Anda di halaman 1dari 35

TEORI BIAYA DAN MENGHITUNG COST ANALYSIS

PROGRAM KESEHATAN

Dosen pembimbing :

Dr. Dwi Noerjoedianto, SKM., M.Kes, CIQaR

Disusun oleh :

Kelas 2A Ilmu Kesehatan Masyarakat

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS JAMBI

2023
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang,
Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan hidayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
tentang Teori Biaya dan Menghitung Cost Analysis Program Kesehatan.

Makalah ilmiah ini telah disusun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak terlebih kepada mahasiwa/I kelas
2A program studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Jambi yang telah berkontribusi
dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan
tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat
memperbaiki makalah ilmiah ini. Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang
materi Teori biaya dan mengitung cost analysis program kesehatan ini dapat memberikan
manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.

Jambi, 16 Februari 2023

Kelas 2A

I
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................... I

DAFTAR ISI............................................................................................................................. II

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ................................................................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................................ 2

1.3 Tujuan Penulisan .............................................................................................................. 2

1.4 Manfaat Penulisan ............................................................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................................... 3

2.1 Definisi Biaya ................................................................................................................... 3

2.2 Penggunaan Biaya ............................................................................................................ 6

2.3 Klasifikasi Biaya ............................................................................................................ 10

2.4 Teori Biaya ..................................................................................................................... 15

2.5 Contoh Biaya di Rumah Sakit ........................................................................................ 20

2.6 Contoh Biaya di Puskesmas ........................................................................................... 22

BAB III KESIMPULAN & SARAN ....................................................................................... 28

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 30

II
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia memiliki berbagai jenis fasilitas kesehatan, seperti Rumah Sakit dan
Puskesmas. Pembiayaan kesehatan atau bisa disebut dengan pendanaan biaya kesehatan
merupakan suatu cara penyediaan dana yang memungkinkan untuk memenuhi kebutuhan
medis. Kesehatan merupakan investasi untuk mendukung pembangunan ekonomi serta
memiliki peran penting dalam upaya penanggulangan kemiskinan. Oleh karena itu, dalam
menyelenggarakan upaya kesehatan perorangan dan upaya kesehatan masyarakat, fasilitas
kesehatan perlu ditunjang dengan pembiayaan yang memadai. Sumber pembiayaan adalah
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah (APBD), Anggaran Pemerintah, pendapatan, dan sumber lainnya.

Pembangunan kesehatan harus dipandang sebagai suatu investasi untuk meningkatkan


kualitas sumber daya manusia (SDM). Dalam pengukuran Indeks Pembangunan Manusia
(IPM), kesehatan adalah salah satu komponen utama selain pendidikan dan pendapatan.
Dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan, ditetapkan bahwa
kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap
orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Karena kesehatan adalah unsur vital dan
merupakan elemen konstitutif dalam proses kehidupan seseorang. Tanpa adanya kesehatan
yang baik, maka tidak aka nada masyarakat yang produktif.

Dalam kehidupan berbangsa, pembangunan kesehatan merupakan suatu hal yang


bernilai sangat insentif. Nilai investasinya terletak pada tersedianya sumber daya yang
senantiasa siap pakai dan terhindar dari ancaman penyakit. Ketika kita hanya memandang
sebelah mata pada pembangunan kesehatan, maka kualitas hidup dan derajat kesehatan
masyarakat akan menjadi sangat memprihatinkan. Subsistem pembiayaan kesehatan
merupakan salah satu bidang ilmu dari ekonomi kesehatan. Yang dimaksud dengan biaya
kesehatan adaalah besarnya dana yang harus disediakan untuk menyelenggarakan dan atau
memanfaatkan berbagai upaya kesehatan yang diperlukan oleh perorangan, keluarga,
kelompok, dan masyarakat.

1
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang yang ada, maka dapat dirumuskan beberapa
permasalahan yang akan diangkat, yaitu sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan biaya?
2. Bagaimana konsep penggunaan biaya?
3. Apa saja klasifikasi biaya?
4. Seperti apa teori biaya?
5. Apa saja contoh biaya di Rumah Sakit?
6. Apa saja contoh biaya di Puskesmas?

1.3 Tujuan Penulisan


Berdasarkan rumusan masalah diatas, dapat disimpulkan tujuan dari penulisan ini
adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui dan memahami definisi dari biaya.
2. Untuk mengetahui penggunaan biaya.
3. Untuk mengetahui klasifikasi dari biaya.
4. Untuk memahami teori-teori biaya.
5. Untuk mengetahui contoh-contoh biaya di Rumah Sakit.
6. Untuk mengetahui contoh-contoh biaya di Puskesmas.

1.4 Manfaat Penulisan


Manfaat penulisan makalah ini adalah agar pembaca dapat memahami tentang Teori
Biaya dan Menghitung Cost Analysis Program Kesehatan secara mendalam, sekaligus
menambah wawasan dan ilmu pengetahuan.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Biaya

 KAJIAN TEORI
Untuk memenuhi kebutuhan dan tuntutan masyarakat terhadap kesehatan
banyak hal yang harus dilakukan, salah satunya adalah penyelenggaraan pelayanan
kesehatan. Secara umum dapat dibedakan sembilan (9) syarat penyelenggaraan
pelayanan kesehatan yang baik, yakni tersedia, menyeluruh, berkesinambungan,
terpadu, wajar, dapat diterima, bermutu, tercapai, serta terjangkau (Azwar Azrul,
1999). Dampak krisis ekonomi di Indonesia sampai saat ini meluas ke seluruh bidang
kehidupan, termasuk bidang pelayanan kesehatan.

Dilema yang dihadapi pelayanan kesehatan, disatu pihak pelayanan kesehatan


harus menjalankan misi sosial, yakni merawat dan menolong yang sedang menderita
tanpa memandang sosial, ekonomi, agama dan sebagainya. Namun dipihak lain
pelayanan kesehatan harus bertahan secara ekonomi dalam menghadapi badai krisis
tersebut. Oleh sebab itu pelayanan kesehatan harus melakukan reformasi, reorientasi
dan revitalisasi. (Juanita, 2002). Reformasi kebijakan pembangunan kesehatan telah
selesai dilakukan sebagaimana telah tertuang dalam Visi, Misi, Strategi dan
Paradigma baru pembangunan kesehatan yang populer dengan sebutan Indonesia
Sehat. Reformasi Sistem Kesehatan Nasional (SKN) telah memberi arah baru
pembangunan kesehatan di Indonesia. Jika diperhatikan kebijakan dan sistem baru
hasil reformasi tersebut tampak banyak perubahan yang akan dilakukan, dua
diantaranya yang terpenting adalah perubahan pada subsistem upaya kesehatan dan
perubahan pada subsistem pembiayaan kesehatan. (Gotama I, Pardede D, 2010).

 PEMBAHASAN
Biaya dalam arti luas didefinisikan sebagai pengorbanan sumber ekonomi
yang diukur dalam satuan uang, yang telah terjadi atau yang kemungkinan akan
terjadi untuk tujuan tertentu. Terdapat empat (4) unsur pokok dalam definisi biaya
tersebut di atas, yaitu:

3
- Biaya merupakan pengorbanan sumber ekonomi.
- Diukur dalam satuan uang.
- Biaya yang telah terjadi atau secara potensial akan terjadi.
- Pengorbanan tersebut untuk tujuan tertentu.

Biaya (cost) merupakan sumber daya yang dikorbankan (sacrificed) atau


dilepaskan (forgone) untuk mencapai tujuan tertentu. Sementara dalam buku
manajemen biaya tertera bahwa biaya merupakan sumber daya yang digunakan oleh
perusahaan untuk tujuan tertentu. Berdasarkan Peraturan Presiden Republik Indonesia
Nomor 72 Tahun 2012 Pasal 3 tentang Sistem Kesehatan Nasional, disebutkan bahwa
pembiayaan kesehatan merupakan salah satu subsistem atau komponen pengelolaan
kesehatan yang disusun dalam Standar Kesehatan Nasional (Tim Kepresidenan RI,
2012).

Subsistem pembiayaan kesehatan didefinisakan sebagai bentuk dan cara


penyelenggaraan berbagai upaya penggalian, pengalokasian, dan pembelanjaan dana
kesehatan untuk mendukung penyelenggaraan pembangunan kesehatan guna
mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Sedangkan biaya
kesehatan didefinisikan sebagai besarnya dana yang harus disediakan untuk
menyelenggarakan dan atau memanfaatkan berbagai upaya kesehatan yang diperlukan
oleh perorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat (Setyawan, 2017). Pembiayaan
kesehatan adalah jumlah dana yang harus disediakan untuk menyelenggarakan dan
atau memanfaatkan upaya kesehatan yang diperlukan oleh perorangan, keluarga,
kelompok, dan masyarakat. Penyedia pelayanan kesehatan membutuhkan pembiayaan
kesehatan untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan agar berjalan optimal dan
meningkatkan mutu pelayanan kesehatan, baik diselenggarakan oleh perorangan
misalnya klinik / rumah sakit swasta, maupun oleh kelompok masyarakat. Sedangkan
bagi pemakai jasa pelayanan kesehatan, pembiayaan kesehatan diperlukan untuk
memanfaatkan jasa pelayanan kesehatan.

Pembiayaan kesehatan adalah besarnya dan alokasi dana yang harus


disediakan untuk dimanfaatkan dalam upaya kesehatan sesuai dengan kebutuhan
perorangan, kelompok dan masyarakat. Dalam sistem kesehatan nasional, pembiayaan
kesehatan adalah penataan sumber daya keuangan yang mengatur penggalian,

4
pengalokasian dan membelanjakan biaya kesehatan dengan prinsip efisiensi, efektif,
ekonomis, adil, transparan akuntabel dan berkelanjutan untuk meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Biaya kesehatan ialah besarnyadana
yang harus disediakan untuk menyelenggarakan danatau memanfaatkan berbagai
upaya kesehatan yang diperlukanoleh perorangan, keluarga, kelompok dan
masyarakat.

Berdasarkan hal diatas, disimpulkan bahwa pembiayaan kesehatan merupakan


cara-cara untuk mendapatkan biaya kesehatan guna tercapainya target derajat
kesehatan masyarakat. Biaya kesehatan dapat ditinjau dari dua sudut yakni:

1. Penyedia Pelayanan Kesehatan


Yang dimaksud dengan biaya kesehatan dari sudut penyedia pelayanan (health
provider) adalah besarnya dana yang harus disediakan untuk dapat menyelenggarakan
upaya kesehatan. Dengan pengertian yang seperti ini tampak bahwa kesehatan dari
sudut penyedia pelayanan adalah persoalan utama pemerintah dan atau pun pihak
swasta, yakni pihak-pihak yang akan menyelenggarakan upaya kesehatan.

2. Pemakai Jasa Pelayanan


Yang dimaksud dengan biaya kesehatan dari sudut pemakai jasa pelayanan
(health consumer) adalah besarnya dana yang harus disediakan untuk dapat
memanfaatkan jasa pelayanan. Berbeda dengan pengertian pertama, maka biaya
kesehatan di sini menjadi persoalan utama para pemakai jasa pelayanan. Dalam batas-
batas tertentu, pemerintah juga turut mempersoalkannya, yakni dalam rangka
terjaminnya pemenuhan kebutuhan pelayanan kesehatan bagi masyarakat yang
membutuhkannya.
Dari batasan biaya kesehatan yang seperti ini segera dipahami bahwa
pengertian biaya kesehatan tidaklah sama antara penyedia pelayanan kesehatan
(health provider) dengan pemakai jasa pelayanan kesehatan (health consumer). Bagi
penyedia pelayanan kesehatan, pengertian biaya kesehatan lebih menunjuk pada dana
yang harus disediakan untuk dapat menyelenggarakan upaya kesehatan. Sedangkan
bagi pemakai jasa pelayanan kesehatan, pengertian biaya kesehatan lebih menunjuk
pada dana yang harus disediakan untuk dapat memanfaatkan upaya kesehatan.

5
2.2 Penggunaan Biaya

 KAJIAN TEORI
Sesuai dengan Undang-Undang (UU) No. 32/2004, tentang pemerintahan
daerah dan Undang-Undang No.33/02004 tentang Perimbangan Keuangan antara
Pemerintah Pusat dan Daerah, maka sektor kesehatan merupakan salah satu tugas
pemerintah yang harus dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten/ Kota.
Pemilihan arah reformasi sistem pembiayaan kesehatan tentu tidak dapat lepas untuk
dipertimbangkan aspek-aspek penentu kebijakan pembiayaan kesehatan. Biaya
kesehatan mengandung pengertian tentang besarnya dana yang harus disediakan
untuk menyelenggarakan atau memanfaatkan berbagai upaya kesehatan yang
diperlukan oleh perorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat.

Berdasarkan sumbernya biaya kesehatan sepenuhnya bisa berasal dari


anggaran pemerintah dan sebagian ditanggungoleh masyarakat. Sekalipun pada saat
ini makin banyak negara yang mengikutsertakan masyarakat dalam pembiayaan
kesehatan, namun tidak ditemukan satu negara pun pemerintah sepenuhnya tidak ikut
berperan. Peran pemerintah pada negara masih tetap ada meskipun peran swastanya
sangat dominan, terutama pembiayaan yang menyangkut kepentingan masyarakat
banyak seperti pelayanan kesehatan masyarakat maupun kewajiban untuk membiayai
masyarakat yang kurang mampu. Menurut WHO (2008) pembiayaan kesehatan
memiliki fungsi dasar sebagai pengumpul pendapatan, perhimpun penghasilan dan
pembelian barang-barang dan jasa Aspawati, N., Program, S., Magister, K.,
Masyarakat, S., Tinggi, I., Kesehatan, B., Husada, P., Corresponding, N., Aspawati,
K., & Masyarakat, S. (2021).

 PEMBAHASAN
Konsep penyusunan pembiayaan kesehatan bagi penyelenggara pelayanan
kesehatan adalah menghitung biaya yang telah dikeluarkan selama satu tahun di setiap
unit fungsional yang ada di pelayanan kesehatan bersangkutan, meliputi semua biaya
investasi, biaya operasional,dan biaya pemeliharaan. Konsep pembiayaan kesehatan
bagi pemakai adalah untuk menghitung berapa biaya yang dikeluarkan untuk
membiayai pemanfaatan pelayanan kesehatan. Pembiayaan yang dialokasikan untuk

6
kesehatan dikatakan baik apabila dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan sesuai
dengan kebutuhan, jumlahnya mencukupi dan dapat dimanfaatkan sebagai mana
mestinya sehingga tidak terjadi pembengkakan biaya yang berlebihan Semakin maju
suatu negara, semakin besar belanja publik untuk kesehatan. Sampai 2014, belanja
APBN Kementerian Kesehatan masih 2% dari total APBN. Kecilnya alokasi
pendanaan di Indonesia oleh karena:
1. Tax ratio Indonesia kurang dari 13% sedangkan negaranegara maju dan menengah
keatas sudah mencapai 20%.
2. Komitmen pemerintah Indonesia belum memberikan prioritas dalam alokasi dana
untuk kesehatan publik.

Pembiayaan kesehatan memiliki syarat pokok yaitu harus tersedia dalam


jumlah cukup, dalam arti dapat membiayai penyelenggaraan semua upaya kesehatan
yang dibutuhkan serta tidak menyulitkan masyarakat yang ingin memanfaatkannya.
Syarat lainnya adalah penyebaran dana harus sesuai dengan kebutuhan, jika tidak
dialokasikan dengan baik akan menyulitkan penyelenggaraan upaya kesehatan dan
pemanfaatan dana harus mendapat pengaturan yang baik dan seksama, jika tidak akan
menimbulkan masalah dan bila berkelanjutan akan menyulitkan masyarakat yang
membutuhkan pelayanan kesehatan.

Tujuan pembiayaan kesehatan adalah untuk membuat dana yang tersedia, serta
untuk mengatur hak insentif keuangan untuk penyedia, untuk memastikan bahwa
semua individu memiliki akses ke kesehatan masyarakat yang efektif dan perawatan
kesehatan pribadi (WHO, 2008). Menurut UU. No 36 Tahun 2009 pembiayaan
kesehatan bertujuan untuk penyediaan pembiayaan kesehatan yang berkesinambungan
dengan jumlah yang mencukupi, teralokasi secara adil, dan termanfaatkan secara
berhasil guna dan berdaya guna untuk menjamin terselenggaranya pembangunan
kesehatan agar meningkatkan derajat kesehatan masyarakat setinggi-tingginya.
Pembiayaan kesehatan yang kuat, stabil dan berkesinambungan memegang peranan
yang amat vital untuk penyelenggaraan pelayanan kesehatan dalam rangka mencapai
berbagai tujuan penting dari pembangunan kesehatan di suatu negara diantaranya
adalah pemerataan pelayanan kesehatan dan akses (equitable access to health care)
dan pelayanan yang berkualitas (assured quality). Sebuah sistem pembiayaan
pelayanan kesehatan haruslah bertujuan untuk (Setyawan 2018):

7
1. Risk spreading, pembiayaan kesehatan harus mampu meratakan besaran risiko
biaya sepanjang waktu, sehingga besaran tersebut dapat dijangkau oleh setiap rumah
tangga. Artinya suatu sistem pembiayaan harus mampu memprediksikan risiko
kesakitan individu dan besarnya pembiayaan dalam jangka waktu tertentu (misalnya
satu tahun). Kemudian besaran tersebut dibuat rata-rata atau disebarkan dalam tiap
bulan sehingga menjadi premi (iuran, tabungan) bulanan yang harus dibayarkan oleh
pemakai jasa kesehatan.

2. Risk pooling, beberapa jenis pelayanan kesehatan (meskipun risiko rendah dan
tidak merata) dapat sangat mahal misalnya hemodialisis, operasi spesialis (jantung
koroner) yang tidak dapat ditanggung oleh tabungan individu (risk spreading). Sistem
pembiayaan harus mampu menghitung dengan mengakumulasikan risiko suatu
kesakitan dengan biaya yang mahal antar individu dalam suatu komunitas sehingga
kelompok masyarakat dengan tingkat kebutuhan rendah (tidak terjangkit sakit, tidak
membutuhkan pelayanan kesehatan) dapat mensubsidi kelompok masyarakat yang
membutuhkan pelayanan kesehatan. Secara sederhana, suatu sistem pembiayaan akan
menghitung risiko terjadinya masalah kesehatan dengan biaya mahal dalam satu
komunitas, dan menghitung besaran biaya tersebut kemudian membaginya kepada
setiap individu anggota komunitas. Sehingga sesuai dengan prinsip solidaritas,
besaran biaya pelayanan kesehatan yang mahal tidak ditanggung dari tabungan
individu tapi ditanggung bersama oleh masyarakat.

3. Connection between ill-health and poverty, karena adanya keterkaitan antara


kemiskinan dan kesehatan, suatu sistem pembiayaan juga harus mampu memastikan
bahwa orang miskin juga mampu pelayanan kesehatan yang layak sesuai standar dan
kebutuhan sehingga tidak harus mengeluarkan pembiayaan yang besarnya tidak
proporsional dengan pendapatan. Pada umumnya di negara miskin dan berkembang
hal ini sering terjadi. Orang miskin harus membayar biaya pelayanan kesehatan yang
tidak terjangkau oleh penghasilan mereka dan juga memperoleh pelayanan kesehatan
di bawah standar.

4. Fundamental importance of health, kesehatan merupakan kebutuhan dasar dimana


individu tidak dapat menikmati kehidupan tanpa status kesehatan yang baik.

8
Bidang Pembiayaan Kesehatan menyelenggarakan fungsi penyiapan
penyusunan kebijakan teknis di bidang perhitungan biaya kesehatan dan analisis
belanja kesehatan dan penyiapan pelaksanaan di bidang perhitungan biaya kesehatan
dan analisis belanja kesehatan. Untuk melaksanakan tugas tersebut bidang
Pembiayaan Kesehatan terdiri dari:

a. Sub bidang Perhitungan Biaya Kesehatan

b. Sub bidang Analisis Belanja Kesehatan (kemenkes)

Organisasi kesehatan se-dunia (WHO) sendiri memberifokus strategi


pembiayaan kesehatan yang memuat isu-isupokok, tantangan, tujuan utama
kebijakan dan programaksi itu pada umumnya adalah dalam area; meningkatkan
investasi dan pembelanjaan publik dalambidang kesehatan, mengupayakan
pencapaian kepesertaan semesta danpenguatan permeliharaan kesehatan masyarakat
miskin, pengembangan skema pembiayaan praupaya termasukdidalamnya asuransi
kesehatan sosial, penggalian dukungan nasional dan internasional, penguatan
kerangka regulasi dan intervensi fungsional, pengembangan kebijakan pembiayaan
kesehatan yangdidasarkan pada data dan fakta ilmiah, serta pemantauan dan
evaluasi.

Tujuan pembiayaan kesehatan adalah untuk membuat dana yang tersedia, serta
untuk mengatur insentif keuangan yang tepat untuk provider kesehatan, hal ini
berfungsi untuk memastikan bahwa semua individu memiliki akses terhadap
kesehatan masyarakat yang efektif dan pelayanan kesehatan individu (WHO 2000).
Sistem pembiayaan kesehatan yang baik yaitu mengumpulkan dana yang memadai
untuk kesehatan, mencari cara yang memastikan orang dapat menggunakan layanan
yang dibutuhkan, dan dilindungi dari bencana keuangan atau pemiskinan akibat
pembayaran layanan kesehatan. Hal tersebut juga memberikan insentif bagi penyedia
dan pengguna untuk efisien (WHO, 2007). Dalam Sistem Kesehatan Nasional 2012
dijelaskan bahwa pembiayaan kesehatan di Indonesia memiliki beberapa fungsi
diantaranya Gisely Vionalita SKM. M.Sc. (2020). :

1. Penggalian dana dalam kegiatan-kegiatan pokok puskesmas antara lain upaya


kesehatan masyarakat (UKM) dan upaya kesehatan perorangan (UKP). Penggalian
dana adalah kegiatan yang menghimpun dana atau anggaran yang dibutuhkan dalam
keberlangsungan kegiatan-kegiatan kesehatan dan atau pemeliharaan kesehatan.

9
Sistem kesehatan yang baik adalah mengumpulkan dana yang memadai dalam upaya
untuk penyelenggaraan pembangunan kesehatan serta memastikan semua masyarakat
mendapatkan pelayanan kesehatan yang dibutuhkan dan melindungi masyarakat dari
kebangkrutan akibat pembayaran akibat menerima layanan kesehatan

2. Alokasi dana, adalah penetapan peruntukan pemakaian dana yang telah berhasil
dihimpun baik yang bersumber dari pemerintah maupun dunia usaha. Dana yang
dihimpun tersebut akan dibayarkan ke provider kesehatan.

3. Pembelanjaan, adalah pemanfaatan alokasi anggaran yang telah dianggarkan sesuai


kebutuhan pelayanan kesehatan dan prioritas untuk berbagai intervensi pelayanan
kesehatan dan atau dilakukan melalui jaminan pemeliharaan kesehatan wajib atau
sukarela.

2.3 Klasifikasi Biaya

 Klasifikasi Pembiayaan
Klasifikasi biaya adalah proses pengelompokkan atas keseluruhan elemen-elemen
biaya secara sistematis ke dalam golongan-golongan tertentu untuk dapat memberikan
informasi biaya yang lengkap bagi pimpinan perusahaan dalam mengelola dan
menyajikan fungsinya. Menurut Mulyadi (2010:13) terdapat berbagai macam cara
penggolongan biaya, yaitu:
1. Penggolongan Biaya Menurut Objek Pengeluaran
Objek pengeluaran merupakan dasar penggolongan biaya. Misalnya nama
obyek pengeluaran adalah bahan bakar, maka semua pengeluaran yang
berhubungan dengan bahan bakar disebut “biaya bahan bakar.
2. Penggolongan Biaya Menurut Fungsi Pokok dalam Perusahaan
Dalam perusahaan industri, ada tiga fungsi pokok, yaitu fungsi produksi,
fungsi pemasaran, dan fungsi administrasi dan umum.
3. Penggolongan Biaya Menurut Hubungan Biaya dengan Sesuatu yang dibiayai
4. Penggolongan Biaya Menurut Perilaku dalam Hubungannya dengan Perubahan
Volume Kegiatan
5. Penggolongan Biaya Atas Dasar Jangka Waktu Manfaatnya

 Jenis Pembiayaan

10
Biaya kesehatan banyak macamnya, karena kesemuanyatergantung dari jenis dan
kompleksitas pelayanan kesehatanyang diselenggarakan dan atau yang
dimanfaatkan. Hanyasaja disesuaikan dengan pembagian pelayanan
kesehatan,maka biaya kesehatan tersebut dapat dibedakan atas duamacam yaitu
(Setyawan 2018):
1. Biaya pelayanan kedokteran
Biaya yang dimaksudkan adalah yang dibutuhkan untukmenyelenggarakan
dan atau memanfaatkan pelayanankedokteran, yakni yang tujuan utamanya
untukmengobati penyakit serta memulihkan kesehatanpenderita.
2. Biaya pelayanan kesehatan masyarakat
Biaya yang dimaksud adalah yang dibutuhkan untuk menyelenggarakan
dan atau memanfaatkan pelayanan kesehatan masyarakat yaitu yang tujuan
utamanya untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta untuk mencegah
penyakit.Sama halnya dengan biaya kesehatan secara keseluruhan,maka masing-
masing biaya kesehatan ini dapat pula ditinjaudari dua sudut yaitu dari sudut
penyelenggara kesehatan (health provider) dan dari sudut pemakai jasa pelayanan
(health consumer).

Intervensi pembiayaan sisi permintaan memberikan insentif keuangan langsung


kepada pengguna (misalnya, voucher) dan intervensi pembiayaan sisi penawaran
memberikan insentif keuangan kepada penyedia (misalnya, pembayaran untuk
kinerja). Program dapat menggabungkan pendekatan sisi penawaran dan sisi
permintaan untuk meningkatkan akses dan kualitas layanan Rokx, C., Schieber, G.,
Harimurti, P., Tandon, A., & Somanathan, A. (2019).

Sumber Pembiayaan Kesehatan Nasional Telah kita ketahui bersama bahwa


sumber pembiayaan untuk penyediaan fasilitas-fasilitas kesehatan melibatkan dua
pihak utama yaitu pemerintah (public) dan swasta ( private). Kini masih
diperdebatkan apakah kesehatan itu sebenarnya barang public atau private mengingat
bahwa fasilitas-fasilitas kesehatan yang dipegang oleh pihak swasta ( private)
cenderung bersifat komersil. Di sebagian besar wilayah Indonesia, sektor swasta
mendominasi penyediaan fasilitas kesehatan, lebih dari setengah rumah sakit yang
tersedia merupakan rumah sakit swasta, dan sekitar 30-50 persen segala bentuk

11
pelayanan kesehatan diberikan oleh pihak swasta (satu dekade yang lalu hanya sekitar
10 persen). Secara umum sumber biaya kesehatan dapat dibedakan sebagai berikut :
1. Bersumber dari anggaran pemerintah
Pada sistem ini, biaya dan penyelenggaraan pelayanan kesehatan sepenuhnya
ditanggung oleh pemerintah. Pelayanannya diberikan secara cuma-cuma oleh
pemerintah sehingga sangat jarang penyelenggaraan pelayanan kesehatan
disediakan oleh pihak swasta. Untuk negara yang kondisi keuangannya belum
baik, sistem ini sulit dilaksanakan karena memerlukan dana yang sangat besar.
Anggaran yang bersumber dari pemerintah ini dibagi juga menjadi :
a. Pemerintahan pusat dan dana dekonsentrasi, dana program kompensasi BBM
dan ABT
b. Pemerintah provinsi melalui skema dana provinsi (PAD ditambah dana
desentralisasi DAU provinsi dan DAK provinsi)
c. Pemerintah kabupaten atau kota melalui skema dana kabupaten atau kota (PAD
ditambah dana desentralisasi DAU kabupaten atau kota dan DAK kabupaten atau
kota
d. Keuntungan badan usaha milik daerah e. Penjualan aset dan obligasi daerah f.
Hutang pemerintah daerah.

2. Bersumber dari anggaran masyarakat


Dapat berasal dari individual ataupun perusahaan. Sistem ini mengharapkan agar
masyarakat (swasta) berperan aktif secara mandiri dalam penyelenggaraan
maupun pemanfaatannya. Hal ini memberikan dampak adanya
pelayananpelayanan kesehatan yang dilakukan oleh pihak swasta, dengan fasilitas
dan penggunaan alat-alat berteknologi tinggi disertai peningkatan biaya
pemanfaatan atau penggunaannya oleh pihak pemakai jasa layanan kesehatan
tersebut. Contohnya CSR atau (Corporate Social Reponsibility) dan pengeluaran
rumah tangga baik yang dibayarkan tunai atau melalui sistem asuransi. Dana yang
bersumber dari swasta anatara lain :
a. Perusahaan swasta
b. Lembaga swadaya masyarakat,
c. Dana kemanusiaan (charity)

3. Bantuan biaya dari dalam dan luar negeri

12
Sumber pembiayaan kesehatan, khususnya untuk penatalaksanaan penyakit-
penyakit tertentu cukup sering diperoleh dari bantuan biaya pihak lain, misalnya
oleh organisasi sosial ataupun pemerintah negara lain. Misalnya bantuan dana dari
luar negeri untuk penanganan HIV dan virus H5N1 yang diberikan oleh WHO
kepada negaranegara berkembang (termasuk Indonesia).

4. Gabungan anggaran pemerintah dan masyarakat


Sistem ini banyak diadopsi oleh negaranegara di dunia karena dapat
mengakomodasi kelemahan-kelemahan yang timbul pada sumber pembiayaan
kesehatan sebelumnya. Tingginya biaya kesehatan yang dibutuhkan ditanggung
sebagian oleh pemerintah dengan menyediakan layanan kesehatan bersubsidi.
Sistem ini juga menuntut peran serta masyarakat dalam memenuhi biaya
kesehatan yang dibutuhkan dengan mengeluarkan biaya tambahan. Dengan ikut
sertanya masyarakat menyelenggarakan pelayanan kesehatan, maka ditemukan
pelayanan kesehatan swasta.

Selanjutnya dengan diikutsertakannya masyarakat membiayai pemanfaatan


pelayanan kesehatan, maka pelayanan kesehatan tidaklah cuma-cuma. Masyarakat
diharuskan membayar pelayanan kesehatan yang dimanfaatkannya. Sekalipun pada
saat ini makin banyak saja negara yang mengikutsertakan masyarakat dalam
pembiayaan kesehatan, namun tidak ditemukan satu negara pun yang pemerintah
sepenuhnya tidak ikut serta. Pada negara yang peranan swastanya sangat dominan pun
peranan pemerintah tetap ditemukan. Paling tidak dalam membiayai upaya kesehatan
masyarakat, dan ataupun membiayai pelayanan kedokteran yang menyangkut
kepentingan masyarakat yang kurang mampu. Menurut Aswar (1996), pembiayaan
kesehatan berbeda antara satu negara dengan negara lainnya dan secara garis besar
dibedakan antara lain, yakni
1. Bersumber dari angggaran pemerintah : yaitu seluruh pelayanan kesehatan yang
diselenggarakan sepenuhnya ditanggung oleh pemerintah dan tidak ditemukan
pelayanan kesehatan oleh 9 swasta.
2. Sebagian ditanggung oleh masyarakat : beberapa negara melibatkan masyarakat
dalam memberikan kontribusi pembiayaan kesehatan yaitu masyarakat diharuskan
membayar biaya terhadap layanan kesehatan yang diterimanya.

13
Menurut Bustami (2010:11), mengatakan pengklasifikasian biaya yang umum
digunakan adalah biaya dalam hubungan dengan sebagai berikut:
1. Biaya dalam hubungan dengan produk, adalah biaya yang digunakan dalam proses
produksi yang terdiri :
a. Biaya bahan baku langsung, adalah bahan baku yang merupakan bagian yang
tidak dapat dipisahkan dari produk selesai dan dapat ditelusuri langsung kepada
produk selesai.
b. Biaya tenaga kerja langsung, adalah tenaga kerja yang digunakan dalam
merubah atau mengonversi bahan baku menjadi produk selesai dan dapat
ditelusuri secara langsung kepada produk selesai.
c. Biaya overhead pabrik, adalah biaya selain bahan baku langsung dan tenaga
kerja langsung tetapi membantu dalam mengubah bahan menjadi produk jadi.
Biaya dalam hubungan dengan volume produksi.

2. Biaya dalam hubungan dengan volume atau perilaku biaya dapat, adalah biaya
dalam hubungan dengan departemen produksi. Adapun pengelompokkan biaya
dalam hubungannya dengan departemen produksi yaitu:
a. Biaya dalam hubungan dengan periode waktu.
b. Biaya dalam hubungannya dengan pengambilan keputusan.

Berdasarkan klasifikasi biaya menurut para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa
dalam pengklasifikasian yaitu terdapat biaya bahan baku langsung, biaya tenaga kerja
langsung, dan biaya overhead pabrik.

Perbedaan Antara Biaya Langsung dan Tidak Langsung

Perbedaan penting bagi manajer adalah bahwa biaya dapat diatribusikan


secara langsung. Apa pun tanggung jawab manajer untuk itu, unit, departemen, atau
pasien dikenal sebagai objek biaya. Biaya langsung dapat secara khusus dikaitkan
dengan unit atau departemen atau pasien tertentu. Sebaliknya, biaya tidak langsung
tidak dapat secara khusus dikaitkan dengan objek biaya tertentu. Sangat membantu
untuk mengetahui bahwa biaya langsung dikeluarkan hanya untuk keuntungan unit
operasi tertentu - departemen. Sebagai patokan, jika jawaban untuk pertanyaan berikut
adalah “ya”, maka biayanya adalah biaya langsung: “jika unit operasi (seperti
departemen) tidak ada, apakah biaya ini tidak ada?” . Sebaliknya, biaya tidak

14
langsung dikeluarkan untuk keseluruhan operasi dan bukan untuk satu unit. Sebagai
patokan, jika jawaban atas pertanyaan berikut adalah "ya" maka biayanya adalah
biaya tidak langsung: "Haruskah biaya ini dialokasikan agar dapat ditugaskan ke unit
(seperti departemen)?"

Perbedaan Antara Biaya Produk dan Periode

Biaya produk adalah istilah yang digunakan awalnya terkait dengan


manufaktur daripada dengan layanan. Konsep biaya produk mengasumsikan bahwa
suatu produk telah diproduksi dan dimasukkan ke dalam persediaan sambil menunggu
untuk dijual. Kemudian, setiap kali produk tersebut dijual, produk tersebut
ditandingkan dengan pendapatan dan diakui sebagai biaya. Biaya periode, dalam
interpretasi manufaktur asli, tidak terkait dengan proses manufaktur. Mereka
dicocokkan dengan pendapatan berdasarkan periode di mana biaya dikeluarkan.
Bisnis organisasi layanan kesehatan adalah penyampaian layanan, bukan pembuatan
produk. Dalam organisasi layanan kesehatan, biaya produk dapat dilihat sebagai dapat
ditelusuri ke objek biaya departemen, divisi, atau unit. Biaya periode tidak dapat
dilacak dengan cara ini.

Cara lain untuk melihat perbedaan ini adalah memikirkan biaya produk
sebagai biaya yang diperlukan untuk benar-benar memberikan layanan, sedangkan
biaya periode adalah biaya yang diperlukan untuk mendukung keberadaan organisasi
itu sendiri. Terakhir, departemen suplai medis dan farmasi memiliki persediaan di
tangan. Dalam kasus mereka, suatu produk dibeli daripada diproduksi dan
ditempatkan ke dalam persediaan sambil menunggu untuk dibagikan. Kemudian,
kapan pun produk tersebut dicocokkan dengan pendapatan dan diakui sebagai biaya
penyediaan layanan kepada pasien. Oleh karena itu, konsep biaya produk penting bagi
manajer departemen yang memiliki persediaan dalam jumlah yang signifikan.

2.4 Teori Biaya


Pengelolaan Dana Kesehatan Prosedur/Mekanisme Pengelolaan Dana Kesehatan
adalah seperangkat aturan yang disepakati dan secara konsisten dijalankan oleh para
pelaku subsistem pembiayaan kesehatan, baik oleh Pemerintah secara lintas sektor,
swasta, maupun masyarakat yang mencakup mekanisme penggalian, pengalokasian dan
pembelanjaan dana kesehatanGisely Vionalita SKM. M.Sc. (2020). Unsur-unsur biaya
antara lain:

15
1. Dana
Dana digali dari sumber pemerintah baik dari sektor kesehatan dan sektor lain
terkait, dari masyarakat, maupun swasta serta sumber lainnya yang digunakan untuk
mendukung pelaksanaan pembangunan kesehatan. Dana yang tersedia harus
mencukupi dan dapat dipertanggungjawabkan.
2. Sumber daya

Sumber daya pembiayaan kesehatan terdiri dari: SDM pengelola, standar,


regulasi dan kelembagaan yang digunakan secara berhasil guna dan berdaya guna
dalam upaya penggalian, pengalokasian dan pembelanjaan dana kesehatan untuk
mendukung terselenggaranya pembangunan kesehatan.

Terdapat beberapa model sistem pembiayaan pelayanan kesehatan yang


dijalankan oleh beberapa negara, berdasarkan sumber pembiayaannya (Setyawan 2018):

1. Direct Payments by Patients


Ciri utama model direct payment adalah setiap individumenanggung
secara langsung besaran biaya pelayanankesehatan sesuai dengan tingkat
penggunaannya. Padaumumnya sistem ini akan mendorong penggunaanpelayanan
kesehatan secara lebih hati-hati, serta adanyakompetisi antara para provider pelayanan
kesehatan untukmenarik konsumen atau free market. Meskipuntampaknya
sehat, namun transaksi kesehatan padaumumnya bersifat tidak seimbang dimana
pasiensebagai konsumen tidak mampu mengenalipermasalahan dan
kebutuhannya, sehingga tingkatkebutuhan dan penggunaan jasa lebih banyak
diarahkanoleh provider. Sehingga free market dalam pelayanankesehatan tidak
selalu berakhir dengan peningkatanmutu dan efisiensi namun dapat mengarah
padapenggunaan terapi yang berlebihan.
2. User payments
Dalam model ini, pasien membayar secara langsungbiaya pelayanan
kesehatan baik pelayanan kesehatanpemerintah maupun swasta. Perbedaannya
denganmodel informal adalah besaran dan mekanismepembayaran, juga
kelompok yang menjadi pengecualiantelah diatur secara formal oleh pemerintah dan
provider.Bentuk yang paling kompleks adalah besaran biayayang bebeda setiap
kunjungan sesuai dengan jasapelayanan kesehatan yang diberikan (biasanya

16
terjadiuntuk fasilitas pelayanan kesehatan swasta). Namunmodel yang umum
digunakan adalah ’flat rate’, dimanabesaran biaya per-episode sakit bersifat tetap.
3. Saving based
Model ini mempunyai karakteristik ‘risk spreding’ padaindividu namun tidak
terjadi risk pooling antar individu.Artinya biaya kesehatan langsung, akan
ditanggungoleh individu sesuai dengan tingkat penggunaannya,namun individu
tersebut mendapatkan bantuan dalammengelola pengumpulan dana (saving)
danpenggunaannya bilamana membutuhkan pelayanankesehatan. Biasanya model
ini hanya mampu mencakuppelayanan kesehatan primer dan akut, bukan
pelayanankesehatan yang bersifat kronis dan kompleks yangbiasanya tidak bisa
ditanggung oleh setiap individumeskipun dengan mekanisme saving. Sehingga
model ini tidak dapat dijadikan model tunggal pada suatunegara, harus didukung
model lain yang menanggungbiaya kesehatan lain dan pada kelompok yang lebih
luas.
4. Informal
Ciri utama model ini adalah bahwa pembayaran yangdilakukan oleh individu
pada provider kesehatan formalmisalnya dokter, bidan tetapi juga pada
providerkesehatan lain misalnya: mantri, dan pengobatantradisional; tidak
dilakukan secara formal atau tidakdiatur besaran, jenis dan mekanisme
pembayarannya.Besaran biaya biasanya timbul dari kesepakatan ataubanyak
diatur oleh provider dan juga dapat berupa pembayaran dengan barang. Model ini
biasanya munculpada negara berkembang dimana belum mempunyaisistem
pelayanan kesehatan dan pembiayaan yangmampu mencakup semua golongan
masyarakat dan jenis pelayanan.
5. Insurance Based
Sistem pembiayaan dengan pendekatan asuransimempunyai perbedaan
utama dimana individu tidakmenanggung biaya langsung pelayanan
kesehatan.Konsep asuransi memiliki dua karakteristik khususyaitu pengalihan
resiko kesakitan pada satu individupada satu kelompok serta adanya sharing
looses secaraadil. Secara sederhana dapat digambarkan bahwa satukelompok individu
mempunyai resiko kesakitan yangtelah diperhitungkan jenis, frekuensi dan
besaranbiayanya. Keseluruhan besaran resiko tersebutdiperhitungkan dan
dibagi antar anggota kelompoksebagai premi yang harus dibayarkan. Apabila
anggotakelompok, maka keseluruhan biaya pelayanan kesehatan sesuai yang

17
diperhitungkan akan ditanggung dari danayang telah dikumpulkan bersama. Besaran
premi danjenis pelayanan yang ditanggung serta mekanimepembayaran ditentukan
oleh organisasi pengelola dana asuransi.

Macam-macam Sistem Pembiayaan Kesehatan Nasional Sistem pembiayaan


kesehatan Indonesia secara umum terbagi dalam 2 sistem yaitu Gisely Vionalita SKM.
M.Sc. (2020). :

1. Fee for Service ( Out of Pocket )


Sistem ini secara singkat diartikan sebagai sistem pembayaran berdasarkan
layanan, dimana pencari layanan kesehatan berobat lalu membayar kepada pemberi
pelayanan kesehatan (PPK). PPK (dokter atau rumah sakit) mendapatkan pendapatan
berdasarkan atas pelayanan yang diberikan, semakin banyak yang dilayani, semakin
banyak pula pendapatan yang diterima. Sebagian besar masyarakat Indonesia saat ini
masih bergantung pada sistem pembiayaan kesehatan secara Fee for Service ini. Dari
laporan World Health Organization di tahun 2006 sebagian besar (70%) masyarakat
Indonesia masih bergantung pada system Fee for Service dan hanya 8,4% yang dapat
mengikuti sistem Health Insurance (WHO, 2009). Kelemahan sistem Fee for Service
adalah terbukanya peluang bagi pihak pemberi pelayanan kesehatan (PPK) untuk
memanfaatkan hubungan Agency Relationship, dimana PPK mendapat imbalan
berupa uang jasa medik untuk pelayanan yang diberikannya kepada pasien yang
besar-kecilnya ditentukan dari negosiasi. Semakin banyak jumlah pasien yang
ditangani, semakin besar pula imbalan yang akan didapat dari jasa medik yang
ditagihkan ke pasien. Dengan demikian, secara tidak langsung PPK didorong untuk
meningkatkan volume pelayanannya pada pasien untuk mendapatkan imbalan jasa
yang lebih banyak.
2. Health Insurance
Sistem ini diartikan sebagai sistem pembayaran yang dilakukan oleh pihak
ketiga atau pihak asuransi setelah pencari layanan kesehatan berobat. Sistem health
insurance ini dapat berupa system kapitasi dan system Diagnose Related Group (DRG
system). Sistem kapitasi merupakan metode pembayaran untuk jasa pelayanan
kesehatan dimana PPK menerima sejumlah tetap penghasilan per peserta untuk
pelayanan yang telah ditentukkan per periode waktu. Pembayaran bagi PPK dengan
system kapitasi adalah pembayaran yang dilakukan oleh suatu lembaga kepada PPK
atas jasa pelayanan kesehatan dengan pembayaran di muka sejumlah dana sebesar

18
perkalian anggota dengan satuan biaya (unicost) tertentu. Salah satu lembaga di
Indonesia adalah Badan Penyelenggara JPKM (Jaminan Pemeliharaan Kesehatan
Masyarakat).

Sistem kedua yaitu DRG (Diagnose Related Group) tidak berbeda jauh dengan
system kapitasi di atas. Pada system ini, pembayaran dilakukan dengan melihat
diagnosis penyakit yang dialami pasien. PPK telah mendapat dana dalam penanganan
pasien dengan diagnosis tertentu dengan jumlah dana yang berbeda pula tiap
diagnosis penyakit. Jumlah dana yang diberikan ini, jika dapat dioptimalkan
penggunaannya demi kesehatan pasien, sisa dana akan menjadi pemasukan bagi PPK.
Kelemahan dari system Health Insurance adalah dapat terjadinya underutilization
dimana dapat terjadi penurunan kualitas dan fasilitas yang diberikan kepada pasien
untuk memperoleh keuntungan sebesar-besarnya. Selain itu, jika peserta tidak banyak
bergabung dalam system ini, maka resiko kerugian tidak dapat terhindarkan. Namun
dibalik kelemahan, terdapat kelebihan system ini berupa PPK mendapat jaminan
adanya pasien (captive market), mendapat kepastian dana di tiap awal periode waktu
tertentu, PPK taat prosedur sehingga mengurangi terjadinya multidrug dan
multidiagnose. Dan system ini akan membuat PPK lebih kearah preventif dan
promotif kesehatan. Ikatan Dokter Indonesia (IDI) menilai, pembiayaan kesehatan
dengan sistem kapitasi dinilai lebih efektif dan efisien menurunkan angka kesakitan
dibandingkan sistem pembayaran berdasarkan layanan ( Fee for Service) yang selama
ini berlaku. Hal ini belum dapat dilakukan sepenuhnya oleh Indonesia. Tentu saja
karena masih ada hambatan dan tantangan, salah satunya adalah sistem kapitasi yang
belum dapat memberikan asuransi kesehatan bagi seluruh rakyat tanpa terkecuali
seperti yang disebutkan dalam UU No. 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial
Nasional (SJSN).

Faktor utama pembiayaan kesehatan mencakup beberapa rumusan (Indrayathi


PA., Hardy PDK., 2018):

1. Kecukupan/ adequacy dan keberlanjutan pembiayaan kesehatan baik pada tingkat


pusat maupun kabupaten.

2. Pengurangan biaya out of pokcet dan meminimalisir hambatan pembiayaan untuk


memperoleh layanan kesehatan terutama masyarakat yang tidak mampu dan rentan.

19
3. Peningkatan efektifitas dan efisiensi pembiayaan kesehatan.

2.5 Contoh Biaya di Rumah Sakit

1. Biaya Tetap (Fixed Cost = FC)


- Biaya untuk faktor produksi tetap
- Secara relatif tak dipengaruhi oleh besarnya jumlah produksi/output
- Tetap harus dikeluarkan terlepas apakah pelayanan diberikan
- Sama dengan Biaya Investasi
- Contoh : nilai rupiah gedung, tanah, kendaraan, peralatan medis, lahan parkir, taman, dll

2. Biaya Variable (Variable Cost = VC)


- Disebut sebagai Biaya Rutin
- Volumenya dapat direncanakan terlebih dulu
- Volume biaya dipengaruhi oleh banyaknya produksi/output
- Contoh: biaya obat, makanan, ATK, pemeliharaan, dll

3. Biaya Semi Variabel


- Biaya untuk mengoperasionalkan barang investasi
- Relatif tidak terpengaruh dengan jumlah konsumen / produksi
- Contoh : Biaya gaji pegawai tetap

4. Biaya Total (Total Cost = TC)


- Penjumlahan antara Biaya Tetap dan Biaya Variabel
- TC = FC + VC

Lama Penggunaannya
1. Biaya Investasi
- Biaya yang kegunaannya dapat berlangsung untuk waktu lama (biasanya > 1
tahun)
- Hampir sama dengan Biaya Tetap
- Contoh : Biaya pembangunan gedung, pembelian mobil, dll.
2. Biaya Pemeliharaan

20
- Biaya yang berfungsi mempertahankan / memperpanjang kapasitas barang
investasi
- Contoh : Biaya pemeliharaan gedung, alat medis, alat kantor, kendaraan
3. Biaya Operasional
- Biaya untuk melaksanakan proses produksi
- Bersifat habis pakai dalam waktu relatif singkat (biasanya < 1 tahun)
- Hampir sama dengan Biaya Variabel
- Contoh : Biaya obat, makanan, gaji pegawai, rekening.
- Biaya Operasional sering disebut Biaya Pemeliharaan > mempertahankan nilai
barang investasi agar tetap berfungsi
- Dalam kaitannya dengan Biaya Satuan
4. Biaya Langsung (Direct Cost)
- Biaya yang berkaitan langsung dengan pelayanan kepada konsumen/pasien
- Ditempatkan pada unit-unit pelayanan konsumen (unit produksi)
- Contoh : semua biaya yang dikeluarkan oleh unit rawat jalan, rawat inap,
laboratorium, kamar operasi, rontgen, gawat darurat, dll
5. Biaya Tidak Langsung (Indirect Cost)
- Biaya yang tidak berkaitan langsung dengan pelayanan kepada
konsumen/pasien
- Ditempatkan di unit-unit penunjang pelayanan
- Contoh: semua biaya yang dikeluarkan oleh bagian administrasi & keuangan,
rekam medis, instalasi gizi, laundry, sanitasi RS
6. Biaya Satuan (Unit Cost = UC)
- Biaya untuk mengasilkan satu satuan produksi (barang/jasa)
- UC = TC/Q ; Q = Jumlah produksi
- Unit Cost Actual : biaya satuan yang diperoleh dari suatu perhitungan berdasar
pengeluaran nyata untuk mengasilkan produk dalam satu kurun waktu tertentu
- Unit Cost Normatif : biaya satuan yang sesuai dengan nilai biaya yang melekat
pada satu satuan produk.
- UCn = FC/C + VC/Q ;C = kapasitas unit 1th
7. Biaya Kesempatan (Opportunity Cost)
- Merupakan dasar konsep ilmu Ekonomi > pilih memilih (the science of
choices)
- Setiap sumber daya yang sifatnya langka mempunyai alternatif pemanfaatan

21
- Biaya yang terjadi karena suatu kesempatan yang hilang akibat melakukan
pilihan
- Secara rasional > manusia sebagai “homo economicus” memilih yg biayanya
rendah sedangkan manfaat/hasilnya besar
- Berkaitan dengan alokasi sumber dana > suatu dana akan dipakai untuk
membeli stetoskop atau tensimeter, membangun RS atau Puskesmas, program
P2M atau membangun jembatan, dll.
8. Biaya Depresiasi/Penyusutan (Depreciation Cost)
- Biaya yang timbul akibat terjadinya pengurangan nilai barang-barang

akuntansi tidak tercatat.


9. Biaya Marjinal (Marginal Cost = MC)
- Besarnya biaya yang diperlukan untuk meningkatkan produksi 1 unit.
- MC = (TCn - TCn-1) ; n = jumlah produksi.

PUSAT BIAYA
- Unit fungsional dimana biaya-biaya tersebut digunakan.
- Unit Produksi
Adalah unit-unit dimana pelayanan kesehatan dihasilkan.
- Unit Penunjang
Adalah unit-unit yang ‘tidak langsung’ memproduksi produk pelayanan kesehatan.

RUMAH SAKIT
- Unit Produksi : Laboratorium, radiologi, URJ, URI, UGD, ICU, Unit Kamar Operasi,
Rehabilitasi Medik, dll.
- Unit Penunjang : Unit pimpinan (direksi RS), dan TU, Unit Pemeliharaan, Laundry,
Dapur.

2.6 Contoh Biaya di Puskesmas


Berdasarkan pembagian layanan kesehatan, pembiayaan kesehatan dapat dibedakan
atas (Indrayathi PA., Hardy PDK.,2018):

22
1. Biaya pelayanan kedokteran, yaitu biaya yang dimanfaatkan dalam upaya untuk
menyelenggarakan dan atau menggunakan pelayanan kedokteran dengan harapan untuk
mengobati penyakit serta memulihkan kesehatan penderita.
2. Biaya layanan kesehatan masyarakat, yaitu biaya yang dibutuhkan dalam upaya untuk
menyelenggarakan dan atau menggunakan layanan kesehatan masyarakat dengan tujuan
utamanya adalah untuk menjaga dan meningkatkan kesehatan serta untuk mencegah
penyakit.

Biaya puskesmas BPJS kesehatan ada 6, yaitu: (1)konsultasi medis; (2) edukasi
klub Prolanis; (3) reminder; (4) home visit; (5)aktivitas klub Prolanis (senam); (6) dan
pemantauan status kesehatan. Diambil contoh berdasarkan hasil identifikasi pada
Prolanis Puskesmas Karangduren dan Puskesmas Patrang yang tergolong dalam unsur
biaya (cost) yakni:
(1) biaya Investasi terdiri dari biaya tetap, biaya medis tidak habis pakai, dan biaya
non medis tidak habis pakai;
(2) biaya pemeliharaan terdiri dari biaya pemeliharaan biaya medis tidak habis
pakai dan biaya tetap;
(3) biaya operasional langsung terdiri dari honor SDM, biaya medis habis pakai, dan
konsumsi;
(4) biaya operasional tidak langsung yang terdiri dari biaya ATK dan umum.
Namun dari ketiga unsur biaya Prolanis kedua Puskesmas yang berbeda adalah
tidak adanya biaya konsumsi, biaya honor untuk penyuluh dan pemeriksa
kesehatan pada Puskesmas Patrang. Pada biaya pemeliharaan Puskesmas Patrang
menggunakan untuk pemeliharaan ruang TU sedangkan Puskesmas Karangduren
untuk pemeliharaan tensimete.

Biaya Mutu
Sistem akuntansi biaya kualitas, yang kemudian disajikan dalam laporan biaya
kualitas, diperlukan agar biaya kualitas dapat direncanakan, diukur, dan dikendalikan.
Laporan biaya kualitas dapat digunakan untuk mengevaluasi upaya manajemen dalam
menjaga kualitas produk dan sebagai dasar untuk pengambilan keputusan jangka pendek
dan jangka panjang.

23
Ada dua jenis biaya kualitas: biaya terlihat dan biaya tersembunyi. Biaya yang
ditampilkan dalam catatan akuntansi perusahaan disebut sebagai "biaya kualitas yang
dapat diamati". Biaya peluang yang dihasilkan dari kualitas yang buruk dikenal sebagai
biaya kualitas tersembunyi. Karena sulit untuk mengukur biaya peluang, mereka biasanya
tidak dimasukkan dalam catatan akuntansi. Biaya ketidakpuasan pelanggan, kehilangan
pangsa pasar, dan penjualan yang hilang semuanya terlihat dan dicatat dalam catatan
akuntansi.

Kepala Puskesmas melakukan perencanaan dan pengajuan biaya pencegahan kepada


eksekutif dan komite anggaran legislatif.Hasilnya menunjukkan bahwa dukungan mitra
(menghitung tanggung jawab eksekutif) sangat penting.Manajemen puncak Puskesmas
memiliki keinginan yang kuat untuk memberikan pelayanan prima di sektor kesehatan
masyarakat. Alokasi dan realisasi biaya kualitas yang baik sangat penting dalam proses
membangun kualitas, dan itu adalah cara komitmen manajemen puncak diwujudkan.
Biaya yang ditimbulkan untuk mencegah penurunan kualitas, misalnya, adalah biaya
untuk bekerja pada kemampuan dan keterbatasan pejabat melalui persiapan, lokakarya,
pemeliharaan tanpa henti biaya untuk persiapan kualitas. Gagasan tentang penghindaran
biaya adalah wajib. Pencarian dokumen pelaksanaan anggaran Puskesmas untuk tahun
2021 membuahkan sejumlah hasil, termasuk fakta bahwa biaya yang dikeluarkan untuk
kegiatan pencegahan di Puskesmas cukup tinggi. Biaya yang dialokasikan dan
direalisasikan untuk kegiatan penilaian dan pemantauan yang tidak wajib termasuk dalam
biaya kualitas. Karena ada kegiatan seperti pra-penilaian, penilaian, dan pengawasan,
Puskesmas cukup tinggi. Biaya kegiatan audit ulang diperlukan dalam apabila hasil audit
masih memerlukan perbaikan. Di Puskesmas, kegiatan monitoring evaluasi dalam bentuk
rapat atau rapat dapat diamati.

Pelayanan Kesehatan yang termasuk di dalam cakupan biaya kapitasi di Fasilitas


Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) dalam Pasal 16 Permenkes 71 Tahun 2013 meliputi:
a. administrasi pelayanan;
b. pelayanan promotif dan preventif;
c. pemeriksaan, pengobatan, dan konsultasi medis;
d. tindakan medis non spesialistik, baik operatif maupun non operatif;
e. pelayanan obat dan bahan medis habis pakai;
f. pemeriksaan penunjang diagnostik laboratorium tingkat pertama

24
Kapitasi yang dibayarkan kepada Puskesmas, Dokter Praktek dan Klinik sudah
termasuk pembayaran biaya pelayanan yang dilakukan oleh jejaring faskes (Pelayanan
obat RJTP oleh apotek dan laboratorium sederhana). Berdasarkan penelitian di lapangan,
biaya langsung dapat dikelompokkan sebagai berikut:
1. Biaya Obat-obatan
2. Biaya Bahan Habis Pakai Alat Kesehatan (BHP Alkes)
3. Biaya Bahan Habis Pakai Laboratorium (BHP Lab)
4. Biaya Bahan Bakar Minyak (BBM)
5. Biaya Jasa Pelayanan (Jaspel) Kesehatan

Biaya langsung dikelompokkan berdasarkan jenis tindakan yang dikenakan pada tiap
jenis penyakit untuk instalasi rawat inap, sedangkan untuk UGD biaya langsung
dikelompokkan berdasarkan jenis tindakan pada Biaya langsung pada layanan ambulans
dikelompokkan berdasarkan penggunaan bahan bakar minyak (BBM) dan jasa
pelayanannya. Rincian biaya langsung pada tiga unit layanan ini dapat dijabarkan sebagai
berikut:

25
26
27
BAB III
KESIMPULAN & SARAN

Berdasarkan penulisan yang telah tertera sebelumnya mengenai Teori Biaya dan
Menghitung Cost Analysis Program Kesehatan, maka dapat disimpulkan bahwa :

• Pembiayaan kesehatan adalah jumlah dana yang harus disediakan untuk menyelenggarakan
dan atau memanfaatkan upaya kesehatan yang diperlukan oleh perorangan, keluarga,
kelompok, dan masyarakat.

• Biaya kesehatan dapat ditinjau dari 2 sudut yaitu penyedia pelayanan kesehatan dan
pemakai jasa pelayanan

• Tujuan pembiayaan kesehatan adalah:

1. Untuk memastikan bahwa semua individu memiliki akses ke kesehatan masyarakat yang
efektif dan perawatan kesehatan pribadi.

2. Penyediaan pembiayaan kesehatan yang berkesinambungan dengan jumlah yang


mencukupi, teralokasi secara adil, dan termanfaatkan secara berhasil guna dan berdaya guna
untuk menjamin terselenggaranya pembangunan kesehatan agar meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat setinggi-tingginya.

3. Pembiayaan kesehatan harus mampu meratakan besaran risiko biaya sepanjang waktu,
sehingga besaran tersebut dapat dijangkau oleh setiap rumah tangga.

4. Pembiayaan harus mampu menghitung dengan mengakumulasikan risiko suatu kesakitan


dengan biaya yang mahal antar individu dalam suatu komunitas sehingga kelompok
masyarakat dengan tingkat kebutuhan rendah (tidak terjangkit sakit, tidak membutuhkan
pelayanan kesehatan) dapat mensubsidi kelompok masyarakat yang membutuhkan pelayanan
kesehatan.

5. Sistem pembiayaan juga harus mampu memastikan bahwa orang miskin juga mampu
pelayanan kesehatan yang layak sesuai standar dan kebutuhan sehingga tidak harus
mengeluarkan pembiayaan yang besarnya tidak proporsional dengan pendapatan.

6. Persiapan penyusunan kebijakan teknis di bidang perhitungan biaya kesehatan dan analisis
belanja kesehatan dan penyiapan pelaksanaan di bidang perhitungan biaya kesehatan dan
analisis belanja kesehatan.

28
• Sumber biaya kesehatan adalah anggaran pemerintah (pusat/provinsi/kabupaten), anggaran
masyarakat (perusahaan swasta, lembaga Swadaya masyarakat, dana kemanusiaan), biaya
dari dalam dan luar negeri, serta gabungan anggaran dari pemerintah dan rakyat.

• Terdapat banyak sekali sistem pembiayaan yang tersedia

• Biaya digolongkan menjadi beberapa bagian yaitu

1. Penggolongan biaya menurut objek pengeluaran

2. Penggolongan biaya menurut fungsi pokok dalam perusahaan

3. Hubungan biaya dengan sesuatu yang dibiayai

4. Perilaku dalam Hubungannya dengan Perubahan Volume Kegiatan

5. Penggolongan Biaya Atas Dasar Jangka Waktu Manfaatnya.

• Ada banyak sekali contoh pembiayaan di rumah sakit dan puskesmas yang secara umum
pembiayaan terbagi menjadi

(1) Biaya Investasi terdiri dari biaya tetap, biaya medis tidak habis pakai, dan biaya non
medis tidak habis pakai;

(2) Biaya pemeliharaan terdiri dari biaya pemeliharaan biaya medis tidak habis pakai
dan biaya tetap;

(3) Biaya operasional langsung terdiri dari honor SDM, biaya medis habis pakai, dan
konsumsi;

(4) Biaya operasional tidak langsung yang terdiri dari biaya ATK dan umum.

Diharapkan dengan adanya makalah ini pembaca dan khususnya kita sebagai tenaga
kesehatan dapat memahami mengenai pembiayaan kesehatan dalam rangka memajukan
kesehatan masyarakat serta meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, dan dengan ilmu
pembiayaan dan penganggaran kesehatan melalui pendidikan kesehatan, kita sebagai tenaga
bidang kesehatan dapat menjadi bagian dari pembangunan kesehatan.

29
DAFTAR PUSTAKA

1. Usaid from the american people. Health financing: the basics. [Online].
Tersedia:https://www.fpfinancingroadmap.org/learning/health-financing-
concepts/health-financing-
basics#:~:text=Two%20common%20methods%20include%20fee,entitled%20to%20a
%20certain%20service. [15 Februari 2023]

2. Herlina. Dan Wahyuni-Sari, R. (2022). Pembiayaan Sektor Kesehatan. [Online].

3. Amos, J. et al. (2022). Administrasi Pelayanan Kesehatan Masyarakat. Sumatera


Barat: PT.Global Eksekutif Teknologi. [Online]

4. Mutiara-Supatmanto, U dan Chalik-Sjaaf, A. (2022). ANALISIS PEMBIAYAAN


KESEHATAN PEGAWAI PADA MASA PANDEMI COVID 19. Jurnal ilmiah
fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. [Online].

5. Aspawati, N. (2021). SISTEM PEMBIAYAAN GLOBAL. Jurnal Magister pada


Kesehatan Masyarakat STIKes Bina Husada Palembang [Online].

6. Laili-Rahmiyati, A. (2021). BUKU AJAR KONSEP DASAR PEMBIAYAAN DAN


PENGANGGARAN KESEHATAN. Malang: Ahlimedia Press. [ Online].

7. Yodi Majendradhata, Riris Andono Ahmad, dkk. (2021). Kesehatan Global.


Yogyakarta : Gadjah Mada University Press, Anggota IKAPI dan APPTI..
8. World Health Organization. (2021). Covid-19 vaccination financing and budgeting Q&A.
[Online].
Tersedia : https://www.who.int/news/item/27-04-2021-covid-19-vaccination-financing-and-
budgeting-q-a (15 Februari 2023)
9. Kemenkes RI.(2020). PUSAT PEMBIAYAAN DAN JAMINAN KESEHATAN.
[Online]
10. Arianto, G dan Khaqiqi, Z. (2020). ANALISIS PEMBIAYAAN KESEHATAN
PROGRAM UPAYA KESEHATAN MASYARAKAT DI INDONESIA TAHUN

30
2013 & 2014. Artikel Penelitian dan Pengembangan Humaniora dan Manajemen
Kesehatan [Online].
11. Wulandari, A. et al. (2020). PEMBIAYAAN DAN PENGGANGGARAN
KESEHATAN. Yogyakarta: CV Mine. [Online].
12. Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia. (2020).
Penyerapan Anggaran PEN Terus Meningkat, Perpres Vaksin Segera Ditetapkan.
[Online].

13. Fauzi, R. (2019). Pembiayaan dan penganggaran kesehatan. Buku Kesehatan


Masyarakat Teori Dan Aplikasi, 0801173303, 370.

14. Putu Ayu Indrayathi Putu Dedy, Kastaman Hardy. (2018). District Health Account
Dalam Pembiayaan Kesehatan di Indonesia. [Online].
15. American Institute for Healthcare Management. (2018). Cost Classifications.
[Online].
16. Eri Witcahyo, Ayu Pramudita Wardani, Sri Utami. (2018). Efektivitas Biaya Program
Pengelolaan Penyakit Kronis (Prolanis) di Puskesmas. [Online].

17. jilbabiru.blogspot.com. (2016). Teori Biaya. Kamis, 6 Januari 2016, 1–25.


http://jilbabiru.blogspot.com/2016/01/teori-biaya.html

18. Endra-Budi, F. (2015). SISTEM PEMBIAYAAN KESEHATAN. [Online]

19. MANAJEMEN PEMBIAYAAN KESEHATAN.(2014). Proposal Penelitian program


Jaminan Kesehatan Nasional.[Online].

20. BPJS Kesehatan. (2014). Dana Kapitasi BPJS Kesehatan Diterima Langsung Puskesmas,
Layanan Masyarakat Akan Meningkat. [Online].

21. Ali Imran, La Ode. (2013). Ekonomi Kesehatan. Kendari.

22. Depkes. (2013). Fungsi Pembiayaan Kesehatan. Retrieved February 16, 2023 from
http://www.ppjk.depkes.go.id/index.php?option=com_content&task=view&id=85&It
emid=120

23. Helda. 2011. Pembiayaan Kesehatan. Retrieved February 16, 2023 from
http://heldaupik.blogspot.com/2011/11/pembiayaan-kesehatan.html?m=1

31
24. Suhadi. 2012. Pembiayaan Kesehatan. Retrieved February 16, 2023 from
http://kebunhadi.blogspot.com/2012/11/pembiayaan-kesehatan.html?m=1

25. Santabudi-Samba, G., Ghufron-Mukti, A dan Hendrartini, J. (2007). Jurnal


Manajemen Pelayanan Kesehatan UGM, Yogyakarta [Online].
26. Helmy Adam, MSA., CPMA., Ak. Analisis Unit Cost Puskesmas di Era Jaminan Kesehatan
Nasional (JKN). [Online].

27. http://jurnalmedikahutama.com/index.php/JMH/article/download/220/145

28. https://media.neliti.com/media/publications/22199-ID-analisis-besaran-premi-
jaminan-pemeliharaan-kesehatan-di-kabupaten-jembrana-prov.pdf

29. https://ejournal2.litbang.kemkes.go.id/index.php/hsr/article/download/940/1551

30. https://www.jurnal.syntaxliterate.co.id/index.php/syntax-
literate/article/view/9711/5728

31. https://manajemen-pembiayaankesehatan.net/index.php/using-
joomla/extensions/components/content-component/article-categories/101-proposal-
bpjs-2015/1475-ii-a-monev-kebijakan-2

32

Anda mungkin juga menyukai