A. Pengertian Kompetensi
Secara etimologi istilah kompetensi berasal dari kata bahasa Inggris “competency”
yang artinya kecakapan atau kemampuan (Echols dan Shadily,1983). Sedangkan menurut
Purwadarminta (1982) menjelaskan kompetensi sebagai kewenangan atau kekuasaan untuk
menentukan atau memutuskan sesuatu hal. Dengan kata lain bahwa kompetensi disebut
sebagai wewenang atau kewenangan. Dengan demikian, tekanannya pada kewenangan dan
kemampuan seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas pada suatu jabatan atau pekerjaan
seseorang di dalam organisasi atau suatu instansi pemerintah maupun swasta.
Secara khusus, perlu dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan kompetensi tidak
hanya sekedar kemampuan dalam menjalankan tugas-tugas administratif semata. Namun
kompetensi akan menyangkut ajaran mengenai manusia dan perilakunya, secara hukum
manusia dalam melakukan tindakannya harus sesuai dengan Norma-norma atau aturan
yang berlaku di dalam kehidupannya (Logeman, 1955).
Sasaran yang ingin dicapai dari konsep kompetensi yaitu, perilaku, keterampilan,
dan pengetahuan yang menjadi bagian dari munculnya kompetensi seseorang. Karena
karakteristik suatu pekerjaan dalam jabatan tertentu keadaannya berbeda-beda, maka
kompetensi yang dituntut oleh masing-masing jabatan dalam organisasi akan berbeda-beda
pula. Setinggi apapun kompetensi atau kewenangan yang dimiliki oleh seseorang di dalam
melaksanakan kewenangan tersebut, nilai manusia harus menjadi perhatian utama setiap
profesi dalam jabatan tertentu akan memiliki karakter tertentu yang akan menjadi landasan
bagi pencapaian efektivitas organisasi dalam menentukan visi dan misi yang ingin dicapai.
Kompetensi Manajerial adalah pengetahuan, keterampilan, dan sikap/perilaku yang
dapat diamati, diukur, dikembangkan untuk memimpin dan/atau mengelola unit organisasi.
B. Kompetensi Manajerial
Berdasarkan Pasal 69 UU-ASN, pengembangan kompetensi ASN dilakukan
berdasarkan kualifikasi, kompetensi, penilaian kinerja, dan kebutuhan Instansi Pemerintah
yang dilakukan dengan mempertimbangkan integritas dan moralitas. Yang dimaksud
dengan kompetensi ASN dalam UU-ASN salah satunya adalah Kompetensi manajerial.
Kompetensi Manajerial adalah pengetahuan, keterampilan, dan sikap/perilaku yang dapat
diamati, diukur, dikembangkan untuk memimpin dan/atau mengelola unit organisasi.
Pengembangan kompetensi diatas merupakan upaya untuk pemenuhan kebutuhan
kompetensi ASN dengan standar kompetensi jabatan dan rencana pengembangan karier,
yang dilakukan pada tingkat instansi dan nasional. Kesempatan ini diberikan bagi setiap
ASN dengan memperhatikan hasil penilaian kinerja dan penilaian kompetensi ASN yang
bersangkutan dengan minimal 80 jam pelajaran (jampel) atau jam pelatihan (jamlat) dalam
1 (satu) tahun. Penyelenggaraan pengembangan kompetensi ini wajib dilakukan oleh
Pejabat Pembina Kepegawaian (PPK) dengan menetapkan kebutuhan dan rencana
pengembangan kompetensi, melaksanakan pengembangan kompetensi dan evaluasi
pengembangan kompetensi, sebagaimana diamanatkan dalam pasal 167 ayat 5 UU-ASN.
Oleh karenanya, pengembangan kompetensi tersebut menjadi dasar dalam pengangkatan
jabatan dan pengembangan karier.
Kompetensi Manajerial terdiri dari 8 Sub Kompetensi, yaitu:
1. INTEGRITAS
Konsisten berperilaku selaras dengan nilai, norma dan/atau etika organisasi, dan jujur
dalam hubungan dengan manajemen, rekan kerja, bawahan langsung, dan pemangku
kepentingan, menciptakan budaya etika tinggi, bertanggungjawab atas tindakan atau
keputusan beserta risiko yang menyertainya.
Integritas yaitu Konsisten berperilaku selaras dengan nilai, norma dan/atau etika
organisasi, dan jujur dalam hubungan dengan manajemen, rekan kerja, bawahan langsung,
dan pemangku kepentingan, menciptakan budaya etika tinggi, bertanggung jawab atas
tindakan atau keputusan beserta risiko yang menyertainya Dari sub kompetensi pertama
ini, para ASN diharapkan memiliki dua level awal yaitu mampu bertindak sesuai nilai,
norma, etika organisasi dalam kapasitas pribadi dengan rincian sbb :
Melaksanakan peraturan, kode etik organisasi dalam lingkungan kerja seharihari, pada
tataran individu /pribadi,
Selain itu diharapkan juga mampu mengingatkan, mengajak rekan kerja untuk bertindak
sesuai nilai, norma, dan etika organisasi dengan rincian sbb :
Mengingatkan rekan kerja untuk bertindak sesuai dengan nilai, norma, dan etika
organisasi dalam segala situasi dan kondisi,
Mengajak orang lain untuk bertindak sesuai etika dan kode etik.
Menerapkan norma-norma secara konsisten dalam setiap Situasi, pada unit kerja
terkecil/kelompok kerjanya.
Memberikan informasi yang dapat dipercaya sesuai dengan etika organisasi
a. Dasar Hukum
Beberapa dasar hukum yang menjadi pedoman pemahaman dan integritas, yaitu:
2. Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2000 tentang Pendidikan dan Pelatihan Jabatan
Aparatur Sipil Negara,
b. Konsep Integritas
Integritas adalah konsistensi dan keteguhan yang tak tergoyahkan dalam menjunjung
tinggi nilai-nilai luhur dan keyakinan. Integritas juga dapat diartikan sebagai kejujuran dan
kebenaran dari tindakan seseorang dalam kehidupan sehari-hari. Dari pengertian tentang
integritas ini menunjukan kepada kita bahwa integritas pada diri.
Seorang manusia memegang peranan penting pada kemuliaannya sebagai seorang
manusia.Kemudian bagi kehidupan bermasyarakat, adanya integritas pada orang-orangnya
akan menjamin adanya tatanan masyarakat yang baik. Ini berarti integritas adalah salah
satu penentu keberadaban dan kehebatan suatu bangsa.
Integritas merupakan sebuah standar moralitas dan etika seseorang, tidak ada
hubungannya dengan situasi yang kebetulan ada di sekitar Anda dan tidak mendorong
kecepatan. Konsep Integritas itu sendiri di dalamnya mengidentikkan dengan kata hati,
akuntabilitas moral, komitmen moral, dan konsistensi moral seseorang (Paine, 1994) antara
perilaku yang ditunjukkannya dan nilai-nilai atau prinsip-prinsip tertentu (Yukl dan Van
Fleet, 1992: Mayer, Davis, & Schoorman, 1995, Becker, 1998).
Konsep integritas pada Executive Brain Assessment diklasifikasikan menjadi 3
dimensi yaitu kejujuran, konsistensi, dan keberanian yaitu: kejujuran, konsistensi dan
keberanian. Kejujuran (honesty) adalah dimensi potensi integritas yang menunjukkan
aspek komponen integritas pada kesadaran kebenaran dalam sikap kejujuran, yang terdiri
dari aspek empati (empathy), tidak mudah untuk menuduh orang lain bersalah (lack of
blame) dan rendah hati (humility). Konsistensi (concistency) adalah dimensi potensi
integritas yang menunjukkan komponen integritas pada konsistensi dalam perbuatan yang
terdiri dari aspek pengendalian emosi (emotional mastery), akuntabel (accountability), dan
fokus menyeluruh (focus on the whole). Keberanian (courage) adalah dimensi potensi
integritas yang menunjukan komponen integritas pada keberanian menegakan kebenaran
secara terbuka, yang terdiri dari aspek keberanian fcourage), dan percaya diri (self
confidence).
1) Kejujuran
Jujur adalah sebuah kata yang telah dikenal oleh hampir semua orang. Bagi yang telah
mengenal kata jujur mungkin sudah tahu apa itj arti atau makna dari kata jujur tersebut.
Namun masih banyak yang tidak tahu sama sekali dan ada juga hanya tahu maknanya
secara samar-samar. Sikap jujur merupakan salah satu sikap positif yang diperlukan untuk
dapat meningkatkan karier di masa yang akan datang. Kebiasaan untuk bersikap jujur
menimbulkan ketenangan dalam diri.
Seseorang memperoleh kepercayaan dari orang lain adalah suatu dorongan dan
keinginan setiap orang. Namun, memperoleh kepercayaan tanpa didasari oleh nilai-nilai
kebenaran, tetap membuahkan sesuatu yang tidak baik, bahkan berakhir dengan sebuah
kegagalan. Kejujuran berkaitan dengan pengakuan. Dalam hal ini kita melihat persoalan
kesesuaian antara fenomena (realitas) dengan informasi yang disampaikan.
Kejujuran merupakan kualitas manusiawi melalui mana manusia mengomunikasikan
diri dan bertindak secara benar (truthfully). Karena itu, kejujuran sesungguhnya berkaitan
erat dengan nilai kebenaran, termasuk di dalamnya kemampuan mendengarkan,
sebagaimana kemampuan berbicara, serta setiap perilaku yang bisa muncul dari tindakan
manusia. Secara sederhana, kejujuran bisa diartikan sebagai sebuah kemampuan untuk
mengekpresikan fakta-fakta dan keyakinan pribadi sebaik mungkin sebagaimana adanya.
Sikap ini terwujud dalam perilaku, baik jujur terhadap orang lain maupun terhadap diri
sendiri (tidak menipu diri), serta sikap jujur terhadap motivasi pribadi maupun kenyataan
batin dalam diri seorang individu. Kualitas kejujuran seseorang meliputi seluruh
perilakunya, yaitu, perilaku yang termanifestasi keluar, maupun sikap batin yang ada di
dalam. Keaslian kepribadian seseorang bisa dilihat dari kualitas kejujurannya.
Konsep tentang kejujuran bisa membingungkan dan mudah dimanipulasi karena
sifatnya yang lebih interior. Perilaku jujur mengukur kualitas moral seseorang di mana
segala pola perilaku dan motivasi tergantung pada pengaturan diri (self-regulation) seorang
individu. Meskipun tergantung pada proses penentuan diri, kita tidak bisa mengklaim
bahwa pendapat diri kita sematalah yang benar. Seandainya toh kita telah meyakini bahwa
pendapat kita merupakan pendapat yang menurut kita paling baik, perlulah tetap
mendengarkan pendapat orang lain.
Setiap keyakinan pribadi menyisakan bias subjektivitas yang bisa saja mengaburkan
diri kita dalam memahami realitas sebagaimana adanya. Sikap jujur dengan demikian bisa
dikatakan sebagai sebuah usaha untuk senantiasa bersikap selaras dengan nilai-nilai
kebenaran (to be thrutful), sebuah usaha hidup secara bermoral dalam kebersamaan dengan
orang lain.
Seseorang dalam mengupayakan nilai kejujuran tidak sama dengan memperjuangkan
ideologi yang sifatnya lentur dan bisa berubah setiap saat. Inilah mengapa, meskipun kita
tahu bahwa kejujuran itu sangat penting bagi kehidupan, nilai kejujuran sulit untuk menjadi
norma sebuah kultur masyarakat. Ideologi senantiasa mencari pendukung yang
memperkuat gagasannya dan mendukung sudut pandangnya sendiri sementara menolak
dan mengabaikan pandangan orang lain. Pendekatan demikian mengikis praksis perilaku
jujur dan meningkatkan konflik bagi setiap relasi antar manusia.
Nilai kejujuran memiliki hubungan yang erat dengan kebenaran dan moralitas dan
etika. Bersikap jujur merupakan salah satu tanda kualitas moral dan etika seseorang.
Dengan menjadi seorang pribadi yang berkualitas, kita mampu membangun sebuah
masyarakat ideal yang lebih otentik dan khas manusiawi. Seseorang semakin jauh dari
kebenaran dan karena itu dishonest jika ia tidak menyadari bahwa perilakunya itu
sesungguhnya keliru. Kesadaran diri bahwa setiap manusia bisa salah dan mengakuinya
merupakan langkah awal bertumbuhnya nilai kejujuran dalam diri seseorang.
Oleh karena itu, jujur adalah sebuah sikap yang selalu berupaya menyesuaikan atau
mencocokan antara Informasi dengan fenomena.
2) Konsistensi
l. olahraga:
o. jalin komunikasi,
q. hindari stress.
Pengertian akuntabel adalah dapat dipertanggung jawabkan dan tidak bertentangan
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, baik sumber inputnya, prosesnya,
maupun peruntukan/ pemanfaatan outputnya. Akuntabel adalah pembuktian para Aparatur
Sipil Negara. Akuntabel menjadi tolok ukur keberhasilan tugas yang diembannya. Aparatur
Sipil Negara yang akuntabel adalah yang dapat mempertanggung jawabkan tugasnya yang
telah dilaksanakannya.
Akuntabilitas Aparatur Sipil Negara adalah perilaku aparat pemerintah yang
bertanggung jawab, adil dan inovatif. Dalam konteks ini, setiap individu/kelompok/
institusi dituntut untuk bertanggung jawab dalam menjalankan tugas dan kewajibannya,
serta selalu bertindak dan berupaya untuk memberikan kontribusi untuk mencapai hasil
yang maksimal.
Aparatur Sipil Negara melaksanakan tugas harus fokus menyeluruh. Fokus
menyeluruh memiliki beberapa pemahaman antara lain: komprehensif, inklusif, dan utuh.
Oleh karena itu, Aparatur Sipil Negara dalam menjalankan tugas harus komprehensif (dari
perencanaan hingga evaluasi). Aparatur Sipil Negara dalam melaksanakan tugas inklusif.
Pemahaman inklusif adalah menempatkan dirinya ke dalam cara pandang orang lain/
kelompok lain dalam melihat dunia, dengan kata lain berusaha menggunakan sudut
pandang orang lain atau kelompok lain dalam memahami masalah. Sedang utuh adalah
sempurna sebagaimana adanya atau sebagaimana semula (tidak berubah, tidak rusak, tidak
berkurang, dsb).
3) Keberanian
Aparatur Sipil Negara (ASN) yang berintegritas tinggi merupakan salah satu faktor
penentu bagi penyelesaian pekerjaan dengan tidak menyalahgunakan wewenang dan tugas
serta pekerjaan yang diserahkan dapat dicapai seratus persen.
Pegawai Aparatur Sipil Negara yang selanjutnya disebut Pegawai ASN adalah
Aparatur Sipil Negara dan Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja yang diangkat
oleh Pejabat Pembina Kepegawaian dan diserahi tugas dalam suatu jabatan pemerintahan
atau diserahi tugas negara lainnya dan digaji berdasarkan peraturan perundangundangan
(Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5Tahun 2014 tentang
Aparatur Sipil Negara).
Sebutan Aparatur Sipil Negara dalam undang-undang ASN masih tetap dipakai. Pada
Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 ada dua golongan Pegawai Negeri, yaitu Aparatur
Sipil Negara (ASN) dan Angkatan Bersenjata Indonesia. Aparatur Sipil Negara terdiri dari
Aparatur Sipil Negara Pusat, Aparatur Sipil Negara Daerah dan Aparatur Sipil Negara lain
yang ditetapkan dengan Peraturan Permerintah.
Untuk menjalankan tugas, ada kode etik dan kode perilaku bagi Aparatur Sipil Negara
yang harus dipedomani. Kode etik dan kode perilaku itu berisi pengaturan perilaku agar
Pegawai ASN (ASN) melaksanakan tugasnya dengan jujur, betanggung jawab, dan
berintegritas tinggi. Intergritas ASN sudah diatur dan harus dihormati oleh ASN. Sejalan
dengan itu, dalam Pasal 12 Butir (b) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 46
tahun 2011 tentang Penilaian Prestasi Kerja Aparatur Sipil Negara dinyatakan bahwa salah
satu butir penilaian perilaku Aparatur Sipil Negara adalah integritas. Integritas sangat erat
hubungan dengan perilaku kerja pegawai. Perilaku pegawai adalah setiap tingkah laku,
sikap atau tindakan yang dilakukan oleh ASN atau tidak melakukan sesuatu yang
seharusnya dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Dalam Peraturan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 1 Tahun 2013 (Lampiran
1-f) tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2011 tentang Penilaian
Prestasi Kerja Aparatur Sipil Negara, integritas adalah “adakalanya dalam melaksanakan
tugas bersikap jujur, ikhlas, dan tidak pernah menyalahgunakan wewenangnya serta berani
menanggung risiko dari tindakan yang dilakukannya. Uraian di atas adalah uraian untuk
penilaian unsur perilaku kerja Aparatur Sipil Negara yang nilainya 91—100 atau sangat
baik. Nilai integritas itu adalah nilai tertinggi dalam penilaian perilaku Aparatur Sipil
Negara. Dengan kata lain, ASN tersebut dapat menyelesaikan pekerjaan dengan sempurna.
Maksud penyelesaian pekerjaan dengan sempurna adalah pekerjaan yang sudah
dikontrakan dalam satu tahun kepadanya harus mencapai penyelesaian seratus persen dan
tepat waktu sesuai dengan waktu yang telah disepakati di awal tahun anggaran.
Kata integritas berasal dari bahasa Inggris, yaitu integrity, yang berarti menyeluruh,
lengkap atau segalanya. Integritas berarti “bertindak konsisten sesuai dengan nilai-nilai dan
kode etik'. Dalam bahasa Latin, integritas berasal dari kata integrate yang berarti komplit
atau tanpa cacat, sempurna, tanpa kedok. Maksudnya adalah apa yang ada dengan apa yang
kita pikirkan, ucapkan, dan lakukan (Bertens, 1994 dalam Satria Hadi Lubis, Widyaiswara
Madya STAN (STAN REVIEW:2012).
Menurut Warren J. von Eschenbach (Springer SciencetBusniss Media Dordrecht,
2015) mengatakan bahwa Integrity is important for understanding of what it means to
process a constituted and coherent self. Dan Jean Paul Satre (Springer SciencetBusniss
Media Dordrecht, 2015) mengatakan bahwa “We are what we will and affirm in the sense
that a human subject creates himself by choosing to act according to an “image of man such
as he believes he ought to be” so to affirm the value of that which is chosen (p. 2)
Intergritas itu berhubungan dengan perbuatan yang harus dilakukan oleh seseorang.
Integritas itu nyata dan terjangkau dan mencakup sifat yang bertanggung jawab, jujur,
menepati kata-kata, dan setia. Jadi, integritas tidak pernah lepas dari kepribadian dan
perilaku seseorang yang , berhubungan dengan sifat yang dipercaya, komitmen, tanggung
jawab, kejujuran, kebenaran, dan kesetiaan terhadap tugas dan tanggung jawab yang
diembannya. Integritas tentu mempunyai nilai. Nilai integritas sangat penting untuk
diterapkan dalam sebuah instansi pemerintah. Integritas adalah saling percaya dan pada
akhirnya sifat saling percaya ini berguna untuk mencapai tujuan organisasi. Jika nilai-nilai
integritas tidak dijalankan, kerja sama tim yang dilakukan akan menjadi lebih sulit akibat
tidak terbangunnya kepercayaan yang komprehensif di antara mereka.
Billy Boen (2009) dalam Satria Hadi Lubis, Widyaiswara Madya STAN (STAN
REVIEW:2012) mengatakan, jika seseorang sudah tahu apa keinginannya, semua perilaku
dan tindakannya akan mengupayakan agar keinginan itu terwujud. Pada umumnya
tindakan untuk mencapai keinginan tersebut memerlukan integritas. Dengan integritas,
seseorang akan melakukan segala sesuatunya secara positif dan konsisten.
Komitmen juga tidak dapat diabaikan begitu saja. Komitmen adalah perlu bagi
Aparatur Sipil Negara. Pegawai yang mempunyai integritas tentu memiliki komitmen.
Komitmen adalah “suatu janji pada diri sendiri ataupun orang lain yang tercermin dalam
tindakantindakan seseorang'. Seseorang yang berkomitmen adalah orang yang dapat
menepati janji dan mempertahankan janji itu sampai akhir walaupun ia harus berkorban.
Sebelum menjadi Aparatur Sipil Negara, Calon Aparatur Sipil Negara yang sudah
memenuhi syarat untuk diangkat menjadi Aparatur Sipil Negara harus disumpah dengan
jani-janji. Salah satu janji itu adalah mementingkan pekerjaan Negara daripada pekerjaan
pribadi atau golongan.
Orang yang mempunyai integritas tentu mempunyai tanggung jawab. Tanpa tanggung
jawab seseorang tidak akan ada integritas pada diri orang itu. Tanggung jawab adalah tanda
dari kedewasaan pribadi yang juga berkaitan dengan integritas. Orang yang bertanggung
jawab adalah orang yang berani menanggung risiko, memperbaiki keadaan, dan melakukan
kewajiban dengan kemampuan yang terbaik. Dengan kata lain, orang yang bertanggung
jawab adalah orang yang memiliki integritas.
Integritas berarti juga harus mampu menguasai diri dan berdisiplin diri. Banyak orang
keliru menggambarkan sikap disiplin sehingga menyamakan disiplin dengan bekerja keras
tanpa istirahat. Padahal sikap disiplin berarti melakukan yang seharusnya dilakukan, bukan
sekedar hal yang ingin dilakukan. Disiplin mencerminkan sikap pengendalian diri, suatu
sikap hidup yang teratur dan seimbang serta berorientasi pada tugas yang diberikan
kepadanya.
Nilai integritas mengandung nilai yang meliputi kejujuran, kemandirian, kedisiplinan,
tanggung jawab, kerja keras, sederhana, keberanian, dan keikhlasan. Salah satu dari nilai
itu yang sangat bersinggungan dengan tulisan adalah keikhlasan. Keikhlasan di sini adalah
ketulusan dan kejujuran dari seorang Aparatur Sipil Negara untuk menerima atau
mendapatkan apa yang sudah menjadi haknya, yaitu gaji, tunjangan, dan sebagainya yang
diberikan sudah ditentukan sesuai dengan tugas dan golongan dan pangkat serta jabatan
ASN oleh pemerintah sesuai dengan undang-undang yang berlaku. Yang bukan hak ASN
harus ditolak. Menurut hemat penulis, jika nilai-nilai integritas dimiliki oleh Pegawai
Aparatur Sipil Negara atau Aparatur Sipil Negara, tentu anti korupsi akan tertanam dalam
bekerja. Dengan kata lain, seorang Aparatur Sipil Negara yang berintegritas harus menjadi
orang yang baik yang terbebas dari korupsi.
Berikut ini contoh tindakan nyata dari ketiga nilai tersebut :
1. Datang tepat waktu merupakan langkah pertama yang menunjukkan akan integritas
dan komitmen untuk melangkah lebih maju. Datang tepat waktu dan bukan karena absensi
akan tetapi lebih karen ada setumpuk tugas yang harus diselesaikan segera. Jika masih
datang tepat waktu namun karena danya absensi maka belum bisa dikatakan memiliki
ketiga sikap tersebut. Wakt merupakan hal yang paling penting dalam sebuah perkejaan
sehingga keterlambatan seperti datang terlambat bisa memancing keterlambatan pekerjaan
lainnya.
2. Menyelesaikan tugas dengan baik merupakan contoh yang kedua. Ketepatan waktu
dan proses pengerjaan yang baik bisa menjadi titik dasar penilaian akan kredibilitas dan
integritas. Setiap pekerjaan selalu memiliki tingkat kesulitan dan beban yang berbeda
namun langkah untuk menyelesaikan tugas tersebutlah yang dapat mendatangkan penilaian
orang. Ciri tugas yang diselesaikan dengan baik adalah tepat waktu atau sesuai jadwal,
tidak keluar dari rule yang telah ditetapkan, sesuai dengan permintaan dengan
menambahkan inovasi atau ide yang terlebih dahulu dimusyawarahkan dan disepakati, dan
tentunya bisa mendapatkan hasil yang maksimal.
2. KERJASAMA
Kemampuan menjalin, membina, mempertahankan hubungan kerja yang efektif,
memiliki komitmen saling membantu dalam penyelesaian tugas, dan mengoptimalkan segala
sumber daya untuk mencapai tujuan strategis organisasi.
Kerjasama didefinisikan sebagai kemampuan menjalin, membina, mempertahankan
hubungan kerja yang efektif, memiliki komitmen saling membantu dalam penyelesaian
tugas, dan mengoptimalkan segala sumberdaya untuk mencapai tujuan strategis organisasi.
Dalam level ini, kemampuan kerjasama yang harus dikuasai adalah
berpartisipasi dalam kelompok kerja dengan rincian:
a. Berpartisipasi sebagai anggota tim yang baik, melakukan tugas/bagiannya, dan
mendukung keputusan tim,
b. Mendengarkan dan menghargai masukan dari orang lain dan memberikan usulan-
usulan bagi kepentingan tim;
Serta menumbuhkan tim kerja yang partisipatif dan efektif dengan rincian:
a. Membantu orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas mereka untuk mendukung
sasaran tim,
b. Berbagi informasi yang relevan atau bermanfaat pada anggota tim:
mempertimbangkan masukan dan keahlian anggota dalam tim/kelompok kerja serta
bersedia untuk belajar dari orang lain;
Di dalam kerjasama sangat penting untuk mendengar masukan dari rekan kerja kita,
dengan masukan-masukan itu kita dapat memperbaiki atau menambah apa yang
kiranya perlu diperbaiki, sehinnga kita akan lebih capat dalam mengerjakan
pekerjaan. Karena penting bagi kita untuk mendangarkan pendapat orang lain
karena itulah gunanya kerjasama, yaitu saling bertukar pikiran antar patner atau
rekan
b. Tanggung jawab
Di dalam melakukan sesuatu antar rekan memiliki tanggung jawab kepada pekerjaan dan
rekannya yang lain untuk memberi konstribusi dalam menyelesaikan pekerjaannya, untuk
mendapatkan hasil yang maksimal dan menyelesaikan pekerjaannya dengan tepat waktu.
Seseorang tidak akan membiarkan rekannya bekerja sandiri, mereka akan merasa
bertanggung jawab untuk mengerjakan pekerjaan itu karena mereka adalah tim, tidak ada
tim yang melakukan pekerjaan tanpa ada kerjasama antar rekan yang satu dengan rekan
yang lainnya, itulah bentuk tanggung jawab mereka di dalam tim.
c. Kebersamaan
Orang yang bekerjasama akan merasa dirinya memiliki rasa kebersamaan, tidak akan
memutuskan sesuatu dengan sepihak karena mereka sadar bahwa mereka adalah tim,
sesuatu yang dilakukan dan dihasilkan itu adalah keputusan bersama, tidak ada rasa
mendominasi karena dalam tim semuanya sama, sehingga tidak akan terjadi saling
menyalahkan apabila pekerjaannya itu tidak dapat diterima atau tidak memenuhi hasil
yang diinginkan.
d. Kepedulian
Kerjasama akan menumbuhkan sikap peduli untuk membantu rekannya yang mengalami
kesusahan dalam mengerjakan pekerjaannya, peduli antar sesame yang sedang
mengalami kesusahan. Kerjasama yang baik akan menghasilkan hasil yang baik,
seseorang didunia ini tidak bisa hidup sendiri, karena pada hakikatnya manusia itu saling
membutuhkan. Kerjasama yang baik adalah kerjasama yang mengutamakan komunikasi
yang baik antar tim, komunikasi yang baik ini menjadi faktor utama karena di dalam
kerjasama dibutuhkan shering pendapat atau pertukaran pendapat antar tim. Ingat didalam
hidup ini ada waktu kita tersesat dan membutuhkan seseorang untuk membantu kita,
karena itu kita sebagai manusia hendaklah bersikap saling menghargai antar sesama
sehingga jika kita membutuhkan sesuatu seseorang akan senang hati akan membantu kita.
3. KOMUNIKASI
Kemampuan untuk menerangkan pandangan dan gagasan secara jelas,
sistematis disertai argumentasi yang logis dengan cara-cara yang sesuai baik secara
lisan maupun tertulis; memastikan pemahaman; mendengarkan secara aktif dan efektif;
mempersuasi, meyakinkan dan membujuk orang lain dalam rangka mencapai tujuan
organisasi.
Komunikasi didefinisikan sebagai Kemampuan untuk menerangkan pandangan
dan gagasan secara jelas, sistematis disertai argumentasi yang logis dengan cara-cara
yang sesuai baik secara lisan maupun tertulis, memastikan pemahaman, mendengarkan
secara aktif dan efektif, mempersuasi, meyakinkan dan membujuk orang lain dalam
rangka mencapai tujuan organisasi. Dalam level ini, kemampuan komunikasi adalah
menyampaikan informasi dengan jelas, lengkap, pemahaman yang sama dengan
rincian
1. Menyampaikan informasi (data), pikiran atau pendapat dengan jelas, singkat dan
tepat dengan menggunakan cara/media yang sesuai dan mengikuti alur yang logis,
3. Membuat materi presentasi, pidato, draft naskah, laporan dil sesuai arahan
pimpinan.
Sebagai karyawan harus bisa menyampaikan informasi secara jelas, baik kepada
karyawan lain maupun kepada client. Memang tidak mudah untuk menyampaikan
informasi secara jelas, terlebih lagi jika informasi tersebut terlalu susah untuk dijabarkan.
Anda harus terampil dalam menyusun kata-kata agar informasi yang disampaikan dapat
dengan mudah dipahami oleh lawan biacara Anda. Jangan sampai menyusun kata-kata
yang Anda sendiri tidak paham maksudnya. Hal tersebut justru akan semakin
memperburuk situasi di tempat kerja Anda. Serumit apapun informasinya, Anda harus bisa
menyampaikannya menggunakan kata-kata yang sederhana dan mudah dipahami oleh
orang lain untuk menghindari kesalahpahaman dalam menangkap informasi yang Anda
sampaikan.
b. Pilih jalur diplomasi untuk menyelesaikan konflik
Sebaik apapun dan sesabar apapun seorang karyawan, pastinya akan ada saja konflik
yang terjadi. Terlebih lagi jika Anda tergabung dalam sebuah tim, berbagai macam konflik
selalu hadir, entah itu konflik kecil ataupun besar sekalipun. Dalam beberapa kasus, konflik
kecil memang mudah untuk diselesaikan, namun ada pula yang bermula dari konflik kecil
menjadi melebar dan sulit untuk diatasi. Kondisi seperti inilah yang membuat suasana
kantor menjadi tidak kondusif dan pekerjaan menjadi berantakan. Upaya yang sebaiknya
dilakukan agar konflik tidak berkembang adalah dengan membiasakan cara berbicara yang
baik di tempat kerja. Selesaikan masalah dengan pikiran terbuka dan tidak memihak satu
sama lain. Setiap karyawan harus senantiasa menjalin hubungan yang baik dengan
karyawan lain agar suasana kerja menjadi lebih nyaman dan pekerjaan dapat terselesaikan
dengan baik.
c. Berbicara secara langsung
Hargailah lawan bicara Anda. Berilah respon yang positif. Etika saat berbicara adalah
mendengarkan apa yang dikatakan oleh lawan bicara dengan baik. Setelah itu Anda wajib
memberikan respon ataupun tanggapan terhadap apa yang telah disampaikan oleh si
pembicara. Meskipun Anda tidak suka dengan lawan bicara, namun tetaplah tersenyum dan
berikan tanggapan yang positif. Terlebih lagi jika Anda bekerja sebagai costumer service
yang setiap harinya berhadapan dengan dengan pelanggan. Dari berbagai macam latar
belakang yang dimiliki oleh pelanggan, seorang costumer service harus bisa memberikan
pelayanan terbaiknya tanpa pandang bulu. Kredibilitas perusahaan juga dapat dilihat dari
cara karyawan melayani pelanggan (Servis). Jika Anda memberikan respon yang positif
kepada setiap pelanggan, maka kredibilitas kantor akan semakin ymeningkat dan costumer
akan semakin betah menggunakan jasa atau membeli produk dari perusahaan Anda.
f. Sesuaikan antara perkataan dan perbuatan Sikap
yang Anda tonjolkan di kantor harus sesuai dengan perkataan Anda. Jaga kepercayaan
sesama rekan karyawan dan juga atasan Anda. Sulit memang menjaga agar perkataan dan
perbuatan agar selaras, namun demi mendapatkan kepercayaan dari pimpinan ataupun
karyawan lainnya hal tersebut harus diterapkan. Jangan buang waktu dengan membual,
carilah perhatian dari pemimpin dengan hasil. Pemimpin yang baik pasti akan memberikan
perhatian dan hadial sesuai hasil kerja yang Anda lakukan. Di dalam dunia kerja,
menyampaikan perkataan yang tidak sesuai akan membuat pekerjaan menjadi berantakan
sehingga dapat menurunkan produktifitas kerja. Sebaiknya jangan beritahukan informasi
apapun kepada karyawan lain sebelum ada pemberitahuan bahwa informasi tersebut
memang benar adanya untuk menghindari kesalahpahaman yang akan berdampak buruk
bagi kehidupan kantor dikemudian hari. Untuk menghindari adanya perkataan dan
perbuatan yang tidak selaras, mintalah teman terbaik Anda untuk mengingatkan jika
tindakan Anda sudah melenceng dari SOP. Dengan begitu, Anda akan terhindar dari
perkataan dan perbuatan yang tidak selaras, karena selalu ada yang mengingatkan ketika
Anda salah.
g. Presentasi secara visual
Komunikasi akan terjalin dengan efektif jika tidak ada ketegangan di dalamnya. Nah,
untuk mencairkan suasana, Anda bisa sesekali menyelipkan humor saat berbicara. Hal ini
tidak akan menjadi masalah jika humor yang Anda keluarkan tidak menyinggung orang
lain. Cara ini sudah terbukti efektif untuk membangun keakraban dan juga kecanggungan
saat berbicara. Di dalam sebuah tim, setiap anggotanya harus bisa bekerjasama dengan baik
agar tujuan dari kantor tersebut dapat terwujud. Dengan sedikit bergurau dapat membuat
suasana tim menjadi lebih santai dan ide-ide cemerlang dapat dengan mudah disampaikan
tanpa adanya tekanan. Menjadi orang yang menyenangkan juga akan menjadikan Anda
lebih populer dan Anda pun dapat bekerjasama dengan baik dengan rekan kerja lainnya,
sehingga tim Anda menjadi solid dan tak jarang mendapatkan pujian dari pimpinan.
i. Menerima masukan
Dalam dunia kerja, Anda akan bertemu dengan orang-orang dari latar belakang yang
berbeda. Nah, dari situlah Anda harus bisa memahami karakter dari orang lain dan juga
harus bersifat terbuka terhadap kritik atau masukkan dari rekan kerja Anda. Jangan
langsung terbawa emosi jika ada karyawan yang mengkritik Anda, melainkan jadilakanlah
kritikan tersebut sebagai masukan yang membangun agar Anda bisa menjadi pribadi yang
lebih baik lagi.
j. Murah senyum
Murah senyum akan menjadikan Anda dipandang positif oleh semua rekan-rekan di
kantor. Komunikasi pun akan berjalan dengan baik dan efektif jika dilandasi rasa nyaman.
Dengan memberikan senyuman di awal percakapan akan membuat suasana pembicaraan
menjadi lebih santai dan lebih hidup.
ii. Produktivitas
iv. Kepuasan
Cakupan atau jangkauan kegiatan dan pelayanan yang diberikan oleh organisasi
publik harus diusahakan seluas mungkin dengan distribusi yang merata dan
diperlakukan secara adil.
5. PELAYANAN PUBLIK
Kemampuan dalam melaksanakan tugas-tugas pemerintahan, pembangunan
dan kegiatan pemenuhan kebutuhan pelayanan publik secara profesional, transparan,
mengikuti standar pelayanan yang objektif, netral, tidak memihak, tidak diskriminatif,
serta tidak terpengaruh kepentingan pribadi/kelompok/golongan/partai politik.
Didefinisikan sebagai Kemampuan dalam melaksanakan tugas, tugas
pemerintahan, pembangunan dan kegiatan pemenuhan kebutuhan pelayanan publik
secara profesional, transparan, mengikuti standar pelayanan yang objektif, netral, tidak
memihak, tidak diskriminatif, serta tidak terpengaruh kepentingan
pribadi/kelompok/golongan/partai politik
Dalam level ini dibutuhkan ASN yang mampu untuk menjalankan tugas
mengikuti standar pelayanan dengan kriteria sebagai berikut:
1. Mampu mengerjakan tugas-tugas dengan mengikuti standar pelayanan yang
objektif, netral, tidak memihak, tidak diskriminatif, transparan dan tidak
terpengaruh kepentingan pribadi /kelompok/partai politik.
3. Menyelesaikan masalah dengan tepat tanpa bersikap membels diri dalam kapasitas
sebagai pelaksana pelayanan publik.
2. Membangun visi dan misi pelayanan. Pembangunan visi dan misi pelayanan
penting untuk mempermudah pelaksanaan pengukuran kinerja. Visi dan misi
pelayanan dapat dibuat tersendiri, dengan mengacu pada visi misi organisasi.
Namun dapat pula menggunakan visi dan misi organisasi yang sudah ada,
sepanjang visi dan misi tersebut memperhatikan pemberian pelayanan yang
berkualitas.
Sikap pelayanan bagi Pegawai ASN berarti pengabdian yang tulus terhadap
bidang kerja dan yang paling utama adalah kebanggaan atas pekerjaan. Sikap
Saudara dapat menggambarkan instansi/ organisasi Saudara. Saudara adalah
perwakilan organisasi secara langsung maupun tidak langsung. Karena itu budaya
pelayanan dalam birokrasi pemerintahan akan sangat ditentukan oleh sikap
pelayanan yang ditunjukkan oleh Pegawai ASN.
7. MENGELOLA PERUBAHAN
Kemampuan dalam menyesuaikan diri dengan situasi yang baru atau berubah dan tidak
bergantung secara berlebihan pada metode dan proses lama, mengambil tindakan untuk
mendukung dan melaksanakan insiatif perubahan, memimpin usaha perubahan, mengambil
tanggung jawab pribadi untuk memastikan perubahan berhasil diimplementasikan secara
efektif.
Didefinisikan sebagai kemampuan dalam menyesuaikan diri dengan situasi yang baru
atau berubah dan tidak bergantung secara berlebihan pada metode dan proses lama,
mengambil tindakan untuk mendukung dan melaksanakan insiatif perubahan, memimpin
usaha perubahan, mengambil tanggung jawab pribadi untuk memastikan perubahan
berhasil diimplementasikan secara efektif.
Terdapat dua hal didalam sub kompetensi ini yaitu Mengikuti perubahan dengan
kriteria:
1. Sadar mengenai perubahan yang terjadi di organisasi dan berusaha menyesuaikan
diri dengan perubahan
Perubahan adalah transformasi dari keadaan yang sekarang menuju keadaan yang
diharapkan di mas yang akan datang, suatu keadaan yang lebih baik.Perubahan dalam skala
yang sangat luas dikemukakan oleh Toffler (1980:23) yang menyatakan bahwa telah terjadi
gelombang pertama sebagai revolusi pertanian, disusul dengan gelombang kedua berupa
revolusi industri. Dalam melihat adanya gejala perubahan, terdapat beragam pandangan
tentang bagaimana terjadinya perubahan tersebut, ada yang memandang perubahan
Sebagai suatu proses, ada yang melakukan dalam bentuk tahapan, ada pula yang melakukan
dengan pendekatan sistem, dan ada pula yang mengajukan perubahan sebagai suatu model.
Penangan situasi perubahan yang buruk dapat membawa konsekuensi, termasuk
1. timbulnya frustasi dan bukan strategi yang baik,
5. motivasi dalam organisasi mungkin menurun karena orang merasa bingung dan
kalang kabut:
8. PENGAMBILAN KEPUTUSAN
Kemampuan membuat keputusan yang baik secara tepat waktu dan dengan keyakinan
diri setelah. Mempertimbangkan prinsip kehati-hatian, dirumuskan secara sistematis dan
seksama berdasarkan berbagai informasi, alternatif pemecahan masalah dan
konsekuensinya, serta bertanggung jawab atas keputusan yang diambil.