KELOMPOK V
DOSEN PEMBIMBING
Cici Apriza Yanti, SKM, M.HSc
Fitria Fatma, SKM, M.Kes
Alhamdulillah segala Puji Kami Panjatkan Kehadirat Allah SWT. Berkat Bimbingan
dan Kemudahan yang Allah Anugerahkankepada
Kami,sehinggamendapatkesempatanuntukmenyelesaikanpenyusunanLaporan PKL ini.
Sebagai Manusia yang mempunyai keterbatasan, Kamimenyadari masih
adanyakekurangandalampenyusunanlaporan ini.
HALAMAN PENGESAHAN..................................................................................
KATA PENGANTAR..............................................................................................
DAFTAR ISI.............................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................
BAB VI PENUTUP..................................................................................................
6.1 Kesimpulan...................................................................................................
6.2 Saran..............................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
Kesehatan adalah Keadaan baik fisik, mental, maupun sosial, tidak hanya bebas dari
penyakit dan cacat (WHO). Untuk mencapai tingkat kesehatan yang optimal diperlukan
upaya kesehatan. Upaya Kesehatan adalah setiap kegiatan guna memelihara dan
meningkatkan kesehatan yang dilakukan oleh Masyarakat maupun Pemerintah. Ada 2
aspek untuk mewujudkan kesehatan tersebut yaitu :
a. Pemeliharaan Kesehatan
Pemeliharaan kesehatan ini mencakup 2 aspek yaitu Kuratif (Pengobatan Penyakit)
dan Rehabilitatif (Pemulihan Kesehatan setelah sembuh dari sakit atau cacat).
b. Peningkatan Kesehatan
Peningkatan Kesehatan ini mencakup 2 aspek yaitu Promotif (Promosi Kesehatan)
dan Preventif (Pencegahan Penyakit).
Kesehatan Masyarakat adalah suatu Ilmu dan seni mencegah penyakit, upaya
memperpanjang hidup, dan meningkatkan kesehatan melalui usaha-usaha
Pengorganisasian Masyarakat. Kesehatan Masyarakat mempunyai 2 aspek yaitu Teoritis
(Ilmu dan Akademis) dan Praktisi (aplikasi), Mahasiswa Kesehatan Masyarakat secara
teoritis lebih dikenalkan pada upaya Promotif dan Preventif dalam kegiatan Studi sehari-
harinya dibandingkan dengan upaya Kuratif dan Rehabilitatif.
Puskesmas merupakan Unit Organisasi bersifat Fungsional dan Unit layanan yang
bekerja secara profesional. Puskesmas berkedudukan sebagai unit pelaksana teknis yang
berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas Kesehatan daerah
Kab/Kota sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-Undangan (Permenkes Nomor
44 Tahun 2019).
Dalam menetapkan prioritas masalah diwilayah Kerja Puskesmas Baso digunakan
metode MCUA sehingga dapat diketahui bahwa prioritas masalah adalah DDTK Balita
(Deteksi Dini Tumbuh Kembang Balita) dengan target 100% yang hanya tercapai
73,73% dan terdapat GAP sebesar 27,27%.
Suatu Kewajiban bagi penyedia pelayanan kesehatan untuk berupaya memenuhi
tuntutan tersebut, sehingga masyarakat merasa puas dalam memanfaatkan pelayanan
kesehatan. Salah satu faktor yang sangat dominan dalam memenuhi tuntutan dan
kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan adalah adanya sumber daya kesehatan
yang profesional seperti Sarjana Kesehatan Masyarakat.
Tujuan Pendidikan Tinggi di Universitas Fort De Kock Bukittinggi, mengarah pada
Pendidikan Profesional, yaitu menghasilkan tenaga kesehatan yang memiliki
kemampuan akademik dan keterampilan profesional yang dapat menerapkan,
mengembangkan, dan memperkaya khasanah ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang
kesehatan yang mencakup Kesehatan Masyarakat.
PKL adalah kegiatan intrakurikuler terstruktur yang merupakan wahana bagi
mahasiswa untuk mempelajari manajemen pelayanan kesehatan masyarakat di bidang
pelayanan kesehatan. PKL ini berupa kegiatan belajar di Puskesmas dan lingkungan
masyarakat. Melalui PKL dan PBL ini akan membentuk kemitraan antara program studi
Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Fort De Kock Bukittinggi dengan Pemerintah
daerah seperti instalasi kesehatan, serta kepada masyarakat di wilayah (Puskesmas) pada
khususnya dan Dinas Kesehatan Kab/Kota pada umumnya serta pelayanan kesehatan di
negara yang dikunjungi. Sehingga akan tercipta suatu dialog antara pendekatan akademik
dengan pendekatan operasional.
Deteksi Dini Tumbuh Kembang adalah Kegiatan/pemeriksaan untuk
menemukan secara dini adanya penyimpangan tumbuh kembang pada balita dan anak
prasekolah. Dengan ditemukan secara dini penyimpangan/masalah tumbuh kembang
anak, maka intervensi akan lebih mudah dilakukan, tenaga kesehatan juga mempunyai
”waktu” dalam membuat rencana tindakan/intervensi yang tepat, terutama ketika harus
melibatkan ibu/keluarga. Bila penyimpangan terlambat diketahui, maka intervensinya
akan lebih sulit dan hal ini akan berpengaruh pada tumbuh kembang anak ( Permenkes
Nomor 66 Tahun 2016).
Pada tahun 2020, sebanyak enam belas persen (26,7 juta) balita Indonesia mengalami
gangguan perkembangan, baik perkembangan motorik halus dan kasar, gangguan
pendengaran, kecerdasan kurang dan keterlambatan. Setiap 2 dari 1.000 bayi mengalami
gangguan perkembangan motorik dan 3 bayi hingga 6 bayi dari 1.000 bayi mengalami
gangguan pendengaran serta 1 dari 100 anak memiliki kecerdasan yang kurang dan
kelambatan bicara yang kurang.
Berdasarkan Data dari Profil Kesehatan Propinsi Sumatera Barat tahun 2014,
cakupan deteksi dini tumbuh kembang anak balita dan pra sekolah tingkat Provinsi
sebesar 71,11%, menurun bila dibandingkan dengan cakupan tahun 2013 sebesar 83%.
Hal ini harus mendapatkan perhatian serius dari pemerintah karena rencana strategi
cakupan Stimulasi Deteksi Intervensi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK) Sumatera Barat
tahun 2016 sebesar 90%.(Dinkes Sumatera Barat, 2016)
Dan pada Kabupaten Agam Deteksi dini tumbuh kembang balita menurun dari
tahun 2017 sebesar 78,58 % menjadi 60% Tahun 2018. Dan pada puskesmas Baso pada
tahun 2019 yaitu 27, 27%.
B. Tujuan Khusus
Tujuan/kompetensi khusus yang diharapkan pada mata kuliah PKL ini adalah
Mahasiswa mampu :
1. Melaksanakan analisis situasi Puskesmas
2. Mengidentifikasi masalah manajemen pelayanan Puskesmas
3. Merumuskan masalah manajemen pelayanan Puskesmas
4. Menentukan pemecahan masalah manajemen pelayanan kesehatan di Puskesmas
5. Mencari solusi pemecahan masalah pelayanan kesehatan masyarakat
6. Menyusun rencana operasional
7. Melaksanakan kegiatan pemecahan masalah/intervensi berupa : Video, Booklet,
Modul, Buku saku, dll
8. Melakukan evaluasi kegiatan pemecahan masalah
2. Bagi Puskesmas
a. Dapat menambah masukan Ilmu Manajemen Pelayanan Kesehatan
b. Dapat menerapkan Manajemen Pelayanan Kesehatan sesuai standar dan Peraturan
Perundang-Undangan
4.) Gizi
a. Cakupan D/S
b. Balita punya KMS/KIA
c. Cakupan N/D
d. Balita tidak naik berat badannya 2 kali berturut-turut (2T)
e. Cakupan Ibu Hamil yang mendapatkan Tablet Fe
f. Remaja Putri yang mendapatkan tablet Fe
g. Ibu Hamil Anemia
h. Cakupan Balita 6-59 bulan mendapatkan vitamin A
i. Cakupan Ibu Nifas yang mendapatkan vitamin A
j. Cakupan Balita kurang Gizi (BB/U)
k. Cakupan Balita Kurus (BB/TB)
l. Cakupan Balita Pendek (TB/U)
m. Bayi dengan Berat Lahir Rendah (BB<2500 gr)
n. Bayi usia <6 bulan mendapatkan Asi Ekslusif
o. Bayi usia 6 bulan mendapatkan Asi Ekslusif
p. Bayi Baru Lahir mendapatkan IMD
q. Bumil KEK dapat makanan tambahan
r. Balita Kurus mendapat makanan tambahan
s. Cakupan RT yang menggunakan Garam Beryodium
t. Kasus Balita Gizi Buruk mendapatkan Perawatan
1. Perencanaan (P1)
Perencanaan yang disusun melalui pengenalan permasalahan secara tepat
berdasarkan data yang akurat, serta diperoleh dengan cara dan dalam waktu yang
tepat, maka akan dapat mengarahkan upaya kesehatan yang dilaksanakan Puskesmas
dalam mencapai sasaran dan tujuannya. Dalam upaya mencakup seluas mungkin
sasaran masyarakat yang harus dilayani, serta mengingat ketersediaan sumber daya
yang terbatas, maka pelayanan kesehatan harus dapat dilaksanakan secara terintegrasi
baik lintas program maupun lintas sektor.
Kepala puskesmas harus mampu membangun kerjasama dan mengkoordinasikan
program di internal puskesmas dan di eksternal dengan mitra lintas sektor. Koordinasi
dengan lintas sektor sangat diperlukan karena faktor penyebab dan latar belakang
masalah kesehatan tertentu kemungkinan hanya dapat diselesaikan oleh mitra lintas
sektor. Proses perencanaan puskesmas akan mengikuti siklus perencanaan
pembangunan daerah, dimulai dari tingkat Desa/Kelurahan, selanjutnya disusun pada
tingkat Kecamatan dan kemudian diusulkan ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
Perencanaan yang diperlukan terintegrasi dengan lintas sektor Kecamatan, akan
diusulkan melalui Kecamatan ke Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota.
Puskesmas akan menyusun rencana 5 (lima) tahunan dan rincian rencana tahunan
berdasarkan pada hasil evaluasi tahun sebelumnya dan mengacu pada kebijakan
kesehatan dari tingkat administrasi diatasnya, baik Kabupaten/Kota, Provinsi, dan
Pusat. Untuk kepentingan penyusunan perencanaan puskesmas, perlu diselaraskan
dengan Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga dan Program
Kesehatan Nasional lainnya. Perencanaan yang dilakukan puskesmas antara lain :
a. Penyusunan Rencana Lima Tahunan
b. Penyusunan Rencana Tahunan
1) Penyusunan Rencana Usulan Kegiatan (RUK)
2) Penyusunan Rencana Pelaksanaan Kegiatan (RPK)
2. Sejarah SIMPUS
Konsep SIMPUS sebenarnya telah digulirkan oleh Depkes RI awal tahun 1990-an
yang dikenal dengan Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas (SP2TP).
Kemudian untuk menyederhanakan SP2TP maka kebijakan Depkes mengarah kepada
sebuah sistem yang berbasis peranti lunak yang dituangkan melalui Keputusan
Direktur Jendral Pembinaan Kesehatan Masyarakat, nomor : 590/BM/DJ/INFO/V/96
tentang Penyederhanaan Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas
(SP2TP). Namun Pengembangan dan penerapan system berbasis peranti lunak
tersebut masih menemui banyak hambatan, terutama output data yang tidak akurat
dan seringkali berbeda dengan kondisi real di lapangan.
Dampaknya data kurang bermanfaat bagi pengambilan keputusan sehingga kebijakan
yang diambil tidak tepat sasaran. Tentunya ini akan semakin menjauh dari tujuan
penerapan SIMPUS yaitu terciptanya system informasi kesehatan yang Evidence
Based di seluruh indonesia seperti yang telah digariskan dalam Kepmenkes no. 837
tahun 2007.
3. Tujuan SIMPUS
a. Terbangunnya suatu perangkat lunak yang dapat digunakan dengan mudah oleh
Puskesmas dengan persyaratan yang seminimal mungkin dari segi perangkat
keras maupun Sumber Daya Manusia yang akan menggunakan perangkat lunak
tersebut.
b. Membantu dalam pengolahan data puskesmas dan dalam pembuatan berbagai
pelaporan yang diperlukan
c. Terbangunnya suatu sistem database untuk tingkat Kabupaten/Kota dengan
memanfaatkan data-data kiriman dari Puskesmas
d. Terjaganya data informasi dari puskesmas dan dinas kesehatan sehingga dapat
dilakukan analisa dan evaluasi untuk berbagaim macam penelitian
e. Terwujudnya unit informatika di Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang
mendukung terselenggaranya proses administrasi yang dapat meningkatkan
kualitas pelayanan dan mendukung pengeluaran kebijakan yang lebih bermanfaat
bagi masyarakat
4. Manfaat SIMPUS
a. Mempermudah dan mempercepat Pelayanan
Untuk pasien lama yang berkunjung kembali ke Puskesmas, data pasien dengan
cepat bisa dimunculkan dilayar komputer. Jika pasien lama lupa membawa kartu
berobat atau lupa nomor registrasi yang sudah pernah diberikan, maka dengan
menyebutkan nama atau alamat rumahnya maka bisa dicari dan dimunculkan
datanya dikomputer dengan cepat. Untuk pasien yang baru pertama kali
berkunjung ke Puskesmas, bisa langsung diprintkan atau dibuatkan kartu berobat
secara langsung dengan mendapat nomor registrasi pasien.
b. Membakukan Prosedur dan Standart Pelayanan
Simpus untuk Puskesmas dibuat dengan tata prosedur yang seragam untuk semua
puskesmas disuatu kota, sehingga dengan simpus pelayanan pasien menjadi
seragam/standart, setiap pasien sebelum ke poli pemeriksaan harus ke loket
pendaftaran terlebih dahulu atau setelah ke poli baru bisa ke apotik ambil obat.
c. Mendapatkan data dan informasi yang valid
Pada saat masih menggunakan sistem manual ditulis dibuku/lembar form untuk
merangkum data penyakit pasien, data obat, atau data-data lain baik harian,
mingguan atau bulanan harus dilakukan dengan menjumlahkan satu persatu
sehingga diperlukan waktu yang lama dan tenaga yang cukup banyak. Selain hal
itu jika data cukup banyak maka tingkat kesehatan juga semakin banyak. Begitu
pula dari segi waktu, rekap biasanya dilakukan setelah data terkumpul beberapa
hari, seminggu atau sebulan sehingga rangkuman tidak bisa diketahui seketika
pada saat diperlukan.
d. Meningkatkan transparansi dan Akuntabilitas Pembukuan Puskesmas
Sebelum Simpus diterapkan di Puskesmas, banyak diketahui bahwa sering terjadi
kesalahan atau ketidakcocokan antara jumlah Retribusi kesehatan dengan data
kunjungan pasien karena masih dilakukan secara manual dan rekap bulanan.
Penggunaan Simpus di Puskesmas secara online dan seketika, saling terhubung
antar poli dan bagian termasuk bagian Administrasi sehingga kesalahan yang
bertumpuk.
e. Mengurangi Beban Kerja Petugas Puskesmas dan Dinas Kesehatan
Penerapan Simpus yang berjalan lancar akan banyak mengurangi beban kerja
karena Petugas/Perawat tidak perlu menulis data Pasien secara berulang-ulang
untuk Pendaftaran, Rekam Medis di poli-poli Pemeriksaan, Resep Obat, dll. Data
Pasien cukup sekali dimasukkan/diketik pada saat diloket pendaftaran.
Rekapitulasi data tidak dilakukan secara manual lagi.
2.9 Alur SIMPUS
Secara umum, Alur Pelayanan Pasien (Sebagai Target dan Simpus) di Puskesmas adalah
sebagai berikut :
a. Pasien datang ke Puskesmas
Beberapa Puskesmas menyediakan nomor antrian, baik berupa kertas bertuliskan
nomor urut antri, ataupun yang sudah Digital, dengan memijit nomor antrian. Tapi
ada juga Puskesmas yang percaya pada kesadaran Pasien sendiri untuk antri
sehingga tidak perlu menerobos urutan kedatangan orang lain.
b. Pasien akan sesuai urutan untuk didaftarkan diloket Pendaftaan
Pada proses ini, Pasien akan dicatat/didaftarkan nomor Rekam Medisnya, atau
dibuatkan nomor Rekam Medis kalau Pasien baru pertama kali datang berkunjung
c. Pasien menunggu, sementara Petugas akan mencari Rekam Medis Pasien yang
bersangkutan/sesuai nomor dari rekam medis pasien tersebut diruang catatan medis,
untuk diberikan ke Unit Pelayanan tempat Pasien ingin berobat
d. Pasien dipanggil oleh Dokter atau bisa juga dipanggil oleh Perawat
e. Pasien diperiksa, dicatat Anamnesia dll, termasuk Diagnosis obat yang diberikan dan
tindakan medis kalau ada
f. Pasien keluar, kemudian memberikan resep kepada bagian Apotik agar bagian
Apotik tersebut segera membuat obat sesuai resep dari Dokter
g. Pasien dipanggil untuk membayar (Gratis bila mempunyai BPJS) kemudian
dipanggil lagi untuk menerima obat.
BAB III
GAMBARAN WILAYAH KERJA
1. Keadaan Geografis
Puskesmas Baso merupakan salah satu Puskesmas di Kabupaten Agam,
tepatnya di Kecamatan Baso. Puskesmas Baso memiliki Luas Wilayah kerja 44,13
km2. Puskesmas Baso terdiri dari 4 Kenagarian dan 16 Jorong, dengan Batas-Batas
Wilayah sebagai berikut:
a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Tilatang Kamang
b. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Tanah Datar
c. Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Lima Puluh Kota
d. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Ampek Angkek
2. Keadaan Demografi
Data Demografis Wilayah Kerja Puskesmas Baso dengan perincian sasaran Kesehatan
tahun 2018 sebagai berikut :
a. Jumlah Penduduk : 17.629
b. Jumlah Kepala Keluarga : 6.235
c. Jumlah Bumil : 385
d. Jumlah Ibu Bersalin : 385
e. Jumlah Ibu Nifas : 367
f. Jumlah Bayi : 367
g. Jumlah Baduta : 762
h. Jumlah Batita : 1.033
i. Jumah Balita : 1.989
j. Jumlah Pra-Sekolah : 249
k. Jumlah Pasangan Usia Subur : 3.110
l. Jumlah Wanita Usia Subur : 4.642
m. Jumlah Lansia : 5.025
Mata Pencaharian
Sosial Ekonomi Masyarakat pada umumnya Bertani, Berdagang, PNS, Buruh, dan Swasta
dengan distribusi sebagai berikut :
Sales
1%
11%
15%
72%
Jumlah sarana kesehatan yang ada di wilayah kerja Puskesmas Baso adalah sebanyak 15
macam yang terdiri dari :
Tabel 2.1
Jenis dan Jumlah Fasilitas Kesehatan dan UKBM yang ada di Puskesmas Baso Tahun
2018
Fasilitas Pendidikan
Jumlah dan jenis Sarana Pendidikan yang ada di Wilayah Kerja Puskesmas Baso sebagai
berikut :
a. Paud : 6 buah
b. TK : 10 buah
c. SD : 15 buah
d. SLTP : 4 buah
e. SLTA : 4 buah
f. SLB : 1 buah
g. Pesantren : 1 buah
h. PT : 1 buah
Data Ketenagaan
Sumber Daya Manusia/Tenaga Kesehatan yang di Puskesmas Baso sebanyak 50 Orang
yang bertugas di Puskesmas Induk, Puskesmas Pembantu, dan Polindes, dengan rincian
ASN sebanyak 41 Orang dan Non ASN sebanyak 9 Orang, dengan demikian Tenaga
Kesehatan di Wilayah Kerja Puskesmas Baso sudah memenuhi standar yang di tetapkan
adapun perincian tenaga yang ada di Puskesmas Baso adalah sebagai berikut :
Tabel 2.2
Data Jenis dan Jumlah Tenaga Kesehatan di Puskesmas Baso Tahun 2018
Bahwa untuk pencapaian Visi Puskesmas Baso memerlukan peran dari berbagai pihak
antara lain peran serta Masyarakat. Bentuk peran serta Masyarakat yang ada di Wilayah
Kerja Puskesmas Baso adalah :
Visi Kabupaten Agam yaitu Masyarakat sehat yang mandiri dan berkeadilan, dan
berdasarkan permasalahan yang ada dan sumber daya yang dimiliki, Puskesmas Baso
menetapkan Visi sebagai berikut :
Untuk mewujudkan Visi tersebut, maka ditetapkan 4 misi Puskesmas Baso yaitu :
2. Memberikan Pelayanan yang Bermutu, Adil dan Merata serta mudah dijangkau
Untuk mewujudkan Visi dan Misi Puskesmas Baso, maka kami berupaya
mengembangkan potensi yang ada sehingga kemandirian Puskesmas dapat terwujud. Agar
semua Staff Puskesmas dapat menjiwai Visi dan Misi dalam operasional pelayanan dan
kegiatan maka ditetapkan pula Motto Puskesmas Baso yaitu :
a. Tujuan
b.Sasaran
A
G
N
E
P
Lampiran
Nomor
PUSKESMAS BASO KECAMATAN BASO
DINAS KESEHATAN KABUPATEN AGAM
: SK Kepala Puskesmas Baso
: 01/SK/2.3.1.2/PUSK-BS/I/2021
G
N
U
G
N
I
R
A
J
E
U
K
,
P
B
S
F
Tanggal : 02 Januari 2021
N
A
I
G
S
M
J
P
BS
Tentang : Penanggung Jawab Pelayanan
Pemegang Program Puskesmas Baso
A
T
I
L
S
U
F
D
G
E
B
M
K
N
W
J
R T
A
B
F
M
O
E
G
N
Y
T
A
R
B
L
U
P U
I
A
G
N
R
M
P
K
W
a
v
i
V
.
g
r
d
A
o
t
n
t
a
d
r
e
i
n
o
K
F
k
E
M
.
(
H
S
A
T
N
)
t
a
n
i
d
r
o
p
e
K
.
H
(
S
E
R
j
y
v
l
a
i
d
r
o
K
(
i
t
r
,
e
z
n
)
i
n
d
a
u
F
a
)
r
o
t
n
BAB IV
PELAKSANAAN KEGIATAN
Strenght Weekness
( Kekuatan) (Kelemahan)
1. Tersedianya UGD 24 jam di puskesmasbaso 1. Adanyapetugaspuskesmas
2. Sumber dana relative tersedia (APBD yang datangterlambat
Kabupaten,JKN,BOK) 2.
3. Program kerja yang tersedia Kurangnyasaranapenunjangseper
4. Adanyapembagiantugas dan strukturorganisasi ti toilet
5. Tersedianyasaranatransportasiuntukpetugaskelapangan 3. Ada beberapa program yang
6. Konstruksibangunan yang kokoh tertundapelaksanaannya.
7. Tersedianya Gedung dan saranapenunjang
8. Aksesmenujupuskesmasmudah
Opportunity Threat
(Peluang) (Ancaman)
1. 1. Keselamatanpetugas dan
Persepsimasyarakatuntukmencaripengobatancukupting pengunjungpuskesmasteranca
gi mkarenaletakpuskesmas yang
2. Transportasimudah dekatdenganjalanraya.
3.Puskesmas sebagai unit pelaksanatekniskesehatan
4.
Puskesmasberadadipusatkeramaiansehinggabisamenja
dipusatpelayanangawatdaruratstrategis
Hasil Pencapaian Kinerja Program Promosi Kesehatan Puskesmas Baso Tahun 2019
Identifikasi Masalah
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan oleh kelompok dari data laporan kinerja program
Puskesmas Baso Tahun 2019 di dapatkan beberapa masalah yang ada di Puskesmas Baso
diantara nya :
1. Pada program Promkes prioritas masalahnya adalah Masih rendahnya Cakupan RT Ber-
PHBS dengan GAP 24 %
2. Pada program KIA prioritas masalahnya adalah Masih rendahnya DDTK Balita dengan
GAP 27,27 %
3. Pada program Kesling prioritas masalahnya adalah Masih rendahnya Rumah yang
memenuhi syarat kesehatan dengan GAP 17 %
4. Pada program Gizi prioritas masalahnya adalah Masih rendahnya Cakupan N/D dengan
GAP 6.2 %
5. Pada program P2P prioritas masalahnya adalah Masih rendahnya Cakupan Kasus TB yang
diobati dengan GAP 90,91 %
Penetapan prioritas masalah kesehatan adalah suatu proses yang dilakukan oleh
sekelompok orang dengan menggunakan metode tertentu untuk menentukan urutan
masalah dari yang paling penting sampai dengan kurang penting. Penetapan prioritas
memerlukan perumusan masalah yang baik, yakni spesifik, jelas ada kesenjangan yang
dinyatakan secara kualitatif dan kuantitatif, serta dirumuskan secara sistematis.
Dari identifikasi masalah diatas, tidak semua masalah dapat dipecahkan sekaligus
karena kompleksnya masalah dan terbatasnya sumber daya yang tersedia. Untuk itu
dipilih suatu masalah yang dianggap penting untuk diatasi sebagai prioritas masalah.
Dalam menentukan prioritas masalah dapat dilakukan dengan cara teknik skoring. Dalam
menetapkan prioritas masalah di wilayah kerja Puskesmas Baso, digunakan metode
MCUA.
Metode MCUA adalah suatu metode yang digunakan untuk membantu tim
pemecahan masalah dalam mengambil keputusan dari beberapa alternatif yang ada.
Alternatif dapat berupa masalah pada langkah penentuan prioritas masalah atau
pemecahan masalah pada langkah penetapan prioritas masalah. Kriteria adalah batasan
yang digunakan untuk menyaring alternatif masalah sesuai kebutuhan.
Bobot: 5 adalah Sangat Gawat, 4 adalah Gawat, 3 adalah Cukup Gawat, 2 adalah Kurang Gawat, dan 1 adalah Tidak
Gawat
Masalah
A B C D E F
1 SeriusnyaMasalah 5 4 20 5 25 4 20 4 20 4 20 4 20
2 BesarnyaMasalah 4 3 12 4 16 3 12 3 12 3 12 3 12
3 Tersedianya Dana 3 3 9 4 12 3 9 3 9 3 9 4 12
Dukungan
4 2 2 4 2 4 2 4 2 4 1 2 3 6
Masyarakat
TersedianyaTeknolog
5 1 4 4 3 3 3 3 2 2 2 2 2 2
i
JUMLAH 49 60 48 47 45 52
RANGKING III I IV V VI II
Berdasarkan Tabel MCUA di atas di ketahui masalah yang menjadi prioritas menurut kelompok adalah masalah B yaitu Masih rendahnya
DDTK Balita dengan GAP 26,27 %
Keterangan :
S = Skor
BXS = Bobot dikali Skor
Berdasarkan table diatas, dari 5 kriteria masalah yang ditemukan di Puskesmas Suliki yang menjadi prioritas utama Masih rendahnya DDTK
Balita dengan GAP 26,27 %. Sehingga perlunya dilakukan upaya/alternative pemecahan masalah dalam program tersebut.
Priorita Masalah
s
I Masih rendahnya DDTK Balitadengan GAP 26,27 %
II Masih rendahnyaCakupanUsia 15 – 59 tahun yang mendapatkan Screening
KesehatanSesuaiStandardengan GAP 64,15 %
III Masih rendahnyaCakupan RT Ber-PHBS dengan GAP 24 %
IV Masih rendahnyaRumah yang memenuhisyaratkesehatandengan GAP 17 %
V Masih rendahnyaCakupan N/D dengan GAP 6.2 %
VI Masih rendahnyaCakupanKasusterduga TB yang diobatidengan GAP 90,91
%
Berdasarkan table diatas Masih rendahnya DDTK Balita dengan GAP 26,27 %dengan target 100% hanya tercapai 73,73 % dan terdapat GAP
Sebesar 64,15%menjadi prioritas pertama yang akan dijadikan masalah yang akan dilakukan intervensi.
4.4 Analisis Penyebab Masala
Analisis penyebab dilakukan dengan menggunakan games yang bertujuan untuk menambah wawasan terhadap masyarakat dan kader di
posyandu Nagari Tabek Panjang dahlia . Hal ini sudah didiskusikan dengan CI lapangan dan pemegang program, menetapkan posyandu
dahlia di nigari tabek Panjang menjadi tempat dilaksanakannya PKL ini.
Praktek Kerja Lapangan
METODE MAN
Masih
rendahnyaDDTK
Kurangnya Masih adanya pelayanan Balita dengan
pengetahuan ibu posyandu yang GAP 26,27 %
terhadap tumbuh menumpang di gedung
Kurangnya
kembang balita Masih kurangnya
kunjungan balita lain
karena letak Media Penyuluhan
posyandu yang yang menarik
cukup jauh mengenai DDTK
Balita
ENVIRONMENT
MATERIAL
4.5 Alternatif Pemecahan Masalah
Alternatif Pemecahan Masalah PKL
No Masalah AlternatifPemecahanMasalah
1 MAN MAN
- -
Kurangnyakemampuankaderdal Memberikanpelatihanuntukkadersupayaka
ammengajakmasyarakatkeposya derdapatlebihkomunikatifdalammengajak
ndu masyarakatuntukpergikeposyandu
- - Menyarakankepadakader agar
Kurangnyakesigapankaderdala memberikaninformasikegiatanposyandu
mmemberikaninformasikegiatan minimal H-1 kegiatan.
posyandu
D.
2 MATERIAL MATERIAL
- Masih kurangnya Media - Membuat media
Penyuluhan yang penyuluhanberupagames
menarikmengenai DDTK balita sertamenyarankankepadapuskesmas agar
-Masih menambah media
adanyapelayananposyandu yang penyuluhantentangDDTK balita(Deteksi
menumpang digedung lain Dini TumbuhKembangBalita)
- Menyarankanmembuat Gedung
khususuntukpelayananposyandu agar
masyarakatlebihmudahuntukmendatangip
osyandu
3 METHODE METHODE
- - Menyarakankepadajorong agar
Kurangkebijakandaritokokmasy membuatkebijakan yang tegas agar
arakatdalampelayananposyandu masyarakatnyapatuhdalamkegiatanposyan
du.
- Materi dan Teknik - Meningkatkankerjasamalintas program
penyuluhankurangmenarik dan lintas sector
- Menyarankankepadapuskesmas agar
memberikanpenyuluhantentangDDTK
bayidenganmenggunakan media games
yang menarik
-
Menyarankankepadapuskesmasuntukmen
ggunakanmetodepromosikesehatan yang
menarik
4 ENVIRONTMEN ENVIRONTMEN
-Kurangnyapengetahuan dan -
kepedulianibuterhadaptumbuhk Memberipengetahuankepadaibutentangpe
embangbalita ntingnya DDTK
- -
Kurangnyakunjunganbalitakare Menyarakankepadajoronguntukmenambah
naletakposyandu yang Gedung posyandu yang mudahuntuk di
cukupjauh jangkau oleh masyarakat
2. Fishbone Rendahnya Cakupan Usia 15-59 tahun yang mendapatkan screening kesehatan sesuai standar
METODE MAN
No Masalah AlternatifPemecahanMasalah
1 MAN MAN
- -
Kurangnyapetugaskesehatandal Disarankankepadapuskesmasuntukmenam
ammelakukan screening bahjumlahpetugasdalammelaksanakan
kesehatan screening
E. - kesehatanyaitudengankerjasamalintas
Kurangnyaantusiasmasyarakatd program
alamkegiatan screening - Disarankankepadapetugas screening agar
kesehatan memberikanhadiahkepadamasyarakat
- yang mauberpartisipasidalamkegiatan
Kurannyakerjasamaantarlintasse screening kesehatan
ktor - Meningkatkankerjasamalintas sector
F. sepertipetugaskesehatandenganmajelistakl
im dan istansilainnya
2 MATERIAL MATERIAL
- -
Masikurangnyaalatalatpenunjan Disarankankepadapuskesmasuntukmenam
guntukmelakukankegiatan bahjumlahalatuntukmelakukan screening,
screening seperti: tensimeter, timbangan ,dll.
3 METHODE METHODE
- Kurangnyasosialisasitentang - Memberikaninfomasitentangpentingnya
screening screening kesehatanbagimasyarakat.
kesehatankepadamasyarakat - Menyepakatiwaktu yang
tepatuntukmelaksanakankegiatan
- Waktu pelaksanaan screening screening kesehatankepadamasyarkat agar
kesehatantidaksesuaidenganjad seluruhmasyarakatdapathadirdalampelaks
wal yang telahditentukan anna screening kesehatan.
4 ENVIRONTMEN ENVIRONTMEN
-Kurangnyapengetahuan dan -
kepedulianibuterhadaptumbuhk Memberipengetahuankepadaibutentangpe
embangbalita ntingnya DDTK
- -
Kurangnyakomunikasiantarakad Memberikanpelatihankepadakadercaraunt
erdenganmasyarakatuntukmelak uklebihkomunikatifdalammengajakmasya
ukankegiatan screening rakatuntukmelakukan screening kesehatan
3. Fishbone Rendahnya Cakupan RT Ber PHBS
METODE MAN
Masih Rendahnya
Cakupan RT-BerPHBS
Pengetahuan dengan GAP 24 %
masyarakat tentang
PHBS rendah H. Media Promkes
kurang contoh :
Leaflet, spanduk,dll
Kurangnya kesadaran
masyarakat untuk Sarana PHBS
menerapkan PHBS kurang seperti :
dalam kehidupan Tong sampah
ENVIRONMENT sehari hari
MATERIAL
Alternatif Pemecahan Masalah
No Masalah AlternatifPemecahanMasalah
1 MAN MAN
- -
Kurangjumlahtenagakesehatand Disarankankepadapuskesmasuntukmenam
alamkunjunganke RT bahjumlahpetugasdalammelaksanakankegi
G. - atankunjunganke RT RT
TerbatasnyatenagaPromkesuntu -
kmenyampaikanpenyuluhan. Disarankankepadapuskesmasuntukmenam
H. bahjumlahtenagapromkesuntukmenyampa
I. ikaninformasitentang PHBS
2 MATERIAL MATERIAL
- Sarana PHBS kurangseperti : - Disarankankepadaketua RT
Tong sampah untukmenyediakantempatuntukmembuang
J. - Media Promkeskurangcontoh sampah yang memadai
Leaflet, spanduk,dll -
Disarankankepadapetugaspromkesuntukm
enyedia media sepertispandukatau leaflet
agar masyarakatdapatmenerapkanya di
kehidupanseharihari
3 METHODE METHODE
- - Memberikanpenyuluhantentang PHBS
Kurangnyapenyuluhankepadam kepadamasyarakat agar masyarakat tau
asyarakattentangpentingnya pentingnyamenerpakan PHBS
PHBS dalamkehidupanseharihari
-
- Kurangnyakebijakanketua RT Membuatkebijakansepertidendaatausanksi
dalampenerapan PHBS di kepadamasyarakat yang melanggaraturan
kehidupanseharihari PBHS, supayamasyarakattakut dan
menerapkan PBHS
dalamkehidupanseharihari
4 ENVIRONTMEN ENVIRONTMEN
Kurangnyakesadaranmasyarakat -
untukmenerapkan PHBS Memberikanpenyuluhantentangpenyakitap
dalamkehidupanseharihari asaja yang
- akantimbuljikatidakmenerapkan PHBS
Pengetahuanmasyarakattentang -
PHBS rendah Memberikanpenyuluhantentangpentingny
amenerapkan PBHS
dikehidupanseharihari
Waktu pelaksanaan
screening
kesehatantidaksesuaid
enganjadwal yang
telahditentukan
4. Fishbone Masih rendahnya Rumah yang memenuhi syarat kesehatan
METODE MAN
Kurangnyakerjasamaa
ntarlintassektor
I. Kesadaran masyarakat
untuk menjaga
kebersihan lingkungan
sekitar rumahnya masi
kurang Masih Rendahnya Rumah
Yang Memenuhi syarat
Pengetahuan tentang kesehatan GAP 17 %
rumah sehat sangat
minim
J. Saran PHBS masi
Media
kurang
Promosinyamasihku
Kurangnya tempat
rang (seperti
untuk membuang
Leaflet)
limbah rumah
tangga
ENVIRONMENT
MATERIAL
Alternatif Pemecahan Masalah
No Masalah AlternatifPemecahanMasalah
1 MAN MAN
- -
Terbatasnyajumlahtenagakeslin Menyarakanuntukmenambahkanjumlahten
g yang ada agakeslingmisalnyadengankerjasamaantarl
K. - intas program seperti program kesling dan
Kesadaranmasyarakatuntukmenj program promkes
agakebersihanlingkungansekitar -
rumahnyamasikurang Disarankankepadapetugaskeslinguntukper
gikerumahrumahmasyarakatuntukmengec
ekkondisilingkungansekiratrumah
2 MATERIAL MATERIAL
- Media - Membuat media promkesberupa leaflet
Promosinyamasihkurang agar
(seperti Leaflet) masyarakatdapatmenerapkanyadirumah
L. - Saran PHBS masikurang - Disarankankepada Program dan
ketuajoronguntukmenambahsarana PHBS
seperti: Tong sampah
3 METHODE METHODE
- -
Kurangnyapenyuluhantentangru Memberikanpenyuluhantentangrumahseha
mahsehat tataumengadakan games
- tentangrumahsehat
Kurangnyakerjasamaantarlintass - Meningkatkankembalikerjasamaantara
ektor program kesling dan
ketuajoronguntukmelihatapakahrumahrum
ahmasyarakatnyasesuaidengansyaratruma
hsehat
4 ENVIRONTMEN ENVIRONTMEN
- -
Pengetahuantentangrumahsehats Memberikanpenyuluhantentangrumahseha
angat minim t dan juga
- memberikancontohpenyakitapasaja yang
kurangnyatempatuntukpembuan akanditimbulkanjikarumahdalamkeadaanti
ganlimbahrumahtangga dakbersih/ tidaksehat
-
Disarankankepadaketuajorongataupemilik
rumahuntukmembuat septic
tank,agarlimbahrumahtanggatidakmencem
arilingkungan
5. Fishbone Masih rendahnya Cakupan N/D
METODE MAN
Minatmasyarakatkepos
yandu yang kurang
K. Kurangnya kerja sama
antara lintas program
Masih Rendahnya
Cakupan N/D GAP 6,2%
No Masalah AlternatifPemecahanMasalah
1 MAN MAN
- -
Kurangnyapemahamanibutentan Memberikanpenyuluhankepadaibuibutenta
gpemberianmakanan yang ngpemberianmakanan yang bergizi dan
bergizi dan sehat sehat
M. - -
Kurangnyakerjasamaantaralinta Mengadakanpertemuanuntukmempereratk
s program embalikerjasamaantarlintas program
yaituantara program gizi dan program
N. promkes
2 MATERIAL MATERIAL
-Kurangnya media seperti - Menyarankanauntukmembuat media
:leaflet,booklet,dll yang sepertileaflet,booklet,dlltentangmakanan
menjelaskantentangmakananseh yang bergizi dan
at dan bergizi sehatuntukmeningkatkanpengetahuanmas
O. - yarakattentangmakanan yang bergizi dan
Tempatdalampelaksanaanposya sehat
ndutidakmemadaiatautidakmend - Menyarakanuntukmembuat Gedung
ukung baruuntukposyandu agar dapatmendukung
dan
dapatmeningkatkanpelayananposyanduke
depannya
3 METHODE METHODE
- PenyampaianPenyuluhan yang -
kurangmenarik Memberipelatihankepadapetugaspromkes
- Minatmasyarakatkeposyandu untukmeningkatkanpenyampaianmateri
yang kurang yang menarik dan
meningkatkankreatifitasdalammembuat
media yang menarikuntuk di lihat dan di
dengar oleh masyarakat
-
Meningkatkanminatmasyarakatdengancar
amelakukankegiatansepertimemberikanha
diahkepadamasyarakat yang
bisamenjawabsetiappertanyaan yang
diberikan oleh petugaspromkes
4 ENVIRONTMEN ENVIRONTMEN
- -
Kurangnyapemahamanmasyara Memberikanpenyuluhantentangmakananb
katdalammemberikanmakanan ergizi dan sehatdenganmetode games atau
yang bergizi dan sehat leaflet agar
- Ibu yang masyarakatlebihmudahdmemahaminya
tidakadawaktuuntukpergikeposy -
andu Melakukandiskusikembalikepadakaderata
umasyarakattentangwaktu dan
pelaksanaanposyandu , agar
seluruhmasyarakatdapathadirdalampelaks
aanposyandu
6. Fishbone Masih rendahnya cakupan kasus terduga TB yang diobati
METODE MAN
M. Kurang patuhnya
Screening kesehatan masyarakat dalam
terhadap kontak erat mengkonsumsi obat tb
masi kurang
Masih Rendahnya
Cakupan kasus Terduga
Masi adanya TB yang diobati GAP
masyarakat yang 90,91%
tidak paham Tidaknya pemisah
mengenai penyakit antar ruang tunggu -Masi kurangnya
TB paru pasien terduga tb media untuk
Masi kurangnya promkes tentang
kesadaran dengan pasien lainnya
penyakit TB paru
masyarakat untuk
memeriksakan
ENVIRONMENT batuknya
MATERIAL
Alternatif Pemecahan Masalah
No Masalah AlternatifPemecahanMasalah
1 MAN MAN
- -
Kurangnyakerjasamaantarlintass Meningkatkankembalikerjasamaantarlinta
ektoruntukmengetahuijumlahpa s sector
sienterduga TB paru yaitudengancaramengadakanpertemuanant
- arapemegang program TB paru dan
Kurangpatuhnyamasyarakatdala ketuajorong.
mmengkonsumsiobat tb -
P. Memberipengetahuankepadamasyarakatm
engenaiaturanmengkonsumsiobat tb
2 MATERIAL MATERIAL
- -Masikurangnya media - Menyarakanuntukmembuat media
untukpromkestentangpenyakit seperti : Leaflet atauspanduktentang TB
TB paru paru,supayamasyarakattahuapaitupenyakit
- TB paru
Tidaknyapemisahantarruangtun -
ggupasienterduga tb Menyarankankepadapuskesmasuntukmen
denganpasienlainnya yediakanruangtunggukhususbagipasienter
duga tb
3 METHODE METHODE
- -
Kurangmaksimalnyapenyuluhan Memberikanpenyuluhantentangpengobata
tentangpengobatan tb n tb parukepadapasienterduga tb
- Screening - Menyarankankepada Program tb
kesehatanterhadapkontakeratma untukmelakukan screening
sikurang kesehatansecaraberkalakepadakontakeratp
aseinterduga tb
4 ENVIRONTMEN ENVIRONTMEN
- Memberikanpenyuluhantentangpenyakit
Masikurangnyakesadaranmasya Tb Parutentangapasajagejalagejala tb paru
rakatuntukmemeriksakanbatukn ,ciricirisudahterkenapenyakit tb paru dan
ya juga carapengobatannya .
- Masiadanyamasyarakat yang
tidakpahammengenaipenyakit
TB paru
4.6 Kegiatan Tindakan Terpilih
Berdasarkan Daftar Alternatif Pemecahan masalah dari masalah yang ada, diambilah penyuluhan Penyuluhan Tumbuh Kembang Balita dan
Permainan Games Monopoli sebagai tindakan terpilih.
4.7 Plan Of Action (POA)
1. Penyuluhan di Posyandu Balita mengenai DDTK (Deteksi Dini Tumbuh Kembang) Balita di Posyandu Dahlia III Tabek Panjang, Baso.
a. Ibu CI Lapangan
b. Ibu Balita
c. Kader
d. Mahasiswa
2. Permainan Games Monopoli yang berkaitan dengan Tumbuh Kembang Balita, Permainan ini merupakan Hasil Diskusi dari Mahasiswa
dengan CI dan Pemegang Program Gizi di Puskesmas Baso.
a. Ibu Ci Lapangan
b. Ibu-Ibu yang Membawa Balita
c. Kader
d. Mahasiswa
3. Penyuluhan di Posyandu Balita mengenai DDTK (Deteksi Dini Tumbuh Kembang) Balita di Posyandu Dahlia II Tabek Panjang, Baso.
Pukul : WIB
Pelaksanaan : Penyuluhan
a. Ibu CI Lapangan
b. Ibu-Ibu yang membawa Balita
c. Kader
d. Mahasiswa
4. Permainan Games Monopoli yang berkaitan dengan Tumbuh Kembang Balita, Permainan ini merupakan Hasil Diskusi dari Mahasiswa
dengan CI dan Pemegang Program Gizi di Puskesmas Baso.
Pukul : WIB
a. Ibu Ci Lapangan
b. Ibu-Ibu yang Membawa Balita
c. Kader
d. Mahasiswa
5. Penyerahan Video Kegiatan Puskesmas Baso sebagai kenang-kenangan, Video ini merupakan hasil karya Mahasiswa untuk Puskesmas
Baso.
Dari kasus diatas didapatlah masalah Prioritas utama nya yaitu Rendahnya DDTK Balita dengan GAP 27,27%. Dan masalah utama
tersebutlah yang akan dilakukan Intervensi.
1. Tujuan Umum
Mahasiswa PKL mampu melaksanakan kegiatan dari perencanaan kegiatan yang telah dirincikan dalam bidang Kesehatan Masyarakat,
kemudian melaksanakan kegiatan sesuai dengan perencanaan yang telah ditetapkan.
2. Tujuan Khusus
a. Setelah mengikuti kegiatan yang diadakan dari tanggal 6-7 April 2021 diharapkan masyarakat dapat memahami setiap kegiatan yang
b. Meningkatkan kesadaran dan pengetahuan Ibu Hamil dengan membawa anaknya ke Posyandu
Berdasarkan Data yang diperoleh bahwa yang menjadi Prioritas Masalah adalah Rendahnya DDTK Balita dengan Target 100%, Capaian
73.73%, dan GAP 27.27%. Adapun kegiatan Intervensi yang dilakukan adalah :
1. Penyuluhan dalam Posyandu mengenai DDTK Balita di Posyandu Dahlia II dan III
2. Permainan Games Monopoli
o ya ktu al Politis
. dan
Moral
1 Penyuluhanmengenai DDTK Balita di Posyandu - Mahasis Sela CI
pril
202
1
2 Games Monopoli yang akandimainkan oleh Rp. Mahasis Sela Monop CI
07A IbuBalita
pril
202
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Daftar Pustaka