan mengisi formulir, setelah formulir diisi maka
dilanjutkan dengan wawancara untuk meyakinkan isian yang telah dibuat,
sehingga informasi yang diperoleh akan lebih akurat.
1. Petugas harus tenang, ramah, sopan dalam menghadapi pasien, mendengarkan dengan
penuh perhatian dan sabar menjelaskan hal-hal yang ditanyakan, perlu di ingat bahwa
orang yang datang dirumah sakit adalah orang yang dalam kesusahan, sehingga
kemungkinan emosinya kadang tidak terkontrol dan kesan pertama pasien kepada
rumah sakit terletak pada pelayanan di tempat penerimaan pasien (Admission office)
2. Petugas harus teliti dalam mencatat data identitas pasien
3. Harus ada petunjuk tertulis tentang tata cara pencatatan atau penulisan yang harus
diikuti oleh semua petugas, seperti cara penulisan nama, gelar dsb.
8
3.1.6.TATA CARA PENCATATAN DATA IDENTIFIKASI PASIEN DI RS
Untuk dapat mencatat data identifikasi pasien yang lengkap dari pasien maka perlu
disediakan kolom-kolom dan cara pengisiannya/penulisannya.
1. Nomor Rekam Medis
Diisi berdasarkan dalam urutan nomor rekam medis yang sudah disiapkan, sesuai dengan
aturan dari masing-masing rumah sakit.
2. Nama Pasien
a.Apabila dengan wawancara, penyebutan nama sebaiknya dengan di eja, ini dilakukan
untuk menghindari kesalahan dalam penulisan nama.
b. Nama pasien harus lengkap (bukan nama panggilan)
c. Nama pasien sendiri
d. Bagi pasien wanita yang bersuami, ditulis dengan NAMA SENDIRI baru di ikuti nama
suami. Misalnya, : Ny. Suhatini Suwardjo dsb
e. Nama marga ditulis dibelakang nama sendiri, misalnya : Ny.Suciati Sihite
f. Gelar ditulis dibelakang nama, misalnya : Gunarto, Drs, Gunarsih, dr. dsb.
g. Penulisan nama harus dengan huruf cetak atau capital.
h. Pencatatan harus menggunakan ejaan yang disempurnakan. Dsb
3. Alamat
Penulisan alamat sebaiknya ditulis alamat tinggal sekarang (sesuai dengan KTP), dengan
mencatat nama jalan, nomor rumah, RT?RW, Kelurahan, Kecamatan, Kabupaten atau Kota
Madya dan Kode Pos.
4. Tempat dan Tanggal Lahir
Dicatat selengkap mungkin.
5. Umur
Diisi sesuai isian/kolom yang disediakan, misalnya jika umurnya masih dalam hari maka
penulisan diletakan dalam kolom hari, jika umurnya bulan maka penulisan dalam kolom
bulan dst.
6. Jenis Kelamin
Diisi yang jelas.
7. Status Perkawinan
a. Kawin
b. Belum/Tidak kawin
c. Duda
d. Janda
8. Agama
a. Islam
b. Protestan
c.Roma Khatolik
d. Hindu
e. Budha
f. Lainnya (………)
9. Pendidikan
a. Belum/Tidak tamat SD d. Tamat SLTA
b. Tamat SD e. Tamat Akademi
9
c. Tamat SLTP f. Tamat Universitas/PT
10. Pekerjaan
Ditulis pekerjaan pasien dan alamat pekerjaan lengkap dengan nomor telepon.
11. KTP
Nomor KTP harus ditulis dengan l;engkap dan jelas.
12. Suku Bangsa
Ditulis sesuai dengan sukunya
13. Nama Keluarga terdekat/Nama penanggung jawab pasien
Tulislah nama dan alamat dengan lengkap serta hubungan keluarga dengan pasien
14.Penanggung jawab biaya perawatan
Tulis nama dan alamat jika peroranga tulis hubungan keluarga, jika instansi tulis nama
instansi alamatnya.
Nama merupakan identitas pribadi yang dimiliki seseorang sejak lahir sampai setelah ia
meninggal. Sistem penamaan pada dasarnya untuk memberikan identitas pada pasien serta
untuk membedakan pasien yang satu dengan yang lainnya sehingga mempermudah dan
memperlancar dalam pemberian pelayanan rekam medis kepada pasien yang berobat di
rumah sakit. Oleh sebab itu, penulisan nama pasien di setiap formulir rekam medis sangat
penting artinya agar tidak terjadi kekeliruan antara dokumen rekam medis, pasien yang
bersangkutan dengan dokumen rekam medis pasien lain.
Sistem penamaan yang digunakan sesuai dengan identitas pasien tanpa di ubah
susunannya, misalnya nama yang tertera di KTP dan KK untuk tambahan Ny,Nn, Bp,An,Sdr
di tulis di akhir nama pasien, sedangkan untuk gelar atau title akan mengikuti di
belangkangnya. Nama di tulis dengan huruf cetak dan jelas terbaca yaitu pada formulir 20
(DRM rawat jalan), KIUP, dan KIB.
a. Nama orang Indonesia
1) Nama orang Indonesia yang di ikuti dengan nama keluarga, di indeks menurut kata akhir
(nama keluarga) sebagai kata utama dan di ikuti tanda koma serta nama pasien.
Contoh : Buyung Nasution di tulis Nasution, Buyung.
2) Nama yang mengunakan nama marga, suku dan kaum yang di utama kan nama marga, suku
dan kaum nya.
Contoh : Siti Siregar di tulis Siregar, Siti.
3) Nama-nama wanita
1. Nama wanita yang mengunakan nama ayahnya di indeks dengan nama ayah nya yang di
utamakan.
Contoh : Rita Dikromo di tulis Dikromo Rita.
2. Nama wanita yang mengunakan nama suami di indeks dengan nama suaminya kemudian di
tambah (Ny) dibelakangnya.
Contoh : Ny.Ana Rosadha ditulis Rosadha Ana (Ny)
4) Nama bayi
Bila bayi baru lahir hingga saat pulang, belum mempunyai nama maka penulisannya
sebgai berikut :
10
a) Bila bayi lahir dan orang tuannya beragama Islam
1. Rahesa bayi binti (bila bayi wanita)
2. Rahesa bayi bin (bila bayi pria)
b) Bila bayi lahir dan orang tuanya beragama selain agama Islam
1. Efraiyim bayi
2. Patria bayi
5) Nama gelar akademik
Apabila seseorang memiliki gelar akademik, maka penulisannya di belakang, nama, dan
di kurung.
Contoh : Satriyo Pinaryo, Amd. PK diindeks : Pinaryo Satriyo (Amd.PK)
b. Nama Orang Asing
1) Eropa dan sejenisnya
Nama orang eropa dan sejenisnya selalu memakai nama keluarga sehingga penulisan nya atau
indeksnya dalah sebagai berikut :
Contoh : Alfiano Perez ditulis Perez Alfiano
2) Belanda, Jerman, Sepanyol, Perancis
Contoh : Yahude Paul Zo Bush diindeks Yahude Paul Zo.
3) Arab, Persia dan Turki
Contoh : Muhammad Yunus di tulis Yunus, Muhammad (bin)
4) India, Jepang, dan Thailand
Contoh : Amitha Bachan di tulis Bachan, Amitha.
Nama di tulis dengan huruf cetak dan mengikuti ejaan yang disempurnakan. Cara
penulisan nama pasien menjadi sangat penting artinya karena di jumpai nama pasien yang
sama dan seringnya seorang pasien berobat di rumah sakit.
Dengan mengunakan cara penulisan akan memudahkan pengambilan berkas di tempat
penyimpanan apabila berkas sewaktu-waktu digunakan.
Adapun cara penulisan nama sebagai berikut :
1) Nama pasien di tulis berdasarkan nama sendiri secara lengkap. Nama di tulis degan ejaan
baru yang telah disempurnakan, dan dengan huruf balok.
2) Sebutan untuk nyonya/nona/anak harus di tulis dibelakang nama keluarga.
a) Sebutan nona adalah untuk pasien perempuan usia >13 tahun dan belum menikah.
b) Sebutan nyonya adalah untuk pasien perempuan yang sudah menikah
3) Gelar-gelar yang ditulis adalah gelar pasien sendiri dan bukan gelar nama keluarga, apabila
pasien memiliki lebih dari satu gelar (kesarjanaan), maka di tulis dan di susun sesuai abjad.
4) Gelar kebangsaan dan keagamaan ditulis didepan nama sendiri karena sudah di anggap
sebagai bagian dari nama.
5) Gelar kesarjanaan harus ditulis dibelakang penulisan nama keluarga dan diletakkan
di dalam tanda kurung.
Contoh:
Nama sendiri : Seila Putri (anak)
Nama ayah : Drs. Dedi yusuf
Di indeks : Seila putri, anak
Nama sendiri : Seila Putri (remaja, belum menikah)
Di indeks : Seila Putri, Nn
11
Nama sendiri : Ir. Agus setiawan
Nama ayah : Drs. Budi Raharjo
Di indeks : Agus Setiawan, (Ir)
12
berdasarkan nomor. Penggunaan nomor keluar (discharge number) dan nomor kode diagnose
(diagnostic kode number). Umumnya ternyata tidak memuaskan karena rekam medis lain-
lain/register sangat memerlukan nomor pasien masuk (admission number).
Jika kartu pasien indeks hilang, nomor masuknya dapat diperoleh dari salah satu
catatan, dengan mengetahui nama dan tanggal masuknya. Tetapi jika menggunakan nomor
keluar kartu indeks tidak dapat menolong untuk menemukan nomor keluar, sehingga lokasi
rekam medisnya sukar diketahui.
Sistem penomoran dalam pelayanan rekam medis yaitu tata-cara penulisan nomor
yang diberikan kepada pasien yang datang berobat sebagai bagian dari identitas pribadi
pasien yang bersangkutan. Nomor rekam medis mempunyai beberapa kegunaan dan tujuan
yaitu, sebagai identifikasi dari pasien, petunjuk pemilik folder dokumen rekam medis pasien
yang bersangkutan, Registrasi pasien (Pada waktu admission), untuk pedoman dalam tata-
cara penyimpanan (penjajaran) dokumen rekam medis, dan sebagai petunjuk dalam pencarian
dokumen rekam medis yang telah disimpan di filing.
Ketika pasien datang berobat, petugas rekam medis harus memberikan nomor rekam
medis dan mencatatnya kedalam beberapa formulir rekam medis yaitu, Kartu Identitas
Berobat (KIB), Kartu Indeks Utama Pasien (KIUP), formulir data dasar pasien, formulir
masuk keluar, buku register pendaftaran pasien.
“Sistem apapun yang dipakai untuk Rekam Medis yang baru harus berdasarkan
nomor yang di urut secara kronologis dan nomor tersebut digunakan oleh unit/bagian di
RS/pelayanan kesehatan yang bersangkutan”.
13
Kekurangannya adalah pelayanan pendaftaran pasien yang pernah berkunjung atau
sebagai pasien lama akan lebih lama dibanding cara SNS. Tapi kekurangan ini dapat diatasi
dengan cara membuat dua loket yaitu loket untuk pasien baru dan pasien lama. Untuk loket
pasien lama dibedakan menjadi dua lagi, yaitu untuk pasien lama yang membawa KIB dan
pasien lama yang tidak membawa KIB.
Dokumen rekam medis yang disimpan di dalam rak penyimpanan tidak ditumpuk
melainkan disusun berdiri sejajar satu dengan yang lainnya. Penjajaran dokumen rekam
medis dilakukan berdasarkan urutan nomor rekam medis. Ada tiga macam sistem penjajaran
dokumen rekam medik, yaitu secara Alfabetic, Alfanumeric,dan Numeric, berikut ini sistem
penjajaran secara numeric(penomoran) :
a. Straight Numerical Filing (SNF)
Straight Numerical Filling atau sistem penjajaran dengan nomor langsung yaitu suatu
sistem penjajaran dokumen rekam medik dengan menjajarkan folder dokumen rekam medik
berdasarkan urutan nomor rekam medik secara pada rak penyimpanan.
Contoh urutan penjajaran dokumen rekam medik secara SNF :
566025 566099 569997
566026 566100 569998
14
566027 566101 569999
566028 566102 570000
566029 566103 570001
566030 566104 570002
566031 566105 570003
Keuntungan :
1) Memudahkan dalam mengambil dokumen dalam jumlah banyak untuk keperluan
pendidikan, penelitia, atau di in aktifkan.
2) Sangat mudah dalam mengambil sejumlah nomor rekam medis dengan nomor yang
berurutan pada saat diminta.
3) Mudah dipahami oleh petugas baru yang harus melaksanakan pekerjaan penyimpanan daftar
rekam medik tersebut.
Kerugian :
1) Petugas harus memperhatikan seluruh angka atau nomor sehingga mudah terjadi kekeliruan
dalam penyimpanan.
2) Kemugkinan petugas saling berhimpitan saat bekerja bersamaan
3) Pengawasan kerapian penyimpanan sulit dilakukan, karena tidak terbagi menurut nomor.
b. Terminal Digit Filing (TDF)
Terminal Digit Filing atau sistem penjajaran dengan sistem angka akhir yaitu suatu sistem
penyimpanan dokumen rekam medis dengan menjajarkan folder data rekam medis
berdasarkan urutan
nomor rekam medis 56 60 25
pada dua angka Angka ketiga Angka kedua Angka pertama
kelompok akhir. (tertiary digit) (secondary digit) (primary digit)
Contoh :
56 60 25 97 05 75 98 99 80
57 60 25 98 05 75 99 99 80
58 60 25 99 05 75 00 00 81
59 60 25 00 06 75 01 00 81
60 60 25 01 06 75 02 00 81
61 60 25 02 06 75 03 00 81
62 60 25 03 06 75 04 00 81
Keuntungan :
1) Penambahan jumlah dokumen rekam medis selalu tersebar secara merata dalam 100 bagian.
2) Petugas dapat diberi tanggung jawab untuk sejumlah bagian tertentu.
3) Nomor rekam medis aktif dapat diambil dari rak penyimpanan.
4) Jumlah rekam medis untuk setiap section terkontrol dan bisa dihindarkan timbulnya rak-rak
kosong.
5) Kekeliruan penyimpanan misfile dapat dicegah.
Kerugian :
1) Latihan dan bimbingan bagi petugas penyimpanan dalam sistem angka akhir mungkin lebih
lama dibandingkan latihan menggunakan sistem nomor langsung.
2) Membutuhkan biaya awal yang lebih besar karena harus menyiapkan rak penyimpanan
terlebih dahulu.
15
c. Midle Digit Filing (MDF)
Midle Digit Filing atau sistem penjajaran dengan sistem angka terakhir yang sistem
penyimpanan data rekam mediknya dengan menjajarkan folder data rekam medis
berdasarkan urutan nomor rekam medis pada dua angka kelompok tengah
Contoh :
75 60 21 56 68 96 99 68 97
75 60 22 56 68 97 99 68 98
75 60 23 56 68 98 99 68 99
75 60 24 56 68 99 99 68 00
75 60 25 56 68 00 99 68 01
75 60 26 56 68 01 99 68 02
75 68 27 56 68 02 99 68 03
Keuntungan :
1) Memudahkan pengambilan seratus buah rekam medis yang nomornya berurutan.
2) Penggantian dari sistem nomor langsung ke sistem angka tengah lebih mudah daripada
penggantian sistem nomor langsung ke sistem nomor akhir.
Kerugian :
1) Memerlukan latihan dan bimbingan yang cukup lama
2) Terjadi rak-rak lowong pada beberapa section apabila rekam medis dialihkan ke tempat
penyimpanan tidak aktif
3) Sistem angka tengah tidak dapat dipergunakan dengan baik.
Ditinjau dari pemusatan atau penyatuan dokumen rekam medis, maka cara
penyimpanannya dibagi menjadi 3 cara yaitu:
1. Sentralisasi
Sistem penyimpanan dokumen rekam medis secara sentral yaitu suatu sistem
penyimpanan dengan cara menyatukan formulir-formulir rekam medis milik seorang pasien
kedalam satu folder. Kelebihan cara ini yaitu:
a. Data dan informasi hasil-hasil pelayanan dapat berkesinambungan karena menyatu
dalam satu folder sehingga riwayatnya dapat dibaca seluruhnya.
b. Mengurangi terjadinya duplikasi dalam pemeliharaan dan penyimpanan rekam medis.
c. Mengurangi jumlah biaya yang dapat dipergunakan untuk peralatan dan ruangan.
d. Tata kerja dan peraturan mengenai kegiatan pencatatan medis mudah distandarisasi.
e. Memungkinkan peningkatan efisiensi kerja petugas penyimpanan karena dokumen
rekam medis milik seorang pasien berada dalam satu folder.
f. Mudah menerapkan sistem unit.
Kekurangan sistem sentralisasi ini yaitu:
a. Petugas menjadi lebih sibuk karena harus menangani unit rawat jalan dan unit rawat
inap.
b. Filing (tempat penyimpanan) dokumen rekam medis harus jaga 24 jam karena
sewaktu-waktu diperlukan untuk pelayanan di UGD yang buka 24 jam.
16
c. Tempat penerimaan pasien harus bertugas selama 24 jam, karena KIUP akan
digunakan sewaktu-waktu bila pasien datang tidak membawa KIB, padahal KIUP
tersimpan di TPPRJ.
2. Desentralisasi
Sistem penyimpanan dokumen rekam medis secara desentralisasi yaitu suatu sistem
penyimpanan dengan cara memisahkan milik seorang pasien antara dokumen rekam medis
rawat jalan, dokumen rekam medis gawat darurat dan rawat inap pada folder tersendiri dan
atau ruang atau tempat tersendiri.
Kelebihan sistem penyimpanan ini yaitu:
a. Efisiensi waktu, sehingga pasien mendapat pelayanan lebih cepat.
b. Beban kerja yang dilaksanakan petugas lebih ringan.
Kekurangan sistem penyimpanan ini yaitu:
a. Terjadi duplikasi dalam pembuatan rekam medis.
b. Biaya yang diperlukan untuk peralatan dan ruangan lebih banyak.
3. Satelit
Sistem penyimpanan satelit adalah sistem penyimpanan dengan cara menggabungkan
sistem sentralisasi dan desentralisasi. Sistem ini hanya berfungsi pada rumah sakit yang
sudah menggunakan komputerisasi. Kelebihan menggunakan sistem ini adalah pengambilan
dan pencarian data lebih cepat, sedangkan kelemahannya adalah sekuritas data masih
dipertanyakan.
Dari ketiga sistem penyimpanan cara sentralisasi lebih baik. Tetapi pelaksanaannya
sangat tergantung pada situasi dan kondisi masing-masing rumah sakit: Karena terbatasnya
tenaga kerja yang terampil dan kemampuan dana rumah sakit.
17
Fungsi pengkode rekam medis bertanggung jawab terhadap penemuan dan penulisan
kode penyakit, dan operasi yang tertulis pada dokumen rekam medis berdasarkan kode yang
telah ditetapkan pada ICD-X dan ICOPIM atau ICD 9 CM.
Kode klasifikasi penyakit oleh WHO (World Health Organization) bertujuan untuk
meyeragamkan nama dan golongan penyakit, cidera, gejala dan faktor yang mempengaruhi
kesehatan. Penetapan diagnosis seorang pasien merupakan kewajiban, hak dan tanggung
jawab dokter (tenaga medis) yang terkait tidak boleh diubah, oleh karena itu harus di
diagnosis sesuai dengan yang ada didalam rekam medis.
Di dalam ICD-X terdiri dari beberapa volume yaitu:
1) Volume 1 : berisi klasifikasi utama atau tabulasi.
2) Volume 2 : berisi petunjuk penggunaan ICD.
3) Volume 3 : berisi indeks afabetik penyakit.
Didalam ICD X volume 3 terdiri dari 3 section yaitu:
1) Section 1 : berisi indeks penyakit
2) Section 2 : berisi indeks sebab penyakit / akibat cidera luar.
3) Section 3 : berisi indeks akibat penggunaan obat-obatan dan bahan
kimia.
c. Indeks
Indexing adalah membuat tabulasi sesuai dengan kode yang sudah dibuat ke dalam
indeks-indeks (dapat menggunakan kartu indeks atau komputerisasi). Didalam kartu indeks
tidak boleh mencantumkan nama pasien. Jenis indeks biasa dibuat yaitu :
18
Indeks digunakan untuk membuat laporan kinerja penunjang medis yang meliputi
angka morbiditas, angka mortalitas, dan angka sebab kematian. Indeks dan koding juga
digunakan untuk keputusan manajemen yaitu audit kematian dan audit medis.
d. Filing
Filing merupakan suatu ruangan di unit rekam medis yang bertanggung jawab
terhadap penyimpanan retensi dan pemusnahan dokumen rekam medis. Selain itu filing juga
menyediakan dokumen rekam medis yang telah lengkap isinya sehingga dapat memudahkan
penggunaan mencari informasi sewaktu-waktu.
e. Analising dan Reporting
Analising dan Reporting merupakan Unit Rekam Medis (URM) yang berfungsi
sebagai penganalisis dan pelapor dalam sistem pelayanan rekam medis, sebagai penganalisis
semua data rekam medis yang masuk ke Unit Rekam Medis (URM) untuk diolah menjadi
informasi yang disajikan dalam laporan guna pengambilan keputusan manajemen dirumah.
Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) diatur oleh Departemen Kesehatan RI meliputi:
1) RL 1 = DATA DASAR RS
a) 1.1 = Data Dasar Rumah Sakit
b) 1.2 = Indikator Pelayanan Rumah Sakit
c) 1.3 = Fasilitas Tempat Tidur Rawat Inap
2) RL 2 = DATA KETENAGAAN
3) RL 3 = DATA KEGIATAN PELAYANAN
4) RL 4 = DATA MORBIDITAS / MORTALITAS
a) RL 4a = Morbiditas Pasien Rawat Inap
b) RL 4b = Morbiditas Pasien Rawat Jalan
5) RL 5 = DATA BULANAN BERISI DATA KUNJUNGAN DAN
DATA 10 BESAR PENYAKIT.
a) 5.1 = Pengunjung Rumah Sakit
b) 5.2 = Kunjungan Rawat Jalan
c) 5.3 = 10 Besar Penyakit Rawat Inap
d) 5.4 = 10 Besar Penyakit Rawat jalan
19
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
1. Dalam sistem registrasi kita harus mencatat data identitas pasien sebaiknya
diusahakan sebanyak banyaknya, selengkap lengkapnya dan dengan benar.
2. Dalam sistem penulisan nama pasien di setiap formulir rekam medis sangat penting
artinya agar tidak terjadi kekeliruan antara dokumen rekam medis, pasien yang
bersangkutan dengan dokumen rekam medis pasien lain.
3. Dalam sistem penomoran, Nomor rekam medis mempunyai beberapa kegunaan dan
tujuan salah satunya sebagai identitas pasien.
4. Dalam sistem penjajaran rekam medis, penjajaran dokumen rekam medis dilakukan
berdasarkan urutan nomor rekam medis
5. Kegiatan penyimpanan rekam medis bertujuan untuk melindunginya dari kerusakan
fisik dan isinya itu sendiri. Rekam medis harus dilindungi dan dirawat karena
merupakan benda yang sangat berharga bagi rumah sakit.
6. Tanpa didukung suatu sistem pengelolaaan rekam medis yang baik dan benar,
mustahil tertib administrasi rumah sakit akan berhasil sebagaimana yang diharapkan.
4.2 Saran
Dalam kesempatan ini, kami sangat mengharapkan saran atau kritik dari teman-teman
maupun dari pembaca atas kekurangan dan kesalahan makalah ini, baik dari segi bahasa
maupun pembahasannya agar dalam penulisan makalah selanjutnya dapat lebih baik.
20
DAFTAR PUSTAKA
21