Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN HOME VISIT

1. Identitas Pasien/Klien :
Nama : Sukarmi
Umur : 56 tahun
TB/BB : 167 cm / 51 kg
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pendidikan Terakhir : Sarjana Muda (D3)
Pekerjaan : Pensiunan Pegawai Negeri Sipil
Alamat : Jl. Ade Irma Suryani Nasution RT. 3 No. 11
Kelurahan Sungai Putri Kecamatan Telanai Pura,
Jambi
Suku : Melayu

2. Anamnesis:
Keluhan Utama : Bagian tubuh sebelah kiri saat ini terasa
lemah, kaki kiri dan kanan serta pinggang terasa berat saat digeerakkan,
penderita juga mengeluh badan terasa pegal-pegal.

Riwayat Penyakit Sekarang : Menderita stroke ringan sejak Idul Adha


tahun 2014 yang lalu. Penderita menceritakan bahwa stroke yang dialaminya
terjadi secara tiba-tiba. Sebelumnya, penderita ditunjuk dan diminta sebagai
ketua penenyelenggara pemotongan dan pembagian daging kurban di RT 03
saat Idul Adha tahun 2014 yang lalu. Kegiatan pada waktu itupun berjalan
lancar hingga selesai, dan kemudian penderita pulang ke rumah. Tidak
beberapa lama saat sampai di rumah penderita menyantap sup tulang dan
daging yang telah dimasak. Tidak berapa lama setelah selessai menyantap sup
tulang dan daging tersebut tiba-tiba penderita merasa keanehan pada
tubuhnya. Penderita terjatuh dan sempat tidak sadarkan diri. Melihat kejadian
tersebut keluarganya segera membawanya ke rumah sakit dan dokter

1
menjelaskan bahwa penderita mengalami serangan stroke. Saat ini penderita
masih sulit untuk bangun atau berdiri sendiri sehingga memerlukan bantuan
orang lain (istri) untuk membantunya bangun atau berdiri. Namun, setelah
dibantu untuk bangun dan berdiri penderita dapat berjalan sendiri secara
perlahan-lahan tanpa bantuan orang lain.

Riwayat Penyakit Dahulu : Penderita mengaku memiliki penyakit


darah tinggi (hipertensi) dan memiliki riwayat kolesterol tinggi. Penderita
tidak pernah mengalami stroke sebelumnya. Pendeita pernah mengalami
kecelakaan lalu lintas dan mengalami cedera pada bagian pinggul.

Riwayat Penyakit Keluarga : Penderita menceritakan bahwa ada


kerabatnya (saudara kandung penderita) yang juga menderita hipertensi.
Riwayat penyakit di keluarga disangkal.

Riwayat sosial Ekonomi : Perekonomian penderita dapat


dikategorikan menengah ke atas. Kebutuhan sehari-hari masih bisa dicukupi
dari uang pensiunan yang diterimanya setiap bulan. Penderita adalah seorang
pensiunan Pegawai Negeri Sipil. Berdasarkan pengakuan dari penderita
mengatakan bahwa dulunya beliau pernah bekerja sebagai Pegawai Negeri
Sipil di Muaro Jambi sebagai salah satu staf pemeriksa pengeluaran keuangan
daerah. Penderita memiliki satu orang istri yang selalu menemani dan
merawatnya saat ia sakit dan juga memiliki dua orang anak laki-laki yang saat
ini sudah bekerja dan memiliki keluarga sendiri. Saat ini pendeita hanya
tinggal bersama istrinya karena anak-anaknya yang telah menikah memiliki
rumah dan tinggal di tempat yang terpisah dari pendeita. Rumah yang
ditempati saat ini adalaah rumah sendiri dengan kondisi sangat layak huni.
Penderita juga telah memiliki dua orang cucu yang masih kecil. Meskipun
anak-anaknya telah berkeluarga dan tinggal terpisah darinya, mereka tetap
sering datang berkunjung.

2
Penderita sebelum menderita stroke sangat aktif bersosialisassi dengan
tetangga sekitar dan aktif mengikuti kegiatan di lingkungan rumahnya seperti
menjadi ketua penyelenggara pada kegiatan di RT 03 yang merupakan
linkungan tempat tinggal penderita. Kadang-kadang saat sedang berlatih
berjalan di teras depan rumah penderita menegur atau berbicara dengan
tetangganya yang saat itu lewat.

Riwayat Kebiasaan :
 Penderita adalah seorang perokok aktif yang dulunya dapat
menghabiskan lebih dari dua bungkus rokok dalam sehari. Semenjak
sakit penderita sudah tidak merokok lagi.
 Penderita suka memakan makanan yang bersantan, berminyak dan
berkolesterol tinggi seperti daging dan jeroan. Semenjak sakit pola
makan penderita diperbaiki dengan mengurangi garam, hanya
memakan ikan sungai, tahu, tempe, serta mengurangi konsumsi gula.
 Penderita mengaku tidak pernah melakukan olahraga secara rutin dan
teratur karena merasa tidak perlu. Setelah sakit penderita mengaku
sering berlatih berjalan dan bergerak di rumahnya sekitar 15 menit.
 Penderita juga tidak pernah mengecek kesehatannya secara rutin
seperti tekanan darah dan kolesterol meskipun penderita mengetahui
jika ia memiliki riwayat darah tinggi dan kolesterol tinggi karena
merasa sehat.

3. Pemeriksaan Fisik:
- Keadaan Umum : Tampak sakit ringan

- Kesadaran : Compos mentis, penderita dapat ddiajak komunikasi dan


dapat mengingat dengan baik

- Gizi : Cukup

3
- Tanda Vital : T: 180/120 mmhg, N: 80 kali/menit, R : 20 kali/menit, S :
36,70C

- Kepala : Konjungtiva : anemis (-), Sklera: ikterik (-), pupil isokor

- Leher : pembesaran KGB : (-)

- Dada : Simetris kiri=kanan


Paru – paru :
Inspeksi : bentuk dan gerakan dinding dada saat pernafasan
simetris kanan-kiri, pernafsan intercostal (-), perubahan warna kulit (-),
pembengkakan (-)
Palpasi : dbn, nyeri tekan (-)
Perkusi : dbn
Auskultasi : dbn

- Abdomen :
Inspeksi : terihat datar, bengkak (-), warna kulit sama dengan
sekitar, spider naevi dan striae (-)
Auskultasi : peristaltik/bising usus (+) Normal
Palpasi : dbn, nyeri tekan (-)
Perkusi : dbn, tympani
- Anggota gerak :
 Supeior
Kanan : dbn
Kiri : tampak lemah, kekuatan otot berkurang
 Inferior
Kanan : dbn
Kiri : kekuatan otot berkurang

4
4. Diagnosis: Penderita mengalami stroke ringan

5. Terapi:
Non farmakologis :
 Berhenti merokok
 Hindari makan makanan bersantan, berminyak dan berkolesterol
tinggi serta menjaga pola makan
 Olahraga atau berlatih menggerakkan seluruh anggota tubuh secara
rutin dan teratur dengan berjalan di sekitar rumah
 Menghindari stres
 Pasien mengaku pernah mengikuti fisioterapi di salah satu rumah sakit
saat masih dirawat di Rumah Sakit
 Pasien pernah mengikuti pijat refleksi untuk stroke dan akupuntur

Farmakologis :
 Obat yang diresepkan oleh dokter sudah habis dikonsumsi oleh
penderita
 Pasien sekarang mengkonsumsi obat-obatan yang dibeli sendiri (obat
cina) atau rekomendasi dari beberapa kenalannya namun bukan
berdasarkan resep dokter

6. Prognosis :
Prognosis dari dokter terhadap penderita adalah baik.

7. Pengamatan rumah:
Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan, rumah yang ditempati
penderita saat ini telah memenuhi standar kriteria rumah sehat dan penderita
tinggal di rumah milik sendiri dengan kondisi sebagai berikut :

5
a. Lantai
Lantai rumah pasien ada dua jenis, yaitu teras depan rumah,
ruang tamu dan sebagian ruang tengah, dapur dan toilet terdiri dari
lantai keramik, sedangkan bagian ruangan tengah (tempat makan), dan
kamar tidur lantainya hanya terdiri dari semen yang beralaskan terpal
untuk lantai dan sudah diplester. Sedangkan di garasi lantainya hanya
terdiri dari semen tanpa alas namun tidak ada kerusakan pada lantai.
b. Atap
Atap rumah penderita terbuat dari seng dan langitt-langit
rumah sudah diberi plafon seluruhnya.
c. Ventilasi dan jendela
Ruang tamu terdiri dari tiga buah jendela kaca, satu pintu dan
ventilasi berbentuk setengah lingkaran di atas jendela dengan ukuran
sekitar 50cm X 30 cm
Kamar tidur memiliki satu jendela dengan ventilasi.
Dapur : jendelanya ditutup namun udara dan cahaya dapat masuk dari
venilasi yang cukup besar.
d. Cahaya
Cahaya rumah pasien sangat baik di bagian ruang tamu hingga
ruang tengah. Sedangkan cahaya di rumah penderita bagian kamar dan
dapur dikategorikan cukup baik walau terhalang tembok yang berada
di luar, cahaya masih dapat masuk melalui jendela dan ventilasi.
e. Luas Bangunan Rumah
Luas bangunan rumah penderita sekitar 9 meter x 7 meter, dan
tinggi bangunan rumah sekitar 3 meter. Ukuran rumah cukup luas
untuk dihuni dua hingga empat orang. Ruangan rumah terdiri dari :
teras, satu garasi, satu ruangan tamu, satu ruangan tengah dan tempat
makan, tiga kamar tidur, dapur dan satu kamar mandi.

6
f. Fasilitas di dalam rumah
 Penyediaan air bersih yang cukup
Air yang digunakan bersumber dari PDAM dan
ditampung menggunakan baskom dan ember di dalam kamar
mandi. Air tersebut digunakan untuk mandi, mencuci piring dan
baju. Air minum di rumah pasien berasal dari air galon yang
dibeli.
 Pembuangan tinja
Menggunakan septic tank yang berada di belakang
rumah penderita.
 Pembuangan air limbah (air bekas)
Terdapat saluran pembuangan dan selokan sehingga
pembuangan langsung ke dalam septic tank.
 Pembuangan sampah
Lingkungan di sekitar rumah cukup bersih dan terawat.
Terdapat tong sampah di bagian belakang rumah. Biasanya
sampah dikumpulkan terlebih dahulu untuk satu hari dan setelah
penuh langsung diletakkan di luar pagar depan rumah pada sore
hari atau keesokan paginya. Sampah tersebut selalu diambil dan
dibuang oleh petugas kebersihan yang datang secara rutin setiap
harinya. Begitu juga dengan tetangga di sebelah rumah penderita.
 Fasilitas dapur
Kondisi dapur rumah penderita tertata dengan rapi dan
bersih serta pencahayaan dan ventilasi cukup baik walau
terhalang tembok yang ada di luar dan terletak terpisah dengan
ruang makan keluarga penderita.
 Ruang berkumpul keluarga
Ruang berkumpul keluarga berada di ruangan tengah
sekaligus ruang makan yang berada di belakang ruang tamu dan
dipisahkan oleh dinding.

7
 Perkarangan/serambi
Perkarangan depan rumah cukup luas dan terdapat
beberapa tanaman yang terawat dengan baik. Jemuran pakaian
terletak di depan rumah atau diletakkan di garasi jika hujan.

8. Pengamatan Lingkungan:

Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan, lingkungan tempat


tinggal memenuhi standar lingkungan yang sehat dan layak huni dengan
kondisi sebagai berikut:
 Rumah sehat
Rumah pasien berada di lingkungan padat penduduk dengan
kondisi rumah umumnya permanen. Jarak antar rumah saling
berdekatan kira-kira < dua meter tapi telah dibatasi tembok/pagar
yang mengelilingi setiap rumah. Untuk menuju rumah penderita
melewati jalan yang telah diaspal dan dapat dilewati oleh motor
maupun mobil. Di depan halaman rumah penderita dibatasi oleh pagar
dan terdapat selokan yang menyatu dengan jalan. Umumnya penderita
dan warga sekitar menjemur pakaian di halaman depan rumah atau
teras. Kondisi lingkungan disekitar rumah penderita cukup bersih
tidak ada sampah yang berserakan.
 Sarana sanitasi dasar
Dari hasil pengamatan, masing-masing rumah warga
menggunakan sumber air dari PDAM. Terdapat parit maupun selokan
disekitar rumah penderia dan rumah tetangga lainnya. Lingkungan
didaerah tersebut tidak lembab, tidak kotor dan tidak berdebu.
 Tempat umum dan tempat pengolahan makanan
Disekitar lingkungan tempat tinggal penderita tidak banyak
pedagang makanan. Penderita, istri maupun anak-anaknya apabila
datang berkunjung lebih sering untuk makan makanan yang telah
dimasak di rumah dan tidak terlalu sering membeli makanan dari luar.

8
9. Hasil wawancara/pengamatan Keluarga/hubungan keluarga:
Penderita merupakan anak ke tiga dari tujuh bersaudara. Kedua orang
tua penderita sudah lama meninggal dunia. Kakak dan adik penderita tinggal
di daerah yang bebeda, ada yang tinggal di Jambi dan ada yang tinggal di
Kerinci. Semua saudara penderita sudah berkeluarga. Saudara kandung
penderita (kakak) juga menderita penyakit hipertensi. Hasil wawancara
dengan salah satu petugas puskesmas yang mengenal penderita juga,
mengatakan hubungan penderita dengan tetangga dan warga yang lain baik,
penderita dikenal ramah oleh tetangga dan sering berkomunikasi. Penderita
tidak pernah membuat masalah di masyarakat.

10. Hasil wawancara/pengamatan perilaku kesehatan:


Perilaku kesehatan penderita saat ini sudah cukup baik, dilihat dari
kebiasaan penderita yang telah berhenti merokok, mengurangi mengkonsumsi
garam dan gula, serta tidak mengkonsumsi makanan bersantan, berminyak
atau berkelosterol tinggi seperti daging dan jeroan semenjak terkena serangan
stroke. Penderita juga sering beolahraga atau menggerakkan anggota
tubuhnya seperti berjalan di sekitar rumah secara rutin dan teratur. Menurut
istri penderita, penderita saat ini keadaannya sudah lebih baik dari awal
serangan stroke atau saat di rawat di rumah sakit. Namun, penderita belum
pernah mengecek kembali kondisi kesehatannya ke dokter atau ke Puskesmas
karena tidak mau menunggu lama atau mengantre.

11. Analisis pasien secara holistik


a. Hubungan anamnesis, diagnosis dengan keadaan rumah dan lingkungan
sekitar
Dari hasil anamnesis, dan dilakukan observasi langsung terhadap
keadaan rumah dan lingkungan sekitar penderita kami melihat mulai dari
teras, ruangan tamu, ruangan tengah, kamar tidur, dapur dan WC semua
tertata dengan rapi, bersih, nyaman serta pertukaran udara dan masuknya
cahaya di dalam rumah sudah cukup baik. Jarak antara rumah penderita

9
dengan rumah lainnya kurang dari dua meter namun telah dibatasi dengan
tembok dan pagar Di dalam rumah terdapat dinding yang memisahkan
antara ruang tamu dan ruang tengah yang sekaligus tempat makan
keluarga penderita, dan antara ruang tengah dengan dapur dipisahkan
dengan pintu sehingga tidak dapat dimasuki dengan mudah oleh orang
lain. Sedangkan pada kamar tidur, cahaya dan udara dapat masuk kedalam
kamar melalui jendela dan ventilasi. Antara satu ruangan dengan kamar
tidur dipisahkan dengan pintu dan gorden di bagian depan pintu kamar.
Lantai rumah penderita sudah dikeramik pada bagian teras, ruang tamu
dan sebagian ruang tengah, dapur serta toilet sedangkan sebagian ruang
tengah atau tempat makan keluarga dan kamar tidur lantainya terdiri dari
semen yang dialasi terpal untuk lantai dan diplester pada lantai.
Sedangkan di garasi lantainya terdiri dari semen tanpa alas dan tidak ada
kerusakan pada lantai. Di lingkungan rumah penderita sudah terdapat
sanitasi seperti got atau selokan, keadaan rumah tidak lembab atau basah.
Menurut kami keadaan rumah dan lingkungan di rumah penderita tidak
ada hubungannya dengan penyakit yang dialami oleh penderita dan sudah
hampir memenuhi standar rumah sehat yang layak huni. Penderita dan
keluarganya juga sudah memahami pentingnya menjaga kebersihan
rumah dan lingkungan di sekitar rumah. Di rumah penderita sudah
terdapat tempat sampah yang terletak di belakang rumah. Sampah setiap
harinya selalu dikumpulkan terlebih dahulu kemudian di letakkan pada
sore hari atau keesokan paginya di depan pagar untuk diambil dan
dibuang oleh petugas kebersihan yang rutin datang setiap harinya.
Halaman di depan rumah terlihat cukup bersih dan rapi serta terdapat
beberapa tanaman di dalam pot yang terawat dengan baik.
b. Hubungan diagnosis dengan keadaan keluarga dan hubungan keluarga
Penderita merupakan anak ke tiga dari tujuh bersaudara dan ada
saudara kandung penderita yang juga menderita penyakit hipertensi
seperti dirinya. Semua saudara penderita telah berkeluarga dan tinggal di
tempat yang terpisah dengan dirinya. Kedua orang tua penderita sudah

10
lama meninggal dunia. Hubungan antara penderita dengan keluarganya
dan antara saudara-saudaranya masih terjalin dengan baik dan tidak ada
masalah. Penderita memiliki satu orang istri yang selalu setia dan
merawatnya dengan baik serta sabar. Penderita juga memiliki dua orang
anak laki-laki yang telah lulus kuliah, bekerja serta menikah dan memiliki
keluarganya masing-masing. Penderita juga telah memiliki dua orang
cucu yang masih kecil. Ke dua anaknya yang telah bekeluarga saat ini
tinggal terpisah dengan dirinya dan istrinya namun hubungan mereka
masih terjalin dengan baik. Kadang-kadang anak-anaknya beserta
menantu dan cucunya datang berkunjung atau menginap di rumahnya.
Keluarga penderita sangat aktif memberikan dorongan baik moral
maupun material demi kesembuhan penderita. Menurut kami tidak ada
hubungan antara keadaan keluarga dan hubungan keluarga dengan
penyakit yang dialami oleh penderita. Namun kepedulian keluarga
penderita terhadap dirinya sebelum maupun sesudah sakit dengan
memberikan motivasi, semangat dan dukungan secara moral dapat
memberikan semangat bagi penderita atau memberikan pengaruh yang
positif bagi kesembuhan penderita.
c. Hubungan diagnosis dengan perilaku kesehatan dalam keluarga
Sebelum jatuh sakit, penderita merupakan seorang perokok aktif
yang bisa menghabiskan dua bungkus rokok atau lebih. Penderita
sebelumnya juga sering mengkonsumsi makanan bersantan, berminyak
dan berkolesterol tinggi seperti daging dan jeroan. Penderita jarang
berolahraga secara rutin dan tidak rajin mengecek kesehatannya secara
berkala ke dokter atau Puskesmas tedekat seperti memantau tekanan
darah, kolesterol dan gula darah karena merasa tidak perlu dan tidak
merasa sakit. Menurut kami perilaku tersebut ada hubungannya dengan
penyakit stroke yang dideritanya, karena merokok, makan makanan
bersantan/berkolesterol tinggi dan berminyak, serta jarang berolahraga
merupakan salah satu faktor risiko terjaddinya stroke. Namun saat ini
perilaku kesehatan penderita dan keluarga sudah cukup baik. Penderita

11
tidak merokok lagi, mengurangi konsumsi garam dan gula, menghindari
mengkonsumsi makanan bersantan, berminyak dan berkolesterol tinggi
serta rutin berolahraga menggerakkan seluruh anggota tubuh seperti
berjalan kaki di sekitar rumah. Penderita dan keluarganya tidak terlalu
sering membeli makanan di luar. Utnuk makanan penderita sehari-hari
saat ini selalu di buat atau dimasak oleh istrinya dan memperhatikan
kebersihan makanan. Tapi penderita tidak pernah lagi datang ke dokter
atau ke Puskesmas semenjak obat yang diresepkan dokter habis karena
penderita tidak mau menunggu lama atau mengantre saat datang berobat
ke dokter atau Puskesmas.
d. Hubungan kausal antara beberapa faktor resiko atau etiologi penyakit
Stroke adalah kerusakan jaringan otak yang disebabkan oleh karena
berkurangnya atau terhentinya suplai darah secara tiba-tiba (Depkes RI,
1996). WHO mendefinisikan bahwa stroke adalah gejala-gejala defisit
fungsi susunan saraf yang diakibatkan oleh penyakit pembuluh darah otak
dan bukan oleh yang lain dari itu. Penyakit Stroke merupakan salah satu
penyakit yang sungguh mengerikan dan menjadi penyebab kematian
nomor 3 di Indonesia setelah penyakit jantung, tekanan darah tinggi dan
kanker. Serangan stroke selalu datang mendadak tanpa tanda-tanda pasti,
seperti yang dialami oleh Bapak Sukarmin bahwa stroke yang dideritanya
hingga sekarang terjadi secara tiba-tiba saat Idul Adha tahun 2014 yang
lalu. Stroke adalah penyakit serebrovaskuler (pembuluh darah otak) yang
ditandai dengan kematian jaringan otak (infark serebral) yang terjadi
karena berkurangnya aliran darah dan oksigen ke otak. Berkurangnya
aliran darah dan oksigen ini bisa dikarenakan adanya sumbatan,
penyempitan atau pecahnya pembuluh darah.
Berdasarkan jenisnya stroke dibedakan menjadi stroke iskemik dan
stroke hemorrhagic. Stroke iskemik merupakan jenis stroke yang paling
banyak, yakni sekitar 85%, dimana aliran darah ke otak tersumbat oleh
gumpalan darah atau timbunan lemak yang disebut plak di lapisan
pembuluh darah. Sedangkan stroke hemorrhagic adalah stroke yang

12
terjadi akibat pecahnya pembuluh darah di otak. Karena pecahnya
pembuluh darah di otak maka darah akan menumpuk dan menekan
jaingan otak di sekitarnya.
Sebagian besar stroke terjadi akibat kombinasi faktor penyebab
medis (misalnya, peningkatan tekanan darah) dan faktor penyebab
perilaku (misalnya merokok). Penyebab-penyebab ini disebut “faktor
risiko”. Sebagian faktor risiko dapat dikendalikan atau dihilangkan sama
sekali baik dengan cara medis, misalnya minum obat tertentu atau dengan
cara nonmedis, misalnya perubahan gaya hidup. Ini disebut faktor risiko
yang dapat dimodifikasi. Diperkirakan bahwa hampir 85% dari semua
stroke dapat dicegah dengan mengendalikan faktor-faktor risiko yang
dapat dimodifikasi tersebut. Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi
ini mencakup penuaan, kecenderungan genetis dan suku bangsa. Maka
berdasarkan wawancara kami dengan Bapak Sukarmin dapat kami
simpulkan bahwa stroke yang dideritanya dapat disebabkan oleh faktor
yang tidak dapat dimodifikasi seperti usia dan jenis kelamin serta
disebabkan juga oleh faktor yang dapat dimodifikasi yaitu merokok,
hipertensi, berkolesterol tinggi dan jarang berolahraga
Gejala-gejala stroke awalnya belum menunjukkan ciri atau tanda
yang mudah untuk dikenali atau dilihat, gejala stroke ini akan mudah
dikenali seiring berjalannya usia dan waktu atau gejala stroke yang
dirasakan semakin terasa. Penyakit stroke memiliki tahapan dalam
penyebaran penyakitnya yang mengakibatkan kelumpuhan pada bagian
organ tubuh tertentu.
e. Analisis kemungkinan berbagai faktor resiko atau etiologi
Menurut sebuah jurnal yang ditulis oleh Sylvia Saraswati (2009)
membagi faktor risiko dari penyebab stroke yang dibedakan menjadi 2
bagian, yakni faktor risiko yang dapat dimodifikasi dan faktor yang tidak
dapat dimodifikasi.

13
Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi

a. Usia

Dari berbagai penelitian, diketahui bahwa suai semakin tua semakin besar
pula risiko terkena stroke. Hal ini berkaitan dengan proses degenerasi
(penuaan) yang terjadi secara alamiah. pada orang-orang lanjut usia,
pembuluh darah lebih kaku karena adanya plak.

b. Jenis kelamin

Laki-laki memiliki risiko lebih besar untuk terkena stroke dibanding


perempuan. Hal ini mungkin terkait bahwa laki-laki cenderung merokok.
Rokok, dapat merusak lapisan dari pembuluh darah tubuh.

c. Herediter

Terkait dengan riwayat stroke di keluarga, orang dengan riwayat stroke


pada keluarga memiliki risiko yang lebih besar untuk terkena penyakit
stroke dibanding orang yang tanpa riwayat stroke pada keluarganya.

d. Ras atau Etnis

Dari berbagai penelitian, ditemukan bahwa ras kulit putih memiliki


peluang yang lebih besar untuk terkena stroke dibanding ras kulit hitam.

2. Faktor risiko yang dapat dimodifikasi

a. Hipertensi

Orang yang tekanan darahnya tinggi mempunyai peluang besar untuk


mengalami stroke. Bahkan, ini merupakan penyebab terbesar dari stroke.
Alasannya, dalam hipertensi dapat terjadi gangguan aliran darah tubuh
yaitu diameter pembuluh darah kelak akan mengecil sehingga darah yang

14
mengalir ke otak pun akan berkurang, dengan pengurangan aliran darah
otak (ADO), maka otak akan kekurangan suplai oksigen dan glukosa
sehingga jaringan otak lama-lama akan mati.

b. Penyakit jantung

Penyakit jantung seperti jantung koroner dan infark miokard (kematian


otot jantung, bisa menjadi faktor terbesar pneyebab stroke). Seperti yang
kita ketahui bahwa pusat dari aliran darah di tubuh terletak di jantung.
Jika pusat pengaturan darah mengalami kerusakan, maka aliran darah
tubuh mengalami gangguan, termasuk aliran darah menuju otak.
Gangguan aliran darah itu bisa mematikan jaringan otak secara mendadak
ataupun bertahap.

c. Diabetes Mellitus

Diabetes Mellitus atau kencing manis memiliki risiko mengalami stroke.


Hal ini terkait dengan pembuluh darah penderita diabetes yang umumnya
lebih kaku (tidak lentur). Adanya peningkatan ataupun penurunan kadar
glukosa darah secara tiba-tiba juga dapat menyebabkan kematian otak.

d. Hiperkolesterolemia

Hiperkolesterolemia merupakan keadaan ketika kadar kolesterol di dalam


darah berlebih. LDL yang berlebih akan mengakibatkan terbentuknya
plak pada pembuluh darah yang lama kelamaan akan semakin banyak dan
menumpuk sehingga menganggu aliran darah.

e. Obesitas

Kegemukan merupakan salah satu faktor resiko terjadinya stroke. Hal


tersebut terkait dengan tingginya kadar lemak dan kolesterol dalam darah
pada orang dengan obesitas, yaitu biasanya kadar LDL lebih tinggi
dibanding kadar HDL.

15
f. Merokok

Dari hasil berbagai penelitian diketahui bahwa orang-orang yang merokok


ternyata memiliki kadar fibrinogen darah yang lebih tinggi dibanding
orang yang tidak merokok. Peningkatan kadar fibrinogen ini dapat
mempermudah terjadinya penebalan pembuluh darah sehingga pembuluh
darah menjadi sempit dan kaku. Dengan demikian, dapat menyebabkan
gangguan aliran darah.

Tabel Faktor Risiko Stroke

f. Analisis untuk mengurangi paparan dengan faktor resiko atau etiologi


Untuk mengurangi paparan dengan risiko, sebaiknya penderita
terlebih dahulu mengenali penyakit yang dia alami sekarang. Dan
keluarga juga diberitahu mengenai penyakit yang dialami penderita agar
dapat mengingatkan dan selalu memberikan suport atau motivasi kepada
penderita demi kesembuhannya. Setelah itu penderita diharapkan dapat
mengubah kebiasaannya dalam perilaku kesehatan sehari-hari. Penderita
harus membiasakan diri untuk dapat membuat dan mengkonsumsi
makanan olahan sendiri yang sehat serta rendah garam, gula, dan

16
kolesterol. Penting pula untuk menjaga kebersihan makanan maupun
lingkungan, berolahraga atau berlatih menggerakkan tubuh serta berhenti
merokok.
Cara menjaga makanan yang sangat baik setelah terjadinya stroke
adalah merupakan kunci untuk pemulihan dan penyembuhan. Jika kita
mampu memilih makanan sehat dapat membantu mengontrol tekanan
darah, berat badan dan dapat mengurangi resiko seseorang untuk
mengalami stroke yang lain, dan dapat membantu dengan tuntutan terapi
stroke dan kegiatan sehari-hari lainnya. Ahli gizi dapat mengajarkan cara
untuk mempersiapkan dan merencanakan makanan dan makanan ringan
untuk meningkatkan kesehatan pasien. Pastikan setidaknya setengah dari
pilihan anda berasal dari bijia-bijian. Pilih sayuran hijau gelap dan orange,
dan makanlah berbagai buah segar, buah beku, atau kering setiap hari.
Sebaiknya ambil sebagian besar sumber lemak dari ikan, kacang-
kacangan dan minyak sayur. Batasi sumber lemak dari mentega, margarin
atau lemak hewan. Pilih makanan dengan susu rendah lemak atau bebas
lemak. Pilih daging rendah lemak atau tanpa lemak, unggas dan ingat
untuk memvariasikan pilihan anda dengan lebih banyak kacang-kacangan,
biji-bijian dan sumber-sumber  ikan.
Berikut ini sejumlah saran dari Harold P. Adams, Jr. MD., profesor
neurologi di University of Iowa Hospital and Clinic, Iowa City, AS.,
untuk mengurangi risiko stroke antara lain :

1. Periksa tekanan darah secara rutin. Riset menunjukkan, rajin


kontrol mengurangi 40 persen risiko stroke. “Mengontrol tekanan
darah tinggi itu vital bagi pencegahan stroke,” ujar Prof. Adams.
Bila lebih dari 140/90, berarti tekanan darah Anda tinggi.
Usahakan untuk menurunkannya.
2. Singkirkan tembakau. Hasil studi memperlihatkan, menjauhi
tembakau mengurangi risiko stroke sampai 33 persen. “Tidak ada

17
istilah merokok sedikit. Harus berhenti sama sekali, sejak saat
ini!” tandas Prof. Adams.
3. Periksa leher Anda. Mintalah dokter mendengarkan bunyi
mendesing di leher Anda. Ini terutama penting jika Anda
mengalami aterosklerosis (pengerasan dan penebalan pembuluh
darah) yang menyebabkan tersumbatnya aliran darah.
4. Lakukan latihan olahraga. Riset menunjukkan, mereka yang
mulai latihan pada usia antara 25-40 tahun, risikonya terserang
stroke berkurang 57 persen. Sedangkan yang mulai latihan saat
usianya 40-55 tahun, kesempatannya 37 persen lebih baik untuk
terhindar dari stroke.
5. Asal hijau atau oranye, santap saja. Terlalu dini menyebut beta-
karoten dapat mencegah stroke. Tapi makan sayur dan buah
(sumber beta-karoten) lebih banyak setiap harinya sangat baik
menurut Prof. Adams.
6. Makanlah potasium. Riset menegaskan, mengkonsumsi makanan
kaya potasium sehari-hari, mengurangi risiko stroke 40 persen.
Kentang adalah sumber potasium yang baik, selain alpukat,
kedelai, pisang, salmon dan tomat.
7. Kenali kandungan aspirin. Memang aspirin sering disebut bisa
membantu mencegah stroke. “Tapi kalau Anda tidak memiliki
risiko stroke, dampaknya bisa kurang baik,” ujar Prof. Adams.
Konsultasilah pada dokter untuk setiap obat-obatan yang anda
konsumsi.
8. Kurangi lemak. Apa yang baik bagi jantung Anda, baik pula bagi
otak. Menjaga kadar kolesterol berarti menghambat aterosklerosis
dan stroke. Makanlah lemak tidak lebih dari 25 persen kebutuhan
kalori.
9. Jauhi alkohol. Kalau Anda belum berkenalan dengan alkohol,
lebih baik tidak usah kenal, walau ada penelitian yang
menyatakan bahwa dalam jumlah tertentu bisa mencegah stroke

18
dan serangan jantung. Sebab, tidak pernah jelas ukuran minum
secukupnya itu

12. Rencana promosi dan pendidikan kesehatan kepada pasien dan kepada
keluarga
a. Menjelaskan tentang stroke, penyebab atau faktor-faktor yang dapat
mencetuskan terjadinya stroke serta pengobatan yang dapat dilakukan.
 Stroke adalah kerusakan jaringan otak yang disebabkan oleh karena
berkurangnya atau terhentinya suplai darah secara tiba-tiba
(Depkes RI, 1996). WHO mendefinisikan bahwa stroke adalah
gejala-gejala defisit fungsi susunan saraf yang diakibatkan oleh
penyakit pembuluh darah otak dan bukan oleh yang lain dari itu.
 Gejala-gejala stroke awalnya belum menunjukkan ciri atau
tanda yang mudah untuk dikenali atau dilihat, gejala stroke
ini akan mudah dikenali seiring berjalannya usia dan waktu
atau gejala stroke yang dirasakan semakin terasa. Penyakit
stroke memiliki tahapan dalam penyebaran penyakitnya
yang mengakibatkan kelumpuhan pada bagian organ tubuh
tertentu.
 Sebagian besar stroke terjadi akibat kombinasi faktor
penyebab medis (misalnya, peningkatan tekanan darah) dan
faktor penyebab perilaku (misalnya merokok). Penyebab-
penyebab ini disebut “faktor risiko”. Sebagian faktor risiko
dapat dikendalikan atau dihilangkan sama sekali baik
dengan cara medis, misalnya minum obat tertentu atau
dengan cara nonmedis, misalnya perubahan gaya hidup. Ini
disebut faktor risiko yang dapat dimodifikasi. Diperkirakan
bahwa hampir 85% dari semua stroke dapat dicegah dengan
mengendalikan faktor-faktor risiko yang dapat dimodifikasi
tersebut. Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi ini

19
mencakup penuaan, kecenderungan genetis dan suku
bangsa.
 Komplikasi pasca stroke tergantung serangan stroke yang terjadi
pada derajad ringan, sedang atau berat serta tergantung bagian otak
mana yang terkena stroke atau mengalami kerusakan. Beberapa
komplikasi pasca stroke, antara lain :
1. Dekubitus (tidur yang terlalu lama dan menyebabkan lecet
tubuh yang sering sebagai tumpuan berbaring). Maka
sebaiknya penderita stroke sering berrganti posisi untuk tiak
menyebabkan luka dan lecet di beberapa tumpuan tubuh jika
berbaring.
2. Bekuan darah karena kelumpuhannya yang bisa mengancam
sirkulasi aliran darah sehingga berakibat pembengkakan ke
arah organ penting tubuh seperti otak, jantung atau paru-paru.
3. Kekakuan sendi dan otot karena kurang bergerak
4. Pneumonia yang terjadi karena penderita pasca stroke
biasanya susah untuk menelan dengan baik dan sering
terbatuk-batuk karena tersedak, yang mengakibatkan cairan
berkumpul di paru-paru hingga terjadi infeksi.
5. Stres dan depresi
b. Pemberian edukasi mengenai penykit stroke
Bagi Penderita
Keberhasilan latihan bagi pasien stroke dengan berbagai metode apapun
hanya dapat dicapai jika pasien AKTIF dan bukan PASIF melakukan
gerakan dan fisioterapis, mengubah pola hidup menjadi pola hidup yng
lebih sehat, serta rajin secara berkala untuk mengecek kesehatannya.
Bagi Keluarga
Secara umum kondisi pasien pasca stroke sering sekali mengalami
masalah pada kestabilan emosional karena adanya perubahan
kemampuan dalam melakukan aktivitas. Hal ini harus disadari dan
dipahami sehingga keluarga terdekat tetap untuk melakukan pendekatan

20
kooperatif. Pendekatan yang tepat dari orang sekitar penderita stroke
seperti keluarganya akan mengurangi tekanan psikologis yang dapat
dirasakan oleh penderita penyakit stroke. Seorang pasien stroke selalu
merasa putus asa karena pasien merasa kelumpuhan, maka dari peran
keluarga yang dapat dilakukan untuk penderita stroke antara lain :
 Membantu memotivasi
 Beradaptasi dengan kondisi keluarganya yang menderita stroke
 Ikut terlibat dalam latihan yang dilakukan penderita stroke
 Memberikan dukungan moril dan keyakinan
c. Menjelaskan cara menjaga kesehatan

13. Anjuran-anjuran promosi kesehatan penting yang dapat memberi semangat


atau mempercepat penyembuhan pada pasien
a. Mengatur pola makan dengan memakan makanan yang rendah
garam, gula dan makan-makanan yang tidak berkolesterol tinggi.
Banyak mkan sayur dan buah-buahan
b. Menghindari stress
c. Melakukan olahraga atau menggerakkan anggota tubuh secara
rutin.

Penderita stroke dapat melakukan beberapa bentuk latihan gerak atau posisi tubuh
seperti berikut :

Gerakkan semua sendi pada lengan dan tungkai secara perlahan yaitu lurus dan
menekuk sebanyak 5 – 7 kali. Gerakan yang diberikan secara perlahan agar
pasien dapat ikut aktif melakukanya.

21
Menggerakkan sendi tubuh seperti berikut :

22
Melakukan gerakan sendi secara aktif seperti :

Beberapa hal yang perlu diketahui antara lain :

Secara umum kondisi pasien pasca stroke sering sekali mengalami masalah pada
kestabilan emosional karena adanya perubahan kemampuan dalam melakukan
aktivitas. Hal ini harus anda sadari sehingga tetap untuk melakukan pendekatan

23
kooperatif. Penanganan dini yang tepat akan mengurangi tekanan psikologis
tersebut.Seorang pasien stroke selalu merasa putus asa karena pasien merasa
kelumpuhan seakan-akan pasti tidak dapat dipulihkan lagi. Berikan keyakinan
kalau potensi untuk sembuh selalu ada.

Motivasi pasien mungkin akan menjadi lebih meningkat jika pasien dapat
merasakan adanya perubahan yang positif setiap diberikan tindakan, karena yang
paling tahu tentang peningkatan kemampuan gerak adalah pasien sendiri. Untuk
itu terapi yang diberikan haruslah tepat. Pada pasien pasca stroke yang mengalami
kelemahan biasanya hanya pada daerah lengan dan tungkai sementara untuk tubuh
tidak mengalami kelemahan atau tidak selayu anggota geraknya. Biasanya pasien
mampu duduk dengan tegap. Banyak yang mengkondisikan tubuhnya ikut lemah
padahal harusnya pasien bisa melakukan aktivitas duduk.

24

Anda mungkin juga menyukai