Anda di halaman 1dari 23

TUGAS POLITIK KESEHATAN

IMPLEMENTASI KEPENTINGAN DAERAH


DALAM BIDANG KESEHATAN

Oleh :

Kelompok 2 :
1. Sriyana Yosa
2. Tri Ivo gianti Nora
3. Lusi Oktrariani
4. Sri Fitri Juharni
5. Dea Suci Hayati

PROGRAM STUDI S-1 KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KESEHATAN
MASYARAKAT
UNIVERSITAS PRIMAi NUSANTARA BUKITTINGGI
TAHUN 2023
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL……………………………………………………………………………………………..

DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………………………….. 1

KATA PENGANTAR……………………………………………………….................................................. 2

BAB I PENDAHULUAN 3

A. Latar Belakang………………………………………………………............................................. 3

B. Tujuan ………………………………………………………………............................................... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 8

A. Konsep Implementasi ………………………..…………………………………………………… 8

1. Pengertian Implementasi ……………………………………………………………………... 8

2. Model Implementasi …………………………………………………………………………… 9

3. Pengertian Implementasi Kepentingan Daerah …………………………………………….. 11

B. Implementasi Kepentingan Daerah Dalam Bidang Kesehatan ……………………………. 13

1. Implementasi Kebijakan Pemerintah Daerah Dalam Pelayanan Kesehatan ……………. 13

2. Implementasi Otonomi Khusus Dalam Pelayanan Publik Bidang Kesehatan…………… 16

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan…………………………………………………………………………………............... 20

B. Saran………………………………………………………………................................................. 20

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………………………………………… 21


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga makalah ini dapat

tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih terhadap bantuan dari pihak

yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun materinya. Penulis sangat

berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca.

Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah

ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik

dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Penulis

( Kelompok 2 )
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Di era reformasi, kata perubahan menjadi kata yang sering disuarakan, baik untuk individu

ataupun oleh anggota kelompok masyarakat lainnya.Tuntutan perubahan sering ditujukan kepada

aparatur birokrasi menyangkut pelayanan publik yang diberikan kepada masyarakat. Rendahnya

mutu pelayanan publik yang diberikan oleh aparatur menjadi citra buruk pemerintah ditengah

masyarakat.

Pencapaian tujuan kesehatan harus disertai dengan keinginan Pemerintah Daerah setempat

untuk membangun tingkat pelayanan kesehatan masyarakat. Sesuai dengan apa yang diamanatkan

dalam PeraturanDaerah Kota Kotamobagu Nomor 06 tahun 2007 tentang Sistem Jaminan

Kesehatan Daerah, sampai sesuai dengan pengamatan peneliti belum sepenuhnya diketahui oleh

masyarakat, sehingga masih banyak masyarakat yang menggunakan layanan jasa kesehatan

dengan menggunakan jamkesmas yang merupakan program pemerintah pusat, atau bagi masyarakat

yang belum memiliki jaminan kesehatan menjadi pasien umum dengan biaya yang cukup mahal.

Pembangunan kesehatan merupakan upaya untuk memenuhi salah satu hak dasar rakyat, yaitu

hak untuk memperoleh pelayanan kesehatan sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar 1945 pasal

28 H ayat (1) dan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan. Dalam Indeks

Pembangunan Manusia (IPM), indikator status kesehatan merupakan salah satu komponen utama selain

pendidikan dan pendapatan per kapita. Dengan demikian pembangunan kesehatan merupakan salah

satu upaya utama untuk peningkatan kualitas sumber daya manusia, yang pada gilirannya mendukung

percepatan pembangunan di Kabupaten/kota.

Pelayanan kesehatan mempunyai peranan penting dalam menjawab kebutuhan masyarakat

dibidang kesehatan. Layanan kesehatan adalah salah satu jenis layanan publik yang merupakan ujung
tombak dalam pembangunan kesehatan masyarakat. Pemerintah mendirikan lembaga kesehatan seperti

Puskesmas, Rumah Sakit Umum Daerah dan Rumah Sakit Umum Pusat. Lembaga kesehatan yang

sering diakses oleh masyarakat adalah Puskesmas. Keterbatasan fasilitas yang ada pada puskesmas,

membuat masyarakat memilih rumah sakit umum daerah menjadi rujukan untuk mengakses layanan

kesehatan.

Rumah sakit merupakan suatu unit usaha jasa yang memberikan jasa pelayanan sosial dibidang

medis klinis. Rumah sakit adalah tempat untuk melakukan upaya meningkatkan kesehatan, mencegah

dan menyembuhkan penyakit, serta memulihkan kesehatan. Pengelolaan unit usaha rumah sakit

memiliki keunikan tersendiri karena selain sebagai unit bisnis, usaha rumah sakit juga memiliki misi

sosial yang berperan penting dalam hal kesehatan masyarakat. Rumah sakit sebagai institusi pemberi

pelayanan kesehatan harus mampu memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu. Pelayanan

kesehatan yang bermutu merujuk pada tingkat kesempurnaan pelayanan kesehatan dalam menimbulkan

kepuasan pada diri setiap pasien. Kepuasan pada diri setiap pasien dapat dirasakan bila harapan dan

kebutuhannya terpenuhi. Namun, bila tidak sesuai dengan kebutuhan dan harapannya, maka yang

dirasakan pasien adalah ketidakpuasan.

Pembangunan daerah yang pada dasarnya diorientasikan pada pengembangan suatu wilayah,

dalam perkembangannya semakin dihadapkan pada berbagai permasalahan yang tidak saja sulit untuk

diatasi sendiri, tapi juga mengharuskan dilakukannya kerjasama dengan daerah lain. Berbagai akibat

pembangunan di suatu daerah tertentu seringkali harus pula dipikul oleh daerah-daerah sekitarnya. Hal

ini hanya mungkin diatasi melalui kerjasama antar daerah, dimana kepentingankepentingan mereka

dapat diwujudkan tanpa mengorbankan pihak lain. Dengan kerja sama yang serasi dan saling

menguntungkan, kesinambungan pembangunan dapat terpelihara. (Pamudji, 1985:1). Kerjasama

pembangunan dan pemanfaatan sumber daya antar daerah dimaksudkan agar dapat mengurangi

kesenjangan antar daerah, mengendalikan konflik, meningkatkan pelayanan, pemberdayaan peran serta
masyarakat dan meningkatkan efesiensi dan efektivitas pemanfaatan sember daya, sehingga terwujud

pembangunan yang serasi, selaras dan seimbang sesuai kedudukan, peran dan fungsinya dengan tetap

memperhatikan prinsip-prinsip demokrasi, keanekaragaman potensi masing-masing dalam satu

manajemen terpadu

B. TUJUAN
1. Tujuan Umum

Mengetahuinya gambaran Implementasi Kepentingan Daerah Dalam Bidang Kesehatan

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui pengertian dan Model Implementasi

b. Untuk mengetahui Pengertian Implementasi Kepentingan Daerah.

c. Untuk mengetahui Implementasi Kebijakan Pemerintah Daerah Dalam Pelayanan Kesehatan

d. Untuk mengetahui Implementasi Otonomi Khusus Dalam Pelayanan Publik Bidang Kesehatan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Implementasi

1. Pengertian Implementasi

Secara etimologis pengertian implementasi menurut Kamus Webster yang dikutip oleh Solichin

Abdul Wahab ( 2004 ) ( Webster dalam Wahab ( 2004:64 ) adalah : Konsep implementasi berasal dari

bahasa inggris yaitu to implement. Dalam kamus besar webster, to implement (mengimplementasikan) berati

to provide the means for carrying out ( menyediakan sarana untuk melaksanakan sesuatu ) dan to give

practical effect to ( untuk menimbulkan dampak/akibat terhadap sesuatu).

Implementasi berasal dari bahasa Inggris yaitu to implement yang berarti mengimplementasikan.

Implementasi merupakan penyediaan sarana untuk melaksanakan sesuatu yang menimbulkan dampak atau

akibat terhadap sesuatu. Sesuatu tersebut dilakukan untuk menimbulkan dampak atau akibat itu dapat

berupa undang–undang, Peraturan Pemerintah, Keputusan Peradilan dan Kebijakan yang dibuat oleh

Lembaga–Lembaga Pemerintah dalam kehidupan kenegaraan.

Menurut Solichin Abdul Wahab dalam bukunya yang berjudul Analisis Kebijakan Dari Formulasi

ke Implementasi Kebijaksanaan Negara (2001) dalam Wahab (2001:65) mengemukakan pendapatnya

mengenai Pelaksanaan atau implementasi sebagai berikut : Implementasi adalah tindakan–tindakan yang

dilakukan oleh individu atau pejabat–pejabat, kelompok–kelompok pemerintah atau swasta yang diarahkan

pada terciptanya tujuan–tujuan yang telah digariskan dalam keputusan kebijakan.

Pengertian implementasi yang dikemukakan diatas, dapat dikatakan bahwa implementasi adalah

tindakan–tindakan yang dilakukan oleh pihak–pihak yang berwenang dan berkepentingan, baik pemerintah

maupun swasta yang bertujuan untuk mewujudkan cita–cita serta tujuan yang telah ditetapkan. Implementasi

berkaitan dengan berbagai tindakan yang dilakukan untuk melaksanakan dan merealisasikan program yang

telah disusun demi tercapainya tujuan dari program yang telah direncanakan, karena pada dasarnya setiap
rencana yang ditetapkan memiliki tujuan atau target yang hendak dicapai.

Badan–badan tersebut dalam melaksanakan pekerjaan–pekerjaan pemerintah yang membawa

dampak pada warga negaranya. Namun dalam prakteknya badan–badan pemerintah sering menghadapi

pekerjaan–pekerjaan di bawah mandat dari undang–undang, sehingga membuat mereka menjadi tidak jelas

untuk memutuskan apa yang seharusnya dilakukan dan apa yang seharusnya tidak dilakukan. Maka

Mazmanian dan Sebastiar ( 2001 ) dalam ( Wahab ( 2001:68 ) juga mendefinisikan implementasi sebagai

berikut : Implementasi adalah pelaksanaan keputusan kebijakan dasar, biasanya dalam bentuk undang–

undang, namun dapat pula berbentuk perintah–perintah atau keputusan–keputusan eksekutif yang penting

atau keputusan badan peradilan. Berkaitan dengan hal tersebut menurut Mazmanian dan Sebastier,

implementasi merupakan pelaksanaan kebijakan dasar, yang berbentuk undang– undang dan juga bisa

berbentuk perintah atau keputusan–keputusan yang penting atau seperti Keputusan Badan Peradilan

2. Model Implementasi

George Edward ( 2011 ) dalam ( Widodo ( 2011:96–110 ) melihat implementasi kebijakan

sebagai suatu proses yang dinamis, dimana terdapat banyak faktor yang saling berinteraksi dan

mempengaruhi implementasi kebijakan. Faktor–faktor tersebut perlu ditampilkan guna mengetahui

bagaimana pengaruh faktor–faktor tersebut terhadap implementasi.

a) Faktor Komunikasi ( Communication )

Komunikasi merupakan proses penyampaian informasi dari komunikator kepada komunikan.

Sementara itu, komunikasi kebijakan berarti merupakan proses penyampaian informasi kebijakan

dari pembuat kebijakan ( policy makers ) kepada pelaksana kebijakan ( policy implementors ).

Widodo kemudian menambahkan bahwa informasi perlu disampaikan kepada pelaku kebijakan

agar pelaku kebijakan dapat memahami apa yang menjadi isi, tujuan, arah, kelompok sasaran (

target group ) kebijakan, sehingga pelaku kebijakan dapat mempersiapkan hal–hal apa saja

yang berhubungan dengan pelaksanaan kebijakan, agar proses implementasi kebijakan bisa
berjalan dengan efektif serta sesuai dengan tujuan kebijakan itu sendiri. Komunikasi dalam

implementasi kebijakan mencakup beberapa dimensi penting yaitu tranformasi informasi

( transimisi ), kejelasan informasi ( clarity ) dan konsistensi informasi ( consistency ). Dimensi

tranformasi menghendaki agar informasi tidak hanya disampaikan kepada pelaksana kebijakan

tetapi juga kepada kelompok sasaran dan pihak yang terkait. Dimensi kejelasan menghendaki

agar informasi yang jelas dan mudah dipahami, selain itu untuk menghindari kesalahan

interpretasi dari pelaksana kebijakan, kelompok sasaran maupun pihak yang terkait dalam

implementasi kebijakan. Sedangkan dimensi konsistensi menghendaki agar informasi yang

disampaikan harus konsisten sehingga tidak menimbulkan kebingungan pelaksana kebijakan,

kelompok sasaran maupun pihak terkait.

b) Sumber Daya ( Resources )

Sumber daya memiliki peranan penting dalam implementasi kebijakan, ini diartikan bahwa,

bagaimana pun jelas dan konsistensinya ketentuan–ketentuan dan aturan–aturan serta

bagaimana pun akuratnya penyampaian ketentuan– ketentuan atau aturan–aturan tersebut, jika

para pelaksana kebijakan yang bertanggung jawab untuk melaksanakan kebijakan kurang

mempunyai sumber– sumber daya untuk melaksanakan kebijakan secara efektif maka

implementasi kebijakan tersebut tidak akan efektif.

c) Disposisi ( Disposition )

Kecenderungan perilaku atau karakteristik dari pelaksana kebijakan berperan penting untuk

mewujudkan implementasi kebijakan yang sesuai dengan tujuan atau sasaran. Karakter penting

yang harus dimiliki oleh pelaksana kebijakan misalnya kejujuran dan komitmen yang tinggi.

Kejujuran mengarahkan implementor untuk tetap berada dalam asa program yang telah

digariskan, sedangkan komitmen yang tinggi dari pelaksana kebijakn akan membuat mereka

selalu antusias dalam melaksanakan tugas, wewenang, fungsi, dan tanggung jawab sesuai
dengan peraturan yang telah ditetapkan.

Sikap dari pelaksana kebijakan akan sangat berpengaruh dalam implementasi kebijakan.

Apabila implementator memiliki sikap yang baik maka dia akan dapat menjalankan kebijakan

dengan baik seperti apa yang diinginkan oleh pembuat kebijakan, sebaliknya apabila sikapnya

tidak mendukung maka implementasi tidak akan terlaksana dengan baik.

d) Struktur Birokrasi ( Bureucratic Structure )

Struktur organisasi memiliki pengaruh yang signifikan terhadap implementasi kebijakan. Aspek

struktur organisasi ini melingkupi dua hal yaitu mekanisme dan struktur birokrasi itu sendiri. Aspek

pertama adalah mekanisme, dalam implementasi kebijakan biasanya sudah dibuat Standart

Operation Procedur ( SOP ). SOP menjadi pedoman bagi setiap implementator dalam bertindak

agar dalam pelaksanaan kebijakan tidak melenceng dari tujuan dan sasaran kebijakan. Aspek

kedua adalah struktur birokrasi, struktur birokrasi yang terlalu panjang dan terfragmentasi akan

cenderung melemahkan pengawasan dan menyebabkan prosedur birokrasi yang rumit dan

kompleks yang selanjutnya akan menyebabkan aktivitas organisasi menjadi tidak fleksibel.

3. Pengertian Implementasi Kepentingan Daerah

Implementasi otonomi atau kepentingan daerah merupakan titik fokus penting dalam rangka

meningkatkan kesejahteraan rakyat. Pengembangan suatu daerah dapat disesuaikan oleh

pemerintah daerah dengan potensi dan kekhasan masing-masing daerah.

Secara historis, keberadaan negeri maupuan kesatuan masyarakat hukum adat yang disebut

dengan nama lain merupakan basis penghidupan bagi masyarakat setempat. Dimana keberadaan

negeri atau yang disebut dengan nama lain memiliki otonomi untuk mengadakan pemerintahan

sendiri dalam rangka mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat berdasarkan hak asal usul

dan adat istiadat setampat. Istilah otonomi secara etimologis berasal dari bahasa Yunani,
yaitu autos dan noumos.  Autos artinya sendiri dan noumos yang berarti hukum atau peraturan. Jadi

secara etimologis otonomi berarti hukum atau peraturan sendiri, yang dimaknai dalam bidang

pemerintahan sebagai pemerintahan yang membuat hukum atau peraturan sendiri.

Menurut Encyclopedia of social science, otonomi dalam pengertian orisinil adalah the legal self

sufficiency of social body and its actual independence.  Jadi ada dua ciri hakikat dari otonomi,

yakni  legal self suffiencieny dan actual independence. Dalam kaitan dengan politik dan

pemerintahan, otonomi berarti self government atau condition of living under one’s own laws . Dalam

literature Belanda otonomi berarti pemerintahan sendiri ( zelfregering) yang oleh Van Vollenhoven

dibagi atas zelfwet geving (membuat Undang-undang sendiri), selfuitvoering  (melaksanakan

sendiri), zelfrechtspraak (mengadili sendiri) dan zelfpolitie (menindak sendiri).

Berdasarkan pengertian otonomi sebagaimana disebutkan diatas, maka otonomi negeri dapat

diartikan sebagai negeri yang berpemerintahan sendiri. Dalam pelaksanaan pemerintahan sendiri

maka negeri melalui kelembagaannya membuat hokum atau peraturan sendiri, melaksanakan hokum

atau peraturan sendiri, mengandili sendiri, dan menindak sendiri tanpa intervensi dari satuan

pemerintahan lain termasuk negara dalam mengoperasionalkan hal-hal dimaksud. Hal ini telah

dilakukan sejak suatu negeri terbentuk.

Oleh karena itu, otonomi negeri merupakan otonomi asli atau bawaan yang timbul sejak

terbentuknya suatu negeri bukan otonomi yang bersifat turunan atau pemberian dari Daerah Provinsi,

Kabupaten/Kota sebagai satuan pemerintahan yang lebih tinggi maupun dari Negara. Otonomi Negeri

berbeda dengan otonomi daerah. Otonomi daerah merupakan pemberian dari Pemerintah Pusat

sebagai konsekwensi dari penepatan negara Indonesia sebagai negara kesatuan yang berbentuk

republik sebagaimana ditetapkan dalam ketentuan pasal 1 ayat (1) UUD Tahun 1945, yang dalam

rangka memperpendek rentan kendali pelayanan Pemerintah Pusat kepada masyarakat di daerah-

daerah sebagai upaya mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan


pelayanan, pemberdayaan dan peran serta masyarakat, akibat luasnya wilayah negara Indonesia

dan daerah-daerah yangg memiliki karakteristik yang berbeda-beda maka Pemerintah Pusat

memberikan otonomi kepada daerah untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dan

kepentingan masyarakat.

Pemberian otonomi kepada daerah merupakan stategi politik Pemerintah Pusat dalam membuka

ruang partisipasi masyarakat di daerah dalam penyelenggaraan pemerintahan negera. Oleh karena

itu, pemberian otonomi kepada daerah sewaktu-waktu dapat ditarik oleh Pemerintah Pusat sebagai

pemilik. Namun otonomi negeri merupakan otonomi asli yang telah dimiliki dan dilaksanakan sejak

terbentuknya suatu negeri. Untuk itu, otonomi negeri tidak dapat dicabut oleh negara.

B. Implementasi Kepentingan Daerah Dalam Bidang Kesehatan

1. Implementasi Kebijakan Pemerintah Daerah Dalam Pelayanan Kesehatan

a. Pemerintah Daerah

Pemerintah daerah adalah penyelengaraan urusan pemerintahan oleh pemerintah

daerah dan dewan perwakilan rakyat daerah menurut asas otonomi dan tugas

pembantuan dengan prinsip otonomi seluas- luasnya dalam system dan prinsip negara

kesatuan Republik Indonesia sebagaimana termaktub dalam Undang-undang dasar

negara Republik Indonesia. Pemerintahan daerah. Penyelengara pemerintahan daerah

Kabupaten/kota terdiri atas kepala daerah dibantu oleh perangkat daerah.

Kebijakan otonomi daerah dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

Pemerintahan Daerah, secara eksplisit memberikan otonomi yang luas kepada pemerintah

daerah untuk mengurus dan mengelola berbagai kepentingan dan kesejahteraan

masyarakat daerah. Pemerintah Daerah harus mengoptimalkan pembangunan daerah

yang berorientasi kepada kepentingan masyarakat.

Camat dalam menjalankan tugasnya dibantu oleh perangkat kecamatan dan


bertanggung jawab kepada bupati/wali kota melalui sekretaris daerah kabupaten/kota.

Pertanggungjawaban Camat kepada bupati/wali kota melalui sekretaris daerah adalah

pertanggungjawaban administratif.

b. Tinjauan Pelayanan kesehatan Masyarakat

Pelayanan pada hakikatnya adalah serangkaian kegiatan, karena itu ia merupakan proses.

Sebagai proses, pelayanan secara rutin dan berkesinambugan orang dalam masyarakat.

“pelayanan merupakan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya manusia berusaha, baik melalui

aktivitas sendiri, meupun secara langsung melalui aktivitas orang lain aktivitas adalah suatu

proses penggunaan akal, pikiran, panca indra dan anggota badan dengan atau tanpa alat

bantu yang dilakukan oleh seseorang untuk mendapkan sesuatu yang diinginkan baik dalam

bentuk barang maupun jasa. Proses pemenuhan kebutuhan melalui aktivitas orang lain

yang secara langsung inilah yang dinamakan pelayanan”. Moenir (2006:16).

c. Standar Pelayanan Minimal

Standar Pelayanan Minimal merupakan suatu istilah dalam pelayanan public (public

policy) yang menyangkut kuantitas dan kualitas pelayanan public yang disediakan oleh

pemerintah sebagai salah satu indicator kesejahteraan masyarakat. Menurut Oentarto

(2004:173) “standar pelayanan minimal memiliki nilai yang strategis baik bagi pemerintahan

pusat (daerah) maupun bagi masyarakat (konsumen)”.

Dalam implementasi kebijakan tersebut, terdapat beberapa masalah yang

mempengaruhi jalannya program Jaminan Kesehatan Daerah, dengan bertitik tolak dari lima

indikator pelayanan publik. Problem tersebut dianalisis terkait kurang maksimalnya jenis

pelayanan yang diberikan oleh pelayan kesehatan, disposisi atau sikap yang diberikan

pelayan kesehatan yang dianggap sebagian masyarakat kurang baik, ketersediaan tenaga

kesehatan, dan sarana dan prasarana penunjang pelayanan kesehatan


d. Pemberian Pelayanan Kesehatan yang tepat dan benar

Pelayanan pada hakikatnya adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan dengan

tujuan memberikan yang terbaik untuk masyarakat, karena itu ia merupakan proses untuk

menuju tujuan tersebut dalam proses pelayanan secara rutin dan berkesinambungan dalam

masyarakat. Untuk itu perubahan akan manajemen pelayanan kesehatan perlu dilakukan jika

rasa puas masyarakat akan suatu pelayanan kesehatan yang baik belum terwujud. Pelayanan

kesehatan gratis- melalui Sistem Jaminan Kesehatan Daerah memulai proses perubahan

dalam pelayanan kesehatan terhadap masyarakat.

e. Sistim Pelayanan Kesehatan Pada Masyarakat

Salah satu syarat terwujudnya suatu pelayanan kesehatan masyarakat yang baik yaitu

efisiennya biaya yang dapat dijangkau oleh masyarakat dalam menunjang kebutuhan untuk

memperoleh kesehatan.

Syarat untuk mendapatkan Jaminan Kesehatan daerah menurut Peraturan Daerah

Nomor 06 tahun 2012 tentang Sistem Jaminan Kesehatan Daerah adalah semua warga yang

mendaftarkan diri dan keluarganya atau didaftar oleh petugas sebagai peserta ke Badan

Penyelenggara Jaminan Kesehatan Daerah dengan iuran Jaminan Kesehatan Daerah bagi fakir

miskin dan orang tidak mampu dibayar oleh pemerintah dengan membawa Kartu Keluarga

(KK) dan atau Kartu Tanda Penduduk (KTP).

f. Kualitas dan Kuantitas pelayanan kesehatan

Kualitas dan Kuantitas pelayanan kesehatan di Kecamatan Kotamobagu Selatan

dijadikan sebagai acuan dalam menetapkan suatu pelayanan kesehatan yang bermutu dan

berkelanjutan. Akan tetapi terlepas dari layaknya fasilitas serta tenaga kesehatan yang

memadai, perlu lagi adanya peningkatan pada kedua kebutuhan masyarakat tersebut
kaitannya dengan proses pelayanan kesehatan yang berjangka panjang.

Kendala dalam pelaksanaan pelayanan kesehatan dengan Jamkesda hanya berkisar

pada kurangnya kesadaran masyarakat yang ketika datang berobat yang lupa membawa

persyaratan untuk melengkapi administrasi, kurangnya disposisi/tingkah laku yang baik yang

harus diberikan olehpetugas pelayanan kesehatan, kurangnya ketersediaan tenaga kesehatan,

serta sarana dan prasarana kesehatan yang mampu melengkapi kekurangan di berbagai

wilayah.

2. Implementasi Otonomi Khusus Dalam Pelayanan Publik Bidang Kesehatan

Dalam pelayanan sejarah Otonomi Daerah telah mengalami pasang surat sehingga dalam

pelaksanaannya telah banyak mengalami beberapa perubahan bhakan sebagai kebijakan yang

diperlakukan oleh pemerintah pusat terhadap perintah daerah banyak menimbulkan pro dan kontra ada

beranggapan bahwa pelaksanaan otonomi daerah dianggap sentralis namun ada pula yang

menganggap otonomi daerah desentralistik. Dikotomi terhadap perbedaan pandangan terhadap

pelaksanaan otonomi daerah di Indonesia telah menimbulkan sorotan yang cukup tajam, dikalangan

masyarakat didaerah sehingga proses sejarah panjang tersebut melahirkan suatu gerakan reformasi

didalam penyelenggaraan pemerintahan buktinya gerakan reformasi Tahun 1998 telah membawa babak

baru dalam penyelenggaraan pemerintahan di Indonesia.

Dasar kebijakan dengan diberlakukannya Otonomi Daerah Otonomi khusus adalah bermuara

dari esensi UUD 1945 sebagai bentuk dan pondasi dalam kerangka Undang Undang. Sehingga secara

Prinsip Undang undang Dasar 1945 merupakan landasan kuat untuk menyelenggarakan otonomi

daerah dan Otonomi khusus dengan memberikan kewenangan yang luas,nyata,dn bertanggung jawab

kepada daerah,sebagaimana di atur dalam Undang-Undang No.32 Tahun 2004 tentang pemerintahan

Daerah.
Adapun tujuan pemberian otonomi daerah adalah untuk memberdayakan daerah dalam bentuk

meningkatkan pelayanan, perlindungan, kesejatrahan, prakarAsa, kreaktivitas, dan peran serta

masyarakat, menumbuh kebangkan demokrasi, pemerataan dan keadilan serta persatuan, kesatuan,

dan kerukunan nasionol dengan menginkati asal-usul suatu daerah, kemajemukan dan karasteristik,

serta potensi daerah yang bermuara pada peningkatan kesejatrahan rakyat dalam system Negarah

Kesatuan Repoblik Indonesia.

a. Konsep Pelayanan Publik

Pelayanan dalam instansi pemerintah merupakan salah satu faktor yang turut menentukan

,karena tanpa pelayanan maka segala kegiatan yang akan dilakukan akan menjadi sia-sia. Dimana-

mana masalah pelayanan menjadi topik yang sangat menarik untuk dibicarakan. Sebelum

membahas lebih jauh tentang pentingnya pelayanan maka terlebih dahulu akan dikemukakan

pengertian dari pelayanan itu sendiri.

Menurut Nugroho (2008) bahwa pelayanan Publik memiliki berbagai tugas antara lain :

1. Tugas pelayanan publik adalah tugas memberikan pelayanan kepada umum tanpa membeda-

bedakan dan diberikan secara cuma-cuma atau dengan biaya sedemikian rupa sehingga

kelompok paling tidak mampu menjangkaunya. Tugas ini diemban oleh Negara yang

dilaksanakan melalui salah satu alatnya yaitu pemerintah atau birokrasi pemerintah.

2. Tugas pembangunan adalah tugas untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi dari

masyarakat. Tugas ini focus pada upaya membangun produktivitas dari masyarakat dan

mengkreasikan nilai ekonomi atas produktivitas ekonomi tersebut. Tugas pembangunan ini

menjadi misi dari organisasi ekonomi ataupun lembaga bisnis.

3. Tugas pemberdayaan, adalah peran untuk membuat setiap warga masyarakat mampu

meningkatkan kualitas kemanusiaan dan kemasyarakatan. Tugas ini adalah yang non-for

profit.
Dengan melihat pembagian tersebut diatas, jelas bahwa tugas pokok dari pemerintah atau

birokrasi publik adalah memberikan pelayanan, didalam arti pelayanan umum atau pelayanan public.

Dengan kata lain menurut Yousa (2002) bahwa misi atau tujuan utama dari organisasi pemerintah

(birokrasi public) adalah memberikan pelayanan public. Misi tersebut bukan hanya sekedar

memenuhi kebutuhan masyarakat yang tidak dapat diberikan oleh mekanisme pasar dan kegiatan

volunter, tetapi juga untuk menghindari kemungkinan masyarakat banyak dirugikan oleh para

pelaku bisnis dipsar yang kepentingannya seringkali berbenturan dengan kepentingan publik.

Moenir (1997) mengartikan pelayanan sebagai proses pemenuhan kebutuhan melalui aktivitas

orang lain secara langsung. Sementara dalam Kamus besar Bahasa Indonesia (Badudu, 2006)

dijelaskan pelayanan adalah hal, cara, atau hasil pekerjaan melayani; sedangkan melayani adalah

menyuguhi (orang),menyediakan keperluan orang, mengiyakan, menerima, menggunakan.

Kotler (Dalam Lukman 2008) mengartikan pelayanan adalah setiap kegiatan yang

menguntungkan dalam suatu kumpulan atau kesatuan, dan menawarkan kepuasan meskipun

hasilnya tidak terikat pada suatu produk secara fisik. Selanjutnya Lukman (2008) mengatakan,

pelayanan adalah suatu kegiatan atau urutan kegiatan yang terjadi dalam interaksi langsung antara

seseorang dengan orang lain atau mesin secara fisik, dan menyediakan kepuasan pelanggan.

Nugroho ( 2008) menyatakan bahwa tugas pelayanan publik adalah tugas memberikan

pelayanan kepada umum tanpa membeda-bedakan dan diberikan secara sama-sama atau dengan

biaya sedemikian rupa sehingga kelompok paling tidak mampu dapat menjangkaunya. Tugas ini

diemban oleh Negara yang dilaksanakan melalui salah satu unsurnya, yaitu pemerintah beserta

seluruh perangkat birokratnya. Dari apa yang dikatakan oleh Nugroho (2008) tersebut jelaslah

bahwa pelayanan publik merupakan tugas pokok dari pemerintah ( birokrasi). Dengan kata lain misi

utama dari organisasi (birokrasi pemerintah) adalah memberikan pelayanan publik.

Tugas pelayanan publik meliputi pengadaan /penyediaan barang dan jasa publik ( public goods)
Public goods adalah barang dan jasa yang penggunaannya memiliki ciri non rivalry

(Sinambela,2007), yaitu barang dan jasa yang pemakaiannya oleh seseorang tidak dapat mencegah

orang lain untuk menggunakan barang dan jasa yang sama (Yousa,2002). Selanjutnya pelayanan

publik didefinisikan oleh Ibnu Kencana dkk ( 2006) sebagai setiap kegiatan yang dilakukan oleh

Negara (pemerintah) terhadap sejumlah orang yang memiliki setiap kegiatan yang menguntungkan

dalam suatu kumpulan atau kesatuan dan menawarkan kepuasan meskipun hasilnya tidak terikat

pada suatu produk secara fisik.

Kurniawan (2005) mendefinisikan pelayanan publik adalah pemberian pelayanan (melayani)

keperluan orang atau masyarakat yang mempunyai kepentingan pada organisasi itu. Menurut

Mahmudi (2008) Pelayanan Publik adalah segala kegiatan pelayanan yang dilaksanakan oleh

penyelenggara pelayanan publik sebagai upaya pemenuhan kebutuhan publik dan pelaksanaan

ketentuan peraturan perundang-undangan.

Dalam hal ini, yang di maksud penyelenggara pelayanan publik adalah instansi pemerintah yang

meliputi:

a. Satuan kerja/satuan organisasi Kementrian

b. Departemen

c. Lembaga pemerintah Non Departemen

d. Kesekretariatan Lembaga tertinggi dan Tinggi negara, misalnya Sekretariat Dewan (Detwan)

Sekretariat Negara dan lain-lain

e. Badan Usaha Milik Negara BUMN

f. Badan Usaha Milik Daerah (BUMD)

g. Instansi Pemerintah lainnya ,baik pusat maupun daerah termasuk dinas-dinas dan badan.

Dalam penyelenggaraan pelayanan publik, aparatur pemerintah bertanggung jawab untuk

memberikan pelayanan yang terbaik kepada masyarakat dalam rangka menciptakan kesejahteraan
masyarakat. Masyarakat berhak untuk mendapatkan pelayanan yang terbaik dari pemerintah karena

masyarakat telah memberikan dananya dalam bentuk pembayaran pajak, retribusi dan berbagai

pungutan lainnya. (Dwiyanto, 2002). Namun demikian meskipun kewajiban pemberian pelayanan

publik terletak pada pemerintah, pelayanan publik juga dapat diberikan oleh pihak swasta dan pihak

ketiga, yaitu organisasi non profit, relawan dan lembaga swadaya masyarakat. Jika penyelenggaraan

pelayanan publik tertentu diserahkan kepada swasta atau pihak ketiga, maka yang terpenting

dilakukan oleh pemerintah adalah memberikan regulasi, jaminan keamanan, kepastian hukum dan

lingkungan yang kondusif. (Abdul Wahab, 2001). Dengan demikian dapatlah dikatakan bahwa

pelayanan publik adalah kegiatan pemenuhan kebutuhan penerima pelayanan maupun pelaksanaan

peraturan perundang-undangan. Dengan demikian dapatlah dikatakan bahwa pelayanan publik

adalah kegiatan pemenuhan keinginan dan kebutuhan/kepentingan masyarakat oleh penyelenggara

Negara.

Menurut Nugroho (2008) bahwa pada dasarnya terdapat banyak jenis pelayanan publik yang

diberikan oleh pemerintah yang dapat berbentuk distributive, redistributive, dan regulative. Namun

secara generik, pelayanan publik yang diberikan / ditugaskan kepada pemerintah dibagi menjadi tiga

yaitu :

 Pelayanan primer yaitu pelayanan yang paling mendasar atau pelayanan minimum seperti

pelayanan kewargaan, pelayanan kesehatan, pelayanan pendidikan, dan pelayanan ekonomi,

 Pelayanan sekunder yakni pelayanan pendukung , namun bersifat kelompok specific,

 Pelayanan tersier, yakni pelayanan yang berhubungan secara tidak langsung kepada publik.

b. Konsep kesehatan dan ketersediaan pelayanan kesehatan

Salah satu tantangan yang dihadapi bangsa Indonesia adalah bagaimana memaksimalkan

berkaitan dengan usia harapan hidup akan menjadi lebih baik apabila terdapat pola hidup sehat.
Menurut W. J. S. Perwadaminta (1996), menyatakan bahwa kesehatan atau yang disebut sehat

adalah keadaan seluruh badan serta bagian-bagiannya bebas dari sakit dalam UU No. 23 Tahun

1992, sehat adalah keadaan sejahtra dari badan, jiwa, dan sosial yang memingkinkan setiap orang

hidup produtif secara sosial dan ekonomis.

Menurut badan kesehatan dunia/ World Health organization (WHO, 2006), sehat adalah

keadaan sejahtra secara fisik, mental, dan sosial bukan hanya sekedar tidak adanya penyakit

maupun cacat.Dari ketiga definisi sehat di atas dapat disimpulkan bahwa sehat adalah suatu

keadaan fisik, mental, dan sosial yang terbebas dari suatu penyakit sehingga seorang dapat

melakukan aktivitas secara oftimal.

Kesehatan menjadi salah satu aspek yang menjadi titik perahtian pemerintah, sehingga masalah

kesehatan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dengan pelaksanaan pembangunan

nasioal.banyakaspek yang menjadi indikator dalam bidang kesehatan, diantarnya berkaitan dengan

gaya hidup, stadar gizi, pola komunikasi makanan, bahkan yang lebih penting adalah system

pelayanan kesehatan (partricia Ann Dempsey 2011).

Menurut partricia Ann Dempsey (2011), pelayanan kesehatan adalah sebuah upayah yang

diselenggarakan sendiri atau secara bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan

meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan baik

itu perorangan, keluarga, kelompok, ataupun masyarakat.

Soekidjo Notoatmojo (2010) memberikan pengertian tentang pelayanan kesehatan adalah

sebuah sub system pelayanan kesehatan yang tujuan utamanya adalah pelayanan preventif

(pencegahan) dan promotif (penngkatan kesehatan) dengan secara masyarakat. Sedangkan menurut

levey dan loomba (1973), pelayanan kesehatan adalah upaya yang diselenggarakan sendiri/ secera

bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memilihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah,

dan mencembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan peroragan, keluarga, kelompok,


masyarakat.
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

1. Implementasi kebijakan Pemerintah kota kotamobagu di kecamatan Kotamobagu

Selatan dalam pelayanan kesehatan gratis belum dapat dilaksanakan secara

maksimal, hal ini disebabkan oleh keterbatasan sumber daya yang dimiliki, baik itu

tenaga medis, dan prasarana sarana yang ada di pusat pelayanan kesehatan

kecamatan kotamobagu selatan.

2. Dalam bidang pelayanan kesehatan terlihat bahwa usaha usaha untuk pelayanan

kesehatan yang masih terjadinya masalah kurang memberikan kartu berobat selain

Akses, fasilitas peralatan-peralatan Rumah Sakit masih kurang baik/kurang lengkap

baik tenaga Dokter maupun tenaga dan perawat, petugasnya tidak ada ditempat,

akhirnya kebanyakan pasien datang ke kota karena faktor petugas jarang masuk kerja

di wilayah-wilayah distrik.

3. SARAN

1. Hendaknya pemerintah pusat dalam memberikan pelaksanaan otonomi khusus

disesuaikan dengan hak-hak dasar rakyat Papua dalam mengatur rumahtangganya

sendiri terutama pengaturan dalam pengelolaan keuangan, pelayanan pendidikan,

kesehatan dan pembangunan infrastruktur diberikan secara adil dan merata.

2. Keberhasilan dari pelaksanaan kebijakan harus didukung oleh sumber daya yang

memadai, Diharapkan kepada Pemerintah bahwa bukan hanya pelayanan kesehatan dasar

yang digratiskan tetapi juga pelayanan kesehatan lanjutan


DAFTAR PUSTAKA

Emis Wenda2, (2014). Makalah Implementasi Otonomi Khusus Dalam Pelayanan Publik Bidang

Kesehatan:

Regina Veranty Damopolii2, (2022). Makalah Implementasi Kebijakan Pemerintah Daerah Dalam

Pelayanan Kesehatan Masyarakat:

Widodo, 2011, Analisis Kebijakan Publik: Konsep dan Aplikasi Analisis Proses Kebijakan Publik.

Malang. Bayu Media

Anda mungkin juga menyukai