Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

“PENYUSUNAN ANGGARAN PROGRAM KESEHATAN”


MATA KULIAH
“PEMBIAYAAN DAN PENGANGGARAN KESEHATAN”

Disusun Oleh :
Kelompok V

Fidel Rahmat Qhatami Abbas (501210014)


Stevin Unusa (501210075)
Nur Nawingka Moohulao (501210095)
Nazly Ladiku (501210074)
Astiani Ade Putri Yatuna (501210114)
Deysi Ramadhani Putri Sado (501210101)
Kirana Dewi Hamid (501210023)
Nur Fazrianti D. Karim (501210046)

Dosen Pengampuh :
Nurhayati Marada, SKM., M.Kes

PROGRAM STUDI S1 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS GORONTALO
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha kuasa karena telah memberikan
kesempatan pada penulis untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan
hidayah-Nya lah penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Penyusunan Anggaran Program Kesehatan” tepat waktu.

Makalah ini disusun guna memenuhi tugas pada mata kuliah


PEMBIAYAAN DAN PENGANGGARAN KESEHATAN. Selain itu, penulis
juga berharap agar makalah ini dapat menambah wawasan bagi pembaca tentang
bagaimana cara mengetahui penyusunan anggaran untuk program kesehatan.

Dengan kerendahan hati, penulis memohon maaf apabila ada


ketidaksesuaian kalimat dan kesalahan. Meskipun demikian, penulis terbuka pada
kritik dan saran dari pembaca demi kesempurnaan makalah.

Limboto, 07 November 2023

Kelompok V

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................ii

DAFTAR ISI...................................................................................................iii

BAB 1 PENDAHULUAN...............................................................................1

A. Latar belakang...........................................................................................1

B. Rumusan Masalah......................................................................................2

C. Tujuan........................................................................................................2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA....................................................................3

A. Definisi Penyusunan Anggaran...............................................................3

B. Fungsi Penganggaran..............................................................................3

C. Tujuan Penyusunan Anggaran................................................................4

D. Manfaat Penyusunan Anggaran..............................................................4

E. Definisi anggaran program kesehatan.....................................................6

F. Tahapan penyusunan anggaran program kesehatan................................11

BAB II PENUTUP..........................................................................................18

A. Kesimpulan................................................................................................18

B. Saran..........................................................................................................18

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................18

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kesehatan tidak hanya merupakan hak warga tetapi juga merupakan
barang investasi yang menentukan produktivitas dan pertumbuhan ekonomi
negara, karena itu negara berkepentingan agar seluruh warganya sehat
(“Health for All”), sehingga ada kebutuhan untuk melembagakan pelayanan
kesehatan universal, ada dua isu mendasar untuk mewujudkan tujuan
pelayanan kesehatan dengan cakupan universal, yaitu bagaimana cara
membiayai pelayanan kesehatan untuk semua warga, dan bagaimana
mengalokasikan dana kesehatan untuk menyediakan pelayanan kesehatan
dengan efektif, efisien, dan adil.
Salah satu subsistem kesehatan nasional adalah subsistem pembiayaan
kesehatan. Jika ditinjau dari dari defenisi sehat, sebagaimana yang dimaksud
oleh WHO, maka pembiayaan pembangunan perumahan dan atau
pembiayaan pengadaan pangan, yang karena juga memiliki dampak
terhadap derajat kesehatan, seharusnya turut pula diperhitungkan. Pada akhir
akhir ini, dengan makin kompleksnya pelayanan kesehatan serta makin
langkanya sumber dana yang tersedia, maka perhatian terhadap sub sistem
pembiayaan kesehatan makin meningkat. Pembahasan tentang subsistem
pembiayaan kesehatan ini tercakup dalam suatu cabang ilmu khusus yang
dikenal dengan nama ekonomi kesehatan.
Oleh karena itu, diperlukan juga adanya upaya untuk meningkatkan
derajat kesehatan masyrakat yang setinggi-tingginya, peranan masyarakat
juga sangat diperlukan dalam hal ini karena dengan peran tersebut upaya-
upaya untuk meningkatkan derajat kesehatan tersebut dapat terlaksana
dengan baik. Upaya- upaya seperti promotif, preventif, kuratif dan

1
rehabilitatif yang bersifat menyeluruh terpadu dan berkesinambungan juga
harus terus di terapakan dalam hal ini agar derajat kesehatan masyarakat
dapat terus terjaga dan meningkat. Selain upaya-upaya untuk meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat tersebut diperlukan juga adanya managemen
ulang terhadap sistem pembiyayaan kesehatan dan penyusunan program
anggaran kesehatan agar subsistem dalam sistem kesehatan nasional dapat
terlaksana dengan baik.
B. Rumusan Masalah
G. Apa definisi dari Penyusunan Anggaran?
H. Apa fungsi dari Penganggaran?
I. Apa tujuan dari Penyusunan Anggaran?
J. Apa manfaat dari Penyusunan Anggaran?
K. Apakah definisi anggaran program kesehatan?
L. Bagaimanakah tahapan penyusunan anggaran program kesehatan?
C. Tujuan
1. Untuk memahami definisi dari Penyusunan Anggaran
2. Untuk memahami fungsi dari Penganggaran
3. Untuk memahami tujuan dari Penyusunan Anggaran?
4. Untuk memahami manfaat dari Penyusunan Anggaran?
5. Untuk memhami definisi anggaran program kesehatan?
6. Untuk memahami tahapan penyusunan anggaran program kesehatan?

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Penyusunan Anggaran


Penganggaran atau penyusunan anggaran (budgeting) adalah proses
penyusunan rencana keuangan organisasi yang dilakukan dengan cara
menyusun rencana kerja dalam rangka waktu tertentu umumnya satu tahun
dan dinyatakan dalam satuan moneter. Penganggaran merupakan bagian dari
proses perencanaan organisasi yang secara umum meliputi perencanaan
strategi (strategic planning), penyusunan program (programming), dan
penyusunan anggaran (budgeting).
Penganggaran (budgeting) dapat didefiniskan sebagai proses melalui
mana rencana organisasi diwujudkan dalam bentuk nilai mata uang (rupiah).
Ekspresi kuantitatif rencana organisasi ini merupakan produk akhir proses
perencanaan dan cukup membutuhkan penanganan khusus pada sebagian
besar organisasi pelayanan kesehatan.
Penganggaran menurut UU. No 17 Th 2003, menerapkan prinsip
perencanaan dan penganggaran perspektif jangka menengah, penganggaran
terpdu dan berbasis kinerja.
B. Fungsi Penganggaran
Anggaran merupakan suatu alat untuk melakukan perencanaan dan
pengawasan dalam pengelolaan keuangan suatu organisasi atau instansi.
Oleh karena itu, anggaran memiliki beberapa fungsi bagi pengguna dan
lingkungannya. Dan menururt Rudianto (2009) dalam Mursitawati (2013)
anggaran sektor publik mempunyai beberapa fungsi utama antara lain
sebagai berikut :
1. Anggaran sebagai alat perencanaan
2. Anggaran sebagai alat pengorganisasian

3
3. Anggaran sebagai alat menggerakkan
4. Anggaran sebagai alat pengendalian
Apabila dilihat dari beberapa fungsi yang telah disebutkan, fungsi
paling utama dari anggaran ada dua, yakni sebagai alat perencanaan dan
sebagai alat pengendalian.
C. Tujuan Penyusunan Anggaran
Anggaran merupakan alat yang efektif dan efesiensi untuk
merencanakan, mengawasi dan mengendalikan progam kegiatan perusaan,
demikian pula untuk rumah sakit dan puskesmas. Dengan perencanaan
anggaran akan dapat dicapai penggunaan yang efisien dari tenaga dan alat
serta obat yang pemborosan dapat dihindarkan atau setidak-tidaknya dapat
diminimalkan dan dikendalikan.
1. Agar manager/pimpinan organisasi bersedia melakukan perencanaan
dengan seksama bagi kepentingan organisasinya.
2. Mengembangkan koordinasi dan kooperatif dalam organisasi.
3. Meningkatkan kepedulian anggota organisasi terhadap perannya
dalam organisasi.
4. Mengkomunikasikan goals dan objektif, tipe, dan tingkat pelayanan
yang dapat diberikan, sumber daya yang dibutuhkan dan pendapatan
yang mungkin dihasilkan dari suatu program tertentu.
5. Mengendalikan keuangan organisasi. Dengan telah disusunnya
anggaran, anggota organisasi dapat mengetahui dengan pasti berapa
besar sumber daya yang akan mereka konsumsi, khususnya ketika
anggaran saat ini dibandingkan dengan anggaran tahun sebelumnya,
sehingga pengelolaan program dapat disesuaikan.
D. Manfaat Penyusunan Anggaran
Manfaat anggaran bagi manajemen adalah membantu dalam hal :
1. Perencanaan
2. Koordinasi
3. Pengawasan dan pengendalian

4
Pada bidang perencanaan membantu dalam hal :
a. Meneliti, mempelajari masalah yang berhubungan dengan
kegiatan yang akan dilakukan – penyempurnaan rencana.
b. Dengan telah diketahuinya biaya suatu rencana, maka pimpinan
organisasi dapat mengambil keputusan apakah rencana yang
disusun tersebut dapat dilaksanakan atau tidak.
c. Mengarahkan seluruh tenaga di rumah sakit dan puskesmas
dalam menentukan arah /kegiatan yang paling menentukan –
membantu pengaturan dalam pemanfaatan sumber daya.
d. Dengan dilakukannya perencanaan anggaran, akan dapat
diketahui besarnya biaya yang dibutuhkan oleh suatu kegiatan.
Berdasarkan informasi tersebut pengalokasikan sumber daya
yang dimiliki organisasi dapat lebih terarah sesuai denga
kebutuhan masing-masing kegiatan.
e. Menunjang kebijaksanaan rumah sakit dan puskesmas –
membantu proses pengambilan keputusan
f. Dengan telah diketahuinya biaya suatu rencana, maka pimpinan
organisasi dapat mengambil keputusan apakah rencana yang
disusun tersebut dapat dilaksanakan atau tidak.
g. Dengan dilakukannya perencanaan anggaran, maka akan dapat
diketahui besarnya biaya yang dibutuhkan oleh suatu kegiatan.
Berdasarkan informasi tersebut pengalokasian sumber daya
yang dimiliki orgnasasi dapat lebih terarah sesuai dengan
kebutuhan masing-masing kegiatan.
h. Membantu proses pengambilan keputusan dalam pengendalian
untuk menghindari overspending, underspending dan salah
sasaran dalam pengalokasian anggaran.
i. Mengakibatkan pemakaian alat fisik secara lebih efektif dan
dengan mempertimbangkan kemampuan anggaran, penyusunan
rencana dapat lebih realisasi dan tidak berlebihan.

5
Pada bidang koordinasi membantu dalam hal :
a. Membantu mengkoordinasikan faktor manusia dengan
organisasi.
b. Menempatkan penggunaan modal pada saluran yang
menguntungkan dalam arti seimbang dengan program
organisasi.
c. Pelaksanaan suatu rencana yang di dalamnya terasuk pula
anggarannya, hanya mungkin dilakukan apabila rencana tersebut
telah memperoleh persetujuan. Persetujuan ini sanagat penting
artinya karena terkait dengan dana yang akan diperoleh untuk
melaksanakan kegiatan tersebut. Dengan telah diperolehnya
dana untuk melaksanakan kegiatan, maka hal ini identik dengan
pendelegasian wewenang (delegation of authority). Dengan
demikian anggaran terutama pada tahap pelaksanannya,
berperan besar dalam memperjelas pendelegasian wewenang
dalam suatu organisasi.
Pada bidang pengawasan membantu dalam hal :
a. Membantu pemantauan dan pengawasan.
b. Anggaran yang tersusun secara rinci dan jelas dapat
dipergunakan untuk membantu pemantauan.
c. Pengawasan (monitoring) serta (controlling), maka
penyimpangan akan segera terdeteksi setiap kali ditemukan
pemakaian anggaran yang tidak semestinya.
d. Mencegah secara umum pemborosan-pemborosan.
E. Definisi Anggaran Program Kesehatan
Definisi Anggaran Kesehatan UU No. 36 Tahun 2009 Tentang
Kesehatan di awali dengan Direktorat Kesehatan dan Gizi Masyarakat-
Bappenas yang mengadakan Pertemuan Pembahasan Definisi Anggaran
Kesehatan Sesuai UU No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan pada (04/06)
di Bappenas. Deputi Bidang SDM dan Kebudayaan, Bappenas dan Biro
Perencanaan dan Anggaran, Staf Ahli Menteri Kesehatan Bidang

6
Pembiayaan dan Pemberdayaan Masyarakat, Pusat Pembiayaan dan
Jaminan Kesehatan

(Kementerian Kesehatan), Direktur Perimbangan Keuangan, Direktur


Anggaran I (Kementerian Keuangan), Biro Perencanaan dan Keuangan
(Badan POM), Dit. Pengembangan Wilayah, Dit. Otonomi Daerah, Dit.
Alokasi Pendanaan Pembangunan (Bappenas).
Pertemuan tersebut diadakan dengan tujuan untuk Menyamakan
persepsi terhadap definisi alokasi anggaran kesehatan yang tercantum dalam
UU No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan; Mendapatkan masukan terkait
ruang lingkup dan komponen anggaran kesehatan (Pusat dan Daerah); dan
Mengidentifikasi langkah tindak lanjut implementasi UU No. 36 Tahun
2009. Poin penting dalam pertemuan tersebut antara lain:
1. Perlu penjelasan lebih jauh tentang pasal 171 ayat (1) dan (2) UU
No. 36 Tahun 2009;
2. Struktur anggaran saat ini (UU APBN) adalah 26% untuk daerah, 26%
untuk subsidi, 20% untuk pendidikan, apabila untuk kesehatan
dialokasikan 5% maka untuk sektor lainnya (infrastruktur, pertanian,
hankam,dll) menjadi 23%. Hal ini perlu mendapat perhatian khusus
karena dalam konstitusi (UUD) tidak menyebut nominal persentase
untuk anggaran kesehatan, sehingga jika masuk dalam pembahasan
MK, posisi UU Kesehatan menjadi sulit karena sejajar dengan UU
APBN.Dengan demikian, proses untuk memenuhi amanat UU No. 36
Tahun 2009 ini, perlu dibahas di tingkat Eselon I (DJA, Kepala BKF,
Ditjen Perimbangan Keuangan) untuk selanjutnya dibahas di Sidang
Kabinet;
3. Anggaran kesehatan 5% dihitung berdasarkan anggaran langsung
terkait program kesehatan karena apabila anggaran di sektor lain juga
dihitung, kemungkinan alokasi anggaran kesehatan akan melebihi 5%;

4. Perhitungan pemanfaatan anggaran kesehatan sebesar 2/3 untuk


pelayanan publik dapat mengacu pada pelaksanaan SPM kesehatan.
Namun saat ini, SPM kesehatan masih berada pada tataran

7
kabupaten, harus dipikirkuntuk diturunkan sampai dengan tingkat
pelayanan, yaitu puskesmas dan RS;
5. Tata cara alokasi anggaran kesehatan perlu diatur dengan PP tentang
pembiayaan kesehatan. Dengan ditetapkannya PP, maka upaya
pemenuhan alokasi anggaran Pemerintah sebesar 5% dapat segera
dilakukan. Penyusunan PP sedapat mungkin melibatkan seluruh
stakeholder terkait dalam Tim Sinkronisasi/Harmonisasi lintas sektor.
Sebagai tindak lanjutnya yaitu dibentuk Tim Kecil yang terdiri dari
Dir. KGM Bappenas, Dir. Otda Bappenas, Dir. Pengembangan Wilayah
Bappenas, Dir. Alokasi Pendanaan Pembangunan Bappenas, Dir.
Penyusunan APBN Kemenkeu, Kepala Pusat Kebijakan Belanja Negara
Kemenkeu, Dir. Anggaran I Kemenkeu, Dir. Dana Perimbangan
Kemenkeu, Kepala Biro Perencanaan & Anggaran Kemenkes, Kepala Biro
Keuangan Kemenkes, Kepala Biro Hukum dan Organisasi Kemenkes,
Kepala Pusat Pembiayaan Kesehatan Kemenkes, Staf Ahli Menkes Bidang
Pembiayaan dan Pemberdayaan Masyarakat. Dengan tugas Tim Kecil antara
lain untuk Mendefinisikan alokasi anggaran kesehatan Pemerintah dan
memberikan masukan utama dalam penyusunan PP Pembiayaan Kesehatan.
Anggaran kesehatan nasional menggunakan dana Alokasi Khusus,
selanjutnya disebut DAK, adalah dana perimbangan dan bersumber dari
pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah tertentu dengan tujuan
untuk membantu mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah
dan sesuai dengan prioritas nasional
1. Anggaran tersebut digunakan rata-rata digunakan untuk pengadaan
infrastruktur kesehatan, dan obat dan perbekalan kesehatan dalam
rangka memenuhi kebutuhan obat dan perbekalan kesehatan pada
pelayanan kesehatan primer. Pengadaan infrastruktur kesehatan,
meliputi:
a. Pembangunan Puskesmas;
b. Pembangunan Puskesmas Perawatan;
c. Pembangunan Pos Kesehatan Desa;

8
d. Pengadaan Puskesmas Keliling Perairan;
e. Pengadaan Kendaraan roda dua untuk Bidan Desa.

2. Peningkatan pelayanan kesehatan rujukan, dapat dimanfaatkan


untuk peningkatan fasilitas rumah sakit provinsi, kabupaten/kota,
antara lain:
Peningkatan fasilitas tempat tidur kelas III RS;
a. Pemenuhan peralatan unit transfusi darah RS dan bank darah
RS;

b. Peningkatan fasilitas instalasi gawat darurat RS;

c. Peningkatan sarana prasarana dan pengadaan peralatan


kesehatan untuk program pelayanan obstetric neonatal
emergency komprehensif (PONEK) di RS; dan

d. Pengadaan peralatan pemerksaan kultur M.tuberculosis di BLK


provinsi.
3. Untuk kabupaten/kota, alokasi DAK 2010 ditujukan 2 (dua) kegiatan,
yaitu: pemenuhan pelayanan dasar dan pelayanan rujukan. Pelayanan
dasar berupa pemenuhan kesehatan dasar dan pengadaan obat dan
perbekalan kesehatan. Untuk pemenuhan kesehatan dasar, DAK
diberikan kepada 405 kabupaten/kota dengan total anggaran sebesar
Rp1,22 triliun, sementara untuk obat dan perbekalan kesehatan
diberikan kepada 378 kabupaten/kota dengan total anggaran sebesar
Rp 1 triliun.
Dana Alokasi Khusus (DAK) adalah dana yang ditransfer oleh
pemerintah pusat kepada pemerintah daerah yang bersumber dari
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Transfer DAK
merupakan konsekuensi lahirnya Ketetapan MPR No. XV/MPR/1998
tentang Penyelenggaraan Otonomi Daerah ; Pengaturan, Pembagian
dan Pemanfaatan Sumberdaya Nasional yang Berkeadilan serta
Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah dalam Kerangka Negara
Kesatuan Republik Indonesia. Kemudian dilanjutkan dengan lahirnya

9
UU No.22/1999 tentang Pemerintah Daerah dan

10
UU No. 25/1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah
Pusat dan Daerah. Yang kemudian disempurnakan melalui penerbitan
UU No.32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah sebagai pengganti
dari UU No.22 Tahun 1999 dan UU No.33 Tahun 2004 tentang
Perimbangan Keuangan Antara Keuangan Negara dan Keuangan
Daerah sebagai pengganti UU No.25 Tahun 1999.
Pengertian DAK diatur dalam Pasal 1 angka 23 Undang-
Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara
Keuangan Pusat dan Keuangan Daerah, yang menyebutkan bahwa:
“Dana Alokasi Khusus, selanjutnya disebut DAK adalah dana yang
bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah
tertentu dengan tujuan untuk membantu mendanai kegiatan khusus
yang merupakan urusan daerah dan sesuai dengan prioritas nasional.”
Pasal 162 UU No.32/2004 menyebutkan bahwa DAK dialokasikan
dalam APBN untuk daerah tertentu dalam rangka pendanaan
desentralisasi untuk (1) membiayai kegiatan khusus yang ditentukan
Pemerintah Pusat atas dasar prioritas nasional dan (2) membiayai
kegiatan khusus yang diusulkan daerah tertentu
Dalam menjalankan Kebijakan DAK, langkah kebijakan yang
dijalankan oleh pemerintah dibagi menjadi 4 kelompok besar yaitu (i)
penetapan program dan kegiatan, (ii) penghitungan alokasi DAK, (iii)
arah kegiatan dan penggunaan DAK, dan (iv) administrasi pengelolaan
DAK. Pada tulisan ini, penulis hanya akan mencoba membahas proses
penetapan program dan kegiatan serta perhitungan alokasi DAK

11
F. Tahapan Penyusunan anggaran Program Kesehatan
1. Penyusunan Anggaran Kesehatan adalah sebagai berikut:
a. Teknik Perencanaan dan Penggunaan Anggaran

Sumber Pembiayaan Teknik Perencanaan Penggunanan


Anggaran
Pendapatan asli daerah Kondisi kapasitas Program dan
fiskal daerah dan kegiatan oprasional
pemasukan retribusi
Dana alokasi umum Formulasi DAU Program dan
administrasi
kesehatan
Dana alokasi khusus Tergantung dari Infrastruktur (fisik)
bidang kesehatan pusat (sisa dana kesehatan
reboisasi) dibagi
berdasarkan kapasitas
fiskal
daerah
Dana bagi hasil Tergantung dari Program dan
kesediaan SDA kegiatan (operasional
dan
administrasi)
Dana dekonsentrasi Tergantung dari Kebutuhan fisik
dan dana pembantuan pusat (berbasis dan infrastruktur
anggaran taun
sebelumnya)

12
Anggaran biaya Lobby, advokasi Kebutuhan mendesak
tambahan dan negosiasi darurat dan
kejadian luar
biasa
Program kompensasi Jumlah penduduk Untuk jaminan dan
pengurangan subsidi miskin untuk kesehatan
BBM
Biaya lain (sisa dana Tergantung dari Kebutuhan mendesak
anggaran taun lalu, kondisi kapasitas aset darurat dan
hutang, penjualan dan financial kejadian luar
obligasi) daerah biasa
Dana perusahaan Tergantung proposal Untuk pelayanan
swasta (memberikan langsung/tidak
keuntungan normsl langsung
ekonomi)
Dana LSM Tergantung proposal Untuk pelayanan
(memberikan langsung/tidak
keuntungan sosial) langsung
Dana kemanusiaan Tergantung sosio Untuk pelayanan
kemasyarakatan langsung

b. Penetapan Program dan Kegiatan


Dalam proses penetapan program dan kegiatan DAK,
penetapannya diatur dalam Pasal 52 PP No. 55 Tahun 2005
berbunyi:
1) Program yang menjadi prioritas nasional sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 50 ayat (2) dan Pasal 51 ayat (1)
dimuat dalam Rencana Kerja Pemerintah tahun anggaran
bersangkutan.
2) Menteri teknis mengusulkan kegiatan khusus yang akan
13
didanai dari DAK dan ditetapkan setelah berkoordinasi
dengan Menteri Dalam Negeri, Menteri Keuangan, dan
Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional,
sesuai dengan Rencana Kerja Pemerintah sebagaimana
dimaksud pada ayat (1).
3) Menteri teknis menyampaikan ketetapan tentang kegiatan
khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (2) kepada
Menteri Keuangan.
Pasal 52 Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 55 Tahun
2005 jelas dikatakan bahwa program dan kegiatan yang akan
didanai dari Dana Alokasi Khusus merupakan program yang
menjadi prioritas nasional yang dimuat dalam Rencana Kerja
Pemerintah. Kegiatan dan program yang akan didanai tersebut
merupakan program yang diusulkan oleh kementerian teknis
yang melalui proses koordinasi dengan Menteri Dalam Negeri,
Menteri Keuangan, dan Menteri Negara Perencanaan
Pembangunan Nasional, sebelum ditetapkan dan sesuai dengan
RKP. Tahapan berikutnya adalah ketetapan program tersebut
disampaikan kepada Menteri Keuangan untuk dilakukan
penghitungan alokasi DAK.

Bagan Mekanisme Penetapan Program dan Kegiatan

14
c. Penghitungan Alokasi DAK
Pasal 54 PP Nomor 55 Tahun 2005 mengatur bahwa
perhitungan alokasi DAK dilakukan melalui 2 tahap, yaitu:
1) Penentuan daerah tertentu yang menerima DAK; dan
2) Penentuan besaran alokasi DAK masing-masing daerah.
3) Penentuan daerah tertentu menurut pasal 54 Peraturan
Pemerintah No. 55 Tahun 2005 tersebut harus memenuhi
kriteria umum, kriteria khusu dan kriteria teknis
sebagaimana sudah diatur didalam Undang-Undang
Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan
antara Keuangan Pusat dan Keuangan Daerah.
2. Kriteria yang harus dipenuhi dalam penyusunan
a. Kriteria Umum
Menurut Pasal 33 PP No. 55 Tahun 2005, Kriteria umum
dirumuskan berdasarkan kemampuan keuangan daerah
yang tercermin dari penerimaan umum APBD setelah dikurangi
belanja Pegawai Negeri Sipil. Dalam bentuk formula, kriteria
umumtersebut dapat ditunjukkan pada beberapa persamaan di
bawah ini:

Dimana :

Penerimaan Umum = PAD + DAU + (DBH – DBHDR) Belanja

Pegawai Daerah = Belanja PNSD

PAD = Pendapatan Asli Daerah

APBD = Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah DAU =

Dana Alokasi Umum 15


DBH = Dana Bagi Hasil

DBHDR = Dana Bagi Hasil Dana Reboisasi PNSD = Pegawai

Negeri Sipil Daerah

Kemampuan keuangan daerah dihitung melalui indeks


fiskal neto (IFN) tertentu yang ditetapkan setiap tahun.Dalam
tahun 2011, arah kebijakan umum DAK adalah untuk membantu
daerah-daerah yang kemampuan keuangan daerahnya relatif
rendah.Hal ini diterjemahkan bahwa DAK dialokasikan untuk
daerah-daerah yang kemampuan keuangan daerahnya berada di
bawah rata-rata nasional atau IFN-nya kurang dari 1
(satu).Dalam hal ini, rata-rata kemampuan keuangan daerah
secara nasional dihitung dengan menggunakan rumus di bawah
ini.
Selanjutnya, perhitungan IFN dilakukan dengan membagi
kemampuan keuangan daerah dengan rata-rata nasional
kemampuan keuangan daerah. Jika IFN < 1, atau dengan kata
lain daerah tersebut memiliki kemampuan keuangan daerah
lebih kecil dibandingkan dengan rata-rata nasional, maka daerah
tersebut mendapatkan prioritas dalam memperoleh DAK

b. Kriteria Khusus
Ditetapkan dengan memperhatikan peraturan perundang-
undangan, dan karakteristik daerah.
1. Aturan perundangan-undangan, untuk daerah yang
termasuk dalam pengaturan otonomi khusus atau termasuk
dalam 199 kabupaten tertinggal diprioritaskan
mendapatkan alokasi DAK 16
2. Karakteristik Daerah, daerah yang diperioritaskan
mendapatkan alokasi DAK dilihat dari karakteristik daerah
yang meliputi :

a. Untuk Provinsi : (1) Daerah tertinggal, (2) Daerah pesisir


dan/atau kepulauan, (3) Daerah perbatasan dengan negara lain,
(4) Daerah rawan bencana, (5) Daerah ketahanan pangan, (6)
Daerah pariwisata
b. Untuk Kabupaten dan Kota : (1) Daerah tertinggal, (2) Daerah
pesisir dan/atau kepulauan, (3) Daerah perbatasan dengan
negara lain, (4) Daerah rawan bencana, (5) Daerah
ketahanan pangan, (6) Daerah pariwisata
c. Kriteria Teknis
Kriteria Teknis disusun berdasarkan indikator-indikator
yang dapat menggambarkan kondisi sarana dan prasarana, dan
tingkat kinerja pelayanan masyarakat serta pencapaian
teknis

pelaksanaan kegiatan DAK di daerah. Kriteria teknis


kegiatan DAK dirumuskan oleh masing-masing menteri teknis
terkait, yakni :
1) Bidang Pendidikan dirumuskan oleh Menteri Pendidikan;
a) Bidang Kesehatan dirumuskan oleh MenterI
Kesehatan;
b) Bidang Infrastruktur Jalan, Infrastruktur Irigasi dan
Infrastruktur Air Minum dan Senitasi dirumuskan
oleh Menteri Pekerjaan Umum;
c) Bidang Prasarana Pemerintahan dirumuskan oleh
Menteri Dalam Negeri;
d) Bidang Kelautan dan Perikanan dirumuskan oleh
Menteri Kelautan dan Perikanan;
e) Bidang Pertanian dirumuskan oleh Menteri 17
Pertanian;
f) Bidang Lingkungan Hidup dirumuskan oleh
Menteri Lingkungan Hidup;
g) Bidang Keluarga Berencana dirumuskan oleh
Kepala Badan Koordinator Keluarga Berencana
Nasional;
h) Bidang Kehutanan dirumuskan oleh Menteri
Kehutanan;
i) Bidang Sarana dan Prasaranan Pedesaan dirumuskan
oleh Menteri Negara Percepatan Pembangunan
Daerah Tertinggal; dan
j) Bidang Perdagangan dirumuskan oleh Menteri
Perdagangan.

18
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Penganggaran (budgeting) dapat didefiniskan sebagai proses melalui
mana rencana organisasi diwujudkan dalam bentuk nilai mata uang (rupiah).
Ekspresi kuantitatif rencana organisasi ini merupakan produk akhir proses
perencanaan dan cukup membutuhkan penanganan khusus pada sebagian
besar organisasi pelayanan kesehatan. Definisi anggaran kesehatan dapat
diatur dalam Anggaran Kesehatan UU No. 36 Tahun 2009 Tentang
Kesehatan, Anggaran kesehatan nasional menggunakan dana alokasi
Khusus, selanjutnya disebut DAK.
B. Saran

1. Diharapkan dengan adanya makalah ini dapat membantu pembaca


dalam memahami sistem pembiayaan kesehatan nasional dan
penyusunan anggaran program kesehatan
2. Perlu diadakan penelitian dan penulisan lebih lanjut mengenai kajian
ini.

19
DAFTAR PUSTAKA

Rahmiyati, A, L. 2021. Buku Ajar Konsep Dasar Pembiayaan Dan


Penganggaran Kesehatan. Alhimedia Book. Indonesia

Supriyanto, S dkk. 2022. Sistem Pembiayaan & Asuransi Kesehatan. Zifatama


Jawara. Indonesia

https://pustaka.ut.ac.id/lib/wp-content/uploads/pdfmk/EKAP4403-M1.pdf

https://books.google.co.id/books?
id=n2yEDwAAQBAJ&pg=PA97&dq=penyusunan+anggaran+program+kesehata
n&hl=id&newbks=1&newbks_redir=0&source=gb_mobile_search&sa=X&ved=2
ahUKEwj3kd3vzbGCAxUBzzgGHeIqAw4Q6AF6BAgOEAM#v=onepage&q=pe
nyusunan%20anggaran%20program%20kesehatan&f=false

https://books.google.co.id/books?
id=zyYlEAAAQBAJ&printsec=frontcover&dq=penyusunan+anggaran+program
+kesehatan&hl=id&newbks=1&newbks_redir=0&source=gb_mobile_search&sa=
X&ved=2ahUKEwjy5Lzm7bGCAxW9TGwGHRD9C0UQ6AF6BAgMEAM#v=
onepage&q=penyusunan%20anggaran%20program%20kesehatan&f=false

20

Anda mungkin juga menyukai