Anda di halaman 1dari 29

EBOOK MANAJERIAL

A. Pengertian Kompetensi
Secara etimologi istilah kompetensi berasal dari kata bahasa Inggris “competency”
yang artinya kecakapan atau kemampuan (Echols dan Shadily,1983). Sedangkan menurut
Purwadarminta (1982) menjelaskan kompetensi sebagai kewenangan atau kekuasaan untuk
menentukan atau memutuskan sesuatu hal. Dengan kata lain bahwa kompetensi disebut
sebagai wewenang atau kewenangan. Dengan demikian, tekanannya pada kewenangan dan
kemampuan seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas pada suatu jabatan atau pekerjaan
seseorang di dalam organisasi atau suatu instansi pemerintah maupun swasta.
Secara khusus, perlu dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan kompetensi tidak
hanya sekedar kemampuan dalam menjalankan tugas-tugas administratif semata. Namun
kompetensi akan menyangkut ajaran mengenai manusia dan perilakunya, secara hukum
manusia dalam melakukan tindakannya harus sesuai dengan Norma-norma atau aturan
yang berlaku di dalam kehidupannya (Logeman, 1955).
Sasaran yang ingin dicapai dari konsep kompetensi yaitu, perilaku, keterampilan,
dan pengetahuan yang menjadi bagian dari munculnya kompetensi seseorang. Karena
karakteristik suatu pekerjaan dalam jabatan tertentu keadaannya berbeda-beda, maka
kompetensi yang dituntut oleh masing-masing jabatan dalam organisasi akan berbeda-beda
pula. Setinggi apapun kompetensi atau kewenangan yang dimiliki oleh seseorang di dalam
melaksanakan kewenangan tersebut, nilai manusia harus menjadi perhatian utama setiap
profesi dalam jabatan tertentu akan memiliki karakter tertentu yang akan menjadi landasan
bagi pencapaian efektivitas organisasi dalam menentukan visi dan misi yang ingin dicapai.
Kompetensi Manajerial adalah pengetahuan, keterampilan, dan sikap/perilaku yang
dapat diamati, diukur, dikembangkan untuk memimpin dan/atau mengelola unit organisasi.

B. Kompetensi Manajerial
Berdasarkan Pasal 69 UU-ASN, pengembangan kompetensi ASN dilakukan
berdasarkan kualifikasi, kompetensi, penilaian kinerja, dan kebutuhan Instansi Pemerintah
yang dilakukan dengan mempertimbangkan integritas dan moralitas. Yang dimaksud
dengan kompetensi ASN dalam UU-ASN salah satunya adalah Kompetensi manajerial.
Kompetensi Manajerial adalah pengetahuan, keterampilan, dan sikap/perilaku yang dapat
diamati, diukur, dikembangkan untuk memimpin dan/atau mengelola unit organisasi.
Pengembangan kompetensi diatas merupakan upaya untuk pemenuhan kebutuhan
kompetensi ASN dengan standar kompetensi jabatan dan rencana pengembangan karier,
yang dilakukan pada tingkat instansi dan nasional. Kesempatan ini diberikan bagi setiap
ASN dengan memperhatikan hasil penilaian kinerja dan penilaian kompetensi ASN yang
bersangkutan dengan minimal 80 jam pelajaran (jampel) atau jam pelatihan (jamlat) dalam
1 (satu) tahun. Penyelenggaraan pengembangan kompetensi ini wajib dilakukan oleh
Pejabat Pembina Kepegawaian (PPK) dengan menetapkan kebutuhan dan rencana
pengembangan kompetensi, melaksanakan pengembangan kompetensi dan evaluasi
pengembangan kompetensi, sebagaimana diamanatkan dalam pasal 167 ayat 5 UU-ASN.
Oleh karenanya, pengembangan kompetensi tersebut menjadi dasar dalam pengangkatan
jabatan dan pengembangan karier.
Kompetensi Manajerial terdiri dari 8 Sub Kompetensi, yaitu:
1. INTEGRITAS
Konsisten berperilaku selaras dengan nilai, norma dan/atau etika organisasi, dan jujur
dalam hubungan dengan manajemen, rekan kerja, bawahan langsung, dan pemangku
kepentingan, menciptakan budaya etika tinggi, bertanggungjawab atas tindakan atau
keputusan beserta risiko yang menyertainya.
Integritas yaitu Konsisten berperilaku selaras dengan nilai, norma dan/atau etika
organisasi, dan jujur dalam hubungan dengan manajemen, rekan kerja, bawahan langsung,
dan pemangku kepentingan, menciptakan budaya etika tinggi, bertanggung jawab atas
tindakan atau keputusan beserta risiko yang menyertainya Dari sub kompetensi pertama
ini, para ASN diharapkan memiliki dua level awal yaitu mampu bertindak sesuai nilai,
norma, etika organisasi dalam kapasitas pribadi dengan rincian sbb :

 Bertingkah laku sesuai dengan perkataan, berkata sesuai dengan fakta,

 Melaksanakan peraturan, kode etik organisasi dalam lingkungan kerja seharihari, pada
tataran individu /pribadi,

 Tidak menjanjikan/memberikan sesuatu yang bertentangan dengan aturan organisasi.

Selain itu diharapkan juga mampu mengingatkan, mengajak rekan kerja untuk bertindak
sesuai nilai, norma, dan etika organisasi dengan rincian sbb :
 Mengingatkan rekan kerja untuk bertindak sesuai dengan nilai, norma, dan etika
organisasi dalam segala situasi dan kondisi,

 Mengajak orang lain untuk bertindak sesuai etika dan kode etik.

 Menerapkan norma-norma secara konsisten dalam setiap Situasi, pada unit kerja
terkecil/kelompok kerjanya.
 Memberikan informasi yang dapat dipercaya sesuai dengan etika organisasi

a. Dasar Hukum

Beberapa dasar hukum yang menjadi pedoman pemahaman dan integritas, yaitu:

1. Undang-undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara,

2. Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2000 tentang Pendidikan dan Pelatihan Jabatan
Aparatur Sipil Negara,

3. Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2017 tentang Manajemen Aparatur Sipil


Negara:

4. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 52


Tahun 2014 tentang Pedoman Pembangunan Zona Integritas Menuju Wilayah Bebas
dari Korupsi dan Wilayah Birokrasi Bersih dan Melayani di Lingkungan Instansi
Pemerintah:

b. Konsep Integritas
Integritas adalah konsistensi dan keteguhan yang tak tergoyahkan dalam menjunjung
tinggi nilai-nilai luhur dan keyakinan. Integritas juga dapat diartikan sebagai kejujuran dan
kebenaran dari tindakan seseorang dalam kehidupan sehari-hari. Dari pengertian tentang
integritas ini menunjukan kepada kita bahwa integritas pada diri.
Seorang manusia memegang peranan penting pada kemuliaannya sebagai seorang
manusia.Kemudian bagi kehidupan bermasyarakat, adanya integritas pada orang-orangnya
akan menjamin adanya tatanan masyarakat yang baik. Ini berarti integritas adalah salah
satu penentu keberadaban dan kehebatan suatu bangsa.
Integritas merupakan sebuah standar moralitas dan etika seseorang, tidak ada
hubungannya dengan situasi yang kebetulan ada di sekitar Anda dan tidak mendorong
kecepatan. Konsep Integritas itu sendiri di dalamnya mengidentikkan dengan kata hati,
akuntabilitas moral, komitmen moral, dan konsistensi moral seseorang (Paine, 1994) antara
perilaku yang ditunjukkannya dan nilai-nilai atau prinsip-prinsip tertentu (Yukl dan Van
Fleet, 1992: Mayer, Davis, & Schoorman, 1995, Becker, 1998).
Konsep integritas pada Executive Brain Assessment diklasifikasikan menjadi 3
dimensi yaitu kejujuran, konsistensi, dan keberanian yaitu: kejujuran, konsistensi dan
keberanian. Kejujuran (honesty) adalah dimensi potensi integritas yang menunjukkan
aspek komponen integritas pada kesadaran kebenaran dalam sikap kejujuran, yang terdiri
dari aspek empati (empathy), tidak mudah untuk menuduh orang lain bersalah (lack of
blame) dan rendah hati (humility). Konsistensi (concistency) adalah dimensi potensi
integritas yang menunjukkan komponen integritas pada konsistensi dalam perbuatan yang
terdiri dari aspek pengendalian emosi (emotional mastery), akuntabel (accountability), dan
fokus menyeluruh (focus on the whole). Keberanian (courage) adalah dimensi potensi
integritas yang menunjukan komponen integritas pada keberanian menegakan kebenaran
secara terbuka, yang terdiri dari aspek keberanian fcourage), dan percaya diri (self
confidence).
1) Kejujuran
Jujur adalah sebuah kata yang telah dikenal oleh hampir semua orang. Bagi yang telah
mengenal kata jujur mungkin sudah tahu apa itj arti atau makna dari kata jujur tersebut.
Namun masih banyak yang tidak tahu sama sekali dan ada juga hanya tahu maknanya
secara samar-samar. Sikap jujur merupakan salah satu sikap positif yang diperlukan untuk
dapat meningkatkan karier di masa yang akan datang. Kebiasaan untuk bersikap jujur
menimbulkan ketenangan dalam diri.
Seseorang memperoleh kepercayaan dari orang lain adalah suatu dorongan dan
keinginan setiap orang. Namun, memperoleh kepercayaan tanpa didasari oleh nilai-nilai
kebenaran, tetap membuahkan sesuatu yang tidak baik, bahkan berakhir dengan sebuah
kegagalan. Kejujuran berkaitan dengan pengakuan. Dalam hal ini kita melihat persoalan
kesesuaian antara fenomena (realitas) dengan informasi yang disampaikan.
Kejujuran merupakan kualitas manusiawi melalui mana manusia mengomunikasikan
diri dan bertindak secara benar (truthfully). Karena itu, kejujuran sesungguhnya berkaitan
erat dengan nilai kebenaran, termasuk di dalamnya kemampuan mendengarkan,
sebagaimana kemampuan berbicara, serta setiap perilaku yang bisa muncul dari tindakan
manusia. Secara sederhana, kejujuran bisa diartikan sebagai sebuah kemampuan untuk
mengekpresikan fakta-fakta dan keyakinan pribadi sebaik mungkin sebagaimana adanya.
Sikap ini terwujud dalam perilaku, baik jujur terhadap orang lain maupun terhadap diri
sendiri (tidak menipu diri), serta sikap jujur terhadap motivasi pribadi maupun kenyataan
batin dalam diri seorang individu. Kualitas kejujuran seseorang meliputi seluruh
perilakunya, yaitu, perilaku yang termanifestasi keluar, maupun sikap batin yang ada di
dalam. Keaslian kepribadian seseorang bisa dilihat dari kualitas kejujurannya.
Konsep tentang kejujuran bisa membingungkan dan mudah dimanipulasi karena
sifatnya yang lebih interior. Perilaku jujur mengukur kualitas moral seseorang di mana
segala pola perilaku dan motivasi tergantung pada pengaturan diri (self-regulation) seorang
individu. Meskipun tergantung pada proses penentuan diri, kita tidak bisa mengklaim
bahwa pendapat diri kita sematalah yang benar. Seandainya toh kita telah meyakini bahwa
pendapat kita merupakan pendapat yang menurut kita paling baik, perlulah tetap
mendengarkan pendapat orang lain.
Setiap keyakinan pribadi menyisakan bias subjektivitas yang bisa saja mengaburkan
diri kita dalam memahami realitas sebagaimana adanya. Sikap jujur dengan demikian bisa
dikatakan sebagai sebuah usaha untuk senantiasa bersikap selaras dengan nilai-nilai
kebenaran (to be thrutful), sebuah usaha hidup secara bermoral dalam kebersamaan dengan
orang lain.
Seseorang dalam mengupayakan nilai kejujuran tidak sama dengan memperjuangkan
ideologi yang sifatnya lentur dan bisa berubah setiap saat. Inilah mengapa, meskipun kita
tahu bahwa kejujuran itu sangat penting bagi kehidupan, nilai kejujuran sulit untuk menjadi
norma sebuah kultur masyarakat. Ideologi senantiasa mencari pendukung yang
memperkuat gagasannya dan mendukung sudut pandangnya sendiri sementara menolak
dan mengabaikan pandangan orang lain. Pendekatan demikian mengikis praksis perilaku
jujur dan meningkatkan konflik bagi setiap relasi antar manusia.
Nilai kejujuran memiliki hubungan yang erat dengan kebenaran dan moralitas dan
etika. Bersikap jujur merupakan salah satu tanda kualitas moral dan etika seseorang.
Dengan menjadi seorang pribadi yang berkualitas, kita mampu membangun sebuah
masyarakat ideal yang lebih otentik dan khas manusiawi. Seseorang semakin jauh dari
kebenaran dan karena itu dishonest jika ia tidak menyadari bahwa perilakunya itu
sesungguhnya keliru. Kesadaran diri bahwa setiap manusia bisa salah dan mengakuinya
merupakan langkah awal bertumbuhnya nilai kejujuran dalam diri seseorang.
Oleh karena itu, jujur adalah sebuah sikap yang selalu berupaya menyesuaikan atau
mencocokan antara Informasi dengan fenomena.

2) Konsistensi

Konsistensi diartikan sebagai ketetapan dan kemantapan (dalam bertindak),


ketaatasasan: kebijakan pemerintah mencerminkan suatu dalam menghadapi pembangunan
yang sedang kita laksanakan. Konsistensi dalam ilmu logika adalah teori konsistensi.
Konsistensi merupakan sebuah sematik dengan sematik yang lainnya tidak mengandung
kontradiksi. Tidak adanya kontradiksi dapat diartikan baik dalam hal semantik atau
berhubung dengan sintaksis. Definisi semantik yang menyatakan bahwa sebuah teori yang
konsisten memiliki model, ini digunakan dalam arti logika tradisional Aristoteles walaupun
dalam logika matematika kontemporer terdapat istilah satisfiable yang digunakan.
Berhubungan dengan pengertian sintaksis yang menyatakan bahwa sebuah teori yang
konsisten jika tidak terdapat rumus P seperti yang kedua P dan penyangkalan adalah
pembuktian dari aksioma dari teori yang terkait di bawah sistem deduktif. Komponen
integritas pada konsistensi dalam perbuatan, yang terdiri dari aspek pengendalian emosi
(emotional mastery), akuntabel (accountability), dan fokus menyeluruh (focus on the '
whole).
Pengendalian emosi sangat penting bagi semua orang. Terutama para Aparatur Sipil
Negara. Emosi Aparatur Sipil Negara harus diterkendali untuk memberikan pelayanan
yang baik kepada masyarakat. Emosi adalah aspek penting yang mempunyai pengaruh
besar dalam sikap manusia. Emosi pada prinsipnya menggambarkan perasaan manusia
menghadapi berbagai situasi yang berbeda. Oleh karena cmosi merupakan reaksi
manusiawi terhadap berbagai situasi nyata maka sebenarnya tidak ada emosi baik atau
emosi buruk. Hurlock (1990), individu yang dikatakan matang emosinya yaitu:
a) Dapat melakukan kontrol diri yang bisa diterima secara sosial. Individu yang emosi
nya matang mampu mengontrol ekpresi yang tidak dapat diterima secara sosial atau
membebaskan diri dari energi fisik dan mental yang tertahan dengan cara yang dapat
diterima secara sosial.
b) Pemahaman diri. Individu yang matang, belajar memahami seberapa banyak kontrol
yang dibutuhkannya untuk memuaskan kebutuhannya dan sesuai dengan harapan
masyarakat.

c) Menggunakan kemampuan kritis mental. Individu yang matang berusaha menilai


situasi secara kritis sebelum meresponnya, kemudian memutuskan bagaimana cara
bereaksi terhadap situasi tersebut.

Beberapa cara mengendalikan emosi yaitu:


a. merasakan yang orang lain rasakan,

b. tenangkan hati di tempat yang nyaman:

c. mencari kesibukan yang disukai,

d. curahan hati/curhat pada orang lain yang bisa dipercaya,

e. mencari penyebab dan mencari solusi,

f. ingin menjadi orang baik,

g. cuek dan melupakan masalah yang ada:

h. berpikir rasional sebelum bertindak,

i. diversifikasi tujuan, cita-cita dan impian hidup,

j. kendalikan emosi dan jangan mau diperbudak amarah,

k. ubah posisi tubuh anda,

l. olahraga:

m. jaga asupan nutrisi,

n. hindari kebiasaan buruk,

o. jalin komunikasi,

p. berpikirlah bahwa anda tidak sendirian,

q. hindari stress.
Pengertian akuntabel adalah dapat dipertanggung jawabkan dan tidak bertentangan
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, baik sumber inputnya, prosesnya,
maupun peruntukan/ pemanfaatan outputnya. Akuntabel adalah pembuktian para Aparatur
Sipil Negara. Akuntabel menjadi tolok ukur keberhasilan tugas yang diembannya. Aparatur
Sipil Negara yang akuntabel adalah yang dapat mempertanggung jawabkan tugasnya yang
telah dilaksanakannya.
Akuntabilitas Aparatur Sipil Negara adalah perilaku aparat pemerintah yang
bertanggung jawab, adil dan inovatif. Dalam konteks ini, setiap individu/kelompok/
institusi dituntut untuk bertanggung jawab dalam menjalankan tugas dan kewajibannya,
serta selalu bertindak dan berupaya untuk memberikan kontribusi untuk mencapai hasil
yang maksimal.
Aparatur Sipil Negara melaksanakan tugas harus fokus menyeluruh. Fokus
menyeluruh memiliki beberapa pemahaman antara lain: komprehensif, inklusif, dan utuh.
Oleh karena itu, Aparatur Sipil Negara dalam menjalankan tugas harus komprehensif (dari
perencanaan hingga evaluasi). Aparatur Sipil Negara dalam melaksanakan tugas inklusif.
Pemahaman inklusif adalah menempatkan dirinya ke dalam cara pandang orang lain/
kelompok lain dalam melihat dunia, dengan kata lain berusaha menggunakan sudut
pandang orang lain atau kelompok lain dalam memahami masalah. Sedang utuh adalah
sempurna sebagaimana adanya atau sebagaimana semula (tidak berubah, tidak rusak, tidak
berkurang, dsb).
3) Keberanian

Komponen integritas pada keberanian menegakan kebenaran secara terbuka, yang


terdiri dari aspek keberanian (courage), dan percaya diri (self confidence). Berani
menyampaikan sesuatu yang benar, benar berarti sudah sesuai aturan dan nilai. Sedangkan
percaya diri menurut Lauter (2002:4) kepercayaan diri merupakan suatu sikap atau
keyakinan atas kemampuan diri sendiri sehingga dalam tindakan-tindakannya tidak terlalu
cemas, merasa bebas untuk melakukan hal-hal yang sesuai keinginan dan tanggung jawab
atas perbuatannya, sopan dalam berinteraksi dengan orang lain, memiliki dorongan prestasi
serta dapat mengenal kelebihan dan kekurangan diri sendiri.
Lauster menggambarkan bahwa orang yang mempunyai kepercayaan diri memiliki
ciri-ciri tidak mementingkan diri sendiri (toleransi), tidak membutuhkan dorongan orang
lain, optimis dan gembira. Sikap percaya diri Aparatur Sipil Negara adalah keyakinan akan
kemampuannya sendiri untuk bertingkah laku sesuai dengan yang diharapkannya sebagai
suatu perasaan yang yakin pada tindakannya, bertanggung jawab terhadap tindakannya dan
tidak terpengaruh oleh orang lain. Orang yang memiliki kepercayaan diri mempunyai ciri-
ciri: toleransi, tidak memerlukan dukungan orang lain dalam setiap mengambil keputusan
atau mengerjakan tugas, selalu bersikap optimis dan dinamis, serta memiliki dorongan
prestasi yang kuat.
c. Integritas Aparatur Sipil Negara

Aparatur Sipil Negara (ASN) yang berintegritas tinggi merupakan salah satu faktor
penentu bagi penyelesaian pekerjaan dengan tidak menyalahgunakan wewenang dan tugas
serta pekerjaan yang diserahkan dapat dicapai seratus persen.
Pegawai Aparatur Sipil Negara yang selanjutnya disebut Pegawai ASN adalah
Aparatur Sipil Negara dan Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja yang diangkat
oleh Pejabat Pembina Kepegawaian dan diserahi tugas dalam suatu jabatan pemerintahan
atau diserahi tugas negara lainnya dan digaji berdasarkan peraturan perundangundangan
(Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5Tahun 2014 tentang
Aparatur Sipil Negara).
Sebutan Aparatur Sipil Negara dalam undang-undang ASN masih tetap dipakai. Pada
Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 ada dua golongan Pegawai Negeri, yaitu Aparatur
Sipil Negara (ASN) dan Angkatan Bersenjata Indonesia. Aparatur Sipil Negara terdiri dari
Aparatur Sipil Negara Pusat, Aparatur Sipil Negara Daerah dan Aparatur Sipil Negara lain
yang ditetapkan dengan Peraturan Permerintah.
Untuk menjalankan tugas, ada kode etik dan kode perilaku bagi Aparatur Sipil Negara
yang harus dipedomani. Kode etik dan kode perilaku itu berisi pengaturan perilaku agar
Pegawai ASN (ASN) melaksanakan tugasnya dengan jujur, betanggung jawab, dan
berintegritas tinggi. Intergritas ASN sudah diatur dan harus dihormati oleh ASN. Sejalan
dengan itu, dalam Pasal 12 Butir (b) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 46
tahun 2011 tentang Penilaian Prestasi Kerja Aparatur Sipil Negara dinyatakan bahwa salah
satu butir penilaian perilaku Aparatur Sipil Negara adalah integritas. Integritas sangat erat
hubungan dengan perilaku kerja pegawai. Perilaku pegawai adalah setiap tingkah laku,
sikap atau tindakan yang dilakukan oleh ASN atau tidak melakukan sesuatu yang
seharusnya dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Dalam Peraturan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 1 Tahun 2013 (Lampiran
1-f) tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2011 tentang Penilaian
Prestasi Kerja Aparatur Sipil Negara, integritas adalah “adakalanya dalam melaksanakan
tugas bersikap jujur, ikhlas, dan tidak pernah menyalahgunakan wewenangnya serta berani
menanggung risiko dari tindakan yang dilakukannya. Uraian di atas adalah uraian untuk
penilaian unsur perilaku kerja Aparatur Sipil Negara yang nilainya 91—100 atau sangat
baik. Nilai integritas itu adalah nilai tertinggi dalam penilaian perilaku Aparatur Sipil
Negara. Dengan kata lain, ASN tersebut dapat menyelesaikan pekerjaan dengan sempurna.
Maksud penyelesaian pekerjaan dengan sempurna adalah pekerjaan yang sudah
dikontrakan dalam satu tahun kepadanya harus mencapai penyelesaian seratus persen dan
tepat waktu sesuai dengan waktu yang telah disepakati di awal tahun anggaran.
Kata integritas berasal dari bahasa Inggris, yaitu integrity, yang berarti menyeluruh,
lengkap atau segalanya. Integritas berarti “bertindak konsisten sesuai dengan nilai-nilai dan
kode etik'. Dalam bahasa Latin, integritas berasal dari kata integrate yang berarti komplit
atau tanpa cacat, sempurna, tanpa kedok. Maksudnya adalah apa yang ada dengan apa yang
kita pikirkan, ucapkan, dan lakukan (Bertens, 1994 dalam Satria Hadi Lubis, Widyaiswara
Madya STAN (STAN REVIEW:2012).
Menurut Warren J. von Eschenbach (Springer SciencetBusniss Media Dordrecht,
2015) mengatakan bahwa Integrity is important for understanding of what it means to
process a constituted and coherent self. Dan Jean Paul Satre (Springer SciencetBusniss
Media Dordrecht, 2015) mengatakan bahwa “We are what we will and affirm in the sense
that a human subject creates himself by choosing to act according to an “image of man such
as he believes he ought to be” so to affirm the value of that which is chosen (p. 2)
Intergritas itu berhubungan dengan perbuatan yang harus dilakukan oleh seseorang.
Integritas itu nyata dan terjangkau dan mencakup sifat yang bertanggung jawab, jujur,
menepati kata-kata, dan setia. Jadi, integritas tidak pernah lepas dari kepribadian dan
perilaku seseorang yang , berhubungan dengan sifat yang dipercaya, komitmen, tanggung
jawab, kejujuran, kebenaran, dan kesetiaan terhadap tugas dan tanggung jawab yang
diembannya. Integritas tentu mempunyai nilai. Nilai integritas sangat penting untuk
diterapkan dalam sebuah instansi pemerintah. Integritas adalah saling percaya dan pada
akhirnya sifat saling percaya ini berguna untuk mencapai tujuan organisasi. Jika nilai-nilai
integritas tidak dijalankan, kerja sama tim yang dilakukan akan menjadi lebih sulit akibat
tidak terbangunnya kepercayaan yang komprehensif di antara mereka.
Billy Boen (2009) dalam Satria Hadi Lubis, Widyaiswara Madya STAN (STAN
REVIEW:2012) mengatakan, jika seseorang sudah tahu apa keinginannya, semua perilaku
dan tindakannya akan mengupayakan agar keinginan itu terwujud. Pada umumnya
tindakan untuk mencapai keinginan tersebut memerlukan integritas. Dengan integritas,
seseorang akan melakukan segala sesuatunya secara positif dan konsisten.
Komitmen juga tidak dapat diabaikan begitu saja. Komitmen adalah perlu bagi
Aparatur Sipil Negara. Pegawai yang mempunyai integritas tentu memiliki komitmen.
Komitmen adalah “suatu janji pada diri sendiri ataupun orang lain yang tercermin dalam
tindakantindakan seseorang'. Seseorang yang berkomitmen adalah orang yang dapat
menepati janji dan mempertahankan janji itu sampai akhir walaupun ia harus berkorban.
Sebelum menjadi Aparatur Sipil Negara, Calon Aparatur Sipil Negara yang sudah
memenuhi syarat untuk diangkat menjadi Aparatur Sipil Negara harus disumpah dengan
jani-janji. Salah satu janji itu adalah mementingkan pekerjaan Negara daripada pekerjaan
pribadi atau golongan.
Orang yang mempunyai integritas tentu mempunyai tanggung jawab. Tanpa tanggung
jawab seseorang tidak akan ada integritas pada diri orang itu. Tanggung jawab adalah tanda
dari kedewasaan pribadi yang juga berkaitan dengan integritas. Orang yang bertanggung
jawab adalah orang yang berani menanggung risiko, memperbaiki keadaan, dan melakukan
kewajiban dengan kemampuan yang terbaik. Dengan kata lain, orang yang bertanggung
jawab adalah orang yang memiliki integritas.
Integritas berarti juga harus mampu menguasai diri dan berdisiplin diri. Banyak orang
keliru menggambarkan sikap disiplin sehingga menyamakan disiplin dengan bekerja keras
tanpa istirahat. Padahal sikap disiplin berarti melakukan yang seharusnya dilakukan, bukan
sekedar hal yang ingin dilakukan. Disiplin mencerminkan sikap pengendalian diri, suatu
sikap hidup yang teratur dan seimbang serta berorientasi pada tugas yang diberikan
kepadanya.
Nilai integritas mengandung nilai yang meliputi kejujuran, kemandirian, kedisiplinan,
tanggung jawab, kerja keras, sederhana, keberanian, dan keikhlasan. Salah satu dari nilai
itu yang sangat bersinggungan dengan tulisan adalah keikhlasan. Keikhlasan di sini adalah
ketulusan dan kejujuran dari seorang Aparatur Sipil Negara untuk menerima atau
mendapatkan apa yang sudah menjadi haknya, yaitu gaji, tunjangan, dan sebagainya yang
diberikan sudah ditentukan sesuai dengan tugas dan golongan dan pangkat serta jabatan
ASN oleh pemerintah sesuai dengan undang-undang yang berlaku. Yang bukan hak ASN
harus ditolak. Menurut hemat penulis, jika nilai-nilai integritas dimiliki oleh Pegawai
Aparatur Sipil Negara atau Aparatur Sipil Negara, tentu anti korupsi akan tertanam dalam
bekerja. Dengan kata lain, seorang Aparatur Sipil Negara yang berintegritas harus menjadi
orang yang baik yang terbebas dari korupsi.
Berikut ini contoh tindakan nyata dari ketiga nilai tersebut :
1. Datang tepat waktu merupakan langkah pertama yang menunjukkan akan integritas
dan komitmen untuk melangkah lebih maju. Datang tepat waktu dan bukan karena absensi
akan tetapi lebih karen ada setumpuk tugas yang harus diselesaikan segera. Jika masih
datang tepat waktu namun karena danya absensi maka belum bisa dikatakan memiliki
ketiga sikap tersebut. Wakt merupakan hal yang paling penting dalam sebuah perkejaan
sehingga keterlambatan seperti datang terlambat bisa memancing keterlambatan pekerjaan
lainnya.

2. Menyelesaikan tugas dengan baik merupakan contoh yang kedua. Ketepatan waktu
dan proses pengerjaan yang baik bisa menjadi titik dasar penilaian akan kredibilitas dan
integritas. Setiap pekerjaan selalu memiliki tingkat kesulitan dan beban yang berbeda
namun langkah untuk menyelesaikan tugas tersebutlah yang dapat mendatangkan penilaian
orang. Ciri tugas yang diselesaikan dengan baik adalah tepat waktu atau sesuai jadwal,
tidak keluar dari rule yang telah ditetapkan, sesuai dengan permintaan dengan
menambahkan inovasi atau ide yang terlebih dahulu dimusyawarahkan dan disepakati, dan
tentunya bisa mendapatkan hasil yang maksimal.

3. Berperilaku aktif, konsisten, jujur, dan bertanggung jawab. Dalam menunjukkan


nilai integritas dan kredibilitas maka harus memnuhi karaktertersebut. Dalam kehidupan
bersosial atau lingkungan yang heterogen semua karakter tersebut penting untuk
menunjang kemampuan skill dan membangun trust atau kepercayaan dari pimpinan.
Perilaku aktif akan membawa seseorang ke tingkatan yang lebih tinggi apalagi dengan
adanya sikap kejujuran dan bertanggung jawab. Namun tak kalah pentingnya adalah
konsistensi yang akan membuktikan bahwa pekerja tersebut memiliki komitmen terhadap
perusahaan atau perkantoran.

2. KERJASAMA
Kemampuan menjalin, membina, mempertahankan hubungan kerja yang efektif,
memiliki komitmen saling membantu dalam penyelesaian tugas, dan mengoptimalkan segala
sumber daya untuk mencapai tujuan strategis organisasi.
Kerjasama didefinisikan sebagai kemampuan menjalin, membina, mempertahankan
hubungan kerja yang efektif, memiliki komitmen saling membantu dalam penyelesaian
tugas, dan mengoptimalkan segala sumberdaya untuk mencapai tujuan strategis organisasi.
Dalam level ini, kemampuan kerjasama yang harus dikuasai adalah
berpartisipasi dalam kelompok kerja dengan rincian:
a. Berpartisipasi sebagai anggota tim yang baik, melakukan tugas/bagiannya, dan
mendukung keputusan tim,

b. Mendengarkan dan menghargai masukan dari orang lain dan memberikan usulan-
usulan bagi kepentingan tim;

c. Mampu menjalin interaksi sosial untuk penyelesaian tugas

Serta menumbuhkan tim kerja yang partisipatif dan efektif dengan rincian:
a. Membantu orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas mereka untuk mendukung
sasaran tim,
b. Berbagi informasi yang relevan atau bermanfaat pada anggota tim:
mempertimbangkan masukan dan keahlian anggota dalam tim/kelompok kerja serta
bersedia untuk belajar dari orang lain;

c. Membangun komitmen yang tinggi untuk menyelesaikan tugas tim.

Apa yang dimaksud dengan kerjasama (cooperation)? Pengertian kerjasama


adalah sebuah usaha yang dilakukan oleh beberapa orang atau kelompok untuk
mencapai tujuan bersama. Kerjasama merupakan interaksi yang sangat penting bagi
kehidupan manusia karena manusia adalah mahluk sosial yang saling membutuhkan.
Kerjasama bisa terjadi ketika individu-individu yang bersangkutan mempunyai
kepentingan dan kesadaran yang sama untuk bekerjasama untuk mencapai tujuan dan
kepentingan bersama.
Pada suatu organisasi atau perusahaan tentunya mengharapkan kerja tim yang
solid dan kompak. Dengan terciptanya kerja tim yang solid dan kompak tentunya akan
membuat pekerjaan pada sebuah organisasi atau perusahaan akan menjadi efektif.
Sehingga suatu perusahaan akan mampu mengimbangi bahkan mengalahkan
pesaingnya.
Manusia sebagai makhluk sosial pasti akan membutuhkan bantuan dari orang
lain, manusia tidak bisa hidup sendirian karena asalnya memang manusia itu saling
bergantungan satu sama lain. Kerena itu dalam kehidupan sangat penting untuk
membangun kerjasama yang baik. Kerjasama merupakan kegiatan yang dilakukan antar
sesama manusia untuk mencapai tujuan bersama, dengan kerjasama seseorang akan
lebih mudah untuk menyelesaikan sesuatu karena kita memiliki patner atau rekan untuk
bertukar pikiran bagaimana sesuatu yang kita kerjakan itu dapat berjalan dan
terselesaikan dengan cepat dan dengan hasil yang maksimal. Di dalam kerjasama
terdapat nilai-nilai yang sosial yaitu:
a. Menghargai pendapat orang lain

Di dalam kerjasama sangat penting untuk mendengar masukan dari rekan kerja kita,
dengan masukan-masukan itu kita dapat memperbaiki atau menambah apa yang
kiranya perlu diperbaiki, sehinnga kita akan lebih capat dalam mengerjakan
pekerjaan. Karena penting bagi kita untuk mendangarkan pendapat orang lain
karena itulah gunanya kerjasama, yaitu saling bertukar pikiran antar patner atau
rekan
b. Tanggung jawab
Di dalam melakukan sesuatu antar rekan memiliki tanggung jawab kepada pekerjaan dan
rekannya yang lain untuk memberi konstribusi dalam menyelesaikan pekerjaannya, untuk
mendapatkan hasil yang maksimal dan menyelesaikan pekerjaannya dengan tepat waktu.
Seseorang tidak akan membiarkan rekannya bekerja sandiri, mereka akan merasa
bertanggung jawab untuk mengerjakan pekerjaan itu karena mereka adalah tim, tidak ada
tim yang melakukan pekerjaan tanpa ada kerjasama antar rekan yang satu dengan rekan
yang lainnya, itulah bentuk tanggung jawab mereka di dalam tim.
c. Kebersamaan

Orang yang bekerjasama akan merasa dirinya memiliki rasa kebersamaan, tidak akan
memutuskan sesuatu dengan sepihak karena mereka sadar bahwa mereka adalah tim,
sesuatu yang dilakukan dan dihasilkan itu adalah keputusan bersama, tidak ada rasa
mendominasi karena dalam tim semuanya sama, sehingga tidak akan terjadi saling
menyalahkan apabila pekerjaannya itu tidak dapat diterima atau tidak memenuhi hasil
yang diinginkan.
d. Kepedulian

Kerjasama akan menumbuhkan sikap peduli untuk membantu rekannya yang mengalami
kesusahan dalam mengerjakan pekerjaannya, peduli antar sesame yang sedang
mengalami kesusahan. Kerjasama yang baik akan menghasilkan hasil yang baik,
seseorang didunia ini tidak bisa hidup sendiri, karena pada hakikatnya manusia itu saling
membutuhkan. Kerjasama yang baik adalah kerjasama yang mengutamakan komunikasi
yang baik antar tim, komunikasi yang baik ini menjadi faktor utama karena di dalam
kerjasama dibutuhkan shering pendapat atau pertukaran pendapat antar tim. Ingat didalam
hidup ini ada waktu kita tersesat dan membutuhkan seseorang untuk membantu kita,
karena itu kita sebagai manusia hendaklah bersikap saling menghargai antar sesama
sehingga jika kita membutuhkan sesuatu seseorang akan senang hati akan membantu kita.

3. KOMUNIKASI
Kemampuan untuk menerangkan pandangan dan gagasan secara jelas,
sistematis disertai argumentasi yang logis dengan cara-cara yang sesuai baik secara
lisan maupun tertulis; memastikan pemahaman; mendengarkan secara aktif dan efektif;
mempersuasi, meyakinkan dan membujuk orang lain dalam rangka mencapai tujuan
organisasi.
Komunikasi didefinisikan sebagai Kemampuan untuk menerangkan pandangan
dan gagasan secara jelas, sistematis disertai argumentasi yang logis dengan cara-cara
yang sesuai baik secara lisan maupun tertulis, memastikan pemahaman, mendengarkan
secara aktif dan efektif, mempersuasi, meyakinkan dan membujuk orang lain dalam
rangka mencapai tujuan organisasi. Dalam level ini, kemampuan komunikasi adalah
menyampaikan informasi dengan jelas, lengkap, pemahaman yang sama dengan
rincian
1. Menyampaikan informasi (data), pikiran atau pendapat dengan jelas, singkat dan
tepat dengan menggunakan cara/media yang sesuai dan mengikuti alur yang logis,

2. Memastikan pemahaman yang sama atas instruksi yang diterima/ diberikan

3. Mampu melaksanakan kegiatan surat menyurat sesuai tata naskah organisasi.

Serta aktif menjalankan komunikasi secara formal dan informal: Bersedia


mendengarkan orang lain, menginterpretasikan pesan dengan respon yang sesuai,
mampu menyusun materi presentasi, pidato, naskah, laporan, dil dengan rincian
1. Menggunakan gaya komunikasi informal untuk meningkatkan hubungan
profesional:

2. Mendengarkan pihak lain secara aktif: menangkap dan menginterpretasikan pesan-


pesan dari orang lain, serta memberikan respon yang sesuai:

3. Membuat materi presentasi, pidato, draft naskah, laporan dil sesuai arahan
pimpinan.

Tidak dapat dipungkiri, ilmu komunikasi menjadi aspek yang paling


dipertimbangkan di tempat kerja. Tanpa adanya komunikasi, mustahil jika pekerjaan
dapat berjalan dengan lancar. Lalu apa sebenarnya pengertian dari ilmu komunikasi?
Ilmu komunikasi adalah sebuah ilmu yang mempelajari tentang cara menyampaikan
sebuah informasi baik ide atau gagasan dari satu orang kepada orang lain yang
dilakukan menggunakan media, entah itu media tulisan, lisan, atau media yang lainnya.
Komunikasi terdiri dari dua jenis yaitu komunikasi verbal dan non verbal.
Komunikasi verbal merupakan salah satu bentuk komunikasi yang disampaikan oleh
komunikator kepada komunikan secara lisan maupun tertulis. Dengan model
komunikasi verbal ini, diharapkan para pendengar atau pembaca bisa memahami
dengan mudah apa pesan yang dimaksud.
Contoh dari komunikasi verbal adalah bercakap-cakap secara langsung baik
menggunakan media ataupun tidak menggunakan media, penyampaian informasi
melalui surat, grafik, lukisan, gambar, dan lain-lain. Satu contoh lain terkait dengan
komunikasi lisan adalah wawancara, misalnya bagaimana sebuah perusahaan
mengetahui kompetensi dan kemampuan calon karyawan melalui wawancara kerja.
Komunikasi non verbal adalah bentuk komunikasi yang disampaikan oleh
komunikator kepada komunikan tidak menggunakan kata-kata, melainkan menggunakan
bahasa isyarat, lambang-lambang, ekspresi wajah, dan lain sebagainya. Dengan begitu
seorang komunikan dapat menyimpulkan apa arti dari bahasa isyarat atau lambang atau
ekspresi wajah yang dimaksudkan oleh komunikator.
Contoh dari komunikasi non verbal adalah menangis menandakan bahwa dirinya
sedang bersedih. Mengangguk artinya setuju. Menggelengkan kepala artinya tidak setuju.
Mengangkat alis sebagai tanda bahwa dirinya tidak percaya, dan masih banyak lagi yang
lainnya.
Komunikasi sangatlah penting dalam kehidupan bermasyarakat, apalagi dalam
komunikasi yang bersifat profesi, misalnya komunikasi di tempat kerja. Dengan
komunikasi, Anda bisa menjalin sebuah relasi dengan seseorang ataupun sekelompok
orang yang pastinya sangat diperlukan sebagai makhluk sosial. Tidak hanya di dalam
kehidupan bermasyarakat saja, komunikasi juga sangat diperlukan di dalam kantor. Ya,
sebuah kerjasama antara satu karyawan dengan karyawan yang lainnya tidak akan terjalin
tanpa adanya komunikasi. Cara untuk menerapkan Komunikasi di tempat kerja yang efektif
bagi karyawan berikut ini.
a. Sederhanakanlah hal yang rumit

Sebagai karyawan harus bisa menyampaikan informasi secara jelas, baik kepada
karyawan lain maupun kepada client. Memang tidak mudah untuk menyampaikan
informasi secara jelas, terlebih lagi jika informasi tersebut terlalu susah untuk dijabarkan.
Anda harus terampil dalam menyusun kata-kata agar informasi yang disampaikan dapat
dengan mudah dipahami oleh lawan biacara Anda. Jangan sampai menyusun kata-kata
yang Anda sendiri tidak paham maksudnya. Hal tersebut justru akan semakin
memperburuk situasi di tempat kerja Anda. Serumit apapun informasinya, Anda harus bisa
menyampaikannya menggunakan kata-kata yang sederhana dan mudah dipahami oleh
orang lain untuk menghindari kesalahpahaman dalam menangkap informasi yang Anda
sampaikan.
b. Pilih jalur diplomasi untuk menyelesaikan konflik

Sebaik apapun dan sesabar apapun seorang karyawan, pastinya akan ada saja konflik
yang terjadi. Terlebih lagi jika Anda tergabung dalam sebuah tim, berbagai macam konflik
selalu hadir, entah itu konflik kecil ataupun besar sekalipun. Dalam beberapa kasus, konflik
kecil memang mudah untuk diselesaikan, namun ada pula yang bermula dari konflik kecil
menjadi melebar dan sulit untuk diatasi. Kondisi seperti inilah yang membuat suasana
kantor menjadi tidak kondusif dan pekerjaan menjadi berantakan. Upaya yang sebaiknya
dilakukan agar konflik tidak berkembang adalah dengan membiasakan cara berbicara yang
baik di tempat kerja. Selesaikan masalah dengan pikiran terbuka dan tidak memihak satu
sama lain. Setiap karyawan harus senantiasa menjalin hubungan yang baik dengan
karyawan lain agar suasana kerja menjadi lebih nyaman dan pekerjaan dapat terselesaikan
dengan baik.
c. Berbicara secara langsung

Seiring dengan berkembangnya zaman, komunikasi pun ikut mengalami kemajuan


salah satunya dengan media surat elektronik yang digunakan sebagai cara berinteraksi
dengan rekan kerja ataupun client. Ya, meskipun cara tersebut sangatlah praktis namun hal
ini bisa menimbulkan suatu masalah jika karyawan tidak menguasai bahasa surat yang baik.
Tentu hal tersebut akan menimbulkan masalah besar karena penyampaian informasi sulit
dipahami oleh pembacanya dan seringkali menimbulkan kesalahpahaman. Dengan
menggunakan surat elektronik, Anda tidak bisa menebak ekspresi wajah maupun bahasa
tubuh dari lawan bicara, tentu akan berbeda jika Anda mengobrol secara langsung tanpa
ada perantara. Perkembangan teknologi memang harus diikuti agar tidak ketinggalan
zaman, namun perlu diingat juga bahwa bercakap-cakap secara langsung merupakan salah
satu bentuk komunikasi yang paling efektif karena dapat meminimalisir terjadinya
kesalahpahaman atau salah pengertian diantara kedua belah pihak.
d. Menghargai adanya perbedaan kebudayaan di tempat kerja

Kesuksesan perusahaan merupakan sebuah prestasi yang membanggakan bagi semua


pegawai yang ada di dalamnya. Meskipun memiliki budaya yang berbeda, namun sebagai
karyawan yang baik sebaiknya ikut menghargai perbedaan budaya tersebut agar kerjasama
dapat berjalan dengan baik.
e. Memberikan feedback yang baik

Hargailah lawan bicara Anda. Berilah respon yang positif. Etika saat berbicara adalah
mendengarkan apa yang dikatakan oleh lawan bicara dengan baik. Setelah itu Anda wajib
memberikan respon ataupun tanggapan terhadap apa yang telah disampaikan oleh si
pembicara. Meskipun Anda tidak suka dengan lawan bicara, namun tetaplah tersenyum dan
berikan tanggapan yang positif. Terlebih lagi jika Anda bekerja sebagai costumer service
yang setiap harinya berhadapan dengan dengan pelanggan. Dari berbagai macam latar
belakang yang dimiliki oleh pelanggan, seorang costumer service harus bisa memberikan
pelayanan terbaiknya tanpa pandang bulu. Kredibilitas perusahaan juga dapat dilihat dari
cara karyawan melayani pelanggan (Servis). Jika Anda memberikan respon yang positif
kepada setiap pelanggan, maka kredibilitas kantor akan semakin ymeningkat dan costumer
akan semakin betah menggunakan jasa atau membeli produk dari perusahaan Anda.
f. Sesuaikan antara perkataan dan perbuatan Sikap
yang Anda tonjolkan di kantor harus sesuai dengan perkataan Anda. Jaga kepercayaan
sesama rekan karyawan dan juga atasan Anda. Sulit memang menjaga agar perkataan dan
perbuatan agar selaras, namun demi mendapatkan kepercayaan dari pimpinan ataupun
karyawan lainnya hal tersebut harus diterapkan. Jangan buang waktu dengan membual,
carilah perhatian dari pemimpin dengan hasil. Pemimpin yang baik pasti akan memberikan
perhatian dan hadial sesuai hasil kerja yang Anda lakukan. Di dalam dunia kerja,
menyampaikan perkataan yang tidak sesuai akan membuat pekerjaan menjadi berantakan
sehingga dapat menurunkan produktifitas kerja. Sebaiknya jangan beritahukan informasi
apapun kepada karyawan lain sebelum ada pemberitahuan bahwa informasi tersebut
memang benar adanya untuk menghindari kesalahpahaman yang akan berdampak buruk
bagi kehidupan kantor dikemudian hari. Untuk menghindari adanya perkataan dan
perbuatan yang tidak selaras, mintalah teman terbaik Anda untuk mengingatkan jika
tindakan Anda sudah melenceng dari SOP. Dengan begitu, Anda akan terhindar dari
perkataan dan perbuatan yang tidak selaras, karena selalu ada yang mengingatkan ketika
Anda salah.
g. Presentasi secara visual

Jika Anda diharuskan untuk berkomunikasi dengan cara presentasi, maka


menggunakan ilmu “satu gambar dapat menjelaskan 1000 hal” bisa menjadi cara yang
efektif. Otak manusia akan lebih responsif dengan sebuah gambar daripada dengan tulisan.
Sebuah presentasi yang baik harus bisa membuat pendengarnya menangkap maksud dari
pembicara. Untuk itu, pembicara harus menggunakan bahasa yang baik dan juga pemilihan
kata yang tidak bertele-tele agar mudah dipahami audiens.Buatlah Power Point, Anda akan
lebih mudah untuk menyampaikan informasi kepada para pendengar, syaratnya agar
menarik, tidak memuat banyak tulisan, ambil point-pointnya saja dan sertakan pula data
dalam grafik atau gambar. Presentasi dikatakan berhasil jika Anda bisa menjelaskan
informasi secara sederhana dan tidak menimbulkan makna ganda bagi pendengarnya.
Informasi tersampaikan. Dengan menggunakan presentasi secara visual dapat menghindari
adanya miskomunikasi akibat penjelasan yang belum atau lupa disampaikan, atau
menambah penjelasan yang dirasa kurang.
h. Jadilah humoris dan menyenangkan

Komunikasi akan terjalin dengan efektif jika tidak ada ketegangan di dalamnya. Nah,
untuk mencairkan suasana, Anda bisa sesekali menyelipkan humor saat berbicara. Hal ini
tidak akan menjadi masalah jika humor yang Anda keluarkan tidak menyinggung orang
lain. Cara ini sudah terbukti efektif untuk membangun keakraban dan juga kecanggungan
saat berbicara. Di dalam sebuah tim, setiap anggotanya harus bisa bekerjasama dengan baik
agar tujuan dari kantor tersebut dapat terwujud. Dengan sedikit bergurau dapat membuat
suasana tim menjadi lebih santai dan ide-ide cemerlang dapat dengan mudah disampaikan
tanpa adanya tekanan. Menjadi orang yang menyenangkan juga akan menjadikan Anda
lebih populer dan Anda pun dapat bekerjasama dengan baik dengan rekan kerja lainnya,
sehingga tim Anda menjadi solid dan tak jarang mendapatkan pujian dari pimpinan.
i. Menerima masukan

Dalam dunia kerja, Anda akan bertemu dengan orang-orang dari latar belakang yang
berbeda. Nah, dari situlah Anda harus bisa memahami karakter dari orang lain dan juga
harus bersifat terbuka terhadap kritik atau masukkan dari rekan kerja Anda. Jangan
langsung terbawa emosi jika ada karyawan yang mengkritik Anda, melainkan jadilakanlah
kritikan tersebut sebagai masukan yang membangun agar Anda bisa menjadi pribadi yang
lebih baik lagi.
j. Murah senyum

Murah senyum akan menjadikan Anda dipandang positif oleh semua rekan-rekan di
kantor. Komunikasi pun akan berjalan dengan baik dan efektif jika dilandasi rasa nyaman.
Dengan memberikan senyuman di awal percakapan akan membuat suasana pembicaraan
menjadi lebih santai dan lebih hidup.

4. ORIENTASI PADA HASIL


Kemampuan mempertahankan komitmen pribadi yang tinggi untuk
menyelesaikan tugas, dapat diandalkan, bertanggung jawab, mampu secara sistimatis
mengidentifikasi risiko dan peluang dengan memperhatikan keterhubungan antara
perencanaan dan hasil, untuk keberhasilan organisasi.
Pada level ini dibutuhkan kemampuan bertanggung jawab untuk memenuhi
standar kerja yaitu :
a. Menyelesaikan tugas dengan tuntas, dapat diandalkan,

b. Bekerja dengan teliti dan hati-hati guna meminimalkan

c. kesalahan dengan mengacu pada standar kualitas (SOP). Bersedia menerima


masukan, mengikuti contoh cara bekerja yang lebih efektif, efisien di lingkungan
kerjanya

Adapun indikator yang berorientasi pada hasil yaitu:


i. Efektivitas
Tercapainya suatu tujuan yang telah ditetapkan baik itu dalam bentuk target, sasaran
jangka panjang maupun misi organisasi publik. Akan tetapi pencapaian tujuan
organisasi publik ini harus juga mengacu pada visi organisasi.

ii. Produktivitas

Ukuran yang menunjukkan kemampuan organisasi publik untuk menghasilkan


keluaran yang dibutuhkan oleh masyarakat.
iii. Efisiensi

Perbandingan terbaik antara keluaran dan masukan. Idealnya organisasi publik


harus mampu menyelenggarakan suatu jenis pelayanan tertentu dengan masukan
(biaya dan waktu) yang sesedikit mungkin.

iv. Kepuasan

Seberapa jauh organisasi publik dapat memenuhi kebutuhan karyawan dan


masyarakat.
v. Keadilan

Cakupan atau jangkauan kegiatan dan pelayanan yang diberikan oleh organisasi
publik harus diusahakan seluas mungkin dengan distribusi yang merata dan
diperlakukan secara adil.

5. PELAYANAN PUBLIK
Kemampuan dalam melaksanakan tugas-tugas pemerintahan, pembangunan
dan kegiatan pemenuhan kebutuhan pelayanan publik secara profesional, transparan,
mengikuti standar pelayanan yang objektif, netral, tidak memihak, tidak diskriminatif,
serta tidak terpengaruh kepentingan pribadi/kelompok/golongan/partai politik.
Didefinisikan sebagai Kemampuan dalam melaksanakan tugas, tugas
pemerintahan, pembangunan dan kegiatan pemenuhan kebutuhan pelayanan publik
secara profesional, transparan, mengikuti standar pelayanan yang objektif, netral, tidak
memihak, tidak diskriminatif, serta tidak terpengaruh kepentingan
pribadi/kelompok/golongan/partai politik
Dalam level ini dibutuhkan ASN yang mampu untuk menjalankan tugas
mengikuti standar pelayanan dengan kriteria sebagai berikut:
1. Mampu mengerjakan tugas-tugas dengan mengikuti standar pelayanan yang
objektif, netral, tidak memihak, tidak diskriminatif, transparan dan tidak
terpengaruh kepentingan pribadi /kelompok/partai politik.

2. Melayani kebutuhan, permintaan dan keluhan pemangku kepentingan

3. Menyelesaikan masalah dengan tepat tanpa bersikap membels diri dalam kapasitas
sebagai pelaksana pelayanan publik.

Pelayanan publik adalah “Sebagai segala bentuk kegiatan pelayanan umum


yang dilaksanakan oleh Instansi Pemerintahan di Pusat dan Daerah, dan di lingkungan
BUMN/BUMD dalam bentuk barang dan /atau jasa, baik dalam pemenuhan kebutuhan
masyarakat. (Lembaga Administrasi Negara: 1998) Sementara Departemen Dalam
Negeri menyebutkan bahwa: Pelayanan publik adalah suatu proses bantuan kepada
orang lain dengan cara-cara tertentu yang memerlukan kepekaan dan hubungan
interpersonal tercipta kepuasan dan keberhasilan. Setiap pelayanan menghasilkan
produk, baik berupa barang dan jasa (Pengembangan Kelembagaan Pelayanan Terpadu
Satu Pintu, 2004). Sedangkan definisi yang saat ini menjadi rujukan utama dalam
penyelenggaraan pelayanan publik sebagaimana termuat dalam Undang-Undang
Nomor 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik, dijelaskan bahwa pelayanan publik
adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan
pelayanan sesuai Pelayanan Publik dengan peraturan perundang-undangan bagi setiap
warga negara dan penduduk atas barang, jasa, dan/atau pelayanan administratif yang
disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik.
Siklus pelayanan itu sendiri menurut A. Imanto, 2002, adalah “Sebuah
rangkaian peristiwa yang dilalui pelanggan sewaktu menikmati atau menerima layanan
yang diberikan Dikatakan bahwa siklus layanan dimulai pada saat konsumen
mengadakan kontak pertama kali dengan service delivery system dan dilanjutkan
dengan kontak-kontak berikutnya sampai dengan selesai jasa tersebut diberikan”.
Beberapa definisi lain dari pelayanan publik yang banyak digunakan dalam
adalah:
a. Lovelock, Christoper H, mengatakan bahwa ”service adalah produk yang tidak
berwujud, berlangsung sebentar dan dirasakan atau dialami” Artinya service
merupakan produk yang tidak ada wujud atau bentuknya sehingga tidak ada bentuk
yang dapat dimiliki, dan berlangsung sesaat atau tidak tahan lama, tetapi dialami
dan dapat dirasakan oleh penerima layanan. Pelayanan Publik
b. Davit Mc Kevitts dalam bukunya Managing Core Public Services (1998),
membahas secara spesifik mengenai Inti pelayanan publik yang menjadi tugas
pemerintah dan pemerintah daerah, menyatakan bahwa “Core Public Services
maybe defined as those sevices which are tmportant for the protection and
promotion of citizen well-being, but are n are as where the market is in capable of
reaching or even approaching a socially optimal states heatih, education, welfare
and Security provide the most obvious best know example'.

Dari beberapa pengertian pelayanan publik yang diuraikan tersebut, maka


pelayanan publik dapat disimpulkan sebagai pemberian layanan atau melayani
keperluan orang atau masyarakat dan/atau organisasi lain yang mempunyai
kepentingan pada organisasi itu, sesuai dengan aturan pokok dan tata cara yang
ditentukan dan ditujukan untuk memberikan kepuasan kepada penerima pelayanan.
Dengan demikian, terdapat 3 unsur penting dalam pelayanan publik, yaitu unsur
pertama, adalah organisasi penyelenggara pelayanan publik, unsur kedua, adalah
penerima layanan (pelanggan) yaitu orang, masyarakat atau organisasi yang
berkepentingan, dan unsur ketiga, adalah kepuasan yang diberikan dan atau diterima
oleh penerima layanan (pelanggan).
Prinsip-pinsip pelayanan publik antara lain:
1. Responsif terhadap pelanggan/memahami pelanggan. Agar kita bisa memahami
pelanggan dan lebih responsif dalam memberikan pelayanan terlebih dahulu kita
harus tahu siapa pelanggan kita, dan apa yang diperlukan dari pelayanan yang
kita sediakan. Pelaksanaan survei pelanggan, penyediaan kotak saran dan
pengaduan untuk menjaring informasi dan keluhan, merupakan salah satu
strategi yang dapat dilakukan untuk memahami kebutuhan pelanggan.

2. Membangun visi dan misi pelayanan. Pembangunan visi dan misi pelayanan
penting untuk mempermudah pelaksanaan pengukuran kinerja. Visi dan misi
pelayanan dapat dibuat tersendiri, dengan mengacu pada visi misi organisasi.
Namun dapat pula menggunakan visi dan misi organisasi yang sudah ada,
sepanjang visi dan misi tersebut memperhatikan pemberian pelayanan yang
berkualitas.

3. Menetapkan standar pelayanan dan ukuran kinerja pelayanan, sebagai dasar


pemberian pelayanan.

4. Pemberian pelatihan dan pengembangan pegawai terkait bagaimana


memberikan pelayanan yang baik, serta pemahaman tugas dan fungsi organisasi.
5. Memberikan apresiasi kepada pegawai yang telah melaksanakan tugas
pelayanannya dengan baik.

Budaya pelayanan merupakan cerminan dari praktik komunikasi yang


dibangun antara pemberi layanan dan penerima layanan. Komunikasi yang terjadi
mempunyai andil dalam membangun iklim organisasi, juga berdampak pada
membangun budaya organisasi (Organization Culture) dalam memberikan
pelayanan, yaitu nilai dan kepercayaan yang menjadi titik pusat organisasi. Iklim
organisasi pelayanan adalah iklim organisasi yang menggambarkan suasana kerja
Organisasi atau sejumlah keseluruhan perasaan dan sikap orangorang yang bekerja
dalam organisasi, sedangkan budaya pelayanan, merupakan sistem nilai, dan akan
mempengaruhi cara pekerjaan dilakukan dan cara para orang berperilaku. Iklim dan
budaya organisasi pelayanan tersebut pada akhirnya berpengaruh terhadap efisiensi
dan produktivitas pelayanan para pegawai ASN.
Karena itu merupakan satu hal yang sangat penting untuk terus memelihara
dan mengembangkan budaya pelayanan. Sebuah budaya yang kuat akan mewarnai
sifat hubungan antar instansi atau organisasi pemberi pelayanan dengan
pelanggannya. Budaya pelayanan dibentuk oleh sikap karyawannya serta
manajemen organisasi pemberi pelayanan.
Sikap pelayanan dapat digambarkan melalui 7 P sebagai berikur:
1. Passionate (Sangat bergairah - Bersemangat, Antusias) |

2. Progressive (Memakai cara yang terbaik « termaju)

3. Proactive (Antisipatif, proaktif dan tidak menunggu)

4. Prompt (Positif - tanpa curiga dan kekhawatiran)

5. Patience (Penuh rasa kesabaran)

6. Proporsional (Tidak mengada-ada)

7. Punctional (Tepat waktu)

Sikap pelayanan bagi Pegawai ASN berarti pengabdian yang tulus terhadap
bidang kerja dan yang paling utama adalah kebanggaan atas pekerjaan. Sikap
Saudara dapat menggambarkan instansi/ organisasi Saudara. Saudara adalah
perwakilan organisasi secara langsung maupun tidak langsung. Karena itu budaya
pelayanan dalam birokrasi pemerintahan akan sangat ditentukan oleh sikap
pelayanan yang ditunjukkan oleh Pegawai ASN.

6. Pengembangan Diri dan Orang Lain


Kemampuan untuk meningkatkan pengetahuan dan menyempurnakan
keterampilan diri; menginspirasi orang lain untuk mengembangkan dan
menyempurnakan pengetahuan dan keterampilan yang relevan dengan pekerjaan dan
pengembangan karir jangka panjang, mendorong kemauan belajar sepanjang hidup,
memberikan saran/bantuan, umpan balik, bimbingan untuk membantu orang lain untuk
mengembangkan potensi dirinya.
Didefinisikan sebagai kemampuan untuk meningkatkan pengetahuan dan
menyempurnakan keterampilan diri, menginspirasi orang lain untuk mengembangkan
dan menyempurnakan pengetahuan dan keterampilan yang relevan dengan pekerjaan
dan pengembangan karir jangka panjang, mendorong kemauan belajar sepanjang
hidup, memberikan saran/bantuan, umpan balik, bimbingan untuk membantu orang
lain untuk mengembangkan potensi dirinya.
Dalam level ini dibutuhkan kompetensi tingkatan pengembangan diri dengan
rincian
a. Mengidentifikasi kebutuhan pengembangan diri dan menyeleksi sumber serta
metodologi pembelajaran yang diperlukan

b. Menunjukkan usaha mandiri untuk mempelajari keterampilan atav kemampuan


baru dari berbagai media pembelajaran

c. Berupaya meningkatkan diri dengan belajar dari orang-orang lain yang


berwawasan luas di dalam organisasi

Perkembangan Revolusi Industri 4.0 saat ini sedang gencargencarnya menjadi


topik hangat dalam dunia bisnis maupun pemerintahan. Para pebisnis mulai bergerak
cepat melakukan perubahan, tidak hanya pebisnis saja, para ASN juga turut serta
menanggapi revolusi industri 4.0. Tidak bisa dipungkiri pemerintah harus memiliki
strategi yang jitu untuk mempersiapkan para ASN di Tanah Air untuk siap mengikuti
perkembangan ini.
Hal ini merupakan salah satu perubahan bagi para ASN, dan harus ditanggapi
dengan meningkatkan ketrampilan diri dan tetap menjunjung tinggi rasa nasionalisme.
Penting bagi para ASN untuk mengembangkan diri, bersikap kritis, berinovasi
sehingga mampu menyeimbangkan dengan perkembangan global. Tugas bagi para
ASN untuk melayani masyarakat di masa mendatang tidak mudah, para ASN perlu
memiliki kemahiran dalam dalam menghadapi era Industri 4.0 terutama di bidang
teknologi.
Perkembangan Revolusi Industri semacam ini adalah kekuatan eksternal untuk
perubahan dalam dunia manajemen. Manajemen itu sendiri adalah aktivitas kerja yang
melibatkan koordinasi dan pengawasan terhadap pekerjaan orang lain sehingga
pekerjaan tersebut dapat diselesaikan secara efisien dan efektif. Perubahan eksternal ini
terdiri dari pola kebutuhan masyarakat yang berubah, peraturan baru dari pemerintah,
teknologi yang berkembang pesat, dan perubahan ekonomi yang sudah terlihat jelas
dengan adanya Revolusi Industri 4.0 ini.
Pemerintah terus memberi dorongan bagi para ASN untuk terus beradaptasi.
Untuk memajukan negara yang harus dilakukan Aparatur Sipil Negara adalah
mengubah pola pikir atau mindsite dan perilaku. Sehingga para ASN mampu
beradaptasi dengan perkembangan zaman,
Pemerintah adalah suatu bentuk organisasi, dimana anggota Organisasi tersebut
adalah para ASN. Dalam suatu organisasi, untuk menghadapi perubahan agar
perubahan dapat berjalan dengan sukses dibutuhkan kerjasama dalam seluruh anggota
yang dalam hal ini adalah ASN. Untuk menghadapi perubahan perlunya inovasi-
inovasi yang kreatif dan mumpuni dalam menunjang kinerja para ASN demy
terwujudnya cita-cita bangsa.
Para ASN memerlukan pelatihan keterampilan terutama dalam bidang
teknologi. Tidak bisa dipungkiri beriringan dengan perkembangan revolusi industri 4.0
berkembang pula teknologi. Oleh karena itu, para ASN terutama dalam bidang-bidang
administray diperlukan pelatihan khusus.
Dengan mahirnya para ASN dalam bidang teknologi, memudahkar proses
pelayanan masyarakat. Contoh pada awal Januari 2019 parg Wajib Pajak sudah bisa
membayar pajak di berbagai toko moderen seperti Alfamart, Tokopedia, dan lainnya.
Para Wajib pajak hanya perlu mendownload aplikasi Sambara (Samsat Mobile) untuk
melakukan pendataan.
Ada juga inovasi baru yang telah dilakukan pemerintah, yaitu dengan layanan tilang
berbasis online dari kepolisian atau yang sering disebut E-Tilang. Dengan adanya E-Tilang,
proses penilangan sudah tidak diperlukan pencatatan secara manual di atas secarik kertas
blanko atau surat tilang. Pengendara dalam waktu singkat akan mendapat notifikasi berupa
kode yang isinya sama persis seperti surat tilang.
Dengan adanya inovasi-inovasi seperti ini, para aparatur negara diwajibkan
mengetahui tentang teknologi, bagaimana cara menjalankan penilangan secara online,
bagaimana mendata para wajib pajak yang telah membayar pajak melalui aplikasi. Maka
dari itu dilakukanlah diklat, pendidikan bagi para ASN khususnya dalam bidang teknologi.
Aparatur Sipil Negara (ASN) adalah aset penting untuk mendukung berlangsungnya
roda pemerintahan di Indonesia. Bapak Setiawan telah menyiapakan program yang
bernama Smart ASN tahun 2024 dengan berbagai kriteria yaitu harus berintegritas,
memiliki ras4 nasionalisme yang tinggi, profesional, berwawasan global, memahami II
Han bahasa asing, hospitality, networking, dan entrepreneurship. Mari kita mulai belajar
tentang teknologi, bahasa asing, pemrograman dan lainnya sesuai dalam kriteria Smart
ASN. Para ASN tidak boleh hanya bergantung pada Diklat yang diberikan pemerintahan.
Para ASN harus memiliki usaha yang lain, bisa dengan berlatih dirumah, sharing dengan
teman yang telah mahir dibidang teknologi, dan lainnya. Pada zaman sekarang semua
informasi pembelajaran telah mudah diakses melalui internet.
Informasi apapun akan dengan mudah didapat. Petunjukpetunjuk dalam mempelajari
tentang pemograman, komputer, dan lainnya dapat diakses di internet.

7. MENGELOLA PERUBAHAN
Kemampuan dalam menyesuaikan diri dengan situasi yang baru atau berubah dan tidak
bergantung secara berlebihan pada metode dan proses lama, mengambil tindakan untuk
mendukung dan melaksanakan insiatif perubahan, memimpin usaha perubahan, mengambil
tanggung jawab pribadi untuk memastikan perubahan berhasil diimplementasikan secara
efektif.
Didefinisikan sebagai kemampuan dalam menyesuaikan diri dengan situasi yang baru
atau berubah dan tidak bergantung secara berlebihan pada metode dan proses lama,
mengambil tindakan untuk mendukung dan melaksanakan insiatif perubahan, memimpin
usaha perubahan, mengambil tanggung jawab pribadi untuk memastikan perubahan
berhasil diimplementasikan secara efektif.
Terdapat dua hal didalam sub kompetensi ini yaitu Mengikuti perubahan dengan
kriteria:
1. Sadar mengenai perubahan yang terjadi di organisasi dan berusaha menyesuaikan
diri dengan perubahan

2. Mengikuti perubahan secara terbuka sesuai petunjuk/pedoman.


3. Menyesuaikan cara kerja lama dengan menerapkan metode/proses baru dengan
bimbingan orang lain,

Serta Proaktif beradaptasi mengikuti perubahan dengan kriteria:


1. Menyesuaikan cara kerja lama dengan menerapkan metode/proses baru selaras
dengan ketentuan yang berlaku tanpa arahan orang lain

2. Mengembangkan kemampuan diri untuk menghadapi perubahan

3. Cepat dan tanggap dalam menerima perubahan

Perubahan adalah transformasi dari keadaan yang sekarang menuju keadaan yang
diharapkan di mas yang akan datang, suatu keadaan yang lebih baik.Perubahan dalam skala
yang sangat luas dikemukakan oleh Toffler (1980:23) yang menyatakan bahwa telah terjadi
gelombang pertama sebagai revolusi pertanian, disusul dengan gelombang kedua berupa
revolusi industri. Dalam melihat adanya gejala perubahan, terdapat beragam pandangan
tentang bagaimana terjadinya perubahan tersebut, ada yang memandang perubahan
Sebagai suatu proses, ada yang melakukan dalam bentuk tahapan, ada pula yang melakukan
dengan pendekatan sistem, dan ada pula yang mengajukan perubahan sebagai suatu model.
Penangan situasi perubahan yang buruk dapat membawa konsekuensi, termasuk
1. timbulnya frustasi dan bukan strategi yang baik,

2. biaya implementasi mungkin meningkat,

3. hilangnya manfaat yang diharapkan dari perubahan:

4. konsekuensi perubahan terhadap manusia dapat menjadi lebih besar,

5. motivasi dalam organisasi mungkin menurun karena orang merasa bingung dan
kalang kabut:

6. resistensi tehadap perubahan ke depan meningkat karena orang merasa takut


dengan memerhatikan perubahan yang sedang berjalan. Dengan demikian, pemahaman
segenap sumber daya manusia tentang fungsi, peran, keterampilan, aktivitas, dan
pendekatan dalam menjalankan manajemen mempunyai arti penting untuk mencapai
tujuan organisasi, terutama dalam kondisi lingkungan yang selalu berubah.

8. PENGAMBILAN KEPUTUSAN
Kemampuan membuat keputusan yang baik secara tepat waktu dan dengan keyakinan
diri setelah. Mempertimbangkan prinsip kehati-hatian, dirumuskan secara sistematis dan
seksama berdasarkan berbagai informasi, alternatif pemecahan masalah dan
konsekuensinya, serta bertanggung jawab atas keputusan yang diambil.

Anda mungkin juga menyukai