BUKU MODUL
KEPANITERAAN KLINIK SENIOR
ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS /
KELUARGA
Puji dan Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat, bimbingan,
petunjuk dan kekuatan-Nya kepada kita semua, atas selesainya Buku Modul Kepaniteraan Bagian Ilmu
Kedokteran Komunitas / Keluarga PSPD Unja.
Kemajuan yang pesat dalam bidang ilmu pengetahuan khususnya ilmu pengetahuan dan
teknologi ilmu kedokteran serta tingkat pendidikan dan kesadaran masyarakat yang memiliki kebutuhan dan
tuntutan yang tinggi dibidang pelayanan kesehatan, menuntut tersedianya sumber daya manusia yang
handal dan terampil serta profesional dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat. Buku Modul
Kepaniteraan ini merupakan aplikasi dari kompetensi-kompetensi yang dijabarkan dari Standar Kompetensi
Dokter yang diterbitkan oleh Konsil Kedokteran Indonesia. Buku ini mengacu pada perkembangan terkini dari
paradigma pendidikan dokter, yang diuraikan lebih rinci untuk kemudahan dalam mencapai kompetensi-
kompetensi yang telah ditetapkan, agar dapat meningkatkan mutu pelayanan kesehatan di tanah air kita.
Sebagai sebuah ilmu, bidang ilmu kedokteran komunitas memiliki dinamika yang sangat besar, hal ini
menuntut perubahan sikap dan perilaku yang terus-menerus dan berkesinambungan dari para pelaku
pelayanan kesehatan dalam menjawab perubahan masyarakat akibat berbagai tantangan global yang
terjadi saat ini.
Kami menyampaikan penghargaan yang setinggi-tingginya terhadap semua pihak yang telah
bekerja keras untuk ikut serta menyusun Buku Modul Kepaniteraan Bagian Ilmu Kedokteran Komunitas
/ Keluarga ini. Kami menyadari bahwa Buku Modul ini masih jauh dari sempurna, karena itu akan
selalu disempurnakan secara berkala berdasarkan masukan dari berbagai pihak maupun dari bukti-bukti
empiris.
Semoga Buku Modul Kepaniteraan Departemen Ilmu Kedokteran Komunitas / Keluarga ini
bermanfaat bagi kita semua dan segala upaya yang telah dilakukan ini akan bermanfaat dalam upaya
mencapai tujuan kita bersama yaitu pelayanan kesehatan yang bermutu, efisien, efektif, adil dan merata.
Terima Kasih.
Dengan mengucapkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, kami menerima saudara/i untuk
mengikuti Kepaniteraan Klinik Senior di bagian Ilmu Kedokteran Komunitas/ Ilmu Kedokteran
Keluarga Prgram Studi Pendidikan Dokter (PSPD) Unja.
Program Kepaniteraan Klinik di Bagian Ilmu Kodokteran Komintas/Ilmu Kedokteran keluarga adalah
pendidikan profesi yang tidak terpisahkan dari program pendidikan akademik bagian Ilmu Kedokteran
Komunitas/ Ilmu Kedokteran Keluarga yang telah dilalui sebelum mencapai gelar Sarjana
Kedokteran.
Setelah mengikuti kepaniteraan klinik di bagian Ilmu Kedokteran Komunitas/ Ilmu Kedokteran
Keluarga kami harapkan saudara/i sudah memperoleh ketrampilan-keteramprilan dalam
mengidentifikasi, menentukan prioritas masalah dan membuatrencana pemecahan masalah sesuai
dengan prioritas, kemampuan sumber daya yang ada di lapangan serta mampu melakukan penyuluhan
kesehatan masyarakat dalam rangka pemeberdayaan dan pendidikan kesehatan kepada masyarakat.
Akhir kata kami mengucapkan selamat mengikuti kepaniteraan klinik di bagian Ilmu Kedokteran
Komunitas/ Ilmu Kedokteran Keluarga
”Berperan aktif dalam mempersiapkan seorang dokter yang mampu bekerja secara profesional
sekaligus berperan sebagai ilmuwan, manager, serta konsultan dalam bidang kesehatan dan
kedokteran sesuai dengan tuntutan perkembangan ilmu dan teknologi serta kebutuhan
masyarakat”.
Tujuan Kepaniteraan Klinik Senior (KKS) bagian Ilmu Kedokteran Komunitas/ Ilmu Kedokteran
Keluarga adalah untuk memberi pembekalan kepada dokter muda dengan meningkatkan berbagai
keterampilan, pengetahuan dan pengalaman sebagai seorang manager (penatalaksanaan), care
provider, decision maker, communicator dan community leader, seperti yang direkomendasikan
oleh WHO (World Health Organization) sebagai The Five Star Doctor:
• Care provider, • Decision maker, • Communicator, • Community
leader • Researcher & Religious
1. Komunikasi efektif
Lulusan PSPD Unja mampu berkomunikasi disertai empati baik verbal maupun
nonverbal, mendengar aktif, untuk memfasilitasi pengelolaan pasien serta terciptanya
kerjasama yang baik antara dokter-pasien, keluarga, komunitas, teman sejawat, dan tenaga
profesional lain yang terlibat.
Komponen Kompetensi
Komponen Kompetensi
2.1. Menjelaskan perbedaan antara sehat dan sakit dengan memperhatikan ilmu
biomedik, perilaku, klinik dan komunitas
2.2. Melakukan diagnosis masalah kesehatan individu, keluarga dan komunitas
berdasarkan kedokteran berbasis bukti (EBM)
2.3. Melakukan penatalaksanaan masalah kesehatan yang utama pada individu, keluarga
dan komunitas berdasarkan kedokteran berbasis bukti
2.4. Memantau kemajuan keadaan pasien dan memodifikasi penatalaksanaan yang
sesuai
2.5. Melakukan tindakan pencegahan dan tindak lanjut dalam penatalaksanaan masalah
kesehatan
2.6. Mengenal dan menjelaskan keterbatasan ilmu dalam diagnosis, penatalaksanaan
dan pencegahan
2.7. Menyampaikan dasar pemikiran pemilihan terapi serta hasil yang diharapkan
kepada staf dan sejawat, pasien dan keluarga sesuai dengan tingkat
pemahamannya
Komponen Kompetensi
3.1. Mengelola masalah kesehatan individual melalui penguasaan clinical reasoning skill
untuk mencapai hasil yang maksimal
Komponen kompetensi
4.1. Menyadari kemampuan dan keterbatasan diri berkaitan dengan praktik
kedokterannya
4.2. Mengenali dan mengatasi masalah emosi, personal dan masalah yang berkaitan
kesehatan yang dapat mempengaruhi kesehatan, kesejahteraan atau kemampuan
profesinya
4.3. Menyesuaikan diri dengan tekanan yang dialami selama pendidikan dan praktik
kedokteran
4.4. Menyadari peran hubungan interpersonal dalam lingkungan profesi dan pribadi
4.5. Menganggap bahwa umpan balik hasil kerja sebagai bagian dari pendidikan dan
praktik
4.6. Menjalankan praktik sesuai dengan hati nurani disertai Iman dan Taqwa pada Tuhan Yang
Maha Esa.
B. KOMPETENSI PENDUKUNG
1. Riset
Lulusan PSPD Unja mampu menyelesaikan permasalahan kedokteran / kesehatan
dengan cara melakukan riset atau problem solving cycle melalui tahap-tahap
identifikasi masalah, membuat rencana solusi, melaksanakan dan menilai hasil solusi
Komponen Kompetensi
1.1 Mengidentifikasi masalah kedokteran/kesehatan
1.2 Menjelaskan masalah secara objektif dan dari berbagai sudut pandang
1.3 Menganalisis berbagai kemungkinan penyelesaian masalah berdasarkanberbagai
informasi yang diperlukan
1.4 Membuat rencana riset atau solusi dari masalah
1.5 Melaksanakan riset atau solusi yang dipilih
1.6 Menilai hasil kegiatan
1.7 Melaporkan hasil kegiatan riset/solusi.
Komponen Kompetensi
2.1 Mengenal komponen masukan, proses dan luaran yang diperlukan untuk
mengembangkan fasilitas kesehatan
2.2 Mengembangkan fasilitas kesehatan yang sesuai kebutuhan masyarakat termasuk
laboratorium, pemeriksaan penunjang lain dan sistem rujukan
2.3 Mengenal sistem jaminan pelayanan kesehatan sebagai pendukung pelayanan
kesehatan yang berorientasi pada paradigma sehat
2.4 Mengelola fasilitas pelayanan kesehatan primer sesuai standar pelayanan, kebutuhan
masyarakat dan peraturan-peraturan kesehatan yang berlaku
Tujuan dan kompetensi tersebut mencakup domain/ranah afektif dan psikomotor serta memperkuat
struktur dan perbendaharaan kognitifnya. Pengalaman belajar tersebut dicapai melalui metode:
1. Ceramah
2. Diskusi
3. Observasi /Wawancara
4. Partisipasi aktif
5. Field training
6. Identifikasi masalah dan pemecahannya
7. CSS/ CRS/ MTE
Bila bekerja di unit pelayanan kesehatan primer, mahasiswa mampu: mendemonstrasikan semua
langkah pelaksanaan kesehatan individu, keluarga, komunitas dan masyarakat, serta pengelolaan
program pelayanan dan unit pelayanan kesehatan sesuai dengan standar pelayanan yang telah
ditetapkan.
Penerapan:
1. Akan taat kepada semua ketentuan peraturan dan tata tertib yang dianut dalam
penyelenggaraan program pendidikan ini.
2. Akan senantiasa berusaha untuk belajar dengan kemampuan tertinggi yang saya miliki dan
senantiasa menjaga kesehatan saya.
3. Akan mempelajari, berusaha menghayati, serta mulai mengamalkan Kode Etik Kedokteran
Indonesia dalam setiap kegiatan yang berhubungan dengan upaya pemeliharaan kesehatan
masyarakat.
4. Akan senantiasa berusaha untuk ikut memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan penderita /
masyarakat yang dipercayakan sebagai bahan pendidikan saya.
5. Akan senantiasa menghayati penderitaan yang dialami orang sakit sehingga saya dapat
memberikan pertolongan sebagaimana mestinya.
6. Akan senantiasa merahasiakan segala sesuatu yang diketahui tentang penderita yang
dipercaya sebagai bahan pendidikan sebagaimana yang diatur dalam peraturan pemerintah
tentang kewajiban simpan rahasia kedokteran.
7. Tidak akan melakukan atas tanggung jawab sendiri kegiatan pengobatan, pemberian
keterangan, ataupun menerima imbalan dalam hubungan dengan penderita karena pada
hakekatnya memang saya belum mempunyai wewenang dan kemampuan untuk hal tersebut
selama menjalani program pendidikan ini.
8. Akan selalu menghormati staf pengajar sebagai guru saya, kakak saya, ataupun orang tua
saya atas pengorbanan yang diberikannya demi kemajuan dan keberhasilan saya dalam
program pendidikan ini.
9. Janji ini saya ikrarkan dengan kesadaran penuh untuk memenuhi persyaratan mengikuti
kepaniteraan klinik mahasiswa PSPD Unja.
1. Peserta KKS
Kepaniteraan klinik di Bagian Kedokteran Komunitas/ Ilmu Kedokteran Keluarga wajib diikuti
oleh setiap dokter muda PSPD. Bagian Kedokteran Komunitas/ Ilmu Kedokteran Keluarga
setiap siklusnya dapat menerima peserta KKS sebanyak 4 – 8 orang/group.
Para peserta yang mengikuti KKS harus hadir pada hari Senin, minggu I pukul 08.00 WIB,
untuk melapor ke Koordinator pendidikan Bagian Kedokteran Komunitas/ Ilmu Kedokteran
Keluarga. Dan selama mengikuti kegiatan kepaniteraan harus menggunakan baju jas putih (jas
koass) dan memakai badge nama.
Penilaian perilaku meliputi jumlah kehadiran, kedisiplinan (hadir tepat waktu) dan kerja sama
kelompok. Nilai kelulusan adalah 70 atau minimal nilai B
Ujian Kasus berupa makalah dari sebuah kasus (masalah kesehatan di puskesmas) di buat
identifikasi masalah, prioritas, langkah pemecahan masalah dan bahasannya berupa karya ilmiah
yang nanti pada minngu terakhir dipresentasikan dan di uji oleh 2 orang penguji yang disamakan
dengan ujian kasus. Satu mahasiswa membuat satu makalah dengan topik yang sudah
ditentukan disepakati pada hari pertama masuk bagian IKKom/Keluarga:
3. Remedial
Jika seorang mahasiswa dinyatakan tidak lulus dengan nilai < 70 (C), yang bersangkutan
diberikan kesempatan remedial 1 kali pada ahir Rotasi dan atau 1 kali ahir Semester
dengan terlebih dahulu melapor ke Akademik dan Bagian
Jika seorang mahasiswa dinyatakan dengan nilai <60 (D), yang bersangkutan harus
mengulang penuh satu rotasi penuh.
No. Modul : 01
TOPIK : Manajemen Pelayanan Kesehatan
SUB TOPIK : Subsistem Upaya Kesehatan
TUJUAN PEMBELAJARAN
RINGKASAN MATERI
Tujuan SKN adalah terselenggaranya pembangunan kesehatan oleh semua potensi bangsa, baik
masyarakat, swasta, maupun pemerintah secara sinergis, berhasil guna dan berdaya guna, sehingga
terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.
Penyelenggaraan SKN memerlukan keterkaitan antar unsur-unsur SKN yang terdiri dari 6
susbsistem yakni ;
1. Subsistem Upaya Kesehatan
2. Subsistem pembiayaan kesehatan
3. Subsistem sumber daya manusia kesehatan
4. Subsistem sediaan farmasi, alat kesehatan, dan makanan
5. Subsistem manajemen dan informasi kesehatan
6. Subsistem pemberdayaan masyarakat
Subsistem Upaya Kesehatan adalah bentuk dan cara penyelenggaraan upaya kesehatan yang
paripurna, terpadu, dan berkualitas, meliputi upaya peningkatan, pencegahan, pengobatan, dan
pemulihan, yang diselenggarakan guna menjamin tercapainya derajat kesehatan masyarakat yang
setinggi-tingginya.
Upaya kesehatan dilaksanakan dalam tingkatan upaya sesuai dengan kebutuhan medik dan
kesehatan. Terdapat tiga tingkatan upaya, yaitu upaya kesehatan primer, upaya kesehatan sekunder,
dan upaya kesehatan tersier. Upaya kesehatan diselenggarakan secara berkesinambungan, terpadu,
dan paripurna melalui sistem rujukan. Puskesmas merupakan salah satu bentuk unit pelayanan
primer yang melaksanakan upaya kesehatan perorangan dan upaya kesehatan masyarakat.
A. PENGERTIAN SKN
SKN adalah suatu tatanan yang menghimpun berbagai upaya Bangsa Indonesia secara terpadu dan
saling mendukung guna menjamin derajat kesehatan yang setinggi-tingginya sebagai perwujudan
kesejahteraan umum seperti dimaksud dalam pembukaan UUD 1945. Dari rumusan pengertian di atas,
jelaslah SKN tidak hanya menghimpun upaya sektor kesehatan saja melainkan juga upaya dari berbagai
sektor lainnya termasuk masyarakat dan swasta. Sesungguhnyalah keberhasilan pembangunan kesehatan
tidak ditentukan hanya oleh sektor kesehatan saja.
Dengan demikian, pada hakikatnya SKN adalah juga merupakan wujud dan sekaligus metode
penyelenggaraan pembangunan kesehatan, yang memadukan berbagai upaya Bangsa Indonesia dalam
satu derap langkah guna menjamin tercapainya tujuan pembangunan kesehatan.
B. LANDASAN SKN
SKN yang merupakan wujud dan metode penyelenggaraan pembangunan kesehatan adalah bagian dari
Pembangunan Nasional. Dengan demikian landasan SKN adalah sama dengan landasan Pembangunan
Nasional. Secara lebih spesifik landasan tersebut adalah:
1. Landasan idil yaitu Pancasila: Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang Adil dan Beradab,
Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan, dan Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
2. Landasan konstitusional yaitu UUD 1945, khususnya:
a. Pasal 28 A; setiap orang berhak untuk hidup serta berhak mempertahankan hidup dan
kehidupannya.
b. Pasal 28 B ayat (2); setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh, dan berkembang.
c. Pasal 28 C ayat (1); setiap orang berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan
dasarnya, berhak mendapat pendidikan dan memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan dan
teknologi, seni dan budaya, demi meningkatkan kualitas hidupnya dan demi kesejahteraan umat
manusia.
d. Pasal 28 H ayat (1); setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan
mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan
kesehatan, dan ayat (3); setiap orang berhak atas jaminan sosial yang memungkinkan
pengembangan dirinya secara utuh sebagai manusia yang bermartabat.
e. Pasal 34 ayat (2); negara mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan
memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai dengan martabat kemanusiaan,
dan ayat (3); negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas
pelayanan umum yang layak.
1. Perikemanusiaan
Penyelenggaraan SKN berdasarkan pada prinsip perikemanusiaan yang dijiwai, digerakkan dan
dikendalikan oleh keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Terabaikannya
pemenuhan kebutuhan kesehatan adalah bertentangan dengan prinsip kemanusiaan. Tenaga
kesehatan dituntut untuk tidak diskriminatif serta selalu menerapkan prinsip-prinsip
perikemanusiaan dalam menyelenggarakan upaya kesehatan.
2. Hak Asasi Manusia
Referensi:
1. Depkes RI, Sistem Kesehatan Nasional, 2009
2. Depkes RI, Kepmenkes 128/2004 Tentang Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan Masyarakat
Tugas:
1. Pengorganisasian di puskesmas ( buat: struktur organisasi) dan uraikan tugas dan fungsi masing-
masing.
2. Buat Ringkasan dari sistem kesehatan nasional SKN (2009)
Tujuan Pembelajaran
RINGKASAN MATERI
A. Pendahuluan
Manajemen puskesmas merupkan bagian dari tatanan administrasi kesehatan dibawah Dinas
Kesehatan Kabupaten /Kotaseharusnya diintegrasikan dalam strategi mencapai visi Kabupaten /Kota
Sehat yang juga mengacu pada visi Kementrian Kesehatan RI. Dengan demikian gerakan reformasi
esehatan di tingkat Kabuapaten/Kota
Dinkes Kab/Kota dan propinsi secara rutin menetapkan target atau standar keberhasilan masing-
masing kegiatan program. Standar pelaksanaan program ini juga merupakan standar unjuk kerja staf.
Standar untuk kerja juga merupakan ukuran kualitatif keberhasilan program. Tingkat keberhasilan
program secara kualitatif diukur dengan membandingkan target yang sudah ditetapkan output
(cakupan pelayanan) kegiatan program.
Referensi:
1. Depkes RI, Kepmenkes 128 tahun 2004, tentang Kebijakan dasar Pelayanan Puskesmas
2. AA. Gde Muninjaya, Manajemen Kesehatan, 2004, ed 2. EGC Bandung
3. Azrul A. Administrasi Kesehatan, 1996, ed 3. Binarupa Aksara, Jakarta
4. M Last, John. Publich Health and Human Ecology. 1997. 2nd ed, Appleton & Lange, USA
Tugas:
1. Buat Resume kebijakan dasar puskesmas (kepmen 128/2004)
2. Program apa saja (baik wajib atau penegmbangan) yang sudah dilkukan di Puskesmas ini dan
apa bentuk kegiatannya.
Tujuan Pembelajaran
RINGKASAN MATERI
B. Asuransi Kesehatan
Asuransi adalah suatu mekanisme pengalihan risiko (sakit) dan risiko perorangan menjadi risiko
kelompok, dengan cara mengalihkan risiko individu menjadi risiko kelompok. Beban ekonomi
yang harus dipikul oleh masing-masing peserta asuransi akan lebih ringan dan mengandung
kepastian karena memperoleh jaminan
Asuransi kesehatan yang biasanya ada di puskesmas adalah:
a) asuransi sosial PNS (Askes)
b) asuransi masyarakat miskin (Jamkesmas, Jamkesda)
Referensi:
1. Depkes RI, Pedoman Pelaksanaan Jamkesmas Tahun 2009
2. Depdagri, Permendagri No. 13 Tahun 2004, Tentang pengelolaan keuangan daerah
3. AA. Gde Muninjaya, Manajemen Kesehatan, 2004, ed 2. EGC Bandung
4. Azrul A. Administrasi Kesehatan, 1996, ed 3. Binarupa Aksara, Jakarta
Tugas:
1. Identifikasi sitem pembiayaan kesehatan di puskesmas, sumber
pembiayaan dan penggunaanya serta bentuk bentuk pertanggungjawabanya (bentuk SPJ)
2. Lakukan analisis sistem pelayanan dan pembiayaan kesehatan pada
masyarakat miskin.
TUJUAN PEMBELAJARAN
RINGKASAN MATERI
Dalam pelaksanaan manajemen setiap kegiatan dilakukan pencatan dan pelaporan melalui sistem
Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas (SP2TP). SP2TP adalah kegiatan pencatatan dan
pelaporan data umum, sarana, tenaga dan upaya pelayanan kesehatan di Puskesmas.
Pelaksanaan SP2TP menganut konsep wilayah kerja Puskesmas, oleh karena itu mencakup semua
kegiatan yang dilakukan oleh Puskesmas dan jaringannya ; Puskesmas Pembantu, Puskesmas
Keliling dan Bidan di Desa (Poskesdes).
Penilaian Kinerja Puskesmas adalah suatu upaya untuk melakukan penilaian hasil kerja/ prestasi
Puskesmas.
Pelaksanaan penilaian di mulai dari tingkat Puskesmas, sebagai instrumen mawas diri karena setiap
Puskesmas diminta menilai kinerjanya secara mandiri, baru kemudian dinas kesehatan kabupaten /
kota melakukan verifikasi hasil pencapaian cakupan dan manajemen kegiatan termasuk mutu
pelayanan (khusus bagi Puskesmas yang telah mengembangkan mutu pelayanan) atas perhitungan
seluruh Puskesmas, selanjutnya dinas kesehatan kabupaten / kota bersama seluruh Puskesmas
menetapkan Puskesmas-Puskesmas kedalam kelompok (I,II,III).
Pada setiap kelompok tersebut, dinas kesehatan kabupaten / kota masih dapat membedakan tingkat
kinerja Puskesmas berdasarkan rincian nilainya, sehingga urutan pencapaian kinerjanya masih dapat
diketahui.
Ruang lingkup penilaian kinerja Puskesmas meliputi penilaian pencapaian hasil pelaksanaan pelayanan
kesehatan, manajemen Puskesmas dan mutu pelayanan. Penilaian terhadap kegiatan-kegiatan upaya
kesehatan wajib Puskesmas yang telah ditetapkan di tingkat kabupaten/ kota dan kegiatan kesehatan
pengembangan dalam rangka penerapan ketiga fungsi Puskesmas yang diselenggarakan melalui
Sesuai dengan UU No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan di Daerah, maka kabupaten/ kota dapat
menetapkan dan mengembangkan jenis program kesehatan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat
yang sudah diukur dengan kemampuan sumberdaya termasuk ketersediaan dan kompetensi tenaga
pelaksananya, dengan tetap memperhatikan arahan dan kebijakan tingkat propinsi dan pusat, yang
dilandasi oleh kepentingan daerah dan nasional termasuk konsensus global/ kesepakatan dunia (antara
lain penanggulangan penyakit polio, TBC, malaria, diare, kusta, dan lain-lain).
Puskesmas yang telah melaksanakan upaya kesehatan pengembangan baik berupa penambahan upaya
maupun suatu upaya kesehatan inovasi, tetap dilakukan penilaian. Hasil kegiatan (output atau
outcome) yang dilakukan Puskesmas merupakan nilai tambah dalam penilaian kinerjanya dan tetap
harus diperhitungkan sesuai dengan kesepakatan.
Apabila upaya kesehatan pengembangan tersebut merupakan kebutuhan daerah yang telah didukung
dengan ketersediaan dan kemampuan sumberdaya di daerah yang bersangkutan maka dimungkinkan
untuk dikembangkan secara lebih luas di seluruh Puskesmas dalam suatu wilayah kabupaten/ kota.
Olehkarenanya, kegiatan tersebut sudah harus diperhitungkan untuk dilakukan penilaian di seluruh
Puskesmas.
Dengan pendekatan demikian maka penilaian pelaksanaan kegiatan untuk masing-masing Puskesmas
kemungkinan “tidak lagi sama di seluruh Puskesmas“, melainkan hanya berdasarkan “kegiatan-
kegiatan yang dilaksanakan oleh Puskesmas yang bersangkutan” . Sedangkan kegiatan-kegiatan
pengembangan yang belum menjadi kegiatan utama di kabupaten/ kota, hanya akan dilakukan oleh
Puskesmas tertentu saja di Kabupaten/ Kota yang bersangkutan
Referensi:
Pedoman Pencatatan dan pelaporan Puskesmas (SIMPUS), Depkes RI, 2004
Pedoman Evaluasi Kinerja Puskesmas , Depkes RI, 2005
Tugas:
1. Buat dalam table jenis-jenis pencatatan di tiap-tiap program atau
ruangan dan jenis-jenis pelaporan kegiatan/ program puskesmas baik mingguan, bulanan,
triwulan maupun tahunan dan kemana laporan tersebut dikirim dan tembusannya
2. Mengidentifikasi kegiatan yang dimasukan dalam evaluasi kinerja puskesmas (EKP)
Tujuan Pembelajaran
3. Afektif, mahasiswa:
a. Dapat melakukan kegiatan dengan semangat yang tinggi dan tertib
b. Dapat melakukan kegiatan dengan benar dibawah bimbingan dosen pembimbing
RINGKASAN MATERI
Pengukuran tentang frekuensi masalah kesehatan dapat dilakukan dari hasil penemuan masalah
kesehatan yang ada di masyarakat. Tentu saja, ketepatannya amat dipengaruhi sekali leh kelengkapan
data tentang masalah kesehatan yang dikumpulkan.
Ditinjau dari segi epidemiologi, upaya mengukur frekuensi masalah kesehatan ini termasuk dalam
epidemiologi deskriptif, karena haya bersifat menggambarkan tentang jumlah masalah kesehatan yang
ditemukan saja. Dengan diketahuinya frekuensi masalah kesehatan, akan dapatlah diketahui keadaan
masalah kesehatan yang dihadapi oleh masyarakat, untuk kemudian dicarikan jalan keluar untuk
mengatasinya.
Dalam pengukuran masalah kesehatan , ada beberapa hal yang harus diperhatikan yakni:
Insidens
Insiden adalah gamabaran tentang frekuensi penderita baru suatu penyakit yang ditemukan di suatu
waktu tertentu di satu kelompok masyaraakat. Anka insiden ini hanya dapat dihitung pada suatu
penelitian yang bersifat longitudinal saja, karena untuk menghitung angka insiden diperlukan dua
angka, yakni penderita baru di satu pihak serta jumlah penduduk yang mungkin terkena penyakit baru
tersebut (population at risk) di lain pihak. Angka insiden dapat dibedakan atas tiga macam yakni
insiden rate, attact rate, dan secondary attact rate.
Prevalen adalah gambaran tentang frekuensi penderita lama dan baru yang ditemukan pada suatu jangka
waktu tertentu sekelompok masyarakat tertentu. Secara umum nilai prevalen dibedakan atas dua
macam:
Pencaatatan dan pelaporan puskesmas yaitu sesuai dengan Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu
Puskesmas (SP2TP)
Referensi:
1. Azrul Azwar, Pengantar Epidemiologi, Bina Putra Aksara, Jakarta, 2004.
2. Richard F, Morton, Bimbingan Studi tentang epidemiologi dan biostatistika, Djambatan Jakarta,
1996
3. CDC, Priciple of Epidemiology second edition, Atlanta, Gorgia
Tugas
1. Pelajari Laporan Surveilans penyakit puskesmas bulan yang lalu dan buat grafik batang dari
semua penyakit tersebut.
2. Khusus untul laporan diare (W2), ambil data mingguan dan buatkan grafik garis perminggu
selama 1 tahun (2010).
Tujuan Pembelajaran
RINGKASAN MATERI
1. Pengertian
a. Bencana adalah suatu peristiwa yang terjadi secara mendadak / tidak terencana atau secara
perlahan tetapi berlanjut yang menimbulkan dampak terhadap pola kehidupan normal atau
kerusakan ekosistem, sehingga diperlukan tindakan darurat dan luar biasa untuk menolong
menyelamatkan korban yaitu manusia beserta lingkungannya.
Jenis Bencana ada 3, yaitu:
1. Bencana Alam (Natural Disaster)
misalnya:
- Gunung Meletus
- Gempa Bumi
- Banjir, Banjir Bandang, Tsunami
- Tanah Longsor
- Kekeringan
2. Bencana Non Alam (Man Made Disaster)
misalnya:
- Kegagalan modernisasi dan industri
- Kecelakaan Transportasi
- Kebakaran Hutan
- Wabah dan Epidemi
3. Bencana Sosial
misalnya:
- Konflik Sosial
- Terorisme
b. Gawat Darurat sehari-hari adalah suatu keadaan di mana seseorang secara tiba-tiba dalam
keadaan gawat atau akan menjadi gawat dan terancam anggota badannya dan jiwanya (akan
menjadi cacat atau mati) bila tidak mendapatkan pertolongan dengan segera.
c. Korban Massal adalah korban akibat kejadian dengan jumlah relatif banyak oleh karena sebab
yang sama dan perlu mendapatkan pertolongan kesehatan segera dengan menggunakan sarana,
fasilitas dan tenaga yang lebih dari yang tersedia sehari-hari.
d. Pengungsi (IDP’s, Internally Displace Person’s””) adalah orang atau sekelompok orang Warga
Negara Indonesia yang meninggalkan tempat tinggal akibat tekanan berupa kekerasan fisik dan
Pencegahan
Paska Bencana
Rekonstruksi Pemulihan
Tahap-tahap penanganan krisis dan masalah kesehatan lain mengikuti pendekatan tahapan Siklus
Penanganan Bencana (Disaster management Cycle), yang dmulai dari waktu sebelum terjadinya
bencana berupa kegiatan pencegahan, mitigasi (pelunakan / pengurangan dampak) dan kesipsiagaan.
Pada saat terjadinya bencana berupa kegiatan tanggap darurat dan selanjutnya pada saat setelah
terjadinya bencana berupa kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi.
Bagan 2.
Alur Penyampaian dan konfirmasi informasi
awal kejadian bencana
Keterangan:
______________ Arus penyampaian informasi
---------------------- Arus konfirmasi
5. Rapid Health Assesment
Dalam upaya penanggulangan bencana, langkah awal yang perlu segera dilakukan adalah
melakukan Penilaian Cepat masalah Kesehatan (Rapid Health Assesment).
Penilaian Cepat Masalah kesehatan dilakukan sesaat setelah bencana terjadi untuk menilai:
1. Bencana apa yang terjadi
2. Di mana lokasi bencananya
3. Siapa yang terkena dampak
4. Dampak yang terjadi maupun yang kemungkinan dapat terjadi terhadap kesehatan
5. Seberapa besar kerusakan terhadap sarana pemukiman yang berpotensi menimbulkan masalah
kesehatan
Hasil analisis terhadap temuan / masalah di lapangan digunakan sebagai bahan masukan untuk
upaya penanggulangan selanjutnya.
Setelah Tim terbentuk, salah seorang anggota Tim ditunjuk sebagai ketua untuk mengkoordinasikan
persiapan teknis seperti pembagian tugas sesuai dengan keahliannya.
Referensi:
Tujuan Pembelajaran
RINGKASAN MATERI
Upaya pemeberantasan penyakit berbasis lingkungan semakin relevan dengan diterapkannya paradigma
sehat dalam rangka upaya peningkatan kesehatan dimasa mendatang. Penyakit-penyakit seperti ISPA,
diare, penyakit kulit, dll merupakan contoh penyakit berbasis lingkungan. Untuk pencegahan dan
pemeberantasan penyakit tersebut harus melalui upaya pebaikan lingkungan dan perubahan perilaku ke
arah yang lebih baik. Hal ini sesuai dengan paradigma sehat yang lebih menekankan pada upaya
promotif dan preventif. Salah satu terobosan yang dilakukan Kementerian Kesehatan untuk mengatasi
penyakit berbasis lingkungan adalah melalui Klinik Sanitasi yang ada di pelyanan primer. Klinik
Sanitasi yang ada di puskesmas melayani klien yang datang langsung ke puskesmas atau yang dirujuk
dari ruang poli atau ruang KIA. Klinik sanitasi merupakan tempat bagi masyarakat untuk mengatasi
permaslahan kesehatan lingkungan. Kegiatan-kegiatan di klinik sanitasi berupa konseling, bimbingan,
bantuan teknis dari petugas puskesmas dan tindak lanjut dari hasil pengobtan pasien penyakit berbasis
lingkungan di Poli dan KIA.
Klinik sanitasi bukanlan unit pelayanan yang berdiri sendiri tetapi terintegrasi dalam kegiatan
puskesmas sama seperti poli pengobatan atau KIA.
Apabila ditemui pasien penderita penyakit yang brhubungan dengan kesehatan lingkungan di
puskesmas, maka pasien langsung dirujuk horizontal ke klinik sanitasi. Disini dilakukan konseling dan
wawancara untuk melihat kaitan penyakit dengan lingkungan dan perilaku. Setelah memberikan saran
tindak lanjut, petugas membuat kesepakatan dengan pasien untuk kunjungan rumah / lapangan.
Sedang masyarakat umum yang akan berkonsultasi tentang permasalahan yang berkaitan dengan
lingkungan, maka dilkukan perjanjian untuk kunjungan rumah.
Hasil temuan dan kegiatan terhadap penyakit berbasis lingkungan selanjutnya disampaikan pada forum
pertemuan lokakarya mini dengan seluruh petugaskesehatan yang ada di puskesmas. Hal ini bertujuan
untuk membahas dan mencari jalan penyelesaian terhadap masalah yang adaa secara terintegrasi dan
komprehensif.
Penyelesaaian masaaalah kesehatan lingkungan , seperti yang menimpa sekelompok keluarga atau
perkampungan dapat dilaksanakan secara musyawarah dan gotong royong oleh masyarakat dengan
bimbingan teknis dari petugaas sanitasi puskesmas dan lintas sektor terkait. Jika tidak dapat
diselesaaikan karena biaya besar, maka penyelesaian dianjurkan untuk mengikuti mekanisme
perencanaan yang ada, mulai dari tingkat desa samapi tingkat kabupaten kota dalam kegiatan
Musrenbang.
Referensi:
1. Depkes RI, Satndar Prosedur Operasional Klinik Sanitasi, Ditjen P2M-PLP, 2002
2. Depkes RI, Pedoman Pelaksanaan Klinik Sanitasi untuk Puskesmas, Ditjen P2M-PLP, 2003
Tugas:
1. Ambil satu kasus penyakit berbasis lingkungan (satu mahasiswa berbeda dg lainya) serta
menyusun rencana pengelolaannya.
2. Lakukan rencana penyuluhan dan buat pidato penyuluhan kelompok bertopik penyakit berbasis
lingkungan didalam ataupun diluar gedung (diketik minimal 3 halaman.)
Tujuan Pembelajaran
RINGKASAN MATERI
Sejak tahun 1974 di Indonesia pada umumnya , dan propinsi Jambi pada khususnya telah teridentifikasi
4 masalah kekurangan gizi yakni kekurangan energi protein (KEP), Anemia kekurangan zat besi (Anemi
FE), gannguan akibat kekurangan yodium (GAKY) dan defisiensi vit A (Def VITA). Masalah gizi
Buruk merupakan masalah yang besar dan cukup lama di Jambi.
Salah satu dampak krisis ekonomi yang dialami tahun 1997 adalah peningkatan inflasi, disamping
terjadi gangguan produksi pangan dan distribusi bahan pangan. Akibatnya proporsi penduduk miskin
meningkat kembali menjadi hampir 49 % atau sekitar 80 juta jiwa pada saat itu dan elangkaan pangan
terjadi diberbagai daerah, yang mengakibatkan gangguan keamanan pangan di tingkat rumah tangga
miskin dan berakibat meningkatnya kekurangan gizi teutama pada kelompok rentan.
Kekurangan gizi tidak terjadi secara acak serta tidak terdistribusi merata ditngah masyarakat disebabkan
banyaknya factor yang mempengaruhi timbulnya masalah gizi. Masalah gizi merupakam masalah
multifaktoral. Beberpa penyebab gizi kurang telah teridentifikasi seperti factor biologis, pangan,
perawatan ibu, kualitas pelayanan kesehatan, sanitasi lingkungan, pendidikan kuantitas dan kualitas
SDDM, faktor ekonomi, budaya, geografi, iklim dan factor politik juga perperan.
Dari berbagai factor tersebut, masalah gizi seringkali dikaitkan dengan sindroma kemiskinan. Berbagai
program penanggulangan masalah gizi kurang telah dilaksanaakan pemerintah yang tujuannya untuk
membantu keluarga miskin seperti Jamkesmas, Revitalisasi Posyandu, Makanan pendamping ASI, dan
banyak lagi disamping program penyuluhan masalah pangan dan gizi. Namun masih banyak kendala
yang terjadi pada pelaksanaan program tersebut yang mengakibatkan lambat membaiknya masalah gizi
di Indonesia.
Kualitas pelayanan kesehatan adalah salah satu faktor yang berhubungan erat dengan masyalah gizi. Di
tingkat kabupaten/kota dan tingkat kecamatan telah dibentuk satu tim yang disebut Tim Pangan dan Gizi
Di tingkat desa telah tersedia beberapa tenaga kesehatan diantaranya bidan atau perawat yang bertempat
tinggal di desa. Seperti bidan bertugas menangani masalah ibu hamil, persalinaan dan bayi. Dari
pemantauan di lapangan masih banyak bidan desaa yang hanya mmabantu persalinan kurang dari 3 kali
setiap tahunnya, sehingga tenaga dan potensi bidan dan perawat sebenarnya masih dapat lebih
diberdayakan untuk masalah kesehatan lain seperti masalah gizi. Anak seringkali jatuh pada keadaan
gizi buruk dengan komplikasi pada saat dirujuk ke puskesmas/ RS ataupun penanganan setelah
kemabali kerumah. Seringkali anak yang telah kemabli dari rawatan rumah sakit kemabli jatuh pada
keadaan sebelum dirawaat oleh karena perawatan dirumah tidak memadai. Ibu tidak mendapatkan
pengetahuan dan keterampilan yang cukup untuk merawat anak setelah kemabli kerumah, sedangkan
TPG yang ada di tingkat kecamatan tidk dapat menjangkau kebutuhan masyaraakat di desa.
Refernsi:
1. Depkes RI, Pemantauan Staus Gizi Anak Balita, 2005
2. I Wayan, Penilaian Status Gizi, 2004
3. Depkes RI, Kadarzi, 2008
Tugas:
1. Identifikasi kejadian gizi kurang dan gizi buruk pada balita tingkat pelayanan pertama.
2. Ambil satu kasus gizi buruk (bila tidak ada) gizi kurang dan menyusun rencana peneglolaannya
3. Buat pidato penyuluhan bertopik masalah gizi masyarakat.
4. Buat kriteria penilaian terhadap status gizi balita
Tujuan Pembelajaran
RINGKASAN MATERI
Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat (UKBM) yang
dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat dalam penyelenggaraan
pembangunan kesehatan, guna memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan kepada
masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar, utamanya untuk mempercepat penurunan
angka kematian ibu dan bayi
Upaya pengembangan kualitas sumber daya manusia dengan mengoptimalkan potensi tumbuh kembang
anak dapat dilaksanakan secara merata, apabila system pelayanan kesehatan yang berbasis masyarakat
seperti Posyandu dapat dilakukan secara efektif dan efisien dan dapat menjangkau semua sasaran yang
membutuhkan layanan tumbuh kembang anak, ibu hamil, ibu menyusui dan ibu nifas.
Sejak dicanangkannya Posyandu pada tahun 1986, berbagai hasil telah banyak dicapai. Angka kematian
ibu dan kematian bayi telah berhasil diturunkan dan umur harapan hidup rata-rata bangsa Indonesia
telah meningkat secara bermakna. Jika pada tahun 1995 Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka
Kematian Bayi (AKB) masing-masing adalah 373/100.000 kelahiran hidup (SKRT 1995) serta 60/1000
kelahiran hidup (Susenas 1995), maka pada tahun 2003 AKI turun menjadi 307/100.000 kelahiran hidup
(SDKI, 2003), sedangkan AKB turun menjadi 37/1000 kelahiran hidup (SDKI, 2003). Sementara itu,
umur harapan hidup rata-rata meningkat dari 63,20 tahun pada tahun 1995 menjadi 66,2 tahun pada
tahun 2003 (SDKI, 2003).
Secara kuantitas, perkembangan jumlah Posyandu sangat menggembirakan, karena di setiap desa
ditemukan sekitar 3-4 Posyandu. Pada saat Posyandu dicanangkan tahun 1986, jumlah Posyandu
tercatat sebanyak 25.000 Posyandu, sedangkan pada tahun 2004, meningkat menjadi 238.699 Posyandu.
Namun bila ditinjau dari aspek kualitas, masih ditemukan banyak masalah, antara lain kelengkapan
sarana dan ketrampilan kader yang belum memadai.
Terjadinya krisis ekonomi yang berkepanjangan sejak tahun 1997, berpengaruh terhadap kinerja
Posyandu yang turun secara bermakna. Dampaknya terlihat pada menurunnya status gizi dan kesehatan
masyarakat, terutama masyarakat kelompok rentan, yakni bayi, anak balita dan ibu hamil serta ibu
menyusui.
Menyikapi kondisi tersebut, pemerintah telah mengambil langkah bijak, dengan mengeluarkan Surat
Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor 411.3/1116/SJ tanggal 13 Juni 2001 tentang Revitalisasi
Posyandu, yaitu suatu upaya untuk meningkatkan fungsi dan kinerja Posyandu. Secara garis besar
tujuan Revitalisasi Posyandu adalah 1) terselenggaranya kegiatan Posyandu secara rutin dan
berkesinambungan; 2) tercapainya pemberdayaan tokoh masyarakat dan kader melalui advokasi,
orientasi, pelatihan atau penyegaran, dan 3) tercapainya pemantapan
Refrensi:
1. Depkes RI, Depdagri, PKK, Pedoman Umum Pengelolaan Posyandu, 2005
2. Depkes RI: Upaya Kesehatan Bersumber Masyarakat, 2005
Tugas:
1. Identifikasi program-program UKBM di Puskesmas seperti posyandu, pos lansia dll dan
pelajari masalahnya di puskesmas tempat saudara praktek.
2. Susun rencana penyelesaian masalah yang didapat tentang program UKBM di Puskesmas
Tujuan Pembelajaran
RINGKASAN MATERI
Sesuai teori Blum, perilaku merupakan salah satu faktor yang berhubungan dengan derajat kesehatan.
Perkembangan zaman membawa akibat perubahan perilaku. Berbagai penyakit berhubungan dengan
perilaku, khususnya life style diantaranya penyakit jantung, penyakit saluuran pernafasan, penyakit
HIV/AIDS, IMS, dll.
Usaha promotif dan preventif sangat diperlukan untuk mencegah bangkitnya penyakit terseebut.
Puskesmas sebagai pelayanan kesehatan tingkat pertama mempunyai peran penting untuk menjalankan
usaha tersebut. Program posyandu, UKS dapat dijadikan sebagai ujung tombak karena menjangkau
langsung masyarakat dan anak sekolah. Kerja sama lintas sektor sangat diperlukan guna keberhasilan
upaya tersebut seperti Dinas Pendidikan, Departemen Agama, Pemerintah Daerah, DPRD, Dinkes
Sendiri dan Badan Narkotika Daerah (BND)
Pelaksanaan pencegahan dan pemberantasan penyakit akibat perilaku, khususnya berkaitan dengan
lifestyle dimaksudkan untuk:
Terciptanya keterpaduan lintas program dan lintas sektor dalam mencegah dan
menanggulangi penaykit akibat perilaku/lifestyle.
Peningkatan pengetahuan, kesadara dan kemampuan masyarakat untuk mendeteksi penyakit
akibat perilaku/lifestyle.
Peningkatan pengetahuan, kesadaran dan kemampuan untuk mencegah dan menanggulangi
akibat perilaku/lifestyle
Menurunkan angka kejadian penyakit yang berbasis perilaku/lifestyle dengan meningkatkan
kesadaran masyarakat pada akibat yang akan terjaddi.
Jika ditemukan penderita akibat menkomsumsi narkoba, mulai dari yang coba-coba, kecanduan samapi
pada yang sudah menderita HIV/AIDS, dilakukan pemeriksaan secara seksaama dan dirujuk baik secara
horizontal ataupun vertikal sesuai dengaan keadaaan penderita.
Keikutsertaan tenaga ahli, baik medis maupun non medis (penyuluh, konselor, psikolog) sangat
diperluan. Tidak mudah untuk mengobati seseorang yang sudah kecaanduan narkoba, apalagi bila sudah
timbul efek negatif pemakaian narkoba tersebut.
Peran orang tua yang anaknya pevcandu narkoba sangat diperlukan guna pengobatan dan untuk itu perlu
dilakukan pendekatan pada orang tua agar mereka dapat menerima anaknya sebagai seorang pecandu
narkoba yang memerlukan proses yang lama dan sabar untuk kesembuhannya.
Refernsi :
1. Notoadmojdo S, Kesehatan masyarakat Ilmu dan Seni, 2005
2. Frans D. Suyatna, Jenis-Jenis Obat yang Disalahgunakan, Majalah
kedokteran Indonesia, Volum: 55, Nomor: 3, Maret 2005
Tugas:
1. Apa tanda-tanda seseorang yang kecanduan narkoba
2. Berusaha mendapatkan kasus pecandu/penderita narkoba dan merencanakan penatalaksanaanya.
3. Buat rencana konseling terhadap pasien dan keluarga untuk dapat mengatasi masalah pasien
akibat narkoba
Koordinaor Pendidikan
Bagian IKKom/IKKel