Oleh :
Kelompok 2 :
1. Sriyana Yosa
2. Tri Ivo gianti Nora
3. Lusi Oktrariani
4. Sri Fitri Juharni
5. Dea Suci Hayati
HALAMAN JUDUL……………………………………………………………………………………………..
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………………………….. 1
KATA PENGANTAR……………………………………………………….................................................. 2
BAB I PENDAHULUAN 3
A. Latar Belakang………………………………………………………............................................. 3
B. Tujuan ………………………………………………………………............................................... 5
A. Kesimpulan…………………………………………………………………………………............... 20
B. Saran………………………………………………………………................................................. 20
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga makalah ini dapat
tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih terhadap bantuan dari pihak
yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun materinya. Penulis sangat
berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca.
Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah
ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik
dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Penulis
( Kelompok 2 )
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Di era reformasi, kata perubahan menjadi kata yang sering disuarakan, baik untuk individu
ataupun oleh anggota kelompok masyarakat lainnya.Tuntutan perubahan sering ditujukan kepada
aparatur birokrasi menyangkut pelayanan publik yang diberikan kepada masyarakat. Rendahnya
mutu pelayanan publik yang diberikan oleh aparatur menjadi citra buruk pemerintah ditengah
masyarakat.
Pencapaian tujuan kesehatan harus disertai dengan keinginan Pemerintah Daerah setempat
untuk membangun tingkat pelayanan kesehatan masyarakat. Sesuai dengan apa yang diamanatkan
dalam PeraturanDaerah Kota Kotamobagu Nomor 06 tahun 2007 tentang Sistem Jaminan
Kesehatan Daerah, sampai sesuai dengan pengamatan peneliti belum sepenuhnya diketahui oleh
masyarakat, sehingga masih banyak masyarakat yang menggunakan layanan jasa kesehatan
dengan menggunakan jamkesmas yang merupakan program pemerintah pusat, atau bagi masyarakat
yang belum memiliki jaminan kesehatan menjadi pasien umum dengan biaya yang cukup mahal.
Pembangunan kesehatan merupakan upaya untuk memenuhi salah satu hak dasar rakyat, yaitu
hak untuk memperoleh pelayanan kesehatan sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar 1945 pasal
28 H ayat (1) dan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan. Dalam Indeks
Pembangunan Manusia (IPM), indikator status kesehatan merupakan salah satu komponen utama selain
pendidikan dan pendapatan per kapita. Dengan demikian pembangunan kesehatan merupakan salah
satu upaya utama untuk peningkatan kualitas sumber daya manusia, yang pada gilirannya mendukung
dibidang kesehatan. Layanan kesehatan adalah salah satu jenis layanan publik yang merupakan ujung
tombak dalam pembangunan kesehatan masyarakat. Pemerintah mendirikan lembaga kesehatan seperti
Puskesmas, Rumah Sakit Umum Daerah dan Rumah Sakit Umum Pusat. Lembaga kesehatan yang
sering diakses oleh masyarakat adalah Puskesmas. Keterbatasan fasilitas yang ada pada puskesmas,
membuat masyarakat memilih rumah sakit umum daerah menjadi rujukan untuk mengakses layanan
kesehatan.
Rumah sakit merupakan suatu unit usaha jasa yang memberikan jasa pelayanan sosial dibidang
medis klinis. Rumah sakit adalah tempat untuk melakukan upaya meningkatkan kesehatan, mencegah
dan menyembuhkan penyakit, serta memulihkan kesehatan. Pengelolaan unit usaha rumah sakit
memiliki keunikan tersendiri karena selain sebagai unit bisnis, usaha rumah sakit juga memiliki misi
sosial yang berperan penting dalam hal kesehatan masyarakat. Rumah sakit sebagai institusi pemberi
pelayanan kesehatan harus mampu memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu. Pelayanan
kesehatan yang bermutu merujuk pada tingkat kesempurnaan pelayanan kesehatan dalam menimbulkan
kepuasan pada diri setiap pasien. Kepuasan pada diri setiap pasien dapat dirasakan bila harapan dan
kebutuhannya terpenuhi. Namun, bila tidak sesuai dengan kebutuhan dan harapannya, maka yang
Pembangunan daerah yang pada dasarnya diorientasikan pada pengembangan suatu wilayah,
dalam perkembangannya semakin dihadapkan pada berbagai permasalahan yang tidak saja sulit untuk
diatasi sendiri, tapi juga mengharuskan dilakukannya kerjasama dengan daerah lain. Berbagai akibat
pembangunan di suatu daerah tertentu seringkali harus pula dipikul oleh daerah-daerah sekitarnya. Hal
ini hanya mungkin diatasi melalui kerjasama antar daerah, dimana kepentingankepentingan mereka
dapat diwujudkan tanpa mengorbankan pihak lain. Dengan kerja sama yang serasi dan saling
pembangunan dan pemanfaatan sumber daya antar daerah dimaksudkan agar dapat mengurangi
kesenjangan antar daerah, mengendalikan konflik, meningkatkan pelayanan, pemberdayaan peran serta
masyarakat dan meningkatkan efesiensi dan efektivitas pemanfaatan sember daya, sehingga terwujud
pembangunan yang serasi, selaras dan seimbang sesuai kedudukan, peran dan fungsinya dengan tetap
manajemen terpadu
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
d. Untuk mengetahui Implementasi Otonomi Khusus Dalam Pelayanan Publik Bidang Kesehatan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Implementasi
1. Pengertian Implementasi
Secara etimologis pengertian implementasi menurut Kamus Webster yang dikutip oleh Solichin
Abdul Wahab ( 2004 ) ( Webster dalam Wahab ( 2004:64 ) adalah : Konsep implementasi berasal dari
bahasa inggris yaitu to implement. Dalam kamus besar webster, to implement (mengimplementasikan) berati
to provide the means for carrying out ( menyediakan sarana untuk melaksanakan sesuatu ) dan to give
Implementasi berasal dari bahasa Inggris yaitu to implement yang berarti mengimplementasikan.
Implementasi merupakan penyediaan sarana untuk melaksanakan sesuatu yang menimbulkan dampak atau
akibat terhadap sesuatu. Sesuatu tersebut dilakukan untuk menimbulkan dampak atau akibat itu dapat
berupa undang–undang, Peraturan Pemerintah, Keputusan Peradilan dan Kebijakan yang dibuat oleh
Menurut Solichin Abdul Wahab dalam bukunya yang berjudul Analisis Kebijakan Dari Formulasi
mengenai Pelaksanaan atau implementasi sebagai berikut : Implementasi adalah tindakan–tindakan yang
dilakukan oleh individu atau pejabat–pejabat, kelompok–kelompok pemerintah atau swasta yang diarahkan
Pengertian implementasi yang dikemukakan diatas, dapat dikatakan bahwa implementasi adalah
tindakan–tindakan yang dilakukan oleh pihak–pihak yang berwenang dan berkepentingan, baik pemerintah
maupun swasta yang bertujuan untuk mewujudkan cita–cita serta tujuan yang telah ditetapkan. Implementasi
berkaitan dengan berbagai tindakan yang dilakukan untuk melaksanakan dan merealisasikan program yang
telah disusun demi tercapainya tujuan dari program yang telah direncanakan, karena pada dasarnya setiap
rencana yang ditetapkan memiliki tujuan atau target yang hendak dicapai.
dampak pada warga negaranya. Namun dalam prakteknya badan–badan pemerintah sering menghadapi
pekerjaan–pekerjaan di bawah mandat dari undang–undang, sehingga membuat mereka menjadi tidak jelas
untuk memutuskan apa yang seharusnya dilakukan dan apa yang seharusnya tidak dilakukan. Maka
Mazmanian dan Sebastiar ( 2001 ) dalam ( Wahab ( 2001:68 ) juga mendefinisikan implementasi sebagai
berikut : Implementasi adalah pelaksanaan keputusan kebijakan dasar, biasanya dalam bentuk undang–
undang, namun dapat pula berbentuk perintah–perintah atau keputusan–keputusan eksekutif yang penting
atau keputusan badan peradilan. Berkaitan dengan hal tersebut menurut Mazmanian dan Sebastier,
implementasi merupakan pelaksanaan kebijakan dasar, yang berbentuk undang– undang dan juga bisa
berbentuk perintah atau keputusan–keputusan yang penting atau seperti Keputusan Badan Peradilan
2. Model Implementasi
sebagai suatu proses yang dinamis, dimana terdapat banyak faktor yang saling berinteraksi dan
Sementara itu, komunikasi kebijakan berarti merupakan proses penyampaian informasi kebijakan
dari pembuat kebijakan ( policy makers ) kepada pelaksana kebijakan ( policy implementors ).
Widodo kemudian menambahkan bahwa informasi perlu disampaikan kepada pelaku kebijakan
agar pelaku kebijakan dapat memahami apa yang menjadi isi, tujuan, arah, kelompok sasaran (
target group ) kebijakan, sehingga pelaku kebijakan dapat mempersiapkan hal–hal apa saja
yang berhubungan dengan pelaksanaan kebijakan, agar proses implementasi kebijakan bisa
berjalan dengan efektif serta sesuai dengan tujuan kebijakan itu sendiri. Komunikasi dalam
tranformasi menghendaki agar informasi tidak hanya disampaikan kepada pelaksana kebijakan
tetapi juga kepada kelompok sasaran dan pihak yang terkait. Dimensi kejelasan menghendaki
agar informasi yang jelas dan mudah dipahami, selain itu untuk menghindari kesalahan
interpretasi dari pelaksana kebijakan, kelompok sasaran maupun pihak yang terkait dalam
Sumber daya memiliki peranan penting dalam implementasi kebijakan, ini diartikan bahwa,
bagaimana pun akuratnya penyampaian ketentuan– ketentuan atau aturan–aturan tersebut, jika
para pelaksana kebijakan yang bertanggung jawab untuk melaksanakan kebijakan kurang
mempunyai sumber– sumber daya untuk melaksanakan kebijakan secara efektif maka
c) Disposisi ( Disposition )
Kecenderungan perilaku atau karakteristik dari pelaksana kebijakan berperan penting untuk
mewujudkan implementasi kebijakan yang sesuai dengan tujuan atau sasaran. Karakter penting
yang harus dimiliki oleh pelaksana kebijakan misalnya kejujuran dan komitmen yang tinggi.
Kejujuran mengarahkan implementor untuk tetap berada dalam asa program yang telah
digariskan, sedangkan komitmen yang tinggi dari pelaksana kebijakn akan membuat mereka
selalu antusias dalam melaksanakan tugas, wewenang, fungsi, dan tanggung jawab sesuai
dengan peraturan yang telah ditetapkan.
Sikap dari pelaksana kebijakan akan sangat berpengaruh dalam implementasi kebijakan.
Apabila implementator memiliki sikap yang baik maka dia akan dapat menjalankan kebijakan
dengan baik seperti apa yang diinginkan oleh pembuat kebijakan, sebaliknya apabila sikapnya
Struktur organisasi memiliki pengaruh yang signifikan terhadap implementasi kebijakan. Aspek
struktur organisasi ini melingkupi dua hal yaitu mekanisme dan struktur birokrasi itu sendiri. Aspek
pertama adalah mekanisme, dalam implementasi kebijakan biasanya sudah dibuat Standart
Operation Procedur ( SOP ). SOP menjadi pedoman bagi setiap implementator dalam bertindak
agar dalam pelaksanaan kebijakan tidak melenceng dari tujuan dan sasaran kebijakan. Aspek
kedua adalah struktur birokrasi, struktur birokrasi yang terlalu panjang dan terfragmentasi akan
cenderung melemahkan pengawasan dan menyebabkan prosedur birokrasi yang rumit dan
kompleks yang selanjutnya akan menyebabkan aktivitas organisasi menjadi tidak fleksibel.
Implementasi otonomi atau kepentingan daerah merupakan titik fokus penting dalam rangka
Secara historis, keberadaan negeri maupuan kesatuan masyarakat hukum adat yang disebut
dengan nama lain merupakan basis penghidupan bagi masyarakat setempat. Dimana keberadaan
negeri atau yang disebut dengan nama lain memiliki otonomi untuk mengadakan pemerintahan
sendiri dalam rangka mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat berdasarkan hak asal usul
dan adat istiadat setampat. Istilah otonomi secara etimologis berasal dari bahasa Yunani,
yaitu autos dan noumos. Autos artinya sendiri dan noumos yang berarti hukum atau peraturan. Jadi
secara etimologis otonomi berarti hukum atau peraturan sendiri, yang dimaknai dalam bidang
sufficiency of social body and its actual independence. Jadi ada dua ciri hakikat dari otonomi,
pemerintahan, otonomi berarti self government atau condition of living under one’s own laws . Dalam
literature Belanda otonomi berarti pemerintahan sendiri ( zelfregering) yang oleh Van Vollenhoven
Berdasarkan pengertian otonomi sebagaimana disebutkan diatas, maka otonomi negeri dapat
diartikan sebagai negeri yang berpemerintahan sendiri. Dalam pelaksanaan pemerintahan sendiri
maka negeri melalui kelembagaannya membuat hokum atau peraturan sendiri, melaksanakan hokum
atau peraturan sendiri, mengandili sendiri, dan menindak sendiri tanpa intervensi dari satuan
pemerintahan lain termasuk negara dalam mengoperasionalkan hal-hal dimaksud. Hal ini telah
Oleh karena itu, otonomi negeri merupakan otonomi asli atau bawaan yang timbul sejak
terbentuknya suatu negeri bukan otonomi yang bersifat turunan atau pemberian dari Daerah Provinsi,
Kabupaten/Kota sebagai satuan pemerintahan yang lebih tinggi maupun dari Negara. Otonomi Negeri
berbeda dengan otonomi daerah. Otonomi daerah merupakan pemberian dari Pemerintah Pusat
sebagai konsekwensi dari penepatan negara Indonesia sebagai negara kesatuan yang berbentuk
republik sebagaimana ditetapkan dalam ketentuan pasal 1 ayat (1) UUD Tahun 1945, yang dalam
rangka memperpendek rentan kendali pelayanan Pemerintah Pusat kepada masyarakat di daerah-
dan daerah-daerah yangg memiliki karakteristik yang berbeda-beda maka Pemerintah Pusat
memberikan otonomi kepada daerah untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dan
kepentingan masyarakat.
Pemberian otonomi kepada daerah merupakan stategi politik Pemerintah Pusat dalam membuka
ruang partisipasi masyarakat di daerah dalam penyelenggaraan pemerintahan negera. Oleh karena
itu, pemberian otonomi kepada daerah sewaktu-waktu dapat ditarik oleh Pemerintah Pusat sebagai
pemilik. Namun otonomi negeri merupakan otonomi asli yang telah dimiliki dan dilaksanakan sejak
terbentuknya suatu negeri. Untuk itu, otonomi negeri tidak dapat dicabut oleh negara.
a. Pemerintah Daerah
daerah dan dewan perwakilan rakyat daerah menurut asas otonomi dan tugas
pembantuan dengan prinsip otonomi seluas- luasnya dalam system dan prinsip negara
Pemerintahan Daerah, secara eksplisit memberikan otonomi yang luas kepada pemerintah
pertanggungjawaban administratif.
Pelayanan pada hakikatnya adalah serangkaian kegiatan, karena itu ia merupakan proses.
Sebagai proses, pelayanan secara rutin dan berkesinambugan orang dalam masyarakat.
“pelayanan merupakan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya manusia berusaha, baik melalui
aktivitas sendiri, meupun secara langsung melalui aktivitas orang lain aktivitas adalah suatu
proses penggunaan akal, pikiran, panca indra dan anggota badan dengan atau tanpa alat
bantu yang dilakukan oleh seseorang untuk mendapkan sesuatu yang diinginkan baik dalam
bentuk barang maupun jasa. Proses pemenuhan kebutuhan melalui aktivitas orang lain
Standar Pelayanan Minimal merupakan suatu istilah dalam pelayanan public (public
policy) yang menyangkut kuantitas dan kualitas pelayanan public yang disediakan oleh
(2004:173) “standar pelayanan minimal memiliki nilai yang strategis baik bagi pemerintahan
mempengaruhi jalannya program Jaminan Kesehatan Daerah, dengan bertitik tolak dari lima
indikator pelayanan publik. Problem tersebut dianalisis terkait kurang maksimalnya jenis
pelayanan yang diberikan oleh pelayan kesehatan, disposisi atau sikap yang diberikan
pelayan kesehatan yang dianggap sebagian masyarakat kurang baik, ketersediaan tenaga
tujuan memberikan yang terbaik untuk masyarakat, karena itu ia merupakan proses untuk
menuju tujuan tersebut dalam proses pelayanan secara rutin dan berkesinambungan dalam
masyarakat. Untuk itu perubahan akan manajemen pelayanan kesehatan perlu dilakukan jika
rasa puas masyarakat akan suatu pelayanan kesehatan yang baik belum terwujud. Pelayanan
kesehatan gratis- melalui Sistem Jaminan Kesehatan Daerah memulai proses perubahan
Salah satu syarat terwujudnya suatu pelayanan kesehatan masyarakat yang baik yaitu
efisiennya biaya yang dapat dijangkau oleh masyarakat dalam menunjang kebutuhan untuk
memperoleh kesehatan.
Nomor 06 tahun 2012 tentang Sistem Jaminan Kesehatan Daerah adalah semua warga yang
mendaftarkan diri dan keluarganya atau didaftar oleh petugas sebagai peserta ke Badan
Penyelenggara Jaminan Kesehatan Daerah dengan iuran Jaminan Kesehatan Daerah bagi fakir
miskin dan orang tidak mampu dibayar oleh pemerintah dengan membawa Kartu Keluarga
dijadikan sebagai acuan dalam menetapkan suatu pelayanan kesehatan yang bermutu dan
berkelanjutan. Akan tetapi terlepas dari layaknya fasilitas serta tenaga kesehatan yang
memadai, perlu lagi adanya peningkatan pada kedua kebutuhan masyarakat tersebut
kaitannya dengan proses pelayanan kesehatan yang berjangka panjang.
pada kurangnya kesadaran masyarakat yang ketika datang berobat yang lupa membawa
persyaratan untuk melengkapi administrasi, kurangnya disposisi/tingkah laku yang baik yang
serta sarana dan prasarana kesehatan yang mampu melengkapi kekurangan di berbagai
wilayah.
Dalam pelayanan sejarah Otonomi Daerah telah mengalami pasang surat sehingga dalam
pelaksanaannya telah banyak mengalami beberapa perubahan bhakan sebagai kebijakan yang
diperlakukan oleh pemerintah pusat terhadap perintah daerah banyak menimbulkan pro dan kontra ada
beranggapan bahwa pelaksanaan otonomi daerah dianggap sentralis namun ada pula yang
pelaksanaan otonomi daerah di Indonesia telah menimbulkan sorotan yang cukup tajam, dikalangan
masyarakat didaerah sehingga proses sejarah panjang tersebut melahirkan suatu gerakan reformasi
didalam penyelenggaraan pemerintahan buktinya gerakan reformasi Tahun 1998 telah membawa babak
Dasar kebijakan dengan diberlakukannya Otonomi Daerah Otonomi khusus adalah bermuara
dari esensi UUD 1945 sebagai bentuk dan pondasi dalam kerangka Undang Undang. Sehingga secara
Prinsip Undang undang Dasar 1945 merupakan landasan kuat untuk menyelenggarakan otonomi
daerah dan Otonomi khusus dengan memberikan kewenangan yang luas,nyata,dn bertanggung jawab
kepada daerah,sebagaimana di atur dalam Undang-Undang No.32 Tahun 2004 tentang pemerintahan
Daerah.
Adapun tujuan pemberian otonomi daerah adalah untuk memberdayakan daerah dalam bentuk
masyarakat, menumbuh kebangkan demokrasi, pemerataan dan keadilan serta persatuan, kesatuan,
dan kerukunan nasionol dengan menginkati asal-usul suatu daerah, kemajemukan dan karasteristik,
serta potensi daerah yang bermuara pada peningkatan kesejatrahan rakyat dalam system Negarah
Pelayanan dalam instansi pemerintah merupakan salah satu faktor yang turut menentukan
,karena tanpa pelayanan maka segala kegiatan yang akan dilakukan akan menjadi sia-sia. Dimana-
mana masalah pelayanan menjadi topik yang sangat menarik untuk dibicarakan. Sebelum
membahas lebih jauh tentang pentingnya pelayanan maka terlebih dahulu akan dikemukakan
Menurut Nugroho (2008) bahwa pelayanan Publik memiliki berbagai tugas antara lain :
1. Tugas pelayanan publik adalah tugas memberikan pelayanan kepada umum tanpa membeda-
bedakan dan diberikan secara cuma-cuma atau dengan biaya sedemikian rupa sehingga
kelompok paling tidak mampu menjangkaunya. Tugas ini diemban oleh Negara yang
dilaksanakan melalui salah satu alatnya yaitu pemerintah atau birokrasi pemerintah.
masyarakat. Tugas ini focus pada upaya membangun produktivitas dari masyarakat dan
mengkreasikan nilai ekonomi atas produktivitas ekonomi tersebut. Tugas pembangunan ini
3. Tugas pemberdayaan, adalah peran untuk membuat setiap warga masyarakat mampu
meningkatkan kualitas kemanusiaan dan kemasyarakatan. Tugas ini adalah yang non-for
profit.
Dengan melihat pembagian tersebut diatas, jelas bahwa tugas pokok dari pemerintah atau
birokrasi publik adalah memberikan pelayanan, didalam arti pelayanan umum atau pelayanan public.
Dengan kata lain menurut Yousa (2002) bahwa misi atau tujuan utama dari organisasi pemerintah
(birokrasi public) adalah memberikan pelayanan public. Misi tersebut bukan hanya sekedar
memenuhi kebutuhan masyarakat yang tidak dapat diberikan oleh mekanisme pasar dan kegiatan
volunter, tetapi juga untuk menghindari kemungkinan masyarakat banyak dirugikan oleh para
pelaku bisnis dipsar yang kepentingannya seringkali berbenturan dengan kepentingan publik.
Moenir (1997) mengartikan pelayanan sebagai proses pemenuhan kebutuhan melalui aktivitas
orang lain secara langsung. Sementara dalam Kamus besar Bahasa Indonesia (Badudu, 2006)
dijelaskan pelayanan adalah hal, cara, atau hasil pekerjaan melayani; sedangkan melayani adalah
Kotler (Dalam Lukman 2008) mengartikan pelayanan adalah setiap kegiatan yang
menguntungkan dalam suatu kumpulan atau kesatuan, dan menawarkan kepuasan meskipun
hasilnya tidak terikat pada suatu produk secara fisik. Selanjutnya Lukman (2008) mengatakan,
pelayanan adalah suatu kegiatan atau urutan kegiatan yang terjadi dalam interaksi langsung antara
seseorang dengan orang lain atau mesin secara fisik, dan menyediakan kepuasan pelanggan.
Nugroho ( 2008) menyatakan bahwa tugas pelayanan publik adalah tugas memberikan
pelayanan kepada umum tanpa membeda-bedakan dan diberikan secara sama-sama atau dengan
biaya sedemikian rupa sehingga kelompok paling tidak mampu dapat menjangkaunya. Tugas ini
diemban oleh Negara yang dilaksanakan melalui salah satu unsurnya, yaitu pemerintah beserta
seluruh perangkat birokratnya. Dari apa yang dikatakan oleh Nugroho (2008) tersebut jelaslah
bahwa pelayanan publik merupakan tugas pokok dari pemerintah ( birokrasi). Dengan kata lain misi
Tugas pelayanan publik meliputi pengadaan /penyediaan barang dan jasa publik ( public goods)
Public goods adalah barang dan jasa yang penggunaannya memiliki ciri non rivalry
(Sinambela,2007), yaitu barang dan jasa yang pemakaiannya oleh seseorang tidak dapat mencegah
orang lain untuk menggunakan barang dan jasa yang sama (Yousa,2002). Selanjutnya pelayanan
publik didefinisikan oleh Ibnu Kencana dkk ( 2006) sebagai setiap kegiatan yang dilakukan oleh
Negara (pemerintah) terhadap sejumlah orang yang memiliki setiap kegiatan yang menguntungkan
dalam suatu kumpulan atau kesatuan dan menawarkan kepuasan meskipun hasilnya tidak terikat
keperluan orang atau masyarakat yang mempunyai kepentingan pada organisasi itu. Menurut
Mahmudi (2008) Pelayanan Publik adalah segala kegiatan pelayanan yang dilaksanakan oleh
penyelenggara pelayanan publik sebagai upaya pemenuhan kebutuhan publik dan pelaksanaan
Dalam hal ini, yang di maksud penyelenggara pelayanan publik adalah instansi pemerintah yang
meliputi:
b. Departemen
d. Kesekretariatan Lembaga tertinggi dan Tinggi negara, misalnya Sekretariat Dewan (Detwan)
g. Instansi Pemerintah lainnya ,baik pusat maupun daerah termasuk dinas-dinas dan badan.
memberikan pelayanan yang terbaik kepada masyarakat dalam rangka menciptakan kesejahteraan
masyarakat. Masyarakat berhak untuk mendapatkan pelayanan yang terbaik dari pemerintah karena
masyarakat telah memberikan dananya dalam bentuk pembayaran pajak, retribusi dan berbagai
pungutan lainnya. (Dwiyanto, 2002). Namun demikian meskipun kewajiban pemberian pelayanan
publik terletak pada pemerintah, pelayanan publik juga dapat diberikan oleh pihak swasta dan pihak
ketiga, yaitu organisasi non profit, relawan dan lembaga swadaya masyarakat. Jika penyelenggaraan
pelayanan publik tertentu diserahkan kepada swasta atau pihak ketiga, maka yang terpenting
dilakukan oleh pemerintah adalah memberikan regulasi, jaminan keamanan, kepastian hukum dan
lingkungan yang kondusif. (Abdul Wahab, 2001). Dengan demikian dapatlah dikatakan bahwa
pelayanan publik adalah kegiatan pemenuhan kebutuhan penerima pelayanan maupun pelaksanaan
Negara.
Menurut Nugroho (2008) bahwa pada dasarnya terdapat banyak jenis pelayanan publik yang
diberikan oleh pemerintah yang dapat berbentuk distributive, redistributive, dan regulative. Namun
secara generik, pelayanan publik yang diberikan / ditugaskan kepada pemerintah dibagi menjadi tiga
yaitu :
Pelayanan primer yaitu pelayanan yang paling mendasar atau pelayanan minimum seperti
Pelayanan tersier, yakni pelayanan yang berhubungan secara tidak langsung kepada publik.
Salah satu tantangan yang dihadapi bangsa Indonesia adalah bagaimana memaksimalkan
berkaitan dengan usia harapan hidup akan menjadi lebih baik apabila terdapat pola hidup sehat.
Menurut W. J. S. Perwadaminta (1996), menyatakan bahwa kesehatan atau yang disebut sehat
adalah keadaan seluruh badan serta bagian-bagiannya bebas dari sakit dalam UU No. 23 Tahun
1992, sehat adalah keadaan sejahtra dari badan, jiwa, dan sosial yang memingkinkan setiap orang
Menurut badan kesehatan dunia/ World Health organization (WHO, 2006), sehat adalah
keadaan sejahtra secara fisik, mental, dan sosial bukan hanya sekedar tidak adanya penyakit
maupun cacat.Dari ketiga definisi sehat di atas dapat disimpulkan bahwa sehat adalah suatu
keadaan fisik, mental, dan sosial yang terbebas dari suatu penyakit sehingga seorang dapat
Kesehatan menjadi salah satu aspek yang menjadi titik perahtian pemerintah, sehingga masalah
nasioal.banyakaspek yang menjadi indikator dalam bidang kesehatan, diantarnya berkaitan dengan
gaya hidup, stadar gizi, pola komunikasi makanan, bahkan yang lebih penting adalah system
Menurut partricia Ann Dempsey (2011), pelayanan kesehatan adalah sebuah upayah yang
diselenggarakan sendiri atau secara bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan baik
sebuah sub system pelayanan kesehatan yang tujuan utamanya adalah pelayanan preventif
(pencegahan) dan promotif (penngkatan kesehatan) dengan secara masyarakat. Sedangkan menurut
levey dan loomba (1973), pelayanan kesehatan adalah upaya yang diselenggarakan sendiri/ secera
bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memilihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah,
PENUTUP
A. KESIMPULAN
maksimal, hal ini disebabkan oleh keterbatasan sumber daya yang dimiliki, baik itu
tenaga medis, dan prasarana sarana yang ada di pusat pelayanan kesehatan
2. Dalam bidang pelayanan kesehatan terlihat bahwa usaha usaha untuk pelayanan
kesehatan yang masih terjadinya masalah kurang memberikan kartu berobat selain
baik tenaga Dokter maupun tenaga dan perawat, petugasnya tidak ada ditempat,
akhirnya kebanyakan pasien datang ke kota karena faktor petugas jarang masuk kerja
di wilayah-wilayah distrik.
3. SARAN
2. Keberhasilan dari pelaksanaan kebijakan harus didukung oleh sumber daya yang
memadai, Diharapkan kepada Pemerintah bahwa bukan hanya pelayanan kesehatan dasar
Emis Wenda2, (2014). Makalah Implementasi Otonomi Khusus Dalam Pelayanan Publik Bidang
Kesehatan:
Regina Veranty Damopolii2, (2022). Makalah Implementasi Kebijakan Pemerintah Daerah Dalam
Widodo, 2011, Analisis Kebijakan Publik: Konsep dan Aplikasi Analisis Proses Kebijakan Publik.