PEMBAHASAN
1. Pengertian Mutu
Mutu adalah tingkat baik buruknya atau taraf atau derajat sesuatu. Istilah ini banyak
digunakan dalam bisnis,rekayasa,dan manufaktur dalam kaitannya deangan teknik dan
konsep untuk memperbaiki kualitas produk atau jasa yang dihasilkan,seperti Six
sigma,TQM,Kaizen,dan lain-lain.
Mutu bila didefinisikan secara umum dan dalam ruang lingkup yang luas adalah:
Tingkat atau angka keunggulan atau harga: "kualitas mahapeserta didik naik";
Kualitas merujuk pada sifat atau milik tak terpisahkan atau khas orang, benda, proses atau
hal lain. Sifat atau milik seperti itu mungkin menentukan orang atau hal selain orang
atau hal lain, atau mungkin menunjukkan suatu tingkat prestasi atau keunggulan. Kalau
dipakai di kerabat untuk mendiami, masa juga mungkin menandakan seorang peran atau ciri
pribadi. Peran atau ciri pribadi itu adalah apa yang bisa ditegaskan sebagai kualitas?
sistem sosial tidak ada yang benar secara absolut, kecuali konsekuensi yang terjadi
akibat diterapkannya suatu sistem atau peraturan.
Hubungan kombinasi yang dinamik yang sudah ada dan dimengerti sebagai
suatu produk interaksi.
Sistem sosial adalah lingkungan yang luas dan membiarkan setiap individu untuk
menentukan tugas masing-masing serta secara leluasa terlibat dalam persaingan kelas
dunia.
Mutu seseorang merupakan ciri pribadi yang dapat dilihat oleh orang lain seberapa
berguna dan berharga bagi masyarakat. Mutu seseorang juga merefleksikan sifat mutu
praktis pada tingat individu melalui internalisasi dan silaturahmi, secara bersamaan, pada
level sosial merupakan tempat dimana perubahan inisiatif dan kreatifitas, mengusulkan
perubahan budaya dari situasi sekarang dan peraturan baru pengaruh dari eksternal.
Oleh karena itu, sistem sosial yang dinamis, selalu berubah disesuaikan dengan proses
pengembangan mutu dibangun pada:
Pemenuhan janji ke tingkat mutu perseorangan (peraturan internal) ;
Penentuan mutu melalui pendekatan baru dengan pola berpikir yang kreatif untuk
keuntungan masyarakat (peraturan eksternal)
Kebiasaan adalah pertemuan pengetahuan, kemampuan dan keinginan. Pengetahuan adalah sesuatu
yang harus dilakukan dan mengapa dilakukan (tingkat kognitif), kemampuan adalah bagaimana
melakukannya (tingkat psikomotorik) dan keinginan adalah motivasi atau keinginan untuk
melakukannya (tingkat afektif).
Perilaku mutu bisa didefinisikan sebagai perilaku yang efektif dan efisien, dengan kata lain seseorang
memanifestasikan perilaku mutu dengan melakukan hal yang benar dengan cara yang benar.
Suatu tindakan yang bagus merujuk pada perilaku moral dan etika yang didukung oleh nilai-nilai
moral dan etika. Etika merujuk pada prinsip-prinsip yang mendefinisikan perilaku sebagai sebuah
tindakan yang tepat, baik dan benar. Prinsip-prinsip tersebut tidak selalu mendikte satu tindakan
“
moral” yang tunggal, melainkan memberikan alat untuk evaluasi dan memutuskan diantara
sejumlah pilihan yang ada.
Kinerja yang bagus itu merujuk pada karyawan dalam melaksanakan tugas dan dan tangung
jawabnya sesuai yang diberikan padanya.dalam hal ini,perusahaan menilai kinerja karyawan guna
menjadi bahan evaluasi sekaligus menggali pontensi diri karyawan itu sendiri.
Memang mutu dan etika memiliki satu premis inti yang sama yaitu melakukan hal yang baik
dengan benar, dengan kata lain memanifestasikan perilaku mutu. Etika bukanlah ajaran mutu yang
eksklusif, begitu juga sebaliknya. Etika adalah sekumpulan prinsip atau standar tindakan manusia
yang mengatur perilaku individu dan organisasi. Etika mengetahui hal apa yang benar dan
mempelajari saat seseorang tumbuh dewasa.
Istilah “etika” dan “nilai” tidak bisa saling ditukarkan. Etika berkaitan dengan bagaimana seseorang
yang bermoral harus bersikap, sementara nilai adalah penilaian dalam diri yang menentukan
bagaimana seseorang sebenarnya bersikap. Nilai kita adalah apa yang kita hargai dan sistem nilai
adalah tatanan dimana kita menghargai nilai tersebut. Karena nilai-nilai tersebut memberi peringkat
pada apa yang kita sukai dan tidak kita sukai, maka nilai-nilai kita menentukan bagaimana kita akan
bersikap pada situasi tertentu. Namun, nilai-nilai seringkali saling bersinggungan atau bertentangan.
Kode etik berhubungan dengan nilai-nilai dalam hidup kita secara umum dan merujuk pada
perilaku kita dalam masyarakat. Sebuah kode etik umumnya tidak memiliki bidang atau konteks
yang spesifik seperti halnya kode tindakan yang baik dalam profesi yang akan kita bahas nanti.
. Prinsip-prinsip etis merupakan aturan untuk bertindak yang muncul dari nilai-nilai etis.
Etika juga berkaitan dengan menerapkan ajaran atau prinsip tadi dalam tindakan. Konsistensi antara
apa yang menurut kita bernilai dan apa tindakan kita dianggap sebagai masalah integritas.
Apa yang dimaksudkan dengan bersikap proaktif? Proaktif adalah bertanggung jawab atas
kehidupan sendiri, kemampuan untuk memilih tanggapan pada dan untuk situasi tertentu. Perilaku
proaktif merupakan suatu keasadaran yang didasarkan pada nilai-nilai dan bukan perilaku reaktif,
yang berdasarkan pada perasaan.
perhatian segera, sementara penting berkaitan dengan hasil yang berkontribusi pada misi, tujuan,
dan nilai yang ingin dicapai. Orang-orang yang efektif dan proaktif menghabiskan sebagian besar
waktunya di kuadran II sehingga mengurangi waktu yang dihabiskan di kuadran I.
Sinergis berarti bahwa satu keseluruhan lebih besar dibanding bagian-bagiannya. Bersama-
sama, kita bisa mencapai lebih banyak dari yang kita capai sendiri- sendiri. Sebuah contoh
bagus tentang hal ini adalah dalam orkestra. Lima kebiasaan sebelumnya membangun jalan
menuju kebiasaan yang ke6. Kebiasaan ini menitikberatkan konsep sama-sama senang dan
kemampuan berkomunikasi dengan empati meskipun tantangan-tantangan yang dibawa oleh
alternatif- alternatif baru ini tidak ada sebelumnya. Sinergis terjadi
saat orang mengabaikan kebiasaan lama mereka dan mentalitas menang-kalah
mereka dan membuka diri untuk kerja sama kreatif. Jika ada pemahaman sejak awal, orang-
orang bisa mencapai solusi yang lebih baik daripada yang bisa mereka capai sendirian
Kebiasan 7 adalah memanfaatkan waktu untuk menajamkan gergaji kita agar bisa memotong
lebih cepat. Hal ini merujuk pada pertahanan dan peningkatan aset besar yang kita miliki,
yaitu diri kita sendiri. Kebiasaan ini memperbaharui empat dimensi sifat alami kita, fisik,
spiritual, mental, dan emosi-sosial. Keempat dimensi sifat alami kita ini harus digunakan
secara reguler dengan cara yang bijak dan seimbang.
Merokok;
Obat palsu;
Beberapa perilaku mutu yang baik dan berkaitan dengan kita semua adalah:
Pengelolaan limbah;
Penghematan energi;
Mengurangi polusi;
Perlu diingat bahwa proses daur ulang juga membutuhkan energi dan sumber daya
lainnya. Jauh lebih ramah lingkungan jika kita tidak memproduksi limbah (kurangi
pemakaian atau gunakan sedikit saja) sejak awal atau barang-barang yang telah dipakai,
dipakai lagi (penggunaan ulang): buatlah sesuatu yang bisa digunakan lagi, misalnya kaleng
minuman, silakan merujuk pada kasus di bawah ini.
Penghematan energi
Mengurangi polusi
Beli dan pakailah produk-produk biologis yang menggunakan bahan
alami dan bebas pestisida (yang produksinya membutuhkan banyak
energi);
Abaikan mobil 4x4 wd dan bersepedalah untuk menempuh jarak dekat;
Sebuah pendekatan holistik memandang CSR sebagai konsep manajemen strategis yang
menjadi keseluruhan kerangka kerja yang terpadu pada struktur dan proses perusahaan.
Sebagai sebuah konsep manajemen, CSR harus memenuhi apa yang disebut “tiga garis
dasar”, yaitu masalah-masalah ekonomi, sosial dan ekologi yang harus diseimbangkan
oleh perusahaan untuk mencapai pengembangan berkelanjutan organisasi secara ekonomi,
sosial dan ekologi.
Pemenuhan standar tenaga kerja internasional dan hak asasi manusia termasuk
regulasi kesehatan dan keamanan.
Pelanggaran hak asasi manusia tidak baik untuk perusahaan. Perusahaan tersebut harus
berurusan tidak hanya dengan masalahnya sendiri, tapi juga dengan implikasi sosialnya.
Penghilangan pelecehan terhadap hak untuk integritas fisik dan mental, kebebasan
berekspresi dan lingkungan kerja yang bebas dari diskriminasi sangat penting untuk
mendukung hak asasi manusia.
Pemikiran tentang ‘lingkungan’ memiliki makna berbeda-beda bagi tiap orang. Bagi
sebagian orang, lingkungan adalah segala sesuatu di luar tubuh kita, bagi yang lain,
lingkungan berarti segala sesuatu di luar rumah atau kantor kita. Orangorang juga
menggunakan istilah ‘lingkungan’ sebagai alat untuk mengkualifikasi area atau bidang
pribadi, seperti lingkungan rumah atau lingkungan kantor. Semua istilah ‘lingkungan’ ini
mencakup udara, air, hewan, tumbuhan, manusia, infrastruktur serta proses alam, dan bahkan
proses ekonomi seperti fungsi organisasi dan tekanan dari pesaing.
Lingkungan ada disekitar manusia sebagai individu, kelompok atau komunitas dan
perusahaan. Orang-orang memiliki hubungan yang sangat dekat dan intim dengan
lingkungannya, khususnya lingkungan di tempat hidupnya. Segala hal yang terjadi di
lingkungan (misalnya bising atau cuaca) bisa mempengaruhi kita dan kita juga bisa
mempengaruhi segala hal yang terjadi di lingkungan dengan mengemudikan mobil,
menghangatkan rumah dan kantor, atau menghidupkan lampu di malam hari. Pemikiran
tentang lingkungan sama persis dengan pemikiran tentang ekosistem.
UNGC diperkenalkan pada bulan Juli 2000 oleh Sekjen PBB. Sembilan prinsip tersebut
berasal dari konsensus yang hampir universal dalam Deklarasi UniversalHak Asasi Manusia
(1948), Deklarasi Organisasi Buruh Internasional tentang Prinsip dan Hak dasar dalam
Bekerja (1998) dan Deklarasi Rio tentang Lingkungan dan Pengembangan (1992).
Tanggung jawab profesional adalah tanggung jawab untuk menggunakan pengetahuan dan
kemampuan khusus untuk kepentingan individu maupun masyarakat secara keseluruhan.
Untuk itu perlu pembentukan standard produk yang baik berdasarkan pada kode profesi
melalui persetujuan atau kontrak yang mampu mengangkat nilai kelompok, termasuk
penuntun bagaimana menggunakan keterampilan khusus sesuai dengan standard profesi.
Ada kesamaan nilai antara kode etik dan kode profesional karena keduanya memiliki
banyak nilai yang sama, antara lain kejujuran, keadilan, tidak membahayakan, dan berjalan
untuk meningkatkan mutu kehidupan sebanyak mungkin.
8. Perilaku yang meningkatkan mutu kerja dan menambah
produktivitas
Entah formal atau informal, pegawai baru harus dilatih oleh pegawai yang lebih
berpengalaman untuk membantunya mempelajari pekerjaan barunya dan mencapai
standar mutu. Pegawai yang berpengalaman yang memiliki karakteristik karakteristik berikut
bisa memberikan bantuan paling banyak pada pegawai baru.
• Definisi
Lingkungan kerja yang sehat adalah lingkungan kerja dimana pegawai, kontraktordan
masyarakat tidak terkena bahaya kesehatan dan potensi kecelakaan. Kesehatan juga berkaitan
dengan kondisi kesehatan fisik, mental dan sosial. Hal ini lebih dari sekedar tidak adanya
penyakit atau kuman.
Berpikir aman
a. Kurangnya sikap aman
b. Kurangnya pengetahuan
c. Kurangnya kemampuan
d. Kepenatan.
Perilaku mutu pada tingkat personal akan ditinjau dari dua sudut pandang yang meskipun
berbeda tapi saling tergantung: perilaku mutu pikiran, misalnya pentingnya etika dan
pelaksanaan etika; serta perilaku mutu tubuh, misalnya pentingnya gizi dan kesehatan fisik yang
baik. Ada tujuh kebiasaan orang yang sangat efektif, yaitu 1) bersikap proaktif, 2) mulai
memikirkan tujuan, 3) mendahulukan yang lebih penting, 4) berpikir dengan pola sama- sama
enak (winwin solution), 5) mencoba mengerti untuk dimengerti, 6) sinergis dan 7)
pembaharuan, yang akan dianalisis dengan penekanan khusus pada manajemen waktu. Perilaku
mutu agar bisa dipertahankan juga secara khusus dibahas berkaitan dengan manajemen
sampah/limbah, penghematan energi, mengurangi polusi, dan penggunaan fasilitas umum
dengan baik.
JURUSAN AKUNTANSI
PROGRAM STUDI AKUNTANSI KEUANGAN
Tingkat Personal:
Banyak individu tidak memiliki pemahaman yang memadai tentang pentingnya
budaya mutu dalam kehidupan sehari-hari mereka. Sebagai akibatnya, keputusan dan
tindakan mereka mungkin tidak selalu berfokus pada mutu. Kurangnya kesadaran akan
bagaimana budaya mutu di tingkat personal dapat memengaruhi hubungan sosial,
kesehatan, dan kualitas hidup individu.
Tempat Kerja:
Di tempat kerja, tekanan untuk mencapai target, mengurangi biaya, atau
meningkatkan produktivitas sering kali mengalahkan perhatian terhadap mutu. Hal ini
dapat mengarah pada pengorbanan mutu dalam upaya mencapai tujuan bisnis yang
singkat. Tidak semua organisasi memiliki budaya mutu yang kuat, dan beberapa
mungkin kurang memperhatikan pentingnya kualitas produk atau layanan yang mereka
hasilkan.
Institusional:
Di institusi pemerintah, perubahan menuju budaya mutu seringkali dihadapi oleh
hambatan birokratis dan kebijakan yang tidak mendukung.
Lembaga pendidikan tinggi mungkin menghadapi tantangan dalam mengadopsi
budaya mutu yang berkelanjutan karena perubahan dalam tuntutan pendidikan dan
kurangnya sumber daya.
Selain itu, perubahan konstan dalam kebutuhan pelanggan, tuntutan pasar yang
ketat, dan perubahan teknologi juga dapat mempengaruhi latar belakang masalah di
semua tingkat. Oleh karena itu, pemahaman tentang pentingnya budaya mutu di
berbagai konteks ini penting untuk mengidentifikasi masalah, mengatasi tantangan, dan
memajukan budaya mutu yang kuat.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah adalah langkah awal penting dalam penelitian atau pembahasan
tentang budaya mutu di tingkat personal, tempat kerja, dan institusional. Berikut adalah
beberapa contoh rumusan masalah untuk setiap tingkat tersebut:
Tingkat Personal:
Bagaimana tingkat kesadaran individu terhadap pentingnya budaya mutu memengaruhi
kualitas kehidupan sehari-hari mereka?
Apa faktor-faktor yang memengaruhi tingkat komitmen individu dalam menjaga mutu
dalam interaksi sosial dan pekerjaan mereka?
Bagaimana budaya mutu di tempat kerja dapat mempengaruhi produktivitas karyawan
dan kepuasan mereka?
Apa peran pemimpin dalam mengembangkan budaya mutu di tempat kerja dan
bagaimana dampaknya pada kinerja organisasi?
Institusional:
5. Bagaimana proses perubahan menuju budaya mutu di lembaga pemerintah dapat
diimplementasikan secara efektif dan berkelanjutan?
C. Tujuan Penelitian
Tingkat Personal:
Mengidentifikasi Faktor-faktor Penentu Budaya Mutu Personal: Tujuan ini adalah
untuk memahami faktor-faktor apa saja yang memengaruhi tingkat kesadaran individu
terhadap budaya mutu di kehidupan sehari-hari mereka.
Menganalisis Dampak Budaya Mutu Personal: Menganalisis bagaimana budaya
mutu di tingkat personal dapat memengaruhi kualitas hidup dan hubungan sosial
individu.
Tempat Kerja:
Mengukur Dampak Budaya Mutu di Tempat Kerja: Tujuan ini adalah untuk
mengukur dampak budaya mutu di tempat kerja terhadap produktivitas karyawan,
retensi, dan kepuasan kerja.
Mengidentifikasi Strategi Pengembangan Budaya Mutu: Mempelajari strategi dan
praktik terbaik yang digunakan oleh organisasi dalam mengembangkan budaya mutu di
tempat kerja.
Institusional:
Mengkaji Tantangan dalam Mengadopsi Budaya Mutu di Lembaga Pemerintah: Tujuan
ini adalah untuk mengidentifikasi tantangan yang dihadapi lembaga pemerintah dalam
mengadopsi budaya mutu dan cara mengatasinya.
KATA PENGANTAR
Puji sukur kehadirat Tuhan yang maha Esa. Atas Rahmat dan tuntunan-Nya, Kami
dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “ Budaya Mutu di tingkat Personal,
Tempat Kerja, dan Konstitusional” dengan tepat waktu.
Kelompok II
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................................... i
DAFTAR ISI ..................................... ................................................................... ii
BAB II PENUTUP.................................................................................................
A. Kesimpulan ....................................................................................................... 15
B. Saran ................................................................................................................. 15
Daftar Pustaka........................................................................................................ 16
DAFTAR PUSTAKA
Scrib, D. (2022, April 12). Budaya Mutu di Tingkat Personal, tempat Kerja,
dan Institusional. Retrieved from id.scribd:
https://id.scribd.com/document/388534025/Qms1-Budaya-Mutu-di-
Tingkat-Personal-Tempat-Kerja-dan-Institusional