Anda di halaman 1dari 14

PENGUATAN PELAKSANAAN

PELAYANAN KESEHATAN
REPRODUKSI
CALON PENGANTIN (CATIN)

DIREKTUR URUSAN AGAMA HINDU


SENEN, 01 MARET 2021
Ksetrabhuta smrta nari bijabhutah smrtah puman,
Ksetrabija samayogat sambhawah sarwa dehinam
(Manavadharmasastra IX.33)

Terjemahan:
Menurut Smrti bahwa perempuan diumpamakan sebagai
pertiwi, laki-laki dinyatakan sebagai benih (bibit), hasil
terjadinya jazad badaniah yang hidup terjadi karena melalui
hubungan antara tanah dengan benih.
Mdh. Sloka 96 :
”Prajanartha striyah srstah
Samtnartham ca manawah
Tasmat sadharanu dharmah
Crutau patnya sahadita”.4
Artinya :
”Untuk menjadi ibu wanita diciptatakan dan untuk menjadi
ayah laki-laki diciptakan,
karena itu upacara kaagamaan ditetapkan dalam veda untuk
dilaksanakan oleh suami
(pria) bersama istri (wanita)”.
MEWUJUDKAN GENERASI EMAS TAHUN 2045

Dalam rangka menyiapkan bangkitnya generasi emas Indonesia tahun


2045, diperlukan pembangunan Keluarga dalam perspektif masa
depan, yaitu mewujudkan masyarakat Indonesia yang
berkualitas,maju,mandiri,dan modern, serta meningkatkan harkat dan
martabat bangsa. Keberhasilan dalam membangun keluarga akan
memberikan kontribusi besar pada pencapaian tujuan pembangunan
nasional secara keseluruhan. Dalam konteks demikian, pembangunan
keluarga itu mencakup berbagai dimensi yang sangat luas,yaitu
dimensi sosial, budaya, ekonomi dan politik.
Dalam pembangunan yang berkelanjutan, Indonesia telah ikut
menyepakati Document Sustainable Development Goals (SDGs)
dengan salah satu fokus pada tujuan secara global peningkatan kualitas
kesehatan.
KEBIJAKAN DITJEN BIMAS HINDU

 Dalam RPJMN 2020 – 2024 Visi Misi Presiden dan Wakil Presiden
“INDONESIA MAJU YANG BERDAULAT, MANDIRI DAN
BERKEPRIBADIAN BERDASARKAN GOTONG ROYONG”
 Visi misi Kementerian Agama “Kementerian Agama yang
Profesional dan Andal dalam membangun masyarakat yang
saleh,moderat,cerdas dan unggul untuk mewujudkan Indonesia
maju yang berdaulat,mandiri dan berkepribadian berdasarkan
gotong royong”
 Untuk mewujudkan Visi Misi tersebut Ditjen Bimas Hindu
khususnya pada Subdit Pemberdayaan Umat Ada beberapa hal yang
harus dilakukan berdasarkan renstra yang di tuangkan dalam RKA-
KL Ditjen Bimas Hindu Tahun Anggaran 2021 dengan berbagai
program dan kegiatan.
Apakah Perkawianan

Perkawinan ialah ikatan lahir bathin antara seorang


pria dengan seorang wanita sebagai suami isteri
dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga)
yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang
Mahaesa. Demikian bunyi ketentuan Pasal 1 Undang-
Undang 1 tahun 1974 tentang Perkawinan. UU 1 tahun
1974 tentang Perkawinan memiliki pertimbangan
bahwa sesuai dengan falsafah Pancasila serta cita-cita
untuk pembinaan hukum nasional, perlu adanya
Undang-undang tentang Perkawinan yang berlaku
bagi semua warga negara.
Bimbingan Perkawinan bagi Umat
Hindu
Program bimbinganperkawinan adalah bimbingan yang
diberikan kepada calon pengantin sebagai bekal sebelum
memasuki perkawinan dengan tujuan;
1. memberikan bekal kepada calon pengantin agar memiliki
wawasan yang cukup dalam berumah tangga,
2. Mempersiapkan keluarga Sukinah
3. Membangun penguatan hubungan dalam keluarga
4. Memenuhi kebutuhan keluarga
5. Menjaga kesehatan reproduksi
6. Mempersiapkan keturunan yang berkwalitas
Syarat Sah Perkawinan Menurut Hindu
Perkawinan/ Wiwaha adalah Samskara dan merupakan lembaga yang tidak terpisahkan
dengan hukum Agama (Dharma). Menurut ajaran Agama Hindu, sah atau tidaknya suatu
perkawinan terkait dengan persyaratan yang ada dalam ajaran Agama Hindu. Suatu
perkawinan dianggap sah menurut agama Hindu jika memenuhi hal-hal sebagai berikut.
 Harus dilakukan oleh pendeta atau rohaniawan dan pejabat agama yang memenuhi
syarat untuk melakukan perbuatan itu.
 Kedua calon mempelai telah menganut Agama Hindu.
 Melakukan upacara wiwaha.
 Calon mempelai tidak terikat oleh suatu ikatan pernikahan atau perkawinan.
 Tidak ada kelainan, seperti tidak banci, kuming atau kedi (tidak pernah haid), tidak sakit
jiwa atau ingatan serta sehat jasmani dan rohani.
 Batas usia perkawinan mengacu pada Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
16 Tahun 2019 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974
tentang Perkawinan yaitu antara pria dan wanita berumur 19 tahun.
 Calon mempelai tidak mempunyai hubungan darah yang dekat atau sapinda.
Sukinah
Apakah Kelua
Keluarga Bahagia
rga dan
Kaula Warga
Sejahter
a
1. Abdi 1. Kumpulan orang-
2. Bawahan orang
3. Kaki tangan 2. seKelompok orang yg
memiliki jalinan/ ikatan
4. Pembantu
satu dng yang lainya,
5. Org. Terdekat untuk tujuan yang
6. Panjak sama.
7. pengayah
Siapa
Siapa
‘Swami
Kah
Kah ‘Swami


(Sanskerta)
Pelindung/ Bapak yang
dihormati/ pemimpin
Suami
Suami
(Sanskerta)

Suk
Suk
ii
nah
nah
Siapa
Siapa ‘Stri
‘Stri
Pengikat kasih
’ (Istri, anak-anak, orang tua
Istri
Istri ’ (Sanskerta)
(Sanskerta)
dan mertua)
POLA PELAKSANAAN BIMBINGAN
PERKAWINAN

1. DILAKSANAKAN SEBELUM PERKAWINAN


DILANGSUNGKAN
2. BIMBINGAN PERKAWINAN DILAKSANAKAN
OLEH LEMBAGA UMAT
3. MENAJADIKAN BIMBINGAN PERKAWINAN
SEBAGAI TUGAS DAN PERAN TAMBAHAN
PENYULUH AGAMA
4. MENYIAPKAN BUKU SAKU BIMBINGAN
PERKAWINAN
5. PEMBINAAN PERKAWINAN PASCA NIKAH
, PERMASALAHAN
1. RENDAHNYA KESADARAN CALON PENGANTIN
MENGIKUTI BIMBINGAN PERKAWINAN
2. PERKAWINAN PADA UMAT HINDU DICATATKAN PADA
CATATAN SIPIL
3. MASIH ADA HAMBATAN DALAM MENDATA CALON
PENGANTIN
4. ADANYA KESULITAN MENDATA PASANGAN
PENGANTIN
5. TIDAK TERSEDIANYA TENAGA KHUSUS SECARA
KELEMBAGAAN (KHUSUSNYA UMAT HINDU) PADA
PEMERINTAH YANG MENANGANI BIMBINGAN
PERKAWINAN BAGI UMAT HINDU.
SEKIAN

Anda mungkin juga menyukai